BAB 2 LANDASAN TEORI 1.1 PENGERTIAN SISTEM...
Transcript of BAB 2 LANDASAN TEORI 1.1 PENGERTIAN SISTEM...
-
1
BAB 2
LANDASAN TEORI
1.1 PENGERTIAN SISTEM INFORMASI
Table 2.1 Pengertian Sistem Informasi
REFERENSI DEFINITION DEFINISI Prentice-Hall. (2010)
“Information systems are combinations of hardware, software, and telecommunications networks that people build and use to collect, create, and distribute useful data, typically in organizational settings.”
Sistem Informasi merupakan kombinasi dari bebeberapa perangkat keras, perangkat lunak dan jaringan telekomunikasi yang dibangun untuk mengumpulkan, menciptakan dan mendistribusikan data yang berguna dalam pengaturan organisasi.
Stair-Ralph. (2008)
“Information System is a set of interrelated components that collect, manipulate, store, and disseminate data and information and provide a feedback mechanism to meed an objective.”
Sistem Informasi adalah kumpulan dari interelasi komponen yang mengumpulkan, memanipulasi, menyimpan, dan menyebarkan data dan informaso dan menyediakan sebuah mekanisme timbal balik untuk mencapai tujuan.
Robert-Leitch. (2000)
“ Information System is a system in an organization that brings daily transaction processing needs, supports the operation, has managerial side, and strategic activities of an organization and provide certain outsiders with the necessary reports.”
Sistem informasi adalah suatu sistem dalam suatu organisasi yang mempertemukan kebutuhan pengelolaan transaksi harian, mendukung operasi, memiliki sisi manajerial, dan kegiatan strategis dari suatu organisasi dan menyediakan laporan-laporan yang diperlukan untuk pihak luar tertentu.
Nash-John. (2003)
“Information system is combination of the technological facilities, media, procedures and control that is intended to receive important communication lines, to process certain types of routine transactions, to give a signal to management and the others about important internal and external events, and provide the basic of smart decision-making.”
Sistem informasi merupakan kombinasi dari manusia, fasilitas, atau alat teknologi, media, prosedur, dan pengendalian yang bermaksud menata jaringan komunikasi yang penting, proses atau transaksi-transaksi tertentu dan rutin, membantu manajemen dan pemakai intern dan ekstern dan menyediakan dasar pengambilan keputusan yang tepat.
Satzinger, Jackson, and Burd. (2012)
“Information System is a collection of components collect, process, store and provide output from any information needed in business processes as well as applications used through software, database and even manual processes which is
Sistem informasi merupakan kumpulan dari komponen-komponen yang mengumpulkan, memproses, menyimpan, dan menyediakan output dari setiap informasi yang dibutuhkan dalam proses bisnis serta aplikasi yang digunakan melalui perangkat lunak,
-
2
related” database dan bahkan proses manual yang terkait.
Berdasarkan dari pengertian dan penjelasan sebelumnya, ditarik kesimpulan bahwa
pengertian Sistem Informasi ialah kumpulan dari interelasi komponen yang
mengumpulkan, memanipulasi, menyimpan dan menyebarkan data dan informasi
dan menyediakan sebuah mekanisme timbal balik untuk mencapai tujuan.
Komponen Interelasi : Komponen yang memiliki hubungan timbal-
balik atau resiprosikal atau paralelisme.
Mengumpulkan : Kegiatan mendapatkan dan menjadikan
satu/terkumpul.
Memanipulasi : Mengontrol (orang lain atau diri sendiri) atau
pengaruh terampil.
Menyimpan : Kegiaran penyediaan sesuatu yang terjadi
yang tersedia untuk digunakan di masa depan.
Menyebarkan data dan informasi : Kegiatan membuat data dan informasi untuk
dikenal lebih luas.
Menyediakan mekanisme timbal-balik untuk mencapai tujuan
: Memberikan komponen yang membantu
organisasi untuk mencapai tujuan mereka
seperti meningkatkan keuntungan atau
meningkatkan pelayanan pelanggan.
1.2 ENTERPRISE RESOURCES PLANNING (ERP)
1.2.1 PENGERTIAN ERP
Enterprise Resource Planning (ERP) menurut O’Brien, J. A., & Marakas, G.
M. (2010: 272) adalah sistem perusahaan yang meliputi semua fungsi yang terdapat
di dalam perusahaan yang didorong oleh beberapa modul software yang terintegrasi
untuk mendukung proses bisnis internal perusahaan. Sebagai contoh, software ERP
untuk perusahaan manufaktur umumnya dimulai dari memproses data yang masuk,
melacak status dari penjualan, inventory, pengiriman barang, dan penagihan barang,
-
3
serta memperkirakan bahan baku dan kebutuhan sumber daya manusia, sehingga
menurut O’Brien, J. A., & Marakas, G. M. (2010: 272) terdapat 5 komponen utama
dari sistem ERP. Berikut adalah gambar dari 5 komponen tersebut :
Gambar 2.1 : Komponen Utama dari Sistem ERP
Sumber : O’Brien & Marakas (2010: 272)
Enterprise Resource Planning (ERP) menurut James A. Hall (2011: 31)
adalah suatu model sistem informasi yang memungkinkan organisasi untuk
mengotomatisasi dan mengintegrasikan proses bisnis utamanya.
Enterprise Resource Planning menurut Turban, Rainer, dan Potter (2007: 10)
dirancang dan didesain untuk menyelesaikan masalah dalam area 8 fungsional sistem
informasi dengan mengintegrasikan area fungsional melalui database.
Berdasarkan definisi-definisi di atas, maka dapat disimpulkan Enterprise
Resource Planning adalah konsep sistem informasi yang mengintegrasikan setiap
modul, sehingga dapat mendukung proses bisnis utama perusahaan.
1.2.2 SEJARAH PERKEMBANGAN ERP
Sejarah perkembangan Enterprise Resource Planning menurut Leon
(2008: 18-20) dibagi menjadi empat tahap, yaitu :
1. Material Requirement Planning (MRP)
Material Requirement Planning (MRP) merupakan hasil pengolahan atau
pemrosesan dari Bill of Material (BOM) yang dimulai pada tahun 1960-an dan mulai
terkenal pada tahun 1970-an. Saat itu, orang yang bekerja pada manufaktur dan
-
4
perencanaan produksi sedang mencari metode yang lebih baik dan lebih efisien untuk
memesan bahan baku dan menemukan MRP sebagai solusi sempurna untuk
kebutuhan manufaktur dan perencanaan produksi karena mampu memecahkan
masalah-masalah utama yang ada.
2. Closed-loop MRP
Sistem MRP berubah menjadi sesuatu sistem yang lebih baik dari hanya sekadar cara
untuk memesan. Sistem MRP dapat mengelola tanggal jatuh tempo dari pemesanan
dan dapat mendeteksi serta memberikan peringatan ketika suatu barang tidak
diterima pada saat tanggal jatuh tempo. Terdapat beberapa tools yang dikembangkan
untuk mendukung perencanaan penjualan dan produksi, pengembangan jadwal
produksi, peramalan, perencanaan kapasitas, dan pemrosesan pemesanan.
Pengembangan tersebut menghasilkan closed-loop MRP, dimana sistem tidak hanya
sekadar untuk perencanaan kebutuhan material, tetapi juga dapat untuk
mengotomatisasi proses produksi.
3. Manufacturing Resource Planning II (MRP II)
Tahap ketiga perkembangan dari ERP disebut dengan MRP II yang merupakan
metode untuk perencanaan yang efektif dari sumber daya yang dimiliki oleh
perusahaan manufaktur. MRP II terbentuk dari kumpulan berbagai fungsi yang saling
terhubung, fungsi-fungsi tersebut adalah perencanaan bisnis, perencanaan
operasional dan penjualan, manajemen permintaan, perencanaan produksi, master
scheduling, perencanaan kebutuhan material, perencanaan kebutuhan kapasitas, serta
pelaksanaan sistem pendukung untuk kapasitas dan material. Hasil dari sistem
tersebut akan terintegrasi dengan laporan keuangan seperti perencanaan bisnis,
laporan pembelian, biaya pengiriman, proyeksi inventory, dan sebagainya.
4. Enterprise Resource Planning (ERP)
ERP merupakan tahap terakhir dari perkembangan ERP, dimana konsep dasar ERP
sama dengan konsep MRP II. Perusahaan software menciptakan ERP dengan
sekumpulan proses bisnis yang luas dalam hal ruang lingkup dan memiliki
kemampuan untuk menangani beberapa fungsi bisnis tambahan serta integrasi yang
baik dan kuat dengan fungsi finansial dan akuntansi. ERP juga mampu
mengintegrasikan tools lain seperti CRM (Customer Relationship Management),
-
5
SCM (Supply Chain Management), dan sebagainya. Selain itu, ERP juga dapat
mendukung proses bisnis yang melibatkan pihak luar perusahaan.
Gambar 2.2 : Sejarah Perkembangan dari Sistem ERP
Sumber : Thomas F. Wallace (2001)
1.2.3 MANFAAT DAN TANTANGAN
ERP
Manfaat ERP
Menurut O’Brien, J. A., & Marakas, G. M. (2010: 273), sistem ERP memberikan
nilai bisnis yang signifikan bagi perusahaan. Nilai bisnis tersebut yaitu :
- Kualitas dan efisiensi
ERP menciptakan kerangka kerja untuk mengintegrasikan dan meningkatkan proses
bisnis internal perusahaan yang memberikan peningkatan secara signifikan bagi
perusahaan. Contohnya, dalam segi kualitas dan efisiensi dari pelayanan pelanggan,
produksi, dan distribusi.
- Mengurangi biaya
Banyak perusahaan yang melaporkan bahwa adanya penurunan yang signifikan
dalam transaksi pengolahan biaya, hardware, software, dan staf IT support.
- Pengambilan keputusan
Sistem ERP dapat dengan cepat memberikan laporan / informasi penting dalam
kinerja bisnis kepada manajer, sehingga dapat meningkatkan kemampuan manajer
dalam membuat keputusan yang baik dan tepat di dalam perusahaan.
-
6
- Enterprise agility
Memberikan fleksibilitas pada struktur organisasi, tanggung jawab manajerial, dan
peran kerja, sehingga perusahaan dapat lebih mudah dalam memanfaatkan peluang
bisnis yang baru.
Tantangan ERP
Menurut O’Brien, J. A., & Marakas, G. M. (2010: 273-274), tantangan dalam
mengimplementasikan sistem ERP adalah diperlukannya banyak biaya dan risiko
kegagalan dalam mengimplementasikan sebuah sistem ERP baru sangat besar. Untuk
mengimplementasikan sistem ERP, diperlukan biaya yang tidak sedikit karena
adanya ukuran dan jenis biaya yang dikeluarkan dalam mengimplementasikan sistem
ERP ke dalam perusahaan. Menurut O’Brien, J. A., & Marakas, G. M. (2010: 274)
terdapat ukuran dan jenis biaya yang harus dikeluarkan dalam mengimplementasikan
sistem ERP.
Gambar 2.3 : Jenis Biaya dalam Implementasi Sistem ERP Baru Sumber : O’Brien & Marakas (2010: 274)
Dari gambar 2.3 di atas, dapat dilihat bahwa terdapat 5 jenis biaya yang harus
diperhatikan oleh perusahaan apabila ingin mengimplementasikan sistem ERP. Biaya
terbesar dalam proses implementasi ERP terdapat pada biaya reengineering sebesar
43%, kemudian terdapat biaya untuk konversi data, pelatihan dan manajemen
perubahan, serta biaya software sebesar 15%. Sisanya merupakan biaya hardware
sebesar 12%. Hal ini menunjukkan bahwa perubahan proses bisnis menjadi biaya
-
7
terbesar dalam proses implementasi ERP dan harus benar-benar diperhatikan oleh
perusahaan.
Risiko kegagalan dalam mengimplementasikan sistem ERP juga menjadi
tantangan dalam pengimplementasian sistem ERP ke dalam perusahaan karena
hampir setiap kasus dari kegagalan pengimplementasian sistem disebabkan oleh para
manajer dan profesional TI dari perusahaan-perusahaan yang meremehkan
kompleksitas perencanaan, pengembangan, dan pelatihan yang dibutuhkan untuk
mempersiapkan sistem ERP baru.
1.3 INTEGRASI SISTEM TERHADAP PENGIMPLEMENTASIAN ERP
DALAM PROSES BISNIS
1.3.1 PENGERTIAN IMPLEMENTASI
Arti implementasi menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) yaitu
pelaksanaan / penerapan. Sedangkan pengertian umum adalah suatu tindakan atau
pelaksana rencana yang telah disusun secara cermat dan rinci (matang).
Kata implementasi sendiri berasal dari bahasa Inggris “to implement” artinya
mengimplementasikan. Tak hanya sekedar aktivitas, implementasi merupakan suatu
kegiatan yang direncanakan serta dilaksanakan dengan serius juga mengacu pada
norma-norma tertentu guna mencapai tujuan kegiatan.
Dalam kalimat lain implementasi itu sebagai penyedia sarana untuk
melaksanakan sesuatu yang menyebabkan dampak terhadap sesuatu. Pendapat lain
mengatakan bahwa pengertian implementasi adalah suatu tindakan atau bentuk aksi
nyata dalam melaksanakan rencana yang telah dirancang dengan matang. Dengan
kata lain, implementasi hanya dapat dilakukan jika sudah ada perencanaan dan bukan
hanya sekedar tindakan semata.
Dari penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa implementasi bermuara pada
mekanisme suatu sistem. Penerapan implementasi harus sesuai dengan perencanaan
yang telah dibuat agar hasil yang dicapai sesuai dengan yang diharapkan.
-
8
1.3.2 TUJUAN IMPLEMENTASI
Seperti yang disebutkan sebelumnya, implementasi merupakan aktivitas yang
dilakukan secara sistematis dan terikat oleh mekanisme untuk mencapai tujuan
tertentu. Mengacu pada pengertian implementasi tersebut, adapun beberapa tujuan
implementasi adalah sebagai berikut:
1. Tujuan utama implementasi adalah untuk melaksanakan rencana yang
telah disusun dengan cermat, baik oleh individu maupun kelompok.
2. Untuk menguji serta mendokumentasikan suatu prosedur dalam penerapan
rencana atau kebijakan.
3. Untuk mewujudkan tujuan-tujuan yang hendak dicapai di dalam
perencanaan atau kebijakan yang telah dirancang.
4. Untuk mengetahui kemampuan masyarakat dalam menerapkan suatu
kebijakan atau rencana sesuai dengan yang diharapkan.
5. Untuk mengetahui tingkat keberhasilan suatu kebijakan atau rencana yang
telah dirancang demi perbaikan atau peningkatan mutu.
1.3.3 PENTINGNYA IMPLEMENTASI
ERP
Pada organisasi atau perusahaan yang tidak menerapkan sistem ERP, umumnya
menggunakan sistem database yang terpisah. Di mana setiap unit kerja memiliki
database tersendiri, seperti pemasaran yang memiliki database pemasaran, sumber
daya manusia atau HRD dengan database HRD tersendiri, purchashing memiliki
database pembeliannya tersendiri, dan bagian finance (keuangan) memiliki database
keuangan tersendiri. Sistem terpisah demikian memiliki database yang berbeda dan
sering terjadi ketidaksesuaian sehingga sulit untuk pengelolaannya.
ERP (Enterprise Resource Planning) ini dikembangkan untuk menggantikan
sistem-sistem yang terpisah tersebut menjadi terintegrasi sehingga pengelolaannya
lebih efektif dan efisien. Berikut di bawah ini adalah beberapa keuntungan yang bisa
dinikmati oleh organasasi yang berhasil menerapkan ERP.
-
9
- Integrasi Bisnis & Akurat Data yang Lebih Baik
Sistem ERP terdiri dari berbagai modul dan sub-modul yang dapat mewakili
komponen bisnis tertentu. Jika data yang dimasukan pada suatu modul (contohnya
data penerimaan material) maka modul-modul lain seperti “pembayaran” dan
“persediaan” akan secara otomatis diperbaharui juga. Pembaharuan ini terjadi secara
realtime atau tepat pada waktu terjadinya transaksi.
Data yang dimasukan tersebut hanya perlu sekali pemasukan saja yaitu saat
terjadinya transaksi sehingga tidak perlu lagi ada pemasukan data pada modul
lainnya. Dengan demikian, kebutuhan untuk beberapa kali entri data dapat
dieliminasi (dihilangkan) dan kemungkinan terjadinya kesalahan pengetikan data dan
duplikat data juga dapat diminimalisasikan. Struktur database yang terpusat juga
memungkinkan administrasi dan keamanan yang lebih baik atau untuk menghindari
terjadi kehilangan data yang penting.
- Perencanaan dan Manajemen Sistem Informasi
Sistem ERP memiliki alat-alat pendukung pengambilan keputusan yang baik seperti
alat perencanaan dan alat simulasi yang dapat membantu manajemen untuk lebih
tepat memanfaatkan sumber dayanya seperti material, sumber daya manusia dan
mesin atau peralatan kerja. Dalam menyajikan laporan, sistem ERP dapat
menghasilkan laporan standar yang diperlukan oleh manajemen dan laporan tersebut
dapat diakses oleh manajemen kapan saja saat dibutuhkan.
- Peningkatan Efisiensi dan Produktifitas
Selain menyediakan perencanaan yang lebih baik, sistem ERP juga dapat
meningkatkan efisiensi pada aktivitas rutin harian seperti pemesanan, pengiriman,
kinerja pemasok, manajemen kualitas, manajemen kas, dan realisasi penjualan.
Dengan adanya sistem ERP, siklus waktu penjualan ke kas dan pembayaran ke
pemasok pun dapat dipersingkat.
- Pembentukan Standarisasi Prosedur
Sistem ERP didasarkan pada proses praktik Internasional terbaik yang diadopsi oleh
organisasi yang menerapkannya. Pekerjaan menjadi lebih terstruktur sehingga tidak
-
10
tergantung pada individu atau pekerja tertentu saja. Sistem ERP bagi sebuah
perusahaan dapat meningkatkan efisiensi dan efektifitas.
1.3.4 PENGERTIAN INTEGRASI
Menurut Bernard Burnes (2009:78), Integrasi merupakan sebuah bentuk
kolaborasi yang sangat dibutuhkan antara departemen dalam organisasi untuk
mencapai tujuan individual di dalam sebuah lingkungan dimana perusahaan
beroperasi. Integrasi sistem merupakan sebuah proses berhubungan dari sistem
komputer dan aplikasi software yang berbeda secara aplikasi dan fungsi yang saling
terkoordinasi untuk melakukan kegiatan.
Menurut pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa integrasi
merupakan sebuah bentuk kolaborasi dan koordinasi, baik itu antar departemen
dalam organisasi maupun antara sistem dan aplikasi software yang memiliki fungsi
berbeda yang berguna untuk mencapai tujuan atau melakukan kegiatan.
Sistem terintegrasi (integrated system) merupakan sebuah rangkaian proses untuk
menghubungkan beberapa sistem-sistem komputerisasi dan software aplikasi baik
secara fisik maupun secara fungsional. Sistem terintegrasi akan menggabungkan
komponen sub-sub sistem ke dalam satu sistem dan menjamin fungsi-fungsi dari sub
sistem tersebut sebagai satu kesatuan sistem.
1.3.5 KONSEP INTEGRASI SISTEM
Pengintegrasian sistem informasi merupakan salah satu konsep kunci dari
sistem Informasi Manajemen. Berbagi sistem dapat saling berhubungan satu dengan
yang lain dengan berbagai cara yang sesuai dengan keperluannya. Aliran informasi
diantara sistem sangat bermanfaat bila data dalam file suatu sistem diperlukan juga
oleh sistem yang lainnya, atau output suatu sistem menjadi input bagi sistem lainnya.
Secara manual juga dapat dicapai suatu integrasi tertentu, misalnya data dari satu
bagian dibawa kebagian lain, dan oleh petugas administrasi data tersebut digabung
dengan data dari sistem yang lain. Jadi kalau secara manual maka derajat
integrasinya menjadi tinggi.
Konsep Integrasi sistem adalah yaitu suatu konsep sistem yang dapat saling
berhubungan satu dengan yang lain dengan berbagai cara yang sesuai dengan
keperluan. Hal ini sangat bermanfaat bila suatu data dalam file suatu sistem
-
11
diperlukan juga oleh sistem yang lainnya atau output sustu sistem menjadi Input
sistem lainnya.
Keuntungan dari integrasi sistem ini adalah membaiknya suatu arus informasi
dalam sebuah organisasi. Suatu pelaporan biasa memang memerlukan waktu, namun
demikian akan semakin banyak informasi yang relevan dalam kegiatan manajerial
yang dapat diperoleh bila diperlukan. Keuntungan ini merupakan alasan yang kuat
untuk mengutamakan (mengunggulkan) sistem informsi terintegrasi karena tujuan
utama dari sistem informasi adalah memberikan informasi yang benar pada saat yang
tepat. Keuntungan lain dari pengintegrasian sistem adalah sifat yang mendorong
manajer untuk membagikan (mengkomunikasikan) informasi yang dihasilkan oleh
departemen (bagian) agar secara rutin mengalir ke system lain yang memerlukannya.
Suatu pelaporan biasa memang memerlukan waktu, namun demikian akan
semakin banyak informasi yang relevan dalam kegiatan manajerial yang dapat
diperoleh bila diperlukan. Keuntungan ini merupakan alasan yang kuat untuk
mengutamakan (mengunggulkan) sistem informsi terintegrasi karena tujuan utama
dari sistem informasi adalah memberikan informasi yang benar pada saat yang tepat.
Integrasi informasi dari sebuah sistem diperlukan karena :
1. Adanya kebutuhan konstituen untuk bekerja sama antar bagian dalam suatu
korporasi.
2. Terjadinya pengolahan data antar sistem informasi tiap bagian yang saling
terkait, sehingga untuk melengkapi suatu informasi dibutuhkan proses
pertukaran data dengan sistem informasi yang lain.
3. Dapat memungkinkan penyediaan realtime pengaksesan data.
Mengubah data untuk analisis bisnis dan pertukaran data, mengatur penempatan data
untuk kinerja, mata uang dan ketersediaan.
1.3.6 PENGERTIAN PROSES BISNIS
Proses bisnis dapat didefinisikan sebagai serangkaian tugas yang terkait dilakukan
dalam bisnis atau organisasi untuk mendapatkan keluaran tertentu (Short, 1990).
Tugas ini seperti menciptakan nilai bagi pelanggan bisnis atau organisasi
(Gunasekaran A., 2002). Definisi proses bisnis yang dikemukakan oleh para ahli.
(Sharp, 2009) mengemukakan proses bisnis merupakan serangkaian proses atau
-
12
kegiatan yang dilakukan oleh perusahaan (enterprise) untuk mencapai tujuan yang
telah ditetapkan. Pemilik proses bisnis bertanggung jawab terhadap kinerja dan
pengembangan berkesinambungan dari proses, juga dianggap sebagai suatu
karakteristik proses bisnis. Proses merupakan urutan pelaksanaan atau kejadian yang
terjadi secara alami atau didesain mungkin menggunakan waktu, ruang, keahlian atau
sumber daya lainnya yang menghasilkan suatu hasil. Proses mungkin dikenali oleh
perubahan yang diciptakan terhadap sifat-sifat dari satu atau lebih objek di bawah
pengaruhnya (IPQI, 2017).
1.3.7 PENGERTIAN BUSINESS
PROCESS MANAGEMENT (BPM)
Business Process Management (BPM) adalah disiplin yang menggabungkan dari
teknologi informasi dan pengetahuan dari ilmu manajemen yang menerapkannya
pada proses bisnis operasional. Proses ini telah mendapatkan perhatian dalam
beberapa tahun terakhir kerena potensinya untuk meningkatkan produktivitas dan
biaya tabungan secara signifikan. Sistem ini adalah sistem perangkat lunak yang
didorong oleh rancangan proses eksplisit untuk memberlakukan dan mengelola
proses bisnis operational. BPM dapat dilihat sebagai perpanjangan Workflow
Management (WFM). WFM lebih fokus kepada otomatisasi proses bisnis, sedangkan
BPM memiliki ruang lingkup yang lebih luas. BPM bertujuan untuk memperbaiki
proses bisnis operational, mungkin tanpa menggunakan teknologi baru, misalnya
dengan memodelkan proses bisnis dan menganalisisnya dengan menggunakan
simulasi, manajemen mungkin mendapatkan gagasan tentang bagaimana mengurangi
biaya sambil meningkatkan layanan. BPM juga sering dikaitkan dengan perangkat
lunak untuk mengelola, mengendalikan proses operasional (Aalst, 2012).
1.3.8 SEJARAH BPM
Business Process Management memilki berbagai akar baik itu ilmu komputer
maupun ilmu manajemen, oleh sebab itu sulit untuk menentukan titik awal dari
BPM. Sejak revolusi industri, produkstivitas semakin meningkat karena adanya
inovasi teknis, penyempurnaan dalam pengorganisasian kerja, dan penggunaan
teknologi informasi. Adam Smith (1723-1790 menunjukkan kelebihan pembagian
kerja, Fredarick Taylor (1856-1915) memperkenalkan prinsip-prinsip awal
manajemen ilmiah. Henry Ford (1863-2947) memperkenalkan produksi untuk massa
T-Ford hitam, sangat mudah untuk melihat bahwa gagasan ini digunakan dalam
-
13
sistem BPM saat ini. Sekitar tahun 1950, komputer dan infrastruktur komunikasi
digital mulai mempengaruhi proses bisnis. Mengakibatkan perubahan dramatis dalam
pengorganisasian kerja dan menungkinkan cara baru dalam berbisnis. Inovasi dalam
komputerisasi dan komunikasi masih menjadi pendorong utama perubahan di hampir
semua proses bisnis. Proses menjadi lebih kompleks sangat bergantung pada sistem
informasi dan mungkin mencakup banyak organisasi. Model proses membantu dalam
mengelola kompleksitas dengan memberikan wawasan dan mendokumentasikan
prosedur. Sistem informasi perlu di konfigurasikan dan didorong oleh instruksi yang
tepat. Proses lintas organisasi hanyak berfungsi dengan baik jika ada kesamaan
kesepakatan mengenai interaksi yang dibutuhkan, sehingga model proses banyak
digunakan dalam organisasi saat ini.
1.3.9 DASAR-DASAR BPM
Mengeksplorasi standar BPM dan bidang terkait, intisari dari dasar-dasar BPM
meskipun mungkin terasa luar biasa dengan sejarah, konsep dan termininologi BPM.
7 Siklus BPM adalah subjek teori alam praktik dengan banyak pandangan, definisi
dan perspektif, mudah untuk menemukan bahan penelitian proses binis dibanyak
database subjek. Secara efektif memahami terminologi dan fitur BPM, seseorang
harus memulai dan apresiasi siklus hidup BPM. Ada banyak pandangan tentang
BPM, siklus hidup BPM terdiri dari:
a) Process design,
pada tahap ini proses berbsasi faks atau kertas sebagai proses bisnis dimodelkan
secara elektronik ke BPMN. Standar grafis yang dominan dalam hal bertahap.
b) Diagnosa.
Dengan alat analisis dan pemantauan yang tepat, analis BPM dapat
mengidentifikasi dan memperbaiki kemacetan dan celah potensial penipuan di
proses bisnis.
1.3.10 PENGERTIAN CRITICAL
SUCCESS FACTOR (CSF)
Perusahaan berada dalam lingkungan bisnis harus menggunakan manajemen
stratejik untuk mencapai keberhasilan dalam jangka panjang terutama dilihat pada
ukuran-ukuran operasional bersifat non keuangan, misalnya dapat dilihat pada
-
14
kualitas produk, kepuasan pelanggan, pangsa pasar, dan peluang-peluang pada
pertumbuhan ekonomi tetapi tetap memperhatikan ukuran operasional yang bersifat
keuangan.
Triptomo dan Udan (2005:89) menyatakan bahwa critical success factors adalah
faktor-faktor internal organisasi (sumber daya dan kompetensi) yang paling kritis
atau yang paling penting dan mungkin digunakan oleh suatu organisasi dalam suatu
industri sebagai alat utama untuk menangani peluang dan ancaman agar dapat
bertahan dan memenangkan persaingan. Faktor kunci keberhasilan kritis dapat
diukur dengan menggunakan ukuran kinerja bersifat keuangan dan maupun ukuran
kinerja yang bersifat non keuangan. Ukuran keuangan dapat menunjukkan dampak
kebijakan dan prosedur perusahaan pada posisi keuangan saat ini atau jangka pendek
sedangkan ukuran non keuangan menunjukkan posisi kompetitif perusahaan untuk
saat ini dan masa yang akan mendatang.
Menurut Waspodo (2009:65) menyatakan bahwa critical success factors adalah
sejumlah area yang terbatas dimana hasil yang memuaskan akan memastikan
penampilan bersaing bagi individu, departemen, atau organisasi. Critical success
factors merupakan beberapa area kunci dimana sesuatu harus berjalan dengan benar
agar bisnis dapat maju dan tujuan manajer dapat tercapai. Hit et.al (2001:17), faktor
keberhasilan kritis menunjukkan sumber daya dan kapabilitas yang menjadi sumber
keunggulan kompetitif bagi perusahaan melebihi para pesaingnya yang ada.
Blocher et al. (2000:38) menyatakan critical success factors merupakan ukuran
strategik yang bersifat keuangan dan non keuangan. Ukuran keuangan menunjukkan
dampak kebijakan dan prosedur perusahaan pada posisi keuangan perusahaan saat
ini, dan yang berarti juga imbalan hasil saat ini bagi pemegang saham. Sebaliknya
faktor-faktor yang bersifat non keuangan menunjukkan posisi kompetitif perusahaan
untuk saat ini dan masa yang akan datang, yang merupakan ukuran yang dapat dilihat
dari tiga sudut pandang:
a. Perspektif pelanggan Perspektif
pelanggan memfokuskan pada bagaimana organisasi memperhatian pelanggannya
agar berhasil. Mengetahui pelanggan dan harapan mereka tidaklah cukup. Suatu
organisasi/perusahaan juga harus memberikan insentif kepada manajer dan karyawan
-
15
yang dapat memenuhi harapan pelanggan. Perusahaan antara lain menggunakan
tolok ukur kinerja, pada waktu mempertimbangkan perspektif pelanggan, yaitu:
o Kepuasan
(customer satisfaction)
Tolok ukur kepuasan pelanggan menunjukkan apakah perusahaan
memenuhi harapan pelanggan atau bahkan menyenangkannya.
o Retensi
pelanggan (customer retention)
Tolok ukur retensi atau loyalitas pelanggan menunjukkan bagaimana
baiknya perusahaan terhadap pelanggannya. Secara umum dikatakan
bahwa dibutuhkan 5 kali lebih banyak untuk memperoleh seorang
pelanggan baru daripada mempertahankan seorang pelanggan lama.
o Pangsa pasar
(market share)
Pangsa pasar mengukur proporsi perusahaan dari total usaha dalam
pasar tertentu.
o Kemampulabaan
pelanggan
Untuk perusahaan yang mencari untung, garis paling bawah (botton
line) adalah kemampulabaan pelanggan, yakni pelanggan yang
memberikan keuntungan kepada perusahaan. Mempunyai pelanggan
yang puas dan setia dari pangsa pasar yang besar adalah baik, akan
tetapi pencapaian tersebut tidak menjamin kemampulabaan. Kepuasan
pelanggan yang lebih baik mengarah pada peningkatan
kemampulabaan pelanggan.
b. Perspektif proses bisnis internal
-
16
Perspektif proses bisnis internal merupakan proses yang cost effective yang
meliputi: meningkatkan kualitas proses pelayanan customers, state-of-the-art-
technolology, terintegrasikannya proses layanan customers.
c. Perspektif inovasi dan pembelajaran.
Perspektif inovasi dan pembelajaran memfokuskan pada kemampuan manusia.
Manajer bertanggung jawab untuk mengembangkan kemampuan karyawan.
Tolok ukur kunci untuk menilai kinerja manajer adalah kepuasan karyawan,
retensi karyawan, dan produktivitas karyawan.
Di samping itu pengertian faktor keberhasilan kritis tidak terbatas pada
pendapat-pendapat diatas. Menurut pendapat Mardiasmo (2002:124) mengatakan
bahwa variabel kunci (key variable) atau sering dinamakan sebagai key success
factors, key result factors, atau pulse point adalah variabel yang mendefinisikan
faktor-faktor yang menjadi penyebab kesuksesan organisasi.
Variabel-variabel tersebut merupakan variabel-variabel penting dalam
lingkungan intern maupun lingkungan ekstern perusahaan yang sangat
mempengaruhi kesuksesan perusahaan dalam melaksanakan strategi untuk mencapai
tujuan dan setiap perusahaan harus memberikan perhatian terus–menerus terhadap
pemenuhan variabel – variabel tersebut yang kemungkinan selalu berubah sesuai
dengan perubahan lingkungan.
Dari definisi–definisi diatas dapat disimpulkan bahwa critical success factors
merupakan variabel–variabel dalam lingkungan bisnis baik variabel internal maupun
variabel eksternal yang dapat mempengaruhi kesuksesan perusahaan dalam mencapai
tujuannya. Bila perusahaan dapat mencapai tujuannya sesuai dengan yang ditetapkan
oleh perusahaan serta mampu posisi bersaingnya dan menunjukkan posisi kompetitif
perusahaan saat ini dan masa yang akan mendatang.
1.3.11 KARAKTERISTIK CSF
Mardiasmo (2002:124) menyatakan bahwa suatu variabel kunci memiliki beberapa
karakteristik, antara lain:
a. Menjelaskan faktor pemicu keberhasilan dan kegagalan organisasi.
b. Dapat berubah dengan cepat.
-
17
c. Perubahannya tidak dapat diprediksi.
d. Jika terjadi perubahan perlu diambil tindakan segera.
e. Variabel tersebut dapat di ukur, baik secara langsung maupun melalui
ukuran antara (surrogate).
1.3.12 TIPE CSF
Menurut Anthony et al. (1995:60) ada dua tipe critical success factors yang
terdapat di dalam suatu perusahaan, yaitu:
a. Faktor internal merupakan faktor–yang dapat dipengaruhi oleh aktivitas
manajemen atau critical success factors yang berada di dalam kendali
perusahaan. Contoh dari faktor internal adalah biaya, kualitas, dan jasa.
b. Faktor eksternal merupakan faktor–faktor yang tidak dapat dipengaruhi
oleh aktivitas manajemen atau critical success factors yang berada di luar
kendali perusahaan. Contoh faktor ekstenal meliputi ekonomi makro,
perilaku pesaing (termasuk harga dan produk), kebijakan pemerintah, dan
perubahan teknologi.
1.4 INVENTORY CONTROL
1.4.1 PENGERTIAN PENGENDALIAN
(CONTROL)
Dalam sistem pengendalian persediaan pada perusahaan retail di Indonesia,
istilah Inventory Control sering diartikan sebagai Manajemen Persediaan. Oleh
karena itu pengendalian persediaan dapat diartikan juga sebagai manajemen
persediaan.
Menurut Lewis et al (2004, p5), manajemen dirumuskan sebagai berikut.
”Management is defined as the process of administering and coordinating
resources effectively, efficiently, and in an effort to achieve the goals of the
organitations.” “Manajemen didefenisikan sebagai proses administrasi dan
mengkoordinasi sumber daya-sumber daya secara efektif, efisien untuk mencapai
tujuan organisasi.”
-
18
Sedangkan pengertian manajemen menurut James AF Stoner, yang dialih
bahasakan oleh Handoko (2003, p8) adalah sebagai berikut.
”Manajemen adalah proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan
pengawasan usaha-usaha para anggota organisasi dan penggunaan sumber daya-
sumber daya organisasi lainnya agar mencapai tujuan oraganisasi yang telah
ditetapkan.”
Jadi dapat disimpulkan bahwa manajemen adalah proses perencanaan,
pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan usaha-usaha aktivitas para anggota
organisasi dan koordinasi sumber daya-sumber daya secara efektif dan efisien secara
bersama ataupun melalui organisasi lainnya untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan.
1.4.2 PENGERTIAN PERSEDIAAN
(INVENTORY)
Menurut Freddy Rangkuti (2004, p1), persediaan adalah sebagai berikut.
”Persediaan merupakan bahan-bahan, bagian yang disediakan, dan bahan-bahan
dalam proses yang terdapat dalam perusahaan untuk proses produksi, serta
barangbarang jadi atau produk yang disediakan untuk memenuhi permintaan dari
konsumen atau pelanggan setiap waktu.”
Jadi dapat disimpulkan bahwa persediaan adalah bahan-bahan, bagian yang
disediakan, dan bahan-bahan dalam proses yang terdapat dalam perusahaan untuk
proses produksi, serta barang-barang jadi atau produk yang disediakan untuk
memenuhi permintaan dari konsumen atau pelanggan setiap waktu yang disimpan
dan dirawat menurut aturan tertentu dalam tempat persediaan agar selalu dalam
keadaan siap pakai dan dicatat dalam bentuk buku perusahaan.
1.4.3 TUJUAN PENGENDALIAN
PERSEDIAAN (INVENTORY CONTROL)
Suatu pengendalian persediaan yang dijalankan oleh suatu perusahaan suatu
tentu mempunyai tujuan-tujuan tertentu. Tujuan pengendalian persediaan menurut
Assauri (2004, p177) secara terinci dapat dinyatakan sebagai berikut.
-
19
a. Menjaga jangan sampai perusahaan kehabisan persediaan sehingga
mengakibatkan terhentinya kegiatan produksi.
b. Menjaga agar pembentukan persediaan oleh perusahaan tidak terlalu
besar atau berlebihan, sehingga biaya-biaya yang timbul dari persediaan
tidak terlalu besar.
c. Menjaga agar pembelian kecil-kecilan dapat dihindari karena ini akan
memperbesar biaya pemesanan.
Dari keterangan di atas dapat dikatakan bahwa tujuan dari pengendalian
persediaan adalah untuk memperoleh kualitas dan jumlah yang tepat dari bahan-
bahan barang yang tersedia pada waktu yang dibutuhkan dengan biaya-biaya yang
minimum untuk keuntungan atau kepentingan perusahaan. Dengan kata lain
pengendalian persediaan menjamin terdapatnya persediaan pada tingkat yang optimal
agar produksi dapat berjalan dengan lancar dan biaya persediaan adalah minimal.
Perencanaan inventory berhubungan dengan penentuan komposisi inventory,
penentuan waktu atau penjadwalan, serta lokasi untuk memenuhi kebutuhan
perusahaan. Pengendalian inventory meliputi pengendalian kuantitas dalam batas-
batas yang telah direncanakan dan perlindungan fisik inventory.
Untuk itu perlu dilakukan evaluasi apakah sistem inventory perusahaan itu
sudah sesuai dengan yang diharapkan. Pengelolahan inventory yang baik diperlukan
kemahiran dan pengalaman dalam membuat sistem inventory.
1.5 INFORMATION SYSTEM SUCCESS DELONE AND MCLEAN
DeLone dan McLean melakukan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui
aspek-aspek yang mempengaruhi kesuksesan sistem informasi. Model DeLone dan
McLean menjelaskan bahwa pengukuran kesuksesan sistem informasi dikategorikan
dalam 6 kategori besar, yaitu kualitas sistem, kualitas informasi, penggunaan,
kepuasan pengguna, dampak individu, dan dampak organisasional (DeLone dan
McLean, 1992).
-
20
Gambar 2.4 : Model IS Success DeLone dan McLean (1992)
Sumber : DeLone and McLean,1992
DeLone dan McLean menyempurnakan model IS Success mereka pada tahun 2003.
Adapun penyempurnaan yang dilakukan oleh DeLone dan McLean adalah sebagai
berikut.
1. Menambahkan variabel kualitas layanan (service quality)
2. Menggabungkan variabel dampak individu dan dampak organisasional
menjadi manfaat bersih (net benefits).
3. Menambahkan aspek keinginan untuk menggunakan (intention to use)
pada variabel penggunaan (use) untuk mengukur perilaku pengguna.
4. Menambahkan umpan balik dari variabel manfaat bersih (net benefits) ke
variabel penggunaan (use) dan kepuasan pengguna (user satisfaction).
Gambar 2.5 : Penyempurnaan model IS Success DeLone dan McLean (2003) Sumber : DeLone and McLean,2003
Model IS Success memiliki tiga komponen yaitu: pembuatan sistem,
penggunaan sistem, dan dampak dari penggunaan sistem. Pembuatan sistem dinilai
-
21
dengan kualitas sistem, kualitas informasi dan kualitas pelayanan (service quality).
Penggunaan sistem dinilai dengan variabel penggunaan (use) dan kepuasan
pengguna (user satisfaction) dan dampak dari penggunaan sistem dinilai dari
manfaat bersih yang diperoleh (net benefit). DeLone dan McLean IS Success model
menyediakan kerangka yang penting untuk memahami multi-dimensi dari
keberhasilan sistem informasi (DeLone dan McLean: 2016). Model DeLone and
McLean merefleksi ketergantungan dari enam pengukuran kesuksesan sistem
informasi. Keenam elemen atau faktor atau komponen atau pengukuran dari model
ini adalah kualitas sistem (system quality), kualitas informasi (information quality),
kualitas layanan (service quality), penggunaan (use), kepuasan pemakai (user
satisfaction), manfaat bersih (net benefits) (DeLone and McLean:2003).
1. Kualitas sistem (system quality)
Kualitas sistem digunakan untuk mengukur kualitas sistem itu sendiri, baik
software maupun hardware. Kualitas sistem adalah performa dari sistem yang
merujuk pada seberapa baik kemampuan perangkat keras, perangkat lunak,
kebijakan, prosedur dari sistem informasi dapat menyediakan informasi kebutuhan
pengguna (DeLone dan McLean 1992). Kualitas sistem adalah karakteristik yang
diinginkan dari suatu sistem informasi (DeLone dan McLean 2016). Sebagai contoh
adalah kemudahan penggunaan, fleksibilitas sistem, realibilitas sistem, dan
kemudahan untuk dipelajari. Kualitas sistem diukur secara subyektif oleh pemakai,
sehingga kualitas sistem yang digunakan adalah kualitas sistem persepsian
(perceived system quality).
Pengukuran kesuksesan sistem informasi bisa bervariasi tergantung dengan
tujuan dari penerapan sistem informasi, oleh karena itu tidak ada ukuran pasti untuk
kualitas sistem yang universal. Adapun pengukuran yang direkomendasikan adalah
ease of learning, ease of use, availability, response time, system reliability,
flexibility, personalizability, system interactivity, dan system security (DeLone dan
McLean 2016).
2. Kualitas informasi (information quality)
-
22
Kualitas informasi adalah karakteristik yang diinginkan dari output sistem
(DeLone dan McLean 2016). Kualitas informasi mengukur kualitas keluaran dari
sistem informasi. Sama halnya dengan kualitas sistem, kualitas informasi yang
dimaksud adalah kualitas informasi yang diukur secara subyektif oleh pemakai
sehingga disebut sebagai kualitas informasi persepsi (perceived information quality).
Contoh pengukurannya adalah relevansi, mudah dipahami, akurat, ringkas, lengkap,
dan dapat digunakan.
Sama halnya dengan kualitas sistem, pengukuran kualitas informasi juga
bervariasi tergantung dengan tipe dan tujuan penggunaan sistem informasi. Namun
kunci utama dalam mengukur kualitas informasi yang digunakan telah konsisten.
Adapun pengukuran yang dianjurkan adalah relevance, usefulness,
understandability, accuracy, reliability, currency, completeness, dan timeliness
(DeLone dan McLean 2016).
3. Kualitas layanan (service quality)
Kualitas layanan adalah kualitas dukungan yang pengguna sistem terima dari
organisasi sistem informasi dan dukungan IT personil (DeLone dan McLean 2016).
Kualitas layanan sebagai sebuah perbandingan dari harapan pelanggan dengan
persepsi dari layanan nyata yang mereka terima. Menurut DeLone and McLean
(2003) ada tiga komponen yang mempengaruhi dari kualitas layanan yaitu jaminan
(assurance) yaitu jaminan kualitas yang diberikan sistem, empati (system empathy)
yaitu kepedulian sistem terhadap pengguna, system responsiveness yaitu kualitas
respon sistem terhadap aksi yang dilakukan oleh pengguna.
Perbedaan mendasar kualitas layanan dengan kualitas sistem yaitu kualitas
layanan lebih mengarah kepada kualitas yang diberikan oleh staf atau pendukung
sistem informasi, sedangkan kualitas sistem adalah kualitas teknis sistem informasi
itu sendiri. Adapun pengukuran yang direkomendasikan oleh DeLone dan McLean
adalah reliability, empathy, responsiveness, contact, dan interactivity.
4. Penggunaan (use)
-
23
Penggunaan adalah tingkatan dan cara dimana pengguna memanfaatkan
kemampuan dari suatu sistem informasi (DeLone dan McLean, 2016). Sebagai
contoh pengukurannya adalah jumlah penggunaan, frekuensi penggunaan, tujuan
penggunaan, dan kesesuaian penggunaan.
Banyak peneliti berpendapat bahwa variabel penggunaan harus dihapus
dalam model DeLone dan McLean ketika penggunaan sistem informasi bersifat
wajib (Gable et al., 2008). Namun hal ini dibantah oleh DeLone dan McLean,
mereka menyebutkan bahwa tidak ada sistem yang sepenuhnya mandatori, misalnya
pada level manajemen puncak ketika diharuskan memilih untuk menggunakan suatu
sistem informasi dan mengharuskan keseluruhan pegawai untuk menggunakannya.
Lebih lanjut ketika penggunaan sistem bersifat wajib pada tahapan awal, selanjutnya
penggunaan sistem akan menjadi sukarela sepenuhnya. Berdasarkan pengalaman
manajemen puncak ketika menggunakan sistem informasi, manajemen puncak selalu
punya pilihan untuk terus menggunakan atau berhenti menggunakan sistem
informasi tersebut (DeLone dan McLean, 2016).
Adapun pengukuran yang direkomendasikan oleh DeLone dan McLean adalah
frequency of use, duration of use, nature of use, appropriateness of use, number of
functions or features used (extent of use), thoroughness of use, attitudes toward use,
dan intention to reuse.
5. Kepuasan pengguna (user satisfaction)
Kepusasan pemakai sistem (user satisfaction) merupakan respon dan umpan
balik yang dimunculkan pengguna setelah memakai sistem informasi. Sikap
pengguna terhadap sistem informasi merupakan kriteria subjektif mengenai seberapa
suka pengguna terhadap sistem yang digunakan (DeLone dan McLean, 1992).
Kepuasan pengguna adalah respon pemakai terhadap penggunaan keluaran sistem
informasi. Kepuasan pengguna memegang peranan penting untuk mengetahui
tanggapan pengguna sistem informasi terhadap sistem informasi yang digunakan.
DeLone dan McLean (2016) menyarankan pengukuran kepuasan pengguna hanya
menggunakan pengukuran tunggal yang mampu mengukur keseluruhan sikap
pengguna terhadap pengalaman mereka dengan sistem.
6. Manfaat bersih (net benefits)
-
24
Manfaat bersih adalah hasil dari penggunaan sistem informasi yang
memberikan kontribusi bagi individu, kelompok, dan organisasi (DeLone dan
McLean, 2003). Manfaat bersih merupakan ukuran perhitungan paling penting dalam
IS Success model karena menunjukkan dampak positif yang diterima oleh individu
ataupun organisasi. Pengukuran manfaat bersih dikategorikan pada level individu,
organisasi, industri, dan sosial. Perceived usefulness dan job impact adalah
pengukuran yang paling umum di level individu. Sedangkan pada level organisasi
pengukuran yang diutamakan adalah pengukuran laba untuk sektor privat tidak untuk
sektor publik. Banyaknya pengukuran manfaat bersih di tiap level analisis
mempersulit penafsiran hubungan antara keberhasilan konstruk dan hasil dari
manfaat bersih. Adapun pengukuran yang direkomendasikan pada level pengguna
adalah learning, decision quality, decision time, produktivity, dan task performance.
1.6 METODOLOGI YANG DIGUNAKAN
1.6.1 MODEL PARTIAL LEAST
SQUARE
Software SmartPLS versi 3 digunakan sebagai uji analisis untuk mengetahui
hubungan signifikansi antar variabel. PLS (Partial Least Square) merupakan suatu
metode analisis persamaan struktural (SEM) berbasis varian yang secara simultan
dapat melakukan pengujian model pengukuran sekaligus pengujian model struktural.
Model pengukuran tersebut dapat digunakan untuk uji validitas dan reabilitas,
sedangkan model struktural digunakan untuk uji kausalitas (pengujian hipotesis
dengan model prediksi). PLS merupakan metode analisis yang bersifat soft modeling
karena tidak mengasumsikan data harus dengan pengukuran skala tertentu, yang
berarti jumlah sampel dapat kecil atau dibawah 100 (Ghozali, 2006). Perbedaan
mendasar PLS yang merupakan SEM berbasis varian dengan LISREL atau AMOS
yang berbasis kovarian adapat dilihat dari tujuan penggunaannya. Dibandingkan
dengan covariance-based SEM (yang diwakili oleh software AMOS, LISREL dan
EQS) component based PLS mampu menghindarkan dua masalah besar yang
dihadapi oleh covariance-based SEM yaitu inadmissible solution dan factor
indeterminacy (Tenenhaus, dkk, 2005).
Alasan penggunaan PLS dalam suatu penelitian adalah sampel yang
digunakan dalam PLS (Partial Least Square) tidak membutuhkan jumlah yang besar,
-
25
yaitu bisa kurang dari 100 sampel. PLS juga dapat digunakan untuk menganalisis
teori yang masih dikatakan lemah karena PLS dapat digunakan untuk memprediksi,
PLS dapat memungkinkan algoritma dengan menggunakan analisis series ordinary
least square (OLS) sehingga dapat diperoleh efisiensi perhitungan algoritma
(Ghozali, 2006) dan terakhir, pada pendekatan PLS, dapat diasumsikan bahwa semua
ukuran variance dapat digunakan untuk menjelaskan masing-masing variabel. PLS
juga tidak memperhatikan distribusi data (normal ataupun tidak normal). Metode
analisis data dalam penelitian ini dibagi atas dua yaitu analisis deskriptif dan analisis
statistik inferensial dengan menggunakan PLS. Analisis deskriptif yaitu analisis
empiris secara deskripsi mengenai informasi yang diperoleh untuk memberikan
gambaran atau menguraikan suatu kejadian yang dikumpulkan dalam penelitian.
Data tersebut berasal dari jawaban yang diberikan oleh responden atas item-item
yang terdapat dalam kuesioner. Selanjutnya data-data tersebut akan diolah dengan
cara dikelompokkan dan ditabulasikan kemudian diberi penjelasan (Sugiyono, 2009).
Analisis statistik inferensial (statistik induktif atau statistik probabilitas) merupakan
teknik statistik yang digunakan dalam menganalisis data dan hasilnya diberlakukan
untuk populasi. Statistik ini cocok digunakan jika sampel yang diambil pada populasi
jelas dan secara acak (Sugiyono, 2009). Dalam penelitian ini, analisis data statistik
inferensial diukur dengan menggunakan software smartPLS (Partial Least Square)
mulai dari pengukuran model (outer model), struktur model (inner model) dan
pengujian hipotesis.
Metode ini tepat digunakan untuk reduksi data, yaitu menentukan jumlah
faktor minimum yang dibutuhkan untuk menghitung porsi maksimum total varian
yang direpresentasi dalam seperangkat variabel asalnya (Hair, dkk, 2006). Metode ini
digunakan dengan asumsi peneliti mengetahui bahwa jumlah varian unik dan varian
error dalam total varian adalah sedikit. Metode ini lebih unggul karena dapat
mengatasi masalah indeterminacy, yaitu skor faktor yang berbeda dihitung dari
model faktor tunggal yang dihasilkan dan admissible data, yaitu ambiguitas data
karena adanya varian unik dan varian error.
Penelitian ini menggunakan variabel undimensional dengan model indikator
reflektif. Variabel undimensional adalah variabel yang dibentuk dari
indikatorindikator baik secara reflektif maupun secara formatif (Jogiyanto dan
Abdilah, 2009). Sedangkan model indikator reflektif adalah model yang
-
26
mengansumsikan bahwa kovarian diantara pengukuran dijelaskan oleh varian yang
merupakan manifestasi dari konstruk latennya dimana indikatornya merupakannya
indikator efek (effect indikator). Model reflektif sering disebut juga principal factor
model dimana covariance pengukuran indikator dipengaruhi oleh konstruk laten
(Ghozali, 2006). Model refleksif menghipotesiskan bahwa perubahan pada konstruk
laten akan mempengaruhi perubahan pada indikator dan menghilangkan satu
indikator dari model pengukuran tidak akan merubah makna atau arti konstruk
(Bollen dan Lennox, 1991).
1.6.1.1 MODEL LUAR (OUTER MODEL) DAN MODEL DALAM (INNER
MODEL)
Model pengukuran atau outer model (measurement model) merupakan suatu
model yang mendefinisikan bagaimana setiap blok indikator berhubungan dengan
variabel latennya.
Model pengukuran (outer model) digunakan untuk menguji validitas konstruk
dan reliabilitas instrument. Uji validitas dilakukan untuk mengetahui kemampuan
instrumen penelitian mengukur apa yang seharusnya diukur (Cooper dan Schindler,
2006). Sedangkan uji reliablitas digunakan untuk mengukur konsistensi alat ukur
dalam mengukur suatu konsep atau dapat juga digunakan untuk mengukur
konsistensi responden dalam menjawab item pernyataan dalam kuesioner atau
instrument penelitian. Convergent validity dari measurement model dapat dilihat dari
korelasi antara skor indikator dengan skor variabelnya. Indikator dianggap valid jika
memiliki nilai AVE diatas 0,5 atau memperlihatkan seluruh outer loading dimensi
variabel memiliki nilai loading > 0,5 sehingga dapat disimpulkan bahwa pengukuran
tersebut memenuhi kriteria validitas konvergen (Chin, 1995).
Selanjutnya uji reliablitas dapat dilihat dari nilai Crombach’s alpha dan nilai
composite reliability (cr). Untuk dapat dikatakan suatu item pernyataan reliabel,
maka nilai Cronbach’s alpha harus >0,6 dan nilai composite reliability harus >0,7.
Dibandingkan dengan Cronbach Alpha, ukuran ini tidak mengansumsikan tau
equivalence antar pengukuran dengan asumsi semua indikator diberi bobot sama.
Sehingga Cronbach Alpha cenderung lower bond estimate reliability, sedangkan
-
27
Composite Reliability merupakan closer approximation dengan asumsi estimasi
parameter adalah akurat. Penggunaan composite reliability lebih baik digunakan
dalam teknik PLS (Partial Least Square).
Model struktural (inner model) adalah model yang memprediksi hubungan
kausalitas antar variabel laten. Melalui proses bootstrapping, parameter uji T-statistic
diperoleh untuk memprediksi adanya hubungan kausalitas. Model struktural (inner
model) dievaluasi dengan melihat persentase variance yang dijelaskan oleh nilai R2
untuk variabel dependen dengan menggunakan ukuran Stone-Geisser Q-square test
(Stone & Geiser, 1975) dan juga melihat besarnya koefisien jalur strukturalnya.
R-square model PLS dapat dievaluasi dengan melihat Q-square predictive
relevance untuk model variabel. Q-square mengukur seberapa baik nilai observasi
yang dihasilkan oleh model dan juga estimasi parameternya. Nilai Q-square lebih
besar dari 0 (nol) memperlihatkan bahwa model mempunyai nilai predictive
relvance, sedangkan nilai Q-square kurang dari 0 (nol) memperlihatkan bahwa
model kurang memiliki predictive relevance. Namun, jika hasil perhitungan
memperlihatkan nilai Q-square lebih dari 0 (nol), maka model layak dikatakan
memiliki nilai prediktif yang relevan
1.6.2 STATISTICAL PRODUCT AND
SERVICE SOLUTION (SPSS)
SPSS atau Statistical Product and Service Solution merupakan program aplikasi
yang digunakan untuk melakukan perhitungan statistik menggunakan komputer.
Kelebihan program ini adalah kita dapat melakukan secara lebih cepat semua
perhitungan statistik dari yang sederhana sampai yang rumit sekali pun, yang jika
dilakukan secara manual akan memakan waktu lebih lama.
Tugas pengguna hanyalah mendesain variabel yang akan dianalisis, memasukan
data, dan melakukan perhitungan dengan menggunakan tahapan yang ada pada menu
yang tersedia. Setelah perhitungan selesai, tugas pengguna ialah menafsir angka-
angka yang dihasilkan oleh SPSS. Proses penafsiran inilah yang jauh lebih penting
daripada sekedar memasukan angka dan menghitungnya. Dalam melakukan
penafsiran kita harus dibekali dengan pengertian mengenai statistik dan metodelogi
penelitian. SPSS sangat bermanfaat untuk disiplin ilmu yang banyak melakukan
-
28
perhitungan statistik dan menganjurkan membuat skripsi dengan pendekatan
kuantitatif, misalnya seperti ilmu ekonomi, sosial dan politik, psikologi, dan eksakta.
SPSS memiliki beberapa fasilitas yang memudahkan anda dalam proses analisis
statistik dengan sistem menajeman data. Secara umum SPSS tidak jauh beda dengan
software dengan pengolahan data lainnya. Priyatno (2012) mengemukakan ada
delapan fasilitas yang tersedia dalam SPSS yaitu:
1) Data editor
Data editor adalah halaman spreadsheet yang digunakan untuk
memasukkan, mendefenisikan, mengedit, dan menampilkan data.
2) Viewer
Viewer adalah tampilan untuk melihat hasil pemrpsesan data. Tidak
hanya sebagai tampilan yang kaku, tampilan juga dapat diolah atau
mengedit data viewer.
3) Multidimensional pivot tables
Setelah selesai mengolah dengan spss, akan ditampilkan dengan multidi
mensional pivot tables. Dengan demikian, dapat mengeksplorasi tabel
dengan mengatur kolom baris dan lapisan.
4) Hight resolution graphics
Adalah berupa grafik berupa pie-chart dengan berbagai pilihan warna,
bar- chart, histogram dan grafik 3-D, merupakan fitur-fitur standar SPSS.
5) Database Acces SPSS
menyediakan fasilitas yang dapat anda gunakan untuk menadapatkan
kembali informasi dari database dengan menggunakan database wizard.
6) Command language
-
29
Walaupun sebagian besar pekerjaan SPSS dapat dilakukan point and
click, spss juga menyediakan command languageayang akan memabantu
anda menyimpan data dan otomatisi.
7) Electronic distribution
Electronic distribution adalah fasilitas yang memungkinkan anda untuk
mengirimkan laporan dengan mengekspor tabel dan grafik dalam bentuk
HTML.
8) Data transformation
Data Transformation adalah fasilitas yang memudahkan analisis data.
Dengan menggunkan fasilitas ini dapat dengan mudah melakukan
pengolahan data seperti mengkombinasikan katagori, dan memisah file.