BAB I PENDAHULUAN - eprints.ums.ac.ideprints.ums.ac.id/24511/3/Skripsi_BAB_I.pdf · Kota Surakarta...

23
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan wilayah merupakan bagian penting dalam penjabaran pembangunan nasional. Pembangunan dengan pendekatan sektoral dan wilayah harus diperhatikan untuk tercapainya pembangunan wilayah yang sesuai dengan kondisi, potensi, aspirasi dan permasalahan pembangunan. Keberhasilan pembangunan wilayah dalam mencapai sasaran pemerataan pembangunan tidak akan lepas dari terkoordinasinya dan keterpaduan antar sektor, sektor dengan wilayah, dan dukungan masyarakat dimana komunikasi berjalan efektif dan efisien. (Aditya, 2007) Kota merupakan wilayah yang memiliki perkembangan dinamis dan kekhasan baik dari segi fisik kota maupun segi sosial ekonomi. Pembangunan perkotaan merupakan kegiatan pembangunan sektoral yang dilaksanakan pemerintah dengan dukungan masyarakat, dimana penyelenggaraan dan pengendalian pembangunan menjadi tugas serta tanggung jawab pemerintah daerah dengan melibatkan masyarakat baik secara langsung maupun tidak langsung. Perkembangan pembangunan kota membawa dampak positif dan negatif yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan kota. Faktor-faktor potensial pertumbuhan suatu kota dapat dipengaruhi oleh dinamika perkembangan penduduk. (Aditya, 2007) Kota Surakarta atau yang lebih dikenal dengan sebutan kota Solo. Kota Surakarta merupakan salah satu pusat perekonomian di kawasan Solo Raya yang meliputi wilayah Surakarta, Boyolali, Sukoharjo, Karanganyar, Sragen, dan Wonogiri serta terletak pada kawasan segitiga emas Jawa Tengah yang lebih dikenal dengan sebutan Joglosemar (Jogjakarta, Solo, dan Semarang). Kota Surakarta merupakan salah satu kota budaya dan kota tujuan wisata nasional serta kota pendidikan khususnya di Jawa Tengah dan sebagian Jawa Timur. Kota Surakarta memiliki peranan besar di Jawa Tengah sebagai kota pendukung ibukota propinsi di Kota

Transcript of BAB I PENDAHULUAN - eprints.ums.ac.ideprints.ums.ac.id/24511/3/Skripsi_BAB_I.pdf · Kota Surakarta...

Page 1: BAB I PENDAHULUAN - eprints.ums.ac.ideprints.ums.ac.id/24511/3/Skripsi_BAB_I.pdf · Kota Surakarta atau yang lebih dikenal dengan sebutan kota Solo. Kota Surakarta merupakan salah

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pembangunan wilayah merupakan bagian penting dalam penjabaran

pembangunan nasional. Pembangunan dengan pendekatan sektoral dan

wilayah harus diperhatikan untuk tercapainya pembangunan wilayah yang

sesuai dengan kondisi, potensi, aspirasi dan permasalahan pembangunan.

Keberhasilan pembangunan wilayah dalam mencapai sasaran pemerataan

pembangunan tidak akan lepas dari terkoordinasinya dan keterpaduan antar

sektor, sektor dengan wilayah, dan dukungan masyarakat dimana

komunikasi berjalan efektif dan efisien. (Aditya, 2007)

Kota merupakan wilayah yang memiliki perkembangan dinamis dan

kekhasan baik dari segi fisik kota maupun segi sosial ekonomi.

Pembangunan perkotaan merupakan kegiatan pembangunan sektoral yang

dilaksanakan pemerintah dengan dukungan masyarakat, dimana

penyelenggaraan dan pengendalian pembangunan menjadi tugas serta

tanggung jawab pemerintah daerah dengan melibatkan masyarakat baik

secara langsung maupun tidak langsung. Perkembangan pembangunan kota

membawa dampak positif dan negatif yang mempengaruhi pertumbuhan dan

perkembangan kota. Faktor-faktor potensial pertumbuhan suatu kota dapat

dipengaruhi oleh dinamika perkembangan penduduk. (Aditya, 2007)

Kota Surakarta atau yang lebih dikenal dengan sebutan kota

Solo. Kota Surakarta merupakan salah satu pusat perekonomian di kawasan

Solo Raya yang meliputi wilayah Surakarta, Boyolali, Sukoharjo,

Karanganyar, Sragen, dan Wonogiri serta terletak pada kawasan segitiga

emas Jawa Tengah yang lebih dikenal dengan sebutan Joglosemar

(Jogjakarta, Solo, dan Semarang). Kota Surakarta merupakan salah satu kota

budaya dan kota tujuan wisata nasional serta kota pendidikan khususnya di

Jawa Tengah dan sebagian Jawa Timur. Kota Surakarta memiliki peranan

besar di Jawa Tengah sebagai kota pendukung ibukota propinsi di Kota

Page 2: BAB I PENDAHULUAN - eprints.ums.ac.ideprints.ums.ac.id/24511/3/Skripsi_BAB_I.pdf · Kota Surakarta atau yang lebih dikenal dengan sebutan kota Solo. Kota Surakarta merupakan salah

2

Semarang. Perekonomian kota Surakarta memiliki peranan penting

dalam bidang perdagangan. Namun kota Surakarta juga memiliki peranan

penting dalam bidang kebudayaan dan pariwisata. Peningkatan dan

perbaikan fasilitas sarana prasarana perdagangan harus terus dilakukan

karena memiliki peranan yang cukup penting. Tabel 1.1 menunjukan

struktur ekonomi Surakarta atas dasar harga berlaku dari tahun 2004 sampai

dengan 2008 dengan interval periode setiap dua tahun.

Tabel 1.1 Struktur Ekonomi Surakarta Tahun 2004 – 2008 Atas Dasar

Harga Berlaku. (persen)

Sektor Tahun 2004

(%)

Tahun 2006

(%)

Tahun 2008

(%)

1. Pertanian 0,07 0,06 0,06

2. Pertambangan 0,05 0,04 0,04

3. Industri 28,10 25,11 23,27

4. Listrik, Gas & Air 2,70 2,69 2,57

5. Bangunan 12,68 13,07 14,44

6. Perdagangan, Hotel & Restoran 22,96 24,35 25,12

7. Pengangkutan dan Komunikasi 10,83 11,78 11,20

8. Keuangan 11,14 11,26 10,93

9. Jasa-Jasa 11,48 11,64 12,38

Total 100,00 100,00 100,00

Sumber: PDRB Kota Surakarta Tahun 2008

Tahun 2004 menunjukkan bahwa struktur ekonomi Kota Surakarta

menunjukkan bahwa sektor industri dan sektor perdagangan masing-masing

merupakan penyumbang PDRB terbesar yaitu untuk sektor industri sebesar

28,10% dan sektor perdagangan sebesar 22,96%. Dalam kurun waktu 2

tahun berikutnya yaitu di tahun 2006 penyumbang PDRB terbesar masih

tetap oleh sektor industri dan perdagangan, walaupun sektor industri

mengalami penurunan sebesar 3,01% sehingga menjadi 25,11% namun juga

diimbangi dengan naiknya sektor perdagangan sebesar 1,39% sehingga

mengalami kenaikan mencapai 24,35%. Pada tahun 2008 untuk

penyumbang PDRB yang utama tetap pada sektor industri dengan

Page 3: BAB I PENDAHULUAN - eprints.ums.ac.ideprints.ums.ac.id/24511/3/Skripsi_BAB_I.pdf · Kota Surakarta atau yang lebih dikenal dengan sebutan kota Solo. Kota Surakarta merupakan salah

3

penurunan menjadi 23,27% dan sektor perdagangan terus mengalami

kenaikan hingga 25,11%. Dapat diketahui bahwa dari tahun ke tahun

penyumbang PDRB terbesar yaitu sektor industri dan sektor perdagangan.

Pada tabel struktur ekonomi Surakarta tahun 2004 – 2008 dapat

dilihat bahwa terjadi pergeseran struktur ekonomi pada masing-masing

sektor. Apabila diperhatikan dari tabel ekonomi Surakarta tahun 2004 –

2008, pergeseran struktur ekonomi dari tahun ke tahun secara signifikan

ditunjukkan pada sektor industri yang mengalami penurunan dan sektor

perdagangan yang mengalami kenaikan. Kenaikan sektor perdagangan dapat

dimungkinkan dari penurunan sektor industri.

Salah satu bentuk peningkatan dan perbaikan fasilitas sarana

prasarana untuk menunjang kegiatan perdagangan dan perekonomian antara

lain dengan melakukan renovasi terhadap pasar tradisional dan termasuk

didalamnya pasar yang hanya memperjualbelikan barang dagangan utama

menurut jenisnya dengan melakukan perbaikan serta peningkatkan sarana

prasarana baik fasilitas maupun utilitas, penataan pertumbuhan dan

pembangunan beberapa pasar modern sesuai dengan kebutuhan sebagai

pendukung pembangunan kota, disertai dengan pengendalian pembangunan

dan pertumbuhannya.

Pertumbuhan peningkatan pembangunan pasar modern oleh

beberapa pihak dikhawatirkan mengancam keberadaan pasar tradisional.

Dalam beberapa tahun terakhir ini di Kota Surakarta dan sekitarnya terdapat

kurang lebih 3 mall atau Plaza (Plaza Singosaren, Solo Grand Mall, Solo

Square, dan Palur Plaza), lebih dari 5 hypermart dan supermarket (Lotte

Mart, Carefoure, Hypermart, Assalam Hypermart, Super Indo dan Sami

Luwes), dan 2 trade centre (Pusat Grosir Solo dan Beteng Trade Center),

serta sebuah mall (Solo Paragon) yang hampir selesai pembangunannya dan

terletak di tengah kota. Pasar tradisional dan pasar modern sebenarnya

memiliki konsumen dan terdapat beberapa komoditi yang berbeda. Pasar

tradisional memiliki konsumen yang beragam yaitu dari berbagai

kalangan ekonomi atas hingga bawah, sedangkan pasar modern tidak semua

Page 4: BAB I PENDAHULUAN - eprints.ums.ac.ideprints.ums.ac.id/24511/3/Skripsi_BAB_I.pdf · Kota Surakarta atau yang lebih dikenal dengan sebutan kota Solo. Kota Surakarta merupakan salah

4

konsumen ekonomi bawah dapat menjangkau. Pasar tradisional dan

pasar modern sebenarnya bisa saling melengkapi, karena yang ada pada

pasar tradisional belum tentu dapat ditemui di pasar modern dan begitu

pula sebaliknya. Namun terdapat beberapa pasar yang memperjualkan

barang dagangan menurut jenisnya dan termasuk dalam pasar tradisional.

Daerah pusat kegiatan (DPK) atau Central Business District (CBD)

merupakan pusat kehidupan sosial, ekonomi, budaya, politik dalam sesuatu

kota sehingga pada zone ini terdapat bangunan utama untuk kegiatan sosial

ekonomi budaya dan politik. Tinjauan morfologi kota ditekankan pada

bentuk fisikal dari lingkungan kekotaan yang dapat diamati dari

kenampakan kota secara fisik dari lingkungan kekotaan dan dapat diamati

dari kenampakan kota secara fisik yang tercermin pada sistem jalan, blok

bangunan baik hunian ataupun perdagangan/industri maupun bangunan

individual (Herbert,1973 dalam Hadi Sabari Yunus, 1999). Analisis

morfologi kota ditunjukkan pada areal yang secara fisik menunjukkan

kemampuan kekotaan. Dalam pendekatan ”fixation line concept” yang

dikemukakan oleh Conzen (1960) (dalam Hadi Sabari Yunus, 1999) analisis

morfologi kota berdasarkan pada areal yang secara fisik menunjukan

kenampakan kota (townscape). Dari waktu ke waktu bentuk fisik kota selalu

mengalami perubahan, sementara batas administrasi kota relatif sama untuk

periode waktu yang lama. Penentuan batas administrasi kota relatif sama

untuk periode waktu yang lama dimana agar dapat memudahkan

memecahkan permasalahan kota baik persoalan politik, sosial, ekonomi,

budaya, teknologi dan fisik yang timbul. Kota Surakarta berada pada posisi

dimana sebagian besar batas fisik kekotaan berada diluar batas administrasi

kota (Under bounded city) yang akhirnya dapat memunculkan beberapa

permasalahan tentang pengaturan wilayah. Wewenang pemerintah kota

dalam merencanakan ruang wilayahnya hanya terbatas pada daerah yang

terletak didalam batas administrasi pemerintah kota. Sementara untuk daerah

kekotaan yang terletak diluar batas administrasi perkotaan menjadi

wewenang pemerintah daerah lain.(Hadi Sabari Yunus, 1999)

Page 5: BAB I PENDAHULUAN - eprints.ums.ac.ideprints.ums.ac.id/24511/3/Skripsi_BAB_I.pdf · Kota Surakarta atau yang lebih dikenal dengan sebutan kota Solo. Kota Surakarta merupakan salah

5

Pendekatan batas perkotaan yang menjadi pilihan dalam mengidentifikasi

dan menganalisis pola persebaran pasar tradisional dan pasar modern

menggunakan pendekatan morfologi kota dan bukan secara administrasi

kota. Hal ini didasarkan pada beberapa letak hypermart yang berada pada

wilayah yang berbatasan langsung dengan batas administrasi Kota Surakarta

dimana kenampakan fisik kota sudah terlihat pada daerah tersebut sehingga

pendekatan secara morfologi menjadi acuannya.

Alasan yang mendasari terpilihnya penelitian pola persebaran pasar

tradisional dan pasar modern diteliti untuk mendapatkan gambaran ataupun

mengenai persebaran pasar. Letak persebaran pasar tradisional dan pasar

modern dapat saling memiliki pengaruh. Perkembangan pasar modern yang

tidak terkendali dalam pendiriannya dan tidak memperhatikan lokasi dapat

mempengaruhi kondisi perdagangan ataupun perekonomian pasar tradisional

yang ada di sekitar, bahkan dapat mematikan pasar tradisional yang

berdekatan dengan pasar modern. Pembangunan pasar modern biasanya

berada di kawasan central business district (CBD), sedangkan pasar

tradisonal terbentuk sebelum ada kawasan central business district (CBD),

atau pembangunannya tidak memperhatikan dan berada di tempat yang

bukan merupakan kawasan central business district (CBD.

Pemanfaatan perangkat Sistem Informasi Geografis (SIG) dalam

penelitian ini untuk menentukan pola persebaran dan pembuatan Peta

Persebaran Lokasi Pasar Tradisional dan Pasar Modern di Kota Surakarta.

Hasil penelitian dalam pemanfaatan Sistem Informasi Geografis (SIG)

untuk mengetahui pola persebaran pasar tradisional dan pasar modern di

Kota Surakarta. Dengan mengetahui lokasi persebaran pasar tradisional

dan pasar modern selanjutnya dapat dilakukan analisis sebagai bahan

evaluasi dan perencanan dalam perkembangan pasar tradisional dan

pertumbuhan pasar modern di Kota Surakarta dan sekitarnya.

Page 6: BAB I PENDAHULUAN - eprints.ums.ac.ideprints.ums.ac.id/24511/3/Skripsi_BAB_I.pdf · Kota Surakarta atau yang lebih dikenal dengan sebutan kota Solo. Kota Surakarta merupakan salah

6

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka dapat dirumuskan

beberapa permasalahan sebagai berikut:

1. Bagaimana pola persebaran Pasar Tradisional dan Pasar Modern di Kota

Surakarta.

2. Bagaimana persebaran Pasar Tradisional dan Pasar Modern di Kota

Surakarta berasosiasi terhadap central bussinese district (CBD).

Dengan identifikasi permasalahan diatas maka peneliti bermaksud mengkaji

permasalahan tersebut ke dalam penelitian berjudul “Analisis Pola

Persebaran Pasar Tradisional dan Pasar Modern di Kota Surakarta

dangan Aplikasi Sistem Informasi Geografis (SIG)”.

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasar permasalahan di atas maka penelitian tersebut bertujuan untuk:

1. Mengetahui pola persebaran pasar tradisional dan pasar modern di Kota

Surakarta.

2. Mengetahui asosiasi persebaran pasar tradisional dan pasar modern di

Kota Surakarta terhadap central business district (CBD).

1.4. Kegunaan Penelitian

Hasil penelitian nantinya dapat sebagai sumber informasi lokasi

pasar tradisional dan pasar modern di Kota Surakarta. Dari penelitian

ini dapat juga diketahui pola persebaran lokasi pasar tradisional dan

pasar modern di Kota Surakarta. Dalam perkembangan pembangunan kota

dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dan sumber pemikiran dalam

pengendalian, pertumbuhan, perkembangan dan penyusunan serta

kebijakan dalam penataan ruang di Kota Surakarta.

Page 7: BAB I PENDAHULUAN - eprints.ums.ac.ideprints.ums.ac.id/24511/3/Skripsi_BAB_I.pdf · Kota Surakarta atau yang lebih dikenal dengan sebutan kota Solo. Kota Surakarta merupakan salah

7

1.5. Telaah Pustaka dan Penelitian Sebelumnya

1. Telaah Pustaka

a. Perkembangan Kota

Kota dipandang sebagai suatu obyek studi dimana

didalamnya terdapat masyarakat manusia yang sangat komplek, telah

mengalami proses interelasi antar manusia dan antara manusia

dengan lingkungannya, sehingga tercipta pola keteraturan daripada

penggunaan lahan. Masyarakat manusia terorganisir ke dalam 2

tingkat yaitu: natural/biotic level dan novel/cultural level (Park, 1936

dalam Hadi Sabari Yunus, 1999). Pada tingkat natural/biotis, proses-

proses ekologis yang terjadi pada masyarakat manusia mirip dengan

apa yang terjadi pada masyarakat tumbuh-tumbuhan/binatang,

dimana membutuhkan tempat tinggal dan mengembangkan

keturunan serta membutuhkan tempat mencari makan. Pada tingkat

novel, proses interaksi semakin kompleks dimana manusia

dipandang ssebagai makhluk berbudaya dan beragama yang

mempunyai kekuatan mencipta, berkarsa, berkarya, yang selalu

berkembang baik dalam hubungan individu atau manusia lain dengan

lingkungannya maupun Tuhannya (Hadi Sabari Yunus, 1999).

Kota selalu mengalami perkembangan dan pertumbuhannya

dari waktu ke waktu. Perkembangan menyangkut aspek-aspek

politik, sosial, budaya, teknologi, ekonomi, dan fisik. Khusus

mengenai aspek yang berkaitan langsung dengan penggunaan lahan

kekotaan maupun penggunaan lahan kedesaan adalah perkembangan

fisik terutama pada arealnya. Eksistensi sebuah kota dapat ditinjau

dalam berbagai matra diantaranya morphology settlement dan legal

articulation yang paling banyak berkaitan secara langsung dengan

ekspresi ruangan kota. Matra morfologi permukiman menyoroti

eksistensi keruangan kekotaan pada bentuk-bentuk wujud daripada

ciri-ciri karakteristik kota. Tinjauan terhadap morfologi kota

ditekankan pada bentuk-bentuk fisikal dari lingkungan kekotaan dan

Page 8: BAB I PENDAHULUAN - eprints.ums.ac.ideprints.ums.ac.id/24511/3/Skripsi_BAB_I.pdf · Kota Surakarta atau yang lebih dikenal dengan sebutan kota Solo. Kota Surakarta merupakan salah

8

dapat diamati dari kenampakan kota secara fisikal yang tercermin

pada sistem jalan-jalan, blok-blok bangunan, baik daerah hunian

ataupun bukan dan bangunan-bangunan individual (Herbert 1973

dalam Hadi Sabari Yunus). Ada 3 unsur morfologi kota yaitu: unsur-

unsur penggunaan lahan, pola-pola jalan, tipe-tipe bangunan

(Smailes, 1955 dalam Hadi Sabari Yunus).

Suatu kota akan terdiri dari zona-zona yang konsentris

dimana masing-masing zona ini mencerminkan penggunaan lahan

yang berbeda, pernyataan tersebut merupakan bagian dari teori

konsentris yang dikemukakan Burgess (Hadi Sabari Yunus, 1999).

Pada daerah perkotaan terdiri atas 5 zona melingkar berlapis-lapis

yang terdiri dari: (1) Daerah pusat kegiatan, (2) Zona peralihan, (3)

Zona permukiman pekerja, (4) Zone permukiman yang lebih baik,

dan (5) Zona para penglaju.

Variabel ketinggian bangunan manjadi perhatian yang cukup

besar bagi negara maju, karena menyangkut hak seseorang untuk

menikmati sinar matahari (sumberdaya hak semua orang), hak

seseorang untuk menikmati keindahan alam dari tempat tertentu

batas kepadatan bangunan, kepadatan penghuni dan pemanfaatan

lahan dengan aksesibilitas fisik yang tinggi, yang merupakan teori

ketinggian bangunan yang dikemukakan oleh Bergel, 1955 (dalam

Hadi Sabari Yunus, 1999).

Kecenderungan pembentukan sektor-sektor terjadi bukan

secara kebetulan tetapi terlihat adanya asosiasi keruangan yang kuat

dengan variabel dan kunci perletakan sektor ini terlihat pada lokasi

dimana terdapat kecenderungan penduduk untuk bertempat tinggal

pada daerah yang dianggap nyaman dalam arti yang luas, merupakan

teori sektor yang dikemukakan oleh Hoyt (dalam Hadi Sabari Yunus,

1999).

Teori Poros menekankan peranan transportasi dalam

mempengaruhi struktur keruangan kota, merupakan ide

Page 9: BAB I PENDAHULUAN - eprints.ums.ac.ideprints.ums.ac.id/24511/3/Skripsi_BAB_I.pdf · Kota Surakarta atau yang lebih dikenal dengan sebutan kota Solo. Kota Surakarta merupakan salah

9

penyempurnaan teori konsentris yang dikemukakan oleh

Babcock,1932 (dalam Hadi Sabari Yunus, 1999). Faktor utama yang

mempengaruhi mobilitas adalah poros transportasi yang

menghubungkan CBD dengan daerah luarnya. Keberadaan poros

transportasi akan mempunyai perkembangan fisik yang berbeda

dengan daerah-daerah diantara jalur-jalur transportasi.

Teori Pusat Kegiatan Banyak yang dikemukakan oleh C.D.

Haris dan F.L. Ullmann, 1945 (dalam Hadi Sabari Yunus), tidak lagi

menunjukkan tingkat generalisasi yang cukup besar sebagaimana

teori-teori sebelumnya tetapi lebih mendekati pada kenyataan. Kota-

kota besar tidak tumbuh dalam ekspresi keruangan yang sederhana,

yang hanya ditandai oleh satu pusat kegiatan saja namun terbentuk

sebagai suatu produk perkembangan dan integrasi yang berlanjut

terus menerus dari sejumlah pusat-pusat kegiatan yang terpisah satu

sama lain dalam suatu sistem perkotaan. Lokasi zona-zona

keruangan yang terbentuk tidak ditentukan dan dipengaruhi oleh

faktor jarak dari CBD serta membentuk persebaran zona-zona ruang

yang teratur, namun berasosiasi dengan sejumlah faktor dan

pengaruh faktor-faktor ini akan menghasilkan pola-pola keruangan

yang khas.

Fungsi kota sebagai pusat perkembangan perdagangan

dan jasa sebagai dasar perkembangan pusat-pusat perbelanjaan

dalam suatu pusat distrik bisnis adalah merupakan bentuk utama

dari kelompok pengembang utama (Koller dan Amstrong,

2001). Hadi Sabari Yunus (2001) menjelaskan bahwa Central

Busnisses District (CBD) atau Daerah Pusat Kegiatan (DPK),

merupakan daerah pusat segala kegiatan kota antara lain politik,

ekonomi, sosial, budaya dan teknologi. Dalam perkembangan kota

peranan ekonomi sangat penting terutama yang berkaitan dengan

perdagangan dimana terjadi perputaran atau sirkulasi transaksi yang

berkaitan dengan peningkatan pendapatan. Faktor lain yang menjadi

Page 10: BAB I PENDAHULUAN - eprints.ums.ac.ideprints.ums.ac.id/24511/3/Skripsi_BAB_I.pdf · Kota Surakarta atau yang lebih dikenal dengan sebutan kota Solo. Kota Surakarta merupakan salah

10

bagian adalah industri dimana semakin berkembangnya suatu

industri maka dapat memacu pertumbuhan ekonomi suatu kota selain

perdagangan. Dalam kaitannya dengan perdagangan peranan pasar

sebagai tempat untuk bertransaksi atau terjadinya jual beli sangat

diperlukan untuk dapat memacu pertumbuhan ekonomi dalam

mendukung perkembangan kota. Semakin besar suatu kota akan

tumbuh juga pasar yang merupakan bagian dari pasar modern

diantaranya pusat-pusat perbelanjaan, mall, plaza, supermarket atau

swalayan dan hypermarket. Kota yang memiliki perkembangan pesat

akan semakin banyak bertumbuhnya pasar-pasar modern yang dapat

mematikan keberadaan pasar tradisional.

b. Pasar Tradisional dan Pasar Modern

Pasar merupakan tempat dimana bertemunya penjual dan

pembeli dalam melakukan transaksi baik menjual maupun membeli

barang. Pasar tradisional merupakan tempat bertransaksi secara

langsung antara penjual dan pembeli, dimana dapat terjadi interaksi

langsung dengan adanya tawar menawar atau kesepakatan harga

antara penjual dan pembeli. Biasanya penjual memiliki kios-kios,

gerai, los, lapak-lapak atau dasaran terbuka untuk menggelar

dagangannya. Biasanya yang dijual para pedagang adalah kebutuhan

sehari-hari diantaranya seperti bahan makanan, berupa ikan, buah,

sayur-sayuran, telur, daging, kain, pakaian barang elektronik, jasa

dan lain-lain. Selain itu, ada pula yang menjual kue-kue dan barang-

barang lainnya.

Perdagangan eceran atau sering disebut perdagangan retail,

adalah kegiatan usaha menjual barang atau jasa kepada perorangan

untuk keperluan diri sendiri, keluarga, atau rumah tangga.

Perdagangan eceran atau perdagangan retail yang termasuk

didalamnya adalah pasar modern dan toko modern. Keduanya

memiliki dasar yang berbeda dalam perkembangannya. Adanya pasar

modern dianggap dapat mematikan pasar tradisional dan toko

Page 11: BAB I PENDAHULUAN - eprints.ums.ac.ideprints.ums.ac.id/24511/3/Skripsi_BAB_I.pdf · Kota Surakarta atau yang lebih dikenal dengan sebutan kota Solo. Kota Surakarta merupakan salah

11

modern-pun juga dapat mematikan warung-warung kelontong atau

warung-warung kecil. Pasar modern sendiri terdiri atas mall, plaza,

hypermarket (pusat grosir), pasar swalayan (supermarket) dan trade

center. Pasar modern sebenarnya tidak banyak berbeda dari pasar

tradisional, namun pasar jenis ini penjual dan pembeli tidak

bertransaksi secara langsung melainkan pembeli melihat label harga

yang tercantum dalam barang, berada dalam bangunan dan

pelayanannya dilakukan secara mandiri (swalayan) atau dilayani oleh

pramuniaga. Barang-barang yang dijual, selain bahan makanan

makanan seperti; buah, sayuran, daging; sebagian besar barang

lainnya yang dijual adalah barang yang dapat bertahan lama.

Seiring dengan pertumbuhan dan perkembangan kota jumlah

pasar tradisional cenderung tetap dan tidak berubah bahkan

dibeberapa daerah mulai tergeser oleh pasar modern, bahkan pasar

tradisional sudah mulai sepi atau mati ditinggalkan pembelinya.

Namun berbeda dengan perkembangan pasar modern yang mengikuti

pertumbuhan kota. Semakin pesat perkembangan suatu kota maka

akan muncul atau tumbuh pasar-pasar modern, dimana jika

keberadaannya tidak terkendali dan tidak memperhatikan lokasi

dalam pendiriannya maka akan dapat menenggelamkan peranan

pasar tradisional bahkan mematikan. Lokasi-lokasi pasar modern

biasanya terletak pada wilayah pusat kota atau mendekati bahkan

berada di daerah pusat kegiatan atau central bussiness district

(CBD). Pasar modern diantara yang termasuk didalamnya yaitu

mall, plaza, supermarket atau trade center dan untuk hypermarket

biasanya berada dipinggiran kota mendekati permukiman daerah

pinggiran atau daerah pusat kegiatan yang berada dipinggiran sekitar

wilayah kota. Namun lokasi-lokasi tempat berdirinya pasar-pasar

modern juga memperhatikan kondisi kemudahan aksesibilitas dan

keterjangkauan, konektifitas yang kaitannya dengan transportasi

serta arah perkembangan kota.

Page 12: BAB I PENDAHULUAN - eprints.ums.ac.ideprints.ums.ac.id/24511/3/Skripsi_BAB_I.pdf · Kota Surakarta atau yang lebih dikenal dengan sebutan kota Solo. Kota Surakarta merupakan salah

12

c. Sistem Informasi Geografis

Sistem Informasi Geografis adalah seperangkat sistem

berbasis komputer untuk menyimpan dan mengelola informasi,

memanipulasi, menganalisis data yang mempunyai rujukan

kebumian yang kompleks dan penting bagi manusia (Danoedoro,

1990). Sistem informasi geografi tersusun atas berbagai

komponen yang saling terkait dan terkoordinasi. Sistem informasi

geografis terbagi dalam dua jenis yaitu berbasis vektor dan berbasis

raster. Penelitian dilakukan dengan menggunakan sistem informasi

geografis berbasis vektor. Untuk memeperoleh hasil pola persebaran

pada penelitian tersebut dalam pengolahannya juga melalui

perangkat sistem informasi geografis.

Page 13: BAB I PENDAHULUAN - eprints.ums.ac.ideprints.ums.ac.id/24511/3/Skripsi_BAB_I.pdf · Kota Surakarta atau yang lebih dikenal dengan sebutan kota Solo. Kota Surakarta merupakan salah

13

2. Penelitian Sebelumnya

Laily Martiana Puspita (2007), judul penelitian “Analisis

Persebaran Lokasi Pedagang Kaki Lima dan Pengaruhnya Terhadap

Tingkat Pendapatan di Kota Surakarta”, bertujuan mengetahui

persebaran dan pengaruh lokasi terhadap pendapatan pedagang kaki lima

di kota Surakarta serta karakteristik demografi, sosial, dan ekonominya.

Hasil penelitian yaitu persebaran dan pengaruh lokasi terhadap tingkat

pendapatan pedagang kaki lima di kota Surakarta serta faktor-faktor

yang mempengaruhi pendapatannya.

Aditya Sigid Nugraha (2007), judul penelitian “Penggunaan

Sisitem Informasi Geografi (SIG) Untuk Pemetaan Persebaran Pasar

Tradisional (Pasar) dan Pasar Modern (Pusat Perbelanjaan) Kota

Surakarta”, bertujuan untuk mengetahui lokasi dan pola persebaran pasar

tradisional dan pasar modern di kota Surakarta, serta menampilkan peta

persebaran lokasi pasar tradisional maupun pasar modern dengan

menggunakan tehnik visualisasi. Hasil penelitian terdiri dari data lokasi

dan koordinat letak posisi pasar, peta persebaran pasar tradisional dan

pasar modern, tabel pola persebaran pasar tradisional dan pasar modern.

Susana Yuliawati (2009), judul penelitian “Analisis Sebaran

Fasilitas Pendidikan Dasar di Kecamatan Jatisrono Kabupaten Wonogiri

Tahun 2007”, bertujuan menganalisis dan mengetahui faktor-faktor yang

mempengaruhi pola persebaran fasilitas pendidikan dasar serta

mengetahui asal murid pada masing-masing sekolah di kecamatan

Jatisrono Kabupaten Wonogiri. Hasil penelitiannya yaitu pola sebaran

fasilitas sekolah mempunyai pola acak dengan nilai aksesibilitas

terhadap fasilitas pendidikan dasar di kecamatan Jatisrono kabupaten

Wonogiri.

Page 14: BAB I PENDAHULUAN - eprints.ums.ac.ideprints.ums.ac.id/24511/3/Skripsi_BAB_I.pdf · Kota Surakarta atau yang lebih dikenal dengan sebutan kota Solo. Kota Surakarta merupakan salah

14

Tabel 1.2. Telaah Penelitian Sebelumnya

Judul Tujuan Metode Hasil A

dity

a S

igid

Nu

graha

(20

11)

Ana

lisis

Pol

a P

ers

eba

ran

Pa

sar

Tra

disi

ona

l da

n P

asa

r M

ode

rn d

i Kot

a S

ura

kart

a

De

nga

n A

plik

asi

Sis

item

In

form

asi

Ge

ogra

fis (

SIG

)

Me

nge

tahu

i Lok

asi

da

n P

ola

P

ers

eba

ran

Pa

sar

Tra

disi

ona

l da

n P

asa

r M

ode

rn

di

Kot

a S

ura

kart

a

se

rta

me

nga

nalis

is le

bih

lanj

ut

pola

pe

rse

bara

n ke

dua

nya

.

Sur

vei L

apa

nga

n d

an

A

nalis

is P

eta

Ana

lisis

pol

a pe

rse

bara

n pa

sar

tra

disi

ona

l da

n pa

sar

mod

ern

di k

ota

Sur

aka

rta

se

rta

ana

lisis

ass

osia

si

pers

eba

ran

pasa

r m

ode

rn

terh

ada

p C

BD

.

Su

sana

Yul

iaw

ati (2

009)

Ana

lisis

Se

bara

n F

asi

litas

P

end

idik

an

Da

sar

di

Ke

cam

ata

n Ja

tisro

no

Ka

bupa

ten

Won

ogiri

Ta

hun

2007

Me

nga

nalis

is p

ola

se

bara

n da

n m

eng

eta

hui f

akt

or-f

akt

or

yang

me

mpe

nga

ruhi

pol

a pe

rse

bara

n fa

silit

as

pend

idik

an

dasa

r se

rta

m

eng

eta

hui a

sal m

urid

pa

da

ma

sing

-ma

sing

se

kola

h di

ke

cam

ata

n Ja

tisro

no

Ka

bupa

ten

Won

ogiri

Ana

lisis

da

ta s

eku

nde

r da

n a

nalis

is p

eta

Pol

a s

eba

ran

fasi

lita

s se

kola

h m

em

puny

ai p

ola

aca

k, u

ntuk

ni

lai a

kse

sibi

lita

s tin

ggi 8

0%,

seda

ng 9

,30%

da

n re

nda

h 4,

65%

te

rha

dap

fasi

lita

s pe

ndid

ika

n da

sar

di

keca

ma

tan

Jatis

rono

ka

bupa

ten

Won

ogiri

.

Adi

tya

Sig

id N

ugra

ha

(20

11)

Pe

nggu

naa

n S

iste

m

Info

rma

si G

eog

rafi

untu

k P

em

eta

an

Pa

sar

Tra

disi

ona

l

dan

Pa

sar

Mod

ern

di

K

ota

Sur

aka

rta

Me

nget

ahu

i lok

asi

da

n po

la

pers

seba

ran

pasa

r tr

adi

sion

al d

an

pasa

r m

odrn

se

rta

me

nam

pilk

an

pers

eba

ran

loka

si p

asa

r tr

adi

sion

al d

eng

an

me

nggu

naka

n te

hnik

vi

sua

lisa

si

Obs

erv

asi

da

n A

nalis

is d

ata

Da

ta L

oka

si d

an

koor

dina

t, se

rta

peta

pe

rse

bara

n P

asa

r T

radi

sion

al d

an

Pa

sar

Mod

ern

di K

ota

Sur

aka

rta,

da

n ta

bel p

ola

pe

rse

bara

n pa

sar

tra

disi

ona

l da

n

pa

sar

mod

ern

.

Laily

Mar

tiana

Pu

spita

(20

07)

Ana

lisis

Pe

rse

bara

n Lo

kasi

P

eda

gang

Ka

ki L

ima

da

n P

eng

aru

hnya

Te

rha

dap

Tin

gka

t P

end

apa

tan

di

K

ota

Sur

aka

rta

Me

nget

ahu

i ka

rakt

eris

tik

dem

ogra

fi, s

osia

l, da

n e

kono

mi p

eda

gang

ka

ki li

ma

bese

rta

hub

unga

nnya

de

nga

n pe

nda

pata

n se

rta

me

nge

tahu

i pe

rse

bara

n lo

kasi

pe

daga

ng

kaki

lim

a se

rta

peng

aru

h lo

kasi

nya

terh

ada

p pe

nda

pata

n.

Obs

erv

asi

da

n a

nalis

is d

ata

se

kund

er

Pe

rse

bara

n lo

kasi

pe

daga

ng,

dist

ribus

i da

n fa

ktor

-fa

ktor

ya

ng m

empe

nga

ruhi

pe

nda

pata

n se

rta

pe

nga

ruh

loka

si t

erh

ada

p tin

gka

t pe

nda

pata

n pe

daga

ng k

aki

lim

a d

i kot

a S

ura

kart

a.

Page 15: BAB I PENDAHULUAN - eprints.ums.ac.ideprints.ums.ac.id/24511/3/Skripsi_BAB_I.pdf · Kota Surakarta atau yang lebih dikenal dengan sebutan kota Solo. Kota Surakarta merupakan salah

15

1.6. Kerangka Penelitian

Kegiatan perekonomian memiliki tiga sistem pokok yaitu

produksi, distribusi dan konsumsi barang atau jasa. Ketiga sistem

pokok kegiatan perekonomian memiliki keterkaitan terbentuknya

aktivitas perdagangan, dimana pasar tradisional atau pasar modern

(pusat perbelanjaan) menjadi sarana aktifitas perdagangan. Pertumbuhan

dan perkembangan pasar tradisional memiliki kecenderungan tetap atau

tidak berubah sehingga batasan wilayah kota yang digunakan hanya batasan

secara administrasi. Berbeda dengan pertumbuhan dan perkembangan pasar

modern yang cukup signifikan yang tidak hanya terjadi didalam Kota

Surakarta tetapi hingga ke sekitarnya, dalam hal ini menggunakan batasan

wilayah kota secara morfologi. Pertumbuhan dan perkembangan pasar

modern diharapkan dapat menjadi faktor pendukung bagi keberadaan

pasar tradisional.

Gambar 1.1. Diagram Alir Pemikiran

Kota Surakarta

Pasar Modern Pasar Tradisional

Pola Persebaran Morfologi

Mengelompok

Acak

Seragam

Variabel berpengaruh: - Aksesibilitas dan Konektifitas - Letak atau Lokasi - Arah Perkembangan Kota

Asosiasi Central Bussines District (CBD) terhadap Pola Persebaran Pasar Tradisional dan Pasar Modern

Klasifikasi CBD : Daerah pusat kegiatan kota yang meliputi politik, ekonomi, sosial, budaya dan teknologi.

Page 16: BAB I PENDAHULUAN - eprints.ums.ac.ideprints.ums.ac.id/24511/3/Skripsi_BAB_I.pdf · Kota Surakarta atau yang lebih dikenal dengan sebutan kota Solo. Kota Surakarta merupakan salah

16

1.7. Metode Penelitian

1. Deskripsi Daerah Penelitian

Daerah yang dijadikan penelitian adalah Kota Surakarta. Daerah

penelitian secara struktur keruangan kota mencakup wilayah kota secara

administrasi untuk pasar tradisional dan wilayah kota secara morfologi

untuk pasar modern. Kota Surakarta merupakan wilayah yang potensial

terutama perdagangan dan merupakan salah satu kota percontohan.

2. Pengumpulan Data

a. Data Primer

Data yang diperoleh langsung dari narasumber atau objek yang

ditelitii atau ada hubungannya dengan yang diteliti. Data primer

sangat berperan dalam mendukung tujuan yang telah digariskan

dalam penelitian. Penentuan titik koordinat dilapangan dengan

menggunakan GPS (Global Positioning System) merupakan bagian

perolehan data primer. Perolehan data koordinat pasar tradisional dan

pasar modern akan diplotkan ke dalam peta untuk memperoleh

persebarannya.

b. Data Sekunder

Data yang telah diperoleh terlebih dahulu dikumpulkan dan

dilaporkan oleh orang atau instansi diluar diri peneliti sendiri

walaupun yang dikumpulkan itu sesungguhnya adalah data yang asli,

data sekunder dapat diperoleh dari instansi-instansi dan

perpustakaan. Data yang termasuk didalamnya antara lain Peta

Teknik Kota Surakarta 1:50.000 (2005), data Daftar Pasar dikota

Surakarta dan Citra Satelit Quickird (2006)

c. Survei

Pelaksanaan survei dilakukan ke beberapa titik lokasi penelitian

yaitu pasar tradisional dan pasar modern. Selain pengamatan ke

beberapa titik lokasi penelitian, survei dilakukan untuk memperoleh

data atau posisi koordinat dengan menggunakan alat berupa GPS

(Global Positioning System).

Page 17: BAB I PENDAHULUAN - eprints.ums.ac.ideprints.ums.ac.id/24511/3/Skripsi_BAB_I.pdf · Kota Surakarta atau yang lebih dikenal dengan sebutan kota Solo. Kota Surakarta merupakan salah

17

d. Literatur

Telaah pustaka dengan menggunakan dokumen-dokumen,

literatur-literatur, dan catatan lain yang dianggap relevan dengan

permasalahan daerah penelitian.

3. Bahan dan Alat

a. Bahan yang digunakan

- Peta Dasar Teknik Kota Surakarta 1:50.000 tahun 2005

- Daftar Pasar Kota Surakarta

- Citra Satelit Kota Surakarta Quickbird tahun 2004

b. Alat-alat yang digunakan

- Seperangkat komputer

- Netbook

- Printer

- GPS (Global Positioning System)

- Software Office

- Software Sistem Informasi Geografi

- Tahap Penelitian

c. Tahap Persiapan

- Menyiapkan data acuan dengan mengumpulkan bahan-bahan

pustaka yang relevan untuk pencapaian tujuan penelitian. Jenis

data berupa skripsi, makalah dan buku-buku.

- Menyiapkan data yang berupa Peta Dasar daerah Kota Surakarta

dalam bentuk digital dan data daftar pasar di Kota Surakarta

serta data pusat perbelanjaan dengan pembatasan penelitian

pada mal, plaza, trade center, dan hypermarket serta pasar

swalayan.

- Menyiapkan data citra satelit quickbird tahun 2006 untuk

menentukan letak daerah pusat kegiatan atau central business

district (CBD) dengan memperhatikan pola persebaran pasar.

- Mengumpulkan data sekunder yang relevan dengan penelitian

dari instasi terkait, website atau survei lapangan.

Page 18: BAB I PENDAHULUAN - eprints.ums.ac.ideprints.ums.ac.id/24511/3/Skripsi_BAB_I.pdf · Kota Surakarta atau yang lebih dikenal dengan sebutan kota Solo. Kota Surakarta merupakan salah

18

d. Tahap Pelaksanaan

- Observasi dan Survei Lapangan

Rekapitulasi data observasi dan survei lapangan akan

ditabulasikan. Data daftar pasar ditabulasikan dan diadakan

observasi serta survei lapangan. Data observasi dan survei lapangan

berupa data titik koordinat lokasi penelitian yang diperoleh dari

hasil penentuan posisi melalui alat Global Positioning System

(GPS). Setelah memperoleh hasil dari observasi dan survei lapangan

data hasil lapangan akan ditabulasikan untuk dilakukan pengolahan

data dengan data peta yang telah disiapkan.

Untuk mempersiapkan dalam menentukan analisis asosiasi persebaran

pasar terhadap central business district (CBD) perlu mempersiapkan

data atau peta penggunaan lahan dan perlu dilakukannya survey

lapangan penggunaan lahan disekitar wilayah pasar tradisional maupun

pasar modern.

- Pengolahan Data

Pengolahan data penelitian menggunakan perangkat lunak sistem

informasi geografis dengan pemrosesan sederhana, yaitu dengan

melakukan proses integrasi data grafis dan data atribut dalam bentuk

data tabuler. Data berupa peta digital yang merupakan data grafis

dan data koordinat obyek penelitian yang berasal dari survey

lapangan, digunakan sebagai data atribut, yang nantinya dimasukkan

ke dalam data tabuler. Pengolahan data dari data grafis dan data tabuler

dengan menggunakan aplikasi sistem informasi geografi. Hasil

pengolahan data tersebut berupa Peta Pola Persebaran Pasar, yang

kemudian dapat digunakan sebagai analisis pola persebarannya.

Setelah dilakukan analisis pola persebaran pasar dilanjutkan dengan

analisis persebaran pasar berdasarkan asosiasinya terhadap central

business district (CBD) dengan sebelumnya menentukan daerah pusat

kegiatan atau yang menjadi central business district (CBD).

Page 19: BAB I PENDAHULUAN - eprints.ums.ac.ideprints.ums.ac.id/24511/3/Skripsi_BAB_I.pdf · Kota Surakarta atau yang lebih dikenal dengan sebutan kota Solo. Kota Surakarta merupakan salah

19

1

√2p

1.8. Metode Analisis Lokasi Pasar Tradisional dan Pasar Modern

1. Analisis Tetangga Terdekat

Unit analisis dalam penelitian berdasarkan batasan morfologi kota. Salah

satu cara untuk mengukur pola persebaran dapat menggunakan model

analisis tetangga terdekat (nearest neighbour analysis) yaitu menghitung

besarnya parameter tetangga terdekat (T) dengan menggunakan rumus

berikut (Bintarto dan Surastopo Hadisumarno, 1979) :

Dimana :

T : Indeks penyebaran tetangga terdekat.

Ju : Jarak rata-rata antara satu titik dengan titik tetangga terdekat.

Jh : Jarak rata-rata diperoleh apabila semua titik mempunyai pola

random (acak), yang di hitung dengan rumus :

p : Kepadatan titik dalam tiap kilometer persegi, yaitu jumlah titik

(N) dibagi luas wilayah dalam kilometer persegi (A).

Apabila nilai T < 0,7 maka berpola mengelompok.

0,7 ≤ T ≤ 1,4 maka berpola acak.

T ≥ 1,4 maka berpola seragam.

Dapat ditunjukkan dalam continuum sebagai berikut :

Gambar 1.2. Continuum nilai nearest neighbour statistic T

(Bintarto dalam Su Ritohardoyo, 1978).

Namun dalam penelitian ini, analisis tetangga terdekat menggunakan

cara komputer yaitu otomasi kartografi dengan software ArcView GIS.

Langkah-langkah dalam otomasi kartografi adalah dengan membuat

script untuk menentukan besarnya skala T. Untuk Ju pengukuran didapat

2,15 1,4 1,0 0,7 0

Ju

Jh

Mengelompok Seragam Acak

Jh =

T =

Page 20: BAB I PENDAHULUAN - eprints.ums.ac.ideprints.ums.ac.id/24511/3/Skripsi_BAB_I.pdf · Kota Surakarta atau yang lebih dikenal dengan sebutan kota Solo. Kota Surakarta merupakan salah

20

dari rata-rata jarak terdekat antar pasar berdasarkan unit analisis

wilayahnya yang berdasarkan otomasi dengan software ArcView GIS.

2. Asosiasi Persebaran Pasar Tradisional dan Pasar Modern dengan Central

Busniesse District (CBD)

Analisis keruangan dengan mempelajari letak lokasi pasar tradisonal

dan pasar modern dari pola persebarannya. Pola persebaran pasar

tradisional dan pasar modern nantinya dapat menentukan letak Central

Business District (CBD) ataupun sebaliknya. Analisis dilakukan antara

letak pasar tradisional dan pasar modern dengan Central Bussiness

District (CBD) yang telah diketahui dari pola persebaran pasar

tradisional maupun pasar modern disekitarnya. Analisis asosiasi antara

persebaran pasar tradisional dan pasar modern terhadap Central Business

District (CBD) dengan pemanfaatkan citra satelit Quickbird tahun 2004.

Menentukan dan melakukan deliniasi terhadap beberapa Central

Business District (CBD) di wilayah kota Surakarta pada citra satelit

Quickbird tahun 2004, yang nantinya dapat dilakukan analisis assosiasi

pola persebaran pasar tradisional maupun pasar modern terhadap Central

Business District (CBD).

Page 21: BAB I PENDAHULUAN - eprints.ums.ac.ideprints.ums.ac.id/24511/3/Skripsi_BAB_I.pdf · Kota Surakarta atau yang lebih dikenal dengan sebutan kota Solo. Kota Surakarta merupakan salah

21

1.9. Batasan Operasional

1. Aksesibilitas, merupakan tingkat kemudahan yang memungkinkan untuk

menjangkau suatu tempat tertentu dari tempat lain diukur dengan

jarak fisik, jarak waktu dan jarak ekonomi,jarak fisik diukur dengan

menggunakan kilometer (km), jarak waktu diukur dengan besarnya

ongkos atau biaya yang dikeluarkan untuk memindahkan orang atau

barang dari suatu tempat tertentu ke tempat lain (Bintarto, 1979).

2. Pasar, merupakan sarana atau tempat untuk melakukan transaksi jual beli

antara para pedagang dengan para konsumen.

3. Pasar modern (pusat perbelanjaan), merupakan suatu grup bisnis eceran

yang direncanakan, dibangun, dimiliki, dan dikelola sebagai unit.

(Koller dan Armstrong, 2001). Dalam penelitian ini yang termasuk

dalam kajian pasar modern yaitu: Mall, Plaza, Hypermart, Pusat

Perbelanjaan dan Supermarket.

4. Pasar tradisional, merupakan tempat bertemunya penjual dan pembeli

serta ditandai dengan adanya transaksi jual beli secara langsung dan

biasanya ada proses tawar-menawar, bangunan biasanya terdiri dari kios-

kios atau gerai, los dan dasaran terbuka yang dibuka oleh penjual

maupun suatu pengelola pasar, dengan barang dagangan sayuran taupun

kebutuhan sehari-hari dan termasuk didalamnya memperjualbelikan

barang dagangan utama menurut jenis barangnya.

(http://id.wikipedia.org/wiki/Pasar dan Ensiklopedi Indonesia )

5. Perdagangan, merupakan suatu aktivitas yang berhubungan dengan

penjualan dan pembelian antara para produsen dan para konsumennya.

6. Daerah Pusat Kegiatan atau Central Bussinese District (CBD),

merupakan pusat kehidupan sosial, ekonomi, budaya, dan politik dalam

sesuatu kota sehingga pada zone ini terdapat bangunan utama untuk

kegiatan sosial ekonomi budaya politik. (Hadi Sabari Yunus, 1999)

7. Morfologi Kota, terdapat tiga indikator yang perlu diperhatikan

diantaranya indikator kekhasan penggunaan lahan, kekhasan pola

bangunan dan fungsinya serta kekhasan pola sirkulasi (Smailes, 1981).

Page 22: BAB I PENDAHULUAN - eprints.ums.ac.ideprints.ums.ac.id/24511/3/Skripsi_BAB_I.pdf · Kota Surakarta atau yang lebih dikenal dengan sebutan kota Solo. Kota Surakarta merupakan salah

22

Suatu kota didefinisikan sebagai daerah tertentu dengan karakteristik

pemanfaatan lahan non pertanian, pemanfaatan lahan yang sebagian

besar tertutup bangunan baik bersifat residensial maupun non residensial

(secara umum tutupan bangunan, lebih besar dari tutupan vegetasi),

kepadatan bangunan terutama perumahan yang tinggi, pola jaringan

jalan yang kompleks, dalam satuan permukiman yang kompak

(contigous) dan relatif lebih besar dari satuan permukiman kedesaan

sekitarnya dimana daerah yang bersangkutan sudah atau mulai terjamah

fasilitas kota. (Hadi Sabari Yunus, 2005)

8. Peta, merupakan gambaran dua atau tiga dimensi kenampakan-

kenampakan muka bumi ke dalam suatu bidang datar dengan

proyeksinya.

9. Sistem Informasi Geografis, merupakan seperangkat sistem berbasis

komputer untuk menyimpan dan mengelola informasi, memanipulasi

dan menganalisis data yang mempunyai rujukan kebumian yang

kompleks dan penting bagi manusia (Danoedoro, 1990).

Page 23: BAB I PENDAHULUAN - eprints.ums.ac.ideprints.ums.ac.id/24511/3/Skripsi_BAB_I.pdf · Kota Surakarta atau yang lebih dikenal dengan sebutan kota Solo. Kota Surakarta merupakan salah

23

Peta Dasar Tehnik Kota Surakarta Skala 1:50.000

Data Daftar Pasar dan Pusat Perbelanjaan di Kota Surakata

Data Koordinat Pasar Tradisional di Kota Surakarta

Data Koordinat Pasar Modern di Kota Surakarta

Citra Satelit Quickbird/Ikonos Kota Surakarta

Peta Persebaran Pasar Tradisional di Kota Surakata

Peta Persebaran Pasar Modern di Kota Surakata

Pola Persebaran Pasar Modern di Kota Surakata

Analisis Asosiasi Sebaran Pasar Tradisional dan Pasar Modern terhadap Central Bussiness District (CBD)

Pola Persebaran Pasar Tradisional dan Pasar Modern di Kota Surakata

Pola Persebaran Pasar Tradisional di Kota Surakata

Gambar 1.3. Diagram Alir Penelitian

Keterangan:

: Data : Proses : Hasil

Observasi dan Survei Lapangan

Pengolahan Data

Analisis Tetangga Terdekat

Deliniasi Central Business District (CBD)

Morfologi Kota