ASTER Users Handbook - ASTER: Advanced Spaceborne Thermal Emission
Bab II Aster
-
Upload
ema-arum-rukmasari -
Category
Documents
-
view
40 -
download
3
description
Transcript of Bab II Aster
6
BAB II
PERSPEKTIF MANAJEMEN KEPERAWATAN DI RUANG PERAWATAN UTAMA ANAK (ASTER)
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH dr. SLAMET GARUT
A. Perspektif Keperawatan Anak
1. Pengertian
Perspektif keperawatan anak adalah landasan berfikir bagi perawat dalam
melakukan asuhan keperawatan pada anak.
2. Tujuan
a. Pencapaian derajat kesehatan yang tinggi bagi anak sebagai satu
bagian dari sistem pelayanan kesehatan di keluarga
b. Mengoptimalkan pertumbuhan dan perkembangan serta tingkat
kesehatan anak setinggi mungkin yang bisa dicapai oleh setap anak
dalam sistem keluarga.
c. Optimal: pencapaian yang tertinggi yang bisa dicapai setiap anak pada
setiap aspek tumbuh kembangnya (kemandirian dan bergaul, motorik
halus, berbahasa dan bernalar serta motorik kasar).
d. Meningkatkan kepuasaan anak dan keluarga
e. Mengurangi fragmentasi pemberian asuhan
3. Filosopi Keperawatn Anak
Kunci filosopi keperawatan anak adalah :
a. Family Centered Care
Keluarga merupakan unsur penting dalam perawatan anak. Pola
kehidupan anak ditentukan oleh lingkungan keluarga, sehingga dalam
4
memberikan asuhan keperawatan pada anak hendaknya berfokus pada
keluarga (dengan memperhatikan kemampuan keluarga).
Tujuan Perawatan Berfokus Pada Keluarga adalah :
1) Memberdayakan (Enable) setiap anggota keluarga berhak untuk
menampilkan kemampuan dan mengembangkan kemampuannya
dalam keluarga untuk memenuhi kebutuhan anak dan keluarga.
2) Memperkokoh (Empowerment) interaksi perawat–keluarga untuk
mempertahankan atau mendapatkan kontrol positif pada keluarga
dalam pengambilan keputusan.
Elemen Pokok Perawatan Berfokus Pada Keluarga :
1) Hubungan anak dan orangtua adalah unik, berbeda antara yang
satu dengan yang lainnya. Setiap anak mempunyai karakteristik
yang berbeda dan berespon terhadap sakit dan perawatan di
rumah sakit.
2) Orang tua dapat memberikan asuhan yang efektif yang efektif
selama hospitalisasi anaknya, sehingga tujuan perawatan anak
akan tercapai bila ada kerjasama yang baik antara perawat dengan
orangtua.
3) kerjasama dalam model asuhan adalah fleksibel dan
menggunakan konsep dasar asuhan keperawatan anak.
4) adanya kesepakatan dari tim kesehatan untuk kerjasama dengan
orangtua. Kesepakatan untuk menggunakan pendekatan family
7
centered care tidak cukup hanya dari perawat, tetapi juga seluruh
petugas kesehatan yang ada.
b. Atraumatic Care
Atraumatic care merupakan asuhan perawatan yang tidak
menimbulkan trauma pada anak dan keluarganya. Perawatan
difokuskan dalam pencegahan terhadap trauma yang merupakan
bagian dalam keperawatan anak. Atraumatic care sebagai bentuk
tindakan perawatan terapeutik untuk meminimalkan distress fisik dan
psikologik yang dialami anak dan keluarga dan keluarga dalam sistem
pelayanan kesehatan.
• Distress fisik: kurang tidur, immobilisasi, gangguan rangsang
sensori (nyeri).
• Distress psikologis: ansietas, takut, marah, kecewa, malu, sedih.
Contoh: menyiapkan anak sebelum dilakukan prosedur tindakan
Prinsip-prinsip Atraumatic Care
1) Menurunkan atau mencegah dampak perpisahan dengan keluarga
dampak perpisahan dengan keluarga, anak mengalami
gangguan psikologis seperti kecemasan, ketakutan, kurangnya
kasih saying lakukan pendekatan Family centered care.
2) Mencegah atau mengurangi cedera, baik fisik maupun psikologis.
Rasa nyeri karena suatu tindakan keperawatan tidak bias
dihilangkan, tetapi dapat dikurangi dengan tehnik distraksi,
relaksasi, atau imaginary.
8
3) Meningkatkan kemampuan orangtua dalam mengontrol
kemampuan merawat anaknya.
4) Tidak melakukan kekerasan pada anak. Kekerasan dapat
menimbulkan gangguan psikologis bagi anak dan akan
memperberat kondisi anak.
5) Modifikasi lingkungan fisik rumah sakit. Lingkungan fisk yang
bernuansa anak dapat meningkatkan keceriaan, perasaan aman
dan nyaman bagi anak.
c. Primary Nursing
1) Keterlibatan orang tua dalam pengelolaan kasus sangat dibutuhkan,
karena proses keperawatan di rumah adalah bagian tanggung
jawabnya dengan meneruskan program di rumah sakit.
2) Kemampuan perawat dalam mengelola kasus secara baik tentu
berdampak dalam proses penyembuhan pada anak, mengingat anak
memiliki kebutuhan yang spesifik dan berbeda satu dengan yang
lain.
3) Pengelolaan kasus secara komprehensif adalah bagian utama dalam
pemberian askep secara utuh, melalui upaya pengkajian, penentuan
diagnosis, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi dari berbagai
kasus baik akut maupun kronik.
d. Case Management
1) Koordinasi perawatan mengontrol biaya
9
2) Manajer kasus bertanggungjawab dan bertanggunggugat pada
sekelompok klien tertentu dan membangun sistem patologis kritis
yang disusun berdaarkan standar
3) Model ini mencakup ketetapan waktu (lama) perawatan sebagai
komponen dari proses
4) Ketepatan waktu: rencana multidisiplin yang melibatkan semua
komponen pelayanan untuk 1 episode atau beberapa episode
penyakit dan juga hasil yang diharapkan dari pelayanan yang
diberikan
5) Waktu ini bisa terbtas pada rawat inap saja atau bisa termasuk
seluruh rentang pelayanan
B. Sifat Kekaryaan
2.2.1 Fokus Telaahan
Dalam bidang pelayanan, fokus telaah Ruang perawatan utama anak
(ASTER) adalah individu (seorang laki – laki maupun perempuan yang berusia 0
– 14 tahun) yang mempunyai masalah kesehatan atau sakit.
Dalam bidang pendidikan, fokus telaah Ruang perawatan utama Anak
(ASTER) adalah individu atau kelompok (praktikan, perawat, staf, pasien dan
keluarganya) yang membutuhkan pengetahuan dan pengalaman klinik dalam
memenuhi kebutuhan pasien terkait dengan masalah kesehatan yang dialami dan
dampak yang ditimbulkan oleh masalah kesehatan tersebut.
10
Dalam bidang penelitian, fokus telaah Ruang perawatan utama anak
(ASTER) adalah individu atau institusi yang akan atau sedang meneliti
permasalahan yang timbul pada berbagai unsur yang ada di Ruang perawatan
utama anak (ASTER).
2.2.2 Basis Intervensi
Basis intervensi Ruang perawatan utama anak (ASTER) dalam bidang
pelayanan berupa ketidaktahuan, ketidakmauan, dan ketidakmampuan dalam
memenuhi kebutuhan dasar manusia. Dalam bidang pendidikan, basis
intervensinya berupa ketidaktahuan, ketidakmampuan, dan ketidakmauan peserta
didik dalam mencapai tingkat pengetahuan, keterampilan, dan kompetensi tertentu
yang berhubungan dengan pemenuhan kebutuhan dasar manusia. Dalam bidang
penelitian, basis intervensinya berupa permasalahan pada berbagai unsur di Ruang
perawatan utama anak (ASTER).
2.2.3 Lingkup Garapan
a. kesehatan selama masa kank-kanak
WHO mengidentifikasikan kesehatan adalah suatu keadaan sejahtera fisik, mental
dan sosial yang komplit bukan semata-mata terbebas dari penyakit. Selain definisi
luas ini, kesehatan secara tradisional dinilai dengan memperhatikan mortalitas dan
morbiditas selama periode tertentu.
Informasi mengenai mortalitas dan morbiditas penting bagi perawat. Data tersebut
memberikan informasi signifikan tentang :
1. Penyebab kesakitan dan kematian
11
2. Kelompok usia beresiko tinggi terhadap gangguan atau bahaya tertentu
3. Kemajuan pengobatan dan pencegahan
4. Area tertentu dalam konseling kesehatan
b. masyarakat sehat 2010
masyarakat sehat 2010 ditetapkan berdasarkan inisiatif melanjutkan masyarakat
sehat 2000. Tujuan dan sasaran untuk masyarakat sehat 2010 ini dikembangkan
melalui suatu proses konsultasi luas yang dicirikan oleh kolaborasi dan partisipasi
masyarakat.
Dua tujuan yang saling tumpang tindih telah diajukan untuk masyarakat sehat
2010 yaitu (1) meningkatkan usia hidup sehat, (2) menghilangkan kesenjangan
kesehatan. Dua tujuan ini akan didukung oleh empat tujuan yang berkaitan dengan
meningkatkan perilaku sehat, perlindungan kesehatan, menjamin askes ke
pelayanan kesehatan berkualitas dan menekan pencegahan di komunitas.
c. mortalitas dan morbiditas pada bayi dan anak-anak
MORTALITAS
gambaran tingkat kejadian untuk peristiwa seperti kematian pada anak sering
disebut sebagai statistik vital. Statistik mortalitas menggambarkan insiden atau
jumlah individu yang meninggal selama periode waktu tertentu. Ini biasanya
disajikan sebagai angka per 100.000 karena frekuensi kejadiannya yang rendah.
Mortalitas Bayi
Angka mortalitas bayi adalah jumlah kematian per 1000 kelahiran hidup selama
tahun pertama kehidupan. Angka ini kemudian dibagi menjadi mortalitas neonatal
(usia <28 hari) dan mortalitas pascanatal (usia 28 hari s/d 11 bulan).
12
Berat badan lahir dianggap sebagai penentu utama kematian neonatus di negara
tekhnologi maju dan sangat berkaitan dengan usia gestasi (Ventura, dkk. 1998).
Hubungan antara berat badan lahir (dan usia gestasi) dan mortalitas menunjukan
bahwa makin rendah berat badan lahir makin tinggi mortalitasnya.
Akses dan penggunaan asuhan pra natal kualitas tinggi adalah strategi pencegahan
satu-satunya yang paling menjanjikan untuk menurunkan kelahiran dini dan
mortalitas bayi. Faktor lain yang meningkatkan mortalitas bayi meliputi ras kulit
hitam, gender laki-laki, gestasi pendek atau panjang, urutan kelahiran (semua
urutan kecuali anak ke dua), usia maternal (sangat muda atau tua), dan tingkat
pendidikan ibu rendah (Avery dan First, 1994).
Jumlah kematian yang terjadi dalam tahun pertama kehidupan secara proporsional
masih tinggi jika dibandingkan dengan angka kematian usia lain. Empat penyebab
utama kematian bayi berusia kurang dari 1 tahun yaitu : anomali kongenital,
gangguan yang berhubungan dengan gestasi pendek dan berat badan lahir rendah
yang tidak khas, sindrom kematian bayi mendadak dan sindrom distress
pernafasan.
Mortalitas masa kanak-kanak
Untuk ank berusia lebih dari satu tahun, angka kematiannya lebih kecil dari angka
kematian bayi. Anak usia 5 sampai 14 tahun mempunyai angka kematian yang
lebih rendah. Namun, peningkatan tajam terjadi selama masa remaja akhir,
terutama karena cedera, pembunuhan dan bunuh diri.
13
Setelah usia 1 tahun terdapat perubahan dramatik dalam penyebab kematian,
yaitu, cedera yang tidak disengaja. Selain itu, kematian akibat kekerasan telah
menigkat secara tetap diantara individu usia muda 10 sampai 25 tahun.
Penurunan utama kematian dalam masa kanak-kanak adalah kematian yang
disebabkan oleh penyakit gastrointestinal, penyakit infeki, kondisi perinatal,
neoplasma dan cedera. Tidak adanya penyakit infeksi sebagai penyebab utama
membuktikan bahwa agens antibiotik dan imunisasi telah berperan dalam
penurunan angka mortalitas.
Cedera penyebab utama kematian pada anak berusia >1 tahun, bertanggung jawab
untuk lebih banyak kematian dan kecacatan pada anak dari pada kombinasi semua
penyebab penyakit. Terdapat tuntutan untuk mengenal cedera dan pencegahannya
dalam istilah host (orang yang dikenai), lingkungan (waktu dan tempat), dan
agens (objek yang menjadi penyebab langsung).
Tenggelam adalah penyebab utama kedua kematian akibat cedera pada anak laki-
laki dan ketiga pada ank perempuan usia 1 s/d 24 tahun. Luka bakar adalah
penyebab utama kematian kedua akibat cedera pada anak perempuan dan ketiga
pada anak laki-laki usia 1 s/d 14 tahun. Penggunaan senjata api yang tidak tepat
adalah penyebab utama keempat kematian akibat cedera pada anak laki-laki dan
perempuan usia 5 s/d 24 tahun. Asfiksia mekanis sering kali menjadi penyebab
utama kematian akibat cedera pada bayi. Keracunan menyebabkan sejumlah besar
cedera pada anak dibawah usia 4 tahun, tetapi keracunan adalah penyebab utama
ketiga kematian akibat cedera pada laki-laki dan kedua pada perempuan (biasanya
karena bunuh diri) pada kelompok usia 15 sampai 24 tahun.
14
Tanggung jawab keperawatan yang utama adalah mengantisipasi dan mengenali
kapan tindakan keselamatan dilakukan. Aspek preventif dalam asuhan anak
adalah bagian dari promosi kesehatan yang terus menerus selama masa kanak-
kanak.
MORBIDITAS
Prevalensi penyakit khusus dalam populasi pada waktu tertentu dikenal sebagai
statistik morbiditas.
Morbiditas masa kank-kanak
Penyakit akut dapat di definisikan sebagai gejala cukup berat sehingga membatasi
aktifitas atau memerlukan pertolongan medis. Morbiditas masa kanak-kanak
disebabkan antara lain oleh penyakit pernafasan, infeksi dan parasit, cedera dan
pilek sebagai penyakit utama masa kanak-kanak.
Kelompok anak khusus yang mengalami peningkatan morbiditas anak tunawisma,
anak yang hidup miskin, anak berat badan lahir rendah, anak dengan penyakit
kronik, anak yang di adopsi berasal dari negara lain dan anak dipusat day care.
Aspek paling penting dari morbiditas adalah derajat ketidakmampuan yang
diakibatkannya (disabilitas).
Pendidikan orang tua mengenai tipe penyakit dimasa kanak-kanak dan pengenalan
gejala yang memerlukan pengobatan adalah bagian penting dalam asuhan
keperawatan.
Morbiditas baru
15
Anak menghadapi masalah perilaku, sosial (keluarga), dan pendidikan yang dapat
mengganggu kesehatan mereka secara bermakna. Masalah ini disebut sebagai
morbiditas baru atau penyakit sosial pediatrik.
2.2.3.1 Analisa Kebutuhan Tenaga Keperawatan
Perencanaan tenaga keperawatan merupakan proses memperkirakan
secara kuantitatif dan kualitatif tenaga keperawatan yang diperlukan. Hal ini
bertujuan untuk mempertahankan dan meningkatkan kemampuan organisasi
dalam mencapai sasarannya melalui strategi pengembangan kontribusi karyawan
di masa mendatang.
Langkah-langkah perencanaan tenaga menurut Drucker (1989) dan
Gillies (1999) antara lain:
a) Mengidentifikasi bentuk dan tujuan jumlah perawatan yang akan diberikan
b) Menentukan kategori perawat yang akan dipekerjakan untuk memberikan
pelayanan keperawatan yang dibutuhkan
c) Menentukan jumlah masing - masing kategori perawat diperlukan untuk
memberikan pelayanan keperawatan yang diperlukan
d) Menerima (menyaring) tenaga untuk mengisi posisi yang ada
e) Menyeleksi calon yang bermint untuk bekerja
f) Menentukan tenaga perawat dalam konfigurasi sesuai unit kerja dan jadwal
yang tertuang dalam shift
g) Memberikan tanggungjawab untuk pelayanan asuhan keperawatan dalam
berbagai model pemberian asuhan keperawatan
16
Penghitungan Tenaga:
a.Rumus Gillies
∑ jam kprwtn u/ psn/hari x rata-rata sensus psn/hari x ∑ hari/thn
∑ hari/thn – hari libur prwt x ∑ jam kerja/hari
= ∑ jam kprwtn u/ psn/thn = jumlah perawat di suatu unit
∑ jam kerja prwt /thn
Catatan:
Waktu perawatan menurut Gillies, 1989
1. Perawatan langsung
Self care = 2 jam
Partial Care = 3 jam
Total care = 4 – 6 jam
Intensive care = 8 jam
Rata-rata keperawatan langsung = 4 – 5 jam
1. Waktu perawatan tidak langsung = 38 menit / pasien / hari
2. Waktu penyuluhan = 15 menit / pasien / hari
Rasio perawat ahli : terampil = 55 % : 17 %
Proporsi dinas pagi : sore : malam = 47 % : 36 % : 17 %
b.Rumus Menurut Depkes RI
A x B x 365 Hari
255 x Jam Kerja / Hari
A : Jam Perawatan / 24 Jam (Waktu perawatan yang dibutuhkan pasien )
17
B : Sensus harian BOR x Jumlah tempat tidur
C : Jam kerja /hari (6 jam)
A. Manajemen Asuhan Di Ruang Rawat Inap Penyakit Dalam
2.3.1 Pelayanan
2.3.1.1 Penerimaan di Ruangan
a. Administrasi
1. Penerimaan dan pemberian informasi dari atau kepada klien baru yang
akan masuk oleh petugas administrasi ruangan, meliputi kelas yang
dipilih, tarif, fasilitas, asal (UGD atau poli) dll.
2. Pengecekan status klien.
3. Seleksi klien berdasarkan sub unit dalam ruangan, tingkat kegawatan atau
virulensi penyakitnya.
b. Perawat
1. Menyiapkan tempat tidur.
2. Menerima klien baru dan mengantarnya ke tempat tidur.
3. Mengatur posisi yang nyaman bagi klien.
4. Mengorientasikan klien dan keluarga terhadap ruangan, petugas kesehatan
yang bertanggung jawab dan fasilitas yang ada di ruangan.
5. Melakukan pengkajian dan mendokumentasikan hasilnya
6. Melakukan tindakan keperawatan dan melakukan fungsi kolaboratif dgn
tim kesehatan lain.
18
7. Mencatat dan mengevaluasi semua tindakan keperawatan yang telah
dilaksanakan.
8. Menginformasikan kepada perawat yang bertugas pada shift berikutnya
tentang adanya klien baru.
2.3.2 Pengelolaan di Ruangan
2.3.2.1 Model Keperawatan Tim
Model ini menggunakan tim yang terdiri dari anggota yang berbeda - beda
dalam memberikan asuhan keperawatan terhadap kelompok klien. Perawat
ruangan dibagi menjadi 2 - 3 grup yang jumlah 6 - 7 orang bekerja sebagai suatu
tim dan terdiri dari tenaga profesional, teknikal dan pembantu dalam satu grup
kecil yang saling membantu. Ketua tim sebagai penanggung jawab melaksanakan
fungsi perencanaan, koordinasi, supervisi dan evaluasi perawatan. Pengembangan
dan revisi rencana perawatan dilakukan melalui konferensi secara rutin 15 - 20
menit setiap hari.
a. Kelebihan
Kelebihan metoda tim adalah memungkinkan pelayanan keperawatan yang
menyeluruh, mendukung pelaksanaan proses keperawatan, memungkinkan
komunikasi antar tim sehingga konflik mudah diatasi dan memberikan
kepuasan kepada anggota tim
b. Kelemahan
19
Kelemahan metoda tim adalah komunikasi antar anggota tim terbentuk
terutama dalam konferensi tim, yang bisa membutuhkan waktu dimana sulit
untuk melaksanakan diwaktu - waktu sibuk.
c. Konsep Metode Tim
1) Ketua tim sebagai perawat profesional harus mampu menggunakan
berbagai teknik kepemimpinan.
2) Pentingnya komunikasi yang efektif agar kontinuitas rencana terjamin.
3) Anggota tim harus menghargai kepemimpinan ketua tim.
4) Peran kepala ruangan penting dalam model tim. Model tim akan berhasil
baik bila didukung oleh kepala ruangan.
d. Tanggung Jawab Ketua Tim
1) Membuat perencanaan
2) Membuat penugasan, supervisi dan evaluasi.
3) Mengenal atau mengetahui kondisi pasien dan dapat menilai tingkat
kebutuhan pasien.
e. Tanggung Jawab Anggota Tim
1) Memberikan asuhan keperawatan pada pasien di bawah tanggung
jawabnya.
2) Kerjasama dengan anggota tim dan antar tim.
3) Memberikan laporan.
4) Mengembangkan kemampuan anggota.
5) Menyelenggarakan konferensi.
20
2.3.2.1.1 Model Keperawatan Primer
1) Berdasarkan pada tindakan yang komprehensif dari filosofi keperawatan.
2) Rasio perawat : pasien adalah 1 : 4 atau 1 : 5 penugasan metode kasus.
3) Metode penugasan dimana satu orang perawat bertanggung jawab penuh
selama 24 jam terhadap semua asuhan keperawatan pasien, dari mulai
pasien masuk sampai keluar rumah sakit.
4) Mendorong praktek kemandirian perawat, ada kejelasan antara pembuat
rencana asuhan dengan pelaksana.
5) Adanya keterkaitan kuat dan terus-menerus antara klien dan perawat yang
ditugaskan untuk merencanakan, melakukan dan mengkoordinasikan
asuhan keperawatan selama klien dirawat.
a. Kelebihan
Kelebihan metoda tim adalah bersifat kontinu dan komprehensif, perawat
primer mendapatkan akuntabilitas yang tinggi terhadap hasil dan
memungkinkan pengembangan diri, keuntungan antara lain terhadap klien,
perawat, dokter dan rumah sakit (Gillies, 1998). Keuntungan yang
dirasakan adalah klien merasa dimanusiawikan karena terpenuhinya
kebutuhan secara individu. Selain itu asuhan yang diberikan bermutu
tinggi dan tercapai pelayanan yang efektif terhadap pengobatan, dukungan,
proteksi, informasi dan advokasi. Dokter juga merasakan kepuasan dengan
model primer karena senantiasa mendapatkan informasi tentang kondisi
klien yang selalu diperbaharui dan komprehensif.
b. Kelemahan
21
Hanya dapat dilakukan oleh perawat yang memiliki pengalaman dan
pengetahuan yang memadai dengan kriteria asertif, self direction,
kemampuan mengambil keputusan yang tepat, menguasai keperawatan
klinik, accountable, serta mampu berkolaborasi dengan berbagai disiplin.
c. Konsep Dasar Metode Primer
1) Ada tanggung jawab dan tanggung gugat.
2) Ada otonomi.
3) Ketertiban klien dan keluarga.
d. Tugas Perawat Primer
1) Menerima klien dan mengkaji kebutuhan pasien secara komprehensif.
2) Membuat tujuan dan rencana keperawatan.
3) Melaksanakan semua rencana yang telah dibuat selama dinas.
4) Mengkomunikasikan dan mengkoordinasikan pelayanan yang
diberikan oleh disiplin ilmu lain maupun perawat lain.
5) Mengevaluasi keberhasilan yang dicapai.
6) Menerima dan menyesuaikan rencana.
7) Menyiapkan penyuluhan pulang.
8) Melakukan rujukan kepada pekerja sosial, kontak dengan lembaga
sosial masyarakat.
9) Membuat jadwal perjanjian klinik.
10) Mengadakan kunjungan rumah.
e. Ketenagaan Metode Primer
22
1) Setiap perawat primer adalah perawat “bed side”.
2) Beban kasus pasien 4-6 orang untuk satu perawat.
3) Penugasan ditentuakan oleh kepala bangsal.
Berikut ini dijabarkan beberapa peran dan fungsi setiap disiplin ilmu dalam
model layanan terpadu, diantaranya adalah :
1. Kepala Ruangan
Peran kepala ruangan dititik beratkan pada pengelolaan unit yang meliputi
perencanaan – pengaturan – pengarahan – kontroling. Kepala ruangan
bertanggung jawab dalam koordinasi asuhan pada satu shift dinas tertentu.
Kegiatan – kegiatan yang dilaksanakan adalah :
a. Bertanggung jawab terhadap pasien masuk dan keluar pada saat shift dinas
b. Memonitor perkembangan kondisi-kondisi penting pada kasus - kasus
tertentu (penting)
c. Mengatur pembagian tugas perawat berdasarkan kasus yang ada
disesuaikan antara kompetensi perawat yang bertugas dengan tingkat
kesulitan klien
d. Mengkoordinir kepentingan pelayanan untuk kesinambungan asuhan.
2. Case Manager (Koordinator Asuhan)
a. Melakukan kajian terhadap masalah pengelolaan pasien
b. Mengembangkan perencanaan asuhan dengan koordinasi dan masukan
dari berbagai profesi (melalui visite bersama)
23
c. Mengidentifikasi dan memonitor perkembangan kondisi pasien dengan
masalah kompleks
d. Berkoordinasi dengan penanggung jawab wing / ruangan tentang
pengelolaan kasus - kasus kompleks
e. Berkomunikasi dengan dokter penanggung jawab pasien tertentu
(bermasalah, beresiko), farmasi dan staf gizi tentang perkembangan
penting kasus dan penangannanya sesuai kebutuhan sampai kepada
discharge planning.
f. Mengevaluasi aktifitas (proses) dan hasil asuhan, dan memberikan umpan
balik kepada yang berkepentingan
g. Menyusun dan mengembangkan clinical pathway secara multi disiplin
h. Melakukan timbang terima tugas kepada kepala jaga.
i. Melakukan pemilahan kasus / pasien sesuai dengan kompetensi praktikan.
3. Penanggung Jawab Bagian
a. Melakukan pengelolaan asuhan pasien di wing/ruangan yang dikelolanya
b. Mengidentifikasi masalah kolaboratif, merencanakan tindakan dan
implementasi secara kolaboratif
c. Berkoordinasi dengan perawat pelaksana di wing/ruangan setempat
d. Menginformasikan keberadaan kasus - kasus dengan masalah kompleks
kepada case manager untuk ditindak lanjuti.
e. Melaksanakan dokumentasi asuhan dan melakukan kontrol terhadap
kelengkapan dokumen.
24
2.3.2.2 Peraturan dan Tata Tertib Dalam Pelaksanaan Asuhan Keperawatan
dengan Metode Tim di Ruang Penyakit Dalam
1. Kepala shift datang lebih awal untuk menetukan tingkat ketergantungan
setiap klien dan mengatur pendelegasian ruangan tiap tim
2. Kepala tim dan anggota tim kemudian melakukan timbang terima dengan
shift sebelumnya
3. Setiap tim wajib melakukan pendokumentasian askep klien secara
komprehensif pada setiap shift dinasnya, yang harus diselesaikan sebelum
pergantian jadwal shift berikutnya.
4. Kepala shift/ kepala ruangan dapat memberikan delegasi pada anggota tim
untuk memberikan bantuan perawatan pada tim yang lain sesuai dengan
kebutuhan
5. Buku dokumentasi pasien diisi oleh ketua shift pada setiap shift
6. Setiap anggota tim mencatatkan tindakan yang dilakukan dalam catatan
perkembangan klien
7. Sebelum melakukan dinas semua tim melakukan do’a bersama yang
dipimpin oleh ketua shift
8. Setiap anggota tim harus mengisi lembar observasi dan status pasien setiap
shift pada pasien dibawah tanggung jawabnya
9. Operan dilakukan oleh setiap tim dalam pergantian shift.
10. Setiap anggota tim mengisi lembar evaluasi pelaksanaan asuhan
keperawatan dengan metode tim setiap 3 hari sekali/ akhir periode.
25
2.3.2.3 Farmasi
Pelayanan farmasi klinik secara umum adalah :
1. Pemantauan terapi obat di ruang perawatan
2. Konseling obat kepada pasien, yang dilakukan di depo farmasi. Materi
konseling yang diberikan diantaranya adalah mengenai cara pakai obat,
cara penyimpanan obat, efek obat yang diharapkan, dan motivasi
kepatuhan minum obat dengan baik dan benar. Pendidikan pada pasien
dilaksanakan setiap hari rabu atau kamis tiap minggunya, dengan jumlah
peserta penyuluhan + 20 orang setiap penyuluhan.
3. Bekerjasama dengan PKMRS untuk memberikan layanan informasi obat
(baik kepada pasien, dokter, perawat), visite ke ruang pasien (dengan
dokter ataupun tanpa dokter).
4. Pembuatan P3 (Profil Pengobatan Penderita)
5. Mengadakan diskusi ilmiah dengan apoteker, dokter, perawat, dan asisten
apoteker.
6. Pendidikan perawat mengenai evaluasi penggunaan obat, pengelolaan dan
pelayanan obat di ruang gawat darurat, penerbitan buletin farmasi tiap
bulan
7. Partisipasi dalam program Rumah Sakit dalam pendidikan bagi calon
praktisi farmasi dan pelatihan.
8. Berkoordinasi dengan disiplin ilmu terkait mengenai evaluasi pengobatan
klien.
2.3.2.4 Gizi
26
Bagian gizi bertanggungjawab dalam pengelolaan nutrisi klien, mulai dari
screening diet sampai dengan evaluasi perkembangan status nutrisi klien. Adapun
Job Description bagian gizi diantaranya adalah :
1. Screening diet pada klien yang baru masuk.
2. Menyiapkan makanan klien sesuai dietnya.
3. Mengecek jumlah pasien dan dietnya setiap hari.
4. Membuat etiket makanan dan buku makanan.
5. Menyiapkan peralatan makan dan peralatan untuk mengambil makanan.
6. Mengecek makanan yang sudah dibagikan dicocokkan dengan buku
makanan.
7. Meracik hidangan dalam peralatan makan.
8. Mengevaluasi porsi makan klien.
9. Membuat laporan jumlah pasien yang puasa, baru, pulang, pindah, dan yang
belum makan serta serah terima dengan petugas shift berikutnya.
10. Melaporkan perubahan gizi ke ahli gizi ruangan untuk di komunikasikan
(dikoordinasikan) bersama disiplin ilmu terkait.
2.3.2.2 Pendidikan
Pendidikan merupakan salah satu fungsi rumah sakit, dimana aktivitas yang
mengarah pada hal tersebut meliputi :
1. Pendidikan pada klien dan keluarga
Penyuluhan kesehatan yang berkaitan dengan kebutuhan klien. Jenis
pendidikan ini merupakan salah satu bentuk pelayanan keperawatan yang
27
bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan klien dan atau keluarga tentang
hal-hal yang terkait dengan masalah kesehatan yang dihadapinya dan
pengetahuan tentang kesehatan secara umum. Dengan kata lain pendidikan
pada klien dan keluarga bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan
kemampuan mereka untuk hidup sehat, melakukan perawatan mandiri di
rumah, pencegahan penularan/pencegahan kejadian ulang dan kontrol ulang.
2. Pendidikan pada calon praktisi kesehatan
Secara umum pendidikan pada calon praktisi kesehatan bertujuan untuk
meningkatkan kemampuan peserta didik dalam memenuhi kebutuhan pasien
terkait dengan masalah kesehatan yang dialami dan dan dampak yang
ditimbulkannya melalui pengaplikasian teori-teori dan konsep - konsep yang
telah didapatkannya melalui pendidikan akademik di lingkungan institusi
pendidikannya.
Berikut ini adalah sasaran dari pendidikan untuk calon praktisi kesehatan :
a. Pendidikan pada praktisi keperawatan
Pendidikan pada praktisi keperawatan meliputi dua jenis yaitu ;
pendidikan profesi untuk S1 Keperawatan, dan vokasi keperawatan untuk
D3 Keperawatan.
Dalam melaksanakan pendidikan ini dibutuhkan pembimbing lapangan
atau sering disebut dengan CI. CI (Clinical Instructure) adalah pengajar
dari institusi pendidikan keperawatan/instansi yang diberi tugas di lahan
praktik keperawatan. CI bertanggung jawab untuk memberikan pengajaran
klinik, yang meliputi pelaksanaan perencanaan/pengorganisasian,
28
bimbingan serta penilaian terhadap perkembangan belajar
mahasiswa/siswa di lahan praktik lapangan.
CI dapat berasal dari :
1). Dosen/ guru yang mengajar di kelas (berasal daari institusi pendidikan
keperawatan) dan melakukan pembelajaran kepada siswa melalui teori
(kuliah), praktik di laboratorium, melakukan pre conference,
membimbing prakktik klinik dan melaksanakan post conference.
2). Pada beberapa institusi lain seorang CI adalah yang melakukan
pembelajaran kepada siswa hanya pada praktik klinik keperawatan di
lahan praktik saja.
Syarat-syarat CI :
a. Persyaratan administrasi
Pembimbing utama (PU): diangkat sebagai staf pengajar tetap
dengan surat keputusan dari yang berwenang ; kepangkatan
minimal dalam kepegawaian adalah golongan III A.
Pembimbing di lahan prakktik (LP) : disetujui/ditugaskan oleh
pimpinan instansi di mana CI bertugas ; diangkat sebagai staf
pengajar tidak tetap dengan suatu SK dari yang berwenang;
kepangkatan dalam kepegawaian minimal II C.
b. Persyaratan pendidikan dan pengalaman kerja
Pembimbing utama (PU) : lulusan S1 keperawatan dan AKTA 4
atau lulusan AKPER dan AKTA III ; pengalaman kerja minimal 2
tahun di bidang/ mata kuliah yang menjadi tanggung jawabnya.
29
Pembimbing lahan praktik (LP) : S1 Keperawatan + AKTA IV;
lulusan AKPER; telah mengikuti pendidikan dan latihan tentang
pengajaran klinik keperwatan untuk mahasiswa; pengalaman kerja
minimal 2 tahun pada bidangnya.
b. Pendidikan pada praktisi kedokteran
Pendidikan profesi kedokteran (umum dan spesialis penyakit dalam).
c. Pendidikan pada praktisi bidang gizi
Pendidikan vokasi untuk D3 bidang gizi
d. Pendidikan pada praktisi bidang farmasi
Pendidikan profesi untuk S1 bidang Farmasi
3. Pendidikan bagi para staf dan pegawai
Rumah sakit juga menjadi tempat pendidikan bagi para staf pegawai, terutama
mereka yang baru direkrut, atau ”magang kerja”. Dalam fungsi ini rumah
sakit berperan untuk memantapkan kemampuan dan keterampilan para peserta
didik dalam mengatasi masalah kesehatan dan atau keperawatan yang
dihadapi klien dan dampak yang ditimbulkannya.
2.3.2.3 Penelitian
Riset atau penelitian yaitu pencaritahuan secara sistematis dengan
menggunakan mertode ilmiah untuk mengabsahkan pengetahuan yang ada serta
menghasilkan pengetahuan yang baru, menjawab pertanyaan atau menghasilkan
masalah.
30
Karakteristik riset keperawatan adalah berfokus pada variabel yang dapat
meningkatkan asuhan keperawatan, berpotensi dalam memberikan kontribusi
untuk pengembangan teori, akses dan kendali terhadap fenomena, keingiintahuan
dan pertanyaan yang perlu dijawab secara ilmiah.
Prioritas riset keperawatan adalah untuk kesejahteraan dan kemampuan
merawat diri sendiri, perilaku yang menimbulkan masalah, dampak teknologi
baru, dan memastikan asuhan keperawatan untuk memenuhi kebutuhan.
Aktifitas kegiatan penelitian diarahkan pada peningkatan kualitas pelayanan
rumah sakit. Aktifitas kegiatan penelitian tersebut meliputi:
a. Penelitian yang dilakukan oleh calon praktisi kesehatan ; keperawatan,
kedokteran, gizi, farmasi, dan mahasiswa kesehatan lainnya.
b. Penelitian yang dilakukan oleh mahasiswa non kesehatan.
c. Penelitian yang dilakukan oleh staf/ pegawai rumah sakit terkait.
d. Dalam bidang keperawatan, penelitian berfokus pada area yang berkaitan
dengan asuhan keperawatan pada klien, pendidikan keperawatan, dan
pengelolaan pelayanan.
2.4 Manajemen Unit
2.4.1 Pelayanan
2.4.1.1 Kriteria Minimal Ruang Rawat Inap Anak
Ruang rawat inap anak harus mempunyai kriteria minimal seperti : ruangan
harus bersih, penerangan baik dan sirkulasi udara cukup, lantai tidak licin,
ruangan luas, tidak menyimpan barang-barang berbahaya di ruang perawatan,
31
warna dan desain ruangan harus menarik dan nyaman dan berbeda dengan ruang
perawatan orang dewasa.
2.4.1.2 Organisasi dan Administrasi
A. Struktur Organisasi
1. Mempunyai visi dan misi ruangan sebagi bentuk penjabaran dari visi dan
misi rumah sakit.
2. Harus mempunyai struktur organisasi serta job description yang jelas,
dipimpin oleh seorang manajer pelayanan kesehatan (kepala ruangan)
dengan latar belakang pendidikan S1 atau D3 keperawatan yang
mempunyai pengalaman minimal 3 tahun sebagai perawat pelaksana.
3. Mempunyai seorang manajer pelayanan keperawatan (koordinator askep)
dengan latar belakang pendidikan S1 atau D3 keperawatan dan telah
mengikuti pelatihan asuhan keperawatan serta didukung oleh staf
profesional dan non profesional sesuai kebutuhan yang dapat dihitung
berdasarkan jumlah tempat tidur, BOR dan tingkat ketergantungan pasien.
B. Administrasi
1. Memiliki protap, SOP, dan SAK yang dapat digunakan sebagai acuan
dalam memberikan pelayanan keperawatan kepada pasien dan standar atau
alat ukur kepuasan pasien serta kepuasan kinerja perawat.
2. Mempunyai formulir asuhan keperawatan dan formulir pencatatan lainnya
yang terkait dengan askep buku - buku sebagai administrasi penunjang.
32
3. Mempunyai alur pelayanan yang jelas.
4. Mempunyai ruang administrasi dan ketenagaan serta peralatan
administrasi (ATK) yang cukup.
5. Perencanaan pengembangan staf dan sistem pembagian insentif
keperawatan yang transparan.
6. Aturan pelaksanaan supervisi keperawatan, ronde keperawatan, timbang
terima atau operan.
7. Evaluasi pelayanan keperawatan harus dilakukan secara komprehensif dan
berkala dapat dilaksanakan pada tiap bulan, per triwulan, dan semester
atau tahun. Evaluasi meliputi : jenis dan jumlah kasus yang ada,
kesesuaian antara SOP, SAK dan protap, sistem pendokumentasian askep,
disiplin kerja perawat (absensi), survei kepuasan pasien dan kepuasan
kerja perawat.
2.4.1.3 Lingkungan Kerja
A. Fisik
a. Ruangan
Lingkungan kerja untuk pencapaian proses manajerial keperawatan di ruang
rawat inap anak secara keseluruhan mempunyai : ruang perawatan lengkap
dengan tempat tidur dan kamar mandi pasien, ruang perasat, ruang perawat
atau nurse station berada di tengah ruang perawatan, ruang kepala ruangan,
ruang tamu, kamar mandi, ruang peralatan, ruang ganti perawat, ruang
33
conference, mushola, ruang administrasi, ruang spoolhoke, dapur, gudang, dan
depo farmasi.
b. Peralatan dan Bahan Kesehatan
1) Peralatan
Tensimeter, stetoskop, termometer, meteran, timbangan badan, set vena
seksi, resusitasi dewasa, suction, tabung oksigen dan manometer, standar
infus, bak instrumen, bak injeksi, bengkok besar dan kecil, baskom mandi,
gunting verband, korentang, tromol besar dan kecil, kursi roda dan
brankar, alat ganti balutan.
2) Bahan Kesehatan
Plester, kassa, betadine, alkohol, formalin, savlon, kapas, cairan infus,
obat-obatan emergensi, dan cairan kimia lainnya.
B. Non Fisik
a. Hubungan Perawat - Klien
Komunikasi antara perawat dengan klien berjalan dengan baik, setiap pasien
diorientasikan dengan ruangan yang akan ditempatinya.
b. Hubungan Perawat - Perawat
1) Komunikasi antara perawat berjalan baik
2) Pengambilan keputusan dilakukan secara tepat menggunakan metode yang
tepat sesuai situasi yang ada
34
3) Kegiatan serah terima tugas dan pasien dilakukan pada setiap pergantian
dinas dan berorientasi pada asuhan keperawatan yang telah direncanakan
4) Mengadakan ronde keperawatan dan supervisi khusus
5) Mengadakan rapat bulanan secara rutin
6) Media komunikasi antara perawat menggunakan buku laporan, catatan
asuhan keperawatan (rekam medis), buku ronde, white board, dan lain-
lain.
c. Hubungan Perawat dengan Profesi Lain
1) Bekerjasama sebagai sebuah tim kesehatan untuk menangani masalah
pasien.
2) Komunikasi antar profesi berjalan baik
3) Proses pendelegasian tugas dilakukan secara jelas dan tertulis
4) Mengadakan diskusi tentang rencana asuhan yang harus diberikan pada
klien untuk mengatasi masalah kesehatannya.
5) Masing-masing pihak mengisi rekam medis secara lengkap dan jelas.
6) Saling menghormati dan menghargai antar profesi.
2.4.1.4 Kekuatan Kerja
A. Man
Hal - hal yang harus diperhatikan untuk mendukung tercapainya pelayanan
yang berkualitas antara lain : jumlah tenaga perawat keseluruhan
35
(profesional lanjut, profesional pemula, vokasional, dan lain lain), jenis
ketenagaan, kualifikasi ketenagaan atau pendidikan, keterampilan khusus
yang dimiliki oleh perawat yang di dapat melalui kursus atau pendidikan
dan pelatihan serta lama kerja.
Jumlah tenaga kesehatan lainnya yang terkait meliputi ; dokter, ahli gizi,
laboratorium, dan farmasi. Sedangkan untuk tenaga pendukung antara lain :
tenaga administrasi, tenaga pendukung keperawatan dan petugas kebersihan.
Untuk angka kecukupan ketenagaan diperhitungkan berdasarkan :
1. Rata-rata klien membutuhkan perawatan sehari:
Perawatan langsung
Minimal care : 2 jam
Intermediate : 3 jam
Totally care : 6 jam
Usia lanjut : tambahan 0,5 jam
Perawatan tak langsung : 1 jam
Pendidikan kesehatan : 0,25 jam
2. Jumlah tempat tidur (BOR)
3. Formula pembagian shift, pagi, sore, malam = 46% : 36% : 18%
4. Perbandingan proporsi tenaga untuk asuhan langsung profesional dengan non
profesional adalah 55 % : 45 %
5. Jumlah hari libur dalam setahun pada tahun 2014 adalah 73 hari, dengan
perincian sebagai berikut :
Rata-rata hari Minggu/ tahun : 52 hari
36
Libur nasional : 9 hari
Cuti tahunan : 12 hari
Jumlah hari pertahun : 365 hari
Jam kerja produktif per hari : 7 jam
B. Money
Hal-hal yang harus diperhatikan tentang keuangan antara lain, sistem
pengelolaan keuangan rumah sakit : sentralisasi atau desentralisasi, sumber
keuangan : BPJS dan Umum. Untuk pengeluarannya ada perencanaan
pengeluarannya seperti untuk pengembangan program, untuk insentif perawat,
untuk lain-lainnya dan pengelolaan keuangan harus jelas/ transparan.
C. Metode
Keberhasilan suatu asuhan keperawatan pada klien, sangat ditentukan oleh
pemilihan metode pemberian asuhan keperawatan profesional. Dengan semakin
meningkatnya kebutuhan masyarakat akan pelayanan keperawatan dan tuntutan
perkembangan IPTEK, maka metode sistem pemberian asuhan keperawatan harus
efektif dan efisien. Mac Laughin, Thomas dan Barterm (1995) mengidentifikasi 8
model pemberian asuhan keperawatan tetapi model yang umum digunakan di
rumah sakit adalah asuhan keperawatan total, keperawatan tim dan keperawatan
primer. Tetapi setiap unit keperawatan mempunyai riwayat dalam menyeleksi
model dalam pengelolaan asuhan keperawatan berdasarkan kesesuaian antara
ketenagaan, sarana dan prasarana serta kebijakan RS. Karena setiap perubahan
37
akan berdampak terhadap suatu stress, maka perlu mempertimbangkan 6 unsur
utama dalam penentuan pemilihan metode pemberian asuhan keperawatan
(Marqius & Huston, 1998 : 148) :
1. Sesuai dengan visi dan misi institusi
Dasar utama penentuan model pemberian asuhan keperawatan harus
didasarkan pada visi dan misi Rumah sakit.
Dapat diterapkannya proses keperawatan dalam asuhan keperawatan
Proses keperawatan merupakan unsur penting terhadap kesinambungan
asuhan keperawatan kepada pasien. Keberhasilan dalam asuhan keperawatan
sangat ditentukan oleh pendekatan proses keperawatan.
2. Efisien dan efektif dalam menggunakan biaya
Setiap suatu perubahan harus selalu mempertimbangkan biaya dan efektivitas
dalam kelancaraan pelaksanaannya. Bagaimanapun baiknya suatu model tanpa
ditunjang oleh biaya memadai maka tidak akan didapatkan hasil yang
sempurna.
3. Terpenuhinya kepuasan klien, keluarga dan masyarakat
Tujuan akhir asuhan keperawatan adalah kepuasan pelanggan atau pasien
terhadap asuhan yang diberikan oleh perawat. Oleh karena itu, model yang
baik adalah model asuhan keperawatan yang menunjang terhadap kepuasan
pelanggan.
4. Kepuasan kinerja perawat
Kelancaran pelaksanaan suatu model sangat ditentukan oleh motivasi dan
kinerja perawat. Oleh karena itu model yang dipilih harus dapat meningkatkan
38
kepuasan perawat bukan justru menambah beban kerja dan frustasi dalam
pelaksanaannya.
5. Terlaksananya komunikasi yang kuat antara perawat dan tim kesehatan
lainnya.
Komunikasi secara profesional sesuai dengan lingkup tanggung jawab
merupakan dasar pertimbangan penentuan model. Model asuhan keperawatan
diharapkan akan dapat menigkatkan hubungan interpersonal yang baik antara
perawat dan tenaga kesehatan lainnya.
Pemberian asuhan keperawatan akan dipengaruhi oleh jabatan yang
dimiliki oleh perawat. Berikut ini adalah tingkatan menurut jabatan
fungsionalnya:
1. Perawat Ahli
a. Perawat Madya : Golongan IVA – IV C
b. Perawat Muda : Golongan IIIC – III D
c. Perawat Pertama : Golongan IIIA – IIIB
2. Perawat Terampil
a. Perawat penyelia : Golongan IIIc, IIId
b. Perawat Pelaksana Lanjutan : Golongan IIIa, IIIb
c. Perawat Pelaksana : Golongan IIc, IId
d. Perawat Pemula : Golongan IIa, IIb
Berikut ini adalah uraian tugas perawat berdasarkan kepada jabatan
fungsionalnya :
39
1. Perawat Pelaksana di Ruang Rawat
a. Nama jabatan
Perawat pelaksana ruangan
b. Pengertian
Seorang tenaga keperawatan yang diberi wewenang untuk melaksanakan
pelayanan asuhan keperawatan di ruang rawat.
c. Persyaratan
1) Pendidikan :
Berijasah pendidikan formal keperawatan/ kebidanan dari semua
jenjang pendidikan yang disahkan oleh pemerintah/ yang berwenang.
2) Kursus/ pelatihan : -
3) Pengalaman kerja : -
4) Kondisi fisik : sehat jasmani dan rohani.
d. Tanggung jawab
Dalam melaksanakan tugasnya, perawat pelaksana di ruang rawat
bertanggung jawab kepada kepala ruangan/kepala instalasi terhadap hal-
hal sebagai berikut :
1) Kebenaran dan ketepatan dalam memberikan asuhan keperawatan
sesuai standar.
2) Kebenaran dan ketepatan dalam mendokumentasikan pelaksanaan
asuhan keperawatan/ kegiatan lain yang dilakukan.
e. Wewenang
1) Meminta informasi dan petunjuk pada atasan
40
2) Memberikan asuhan keperawatan kepada pasien atau keluarga pasien
sesuai kemampuan dan batas kewenangannya.
f. Uraian tugas
1) Memelihara kebersihan ruang dan lingkungannya.
2) Menerima pasien baru sesuai prosedur dan ketentuan yang berlaku.
3) Memelihara peralatan keperawatan dan medis agar selalu dalam
keadaan siap pakai.
4) Melakukan pengkajian keperawatan dan menentukan diagnosa
keperawatan sesuai batas kewenangannya.
5) Menyusun rencana keperawatan sesuai dengan kemampuannya.
6) Melakukan tindakan keperawatan kepada pasien sesuai dengan batas
kemampuan antara lain :
- Melaksanakan tindakan keperawatan sesuai program pengobatan
- Memberi penyuluhan kesehatan kepada pasien dan keluarga
mengenai penyakitnya.
7) Melatih atau membantu pasien untuk melakukan latihan gerak.
8) Melakukan tindakan darurat kepada pasien (antara lain : panas tinggi,
kolaps, perdarahan, keracunan, henti nafas, dan henti jantung) sesuai
protap yang berlaku. Selanjutnya segera melaporkan tindakan yang
telah dilakukan pada dokter ruang rawat atau dokter jaga.
9) Melaksanakan evaluasi tindakan keperawatan sesuai batas
kemampuannya.
41
10) Mengobservasi kondisi pasien, selanjunya melakukan tindakan yang
tepat berdasarkan hasil observasi tersebut sesuai batas kemampuan
perawat.
11) Berperan serta dalam anggota tim kesehatan dalam membahas kasus,
dan upaya peningkatan mutu asuhan keperawatan.
12) Melaksanakan tugas pagi, sore, malam, dan hari libur secara bergilir
sesuai jadwal dinas.
13) Mengikuti pertemuan berkala yang diadakan oleh kepala ruang rawat.
14) Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dibidang keperawatan
antara lain melalui pertemuan ilmiah dan penataran atas
izin/persetujuan atasan.
15) Melaksanakan sistem pencatatan dan pelaporan hasil asuhan
keperawatan yang tepat dan benar sesuai standar asuhan keperawatan.
16) Melaksanakan serah terima tugas kepada petugas pengganti secara
lisan maupun tertulis pada saat penggantian dinas.
17) Memberi penyuluhan kesehatan kepada pasien dan keluarganya sesuai
keadaan dan kebutuhan pasien mengenai :
- Program diet
- Pengobatan yang perlu dilakukan dan cara penggunaannya.
- Pentingnya pemeriksaan ulang di RS, Puskesmas atau instansi
kesehatan.
42
- Cara hidup sehat, seperti : pengaturan istirahat, makanan yang
bergizi atau bahan pengganti sesuai dengan keadaan sosial
ekonomi.
18) Melatih pasien menggunakan alat bantu yang dibutuhkan, seperti :
rollstoel, tongkat penyangga, protesa dll.
19) Melatih pasien melaksanakan tindakan keperawatan di rumahnya,
misalnya : merawat luka, melatih anggota gerak dll.
20) Menyiapkan pasien yang akan pulang, meliputi : menyediakan
formulir untuk penyelesaian administrasi, seperti : surat izin pulang,
surat keterangan istirahat sakit, petunjuk diet, resep obat untuk
dirumah jika diperlukan, surat rujukan atau pemeriksaan ulang dan
lain-lain.
2. Kepala Ruangan
a. Nama Jabatan
Kepala Ruangan
b. Pengertian
Seorang tenaga keperawatan yang diberi tanggung jawab dan wewenang
dalam mengatur dan mengendalikan kegiatan pelayanan keperawatan
ruang rawat.
c. Persyaratan
1) Ahli Madya Keperawatan/Pendidikan Profesi Keperawatan
2) Kursus/pelatihan manajemen pelayanan keperawatan ruang bangsal.
3) Pengalaman kerja sebagai perawat pelaksana 3-5 tahun.
43
4) Kondisi fisik sehat jasmani dan rohani.
d. Tanggung Jawab
1) Kebenaran dan ketepatan rencana kebutuhan tenaga keperawatan
2) Kebenaran dan ketepatan program pengembangan pelayanan
keperawatan.
3) Keobjektifan dan kebenaran penilaian kinerja keperawatan.
4) Kelancaran kegiatan orientasi perawat baru.
5) Kebenaran dan ketepatan protap/SOP pelayanan keperawatan.
6) Kebenaran dan ketepatan laporan berkala pelaksanaan pelayanan
keperawatan.
7) Kebenaran dan ketepatan penggunaan alat.
8) Kebenaran dan ketepatan penerimaan.
9) Kebenaran dan ketepatan program bimbingan siswa/mahasiswa
institusi pendidikan keperawatan.
e. Wewenang
1) Meminta informasi dan pengarahan kepada atasan.
2) Memberi petunjuk dan bimbingan pelaksanaan tugas staf
keperawatan.
3) Mengawasi, mengendalikan, dan menilai pendayagunaan tenaga
keperawatan, peralatan dan mutu asuhan keperawatan di ruang rawat.
4) Menandatangani surat dan yang ditetapkan menjadi wewenang kepala
ruangan.
44
5) Menghadiri rapat berkala dengan kepala instansi atau kepala rumah
sakit untuk kelancaran pelaksanaan keperawatan.
f. Uraian Tugas
1) Melaksanakan fungsi perencanaan (P1) meliputi :
- Menyusun rencana kerja kepala ruangan.
- Berperan serta menyusun falsafah dan tujuan pelayanan
keperawatan di ruang rawat yang bersangkutan.
- Menyusun rencana kebutuhan tenaga keperawatan dari segi jumlah
maupun kualifikasi di ruang rawat. Koordinasi dengan kepala
perawat instalasi.
2) Melaksanakan fungsi penggerakan dan pelaksanaan (P2), meliputi :
- Mengatur dan mengkoordinasi seluruh kegiatan pelayanan di ruang
rawat melalui kerjasama dengan petugas lain yang bertugas di
ruang rawatnya.
- Menyusun jadwal atau daftar dinas tenaga keperawatan dan tenaga
lain sesuai kebutuhan pelayanan dan peraturan yang berlaku di RS.
- Melaksanakan orientasi kepada tenaga keperawatan baru/tenaga
lain yang akan kerja di ruang rawat.
- Memberikan orientasi kepada siswa/mahasiswa keperawatan yang
menggunakan ruang rawatnya sebagai bahan praktik.
- Membimbing tenaga keperawatan untuk melaksanakan pelayanan
atau asuhan keperawatan sesuai standar.
45
- Mengadakan pertemuan berkala/ dengan staf keperawatan dan
petugas lain yang bertugas di ruang rawatnya.
- memberikan kesempatan atau izin kepada staf keperawatan untuk
mengikuti kegiatan ilmiah/ penataran dengan koordinasi kepala
instansi/ Ka.Bid Keperawatan.
- Mengupayakan pengadaan peralatan dan obat-obatan sesuai
kebutuhan berdasarkan ketentuan/kebijakan RS.
- Mengatur dan mengkoordinasikan pemeliharaan alat agar selalu
dalam keadaan siap pakai.
- Mengelompokkan pasien dan mengatur penempatannya di ruang
rawat menurut tingkat kegawatan, infeksi/noninfeksi untuk
kelancaran asuhan keperawatan.
- Mengendalikan kualitas sistem pencatatan dan pelaporan askep
serta kegiatan lain dengan tepat dan benar.
- Memberi motivasi kepada petugas dalam memlihara kebersihan
lingkungan di ruang rawat.
- Meneliti pengisian formulir, sensus harian pasien di ruang rawat.
3) Melaksanakan fungsi pengawasan dan pengendalian dan penilaian
(P3), meliputi :
- Mengendalikan dan menilai pelaksanaan askep yang telah
ditentukan.
- Melakukan penilaian kinerja tenaga keperawatan yang berada di
bawah tanggung jawabnya.
46
- Mengawasi, mengendalikan dan menilai pendayagunaan tenaga
perawat, peralatan dan obat-obatan.
- Mengawasi dan menilai mutu asuhan keperawatan sesuai standar
yang berlaku secara mandiri atas koordinasi dengan tim
pengendalian mutu asuhan keperawatan.
D. Material
Peralatan dan perlengkapan medis dan non medis (terlampir).
E. Marketing
Dilakukan dalam bentuk pemberian pendidikan kesehatan tentang
perawatan mandiri di rumah, penyediaan sarana pendidikan klinik bagi para calon
praktisi kesehatan dan/non kesehatan dan sarana penelitian.
Sasaran market Ruang Rawat Inap Penyakit Dalam ruang Mirah RSUD dr
Slamet adalah masyarakat umum (menerima pasien dengan KS, Askes, Umum,
Kontraktor, dan Tidak mampu). Sedangkan sasaran market dalam pendidikan dan
penelitian adalah peserta didik/calon praktisi kesehatan.
47