BAB 1 PENDAHULUAN (A EC) tahun 2015 akan segera dihadapi 1.pdf · 28 Januari 1992 di Singapura....
Transcript of BAB 1 PENDAHULUAN (A EC) tahun 2015 akan segera dihadapi 1.pdf · 28 Januari 1992 di Singapura....
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
ASEAN Economic Community (AEC) tahun 2015 akan segera dihadapi
oleh semua negara ASEAN termasuk Indonesia. AEC 2015 merupakan kelanjutan
dari kesepakatan ASEAN Free Trade Agreement (AFTA) yang disepakati tanggal
28 Januari 1992 di Singapura. Pada tahun 2015, kawasan ASEAN akan menjadi
pasar terbuka yang berbasis produksi, dimana masuknya barang, jasa, dan
investasi akan bergerak bebas, sesuai dengan kesepakatan ASEAN. Tingkat
keunggulan komparatif dan kompetitif yang berbeda antar anggota ASEAN akan
berpengaruh dalam menentukan AEC 2015 diantara negara-negara ASEAN.
Kesiapan daya saing investasi Indonesia perlu mendapatkan perhatian karena
Foreign Direct Investment (FDI) ke Indonesia dibanding total FDI ke ASEAN
relatif rendah dibandingkan dengan yang mengalir ke Singapura, Thailand dan
bahkan Vietnam. Peringkat Doing Business negara ASEAN 2012 menunjukkan
Indonesia masih berada dibawah rata-rata negara ASEAN seperti : Singapura,
Thailand, Malaysia, Brunei dan Vietnam (Menko Perekonomian RI, 2013).
Peringkat daya saing Indonesia semakin membaik setiap tahunnya.
Indonesia berada di peringkat 38 dunia dari 144 negara pada Global
Competitiveness Index (GCI) 2013-2014 dan peringkat ini lebih baik
dibandingkan dengan GCI 2012-2013 berada di peringkat 50 dunia. Dengan
membaiknya peringkat daya saing Indonesia maka Indonesia makin menjadi daya
tarik investasi.
Investasi berperan meningkatkan kegiatan ekonomi dan kesempatan kerja,
meningkatkan pendapatan nasional dan meningkatkan taraf kemakmuran
masyarakat di Indonesia khususnya di wilayah Jawa dan Bali. Adanya
peningkatan ekonomi akibat investasi maka kebutuhan tenaga kerja akan
meningkat dalam rangka menghasilkan output yang meningkat. Dengan
meningkatnya output akan berdampak terhadap peningkatan pendapatan nasional
sehingga pada akhirnya taraf kemakmuran masyarakat juga meningkat.
Pemerintah Indonesia mengundang investor asing berinvestasi di
Indonesia terutama berinvestasi di wilayah Jawa dan Bali karena secara garis
besar wilayah Jawa-Bali memiliki keunggulan dari sisi kondisi tenaga kerja,
keamanan usaha, kinerja ekonomi daerah, dan infrastruktur (Bappenas, 2012).
Kondisi wilayah Jawa-Bali secara keseluruhan memiliki potensi yang sangat
besar sebagai tempat yang menarik bagi investor asing dengan berbagai sumber
daya dan segala penunjang investasi banyak tersedia termasuk keterbukaan
masyarakat dalam menerima investasi asing di wilayah Jawa-Bali. Beberapa
tujuan pemerintah untuk pengembangan wilayah Jawa-Bali di antaranya :
mempertahankan kinerja pembangunan ekonomi wilayah Jawa-Bali sebagai
lokomotif pembangunan ekonomi nasional dan meningkatnya standar hidup
masyarakat Jawa-Bali (Bappenas RI, 2012).
Kontribusi ekonomi wilayah Jawa-Bali terhadap perekonomian nasional
pada tahun 2012 sebesar 58,9 persen (Bappenas, 2014). Sektor utama yang
menyumbang perekonomian wilayah Jawa-Bali adalah sektor industri pengolahan,
perdagangan, hotel dan restoran, dan pertanian (Bappenas, 2014). Pemerintah
Indonesia terus mengupayakan terciptanya iklim investasi yang kondusif dan
memperluas jaringan perdagangan internasional untuk wilayah Jawa-Bali. Adapun
komposisi masuknya penanaman modal asing dibandingkan dengan penanaman
modal dalam negeri ke Pulau Jawa dan Pulau Bali dalam kurun waktu tahun 2008
s/d 2012 dapat dilihat pada Tabel 1.1.
Tabel 1.1.Realisasi PMDN dan PMA di Pulau Jawa dan Pulau Bali, serta Indonesia
Tahun 2008 s/d 2012
Tahun Jawa - Bali IndonesiaPMDN PMA PMDN PMA
2008 Realisasi (Rp. Miliar) 12.259,7 124.326,9Komposisi Realisasi (persen) 9,8 91,2 60,2 91,8
2009 Realisasi (Rp. Miliar) 25.817,3 87.400Komposisi Realisasi (persen) 29,6 70,4 68,3 91,8
2010 Realisasi (Rp. Miliar) 37.259,6 107.171,6Komposisi Realisasi (persen) 34,8 65,2 91,8 72,6
2011 Realisasi (Rp. Miliar) 37.532,9 116.540Komposisi Realisasi (persen) 32,2 67,8 91,8 91,8
2012 Realisasi (Rp. Miliar) 55.800,9 128.691,3Komposisi Realisasi (persen) 43,4 56,4 91,8 91,8
Sumber : Kemenko Bid.Perekonomian RI, 2013
Keterangan:*) Kurs 1 USD = Rp. 9.100
PMA = Penanaman Modal AsingPMDN = Penanaman Modal Dalam Negeri
Tabel 1.1 menunjukkan bahwa penanaman modal asing yang masuk ke Pulau
Jawa dan Bali dari tahun 2008-2012 lebih dominan dibandingkan penanaman
modal dalam negeri. Penanaman modal dalam negeri mendapatkan komposisi
realisasi kurang dari 50 persen dibandingkan dengan penanaman modal asing.
Provinsi di wilayah Pulau Jawa-Bali lebih mendominasi penanaman modal asing
dibandingkan dengan wilayah lainnya di Indonesia. Dengan banyaknya
penanaman modal asing yang masuk di wilayah Pulau Jawa-Bali maka terjadi
ketimpangan pembangunan dengan wilayah lainnya di Indonesia seingga wilayah
Pulau Jawa-Bali lebih berkembang dibandingkan dengan wilayah lainnya.
Investor asing lebih tertarik berinvestasi di wilayah Pulau Jawa dan Bali karena
infrastruktur, human capital, keamanan dan kenyamanan dalam berinvestasi jauh
lebih baik dibandingkan wilayah daerah lain di Indonesia. Investor lebih senang
terhadap infrastruktur jalan, listrik dan air minum di wilayah Jawa dan Bali
memiliki kualitas yang lebih baik. Kemajuan pendidikan di wilayah Jawa-Bali
membuat kualitas sumber daya manusia lebih baik sehingga investor lebih senang
dalam berinvestasi di wilayah ini. Gangguan keamanan lebih kecil terjadi di
wilayah Jawa-Bali dan juga masyarakat lebih terbuka untuk menerima kehadiran
investor asing sehingga investor merasa nyaman dalam melakukan investasi.
Ketimpangan pembangunan antara wilayah Jawa-Bali dengan wilayah lainnya di
Indonesia dapat mendorong migrasi penduduk yang dapat berdampak buruk pada
aktivitas sosial masyarakat di wilayah Pulau Jawa-Bali.
Indonesia berusaha untuk mendorong laju penanaman modal asing dengan
mengurangi faktor penghambat investasi asing. Faktor penghambat investasi di
suatu negara dapat diakibatkan oleh kecilnya pasar domestik, kurangnya fasilitas
dasar seperti : transport, tenaga dan keperluan umum lainnya, sistem perbankan
dan kredit, dan buruh terampil; pembatasan pada pembayaran laba dan repatriasi
modal; ancaman pengambilalihan, nasionalisasi, atau pemilikan oleh negara, dan
reservasi jenis industri tertentu bagi perusahaan domestik; pengaturan perusahaan
asing secara ketat untuk tujuan nasional, pengendalian devisa yang ketat,
kekhawatiran diskriminasi pada pengadilan lokal, ketidakstabilan politik dan
ekonomi (Jhingan, 2010). Faktor-faktor penghambat melakukan bisnis untuk
negara Indonesia adalah birokrasi pemerintahan yang tidak efisien, infrastruktur
yang tidak memadai, ketidakstabilan kebijakan, korupsi, masih rendahnya akses
terhadap pembiayaan, peraturan ketenagakerjaan yang dinilai restriktif, regulasi
pajak yang masih buruk, inflasi, regulasi valuta asing, terbatasnya tenaga kerja
terdidik, rendahnya etika kerja dalam angkatan kerja nasional (Kuncoro, 2010).
Pada Gambar 1.1 hasil survey yang dilakukan oleh World Economic Forum Tahun
2013, menunjukkan bahwa masalah-masalah yang dihadapi investor asing dalam
menanamkan modalnya di Indonesia adalah pertama, 19,3 persen korupsi; kedua,
15 persen birokrasi pemerintah tidak efisien; ketiga, 9,1 persen infrastruktur;
keempat, 6,9 persen akses kepada keuangan, kelima 6,3 persen kebijakan tenaga
kerja; keenam, 5,7 persen kebijakan yang tidak stabil, ketujuh, 5,7 persen tenaga
kerja rendah etika kerja, dan selanjutnya dapat dilihat pada Gambar 1.1
Gambar 1.1 Masalah-masalah utama dalam melakukan Bisnis di Indonesia
The most problematic factors for doing business
Sumber : World Economic Forum, 2013.
Berdasarkan berbagai masalah yang diungkapkan oleh World Economic
Forum tahun 2013, namun penanaman modal asing tetap masuk ke Indonesia
khususnya ke wilayah Jawa-Bali. Data Statistik Perekonomian dari tahun 2008 s/d
2012 pada Kementerian Koordinator Perekonomian menunjukkan bahwa Provinsi
Banten memiliki realisasi penanaman modal asing yang lebih besar dibandingkan
dengan Provinsi Yogyakarta dan Provinsi Bali walaupun Provinsi Banten
memiliki indeks pembangunan manusia lebih rendah dari Provinsi Yogyakarta
dan Provinsi Bali. Berdasarkan Grafik 1.1, Grafik 1.2 dan data pendukung lainnya
maka peneliti tertarik untuk melihat pengaruh stabilitas ekonomi, human capital
dan upah terhadap penanaman modal asing; serta pengaruh penanaman modal
asing terhadap pertumbuhan ekonomi dan pengangguran di Wilayah Jawa-Bali.
Data statistik perekonomian Indonesia dari tahun 2008 s/d 2012 pada
Kementerian Koordinator Perekonomian menunjukkan bahwa Provinsi
Yogyakarta memiliki tingkat pertumbuhan ekonomi yang lebih rendah
dibandingkan dengan Provinsi Jawa Tengah, Jawa Timur dan Bali; sedangkan
Provinsi Yogyakarta memiliki indeks pendidikan lebih tinggi dibandingkan
dengan Provinsi Jawa Tengah, Jawa Timur dan Bali. Provinsi Yogyakarta pada
tahun 2008 s/d 2012 memiliki upah minimum regional lebih rendah dibandingkan
dengan Provinsi Jawa Barat, Banten, Jawa Tengah, Jawa Timur dan Bali;
sementara Provinsi Yogyakarta memiliki indeks pembangunan manusia lebih
tinggi dibandingkan dengan Provinsi Jawa Barat, Banten, Jawa Tengah, Jawa
Timur dan Bali. Berdasarkan situasi tersebut, peneliti tertarik untuk melihat
pengaruh stabilitas ekonomi, human capital dan upah tenaga kerja terhadap
penanaman modal asing di Wilayah Jawa-Bali.
Meningkatnya jumlah investasi di wilayah Jawa-Bali sebagaimana yang
terlihat pada Tabel 1.1 diikuti oleh pertumbuhan ekonomi daerah yang baik dan
cenderung stabil. Pertumbuhan ekonomi wilayah Jawa-Bali tahun 2008-2012
dapat dilihat pada Grafik 1.1. Grafik 1.1 terlihat bahwa pertumbuhan ekonomi
wilayah Jawa-Bali menunjukkan pertumbuhan ekonomi yang cenderung stabil
pada kurun waktu tahun 2008-2012. Jika dibandingkan dengan realisasi
penanaman modal asing pada Tabel 1.1 yang semakin bertambah ke wilayah Jawa
dan Bali, maka seharusnya pertumbuhan ekonomi di wilayah ini juga meningkat
karena bertambahnya realisasi penanaman modal asing dapat meningkatkan
kegiatan ekonomi. Pada kenyataannya, pertumbuhan ekonomi terlihat berfluktuasi
disaat realisasi penanaman modal asing semakin meningkat. Ada beberapa
Provinsi yang pertumbuhan ekonomi berada di atas rata-rata pertumbuhan
ekonomi nasional dan ada beberapa Provinsi berada di bawah pertumbuhan
ekonomi nasional.
Grafik 1.1Pertumbuhan Ekonomi Wilayah Jawa-Bali
Tahun 2008-2012
Sumber : Badan Pusat Statistik Indonesia, 2013
Stabilitas ekonomi yang baik di wilayah Jawa – Bali dalam kurun waktu
2008-2012, ditunjukkan oleh inflasi yang stabil di wilayah Jawa – Bali. Kondisi
inflasi yang cenderung stabil merupakan hal yang sangat diminati oleh investor
karena ada peluang meraih keuntungan akibat daya beli masyarakat yang tinggi.
Adapun inflasi yang terjadi di wilayah Jawa-Bali dapat dilihat pada Grafik 1.2
berikut ini.
Grafik 1.2Inflasi Wilayah Jawa-Bali
Tahun 2008-2012
2008 2009 2010 2011 2012
DKI Jakarta 6.23 5.02 6.5 6.71 6.5
Banten 5.77 4.71 6.08 6.43 6.15
Jawa Barat 6.21 4.19 6.2 6.48 6.21
Jawa Tengah 5.61 5.14 5.84 6.01 6.3
Yogyakarta 5.03 4.43 4.88 5.16 5.32
Jawa Timur 5.94 5.01 6.68 7.22 7.27
Bali 5.97 5.33 5.83 6.49 6.65
Nasional 6.01 4.58 6.2 6.46 6.23
012345678
Per
sent
ase
(%)
Sumber : Bank Indonesia, 2008-2013
Grafik 1.2 menunjukkan bahwa pemerintah berhasil mengendalikan inflasi
yang cukup tinggi di tahun 2008 menjadi lebih stabil di tahun 2009 hingga 2012.
Stabilitas inflasi daerah memiliki arti penting bagi stabilitas ekonomi di wilayah
Jawa – Bali. Stabilitas ekonomi daerah dapat menciptakan iklim investasi yang
menarik bagi investor dalam negeri maupun luar negeri untuk berinvestasi.
Adanya stabilitas ekonomi daerah memberikan harapan bagi investor untuk dapat
meraih peluang mendapatkan laba yang optimal bagi bisnis yang dijalankan.Laba
optimal yang di dapatkan oleh investor memungkinkan investor memperbesar
bisnis sehingga membuka peluang lapangan pekerjaan sehingga banyak orang
lokal maupun pendatang berpeluang terserap pada lapangan pekerjaan baru.
Terbukanya lapangan pekerjaan baru mengakibatkan perpindahan
penduduk antar provinsi dari luar wilayah Jawa dan Bali ke dalam wilayah Jawa
dan Bali akan sangat tinggi. Pada tahun 2005-2010, migrasi penduduk dari luar
2008 2009 2010 2011 2012
Jakarta 11.1 2.3 6.2 4.0 4.5
Banten 11.5 2.9 6.1 3.5 4.4
Jabar 10.2 2.1 4.5 2.8 4.0
Jateng 9.6 3.3 6.9 2.7 4.2
Yogya 9.9 2.9 7.4 3.9 4.3
Jatim 9.5 3.4 7.1 4.3 4.5
Bali 9.3 4.4 8.1 3.8 4.7
0.02.04.06.08.0
10.012.014.0
Per
sen
(%)
wilayah Jawa-Bali yang masuk ke wilayah Jawa-Bali di atas 5 orang per 1000
penduduk untuk laki-laki dan wanita pada penduduk usia kerja di atas 15 tahun
(BPS, 2013). Tingkat urbanisasi di wilayah Jawa-Bali yang diproyeksikan tahun
2010-2015 dengan nilai rata-rata Urban Rural Growth Difference (UGRD)
sebesar 20,8 persen berkategori sedang. Nilai UGRD tertinggi ada pada Provinsi
Banten sebesar 35,12 persen dan disusul oleh Provinsi Jawa Barat sebesar 34,61
persen, sedangkan UGRD terendah pada Provinsi DKI Jakarta sebesar 7,44
persen. Tingkat UGRD yang besar memberikan tanda bahwa penduduk pendatang
diluar wilayah Jawa-Bali melakukan perpindahan tempat tinggal untuk bekerja di
wilayah Jawa-Bali demi merubah hidup menjadi lebih baik.
Peningkatan jumlah investasi asing di Pulau Jawa dan Bali seharusnya
dapat menyerap tenaga kerja yang lebih banyak sehingga mengurangi banyak
pengangguran. Tingkat pengangguran di Pulau Jawa dan Bali dapat dilihat dari
tingkat pengangguran terbuka pada Provinsi DKI Jakarta, Banten, Jawa Barat,
Jawa Tengah, Yogyakarta, Jawa Timur, dan Bali pada kurun waktu tahun 2008-
2012 dapat dilihat pada Grafik 1.3. Grafik 1.3 menunjukkan terjadinya perubahan
tingkat pengangguran terbuka yang terlihat menurun setiap tahunnya dari 2008
s/d 2012 di wilayah Jawa dan Bali. Ada beberapa Provinsi yang memiliki tingkat
pertumbuhan ekonomi lebih tinggi dari nasional namun tingkat pengangguran
terbuka juga lebih tinggi dari nasional. Sementara, ada Provinsi yang memiliki
tingkat pertumbuhan ekonomi lebih rendah dari nasional namun tingkat
pengangguran lebih rendah dari nasional. Penanaman modal asing seharusnya
dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan menurunkan pengangguran di
wilayah Jawa-Bali.
Grafik 1.3Tingkat Pengangguran Terbuka Wilayah Jawa dan Bali
Tahun 2008-2012
Sumber : BPS, 2013
Abdullah (www.kompas.com, 3 Juli 2012) seorang peneliti menilai
masalah ketenagakerjaan menyebutkan upah pekerja di Indonesia dapat
menghambat laju investasi asing langsung (FDI/Foreign Direct Investment), upah
pekerja menjadi faktor dominan dalam FDI. Ketidakpastian upah buruh
merupakan salah satu faktor penghambat dalam mendatangkan investasi asing ke
Indonesia, padahal upah Indonesia masih sangat murah dibandingkan negara lain
seperti Vietnam dan Thailand (Bisnis, 9 Oktober 2012). Ketidakpastian kenaikkan
upah akan mempersulit investor dalam melakukan pengendalian biaya untuk
mencapai efisiensi dalam bisnis. Untuk wilayah Jawa-Bali, kenaikkan upah setiap
tahun tidak sama sebagaimana terlihat pada lampiran 7. Kenaikkan rutin Upah
2008 2009 2010 2011 2012
Jakarta 12.16 12.15 11.05 10.80 9.87
Banten 8.39 7.87 7.14 6.56 6.14
Jabar 12.08 10.96 10.33 9.83 9.08
Jateng 7.35 7.33 6.21 5.93 5.63
Yogyakarta 5.38 6.00 5.69 3.97 3.97
Jatim 6.42 5.08 4.25 4.16 4.12
Bali 3.31 3.13 3.06 2.32 2.04
Nasional 8.39 7.87 7.14 6.56 6.14
0.00
2.00
4.00
6.00
8.00
10.00
12.00
14.00
Tin
gkat
Pen
gang
gura
nT
erbu
ka (
%)
Minimum Regional (UMR) merupakan persoalan yang dianggap sangat
merugikan investor (Khasanah, 2009). Biaya tenaga kerja yang tinggi akan
menghasilkan biaya produksi yang lebih tinggi sehingga dapat membatasi arus
masuk penanaman modal asing (Vijayakumar, et.al., 2010).
Upah tenaga kerja sebagai biaya tenaga kerja menjadi penentu masuknya
penanaman modal asing (Demirhan & Masca, 2008). Investor memilih lokasi
dengan tingkat upah rendah dibandingkan dengan biaya tenaga kerja yang tinggi
(Odulukwe, 2011). Para investor melihat peluang dari undang-undang
ketenagakerjaan yaitu pemakaian tenaga kerja tidak tetap sebagai solusi untuk
menekan biaya tenaga kerja. Para peneliti menemukan upah berpengaruh negatif
dan signifikan terhadap investasi asing langsung di antaranya ditemukan oleh
Nasrin,et.al. (2010) di Bangladesh, Vijayakumar, et.al. (2010) di 5 negara BRIC,
Odulukwe (2011) di 5 negara Asia Tenggara, Quyom & Imran (2012) di 32
negara berkembang. Investor asing akan selalu mencari negara yang menawarkan
upah pekerja yang murah untuk menekan biaya produksi berdasarkan The
Location Hypothesis sehingga pemerintah wajib memberikan kepastian tentang
besarnya upah pekerja di Indonesia.
Fondasi perekonomian Indonesia yang kuat dan stabil pada periode 2003-
2008 masih belum mampu menarik investor asing seperti Vietnam, Thailand, dan
Malaysia (Hamzirwan, 12 Mei 2010). Penanaman modal asing sangat menimbang
inflasi sehingga stabilnya inflasi sangat penting untuk menarik investasi (Sugandi,
7 Mei 2012). Inflasi yang tinggi akan membawa penurunan terhadap modal asing
yang masuk karena daya beli masyarakat akibat inflasi sehingga sulit investor
mendapatkan laba yang optimal. Hasil penelitian yang menemukan bahwa
stabilitas ekonomi berpengaruh positif dan siginifikan terhadap penanaman modal
asing ditemukan oleh Udo & Ubiora (2006) di Afrika Barat, Mustapha, et.al.
(2008) di MENA Countries, Melek (2013) di OECD.
Dilihat dari indek pembangunan manusia, Indonesia berada di peringkat
121 dunia pada tahun 2012 (UNDP, 2013). Untuk indek pembangunan manusia di
tingkat negara ASEAN, Indonesia dibawah Filipina, Thailand, Malaysia, Brunei
Darussalam, dan Singapura (UNDP, 2013). Dalam peningkatan kualitas sumber
daya manusia, ada empat hal yang harus diperhatikan adalah pertama, pemerataan
dalam memperoleh kesempatan, aksesibilitas, keadilan dan kewajaran; kedua,
relevansi yaitu pendidikan yang relevan dengan berbagai kebutuhan; ketiga,
kualitas atau mutu yaitu bermutu dari segi proses; keempat, efisiensi : bukan
hanya biaya melainkan keefektifan atau kualitas hasil (Huntoyungo, 2013).
Pemerintah berusaha meningkatkan human capital masyarakat melalui
berbagai program pendidikan yang dimiliki oleh Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan, serta program jaminan kesehatan masyarakat dari Kementerian
Kesehatan. Pemerintah mendorong masyarakat untuk tuntas wajib belajar 9 tahun,
mengarahkan masyarakat untuk masuk pendidikan yang lebih berorientasi pada
peningkatan ketrampilan, serta meningkatkan proporsional 20 persen anggaran
pendidikan di APBN untuk meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia. Para
peneliti menemukan human capital berdampak positif dan signifikan terhadap
penanaman modal asing di antaranya oleh Agiomirgianakis,et.al. (2006) di 20
negara OECD, Rivero (2007) di 17 negara Amerika Latin, Armstrong (2009) di
China, (Talpos & Enache,2010) di 10 negara Uni Eropa baru, Tiwari (2011) di 4
negara Asian, Debab & Mansoor (2011) di Bahrain.
Pemerintah Indonesia selalu mengadakan pembaharuan upah minimum
regional (UMR) secara bersama-sama setiap tahunnya pada semua Provinsi di
Indonesia yang terlihat pada lampiran 7. Penentuan UMR dilakukan oleh
pemerintah, perwakilan pengusaha dan perwakilan serikat pekerja. Para
pengusaha memberikan upah kepada pekerja dengan berpedoman UMR terbaru
dan berani memberikan upah yang tinggi apabila pekerja memiliki pengetahuan
dan ketrampilan yang baik. Para peneliti menemukan bahwa human capital
berdampak positif dan signifikan terhadap upah di antaranya Enrique & Elisabet
(2009) di Spanyol, Munch & Rose (2008) di Denmark, Rusty (2010) di Amerika,
Anthony (2003) di Kenya.
Penanaman modal asing seharusnya menjadi faktor penting dalam
meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan mengurangi pengangguran di Pulau
Jawa dan Bali. Beberapa peneliti menemukan bahwa penanaman modal asing
berpengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi di antaranya:
Amal,et.al (2010) di Amerika Latin, Bruno (2011) di 70 negara, Agrawal & Khan
(2011) di China & India, Debab & Mansoor (2011) di Bahrain, Chien et.al. (2012)
di Vietnam. Peneliti lain menemukan penanaman modal asing berdampak negatif
dan signifikan terhadap pengangguran di antaranya Balcerzak & Żurek (2011) di
Polandia, Palát (2011) di Jepang, Shaari,et.al.(2012) di Malaysia, Habib & Sarwar
(2013) di Pakistan. Banyak pakar ekonomi yang menyarankan kepada negara
untuk membuat kebijakan yang membangun investasi dari luar negeri agar
mendukung pertumbuhan ekonomi (Mankiw, 2009).
Kestabilan ekonomi yang dicerminkan oleh tingkat inflasi yang cenderung
stabil, dan pertumbuhan ekonomi juga menunjukkan kecenderungan stabil pada
kurun waktu yang sama. Para Peneliti menemukan bahwa inflasi berpengaruh
negatif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi, di antaranya : Kasidi &
Mwakanemela (2013) di Tanzania, Barro (2013) di 100 negara, Ayyoub, et.al.
(2011) di Pakistan.
Pertumbuhan ekonomi di Jawa dan Bali cukup tinggi, yaitu di atas 5
persen, namun tingkat pengangguran terbuka masih menunjukkan penurunan yang
lamban pada kurun waktu tahun 2008-2012. Beberapa peneliti menemukan bahwa
pertumbuhan ekonomi berdampak negatif dan signifikan terhadap pengangguran,
di antaranya: Maqbool, et.al.(2013) di Pakistan, Ozel,et.al. (2013) di 7 negara
industri pada G7.
Upah minimum tenaga kerja yang kecenderungan naik, namun diikuti oleh
tingkat pengangguran yang kecenderungan menurun dalam kurun waktu yang
sama. Peneliti menemukan bahwa upah berpengaruh positif dan signifikan
terhadap pengangguran, di antaranya: Akpansung (2014) di Nigeria, Fialová &
Martina (2009) di Czech.
1.2 Rumusan Masalah
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan faktor-faktor penentu
penanaman modal asing yaitu upah tenaga kerja, stabilitas ekonomi, dan human
capital, sejauh mana variabel penanaman modal asing mempengaruhi
pertumbuhan ekonomi dan pengangguran; serta sejauh mana variabel human
capital mempengaruhi upah. Alasan pemilihan variabel-variabel tersebut adalah
ada perbedaan signifikasi antara penelitian empiris dengan teori penanaman
modal asing pada setiap variabelnya.
Adanya perbedaan teori The Location Hypothesis dengan hasil penelitian
empiris yang menemukan upah tenaga kerja berpengaruh positif dan signifikan
terhadap penanaman modal asing yang ditemukan di antaranya oleh Janicki &
Wunnava (2004) di 14 negara, Wan (2008) di Meksiko, Sapienza (2009) di 10
negara, Dauti (2009) di Macedonia, Mutascu & Fleischer (2010) di Romania, Liu
& Qiu (2010) di 114 negara, Severiano (2011) di Portugal, Seetanah & Rojid
(2011) di Mauritius. Variabel ini akan diujikan di wilayah Jawa-Bali untuk dapat
memastikan bahwa variabel ini sama atau tidak dengan variabel yang diterapkan
di negara lain.
Ada perbedaan teori Country Risk dengan hasil penelitian empiris yang
menemukan bahwa stabilitas ekonomi tidak berpengaruh secara signifikan
terhadap masuknya penanaman modal asing ditemukan oleh Vijayakumar (2010)
di BRICS Countries, stabilitas ekonomi berpengaruh negatif dan signifikan
terhadap penanaman modal asing ditemukan oleh Debab & Mansoor (2011) di
Bahrain. Variabel ini akan diujikan di wilayah Jawa-Bali untuk dapat memastikan
bahwa variabel ini sama atau tidak dengan variabel yang diterapkan di negara
lain.
Ada perbedaan teori The Differential Rates of Return Hypothesis dengan
hasil penelitian empiris yang menemukan bahwa human capital tidak berpengaruh
secara signifikan terhadap masuk penanaman modal asing ditemukan oleh
Checchi et al.(2007) di 147 negara. Variabel ini akan diujikan di wilayah Jawa-
Bali untuk dapat memastikan bahwa variabel ini sama atau tidak dengan variabel
yang diterapkan di negara lain.
Adanya perbedaan antara teori pertumbuhan Harrod Domar, teori
pertumbuhan Solow, teori pertumbuhan terikat Romer, teori akselerasi dengan
hasil penelitian empiris yang menemukan bahwa penanaman modal asing
berpengaruh negatif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi ditemukan
oleh Tiwari (2011) di 4 negara; penanaman modal tidak berpengaruh signifikan
terhadap pembangunan ekonomi di 3 wilayah : Amerika Latin & Carribean,
America & Middle East, Asia oleh Nunnenkamp & Spatz (2003). Variabel ini
akan diujikan di wilayah Jawa-Bali untuk dapat memastikan bahwa variabel ini
sama atau tidak dengan variabel yang diterapkan di negara lain.
Ada perbedaan antara teori kurva Philip dengan hasil penelitian empiris
yang menemukan bahwa inflasi tidak berpengaruh secara signifikan terhadap
pertumbuhan ekonomi, di antaranya: Chimobi (2010) di Nigeria.
Adanya perbedaan antara teori akumulasi modal Jhingan, Doktrin
Pertumbuhan Berimbang dengan hasil penelitian empiris yang menemukan bahwa
penanaman modal asing tidak berpengaruh terhadap pengurangan pengangguran
di Nigeria oleh Salami & Oyewale (2013), di Srilanka oleh Velnampy,
et.al.(2013). Variabel ini akan diujikan di wilayah Jawa-Bali untuk dapat
memastikan bahwa variabel ini sama atau tidak dengan variabel yang diterapkan
di negara lain. Adanya perbedaan teori Hukum Okun dengan hasil empiris yang
menemukan bahwa pertumbuhan ekonomi tidak berpengaruh terhadap
pengangguran di Jordan oleh Fuad (2011), di Nigeria oleh Oloni (2013).
Ada perbedaan antara teori kurva Philip dengan hasil penelitian empiris
yang menemukan bahwa upah tidak berpengaruh secara signifikan terhadap
pengangguran, di antaranya: Zavodny (2000) di Amerika Serikat.
Berdasarkan hasil-hasil penelitian yang berbeda tersebut, maka ketiga
variabel penentu masuknya penanaman modal asing, yakni upah tenaga kerja,
stabilitas ekonomi, dan human capital; pengaruh human capital terhadap upah
tenaga kerja; dampak penanaman modal asing terhadap pertumbuhan ekonomi
dan pengangguran, serta dampak pertumbuhan ekonomi terhadap pengangguran
diteliti kembali untuk mengetahui determinan penanaman modal asing, dampak
human capital terhadap upah tenaga kerja; dampaknya terhadap pertumbuhan
ekonomi dan pengangguran; serta dampak pertumbuhan ekonomi dan
pengangguran di Wilayah Jawa-Bali.
Batasan – batasan dalam penelitian ini meliputi : (1). Fokus penelitian ini
adalah daya tarik penanaman modal asing di Wilayah Jawa-Bali dan dampaknya
terhadap pertumbuhan ekonomi dan pengangguran dengan memakai hanya 6
variabel penelitian dimana 4 variabel penelitian terdapat gap research. Penelitian
ini untuk menguji kebenaran dari teori The Location Hypothesis, teori Contry
Risk, teori The Diffrential Rates of Return Hypothesis; teori lingkaran setan
kemiskinan dari Nurkse, teori pertumbuhan Harrod Domar, teori pertumbuhan
Solow, teori pertumbuhan terikat Romer, Doktrin Pertumbuhan Berimbang, teori
akselerasi, teori pembangunan ekonomi daerah, teori Akumulasi Modal dari
Jhingan, teori Hukum Okun, teori Kurva Philip. (2). Pemilihan subyek penelitian
penanaman modal asing karena wilayah Jawa-Bali merupakan daerah yang
banyak mendapatkan masuknya penanaman modal asing, (3). Yang dimaksud
dengan penanaman modal asing dalam penelitian ini adalah modal yang bukan
dimiliki oleh warga negara Indonesia yang digunakan untuk membangun suatu
usaha (4). Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data
sekunder. Data primer adalah data yang diambil dari sumbernya langsung yakni
investor asing yang ada khusus di wilayah Jawa-Bali. Data sekunder adalah data
yang telah diolah yang diambil dari sumber terpercaya seperti : Badan Pusat
Statistik.
Konsep penelitian ini adalah deduktif normative, yakni konsep penelitian
yang berlandaskan pada filsafat positivism (Sugiyono, 2004), bertujuan untuk
menguji teori berdasarkan fenomena yang ditemukan dilapangan. Konsep
penelitian ini bermula dari permasalahan yang diteliti, selanjutnya dicarikan dasar
teori yang relevan dengan permasalahan (teoritical frame work) untuk
membuktikan kebenaran ilmiah atas permasalahan yang diteliti.
Berdasarkan batasan dan alasan-alasan tersebut selanjutnya dirumuskan
masalah penelitian sebagai berikut.
1) Bagaimanakah pengaruh human capital terhadap upah tenaga kerja di
Wilayah Jawa-Bali?
2) Bagaimanakah pengaruh stabilitas ekonomi, human capital, upah
tenaga kerja terhadap penanaman modal asing di Wilayah Jawa-Bali?
3) Bagaimanakah pengaruh kestabilan ekonomi yang dicerminkan oleh
inflasi, penanaman modal asing terhadap pertumbuhan ekonomi di
Wilayah Jawa-Bali?
4) Bagaimanakah pengaruh upah tenaga kerja, penanaman modal asing,
pertumbuhan ekonomi terhadap pengangguran di Wilayah Jawa-Bali?
5) Bagaimanakah pengaruh human capital terhadap penanaman modal
asing melalui upah tenaga kerja di Wilayah Jawa-Bali?
6) Bagaimanakah pengaruh kestabilan ekonomi yang dicerminkan oleh
inflasi, human capital, upah tenaga kerja terhadap pertumbuhan
ekonomi melalui penanaman modal asing di Wilayah Jawa-Bali?
7) Bagaimanakah pengaruh kestabilan ekonomi yang dicerminkan oleh
inflasi, human capital, upah tenaga kerja, penanaman modal asing
terhadap pengangguran melalui pertumbuhan ekonomi di Wilayah
Jawa-Bali?
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan dilaksanakannya penelitian ini adalah sebagai berikut.
1) Mengkaji yang lebih dalam mengenai pengaruh human capital
terhadap upah tenaga kerja di Wilayah Jawa-Bali
2) Mengkaji yang lebih dalam mengenai pengaruh stabilitas ekonomi,
human capital, upah tenaga kerja terhadap penanaman modal asing di
Wilayah Jawa-Bali
3) Mengkaji yang lebih dalam mengenai pengaruh kestabilan ekonomi
yang dicerminkan oleh inflasi, penanaman modal asing terhadap
pertumbuhan ekonomi di Wilayah Jawa-Bali
4) Mengkaji yang lebih dalam mengenai pengaruh upah tenaga kerja,
penanaman modal asing, pertumbuhan ekonomi terhadap
pengangguran di Wilayah Jawa-Bali
5) Mengkaji yang lebih dalam mengenai pengaruh human capital
terhadap penanaman modal asing melalui upah tenaga kerja di
Wilayah Jawa-Bali
6) Mengkaji yang lebih dalam mengenai pengaruh kestabilan ekonomi
yang dicerminkan oleh inflasi, human capital, upah tenaga kerja
terhadap pertumbuhan ekonomi melalui penanaman modal asing di
Wilayah Jawa-Bali
7) Mengkaji yang lebih dalam mengenai pengaruh kestabilan ekonomi
yang dicerminkan oleh inflasi, human capital, upah tenaga kerja,
penanaman modal asing terhadap pengangguran melalui pertumbuhan
ekonomi di Wilayah Jawa-Bali
1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini sebagai berikut.
1) Manfaat akademik, yakni temuan penelitian ini bermanfaat bagi
sumbangan pengembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni,
khususnya temuan-temuan baru yang belum ditentukan dalam
penelitian sebelumnya
2) Manfaat praktis, hasil-hasil penelitian ini sangat bermanfaat untuk
memberikan rekomendasi pengambilan kebijakan pembangunan bagi
instansi terkait, khususnya dalam peningkatan penanaman modal asing
di Wilayah Jawa-Bali