BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Karies -...
Transcript of BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Karies -...
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Karies
Karies gigi adalah penyakit multifaktorial dengan interaksi antara tiga faktor,
yaitu gigi, mikroflora, dan diet. Bakteri akan menumpuk di lokasi gigi kemudian
membentuk plak bakteri (biofilm). Perkembangan karies terjadi dengan adanya
bakteri dan diet yang mengandung fermentasi karbohidrat. Karies adalah penyakit
infeksi karena asam laktat yang dihasilkan oleh bakteri dari hasil fermentasi
karbohidrat yang menyebabkan demineralisasi dari jaringan keras gigi. Lesi karies
biasanya terjadi pada korona gigi, seperti: (a) Pit, fisur dan defek enamel pada
permukaan oklusal gigi posterior atau permukaan halus; (b) Proksimal yang bisanya
terjadi pada daerah di bawah titik kontak; (c) 1/3 servikal mahkota atau diikuti resesi
gingiva.11,12,13
2.1.1 Etiologi Karies Gigi
Karies dinyatakan sebagai penyakit multifaktoral, yaitu adanya beberapa faktor
memegang peranan, yaitu:14
1. Host
Ada beberapa faktor yang dihubungkan dengan gigi sebagai tuan rumah terhadap
karies, yaitu: faktor morfologi gigi (ukuran dan bentuk gigi), struktur enamel, faktor
kimia. Pit dan fisur pada gigi posterior sangat rentan terhadap karies karena sisa-sisa
makanan mudah menumpuk di daerah tersebut terutama pit dan fisur yang dalam.
Selain itu, permukaan gigi yang kasar juga dapat menyebabkan plak mudah melekat
dan membantu perkembangan karies gigi. Enamel merupakan jaringan tubuh dengan
susunan kimia kompleks yang mengandung 97% mineral (kalsium, fosfat, karbonat,
flour), air 1% dan bahan organik 2%. Bagian luar enamel mengalami mineralisasi
yang lebih sempurna, mengandung banyak fluor dan fosfat, dan sedikit karbonat dan
air. Kepadatan kristal enamel sangat menentukan kelarutan enamel. Semakin banyak
enamel mengandung mineral maka kristal enamel semakin padat dan enamel akan
semakin resisten.
2. Agen (mikroorganisme)
Plak gigi memegang peran penting dalam menyebabkan terjadinya karies. Plak
adalah suatu lapisan lunak yang terdiri atas kumpulan mikroorganisme yang
berkembang biak di atas suatu matriks yang terbentuk dan melekat erat pada
permukaan gigi yang tidak dibersihkan. Hasil penelitian menunjukkan komposisi
mikroorganisme dalam plak berbeda-beda. Pada awal pembentukan plak, kokus gram
positif merupakan jenis yang paling banyak dijumpai seperti Streptokokus mutans,
Streptokokus sanguis, Streptokokus mitis dan Streptokokus salivarius, serta beberapa
strain lainnya. Selain itu, ada juga penelitian yang menunjukkan adanya Laktobasilus
pada plak gigi. Pada penderita karies aktif, jumlah laktobasilus pada plak gigi
berkisar 104--105 sel/mg plak. Walaupun demikian, Streptokokus mutans diakui
sebagai penyebab utama karies oleh karena Streptokokus mutans mempunyai sifat
asidogenik (memproduksi asam) dan asidurik (resisten terhadap asam).
3. Diet (substrat)
Faktor substrat atau diet dapat mempengaruhi pembentukan plak karena
membantu perkembangbiakan dan kolonisasi mikroorganisme yang ada pada
permukaan enamel. Selain itu, dapat mempengaruhi metabolisme bakteri dalam plak
dengan menyediakan bahan-bahan yang diperlukan untuk memproduksi asam serta
bahan lain yang aktif yang menyebabkan timbulnya karies. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa orang banyak mengonsumsi karbohidrat terutama sukrosa
cenderung mengalami kerusakan pada gigi, sebaliknya pada orang dengan diet yang
banyak mengandung lemak dan protein hanya sedikit atau sama sekali tidak
mempunyai karies gigi. Hal ini penting untuk menunjukkan bahwa karbohidrat
memegang peranan penting dalam terjadinya karies.
4. Faktor waktu
Secara umum, karies dianggap sebagai penyakit kronis pada manusia yang
berkembang dalam waktu beberapa tahun atau bulan. Lamanya waktu dibutuhkan
karies untuk berkembang menjadi suatu kavitas cukup bervariasi, 6-48 bulan.14
2.1.2 Patogenesis Karies Gigi
Proses terjadinya karies diawali adanya proses demineralisasi pada email, bagian
terkeras dari gigi. Sisa makanan (termasuk karbohidrat) akan menempel pada
permukaan email dan berakumulasi memebentuk plak, yaitu media pertumbuhan
yang menguntungkan bagi mikroorganisme. Mikroorganisme yang menempel pada
permukaan tersebut akan menghasilkan asam dan melarutkan permukaan email
sehingga terjadi proses demineralisasi. Demineralisasi mengakibatkan proses awal
karies pada email, yang ditandai dengan bercak putih (white spot). Apabila proses ini
sudah terjadi maka progresivitas tidak akan dapat berhenti sendiri, kecuali dilakukan
pembuangan jaringan karies dan dilakukan penambalan pada permukaan gigi yang
terkena karies atau dilakukan pencabutan apabila tidak dapat ditambal lagi.
Kebanyakan lesi karies proksimal dapat dijumpai di daerah antara titik kontak
dan di atas margin gingiva bebas. Tipe lesi ini tidak dijumpai di bawah margin
gingival membedakan antara lesi karies dan bagian servikal.14
Karies proksimal dilihat sebagai cust kecil di permukaan email dan sebagian
besar ditemukan di bawah titik kontak. Lesi ini tersebar dalam bentuk segitiga dengan
basis di bawah permukaan dan menuju ke arah dento-enamel junction. Pada dento-
enamel junction, karies menyebar ke arah lateral dan terus menuju ke pulpa. Kavitas
yang terlihat merupakan tahap akhir dari suatu proses karies.
Radiografi bitewing adalah cara terbaik untuk menegakkan diagnosis
demineralisasi di permukaan halus proksimal karena permukaan ini biasanya tidak
dapat dicapai di bawah pemeriksaan gigi rutin. Dalam radiografi bitewing, mahkota
dan jaringan sekitarnya di kedua rahang dapat dikembangkan dalam satu film.
Dengan menggunakan radiografi bitewing, kita dapat menegakkan diagnosis karies
gigi, mengontrol karies, menegakkan diagnosis restorasi tergantung; meneliti situasi
pulpa dan perubahannya, resorpsi puncak tulang alveolar dan hubungan oklusal
gigi.10
2.1.3 Klasifikasi Karies Berdasarkan Kedalaman
Klasifikasi karies berdasarkan kedalamannya, terbagi atas:
a. Karies superfisialis, dimana karies baru mengenai enamel saja, sedang dentin
belum terkena.15
Gambar 1. Karies Superfisialis15
b. Karies media, dimana karies sudah mengenai dentin, tetapi belum melebihi
setengah dentin.15
Gambar 2. Karies Media15
c. Karies profunda tertutup, dimana karies sudah mengenai lebih dari setengah
dentin.
Gambar 3. Karies Profunda Tertutup15
d. Karies profunda terbuka, dimana karies sudah mencapai bagian pulpa.
2.1.4 Pemeriksaan Karies Gigi
1. Anamesis
Wawancara yang dilakukan oleh dokter dengan pasien yang mencakup keluhan
utama pasien.16
2. Pemeriksaan
a. Pemeriksaan Klinis
Pemeriksaan yang dilakukan pada rongga mulut pasien dan memeriksa secara
teliti gigi geligi apabila terlihat langsung maka dapat ditentukan adanya karies.
Adakalanya karies terutama proksimal tidak terlihat secara klinis maka bantuan
radiografi diperlukan.
Pemeriksaan intraoral adalah pemeriksaan yang dilakukan dalam rongga mulut.
Pemeriksaan intraoral terdiri dari pemeriksaan yang abnormal yang ditemukan dalam
rongga mulut seperti jaringan lunak, jaringan keras dan struktur pendukung.
Pemeriksaan terhadap oklusi, susunan gigi, fungsi organ mulut dan kondisi jaringan
dalam mulut sangat penting untuk diperhatikan. Contoh: mukosa labial dan bukal,
vestibulum lateral dan bukal, papila dari duktus parotid, palatum (keras dan lunak),
posterior lidah dan orofaring, dorsal lidah, dasar mulut dan ventral lidah, gigi geligi
(oklusal, karies, malformasi, penyakit periodontal serta kelainan lain).16,17
b. Pemeriksaan Radiografi
Radiografi merupakan pemeriksaan penunjang klinis dalam mendeteksi karies
gigi. Radiografi kedokteran gigi merupakan alat yang berguna dan penting dalam
membantu menegakkan diagnosis dan perawatan penyakit mulut seperti karies,
penyakit periodontal dan patologi rongga mulut. Lesi terlihat pada radiograf sebagai
daerah radiolusen karena daerah demineralisasi gigi tidak banyak menyerap foton
sinar-x sebagai bagian tidak terpengaruh karies.11,18,19
2.2 Radiografi Kedokteran Gigi
2.2.1 Radiografi Konvensional
Radiografi konvensional meliputi semua fungsi rantai pencitraan, yaitu perolehan
gambar, pengolahan kimia, transportasi, penyimpanan dan paparan gambar penting
untuk diagnosis klinis. Namun pada radiografi konvensional tidak dilengkapi dengan
komputer sehingga data/ hasil radiografi tidak dapat dimanipulasi. Selesai diekspos,
langsung diproses di hasil akhir berupa foto rontgen gigi geligi.20
2.2.2 Radiografi Digital
Dalam pencitraan digital, gambaran radiografi digital tidak membutuhkan film
tetapi menggunakan sensor dan hasil dapat disimpan di komputer. Pencitraan digital
tidak melalui proses kimia, limbah yang berbahaya dalam bentuk bahan kimia dan
timbal foil berkurang. Gambar dapat ditransfer secara elektronik ke penyedia layanan
kesehatan lain tanpa perubahan dari kualitas gambar aslinya. Selain itu, radiasi
reseptor digital intraoral lebih kecil dari film, sehingga mengurangi paparan radiasi
terhadap pasien. Namun, sistem digital juga memiliki beberapa kekurangan dibanding
dengan film. Biaya awal menyiapkan sistem pencitraan ralatif tinggi. Komponen
tertentu seperti reseptor elektronik sinar-x yang digunakan sensitif terhadap
penanganan yang kurang hati-hati dan membutuhkan biaya mahal.11
2.2.3 Radiografi Kedokteran Gigi
Secara umum radiografi di kedokteran gigi dibagi menjadi dua jenis, yaitu
radiografi intraoral dan ekstraoral.
a. Radiografi Intraoral
Radiograf intraoral adalah radiografi yang memperlihatkan gigi dan struktur
sekitarnya. Pemeriksaan intraoral adalah pokok dari dental radiografi.21
Tipe-tipe radiografi secara umum, yaitu:21
1. Radiografi periapikal
Radiografi periapikal menggambarkan teknik intraoral yang menunjukkan gigi
dan jaringan di sekitar akar gigi. Setiap gambar menunjukkan tiga sampai empat gigi
dan memberi informasi detail mengenai gigi dan tulang alveolar di sekitarnya. Teknik
yang digunakan paralel dan bisekting.
2. Radiografi bitewing
Radiogafi bitewing disebut juga radiografi proksimal yang meliputi mahkota gigi
rahang atas dan rahang bawah serta puncak tulang alveolar dalam satu film.
Radiografi bitewing baik dalam mendeteksi karies proksimal pada tahap awal dan
juga dapat memperlihatkan karies sekunder di bawah restorasi.
3. Radiografi oklusal
Bertujuan untuk melihat area yang lebih luas lagi yaitu maksila atau mandibula
dalam satu film sangat cocok untuk mendeteksi salvilaris calculi (oklusal rahang
bawah).
b. Radiografi Ekstraoral
Radiografi ekstraoral adalah pemeriksaan radiografi yang lebih luas dari kepala
dan rahang dengan film berada di luar mulut. Radiografi ekstraoral meliputi
panoramik, lateral jaw, lateral cephalometric, postero-anterior, submentovertec,
waters, tomografi projections, dll. Radiografi ekstraoral yang paling populer dan
sering dipakai adalah radiografi panoramik. Foto intraoral tidak cukup untuk melihat
perluasan suatu lesi/tumor, fraktur rahang, fase gigi bercampur. Radiografi panoramik
memperlihatkan daerah yang lebih luas dibandingkan intraoral, yaitu maksila dan
mandibular dalam satu film.20
2.3 Radiografi pada Karies Proksimal
Beberapa penelitian menyatakan bahwa karies proksimal dapat dideteksi dengan
menggunakan radiografi bitewing dan periapikal. Karies proksimal dapat dilihat pada
radiografi apabila terjadi mineralisasi 30%-40%, sehingga memungkinkan lesi
dibedakan dari enamel dan dentin yang normal.20
2.3.1 Radiografi Periapikal
Radiografi periapikal menggambarkan teknik intraoral yang menunjukkan gigi
individual dan jaringan di sekitar akar gigi, Tujuan dari pemeriksaan periapikal
adalah untuk melihat gigi secara utuh dari korona sampai periapikal serta jaringan
sekitarnya. Indikasinya radiografi periapikal, yaitu:21
a) Deteksi infeksi/ peradangan apikal.
b) Penilaian status periodontal.
c) Setelah trauma pada gigi dan terkait dengan tulang alveolar.
d) Penilaian terhadap keberadaan dan posisi gigi yang tidak erupsi.
e) Penilaian morfologi akar sebelum ekstraksi.
f) Evaluasi kista apikal dan lesi lainnya dalam tulang alveolar.
g) Evaluasi implan pasca operasi.
Radiografi periapikal dapat dilakukan dengan cara:
i. Teknik paralel (paralleling)22
Prinsip-prinsip pada teknik paralel, yaitu:
1. Film diletakkan parelel dengan aksis panjang gigi.
2. Sentral sinar-x tegak lurus terhadap film dan aksis panjang gigi.
3. Film holder harus dipakai menjaga agar film tetap paralel dengan sumbu panjang
gigi.
Keuntungan menggunakan teknik paralel, yaitu:22
a) Tanpa distorsi.
b) Gambar yang dihasilkan mudah dipelajari dan digunakan.
c) Mempunyai validitas yang tinggi.
Gambar 4. Teknik Paralleling22
Kerugian menggunakan teknik paralel, yaitu: 22
a) Sulit meletakkan pemegang film, terutama anak-anak dan pasien yang
mempunyai mulut yang kecil.
b) Pemakaian film holder mengenai jaringan sekitarnya sehingga mengurangi
kenyamanan.
ii. Teknik bisekting (bisecting)22
Prinsip geometri dipakai pada teknik ini. Prinsip-prinsip pada teknik bisekting,
yaitu:22
a) Film harus diletakkan sepanjang permukaan lingual/palatal dari gigi.
b) Film kontak dengan gigi. Bidang film dan aksis panjang gigi membentuk sudut.
c) Adanya imaginary bisector.
d) Sumbu sinar-x tegak lurus terhadap garis bisektris sehingga menghasilkan dua
segitiga yang sama.
e) Film holder digunakan untuk menstabilkan film selama penyinaran. Rinn BAI
instruments, Stable bite block, EEZEE grip film holder.
Gambar 5. Teknik Bisekting22
A. Geometri B. Sinar-x tegak lurus terhadap garis bisektris C. Dua segitiga sama sisi
Keuntungan teknik bisekting, yaitu:22
- Teknik ini dapat digunakan tanpa film holder.
Kerugian teknik bisekting, yaitu:22
a) Distorsi mudah terjadi
b) Masalah angulasi (banyak angulasi harus diperhatikan).
A. B.
Gambar 6. Foto Periapikal21
A. Gigi anterior yang menunjukkan karies proksimal. B. Gigi posterior yang menunjukkan karies proksimal.
2.3.2 Radiografi Bitewing
Radiografi bitewing digunakan untuk memeriksa interproksimal gigi dan
permukaan gigi yang meliputi mahkota dari maksila dan mandibula, daerah
interproksimal dan crest alveolar dalam film yang sama.22
Gambar 7. Teknik Bitewing22
A. B.
Gambar 8. Radiografi Bitewing 21
A dan B. Radiografi Bitewing yang menunjukkan karies proksimal.
Prinsip-prinsip pada teknik bitewing, yaitu:22
a) Film diletakkan dalam mulut sejajar dengan mahkota gigi-gigi geligi di
maksila dan mandibula.
b) Film distabilkan dengan pasien menggigit tab bitewing dan film holder
bitewing
c) Sumbu sinar-x diarahkan menembus kontak gigi dengan angulasi vertikal
+10o.
2.4 Karangka Teori
Karies
Definisi Etiologi Patogenesis
Karies proksimal
Bitewing Periapikal
Radiografi
Digital Konvensional
Intraoral Extraoral
2.5 Kerangka Konsep
Karies proksimal
Radiograf periapikal
Radiograf Bitewing
1. Kekontrasan Gambar
2. Ukuran Serviko-oklusal
3. Ukuran Mesiodistal