B4R1G
-
Upload
riza-pahlevi -
Category
Documents
-
view
247 -
download
4
description
Transcript of B4R1G
RESUME BLOK 4
SKENARIO 1
EKSPRESI WAJAH
Tutorial G
Devy Ayu Wulandari 092010101053
Rosita Sopwi Nur Lailly 122010101066
Shinta Riski Julia 122010101069
Nadia Anggry Liani 122010101074
Anggita 122010101076
Made Masagung K. 122010101078
Risky Karimah 122010101083
Abdurrozzaq 122010101086
Elisa Ratnasari 122010101087
Maulidah Ayuningtyas 122010101089
Ahmad Hashemi 122010101090
Muhtar Ady Kusuma 122010101091
Chandra Puspita KSP. 122010101093
Silvi Ahmada Chasya 122010101095
Nindhya Kharisma P. 122010101097
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS JEMBER
2012
Skenario 1
Ekspresi Wajah
Ableh seorang pelawak yang sedang naik daun terkenal karena keahliannya melucu
selain dengan kata-kata juga dengan berekspresi wajah, menirukan wajah seperti orang tua,
anak kecil dan beberapa binatang, ekspresi sedih serta gembira. Malam itu Saleh seorang
mahasiswa FK Unej melihat pertunjukannya di televisi, sambil terpingkal-pingkal karena
kelucuan Ableh, juga terlintas dipikirannya apa saja proses yang terjadi sehingga wajah
pelawak itu bisa berubah-ubah sedemikian lucunya. Bagaimana sebenarnya proses fisiologis
dan biokimianya, serta anatomi dan histologi sel dan otot wajah?
Klarifikasi Istilah
1. Fisiologis: ilmu yang mempelajari fungsi, mekanisme, dan cara kerja dari organ, jaringan,
dan sel-sel organisme. Bisa juga mengacu pada proses atau orang yang ahli di bidang
fisiologi.
Rumusan Masalah
1. Otot
1.1 Anatomi
1.2 Histologi
1.3 Fisiologi
a. Kontraksi
b. Relaksaksi
1.4 Biokimia
2. Tulang
2.1 Anatomi
a. Cranium
b. Colli
2.2 Histologi
a. Jaringan Tulang
b. Bahan Antar Sel
2.3 Fisiologi
a. Osifikasi
b. Fungsi
3. Saraf
3.1 Anatomi
a. Sistem Saraf Pusat
b. Sistem Saraf Tepi
3.2 Histologi
a. Neuron
b. Neuroglia
3.3 Fisiologi
a. Fungsi
b. Potensial Aksi
4. Vaskularisasi
4.1 Arteri
4.2 Vena
4.3 Limfa
Analisis Masalah
1. Otot
1.1 Anatomi
Anatomi Otot Wajah
1. M. Occipitofrontalis
(Bersama, M. Occipitofrontalis dan M. temporoparietalis disebut sebagai M. epicranius)
Persarafan : Nervus facialis (VII)
Origo :
Venter frontalis : kulit alis mata dan glabella, membentuk sebuah lapisan otot bersama
Mm. Procerus, corrugator supercilii, depressor supercilii et orbicularis oculi
Venter occipitalis : Linea nuchalis suprema
Insertio : Galea aponeurotica
Fungsi : Menggerakkan kulit kepala, menciptakan kerut miring di dahi
2. M. Temporoparietalis
Persarafan : Nervus facialis (VII)
Origo : Kulit temporal, fascia temporalis
Insertio : Galea aponeurotica
Fungsi : Menggerakkan kulit kepala.
3. M. Auricularis anterior
Persarafan : Nervus facialis (VII)
Origo : Fascia te4mporalis
Insertio : Spina helicis
Fungsi : Menggerakkan daun telinga ke depan dan ke atas
4. M. Auricularis Superior
Persarafan : Nervus facialis (VII)
Origo : Galea aponeurotica
Insertio : Bagian dorsocranial pangkal auricula
Fungsi : Menggerakkan daun telinga ke belakang dan ke atas
5. M. Auricularis Posterior
Persarafan : Nervus facialis (VII)
Origo : Processus mastoideus, tendo M. sternokleimastoideus
Insertio : Bagian dorsocranial pangkal auricula
Fungsi : Menggerakkan daun telinga ke belakang
6. M. Orbicularis Oculi
Persarafan : Nervus facialis (VII)
Origo : Pars orbitalis pars nasalis ossis frontalis, Proc. frontalis maxillae, Lig. Palpebrae
mediale
Pars Palpebralis : Lig. Palpebrale mediale, saccus lacrimalis
Pars Lacrimalis : Crista lacrimalis posterior of the Os lacrimale, saccus lacrimalis.
Insertio : Pars orbitalis : Lig. Palpebrale laterale, transisi menjadi suatu otot melingkar
membentuk cincin di lateral.
Pars palpebralis : Lig. palpebrale laterale
Pars lacrimalis : Canaliculi lacrimalis, tepi-tepi kelopak mata.
Fungsi : Menutup kelopak mata, menekan saccus lacrimalis, menggerakkan alis mata.
7. M. Depressor Supercilii
Persarafan : Nervus facialis (VII)
Origo : Pars nasalis ossis frontalis, punggung hidung.
Insertio : Sepertiga medial kulit alis mata
Fungsi : Menarik turun kulit dahi dan alis, menciptakan kerutan miring tepat di atas pangkal
hidung.
8. M. Corrugator Supercilii
Persarafan : Nervus facialis (VII)
Origo : Pars nasalis ossis frontalis
Insertio : Sepertiga medial (lateral) kulit alis mata, galea aponeurotica
Fungsi : Menggerakan kulit dahi dan alis mata ke arah pangkal hidung, menciptakan kerut
vertical tepat di atas pangkal hidung.
9. M. Procerus
Persarafan : Nervus facialis (VII)
Origo : Os nasale, Cartilago nasi lateralis
Insertio : Kulit Glabella
Fungsi : Menarik turun kulit dahi dan alis mata
10. M. nasalis
Persarafan : Nervus facialis (VII)
Origo : Pars alaris : Jugum alveolare dentis incisivi lateralis
Pars transversa : Jugum alveolare dentis canini
Insertio : Pars alaris : ala nasi, pinggir cuping hidung
Pars transversa : Cartilago nasi lateralis, membran tendo dorsum nasi
Fungsi : Menggerakkan cupping hidung dan hidungnya sendiri
Pars alaris : membuka lebar lebar cuping hidung
Pars transversa : Mengecilkan lubang hidung
11. M. Depressor septi nasi
Persarafan : Nervus facialis (VII)
Origo : jugum alveolare dentis incisivi medialis
Insertio : cartilago alaris major, cartilago septi nasi
Fungsi : Menggerakkan cupping hidung dan hidungnya sendiri
12. M. Orbicularis Oris
Persarafan : Nervus facialis (VII)
Origo : Pars marginalis dan Pars labialis : sebelah lateral angulus oris
Insertio : Kulit bibir
Fungsi : Menutup bibir, sehingga juta menggerakkan cuping hidung, pipi dan juga kulit dagu
13. M. Buccinator
Persarafan : Nervus facialis (VII)
Origo : Bagian posterior Proc. alveolaris maxillae, Raphe pterygomandibularis, bagian
posterior Proc. alveolaris mandibulae
Insertio : Angulus oris, bibir atas dan bawah
Fungsi : Menegangkan bibir, meningkatkan tekanan intraoral )ketika meniup dan mengunyah)
14. M. Levatoor labii superioris
Persarafan : Nervus facialis (VII)
Origo : Margo infraorbitalis dan bagian Zygomaticus maxilla di dekatnya; berasal dari massa
otot M. Orbicularis oculi
Insertio : Bibir atas
Fungsi : Menarik bibir atas ke lateral dan atas
15. M. Depressor Labii inferioris
Persarafan : Nervus facialis (VII)
Origo : Basis mandibulae sebelah mendial foramen mentale
Insertio : Bibir bawah, dagu, serabut dalam ke mukosa
Fungsi : Menarik bibir bawah ke lateral dan bawah
16. M. Mentalis
Persarafan : Nervus facialis (VII)
Origo : Jugum Alveolare dentis incisivi lateralis bawah
Insertio : kulit dagu
Fungsi : Membentuk lekuk didagu, eversi bibir bawah (bersama dengan musculus orbicularis
oris.
17. M. Transversus Menti
Persarafan : Nervus facialis (VII)
Origo : Cabang oblik dari M. mentalis
Insertio : kulit dagu
Fungsi : Menggerakkan kulit dagu
18. M. Depressor anguli oris
Persarafan : Nervus facialis (VII)
Origo : Basis mandibulae, tepat di bawah foramen mentale
Insertio : Bibir bawah, pipi disebelah lateral sudut mulut, bibir atas
Fungsi : Menarik sudut mulut ke bawah
19. M. Risorius
Persarafan : Nervus facialis (VII)
Origo : Fascia parotidea, Fascia messeterica
Insertio : Bibir atas, sudut mulut
Fungsi : Menarik sudut mulut ke lateral dan atas, membentuk lesung dipipi.
20. M. Levator Anguli Oris
Persarafan : Nervus facialis (VII)
Origo : Fossa canina maxillae
insertio : sudut mulut
Fungsi : Menarik sudut mulut ke arah medial dan atas
21. M. Zygomaticus Major
Persarafan : Nervus facialis (VII)
Origo : Os Zygomaticum di dekat sutura zygomaticotemporalis
insertio : bibir atas, sudut mulut
Fungsi : Menarik sudut mulut ke arah lateral dan atas
22. M. Zygomaticus Minor
Persarafan : Nervus facialis (VII)
Origo : Os Zygomaticum di dekat sutura zygomaticomaxillaris
insertio : bibir atas, sudut mulut
Fungsi : Menggerakkan bibir, cuping hidung, pipi dan kulit dagu, memperdalam sulcus
nasolabialis.
23. M. Levator labii superioris alaeque nasi
Persarafan : Nervus facialis (VII)
Origo : Proc. frontalis maxillae; berasal dari massa otot M. orbicularis oculi
insertio : cuping hidung, sudut mulut, bibir atas, serabut dalam: bagian lateral dan posterior
cuping hidung
Fungsi : Menggerakkan bibir, alae nasi, pipi dan kulit dagu
1.2 Histologi
Otot lurik dibungkus oleh lapisan jaringan ikat yang disebut epimysium. Antar vasikel
terdapat lapisan jaringan ikat yang disebut perimysium. Sedangakn vasikel otot sendiri
dilapisi oleh lapisan jaringan ikat yang lebih halus yang disebut endomysium.
Satu gelendong otot tersusun atas vasikel – vasikel. Vasikel tersusun atas serabut – serabut
otot. Satu serabut otot disebut myofibril. Myofibril merupakan pintalan, tersusun atas
sarkomer – sarkomer yang tersusun memanjang. Satu sarkomer tersusun atas Z line, filament
tipis, filament tebal, M line.
Z line merupakan batas antar sarkomer dan melekat di antara dua filament tipis. M line
meruapakan garis yang terletak ditengah filament tebal. Protein yang paling banyak
terkandung dalam M line adalah myomesin dan creatin kinase. Myomesin berfungsi untuk
mempertahankan letak filament tebal. Sedangkan creatin kinase berfungsi untuk mengkatalis
proses perubahan phosphocreatine menjadi ADP untuk membantu mensuplai ATP yang
nantinya akan digunakan untuk mekanisme kontraksi.
Filamen tebal terdiri atas myosin yang memiliki dua kepala dan satu tangakai.
Sedangkan filament tipis terdiri atas troponin, tropomyosin dan actin. Troponin memiliki tiga
jenis, antara lain adalah troponin tropomyosin yang mengikat tropomyosi, TnC yang mengikat
Ca2+ dan TnI yaitu troponin yang menghalangi actin dan myosin untuk membentuk jembatan
silang. Tropomyosin merupakan molekul tipis dan mengandung dua rantai polipeptida yang
terpasang membentuk polimer, terletak di lekukan actin. Actin / F-actin merupakan polimer
dari molekul globular G-actin yang berpasangan dan membentuk formasi double heliks.
1.3 Fisiologi
Mekanisme Eksitasi-Kontraksi
Saraf menerima rangsangan yang berjalan dari saraf motorik menuju ujung serabut
saraf
Pada setiap ujung serabut saraf, saraf akan menyekresi substansi neurotransmiter yaitu
sedikit asetilkolin
Asetilkolin akan membuka banyak kanal atau gerbang asetilkolin melalui protein pada
membran
Terbukanya kanal memungkinkan terjadinya transpor pasif yaitu berdifusinya ion
natriun kedalam membran yang menimbulkan suatu potensial aksi pada membran
Potensial aksi akan berjalan sepanjang membran serabut otot seperti pada membran
serabut saraf
Potensial aksi menyebabkan dipolarisasi membran otot dan banyak aliran listrik
potensial aksi mengalir melalui pusat serabut otot yang mengakibatkan retikulum
sarkoplasma melepas sejumlah ion kalsium
Ion kalsium dari retikulum sarkoplasma akan menyebabkan troponin pada zona aktif
bergeser sehingga kepala miosin dapat menempel pada zona aktif
Miosin yang menempel hanya miosin mang berdekatan saja
Miosin mendekati atau menempel pada zona aktif dengan ATP. Pada saat ATP
berubah menjadi ADP maka akan menimbulkan suatu tarikan pada aktin. Saat ADP
berubah menjadi ATP maka kepala miosin akan terlepas dari zona aktif
Ion kalsium akan kembali ke retikulum sarkoplasma kurang dari 1 detik oleh pompa
membran Ca. ion kalsium akan disimpan dalam retikulum sarkoplasma sampai
potensial aksi berikutnya.
Kontraksi otot terhenti oleh pengeluaran ion kalsium dari miofibril
a. Kontraksi Otot
Step 1: Active-site Exposure
Pada saat otot menerima rangsangan, RE sarkoplasma melepaskan Ca dari Tubulus T
ke sarkoplasma. Kemudian Ca akan bergerak menuju dan menempel pada Troponin
yang menutupi active-site dan Ca menggeser troponin dari active-site. Active-site
akan bebas dan kepala myosin akan mempunyai kesempatan untuk menempel pada
active-site yang berdekatan dengannya.
Step 2: Cross-bridge attachment
Kepala myosin yang mempunyai ATP akan memecahnya menjadi ADP dan Fosfat
yang dibutuhkan untuk kontraksi dengan ATP ase yang dipunyai oleh kepala miosin.
ADP dan fosfat tadi akan dilepas sebagai energy pada kepala myosin untuk menarik
aktin menuju garis M. Dan menarik garis-garis Z yang berhadapan untuk saling
mendekat . Pita H akan menghilang pada kontraksi penuh dan ujung-ujung filament
tebal mencapai garis Z.
Step 3: Pivoting
Pada saat kepala myosin masih menempel pada aktin, ADP dan Fosfat (ATP
ditambahkan dari sarkosom) diluar kepala myosin terkumpulkan secara cepat untuk
membentuk ATP agar mengisi kembali kepala myosin. Setelah ATP terbentuk, ATP
akan masuk ke dalam kepala myosin.
Step 4: Cross-bridge detachment
Setelah ATP tersebut masuk ke kepala myosin, kepala myosin akan terlepas dari
active-site pada aktin.
Step 5: Myosin reactivation
Kepala myosin yang sudah terlepas dari active-site itu akan active kembali pada saat
ATP tersebut sudah dipecah menjadi ADP dan Fosfat dan akan melanjutkan proses
kontraksi. Proses pembentukkan ATP ini sangat cepat.
Ada 2 tipe kontraksi, isotonik & isometrik :
o Isotonik : kontraksi yang disertai pemendekan otot dengan tegangan otot yang tetap
selama kontraksi. Gambaran khas bergantung pada beban yang dilawan & inersia beban.
Contoh : mengangkat sebuah buku
o Isometrik : kontraksi tanpa pemendekan otot. Contohnya misalkan ketika kita berdiri
tegak, otot kaki berkontraksi tapi tidak memendek. Sistem isometrik paling sering
digunakan untuk melihat gambaran khas fungsional suatu otot.
Contoh : otot mata punya lama kontraksi isometrik 1/40 detik. Menunjukan bahwa
gerakan mata sangat cepat agar mata dapat mempertahankan fiksasi dengan objek.
b. Relaksasi Otot
- Sewaktu Ca dipompa kembali ke dalam retikulum sarkoplasma maka serat otot
melemas
- Pemompaan Ca adalah suatu proses aktif yang terjadi di membran retikulum
sarkoplasma. Proses ini menggunakan energi yang berasal dari penguraian molekul
ATP yang lain.
- Sewaktu kadar kalsium turun sampai sekitar 10-7, maka troponin dan tropomiosin
kembali menghambat pengikatan aktin serta miosin sehingga kontraksi otot berhenti.
1.4 Biokimia
Supaya gerak dapat berlangsung harus terdapata. Sistem sinyal untuk bergerakb. Sistem pasok energi
Semua reaksi dalam tubuh tergolong dalam 2 bagiana. Endergonik = reaksi yang membutuhkan energib. Eksergonik = reaksi yang mengeluarkan energi
Namun, sebenarnya reaksi endergonik tidak bisa berjalan sendiri, melainkan bergabung membentuk reaksi endergonik-eksergonik
Energi yang dibutuhkan berupa senyawa Adenosin Tri Phosphat (ATP) yang dihasilkan melalui siklus ATP
ADP + P + Energi* ATPATP ADP + P + Energi
*berasal dari energi sinar matahari, energi kimia (misalnya: metabolisme makanan)
Perubahan ATP menjadi ADP + P disebabkan ketidakstabilan ikatan gugus fosfat kedua dan
ketiga. Dalam menjalankan fungsinya, ATP membentuk kompleks Mg 2+. ATP berikatan
dengan kepala miosin untuk menghasilkan kontraksi pada sel otot.
2. Tulang
2.1 Anatomi
A. RegioCranii
Cranium (tengkorak) dibentuk oleh tulang-tulang pipih yang jumlahnya ada 22.
Cranium dapat dibagi menjadi:
1.1 Neurocranium
a. Calvarium ( Atap tengkorak)
Terdiri atas tulang pipih yang mempunyai 2 lapisan tulang padat yangg
dipisahkan lapisan tulang berongga yang disebut diploe. Tulang calvaria meliputi: Os
Occipitale, Os parietale , Os frontale, Os temporal, dan Os sphenoidale.
Sutura
Sutura adalah sendi fibrosa yang tidak bergerak yang berada di antara tulang
calvaria. Ada tiga macam sutura yaitu :
1. Sutura serrata, dimana tepi dari masing-masing tulang berbentuk sebagai
gigi-gigi gergaji dan gigi-gigi ini saling berapitan.
2. Sutura skualosa, dimana tepi dari masing-masing tulang menipis dan saling
menutupi.
3. Sutura harmoniana atau sutura plana, dimana tepi dari masing-masing tulang
lurus dan saling tepi menepi.
Terdiri atas: sutura coronalis
sutura sagittalis
sutura squamosa
sutura lambdoidea
titik pertemuan : Lambda, Bregma, Pterion, Asterion,
TitikPertemuan pada Neurocranium
1. Gnathion : titik terbawah pada garis median mandibula
2. Nasion : tempat pertemuan sutura internasal dengan nasofrontal/ Kira-kira
bersesuaian letaknya dengan lekukan pada pangkal hidung tepat inferior terhadap alis
mata
3. Gonion : titik paling bawah, belakang, dan lateral pada sudut luar mandibula,
menjadi puncak lengkung mandibula yang maximum
4. Porion : bagiab paling lateral padaataptulang meatus acusticusexternus, arah
vertical di ataspertengahan meatus
5. Eurion :titikpadaosparietaliskanandankiri yang menjaditanda diameter
transversaterbesardarikepalaatautengkorak.
b. BasisCranii (dasa rtengkorak)
Basis crania dibagi menjadi:
- basiscraniiinterna
Basis crania interna mempunyai 3 fossa:
1.Fossa cranii anterior
- Tulang: Pars orbitalis os frontalis
ala minor os sphenoidalis
Pars cribriformis os etmoidalis
- Foramina: Pars cribriformis yang dilalui N.olfactorius
Canalis opticus yang dilalui N.opticus
- Struktur lain: Processus clinoideus anterior
2.Fossa cranii medius
- Tulang: Ala mayor os sphenoidalis
Os temporal
- Foramina:
- Fissura orbitalis superior: N.III, IV, V-1,VI
- Foramen rotundum: N.Maxillariscab.N.V
- Foramen ovale: N.Mandibulariscab.N.V
- Foramen spinosum: A.meningea media
- Foramen lacerum: A.carotis interna
3.Fossa cranii posterior
- Tulang: Os temporale pars petrosa
Os occipitale
- Foramina: -Foramen magnum: medulla spinalis,
a.vertebra, n.accesorius spinalis
- Meatus acusticus Internus: N.VII,
VIII
- Foramen jugularis: N.IX, X, XI,
v.jugularis int.
- Canalis hypoglosus--> N.XII
- basis cranii externa
Tulang: Os temporal, os palatinum
ala major Os sphenoidalis,
os occipital
Foramina: - Foramen ovale,
-Foramen spinosum,
-Foramen lacerum,
-Foramen magnum,
-Foramen hypoglosus,
-Foramen jugularis,
-stylomastoideus,
-mastoideus
- Canalis caroticus
struktur lain:
- Fossa mandibularis
- Processus mastoideus
- Condylus occipitalis
B. Regio Colli1. Regio cervicalis anterior (Trigonum cervicale anterius)
a) Trigonumsubmandibulare
• Batas-batas:
- Cranial : corpus mandibula
- Anterocaudal : M.Digasticus anterior
- Posterocaudal : M.Digastricus post. danM.Stylohyoid
b) Trigonumcaroticum
• Batas-batas:
- Cranial : M.Digastricus post. danM.Stylohyoid
- Caudal : M.Omohyoid Superior
- Posterior : M.Sternocleidomastoid
c) Trigonumsuprahyoid/submentale
• Batas-batas:
- Lateral : M.Digastricus Anterior
- Caudal : Corpus Os Hyoid
- Medial : Midline
d) TrigonumMusculare
• Batas-batas:
- Post. Caudal : M.Sternocleidomastoid
- Post.cranial : M.Omohyoidventer sup.
- Medial : Midline dros hyoid ke sternum
2.2 Histologi
a. Jaringan Tulang
Jaringan Tulang Rawan
Jaringan tulang rawan, terdiri atas:
Sel tulang rawan(kondrosit)
- sel kondrosit memproduksi tulang rawan
- sitoplasma basofil karena ada organel ribosom
- lakuna: kondrosit yang ada di dalam rongga (terdiri 1 kondrsit)
- cell nest: mengandung lebih dari satu sel kondrosit
Bahan antar sel (matrix tulang rawan), terdiri atas sabut kolagen dan sabut elastis.
Tulang rawan dibedakan menjadi:
1. Tulang rawan hialin
Terdiri dari serabut kolagen halus yipe II yang terbenam di matriks amorf yang kaya
proteoglikan dan glikoprotein structural.Proteoglikan disini kebanyakan dalam bentuk
agregat proteoglikan besar yang mengandung glikosaminoglikan sulfat dan asam
hialuronat glikosaminoglikan tidak bersulfat.Terdapat pada sendi, ujung iga, hidung
laring, trakea, bronki.
Jaringan Tulang Rawan Hyalin
BASB : sabut kolagen yang halus mempunyai indeks bias sama dengan BASA
sehingga sabut kolagen tidak tampak di bawah mikroskop akibatnya matriks
tampak homogen
Contoh : tulang rawan persendian, ujung tulang costa, ujung hidung
2. Tulang rawan elastis
Serupa dengan hialin namun memiliki lebih banyak serat elastic dan
bercabang.Terdapat pada telinga luar, dinding tuba auditorius, epiglottis, dan laring.
Jaringan Tulang Rawan Elastis
BASB : banyak sabut elastis dengan arah tidak teratur dan sedikit sabut kolagen.
Contoh : tulang rawan pada daun telinga dan epiglottis
3. Tulang rawan fibrosis
Serat kolagen kasar, padat dan tidak teratur dalam jumlah besar.Terdiri atas lapisan
matriks tulang rawan diselingi lapisan serat kolagen tipe I padat.Ditemukan pada diskus
invertebralis, simpisis pubis, dan sendi tertentu.
Jaringan Tulang Rawan Bersabut atau Fibrous
BASB : banyak sabut kolagen tersusun dalam berkas-berkas yang sejajar
Kondrosit pipih karena terjepi diantara sabut kolagen sehingga cell nest tidak
tampak
Tidak mempunyai perikondrium karena tidak pernah berdiri sendiri tetapi selalu
bertetangga dengan jaringan yang lain
Contoh : Discus Invertebralis dan yang menghubungkan 2 tulang simphisis
Jaringan Tulang Keras
Tulang ini tersusun atas sel, serat dan matriks ekstraseluler.Disini juga terdapat osteoblas,
osteoklas, dan osteosit.Bisa dibedakan menjadi tulang kompak dan tulang kanselosa.Tulang
kompak memiliki serat kolagen tersusun dalam lapisan-lapisan tulang yang tipis yang
dinamakan lamella. Disini terdapat 3 macam lamella :
1. Lamella sirkumferensial luar : di dalam periosteum
2. lamella sirkumferensial dalam : mengelilingi rongga sumsum tulang
3. lamella konsentrik : mengelilingi osteon.
Jaringan tulang keras, terdiri atas:
Sel-sel tulang keras, yaitu osteoblas, osteosit, dan osteoklas.
- osteobalas: berasal dari mesenkim yang tersusun berderet-deret secara epitelial di
permukaan trabekula tulang muda. Berbentu kubid sampai piramid. Memproduksi
banah organik matrix tulang.
- Osteosit: merupakan osteoblas yang sudah terpendam dalam matrix tulang, sitoplasma
basofil. Osteosit terletak dalam lakuna dan mempunyai inti gelap.
- Osteoklas: adalah sel raksasa berinti banyak karena merupakan fusi dari beberapa sel
monositsitoplasma acidofil karena mengandung enzym acid fosfatase. Sitoplasma
tampak berbuih karena mempunyai banyak vakuola.
b. Bahan Antar Sel (Matrix Tulang)
- Unsur organik 35%, terdiri dari serat2 osteokolagen, diikat substansi semen
(glikosaminoglikans)
- Tampak acidofil karena kondroitin sulfat sedikit
- Unsur anorganik 65%, pd bag. Semen terutama kalsium fosfat dan sedikit kalsium
karbonat
- Tersusun atas lamel-lamel yang terjadi secara ritmik
Struktur tulang
1. Periosteum
Periosteum merupakan lapisan pertama dan selaput terluar tulang yang tipis. Periosteum
mengandung osteoblas (sel pembentuk jaringan tulang), jaringan ikat dan pembuluh darah.
Periosteum merupakan tempat melekatnya otot-otot rangka (skelet) ke tulang dan berperan
dalam memberikan nutrisi, pertumbuhan dan ureparasi tulang rusak.
2. Tulang kompak (korteks)
Tulang kompak merupakan lapisan kedua pada tulang yang memiliki tekstur halus dan
sangat kuat. Tulang kompak memiliki sedikit rongga dan lebih banyak mengandung kapur
(Calsium Phosfat dan Calsium Carbonat) sehingga tulang menjadi padat.
Tulang kompak paling banyak ditemukan pada tulang kaki dan tulangtangan. Delapan
puluh persen tulang di tubuh dibentuk oleh tulang kompak. Sel tulang kompak berada di
lakuna dan menerima nutrisi dari kanalikulus yang bercabang di seluruh tulang kompak
dan disalurkan melalui kanal havers yang mengandung pembuluh darah. Di sekeliling tiap
kanal havers, kolagen tersusun dalam lapisan konsentris dan membentuk silinder yang
disebut osteon(sistem Havers) atau disebut juga tulang keras.
Setiap sistem Havers terdiri dari saluran Havers, yaitu suatu saluran yang sejajar dengan
sumbu tulang. Disekeliling sistem havers terdapat lamella-lamella yang konsentris dan
berlapis-lapis. Pada lamella terdapat rongga-rongga yang disebut lakuna. Di dalam lakuna
terdapat osteosit. Dari lakuna keluar saluran-saluran kecil yang menuju ke segala arah
disebut kanalikuli yang berhubungan dengan lakuna lain. Di antara sistem havers terdapat
lamella interestial yang lamella-lamellanya tidak berkaitan dengan sistem havers.
Pembuluh darah dari periosteum menembus tulang kompak melalui saluran volkman yang
berhubungan dengan pembuluh darah saluran havers. Kedua saluran ini arahnya saling
tegak lurus.
3. Tulang Spongiosa
Pada lapisan ketiga disebut dengan tulang spongiosa, berada di dalam korteks dan
membentuk sisa 20% tulang di tubuh. Sesuai dengan namanya tulang spongiosa memiliki
banyak rongga. Rongga tersebut diisi oleh sumsum merah yang dapat memproduksi sel-sel
darah. Tulang spongiosa terdiri dari kisi-kisi tipis tulang yang disebut trabekula.
Trabekula terdiri dari spikulum / lempeng, dan sel-sel terletak di permukaan lempeng.
Nutrien berdifusi dari cairan ekstrasel tulang ke dalam trabekula. Lebih dari 90 % protein
dalam matriks tulang tersusun atas kolagen tipe I.
4. Sumsum Tulang (Bone Marrow)
Lapisan terakhir tulang yang paling dalam adalah sumsum tulang. Sumsum tulang
wujudnya seperti jelly yang kental. Sumsum tulang ini dilindungi oleh tulang spongiosa
seperti yang telah dijelaskan dibagian tulang spongiosa. Sumsum tulang berperan penting
dalam tubuh kita karena berfungsi memproduksi sel-sel darah yang ada dalam tubuh.
Sendi
Klasifikasi fungsional persendian (berdasarkan jumlah gerakan yang mungkin
dilakukan pada persendian) :
1. Sendi sinartrosis atau sendi mati => secara struktural persendian ini dibungkus dengan
jaringan ikat fibrosa atau kartilago.
a. Sutura : sendi yang dihubungkan dengan jar. Ikat fibrosa rapat dan hanya ditemukan
pada tulang tengkorak.( contoh : sutura sagittalis )
b. Sinkondrosis : sendi yang tulang-tulangnya dihubungkan dengan kartilago hialin.
2. Amfiartrosis => sendi dengan pergerakan terbatas.
a. Simfisis : sendi yang kedua tulangnya dihubungkan dengan diskus kartilago, yang
menjadi bantalan sendi dan memungkinkan terjadinya sedikit gerakan. Contoh,
simfisis pubis antara tulang – tulang pubis dan diskus intervertebralis antar badan
vertebra yang berdekatan.
b. Sindesmosis : tulang-tulang yang berdekatan dihubungkan dengan serat jaringan ikat
kolagen. Contoh sindesmosis dapat ditemukan pada tulag yang terletak bersisian dan
dihubungkan dengan membran interoseus,seperi pada tulang radius dan ulna, serta
tibia dan fibula.
c. Gomposis : sendi dimana tulang berbentuk kerucut masuk dengan pas dalam kantong
tulang. Contoh, gigi yang tertanam pada alveoli
(kantong) tulang rahang.Pada contoh tersebut , jaringan ikat fibrosa yang terlibat adalah
ligamen periodontal.
3. Diartrosis => sendi yang dapat bergerak bebas, disebut juga sendi synovial.
Sendi ini memiliki rongga sendi yang berisi cairan synovial dan lapisan terluar
berupa ligamentum.
2.3 Fisiologi
a. Osifikasi
Osifikasi adalah suatu proses pembentukan tulang dewasa. Osifikasi dibedakan menjadi 2
macam, yaitu:
1) Osifikasi Desmal
Terjadi pada pembentukan tulang pipih
Prosesnya:
1. Sel-sel osteoblas yang dihasilkan oleh sel mesenkim berkumpul membentuk pusat
osifikasi.
2. Sel-sel osteoblas tersebut menghasilkan osteoid untuk membentuk trabekula tulang.
3. Osteoblas yang terperangkap oleh osteoid menjadi osteosit.
4. Osteoid akan terus tumbuh membentuk trabekula yang melingkupi pembuluh darah,
sel- sel mesenkim di sekitarnya pun mulai membentuk periosteum.
5. Periosteum semakin menebal, begitu pula trabekula.
6. Bagian trabekula akan menjadi tulang spon dan periosteum akan menjadi lamina.
Terbentuklah tulang pipih.
2) Osifikasi Endochondral
Terjadi pada tulang panjang dan tulang pipa.
Merupakan pembentukan tulang dewasa dari tulang rawan.
Prosesnya:
1. Osifikasi Primer
Pada bagian diaphisis tulang rawan terbentuk pusat osifikasi yang disebut tunas
periosteal.
Pembuluh darah akan masuk ke tunas tersebut.
Lalu, tunas periosteal akan semakin melebar dan membentuk tulang spons.
2. Osifikasi Sekunder
Setelah itu terjadi pembentukan tunas periosteal juga di daerah epiphisis.
Pembuluh darah akan masuk ke tunas tersebut.
Lalu, tunas periosteal akan semakin melebar dan membentuk tulang spons.
Di antara hasil osifikasi primer dan osifikasi sekunder terdapat suatu lempeng
epiphisis yang terdiri atas zona resting, zona proliferasi, zona hypertrofi, dan zona
kalsifikasi.
Semakin lama, lempeng tersebut akan semakin menipis seiring bertambahnya usia,
sehingga pada tulang dewasa hanya akan terdapat garis epiphisis yang menjadi
pembatas antara epiphisis dan diaphisis.
b. Fungsi Tulang (Facei Dan Colli)
1. Melindungi otak
2. Tempat melekatnya otot, saraf, dan pembuluh darah.
3. Tempat melekatnya gigi, mata.
3. Saraf
3.1 Anatomi
Sistem saraf adalah serangkaian organ yang kompleks dan bersambungan serta terdiri
terutama dari jaringan saraf. Sistem saraf dibagi menjadi dua yaitu sistem saraf pusat dan
sistem saraf perifer/tepi.
a. Sistem Saraf Pusat (SSP)
Terdiri dari otak dan medula spinalis yang dilindungi tulang kranium dan kanal vertebral.
1. Otak
- Berada dalam cranium
- Terdiri dari 2 bagian hemisferia
- Korteks adalah bagian luar hemisferia dan mengandung zat kelabu (substansia grisea).
- Bagian dalamnya adalah zat putih (substansia alba) terdiri atasakson yg membentuk
tractus.
- Bagian dlmnya terdpt ventrikel yg berisi cairan Cerebrospinal
- Berasal dari neuro ektoderm.
2. Medulla Spinalis
- Berbentuk silindris dan terletak pd 2/3 canalis vertebralis
- substansia grisea terletak di sentral dan substansia alba terletak di perifer ujungnya
berbentuk konus: konus medullaris.
- Perkembangannya lbh lambat dr collumna vertebralis saatintrauterin akibatnya ujung
terminal secara perlahan naik ke level lbh tinggi
- Dibungkus meninges
3.Cairan Cerebrospinal
- Berada dlm spatium( ruang) subarakhnoid
- Dibentuk oleh plexus choroid dlm ventrikel otak
- Sirkulasi melalui ventrikel, masuk ke dlm spatium subarakhnoid dan akhirnya disaring
ke dalam sistem vena.
b. Sistem Saraf Perifer
Meliputi seluruh jaringan saraf lain dalam tubuh. Sistem ini terdiri dari saraf kranial dan saraf
spinal yang menghubungkan otak dan medula spinalis dengan reseptor dan efektor. Secara
fungsional, sistem saraf perifer terbagi menjadi sistem saraf aferen dan eferen.
a. Saraf aferen (sensorik) mentransmisi informasi dari reseptor sensorik ke SSP.
b. Saraf eferen (motorik) mentransmisi informasi dari SSP ke otot atau ke kelenjar.
Somatik (volunter)berkaitan dengan perubahan lingkungan eksternal dan
pembentukan respon motorik volunter pada otot rangka
Otonom (involunter) mengendalikan seluruh respon involunter pada otot polos,
otot jantung, dan kelenjar dengan cara mentransmisi impuls dengan dua jalur. Yaitu
simpatis dan parasimpatis.
Sistem Saraf Tepi Pada Regio Cranium Dan Colli
1) N.Trigeminus
- Saraf sensorik untuk daerah wajah, membrane mukosa hidung dan mulut serta struktur
kepala
- Bercabang menjadi 3 yaitu:
1. N.Opthalmicus
- Masuk orbita lewat FOS
- Mensarafi kulit muka diatas mata
2. N. Maxillaris
- Melalui foramen rotundum
- Mensarafi daerah kulit muka dibawah mata sampai di atas bibir atas.
3. N.Mandibularis
- Melalui foramen ovale
- Mensarafi tensor palatini, tensor timpani, otot-otot penguyah,
M.digastricus venter anterior dan mylohyoid
- Senasasi sensorik wajah dibawah bibir bawah, mulut dan gigi bawah
2) N. Facialis
- Masuk melalui meatus acusticus internus (MAI)
- Bagian motorik berjalan melalui foramen stylomastoideus dan masuk glandula parotis
memberi cabang terminal temporalis, zygomaticus, buccalis, marginalis,
mandibula ,servicalis.
- Mensarafi semua otot ekspresi wajah
- Tdk memberi cabang cutaneus di wajah
- Memberi cabang n.intermedius sbg korda tympani yg membawa saraf pengecap 2/3
anterior lidah
- Membawa saraf parasimpatis utk gld. Submandibularis dan lacrimalis
- Mempunyai satu ganglion sensorik: geniculatum
3) N. Glossopharingeus
- Melalui foramen jugulare
- Membawa saraf parasimpatis untuk sekresi saliva
- Mensarafi M.Stylopharingeus, otot pharing untuk menelan
- Mensarafi 1/3 posterior lidah untuk sensasi umum dan pengecap
- Mensarafi telinga tengah
- Persarafan untuk sinus caroticus (reseptor tekanan)
4) N.Vagus
- Melalui foramen jugulare
- Merupakan saraf motorik untuk otot polos dan otot jantung, saraf sekretorik untuk
semua kelenjar dan saraf aferen dari semua membrana mukosa dalam organ viscera
thorax dan abdomen kecuali colon descendan dan organ-organ pelvis
- Saraf motorik untuk semua otot laring dan faring kecuali stilopharingeus dan palatum
kecuali tensor palatini
- Mempersarafi tunas pengecap pd akar lidah dekat epiglotis
Memberikan cabang rami faringeus, laringeus superior, rekuren laringeus dan kardiakus
3.2 Histologi
Jaringan syaraf terdiri atas:
a. Neuron
Terdiri atas:
- Badan sel/ cell body/ perikaryon
Mempunyai inti yang menggelembung (vesikuler) dengan nucleolus yang jelas( open face
type)
Mengandung bentukan-bemtukan yang khas seperti:
Badan dari nissl
-Kumpulan ribosom, polysom, dan ER kasar
-Bentuk badan sel atau perikarion adalah bulat lonjong, bersudut, diameter 150m, bisa
dilihat dengan mata telanjang.Tampak sebagai granula kasar dan berwarna basofil.
-Berfungsi sintesa protein sitoplasma
-Terdapat pada sitoplasma dari perikaryon, dendrit, tidak terdapat pada akson dan akson
hillock
-Trauma neuron, badan nissl menghilang (chromatolisis)
Neurofibril
-Kumpulan mikrotubulus dan mikrofilamen
-Tampak seperti sabut-sabut halus.
-Berfungsi sebagai sarana transportasi intra seluler dan sebagai penyangga agar bentuk neuron
tidak mudah berubah.
-Terdapat pada pada sitoplasma perikaryon, akson, dan dendrit
- Juluran sitoplasma (akson dan dendrit)
Akson: juluran panjang dimulai dari akson hillock, biasanya tunggal. Meneruskan rangsang
dari perikaryon ke perifer. Akson berasal dari bahasa Yunani, yaitu axis artinya sumbu.
Fungsi akson: untuk menciptakan dan menghantarkan impuls saraf-saraf ke sel-sel lain (sel
saraf, sel otot, dan sel kelenjar).
Sel penyokong yang menyelubungi akson adalah sel schwan.
Dendrit: juluran pendek yang jumlahnya satu atau lebih. Menghantar rangsang dari perifer
ke perikaryon. Dendrit adalah cabang panjang untuk menerima stimulus dari lingkungan sel-
sel epitel sensorik atau dari neuron lain.
Berdasarkan ukuran dan bentuk cabangnya, sel saraf (neuron) dibagi menjadi 5, yaitu :
a)Neuron multipolar
Neuron multipolar banyak terdapat di dalam tubuh,otak,medulla spinalis. Neuron multipolar
terdiri dari 1 akson dan 2 dendrit atau lebih.
b) Neuron bipolar
Neuron bipolar terdiri dari 1 dendrit dan 1 akson. Neuron bipolar terletak di ganglia koklear
dan vestibula, retina dan mukosa olfaktorius.
c)Neuron pseudonipolar/unipolar
Neuron pseudonipolar, terdiri dari 1 cabang dekat perikarion dan terbagi menjadi dua cabang,
yaitu membentuk huruf T, 1 cabang terjulur ke ujung perifer dan yang lain terjulur ke sistem
saraf pusat.Pada embrio dan dalam fotoreseptor mata.
d) Neuron unipolar
Hanya punya 1 akson. Terdapat pada neuron embryonal.
e) Sel Purkinje
Mempunyai 1 akson dan 1 dendrit yang bercabang-cabang dalam 1 bidang (seperti kipas).
b. Jaringan penyangga (Neuroglia)
Neuroglia berperan dalam pemeliharaan & viabilitas neuron.
Terdiri atas:
1) Astrosit
-Inti bulat, pucat, OFT.
-Prosesus panjang, memiliki pedikel, melekat pada pembuluh darah.
-Pedikel melindungi pembuluh darah yang memberi nutrisi pada jaringan saraf.
Astrosit protoplasmik:
sitoplasma berbutir-butir, prosesus bercabang pendek, tebal, & banyak; ditemukan pada
substansia grissea.
Astrosit fibrous:
sitoplasma mengandung fibril-fibril, prosesus bercabang panjang, tipis, & jarang; ditemukan
pada substansia alba.
2) Oligodendrosit
-Ukuran lebih kecil daripada astrosit.
-Ditemukan pada substansia grissea & alba.
-Jumlahnya terbanyak.
-Prosesus sedikit & pendek.
-Inti bulat, kecil, DCT.
-Membentuk selubung myelin.
3) Mikroglia
-Ukuran kecil, padat, pipih.
-Inti gelap, pipih, DCT.
-Prosesus pendek, kecil.
-Ditemukan pada substansia grissea & alba.
-Makrofag, berasal dari monosit.
4) Sel ependim
-Melapisi canalis sentralis medula spinalis.
- Terendam dalam cairan serebrospinal
3.3 Fisiologi
Potensial Aksi
Proses penghantaran impul terjadi akibat adanya potensial membran, yaitu potensial listrik
intrasel dan ekstrasel. Potensial membrat mengalami perubahan cepat menimbulkan potensial
aksi saraf dan pada saat itulah dapat terjadi penghantaran impuls.
Proses :
Dalam keadaan istirahat, potensial listrik intrasel bermuatan (-) dan ekstrasel (+)
Pada saat rangsangan terjadi
Proses Depolarisasi
Membran sel menjadi sangat permeabel terhadap ion natrium, sehingga sejumlah besar ion
natrium berdifusi ke dalam akson dan potensial membran menjadi (+)
Proses Repolarisasi
Ion Kalium keluar sel sehingga potensial membran kembali menjadi (-)
Setelah repolarisasi terjadilah potensial aksi yang menyebabkan sinaps mengeluarkan
neurotransmitter yang akan meneruskan impuls dari satu neuron ke neuron lain.
o Kanal Na dan K yang bergerbang voltase
Kanal ion Na yang terdapat di membran sel saraf, khususnya yang ada di bagian akson,
menentukan permeabilitas membran sel tersebut terhadap ion natrium dalam proses
penghantaran impuls sinyal sebagai tanda adanya komunikasi tingkat selular maupun
jaringan.
Kanal ion natrium memiliki 2 jenis pintu yaitu pintu aktivasi dan pintu inaktivasi. Pintu-pintu
ini yang menentukan proses masuknya ion Na ke dalam akson saraf.
Pada saat impuls telah memberikan rangsangan pada saraf, maka rangsangan tersebut akan
menyebabkan perubahan polaritas membran sel saraf dimana muatan akson pada keadaan
resting potensial adalah negatif, pada saat penjalaran impuls, menjadi positif dikarenakan
adanya ion-ion natrium yang bermuatan positif (depolarisasi).
Pada saat impuls telah berjalan di suatu sisi akson, maka sisi yang telah dilewatinya
memulihkan potensialnya untuk kembali ke kadaan normal (resting potensial) dan proses ini
dinamakan proses repolarisasi. Hal yang menandai proses ini adalah pintu inaktivasi kanan Na
secara perlahan menutup sehingga ion natrium tidah dapat masuk ke dalam akson. Secara
bersamaan, pintu kanal K bergerbang voltase membuka sehingga membran lebih permeable
terhadap K yang menyebabkan aliran keluar ion kalium dari akson melalui pintu ini.
Mekanisme impuls
Masukan ke dalam system saraf dapat timbul karena adanya reseptor sensorik yang mengenali
bermacam-macam rangsangan. Pada dasarnya terdpt 5 macam reseptor sensorik, yaitu:
mekanoreseptor (mengenali kompresi mekanis/peregangan pada jaringan dekat reseptor),
termoreseptor (mengenali perubahan suhu), nosireseptor (menegenali kerusakan jaringan yang
terjadi), elektromagnetik (mengenali cahaya yang masuk pada retina), dan kemoreseptor
(mengenali rasa, bau-bauan, kadar oksigen dan karbon dioksida dalam darah, dan lain-lain.)
Ketika rangsangan mencapai reseptor yang sesuai, permeabilitas membrane saraf terhadap
ion-ion tertentu mengalami perubahan yang akan mengakibatkan potensial aksi. Potensial aksi
sendiri diartikan sebagai perubahan cepat pada potensial membrane yang menyebar secara
cepat di sepanjang membrane serabut saraf.
Tahap istirahat. Pada tahap ini sel saraf belum mengalami potensial aksi.
Tahap depolarisasi. Pada tahap ini, membrane tiba-tiba menjadi sangngat permeable terhadap
ion natrium, sehingga terjadi influks ion natrium. Hal ini menyebabkan potensial membrane
berjalan ke arah positif dari yang sebelumnya negative.
Tahap repolarisasi. Dalam waktu seperbeberapa puluh detik sesudah membrane menjadi
sangat permeable terhadap ion natrium, kanal natrium tertutup dan kanal kalium terbuka lebih
dari biasanya. Selanjutnya, difusi ion kalium yang berlangsung cepat ke luar sel akan
membentuk kembali potensial membrane istirahat negative yang normal.
Mekanisme refleks
Gerakan reflex berjalan secara cepat dan tanggapannya terjadi secara otomatis terhadap
rangsangan tanpa memerlukan kontrol dari otak. Mekanisme terjadinya gerakan refleks
sebagai berikut.
Impuls melalui jalan pendek, yaitu dimulai dari reseptor penerima rangsanga.Kemudian
diteruskan oleh saraf sensorik (neuron aferen) ke medulla spinalis dan tanpa diolah di dalam
otak.Tanggapan langsung dikirim ke saraf motorik (neuron eferen) untuk disampaikan ke
efektor.
4. Vaskularisasi
4.1 Arteri
Distribusi arteri
No. Arteri Distribusi
1. A. Thyroidea superior kel. Tiroid dan struktus di dekatnya
2. A. Lingualis lidah, kel sublingualis, tonsil, epiglotis
3. A. Facialis wajah, tonsil, palatum, kel submandibula
4. A. Maxillaris kedua rahang, gigi, otot pengunyah, telinga,
meningen, hidung, sinus nasalis, palatum
5. A. Temporalis superior daerah parotis dan temporal
6. A. Pharyngea ascenden faring, palatum mole, telinga, meningen
7. A. Occipitalis otot leher, kulit kepala, meningen, sel mastoid
8. A. Auricularis posterior telinga tengah, sel mastoid, aurikula, kel parotis
Arteri Carotis Anterior
1. A.facialis
- A. labialis inferior
- A. labialis superior
- A. angularis
- A. mentalis masuk ke foramen mentalis berhubungan denga A. maxillaris interna
2. A. Maxillaris interna
A. Pars mandibularis :
Bagian a.maxillaris interna setelah dipercabang (pada collum mandibulae) sampai dengan lig.
sphenomandibulare, berjalan sepanjang inferior m.pterygoideus externa.
Cabang-cabang :
- a.auricularis profunda
- a.tympanica anterior
- a.meningea media
- alveolaris inferior : mucosa pipi, dagu, gigi bawah
A. Pars pterygoidea
Memvaskularisasi otot-otot mastikasi & m.buccinator. Bercabang menjadi :
- a.temporalis profunda (ramus anterior & posterior)
- r.pterygoidei
- a.masseterica
- a.bucccalis : vaskularisasi m.buccinator, mucosa mulut, gigi & gingiva RA
A. Pars pterygopalatina
- a.alveolaris superior posterior, vaskularisasi gigi M & P.
- a.infraorbitalis, vask. orbita, palpebra inf., saccus lacrimalis, bibir atas & pipi.
- a.alveolaris superior anterior & medius, vask. gigi C & I
- a.palatina descendens, vask. palatum.
a. palatina mayor
a. palatina minor
- a.canalis pterygoidea, ke canalis pterygoidea.
- rr.pharyngealis, menuju atap cavitas nasi & px
- a.sphenopalatina, ke cav. nasi melalui for. sphenopalatinum a.nasalis post. septi&
melalui can. incisivus sebagai a.nasopalatina.
3. A. temporalis superficialis
- A. temporalis superficialis, R. Frontalis
- A. temporalis superficialis, R. parietalis
bersatu
bermuara
beranastomosissebagian
sebagianVena facialis
Vena retromandibular
bermuara
Vena lainnya…
Vena jugularis interna
Vena jugularis externa
Vena subclavia
Vena brachiocephalica
a
dextra sinistra
Vena cava superior
Jantung
4.2 Vena
Mekanisme vaskularisasi vena
Keterangan :
Vena cava superior : mengalirkan darah dari kepala, leher,
ektrimiotas atas dan dada
V. jugularis interna : mengalirkan darah kepala dan leher.
Sejalan dengan arteri carotis interna
V. jugularis eksterna : penyatuan vena retomandibularis dan v.
auricularis posterior
4.3 Kelenjar Limfe Antibodi
Sistem saluran limfe berhubungan erat dengan sistem sirkulasi darah.Darah
meninggalkan jantung melalui arteri dan dikembalikan melalui vena.Sebagian cairan yang
meninggalkan sirkulasi dikembalikan melalui saluran limfe, yang merembes dalam ruang-
ruang jaringan.
Hampir seluruh jaringan tubuh mempunyai saluran limfatik yang mengalirkan kelebihan
cairan secara langsung dari ruang interstisial. Beberapa pengecualian antara lain bagian
permukaan kulit, sistem saraf pusat, bagian dalam dari saraf perifer, endomisium otot, dan
tulang.
a. Susunan
Limfe mirip dengan plasma tetapi dengan kadar protein yang lebih kecil. Kelenjar-
kelenjar limfe menambahkan limfosit pada limfe sehingga jumlah sel itu sangat besar di
dalam saluran limfe. Di dalam limfe tidak terdapat sel lain. Limfe dalam salurannya
digerakkan oleh kontraksi otot di sekitarnya dan dalam beberapa saluran limfe yang
gerakannya besar itu dibantu oleh katup.
b. Fungsi
1. Mengembalikan cairan dan protein dari jaringan ke dalam sirkulasi darah.
2. Mengangkut limfosit dari kelenjar limfe ke sirkulasi darah.
3. Untuk membawa lemak yang sudah dibuat emulsi dari usus ke sirkulasi darah. Saluran
limfe yang melaksanakan fungsi ini ialah saluran lakteal.
4. Kelenjar limfe menyaring dan menghancurkan mikroorganisme untuk menghindarkan
penyebaran organism itu dari tempat masuknya ke dalam jaringan, ke bagian lain tubuh.
5. Apabila ada infeksi, kelenjar limfe menghasilkan zat anti (antibodi) untuk melindungi
tubuh terhadap kelanjutan infeksi.
c. Pembuluh limfe
Struktur pembuluh limfe serupa dengan vena kecil, tetapi memiliki lebih banyak katup
sehingga pembuluh limfe tampaknya seperti rangkaian petasan.Pembuluh limfe yang terkecil
atau kapiler limfe lebih besar dari kapiler darah dan terdiri hanya atas selapis
endotelium.Pembuluh limfe bermula sebagai jalinan halus kapiler yang sangat kecil atau
sebagai rongga-rongga limfe di dalam jaringan berbagai organ.Sejenis pembuluh limfe
khusus, disebut lacteal (khilus) dijumpai dalam vili usus kecil.
d. Kelenjar limfe atau limfonodi
Limfonodi berbentuk kecil lonjong atau seperti kacang dan terdapat di sepanjang
pembuluh limfe.Kerjanya sebagai penyaring dan dijumpai di tempat-tempat terbentuknya
limfosit.Kelompok-kelompok utama terdapat di dalam leher, axial, thorax, abdomen, dan
lipat paha.
Sebuah kelenjar limfe mempunyai pinggiran cembung dan yang cekung.Pinggiran
yang cekung disebut hilum.Sebuah kelenjar terdiri dari jaringan fibrous, jaringan otot, dan
jaringan kelenjar.Di sebelah luar, jaringan limfe terbungkus oleh kapsul fibrous.Dari sini
keluar tajuk-tajuk dari jaringan otot dan fibrous, yaitu trabekulae, masuk ke dalam kelenjar
dan membentuk sekat-sekat.Ruangan diantaranya berisi jaringan kelenjar, yang mengandung
banyak sel darah putih atau limfosit.
Pembuluh limfe aferen menembus kapsul di pinggiran yang cembung dan
menuangkan isinya ke dalam kelenjar.Bahan ini bercampur dengan benda-benda kecil
daripada limfe yang banyak sekali terdapat di dalam kelenjar dan selanjutnya campuran ini
dikumpulkan pembuluh limfe eferen yang mengeluarkannya melalui hilum.Arteri dan vena
juga masuk dan keluar kelenjar melalui hilum.
e. Saluran limfe
Terdapat dua batang saluran limfe utama, ductus thoracicus dan batang saluran kanan.
Ductus thoracicus bermula sebagai reseptakulum khili atau sisterna khili di depan vertebra
lumbalis. Kemudian berjalan ke atas melalui abdomen dan thorax menyimpang ke sebelah
kiri kolumna vertebralis, kemudian bersatu dengan vena-vena besar di sebelah bawah kiri
leher dan menuangkan isinya ke dalam vena-vena itu.
Ductus thoracicus mengumpulkan limfe dari semua bagian tubuh, kecuali dari bagian
yang menyalurkan limfenya ke ductus limfe kanan (batang saluran kanan).
Ductus limfe kanan ialah saluran yang jauh lebih kecil dan mengumpulkan limfe dari
sebelah kanan kepala dan leher, lengan kanan dan dada sebelah kanan, dan menuangkan
isinya ke dalam vena yang berada di sebelah bawah kanan leher.
Sewaktu suatu infeksi pembuluh limfe dan kelenjar dapat meradang, yang tampak
pada pembengkakan kelenjar yang sakit atau lipat paha dalam hal sebuah jari tangan atau jari
kaki terkena infeksi.