askep JANTUNG

43
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN INFARK MIOKARD AKUT I. KONSEP MEDIS A. Pengertian Infark Miokard Akut (IMA) adalah nekrosis miokard akibat aliran darah ke otot jantung terganggu. 1

Transcript of askep JANTUNG

Page 1: askep JANTUNG

ASUHAN KEPERAWATAN

PADA KLIEN INFARK MIOKARD AKUT

I. KONSEP MEDIS

A. Pengertian

Infark Miokard Akut (IMA) adalah nekrosis miokard akibat aliran darah ke otot

jantung terganggu.

B. Fisiologi Sirkulasi Koroner

Arteri koroner kiri memperdarahi sebagaian terbesar ventrikel kiri,

septum dan atrium kiri. Arteri koroner kanan memperdarahi sisi diafragmatik

ventrikel kiri, sedikit bagian posterior septum dan ventrikel serta atrium kanan.

Nodus SA lebih sering diperdarahi oleh arteri koroner kanan daripada kiri.

(cabang sirkumfleks). Nodus AV 90% diperdarahi oleh arteri koroner kanan

dan 10% diperdarahi oleh arteri koroner kiri (cabang sirkumfleks). Dengan

demikian, obstruksi arteri koroner kiri sering menyebabkan infark anterior dan

infark inferior disebabkan oleh obstruksi arteri koroner kanan.

C. Etiologi

Umumnya IMA didasari oleh adanya ateroskeloris pembuluh darah

koroner. Nekrosis miokard akut hampir selalu terjadi akibat penyumbatan total

arteri koronaria oleh trombus yang terbentuk pada plak aterosklerosis yang tidak

stabil, juga sering mengikuti ruptur plak pada arteri koroner dengan stenosis

ringan (50-60%).

Kerusakan miokard terjadi dari endokardium ke epikardium, menjadi

komplit dan ireversibel dalam 3-4 jam. Secara morfologis, IMA dapat terjadi

transmural atau sub-endokardial. IMA transmural mengenai seluruh dinding

miokard dan terjadi pada daerah distribusi suatu arteri koroner. Sebaliknya pada

IMA sub-endokardial, nekrosis terjadi hanya pada bagian dalam dinding

ventrikel.

1

Page 2: askep JANTUNG

D. Patofisiologi

Dua jenis kelainan yang terjadi pada IMA adalah komplikasi

hemodinamik dan aritmia. Segera setelah terjadi IMA daerah miokard setempat

akan memperlihatkan penonjolan sistolik (diskinesia) dengan akibat penurunan

ejection fraction, isi sekuncup (stroke volume) dan peningkatan volume akhir

distolik ventrikel kiri. Tekanan akhir diastolik ventrikel kiri naik dengan akibat

tekanan atrium kiri juga naik. Peningkatan tekanan atrium kiri di atas 25 mmHg

yang lama akan menyebabkan transudasi cairan ke jaringan interstisium paru

(gagal jantung). Pemburukan hemodinamik ini bukan saja disebakan karena

daerah infark, tetapi juga daerah iskemik di sekitarnya. Miokard yang masih

relatif baik akan mengadakan kompensasi, khususnya dengan bantuan

rangsangan adrenergeik, untuk mempertahankan curah jantung, tetapi dengan

akibat peningkatan kebutuhan oksigen miokard. Kompensasi ini jelas tidak

akan memadai bila daerah yang bersangkutan juga mengalami iskemia atau

bahkan sudah fibrotik. Bila infark kecil dan miokard yang harus berkompensasi

masih normal, pemburukan hemodinamik akan minimal. Sebaliknya bila infark

luas dan miokard yang harus berkompensasi sudah buruk akibat iskemia atau

infark lama, tekanan akhir diastolik ventrikel kiri akan naik dan gagal jantung

terjadi. Sebagai akibat IMA sering terjadi perubahan bentuk serta ukuran

ventrikel kiri dan tebal jantung ventrikel baik yang terkena infark maupun yang

non infark. Perubahan tersebut menyebabkan remodeling ventrikel yang

nantinya akan mempengaruhi fungsi ventrikel dan timbulnya aritmia.

Perubahan-perubahan hemodinamik IMA ini tidak statis. Bila IMA

makin tenang fungsi jantung akan membaik walaupun tidak diobati. Hal ini

disebabkan karena daerah-daerah yang tadinya iskemik mengalami perbaikan.

Daerah-daerah diskinetik akibat IMA akan menjadi akinetik, karena terbentuk

jaringan parut yang kaku. Miokard sehat dapat pula mengalami hipertropi.

Sebaliknya perburukan hemodinamik akan terjadi bila iskemia berkepanjangan

atau infark meluas. Terjadinya penyulit mekanis seperti ruptur septum ventrikel,

regurgitasi mitral akut dan aneurisma ventrikel akan memperburuk faal

hemodinamik jantung.

Aritmia merupakan penyulit IMA tersering dan terjadi terutama pada

menit-menit atau jam-jam pertama setelah serangan. Hal ini disebabkan oleh

perubahan-perubahan masa refrakter, daya hantar rangsangan dan kepekaaan

2

Page 3: askep JANTUNG

terhadap rangsangan. Sistem saraf otonom juga berperan besar terhadap

terjadinya aritmia. Pasien IMA inferior umumnya mengalami peningkatan tonus

parasimpatis dengan akibat kecenderungan bradiaritmia meningkat, sedangkan

peningkatan tonus simpatis pada IMA inferior akan mempertinggi

kecenderungan fibrilasi ventrikel dan perluasan infark.

E. Gejala Klinis

Keluhan yang khas ialah nyeri dada retrosternal, seperti diremas-remas,

ditekan, ditusuk, panas atau ditindih barang berat. Nyeri dapat menjalar ke

lengan (umumnya kiri), bahu, leher, rahang bahkan ke punggung dan

epigastrium. Nyeri berlangsung lebih lama dari angina pectoris dan tak

responsif terhadap nitrogliserin. Kadang-kadang, terutama pada pasien diabetes

dan orang tua, tidak ditemukan nyeri sama sekali. Nyeri dapat disertai perasaan

mual, muntah, sesak, pusing, keringat dingin, berdebar-debar atau sinkope.

Pasien sering tampak ketakutan. Walaupun IMA dapat merupakan manifestasi

pertama penyakit jantung koroner namun bila anamnesis dilakukan teliti hal ini

sering sebenarnya sudah didahului keluhan-keluhan angina, perasaan tidak enak

di dada atau epigastrium.

Kelainan pada pemeriksaan fisik tidak ada yang spesifik dan dapat

normal. Dapat ditemui BJ yakni S2 yang pecah, paradoksal dan irama gallop.

Adanya krepitasi basal menunjukkan adanya bendungan paru-paru. Takikardia,

kulit yang pucat, dingin dan hipotensi ditemukan pada kasus yang relatif lebih

berat, kadang-kadang ditemukan pulsasi diskinetik yang tampak atau berada di

dinding dada pada IMA inferior.

F. Diagnosis Banding

1. Angina Pectoris tidak stabil/insufisiensi koroner akut.

2. Diseksi aorta (nyeri dada umumnya sangat hebat, dapat menjalar ke

perut dan punggung).

3. Kelainan saluran cerna bagian atas (hernia diafragmatika, esofagitis

refluks)

4. Kelainan lokal dinding dada (nyeri bersifat lokal, bertambah dengan

tekanan atau perubahan posisi tubuh)

5. Kompresi saraf (terutama C8, nyeri pada distribusi saraf tersebut)

3

Page 4: askep JANTUNG

6. Kelainan intra-abdominal (kelainan akut, pankreatitis dapat menyerupai

IMA)

G. Komplikasi

1. Aritmia

2. Bradikardia sinus

3. Irama nodal

4. Gangguan hantaran atrioventrikular

5. Gangguan hantaran intraventrikel

6. Asistolik

7. Takikardia sinus

8. Kontraksi atrium prematur

9. Takikardia supraventrikel

10. Flutter atrium

11. Fibrilasi atrium

12. Takikardia atrium multifokal

13. Kontraksi prematur ventrikel

14. Takikardia ventrikel

15. Takikardia idioventrikel

16. Flutter dan Fibrilasi ventrikel

17. Renjatan kardiogenik

18. Tromboembolisme

19. Perikarditis

20. Aneurisme ventrikel

21. Regurgitasi mitral akut

22. Ruptur jantung dan septum

H. Prognosis

Beberapa indeks prognosis telah diajukan, secara praktis dapat diambil pegangan

3 faktor penting yaitu:

1. Potensial terjadinya aritmia yang gawat (aritmia ventrikel dll)

2. Potensial serangan iskemia lebih lanjut.

4

Page 5: askep JANTUNG

3. Potensial pemburukan gangguan hemodinamik lebih lanjut (bergantung

terutama pada luas daerah infark).

II. FOKUS PENGKAJIAN KEPERAWATAN

A. Riwayat Keperawatan dan Pengkajian Fisik:

Berdasarkan klasifikasi Doenges dkk. (2000) riwayat keperawatan

yang perlu dikaji adalah:

1. Aktivitas/istirahat:

Gejala:

- Kelemahan, kelelahan, tidak dapat tidur

- Riwayat pola hidup menetap, jadual olahraga tak teratur

Tanda:

- Takikardia, dispnea pada istirahat/kerja

2. Sirkulasi:

Gejala:

- Riwayat IM sebelumnya, penyakit arteri koroner, GJK, masalah TD,

DM.

Tanda:

- TD dapat normal atau naik/turun; perubahan postural dicatat dari tidur

sampai duduk/berdiri.

- Nadi dapat normal; penuh/tak kuat atau lemah/kuat kualitasnya dengan

pengisian kapiler lambat; tidak teratur (disritmia) mungkin terjadi.

- BJ ekstra (S3/S4) mungkin menunjukkan gagal jantung/penurunan

kontraktilitas atau komplian ventrikel

- Murmur bila ada menunjukkan gagal katup atau disfungsi otot papilar.

- Friksi; dicurigai perikarditis

- Irama jantung dapat teratur atau tak teratur.

- Edema, DVJ, edema perifer, anasarka, krekels mungkin ada dengan

gagal jantung/ventrikel.

- Pucat atau sianosis pada kulit, kuku dan membran mukosa.

3. Integritas ego:

Gejala:

- Menyangkal gejala penting.

5

Page 6: askep JANTUNG

- Takut mati, perasaan ajal sudah dekat

- Marah pada penyakit/perawatan yang ‘tak perlu’

- Kuatir tentang keluarga, pekerjaan dan keuangan.

Tanda:

- Menolak, menyangkal, cemas, kurang kontak mata

- Gelisah, marah, perilaku menyerang

- Fokus pada diri sendiri/nyeri.

4. Eliminasi:

Tanda:

- Bunyi usus normal atau menurun

5. Makanan/cairan:

Gejala:

- Mual, kehilangan napsu makan, bersendawa, nyeri ulu hati/terbakar.

Tanda:

- Penurunan turgor kulit, kulit kering/berkeringat

- Muntah,

- Perubahan berat badan

6. Hygiene:

Gejala/tanda:

- Kesulitan melakukan perawatan diri.

7. Neurosensori:

Gejala:

- Pusing, kepala berdenyut selama tidur atau saat bangun

(duduk/istirahat)

Tanda:

- Perubahan mental

- Kelemahan

8. Nyeri/ketidaknyamanan:

Gejala:

- Nyeri dada yang timbul mendadak (dapat/tidak berhubungan dengan

aktifitas), tidak hilang dengan istirahat atau nitrogliserin.

6

Page 7: askep JANTUNG

- Lokasi nyeri tipikal pada dada anterior, substernal, prekordial, dapat

menyebar ke tangan, rahang, wajah. Tidak tertentu lokasinya seperti

epigastrium, siku, rahang, abdomen, punggung, leher.

- Kualitas nyeri ‘crushing’, menusuk, berat, menetap, tertekan, seperti

dapat dilihat.

- Instensitas nyeri biasanya 10 pada skala 1-10, mungkin pengalaman

nyeri paling buruk yang pernah dialami.

- Catatan: nyeri mungkin tak ada pada pasien pasca operasi, dengan

DM, hipertensi dan lansia.

Tanda:

- Wajah meringis, perubahan postur tubuh.

- Menangis, merintih, meregang, menggeliat.

- Menarik diri, kehilangan kontak mata

- Respon otonom: perubahan frekuensi/irama jantung, TD, pernapasan,

warna kulit/kelembaban, kesadaran.

9. Pernapasan:

Gejala:

- Dispnea dengan/tanpa kerja, dispnea nokturnal

- Batuk produktif/tidak produktif

- Riwayat merokok, penyakit pernapasan kronis

Tanda:

- Peningkatan frekuensi pernapasan

- Pucat/sianosis

- Bunyi napas bersih atau krekels, wheezing

- Sputum bersih, merah muda kental

10. Interaksi sosial:

Gejala:

- Stress saat ini (kerja, keuangan, keluarga)

- Kesulitan koping dengan stessor yang ada (penyakit, hospitalisasi)

Tanda:

- Kesulitan istirahat dengan tenang, respon emosi meningkat

- Menarik diri dari keluarga

11. Penyuluhan/pembelajaran:

7

Page 8: askep JANTUNG

Gejala:

- Riwayat keluarga penyakit jantung/IM, DM, Stroke, Hipertensi,

Penyakit Vaskuler Perifer

- Riwayat penggunaan tembakau

B. Tes Diagnostik

Tes diagnostik yang sering dilakukan diuraikan pada tabel berikut:

Jenis Pemeriksaan Interpretasi Hasil

EKG

Laboratorium:

Enzim/Isoenzim Jantung

Radiologi

Ekokardiografi

Masa setelah serangan:

Beberapa jam: variasi normal, perubahan

tidak khas sampai adanya Q patologis dan

elevasi segmen ST

Sehari/kurang seminggu: inversi

gelombang T dan elvasi ST berkurang

Seminggu/beberapa bulan: gelombang Q

menetap

Setahun: pada 10% kasus dapat kembali

normal.

Peningkatan kadar enzim (kreatin-

fosfokinase atau aspartat amino

transferase/SGOT, laktat

dehidrogenase/-HBDH) atau isoenzim

(CPK-MB)merupakan indikator spesifik

IMA.

Tidak banyak membantu diagnosis IMA

tetapi berguna untuk mendeteksi adanya

bendungan paru (gagal jantung), kadang

dapat ditemukan kardiomegali.

Dapat tampak kontraksi asinergi di daerah

yang rusak dan penebalan sistolik dinding

8

Page 9: askep JANTUNG

jantung yang menurun. Dapat mendeteksi

daerah dan luasnya kerusakan miokard,

adanya penyulit seperti anerisma

ventrikel, trombus, ruptur muskulus

papilaris atau korda tendinea, ruptur

septum, tamponade akibat ruptur jantung,

pseudoaneurisma jantung.

III. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Nyeri akut b/d iskemia miokard akibat sumbatan arteri koroner.

2. Intoleransi aktivitas b/d ketidakseimbangan suplai oksigen miokard dengan

kebutuhan tubuh.

3. Kecemasan (uraikan tingkatannya) b/d ancaman/perubahan kesehatan-status

sosio-ekonomi; ancaman kematian.

4. (Risiko tinggi) Penurunan curah jantung b/d perubahan frekuensi, irama dan

konduksi listrik jantung; penurunan preload/peningkatan tahanan vaskuler

sistemik; infark/diskinetik miokard, kerusakan struktuaral seperti aneurisma

ventrikel dan kerusakan septum.

5. (Risiko tinggi) Perubahan perfusi jaringan b/d penurunan/sumbatan aliran

darah koroner.

6. Kurang pengetahuan (tentang kondisi dan kebutuhan terapi) b/d kurang

terpajan atau salah interpretasi terhadap informasi tentang fungsi

jantung/implikasi penyakit jantung dan perubahan status kesehatan yang

akan datang.

IV. INTERVENSI KEPERAWATAN

1. Nyeri akut b/d iskemia miokard akibat sumbatan arteri koroner.

INTERVENSI KEPERAWATAN RASIONAL

1. Pantau nyeri (karakteristik, lokasi,

intensitas, durasi), catat setiap

respon verbal/non verbal,

perubahan hemo-dinamik

Nyeri adalah pengalaman subyektif

yang tampil dalam variasi respon

verbal non verbal yang juga bersifat

individual sehingga perlu digambarkan

9

Page 10: askep JANTUNG

2. Berikan lingkungan yang tenang

dan tunjukkan perhatian yang tulus

kepada klien.

3. Bantu melakukan teknik relaksasi

(napas dalam/perlahan, distraksi,

visualisasi, bimbingan imajinasi)

4. Kolaborasi pemberian obat sesuai

indikasi:

- Antiangina seperti nitogliserin

(Nitro-Bid, Nitrostat, Nitro-Dur)

- Beta-Bloker seperti atenolol

(Tenormin), pindolol (Visken),

propanolol (Inderal)

- Analgetik seperti morfin,

meperidin (Demerol)

- Penyekat saluran kalsium seperti

verapamil (Calan), diltiazem

(Prokardia).

secara rinci untuk menetukan

intervensi yang tepat.

Menurunkan rangsang eksternal yang

dapat memperburuk keadaan nyeri

yang terjadi.

Membantu menurunkan persepsi-

respon nyeri dengan memanipulasi

adaptasi fisiologis tubuh terhadap

nyeri.

Nitrat mengontrol nyeri melalui efek

vasodilatasi koroner yang

meningkatkan sirkulasi koroner dan

perfusi miokard.

Agen yang dapat mengontrol nyeri

melalui efek hambatan rangsang

simpatis.(Kontra-indikasi: kontraksi

miokard yang buruk)

Morfin atau narkotik lain dapat dipakai

untuk menurunkan nyeri hebat pada

fase akut atau nyeri berulang yang tak

dapat dihilangkan dengan nitrogliserin.

Bekerja melalui efek vasodilatasi yang

dapat meningkatkan sirkulasi koroner

dan kolateral, menurunkan preload dan

kebu-tuhan oksigen miokard. Beberapa

di antaranya bekerja sebagai

antiaritmia.

10

Page 11: askep JANTUNG

Intoleransi aktivitas b/d ketidakseimbangan suplai oksigen miokard dengan

kebutuhan tubuh.

INTERVENSI KEPERAWATAN RASIONAL

1. Pantau HR, irama, dan perubahan

TD sebelum, selama dan sesudah

aktivitas sesuai indikasi.

2. Tingkatkan istirahat, batasi

aktivitas

3. Anjurkan klien untuk menghindari

peningkatan tekanan abdominal.

4. Batasi pengunjung sesuai dengan

keadaan klinis klien.

5. Bantu aktivitas sesuai dengan

keadaan klien dan jelaskan pola

peningkatan aktivitas bertahap.

6. Kolaborasi pelaksanaan program

rehabilitasi pasca serangan IMA.

Menentukan respon klien terhadap

aktivitas.

Menurunkan kerja miokard/konsumsi

oksigen, menurunkan risiko

komplikasi.

Manuver Valsava seperti menahan

napas, menunduk, batuk keras dan

mengedan dapat mengakibatkan

bradikardia, penurunan curah jantung

yang kemudian disusul dengan

takikardia dan peningkatan tekanan

darah.

Keterlibatan dalam pembicaraan

panjang dapat melelahkan klien tetapi

kunjungan orang penting dalam

suasana tenang bersifat terapeutik.

Mencegah aktivitas berlebihan; sesuai

dengan kemampuan kerja jantung.

Menggalang kerjasama tim kesehatan

dalam proses penyembuhan klien.

11

Page 12: askep JANTUNG

3. Kecemasan (uraikan tingkatannya) b/d ancaman/perubahan kesehatan-

status sosio-ekonomi; ancaman kematian.

INTERVENSI KEPERAWATAN RASIONAL

1. Pantau respon verbal dan non

verbal yang menunjukkan

kecemasan klien.

2. Dorong klien untuk

mengekspresikan perasaan marah,

cemas/takut terhadap situasi krisis

yang dialaminya.

3. Orientasikan klien dan orang

terdekat terhadap prosedur rutin

dan aktivitas yang diharapkan.

4. Kolaborasi pemberian agen

terapeutik anti cemas/sedativa

sesuai indikasi (Diazepam/Valium,

Flurazepam/Dal-mane,

Lorazepam/Ativan).

Klien mungkin tidak menunjukkan

keluhan secara langsung tetapi

kecemasan dapat dinilai dari perilaku

verbal dan non verbal yang dapat

menunjukkan adanya kegelisahan,

kemarahan, penolakan dan sebagainya.

Respon klien terhadap situasi IMA

bervariasi, dapat berupa cemas/takut

terhadap ancaman kematian, cemas

terhadap ancaman kehilangan

pekerjaan, perubahan peran sosial dan

sebagainya.

Informasi yang tepat tentang situasi

yang dihadapi klien dapat menurunkan

kecemasan/rasa asing terhadap

lingkungan sekitar dan membantu

klien mengantisipasi dan menerima

situasi yang terjadi.

Meningkatkan relaksasi dan

menurunkan kecemasan.

12

Page 13: askep JANTUNG

4. (Risiko tinggi) Penurunan curah jantung b/d perubahan frekuensi,

irama dan konduksi listrik jantung; penurunan preload/peningkatan

tahanan vaskuler sistemik; infark/diskinetik miokard, kerusakan

struktuaral seperti aneurisma ventrikel dan kerusakan septum.

INTERVENSI KEPERAWATAN RASIONAL

1. Pantau TD, HR dan DN, periksa

dalam keadaan baring, duduk dan

berdiri (bila memungkinkan)

2. Auskultasi adanya S3, S4 dan

adanya murmur.

3. Auskultasi bunyi napas.

Hipotensi dapat terjadi sebagai akibat

dari disfungsi ventrikel, hipoperfusi

miokard dan rangsang vagal.

Sebaliknya, hipertensi juga banyak

terjadi yang mungkin berhubungan

dengan nyeri, cemas, peningkatan

katekolamin dan atau masalah

vaskuler sebelumnya. Hipotensi

ortostatik berhubungan dengan

komplikasi GJK. Penurunanan curah

jantung ditunjukkan oleh denyut nadi

yang lemah dan HR yang meningkat.

S3 dihubungkan dengan GJK,

regurgitasi mitral, peningkatan kerja

ventrikel kiri yang disertai infark yang

berat. S4 mungkin berhubungan

dengan iskemia miokardia, kekakuan

ventrikel dan hipertensi. Murmur

menunjukkan gangguan aliran darah

normal dalam jantung seperti pada

kelainan katup, kerusakan septum atau

vibrasi otot papilar.

Krekels menunjukkan kongesti paru

13

Page 14: askep JANTUNG

4. Berikan makanan dalam porsi kecil

dan mudah dikunyah.

5. Kolaborasi pemberian oksigen

sesuai kebutuhan klien

6. Pertahankan patensi

IV-lines/heparin-lok sesuai indikasi.

7. Bantu pemasangan/pertahankan

paten-si pacu jantung bila

digunakan.

yang mungkin terjadi karena

penurunan fungsi miokard.

Makan dalam volume yang besar

dapat meningkatkan kerja miokard dan

memicu rangsang vagal yang

mengakibatkan terjadinya bradikardia.

Meningkatkan suplai oksigen untuk

kebutuhan miokard dan menurunkan

iskemia.

Jalur IV yang paten penting untuk

pemberian obat darurat bila terjadi

disritmia atau nyeri dada berulang.

Pacu jantung mungkin merupakan

tindakan dukungan sementara selama

fase akut atau mungkin diperlukan

secara permanen pada infark

luas/kerusakan sistem konduksi.

5. (Risiko tinggi) Perubahan perfusi jaringan b/d penurunan/sumbatan

aliran darah koroner.

INTERVENSI KEPERAWATAN RASIONAL

1. Pantau perubahan kesadaran /

keadaan mental yang tiba-tiba

seperti bingung, letargi, gelisah,

syok.

2. Pantau tanda-tanda sianosis, kulit

Perfusi serebral sangat dipengaruhi oleh

curah jantung di samping kadar

elektrolit dan variasi asam basa,

hipoksia atau emboli sistemik.

Penurunan curah jantung menyebabkan

14

Page 15: askep JANTUNG

dingin/lembab dan catat kekuatan

nadi perifer.

3. Pantau fungsi pernapasan

(frekuensi, kedalaman, kerja otot

aksesori, bunyi napas)

4. Pantau fungsi gastrointestinal

(anorksia, penurunan bising usus,

mual-muntah, distensi abdomen

dan konstipasi)

5. Pantau asupan caiaran dan

haluaran urine, catat berat jenis.

6. Kolaborasi pemeriksaan

laboratorium (gas darah, BUN,

kretinin, elektrolit)

7. Kolaborasi pemberian agen

terapeutik yang diperlukan:

- Hepari / Natrium Warfarin

(Couma-din)

vasokonstriksi sistemik yang dibuktikan

oleh penurunan perfusi perifer (kulit)

dan penurunan denyut nadi.

Kegagalan pompa jantung dapat

menimbulkan distres pernapasan. Di

samping itu dispnea tiba-tiba atau

berlanjut menunjukkan komplokasi

tromboemboli paru.

Penurunan sirkulasi ke mesentrium

dapat menimbulkan disfungsi

gastrointestinal

Asupan cairan yang tidak adekuat dapat

menurunkan volume sirkulasi yang

berdampak negatif terhadap perfusi dan

fungsi ginjal dan organ lainnya. BJ

urine merupakan indikator status hidrsi

dan fungsi ginjal.

Penting sebagai indikator perfusi/fungsi

organ.

Heparin dosis rendah mungkin

diberikan mungkin diberikan secara

profilaksis pada klien yang berisiko

tinggi seperti fibrilasi atrial,

kegemukan, anerisma ventrikel atau

riwayat tromboplebitis. Coumadin

merupakan antikoagulan jangka

panjang.

15

Page 16: askep JANTUNG

- Simetidin (Tagamet), Ranitidin

(Zantac), Antasida.

- Trombolitik (t-PA,

Streptokinase)

Menurunkan/menetralkan asam

lambung, mencegah ketidaknyamanan

akibat iritasi gaster khususnya karena

adanya penurunan sirkulasi mukosa.

Pada infark luas atau IM baru,

trombolitik merupakan pilihan utama

(dalam 6 jam pertama serangan IMA)

untuk memecahkan bekuan dan

memperbaiki perfusi miokard.

6. Kurang pengetahuan (tentang kondisi dan kebutuhan terapi) b/d kurang

terpajan atau salah interpretasi terhadap informasi tentang fungsi

jantung/implikasi penyakit jantung dan perubahan status kesehatan

yang akan datang.

INTERVENSI KEPERAWATAN RASIONAL

1. Kaji tingkat pengetahuan

klien/orang terdekat dan

kemampuan/kesiapan belajar klien.

2. Berikan informasi dalam berbagai

variasi proses pembelajaran. (Tanya

jawab, leaflet instruksi ringkas,

aktivitas kelompok)

3. Berikan penekanan penjelasan

tentang faktor risiko, pembatasan

diet/aktivitas, obat dan gejala yang

memerlukan perhatian

cepat/darurat.

Proses pembelajaran sangat

dipengaruhi oleh kesiapan fisik dan

mental klien.

Meningkatkan penyerapan materi

pembelajaran.

Memberikan informasi terlalu luas

tidak lebih bermanfaat daripada

penjelasan ringkas dengan penekanan

pada hal-hal penting yang signifikan

16

Page 17: askep JANTUNG

4. Peringatkan untuk menghindari

aktivitas isometrik, manuver

Valsava dan aktivitas yang

memerlukan tangan diposisikan di

atas kepala.

5. Jelaskan program peningkatan

aktivitas bertahap (Contoh: duduk,

berdiri, jalan, kerja ringan, kerja

sedang)

bagi kesehatan klien.

Aktivitas ini sangat meningkatkan

beban kerja miokard dan

meningkatkan kebutuhan oksigen serta

dapat merugikan kontraktilitas yang

dapat memicu serangan ulang.

Meningkatkan aktivitas secara

bertahap meningkatkan kekuatan dan

mencegah aktivitas yang berlebihan.

Di samping itu juga dapat

meningkatkan sirkulasi kolateral dan

memungkinkan kembalinya pola hidup

normal.

17

Page 18: askep JANTUNG

DAFTAR PUSTAKA

Carpenito (2000), Diagnosa Keperawatan-Aplikasi pada Praktik Klinis, Ed.6, EGC,

Jakarta

Doenges at al (2000), Rencana Asuhan Keperawatan, Ed.3, EGC, Jakarta

Price & Wilson (1995), Patofisologi-Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit, Ed.4,

EGC, Jakarta

Soeparman & Waspadji (1990), Ilmu Penyakit Dalam, BP FKUI, Jakarta.

18

Page 19: askep JANTUNG

V. TINJAUAN KASUS

1. Pengkajian

1. Biodata

a Identitas Pasien

Nama : Ny. W

Umur : 46 tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Suku / Bangsa : Jawa / Indonesia

Agama : Islam

Pekerjaan : Dagang

Pendidikan : Tamat SLTP

Alamat : Ds Kemuning, Kecamatan Peureulak

Aceh Timur

2. Keluhan Utama

Nyeri pada daerah dada

3. Riwayat Kesehatan

a. Riwayat kesehatan sekarang

Pasien datang ke rumah sakit keluhan mulai dan nyeri pada dada kiri

yang menyebar ke bahu, leher, rahang dan lengan bagian dalam hingga

pergelangan tangan. Nyeri bertambah bila pasien banyak bergerak.

b. Riwayat kesehatan yang lalu

Pasien pernah di rawat dengan keluhan yang sama.

b Riwayat kesehatan keluarga

Di dalam keluarga pasien tidak ada yang menderita penyakit

jantung seperti yang di alami, oleh klien.

4. Keadaan Umum

a. Tingkat kecemasan : Compos mentis

b. Tanda-tanda vital

Tekanan darah : 160/70 mmHg

Suhu : 36,6 oC

Nadi : 80 x/ menit

Respirasi : 20 x / menit

19

Page 20: askep JANTUNG

c. Penampilan umum : Pasien lemah

5. Pemeriksaan

a. Kulit

Warna kulit : Sawo matang

Tekstur kulit : sianosis (pucat)

b. Kuku

Keadaan kuku : Bersih

Warna : Putih

c. Kepala

Bentuk kepala : Simetris

Kelainan : Tidak ada kelainan

Keadaan rambut : Bersih

Kulit kepala : Bersih

d. Mata

Sklera : Anikterik

Konjungtiva : Pucat

Reflek cahaya : Normal, ditandai pada saat dilakukan reflek

Cahaya mata pasien langsung berkedip

Pupil : Normal, ditandai ketika ada cahaya pupil

mengcil

Kelainan : Tidak ada

e. Hidung

Fungsi penciuman : Normal, ditandai bisa mencium bau minyak

Kayu putih

Bentuk : Simetris

Serumen : Sedikit

Kelainan : Tidak ada

f. Telinga

Fungsi pendengaran : Normal, ditandai bisa mendengar pertanyaan

Perawat

Bentuk : Simetris

Keadaan : Bersih

g. Mulut

Fungsi pengecapan : Normal, ditandai bisa membedakan rasa asin

20

Page 21: askep JANTUNG

dan manis

Kebersihan gigi : Kotor

Kelainan bibir : Tidak ada

h. Dada dan paru-paru

Bentuk : Simetris

Frekuensi napas : tidak teratur, berkisar antara 20-30 x / menit

i. Abdomen

Nyeri tekanan : Ada nyeri tekan pada bagian dada

j. Genitalia

Keadaan rectum : Bersih

k. Kekuatan otot

Reflek bisep : Normal, ditandai pada saat diperiksa dengan

reflek hammer ada pergerakan

Reflek trisep : Normal, ditandai pada saat diperiksa dengan

reflek hammer terjadi pergerakan

Reflek patella : Normal, ditandai pada saat diperiksa dengan

reflek hammer terjadi pergerakan

Reflek babyn sky : Normal, ditandai adanya gerakan pada telapak

kaki saat dilakukan pemeriksaan

6. Aspek Psiko-Sosial-Spiritual

a. Aspek Psikologis

Keadaan emosi pasien tidak stabil, pasien menolak berada

dirumah sakit.

b. Aspek Sosial

Pasien tidak bersosialisasi baik dengan lingkungan dan keluarga

terbukti dari saudara yang membesuk pasien, pasien menolak untuk

dikunjungi dan tidak mau bekerja sama dengan tim medis atau pun tim

kesehatan lainnya.

c. Aspek Spritual

Pasien seorang muslim, pasien melakukan shalat 5 (lima) waktu,

tetapi semenjak pasien dirawat di rumah sakit, pasien tidak

melaksanakan shalat. Pihak keluarga juga menyakinkan bahwa penyakit

pasien adalah cobaan dari Allah SWT. Penyakitnya juga akan sembuh

dengan diiringi do’a.

21

Page 22: askep JANTUNG

2. Analisa Data

No. Data Etiologi Masalah

1. DS: Pasien mengeluh nyeri pada

dada kiri yang menyebar ke

bahu, leher, rahang dan lengan

bagian dalam hingga

pergelangan tangan

Iskemia miokard

akibat sumbatan

arteri koroner

Gangguan

rasa nyaman

nyeri

DO: W

ajah meringis, perubahan

postur tubuh.

M

enangis, merintih,

meregang, menggeliat.

M

enarik diri, kehilangan

kontak mata

- TD :

160/70 mmHg

- Suhu

: 36,6 oC

- Nadi :

80 x/ menit

- Respir

asi : 20 x / menit

2. DS: Pasien tidak mau minum obat

dan merasa bahwa dirinya

tidak dalam keadaan sakit.

Ancaman /

perubahan

kesehatan-status

sosio-ekonomi;

ancaman

kematian.

Kecemasan /

ansietas

DO: - M

enyangkal gejala penting.

- T

22

Page 23: askep JANTUNG

akut mati, perasaan ajal

sudah dekat

- M

arah pada penyakit /

perawatan yang ‘tak perlu’

- Kuatir

tentang keluarga, pekerjaan

dan keuangan

23

Page 24: askep JANTUNG

3. Rencana Keperawatan

No. Diagnosa Keperawatan TujuanPerencanaan

Intervensi Rasional 1. Nyeri akut berhubungan dengan

iskemia miokard akibat sumbatan arteri koroner.

Hilangnya rasa nyeri dengan criteria :

menahan sakit lagi

- Pantau nyeri (karakteristik, lokasi, intensitas, durasi), catat setiap respon verbal/non verbal, perubahan hemo-dinamik

- Berikan lingkungan yang tenang dan tunjukkan perhatian yang tulus kepada klien.

- Bantu melakukan teknik relaksasi (napas dalam/perlahan, distraksi, visualisasi, bimbingan imajinasi)

- Kolaborasi pemberian obat sesuai indikasi: Antiangina seperti nitogliserin

(Nitro-Bid, Nitrostat, Nitro-Dur)

Beta-Bloker seperti atenolol (Tenormin), pindolol (Visken), propanolol (Inderal)

Analgetik seperti morfin, meperidin (Demerol

Penyekat saluran kalsium seperti verapamil (Calan), diltiazem (Prokardia).

- Nyeri adalah pengalaman subyektif yang tampil dalam variasi respon verbal non verbal yang juga bersifat individual sehingga perlu digambarkan secara rinci untuk menetukan intervensi yang tepat.

- Menurunkan rangsang eksternal yang dapat memperburuk keadaan nyeri yang terjadi.

- Membantu menurunkan persepsi-respon nyeri dengan memanipulasi adaptasi fisiologis tubuh terhadap nyeri. Nitrat mengontrol nyeri melalui

efek vasodilatasi koroner yang meningkatkan sirkulasi koroner dan perfusi miokard.

Agen yang dapat mengontrol nyeri melalui efek hambatan rangsang simpatis.(Kontra-indikasi: kontraksi miokard yang buruk)

Morfin atau narkotik lain dapat dipakai untuk menurunkan nyeri hebat pada fase akut atau nyeri berulang yang tak dapat dihilangkan dengan nitrogliserin.

Bekerja melalui efek vasodilatasi yang dapat meningkatkan sirkulasi koroner dan kolateral, menurunkan preload dan kebu-tuhan oksigen miokard.

DS:

Do :

Pasien mengeluh nyeri pada dada kiri yang menyebar ke bahu, leher, rahang dan lengan bagian dalam hingga pergelangan tangan

perubahan postur tubuh.

meregang, menggeliat.

kontak mata- TD

: 160/70 mmHg - Suhu

: 36,6 - Nadi

: 80 x/ menit- Respirasi : 20 x /

menit

24

Page 25: askep JANTUNG

Beberapa di antaranya bekerja sebagai antiaritmia.

2. Kecemasan berhubungan dengan ancaman/perubahan kesehatan-status sosio-ekonomi; ancaman kematian.

dengan criteria-

obat dengan rutin-

untuk dirawat

Pantau respon verbal dan non verbal yang menunjukkan kecemasan klien.

Dorong klien untuk mengekspresikan perasaan marah, cemas/takut terhadap situasi krisis yang dialaminya.

Orientasikan klien dan orang terdekat terhadap prosedur rutin dan aktivitas yang diharapkan.

Kolaborasi pemberian agen terapeutik anti cemas/sedativa sesuai indikasi (Diazepam/Valium, Flurazepam/Dal-mane, Lorazepam/Ativan).

- Klien mungkin tidak menunjukkan keluhan secara langsung tetapi kecemasan dapat dinilai dari perilaku verbal dan non verbal yang dapat menunjukkan adanya kegelisahan, kemarahan, penolakan dan sebagainya.

- Respon klien terhadap situasi IMA bervariasi, dapat berupa cemas/takut terhadap ancaman kematian, cemas terhadap ancaman kehilangan pekerjaan, perubahan peran sosial dan sebagainya.

- Informasi yang tepat tentang situasi yang dihadapi klien dapat menurunkan kecemasan/rasa asing terhadap lingkungan sekitar dan membantu klien mengantisipasi dan menerima situasi yang terjadi.

- Meningkatkan relaksasi dan menurunkan kecemasan

DS:

DO:

obat dan merasa bahwa dirinya tidak dalam keadaan sakit.

--

sudah dekat-

perawatan yang ‘tak perlu’

-pekerjaan dan keuangan

25

Page 26: askep JANTUNG

26

Page 27: askep JANTUNG

4. Implementasi Dan Evaluasi

Implementasi Evaluasi- Memantau nyeri

(karakteristik, lokasi, intensitas, durasi), catat setiap respon verbal/non verbal, perubahan hemo-dinamik

- Memberikan lingkungan yang tenang dan tunjukkan perhatian yang tulus kepada klien.

- Membantu melakukan teknik relaksasi (napas dalam/perlahan, distraksi, visualisasi, bimbingan imajinasi)

- Mengolaborasi pemberian obat sesuai indikasi: Antiangina seperti nitogliserin

(Nitro-Bid, Nitrostat, Nitro-Dur) Beta-Bloker seperti atenolol

(Tenormin), pindolol (Visken), propanolol (Inderal)

Analgetik seperti morfin, meperidin (Demerol)

Penyekat saluran kalsium seperti verapamil (Calan), diltiazem (Prokardia).

S:O:

A:P:

Pasien menyatakan nyeri berkurangWajah tampak sedikit tenangTD : 150/70 MmHgNadi : 80 x / menitSuhu : 35.6 0C Masalah sebagian teratasiLanjutkan intervensi

Memantau respon verbal dan non verbal yang menunjukkan kecemasan klien.

Mendorong klien untuk mengekspresikan perasaan marah, cemas/takut terhadap situasi krisis yang dialaminya.

Mengorientasikan klien dan orang terdekat terhadap prosedur rutin dan aktivitas yang diharapkan.

Mengolaborasi pemberian agen terapeutik anti cemas/sedativa sesuai indikasi (Diazepam/Valium, Flurazepam/Dal-mane, Lorazepam/Ativan).

S:

O:

A:P:

Pasien mengatakan sudah pasrah dengan keadaan dirinyaKecemasan hilang, obat diminum dengan rutin.Masalah teratasiInterverensi dihentikan.

27