BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.ump.ac.id/4135/2/INDA GALUH LESTARI BAB I.pdf · 1...
Transcript of BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.ump.ac.id/4135/2/INDA GALUH LESTARI BAB I.pdf · 1...
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hipertensi merupakan salah satu Penyakit Tidak Menular (PTM).
Hipertensi adalah kondisi tekanan darah lebih dari 140/90 mmHg (WHO,
2013). Hipertensi juga sering disebut sebagai “silent killer” karena karakter
dari penyakit hipertensi tidak menampakan tanda dan gejala yang jelas.
Hipertensi bisa menyerang siapa saja baik laki-laki maupun perempuan usia
30-60 tahun (Susilo & Wulandari, 2011).
Keberhasilan Pemerintah dalam Pembangunan Nasional, telah
mewujudkan hasil yang positif di berbagai bidang, yaitu adanya kemajuan
ekonomi, perbaikan lingkungan hidup, kemajuan ilmu pengetahuan dan
teknologi terutama dibidang medis atau ilmu kedokteran sehingga dapat
meningkatkan kualitas kesehatan penduduk serta meningkatkan umur harapan
hidup manusia, akibatnya jumlah penduduk yang berusia lanjut meningkat
dan bertambah cenderung lebih cepat (Bandiyah, 2009). Lansia menurut Bab
I pasal 1 ayat (2) UU No. 13 Tahun 1998 adalah seseorang yang mencapai
usia 60 tahun ke atas. Menurut WHO (2010) 524 juta orang berusia 65 tahun
dalam populasi dunia, penduduk lansia di indonesia mencapai 9,12% (BPS,
2014). Jumlah penduduk berusia diatas 65 tahun terutama di Jawa Tengah
terus mengalami peningkatan pada tahun 2013 jumlah lansia mencapai
7,47% dari seluruh penduduk provinsi Jawa Tengah naik menjadi 7,63%
1
Pengaruh Self Management..., Inda Galuh Lestari, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
2
pada tahun 2014, jumlah lansia di Jawa Tengah mengalami peningkat
0,2% dari tahun 2014 menjadi 7,82% (BPS, 2014).
Peningkatan jumlah usia lanjut akan berpengaruh pada berbagai aspek
kehidupannya ( fisik, mental dan ekonomi ) salah satunya pada perubahan
fisik dalam sistem kardiovaskular ( Tamher, S dan Noorkasiani, 2009).
Disfungsi kardiovaskular dapat diperberat dan mempengaruhi aktivitas
normal kehidupan sehari-hari, yaitu terjadinya perubahan normal penuaan
adalah faktor genetik, dan gaya hidup dapat menunjang kelainan mayor,
diantaranya yaitu penyakit hipertensi (Smeltzer & Bare, 2013). Berdasarkan
hasil penelitian dari John, et al (2010), lansia cenderung memiliki status risiko
kardiovaskular absolut lebih tinggi , karena ada kecenderungan yang jelas
terhadap tekanan darah tinggi dengan bertambahnya usia.
Menurut catatan Badan Kesehatan Dunia (WHO) 2011 ada satu milyar
orang didunia menderita hipertensi dan dua per-tiga diantaranya berada
dinegara berkembang yang berpenghasilan rendah-sedang. Bila tidak
dilakukan upaya yang tepat jumlah ini akan terus meningkat, dan diprediksi
pada tahun 2025 sebanyak 29% atau 1.6 milyar orang di seluruh dunia
menderita hipertensi, sedang di Indonesia angka kejadian hipertensi cukup
tinggi. Data statistik terbaru menyatakan bahwa terdapat 24,7% penduduk
Asia Tenggara dan 23,3% penduduk Indonesia berusia 18 tahun keatas
mengalami hipertensi pada tahun 2014 (WHO, 2015). Penyakit Hipertensi
masih menempati proporsi terbesar dari seluruh Penyakit Tidak Menular
(PTM) yang dilaporkan, yaitu sebesar 57,89% dari 100%, sedangkan urutan
Pengaruh Self Management..., Inda Galuh Lestari, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
3
kedua terbanyak adalah Diabetes Mellitus sebesar 16,53% dari 100%. Dua
penyakit tersebut menjadi prioritas utama pengendalian Penyakit Tidak
Menular (PTM) di Jawa Tengah, jika Hipertensi dan Diabetes Melitus tidak
dikelola dengan baik maka akan menimbulkan Penyakit Tidak Menular
(PTM) lanjutan seperti Jantung, Stroke, Gagal Ginjal, dsb. Pengendalian
Penyakit Tidak Menular (PTM) dapat dilakukan dengan intervensi yang tepat
pada setiap sasaran/kelompok populasi tertentu sehingga peningkatan kasus
baru Penyakit Tidak Menular (PTM) dapat ditekan, di Kabupaten Brebes
pada tahun 2014 yang menderita hipertensi sebanyak 41.692 jiwa (Profil
Kesehatan Kabupaten Brebes 2014). Berdasarkan data di Puskesmas
Bumiayu pada tahun 2015 yang menderita hipertensi sebanyak 846 jiwa, pada
bulan Januari-September 2016 sebanyak 1.000 jiwa. Jumlah penduduk di
desa Dukuhturi tahun 2015 sekitar 10.261 jiwa atau 10,49% (100%) (BPS
Kabupaten Brebes 2016), dan data yang mengikuti posbindu aktif di
dukuhturi sebanyak 70 orang dan 40 orang yang menderita hipertensi.
Karakteristik penyakit menjadi salah satu faktor yang menyebabkan
semakin patuh atau tidaknya pasien dengan saran dokter. Beberapa studi
(Basuki B, et al) menunjukkan bahwa seseorang yang mempunyai kelebihan
berat badan lebih dari 20% dan hiperkolesterol mempunyai risiko yang lebih
besar terkena hipertensi. Faktor risiko tersebut pada umumnya disebabkan
oleh pola hidup (life style) yang tidak sehat (Rahajeng E, et al;2009).
Terdapat sebuah penelitian mengatakan bahwa pasien dengan penyakit kronis
Pengaruh Self Management..., Inda Galuh Lestari, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
4
yang tidak memperlihatkan symptom yang begitu terlihat akan semakin
menunjukkan pola hidup yang tidak baik (Nurhayati, 2015).
Pasien hipertensi yang melakukan modifikasi gaya hidup untuk
mengontrol tekanan darahnya hanya sekitar 30% dari (40% dari orang dewasa
diatas usia 55 tahun) penderita hipertensi di Poitou-Charentes (Prancis)
(Ragot, et al 2005). Lansia dengan hipertensi mengalami kesulitan
pengontrolan tekanan darah akan memperburuk kesehatannya. Menurut
Anggraini, et al. (dalam Bianti Nuraini, 2015), hipertensi yang tidak
terkontrol akan menimbulkan berbagai komplikasi, bila mengenai jantung
kemungkinan dapat terjadi infark miokard, jantung koroner, gagal jantung
kongestif, bila mengenai otak terjadi stroke, ensevalopati hipertensi, dan bila
mengenai ginjal terjadi gagal ginjal kronis, sedangkan bila mengenai mata
akan terjadi retinopati hipertensi. Salah satu upaya untuk melakukan
pencegahan komplikasi hipertensi perlu adanya peningkatan pencegahan
tentang hipertensi. Individu dengan penyakit jantung disarankan untuk
melaksanakan self-management sebagai salah satu managemen penyakit
dalam kehidupan sehari – hari (Richard & Sea, 2011).
Menurut Lin, KW (2006), program manajemen diri (self management)
dikembangkan untuk mendukung pasien dengan penyakit kronis, salah
satunya penyakit hipertensi. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh
Hayes (2010) menyatakan bahwa manajemen hipertensi yang efektif salah
satunya dengan menghentikan kebiasaan merokok, mempertahankan diet
Pengaruh Self Management..., Inda Galuh Lestari, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
5
yang sehat dan aktivitas fisik yang sehat. Modifikasi perilaku sangat
bermanfaat untuk mengurangi atau menunda dampak buruk dari stroke.
Pelaksanaan self-management pada penderita hipertensi diharapkan
mampu meningkatkan pengetahuan, sikap dan pengobatan terkait penyakit
hipertensi (Bagong, 2005). Pemeliharaan kesehatan terkait dengan penyakit
hipertensi sudah banyak dilakukan melalui berbagai macam cara. Beberapa
penelitian tentang manajemen hipertensi sudah banyak dilakukan seperti pada
penelitian yang dilakukan oleh Xue, et al (2008) dengan membentuk sebuah
kelompok suka rela dengan memberikan edukasi tentang hipertensi. Prasetyo,
et al (2012) melakukan penelitian tentang self care management hipertensi di
tatanan rumah sakit dan hanya menggunakan kuesioner dan tidak
memberikan edukasi.
Strategi Pengelolaan Diri (Self Management) merupakan teknik yang
berakar pada teori pengkondisian operan. Tujuan dari strategi Pengelolaan
Diri (Self Management) ini adalah agar individu secara teliti dapat
menempatkan diri dalam situasi-situasi yang menghambat tingkah laku dan
belajar untuk mencegah timbulnya perilaku atau masalah yang tidak
dikehendaki. Bentuk pelaksananaannya meliputi self monitoring (pemantauan
diri), stimulus control (pengendalian diri), serta self reward (penghargaan diri
sendiri). Penerapan teknik self management dengan mengkombinasikan
teknik biasanya lebih berguna dari pada menggunakan satu teknik saja
(Brillianti,2016).
Pengaruh Self Management..., Inda Galuh Lestari, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
6
Berdasarkan penelitian oleh Lia Mulyati,et al (2013) mengungkapkan
bahwa didapatkan ada hubungan antara keyakinan terhadap efektivitas terapi
(p=0.005; OR=3,48), self-efficacy (p=0.003; OR=3,67), dukungan sosial
(p=0.015; OR=2,87) dan komunikasi antar petugas pelayanan kesehatan
dengan pasien (p=0.002; OR=3,27) dengan SMB. Komunikasi antar petugas
kesehatan dengan pasien merupakan faktor paling dominan memengaruhi
kesuksesan Self Management Behaviour (SMB) sehingga kemampuan
komunikasi sangat diperlukan dalam implementasi asuhan keperawatan.
Berdasarkan study pendahuluan kepada 6 lansia yang mengalami
hipertensi terhadap 5 komponen Self Management, hasil menunjukkan rata-
rata tekanan darah lansia sekitar 160/100 mmHg dan 140/100 mmHg dengan
integrasi diri menyatakan rendah oleh 1 lansia, sedang oleh 3 lansia dan
tinggi oleh 2 lansia, Regulasi diri menyatakan rendah oleh 2 lansia, sedang
oleh 2 lanisa dan tinggi oleh 2 lansia, Interaksi dengan tenaga kesehatan dan
lainnya menyatakan rendah oleh 1 lansia, sedang oleh 3 lansia dan tinggi oleh
2 lansia, Pemantauan tekanan darah menyatakan rendah oleh 1 lansia, sedang
oleh 3 lansia dan tinggi oleh 2 lansia dan yang terakhir kepatuhan terhadap
aturan yang dianjurkan 4 lansia menyatakan sedang dan 2 lansia tinggi.
Berdasarkan paparan diatas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
“Pengaruh Self Management terhadap Tekanan Darah Lansia yang
Mengalami Hipertensi”.
Pengaruh Self Management..., Inda Galuh Lestari, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
7
B. Rumusan Masalah
Pada usia lanjut, terjadi penurunan kondisi fisik/biologis, kondisi
psikologis, serta perubahan kondisi sosial, akibat terjadinya perubahan-
perubahan secara makro, salah satunya adalah system kardiovaskuler.
Disfungsi dari system kardiovaskuler diantaranya yaitu penyakit hipertensi.
Penyakit hipertensi jika tidak dikontrol dengan baik akan berkomplikasi pada
penyakit stroke, CHF, Jantung dan lainnya. Hipertensi dapat dicegah dengan
berbagai jenis, baik farmakologi maupun non farmakologi, untuk pencapian
keberhasilam dalam sembuh lansia harus bertanggung jawab dalam
melakukan pengelolaan diri sendiri (self management) dengan cara
pengaturan pola makan, gaya hidup yang benar, hindari kopi, merokok dan
alkohol, mengurangi konsumsi garam yang berlebihan dan aktivitas yang
cukup seperti olahraga yang teratur, baik untuk menurunkan gejala maupun
menurunkan risiko komplikasi. Berdasarkan latar belakang diatas dapat
dirumuskan “Adakah pengaruh Self Management terhadap Tekanan Darah
Lansia yang Mengalami Hipertensi di Posbindu Dukuhturi-Bumiayu”.
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui status Self Management pada Lansia Hipertensi di
Posbindu Dukuhturi-Bumiayu”.
Pengaruh Self Management..., Inda Galuh Lestari, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
8
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui gambaran karakteristik ( usia, jenis kelamin,
pendidikan, pekerjaan, riwayat merokok dan lama diagnosis) lansia
hipertensi
b. Untuk mengetahui gambaran self management yang diterapkan oleh
lansia hipertensi
c. Untuk mengetahui pengaruh antara self management terhadap tekanan
darah pada lansia hipertensi.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah :
1. Bagi Peneliti Selanjutnya
Sebagai acuan untuk meneliti self management bagi peneliti lain,
sehingga diharapkan dapat menjadi modal untuk perkembangan self
management khususnya penderita hipertensi.
2. Bagi Responden
Peneliti berharap penelitian ini dapat bermanfaat bagi responden
(lansia yang mengalami hipertensi) agar dapat mengontrol gaya hidupnya
(perilaku).
3. Bagi Instalasi terkait (Posbindu)
Sebagai bahan informasi dan data mengenai program kesehatan,
khususnya lansia yang mengalami hipertensi tentang mengontrol
pengelolaan diri sendiri (Self Management).
Pengaruh Self Management..., Inda Galuh Lestari, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
9
4. Bagi Ilmu Pengetahuan ( Profesi Perawat)
Diharapkan dapat berguna sebagai referensi bagi yang hendak
meneliti lebih lanjut mengenai self management pada lansia yang
mengalami hipertensi agar tidak terjadi komplikasi.
E. Keaslian penelitian
1. Penelitian oleh Lia Mulyati,et al (2013) yang berjudul “Analisis Faktor
yang Memengaruhi Self Management Behavior pada Pasien Hipertensi”
Tujuan dari penelitian ini adalah mengidentifikasi faktor-faktor yang
memengaruhi SMB dan menganalisis faktor yang paling dominan
memengaruhi SMB pada pasien hipertensi di Rumah Sakit Umum Daerah
45 Kuningan. Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif
analitik studi cross sectional, dengan menggunakan uji chi square dan
regresi logistik. Hasil penelitian didapatkan ada hubungan antara
keyakinan terhadap efektivitas terapi (p=0.005; OR=3,48), self-
efficacy(p=0.003; OR=3,67), dukungan sosial (p=0.015; OR=2,87) dan
komunikasi antar petugas pelayanan kesehatan dengan pasien (p=0.002;
OR=3,27) dengan SMB.
Perbedaan penelitiannya dari peneliti adalah tempat penelitian yaitu
penelitiannya meneliti di RSUD 45 Kuningan sedangkan peneliti, meneliti
di Posbindu Dukuhturi Kec.Bumiayu serta variabel bebasnya yaitu peneliti
Self Management, penelitiannya Self Management Behavior. Persamaan
Pengaruh Self Management..., Inda Galuh Lestari, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
10
penelitiannya dari peneliti adalah variabel terikatnya yaitu hipertensi dan
metode yaitu deskriptif analitik dengan pendekatan crossectional.
2. Penelitian oleh Retnowulan D & Hadi Warsito (2013) yang berjudul
“Penerapan Strategi Pengelolaan Diri (Self Management) Untuk
Mengurangi Kenakalan Remaja Korban Broken Home” Tujuan penelitian
ini adalah untuk menguji keefektifan penerapan strategi pengelolaan diri
untuk menurunkan tingkat kenakalan remaja dari keluarga broken home
pada siswa MTs Radenpaku Wringinanom Gresik. Penelitian ini
menggunakan rancangan penelitian quasi experimental design dengan
nonequivalent control group design. Subjek penelitian ini adalah 14 siswa
kelas VIII B MTs Radenpaku Wringinanom Gresik yang dipilih dengan
tekhnik purposive yang memiliki skor kenakalan tinggi, ke-14 subjek
tersebut dibagi menjadi dua kelompok, yaitu 7 siswa dalam kelompok
eksperiment dan 7 siswa dalam kelompok kontrol melalui tekhnik random.
Data penelitian dikumpulkan melalui angket kenakalan dan dianalisis
secara statistik. Teknik analisis data yang digunakan adalah statistic
nonparametric dengan menggunakan Uji Jumlah Jenjang Wilcoxon. Dari
hasil analisis data berdasarkan Uji Jumlah Jenjang Wilcoxon,
menunjukkan bahwa n1= n2= 7. Dari tabel nilai R diperoleh R0,05 = 36
dan R0,01 =32 . Pada α = 0,05 ternyata R = 28 < R0,05 = 36 , maka
diputuskan bahwa Ho ditolak dan Ha diterima. Hal ini berarti hipotesis
penelitian yang berbunyi “Skor kenakalan remaja korban broken home
antara kelompok siswa yang dibantu dengan strategi pengelolaan diri (self
Pengaruh Self Management..., Inda Galuh Lestari, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
11
management) menurun secara signifikan dibandingkan dengan kelompok
siswa yang dibantu dengan metode konvensional” dapat diterima.
Penelitian ini juga membuktikan bahwa kelompok subjek eksperimen
mengalami penurunan yang lebih signifikan dalam tingkat kenakalan
dibandingkan kelompok control, ini berate bahwa Strategi pengelolaan diri
efektif untuk menurunkan kenakalan remaja korban broken home.
Perbedaan penelitiannya dari peneliti adalah variabel terikatnya yaitu
penelitiannya dengan variabel kenakalan remaja broken home sedangkan
peneliti variabel terikatnya hipertensi dan metode penelitian yang
digunakan penelitiannya dengan menggunakan quasi experimental design
dengan nonequivalent control group design, sedangkan peneliti
menggunakan metode deskriptif analitik dengan pendekatan crossectional.
Persamaan penelitiannya dari peneliti adalah variabel bebasnya yaitu Self-
management.
3. Penelitian oleh Nargis Akhter (2010) yang berjudul “ Self-management
Among Patients with Hypertension in Bangladesh”. Penelitian deskriptif
ini bertujuan untuk mengetahui tingkat manajemen diri dan faktor yang
berkaitan antara pasien dengan hipertensi di Medical College Hospital
Rangpur, Bangladesh. Alat penelitian adalah kuesioner yang
dikembangkan oleh peneliti yang terdiri dari tiga bagian: bentuk penilaian
data demografi; Data yang berhubungan dengan kesehatan bentuk
penilaian dan hipertensi manajemen diri perilaku kuesioner. Menggunakan
Cronbach "s alpha keandalan perilaku hipertensi manajemen diri instrumen
Pengaruh Self Management..., Inda Galuh Lestari, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
12
adalah 0,91. Frekuensi, persentase, sarana dan standar deviasi digunakan
untuk analisis data. Hasil penelitian menunjukkan bahwa manajemen diri
secara keseluruhan antara pasien dengan hipertensi adalah pada tingkat
yang moderat (M = 2.55, SD = 0,47). Selama lima sub-dimensi
manajemen diri, sarana self-integrasi, self-regulation, interaksi,
pemantauan diri, dan kepatuhan, juga di tingkat moderat, orang dewasa
berusia muda dan menengah memiliki skor pengelolaan diri secara
signifikan lebih tinggi daripada orang dewasa yang lebih tua (t = 4.54, p
<0,05). Wanita memiliki skor yang lebih tinggi dibandingkan laki-laki (t =
2.66, p <0,05). subyek berpendidikan memiliki skor manajemen diri yang
lebih rendah daripada mereka yang telah dididik (F = 5.89, p <0,001).
Subyek yang tinggal di daerah perkotaan memiliki skor manajemen diri
yang lebih tinggi daripada mereka yang tinggal di daerah pedesaan (F =
3.24, p <0,001). Selain itu, waktu sejak diagnosis ditemukan menjadi
signifikan. Subjek yang memiliki kali lebih lama sejak diagnosis (> 6
tahun) memiliki skor manajemen diri yang lebih tinggi dibandingkan
dengan waktu yang lebih singkat (≤6 tahun) (t = 2.44, p<0,01).
Perbedaan pada penelitiannya dengan peneliti adalah pada metode
yaitu dimana peneliti menggunakan metode deskriptif analitik dengan
pendekatan crossectional, sedangkan penelitiannya menggunakan metode
deskriptif. Persamaan penelitiannya dengan peneliti adalah pada variabel
bebas dan variabel terikat yaitu sama-sama meneliti Self Management dan
Hipertensi.
Pengaruh Self Management..., Inda Galuh Lestari, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
13
4. Penelitian oleh Dalal M Neminqani1, et al (2013) yang berjudul
“Hypertensive Patients: Self-Care Management Practices in Al-Taif,
KSA”. Penelitian ini Deskriptif crossectional, instrument kuesioner. Data
karakteristik bentuk penilaian dan hipertensi diri perilaku manajemen
kuesioner. Frekuensi, berarti, standar penyimpangan dan tes analitik (Chi
Square dan uji T) digunakan untuk analisis data. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa manajemen diri secara keseluruhan perilaku dengan
hipertensi adalah pada tingkat sedang (2,22 ± 0,528). Selama lima sub-
dimensi manajemen diri, sarana selfintegration, regulasi diri, interaksi,
self-monitoring dan kepatuhan, juga di tingkat moderat. Kepatuhan
terhadap direkomendasikan rejimen memiliki skor tertinggi (2,45 ± 0,48)
diikuti oleh skor Self-monitoring (2.39 ± 0.69) .Wanita memiliki
signifikan lebih tinggi dibandingkan laki-laki 2.47 ± 0.40 vs 2.08 ± 0.54),
(P = 0.000). orang dewasa berusia muda dan menengah memiliki skor
pengelolaan diri secara signifikan lebih tinggi dari yang lebih tua orang
dewasa (P = 0.010). Universitas subyek berpendidikan memiliki skor
manajemen diri yang lebih tinggi daripada yang kurang berpendidikan (P =
0,025). Subyek yang tinggal di daerah pedesaan memiliki skor perilaku
manajemen diri tidak signifikan lebih rendah dibandingkan tinggal di
daerah perkotaan (P = 0,931). Selain waktu sejak diagnosis ditemukan
menjadi signifikan (P = 0,038). Studi ini menawarkan bukti bahwa di
antara pasien Saudi dengan hipertensi, ada kesempatan untuk
meningkatkan perilaku manajemen diri mereka. Studi tersebut
Pengaruh Self Management..., Inda Galuh Lestari, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
14
menunjukkan bahwa, terapi antihipertensi harus mempertimbangkan
kesadaran pasien nasihat penyedia layanan kesehatan dan petunjuk, faktor-
faktor yang dapat meningkatkan perilaku manajemen diri, dan
kemungkinan bahwa pasien akan mematuhi rekomendasi.
Perbedaan penelitiannya dengan peneliti adalah metode penelitian
dan tempat, dimana peneliti menggunakan metode deskriptif analitik
dengan pendekatan crossectional dan bertempat di Posbindu Dukuhturi
Kecamatan Bumiayu sedangkan penelitiannya menggunakan metode
deskriptif crossectional dan bertempat di Al-Taif, KSA serta pada variabel
bebasnya yaitu peneliti dengan variabel Self Management sedangkan
penelitiannya tentang Self-Care Management. Persamaan penelitiannya
dengan peneliti adalah variabel terikatnya yaitu menggunakan hipertensi.
Pengaruh Self Management..., Inda Galuh Lestari, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017