Askep HD
-
Upload
ilhamyuandoko -
Category
Documents
-
view
24 -
download
0
Transcript of Askep HD
A. DEFINISI
Hemodialisa adalah Menggerakkan cairan dari partikel-pertikel lewat membran semi permiabel yang
mempunyai pengobatan yang bisa membantu mengembalikan keseimbangan cairan dan elektrolit
yang normal, mengendalikan asam dan basa, dan membuang zat-zat toksis dari tubuh. ( Long, C.B. :
381).
Hemodialise adalah pergerakan larutan dan air dari darah pasien melewati membran semi permeable
( alat dialysis) ke dalam dialisat. ( Tisher, C. C, dkk .1997)Hemodialisa adalah difusi pertikel larut dari
satu kempartemen cairan ke kompatemen lain melewatai membran semi permeabel ( Hudak, M. C.
1996 : 39).
Dialisa adalah suatu proses pembuangan zat terlarut dan cairan dari darah melewati membran
semipermiabel, berdasarkan prinsip difusi osmosis dan aultrafiltrasi( engram, B. 1998 : 164).
Hemodialisa adalah lintasan darah melalui sel;ang dari luar tubuh ke ginjal buatandimana
pembuangan kelebihan zat terlarut can cairan terjadi ( Engram. B. 1998 : 164)
B. ETIOLOGI
Hemodialisa dilakukan kerena pasien menderita gagal ginjal akut dan kronik akibatdari : azotemia,
simtomatis berupa enselfalopati, perikarditis, uremia, hiperkalemia berat, kelebihan cairan yang tidak
responsive dengan diuretic, asidosis yang tidak bisadiatasi, batu ginjal, dan sindrom hepatorenal.
C. PATOFISIOLOGI
Terjadi gagal ginjal, ginjal tidak bisa melaksanakan fungsinya faktor-faktor yang harus
dipertimbangkan sebelum melaui hemodialisis pada pasien gagal ginjal kronik terdiri dari keadaan
penyakit penyerta dan kebiasaan pasien.Waktu untuk terapi ditentukan oleh kadar kimia serum dan
gejala-gejala. Hemodialisis biasanya dimulai ketika bersihan kreatin menurun dibawah 10
ml/mnt,yang biasanya sebanding dengan kadar kreatinin serum 8-10 mge/dL namun demikian yang
lebih penting dari nilai labolatorium absolute adalah terdapatnya gejala-gejala uremia.
D. TERAPI DIALISIS
1. Sebagai ginjal buatan dan pada prinsipnya adalah meningkatkan pgendealianoleh model
kinetik urea.
2. Membuang produk metabolisme protein seperti urea, kreatin, dan asam urat.
3. Membuang kelebihan air dengan mempengaruhi tekanan bending antara darah dan
bagian cairan, biasanya terdiri atas tekanan positif dalam arus darah dan tekanan negatif (
penghisap ) dalam kompartemen dialisat ( ultrafiltrasi ).
4. Mempertahankan / mengembalikan sytem buffer tubuh.
E. PROSEDUR DIALISA
Alat-alat dialisis dibuat serabut berlekuk-lekuk dan piringan paralel. Kompsisinya terdiri 10.000
serabut berdiameter kecil dimana darah bersirkulasi melaui serabutserabut tersebut.Piringan paralel
terdiri dari lempengan-lempengan membran, disusun secara paralelyang membentuk kompartemen
untuk darah dandialisat.Bahan yang digunakan : Kuprotan, selulosa asetat, dan beberapa kopolimer
sintesis berlubang-lubang kecil ( poliakrilonitril), polimetil-mettakrilat dan polisulfon, Piranti keras
yang digunakan pada kebanyakan system sialysis meliputi :
Pompa darah
Pompa infus untuk pemberian heparin
Alat monitor untuk pendeteksi suhu tubuh, bila terjadi ketdakamanan,konsentrasi dialisa,
perubahan tekanan , udara, dan bocoran darah.- System dialisis terbaru terdiri aras unit
tunggal yang mencagkup alat pelepasandialisat dan komponen untuk memonitor darah.
F. PROSEDUR PEMASANGAN
Tingkat kompleksitas masalah-masalah yang timbul selama hemodialisa akan beragam diantara
pasien-pasien, yang meliputi tahap penyakit, masalah-masalah lain, keseimbangan cairan dan
elektrolit, nilai-nilai laboratorium, remuan klinis lain,respon terhadap tindakan dialysis sebelumnya,
status emosional dan observasi.
Prosedur
Setelah pengkajian pra dialysis, mengembangkan tujuan dan memeriksa keamanan perlatan, perawat
sudah siap untuk memulai hemodialisis. Akses ke system sirkulasidi capai melalui satu beberapa
pilihan-pilihan fitsula atau tandur arteriovenosa (AV) atau kateter hemodialisis dua lumen. Dua jarum
berlubang besar ( diameter 15/16 ) dibutuhkan untuk mengkanulasi fitsula atau tandur AV. Kateter
dua lumen yang di pasang baik pada vena subklavia, jugularis interna atau femoralis, harus di buka
dalam kondisi aseptic sesuai dengan kebijakaninstitusi.Jika akses vesculae telah di tetapkan, darah
mulai mengalir di bantu oleh pompa darah
Bagian sirkuit disposibel sebelum dialiser diperuntukkan sebagai aliran “arterial” keduanya untuk
membedakan darah yang masuk ke dalamnya sebagai darah yang belum mencapai dialiser dan
dalam acuan untuk meletakkan jarum arterialdi letakan paling dekat dengan anastomis AV pada
fitsula atau tandur untuk memaksimalkan aliran darah. Kantong cairan normal salin yang diklep selalu
dihubungkan ke sirkuit tepat sebelum pompa darah. Pada kejadian hipotensi, darah yang mengalir
dan pasien dapat di klem sementara cairan normal salin yang diklem di buka dan memungkinkan
dengan cepat menginfus untuk memperbaiki tekanan darah.
Transfusi darah dan plasma ekspander juga dapat di sambungkan ke sirkuit pada keadaan ini dan di
biarkan untuk menetes, dibantu dengan pompa darah tergantung perlalatan yang digunakan.
1. Di liser adalah komponen paling penting selanjutnya dari sirkuti. Darah mengalir kedalam
kempartemen darah dari dialiser, tempat terjadinya pertukaran cairan dansisa. Darah
yang meninggalkan dialiser melewati detektor udara dan foam yangmengklem dan
menghentikan pompa darah bila terdeteksi adanya udara padakondisi seperti ini setiap
obat-obat yang akan di berikan pada dialysis diberikanmelaui port obat-obatan. Penting
untuk di ingat bagaimanapun bahwa kebanyakan obat-obat ditunda pemberiannya sampai
dialsys selesai kecuali memang di perintahkan lain.
2. Darah yang telah melewati dialysis kembali ke pasien melalui “venosa” atau selang
posdialiser. Setelah waktu tindakan yang di resepkan, dialysis diakhiridengan mengklem
darah dari pasien, membuka selang cairan normal salin, dan membilas sirkuit untuk
mengembalikan darah pasien. Selang dan dialiser dibuangkedalam perangkat akut,
meskipun program dialysis kronik sering membeli perlatan untuk membersihkan dan
menggunakan ulang dialiser.Tindakan kewaspadaan umum harus dikuti teliti sepanjang
tindakan dialisis karena pemanjanan terhadap darah. Masker pelindung wajah dan sarung
tangan wajib untuk digunakan oleh perawat yang melakukan hemodialisis.
G. KOMPOSISI DIALISAT
Konsentrasi glukosa standar dari dialisat adalah 200 mg/dl. Komsentrasi natrium dan kalsium
diresepkan pada situasi klinis tertentu. Irigasi rendah kalsium dapat digunakan pada terapi
hiperkalasemia akut dan kronik. Dapar basa dialisat dapat berupa asetat ataupun bikarbonat. Pada
keadaan tidak bekerjanya fungsi hati, asetat diubah mol menjadi bikarbonat. asetat dapat
menyebabkan hipotensi, depresi miokardium, nausea, muntah dan sakit kepala. Dialisis bikarbonat
walaupun lebih mahal biasanya dapat mencegah gejala – gejala tersebut. Tindakan ini merupakan
terapi pilihan pada pasien dengan gangguan pernafasan, ketidakstabilan hemodinamika, penyakit
hati dan asidosis metabolic berat,dan pada pasien yang menjalani dialisis aliran cepat.hemodialisa
mencakup shunting / penglihatan arus darah dari tubuh pasien kedialisator dimana terjadi difusi dan
ultrafiltrasi dan kembali ke sirkulasi pasien.Sekarang ada 4 cara utama agar masuk ke aliran darah
pasien ini terdiri dari:
1. Fistula aeteriola vena
2. Eksternal arteriovenus shunt arus arteriovena eksternal.
3. Kateterisasi vena femoral
4. Kateterisasi vena subklavia
H. PROSEDUR DIALISIS PERITONEAL
1. Siapkan pasien untuk pemasangan kateter dan prosedur dialisis dengan memberikan
penjelasan tentang prosedur secara menyeluruh, formulir ijin tindakan di tandatangani
sesuai kebijakan rumah sakit.
2. Kandung kemih harus dikosongkan tepat sebelum prosedur untuk menghindari kecelakaan
tusukan trokar.
3. Pasien dapat menerima obat pra operasi untuk meningkatkan relaksasi selama tidur.
4. Cairan pendialisis dihangatkan sampai suhu tubuh atau sedikit hangat,menggunakan alat
yang dibuat khusus umtuk tujuan ini tidak dianjur kanmenghangatkan dilisis peritonial
dalam oven gelombang mikro karena penghangatan cairan ridak sama dan inkonsistensi
dari satu oven gelombang.
5. TTV dasar seperti suhu, nadi, pernafasan dan berat badan dicatat. Sebuah tempat tidur
berskala sangat ideal untuk mementau berat badan pesien dengan sering dan karenanya
haus digunakan bila memungkinkan. Memindahkan pasien letargiatau disorientasi pada
temapt tidur berskala akan menimbulakan masalah seperti perubahan lrtak kateter.
6. Dilakukan pengkajian fisik abdomen atau trauma sebelum pemasangan kateter.
7. Instruksi khusus tentang pembuangan cairan, penggantian dan pemberian obat harus
ditulis dokter sebelum prosedur.
I. TEKNIK
1. Dengan kondisi steril, insisi kecil garis median dibuat dibawah umbilikus.
2. Trokar dimasukkan melalui insisi kedalam rongga peritonial, obturator dilepaskan kateter
dilepaskan.
3. Cairan dialisis mengalir kedalam rongga abdomen melalui gaya gravitasi secepat mungkin
( 5 – 10 menit ) bila mengalirnya terlalu lambat mungkin perlu dikateterisasi.
4. Saat larutan di infuskan selang diklem, dan larutan dibiarkan dalam rongga abdomen
selama 30 – 45 menit
5. Botol larutan / kantong diletakkan dibawah rongga abdomen, dan dialirkan keluar rongga
abdomen oleh gaya gravitasi.
6. Bila sistemnya paten dan letak kateternya baik larutan akan mengalir keluar dengan baik
dan mengalir kuat, drainase harus berlangsung lebih daei 20 menit.
7. Siklus ini diulang secara kontinyu selama waktu yang telah ditentukan yang bervariasi dari
12 – 36, tergantung pada tujuan pengobatan kondisi pasien dan ketetapan fungsi sistem.
8. Harus digunakan sarung tangan selama menanganinya.
J. KOMPLIKASI
Komplikasi teknis
1. Pemulihan cairan tidak sempurna.
Cairan yang keluar harus berbanding /lebih banyak dari gairan yang dimasukkan kemasan preparat
dialysis komersial berisi 1000 – 2000 lm cairan bila setelah beberapa kali pertukaran volume yang
dikeluarkan kurang ( sampai 500 ml lebih )dari jumlah yang dimasukkan,harus evaluasi tanda – tanda
retensi cairan meliputi distensi abdomen / keluhan begah. Indikasi yang paling akurat tentang jumlah
cairan yang terkumpul kembali adalah berat badan,bila cairan keluar dengan lambat,ujung kateter
mungkin terbenam dalam omentum / tersumbat fibrin.
1. Kebocoran disekitar kateter.
Kebocoran superficial setelah operasi dapat dikontrol dengan penjahitan ekstradan mengurangi
jumlah dialisat yang dimasukkan dalam peritoneal.Peningkatan tekanan intra abdomen juga
menyebabkan kebocoran dialisat,oleh karena ituharus dihindari terjadinya muntah kontinyu, batuk,
dan gerakan selama periodeawal pasca operasi.
1. Cairan peritoneal bersemu darah.
Warna ini ditemukan pada awal aliran keluar tetapi harus bersih setelah beberapa waktu.Perdarahan
banyak setiap waktu merupakan indikasi masalah yang serius dan harus diselidiki dengan cepat.
Komplikasi fisiologis
1. Hipotensi
2. Kram otot
3. Sindrom ketidak seimbangan dialysis
4. Hipoksemia
5. Aritmia
6. Perdarahan
7. Nyeri
Asuhan Keperawatan Pasien HemodialisisI. Pengkajian
Keluhan:Klien dengan hemodialisis biasanya mengeluhkan: Lemas, pusing, gatal, baal-baal, bengkak-bengkak, sesak, kram, BAK tidak lancar, mual, muntah, tidak nafsu makan, susah tidur, berdebar, mencret, susah BAB, penglihatan tidak jelas, sakit kepala, nyeri dada, nyeri punggung, susah berkonsentrasi, kulit kering, pandangan gelap, nyeri otot, nyeri pada penusukkan jarum, rembes pada akses darah, keringat dingin, batuk berdahak/tidak.
Riwayat Kesehatan Saat IniPengembangan Keluhan Utama dengan perangkat PQRST dan pengaruhnya terhadap aktivitas sehari-hari
Riwayat Kesehatan DahuluMenanyakan adanya riwayat infeksi saluran kemih, infeksi organ lain, riwayat kencing batu/obstruksi, riwayat konsumsi obat-obatan, jamu, riwayat trauma ginjal, riwayat penyakit endokrin, riwayat penyakit kardiovaskuler, riwayat darah tinggi, riwayat kehamilan, riwayat dehidrasi, riwayat trauma.
Riwayat Kesehatan KeluargaMenanyakan riwayat polikistik, diabetes, hipertensi, riwayat penyakit ginjal yang lain. Cantumkan genogram min. tiga generasi.
Pemeriksaan Fisik
Aktivitas istirahat/tiduro Lelah,, lemah atau malaise
o Insomnia
o Tonus otot menurun
o ROM berkurang
Sirkulasio Palpitasi, angina, nyeri dada
o Hipertensi, distensi vena jugularis
o Disritmia
o Pallor
o Hipotensi/hipertensi, nadi lemah/halus
o Edema periorbital-pretibial
o Anemia
o Hiperlipidemia
o Hiperparatiroid
o Trombositopeni
o Pericarditis
o Aterosklerosis
o CHF
o LVH
Eliminasio Poliuri pada awal gangguan ginjal, olguri dan anuri pada fase lanjut
o Disuri, kaji warna urin
o Riwayat batu pada saluran kencing
o Ascites, meteorismus, diare, konstipasi
Nutrisi/cairano Edema, peningkatan BB
o Dehidrasi, penurunan BB
o Mual, muntah, anorexia, nyeri ulu hati
o Efek pemberian diuretic
o Turgor kulit
o Stomatitis, perdarahan gusi
o Lemak subkutan menurun
o Distensi abdomen
o Rasa haus
o Gastritis ulserasi
Neurosensoro Sakit kepala, penglihatan kabur
o Letih, insomnia
o Kram otot, kejang, pegal-pegal
o Iritasi kulit
o Kesemutan, baal-baal
Nyeri/kenyamanano Sakit kepala, pusing
o Nyeri dada, nyeri punggung
o Gatal, pruritus,
o Kram, kejang, kesemutan, mati rasa
Oksigenasio Pernapasan kusmaul
o Napas pendek-cepat
o Ronchi
Keamanano Reaksi transfuse
o Demam (sepsis-dehidrasi)
o Infeksi berulang
o Penurunan daya tahan
o Uremia
o Asidosis metabolic
o Kejang-kejang
o Fraktur tulang
Seksualo Penurunan libido
o Haid (-), amenore
o Gangguan fungsi ereksi
o Produksi testoteron dan sperma menurun
o Infertile
Pengkajian Psikososialo Integritaqs ego
o Interaksi social
o Tingkat pengetahuan tentang penyakit dan penatalaksanaannya
o Stress emosional
o Konsep diri
Laboratoriumo Urine lengkap
o Darah lengkap meliputi: Hb,Hct, L, Trombosit, LED, Ureum pre dan post, kreatinin pre dan post, protein total, albumin, globulin, SGOT-SGPT, bilirubin, gama gt, alkali fosfatase, kalsium, fosfor, kalium, natrium, klorida, gula darah, SI, TIBC, saturasi transferin, feritin serum, pth, vit D, kolesterol total, HDL, LDL, trigliserida, asam urat, Hbs Ag, antiHCV, anti HIV, CRP, astrup:pH/P02/pC02/HCO3
o Biasanya dapat ditemukan adanya: anemia, hiperkalemia, hiperfosfatemia, hipokalsemi, ureumikum, kreatinin meningkat, pH darah rendah, GD klien DM menurun
Radiologio Ronsen, Usg, Echo: kemungkinan ditemukan adanya gambaran pembesaran jantung, adanya batu saluran kencing/ginjal, ukuran korteks, gambaran keadaan ginjal, adanya pembesaran ukuran ginjal, vaskularisasi ginjal.
o Sidik nuklir dapat menentukan GFR
EKG o Dapat dilihat adanya pembesaran jantung, gangguan irama, hiperkalemi, hipoksia miokard.
Biopsio Mendeteksi adanya keganasan pada jaringan ginjal
II. Diagnosa dan Intervensi
DIAGNOSA KEPERAWATAN DAN INTERVENSI
NO
DIAGNOSA KEPERAWATAN
TUJUAN INTERVENSI
1 Pola nafas tidak efektif b.d.Over hidrasi: penumpukan cairan di paruAsidosis: pernapasan kusmaulAnemiaHiperkalemi
KarakteristikKlien mengeluh sesakRR > 30 X/mntTerdapat pola napas kusmaulRetraksi interkostalis (+)Pernapasan cuping hidung (+)Sianosis pada akral (+)Pallor (+)Ronchi (+)Hb < 9 mg/dlDispneu (+)Orthopneu (+)Sputum berbusa darah (+)
Pola napas efektif dengan criteria:Keluhan sesak berkurang/hilangRetraksi interkostalis (-)Rr 16-20 X/mntPola napas kusmaul (-)Sianosis (-)Hb 10-11 mg/dlOrthopneu (-)Dispneu (-)Pallor (-)Pch (-)
1. Observasi tanda vital, kaji pola napas; kaji adanya kusmaul, periksa suara napas dari adanya ronchi.
2. Atur posisi semifowler
3. Berikan oksigen lembab sesuai kebutuhan.
4. Atur UFR dengan berdasar pada BB kering
5. Berikan dialisat bicnat
6. Lakukan ultrafiltrasi terpisah bila perlu
7. Berikan transfusi darah PRC bila Hb<
8. Lakukan kolaborasi pemberian therafi obat untuk mengkoreksi asidosis, anemia
2 Gangguan rasa nyaman: gatal b.d.Akumulasi garam ureum pada kulitPeningkatan kadar fosfatHipersensitif terhadap heparin dan alat-alat dialysisPerubahan tekstur kulit yang ekstrimKondisi kulit yang keringAkumulasi calsiumPenurunan aktivitas kelenjar keringatNeuropati otonomi uremikumReaksi transfusi pada klien dengan transfusi
Klien mengatakan gatal berkurang/hilangKulit kering berkurang/menjadi lembab dan bersihUreum frost ber(-)UFR tidak ekstrimBekas garukan (-)Priming dan socking adekuat
1. Kaji warna kulit, tekstur, turgor dan vaskularisasi untuk memberikan arah intervensi yang sesuai
2. Inspeksi adanya bruises, purpura dan tanda infeksi untuk deteksi dini
3. Berikan lotion pelembab untuk menurunkan kekeringan kulit
4. Berikan salicil talk
5. Berikan antihistamin sesuai anjuran
6. Berikan antipruritus sesuai anjuran
7. Anjurkan klien untuk memelihara kuku pendek dan bersih.
8. Lakukan priming dan socking dan UF dalam sirkulasi tertutup secara adekuat
9. Anjurkan peningkatan BB
KarakteristikKlien mengeluh gatalUruem frost (+)Bekas garukan (+)UFR ↑Warna kulit menghitamPemakaian alat dialysis yang kurang adekuat priming/soackingKulit kering
interdialitik tidak lebih dari 5% berat badan kering
3 Gangguan rasa nyaman: nyeri saat insersi pada tempat penusukkan b.d. insersi fistula needle.
Karakeristik :Klien mengeluh nyeri pada akses vaskuler saat dilakukan penusukkan.Ekspresi wajah tampak meringisTerdapat luka penusukkan untuk akses darah
Keluhan pada saat ditusuk minimalSaat penususkan ekspresi wajah tenang
1. Lakukan penusukkan yang tepat dan hati-hati untuk mengurangi resiko nyeri yang berlebihan
2. Berikan anestesi local pada daerah yang akan ditusuk untuk mengurangi rasa nyeri terutama saat punksi femoralis. Bisa berbentuk injeksi atau spray.
3. Ajarkan dan anjurkan teknik relaksasi dan distrraksi
4. Lakukan kompres dingin untuk memblok rasa nyeri
5. Kaji tingkat nyeri, apakah hilang setelah penusukkan, menetap atau bertambah
4 Gangguan rasa aman: penurunan daya tahan tubuh b.d.MalnutrisiAnemiaTerpapar zat kimia seperti desinfektan, havox, formalin.Overhidrasi
Karakteristik:Status nutrisi rendah; massa otot kecilHb < 10 mg/dlPallorKlien mengeluh lemasKlien mengeluh sering sakit-sakita
Daya tahan tubuh meningkat dengan criteriaStatus gizi meningkatHb > 10 mg/dlPucat (-)Lemas (-)Tidak mengeluh mudah/sering sakit
1. Kaji satus nutrisi, status gizi, status anemi/zat besi
2. Anjurkan untuk mendapat status nutrisi sesuai kebutuhan diet untuk klien dengan dialysis
3. Lakukan priming, soacking dan ultra filtrasi pada sirkulasi trertutup secara adekuat untuk mengeluarkan zat-zat kimia
4. Anjurkan kepada klien, keluarga dan tenaga kesehatan untuk mengenakan pelindung seperti masker, menerapkan prinsip universal precaution agar tidak terpapar kontaminan
5. Kolaborasi untuk koreksi anemi: EPO, terafi zat besi, dan transfuse
6. terapkan prinsip a/anti septic saat penusukan, pencabutan atau menhindari paparan terhadap darah.
7. Lakukan pengontrolan rutin terhadap water treatment
8. Anjuran untuk membatasi peningkatan BB 5% berat badan kering interdialitik
5 Gangguan rasa nyaman: kram b.d.HipotensiUFR↑/penarikan cairan di bawah BB keringKandungan sodium pada cairan dialisat rendahHipokalsemi
Karakteristik:Klien mengeluh kramOtot pada anggota tubuh yang kram nampak tegangKlien nampak kesakitanKlien nampak gelisahTensi menurun
Kram berkurang/hilang dengan criteriaKeluhan kram berkurangOtot yang kram rileksKlien nampak tenangTensi dalam batas normal
1. Anjurkan klien untuk relaksasi, hiperekstensi bagian tubuh yang kram.
2. Lakukan distraksi, kaji penyebab kram, ukur tekanan darah
3. Bila disertai hipotensi, berikan normal salin;diikuti pemberian larutan hipertonik dianjurkan glukosa 40% (tidak diberikan pada klien diabetic)
4. Kolaborasi pemberian kalsium iv bila hipokalsemi
5. Kolaborasi pemberian relaksan oral 2 jam sebelum dialysis
6. Evaluasi BB kering klien, atur UF Goal dengan hati-hati
7. Anjurkan kepada klien untuk latihan peregangan pada anggota badan yang serting kram
8. atur nilai sodium pada cairan dialisat tidak terlalu rendah.
6 Resiko terjadi hipotensi b.d.Penurunan volume darah yang berlebihan akibat:o Fluktuasi UFR
o UFR yang tinggi akibat peningkatan BB yang tinggi
o BB kering yang terlalu rendah
o Sodium cairan dialisat terlalu rendah
Penurunan fungsi vasokonstriksi akibato Obat anti hipertensi (OAH)
o Cairan dialisat asetat
o Suhu cairan dialisat terlalu panas
Penurunan fungsi jantungo Kegagalan meningkatkan denyutan jantung secara tepat karena penurunan pengisiannya akibat: memakan β bloker, neuropati otonom uremikum, ketuaan.
Hipotensi tidak terjadi dengan criteria:Tanda vital dalam batas normalKeluhan pusing, mual (-)UFR tidak lebih dari selisih BB per time dialysis < 5% BB keringMengkonsumsi OAH pada wakrtu yang tepatMenggunakan dialisat bicnat, Na ditingkatkan, suhu diturunkanBB kering terkendali
1. Monitor tanda vital tiap jam/lebih sering bila perlu sebagai deteksi dini hipotensi
2. Kaji adanya keluhan mual, pusing sebagai deteksi dini hipotensi
3. Atur UFR dengan cara: BB sebelum cuci dikurangi BB kering dibagi time dialysis tidak lebih dari 5% BB kering
4. Anjurkan tidak mengkonsumsi OAH sebelum cuci
5. Atur pemberian dialisat :
1) Gunakan bicnat hindari asetat2) Tingkatkan nilai sodium3) Turunkan suhu dialisat ke 34-36°C
6. Re-evaluasi BB kering
7. Anjurkan untuk tidak makan secara berlebihan saat menjalani HD
8. Bila diketahui tensi menurun dan terdapat keluhan pusing:
1) Berikan oksigen lembab2) Atur posisi kepala lebih rendah3) Turunkan UFR serendah mungkin4) Berikan normal salin 100 cc/lebih5) Berikan larutan hipertonis
o Ketidak mampuan meningkatkan kardiak output karena alas an lain : penurunan kontraktilitas otot jantung akibat ketuaan, hipertensi, aterosklerosis, kalsifikasi miokardial, penyakit katup, amiloidosis dll
Sepsis, perdarahan samar, arritmia, hemolisis, emboli udara, anafilksis
KarakteristikKlien mengeluh pusing, mual, kramTensi menurunUFR tinggiSuhu dialisat rendahSodium dialisat terlalu rendahPemakan asetat dialisatUreum sangat tinggiRiwayat mengkonsumsi OAH sebelum dialysis
7 Gangguan rasa nyaman: nyeri kepala b.dSindroma dis-eq ringanPenggunaan larutan dialisat yang mengandung asetatPenarikan kafein dari darah secara mendadak bagi klien peminum kopi
Karakteristik:Klien mengeluh sakit kepalaEkspresi wajah nampak meringisNampak gelisahRiwayat peminum kopiQB tinggiPenggunaan dialisat asetatTime dialysis terlalu lama
Ekspresi wajah tenangKeluhan sakit kepala berkurang/hilangGelisah (-)Minum kopi terkendaliQb minimalMenggunakan dialisat bicnatTime dialysis terkendali
1. Observasi tanda vital, kaji tingkat nyeri
2. Anjurkan relaksasi dan lakukan distraksi
3. Turunkan QB sampai batas minimal (150 ml/mnt)
4. Ganti dialisat asetat dengan bicnat
5. Berikan asetaminofen sesuai anjuran
6. Anjurkan untuk membatasi kopi sebelum cuci darah
7. Hentikan dialysis bila sakit kepala tidak hilang
8 Gangguan rasa nyaman: nyeri dada/nyeri punggung b.d.First use syndromeAnginaHemolisis
Keluhan nyeri dada/punggung berkurang/hilangEkspresi wajah tenangTanda vital normalKlien tampak tenang
1. Kaji tanda vital
2. Anjurkan relaksasi, lakukan distraksi, atur posisi yang nyaman
3. Turunkan QB, UFR
4. Berikan oksigen lembab bila perlu
Emboli
Karakteristik:Klien mengeluh nyeri dada/pinggangEkspresi wajah meringisTanda vital abnormalgelisah
5. Identifikasi penyebab nyeri dada, tentukan apakah dari dializer baru, jantung, emboli, hemolisis
6. Kolaborasi untuk koreksi etiologi
7. Berikan analgetik sesuai anjuran
8. Hentikan dialysis bila nyeri menetap/bertambah
9 Gangguan keseimbangan cairan : berlebih b.d.Penurunan fungsi ginjal dalam dalam mengatur keseimbangan cairan dan elektrolit
Karakteristik:Klien mengeluh bengkak-bengkak pada perut, wajah atau anggota gerak, sesakAnuri/oliguri (+)Hipertensi (+)Peningkatan BB yang signifikanPernapasan pendek-cepatRonchi (+), edema paru
Klien mengatakan bengkak berkurang/hilangKlien mengatakan sesak berkurangEdema (-)Peningkatan BB interdialitik tidak lebih dari 5% BB keringPola napas normal, RR Normal
1. Monitor peningkatan tensi, edema perirbital dan peripheral
2. Auskultasi paru untuk mengidentifikasi adanya cairan dalam paru
3. Ajarkan klien untuk pentingnya pengendalian dan pengukuran air dan berat badan untuk mencegah overhidrasi; jumlah air yang diminum = 500 cc + diuresis / hari
4. Ajarkan klien tentang diet rendah sodium untuk mengontrol edema dan hipertensi
5. Ajarkan klien agar peningkatan BB interdialitik tidak lebih dari 5% BB kering
6. Berikan oksigen lembab bila sesak
7. Lakukan UF untuk mencapai BB kering
8. Lakukan SQHD bila perlu
10 Perubahan pola nutrisi b.d.Pembatasan dietMual-muntahAnoreksiaPenurunan BB keringGangguan keseimbangan elektrolit
Karakteristik:Klien mengeluh mual-muntah, tidak nafsu makanBB kering menurunBau mulut (+)
Keluhan mual-muntah, tidak napsu makan berkurang/hilangProtein total dan albumin dalam batas normalBB kering terpelihara
1. Monitor BB, kadar ureum, kreatinin, protein total, albumin, dan elektrolit sebagai indicator dari adekuasi dialysis, status gizi dan respon therafi
2. Anjurkan perawatan mulut untuk mencegah stomatitis, membuang bau mulut
3. Berikan makanan porsi kecil tapi sering dalam keadaan hangat
4. Anjurkan klien untuk memilih makanan yang diperbolehkan
5. Berikan makanan dengan kalori 35 kcal/kgBB/hari untuk mengimbangi proses katabolisme dialysis dan memelihara BB kering
6. Batasi protein 1,2 gr/kgBB/hari dan batasi fosfat untuk mengurangi metabolisme dan produk ureum, kalium, fosfat dan H+
7. Berikan permen dan sejenisnya untuk
meningkatkan rasa pada klien yang tidak menderita DM
11 Resiko terjadi injuri: fraktur tulang b.d.Gangguan absorbsi calsiumGangguan sekresi fosfatPerubahan metabolisme kalsitriol
Tidak terjadi fraktur tulangPerlambatan penyakuit tulang (+)Kadar calsium darah > 8 mg/dl
1. Kaji adanya hipokalsemia, hiperfosfat, nyeri otot serta kaku sendi untuk mengetahui kemungkinan resiko fraktur
2. Observasi adanya nyeri tulang sebagai indikasi adanya kerusakan tulang
3. Lakukan ROM dan dorong klien berambulasi untuk merangsang osteoblas dan mengurangi reasorbsi tulang
4. Berikan lingkungan yang aman untuk mengurangi resiko kecelakaan, mis penerangan yang cukup, pegangan tangan
5. Berikan Suplemen kalsium,vit D dan fosfat binder sesuai anjuran untuk mengobati demineralisasi tulang
6. Anjurkan untuk mengkonsumsi suplemen tersebut di tengah-tengah saat makanan
12 Intoleransi aktivitas b.d.Anemia karena kekurangan EPOAnemia hemolitikum karena uremia, rusak oleh blood pump, rusak saatkeluar dari jarum karena QB yang besarAnemia defisinsi besi karena darah tersangkut di dializer, blood line, needleMalnutrisiProses katabolisme hemodialisis
Karakteristik:Klien mengeluh lemas dan mudah lelahKlien nampak lelahPallor (+)TachikardiNapas pendekHb dan hematokrit rendah
Klien mengatakan lemas/lelah berkurang/hilangTanda vital dalam batas normalPallor berkurang/hilangHb dan Hct meningkatKlien mampu melakukan aktivitas sehari-hari tanpa kelelahan
1. Monitor kadar Hb dan Hct sebagai indicator suplai oksigen pada klien
2. Berikan zat besi dan EPO sesuai anjuran
3. Berikan folic acid sesudah dialysis
4. Berikan istirahat yang cukup
5. Ajarkan klien untuk merencanakan kegiatan dan menghindari kelelahan
6. Usahakan meminimalkan kehilangan darah selama dialysis
7. Observasi adanya perdarahan pada daerah penusukan
8. Modifikasi heparin untuk mencegah adeanya resiko perdarahan
13 Perubahan pola eliminasi Pola defekasi normal 1. Kaji pola eliminasi BAB klien,
BAB: konstipasi b.d.Menurunnya motilitas saluran cernaPembatasan airModifikasi dietKetidakseimbangan elektrolit
Karakteristik:Klien mengeluh susah BABKlen mengatakan sudah lebih dari tiga hari tidak BABKlien mengatakan BAB keras.
Klien mengatakan BAB lancerKobnsistensi feces lembut
auskultasi bising usus
2. Dorong klien untuk melakukan ambulasi semampunya untuk meningkatkan peristaltic usus
3. Berikan pelembek feces sesuai anjuran
4. Ajarkan klilen untuk menghjindari laksatif yang mengandung magnesium
14 Perubahan pola eliminasi BAB: diare b.d.Inflamasi gastrointestinal sekunder terhadap ureumEfek samping kayeksalat
KarakteristikKlien mengeluh BAB mencretFrekuensi BAB seringKonsistensi feces cair
Pola defekasi normal dengan criteria:Klien mengatan BAB tidak mencretKonsistensi feces normalBAB tidak sering (1-2X/hari)
1. Catat jumlah BAB untuk memonitor kehilangan cairan dan elektrolit
2. Monitor kadar elektrolit terutama kalium, kalsium, dan bicnat saat klien mengalami diare persisten
3. Anjurkan/berikan untuk meminum cairan yang mengandung elektrolit yang aman (yang mengalami deficit)
4. Berikan perawatan perianal dengan hati-hati menggunakan lotion untuk memelihara keutuhan kulit perianal
5. Berikan asupan cairan pengganti bila dehidrasi
6. Berikan antidiare sesuai anjuran
15 Perubahan pola eliminasi BAK b.d.Penurunan fungsi filtrasi ginjal
Karakteristik:Klien mengatakan BAK sedikitAnuri (+)Oliguri (+)GFR < 15 cc/mnt
Pola mikturisi mengalami modifikasi oleh mesin dialysis
1. Kaji pola eliminasi BAK klien; jumlah urine perhari, frekuensi BAK/hari, Karakter urin, keluhan saat BAK
2. Berikan diuretic sesuai anjuran
3. Anjurkan untuk minum sejumlah urin ditambah 500cc
4. Lakukan penarikan ultra filtrasi sesuai BB kering
16 Gangguan rasa aman: cemas b.d.Perubahan konsep diriAncaman fungsi peranKetidakpastian hasil terafi pengganti ginjalBatasan-batasan diet obat dan penanganan
Karakteristik:Perilaku yang tidak patuhPenolakanCemasMudah marahPeningkatan denyut jantung, RR, dan tensi
1. Mengkaji tingkat kecemasan:
a. Apabila ringan sampai sedang, dilanjutkan dengan penyelesaian masalah (problem solving)
b. Apabila berat-panik, kurangi tuntutan-tuntutan pada klien, mencegah prosedur yang tidak perlu, gunakan teknik
Berkurangnya rasa kendali diri
Karakteristik:Perilaku yang tidak patuhPenolakanCemasMudah marahPeningkatan denyut jantung, RR, dan tensiKetidakmampuan berkonsentrasi
Ketidakmampuan berkonsentrasi
focusing dan relaksasi
2. Mengkaji stressor tertentu terhadap ancaman-ancaman yang tidak spesifik dan umum
3. Menunjukkan sikap pengertian
4. Mempertahankan cara yang santai, tidak mengancam dan empati
5. Membantu mengidentifikasi mekanisme koping yang biasa klien gunakan
6. Identifikasi cara klien meminimalkan stressor-stressor yang dihadapinya
7. Berikan umpan balik realistis terhadap ancaman nonspesifik yang dihadapi klien
8. Gali cara-cara klien mengontrol dirinya
9. Gali konsep diri klien dan persepsi akan perasaannya
10. Berikan konsistensi terhadap apa yang kita lakukan
17 Ketidakberdayaan b.d.Penyakit ginjal kronisKetidakmampuan untuk melakukan tanggung jawab peranKurangnya pengetahuanKehilangan kendali diri
Dapat mengidentifikasi area di mana klien dapat melakukan kendali diriIkut terlibat dalam menentukan keputusan dalam penanganan klien sendiriMenunjukkan fungsi peran yang memadai
1. Bantu klien mengidentifikasi perasaan-perasaan ketidakberdayaan
2. Identifikasi faktor-faktor penyebab ketidakberdayaan
3. Libatkan dalam pengambilan keputusan
4. Bantu klien mengenali situasi yang dapat dan tidak dapat diubah
5. Berikan dukungan terhadap penggunaan potensi yang ada
6. Berikan edukasi kepada klien
18 Kesedihan yang mendalam b.dHilangnya fungsi ginjalGagalnya alat-alat aksesHilangnya fungsi peran
Karakteristik:Adanya ekspresi:o Kemarahan
o Penolakan
o Rasa bersalah
Mengekspresikan perasaanyang berhuibungan dengan kehilanganMenyatakan realitas kehilanganMengekspresikan pandangan akan masa yang akan dating
Membantu klien dalam melalui proses kesedihan:1. Fase penolakan
o Jujur mengenai hal kehilangan
o Menyatakan bahwa penolakan adalah hal yang normal
2. Fase kemarahan
o Toleran dan sabar terhadap sikap klien untuk mencegah penggunaan mekanisme pertahanan diri
o Perilaku menarik diri o Memfasilitasi klien dalam mengekspresikan kemarahan dalam cara yang konstruktif dan dapat diterima
o Mengeksplorasi perasaan bersalah pada klien3. Fase penyadaran
o Memberikan dukungan dan penerimaano Menganjurkan klien untuk berbagi perasaan
dengan orang laino Menunjukkan kepada klien bahwa perilaku
menangis adalah hal yang dapat diterima dan sehat4. Fase penerimaan
o Membantu klien dalam memformulasikan tujuan dan penyesuaian
o Menggali persepsi klien akan perubahan yang ditimbulkan penyakit ginjak kronisMengadakan diskusi dengan klien penderita penyakit ginjal kronis lain tentang bagaimana memberikan respon terhadap penyakit.
19 Perubahan konsep diri b.d.Hilangnya fungsi ginjalPerubahan gambaran diriPerubahan peranPerubahan kendali diri
Karakteristik:Perilaku tergantungMenarik diriMengkritik diri secara berlebihEkspresi ketidakberdayaan
Citra diri meningkatMengambil tanggung jawab peranBerpartisipasi dalam pengambilan keputusan
1. Tunjukan penerimaan kepada klien, bahwa klien adalah manusia yang berharga
2. Membantu klien dalam melalui perasaan kecewa akibat kehilangan
3. Gali makna dari penyakit dan therafi bersama klien
4. Bantu klien mengenali sumber kecemasan yang berhubungan dengan perubahan citra diri
5. Gunakan problem solving dan role play bersama klien untuk meminimalkan kecemasan
6. Fokuskan kekuatan dan potensi yang ada pada klien
7. Kurangi tekanan pada kegagalan dan ketidakberdayaan
8. Hindari pujian palsu
9. Dorong untuk interaksi social
20 Resiko terjadi shock hipovolemi b.d.UFR tinggiUF di bawah BB keringSirkulasi ekstrakorporealPerdarahan
Tidak terjadi shock hipovolemik dengan kriteriaTanda vital dalam batas normalUF tidak melewati BB
1. Observasi tanda vital tiap jam/sesuai keadaan, kaji keluhan
2. Anjurkan untuk membatasi peningkatran BB < 5% BB kering
3. Kaji ulang BB kering klien
Faktor resiko:Klien mengeluh pusiongUFR TinggiPenurunan tensiUF melewati BB keringTerdapat sirkulasi ekstra corporeal
keringSirkulasi ekstra corporeal minimal
4. Kaji ulang pemakain ginjal dengan volume priming minimal
21 Resiko terjadi perdarahan b.d.HeparinisasiUremiaAnemia
Faktor resiko:Pemberian heparinKadar ureum yang tinggiKadar Hb yang rendahTerdapat luka tusuk
Perdarahan tidak terjadi dengan criteria:Melena (-)Petechiae (-)Hematuri (-)Ekimosis (-)Perdarahan gusi (-)Rembesan pada luka tusuk minimalPemberian heparin terkendaliKadar ureum terkendaliKada Hb terkoreksi
1. Observasi tanda vital, tanda-tanda perdarahan seperti petechiae, ekimosis, perdaran gusi, rembesan pada luka penusukan yang berlebihan, melena, hematuri
2. Berikan heparin dalam dosis yang aman melalui cara pemberian yang tepat
3. Evaluasi pasca dialysis akan adanya rembesan dan lamanya waktu pembekuan
4. Kaji kadar ureum pre dialysis untuk mengantisipasi perdarahan
5. Kaji kadar Hb, koreksi dulu bila memungkinkan.
6. Kaji clotting time dan bleeding time
22 Resiko terjadi kloting b.d.Sirkulasi ekstrakorporealDarah bersentuhan dengan alat-alat dialysisHeparinisasi tidak adekuatUFR tinggiQB rendahAkses darah tidak adekuat
Faktor resiko:Adanya sirkulasi ekstrakorporealAdanya kontak dengan benda asing/alat dialysisHeparinisasi yang tidak adekuatAkses darah tidak patenQB rendahUFR tinggiBusa/kloting di bubble trapCloted dializer
Kloting tidak terjadi dengan criteriaSirkulasi ekstra corporeal lancerDosis heparin sesuai kebutuhan/BBAkses patenQB optimalUF < 5% BB kering
1. Inspeksi bubble trap dari adanya busa/clot
2. Inspeksi dializer dari adanya warna darah yang lebih hitam (cloted dializer) dengan cara membilas dengan NaCl
3. Optimalkan QB sesuai BB
4. Batasi peningkatan BB klien < 5% BB kering
5. Berikan dosis heparin sesuai BB/kondisi
6. Cek CT dan BT bila ditemukan gejala kloting
7. Lakukan priming soacking dan UF pada sirkulasi tertutup secara adequate
23 Resiko terjadi Emboli udara b.d.Adanya akses masuk udara via sirkulasi ekstrakorporeal
Faktor resiko:Proses kanulasi tidak tepat/kencang/teliti, klem tidak kencang.
Emboli udara tidak terjadi dengan criteria:Tanda vital normal, tidak terdapat gejala emboli pada klien seperti sesak nyeri dadaProsese kanulasi amanKlem-klem amanDetector udara aktif, bubble trap siap
1. Observasi tanda vital tiap jam/sesuai kondisi, waspadai gejala emboli
2. Lakukan kanulasi dengan cermat sehingga bebas dari udara
3. Periksa klem-klem tiap jam
4. Pastikan bubble detector aktif
5. Lakukan penyambungan blood line dengan fistula needle dengan cermat sehingga terbebas dari udara
6. Lakukan priming dengan baik sehingga gelembung udara daapat terbilas
7. Atur bubble trap dengan permukaan darah mengisi 2/3 – ¾.
24 Resiko menggigil b.d.Priming tidak adekuatProses reuse tidak adekuatWater treatment terkontaminasiRinsing tidak adekuatUF pada sirkulasi tertutup tidak adekuatDaya tahan tubuh lemah
Factor resiko:Penggunaan ginjal reuseKontaminasi water treatmentPriming, rinsing, UF pada sirkulasi tertutup tidak adekuatK/U klien lemah
Menggigil tidak terjadi dengan criteria:Proses reuse dilakukan secara adekuatPriming, rinsing, UF pada sirkulasi tertutup adekuatWater treatment aman dari kontaminan/rutin dikontrol
1. Lakukan reuse sesuai protap untuk mencegah MO masuk
2. Lakukan soacking pada kompartemen dialisat ginjal buatan min. 10 mnt
3. Lakukan priming pada kompartemen darah ginjal buatan min 2 labu normal salin, untuk ginjal baru 1 labu
4. lakukan rinsing kimiawi dan air (sesuai kebijakan masing-masing institusi) min 40 mnt.
5. Lakukan pemeriksaan secara berkala pada instalasi water treatment termasuk uji kandungan air murni
6. Tingkatkan daya tahan tubuh, salah satunya dengan melakukan koreksi pada malnutrisi
25 Gangguan fungsi seksual b.dPenurunan libidoPenurunan fungsi ereksiPenurunan hormone testoteronAnemiaUremikuminfertilKarakteristikKeluhan tidak bergairahTidak bisa ereksiTidak haid
Fungsi seksual meningkatDengan criteriaKeluhan penurunan gairah berkurangKlien mengetahui pengaruh PGK terhadap kehidupan seksualKlien melakukan modifikasi hubungan seksual
1. Kaji status seksual klien dan pasangan
2. Kaji factor penyebab yang berkaitan dengan gangguan fungsi seksual klien
3. Berikan penjelasan kepada klien dan pasangan tentang pengaruh PGK terhadap fungsi seksual
4. Kolaborasi dengan seksolog
5. Kolaborasi untuk koreksi anemia, azotemia
III. Implementasi dan Evaluasi
Setelah melakukan pengkajian, penyusunan diagnosa keperawatan, dan
perencanaan intervensi, kita melakukan implementasi dengan mengaplikasikan
intervensi yang sudah disusun. Setiap tindakan yang dilakukan didokumentasikan
dengan respon dari klien