BAB I 1199009 -...
Transcript of BAB I 1199009 -...
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Islam adalah agama dakwah dan disebarluaskan kepada umat manusia melalui
kegiatan dakwah, tidak melalui kekerasan atau kekuatan senjata. Islam tidak
membenarkan kepada pemeluknya untuk melakukan pemaksaan kepada umat
manusia, agar mereka memeluk Islam dan sekaligus tidak membenarkan orang
lain menghalang-halangi kegiatan dakwah Islam. Sebab masuknya hidayah
kepada kalbu setiap manusia merupakan hidayah dari Allah SWT. Allah
berfirman dalam Al- Qur’an Surat Al-Baqarah ayat 256 :
“Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam)”.
Hakekat dakwah Islam adalah menanamkan aqidah tauhid dalam konteks
hablum minallah dan menegakkan keadilan sosial dalam konteks hablu
minannas, dan dalam action-nya adalah amar makruf nahi munkar. 1
Selaku hamba Allah, manusia semestinya beribadat semata kepada-Nya :
“Hanya Engkaulah yang kami sembah dan hanya kepada Engkaulah kami
memohon pertolongan” (Q.S. 1 : 5). Beribadat kepada Allah merupakan
1 M. Mansyhur Amin, Dinamika Islam ; Sejarah Islam dan Kebangkitan, Lembaga Kajian Pengembangan Sumber Daya Manusia (LKPSM), Yogyakarta, 1995, hlm. 187.
2
prinsip hidup yang paling hakiki bagi orang muslim sehingga perilaku
manusia muslim sehari-hari senantiasa mencerminkan penempatan
pengabdian di atas segala-galanya.
Hidup menurut konsep Islam bukan hanya kehidupan ukhrowi (di alam
akherat nanti). Hidup di dunia merupakan masa bakti, dan kehidupan akherat erat
sekali hubungannya dengan kualitas hidup di dunia ini. 2
Kemajuan yang sangat pesat dalam sains dan teknologi pada abad yang ada di
depan kita, menjadikan kita umat Islam mawas diri dimana posisi kita sekarang
diantara bangsa-bangsa di dunia. Sejak umat Islam melepaskan kegiatannya
dalam pengembangan dalam pengembangan sains dan teknologi di Abad ke-13,
kemampuan sains dan teknologi berpindah dari tangan umat Islam ke Eropa
Barat, yang sebagai akibat pengalaman sejarah yang pahit memisahkan agama
dari politik, ekonomi dan ilmu pengetahuan.3
Bangsa Indonesia saat ini sedang mengalami krisis tidak ada yang
menyangkal. Krisis ekonomi yang menular kepada krisis kepercayaan dan krisis
moral. Efeknya, jelas ada yang baik dan ada yang buruk. Yang buruk tentu tidak
perlu dibesar-besarkan karena memang sudah sering dilihat di depan mata. Reaksi
positif dengan adanya krisis inilah yang perlu disebarluaskan. Hikmah yang
terkandung dengan datangnya ujian yang bertubi-tubi bagi bangsa yang besar ini
harus ditebar dimana-mana agar bangsa ini semakin tegar, sabar, positive
thinking, bangkit kembali menyelesaikan problematikanya.
2 Kaelany, Islam dan Aspek-Aspek Kemasyarakatan, Bumi Aksara, Jakarta, 2000, hlm. 12-14. 3 Achmad Baiquni, Al Qur’an dan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, Dana Bakti Wakaf, Jakarta, 1994, hlm. 137 – 138.
3
Salah satu hikmah adanya krisis yang melanda bangsa ini khususnya umat
Islam, adalah kemauan untuk kembali melihat, mempelajari dan menerapkan
ajaran agamanya serta mulai mengamalkan nilai-nilai Islam.4 Dalam resesi yang
melanda dunia dewasa ini, kita perlu mawas diri apakah kita benar-benar
mensyukuri nikmat Tuhan yang berwujud karunia sumber daya alam dengan
mengelolanya. Untuk dapat melakukan pengelolaan yang baik diperlukan
kemampuan ilmu dan teknologi yang umumnya belum kita kuasai, dibarengi
dengan mental yang tangguh dan moral yang tinggi.5
Manusia dianugerahi Allah dengan berbagai bekal seperti naluri (instinct),
panca indera, akal dan lingkungan hidup untuk dikelola dan dimanfaatkan.
Dengan akalnya manusia telah merumuskan beraneka ilmu pengetahuan, teori,
kemudian alat dan keahlian yang kesemuanya itu menjamin kelangsungan hidup
manusia dari generasi ke generasi.6
Pembangungan di Indonesia menuntut peranan aktif agama untuk meletakkan
landasan moral etik dan spiritual dan peningkatan pengamalan agama dalam
kehidupan pribadi maupun sosial kemasyarakatan.7 Oleh karena itu
sesungguhnya kapan pun manusia hidup dan dimana pun ia berada, agama tetap
merupakan kebutuhan asazi. Di abad modern sekarang ini pun agama tetap
diperlukan bahkan lebih jauh manusia mencapai kemajuan lebih terasa perlunya
4 Budi Handrianto, Refleksi Tasawuf Kehidupan Orang Kantoran, Gema Insani, Jakarta, 2002, hlm. vii. 5 Ahmad Baiquni, Op.Cit., hlm. 141-142. 6 Kaelany, Op.Cit., hlm. 17. 7 M. Mansyhur Amin, Op.Cit., hlm. 178.
4
agama. Dengan tanpa agama segala kemajuan bukannya akan memberikan
kebahagiaan kepada manusia, akan tetapi malah akan membinasakan manusia.8
Dakwah adalah suatu proyek atau pekerjaan besar yang melebihi proyek
pembangunan gedung-gedung sekolah, stadion olah raga dan urusannya pun lebih
luas daripada masalah-masalah perburuhan, perekonomian, transmigrasi dan
anak-anak nakal karena di dalam tiap-tiap bidang tersebut terdapat persoalan-
persoalan dakwah.
Pada prinsipnya semua masalah itu harus dihadapi secara bersama-sama,
secara kolektif, kerja sama, gotong royong oleh ahlinya masing-masing dan
orang-orang yang mempunyai hubungan dalam masalah dakwah Islam.
Kerjasama yang demikian ini barulah terwujud apabila dibina dalam suatu ikatan
yang mengatur langkah-langkah usahanya menuju kepada tujuan dengan suatu
lapangan dan langkah yang seragam. Kerjasama dan gotong-royong ini pada
hakekatnya adalah suatu organisasi.9
Manakala dakwah dilakukan tanpa organisasi yang rapi maka resikonya adalah
pengeluaran tenaga dan biaya yang demikian tingginya tanpa menghasilkan suatu
prestasi dakwah sebagaimana yang diharapkan. Dewasa ini cukup banyak
lembaga/ badan dakwah. Boleh dikatakan setiap organisasi dan partai Islam
memilih lembaga dakwah.10
8 Kaelany, Op.Cit., hlm. 18. 9 Hamzah Ya’kub, Publistik Islam Teknik Dakwah dan Leadership, CV. Diponegoro, Bandung, 1992, hlm. 108-109. 10 Ibid, hlm. 113.
5
Untuk memahami tingkah laku umat Islam di negara yang mayoritas
penduduknya beragama Islam ini, secara baik dan benar, orang seyogyanya
mempelajari lembaga-lembaga Islam yang tumbuh dan berkembang dalam
masyarakat yang mempengaruhi bahkan menentukan pola tingkah laku dan sikap
hidup umat Islam. Tanpa memahami dengan baik lembaga-lembaga Islam, orang
tidak dapat memberikan penilaian yang benar tentang umat Islam.11
Seperti halnya Badan Dakwah Islam yang ada di perusahaan minyak dan gas
bumi (Pertamina) di Cilacap merupakan lembaga dakwah yang dibangun
Pertamina sebagai sarana atau media dakwah dalam melakukan kegiatan/
aktivitas dakwah para karyawannya. Mafri Amir mengatakan, bagi umat Islam
kelebihan aneka macam media komunikasi massa dapat dimanfaatkan sebagai
sarana untuk meningkatkan iman dan takwa di samping lebih meningkatkan
kualitas ilmu pengetahuan dan teknologi.12
Memang sebelumnya ada sebuah penelitian tentang Badan Dakwah Islam
Pertamina dalam pembinaan kehidupan beragama pada masyarakat kota
administrasi Cilacap. Adapun disisi lain, yang penulis teliti tentang aktivitas
Badan Dakwah Islam dalam meningkatkan pengamalan keagamaan karyawan
Pertamina di Cilacap. Penulis menganggap bahwa BDI Pertamina itu perlu diteliti
karena eksistensinya dianggap berhasil dan sukses dalam mengembangkan
dakwah Islam. Hal ini dibuktikan oleh BDI Pertamina dalam mengadakan
kegiatan-kegiatan dakwah yang selalu mendapat respon baik dari karyawan
11 Mohammad Daud Ali, Lembaga-Lembaga Islam di Indonesia, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 1995, hlm. 3. 12 Mafri Amir, Etika Komunikasid dalam Pandangan Islam, Logos, Jakarta, 1999, hlm. 4.
6
meupun masyarakat sekitar. Dalam penelitian sebelumnya, peneliti tidak
menemukan jawaban mengenai problem yang diangkat. Untuk itu penulis
mencoba meneliti, untuk memperoleh jawaban mengenai aktivitas BDI Pertamina
di Cilacap. Hasil penelitian itu diharapkan dapat bermanfaat dalam segala aspek
kehidupan, khususnya dalam bidang dakwah Islam.
1.2 Perumusan Masalah
Dalam penelitian yang penulis lakukan ini, terdapat beberapa permasalahan
yang dapat kita ambil, diantaranya adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana aktivitas dan identifikasi dakwah di Badan Dakwah Pertamina
dalam meningkatkan pengamalan keagamaan karyawan Pertamina di
Cilacap?
2. Bagaimana tanggapan karyawan tentang dakwah BDI Pertamina?
3. Apa faktor pendukung dan penghambat BDI dalam meningkatkan
pengamalan keagamaan karyawan di Cilacap?
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian
Setiap penelitian ilmiah tentunya didasarkan atas tujuan-tujuan tertentu.
adapun tujuan penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui identifikasi Badan Dakwah Islam Pertamina.
2. Untuk mengetahui aktifitas BDI Pertamina dalam meningkatkan pengamalan
keagamaan karyawannya.
3. Untuk mengetahui tanggapan karyawan tentang dakwah BDI Pertamina.
4. Untuk mengetahui faktor pendukung dan penghambat BDI dalam
meningkatkan pengamalan keagamaan karyawannya.
7
Adapun manfaat penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan
tentang organisasi dakwah Islam di sebuah perusahaan minyak dan gas bumi
negara serta untuk memperkaya khasanah pengembangan keilmuan dakwah dari
segi media atau sarana dakwah yang diharapkan dapat mengoptimalkan
keberhasilan dakwah.
1.4 Tinjauan Pustaka
Dengan melihat beberapa literatur skripsi yang ada di Fakultas Dakwah,
beberapa diantaranya terdapat kaitannya dengan skripsi yang penulis angkat,
yaitu :
1. Eksistensi BDI Pertamina UP IV Cilacap dalam pembinaan kehidupan
beragama pada masyarakat di kota Administrastif Cilacap, yang diteliti oleh
Supriyati pada tahun 1992. Dalam penelitian ini pembahasannya lebih
memfokuskan pada pembinaan kehidupan beragama di Cilacap dan tentang
tanggapan masyarakat terhadap dakwah BDI Pertamina di Cilacap.
2. Fungsi lembaga dakwah dalam pembinaan masyarakat di Kabupaten Demak,
yang diteliti oleh Ahmad Mutohar pada tahun 1994. Dalam skripsi ini lebih
menekankan pada program pembinaan keagamaan oleh lembaga-lembaga
dakwah di Kabupaten Demak dan menerangkan fungsi lembaga dakwah
dalam pembinaan masyarakat.
3. Kehidupan keagamaan karyawan dan pembinaannya di PT. Kedaung Medan
Industrial Semarang yang diteliti oleh Ahmad Afifudin pada tahun 2000.
Dalam skripsi ini lebih memfokuskan kepada kondisi pengamalan keagamaan
karyawan dan pelakasanaan pembinaan karyawan dalam bidang keagamaan
8
serta faktor pendukung dan penghambat pembinaan keagamaan karyawan di
PT. Kedaung Medan Industrial Semarang.
Sedangkan pada skripsi ini, penulis mengangkat aktivitas Badan Dakwah
Islam Pertamina dalam mengingkatkan pengamalan keagamaan karyawan di
Cilacap. Pembahasan penelitian ini lebih menekankan pada organisasi dakwah
sebuah perusahaan dan pengamalan keagamaan karyawan berdasarkan religuitas
yang mewujudkan dalam berbagai sisi kehidupan manusia.
1.5 Kerangka Teoritik
Keberagamaan seseorang meliputi berbagai macam sisi atau dimensi. Menurut
Glock dan Strak seperti dikutip oleh Djamaludin Ancok, ada lima dimensi
keberagamaan yaitu : 13
1. Dimensi keyakinan. Dimensi ini berisi pengharapan-pengharapan dimana
seseorang berpegang teguh pada pandangan teologis tertentu dan mengakui
kebenaran doktrin-doktrin tersebut.
2. Dimensi praktek agama. Dimensi ini mencakup perilaku pemujaan, ketaatan,
dan hal yang dilakukan orang untuk menunjukkan komitmen terhadap agama
yang dianutnya. Praktek-praktek keagamaan itu terdiri dari :
a. Ritual, mengacu pada seperangkat ritus, tindakan keagamaan formal dan
praktek-praktek suci yang semua mengharapkan para pemeluk
melaksanakannya.
13 Djamaludin Ancok, Fuad Nashori Suroso, Psikologi Islam (Solusi Islam Atas Problem-Problem Psikologi), Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2001, hlm. 78
9
b. Ketaatan, mempunyai perangkat tindakan persembahan dan kotemplasi
personal yang relatif spontan, informal dan khas pribadi.
3. Dimensi pengalaman. Dimensi ini berisikan dan memperhatikan fatwa bahwa
semua agama mengandung pengharapan-pengharapan tertentu, meski tidak
tepat jika dikatakan bahwa seseorang yang beragama dengan baik pada suatu
waktu akan mencapai pengetahuan subjektif dan langsung mengenai
kenyataan terakhir (kenyataan akhir bahwa ia akan mencapai kontak dengan
kekuatan supranatural).
4. Dimensi pengetahuan agama. Dimensi ini mengacu pada harapan bahwa
orang-orang yang beragama paling tidak memiliki sejumlah minimal
pengetahuan mengenai dasar-dasar keyakinan, ritus-ritus, kitab suci dan
tradisi-tradisi. Dimensi pengetahuan dan keyakinan jelas berkaitan satu sama
lain karena pengetahuan mengenai suatu keyakinan adalah syarat bagi
penerimanya.
5. Dimensi pengalaman atau konsekuensi. Dimensi ini mengacu pada
identifikasi akibat-akibat keyakinan keagamaan, praktek, pengalaman, dan
pengetahuan seseorang dari hari ke hari. Walaupun agama menggariskan
bagaimana pemeluk seharusnya berpikir dan bertindak dalam kehidupan
sehari-hari, tidak sepenuhnya jelas sebatas mana konsekuensi-konsekuensi
agama merupakan bagian dari komitmen keagamaan atau semata-mata
berasal dari agama.
Konsep religuisitas versi Glock dan Strak adalah rumusan brilian. Konsep
tersebut mencoba melihat keberagamaan seseorang bukan hanya dari satu atau
10
dua dimensi, tapi mencoba memeperhatikan segala dimensi keberagamaan dalam
Islam bukan hanya diwujudkan dalam bentuk ibadah ritual saja, tapi juga dalam
aktifitas-aktifitas lainnya.
Untuk memahami Islam dan umat Islam, konsep yang tepat adalah konsep
yang mampu memahami adanya beragam dimensi dalam ber-Islam. Sedangkan
rumusan Glock dan Strak membagi keberagamaan menjadi lima dimensi dalam
tingkat tertentu mempunyai kesesuaian dengan Islam.14
Teori komunikasi Islami (Islam) tergolong dalam kelompok Teori Komunikasi
Teokrasi seperti halnya komunikasi religius lainnya, maka perlu aspek-aspek
yang dimiliki jenis komunikasi tersebut yang berbeda dengan komunikasi
manusia (human communication) pada umumnya. Yang membedakan
komunikasi Islam (Islami) dengan Teori Komunikasi Umum adalah latar
belakang filosofinya (Al Qur’an dan Hadist Rasulallah) dan aspek etiknya juga
didasarkan pada landasan filosofi tersebut.15
Sabda Nabi Muhammad SAW:
Artinya : “Kerjakanlah duniamu seakan-akan engkau akan hidup selamanya, dan kerjakanlah akhiratmu seakan-akan engkau akan mati esok”.16
Di dalamnya jelas mengisyaratkan perlunya ekuilibrium antara ibadah vertikal
dengan ibadah horizontal. Ibadah vertikal dapat dipahami melalui proses
14 Ibid, hlm 80. 15 A. Muis, Komunikasi Islam, Remaja Rosdakarya, Bandung, 2001, hlm. 34. 16 Sayyid Ahmad Al Hasyimi, Syarah Mukhtaarul Ahaadist”, Sinar Baru, 1993, Bandung, hlm. 156.
11
komunikasi vertikal. Yaitu komunikasi antar manusia dengan Khaliknya.
Sedangkan ibadah horizontal dapat dipahami melalui proses komunikasi antara
manusia dengan sesamanya (komunikasi sosial).17
Banyak kebutuhan dalam kehidupan manusia tidak dapat dipenuhi dengan
usahanya sendiri, melainkan memerlukan kerja dan usaha bersama-sama dengan
orang lain. Gabungan usaha dan kerja sama diantara orang-orang itulah yang
dinamakan organisasi.18 Keharusan bekerja sama atau bergotong-royong
mencapai tujuan kebaikan ini ditandaskan dalam Al Qur’an.19
Artinya : “Dan tolong menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran”
Betapa penting komunikasi dalam suatu organisasi, organisasi tanpa
komunikasi ibarat sebuah mobil yang di dalamnya terdapat rangkaian alat-alat
otomatif yang terpaksa tidak berfungsi karena tidak adanya aliran fungsi antara
satu bagian dengan bagian lainnya. Komunikasi merupakan sistem aliran yang
menghubungkan dan membangkitkan kinerja antar bagian dalam organisasi
sehingga menghasilkan sinergi. Barry Cushway dan Derek Lodge seperti dikutip
oleh Redi Panuju, menggambarkan fungsi komunikasi dalam organisasi sebagai
17 A. Muis, Op. Cit, hlm. 184 –185 18 Hamzah Ya’kub, Op.Cit. hlm. 107. 19 Al Qur’an dan Terjemahannya, Departemen Agama RI, Toha Putra, 1989, hlm. 157.
12
pembentuk.20 Pentingnya organisasi juga dirasakan dalam dakwah untuk
mencapai sasaran dakwah itu sendiri.21
Untuk mengetahui tangapan karyawan mengenai organisasi dakwah yang ada,
penulis mendasarkan pada sebuah teori tentang tanggapan dan persepsi. Dalam
kamus psikologi dijelaskan mengenai “perception”: persepsi, penglihatan,
tanggapan yaitu proses dimana seseorang menjadi sadar akan segala sesuatu
dalam lingkungannya melalui indera-indera yang dimilikinya; pengetahuan
lingkungan yang diperoleh melalui interpretasi data indera.22
Dalam ilmu jiwa “tanggapan” berarti kenangan kepada pengamatan. Dalam
kehidupan kita sehari-hari hampir setiap saat kita menganggap sesuatu. Dari
sesuatu yang kita lihat, kita memperoleh tanggapan pelihat atau tanggapan visual.
Sedangkan dari sesuatu yang kita dengar, kita memperoleh tanggapan suara atau
tanggapan auditif, kemudian terdapat tanggapan bau, tanggapan motoris dan
sebagainya.23
Stewart seperti dikutip oleh B. Aubrey Fisher, menggunakan istilah perspektif
interaksional untuk menunjukkan pandangan komunikasi manusia yang telah
berkembang secara tidak langsung dari cabang sosiologi yang dikenal sebagai
interaksi simbolis.24
Interaksionalisme simbolis memberikan penekanan yang besar pada individu.
Jadi, individu itu mewujudkan wujud sosial, termasuk semua tekanan sosial ke 20 Redi Panuju, Komunikasi Organisasi (Dari Konseptual Teoritis Ke Empiris), Pustaka, Yogyakarta, 2001,hlm. 1-2. 21 Hamzah Ya’kub, Op.Cit. hlm iii. 22 Kartini Kartono dan Dali Gulo, Kamus Psikologi, Pionir Jaya, Bandung, 1987, hlm. 343. 23 A. Gazali, Ilmu Jiwa, Ganaco NV, Jakarta, 1980, hlm. 36-37. 24 B. Aubrey Fisher, Teori-Teori Komunikasi , Remaja Rosdakarya, Bandung, 1978, hlm. 228.
13
arah konformitas disamping kemampuannya untuk menyimpang dari tekanan
penyesuaian diri dengan masyarakat. Selain itu, proses sosial dari penunjukkan
diri dan pengambilan peran itu memungkinkan untuk saling berinteraksi dan
bertindak yang dilakukan oleh para anggota yang dapat ditentukan dari wujud
kelompok.25
Rosen mengatakan bahwa individu-individu, melalui perilaku mereka,
membatasi dan membentuk sistem sosial yang dinamakan komunikasi.
Karateristik komunikasi manusia yang penting adalah menggambarkan katagori
tindakan komunikatif.26
Komunikasi adalah proses penyampaian lambang bahasa (oleh komunikator)
untuk mengubah tingkah laku manusia. Ada tiga unsur yang berperan dalam
proses komunikasi yaitu : komunikator, komunikan, komunike. Komunikator
adalah individu yang menyampaikan lambang yang mengandung pesan,
komunikan adalah orang yang menerima pesan dan komunike adalah pesan itu
sendiri. Disamping ketiga komponen ini ada alat atau media yang digunakan
untuk berkomunikasi.27
Komunikasi secara umum mempunyai pengertian sebagai usaha
mempegaruhi, mengajak, sekaligus memindahkan pemikiran, ideologi,
pengetahuan, agar dapat mengikuti ideologi, pengetahuan serta perbuatan kita.
Sedangkan dakwah itu sendiri sebagaimana menurut arti bahasa arabnya, ajakan,
seruan, panggilan, yaitu suatu cara yang mengajarkan mempengaruhi orang /
25 Ibid, hlm. 239 26 Ibid, hlm. 299. 27 Muhammmad Daud Ali, Op.Cit., hlm. 169.
14
manusia melalui alam pikirannya, dengan tujuan mengubah situasi yang negatif
kepada situasi yang positif, memindahkan dari alam kekafiran kepada alam
keimanan kepada Allah SWT, dari penjajahan kepada kemaerdekaan, dari
kebodohan kepada kecakapan dan sebagainya.
Itulah yang dinamakan komunikasi Islam. Karena semua usaha tersebut
dimaksudkan untuk mencapai suatu tujuan di dalam keimanan tentang Islam.28
Seperti diterangkan dengan jelas dalam firman Allah pada Surat Ali Imron ayat
104 :29
Artinya : “Dan hendaklah ada diantara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan emncegah dari yang munkar, merekalah orang-orang yang beruntung”.
Menurut A. Hasymi seperti dikutip oleh Agus Toha Kuswata, pengertian
komunikasi dalam Islam merupakan dakwah yaitu sebagai ajakan untuk meyakini
dan mengamalkan aqidah dan syariah Islam yang terlebih dahulu harus diyakini.
Kemudian Prof. Abubakar Aceh memberikan penalaran bahwa dakwah adalah
komunikasi diantara orang-orang Islam yang merupakan seruan kepada semua
28 R. Agus Toha Kuswata, SKM, Komunikasi Islam Dari Zaman Ke Zaman, Arikha Media Cipta, Jakarta, hlm. 11-12 29 Depag, Al Qur'an Terjemah, hlm. 93.
15
manusia untuk kembali dan hidup sepanjang ajaran Allah SWT, yang benar
dilakukan dengan kebijaksanaan dan nasehat yang baik.30
Sedangkan dakwah menurut arti bahasanya adalah menyeru, mengajak,
memanggil, mengundang, mendoakan dengan arti kata lain menyampaikan
sesuatu kepada orang lain untuk mencapai tujuan tertentu.
Menurut istilah, dakwah mempunyai bermacam-macam pengertian tergantung
pada tujuan yang hendak dicapai dan cara menyampaikannya. Dakwah dapat
dikatakan sebagai suatu strategi penyampaian nilai-nilai Islam kepada umat
manusia demi terwujudnya tata kehidupan yang imani dan realitas hidup yang
Islami.
Dakwah juga dikatakan sebagai agen mengubah manusia ke arah kehidupan
yang lebih baik.
Pengertian dakwah secara luas adalah suatu sistem kegiatan dari seseorang,
sekelompok, segolongan umat Islam sebagai aktualiasasi imaniah yang
dimannifestasikan dalam bentuk seruan, ajakan, panggilan, undangan, doa, yang
disampaikan dengan ikhlas dan menggunakan metode, sistem dan teknik tertentu
agar mampu menyentuh kalbu dan fitrah manusia supaya dapat mempengaruhi
tingkah lakunya untuk mencapai suatu tujuan tertentu.31
Dari pengertian tersebut, maka jelas bahwa dakwah itu terjadi dalam
komunikasi antar sesama manusia, baik perseorangan maupun kelompok.
Dakwah adalah salah satu macam bentuk komunikasi, sebab unsur-unsur/
30 Agus Toha K, Look Cit. hlm. 12-13. 31 Jamaluddin Kafie, Psikologi Dakwah, DEPAG Pamekasan, 1993, hlm. 29
16
komponen yang ada dalam kegiatan dakwah telah memenuhi syarat untuk
dikatakan komunikasi.32
Ada beberapa komponen dakwah yang harus saling menunjang yakni, subjek,
objek, materi, metoda dan sarana dakwah. Dalam bahasa komunikasi yang
dimaksud dengan subjek dakwah atau da’i adalah komunikator, yang menjadi
komunikan atau objeknya adalah semua manusia. Materi dakwah adalah ajaran
Islam tentang berbagai persoalan hidup dan kehidupan manusia.33
Seorang da’i perlu mempunyai metode (uslub) dan sarana dakwah yang
efektif sehingga ia dapat menyampaikan dakwahnya secara bijak dan arif. Uslub
artinya cara, metode atau seni. Uslub dakwah ialah ilmu yang mempelajari
bagaimana cara berkomunikasi secara langsung dan mengatasi kendala-
kendalanya. Sumber-sumber pokok metoda dakwah yang dijadikan pegangan
para da’i antara lain : Al Qur’an, As Sunnah, Sirah (sejarah) Safalus Shaleh dari
kalangan sahabat, Tabi’in dan ahli ilmu serta iman. Sedang sarana adalah hal-hal
yang dapat mengantarkan kepada sesuatu. Sarana dakwah yaitu hal atau sesuatu
yang membantu da’i menyampaikan dakwahnya. 34
1.6 Metode Penelitian
1.6.1 Jenis Penelitian, Pendekatan, dan Spesifikasi Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan penulis adalah penelitian kualitatif.
Menurut Kirk dan Miller sebagaimana dikutip oleh Lexy J Moleong,
32 Hafi Anshari, Pemahaman Dan Pengamalan Dakwah Pedoman Untuk Mujahid Dakwah, Al Ikhlas,
Surabaya, 1993, hlm. 13. 33 Ibid, hlm. 172. 34 Sa’id Bin Ali Bin Wahif Al Qathani, Dakwah Islam Dakwah Bijak, Gema Insani Press, Jakarta, 1994, hlm. 101-102.
17
penelitian kualitatif adalah tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial
yang secara fundamental bergantung pada pengamatan pada manusia dalam
kawasannya sendiri atau berhubungan dengan orang-orang tersebut dalam
bahasa dan peristilahannya.35 Hal ini yang mendasari penulis untuk
mengamati sebuah aktivitas BDI Pertamina dalam meningkatkan
pengamalan keagamaan karyawannya di Cilacap.
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif oleh karena yang hendak
diteliti dalam hal ini adalah proses dakwahnya. Ada pedoman yang peneliti
gunakan dalam hal ini yaitu apabila objek yang diteliti itu prosesnya bukan
produknya maka menggunakan jenis penelitian kualitatif. 36
Penelitian ini menggunakan pendekatan sosiologis. Pendekatan ini
dipercaya sebagai disiplin yang paling lengkap diantara semua sains yang
berusaha memahami perilaku manusia, sebagaimana terlihat dalam interkasi
manusia. 37
Pendekatan ini digunakan sebagai acuan penulis untuk dapat memahami
perilaku manusia. Dalam hal ini seluruh karyawan Pertamina baik pengelola
Badan Dakwah Islam Pertamina maupun peserta kegiatan BDI.
Sedangkan spesifikasi penelitian ini adalah kualitatif deskriptif yang
cirinya bertujuan mengumpulkan data dan informasi untuk disusun,
35 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, Remaja Rosdakarya, Bandung, 1994, hlm.3. 36 Ronny Hanitijo Soemitro, Diktat Kuliah Metodologi Penelitian, Magister Ilmu Hukum Undip, 2002, hlm. 31. 37 Asep Saeful Muhtadi, Agus Ahmad Safei, Metode Penelitian Dakwah, Pustaka Setia, Bandung, 2003, hlm. 108.
18
dijelaskan dan dianalisis.38 Adapun tujuan dalam penelitian ini adalah untuk
menggambarkan BDI pada sebuah perusahaan minyak bumi milik negara
dan menggambarkan pengamalan keagamaan karyawannya.
1.6.2 Definisi Operasional
Mengingat luasnya permasalahan yang diteliti maka medan penelitian ini
akan dibatasi dalam tiga konsep pokoknya yakni aktivitas, pengamalan
keagamaan, dan tanggapan.
1.6.2.1 Aktivitas. Dimaksud dalam penelitian ini adalah kegiatan
manajerial dakwah yang meliputi perencanaan (planning),
pelaksanaan (actuiting), pengendalian (controlling) dan evaluasi
(evaluating). Tetapi diskripsi tentang aktivitas hanya memfokuskan
pada aspek actuitingnya saja. Sedangkan aspek-aspek yang lain
akan digambarkan secukupnya saja.
1.6.2.2 Pengamalan Keagamaan. Dimaksud dalam penelitian ini adalah
pengamalan dibidang pelaksanaan ritual yang meliputi salat, puasa,
dan sodakoh serta meningkatnya pengetahuan keagamaan mereka.
1.6.2.3 Tanggapan. Dalam penelitian ini tanggapan adalah persepsi dari
para jamaah terhadap unsur-unsur dakwah yang dilakukan meliputi
materi, metoda, media, mubaligh serta waktu pelaksanaan.
Tanggapan juga meliputi saran-saran para jamaah terhadap
peningkatan kualitas penyelenggaraan kegiatan dakwahnya.
38 Ibid, hlm. 128.
19
1.6.3 Sumber dan Jenis Data
Menurut Lofland sebagaimana dikutip oleh Lexy J Moleong, sumber
data utama dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata dan tindakan.
Berkaitan dengan ini, jenis datanya dibagi sumber primer, sumber sekunder
dan foto.
1.6.3.1 Sumber Primer. Yang berupa kata-kata dan tindakan orang yang
diamati atau diwawancarai.39 Sumber yang dimaksud yaitu
informasi-informasi yang diperoleh dari pengelola dan karyawan
sebagai peserta kegiatan tersebut.
1.6.3.2 Sumber Sekunder. Sumber ini berupa sumber tertulis seperti buku,
majalah, arsip dan dokumen mengenai penelitian ini.40
Sumber ini digunakan penulis untuk mengumpulkan data-data tertulis
yang diperoleh dari BDI Pertamina Cilacap.
Dalam hal ini, penulis gunakan sumber data untuk memperkaya data
penulis dalam penelitian di BDI Pertamina. Sedangkan sumber statistik
tidak digunakan penulis dalam penelitian ini.
1.6.4 Populasi dan Sampel
Menurut Singarimbun, populasi adalah jumlah keseluruhan dari unit
analisa yang ciri-cirinya dapat diduga.41 Dalam penelitian ini yang menjadi
populasi adalah semua karyawan Pertamina Cilacap yang beragama Islam
yang jumlahnya kira-kira mencapai 2000 orang, dari jumlah tersebut akan
39 Lexy J. Moleong, Op.Cit., hlm. 112. 40 Ibid, hlm.113. 41 Masri Singarimbun, Metode Penelitian Survei, LP3, Jakarta, 1989, hlm.152.
20
diambil sampel. Menurut Suharsini Arikunto, apabila subyeknya kurang
dari 100 lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya merupakan
penelitian populasi. Jika selanjutnya jumlah subyeknya besar dapat diambil
10-15% atau 20-25%.42 Penggunaan sampel ini hanya digunakan untuk
menjawab permasalahan tanggapan jamaah tentang pelaksanaan dakwah.
Sedangkan untuk permasalahan yang lain menggantungkan pada kualitatif.
Data-data kuantitatif yang diperoleh berupa prosentase akan dikualitatifkan.
Sehingga dalam penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yang
menggunakan jasa kuantitatif.
Dengan pertimbangan tersebut di atas, penulis mengambil 200 karyawan
dari populasi yang ada. Adapun cara menentukan sampelnya dengan
menggunakan random sampling atau acak. Karena cara ini dipercaya paling
representatif dalam menentukan populasi.
Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti.43 Pengambilan
sampel tersebut dipilih berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tertentu,
artinya mereka dipilih karena lebih mengerti dan terlibat langsung terhadap
kegiatan dakwah BDI di Pertamina.
1.6.5 Teknik Pengambilan Data
1.6.5.1 Angket atau kuesioner. Angket adalah sejumlah pertanyaan
tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden.44
42 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian, Rineka Cipta, Jakarta, 1996, hlm. 120. 43 Ibid, hlm. 117. 44 Suharsimi Arikunto, Op.Cit, hlm. 140.
21
Metode ini digunakan untuk mendapatkan tanggapan responden (karyawan)
tentang aktivitas BDI Pertamina di Cilacap.
1.6.5.2 Observasi. Observasi adalah pengamatan dan pencatatan secara
sistematis terhadap gejala yang tampak pada obyek penelitian.45
Metode ini penulis gunakan untuk mengobservasi secara langsung
atau mengetahui secara umum BDI Pertamina di Cilacap.
1.6.5.3 Dokumentasi. Dokumentasi adalah cara mengumpulkan data
berupa arsip-arsip, buku-buku dan lain-lain yang berhubungan
dengan masalah penyelidikan.46 Dokumentasi ini digunakan untuk
memperoleh data-data status dan struktur organisasi, fasilitas BDI,
kegiatan BDI, serta dokumen lain yang erat kaitannya dengan
proses penelitian.
1.6.5.4 Wawancara/interviu. Wawancara atau interviu adalah percakapan
dengan maksud tertentu yang dilakukan oleh dua pihak, yaitu
pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan yang
diwawancarai (interviewee) yang memberikan jawaban atas
pertanyaan yang diberikan kepadanya.47 Dengan metode ini penulis
(sebagai pewawancara) dapat memperoleh data melalui wawancara
langsung dengan pengurus BDI.
45 Hadari Nawawi, Metode Penelitian Bidang Sosial, Gajah Mada University Press, Yogyakarta,1993, hlm. 100. 46 Ibid, hlm. 133. 47 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, Remaja Rosdakarya, Bandung, 1993, hlm. 135.
22
1.6.6 Teknik Analisis Data
Penelitian ini mengunakan analisis kualitatif reflektif, sebagai analisis
awal.48 Analisis awal akan diteruskan dengan analisis lanjut dengan
menggunakan analisis SWOT ( Strong = kekuatan, Weak = kelemahan,
Opportunity = peluang, Threat = tantangan).
Analisis reflektif dengan teknik induktif yaitu yang berangkat dari fakta-
fakta dan peristiwa kongkrit, kemudian dari suatu fakta dan peristiwa itu
ditarik kesimpulan yang bersifat umum.49 Metoda ini digunakan untuk
menemukan katagori-katagori kegiatan aktivitas Badan Dakwah Islam
Pertamina yang berangkat dari sesuatu yang berkaitan dengan pengamat itu
sendiri.50 Analisa lanjut atau analisa SWOT sebagai analisis pokok
digunakan untuk menjawab permasalahan penelitian.
1.7 Sistematika Penulisan
Secara keseluruhan penelitian ini penulis susun menjadi tiga bagian, yaitu
bagian formalitas atau bagian muka, bagian inti atau teks serta pelengkap.
Pada bagian formalitas terdiri atas halaman judul, halaman motto pembimbing,
halaman pengesahan, kata pengantar dan daftar isi. Sedangkan pada bagian inti
atau teks terdiri dari atas lima bab sebagai berikut :
48 Ibid, hlm. 5. 49 Sutrisno Hadi, Metadologi Research, Jilid 1, Andi Offset, Yogyakarta, 1984, hlm. 15. 50 Lexy J Moleong, Op.Cit, hlm. 157
23
BAB I Pendahuluan
Pada bab ini memuat tentang latar belakang masalah, rumusan masalah,
tujuan dan manfaat penelitian, penulusuran pustaka, kerangka teori,
metode penelitian, jadwal penelitian dan sistematika penulisan.
BAB II Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Pada bab ini terdiri atas lima subbab yaitu : sub pertama tentang
gambaran umum Pertamina dan keanekaragaman karyawan. Subbab
kedua mengenai sejarah dan letak geografis Badan Dakwah Islam
Pertamina Cilacap. Sub bab ketiga status dan struktur organisasi Badan
Dakwah Islam Pertamina. Sub bab keempat fasilitas-fasilitas atau
sarana dan prasarana BDI. Dan sub bab kelima tentang tujuan BDI
Pertamina.
BAB III Aktivitas Badan Dakwah Islam
Dalam bab ini terdapat tiga sub bab yakni, pertama tentang aktivitas
dakwah dan terdapat empat anak sub bab yakni pertama, kegiatan-
kegiatan dakwah BDI. Kedua, metode dan materi dakwah BDI. Ketiga,
logistik/ pendanaan dakwah Pertamina. Keempat, mengenai pengadaan
da’i di BDI.
Subbab kedua : tanggapan karyawan terhadap dakwah BDI Pertamina.
Dan subbab ketiga, tentang faktor penghambat dan pendukung BDI
dalam meningkatkan pengamalan keagamaan karyawan.
24
BAB IV Analisis Data
Dalam bab ini memaparkan analisis tentang aktivitas BDI Pertamina
dalam meningkatkan pengamalan keagamaan karyawan PT Pertamina
di kota Cilacap.
BAB V Penutup
Pada bab ini berisi tentang kesimpulan dan saran-saran.