BAB I Revisi Hampir Fix 2 (Dr Heru)

7
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Formaldehid merupakan golongan aldehida dengan rumus kimia H 2 CO. Formaldehid yang berbentuk cairan disebut formalin. Formalin mengandung 37% formaldehid dalam pelarut air dan biasanya juga mengandung 10% metanol (pelarut). 1 Pada saat ini formalin sering dibicarakan karena banyak terdapat pada bahan makanan yang kita konsumsi sehari-hari. Formalin pada umumnya digunakan untuk pengawetan mayat serta digunakan juga sebagai bahan baku industri lem, playwood (lilin), resin, desinfektan untuk pembersih lantai, kapal dan pakaian serta untuk pembasmi serangga seperti lalat, bahan pembuatan produk parfum dan lainnya. Formalin sering disalahgunakan oleh pedagang atau produsen dari industri rumahan sebagai bahan pengawet makanan agar produk yang mereka jual tahan lama dan lebih menarik. 2, 3 Larangan penggunaan formalin sebagai tambahan pangan sebenarnya telah diatur dalam berbagai perundangan antara lain UU Nomor 7/1996 Tentang Pangan, UU Nomor 8/1999 Tentang Perlindungan Konsumen, PP Nomor 28 tahun 2004 Tentang Keamanan Pangan, dan Peraturan 1

description

contoh BAB I Skripsi Eksperimental

Transcript of BAB I Revisi Hampir Fix 2 (Dr Heru)

Page 1: BAB I Revisi Hampir Fix 2 (Dr Heru)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Formaldehid merupakan golongan aldehida dengan rumus kimia H2CO.

Formaldehid yang berbentuk cairan disebut formalin. Formalin mengandung 37%

formaldehid dalam pelarut air dan biasanya juga mengandung 10% metanol

(pelarut).1

Pada saat ini formalin sering dibicarakan karena banyak terdapat pada bahan

makanan yang kita konsumsi sehari-hari. Formalin pada umumnya digunakan

untuk pengawetan mayat serta digunakan juga sebagai bahan baku industri lem,

playwood (lilin), resin, desinfektan untuk pembersih lantai, kapal dan pakaian

serta untuk pembasmi serangga seperti lalat, bahan pembuatan produk parfum dan

lainnya. Formalin sering disalahgunakan oleh pedagang atau produsen dari

industri rumahan sebagai bahan pengawet makanan agar produk yang mereka jual

tahan lama dan lebih menarik. 2, 3

Larangan penggunaan formalin sebagai tambahan pangan sebenarnya telah

diatur dalam berbagai perundangan antara lain UU Nomor 7/1996 Tentang

Pangan, UU Nomor 8/1999 Tentang Perlindungan Konsumen, PP Nomor 28

tahun 2004 Tentang Keamanan Pangan, dan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor

1168/Menkes/PER/X/1999.4-6 Namun dari berbagai hasil investigasi oleh Badan

Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) dari tahun 2011 sampai 2014 di

berbagai daerah di Indonesia, masih banyak pedagang makanan yang

menggunakan formalin sebagai pengawet. Hasil investigasi dan pengujian

laboratorium yang dilakukan Balai Besar Pengawasan Obat dan Makanan

(BPOM) di Jakarta pada tahun 2012, ditemukan sejumlah produk pangan seperti

ikan asin, mie basah dan tahu yang memakai pengawet formalin. Produk pangan

berformalin itu dijual di sejumlah pasar dan supermarket.7

Formalin sangat berbahaya jika terhirup, mengenai kulit dan tertelan. Akibat

yang ditimbulkan dapat berupa: luka bakar pada kulit, iritasi pada saluran

1

Page 2: BAB I Revisi Hampir Fix 2 (Dr Heru)

2

pernafasan, reaksi alergi dan bahaya kanker pada manusia. International

Proggrame on Chemical Safety menetapkan bahwa batas toleransi yang dapat

diterima dalam tubuh maksimum 0,1 mg/liter, jika kandungan dalam tubuh lebih

dari itu maka akan bereaksi secara kimia dengan hampir semua zat di dalam sel,

sehingga menekan fungsi sel dan menyebabkan kematian sel yang menyebabkan

kerusakan pada organ tubuh. Formalin merupakan zat yang bersifat karsinogenik

atau bisa menyebabkan kanker.8-10

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Till HP et al dengan pemberian

formalin dosis 0,1, 2, 15 dan 82 mg/kbBB/hari untuk tikus jantan selama 2 tahun

dapat mengakibatkan iritasi lambung dan kerusakan mukosa lambung berupa

hyperplasia ephitelial.11

Gaster atau lambung merupakan reservoir makanan yang berfungsi menerima

makanan atau minuman, menggiling, mencampur dan mengosongkan makanan ke

dalam duodenum (usus dua belas jari). Lambung yang selalu berhubungan dengan

semua jenis makanan, minuman dan obat-obatan dapat mengalami iritasi kronik.

Lambung juga merupakan organ makhluk hidup yang paling sensitif terhadap

kekurangan oksigen dan zat toksik.11 Namun sebenarnya lambung terlindungi oleh

lapisan mukus, tetapi oleh karena beberapa faktor iritan seperti makanan,

minuman dan obat-obatan anti-inflamasi non-steroid (OAINS), alkohol dan

empedu yang dapat menimbulkan defek lapisan mukosa dan terjadi difusi balik

ion H+ sehingga timbul gastritis akut atau kronik atau tukak gaster.12, 13

Berdasarkan uraian diatas maka diangkatlah penelitian mengenai pengaruh

pemberian folmaldehid per oral dosis akut terhadap gambaran histopatologi

gaster tikus galur wistar.

B. Rumusan masalah

Bagaimana pengaruh paparan formaldehid per oral dosis akut terhadap

gambaran histopatologi gaster tikus galur wistar?

Page 3: BAB I Revisi Hampir Fix 2 (Dr Heru)

3

C. Tujuan Penelitian

C.1 Tujuan Umum

Melihat pengaruh paparan formaldehid per oral dosis akut terhadap gambaran

histopatologi gaster tikus galur wistar.

C.2 Tujuan Khusus

a. Melihat gambaran histopatologi gaster tikus wistar yang dipapar formaldehid

akut per oral pada berbagai dosis (50, 100 dan 200 mg/kgBB).

b. Mengetahui dosis minimal yang dapat menimbulkan perubahan gambaran

histopatologi gaster tikus galur wistar

.

D. Manfaat Penelitian

a. Bagi Peneliti

Peneliti dapat melihat gambaran histopatologi gaster tikus wistar yang

dipapar formaldehid dosis akut.

b. Bagi Institusi Pendidikan

Hasil penelitian ini dapat memberikan informasi terhadap dosis yang tepat

dalam penggunaan formaldehid bagi tikus wistar dengan paparan per oral.

c. Bagi Instansi Pemerintahan

Khususnya di bidang kesehatan, hasil penelitian ini dapat menjadi acuan

untuk lebih waspada mengawasi formalin yang beredar sebagai pengawet

makanan.

d. Bagi Masyarakat Umum

Hasil penelitian ini dapat memberikan pengetahuan tentang dosis formalin

yang dapat membahayakan tubuh bila terpapar.

e. Bagi Peneliti Lain

Penelitian ini dapat memberikan informasi sebagai sumbangan teoritis,

metodologis maupun praktis terhadap pengaruh paparan formaldehid per oral

dosis akut terhadap gambaran histopatologi tikus wistar.

Page 4: BAB I Revisi Hampir Fix 2 (Dr Heru)

4

E. Keaslian Penelitian

Tabel 1.1 Keaslian Penelitian

No. Judul Penelitian Peneliti Metode Hasil

1. Two year drinking water study of formaldehid in rats

Til HP, Woutersen RA, Feron VJ, Hollanders VH, Falke HE, Clary JJ. 11

Pemberian minuman formalin dosis bertingkat dengan dosis0,1, 2, 15, 82 mg/kgbb/hari untuk tikus jantan dan 0,1, 8, 21, 109 mg/kgbb/hari untuk tikus betina selama2 tahun

Membuktikan noobserved adverse effectlevel pada dosis 15 dan 21 mg/kgbb/hari baik pada tikus jantan dan betina. Pada dosis 82 dan 109 mg/kgbb/hari respectivelydihubungkan dengan kerusakan mukosa lambung berupa hyperplasia epithelial.

2. Pengaruh formalin per oral dosis bertingkat selama 12 minggu terhadap gambaran histopatologi gaster tikus wistar

Sherly Katerina14

Pemberian formaldehid Terdapat perubahan padasecara oral dengan dosis gambaran histopatologi50, 100, 150, dan tikus wistar berupa 200 mg/kgBB selama deskuamasi epitel, erosi12 minggu. epitel dan ulserasi epitel.

Pada penelitian ini, paparan formalin akan diberikan dengan cara per sonde

sehingga dosis paparan diharapkan akan benar-benar tercapai. Fokus penelitan

dosis tepat penggunaan formaldehid bagi tikus wistar serta gambaran perubahan

histopatologi gaster tikus yang dipapar formaldehid 50, 100, dan 200 mg/kgBB

selama 2 minggu.