Askep HD

25
A. DEFINISI Hemodialisa adalah Menggerakkan cairan dari partikel-pertikel lewat membran semi permiabel yang mempunyai pengobatan yang bisa membantu mengembalikan keseimbangan cairan dan elektrolit yang normal, mengendalikan asam dan basa, dan membuang zat-zat toksis dari tubuh. ( Long, C.B. : 381). Hemodialise adalah pergerakan larutan dan air dari darah pasien melewati membran semi permeable ( alat dialysis) ke dalam dialisat. ( Tisher, C. C, dkk .1997)Hemodialisa adalah difusi pertikel larut dari satu kempartemen cairan ke kompatemen lain melewatai membran semi permeabel ( Hudak, M. C. 1996 : 39). Dialisa adalah suatu proses pembuangan zat terlarut dan cairan dari darah melewati membran semipermiabel, berdasarkan prinsip difusi osmosis dan aultrafiltrasi( engram, B. 1998 : 164). Hemodialisa adalah lintasan darah melalui sel;ang dari luar tubuh ke ginjal buatandimana pembuangan kelebihan zat terlarut can cairan terjadi ( Engram. B. 1998 : 164) B. ETIOLOGI Hemodialisa dilakukan kerena pasien menderita gagal ginjal akut dan kronik akibatdari : azotemia, simtomatis berupa enselfalopati, perikarditis, uremia, hiperkalemia berat, kelebihan cairan yang tidak responsive dengan diuretic, asidosis yang tidak bisadiatasi, batu ginjal, dan sindrom hepatorenal. C. PATOFISIOLOGI Terjadi gagal ginjal, ginjal tidak bisa melaksanakan fungsinya faktor-faktor yang harus dipertimbangkan sebelum melaui hemodialisis pada pasien gagal ginjal kronik terdiri dari keadaan penyakit penyerta dan kebiasaan pasien.Waktu untuk terapi ditentukan oleh kadar kimia serum dan gejala-gejala. Hemodialisis biasanya dimulai ketika bersihan kreatin menurun dibawah 10 ml/mnt,yang biasanya sebanding dengan kadar kreatinin serum 8-10 mge/dL namun demikian yang lebih penting dari nilai labolatorium absolute adalah terdapatnya gejala-gejala uremia. D. TERAPI DIALISIS 1. Sebagai ginjal buatan dan pada prinsipnya adalah meningkatkan pgendealianoleh model kinetik urea. 2. Membuang produk metabolisme protein seperti urea, kreatin, dan asam urat. 3. Membuang kelebihan air dengan mempengaruhi tekanan bending antara darah dan bagian cairan, biasanya terdiri atas tekanan positif dalam arus darah dan tekanan negatif ( penghisap ) dalam kompartemen dialisat ( ultrafiltrasi ). 4. Mempertahankan / mengembalikan sytem buffer tubuh. E. PROSEDUR DIALISA Alat-alat dialisis dibuat serabut berlekuk-lekuk dan piringan paralel. Kompsisinya terdiri 10.000 serabut berdiameter kecil dimana darah bersirkulasi melaui serabutserabut tersebut.Piringan paralel terdiri dari lempengan-lempengan membran, disusun secara paralelyang membentuk kompartemen untuk darah dandialisat.Bahan yang digunakan : Kuprotan, selulosa asetat, dan beberapa kopolimer sintesis berlubang- lubang kecil ( poliakrilonitril), polimetil-mettakrilat dan polisulfon, Piranti keras yang digunakan pada kebanyakan system sialysis meliputi :

Transcript of Askep HD

Page 1: Askep HD

A. DEFINISI

Hemodialisa adalah Menggerakkan cairan dari partikel-pertikel lewat membran semi permiabel yang

mempunyai pengobatan yang bisa membantu mengembalikan keseimbangan cairan dan elektrolit

yang normal, mengendalikan asam dan basa, dan membuang zat-zat toksis dari tubuh. ( Long, C.B. :

381).

Hemodialise adalah pergerakan larutan dan air dari darah pasien melewati membran semi permeable

( alat dialysis) ke dalam dialisat. ( Tisher, C. C, dkk .1997)Hemodialisa adalah difusi pertikel larut dari

satu kempartemen cairan ke kompatemen lain melewatai membran semi permeabel ( Hudak, M. C.

1996 : 39).

Dialisa adalah suatu proses pembuangan zat terlarut dan cairan dari darah melewati membran

semipermiabel, berdasarkan prinsip difusi osmosis dan aultrafiltrasi( engram, B. 1998 : 164).

Hemodialisa adalah lintasan darah melalui sel;ang dari luar tubuh ke ginjal buatandimana

pembuangan kelebihan zat terlarut can cairan terjadi ( Engram. B. 1998 : 164)

B. ETIOLOGI

Hemodialisa dilakukan kerena pasien menderita gagal ginjal akut dan kronik akibatdari : azotemia,

simtomatis berupa enselfalopati, perikarditis, uremia, hiperkalemia berat, kelebihan cairan yang tidak

responsive dengan diuretic, asidosis yang tidak bisadiatasi, batu ginjal, dan sindrom hepatorenal.

C. PATOFISIOLOGI

Terjadi gagal ginjal, ginjal tidak bisa melaksanakan fungsinya faktor-faktor yang harus

dipertimbangkan sebelum melaui hemodialisis pada pasien gagal ginjal kronik terdiri dari keadaan

penyakit penyerta dan kebiasaan pasien.Waktu untuk terapi ditentukan oleh kadar kimia serum dan

gejala-gejala. Hemodialisis biasanya dimulai ketika bersihan kreatin menurun dibawah 10

ml/mnt,yang biasanya sebanding dengan kadar kreatinin serum 8-10 mge/dL namun demikian yang

lebih penting dari nilai labolatorium absolute adalah terdapatnya gejala-gejala uremia.  

 D. TERAPI DIALISIS

1. Sebagai ginjal buatan dan pada prinsipnya adalah meningkatkan pgendealianoleh model

kinetik urea.

2. Membuang produk metabolisme protein seperti urea, kreatin, dan asam urat.

3. Membuang kelebihan air dengan mempengaruhi tekanan bending antara darah dan

bagian cairan, biasanya terdiri atas tekanan positif dalam arus darah dan tekanan negatif (

penghisap ) dalam kompartemen dialisat ( ultrafiltrasi ).

4. Mempertahankan / mengembalikan sytem buffer tubuh.

E. PROSEDUR DIALISA

Alat-alat dialisis dibuat serabut berlekuk-lekuk dan piringan paralel. Kompsisinya terdiri 10.000

serabut berdiameter kecil dimana darah bersirkulasi melaui serabutserabut tersebut.Piringan paralel

terdiri dari lempengan-lempengan membran, disusun secara paralelyang membentuk kompartemen

untuk darah dandialisat.Bahan yang digunakan : Kuprotan, selulosa asetat, dan beberapa kopolimer

sintesis berlubang-lubang kecil ( poliakrilonitril), polimetil-mettakrilat dan polisulfon, Piranti keras

yang digunakan pada kebanyakan system sialysis meliputi :

Pompa darah

Pompa infus untuk pemberian heparin

Alat monitor untuk pendeteksi suhu tubuh, bila terjadi ketdakamanan,konsentrasi dialisa,

 perubahan tekanan , udara, dan bocoran darah.- System dialisis terbaru terdiri aras unit

tunggal yang mencagkup alat pelepasandialisat dan komponen untuk memonitor darah.

Page 2: Askep HD

F. PROSEDUR PEMASANGAN

Tingkat kompleksitas masalah-masalah yang timbul selama hemodialisa akan beragam diantara

pasien-pasien, yang meliputi tahap penyakit, masalah-masalah lain, keseimbangan cairan dan

elektrolit, nilai-nilai laboratorium, remuan klinis lain,respon terhadap tindakan dialysis sebelumnya,

status emosional dan observasi.

Prosedur

Setelah pengkajian pra dialysis, mengembangkan tujuan dan memeriksa keamanan perlatan, perawat

sudah siap untuk memulai hemodialisis. Akses ke system sirkulasidi capai melalui satu beberapa

pilihan-pilihan fitsula atau tandur arteriovenosa (AV) atau kateter hemodialisis dua lumen. Dua jarum

berlubang besar ( diameter 15/16 ) dibutuhkan untuk mengkanulasi fitsula atau tandur AV. Kateter

dua lumen yang di pasang baik pada vena subklavia, jugularis interna atau femoralis, harus di buka

dalam kondisi aseptic sesuai dengan kebijakaninstitusi.Jika akses vesculae telah di tetapkan, darah

mulai mengalir di bantu oleh pompa darah

Bagian sirkuit disposibel sebelum dialiser diperuntukkan sebagai aliran “arterial” keduanya untuk

membedakan darah yang masuk ke dalamnya sebagai darah yang belum mencapai dialiser dan

dalam acuan untuk meletakkan jarum arterialdi letakan paling dekat dengan anastomis AV pada

fitsula atau tandur untuk memaksimalkan aliran darah. Kantong cairan normal salin yang diklep selalu

dihubungkan ke sirkuit tepat sebelum pompa darah. Pada kejadian hipotensi, darah yang mengalir

dan pasien dapat di klem sementara cairan normal salin yang diklem di buka dan memungkinkan

dengan cepat menginfus untuk memperbaiki tekanan darah.

Transfusi darah dan plasma ekspander juga dapat di sambungkan ke sirkuit pada keadaan ini dan di

biarkan untuk menetes, dibantu dengan pompa darah tergantung perlalatan yang digunakan.

1. Di liser adalah komponen paling penting selanjutnya dari sirkuti. Darah mengalir kedalam

kempartemen darah dari dialiser, tempat terjadinya pertukaran cairan dansisa. Darah

yang meninggalkan dialiser melewati detektor udara dan foam yangmengklem dan

menghentikan pompa darah bila terdeteksi adanya udara padakondisi seperti ini setiap

obat-obat yang akan di berikan pada dialysis diberikanmelaui port obat-obatan. Penting

untuk di ingat bagaimanapun bahwa kebanyakan obat-obat ditunda pemberiannya sampai

dialsys selesai kecuali memang di perintahkan lain.

2. Darah yang telah melewati dialysis kembali ke pasien melalui “venosa” atau selang

posdialiser. Setelah waktu tindakan yang di resepkan, dialysis diakhiridengan mengklem

darah dari pasien, membuka selang cairan normal salin, dan membilas sirkuit untuk

mengembalikan darah pasien. Selang dan dialiser dibuangkedalam perangkat akut,

meskipun program dialysis kronik sering membeli perlatan untuk membersihkan dan

menggunakan ulang dialiser.Tindakan kewaspadaan umum harus dikuti teliti sepanjang

tindakan dialisis karena pemanjanan terhadap darah. Masker pelindung wajah dan sarung

tangan wajib untuk digunakan oleh perawat yang melakukan hemodialisis.

G. KOMPOSISI DIALISAT

Konsentrasi glukosa standar dari dialisat adalah 200 mg/dl. Komsentrasi natrium dan kalsium

diresepkan pada situasi klinis tertentu. Irigasi rendah kalsium dapat digunakan pada terapi

hiperkalasemia akut dan kronik. Dapar basa dialisat dapat berupa asetat ataupun bikarbonat. Pada

keadaan tidak  bekerjanya fungsi hati, asetat diubah mol menjadi bikarbonat. asetat dapat

menyebabkan hipotensi, depresi miokardium, nausea, muntah dan sakit kepala. Dialisis bikarbonat

walaupun lebih mahal biasanya dapat mencegah gejala – gejala tersebut. Tindakan ini merupakan

Page 3: Askep HD

terapi pilihan pada pasien dengan gangguan pernafasan, ketidakstabilan hemodinamika, penyakit

hati dan asidosis metabolic berat,dan pada pasien yang menjalani dialisis aliran cepat.hemodialisa

mencakup shunting / penglihatan arus darah dari tubuh pasien kedialisator dimana terjadi difusi dan

ultrafiltrasi dan kembali ke sirkulasi pasien.Sekarang ada 4 cara utama agar masuk ke aliran darah

pasien ini terdiri dari:

1. Fistula aeteriola vena

2. Eksternal arteriovenus shunt arus arteriovena eksternal.

3. Kateterisasi vena femoral

4. Kateterisasi vena subklavia

 H. PROSEDUR DIALISIS PERITONEAL

1. Siapkan pasien untuk pemasangan kateter dan prosedur dialisis dengan memberikan

penjelasan tentang prosedur secara menyeluruh, formulir ijin tindakan di tandatangani

sesuai kebijakan rumah sakit.

2. Kandung kemih harus dikosongkan tepat sebelum prosedur untuk menghindari kecelakaan

tusukan trokar.

3. Pasien dapat menerima obat pra operasi untuk meningkatkan relaksasi selama tidur.

4. Cairan pendialisis dihangatkan sampai suhu tubuh atau sedikit hangat,menggunakan alat

yang dibuat khusus umtuk tujuan ini tidak dianjur kanmenghangatkan dilisis peritonial

dalam oven gelombang mikro karena penghangatan cairan ridak sama dan inkonsistensi

dari satu oven gelombang.

5. TTV dasar seperti suhu, nadi, pernafasan dan berat badan dicatat. Sebuah tempat tidur

berskala sangat ideal untuk mementau berat badan pesien dengan sering dan karenanya

haus digunakan bila memungkinkan. Memindahkan pasien letargiatau disorientasi pada

temapt tidur berskala akan menimbulakan masalah seperti perubahan lrtak kateter.

6. Dilakukan pengkajian fisik abdomen atau trauma sebelum pemasangan kateter.

7. Instruksi khusus tentang pembuangan cairan, penggantian dan pemberian obat harus

ditulis dokter sebelum prosedur.

I. TEKNIK

1. Dengan kondisi steril, insisi kecil garis median dibuat dibawah umbilikus.

2. Trokar dimasukkan melalui insisi kedalam rongga peritonial, obturator dilepaskan kateter

dilepaskan.

3. Cairan dialisis mengalir kedalam rongga abdomen melalui gaya gravitasi secepat mungkin

( 5 – 10 menit ) bila mengalirnya terlalu lambat mungkin perlu dikateterisasi.

4. Saat larutan di infuskan selang diklem, dan larutan dibiarkan dalam rongga abdomen

selama 30 – 45 menit

5. Botol larutan / kantong diletakkan dibawah rongga abdomen, dan dialirkan keluar rongga

abdomen oleh gaya gravitasi.

6. Bila sistemnya paten dan letak kateternya baik larutan akan mengalir keluar dengan baik

dan mengalir kuat, drainase harus berlangsung lebih daei 20 menit.

7. Siklus ini diulang secara kontinyu selama waktu yang telah ditentukan yang bervariasi dari

12 – 36, tergantung pada tujuan pengobatan kondisi pasien dan ketetapan fungsi sistem.

8. Harus digunakan sarung tangan selama menanganinya.

J. KOMPLIKASI

Komplikasi teknis

1. Pemulihan cairan tidak sempurna.

Cairan yang keluar harus berbanding /lebih banyak dari gairan yang dimasukkan kemasan preparat

dialysis komersial berisi 1000 – 2000 lm cairan bila setelah beberapa kali pertukaran volume yang

dikeluarkan kurang ( sampai 500 ml lebih )dari jumlah yang dimasukkan,harus evaluasi tanda – tanda

Page 4: Askep HD

retensi cairan meliputi distensi abdomen / keluhan begah. Indikasi yang paling akurat tentang jumlah

cairan yang terkumpul kembali adalah berat badan,bila cairan keluar dengan lambat,ujung kateter

mungkin terbenam dalam omentum / tersumbat fibrin.

1. Kebocoran disekitar kateter.

Kebocoran superficial setelah operasi dapat dikontrol dengan penjahitan ekstradan mengurangi

jumlah dialisat yang dimasukkan dalam peritoneal.Peningkatan tekanan intra abdomen juga

menyebabkan kebocoran dialisat,oleh karena ituharus dihindari terjadinya muntah kontinyu, batuk,

dan gerakan selama periodeawal pasca operasi.

1. Cairan peritoneal bersemu darah.

Warna ini ditemukan pada awal aliran keluar tetapi harus bersih setelah beberapa waktu.Perdarahan

banyak setiap waktu merupakan indikasi masalah yang serius dan harus diselidiki dengan cepat.

Komplikasi fisiologis

1. Hipotensi

2. Kram otot

3. Sindrom ketidak seimbangan dialysis

4. Hipoksemia

5. Aritmia

6. Perdarahan

7. Nyeri

Asuhan Keperawatan Pasien HemodialisisI. Pengkajian

Keluhan:Klien dengan hemodialisis biasanya mengeluhkan: Lemas, pusing, gatal, baal-baal, bengkak-bengkak, sesak, kram, BAK tidak lancar, mual, muntah, tidak nafsu makan, susah tidur, berdebar, mencret, susah BAB, penglihatan tidak jelas, sakit kepala, nyeri dada, nyeri punggung, susah berkonsentrasi, kulit kering, pandangan gelap, nyeri otot, nyeri pada penusukkan jarum, rembes pada akses darah, keringat dingin, batuk berdahak/tidak.

Riwayat Kesehatan Saat IniPengembangan Keluhan Utama dengan perangkat PQRST dan pengaruhnya terhadap aktivitas sehari-hari

Riwayat Kesehatan DahuluMenanyakan adanya riwayat infeksi saluran kemih, infeksi organ lain, riwayat kencing batu/obstruksi, riwayat konsumsi obat-obatan, jamu, riwayat trauma ginjal, riwayat penyakit endokrin, riwayat penyakit kardiovaskuler, riwayat darah tinggi, riwayat kehamilan, riwayat dehidrasi, riwayat trauma.

Riwayat Kesehatan KeluargaMenanyakan riwayat polikistik, diabetes, hipertensi, riwayat penyakit ginjal yang lain. Cantumkan genogram min. tiga generasi.

Pemeriksaan Fisik

Page 5: Askep HD

Aktivitas istirahat/tiduro Lelah,, lemah atau malaise

o Insomnia

o Tonus otot menurun

o ROM berkurang

Sirkulasio Palpitasi, angina, nyeri dada

o Hipertensi, distensi vena jugularis

o Disritmia

o Pallor

o Hipotensi/hipertensi, nadi lemah/halus

o Edema periorbital-pretibial

o Anemia

o Hiperlipidemia

o Hiperparatiroid

o Trombositopeni

o Pericarditis

o Aterosklerosis

o CHF

o LVH

Eliminasio Poliuri pada awal gangguan ginjal, olguri dan anuri pada fase lanjut

o Disuri, kaji warna urin

o Riwayat batu pada saluran kencing

o Ascites, meteorismus, diare, konstipasi

Nutrisi/cairano Edema, peningkatan BB

o Dehidrasi, penurunan BB

o Mual, muntah, anorexia, nyeri ulu hati

o Efek pemberian diuretic

o Turgor kulit

o Stomatitis, perdarahan gusi

o Lemak subkutan menurun

o Distensi abdomen

o Rasa haus

o Gastritis ulserasi

Neurosensoro Sakit kepala, penglihatan kabur

o Letih, insomnia

o Kram otot, kejang, pegal-pegal

o Iritasi kulit

o Kesemutan, baal-baal

Nyeri/kenyamanano Sakit kepala, pusing

o Nyeri dada, nyeri punggung

o Gatal, pruritus,

Page 6: Askep HD

o Kram, kejang, kesemutan, mati rasa

Oksigenasio Pernapasan kusmaul

o Napas pendek-cepat

o Ronchi

Keamanano Reaksi transfuse

o Demam (sepsis-dehidrasi)

o Infeksi berulang

o Penurunan daya tahan

o Uremia

o Asidosis metabolic

o Kejang-kejang

o Fraktur tulang

Seksualo Penurunan libido

o Haid (-), amenore

o Gangguan fungsi ereksi

o Produksi testoteron dan sperma menurun

o Infertile

Pengkajian Psikososialo Integritaqs ego

o Interaksi social

o Tingkat pengetahuan tentang penyakit dan penatalaksanaannya

o Stress emosional

o Konsep diri

Laboratoriumo Urine lengkap

o Darah lengkap meliputi: Hb,Hct, L, Trombosit, LED, Ureum pre dan post, kreatinin pre dan post, protein total, albumin, globulin, SGOT-SGPT, bilirubin, gama gt, alkali fosfatase, kalsium, fosfor, kalium, natrium, klorida, gula darah, SI, TIBC, saturasi transferin, feritin serum, pth, vit D, kolesterol total, HDL, LDL, trigliserida, asam urat, Hbs Ag, antiHCV, anti HIV, CRP, astrup:pH/P02/pC02/HCO3

o Biasanya dapat ditemukan adanya: anemia, hiperkalemia, hiperfosfatemia, hipokalsemi, ureumikum, kreatinin meningkat, pH darah rendah, GD klien DM menurun

Radiologio Ronsen, Usg, Echo: kemungkinan ditemukan adanya gambaran pembesaran jantung, adanya batu saluran kencing/ginjal, ukuran korteks, gambaran keadaan ginjal, adanya pembesaran ukuran ginjal, vaskularisasi ginjal.

o Sidik nuklir dapat menentukan GFR

Page 7: Askep HD

EKG    o Dapat dilihat adanya pembesaran jantung, gangguan irama, hiperkalemi, hipoksia                                           miokard.

Biopsio Mendeteksi adanya keganasan pada jaringan ginjal

 II. Diagnosa dan Intervensi

DIAGNOSA KEPERAWATAN DAN INTERVENSI

NO

DIAGNOSA KEPERAWATAN

TUJUAN INTERVENSI

1 Pola nafas tidak efektif b.d.Over hidrasi: penumpukan cairan di paruAsidosis: pernapasan kusmaulAnemiaHiperkalemi

KarakteristikKlien mengeluh sesakRR > 30 X/mntTerdapat pola napas kusmaulRetraksi interkostalis (+)Pernapasan cuping hidung (+)Sianosis pada akral (+)Pallor (+)Ronchi (+)Hb < 9 mg/dlDispneu (+)Orthopneu (+)Sputum berbusa darah (+)

Pola napas efektif dengan criteria:Keluhan sesak berkurang/hilangRetraksi interkostalis (-)Rr 16-20 X/mntPola napas kusmaul (-)Sianosis (-)Hb 10-11 mg/dlOrthopneu (-)Dispneu (-)Pallor (-)Pch (-)

1. Observasi tanda vital, kaji pola napas; kaji adanya kusmaul, periksa suara napas dari adanya ronchi.

2. Atur posisi  semifowler

3. Berikan oksigen lembab sesuai kebutuhan.

4. Atur UFR dengan berdasar pada BB kering

5. Berikan dialisat bicnat

6. Lakukan ultrafiltrasi  terpisah bila perlu

7. Berikan transfusi darah PRC bila Hb<

8. Lakukan kolaborasi pemberian therafi obat untuk mengkoreksi asidosis, anemia

2 Gangguan rasa nyaman: gatal b.d.Akumulasi garam ureum pada kulitPeningkatan kadar fosfatHipersensitif terhadap heparin dan alat-alat dialysisPerubahan tekstur kulit yang ekstrimKondisi kulit yang keringAkumulasi calsiumPenurunan aktivitas kelenjar keringatNeuropati otonomi uremikumReaksi transfusi pada klien dengan transfusi

Klien mengatakan gatal berkurang/hilangKulit kering berkurang/menjadi lembab dan bersihUreum frost ber(-)UFR tidak ekstrimBekas garukan (-)Priming dan socking adekuat

1. Kaji warna kulit, tekstur, turgor dan vaskularisasi untuk memberikan arah intervensi yang sesuai

2. Inspeksi adanya bruises, purpura dan tanda infeksi untuk deteksi dini

3. Berikan lotion pelembab untuk menurunkan kekeringan kulit

4. Berikan salicil talk

5. Berikan antihistamin sesuai anjuran

6. Berikan antipruritus sesuai anjuran

7. Anjurkan klien untuk memelihara kuku pendek dan bersih.

8. Lakukan priming dan socking dan UF dalam sirkulasi tertutup secara adekuat

       9.   Anjurkan peningkatan BB

Page 8: Askep HD

KarakteristikKlien mengeluh gatalUruem frost (+)Bekas garukan  (+)UFR ↑Warna kulit menghitamPemakaian alat dialysis yang kurang adekuat priming/soackingKulit kering

interdialitik      tidak lebih dari 5% berat badan kering

3 Gangguan rasa nyaman: nyeri saat insersi pada tempat penusukkan b.d. insersi fistula needle.

Karakeristik :Klien mengeluh nyeri pada akses vaskuler saat dilakukan penusukkan.Ekspresi wajah tampak meringisTerdapat luka penusukkan untuk akses darah

Keluhan pada saat ditusuk minimalSaat penususkan ekspresi wajah tenang

1. Lakukan penusukkan yang tepat dan hati-hati untuk mengurangi resiko nyeri yang berlebihan

2. Berikan anestesi local pada daerah yang akan ditusuk untuk mengurangi rasa nyeri terutama saat punksi femoralis.  Bisa berbentuk injeksi atau spray.

3. Ajarkan dan anjurkan teknik relaksasi dan distrraksi

4. Lakukan kompres dingin untuk memblok rasa nyeri

5. Kaji tingkat nyeri, apakah hilang setelah penusukkan, menetap atau bertambah

4 Gangguan rasa aman: penurunan daya tahan tubuh b.d.MalnutrisiAnemiaTerpapar zat kimia seperti desinfektan, havox, formalin.Overhidrasi

Karakteristik:Status nutrisi rendah; massa otot kecilHb < 10 mg/dlPallorKlien mengeluh lemasKlien mengeluh sering sakit-sakita

Daya tahan tubuh meningkat dengan criteriaStatus gizi meningkatHb > 10 mg/dlPucat (-)Lemas (-)Tidak mengeluh mudah/sering sakit

1. Kaji satus nutrisi, status gizi, status anemi/zat besi

2. Anjurkan untuk mendapat status nutrisi sesuai kebutuhan diet untuk klien dengan dialysis

3. Lakukan priming, soacking dan ultra filtrasi pada sirkulasi trertutup secara adekuat untuk mengeluarkan zat-zat kimia

4. Anjurkan kepada klien, keluarga dan tenaga kesehatan untuk mengenakan pelindung seperti masker, menerapkan prinsip universal precaution agar tidak terpapar kontaminan

5. Kolaborasi untuk koreksi anemi: EPO, terafi zat besi, dan transfuse

6. terapkan prinsip a/anti septic saat penusukan, pencabutan atau menhindari paparan terhadap darah.

7. Lakukan pengontrolan rutin terhadap water treatment

       8. Anjuran untuk membatasi peningkatan BB 5% berat badan kering interdialitik

Page 9: Askep HD

5 Gangguan rasa nyaman: kram b.d.HipotensiUFR↑/penarikan cairan di bawah BB keringKandungan sodium pada cairan dialisat rendahHipokalsemi

Karakteristik:Klien mengeluh kramOtot pada anggota tubuh yang kram nampak tegangKlien nampak kesakitanKlien nampak gelisahTensi menurun

Kram berkurang/hilang dengan criteriaKeluhan kram berkurangOtot yang kram rileksKlien nampak tenangTensi dalam batas normal

1. Anjurkan klien untuk relaksasi, hiperekstensi bagian tubuh yang kram.

2. Lakukan distraksi, kaji penyebab kram, ukur tekanan darah

3. Bila disertai hipotensi, berikan normal salin;diikuti pemberian larutan hipertonik dianjurkan glukosa 40% (tidak diberikan pada klien diabetic)

4. Kolaborasi pemberian kalsium iv bila hipokalsemi

5. Kolaborasi pemberian relaksan oral 2 jam sebelum dialysis

6. Evaluasi BB kering klien, atur UF Goal dengan hati-hati

7. Anjurkan kepada klien untuk latihan peregangan pada anggota badan yang serting kram

8. atur nilai sodium pada cairan dialisat tidak terlalu rendah.

6 Resiko terjadi hipotensi b.d.Penurunan volume darah yang berlebihan akibat:o Fluktuasi UFR

o UFR yang tinggi akibat peningkatan BB yang tinggi

o BB kering yang terlalu rendah

o Sodium cairan dialisat terlalu rendah

Penurunan fungsi vasokonstriksi akibato Obat anti hipertensi (OAH)

o Cairan dialisat asetat

o Suhu cairan dialisat terlalu panas

Penurunan fungsi jantungo Kegagalan meningkatkan denyutan jantung secara tepat karena penurunan pengisiannya akibat: memakan β bloker, neuropati otonom  uremikum, ketuaan.

Hipotensi tidak terjadi dengan criteria:Tanda vital dalam batas normalKeluhan pusing, mual (-)UFR tidak lebih dari selisih BB per time dialysis < 5% BB keringMengkonsumsi OAH pada wakrtu yang tepatMenggunakan dialisat bicnat, Na ditingkatkan, suhu diturunkanBB kering terkendali

1. Monitor tanda vital tiap jam/lebih sering bila perlu sebagai deteksi dini hipotensi

2. Kaji adanya keluhan mual, pusing sebagai deteksi dini hipotensi

3. Atur UFR dengan cara: BB sebelum cuci dikurangi BB kering dibagi time dialysis tidak lebih dari 5% BB kering

4. Anjurkan tidak mengkonsumsi OAH sebelum cuci

5. Atur pemberian dialisat :

1)      Gunakan bicnat hindari asetat2)      Tingkatkan nilai sodium3)      Turunkan suhu dialisat ke 34-36°C

6. Re-evaluasi BB kering

7. Anjurkan untuk tidak makan secara berlebihan saat menjalani HD

8. Bila diketahui tensi menurun dan terdapat keluhan pusing:

1)      Berikan oksigen lembab2)      Atur posisi kepala lebih rendah3)      Turunkan UFR serendah mungkin4)      Berikan normal salin 100 cc/lebih5)      Berikan larutan hipertonis

Page 10: Askep HD

o Ketidak mampuan meningkatkan kardiak output karena alas an lain : penurunan kontraktilitas otot jantung akibat ketuaan, hipertensi, aterosklerosis, kalsifikasi miokardial, penyakit katup, amiloidosis dll

Sepsis, perdarahan samar, arritmia, hemolisis, emboli udara, anafilksis

KarakteristikKlien mengeluh pusing, mual, kramTensi menurunUFR tinggiSuhu dialisat rendahSodium dialisat terlalu rendahPemakan asetat dialisatUreum sangat tinggiRiwayat mengkonsumsi OAH sebelum dialysis

7 Gangguan rasa nyaman: nyeri kepala b.dSindroma dis-eq ringanPenggunaan larutan dialisat yang mengandung asetatPenarikan kafein dari darah secara mendadak bagi klien peminum kopi

Karakteristik:Klien mengeluh sakit kepalaEkspresi wajah nampak meringisNampak gelisahRiwayat peminum kopiQB tinggiPenggunaan dialisat asetatTime dialysis terlalu lama

Ekspresi wajah tenangKeluhan sakit kepala berkurang/hilangGelisah (-)Minum kopi terkendaliQb minimalMenggunakan dialisat bicnatTime dialysis terkendali

1. Observasi tanda vital, kaji tingkat nyeri

2. Anjurkan relaksasi dan lakukan distraksi

3. Turunkan QB sampai batas minimal (150 ml/mnt)

4. Ganti dialisat asetat dengan bicnat

5. Berikan asetaminofen sesuai anjuran

6. Anjurkan untuk membatasi kopi sebelum cuci darah

7. Hentikan dialysis bila sakit kepala tidak hilang

8 Gangguan rasa nyaman: nyeri dada/nyeri punggung b.d.First use syndromeAnginaHemolisis

Keluhan nyeri dada/punggung berkurang/hilangEkspresi wajah tenangTanda vital normalKlien tampak tenang

1. Kaji tanda vital

2. Anjurkan relaksasi, lakukan distraksi, atur posisi yang nyaman

3. Turunkan QB, UFR

4. Berikan oksigen lembab bila perlu

Page 11: Askep HD

Emboli

Karakteristik:Klien mengeluh nyeri dada/pinggangEkspresi wajah meringisTanda vital abnormalgelisah

5. Identifikasi penyebab nyeri dada, tentukan apakah dari dializer baru, jantung, emboli, hemolisis

6. Kolaborasi untuk koreksi etiologi

7. Berikan analgetik sesuai anjuran

8. Hentikan dialysis bila nyeri menetap/bertambah

9 Gangguan keseimbangan cairan : berlebih b.d.Penurunan fungsi ginjal dalam dalam mengatur keseimbangan cairan dan elektrolit

Karakteristik:Klien mengeluh bengkak-bengkak pada perut, wajah atau anggota gerak, sesakAnuri/oliguri (+)Hipertensi (+)Peningkatan BB yang signifikanPernapasan pendek-cepatRonchi (+), edema paru

Klien mengatakan bengkak berkurang/hilangKlien mengatakan sesak berkurangEdema (-)Peningkatan BB interdialitik tidak lebih dari 5% BB keringPola napas normal, RR Normal

1. Monitor peningkatan tensi, edema perirbital dan peripheral

2. Auskultasi paru untuk mengidentifikasi adanya cairan dalam paru

3. Ajarkan klien untuk pentingnya pengendalian dan pengukuran air dan berat badan untuk mencegah overhidrasi; jumlah air yang diminum = 500 cc + diuresis / hari

4. Ajarkan klien tentang diet rendah sodium untuk mengontrol edema dan hipertensi

5. Ajarkan klien agar peningkatan BB interdialitik tidak lebih dari 5% BB kering

6. Berikan oksigen lembab bila sesak

7. Lakukan UF untuk mencapai BB kering

8. Lakukan  SQHD bila perlu

10 Perubahan pola nutrisi b.d.Pembatasan dietMual-muntahAnoreksiaPenurunan BB keringGangguan keseimbangan elektrolit

Karakteristik:Klien mengeluh mual-muntah, tidak nafsu makanBB kering menurunBau mulut (+)

Keluhan mual-muntah, tidak napsu makan berkurang/hilangProtein total dan albumin dalam batas normalBB kering terpelihara

1. Monitor BB, kadar ureum, kreatinin, protein total, albumin, dan elektrolit sebagai indicator dari adekuasi dialysis, status gizi dan respon therafi

2. Anjurkan perawatan mulut untuk mencegah stomatitis, membuang bau mulut

3. Berikan makanan porsi kecil tapi sering dalam keadaan hangat

4. Anjurkan klien untuk memilih makanan yang diperbolehkan

5. Berikan makanan dengan kalori 35 kcal/kgBB/hari untuk mengimbangi proses katabolisme dialysis dan memelihara BB kering

6. Batasi protein 1,2 gr/kgBB/hari dan batasi fosfat untuk mengurangi metabolisme dan produk ureum, kalium, fosfat dan H+

7. Berikan permen dan sejenisnya untuk

Page 12: Askep HD

meningkatkan rasa pada klien yang tidak menderita DM

11 Resiko terjadi injuri: fraktur tulang b.d.Gangguan absorbsi calsiumGangguan sekresi fosfatPerubahan metabolisme kalsitriol

Tidak terjadi fraktur tulangPerlambatan penyakuit tulang (+)Kadar calsium darah > 8 mg/dl

1. Kaji adanya hipokalsemia, hiperfosfat, nyeri otot serta kaku sendi untuk mengetahui kemungkinan resiko fraktur

2. Observasi adanya nyeri tulang sebagai indikasi adanya kerusakan tulang

3. Lakukan ROM dan dorong klien berambulasi untuk merangsang osteoblas dan mengurangi reasorbsi tulang

4. Berikan lingkungan yang aman untuk mengurangi resiko kecelakaan, mis penerangan yang cukup, pegangan tangan

5. Berikan Suplemen kalsium,vit D dan fosfat binder sesuai anjuran untuk mengobati demineralisasi tulang

6. Anjurkan untuk mengkonsumsi suplemen tersebut  di tengah-tengah saat makanan

12 Intoleransi aktivitas b.d.Anemia karena kekurangan EPOAnemia hemolitikum karena uremia, rusak oleh blood pump, rusak saatkeluar dari jarum karena QB yang besarAnemia defisinsi besi karena darah tersangkut di dializer, blood line, needleMalnutrisiProses katabolisme hemodialisis

Karakteristik:Klien mengeluh lemas dan mudah lelahKlien nampak lelahPallor (+)TachikardiNapas pendekHb dan hematokrit rendah

Klien mengatakan lemas/lelah berkurang/hilangTanda vital dalam batas normalPallor berkurang/hilangHb dan Hct meningkatKlien mampu melakukan aktivitas sehari-hari tanpa kelelahan

1. Monitor kadar Hb dan Hct sebagai indicator suplai oksigen pada klien

2. Berikan zat besi dan EPO sesuai anjuran

3. Berikan folic acid sesudah dialysis

4. Berikan istirahat yang cukup

5. Ajarkan klien untuk merencanakan kegiatan dan menghindari kelelahan

6. Usahakan meminimalkan kehilangan darah selama dialysis

7. Observasi adanya perdarahan pada daerah penusukan

8. Modifikasi heparin untuk mencegah adeanya resiko perdarahan

13 Perubahan pola eliminasi Pola defekasi normal 1. Kaji pola eliminasi BAB klien,

Page 13: Askep HD

BAB: konstipasi b.d.Menurunnya motilitas saluran cernaPembatasan airModifikasi dietKetidakseimbangan elektrolit

Karakteristik:Klien mengeluh susah BABKlen mengatakan sudah lebih dari tiga hari tidak BABKlien mengatakan BAB keras.

Klien mengatakan BAB lancerKobnsistensi feces lembut

auskultasi bising usus

2. Dorong klien untuk melakukan ambulasi semampunya untuk meningkatkan peristaltic usus

3. Berikan pelembek feces sesuai anjuran

4. Ajarkan klilen untuk menghjindari laksatif yang mengandung magnesium

14 Perubahan pola eliminasi BAB: diare b.d.Inflamasi gastrointestinal sekunder terhadap ureumEfek samping kayeksalat

KarakteristikKlien mengeluh BAB mencretFrekuensi BAB seringKonsistensi feces cair

Pola defekasi normal dengan criteria:Klien mengatan BAB tidak mencretKonsistensi feces normalBAB tidak sering (1-2X/hari)

1. Catat jumlah BAB untuk memonitor kehilangan cairan dan elektrolit

2. Monitor kadar elektrolit terutama kalium, kalsium, dan bicnat saat klien mengalami diare persisten

3. Anjurkan/berikan untuk meminum cairan yang mengandung elektrolit yang aman (yang mengalami deficit)

4. Berikan perawatan perianal dengan hati-hati menggunakan lotion untuk memelihara keutuhan kulit perianal

5. Berikan asupan cairan pengganti bila dehidrasi

6. Berikan antidiare sesuai anjuran

15 Perubahan pola eliminasi BAK b.d.Penurunan fungsi filtrasi ginjal

Karakteristik:Klien mengatakan BAK sedikitAnuri (+)Oliguri (+)GFR < 15 cc/mnt

Pola mikturisi mengalami modifikasi oleh mesin dialysis

1. Kaji pola eliminasi BAK klien; jumlah urine perhari, frekuensi BAK/hari, Karakter urin, keluhan saat BAK

2. Berikan diuretic sesuai anjuran

3. Anjurkan untuk minum sejumlah urin ditambah 500cc

4. Lakukan penarikan ultra filtrasi sesuai BB kering

16 Gangguan rasa aman: cemas b.d.Perubahan konsep diriAncaman fungsi peranKetidakpastian hasil terafi pengganti ginjalBatasan-batasan diet obat dan penanganan

Karakteristik:Perilaku yang tidak patuhPenolakanCemasMudah marahPeningkatan denyut jantung, RR, dan tensi

1. Mengkaji tingkat kecemasan:

a. Apabila ringan sampai sedang, dilanjutkan dengan penyelesaian masalah (problem solving)

b. Apabila berat-panik, kurangi tuntutan-tuntutan pada klien, mencegah prosedur yang tidak perlu, gunakan teknik

Page 14: Askep HD

Berkurangnya rasa kendali diri

Karakteristik:Perilaku yang tidak patuhPenolakanCemasMudah marahPeningkatan denyut jantung, RR, dan tensiKetidakmampuan berkonsentrasi

Ketidakmampuan berkonsentrasi

focusing dan relaksasi

2. Mengkaji stressor tertentu terhadap ancaman-ancaman yang tidak spesifik dan umum

3. Menunjukkan sikap pengertian

4. Mempertahankan cara yang santai, tidak mengancam dan empati

5. Membantu mengidentifikasi mekanisme koping yang biasa klien gunakan

6. Identifikasi cara klien meminimalkan stressor-stressor yang dihadapinya

7. Berikan umpan balik realistis terhadap ancaman nonspesifik yang dihadapi klien

8. Gali cara-cara klien mengontrol dirinya

9. Gali konsep diri klien dan persepsi akan perasaannya

10. Berikan konsistensi terhadap apa yang kita lakukan

17 Ketidakberdayaan b.d.Penyakit ginjal kronisKetidakmampuan untuk melakukan tanggung jawab peranKurangnya pengetahuanKehilangan kendali diri

Dapat mengidentifikasi area di mana klien dapat melakukan kendali diriIkut terlibat dalam menentukan keputusan dalam penanganan klien sendiriMenunjukkan fungsi peran yang memadai

1. Bantu klien mengidentifikasi perasaan-perasaan ketidakberdayaan

2. Identifikasi faktor-faktor penyebab ketidakberdayaan

3. Libatkan dalam pengambilan keputusan

4. Bantu klien mengenali situasi yang dapat dan tidak dapat diubah

5. Berikan dukungan terhadap penggunaan potensi yang ada

6. Berikan edukasi kepada klien

18 Kesedihan yang mendalam b.dHilangnya fungsi ginjalGagalnya alat-alat aksesHilangnya fungsi peran

Karakteristik:Adanya ekspresi:o Kemarahan

o Penolakan

o Rasa bersalah

Mengekspresikan perasaanyang berhuibungan dengan kehilanganMenyatakan realitas kehilanganMengekspresikan pandangan akan masa yang akan dating

Membantu klien dalam melalui proses kesedihan:1. Fase penolakan

o Jujur mengenai hal kehilangan

o Menyatakan bahwa penolakan adalah hal yang normal

2. Fase kemarahan

o   Toleran dan sabar terhadap sikap klien untuk mencegah penggunaan mekanisme pertahanan diri

Page 15: Askep HD

o Perilaku menarik diri o   Memfasilitasi klien dalam mengekspresikan kemarahan dalam cara yang konstruktif dan dapat diterima

o   Mengeksplorasi perasaan bersalah pada klien3. Fase penyadaran

o   Memberikan dukungan dan penerimaano   Menganjurkan klien untuk berbagi perasaan

dengan orang laino   Menunjukkan kepada klien bahwa perilaku

menangis adalah hal yang dapat diterima dan sehat4. Fase penerimaan

o   Membantu klien dalam memformulasikan tujuan dan penyesuaian

o   Menggali persepsi klien akan perubahan yang ditimbulkan penyakit ginjak kronisMengadakan diskusi dengan klien penderita penyakit ginjal kronis lain tentang bagaimana memberikan respon terhadap penyakit.

19 Perubahan konsep diri b.d.Hilangnya fungsi ginjalPerubahan gambaran diriPerubahan peranPerubahan kendali diri

Karakteristik:Perilaku tergantungMenarik diriMengkritik diri secara berlebihEkspresi ketidakberdayaan

Citra diri meningkatMengambil tanggung jawab peranBerpartisipasi dalam pengambilan keputusan

1. Tunjukan penerimaan kepada klien, bahwa klien adalah manusia yang berharga

2. Membantu klien dalam melalui perasaan kecewa akibat kehilangan

3. Gali makna dari penyakit dan therafi bersama klien

4. Bantu klien mengenali sumber kecemasan  yang berhubungan dengan perubahan citra diri

5. Gunakan problem solving dan role play bersama klien untuk meminimalkan kecemasan

6. Fokuskan kekuatan dan potensi yang ada pada klien

7. Kurangi tekanan pada kegagalan dan ketidakberdayaan

8. Hindari pujian palsu

9. Dorong untuk interaksi social

20 Resiko terjadi shock hipovolemi b.d.UFR tinggiUF di bawah BB keringSirkulasi ekstrakorporealPerdarahan

Tidak terjadi shock hipovolemik dengan kriteriaTanda vital dalam batas normalUF tidak melewati BB

1. Observasi tanda vital tiap jam/sesuai keadaan, kaji keluhan

2. Anjurkan untuk membatasi peningkatran BB < 5% BB kering

3. Kaji ulang BB kering klien

Page 16: Askep HD

Faktor resiko:Klien mengeluh pusiongUFR TinggiPenurunan tensiUF melewati BB keringTerdapat sirkulasi ekstra corporeal

keringSirkulasi ekstra corporeal minimal

4. Kaji ulang pemakain ginjal dengan volume priming minimal

21 Resiko terjadi perdarahan b.d.HeparinisasiUremiaAnemia

Faktor resiko:Pemberian heparinKadar ureum yang tinggiKadar Hb yang rendahTerdapat luka tusuk

Perdarahan tidak terjadi dengan criteria:Melena (-)Petechiae (-)Hematuri (-)Ekimosis (-)Perdarahan gusi (-)Rembesan pada luka tusuk minimalPemberian heparin terkendaliKadar ureum terkendaliKada Hb terkoreksi

1. Observasi tanda vital, tanda-tanda perdarahan seperti petechiae, ekimosis, perdaran gusi, rembesan pada luka penusukan yang berlebihan, melena, hematuri

2. Berikan heparin dalam dosis yang aman melalui cara pemberian yang tepat

3. Evaluasi pasca dialysis akan adanya rembesan dan lamanya waktu pembekuan

4. Kaji kadar ureum pre dialysis untuk mengantisipasi perdarahan

5. Kaji kadar Hb, koreksi dulu bila memungkinkan.

6. Kaji clotting time dan bleeding time

22 Resiko terjadi kloting b.d.Sirkulasi ekstrakorporealDarah bersentuhan dengan alat-alat dialysisHeparinisasi tidak adekuatUFR tinggiQB rendahAkses darah tidak adekuat

Faktor resiko:Adanya sirkulasi ekstrakorporealAdanya kontak dengan benda asing/alat dialysisHeparinisasi yang tidak adekuatAkses darah tidak patenQB rendahUFR tinggiBusa/kloting di bubble trapCloted dializer

Kloting tidak terjadi dengan criteriaSirkulasi ekstra corporeal lancerDosis heparin sesuai kebutuhan/BBAkses patenQB optimalUF < 5% BB kering

1. Inspeksi bubble trap dari adanya busa/clot

2. Inspeksi dializer dari adanya warna darah yang lebih hitam (cloted dializer) dengan cara membilas dengan NaCl

3. Optimalkan QB sesuai BB

4. Batasi peningkatan BB klien < 5% BB kering

5. Berikan dosis heparin sesuai BB/kondisi

6. Cek CT dan BT bila ditemukan gejala kloting

7. Lakukan priming soacking dan UF pada sirkulasi tertutup secara adequate

Page 17: Askep HD

23 Resiko terjadi Emboli udara b.d.Adanya akses masuk udara via sirkulasi ekstrakorporeal

Faktor resiko:Proses kanulasi tidak tepat/kencang/teliti, klem tidak kencang.

Emboli udara tidak terjadi dengan criteria:Tanda vital normal, tidak terdapat gejala emboli pada klien seperti sesak nyeri dadaProsese kanulasi amanKlem-klem amanDetector udara aktif, bubble trap siap

1. Observasi tanda vital tiap jam/sesuai kondisi, waspadai gejala emboli

2. Lakukan kanulasi dengan cermat sehingga bebas dari udara

3. Periksa klem-klem tiap jam

4. Pastikan bubble detector aktif

5. Lakukan penyambungan blood line dengan fistula needle dengan cermat sehingga terbebas dari udara

6. Lakukan priming dengan baik sehingga gelembung udara daapat terbilas

7. Atur bubble trap dengan permukaan darah mengisi 2/3 – ¾.

24 Resiko menggigil b.d.Priming tidak adekuatProses reuse tidak adekuatWater treatment terkontaminasiRinsing tidak adekuatUF pada sirkulasi tertutup tidak adekuatDaya tahan tubuh lemah

Factor resiko:Penggunaan ginjal reuseKontaminasi water treatmentPriming, rinsing, UF pada sirkulasi tertutup tidak adekuatK/U klien lemah

Menggigil tidak terjadi dengan criteria:Proses reuse dilakukan secara adekuatPriming, rinsing, UF pada sirkulasi tertutup adekuatWater treatment aman dari kontaminan/rutin dikontrol

1. Lakukan reuse sesuai protap untuk mencegah MO masuk

2. Lakukan soacking pada kompartemen dialisat ginjal buatan min. 10 mnt

3. Lakukan priming pada kompartemen darah ginjal buatan min 2 labu normal salin, untuk ginjal baru 1 labu

4. lakukan rinsing kimiawi dan air (sesuai kebijakan masing-masing institusi) min 40 mnt.

5. Lakukan pemeriksaan secara berkala pada instalasi water treatment termasuk uji kandungan air murni

6. Tingkatkan daya tahan tubuh, salah satunya dengan melakukan koreksi pada malnutrisi

25 Gangguan fungsi seksual b.dPenurunan libidoPenurunan fungsi ereksiPenurunan hormone testoteronAnemiaUremikuminfertilKarakteristikKeluhan tidak bergairahTidak bisa ereksiTidak haid

Fungsi seksual meningkatDengan criteriaKeluhan penurunan gairah berkurangKlien mengetahui pengaruh PGK terhadap kehidupan seksualKlien melakukan modifikasi hubungan seksual

1. Kaji status seksual klien dan pasangan

2. Kaji factor penyebab yang berkaitan dengan gangguan fungsi seksual klien

3. Berikan penjelasan kepada klien dan pasangan tentang pengaruh PGK terhadap fungsi seksual

4. Kolaborasi dengan seksolog

5. Kolaborasi untuk koreksi anemia, azotemia

III. Implementasi dan Evaluasi

Page 18: Askep HD

Setelah melakukan pengkajian, penyusunan diagnosa keperawatan, dan

perencanaan intervensi, kita melakukan implementasi dengan mengaplikasikan

intervensi yang sudah disusun.  Setiap tindakan yang dilakukan didokumentasikan

dengan respon dari klien