Askep Colelitiasis Dan Colelitiasis
description
Transcript of Askep Colelitiasis Dan Colelitiasis
Askep Colelitiasis, colesistitis
MAKALAHdisusun untuk memenuhi tugas mata ajaran KMB I
oleh
KELAS SANTA TERESA
PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATANSEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SANTO
BORROMEUS 2009
KMB I Page 1
BAB IITINJAUAN TEORETIS
A. ASUHAN KEPERAWATAN CHOLELITIASIS
1.Konsep Penyakit Cholelitiasis
a. Pengertian Cholelitiasis adalah adanya batu di kandung empedu Cholelitiasis adalah adanya pembentukan batu empedu
(Kamus Kedokteran Dorlan, 1996) Cholelitiasis adalah penyakit batu empedu yang dapat ditemukan
di dalam kandung empedu atau di dalam duktus koledokus, atau pada kedua-duany (Syamsuhidayat. 2001)
Jadi Cholelitiasis adalah adanya pembentukan batu empedu di dalam kandung empedu atau di duktus koledokus atau dikedua-duanya
b. Anatomi FisiologiHepar (Hati)Organ yang paling besar dalam tubuh kita, warnanya cokelat dan beratnya kurang lebih1 setengah kg.
Letaknya: bagian atas dalam rongga abdomen disebelah kanan bawah diagfragma.
Hati dibagi atas 2 lapisan utama:
Permukaan atas berbentuk cembung, terletak dibawah diagfragma.
Permukaan bawah tidak rata dan memperlihatkan lekukan fisura transfersus.
Fisura longitudinal memisahkan belahan kanan dan kiri dibagian atas hati, selanjutnya hati dibagi 4 belahan: lobus kanan, lobus kiri, lobus kaudata dan lobus quadratus.
KMB I Page 2
Pembuluh darah pada hatiHati mempunyai 2 jenis peredaran darah yaitu arteri hepatica dan vena porta.
Aeteri Hepatika, keluar dari aorta dan memberi 1/5 darah pada hati, darah ini mempunyai kejenuhan 95%-100% masuk ke hati dan membentuk jaringan kapiler setelah bertemu dengan kapiler vena, ahirnya keluar sebagai vena hepatica.
Vena Porta, yang terbentuk dari lienalis dan vena mesenterika superior mengantarkan 4/5 darahnya ke hati, darah ini mempunyai kejenuhan 70% sebab beberapa O2 telah diambil oleh limfe dan usus, guna darah ini membawa zat makanan ke hati yang telah di absorpsi oleh mukosa dan usus halus. Besarnya kira-kira 1 mm. Yang satu dengan yang lain terpisah oleh jaringan ikat, yang membuat cabang pembuluh darah ke hati, cabang vena porta arteri hepatica dan saluran empedu di bungkus bersama dengan sebuah balutan dan membentuk saluran porta.Darah berasal dari vena porta bersentuhan erat dengan sel hati dan setiap lobulus di saluri oleh sebuah pembuluh sinusoid darah atau kapiler hepatica.
Pembuluh darah halus berjalan diantara lobulus hati disebut vena interlobuler
Dari sisi cabang-cabang kapiler masuk ke dalam bahan lobulus yaitu vena lobular
Pembuluh darah ini mengalirkan darah dari vena lain yang di sebut vena sublobuler
Yang satu sama lain membentuk vena hepatica
Langsung masuk ke dalam vena cava inferior
Empedu di bentuk dalam sela-sela kecil di dalam sel hepar melalui kapiler empedu yang halus/korekuli. Dengan cara berkontraksi, dinding perut berotot pada saluran ini mengeluarkan empedu dalam hati
Fungsi hati, terdiri dari : Mengubah zat makanan yang diabsorpsi dari usus dan di simpan di
suatu tempat dalam tubuh, di keluarkannya sesuai dengan pemakaiannya dalam jaringan
Mengubah zat buangan dalam bahan racun untuk di eksresikan dalam bentuk empedu dan urin
KMB I Page 3
Menghasilkan enzim glikogenik glukosa menjadi glikogen
Sekresi empedu, garam empedu di buat di hati di bentuk di sistem retikulo endothelium di alirkan di empedu
Membentuk ureum, hati menerima asam amino di ubah menjadi ureum, dikeluarkan dari darah oleh ginjal dalam bentuk urin
Menyiapkan lemak untuk pemecahan terakhir asam karbonat dan air
Penyimpanan dan penyebaran bahan termsuk glilkogen lemak, vitamin dan besi,vitamin yang larut dalam minyak dan lemak di simpan di hati
Hati membantu mempertahankan suhu tubuh sebab luasnya organ ini dan banyaknya kegiatan metabolisme yang berlangsung mengakibatkan banyaknya darah mengalir melalui organ ini sehingga menaikan suhu tubuh.
Perlekatan peritoneal dan ligamentum hati Ligamnetum falsiformis, merupakan lipatan peritonium berlapis ganda
berjalan ke atas dari umbilikalis menuju ke hati berjalan ke permukaan anterior dan superior hati
Ligamentum teres hepatis, berjalan masuk ke fisura yang terdapat pada permukaan visceral hati bersatu dengan cabang kiri vena porta
Ligament venosum, suatu pita fibrosa yang merupakan sisa duktus venosus melekat pada cabang kiri vena porta. Duktus venosus tertutup menjadi pita fibrosa
Omentum minus, berasal dari pinggir porta hepatis dan fisura yang melewati ligamentum venosum dan berjlan ke bawah menuju kurvatura minor lambung
Kandung EmpeduSebuah kantong berbentuk terang dan merupakan membrane berotot,
lletaknya dalam sebuah lobus di sebelah permukaan bawah hati sampai pinggir depannya, panjangnya 812 cm berisi 60 cm3.
Lapisan empedu Lapisan serosa atau parietal
Lapisan otot bergaris
Lapisan dalam mukosa atau visceral disebut juga membrane mukosa
KMB I Page 4
Fungsi kandung empedu
Sebagai persediaan getah empedu, membuat getah empedu menjadi kental
Getah empedu adalah cairan yang di hasilkan oleh sel-sel hati jumlah setiap hari dari setiap orang di keluarkan 500-1000 cc sekresi yangn digunakan untuk mencerna lemak. 80% dari getah empedu pigmen (warna) insulin dan zat lainnya.
Duktus sistikusPanjangnya kurang lebih 3,5 cm yang berjalan dari lekkuk empedu
berhubungan dengan duktus hepatikus membentuk saluran empedu keduodenum.
SterkobilinMemberi warna feses dan sebagian di absorpsi kembali oleh darah dan
membuaat warna pada urin yang di sebut urobilin.
Bagian dari kandung empedu Fundus vesikafelea, merupakan bagian kandung empedu yang paling
akhir setelah korpus vesikafelea.
Korpus vesikafelea bagian dari kandung empedu yang di dalamnya berisi getah empedu.
Leher kandung kemih, meruoakan leher dari kandung empedu yaitu saluran yang pertama masuknya getah empedu ke dalam kandung empedu lalu menjadi pekat berkumpul dalam kandung empedu
Duktus sistikus, panjangnya kurang lebih 3 ¾ cm berjalan dari leher kandung empedu dan bersambung dengan duktus hepatikus membentuk saluran empedu ke duodenum
Duktus hepatikus saluran yang keluar dari leher.
Duktus koledokus saluran yang membawa empedu ke duodenum
Getah empeduSuatu cairan yang disekresi setiap hari oleh sel hati yang di hasilkan setipa
hari 500-1000 cc sekresi, sekresinya berjalan terus menerus, jumlah produksi meningkat sewaktu mencerna lemak.
KMB I Page 5
Anatomi Saluran Empedu Anatomi Hati
Cholelitiasis
KMB I Page 6
c.Etiologi
Batu di dalam kandung empedu. Sebagian besar batu tersusun dari pigmen-pigmen empedu dan kolesterol, selain itu juga tersusun oleh bilirubin, kalsium dan protein.
Macam-macam batu yang terbentuk antara lain:
1. Batu empedu kolesterol, terjadi karena : kenaikan sekresi kolesterol dan penurunan produksi empedu.
Faktor lain yang berperan dalam pembentukan batu:
Infeksi kandung empedu Usia yang bertambah Obesitas Wanita Kurang makan sayur Obat-obat untuk menurunkan kadar serum kolesterol
2. Batu pigmen empedu , ada dua macam;
Batu pigmen hitam : terbentuk di dalam kandung empedu dan disertai hemolisis kronik/sirosis hati tanpa infeksi
Batu pigmen coklat : bentuk lebih besar , berlapis-lapis, ditemukan disepanjang saluran empedu, disertai bendungan dan infeksi
3. Batu saluran empedu
Sering dihubungkan dengan divertikula duodenum didaerah vateri. Ada dugaan bahwa kelainan anatomi atau pengisian divertikula oleh makanan akan menyebabkan obstruksi intermiten duktus koledokus dan bendungan ini memudahkan timbulnya infeksi dan pembentukan batu.
KMB I Page 7
KMB I Page 8
KMB I Page 9
e. Manifestasi Klinis
Penderita batu saluran empedu sering mempunyai gejala-gejala kronis dan akut.
GEJALA AKUT GEJALA KRONISTANDA :
1. Epigastrium kanan terasa nyeri dan spasme
2. Usaha inspirasi dalam waktu diraba pada kwadran kanan atas
3. Kandung empedu membesar dan nyeri
4. Ikterus ringan
TANDA: 1. Biasanya tak tampak gambaran pada
abdomen
2. Kadang terdapat nyeri di kwadran kanan atas
GEJALA: 1. Rasa nyeri (kolik empedu) yang
Menetap
1. Mual dan muntah
2. Febris (38,5°°C)
GEJALA: 1. Rasa nyeri (kolik empedu), Tempat :
abdomen bagian atas (mid epigastrium), Sifat : terpusat di epigastrium menyebar ke arah skapula kanan
2. Nausea dan muntah3. Intoleransi dengan makanan
berlemak4. Flatulensi
5. Eruktasi (bersendawa)
f. Insiden Insidens kolelitiasis di negara barat adalah 20% dan banyak menyerang orang dewasa dan lanjut usia. Kebanyakan Cholelitiasis tidak bergejala atau bertanda.
Angka kejadian penyakit batu empedu di Indonesia diduga tidak berbeda jauh dengan angka di negara ASIA Tenggara dan sejak tahun 1980-an berkaitan erat dengan cara diagnosis dengan ultrasonografi.
g. Komplikasikomplikasi cholelitiasis dapat berupa cholesistitis akut yang dapat
menimbulkan perforasi dan peritonitis, cholesistitis kronik, ikterus obstruksi, kolangitis, kolangiolitis piogenik, fistel bilioenterik, ileus batu empedu, pankreatitis, dan perubahan keganasan
KMB I Page 10
h. Tes Diagnostik
Leukosit : 12.000 – 15.000 /iu (N : 5000 – 10.000 iu). Bilirubin : meningkat ringan, (N : < 0,4 mg/dl). Amilase serum meningkat.( N: 17 – 115 unit/100ml). Protrombin menurun, bila aliran dari empedu intestin menurun karena
obstruksi sehingga menyebabkan penurunan absorbsi vitamin K.(cara Kapilar : 2 – 6 mnt).
USG : menunjukkan adanya bendungan /hambatan , hal ini karena adanya batu empedu dan distensi saluran empedu ( frekuensi sesuai dengan prosedur diagnostik)
Endoscopic Retrograde choledocho pancreaticography (ERCP), bertujuan untuk melihat kandung empedu, tiga cabang saluran empedu melalui ductus duodenum.
PTC (perkutaneus transhepatik cholengiografi): Pemberian cairan kontras untuk menentukan adanya batu dan cairan pankreas.
Cholecystogram (untuk Cholesistitis kronik) : menunjukkan adanya batu di sistim billiar.
CT Scan : menunjukkan gellbalder pada cysti, dilatasi pada saluran empedu, obstruksi/obstruksi joundice.
Foto Abdomen :Gambaran radiopaque (perkapuran ) galstones, pengapuran pada saluran atau pembesaran pada gallblader
i.Penatalaksanaan Medis
Cholelitiasis ditangani baik secara nonbedah maupun dengan pembedahan.
Nonbedah : lisis batu dan pengeluaran secara endoskopik. Selain itu, dapat dilakukan pencegahan kolelitiasis pada orang yang cenderung memiliki empedu litogenik dengan mencegah infeksi dan menurunkan kadar kolesterol serum dengan cara mengurangi asupan atau menghambat sintesis kolesterol. Obat golongan statin dikenal dapat menghambat sintesis kolesterol karena menghambat enzim HMG-CoA reduktase.
Lisis batu: disolusi dengan sediaan kolelitiatik dan lisis kontak dengan kateter perkutan.
Endoskopik: sfringterotomi dan ekstraksi dengan kateter fogarty
Pembedahan dilakukan untuk batu kandung empedu yang sistomatik secara kolesistektomi. Indikasi pada pasien dengan diabetes melitus,kandung empedu yang tidak terlihat pada
KMB I Page 11
kolesistografi oral yang menandakan stadium lanjut atau kandung empedu dengan batu empedu berdiameter >2cm,kalsifikasi kandung empedu karena dihubungkan dengan kejadian karsinoma.
2. Konsep Proses Keperawatan Cholelitiasis
a..Pengkajian
Aktivitas dan istirahat:
subyektif : kelemahan Obyektif : kelelahan
Sirkulasi :
Obyektif : Takikardia, Diaphoresis
Eliminasi :
Subektif : Perubahan pada warna urine dan feces Obyektif : Distensi abdomen, teraba massa di abdomen
atas/quadran kanan atas, urine pekat .
Makan / minum (cairan)
Subyektif : Anoreksia, Nausea/vomit.
Tidak ada toleransi makanan lunak dan mengandung gas.
Regurgitasi ulang, eruption, flatunasi.
Rasa seperti terbakar pada epigastrik (heart burn).
Ada peristaltik, kembung dan dyspepsia.
Obyektif :
Kegemukan.
Kehilangan berat badan (kurus).
KMB I Page 12
Nyeri/ Kenyamanan :
Subyektif :
Nyeri abdomen menjalar ke punggung sampai ke bahu. Nyeri apigastrium setelah makan. Nyeri tiba-tiba dan mencapai puncak setelah 30 menit.
Obyektif :
Cenderung teraba lembut pada kolelitiasis, teraba otot meregang /kaku hal ini dilakukan pada pemeriksaan RUQ dan menunjukan tanda marfin (+).
Respirasi :
Obyektif : Pernafasan panjang, pernafasan pendek, nafas dangkal, rasa tak nyaman.
Keamanan :
Obyektif : demam menggigil, Jundice, kulit kering dan pruritus , cenderung perdarahan (defisiensi Vit K ).
Belajar mengajar :
Obyektif : Pada keluarga juga pada kehamilan cenderung mengalami batu kandung empedu. Juga pada riwayat DM dan gangguan / peradangan pada saluran cerna bagian bawah.
b. Diagnosa Perawatan:
Dx 1. Nyeri akut berhubungan dengan obstruksi / spasmeduktus, proses inflamasi, iskemia jaringan / nekrosis
Dx 2: Potensial Kekurangan cairan sehubungan dengan :
Kehilangan cairan dari nasogastrik. Muntah. Pembatasan intake
Dx 3. Resiko tinggi perubahan nutrisi (kurang dari kebutuhan) berhubungan dengan gangguan pencernaan lemak, mual muntah, dispepsia, nyeri
KMB I Page 13
Dx 4: Penurunan integritas kulit/jaringan sehubungan dengan
Pemasanagan drainase T Tube. Perubahan metabolisme. Pengaruh bahan kimia (empedu)
ditandai dengan :
adanya gangguan kulit.
Dx 5: Kurangnya pengetahuan tentang prognosa dan kebutuhan pengobatan, sehubungan dengan :
Menanyakan kembali tentang imformasi. Mis Interpretasi informasi. Belum/tidak kenal dengan sumber informasi.
ditandai : . pernyataan yang salah.
. permintaan terhadap informasi.
. Tidak mengikuti instruksi
c. Tujuan Perawatan
1. Mengurangi nyeri.2. Mencegah komplikasi.3. Memberi informasi/pengetahuan tentang penyakit, prosedur, prognosa dan
pengobata
d. Intervensi
Dx 1. Nyeri akut berhubungan dengan obstruksi / spasmeduktus, proses inflamasi, iskemia jaringan / nekrisis
Rencana intervensi :
1. observasi catat lokasi, tingkat dan karakter nyeri
R/ membantu mengidentifikasi nyeri dan memberi informasi tentang terjadinya perkembangannya
KMB I Page 14
2. catat respon terhadap obat nyeri
R/ nyeri berat yang tidak hilang dengan tindakan rutin dapat menunjukkan terjadinya komplikasi
3. Tingkatkan tirah baring (fowler) / posisi yang nyaman
R/ posisi fowler menurunkan tekanan-tekanan intra abdominal
4. Ajarkan teknik relaksasi (nafas dalam)
R/ meningkatkan istirahat dan koping
5. Ciptakan lingkungan yang nyaman (turunkan suhu ruangan)
R/ mendukung mental psikologik dalam persepsi tentang nyeri
6. Kompres hangat
R/ dilatasi dingin empedu spasme menurun
7. Kolaborasi
- Antibiotik
- Analgetik
- Sedatif
- Relaksasi otot halus
Dx 2: Potensial Kekurangan cairan sehubungan dengan :
Kehilangan cairan dari nasogastrik. Muntah. Pembatasan intake Gangguan koagulasi, contoh : protrombon menurun, waktu beku lama.
KMB I Page 15
Intervensi
Pertahankan pemasukan dan haluaran akurat, perhatikan haluaran kurang dari pemasukan, peningkatan berat jenis urin. Kaji mukosa, nadi perifer.
R: memberikan informasi tentang status cairan sirkulasi dan kebutuhan penggantian
Awasi tanda/gejala peningkatan mual/muntah,kram abdomen, kelemahan, kejang, kecepatan jantung tak teratur, parestesia, depresi pernafasan
R: muntah berkepanjangan, aspirasi gaster,dan pembatasan asupan oral dapat menimbulkan defisit natrium,kalium, dan klorida
Lakukan kebersihan oral dengan pencuci mulut:berikan minyak
R: menurunkan kekeringan membran mukosa,menurunkan resiko perdarahan oral
Kaji ada/tidaknya perdarahan
R: mencegah terjadinya peningkatan perdarahan
Berikan obat antiemetik sesuai pesanan dokter
R: menurunkan mual dan mencegah muntah
Berikan cairan IV, elektrolit dan vitamin K
R: mempertahankan volume sirkulasi dan memperbaiki ketidakseimbangan
Kaji ulang hasil pemeriksaan laboratorium
R: membantu dalam evaluasi volume sirkulasi, mengidentfikasi defisit, dan mempengaruhi pilihan intervensi atau penggantian
KMB I Page 16
Dx 3. Resiko tinggi perubahan nutrisi (kurang dari kebutuhan) berhubungan dengan gangguan pencernaan lemak, mual muntah, dispepsia, nyeri
Rencana intervensi :
1. Kaji perkiraan kebutuhan kalori tubuh
R/ mengidentifikasi jumlah intake kalori yang diperlukan tiap hari
2. Timbang BB sesuai indikasi
R/ mengawali keseimbangan diet
3. Diskusi menu yang disukai dan ditoleransi
R/ meningkatkan toleransi intake makanan
4. Anjurkan gosok gigi sebelum atau sesudah makan
R/ menjaga kebersihan mulut agar tidak bau dan meningkatkan nafsu makan
5. Konsultasi pada ahli gizi untuk menetapkan diit yang tepat
R/ berguna dalam membuat kebutuhan nutrisi individual melalui rute yang paling tepat
6. Anjurkan mengurangi makan na berlemak dan menghasilkan gas
R/ pembatasan lemak menurunkan rangsangan pada kandung empedu dan nyeri
7. Berikan diit rendah lemak
R/ mencegah mual dan spasme
8. Kaji distensi abdomen, berhati-hati, menolak gerak
R/ menunjukkan ketidaknyamanan berhubungan dengan gangguan pencernaan, nyeri gas
9. Ambulasi dan tingkatkan aktivitas sesuai toleransi
R/ membantu dalam mengeluarkan flatus, penurunan distensi abdomen
KMB I Page 17
10. Kolaborasi :
nutrisi total garam empedu
Dx 4: Penurunan integritas kulit/jaringan sehubungan dengan
Pemasanagan drainase T Tube. Perubahan metabolisme. Pengaruh bahan kimia (empedu)
Intervensi
Periksa selang T dan drein insisi:yakinkan aliran bebas
R: selang T dapat dimasukan dalam duktus koledokus selama 7-10 hari untuk membuang batu yang tertahan. Drein sisi insisi digunakan untuk membuang cairan yang terkumpul dan empedu. Memperbaiki posisi mencegah aliran balik empedu ke area operasi
Pertahankan selang T pada penampungan tertutup
R: mencegah iritasi kulit dan mempermudah pengukuran haluaran. Menurunkan resiko kontaminasi
Observasi kulit sklera, urine terhadap perubahan warna
R: terjadi ikterik mengidentifikasi adanya obstruksi aliran empedu
Berikan antibiotik sesuai indikasi
R: perlu untuk pengobatan infeksi
Awasi pemeriksaan laboratorium
R: leukositosis menunjukan adanya inflamasi
KMB I Page 18
Dx 5: Kurangnya pengetahuan tentang prognosa dan kebutuhan pengobatan, sehubugan dengan :
Menanyakan kembali tentang informasi. Mis Interpretasi imformasi. Belum/tidak kenal dengan sumber imformasi.
ditandai : . pernyataan yang salah.
permintaan terhadap informasi.
. Tidak mengikuti instruksi
Intervensi
Kaji ulang proses penyakit, prosedur bedah
R: memberikan pengetahuan dasar dimana pasien dapat membuat pilihan berdasarkan informasi
Tunjukan perawatan balutan/insisi dan drein
R: meningkatkan kemandirian dalam perawatan dan menurunkan resiko komplikasi
Tekankan pentingnya diet rendah lemak, makan sedikit dan sering, pengenalan makanan/minuman yang mengandung lemak secsrs bertahap
R: selama 6 bulan pertama setelah pembedahan, diet rendah lemak membatasi kebutuhan terhadap empedu dan menurunkan ketidaknyamanan sehubungan dengan tidak adekuatnya pencernaan lemak
Informasikan pasien bahwa feces encer dapat terjadi selama beberapa bulan
R: usus memerlukan waktu untuk menyesuaikan pada rangsangan pengeluaran kontinu empedu
KMB I Page 19
e. Evaluasi
1. Nyeri berkurang2. Asupan cairan dan nutrisi adekuat.3. Mencegah/mengurangi komplikasi.4. Mengerti tentang proses penyakit, prosedur pembedahan, prognosis dan
pengobatan
KMB I Page 20
B.Asuhan Keperawatan pada klien dengan Colesistitis
1. Konsep Penyakit Colesistitis
a. Pengertian
Kolesistitis adalah peradangan kandung empedu baik secara akut maupun kronis
Colesistitis adalah radang kandung empedu yang merupakan reaksi inflamasi akut dinding kandung empedu disertai keluhan nyeri perut kanan atas, nyeri tekan dan panas badan.Dikenal klasifikasi kolesistitis yaitu kolesistitis akut serta kronik.
Colesistitis adalah radang akut dan kronis pada kandung empedu yang disebabkan oleh batu empedu (Kamus Saku Mosby,2008)
Colesistitis adalah radang kronik penyerta (Sylvia.A.Price dan Lorraine.M.Wilson,1995)
Colesistitis adalah peradangan kandung empedu baik secara akut maupun kronik
b. Etiologi
Obstruksi duktus sistikus dengan distensi dan iskemia vesika bilaris. Sumbatan batu empedu pada duktus sistikus menyebabkan distensi kandung empedu dan gangguam aliran darah dan limfe, bakteri komensal kamudian berkembang biak
Cedera kimia (empedu) dan atau mekanik (batu empedu) pada mukosa
Infeksi bakteri.
Adanya kuman seperti E. Coli, salmonela typhosa, cacing askaris, atau karena pengaruh enzim – enzim pankreas.
KMB I Page 21
KMB I Page 22
c. Jenis Colesistitis
1. Colesistitis Akut
Merupakan reaksi inflamasi akut dinding kandung empedu. Umumnya pada wanita, gemuk dan berusia diatas 40 tahun
Etiologi :
Umunya kolesistitis disebabkan oleh batu empedu. Sumbatan batu empedu pada duktus sistikus menyebabkan distensi kandung empedu dan gangguan aliran darah darah dan limfe, bakteri komensal kemudian berkembang biak. Penyebab lain adalah kuman E. Coli, salmonella typhosa, cacing askaris, atau karena pengaruh enzim – enzim pankreas
Mekanisme klinis :
1) Gangguan pencernaan, mual muntah
2) Nyeri perut kanan atas atau kadang tidak enak diepigastrium
3) Nyeri menjalar kebahu atau skapula
4) Demam dan ikterus (bila terdapat batu diduktus koledokus sistikus)
KMB I Page 23
5) Gejala nyeri perut bertambah bila makan banyak lemak
6) Diam karena menahan nyeri
Pemeriksaan penunjang :
1) Leukositosis ringan
2) Bilirubin serum meningkat 4 mg/100 ml
3) Fosfatase alkali dan serum transaminase meningkat
4) Foto polos radiologi : kadang terlihat batu empedu
5) Koleskintigrafi radionuklida (Scan Tc – HIDA) : memperlihatkan obstruksi duktus sistikus
6) ERCP atau PTC : untuk menyingkirkan atau mengkonfirmasi adanya abstruksi duktus sistikus
Penatalaksanaan :
1) Konservatif pada keadaan akut
· Hidrasi intravena
· Istirahat baring
· Mendekompresi lambung bila ada ileus puasa, intubasi nasogaster mencegah rangsangan vesika biliaris bersamaan dengan analgesia parenteral
· Antibiotika : sefalosporin generasi kedua, kombinasi aminoglikosida, ampisilin dan klindamisin atau metronidazol
2) Koleksistektomi 4 sampai 6 minggu kemudian
Komplikasi :
1) Septikemia
2) Pembentukan abses di dalam lumen vesika biliaris
3) Nekrosis dengan perforasi lokal (abses perikolesistik)
KMB I Page 24
4) Fistulisasi ke organ berongga lain : duodenum, lambung atau kolon
5) Peritonitis empedu
6) Kolesistitis emfisematosa : proses peradangan akut yang melibatkan organisme virulen pembentuk gas
7) Empisema vesika biliaris : berlanjut supurasi (banyak pus dalam vesika biliaris)
2. Colesistitis kronik
Suatu keadaan dimana mukosa dan jaringan otot polos kandung empedu diganti dengan jaringan ikat, sehingga kemampuan memekatkan empedu hilang.
Etiologi
a. Serangan berulang obstruksi duktus sistikus
b. Nekrosis / iritasi tekanan, ulserasi dan peradangan reaksi lokal
c. Invasi bakteri primer : E Coli, Klebsiella, Enterokokus dan Salmonela
Manifestasi klinis
a. kolik bilier : nyeri parah, berkualitas menetap, biasanya dalam kuadran kanan atas atau epigastrium dialihkan ke skapula kanan
b. mual dan muntah
c. Nyeri biasanya pada malam hari
d. Kolik bilier timbul penekanan makanan berlemak
e. Dispepsia, salah cerna, kembung dan bersendawa
Penatalaksanaan
a. menghindari makanan yang digoreng dan berlemak
b. Kolesistektomi
Komplikasi
KMB I Page 25
a. Infeksi llluka
b. Abses intra abdomen
c. Peritonitis empedu, cedera duktuis bilier besar ke penyediaan darah hati
2. Konsep Proses Keperawatan
Pengkajian
a. Aktivitas dan istirahat
S : kelemahan, O : kelelahan
b. Sirkulasi
Takikardi, Diaphoresis
c. Eliminasi
S : perubahan warna unrine dan feses,
O: Distensi abdomen, teraba masa di abdomen atas / quadran kanan atas, urine pekat
d. Makan / minum
S : anoreksia, nausea /vomiting, tidak ada troleransi makan lunak yang mengandung gas, regurgitas ulang, eruption, flatunasi, rasa seperti terbakar pada epugastrik, ada peristaltik, kembung dan dispepsia
O : kegemukan, kehilangan berat badan (kurus)
e. Nyeri / kenyamanan
S : nyeri abdomen menjalar ke punggung sampai ke bahu,nyeri epigastrium setelah makan, nyeri tiba-tiba dan mencapai puncak setelah 30 menit
O :cenderung teraba lembut pada kolelitiasis, teraba otot meregang / kaku, hal ini dilakukan pada pmeriksaan RUQ dan menunjukkan tanda marfin (+)
f. Respirasi
Pernapasan panjang / pendek, nafas dangkal,rasa tak nyaman
KMB I Page 26
g. Keamanan
Demam menggigil, jundice, kulit kering dan pruritus, cenderung perdarahan (defisiensi vit K)
h. Pengetahuan
Pada keluarga dan pada kehamilan cenderung mengalami batu kandung empedu. Juga pada riwayat DM dan gangguan / peradangan pada saluran cerna bagian bawah
Perencanaan
Dx 1. Nyeri akut berhubungan dengan obstruksi / spasmeduktus, proses inflamasi, iskemia jaringan / nekrisis
Tujuan : Nyeri terkontrol, teradaptasi
Kriteria hasil :
- penurunan respon terhadap nyeri (ekspresi)
- laporan nyeri terkontrol
Rencana intervensi :
1. observasi catat lokasi, tingkat dan karakter nyeri
R/ membantu mengidentifikasi nyeri dan memberi informasi tentang terjadinya perkembangannya
2. catat respon terhadap obat nyeri
R/ nyeri berat yang tidak hilang dengan tindakan rutin dapat menunjukkan terjadinya komplikasi
3. Tingkatkan tirah baring (fowler) / posisi yang nyaman
R/ posisi fowler menurunkan tekanan-tekanan intra abdominal
4. Ajarkan teknik relaksasi (nafas dalam)
R/ meningkatkan istirahat dan koping
KMB I Page 27
5. Ciptakan lingkungan yang nyaman (turunkan suhu ruangan)
R/ mendukung mental psikologik dalam persepsi tentang nyeri
6. Kompres hangat
R/ dilatasi dingin empedu spasme menurun
7. Kolaborasi
- Antibiotik
- Analgetik
- Sedatif
- Relaksasi otot halus
Dx 2. Kekurangan volume cairan (resiko tinggi terhadap) berhubungan dengan muntah, distensi dan hipermotilitas gaster, gangguan proses pembekuan
Tujuan : Menunjukkan keseimbangan cairan yang adekuat
Kriteria hasil :
- Turgor kulit yang baik
- Membran mukosa lembab
- Pengisian kapiler baik
- Urine cukup
- TTV stabil
- Tidak ada muntah
Rencana intervensi :
1. Pertahankan intakke dan output cairan
R/ mempertahankan volume sirkulasi
2. Awasi tanda rangsangan muntah
KMB I Page 28
R/ muntah berkepanjangan, aspirasi gaster dan pembatasan pemasukan oral menimbulkan degfisit natrium, kalium dan klorida
3. Anjurkan cukup minum (1 botol aqua 1500 ml/hr)
R/ mempertahankan keseimbangan cairan dalam tubuh
4. Kolaborasi :
Pemberian antiemetik Pemberian cairan IV
Pemasangan NGT
Dx 3. Resiko tinggi perubahan nutrisi (kurang dari kebutuhan) berhubungan dengan gangguan pencernaan lemak, mual muntah, dispepsia, nyeri
Tujuan : Menunjukkan kestabilan BB
Krieteria hasil : BB stabil, laporan tidak mual muntah
Rencana intervensi :
1. Kaji perkiraan kebutuhan kalori tubuh
R/ mengidentifikasi jumlah intake kalori yang diperlukan tiap hari
2. Timbang BB sesuai indikasi
R/ mengawali keseimbangan diet
3. Diskusi menu yang disukai dan ditoleransi
R/ meningkatkan toleransi intake makanan
4. Anjurkan gosok gigi sebelum atau sesudah makan
R/ menjaga kebersihan mulut agar tidak bau dan meningkatkan nafsu makan
5. Konsultasi pada ahli gizi untuk menetapkan diit yang tepat
R/ berguna dalam membuat kebutuhan nutrisi individual melalui rute yang paling tepat
6. Anjurkan mengurangi makan na berlemak dan menghasilkan gas
KMB I Page 29
R/ pembatasan lemak menurunkan rangsangan pada kandung empedu dan nyeri
7. Berikan diit rendah lemak
R/ mencegah mual dan spasme
8. Kaji distensi abdomen, berhati-hati, menolak gerak
R/ menunjukkan ketidaknyamanan berhubungan dengan gangguan pencernaan, nyeri gas
9. Ambulasi dan tingkatkan aktivitas sesuai toleransi
R/ membantu dalam mengeluarkan flatus, penurunan distensi abdomen
10. Kolaborasi :
nutrisi total
garam empedu
Dx 4. Kurang pengetahuan tentang penyakit, prognosa, pengobatan berhubungan dengan salah interpretasi informasi
Tujuan : menyatakan pemahaman klien
Kriteria hasil : Melakukan perubahan pola hidup dan berpartisipasi dalam pengobatan
Rencana intervensi :
1. Kaji informasi yang pernah didapat
R/ mengkaji tingkat pemahaman klien
2. Beri penjelasn tentang penyakit, prognosa, dan tindakan diagnostik
R/ memungkinkan terjadinya partisipasi aktif
3. Beritahukan diit yang tepat, teknik relaksasi, untuk persiapan operasi
4. Anjurkan teknik istirahat yang harus dilaporkan tentang penyakitnya
KMB I Page 30
5. Anjurkan untuk menghindari makanan atau minuman tinggi lemak
R/ mencegah / membatasi terulangnya serangan kandung empedu
6. Diskusikan program penurunan berat badan
R/ kegemukan adalah faktor resiko terjadinya colesistitis
7. Kaji ulang program obat, kemungkinan efek samping
R/ batu empedu sering berulang, perlu terapi jangka panjang
Evaluasi
1. Nyeri berkurang
2. Asupan cairan adekuat.
3. Asupan nutrisi adekuat
4. Mengerti tentang proses penyakit, prosedur pembedahan, prognosis dan pengobatan
KMB I Page 31
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Cholelitiasis adalah adanya batu empedu di dalam kandung emoedu. Penyebabnya belum ditemukan secara jelas. Cholesistitis adalah adanya peradangan pada kandung empedu disebabkan adanya infeksi atau batu pada kandung empedu.
B. Saran
Informasi mengenai cholelitiasis dan colesistitis yang telah didapatkan oleh mahasiswa tidak hanya sekedar diketahui tetapi juga bisa dipahami untuk diaplikasikan dalam praktik keperawatan.
KMB I Page 32
DAFTAR PUSTAKA
A. Price , Sylvia dan Lorraine M.Wilson.1995.Patofisiologi. Jakarta: EGC.
Brunner dan Suddart.2002. Keperawatan Medikal Bedah, Ed.8.Jakarta: EGC.
Guyton, Arthur C. 1994.Buku Ajar Fisiologi Kedokteran.Ed.7. Jakarta: EGC.
Hartanto, Huriawati dan Dewi Asih (editor).2008. Kamus Saku Mosby. Jakarta: EGC.
R. Syamsuhidayat, Wim de jong.2001. Buku Ajar Ilmu Bedah. Ed.2. Jakarta: EGC.
http://images.google.co.id/images?gbv=2&hl=id&q=radang+pada+kandung+empedu&sa=N&start=20&ndsp=20
KMB I Page 33