Aspek Bias dalam Pengambilan Keputusan Kredit pada Usaha ...

30
1 PENDAHULUAN Perilaku keuangan adalah ilmu yang menyajikan kumpulan dari alternatif yang dicapai untuk memperbaiki definisi keuangan klasik dari rasional ekonomi (Chira,Inga;dkk, 2008). Perilaku keuangan menggambarkan aspek psikologis yang meneliti mengapa individu dalam mengambil keputusan sering menyimpang dari pilihan yang rasional. Dalam studi tentang perilaku, asumsi yang dibangun adalah bahwa perilaku seseo rang dalam pengambilan keputusan sebenarnya tidak sepenuhnya rasional (Supramono, 2007). Seringkali perilaku seseorang dalam mengambil keputusan seperti pada masalah keuangan dilatar belakangi oleh emosi atau pengaruh orang lain di sekitarnya. Menurut Bass (1983) sebagaimana dikutip Wardhani (2001) menyatakan bahwa kualitas keputusan merupakan ukuran dari efektifitas pengambil keputusan. Pengambilan keputusan yang efektif merupakan suatu proses yang komplek dan tergantung pada keterampilan dalam pengambilan keputusan yang diberikan kepada para pengambil keputusan. Keputusan dari seorang pengusaha yang tidak tepat akan berakibat fatal bagi kelangsungan hidup perusahaan dan karir, yang bahkan tidak bisa diperbaiki lagi (Daryanto,1990: 24). Keputusan yang tidak tepat sering kali dikaitkan pada proses pembuatan keputusan, misalnya: alternative alternative dalam pembuatan keputusan yang tidak ditentukan dengan jelas, informasi yang tepat tidak bisa diperoleh, atau biaya dan keuntungan tidak dipertimbangkan secara cermat. Namun kadangkala kesalahannya bukan terletak pada keputusan yang diambil, tetapi pada proses pembuatan keputusan tersebut. Aspek psikologis merupakan faktor yang turut berperan dalam pengambilan keputusan. Menurut Shefrin (2007) aspek-aspek psikologis tersebut dikategorikan menjadi tiga aspek, yaitu: bias, heuristic, dan framming effect . Seperti yang didefinisikan oleh Shefrin (2007) bias adalah “ kecenderungan kesalahan prediksi (error ) ”. Dalam kata lain bias adalah prasangka terhadap suatu keputusan yang telah terpengaruh oleh suatu keyakinan tertentu.

Transcript of Aspek Bias dalam Pengambilan Keputusan Kredit pada Usaha ...

Page 1: Aspek Bias dalam Pengambilan Keputusan Kredit pada Usaha ...

1

PENDAHULUAN

Perilaku keuangan adalah ilmu yang menyajikan kumpulan dari alternatif yang

dicapai untuk memperbaiki definisi keuangan klasik dari rasional ekonomi (Chira,Inga;dkk,

2008). Perilaku keuangan menggambarkan aspek psikologis yang meneliti mengapa individu

dalam mengambil keputusan sering menyimpang dari pilihan yang rasional. Dalam studi

tentang perilaku, asumsi yang dibangun adalah bahwa perilaku seseorang dalam pengambilan

keputusan sebenarnya tidak sepenuhnya rasional (Supramono, 2007). Seringkali perilaku

seseorang dalam mengambil keputusan seperti pada masalah keuangan dilatar belakangi oleh

emosi atau pengaruh orang lain di sekitarnya.

Menurut Bass (1983) sebagaimana dikutip Wardhani (2001) menyatakan bahwa

kualitas keputusan merupakan ukuran dari efektifitas pengambil keputusan. Pengambilan

keputusan yang efektif merupakan suatu proses yang komplek dan tergantung pada

keterampilan dalam pengambilan keputusan yang diberikan kepada para pengambil

keputusan. Keputusan dari seorang pengusaha yang tidak tepat akan berakibat fatal bagi

kelangsungan hidup perusahaan dan karir, yang bahkan tidak bisa diperbaiki lagi

(Daryanto,1990: 24). Keputusan yang tidak tepat sering kali dikaitkan pada proses pembuatan

keputusan, misalnya: alternative – alternative dalam pembuatan keputusan yang tidak

ditentukan dengan jelas, informasi yang tepat tidak bisa diperoleh, atau biaya dan keuntungan

tidak dipertimbangkan secara cermat. Namun kadangkala kesalahannya bukan terletak pada

keputusan yang diambil, tetapi pada proses pembuatan keputusan tersebut.

Aspek psikologis merupakan faktor yang turut berperan dalam pengambilan

keputusan. Menurut Shefrin (2007) aspek-aspek psikologis tersebut dikategorikan menjadi

tiga aspek, yaitu: bias, heuristic, dan framming effect. Seperti yang didefinisikan oleh Shefrin

(2007) bias adalah “kecenderungan kesalahan prediksi (error)”. Dalam kata lain bias adalah

prasangka terhadap suatu keputusan yang telah terpengaruh oleh suatu keyakinan tertentu.

Page 2: Aspek Bias dalam Pengambilan Keputusan Kredit pada Usaha ...

2

Heuristic yang diartikan sebagai kriteria, metode, atau prinsip untuk menentukan solusi yang

paling efektif untuk mencapai tujuan. Heuristic digunakan untuk menyelesaikan

permasalahan dan memilih yang efektif dari beberapa solusi. (Pearl 1984) Sedangkan

framming effects yang didefinisikan sebagai keputusan seseorang yang dipengaruhi oleh

gaya, dimana latar belakang untuk membuat keputusan itu sudah terbentuk sebelumnya. Bias

merupakan aspek yang turut berperan dalam pengambilan keputusan kredit. Menurut Dewi

(2010) aspek bias merupakan aspek yang cenderung menghasilkan keputusan yang tidak

menjamin ketepatan secara mutlak. Pengambil keputusan memiliki kemungkinan untuk

mengambil keputusan yang salah atau perkiraan yang melenceng. Kondisi ini membahayakan

karena tidak dapat dilihat dan terkait langsung dengan proses pemikiran. Bias mengakibatkan

kesalahan prediksi, karena dapat membuat orang salah dalam memperhitungkan resiko yang

dapat terjadi. Hal ini yang menjadi ketertarikan untuk membahas mengenai aspek bias. Bias

dibagi menjadi empat macam: (1) excessive optimism, (2) overconfidence, (3) confirmation,

dan (4) illusion of control.

Dalam proses pengambilan keputusan sering kali pelaku usaha tidak menyadari

bahwa faktor psikologis yang ada pada diri masing-masing turut berperan penting dalam

pengambilan keputusan. Seringkali perilaku seseorang dalam mengambil keputusan dalam

masalah keuangan dilatar belakangi oleh emosi. Sebagai contoh pada usaha mikro kecil

menengah (UMKM), seperti para pengusaha makanan ringan yang berada di kota Salatiga,

salah satu hal yang menghambat usahanya adalah keterbatasan modal. Tambahan modal

sangat diperlukan untuk memulai usaha atau memperluas usaha yang dimiliki. Dengan

kecilnya modal yang dimiliki pengusaha skala kecil ini membuat para pelaku usaha tersebut

harus berhati – hati dalam mengambil keputusan yang tepat untuk mengatasi masalah

kekurangan modal. Supramono (2008) juga menyebutkan bahwa usaha kecil menengah

sering mengalami kesulitan pendanaan pada saat membutuhkan tambahan modal kerja, dan

Page 3: Aspek Bias dalam Pengambilan Keputusan Kredit pada Usaha ...

3

terpaksa menjual asset pribadi atau mencari pendanaan melalui kredit. Para pengusaha

makanan ringan dapat memperoleh kredit melalui bank atau lembaga perkreditan lainnya.

Disinilah psikologis mereka diuji, keputusan kredit yang diambil oleh para pelaku usaha ini

harus tepat agar usaha yang dijalankannya dapat berkembang dengan baik, karena apabila

keputusan yang diambil tidak tepat dapat merugikan usaha yang dijalankannya.

Dengan adanya kredit, seorang pelaku usaha dapat mengembangkan usahanya dengan

tambahan modal yang didapat dari kredit. Banyak sekali pengusaha-pengusaha kecil sampai

menengah keatas yang melakukan kredit untuk menjalankan usahanya. Dalam pengambilan

kredit seorang pengusaha memiliki berbagai pertimbangan dalam melakukan kredit. Apabila

seorang pengusaha dapat memilih keputusan kredit dengan tepat maka usahanya akan

berhasil, begitu pula sebaliknya.

Berdasarkan uraian diatas, penelitian ini mengangkat fenomena yang terjadi pada para

pengusaha makanan ringan yang sebagian besar adalah usaha kecil dan menengah, terutama

para pengusaha makanan ringan yang berada di kota Salatiga untuk memecahkan masalah

dan mencari solusi yang terbaik dalam menyelesaikan masalah tersebut. Industri makanan

ringan di kota Salatiga memiliki potensi untuk dikembangakan dengan laba yang cukup

tinggi, terbukti dengan adanya data yang diperoleh dari CEMSED bahwa populasi industri

makanan ringan yang berada di kota Salatiga cukup besar. Dengan adanya kredit dapat

membantu pelaku usaha dalam memperoleh tambahan modal untuk membuka usaha ataupun

mengembangkan usahanya dalam bidang industri makanan ringan. Namun dalam

pengambilan kredit tersebut dimungkinkan terdapat faktor bias yang mempengaruhi

seseorang dalam pengambilan kredit.

Page 4: Aspek Bias dalam Pengambilan Keputusan Kredit pada Usaha ...

4

Penelitian ini dilakukan untuk mengukur pengaruh bias dalam pengambilan keputusan

kredit yang dilakukan para pengusaha makanan ringan di kota Salatiga. Dari masalah

masalah penelitian tersebut, rumusan persoalan penelitian ini adalah:

Apakah excessive optimism dapat memberikan pengaruh terhadap pengambilan

keputusan kredit pada industri makanan ringan di kota Salatiga?

Apakah overconfidence dapat memberikan pengaruh terhadap pengambilan

keputusan kredit pada industri makanan ringan di kota Salatiga?

Apakah confirmation dapat memberikan pengaruh terhadap pengambilan keputusan

kredit pada industri makanan ringan di kota Salatiga?

Apakah illusion of control dapat memberikan pengaruh terhadap pengambilan

keputusan kredit pada industri makanan ringan di kota Salatiga?

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk membantu para pengusaha makanan ringan dalam

mengambil keputusan kredit dan mengetahui apakah seorang pelaku usaha cenderung

mengalami bias dalam pengambilan keputusan kredit.

Sehingga, manfaat dari penelitian ini bagi para pengusaha makanan kering di kota

Salatiga adalah untuk membantu mereka dalam mengidentifikasi faktor psikologis yang ada

dalam diri mereka, terutama aspek bias yang dapat menyebabkan mereka salah dala m

mengambil keputusan. Disamping itu berguna juga sebagai masukan bagi para pengusaha

makanan ringan yang berada di kota Salatiga agar dapat mengambil keputusan kredit dengan

baik dan mendapatkan hasil yang sesuai dengan apa yang diharapkan.

Page 5: Aspek Bias dalam Pengambilan Keputusan Kredit pada Usaha ...

5

LANDASAN TEORI

Keputusan Kredit

Robbins (2007) mendefinisikan keputusan sebagai pilihan yang diambil dari dua atau

lebih alternatif. Keputusan yang diambil tentunya akan didukung dengan berbagai faktor

yang melatarbelakangi pengambilan keputusan. Keputusan yang tepat biasanya adalah

keputusan yang bersifat rasional, sesuai dengan hati nurani, dan didukung oleh fakta-fakta

yang ada sehingga dapat dipertanggung jawabkan. Terdapat tiga keputusan di bidang

manajemen keuangan, yaitu: keputusan investasi, keputusan pendanaan dan keputusan modal

kerja. Mengambil suatu keputusan adalah memilih satu dari berbagai macam alternative yang

ada.

Kata kredit berasal dari bahasa Yunani yaitu “Credere” yang mengandung arti

kepercayaan. Oleh karena itu pada dasarnya pemberian kredit adalah kepercayaan. Karena itu

dasar dari kata kredit adalah kepercayaan bahwa seseorang atau penerima kredit akan

memenuhi segala sesuatu yang telah diperjanjikan terlebih dahulu pada masa yang akan

datang. Jadi seseorang sebagai pihak pemberi kredit (kreditur) percaya bahwa penerima

kredit (debitur) akan sanggup memenuhi segala sesuatu yang telah disepakati bersama.

Dalam melakukan kredit, seorang pengusaha harus dapat menganalisis dan memilih

secara tepat mana kredit yang akan digunakan. Kemudian menerapkan pe ngambilan

keputusan kredit secara tepat. Dalam melakukan keputusan kredit seorang pengusaha harus

dapat mempertimbangkan apakah kredit yang digunakan cukup bermanfaat dengan

sedikitnya bunga yang sudah ditentukan.

Page 6: Aspek Bias dalam Pengambilan Keputusan Kredit pada Usaha ...

6

Aspek bias

Menurut Shefrin (2007), aspek bias dibagi menjadi 4 jenis kategori yaitu: (1)

excessive optimism, (2) overconfidence, (3) confirmation, dan (4) illusion of control.

Excessive optimism (optimism yang berlebihan) berkaitan dengan terlalu tinggi hasil

yang menguntungkan daripada hasil yang tidak menguntungkan (Shefrin, 2007). Yaitu jenis

penyimpangan yang menyebabkan seberapa seringnya orang menaksir terlalu tinggi terhadap

hasil yang baik dan menganggap remeh hasil yang kurang baik dari pengalaman yang mereka

dapat. Meinert (1991) telah menunjukkan bahwa “alasan utama adanya masalah utang hari ini

adalah optimisme masa lalu yang berlebihan dari seorang pelaku usaha. Optimis merupakan

sikap yang diharapkan dimiliki oleh semua investor disebabkan pengaruhnya terhadap

perilaku yang selalu berusaha mencapai hasil yang ditargetkan, namun apabila optimis

menjadi berlebihan maka akan membuat seseorang menjadi tidak realistis dengan keadaan rill

yang dihadapi atau menyepelekan resiko yang akan terjadi (Bratvold, Begg, & Campbell,

2005).

Overconfidence (percaya diri yang berlebihan), yaitu suatu jenis penyimpangan yang

menyebabkan seberapa seringnya seseorang membuat kesalahan karena rasa percaya diri

yang berlebihan. Overconfidence menurut Shefrin (2007) berkaitan dengan seberapa baik

orang mengerti kemampuan mereka sendiri dan batas pengetahuan mereka. Penyebab

dari overconfidence yaitu kepercayaan diri yang berlebihan bahwa informasi yang diperoleh

mampu dimanfaatkan dengan baik karena memiliki kemampuan analisis yang akurat dan

tepat, namun hal ini sebenarnya merupakan suatu ilusi pengetahuan dan kemampuan

dikarenakan adanya beberapa alasan seperti pengalaman yang kurang dan keterbatasan

keahlian mengintepretasi informasi (Baker & Nofsinger 2002).

Confirmation bias yaitu suatu penyimpangan yang menyebabkan seseorang lebih suka

mendengar pendapat orang yang sejalan dengan pemikiranya. Dimana seseorang seringkali

Page 7: Aspek Bias dalam Pengambilan Keputusan Kredit pada Usaha ...

7

hanya ingin mendengar apa yang mereka ingin dengar (Shefrin, 2007). Sedangkan menurut

Joutsen, (2009) Confirmation bias diartikan sebagai mengabaikan informasi yang tidak

mendukung pandangan kita dan mengambil terlalu banyak informasi yang sesuai dengan

pandangan kita. Atau dengan kata lain individu akan memiliki kebiasaan mendengar apa

yang disukai, selain itu juga individu yang berperilaku confirmation bias akan menghabiskan

banyak waktu untuk mencari alasan yang mendukung mengapa alasannya tepat dan

sebaliknya. Seseorang yang mengalami confirmation bias cenderung lebih mendengarkan

pendapat orang yang sejalan dengan pemikirannya dan mengabaikan pendapat orang yang

bertentangan dengan pemikirannya. Penyimpangan konfirmasi sering terjadi karena adanya

kesalahan sewaktu melakukan konfirmasi terhadap informasi yang didapatkan. (Joutsen,

2009)

Illusion of control adalah kecenderungan manusia percaya bahwa mereka dapat

mengontrol atau paling tidak mempengaruhi hasil tetapi pada kenyataannya mereka tidak

dapat. Dimana pada umumnya seseorang merasa mampu mengendalikan hasil dari keputusan

yang diambilnya. Kepercayaan pengusaha dapat memiliki pengaruh terhadap hasil, sehingga

investor menaksir terlalu tinggi kontrol yang mereka miliki terhadap hasil (Nofsinger, 2005)

Sedangkan menurut Shefrin (2007) mengemukakan bahwa ketika seorang manajer membuat

suatu keputusan, hasil yang diperoleh merupakan kombinasi dari ketrampilan yang dipunya

dan keberuntungan.

Aspek Bias dalam Pengambilan Keputusan Kredit

Psikologis yang ada dalam diri seseorang dapat ditunjukkan melalui perilaku. Perilaku

tersebut akan nampak sewaktu ia mengeluarkan pendapat atau pandangan dan dapat

ditunjukkan melalui sikap dalam kehidupan sehari-hari. Dalam studi tentang perilaku asumsi

Page 8: Aspek Bias dalam Pengambilan Keputusan Kredit pada Usaha ...

8

yang dibangun bahwa perilaku seseorang dalam pengambilan keputusan sebenarnya tidak

sepenuhnya rasional (Supramono, 2007).

Stoner (1995) mengatakan bahwa setiap keputusan mengandung unsur ketidakpastian

dan memiliki resiko yang sangat besar dan bertujuan untuk membendung penyimpangan

yang ada. Sering kali individu berperilaku tidak rasional dam membuat kesalahan sistematis

dari peramalan yang dilakukan. Setiap keputusan yang diambil individu masih dipengaruhi

oleh aspek bias yang membuat individu bisa gagal dalam mengambil keputusan kredit.

Aspek bias dapat mempengaruhi seseorang dalam mengambil keputusan. Terdapat

kemungkinan kesalahan atau perkiraan yang melenceng dalam pengambilan keputusan.

Aspek psikologis merupakan faktor yang turut berperan dalam pengambilan keputusan

seseorang. Setiap individu memiliki aspek psikologis yang berbeda-beda yang dapat

mempengaruhi perilaku seseorang dalam pengambilan keputusan kredit, dimana keputusan

kredit tersebut dapat dipengaruhi oleh adanya bias. Aspek bias memiliki 4 jenis kategori

yaitu: (1) excessive optimism, (2) overconfidence, (3) confirmation, dan (4) illusion of

control.

Excessive optimism adalah sikap optimis yang berlebihan. Biasanya pengenalan

produk baru di pasar tidak lepas dari adanya bias. Hal ini tidak mengherankan karena banyak

perusahaan yang mungkin tidak sengaja terlibat dalam optimisme yang berlebihan,terutama

jika mereka sedang dihadapkan pada perkiraan yang menguntungkan. Nofsinger (2001)

mengemukakan bahwa rasa optimis yang berlebihan dapat membuat manajer menghasilkan

kualitas pengambilan keputusan yang buruk, dan tingkat akurasi dalam pembuatan perkiraan-

perkiraan perolehan keuntungan yang realisasinya jauh dari apa yang direncanakan. Rasa

optimis yang berlebihan sering kali membuat manajer menyusun perkiraan-perkiraan yang

terlalu positif, tanpa memperhitungkan kendala, kerugian, dan tantangan yang mungkin

menghadang. Akibatnya, jika terjadi masalah didepan maka para manajer yang terlalu

Page 9: Aspek Bias dalam Pengambilan Keputusan Kredit pada Usaha ...

9

optimistis tersebut menjadi tidak siap, dan cenderung melakukan kesalahan dalam

pengambilan keputusan karena berada di bawah tekanan atau kepanikan. Dalam hal

keputusan kredit diartikan bahwa pengusaha yang memiliki excessive optimism mempunyai

keyakinan yang tinggi akan kemajuan usahanya dimasa yang akan datang, sehingga mereka

yakin bahwa kredit yang diambil dapat dibayar sesuai jangka waktu yang ditentukan, selain

itu dana yang didapat dari kredit bisa dikembangkan untuk memperlancar usahanya.

H1: terdapat pengaruh positif dari excessive optimism terhadap pengambilan keputusan

kredit.

Overconfidence terjadi ketika seseorang yang mempunyai keyakinan yang terlalu

berlebih mengenai kemampuan aslinya. Pada umumnya, orang cenderung melebih- lebihkan

kemampuan mereka untuk melakukan sesuatu dengan baik. Sikap percaya diri yang

berlebihan ini sangat membantu para pelaku usaha dalam membuat keputusan pada situasi

yang belum pasti. Seseorang yang mempunyai rasa percaya diri optimal biasanya mampu

menangani situasi yang sulit dengan baik. Pengusaha yang memiliki overconfidence merasa

yakin dengan kemampuan yang dimilikinya, menganggap dirinya lebih baik daripada

pengusaha lain, dan yakin akan memperoleh keuntungan yang tinggi dengan resiko yang

rendah dengan menggunakan kredit sebagai tambahan modal usaha. Overconfidence juga

akan mengesampingkan informasi yang didapat karena dia terlalu percaya pada keyakinan

sendiri

H2 : terdapat pengaruh positif dari overconfidence terhadap pengambilan keputusan kredit.

Confirmation bias. Seorang pengusaha akan banyak meluangkan waktu untuk

mencari informasi yang memperkuat pandangan pengusaha tetapi mengabaikan informasi

yang tidak sesuai dengan pandangannya meskipun informasi te rsebut sebenarnya dapat

membantu pengusaha untuk mengambil keputusan yang lebih baik. Sehingga akan lebih

mempertimbangkan informasi yang sesuai dengan pendapat pribadi. Dalam pengambilan

Page 10: Aspek Bias dalam Pengambilan Keputusan Kredit pada Usaha ...

10

keputusan kredit, seorang pengusaha yang mengalami confirmation bias akan mendengarkan

informasi yang ingin didengar saja. Membuat alasan yang membenarkan pendapatnya tentang

keputusan kredit yang diambil dan mengabaikan informasi yang tidak mendukung

pendapatnya. Semakin banyak informasi yang mendukung pendapatnya, seorang pengusaha

akan semakin berani untuk mengambil kredit. Sehingga pengusaha akan berpendapat bahwa

kredit merupakan hal yang wajar untuk memajukan usahanya dalam penambahan modal dan

cenderung mengabaikan informasi – informasi yang negatif tentang kredit.

H3: terdapat pengaruh positif dari confirmation bias terhadap pengambilan keputusan kredit.

Illusion of control. Seorang pengusaha akan mengambil keputusan berdasarkan

pengetahuan yang dimiliknya, dan membuat ia merasa memiliki kendali terhadap hasil

keputusannya sendiri. Padahal kenyataannya tidak demikian, sebagian besar hasil keputusan

apakah mendatangkan keuntungan atau kerugian adalah diluar kendali pengambil keputusan

(Supramono, 2008). Pengusaha yakin bahwa akan mampu mengelola usaha dengan baik

apabila usaha tersebut dikendalikan sendiri oleh pengusaha, dengan demikian pengusaha juga

yakin bahwa dapat mengontrol dengan baik kredit yang akan digunakan. Beberapa hal yang

mendorong terjadinya illusion of control adalah pilihan, urutan hasil, kefamiliaran,

kesuksesan masa lalu, informasi, dan keterlibatan aktif (Nofsinger, 2005). Penentuan pilihan

secara aktif dapat menimbulkan kontrol yang baik. Hal ini berarti semakin aktif pengusaha

dalam membuat pilihan tentang keputusan kredit, maka pengusaha akan semakin yakin

memperoleh keberhasilan dari apa yang telah dipilihnya. Cara atau proses mendapatkan hasil

(urutan hasil) mempengaruhi illusion of control. Urutan hasil yang diperoleh pengusaha akan

mempengaruhi illusion of control. Jika mendapat hasil yang positif terlebih dahulu, maka

akan meningkatkan illusion of control dari seorang pengusaha. Jika yang terjadi sebaliknya

maka akan membawa dampak yang negatif. Semakin familiar pengusaha dengan kredit, maka

semakin besar kontrol pengusaha terhadap keputusan kredit yang diambil. Semakin banyak

Page 11: Aspek Bias dalam Pengambilan Keputusan Kredit pada Usaha ...

11

kesuksesan masa lalu yang dialami seorang pengusaha, maka mereka akan semakin percaya

dengan kemampuan yang mereka miliki, bahkan meskipun faktor keberuntunganlah yang

terlibat. Jika pengusaha memiliki informasi yang banyak mengenai kredit maka akan

berdampak positif terhadap illusion of control, semakin aktif pula pengusaha dalam

mengambil keputusan kredit dalam penambahan modal kerja. Pengusaha yang sebelumnya

pernah melakukan pengambilan keputusan kredit dan berhasil dalam pengelolaan kredit maka

akan memiliki illusion of control apabila melakukan pengambilan keputusan kredit kembali.

H4: terhadap pengaruh positif dari illusion of control terhadap pengambilan keputusan kredit.

Berdasarkan penjelasan mengenai hubungan antara berbagai variable diatas,

kemudian dirumuskan dalam model penelitian, bahwa variabel excessive optimism,

overconfidence, confirmation, dan illusion of control berpengaruh terhadap pengambilan

keputusan kredit. Oleh karena itu kerangka model penelitian yang dimaksud adalah sebagai

berikut:

Excessive optimism

Overconfidence

Confirmation

Illusion of control

Pengambilan keputusan kredit

H1 +

H2 +

H3 +

H4 +

Page 12: Aspek Bias dalam Pengambilan Keputusan Kredit pada Usaha ...

12

METODE PENELITIAN

Populasi dan Sampel

Populasi diartikan sebagai objek atau subjek yang mempunyai kuantitas dan

karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk mempelajari dan kemudian ditarik

kesimpulan (Sugiyono, 2008). Populasi dalam penelitian ini adalah Usaha Mikro Kecil

Menengah industri makanan ringan di kota Salatiga dengan jumlah populasi 295 responden.

Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan metode purposive sampling,

dengan kriteria pemilik sekaligus pengelola industri makanan ringan di kota Salatiga yang

bersedia menjadi responden.

Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer. Data primer

merupakan sumber data penelitian yang diperoleh secara langsung dari sumber asli. Data

primer diperoleh dengan cara penyebaran kuisioner dan wawancara kepada beberapa

UMKM industri makanan ringan yang terletak di kota Salatiga.

Indikator Empirik

Indikator empirik ini disusun berdasarkan dan disesuaikan dengan penelitian yang telah

dilakukan oleh Santoso (2009) sehingga diperoleh rumusan indikator empirik sebagai berikut:

Page 13: Aspek Bias dalam Pengambilan Keputusan Kredit pada Usaha ...

13

Bias Definisi Indikator

Excessive optimism Jenis penyimpangan yang

menyebabkan seberapa

seringnya orang menaksir

terlalu tinggi terhadap hasil

yang baik dan menganggap

remeh hasil yang kurang baik

dari pengalaman yang mereka

dapat.

- Berkeyakinan akan mendapatkan

keuntungan yang tinggi.

- Berkeyakinan bahwa kredit yang

dilakukan akan bermanfaat bagi

usahanya.

- Berkeyakinan bahwa kredit yang

dilakukan dapat berjalan dengan

lancar.

Overconfidence Jenis penyimpangan yang

menyebabkan seberapa

seringnya orang membuat

kesalahan karena kepercayaan

diri yang terlalu berlebihan

dan menganggap kemampuan

diri sendiri yang paling baik.

- Percaya degan kemampuan diri

sendiri

- Terlalu percaya diri akan

mendapatkan hasil yang optimal.

- Tidak memperdulikan pendapat

dari orang lain.

Confirmation Jenis penyimpangan yang

menyebabkan seseorang lebih

suka mendengar pendapat dari

orang lain yang sejalan

dengan pemikirannya.

Sehingga akan lebih

mempertimbangkan informasi

yang sesuai dengan pendapat

pribadi.

- Tidak suka mendengar pendapat

orang yang bertentangan dengan

pemikirannya.

- Menggunakan informasi yang

diberikan oleh orang yang sejalan

dengan pemikirannya sebagai

bahan pertimbangan.

- Lebih memperhatikan pendapat

orang yang sesuai dengan

pendapatnya.

- Cenderung mengesampingkan

informasi yang tidak sesuai

dengan pemahamannya.

Page 14: Aspek Bias dalam Pengambilan Keputusan Kredit pada Usaha ...

14

Bias Definisi Indikator

Illusion of Control Suatu penyimpangan yang

menyebabkan seseorang

merasa seakan – akan ia dapat

mengendalikan

lingkungannya, padahal

sebenarnya tidak.

- Berkeyakinan dapat mengatasi

semua masalah yang terjadi

kedepannya dengan baik.

- Berkeyakinan dapat melakukan

antisipasi jika terjadi masalah di

tengah jalan.

- Beranggapan bahwa akan ada

yang membantu jika terjadi

masalah di tengah jalan.

Teknik Analisis Data

Dalam penelitian ini, alat analisis yang dipakai adalah analisis dengan logistic

regression. Analisis ini digunakan untuk menganalisis pengaruh antara variabel independen

(x) terhadap variabel dependen (y), dengan syarat bahwa variabel dependen merupakan

variabel dummy yang hanya memiliki dua alternative dan variabel independen memiliki skala

data interval atau ratio.. Variabel independen dalam penelitian ini adalah excessive optimism,

overconfidence, confirmation, dan illusion of control. Sedangkan variabel dependennya

adalah pengambilan keputusan kredit.

Dengan model regresi :

Ln 𝑝

1−𝑝 = b0 + b1x1 + b2x2 + b3x3 + b4x4

Keterangan :

p : peluang seorang pengusaha mengambil kredit

b0 : konstanta dari model regresi logistik

b1 : koefisien regresi dari varabel bebas

x1 : excessive optimism

x2 : overconfidence

x3 : confirmation

x4 : illusion of control

Page 15: Aspek Bias dalam Pengambilan Keputusan Kredit pada Usaha ...

15

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan bersama – sama dengan penelitian

“Pengaruh Personality Traits terhadap Pengambilan Keputusan Kredit UMKM pada Industri

Makanan Ringan di Kota Salatiga” yang dilakukan oleh Darmawan (2012). Pengambilan

sampel yang dilakukan di kota Salatiga ini dilakukan dengan cara membagikan kuisioner

kepada pedagang – pedagang kecil di pasar raya I, pasar raya II, pasar pagi serta menitipkan

kuisioner lewat toko yang menjual makanan di kota Salatiga.

Penyebaran kuisioner ini juga didukung oleh CEMSED FEB UKSW yaitu dengan

memfasilitasi penulis mengikuti pertemuan rutin paguyuban UMKM yang diadakan setiap

satu bulan sekali, yaitu pada hari selasa, 21 Febuari 2012. Disamping itu kuisioner ini juga

mendapat bantuan lewat kepala cabang Bank Mandiri Salatiga sebagai fasilitator dalam

mendapatkan tambahan responden. Melalui kepala cabang Bank Mandiri ini diperoleh

informasi mengenai data beberapa responden di kota Salatiga yang pernah a mbil kredit.

Kemudian pihak Bank Mandiri memberikan kenalan salah satu pengusaha makanan ringan

dan kue yang juga tergabung dalam salah satu anggota paguyuban UMKM di kota Salatiga.

Dari pengusaha tersebut diperoleh informasi mengenai acara “Peringatan Har i Pers Nasional

(HPN) tahun 2012 dan Hari Ulang Tahun ke-66 Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) tingkat

Jawa Tengah”, yang diadakan pada tanggal 16 Maret 2012 di Lapangan Pancasila, Salatiga.

Dalam acara tersebut terdapat beberapa UMKM yang menjual produk mereka dalam bentuk

stand – stand. Melalui acara tersebut, dapat membantu penulis untuk menyebarkan kuisioner.

Page 16: Aspek Bias dalam Pengambilan Keputusan Kredit pada Usaha ...

16

Karakteristik Responden

Penelitian ini menggunakan sampel sebanyak 60 responden, dari 60 responden

terdapat sebanyak 49 orang responden yang pernah mengambil kredit dan 11 responden yang

belum pernah mengambil kredit. Berdasarkan kuisioner yang disebarkan kepada para UMKM

di kota Salatiga, diperoleh karakteristik responden mengenai pernah atau belum pernah ambil

kredit, usia, jenis kelamin, pendidikan terakhir, dan jumlah tenaga kerja. Dalam penelitian ini

juga diperoleh informasi tentang dimana kredit tersebut diambil, baik melalui bank, pinjaman

saudara, maupun ke lembaga keuangan lainnya. Lembaga keuangan yang cukup sering

disebutkan oleh responden sebagai sumber kredit mereka adalah BRI. Selain itu terdapat pula

beberapa lembaga keuangan lainnya yang diakses oleh responden antara lain BNI, Bank

Mandiri, Bank Danamon, BPR, koperasi, dan Bank Jateng.

Distribusi Responden Berdasarkan Pernah atau Belum Pernah Ambil Kredit

Tabel 1. Distribusi Responden Berdasarkan Pernah atau Belum Pernah Ambil Kredit

Jumlah (orang) Presentase

Pernah Ambil Kredit 49 81,67

Belum Pernah 11 18,33

Total 60 100

Sumber : data primer (2012)

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa presentase responden yang pernah

mengambil kredit jauh lebih besar dibandingkan dengan presentase responden yang belum

pernah mengambil kredit, yakni sebanyak 49 orang (81,67%), sedangkan yang belum pernah

mengambil kredit sebanyak 11 orang (18,33%). Sebagian besar pengusaha kecil di kota

Salatiga membutuhkan tambahan modal untuk memulai atau memperluas usaha mereka.

Dengan adanya kredit pengusaha dapat memperoleh tambahan moda untuk usaha mereka.

Bagi yang tidak menggunakan kredit bisa dikarenakan pengusaha tersebut sudah memiliki

modal atau meneruskan usaha dari orang tua mereka.

Page 17: Aspek Bias dalam Pengambilan Keputusan Kredit pada Usaha ...

17

Distribusi Responden Berdasarkan Usia

Tabel 2. Distribusi Responden Berdasarkan Usia

Usia (tahun) Jumlah /

Presentase 20- 29 30-39 40-49 50-59 60-69

Pernah Ambil Kredit 8 12 15 11 3 49

Belum Pernah 2 4 3 2 0 11

Total 10 16 18 13 3 60

Sumber : data primer (2012)

Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa presentase terbesar responden yang pernah

ambil kredit terletak pada usia 40-49 tahun sebesar 18 orang (30,61%) dari total presentase

responden yang pernah ambil kredit sebesar 49 orang, sedangkan presentase terkecil

responden yang pernah ambil kredit terletak pada usia 60-69 tahun yaitu sebesar 3 orang

(6,12%) dari total presentase responden yang pernah ambil kredit sebesar 49 orang.

Disamping itu presentase terbesar responden yang belum pernah ambil kredit terletak pada

usia 30-39 tahun sebesar 4 orang (36,36%) dari total presentase responden 11, dan presentase

terkecil responden yang belum pernah ambil kredit sebesar 0 pada usia 60-69 tahun dari total

presentase responden yang belum pernah ambil kredit 11 orang. Faktor usia juga berpengaruh

terhadap pengambilan keputusan kredit pengusaha makanan ringan di kota Salatiga.

Responden dengan usia 20-29, 30-39 hingga usia 40-49 memiliki semangat yang semakin

tinggi, karena pada saat mereka hendak berkeluarga ataupun sudah berkeluarga pasti semakin

bersemangat untuk meningkatkan perekonomian mereka. Untuk responden berusia 50-59

sampai 60-69, cenderung memiliki semangat dan tenaga yang semakin berkurang. Mereka

juga sudah tidak memiliki tanggungan keluarga, sehingga kebutuhan untuk memulai usaha

atau memperluas usaha juga semakin berkurang.

Page 18: Aspek Bias dalam Pengambilan Keputusan Kredit pada Usaha ...

18

Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Tabel 3. Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Jenis Kelamin Jumlah

Laki - Laki Perempuan

Pernah Ambil

Kredit

17 32 49

Belum Pernah 6 5 11

Total 23 37 60

Sumber : data primer (2012) Dalam tabel diatas menunjukkan bahwa jumlah presentase responden perempuan

yang pernah ambil kredit lebih besar daripada presentase jumlah responden laki – laki, yaitu

sebesar 32 orang (65%) untuk jumlah presentase responden perempuan dari total presentase

responden yang pernah ambil kredit 49 orang, dan 17 orang (35%) untuk jumlah responden

laki – laki dari total presentase responden yang pernah ambil kredit 49 orang. Sedangkan

presentase responden laki – laki yang belum pernah ambil kredit lebih besar sebesar 6 orang

(55%) dari total presentase responden yang belum ernah ambil kredit sebesar 11 orang, dan 5

orang (45%) untuk jumlah presentase perempuan dari total presentase responden sebesar 11

orang yang belum pernah ambil kredit. Sifat dari laki – laki dan perempuan berbeda. Laki –

laki lebih berani mengambil resiko dalam pengambilan keutusan kredit. Sedangkan seorang

wanita lebih hati – hati dalam mengambil kredit dan mempunyai pemikiran yang panjang.

Oleh karena itu, perempuan lebih matang dalam pengambilan keputusan kreditnya.

Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir

Tabel 4. Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir

Tingkat Pendidikan

Jumlah SD SMP

SMA/

sederajat

Diploma/

Sarjana

Tidak

Diketahui

Pernah Ambil Kredit 3 12 19 14 1 48

Belum Pernah 1 1 6 1 2 9

Total 4 13 25 15 57

Sumber : data primer (2012)

Page 19: Aspek Bias dalam Pengambilan Keputusan Kredit pada Usaha ...

19

Berdasarkan tabel diatas, terdapat 3 responden yang tidak memberikan informasi

mengenai pendidikan terakhirnya. Dapat diketahui bahwa sebanyak 19 responden (39,58%)

dari 25 responden lulusan SMA lebih banyak mengambil kredit, dapat diketahui juga sebesar

14 responden (29,17%) dari 15 responden lulusan diploma atau sarjana yang cukup banyak

mengambil kredit. Sedangkan, terdapat pula 3 responden yang tidak memberikan informasi

mengenai pendidikan terakhirnya. Faktor pendidikan sangat berperan terhadap pengambilan

keputusan kredit. Dengan pendidikan yang dimiliki pengusaha membuat pengusaha memiliki

kemauan untuk mencari informasi sebanyak – banyaknya, dan menyadari bahwa perlunya

informasi yang dibutuhkan untuk mengambil kredit.

Disrtibusi Responden Berdasarkan Jumlah Tenaga Kerja

Tabel 5. Disrtibusi Responden Berdasarkan Jumlah Tenaga Kerja

Jumlah Tenaga Kerja (orang) Jumlah

0-2 3-5 6-8 9-11

Ambil Kredit 24 17 6 2 49

Belum Pernah 7 4 0 0 11

Total 31 21 6 2 60

Sumber : data primer (2012) Tabel diatas menunjukkan bahwa responden yang pernah ambil kredit dengan jumlah

tenaga kerja 0-2 orang (termasuk pemilik usaha) merupakan kelompok responden paling

banyak, yaitu sebesar 24 orang (48,98%) dari total respoden yang pernah ambil kredit sebesar

49 orang. Sedangkan responden yang belum pernah ambil kredit dengan jumlah tenaga kerja

0-2 orang (termasuk pemilik usaha) juga merupakan kelompok responden paling banyak,

yaitu sebesar 7 orang (63,64%) dari total responden yang belum pernah ambil kredit sebesar

11 orang. Jumlah tenaga kerja juga berperan terhadap pengambilan keputusa kredit, terutama

bagi pengusaha yang memiliki sedikit tenaga kerja. Pengambilan keputusan kredit sangat

berperan apabila mereka ingin memperluas usaha mereka dan menambah tenaga kerja

dibutuhkan modal yang cukup.

Berikut akan dipaparkan aspek bias pada diri responden terkait dengan

karakteristiknya. Dalam penelitian ini, seorang responden dianggap memiliki aspek bias

Page 20: Aspek Bias dalam Pengambilan Keputusan Kredit pada Usaha ...

20

tertentu jika memberikan jawaban “setuju” dan “sangat setuju” pada kuisioner untuk semua

indikator aspek bias tertentu. Dengan demikian, setiap responden dapat memiliki aspek bias

lebih dari satu variabel. Berikut adalah jumlah responden untuk setiap aspek bias:

Tabel 6. Jumlah Responden untuk Setiap Aspek Bias

Aspek Bias Jumlah Responden (orang)

Excessive optimism 46

Overconfidence 13

Confirmation 4

Illusion of control 15

Sumber : data primer (2012)

Dari tabel di atas, nampak bahwa sebagian besar responden (46 orang) memiliki

aspek bias excessive optimism yang berarti memiliki sikap optimis yang cenderung

berlebihan. 13 responden memiliki aspek bias overconfidence atau memiliki rasa percaya

terhadap diri sendiri yang cenderung berlebihan. 4 responden memiliki aspek bias

confirmation yang berarti cenderung mengesampingkan pendapat dari orang lain yang tidak

sejalan dengan pemikirannya dan hanya mendengar pendapat dari orang lain yang sejalan

dengan pemikirannya. Sebagian responden juga merasa bahwa dirinya mampu

mengendalikan sepenuhnya usaha yang dijalankan dimasa mendatang ( illusion of control),

yaitu berjumlah 15 orang.

Aspek bias yang melekat pada setiap individu responden tersebut diduga dipengaruhi

oleh karakteristik individu itu sendiri. Selanjutnya akan disajikan tabulasi distribusi aspek

bias individu responden berdasarkan karakteristiknya.

Tabel 7. Distribusi Aspek Bias Responden Berdasarkan Usia

Aspek bias Usia (tahun)

Jumlah 20–29 30-39 40-49 50-59 60-69

Excessive optimism 7 11 15 10 3 46

Overconfidence 2 2 5 3 1 13

Confirmation 0 0 3 1 0 4

Illusion of control 1 1 6 5 2 15

Total 78

Jumlah responden

per kelompok usia 10 16 18 13 3

Sumber : data primer (2012)

Page 21: Aspek Bias dalam Pengambilan Keputusan Kredit pada Usaha ...

21

Responden dengan rasa optimism berlebihan (excessive optimism) paling banyak

terjadi pada kelompok usia antara 40-49 tahun, yaitu sebanyak 15 orang. Hal itu sejalan

dengan kenyataan bahwa berdasarkan usia, memang paling banyak responden berasal dari

kelompok usia tersebut yaitu 18 orang (lihat tabel 2). Kondisi yang cukup menarik adalah

untuk responden dari kelompok usia 60-69 tahun yang hanya berjumlah tiga orang ternyata

seluruhnya mengalami bias excessive optimism. Mereka memiliki rasa optimisme yang tinggi

bisa jadi karena mereka merasa sudah memiliki pengalaman yang banyak.

Jumlah responden berdasarkan aspek bias dan karakteristik jenis kelamin dapat dilihat

pada tabel berikut :

Tabel 8. Distribusi Aspek Bias Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Aspek bias Jenis Kelamin Jumlah

Laki - laki Perempuan

Excessive optimism 17 29 46

Overconfidence 6 7 13

Confirmation 1 3 4

Illusion of control 7 8 15

Total 78

Jumlah responden per

kelompok usia 23 37

Sumber : data primer (2012)

Presentase responden laki- laki dan perempuan yang mengalami excessive optimism

tidak jauh berbeda, yaitu sekitar 70%. Dari 23 responden laki- laki, 17 orang diantaranya

(73,9%) mengalami excessive optimism. Sedangkan untuk responden perempuan, 29 dari 37

responden (78,4%) mengalami excessive optimism. Kondisi yang hampir sama terjadi untuk

aspek overconfidence dan illusion of control. Untuk aspek bias confirmation, terlihat empat

orang responden mengalaminya, dan ternyata tiga orang diantaranya adalah responden

perempuan. Responden perempuan cenderung lebih suka menerima / mendengarkan pendapat

yang sesuai dengan pendapat pribadinya. Sedangkan responden pria cenderung tidak terlalu

mementingkan pendapat orang lain.

Page 22: Aspek Bias dalam Pengambilan Keputusan Kredit pada Usaha ...

22

Aspek bias diduga juga dipengaruhi oleh karakteristik tingkat pendidikan responden.

Tabulasi aspek bias responden dan tingkat pendidikannya, disajikan pada tabel berikut :

Tabel 9. Distribusi Aspek Bias Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Aspek bias

Tingkat Pendidikan

Jumlah SD SMP SMA/ sederajat

Diploma/ Sarjana

Tidak diketahui

Excessive optimism 3 8 18 15 2 46 Overconfidence 1 4 3 4 1 13

Confirmation 0 1 1 1 1 4

Illusion of control 0 6 5 2 2 15

Total 78

Jumlah responden

per kelompok usia

4 13 25 15 3

Sumber : data primer (2012)

Berdasarkan tabel diatas nampak bahwa responden dengan tingkat pendidikan

diploma atau sarjana yang berjumlah 15 orang (100%) seluruhnya mengalami excessive

optimism. Sedangkan untuk tingkat pendidikan yang lain yaitu SD, SMP, dan SMA berturut-

turut 75%; 61,5%; dan 72%. Latar belakang pendidikan diploma atau sarjana yang sering

disebut dengan pendidikan tinggi dan berperan dalam pembentukan karakter seseorang

termasuk membentuk keyakinan terhadap hal-hal yang akan dilakukan. Dengan kata lain,

pendidikan tinggi diduga mempengaruhi cara berpikir dan pembentukan rasa optimis

seseorang. Dari 13 orang responden yang mengalami bias illusion of control, tidak ada satu

orang pun yang berlatar belakang pendidikan SD. Hal ini mengindikasikan bahwa responden

dengan tingkat pendidikan yang relatif rendah, merasa tidak memiliki kemampuan untuk

mengendalikan kondisi masa depan terkait dengan keterbatasan pengetahuan mereka. Hal ini

didukung dengan sedikitnya responden dengan la tar belakang SD yang memiliki rasa

overconfidence, yaitu hanya satu orang. Namun, perasaan tidak mampu mengendalikan

kondisi masa mendatang ini juga dialami oleh responden dengan latar belakang pendidikan

tinggi. Hal tersebut diduga karena dengan semakin luasnya pengetahuan akan menimbulkan

kesadaran bahwa kondisi di masa yang akan datang adalah tidak pasti.

Page 23: Aspek Bias dalam Pengambilan Keputusan Kredit pada Usaha ...

23

Selanjutnya untuk mengetahui seberapa jauh pengaruh aspek bias terhadap

pengambilan keputusan kredit, dilakukan analisis dengan bantuan alat analisis regresi

logistik. Adapun hasilnya adalah sebagai berikut :

Tabel 10. Koefisien Hasil Regresi Logistik

B S.E. Wald df Sig. Exp(B)

Step 1a Excessive

Optimism

0.460 0.255 3.238 1 0.072 1.583

Overconfidence -0.335 0.292 1.312 1 0.252 0.715

Confirmation Bias -0.141 0.183 0.594 1 0.441 0.868

Illusion of Control 0.095 0.189 0.254 1 0.614 1.100

Constant 0.161 3.107 0.003 1 0.959 1.175

Sumber : Data diolah dari SPSS.

Dari tabel diatas dapat dituliskan persamaan regresi:

Ln 𝑝

1−𝑝 = 0.161 + 0.460 X1 - 0.335 X2 - 0.141 X3 + 0.095 X4

Atau 𝑝

1−𝑝 = 𝑒(0.161 +0.460 𝑥1− 0.335 𝑥2−0.141 𝑥3+ 0.095𝑥4 )

= 𝑒0.161 x 𝑒0.460 𝑥1 x 𝑒−0.335 𝑥2 x 𝑒−0.141𝑥3 x 𝑒0.095𝑥4

Dari persamaan tersebut, dapat diinterpretasikan :

Variabel excessive optimism menunjukan arah yang searah dengan hipotesis yang

telah diajukan. Variabel excessive optimism memiliki koefisien sebesar 1.583 (𝑒0.460 ), yang

berarti setiap kenaikan skor excessive optimism, maka peluang terhadap pengambilan

keputusan kredit akan naik. Hal ini sesuai dengan hipotesis yang telah diajukan sebelumnya,

karena dengan keyakinan yang dimiliki responden mengenai keuntungan yang didapat

melalui kredit akan memberikan pengaruh positif terhadap pengambilan keputusan kredit

tersebut. Variabel excessive optimism tidak terbukti signifikan dengan nilai signifikansi

0.072.

Page 24: Aspek Bias dalam Pengambilan Keputusan Kredit pada Usaha ...

24

Sedangkan untuk variabel overconfidence menunjukan arah yang berlawanan dengan

hipotesis yang telah diajukan. Variabel overconfidence memiliki koefisien sebesar 0.715

(𝑒−0.335 ), yang berarti setiap kenaikan skor overconfidence, maka peluang mengambil kredit

akan turun. Hal ini bertolak belakang dengan hipotesis yang telah diajukan sebelumnya,

karena responden tidak memiliki kepercayaan yang tinggi terhadap kredit. Variabel

overconfidence tidak terbukti signifikan dengan nilai signifikansi 0.252

Untuk variabel confirmation menunjukan arah yang berlawanan dengan hipotesis

yang telah diajukan. Variabel confirmation memiliki koefisien sebesar 0.868 (𝑒−0.141 ), yang

berarti setiap kenaikan skor confirmation, maka peluang terhadap pengambilan keputusan

kredit akan turun. Hal ini bertolak belakang dengan hipotesis yang telah diajukan

sebelumnya, karena responden terbuka dengan masukan atau pendapat dar i orang lain, maka

tidak memberikan pengaruh terhadap pengambilan keputusan kredit. Variabel confirmation

tidak terbukti signifikan dengan nilai signifikansi 0.441.

Dan untuk variabel illusion of control menunjukan arah yang searah engan hipotesis

yang telah diajukan. Variabel illusion of control memiliki koefisien sebesar 1.100 (𝑒0.095 ),

yang berarti setiap kenaikan skor variabel illusion of control, maka peluang mengambil kredit

akan naik. Hal ini sesuai dengan hipoteis yang telah diajukan sebelumnya, semakin tinggi

kontrol pengusaha terhadap pengambilan keputusan kredit, maka akan memberikan pengaruh

positif terhadap pengambilan keputusan kredit tersebut. Variabel illusion of control tidak

terbukti signifikan dengan nilai signifikansi 0.614.

Sedangkan nilai Nagelkerke R² dalam penelitian ini sebesar 0,152 yang berarti

variabel dependen yaitu pengambilan keputusan kredit dapat dijelaskan oleh variabilitas dari

variable Excessive Optimism, Overconfidence, Confirmation Bias, Illusion of Control sebesar

15,2%, sedangkan sisanya 84,8% dijelaskan oleh variabel – variabel lain.

Page 25: Aspek Bias dalam Pengambilan Keputusan Kredit pada Usaha ...

25

Omnibus Tests digunakan untuk menguji pengaruh dari seluruh variabel independen

secara bersama-sama terhadap variabel dependen. Nilai 𝜒2 Goodness of fit test dalam

penelitian ini sebesar 5,809 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,214. Jika dibandingkan

dengan tingkat signifikansi 5%, nilai signifikansi yang diperoleh lebih besar sehingga

mengindikasikan seluruh variabel independen tidak berpengaruh secara signifikan terhadap

variabel dependen.

Pembahasan

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pengusaha industri makanan ringan di kota

Salatiga cenderung tidak mengalami bias dalam pengambilan keputusan kredit. Masing –

masing aspek bias tidak berpengaruh signifikan dengan tingkat signifikansi sebesar 5% dalam

pengambilan keputusan kredit yang dilakukan oleh pengusaha. Hasil perolehan tersebut

mengindikasikan bahwa sebagian besar pengusaha cenderung tidak memiliki excessive

optimism, overconfidence, confirmation bias, dan illusion of control dalam pengambilan

keputusan kreditnya. Excessive optimism merupakan jenis penyimpangan yang menyebabkan

seberapa seringnya orang menaksir terlalu tinggi terhadap hasil yang baik dan menganggap

remeh hasil yang kurang baik dari pengalaman yang mereka dapat, sedangkan overconfidence

yaitu suatu jenis penyimpangan yang menyebabkan seberapa seringnya seseorang membuat

kesalahan karena rasa percaya diri yang berlebihan, confirmation bias yaitu suatu

penyimpangan yang menyebabkan seseorang lebih suka mendengar pendapat orang yang

sejalan dengan pemikiranya, dan illusion of control yang merupakan kecenderungan manusia

percaya bahwa mereka dapat mengontrol atau paling tidak mempengaruhi hasil tetapi pada

kenyataannya mereka tidak dapat.

Keempat variabel tersebut tidak berpengaruh bagi pengusaha makanan ringan di kota

Salatiga dalam proses pengambilan kredit mereka. Hal ini disebabkan oleh cukup baiknya

pengetahuan dan pemahaman yang dimiliki pengusaha terhadap kredit yang diambil, hal ini

Page 26: Aspek Bias dalam Pengambilan Keputusan Kredit pada Usaha ...

26

dapat dibuktikan dari data yang diperoleh melalui kuisoner. Dari 48 responden yang pernah

ambil kredit terdapat 33 orang diantaranya telah mencapai tingkat pendidikan SMA,

Diploma, maupun Sarjana. Juga tercatat bahwa terdapat beberapa responden yang telah

mengambil kredit lebih dari satu kali, sehingga pengusaha dapat lebih bijaksana dalam

mengambil kredit untuk usahanya. Pengusaha memiliki rasa optimis (excessive optimisim)

dan percaya diri (overconfidence) yang cukup bagus namun tidak berlebihan, sehingga dapat

melakukan perhitungan yang cermat dan matang. Dalam pengambilan keputusan kredit

pengusaha tidak hanya mengandalkan kemampuan diri sendiri (illusion of control), tetapi

juga mau mendengarkan masukkan atau informasi dari orang lain (confirmation bias) sebagai

bahan pertimbangan agar keputusan yang diambil nantinya dapat tepat dan dapat

dipertanggung jawabkan.

Hasil penelitian ini berkontradiksi dengan penelitian yang yang dilakukan oleh

Marbun (2007). Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Marbun (2007) menemukan bahwa

pengusaha industri tempe dan kripik tempe di kabupaten Ngawi ini cenderung mengalami

bias psikologis dalam pengambilan keputusan hutangnya. Masing-masing aspek bias

psikologis berperan dalam pengambilan keputusan hutang yang dilakukan oleh pengusaha

dan termasuk dalam kategori tinggi. Hasil perolehan tersebut mengindikasikan bahwa

sebagian besar pengusaha cenderung memiliki excessive optimism, overconfidence,

confirmation bias, serta illusion of control yang tinggi dalam pengambilan keputusan

hutangnya. Sedangkan dalam penelitian ini mengindikasikan bahwa ke empat aspek bias

tersebut tidak berpengaruh terhadap pengusaha roti kering dan kue basah yang berada di kota

Salatiga.

Page 27: Aspek Bias dalam Pengambilan Keputusan Kredit pada Usaha ...

27

KESIMPULAN

Penelitian ini menguji tentang pengaruh bias dalam pengambilan keputusan kredit

pada usaha mikro kecil dan menengah di kota Salatiga dengan sampel sebanyak 60

pengusaha roti kering dan kue basah di kota Salatiga yang menggunakan kredit untuk

usahanya. Dari hasil penelitian ini terdapat 49 responden yang menggunakan kredit dan 11

responden yang tidak mengunakan kredit. Dari hasil uji regresi logistik terhadap beberapa

hipotesis yang diajukan menunjukkan bahwa excessive optimism, overconfidence,

confirmation bias, dan illusion of control tidak berpengaruh signifikan dengan tingkat

signifikan sebesar 5% terhadap bias dalam pengambilan keputusan kredit pada pengusaha

makanan ringan di kota Salatiga.

Penelitian ini bermanfaat baik bagi para pengusaha makanan ringan, pengusaha yang

akan mengambil keputusan kredit, maupun bagi masyarakat yang akan memulai usaha baru.

Para pengusaha dapat mengerti hal – hal apa yang dapat mempengaruhi pengambilan

keputusan kredit, sehingga pada saat pengambilan keputusan dapat menghindari aspek –

aspek apa saja yang dapat membuat keputusan menjadi bias. Misalnya terlalu yakin bahwa

kredit yang dilakukan akan bermanfaat bagi usahanya, terlalu percaya diri, tidak mau

mendengarkan pendapat dari orang lain, dan beranggapan bahwa semua masalah dalam

usahanya dapat diatasi sendiri. Hal ini sangat bermanfaat terutama bagi pengusaha yang akan

memulai usahanya dan bagi pengusaha yang akan mengambil keputusan kredit.

Page 28: Aspek Bias dalam Pengambilan Keputusan Kredit pada Usaha ...

28

Keterbatasan Penelitian dan Saran

Keterbatasan dalam penelitian ini adalah masih belum dapat mengukur ada atau

tidaknya bias dalam pengambilan keputusan kredit. Penelitian ini hanya membahas mengenai

bias dalam diri responden, belum spesifik terkait dengan pengambilan keputusan kredit.

Disamping itu juga terdapat faktor lain, yaitu kurangnya informasi yang diperoleh dari

kuisioner. Ada beberapa responden yang pada saat pengisian kuisioner sedang bekerja, maka

pengisian kuisioner tidak dapat dilakukan dengan optimal, dan juga ada beberapa kuisioner

yang hanya dititipkan pada beberapa toko yang menjual makanan ringan, karena ada

produsen yang tidak bersedia mengisi kuisioner saat itu dan minta untuk dititipkan di toko

makanan kecil tersebut. Hal ini membuat penulis kesulitan untuk mendapatkan informasi

secara mendalam dan pada saat pengisian tidak bisa dikontrol secara langsung oleh penulis.

Oleh karena itu disarankan untuk penelitian selanjutnya sebaiknya kuisioner tidak hanya

ditipkan toko saja, kemudian mencari tambahan data lewat lembaga lain yang mencatat data

pengusaha UMKM makanan kecil yang berada di kota Salatiga.

Page 29: Aspek Bias dalam Pengambilan Keputusan Kredit pada Usaha ...

29

DAFTAR PUSTAKA

Chira, Inga; Michael Adams; dan Barry Thornton, (2008). Behavioral Bias Within The

Decision Making Process, Journal of Business and Economic Research, Vol. 6, No.8.

Dewi, Ericha Kusuma, (2010). Aspek Bias dalam Pengambilan Keputusan Investasi, Thesis

Program Pascasarjana Universitas Kristen Satya Wacana

Marbun, Linceria Roseline, (2010). Aspek Bias Psikologis dalam pengambilan Keputusan

Hutang Studi pada Industri Tempe dan Kripik Tempe di Desa KarangTengah

Prandon Kabupaten Ngawi Provinsi Jawa Timur, Skripsi Fakultas Ekonomi dan

Bisnis Universitas Kristen Satya Wacana.

Meinert, Jhon, (1991). Financial Advice from a Business Veteran. Journal of Accountancy,

vol 17. New York.

Nofsinger, John R, (2001). Investment Madness : How Psychology Affects Investing and

What to do About It, FinancialTimes Prentice Hall Books, Singapore.

Nofsinger, John R, (2005). The Psichology of Investing. Second Edition. Pearson Prentice

Hall, Upper Saddle River, New Jersey.

Pompian, Michael M, (2006). Behavioral Finance and Wealth Management, John Wiley &

Sons, Inc, New York.

Robbins, S.P; dan Judge, T.A, (2007), Organizational Behavior, Pearson Prentice Hall,

Upper Saddle River, New Jersey.

Santoso, Jeni Sumi, (2009). Aspek Bias dalam Pengambilan Keputusan Investasi Pengusaha

Tekstil di Pekalongan. Skripsi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Kristen Satya

Wacana.

Shefrin, Hersh, (2007). Behavioral Corporate Finance: Decision that Create Value,

McGrwall-Hill/Irwin, NewYork.

Page 30: Aspek Bias dalam Pengambilan Keputusan Kredit pada Usaha ...

30

Stoner, James A.F; Freeman R. Edward; Gilbert J.R; dan Daniel R, (1996), Manajemen, Jilid

2, PT Prendhallindo, Jakarta.

Sugiyono, 2008. Metodologi Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dsn R&D, Alfabeta, Bandung.

Supramono, (2007). “Sebuah Catatan : Peluang dan Domain Situasi Perilaku Pengelolaan

Keuangan”, Jurnal Ekonomi dan Bisnis, Vol. XIII, No. 1.

Supramono, (2008). Dari Keuangan Keperilakuan Menuju Studi Perilaku Pengelolaan

Keuangan, Universitas Satya Wacana, Salatiga

Supramono, (2010). Dari Keuangan Keprilakuan menuju Studi Perilaku Pengelolaan

Keuangan, Universitas Kristen Satya Wacana, Salatiga.

Wiharjo, Katarina Kumalasari, (2012). Faktor Demografis dan Mental Accounting :

Penggunaan Kartu Kredit pada Karyawan Bank Bumi Arta Tbk. Cabang Surakarta,

Skripsi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Kristen Satya Wacana.

http://id.shvoong.com/social-sciences/economics/1971084-pengertian-kredit/