BAB II

23
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Kesehatan 2.1.1 Definisi Penelitian Kesehatan Penelitian kesehatan berorientasikan atau memfokuskan kegiatan pada masalah-masalah yang timbul di bidang kesehatan/ kedokteran dan sistem kesehatan. Kesehatan itu sendiri terdiri dari dua sub bidang pokok, yakni yang pertama, kesehatan individu yang sedang mengalami masalah kesehatan atau sakit, serta berorientasikan klinis/ pengobatan dan rehabilitasi, yang biasanya disebut kedokteran. Sub bidang yang kedua berorientasi pada kesehatan kelompok atau masyarakat yang sehat agar tetap sehat, dan bersifat pencegahan dan peningkatan, yang disebut kesehatan masyarakat (public health). Sub bidang kesehatan masyarakat inipun terdiri dari berbagai komponen, seperti epidemiologi, pendidikan kesehatan, kesehatan lingkungan, administrasi kesehatan masyarakat, gizi masyarakat, dan lain sebagainya. Kedua sub bidang kesehatan ini pun masing-masing mempunyai gejala dan masalah yang berbeda, yang memerlukan penelitian (Notoatmodjo, 2010). 2.1.2 Tujuan Penelitian Kesehatan 3

description

bab 2 tinjauan pustaka

Transcript of BAB II

17

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penelitian Kesehatan2.1.1 Definisi Penelitian KesehatanPenelitian kesehatan berorientasikan atau memfokuskan kegiatan pada masalah-masalah yang timbul di bidang kesehatan/ kedokteran dan sistem kesehatan. Kesehatan itu sendiri terdiri dari dua sub bidang pokok, yakni yang pertama, kesehatan individu yang sedang mengalami masalah kesehatan atau sakit, serta berorientasikan klinis/ pengobatan dan rehabilitasi, yang biasanya disebut kedokteran. Sub bidang yang kedua berorientasi pada kesehatan kelompok atau masyarakat yang sehat agar tetap sehat, dan bersifat pencegahan dan peningkatan, yang disebut kesehatan masyarakat (public health). Sub bidang kesehatan masyarakat inipun terdiri dari berbagai komponen, seperti epidemiologi, pendidikan kesehatan, kesehatan lingkungan, administrasi kesehatan masyarakat, gizi masyarakat, dan lain sebagainya. Kedua sub bidang kesehatan ini pun masing-masing mempunyai gejala dan masalah yang berbeda, yang memerlukan penelitian (Notoatmodjo, 2010).

2.1.2 Tujuan Penelitian Kesehatan1. Menemukan atau menguji fakta baru maupun fakta lama sehubungan dengan bidang kesehatan atau kedokteran.2. Mengadakan analisis terhadap hubungan atau interaksi antara fakta-fakta yang ditemukan dalam bidang kesehatan atau kedokteran.3. Menjelaskan tentang fakta yang ditemukan serta hubungannya dengan teori-teori yang ada.4. Mengembangkan alat, teori, atau konsep baru dalam bidang kesehatan/ atau kedokteran yang memberi kemungkinan bagi peningkatan kesehatan masyarakat khususnya, dan peningkatan kesejahteraan umat manusia pada umumnya (Notoatmodjo, 2010).

Pendapat lain mengelompokkan tujuan penelitian kesehatan/ kedokteran itu menjadi tiga, yaitu (Notoatmodjo, 2010):1. Untuk menemukan teori, konsep, atau generalisasi baru tentang kesehatan atau kedokteran.2. Untuk memperbaiki atau modifikasi teori, sistem, atau program pelayanan kesehatan/ kedokteran.3. Untuk memperkokoh teori, konsep, sistem, atau generalisasi yang sudah ada.

2.1.3 Manfaat Penelitian Kesehatan1. Hasil penelitian dapat digunakan untuk menggambarkan tentang keadaan atau status kesehatan individu, kelompok, maupun masyarakat.2. Hasil penelitian kesehatan dapat digunakan untuk menggambarkan kemampuan sumber daya dan kemungkinan sumbernya tersebut guna mendukung pengembangan pelayanan kesehatan yang direncanakan.3. Hasil penelitian kesehatan dapat dijadikan sarana diagnosis dalam mencari sebab masalah kesehatan, atau kegagalan-kegagalan yang terjadi di dalam sistem pelayanan kesehatan. Dengan demikian akan memudahkan pencarian alternatif pemecahan masalah-masalah tersebut.4. Hasil penelitian kesehatan dapat dijadikan sarana untuk menyususn kebijaksanaan dalam menyusun strategi pengembangan sistem pelayanan kesehatan.5. Hasil penelitian kesehatan dapat melukiskan kemampuan dalam pembiayaan, peralatan, dan ketenagakerjaan baik secara kuantitas maupun secara kualitas guna mendukung sistem kesehatan (Notoatmodjo, 2010).

2.1.4 Klasifikasi Penelitian Kesehatan1. Dilihat dari Tujuan Penelitiana) Penelitian dasar atau murniAda beberapa pengertian tentang penelitian dasar atau murni yaitu (Siswanto, dkk., 2013): Jujun S. Suriasumantri menyatakan bahwa penelitian dasar atau murni adalah penelitian yang bertujuan menemukan pengetahuan baru yang sebelumnya belum pernah diketahui. Penelitian dasar (Basic, Pure, Fundamental Research), bertujuan: (1) pengembangan dan evaluasi terhadap konsep-konsep teoritis, (2) temuan penelitian diharapkan dapat memberikan kontribusi terhadap pengembangan teori. Peneitian dasar atau kepentingan murni berkepentingan dengan penemuan generalisasi-generalisasi atau prinsip-prinsip di dalam rangka pengembangan teori-teori ilmu pengetahuan.

b) Penelitian terapan (applied research)Ada beberapa pengertian tentang penelitian terapan, yaitu (Siswanto, dkk., 2013): Uma manyatakan penelitian terapan, yaitu penelitian diarahkan untuk mendapatkan informasi yang dapat digunakan untuk memecahkan masalah. Jujun S. Suriasumantri menyatakan bahwa penelitian terapan adalah bertujuan untuk memecahkan masalah-masalah kehidupan praktis.

2. Dilihat dari Ruang Lingkupa) Penelitian klinis atau klinikPenelitian ini merupakan penelitian bidang kesehatan perorangan/ kedokteran. Perhatian penelitian aspek kedokteran dasar, didorong dalam rangka perkembangan dan kemajuan ilmu kedokteran. Penelitian kedokteran aspek sosial, ditujukan pada perkembangan dan permasalahan kesehatan secara mikro yang dihadapi oleh sutu negara. Hal ini akan mendorong dikembangkannya metode kedokteran pada bidang-bidang tertentu, misalnya kesehatan kerja, kesehatan industri, kedokteran olahraga dan sebagainya (Siswanto, dkk., 2013).

b) Penelitian lapanganPenelitian lapangan merupakan penelitian bidang kesehatan dan kedokteran pada komunitas. Penelitian ini terbagi menjadi dua, yaitu (Siswanto, dkk., 2013): Penelitian bidang kesehatan masyarakatPenelitian ini dapat disebut juga dengan penelitian epidemiologik atau penelitian observasional atau penelitian survei. Kajian dari penelitian ini tertuju pada pendekatan secara komonitas atau kelompok masyarakat. Dengan penelitian epidemiologik akan dapat diungkapkan tentang suatu kejadian, distribusi serta determinan dari suatu penyakit yang terjadi di masyarakat. Selain itu dapat diketahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi pada status kesehatan masyarakat tertentu. Penelitian bidang pelayanan kesehatanPenelitian dimaksudkan untuk lebih meningkatkan pelayanan kesehatan kepada masyarakat agar lebih efektif dan efisien. Penelitian ini dilakukan karena adanya suatu keluhan dari salah satu anggota masyarakat yang merasa tidak puas/ dirugikan terhadap pelayanan kesehatan yang ia dapatkan.

c) Penelitian laboratorium (farmakologi)Penelitian laboratorium banyak dilakukan dalam bidang farmakologi (obat-obatan). Kegiatan ini sering disebut sebagai Quality Control. Kegunaan dari kegiatan ini adalah untuk tetap memelihara kualitas dari obat yang diproduksi, baik dari segi komposisi maupun khasiatnya (Siswanto, dkk., 2013).

3. Dilihat dari Kedalaman Analisis/ Hubungan antar Variabela) Penelitian deskriptifPenelitian deskriptif adalah penelitian yang dilakukan untuk mengetahui nilai variabel mandiri, baik satu variabel atau lebih (independen) tanpa membuat perbandingan atau menghubungkan dengan variabel yang lain (Siswanto, dkk., 2013).

b) Penelitian inferensial/ analitikPenelitian inferensial adalah melakukan analisis hubungan antarvariabel dengan pengujian hipotesis (Siswanto, dkk., 2013).

Penelitian komparatifMcMilan dan Schumacher menjelaskan bahwa dalam penelitian komparatif, peneliti melakukan penyelidikan apakah terdapat perbedaan antara dua atau lebih kelompok terhadap fenomena yang sedang dipelajari (Siswanto, dkk., 2013). Penelitian asosiatif/ hubunganMcMilan dan schumacher, penelitian korelasional berhubungan dengan hubungan antara dua atau lebih fenomena. Jenis penelitian ini biasanya melibatkan ukuran statistik, tingkat/ derajat hubungan, disebut korelasi (Siswanto, dkk., 2013).

4. Dilihat dari Ada tidaknya Intervensi/ Manipulasia) Penelitian surveiPenelitian survei adalah penelitian yang dilakukan pada populasi besar maupun kecil, tetapi data yang dipelajari adalah data dari sampel yang diambil dari populasi tersebut, sehingga ditemukan kejadian-kejadian relatif, distribusi, dan hubungan-hubungan antar variabel sosiologis maupun psikologis (Siswanto, dkk., 2013).

b) Penelitian eksperimenPenelitian eksperimen adalah suatu penelitian yang berusaha mencari pengaruh variabel tertentu terhadap variabel yang lain dalam kondisi yang mengontrol secara ketat (Siswanto, dkk., 2013).

5. Pendekatan Waktu Pengumpulan Dataa) Penelitian potong-melintang (cross sectional)Cross section adalah rancangan penelitian epidemiologi yang mempelajari hubungan penyakit (D+) dengan paparan (E+) dengan cara mengamati status paparan dan penyakit serentak pada individu-individu dari populasi tunggal, pada satu saat atau periode. Misalnya 1 tahun, ketika masuk PT, pemeriksaan pegawai baru, dan lain-lain (Timmreck, 2005).

b) Penelitian longitudinal Penelitian kasus-kelola (case control)Case control adalah rancangan penilitian epidemiologi yang mempelajari hubungan paparan (E+) dengan penyakit (D-) dengan cara melihat penyakit dahulu baru cari paparannya (Timmreck, 2005). Penelitian kohort (cohort study)Cohort study melihat hubungan antara paparan dan penyakit dengan cara membandingakan sekelompok paparan (E+) dan tidak terpapar (E-) berdasarkan suatu penyakit (Timmreck, 2005).

6. Kekhususana) Uji klinisUji klinis (clinical trials) merupakan penelitian eksperimen terencana yang dilakukan pada manusia. Uji klinis mempunyai kapasitas yang lebih tinggi dalam memperlihatkan hubungan sebab akibat, karena desain penelitian ini berbagai jenis bia dapat ditiadakan atau dikurangi termasuk bias akibat variabel perancu (Siswanto, dkk., 2013).

b) Uji diagnosisUji diagnosis ini digunakan untuk menegakkan diagnosis atau memantau perjalanan penyakit pada sebagian kasus (Siswanto, dkk., 2013).

c) Analisis kesintasanAnalisis kesintasan atau analisis tabel kehidupan (survival analisys/ life table analisys) digunakan untuk manganalisis data follow up untuk memperhitungkan waktu terjadinya efek, sedangkan periode pengamatan tiap subjek tidak seragam (Siswanto, dkk., 2013).

d) Meta analisisMeta analisis atau tinjauan pustaka adalah penelitian yang mengandalkan data sekunder seperti hasil penelitian orang lain atau data yang telah ada untuk dianalisis dengan statistik formal untuk mengkaji suatu variabel penelitian (Siswanto, dkk., 2013).

2.2 Validitas2.2.1 Pengertian ValiditasNilai yang diperoleh dalam bentuk data melalui suatu pengukuran karakteristik terhadap subjek dari suatu populasi membutuhkan tingkat ketepatan yang tinggi karena dengan data atau nialai tersebut akan ditarik suatu kesimpulan. Kesimpulan tersebut diharapkan dapat berlaku umum untuk populasi asal data. Adapun kualitas suatu pengukuran ditentukan oleh tiga faktor utama, yakni (a) karakteristik subjek yang diukur, (b) orang yang melakukan pengukuran, dan (c) alat ukur yang digunakan untuk mengukur karakteristik objek yang diukur. Bila ketiga unsur tersebut memenuhi ketentuan dalam mendapatkan suatu nilai hasil pengukuran tersebut memiliki validitas yang tinggi (valid), sedangkan bila terjadi kesalahan pada salah satu atau keseluruhan dari ketiga komponen tersebut akan mengakibatkan data yang diperoleh tidak sesuai dengan karakteristik populasi yang diamati. Hal ini akan menimbulakan bias (Noor, 2008).Yang dimaksud dengan validitas adalah derajat ketepatan dari suatu pengukuran dalam mengukur apa yang seharusnya diukur, sedangkan bias adalah penyimpangan hasil atau inferens dari kenyataan yang sebenarnya, atau proses-proses yang mengarah ke penyimpangan tersebut (Noor, 2008). Vliditas adalah suatu indeks yang menunjukkan alat ukur itu benar-benar mengukur apa yang diukur (Notoatmodjo, 2010).Validitas didefinisikan sebagai ukuran seberapa cermat suatu test melakukan fungsi ukurnya. Test hanya dapat melakukan fungsinya dengan cermat kalau ada sesuatu yang diukurnya. Jadi, untuk dikatakan valid, test harus mengukur sesuatu dan melakukannya dengan cermat. Validitas adalah ukuran yang menunjukkan sejauh mana instrumen pengukur mampu mengukur apa yang ingin diukur. Jika misalkan kita punya alat ukur meteran, maka validitas alat ini adalah sejauh mana alat ini mampu mengukur jarak suatu titik. Begitu juga misalkan kita menyusun kuesioner kepuasan pasien, maka validitas kuesioner adalah sejauh mana kuesioner ini mampu mengukur kepuasan pasien (Riwidikdo, 2008).Dalam penelitian epidemiologis dikenal ada dua macam kesalahan (error) yang dapat berpengaruh terhadap validitas penelitian, yakni random error dan systematic error (yang lebih dikenal dengan istilah bias) (Noor, 2008).Validitas adalah kemampuan daripada tes penyaringan untuk memisahkan mereka yang betul-betul menderita terhadap mereka yang betul-betul sehat atau dengan kata lain besarnya kemungkinan untuk menempatkan setiap individu pada keadaan yang sebenarnya. Validitas ditentukan dengan melakukan pemeriksaan di luar tes penyaringan untuk diagnosis pasti, dengan ketentuan bahwa biaya dan waktu yang digunakan pada setiap pemeriksaan diagnostik lebih besar daripada yang dibutuhkan pada penyaringan. Ada dua komponen yang menentukan validitas, yakni (1) nilai sensitivitas yaitu kemampuan dari suatu tes penyaringan yang secara benar menempatkan mereka yang betul-betul menderita pada kelompok penderita, dan (2) nilai spesifisitas yaitu kemampuan daripada tes tersebut yang secara benar menempatkan mereka yang betul-betul tidak menderita pada kelompok sehat (Noor, 2008).Untuk kepentingan validitas diperlukan beberapa perhitungan tertentu, yaitu (Noor, 2008):1. Positif sebenarnya, yaitu mereka yang oleh tes penyaringan dinyatakan menderita dan yang kemudian didukung oleh diagnosis klinis yang positif.2. Positif palsu, yaitu mereka yang oleh tes penyaringan dinyatakan menderita, tetapi pada diagnosis klinis dinyatakan sehat/ negatif.3. Negatif sebenarnya, yaitu mereka yang pada penyaringan dinyatakan sehat dan pada diagnosis klinis ternyata betul sehat.4. Negatif palsu, yaitu mereka yang pada tes penyaringan dinyatakan sehat, tetapi oleh diagnosis klinis ternyata menderita.

Untuk melakukan uji validitas, metode yang kita lakukan adalah dengan mengukur korelasi antara butir-butir pertanyaan dengan skors pertanyaan secara keseluruhan. Tahap-tahap yang harus dilakukan untuk melakukan pengujian validitas adalah (Riwidikdo, 2008):1. Mendefinisikan secara operasional suatu konsep yang akan diukur. Jadi untuk menguji validitas suatu konsep, tahap awal yang harus dilakukan adalah menjabarkan konsep dalam suatu definisi operasional.2. Melakukan uji coba pada beberapa responden. Uji coba minimal dilakukan terhadap 30 orang.3. Mempersiapkan tabel tabulasi jawaban.4. Menghitung nilai korelasi antara masing-masing skors butir jawaban dengan skor total dan butir jawaban. Penghitungan ini dapat dilakukan dengan rumus korelasi pearson product moment.

2.2.1 Macam-Macam Validitas1. Validitas PengukuranValiditas pengukuran adalah derajat ketepatan pengukuran yang berhubungan dengan proses pengukuran variabel, dan dapat dibedakan atas empat macam, yaitu (Noor, 2008):a) Logical validityLogical validity atau biasa disebut face validity, yaitu pengukuran yang secara jelas berhubungan dengan apa yang diukur.

b) Contenta validityContenta validity adalah sejauh mana pengukuran tersebut melibatkan seluruh aspek dari suatu fenomena. Misalnya pengukuran terhadap status fungsi kesehatan harus melibatkan aktivitas sehari-hari, pekerjaan, keluarga, fungsi sosial dan sebagainya.

c) Criterion validityCriterion validity adalah sejauh mana pengukuran tersebut berkorelasi dengan suatu kriteria eksternal dari fenomena yang diteliti. Bentuk ini ada dua macam, yaitu: Concurrent validity yaitu suatu pengukuran dan kriteria yang memberikan hasil yang sesuai pada suatu waktu tertentu. Misalnya, observasi luka untuk tanda infeksi dibuktikan dengan pemeriksaan bakteriologis pada waktu yang sama. Predictive validity adalah kemampuan pengukuran dalam meramalkan (predict) suatu kriteria tertentu. Misalnya, hasil tes potensi akademik yang dibuktikan dengan menilai kemampuan akademik pada waktu selanjutnya.

d) Construct validityConstruct validity adalah sejauh mana pengukuran tersebut sesuai dengan konsep teoritis dari fenomena yang sedang diteliti. Misalnya, berdasarkan teori fenomena tersebut dipengaruhi oleh umur maka suatu pengukuran yang mempunyai construct validity bisa memperlihatkan pengaruh tersebut.

2. Validitas Penelitiana) Validitas internalValiditas internal adalah keadaan yang menunjukkan sampai sejauh mana perubahan yang diamati dalam suatu penelitian eksperimental, atau kejadian yang diamati pada penelitian observasi, benar-benar terjadi karena perlakuan (pada eksperimen) atau karena pengaruh faktor yang dicurugai (pada observasi) dan bukan pengaruh faktor lain yang tidak diamati. Validitas internal merupakan validitas estimasi (inferens) yang dibuat terhadap sampel, dengan kata lain bahwa validitas internal merupakan pengukuran yang akurat (Noor, 2008).

b) Validitas eksternal (generalisasi)Validitas eksternal dapat diartikan sampai sejauh mana proses untuk melakukan generalisasi diluar dari hasil pengamatan memerlukan pemikiran/ penilaian tentang karakteristik pengamatan yang layak untuk maksud tersebut. Penelitian untuk menghasilkan generalisasi memerlukan pengetahuan tentang mana yang relevan dan mana yang tidak relevan untuk digeneralisasi (Noor, 2008).Menurut Arikunto (2006) ada dua jenis validitas untuk instrumen penelitian, yaitu (Siswanto, dkk., 2013):1. Validitas logis (logical validity), diperoleh dengan suatu usaha hati-hati melalui cara-cara yang benar sehingga menurut logika akan dicapai suatu tingkat validitas yang dikehendaki.2. Validitas empirik (empirical validity), yaitu peneliti menguji instrumen yang telah disusun melalui pengalaman atau melakukan uji coba (try out) instrumen. Untuk mengetahui ketepatan data dalam uji validitas ini diperlukan teknik uji validitas.Menurut Anastasi dan Nunnally, validitas dapat digolongkan ke dalam beberapa jenis, yakni (Siswanto, dkk., 2013):1. Validitas konstruk/ internal (construct/ internal validity)Validitas konstruk/ internal adalah mengukur atau menarik kesimpulan mengenai adanya ciri-cri yang abstrak untuk mana nampaknya tidak mengkin ada validasi.2. Validitas isi (content validity)Validitas isi suatu instrumen pengukur adalah sejauh mana instrumen ini mencakup topik penelitian.3. Validitas eksternal (external validity)Validitas eksternal yaitu instrumen yang digunakan bila data yang diperoleh sesuai dengan data atau informasi yang lain mengenai variabel riset yang dimaksud.4. Validitas prediktif (predictive validity)Memprediksi berarti meramal, dengan meramal selalu mengenai hal yang akan datang. Sebuah tes dikatakan memiliki validitas prediksi atau validitas ramalan apabila mempunyai kemampuan untuk meramalkan apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang.5. Validitas budaya (cross cultural validity)Validitas ini penting bagi peneliti di negara yang suku bangsanya sangat bervariasi (seperti Indonesia). Selain itu, penelitian yang dialkukan sekaligus dibeberapa negara dengan alat ukur yang sama, juga akan menghadapi problem validitas budaya. Suatu alat pengukur yang sudah valid untuk penelitian disuatu negara, belum tentu akan valid jika digenakan dinegara lain yang budayanya berbeda.

6. Validitas rupa (face validity)Validitas rupa tidak menunjukkan apakah alat pengukur mengukur apa yang ingin diukur, validitas rupa hanya menunjukkan bahwa dari segi rupanya suatu alat pengukur tampaknya mengukur apa yang ingin diukur.2.3 Reliabilitas2.3.1 Pengertian ReliabilitasReliabilitas ialah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Hal ini berarti menunjukkan sejauh mana hasil pengukuran itu tetap konsisten atau tetap asas (ajeg) bila dilakukan pengukuran duakali atau lebih terhadap gejala yang sama, dengan menggunakan alat ukur yang sama (Notoatmodjo, 2010).Reliabilitas adalah kemampuan tes memberikan hasil yang sama/ konsisten bila tes diterapkan lebih dari satu kali pada sasaran (objek) yang sama dan pada kondisi yang sama pula. Dalam hal tingkat reliabilitas maka ada dua faktor utama yang perlu mendapatkan perhatian khusus, yaitu (Noor, 2008):1. Variasi dari cara penyaringan yang sangat dipengaruhi oleh stabilitas alat tes atau regensia yang digunakan, serta fluktuasi keadaan dari nilai yang akan diukur (umpamanya tekanan darah yang sangat dipengaruhi olah berbagai faktor dan alat yang digunakan).2. Kesalahan pengamatan atau perbedaan pengamat yang meliputi adanya nilai yang berbeda karena dilakukan oleh pengamat yang berbeda, atau adanya nilai yang berbeda walaupun dilakukan oleh pengamat yang sama.Untuk meningkatkan nilai reliabilitas tersebut diatas maka dapat dilakukan beberapa usaha tertentu, yaitu (Noor, 2008):1. Pembakuan/ standarisasi cara penyaringan.2. Peningkatan dan pemantapan keterampilan pengamat melalui training.3. Pengamatan yang cermat pada setiap nilai hasil pengamatan.4. Menggunakan dua atau lebih pengamat untuk setiap pengamatan.5. Memperbesar klasifikasi (kelompok) kategori yang ada, terutama bila kondisi penyakit juga bervariasi/ bertingkat.Ada beberapa cara pengukuran yang dapat dipakai untuk melihat reliabilitas, yaitu (Siswanto, dkk., 2013):1. Dalam menanyakan suatu fakta/ kenyataan hidup pada sasaran penelitian harus memperhatikan relevansi pertanyaan bagi responden, artinya menanyakan sesuatu yang dikenal responden.2. Selain itu, pertanyaan yang diajukan harus cukup jelas bagi responden.3. Kadang-kadang peneliti/ petugas dapat menanyakan suatu pertanyaan dengan lebih dari satu waktu yang berbeda.4. Perlu bagi peneliti mengukur fakta/ kenyataan hidup berkali-kali dalam waktu yang berbeda.5. Peneliti memakai ukuran atau pengamatan yang sudah distandarisasi reliabilitasnya.

2.3.2 Aspek ReliabilitasMenurut Bungin (2007), secara ringkas standar reliabilitas mencakup tiga aspek, yaitu (Siswanto, dkk., 2013):1. Kemantapan atau KeajeganSuatu alat ukur memiliki tingkat kemantapan yang tinggi bilamana digunakan mengukur berulang kali, akan memberikan hasil yang sama, dengan syarat kondisi pada saat pengukuran relatif tidak berbeda.2. Ketepatan atau AkurasiSuatu alat ukur memiliki tingkat ketepatan yang tinggi bilamana menunjukkan ukuran yang benar terhadap sesuatu (objek) yang diukur.3. HomogenitasSuatu alat ukur memiliki tingkat homogenitas yang tinggi bilamana unsur-unsur pokoknya mempunyai kaitan erat satu sama lain dan memberikan kontribusi pemahaman yang utuh terhadap pokok persoalan yang diteliti (objek yang diukur).

2.3.3 Jenis ReliabilitasMenurut Suliyanto (2006), berdasarkan metode pendekatannya, secara garis besar ada dua cara untuk meningkatkan reliabilitas, yaitu (Siswanto, dkk., 2013):1. Reliabilitas Eksternala) Teknik pararel (parallel form), yaitu membagi kuesioner kepada responden yang intinya sama, tetapi menggunakan kalimat yang berbeda.b) Teknik ulang (double test/ test pretest), yaitu membagi kuesioner yang sama pada waktu yang berbeda.

2. Reliabilitas InternalDigunakan untuk menghilangkan kelemahan-kelemahan pada uji reliabilitas eksternal.

2.3.4 Metode ReliabilitasCara penghitungan realibilitas suatu alat ukur dapat dilakukan dengan berbagai teknik, yaitu (Notoatmodjo, 2010):1. Teknik Tes-tes UlangDengan teknik ini kuisioner yang sama diteskan (diujikan) kepada sekelompok responden yang sama sebanyak dua kali. Selang waktu antara tes yang pertama dengan yang kedua, sebaiknya tidak terlalu jauh, tetapi juga tidak terlalu dekat. Selang waktu antara 15-30 hari adalah cukup memenuhi persyaratan. Apabila selang waktu terlalu pendek, kemungkinan responden masih ingat pertanyaan-pertanyaan pada tes yang pertama. Sedaangkan kalau selang waktu itu terlalu lama, kemungkinan pada responden sudah terjadi perubahan dalam variabel yang akan diukur.

2. Teknik Belah DuaDengan menggunakan teknik ini berarti alat pengukur (kuisioner) yang telah disusun dibelah atau dibagi manjadi dua. Oleh sebab itu, pertanyaan dalam kuisioner ini harus cukup banyak (memadai), sekitar 40-60 pertanyaan. Langkah-langkah yang dilakukan antara lain (Notoatmodjo, 2010):a) Mengajukan kuisioner tersebut kepada sejumlah responden, kemudian dihitung validitas masing-masing pertanyaannya. Pertanyaan-pertanyaan yang valid dihitung sedangkan yang tidak valid dibuang.b) Membagi pertanyaan-pertanyaan yang valid tersebut menjadi dua kelompok secara acak (random). Separuh masuk ke dalam belahan pertama, separuhnya lagi masuk dalam belahan kedua.c) Skors untuk masing-masing item pada tiap belahan dijumlahkan sehingga akan menghasilkan 2 kelompok skors total, yakni untuk belahan pertama dan belahan kedua.d) Melakukan uji korelasi dengan rumus korelasi product moment tersebut, antara belahan pertama dengan belahan kedua.e) Selanjutnya dengan daftar seperti uji korelasi sebelumnya, dapat diketahui reliabilitas kuisioner tersebut.

3. Teknik PararelDengan menggunakan teknik ini kita membuat dua alat pengukur (kuisioner) untuk mengukur aspek yang sama. Kedua kuisioner tersebut diteskan (dicobakan) terhadap sekelompok responden yang sama. Kemudian masing-masing pertanyaan pada kedua kuisioner tersebut dicari (dihitung) validitasnya. Pertanyaan-pertanyaan dari kedua alat ukur (kuisioner) tersebut, yang tidak valid dibuang dan yang valid dihitung total skorsnya, lalu skors total dari masing-masing responden dari kedua kuisioner tersebut dihitung korelasinya dengan menggunakan teknik korelasi product moment.3