BAB I Revisi

download BAB I Revisi

of 24

Transcript of BAB I Revisi

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Jepang adalah salah satu negara yang terletak di wilayah Asia Timur. Kepulauan Jepang membentang pada 20-4533 LU. Kepulauan Jepang memiliki luas wilayah sekitar 337.815 km.1 Dalam sejarahnya Jepang merupakan negara yang mampu menyejajarkan diri dengan negara Barat. Sejarah dan tradisi sama sekali tidak menjadi penghalang dalam meraih kemajuan, namun telah menjadi pendorong Bangsa Jepang dalam menemukan jati dirinya.2 Sejarah panjang bangsa Jepang dibagi dalam beberapa periode, yang masing-masing periode memiliki ciri yang berbeda. Periodisasi tersebut meliputi Jepang masa purba, Jepang masa awal, Jepang masa feodal, Jepang masa peralihan, Jepang modern, dan Jepang baru.3 Setiap masa dalam periodisasi Jepang mempunyai keterkaitan dan kesinambungan sehingga sejarah Jepang tidak bisa berdiri sendiri-sendiri. Masyarakat Jepang pada masa awal merupakan masyarakat yang bersifat feodal agraris. Kekuasaan dipegang oleh kaum bangsawan. Kehidupan kaum bangsawan pada masa ini sangat mewah. Hal tersebut menimbulkan gejolak dan

1 Tim Ensiklopedi Nasional Indonesia, Ensiklopedi Nasional Indonesia Jilid 7, (Jakarta: PT. Cipta Adi Pustaka, 1990), hlm. 416. 2 Taro Sakamoto, a.b. Sylvia Tiwon, Jepang Dulu dan Sekarang, (Yogyakarta: Universitas Gajah Mada Press, 1992), hlm. 1. 3 Mattulada, Pedang dan Sempoa, (Jakarta: Dirjen Pendidikan Tinggi Pendidikan dan Kebudayaan, 1997), hlm. 2-3.

pemberontakan di kalangan rakyat. Akibatnya para pemilik Shoen4 melengkapi para pekerjanya dengan senjata. Kekacauan ini menimbulkan golongan baru dalam masyarakat Jepang, yaitu golongan Samurai. Pada masa berikutnya muncul dua keluarga yang cukup dominan di Jepang, yaitu keluarga Taira5 dan keluarga Minamoto6. Kedua keluarga ini merupakan keturunan raja. Konflik dimulai ketika kedua keluarga ini memperebutkan kekuasaan tertinggi di Jepang. Konflik ini pun menyulut peperangan antara kedua keluarga.7 Perang ini akhirnya dimenangkan oleh keluarga Taira. Keluarga Minamoto akhirnya terusir dan diasingkan. Selama dalam pengasingan keluarga Minamoto membetuk kekuatan di daerah Jepang Timur. Keluarga Minamoto membentuk kekuatan dengan mempengaruhi keluargakeluarga yang lain. Setelah merasa cukup kuat keluarga Minamoto melancarkan

4 Shoen merupakan tanah milik pribadi. Sering juga diterjemahkan menjadi hal-hal yang menyangkut hak tanah dengan aturan dan hukum masing-masing sebagai cirinya. Lihat W. G. Beasly, The Japanese Experience. A Short History of Japan. a.b. Masri Maris, Pengalaman Jepang: Sejarah Singkat Jepang, (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2003), hlm. 352. 5 Keluarga Taira adalah salah satu keluarga keturunan kaisar di Jepang yang mulai muncul pada tahun 889. Nama Taira pertama kali dipakai oleh Takamochi cicit dari Kaisar Kammu. Keluarga Taira disebut juga keluarga Heike. Lihat Nio Joe Lan, Djepang Sepanjang Masa, (Jakarta: Kinta, 1962), hlm. 47. 6 Keluarga Minamoto adalah salah satu keluarga keturunan kaisar di Jepang yang muncul pada tahun 961. Kaisar Murakami memperkenalkan Tsunemoto cucu dari kaisar Seiwa sebagai keluarga Minamoto yang pertama. Keluarga Minamoto disebut juga keluarga Genji. Lihat ibid., hlm. 48. 7 Perang ini dinamakan Perang Heiji, meletus pada tahun 1159 dan berakhir pada tahun 1160. Taira Koyimori yang menjadi pempinan keluarga Taira pada masa itu, yang kemudian diangkat menjadi perdana menteri pada tahun 1167. Lihat ibid., hlm. 53.

3

serangan sebagai aksi balas dendam dibawah pimpinan Minamoto Yoritomo8. Pada tahun 1180-1185 meletus Perang Gempei. Perang antara keluarga Minamoto dengan keluarga Taira, dalam perang ini pasukan Yoritomo berhasil menghancurkan kekuasaan keluarga Taira dan membentuk pemerintahan baru. Pemerintahan Yoritomo dinamai dengan pemerintahan bakufu.9 Masa pemerintahan Yoritomo tidak berlangsung lama. Setelah terjadi kekacauan didalam keluarga Minamoto, pemerintahan Yoritomo berakhir. Pemerintahan kemudian dipegang oleh keluarga Hojo dan kemudian digantikan dengan keluarga Fujiwara. Selama masa pemerintahan keluarga Fujiwara, Jepang menerima serangan dari Bangsa Mongol. Serangan bangsa Mongol ini terjadi dua kali dibawah pimpinan Kubilai Khan.10 Serangan ini membawa dampak negatif pada kondisi pemerintahan di Kamakura. Melihat kondisi yang seperti ini Kaisar Godaigo11 pun melancarkan pemberontakan terhadap pemerintahan di Kamakura, namun pemberontakan ini berhasil dipadamkan dan Kaisar Godaigo akhirnya

8 Keturunan keluarga Minamoto yang berhasil selamat dari perang Heiji. Merupakan pemimpin baru keluarga Minamoto. Yoritomo juga merupakan penguasa Jepang setelah kehancuran keluarga Taira dalam perang Gempei. Lihat ibid., hlm. 54. 9 Bakufu secara etimologis berarti pemerintahan militer dengan pemimpin tertinggi Shogun. Bakufu merupakan tata administrasi pusat pemerintahan Jepang. Yoritomo merupakan Shogun pertama dalam sistim pemerintahan bakufu. Lihat ibid., hlm. 348 10 Ibid., hlm. 61-62. 11 Godaigo adalah kaisar Jepang yang memerintah dari tahun 1318-1339. Godaigo melakukan pemberontakan pada tahun 1333, dan berhasil menumbangkan pemerintahan Kamakura. Pada tahun 1336 ia mendirikan Kekaisaran Selata sebagai tandingan dari Kekaisaran Utara di Kyoto. Kekaisaran Selatan berhasil dihancurkan pada masa Yoshimitzu menjadi shogun. Lihat ibid., hlm. 63.

diasingkan di pulau Oki. Belum genap satu tahun di pengasingan Kaisar Godaigo telah berhasil melarikan diri. Mendengar hal itu, pemerintahan Kamakura segera mengirim Ashigaka Takauji12 untuk membunuh Kaisar Godaigo. Namun Ashigaka membelot dari pemerintahan Kamakura dan membantu Kaisar Godaigo untuk memberontak. Akhirnya Kaisar Godaigo berhasil mengalahkan pemerintahan Kamakura dan menjadi penguasa Jepang dengan dibantu Ashigaka Takauji. Pada masa pemerintahan Kaisar Godaigo, terjadi konflik antara kaisar dengan para bangsawan. Ashigaka keluar sebagai pemimpin para bangsawan dan memberotak kepada Kaisar Godaigo. Dengan dukungan para bangsawan Ashigaka berhasil menumbangkan pemerintahan Kaisar Godaigo. Ashigaka kemudian memindahkan pemerintahan ke wilayah Muromachi. Pusat

pemerintahan berada di Provinsi Kyoto dengan Ashikaga sebagai Shogun13. Karena pemerintahan berada di wilayah Muromachi maka jaman ini dinamai dengan jaman Muromachi.14 Pada jaman ini muncul konflik-konflik yang mengakibatkan timbulnya kekacauan yang cukup besar. Kekacauan terjadi hampir sepanjang periode ini. Karena kekacauan yang timbul, maka periode ini dinamai

12 Ashigaka Takauji adalah salah satu jendral perang pemerintahan Kamakura. Ia juga merupakan salah satu keturunan Raja Jepang. Lihat ibid., hlm. 64. 13 Shogun adalah pemegang kekuasaan tertinggi pemerintahan bakufu di Jepang. Shogun juga merupakan perdana menteri kekaisaran Jepang. Lihat ibid hlm. 69. 14 Muromachi adalah salah satu periodisasi sejarah Jepang. Zaman ini berlangsung dari tahun 1336 sampai tahun 1573. Lihat ibid.

5

dengan periode Sengoku.15 Pada pertengahan periode ini terjadi Perang Onin, perang terbesar yang pernah terjadi di Jepang. Perang ini meletus karena adanya konflik antar keturunan Shogun dan konflik antar daimyo16. Perang Onin berlangsung selama sepuluh tahun yaitu dari tahun 1467 sampai tahun 1477. Perang meletus pertama kali di Provinsi Kyoto kemudian meluas ke provinsi-provinsi lain. Perang Onin menyebabkan Jepang pecah dalam provinsi-provinsi dibawah kekuasaan para daimyo. Penulis tertarik untuk mengkaji Perang Onin karena perang ini merupakan perang terbesar yang pernah terjadi di Jepang. Perang ini terjadi selama sepuluh tahun, juga merupakan perang yang paling lama di Jepang. Selain itu Perang Onin merupakan perang yang menandai babak baru dalam sejarah Jepang. Dalam perang ini konflik yang ada cukup rumit, melemahnya kekuatan Shogun yang dimanfaatkan oleh para daimyo untuk meneruskan kepentingannya, konflik internal antar keturunan Shogun, dan dendam antara dua keluarga besar di Jepang.

Rumusan Masalah 15 Sengoku berasal dari bahasa Cina yang berarti tahun-tahun peperangan. Tahun dimana terjadi kekacauan di Jepang dan terjadi perang yang berlangsung lama. Terjadi pada masa Jepang dibawah pemerintahan keluarga Ashikaga. Masa ini berlangsung dari tahun 1460 sampai tahun 1560. Lihat Masri Maris. loc cit. 16 Daimyo sebenarnya hanya berarti nama besar. Daimyo diartikan sebagai penguasa atau tuan tanah. Daimyo sangat berkuasa di daerah masing-masing dengan dibantu oleh para samurainya. Lihat Nio Joe Lan, op cit., hlm 71.

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut: Apa yang menjadi latar belakang terjadinya Perang Onin? Bagaimanakah kronologis terjadinya Perang Onin? Apakah dampak dari Perang Onin?

Tujuan Penelitian Tujuan Umum Melatih daya pikir kritis, analitis, dan sistematis dalam melakukan penelitian sejarah. Menerapkan metode penelitian sejarah dalam penulisan sejarah. Meningkatkan kualitas sumber daya manusia sebagai calon pendidik dalam analisisnya terhadap suatu peristiwa masa lampau. Menambah pengetahuan tentang sejarah Asia Timur, khususnya sejarah Jepang. Tujuan Khusus Mengetahui latar belakang meletusnya Perang Onin. Mengetahui kronologi Perang Onin. Mengetahui dampak dari Perang Onin.

Manfaat Penelitian

7

Bagi Pembaca Menambah pengetahuan tentang sejarah Asia Timur, khususnya sejarah Jepang. Memberi gambaran umum tentang Perang Onin. Hasil penulisan ini diharapkan dapat menjadi sumber informasi atau acuan bagi penulisan karya tulis sejarah selanjutnya. Bagi Penulis Penulisan ini menjadi tolok ukur kemampuan penulis di dalam

merekonstruksi peristiwa sejarah. Menambah pengetahuan tentang sejarah Asia Timur, khususnya sejarah Jepang tentang Perang Onin. Meningkatkan minat terhadap sejarah Asia Timur.

Kajian Pustaka Kajian pustaka adalah kajian terhadap sumber-sumber pustaka yang ada. Kajian pustaka dilakukan untuk mendapatkan jawaban sementara dari rumusan masalah berdasarkan sumber-sumber pustaka yang ada. Penulisan skripsi ini menggunaka kajian pustaka sebagai berikut: Rumusan masalah yang pertama adalah latar belakang meletusnya Perang Onin. Kemunduran Keshogunan telah dimulai jauh sebelum zaman Muromachi. Kemunduran tersebut telah dimulai pada masa Shogun ketiga keluarga Ashigaka yaitu Shogun Yosimtizu. Kepercayaan terhadap Shogun mulai terkikis dan wibawanya pun merosot. Pada masa ini Shogun tidak dapat menguasai seluruh

pemimpin tentara dan biara-biara Budha.17 Keadaan ini berlangsung hingga masa Shogun kedelapan yaitu Ashigaka Yoshimasa. Seorang Shogun yang tidak berminat dalam hal ketatanegaraan. Yoshimasa lebih menekuni bidang kesusastraan dan kesenian. Hal ini menyebabkan kondisi pemerintahan kacau. Hal tersebut terlihat pada naiknya harga dan keadaan keuangan negara yang sangat buruk. Keadaan ini diperburuk dengan kebijakan Yoshimasa menaikan pajak. Kenaikan pajak tersebut membuat para pemimpin keluarga dan daimyo membelot dan melaksanakan pemerintahan sendiri di masing-masing daerahnya.18 Kesenangan Yoshimasa terhadap bidang seni sangat tinggi. Ia membangun Paviliun Perak di Kyoto. Pada masa pemerintahan Yoshimasa banyak sekali menghasilkan karya seni. Dengan banyaknya peninggalan karya seni tersebut maka masa pemerintahan Yoshimasa disebut dengan Zaman Higashiyama.19 Yoshimasa tidak mempunyai keturunan untuk melanjutkan tahta Keshogunannya. Gijin, adik kandung Yoshimasa yang saat itu sudah menjadi Biksu diminta untuk meneruskan tahtanya. Gijin keluar dari biksu dan menjadi anak angkat Yoshimasa dengan nama Ashigaka Yoshimi. Setelah Gijin keluar dari biara secara tidak terduga pada tahun 1465 lahir seorang putra dari istri Yoshimasa yang bernama Tomiko. Putra tersebut diberi nama Yoshihisa.20 17 Nio Joe Lan, op cit., hlm. 70. 18 Frank Brinkley, A History of Japanese People, (Kyoto: Kyoto University Press, 2007), hlm. 309. 19 Nama Higashiyama diambil dari nama salah satu tempat di Kyoto dimana Paviliun Perak didirikan. Lihat Nio Joe Lan, op cit., hlm. 71. 20 Donald Keene, Yoshimasa and The Silver Paviliun, (Columbia:

9

Adanya dua pewaris tahta Shogun menjadi permulaan konflik. Gijin yang telah keluar dari biara tetap menuntut janji Yoshimasa untuk mengangkatnya menjadi Shogun, dipihak lain Tomiko pun tidak rela untuk melepas tahta Shogun kepada Gijin. Ia tetap menginginkan Yoshihisa yang menjadi penerus Keshogunan Keluarga Ashigaka. Konflik dan kekacauan pada masa ini akhirnya meluas menjadi Perang Onin. Rumusan masalah yang kedua adalah bagaimana kronologi Perang Onin. Situasi yang sudah cukup panas ini diperparah dengan konflik antar daimyo di provinsi. Daimyo yang telah kehilangan kepercayaan mulai mempersenjatai para pekerjanya dan mulai saling menyerang untuk memperebutkan kekuasaan. Konflik perebutan kekuasaan di provinsi pun semakin meluas. Muncul dua kekuatan besar diantara para daimyo. Dua kekuatan besar yang muncul adalah keluarga Yamana Mochitoyo (Yamana Sozen) dan pejabat kanrei21 Hosokawa Katsumoto.22 Dua keluarga tersebut pun bersekutu dengan Shogun. Yoshihisa yang kecewa dengan Yoshimasa digandeng oleh Yamana Sozen dan di pihak yang berseberangan, Yoshimi dibawah naungan Tomiko bersekutu dengan Hosokawa Katsumoto. Pertempuran pertama meletus di Kuil Kami Goryo, dilanjutkan

Columbia University Press, 2003), hlm. 55. 21 Kanrei adalah penasehat Shogun yang ditugaskan sebagai pimpinan di provinsi. Kanrei dipegang oleh tiga cabang keluarga Ashigaka, yaitu keluarga Hosokawa, Shiba, dan Hatakeyama, namun pada masa Sengoku kedudukan Kanrei tergeser oleh para daimyo. Kanrei sebagai wakil Shogun kehilangan legitimasinya. Lihat Taro Sakamoto, op cit., hlm. 29. 22 Stephen Turnbull, Samurai Comanders (1) 940-1576, (Great Britain: Osprey Publishing, 2005), hlm. 41.

dengan serangan Hosokawa ke Isshiki, lalu dibalas oleh Yamana Sozen dengan menyerang Shokoku-ji, pertempuran pun meluas ke provinsi lain.23 Kekacauan yang dimulai Yamana Sozen dan Hosokawa mempengaruhi para daimyo di provinsi lain. Para daimyo segera bersekutu dengan salah satu pihak. Yamana Sozen dengan para daimyo akhirnya membentuk Pasukan Barat dan di pihak lain Hosokawa dan para daimyo yang lain membentuk Pasukan Timur.24 Terbentuknya dua pasukan tersebut menjadi awal peperangan besar di Jepang. Saling serang antara kedua kekuatan tidak dapat dihindarkan. Peperangan terjadi selama kurang-lebih sepuluh tahun dari tahun 1467-1477. Perang inilah yang nantinya disebut sebagai Perang Onin. Perang berakhir dengan damai. Masing-masing kekuatan telah merasa lelah dengan perang selama sebelas tahun itu. Terbunuhnya Yamana Sozen dan Hosokawa juga menjadi penyebab berakhirnya perang ini. Yamana tewas diusianya ke-70, dua bulan setelah keponakanya diangkat menjadi pimpinan Pasukan Barat dan Hosokawa tewas diusianya ke-40. Kematian Hosokawa sampai sekarang masih belum jelas. Rumusan masalah yang terakhir adalah dampak dari Perang Onin. Putra Yamana Sozen yang bernama Yamana Masatoyo berdamai dengan putra Hosokawa Katsumoto yang bernama Hosokawa Masamoto. Perdamaian ini menjadi tanda berakhirnya Perang Onin meskipun setelah itu masih ada perang yang terjadi di beberapa provinsi. Sembiolan hari setelah itu, Keshogunan

23 Ibid., hlm. 42. 24 Donald Keene, op cit., hlm. 66.

11

mengadakan pesta merayakan berakhirnya perang.25 Kalangan bangsawan dan rakyat yang terusir dari kota Kyoto akibat Perang Onin membuka lahan baru di daerah sekitar Kyoto. Kondisi lingkungan dan keamanan Kyoto menjadi sangat buruk, epidemi, kebakaran, perampokan, dan kerusuhan sering terjadi. Ditambah dengan kepulangan para daimyo dan pengikutnya ke provinsi asal mereka. Pembangunan kembali kota Kyoto berlangsung sangat lambat. Akibat musibah yang sering menimpa Kyoto, kaisar berulang kali mengubah nama zaman di Jepang (Chokyo, Entoku, Meio).26 Kekacauan selama sebelas tahun telah mengakibatkan kehancuran Jepang. Setelah perang berakhir para daimyo dan bangsawan kembali ke wilayahnya masing-masing meninggalkan Kyoto yang telah hancur. Sistim politik Jepang kacau, kekuasaan yang semula terpusat pada Shogun sudah hilang. Masingmasing daerah memiliki pemerintahan sendiri yang dipimpin oleh daimyo. Ekonomi Jepang pun ikut goyah. Kenaikan pajak akibat perang tidak dapat dihindarkan sehingga menimbulkan bencana. Masyarakat Kyoto akhirnya membuka lahan di sekitar wilayah Kyoto. Pertumbuhan ekonomi Kyoto sangat lambat. Hanya para daimyo dan bangsawan yang masih bertahan di Kyoto yang mendominasinya. Perang Onin juga menjadi tanda berakhirnya kekuasaan keluarga Ashigaka di Jepang. Setelah Yoshimasa kedudukan Shogun diberikan pada Yoshihisa. Yoshihisa yang saat itu besar dalam keadaan kekacauan tidak mampu

25 Ibid., hlm. 72. 26 Frank Brinkley, op cit., 313.

menjalankan kekuasaanya. Meskipun perang besar telah berakhir, namun konflikkonflik antar daimyo di masing-masing daerah tetap ada. Tahun 1489 Yoshihisa meninggal tanpa dikaruniai anak. Sebelun dia meninggal, ia meminta Yoshinate 27 untuk menggantikannya. Setelah Yoshinate kedudukan Shogun digantikan oleh Yoshizumi kemudian Yoshiharu kemudian Yoshiteru dan keluarga Ashigaka terakhir adalah Yoshiaki. Pemerintahan Shogun setelah Perang Onin merupakan perintahan yang suram dalam sejarah Jepang. Setelah kekacauan pada masa Perang Onin kedudukan Shogun hanya menjadi simbol saja. Segala urusan pemerintahan berada di tangan para pejabat Keshogunan. Citra Shogun di mata rakyat semakin merosot. Kepercayaan rakyat terhadap Shogun pun hilang. Hal itu dikarenakan pemerintahan Shogun yang hanya mengedepankan kepentingan para bangsawan dan pejabat saja.28

Historiografi yang Relevan Historiografi yang relevan merupakan kajian historis yang memiliki kemiripan tema atau topik yang telah dilakukan sebelumnya. Historiografi yang relevan berfungsi untuk menunjukkan keaslian atau orisinilitas dari suatu penulisan. Historiografi yang relevan menunjukan perbedaan-perbedaan antara 27 Yoshinate adalah anak dari Yoshimi. Setelah Yoshimasa mengingkari janjinya untuk menjadikan Yoshimi sebagai Shogun, untuk kembali mempersatukan keluarga Ashigaka ia berjanji pada Yoshimi untuk menjadikan Yoshinate sebagai Shogun. Lihat Frank Brinkley, ibid., hlm. 314. 28 Ibid., hlm. 316.

13

karya yang terdahulu dengan karya ini. Dari penjelasan historiografi yang relevan tersebut, maka penulis menemukan beberapa historiografi yang relevan dengan penulisan yang akan diajukan, sebagai berikut. Sebagai historiografi yang relevan penulis menggunakan tulisan karya Miki Seichiro yang berjudul Studies in Early Modern Japan History the Reorganization of Local Order in the Early Modern Period. Tulisan ini dimuat dalam Jurnal Acta Asiatic No. 87 tahun 2004. Tulisan ini memaparkan tentang Jepang pada masa kekacauan (Sengoku Period). Dijelaskan pula perjalanan kekuasaan dari Oda Nobunaga yang kemudian digantikan oleh Toyotomi Hideyoshi hingga munculnya Shogun Tokugawa. Kondisi Jepang pada tahun 1500-1600 juga dijelaskan dalam tulisan ini. Diawali dengan keruntuhan Keshogunan Ashigaka dan diakhiri dengan berdirinya Keshogunan Tokugawa. Konflik antar klan yang mewarnai perebutan kekuasaan pun dipaparkan dalam tulisan ini. Konflik antar daimyo satu dengan yang lain hingga menyebabkan meletusnya perang juga dipaparkan dalam tulisan ini. Perbedaan antara tulisan ini dengan skripsi yang akan ditulis adalah: periodisasi waktu yang diambil dan pokok masalah yang diambil. Dalam tulisan ini periodisasi yang diambil antara tahun 1500-1600, yaitu pada masa kekuasaan Oda Nobunaga, sedangkan periodisasi yang diambil dalam skripsi yang akan dibuat adalah Jepang masa Sengoku, yaitu tahun 1467-1477. Pokok kajian dalam tulisan ini adalah keadaan masyarakat pada masa pemerintahan Oda Nobunaga, sedangkan pokok kajian yang akan dibahas dalam skripsi adalah Perang Onin, perang saudara pada periode Sengoku. Historiografi relevan selanjutnya adalah skripsi dengan judul Perjuangan Oda Nobunaga Dalam Usaha Penyatuan Wilayah Jepang (1573-1598) yang ditulis oleh Cobo Pamungkas, mahasiswa Pendidikan Sejarah Universitas Negeri Yogyakarta. Skripsi ini memaparkan tentang perjuangan Oda Nobunaga yang dibantu oleh Toyotomi Hideyoshi dan Tokugawa Ieyasu dalam usahanya mempersatukan Jepang. Kebijakan-kebijakan yang diambil Oda Nobunaga meliputi kebijakan dalam negeri dan kebijakan luar negeri, kebijakan untuk melindungi wilayah Jepang, kebijakan untuk memperluas wilayah Jepang, dan kebijakan dalam menjalin hubungan denga luar negeri. Salah satu kebijakannya adalah kebijakan untuk menyerang Korea yang akhirnya menjadi bomerang bagi Oda Nobunaga, dengan keruntuhan Jepang. Ada kemiripan dari tulisan ini dengan skripsi yang akan ditulis, yaitu membahas tentang kekacauan yang terjadi di Jepang. Jika pada tulisan ini Jepang kacau karena serangan Korea, sedangkan dalam skripsi yang akan ditulis Jepang kekacauan terjadi karena konflik internal. Konflik memperebutkan tahta Shogun, yang akhirnya menjadi latar belakang meletusnya Perang Onin. Metode Penelitian dan Pendekatan Penelitian

Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah penelitian pustaka, yaitu melakukan kajian terhadap buku-buku yang relevan dengan permasalahan. Metode sejarah kritis juga diterapkan dalam penelitian ini. Dalam penerapannya metode sejarah kritis meliputi proses pengumpulan, menguji, menganalisis sumber dengan disertai kritik baik intern maupun ekstern, kemudian diinterprestasikan serta disajikan dalam bentuk penulisan karya sejarah. Menurut Louis Gottscchalk ada empat tahapan dalam proses penelitian sejarah, yaitu:29 Heuristik Kegiatan menghimpun jejak-jejak masa lampau yang dikenal dengan data sejarah. Pada tahap ini penulis harus menentukan tema, judul serta melakukan pengumpulan sumber-sumber sejarah yang berkaitan dengan judul ataupun tema yang diambil oleh penulis. Skripsi mengenai Perang Onin ini merupakan penelitian pustaka. Oleh karena itu, penulis melakukan kegiatan pengumpulan sumber-sumber sejarah dari literaturliteratur yang tentu saja berkaitan dengan topik permasalahan. Pada dasarnya sumber sejarah terdiri dari tiga macam sumber. Pertama, sumber benda (artifact) dapat berupa foto-foto, alat-alat atau bangunan. Kedua, sumber lisan yang berperan dalam mengembangkan substansi penulisan sejarah. Ketiga, sumber tertulis dapat berupa suratsurat, notulen rapat, kontrak kerja, dan sebagainya. 29 Nugroho Notosusanto, Norma-Norma dan Penulisan Sejarah, (Jakarta: Dephankam, 1971), hlm. 19.

15

Berdasarkan permasalahan yang diajukan dalam penelitian ini, penelitian ini dapat digolongkan dalam penelitian historis dengan melakukan studi pustaka. Studi pustaka dalam penelitian ini diperoleh dari buku-buku yang ada di berbagai perpustakaan diantaranya: Unit Perpustakaan Pusat Universitas Negeri Yogyakata, Perpustakaan Jurusan Pendidikan Sejarah UNY, Perputakaan Fakultas Ilmu Budaya UGM Yogyakarta, Perpustakaan St. Ignatius College Yogyakarta, Perpustakaan Daerah Yogyakarta, dan sumber-sumber dari internet yang dapat di pertanggungjawabkan. Secara garis besar sumber sejarah dibedakan menjadi dua macam, yaitu: Sumber Primer Menurut Louis Gottschalk sumber primer merupakan

kesaksian daripada seorang saksi dengan mata kepala sendiri atau saksi dengan panca indera yang lain atau dengan alat mekanis seperti diktafon, yaitu orang atau alat yang hadir pada peristiwa yang diceritakannya yang selanjutnya disebut dengan saksi mata. Skripsi ini tidak menggunakan sumber primer dikarenakan jauhnya rentang waktu penulisan dengan objek sehingga membuat akses penulis terhadap sumber primer sangat sulit diperoleh.

Sumber Sekunder Sumber sekunder adalah sumber yang berasal dari orang kedua

yang memperoleh berita dari sumber primer atau dari seseorang yang secara tidak langsung melakukan pandangan mata atau hadir pada saat peristiwa itu disahkan dan yang sejaman.30 Penulisan skripsi ini menggunakan beberapa sumber sekunder. Hal ini dikarenakan rentang yang sangat jauh antara peristiwa yang dikaji dengan penulisan yang dilakukan. Jauhnya rentang waktu tersebut mengakibatkan penulis tidak mampu menemukan sumber primer. Verifikasi Verifikasi yaitu suatu proses pengujian dan menganalisa secara kritis mengenai keotentikan sumber-sumber yang berhasil dikumpulkan. Verifikasi ada dua macam: autentisitas, atau keaslian sumber, atau kritik ekstern dan kredibilitas atau kebisaan dipercaya atau kritik intern31. Kritik intern adalah penilaian terhadap sumber sejarah dari isi sumber dokumen tersebut, jadi keaslian dokumen di analisis berdasarkan isinya. Kritik intern dalam skripsi ini dilakukan dengan melihat latar belakang penulis, institusi yang menerbitkan, pengecekan silang antara satu sumber dengan sumber yang lain. Melihat latar belakang penulis dan instansi yang menerbitkan perlu dilalukan untuk melihat kredibilitas, kepentingan dan

kecenderungan dari tulisan. Hal ini dilakukan untuk mengantisipasi

30 Louis Gottschalk a.b. Nugroho Notosusanto, Mengerti Sejarah, (Jakarta: UI Press, 1985), hlm. 78. 31 Kuntowijoyo, Pengantar Ilmu Sejarah, (Yogyakarta: Bentang Budaya, 2005), hlm. 100.

17

munculnya opini-opini yang dapat merusak fakta yang ada. Kritik ekstern adalah kritik yang dilakukan untuk mengkaji sumber sejarah dari luar, mengenai keaslian dari kertas yang dipakai, ejaan tulisan, gaya tulisan, jenis tinta dan semua penampilan luarnya untuk mengetahui autensitasnya. Kritik ekstern dalam skripsi ini digunakan untuk melihat sumber dari gaya bahasanya. Verifikasi sangat diperlukan dalam penulisan sejarah, karena semakin kritis dalam menilai suatu sumber sejarah, semakin otentik penelitian sejarah yang dilakukan. Dalam penulisan skripsi ini, verifikasi sangat diperlukan. Rentang waktu kajian dengan penulis terpaut jarak yang relatif jauh, sehingga hanya dimungkinkan menggunakan sumber pustaka. Kritik sumber akan sangat diperlukan oleh penulis, terutama untuk menentukan otentisitas pustaka tentang Perang Onin. Isi dalam pustaka yang digunakan dalam penulisan skripsi harus melalui kritik intern, sehingga diperoleh data otentik. Interpretasi Interpretasi adalah menetapkan makna yang saling berhubungan dari fakta-fakta sejarah yang telah diperoleh dan ditetapkan kritik ekstern dan intern.32 Dengan terwujudnya fakta sejarah, belum bisa disebut sejarah dalam arti cerita tentang apa yang telah dialami manusia diwaktu yang lampau. Fakta-fakta sejarah yang telah diwujudkan perlu dihubungkan dan dikaitkan satu sama lain sedemikian rupa sehingga antara fakta yang satu 32 Sidi Gazalba, Pengantar Sejarah sebagai Ilmu, (Jakarta: Bhratara Karya Aksara, 1981), hlm. 115.

dengan fakta yang lain kelihatan sebagai suatu rangkaian yang masuk akal, dalam arti menunjukkan kecocokan satu sama lainnya. Studi pustaka yang dilakukan selama proses penulisan skripsi akan dimaknai secara utuh hanya jika sumber yang diperoleh sudah dianggap cukup mewakili kebenaran, otentisitas, kredibilitas dan reliabilitas. Ketergantungan interpretasi terhadap kritik intern-ekstern pustaka yang berhubungan dengan Perang Onin akan menentukan objektif atau tidaknya serta komprehensif atau tidaknya hasil pemaknaan. Penulisan Penulisan sejarah adalah tingkat akhir dari kegiatan penelitian sejarah. Fakta-fakta sejarah dari berbagai sumber yang telah

diinterpretasikan kemudian dituangkan dalam cerita sejarah dan disajikan menjadi suatu karya sejarah. Penulisan karya sejarah mempunyai dua sifat, yaitu tulisan sejarah naratif dan non-naratif.33 Sejarah naratif ingin membuat deskripsi tentang masa lampau dengan merekonstruksi apa yang terjadi serta diuraikan sebagai cerita menurut proses waktu. Sementara itu sejarah non-naratif merupakan karya sejarah yang berpusat pada masalah. Sedangkan penulisan skripsi ini merupakan penulisan sejarah naratif.

Pendekatan Penelitian Penulisan sejarah selain melakukan analisis kausalitas yang terdapat dalam metode penelitian juga harus menggunakan pendekatan-pendekatan 33 Sartono Kartodirdjo, Pendekatan Ilmu Sosial dalam Metodologi Sejarah, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1992), hlm 54.

19

ilmu sosial guna menganalisis peristiwa dan perubahan yang terjadi dalam masyarakat. Penulisan skripsi ini menggunakan beberapa pendekatan ilmu sosial, antara lain pendekata politik, sosiologis, militer, dan ekonomi. Beberapa pendekatan ilmu sosial ini digunakan agar penulisan yang dihasilkan dapat lebih objektif. Pendekatan politik adalah pendekatan yang menyoroti struktur kekuasaan, jenis kepemimpinan, pertentangan dan lain sebagainya.34 Menurut Deliar Noer pendekatan politik adalah segala usaha, tindakan, atau kegiatan manusia dalam kegiatannya yang berhubungan dengan kekuasaan suatu negara yang bertujuan untuk mempengaruhi, mengubah atau

mempertahankan suatu bentuk susunan masyarakat.35 Menurut Sartono Kartodirdjo, pendekatan politik adalah pendekatan yang mengarah pada struktur kekuasaan, jenis kepemimpinan, hierarki sosial, pertentangan dan lain sebagainya.36 Pendekatan politik dalam penulisan skripsi ini digunakan untuk mengkaji kedudukan Shogun yang mulai melemah, kemunculan para daimyo sebagai penguasa baru di provinsi-provinsi, dan kepentingankepentingan dibalik perebutan kedudukan Shogun. Pendekatan sosiologis merupakan suatu pendekatan yang bertujuan untuk mempelajari manusia sebagai anggota golongan atau masyarakat yang terikat dengan adat, kebiasaan, kepercayaan atau agamanya, tingkah laku,

34 Ibid., hlm. 4. 35 Deliar Noer, Pengantar ke Pemikiran Politik Jilid 2, (Jakarta: Rajawali, 1983), hlm. 5. 36 Sartono Kartodirjo, op cit., hlm. 144.

serta keseniannya.37 Sementara menurut Max Webber, pendekatan sosiologis dimaksudkan sebagai upaya pemahaman interpretatif dalam kerangka memberikan penjelasan kausal terhadap perilaku-perilaku sosial dalam sejarah.38 Pendekatan sosiologi juga bisa digunakan untuk melihat konflik dalam suatu masyarakat, bangsa bahkan negara. Pendekatan sosiologis digunakan untuk mengkaji keadaan masyarakat Jepang sebelum Perang Onin dan sesudahnya sebagai latar belakang dan dampak dari Perang Onin serta untuk mengkaji konflik-konflik yang muncul pada masa itu. Pendekatan militer merupakan kebijakan pemerintah mengenai persiapan dan pelaksanaan perang yang menentukan baik buruknya serta besar kecilnya potensi dan kekuatan negara, dengan demikian aktivitas militer mengikuti aktivitas politik suatu negara.39 Pendekatan militer digunakan untuk mengkaji kebijakan yang diambil oleh Yoshimasa pada masa pemerintahannya, dan mengkaji Perang Onin itu sendiri. Pendekatan ekonomi merupakan penjabaran dari konsep-konsep ekonomi sebagai pola distribusi, alokasi, dan konsumsi yang berhubungan dengan sistim sosial dan stratifikasinya dapat mengungkapakan peristiwa atau fakta dalam kehidupan ekonomi, sehingga dapat dipastikan kaidah atau

37 Hasan Shadily, Sosiologi untuk Masyarakat Indonesia, (Jakarta: Bina Aksara, 1984), hlm. 82. 38 A. Daliman, Panduan Penelitian Historis, (Yogyakarta: Lembaga Penelitian UNY, 2006), hlm. 22. 39 Sayidiman Suryohadiprojo, Suatu Pengantar dalam Ilmu Perang: Masalah Pertahanan Negara, (Jakarta: Intermasa, 1981), hlm. 66.

21

hukumnya.40 Sedangkan menurut Sartono Kartodirdjo pendekatan ekonomi merujuk pada penggunaan uang, tenaga, waktu, dan lain sebagainya yang berharga dan dapat diartikan sebagai tata kehidupan perekonomian negara.41 Pendekatan ini digunakan untuk mengkaji keadaan ekonomi Jepang pada masa pemerintahan Shogun Yoshimasa dan kebijakan-kebijakan yang ia ambil. Pendekatan ini juga digunakan untuk mengkaji keadaan ekonomi Jepang setelah Perang Onin berakhir.

Sistematika Pembahasan Penulisan skripsi yang berjudul Perang Onin: Perang Saudara di Jepang pada Tahun 1467-1477 mempunyai sistematika penulisan sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN Bagian ini penulis menguraikan hal-hal mendasar dari penulisan skripsi. Pendahuluan berisi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian yang berisi tujuan umum dan tujuan khusus, manfaat penelitian yang berisi manfaat bagi penulis dan manfaat bagi pembaca, kajian pustaka, historiografi yang relevan, metode penulisan, dan sistematika penulisan.

40 Sidi Gazalba, op cit., hlm. 33. 41 Sartono Kartodirdjo, op cit., hlm. 4.

BAB II LATAR BELAKANG PERANG ONIN Bagian bab ini berisi pembahasan mengenai latar belakang terjadinya Perang Onin. Bab ini akan membahas tentang Kondisi masyarakat Jepang masa pemerintahan Shogun Yoshimasa, konflik antar daimyo, dan janji Shogun Ashigaka Yoshimasa kepada Ashigka Yoshimi.

BAB III PROSES TERJADINYA PERANG ONIN Bagian ini menjabarkan tentang kronologis terjadinya Perang Onin. Dimulai denga penjabaran dua kekuatan yaitu pasukan barat dan pasukan timur, pertempuran yang paling besar yang terjadi di Kyoto, perang yang meluas ke provinsi-provinsi, dan berakhir dengan perdamaian kedua pasukan.

BAB IV DAMPAK PERANG ONIN Pada bagian ini akan dijelaskan mengenai dampak yang timbul akibat meletusnya Perang Onin. Menjelaskan kondisi Kyoto setelah Perang Onin, tentang keadaan politik, ekonomi dan sosial Jepang setelah perang Onin, dan keruntuhan keluarga Ashigaka sampai kemunculan keluarga Oda Nobunaga.

BAB V KESIMPULAN Bab ini berisi kesimpulan dari keseluruhan pembahasan pada bab-bab sebelumnya. Kesimpulan yang diperoleh merupakan jawaban-jawaban yang menjadi pokok pertanyaan dalam rumusan masalah.

23

Daftar Pustaka

Ambree, Ainsley T. (1978). Emcyclopedia of Asian History. New York: Charles Scribners Son. Anderson, Currtis. (2002). A Short History of Japan: From Samurai to Soni. Australia: Allen and Unwin. Beasley, W. G. a.b. Masri Haris. (2003). Pengalaman Jepang: Sejarah Singkat Jepang. Jakarta: Obor Indonesia. Brinkley, Frank. (2007). A History of Japanese People. Kyoto: Kyoto University Press. Burk, Ardath W. (1981). Japan: Profile of A Postindustrial Power. Colorado: Westview Press. Gotttschalk, Louis. (1986). Mengerti Sejarah. Jakarta: IU Press. Hall, John W. (1978). Japan From Prehistory To Modern Times. New York: Dell Publishing. Helius Sjamsuddin. (1994). Metodologi Sejarah. Jakarta: Depdikbud. Huffman, James L. (2010). Japan In World History. New York: Oxford University Press. I Ketut Surajaya. (1986). A History of Political in Japan. Jakarta: Gramedia. Ishii, Ryosuke a.b. Sunaryo, J.R. (1988). Sejarah Institusi Politik Jepang. Jakarta: Gramedia Pustaka. Keene Donald. (2003). Yoshimasa and The Silver Paviliun. Columbia: Columbia University Press. Kuntowijoyo. (1995). Pengantar Ilmu Sejarah. Yogyakarta: Bentang Budaya. Lan, Nio Joe. (1962). Djepang Sepanjang Masa. Jakarta: Kinta. Latourette, Keneth S. (1957). The Hisory of Japan. New York: The Macmilla Company. Mattulada. (1979). Pedang dan Sempoa: Suatu analisis Kultural Perasaan Kepribadian Orang Jepang. Jakarta: Dirjen DIKTI. Norton, J. L. (1983). Jepang Purba. Jakarta: Tira Pustaka. Nogroho Notosusanto. (1978). Masalah Penelitian Sejaraha (Suatu Pengalaman). Jakarta: Idayu Press.

Reischaver, Edwin O. (1977). The Japanese. Tokyo: Charles E Turtle Company. __________. a.b. Bahri Siregar. (1982). Manusia Jepang. Jakarta: SinarHarapan. Sartono Kartodirdjo. (1982). Pemikiran dan Perkembangan Historiografi Indonesia. Jakarta: UI Press. __________. (1992). Pendekatan Ilmu Sosial dalam Metodologi Sejarah. Jakarta: Gramedia. Sayidiman Suryohadiprojo. (1981). Suatu Pengantar dalam Ilmu Perang: Masalah Pertahanan Negara. Jakarta: Intermasa. _________. (1987). Belajar Dari Jepang: Manusia dan Masyarakat Jepang dalam Perjoangan Hidup. Jakarta: Universitas Indonesia Press. Sansom, George. (1961). A History of Japan, 1334-1615. California: Stanford University Press. Sidi Gazali. (1981). Pengantar Sejarah Sebagai Ilmu. Jakarta: Bharata Karya Aksara. Steiger, Nye. (1944). A History of The Far East. New York: Ginn and Company. Syahbuddin Mangandaralam. (1987). Jepang: Negara Matahari Terbit, Mengenal Lebih Dekat. Bandung: Remadja Karya. Taro Sukamoto a.b. Sylvia Tiwon. (1992). Jepang dulu dan Sekarang. Yogyakarta: Gajah Mada University Press. Turnbull, Stephen. (2005). Samurai Armies 1467-1649. Great Britain: Osprey Publishing. __________. (2005). Samurai Comanders (1) 940-1576. Great Britain: Osprey Publishing. __________. (1996). Samurai Warfare. London: Arm And Armour Press. __________. (2005). War In Japan 1467-1615. Great Britain: Osprey Publishing. Varley , H. Paul. (2000). Japanese Culture. Hawai: University of Hawai Press Yunesuko, K.K. Nihon. (1973). Japan: Its Land, People, and Culture. Tokyo: Tokyo University Press.