BAB II – TINJAUAN PUSTAKA Komponen Bangunan BAB II ...

24
BAB II – TINJAUAN PUSTAKA JURUSAN TEKNIK SIPIL – POLITEKNIK NEGERI BANDUNG TEKNIK PERAWATAN DAN PERBAIKAN GEDUNG 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bangunan Gedung Bangunan gedung merupakan hasil wujud dari pekerjaan konstruksi yang berada di atas tanah dan/atau air, yang dapat digunakan sebagai tempat manusia melakukan aktivitas atau kegiatannya. Terdapat beberapa fungsi dari bangunan gedung yaitu sebagai tempat hunian, tempat berwirausaha, tempat keagamaan dan sosial budaya serta tempat dengan fungsi khusus. Bangunan gedung tersebut harus dibuat kokoh, aman dan nyaman agar mendukung tercapainya tujuan-tujuan dan terlaksananya fungsi-fungsi pokok organisasi pemakai atau pengguna bangunan secara optimal. 2.1.1 Komponen Bangunan Gedung Berikut klasifikasi mengenai komponen yang terdapat pada bangunan gedung dapat dilihat pada Gambar 2.1. Komponen Bangunan Struktur Arsitektur Mekanikal dan Elektrikal Plambing Balok Kolom Pelat Lantai Tangga Pondasi Dinding Pelapis Dinding Penutup Lantai Penutup Atap Jendela Pintu Kusen Sistem Tata Udara Sistem Transportasi Gedung Sistem Pencegah dan Pemadam Kebakaran Sistem Instalasi Listrik Sistem Komunikasi Sistem Instalasi Air Bersih Sistem Instalasi Air Kotor Sistem Instalasi Air Limbah Alat Sanitasi Gambar 2.1 Komponen Bangunan Gedung (Sumber: Permen PU No. 24 Tahun 2008)

Transcript of BAB II – TINJAUAN PUSTAKA Komponen Bangunan BAB II ...

Page 1: BAB II – TINJAUAN PUSTAKA Komponen Bangunan BAB II ...

BAB II – TINJAUAN PUSTAKA

JURUSAN TEKNIK SIPIL – POLITEKNIK NEGERI BANDUNG TEKNIK PERAWATAN DAN PERBAIKAN GEDUNG

6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Bangunan Gedung

Bangunan gedung merupakan hasil wujud dari pekerjaan konstruksi yang

berada di atas tanah dan/atau air, yang dapat digunakan sebagai tempat manusia

melakukan aktivitas atau kegiatannya. Terdapat beberapa fungsi dari bangunan

gedung yaitu sebagai tempat hunian, tempat berwirausaha, tempat keagamaan dan

sosial budaya serta tempat dengan fungsi khusus. Bangunan gedung tersebut harus

dibuat kokoh, aman dan nyaman agar mendukung tercapainya tujuan-tujuan dan

terlaksananya fungsi-fungsi pokok organisasi pemakai atau pengguna bangunan

secara optimal.

2.1.1 Komponen Bangunan Gedung

Berikut klasifikasi mengenai komponen yang terdapat pada bangunan

gedung dapat dilihat pada Gambar 2.1.

Komponen Bangunan

Struktur Arsitektur Mekanikal dan Elektrikal Plambing

Balok Kolom Pelat Lantai Tangga Pondasi

Dinding Pelapis Dinding Penutup Lantai Penutup Atap Jendela Pintu Kusen

Sistem Tata Udara Sistem Transportasi

Gedung Sistem Pencegah dan

Pemadam Kebakaran Sistem Instalasi

Listrik Sistem Komunikasi

Sistem Instalasi Air Bersih

Sistem Instalasi Air Kotor

Sistem Instalasi Air Limbah

Alat Sanitasi

Gambar 2.1 Komponen Bangunan Gedung (Sumber: Permen PU No. 24 Tahun 2008)

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 2: BAB II – TINJAUAN PUSTAKA Komponen Bangunan BAB II ...

BAB II – TINJAUAN PUSTAKA

JURUSAN TEKNIK SIPIL – POLITEKNIK NEGERI BANDUNG TEKNIK PERAWATAN DAN PERBAIKAN GEDUNG

7

2.1.2 Persyaratan Bangunan Gedung

Salah satu persyaratan bangunan yang harus dipenuhi adalah persyaratan

rencana kerja dan syarat sesuai dengan fungsi bangunan. Persyaratan teknis

berupa persyaratan tata bangunan dan persyaratan keandalan bangunan. Dalam

Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2002 tentang bangunan gedung menjelaskan

bahwa persyaratan keandalan bangunan gedung meliputi:

Keselamatan

Persyaratan keselamatan meliputi bangunan gedung yang stabil dan kokoh

dalam menahan beban muatan yang dihitung berdasarkan fungsi bangunan

gedung dengan kondisi pembebanan maksimum dalam mendukung beban

muatan hidup dan beban muatan mati, serta mampu mencegah dan

menanggulangi bahaya kebakaran melalui sistem proteksi kebakaran pasif

dan aktif dan mampu memberi keamanan terhadap bahaya petir melalui

sistem penangkal petir.

Kesehatan

Persyaratan kesehatan pada bangunan meliputi sistem penghawaan yang

dibutuhkan sebagai kebutuhan sirkulasi udara melalui ventilasi alami atau

ventilasi buatan, sistem pencahayaan yang perlu disediakan melalui

pencahayaan alami dan pencahayaan darurat, dan sistem sanitasi yang perlu

disediakan untuk memenuhi kebutuhan air bersih dan pembuangan air kotor

atau limbah agar tidak membahayakan serta tidak mengganggu lingkungan.

Kenyamanan

Persyaratan kenyamanan meliputi kenyamanan ruang gerak merupakan

tingkat kenyamanan yang diperoleh dari dimensi ruang dan tata letak ruang,

hubungan antar ruang untuk kenyamanan sirkulasi antar ruang dalam

bangunan tersebut, kondisi udara dalam ruang merupakan tingkat

kenyamanan yang diperoleh dari temperatur dan kelembaban ruangan, serta

tingkat getaran dan tingkat kebisingan yang ditentukan oleh suatu keadaan

dimana pengguna bangunan tidak terganggu oleh getaran atau kebisingan

yang timbul baik dari dalam bangunan maupun lingkungannya.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 3: BAB II – TINJAUAN PUSTAKA Komponen Bangunan BAB II ...

BAB II – TINJAUAN PUSTAKA

JURUSAN TEKNIK SIPIL – POLITEKNIK NEGERI BANDUNG TEKNIK PERAWATAN DAN PERBAIKAN GEDUNG

8

Kemudahan

Persyaratan kemudahan pada bangunan meliputi tersedianya fasilitas dan

aksesbilitas yang mudah, aman dan nyaman untuk masuk dan keluar gedung

termasuk bagi penyandang cacat dan lanjut usia serta kelengkapan prasarana

dan sarana seperti penyediaan fasilitas yang cukup untuk ruang ibadah, ruang

ganti, ruang bayi, toilet/wc, tempat parkir serta fasilitas komunikasi dan

informasi.

2.1.3 Daur Hidup Bangunan Gedung

Setiap komponen yang berada di dalam bangunan gedung akan mengalami

penurunan mutu dan kualitas disepanjang masa pakainya. Penurunan kualitas dan

perbaikan yang terjadi berulang-ulang dimulai dari awal pemakaian hingga masa

kadaluarsanya sering disebut siklus hidup bangunan.

Siklus hidup bangunan di mulai dari tahap perancangan, tahap pelaksanaan

konstruksi, masa pemeliharaan dan yang terakhir tahap pemeliharaan/perawatan

seperti terlihat pada Gambar 2.2. Tahap pemeliharaan dan perawatan bangunan

dilakukan untuk setiap komponen yang terdapat pada bangunan tersebut sampai

dengan umur bangunan yang telah direncanakan. Pada setahun pasca konstruksi

pemeliharaan dan perawatan dilakukan oleh kontraktor sebagai tahap

pemeliharaan dan perawatan. Setelah lebih dari satu tahun, pemeliharaan dan

perawatan akan dilakukan oleh pemilik bangunan dengan metode kerja dan

anggaran biaya yang terencana. Sehingga dalam masa pakainya, bangunan gedung

tersebut akan terjaga keandalannya agar tetap laik fungsi.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 4: BAB II – TINJAUAN PUSTAKA Komponen Bangunan BAB II ...

BAB II – TINJAUAN PUSTAKA

JURUSAN TEKNIK SIPIL – POLITEKNIK NEGERI BANDUNG TEKNIK PERAWATAN DAN PERBAIKAN GEDUNG

9

Gambar 2.2 Daur Hidup Bangunan Gedung

2.2 Pemeliharaan dan Perawatan Bangunan Gedung

Menurut The Committe on Building Maintenance, pemeliharaan bangunan

merupakan salah satu kegiatan yang dilakukan untuk menjaga dan memperbaiki

fasilitas yang tersedia dalam suatu bangunan agar tetap sesuai dengan standar yang

berlaku dan mempertahankan kegunaan serta nilai dari bangunan tersebut.

Pemeliharaan bangunan sangat penting untuk menjaga kondisi bangunan agar tetap

terjaga dalam kondisi optimal sesuai dengan rencana.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 5: BAB II – TINJAUAN PUSTAKA Komponen Bangunan BAB II ...

BAB II – TINJAUAN PUSTAKA

JURUSAN TEKNIK SIPIL – POLITEKNIK NEGERI BANDUNG TEKNIK PERAWATAN DAN PERBAIKAN GEDUNG

10

2.2.1 Maksud dan Tujuan Pemeliharaan dan Perawatan Bangunan Gedung

Menurut Sjafei Amri, ST., Dipl. E.Eng (2006) menyebutkan bahwa maksud

dari pekerjaan pemeliharaan adalah untuk mempertahankan kualitas suatu

komponen konstruksi pada bangunan, sedangkan perawatan atau perbaikan adalah

untuk mencegah penurunan mutu serta mengembalikannya pada kondisi semula.

Selain itu, ada pula tujuan dari pekerjaan pemeliharaan dan perawatan ini adalah

untuk mengupayakan tercapainya umur pakai rencana komponen bangunan serta

meningkatkan fungsi serta kekuatan bangunan.

2.2.2 Konsep Dasar Pemeliharaan dan Perawatan Bangunan Gedung

Konsep dasar dari kegiatan pemeliharaan dan perawatan adalah sebagai

berikut:

1. Suatu konstruksi atau bahan akan mengalami penurunan kualitas sesuai

dengan waktu maksimum yang akan dicapai konstruksi atau bahan tersebut.

2. Pemeliharaan direncanakan sesuai dengan spesifikasi bahan yang digunakan

dan disesuaikan dengan kondisi lingkungan yang dapat mempengaruhi bahan

tersebut selama masa pakainya.

3. Kurangnya pemeliharaan dapat meningkatkan kerusakan bahan atau

komponen konstruksi.

4. Pemilihan mutu bahan dan metode pelaksanaan yang tepat dapat mengurangi

interval jadwal pemeliharaan karena bahan atau konstruksi tersebut memiliki

umur pakai yang lebih panjang.

5. Pekerjaan perbaikan hanya dapat dilakukan apabila telah dilaksanakan

identifikasi kerusakan sehingga didapatkan penyebab dari kerusakan tersebut.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 6: BAB II – TINJAUAN PUSTAKA Komponen Bangunan BAB II ...

BAB II – TINJAUAN PUSTAKA

JURUSAN TEKNIK SIPIL – POLITEKNIK NEGERI BANDUNG TEKNIK PERAWATAN DAN PERBAIKAN GEDUNG

11

2.2.3 Lingkup Pemeliharaan dan Perawatan Bangunan Gedung

A. Lingkup Pemeliharaan Bangunan Gedung

Pekerjaan pemeliharaan yaitu meliputi jenis pembersihan, pemeriksaan,

perbaikan dan penggantian perlengkapan bangunan gedung berdasarkan

pedoman pengoperasian dan pemeliharaan bangunan gedung.

Arsitektural

Lingkup pemeliharaan komponen arsitektural yaitu meliputi

pemeliharaan sarana dan prasarana bagi penghuni bangunan, pemeliharaan

lingkungan sekitar bangunan agar tetap bersih, pemeliharaan perlengkapan

ornamen arsitektural dan dekorasi.

a. Plafon

Plafon adalah bagian konstruksi yang merupakan lapis pembatas

antara rangka bangunan dengan rangka atapnya. Plafon juga biasa

disebut langit-langit yang merupakan bidang atas bagian dalam

ruangan bangunan. Fungsi dari plafon adalah melindungi ruangan dari

rembesan air yang masuk dari atap dan juga sebagai isolasi panas yang

datang dari atap. Plafon untuk ruangan pada umumnya menggunakan

papan gypsum, tripleks, metal dan kayu. Menurut Peraturan Menteri

Kesehatan No. 24 Tahun 2016 menyatakan bahwa langit-langit pada

rumah sakit harus kuat, memiliki warna terang, mudah dipelihara dan

dibersihkan, tidak mengandung unsur yang membahayakan pasien

dan tidak mudah berjamur. Tinggi langit-langit untuk ruangan

minimal 2,8 meter dan untuk selasar (koridor) minimal 2,4 meter.

b. Lantai

Lantai adalah bagian dasar dari sebuah ruang yang memiliki

peranan penting untuk ruangan tersebut. Fungsi lantai adalah

menunjang aktivitas dan membentuk karakter suatu ruangan. Lantai

harus terbuat dari bahan yang tahan lama, kedap air, permukaan rata,

tidak licin, mudah dibersihkan dan berwarna netral. Pada lantai rumah

sakit tidak menggunakan lapisan permukaan lantai yang memiliki

nilai porositas tinggi yang dapat menyimpan debu. Pada umumnya

lantai ditutupi oleh keramik, tetapi untuk fungsi tertentu ada beberapa

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 7: BAB II – TINJAUAN PUSTAKA Komponen Bangunan BAB II ...

BAB II – TINJAUAN PUSTAKA

JURUSAN TEKNIK SIPIL – POLITEKNIK NEGERI BANDUNG TEKNIK PERAWATAN DAN PERBAIKAN GEDUNG

12

yang menggunakan kayu, batu dan marmer. Pada bangunan rumah

sakit, lantai dengan ruangan yang memiliki tingkat kebersihan yang

tinggi maka pertemuan antara lantai dengan dinding dibuat

melengkung untuk memudahkan pembersihan lantai (hospital plint).

Selain itu, pada ruangan yang terdapat peralatan medik dengan

muatan listrik yang sangat besar, lantai pada ruangan tersebut harus

dapat menghilangkan muatan listrik dari peralatan tersebut sehingga

tidak membahayakan petugas kesehatan

c. Pintu dan Jendela

Pintu dan jendela adalah sebuah bukaan pada dinding/bidang yang

memudahkan sirkulasi antar ruang-ruang yang dilingkupi oleh

dinding tersebut. Pintu berfungsi sebagai jalan keluar masuknya

manusia atau barang. Sedangkan jendela berfungsi sebagai jalan

keluar masuknya cahaya matahari kedalam ruangan untuk membantu

sirkulasi udara. Sistem pencahayaan alami pada rumah sakit harus

direncanakan sesuai fungsi ruangan tersebut dengan

mempertimbangkan efisiensi, hemat energi dan penempatan yang

tidak menimbulkan silau pada mata atau pantulan.

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan No.24 Tahun 2016

menyebutkan bahwa pintu utama dan pintu yang dilalui tempat tidur

pasien memiliki lebar bukaan minimal 120 cm dan pintu yang tidak

dilalui tempat tidru pasien memiliki lebar bukaan 90 cm. Disekitar

pintu masuk tidak boleh ada perbedaan ketinggian lantai dan tidak

boleh ada ram. Pada pintu kamar mandi harus dibuat terbuka ke luar

dan lebar, daun pintu minimal 85 cm.

d. Dinding

Dinding merupakan salah satu elemen bangunan yang berfungsi

sebagai pembatas ruang. Dinding bangunan dapat dibuat dari

beberapa jenis material sesuai kebutuhan antara lain: dinding batu

bata, dinding batu alam, dinding kayu dan dinding beton. Pada

umumnya untuk bangunan gedung pencakar langit jenis material yang

digunakan adalah dinding beton. Dinding dibuat bertujuan untuk

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 8: BAB II – TINJAUAN PUSTAKA Komponen Bangunan BAB II ...

BAB II – TINJAUAN PUSTAKA

JURUSAN TEKNIK SIPIL – POLITEKNIK NEGERI BANDUNG TEKNIK PERAWATAN DAN PERBAIKAN GEDUNG

13

melindungi manusia atau harta benda terhadap gangguan dari luar

seperti: sinar matahari, isolasi terhadap suhu, air hujan, dan hembusan

angin. Selain itu, dinding juga dapat berfungsi untuk penahan

kebisingan antar ruang dan penahan radiasi sinar atau zat-zat tertentu

khususnya rumah sakit. Menurut Peraturan Menteri Kesehatan No. 24

Tahun 2016 menyebutkan bahwa dinding yang digunakan untuk

rumah sakit dibuat rata, tidak berpori, kedap air, tahan api, tahan karat,

mudah dibersihkan, tahan cuaca dan tidak berjamur. Pada area yang

membutuhkan tingkat kebersihan yang tinggi pertemuan antar dinding

dibuat melengkung untuk memudahkan pembersihan. Serta pada

ruangan yang berkaitan dengan bahan kimia atau mudah terbakar

maka dinding tersebut harus dibuat dari bahan yang mempunyai

Tingkat Ketahanan Api minimal 2 jam dan tahan terhadap bahan

kimia. Untuk ruangan yang memiliki tingkat kebisingan tinggi seperti

ruang pompa atau ruang mesin genset, maka dinding harus terbuat dari

bahan yang kedap suara.

Dinding terdiri dari dua macam yaitu dinding interior dan dinding

exterior. Dinding interior adalah dinding yang digunakan sebagai

penyekat ruangan, sedangkan dinding exterior adalah dinding yang

letaknya diluar ruangan berfungsi sebagai pelindung terhadap bahaya

gangguan luar. Dinding exterior harus dibuat lebih kuat dibandingkan

dinding interior, karena dinding exterior akan mengalami kontak

langsung dengan kondisi lingkungan disekitar.

Mekanikal dan Elektrikal

Lingkup pemeliharaan komponen mekanikal yaitu melakukan

pemeriksaan sistem tata udara agar penghawaan pada setiap ruangan

didalam gedung tersebut memenuhi persyaratan, serta air untuk sistem

pemadam kebakaran, melakukan pemeriksaan berkala sistem transportasi

gedung.

Lingkup pemeliharaan komponen elektrikal yaitu melakukan

pemeriksaan perlengkapan pembangkit daya listrik, melakukan

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 9: BAB II – TINJAUAN PUSTAKA Komponen Bangunan BAB II ...

BAB II – TINJAUAN PUSTAKA

JURUSAN TEKNIK SIPIL – POLITEKNIK NEGERI BANDUNG TEKNIK PERAWATAN DAN PERBAIKAN GEDUNG

14

pemeriksaan instalasi listrik dan penerangan, melakukan pemeriksaan,

serta melakukan pemeriksaan jaringan tanda bahaya.

a. Air Conditioner (AC)

Pengkondisian udara di dalam gedung rumah sakit mempunyai

peranan penting terhadap kenyamanan dan keselamatan penghuninya

terutama untuk pasien yang mengidap beberapa penyakit. Perbedaan

yang paling mendasar antara pengkondisian udara untuk rumah sakir

dengan jenis bangunan lain yaitu kebutuhan untuk membatasi

pergerakan udara di dalam dan luar rumah sakit; persyaratan khusus

ventilasi dan filtrasi untuk melarutkan dan menghilangkan

kontaminasi dalam bentuk bau, mikroorganisme, virus dan zat kimia

berbahaya lainnya; dan kelembaban udara setiap ruangan berbeda

disesuaikan dengan fungsi ruangan tersebut. Air conditioner atau yang

sering disebut AC adalah alat pendingin yang dapat mensirkulasikan

udara di dalam ruangan. Selain itu AC juga berfungsi mengatur

kelembaban dan memperlancar distribusi oksigen agar mempunyai

komposisi ideal bagi pernafasan manusia. Pemilihan jenis AC

dilakukan dengan memperhatikan fungsi ruangan dan ukuran

ruangan. Pada umumnya jenis AC yang digunakan adalah AC Split.

AC split yaitu AC yang evaporator dan kondensornya berada pada 2

mesin yang berbeda. Mesin evaporator terletak di dalam ruangan

sedangkan mesin kondensor terletak di luar ruangan.

b. Kipas Angin

Kipas angin pada ruangan berfungsi sebagai penyegar udara di

dalam ruangan dan dapat meningkatkan sirkulasi udara untuk

meningkatkan kenyamanan pada sebuah ruangan. Kipas angin ini

merupakan alat penyegar tradisional yang sistem kerjanya hanya

menggunakan listrik. Motor listrik yang terdapat didalam kipas angin

berfungsi untuk mengubah energi listrik menjadi tenaga penggerak

yang akan memutar baling-baling kipas. Putaran baling-baling kipas

tersebut akan menghasilkan udara yang telah tersirkulasi sehingga

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 10: BAB II – TINJAUAN PUSTAKA Komponen Bangunan BAB II ...

BAB II – TINJAUAN PUSTAKA

JURUSAN TEKNIK SIPIL – POLITEKNIK NEGERI BANDUNG TEKNIK PERAWATAN DAN PERBAIKAN GEDUNG

15

ruangan yang terdapat kipas angin udaranya akan lebih segar dan

bersih.

c. Alat Pemadam Api Ringan (APAR)

Alat pemadam api ringan atau APAR merupakan alat yang

digunakan untuk memadamkan api atau mengendalikan kebakaran.

Pada umumnya alat pemadam api ringan ini berbentuk tabung yang

diisikan dengan bahan pemadam api yang bertekanan tinggi. Jenis alat

pemadam api ringan di sesuaikan dengan klasifikasi bahaya

kebakaran yang telah ditentukan. Alat ini merupakan peralatan yang

wajib dimiliki pada setiap bangunan untuk keselamatan para

pengguna bangunan tersebut. Menurut Pedoman Teknis Prasarana

Rumah Sakit untuk Sistem Proteksi Kebakaran Aktif menyebutkan

bahwa jarak tempuh penempatan alat pemadam api ringan dari setiap

titik didalam bangunan tidak lebih dari 25 meter. Selain itu setiap

ruangan pada bangunan rumah sakit harus dilengkapi minimal sebuah

alat pemadam api ringan berukuran 2kg sesuai klasifikasi ruangan.

d. Generator Set (Genset)

Genset atau generator set merupakan suplai cadangan listrik yang

dapat membantu ketika terjadi pemadaman catu daya utama (PLN)

terjadi. Sistem kerja genset ini otomatis, sehingga apabila pada suatu

waktu terjadi padam listrik, genset ini akan otomatis menyala dan

berfungsi sebagai sumber listrik. Genset ini seringkali ditemukan pada

bangunan gedung rumah sakit dan industri yang membutuhkan

pasokan daya tinggi.

e. Lampu

Lampu merupakan sumber utama penerangan buatan pada

ruangan. Lampu tersebut dapat menjadi pendukung manusia dalam

menjalani aktivitasnya di dalam ruangan. Dalam operasinya lampu

menggunakan listrik sebagai sumber utamanya. Pada lampu rumah

sakit terutama pada ruangan-ruangan yang membutuhkan tingkat

kebersihan tinggi maka lampu tersebut dipasang tertanam pada plafon.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 11: BAB II – TINJAUAN PUSTAKA Komponen Bangunan BAB II ...

BAB II – TINJAUAN PUSTAKA

JURUSAN TEKNIK SIPIL – POLITEKNIK NEGERI BANDUNG TEKNIK PERAWATAN DAN PERBAIKAN GEDUNG

16

f. Stop Kontak dan Saklar

Stop kontak berfungsi sebagai tempat sumber tegangan listrik

sedangkan saklar berfungsi untuk menghubungkan dan memutuskan

rangkaian listrik. Keduanya merupakan komponen instalasi listrik

yang selalu digunakan pada ruangan-ruangan.

Plambing

Lingkup pemeliharaan komponen plambing yaitu melakukan

pemeriksaan dan pembersihan sistem distribusi air bersih, sistem distribusi

air kotor dan alat sanitasi.

a. Instalasi Saluran Air Bersih

Instalasi pipa air bersih pada bangunan tinggi berfungsi untuk

mengalirkan air bersih ke seluruh bagian gedung. Pada umumnya

instalasi air bersih menggunakan pompa untuk menyalurkan air ke

tempat yang letaknya jauh dari permukaan tanah.

Air bersih merupakan suatu kebutuhan primer yang sangat

dibutukan dalam setiap kegiatan di rumah sakit. Oleh karena itu,

kualitas dan kuantitas dari air bersih tersebut perlu diperhatikan agar

tidak menimbulkan penyakit baru terhadap pasien, pengunjung

pasien, dokter maupun karyawan rumah sakit tersebut. Oleh karena

itu, perancangan instalasi air bersih pada rumah sakit harus memenuhi

debit air dan tekanan minimal yang telah disyaratkan. Selain itu, bak

penampung air bersih pada rumah sakit diupayakan sedemikian rupa

agar tetap menjaga kualitas air agar tetap baik.

Pengolahan air bersih pada rumah sakit dilakukan dengan

pengawasan secara terus menerus untuk melindungi kualitas air bersih

agar tetap aman dan mencegah terjadinya penurunan kualitas yang

dapat membahayakan kesehatan. Kegiatan pengawasan kualitas

dilakukan sebagai berikut:

1. Inspeksi sanitasi yaitu kegiatan untuk melakukan pemeriksaan

keadaan atau kondisi air beserta sarananya. Pemeriksaan ini

memberikan infomarsi bagaimana keadaan di lapangan.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 12: BAB II – TINJAUAN PUSTAKA Komponen Bangunan BAB II ...

BAB II – TINJAUAN PUSTAKA

JURUSAN TEKNIK SIPIL – POLITEKNIK NEGERI BANDUNG TEKNIK PERAWATAN DAN PERBAIKAN GEDUNG

17

2. Pengambilan sampel yaitu kegiatan untuk mengetahui keadaan

air secara detail dengan memeriksakannya pada laboratorium

terdekat untuk mengetahui bau, rasa, kekeruhan, suhu

air,kejernihan, Ph, dan sisa chlor.

3. Pencatatan analisis yaitu kegiatan yang dilakukan untuk menjadi

tolak ukur keadaan air tersebut apakah terjadi penyimpangan atau

telah sesuai dengan standar yang berlaku.

Jenis distribusi air bersih didistribusikan secara horizontal dan

vertikal. Jenis distribusi tersebut teridir dari berbagai macam seperti

berikut:

1. Sambungan langsung dari sumber

Distribusi ini melakukan sambungan langsung dari sumber

menuju alat sanitasi. Pipa induk yang digunakan diberi tekanan

untuk mendistribusikan air ke seluruh gedung rumah sakit.

2. Sambungan langsung dan booster

Distribusi ini tidak jauh berbeda dengan sambungan langsung

dari sumber, hanya saja pada distribusi ini menggunakan alat

bantu booster yang akan memberi tekanan sangat besar agar

memudahkan pendistribusian air. Untuk sistem ini merupakan

kombinasi antara pompa dan booster.

3. Sistem Reservoir

Sistem reservoir ini pada umumnya seringkali digunakan pada

gedung-gedung bertingkat. Pada sistem ini air dari sumber

dipompakan menuju reservoir lalu ditampung selanjutnya

didistribusikan menuju alat sanitasi tiap ruangan dengan bantuan

gravitasi. Tangki yang digunakan arus kedap air, tahan korosi dan

anti serangga.

b. Instalasi Saluran Air Limbah

Air limbah rumah sakit adalah air buangan yang berasal dari proses

kegiatan pelayanan kesehatan yang tidak dapat digunakan kembali.

Air limbah yang berasal dari buangan rumah sakit merupakan salah

satu sumber pencemaran air yang sangat potensial karena air limbah

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 13: BAB II – TINJAUAN PUSTAKA Komponen Bangunan BAB II ...

BAB II – TINJAUAN PUSTAKA

JURUSAN TEKNIK SIPIL – POLITEKNIK NEGERI BANDUNG TEKNIK PERAWATAN DAN PERBAIKAN GEDUNG

18

tersebut mengandung senyawa organik yang sangat tinggi sehingga

dapat menimbulkan penyakit terhadap masyarakat disekitarnya.

Secara umum, air limbah rumah sakit mengandung buangan kotoran

pasien, buangan alat kesehatan bekas pasien, bahan buangan

laboratorium yang mengandung bahan kimia, dan sisa makanan

dapur. Oleh karena itu, air limbah rumah sakit diperlukan pengolahan

khusus agar air limbah yang tersebar di lingkungan masyarakat telah

memenuhi persyaratan yang berlaku sehingga tidak menimbulkan

bahaya penyakit.

Limbah yang dihasilkan oleh rumah sakit terbagi menjadi 2 jenis

limbah yaitu sebagai berikut:

1. Limbah Domestik yaitu limbah yang dihasilkan dari kegiatan di

luar medis yang berasal dari dapur, buangan kamar mandi serta

kegiatan pengunjung pasien dan karyawan perkantoran.

Penyimpanan limbah ini menggunakan tempat sampah berplastik

hitam.

2. Limbah Medik yaitu limbah yang dihasilkan dari kegiatan medis

rumah sakit terutama kegiatan dalam penyembuhan pasien.

Limbah ini terdiri dari dua jenis yaitu limbah padat dan limbah

cair. Limbah ini berbahaya sehingga dalam pengolahannya

diperlukan agar limbah tersebut tidak mencemari lingkungan.

Pengolahan air limbah rumah sakit diolah dan diproses pada satu

unit Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL). Pengelolaan air limbah

tersebut dilakukan pada bak penampung yang dibuat untuk mengelola

air limbah agar tidak mencemari lingkungan dan tidak berbahaya.

Berikut dapat dilihat pada Gambar 2.3 diagram pengelolaan air limbah

rumah sakit.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 14: BAB II – TINJAUAN PUSTAKA Komponen Bangunan BAB II ...

BAB II – TINJAUAN PUSTAKA

JURUSAN TEKNIK SIPIL – POLITEKNIK NEGERI BANDUNG TEKNIK PERAWATAN DAN PERBAIKAN GEDUNG

19

Gambar 2.3 Diagram Pengelolaan Air Limbah Rumah Sakit

(Sumber: https://www.google.co.id/search?q=diagram+pengelolaan+limbah+rumah+sakit)

Terdapat beberapa perbedaan antar pengolahan air limbah rumah

sakit dengan pengolahan air limbah gedung pada umumnya. Pada

rumah sakit terdapat limbah yang bersifat pencemar lingkungan.

Sehingga perlu dilakukan pengolahan secara tepat agar air limbah

tersebut tidak memberi dampak buruk pada lingkungan sekitar.

B. Lingkup Perawatan Bangunan Gedung

Pekerjaan perawatan meliputi perbaikan dan/atau penggantian bagian

komponen bangunan serta sarana prasarana bangunan.

Rehabilitasi

Memperbaiki dan/atau mengganti komponen bangunan yang

mengalami rusak sebagian dengan maksud menggunakan sesuai fungsi

tetap, baik arsitektur maupun struktur bangunan gedung tetap

dipertahankan seperti awal semula, sedang utilitas dapat berubah.

Renovasi

Memperbaiki dan/atau mengganti komponen bangunan yang

mengalami rusak berat sebagian dengan maksud menggunakan fungsi

tertentu yang dapat tetap atau berubah, baik arsitektur, struktur maupun

utilitas bangunannya.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 15: BAB II – TINJAUAN PUSTAKA Komponen Bangunan BAB II ...

BAB II – TINJAUAN PUSTAKA

JURUSAN TEKNIK SIPIL – POLITEKNIK NEGERI BANDUNG TEKNIK PERAWATAN DAN PERBAIKAN GEDUNG

20

Restorasi

Memperbaiki dan/atau mengganti komponen bangunan yang

mengalami rusak berat sebagian dengan maksud menggunakan fungsi

tertentu yang dapat tetap atau berubah dengan tetap mempertahankan

arsitektur bangunannya sedangkan struktur dan utilitas bangunannya dapat

berubah.

2.2.4 Klasifikasi Jenis Kerusakan

Menurut Ditjen Cipta Karya (2006) dalam jurnal Kristianto Usman

(2009:159) menyebutkan bahwa klasifikasi identifikasi komponen terbagi

menjadi 3 kondisi atau keadaan yaitu rusak ringan, rusak sedang dan rusak berat.

Klasifikasi kerusakan pada bangunan untuk kerusakan komponen arsitektur dan

kerusakan komponen utilitas sebagai berikut :

1. Kerusakan Arsitekur

Rusak ringan yaitu kerusakan yang dialami komponen dengan tidak

mengganggu fungsi dari segi arsitektur bangunan tersebut serta tidak

menimbulkan gangguan dan bahaya kepada penghuni bangunan. Contoh:

cat yang mengelupas.

Rusak sedang yaitu kerusakan yang dialami komponen dan dapat

menggangu fungsi arsitektur yaitu mengurangi kenyamanan dan estetika

pada bangunan tersebut. Contoh: pecah pada kaca jendela dan pintu yang

rusak.

Rusak berat yaitu kerusakan pada komponen yang sangat menggangu

fungsi arsitektur bangunana serta menghilangkan rasa nyaman dan nilai

estetika dari bangunan tersebut.

2. Kerusakan Utilitas

Rusak ringan yaitu rusak atau tidak berfungsinya suatu bagian komponen

yang tidak mengakibatkan gangguan atau mengurangi fungsi komponen

utilitas bangunan tersebut. Contoh: kerusakan pada instalasi listrik yaitu

tidak berfungsinya salah satu lampu pada suatu ruangan.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 16: BAB II – TINJAUAN PUSTAKA Komponen Bangunan BAB II ...

BAB II – TINJAUAN PUSTAKA

JURUSAN TEKNIK SIPIL – POLITEKNIK NEGERI BANDUNG TEKNIK PERAWATAN DAN PERBAIKAN GEDUNG

21

Rusak sedang yaitu rusak atau tidak berfungsinya suatu bagian komponen

yang mengakibatkan gangguan dan mengurangi fungsi utilitas bangunan

tersebut. Contoh: kerusakan pada instalasi telepon sehingga menyebabkan

matinya saluran telepon pada ruangan tersebut.

Rusak berat yaitu rusak atau tidak berfungsinya suatu bagian komponen

utilitas yang mengakibatkan gangguan sangat berat atau mengakibatkan

tidak berfungsi seluruh komponen utilitas.

2.2.5 Faktor Penyebab Kerusakan Bangunan Gedung

Menurut Sjafei Amri, ST., Dipl. E.Eng (2006) bangunan mulai dari awal

perencanaan, pelaksanaan hinga dengan masa penggunaannya akan mengalami

kerusakan yang diakibatkan oleh beberapa faktor sebagai berikut:

1. Faktor Umur Bangunan

2. Faktor Kondisi Tanag dan Air Tanah

3. Faktor Angin

4. Faktor Gempa

5. Faktor Longsor

6. Faktor Kebakaran

7. Faktor Petir

8. Faktor Kualitas Bahan

9. Faktor Hama

10. Faktor Kualitas Perencanaan

11. Faktor Kesalahan Pelaksanaan

12. Faktor Perubahan Fungsi dan Bentuk Bangunan

2.2.6 Jenis Pemeliharaan Bangunan Gedung

Pekerjaan pemeliharaan dapat dilakukan ke dalam dua kondisi, yaitu:

1. Pemeliharaan Terencana (Planned Maintenance)

Pekerjaan yang dilakukan secara terorganisis untuk mengantisipasi

kerusakan yang terjadi. Pekerjaan ini dibagi menjadi dua kategori:

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 17: BAB II – TINJAUAN PUSTAKA Komponen Bangunan BAB II ...

BAB II – TINJAUAN PUSTAKA

JURUSAN TEKNIK SIPIL – POLITEKNIK NEGERI BANDUNG TEKNIK PERAWATAN DAN PERBAIKAN GEDUNG

22

a. Pencegahan (Preventive)

Kegiatan pemeliharaan yang dilakukan untuk mencegah timbulnya

kerusakan yang tidak terduga dan tidak terprediksi serta menentukan

kondisi atau keadaan yang menyebabkan suatu komponen mengalami

kerusakan sehingga tidak dapat difungsikan sebagaimana mestinya.

Pemeliharaan ini telah direncanakan dan akan dilakukan secara rutin atau

berulang untuk setiap jangka waktu tertentu. Kegiatan ini biasanya berupa

inspeksi, pembersihan, pelumasan untuk peralatan-peralatan dan

sebagainya.

b. Korektif (Corrective)

Pemeliharaan ini dilakukan untuk rencana jangka pendek, termasuk

reparasi minor, misalnya untuk perawatan tahunan. Pemeliharaan ini

bertujuan untuk mempertahankan fungsi-fungsi dari utilitas dan fasilitas

bangunan

2. Pemeliharaan Tanpa Perencanaan

Pekerjaan ini dilakukan apabila diperlukan untuk mencegah akibat yang

lebih besar, misalnya pemeliharaan untuk kerusakan besar peralatan atau

keselamatan kerja. Pekerjaan ini dibagi menjadi 3 kategori:

a. Servis

Merupakan kegiatan pemeliharaan kebersihan yang dilakukan secara

rutin dengan interval waktu tertentu dan biasanya disebut dengan

pemeliharaan harian.

b. Perbaikan

Merupakan kegiatan yang sering terjadi pada awal usia gedung yang

diakibatkan oleh kesalahan desain, ketidaksesuaian komponen, kerusakan

pada saat instalasi dan kesalahan pemasangan.

c. Penggantian

Merupakan kegiatan yang tidak bisa dihindari karena kondisi layan

material yang menurun pada tingkat yang berbeda.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 18: BAB II – TINJAUAN PUSTAKA Komponen Bangunan BAB II ...

BAB II – TINJAUAN PUSTAKA

JURUSAN TEKNIK SIPIL – POLITEKNIK NEGERI BANDUNG TEKNIK PERAWATAN DAN PERBAIKAN GEDUNG

23

2.2.7 Program Kegiatan Pemeliharaan dan Perawatan Bangunan Gedung

Beberapa program pemeliharaan dan perawatan dilakukan agar umur

bangunan sesuai dengan yang telah direncanakan. Program tersebut dilakukan

sebagai berikut:

1. Pengujian

Pengujian harus dilakukan secara berkala untuk mengetahui kondisi

komponen bangunan, karena pada sepanjang pemakaiannya setiap komponen

bangunan pasti akan mengalami penurunan kualitas yang disebabkan

beberapa faktor. Setiap komponen memiliki interval pengujian yang berbeda-

beda sesuai dengan perhitungan yang telah direncanakan. Data pengujian ini

akan berpengaruh pada pelaksanaan berikutnya yaitu pengkajian dan

penelitian.

2. Pengkajian dan Penelitian

Pekerjaan pengkajian dan penelitian ini dilakukan apabila terjadi hal yang

menyimpang dari perencanaan awal yang ditentukan berdasarkan hasil uji.

Pekerjaan ini dilakukan untuk mengetahui penyebab dari kerusakan yang

terjadi. Berdasarkan penyebab kerusakan yang terjadi, kemudian dilakukan

penyusunan rencana pemeliharaan untuk mengurangi kerusakan yang terjadi.

Selain itu, apabila diperlukan peningkatan fungsi bangunan dilakukan

penyusunan upaya perbaikan dan perkuatan.

3. Pemeliharaan

Pekerjaan pemeliharaan merupakan pekerjaan yang dilakukan dalam

upaya menjaga agar setiap komponen yang terdapat di dalam bangunan sesuai

memiliki umur sesuai yang telah direncanakan. Pekerjaan ini dilakukan

secara rutin dan berkala sepanjang umur bangunan, dengan ada atau tidaknya

kerusakan pada bangunan.

4. Perbaikan

Pekerjaan perbaikan dilakukan apabila terjadi penyimpangan dari rencana

semula, baik akibat kesalahan pada saat perencanaan, pelaksanaan,

kurangnya pemeliharaan dan bencana alam. Dalam pelaksanaan perbaikan

perlu adanya pemilihan metode kerja yang tepat dengan mempertimbangkan

aspek ekonomi.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 19: BAB II – TINJAUAN PUSTAKA Komponen Bangunan BAB II ...

BAB II – TINJAUAN PUSTAKA

JURUSAN TEKNIK SIPIL – POLITEKNIK NEGERI BANDUNG TEKNIK PERAWATAN DAN PERBAIKAN GEDUNG

24

5. Perkuatan

Pekerjaan perkuatan dilakukan apabila komponen bangunan tidak

berfungsi sesuai yang direncanakan sehingga diperlukan perkuatan agar

komponen tersebut dapat kembali sesuai dengan fungsinya. Perkuatan

tersebut harus dipertimbangkan secara matang agar tidak merusak atau

mengubah perilaku struktur yang telah ada.

2.3 Metode Kerja Pemeliharaan dan Perawatan

2.3.1 Metode Kerja Pemeliharaan

a. Pemeriksaan Komponen

Pemeriksaan komponen atau sering kali disebut dengan inspeksi adalah

kegiatan pemeliharaan rutin yang telah direncanakan untuk memeriksa

kondisi suatu komponen. Pemeriksaan tersebut dilakukan secara detail dan

menyeluruh disesuaikan dengan jenis dan spesifikasi komponen. Hasil

inspeksi atau pemeriksaan tersebut ditulis dalam suatu dokumen yang

berbentuk form untuk mengetahui siklus keadaan komponen sepenuhnya.

Didalam pemeriksaan atau inspeksi terdapat hal yang harus diperhatikan

yaitu jadwal pemeriksaan. Pemeriksaan dalam suatu komponen dapat

dijadwalkan pada hitungan harian, mingguan, bulanan dan tahunan.

Pemeriksaan tersebut ditentukan berdasarkan jenis dan spesifikasi

komponen serta paduan dari pedoman pemeliharaan bangunan Peraturan

Menteri Pekerjaan Umum No.16 Tahun 2010. Pembuatan jadwal ini akan

memberi kemudahan kepada petugas untuk melakukan pemeliharaan secara

berkala.

b. Pembersihan Komponen

Pembersihan komponen dilakukan secara rutin untuk membersihkan

komponen dari debu dan kotoran. Pada umumnya pembersihan ini

dilakukan oleh tim kebersihan atau sering disebut cleaning service. Dalam

pembersihan ini alat dan bahan yang sering digunakan adalah sapu, kain lap

dan sabun pembersih.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 20: BAB II – TINJAUAN PUSTAKA Komponen Bangunan BAB II ...

BAB II – TINJAUAN PUSTAKA

JURUSAN TEKNIK SIPIL – POLITEKNIK NEGERI BANDUNG TEKNIK PERAWATAN DAN PERBAIKAN GEDUNG

25

Pada bangunan rumah sakit kebersihan merupakan faktor utama yang

harus selalu diperhatikan. Setiap komponen yang ada dilakukan

pembersihan secara rutin agar tetap bersih dan steril sehingga tidak menjadi

sumber penyebaran penyakit terhadap pasien, pengantar pasien maupun

karyawan rumah sakit

2.3.2 Metode Kerja Perawatan

a. Perbaikan Komponen

Perbaikan merupakan suatu kegiatan memperbaiki komponen yang

mengalami kerusakan dan tidak berfungsi sehingga dapat digunakan

kembali sebagaimana mestinya. Perbaikan ini dilakukan secara emergency

atau tak terduga sehingga tidak dapat dijadwalkan. Setiap komponen yang

mengalami kerusakan harus dengan cepat dilakukan perbaikan agar tidak

mengganggu kegiatan. Pada umumnya perbaikan dilakukan pada komponen

yang mengalami kerusakan ringan dan sedang.

Dalam hal perbaikan yang perlu diperhatikan adalah metode perbaikan

yang baik dan benar, apabila dilakukan metoda perbaikan yang tidak tepat

maka akan menimbulkan kerusakan baru. Sehingga pemilihan metode yang

tepat merupakan hal yang sangat penting dalam melakukan suatu perbaikan.

Pemilihan metode dilakukan berdasarkan jenis kerusakan dan spesifikasi

komponen tersebut. Oleh karena itu, sebelum dilakukan perbaikan maka

diperlukan identifikasi kerusakan terlebih dahulu untuk mengetahui

kerusakan yang terjadi. Setelah itu, dilakukan pemilihan metode sesuai

dengan hasil identifikasi. Selain itu, hal yang harus diperhatikan pada saat

perbaikan adalah waktu pengerjaan. Dimana pada saat melakukan pekerjaan

perbaikan tersebut tidak boleh mengganggu aktivitas rumah sakit sehingga

diperlukan pemilihan waktu yang tepat.

b. Penggantian Komponen

Penggantian merupakan kegiatan mengganti suatu komponen yang lama

atau yang tidak berfungsi dengan yang baru. Penggantian ini dilakukan

apabila terjadi kerusakan yang signifikan atau kerusakan yang terjadi akibat

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 21: BAB II – TINJAUAN PUSTAKA Komponen Bangunan BAB II ...

BAB II – TINJAUAN PUSTAKA

JURUSAN TEKNIK SIPIL – POLITEKNIK NEGERI BANDUNG TEKNIK PERAWATAN DAN PERBAIKAN GEDUNG

26

umur pemakaian yang telah melampaui batas. Setiap komponen memiliki

umur pemakaian yang berbeda-beda sesuai dengan kapasitas komponen

tersebut. Sebagai contoh komponen lampu. Pada umumnya komponen

lampu hanya kuat digunakan 1 tahun. Sehingga pada saat umur

pemakaiannya telah lebih dari 1 tahun maka perlu dilakukan penggantian

dengan yang baru.

Pemeliharaan dan Perawatan

Komponen Bangunan

Pemeliharaan Komponen Perawatan Komponen

Menjaga keandalan komponen bangunan

gedung agar tetap layak fungsi

Memperbaiki dan/atau mengganti bagian

komponen bangunan gedung agar tetap

layak fungsi

Pembersihan Pemeriksaan Perbaikan Penggantian

Preventive Maintenance

Corrective Maintenance

Kebersihan Housekeeping

Kebersihan alat-alat sanitair

Pemeriksaan alat pemadam kebakaran ringan

Pemeriksaan genset

Perbaikan plafon yang bocor

Perbaikan keramik pecah

Perbaikan AC tidak menyala

Penggantian lampu

Penggantian kipas angin

Gambar 2.4 Metode Kerja Pemeliharaan dan Perawatan

2.4 Rancangan Anggaran Biaya Pemeliharaan dan Perawatan

Rancangan anggaran biaya ini dihitung dengan tujuan untuk membuat

anggaran biaya yang akan dikeluarkan pada saat melakukan pekerjaan

pemeliharaan dan perbaikan. Sebelum menghitung rencana anggaran biaya, ada

beberapa tahap yang harus dilakukan yaitu penguraian item pekerjaan (WBS),

perhitungan volume pekerjaan dan analisa harga satuan.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 22: BAB II – TINJAUAN PUSTAKA Komponen Bangunan BAB II ...

BAB II – TINJAUAN PUSTAKA

JURUSAN TEKNIK SIPIL – POLITEKNIK NEGERI BANDUNG TEKNIK PERAWATAN DAN PERBAIKAN GEDUNG

27

2.4.1 Work Breakdown Structure (WBS)

WBS merupakan suatu metode pemecahan tiap item pekerjaan menjadi

lebih detail agar saat pelaksanaan menjadi lebih mudah. Pada prinsipnya WBS ini

membagi suatu pekerjaan ke dalam bagian terkecil (sub bagian). WBS disusun

berdasarkan gambar dan spesifikasi tiap komponen. Setiap item pekerjaan

diuraikan menjadi bagian-bagian dengan pola struktur dan hirarki tertentu menjadi

item pekerjaan yang terperinci. Manfaat dari penggunaan WBS adalah

mempermudah pekerjaan, menjadi dasar penjadwalan dan anggaran biaya, serta

dapat membantu mempercepat suatu pekerjaan.

2.4.2 Volume Pekerjaan

Pada umumnya volume pekerjaan merupakan banyaknya jumlah

pekerjaan dalam satu satuan. Volume pekerjaan dapat dihitung secara rinci dengan

melihat gambar rencana yang telah dibuat. Volume dapat berbentuk satuan

panjang (m), luas (m2), buah (bh) atau unit.

2.4.3 Harga Satuan

a. Daftar Harga Satuan

Daftar harga satuan pekerjaan ini akan digunakan sebagai basis

perhitungan besarnya harga satuan pekerjaan. Daftar harga satuan ini

terdiri dari harga satuan upah pekerja dan upah material.

1. Harga satuan material

Material dan alat ini merupakan peralatan utama yang digunakan

dalam membantu pelaksanaan pekerjaan pemeliharaan dan perawatan.

Harga material dan peralatan sangat bergantung pada jenis, spesifikasi

dan mutu yang direncanakan. Sebelum membeli material dan alat, harus

diadakan pengkajian terlebih dahulu agar material dan alat yang telah

dipilih sesuai dengan kriteria yang diinginkan. Setelah jenis, spesifikasi

dan mutu telah ditentukan maka langkah selanjutnya adalah

menghitung kuantitas material dan alat yang diperlukan untuk

melaksanakan pekerjaan pemeliharaan dan perawatan. Dalam

menentukan kuantitas harus dilakukan secara teliti agar material dan

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 23: BAB II – TINJAUAN PUSTAKA Komponen Bangunan BAB II ...

BAB II – TINJAUAN PUSTAKA

JURUSAN TEKNIK SIPIL – POLITEKNIK NEGERI BANDUNG TEKNIK PERAWATAN DAN PERBAIKAN GEDUNG

28

alat yang telah dipilih tidak terbuang atau tidak terpakai karena terlalu

berlebih.

2. Harga satuan tenaga kerja

Satuan tenaga kerja dinyatakan dalam rupiah dan dihitung dalam

satu hari. Besarnya upah tenaga kerja telah ditentukan oleh peraturan

setiap daerah.

b. Analisa Harga Satuan (AHS) Pekerjaan

Analisa harga satuan (AHS) memiliki fungsi sebagai pedoman pemula

atau awal perhitungan rancangan anggaran biaya (RAB) yang di dalamnya

terdapat tabel yang berisikan angka koefisien alat, bahan dan tenaga kerja

serta harga satuan pekerjaan. Secara umum proses perhitungan analisa

harga satuan pekerjaan dengan metode lapangan adalah sebagai berikut:

1. Membuat daftar harga satuan material dan harga satuan upah

2. Menghitung koefisien bahan atau upah tenaga kerja dalam satu

pekerjaan

3. Mengkalikan koefisien dengan daftar harga satuan yang telah dibuat

Penentuan koefisien analisa harga satuan pekerjaan dapat dilakukan

dengan 2 cara yaitu melihat Standar Nasional Indonesia (SNI) dan

menghitung sendiri koefisien dengan rumus sebagai berikut:

Koefisien =1

Produktivitas

Menurut Ervianto (2004) definisi dari produktivitas adalah rasio antara

output dan input atau dapat pula disebut sebagai rasio antara produk yang

dihasilkan dengan total sumber daya yang dipakai atau digunakan.

Produktivitas secara umum dapat ditulis dengan rumus sebagai berikut:

Produktivitas =Hasil Pekerjaan

Waktu Pekerjaan

Hasil perhitungan harga satuan pekerjaan selanjutnya akan digunakan

untuk menghitung rancangan anggaran biaya seluruh pekerjaan.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 24: BAB II – TINJAUAN PUSTAKA Komponen Bangunan BAB II ...

BAB II – TINJAUAN PUSTAKA

JURUSAN TEKNIK SIPIL – POLITEKNIK NEGERI BANDUNG TEKNIK PERAWATAN DAN PERBAIKAN GEDUNG

29

2.4.4 Rekapitulasi Rancangan Anggaran Biaya (RAB) Pekerjaan

Untuk menghitung rancangan anggaran biaya digunakan rumus sebagai

berikut:

RAB = Σ(Volume Pekerjaan x Harga Satuan Pekerjaan)

Pada rekapitulasi ini semua item pekerjaan dijabarkan untuk dilakukan

perhitungan dengan mengkalikan volume pekerjaan dengan harga satuan

pekerjaan yang telah dihitung pada analisa harga satuan. Rekapitulasi ini

merupakan jumlah atau total biaya yang dikeluarkan pada suatu pekerjaan.

2.4.5 Future Value (FV)

Future value merupakan nilai uang di masa yang akan datang dengan

memperhitungkan tingkat bunga pada setiap periode selama jangka waktu

tertentu. Future value atau nilai yang akan datang dapat dihitung dengan

menggunakan rumus sebagai berikut:

FV = PV x (1 + i)ⁿ

Keterangan:

PV = Nilai sekarang pada tahun ke-0

i = Interest Rate = 47.5 % = 0.0475

n = Jangka waktu (tahun)