PERSPEKTIF PENDIDIKAN ISLAM -...
Transcript of PERSPEKTIF PENDIDIKAN ISLAM -...
NILAI-NILAI EDUKATIF DALAM FILM LASKAR PELANGI
PERSPEKTIF PENDIDIKAN ISLAM
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata I
dalam Ilmu Tarbiyah
Oleh
FARIH LIDINNILLAH NIM 3103210
FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG 2010
ii
iii
iv
ABSTRAK Farih Lidinnillah (3103210). Nilai-nilai Edukatif dalam Film Laskar Pelangi Perspektif Pendidikan Islam. Skripsi, Semarang: Program Strata I Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo 2010.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui nilai-nilai edukatif yang terkandung dalam film Laskar Pelangi ditinjau dari Pendidikan Islam. Jenis penelitian ini adalah penelitian dokumen (documentary research) dengan pendekatan semiotik. Pendekatan semiotik digunakan untuk mendiskripsikan isi yang tersurat maupun yang tersirat dalam film. Peneliti menggunakan penafsiran prospective dan kategorisasi sebagai teknik analisis data. Sedangkan teknik pengumpulan data dilakukan menggunakan metode dokumentasi melalui penelusuran dokumen film, majalah atau koran (media massa), dan buku.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa film Laskar Pelangi mengandung nilai-nilai edukatif. Nilai-nilai yang terkandung di antaranya adalah kerjasama, kemerdekaan, kebahagiaan, kejujuran, kerendahhatian, kasih sayang, kedamaian, rasa hormat, tanggung jawab, kesederhanaan, toleransi, dan kesatuan. Nilai-nilai tersebut terkandung dalam dialog dan gambar adegan. Dialog-dialog yang disajikan film, sebagian bersumber pada ajaran-ajaran Islam. Film juga memperlihatkan gambar adegan mengenai sosok teladan, praktik keagamaan dan proses pendidikan di lembaga pendidikan.
Materi dialog dan gambar adegan film memberikan pesan nilai-nilai yang bersumber dari ajaran Islam. Misalnya pada episode ketika Muslimah mengingatkan Kucai agar melaksanakan tugasnya sebagai ketua kelas. Ia dimintai pertanggungjawaban. Sahara menghampirinya kemudian mengingatkan bahwa setiap orang akan dimintai pertanggungjawaban di hari kiamat. Hal ini sesuai dengan hadits yang menyatakan bahwa setiap manusia adalah pemimpin dan akan dimintai pertanggungjawaban atas kepemimpinannya.
Pada dasarnya, film Laskar Pelangi memberikan pesan nilai yang mendorong penonton untuk melakukan perubahan menjadi individu yang lebih baik, yakni berakhlak mulia. Hal ini dibuktikan dari materi cerita yang disajikan melalui dialog dan gambar dalam bentuk adegan.
Hasil penelitian ini diharapkan menjadi bahan informasi dan masukan bagi para pengajar, para peneliti dan masyarakat, terutama penonton film agar dapat memanfaatkan film sebagai sarana untuk mengambil pelajaran dan hikmah dalam rangka perbaikan diri dan lingkungan sekitar.
v
DEKLARASI
Dengan penuh kejujuran dan tanggung jawab, penulis menyatakan bahwa
skripsi ini tidak berisi materi yang pernah ditulis orang lain atau telah diterbitkan.
Demikian juga skripsi ini tidak berisi satu pun pikiran-pikiran orang lain, kecuali
informasi dalam referensi yang penulis jadikan bahan rujukan.
Semarang, Juni 2010
Deklarator,
Farih Lidinnillah 3103210
vi
MOTTO
خريالناس أنفعهم للناس…
“Sebaik-baik manusia adalah yang paling banyak memberi manfaat bagi orang lain” (HR. Ath-Thabrani)1
“Hiduplah untuk memberi sebanyak-banyaknya, bukan untuk
menerima sebanyak-banyaknya.” --- Novel Laskar Pelangi.2
1Abu Al Qasim Sulaiman, kitab al-Kabir, (Beirut: Dar al-Kitab al-Islam, tt), hlm. 463. Nomor
hadits 13646. Hadits diriwayatkan oleh Muhammad bin Adullah Al-Kadlrami dari Ali bin Bahram dari Abdul Malik bin Abi Kariimah dari Ibnu Juraij dari Atha' dari Jaabir.
2Andrea Hirata, Laskar Pelangi, (Yogyakarta: Bentang, 2008), hlm. 24.
vii
PERSEMBAHAN
Alhamdulillah, puji syukur hanya bermuara padamu Ya Allah. Atas segala
nikmat dan karunia yang tiada sanggup hamba menjumlahnya. Shalawat dan
Salam terlantun bagi Nabi Muhammad SAW, atas segala nur yang terpancar
hingga lubuk hati.
Penulis sadar, pada dasarnya, skripsi ini dapat terselesaikan tanpa luput
dari sumbangsih orang lain. Sebagai rasa syukur dan bangga penulis haturkan
kepada :
1. Bapak dan Ibu tercinta, Ali Mahmudi dan Muthowi’áh yang telah menyediakan
telaga surga di telapaknya yang di bawahnya mengalir kasih dan doa, sehingga tiada
harga selain membahagiakan dan berbakti kepadanya. Amiiin. Bapak dan Ibu, Aku
bangga menjadi anakmu. Jika aku harus lahir kembali, aku akan memohon kepada
Allah agar kembali menjadikanmu sebagai Ibu dan Bapakku.
2. Terima kasih kepada Pak Lek Mustofa (sekalian) atas segala arahan dan pertanyaan-
pertanyaannya.
3. Adik-adik dan keponakan penulis; Fitriana, Rosidah Handayani, Suraya, Muhammad
Alfian Azizi, Muhammad Khoirul Falah, dan Kamal Noval Faza. Aku bangga
menjadi kakakmu. Semoga kalian juga.
4. Kawan-kawanku di keluarga besar AMANAT; Mas Joko Jeteha (sekeluarga), M.
Hasan Aoni, Mbk. Alfy, M. Jabir, M. Zamhuri, M. Irin, M. Nung, M. Eroz, M. Sis
(sekalian), M. Mamhet, M. Oliez, M. Fahrudin, M. Doni, M. Ali, M. Gpenk, M.
Huda, M. Hery, Amin, Agung, M. Yudi, Syekhuna, M. Soel, M. Munif, Edy, Cak
Her, Naseh, Syafa’, Jarno vendeta, Ipunk, Afidah, Fany, Diman, Nanik, Leha (almh.),
Muslimah, Inta, Eny, Ike, Farid Ma’ruf & Hilmi, Izzam, Jeky, Budi, M. Munib dan
mereka yang masih mengeja dan ku eja namanya. Aku bangga pernah dipertemukan
dengan kalian semua. Semoga kalian juga. Aku bangga karena kalian adalah pilihan
terbaik dari Tuhan bagiku. Tuhan telah memilih aku, kamu, dan kita untuk
mendapatkan yang terbaik di jalan ini.
5. Teman-teman dan sesepuh di Kantor Berita ANTARA Jateng; Pak Zaenal, Bu
Mahmudah, Mas Hari, Mas Hernawan dan yang belum penulis sebutkan. Terima
viii
kasih atas kepercayaan dan kesempatan yang pernah diberikan. Banyak pelajaran dan
hikmah yang telah aku peroleh dari tugas itu.
6. Sahabat-sahabatku; Taqim, Hadi, Bambang, Tain, Lani, Hartono, Saerozi, Acong,
Kharisman dkk. serta teman-teman yang lulus di semester ini.
7. Kawan-kawanku di FPPI; Yasin, Rohmad, Ulin, Arif, Ali, Rofi’, Gadafi dkk.
8. Kawan-kawanku Tim PPL di SMP 23 Semarang dan Tim KKN Posko 25 desa
Nglorog, Pringsurat, Temanggung.
9. Dan segenap karib yang juga berperan dan pantas saya sebut, yaitu Fasihah Furoida,
Sodikin, dan Farid Ma’ruf. Terima kasih atas informasi referensi yang disampaikan.
10. Teman-teman dan pengelola LeSPI Semarang; Pak Anto, Mbak Riri, M. Feby, M.
Haris. Senang kerja bareng kalian.
11. Untuk semuanya, saya berterima kasih dan bersyukur.
ix
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahiim. Segala puji bagi Allah SWT, Tuhan seru
sekalian alam yang telah melimpahkan karunia berupa kebahagian dan ujian
hidup. Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurahkan kepada Nabi
Muhammad SAW dan segala makhluk di bumi.
Setiap perjalanan pasti menyisakan jejak. Seperti itu, penulis memaknai
tugas akhir yang penulis susun dengan judul, “Nilai-nilai Edukatif dalam Film
Laskar Pelangi Perspektif Pendidikan Islam”. Skripsi sebagai syarat
memperoleh gelar sarjana strata satu (S1) dalam bidang ilmu Pendidikan Agama
Islam pada Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang.
Alhamdulillah. Sebagai wujud syukur, hanya itu yang dapat penulis
sampaikan atas karunia ini.
Selanjutnya, penulis yakin bahwa penyelesaiann skripsi ini tidak lepas dari
peran dan motivasi dari berbagai pihak, maka dengan segala kerendahan hati dan
ketulusan, saya sampaikan terima kasih kepada :
1. Bapak Prof. Dr. H. Ibnu Hadjar, M.Ed. selaku Dekan Fakultas Tarbiyah IAIN
Walisongo beserta staf;
2. Bapak Ahmad Muthohar, M.Ag. dan Bapak Abdul Wahib, M.Ag. selaku
pembimbing I dan II yang telah meluangkan waktu untuk proses
pembimbingan skripsi;
3. Para dosen di lingkungan Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo yang telah
membekali berbagai ilmu pengetahuan sehingga penulis mampu
menyelesaikan skripsi ini;
4. Pengelola perpustakaan di IAIN Walisongo yang telah melayani pemenuhan
referensi-referensi buku;
5. Surat Kabar Mahasiswa (SKM) AMANAT yang telah memberikan kesempatan
dan ruang untuk bersama berproses mengembangkan kualitas dan potensi diri.
x
Penulis menyadari sepenuhnya, masih ada kekurangan dalam penulisan
skripsi ini. Untuk itu, saran dan kritik senantiasa dinanti. Semoga naskah skripsi
yang sederhana ini bermanfaat, setidaknya bagi penulis.
Semarang, Juni 2010
FARIH LIDINNILLAH
NIM 3103210
xi
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ......................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .............................................. ii
HALAMAN PENGESAHAN ......................................................................... iii
HALAMAN ABSTRAKSI ............................................................................. iv
HALAMAN DEKLARASI .............................................................................. v
HALAMAN MOTTO ..................................................................................... vi
HALAMAN PERSEMBAHAN .................................................................... vii
KATA PENGANTAR .................................................................................... ix
DAFTAR ISI ................................................................................................... xi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah..................................................... 1
B. Penegasan Judul ................................................................. 6
C. Rumusan Masalah ............................................................. 8
D. Tujuan Penelitian ............................................................... 9
E. Manfaat Penelitian ............................................................. 9
F. Kajian Pustaka ................................................................... 9
G. Metode Penelitian ............................................................ 10
BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG FILM DAN NILAI-
NILAI PENDIDIKAN DALAM ISLAM
A. Nilai-nilai Pendidikan dalam Islam
1. Pendidikan Islam dan Tujuannya................................. 13
2. Nilai Edukatif dalam Islam ......................................... 16
B. Tinjauan Umum tentang Film ........................................ 25
C. Film sebagai Media Pendidikan ...................................... 27
BAB III TINJAUAN UMUM TENTANG FILM LASKAR PELANGI
A. Biografi Pengarang
xii
a. Biografi Andrea Hirata ................................................ 34
b. Karya-karya Andrea Hirata ......................................... 35
B. Film Laskar Pelangi
a. Setting Sosial Laskar Pelangi ..................................... 40
b. Narasi Film Laskar Pelangi ........................................ 48
BAB IV NILAI EDUKATIF DALAM FILM LASKAR PELANGI
PERSPEKTIF PENDIDIKAN ISLAM
A. Apresiasi atas film Laskar Pelangi perspektif Pendidikan
Islam ................................................................................ 79
B. Nilai-nilai Edukatif dalam Film Laskar Pelangi Perspektif
Pendidikan Islam ............................................................. 81
1. Kerjasama ................................................................... 82
2. Kemerdekaan .............................................................. 84
3. Kebahagiaan ................................................................ 87
4. Kejujuran ..................................................................... 88
5. Kerendahhatian ........................................................... 91
6. Kasih sayang ............................................................... 92
7. Kedamaian .................................................................. 96
8. Rasa hormat ............................................................... 98
9. Tanggung jawab .......................................................... 99
10. Kesederhanaan ........................................................ 103
11. Toleransi ................................................................. 105
12. Kesatuan .................................................................. 107
C. Implikasi Nilai-Nilai Edukatif Dalam Film Laskar Pelangi
Terhadap Pendidikan Agama ........................................ 108
BAB V PENUTUP
A. Simpulan ......................................................................... 110
B. Saran ............................................................................... 113
C. Penutup ........................................................................... 114
xiii
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
BIODATA PENULIS
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada era modern nan global, media massa telah menjadi kebutuhan
hampir setiap orang. Pengaruhnya besar. Jangkauannya luas dan gerakannya
juga cepat.
Perkembangan media massa bak jamur di musim hujan. Terutama
The Big Five of Mass Media (lima besar media massa), yaitu: surat kabar,
majalah, radio, televisi, dan film. Kelimanya berusaha merebut minat
masyarakat dengan memberikan pelayanan yang terbaik.
Berkat kecanggihan teknologi komunikasi, segala informasi dapat
diperoleh dengan mudah. Pesan komunikator pun sampai dengan mudah oleh
pikiran khalayak. Munculnya beragam jenis teknologi komunikasi dan
bergulirnya keterbukaan, berbuah kebebasan untuk memilih media untuk
dikonsumsi. Konsumsi atas media tertentu dengan segala unsur menghiburnya
menjelma menjadi kebutuhan.
Bagi masyarakat, bukan hanya pesan yang menjadi daya tarik. Jenis
media juga sangat menentukan. Akhirnya, media audio visual dengan berbagai
kelebihannya berhasil menarik mayoritas khalayak. Bahkan, sekarang ini,
muncul istilah televisi telah menjadi "agama baru"3. Hampir seluruh aspek
kehidupan dapat ditemukan dan ditirukan melalui program televisi.
3Televisi menjadi “agama baru”, karena dalam kenyataannya memang sudah terlalu sering
peran dan fungsi agama diambil alih oleh televisi. Sebagaimana diyakini bersama bahwa peran agama dalam kehidupan dipandang sebagai hal yang sangat dipentingkan dan menjadi pedoman dalam menjalani segala aspek kehidupan. Setidaknya, selama ini, agama berfungsi sebagai pelipur lara di kala duka, pedoman dan cermin dalam bertingkah laku dalam menjalani ritme kehidupan. Jadwal kehidupan senantiasa harus disesuaikan dengan agenda ritual keagamaan. Akan tetapi, apabila merenungkan apa yang telah dan sedang terjadi di sekitar, saat ini tidak bisa disangkal bahwa peran dan fungsi keagamaan tersebut sebagian besar telah diambil alih oleh televisi. (http://www.wikimu.com/News/DisplayNews.aspx?ID=8004. Diakses pada 29 April 2009, pukul 14;00 WIB).
2
Film juga memiliki kelebihan daya tarik sebagaimana televisi.
Pasalnya, keduanya tergolong dalam media audio visual. Keduanya saling
mendukung, karena film juga menjadi bagian dari program televisi.
Sekarang ini, berkat keberhasilan persuasifnya, konsumsi akan film
sudah menjadi kebutuhan, bahkan gaya hidup. Khalayak dengan mudah
terbujuk oleh sajian isi dengan tema aktual yang digarap film. Selain itu,
penyerapan informasi yang melibatkan indera-indera audio visual,
mempermudah pesan sampai di kepala pemirsa.
Di tanah air, perkembangan industri perfilman selama lima tahun
terakhir ini mengalami kemajuan yang sangat luar biasa. Film Indonesia telah
menjadi tuan rumah di negeri sendiri.4 Akan tetapi, banyaknya produksi film
belum memberikan kontribusi bagi pencerahan bagi masyarakat. Indonesia
masih kering dari produksi film yang edukatif.
Harold D. Laswell menyatakan terdapat tiga fungsi media massa.
Ketiganya adalah untuk menginformasikan (to inform), untuk mendidik (to
educate) dan untuk menghibur publik (to entertain).5
Berbekal pemahaman atas tiga hakekat fungsi media di atas,
masyarakat, apalagi para pendidik, mempunyai hak mempergunakan media
massa untuk kepentingan dunia pendidikan. Pendidik, terlebih dahulu, perlu
dibekali pemahaman bagaimana memanfaatkan media film terkait proses
pendidikan mengingat peserta didik juga belajar dari lingkungan luar sekolah.
Proses belajar mengajar pada hakikatnya adalah proses komunikasi,
yaitu proses penyampaian pesan dari sumber pesan melalui media tertentu ke
penerima pesan.6 Komunikasi adalah elemen terpenting dalam proses
pendidikan.
4Sambutan disampaikan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, Rabu (8/10/2008) dalam acara
nonton bareng film "Laskar Pelangi", di Blitz Megaplex, Komplek Grand Indonesia, Jakarta.http://tv.kompas.com/content/view/6383/109/. Diakses pada 31 Maret pukul 20;00 WIB.
5http://www.nu.or.id/page.php?lang=id&menu=news_view&news_id=11154. Diakses pada 31 Maret pukul 20;00 WIB.
6Arif S. Sadiman, Media Pendidikan; Pengertian, Pengembangan dan Pemanfaatannya, (Jakarta: CV. Rajawali, 1986), Cet. 1, hlm. 12.
3
Dalam kaitan dengan massa, komunikasi telah beralih dari motif
mencari pesan lewat media, ke arah motif penikmatan kesenangan yang
disediakan oleh media itu sendiri. Saat ini, media telah mengambil alih pesan,
bahkan telah berubah menjadi pesan itu sendiri.7 Unsur menarik harus
terpenuhi terlebih dahulu sebelum pesan itu disampaikan. Dan kecanggihan
teknologi yang mampu memenuhinya dengan menyajikan materi menghibur
diri sambil memperoleh ilmu.
Film tidak hanya sebagai media hiburan. Sebagaimana fungsinya,
seharusnya, ia memberikan fungsi edukasi. Pesan-pesan yang disampaikan,
selayaknya juga berkontribusi terhadap terciptanya masyarakat yang terdidik;
selain ditujukan untuk menghibur juga dipergunakan sebagai sarana mencapai
tujuan pendidikan. Oleh karenanya, muncul istilah film edutainment. Hal ini
tidak bisa dilepaskan dari kebutuhan dunia pendidikan dalam kaitannya film
sebagai media pendidikan.
Akhir 2008, keinginan untuk menikmati film yang menghibur dan
mencerahkan terjawab. Laskar Pelangi muncul dengan tawaran tema menarik.
Film dibuat setelah kesuksesan novel di pasar. Fokus utama film ini adalah
pada semangat memajukan dunia pendidikan meski dalam kondisi yang serba
terbatas. Tema langka dan jarang ditampilkan ke dalam film-film Indonesia.
Masyarakat merespon positif dengan sambutan dan antusiasme besar
atas film Laskar Pelangi. Ia berhasil meraih jumlah 4,6 juta penonton.8
Sejumlah penghargaan diraih dalam Indonesian Movie Award (IMA) 2009.
Film sukses memborong 4 piala IMA.9 Tidak hanya di negeri sendiri. Film
Laskar Pelangi juga go Asia dan diputar oleh bioskop-bioskop di Asia.10
7Alex Sobur, Semiotika Komunikasi, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2004), Cet. 2, hlm.
xvii. 8Suara Merdeka, Kamis, 9 Maret 2009. Bahkan, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono
menyambut peluncuran film Laskar Pelangi dan mengapresiasi dengan ikut menonton bersama keluarga dan beberapa Menteri anggota Kabinet Indonesia Bersatu jilid I.( http://www.kapanlagi.com/h/0000255099.html. Diakses 31 Maret 2009 pukul 20;00 WIB)
9Ibid., Senin, 18 Mei 2009. 10Ibid., Kamis, 9 Maret 2009. Di Hong Kong International Film Festival, Laskar Pelangi
dianugerahi penghargaan khusus SIGNIS Award, sebagai film yang sukses mengangkat nilai-nilai sosial dan kemanusiaan.
4
Laskar Pelangi (dalam bahasa Inggris diterjemahkan menjadi The
Rainbow Troops) juga bergaung di lingkup internasional. Festival film
Berlinale ke-59, Berlin, Jerman, 5-15 Februari 2009 juga menjadi saksi
kesuksesan film Laskar Pelangi. Laskar Pelangi menjadi salah satu film
Indonesia yang terpilih dan ditayangkan dengan sambutan yang
menggembirakan dari para pengunjung, bahkan sampai melebihi studio yang
disediakan. Selain itu, penyelenggara juga memberikan perhatian khusus
kepada film ini, dengan memasang gambar kover film Laskar Pelangi dalam
sampul buku program Berlinale 2009, mewakili film-film Asia.11
Di satu sisi, tidak dapat disangsikan lagi urgensi media film. Namun,
mengingat bermacam warna isi dan pesan dalam film, jika tidak hati-hati hal
ini justru akan menimbulkan masalah baru mengingat tidak semua isi media
massa bermanfaat bagi khalayak. Banyak di antaranya yang tidak mendidik
dan hanya mengedepankan kepentingan pemilik/pengelola media untuk
mendapatkan keuntungan sebanyak-banyaknya.
Film Laskar Pelangi yang akan menjadi objek dalam penelitian ini
tergolong dalam film edukatif. Film yang bukan hanya memberikan unsur
hiburan, akan tetapi juga menyisipkan nilai-nilai yang mendidik. Penonton
secara tidak sengaja akan menerima pesan-pesan tentang nilai-nilai edukatif
yang bersifat kebaikan, terutama dipandang dari kacamata Islam.
Proses pendidikan melalui film ini dikemas apik dengan
menampilkan pembelajaran yang tidak hanya di ruang kelas. Kondisi miskin,
terbatas dan sederhana mampu dimanfaatkan secara maksimal. Nilai-nilai
edukatif terselip dalam adegan-adegan yang ditampilkan. Beberapa pesan nilai
yang sekilas tampak di antaranya kasih sayang, kesungguhan, kerja keras,
kejujuran, dan tanggung jawab.12 Pendekatan untuk mengukur kualitas
pendidikan, sebagaimana dikatakan tokoh utama dalam film itu, Harfan
Effendy Noor, bahwa nilai-nilai, masalah kecerdasan tidak diukur dengan
angka-angka, tapi dengan hati yang memancarkan kasih sayang.
11http://www.hidayatullah.com/index.php?. Diakses 31 Maret 2009 pukul 20;00 WIB. 12Riri Riza dan Mira Lesmana, Film Laskar Pelangi, (Jakarta: Miles Films, 2008).
5
Pada episode ketika dilaksanakan lomba cerdas cermat juga terselip
pesan nilai kejujuran dan tanggungjawab. Kecurigaan juri mengenai
ketidakjujuran. Lintang, misalnya, dibuktikan dengan kemampuannya,
mempertanggungjawabkan dengan menguraikan rumus-rumus matematika
sehingga diperoleh jawaban yang menurut Pak Mahmud adalah benar.
Akhirnya, sang juri pun mengakui kejujuran Lintang, sehingga SD yang
diwakilinya menjadi pemenang.
Nilai kerja keras dan kesungguhan dalam mencari ilmu juga nampak
ketika sekolah dihadapkan pada keputusasaan. Salah satu guru, Bakri berhenti
mengajar, sementara kepala sekolah, Harfan, meninggal dunia. Kelas sempat
kosong tanpa aktivitas. Kesungguhan dan kerja keras terlihat ketika Lintang
bersepeda dari rumah-hingga sekolah dengan jarak 40 klilometer. Lintang
bersama Ikal juga harus mengajak teman-teman di rumah menuju ke sekolah
untuk belajar. Lintang menggantikan Muslimah yang seharusnya bertugas
mengajar. Muslimah pun akhirnya tegar dengan kembali mengajar murid-
murid.
Penggunaan media massa sebagai sumber belajar untuk bidang
pengajaran agama memerlukan pengolahan, karena umumnya
pengomunikasian melalui mass media untuk kehidupan keagamaan masih
relatif sedikit.13
Kemampuan film dalam melukiskan gambar secara hidup dan suara
memberinya daya tarik besar. Film sebagaimana media massa lainnya
memiliki tujuan-tujuan hiburan, dokumentasi, dan pendidikan. Mereka dapat
menyajikan informasi, memaparkan proses, menjelaskan konsep-konsep yang
rumit, mengajarkan keterampilan, menyingkat atau memperpanjang waktu dan
mempengaruhi sikap.14
13Usman Said, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: Departemen Agama
1985), Cet. 2, hlm. 148. 14Azhar Arsyad, Media Pengajaran, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2000), Cet. 2, hlm.
48.
6
Film lebih dianggap sebagai hiburan ketimbang media pembujuk.
Kekuatan bujukan atau persuasi yang besar perlu dimanfaatkan.15 Kekuatan
dan kemampuan film dalam menjangkau banyak segmen sosial, memiliki
potensi untuk pendidikan massa.16 Akhirnya, daya tarik dan persuasi film
berperan sebagai referensi audien bersosialisasi dan transmisi nilai
(transmission of values) secara massal. Dalam hal ini, media menjadi sebuah
alat kontrol yang mampu mempengaruhi bahkan mengatur isi pikiran dan
keyakinan-keyakinan masyarakat.17
Media masa merupakan sumber informasi yang berisi hal-hal aktual
dan serba baru dari berbagai penjuru dunia serta digunakan untuk berbagai
kepentingan, sehingga penggunaannya perlu selektif18.
Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
mengenai tema di atas dengan judul "Nilai-Nilai Edukatif dalam Film Laskar
Pelangi Perspektif Pendidikan Islam".
B. Penegasan Judul
Menindaklanjuti dari prolog diatas, penulis akan menegaskan dan
mendeskripsikan istilah-istilah yang terdapat pada judul; Nilai-Nilai Edukatif
dalam Film Laskar Pelangi Perspektif Pendidikan Islam.
Untuk memperjelas dan mempertegas serta menghindari dari
kesalahpahaman terhadap judul, maka akan dijelaskan secara kongkret dan
lebih bersifat operasional.
1. Nilai Edukatif
Nilai edukatif merupakan esensi yang melekat pada suatu yang
sangat berarti bagi kehidupan manusia.19 Sidi Gazalba mengungkapkan
bahwa ”Nilai adalah sesuatu yang bersifat abstrak. Nilai bukan benda
15William L. Rivers, et al., Media Massa dan Masyarakat Modern, (Jakarta: Prenada Media,
2003), Cet. 1, hlm. 252. 16Alex Sobur, Op.Cit., hlm. 127. 17Ibid., hlm. 114. 18Usman Said, Op.Cit., hlm.148. 19Chabib Thoha, Kapita Selekta Pendidikan Islam, (Semarang: Fakultas Tarbiyah IAIN
Walisongo), hlm. 62.
7
konkrit, bukan fakta, tidak hanya persoalan benar dan salah yang menuntut
pembuktian empirik, melainkan soal penghayatan yang dikehendaki,
disenangi dan tidak disenangi.20
Menurut Milton Rokeach dan James Bank, nilai adalah suatu tipe
kepercayaan yang berada dalam ruang lingkup sistem kepercayaan di mana
seseorang bertindak atau mengenai sesuatu yang pantas dan tidak pantas
untuk dikerjakan. Nilai menunjukkan suatu kriteria atau standar untuk
menilai atau mengevaluasi sesuatu, seperti industrialisasi sebagai sarana
kemakmuran, pengertian ini terdapat berbagai jenis nilai-nilai individu,
sosial, budaya dan agama.21
Edukatif adalah kata sifat dari kata benda education yang artinya
pendidikan.22 Edukatif adalah kata sifat (obyek) berarti: The process of
developing the knowledge, skill, mind, character etc, especially by formal
schooling, teaching and training.23 Artinya, proses mengembangkan
pengetahuan, ketrampilan, pikiran dan karakter dll, utamanya oleh
sekolah resmi.
Nilai-nilai edukatif yang dimaksud dalam judul ini adalah sesuatu
yang diharapkan dari pengalaman berinteraksi dalam lembaga pendidikan
maupun masyarakat. Dalam suatu proses pendidikan terdapat nilai-nilai
perubahan manusia yang diharapkan menuju menuju kebaikan. Nilai
sifatnya abstrak dan dapat dipahami melalui gejala, proses pengalaman
yang telah dialami atau dilihat.
Jadi nilai edukatif yang dimaksud dalam penelitian ini adalah
sesuatu yang tersirat dari pesan dan pengalaman-pengalaman yang tertuang
dalam film. Di mana, pesan yang tersirat tersebut mengandung nilai
perubahan menuju kebaikan yang sejalan dengan ajaran-ajaran Islam.
20Chabib Toha et. al., Reformulasi Filsafat Pendidikan Islam, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
1996), hlm. 22. 21Chabib Toha, Kapita Selekta Pendidikan Islam, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1996), hlm.
60-61. 22John. M. Echols dan Hassan Sadily, Kamus Inggris-Indonesia, (Jakarta: Gramedia, 1992),
hlm. 207. 23Noah Webster, Webster’s New Twentieth Century Dictionary Of The English Language,
(New York: William Collin Publishers. Inc.), 1980, hlm. 576.
8
2. Pendidikan Islam
Dalam arti luas “Pendidikan mempunyai arti proses membimbing
manusia dari kegelapan, kebodohan dan kecerahan pengetahuan”.24
Sedangkan pendidikan yang dimaksud dalam hal ini adalah
Pendidikan Islam. Menurut Omar M. Taomy al Syaibany dalam bukunya
Filsafah Pendidikan Islam, beliau mengatakan: “Pendidikan Islam adalah
usaha untuk mengubah tingkah laku individu dalam kehidupan
kemasyarakatannya dan juga dalam alam sekitarnya melalui proses
pendidikan. Perubahan tersebut dilandasi dengan nilai-nilai Islam”.25
Jadi, dari penegasan istilah di atas, yang dimaksud penulis dalam
judul ”Nilai-Nilai Edukatif Dalam Film Laskar Pelangi perspektif
Pendidikan Islam" dalam hal ini adalah untuk mengetahui nilai-nilai yang
diharapkan dari isi pesan-pesan yang tertuang dalam proses pendidikan
yang tergambar dalam film Laskar Pelangi dipandang dari kaca mata
Pendidikan Islam. Lebih khususnya adalah bagaimana model komunikasi
antara guru dan murid. Sehingga akan didapatkan gambaran jelas mengenai
nilai-nilai edukatif yang terkandung dari interaksi antara guru dan murid
ketika di sekolah dan luar sekolah.
C. Rumusan Masalah
Dari latar belakang masalah di muka, permasalahan yang akan dikaji
melalui penelitian ini adalah nilai-nilai edukatif apa sajakah yang terkandung
dalam film Laskar Pelangi perspektif Pendidikan Islam?
D. Tujuan Penelitian
Tujuan yang hendak dicapai dalam penulisan skripsi ini adalah untuk
mengetahui nilai-nilai edukatif dalam film Laskar Pelangi perspektif
Pendidikan Islam.
24Hasan Shadily (editor), Ensiklopedi Indonesia, Jilid V, (Jakarta: Ichtiar Baru, 1994), hlm.
26-27. 25M. Omar Taomy al Syaibany, Filsafat Pendidikan Islam (Terj. Hasan Langgulung), (Jakarta:
Bulan Bintang, 1976), hlm. 30.
9
E. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Memberi tambahan wacana kepada publik tentang nilai-nilai edukatif
menurut Pendidikan Islam.
2. Memberi tambahan wacana kepada publik tentang nilai-nilai edukatif yang
terkandung dalam film Laskar Pelangi.
3. Memberi tambahan wacana kepada publik mengenai nilai-nilai edukatif
dalam film Laskar Pelangi perspektif Pendidikan Islam.
4. Menumbuhkan pemahaman bagi pendidik dan orang tua mengenai film
sebagai media pendidikan.
F. Kajian Pustaka
Hasil penelusuran terkait variabel kajian yang peneliti lakukan, karya
penelitian yang mengkaji film, peneliti menemukan penelitian Ahmad Munif
(2004) tentang muatan dakwah dalam film Children of The Heaven dan
Sholikhul Muntaha (2007) tentang nilai-nilai pendidikan dalam film Children
of The Heaven.
Dalam film itu, menurut penelitian Sholikhul Muntaha, terdapat nilai-
nilai pendidikan yang disarikan dalam materi pendidikan agama, jasmani dan
sosial. Namun, nilai-nilai pendidikan agama hanya ditemukan berupa
pendidikan keimanan (akidah) dan akhlak saja, sedangkan syariah tidak
ditemukan.
Sementara, penelitian Ahmad Munif memaparkan muatan dakwah
dilihat dari tiga bidang kategori; akidah, syari’ah, dan akhlak. Dalam film
Children of The Heaven, bidang aqidah hanya ditemukan materi iman kepada
Allah, bidang syari’ah hanya ibadah pelengkap, yaitu dzikir, bidang muamalah
berisi isu gender dalam keluarga, utang piutang dan pemberian upah pekerja.
Sementara bidang akhlak berisi akhlak terhadap orang tua, diri sendiri,
keluarga, tetangga, dan masyarakat.
Dari hasil penelusuran di atas, kesamaan penelitian ini dengan kedua
penelitian di atas adalah pada jenis objek kajian, yakni film. Pada penelitian
10
Sholikhul Muntaha, terdapat kemiripan pada variabel pengkaji, yakni
mengenai nilai-nilai pendidikan.
G. Metode Penelitian
Dalam penelitian ini, digunakan beberapa metode yang relevan untuk
mendukung pengumpulan dan penganalisaan data, yaitu:
1. Jenis Penelitian/ Pendekatan
Dalam penelitian ini, film Laskar Pelangi dijadikan objek penelitian. Oleh
karena itu, penelitian ini tergolong dalam jenis penelitian dokumen
(documentary research). Peneliti akan memberikan penafsiran terhadap
dokumen berupa film. Film umumnya dibangun melalui sistem tanda yang
bekerjasama untuk mencapai efek yang diharapkan. Maka untuk menggali
makna, pesan dan nilai-nilai edukatif yang ada di dalam film tersebut,
akan ditafsirkan dengan menggunakan pendekatan semiotik.
Semiotik merupakan suatu teknik analisis dengan cara mengenali tanda-
tanda yang melekat pada objek kajian sehingga dapat dijelaskan sesuatu
yang tersurat maupun yang tersirat dari suatu objek kajian tersebut. Objek
semiotik yang lebih penting dalam film adalah digunakannya tanda-tanda
ikonis, yakni tanda-tanda yang menggambarkan sesuatu.26
Berdasarkan pertimbangkan di atas, penelitian akan difokuskan untuk
meneliti nilai-nilai edukatif yang terkandung dalam film Laskar Pelangi
dengan mengedepankan pada penafsiran simbol-simbol yang dimunculkan
dari adegan-adegan yang ada di dalamnya.
2. Sumber dan jenis data
a. Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari sumber utama.27
Dalam penelitian ini sebagai data primernya adalah film Laskar
Pelangi.
26Alex Sobur, Op.Cit., hlm. 128. 27P. Joko Subagyo, Metode Penelitian, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 1991), Cet. 1, hlm. 87.
11
b. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh tidak langsung dari
sumbernya atau objek kajian.28 Adapun data sekunder yang akan
dijadikan dalam bahan adalah tulisan-tulisan yang membahas
mengenai tema ini, utamanya novel karya Andrea Hirata yang menjadi
latar belakang munculnya film ini.
3. Teknik Pengumpulan data
Dalam penelitian ini, teknik pengumpulan data yang akan digunakan
adalah metode dokumentasi, yaitu mencari data mengenai hal-hal atau
variabel yang akan diperoleh melalui penelusuran dokumen-dokumen dari
majalah atau Koran (media massa), buku, film.29
Adapun objek penelitian adalah film. Maka, metode ini akan penulis
gunakan untuk memperoleh data film yakni, transkip dialog dalam film
serta penelusuran data pendukung dari sumber lain.
4. Teknik Analisis
a. Penafsiran prospektif (prospective)
adalah tafsiran yang secara eksplisit membuka pintu bagi indeterminasi
makna, di dalam sebuah "permainan bebas" (free play).30 Analisis
prospektif adalah suatu metode yang digunakan untuk menganalisis
sistem atau penggabungan dalam rangka menyusun kembali dengan
pendekatan yang berbeda.
Tahapan analisis prospektif menurut Bourgeois, yaitu; 1) menerangkan
tujuan studi, 2) melakukan identifikasi kriteria, 3) mendiskusikan
kriteria yang telah ditentukan, 4) analisis pengaruh antarkriteria, 5)
merumuskan kondisi faktor, 6) membangun dan memilih skenario dan,
7) implikasi skenario.
Melalui metode prospektif, tahapan kunci yang akan dilakukan yaitu
dengan mencatat seluruh elemen penting, mengidentifikasi keterkaitan,
28Ibid., hlm. 88. 29Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian; Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: PT. Rineka
Cipta, 2006), Cet. XIII, hlm. 158. 30Alex Soubur, Op.Cit., hlm. xvi.
12
dan selanjutnya menyusun gambaran keterkaitan dan implikasinya di
masa depan.
Dalam penelitian ini penafsiran prospektif akan digunakan untuk
menguraikan secara teratur seluruh konsepsi dalam film Laskar
Pelangi. Langkah yang akan ditempuh adalah setelah tujuan penelitian
dan identifikasi kriteria mengenai nilai-nilai edukatif dirumuskan,
peneliti akan memilah episode-episode film sesuai rumusan teoris.
Selanjutnya, gambar dan suara dalam episode-episode akan
dinarasikan dalam bentuk teks tanpa menghilangkan keutuhan cerita.
Jadi, film sebagai media hiburan akan dianalisis dengan pendekatan
pendidikan.
b. Kategorisasi (mengelompokkan) nilai-nilai
adalah upaya memilah dan memilih setiap satuan ke dalam bagian-
bagian yang memiliki kesamaan.31 Kategorisasi digunakan untuk
mengelompokkan nilai-nilai edukatif yang termuat dalam film Laskar
Pelangi. Untuk itu diperlukan metode induksi di dalam
menggeneralisasi maknanya. Induksi adalah cara berfikir yang
berangkat dari fakta-fakta khusus, peristiwa-peristiwa konkret untuk
kemudian ditarik generalisasi-generalisasi yang sifatnya umum.32
Kasus-kasus yang ada di dalam film dianalisis dan pemahaman yang
ditemukan di dalamnya dirumuskan dalam ucapan umum.
31Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,
2007), Cet. 24, hlm. 288. 32Sutrisno Hadi, Metodologi Reseach, (Yogyakarta: Andi, 2000), hlm. 42.
13
BAB II
GAMBARAN UMUM TENTANG
FILM DAN NILAI-NILAI PENDIDIKAN DALAM ISLAM
A. Nilai-nilai Pendidikan dalam Islam
1. Pendidikan Islam dan Tujuannya
a. Pengertian Pendidikan Islam
Banyak istilah untuk menyebut pendidikan dalam Islam. Istilah-
istilah yang berasal dari terminologi dalam bahasa arab, di antaranya al-
tarbiyah, al-ta’lim, al-ta’dib, al-tadrib, dan al-riyadhoh.
Istilah pendidikan dalam konteks Islam lebih banyak dikenal
dengan menggunakan istilah “at-Tarbiyah, at-Ta’lim, at-Ta’dib dan ar-
Riyadloh”. Setiap istilah tersebut mempunyai makna yang berbeda,
karena perbedaan teks dan konteks kalimatnya, walaupun dalam hal-hal
tertentu mempunyai kesamaan makna.33
Kelima istilah di atas, oleh para pemikir, yang sering digunakan
untuk menyebut praktik Pendidikan Islam adalah terminologi al-
tarbiyah. Menurut Imam al-Baidlawi, al-Tarbiyyah memiliki makna
menyampaikan sesuatu sedikit demi sedikit hingga sempurna.34
Pengertian secara luas, pendidikan dapat diartikan suatu
aktivitas untuk mengembangkan seluruh aspek kepribadian manusia
yang berjalan seumur hidup. Dengan kata lain bahwa pendidikan tidak
berlangsung hanya di dalam kelas, tapi berlangsung pula di luar kelas.
Pendidikan bukan bersifat formal saja, tetapi menyangkut pula yang
non formal35.
33Muhaimin dan Abdul Mujib, Pemikiran Pendidikan Islam (Kajian Filosofis dan Kerangka
Dasar Operasionalnya), (Bandung: PT. Trigenda Karya, 1993), hlm. 127. 34Abdurrahman an-Nahlawi, Prinsip-Prinsip dan Metoda Pendidikan Islam, (Bandung: CV.
Diponegoro, 1989), Cet. 1, hlm. 31. 35Zuhairini dkk, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1995), Cet. 2, hlm. 149.
14
Bagi umat Islam, agama merupakan dasar utama dalam
mendidik anak-anaknya melalui sarana pendidikan. Karena dengan
menanamkan nilai-nilai agama akan sangat membantu terbentuknya
sikap dan kepribadian anak kelak pada masa dewasa. Dengan demikian
dapat dikatakan bahwa pendidikan adalah usaha yang diarahkan kepada
pembentukan kepribadian anak yang sesuai dengan ajaran Islam atau
suatu upaya dengan ajaran Islam, memikir, memutuskan dan berbuat
berdasarkan nilai-nilai Islam, serta bertanggungjawab sesuai dengan
nilai-nilai Islam.36 Dalam hal ini, Islam menjadi tumpuan dalam
pelaksanaannya.
Oleh karenanya, Pendidikan Islam dapat diartikan segala usaha
untuk memelihara dan mengembangkan fitrah manusia serta sumber
daya manusia yang ada menuju terbentuknya manusia seutuhnya (insan
kamil) sesuai dengan norma Islam.37
b. Tujuan Pendidikan Islam
Berdasarkan uraian di atas tergambar bahwa tujuan yang ingin
dicapai dari interaksi dalam proses pendidikan adalah untuk
membentuk manusia yang sempurna. Manusia sempurna dalam Islam
digambarkan sebagai manusia yang memiliki akhlak mulia (akhlakul
karimah).
Konsep manusia seutuhnya dalam pandangan Islam dapat
diformulasikan secara garis besar sebagai pribadi muslim. Yakni
manusia yang beriman dan bertaqwa serta memiliki berbagai
kemampuan yang teraktualisasi dalam hubungannya dengan tuhan,
dengan sesama manusia dan dengan alam sekitarnya secara baik, positif
dan konstruktif. Demikianlah kualitas manusia produk Pendidikan
Islam yang diharapkan pantas menjadi khalifatullah fil al-ardl.38
36Ibid., hlm. 152. 37Achmadi, Ideologi Pendidikan Islam, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005), Cet. 1, hlm. 28. 38Ibid., hlm. 29.
15
Sejak awal, Allah memperkenalkan misi penciptaan manusia
sebagai khalifah di muka bumi tidak sebagaimana yang dipahami oleh
malaikat. Malaikat keliru dengan memahami misi kekhalifahan manusia
adalah untuk memperebutkan kekuasaan yang mengakibatkan
pertumpahan darah. Akan tetapi yang dimaksud sebagai khalifah adalah
untuk misi kependidikan, yakni proses mengubah dan mengangkat
harkat dan martabat manusia dengan memberikan penghormatan tinggi
kepada kebenaran ilmiah yang tidak dimiliki makhluk lainnya
(malaikat). Sehingga dapat dipahami maksud Pendidikan Islam adalah
proses pemeliharaan dan penguatan sifat dan potensi insaniyah
sehingga dapat menumbuhkan kesadaran ilmiah dalam rangka
menegakkan kebenaran di muka bumi, bukan meleburkan sifat
insaniyah dan sifat malakiyah (malaikat).39
Tujuan dasar keberadaan manusia di muka bumi adalah
penghambaan, ketundukan kepada Allah, dan kekhalifahan di muka
bumi ini. Hal ini sesuai dengan firman Allah:
$tΒuρ àM ø) n=yz £⎯ Åg ø:$# }§ΡM}$# uρ ωÎ) Èβρ ߉ç7 ÷èu‹ Ï9 ∩∈∉∪
“Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku.”(Surat Adz-Dzariyaat: ayat 56)40.
Merujuk dari uraian di atas, yang dimaksud tujuan Pendidikan
Islam adalah untuk merealisasikan penghambaan kepada Allah dalam
kehidupan manusia, baik individu maupun secara sosial. Tujuan yang
akan diraih sejalan dengan keberadaan penciptaan manusia, yakni
pengembangan nalar, penataan perilaku serta emosi manusia yang
dilandaskan dengan Islam.41
39Ismail SM dan Abdul Mukti (penyunting) Mahfud dkk, Pendidikan Islam, Demokratisasi dan
Masyarakat Madani, (Semarang: Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang kerjasama Pustaka Pelajar, 2000), hlm. 70-71.
40Departemen Agama RI, Op.Cit., hlm. 862. 41Abdurrahman an-Nahlawi, Pendidikan Islam di Rumah, Sekolah, dan Masyarakat, (Jakarta:
Gema Insani Press, 1995), hlm. 117.
16
Syarat manusia yang pantas menjadi khalifah di dunia adalah
dengan menjadi pribadi dengan akhlak mulia. Dalam Islam, akhlak
mulia tercipta melalui proses penanaman nilai-nilai yang sejalan dengan
sumber ajaran-ajaran agama. Hal inilah yang diharapkan dari proses
pendidikan.
Oleh karenanya, Islam memandang pendidikan sebagai sesutau
yang penting dan harus selalu berjalan. Pendidikan menjadi proses
transformasi dan internalisasi ilmu pengetahuan dan nilai-nilai pada diri
anak didik sehingga tumbuh dan berkembang potensi fitrahnya,
sehingga kemudian tercipta keselarasan dan kesempurnaan hidup dalam
segala aspeknya.42
Proses transformasi dan internalisasi nilai-nilai dilakukan secara
bertahap, berjenjang dan kontinu dengan upaya pemindahan,
penanaman, pengarahan, pengajaran, pembimbingan sesuatu yang
dilakukan secara terencana, sistematis dan berstruktur dengan
menggunakan pola dan sistem tertentu.
2. Nilai-nilai Edukatif dalam Islam
a. Pendidikan Nilai
Kehidupan manusia tidak lepas dari nilai, dan nilai itu
selanjutnya perlu diinstitusikan. Institusionalisasi nilai yang terbaik
adalah melalui upaya pendidikan.
Nilai (value/qamah) dalam pandangan Brubacher tak terbatas
ruang lingkupnya. Nilai sangat erat dengan pengertian-pengertian dan
aktivitas manusia yang kompleks, sehingga sulit ditentukan batasannya.
Meskipun demikian, upaya untuk memformulasikannya telah
dilakukan dan perlu dihargai. Nilai dapat didefinisikan sebagai
konsepsi-konsepsi abstrak di dalam diri manusia atau masyarakat,
mengenai hal-hal yang dianggap baik, benar dan hal-hal yang dianggap
buruk dan salah. Misalnya nilai agama. Maksudnya adalah konsep
42Muhaimin dan Abdul Mujib, Op.Cit., hlm. 136.
17
mengenai penghargaan yang diberikan oleh warga masyarakat kepada
beberapa masalah pokok dalam kehidupan beragama yang bersifat suci
sehingga menjadi pedoman tingkah laku keagamaan warga masyarakat
bersangkutan.
Nilai bersifat ideal, abstrak dan tidak dapat disentuh oleh panca
indera. Sedangkan yang dapat ditangkap hanya barang atau tingkah
laku yang mengandung nilai tersebut. Nilai juga bukan berbentuk fakta
dan kenyataan yang konkret. Oleh karena itu, masalah nilai bukan soal
benar dan salah, tetapi soal dikehendaki atau tidak, disenangi atau
tidak, sehingga bersifat subjektif. Nilai tidak mungkin diuji, dan
ukurannya terletak pada diri yang menilai. Konfigurasi nilai dapat
berwujud kebenaran yakni nilai logika yang memberi kepuasan rasa
intelek, atau berwujud kegunaan yang diperoleh dari suatu barang. Hal
ini karena barang tidak memiliki kegunaan, sehingga tidak bernilai
yakni nilai pragmatis (guna).43
Dalam kaitannya dalam pendidikan, nilai menjadi sebuah
sistem. Hal ini dikarenakan keseluruhan tatanan dalam pendidikan,
satu sama lain saling mempengaruhi atau bekerja dalam satu kesatuan
atau keterpaduan yang bulat dengan orientasi kepada nilai Islami.
Nilai yang menjadi rujukan cara berperilaku lahiriah dan
rohaniah manusia muslim adalah nilai yang diajarkan oleh agama
Islam sebagai wahyu Allah yang diturunkan kepada utusannya
Muhammad SAW.44
Institusionalisasi nilai yang terbaik adalah melalui upaya
pendidikan. Pandangan Freeman Butt menyatakan bahwa hakikat
pendidikan adalah proses transformasi dan internalisasi nilai, proses
pembiasaan terhadap nilai, proses rekonstruksi nilai, serta penyesuaian
terhadap nilai.45
43Muhaimin dan Abdul Mujib, Op.Cit., hlm. 110. 44M. Arifin, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Bina Aksara, 1987), Cet. 1, hlm. 139. 45Dikutip dalam Muhaimin dan Abdul Mujib, Op.Cit., hlm. 124.
18
Dalam lembaga pendidikan formal atau semi formal
pengorganisasian pendidikan sering disebut kurikulum. Sedangkan,
dalam pendidikan informal seperti pendidikan dalam keluarga dan
masyarakat tidak memerlukan pengorganisasian seperti di lembaga
pendidikan formal, tetapi lebih ditekankan pada proses internalisasi
dan transformasi nilai melalui interaksi edukatif antara orang tua
dengan anak atau sesama anggota keluarga.46
Sumber nilai yang berlaku dalam pranata kehidupan manusia
dapat digolongkan menjadi dua macam, yaitu47:
1. Nilai Ilahi
Nilai yang dititahkan tuhan memalui wahyu yang diberikan
kepada rasul. Nilai ini bersifat statis dan kebenarannya mutlak.
Nilai-nilai ilahi ini biasanya berbentuk taqwa, iman, adil.
Nilai-nilai ilahi yang fundamental mengandung kemutlakan bagi
kehidupan manusia selaku pribadi dan selaku anggota masyarakat,
serta berkecenderungan untuk tidak berubah mengikuti selera hawa
nafsu manusia dan berubah-ubah sesuai dengan tuntutan perubahan
sosial dan tuntutan individual. Konfigurasi dari nilai-nilai ilahi
mungkin dapat mengalami perubahan, namun secara intrinsiknya
tetap tak berubah. Hal ini karena bila intrinsik nilai tersebut
berubah, maka kewahyuan dari sumber nilai yang berupa kitab suci
al-Qur’an akan mengalami kerusakan.
2. Nilai Insani
Nilai yang tumbuh atas kesepakatan manusia serta hidup
dan berkembang dari peradaban manusia. Nilai bersifat dinamis,
sedangkan keberlakuan dan kebenarannya relatif yang dibatasi oleh
ruang dan waktu. Nilai-nilai insani yang kemudian melembaga
menjadi tradisi-tradisi yang diwariskan turun-menurun dan
mengikat anggota masyarakat yang mendukungnya.
46Achmadi, Op.Cit., hlm. 119. 47Muhaimin dan Abdul Mujib, Op.Cit., hlm. 112.
19
Dalam pandangan Islam, tidak semua nilai yang telah
melembaga dalam suatu tata kehidupan masyarakat akan diterima, atau
sebaliknya ditolak. Sikap Islam dalam menghadapi tata nilai
masyarakat adalah menggunakan lima macam klasifikasi yaitu:48
1. Memelihara unsur-unsur nilai dan norma yang sudah mapan dan
positif.
2. Menghilangkan unsur-unsur nilai dan norma yang sudah mapan
tetapi negatif.
3. Menumbuhkan unsur-unsur nilai dan norma baru yang belum ada
dan dianggap positif.
4. Bersikap menerima, memilih, mencerna, menggabung-gabungkan
dalam satu sistem dan menyampaikan pada orang lain terhadap
nilai pada umumnya.
5. Menyelenggarakan pengudusan nilai atau norma agar sesuai dan
sejalan dengan nilai-nilai dan norma-norma Islam sendiri.
Tegasnya adalah menyelenggarakan Islamisasi nilai dan norma.
Dengan demikian akan terwujud hubungan yang ideal antara nilai-
nilai Islam dan nilai sekelompok masyarakat, yaitu terbinanya nilai
masyarakat yang dijiwai dan ditopang oleh nilai-nilai abadi dan
universal yang terdapat pada wahyu ilahi.
b. Nilai-nilai Edukatif
Dalam proses pendidikan, ada nilai-nilai yang diharapkan bisa
diraih melalui proses pembelajaran. Nilai-nilai tersebut menjadi bekal
manusia dalam rangka menciptakan suasana kehidupan dan
kemasyarakatan yang harmonis.
Islam sebagai agama yang sempurna memiliki konsep
bagaimana membentuk masyarakat yang ideal (khaira ummah).
Prinsip-prinsip untuk membentuk masyarakat ideal pernah
dicontohkan oleh nabi Muhammad SAW dalam membentuk
48Ibid., hlm. 112.
20
masyarakat Madinah/Madani (civil society). Adapun beberapa prinsip
dasar dalam pembentukan masyarakat madani dapat diidentifikasi,
diantaranya adalah persaudaraan (muakhkhah), kepercayaan, kasih
sayang, persamaan, dan toleransi.49
Dalam rangka menciptakan perdamaian dunia harus dibentuk
prinsip nilai dasar membangun interaksi dalam masyarakat. Berpijak
atas kesadaran itu, United Nations Educational Scientific and Cultural
Organization (UNESCO) mencanangkan Living Values Education
Program (LVEP), dimana ada nilai-nilai komprehensif yang ingin
diperoleh melalui pendidikan, baik formal maupun informal. Nilai-
nilai yang bersifat universal, bahkan diajarkan dalam setiap agama, ras,
suku.
Nilai-nilai kehidupan yang harus diajarkan itu diantaranya:
kerjasama (cooperation), kemerdekaan (freedom), kebahagiaan
(happiness), kejujuran (honesty), kerendahhatian (humility), kasih
sayang (love), kedamaian (peace), rasa hormat (respect), tanggung
jawab (responsibility), kesederhanaan (simplicity), toleransi
(tolerance), kesatuan (unity).50
a. Kerjasama (cooperation)
Islam menganjurkan kerjasama, dalam arti masyarakat yang
bergotong royong dan tolong-menolong satu sama lain dalam
kebaikan.51 Corak makhluk sosial seperti inilah yang menjadi
tujuan perintah Allah sebagaimana disebutkan al-Qur'an dalam
surat Al-Maidah, ayat 2 yang berisi anjuran tolong menolong dalam
mengerjakan kebaikan, dan melarang yang sebaliknya.
49http://info.g-excess.com/id/info/Meneladani_Perjuangan_Nabi.info. Diakses pada 19 Mei 2009
pukul 14;00 WIB. 50http://en.wikipedia.org/wiki/Living_Values. Diakses pada 19 Mei 2009 pukul 14;00 WIB. 51J Suyuti Pulungan, Prinsip-prinsip Pemerintahan dalam Piagam Madinah Ditinjau dari
Pandangan al-Qur'an, (Jakarta: Rajawali Persada, 1996), hlm. 195.
21
b. Kemerdekaan atau kebebasan (freedom)
Salah satu cita-cita yang terbesar dunia sampai saat ini
adalah merdeka atau bebas (al-huriyyah). Prinsip kebebasan dapat
diartikan sebagai suatu jaminan bagi setiap orang untuk
menyampaikan pendapatnya dengan cara yang baik, bertanggung
jawab dan perilaku yang mulia (al-akhlaq al-karimah). Kebebasan,
menurut Said Agil Siradj, pada dasarnya adalah suatu jaminan bagi
rakyat (umat) agar dapat melaksanakan hak-hak mereka.52 Allah
mencipta manusia dengan suatu fitrah (nature), yakni bebas
sepanjang tidak bertentangan dengan jiwa syariat.53
c. Kebahagiaan (happiness)
Bagi orang yang berpegang teguh dengan agama,
kebahagiaan adalah pada meninggalkan sesuatu yang terlarang,
mengikuti yang disuruh, menjauhi yang jahat, dan mendekati yang
baik. Bahagia adalah pada mengerjakan agama. Ibnu khaldun
berpendapat, bahwa bahagia ialah tunduk dan patuh mengikuti
garis-garis yang ditentukan Allah dan perikemanusiaan.54
d. Kejujuran (honesty)
Dalam Islam, redaksi yang digunakan untuk menyebut
kejujuran adalah kata As-Shidq (selalu benar, tidak berdusta
kecuali yang diizinkan oleh agama karena mengandung maslahat
lebih besar). Sikap jujur melahirkan keterbukaan sehingga terhindar
dari rasa saling curiga. Jujur menjadi salah satu kunci keberhasilan
nabi dalam menyebarkan Islam.
e. Kerendahhatian (humility)
Tawadhu’ adalah sifat merendahkan diri, baik di hadapan
Allah SWT maupun terhadap setiap makhluk. Orang bertawadhu’
adalah mereka yang rela terhadap kedudukan yang lebih rendah,
52Dikutip dalam Zudi Setiawan, Nasionalisme NU, (Semarang: CV. Aneka Ilmu, 2007), hlm.
110. 53J Suyuti Pulungan, Op.Cit., hlm. 164. 54Hamka, Tasauf Modern, (Jakarta: Pustaka Panji Mas, 1990), hlm. 12.
22
mau menerima kebenaran, serta rendah hati terhadap siapapun.
Rendah hati (tawadhu') merupakan sarana penyucian jiwa karena
dapat menjauhkan jiwa dari keangkuhan dan ujub. Oleh karenanya
Islam menganjurkan untuk mengamalkannya. Allah menjanjikan
akan mengangkat derajat bagi mereka yang bersikap tawadhu'.55
f. Kasih sayang (love)
Di dalam al-Qur'an, untuk maksud kasih sayang, dapat
ditemukan pada kata yang akar katanya rahima.56 Islam
menegaskan cinta dan kasih sayang sebagai prinsip dasar seluruh
hubungan kemanusiaan sehingga Nabi Muhammad SAW
memandang ucapan salam dan menjamu tamu sebagai syiar Islam.
Sementara pembangkang adalah memutuskan tali kasih sayang
yang diperintahkan oleh Allah untuk menyambungnya.57 Kasih
sayang bukan hanya yang berdimensi pribadi, tetapi mencakup pula
dimensi universal sebagai tujuan utamanya. Dalam makna yang
paling dalam, keadilan lahir dari kasih sayang. Kasih sayang
terhadap masyarakat yang mengharuskan untuk membela orang
yang teraniaya.58
g. Kedamaian (peace)
Al-qur'an menggunakan kata silm atau salm serta kata sulh
untuk satu maksud, yakni perdamaian. Menurut Al-Maraghi kata
silm atau salm diartikan tunduk dan patuh. Islam sebagai turunan
dari kata silm atau salm, diartikan agama damai dan keselamatan.
Islam memerintahkan agar seluruh orang mukmin harus bersatu
dan mengambil bagian dalam rangka perdamaian. Hal ini bertujuan
untuk memelihara kesatuan dan persaudaraan umat yang memiliki
persamaan hak dan kewajiban.59
55Sa'id Hawwa, Tazkiyatun Nafs, (Jakarta: Pena Pundi Aksara, 2006), hlm. 167-168. 56Muh Abu Zahrah, Mambangun Masyarakat Islam, Pustaka Firdaus, hlm. 191. 57Ibid., hlm. 47. 58Ibid., hlm. 51. 59J Suyuti Pulungan, Op.Cit., hlm. 197.
23
h. Rasa hormat (respect)
Adapun “hormat” dalam prespekif KBBI ialah perbuatan
yang mencerminkan menghargai lebih terhadap seseorang. Taat
ataupun hormat berkait hubungan secara vertikal dan horizontal.
Kesinambungan dari sebuah penghormatan akan melahirkan
kepatuhan dan ketaatan. Sebagai perwujudan Islam yang rahmatan
lil’alamin, rasa hormat kepada yang tua atau muda, seagama atau
lain agama, harus ditumbuh-kembangkan.60
i. Tanggung jawab (responsibility)
Kata tanggung jawab berkait erat dengan kata “jawab”.
Bertanggung jawab berarti dapat menjawab. Orang bertanggung
jawab adalah orang yang dapat diminta penjelasan tentang tingkah
lakunya dan tidak mengelak, baik langsung ataupun melalui
perantara.61 Jawaban diberikan kepada dirinya sendiri, masyarakat
luas dan Tuhan. Islam mengajarkan untuk menjaga, memelihara,
dan mempertanggungjawabkan amanat dan menjauhkan diri dari
perbuatan penyelewengan. Tanggungjawab merupakan urat nadi
dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara.62
j. Kesederhanaan (simplicity)
Islam mengajarkan kesederhanaan dalam segala bidang
sebagai keutamaan. Allah memberikan predikat bagi orang yang
sederhana sebagai ibadurrahman. Islam memiliki istilah Qana’ah,
dalam arti bahasa merasa cukup atas apa yang dimilikinya. Sikap
qana’ah didefinisikan sebagai sikap merasa cukup dan ridha atas
karunia dan rezeki yang diberikan Allah SWT. Menurut Abdullah
Yusuf Ali dalam tafsirnya "The Holy Qur'an" menyatakan bahwa
60Http://Www.Hidayahlirboyo.Co.Cc/2009/04/Antara-Patuh-Dan-Hormat.Html. Diakses 25 Mei
2009 pukul 14;00 WIB. 61Zahruddin, Pengantar Studi Akhlak, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Grafika, 2004), Hlm. 131. 62M. Yunan Nasution, Islam dan Problema-problema Kemasyarakatan, (Jakarta: Bulan Bintang,
1988), hlm. 256.
24
sikap mental sederhana adalah satu peraturan yang penuh
mengandung hikmat dan kebijaksanaan (a wise rule).63
k. Toleransi (tolerance)
Toleran mengandung pengertian bersikap mendiamkan.
Adapun toleransi adalah suatu sikap tenggang rasa kepada
sesamanya. Islam menyebut toleransi dengan kata ikhtimal,
tasamuh, yang dipahami sebagai sikap membiarkan, lapang dada,
murah hati. Jadi toleransi (tasamuh) beragama dapat diartikan
sebagai sikap menghargai, dengan sabar menghormati keyakinan
atau kepercayaan seseorang atau kelompok lain.64 Islam kemudian
merumuskan tri ukhuwah yang harus dikembangkan, yakni
ukhuwah Islamiyyah (persaudaraan sesama umat Islam), ukhuwah
wathaniyyah (persaudaraan sebangsa), dan ukhuwah basyariyyah
(persaudaraan sesama manusia).65
l. Kesatuan (unity)
Islam dengan perangkat syari’ah yang ada telah
mewajibkan seluruh umatnya untuk membentuk suatu sistem sosial
yang berkiblat pada kebenaran agama. Jadi jelasnya, agama (Islam)
harus dijadikan sebagai suatu wadah yang menampung dan
mempersatukan seluruh manusia yang mempunyai latar belakang
berbeda, baik secara kultur, ekonomi, status sosial ataupun pola
pikir. Suatu perintah yang tegas dari Allah agar kaum muslimin
bersatu padu dalam tali atau wadah Islam. Dengan menjadikan
Islam sebagai sentral pemersatu, maka apapun atribut yang dipakai
dan organisasi manapun yang diikuti tetap akan tercipta suasana
kondusif.66
63Dikutip dari M. Yunan Nasution, Op.Cit., hlm. 154 64Http://www.Jamaahmuslimin.Com/Risalah/113/Wawasan3.Htm. Diakses pada 25 Mei 2009
pukul 14;00 WIB. 65Zudi Setiawan, Op.Cit., hlm. 127. 66J Suyuti Pulungan, Op.Cit., hlm. 146.
25
B. Tinjauan Umum tentang Film
Film atau gambar hidup merupakan gambar-gambar dalam frame
dimana frame demi frame diproyeksikan melalui proyektor secara mekanis
sehingga pada layar terlihat gambar itu hidup. Film bergerak dengan cepat dan
bergantian sehingga memberikan visual yang kontinu. Sama halnya dengan
film, video dapat menggambarkan suatu obyek yang bergerak bersama-sama
dengan suara alamiah atau suara yang sesuai.
Menurut UU 8/1992 tentang perfilman, yang dimaksud dengan Film
adalah karya cipta seni dan budaya yang merupakan media komunikasi massa
pandang-dengar yang dibuat berdasarkan asas sinematografi dengan direkam
pada pita seluloid, pita video, piringan video, dan/atau bahan hasil penemuan
teknologi lainnya dalam segala bentuk, jenis, dan ukuran melalui proses
kimiawi, proses elektronik, atau proses lainnya, dengan atau tanpa suara, yang
dapat dipertunjukkan dan/atau ditayangkan dengan sistem proyeksi mekanik,
elektronik, dan/atau lainnya.
Kemampuan film dan video melukiskan gambar hidup dan suara
memberinya daya tarik tersendiri. Kedua jenis media ini pada umumnya
digunakan untuk tujuan-tujuan hiburan, dokumentasi, dan pendidikan. Mereka
dapat menyajikan informasi, memaparkan proses, menjelaskan konsep-konsep
yang rumit, mengajarkan ketrampilan, menyingkat atau memperpanjang
waktu dan mempengaruhi sikap.67
Film sebagai media komunikasi menyajikan bahasa lewat tanda-tanda
gambar sebagai tempat makna diproduksi. Citraan visual dalam film
merupakan konsep-konsep yang akan dikomunikasikan. Proses ini melibatkan
pembuat film dan penontonnya.
Film dibangun dengan banyak tanda. Berbagai sistem tanda yang
bekerja sama dengan baik dalam upaya mencapai efek yang diharapkan. Yang
paling penting dalam film adalah gambar, suara dan musik.68
67Ibid., hlm. 48. 68Alex Sobur, Op.Cit., hlm. 128.
26
Film sebagai media komunikasi massa pandang-dengar sebagaimana
disebutkan dalam UU 8/1992 tentang perfilman, mempunyai fungsi
penerangan, pendidikan, pengembangan budaya bangsa, hiburan, dan
ekonomi.69
Adapun jenis-jenis film, menurut Heru Effendy, dapat dibedakan
menurut sifatnya, yang umumnya terdiri dari jenis-jenis sebagai berikut :70
1. Film Cerita (Story Film)
Film cerita adalah film yang mengisahkan suatu cerita yang
biasanya dikarang secara kreatif atau ditulis berdasarkan pengalaman
seseorang. Tujuan dibuatnya film ini sering sebagai hiburan yang didapat
dari kisah dan atau pengalaman yang dibumbui agar menarik. Cerita
biasanya mengandung unsur-unsur yang dapat menyentuh rasa manusia,
sehingga dapat membuat publik terpesona. Film jenis ini biasanya diambil
dari kisah-kisah dari sejarah, cerita nyata dari kehidupan sehari-hari, atau
juga khayalan untuk kemudian diolah menjadi film. Film cerita lazim
dipertunjukkan di gedung-gedung bioskop dengan para bintang filmnya
yang tenar.
2. Film Berita (Newsreel)
Film berita adalah film yang menggambarkan tentang suatu
peristiwa atau fakta yang benar-benar terjadi. Karena sifatnya berita, maka
film yang disajikan kepada publik harus mengandung nilai berita (news
value). Film jenis ini digunakan untuk menyampaikan informasi yang
bersifat fakta yang benar-benar terjadi. Misalnya, tsunami dan lumpur
Lapindo yang filmnya diambil dari video-video amatir yang dikemas
untuk diinformasikan kepada masyarakat umum.
3. Film Dokumenter (Documentary Film)
Istilah documentary mula-mula dipergunakan oleh seorang
sutradara (director) Inggris, John Grierson, untuk menggambar suatu jenis
khusus film yang dipelopori oleh seorang Amerika bernama Robert
69http://ilmea.depperin.go.id/sk/uu199208.htm. Diakses 19 Mei 2009 pada pukul 14;00 WIB. 70http://digilib.petra.ac.id/viewer.php?. Diakses 19 Mei 2009 pada pukul 14;00 WIB.
27
Flaherty, seorang seniman besar dibidang film. Grierson mendefinisikan
film dokumenter sebagai karya ciptaan mengenai kenyataan (creative
treatment of actuality). Film yang menggambarkan mengenai sebuah
peristiwa atau gejala alam yang didokumentasikan.
Film dokumenter memiliki titik berat pada fakta atau peristiwa
yang terjadi. Dalam pembuatan film ini diperlukan pemikiran dan
perencanaan yang matang. Adapun yang membedakan film dokumenter
dengan film berita adalah di mana film berita mempunyai titik tekan pada
nilai berita dan diproduksi dengan singkat agar dapat dengan segera
dinikmati oleh penonton. Sedangkan pada film cerita juga diimbuhi
dengan seks atau kejahatan dan semacamnya. Adapun film dokumenter
seringkali berkisar mengenai manusia dan alam.
4. Film Kartun (Cartoon Film)
Film kartun merupakan film yang dalam penggunaan medianya
menggunakan gambar hasil lukisan atau gambar. Hal yang terpenting
dalam film kartun adalah pada seni lukis. Gambar-gambar hasil lukisan
selanjutnya akan dirangkai dengan diberi efek musik dan suara.
Lukisan-lukisan itu dapat menimbulkan hal menarik dan lucu,
karena dapat digunakan untuk memerankan apa saja yang tidak mungkin
diperankan oleh manusia. Si tokoh dalam film kartun dapat dibuat menjadi
ajaib, dapat terbang, menghilang, menjadi besar, menjadi kecil secara tiba-
tiba dan lainnya.
C. Film sebagai Media Pendidikan
Media massa dapat dijadikan sumber belajar bagi anak maupun orang-
orang yang memerlukannya. Ia telah menjadi kebutuhan hampir setiap orang.
Pengaruhnya besar dan sering sensitif. Jangkauannya luas sampai ke desa-
desa. Karena kemajuan teknologi di bidang komunikasi. Gerakannya cepat
seolah-olah dunia ini semakin mengecil.71
71Usman Said, Op.Cit., hlm. 148.
28
Gerlach & Ely mengatakan bahwa, media apabila dipahami secara
garis besar adalah manusia, materi atau kejadian yang membangun kondisi
dan membuat siswa mampu memperoleh pengetahuan, ketrampilan atau sikap.
Dalam pengertian ini, guru, buku teks dan lingkungan sekolah merupakan
media. Secara lebih khusus, pengertian media dalam proses belajar-mengajar
cenderung diartikan sebagai alat-alat grafis, photografis, atau elektronis untuk
menangkap, memproses dan menyusun kembali informasi visual atau verbal.72
Ringkasnya, media adalah alat yang menyampaikan atau mengantarkan pesan-
pesan pengajaran.
Menurut Hamalik media pendidikan terkadang kadang disandingkan
dengan media komunikasi, dimana ia melihat bahwa hubungan komunikasi
akan berjalan lancar dengan hasil yang maksimal apabila menggunakan alat
bantu yang disebut media komunikasi. Secara implisit, Gagne dan Briggs
mangatakan bahwa media pembelajaran meliputi alat yang secara fisik
digunakan untuk menyampaikan isi materi pengajaran, yang terdiri antara lain
buku, tape-recorder, kaset, kamera video, visio recorder, film, slide, foto,
gambar, grafik, televisi dan komputer. Dengan kata lain, media adalah
komponen sumber belajar atau wahana fisik yang mengandung materi
instruksional di lingkungan siswa yang dapat merangsang siswa untuk belajar.
Istilah “media” bahkan sering dikaitkan atau dipergantikan dengan
kata “teknologi” yang berasal dari kata Latin tekne (bahasa Inggris art) dan
logos (bahasa Indonesia ilmu).73
Dilihat perkembangannya, pada mulanya media hanya dianggap
sebagai alat bantu mengajar guru (teaching aids). Pengajar menggunakan alat
bantu visual, yaitu gambar, model, objek dan alat lain yang dapat memberikan
pengalaman kongkret, motivasi belajar serta mempertinggi daya serap dan
retensi belajar siswa. Pada pertengahan abad ke-20, alat visual untuk
72Azhar Arsyad, Op.Cit., hlm 3. 73Ibid, hlm 4.
29
mengonkretkan materi pelajaran dilengkapi alat audio sehingga dikenal media
audio visual atau audio visual aids (AVA).74
Hamidjojo dalam Latuhera memberi batasan pada media sebagai
semua bentuk perantara yang digunakan oleh manusia untuk menyampaikan
atau menyebar ide, gagasan atau pendapat sehingga ide atau gagasan yang
dikemukakan itu sampai kepada penerima yang dituju.75
Film menjadi salah satu media yang efektif untuk menyampaikan
pesan. Keuntungan film dan video mengandung nilai-nilai positif karena dapat
mengundang pemikiran dan pembahasan dalam kelompok siswa.76
Proses belajar mengajar pada hakikatnya adalah proses komunikasi,
yaitu proses penyampaian pesan dari sumber pesan melalui media tertentu ke
penerima pesan. Pesan, sumber pesan, media dan penerima pesan adalah
komponen-komponen proses komunikasi. Pesan yang akan dikomunikasikan
jenis dan sumbernya bermacam. Misalnya isi ajaran ataupun didikan yang ada
dalam kurikulum, sumber pesannya bisa guru, siswa, orang lain ataupun
penulis buku dan produser media.
Pesan berupa isi ajaran dan didikan yang ada di dalam kurikulum
dituangkan oleh guru atau sumber lain ke dalam simbol-simbol komunikasi
baik simbol verbal (kata-kata lisan ataupun tertulis) maupun simbol non-
verbal atau visual. Proses penuangan pesan ke dalam simbol-simbol
komunikasi itu disebut encoding. Selanjutnya penerima pesan menafsirkan
simbol-simbol komunikasi tersebut sehingga diperoleh pesan. Proses
penafsiran simbol-simbol komunikasi yang mengandung pesan-pesan tersebut
disebut decoding.
Ada kalanya penafsiran tersebut berhasil, ada kalanya tidak. Penafsiran
yang kurang berhasil berarti terjadi kegagalan dalam memahami apa-apa yang
didengar, dibaca, atau dilihat dan diamatinya.77
74Arif S. Sadiman, Op.Cit.,hlm. 7. 75Azhar Arsyad, Opcit, hlm. 4. 76Ibid., hlm. 49. 77Arif S. Sadiman, Op.Cit., hlm. 12.
30
Pemilihan dan Pemanfaatan media yang baik dalam proses
pembelajaran harus didasarkan pada kriteria pemilihan yang objektif serta
harus disesuaikan dengan karakteristik dan tingkat perkembangan anak didik
karena setiap media memili keunggulan dan kelemahan.
Agar sesuai dengan tujuan yang didinginkan pemanfaatan media
hendaknya mempertimbangkan beberapa hal yakni; media harus
mempertimbangkan tujuan pembelajaran (standar kompetensi) yang akan
dicapai, ketepatan dengan strategi dan materi pembelajaran, mutu teknis atau
media harus memiliki kejelasan kualitas yang baik serta sesuai dan seimbang
terhadap hasil yang ingin dai capai. Selain itu, faktor-faktor yang perlu
dipertimbangkan dalam pemilihan (prioritas) pengadaan media adalah
relevansi pengadaan media, kelayakan pengadaan media, dan kemudahan
media untuk diakses sekolah.78
Film sebagai jenis media audio-visual perlu dimanfaatkan karena film
dapat dikemas agar sesuai dengan perkembangan peserta didik. Perkembangan
peserta didik perlu dipertimbangkan karena berpengaruh pada kemampuan
daya pikir dan daya tangkapnya. Untuk anak-anak setingkat sekolah dasar,
film jenis kartun akan membuat mereka lebih mudah menangkap. Misalnya
saja Film Upin-Ipin, materi keagamaan dan kemanusiaan disampaikan dengan
gambar yang berekspresi lucu. Begitu sebaliknya, untuk peserta didik
setingkat perguruan tinggi film dokumenter lebih menarik dan pesannya
mudah ditangkap dari pada film kartun.
Ada gejala dalam pendidikan modern untuk beralih dari pengajaran
yang berpusat pada guru kearah belajar yang mengutamakan kegiatan peserta
didik. Peserta didik dididik untuk bisa learning to learn atau belajar sendiri.
Sekarang ini, media film tidak sulit untuk mengaksesnya. Tidak hanya
dapat diakses di layar lebar (bioskop), VCD, namun juga dapat dinikmati
secara gratis di televisi swasta.
78Dikutip dari http://jurnal.ump.ac.id/_berkas/jurnal/12.pdf. Diakses pada 27 Mei 2010 pukul
13;00 WIB.
31
Pada saat pembelajaran, seorang pendidik dapat menjadikan kisah,
pesan atau materi film dalam acara televisi untuk dibahas di kelas. Tentunya,
perlu ada pemilahan adegan serta penafsiran kritis terhadap cerita dalam film
agar sesuai dengan tujuan pembelajaran. Akan tetapi perlu direncanakan
dengan mempertimbangkan perencanaan dan tujuan pembelajaran.
Beberapa alasan menggunakan film dalam pembelajaran adalah
sebagai berikut :79
b. Film dapat membawa dunia luar ke dalam kelas yang menyamai
pengalaman langsung, jika itu merupakan film dokumenter,
c. Film merupakan sumber informasi yang paling mutakhir dalam bentuk
yang mudah dipahami dan menarik, disamping buku, gambar dan lain-lain,
d. Film menciptakan suasana yang menyenangkan, merangsang dan
membangkitkan ide-ide baru,
e. Film dapat memberi informasi secara cepat dan terkini yang belum tentu
dapat diberikan oleh pendidik atau tidak dapat disajikannya dalam bentuk
yang dapat menyamai film itu sendiri,
f. Cara penyajian oleh film sangat hidup, menarik dan mengundang
keterlibatan anak dalam peristiwa-peristiwa yang diperlihatkan,
g. Film dapat mengembangkan kesanggupan dan ketrampilan atau teknik
untuk melihat dan mendengarkan.
Film sebagai salah satu bentuk media komunikasi massa yang banyak
konsumsi oleh masyarakat, secara tidak langsung juga ikut menentukan
bagaimana masyarakat dalam bersikap. Pada kenyataannya, film tidak semata
sebagai hiburan, namun pesan dan informasi yang disajikan menjadi bahan
referensi dalam kehidupan sehari-hari. Banyak pelajaran yang dapat diperoleh
melalui narasi yang berisi kisah-kisah kehidupan mengenai tokoh dan
masyarakat tertentu dalam sebuah film.
Sebagaimana firman Allah dalam surat Yusuf ayat 111:
79Ibid.
32
ô‰s) s9 šχ% x. ’ Îû öΝ ÎηÅÁ|Ás% ×ο u ö9Ïã ’ Í<'ρT[{ É=≈ t6 ø9 F{ $# 3 $tΒ tβ% x. $ZVƒÏ‰tn 2”u tI ø ãƒ
⎯ Å6≈ s9 uρ t,ƒ ωóÁs? “Ï% ©! $# t⎦ ÷⎫ t/ ϵ ÷ƒ y‰tƒ Ÿ≅‹ ÅÁø s?uρ Èe≅ à2 &™ó© x« “Y‰èδuρ Zπ uΗ ÷q u‘ uρ 5Θöθs) Ïj9
tβθãΖ ÏΒ÷σ ム∩⊇⊇⊇∪
"Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi orang-orang yang mempunyai akal. Al Qur'an itu bukanlah cerita yang dibuat-buat, akan tetapi membenarkan (kitab-kitab) yang sebelumnya dan menjelaskan segala sesuatu, dan sebagai petunjuk dan rahmat bagi kaum yang beriman."(QS. Yusuf ; 111)80.
Dari firman Allah di atas memberikan pesan bahwa dalam setiap kisah
(al-Qish-shah) terdapat teladan atau pelajaran. Kisah-kisah para nabi yang
terdahulu dalam al-Qur’an oleh Allah digunakan sebagai teladan bagi generasi
yang akan datang.81 Sebaliknya, pada kisah-kisah tentang mereka yang
khianat terhadap-Nya dapat diambil hikmahnya.
Transformasi sebuah nilai membutuhkan variasi agar tidak terjadi
kejenuhan pada peserta didik sehingga diperlukan media pembelajaran yang
menarik untuk digunakan membangkitkan emosional mereka, salah satunya
melalui cerita atau kisah.82
Al-Qur’an sebagai sumber ajaran agama dipenuhi dengan berbagai
kisah. Melalui cerita-cerita itu, Allah menghendaki agar hal itu menjadi
pendidikan bagi umat Islam, baik generasi ketika al-Qur’an diturunkan
maupun generasi setelahnya.83
Cerita dan kisah-kisah dapat dijadikan sebagai bahan materi
pembelajaran. Dalam penyampaian kisah, pada zaman dahulu, ia disampaikan
secara lisan dan dalam perkembangannya ditambah dengan media tulisan dan
gambar agar lebih memberikan unsur menarik untuk kemudian pesan dari
80Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Semarang: CV. Asy-Syifa’, 1992), hlm.
366. 81Ahmad Munir, Tafsir Tarbawi; Mengungkap Pesan al-Qur’an Tentang Pendidikan,
(Yogyakarta: Teras, 2008), hlm. 163. 82Ibid. 83Abdurrahman Umairah, Metode Al-Qur’an Dalam Pendidikan, (Surabaya: Mutiara Ilmu, tt),
hlm. 247.
33
kisah akan mudah diterima oleh khalayak. Para wali juga menggunakan cerita
sebagai bahan pengajaran agama. Sunan Kalijaga misalnya, menggunakan
media wayang untuk menggambarkan kisah-kisah yang di dalamnya
diselipkan nilai Islam.
Sekarang ini, kemajuan teknologi komunikasi semakin pesat. Cerita-
cerita dapat dikonstruksi ulang sedemikian rupa. Film adalah arsip sosial yang
menangkap jiwa zaman masyarakat saat itu. Media film lebih efektif untuk
menyampaikan pesan pendidikan. Melalui gambar, suara dan dialog yang ada
di dalam film, kisah yang ditampilkan seolah seperti dalam kehidupan nyata,
sehingga mudah dipahami oleh penontonnya.
Film sebagai salah satu produk dari kemajuan teknologi komunikasi
memiliki berbagai kelebihan. Zaman modern ini, konsumsi akan film sudah
menjadi kebutuhan. Daya persuasi film dapat dengan mudah dapat dipahami
oleh pemirsanya. Hal itu dikarenakan isi yang disajikan adalah tema-tema
aktual. Selain itu, penyerapan terhadapnya melibatkan juga melibatkan indrea-
indera audio visual, sehingga pesan dengan mudah ditangkap.
Film sebagai bagian dari media komunikasi massa mempunyai peran
yang besar dalam terbentuknya masyarakat yang baik. Oleh karena itu, tiga
fungsi media; menghibur, menginformasikan dan mendidik, selayaknya tidak
hanya berhenti pada salah satu titik. Film tidak semata berisi hiburan,
melainkan juga sebagai media pendidikan dalam arti luas. Untuk mencapai
tujuan itu, materi-materi yang bersifat mendidik menjadi keniscayaan untuk
disajikan.
Oleh karenanya, peneliti memandang film Laskar Pelangi layak untuk
diteliti. Selain menghibur, film ini juga memiliki pesan-pesan yang mendidik,
bahkan materi ajaran-ajaran Islam juga ditampilkan. Sehingga film Laskar
Pelangi ini dapat digolongkan dalam jenis film edutainment dan religi.
34
BAB III
TINJAUN UMUM
TENTANG FILM LASKAR PELANGI
A. Biografi Pengaran
a. Biografi Andrea Hirata
Andrea Hirata, pengarang novel terkenal Laskar Pelangi, oleh
orang tuanya diberi nama lengkap Andrea Hirata Seman Said Harun. Ia
lahir pada 24 Oktober 1967 di Pulau Belitong, Provinsi Bangka
Belitung.84
Terlahir sebagai anak keempat dari pasangan N.A. Masturah dan
Seman Said Harun, Andrea Hirata menghabiskan masa kecilnya di
Belitong. Setamat sekolah menengah atas (SMA) Negeri Manggar, ia
merantau ke Jawa, melanjutkan studi di Fakultas Ekonomi Universitas
Indonesia.
Setelah menyelesaikan Strata satu (S1) pada Fakultas Ekonomi
Universitas Indonesia, Andrea mendapatkan beasiswa Uni Eropa untuk
studi Master Of Science di Universite de Paris, Sorbonne, Prancis dan
Sheffield Hallam University, Inggris.
Meskipun studi mayor yang diambil Andrea adalah ekonomi, ia
sangat menggemari sains -fisika, kimia, biologi, astronomi- dan juga
sastra. Andrea lebih mengidentikkan dirinya sebagai seorang akademisi
dan backpacker. Mimpinya yang belum menjadi kenyataan adalah tinggal
di Kye Gompa, desa di Himalaya.
Tesis Andrea di bidang ekonomi telekomunikasi mendapat
penghargaan dari kedua universitas tersebut dan ia lulus cum laude.
Sampai tahun 2010 ini, Andrea tinggal di Bandung dan masih bekerja di
kantor pusat PT Telkom.85
84http://id.wikipedia.org/wiki/Andrea_hirata. Diakses pada 6 Juni 2010 pukul 15:00 WIB. 85Andrea Hirata, Laskar Pelangi, (Yogyakarta: Bentang, 2008), Cet. 17, halaman belakang
kover.
35
Akan tetapi, tidak buku ekonomi telekomunikasi tersebut yang
menjadikan Andrea dikenal. Ia malah terkenal sebagai penulis fiksi, lewat
novel pertamanya berjudul Laskar Pelangi.
Awalnya, Andrea tidak pernah meniatkan naskah Laskar Pelangi
untuk dikomersilkan lewat industri buku. Ia menulis memoar itu untuk
dipersembahkan sebagai kado ulang tahun bagi gurunya tercinta,
Muslimah Hafsari Hamid. Akan tetapi, sahabat di masa kecilnya, Arai
secara bersembunyi-sembunyi menyerahkan naskah itu kepada Penerbit
Bentang.
Kesuksesan Laskar Pelangi juga terlihat dari penjualan buku
tersebut di negeri Malaysia. Dalam edisi bahasa Melayu di Malaysia, buku
itu menjadi best seller.
Laskar Pelangi juga telah membuat Andrea layaknya semacam
selebritis di jagad sastra. Ia sering diundang untuk mengisi seminar dan
diskusi di masyarakat umu dan juga perguruan tinggi.86
b. Karya-karya Andrea Hirata
Perjalanan riwayat kepenulisannya, Andrea telah menghasilkan
lima karya tulisan dalam bentuk buku. Buku pertama yang ditulis Andrea
adalah buku ilmiah berjudul The Science of Business pada tahun 2003.
Buku tersebut merupakan buku teori ekonomi telekomunikasi pertama
yang ditulis oleh orang Indonesia. Buku yang diadaptasi dari tesisnya ke
dalam Bahasa Indonesia itu telah beredar dan menjadi referensi Ilmiah.87
Menurutnya, buku ilmiah tersebut menjadi semacam pembayar
kewajiban moralnya kepada Uni Eropa, lembaga yang memberinya
beasiswa kuliah di Sorbonne (Prancis) dan Sheffield (Inggris).
Tidak hanya karya buku ilmiah. Andrea juga menuliskan karya
tulisan fiksi berupa novel yang dikenal dengan sebutan tetralogi Laskar
86http://penerbitanbuku.wordpress.com/2007/11/23/profil-andrea-hirata/. Diakses pada 6 Juni
2010 pukul 11:00 WIB. 87Andrea Hirata, Op.Cit., halaman belakang kover.
36
Pelangi. Adapun tetralogi novel tersebut di antaranya adalah sebagai
berikut.
1. Laskar Pelangi
Novel pertamanya yang berjudul Laskar Pelangi merupakan
buku pertama dari Tetralogi novel-novelnya. Novel yang ditulis
berdasarkan memoar masa kecilnya itu diterbitkan oleh Bentang
Pustaka pada tahun 2005. Laskar Pelangi termasuk novel yang ada di
jajaran best seller untuk tahun 2006 - 2007. Buku ini tercatat sebagai
buku sastra Indonesia terlaris sepanjang sejarah.88 Laskar Pelangi
bercerita tentang kehidupan 10 anak dari keluarga miskin yang
bersekolah (SD dan SMP) di sebuah sekolah Muhammadiyah di
Belitung yang penuh dengan keterbatasan. Laskar Pelangi adalah
sebutan yang diberikan oleh gurunya kepada kesepuluh anak tersebut
yang gemar memandangi pelangi. Anggota Laskar Pelangi bertambah
seoarang yang bernama Flow, seorang murid pindahan.89
Keterbatasan tidak membuat mereka putus asa, tetapi malah
membuat mereka terpacu untuk dapat melakukan sesuatu yang lebih
baik.
Novel ini menceritakan sekolah dasar di desa Gantung,
Belitung Timur yang terancam dibubarkan jikalau tidak memperoleh
10 siswa baru. Pada hari akhir pendaftaran, baru sembilan anak yang
mendaftar. akan tetapi tepat ketika sang kepala sekolah hendak
berpidato menutup sekolah, seorang anak datang menyelamatkan
sekolah dari ancaman penutupan.
Di kelas miskin itu ditemukannya bakat luar biasa Mahar dan
kecerdasan Lintang. Pengalaman cinta pertama Ikal, sampai pertaruhan
nyawa Lintang yang mengayuh sepeda 80 kilometer pulang-pergi dari
rumahnya ke sekolah menjadi bagian menarik dalam novel.
88http://id.wikipedia.org/wiki/Laskar_Pelangi. Diakses pada 6 Juni 2010 pukul 15:00 WIB. 89Andrea Hirata, Op.Cit., hlm. 13.
37
Laskar Pelangi mengarungi hari-hari menyenangkan, tertawa
dan menangis bersama. Kisah sedih terjadi ketika Bakri, salah seorang
guru di sekolah tersebut memutuskan berhenti mengajar, wafatnya
kepala sekolah, Harfan. Dalam keadaan penuh keterbatasan dan
kendala, anak-anak Laskar Pelangi mampu mengharumkan nama
sekolah, yaitu menjuarai lomba karnaval 17 Agustus dan lomba cerdas
cermat antar sekolah. SD Muhammadiyah berhasil mengalahkan
kualitas sekolah kaya, Sekolah Dasar PN Timah yang terkenal.
Kisah sepuluh kawanan ini berakhir dengan kematian ayah
Lintang, sehingga ia terpaksa putus sekolah. Dua belas tahun
kemudian, Ikal yang berjuang di luar pulau Belitong kembali ke
kampungnya. Ia berhasil mendapatkan beasiswa kuliah ke luar negeri,
Prancis.
Pada tahun 2008, naskah Laskar Pelangi diadaptasi menjadi
sebuah film yang berjudul sama. Film Laskar Pelangi diproduksi oleh
Miles Films dan Mizan Production, dan digarap oleh sutradara Riri
Riza. Skenario adaptasi ditulis oleh Salman Aristo dibantu oleh Riri
Riza dan Mira Lesmana. Film ini penuh dengan nuansa lokal Pulau
Belitong, baik dialek, lokasi syuting maupun aktornya.90
2. Sang Pemimpi
Sukses menghadirkan novel Laskar pelangi, Andrea
kemudian menuliskan sekuelnya, Sang Pemimpi. Sang Pemimpi
adalah novel kedua dalam tetralogi Laskar Pelangi karya Andrea
Hirata yang diterbitkan oleh Bentang Pustaka pada Juli 2006. Dalam
novel ini Andrea mengeksplorasi hubungan persahabatan dan
persaudaraan antara Ikal dan Arai.
Dalam Sang Pemimpi, Andrea bercerita tentang kehidupan
ketika masa-masa sekolah menengah atas (SMA). Tiga tokoh
utamanya adalah Ikal, Arai dan Jimbron. Arai adalah saudara jauh
yang yatim piatu yang disebut simpai keramat karena anggota keluarga
90http://id.wikipedia.org/wiki/Laskar_Pelangi. Diakses pada 6 Juni 2010 pukul 15:00 WIB.
38
terakhir yang masih hidup dan akhirnya menjadi saudara angkat Ikal.
Sementara Jimbron adalah seorang yatim piatu yang terobsesi dengan
kuda dan gagap apabila sedang antusias terhadap sesuatu atau ketika
gugup.
Ketiganya dalam kisah persahabatan yang terjalin dari kecil
sampai mereka bersekolah di SMA Negeri Manggar, SMA pertama
yang berdiri di Belitung bagian timur. Hidup mandiri terpisah dari
orang tua dengan latar belakang kondisi ekonomi yang sangat terbatas
namun punya cita-cita besar, sebuah cita-cita yang bila dilihat dari
latar belakang kehidupan mereka, hanyalah sebuah mimpi. Di pagi
hari, mereka bersekolah, dan bekerja sebagai kuli di pelabuhan ikan
pada dini harinya. Jimbron, Ikal, dan Arai berpisah setelah lulus SMA.
Mereka berpisah ketika meneruskan kuliah di Jakarta. Akan tetapi,
ketika di Prancis Ikal kembali bertemu salah satu dari mereka, Arai.
Naskah Sang Pemimpi juga diadaptasi menjadi film dengan
judul yang sama. Film kembali diproduksi oleh tim yang sama dengan
film Laskar Pelangi yaitu Miles Films dan Mizan Production. Film di
rilis tahun 2010.91
3. Edensor
Edensor adalah buku novel ketiga karya Andrea Hirata yang
diterbitkan oleh Bentang Pustaka pada Mei tahun 2007. Novel ketiga
dari Tetralogi Laskar Pelangi ini masuk nominasi penghargaan
nasional sastra Khatulistiwa Literary Award (KLA) tahun 2007.
Berbeda dengan seting cerita Laskar Pelangi dan Sang
Pemimpi, Edensor mengambil kisah dan seting saat tokoh-tokoh
utamanya di luar negeri, Ikal dan Arai mendapat beasiswa dari Uni
Eropa untuk kuliah strata dua (S2) di Prancis. Di novel Edensor,
Andrea tetap dengan ciri khasnya, yakni menulis kisah ironi menjadi
parodi dan menertawakan kesedihan dengan balutan pandangan
intelegensia tentang shock culture ketika keduanya yang berasal dari
91http://id.wikipedia.org/wiki/Sang_Pemimpi. Diakses pada 6 Juni 2010 pukul 15:00 WIB.
39
pedalaman Melayu di Pulau Belitong tiba-tiba berada di Paris. Mimpi-
mimpi untuk menjelajah Eropa sampai Afrika dan menemukan
keterkaitan yang tidak terduga dari peristiwa-peristiwa dari masa lalu
mereka berdua. Pencarian akan cinta sejati menjadi motivasi yang
menyemangati penjelajahan mereka dari bekunya musim dingin di
daratan Rusia di Eropa sampai panas kering di gurun Sahara.92
4. Maryamah Karpov
Maryamah Karpov adalah novel keempat karya Andrea
Hirata yang diterbitkan oleh Bentang Pustaka pada November 2008.
Novel yang merupakan buku terakhir dari Tetralogi Laskar Pelangi
ini bercerita tentang Arai, Lintang, A Ling dan beberapa pertanyaan
yang belum sempat terjawab di tiga novel sebelumnya.93
Secara umum, buku ini menceritakan hidup Ikal setelah
pulang menuntut ilmu dari luar negeri. Setelah menyelesaikan Strata
dua (S2) Master di bidang Ekonomi Telekomunikasi di Sorbone
Perancis, Ikal kembali ke Belitong. Namun, karena ilmu yang
dipelajarinya tidak sesuai dengan kondisi kampung halamannya maka
ia terpaksa menganggur.
Cerita kemudian berlanjut pada pencarian A Ling yang
dikaguminya sedari kecil. Ikal bertekad mencari Aling menyeberang
ke kawasan Batuan yang bernama Tambok, dekat Singapura. Lintang
dan membantunya dengan rumus-rumus matematika dan fisikanya
untuk membuat perahu. Sebagai penghargaan terhadap Lintang maka
perahunya tersebut diberi nama , “Mimpi-mimpi Lintang”.
Maryamah Karpov yang dalam epilog buku novel Sang
Pemimpi diungkapkan akan membahas tentang penghormatan kepada
kaum perempuan, belum ditampilkan.
Maryamah Karpov dibuat menjadi dua jilid. Jilid pertama (
yang telah terbit) tidak membicarakan Maryamah Karpov karena di
92http://id.wikipedia.org/wiki/Edensor. Diakses pada 6 Juni 2010 pukul 15:00 WIB. 93http://id.wikipedia.org/wiki/Maryamah_Karpov. Diakses pada 6 Juni 2010 pukul 15:00
WIB.
40
jilid ini Andrea bermaksud membangun karakter tokoh-tokoh yang
kelak akan dimatangkan di jilid keduanya. Dan di jilid keduanya,
Maryamah Karpov baru akan berperan banyak.94
Selain tetralogi Laskar Pelangi di atas, pada Juni 2010 ini
Andrea meluncurkan dua novel terbarunya yang berjudul Cinta Dalam
Gelas dan Padang Bulan.95
Tokoh utama dalam kedua novel tersebut adalah Maryamah
yang diceritakan sangat suka bermain catur. Novel Padang Bulan lebih
bercerita mengenai percintaan dan novel Cinta Dalam Gelas cerita
mengenai Maryamah yang kesal terhadap suaminya dengan bentuk
perlawanan berupa main catur menjadi kisah utamanya.
Novel yang merupakan karya kelima dan keenam Andrea
tersebut masih dengan latar belakang Belitung dan budayanya.
B. Film Laskar Pelangi
a. Setting Sosial Laskar Pelangi
Film Laskar Pelangi merupakan adaptasi atas novel Laskar
Pelangi karangan Andrea Hirata. Laskar Pelangi ditulis berdasarkan kisah
nyata penulis.
Novel Laskar Pelangi meraih kesuksesan terkait banyaknya
jumlah eksemplar buku yang terjual. Novel yang terbit pada 2006 ini
mendapat predikat buku best seller. Novel kemudian difilmkan.
Pada 2008, film Laskar Pelangi diproduksi oleh Miles Films dan
Mizan Production. Tema utama film ini adalah pendidikan. Film berkisah
tentang persahabatan sepuluh siswa SD Muhammadiyah Gantong di
Belitung, yakni Ikal (Andre Hirata), Mahar (Mahar Ahlan bin Jumadi
Ahlan bin Zubair bin Awam), Lintang (Lintang Samudra Basara bin
Syahbani Maulana Basara), Kucai (Mukharam Kucai Khairani), Syahdan
(Syahdan Noor Aziz bin Syahari Noor Aziz), A Kiong (Chau Chin Kiong
94http://bukuygkubaca.blogspot.com/2009/01/maryamah-karpov-mimpi-mimpi-lintang.html. Diakses pada 6 Juni 2010 pukul 15:00 WIB.
95Kompas, Edisi 17 Juni 2010 pada rubrik Pendidikan dan Kebudayaan.
41
atau Muhammad Jundullah Gufron Nur Zaman), Borek (Samson), Harun
(Harun Ardhli Ramadhan bin Syamsul Hazana Ramadhan), Trapani
(Trapani Ihsan Jamari bin Zainuddin Ilham Jamari), dan Sahara (N.A.
Sahara Aulia Fadillah binti K.A. Muslim Ramdhani Fadillah).96 Guru SD
Muhammadiyah, Muslimah menyebut kesepuluh siswa tersebut dengan
panggilan Laskar Pelangi.97
Laskar Pelangi mengambil setting suasana desa Gantong,
Belitong di tahun 1974, 1979, dan 1999.98 Fakta yang kontras. Belitong
sebagai pulau kaya dengan melimpahnya sumber daya alam berupa timah,
tetapi penduduk aslinya didera kemiskinan.
Perusahaan timah di Belitong hanya memberikan bagi warga
pendatang. Sementara penduduk aslinya hanya menjadi buruh miskin.
Ketimpangan ekonomi tersebut mempengaruhi penduduk belitong dalam
mengakses pendidikan. Ketimpangan akses pendidikan dan diskriminasi
antara kelompok berpunya dan kelompok papa menjadi setting sosial yang
melingkupi film ini. Lemahnya ekonomi sering memunculkan mindset
putus asa dan kalah bagi mayoritas masyarakat, tidak terkecuali penduduk
Belitong ketika itu. Namun, tidak bagi kesepuluh anggota Laskar Pelangi.
Keterbatasan dan diskriminasi dalam mengakses pendidikan
tidak mematahkan semangat kesepuluh siswa di atas dalam menuntut ilmu.
Persoalan itulah yang diurai oleh pengarang cerita dalam novel dan film
Laskar Pelangi. Hal inilah yang menyebabkan film ini diminati oleh
masyarakat. Di Indonesia, sampai saat ini, permasalahan mengenai
keterbatasan dan diskriminasi dalam dunia pendidikan tidak kunjung
terurai, sehingga film tersebut dapat menjadi referensi dalam menghadapi
persoalan-persoalan pendidikan di atas.
96Andrea Hirata, Op.Cit., hlm. 13-14. 97Kami sangat menyukai pelangi. Bagi kami pelangi adalah lukisan alam semesta, sketsa
Tuhan yang mengandung daya tarik mencengangkan. Oleh sebab kegemaran kolektif mereka terhadap pelangi, maka Bu Mus menamai kelompok kami Laskar Pelangi.(Andrea Hirata, Laskar Pelangi, (Yogyakarta: Bentang, 2008), hlm. 159-160).
98http://shavaat.wordpress.com/2008/09/26/film-laskar-pelangi-nontonlah/. Diakses 18 Mei 2010 pukul 13:00 WIB.
42
Permasalahan dan pesan moral seperti di atas yang menjadi
grand tema dalam film Laskar Pelangi. Hal itu tertangkap dari prolog
ketika menyimak film itu. “Pulau terkaya di Indonesia dengan urat timah
melimpah ruah mengoda bangsa lain untuk menguras. Setelah merdeka
rakyat Belitong pun belum bisa menikmati kekayaan alam tersebut karena
tembok-tembok birokrasi yang mengkotak-kotakkan kesempatan dan
harapan. Namun tembok tak bisa mematahkan semangat kami.”99
Atribut diskriminasi yang ditampilkan oleh film adalah Sekolah
Dasar (SD) Perusahaan Negara (PN) Timah dan SD Muhammadiyah.100
Dua institusi pendidikan yang kontras; SD PN Timah sebagai wakil kaum
kaya dan SD Muhammadiyah sebagai wujud dari kemiskinan dan
keterbelakangan. Diskriminasi, dalam film ini, dilatarbelakangi oleh
ekonomi yang timpang antara si kaya dan miskin yang selanjutnya
berpengaruh pada akses pendidikan.
Pada 1970-an, di Gantong Belitong, hanya anak berasal dari
keluarga tergolong ekonomi "mampu" yang dapat bersekolah di SD PN
Timah. Sekolah PN adalah sebutan untuk sekolah milik Perusahaan
Negara Timah, sebuah perusahaan yang paling kaya di Belitong. SD
PN merupakan SD favorit karena didukung oleh modal sumber daya
manusia (SDM) dan materi yang melimpah. Sekolah ini selalu menduduki
prestasi teratas. Butuh biaya besar untuk bersekolah di sekolan ini.
Sehingga, hanya mereka anak petinggi perusahaan timah yang dapat
memenuhi kriteria untuk dapat layanan pendidikan di sekolah tersebut.
Sementara, pada lokasi yang berdekatan, terdapat SD
Muhammadiyah. Sekolah ini menjadikan ajaran Islam sebagai sumber
materi pengajaran. Sekolah termiskin di Belitong ini terancam oleh ajal.101
Sekolah terancam dibubarkan apabila tidak memperoleh minimal sepuluh
99Back sound pada prolog film Laskar Pelangi. 100Andrea Hirata, Op.Cit., hlm. 41. 101Ibid., hlm. 4.
43
siswa.102 Syarat yang tidak gampang untuk dibayar oleh SD yang lebih
layak disebut sebagai kandang kambing103. Pengelola sekolah berjuang
keras untuk mendapat sepuluh siswa tersebut.
Pemisahan dan pengambilan jarak tampak nyata ketika
diperlihatkan angkuhnya tembok berkilometer dilengkapi kawat berduri.
Peringatan yang terpampang “Dilarang masuk bagi yang tidak memiliki
hak”. Hal itu menjadi simbol semakin kukuhnya dominasi si kaya dan gap
status sosial.104 Di balik kawat teralis itu, anggota Laskar Pelangi yang
miskin menahan air liur karena hanya dapat menyaksikan siswa-siswi SD
PN Timah bermain sepatu roda. Petugas keamanan mengusir mereka
ketika mereka mencoba masuk ke komplek SD PN Timah. Laskar Pelangi
memberikan pelajaran mengenai perjuangan dalam kegetiran hidup.
Pada masa itu, kesadaran masyarakat Belitong akan pentingnya
pendidikan juga terhitung minim. Sebenarnya, penduduk setempat lebih
memilih untuk mempekerjakan anak mereka dari pada menyerahkan
kepada institusi pendidikan. SD Muhammadiyah berhasil mendapatkan
sepuluh siswa baru. Hal itu tidak lepas dari peran perangkat desa Gantong
agar warga menyekolahkan anak-anak mereka.105
Perjalanan pendidikan sepuluh siswa banyak menuai rintangan.
SD Muhammadiyah tidak memiliki fasilitas standar dan hanya ditopang
sumberdaya manusia seadanya.
102Film diawali dengan situasi genting penantian sepuluh murid karena Pengawas Sekolah dari
Depdikbud Sumatera Selatan telah memperingatkan bahwa jika SD Muhammadiyah hanya mendapat murid baru kurang dari sepuluh anak maka sekolah akan ditutup (Andrea Hirata, Laskar Pelangi, (Yogyakarta: Bentang, 2008), Cet. 17, hlm. 4).
103Kandang Kambing, istilah untuk menggambarkan kondisi SD Muhammadiyyah Gantong yang serba terbatas. Hampir roboh dan kalau malam dipakai untuk menyimpan ternak. (Andrea Hirata, Laskar Pelangi, Yogyakarta; Bentang, 2008, Cet. Ke-17, hlm. 20)
104Ibid., hlm. 36. 105Sebenarnya, tidak mudah bagi buruh tambang beranak banyak bergaji kecil untuk
menyerahkan anak-anaknya ke sekolah. Lebih mudah menyerahkannya pada tauke pasar untuk menjadikannya tukang parut atau pada juragan pantai untuk menjadi kuli kopra agar dapat membantu ekonomi keluarga. Mereka juga terpaksa menyekolahkan anaknya agar terhindar dari celaan aparat desa karena tak menyekolahkan anak-anaknya.(Andrea Hirata, Laskar Pelangi, Yogyakarta; Bentang, 2008, Cet. Ke-17, hlm. 2-3)
44
Ketidakpunyaan yang dialami oleh warga Gantong perlahan
membentuk watak menyerah dan kalah. SD Muhammadiyah tidak
mendapat perhatian dari warga Gantong. Penyandang dana, Zulkarnaen,
pun menyarankan agar kepala sekolah, Harfan Effendy Noor (Harfan),
membubarkan sekolah tersebut. Sekolah dengan penghuni anak-anak
kumal benar-benar hampir bubar ketika Bakri memilih hengkang. Ia
pindah mengajar di SD Negeri I Bangka. Bahkan, sekolah sempat kalang
kabut paska wafatnya Harfan. Selama lima hari, kelas kosong tanpa
kehadiran guru, Muslimah. Sementara, Muslimah sebagai satu-satunya
sisa guru di SD Muhammadiyah tidak memberi keputusan pembubaran.
Akan tetapi, watak menyerah tidak mengalahkan semangat
menggebu anggota Laskar Pelangi. Aktivitas belajar-mengajar berlanjut
dengan hanya Lintang sebagai pengganti peran yang seharusnya
dijalankan oleh satu sisa guru, Muslimah Hafsari Hamid.106 Muslimah
kembali menemukan tekad untuk tetap mengajar di sekolah. Kerja yang
tidak sia-sia, karena dalam lomba karnaval dan cerdas cemat, SD
Muhammadiyah berhasil menjadi juara. Cobaan kembali datang
menghambat, Lintang sebagai bintang kelas harus mengucapkan
perpisahan. Ayahnya wafat. Lintang putus sekolah.
Cerita terputus. Di akhir film, cerita berlanjut pada tahun 1999.
Dari perantauan Ikal kembali ke kampung halaman menemui Lintang. Ikal
mengabarkan bahwa cita-citanya telah terkabul. Ia mendapat beasiswa
belajar di Paris Prancis.107
Jadi, latar sosial yang melingkupi Gantong ketika kisah Laskar
Pelangi berjalan sangat komplek. Secara sosial geografis, Laskar Pelangi
lahir pada kaum pinggiran yang serba terbatas. Selain jauh dari pusat kota,
Gantong juga berpenduduk miskin.
Dipandang dari sudut budaya, kesadaran akan pentingnya
pendidikan masih minim. Keterbatasan secara ekonomi menjadi
106Film Laskar Pelangi. 107Ibid.
45
penyebabnya. Fenomena ini tampak dari novel yang mengisahkan bahwa
sebenarnya warga lebih mudah untuk mempekerjakan anaknya dibanding
menyekolahkan mereka. Dilihat dari kaca mata pendidikan, rata-rata
kualitas sumber daya manusia warga Gantong masa itu masih rendah oleh
karena minimnya institusi pendidikan yang ada.
Di Gantong, hanya terdapat dua sekolah. SD PN Timah hanya
dapat diakses kelompok minoritas yang memiliki jabatan dan ekonomi
tinggi. Dan hanya satu sekolah untuk warga tidak berpunya, sekolah
miskin bernama SD Muhammadiyah.
Pemerintah sebagai wujud peran politik penguasa melalui
perangkat desa ikut berperan mendorong tetap terlaksananya pendidikan.
Akan tetapi di lain sisi keberadaan penguasa, Pengawas Sekolah dari
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Sumatera Selatan malah kurang
kooperatif. Mereka mengeluarkan surat peringatan akan dilakukannya
penutupan.
Akan tetapi, semua kendala di atas dapat diatasi dengan agama
memegang ajaran agama. Dilihat dari tahun didirikannya, SD yang berdiri
tahun 1929 ini, tidaklah muda. Ia menjadi sekolah pertama di Belitong,
yang mengajarkan nilai-nilai ajaran Islam, bahkan di Sumatera Utara. Misi
sekolah adalah menyuruh kepada yang makruf dan mencegah dari yang
mungkar.108
Selain itu, agama juga menjadi motivasi bagi orang tua anggota
Laskar Pelangi untuk menyekolahkan anak-anaknya di SD
Muhammadiyah. Anak-anak mereka dianggap memiliki karakter mudah di
sesatkan oleh iblis sehingga sejak usia muda harus mendapat pendadaran
Islam yang tangguh.109
Di Gantong Belitong, perbedaan suku dan ras besar (Melayu dan
Tionghoa) tidak menimbulkan permasalahan. Seolah mereka telah sepakat
108Andrea Hirata, Op.Cit., hlm. 23. 109Ibid., hlm. 4.
46
bahwa yang perlu diperjuangkan adalah kemiskinan yang berakibat pada
sulitnya akses pendidikan.
Film Laskar Pelangi mendapat sambutan dan apresiasi positif
dari masyarakat, baik tingkat nasional maupun internasional kancah
internasional.
Adapun apabila dilihat dari masa Laskar Pelangi diproduksi
menjadi novel dan film, keduanya memiliki sedikit perbedaan latar
belakang sosial . Selisih waktu antara setting sosial tahun 1970-an hingga
tahun 2005 (ketika novel diluncurkan), secara otomatis memiliki
perbedaan setting dan problem sosial di negeri ini.
Novel Laskar Pelangi hadir tepat ketika bangsa Indonesia sedang
mencari pahlawan oleh karena banyaknya problem struktural. Bangsa ini
sedang mencari inspirator. Krisis keteladanan telah melanda. Pasalnya,
orang atau tokoh yang selama ini dikagumi oleh masyarakat, akan tetapi
ternyata juga terbukti mencuri uang rakyat. Hal inilah, yang menurut
Andrea Hirata, menjadikan Laskar Pelangi meraup sukses dan diapresiasi
masyarakat.
Jadi, pembaca menemukan tokoh-tokoh ideal dalam cerita, dalam
hal ini novel Laskar Pelangi. Mereka jatuh hati untuk menjadikan teladan
atau inspirasi yang kemudian menumbuhkan semangat hidup. Laskar
Pelangi memberikan alternatif sikap untuk menghadapi problem
kehidupan yang muncul.
Laskar Pelangi dibuat apa adanya. Tokoh dan fakta sosial juga
pernah berjalan dalam kehidupan nyata di Belitong. Ia memberikan
teladan dalam memaknai persahabatan (terutama anak-anak), arti
ketulusan mengabdi dari perspektif guru seperti Harfan dan Muslimah,
sekat kemasyarakatan di Belitong yang dibangun oleh kekuatan modal dan
kekuasaan ekonomi, serta problem sosial anak-anak yang dengan spirit
masing-masing memaknai kebutuhannya akan sekolah (pendidikan). Di
dalamnya juga tersirat cara menyikapi persoalan hidup dengan semangat
47
optimisme hidup, tanggung jawab, atau kenakalan yang beraksentuasi
pada kreativitas.
Pengarang menuturkannya secara tidak menggurui. Laskar
Pelangi membuktikan bahwa sekat dan permasalahan sosial dapat
dikalahkan oleh semangat hidup. Novel menemukan muara alamiah pada
pesan tentang keteladanan dan aktualisasinya. Oleh karenanya, pesan
realitas dalam novel dapat menjadi referensi hidup. Ia terbukti mampu
menjadi inpsirasi orang untuk berbuat lebih baik.110
Novel Laskar Pelangi diburu oleh masyarakat, terutama setelah
pengarangnya, Andrea Hirata diundang sebagai nara sumber dalam acara
Kick Andy di Metro TV.
Pada awalnya, sebenarnya pengarang (Andrea Hirata) dan
sebagian pembaca novelnya tidak menyetujui Laskar pelangi difilmkan.
Hal ini tidak lepas dari tren novel best seller diadaptasi menjadi film, akan
tetapi memunculkan banyak kekecewaan. Pasalnya, gambar bergerak
(media audio visual) tidak mampu menyampaikan isi pesan novel secara
utuh dari.
Latar belakang yang kemudian menyebabkan Laskar Pelangi
diadaptasi ke dalam film adalah kondisi masyarakat yang belum sadar
akan budaya baca. Sehingga, pesan positif yang ada dalam novel baru
terbatas diakses hanya mereka yang memiliki sadar pentingnya aktivitas
membaca. Perbandingan pembaca dan pemirsa televisi berbeda jauh,
sehingga film dipandang perlu untuk diproduksi dalam bentuk film.
Akhirnya, Andrea Hirata memberikan persetujuan, novel
difilmkan. Ia memberikan syarat; Riri Riza sebagai sutradaranya. Menurut
Andrea, film dan buku memiliki aspek estetika dan dimensi-dimensi
apresiasi yang tidak sama.
Andrea menyatakan lebih banyak masyarakat yang dapat
mengakses film melalui televisi. Ia berharap nilai edukatif dalam Laskar
110http://suaramerdeka.com/v1/index.php/read/cetak/2008/09/26/32427/Dunia-Laskar-Pelangi-
yang-Mewakili. Diakses 18 Mei 2010 pukul 13:00 WIB.
48
Pelangi dapat diakses khalayak luas.111 Pesan yang terkandung dalam
kisah Laskar Pelangi adalah mengenai simpati pada pendidikan marjinal,
kepedulian akan kesenjangan sosial, dan apresiasi pada para guru. Melalui
film, pesan positif tersebut memiliki kesempatan untuk menggapai
apresiasi publik pada spektrum yang lebih luas. Hal ini sebagai wujud
komitmen pada misi perbaikan.
b. Narasi Film Laskar Pelangi
Narasi film Laskar Pelangi merupakan gambaran setiap adegan
cerita yang ada dalam film tersebut. Narasi film ini merupakan transliterasi
dari kaset CD film Laskar Pelangi sebagai sumber primer dalam penelitian
ini.
Film Laskar Pelangi diproduksi oleh Miles Films bekerjasama
Mizan Production Jakarta pada tahun 2008. Selaku manajer produksi film
adalah Mira Lesmana dan Riri Riza sebagai sutradara.
Film dinarasikan dalam bentuk teks tanpa mengabaikan alur
cerita. Alur cerita; perkenalan, permasalahan, perumitan, klimaks dan
penyelesaian, tersaji secara utuh dan runtut.
Adapun narasi yang disusun dalam episode-episode dari Film
Laskar Pelangi adalah sebagai berikut:
Episode 1:
Ikal sedang dalam perjalanan pulang ke kampung halamannya,
Gantong Belitong. Dari balik kaca pada bus yang ditumpangi, Ikal melihat
pemandangan sekitar. Kemudian ia terkenang pendidikan masa kecilnya di
sekolah tingkat dasar. Belitong, pada 1974, sangat jaya oleh adanya
kekayaan alam berupa timah. Gambar-gambar tidak bergerak, terlihat
lawas, yang berisi aktivitas perusahaan timah masa itu ditampilkan sambil
diiringi suara tokoh utama, Ikal yang bercerita.
111http://www.indosiar.com/ragam/63089/laskar-pelangi-menuju-layar-lebar. Diakses 18 Mei
2010 pukul 13:00 WIB.
49
“Gambar-gambar ini adalah salah satu bukti bahwa Belitong
adalah pulau terkaya di Indonesia dengan urat timah melimpah ruah
menggoda bangsa lain untuk mengurasnya. Setelah merdeka, rakyat
Belitong pun belum bisa menikmati kekayaan alam tersebut karena
tembok-tembok birokrasi yang mengotak-kotakkan kesempatan dan
harapan. Namun tembok tak bisa mematahkan semangat kami,” begitu
suaranya terdengar menjelaskan gambar.
Gambar sepatu kumal di sebuah lantai.
“Jadi kau minta ijin untuk ngantar Ikal?” kata Ibu Ikal sembari
memasak.
“Jadi, aku ijin setengah hari,” jawab Ayah Ikal sambil berdandan
di depan cermin.
Kakak-kakak Ikal meledek Ikal karena sepatu yang dipakainya
lebih cocok untuk dikenakan anak perempuan.
“Heh heh heh.. kau ini, kakaknya bisanya ngacau saja. Kal
pakailah itu dulu, nanti kalau ada rezeki, umak beli lagi yang lebih bagus,”
kata Ibu Ikal memarahi kakak-kakaknya agar Ikal tenang.
“Aku pergi dulu.” kata Ayah Ikal menuju sepeda.
“Sampaikan salamku buat Pak Harfan,” kata Ibu Ikal.
“Kemana kau? nganter anak ke sekolah miring itu. Yang pasti,
dari sekolah miring itu apa yang akan kau dapatkan. Percuma kuliah
akhirnya jadi kuli jua,” komentar para pekerja yang sedang melihat Ikal
dan ayahnya melintas di depan perusahaan.
Back sound yang mewakili tokoh Ikal. “Pagi itu angka sepuluh
menjadi angka keramat bagi semua orang.”
Muslimah pamit dengan salam kepada ibunya. Ia berangkat
mengajar. Muslimah menuju sekolah dengan naik sepeda. Ia berpapasan
dengan seorang anak di jalan depan sekolah.
“Siapa nama kau nak?” kata Muslimah dengan memegang
sepedanya.
“Aku Lintang dari Tanjung Kelimpang.” jawab Lintang.
50
“Sejauh ini kau naik kereta angin sendiri?” kembali Muslimah
bertanya seolah heran dengan semangat Lintang.
Sambil menyerahkan surat kepada Muslimah Hafsari Hamid atau
Bu Mus, Lintang berkata, “Ayahku harus ke laut, jadi ndak bisa datang.”
Episode 2:
Sesampai di sekolah, Muslimah mengucapkan salam kepada
kepala sekolah SD Muhammadiyah, Harfan Effendy Noor atau Pak
Harfan, begitu ia dipanggil.
“Aku yakin kita akan mendapatkan sepuluh murid hari ini.” kata
Muslimah kepada Harfan dengan nada optimis dengan sorot mata tertuju
Lintang.
“Angka sepuluh menjadi angka penting, tidak saja buat dua
orang guru luar biasa, Pak Harfan dan Bu Muslimah. Tapi juga kami, anak
miskin bisa sekolah dengan murah di salah satu pulau terkaya di
Indonesia. Hari ini juga ditentukan, anak-anak akan mendapatkan
pendidikan atau langsung menjadi kuli-kuli kopra atau buruh di PN
Timah. Sementara di balik tembok itu kami tahu SD PN Timah dipenuhi
dengan murid baru.” back sound menghantarkan cerita dengan diiringi
suasana tegang penantian murid baru. Di ruang kelas siswa-siswi baru SD
Muhammadiyah dan orang tua yang mengantarkannya tegang menunggu
dimulainya prosesi penerimaan. Sementara Muslimah cemas di luar kelas
menunggu entah siapa. Pasalnya, baru sembilan anak yang masuk.
Sedangkan di SD PN sudah dipenuhi siswa baru dan prosesi penerimaan
berjalan tanpa hambatan.
“Kita tunggu sampai pukul sebelas, ya Mus.” kata Harfan kepada
Muslimah.
Di dalam kelas semua sudah gerah menunggu acara dimulai.
“Bagi kami sepuluh orang atau tidak sama sekali, demikian surat
peringatan dari pemerintah pusat.” back sound menghantarkan cerita.
51
“Sudah lewat pukul sebelas Mus, kita harus beritahu orang-rang
tua itu dan anak-anak.” kata Harfan.
“Apalah arti sepuluh atau sembilan. Kita tetap bisa mengajar
mereka kan pak!?” kata Muslimah kesal.
“Iya, tapi kau pasti tahulah apa artinya ini…” respon Harfan.
Akhirnya, dengan terpaksa Harfan mengucapkan salam untuk
memberi sambutan. Sementara, di luar kelas, Muslimah masih nampak
cemas menanti entah siapa anak yang akan datang.
"Syukur alhamdulillah kita ucapkan kepada Allah SWT, karena
kehadiran bapak-bapak dan ibu-ibu di sini adalah untuk menyelamatkan
pendidikan di SD Islam tertua di tanah Belitong ini, sekolah dengan dasar
budi pekerti demi tegaknya akhlakul karimah, akhlak yang baik. Namun
demikian, kalau kita tidak bisa memperoleh sepuluh orang murid baru,
maka kita tidak bisa membuka kelas baru. Sebaiknya semua ini kita terima
dengan hati yang ikhlas.”
“Tunggu lah dulu pak. Biar aku cari seorang lagi ya.” serobot
Muslimah memotong sambutan Harfan. Muslimah kemudian
meninggalkan ruang kelas.
“Mus, Maaf, sebentar... Muslimah!!” ijin Harfan kepada wali
murid. Ia mengejar Muslimah yang lari mencari tambahan satu murid.
“Semestinya, ini hari pertama aku jadi guru pak. Masak murid-
muridnya langsung ndak ada.” kata Muslimah sambil lari menuju sepeda.
Dari kejauhan suara seorang anak terdengar. Ia bersama ibunya
sedang menuju sekolah. Salah satu siswa dari dalam kelas lari
menyambutnya.
“Harun, Haruun.....” teriak Bu Mus sambil tersenyum gembira.
Harun berlari menuju gedung sekolah diiringi oleh back sound
menceritakan, “Seorang anak yang sangat istimewa telah menyelamatkan
kami dan menghadiahkan senyum bahagia bagi di wajah Bu Mus. Dan
senyum-senyum itu akan berganti-ganti dengan banyak hal. Menemani
52
tahun-tahun kami ke depan. Tahun-tahun yang tidak akan pernah bisa
terlupakan.”
Episode 3:
Di depan gedung sekolah, sambil menaruh sepedanya, Muslimah
heran karena ia hanya melihat Bakri yang sedang memeriksa jam
tangannya. Suasana sekolah sepi tanpa tanda ada seorang anak pun.
“Bakri.. di mana anak-anak,” tanya Bu Mus kepada Bakri sambil
mencari sedang di mana murid-muridnya.
“Ayo masuk kelas!!” kata Muslimah kala menemukan murid-
muridnya yang sedang asik bermain-main di padang rumput dekat sekolah.
Padahal, mereka seharusnya sudah masuk dalam kelas untuk mengikuti
kegiatan belajar mengajar.
Muslimah menuju kerumunan anak-anak sambil memanggil
dengan lantang “Kucai, Kucai sini kau.”
Kucai berlari menuju tempat berdiri Muslimah.
“Kucai, kau itu ketua kelas. Tugas kau itu, ngebantu ibu ngebuat
kawan-kawan kau masuk kelas.” kata Muslimah memeringatkannya.
“Bunda guru. Ibu itu harus tau, kelakuan anak-anak kuli itu
kayak setan semua. Aku ndak enak lagi ngurus begitu. Mulai sekarang aku
nak berhenti jadi ketua kelas,” kata Kucai.
Dari jarak tidak jauh, Harfan datang.
“Hai anak-anak, siapa yang mau mendengarkan cerita Nabi Nuh
yang membuat perahu kayu terbesar yang pernah dibuat oleh manusia.”
katanya dengan suara lantang karena dari jarak yang jauh.
Murid-murid yang sedang bermain di tanah lapang mendadak
berhamburan lari menuju kelas.
Sementara Muslimah berkata kepada Kucai “Kucai, menjadi
seorang pemimpin itu adalah tugas yang mulia.”
53
Sahara yang sedang berlari menuju kelas, menghampiri Kucai
dan berpesan, “Hai Kucai, Alqur'an mengingatkan bahwa kepemimpinan
seorang itu akan dipertanggungjawabkan kelak di akherat,”
“Mereka yang ingkar, telah diingatkan bahwa air bah akan
datang. Namun kesombongan telah membutakan mata dan menulikan
telinga mereka. Dan akhirnya, mereka musnah dilamun ombak,” kata
Harfan menjelaskan kepada anak-anak di dalam kelas.
“Makanya bila kau tak rajin shalat pandai-pandailah kau
berenang. Tak ada gunanya otot gedemu itu bila tak pandai berenang.”
bisik Ikal kepada Arai.
“Wudlu yang benar biar tertib urutannya,” kata Harfan yang
sedang memerhatikan murid-murid berwudlu. Shalat jama'ah berjalan
dengan Harfan sebagai imamnya.
Muslimah mengucapkan “Pancasila” dengan ditirukan oleh
murid-murid mengikutinya secara bersamaan mengiringi adegan gambar
perjalanan Lintang yang bersepeda menuju dan pulang sekolah. Sekali
kayuh jarak yang harus ditempuhnya adalah 40 kilometer. Tak jarang
buaya menghadang perjalanannya. Selain itu, ditampilkan pula papan
bertuliskan “dilarang masuk buat orang jang tida puja hak”.
Episode 4:
Anak-anak Laskar Pelangi bersama Muslimah membersihkan
ruangan kelas yang dipenuhi oleh air bah. Atapnya bocor sehingga air
hujan masuk ke ruang kelas. Mereka juga mengusir tiga kambing dari
dalamnya.
Harfan datang mendekati Muslimah kemudian menyarankan,
“Mus, kau ajak anak-anak itu belajar di luar kelas saja, ya?”
“Biar kita bersihkan bersama-sama.” pinta Muslimah.
“Pergilah... nanti Bakri bisa bantu aku…. pergilah, ya?” kata
Harfan membujuk Muslimah agar mengikuti permintaannya.
54
Muslimah membawa murid-murid belajar di luar kelas.
Sementara, Harfan membersihkan ruang kelas, dan menutup lobang
dindingnya dengan gambar poster Rhoma Irama. Ia juga mengeringkan
kapur tulis basah di bawah terik matahari. Selain itu, beberapa warga juga
ikut memperbaiki gedung sekolah yang hampir roboh.
Anak-anak bermain di padang rumput kemudian ke bebatuan di
pantai. Mereka memandangi keindahan pelangi.
“Pelangi itu, terbentuk dari cahaya yang menjaga langit pas
matahari menarik titik-titk air hujan yang datang. Hasilnya muncullah
tujuh sinar, merah, jingga, kuning, hijau, biru, nila, ungu. Mejikuhibingu,”
kata Lintang menjelaskan kepada teman-temannya.
“Laskar Pelangi ayo kita pulang,” kata Bu Mus dari balik
bebatuan mengingat suasana hampir petang.
“Iya bu,” jawab murid-murid serentak.
Episode 5:
Di pelataran sekolah, sambil memperbaiki bangku, Harfan
bercakap-cakap dengan penyumbang dana sekolah, Zulkarnaen.
“Aku khawatir melihat kau ini, Har. Sudah lima tahun aku
melihat kalian mempertahankan sekolah ini. Aku paling-paling cuma bisa
bantu-bantu...” kata Zulkarnaen.
“Zul, kau sebenarnya sudah membantu kita lebih dari itu. jangan
khawatirlah. Aku, Bakri, Muslimah, masih tetap bisa bertahan bersama
kesepuluh murid-murid karunia Allah itu,” komentar Harfan.
“Tapi mereka kan sudah kelas lima, tahun depan mereka kelas
enam, di bawah mereka ndak ada lagi, dan kalian kan cuma bertiga
mengajar. Aku tak paham bagaimana cara kalian mempertahankan sekolah
ini; bianyanya? gajinya?” sangkal Zulkarnaen.
“Zul... sekolah adalah sekolah dimana pendidikan agama,
pendidikan budi pekerti bukan sekedar pelengkap kurikulum. Kecerdasan
55
bukan sekedar dilihat dari nilai, dari angka-angka itu, bukan! Tapi dari
hati, Zul,” kata Harfan menjelaskan dengan nada serius.
“Lihat diri kau Zul. Dari mana kau dapatkan rasa kepedulian itu.
Orang, biasanya ni, kalau sudah terlalu nyaman, punya kekuasaan suka
lupa diri. Maunya tambah kekuasaan, tambah kekayaan dengan
menghalalkan segala cara. Kalau perlu seluruh kekayaan negeri ini untuk
keluarganya saja tu. Tapi kau Zul… nggak! Karena kau hasil didikan
sekolah serupa… di Jogja. Jadi, sekolah ini ndak boleh ditutup,”
tambahnya.
“Baiklah, kalau begitu aku akan coba terus membantu...
semampuku,” jawab Zulkarnaen.
“Si Widi besok akan datang membawa beras. Insyaallah bisa
cukup untuk dua bulan,” tambahnya sambil berpamitan.
Episode 6:
Muslimah membuka kelas dengan salam.
Sementara di SD PN Timah, Pak Mahmud mengawali pelajaran
dengan menjelaskan kepada murid-muridnya, ”Dalam pelajaran berhitung
pagi ini, bapak akan mengajar kalian bagaimana cara menggunakan
kalkulator. Masing-masing dari kalian akan mendapatkan satu buah
kalkulator. Flow, kamu bantu bapak membagikan kalkulator kepada
kawan-kawanmu ya!”.
Muslimah melanjutkan pengantarnya, “Sekarang kita akan
belajar berhitung. Ayo keluarkan lidi-lidimu. Ibu akan membacakan soal.
Dua belas ditambah empat kali min lima sama dengan (12+4x-5=)... Ayo
dihitung sekarang!”.
“Minus 80,” jawab Lintang.
“Bagus sekali anak pesisir. Betul, betul sekali,” puji Bus
Muslimah untuk Lintang.
Sahara bermain dengan Harun di depan kelas.
56
“Run, Run, jadi anak kucing kau tu ada anak tiga, bilangannya
tiga lahirnya juga ditanggal tiga, run ya.” tanya Sahara kepada Harun.
Harun menjawab dengan isyarat jari tangannya.
“Pintar sekarang kau Run, ya.” komentar Sahara atas jawaban
Harun.
Episode 7:
Di jalan Muslimah bertemu dengan Pak Mahmud. Keduanya
sedang menuju sekolah masing-masing.
“Kenapa kau tolak mengajar di SD PN Mus? Ape yang kau cari
dari sekolah yang hampir roboh itu. Anak-anak yang ndak jelas. Tak cerah
masa depannya. Tawaran itu masih ada Mus. Aku bisa bicara dengan...”
kata Mahmud.
“Maaf Pak Mahmud. Murid-muridku yang rajin menungguku
dalam kelas,” kata Muslimah memotong percakapan.
Sesampai di sekolah. Muslimah mengajar peta Belitong.
“Lenggang, di mana Harun, Lenggang, Harun,” tanya Muslimah.
Harun menuju papan tulis tempat peta ditempelkan. Ia kemudian
menunjukkan posisi Lenggang di dalam peta tersebut.
“Iya betul, pandai kau Harun,” puji Muslimah atas jawaban
Harun.
Agar radionya dapat kembali berbunyi, Mahar mengeringkan
batu-batu di atap rumahnya.
Setelah kegiatan belajar mengajar selesai, Bakri pamit kepada
Harfan dan Muslimah.
“Ndak ada yang bisa kita lakukan lagi Mus. Surat dari pengawas
sekolah Sumsel dengan jelas mengatakan untuk ulangan minggu depan
kita harus bergabung dengan SD PN… Mus, mestinya kau jangan merasa
terbebani hanya karena ayah kau ada dalam foto itu bersamaku. Sudah dua
bulan ya gaji kau dan Bakri tertunda. Mus, kau tu masih muda, cantik
pula. Kenapa tu kau tolak lamaran anak Haji Mahdun. Lah jadi istri
57
saudagar kau di Jawa.” kata Harfan mengawali percakapan dengan
Muslimah di ruang guru.
Muslimah merespon pernyataan itu dengan berkata, “Kalau nak
meninggalkan bapak berdua saja dengan Bakri. Mimpi aku ini bukan jadi
istri saudagar. Mimpi aku jadi guru. Dan bapak adalah orang yang
langsung percaya bahwa aku bisa jadi guru. Sudah lima tahun ini kita
menghadapi macam-macam masalah pak. Tapi kita tetap bertahan kan pak.
Soal uang, aku dapat dari menjahit, pak.”
“Alhamdulillah,” respon Harfan.
Muslimah memberitahukan kepada murid-murid mengenai
keputusan tempat dilaksanakannya ujian. Murid-murid langsung
merespon.
“Ndak begitu bu, biasanya kita kan ulangan di sini,” protes Ikal.
“Pake sandal ketubruk gini bu, apalah kata-kata anak-anak SD
PN,” kata Kucai memprotes keputusan itu sambil mengangkat sendal
seolah menunjukkan kelusuhannya
Setibanya di hari pelaksanaan ujian, murid-murid SD PN
mengomentari penampilan murid-murid SD Muhammadiyah yang tanpa
seragam dan hanya beralas sendal.
“Kok mereka ulangannya pake sendal ya.” kata seorang siswi
kepada temannya.
Pengawas ujian juga meremehkan Harun karena bukannya
menjawab soal akan tetapi malah menggambar kucing pada kertas lembar
jawaban.
“Malah menggambar kucing, anak itu,” kata seorang pengawas
sambil tertawa menunjukkan lembar jawaban Harun kepada pengawas
lain.
Sekembalinya di SD Muhammadiyah, Muslimah
mengungkapkan ketidaksukaannya atas sikap pengawas kepada Harfan.
58
“Ndak usah terlalu kau fikirkan Mus. Kau siapkan rapot anak-
anak itu lalu biarkan mereka berlibur. Kau pun perlu pergi berlibur kan,”
kata Harfan meredam emosi Muslimah.
“Si Harun akan kau buatkan rapot khusus lagi kan?” tanya
Harfan.
“Iya pak.” jawab Bu Mus.
Di musim libur, anak-anak Laskar Pelangi ikut bekerja. Lintang
di pantai dan yang lain di pasar membantu masing-masing orang tuanya.
Terkadang ikut menjadi buruh atau melaut. Sementara anak-anak SD PN
main separu roda.
Percakapan terjadi antara Flow dan anak-anak Laskar Pelangi,
meski terhijab pagar kawat berduri. Mereka bercakap-cakap mengenai
suku Asmat. Flow juga mengasihkan majalah yang berisi catatan tentang
itu kepada anak Laskar Pelangi.
“Kau punya banyak majalah macam ini,” tanya Mahar.
“Aku punya banyak…. Ambillah ini,” kata Flow sembari
tangannya mengulurkan majalah kepada anak-anak Laskar Pelangi.
Satpam komplek perumahan karyawan PN Timah kemudian
mengusir mereka dari kawasan tersebut.
“Pergi, pergi!!” kata Satpam mengusir Ikal dan kawan-
kawannya.
Semua pergi. Masa libur hampir habis, Lintang belajar di tengah
petang dengan lampu teplok.
Episode 8:
Di bawah pohon depan sekolah, Harfan menceritakan kisah
Perang Badar kepada murid-murid.
“313 tentara Islam itu mengalahkan ribuan tetara Quraisy
bersenjata lengkap. Anak-anakku, kekuatan itu dibentuk oleh iman, bukan
jumlah tentara. Jadi ingatlah anak-anakku teguhkan pendirianmu, kalian
harus punya ketekunan, harus punya keinginan yang kuat untuk mencapai
59
cita-cita. Kalian harus punya keberanian dan pantang menyerah
menghadapai tantangan macam apapun. Dan ingat, hiduplah untuk
memberi sebanyak-banyaknya bukan untuk menerima sebanyak-
banyaknya.” kata Harfan memberikan pelajaran kepada murid-murid.
“Cukup untuk hari ini ya?” kata Harfan menutup pelajaran.
Kapur sudah habis. Muslimah menyuruh Ikal untuk membeli
kapur tulis di Toko Sinar Harapan.
“Sialnya kita.. beli kapur saja jauhnya minta ampun, sampai
harus ke Manggar,” keluh Ikal kepada temannya, Kucai, yang sedang
memboceng.
Bakri menghadap kepada Harfan untuk membicarakan sesuatu.
“Aku dapat tawaran mengajar dari SD 1 Bangka,” ungkap Bakri
kepada Harfan dan Muslimah di ruang guru.
“Jadi kau tega tinggalkan Muhammadiyah. Bakri, tugas kita
memanglah berat. Murid kita tu sedikit, tapi kita punya kewajiban untuk
memberikan pengajaran pada anak-anak yang tidak mampu ini,” kata
Muslimah.
Bakri berkomentar, “Mus, orang-orang udah ndak ada lagi yang
mau menyekolahkan anaknya di sini. Mereka pikir lebih baik anaknya jadi
kuli untuk menafkahi keluarganya.”
“Tapi ini satu-satunya sekolah Islam yang ada di Belitong,” kata
Muslimah menegaskan.
Bakri membantah, “Pernah kau berpikir kenapa cuma satu-
satunya Mus..haa? Karena ndak ada yang peduli lagi Mus. Sudah lima
tahun sekolah ini ndak bisa membuka kelas baru karena apa Mus? Ndak
ada murid. Apa lagi yang bisa dibanggakan Mus, selain namanya itu SD
Muhammadiyah. Apa prestasi sekolah ini Mus.”
“Bakri… ndak mungkinlah, Mus mengajar semua mata pelajaran
itu sendirian. Sebentar lagi anak-anak itu kelas enam. Setidaknya apa kau
tidak ingin tinggal dan mendampingi mereka hingga lulus. Tunggulah
sebentar lagi,” pinta Harfan kepada Bakri.
60
“Yaah... Tapi tawaran dari SD Bangka juga tidak bisa menunggu
pak,” kata Bakri menegaskan sikapnya.
Air mata Muslimah menetes. Ia kemudian lari meninggalkan
ruangan menuju jalan menuju rumah.
“Mus, Mus... Muslimah jangan marah, sabarlah dulu!” kata
Harfan sambil mengejar Muslimah.
Sambil menangis dengan memegangi sepedanya, Muslimah
mengatakan, “Ndak pak. Aku ndak marah. Aku ngerasa ada benarnya, apa
yang disebut Bakri. Tak da orang yang peduli dengan sekolah kita, pak.
Semua orang tak percaya bahwa anak-anak miskin pun punya hak untuk
belajar.”
“Iya… yang penting kita. Kita ndak boleh putus asa. Tugas kita
adalah meyakini anak-anak ini bahwa mereka harus berani punya cita-
cita,” kata Harfan menyemangati Muslimah.
“Iya. Iya, kita berdua harus bekerja lebih keras lagi, pak. Biar
orang-orang percaya bahwa sekolah ini ada dan pantas untuk
dipertahankan. Kita berdua harus bekerja lebih keras lagi,,, lebih keras
lagi,” kata Muslimah optimis sambil menganggukkan kepala.
Sementara itu, di Toko Sinar Harapan, Ikal berseri-seri lantaran
menyaksikan tangan A Ling yang sedang mengulurkan sekotak kapur
tulis.
Di padang rumput, setelah mendengarkan musik lokal, Mahar
berkata kepada Lintang dan Ikal.
“Boy, boy,,, selain musik barat, musik melayu juga mantab,
boy,” kata Mahar sambil menabuh salah satu jenis alat musik.
“Ah percuma kau, lagi keracunan kuku,” komentar Lintang.
Ikal berkata, “Aku melihat sesuatu yang lebih indah dari pada
musikmu Har, kuku-kuku paling indah yang ada di sinar harapan,”
“Ke mana pikiran kau ini Kal, Kal. Jatuh cinta kau boy, boy.
Ndak perlu berpikir dalam cinta. Yang ada hanya keindahan, bunga-bunga
61
bermekaran,” kata Mahar menyimpulkan kemudian melanjutkan
nyanyian-nyanyiannya.
Episode 9:
Di pasar, Muslimah mampir di sebuah toko kain dan bertanya
kepada seorang pembeli.
“Bu Fatimah, kok belanja kain banyak sekali?” tanya Muslimah.
“Ooo,, seragam anak SD PN. Kan sebentar lagi perayaan 17-an.
Ada Lomba karnaval kan. Seragamnya dibuat baru lagi. Juara bertahan
harus tampil prima kan Mus,” kata Fatimah, seorang wali murid SD PN
yang sedang membelikan kain baru untuk persiapan anaknya ikut karnaval
17-an.
Karnaval tujuh belasan hampir dimulai.
Di kelas Muslimah bersama Harfan di depan murid-murid
mengumumkan, “Anak-anak, bapak dan ibu lah memutuskan tahun ini kita
akan ikut karnaval. Karena ibu melihat, kawan kita Mahar selalu dapat
nilai tinggi dalam mata pelajaran kesenian. Dia menjadi ketua kelompok
yang tugasnya adalah menentukan kesenian apa yang akan kita tampilkan
dalam karnaval. Apa kau setuju mahar?”
Mahar menyatakan siap.
“Yang lain setuju?” tanya Bu Mus.
Murid-murid menjawab secara serentak, “Setuju, setuju.”
“Mahar, bapak harus ingatkan kau, kite ndak ada dana,” pesan
Harfan kepada Mahar.
“Setuju. Serahkan saja pada Mahar dan alam,” kata Mahar
percaya diri.
Sementara, Ikal dengan semangat menyatakan siap untuk
menerima tugas membeli kapur ke Manggar supaya dapat bertemu dengan
A Ling yang selalu dipujanya. Ia juga meminta A Kiong untuk dapat
mempertemukannya dengan A Ling. Dan akhirnya mereka berdua pun
ketemuan di depan kelenteng.
62
Sedangkan Mahar, waktunya dihabiskan mempersiapkan
karnaval dengan selalu mencari inspirasi dari radio dan bermain-main di
alam, baik di pohon atau di padang rumput. Sementara SD PN
mempersiapkan karnaval dengan latihan memainkan drum band.
“Ada yang tau di mana Mahar?” tanya Bu Mus kepada murid-
murid di kelas.
Tiba-tiba, dari luar kelas Mahar datang dan berkata, “Aku lah tau
apa yang harus kita tampilkan waktu karnaval.”
Karnaval dimulai dan SD PN menampilkan drum band.
Sementara peserta baru, SD Muhammadiyah menampilkan tarian
tradisional etnik dengan hanya perlengkapan daun dan sebuah alat musik
seperti kendang.
Murid-murid Lakar Pelangi memenangkan lomba karnaval.
Mereka merayakan itu dengan girang. Di pasar, Muslimah mendapatkan
pujian dari salah seorang warga dan akan memasukkan anaknya di SD
Muhammadiyah jika SD tersebut kembali menang dalam lomba cerdas
cermat.
Episode 10:
Flow pindah sekolah di SD Muhammadiyah. Ia suka dengan
tarian anggota Laskar Pelangi di karnaval.
“Ada sesuatu yang mistis dalam tarian-tarian itu,” kata Flow
memberikan alasan.
Muslimah mengungkapkan kekhawatirannya kepada Harfan.
“Kehadiran Flow merubah sikap anak-anak,” kata Muslimah.
“Jangan takut dulu lah Mus yang penting kau temani mereka,”
komentar Harfan.
Di kelas, Muslimah menegur murid-murid karena hasil ulangan
meraka menurun. “Mahar, Flow nilai ulangan kalian paling buruk. Apa
kalian tidak mau lulus ujian,” tanya Muslimah.
63
Muslimah bertamu ke rumah pamannya, Harfan. Ia bersama Bu
Harfan membincang soal kesehatan suaminya, Harfan.
“Kau macam ndak kenal pak cik mu saja Mus, mana mau dia
pergi ke puskesmas,” ungkap Bu Harfan.
“Pil-nya harus dikurangi kali, mak cik,” kata Muslimah
menyarankan.
“Ahhh.. Dah sampai tumbuh daun rasanya bibirku bilang begitu,
malah dia banyak minum pil APC kalau batuk. Cuma da satu obat di
Belitung ini, APC. Macam dokter saja Mus,” katanya mengakhiri
perdebatan.
“Dia cuma perlu istirahat Mus. Kau sendiri bagaimana kabarnya
Mus, sudah ketemu jodoh?” tanya Bu Harfan mengalihkan pembicaraan.
Tanpa kata, Muslimah meresponnya dengan menggelengkan
kepala.
Lintang melihat ayahnya yang mengemasi barang-barang untuk
pergi melaut. Lintang bermaksud membantu ayahnya dengan ikut melaut.
“Kau jaga adik-adikmu,” pesan ayah Ikal.
”Aku nak ikut ayah melaut,” kata Lintang sambil menyuruh
adiknya masuk ke rumah.
“Mau ape kau!? esok kau sekolah,” kata Ayah Lintang dengan
tegas seolah melarang kemauan Lintang.
Di pelataran sekolah, murid-murid sedang membincang tentang
misi menemukan Tuk Bayan Tula.
“Aku dan Flow sepakat, kite harus ke pulau Lamun,” kata Mahar
mengawali pembicaraan.
“Kita harus menemui Tuk Bayan Tula,” kata Flow memperjelas
maksud Mahar.
“Gile pa?” tanya Kucai
“Tak ada jalan lain untuk kita nak lulus, hanya Tuk Bayan Tula
yang bisa membantu kite. Dia dukun sakti di Belitung. Harun saja pasti
bisa dibuatnya pinter olehnya. Kalian pasti lulus sekolah,” jelasnya.
64
“Mahar, janganlah kau campurkan khayalan kau dengan kata
dusta,” kata Sahara.
“Aku ndak bohong,” bantah Mahar.
“Pulau lamun itu pulau kosong. Dari mana kau tahu kalau dia ada
di sana. Setahuku, tak ada orang yang tahu dia ada di mana?,” kata Kucai.
“Aku tahu. Aku punya petunjuk dan bukti-bukti bahwa dia ada di
sana. Lihat ini!” kata Flow menunjukkan sebuah kertas.
“Apakah kau tak pernah menyimak pelajaran aqidah setiap
Selasa. Terserah kalian, aku ndak ikut. Siapa yang ikut aku,” kata Sahara
meninggalkan kerumunan.
“Menyesal nanti kau Sahara,” kata Mahal kesal atas sikap
Sahara.
Selepas akhir salam dalam sebuah shalat, Mahar membujuk Ikal
yang kebetulan shalat di sebelahnya.
“Boy ikutlah! Mungkin Tuk Bayan Tula dapat membantu
persoalan kau, kau dan A Ling,” kata Mahar menjelaskan.
Malam harinya, mereka kemudian menuju gua untuk mencari
Tuk Bayan Tula.
“Tuk Bayan Tula ijinkan kami masuk,” kalimat itu berulang-
ulang diucapkan Mahar, Arai dan teman-teman lainnya yang sedang
mencari Tuk Bayan Tula di gua. Kemudian, terdengar suara auman
harimau.
Esok pagi di sekolah.
“Awas saja, kalau dia baca dulu pesan Tuk Bayan Tula, ku tinju
dia,” kata Arai mengancam Mahar yang tidak kunjung datang di pagi
harinya.
“Tenang lah saja Rai, perintah Bayan Tula terlalu jelas. Kita
harus membaca mantranya bersama, pagi ini. Kalau ada yang melanggar
Bayan Tula, akan menjadi kodok,” kata Kucai menenangkan.
Mahar datang menuju kerumunan teman-teman lainnya. Ia
berkata, “Aku berhasil boy,”.
65
Murid-murid menggerombol membaca mantra dari Tuk Bayan
Tula yang dipegang Mahar. Secara bersama-sama mereka membaca
mantra itu, “Kalau nak pintar belajar kalau nak berhasil usaha,” kata
Mahar bersama teman-temannya yang sedang membaca mantra.
Anggota Laskar Pelangi yang termakan ide Mahar kecewa
sambil memaki Mahar sampai terjadi adu mulut.
“Ahhhh…” begitu respon mereka.
“Ku cekik kau Mahar,” kata Arai sambil mendorong badan
Mahar.
Ikal yang tidak jauh dari kerumunan tersebut, mendekat
kemudian menengahi perseteruan itu. Ia mengingatan, “Sudahlah!! Benar
pesan itu, kita lah yang bodoh, sampai ke dukun segala,”.
Di bawah pohon dekat gedung sekolah, Ikal menunjukkan sebuah
kotak kepada Lintang. Mereka hanya duduk berdua.
“Gambar apa ini Kal?” tanya Ikal.
“Ini gambar menara Eifel Kal, adanya di kota Paris Ibu kotanya
Prancis. Paris itu kotanya orang-orang pintar, orang-orang hebat, para ahli
seninam. Semua ada di sana. Katanya Paris juga kota tercantik di dunia.
Banyak orang bermimpi ke sana, Kal,” kata Lintang.
“Kotak ini dari A Ling. Apa Maksudnya,” kata Ikal.
Mahar menghampiri mereka berdua kemudian berucap,
“Maafkan aku, boy.”. Mahar beranjak dari duduknya dan menyanyikan
lirik, “ Mari menyusun, seroja buang seroja,”. Kemudian berhenti
menepuk pundak Ikal.
“Suara kau lebih sakti dari Tuk Bayan Tula,” komentar Ikal
memuji Mahar.
Episode 11:
Di kelas Ikal, Lintang dan Mahar melihat lemari yang hanya
berisi sebuah medali.
66
“Dah lima tahun kite sekolah. Masak cuma itu satu-satunya
benda berharga kite. Kalau iye, pasti Bu Mus dan Pak Harfan kecewa
sekali,” kata Ikal kepada Lintang sambil memandangi medali.
Harfan datang. Ia berpesan, “Yang harus kalian ingat anak-
anakku. Jangan pernah menyerah. Hiduplah untuk memberi sebanyak-
banyaknya, dan bukan menerima sebanyak-banyak,”.
Tiba, waktunya pulang ke rumah. Muslimah mencari, Harfan
sedang di mana.
“Pak, ayo kite balik pak,” kata Bu Mus ketika menemukan
Harfan yang sedang berada di atas kursi dengan posisi kepala ditaruh di
atas meja. Ia seperti tertidur. Muslimah memanggil dan menepuk-nepuk
lengannya sambil berkata, “Pak… pak cik, pak cik,,” kata Muslimah kaget
karena Harfan tidak bergerak.
Ia menangis sambil berlari dari gedung sekolah menuju tempat
sepedanya disandarkan.
Harfan wafat. Rumahnya dipenuhi pelayat. Mmurid-murid dan
Mahmud jugi di sana.
Di sela-sela acara penghormatan terakhir untuk Harfan itu,
Mahmud mendekati Muslimah dan berkata, “Aku bernar-benar terkejut,
Mus. Aku, khawatir nak kau. Tapi sekarang, manalah mungkin kau sendiri
di situ,” katanya.
Sekolah seperti telah lumpuh paska ditinggal wafat Harfan.
Muslimah tidak ke sekolah. Hanya ada murid-murid di sekolah, tanpa ada
aktivitas yang jelas. Tidak ada pengumuman apakah sekolah ditutup atau
tidak.
Muslimah terlihat belum ikhlas dengan kepergian Harfan.
Aktivitas mengajar yang biasanya dijalaninya. Ia mengisi harinya di
rumah, mengenang Harfan. Ia menangis ketika melihat foto bergambar
Harfan yang berdiri bersama ayahnya.
Lintang mengisi waktunya dengan bercakap-cakap tanpa arah,
dengan temannya. Terkadang ia belajar berhitung bersama A Kiong.
67
Di rumah, Ikal diajaknya untuk sesekali menghibur dirinya
dengan menonton bioskop.
“Kal, biar pun Harfan dah ndak ada. Dia ndak ingin membuatmu
murung seperti ini. Nanti malam kau ikut nonton ya!,” begitu kata Ayah
Ikal memberi saran. Ikal pun pergi ke bioskop.
Lintang tetap menjalani aktivitas seperti biasa menuju sekolah
dengan sepeda tuanya. Meskipun di sekolah tanpa ada kegiatan belajar
mengajar. Tidak ada murid-murid dan juga Bu Mus. Hanya ia dan Ikal.
Mereka kesepian dan resah.
“Mau kemana kau?” tanya Lintang kala melihat Ikal menuju
pintu untuk keluar dari ruangan.
“Apalagi kau Ntang? Bu Mus ndak ada, kawan-kawan mana?
Sekolah apa ini? Ndak ada guru ndak ada murid?” jawab Ikal kecewa.
Lintang merangkul tangan Ikal sambil mengajaknya menuju
suatu tempat.
“Ayo, ikut aku! Aku satu-satunya anak laki-laki paling tua dari
tiga anak perempuan di keluarga. Harusnya aku diajak melaut, biar dapat
ikan yang banyak. Tapi ia malah megirimku ke sini. Ingin aku mengejar
cita-cita nak tinggi. Dan di sekolah inilah kita mulai. Kita harus terus
sekolah!,” kata Lintang memberi penjelasan sambil jalan.
Ikal dan Lintang pergi ke rumah teman-temannya. Keduanya
menjemput dan membujuk agar mau belajar lagi ke sekolah.
“Har, Har, ke sekolah yuk!” pinta Ikal diikuti teman-temannya.
“Sekarang!?” tanya Mahar meyakinkan.
Setelah temannya mengiyakannya, Mahar beranjak dari
duduknya untuk kemudian berangkat ke sekolah.
Zulkarnaen melihat semangat anak-anak tersebut. Ia langsung
menuju rumah Muslimah.
“Aku minta maaf, kedatanganku yang tiba-tiba ni. Aku dengar
dari mak cik kau, dah lima hari kau tidak mengajar?” Kata Zulkarnaen
kepada Muslimah.
68
Muslimah menganggukkan kepalanya dan berkata, “Iya pak.
Aku masih berkabung. Aku juga ngerase…”.
“Iya, iyelah iye,.. Mah, aku paham,” serobot Zulkarnaen.
“Innalillahi wa inna ilaihi rajiun. Dari Dia, balik pula ke Dia.
Sudahlah, lupakan! Eh Mah, terakhir kali pak cik kau bicara bersama aku;.
Aku sudah bilang, hee,..Pak, apa ndak sebaiknya sekolah ini ditutup saja?
Hai Zul, sekolah Muhammadiyah ini ndak boleh ditutup. Karena ini satu-
satunya sekolah yang tidak mendekati segala sesuatunya dengan materi.
Nilai-nilai, masalah kecerdasan tidak diukur dengan angka-angka, tapi,
dengan hati. Kau dan pak cik kau udah membuktikan. Cobalah kau tengok
itu, murid-murid kau, luar biasa tu... luar biase,” puji Zulkarnaen.
Di kelas, Lintang menggantikan tugas yang seharusnya
dikerjakan oleh Bu Mus, yakni mengajar.
“Soekarno ditahan di penjara di Suka Miskin pada tanggal 29
Desember 1929, karena mendirikan Partai Nasional Indonesia dengan
tujuan Indonesia merdeka. Ruangannya sempit di kelilingi tembok-tembok
tebal yang suram. Tinggi, gelap dan berjeruji. Lebih buruk dari kelas kita
yang sering bocor. Tapi, di situlah beliau menjalani hukuman dan setiap
hari belajar, setiap waktu baca buku. Beliau adalah salah satu orang
tercerdas yang pernah dimiliki oleh bangsa ini. Sebenarnya untuk
mengingat nama tempat dan juga tanggal itu mudah sekali. Kita cukup
mencari hal-hal penting di sebuah peristiwa seperti Bu Mus dan Pak
Harfan yang sering lakukan,” kata Lintang menjelaskan.
“Tanggal 29 Desember 1929. Aah,,, aku ingat itu,” kata Arai.
“Penjara suka miskin namanya, kayak sekolah kita, tetapi kita
tetap suka, suka miskin,” celoteh Mahar berkelakar yang disambung
dengan tawa ria teman-teman sekelasnya.
Muslimah tiba-tiba muncul di pintu kelas.
“Bu Muus!?, Bu Muuuusss…,” kata Sahara sambil lari menuju
Muslimah berdiri.
69
Sebuah kertas warna berisi tentang pengumuman pendaftaran
lomba cerdas cermat se-Kecamatan Gantong ditempel di papan
pengumunan sekolah-sekolah.
Di Kelas Muslimah dan murid-murid mempersiapkan lomba
cerdas cermat dengan melatih Lintang, Ikal dan Mahar.
“Siapakah yang mengetik naskah Proklamasi Indonesia?” tanya
Bu Mus.
“Sayuti Melik;” jawab Ikal yang duduk berdampingan dengan
Mahar dan Lintang.
“Tulang yang terpanjang pada tubuh manusia adalah?” tanya
Muslimah.
“Tulang paha,” suara Lintang menjawab
“Bilangan yang tidak bisa dibagi adalah?” tanya Muslimah.
“Bilangan prima,” jawab Ikal.
“Sebutkan pencipta lagu ”Indonesia Raya”?” tanya Muslimah.
“Wage Rudolf Supratman,” jawab Lintang
“Jawablah lagu apa ini? Kucai!..” perintah Muslimah.
Kucai kemudian bersiul dengan irama sebuah lagu nasionalis.
“Maju Tak Gentar,” jawab Mahar.
“Ciptaan?” tanya Muslimah.
“Simanjutak,” jawab Mahar
“Sebutkan ibu kota Irian Jaya?” tanya Muslimah.
“Jayapura,” jawab Lintang.
“Siapakah pengarang puisi berjudul “Aku”?” tanya Muslimah.
“Khairil Anwar,” jawab Mahar
“Hari Pendidikan Nasional pada tanggal?” tanya Muslimah.
“22 Mei,” jawab Ikal.
“Salah satu wakil Indonesia dalam perjanjian Meja Bundar
adalah?” tanya Muslimah.
“Mohammad Hatta,” jawab Sahara.
“Planet terjauh di tata surya?” tanya Muslimah.
70
“Planet Pluto,” jawab Lintang
“Hewan yang memakan tumbuhan dan hewan lain disebut?”
tanya Muslimah.
“Omnifora,” jawab Ikal
“Sumber energi yang tidak mencemari lingkungan adalah?”
tanya Muslimah.
“Matahari,” jawab Ikal.
“Anak-anak, malam ini semua istirahat semua ya? Karena esok
kite…?” kata Muslimah
“Lomba cerdas cermat,” jawab anak-anak serentak.
Keesokan harinya. Di rumah, ayah Lintang sedang
mempersiapkan peralatan untuk melaut.
“Sedikit lagi nasi masak. Kau angkat ya!” kata Ayah Lintang
kepada Lintang.
“Ayah akan melaut lagi hari ini? sendirian!?” tanya Lintang
ketika melihat ayahnya mempersiapkan jaring.
“Aku tau angin sedang ndak bagus, Yah.” komentar Lintang
melihat ayahnya yang akan melaut.
“Lah… Istirahatlah kau dulu biar besok ndak telat. Ayah pergi
dulu ya.” kata ayah Lintang berpamitan.
Lintang melepas kepergian ayahnya menuju pantai.
Langit masih gelap karena matahari belum menampakkan
sinarnya. Lintang sendirian mengayuh sepedanya untuk mengikuti lomba
cerdas cermat.
Sementara di rumah, ayah Ikal tidak sabar melihat istrinya yang
sedang menggosok pakaian.
“Cepatlah sedikit. Telat nanti si Ikal,” kata Ayah Ikal.
“Tunggulah dulu. Lette-lette aku ngerendam pakaian ini
semalaman,” jawab Ibu Ikal sambil menyetrika pakaian Ikal.
Di jalan, Lintang menghentikan kayuhan sepedanya oleh sebab
buaya yang menghadang di tengah jalan. Sementara murid-murid lain
71
sudah menunggu di SD Muhammadiyah. Setelah mereka sampai di lokasi
lomba di SD PN, mereka pun masih khawatir karena Lintang belum
nampak. Sementara peserta dari SD lain sudah siap di kursi perlombaan.
“Pak Zul juga sudah menunggu dia. Biar dia cepat datang
kemari,” kata Muslimah menenangkan Ikal.
Lima belas menit lagi lomba dimulai, namun Lintang belum juga
tampak di ruangan lomba. Lintang masih menunggu buaya pergi. Di SD
Muhammadiyah, Zulkarnaen juga masih menunggu.
“Uuuuh….!!!” kata Lintang gerah dengan ulah buaya yang
menghadang di tengah jalan.
Sementara di SD PN, acara hampir mulai. Suasana semakin
mencemaskan.
“Sahara kau siap-siap gantiken Lintang ya!” kata Muslimah
kepada Sahara yang duduk disebelahnya.
Seorang bernama Bodengga kemudian datang dan mengusir
buaya yang melintang di jalan Lintang menuju sekolah.
“Itu Lintang!!” teriak Sahara ketika melihat Lintang bersama
Zulkarnaen masuk ke ruang lomba.
“Buaya ya?” tanya Ikal memastikan penyebab keterlambatan
Lintang.
“Buaya dan Bodengga,” kata Lintang.
Lomba dimulai, soal-soal mulai dibacakan.
“Soal pertama, siapakah yang menemukan mesin uap?” tanya
pembaca soal.
“James Watt,” jawab Lintang tanpa memencet bel.
“James Watt,” jawab regu lain sambil memencet bel.
“Seratus regu A,” puji pembaca soal tanda benarnya jawaban.
“Kalau mau jawab dipencet dulu belnya, Ntang,” kata Ikal
memberikan pengertian.
“Kemanakah Soekarno dibawa oleh para pemuda?” tanya
pembaca soal.
72
“Rengas Denglok,” jawab regu A.
“Seratus regu A,” puji pembaca soal.
“Sebutkan judul lagu ini dan siapa penciptanya?” tanya pembaca
soal.
Petugas datang, kemudian memainkan lagu dengan sebuah alat
musik.
Mahar memencet bel. Akan tetapi ketika fotografer memotretnya,
ia kemudian kehabisan kata-kata.
“Waktu habis, dan dilemparkan,” kata pembaca soal.
Regu B memencet bel. “Maju Tak Gentar, C Simanjutak,” jawab
kelompok B.
“Seratus untuk regu B,” kata pembaca soal membenarkan.
“Siapakah penulis roman Siti Nurbaya?” tanya pembaca soal.
“Marah Rusli,” jawab Ikal setelah memencet bel.
“Seratus untuk regu C,” kata pembaca soal membenarkan.
“Apakah nama planet dengan jumlah satelit terbanyak?” tanya
pembaca soal.
“Jupiter,” Regu A
“Seratus untuk regu A,” kata pembaca soal membenarkan.
“Sekarang berhitung” tanya pembaca soal.
“Ayo Lintang!!!” kata Sahara menyemangati.
“Sebuah segitiga siku-siku. Sisi sikunya 15 senimeter dan 20
senimeter. Berapa sentimeter sisi miring..?” tanya pembaca soal.
“25 sentimeter,” jawab Lintang dengan cepat.
“Seratus untuk regu C,” kata pembaca soal membenarkan.
“Pintar anak itu menjawabnya,” komentar salah satu penonton
kepada teman di sampingnya.
“Yang di pinggir itu otaknya encer kayak susu, belum tentu saja
nafasnya, kalau sudah, habis pasti soal dijawabnya,” komentar Arai
melihat tingkah Lintang.
73
“Berapakah 17.000+24.268?” tanya pembaca soal melanjutkan
pertanyaan berikutnya.
“50.104,” jawab Lintang.
“Seratus untuk regu C,” kata pembaca soal membenarkan.
“12,5x64 dibagi akar 4+10?” tanya pembaca soal.
“110,” jawab Lintang.
“Seratus untuk regu C,” kata pembaca soal membenarkan.
“Sebutkan salah satu lagu ciptaan Kusmini?” tanya pembaca
soal.
“Padamu Negeri,” jawab Mahar.
“Seratus untuk regu C,” kata pembaca soal membenarkan.
Soal demi soal dibacakan dan bebagai jawaban terlontar.
Pembaca soal secara bergantian memberikan nilai 100 untuk kelompok A
dan C. Sementara, di papan skor menunjukkan regu A dan C memiliki
skor sama 1700, sedangkan kelompok B hanya 500.
“Soal terakhir kembali berhitung. Adi bersepeda ke sekolah
dengan kecepatan 15 km/jam jarak yang ia tempuh 37,5 km. Jika Adi
berangkat pukul 07;55 menit, pukul berapakah Adi tiba di sekolahnya?”
tanya pembaca soal.
Sejenak suasana hening oleh karena peserta sedang menghitung.
Tidak lama kemudian Lintang memencet bel dan menjawab, “Pukul 10
lewat 25 menit,”.
“Salah. Regu C dikurangi 100. Pertanyaan dilempar,” kata
pembaca soal. Tidak ada kelompok yang memencet bel ataupun
menjawab.
“Waktu habis. Yang benar pukul 10 lewat 5 menit,” kata
pembaca soal.
Dari kerumuhan penonton. Guru SD PN Timah, Mahmud
mengacungkan tangan. Ia menginterupsi juri dan pembaca soal.
“Sebentar, tunggu dulu. Hasil hitungan aku sama dengan anak
itu.” kata Mahmud menginterupsi.
74
“Maksudmu ape?” tanya salah satu juri.
“Ya, menurutku hitungan anak itu benar,” komentar Mahmud.
“Kau meragukan kami? Lagi pula dari tadi aku melihat anak itu
ndak pernah menghitung,” tanya salah satu juri dan memberi alasan
kecurigaannya.
“Ini bukan masalah meragukan. Bapak-bapak dan ibu yang
terhormat, tapi hitungan anak itu benar. Bagaimana kalau kita hitung lagi
bersama!?” kata Pak Mahmud menyarankan.
“Tidak perlu. Untuk ape? Dari tadi aku sudah curiga, jangan-
jangan anak itu sudah tahu jawabannya,” kata juri.
Zulkarnaen mengacungkan tangannya. “Sebentar-sebentar.
Maksud ibu anak itu curang? Dengan apa? Mencuri soal!?” kata Pak Zul
mempertanyakan alasan.
“SD Muhammadiyah sangat terhormat. Dan ndak mungkin
curang,” kata Mahmud memberi alasan.
“Aku bisa menjelaskannya,” kata Lintang ingin
mempertanggungjawabkan sikapnya.
“Boleh saya bacakan soalnya?” tanya pembaca soal.
“Ndak usah, aku masih ingat soalnya,” kata Lintang
Lintang memandang Muslimah, kemudian menuliskan
penjelasan atas jawabannya di papan tulis yang disediakan oleh panitia.
“Maaf kami melakukan kesalahan, jawaban anak ini benar. Jadi
pemenangnya adalah dari SD Muhammadiyah.” kata juri melihat uraian
Lintang dan mengakhiri perlombaan.
“Hore!!!” begitu kata murid-murid yang menyaksikan.Mereka
menyambutnya dengan sorak tepuk tangan kemenangan.
Lintang pulang bersepeda dengan muka riang. Adiknya
menyambut di depan rumah.
“Bang, ayah belum balik,” kata adik Lintang.
Siang berganti malam. Dua piala menghiasi lemari SD
Muhammadiyah.
75
Lintang tidak kunjung muncul di sekolah paska kemenangan itu.
Berhari-hari murid-murid belajar tanpa Lintang. Suasana sekolah berbeda
seolah terasa ada yang hilang.
Back sound bercerita, “Setelah hari bersejarah itu Lintang tidak
kunjung muncul di sekolah,”
Di rumah, Lintang memasak dan merawat adik-adiknya.
“Berhari-hari kami menanti sahabatku yang cerdas dan aku
kagumi itu. Tapi tak ada kabar berita,” lanjut back sound menjelaskan.
Di kelas Muslimah terdiam duduk di kursi guru menyaksikan
muridnya kurang satu. Arai belajar bersama Mahar dan teman lainnya.
Di bibir pantai, Lintang memandangi laut, seolah menanti
kemungkinan ayahnya kembali.
Di hari ke lima, Muslimah dan murid-murid berencana untuk
pergi menemuinya di Tangjung Kelimpang. Datang seorang laki-laki
dengan sepucuk surat.
Surat di terima Muslimah. Di depan teman-temannya, surat
dibacakan oleh Ikal.
“Surat Lintang sangat singkat. Ibunda guru, ayahku telah
meninggal. Nanti aku akan ke sekolah untuk mengucapkan salam
perpisahan terakhirku kepada ibu dan teman-teman. Salamku, Lintang.”
“Kami semua sadar, Lintang tidak punya peluang untuk
meneruskan sekolahnya. Seorang laki-laki tertua keluarga pesisir miskin
yang tidak memiliki ibu dan kini ditinggal ayahnya, haruslah menanggung
nafkah keluarganya. Ditanggung sepenuhnya oleh anak sekecil itu.” suara
diselingi gambar Ikal yang sedih dan bersandar di pundak Muslimah.
Lintang terdiam menyaksikan teman dan gurunya berkumpul di
depan sekolah.
“Kami harus melepas seorang jenius didikan alam. Murid
pertama Bu Mus. Orang yang ingin sekolah ini tetap ada, orang yang
selalu berusaha datang lebih pagi. Sekarang harus lebih dulu
76
meninggalkan sekolah ini.” pungkas back sound menjelaskan gambar-
gambar proses perpisahan.
Selepas menyampaikan ucapan perpisahan, Lintang kemudian
pulang bersepeda. Murid-murid dan Muslimah menyaksikan kepergian
Lintang. Ikal lari mengejarnya.
“Lintang!!!” kata Ikal berteriak seolah tidak rela melepas Lintang
meninggalkan mereka semua.
Episode 12:
Belitong 1999. Bekas bangunan PN Timah terlihat kosong dan
lusuh tanpa penghuni.
“Belitong sekarang sudah berubah. Di akhir tahun 1980-an harga
timah jatuh di pasaran. Dalam sekejap PN Timah runtuh. Tembok-tembok
yang dulu mengkotak-kotakkan kesempatan dan harapan itu, kini sudah
runtuh.” suara back sound mengiringi bus yang sedang berlari kencang di
alam Belitong
Seperti dari perantauan, Ikal yang sudah dewasa sedang berada di
dalam bus melihat pemandangan alam di sekelilingnya. Ia seolah
membayangkan masa kecil yang pernah disimpan di memorinya.
“Namun masa kecilku itu telah menyihir kepercayaan diriku
sampai saat ini. Membuatku berani bermimpi, berani memiliki cita-cita.
Sekian lama aku meninggalkan Belitong untuk mengejar mimpi itu. Hari
ini aku kembali.”
“Ikal,” kata Lintang keluar dari rumahnya menemui seseorang
yang sedang berdiri di depan rumahnya.
Keduanya saling berhadapan seolah tidak kenal dan heran. Lama,
keduanya tidak bertemu.
“Apakabar kau Lintang?” kata Ikal mengawali percakapan
sambil menepuk pundak Lintang.
Percakapan berlanjut di padang rumput di sebelah sebuah gedung
sekolah.
77
“Masih kau simpan kotak dari A Ling?” tanya Lintang.
“Iya masih,..heheh,” jawab Ikal.
“Ada sesuatu yang ingin aku perlihatkan kepada kau, Kal,” kata
Lintang.
“Apa kang?” tanya Ikal.
“Itu anakku,” kata Lintang dari luar kaca jendela sambil
menunjukkan seorang anak yang sedang menjelaskan sesuatu di dalam
kelas.
“Lintang, semangatnya tidak pernah luntur. Semangat yang telah
ia tularkan kepadaku. Kini juga pada anaknya.” Suara back sound.
“Kau balik untuk menghadiri peluncuran novel Mahar..heh.
Pulau hantu itu menjadi seniman jiwa. Aku pikir kau perlu bantu lah dia,
jadi dukun..heheh” kata Lintang.
“Tujuan aku pulang, sebenarnya ingin berterima kasih kepada
kalian semua. Terutama kepada kau,” kata Ikal.
“Aku akan berangkat ke Sorbon. Prancis Kang. Aku dapat
beasiswa,” lanjut Ikal memberi kejutan.
“Sorbon, Paris, Prancis,” kata Lintang seolah bangga dan heran.
Ikal berangkat ke Prancis dengan pesawat terbang.
Anak Lintang menerima kiriman kertas bergambar menara Eifel.
Kemudian menyerahkan kepada ayahnya, Lintang yang berada di dalam
rumah.
“Kejar pelangimu sampai ke ujung dunia nak, macam Pak Cik
Ikal. Jangan pernah menyerah!” kata Lintang kepada anaknya sambil
menunjukkan isi surat itu.
“Sesunguhnya iman itu ada enam perkara, pertama,
mengimankan pada Allah yang kuasa, kedua malaikat, ketiga kitab-kitab,
ke empat para rasul, ke lima hari kiamat, ke enam mengimankan takdir
baik dan buruk, itu semua dari Allah,” suara yang berlanjut dengan kertas
bergambar menara Eifel dan papan dinding SD Muhammadiyah yang di
78
dalamnya sedang terdapat Muslimah mengajarkan materi rukun iman
dengan bernyanyi.
79
BAB IV
NILAI EDUKATIF DALAM FILM LASKAR PELANGI
PERSPEKTIF PENDIDIKAN ISLAM
A. Apresiasi atas film Laskar Pelangi perspektif Pendidikan Islam
Film Laskar Pelangi merupakan film yang berbeda dari tren film-
film yang selama ini beredar di masyarakat. Film ini tidak menampilkan unsur
seksualitas, kriminal, glamor dan juga irasionalitas (misteri) yang dijual
sebagai daya tarik kebanyakan film saat ini. Film ini tidak sekadar menjual
hiburan, tetapi juga unsur edukatif.
Daya tarik dan kekuatan dari film Laskar Pelangi adalah pada cerita
dan permasalahan yang diangkat. Masyarakat sudah tertarik oleh cerita dalam
novel yang terlebih dahulu disambut oleh khalayak umum. Laskar Pelangi
hadir menawarkan pesan nilai yang mendorong penontonnya untuk menjalani
hidup dengan semangat menuju arah yang lebih baik. Melalui film, nilai-nilai
kebaikan yang dikemas menghibur, diharapkan dapat menginspirasi
penontonnya. Penonton dituntun melalui tontonan yang mendidik individu
menjadi mulia. Oleh karenanya, layak ketika Laskar Pelangi mendapatkan
apresiasi dari jutaan masyarakat yang menonton, sehingga kemudian meraih
penghargaan, baik pada tingkat nasional, regional dan internasional.
Film Laskar Pelangi dapat dikatakan film berjenis edutainment
karena pesan dan unsur yang ditonjolkan dalam film adalah isi cerita edukatif
yang dikemas dengan menarik. Film juga tergolong film religi karena seting
dan nilai-nilai yang disajikan bersumber dari ajaran Islam. Film ini juga
termasuk film dokumenter karena disusun berdasarkan fakta-fakta sejarah
pendidikan di Gantong Belitong pada tahun 1970-an.
Film Laskar Pelangi dilihat dari perspektif pendidikan, secara
tersirat, dari isi cerita memiliki misi pendidikan. Hal itu tidak hanya
dikarenakan seting film mengambil suasana lembaga pendidikan (sekolah),
80
tetapi juga oleh sebab materi pesan yang disajikan mengajarkan nilai-nilai
kebaikan (akhlakul karimah). Di antara manfaat dari film Laskar Pelangi bagi
dunia pendidikan dapat dilihat dari alasan-alasan sebagai berikut:
Cerita dalam film merupakan salah satu media pendidikan yang
efektif. Dalam Pendidikan Islam, dampak edukatif cerita (kisah) sulit
digantikan oleh bentuk-bentuk bahasa lainnya. Kisah memiliki dampak
psikologis dan edukatif yang baik dan cenderung mendalam sampai kapan
pun. Pendidikan melalui kisah dapat menggiring peserta didik pada
kehangatan perasaan, kehidupan, dan kedinamisan jiwa yang mendorong
manusia untuk mengubah perilaku dan memperbaharui tekad agar selaras
dengan tuntutan, penghargaan dan pelajaran yang dapat diambil dari kisah
tersebut.112 Cerita dan visualisasi mengenai kegigihan, perjuangan, keikhlasan,
kasih sayang dan tangung jawab yang disajikan dari film Laskar Pelangi
sangat menarik. Menariknya isi cerita dalam film bagi masyarakat juga dapat
diukur melalui penjualan novel sehingga menjadi novel best seller.
Watak dan karakter tokoh yang digambarkan oleh tokoh-tokoh
dalam cerita juga akan lebih nyata karena disajikan melalui gambar yang
bergerak (audio visual) atau film. Pelibatan indera pendengar dan penglihatan
diharapkan dapat menumbuhkan empati, sehingga pesan edukatif dalam film
dengan mudah diterima oleh masyarakat dan berdampak baik pada sikap
hidupnya. Akhirnya watak dan karakter tokoh dalam film dapat menjadi sosok
inspirasi dan teladan bagi penontonnya.
Laskar Pelangi menawarkan warna kehidupan yang warna-warni
dengan menampilkan ketegangan, humor, dan permaian-permainan yang
sering dijumpai dalam kehidupan anak. Unsur humor dan cara berfikir anak
dalam cerita juga menjadikan film ini menarik dan menghibur, tanpa
mengurangi pesan eduaktif dalam film.
Dilihat dari tema dan seting yang ditampilkan, anak menjadi segmen
penontonnya. Dari seluruh isi film, dunia anak mendapat porsi yang sangat
dominan. Problem-problem dunia anak dan pendidikan yang tersaji kemudian
112Abdurrahman An-Nahlawi, Op.Cit., hlm. 239.
81
diberikan alternatif solusi yang sesuai dengan cara berpikir atau perspektif
anak. Anak-anak dihadapkan pada situasi permasalahan hidup yang tidak kecil
dan diselesaikan dengan cara pandang anak-anak. Film menawarkan gambaran
cara mendidik dan memahami karakter anak. Meskipun begitu, film juga
diharapkan untuk ditonton oleh masyarakat secara umum, karena persoalan
pendidikan dan kesenjangan ekonomi menjadi masalah bersama.
Misi pendidikan dari film tersebut sangat nyata dilihat dari gambar
yang menampilkan bagaimana proses belajar mengajar berjalan dan bagimana
hubungan antara guru, murid, dan masyarakat.
Perspektif pendidikan, film Laskar Pelangi memiliki dampak positif
bagi masyarakat umum karena pesannya yang memengaruhi untuk hidup
dengan akhlak terpuji. Film tidak hanya berfungsi sebagai hiburan, tetapi juga
pendidikan anak dan orang tua. Bagi anak, tokoh dalam film dapat dijadikan
teladan. Sementara bagi orang tua, film dapat menjadi referensi cara
memotivasi dan mendidik anak.
B. Nilai-nilai Edukatif Dalam Film Laskar Pelangi Perspektif Pendidikan
Islam
Nilai-nilai edukatif dalam film Laskar Pelangi merupakan nilai-nilai
sebagai derivasi dari misi baik yang tersurat atau tersirat dari ide cerita dalam
film. Ia menyampaikan pesan yang dapat disimpulkan dari visualisasi gambar
dengan komunikasi yang ditampilkan.
Film ini juga tidak sekadar menghibur, tetapi juga memiliki unsur
mendidik. Nilai-nilai yang terkait dengan persoalan hidup manusia diurai dan
ditawarkan alternatif solusi oleh pengaran dan sutradara. Film lahir oleh situasi
pendidikan pengarang (Andrea Hirata) dan sutradara (Riri Riza). Melalui film,
audien diharapkan dapat mengambil teladan dari gambaran watak, tingkah laku
dan karakter tokoh yang telah disajikan lewat cerita dalam film.
Melalui metode analisis proyeksi dan kategorisasi, maka nilai-nilai
edukatif yang terkandung dalam film Laskar Pelangi ditinjau dari perspektif
Pendidikan Islam, di antaranya adalah sebagai berikut:
82
1. Kerjasama
Nilai-nilai kerjasama dalam film Lakar Pelangi terdapat pada
beberapa episode sebagai berikut:
Episode 4, di mana kelas dipenuhi oleh air hujan dan beberapa
kambing. Akibatnya, kegiatan belajar mengajar tidak dapat dilaksanakan.
Supaya pendidikan tetap berjalan, Harfan mengusulkan agar Muslimah
melaksanakan pembelajaran di luar kelas.
Murid-murid bersama Muslimah membersihkan ruang kelas. Harfan datang mendekatinya kemudian menyarankan, “Mus, kau ajak anak-anak itu belajar di luar kelas saja, ya?”
“Biar kita bersihkan bersama-sama.” pinta Muslimah. “Pergilah... nanti Bakri bisa bantu aku…. pergilah, ya?” kata
Harfan membujuk Muslimah agar mengikuti permintaannya. Muslimah bersama murid-murid belajar di luar sekolah.
Bersama Bakri, Harfan kemudian memperbaiki atap yang bocor dan dinding yang rusak.
Episode 5, SD yang miskin fasilitas dan dana mendapat dukungan
dari Zulkarnaen. Ia belum dapat mendedikasikan tenaganya untuk
mengajar dan mengelola sekolah. Ia membantu sesuai dengan
kelebihannya, yaitu menyumbangkan materi sebagai modal sekolah
beroperasi.
“Baiklah, kalau begitu aku akan coba terus membantu... semampuku,” kata Zulkarnaen kepada Harfan.
“Si Widi besok akan datang membawa beras. Insyaallah bisa cukup untuk dua bulan,” tambahnya sambil berpamitan.
Episode 8, di bawah pohon depan sekolah, Harfan bercerita kepada
murid-murid.
“313 tentara Islam itu mengalahkan ribuan tetara Quraisy bersenjata lengkap. Anak-anakku, kekuatan itu dibentuk oleh iman, bukan jumlah tentara. Jadi ingatlah anak-anakku teguhkan pendirianmu, kalian harus punya ketekunan, harus punya keinginan yang kuat untuk mencapai cita-cita. Kalian harus punya keberanian dan pantang menyerah menghadapai tantangan macam apapun. Dan ingat, hiduplah untuk memberi sebanyak-banyaknya bukan untuk menerima sebanyak-banyaknya.” kata Harfan menceritakan
83
kisah Perang Badar kepada murid-murid dan menunjukkan pelajaran darinya.113
Episode 11, Muslimah dan murid-murid mempersiapkan diri untuk
mengikuti lomba cerdas cermat antar sekolah. Meskipun wakil yang
ditunjuk adalah Ikal, Mahar dan Lintang, semua murid ikut berlatih.
Muslimah melontarkan berbagai soal. “Salah satu wakil Indonesia dalam perjanjian Meja Bundar
adalah?” tanya Bu Mus kepada Lintang, Ikal dan Mahar. Ketiganya lama berfikir dan tidak kunjung memberikan
jawaban. “Mohammad Hatta,” jawab Sahara membantu.114
Islam menganjurkan umatnya untuk bekerjasama dalam mencapai
tujuan kebaikan. Kerjasama merupakan fitrah manusia sebagai makhluk
sosial, di mana satu sama lain akan saling membutuhkan. Peran orang lain
sangat penting, seremeh apapun peran dan kemampuannya.115
Proses kerjasama akan menanamkan kesadaran kepada individu
atas peran unik dari tiap individu lain. Kerjasama memerlukan tanggung
jawab setiap orang. Tujuan dari kerjasama tidak bermuara pada
keberhasilan individu akan tetapi tujuan bersama.
Kerjasama diperintahkan oleh Islam, sebagaimana firman Allah:
(#θçΡuρ$yès?uρ ’ n? tã Îh É9ø9 $# 3“uθø) −G9 $# uρ ( Ÿωuρ (#θçΡuρ$yès? ’ n? tã ÉΟ øO M}$# Èβ≡ uρô‰ãèø9 $# uρ .
"Dan tolong menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebaikan dan takwa, dan jangan kamu tolong menolong dalam berbuat dosa dan permusuhan." (al-Maidah: 2).116
Kata birr dalam kalimat berarti segala kebaikan yang kemudian
dipahami sebagai kerelaan orang banyak. Dan kata takwa dipahami
sebagai ridha Allah. Sehingga kebaikan yang dimaksud dalam ayat
tersebut dapat disimpulkan kerelaan banyak manusia lainnya akan secara
tidak langsung juga akan membuat Allah ridha.117
113Riri Riza dan Mira Lesmana, Op.Cit., pada CD 1. 114Ibid., CD 2. 115J Suyuti Pulungan, Op.Cit., hlm. 195. 116Departemen Agama RI, Op.Cit., hlm. 157. 117Abdul Halim Hasan, Tafsir Al-Ahkam, (Jakarta: Kencana, 2006), hlm. 334.
84
Dalam beberapa episode di atas, pada episode 8, misi agama dan
kemaslahatan menjadi tujuan proses kerjasama yang dilakukan. Kerjasama
sebagai wujud dedikasi atas misi ketuhanan. Sementara pada Episode 11,
kerjasama antara guru dan murid dimaknai secara umum, yakni untuk
bekal menuju masa depan dan cita-cita agar memperoleh yang terbaik,
terutama nama baik sekolah.
Tujuan kerja sama adalah manfaat timbal balik di dalam interaksi-
interaksi manusia yang berjalan berdasarkan prinsip rasa saling hormat.
Kerjasama mengajarkan sikap untuk saling memahami dan menerima satu
sama lain dengan saling mendukung dan menguatkan.
2. Kemerdekaan
Nilai-nilai kemerdekaan dalam film Lakar Pelangi terdapat pada
beberapa episode sebagai berikut:
Episode 2, ketika hari pendaftaran siswa baru di sekolah. Harun
yang memiliki kelainan psikologis diterima oleh sekolah tersebut.
Seorang ibu sedang mengiringkan anaknya, Harunmenuju sekolah.
“Harun, Haruun.....” teriak Bu Mus sambil tersenyum gembira menyabut kedatangan Harun.
“Seorang anak yang sangat istimewa telah menyelamatkan kami dan menghadiahkan senyum bahagia bagi di wajah Bu Mus. Dan senyum-senyum itu akan berganti-ganti dengan banyak hal. Menemani tahun-tahun kami ke depan. Tahun-tahun yang tidak akan pernah bisa terlupakan.” back sound film.
Episode 7, di ruang guru, Harfan bercakap-cakap dengan
Muslimah
”Mus, mestinya kau jangan merasa terbebani hanya karena ayah kau ada dalam foto itu bersamaku. Sudah dua bulan ya gaji kau dan Bakri tertunda. Mus, kau tu masih muda, cantik pula. Kenapa tu kau tolak lamaran anak Haji Mahdun. Lah jadi istri saudagar kau di Jawa.” kata Harfan mengawali percakapan dengan Muslimah di ruang guru.
Muslimah merespon pernyataan itu dengan berkata, “Mimpi aku ini bukan jadi istri saudagar. Mimpi aku jadi guru. Dan bapak adalah orang yang langsung percaya bahwa aku bisa jadi guru.
85
Sudah lima tahun ini kita menghadapi macam-macam masalah pak. Tapi kita tetap bertahan kan pak. Soal uang, aku dapat dari menjahit, pak.”
“Alhamdulillah,” respon Harfan.
Episode 7, Muslimah mendengarkan komentar dari murid-murid
mengenai keputusan bahwa murid-murid harus melaksanakan ulangan di
SD PN Timah.
“Ndak begitu bu, biasanya kita kan ulangan di sini,” protes Ikal.
“Pake sandal ketubruk gini bu, apalah kata-kata anak-anak SD PN,” kata Kucai memprotes keputusan itu sambil mengangkat seolah menunjukkan sendal lusuhnya.
Akhirnya, murid-murid pun mengikuti perintah dari gurunya untuk mengikuti ulangan di sekolah lain.
Episode 8, Harfan dan Muslimah juga memberikan kebebasan
memilih kepada Bakri yang mendapat tawaran mengajar di sekolah SDN 1
Bangka Belitung.
“Aku dapat tawaran mengajar dari SD 1 Bangka,” ungkap Bakri kepada Harfan dan Bu Mus di ruang Guru.
“Bakri… ndak mungkinlah, Mus mengajar semua mata pelajaran itu sendirian. Sebentar lagi anak-anak itu kelas enam. Setidaknya apa kau tidak ingin tinggal dan mendampingi mereka hingga lulus. Tunggulah sebentar lagi,” pinta Harfan kepada Bakri.
“Yaah... Tapi tawarn dari SD bangka juga tidak bisa menunggu pak,” kata Bakri menegaskan sikapnya.
Episode 9, Harfan meminta persetujuan murid-muridnya mengenai
rencana keikutsertaan sekolah dalam lomba karnaval.
Di kelas Muslimah bersama Harfan berkata kepada murid-murid, “Anak-anak, bapak dan ibu lah memutuskan tahun ini kita akan ikut karnaval. Karena ibu melihat, kawan kita Mahar selalu dapat nilai tinggi dalam mata pelajaran kesenian dia menjadi ketua kelompok yang tugasnya adalah menentukan kesenian apa yang akan kita tampilkan dalam karnaval. Apa kau setuju mahar?”
Mahar menyatakan siap. “Yang lain setuju?” tanya Bu Mus. Murid-murid menjawab secara serentak, “Setuju, setuju.”.118
118Riri Riza dan Mira Lesmana, Op.Cit., CD 1.
86
Islam memerintahkan umatnya untuk menjamin hak-hak dasar
setiap individu. Islam merumuskan hak-hak dasar yang harus dijamin
dalam hukum Islam, yakni dikenal dengan istilah ushul al-khams atau al-
druriyyat al-khams (lima prinsip pokok yang menjadi kebutuhan primer),
yaitu menjaga jiwa, agama, akal, harta dan keturunan.
Prinsip kebebasan (al-huriyyah) dapat diartikan sebagai suatu
jaminan bagi setiap orang untuk menyampaikan pendapatnya dengan cara
yang baik, bertanggung jawab dan perilaku yang mulia (al-akhlaq al-
karimah).119 Pada dasarnya, kemerdekaan adalah suatu jaminan bagi
rakyat (umat) agar dapat melaksanakan hak-hak mereka.
Kebebasan yang dibutuhkan manusia adalah kebebasan beragama,
kebebasan dari perbudakan, kebebasan dari kekurangan, kebebasan dari
rasa takut, kebebasan menyatakan pendapat, kebebasan bergerak,
kebebasan dari penganiayaan dan lain-lain.120
Sebagai hak dasar, kebebasan membuat setiap orang atau golongan
merasa terangkat eksistensinya dan dihargai harkat kemanusiaannya di
tengah-tengah kemajemukan umat.
Al-qur'an menekankan pentingnya prinsip kebebasan berpendapat
ditegakkan. Di dalam surat al-Ashr, Allah menjelaskan di mana manusia
akan merugi, kecuali mereka yang beriman dan mengerjakan amal saleh
serta nasihat-menasihati supaya mentaati kebenaran. Untuk
merealisasikannya dituntut adanya kebebasan berpendapat. Kebebasan di
sini, diartikan sebagai sarana untuk mencari kebenaran agar tidak
terjerumus ke dalam hal-hal tercela. Hal ini sejalan dengan penciptaan
manusia oleh Allah dengan suatu fitrah (nature), yakni bebas untuk
memilih, bebas untuk menyatakan pendapat dan melakukan sesuatu
berdasarkan pilihan dan pendapatnya sepanjang tidak bertentangan dengan
jiwa syariat.121
119Zudi Setiawan, Op.Cit., hlm. 110. 120J Suyuti Pulungan, Op.Cit., hlm. 156. 121Ibid., hlm. 164.
87
Wujud nilai kemerdekaan dalam beberapa episode di atas beragam.
Kemerdekaan dalam arti jaminan untuk mendapatkan hak pendidikan
terdapat pada episode episode 2. Di mana Harun sebagai anak yang
cacatsecara psikologis tetap diberi tempat sama dengan anak-anak lain di
sekolah.
Kemerdekaan dalam arti jaminan untuk berpendapat terdapat pada
episode 7, ketika Muslimah mendengarkan komentar dari murid-murid
atas keputusan yang terkait dengannya, yakni ulangan.
Selain itu kemerdekaan berpendapat terdapat pada sikap Harfan
yang memberi kekebasan Muslimah untuk menyatakan pendapat dan
memilih jalan hidup sebagai guru. Pada episode 9, ketika Harfan meminta
persetujuan dari murid-murid mengenai keikutsertaan dalam lomba
karnaval. Kemudian juga pada episode 8, ketika Bakri mengeluarkan
alasan untuk berhenti mengajar di SD Muhammadiyah.
Kemerdekaan dalam pengertian kebebasan memilih, terdapat pada
episode 7, yakni Muslimah memilih jalan hidupnya sebagai guru dan pada
episode 8, Bakri memilih pindah mengejar di SDN 1 Bangka.
3. Kebahagiaan
Nilai-nilai kebahagiaan dalam film Lakar Pelangi terdapat pada
beberapa episode sebagai berikut:
Episode 3, di mana Harfan menawarkan cerita kepada murid-murid
yang sedang ditegur oleh Muslimah karena tidak ada di kelas pada jam
pelajaran.
Dari jarak tidak jauh, Harfan datang. “Hai anak-anak, siapa yang mau mendengarkan cerita Nabi
Nuh yang membuat perahu kayu terbesar yang pernah dibuat oleh manusia.” katanya dengan nada agak lantang.122
Murid-murid yang sedang bermain di tanah lapang mendadak berhamburan lari menuju kelas untuk mendengarkan cerita Harfan.
122Riri Riza dan Mira Lesmana, Op.Cit., CD 1.
88
Dalam Islam, menurut Ibnu Khaldun, bahagia adalah tunduk dan
patuh mengikuti garis-garis yang ditentukan Allah dan
perikemanusiaan.123 Bagi orang yang berpegang teguh dengan agama,
kebahagiaan adalah pada meninggalkan sesuatu yang terlarang, mengikuti
yang disuruh, menjauhi yang jahat, dan mendekati yang baik. Bahagia
adalah pada mengerjakan agama.
Sedangkan menurut Imam al-Ghazali, kebahagiaan adalah
kemenangan memerangi hawa nafsu dan menahan kehendaknya yang
berlebih-lebihan. Itulah yang bernama peperangan besar dan nilainya lebih
dari segala kemenangan. Kebahagiaan merupakan segala yang mengarah
pada kebaikan untuk bersama.124
Nilai kebahagiaan yang diajarkan dalam episode 3 di atas
terkandung pada sikap Harfan. Harfan sebagai kepala sekolah menjalankan
tugasnya agar proses belajar mengajar tetap berjalan. Ia memberikan
contoh cara megajar agar sesuai dengan perkembangan peserta didik,
yakni melalui cerita dan materi agama. Murid-murid yang berhamburan
dengan senang mengikuti pelajaran. Harfan melakukan pendekatan lebih
halus dari pada Muslimah yang tersulut oleh kemarahan.
4. Kejujuran
Nilai-nilai kejujuran dalam film Lakar Pelangi terdapat pada
beberapa episode sebagai berikut:
Episode 2, pada hari penerimaan siswa baru, Harfan selaku kepala
sekolah dengan jujur mengatakan kepada wali murid bahwa sekolah akan
ditutup karena syarat untuk mendapatkan sepuluh siswa baru tidak
terpenuhi. Harfan mengatakan itu dalam sambutannya.
"Syukur alhamdulillah kita ucapkan kepada Allah SWT, karena kehadiran bapak-bapak dan ibu-ibu di sini adalah untuk menyelamatkan pendidikan di SD Islam tertua di tanah Belitong ini, sekolah dengan dasar budi pekerti demi tegaknya akhlakul
123Hamka, Op.Cit., hlm. 12. 124Ibid., hlm. 16.
89
karimah, akhlak yang baik. Namun demikian, kalau kita tidak bisa memperoleh sepuluh orang murid baru, maka kita tidak bisa membuka kelas baru. Sebaiknya semua ini kita terima dengan hati yang ikhlas.”125
Episode 11, ketika lomba cerdas cermat berlangsung, juri tidak
menerima jawaban dari Lintang atas pertanyaan yang dilontarkan karena
tidak menjalankan aturan main.
“Soal pertama, siapakah yang menemukan mesin uap?” tanya pembaca soal.
“James Watt,” jawab Lintang tanpa memencet bel. “James Watt,” jawab regu A sambil memencet bel. “Seratus regu A,” puji pembaca soal tanda benarnya jawaban. “Kalau mau jawab dipencet dulu belnya, Ntang,” kata Ikal
memberikan pengertian.
Episode 11, pada lomba cerdas cermat, juri menerima kebenaran
jawaban Lintang. Pada akhir pertanyaan, kelompok Lintang dikurangi 100
karena jawaban Lintang dinilai salah. Salah satu guru SD PN Timah,
Mahmud, menginterupsi karena menurutnya jawaban Lintang adalah
benar.
“Sebentar, tunggu dulu. Hasil hitungan aku sama dengan anak itu. Menurutku hitungan anak itu benar,” kata Pak Mahmud menginterupsi.
“Kau meragukan kami? Lagi pula dari tadi aku melihat anak itu ndak pernah menghitung,” tanya Salah satu Juri dan memberi alasan kecurigaannya.
“Ini bukan masalah meragukan. Bapak-bapak dan ibu yang terhormat tapi hitungan anak itu benar. Bagaimana kalau kita hitung lagi bersama!?” kata Pak Mahmud menyarankan.
“Aku bisa menjelaskannya,” kata Lintang ingin mempertanggungjawabkan sikapnya.
Lintang menjelaskan jawabannya dengan cara menguraikanya di papan tulis yang disediakan oleh panitia.
“Maaf kami melakukan kesalahan, jawaban anak ini benar. Jadi pemenangnya adalah dari SD Muhammadiyah.” kata juri melihat uraian Lintang dan mengakhiri perlombaan.126
Islam memerintahkan pemeluknya agar bersikap jujur.
Sebagaimana firman Allah:
125Riri Riza dan Mira Lesmana, Op.Cit., CD 1. 126Ibid., CD 2.
90
$pκ š‰ r'≈ tƒ š⎥⎪ Ï% ©! $# (#θãΖ tΒ# u™ (#θà) ®?$# ©!$# (#θçΡθä. uρ yì tΒ š⎥⎫ Ï% ω≈ ¢Á9 $# .
"Hai orang-orang yang beriman bertaqwalah kepada Allah, dan hendaklah kamu bersama orang-orang yang benar." (at-Taubah: 119).127
Dalam ayat di atas, Allah juga berpesan agar seorang hamba
memihak dan bergaul kepada orang-orang yang bersikap jujur dan benar.
Kebenaran dapat diartikan sebagai sesuatu yang sesuai dengan fakta dan
juga keyakinan yang berdasar pada ajaran agama dan akal. Allah juga
berharap hamba untuk meneladani orang sekitarnya yang berpegang pada
kebenaran.128
Kejujuran dapat diartikan sebagai kesungguhan dan keterbukaan.
Keterbukaan adalah sikap yang lahir dari kejujuran demi menghindarkan
saling curiga. Kejujuran merupakan anjuran bagi umat Islam. Kebaikan
terlaksana ketika dalam masyarakat kejujuran terbina.
Kejujuran (As-Shidq) dipahami sikap membela yang benar, tidak
berdusta, kecuali yang diizinkan oleh agama karena mengandung maslahat
lebih besar. Kejujuran adalah menyatunya antara kata dengan perbuatan,
ucapan dengan pikiran. Jujur juga berarti tidak plin-plan dan tidak dengan
sengaja memutarbalikkan fakta atau memberikan informasi menyesatkan.
Tentu saja, jujur pada diri sendiri.
Jadi nilai kejujuran yang terkandung dalam episode 2, pada sikap
Harfan. Meskipun pahit, kepada wali murid, Harfan dengan terbuka
menyampaikan nasib sekolah yang terancam ditutup.
Pada episode 11, sikap jujur juri jelas terlihat ketika ia
mengabaikan jawaban Lintang karena tidak sesuai aturan yang disepakati
bersama. Meskipun jawaban Lintang benar, akan tetapi karena peraturan
untuk menjawab soal harus memencet bel, maka jawabannya dinyatakan
gugur. Akhirnya, juri memutuskan bahwa jawaban dari regu A diberi nilai
seratus setelah menjawab dengan terlebih dahulu memencet bel, meskipun
127Departemen Agama RI, Op.Cit., hlm. 301. 128M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah, (Jakarta: Lentera Hati, 2002), hlm. 745.
91
mereka menjawab setelah Lintang dan jawabannya sama dengan jawaban
dari Lintang.
Selain itu pada episode 11 juga, juri menerima kebenaran jawaban
Lintang karena sesuai dengan logika dan terbukti. Sikap itu kemudian
diikuti penerimaan secara terbuka dengan menyatakan telah berbuat keliru
.
5. Kerendahhatian
Nilai-nilai kerendahhatian dalam film Lakar Pelangi terdapat pada
beberapa episode sebagai berikut:
Episode 4, Harfan sebagai kepala sekolah membersihkan dan
memperbaiki gedung sekolah yang berantakan akibat air hujan. Ia tidak
segan meminta Muslimah dan anak-anak untuk belajar di luar kelas.
Anak-anak Laskar Pelangi bersama Muslimah membersihkan ruangan kelas yang dipenuhi oleh air hujan dan mengusir tiga kambing dari dalamnya.
Harfan datang mendekati Muslimah kemudian menyarankan, “Mus, kau ajak anak-anak itu belajar di luar kelas saja, ya?”
“Biar kita bersihkan bersama-sama.” pinta Muslimah. “Pergilah... nanti Bakri bisa bantu aku…. pergilah, ya?” kata
Harfan membujuk Muslimah agar mengikuti permintaannya. Akhirnya, Muslimah membawa murid-murid belajar keluar kelas. Sementara, Harfan membersihkan ruang kelas, dan menuntup lobang dindingnya.129
Islam mengajarkan pemeluknya untuk bersikap rendahhati kepada
siapapun. Sebagaimana terdapat dalam firman Allah:
Ÿω uρ… ÷β t“ øtrB öΝÍκön=tã ôÙÏ ÷z$# uρ y7 yn$ uΖy_ .t⎦⎫ÏΖÏΒ ÷σ ßϑù=Ï9
"…dan janganlah kamu bersedih hati terhadap mereka dan berendahdirilah kamu terhadap orang-orang yang beriman." (al-Hijr: 88).130
Rendah hati (tawadhu’) adalah sifat merendahkan diri, baik di
hadapan Allah SWT maupun terhadap setiap makhluk. Tawadhu’ lawan
kata dari takabur (sombong). Orang yang bertawadhu’ berarti orang yang
129Riri Riza dan Mira Lesmana, Op.Cit., CD 1. 130Departemen Agama RI, Op.Cit., hlm. 399.
92
selalu rela terhadap kedudukan yang lebih rendah, mau menerima
kebenaran, serta rendah hati terhadap siapapun.131
Dengan demikian nilai rendah hati pada episode 4 itu terkandung
dalam sikap Harfan. Harfan yang sebagai kepala sekolah tetap pada
keinginannya untuk membersihkan kelas. Padahal, seharusnya tugas
membersihkan dan memperbaiki adalah tugas orang yang berjabatan di
bawahnya. Meskipun, sebenarnya Muslimah yang menginginkan bersama
membersihkan sekolah,
Sikap Harfan tersebut mengandung nilai rendah hati sebagai sarana
penyucian jiwa dengan cara menjauhkan jiwa dari keangkuhan dan ujub
oleh sebab jabatan.
6. Kasih sayang
Nilai-nilai kasih sayang dalam film Lakar Pelangi terdapat pada
beberapa episode sebagai berikut:
Episode 1, ibu Ikal menenangkan anaknya, ketika Ikal diganggu
kakak-kakaknya. Ikal diejek karena sepatu yang akan dikenakannya lebih
cocok dikenakan oleh anak perempuan.
“Heh heh heh.. kau ini, kakaknya bisanya ngacau saja. Kal pakailah itu dulu, nanti kalau ada rezeki, umak beli lagi yang lebih bagus,” kata Ibu Ikal memperingatkan kakak-kakal Ikal dan membelanya.
Episode 1, untuk dapat mendaftarkan Ikal di SD Muhammadiyah,
ayah Ikal meminta ijin kepada tempatnya bekerja.
“Jadi kau minta ijin untuk ngantar ikal?” kata Ibu Ikal sembari memasak.
“Jadi, aku ijin setengah hari,” jawab Ayah Ikal sambil berdandan di depan cermin.
Episode 1, ibu Ikal menitipkan salam melalui suaminya kepada
Harfan.
“Aku pergi dulu.” kata Ayah Ikal menuju sepeda.
131Sa'id Hawwa, Op.Cit., hlm. 167.
93
“Sampaikan salamku buat Pak Harfan,” kata Ibu Ikal meresponnya.
Episode 7, Muslimah mengajarkan kepada murid-murid mengenai
peta Belitung.
Saat itu, Muslimah mengajar peta Belitong. “Lenggang, di mana Harun, Lenggang, Harun,” tanya
Muslimah. Harun menuju papan tulis tempat peta ditempelkan kemudian
ia menunjukkan posisi Lenggang di dalam peta tersebut. “Iya betul, pandai kau Harun,” puji Muslimah atas jawaban
Harun.
Episode 10, Muslimah bertamu ke rumah pamannya, Harfan yang
sedang sakit. Perbincangan mengenai obat untuk kesembuhan antara
Muslimah dan bu Haran seolah menjadi wujud kepedulian mereka kepada
Harfan.
“Dia cuma perlu istirahat Mus,” kata Bu Harfan kepada Muslimah.
Episode 10, ayah Lintang melarang anaknya ikut melaut. Ketika
melihat ayahnya yang mengemasi barang-barang untuk pergi melaut,
Lintang mengutarakan maksudnya untuk ikut membantu mencari ikan di
laut.
“Mau ape kau!? esok kau sekolah,” kata ayah Lintang dengan tegas seolah melarang kemauan Lintang. 132
Episode 11, ayah Lintang yang pergi melaut sejak pagi. Sampai
Lintang pulang dari mengikuti lomba, ayahnya belum juga pulang.
“Setelah hari bersejarah itu Lintang tidak kunjung muncul di sekolah,” kata back sound bercerita diiringi gambar penantian Lintang. Di rumah, Lintang memasak dan merawat adik-adiknya.
“Berhari-hari kami menanti sahabatku yang cerdas dan aku kagumi itu. Tapi tak ada kabar berita,” lanjut back sound menjelaskan.
Episode 11, ayah Lintang telah tiada. Lintang akan mengucapkan
salam perpisahan kepada teman-teman dan gurunya di sekolah.
132Riri Riza dan Mira Lesmana, Op.Cit., CD 1.
94
Suasana haru ketika murid-murid dan Muslimah melepas kepergian Lintang.
“Lintang!!!” kata Ikal berteriak sambil mengejar Lintang yang pergi mengayuh sepedanya. Ia seolah tidak rela melepas Lintang meninggalkan mereka semua.
Episode 12, Ikal dari perantauan pulang ke kampung halaman
untuk menemui Lintang.
“Tujuan aku pulang, sebenarnya ingin berterima kasih kepada kalian semua. Terutama kepada kau,” kata Ikal kepada Lintang.133
Islam mengajarkan pemeluknya untuk menebarkan kasih sayang.
Islam menuntut kasih sayang tidak hanya yang berdimensi pribadi. Kasih
sayang tidak hanya wajib bagi warga se-agama, tetapi wajib pula bagi
pemeluk agama lain. Kasih sayang juga merupakan tali pengikat yang
menghubungkan seluruh manusia, yang menjadi norma Islam maupun
agama-agama lain. Hal ini sesuai denga misi agama Islam.134 Allah
berfirman :
!$ tΒ uρ š≈ oΨ ù=y™ö‘ r& ωÎ) Zπ tΗôq y‘ š⎥⎫Ïϑn=≈ yè ù=Ïj9 .
“Dan tiadalah kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam.” ( QS. al-Anbiya’; 107).135
Dalam al-Qur’an, hanya Muhammad SAW yang disifati Allah
dengan sifat kasih sayang (ar-rahim). Perilaku nabi merupakan menifestasi
dari kasih sayang Allah kepada hambanya.136
Islam menegaskan cinta dan kasih sayang sebagai prinsip dasar
seluruh hubungan kemanusiaan. Islam memandangnya sebagai tali
penghubung segenap manusia di bumi ini, baik karena ikatan keluarga,
atau karena perjumpaan dalam masyarakat kecil atau besar, atau bahkan
dalam masyarakat manusia secara universal. Faktor-faktor inilah yang
membuat nabi Muhammad SAW memandang ucapan salam dan menjamu
tamu sebagai syiar Islam. Islam menganjurkan bagi muslim untuk
133Ibid., CD 2. 134Muh Abu Zahrah, Op.Cit., hlm. 51. 135Departemen Agama RI, Op.Cit., hlm. 508. 136M. Quraish Shihab, Op.Cit., hlm. 519.
95
mengucapkan salam kepada orang yang telah dikenal atau belum dikenal
agar menimbulkan kasih sayang dalam dirinya.137
Dengan demikian nilai kasih sayang yang terkandung dalam
episode di atas bermacam-macam. Tali kasih yang disebabkan oleh ikatan
keluarga, yakni antara ibu dan anak atau adik dan kakak, terdapat pada
beberapa episode. Pada episode 1, kasih sayang jenis ini terlihat ibu dan
ayah Ikal kepada Ikal dengan cara menenangkan ketika diejek dan
mendaftarkan anaknya ke sekolah. Pada episode 10, kasih sayang terlihat
dari kepedulian Muslimah dan bu Harfan kepada Harfan yang sedang
sakit. Kasih sayang hubungan darah juga terlihat ketika ayah Lintang
melarangnya untuk ikut melaut dengan alasan Lintang besok akan sekolah.
Sementara pada episode 11, tali kasih antara kakak-adik terlihat dari sikap
Lintang menggantikan tugas ayahnya untuk merawat adik-adiknya.
Kasih sayang yang bersifat amanah terdapat pada episode 7 karena
terdapat hubungan struktural guru-murid. Muslimah sebagai guru
memperlakukan dan mendidik Harun sebagaimana murid lain. Dalam
makna yang lebih dalam, keadilan lahir dari kasih sayang.
Sedangkan, kasih sayang dalam arti dorongan kemanusiaan,
terdapat pada episode 1 ketika ibu Ikal menitipkan salam untuk Harfan.
Pada episode 11 dan 12, di mana Lintang mengucapkan salam perpisahan
kepada teman dan gurunya, serta kepulangan Ikal ke Gantong untuk
mengucapkan terima kasih kepada temannya, Lintang.
7. Kedamaian
Nilai-nilai kedamaian dalam film Lakar Pelangi terdapat pada
beberapa episode sebagai berikut:
Episode 10, pencarian Tuk Bayan menyebabkan perpecahan pada
sepuluh murid anggota Laskar Pelangi. Sahara tidak setuju karena
menganggap hal itu sebagai perbuatan syikir.
137Muh Zahrah, Op.Cit., hlm. 47.
96
Mahar dan teman-temannya menemukan mantra dari Tuk Bayan Tula.
“Kalau nak pintar belajar kalau nak berhasil usaha,” kata Mahar membaca mantra tersebut bersama teman-temannya.
Sebagian murid anak merasa kecewa dan terjadi perselisihan dan adu mulut di antara mereka.
“Ku cekik kau Mahar,” kata Arai sambil mendorong badan Mahar.
Ikal yang tidak jauh dari kerumunan tersebut, mendekat kemudian menangahi perseteruan itu. Ia mengingatan, “Sudahlah!! Benar pesan itu, kita lah yang bodoh, sampai ke dukun segala,”.
Mahar menghampiri mereka berdua kemudian berucap, “Maafkan aku, boy.”138
Episode 11, pada acara lomba cerdas cermat, perselisihan terjadi
antara Mahmud dan juri lomba. Perselisihan terjadi disebabkan jawaban
Ikal yang dinilai salah, padahal menurut hitungan Mahmud adalah benar.
“Sebentar, tunggu dulu. Hasil hitungan aku sama dengan anak itu.” kata Mahmud menginterupsi.
“Maksudmu ape?” pertanyaan salah satu juri. “Ya menurutku hitungan anak itu benar,” komentar Pak
Mahmud. “Kau meragukan kami? Lagi pula dari tadi aku melihat anak
itu ndak pernah menghitung,” tanya Salah satu Juri dan memberi alasan kecurigaannya.
“Ini bukan masalah meragukan. Bapak-bapak dan ibu yang terhormat tapi hitungan anak itu benar. Bagaimana kalau kita hitung lagi bersama!?” kata Pak Mahmud menyarankan.
“Tidak perlu. Untuk ape? Dari tadi aku sudah curiga, jangan-jangan anak itu sudah tahu jawabannya,” kata juri.
“Aku bisa menjelaskannya,” kata Lintang ingin mempertanggungjawabkan sikapnya.139
Perdamaian dalam syariat Islam sangat dianjurkan, sehingga akan
terhindar dari kehancuran silaturahmi (hubungan kasih sayang) dan
permusuhan. Perintah Isalam untuk mendamaikan pihak yang berselisih
ini sesuai dengan firman Allah :
.لعلكم ترحمون خوة فأصلحوابين أخويكم واتقوااهللاإنماالمؤمنون إ
138Riri Riza dan Mira Lesmana, Op.Cit., CD 1. 139Ibid., CD2.
97
“Sesungguhnya orang mukmin itu bersaudara, karena itu damaikanlah antara kedua saudaramu dan bertaqwalah kepada Allah supaya kamu mendapat rahmat” (Qs. Al-Hujurat : 10)140.
Dalam ayat di atas Allah menjelaskan bahwa meskipun tidak
memiliki garis darah, umat mukmin adalah bersaudara oleh sebab
kesamaan kepercayaan agamanya. Persamaan dalam bentuk apapun dapat
menjadikan tali persaudaraan. Persaudaraan seperti ini dapat menjadi jalan
menuju perdamaian pihak yang berselisih.141
Perdamaian (Ash-Shulh) dapat dipahami penghentian perselisihan,
penghentian peperangan. Seluruh orang mukmin harus bersatu dan
mengambil bagian yang sama dalam rangka perdamaian. Hal ini bertujuan
untuk memelihara kesatuan dan persaudaraan suatu umat yang memiliki
persamaan hak dan kewajiban.142
Dengan demikian, nilai kedamaian yang terkandung dalam episode
10 dan 11 dari film ini. Pada episode 10, perdamaian terlihat dari sikap
Ikal dengan cara menenangkan pihak yang berselisih. Ikal tidak membela
atau menyalahkan Mahar karena telah mengajak teman-temannya ke
dukun. Ia mengingatkan bahwa hikmah atau pelajaran dari kejadian itu
lebih penting untuk disikapi.
Sedangkan pada episode 11, nilai perdamaian terdapat pada sikap
Lintang. Jawabannya mengakibatkan perselisihan antara Mahmud, juri dan
Zulkarnaen. Sehingga, Lintang mengambil langkah mendamainkan
mereka dengan jalan menjelaskan jawabannya. Karena uraian yang dibuat
Lintang dapat diterima akal, akhirnya juri menerimanya. Pelajaran yang
dapat diperoleh dari kejadian tersebut adalah bahwa perselisihan dapat
terjadi karena terjadi ketidaksepahaman dan sebaliknya, perdamaian akan
diraih ketika semua memegang kebenaran.
140Departemen Agama RI, Op.Cit., hlm. 846. 141M. Quraish Shihab, Op.Cit., hlm. 248. 142J Suyuti Pulungan, Op.Cit., hlm. 197.
98
8. Rasa hormat
Rasa hormat dalam film Lakar Pelangi terdapat pada beberapa
episode sebagai berikut:
Episode 1, ketika Muslimah berpapasan Lintang di jalan depan
sekolah.
“Siapa nama kau nak?” kata Muslimah dengan memegang sepedanya.
“Aku Lintang dari dari Tanjung Kelimpang.” jawab Lintang. “Sejauh ini kau naik kereta angin sendiri?” kembali
Muslimah bertanya seolah heran dengan semangat Lintang. Sambil menyerahkan surat kepada Muslimah Hafsari Hamid
atau Bu Mus, Lintang berkata, “Ayahku harus ke laut, jadi ndak bisa datang.”
Episode 7, meski terhalang oleh kawat berduri, salah satu murid
SD PN Timah, Flow tetap melakukan komunikasi dengan anak-anak
miskin seperti anggota Laskar Pelangi.
“Kau punya banyak majalah macam ini,” tanya Mahar. “Aku punya banyak…. Ambillah ini,” kata Flow sembari
tangannya mengulurkan majalah kepada anak-anak Laskar Pelangi. Satpam komplek perumahan karyawan PN Timah kemudian
mengusir mereka dari kawasan tersebut. “Pergi, pergi!!” kata Satpam mengusir Ikal dan kawan-
kawannya.143
Rasa hormat adalah perbuatan yang mencerminkan menghargai
lebih terhadap seseorang. Taat ataupun hormat tidak hanya terkait
hubungan secara vertikal namun juga horizontal. Manifestasi dari sebuah
rasa hormat adalah dalam bentuk kepatuhan dan ketaatan. Islam
mengajarkan pemeluknya untuk menumbuhkembangkan rasa hormat baik
kepada yang tua atau muda, seagama atau lain agama. Hal itu menjadi
wujud Islam yang rahmatan lil’alamin.144
Nilai hormat terkandung dalam kedua episode di atas. Pada episode
1, rasa hormat terdapat pada sikap Muslimah dalam menyambut
kedatangan Lintang. Muslimah merasa terhormat atas perjuangan yang
143Riri Riza dan Mira Lesmana, Op.Cit., CD 1. 144http://www.hidayahlirboyo.co.cc/2009/04/antara-patuh-dan-hormat.html. Diakses 25 Mei
2009 pukul 14;00 WIB.
99
dilakukan Lintang bersepeda dengan jarak 40 kilometer untuk
mendaftarkan diri di sekolahnya. Rasa hormatnya tidak didasari oleh status
tetapi karena semangat dan tanggungjawab Lintang yang masih kanak-
kanak.
Sedangkan pada episode 7, rasa hormat terdapat pada sikap Flow
sebagai seorang anak keturunan keluarga kelas atas memperlakukan
dengan baik anak-anak yang berstatus jauh di bawahnya. Diskriminasi
berdasarkan ekonomi yang terjadi tidak membuatnya merendahkan anak-
anak miskin. Meskipun dipisahkan oleh tembok dan kawat berduri, Flow
tetap mau berkomunikasi dengan anggota Laskar Pelangi. Mereka juga
berbagi pengetahuan tentang suku Asmat.
9. Tanggung jawab
Nilai-nilai tanggung jawab dalam film Lakar Pelangi terdapat pada
beberapa episode sebagai berikut:
Episode 3, Muslimah meminta tanggung jawab Kucai sebagai
ketua kelas. Kucai tidak mampu melaksanakan tugasnya sebagai ketua
kelas, di mana di saat jam pelajaran semua murid malah bermain di luar
kelas.
Muslimah berkata kepada Kucai “Kucai, menjadi seorang pemimpin itu adalah tugas yang mulia.”
Sahara yang sedang berlari menuju kelas, menghampiri Kucai dan berpesan, “Hai Kucai, al-Qur'an mengingatkan bahwa kepemimpinan seorang itu akan dipertanggungjawabkan kelak di akherat,”
Episode 7, Muslimah memilih untuk memotong percakapannya
dengan Mahmud untuk menunaikan tugasnya sebagai guru.
“Kenapa kau tolak mengajar di SD PN Mus? Ape yang kau cari dari sekolah yang hampir roboh itu. Anak-anak yang ndak jelas. Tak cerah masa depannya. Tawaran itu masih ada Mus. Aku bisa bicara dengan...” kata Mahmud.
“Maaf Pak Mahmud. Murid-muridku yang rajin menungguku dalam kelas,” jawa Muslimah.
100
Episode 8, meskipun Bakri berhenti mengajar di SD
Muhammadiyah, Muslimah bertahan. Bahkan, ia membulatkan tekad
untuk bekerja lebih keras.
“Iya… yang penting kita. Kita ndak boleh putus asa. Tugas kita adalah meyakini anak-anak ini bahwa mereka harus berani punya cita-cita,” kata Harfan menyemangati Muslimah.
“Iya. Iya, kita berdua harus bekerja lebih keras lagi, pak. Biar orang-orang percaya bahwa sekolah ini ada dan pantas untuk dibertahankan. Kita berdua harus bekerja lebih keras lagi,,, lebih keras lagi,” kata Muslimah optimis sambil menganggukkan kepala.
Episode 9, Mahar berusaha dengan keras atas tugasnya yang
ditunjuk untuk mempersiapkan konsep lomba karnaval.
“Ada yang tau dimana Mahar?” tanya Bu Mus kepada murid-murid di kelas.
Tiba-tiba, dari luar kelas Mahar datang dan berkata, “Akulah lah tau apa yang harus kita tampilkan waktu karnaval.”
Episode 10, Muslimah mempertanyakan hasil ulangan yang
menurun. Muslimah khawatir atas kedatangan Flow.
“Kehadiran Flow merubah sikap anak-anak,” kata Muslimah. “Jangan takut dulu lah Mus yang penting kau temani
mereka,” komentar Harfan. Di kelas, Muslimah menegur murid-murid karena hasil
ulangan meraka menurun. “Mahar Flow nilai ulangan kalian paling buruk. Apa kalian tidak mau lulus ujian,” tanya Bu Mus.145
Episode 11, Lintang bertanggung jawab ketika jawabannya atas
soal dari panitia yang mengakibatkan perdebatan panjang antara juri
lomba cerdas cermat, Mahmud, dan Zulkarnaen. Lintang bertanggung
jawab dengan menguraikan jawabannya.
“Aku bisa menjelaskan,” kata Lintang menengahi perdebatan. Lintang kemudian menuliskan uraian mengenai jawabannya
di papan tulis yang disediakan oleh panitia.146
Islam memerintahkan sikap tanggung jawab sebagaimana hadits:
145Riri Riza dan Mira Lesmana, Op.Cit., CD 1. 146Ibid., CD 2.
101
: يقول موسل عليه اهللا صلى اهللا رسول سمعت يقول عمر ابن عبداهللا عناإلمام راع ومسئول عن : كلكم راع وكلكم مسئول عن راعيته
)147 البخارى رواه(راعيته
Dari Abdullah Ibnu Umar mendengar Rasulullah SAW bersabda: "Tiap-tiap orang adalah pemimpin dan masing-masing bertanggung jawab terhadap orang yang dipimpinnya. Penguasa bertanggung jawab terhadap rakyatnya." (HR. Bukhari).
Agama Islam mengajarkan kepada setiap muslim untuk menjaga,
memelihara, dan mempertanggungjawabkan amanat dan menjauhkan diri
dari perbuatan khianat dan penyelewengan. Ia merupakan urat nadi dalam
kehidupan bermasyarakat dan bernegara.148
Tanggung jawab adalah mampu memberikan penjelasan atas
perbuatan yang telah dilakukan. Orang yang bertanggung jawab tidak
hanya dapat memberikan penjelasan atau jawaban tetapi juga mampu tidak
mengelak. Penjelasan atau jawaban tersebut diberikan kepada dirinya
sendiri, kepada masyarakat luas dan Tuhan. Kata tanggung jawab juga
mengandung makna penyebab, yaitu mempertanggungjawabkan sesuatu
yang disebabkan olehnya.
Menurut K Bertens, tanggung jawab terkait erat dengan kebebasan,
karena kebebasan adalah syarat mutlak untuk tanggungjawab.
Konsekuensi dari kebebasan itu adalah pertanggungjawabannya terhadap
kebebasannya dari pilihan yang ditempuhnya. Semakin tinggi tingkat
kedudukan seseorang, semakin banyak tanggung jawab yang ada
padanya.149
Menunaikan amanah dan tanggung jawab merupakan sesuatu yang
tidak mudah sehigga harus dikerjakan dengan memaksimalkan seluruh
kemampuan.
147Abu Abdullah Muhammad, Shahih Bukhari (Juz awal), (Beirut: Dar al-Kitab al Islam, tt),
hlm. 160. 148M. Yunan Nasution, Op.Cit.,hlm. 256. 149Dikutip dari Zahruddin, Op.Cit., hlm. 131.
102
Pertanggungjawaban dapat dilakukan secara horizontal dan
vertikal. Horizontal dalam arti sesama manusia atau orang yang
berkedudukan sama. Sementara vertikal dimaknai pertanggung jawaban
kepada atasan atau kepada sang khalik. Pertangungjawaban juga tidak
mengenal waktu, karena meskipun pertanggungjawaban dapat dilakukan
di dunia, di akherat nanti pertanggungjawaban juga harus dilakukan.
Nilai tanggung jawab terdapat pada beberapa episode di atas.
Tanggung jawab disebabkan amanah dan tugas terdapat pada episode 3,
Muslimah memeringatkan agar Kucai menjalankan amanahnya. Karena
posisi ketua kelas merupakan tugas mulia dan harus di
pertanggugjawabkan. Pada episode 7, di mana ketika di jalan berpapasan
dengan Mahmud, Muslimah lebih memilih untuk menunaikan tugasnya
menuju sekolah untuk mengajar dari pada membicarakan tawaran
mengajar di SD PN Timah. Pada episode, meskipun Bakri berhenti
mengajar, Muslimah tetap bertanggung jawab untuk mendidik murid-
murid, bahklan dengan usaha lebih giat. Pada episode 9, tanggung jawab
terlihat dari usaha keras Mahar untuk menunaikan tugasnya
mempersiapkan lomba karnaval. Pada episode 10, pertanggungjawaban
dilakukan Muslimah dengan mempertanyakan hasil ulangan. Sedangkan
pada episode 11, tanggung jawab terdapat pada sikap Lintang dengan cara
memberikan uraian atas jawabannya.
Tanggung jawab merupakan sebuah hal pokok dalam kepribadian
seseorang, orang yang tidak memiliki (atau lari dari) tanggung jawab
adalah orang yang tidak memiliki kepribadian.
10. Kesederhanaan
Nilai-nilai kesederhanaan dalam film Lakar Pelangi terdapat pada
beberapa episode sebagai berikut:
Episode 1, pada hari pertama masuk sekolah, Ikal memanfaatkan
sepatu bekas kakaknya.
103
“...Kal pakailah itu dulu, nanti kalau ada rezeki, umak beli lagi yang lebih bagus,” kata Ibu Ikal memarahi kakak-kakaknya.
Episode 4, Harfan memperbaiki dinding kelas yang berlubang. Ia
menutupnya dengan poster bergambar Rhoma Irama. Kepala sekolah
tersebut juga menjemur kapur tulis yang basah akibat terkena air hujan.
Episode 6, ketika pelajaran berhitung, di SD PN Timah, Mahmud
membagikan satu kalkulator untuk setiap anaknya. Sementara di SD
Muhammadiyah Muslimah memanfaatkan media pembelajaran seadanya.
“Sekarang kita akan belajar berhitung. Ayo keluarkan lidi-lidimu. Ibu akan membacakan soal, dua belas ditambah empat kali min lima sama dengan (12+4x-5=)... Ayo dihitung sekarang!”.
“Minus 80,” jawab Lintang. Sahara bermain dengan harun di depan kelas. “Run, Run, jadi anak kucing kau tu ada anak tiga,
bilangannya tiga lahirnya juga ditanggal tiga, run ya.” tanya Sahara kepada Harun.
Harun menjawab dengan isyarat jari tangannya. “Pintar sekarang kau Run, ya.” komentar Sahara atas jawaban
Harun.
Episode 9, di pasar, Muslimah menyaksikan bahwa SD PN Timah
akan mempersiapkan karnaval dengan fasilitas mewah.
“Bu Fatimah, kok belanja kain banyak sekali?” tanya Muslimah.
“Oh, seragam anak SD PN. Kan sebentar lagi perayaan 17-an. Ada Lomba karnaval kan. Seragamnya dibuat baru lagi. Juara bertahan harus tampil prima kan Mus,” kata Fatimah, seorang orang tua murid SD PN yang sedang membelikan kain baru untuk persiapan anaknya ikut karnaval 17-an.
Harfan dan Muslimah memutuskan sekolahnya akan ikut lomba karnaval dengan menunjuk Mahar sebagai koordinatornya.
“Mahar Bapak harus ingatkan kau kite ndak ada dana,” pesan Harfan kepada Mahar.
“Setuju. Serahkan saja pada Mahar dan alam,” kata Mahar percaya diri.150
Islam mengajarkan pola hidup sederhana dalam segala bidang
kehidupan. Firman Allah dalam QS. Al-Furqon; 67:
150Riri Riza dan Mira Lesmana, Op.Cit., CD 1.
104
t⎦⎪ Ï%©!$#uρ !#sŒ Î) (#θ à)xΡ r& öΝs9 (#θ èù Ìó¡ç„ öΝs9uρ (#ρç äI ø)tƒ tβ% Ÿ2 uρ š⎥÷⎫t/ šÏ9≡sŒ .$YΒ#uθ s%
"Dan orang-orang yang apabila membelanjakan (harta), mereka tidak berlebihan, dan tidak (pula) kikir, dan adalah (pembelanjaan itu) di tengah-tengah antara yang demikian.".151
Islam (Qana’ah) dipahami sebagai sikap merasa cukup atas apa
yang dimilikinya dengan mengharap ridha atas karunia dan rezeki yang
diberikan Allah SWT. Orang yang hidup qana’ah bisa saja memiliki harta
yang sangat banyak, namun bukan untuk menumpuk kekayaan.
Qana’ah mempunyai korelasi erat dengan syukur. Syukur
membuahkan qana’ah dan sebaliknya. Syukur sebagai tanda hamba
menikmati keadaan yang mungkin kurang. Qana’ah merupakan buah
kesyukuran yang membuat pelakunya tenang dan stabil dengan menerima
keadaan tanpa keluhan atau bahkan menggugat keadaan yang tidak sesuai
keinginan. Akan tetapi, sesuatu yang diterima itulah menjadi keberkahan
dari Allah.152 Kesederhaan menjadi wahana menyucikan jiwa karena
menghindarkan dari sifat mubadzir atau membuang-buang.
Kesederhaan terdapat pada episode 1 adalah ketika ikal
memanfaatkan sepatu bekas kaknya yang masih dapat difungsikan. Hal
sama dilakukan Harfan pada episode 4. Harfan memanfaatkan barang yang
cacat dengan melakukan pengolahan terlebih dahulu agar dapat
dimanfaatkan kembali. Wujud rasa syukur dalam hal ini dipahami dengan
mengambil nilai manfaat meskipun barang bekas atau cacat.
Kesederhanaan di sini diartikan memaksimalkan nilai guna sebuah barang.
Pada episode 6, kesederhaan terdapat pada pemanfaatan media
pembelajaran menghitung, yakni Muslimah memanfaatkan lidi. Sedangkan
pada episode 9, alasan Muslimah untuk memutuskan mengikuti lomba
karnaval adalah satu, yakni sumber daya manusia. Mahar selalu mendapat
nilai bagus pada mata pelajaran kesenian. Berbeda dengan SD PN Timah
yang mengandalkan dana dan fasilitas untuk bekal utama lomba karnaval.
151Departemen Agama RI, Op.Cit., hlm. 568. 152M Yunan Nasution, Op.Cit., hlm. 154.
105
11. Toleransi
Nilai-nilai toleransi dalam film Lakar Pelangi terdapat pada
beberapa episode sebagai berikut:
Episode 1, yaitu ketika ia menuju sekolah untuk mendaftarkan
anaknya. Ayah Ikal mendiamkan komentar para karyawan perusahaan.
“Kemana kau? nganter anak ke sekolah miring itu. Yang pasti, dari sekolah miring itu apa yang akan kau dapatkan. Percuma kuliah akhirnya jadi kuli jua,” komentar para pekerja yang sedang melihat Ikal dan ayahnya melintas di depan perusahaan.
Episode 7, anak-anak Laskar Pelangi mengikuti ujian di SD PN
Timah. Pengawas ujian meremehkan Harun karena kertas jawaban yang
seharusnya digunakan untuk menjawab soal malah digambari kucing.
“Anak itu malah menggambar kucing,” kata seorang pengawas sambil tertawa menunjukkan lembar jawaban Harun kepada pengawas lain.
Sekembalinya di SD Muhammadiyyah, Muslimah mengungkapkan ketidaksukaannya atas sikap pengawas kepada Harfan.
“Ndak usah terlalu kau fikirkan Mus. Kau siapkan rapot anak-anak itu lalu biarkan mereka berlibur. Kau pun perlu pergi berlibur kan,” kata Harfan meredam emosi Muslimah.
“Si Harun akan kau buatkan rapot khusus lagi kan?” tanya Harfan.
“Iya pak.” jawab Bu Mus.153
Islam menganjurkan pemeluknya untuk bersikap toleran. Firman
Allah:
ö/ä3s9 ö/ä3ãΨƒ ÏŠ u’Í<uρ È⎦⎪ÏŠ
"Untukmu agamamu, dan untukku, agamaku."(Qs Al-Kafirun: 6)154
Dalam ayat di atas berpesan untur membiarkan masing-masing
agama berdiri sendiri sesuai dengan bangunannya sehingga tidak perlu
dicampuradukkan. Masing-masing agama memiliki keyakinan tersendiri.
153Riri Riza dan Mira Lesmana, Op.Cit., CD 1. 154Departemen Agama RI, Op.Cit., hlm. 1112.
106
Allah juga akan membalas hamba yang tidak memegang teguh agama-Nya
dengan balasan yang sesuai.155
Unsur toleransi dalam ayat tersebut, meskipun tidak sependapat
dengan keyakinan, Rasulullah, menghargai keyakinan kaum Qurays untuk
menyembah berhala. Islam menghargai sikap atau keyakinan orang-orang
di luar Islam. Dan Allah pun tidak melarang berbuat baik kepada mereka
yang tidak memusuhi Islam. Sehingga, muncullah tiga rumusan konsep tri
ukhuwah yang harus dikembangkan oleh umat Islam, yakni ukhuwah
Islamiyyah (persaudaraan sesama umat Islam), ukhuwah wathaniyyah
(persaudaraan sebangsa), dan ukhuwah basyariyyah (persaudaraan sesama
manusia).156
Toleran (tasamuh) adalah sikap tenggang rasa kepada sesamanya.
Toleran mengandung pengertian bersikap mendiamkan, membiarkan,
lapang dada, dan murah hati. Jadi toleransi (tasamuh) beragama dapat
diartikan sebagai sikap menghargai, dengan sabar menghormati keyakinan
atau kepercayaan seseorang atau kelompok lain.157
Nilai toleran terkandung pada episode 1. Ayah Ikal yang
mendiamkan komentar negatif dilontarkan oleh salah satu karyawan
terhadap sekolah Ikal. Hal itu sebagai wujud penghormatan atas pendapat
mereka yang meyakini mengenai pendidikan sehingga tidak dapat
dipersalahkan. Sikap toleran terdapat episode 7. Di mana Harfan memilih
menyarankan Muslimah untuk membuatkan rapor dari pada Muslimah
berfikir mengenai sikap pengawas ujian mengolok Harun.
12. Kesatuan
Nilai-nilai kesatuan dalam film Lakar Pelangi terdapat pada
beberapa episode sebagai berikut:
155M. Quraish Shihab, Op.Cit., hlm. 581. 156Zudi Setiawan, Op.Cit., hlm. 127. 157http://www.jamaahmuslimin.com/risalah/113/wawasan3.htm. Diakses pada 25 Mei 2009
pukul 14;00 WIB.
107
Episode 11, seluruh pihak di sekolah disatukan agar untuk
mempersiapkan lomba cerdas cermat dengan harapan dapat
menyumbangkan nama baik sekolah. Meskipun, yang menjadi wakil
adalah Ikal, Lintang, dan Mahar, akan tetapi semua murid mengikuti
latihan-latihan secara terus-menerus. Begitu juga ketika berangkat menuju
lokasi pelaksanaan lomba, mereka saling berbagi tugas. Lintang yang
rumahnya jauh ditunggu di sekolah oleh Zulkarnaen dengan mobilnya.
Muslimah dan murid-murid lain dipersilahkan untuk berangkat terlebih
dahulu. Dan ketika Lintang tidak kunjung datang, Muslimah menyiapkan
Sahara untuk menggantikannya.
”Sahara, kau siap-siap gantikan Lintang,” kata Muslimah. Perjuangan akhirnya membuahkan hasil. Pada akhir
perlombaan, juri mengumumkan pemenangnya adalah SD Muhammadiyah.
”Jadi pemenangnya adalah dari SD Muhammadiyah.” kata juri mengakhiri perlombaan.158
Islam memerintahkan agar pemeluknya bersatu. Firman Allah
dalam surat Ali Imran; 103:
(#θßϑÅÁ tGôã $#uρ È≅ö7 pt¿2 «! $# $ Yè‹Ïϑy_ Ÿω uρ (#θ è%§x s?
“Berpeganglah kalian semua kepada tali Allah (Agama Islam) dan jangan berpecah belah.”159
Suatu perintah yang tegas dari Allah agar kaum muslimin bersatu
padu dalam tali atau wadah yang satu yaitu Islam.160
Islam dengan perangkat syari’ah yang ada telah mewajibkan
seluruh umatnya untuk membentuk suatu sistem sosial yang berkiblat pada
kebenaran agama. Jadi jelasnya, agama (Islam) harus dijadikan sebagai
suatu wadah yang menampung dan mempersatukan seluruh manusia yang
mempunyai latar belakang berbeda, baik secara kultur, ekonomi, status
sosial ataupun pola pikir. Dengan demikian akan terbentuk suatu sistem
158Riri Riza dan Mira Lesmana, Op.Cit., CD 2. 159Departemen Agama RI, Op.Cit., hlm. 93. 160J. Suyuti Pulungan, Op.Cit., hlm. 146.
108
kemasyarakatan yang harmonis dan damai walau penuh dengan nuansa
perbedaan.
Nilai kesatuan yang tergambar pada episode 11 di atas adalah
individu disatukan dalam tekad mendedikasikan tenaga dan fikirannya
untuk menyumbangkan nama baik sekolah. Semua elemen dalam sekolah
mengambil peran dan bersatu agar sekolah yang mengajarkan nilai-nilai
agama diakui kualitasnya.
C. Implikasi Nilai-Nilai Edukatif dalam Film Laskar Pelangi terhadap
Pendidikan Agama
Film Laskar Pelangi merupakan salah satu produk media audiovisual
yang menyajikan pesan materi mendidik. Nilai-nilai dalam ajaran Islam
dikemas sedemikian rupa untuk kemudian dijadikan sebagai dasar mencari
solusi alternatif atas persoalan yang muncul. Karena film ini disusun dari
cerita nyata, maka seharusnya pesan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya
juga dapat dijadikan pedoman menyelesaikan persoalan yang terjadi saat ini.
Pesan utama dari film tersebut memiliki kaitan erat dengan problem
pendidikan yang terjadi saat ini di negeri ini. Bangsa yang saat ini telah
mengalami krisis moral. Masyarakat kehilangan kehilangan teladan dan sosok
inspirasi karena mereka sering menemukan sosok yang selama ini dikagumi
ternyata juga ketahuan berperilaku amoral, semisal korupsi.
Berangkat dari kesadaran itu, cerita dalam film diharapkan dapat
membangkitkan motivasi dan spirit untuk meneladani nilai-nilai yang
terkandung di dalamnya. Di antara implikasi dari nilai-nilai edukatif dalam
film Laskar Pelangi dalam pendidikan agama adalah :
1. Pendidikan agama hendaknya tidak hanya berorientasi pada pengejaran
penguasaan materi pada ranah kognitif
2. Pendidikan agama seharusnya lebih menitikberatkan pada internalisasi dan
penghayatan materi
3. Kelurga dan sekolah sebagai pilar pendidikan seharusnya dapat bersama-
sama membangun karakter anak
109
4. Pendidikan agama perlu dikemas secara tematik disesuaikan dengan
kondisi lingkungan sosial sekitar
5. Media yang efektif adalah media yang menitikberatkan pada pertimbangan
spirit dan nilai manfaat, tidak hanya berdasar pertimbangan pasar
6. Bermain peran merupakan salah satu cara yang sangat efektif untuk
menanamkan nilai-nilai ajaran agama.
110
BAB V
SIMPULAN, SARAN DAN PENUTUP
A. Simpulan
Berdasarkan pembahasan hasil penelitian pada bab sebelumnya, maka pada bab
ini, penulis akan menyampaikan butir-butir kesimpulan.
Film Laskar Pelangi sebagai karya audiovisual yang menyajikan cerita
berdasar pengalaman penulisnya terkait perjalanan pendidikannya. Cerita yang
dipaparkan tentunya mengandung nilai yang layak untuk dijadikan pelajaran,
diambil hikmahnya dan menjadi inspirasi. Nilai-nilai edukatif tersebut dapat
dijadikan sebagai referensi dan berperilaku dalam kehidupan nyata.
Dikaji dari perspektif Pendidikan Islam, pendidikan pada dasarnya bermuara
untuk menjadikan manusia berakhlak mulia sehingga dapat menjalankan
tugasnya sebagai khalifah dan hamba Allah di bumi. Untuk membentuk
manusia berakhlak mulia dalam berinteraksi di kehidupan nyata, dalam proses
Pendidikan Islam harus ditanamkan nilai-nilai yang mendidik (edukatif)
manusia menuju pribadi ideal. Adapun nilai-nilai dalam Islam yang harus
dimiliki oleh pemeluknya sebagai pedoman berperilaku dalam kehidupan di
antaranya adalah kerjasama, kemerdekaan, kebahagiaan, kejujuran,
kerendahhatian, kasih sayang, kedamaian, rasa hormat, tanggung jawab,
kesederhanaan, toleransi, kesatuan.
Dalam film Laskar Pelangi, materi kisah yang disajikan adalah tentang proses
pendidikan di sekolah yang memosisikan ajaran Islam sebagai sumber
pedoman pembelajaran. Oleh karena itu, peneliti berkesimpulan film tersebut
memiliki pesan nilai-nilai yang mendidik. Adapun ditinjau dari Pendidikan
Islam, nilai-nilai edukatif yang terkandung dalam film Laskar Pelangi adalah
sebagai berikut:
111
a. Kerjasama
Islam mengajarkan umatnya untuk saling tolong menolong (kerjasama)
dalam kebaikan. Islam memerintahkan kerjasama karena hal itu sesuai
dengan fitrah manusia sebagai makhluk sosial. Dalam film Laskar Pelangi
nilai-nilai kerjasama terkandung pada beberapa episode. Salah satunya
pada episode 5 ketika Zulakarnaen akan terus menyokong dana demi
tegaknya sekolah, sementara Harfan Muslimah mengelolanya.
b. Kemerdekaan
Islam mengajarkan agar umatnya menjamin hak setiap umat manusia.
Kemerdekaan adalah ketika individu terjamin atau bebas untuk
menentukan sikap pilihannya. Dalam Islam lima hak dasar yang harus
terjamin (al-druriyyat al-khams), yaitu menjaga jiwa, agama, akal, harta
dan keturunan. Pada episode 8 film Laskar Pelangi, di sana terkandung
nilai kemerdekaan untuk menentukan pilihan dan jalan hidup.
c. Kebahagiaan
Dalam Islam, kebahagiaan dimaknai tunduk dan patuhnya seorang hamba
kepada ajaran Allah dan perikemanusiaan. Kebahagiaan adalah
kemenangan yang diraih dengan mengendalikan hawa nafsu. Nilai
kebahagiaan dalam film Laskar Pelangi terkandung pada episode 3 ketika
proses pembelajaran yang sempat terhambat dapat berjalan berkat cerita
yang ditawarkan kepala sekolah.
d. Kejujuran
Islam mengajarkan agar umatnya bersikap jujur. Jujur dalam arti
menyatunya antara perkataan, hati dan perbuatan. Jujur juga dapat
dipahami sebagai sikap tidak memutarbalikkan fakta. Nilai kejujuran yang
terkandung dalam film Laskar Pelangi terdapat pada episode 11, ketika
berlangsung lomba cerdas cermat. Meskipun jawaban benar, juri tidak
memberikan nilai atas jawaban Lintang karena caranya tidak sesuai dengan
aturan yang sudah disepakai.
112
e. Kerendahhatian
Islam mengajarkan pemeluknya untuk rela atas kedudukan yang lebih
rendah terhadap siapapun selama berpegang pada kebenaran. Nilai
Kerendahhatian terkandung dalam episode 4, ketika Harfan sebagai kepala
sekolah rela menawarkan diri membersihkan sekolah.
f. Kasih Sayang
Islam menganjurkan pemeluknya untuk menebar kasih sayang dengan cara
menyambung tali persaudaraan kepada siapapun. Salah satunya dengan
cara mengucapkan salam. Nilai kasih sayang terkandung pada episode 1,
yaitu ketika Ibu Ikal titip salam melalui suaminya kepada Harfan.
g. Kedamaian
Islam menganjurkan umatnya untuk menyebarkan perdamain dengan cara
mendamaikan pihak yang berselisih. Lebih dari itu, Islam juga
memerintahkan untuk menjaga perdamaian antara umat manusia. Nilai
perdamaian terkandung pada episode 11 ketika terjadi perselisihan antara
Mahmud dan juri lomba cerdas cermat. Akhirnya, Lintang mendamaikan
mereka dengan cara menjelaskan sikap dan jawabannya.
h. Rasa Hormat
Islam memerintahkan agar umatnya menghargai lebih terhadap setiap
individu, baik tua atau muda dan seagama atau tidak. Rasa hormat yang
bersifat vertikal dapat dilihat dari sikap tunduk dan patuh. Nilai rasa hormat
terkandung pada episode 7 ketika Flow menghargai lebih dengan cara tetap
menjalin komunikasi dengan anak-anak yang berstatus kelas jauh di
bawahnya.
i. Tanggung Jawab
Islam memerintahkan agar pemeluknya senantiasa berlaku tanggung jawab.
Tanggung jawab dipahami sebagai sikap tidak mengelak dan bisa
menjelaskan pelaksanaan tugas atau amanah yang diberikan. Nilai
tanggung jawab dalam film terkandung pada episode 3, Muslimah
mengajarkan agar Kucai sebagai ketua kelas mampu melaksanakan
tugasnya untuk mengondisikan murid-murid lain.
113
j. Kesederhanaan
Islam menganjurkan pemeluknya agar merasa cukup dengan apa yang
dimilikinya sebagai karunia dari Allah. Sederhana tidak berarti tidak kaya,
akan tetapi dipahami sebagai sikap menghindari sikap mubadzir. Sederhana
adalah wujud syukur dengan memanfaatkan suatu nikmat secara maksimal.
Nilai kesederhaan yang terkandung dalam kisah film ini terdapat pada
episode 6, berdeda dengan Mahmud yang menggunakan kalkulator,
Muslimah memanfaatkan lidi-lidi untuk pelajaran berhitung.
k. Toleransi
Islam memerintahkan umatnya agar berperilaku toleran kepada siapapun.
Toleransi berarti mendiamkan, lapang dada dengan menghargai keyakinan
dan kepercayaan individu lain. Nilai toleransi yang terkandung dalam film
terdapat pada episode 1, ayah Ikal mendiamkan komentar negatif karyawan
perusahaan tentang sekolah yang akan ditempati anaknya.
l. Kesatuan
Islam menganjurkan agar pemeluknya menyatukan diri dengan berpegang
teguh pada ajaran agama. Perbedaan ekonomi, status sosial, suku dan ras
dapat disatukan dengan nilai kedamaian dalam Islam. Nilai kesatuan yang
terkandung dalam film terdapat pada episode 11, semua pihak disatukan
untuk bersatu dalam mempersiapkan lomba cerdas cermat. Dari kesatuan
ini diharapkan nama baik sekolahnya akan terangkat.
B. Saran
Sebagai akhir dari penulisan skripsi ini, berdasarkan hasil penelitian yang telah
penulis lakukan, maka penulis ingin memberikan saran sebagai berikut :
1. Munculnya tekhnologi modern menjadi tantangan bagi dunia pendidikan.
Tekhnologi dapat menghambat pendidikan dan juga sebaliknya. Produk
tekhnologi perlu dimanfaatkan dengan cara merekayasanya supaya berguna
dalam proses kegiatan belajar megajar dan tercapainya tujuan pendidikan.
Produk teknologi dapat dimanfaatkan sebagai media Pendidikan Islam.
114
2. Para insan per-film-an perlu mengoreksi diri dengan tidak hanya
menyajikan materi film yang tidak mendidik. Produksi film perlu
mengubah arahnya dengan tidak hanya berjalan dalam logika untung dan
rugi dan mengabaikan unsur pendidikan.
3. Tontotan sering menjadi tuntunan. Akan tetapi, penonton film seharusnya
bersikap bijak dengan hanya mengambil pelajaran dan hikmah dari sebuah
film. Nilai-nilai yang mengandung kebaikan bagi umat manusia patut
ditiru. Dan yang berlawanan dari nilai kemanusiaan perlu diabaikan dengan
memahaminya sebatas unsur hiburan.
C. Penutup
Puji syukur pada Allah SWT, karena penulis telah berhasil
menyelesaikan naskah skripsi yang sangat sederhana ini, sebagai syarat
kelulusan. Betapapun masih sangat banyak kekurangan, semoga naskah skripsi
ini dapat memberi manfaat, terutama bagi penulis, dan bagi para praktisi
pendidikan.
115
DAFTAR PUSTAKA
Achmadi, Ideologi Pendidikan Islam, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005, Cet. 1.
Al-Syaibany, M. Omar Taomy, Filsafat Pendidikan Islam (Terj. Hasan Langgulung), Jakarta: Bulan Bintang, 1976.
An-Nahlawi, Abdurrahman, Pendidikan Islam di Rumah, Sekolah, dan Masyarakat, Jakarta: Gema Insani Press, 1995.
An-Nahlawi, Abdurrahman, Prinsip-Prinsip dan Metoda Pendidikan Islam, Bandung: CV. Diponegoro, 1989, Cet. 1.
Arifin, M., Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Bina Aksara, 1987.
Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian; Suatu Pendekatan Praktik, Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2006, Cet. 13.
Arsyad, Azhar, Media Pengajaran, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2000, Cet. 2.
Echols, John. M. dan Hassan Sadily, Kamus Inggris Indonesia, Jakarta: Gramedia, 1992.
Hadi, Sutrisno, Metodologi Reseach, Yogyakarta: Andi, 2000.
Hamka, Tasawuf Modern, Jakarta: Pustaka Panji Mas, 1990.
Hasan, Abdul Halim, Tafsir Al-Ahkam, Jakarta: Kencana, 2006.
Hawwa, Sa'id, Tazkiyatun Nafs, Jakarta: Pena Pundi Aksara, 2006.
Hirata, Andrea, Laskar Pelangi, (Yogyakarta: Bentang, 2008), Cet. 17.
http://bukuygkubaca.blogspot.com/2009/01/maryamah-karpov-mimpi-mimpi-lintang.html.
http://digilib.petra.ac.id/viewer.php?.
http://en.wikipedia.org/wiki/Living_Values.
http://id.wikipedia.org/wiki/Andrea_hirata.
http://id.wikipedia.org/wiki/Edensor.
http://id.wikipedia.org/wiki/Laskar_Pelangi.
http://id.wikipedia.org/wiki/Maryamah_Karpov.
116
http://id.wikipedia.org/wiki/Sang_Pemimpi.
http://ilmea.depperin.go.id/sk/uu199208.htm.
http://info.g-excess.com/id/info/Meneladani_Perjuangan_Nabi.info.
http://jurnal.ump.ac.id/_berkas/jurnal/12.pdf.
http://penerbitanbuku.wordpress.com/2007/11/23/profil-andrea-hirata/.
http://shavaat.wordpress.com/2008/09/26/film-laskar-pelangi-nontonlah/.
http://suaramerdeka.com/v1/index.php/read/cetak/2008/09/26/32427/Dunia-Laskar-Pelangi-yang-Mewakili.
http://tv.kompas.com/content/view/6383/109/.
http://www.hidayahlirboyo.co.cc/2009/04/antara-patuh-dan-hormat.html.
http://www.hidayatullah.com/index.php?.
http://www.indosiar.com/ragam/63089/laskar-pelangi-menuju-layar-lebar.
http://www.jamaahmuslimin.com/risalah/113/wawasan3.htm.
http://www.kapanlagi.com/h/0000255099.html.
http://www.nu.or.id/page.php?lang=id&menu=news_view&news_id=11154.
http://www.wikimu.com/News/DisplayNews.aspx?ID=8004.
Ismail SM dan Abdul Mukti (penyunting), Pendidikan Islam, Demokratisasi dan Masyarakat Madani, Semarang: Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang kerjasama Pustaka Pelajar, 2000,
Kompas, Edisi 17 Juni 2010 pada rubrik Pendidikan dan Kebudayaan.
Moleong, Lexy J., Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2007, Cet. 24.
Muhaimin dan Abdul Mujib, Pemikiran Pendidikan Islam (Kajian Filosofis dan Kerangka Dasar Operasionalnya), Bandung: PT Trigenda Karya, 1993.
Muhammad, Abu Abdullah, Shahih Bukhari (Juz awal), Beirut: Dar al-Kitab al-Islam, tt.
Munir, Ahmad, Tafsir Tarbawi; Mengungkap Pesan al-Qur’an tentang Pendidikan, Yogyakarta: Teras, 2008.
Nasution, M. Yunan, Islam dan Problema-problema Kemasyarakatan, Jakarta: Bulan Bintang, 1988.
117
Pulungan, J Suyuti, Prinsip-prinsip Pemerintahan dalam Piagam Madinah Ditinjau dari Pandangan al-Qur'an, Jakarta: Rajawali Persada, 1996.
Rivers, William L., et al., Media Massa dan Masyarakat Modern, Jakarta: Prenada Media, 2003.
Riza, Riri dan Mira Lesmana, Film Laskar Pelangi, Jakarta: Miles Films, 2008.
Sadiman, Arif S., Media Pendidikan; Pengertian, Pengembangan dan Pemanfaatannya, Jakarta: CV. Rajawali, 1986, Cet. 1.
Said, Usman, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, Jakarta: Departemen Agama 1985, Cet. 2.
Setiawan, Zudi, Nasionalisme NU, Semarang: CV. Aneka Ilmu, 2007.
Shadily, Hasan (editor), Ensiklopedi Indonesia, Jilid V, Jakarta: Ichtiar Baru, 1994.
Shihab, M. Quraish, Tafsir Al-Misbah, Jakarta: Lentera Hati, 2002.
Sobur, Alex, Semiotika Komunikasi, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2004, Cet. 2.
Suara Merdeka, Kamis, 9 Maret 2009.
Subagyo, P. Joko, Metode Penelitian, Jakarta: PT Rineka Cipta, 1991.
Thoha, Chabib, Kapita Selekta Pendidikan Islam, Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo.
Toha, Chabib, et. al., Reformulasi Filsafat Pendidikan Islam, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1996.
Umairah, Abdurrahman, Metode Al-Qur’an Dalam Pendidikan, Surabaya: Mutiara Ilmu, tt.
Webster, Noah, Webster’s New Twentieth Century Dictionary of The English Language, New York: William Collin Publishers. Inc, 1980.
Zahrah, Muh Abu, Membangun Masyarakat Islam, Pustaka Firdaus, tth.
Zahruddin, Pengantar Studi Akhlak, Jakarta: PT Raja Grafindo Grafika, 2004.
Zuhairini dkk, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta; Bumi Aksara, 1995, Cet. 2.
118
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Farih Lidinnillah
Tempat/Tgl Lahir : Demak, 27 Maret 1985
Alamat : Wonosekar RT 01 RW III Karangawen Demak
Pendidikan :
1. SDN 03 Wonosekar Karangawen Demak lulus tahun 1999
2. MTs Manbaul Ulum Tlogorejo Karangawen Demak lulus
tahun 2001
3. MA Tajul Ulum Brabo Tanggungharjo Grobogan lulus
tahun 2003
4. Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah IAIN
Walisongo Semarang.
Pengalaman :
1. Pemimpin Umum SKM AMANAT
2. Pegiat Komunitas Sastra Soeket Teki Semarang
3. Kru Majalah Ma’arif PWNU Jateng
4. Lembaga Studi Pers dan Informasi (LeSPI) Semarang
5. Reporter Lembaga Kantor Berita Nasional (LKBN)
ANTARA Biro Jawa Tengah
tahun 2007
tahun 2008
tahun 2009
tahun 2009
tahun 2009
Semarang, Juni 2010
Farih Lidinnillah