Bab i (Revisi 3)

14
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia sebagai makhluk sosial, manusia akan selalu berkeinginan untuk berbicara, tukar-menukar gagasan, berbagi pengalaman, mengirim, dan menerima informasi. Keinginan akan terpenuhi melalui kegiatan interaksi, di mana kegiatan interaksi tidak terlepas dari keterampilan komunikasi antarmanusia. Keterampilan komunikasi memanfaatkan kemampuan bahasa sebagai sarana untuk berkomunikasi karena komunikasi merupakan suatu kebutuhan manusia dalam hidupnya. Manusia lebih sering menggunakan komunikasi verbal saat berinteraksi dengan orang lain. Komunikasi verbal dapat dinyatakan melalui simbol- simbol atau melalui kata-kata yang baik dalam bentuk lisan maupun tulisan sebagai sarana untuk pertukaran informasi tentang apa yang dipikirkan dan dirasakan. Komunikasi verbal merupakan penyampaian yang melibatkan 1

Transcript of Bab i (Revisi 3)

Page 1: Bab i (Revisi 3)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Manusia sebagai makhluk sosial, manusia akan selalu berkeinginan untuk

berbicara, tukar-menukar gagasan, berbagi pengalaman, mengirim, dan menerima

informasi. Keinginan akan terpenuhi melalui kegiatan interaksi, di mana kegiatan

interaksi tidak terlepas dari keterampilan komunikasi antarmanusia. Keterampilan

komunikasi memanfaatkan kemampuan bahasa sebagai sarana untuk berkomunikasi

karena komunikasi merupakan suatu kebutuhan manusia dalam hidupnya. Manusia

lebih sering menggunakan komunikasi verbal saat berinteraksi dengan orang lain.

Komunikasi verbal dapat dinyatakan melalui simbol-simbol atau melalui kata-

kata yang baik dalam bentuk lisan maupun tulisan sebagai sarana untuk pertukaran

informasi tentang apa yang dipikirkan dan dirasakan. Komunikasi verbal merupakan

penyampaian yang melibatkan beberapa komponen yaitu suara, artikulasi, kelancaran,

dan kemampuan bahasa. Komponen tersebut saling berkaitan tidak dapat dipisahkan

sehingga mampu mengekspresikan perasaan, pikiran, dan pesan dengan rangkaian

kaidah bahasa melalui kalimat yang sesuai dengan aturan tata bahasa yang dituturkan

alat bicara. Komunikasi verbal ternyata tidak semudah yang dibayangkan. Hampir

semua rangsangan wicara yang disadari termasuk dalam pesan verbal disengaja

merupakan usaha yang dilakukan secara sadar untuk berhubungan dengan orang lain

secara lisan. Komunikasi verbal yang melibatkan kemampuan berbicara secara lisan

tidak mudah untuk dilakukan anak tunarungu saat berinteraksi dengan orang lain.

1

Page 2: Bab i (Revisi 3)

Anak tunarungu adalah anak yang mengalami kerusakan pada indra

pendengarannya sehingga mereka memiliki keterbatasan dalam menerima rangsang

bunyi melalui pendengarannya. Keterbatasan dalam menerima rangsang bunyi

melalui pendengarannya juga mengakibatkan keterbatasan dalam kemampuan bicara

anak tunarungu. Hilangnya pendengaran yang dimiliki oleh anak tunarungu

menyebabkan anak tunarungu mempunyai masalah terhadap kemampuan penguasaan

bahasa. Perkembangan bahasa dan bicara anak tunarungu mengalami gangguan

sehingga anak tunarungu sulit memahami pembicaraan orang lain.

Gangguan pendengaran yang dialami anak tunarungu dapat mempengaruhi

perkembangan kemampuan berbahasa dengan seluruh aspeknya. Pembelajaran

bahasa untuk anak tunarungu sangat penting peranannya dalam pencapaian

keberhasilan pendidikan adalah berbicara. Elizabeth Hurlock (dalam Edja Sadjaah,

2005:142), menyatakan anak normal berumur 2 tahun sudah memahami 200 kata,

waktu anak berumur 6 tahun telah menguasai 3600 kata dengan 15000 macam arti

sebgai basis percakapan. Usia 10 tahun anak telah mampu memahami isi bacaan dan

kosa kata yang bisa dikuasainya sebanyak 6000 kata dengan 20000 macam arti.

Kemampuan bahasa anak normal berbeda dengan kemampuan bahasa anak

tunarungu. Keterbatasan yang dimiliki oleh setiap anak tunarungu tidak

menghilangkan hak setiap anak untuk mendapatkan kesempatan yang sama dalam

segala aspek kehidupan termasuk di dalamnya kesempatan untuk memperoleh

pendidikan. Hal ini seperti yang diungkapkan di dalam Undang-undang No. 20 tahun

2

Page 3: Bab i (Revisi 3)

2003 Pasal 5 (2) dijelaskan bahwa  warga negara yang memiliki kelainan fisik,

emosional, mental, intelektual, dan/atau sosial berhak memperoleh pendidikan

khusus. Begitu juga dengan anak tunarungu berhak mendapatkan kesempatan untuk

mendapatkan pendidikan yang sama dengan anak-anak normal lainnya. Karena setiap

anak tunarungu juga berhak mengembangkan kemampuan dan potensi yang dimiliki

melalui pendidikan, baik pendidikan formal maupun non formal. Sehingga dengan

begitu, anak tunarungu juga dapat hidup mandiri dan tidak tergantung dengan orang

yang ada di sekitarnya.

Hambatan mendengar yang dimiliki anak tunarungu, menyebabkan mereka

memiliki keterbatasan dalam berkomunikasi baik dalam menerima maupun

menyampaikan pesan. Begitu juga dalam proses pembelajaran, anak tunarungu

terkadang mengalami kesulitan dalam memahami materi yang disampaikan oleh

guru. Anak tunarungu sering mengalami kurang memahami materi pelajaran yang

diajarkan oleh gurunya. Hal ini terjadi pada mata pelajaran bahasa, terutama

kemampuan berbicara yang melalui aktivitas bercakap dan wicara dalam

pembelajarannya. Oleh karena itu, guru dalam mengajar bahasa harus mengupayakan

agar anak didik dapat menerima dengan baik serta memahami materi yang sedang

dipelajari. Upaya tersebut dapat dilakukan dengan menggunakan media yang tepat

sehingga anak dalam memahami materi pelajaran yang disampaikan oleh guru.

Berdasarkan pengamatan di SLB B Karnnamanohara yang terletak di wilayah 

kota Yogyakarta bagian utara, tepatnya di  Jl.Pandean 2 gang Wulung Gandok

3

Page 4: Bab i (Revisi 3)

Condongcatur, Depok, Sleman, Yogyakarta. Pengamatan yang dilakukan di kelas

taman 3, ditemukan masalah-masalah tentang kurangnya kemampuan anak dalam

memahami materi pelajaran bahasa saat anak melakukan percakapan. Anak

mengalami kesulitan untuk mengungkapkan ide atau pikiran dan penguasaan kosa

kata yang minim. Tingkat penguasaan bahasa pada anak tunarungu akan berkembang

melalui keterampilan komunikasi verbal dengan melatih kemampuan mengucap kata,

mengucapkan kalimat, dan kemampuan mengungkapkan ide atau pikiran sehingga

dapat dipahami orang lain.

Pelaksanaan kegiatan pembelajaran saat di kelas taman 3 masih secara

klasikal, meskipun metode yang digunakan dalam pembelajaran dengan Metode

Maternal Reflektif (MMR) yang melibatkan percakapan. Proses pembelajaran bahasa

yang setiap hari melibatkan percakapan, maka anak harus aktif sehingga keterampilan

komunikasi verbalnya akan terlatih. Banyaknya jumlah anak di kelas taman 3

membuat guru sulit untuk mengkondisikan melihat berbagai karakteristik anak yang

berbeda. Guru kurang memperhatikan anak yang belum menguasai materi, sehingga

anak yang belum memahami materi hanya diam dan tidak memperhatikan sehingga

terkesan pasif.

Proses pembelajaran bahasa di kelas sangat berpengaruh terhadap

keterampilan komunikasi verbal anak tunarungu. Proses pembelajaran di kelas tidak

terlepas dari peran guru dalam menggunakan metode dan media saat mengajar.

Metode yang digunakan guru sudah baik, tetapi guru kurang bervariatif menggunakan

4

Page 5: Bab i (Revisi 3)

berbagai media karena hanya menggunakan media papan identifikasi atau gambar

saja dan guru belum menciptakan media baru yang tepat digunakan untuk

pembelajaran. Mengatasi hal ini, perlu adanya penggunaan media pembelajaran yang

menarik. Penggunaan media boneka jari merupakan salah satu media yang dapat

digunakan dalam membantu anak tunarungu dalam pembelajaran bahasa. Media

boneka jari yang terbuat dari kain flannel dapat dimodifikasi dengan membuat

berbagai tokoh sesuai dengan ketentuan tema pengenalan profesi atau pekerjan yang

akan diberikan saat pembelajaran. Pemilihan tema dalam kegiatan pembelajaran

sebaiknya dikembangkan dari hal-hal yang ada disekitar anak sehingga menarik

minat anak. Secara tampilan bentuk boneka jari juga menarik, penggunaanya

dimainkan secara berpasangan pada jari tangan kanan dan jari tangan kiri sehingga

adanya percakapan yang akan memunculkan adanya komunikasi verbal. Berbagai

bentuk boneka jari yang disesuaikan tema akan mempermudah guru dalam

menyampaikan materi dan membuat pembelajaran lebih menarik perhatian siswa,

sehingga akan membantu meningkatkan keterampilan komunikasi verbal.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan tersebut, dapat

diidentifikasi permasalahan penelitian sebagai berikut:

1. Anak tunarungu kelas taman 3 di SLB B Karnnamanohara masih mengalami

kesulitan dalam mengungkapkan ide atau pikiran sehingga saat proses

pembelajaran terlihat pasif.

5

Page 6: Bab i (Revisi 3)

2. Komunikasi verbal yang mencakup kemampuan berbicara seperti

mengungkapkan ide atau pikiran, mengucapkan kata ,dan mengucapkan

kalimat anak tunarungu kelas taman 3 di SLB B Karnnamanohara belum

menggunakan bahasa dalam konteks yang benar terlihat masih sering

mengalami kerancuan atau membolak-balikkan kata dalam kalimat sehingga

sulit dipahami orang lain.

3. Banyak media yang digunakan dalam proses pembelajaran bahasa. Peneliti

berkolaborasi dengan guru memilih menggunakan media boneka jari untuk

meningkatkan keterampilan komunikasi verbal pada anak tunarungu kelas

taman 3 di SLB B Karnnamanohara.

C. Batasan Masalah

Berbagai permasalahan yang muncul, maka penelitian ini difokuskan dalam

meningkatkan keterampilan komunikasi verbal melalui media boneka jari untuk anak

tunarungu kelas taman 3 di SLB B Karnnamanohara.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi yang telah dibatasi permasalahannya,

maka peneliti dapat merumuskan masalah sebagai berikut:

“Bagaimana meningkatkan keterampilan komunikasi verbal melalui media

boneka jari pada anak tunarungu kelas taman 3 di SLB B Karnnamanohara?”

6

Page 7: Bab i (Revisi 3)

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah maka penelitian ini bertujuan untuk

meningkatkan keterampilan komunikasi verbal melalui media boneka jari pada anak

tunarungu kelas taman 3 di SLB B Karnnamanohara.

F. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah:

1. Manfaat bagi siswa

Bagi anak tunarungu kelas taman 3 di SLB B Karnnamanohara, penggunaan

media boneka jari merupakan salah satu media yang dapat digunakan saat proses

pembelajaran bahasa untuk meningkatkan keterampilan komunikasi verbal.

2. Manfaat bagi guru

Sebagai masukan untuk menggunakan media boneka jari dalam meningkatkan

keterampilan komunikasi verbal anak tunarungu kelas taman 3 di SLB B

Karnnamanohara dan pendidikan anak berkebutuhan khusus pada umumnya.

3. Manfaat bagi sekolah

Sebagai umpan balik sekolah untuk menindak lanjuti tentang berbagai media

yang tepat untuk meningkatkan keterampilan komunikasi verbal anak tunarungu

kelas taman 3 di SLB B Karnnamanohara.

7

Page 8: Bab i (Revisi 3)

G. Definisi Operasional

Yang menjadi titik perhatian pada penelitian ini adalah:

1. Keterampilan komunikasi verbal merupakan kemampuan berbicara untuk

menyampaikan dan mengekspresikan ide atau pikiran dengan bahasa yang baik,

selain itu juga melibatkan kemampuan mengucapkan kata dan kalimat.

Keterampilan komunikasi verbal dalam penelitian ini lebih memperhatikan

kemampuan anak tunarungu untuk mengungkapkan ide atau pikiran,

mengucapkan kata, dan mengucapkan kalimat sesuai tata bahasa sehingga mudah

dipahami orang lain.

2. Anak tunarungu adalah anak yang mengalami kerusakan pada indra

pendengarannya sehingga mereka memiliki keterbatasan dalam menerima

rangsang bunyi melalui pendengarannya. Hambatan mendengar yang dimiliki

anak tunarungu, menyebabkan mereka memiliki keterbatasan dalam

berkomunikasi baik dalam menerima maupun menyampaikan pesan. Mengatasi

masalah hambatan tersebut, maka anak tunarungu memerlukan layanan

pendidikan khusus yang tepat.

3. Media boneka jari merupakan alat peraga berbentuk boneka yang dapat dibentuk

menjadi berbagai macam profesi atau pekerjaan yang ada disekitar anak. Boneka

jari terbuat dari kain flannel. Penggunaannya atau cara menggunakan yaitu secara

berpasangan pada jari tangan kanan dan jari tangan kiri sehingga adanya

percakapan yang akan memunculkan komunikasi verbal. Berbagai bentuk boneka

jari yang disesuaikan tema akan mempermudah guru dalam menyampaikan materi

8

Page 9: Bab i (Revisi 3)

dan membuat pembelajaran lebih menarik perhatian siswa, sehingga akan

membantu meningkatkan keterampilan komunikasi verbal.

9