ASKEP BBLR

40
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lebih dari 20 juta bayi diseluruh dunia (15,5%) dari seluruh kelahiran merupakan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) dan 95,6% diantaranya merupakan bayi yang dilahirkan di negara-negara sedang berkembang (Unicef-WHO, 2004). Namun, angka kematian BBLR masih sangat tinggi. Dalam laporan World Health Organization (WHO) yang dikutip dari State of the World’s Mother 2007 (data tahun 2000-2003) dikemukakan bahwa 27% kematian neonatus disebabkan oleh BBLR. Akan tetapi jumlah ini diperkirakan lebih tinggi karena sebenarnya kematian yang disebabkan oleh sepsis, asfiksia, dan kelainan kongenital sebagian juga BBLR. Di Indonesia, menurut Survei Ekonomi Nasional (SUSENAS) pada 2005 terdapat 38,85% kematian neonatus yang disebabkan oleh BBLR. BBLR telah lama digunakan sebagai indikator kesehatan masyarakat yang penting.BBLR telah didefinisikan oleh WHO sebagai bayi lahir dengan berat kurang dari 2500 gram.Definisi ini didasarkan pada hasil observasi epidemiologi yang membuktikan bahwa bayi lahir dengan berat kurang dari 2500 gram mempunyai kontribusi terhadap outcome kesehatan yang buruk. Menurunkan insiden BBLR hingga sepertiganya menjadi salah satu tujuan utama “A World Fit for Children” hingga tahun 2010 sesuai deklarasi dan rencana kerja United Nations General Assembly Special Session on Children in 2002 (Unicef-WHO, 2004).

description

keperawatan anak

Transcript of ASKEP BBLR

Page 1: ASKEP BBLR

BAB I

PENDAHULUAN1.1 Latar Belakang

Lebih dari 20 juta bayi diseluruh dunia (15,5%) dari seluruh kelahiran merupakan

Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) dan 95,6% diantaranya merupakan bayi yang

dilahirkan di negara-negara sedang berkembang (Unicef-WHO, 2004). Namun, angka

kematian BBLR masih sangat tinggi. Dalam laporan World Health Organization (WHO)

yang dikutip dari State of the World’s Mother 2007 (data tahun 2000-2003)

dikemukakan bahwa 27% kematian neonatus disebabkan oleh BBLR. Akan tetapi jumlah

ini diperkirakan lebih tinggi karena sebenarnya kematian yang disebabkan oleh sepsis,

asfiksia, dan kelainan kongenital sebagian juga BBLR. Di Indonesia, menurut Survei

Ekonomi Nasional (SUSENAS) pada 2005 terdapat 38,85% kematian neonatus yang

disebabkan oleh BBLR.

BBLR telah lama digunakan sebagai indikator kesehatan masyarakat yang

penting.BBLR telah didefinisikan oleh WHO sebagai bayi lahir dengan berat kurang dari

2500 gram.Definisi ini didasarkan pada hasil observasi epidemiologi yang

membuktikan bahwa bayi lahir dengan berat kurang dari 2500 gram mempunyai

kontribusi terhadap outcome kesehatan yang buruk. Menurunkan insiden BBLR hingga

sepertiganya menjadi salah satu tujuan utama “A World Fit for Children” hingga tahun

2010 sesuai deklarasi dan rencana kerja United Nations General Assembly Special

Session on Children in 2002 (Unicef-WHO, 2004).

Perawatan BBLR sangat kompleks dan membutuhkan infrastruktur yang mahal

serta perawat yang memiliki keahlian khusus sehingga menjadi beban sosial dan

kesehatan di negara manapun. Di Indonesia, perawatan BBLR masih memprioritaskan

pada penggunaan inkubator, tetapi keberadaannya masih sangat terbatas. Selain

jumlahnya yang terbatas, inkubator juga membutuhkan biaya perawatan yang tinggi serta

memerlukan tenaga terampil yang mampu mengoperasikannya. Disamping itu dengan

menggunakan inkubator, bayi dipisahkan dari ibunya sehingga menghalangi kontak kulit

langsung antara ibu dan bayi yang sangat diperlukan bagi tumbuh kembang bayi

(Depkes RI, 2008).

Page 2: ASKEP BBLR

1.2 Tujuan

1.2.1 Tujuan Umum

Mengetahui dan memahami asuhan keperawatan pada bayi berat badan lahir

rendah (BBLR)

1.2.2 Tujuan Khusus

1. Mengetahui dan memahami definisi bayi berat badan lahir rendah (BBLR)

2. Mengetahui dan memahami etiologi bayi berat badan lahir rendah (BBLR)

3. Mengetahui dan memahami patofisiologi bayi berat badan lahir rendah

(BBLR)

4. Mengetahui dan memahami klasifikasi bayi berat badan lahir rendah (BBLR)5. Mengetahui dan memahami manifestasi klinis bayi berat badan lahir rendah

(BBLR)

6. Mengetahui dan memahami komplikasi bayi berat badan lahir rendah (BBLR)

7. Mengetahui dan memahami pemeriksaan diagnostik bayi berat badan lahir

rendah (BBLR)

8. Mengetahui dan memahami penatalaksanaan bayi berat badan lahir rendah

(BBLR)

Page 3: ASKEP BBLR

BAB II

LANDASAN TEORI2.1 Definisi

Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat badan kurang dari

2.500 gram pada saat lahir (Mitayani,2012).

BBLR adalah bayi yang lahir dengan berat badan kurang atau sama dengan

2500 gram (Surasmi, 2003).

Berat badan lahir rendah (BBLR) adalah bayi baru lahir dengan berat badan

pada saat kelahiran kurang dari 2500 gr atau lebih rendah (WHO, 1961).

2.2 Etiologi

Beberapa penyebabdari bayi dengan berat badan lahir rendah:

1.Faktor ibu

1) Penyakit

a. Mengalamikomplikasikehamilan,sepertianemia, perdarahan

antepartum,preekelamsiberat, eklamsia,infeksikandung kemih.

b. Menderitapenyakitsepertimalaria,infeksimenularseksual, hipertensi,

HIV/AIDS, TORCH, penyakit jantung.

c. Penyalahgunaan obat, merokok, konsumsialkohol.

2) Ibu

a. Angka kejadian prematitastertinggi adalah kehamilan pada usia< 20

tahunataulebih dari35 tahun.

b. Jarak kelahiranyang terlaludekat ataupendek(kurang dari1 tahun).

c. MempunyairiwayatBBLR sebelumnya.

3) Keadaan sosial ekonomi

a. Kejadiantertinggipadagolongansosialekonomirendah.Hal

inidikarenakan keadaan gizidan pengawasan antenatalyang kurang.

b. Aktivitasfisikyangberlebihan

2.Faktor janin

Faktorjaninmeliputi:kelainankromosom,infeksijaninkronik

(inklusisitomegali, rubellabawaan), gawatjanin, dan kehamilan kembar.

3. Faktor plasenta

Faktorplasentadisebabkanoleh:hidramnion,plasentaprevia,

solutioplasenta,sindrom tranfusibayikembar (sindromparabiotik), ketuban

Page 4: ASKEP BBLR

pecah dini.

4. Faktor lingkungan

Lingkunganyangberpengaruhantaralain:tempattinggaldi datarantinggi,

terkenaradiasi, sertaterpapar zatberacun.

2.3 Patofisiologi

Secara umum bayi BBLR ini berhubungan dengan usia kehamilan yang

belum cukup bulan (prematur) disamping itu juga disebabkan dismaturitas.

Artinya bayi lahir cukup bulan (usia kehamilan 38 minggu), tapi berat badan (BB)

lahirnya lebih kecil ketimbang masa kehamilannya, yaitu tidak mencapai 2.500

gram. Biasanya hal ini terjadi karena adanya gangguan pertumbuhan bayi sewaktu

dalam kandungan yang disebabkan oleh penyakit ibu seperti adanya kelainan

plasenta, infeksi, hipertensi dan keadaan-keadaan lain yang menyebabkan suplai

makanan ke bayi jadi berkurang.

Gizi yang baik diperlukan seorang ibu hamil agar pertumbuhan janin tidak

mengalami hambatan, dan selanjutnya akan melahirkan bayi dengan berat normal.

Dengan kondisi kesehatan yang baik, sistem reproduksi normal, tidak menderita

sakit, dan tidak ada gangguan gizi pada masa pra hamil maupun saat hamil, ibu

akan melahirkan bayi lebih besar dan lebih sehat daripada ibu dengan kondisi

kehamilan yang sebaliknya. Ibu dengan kondisi kurang gizi kronis pada masa

hamil sering melahirkan bayi BBLR, vitalitas yang rendah dan kematian yang

tinggi, terlebih lagi bila ibu menderita anemia.

2.4 Klasifikasi

Ada beberapa cara dalam mengelompokkan BBLR

1. Menurut harapan hidupnya

1) Bayi berat lahir rendah (BBLR) dengan berat lahir 1500-2500 gram.

2) Bayi berat lahir sangat rendah (BBLSR) dengan berat lahir 1000-1500

gram.

3) Bayi berat lahir ekstrim rendah (BBLER) dengan berat lahir kurang

dari 1000 gram.

2. Menurut masa gestasinya

1) Prematuritas murni yaitu masa gestasinya kurang dari 37 minggu dan berat

badannya sesuai dengan berat badan untuk masa gestasi atau biasa disebut

neonatus kurang bulan sesuai untuk masa kehamilan (NKB-SMK).

Page 5: ASKEP BBLR

2) Dismaturitas yaitu bayi lahir dengan berat badan kurang dari berat badan

seharusnya untuk masa gestasi itu. Bayi mengalami retardasi

pertumbuhan intrauterin dan merupakan bayi kecil untuk masa

kehamilannya (KMK).

2.5 Komplikasi

1. Sindroma Distress Respiratori Idiopatik

Terjadi pada 10% bayi kurang bulan.Nampak konsolidasi paru progresif

akibat kurangnya surfaktan yang menurunkan tegangan permukaan di alveoli

dan mencegah kolaps. Pada waktu atau segera setelah lahir bayi akan

mengalami:

1) Rintihan Waktu Inspirasi

2) Napas Cuping Hidung

3) Kecepatan respirasi leih dari 70/ menit

4) Tarikan waktu inspirasi pada sternum (tulang dada)

Nampak gambaran sinar- X dada yang khas bronkogrm udara dan

pemeriksaan gas darah menunjukkan :

1) Kadar oksigen arteri menurun

2) Konsentrasi CO2 meningkat

3) Asidosis metabolik

Pengobatan dengan oksigen yang dilembabkan, antibiotika, bikarbonas

intravena dan makanan intravena.Mungkin diperlukan tekanan jalan positif

berkelanjutan menggunakan pipa endotrakea.Akhirnya dibutuhkan pernapasan

buatan bila timbul gagal napas dengan pernapasan tekanan positif

berkelanjutan.

2. Takipnea selintas pada bayi baru lahir

Paru sebagian bayi kurang bulan dan bahkan bayi cukup bulan tetap

edematous untuk beberapa jam setelah lahir dan menyebabkan takipnea.

Keadaan ini tidak berbahaya, biasanya tidak akan menyebabkan tanda- tanda

distress respirasi lain dan membaik kembali 12-24 jam setelah lahir.

Perdarahan intraventrikular terjadi pada bayi kurang bulan yang biasanya

lahir normal.Perdarahan intraventrikular dihubungkan dengan sindroma

distress respiratori idiopatik dan nampaknya berhubungan dengan hipoksia

pada sindroma distress respirasi idiopatik.Bayi lemas dan mengalami serangan

apnea.

Page 6: ASKEP BBLR

3. Fibroplasias retrolental

Oksigen konsentrasi tinggi pada daerah arteri berakibat pertumbuhan

jaringan serat atau fibrosa di belakang lensa dan pelepasan retina yang

menyebabkan kebutaan. Hal ini dapat dihindari dengan menggunakan

konsentrasi oksigen di bawah 40% (kecuali bayi yang membutuhkan lebih dari

40 % ). Sebagian besar incubator mempunyai control untuk mencegah

konsentrasi oksigen naik melebihi 40% tetapi lebih baik menggunakan

pemantau oksigan perkutan yang saat ini mudah didapat untuk memantau

tekanan oksigen arteri bayi.

4. Serangan Apnea

Serangan apnea disebabkan ketidakmampuan fungsional pusat pernapasan

atau ada hubungannya dengan hipoglikemia atau perdarahan intracranial.Irama

pernapasan bayi tak teratur dan diselingi periode apnea. Dengan menggunakan

pemantau apneadan memberikan oksigen pada bayi dengan pemompaan

segera bila timbul apnea sebagian besar bayi akan dapat bertahan dai serangan

apnea, meskipun apnea ini mungkin berlanjut selama beberapa hari atau

minggu. Perangsang pernapasan seperti aminofilin mungkin bermanfaat.

5. Enterokolitis Nekrotik

Keadaan ini timbul terutama pada bayi kurang bulan dengan riwayat

asfiksia. Dapat juga terjadi setelah transfuse tukar. Gejalanya : kembung,

muntah, keluar darah dari rectum dan berak cair, syok usus dan usus mungkin

mengalami perforasi. Pengobatan diberikan pengobatan gentamisin intravena,

kanamisin oral.Hentikan minuman oral dan berikan pemberian makanan

intravena.Mungkin diperlukan pembedahan.

2.6 Manifestasi Klinis

Manifestasi klinis yang dapat ditemukan pada bayi dengan berat badan lahir

rendah adalah sebagai berikut:

1. Berat badan kurang dari 2.500 gram

2. Panjang badan kurang dari 45cm

3. Lingkar dada kurang dari 30cm, lingkar kepala kurang dari 33cm

4. Masa gestasi kurang dari 37minggu

5. Kepala lebih besar dari tubuh

6. Kulit tipis transparan lanugo banyak dan lemak subkutan amat sedikit

7. Osifikasi tengkorak sedikit serta ubun-ubun dan sutura lebar

Page 7: ASKEP BBLR

8. Genetalia imatur, labia minora belum tertutup dengan labiya mayora

9. Tulang rawan dan daun telingan belum cukup, sehingga elastisitas belum

sempurna

10. Pergerakan kurang dan lemah, tangis lemah, pernapasan belum teratur, dan

sering mendapatkan serangan apnea

11. Bayi lebih banyak tidur dari pada bangun, reflex mengisap dan menelan belum

sempurna

2.7 Stadium

Bayi berat lahir rendah dapat dibagi menjadi 3 stadium

1. Stadium I

Bayi tampak kurus dan relative lebih panjang, kulit longgar, kering seperti

permen karet, namun belum terdapat noda mekanium

2. Stadium II

Bila didapatkan tanda-tanda stadium I ditambah warna kehijauan pada kulit

plasenta, dan umbilicus hal ini disebabkan oleh meconium yang tercampur

dalam amnion kemudian mengendap kedalam kulit, umbilicus dan plasenta

sebagai anoksia intrauterus.

3. Stadium III

Ditemukan tanda stadium II ditambah kulit bewarna kuning, demikian pula

kuku dan tali pusat

2.8 Pemeriksaan Diagnostik

1. Jumlah sel darah putih : 18.000/mm3, netrofil meningkat sampai 23.000-

2. 24.000/mm3, hari pertama setelah lahir (menurun bila ada sepsis ).

3. Hematokrit ( Ht ) : 43%- 61 % ( peningkatan sampai 65 % atau lebih

menandakan polisitemia, penurunan kadar menunjukkan anemia atau

hemoragic prenatal/perinatal ).

4. Hemoglobin (Hb) : 15-20 gr/dl (kadar lebih rendah berhubungan dengan

anemia atau hemolisis berlebihan ).

5. Bilirubin total : 6 mg/dl pada hari pertama kehidupan, 8 mg/dl 1-2 hari, dan 12

mg/dl pada 3-5 hari.

6. Destrosix : Tetes glukosa pertama selama 4-6 jam pertama setelah

7. kelahiran rata-rata 40-50 mg/dl meningkat 60-70 mg/dl pada hari ketiga.

8. Pemantauan elektrolit ( Na, K, Cl ) : biasanya dalam batas normal pada

awalnya.

Page 8: ASKEP BBLR

9. Pemeriksaan Analisa gas darah.

2.9 Penatalaksanaan

Mengingat belum sempurnanya kerja alat-alat tubuh yang perlu untuk

pertumbuhan dan perkembangan serta penyesuaian diri dengan lingkungan hidup

di luar uterus maka perlu diperhatikan pengaturan suhu lingkungan, pemberian

makanan dan bila perlu oksigen, mencegah infeksi serta mencegah kekurangan

vitamin dan zat besi.

1. Pengaturan suhu badan bayi prematuritas/ BBLR

Bayi prematuritas dengan cepat akan kehilangan panas badan dan menjadi

hipotermia, karena pusat pengaturan panas badan belum berfungsi dengan baik,

metabolismenya rendah dan permukaan badan relatif luas oleh karena itu bayi

prematuritas harus dirawat di dalam inkubator sehingga panas badannya

mendekati dalam rahim.

Bila bayi dirawat dalam inkubator maka suhu bayi dengan berat badan , 2 kg

adalah 35 derajat celcius dan untuk bayi dengan berat badan 2-2,5 kg adalah 33-34

derajat celcius. Bila inkubator tidak ada bayi dapat dibungkus dengan kain dan

disampingnya ditaruh botol yang berisi air panas, sehingga panas badannya dapat

dipertahankan.

2. Nutrisi

Alat pencernaan bayi prematur masih belum sempurna, lambung kecil, enzim

pencernaan belum matang, sedangkan kebutuhan protein 3-5 gr/kg BB dan kalori

110 kal/kg BB sehingga pertumbuhannya dapat meningkat. Pemberian minum

bayi sekitar 3 jam setelah lahir dan didahului dengan menghisap cairan lambung.

Refleks menghisap masih lemah,sehingga pemberian minum sebaiknya sedikit

demi sedikit, tetapi frekwensi yang lebih sering.

ASI merupakan makanan yang paling utama,sehingga ASI lah yang paling

dahulu diberikan. Bila faktor menghisapnya kurang maka ASI dapat diperas dan

diminumkan dengan sendok perlahan-lahan atau dengan memasang sonde menuju

lambung.Permulaan cairan diberikan sekitar 50-60 cc/kg BB/ hari dan terus

dinaikkan sampai mencapai sekitar 200 cckg BB/ hari.

3. Menghindari Infeksi

Page 9: ASKEP BBLR

Bayi prematuritas mudah sekali terkena infeksi, karena daya tahan tubuh yang

masih lemah,kemampuan leukosit masih kurang dan pembentukan anti bodi

belum sempurna. Oleh karena itu, upaya preventif sudah dilakukan sejak

pengawasan antenatal sehingga tidak terjadi persalinan prematuritas

(BBLR).Dengan demikian perawatan dan pengawasan bayi prematuritas secara

khusus dan terisolasi dengan baik.

2.10 Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian

1) Riwayat kesehatan terdahulu

a. apakah ibu pernah mengalami sakit kronis.

b. Apakah ibu pernah mengalami gangguan pada keha,ilan

sebelumnya, seperti infeksi ataupun pendarahan

anterpartum,imaturitas, dan sebagainya.

c. Apakah ibu seorang perokok.

d. Jarak kehamilan atau kelahiran terlalu dekat.

2) Riwayat kesehatan sekarang

Bayi dengan berat badan kurang dari 2.500 gram.

3) Riwayat keluarga

Apakah anggota keluarga pernah mengalami sakit keturunan seperti

kelainan kardiovaskuler

4) Pengkajian fisik

a. Sirkulasi

a) Nadi apical mungkin cepat dan mungkin tidak teratur dalam

batas normal (120-160 detik/ menit).

b) Mur-mur jantung yang dapat didengar dapat menandakan

dukts arteriosus (PDA)

b. Pernafasan

a) Mungkin dangkal, tidakteratur, dan pernafasan diafragmatik

intermiten atau periodic (40-60 x/menit).

b) Pernafasan cuping hidung, retraksi supra sterna, juga drajat

sianosis yang mu gkin ada.

c) Adanya bunyi ampela pada auskultsi, menandakan sindrom

distress pernafasan.

c. Neurosensori

Page 10: ASKEP BBLR

a) Sutura tengkorak dan fontanel tampak melebar, penonjolan

karena tidak keadekuatan pertumbuhan tulang mungkin

terlihat.

b) Kepala kecil dahi menonjol, batang hidung cekung, hidung

pendek mencuat, bibir atas tipis dan dagu maju.

c) Tunus otot dapat tamp0ak kencang dengan fleksi ekstremitas

atas dan bawah serta keterbatasan gerak.

d) Pelebaran tampilan mata.

d. Makanan atau cairan

a) Disproporsi berat badan dibangdingkan dengan panjang dan

lingkaran kepala.

b) Kulit kering pecah-pecah dan terkelupas dan tidak adanya

jaringan sub kutan.

c) Penurunan masa otot, khususnya pada pipi, bokong, dan

paha.

d) Ketidak stabilan metabolic dan hipoglikemi atau hipo

kalsemia.

e. Keamanan

a) Suhu berfluktuasi dengan mudah.

b) Tidak terdapat garis alur pada telapak tangan.

c) Warnamekonium mungkin jelas pada jari tangan dan dasar

tali pusat dengan warna kehijauan.

d) Menangis mungkin lemah.

f. Seksualitas

a) Labia minora wanita mungkin lebih besar dari pada mayora

dengan clitoris menonjol.

b) Testis pria mungkin tidak turun, ruge mungkin banyak atau

tidak pada skrotum.

5) Pemeriksaan diagnostik

a. Jumlah darah lengkap: penurunan pada hb mungki n

dihubungkan dengan anemia dengan penurunan darah.

b. Dektrosik : menyatakan hipoglikemi.

c. Analisis gas darah: menentukan drajat keparahan distress

pernafasan bila ada.

Page 11: ASKEP BBLR

d. Elektrosit serum: mengaji adanya hipokalsemia.

e. Bilirubin: mungkin meningkat pada polisitemia.

f. Polinalisis: mengaji homeostasis

g. Jumlah trombosit: trombositopenia mungkin menyertai sepsis.

h. EKG,EEG,USG, angigrafi: defekongenital atau komplikasi.

2. Diagnosis Keperawatan

1) Tidak efektifitas nyapola pernafasan yang b.d imaturitas pusat

pernafasan, keterbatasan perkembangan otot, penurunan energy atau

kelalahan, dan ketidak seimbangan metabolik.

2) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang b.d penurunan

simpanan nutrisi, imaturitas produksi enzim, otot abnormal, lemah,

dan reflex lemah.

3) Resiko tinggi termoregulasi tidak efektif yang b.d sususnan saraf

pusat (imatur pusat regulasi residu, penurunan rasio masa tubuh

terhadap area permukaan, penurunan lemak subkutan, ketidak

mampuan merasakan dingin, atau keringat, cadangan metabolic

buruk).

4) Resiko tinggi kekuranagn volume cairan yang b.d usia dan betar

ekstrem (premature < 2.500 gram) kehilangan cairan berlebihan (kulit

tipis), kurang lapisan lemak, ginjal imatur atau kekurangan

mengkonsentrasikan urin.

3. Intervensi

N DIAGNOSIS TUJUAN KRITERIA INTERVENSI RASIONAL

Page 12: ASKEP BBLR

O KEPERAWATAN HASIL

1 Tidak efektifitas

nyapola pernafasan

yang b.d imaturitas

pusat pernafasan,

keterbatasan

perkembangan otot,

penurunan energy atau

kelalahan, dan ketidak

seimbangan metabolik.

Setelah

dilakukan

tindakan, pola

pernafasan

menjadi

efektif.

neonatus

akan

mempertahan

kan poal

pernafaan

periodic,

membrane

mukosa

merah muda.

Mandiri

1. Kaji frekuensi dan

pola pernafasan,

perhatikan adanya

apnea dan

perubahan frekwensi

jantung.

2. Isap jalan napas

sesuai kebutuhan.

3. Posisikan bayi pada

abdomen atau

telentang dengan

gulungan popok

dibawah bahu untuk

menghasilkan

hiperekstensi.

4. Tinjaun ulang

riwayat ibu terhadap

obat obatan yang

1. Membantu

dalammembedakan

periode perputaran

pernafasan normal

dati serangan

abnetik sejati,

terutama sering

terjadi pada gestasi

minggu ke 30.

2. Menghilangkan

mucus yang

menghambat jalan

nafas.

3. Posisi ini

memudahkan

pernafasan dan

menurunkan

episode apnea,

khususnya bila

ditemukan adanya

hipoksia, asidosis

metabolic, atau

hiperkapnea

4. Magnesium sulfat

dan narkotik

menekannpusat

Page 13: ASKEP BBLR

dapat memperberat

depresi pernapasan

pada bayi.

Kolaborasi

1. Pantau pemeriksaan

laboratorium

(misalnya GDA,

glukosa, serum,

elektrolit, kultur,

dan kadar obat)

sesuai indikasi.

2. Berikan oksigen

sesuai indikasi

3. Berikan obat-

obattan sesuai

indikasi, sesuai

berikut ini.

pernapasan dan

aktivitas dan

susunan saraf pusat

(SSP).

1. Hipoksia, asidosis

metabolik,

hoperkapnea,

hipoglikemia,

hopokalsemia, dan

sepsis dapat

memperberat

serangan apnetik.

2. Perbaikan kadar

oksigen dan

karbondioksida

dapat meningkatkan

fungsi pernapasan.

Page 14: ASKEP BBLR

a. Natrium

bikarbonat

b. Antibiotik

c. Aminopilin

a. Memperbaiki

asidosis

b. Mengatasi infeksi

pernapasan dan

sepsis

c. Dapat

meningkatkan

aktivitas pusat

pernapasan dan

menurunkan

sensitivitas terhadap

co2 menurunkan

frekuensi apnea.

2 Resiko tinggi

termoregulasi tidak

efektif yang b.d

sususnan saraf pusat

(imatur pusat regulasi

residu, penurunan rasio

masa tubuh terhadap

area permukaan,

penurunan lemak

subkutan, ketidak

mampuan merasakan

dingin, atau keringat,

cadangan metabolic

buruk).

Termoregulasi

menjadi efektif

sesuai dengan

perkembangan.

Mempertahan

ksn suhu

kulit atau

aksila (35-

37,3 c) bebas

stres dan rasa

dingin.

Mandiri

1. Kaji suhu dengan

memeriksa suhu

rektal pada awalnya,

selanjutnya periksa

suhu aksila atau

gunakan alat

termostat dengan

dasar terbuka dan

penyebar hangat.

2. Tempatkan bayi

pada inkubator atau

dalam keadaan

hangat

1. Hipertermia

membuat bayi

cendrung merasa

stres karena dingin,

penggunaan

simpanan lemak

tidak dapat

diperbaruhi bila ada

dan penurunan

sensitivitas untuk

meningkatkan kadar

co2 atau penurunan

kadar o2.

2. Mempertahankan

lingkungan

termonetral,

membantu mencega

stres karna dingin

Page 15: ASKEP BBLR

3. Pantai sistem

pengatur suhu,

penyebar hangat

( pertahankan batas

atas pada 98,6 f,

bergantung pada

ukuran dan usia

bayi).

4. Kaji haluaran dan

berat jenis urin

5. Pantau dengan

penambahan berat

badan berturut-turut.

Bila penambahan

berat badan tidak

adekuat, tingkatkan

suhu lingkungan

sesuai indikasi

3. Hipertermia dengan

peningkatan laju

metabolisme dan

kebutahan glukosa

kehilangan air dapat

terjadi bila suhu

lingkungan terlalu

tinggi.

4. Penurunan dan

pengeluaran dan

peningkatan berat

jenis urin

dihubungkan

dengan penurunan

perfusi ginjal

selama periode

stress karena rasa

dingin.

5. Ketidakadekuatan

penambahan berat

badan meskipun

masukan kalori

adekuat dapat

menandakan bahwa

kalori digunakan

untuk

mempertahankan

suhu lingkungan

tubuh, sehingga

memerlukan

peningktan suhu

Page 16: ASKEP BBLR

6. Perhatikan

perkembangan

takikardi, warna

kemerahan,

diaphoresis letargi,

apnea, aktifitas

kejang.

Kolaborasi

1. Pantau pemeriksaan

laboratorium sesuai

indikasi (GDA ,

glukosa serum,

elektrolit, dan kadar

bilirubin).

lingkungan.

6. Tanda tanda

hipertermia ini

dapat belanjut pada

kerusakan otak bila

tidak teratasi.

1. Stres dingin

meningkatkan

kebutuhan terhadap

gula glukosa dan

oksigen serta dapat

mengakibatkan

masalah asam basa

bila bayi mengalami

metabolism

anaerobic bila kadar

oksigen yang cukup

tidak tersedia.

Peningkatan kadar

bilirubin indirek

dapat terjadi karena

pelepasam asam

lemak dari

metabolisme lemak

coklat dengan asam

lemak bersaing

dengan bilirubin

Page 17: ASKEP BBLR

2. Beikan obat-obatan

sesuai dengan

indikasi.

a. Fenobarbital

b. Natrium

bikarbonat

pada bagian ikatan

dialbumin.

a. Membantu

mencegah kejang

berkenaan dengan

perubahan fungsi

SSP yang

disebabkan

hipertermia

b. Memperbaiki

asidosis nyang

dapat terjadi pada

hipotermia dan

hipertermia.

3 Perubahan nutrisi

kurang dari kebutuhan

tubuh yang b.d

penurunan simpanan

nutrisi, imaturitas

produksi enzim, otot

abnormal, lemah, dan

reflex lemah.

Nutrisi

terpenuhi

sesuai

kebutuhan.

.

Mempertahan

kan

pertumbuhan

dan

peningkatan

berat badan

dalam kurva

normal

dengan

penambahan

berat badan

tetap,

sedikitnya

20-30

Mandiri

1. Kaji maturitas reflex

berkenaan dengan

pemberian makan

(misalnya mengisap,

menelan, dan batuk).

2. Auskultasi adanya

bising usus, kaji

status fisik, dan

status pernapasan.

1. Menentukan

pemberian makanan

yang tepat untu bayi

2. Pemberian makan

pertama bayi stabil

memiliki peristaltic

dapat dimulai 6-12

jam setelah

kelahiran. Bila

distress pernapasan

ada, cairan

parenteral

diindikasikan dan

Page 18: ASKEP BBLR

gram/hari.

3. Kaji berat badan

dengan

membimbing berat

badan setiap hari,

kemudian

dokumentasikan

pada grafik

pertumbuhan bayi.

4. Pantau masukan dan

pengeluaran. Hitung

cairan peroral harus

ditunda.

3. Mengidentifikasika

n adanya resiko

derajat dan resiko

terhadap pola

pertumbuhan. Bayi

SGA dengan

kelebihan cairan

ekstrasel

kemungkinan

kehilangan 15% BB

lahir. Bayi SGA

mungkin telah

mengalami

penurunan berat

badan dalam uterus

atau mengalami

penurunan

simpanan

lemah/glukogen

Rasional:

memberikan

informasi tentang

masukan actual

dalam hubungannya

dengan perkiraan

kebutuhan untuk

digunakan dalam

penyesuaian diet.

4. Peningkatan

kebutuhan

Page 19: ASKEP BBLR

konsumsi kalori dan

elektrolit setiap hari.

Kaji tingkat hidrasi,

perhatikan kontanel,

turgor kulit, berat

jenis urin, kondisi

membrane mukosa

dan fluktuasi berat

badan.

5. Kaji tanda-tanda

hipoglikemia:

takipnea dan

pernapasan tidak

teratus, apnea,

letargi, fluktuasi,

metabolic dari bayi

SGA dapat

meningkatkan

kebutuhan cairan.

Kebutuhan bayi

hiperglikemi dapat

mengakibatkan

deuresis pada bayi.

Pemberian cairan

intavena mungkin

diperlukan untuk

memenuhi

peningkatan

kebutuhan tetapi

harus dengan hati-

hati ditangani untuk

menghindari

kelebihan cairan.

Rasional: karena

glukosa adalah

sumber utama dari

bahan bakar untuk

otak,

kekurangannya

dapat menyebabkan

SPP permanen.

5. Hipoglikemia secara

bermakna

meningkatkan

mobilitas dan

mortalitas serta efek

berat yang lama

Page 20: ASKEP BBLR

dan diaphoresis.

Pemberian makan

buruk, gugup,

menagis nada tinggi,

gemetar, mata

terbalik, dan

aktivitas kejang.

Kolaborasi

1. Pantau

pemeriksaan

laboraturium

sesuai indikasi.

a. Glukosa serum

b. Nitrogen urea

darah,keratin,

osmoralitas

serum/urine,

elektrolit urine.

2. Berikan suplemen

elektrolit sesuai

indikasi: misalnya

kalsium glukonat

bergantung pada

durasi masing-

masing episode.

a. Hipoglikemia dapat

terjadi pada awal 3

jam lahir bayi SGA

saat cadangan

glikogen dengan

cepat berkurang dan

glukoneogenesis

tidak adekuat

karena penurunan

simpanan protein

obat dan lemak.

b. Mendeteksi

perubahan fungsi

ginjal berhubungan

dengan penurunan

simpanan nutrient

dan kadar cairan

akibat malnutrisi.

2. Ketidakstabilan

metabolic pada bayi

SGA/LGA dapat

memerlukan

Page 21: ASKEP BBLR

10%. suplemen untuk

mempertahankan

homeostatis

4 Resiko tinggi

kekuranagn volume

cairan yang b.d usia dan

betar ekstrem

(premature < 2.500

gram) kehilangan cairan

berlebihan (kulit tipis),

kurang lapisan lemak,

ginjal imatur atau

kekurangan

mengkonsentrasikan

urin.

Cairan

terpenuhi.

Menunjukan

penambahn

berat badan

20-30

gram/hari.

Bebas dari

tanda

dehidrasi.

Mandiri

1. Bandingkan

masukan dan

pengeluaran urine

setiap shift dan

keseimbangan

kumulatif setiap

periodic 24 jam.

2. Pertahankan

catatan ukuran

mengenai jumlah

darah yang diambil

untuk tes

laboraturium.

1. Pengeluaran harus

1-3 ml/kg/jam,

sementara

kebutuhan terapi

cairan kira-kira 80-

100 ml/kg/hari pada

hari pertama,

meningkat sampai

120-140 ml/kg/hari

pada hari ketiga

postpartum.

Pengambilan darah

untuk tes

menyebabkan

penurunan kadar

Hb/Ht.

2. Meskipun

imaturitas ginjal dan

ketidakmampuan

untuk

mengonsentrasikan

urine biasanya

mengakibatkan

berat jenis yang

rendah pada bayi

pretern ( rentang

normal 1,006-

1,013). Kadar yang

rendah menandakan

volume cairan

Page 22: ASKEP BBLR

3. Pantau berat jenis

urine setiap selesai

berkemih atau

setiap 2-4 jam

dengan

menginspirasi

urine dari popok

bayi bila bayi tidak

tahan dengan

kantong

penampung urine.

4. Evaluasi turgor

kulit, membran

mukosa, dan

keadaan fontanel

anterior.

5. Pantau tekanan

darah, nadi dan

tekanan arterial

rata-rata (TAR)

berlebihan dan

kadar lebih besar

dari 1,013

menandakan

ketidakmampuan

masukan cairan dan

dehidrasi.

3. Kehilangan 25%

volume darah

mengakibatkan syok

dengan TAR kurang

25 mmhg

menandakan

hipotensi.

4. Kehilangan atau

pindahan cairan

yang menimal dapat

dengan cepat

menimbulkan

dehidrasi, terlihat

oleh turgor kulit

yang buruk,

membran mukosa

kerinh, dan fontanel

cekung.

5. Kehilangan 25%

volume darah

mengakibatkan syok

dengan TAR kurang

25 mmhg

Page 23: ASKEP BBLR

Kolaborasi

1. Pantau

pemeriksaan

laboratorium

sesuai dengan

indikasi Ht.

2. Berikan influs

parenteral dalam

jumlah lebih besar

dari 180 ml/kg,

khusus nya pada

PDA, displasia

bronkopulmonal,

atau enrerocoltis

nekrotisan.

3. Berikan transfusi

darah

menandakan

hipotensi.

1. Dehidrasi

meningkatkan kadar

Ht diatas normal 45-

53% kalium serum.

2. Penggantian cairan

darah mane,bah

volume darah,

membantu

mengembalikan

fasokontriksi

dengan akibat

hipoksia, asidosis,

dan pirau kanan ke

kiri melalui PDA

dan telah membantu

dalam penurunan

komplikasi

enterokolitis

nektrotisan dan

displasia

bronkopulmonal.

3. Mungkin perlu utuk

mempertahankan

kadar Ht/Hb opti,al

dan menggantikan

kehilangan darah.

Page 24: ASKEP BBLR

BAB III

PENUTUP3.1 Kesimpulan

Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat badan kurang dari 2.500

gram pada saat lahir.Secara umum bayi BBLR ini berhubungan dengan usia kehamilan

yang belum cukup bulan (prematur) disamping itu juga disebabkan dismaturitas. Artinya

bayi lahir cukup bulan (usia kehamilan 38 minggu), tapi berat badan (BB) lahirnya lebih

kecil ketimbang masa kehamilannya, yaitu tidak mencapai 2.500 gram. Biasanya hal ini

terjadi karena adanya gangguan pertumbuhan bayi sewaktu dalam kandungan yang

disebabkan oleh penyakit ibu seperti adanya kelainan plasenta, infeksi, hipertensi dan

keadaan-keadaan lain yang menyebabkan suplai makanan ke bayi jadi berkurang.

Page 25: ASKEP BBLR

3.2 Saran

Bagi mahasiswa dapat mengetahui dan memahami tentang asuhan keperawatan

neonatus resiko tinggi BBLR sehingga dapat menambah pengetahuan tentang asuhan

keperawatan neonatus resiko tinggi BBLR sesuai teori yang ada. Bagi perawat dapat

menambah wawasan tentangasuhan keperawatan neonatus resiko tinggi BBLR sehingga

dapat meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan.

DAFTAR PUSTAKA

Mitayani,2012. Asuhan Keperawatan Maternitas. Jakarta: Salemba Medika

Speer, Kathleen Morgan. 2007. Rencana Asuhan Keperawatan Clinical Pathways.Edisi 3.

Jakarta: EGC