ASKEP HIPOGLIKEMIK

22
ASUHAN KEPERAWATAN HIPOGLIKEMI Disusun untuk melengkapi tugas Kegawatdaruratan I Pengampu: Anik Indriyono, S.Kep.,CWCCA Disuun Oleh : Rivan Yoki Andrio .S. 0520008711 PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KSESHATAN

description

ASKEP KGD Hipoglikemik

Transcript of ASKEP HIPOGLIKEMIK

ASUHAN KEPERAWATAN HIPOGLIKEMI

Disusun untuk melengkapi tugas Kegawatdaruratan I

Pengampu: Anik Indriyono, S.Kep.,CWCCA

Disuun Oleh :

Rivan Yoki Andrio .S.

0520008711

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KSESHATAN

UNIVERSITAS PEKALONGAN

2014BAB 1PENDAHULUANA. Latar Belakang

Hipoglikemi adalah salah satu kegawatan yang mengancam bila tidak segera teratasi, dimana terjadi akibat menurunnya kadar glukosa darah kurang dari 50 mg/dl. Hipoglikemi dapat disebabkan oleh puasa, khususnya puasa yang disertai olahraga, karena olahraga meningkatkan pemakaian glukosa oleh sel-sel otot. Hipoglikemia lebih sering disebabkan kelebihan dosis insulin pada pengidap diabetes dependent insulin (IDDM). Otak memerlukan glukosa darah sebagai sumber energi utama. Oleh sebab itu jika gula darah terlalu rendah maka organ pertama yang terkena dampaknya adalah sistem saraf pusat, seperti sakit kepala akibat perubahan aliran darah otak, konfusi, iritabilitas, kejang, dan koma. Selain itu, hipoglikemia juga menyebabkan pengaktifan sistem saraf simpatis yang menstimulasi rasa lapar, gelisah, berkeringat dan takikardia.Studi yang berlangsung dari tahun 1998-2002, melibatkan 1.465 partisipan dengan DM tipe 2 dan berusia rata-rata 65 tahun yang pernah mengalami sekali atau lebih episode hipoglikemia, menunjukkan sebanyak 17% menderita demensia, dibandingkan dengan 10,3% dari mereka yang tidak ada riwayat hipoglikemia. Risiko terjadinya demensia ada 26% pada kelompok pasien yang memiliki riwayat hipoglikemia berat sebanyak 1 kali, meningkat 15% pada pasien yang memiliki riwayat hipoglikemia berat sebanyak 2 kali, dan menjadi 16% pada pasien yang memiliki riwayat hipoglikemia 3 kali atau lebih. (Soemadji 2007, 1870)

Hiperglikemi adalah suatu keadaan kadar glukosa darah yang tinggi dari rentang kadar puasa normal 120 mg/ 100 ml darah, dimana disebabkan oleh defisiensi insulin (DM tipe I), penurunan responsivitas sel terhadap insulin (DM tipe II), stres kronis, hipertiroid, serta alkoholisme. Gejala yang sering terlihat pada klien yang mengalami hiperglikemi adalah peningkatan kadar gula darah, poliuria, polipagia, polidipsi, kelemahan, BB turun, kesemutan khususnya pada ekstremitas, serta glukosuria. Penatalaksanaan hiperglikemi adalah dengan diet yang memperhatikan trilogi 3 J, latihan jasmani, serta obat-obatan.

Prevalensi penderita hiperglikemi atau Diabetes Mellitus di Indonesia adalah pada tahun 2006 mencapai 14 juta orang, dimana sebanyak 50% penderita yang sadar mengidap dan sekitar 30% di antaranya melakukan pengobatan secara teratur. Penderita Diabetes Mellitus diperkirakan akan meningkat pada tahun 2030, yaitu sebanyak 21,3 juta penderita. Sepuluh negara terbanyak menderita Diabetes Mellitus yaitu India, Cina, Amerika Serikat, Indonesia, Jepang, Pakistan, Rusia, Brazil, Italia dan Banglades, dimana lebih dari 90% menderita Diabetes Mellitus type II. (WHO, 2006).B. Tujuan

1. Tujuan Umum

Mampu melakukan asuhan keperawatan secara komprehensif pada klien dengan Hipoglikemia

2. Tujuan Khusus

1. Mahasiswa mampu Memahami tentang definisi, etiologi, manifestasi klinis, patofisiologi, pemeriksaan diagnosa dan penatalaksanaan pada klien hipoglikemia.

2. Mahasiswa mampu Memahami asuhan keperawatan pada klien dengan hipoglikemi.BAB IIPENDAHULUAN

A. Pengertian

Hipoglikemia merupakan salah satu kegawatan diabetic yang mengancam, sebagai akibat dari menurunnya kadar glukosa darah < 60 mg/dl. Adapun batasan hipoglikemia adalah:1. Hipoglikemia murni : ada gejala hipoglikemi , glukosa darah < 60 mg/dl2. Reaksi hipoglikemia : gejala hipoglikemi bila gula darah turun mendadak, misalnya dari 400 mg/dl menjadi 150 mg/dl3. Koma hipoglikemi : koma akibat gula darah < 30 mg/dl4. Hipoglikemi reaktif : gejala hipoglikemi yang terjadi 3-5 jam sesudah makan

B. Anatomi Fisiologi

Pengaturan Kadar Glukosa Darah

Peristiwa glukoneogenesis berperan penting dalam penyediaan energi bagi kebutuhan tubuh , khususnya sistem saraf dan peredaran darah (eritrosit). Kegagalan glukoneogenesis berakibat FATAL, yaitu terjadinya DISFUNGSI OTAK yang berakibat KOMA dan kematian. Hal ini terjadi bilamana kadar glukosa darah berada di bawah nilai kristis. Nilai normal loboratoris dari glukosa dalam darah ialah : 65-110 ml/dl atau 3.6-6.1 mmol/L. Setelah penyerapan makanan kadar glukosa darah pada manusia berkisar antara 4.5-5.5 mmol/L. Jika orang tersebut makan karbohidrat kadarnya akan naik menjadi sekitar 6.5-7.2 mmol/L. Saat puasa kadar glukosa darah turun berkisar 3.3-3.9 mmol/L.

Pengaturan kadar glukosa darah dilakukan melalui mekanisme metabolik dan hormonal. Pengaturan tersebut termasuk bagian dari homeostatik. Aktivitas metabolik yang mengatur kadar glukosa darah dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain :

1) Mutu dan jumlah glikokisis dan glukoneogenesis,

2) Aktivitas enzim-enzim, seperti glokukinase dan heksokinase. Hormon penting yang memainkan peranan sentral dalam pengaturan kadar glukosa darah adalah insulin. Insulin dihasikan dari sel-sel b dari pulau pulau langerhans pankreas dan disekresikan langsung ke dalam darah sebagai reaksi langsung bila keadaan hiperglikemia.

Proses pelepasan insulin dari sel B pulau langerhans Pankreas dijelaskan sebagai berikut :

Glukosa dengan bebas dapat memasuki sel-sel B langerhans karena adanya Transporter glut 2. Glukosa kemudian difosforilasi oleh enzim glukokinase yang kadarnya tinggi. Konsentrasi glukosa darah mempengaruhi kecepatan pembentukan ATP dari proses glikolisis, glukoneogenesis, siklus kreb dan Electron Transport System di mitokondria.Peningkatan produksi ATP akan menghambat pompa kalium (K+pump) sehingga membran dan mendorong terjadinya eksositosis insulin. Selanjutnya insulin dibawa darah dan mengubah glukosa yang kadarnya tinggi menjadi glikogen.

Enzim yang kerjanya berlawanan dengan insulin adalah glukoagon. Glukoagon dihasilkan sel-sel A langerhans pankreas. Sekresi hormon ini distimulasi oleh keadaan hipoglikemia. Bila glukoagon yang dibawa darah sampai di hepar maka akan mengaktifkan kerja enzim fosforilase sehingga

mendorong terjadinya glukoneogenesis.

C. Etiologi

Overdosis insulin1. Penggunaan sulfonylurea2. Aktivitas fisik yang berat3. Keterlambatan makanan4. Puasa5. Kegagalan ginjal, hati, alcohol6. Penurunan respon hormonal (adrenergik)D. PatofisiologiSeperti sebagian besar jaringan lainnya, matabolisme otak terutama bergantung pada glukosa untuk digunakan sebagai bahan bakar. Saat jumlah glukosa terbatas, otak dapat memperoleh glukosa dari penyimpanan glikogen di astrosit, namun itu dipakai dalam beberapa menit saja. Untuk melakukan kerja yang begitu banyak, otak sangat tergantung pada suplai glukosa secara terus menerus dari darah ke dalam jaringan interstitial dalam system saraf pusat dan saraf-saraf di dalam system saraf tersebut.Oleh karena itu, jika jumlah glukosa yang di suplai oleh darah menurun, maka akan mempengaruhi juga kerja otak. Pada kebanyakan kasus, penurunan mental seseorang telah dapat dilihat ketika gula darahnya menurun hingga di bawah 65 mg/dl (3.6 mM). Saat kadar glukosa darah menurun hingga di bawah 10 mg/dl (0.55 mM), sebagian besar neuron menjadi tidak berfungsi sehingga dapat menghasilkan koma.E. Manisfastasi KlinisGejala-gejala hipoglikemia terdiri dari dua fase, yaitu :1. Fase I : gejala-gejala akibat aktivasi pusat otonom di hipotalamus sehingga hormon epinefrin masih dilepaskan. Gejala awal ini merupakan peringatan karena saat itu pasien masih sadar sehingga dapat di ambil tindakan yang perlu untuk mengatasi hipoglikemia lanjut.2. Fase II : gejala-gejala yang terjadi akibat mulai terganggunya fungsi otak, karena itu dinamakan gejala neurologis. Pada awalnya tubuh memberikan respon terhadap rendahnya kadar gula darah dengan melepasakan epinefrin (adrenalin) dari kelenjar adrenal dan beberapa ujung saraf. Epinefrin merangsang pelepasan gula dari cadangan tubuh tetapi jugamenyebabkan gejala yang menyerupai serangan kecemasan (berkeringat, kegelisahan, gemetaran, pingsan, jantung berdebar-debar dan kadang rasa lapar). Hipoglikemia yang lebih berat menyebabkan berkurangnya glukosa ke otak dan menyebabkan pusing, bingung, lelah, lemah, sakit kepala, perilaku yang tidak biasa, tidak mampu berkonsentrasi, gangguan penglihatan, kejang dan koma. Hipoglikemia yang berlangsung lama bisa menyebabkan kerusakan otak yang permanen. Gejala yang menyerupai kecemasan maupun gangguan fungsi otak bisa terjadi secara perlahan maupun secara tiba-tiba. Hal ini paling sering terjadi pada orang yang memakai insulin atau obat hipoglikemik per-oral. Pada penderita tumor pankreas penghasil insulin, gejalanya terjadi pada pagi hari setelah puasa semalaman, terutama jika cadangan gula darah habis karena melakukan olah raga sebelum sarapan pagi. Pada mulanya hanya terjadi serangan hipoglikemia sewaktu-waktu, tetapi lama-lama serangan lebih sering terjadi dan lebih berat.F. Pemeriksaan Diaknostik1. Prosedur khusus: Untuk hipoglikemia reaktif tes toleransi glukosa postpradial oral 5 jam menunjukkan glukosa serum