BAB I PENDAHULUAN - repository.upi.edurepository.upi.edu/8979/2/t_ptk_0705205_chapter1.pdf · Dalam...
Transcript of BAB I PENDAHULUAN - repository.upi.edurepository.upi.edu/8979/2/t_ptk_0705205_chapter1.pdf · Dalam...
Gindo Panjaitan, 2009 Pengaruh Motivasi dan Pembelajaran ...
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Upaya peningkatan mutu pendidikan di Indonesia telah lama dilakukan.
Bahkan setiap repelita, peningkatan mutu pendidikan merupakan salah satu
prioritas pembangunan di bidang pendidikan. Berbagai program dan inovasi
pendidikan, seperti penyempurnaan kurikulum, pengadaan bahan ajar dan buku
referensi lainnya, peningkatan mutu guru dan tenaga kependidikan lainnya
melalui berbagai pelatihan dan peningkatan kualifikasi pendidikan mereka,
peningkatan manajemen pendidikan, serta pengadaan fasilitas penunjang, dan
lain-lain selalu dilakukan. Namun, sampai saat ini mutu pendidikan masih jauh
dari harapan. Dari dalam negeri diketahui bahwa NEM SD sampai SLTA relatif
rendah dan tidak mengalami peningkatan yang berarti dari tahun ke tahun. Dari
dunia usaha muncul keluhan bahwa lulusan yang memasuki dunia kerja belum
memiliki kesiapan kerja yang baik.
Melihat kondisi tersebut, maka dunia pendidikan harus mampu berperan
aktif menyiapkan sumberdaya manusia terdidik yang mampu menghadapi
berbagai tantangan kehidupan, baik lokal, regional, nasional maupun
internasional. Ia tidak cukup hanya menguasai teori-teori, tetapi juga mau dan
mampu menerapkannya dalam kehidupan sosial. Ia tidak hanya mampu
menerapkan ilmu yang diperoleh di bangku sekolah/kuliah, tetapi juga mampu
memecahkan berbagai persoalan yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari.
Pendidikan yang demikian adalah pendidikan yang berorientasi pada
Gindo Panjaitan, 2009 Pengaruh Motivasi dan Pembelajaran ...
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
pembentukan jiwa entrepreneurship, artinya jiwa keberanian dan kemauan
menghadapi problema hidup dan kehidupan secara wajar, jiwa kreatif untuk
mencari solusi dan mengatasi problema tersebut, jiwa mandiri dan tidak
bergantung pada orang lain. Salah satu jiwa entrepreneurship yang perlu
dikembangkan melalui pendidikan pada anak usia pra sekolah dan sekolah dasar,
adalah kecakapan hidup (life skill). Pendidikan yang berwawasan kewirausahaan,
adalah pendidikan yang menerapkan prinsip-prinsip dan metodologi ke arah
pembentukan kecakapan hidup (life skill) pada peserta didiknya melalui
kurikulum yang terintegrasi yang dikembangkan di sekolah. Kerangka
pengembangan kewirausahaan di kalangan tenaga pendidik dirasakan sangat
penting. Karena pendidik adalah ‘agent of change’ yang diharapkan mampu
menanamkan ciri-ciri, sifat dan watak serta jiwa kewirausahaan atau jiwa
‘entrepreneur’ bagi peserta didiknya. Di samping itu, jiwa ‘entrepreneur’ juga
sangat diperlukan bagi Siswa SMK, karena melalui jiwa ini, para siswa akan
memiliki orientasi kerja yang lebih efisien, kreatif, inovatif, produktif serta
mandiri.
Dalam memasuki abad ke-21, tantangan dan permasalahan kehidupan
manusia terus-menerus berkembang seiring dengan perkembangan ilmu
pengetahuan, teknologi, seni, dan ekonomi. Untuk menjawab tantangan dan
permasalahan tersebut diperlukan manusia yang berkualitas, sebagai penentu ke
arah yang lebih baik. Manusia yang berkualitas diharapkan mampu bersaing
dalam kehidupan yang semakin rumit dan kompleks serta memiliki keunggulan
dalam menjawab segala tantangan dan tuntutan kehidupan.
Gindo Panjaitan, 2009 Pengaruh Motivasi dan Pembelajaran ...
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Sesuai dengan fungsi dan tujuan pendidikan nasional yang dinyatakan
dalam UU No. 20 tahun2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Fungsi dan
tujuan pendidikan nasional menurut UU Sisdikanas, Bab II, Pasal 3 dirumuskan
sebagai berikut,
Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk mengembangkan potensi
peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif,
mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis dan bertanggung
jawab.
Pembangunan nasional bertujuan untuk mewujudkan kesejahteraan
nasional, atau menjadikan masyarakat yang adil dan makmur. Untuk bisa
melaksanakan pembangunan nasional demi terwujudnya kesejahteraan nasional
diperlukan sumber daya manusia (SDM) yang unggul. Sedangkan untuk
menghasilkan SDM yang unggul dibutuhkan pendidikan yang baik, relevan
dengan kebutuhan masyarakat. Salah satu pendidikan yang dikembangkan di
Indoenesia ialah pendidikan vokasi atau Sekolah Menengah Kejuruan.
Pendidikan menengah kejuruan memegang peranan penting dalam
mendorong perekonomian-perekonomian masyarakat melalaui penyediaan tenaga
kerja terampil. Penguasaan keterampilan yang tinggi memberikan kontribusi
terhadap peningkatan produktivitas masyarakat baik dalam bentuk produk barang
maupun jasa serta pengembangan inovasi.
Penguasaan keterampilan menjadi sangat penting karena disamping
untuk mendukung produktivitas masyarakat di pasar kerja juga untuk
mendukung pengembangan produk dan operasionalisasi industri yang
menggunakan teknologi tinggi, itulah sebabnya banyak industri terkemuka
di berbagai negara menyelenggarakan pendidikan, pelatihan dan
Gindo Panjaitan, 2009 Pengaruh Motivasi dan Pembelajaran ...
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
pembelajaran sebagai bagian dari program peningkatan kualitas Sumber
Daya Manusianya. (Depdiknas, 2005-2009, 1:2005).
Dari naskah rencana strategis di atas jelas menekankan agar siswa SMK
harus menguasai keterampilan. Keterampilan kejuruan (vokasi) ini dimanfaatkan
untuk bekal para siswa terjun ke dunia kerja untuk mencari bekal kehidupan.
Sebagai faktor penentu keberhasilan pembangunan, pada tempatnyalah
kualitas SDM ditingkatkan melalui berbagai program pendidikan yang
dilaksanakan secara sistematis dan terarah berdasarkan kepentingan yang
mengacu pada kemajuan ilmu dan teknologi (IPTEK) dan dilandasi keimanan dan
ketaqwaan (imtaq). Berbagai program yang dilaksanakan telah memberikan
harapan bagi kelangsungan dan terkendalinya kualitas pendidikan Indonesia.
Kewirausahaan adalah keberanian, keutamaan dan keperkasaan dalam
memenuhi kebutuhan serta memecahkan permasalahan hidup dengan kekuatan
yang ada pada diri sendiri. (Bastian Bustami, et,al. 1997: 2). Demikian juga John
Kao (1991:14) dalam Suherman (2008:6) kewirausahaan adalah sikap dan prilaku
wirausaha.
Direktotat Menengah Kejuruan (Dikmenjur) yang kemudian berubah
namanya menjadi Direktur Pembinaan SMK merupakan bagian dalam organisasi
Departemen Pendidikan Nasional, khususnya Direktorat Jenderal Pemberdayaan
dan Pengembangan Pendidik dan Tenaga Kependidikan (PMPTK) memiliki
kewajiban untuk membina Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)
mengimplementasikan kebijakan pemerintah, dengan visi dan misi, yaitu cerdas
dan kompetitif.
Gindo Panjaitan, 2009 Pengaruh Motivasi dan Pembelajaran ...
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), sebagai salah satu lembaga
pendidikan juga perlu diupayakan peningkatan kualitasnya agar mampu
berkontribusi melahirkan tenaga kerja yang ’fresh’ dan siap diterjunkan untuk
memenuhi kebutuhan tenaga kerja yang bugar. Pendidikan kejuruan merupakan
pendidikan menengah yang mempersiapkan peserta didik siap untuk bekerja
dalam bidang tertentu. Pendidikan kejuruan sebagai bagian dari sistem pendidikan
nasional yang bertujuan untuk menyiapkan tenaga kerja yang mempunyai
keterampilan yang sesuai dengan kebutuhan dunia kerja dan memenuhi standar,
sekarang ini mendapat perhatian besar dari masyarakat. Karena, dalam era
globalisasi sekarang ini diperlukan keterampilan dan kemampuan untuk selalu
dapat mengikuti perkembangan zaman yang terjadi dengan cepat.
Saat ini, pemerintah juga mencanangkan kebijakan yang boleh dikatakan
spektakuler berkenaan dengan rasio perbandingan jumlah SMA dan SMK, dari
70 : 30, menjadi 30 : 70, pada tahun 2025. Sementara itu, untuk meningkatkan
kualitas Sekolah Menengah Kejuruan, pemerintah melalui Direktorat Pembinaan
SMK juga mencanangkan program 1000 SMK Bertaraf Nasional dan 200 SMK
Bertaraf Internasional.
Dalam pelaksanaanya, tentu saja diperlukan peningkatan guru, baik
kuantitas maupun kualitasnya. Dalam Undang-Undang N0. 14 tentang guru dan
dosen, khususnya dalam Bab III disebutkan mengenai persyaratan guru, seperti :
(a) guru wajib memiliki kualifikasi akademik sekurang-kurangnya berijazah S1
atau D IV; (b) memiliki kompetensi kepribadian , kompetnsi sosial dan
kompetensi profesi (kejujuran), serta (c) memiliki sertifikasi pendidik.
Gindo Panjaitan, 2009 Pengaruh Motivasi dan Pembelajaran ...
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Sementara itu, kenyataan di lapangan kualitas guru yang kurang kompeten
serta penempatannya yang tidak sesuai dengan latar belakang pendidikan atau
keilmuan. Sedangkan kualitas guru sangat berpengaruh terhadap keberhasilan
pembelajaran. Sebab guru merupakan ujung tombak yang turut mewarnai proses
pembelajaran. Di sisi lain, guru harus mampu memfasilitasi proses belajar siswa.
Guru merupakan profesi pendidik yang memiliki beberapa tugas utama,
yaitu mendidik, membina, mengajar, melatih, membimbing, menilai,
mengarahkan, dan membentuk watak serta kepribadian peserta didik, sehingga
berubah menjadi manusia yang memiliki ilmu pengetahuan dan menjadi manusia
yang cerdas serta bermartabat.
Kenyataan di lapangan, masih banyak guru SMK yang belum memenuhi
persyaratan tersebut di atas. Menurut penelitian Balitbang Depdiknas (2001), guru
yang layak mengajar baru 38%, dan sisanya 62% belum layak mengajar, atau
mengajar bukan pada bidangnya (mismach).
Permasalahan berikutnya adalah terbatasnya lapangan pekerjaan. Tamatan
SMK pada umumnya ingin mencari pekerjaan, bukan berwirausaha. Hal ini, jelas
akan menjadi hambatan. Siswa SMK yang memiliki keterampilan untuk bekerja,
tidak dapat memanfaatkan kemampuan itu untuk bekerja, setiap tahunnya, jumlah
pengangguran terus meningkat.
Jumlah penganggur terdidik dari tahun ke tahun terus bertambah. Menurut
laporan International Labour Organization (ILO), selama dua tahun terakhir ini
terjadi peningkatan pengangguran dunia rata-rata 20 juta. Total jumlah
pengangguran saat ini 180 juta dan seperampatnya berada di Indonesia.
Gindo Panjaitan, 2009 Pengaruh Motivasi dan Pembelajaran ...
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Direktur PT. Roll Internusa Mandiri (RIM) Juliati Simajuntak
mengungkapkan hal itu pada pelantikan perawat dan peresmian Unit Pelatihan
Perawat Profesional Indonesia di Fakultas Kedokteran UGM, baru-baru ini. Dia
memaparkan, penganggur terdidik lulusan perguruan tinggi Indonesia selama
empat tahun terakhir mengalami pembekakan. Tahun 2001, jumlahnya mencapai
1,83 juta. Tahun berikutnya meningkat menjadi 2,19 juta. Pada tahun 2003
mencapai 2,4 juta dan data terakhir pada tahun 2004 menjadi 2,56 juta orang.
Persoalan yang dihadapi Indonesia karena indeks kualitas SDM masih rendah.
Berdasarkan data 2001, posisi Indonesia berdasarkan indeks tersebut berada pada
posisi ke -38, di bawah Fiji, Cape Verde, Sri Lanka, Filipina, Thailand, dan
Malaysia.
Organisasi Buruh Internasional (ILO) memperkirakan, pengangguran global
dapat bertambah lima juta orang akibat guncangan ekonomi global yang
mencakup antara lain kekisruhan pasar kredit dan meningkatnya harga minyak
dunia. Menurut siaran pers dari ILO yang diterima ANTARA News di Jakarta,
Jumat, prediksi tersebut terungkap dalam hasil laporan tahunan Tren Penempatan
Kerja Global (GET) ILO pada tahun 2008.
Pasca krisis ekonomi dunia tahun 1998, bangsa Indonesia mengalami
imbasnya. Perekonomian terpuruk, yang menyebabkan banyak industri yang
menampung banyak tenaga kerja mengalami gulung tikar. Hal itu menyebabkan
para pekerja dirumahkan. Satu contoh, PT. Dozon di Tangerang yang menampung
16.000,- orang tenaga kerja terpaksa merumahkan karyawannya, karena produk
mereka, sepatu, tidak diterima di Amerika Serikat. Kita bisa membayangkan,
Gindo Panjaitan, 2009 Pengaruh Motivasi dan Pembelajaran ...
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
16.000,- orang karyawan itu tidak sendirian. Di belakang mereka itu ada istri dan
anak. Kalau dirata-ratakan setiap karyawan itu menanggung satu istri dan dua
anak, berarti penduduk yang terkena dampaknya itu tiga kali lipat, atau 16.000,- X
3 = 48.000,- jiwa. Ingat, jumlah itu baru berasal dari satu pabrik sepatu saja, yang
perlu diperhatikan, dari sekian juta penganggur, terdapat sekian persen termasuk
penganggur putus asa. Angka sekitar 1,2 juta pengangguran di Indonesia yang
putus asa dalam mencari kerja sehingga mereka tidak ingin mencoba mencari
pekerjaan, seperti diungkap BPS pekan lalu, dianggap sebagai data yang masih
premature, namun perlu mendapat perhatian pemerintah. Sosiolog Universitas
Indonesia (UI), Paulus Wirutomo, hal itu cukup mengejutkan karena menyangkut
11.98 persen dari jumlah pengangguran di Indonesia, namun menekankan perlu
adanya data tambahan mengenai hasil Survey Angkatan Kerja Nasional
(Sakernas) Agustus 2007 itu.
Krisis yang dialami oleh Amerika Serikat juga berdampak pada
penambahan jumlah penganggur disebabkan dirumahkannya karyawan pabrik,
karena pabrik tidak dapat lagi memasarkan hasil produknya ke Amarika Serikat.
Bedasarkan catatan yang diperoleh dari koran, di wilayah Bandung saja sekitar
1.500 pabrik tutup dan terpaksa merumahkan puluhan ribu karyawannya. Di
wilayah Purwakarta saja, ada 20.000,- karyawan yang kemudian dirumahkan. Kita
dapat membayangkan, dari 20.000,- karyawan itu memiliki keluarga yang harus
dihidupi. Krisis di Amerika Serikat ini kemudian meningkatkan angka
kemiskinan.
Gindo Panjaitan, 2009 Pengaruh Motivasi dan Pembelajaran ...
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Melihat kenyataan tersebut, sudah selayaknya SMK sebagai salah satu
lembaga yang intes melahirkan tenaga kerja, tidak hanya mencetak, tetapi juga
memiliki kemampuan untuk berwirausaha. Menurut Totok Triwibowo (2009)
selaku tim Pembina Pendidikan dan Pelatihan (Diklat) Kewirausahaan PPPPTK
BMTI Bandung, dalam wawancara dengan penulis, dengan dibentuknya, unit
produksi (UP), pihak sekolah bukan sekedar mencari tambahan pendapatan,
melainkan mengajarkan bagaimana caranya siswa memiliki pengalaman
berwirausaha. Selama ini, pihak sekolah yang menerima order dari pihak luar,
dan siswa yang mengerjakan order tersebut, berarti siswa tetap hanya berperan
sebagai pembuat, tetapi tidak memahami bagaimana berintrepreneurhip, atau
melakukan kegiatan wirausaha untuk mengatasi sempitnya lapangan kerja.
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan ( Dir. PSMK), yang
menjadi payung bagi SMK memandang perlu dilakukan upaya untuk mengubah
orientasi SMK, yang tidak hanya menyiapkan calon tenaga kerja yang siap terjun
ke dunia industri, tetapi juga menyiapkan siswa untuk mencari alternativ sebagai
wirausaha apabila tidak mendapatkan pekerjaan yang sesuai dengan keinginannya
atau kompetensinya.
Upaya itu dilakukan dengan diadakannya mata pelajaran kewirausahaan di
Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Untuk membina kewirausahaan di SMK ini,
maka para guru SMK diadakan Diklat kewirausahaan di Pusat Pengembangan dan
Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Bidang Mesin dan Teknik
Industri Bandung (PPPPTK BMTI Bandung). Para guru inilah yang kelak
memiliki kewajiban untuk membangkitkan motivasi siswa untuk mampu
Gindo Panjaitan, 2009 Pengaruh Motivasi dan Pembelajaran ...
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
berwirausaha, setidaknya memiliki kesiapan untuk berwirausaha. Namun, karena
karakteristik wirausaha itu sendiri memiliki sesuatu yang khas, tentu saja tidak
serta merta hal itu dapat menyebabkan timbulnya kesiapan siswa dalam
berwirausaha. Ada beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya kesiapan siswa
berwirausaha. Di antara faktor yang mempengaruhinya antara lain motivasi,
lingkungan sosial, dan pendidikan kewirausahaan itu sendiri. Di lain pihak,
mencari pekerjaan yang layak, terutama di sektor formal, bukanlah suatu pilihan
yang mudah bagi orang muda, terutama bagi mereka dengan tingkat pendidikan
rendah.
Halangan utama bagi orang muda dalam mencari pekerjaan yang layak
terutama pendidikan keterampilan yang tidak mencukupi, tidak adanya
pengalaman kerja dan kurangnya pekerjaan yang tersedia. Seperti telah
digambarkan dalam bagian sebelumnya, jumlah kaum muda yang terlibat dalam
sektor informal relatif tinggi, di sana terdapat lebih banyak kesempatan kerja,
salah satunya adalah menjadi wirausahawan. Namun demikian, kalangan muda
dihadapkan pada berbagai permasalahan ketika akan memulai usaha mereka
sendiri. Masalah-masalah yang sering dihadapi oleh wiraswastawan muda antara
lain yang berkaitan dengan sumber keuangan, dana, SDM, pengalaman, dan
jaringan kerja. Terlebih lagi, untuk menjadi seorang wirausahawan tidak saja
dibutuhkan latar belakang pendidikan dan keterampilan, hal-hal lain yang
diperlukan adalah: semangat positif, pemikiran orisinil, motivasi diri, kemandirian
serta kemampuan untuk membangun usaha yang produktif dan berguna bagi
masyarakat. Pertanyaan yang dipermasalahkan adalah: Sejauh mana kontribusi
Gindo Panjaitan, 2009 Pengaruh Motivasi dan Pembelajaran ...
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
kesiapan berwirausaha siswa dibentuk atau dicapai melalui pemberian motivasi,
dan pendidikan kewirausahaan!
1.2 Identifikasi Masalah
Kegiatan proses beajar mengajar banyak melibatkan komponen yang saling
mempengaruhi, seperti: Motivasi, lingkungan social, Kondisi siswa, kondisi guru,
tujuan pembelajaran kewirausahaan, evaluasi, fasilitas, sarana, dan prasarana
belajar. Kegiatan pembelajaran harus mengacu pada kurikulum yang berlaku, dan
pada prinsipnya guru tidak mengubah isi kurikulum, akan tetapi guru mempunyai
wewenang untuk memodifikasi pada komponen kegiatan belajar mengajar.
Terdapat dua variabel dalam penelitian ini, yaitu variabel bebas
(independent) dan variabel terikat (dependent).
1. Variabel bebas (independent)
Yang dimaksud dengan variabel independent dalam penelitian ini adalah
motivasi, dan pembelajaran kewirausahaan. Peubah bebas (independent
variable), yaitu : Peubah yang mempengaruhi peubah lain. Seperti peubah
terikat, peubah inipun dikenal dengan berbagai sebutan, seperti peubah
pendahulu, peubah masukan, (input), Furqon (2004:12). Kutipan tersebut
dapat dimaknai bahwa variabel bebas sebagai variabel stimulus atau input,
dalam penelitian ini adalah motivasi, dan pembelajaran kewirausahaan.
2. Variabel Terikat (dependent).
Yang dimaksud dengan variabel dependent dalam penelitian ini adalah
kesiapan siswa berwirausaha. Variabel terikat (dependent variable), yaitu :
peubah yang dipengaruhi oleh peubah lain. Dalam berbagai konteks
penelitian, peubah ini dikenal dengan sebutan yang beragam, seperti peubah
Gindo Panjaitan, 2009 Pengaruh Motivasi dan Pembelajaran ...
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
keluaran (output), peubah kriteria, dan peubah respons. Penelitian dilakukan
untuk mengkaji bagaimana atau sejumlah mana peubah ini dipengaruhi,
ditentukan, atau dijelaskan oleh peubah lain. Furqon (2004:12)
Kutipan tersebut dapat dimaknai bahwa, sebagai output adalah kesiapan siswa
berwirausaha..
Pokok permasalahan akan dirumuskan dalam paragraf 1.4 di mana akan
menunjukkan adanya beberapa masalah yang perlu dikaji agar lingkup penelitian
menjadi lebih jelas. Pengkajian itu didasarkan pada paradigma (pola pikir) yang
dilukiskan pada gambar 1.1 di bawah ini!
Identifikasi penelitian tersebut didasarkan pada fenomena dunia
pembelajaran kewirausahaan, bahwa kesiapan berwirausaha (Y) lahir dari
pemberian motivasi atau semangat untuk melakukan wirausaha (X1), dan
pengembangan pengalaman yang diperoleh dari ragam pendidikan di sekolah
(X2). Namun demikian, dalam kenyataanya tidak semua siswa memiliki kesiapan
berwirausaha, karena kurangnya motivasi untuk melakukan hal tersebut, atau
mungkin karena berbagai faktor internal, seperti takut gagal, malu atau lainnya.
Y
ryx1
r yx1 x2
ryx2
X1
X2
Gambar 1.1 Hubungan antara variabel
Gindo Panjaitan, 2009 Pengaruh Motivasi dan Pembelajaran ...
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
1.3 Pembatasan Masalah
Penelitian ini difokuskan pada SMKN 11 Bandung, untuk mengungkapkan
kesiapan siswa dalam berwirausaha seperti yang dipersyaratkan dalam pengertian
wirausaha atau entrepreneurship itu sendiri, bahwa wirausaha adalah semangat,
sikap, perilaku dalam kesiapannya menangani usaha atau bisnis, yang mengatur
modal, tenaga, proses kerja untuk suatu keuntungan, baik dalam “barang maupun
jasa”. Penelitian ini bersifat studi kasus di SMKN 11 Bandung, sehingga hasil
yang diperoleh tidak berlaku untuk SMK-SMK yang lain.
1.4 Perumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian berdasarkan identifikasi masalah adalah:
Bagaimana pengaruh motivasi, pendidikan kewirausahaan terhadap kesiapan
siswa berwirausaha di SMKN 11 Bandung?
Lebih jelasnya masalah yang akan diteliti sebagai berikut:
1.4.1 Bagaimana pengaruh motivasi terhadap kesiapan siswa berwirausaha?.
1.4.2 Bagaimana pengaruh pembelajaran kewirausahaan terhadap kesiapan
siswa berwirausaha?.
1.4.3 Bagaimana pengaruh motivasi, pembelajaran kewirausahaan secara
bersama-sama terhadap kesiapan siswa berwirausaha?.
1.5 Tujuan Penelitian
Penelitian ini secara umum bertujuan untuk mengungkapkan tentang,
“pengaruh motivasi, pembelajaran kewirausahaan terhadap kesiapan
siswa Berwirausaha di sekolah Menengah kejuruan Negeri 11 Bandung”.
Gindo Panjaitan, 2009 Pengaruh Motivasi dan Pembelajaran ...
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Sedangkan secara khusus, penelitian ini bertujuan utuk mengetahui dan
memperoleh informasi mengenai :
a. Pengaruh motivasi terhadap kesiapan siswa berwirausaha.
b. Pengaruh pembelajaran kewirausahaan terhadap kesiapan siswa
berwirausaha.
c. Pengaruh motivasi, pembelajaran kewirausahaan terhadap kesiapan
siswa berwirausaha.
1.6 Kegunaan/Manfaat Penelitian
1.6.1 Bagi SMKN 11 Bandung penelitian ini berguna untuk
pengembangan dan pengambilan keputusan dalam pembinaan kesiapan
siswa berwirausaha terkait dengan motivasi dan pembelajaran
kewirausahaan.
1.6.2 Bagi SPS UPI hasil penelitian ini dapat mengembangkan penelitian
tindakan kelas terkait dengan motivasi dan pembelajaran kewirausahaan.
1.6.3 Bagi peneliti dapat menambah wawasan mengenai penelitian korelatif
yang terkait dengan motivasi, pembelajaran kewirausahaan terhadap
kesiapan siswa berwirausaha.
1.7 Definisi Operasional
Definisi operasional variabel dalam penelitian sangat bermanfaat terutama
dalam mendeskripsikan judul mengenai sasaran yang akan diteliti. Definisi
operasional adalah definisi yang didasarkan pada karakteristik-karakteristik yang
dapat diamati dari apa yang didefinisikan. Penelitian ini didukung oleh Furqon
(2004:16) yang menyatakan bahwa operasional adalah mengidentifikasi dan
Gindo Panjaitan, 2009 Pengaruh Motivasi dan Pembelajaran ...
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
merumuskan peubah yang terlibat pada setiap hipotesis. Setiap peubah kemudian
harus dirumuskan secara operasional sehingga jelas aspek-aspeknya yang hendak
diukur.
Dengan batasan masalah yang ditetapkan berdasarkan identifikasi penelitian
di atas, variabel-variabel penelitian tersebut perlu dijabarkan dalam bentuk
definisi-definisi operasional dalam kondisi pembelajaran yang dinamis.
Pertama, kesiapan siswa dalam berwirausaha sangat dipengaruhi oleh
motivasinya dalam melaksanakan pendidikan, latar belakang sosial atau kondisi
ekonomi keluarganya. Diperkirakan, bahwa siswa yang memiliki motivasi kuat
untuk mencapai kesuksesan, yang didukung oleh latar belakang sosial
keluarganya yang sudah terbiasa mandiri sebagai wirausaha akan memiliki
kcenderungan lebih siap dalam melaksanakan wirausaha.
Kedua, Pembelaajaran kewirausahaan akan berhasil apabila siswa sudah
memahami karakteristik kewirausahaan. Pembelajaran ini akan menjadi semakin
mendekati hasil, apabila siswa melaksanakan praktek kewirausahaan. bukan
praktek kerja industri, sebagai pekerja industri, melainkan melakukan kegiatan
praktek kewirausahaan.
Kewirausahaan berkembang dan diawali dengan adanya inovasi. Inovasi
dipicu oleh faktor pribadi, lingkungan, dan sosiologi. Faktor individu yang
memicu kwirausahaan adalah pencapaian locus of control, toleransi, pengambilan
resiko, nilai-nilai pribadi; pendidikan, pengalaman, usia, komitmen, dan
ketidakpuasan. Faktor pemicu yang berasal dari lingkungan ialah peluang, model
peran, aktivitas, pesaing, incubator, sumber daya, dan kebijakan pemerintah,
Gindo Panjaitan, 2009 Pengaruh Motivasi dan Pembelajaran ...
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
sedangkan faktor pemicu yang berasal dari lingkungan sosial meliputi keluarga,
orag tua, dan jaringan kelompok.
Orang yang berhasil dalam berwirausaha adalah orang yang dapat
menggabungkan nilai, sifat utama (pola sikap), dan prilaku dengan bekal
pengetahuan; pengalaman, dan keterampilan praktis. Jadi, pedoman,
pengaharapan, dan nilai, baik yang berasal dari pribadi maupun kelompok,
berpengaruh dalam membentuk prilaku kewirausahaan.
Berdasarkan uraian singkat di atas, maka definisi-definisi operasional dalam
penelitian ini dirumuskan sebagai berikut.
1. Pengaruh, menurut Depdiknas dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia
(http://pusatbahasa. Diknas.go.id/kbbi), adalah yang ada atau timbul dari
sesuatu (orang, benda) yang ikut membentuk watak, kepercayaan, atau
perbuatan seseorang.
2. Motivasi didefinisikan sebagai proses untuk menggiatkan dan menguatkan
motif sehingga mendorong individu untuk melakukan kegiatan. Dalam
konteks penelitian ini motivasi yang dimaksud adalah upaya atau dorongan-
dorongan yang dilakukan sekolah khususnya para siswa yang dapat
membangkitkan tumbuhnya minat dan keinginan belajar berusaha pada diri
anak-anaknya.
3. Pembelajaran kewirausahaan didefinisikan pembelajaran atau Materi mata
diklat Kewirausahaan atau entrepreneurship yang diterima siswa di Sekolah
Menengah Kejuruan.
Gindo Panjaitan, 2009 Pengaruh Motivasi dan Pembelajaran ...
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
4. Kesiapan Berwirausaha didefinisikan sebagai semanagat, sikap, perilaku dan
kemampuan siswa dalam menangani usaha atau kegiatan yang mengarah pada
upaya mencari, menciptakan serta menetapkan cara-cara kerja, teknologi dan
produksi baru dengan meningkatkan efisiensi dalam rangka memberikan
pelayanan yang lebih dan atau memperoleh keuntungan yang lebih besar.
1.8 Sistematis Penelitian
Berdasarkan uraian dalam pharagrap 1.3 telah tersirat, bahwa sistematis
penelitian yang digunakan dalam penelitian adalah metode penelitian kuantitaif
yang bersifat deskriptif-analitis sehingga berdasarkan statistik yang diperoleh
dapat disimpulkan hasil-hasil yang terungkap melalui penelitian ini. Penjabaran
lebih lanjut penerapan metode penelitian ini diuraikan dalam Bab III dari naskah
tesis ini.
Pembahasan tesis di awali dengan mengemukakan latar belakang masalah
penelitian, identifikasi masalah pembatasan masalah, perumusan masalah, tujuan
penelitian, kegunaan/manfaat penelitian, definisi operasional dan sistematis
penelitian. Dalam Bab I. Dilanjutkan dengan Bab II. Landasan teori itu akan
digunakan sebagai dasar analisis dan interprestasi statistik yang diperoleh dari
hasil pengolahan data penelitian di lapangan. Kemudian dalam Bab III
dikemukakan rancangan penelitian yang digukan sebagai acuan penelitian. Dalam
bab ini dijelaskan secara rinci tujuan penelitian, asumsi-asumsi, hipotesis
penelitian, pengembangan instrument penelitian dan rancangan pengolahan data.
Kegiatan dan pengolahan data disajikan dalam Bab IV. Dalam bab ini
dijelaskan langkah-langkah persiapan yang bersifat administrasi dan teknis,
Gindo Panjaitan, 2009 Pengaruh Motivasi dan Pembelajaran ...
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
pelaksanaan penelitian yang meliputi pengumpulan data, pengolahan data dan
interprestasi hasil pengolahan data.
Tesis ini ditutup dengan bab V yang menyajikan kesimpulan dan hasil
penelitian, dan diakhiri dengan rekomendasi