BAB 1 · Web viewLAPORAN PRAKTIKUM TEKNIK IRIGASI DAN DRAINASE PERHITUNGAN KEBUTUHAN AIR DAN...

34
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNIK IRIGASI DAN DRAINASE PERHITUNGAN KEBUTUHAN AIR DAN KETERSEDIAAN AIR TANAMAN TERUNG LALAP HIJAU Kelompok 7: Syntha Ariska 05021381419080 PROGRAM STUDI TEKNIK PERTANIAN JURUSAN TEKNOLOGI PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN

Transcript of BAB 1 · Web viewLAPORAN PRAKTIKUM TEKNIK IRIGASI DAN DRAINASE PERHITUNGAN KEBUTUHAN AIR DAN...

LAPORAN PRAKTIKUM TEKNIK IRIGASI DAN DRAINASE

PERHITUNGAN KEBUTUHAN AIR DAN KETERSEDIAAN AIR

TANAMAN TERUNG LALAP HIJAU

Kelompok 7:

Syntha Ariska

05021381419080

PROGRAM STUDI TEKNIK PERTANIAN

JURUSAN TEKNOLOGI PERTANIAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SRIWIJAYA

2016

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Media tanam merupakan sarana yang paling penting untuk penanaman. Media

tanam yang paling sering digunakan adalah tanah. Tanah sebagai salah satu

indikator terpenting dalam fungsinya secara epidologi yaitu tumbuh dan

berkembangnya tanaman. Memiliki fungsi yang beragam dalam menyediakan

bahan alam yang dibutuhkan oleh tanaman antara lain yang kita ketahui seperti

air, hara, dan udara. Mineral-mineral yang berada dalam tanah juga berpengaruh

terhadap tersedianya unsur hara bagi tanaman. Media tanam digunakan sebagai

sarana untuk menghidupi tanaman karena tanaman mendapatkan makanan untuk

pertumbuhan dan perkembangnya dengan cara menyerap unsur hara yang

terkandung di dalam media tanam. Ciri umun bahan organik sebagai salah satu

fungsinya menyuburkan tanah yaitu mengandung mineral-mineral basa dan asam

yang jumlahnya sesuai dengan yang dibutuhkan tanaman.

Untuk mendapatkan media tanam yang baik dan sesuai dengan jenis tanaman

yang akan ditanam, seseorang harus memiliki pemahaman mengenai karakteristik

media tanam yang mungkin berbeda-beda dari setiap jenisnya. Setiap media

tanam memiliki laju ilfiltrasi yang berbeda-beda. Laju infiltasi ditentukan

berdasarkan besar kecilnya porositas tanah. Media tanah memiliki pori-pori mikro

yang lebih banyak dari pada pori-pori makro, sehingga tanah memiliki

kemampuan untuk mengikat air yang cukup kuat.

Media tanam merupakan media/tempat dimana tanaman/biji dapat tumbuh

dan berkembang didalamnya. Contohnya seperti tanah, air, kapas, kompos, dan

sejenis lainnya. Saat ini, di kehidupan sehari-hari atau dalam perkebunan, tanah

selalu menjadi media tanam bagi benih yang akan ditanam. Tapi, dalam kegiatan

penelitian, disini kita memakai media tanah hitam, cocopeat dan pasir untuk

mengetahui pertumbuhan yang terjadi pada tanaman.

Kapasitas menyimpan air oleh cocopeat mencapai 55 hari, namun hanya 15

hari. Namun, penggunaan cocopeat untuk media tanam perlu ditambahkan

komponen lain untuk memberikan unsur hara lengkap bagi tanaman. Penggunaan

cocopeat juga harus disesuaikan dengan kalimat karena dapat menyebabkan

pembusukan akar dan munculnya jamur.

Pasir merupakan media tanam alternatif pengganti tanah. Daya tahan air pasir

sangat rendah, karena pasir memiliki porositas yang tinggi. Humus sangat

berperan dalam proses penggemburan tanah dan mempunyai kemampuan tukar

ion yang tinggi sehingga bisa menyimpan unsur hara dengan baik. Tetapi humus

sangat mudah ditumbuhi jamur ketika terjadi perubahan suhu, kelembaban, dan

aerasi yang ekstrim. Humus memiliki tingkat porositas yang rendah sehingga akar

sulit untuk menyerap air. Oleh karena itu penggunaan humus sebagai media tanam

harus dikombinasi dengan media tanam lain yang memiliki porositas tinggi.

1.2 Tujuan

Adapun tujuan dari praktikum ini adalah:

1.2.1 Untuk menentukan ketersediaan air tanaman terong

1.2.2 Menyiapkan desain kebutuhan air tanaman terong

1.3 Manfaat

Manfaat dilakukannya penelitian ini adalah:

1.3.1 Dapat mengetahui ketersediaan air tanaman terong

1.3.2 Dapat menyiapkan desain kebutuhan air tanaman terong.

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tanaman Terung

2.1.1 Klasifikasi Ilmiah

Kingdom Plantae (Tumbuhan )

Subkingdom Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh )

Super Divisi Spermatophyta (Menghasilkan biji )

Divisi Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga )

Kelas Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil )

Sub Kelas Asteridae

Ordo Solanales

Famili Solanaceae (suku terung-terungan)

Genus Solanum

Spesies Solanum melongena

2.1.2 Deskripsi Terung

Terung termasuk tanaman sayuran dataran rendah semusim. Terung berbunga

sempurna dengan benang sarinya tidak berlekatan (lepas). Jumlah bunga terung

dalam satu tandan banyak. Umumnyabunga berwarna ungu, tetapi ada pula

berwarna putih. Sementara buahnya tunggal, tetapi ada pula varietas terung yang

buahnya antara 2-3 setiap tandan. Bentuk buahnya beraneka ragam, diantaranya

bulat, lonjong, atau bulat panjang. Warna buahnya ungu, tetapi ada pula yang

warnanya putih dan hijau bergaris putih. Setelah tua, buah berwarna kekuningan

dan berbiji banyak.

Daging buah terung kenyal, tidak berair seperti tomat. Di dalamnya

mengandung vitamin A, vitamin B, dan vitamin C. Kulit buahnya liat, tetapi bila

digigit terasa renyah.

Terung ialah terna yang sering ditanam secara tahunan. Tanaman ini tumbuh

hingga 40-150 cm (16-57 inci) tingginya. Daunnya besar, dengan lobus yang

kasar. Ukurannya 10-20 cm (4-8 inci) panjangnya dan 5-10 cm (2-4 inci)

lebarnya. Jenis-jenis setengah liar lebih besar dan tumbuh hingga setinggi 225 cm

(7 kaki), dengan daun yang melebihi 30 cm (12 inci) dan 15 cm (6 inci)

panjangnya. Batangnya biasanya berduri. Warna bunganya antara putih hingga

ungu, dengan mahkota yang memiliki lima lobus. Benang sarinya berwarna

kuning. Buah tepung berisi, dengan diameter yang kurang dari 3 cm untuk yang

liar, dan lebih besar lagi untuk jenis yang ditanam.

2.1.3 Syarat Tumbuh Tanaman Terung

Tanaman terung secara umum memiliki daya adaptasi yang sangat luas

sehingga dapat tumbuh pada hampir semua jenis tanah (Samadi, 2001). Tanaman

terung dapat tumbuh pada hampir semua jenis tanah termasuk jenis tanah Ultisol.

Tetapi keadaan tanah yang paling baik untuk tanaman terung adalah jenis

lempung berpasir (sandy loam), subur, kaya akan bahan organik, aerasi, dan

drainasenya baik serta pada pH 5-6 (Soetasad et al., 2003). Tanaman terung dapat

tumbuh dan berproduksi baik di dataran rendah sampai dataran tinggi dengan

ketinggian ± 1.000 meter dari permukaan laut (Rukmana, 2003). Namun terung

yang tumbuh pada ketinggian tempat lebih dari 800 meter di atas permukaan laut

pertumbuhannya akan lambat dan hasilnya akan berkurang (Siemonsma dan

Piluek, 1994). Menurut Samadi (2001) intensitas cahaya sangat berpengaruh

terhadap kualitas buah, terutama pada penampakan kulit buahnya. Pada

pencahayaan yang cukup, warna kulit buah terung akan tampak merata dan lebih

mengkilap.

Temperatur berperan dalam menentukan masa berbunga terung dan

mempengaruhi pertumbuhan tanaman secara kesuluruhan (Soetasad et al., 2003).

Keadaan cuaca dan iklim tanaman terung selama pertumbuhannya menghendaki

cuaca yang panas serta iklim yang kering, dengan Kondisi suhu udara antara 220C

– 300C. Tanaman terung sangat cocok bila ditanam pada musim kemarau. Sebab,

pada keadaan cuaca yang panas, akan merangsang dan mempercepat proses

pembungaan maupun pembuahan. Namun suhu udara yang lebih tinggi (diatas

320C), pembungaan dan pembuahan terung akan terganggu, yakni bunga dan

buah berguguran (Rukmana, 2003). Pada suhu yang rendah, tanaman juga akan

berkembang lebih lambat baik dalam fase pembentukan buah maupun masa

panennya (Soetasad et al., 2003).

2.2 Media Tanam

Media tanam dikatakan dalam kategori bahan organik adalah media tanam

yang berasal dari organisme hidup misalnya yang berasal dari daun,batang,akar,

bunga, dan lain-lain. Bahan organik lebih unggul jika digunakan sebagai media

tanam karena banyak menyadiakan unsur hara bagi tanaman, selain itu juga

memiliki pori-pori makro dengan daya serap yang tinggi.

Sabut kelapa merupakan salah satu bahan organik alternatif untuk media

tanam. Media tanam sabut kelapa ini digunakan pada daerah dengan curah hujan

yang rendah,karena jika sabut kelapa berada pada keadaan air yang berlebih akan

menyebabkan sabut lapuk kemudian akan ditumbuhi jamur serta cendawan yang

sangat merugikan tanaman. Kelebihan sabut kelapa sebagai media tanam lebih

dikarenakan karakteristiknya yang mampu mengikat dan menyimpan air dengan

kuat, sesuai untuk daerah panas, dan mengandung unsur-unsur hara esensial,

seperti kalsium (Ca), magnesium (Mg), kalium (K), natrium (N), dan fosfor (P).

Humus adalah media tanam yang berasal dari segala macam hasil

pelapukanjsad mikro dan merupakan sumber energi dari jasad mikro tersebut.

Bahanbahan organik tersebut bisa berupa jaringan asli tubuh tumbuhan atau

binatang mati yang belum lapuk. Biasanya, humus berwarna gelap dan dijumpai

terutama pada lapisan atas tanah (top soil). Humus sangat membantu dalam proses

penggemburan tanah dan memiliki kemampuan daya tukar ion yang tinggi

sehingga bisa menyimpan unsur hara. Namun, media tanam ini mudah ditumbuhi

jamur terlebih ketika terjadi perubahan suhu, kelembapan, dan aerasi yang

ekstrim. Humus Juga memiliki tingkat porositas yang rendah sehingga akar

tanaman tidak mampu menyerap air. Dengan demikian, sebaiknya penggunaan

humus sebagai media tanam perlu ditambahkan media lain yang memiliki

porositas tinggi, misalnya tanah dan pasir.

Pasir sering digunakan sebagai media tanam alternatif untuk menggantikan

fungsi tanah. Sejauh ini, pasir dianggap memadai dan sesuai jika digunakan

sebagai media untuk penyemaian benih, pertumbuhan bibit tanaman, dan

perakaran setek batang tanaman. Sifatnya yang cepat kering akan memudahkan

proses pengangkatan bibit tanaman yang dianggap sudah cukup umur untuk

dipindahkan ke media lain. Sementara bobot pasir yang cukup berat akan

mempermudah tegaknya setek batang. Selain itu, keunggulan media tanam pasir

adalah kemudahan dalam penggunaan dan dapat meningkatkan sistem aerasi serta

drainase media tanam. Pasir malang dan pasir bangunan merupakan Jenis pasir

yang sering digunakan sebagai media tanam.

Oleh karena memiliki pori-pori berukuran besar (pori-pori makro) maka pasir

menjadi mudah basah dan cepat kering oleh proses penguapan. Kohesi dan

konsistensi (ketahanan terhadap proses pemisahan) pasir sangat kecil sehingga

mudah terkikis oleh air atau angin. Dengan demikian, media pasir lebih

membutuhkan pengairan dan pemupukan yang lebih intensif. Hal tersebut yang

menyebabkan pasir jarang digunakan sebagai media tanam secara tunggal.

2.3 Irigasi Tetes

Irigasi adalah segala usaha manusia yang berhubungan dengan perencanaan

dan pembuatan sarana untuk menyalurkan serta membagi air ke bidang-bidang

tanah pertanian secara teratur, serta membuang air kelebihan yang tidak

diperlukan lagi. Irigasi yang berkembang di Indonesia ada beberapa macam, mulai

dari irigasi permukaan sampai irigasi bawah tanah. Dewasa ini yang sedang

berkembang adalah irigasi tetes. Irigasi tetes merupakan cara pemberian air pada

tanaman secara langsung, baik pada permukaan tanah maupun di dalam tanah

melalui tetesan secara sinambung dan perlahan pada tanah di dekat tumbuhan.

Setelah keluar dari penetes (emitter), air menyebar ke dalam profil tanah secara

horizontal maupun vertikal akibat gaya kapilaritas dan gravitasi. Luas daearah

yang dibatasi penetes tergantung pada besarnya debit keluaran, jenis tanah

(struktur dan tekstur), kelembaban tanah, dan permeabilitas tanah (Prastowo

2010).

Irigasi tetes merupakan salah satu jenis irigasimikro. Menurut Wardi (2001),

irigasi mikro merupakan suatu sistem irigasi yang menggunakan air secara efisien

dan bekerja secara pasti, tetes demi tetes memenuhi kebutuhan setiap tanaman di

suatu areal kebun yang dapat diatur dalam luasan tertentu. Tersedianya sarana

irigasi tetes memungkinkan pemebrian air lebih teliti bahkan dapat

dikombinasikan dengan pemberian pupuk (Agus,F dan Sutrisno, 2005). Irigasi

tetes merupakan teknologi maju dalam bidang irigasi mikro yang bekerja secara

efisienguna meningkatkan produksi serta mutu hasil pertanian/ perkebunan.

Teknologi irigasi tetes juga dapat diintegrasikan dengan sistem pemupukan

terkendali. Berdasarkan jenis emitternya sistem irigasi tetes ada dua jenis, yaitu

drippers dan Ro Drip (Wardi, 2001).

Emitter adalah alat yang mengatur pengeluaran air dari pipa distribusi ke

masing-masing tanaman atau lahan produksi. Jenis drippers cara kerjanya adalah

menyiram tanaman secara individu. Dalam prakteknya setiap tanaman dapat

dipasang satu atau lebih emitter, tergantung jenis tanaman yang akan diairi atau

ukuran drippernya. Sistem ini banyak digunakan pada pertanian hidroponik, juga

pada tanaman keras (buah-buahan).

Ro Drip merupakan jenis teknologi irigasi tetes yang menggunakan alat

berbentuk pipa pipih (seperti pita) yang terbuat dari polyethylen. Pipa ini akan

meng-gelembung jika dialiri air didalamnya. Sistem irigasi ini emitternya menjadi

satu dengan pipa distribusi yang dipasang dengan jarak tertentu. Sistem Ro Drip

ini dinilai sangat sesuai untuk digunakan pada tanah-tanah yang tidak dapat

menahan air atau di daerah kering yang mempunyai tingkat penguapan tinggi

seperti daerah dataran rendah.

BAB 3

METODOLOGI

3.1 Persiapan Media Tanam

3.1.1 Waktu dan Tempat

Persiapan media tanam dilakukan pada tanggal 28 September 2016 pukul

16:00 WIB di Halaman Belakang Fakultas Pertanian Palembang Universitas

Sriwijaya.

3.1.2 Alat dan Bahan

Alat yang digunakan untuk menyiapkan media tanam yaitu: 1). Cangkul,

2). Pot bunga.

bahan yang digunakan yaitu: 1). Tanah humus, 2). Pasir, 3). Cocopeat, 4).

Polibag.

3.1.3 Cara Kerja

1. Siapkan tanah hitam, pasir, dan cocopeat

2. Campur ketiga bahan dengan perbandingan pasir 1: cocopeat 1: tanah

hitam 4.

3. Aduk hingga ketiga bahan homogen

4. Masukkan tanah ke dalam polibag sebanyak 3 polibag

3.2 Penyemaian

3.2.1 Waktu dan Tempat

Penyemaian dilakukan pada tanggal 28 September 2016 pukul 15:00

WIB di Rumah Tanaman Fakultas Pertanian Kampus Palembang Universitas

Sriwijaya.

3.2.2 Alat dan Bahan

Bahan yang dipakai untuk penyemaian adalah: 1). Bibit terung lalap

hijau, 2). Air

Alat yang digunakan sebagai media tumbuhnya tanaman adalah pot yang

telah berisi campuran tanah.

3.2.3 Cara Kerja

1. Siapkan tanah hitam, pasir, dan cocopeat

2. Campur ketiga bahan dengan komposisi yang telah ditentukan.

3. Aduk hingga ketiga bahan homogen

4. Masukkan tanah ke dalam polibag sebanyak 1 polibag

5. Tugal tanah di dalam polibag untuk memasukkan benih

6. Kemudian masukkan benih terung ke dalam polibag beberapa butir,

tutup dengan tanah.

3.3 Kapasitas Lapang

3.3.1 Waktu dan Tempat

Pelaksanaan mencari kapasitas lapang pada tanggal 30 September 2016

pukul 16:00 di Rumah Tanaman Fakultas Pertanian Kampus Palembang

Universitas Sriwijaya.

3.3.2 Alat dan Bahan

Alat yang digunakan untuk menghitung kapasitas lapang yaitu: 1). Ring

sample, 2). Kain kasa, 3). Karet gelang, 4). Oven, 5). Timbangan.

Bahan yang digunakan adalah sampel Tanah

3.3.3 Cara Kerja

1. Isi tanah dipolibag dengan ukuran diameter 20 cm

2. Siram tanah hingga jenuh dan diamkan selama 2 hari

3. Masukkan ring sample ke dalam polibag. Tekan ring sample hingga tanah

padat di dalam ring.

4. Keluarkan ring dari dalam polibag, usahakan tanah jangan sampai keluar

dari ring sample.

5. Tutup ring sample dengan kain kasa pada kedua sisinya. Ikat dengan karet.

6. Timbang ring sample untuk mendapatkan berat tanah awal.

7. Rendam ring sampke dengan kedalaman setengah ring selama 1x24 jam

8. Timbang ring sample untuk mendapatkan berat tanah basah

9. Oven ring sample selama 1x24 jam dengan suhu 1050 C

10. Timbang untuk mendapatkan berat tanah kering.

3.4 Bulk Density

3.4.1 Waktu dan Tempat

Waktu untuk mencari bulk density dilakukan pada tanggal 30 September

2016 pukul 16:00 WIB di di Rumah Tanaman Fakultas Pertanian Kampus

Palembang Universitas Sriwijaya

3.4.2 Alat dan Bahan

Alat yang digunakan untuk menghitung bulk density yaitu: 1). Ring

sample, 2). Kain kasa, 3). Karet gelang, 4). Oven, 5). Timbangan.

Bahan yang digunakan adalah sampel tanah.

3.4.3 Cara Kerja

1. Isi tanah dipolibag dengan ukuran diameter 20 cm

2. Siram tanah hingga jenuh dan diamkan selama 2 hari

3. Masukkan ring sample ke dalam polibag. Tekan ring sample hingga tanah

padat di dalam ring.

4. Keluarkan ring dari dalam polibag, usahakan tanah jangan sampai keluar

dari ring sample.

5. Tutup ring sample dengan kain kasa pada kedua sisinya. Ikat dengan karet.

6. Timbang ring sample untuk mendapatkan berat tanah awal.

7. Rendam ring sampke dengan kedalaman setengah ring selama 1x24 jam

8. Timbang ring sample untuk mendapatkan berat tanah basah

9. Oven ring sample selama 1x24 jam dengan suhu 1050 C

10. Timbang untuk mendapatkan berat tanah kering.

3.5 Pengujian Tabung Mariot

3.5.1 Waktu dan Tempat

Pengujian tabung mariot dilakukan pada tanggal 13 Oktober 2016 sekitar

pukul 16:00 di Rumah Tanaman Fakultas Pertanian Kampus Palembang.

3.5.2 Alat dan Bahan

Alat yang digunakan untuk pengujian tabung mariot adalah: 1). Tabung

mariot, 2). Gelas ukur, 3). Cup bekas air minum, 4). Meteran, 5). Alat tulis.

3.5.3 Cara Kerja

1. Pastikan tabung mariot tidak mengalami kebocoran lagi

2. Ukur daerah dengan ketinggian masing-masing 10, 20, 30, 40, 50, 60, 70,

80, 90, 100 cm.

3. Isi tabung mariot hingga penuh

4. Tempatkan tabung pada ketinggian 10 cm

5. Ukur keluaran air di masing-masing emmiter dengan tampungan yang

berbeda. Jadi 3 emmiter 3 tampungan.

6. Ukur selama 1 menit. Setelah itu masing-masing air tampungan di ukur

menggunkan gelas ukur

7. Catat hasilnya dan ulangi dengan ketinggian telah ditentukan.

BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

4.1.1 Perhitungan ETc

ETC bulan Oktober =

- Masa Vegetatif = 3.8 mm/month

- Masa Generatif = 3.2 mm/month

Vegetatif

Kebutuhan air daerah perakaran = Masa Vegetatif 1 tanaman

= 3.8 mm/month 1 tanaman

= 3.8 mm/month

= 3.8 mm/month /31 hari

= 0.12 mm/day

Generatif

Kebutuhan air daerah perakaran = Masa Generatif 1 tanaman

= 3.2 mm/month 1 tanaman

= 3.2 mm/month

= 3.2 mm/month /31 hari

= 0.10 mm/day

ETC bulan November =

- Masa Vegetatif = 3.8 mm/month

- Masa Generatif = 3.2 mm/month

Vegetatif

Kebutuhan air daerah perakaran = Masa Vegetatif 1 tanaman

= 3.8 mm/month 1 tanaman

= 3.8 mm/month

= 3.8 mm/month /30 hari

= 0.12 mm/day

Generatif

Kebutuhan air daerah perakaran = Masa Generatif 1 tanaman

= 3.2 mm/month 1 tanaman

= 3.2 mm/month

= 3.2 mm/month /30 hari

= 0.10 mm/day

ETC bulan Desember =

- Masa Vegetatif = 2.945 mm/month

- Masa Generatif = 2.48 mm/month

Vegetatif

Kebutuhan air daerah perakaran = Masa Vegetatif 1 tanaman

= 2.945 mm/month 1 tanaman

= 2.945 mm/month

= 2.945 mm/month /31 hari

= 0.095 mm/day

Generatif

Kebutuhan air daerah perakaran = Masa Generatif 1 tanaman

= 2.48 mm/month 1 tanaman

= 2.48 mm/month

= 2.48 mm/month /31 hari = 0.08 mm/day

4.1.2 Perhitungan Kapasitas Lapang dan Bulk Density

Diketahui:

Berat tanah awal = 245 gram

Berat tanah basah = 335 gram

Berat tanah kering = 225 gram

Berat ring = 20 gram

Diameter ring = 6 cm r = 3 cm

Tinggi = 5 cm

Vring = π r2 t

= 3,14 x (3)2 x 5

= 1,59 g/cm3

1. Berat tanah kering

BTK = Berat tanah awal - berat ring

KL = 245 g - 20 g

= 225 g

2. Kadar air Kapasitas Lapang

= 335 g - 225 g/335 g x 100%

= 32,8 %

3. Bulk Density

BD = Berat tanah kering/Volume ring

= 225/141,4

= 1,59 g/cm3

4.1.3 Jumlah Air di Perakaran dan Jumlah air yang Dibutuhkan

Oktober

Vegetatif

Dik :

ETo = 4 mm

KL = 32.8 %

Dpolybag = 2 cm

r = 1

Air yang dibutuhkan = Kebutuhan air vegetative + ETo =

Luas polybag = 2

= 2 (3.14) (1

= 628 c

Jumlah air di perakaran

=

=

= 4.92 mm

Generatif

Dik :

ETo = 4 mm

KL = 32.8 %

Dpolybag = 2 cm

r = 1

air yang dibutuhkan = Kebutuhan air generative + ETo =

Luas polybag = 2

= 2 (3.14) (1

= 628 c

Jumlah air di perakaran

=

=

= 4.92 mm

November

Vegetatif

Dik :

ETo = 4 mm

KL = 32.8 %

Dpolybag = 2 cm

r = 1

air yang dibutuhkan = Kebutuhan air vegetative + ETo =

Luas polybag = 2

= 2 (3.14) (1

= 628 c

Jumlah air di perakaran

=

=

= 4.92 m

Generatif

Dik :

ETo = 4 mm

KL = 32.8 %

Dpolybag = 2 cm

r = 1

air yang dibutuhkan = Kebutuhan air generatif + ETo =

Luas polybag = 2

= 2 (3.14) (1

= 628 c

Jumlah air di perakaran

=

=

= 4.92 mm

Desember

Vegetatif

Dik :

ETo = 3.1 mm

KL = 32.8 %

Dpolybag = 2 cm

r = 1

air yang dibutuhkan = Kebutuhan air vegetative + ETo =

Luas polybag = 2

= 2 (3.14) (1

= 628 c

Jumlah air di perakaran

=

=

= 4.92 mm

Generatif

Dik :

ETo = 3.1 mm

KL = 32.8 %

Dpolybag = 2 cm

r = 1

air yang dibutuhkan = Kebutuhan air generatif + ETo =

Luas polybag = 2

= 2 (3.14) (1

= 628 c

Jumlah air di perakaran

=

=

= 4.92 mm

4.1.4 Pengujian Tabung Mariot

Tinggi Tabung

(cm)

1 (ml) 2 (ml) Waktu (t)

10 1.0 1.2 1 menit

20 1.2 1.1 1 menit

30 1.3 1.0 1 menit

40 1.5 1.3 1 menit

50 1.7 1.4 1 menit

60 1.3 1.0 1 menit

70 1.7 1.9 1 menit

80 1.6 1.6 1 menit

90 1.5 1.5 1 menit

100 1.4 1.4 1 menit

4.2 Pembahasan

Perhitungan nilai Evapotranspirasi tanaman menggunakan metode Blanney

Criddle ditentukan oleh nilai koefisien tanaman dan evapotranspirasi potensial.

Untuk mendapatkan nilai ETc, terlebih dahulu harus mengolah data curah hujan

selam 10 tahun terakhir. Dari data curah hujan tersebut, banyak data yang harus

diperhatikan. Perlu ketelitian dan kesabaran yang besar untuk mencari nilai ETc

tersebut.

Perhitungan yang telah dilakukan sebelumnya, di dapatkan nilai kapasitas

lapang sebesar 32,8 %. Besar kecilnya nilai kapasitas lapang ditentukan oleh

porositas dan kapilaritas tanah. Pada dasarnya semakin besar pori tanah maka

akan semakin besar kapasitas lapang yang akan didapat akan tetapi kekuatan tanah

dalam menyangga tanaman akan semakin rendah akan tetapi tanah yang memiliki

kapasitas lapang yang tinggi dapat menjadi media tanam yang baik untuik tempat

tumbuh tanaman yang masa hidupnya singkat dan daya cengkram akar yang tidak

terlalu kuat.

Kebutuhan air diperakaran setiap fase pertumbuhan berbeda. Karena fase

awal pertumbuhan, tanaman hanya sedikit membutuhkan air. Tetapi pada fase

dewasa terutama fase generatif, tumbuhan banyak menyerap air. Berdasarkan data

hasil perhitungan, air yang dibutuhkan tanaman dapat terpenuhi. Karena jumlah

air di perakaran lebih besar dibandingkan dengan air yang dibutuhkan tanaman

per fase pertumbuhan. Kebutuhan air diperakaran dipengaruhi oleh besarnya

kapasitas lapang dan kedalaman akar. Semakin dalam perakaran semakin besar

pula kebutuhan airnya.

Pengujian tabung mariot yang telah dilakukan dengan ketinggian yang

berbeda, nilai debit pada ketinggian 80 cm konstan. Artinya pada ketinggian

inilah tabung mariot diletakkan. Tinggi rendahnya peletakan tabung mariot

berpengaruh terhadap debit air yang keluar dari emitter. Semakin tinggi tabung

mariot, maka semakin besar debit yang keluar dari emitter. Sedangkan, semakin

rendah peletakan tabung mariot semakin kecil pula debitnya. Dari hasil yang telah

dilakukan pengukuran memang didapatkan nilai yang tidak sesuai dengan teori,

ada hal yang mempengaruhinya. Saat pengukuran, tabung mariot selalu di

pindahkan. Karena itulah, bisa terjadi error atau kesalahan.

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

1. Kebutuhan air tanaman untuk setiap fase pertumbuhan berbeda-beda.

2. Kapasitas lapang hasil perhitungan yang telah dilakukan sebesar 32,8%.

3. Dengan pendugaan ini, kebutuhan air tanaman dapat terpenuhi.

4. Ketinggian peletakan tabung mariot berpengaruh terhadap keluar debit.

5. Besarnya nilai kapasitas lapang ditentukan oleh tekstur tanah.

5.2 Saran

Meskipun tabung mariot telah diperbaiki dari jauh hari, tetapi masih saja ada

kebocoran pada saat akan dilakukan pengujian tabung mariot. Jadi, perlu

dilakukan pemeriksaan berkala pada tabung mariot.

DAFTAR PUSTAKA

Agus, F dan Sutrisno. 2005.Teknologi Hemat Air dan Teknologi Irigasi Suplemen,

di dalam Teknologi Pengelolaan Tanah Kering hal. 223-245. Pusat

Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian: Jakarta.

Prastowo. 2010.Irigasi Tetes Teori dan Aplikasi.IPB Press:Bogor.

Rukmana, R., 2000. Usaha Tani Jahe. Kanisius, Yogyakarta.

Samadi, B. 2001. Budidaya Terung Hibrida. Kanisius:Yogyakarta.

Siemonsma, J.S. dan K. Piluek. 1994. Plant Resources of South East Asia

Vegetables. Prosea Foundation. Bogor.

Soetasad, Muryanti dan Sunarjono. 2003. Budidaya Terung Lokal dan Terung

Jepang. Penebar Swadaya: Jakarta.

Wardi, H.2001.Sistem Irigasi Mikro Untuk PertanianModern. Majalah Ilmiah

Analisis Sistem Edisi Khusus No. 3 Tahun VIII. Kedeputian Bidang

Pengkajian Teknologi. BPPT:Jakarta.

LAMPIRAN

Persiapan media tanam Penyemaian

Media Tanam Penyemaian

SKEMA

Persiapan Media Tanam

Perhitungan ETc

Penyemaian Benih Terung

Perhitungan KL dan BD

Pengujian Tabung Mariot