ASKEP BEDAH JANTUNG

download ASKEP BEDAH JANTUNG

of 30

Transcript of ASKEP BEDAH JANTUNG

  • ASKEP POST OP BEDAH JANTUNGOLEH :SUBIYANTO

    PERAWAT INTENSIFE CARE UNITRSUP Dr.KARIADI SEMARANG

  • Post operatif :Adalah suatu periode setelah operasi selesai dilakukan dan pasien ditransfer ke ruangan

    Ruang operasi (saat hari operasi)

    Ruang intensif care surgical

    Ruang intermediate surgical

    Ruang pemulihan (+ 1 minggu)24-48 jam post op48-72 jam post op

  • Lokasi ICU surgical idealnya bersambungan dengan ruang operasi jantung untuk meminimalkan waktu trasnsfer pasien

  • Pemindahan pasien ke ICU dilakukan dengan cara yang sistematis

    Hal-hal yang dioperkan ke petugas ICU :

    Prosedur operasi yang dilakukanTipe anestesi yang digunakanTemuan atau komplikasi intra operatif bila adaApakah pasien mendapat transfusi darah atau tidakObat-obatan dan infus cairan yang diberikanParameter hemodinamik

  • PENGKAJIAN PASIEN POST OPERATIFSTATUS NEUROLOGI

    Tingkat kesadaranReaksi pupilKemampuan menggerakkan ektremitasAdanya defisit neurologi atau respon reflek yang abnormal

  • STATUS KARDIOVASKULERHR, irama jantungTekanan darah arteriTekanan arteri pulmonalTekanan wedge arteri pulmonalTekanan vena sentralCardiac output/Cardiac indexSistemic vascular resistanceSuara jantungPacing wirePerfusi perifer ( pulse, capillary refill, temperature)Keluaran chest tube

  • STATUS RESPIRASIRRSuara napasKesimetrisan pergerakan dadaSeting ventilatorHasil gas darah arteri atau saturasi oksigenUsaha napas

  • STATUS GASTROINTESTINALSuara bising ususAdanya distensi abdomen atau nyeri tekan

    STATUS RENALJenis dan jumlah cairan yang diberikan di ruang operasiOutput dan Warna urine

  • LAIN-LAINKeadekuatan kontrol nyeri dan sedasiCairan intra vena dan obat-obatanHasil X-ray dan EKGHasil laboratoriumInsisi drainase

  • EARLY POST OPERATIF CAREBeberapa jam pertama post operasi adalah saat kritis dimana potensial terjadi masalah-masalah yang mengancam jiwa.

    Irama jantung dan parameter hemodinamik diobservasi secara kontinyu dan dicatat setiap 15-30 menit sebagai deteksi terhadap adanya komplikasi

    Monitor hemodinamik pada pasien post op jantung yang standar meliputi : tekanan darah arteri, vena sentral, arteri pulmonal, cardiac output, cardiac index dan sistemic vascular resistance

  • Selang ETT tetap terpasang selama jam-jam pertama post operasi

    Intubasi dan penggunaan ventilasi mekanik diperlukan sampai pasien bangun dari pengaruh anestesi dan mampu melakukan kerja napas secara mandiri. Sebagian besar pasien bangun 4-8 jam setelah operasi.

    Selama periode terintubasi, pasien diubah posisi miring kanan miring kiri setiap 2 jam dan suctioniong selang ETT dilakukan setiap 1-2 jam / sesuai kebutuhan

  • Pemberian oksigen dengan face mask diberikan setelah ekstubasi. Canul binasal bisa digunakan sebagai pengganti pemberian oksigen.Jika tdk terdapat masalah respirasi, oksigen tambahan biasanya tidak diperlukan lagi setelah 48 jam post operasi.

    Selang drain mediastinal biasanya dipasang pada pasien operasi jantung untuk evakuasi darah. Satu diposisikan dalam pericardium dan yang lain dimediastinum. Jika rongga pleura terpengaruh, dipasang juga selang pleura.

  • Rontgen dada dilakukan pada jam pertama post operasi. Ini akan menggambarkan posisi selang intratoraks dan kateter kateter serta memberikan informasi dasar deteksi masalah post operasi.

    ECG dilakukan pada beberapa jam setelah pasien tiba di ICU

    Intake dan output cairan dicatat setiap jam selama 2 4 jam pertama dan setiap 2 jam selama 24 jam berikutnya. Jumlah cairan yang diberikan dibandingkan dengan kehilangan cairan melalui urine dan selang drainase

  • Masalah masalah umum early post operatif :1. Perdarahan post operasi adanya pendarahan yang berlebihan dipengaruhi oleh faktor sbb :

    Trauma operasiPengggunaan mesin cardio-pulmonary bypass (cpb)Penggunaan obat-obatan trombolitik/anti trombosisPenyakit kronis (gangguan fungsi hati, gangguan fungsi ginjal)Kelainan sistem pembekuan darah

    Pendarahan dianggap masif atau mengancam bila jumlah pendarahan > 3 ml/Kg BB/jam.

  • 2. Low Cardiac OutputNilai cardiac index < 2,0 L/menit/m2.

    Penyebab Utama :HipovolemiaDisfungsi miokardTamponade jantung

    Manifestasi klinis :Keringat dinginHipotensiTakikardiaPulse perifer lemahPenurunan urine outputPenurunan capilary refill

  • 3. HIPOTENSI DAN HIPERTENSI

    4. HIPOTERMI

    5. ARITMIA

    6. KETIDAKSEIMBANGAN ELEKTROLIT

  • PERAWATAN DI RUANG INTERMEDIET/RUANG PEMULIHANA. Progresi aktivitas48 jam pertama post op, hampir semua kateter invasif dilepas dan pasien dapat bergerak secara bebas. Pasien dapat berjalan ke kamar mandi pada hari kedua post op dan berjalan disekitar ruangan pada hari berikutnya.

    B. Pembersihan jalan napasDianjurkan pasien untuk melakukan latihan napas dalam dan batuk efektif.Masalah respirasi yang umum terjadi pada post op yaitu atelektasis

  • C. Perawatan luka operasi

    Sternum dipalpasi setiap hari terhadap kestabilannya

    Luka operasi dirawat setiap hari dengan cairan antiseptik dan teknik steril

    Monitor tanda tanda infeksi pada luka operasi

  • - Pada kasus dimana digunakan vena safena sebagai sumber graft, sering terjadi edema ekstremitas bawah. Dianjurkan penggunaan stoking medis dan tinggikan ekstremitas bawah saat duduk untuk mengurangi gejala.

  • D. OBAT-OBATAN

    Konsumsi terapi aspirin dimulai lagi setelah periode post operasi pada pasien yang menjalani revaskularisasi arteri koroner

    Terapi antikoagulan (warfarin) diberikan pada pasien dengan katup jantung buatan, atrial fibrilasi, atau riwayat emboli pulmonal.

    Untuk pemberian antibiotik biasanya diberikan spektrum luas.

  • MASALAH KEPERAWATAN YANG MUNGKIN TERJADIResiko tinggi penurunan curah jantung berhubungan dengan penurunan kontraktilitas miokard, penurunan preload, disritmia

    Intervensi :

    a. Pantau status kardiovaskuler. Pembacaan berkala tekanan darah arteri, arteri pulmonalis, tekanan baji arteri pulmonalis (PAWP), tekanan vena sentral (CVP), indeks/curah jantung, tahanan vaskuler sistemik dan pulmonal, irama dan frekuensi jantung dicatat dan dihubungkan dengan kondisi pasien.

    b. Observasi adanya perdarahan persisten, drainase darah terus menerus dan menetap; hipotensi; CVP rendah; takikardi. Persiapkan pemberian produk darah, larutan intravena.

  • C. Observasi adanya tamponade jantung : hipotensi, peningkatan PAWP, peningkatan CVP ; bunyi jantung lemah; denyut nadi lemah; distensi vena jugularis; penurunan haluaran urin. Lakukan pengecekan berkurangnya darah dalam sistem drainase dada.

    D. Observasi adanya gagal jantung : hipotensi, peningkatan PAWP, CVP, takikardi, gelisah, sianosis, dispnu, asites. Persiapkan pemberian diuretik dan digitalis.

    E. Lakukan observasi adanya infark miokard : elevasi segmen ST, perubahan gelombang T, penurunan curah jantung dalam keadaan volume dan tekanan pengisian normal. Bedakan antara nyeri miokard dan nyeri bekas insisi bedah

  • 2. Resiko pola napas tidak efektif berhubungan dengan ketidakadekuatan ventilasi (nyeri), penurunan ekspansi paru (atelektasis, pnemothoraks/hemothoraks).

    Intervensi :Evaluasi frekuensi dan kedalaman pernapasan. Catat upaya pernapasan, contoh : adanya dipsnu, penggunaan otot bantu pernapasan, gerakan cuping hidung.Auskultasi bunyi napas. Catat area yang menurun/tidak adanya bunyi napas dan adanya bunyi napas tambahan.Observasi terhadap kesimetrisan gerakan dada.Tinggikan kepala tempat tidur, atur pada posisi semi fowler atau fowler.

  • e. Motivasi pasien untuk berpartisipasi dalam latihan napas dalam dan batuk efektif.Anjurkan pasien menahan dada dengan bantal selama napas dalam/batuk.g. Beri obat analgesik sebelum latihan pernapasanh. Kaji ulang laporan foto dada dan pemeriksaan lab sesuai indikasiAjarkan penggunaan spirometri insentifj. Beri oksigen tambahan dengan kanula atau masker sesuai indikasik. Kolabarasi dalam pemasangan selang dada atau torakosintesis bila indikasi

  • 3. Resiko terjadi infeksi berhubungan dengan insisi bedah ketidakadekuatan nutrisi dan intake cairan,adanya patogen lingkungan, terpasang katheter invasif dan imobilisasi.

    Intervensi :a. Monitor dan laporkan hal berikut untuk menentukan kemungkinan adanya infeksi : peningkatan temperatur tubuh; kemerahan, bengkak, hangat pada area sekitar insisi, kateter invasif; peningkatan leukosit; adanya drainase purulen dari luka.

  • b. Gunakan teknik aseptik dalam perawatan luka seperti cuci tangan dan teknik dressing steril.

    c. Yakinkan terpenuhinya intake kalori adekuat setiap hari.

    d. Minimalkan terpaparnya pada patogen lingkungan dengan menghindari kontak antara pasien dengan orang lain yang terinfeksi.

    e. Bantu pasien dalam berubah posisi, batuk dan napas dalam setiap 1-2 jam saat pasien bangun tidur.

    f. Beri antibiotik sesuai indikasi

  • TERIMA KASIH