BAB II

31
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anatomi Mata 2.1.1 Bulbus Oculi Bulbus oculi merupakan bagian dari isi orbita. Bulbus oculi terdiri dari tiga lapis yaitu, lapis jaringan ikat eksternal, lapis tengah yang vaskular dan lapis neural internal. 8 Lapis jaringan ikat eksternal lima perenam posterior tidak tembus cahaya, dibentuk oleh sclera. Di bagian depan, sclera terlihat samar-samar lewat conjungtiva bulbi sebagai “putih mata”. Cornea adalah bagian seperenam anterior lapis luar yang transparan. 8 Lapis tengah vaskular terdapat choroidea, selaput yang berwarna cokelat tua antara sclera dan retina, membentuk lapis tengah yang terbesar dan melapisi hampir seluruh sclera. Ke anterior choroidea berakhir pada corpus ciliare. Corpus ciliare menghubungkan choroidea dengan garis lingkar iris. Pada permukaan dalam corpus ciliare terdapat lipatan-lipatan processus

description

skripsi

Transcript of BAB II

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi Mata2.1.1Bulbus OculiBulbus oculi merupakan bagian dari isi orbita. Bulbus oculi terdiri dari tiga lapis yaitu, lapis jaringan ikat eksternal, lapis tengah yang vaskular dan lapis neural internal.8Lapis jaringan ikat eksternal lima perenam posterior tidak tembus cahaya, dibentuk oleh sclera. Di bagian depan, sclera terlihat samar-samar lewat conjungtiva bulbi sebagai putih mata. Cornea adalah bagian seperenam anterior lapis luar yang transparan.8Lapis tengah vaskular terdapat choroidea, selaput yang berwarna cokelat tua antara sclera dan retina, membentuk lapis tengah yang terbesar dan melapisi hampir seluruh sclera. Ke anterior choroidea berakhir pada corpus ciliare. Corpus ciliare menghubungkan choroidea dengan garis lingkar iris. Pada permukaan dalam corpus ciliare terdapat lipatan-lipatan processus ciliaris yang membentuk humor aquosus. Iris yang terletak di depan lensa mata, adalah sebuah sekat yang dapat mengerut, dengan pupilla, lubang di tengah untuk melewatkan cahaya.8Lapis neural internal atau retina terdiri dari dua lembar, satu lembar sel pigmen dan satu lembar neural. Pada fundus, bagian posterior retina, terdapat titik bundar sirkuler yang melesak discus nervi optici atau papil optic yakni tempat nervus opticus memasuki bulbus okuli. Karena pada nervi optici hanya terdapat serabut saraf dan tidak terdapat reseptor cahaya, daerah ini tidak peka terhadap cahaya. Sedikit lateral dari bintik buta terdapat sebuah bintik yang berwarna kuning, yakni macula lutea; di tengahnya terdapat bagian yang lebih dalam fovea centralis daerah penglihatan tertajam.8

Gb. 2.1. Anatomi Mata8

2.1.2Media Pembias MataSewaktu menuju ke retina, gelombang cahaya melewati media pembias mata: cornea (kornea), humor aquosus, lens (lensa) dan humor vitreus.8Cornea adalah daerah sirkular pada bagian anterior lapis eksternal jaringan ikat bulbus oculi; pembiasan cahaya yang memasuki mata terutama terjadi pada kornea. Cornea bersifat tembus cahaya, tidak berpembuluh darah, dan sensitif terhadap sentuhan. Cornea memperoleh nutrisi dari humor aquosus, air mata, dan oksigen yang diserap dari udara.8Humor aquosus di dalam camera anterior bulbi dan camera posterior bulbi dihasilkan oleh processus ciliaris. Larutan yang jernih menyerupai air ini, menyediakan zat gizi bagi kornea dan lensa yang tidak berpembuluh.8Lens adalah sebuah struktur yang tembus cahaya, cembung pada kedua permukaannya dan terselubung dalam sebuah capsula lentis. Capsula lentis tertambat pada corpus ciliare dan retina melalui ligamentum suspensorium lensa. Lensa yang dikelilingi oleh processus ciliaris, terletak dibelakang iris dan di depan humor vitreus. Kecembungan permukaan lensa, terutama permukaan depan, terus menerus berubah untuk menjatuhkan bayangan benda yang dekat atau yang jauh tepat pada retina. Bentuk lensa diubah oleh musculus ciliaris dalam corpus ciliare.8Humor vitreus ialah selai yang tembus cahaya dan terdapat di dalam corpus vitreum di bagian empat perlima posterior bulbus oculi, antara lensa dan retina. Selain menyalurkan cahaya, humor vitreus menahan retina pada tempatnya dan berfungsi sebagai penyangga untuk lensa.8

2.2 Fisiologi Mata2.2.1Pembiasan CahayaCahaya merambat melalui udara kira-kira dengan kecepatan 300.000 km/detik, tetapi perambatannya melalui benda padat dan cairan transparan jauh lebih lambat. Bila suatu berkas cahaya menumbuk suatu permukaan yang terletak tegak lurus terhadap berkas itu, berkas cahaya akan memasuki medium kedua tanpa mengalami pembelokkan jalur. Akibat yang terjadi hanya berupa penurunan kecepatan dan pemendekkan panjang gelombang, seperti diperlihatkan pada gambar dengan semakin pendeknya jarak antara gelombang cahaya.9Bila cahaya itu menembus cahaya yang miring, berkas cahaya akan membelok bila indeks bias kedua media itu berbeda. Ketika berkas cahaya mengenai bidang peralihan yang miring, berkas bagian bawah memasuki kaca lebih dahulu sebelum bagian atas. Peristiwa ini menyebabkan gelombang cahaya bagian atas berjalan mendahului bagian bawah, sehingga gelombang tidak berbentuk vertikal lagi melainkan membentuk sudut ke kanan. Karena arah rambat cahaya selalu tegak lurus terhadap bidang gelombang, arah rambat berkas cahaya berbelok ke bawah. Pembelokkan berkas cahaya pada bidang peralihan yang miring disebut sebagai pembiasan.9

Gb. 2.2. Gelombang yang memasuki permukaan kaca tegak lurus dan permukaan kaca miring terhadap berkas cahaya9

Gb. 2.3. Gelombang cahaya oleh tiap permukaan lensa konkaf sferis, memperlihatkan bahwa cahaya sejajar disebarkan9

Pada (Gb. 2.3.) memperlihatkan efek lensa konkaf terhadap berkas cahaya sejajar. Cahaya yang mengenai bagian paling tengah dari lensa membentur permukaan yang benar-benar tegak lurus terhadap berkas, sehingga tidak dibiaskan. Cahaya dibagian tepi memasuki lensa lebih dulu sebelum cahaya yang memasuki bagian tengah. Hal ini berlawanan dengan lensa konveks, dan ini menyebabkan cahaya dibagian perifer mengalami divergensi atau menyebar menjauhi cahaya yang maemasuki bagian tengah lensa. Jadi, lensa konkaf menyebarkan (divergensi) berkas cahaya, sedangkan lensa konveks memusatkan (konvergensi) berkas cahaya.9

2.2.2 Mata Sebagai KameraMata seperti terlukis dalam (Gb. 2.4.), secara optik dapat disamakan dengan sebuah kamera fotografi biasa. Mata mempunyai sistem lensa, sistem apertura yang dapat berubah-ubah (pupil), dan retina yang dapat disamakan dengan film. Sistem lensa mata terdiri atas empat perbatasan refraksi: (1) perbatasan antara permukaan anterior kornea dan udara, (2) perbatasan antara permukaan posterior kornea dan humor aquosus, (3) perbatasan antara humor aquosus dan permukaan anterior lensa mata, dan (4) perbatasan antara permukaan posterior lensa dan humor vitreous. Indeks internal udara adalah 1; kornea 1,38; humor aquosus 1,33; lensa kristalina (rata-rata) 1,40; dan humor vitreous 1,34.9Pembentukkan bayangan di retina, sama seperti pembentukkan bayangan oleh lensa kaca pada secarik kertas. Bayangan ini terbalik dari benda aslinya. Namun demikian persepsi otak terhadap benda tetap dalam keadaan tegak, tidak terbalik seperti dalam bayangan yang terjadi di retina, karena otak sudah dilatih menangkap bayangan yang terbalik itu seperti keadaan normal.9

Gb. 2.4. Mata sebagai sebuah kamera. Angka- angka diatas adalah indeks bias 10

Kedalaman fokus sistem lensa meningkat dengan menurunnya diameter pupil. Pada (Gb. 2.5.) memperlihatkan dua mata yang sama kecuali diameter apertura pupilnya. Pada mata atas, apertura pupilnya kecil, sedangkan pada mata bawah, apertura pupilnya besar. Di depan setiap mata terdapat dua titik sumber cahaya yang masuk melalui apertura pupil dan difokuskan di retina. Akibatnya, kedua retina mata melihat dua titik cahaya dengan fokus baik. Namun, apabila retina dipindahkan ke posisi tidak fokus yaitu ke depan atau ke belakang maka pada mata atas, besar titik cahaya tidak akan banyak berubah. Tetapi pada mata bawah, ukuran titik cahaya akan sangat membesar, menjadi lingkaran kabur. Dengan kata lain, sistem lensa atas mempunyai kedalaman fokus jauh lebih besar dibanding sistem lensa yang dibawah. Bila sistem lensa mempunyai kedalaman fokus yang besar, retina dapat dipindahkan jauh dari bidang fokus atau kekuatan lensanya sangat berubah dari normal, bayangan akan tetap tegas; sebaliknya bila sistem lensa memiliki kedalaman fokus yang dangkal, perpindahan retina sedikit saja dari bidang fokus akan sangat mengaburkan bayangan.9

Gb. 2.5. Pengaruh aperture pupil yang kecil (atas) dan besar (bawah) terhadap kedalaman fokus9

Kedalaman fokus terbesar bias tercapai bila pupil sangat kecil. Alasannya ialah dengan lubang pupil yang sangat kecil, hampir seluruh berkas cahaya akan melalui bagian tengah lensa, dan cahaya bagian paling tengah selalu terfokus baik, seperti telah dijelaskan.9Pada miopia atau penglihatan dekat, sewaktu otot siliaris relaksasi total, cahaya dari objek jauh difokuskan didepan retina, seperti terlihat pada (Gb. 2.6.). Keadaan ini biasanya akibat bola ,mata yang terlalu panjang, atau kadang-kadang karena daya bias sistem lensa terlalu kuat.9Tidak ada mekanisme bagi miopia untuk mengurangi kekuatan lensanya karena memang otot siliaris dalam keadaan relaksasi sempurna. Pasien miopia tidak mempunyai mekanisme untuk memfokuskan bayangan dari objek jauh dengan tegas di retina. Kemudian, bila objek terus didekatkan ke mata, pasien miopia dapat menggunakan mekanisme akomodasi agar bayangan yang terbentuk tetap terfokus secara jelas. Seorang pasien miopia mempunyai titik jauh yang terbatas untuk penglihatan jelas.9

Gb. 2.6. Berkas cahaya sejajar difokuskan di retina pada emetropia, difokuskan dibelakang retina pada hipermetropia, dan di depan retina pada miopia9

2.3 Miopia2.3.1Pengertian MiopiaMiopia adalah suatu keadaan bila mana bayangan benda yang terletak jauh difokuskan di depan retina oleh mata yang tidak berakomodasi dan penglihatan lebih baik terhadap benda yang berjarak dekat daripada benda yang berjarak jauh.10

2.3.2Penyebab MiopiaPada miopia panjang bola mata anteroposterior dapat terlalu besar atau kekuatan pembiasan media refraksi terlalu kuat.10

2.3.3Tanda dan Gejala MiopiaPasien miopia akan melihat jelas bila dalam jarak pandang dekat dan melihat kabur jika pandangan jauh. Penderita miopia akan mengeluh sakit kepala, sering disertai dengan juling dan celah kelopak yang sempit. Selain itu, penderita miopia mempunyai kebiasaan mengernyitkan matanya untuk mencegah aberasi sferis atau untuk mendapatkan efek pinhole (lubang kecil).10 Pasien miopia mempunyai pungtum remotum (titik terjauh yang masih terlihat jelas) yang dekat sehingga mata selalu dalam keadaan konvergensi. Hal ini yang akan menimbulkan keluhan astenopia konvergensi. Bila kedudukan mata ini menetap, maka penderita akan terlihat juling kedalam atau esoptropia.10Pada pemeriksaan funduskopi terdapat miopik kresen yaitu gambaran bulan sabit yang terlihat pada polus posterior fundus mata miopia, sklera dan koroid. Pada mata dengan miopia tinggi akan terdapat pula kelainan pada fundus okuli seperti degenerasi makula dan degenerasi retina bagian perifer.10

2.3.4Klasifikasi MiopiaKlasifikasi Miopi Berdasarkan Bentuk Miopia: Miopia refraktif, bertambahnya indeks bias media penglihatan seperti yang terjadi pada katarak intumesen dimana lensa menjadi lebih cembung sehingga pembiasan lebih kuat. Sama dengan miopia bias atau miopia indeks, miopia yang terjadi akibat pembiasan media penglihatan kornea dan lensa yang terlalu kuat. Miopia aksial, miopia akibat panjangnya sumbu bola mata, dengan kelengkungan kornea dan lensa yang normal.10Klasifikasi Menurut Derajat Beratnya Miopia: Miopia ringan, dimana miopia kecil daripada 1-3 dioptri. Miopia sedang, dimana miopia lebih antara 3-6 dioptri. Miopia berat atau tinggi, dimana miopi lebih besar dari 6 dioptri.10

Klasifikasi Menurut Perjalanan Miopia Miopia stasioner, yaitu miopia yang menetap setelah dewasa. Miopia progresif, yaitu miopia yang bertambah terus pada usia dewasa akibat bertambah panjangnya bola mata. Miopia maligna, yaitu yang berjalan progresif dan dapat mengakibatkan ablasi retina serta kebutaan. Miopia ini dapat juga disebut miopia pernisiosa atau miopia degeneratif.10

Klasifikasi Miopia Berdasarkan Umur Kongenital , yaitu sejak lahir dan menetap pada masa anak-anak. Miopia onset anak-anak, yaitu di bawah umur 20 tahun. Miopia onset awal dewasa, yaitu di antara umur 20 sampai 40 tahun. Miopia onset dewasa, yaitu di atas umur 40 tahun.10

2.3.5PengobatanPengobatan pasien dengan miopia adalah dengan memberikan kacamata sferis negatif terkecil yang memberikan ketajaman penglihatan maksimal. Sebagai contoh bila pasien dikoreksi dengan -3.0 memberikan tajam penglihatan 6/6, dan demikian juga bila diberi S-3.25, maka sebaiknya diberikan lensa koreksi -3.0 agar untuk memberikan istirahat mata dengan baik sesudah dikoreksi.10Penyulit yang dapat timbul pada pasien dengan miopia adalah terjadinya ablasi retina dan juling. Juling biasanya esotropia atau juling ke dalam akibat mata berkonvergensi terus-menerus. Bila terdapat juling keluar mungkin fungsi salah satu mata telah berkurang atau terdapat ambliopia.10

2.3.6 Pemeriksaan Visus1) Tujuan PemeriksaanPemeriksaan dilakukan untuk mengetahui tajam penglihatan seseorang dan memberikan penilaian menurut ukuran baku yang ada. Pemeriksaan dilakukan guna mengetahui derajat lensa negatif yang diperlukan untuk memperbaiki tajam penglihatan menjadi normal atau tercapai tajam penglihatan terbaik.11

2) Dasar PemeriksaanMata miopia mempunyai daya lensa positif yang lebih, sehingga sinar yang sejajar atau datang dari tidak terhingga difokuskan di depan retina. Lensa negatif menggeser bayangan benda ke belakang sehingga dapat diatur tepat jatuh pada retina.11

3) Alat pemeriksaan Kartu Snellen (Snellen Chart) Bingkai percobaan Sebuah set lensa coba11

4) Teknik Pemeriksaan Penderita duduk menghadap kartu Snellen pada jarak 6 meter. Pada mata dipasang bingkai percobaan. Satu mata ditutup Penderita disuruh membaca kartu Snellen mulai huruf terbesar (teratas) dan diteruskan sampai pada huruf terkecil yang masih dibaca. Lensa negatif terkecil dipasang pada tempatnya dan bila tajam penglihatan menjadi lebih baik ditambah kekuatannya perlahan-lahan hingga dapat dibaca huruf pada baris terbawah. Sampai terbaca baris 6/6. Mata yang lain dikerjakan dengan cara yang sama.11

5) PenilaianBila huruf yang terbaca terdapat pada baris dengan tanda 30, dikatakan tajam penglihatan 6/30. Bila yang terbaca terdapat pada baris dengan tanda 6, dikatakan tajam penglihatan 6/6. Tajam penglihatan normal adalah 6/6.11Bila dengan S - 1.50 tajam penglihatan 6/6 kemudian dengan S - 1.75 penglihatan 6/6-2, maka pada keadaan ini derajat miopia mata yang diperiksa adalah S - 1.50 dan kacamata dengan ukuran ini yang diberikan pada penderita.11Pada penderita miopia selamanya diberikan lensa sferis minus terkecil yang memberikan tajam penglihatan terbaik.11

2.3.7PencegahanSejauh ini, hal yang dilakukan adalah mencegah jangan sampai menjadi parah. Biasanya dokter akan melakukan beberapa tindakan seperti pengobatan laser, obat tetes tertentu untuk membantu penglihatan, operasi, penggunaan lensa kontak dan penggunaan kacamata.Pencegahan lainnya adalah dengan melakukan visual hygiene berikut ini:a. Mencegah terjadinya kebiasaan buruk.1) Hal yang perlu diperhatikan adalah anak dibiasakan duduk dengan posisi tegak sejak kecil.2) Memegang alat tulis dengan benar.3) Lakukan istirahat setiap 30 menit setelah melakukan kegiatan membaca atau melihat TV.4) Batasi jam membaca.5) Aturlah jarak baca yang tepat (30 cm), dan gunakanlah penerangan yang cukup.6) Kalau memungkinkan untuk anak-anak diberikan kursi yang bisa diatur tingginya sehingga jarak bacanya selalu 30cm.7) Membaca dengan posisi tidur atau tengkurap bukanlah kebiasaan baik.b. Beberapa penelitian melaporkan bahwa usaha untuk melatih jauh atau melihat jauh dan dekat secara bergantian dapat mencegah miopia.c. Jika ada kelainan pada mata, kenali dan perbaiki sejak awal. Jangan menunggu sampai ada gangguan pada mata. Jika tidak diperbaiki sejak awal, maka kelainan yang ada bias menjadi permanen, misalnya bayi prematur harus terus dipantau selama 4-6 minggu pertama di ruang inkubator untuk melihat apakah ada tanda-tanda retinopati.d. Untuk anak dengan tingkat miopia kanan dan kiri tinggi, segera lakukan konsultasi dengan dokter spesialis anak supaya tidak terjadi juling. Patuhi setiap perintah dokter dalam program rehabilitasi tersebut.e. Walaupun sekarang sudah jarang terjadi defisiensi vitamin A, ibu hamil tetap perlu memperhatikan nutrisi, termasuk pasokan vitamin A selama hamil.f. Periksalah mata anak sedini mungkin jika dalam keluarga ada yang memakai kacamata. Untuk itu, pahami perkembangan kemampuan melihat bayi.g. Dengan mengenali keanehan, misalnya kemampuan melihat yang kurang, segeralah melakukan pemeriksaan.h. Di sekolah, sebaiknya dilakukan skrinning pada anak-anak.12

2.4Faktor KeturunanPenyakit yang dipengaruhi oleh genetik semakin banyak jumlahnya, dan peran kausatif primer defek genetik sudah semakin jelas dalam banyak hal. Oleh karena itu, prinsip-prinsip transmisi genetik semakin perlu dipahami. Banyak karya dasar dalam genetika klinis dilakukan dalam bidang oftalmologi. Mata tampaknya sangat rentan terhadap penyakit genetik, dan diagnosis pasti penyakit mata biasanya dapat ditegakkan berdasarkan pemeriksaan klinis yang cermat.13 Seperti yang dicantumkan pada Teori Pewarisan Mendellian, teori pewarisan digolongkan menjadi tiga pola utama, yaitu :1. Pewarisan Autosomal DominanSuatu gen dominan abnormal tetap menimbulkan kelainan spesifiknya walaupun gen pasangannya (alel) normal. Pria dan wanita sama-sama terkena dan karena heterozigot memiliki kemungkinan teoritis 50% untuk mewariskan gen yang sakit (dan dengan demikian kelainannya) ke setiap keturunannya walaupun pengidap menikah dengan individu yang genotipenya normal.13Ab bb

AbAbbbbb50% keturunan terkena

Catatan :A=gen dominan abnormalb=gen normal yang terletak diposisi yang sama pada sel- sel kromosom yang berpasangan

Gb. 2.7. Pewarisan autosomal dominan13Pada suatu kelompok silsilah tertentu, dipastikan adanya pewarisan autosomal dominan bila kondisi-kondisi berikut terpenuhi : (1) Pria dan wanita terkena sama banyak. (2) Transmisi langsung terjadi pada dua generasi atau lebih. (3) Sekitar 50% individu dalam silsilah terkena.13

2. Pewarisan Autosomal ResesifGen-gen resesif abnormal harus berpasangan (keadaan dupleks) agar dapat memanifestasikan abnormalitasnya. Dengan demikian, setiap orangtua harus menyumbang satu gen abnormal resesif. Masing-masing orangtua secara klinis tidak sakit (secara genotipe sakit, tetapi secara fenotipe normal) karena gen dominan normal menyebabkan gen abnormal menjadi resesif.13

aBaB

aaaBaBBB 25% pengidap 50% pembawa sifat 25% normal secara (seperti kedua orang tua) (gen abnormal hilang)

Catatan : a=gen resesif yang abnormalB=gen normal yang dominan

Gb. 2.8. Pewarisan autosomal resesif. Pengawinan dua pembawa sifat13

Sulit ditentukan apakah suatu penyakit terjadi akibat pewarisan autosomal resesif. Sebagian kriteria yang digunakan untuk menetapkan pewarisan resesif adalah :a) Adanya penyakit yang sama di cabang-cabang kolateral keluarga.b) Riwayat konsanguitas. Semakin tinggi tingkat konsanguitas dalam satu silsilah, semakin besar kemungkinan penyakit autosomal resesif tersebut diekspresikan. Konsanguitas memperbesar kemungkinan gen berada dalam keadaan dupleks, karena individu dengan dua orang tua yang berhubungan darah dapat menerima gen sakit yang sama dari keduanya, atau memiliki nenek moyang yang sama yang mewariskan gen penyakit tersebut.c) Adanya penyakit pada sekitar 25% saudara kandung. Hal ini berlaku untuk kelompok silsillah. Terdapat 25% kemungkinan dua gen abnormal akan diwariskan ke satu individu. Terdapat 50% kemungkinan suatu gen normal akan memodifikasi gen yang sakit. Dalam hal ini, individu tersebut adalah seorang pembawa sifat (seperti orangtuanya), tetapi tidak menderita penyakit tersebut (yakni secara genotipe sakit, tetapi secara fenotipe normal). Pada 25% saudara kandung sisanya, dua gen normal terletak bersama-sama dan gen abnormal sama sekali hilang (yakni, individu) dengan genotipe normal). Walaupun diperlukan sejumlah silsilah untuk memastikan pewarisan resesif, satu silsilah saja dapat satu saudara kandung yang sakit tanpa suatu riwayat pendahulu.13

3. Pewarisan Resesif Terkait-X (Terkait-Sex)Banyak gen kromosom X yang tidak ditandingi oleh gen di kromosom Y. Kelainan gen-gen ini menyebabkan penyakit pada pria; pada wanita, gen resesif abnormal di kromosom X ditutupi oleh alel normalnya. Dengan demikian, hampir semua penyakit terkait-X bermanifestasi pada pria, sedangkan penyakitnya diwariskan melalui si wanita. Pria dan kakek dari pihak ibunya terkena, sedangkan wanita diantaranya adalah pembawa sifatnya.13Kriteria untuk pewarisan terkait-X adalah (1) hanya pria yang terkena, (2) penyakit di transmisikan melalui wanita pembawa sifat ke separuh anak laki-lakinya, dan (3) tidak terdapat transmisi dari ayah ke anak laki-lakinya.13Selain Teori Pewarisan Mendillian, ada teori lain yang membahas tentang teori pewarisan yakni Teori Pewarisan Maternal (Mitokondrial). Pewarisan maternal, adalah suatu kelainan yang hanya diwarisi dari ibu, tidak mengikuti hukum-hukum (yang sudah diterima) bentuk Pewarisan Mendillian apapun. Pewarisan ini memiliki relavansi khusus dengan oftalmologi karena eksistensinya diketahui melalui penelitian. Penjelasan untuk pewarisan maternal adalah adanya defek pada DNA mitokondria, yang seluruhnya berasal dari ibu individu pengidap.13Pewarisan maternal akan menghasilkan kelainan genetik yang diwariskan hanya melalui keturunan perempuan dan kemudian secara potensial ke semua keturunannya; tidak pernah ditemukan pada anak dari pasien pria dan dapat dideteksi pada setiap generasi, dengan pria dan wanita terkena sama banyak.13Biasanya bentuk miopia yang yang didapatkan dari faktor keturunan adalah jenis miopia aksial. Dimana jenis miopia ini lebih mengarah pada kelainan bentuk sumbu bola mata bukan kelainan pada indeks bias media penglihatan.13

2.5UsiaUsia dikelompokkan menjadi dua, yaitu usia kronologis dan usia biologis. Usia kronologis ditentukan berdasarkan perhitungan kalender, sehingga tidak dapat dicegah maupun dikurangi. Sedangkan usia biologis adalah usia yang dilihat dari jaringan tubuh seseorang dan tergantung pada faktor nutrisi dan lingkungan, sehingga usia biologis ini dapat dipengaruhi.14Berikut ini klasifikasi usia menurut Depkes RI 2009 :1. Masa balita=0-5 tahun2. Masa kanak-kanak=5-11 tahun3. Masa remaja awal=12-16 tahun4. Masa remaja akhir=17-25 tahun5. Masa dewasa awal=26-35 tahun6. Masa dewasa akhir=36-45 tahun7. Masa lansia awal=46-55 tahun8. Masa lansia akhir=56-65 tahun9. Masa manula=>65

Pada penderita miopia usia onset terjadinya miopia bervariasi. Miopia sering berkembang pada usia antara 6 dan 9 tahun dan meningkat selama masa remaja, dengan kemungkinan terbesar pada masa pubertas. 13Menurut Saw pada penelitiannya tahun 1996, ada peningkatan prevalensi miopia seiring dengan peningkatan umur, dari 4% dari umur 6 tahun sampai 40% pada umur 12 tahun. Lebih dari 70% dari umur 17 tahun dan lebih dari 75% pada umur 18 tahun.14Dari uraian diatas dapat dikatakan bahwa onset terjadinya miopia paling banyak terjadi pada anak dan remaja.

2.6 Kerangka Teori

Faktor Keturunan

Usia Onset dan Derajat Miopia

Faktor Perilaku

Keterangan :

Variabel yang diteliti pada penelitian ini

Variabel yang tidak diteliti pada penelitian ini

Hubungan yang diteliti pada penelitian ini

Hubungan yang tidak diteliti pada penelitian ini 2.7HipotesisDalam penelitian ini didapatkan hipotesis yang disesuaikan dengan judul penelitian mengenai hubungan faktor keturunan dengan usia onset dan derajat miopia. Hipotesis penelitian ini adalah : Ha : Adanya hubungan antara faktor keturunan dengan usia onset dan derajat miopia pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Umum Universitas Malahayati angkatan 2012 tahun 2014.

Ho :Tidak adanya hubungan antara faktor keturunan dengan usia onset dan derajat miopia pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Umum Universitas Malahayati angkatan 2012 tahun 2014.