BAB 1 PENDAHULUAN (A EC) tahun 2015 akan segera dihadapi 1.pdf · 28 Januari 1992 di Singapura....

23
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ASEAN Economic Community (AEC) tahun 2015 akan segera dihadapi oleh semua negara ASEAN termasuk Indonesia. AEC 2015 merupakan kelanjutan dari kesepakatan ASEAN Free Trade Agreement (AFTA) yang disepakati tanggal 28 Januari 1992 di Singapura. Pada tahun 2015, kawasan ASEAN akan menjadi pasar terbuka yang berbasis produksi, dimana masuknya barang, jasa, dan investasi akan bergerak bebas, sesuai dengan kesepakatan ASEAN. Tingkat keunggulan komparatif dan kompetitif yang berbeda antar anggota ASEAN akan berpengaruh dalam menentukan AEC 2015 diantara negara-negara ASEAN. Kesiapan daya saing investasi Indonesia perlu mendapatkan perhatian karena Foreign Direct Investment (FDI) ke Indonesia dibanding total FDI ke ASEAN relatif rendah dibandingkan dengan yang mengalir ke Singapura, Thailand dan bahkan Vietnam. Peringkat Doing Business negara ASEAN 2012 menunjukkan Indonesia masih berada dibawah rata-rata negara ASEAN seperti : Singapura, Thailand, Malaysia, Brunei dan Vietnam (Menko Perekonomian RI, 2013). Peringkat daya saing Indonesia semakin membaik setiap tahunnya. Indonesia berada di peringkat 38 dunia dari 144 negara pada Global Competitiveness Index (GCI) 2013-2014 dan peringkat ini lebih baik dibandingkan dengan GCI 2012-2013 berada di peringkat 50 dunia. Dengan

Transcript of BAB 1 PENDAHULUAN (A EC) tahun 2015 akan segera dihadapi 1.pdf · 28 Januari 1992 di Singapura....

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

ASEAN Economic Community (AEC) tahun 2015 akan segera dihadapi

oleh semua negara ASEAN termasuk Indonesia. AEC 2015 merupakan kelanjutan

dari kesepakatan ASEAN Free Trade Agreement (AFTA) yang disepakati tanggal

28 Januari 1992 di Singapura. Pada tahun 2015, kawasan ASEAN akan menjadi

pasar terbuka yang berbasis produksi, dimana masuknya barang, jasa, dan

investasi akan bergerak bebas, sesuai dengan kesepakatan ASEAN. Tingkat

keunggulan komparatif dan kompetitif yang berbeda antar anggota ASEAN akan

berpengaruh dalam menentukan AEC 2015 diantara negara-negara ASEAN.

Kesiapan daya saing investasi Indonesia perlu mendapatkan perhatian karena

Foreign Direct Investment (FDI) ke Indonesia dibanding total FDI ke ASEAN

relatif rendah dibandingkan dengan yang mengalir ke Singapura, Thailand dan

bahkan Vietnam. Peringkat Doing Business negara ASEAN 2012 menunjukkan

Indonesia masih berada dibawah rata-rata negara ASEAN seperti : Singapura,

Thailand, Malaysia, Brunei dan Vietnam (Menko Perekonomian RI, 2013).

Peringkat daya saing Indonesia semakin membaik setiap tahunnya.

Indonesia berada di peringkat 38 dunia dari 144 negara pada Global

Competitiveness Index (GCI) 2013-2014 dan peringkat ini lebih baik

dibandingkan dengan GCI 2012-2013 berada di peringkat 50 dunia. Dengan

membaiknya peringkat daya saing Indonesia maka Indonesia makin menjadi daya

tarik investasi.

Investasi berperan meningkatkan kegiatan ekonomi dan kesempatan kerja,

meningkatkan pendapatan nasional dan meningkatkan taraf kemakmuran

masyarakat di Indonesia khususnya di wilayah Jawa dan Bali. Adanya

peningkatan ekonomi akibat investasi maka kebutuhan tenaga kerja akan

meningkat dalam rangka menghasilkan output yang meningkat. Dengan

meningkatnya output akan berdampak terhadap peningkatan pendapatan nasional

sehingga pada akhirnya taraf kemakmuran masyarakat juga meningkat.

Pemerintah Indonesia mengundang investor asing berinvestasi di

Indonesia terutama berinvestasi di wilayah Jawa dan Bali karena secara garis

besar wilayah Jawa-Bali memiliki keunggulan dari sisi kondisi tenaga kerja,

keamanan usaha, kinerja ekonomi daerah, dan infrastruktur (Bappenas, 2012).

Kondisi wilayah Jawa-Bali secara keseluruhan memiliki potensi yang sangat

besar sebagai tempat yang menarik bagi investor asing dengan berbagai sumber

daya dan segala penunjang investasi banyak tersedia termasuk keterbukaan

masyarakat dalam menerima investasi asing di wilayah Jawa-Bali. Beberapa

tujuan pemerintah untuk pengembangan wilayah Jawa-Bali di antaranya :

mempertahankan kinerja pembangunan ekonomi wilayah Jawa-Bali sebagai

lokomotif pembangunan ekonomi nasional dan meningkatnya standar hidup

masyarakat Jawa-Bali (Bappenas RI, 2012).

Kontribusi ekonomi wilayah Jawa-Bali terhadap perekonomian nasional

pada tahun 2012 sebesar 58,9 persen (Bappenas, 2014). Sektor utama yang

menyumbang perekonomian wilayah Jawa-Bali adalah sektor industri pengolahan,

perdagangan, hotel dan restoran, dan pertanian (Bappenas, 2014). Pemerintah

Indonesia terus mengupayakan terciptanya iklim investasi yang kondusif dan

memperluas jaringan perdagangan internasional untuk wilayah Jawa-Bali. Adapun

komposisi masuknya penanaman modal asing dibandingkan dengan penanaman

modal dalam negeri ke Pulau Jawa dan Pulau Bali dalam kurun waktu tahun 2008

s/d 2012 dapat dilihat pada Tabel 1.1.

Tabel 1.1.Realisasi PMDN dan PMA di Pulau Jawa dan Pulau Bali, serta Indonesia

Tahun 2008 s/d 2012

Tahun Jawa - Bali IndonesiaPMDN PMA PMDN PMA

2008 Realisasi (Rp. Miliar) 12.259,7 124.326,9Komposisi Realisasi (persen) 9,8 91,2 60,2 91,8

2009 Realisasi (Rp. Miliar) 25.817,3 87.400Komposisi Realisasi (persen) 29,6 70,4 68,3 91,8

2010 Realisasi (Rp. Miliar) 37.259,6 107.171,6Komposisi Realisasi (persen) 34,8 65,2 91,8 72,6

2011 Realisasi (Rp. Miliar) 37.532,9 116.540Komposisi Realisasi (persen) 32,2 67,8 91,8 91,8

2012 Realisasi (Rp. Miliar) 55.800,9 128.691,3Komposisi Realisasi (persen) 43,4 56,4 91,8 91,8

Sumber : Kemenko Bid.Perekonomian RI, 2013

Keterangan:*) Kurs 1 USD = Rp. 9.100

PMA = Penanaman Modal AsingPMDN = Penanaman Modal Dalam Negeri

Tabel 1.1 menunjukkan bahwa penanaman modal asing yang masuk ke Pulau

Jawa dan Bali dari tahun 2008-2012 lebih dominan dibandingkan penanaman

modal dalam negeri. Penanaman modal dalam negeri mendapatkan komposisi

realisasi kurang dari 50 persen dibandingkan dengan penanaman modal asing.

Provinsi di wilayah Pulau Jawa-Bali lebih mendominasi penanaman modal asing

dibandingkan dengan wilayah lainnya di Indonesia. Dengan banyaknya

penanaman modal asing yang masuk di wilayah Pulau Jawa-Bali maka terjadi

ketimpangan pembangunan dengan wilayah lainnya di Indonesia seingga wilayah

Pulau Jawa-Bali lebih berkembang dibandingkan dengan wilayah lainnya.

Investor asing lebih tertarik berinvestasi di wilayah Pulau Jawa dan Bali karena

infrastruktur, human capital, keamanan dan kenyamanan dalam berinvestasi jauh

lebih baik dibandingkan wilayah daerah lain di Indonesia. Investor lebih senang

terhadap infrastruktur jalan, listrik dan air minum di wilayah Jawa dan Bali

memiliki kualitas yang lebih baik. Kemajuan pendidikan di wilayah Jawa-Bali

membuat kualitas sumber daya manusia lebih baik sehingga investor lebih senang

dalam berinvestasi di wilayah ini. Gangguan keamanan lebih kecil terjadi di

wilayah Jawa-Bali dan juga masyarakat lebih terbuka untuk menerima kehadiran

investor asing sehingga investor merasa nyaman dalam melakukan investasi.

Ketimpangan pembangunan antara wilayah Jawa-Bali dengan wilayah lainnya di

Indonesia dapat mendorong migrasi penduduk yang dapat berdampak buruk pada

aktivitas sosial masyarakat di wilayah Pulau Jawa-Bali.

Indonesia berusaha untuk mendorong laju penanaman modal asing dengan

mengurangi faktor penghambat investasi asing. Faktor penghambat investasi di

suatu negara dapat diakibatkan oleh kecilnya pasar domestik, kurangnya fasilitas

dasar seperti : transport, tenaga dan keperluan umum lainnya, sistem perbankan

dan kredit, dan buruh terampil; pembatasan pada pembayaran laba dan repatriasi

modal; ancaman pengambilalihan, nasionalisasi, atau pemilikan oleh negara, dan

reservasi jenis industri tertentu bagi perusahaan domestik; pengaturan perusahaan

asing secara ketat untuk tujuan nasional, pengendalian devisa yang ketat,

kekhawatiran diskriminasi pada pengadilan lokal, ketidakstabilan politik dan

ekonomi (Jhingan, 2010). Faktor-faktor penghambat melakukan bisnis untuk

negara Indonesia adalah birokrasi pemerintahan yang tidak efisien, infrastruktur

yang tidak memadai, ketidakstabilan kebijakan, korupsi, masih rendahnya akses

terhadap pembiayaan, peraturan ketenagakerjaan yang dinilai restriktif, regulasi

pajak yang masih buruk, inflasi, regulasi valuta asing, terbatasnya tenaga kerja

terdidik, rendahnya etika kerja dalam angkatan kerja nasional (Kuncoro, 2010).

Pada Gambar 1.1 hasil survey yang dilakukan oleh World Economic Forum Tahun

2013, menunjukkan bahwa masalah-masalah yang dihadapi investor asing dalam

menanamkan modalnya di Indonesia adalah pertama, 19,3 persen korupsi; kedua,

15 persen birokrasi pemerintah tidak efisien; ketiga, 9,1 persen infrastruktur;

keempat, 6,9 persen akses kepada keuangan, kelima 6,3 persen kebijakan tenaga

kerja; keenam, 5,7 persen kebijakan yang tidak stabil, ketujuh, 5,7 persen tenaga

kerja rendah etika kerja, dan selanjutnya dapat dilihat pada Gambar 1.1

Gambar 1.1 Masalah-masalah utama dalam melakukan Bisnis di Indonesia

The most problematic factors for doing business

Sumber : World Economic Forum, 2013.

Berdasarkan berbagai masalah yang diungkapkan oleh World Economic

Forum tahun 2013, namun penanaman modal asing tetap masuk ke Indonesia

khususnya ke wilayah Jawa-Bali. Data Statistik Perekonomian dari tahun 2008 s/d

2012 pada Kementerian Koordinator Perekonomian menunjukkan bahwa Provinsi

Banten memiliki realisasi penanaman modal asing yang lebih besar dibandingkan

dengan Provinsi Yogyakarta dan Provinsi Bali walaupun Provinsi Banten

memiliki indeks pembangunan manusia lebih rendah dari Provinsi Yogyakarta

dan Provinsi Bali. Berdasarkan Grafik 1.1, Grafik 1.2 dan data pendukung lainnya

maka peneliti tertarik untuk melihat pengaruh stabilitas ekonomi, human capital

dan upah terhadap penanaman modal asing; serta pengaruh penanaman modal

asing terhadap pertumbuhan ekonomi dan pengangguran di Wilayah Jawa-Bali.

Data statistik perekonomian Indonesia dari tahun 2008 s/d 2012 pada

Kementerian Koordinator Perekonomian menunjukkan bahwa Provinsi

Yogyakarta memiliki tingkat pertumbuhan ekonomi yang lebih rendah

dibandingkan dengan Provinsi Jawa Tengah, Jawa Timur dan Bali; sedangkan

Provinsi Yogyakarta memiliki indeks pendidikan lebih tinggi dibandingkan

dengan Provinsi Jawa Tengah, Jawa Timur dan Bali. Provinsi Yogyakarta pada

tahun 2008 s/d 2012 memiliki upah minimum regional lebih rendah dibandingkan

dengan Provinsi Jawa Barat, Banten, Jawa Tengah, Jawa Timur dan Bali;

sementara Provinsi Yogyakarta memiliki indeks pembangunan manusia lebih

tinggi dibandingkan dengan Provinsi Jawa Barat, Banten, Jawa Tengah, Jawa

Timur dan Bali. Berdasarkan situasi tersebut, peneliti tertarik untuk melihat

pengaruh stabilitas ekonomi, human capital dan upah tenaga kerja terhadap

penanaman modal asing di Wilayah Jawa-Bali.

Meningkatnya jumlah investasi di wilayah Jawa-Bali sebagaimana yang

terlihat pada Tabel 1.1 diikuti oleh pertumbuhan ekonomi daerah yang baik dan

cenderung stabil. Pertumbuhan ekonomi wilayah Jawa-Bali tahun 2008-2012

dapat dilihat pada Grafik 1.1. Grafik 1.1 terlihat bahwa pertumbuhan ekonomi

wilayah Jawa-Bali menunjukkan pertumbuhan ekonomi yang cenderung stabil

pada kurun waktu tahun 2008-2012. Jika dibandingkan dengan realisasi

penanaman modal asing pada Tabel 1.1 yang semakin bertambah ke wilayah Jawa

dan Bali, maka seharusnya pertumbuhan ekonomi di wilayah ini juga meningkat

karena bertambahnya realisasi penanaman modal asing dapat meningkatkan

kegiatan ekonomi. Pada kenyataannya, pertumbuhan ekonomi terlihat berfluktuasi

disaat realisasi penanaman modal asing semakin meningkat. Ada beberapa

Provinsi yang pertumbuhan ekonomi berada di atas rata-rata pertumbuhan

ekonomi nasional dan ada beberapa Provinsi berada di bawah pertumbuhan

ekonomi nasional.

Grafik 1.1Pertumbuhan Ekonomi Wilayah Jawa-Bali

Tahun 2008-2012

Sumber : Badan Pusat Statistik Indonesia, 2013

Stabilitas ekonomi yang baik di wilayah Jawa – Bali dalam kurun waktu

2008-2012, ditunjukkan oleh inflasi yang stabil di wilayah Jawa – Bali. Kondisi

inflasi yang cenderung stabil merupakan hal yang sangat diminati oleh investor

karena ada peluang meraih keuntungan akibat daya beli masyarakat yang tinggi.

Adapun inflasi yang terjadi di wilayah Jawa-Bali dapat dilihat pada Grafik 1.2

berikut ini.

Grafik 1.2Inflasi Wilayah Jawa-Bali

Tahun 2008-2012

2008 2009 2010 2011 2012

DKI Jakarta 6.23 5.02 6.5 6.71 6.5

Banten 5.77 4.71 6.08 6.43 6.15

Jawa Barat 6.21 4.19 6.2 6.48 6.21

Jawa Tengah 5.61 5.14 5.84 6.01 6.3

Yogyakarta 5.03 4.43 4.88 5.16 5.32

Jawa Timur 5.94 5.01 6.68 7.22 7.27

Bali 5.97 5.33 5.83 6.49 6.65

Nasional 6.01 4.58 6.2 6.46 6.23

012345678

Per

sent

ase

(%)

Sumber : Bank Indonesia, 2008-2013

Grafik 1.2 menunjukkan bahwa pemerintah berhasil mengendalikan inflasi

yang cukup tinggi di tahun 2008 menjadi lebih stabil di tahun 2009 hingga 2012.

Stabilitas inflasi daerah memiliki arti penting bagi stabilitas ekonomi di wilayah

Jawa – Bali. Stabilitas ekonomi daerah dapat menciptakan iklim investasi yang

menarik bagi investor dalam negeri maupun luar negeri untuk berinvestasi.

Adanya stabilitas ekonomi daerah memberikan harapan bagi investor untuk dapat

meraih peluang mendapatkan laba yang optimal bagi bisnis yang dijalankan.Laba

optimal yang di dapatkan oleh investor memungkinkan investor memperbesar

bisnis sehingga membuka peluang lapangan pekerjaan sehingga banyak orang

lokal maupun pendatang berpeluang terserap pada lapangan pekerjaan baru.

Terbukanya lapangan pekerjaan baru mengakibatkan perpindahan

penduduk antar provinsi dari luar wilayah Jawa dan Bali ke dalam wilayah Jawa

dan Bali akan sangat tinggi. Pada tahun 2005-2010, migrasi penduduk dari luar

2008 2009 2010 2011 2012

Jakarta 11.1 2.3 6.2 4.0 4.5

Banten 11.5 2.9 6.1 3.5 4.4

Jabar 10.2 2.1 4.5 2.8 4.0

Jateng 9.6 3.3 6.9 2.7 4.2

Yogya 9.9 2.9 7.4 3.9 4.3

Jatim 9.5 3.4 7.1 4.3 4.5

Bali 9.3 4.4 8.1 3.8 4.7

0.02.04.06.08.0

10.012.014.0

Per

sen

(%)

wilayah Jawa-Bali yang masuk ke wilayah Jawa-Bali di atas 5 orang per 1000

penduduk untuk laki-laki dan wanita pada penduduk usia kerja di atas 15 tahun

(BPS, 2013). Tingkat urbanisasi di wilayah Jawa-Bali yang diproyeksikan tahun

2010-2015 dengan nilai rata-rata Urban Rural Growth Difference (UGRD)

sebesar 20,8 persen berkategori sedang. Nilai UGRD tertinggi ada pada Provinsi

Banten sebesar 35,12 persen dan disusul oleh Provinsi Jawa Barat sebesar 34,61

persen, sedangkan UGRD terendah pada Provinsi DKI Jakarta sebesar 7,44

persen. Tingkat UGRD yang besar memberikan tanda bahwa penduduk pendatang

diluar wilayah Jawa-Bali melakukan perpindahan tempat tinggal untuk bekerja di

wilayah Jawa-Bali demi merubah hidup menjadi lebih baik.

Peningkatan jumlah investasi asing di Pulau Jawa dan Bali seharusnya

dapat menyerap tenaga kerja yang lebih banyak sehingga mengurangi banyak

pengangguran. Tingkat pengangguran di Pulau Jawa dan Bali dapat dilihat dari

tingkat pengangguran terbuka pada Provinsi DKI Jakarta, Banten, Jawa Barat,

Jawa Tengah, Yogyakarta, Jawa Timur, dan Bali pada kurun waktu tahun 2008-

2012 dapat dilihat pada Grafik 1.3. Grafik 1.3 menunjukkan terjadinya perubahan

tingkat pengangguran terbuka yang terlihat menurun setiap tahunnya dari 2008

s/d 2012 di wilayah Jawa dan Bali. Ada beberapa Provinsi yang memiliki tingkat

pertumbuhan ekonomi lebih tinggi dari nasional namun tingkat pengangguran

terbuka juga lebih tinggi dari nasional. Sementara, ada Provinsi yang memiliki

tingkat pertumbuhan ekonomi lebih rendah dari nasional namun tingkat

pengangguran lebih rendah dari nasional. Penanaman modal asing seharusnya

dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan menurunkan pengangguran di

wilayah Jawa-Bali.

Grafik 1.3Tingkat Pengangguran Terbuka Wilayah Jawa dan Bali

Tahun 2008-2012

Sumber : BPS, 2013

Abdullah (www.kompas.com, 3 Juli 2012) seorang peneliti menilai

masalah ketenagakerjaan menyebutkan upah pekerja di Indonesia dapat

menghambat laju investasi asing langsung (FDI/Foreign Direct Investment), upah

pekerja menjadi faktor dominan dalam FDI. Ketidakpastian upah buruh

merupakan salah satu faktor penghambat dalam mendatangkan investasi asing ke

Indonesia, padahal upah Indonesia masih sangat murah dibandingkan negara lain

seperti Vietnam dan Thailand (Bisnis, 9 Oktober 2012). Ketidakpastian kenaikkan

upah akan mempersulit investor dalam melakukan pengendalian biaya untuk

mencapai efisiensi dalam bisnis. Untuk wilayah Jawa-Bali, kenaikkan upah setiap

tahun tidak sama sebagaimana terlihat pada lampiran 7. Kenaikkan rutin Upah

2008 2009 2010 2011 2012

Jakarta 12.16 12.15 11.05 10.80 9.87

Banten 8.39 7.87 7.14 6.56 6.14

Jabar 12.08 10.96 10.33 9.83 9.08

Jateng 7.35 7.33 6.21 5.93 5.63

Yogyakarta 5.38 6.00 5.69 3.97 3.97

Jatim 6.42 5.08 4.25 4.16 4.12

Bali 3.31 3.13 3.06 2.32 2.04

Nasional 8.39 7.87 7.14 6.56 6.14

0.00

2.00

4.00

6.00

8.00

10.00

12.00

14.00

Tin

gkat

Pen

gang

gura

nT

erbu

ka (

%)

Minimum Regional (UMR) merupakan persoalan yang dianggap sangat

merugikan investor (Khasanah, 2009). Biaya tenaga kerja yang tinggi akan

menghasilkan biaya produksi yang lebih tinggi sehingga dapat membatasi arus

masuk penanaman modal asing (Vijayakumar, et.al., 2010).

Upah tenaga kerja sebagai biaya tenaga kerja menjadi penentu masuknya

penanaman modal asing (Demirhan & Masca, 2008). Investor memilih lokasi

dengan tingkat upah rendah dibandingkan dengan biaya tenaga kerja yang tinggi

(Odulukwe, 2011). Para investor melihat peluang dari undang-undang

ketenagakerjaan yaitu pemakaian tenaga kerja tidak tetap sebagai solusi untuk

menekan biaya tenaga kerja. Para peneliti menemukan upah berpengaruh negatif

dan signifikan terhadap investasi asing langsung di antaranya ditemukan oleh

Nasrin,et.al. (2010) di Bangladesh, Vijayakumar, et.al. (2010) di 5 negara BRIC,

Odulukwe (2011) di 5 negara Asia Tenggara, Quyom & Imran (2012) di 32

negara berkembang. Investor asing akan selalu mencari negara yang menawarkan

upah pekerja yang murah untuk menekan biaya produksi berdasarkan The

Location Hypothesis sehingga pemerintah wajib memberikan kepastian tentang

besarnya upah pekerja di Indonesia.

Fondasi perekonomian Indonesia yang kuat dan stabil pada periode 2003-

2008 masih belum mampu menarik investor asing seperti Vietnam, Thailand, dan

Malaysia (Hamzirwan, 12 Mei 2010). Penanaman modal asing sangat menimbang

inflasi sehingga stabilnya inflasi sangat penting untuk menarik investasi (Sugandi,

7 Mei 2012). Inflasi yang tinggi akan membawa penurunan terhadap modal asing

yang masuk karena daya beli masyarakat akibat inflasi sehingga sulit investor

mendapatkan laba yang optimal. Hasil penelitian yang menemukan bahwa

stabilitas ekonomi berpengaruh positif dan siginifikan terhadap penanaman modal

asing ditemukan oleh Udo & Ubiora (2006) di Afrika Barat, Mustapha, et.al.

(2008) di MENA Countries, Melek (2013) di OECD.

Dilihat dari indek pembangunan manusia, Indonesia berada di peringkat

121 dunia pada tahun 2012 (UNDP, 2013). Untuk indek pembangunan manusia di

tingkat negara ASEAN, Indonesia dibawah Filipina, Thailand, Malaysia, Brunei

Darussalam, dan Singapura (UNDP, 2013). Dalam peningkatan kualitas sumber

daya manusia, ada empat hal yang harus diperhatikan adalah pertama, pemerataan

dalam memperoleh kesempatan, aksesibilitas, keadilan dan kewajaran; kedua,

relevansi yaitu pendidikan yang relevan dengan berbagai kebutuhan; ketiga,

kualitas atau mutu yaitu bermutu dari segi proses; keempat, efisiensi : bukan

hanya biaya melainkan keefektifan atau kualitas hasil (Huntoyungo, 2013).

Pemerintah berusaha meningkatkan human capital masyarakat melalui

berbagai program pendidikan yang dimiliki oleh Kementerian Pendidikan dan

Kebudayaan, serta program jaminan kesehatan masyarakat dari Kementerian

Kesehatan. Pemerintah mendorong masyarakat untuk tuntas wajib belajar 9 tahun,

mengarahkan masyarakat untuk masuk pendidikan yang lebih berorientasi pada

peningkatan ketrampilan, serta meningkatkan proporsional 20 persen anggaran

pendidikan di APBN untuk meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia. Para

peneliti menemukan human capital berdampak positif dan signifikan terhadap

penanaman modal asing di antaranya oleh Agiomirgianakis,et.al. (2006) di 20

negara OECD, Rivero (2007) di 17 negara Amerika Latin, Armstrong (2009) di

China, (Talpos & Enache,2010) di 10 negara Uni Eropa baru, Tiwari (2011) di 4

negara Asian, Debab & Mansoor (2011) di Bahrain.

Pemerintah Indonesia selalu mengadakan pembaharuan upah minimum

regional (UMR) secara bersama-sama setiap tahunnya pada semua Provinsi di

Indonesia yang terlihat pada lampiran 7. Penentuan UMR dilakukan oleh

pemerintah, perwakilan pengusaha dan perwakilan serikat pekerja. Para

pengusaha memberikan upah kepada pekerja dengan berpedoman UMR terbaru

dan berani memberikan upah yang tinggi apabila pekerja memiliki pengetahuan

dan ketrampilan yang baik. Para peneliti menemukan bahwa human capital

berdampak positif dan signifikan terhadap upah di antaranya Enrique & Elisabet

(2009) di Spanyol, Munch & Rose (2008) di Denmark, Rusty (2010) di Amerika,

Anthony (2003) di Kenya.

Penanaman modal asing seharusnya menjadi faktor penting dalam

meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan mengurangi pengangguran di Pulau

Jawa dan Bali. Beberapa peneliti menemukan bahwa penanaman modal asing

berpengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi di antaranya:

Amal,et.al (2010) di Amerika Latin, Bruno (2011) di 70 negara, Agrawal & Khan

(2011) di China & India, Debab & Mansoor (2011) di Bahrain, Chien et.al. (2012)

di Vietnam. Peneliti lain menemukan penanaman modal asing berdampak negatif

dan signifikan terhadap pengangguran di antaranya Balcerzak & Żurek (2011) di

Polandia, Palát (2011) di Jepang, Shaari,et.al.(2012) di Malaysia, Habib & Sarwar

(2013) di Pakistan. Banyak pakar ekonomi yang menyarankan kepada negara

untuk membuat kebijakan yang membangun investasi dari luar negeri agar

mendukung pertumbuhan ekonomi (Mankiw, 2009).

Kestabilan ekonomi yang dicerminkan oleh tingkat inflasi yang cenderung

stabil, dan pertumbuhan ekonomi juga menunjukkan kecenderungan stabil pada

kurun waktu yang sama. Para Peneliti menemukan bahwa inflasi berpengaruh

negatif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi, di antaranya : Kasidi &

Mwakanemela (2013) di Tanzania, Barro (2013) di 100 negara, Ayyoub, et.al.

(2011) di Pakistan.

Pertumbuhan ekonomi di Jawa dan Bali cukup tinggi, yaitu di atas 5

persen, namun tingkat pengangguran terbuka masih menunjukkan penurunan yang

lamban pada kurun waktu tahun 2008-2012. Beberapa peneliti menemukan bahwa

pertumbuhan ekonomi berdampak negatif dan signifikan terhadap pengangguran,

di antaranya: Maqbool, et.al.(2013) di Pakistan, Ozel,et.al. (2013) di 7 negara

industri pada G7.

Upah minimum tenaga kerja yang kecenderungan naik, namun diikuti oleh

tingkat pengangguran yang kecenderungan menurun dalam kurun waktu yang

sama. Peneliti menemukan bahwa upah berpengaruh positif dan signifikan

terhadap pengangguran, di antaranya: Akpansung (2014) di Nigeria, Fialová &

Martina (2009) di Czech.

1.2 Rumusan Masalah

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan faktor-faktor penentu

penanaman modal asing yaitu upah tenaga kerja, stabilitas ekonomi, dan human

capital, sejauh mana variabel penanaman modal asing mempengaruhi

pertumbuhan ekonomi dan pengangguran; serta sejauh mana variabel human

capital mempengaruhi upah. Alasan pemilihan variabel-variabel tersebut adalah

ada perbedaan signifikasi antara penelitian empiris dengan teori penanaman

modal asing pada setiap variabelnya.

Adanya perbedaan teori The Location Hypothesis dengan hasil penelitian

empiris yang menemukan upah tenaga kerja berpengaruh positif dan signifikan

terhadap penanaman modal asing yang ditemukan di antaranya oleh Janicki &

Wunnava (2004) di 14 negara, Wan (2008) di Meksiko, Sapienza (2009) di 10

negara, Dauti (2009) di Macedonia, Mutascu & Fleischer (2010) di Romania, Liu

& Qiu (2010) di 114 negara, Severiano (2011) di Portugal, Seetanah & Rojid

(2011) di Mauritius. Variabel ini akan diujikan di wilayah Jawa-Bali untuk dapat

memastikan bahwa variabel ini sama atau tidak dengan variabel yang diterapkan

di negara lain.

Ada perbedaan teori Country Risk dengan hasil penelitian empiris yang

menemukan bahwa stabilitas ekonomi tidak berpengaruh secara signifikan

terhadap masuknya penanaman modal asing ditemukan oleh Vijayakumar (2010)

di BRICS Countries, stabilitas ekonomi berpengaruh negatif dan signifikan

terhadap penanaman modal asing ditemukan oleh Debab & Mansoor (2011) di

Bahrain. Variabel ini akan diujikan di wilayah Jawa-Bali untuk dapat memastikan

bahwa variabel ini sama atau tidak dengan variabel yang diterapkan di negara

lain.

Ada perbedaan teori The Differential Rates of Return Hypothesis dengan

hasil penelitian empiris yang menemukan bahwa human capital tidak berpengaruh

secara signifikan terhadap masuk penanaman modal asing ditemukan oleh

Checchi et al.(2007) di 147 negara. Variabel ini akan diujikan di wilayah Jawa-

Bali untuk dapat memastikan bahwa variabel ini sama atau tidak dengan variabel

yang diterapkan di negara lain.

Adanya perbedaan antara teori pertumbuhan Harrod Domar, teori

pertumbuhan Solow, teori pertumbuhan terikat Romer, teori akselerasi dengan

hasil penelitian empiris yang menemukan bahwa penanaman modal asing

berpengaruh negatif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi ditemukan

oleh Tiwari (2011) di 4 negara; penanaman modal tidak berpengaruh signifikan

terhadap pembangunan ekonomi di 3 wilayah : Amerika Latin & Carribean,

America & Middle East, Asia oleh Nunnenkamp & Spatz (2003). Variabel ini

akan diujikan di wilayah Jawa-Bali untuk dapat memastikan bahwa variabel ini

sama atau tidak dengan variabel yang diterapkan di negara lain.

Ada perbedaan antara teori kurva Philip dengan hasil penelitian empiris

yang menemukan bahwa inflasi tidak berpengaruh secara signifikan terhadap

pertumbuhan ekonomi, di antaranya: Chimobi (2010) di Nigeria.

Adanya perbedaan antara teori akumulasi modal Jhingan, Doktrin

Pertumbuhan Berimbang dengan hasil penelitian empiris yang menemukan bahwa

penanaman modal asing tidak berpengaruh terhadap pengurangan pengangguran

di Nigeria oleh Salami & Oyewale (2013), di Srilanka oleh Velnampy,

et.al.(2013). Variabel ini akan diujikan di wilayah Jawa-Bali untuk dapat

memastikan bahwa variabel ini sama atau tidak dengan variabel yang diterapkan

di negara lain. Adanya perbedaan teori Hukum Okun dengan hasil empiris yang

menemukan bahwa pertumbuhan ekonomi tidak berpengaruh terhadap

pengangguran di Jordan oleh Fuad (2011), di Nigeria oleh Oloni (2013).

Ada perbedaan antara teori kurva Philip dengan hasil penelitian empiris

yang menemukan bahwa upah tidak berpengaruh secara signifikan terhadap

pengangguran, di antaranya: Zavodny (2000) di Amerika Serikat.

Berdasarkan hasil-hasil penelitian yang berbeda tersebut, maka ketiga

variabel penentu masuknya penanaman modal asing, yakni upah tenaga kerja,

stabilitas ekonomi, dan human capital; pengaruh human capital terhadap upah

tenaga kerja; dampak penanaman modal asing terhadap pertumbuhan ekonomi

dan pengangguran, serta dampak pertumbuhan ekonomi terhadap pengangguran

diteliti kembali untuk mengetahui determinan penanaman modal asing, dampak

human capital terhadap upah tenaga kerja; dampaknya terhadap pertumbuhan

ekonomi dan pengangguran; serta dampak pertumbuhan ekonomi dan

pengangguran di Wilayah Jawa-Bali.

Batasan – batasan dalam penelitian ini meliputi : (1). Fokus penelitian ini

adalah daya tarik penanaman modal asing di Wilayah Jawa-Bali dan dampaknya

terhadap pertumbuhan ekonomi dan pengangguran dengan memakai hanya 6

variabel penelitian dimana 4 variabel penelitian terdapat gap research. Penelitian

ini untuk menguji kebenaran dari teori The Location Hypothesis, teori Contry

Risk, teori The Diffrential Rates of Return Hypothesis; teori lingkaran setan

kemiskinan dari Nurkse, teori pertumbuhan Harrod Domar, teori pertumbuhan

Solow, teori pertumbuhan terikat Romer, Doktrin Pertumbuhan Berimbang, teori

akselerasi, teori pembangunan ekonomi daerah, teori Akumulasi Modal dari

Jhingan, teori Hukum Okun, teori Kurva Philip. (2). Pemilihan subyek penelitian

penanaman modal asing karena wilayah Jawa-Bali merupakan daerah yang

banyak mendapatkan masuknya penanaman modal asing, (3). Yang dimaksud

dengan penanaman modal asing dalam penelitian ini adalah modal yang bukan

dimiliki oleh warga negara Indonesia yang digunakan untuk membangun suatu

usaha (4). Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data

sekunder. Data primer adalah data yang diambil dari sumbernya langsung yakni

investor asing yang ada khusus di wilayah Jawa-Bali. Data sekunder adalah data

yang telah diolah yang diambil dari sumber terpercaya seperti : Badan Pusat

Statistik.

Konsep penelitian ini adalah deduktif normative, yakni konsep penelitian

yang berlandaskan pada filsafat positivism (Sugiyono, 2004), bertujuan untuk

menguji teori berdasarkan fenomena yang ditemukan dilapangan. Konsep

penelitian ini bermula dari permasalahan yang diteliti, selanjutnya dicarikan dasar

teori yang relevan dengan permasalahan (teoritical frame work) untuk

membuktikan kebenaran ilmiah atas permasalahan yang diteliti.

Berdasarkan batasan dan alasan-alasan tersebut selanjutnya dirumuskan

masalah penelitian sebagai berikut.

1) Bagaimanakah pengaruh human capital terhadap upah tenaga kerja di

Wilayah Jawa-Bali?

2) Bagaimanakah pengaruh stabilitas ekonomi, human capital, upah

tenaga kerja terhadap penanaman modal asing di Wilayah Jawa-Bali?

3) Bagaimanakah pengaruh kestabilan ekonomi yang dicerminkan oleh

inflasi, penanaman modal asing terhadap pertumbuhan ekonomi di

Wilayah Jawa-Bali?

4) Bagaimanakah pengaruh upah tenaga kerja, penanaman modal asing,

pertumbuhan ekonomi terhadap pengangguran di Wilayah Jawa-Bali?

5) Bagaimanakah pengaruh human capital terhadap penanaman modal

asing melalui upah tenaga kerja di Wilayah Jawa-Bali?

6) Bagaimanakah pengaruh kestabilan ekonomi yang dicerminkan oleh

inflasi, human capital, upah tenaga kerja terhadap pertumbuhan

ekonomi melalui penanaman modal asing di Wilayah Jawa-Bali?

7) Bagaimanakah pengaruh kestabilan ekonomi yang dicerminkan oleh

inflasi, human capital, upah tenaga kerja, penanaman modal asing

terhadap pengangguran melalui pertumbuhan ekonomi di Wilayah

Jawa-Bali?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan dilaksanakannya penelitian ini adalah sebagai berikut.

1) Mengkaji yang lebih dalam mengenai pengaruh human capital

terhadap upah tenaga kerja di Wilayah Jawa-Bali

2) Mengkaji yang lebih dalam mengenai pengaruh stabilitas ekonomi,

human capital, upah tenaga kerja terhadap penanaman modal asing di

Wilayah Jawa-Bali

3) Mengkaji yang lebih dalam mengenai pengaruh kestabilan ekonomi

yang dicerminkan oleh inflasi, penanaman modal asing terhadap

pertumbuhan ekonomi di Wilayah Jawa-Bali

4) Mengkaji yang lebih dalam mengenai pengaruh upah tenaga kerja,

penanaman modal asing, pertumbuhan ekonomi terhadap

pengangguran di Wilayah Jawa-Bali

5) Mengkaji yang lebih dalam mengenai pengaruh human capital

terhadap penanaman modal asing melalui upah tenaga kerja di

Wilayah Jawa-Bali

6) Mengkaji yang lebih dalam mengenai pengaruh kestabilan ekonomi

yang dicerminkan oleh inflasi, human capital, upah tenaga kerja

terhadap pertumbuhan ekonomi melalui penanaman modal asing di

Wilayah Jawa-Bali

7) Mengkaji yang lebih dalam mengenai pengaruh kestabilan ekonomi

yang dicerminkan oleh inflasi, human capital, upah tenaga kerja,

penanaman modal asing terhadap pengangguran melalui pertumbuhan

ekonomi di Wilayah Jawa-Bali

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini sebagai berikut.

1) Manfaat akademik, yakni temuan penelitian ini bermanfaat bagi

sumbangan pengembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni,

khususnya temuan-temuan baru yang belum ditentukan dalam

penelitian sebelumnya

2) Manfaat praktis, hasil-hasil penelitian ini sangat bermanfaat untuk

memberikan rekomendasi pengambilan kebijakan pembangunan bagi

instansi terkait, khususnya dalam peningkatan penanaman modal asing

di Wilayah Jawa-Bali