Askep Tumor Otak.doc Erna
-
Upload
septian-ady-setiawan -
Category
Documents
-
view
2.145 -
download
3
Transcript of Askep Tumor Otak.doc Erna
A. KONSEP DASAR PENYAKIT
I. Definisi
Tumor otak adalah lesi intra kranial yang menempati ruang dalam tulang
tengkorak
Tumor otak adalah lesi oleh karena ada desakan ruang baik jinak maupun ganas
yang tumbuh di otak, meningen dan tengkorak.
Tumor intracranial meliputi lesi benigna dan maligna. Tumor intracranial dapat
terjadi pada beberapa struktur area otak dan pada semua kelompok umur. Tumor
otak dinamakan sesuai dengan jaringan dimana tumor itu muncul.
II. Epidemiologi
Tumor otak mewakili sebanyak 20% dari semua kanker pada anak-anak. Pada
kelompok usia ini 70% tumor primer tumbuh di daerah fosa posterior,
sementara pada orang dewasa, proporsi yang sama tumbuh di atas tentorium.
Pada orang dewasa terdapat insiden tumor primer dan metastatik yang hampir
sama.
III. Etiologi
Penyebab dari tumor belum diketahui. Namun ada bukti kuat yang menunjukan
bahwa beberapa agent bertanggung jawab untuk beberapa tipe tumor-tumor
tertentu. Agent tersebut meliptu faktor herediter, kongenital, virus, toksin, dan
defisiensi immunologi. Ada juga yang mengatakan bahwa tumor otak dapat
terjadi akibat sekunder dari trauma cerebral dan penyakit peradangan. (Fagan
Dubin, 1979; Larson, 1980; Adams dan Maurice, 1977; Merrit, 1979).
Metastase ke otak dari tumor bagian tubuh lain juga dapat terjadi. Karsinoma
metastase lebih sering menuju ke otak dari pada sarkoma. Lokasi utama dari
tumor otak metastase berasal dari paru-paru dan payudara.
IV. Patofisiologi
Tumor otak menyebabkan gangguan neurologis. Gejala-gejala terjadi
berurutan. Hal ini menekankan pentingnya anamnesis dalam pemeriksaan klien.
Gejala-gejalanya sebaiknya dibicarakan dalam suatu perspektif waktu.
Gejala neurologik pada tumor otak biasanya dianggap disebabkan oleh 2
faktor gangguan fokal, disebabkan oleh tumor dan tekanan intrakranial.
Gangguan fokal terjadi apabila penekanan pada jaringan otak dan
infiltrasi/invasi langsung pada parenkim otak dengan kerusakan jaringan
neuron. Tentu saja disfungsi yang paling besar terjadi pada tumor yang tumbuh
paling cepat.
Perubahan suplai darah akibat tekanan yang ditimbulkan tumor yang tumbuh
menyebabkan nekrosis jaringan otak. Gangguan suplai darah arteri pada
umumnya bermanifestasi sebagai kehilangan fungsi secara akut dan mungkin
dapat dikacaukan dengan gangguan cerebrovaskuler primer. Serangan kejang
sebagai manifestasi perubahan kepekaan neuro dihubungkan dengan kompresi
invasi dan perubahan suplai darah ke jaringan otak. Beberapa tumor membentuk
kista yang juga menekan parenkim otak sekitarnya sehingga memperberat
gangguan neurologis fokal.
Peningkatan tekanan intra kranial dapat diakibatkan oleh beberapa faktor :
bertambahnya massa dalam tengkorak, terbentuknya oedema sekitar tumor dan
perubahan sirkulasi cerebrospinal. Pertumbuhan tumor menyebabkan
bertambahnya massa, karena tumor akan mengambil ruang yang relatif dari
ruang tengkorak yang kaku. Tumor ganas menimbulkan oedema dalam
jaruingan otak. Mekanisme belum seluruhnyanya dipahami, namun diduga
disebabkan selisih osmotik yang menyebabkan perdarahan. Obstruksi vena dan
oedema yang disebabkan kerusakan sawar darah otak, semuanya menimbulkan
kenaikan volume intrakranial. Observasi sirkulasi cairan serebrospinal dari
ventrikel laseral ke ruang sub arakhnoid menimbulkan hidrocepalus.
Peningkatan tekanan intrakranial akan membahayakan jiwa, bila terjadi secara
cepat akibat salah satu penyebab yang telah dibicarakan sebelumnya.
Mekanisme kompensasi memerlukan waktu berhari-hari/berbulan-bulan untuk
menjadi efektif dan oelh karena ity tidak berguna apabila tekanan intrakranial
timbul cepat. Mekanisme kompensasi ini antara lain bekerja menurunkan
volume darah intra kranial, volume cairan serebrospinal, kandungan cairan
intrasel dan mengurangi sel-sel parenkim. Kenaikan tekanan yang tidak diobati
mengakibatkan herniasi ulkus atau serebulum. Herniasi timbul bila girus
medialis lobus temporals bergeser ke inferior melalui insisura tentorial oleh
massa dalam hemisfer otak. Herniasi menekan men ensefalon menyebabkab
hilangnya kesadaran dan menenkan saraf ketiga. Pada herniasi serebulum, tonsil
sebelum bergeser ke bawah melalui foramen magnum oleh suatu massa
posterior. Kompresi medula oblongata dan henti nafas terjadi dengan cepat.
Intrakranial yang cepat adalah bradicardi progresif, hipertensi sistemik
(pelebaran tekanan nadi) dan gangguan pernafasan.
Tumor otak
Gangguan fokal
Peningkatan tekanan intrakranialKehilangan fungsi scr akut sesuai area yg terkena
Perubahan suplai darah akibat tekanan yg ditimbulkan tumor yg tumbuh menyebabkan nekrosis jaringan otak
Penekanan pd jaringan otak,ifiltrasi/invasi langsung pd parenkim otak dg kerusakan jaringan neuron
Obstruksi caiaran serebrospinal
Mekanisme kompensasi dr peningkatan TIK
Peningkatan TIK yg cepat
Terbentuknya edema sekitar tumor
Perubahan sirkulasi cairan serebrospinal
Bertambahnya massa dlm tengkorak
Ancama kematian
Kompresi medulla oblongata
Herniasi menekan mesensefalon
CemasHidrosefalus Hernia unkus/ serebbellum
Hilangnya kesadaran& menekan saraf otak
Nutrisi kurang dari kebutuhan
Pola nafas tidak efektif
Henti pernapasan, nausea, muntah
Risiko kekurangan volume cairan
Pathway
Causa unknown/idiopatik
hemiparese
Gejala perubahan mental, hemiparesis, ataksia& gang. bicara
Tumor lobus frontalis
Tekanan pd daerah& lintasan motorik didekat tumor
Hambatan Mobilitas fisik
Kelemahan pd kaki& ekstrimitas
Ujung bawah korteks prasentralisLobulus
parasentralis
Serangan kejang
Lobus oksipitalis
Kelemahan pd wajah, lidah&ibu jari
Penyerapan cairan tumor
Bertambahnya massa
Obstruksi vena
Edema
Risiko cedera
Deficit perawatan diri
Traksi&pergeseran struktur peka nyeri dlm rongga intrakranial
Nyeri kepala
Pembengkakan papilla saraf optikus
Lobus parietalis
Hilangnya fungsi sensorik kortikalis, Gang. Lokalisasi sensorik, diskriminasi dua titik, grafestasia, kesan posisi& stereognosis
Tumor serebelum
Papilidema dini& sering menimbulkan nyeri kepala nuchal, gang.pergerakan
Tomor ventrikel& hipotalamus
Somnolensia, diabetes insipidus, obesitas& gangguan pengaturan suhu
Papiledema
V. Klasifikasi
1. Berdasarkan jenis tumor
Jinak
a. Acoustic neuroma
b. Meningioma
c. Pituitary adenoma
d. Astrocytoma (grade I)
Malignant
a. Astrocytoma (grade 2,3,4)
b. Oligodendroglioma
c. Apendymoma
2. Berdasarkan lokasi
Tumor intradural
a. Ekstramedular
b. Cleurofibroma
c. Meningioma
d. Intramedular
e. Apendymoma
f. Astrocytoma
g. Oligodendroglioma
h. Hemangioblastoma
Tumor ekstradural
Merupakan metastase dari lesi primer, biasanya pada
payudara, prostal, tiroid, paru – paru, ginjal dan lambung.
VI. Gejala Klinis
Tumor otak menunjukkan gejala klinis yang tersebar bila tumor ini
menyebabkan peningkatan TIK serta tanda dan gejala local sebagai akibat dari
tumor yang mengganggu bagian spesifik dari otak.
a) Gejala peningkatan tekanan intracranial
Gejala – gejala peningkatan tekanan intracranial disebabkan oleh tekanan
yang berangsur-angsur terhadap otak akibat pertumbuhan tumor.
Pengaruhnya adalah gangguan keseimbangan yang nyata antara otak, cairan
serebrospinal dan darah serebral. Semua terletak di tengkorak.
Gejala yang banyak terjadi akibat tekanan intra cranial yaitu :
Sakit kepala
Meskipun tidak selalu ada tetapi ini banyak terjadi pada pagi hari
dan menjadi buruk oleh karena batuk,menegang atau melakukan
gerakan yang tiba-tiba. Keadaan ini disebabkan oleh serangan tumor,
tekanan atau penyimpangan struktur sensitive nyeri, atau oleh karena
edema yang mengiringi adanya tumor.
Muntah
Kadang-kadang dipengaruhi oleh asupan makanan,yang selalu
disebabkan adanya iritasi pada pusat vagal di medulla.
Papiledema (edema pada saraf optic)
Ada sekitar 70%-75% dari pasien dan dihubungkan dengan
gangguan penglihatan seperti penurunan tajam penglihatan, diplopia
(pandangan ganda) dan penurunan lapang pandangan.
Perubahan kepribadian
Adanya variasi penurunan focal motorik,sensor dan disfungsi saraf
cranial
b) Gejala terlokalisasi
Lokasi gejala-gejala terjadi spesifik sesuai dengan gangguan daerah otak
yang terkena,menyebabkan tanda-tanda yang ditunjukkan local,seperti pada
ketidaknormalan sensori dan motorik, perubahan penglihatan dan kejang.
Tumor korteks motorik memanifestasikan diri dengan menyebabkan
gerakan seperti kejang yang terletak pada satu sisi tubuh yang
disebut kejang jacksonian.
Tumor lobus oksipital menimbulkan manifestasi visual, hemianopsia
homonimus kontralateral (hilangnya penglihatan pada setengah
lapang pandangan pada sisi yang berlawanan dari tumor) dan
halusinasi penglihatan.
Tumor serebelum menyebabkan pusing, ataksia (kehilangan
keseimbangan) atau gaya berjalan yang sempoyongan dengan
kecenderungan jatuh kesisi yang lesi, otot-otot tidak terkoordinasi
dan mistagmus (gerakan mata berirama tidak disengaja) biasanya
menimbulkan gerakan horizontal.
Tumor lobus frontal sering menyebabkan gangguan kepribadian,
perubahan status emosional dan tingkah laku, dan disintegrasi
perilaku mental, pasien kurang merawat diri.
Tumor sudut serebropontin biasanya diawali pada sarung saraf
akustik dan memberikan rangkaian gejala yang timbul dengan semua
karakteristik gejala pada tumor otak. Yaitu: tisnitus dan kelihatan
vertigo, kesemutan dan terasa gatal-gatal pada wajah dan lidah,
terjadi kelemahan atau paralisis , karena pembesaran tumor
menyerang serebelum mungkin ada abnormalitas pada fungsi
motorik.
Tumor intracranial dapat menghasilkan gangguan kepribadian,
konfusi, gangguan funsi bicara dan gangguan gaya berjalan teutama
pada pasien lansia.
VII. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik sebaiknya dilakukan per system (B1-B6) dengan fokus
pemeriksaan fisik pada pemeriksaan B3 (Brain) yang terarah dan dihubungkan
dengan keluhan-keluhan dari klien.
a. B1 (Breathing)
Inspeksi, pada keadaan lanjut yang disebabkan adanya kompresi pada
medulla oblongata didapatkan adanya kegagalan pernafasan.
Pengkajian inspeksi pernafasan pada klien tanpa kompresi medulla
oblongata didapatkan tidak ada kelainan. Palpasi thoraks didapatkan taktil
premitus seimbang kanan dan kiri. Auskultasi tidak didapatkan bunyi nafas
tambahan.
b. B2 (Blood)
Pada keadaan lanjut yang disebabkan adanya kompresi pada medulla
oblongata didapatkan adanya kegagalan sirkulasi . pengkajian pada klien
tanpa kompresi medulla oblongata didapatkan tidak ada kelainan. TD biasa
normal, tidak ada peningkatan heart rate.
c. B3 (Brain)
Tumor otak sering menyebabkan berbagai deficit neurology tergantung dari
gangguan fokal dan adanya peningkatan TIK. Pengkajian B3 merupakan
pemeriksaan focus dan lebih lengkap dibandingkan dengan pengkajian pada
system lainnya. Trias klasik pada tumor kepala adalah nyeri kepala, muntah
dan papiledema.
d. B4 (Bladder)
Lnkontinensia urine yang berlanjut menunjukkan kerusakan neurologis yang
luas.
e. B5 (Bowel)
Didapatkan adanya keluhan kesulitan menelan, nafsu makan menurun, mual
dan muntah pada fase akut. Mual dan muntah terjadi sebagai akibat
rangsangan pusat muntah pada medulla oblongata. Muntah paling sering
terjadi pada anak-anak dan berhubungan dengan peningkatan tekanan
intracranial disertai pergeseran batang otak. Muntah dapat terjadi tanpa
didahului mual dan dapat berupa muntah proyektil.
f. B6 (Bone)
Adanya kesukaran untuk beraktivitas karena kelemahan , kehilangan sensorik ,
mudah lelah menyebabkan masalah pada pola aktivitas dan istirahat.
VIII. Pemeriksaan Diagnostik
Scan otak. Meningkatt isotop pada tumor.
Angiografi serebral. Deviasi pembuluh darah.
X-ray tengkorak. Erosi posterior atau adanya kalsifikasi intracranial.
X-ray dada. Deteksi tumor paru primer atau penyakit metastase.
CT scan atau MRI. Identfikasi vaskuler tumor, perubahan ukuran
ventrikel serebral.
Ekoensefalogram. Peningkatan pada struktur midline.
IX. Penatalaksanaan
Tindakan terhadap tumor otak adalah paliatip dan melibatkan penghilangan
atau mengurangi simtomatologi serius.
Pendekatan terapeutik ini mencakup radiasi, yang menjadi dasar pengobatan,
pembedahan (biasanya pada metastase intracranial tunggal), kemoterapi.
Kortikosteroid dapat membantu mengurangi sakit kepala dan perubahan
kesadaran. Hal ini dianggap bahwa kortikosteroid (deksametason, prednison)
menurunkan radang sekitar pusat metastase dan menurunkan edema
sekitarnya.
Obat-obat lain mencakup agen-agen osmotic (manitol, gliserol) untuk
menurunkan cairan pada otak, yang ditunjukkan dengan penurunan TIK.
Obat-obat anti kejang (penitoin) digunakan untuk mencegah dan mengobati
kejang.
Bila pasien mempunyai nyeri hebat, morfin dapat diinfuskan kedalam ruang
epidural atau subaraknoid melalui jarum spinal dan kateter sedekat mungkin
ke segmen spinal dimana nyeri dirasakan. Morfin disis kecil diberikan pada
interval yang ditentukan.
B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian :
a. Anamnesis : nama, umur, jenis kelamin, agama, suku bangsa, status
perkawinan, pendidikan, pekerjaan, golongan darah, penghasilan, alamat,
penanggung jawab, tanggal dan jam masuk rumah sakit, nomor register,
diagnosa medis.
b. Riwayat kesehatan :
Keluhan utama
Keluhan utama yang sering menjadi alasan klien untuk meminta
pertolongan kesehatan biasanya berhubungan dengan
peningkatan TIK dan adanya gangguan fokal sepeti nyeri kepala
hebat, muntah-muntah, kejang dan penurunan tingkat kesadaran.
Riwayat kesehatan sekarang
Kaji bagaimana terjadi nyei kepala, mual, muntah, kejang dan
penurunan tingkat keasadaran. Adanya penurunan atau
perubahan pada tingkat kesadaran dihubungkan dengan
perubahan didalam ntrakranial. Keluhan perubahan perilaku juga
umum terjadi. Sesuai perkembangan penyakit, dapat terjadi
letargi, tidak responsive dan koma.
Riwayat Kesehatan lalu
Kaji adanya riwayat nyeri kepala sebelumnya. Pengkajian
riwayat ini dapat mendukung pengkajian dari riwayat penyakit
saat ini dan merupakan data dasar untuk mengkaji lebih jauh dan
untuk memberikan tindakan selanjutnya.
Riwayat Kesehatan Keluarga
Untuk mengetahui adanya tumor otak pada generasi sebelumnya.
2. Diagnosa Keperawatan :
a. Risiko tinggi peningkatan tekanan intracranial berhubungan dengan desak
ruang oleh masa tumor intracranial dan edema serebral.
b. Ketidakefektifan pola pernapasan berhubungan dengan kompresi pada
pusat pernapasan di medulla oblongata, kelemahan otot-otot pernapasan,
kegagalan fungsi pernapasan.
c. Risiko cedera yang berhubungan dengan gangguan dalam cara berjalan,
vertigo, dan/ atau gangguan penglihatan, sekunder akibat kompresi/
perubahan tempat jaringan otak.
d. Ansietas yang berhubungan dengan implikasi kondisi dan ketidakpastian
masa yang akan datang.
e. Deficit perawatan diri yang berhubungan dengan ketidakmampuan untuk
melakukan/ kesulitan dalam pelaksanaan aktivitas hidup sehari-hari
sekunder akibat kerusakan sensorik-motorik.
f. Gangguan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh b.d peningkatan
pemakaian energi untuk metabolism, asupan nutrisi yang kurang, mual,
muntah.
g. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan sensorik-
motorik.
h. Nyeri akut: sakit kepala yang berhubungan dengan kompresi/ perubahan
tempat jaringan otak dan peningkatan tekanan intrakranial.
i. Risiko kekurangan volume cairan yang berhubungan dengan muntah
sekunder akibat peningkatan tekanan intrakranial.
3. Rencana Tindakan Keperawatan
a. Dx : Risiko tinggi peningkatan tekanan intrakranial berhubungan dengan
desak ruang oleh massa tumor intrakranial dan edema serebral.
Tujuan : tidak terjadi peningkatan TIK pada klien
Kriteria hasil :klien tidak gelisah , klien tidak mengeluh nyeri kepala, mual-
muntah, dan muntah GCS :4,5,6, tidak terdapat papilidema,
TTV dalam batas normal.
Intervensi Rasionalisasi
Kaji factor penyebab dari situasi /
keadaan dari individu / penyebab koma /
penurunan perfusi jaringan dan
kemungkinan penyebab peningkatan
TIK.
Deteksi dini untuk memprioritaskan
intervensi, mengkaji status neurologis /
tanda-tanda kegagalan untuk
menentukan perawatan kegawatan atau
tindakan pembedahan.
Monitor ttv tiap 4 jam Suatui keadaan normal bila sirkulasi
serebral terpelihara dengan baik atau
fluktasi ditandai dengan tekanan darah
sistemik, penurunan dari otoregulator
kebanyakan merupakan tanda
penurunan difusi local vaskularisasi
darah serebral. Dengan peningkatan
tekanan darah (diastolic) maka dibarengi
dengan peningkatan tekanan darah
intracranial. Adanya peningkatan
tekanan darah, bradikardi, distrimia,
dispnea merupakan tanda terjadinya
peningkatan TIK
Evaluasi pupil Reaksi pupil dan pergerakan kembali
dari pergerakan bola mata merupakan
tanda dari gangguan saraf jika batang
otak terkoyak. Keseeimbangan saraf
antara simpatik dan parasimpatik
merupakan respons reflex saraf cranial.
Monitor temperature dan pengaturan
suhu lingkungan.
Panas merupakan reflex dari
hipotalamus.
Peningkatan kebutuhan metabolism dan
O₂ akan menunjang peningkatan TIK
Berikan periode istirahat antara tindakan
perawatan dan batasi lamanya prosedur.
Tindakan terus-menerus dapat
meningkatkan TIK oleh efek rangsangan
kumulatif.
Kurangi rangsangan ekstra dan berikan
rasa nyaman seperti massage punggung,
lingkungan , lingkungan yang tenang,
sentuhan yang ramah, dan suasana yang
tidk gaduh.
Memberikan suasana yang tenang dapat
mengurangi respon psikologis dan
memberikan istirahat untuk
mempertahankan TIK yang rendah.
Cegah / hindarkan terjadinya valsava
maneuver.
Mengurangi tekanan intrathorakal dan
intraabdominal sehingga menghindarkan
peningkatan TIK
Bantu klien jika batuk,muntah Aktivitas ini dapat meningkatkan
intrathoraks/tekanan dalam thoraks dan
tekanan dalam abdomen dimana
aktivitas ini dapat meningkatkan
tekanan TIK.
Kaji peningkatan istirahat dan tingkah
laku pada pagi hari.
Tingkah nonverbal ini dapat merupakan
indikasi peningkatan TIK atau
memberikan repleks nyeri di mana klien
tidak mampu mengungkapkan keluhan
secara verbal, nyeri yang tidak menurun
dapat meningkatkan TIK.
Palpasi pada pembesaran atau pelebaran
bladder , pertahankan drainase urine
secara paten jika digunakan dan juga
Dapat meningkatkan respon otomatis
yang potensial menaikkan TIK.
monitor terdapatnya konstipasi.
Berikan penjelasan pada pasien dan
keluarga tentang sebab akibat
peningkatan TIK
Meningkatkan kerjasama dalam
meningkatkan perawatan klien dan
mengurangi kecemasan.
Observasi tingkat kesadaran GCS Perubahan kesadaran menunjukkan
peningkatan TIK dan berguna
menentukan lokasi dan perkembangan
penyakit.
Kolaborasi pemberian O₂ sesuai
indikasi.
Mengurangi hipokemia, dimana dapat
meningkatkan vasodilatasi serebral , dan
volume darah serta menaikkan TIK.
Berikan cairan intravena sesuai dengan
yang diindikasikan.
Pemberian cairan mungkin diinginkan
untuk mengurangi edema serebral ,
peningkatan minuman pada pembuluh
darah , tekanan darah, dan TIK.
Berikan obat deuritik osmotic contohnya
dexametason, metal prednisolon.
Deuretik mungkin digunakan pada fase
akut untuk mengalirkan air dari sel otak
dan mengurangi edema serebral dan
TIK.
Berikan analgesic narkotik contoh
kodein.
Untuk menurunkan inflamasi (radang)
dan mengurangi edema jaringan.
Berikan antipiretik contohnya
asetaminofen.
Mengurangi/ mengontrol hari dan pada
metabolisme serebral/oksigen yang
diinginkan.
Monitor hasil laboratorium sesuai
dengan indikasi seperti protombin, LED.
Membantu memberikan informasi
tentang efektivitas pemberian obat.
b. Dx: ketidakefektifan pola pernapasan berhubungan dengan kompresi pada
pusat pernapasan di medulla oblongata, kelemahan otot-otot pernapasan,
kegagalan fungsi pernapasan.
Tujuan : setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan adanya
peningkatan pola napas kembali efektif.
Kriteria hasil : pasien memperlihatkan frekuensi pernapasan yang efektif,
mengalami perbaikan pertukaran gas-gas pada paru, adaptif
mengatasi factor-faktor penyebab.
Intervensi Rasionalisasi
Berikan posisi yang nyaman , biasanya
dengan peninggian kepala tempat tidur.
Baik kesisi yang sakit. Dukung klien untuk
duduk klien untuk duduk sebanyak
mungkin.
Meningkatkan inspirasi maksimal,
meningkatkan ekspansi paru dan
ventilasi pada sisi yang tidak sakit.
Observasi fungsi pernapasan , catat
frekuensi pernapasan , dispnea atau
perubahan TTV
Disters pernapasan dan perubahan
pada tanda vital dapat terjadi sebagai
akibat stres fisiologi dan nyeri atau
dapat menunjukkan terjadinya syok
sehubungan dengan hipoksia.
Jelaskan pada klien bahwa tindakan
tersebut dilakukan untuk menjamin
keamanan.
Pengetahuan apa yang diharapkan
dapat mengurangi ansietas dan
mengembangkan kepatuhan klien
terhadap rencana terapeutik.
Jelaskan pada klien tentang etiologi / factor
pencetus adanya sesak atau kolaps paru-
paru.
Pengetahuan apa yang diharapkan
dapat mengurangi ansietas dan
mengembangkan kepatuhan klien
terhadap rencana terapeutik
Pertahankan prilaku tenang, bantu klien
untuk mengontrol diri dengan
menggunakan pernapasan lebih lambat dan
dalam.
Membantu klien mengalami efek
fisiologi hipoksia yang dapat
dimanifestasikan sebagai ketakutan /
ansietas.
Taruhlah kantung resusitasi di samping
tempat tidur dan manual ventilasi untuk
Kantung resusitasi / manual ventilasi
sangat berguna untuk
sewaktu-waktu dapat digunakan. mempertahankan fungsi pernapasan
jika terjadi gangguan pada alat
ventilator secara mendadak.
Kolaborasi dengan tim kesehatan lain
misalnya dokter, radiologi, dan fisioterapi.
Pemberian antibiotic
Pemberian analgesic
Fisioterapi dada
Konsul foto thoraks.
Kolaborasi dengan tim kesehatan lain
untuk mengevaluasi perbaikan
kondisi klien atas pengembangan
parunya.
c. Dx :Risiko cedera yang berhubungan dengan gangguan dalam cara berjalan,
vertigo, dan/ atau gangguan penglihatan, sekunder akibat kompresi/ perubahan
tempat jaringan otak.
Tujuan : setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan tidak terjadi
cedera.
Kriteria hasil : Pasien mampu menyatakan pemahaman faktor ang terlibat
dalam kemungkinan cidera.
Menunjukkan perubahan perilaku, pola hidup untuk
menurunkan faktor risiko dan untuk melindungi diri dari
cedera.
Mengubah lingkungan sesuai indikasi untuk meningkatkan
keamanan.
Intervensi Rasional
Jauhkan dari benda-benda tajam Meminimalkan risiko cedera
Berikan penerangan yang cukup Meminimalkan terjadinya benturan
Usahakan lantai tidak licin dan basah Meminimalkan klien jatuh
Pasang side rail Menghindari klien terjatuh pada saat
istirahat
Anjurkan pada keluarga klien untuk
selalu menemani klien dalam
beraktivitas.
Untuk meningkatkan menjaga
keamanan
d. Dx :Ansietas yang berhubungan dengan implikasi kondisi dan ketidakpastian
masa yang akan datang.
Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan, diharapkan rasa cemas klien
berkurang
Kriteria hasil : klien dapat mengakui dan mendiskusikan rasa takut
mengungkapkan keakuratan pengetahuan tentang situasi
tampak rileks dan melaporkan ansietas berkurang sampai pada
tingkat dapat diatasi.
intervensi Rasional
Kaji status mental tingkat ansietas dari
pasien/keluarga.
Catat adanya tanda-tanda verbal atau
non verbal.
Gangguan tingkat kesadaran dapat
mempengaruhi ekspresi rasa takut tetapi
tidak menyangkal keberadaannya. Derajat
ansietas akan dipengaruhi bagaimana
informasi tersebut diterima oleh individu.
Berikan penjelasan hubungan antara
proses penyakit dan gejalanya.
Meningkatkan pemahaman, mengurangi
rasa takut karena ketidaktahuan dan dapat
membantu menurunkan ansietas.
Jawab setiap pertanyaan dengan penuh
perhatian dan barikan informasi
tentang prognosa penyakit.
Penting u/ menciptakan kepercayaan
karena diagnosa tumor otak mungkin
menakutkan, ketulusan dan informasi yg
akurat dapat memberikan keyakinan pd
pasien dan juga keluarga.
Jelaskan dan siapkan u/ tindakan
prosedur sebelum dilakukan
Dapat meringankan ansietas terutama
ketika pemeriksaan tersebut melibatkan
otak.
Berikan kesempatanpasien u/
mengungkapkan isi pikiran dan
perasaan takutnya.
Mengungkapkan rasa takut secara terbuka
dimana rasa takut dapat titujukan.
Libatkan pasien/ keluarga dalam
perawatan, perencanaan kehidupan
sehari-hari, membuat keputusan
sebanyak mungkin.
Meningkatkan perasaan kontrol terhadap
diri dan meningkatkan kemandirian.
Berikan dukungan terhadap
perencanaan gaya hidup yang nyata
setelah sakit dalam dalam
keterbatasannya tetapi sepenuhnya
menggunakan kemampuan/ kapasitas
pasien.
Meningkatkan perasaan akan keberhasilan
dalam penyembuhan.
e. Dx : Deficit perawatan diri yang berhubungan dengan ketidakmampuan untuk
melakukan/ kesulitan dalam pelaksanaan aktivitas hidup sehari-hari sekunder
akibat kerusakan sensorik-motorik.
Tujuan: setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan personal hygiene
terpenuhi
Kriteria hasil : klien dapat menunjukkan gaya hidup untuk kebutuhan merawat
diri
Klien mampu melakukan aktivitas perawatan diri sesuai
dengan tingkat kemampuan
intervensi Rasionalisasi
Kaji kemampuan dan tingkat
penurunan dalam melakukan ADL
Membantu dalam mengantisipasi dan
merencanakan pertemuan kebutuhan
individual
Hindari apa yang tidak dapat
dilakukan klien dan bantu bila perlu
Klien dalam keadaan cemas dan
ketergantungan, hal ini dilakukan untuk
mencegah frustasi dan harga diri klien
Menyadarkan tingkah laku / sugesti
tindakan pada penindungan
kelemahan. Pertahankan support pola
pikir, izinkan klien melakukan tugas,
beri umpan balik positif untuk
usahanya
Klien memerlukan empati, tetapi perlu
mengetahui perawatan yang konsisten
dalam menangani klien. Sekaligus
meningkatkan harga diri, memandirikan
klien, dan menganjurkan klien untuk terus
mencoba
Rencanakan tindakan untuk
menangani defisit penglihatan
Klien akan mampu melihat dan memakan
makanan, akan mampu melihat keluar
masuknya orang ke ruangan
Tempatkan perabotan ke dinding,
jauhkan dari jalan
Menjaga keamanan klien bergerak di
sekitar tempat tidur menurunkan resiko
tertimpa perabotan
Beri kesempatan untuk menolong diri
seperti ekstensi untuk berpijak pada
lantai atau ke toilet
Mengurangi ketergantungan
Kaji kemampuan komunikasi untuk
BAK
Ketidakmampuan berkomunikasi dengan
perawat dapat menimbulkan masalah
pengosongan kandung kemih oleh karena
masalah neurogenik
Identifikasi kebiasaan BAB. Anjurkan
minum dan meningkatkan istirahat
Meningkatkan latihan dan menolong
mencegah konstipasi
Pemberian supositoria dan pelumas
feses / pencahar
Pertolongan utama terhadap fungsi bowell
atau BAB
Konsul ke dokter terapi okupasi Untuk mengembangkan terapi dan
melengkapi kebutuhan khusus
f. Dx : Gangguan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh b.d peningkatan
pemakaian energi untuk metabolism, asupan nutrisi yang kurang, mual,
muntah.
Tujuan : setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan kebutuhan nutrisi
klien terpenuhi.
Kriteria hasil: Pasien mengerti tentang pentingnya nurisi bagi tubuh.
Memperlihatkan kenaikan berat badan sesuai dengan hasil
pemeriksaan laboraturium.
Intervensi Rasionalisasi
Evaluasi kemampuan makan klien Klien dengan tracheostomy tube mungkin
sulit untuk makan, tetapi klien dengan
endotracheal tube dapat menggunakan
mag slang atau member makanan
parenteral
Observasi atau timbang berat badan
jika memungkinkan
Tanda kehilangan berat badan dan
kekurangan intake nutrisi menunjang
terjadinya masalh katabolisme, kandungan
glikogen dalam otot dan kepekaan
terhadap pemasangan ventilator.
Monitor keadaan otot yang menurun
dan kehilangan lemak subkutan
Menunjukkan indikasi kekurangan energy
otot dan mengurangi fungsi otot-otot
pernapasan.
Catat pemasukan peroral jika
diindikasikan. Anjurkan klien untuk
makan.
Nafsu makan biasanya berkurang dan
nurisi yang masukpun berkurang.
Anjurkan klien memilih makanan yang
disenangi dapat di makan (bila sesuai
anjuran)
Berikan makanan kecil dan lunak. Mencegah terjadinya kelelahan,
memudahkan masuknya makanan, dan
mencegah ganggu.an pada lambung
Kajilah fungsi system gastrointestinal
yang meliputi suara bising usus, catat
terjadi perubahan di dalam lambung
Fungsi system gastrointestinal sangat
penting untuk memasukan makanan.
Ventilator dapat menyebabkan kembung
seperti mual dan muntah. Observasi
perubahan pergerakan usus misalnya
diare , konstipasi.
pada lambung dan perdarahan lambung.
Anjurkan pemberian cairan 2500
cc/hari selama tidak terjadi gangguan
jantung.
Mencegah terjadinya dehidrasi akibat
penggunan ventilator selama tidak sadar
dan mencegah terjadinya konstipasi.
Kolaborasi
a. Aturlah diet yang diberikan sesuai
keadaan klien
b. Lakukan pemeriksaan laboratorium
yang diindikasikan seperti serum,
transferin, BUN/Creatinin, dan
glukosa
a.Diet tinggi kalori, protein, karbohidrat
sangat diperlukan selama pemasangan
ventilator untuk mempertahankan fungsi
otot-otot respirasi.
b.Memberikan informasi yang tepat
tentang keadaan nutrisi yang dibutuhkan
klien
g. Dx : Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan sensorik-
motorik.
Tujuan : setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan Klien mampu
melaksanakan aktivitas fisik sesuai dengan kemampuannya
Kriteria hasil: Tidak terjadi kontraktur sendi
Bertambahnya kekuatan otot
Klien menunjukkan tindakan untuk meningkatkan mobilitas.
Intervensi Rasional
Kaji kemampuan secara
fungsional/luasnya kerusakan awal
dan dg cara yang teratur.
Mengidentifikasi kekuatan/kelemahan dan
dapat memberikan informasi mengenai
pemulihan.
Ubah posisi minimal setiap 2 jam Menurunkan risiko terjadinya
trauma/iskemia jaringan.
Letakkan pada posisi telungkup satu
atau dua kali sehari jika pasien dapat
Membantu mempertahankan ekstensi
pinggul fungsional.
mentoleransinya.
Mulailah melakukan laihan rentang
gerak aktif dan pasif pada semua
ekstrimitas saat masuk.
Meminimalkan atropi otot, meningkatkan
sirkulasi, membantu mencegah kontraktur.
Sokong ekstrimitas dalam posisi
fungsionalnya, gunakan papan kaki
selama periode paralisis flaksid.
Mencegah kontraktur dan memfasilitasi
kegunaannya jika berfungsi kembali.
Tempatkan bantal di bawah aksila u/
malakukan abduksi pada tangan.
Mencegah adduksi bahu dan fleksi siku.
Tinggikan tangan dan kepala. Meningkatkan aliran balik vena dan
membantu mencegah terjadinya edema.
Bantu u/ mengembangkan
keseimbangan duduk.
Membantu dalam melatih kembali saraf,
meningkatkan respons proprioseptik dan
motorik.
Posisikan lutut dan panggul dalam
posisi ekstensi.
Mempertahankan posisi fungsional.
h. Nyeri akut: sakit kepala yang berhubungan dengan kompresi/ perubahan
tempat jaringan otak dan peningkatan tekanan intrakranial.
Tujuan: Setelah diberikan asuhan keperawatan, diharapkan nyeri dapat
berkurang / hilang
Kriteria hasil :secara subjektif melaporkan nyeri berkurang atau dapat
mengidentifikasikan aktivitas yang meningkat atau
menurunkan nyeri, klien tidak gelisah, skala nyeri 0.
intervensi rasional
Jelaskan dan bantu klien dengan
tindakan pereda nyeri non farmakologi
dan non invasive
Pendekatan dengan menggunakan non
farmakologi telah menunjukkan keefektifan
dalam mengurangi nyeri
Ajarkan teknik relaksasi masase Dapat melancarkan peredaran darah sehingga
kebutuhan oksigen oleh jaringan akan
terpenuhi dan akan dapat mengurangi
nyerinya
Ajarkan metode distraksi selama nyeri
akut
Mengalihkan perhatian ke hal-hal yang
menyenangkan
Berikan kesempatan waktu istirahat
bila terasa nyeri dan berikan posisi
yang nyaman
Istirahat akan merelaksasikan semua jaringan
sehingga akan meningkatkan kenyamanan
Tingkatkan pengetahuan tentang
penyebab nyeri dan menghubungkan
berapa nyeri akan berlangsung
Pengetahuan yang akan dirasakan membantu
mengurangi nyerinya, dan dapat membantu
mengembangkan kepatuhan klien terhadap
rencana terapeutik
Observasi nyeri dan tingkat respon
motorik klien
Untuk mencegah kemungkinan komplikasi
dan melakukan intervensi yang tepat
Kolaborasi pemberian analgesik Analgesik memblok lintasan nyeri sehingga
nyeri akan berkurang
i. Risiko kekurangan volume cairan yang berhubungan dengan muntah sekunder
akibat peningkatan tekanan intrakranial.
Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan kebutuhan cairan
terpenuhi.
Kriteria hasil : Menunjukkan perubahan keseimbangan cairan, dibuktikan oleh
haluaran urine adekuat, tanda vital stabil, membran mukosa
lembab, turgor kulit baik.
Intervensi Rasional
Awasi tanda vital, pengisian kapiler, status
membran mukusa, turgor kulit.
Indikator keadekuatan volume sirkulasi.
Awasi jumlah dan tipe masukan cairan.
Ukur haluaran urine dengan adekuat.
Pasien tidak mengkonsumsi cairan sama
sekali mengakibatkan dehidrasi atau
mengganti cairan untuk masukan kalori
yang berdampak padakeseimbangan
elektrolit.
Diskusikan strategi untuk menghentikan
muntah dan penggunaan laktasik/ diuretik.
Membantu pasien menerima perasaan
bahwa akibat muntah dan/atau
penggunaan laksatif/ diuretik mencegah
kehilangan cairan lanjut.
Identifikasi rencana untuk meningkatkan
atau mempertahankan keseimbangan
cairan optimal misal jadwal masukan
cairan.
Melibatkan pasien dalam rencana untuk
memperbaiki ketidakseimbangan akan
lebih besar kesempatan untuk
berhasilnya.
4. Evaluasi
Dx 1 : Klien tidak gelisah.
Klien tidak mengeluh nyeri kepala, mual-muntah, dan muntah.
GCS :4,5,6, TTV dalam batas normal.
Tidak terdapat papilidema.
Dx 2: Pasien memperlihatkan frekuensi pernapasan yang efektif.
Terjadi perbaikan pertukaran gas-gas pada paru, adaptif mengatasi factor
faktor penyebab.
Dx 3:Pasien mampu menyatakan pemahaman faktor ang terlibat dalam
kemungkinan cidera.
Menunjukkan perubahan perilaku, pola hidup untuk menurunkan faktor
risiko dan untuk melindungi diri dari cedera.
Mengubah lingkungan sesuai indikasi untuk meningkatkan keamanan.
Dx 4 : Klien dapat mengakui dan mendiskusikan rasa takut.
Mengungkapkan keakuratan pengetahuan tentang situasi.
Tampak rileks dan melaporkan ansietas berkurang sampai pada tingkat
dapat diatasi.
Dx 5 : Klien dapat menunjukkan gaya hidup untuk kebutuhan merawat diri.
Klien mampu melakukan aktivitas perawatan diri sesuai dengan tingkat
kemampuan.
Dx 6 : Pasien mengerti tentang pentingnya nurisi bagi tubuh.
Memperlihatkan kenaikan berat badan sesuai dengan hasil
pemeriksaan laboraturium.
Dx 7 : Tidak terjadi kontraktur sendi.
Bertambahnya kekuatan otot.
Klien menunjukkan tindakan untuk meningkatkan mobilitas.
Dx 8 : Pasien melaporkan nyeri berkurang.
Pasien dapat mengidebtifikasi activitas yang meningkatkan atau
mengurangi nyeri.
Pasien tampak relaks.
Skala nyeri 0.
Dx 9 : Haluaran urine adekuat.
Tanda vital stabil.
Membran mukosa lembab.
Turgor kulit baik.
DAFTAR PUSTAKA
1. Doenges, E Marylin (1999), Rencana Asuhan Keperawatan, Jakarta, EGC2. Engram, Barbara (1998), Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah, Jakarta,
EGC3. FKUI, Kapita Selekta Kedokteran, Jakarta : Media Gesapius4. Reeves C, J, (2001), Keperawatan Medikal Bedah, Jakarta, Salemba Medika5. Suddart, Brunner (2000), Keperawatan Medikal Bedah, Jakarta, EGC6. Ganong, WF, (1996), Fisiologi Kedokteran, Jakarta, EGC7. Talbot, LA (1997), Pengkajian Keperawatan Kritis, Jakarta, EGC8. Carpenito, Linda Jual. 2001. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Jakarta : EGC