BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAHdigilib.uinsby.ac.id/9075/4/bab1.pdftata tertib di...
Transcript of BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAHdigilib.uinsby.ac.id/9075/4/bab1.pdftata tertib di...
17
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH
Sekolah merupakan lembaga dimana di dalamnya tercipta banyak
rancangan, kegiatan, peraturan, dan tujuan yang sudah terarah. Dimana
kegiatan, peraturan, dan tujuan yang diciptakan sekolah, merupakan kunci
sekolah menjadi maju. Sekolah merupakan lembaga yang menciptakan
kegiatan belajar-mengajar, baik yang bersifat mengajar maupun mendidik.
Mengajar dan mendidik pada hakikatnya hampir mempunyai arti yang
sama, mengajar pada hakekatnya mempunyai arti memberikan pelajaran,
sedangkan mendidik mempunyai arti memelihara dan memberi latihan, baik
mengenai akhlak dan kecerdasan pikiran.1 Dapat pula dikatakan dengan
singkat mendidik ialah memimpin anak. Mudah benar rupanya kata-kata itu,
tetapi sesungguhnya tidak semudah apa yang disangka. Ucapan tersebut
mengandung banyak masalah yang dalam dan luas serta pelik. Mendidik
adalah pengertian yang sangat umum yang meliputi semua tindakan mengenai
gejala-gejala pendidikan. Seperti halnya kesulitan lembaga sekolah dalam
1 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta : Balai Pustaka, 1990), Cet. Ke-3, h. 204
1
18
menciptakan peraturan untuk kedisiplinan semua anggota sekolah terutama
siswa-siswinya.
Peraturan dapat diartikan sebagai, tatanan (petunjuk, kaidah,
ketentuan) yang dibuat untuk mengatur.2 Sesuatu yang disepakati dan
mengikat sekelompok orang atau lembaga dalam rangka mencapai suatu
tujuan dalam hidup bersama, dan bertujuan untuk menjadi beraturan secara
struktur maupun sistematika dari suatu proses yang dijalani secara teratur dan
berstruktur.
Seperti halnya peraturan disekolah, peraturan sekolah adalah peraturan
yang diciptakan sekolah. Peraturan yang wajib ditaati oleh semua lingkup atau
masyarakat yang ada didalam lingkungan sekolah terutama bagi siswa-siswi.
Dengan adanya peraturan yang dibuat dan ditetapkan oleh sekolah akan
membuat anggota sekolah terutama peserta didik menjadi disiplin, karena
peraturan dapat menciptakan sebuah kedisiplinan, dimana disiplin merupakan
tata tertib di sekolah yang menciptakan ketaatan pada peraturan yang dibuat,
disiplin mencakup setiap pengaruh yang ditunjukkan untuk membantu peserta
didik agar dia dapat memahami dan menyesuaikan diri dengan tuntutan
lingkungannya dan juga penting tentang cara menyelesaikan tuntutan yang
mungkin ingin ditunjukan peserta didik terhadap lingkungannya. Dengan
peraturan para peserta didik bersedia untuk tunduk dan mengikuti aturan
2 Ibid. , h.56
19
tertentu dan menjauhi larangan tertentu. Disekolah peraturan banyak
digunakan dan berfungsi untuk mengontrol tingkah laku peserta didik yang
dikehendaki agar tugas-tugas disekolah dapat berjalan dengan optimal.3
Begitu pula dengan peraturan berjilbab yang dibuat dan diterapkan di
SMAN 1 Bangkalan, sekolah tidak seharusnya selalu memberikan perhatian
yang menyangkut peraturan perkembangan sekolah tersebut, melainkan juga
harus memberikan peraturan yang juga dapat mengembangkan pribadi dan
moral anak didik. Adab yang baik yaitu adab dalam berperilaku, maupun adab
dalam berpakaian. Seperti halnya penerapan peraturan mengenakan jilbab
yang diciptakan dan diwajibkan SMAN 1 Bangkalan terhadap anak didiknya,
merupakan jalan atau cara yang sangat positif, dimana tidak semua siswi
diruang lingkup keluarganya di berikan didikan peraturan mengenakan jilbab.
Sepertinya halnya memberikan peraturan pada umumnya, berjilbab
dapat dijadikan aturan kepada anak dirumah maupun anak didi di sekolah,
karena secara tidak langsung didalam berjilbab banyak terdapat ilmu
pendidikan yang dapat dipetik dan diambil sebagai pembelajaran yang dapat
menumbuh kembangkan pembentukan Akhlak dan sekaligus menjalankan
perintah Allah SWT dan kewajiban sebagai umat muslim. Maka dengan
peraturan berjilbab secara tidak langsung menyuruh dan memerintahkan anak
didik tentang kewajiban memakai jilbab.
3 Ahmad Rohani, Pengelolaan Pengajaran, (Jakarta : PT. Rineka Cipta, 2004), Cet. Ke-2, h. 133-134
20
Oleh sebab itu tata cara dan ajaran tentang memakai jilbab dan akhlak
dapat dijadikan peraturan yang harus dipelajari dan diamalkan sedini
mungkin, supaya mereka mengetahui tentang ajaran agama pentingnya dan
wajibnya memakai jilbab. Karena dengan peraturan memakai jilbab akan
menumbuhkan kebiasaan untuk selalu memakai jilbab dan akan terbentuk
akhlak dan budi pekerti yang luhur. Karena pada dasarnya masih relatif
sedikit masyarakat yang mengetahui wajibnya ajaran agama tentang masalah
memakai jilbab dan berperilaku akhlak yang baik, terutama anak-anak dan
remaja, hususnya anak sekolah. Maka anak harus dibimbing dan diarahkan
agar menjadi individu yang berkualitas, dengan memberikan pendidikan bagi
anak baik dirumah maupun disekolah.
Pendidikan bukanlah sekedar mengajarkan untuk mengisi otak dan
kecerdasan anak didik. Tetapi pendidikan bagaimana pendidikan itu dapat
mendidik dan mengatur mereka dengan mengisi rohani mereka, memberikan
peraturan yang baik, menambahkan dan menumbuhkan pengetahuan tentang
cara berpakain dan budi pekerti yang baik dalam segala tindak tanduk
kehidupan mereka dan melatih serta membiasakan mereka berbuat amal yang
shalih dan beribadah kepada Tuhan Yang Maha Esa. Seperti halnya peraturan
yang dibuat, diciptakan, dan diwajibkan oleh SMAN 1 Bangkalan, tentang
kewajiban memakai jilbab.
21
Pendidikan disini mengacu pada pentingnya peraturan berjilbab
terhadap pengaruh pembentukan akhlak. Oleh karena itu dengan adanya
pendidikan yang berkenaan dengan peraturan memakai jilbab atau berkenaan
dengan keislaman pada anak, diharapkan dapat menyadarkan para pemuda
khususnya para siswa SMAN 1 Bangkalan tentang kewajiban memakai jilbab
terhadap pembentukan akhlak. Yang mana pada zaman sekarang ini dirasa
kurang sekali adanya kesadaran perintah memakai jilbab dan peraturan
mengenai pendidikan tersebut. Secara tidak langsung peraturan memakai
jilbab dapat mempengaruhi terhadap pembentukan akhlak. Sehingga pribadi
para pemuda husunya para pelajar perlu dibina, dan dengan adanya
pembinaan peraturan ini diharapkan membawa hasil berupa terbentuknya
pribadi-pribadi muslim yang berakhlak mulia. Dengan ajaran peraturan
memakai jilbab atau pendalaman agama semakin terasa diperlukan terutama
pada saat dimana banyak tantangan dan godaan sebagai kemajuan dibidang
ilmu pengetahuan dan teknologi.
Dalam hal ini pendalaman agama dan arti pendidikan akhlak di tengah
kehidupan masyarakat sangat penting sekali dan mempunyai pengaruh dalam
kepribadian siswa. Perlu pula diingat bahwa perhatian remaja terhadap
masalah agama hususnya masalah-masalah memakai jilbab dan akhlak yang
baik masih sangat relatif minim, oleh karena itu guru-guru agama, hendaknya
22
dapat pula memberi jalan yang berhubungan dengan agama, terutama yang
berhubungan dengan hal tersebut.
Dengan ringkas dapat dikatakan bahwa guru agama hendaknya dapat
memahami betul-betul perkembangan jiwa perilaku yang dilalui oleh remaja
hususnya anak didik dan memilih metode yang cocok dalam pelaksanaan
Pendidikan Agama. Pendidikan Agama akan dapat dilaksanakan dengan
berhasil guna dan berdaya guna, apabila guru agama mengetahui
perkembangan jiwa yang dilalui anak dan remaja.4 Berangkat dari uraian
diatas, penjajakan penulis terhadap siswa SMAN 1 BANGKALAN sebagai
berikut:
SMAN 1 Bangkalan adalah sekolah yang berlandaskan atau bersifat
umum, yang ada dibawah naungan Departemen Dinas Pendidikan Nasional.
SMAN 1 Bangkalan merupakan salah satu sekolah di kabupaten bangkalan
yang menerapkan peraturan wajib memakai jilbab, pada saat berlangsungnya
kegiatan belajar-mengajar Pendidikan Agama Islam. SMAN 1 Bangkalan
menerapkan peraturan dimana wajib bagi semua siswanya untuk memakai
jilbab disaat kegiatan belajar-mengajar berlangsung. Dimana SMAN 1
Bangkalan merupakan sekolah umum dimana siswinya banyak yang tidak
memakai jilbab. SMAN 1 Bangkalan merupakan sekolah yang berlandaskan
umum yang ada dibawah naungan departemen dinas pendidikan nasional
4 Zakiyah Daradjat, Ilmu Jiwa Agama, (Jakarta : N.V. Bulan Bintang, 1976), Cet. Ke-4, h. 142
23
bukan departemen agama, akan tetapi SMAN 1 Bangkalan banyak
menerapkan ajaran agama khususnya peraturan masalah kewajiban memakai
jilbab terhadap siswa-siswinya dengan tujuan membiasakan mereka berbuat
amal shalih dan berakhlak mulia.
Dari uraian yang ada diatas maka penulis mengangkat judul tentang:
“Pengaruh peraturan berjilbab di Sekolah terhadap pembentukan Akhlak
siswa (Studi kasus di SMAN 1 Bangkalan)”.
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang penjelasan diatas, maka rumusan masalah
yang penulis ketengahkan adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana peraturan berjilbab yang diterapakn di SMAN 1 Bangkalan?
2. Bagaimana Akhlak siswa SMAN 1 Bangkalan?
3. Bagaimana pengaruh peraturan berjilbab terhadap pembentukan akhlak
siswa SMAN 1 Bangkalan?
C. TUJUAN PENELITIAN
Dalam melaksanakan sebuah penelitian, peneliti mempunyai tujuan,
tujuan itu adalah sebagai berikut:
24
1. Ingin mengetahui peraturan berjilbab yang diterapkan di SMAN 1
Bangkalan.
2. Ingin mengetahui bagaimana akhlak siswa SMAN 1 Bangkalan.
3. Ingin mengetahui bagaimana pengaruh peraturan berjilbab terhadap
pembentukan akhlak siswa SMAN 1 Bangkalan.
D. MANFAAT PENELITIAN
Di dalam penelitian ini, peneliti menuliskan dua manfaat sebagai berikut:
1. Manfaat secara teoritis
a. Menambah paradigma berpikir dan cakrawala pengetahuan bagi para
pembaca. Serta salah satu syarat dalam menyelesaikan program studi
sarjana strata (S-I).
b. Sebagai usaha untuk mengembangkan ilmu pengetahuan dalam
keterkaitannya dengan agama Islam, disamping itu juga sebagai
penguat teori bahwa menerapkan peraturan berjilbab sangat penting
terhadap pembentukan akhlak anak maupun orang dewasa.
2. Manfaat secara praktis
a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan masukan dan
pertimbangan bagi pembenahan pembelajaran agama Islam.
25
b. Sebagai sumbangan bagi praktisi dunia pendidikan serta orang tua
dalam upaya peningkatan mutu pendidikan agama Islam
E. DEFINISI OPERASIONAL
Definisi adalah kalimat yang mengungkapkan makna, keterangan atau
ciri utama dari sebuah proses, atau aktivitas.5 Sedangkan operasional berarti
secara (bersifat) operasi atau berhubungan dengan operasi.6
Devinisi operasional ini perlu dicantumkan dengan tujuan untuk
menghindari perbedaan pengertian dalam memahami dan menginterpretasikan
maksud judul kami yaitu: “Pengaruh peraturan berjilbab di Sekolah terhadap
pembentukan Akhlak siswa (Studi kasus SMAN 1 Bangkalan)”. Maka perlu
ada penjelasan atau pendifinisian masalah sebagai berikut:
1. Arti Pengaruh peraturan berjilbab, yang dimaksud disini adalah, apakah
arti pengaruhnya peraturan berjilbab bagi SMAN 1 Bangkalan maupun
bagi siswa-siswinya. Bahwa dapat diketahui pengaruh yaitu sesuatu yang
berdampak bisa menjadikan sesuatu lebih baik atau lebih buruk.
2. Bagaimana Akhlak siswa, dapat diartikan bahwa akhlak adalah moral,
etika, budi pekerti, tingkah laku, perangai. Dan bagaimana akhlak siswa
SMAN 1 Bangkalan dalam berperilaku dan berpakaian.
5 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, op.cit., h.191 6 bid. , h.627
26
3. SMAN 1 Bangkalan, adalah sekolah umum yang menerapkan peraturan
berjilbab. Tempat dimana peneliti melakukan sebuah penelitian tentang
pengaruh peraturan bejilbab terhadap pembentukan Akhlak siswa.
F. METODE PENELITIAN
Metode penelitian adalah strategi umum yang dianut dalam
mengumpulkan dan menganalisis data yang diperlukan, guna menjawab
persoalan-persoalan yang dihadapi. Metode penelitian dilakukan karena
adanya hasrat ingin tahu manusia, yang berawal dari kekaguman manusia
akan alam yang dihadapinya, baik alam besar maupun alam kecil.7
Metode penelitian merupakan jalan atau cara yang ditempuh untuk
mencapai tujuan penelitian. Pernyataan ini selaras dengan salah satu pendapat
yang menyatakan bahwa: “Metodelogi merupakan cara utama yang
dipergunakan untuk mencapai tujuan, misalnya untuk menguji hipotesa
dengan mempergunakan teknik-teknik serta alat-alat tertentu”.8
1. Pendekatan dan Jenis Penelitian
a. Pendekatan Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, menurut
Bogdan dan Taylor mendifinisikan penelitian kualitatif sebagai
7 Arief Furhan, Pengantar Pendidikan Dalam Penelitian, (Surabaya : Usaha Nasional, 1982), h. 3 8 Winarno Surachmat, Pengantar Penelitian Ilmiah, (Bandung : Tarsindo, 1986), Cet. Ke-1, h. 8
27
prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-
kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat
diamati.9
b. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
studi kasus (case study) Nana Syaodih S menjelaskan bahwa studi
kasus merupakan suatu penelitian yang dilakukan terhadap satu
kesatuan sistem. Kesatuan ini dapat berupa program, kegiatan,
peristiwa, atau sekelompok individu yang terikat oleh tempat, waktu
atau ikatan tertentu.10 Dalam hal ini peneliti ingin sekali meneliti
tentang pengaruh peraturan berjilbab terhadap pembentukan akhlak
siswa (Studi Kasus Di SMAN 1 Bangkalan).
2. Kehadiran Peneliti
Dalam penelitian kualitatif, peneliti sendiri merupakan instrument
kunci, baik dalam pengumpulan data maupun analisa data. Dengan
terlibatnya peneliti secara langsung dalam kehidupan orang-orang yang
menjadi obyek penelitian, maka peneliti akan dapat mengetahui kejadian-
9 Lexi J. Moleong, Metodelogi Penelitian Kualitatif, (Bandung : PT. Remaja Rosda Karya, 2006), h. 5 10 Nana Syaodih S, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung : PT. Remaja Rosda Karya Offset, 2007), h. 64
28
kejadian dan perubahan-perubahan yang ada secara langsung sehingga
tingkat keabsahan data dapat dipertanggungjawabkan.
Sebagai instrument kunci, peneliti sendiri berusaha untuk mencari
data sebanyak mungkin dengan mendatangi dan melakukan pengamatan
langsung ditempat lokasi. Karena semakin banyak data yang diperoleh,
maka tingkat kevalidan suatu hasil karya ilmiah semakin tinggi. Oleh
sebab itu peneliti berusaha untuk mencari data sebanyak mungkin baik
secara lisan, yaitu berupa wawancara atau pertanyaan-pertanyaan yang
peneliti ajukan kepada yang bersangkutan ataupun secara tulisan yang
berupa data-data dokumentasi.
Sesuai dengan judul penelitian yang peneliti angkat yakni
pengaruh peraturan berjilbab terhadap pembentukan akhlak siswa (studi
SMAN 1 Bangkalan). Tentu kehadiran peneliti dilokasi penelitian akan
sangat erat hubungannya dengan orang-orang tertentu guna untuk
mendapatkan data-data yang valid.
3. Lokasi Penelitian
Adapun lokasi penelitian ini tepatnya berada di SMAN 1
Bangkalan Jl. Pemuda Kaffa 10 Bangkalan yang terletak di kabupaten
bangkalan. Peneliti tertarik sekali untuk melakukan penelitian di sekolah
tersebut untuk mengetahui tentang Pengaruh peraturan berjilbab terhadap
29
pembentukan Akhlak siswa. Karena sekolah ini merupakan sekolah umum
akan tetapi banyak menerapkan ajaran Agama Islam, terutama peraturan
memakai jilbab dan banyak sekali siswinya yang memakai jilbab.
4. Sumber Data
Sumber data adalah subyek dari mana data itu dapat diperoleh.11
Untuk data-data yang sesuai dengan apa yang dibutuhkan, maka peneliti
memandang perlu untuk menjelaskan sumber-sumber data yang peneliti
butuhkan terkait dengan judul penelitian yang peneliti angkat, maka yang
menjadi subyek dalam penelitian ini adalah pihak sekolah yakni SMAN 1
Bangkalan. Adapun untuk mendapatkan data dari subyek penelitian ini
tentu sangat membutuhkan orang-orang tertentu yang dijadikan sumber
atau responden sehingga data yang diharapkan bisa mengenai sasaran
sesuai yang peneliti inginkan. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan
dua sumber data, yaitu:
a. Sumber Data Literatur
Sumber Data Literatur atau Kepustakaan yaitu sumber yang berasal
dari kepustakaan yang ada kaitannya dengan pembahasan ini.
b. Sumber Data Lapangan, sumber data lapangan ini ada dua jenis, yaitu:
11 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta : Rineka Cipta, 2002), h. 107
30
1) Sumber Data Primer adalah sumber data yang diperoleh secara
langsung dari lapangan.12 Dalam hal ini yang menjadi sumber data
primer adalah, Kepala Sekolah, waka kesiswaan,, guru Pendidikan
Agama Islam, dan beberapa siswi SMAN 1 Bangkalan.
2) Sumber Data Sekunder adalah data yang diperoleh dengan
melakukan pengamatan atau pencatatan data-data yang diambil
melalui dokumen sekolah atau instansi terkait, yang berkaitan
dengan data-data yang diperlukan penulis. Atau data yang
diperoleh dari orang diluar penyidik.13
5. Tekhnik Pengumpulan Data
Agar dalam penelitian ini diperoleh data yang benar dan dapat
dipertanggungjawabkan, maka peneliti menulis beberapa tekhnik atau
metode pengumpulan data yang relevan dengan permasalahan yang ada.
a. Tekhnik Wawancara (Interview)
Tekhnik Wawancara (Interview) adalah metode pengumpulan
data dengan jalan tanya jawab yang dikerjakan dengan sistematis dan
berlandaskan tujuan penelitian. Bentuk komunikasi verbal, semacam
percakapan yang bertujuan untuk memperoleh informasi. Dalam
12 Moh. Nazir, Metode Penelitian, (Bogor : Galia Indonesia, 2005), h. 50 13 Winarno Surahmad, op.cit., h.153
31
wawancara (interview) diperlukan kemampuan mengajukan
pertanyaan yang disusun secara tajam, halus, tepat, dan kemampuan
menangkap buah pikiran orang lain dengan cepat dan berdasarkan
tujuan penelitian.14
Tekhnik wawancara ini digunakan untuk pengumpulan data
tentang Peraturan berjilbab di SMAN 1 Bangkalan dan pengaruhnya
terhadap Akhlak siswi, serta data-data lain yang berhubungan dengan
judul penelitian ini, melalui wawancara langsung dengan Kepala
Sekolah, Waka Kesiswaan, Guru Pendidikan Agama Islam, dan
beberapa siswi SMAN Bangkalan.
b. Tekhnik Observasi
Yaitu melakukan pengamatan secara mendalam terhadap
obyek yang diteliti dengan menggunakan seluruh panca indera. Jadi
mengobservasi dapat dilakukan melalu penglihatan, penciuman,
pendengaran, peraba, dan pengecap.15 Jadi observasi merupakan
metode pengumpulan data yang menggunakan panca indera disertai
dengan pencatatan secara terperinci terhadap obyek penelitian. Metode
ini penulis gunakan untuk mengamati dan memperoleh data tentang
14 S. Nasution, Metode Research, (Jakarta : Bumi Aksara, 2006), h. 113 15 Suharsimi Arikunto, op.cit., h.197
32
pengaruh peraturan berjilbab terhadap pembentukan akhlak siswa
(Sudi Kasus di SMAN 1 Bangkalan).
Dalam tekhnik observasi pengamatan merupakan tekhnik yang
paling penting sebelum melakukan penelitian untuk mendapatkan
suatu data. Dengan tekhnik observasi hasil yang diperoleh peneliti
lebih jelas dan terarah sesuai dengan tujuan untuk menghindari kesalah
pahaman dengan obyek. Maka penulis mengamati secara langsung
untuk mengetahui kejadian yang sebenarnya dan memperoleh data
tentang pengaruh peraturan berjilbab terhadap pembentukan akhlak
siswa (Sudi Kasus di SMAN 1 Bangkalan).
c. Tekhnik Dokumentasi
Adalah kegiatan mencari data mengenai hal-hal atau variable
yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah prasasti,
notulen rapat, agenda dan lain sebagainya.16
Jadi penelitian ini dilakukan dengan cara mencari dokumen-
dokumen yang ada ditempat penelitian, yaitu SMAN 1 Bangkalan, dan
dokumen-dokumen tersebut berhubungan dengan judul skripsi ini
yaitu, “Pengaruh peraturan berjilbab di Sekolah terhadap pembentukan
Akhlak siswa”.
16 Ibid. , h.231
33
6. Analisa Data
Menurut Bodgan dan Biklen, analisis data kualitatif merupakan
upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasi
data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola,
mensistensinya, mencari dan menemukan apa yang penting dan apa yang
dipelajari dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang
lain.17
Proses pengumpulan data dan analisis data pada prakteknya tidak
mutlak dipisahkan. Kegiatan itu kadang-kadang berjalan secara serempak,
artinya hasil pengumpulan data kemudian ditindak lanjuti dengan
menganalisis data, kemudian analisis data pada penelitian ini dilakukan
sejak dan setelah proses pengumpulan data.
Proses analisis data dalam penelitian ini mengandung tiga
komponen utama yaitu, reduksi data, penyajian data, verivikasi (menarik
kesimpulan).
a. Reduksi Data
Menurut Matthew B.M dan A.M Huberman, reduksi data
merupakan suatu bentuk analisis yang menajamkan, menggolongkan,
mengarahkan, membuang yang tidak perlu dan mengorganisasikan
17 Lexi J. Moleong, op.cit., h.248
34
data dengan cara yang sedemikian rupa sehingga kesimpulan-
kesimpulan finalnya dapat ditarik dan diferifikasi.18 Maka dalam
penelitian ini data yang diperoleh dari informan kunci, yakni Kepala
Sekolah, waka kesiswaan, guru Agama, dan beberapa siswi SMAN 1
Bangkalan disusun secara sistematis agar memperoleh gambaran yang
sesuai dengan tujuan penelitian.
b. Penyajian Data
Dalam hal ini Matthew dan A.M. Huberman membatasi suatu
penyajian sebagai sekumpulan informan tersusun yang memberi
kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan
tindakan.19 Jadi data yang sudah direduksi da diklasifikasikan
berdasarkan kelompok masalah yang diteliti, sehingga memungkin
adanya penarikan kesimpulan atau verifikasi. Data yang sudah disusun
secara sistematis pada tahapan reduksi data, kemudian dikelompokkan
berdasarkan pokok permasalahannya sehingga peneliti dapat
mengambil kesimpulan terhadap Pengaruh peraturan berjilbab
terhadap pembentukan Akhlak siswa (Studi SMAN 1 Bangkalan)
18 Matthew B.Milles dan A Michael Huberman, Analisis Data Kualitatif, (Jakarta : Universitas Indonesia, 1992), h. 16 19 Ibid. , h.17
35
c. Verivikasi (menarik Kesimpulan)
Menurut Matthew B.M dan A.M Huberman, verifikasi adalah
suatu tinjauanulang pada catatan-catatan lapangan atau peninjauan
kembali atau juga upaya-upaya luas untuk menempatkan salinan suatu
temuan dalam seperangkat data yang lain. Jadi makna-makna yang
muncul dari data harus diuji kebenarannya, kekokohannya, dan
kecocokannya yakni yang merupakan validitasnya. Peneliti pada tahap
ini mencoba menarik kesimpulan berdasarkan tema untuk menemukan
makna dari data yang dikumpulkan. Kesimpulan terus dikaji selama
penelitian berlangsung hingga mencapai kesimpulan yang lebih
mendalam.
Ketiga komponen analisa tersebut terlibat dalam proses saling
berkaitan sehingga menentukan hasil akhir dari penelitian data yang
disajikan secara sistematis berdasarkan tema-tema yang dirumuskan.
Kesimpulan yang ditari melalui wawancara, observasi, dan
dokumentasi.
7. Pengecekan Keabsahan Data
Pengecekan keabsahan data sangat diperlukan untuk dilakukan
agar data yang dihasilkan dapat dipercaya dan dapat dipertanggung
jawabkan secara ilmiah. Pengecekan keabsahan data merupakan suatu
36
langkah yang akan berimbas terhadap hasil akhir dari suatu penelitian.
Untuk mendukung kredibilitas keabsahan data, maka dalam penelitiannya
peneliti menggunakan teknik sebagai berikut : Pemeriksaan keabsahan
data didasarkan atas kriteria tertentu, kriteria tersebut menggunakan teknik
yang terdiri dari:
a. Perpanjangan keikutsertaan
Perpanjangan keikutsertaan berarti peneliti tinggal dilapangan
penelitian sampai kejenuhan pengumpulan data tercapai.
Perpanjangan keikutsertaan juga menuntut peneliti agar terjun ke
lokasi dalam waktu yang cukup panjang.
b. Ketekunan Pengamatan
Ketekunan pengamatan bermaksud menemukan cirri-ciri dan
unsur-unsur dalam situasi yang sangat relevan dengan persoalan atau
isu yang sedang dicari dan kemudian memusatkan diri pada hal-hal
tersebut secara terinci.
c. Triangulasi
Triangulasi adalah teknik pemeriksan keabsahan data yang
memanfaatkan sesuatu yang lain, diluar data itu untuk keperluan
37
pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu atau dengan
jalan membandingkan dengan sumber, metode atau teori.
8. Tahap-tahap Penelitian
Tahap-tahap penelitian tentang peraturan berjilbab di Sekolah (Studi
SMAN 1 Bangkalan) dibagi menjadi tiga bagian, tahap-tahap tersebut
adalah, tahap-tahap persiapan, tahap pelaksanaan, dan yang terakhir tahap
penyelesain.
a. Tahap Persiapan
Peneliti melakukan observasi pendahuluan untuk memperoleh
gambaran umum tentang peraturan berjilbab terhadap pembentukan
akhlak siswa untuk dijadikan rumusan permasalahan yang akan
diteliti. Observasi tersebut berguna sebagai bahan acuan dalam
pembuatan skripsi. Sebelum melakukan penelitian maka terlebih
dahulu peneliti membuat rancangan atau desain penelitian agar
penelitian yang dilakukan lebih terarah, selain itu peneliti juga
membuat pertanyaan-pertanyaan sebagai pedoman wawancara
berkaitan dengan permasalahan yang akan diteliti dan dicari
jawabannya atau pemecahannya sehingga data yang diperoleh lebih
sistematis dan mendalam.
38
Untuk memperlancar pada waktu penelitian, maka peneliti
mengurus surat ijin penelitian dari Dekan Fakultas Tarbiyah Institut
Agama Islam Negeri (IAIN) Surabaya.
b. Tahap Pelaksanaan
Tahap pelaksanaan merupakan kegitan inti dari suatu penelitian,
karena pada tahap ini peneliti mencari dan mengumpulkan data yang
diperlukan. Tahap pelaksanaan penelitian ini dapat dibagi menjadi
beberapa bagian sebagai berikut:
1) Peneliti melakukan observasi kembali sebagai tindak lanjut dari
observasi terdahulu dan mencari data-data yang diperlukan dari
data dokumen yang terdapat di SMAN 1 Bangkalan.
2) Peneliti melakukan wawancara kepada kepala sekolah, waka
kesiswaan, guru Pendidikan Agama Islam, dan beberapa siswi
SMAN 1 Bangkalan untuk mendapatkan data informasi tentang
pengaruh peraturan berjilbab di sekolah terhadap pembentukan
akhlak siswa.
3) Peneliti melakukan pengecekan kembali terhadap data yang sudah
diperoleh agar dapat diketahui hal-hal yang masih belum
terungkap atau terloncati.
39
4) Peneliti melakukan perpanjangan penelitian guna melengkapi data
yang kurang hingga memenuhi target, sehingga data yang
diperoleh lebih valid.
c. Tahap Penyelesaian
1) Tahap Penyelesaian merupakan tahap yang paling ahir dari sebuah
penelitian. Pada tahap ini, peneliti menyusun data dan
menganalisis kemudian disimpulkan sehingga mendapat laporan
penelitian yang berbentuk karya ilmiah dengan mengacu pada
peraturan penulisan karaya ilmiah yang berlaku di Institut Agama
Islam Negeri (IAIN) Surabaya.
G. SISTEMATIKA PEMBAHASAN
BAB I.. Pendahuluan, yang terdiri dari:
1. Latar Belakang
2. Rumusan Masalah
3. Tujuan Penelitian
4. Manfaat Penelitian
5. Definisi Operasional
6. Metode Penelitian
40
BAB II. Kerangka Teoritik
1. Tinjauan Tentang Peraturan Sekolah
2. Tinjauan Tentang Memakai Jilbab
3. Tinjauan Tentang Akhlak
BAB III. Hasil Penelitian
1. Gambaran Umum Hasil Penelitian
2. Penyajian Data dan Analisis Data Hasil Penelitian
BAB IV. Penutup
1. Kesimpulan
2. Saran