Asuhan Keperawatan Pasien Paska Pembedahan Laparatomi Dengan Riwayat Diabetes Melitus

11
Asuhan Keperawatan Pasien Paska Pembedahan Laparatomi Oleh Thatiana Dwi Arifah, 1206244346 KASUS PEMICU 3 Tn AT berusia 50 Tahun paska pembedahan laparatomi eksplorasi hari ke empat. Pasien mempunyai riwayat kecelakaan lalu lintas dan luka di daerah abdomen 2 hari sebelum masuk rumah sakit. Saat ini mengeluh nyeri di daerah abdomen dan suhu badan meningkat. Pasien mempunyai riwayat DM sejak 5 tahun yang lalu. Saat ini di rawat di ruang high care akibat penurunan kesadaran. Dari hasil pengkajian di dapatkan TD: 90/60 mmHg, N: 110 x/mnt irregular dan RR: 28 x/mnt. S; 38,1 O C, akral hangat dan kulit tampak kemerahan. Hasil lab menunjukkan lekosit: 20.000, Hb; 12 dan Ht: 60% I PENGKAJIAN 1. Riwayat Kesehatan a. Riwayat Kesehatan Sekarang - Pasien mengalami penurunan kesadaran - Mengeluh nyeri di daerah abdomen dan suhu badan meningkat b. Riwayat Kesehatan lalu - Pasien mempunya riwayat kecelakaan lalu lintas dan luka abdomen 2 hari sebelum masuk rumah sakit - Telah dilakukan pembedahan laparatomi dan sudah memasuki hari ke empat - Pasien mempunyai riwayat penyakit Diabetes Melitus sejak 5 tahun yang lalu c. Riwayat Kesehatan Keluarga: -

description

Asuhan keperawatan pada pasien pasca pembedahan laparostomi dan kini terkena syok septik

Transcript of Asuhan Keperawatan Pasien Paska Pembedahan Laparatomi Dengan Riwayat Diabetes Melitus

Asuhan Keperawatan Pasien Paska Pembedahan Laparatomi Oleh Thatiana Dwi Arifah, 1206244346

KASUS PEMICU 3Tn AT berusia 50 Tahun paska pembedahan laparatomi eksplorasi hari ke empat. Pasien mempunyai riwayat kecelakaan lalu lintas dan luka di daerah abdomen 2 hari sebelum masuk rumah sakit. Saat ini mengeluh nyeri di daerah abdomen dan suhu badan meningkat. Pasien mempunyai riwayat DM sejak 5 tahun yang lalu. Saat ini di rawat di ruang high care akibat penurunan kesadaran. Dari hasil pengkajian di dapatkan TD: 90/60 mmHg, N: 110 x/mnt irregular dan RR: 28 x/mnt. S; 38,1OC, akral hangat dan kulit tampak kemerahan. Hasil lab menunjukkan lekosit: 20.000, Hb; 12 dan Ht: 60%IPENGKAJIAN1. Riwayat Kesehatana. Riwayat Kesehatan Sekarang Pasien mengalami penurunan kesadaran Mengeluh nyeri di daerah abdomen dan suhu badan meningkatb. Riwayat Kesehatan lalu Pasien mempunya riwayat kecelakaan lalu lintas dan luka abdomen 2 hari sebelum masuk rumah sakit Telah dilakukan pembedahan laparatomi dan sudah memasuki hari ke empat Pasien mempunyai riwayat penyakit Diabetes Melitus sejak 5 tahun yang laluc. Riwayat Kesehatan Keluarga: -2. Pemeriksaan Fisika. Tanda-tanda Vital Suhu: 38,1oC (Normal: 36,5-37,5) Nadi: 110 x/menit (Normal: 60-80 x/menit) Frekuensi Pernapasan: 28 x/menit (Normal 14-16 x/menit) Tekanan darah: 90/60 mmHg (Normal 130-150 / 80-90 mmHg)b. Sistem Integumen Kulit kemerahan dan akral hangar3. Tes Diagnostik Leukosit: 20.000 ribu/ul (Normal 4.0-10.5 ribu/ul) Hemoglobin: 12 Hemotokrit: 60% (Normal 40-50%)IIDIAGNOSIS1. Nyeri berhubungan dengan insisi, distensi abdomen, immobilisasi.2. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan darah, kehilangan air dengan abnormal.3. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan insisi pembedahan, perubahan sensasi.4. Risiko infeksi berhubungan dengan adanya tempat masuknya mikroorganisme sekunder akibat pembedahanIIIPERENCANAANDiagnosa 1 : Nyeri berhubungan dengan insisi, distensi abdomen, immobilisasiTujuan: Dalam 3x24 jam perawatan diharap kan nyeri yang dirasakan klien tidak ada lagiKriteria Hasil : Melaporkan nyeri hilang Tampak rileks, mempu beristirahat dengan tepat Pasien akan menunjukan teknik relaksasi individu yang efektif dalam mencapai kenyamanan Mempertahankan level nyeri pada skala nyeri yang dapat ditoleransi (skala 0-10) Mengakui faktor penyebab sehingga dapat menggunakan pengukuran untuk mencegah nyeri akibatINTERVENSIRASIONAL

Kaji skala nyeri atau ketidaknyamanan dengan skala 0 10Analisa secara seksama karekteristik nyeri membatu diffirensial diagnosis nyeri. Standarisasi skala nyeri menunjang keakuratan

Ajarkan teknik manajemen nyeri : nafas dalam, guide imagery, relaksasi, visualisasi dan aktivitas terapeutikManajemen pengalihan fokus perhatian nyeri. Pendidikan pada pasien untuk mengurangi nyeri, setiap orang memiliki perbedaan derajat nyeri yang dirasakan

Kaji secara komprehensif kondisi nyeri termasuk lokasi, karakteristik, onset, durasi, frekuensi, kuantitas atau kualitas nyeri, dan faktor presipitasi/pencetusLaporan pasien merupakan indikator terpercaya mengenai eksistensi dan intensitas nyeri pada pasien dewasa. Baru atau peningkatan nyeri memerlukan medikal evaluasi segera.

Observasi secara verbal atau nonverbal ketidaknyamananRespon verbal dapat menjadi indikasi adanya dan derajat nyeri yang dirasakan. Respon non verbal menampilkan kondisi nyeri

Instruksikan pasien untuk melaporkan nyeri bila sangat hebatPartisipasi langsung dalam penanganan dan deteksi dini untuk pengelolaan nyeri secara segera setelah dilaporkan

Informasikan pasien prosedur yang dapat meningkatkan nyeri dan tawarkan koping adaptifTindakan persiapan kondisi pasien sebelum prosedur dan membantu mpasien menetapkan koping sehubungan dengan kebutuhan penanganan stres akibat nyeri

Pantau tanda-tanda vitalRespon outonomik meliputi pada tekanan darah, nadi dan pernafasan, yang berhubungan dengan keluhan / penghilang nyeri. Abnormalitas tanda vital terus menerus memerlukan evaluasi lanjut

Kaji insisi bedah, perhatikan edema, perubahan kontur luka (pembentukan hematoma), atau inflamasi, mengeringkan tepi lukaPerdarahan pada jaringan, bengkak, inflamasi local atau terjadinya infeksi dapat menyebabkan peningkatan nyeri insisi

Berikan analgesic, narkotika, sesuai indikasiMenurunkan laju metabolic dan iritasi usus karena oksin sirkulasi/local, yang membantu menghilangkan nyeri dan meningkatkan penyembuhan. mengontrol atau mengurangi nyeri untuk meningkatkan istirahat dan meningkatkan kerja sama dengan aturan terapeutik

Diagnosa 2 : Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan darah, kehilangan air dengan abnormalKriteria hasil : Menunjukan level elektrolit, BUN, hematokrit dan serum osmolalitas dalam keadaan normal. Urine output dalam batas normal Hasil hemodinamika dalam batas normalINTERVENSIRASIONAL

Monitor dan perbaiki intake output, antara setiap jam dan perbandingkan. Ukur dan dokumentasikan output urine setiap 1-4 jamTerapi diuretik, hipertermia, pembatasan intake cairan dapat menimbulkan kekurangan cairan. Pengukuran tiap jam dan perbandingannya dapt mendeteksi kekurangan

Monitor hasil laboratorium sesuai indikasi (osmolalitas urine 300 mOsm/kg, serum sodium >145 mEq/L, peningkatan level BUN dan hematokrit)Hasil laboratorium menambah keadaan objektif dari ketidakseimbangan. Penurunan osmolalitas urine berhubungan dengan diuresis, peningkatan serum osmolalitas, serum sodium dan hematokrit menunjukan hemokonsentrasi

Monitor ECG dan tekanan hemodinamika secara periodic. Perhatikan adanya gelombang U, QT memanjang, depresi segmen ST, gelombang T memendek dan tekanan hemodinamika kardiak output rendahPemantauan secara periodic menunjang peringatan secepatnya apabila terjadi kondisi yang fatal. Tanda ECG menunjukan penurunan responsibilitas stimulus sel kardiak, menghasilkan hipokalemia sekunder akibat pengeluaran potassium.Sedangkan penurunan tekanan menunjukan hipovolemia dan penurunan kardiak output menunjukan preload insuffisiensi

Berikan terapi sesuai indikasi, biasanya cairan isotonic dengan penambahan potassium klorida jika serum potassium rendah. Pantau akses IV , antisipasi peningkatan pemberian cairan jika hipertermia atau adanya infeksiCairan isotonic adalah pengganti cairan untuk kehilangan cairan tubuh. Produk darah, koloid, atau albmin, dapat digunakan untuk peningkatan MAP. Monitor digunakan untuk mencegah overload volume cairan. Cairan dengan potassium harus dipantau dengan seksama karena pottasium mengiritasi vena dan infus potassium yang cepat dapat menyebabkan hiperkalemia. Hipertermia dan infeksi terjadi akibat kehilangan cairan karena peningkatan metabolic, peningkatan keringat dan ekskresi cairan melalui pernafasan

Pantau tanda-tanda vital dengan sering, perhatikan peningkatan nadi dan perubahan tekanan darahTanda-tanda haemoragik usus dan/atau pembentukan hematoma, yang dapat menyebabkan syok hipovalemik

Palpasi nadi perifer, evaluasi pengisian kapiler, turgor kulit dan status membrane mukosaMemberikan informasi tentang volume sirkulasi umum dan tingkat hidrasi

Perhatikan adanya edemaEdema dapat terjadi karena perpindahan cairan berkenaan dengan penurunan kadar albumin serum/protein

Observasi, catat kualitas kateter drainage / ngtHaluaran cairan berlebihan dapat menyebabkan ketidakseimbangan elektrolit dan alkalosis metabolic dengan kehilangan lanjut kalium oleh ginjal yang berupaya untuk mengkompensasi

Pantau suhuDemam rendah umum terjadi selam 24 -48 jam pertama dan dapat menambah kehilangan cairan

Pertahankan patensi penghisapan NGTMeningkatkan dekompresi usus untuk menurunkan distensi atau kekuatan pada garis jahitan dan menurunkan mual atau muntah , yang dapat menyrtai anastesi, manipulasi usus, atau kondisi yang sebelumnya ada

Diagnosa 3 : Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan insisi pembedahan, perubahan sensasiKriteria hasil : Pasien akan menunjukan perwatan optimal kulit dan luka secara rutin Menunjukan intgritas kulit dan membrane mukosa adekuat ( temperature jaringan, elastisitas, hidrasi, pigmentasi, dan warna) Mencapai pemulihan luka tepat waktu tanpa ada komplikasi.INTERVENSIRASIONAL

Monitor karakteristik luka meliputi lokasi, ada/tidaknya dan karakter eksudat, ada/tidaknya jaringan nekrotik, ada/tidaknya tanda-tanda infeksi (nyeri, bengkak, kemerahan, peningkatan sushu, penurunan fungsi)Permulaan pengkajian yang merupakan langkah awal utnuk memberikan perawatan individual. Penemuan abnormal dapat menjadi data untuk masalah dan dapat digunakan untuk pedoman perencanaan perawatan

Bersihkan dan ganti balutan (wound care) luka dengan teknik sterilPencegahan komplikasi luka terhadap kontaminasi silang dan membantu penyembuhan luka

Minimalisir penekanan pada bagian lukaPencegahan kerusakan kulit merupakan salah satu penanganan mudah masalah sebelum kerusakan kulit berkembang

Pantau tanda-tanda vital dengan sering, perhatikan demam, takipneu, takikardi dan gemetar. Periksa luka dengan sering terhadap bengkak insisi berlebihan, inlamasi drainagePasien dengan kondisi post pembedahan beresiko tinggi mengalami komplikasi. Evaluasi segera dapat menjadi ukuran pencegahan dan penanganan dini

Waspadai factor resiko lanjut, misal : keganasan, seperti limfasarkoma dan mieloma multiple, terapi radiasi dan sisi operasi.Indikatif dari pembentukan hematoma atau terjadinya infeksi yang menunjang perlambatan pemulihan luka dan meningkatkan resiko pemisahan luka.

Berikan antibiotic sesuai indikasiMenurunkan imunokompentesi, ini mempengaruhi pemulihan luka pada infeksi. Meningkatkan vaskulitis dan fibrosis pada jaringan penyambung, mempengaruhi

Diagnosa 4 : Risiko infeksi berhubungan dengan adanya tempat masuknya mikroorganisme sekunder akibat pembedahanKriteria hasil: Klien tidak mengakami infeksi Luka cepat sembuh tanpa komplikasiINTERVENSIRASIONAL

monitor tanda-tanda vitalmengetahui tanda awal terjadinya infeksi

lakukan tehnik perawatan luka dengan tehnik septik dan aseptikperawatan luka dengan tekhnik aseptic dapat mencegah berkembangbiaknya mikroorganisme penyebab infeksi

observasi penyatuan luka, karakter drainage, adanya inflmasimengetahui secara dini tanda infeksi atau memperburuknya kondisi luka

berikan nutrisi yang adekuatdengan nutrisi yang baik dapat meningkatkan daya tahan tubuh

kolaborasi dalam pemberian antibiotikaantibiotika menurunkan jumlah mikroorganisme dan juga dapat membunuh mikroorganisme dengan penggunaan secara teratur

Referensi:Smeltzer, Suzanne C. (2001). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth; alih bahasa, Agung Waluyo ... [et al] Edisi 8. Jakarta: EGCDoenges, Marilynn E. (2000). Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta: EGCFitzpatrick, JK. (1997). Abdominal Surgical Approaches in Danakas GT Pietrantoni M (ed) The Care Of The Gynecologic / Obstetric Patient. St Louis, Missouri, Mosby.Long, Barbara C. (1996). Perawatan Medikal Bedah. Bandung: Yayasan IAPK Pajajaran Bandung