BAB 3 ANALISIS SISTEM/PROGRAM YANG BERJALAN …thesis.binus.ac.id/doc/Bab3/2011-2-00048-AKSI...
Transcript of BAB 3 ANALISIS SISTEM/PROGRAM YANG BERJALAN …thesis.binus.ac.id/doc/Bab3/2011-2-00048-AKSI...
BAB 3
ANALISIS SISTEM/PROGRAM YANG BERJALAN
3.1. Latar belakang perusahaan
PT. Duta Indah Sejahtera merupakan perusahaan yang bergerak di bidang
produksi/semi produksi/ jasa cutting tissue (converting tissue). Perusahaan ini berdiri
pada tahun 2004 dan masih berbentuk PD (Perusahaan Dagang) dan diberi nama PD.
Duta Indah Perkasa. Pada tahun 2007 barulah perusahaan ini berubah menjadi Perseroan
Terbatas dengan nama PT. Duta Indah Sejahtera menurut akta notaris no 71.- pada hari
Senin tanggal 8 Oktober 2007 pukul 10.00 WIB. Notaris yang saat itu berwenang adalah
Setiawan,SH. (menurut SK Menteri Kehakiman RI No.C-1534 HT.03-02 th 99 tanggal
15 Juli 1999). Dalam pembentukannya menjadi PT, ada 1 orang yang menjabat sebagai
direktur, yaitu Tuan Tjhin Guan, 1 orang yang menjabat sebagai komisaris utama, yaitu
Tuan Heriyanto Samin, dan 1 orang menjadi komisaris, yaitu Tuan Ka Tjin. PT. Duta
Indah Sejahtera merupakan anak perusahaan dari PT. Duta Indah Group. PT. Duta Indah
Group bergerak di bidang Perumahan, Pergudangan, Aluminium, Plaza dan Hotel. PT.
Duta Indah Sejahtera memiliki spesialisasi di bidang Tissue Paper Industry dan Paper
Mill, dimana Tuan Thjin Guan yang dipercaya untuk menjadi Direktur dan menjalankan
perusahaan ini.
PT. Duta Indah Sejahtera memproduksi semua jenis tissue, baik yang berbahan
baku Virgin Pulp maupun berbahan baku Recycle. PT. Duta Indah Sejahtera
memproduksi tisu untuk mereknya sendiri maupun untuk berbagai macam merek
lainnya sesuai dengan permintaan customer. Pabriknya terletak di Jalan Tanjung Pura
69
168A, Kalideres, Jakarta Barat. PT Duta Indah Sejahtera menyalurkan tisu untuk usaha
korporat, hotel dan juga tempat-tempat perbelanjaan.
Jenis tisu yang dihasilkan oleh perusahaan ini diberi merek Agies dan Tessy dan
beragam jenisnya, yaitu :
1. Napkin
2. Facial
3. Roll core
4. Roll non core
5. Handkerchief
6. Hand towel
3.2. Visi dan Misi Perusahaan
3.2.1. Visi Perusahaan
PT. Duta Indah Sejahtera memiliki visi untuk menjadi yang terdepan
dengan memberikan pelayanan dan hasil produksi tisu yang terbaik, sehingga produk
nya dapat dikenal luas di masyarakat. Selain itu, PT Duta Indah Sejahtera juga
mempunyai visi untuk mensejahterakan karyawannya dengan memberikan hak-hak yang
sesuai untuk diterima karyawan.
3.2.2. Misi Perusahaan
PT. Duta Indah Sejahtera memiliki visi sebagai berikut :
1. Mengembangkan perusahaan dengan memberikan pelayanan yang terbaik sesuai
dengan harapan customer agar tercipta loyalitas dari customer.
2. Mengembangkan jalur distribusi dengan baik agar produknya dapat dikenal
dengan baik di masyarakat luas.
70
3.3. Struktur Organisasi dan Pembagian Tugas
Struktur organisasi PT. Duta Indah Sejahtera dapat digambarkan sebagai
berikut :
Gambar 3.1. Struktur Organisasi PT. Duta Indah Sejahtera
Sumber : PT. Duta Indah Sejahtera
Direktur
Manager Akuntansi Manager Produksi Manager Penjualan
Bagian Marketing Bagian
Purchasing Staff
Keuangan
Kepala Produksi
Manager Pembelian
Kepala Bagian
PPIC
Bagian Gudang
Bahan Baku
Bagian Administrasi
Staff Pengiriman
Bagian Gudang
Barang Jadi
71
Adapun tugas,wewenang, dan tanggung jawab masing-masing bagian pada
PT.Duta Indah Sejahtera adalah sebagai berikut :
1. Direktur
a. Memimpin dan mengorganisasikan ke manager dalam melaksanakan tugas
sehari-hari
b. Meminta hasil laporan dari masing-masing manager mengenai penjualan,
produksi, dan keuangan serta mempelajari hasil laporan tersebut untuk
dianalisa lebih lanjut
c. Mengawasi dan mengontrol jalannya perusahaan secara keseluruhan
d. Merumuskan dan menetapkan sistem manajemen yang digunakan
perusahaan
2. Manager Penjualan
a. Menawarkan dan memasarkan hasil-hasil produksi kepada customer
b. Menerima order barang dari customer
c. Mengumpulkan data-data di lapangan apa yang diinginkan pasar dan
membandingkan dengan barang competitor
d. Melaporkan kepada pimpinan perusahaan akan temuan di pasar baik dari
harga, design, dan bentuk produk dari pesaing
e. Menerima complain secara langsung dari para customer mengenai keluhan
dan kendala yang dihadapi oleh customer tersebut
3. Manager Pembelian
72
a. Mengatur agar proses pembelian bahan baku berjalan dengan baik dan
sesuai dengan kebutuhan.
4. Manager Akuntansi
a. Memeriksa laporan keuangan secara berkala
b. Memantau aliran cash flow untuk mengetahui kondisi keuangan yang
sedang terjadi pada saat itu
c. Menandatangani kwitansi dan faktur pajak
5. Manager Produksi
a. Mengatur dan melaksanakan produksi barang sesuai order produksi
b. Menyiapkan bahan baku dan bahan pembantu dan tenaga kerja yang
menunjang produksi
6. PPIC (Planning Production Inventory Control)
a. Mengatur pesanan-pesanan yang masuk ke perusahaan.
b. Menghitung apakah bahan baku yang akan digunakan untuk produksi
cukup atau tidak
c. Mengatur agar proses produksi berjalan dengan baik.
7. Staff Marketing
a. Menjaga kepercayaan customer
b. Melakukan kunjungan ke customer
c. Berusaha mencapai target yang telah ditetapkan
73
8. Staff Keuangan
a. Menerima tagihan dari supplier
b. Membuat kwitansi dan faktur pajak
c. Memantau tagihan yang telah jatuh tempo, serta transferan uang masuk dari
customer
d. Membuat pengeluaran kas untuk operasional perusahaan
9. Staff Administrasi
a. Mengontrol kuantiti pengiriman dengan PO (Purchase Order)
b. Membuat surat jalan dan surat-surat keluar yang dibutuhkan untuk kegiatan
perusahaan
c. Menerima keluhan dari customer via telepon
d. Membuat laporan penjualan untuk direktur
10. Kepala Produksi
a. Mengatur kepala bagian agar setiap bagian mengetahui apa-apa saja yang
harus dikerjakan.
11. Kepala Bagian
a. Mengatur para staff produksi untuk mengerajakan tugas mereka masing-
masing.
74
12. Bagian Gudang Bahan Baku
a. Menerima dan mengatur penempatan barang-barang dari supplier
b. Memesan bahan baku jika sudah mencapai stock minimum
13. Bagian Gudang Barang Jadi
a. Mengatur penyimpanan barang-barang jadi dari produksi agar mudah
disiapkan untuk dikirim ke customer
b. Menyiapkan barang sesuai surat jalan untuk dikirim ke customer
c. Membuat schedule pengiriman barang
14. Staff Pengiriman
a. Mengirim barang sesuai instruksi dari kepala pengiriman dan bertanggung
jawab penuh atas barang yang dikirim
b. Memastikan barang yang dikirim ke customer tepat waktu dan menjaga
kondisi barang agar tetap bagus sampai di tempat.
c. Memastikan ditandatanganinya surat jalan oleh customer apabila barang
tersebut telah diterima.
75
3.4. Dokumen-dokumen yang digunakan pada proses produksi PT. Duta Indah
Sejahtera
Dari proses produksi yang ada di PT. Duta Indah Sejahtera berikut dokumen-
dokumen yang terkait di dalamnya.
1. Sales Order
Sales Order memuat informasi mengenai data dari customer, jenis barang apa
yang dipesan beserta rinciannya, tanggal kirim, dan ekspedisi apa yang
digunakan. Sales Order dibuat oleh bagian marketing.
2. Bukti Order Barang
Dokumen ini dibuat oleh Bagian Gudang untuk Bagian pembelian yang memuat
tentang jenis barang dan rinciannya yang sudah mencapai ROP sehingga barang
perlu dipesan kembali. Bukti Order Barang harus disetujui oleh Bagian Planning
Production Inventory Control.
3. Purchase Order
Purchase Order memuat nama barang, jumlah, harga, dan keterangan tentang
barang-barang yang ingin dipesan. Purchase Order dibuat oleh bagian pembelian
untuk supplier.
4. Bukti Terima Barang
Bukti Terima Barang memuat tentang nama barang, jumlah, satuan, keterangan
barang yang diterima oleh bagian gudang saat supplier mengirimkan barang
yang dipesan. Jumlah yang ada di Bukti Terima Barang harus sama dengan
jumlah barang yang benar-benar diterima.
76
5. Order Produksi
Order Produksi memuat tentang kode barang, nama barang, qty, satuan,
keterangan barang yang ingin diproduksi.
6. Bukti Keluar Barang
Bukti Keluar Barang memuat tentang nama barang, jumlah, satuan barang yang
dikeluarkan oleh bagian gudang atas permintaan bagian produksi.
7. Bukti Penyerahan Barang Jadi
Bukti Penyerahan Barang Jadi memuat kode barang, nama barang, qty, satuan,
keterangan barang yang telah selesai diproduksi oleh bagian produksi
berdasarkan order produksi yang diterima. Bukti Penyerahan Barang Jadi
diterima oleh Bagian Gudang bersama dengan barang jadi.
8. Laporan Hasil Produksi
Laporan Harian Produksi berisi tentang bahan baku, saldo awal, penerimaan,
pemakaian, saldo akhir, waste dari bahan baku, dan hasil produksi dari
penggunaan bahan baku tersebut.
9. Rekap Laporan Harian Produksi
Merupakan Laporan Harian Produksi per bulan.
3.5. Analisis Sistem yang Berjalan
Prosedur dalam sistem pembelian dan sistem produksi pada PT. Duta Indah
Sejahtera saat ini dapat dilihat pada Gambar di bawah ini.
77
Gambar 3.2. Rich Picture sistem berjalan PT. Duta Indah Sejahtera untuk proses pembelian
Keterangan Rich Picture :
SO =Sales Order
BOB =Bukti Order Barang
PO =Purchase Order
SJ =Surat Jalan
BB =Bahan Baku
BTB =Bukti Terima Barang
Bagian Gudang Bahan Baku
A5. BOB
$
$ $
Bagian Purchasing
A6. PO
Supplier
SJA10. BTB
A7. BB untuk diperiksa
A9.
A8. Barang ok
BB
Bagian Akuntansi
A11. BTB
Bagian PPIC (PlanningProduction Inventory Control)
A2. SO
Marketing
Bagian Quality Control
Customer
A1. order
A3. BOB (untuk meminta
persetujuan PPIC)
A4. BOB
+
Harga jual
selama ini masih
mengikuti harga
pasar
+
78
Penjelasan alur bisnis proses pembelian:
A1. Customer memberikan order ke Bagian Marketing.
A2. Bagian Marketing memberikan Sales Order ke bagian Planning Production
Inventory Control (PPIC).
A3. Saat bahan baku yang dibutuhkan tidak cukup untuk produksi, maka Bagian
Gudang Bahan Baku membuat Bukti Order Barang (BOB) untuk disetujui
oleh Bagian PPIC
A4. Bagian PPIC mengembalikan BOB yang telah disetujui ke Bagian Gudang
Bahan Baku.
A5. Bagian Gudang Bahan Baku menyerahkan BOB ke Bagian Purchasing untuk
memesan bahan baku yang dibutuhkan
A6. Bagian Purchasing membuat Purchase Order ke Supplier setelah
memperhitungkan supplier mana yang harus dipilih dari segi harga, kualitas,
dll. Bagian Purchasing juga membuat laporan PO per hari untuk diberikan
ke bagian admin gudang.
A7. Supplier mengantarkan bahan baku dan saat bahan baku diantar, bagian
Quality Control dan Bagian Gudang Bahan Baku memeriksa Bahan Baku,
apakah sesuai pesanan atau tidak.
A8. Saat barang sudah ok, Bagian Quality Control memberitahu supplier dan
Bagian Admin Gudang
A9. Supplier memberikan Bahan Baku dan Surat Jalan ke Bagian Gudang Bahan
Baku.
79
A10. Bagian Gudang Bahan Baku membuat Bukti Terima Barang yang diberikan
ke Supplier.
A11. Bagian Gudang Bahan Baku membuat Bukti Terima Barang yang
diberikan ke bagian Akuntansi.
80
Hasil produksi
dengan jumlah bahan
baku tertentu tidak
diketahui secara pasti
Persediaan fisik
biasanya tidak
sesuai saat di
cross-check
dengan data
Harga pokok produksi
belum benar-benar
baku (belum diketahui
secara pasti)
Keterangan Rich Picture :
OP = Order Produksi
BKB = Bukti Keluar Barang
BJ = Barang Jadi
LHP = Laporan Harian Produksi
BPBJ = Bukti Penyerahan Barang Jadi
RLHP = Rekap Laporan Harian Produksi
Gambar 3.3. Rich Picture sistem berjalan PT. Duta Indah Sejahtera untuk proses produksi
81
Penjelasan alur bisnis proses produksi:
B1. Bagian PPIC memberikan Order Produksi ke Kepala Produksi.
B2. Kepala Produksi melakukan koordinasi dengan Bagian Gudang Bahan Baku
untuk meminta Bahan Baku yang diperlukan
B3. Bagian Gudang Bahan Baku memberikan Bahan Baku yang diperlukan serta
membuat Bukti Keluar Barang untuk Kepala Produksi.
B4. Bukti Keluar Barang juga diberikan dari Bagian Gudang Bahan Baku ke
Bagian Akuntansi agar Bagian Akuntansi mengetahui stock yang tersisa dan
biaya yang terpakai.
B5. Kepala Produksi memberitahu secara lisan apa yang harus dikerjakan ke
kepala bagian.
B6. Kepala Bagian menulis di papan tulis apa yang harus dikerjakan oleh bagian
produksi per masing-masing jenis tisu dan produksi pun dilakukan yang
dimulai dari Bagian Converting.
B7. Hasil Converting di packaging ke plastik.
B8. Setelah packaging ke plastik, tisu pun di packaging ke karton.
B9. Setelah di packaging ke karton, Barang Jadi diserahkan ke kepala bagian
agar dapat dihitung.
B10. Kepala Bagian menghitung Barang Jadi yang telah dihasilkan oleh per
bagian jenis tisu.
B11. Kepala Bagian membuat Laporan Harian Produksi untuk Kepala Produksi
dan menyerahkan Barang Jadi.
B12. Laporan Harian Produksi juga diberikan ke Bagian Akuntansi
82
B13. Setelah melihat Laporan Harian Produksi yang diberikan per Kepala Bagian
dan menyetujuinya, maka Kepala Produksi menyerahkannya ke Bag. PPIC.
B14. Kepala Produksi menyerahkan Barang Jadi dan Bukti Penyerahan Barang
Jadi ke Bagian Gudang Barang Jadi.
B15. Setiap akhir bulan, bagian PPIC membuat Rekap Laporan Harian Produksi
untuk diserahkan ke Direktur.
B16. Bagian Akuntansi membuat laporan perhitungan Harga Pokok Produksi
dengan metode tradisional (dimana total biaya dibagi berdasarkan unit
produk yang dihasilkan) untuk diberikan ke direktur.
3.6. Permasalahan yang dihadapi
Masalah-masalah yang dihadapi oleh PT. Duta Indah Sejahtera yang dapat saya
analisa adalah sebagai berikut :
Masalah : Harga Pokok Produksi tidak diketahui secara pasti
Sebab : Perhitungan harga pokok produksi masih menggunakan sistem
tradisional
Akibat : Perusahaan tidak dapat menentukan harga jual secara akurat
Rekomendasi : Menghitung harga pokok produksi dengan metode activity
based costing sehingga dapat diketahui secara akurat biaya
yang dikeluarkan.
1..
83
Masalah : Harga Jual masih berdasarkan harga pasar
Sebab : Harga Pokok Produksi tidak diketahui secara pasti
Akibat : Perusahaan tidak dapat memprediksi keuntungan dengan pasti
Rekomendasi : Harga jual ditentukan oleh perusahaan
Masalah : Jumlah hasil produksi dengan jumlah bahan baku tertentu
tidak diketahui jumlahnya secara pasti
Sebab : Tidak ada cutting-off saat dilakukannya produksi
Akibat : Hasil produksi dengan jumlah bahan baku tertentu tidak
diketahui secara pasti dan dapat mengakibatkan kecurangan.
Rekomendasi : Perlunya pengawasan lebih detail dan dibuat surat hasil
produksi dengan mencantumkan total waste dari bahan baku
yang digunakan.
Masalah : Persediaan Bahan Baku seringkali tidak sesuai dengan
data/stock yang ada
Sebab : Tidak adanya otorisasi pengambilan bahan baku di gudang
saat malam hari
Akibat : Persediaan fisik tidak sesuai saat di cross-check dengan data
Rekomendasi : Mempekerjakan satu orang untuk mengawasi gudang pada
malam hari sehingga Bahan Baku dapat dikeluarkan jika ada
otorisasi.
3.
2.
4.
84
Masalah : Kurangnya dokumen-dokumen pendukung yang memadai
dalam pelaporan proses produksi.
Sebab : Perusahaan telah merasa cukup dengan dokumen yang ada
saat ini.
Akibat : Hal ini dapat mengakibatkan adanya informasi yang tidak
disajikan dan kurangnya bukti yang diperlukan untuk
pencatatan aktivitas dalam proses produksi.
Rekomendasi : Merancang suatu sistem yang menyediakan formulir-formulir
yang dibutuhkan untuk proses produksi secara lengkap.
3.7. Identifikasi Kebutuhan Informasi Usulan
Formulir dan laporan yang dibutuhkan antara lain :
1. Surat Permintaan Bahan Baku
Surat ini dibuat oleh bagian PPIC sebagai dokumen resmi yang menjadi bukti
bahwa PPIC meminta bahan baku yang diperlukan untuk produksi kepada bagian
gudang.
2. Surat Perintah Kerja
SPK ini dibuat oleh kepala produksi sebagai dokumen resmi untuk mencatat
perintah kerja yang harus dilakukan oleh masing-masing bagian.
3. Surat Hasil Produksi
Dokumen ini dibuat untuk menggantikan laporan harian produksi sehingga pada
akhir bulan dapat dihasilkan laporan hasil produksi.
5.
85
4. Pemakaian Biaya
Form ini dibuat untuk mencatat setiap pemakaian biaya aktivitas overhead yang
dikeluarkan perusahaan dimana di dalamnya telah terdapat biaya aktivitas yang
dapat dipilih.
5. Pemakaian Mesin
Form ini dibuat untuk mencatat jumlah jam pemakaian mesin yang nantinya data
tersebut akan digunakan untuk penghitungan laporan HPP.
6. Pemakaian Tenaga Kerja Langsung
Form ini digunakan untuk mencatat jumlah dan nama karyawan yang berperan
dalam suatu order produksi sehingga dapat diketahui berapa total upah yang
harus dibayar untuk tenaga kerja langsung dalam satu order produksi.
7. Laporan Perhitungan HPP dengan metode ABC
Laporan ini dibuat oleh Bagian Akuntansi untuk melaporkan biaya-biaya yang
telah dikeluarkan untuk perhitungan Harga Pokok Produksi dengan Metode
Activity Based Costing sehingga hasil yang didapat lebih akurat.
8. Laporan Pembelian Bahan Baku
Laporan ini dibuat oleh Bagian Akuntansi untuk mencatat jumlah bahan baku
yang dibeli selama periode tertentu
9. Laporan Hasil Produksi
Laporan ini dibuat untuk menggantikan Rekap Laporan Harian Produksi.
86
3.8. Perhitungan Harga Pokok Produk pada PT. Duta Indah Sejahtera Laporan Rugi Laba untuk keseluruhan produk Tahun 2011
Keterangan Per tahun
(Dalam Rupiah)
PENJUALAN 4,740,225,000
HARGA POKOK PENJUALAN Persediaan awal Barang jadi 2,414,466,210 Harga pokok produksi 2,393,505,180 Barang jadi siap dijual 4,807,971,390 Persediaan Barang Akhir 2,433,150,210
HPP 2,374,821,180
Biaya-Biaya Operasional Upah 509,091,270 Transport 268,854,000 Ekspedisi 104,745,000 Pemeliharaan Kendaraan 38,685,000 Pemeliharaan Gedung 3,765,000 Pemeliharaan mesin 249,180,000 Alat tulis kantor 9,810,000 Cetak dan fotocopy 49,311,000 Entertainment 2,730,000 Marketing 3,900,000 Listrik 55,426,050 Telepon 19,704,000 Air 13,575,000 Pengobatan 4,035,000 Keamanan 24,900,000 Sumbangan 27,600,000 Lain-lain 9,270,000
Penyusutan/amortisasi 16,945,350 Jumlah beban operasional 1,411,526,670
87
Pendapatan (Beban) lain-lain Pendapatan lain-lain 112,425,000 Beban lain-lain
Jumlah pendapatan (beban) lain 112,425,000
Laba Bersih 1,066,302,150
Tabel 3.1. Laporan Rugi Laba tahun 2011 untuk keseluruhan produk
LAPORAN RUGI LABA 2011 untuk produk Napkin
Keterangan Per tahun
(dalam rupiah)
PENJUALAN 2,370,112,500
HARGA POKOK PENJUALAN Persediaan awal Barang jadi 1,207,233,105 Harga pokok produksi 1,196,752,590
Barang jadi siap dijual 2,403,985,695 Persediaan Barang Akhir 1,216,575,105
HPP 1,187,410,590
Biaya-Biaya Operasional Upah 254,545,635 Transport 134,427,000 Ekspedisi 52,372,500 Pemeliharaan Kendaraan 19,342,500 Pemeliharaan Gedung 1,882,500 Pemeliharaan mesin 124,590,000 Alat tulis kantor 4,905,000 Cetak dan fotocopy 24,655,500 Entertainment 1,365,000 Marketing 1,950,000 Listrik 27,713,025 Telepon 9,852,000 Air 6,787,500 Pengobatan 2,017,500 12,450,000
Laporan Rugi Laba untuk keseluruhan produk Tahun 2011 (lanjutan)
88
Keamanan Sumbangan 13,800,000 Lain-lain 4,635,000
Penyusutan/amortisasi 8,472,675 Jumlah beban operasional 705,763,335
Pendapatan (Beban) lain-lain Pendapatan lain-lain 56,212,500 Beban lain-lain -
Jumlah pendapatan (beban) lain 56,212,500 Laba Bersih 533,151,075
Tabel 3.2. Laporan Rugi Laba tahun 2011 untuk produk Napkin LAPORAN RUGI LABA TAHUN 2011 untuk produk Hand Towel
Keterangan Per tahun
(dalam rupiah)
PENJUALAN 94,804,500
HARGA POKOK PENJUALAN Persediaan awal Barang jadi 48,289,324 Harga pokok produksi 47,870,104
Barang jadi siap dijual 96,159,428 Persediaan Barang Akhir 48,663,004
HPP 47,496,424
Biaya-Biaya Operasional Upah 10,181,825 Transport 5,377,080 Ekspedisi 2,094,900 Pemeliharaan Kendaraan 773,700 Pemeliharaan Gedung 75,300 Pemeliharaan mesin 4,983,600 Alat tulis kantor 196,200 Cetak dan fotocopy 986,220 54,600
LAPORAN RUGI LABA 2011 (lanjutan) untuk produk Napkin
89
Tabel 3.3. Laporan Rugi Laba tahun 2011 untuk produk Hand Towel
Dari data perusahaan tersebut dan hasil wawancara penulis dan penelitian
langsung di perusahaan, penulis mendapatkan data alokasi biaya dari seluruh produk.
Sesuai pembahasan di ruang lingkup penulis, maka penulis hanya membatasi
perhitungan biaya untuk 2 produk, yaitu produk Napkin dan Hand Towel.
Di bawah ini, penulis membuat alokasi biaya (direct allocation) Bahan
Baku, Biaya Tenaga Kerja, dan Biaya Overhead Produk dari kedua jenis tisu tersebut.
Entertainment Marketing 78,000 Listrik 1,108,521 Telepon 394,080 Air 271,500 Pengobatan 80,700 Keamanan 498,000 Sumbangan 552,000 Lain-lain 185,400 Penyusutan/amortisasi 338,907
Jumlah beban operasional 28,230,533
Pendapatan (Beban) lain-lain Pendapatan lain-lain 2,248,500 Beban lain-lain -
Jumlah pendapatan (beban) lain 2,248,500 Laba Bersih 21,326,043
LAPORAN RUGI LABA 2011 (lanjutan) untuk produk Hand Towel
90
1. Napkin Agies 20s : 60 pack/karton Harga jual : Rp 38.500,- (Dalam Rupiah)
Penjualan per tahun
2,370,112,500
Biaya Bahan Baku :
Mono Glass putih 2 kg @Rp 9,250
18,500
Waste (20% dari bahan baku)
3,700
Biaya tenaga kerja langsung
3,308 Biaya Bahan Pembantu :
Karton
3,900
Plastik 60 pcs @Rp 56
3,360
Waste plastik (5%)
168
Total Biaya per karton
32,936 Tabel 3.4. Alokasi biaya HPP untuk produk Napkin
2. Hand Towel Agies 150's : 24 pack/karton Harga Jual : Rp 126.000/karton (Dalam Rupiah)
Penjualan per tahun
94,804,500
Biaya Bahan Baku :
6kg @ Rp 12,050
72,300
waste (20% dari bahan baku)
14,460
Biaya tenaga kerja langsung
10,817 Biaya Bahan Pembantu :
Karton
4,000
Plastik 24@Rp 98
2,352
Waste plastik (5%)
118
Total Biaya per karton
104,047 Tabel 3.5. Alokasi biaya HPP untuk produk Hand Towel
91
Gambar 3.4. Grafik hasil produksi per jenis tisu
Dari grafik tersebut diatas, penulis hanya membahas perhitungan harga pokok
produksi dengan metode ABC untuk dua jenis produk, yaitu produk Napkin (yang
penjualannya terbesar) dan produk Hand Towel (yang penjualannya terkecil), sedangkan
produk lainnya hanya sebagai pendukung.
Tabel perhitungan HPP dengan sistem tradisional dari Napkin dan Hand Towel
yang dilakukan oleh penulis sesudah alokasi dapat dilihat sebagai berikut.
Napkin Hand Towel Facial Handkerchief Roll core Roll non core
Hasil Produksi per jenis tisu 61562 753 2516 1482 5577 7525
0
10000
20000
30000
40000
50000
60000
70000
Hasil Produksi per jenis tisu
92
Keterangan Napkin Hand Towel Biaya bahan baku langsung 1,823,958,936 70,202,190 Biaya tenaga kerja langsung 203,636,508 8,145,460 Biaya overhead pabrik : Biaya bahan baku tidak langsung 3,139,662 38,403 Biaya tenaga kerja tidak langsung 50,909,127 2,036,365 Biaya transport 134,427,000 5,377,080 Biaya Ekspedisi 52,372,500 2,094,900 Biaya pemeliharaan kendaraan 19,342,500 773,700 Biaya pemeliharaan gedung 1,882,500 75,300 Biaya pemeliharaan mesin 124,590,000 4,983,600 Alat tulis kantor 4,905,000 196,200 Cetak dan fotocopy 24,655,500 986,220 Entertainment 1,365,000 54,600 Marketing 1,950,000 78,000 Listrik 27,713,025 1,108,521 Telepon 9,852,000 394,080 Air 6,787,500 271,500 Pengobatan 2,017,500 80,700 Keamanan 12,450,000 498,000 Sumbangan 13,800,000 552,000 Lain-lain 4,635,000 185,400 Penyusutan/Amortisasi 8,472,675 338,907 Total Biaya Overhead 505,266,489 20,123,476 Harga Pokok Produksi 2,532,861,933 98,471,126
Tabel 3.6. Perhitungan HPP sistem tradisional untuk produk Napkin dan Hand Towel
Tabel 3.6 menunjukkan bahwa Harga Pokok Produksi untuk produk Napkin
adalah Rp 2,532,861,933 sedangkan Harga Pokok Produksi untuk produk Hand Towel
adalah Rp 98,471,126 yang didapat dari penjumlahan biaya bahan baku langsung, biaya
tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik.
Perhitungan tarif overhead
Dari data-data yang telah ada, dapat dihitung tarif biaya overhead per
pack/karton untuk jenis tisu Napkin dan Hand Towel, yang dapat dilihat pada tabel
berikut.
93
Tabel perhitungan tarif overhead berdasarkan sistem tradisional untuk produk
Napkin dan Hand Towel tahun 2011.
Biaya overhead pabrik
Napkin (dalam rupiah)
Hand Towel (Dalam Rupiah)
Total (Dalam Rupiah)
1.Biaya bahan baku tidak langsung 3,139,662 38,403 3,178,065 2.Biaya tenaga kerja tidak langsung 50,909,127 2,036,365 52,945,492 3.Biaya transport 134,427,000 5,377,080 139,804,080 4.Biaya Ekspedisi 52,372,500 2,094,900 54,467,400 5.Biaya pemeliharaan kendaraan 19,342,500 773,700 20,116,200 6.Biaya pemeliharaan gedung 1,882,500 75,300 1,957,800 7.Biaya pemeliharaan mesin 124,590,000 4,983,600 129,573,600 8.Alat tulis kantor 4,905,000 196,200 5,101,200 9.Cetak dan fotocopy 24,655,500 986,220 25,641,720 10.Entertainment 1,365,000 54,600 1,419,600 11.Marketing 1,950,000 78,000 2,028,000 12.Listrik 27,713,025 1,108,521 28,821,546 13.Telepon 9,852,000 394,080 10,246,080 14.Air 6,787,500 271,500 7,059,000 15.Pengobatan 2,017,500 80,700 2,098,200 16.Keamanan 12,450,000 498,000 12,948,000 17.Sumbangan 13,800,000 552,000 14,352,000 18.Lain-lain 4,635,000 185,400 4,820,400 19.Penyusutan/Amortisasi 8,472,675 338,907 8,811,582
Total Biaya overhead pabrik 505,266,489 20,123,476 525,389,965 Unit diproduksi 61562 753 62,315
Tarif Overhead per karton 8,207.44 26,724.40 8,431 Tabel 3.7. Perhitungan tarif overhead berdasarkan sistem tradisional untuk produk
Napkin dan Hand Towel tahun 2011
Tabel 3.7 menunjukkan perhitungan tarif overhead berdasarkan sistem
Tradisional untuk produk Napkin dan Hand Towel dimana tarif overhead per unit adalah
Rp 8,431 yang diperoleh dari total biaya overhead pabrik yang dibagi dengan unit yang
diproduksi.
94
Keterangan
Napkin (Dalam Rupiah)
Hand Towel (Dalam Rupiah)
Biaya Bahan Baku Langsung 1,823,958,936 70,202,190 Biaya Tenaga Kerja Langsung 203,636,508 8,145,460 Biaya Overhead pabrik : Rp 8,431 x 61562 unit 519,029,222 Rp 8,431 x 753 unit 6,348,543 Total Harga Pokok Produksi 2,546,624,666 84,696,193 Volume Produksi 61562 unit 753 unit
Harga Pokok Produksi per karton 41,367 112,478 Tabel 3.8. Laporan HPP berdasarkan sistem Tradisional
Tabel 3.8 menampilkan perhitungan Harga Pokok Produksi per unit produk
Napkin dan Hand Towel berdasarkan perhitungan sistem Tradisional. Harga Pokok
Produksi per unit Napkin untuk sistem tradisional adalah Rp 41,367 sedangkan untuk
produk Hand Towel adalah Rp 112,478. Harga Pokok Produksi per unit tersebut
diperoleh dari total harga pokok produksi (penjumlahan dari biaya bahan baku langsung,
biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik) dibagi dengan volume produksi
per produk.
3.9. Penerapan Sistem Activity-Based Costing untuk perhitungan Harga Pokok
Produk pada PT. Duta Indah Sejahtera
Penulis akan menyajikan perhitungan tentang penerapan sistem ABC pada PT.
Duta Indah Sejahtera. Langkah-langkah yang dilakukan dalam perhitungan sistem ABC
adalah sebagai berikut :
95
Prosedur tahap pertama
1. Identifikasi dan klasifikasi aktivitas
Aktivitas Perusahaan Tingkat Aktivitas
1. Aktivitas pemakaian bahan baku tidak langsung unit 2. Aktivitas pemakaian tenaga kerja tidak langsung unit 3. Aktivitas transport batch 4. Aktivitas Ekspedisi produk 5. Aktivitas pemeliharaan kendaraan fasilitas 6. Aktivitas pemeliharaan gedung fasilitas 7. Aktivitas pemeliharaan mesin fasilitas 8. Aktivitas Entertainment unit 9. Aktivitas pemakaian alat tulis kantor produk 10. Aktivitas cetak dan fotocopy produk 11. Aktivitas Marketing unit 12. Aktivitas pemakaian listrik unit 13. Aktivitas pemakaian telepon unit 14. Aktivitas pemakaian air minum unit 15. Aktivitas pengobatan unit 16. Aktivitas keamanan fasilitas 17. Aktivitas sumbangan fasilitas 18. Aktivitas penyusutan mesin produk 19. Aktivitas penyusutan pabrik fasilitas 20. Aktivitas penyusutan kendaraan batch 21. Aktivitas penyusutan inventaris kantor produk 22. Aktivitas overhead lainnya unit
Tabel 3.9. Identifikasi dan klasifikasi aktivitas pada PT. Duta Indah Sejahtera
2. Penentuan penggerak biaya (cost driver)
Setelah mengidentifikasi dan mengklasifikasi aktivitas yang terjadi, maka
selanjutnya adalah sejauh mungkin menelusuri biaya overhead secara langsung
ke objek biaya, yang menyebabkan timbulnya biaya, kemudian menentukan
pemicu biayanya.
96
Aktivitas Perusahaan Tingkat Aktivitas Cost Driver
1. Aktivitas pemakaian bahan baku tidak langsung unit Volume Produksi 2. Aktivitas pemakaian tenaga kerja tidak langsung unit JTKL 3. Aktivitas transport batch Jumlah pengiriman 4. Aktivitas Ekspedisi produk Jumlah pengiriman 5. Aktivitas pemeliharaan kendaraan fasilitas JTKL 6. Aktivitas pemeliharaan gedung fasilitas JTKL 7. Aktivitas pemeliharaan mesin fasilitas Jam Mesin 8. Aktivitas Entertainment unit Jumlah Pesanan 9. Aktivitas pemakaian alat tulis kantor produk Jumlah Pesanan 10. Aktivitas cetak dan fotocopy produk Jumlah Pesanan 11. Aktivitas Marketing unit Jumlah Pesanan 12. Aktivitas pemakaian listrik unit Jam Mesin 13. Aktivitas pemakaian telepon unit Jumlah Pesanan 14. Aktivitas pemakaian air minum unit JTKL 15. Aktivitas pengobatan unit JTKL 16. Aktivitas keamanan fasilitas Luas Lantai 17. Aktivitas sumbangan fasilitas Luas Lantai 18. Aktivitas penyusutan mesin produk Jam Mesin 19. Aktivitas penyusutan pabrik fasilitas Luas Lantai 20. Aktivitas penyusutan kendaraan batch Jumlah pengiriman 21. Aktivitas penyusutan inventaris kantor produk Jumlah Pesanan 22. Aktivitas overhead lainnya unit Volume Produksi
Tabel 3.10. Hubungan biaya dengan tingkat aktivitas dan cost driver
3. Membebankan biaya ke pool biaya aktivitas
Dalam Activity Based Costing (ABC) sangat umum overhead terkait dengan
beberapa aktivitas. Berdasarkan cost driver yang telah ditentukan, maka biaya
dari beberapa aktivitas dapat dikelompokkan berdasarkan cost driver yang
sejenis.
97
Aktivitas Perusahaan Tingkat Aktivitas Cost Driver
Kelompok Biaya 1 : Aktivitas pemakaian bahan baku tidak langsung unit Volume Produksi Aktivitas overhead lainnya unit Volume Produksi
Kelompok Biaya 2 : Aktivitas pemakaian tenaga kerja tidak langsung unit JTKL Aktivitas pemeliharaan kendaraan fasilitas JTKL Aktivitas pemeliharaan gedung fasilitas JTKL Aktivitas pemakaian air unit JTKL Aktivitas pengobatan unit JTKL
Kelompok Biaya 3 : Aktivitas pemeliharaan mesin fasilitas Jam Mesin Aktivitas pemakaian listrik unit Jam Mesin Aktivitas penyusutan mesin produk Jam Mesin
Kelompok Biaya 4 : Aktivitas Entertainment unit Jumlah Pesanan Aktivitas pemakaian alat tulis kantor produk Jumlah Pesanan Aktivitas cetak dan fotocopy produk Jumlah Pesanan Aktivitas Marketing unit Jumlah Pesanan Aktivitas pemakaian telepon unit Jumlah Pesanan Aktivitas penyusutan inventaris kantor produk Jumlah Pesanan
Kelompok Biaya 5 : Aktivitas transport batch Jumlah Pengiriman Aktivitas Ekspedisi produk Jumlah Pengiriman Aktivitas penyusutan kendaraan batch Jumlah pengiriman
Kelompok Biaya 6 : Aktivitas keamanan fasilitas Luas Lantai Aktivitas sumbangan fasilitas Luas Lantai Aktivitas penyusutan pabrik fasilitas Luas Lantai
Tabel 3.11. Kelompok aktivitas dan kelompok biaya sejenis
4. Perhitungan tarif overhead kelompok
Setelah biaya dikelompokkan ke dalam cost driver yang sejenis, maka langkah
selanjutnya adalah menghitung tarif overhead dari masing-masing cost driver,
yaitu dengan cara membagi biaya overhead dengan cost driver-nya.
Berikut ini adalah tarif perhitungan overhead per kelompok biaya :
98
Kelompok Biaya 1 : (Dalam Rupiah) Overhead yang berhubungan dengan Volume Produksi Aktivitas pemakaian bahan baku tidak langsung 3,178,065 Aktivitas overhead lainnya 4,820,400 Total biaya 1 7,998,465 Volume Produksi 62315 unit
Tarif overhead per kelompok biaya 1 128 Kelompok Biaya 2 : Overhead yang berhubungan dengan Jam Tenaga Kerja Langsung Aktivitas pemakaian tenaga kerja tidak langsung 52,945,492 Aktivitas pemeliharaan kendaraan 20,116,200 Aktivitas pemeliharaan gedung 1,957,800 Aktivitas pemakaian air minum 7,059,000 Aktivitas pengobatan 2,098,200 Total biaya 2 84,176,692 Jam Tenaga Kerja Langsung 196,160 jam
Tarif overhead per kelompok biaya 2 429 Kelompok Biaya 3 : Overhead yang berhubungan dengan Jam Mesin Aktivitas pemeliharaan mesin 129,573,600 Aktivitas pemakaian listrik 28,821,546 Aktivitas penyusutan mesin 3,524,633 Total biaya 3 161,919,779 Jam Mesin 10432 jam
Tarif overhead per kelompok biaya 3 15,521 Kelompok Biaya 4 : Overhead yang berhubungan dengan Jumlah Pesanan Aktivitas Entertainment 1,419,600 Aktivitas pemakaian alat tulis kantor 5,101,200 Aktivitas cetak dan fotocopy 25,641,720 Aktivitas Marketing 2,028,000 Aktivitas pemakaian telepon 10,246,080 Aktivitas penyusutan inventaris kantor 1,762,316 Total biaya 4 46,198,916 Jumlah Pesanan 62315
Tarif overhead per kelompok biaya 4 741 Kelompok Biaya 5 : Overhead yang berhubungan dengan Jumlah Pengiriman Aktivitas transport 139,804,080 Aktivitas Ekspedisi 54,467,400 Aktivitas penyusutan kendaraan 3,524,633 Total biaya 5 197,796,113 Jumlah Pengiriman 676
Tarif overhead per kelompok biaya 5 292,598
99
Kelompok Biaya 6 : Overhead yang berhubungan dengan Luas Lantai Aktivitas keamanan 12,948,000 Aktivitas sumbangan 14,352,000 Aktivitas penyusutan pabrik 881,158 Total biaya 6 28,181,158
Luas Lantai 575 m2
Tarif overhead per kelompok biaya 6 49,011 Tabel 3.12. Perhitungan tarif overhead per kelompok biaya
Dari tabel 3.12 diatas, tarif overhead per kelompok biaya telah diketahui, dimana
tarif overhead kelompok biaya 1 adalah yang terendah dibandingkan dengan kelompok
biaya lainnya, yaitu Rp 128, kelompok biaya 2 adalah Rp 429, kelompok biaya 3 adalah
Rp 15,521, kelompok biaya 4 adalah Rp 741, kelompok biaya 5 adalah yang tertinggi di
antara kelompok biaya lainnya, yaitu Rp 292,598, dan kelompok biaya 6 adalah Rp
49,011.
Prosedur tahap kedua
Pada tahap ini, semua biaya aktivitas akan dibebankan ke masing-masing
produk. Besarnya alokasi biaya overhead ke masing-masing produk diperoleh dengan
cara mengalikan tarif overhead masing-masing cost driver dengan besarnya unit cost
driver yang dikonsumsi untuk tiap produk.
Berikut ini akan disajikan tabel perhitungan overhead berdasarkan sistem
Activity Based Costing.
Perhitungan tarif overhead kelompok (lanjutan)
100
Keterangan Napkin (dalam rupiah)
Hand Towel (dalam rupiah)
Kelompok Biaya 1 : Overhead yang berhubungan dengan Volume Produksi Rp 128 x 61,562 unit 7,879,936 Rp 128 x 753 unit 96,384 Kelompok Biaya 2 : Overhead yang berhubungan dengan Jam Tenaga Kerja Langsung Rp 429 x 192,000 jam 82,368,000 Rp 429 x 4,160 jam 1,784,640 Kelompok Biaya 3 : Overhead yang berhubungan dengan Jam Mesin Rp 15,521 x 9,600 jam 149,001,600 Rp 15,521 x 832 jam 12,913,472 Kelompok Biaya 4 : Overhead yang berhubungan dengan Jumlah Pesanan Rp 741 x 61,562 45,617,442 Rp 741 x 753 557,973 Kelompok Biaya 5 : Overhead yang berhubungan dengan Jumlah Pengiriman Rp 292,598 x 624 182,581,152 Rp 292,598 x 52 15,215,096 Kelompok Biaya 6 : Overhead yang berhubungan dengan Luas Lantai Rp 49,011 x 500 m2 24,505,500
Rp 49,011 x 75 m2 3,675,825
Total Biaya Overhead 491,953,630 34,243,390 Tabel 3.13. Perhitungan overhead berdasarkan sistem Activity Based Costing
Dari tabel 3.13 diatas dapat diketahui bahwa total biaya overhead yang
digunakan oleh produk Napkin adalah Rp 491,953,630 sedangkan produk Hand Towel
memiliki biaya overhead sebesar Rp 34,243,390.
101
Keterangan
Napkin (Dalam Rupiah)
Hand Towel (Dalam Rupiah)
Bahan baku langsung 1,823,958,936 70,202,190 Tenaga kerja langsung 203,636,508 8,145,460 Biaya Overhead 491,953,630 34,243,390
Total Biaya Produksi 2,519,549,074 112,591,040 Volume Produksi 61562 unit 753 unit
Harga pokok produksi per unit 40,927 149,523 Tabel 3.14. Harga Pokok Produksi berdasarkan sistem Activity Based Costing
Tabel 3.14 menunjukkan harga pokok produksi masing-masing produk yang telah
dihitung berdasarkan metode Activity Based Costing sehingga diketahui bahwa HPP per
unit produk Napkin adalah Rp 40,927 sedangan produk Hand Towel adalah Rp 149,523.
Keterangan
Sistem Tradisional (Dalam Rupiah)
Sistem ABC (Dalam Rupiah)
Bahan baku langsung 1,823,958,936 1,823,958,936 Tenaga kerja langsung 203,636,508 203,636,508 Biaya Overhead 519,029,222 491,953,630 Total Biaya Produksi 2,546,624,666 2,519,549,074 Volume Produksi 61562 unit 61562 unit
Harga pokok produksi per unit 41,367 40,927 Tabel 3.15. Perbandingan Harga Pokok Produksi tisu Napkin
Tabel 3.15 menunjukkan perbandingan harga pokok produksi tisu jenis Napkin jika
menggunakan sistem Tradisional dengan sistem ABC, dimana pada sistem Tradisional
HPP per unit adalah Rp 41,367 (overstated sebesar Rp 440 jika dibandingkan dengan
perhitungan menggunakan sistem ABC).
102
Keterangan
Sistem Tradisional (Dalam Rupiah)
Sistem ABC (Dalam Rupiah)
Bahan baku langsung 70,202,190 70,202,190 Tenaga kerja langsung 8,145,460 8,145,460 Biaya Overhead 6,348,543 34,243,390
Total Biaya Produksi 84,696,193 112,591,040 Volume Produksi 753 unit 753 unit
Harga pokok produksi per unit 112,478 149,523 Tabel 3.16. Perbandingan Harga Pokok Produksi tisu Hand Towel
Dari tabel 3.16 dapat dilihat perbandingan harga pokok produki per unit tisu jenis
Hand Towel dimana jika menggunakan perhitungan dengan sistem tradisional harganya
adalah Rp 112,478 (understated sebesar 37,045 dibandingkan dengan perhitungan HPP
per unit dengan sistem ABC).
3.10. Analisis Rekonsiliasi
Analisis rekonsiliasi antara sistem tradisional dan sistem ABC perlu dilakukan
agar perhitungan harga pokok produksi produk Napkin dan Hand Towel diketahui
dengan jelas.
Cost driver yang digunakan dalam perhitungan tradisional adalah volume
produksi sedangkan cost driver yang digunakan dalam sistem ABC pada PT. Duta Indah
Sejahtera adalah volume produksi, Jam Tenaga Kerja Langsung, Jam Mesin, Jumlah
Pesanan, Jumlah Pengiriman, dan Luas Lantai. Melihat digunakannya cost driver
tersebut, maka dapat dibuat proporsi masing-masing cost driver untuk produk Napkin
dan Hand Towel.
103
Gambar 3.5. Proporsi Volume Produksi
Pada gambar 3.5, dapat dilihat bahwa proporsi volume produksi produk
Napkin sebesar 98.79% sedangkan produk Hand Towel adalah 1.21%.
Gambar 3.6. Proporsi konsumsi Jam Tenaga Kerja Langsung (JTKL)
Pada gambar 3.6. diketahui bahwa proporsi konsumsi JTKL untuk produk
Napkin adalah 97.88% sedangan produk Hand Towel 2.12%.
104
Gambar 3.7. Proporsi konsumsi Jam Mesin
Gambar 3.7. menunjukkan proporsi jam mesin untuk produk Napkin adalah
92.02% sedangkan untuk produk Hand Towel adalah 7.98%.
Gambar 3.8. Proporsi Jumlah Pesanan
Gambar 3.8. menunjukkan proporsi jumlah pesanan untuk produk Napkin
adalah 98.79% sedangkan untuk produk Hand Towel adalah 1.21%.
105
Gambar 3.9. Proporsi Jumlah Pengiriman
Gambar 3.9. menunjukkan proporsi jumlah pengiriman untuk produk
Napkin adalah 92.31% sedangkan untuk produk Hand Towel adalah 7.69%.
Gambar 3.10. Proporsi Luas Lantai
Gambar 3.10. menunjukkan proporsi luas lantai untuk produk Napkin
adalah 86.96% sedangkan untuk produk Hand Towel adalah 13.04%.
Analisis Rekonsiliasi untuk kedua produk akan penulis uraikan secara
sistematis pada tabel berikut.
106
Tabel 3.17. Rekonsiliasi Harga Pokok Produk Napkin antara sistem tradisional dan sistem ABC
Keterangan Total (dalam Rupiah) Per
karton Biaya produk napkin dari sistem tradisional 2,546,624,666 41,367 Penyesuaian untuk : Biaya produk dengan cost driver JTKL yang dibebankan terlalu tinggi Rp 84,176,692 x (98.79%-97.88%) (766,007.90) Biaya produk dengan cost driver Jam Mesin yang dibebankan terlalu tinggi Rp 161,919,779 x (98.79%-92.02%) (10,961,969.04) Biaya produk dengan cost driver Jumlah Pengiriman yang dibebankan terlalu tinggi Rp 197,796,113 x (98.79%-92.31%) (12,817,188.12) Biaya produk dengan cost driver Luas Lantai yang dibebankan terlalu tinggi Rp 28,181,158 x (98.79%-86.96%) (3,333,830.99)
Total penyesuaian (27,878,996.05) (453)
Biaya produk napkin dari sistem ABC 2,518,745,670.00 40,927
107
Dari tabel 3.17, dapat dilihat rekonsiliasi Harga Pokok Produk Napkin
antara sistem tradisional dan sistem ABC dimana ada biaya produk dengan cost driver
yang dibebankan terlalu tinggi. Ada 4 penyesuaian yang perlu dilakukan yaitu: 1) Biaya
produk dengan cost driver JTKL dibebankan terlalu tinggi (lihat gambar 3.6) sehingga
diperlukan penyesuaian senilai Rp 766,007.90, 2) Biaya produk dengan cost driver Jam
Mesin dibebankan terlalu tinggi (lihat gambar 3.7) sehingga diperlukan penyesuaian
senilai Rp 10,961,969.04, 3) Biaya produk dengan cost driver Jumlah Pengiriman
dibebankan terlalu tinggi (lihat gambar 3.9) sehingga diperlukan penyesuaian senilai Rp
12,817,188.12, 4) Biaya produk dengan cost driver Luas Lantai dibebankan terlalu
tinggi (lihat gambar 3.10) sehingga diperlukan penyesuaian senilai Rp 3,333,830.99.
Dari 4 penyesuaian tersebut maka total penyesuaian untuk produk Napkin adalah Rp
27,878,996.05 sehingga biaya produk Napkin dari sistem ABC adalah Rp 2,518,745,670
dan biaya per kartonnya menjadi Rp 40,927.
108
Keterangan Total (dalam Rp) Per unit Biaya produk hand towel dari sistem tradisional 84,696,193 112,478 Penyesuaian untuk : Biaya produk dengan cost driver JTKL yang dibebankan terlalu rendah Rp 84,176,692 x (1.21%-2.12%) 766,007.89 Biaya produk dengan cost driver Jam Mesin yang dibebankan terlalu rendah Rp 161,919,779 x (1.21%-7.98%) 10,961,969.04 Biaya produk dengan cost driver Jumlah Pengiriman yang dibebankan terlalu rendah Rp 197,796,113 x (1.21%-7.69%) 12,817,188.12 Biaya produk dengan cost driver Luas Lantai yang dibebankan terlalu rendah Rp 28,181,158 x (1.21%-13.04%) 3,333,830.99 Total penyesuaian 27,878,996.04 37,045
Biaya produk hand towel dari sistem ABC 112,591,040 149,523 Tabel 3.18. Rekonsiliasi Harga Pokok Produk hand towel antara sistem tradisional dan sistem ABC
109
Dari tabel 3.18, dapat dilihat rekonsiliasi Harga Pokok Produk Hand Towel
antara sistem tradisional dan sistem ABC dimana ada biaya produk dengan cost driver
yang dibebankan terlalu rendah. Ada 4 penyesuaian yang perlu dilakukan yaitu: 1) Biaya
produk dengan cost driver JTKL dibebankan terlalu rendah (lihat gambar 3.6) sehingga
diperlukan penyesuaian senilai Rp 766,007.89, 2) Biaya produk dengan cost driver Jam
Mesin dibebankan terlalu rendah (lihat gambar 3.7) sehingga diperlukan penyesuaian
senilai Rp 10,961,969.04, 3) Biaya produk dengan cost driver Jumlah Pengiriman
dibebankan terlalu rendah (lihat gambar 3.9) sehingga diperlukan penyesuaian senilai Rp
12,817,188.12, 4) Biaya produk dengan cost driver Luas Lantai dibebankan terlalu
rendah (lihat gambar 3.10) sehingga diperlukan penyesuaian senilai Rp 3,333,830.99.
Dari 4 penyesuaian tersebut maka total penyesuaian untuk produk Hand Towel adalah
Rp 27,878,996.04 sehingga biaya produk Hand Towel dari sistem ABC adalah Rp
112,591,040 dan biaya per kartonnya menjadi Rp 149,523.