ASGER EMBUL GROUP_2.doc
-
Upload
zzzbodoamat -
Category
Documents
-
view
26 -
download
1
Transcript of ASGER EMBUL GROUP_2.doc
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Usia lanjut atau lanjut usia (lansia) adalah seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih,
yang secara fisik terlihat berbeda dengan kelompok umur lainnya,sedangkan pra lansia
adalah usia 45-59 tahun. Lansia dengan resiko tinggi adalah umur 70 tahun atau lebih
dan lansia berusia 60 tahun dengan masalah kesehatan.Pada individu usia lanjut,
kesehatan dan status fungsional ditentukan oleh resultan dari faktor-faktor fisik,
psikologis, dan sosioekonomi individu tersebut. Oleh karena itu biasanya penyakit yang
timbul pada usia lanjut akan berbeda perjalanan dan penampilannya dengan yang
terdapat pada populasi lain sehingga pelayanan kesehatan pada usia lanjut akan berbeda
dengan pelayanan kesehatan pada golongan populasi lain.(1)
Populasi lansia pada masa ini semakin meningkat, pelayanan kesehatan usia lanjut
ditujukan untuk meningkatkan derajat kesehatan dan mutu kehidupan lansia untuk
mencapai masa tua bahagia dan berdaya guna dalam kehidupan keluarga dan
masyarakat sesuai dengan keberadaannya. Pelayanan kesehatan tersebut harus bersifat
menyeluruh atau yang disebut dengan Comperhensive Health Care Service yang
meliputi aspek promotive, preventive, curative, dan rehabilitative.Prioritas yang harus
dikembangkan oleh Puskesmas harus diarahkan ke bentuk pelayanan kesehatan dasar
(basic health care service) yang lebih mengedepankan upaya promosi dan preventif
(public health service).(1)
Salah satu jenis pelayanan kesehatan yang dapat diberikan kepada lansia adalah
kunjungan rumah atau home visit geriatry.Pada home visit geriatry dilakukan asesmen
geriatri yang akan mengevaluasi kesehatan secara komprehensif pada lansia dengan
harapan dapat meningkatkan kualitas kesehatan lansia yang dikunjungi. Dari home visit
geriatry dapat ditemui berbagai permasalahan pada lansia. (1)
Pada penulisan ini akan dibahas hasil home visit geriatry seorang wanita berumur 73
tahun dengan dermatitis atopik dan hipertensi.Dermatitis atopik merupakan masalah
kesehatan, karena sifatnya yang kronik residif, sehingga dapat mempengaruhi kualitas
1
hidup pasien. Walaupun predisposisi genetik merupakan salah satu faktor risiko yang
paling penting, tetapi meningkatnya prevalensi dermatitis atopik di negara-negara
industri menunjukkan bahwa faktor lingkungan (pajanan mikroba dan nutrisi) juga
mempunyai peran yang cukup penting.Etiologi pasti dermatitis atopik ini belum
diketahui, namun berbagai penelitian menunjukkan bahwa dermatitis atopik ini
disebabkan dari interaksi antara genetik, lingkungan, defek sawar kulit dan sistem
imun.Tidak ada penyembuhan yang total untuk dermatitis atopik, namun gejala yang
timbul cenderung berkurang seiring dengan perjalanan usia. Sebagian besar penderita
mengalami periode remisi dan periode kambuh penyakit ini selama bertahun-tahun.
Faktor-faktor yang dapat menyebabkan timbulnya dermatitis atopik yang persisten
antara lain, Prevalensi dermatitis atopik pada anak cenderung meningkat pada beberapa
dekade terakhir. Di Asia Tenggara didapatkan prevalensi dermatitis atopik pada orang
dewasa adalah sebesar kurang lebih 20%.Data mengenai penderita dermatitis atopik di
Indonesia belum diketahui secara pasti.(2)
Hipertensi didefinisikan sebagai peningakatan tekanan darah sistolik sedikitnya 140
mmHg atau tekanan diastolik sedikitnya 90 mmHg menurut JNC VII.Pada orang yang
berumur lebih dari 50 tahun, tekanan darah sistolik > 140 mmHg merupakan faktor
risiko yang lebih penting untuk terjadinya penyakit kardiovaskuler daripada tekanan
darah diastolik.
Kondisi yang berkaitan dengan usia ini adalah produk samping dari arteriosklerosis dari
arteri-arteri utama, terutama aorta, dan akibat dari berkurangnya kelenturan.
Dengan mengerasnya arteri-arteri ini dan menjadi semakin kaku, arteri dan aorta itu
kehilangan daya penyesuaian diri. Dinding,yang kini tidak elastis, tidak dapat lagi
mengubah darah yang keluar dari jantungmenjadi aliran yang lancar. Hasilnya adalah
gelombang denyut yang tidak terputus dengan puncak yang tinggi (sistolik) dan lembah
yang dalam (diastolik).(3)
1.2. Rumusan Masalah
Dengan memperhatikan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas,
maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: Mengetahui hasil asesmen geriatrik
pada seorang wanita berumur 73 tahun dengan dermatitis atopik dan hipertensi
1.3. Tujuan Penelitian
2
1.3.1. Tujuan Umum
Mengetahui, menganalisa, dan mendeskripisikan hasil asesmen geriatri pada seorang
wanita berumur 70 tahun dengan hipertensi
1.3.2. Tujuan Khusus
Yang menjadi tujuan khusus dalam asesmen geriatri ini adalah:
1. Untuk mengetahui faktor resiko yang terdapat pada pasien
2. Untuk mengetahui fungsi biologis,psikologis dan sosial pasien
3. Untuk memberikan intervensi yang bisa diterapkan oleh pasien
1.4. Manfaat Penelitian
1. Bagi Puskesmas
Manfaat bagi Puskesmas yaitu dapat membantu Puskesmas dalam memberikan
alternatif penyelesaian terhadap masalah tersebut. Dengan adanya kegiatan ini dapat
membantu Puskesmas dalam meningkatkan pelayanan kesehatan dalam rangka
meningkatkan upaya kesehatan perorangan.
2. Bagi Pasien
Pasien dapat megetahui penyakit yang dideritanya beserta penanganannya sehingga
pasien mengerti dan menerapkan masukan yang telah diberikan untuk meningkatkan
kualitas hidup pasien.
2. Bagi Mahasiswa
Manfaat asesmen geriatri ini bagi mahasiswa yaitu sebagai syarat untuk mengikuti ujian
kepaniteraan klinik Ilmu kesehatan Masyarakat.Selain itu dapat melatih kemampuan
analisis dan pemecahan terhadap masalah yang ditemukan pada pasien.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 2.1 Hipertensi
National Center for Health Statistics mendefinisikan tekanan darah sebagai
kekuatan yang memungkinkan darah mengalir dalam pembuluh darah untuk
bersirkulasi ke seluruh tubuh. Tekanan darah tinggi merupakan salah satu faktor
yang meningkatkan risiko penyakit jantung dan stroke, dan merupakan penyebab
utama kematian di Amerika Serikat.8
Menurut penelitian yang dilakukan Ezzati M, et al, tekanan darah merupakan
faktor risiko terpenting untuk terjadinya penyakit kardiovaskuler di dunia, yakni
45% dari angka morbiditas dan mortalitas.9 Diagnosis dan pengobatan awal
hipertensi tergantung pada pengukuran akurat tekanan darah.10
Hipertensi merupakan suatu kondisi medis kronis dan sering tanpa gejala.
Kondisi hipertensi ini memaksa jantung bekerja lebih keras untuk mengatasi
tekanan sistemik yang meningkat agar dapat mendistribusikan darah ke seluruh
jaringan tubuh. Beban jantung yang bertambah menyebabkan disfungsi
kardiovaskuler dan merupakan penyebab dari kematian dikarenakan gagal
jantung kongestif, infark miokard, emboli paru, aneurisma otak dan gagal ginjal.7
The Seventh Report of Joint National Committee on Prevention, Detection,
Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure (JNC 7) mendefinisikan
hipertensi sebagai tekanan darah 140/90 mmHg. Seseorang dengan tekanan
darah diatas batas optimal yaitu tekanan darah sistolik 120-139 mmHg atau
tekanan darah diastolik 80-89 mmHg, didefinisikan sebagai “pre-hipertensi”.11
Seseorang dengan pre-hipertensi memiliki risiko lebih besar terkena hipertensi
dibandingkan dengan yang memiliki tekanan darah normal.12 Selain itu, pre-
hipertensi dikaitkan dengan peningkatan risiko penyakit kardiovaskular daripada
faktor risiko lainnya.13
2.1.1 Epidemiologi hipertensi
4
Global burden of Hypertension : analysis of worldwide data (2005),
mengungkapkan bahwa lebih dari 25% dari populasi dewasa di dunia mengalami
hipertensi pada tahun 2000, dan proporsinya diperkirakan akan meningkat menjadi 29%
pada tahun 2025.14 World Health Organiation memperkirakan hipertensi merupakan
penyebab 4,5% dari global burden of disease dan sering ditemukan di negara
berkembang dan juga negara maju.15 Prevalensi hipertensi di wilayah Asia-Pasifik
berkisar 5-47% pada pria dan 7-38% pada wanita16 dan akan terus meningkat sesuai
dengan peningkatan usia.17 Patricia K,et al melaporkan prevalensi hipertensi di antara
negara-negara di kawasan Asia Tenggara yaitu Malaysia (32,2%) adalah yang tertinggi
dibandingkan dengan Singapura (26,6%), Indonesia (23,0%), dan Thailand (20,5%).18
The Seventh Report of Joint National Committee on Prevention, Detection,
Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure (JNC7) mengklasifikasikan
tekanan darah normal adalah tekanan darah sistolik <120 mmHg dan tekanan
darah diastolik <80 mmHg; pre-hipertensi tekanan darah sistolik 120-139 mmHg
atau tekanan darah diastolik 80-89 mmHg; hipertensi tahap 1 tekanan darah
sistolik 140-159 mmHg atau tekanan darah diastolik 90-99 mmHg; dan hipertensi
tahap 2 tekanan darah sistolik 160 mmHg atau tekanan darah diastolik 100.
Klasifikasi ditentukan berdasarkan kategori tekanan darah tinggi
berdasarkan rata-rata dua atau lebih pengukuran tekanan darah.19
Tabel 1 Klasifikasi hipertensi menurut JNC 719, 20
Klasifikasi Tekanan Darah(mmHg)Sistolik Diastolik
Normal <120 dan <80Pre-hipertensi 120-139 atau 80-89
Hipertensi tahap 1 140-159 atau 90-99Hipertensi tahap 2 160 atau 100
2.1.2 Etiologi hipertensi
Hipertensi umumnya dibagi menjadi dua kategori utama: hipertensi esensial
dan hipertensi sekunder. Hipertensi esensial atau primer merupakan yang paling
umum ditemukan, yang mempengaruhi antara 90-95% pasien yang didiagnosis
dengan hipertensi. Penyebab hipertensi esensial belum banyak teridentifikasi
karena bersifat multifaktorial. Banyak faktor penyebab telah dikaitkan dengan
5
hipertensi esensial termasuk gaya hidup, merokok, stres yang berlebihan, obesitas
abdominal, hipokalemia, asupan tinggi natrium dan kebiasaan diet lainnya,
sensitivitas terhadap natrium, konsumsi alkohol, dan kekurangan vitamin D.21-23
Peningkatan risiko hipertensi esensial juga telah dikaitkan dengan usia
lanjut, mutasi genetik, riwayat keluarga hipertensi, berat badan lahir rendah,
resistensi insulin, peningkatan kadar renin, dan aktivitas berlebihan sistem saraf
simpatis.29,30 Kasus Hipertensi dengan persentase 5-10% diklasifikasikan sebagai
hipertensi sekunder. Penyebab hipertensi sekunder dapat digolongkan menjadi
empat kategori: 1) Hipertensi kardiovaskuler (aterosklerosis); 2) hipertensi renal;
3) hipertensi endokrin (feokromositoma, Sindrom Conn); dan 4) hipertensi
neurogenik.24
2.1.3 Faktor resiko hipertensi
Faktor-faktor yang menimbulkan risiko hipertensi adalah:
a. Riwayat hipertensi dalam keluarga
Seseorang dengan orangtua yang menderita hipertensi memiliki risiko dua kali lebih
besar untuk menderita hipertensi daripada seseorang yang tidak mempunyai
keluarga dengan riwayat hipertensi. Akan tetapi bukan hanya faktor riwayat
hipertensi dalam keluarga yang meningkatkan resiko menderita hipertensi, tetapi
juga dipengaruhi oleh faktor-faktor risiko lain.31
b. Usia
Menurut Depkes RI (2008), insidensi peningkatan tekanan darah akan
meningkat seiring dengan pertambahan usia.31 Dengan bertambahnya usia, resiko
terjadinya hipertensi juga semakin meningkat, hal ini menyebabkan presentase
prevalensi tekanan darah di kalangan usia lanjut mengalami peningkatan yang cukup
tinggi yaitu berkisar 40% dan disertai dengan angka kematian 50% diatas usia 60
tahun.38 Dari hasil penelitian lain yang diperoleh,umumnya hipertensi pada pria
terjadi diatas usia 31 tahun sedangkan pada wanita peningkatan tekanan darah
terjadi diatas usia 45 tahun atau setelah mengalami menopause.39
Peningkatan tekanan darah seiring bertambahnya usia dapat dianggap sebagai
hal yang wajar, hal ini disebabkan karena proses alamiah pada jantung, pembuluh
6
darah dan hormon.Tetapi peningkatan ini dapat dianggap tidak wajar ketika adanya
kontribusi dari faktor-faktor lain yang dapat meningkatkan resiko terjadinya
komplikasi dari hipertensi tersebut.38
Kejadian hipertensi pada umumnya banyak terjadi pada usia dewasa ataupun
usia lanjut, tetapi hal ini tidak menutup kemungkinan anak-anak dan remaja juga
dapat mengalami hipertensi. Walaupun hipertensi jarang terjadi pada anak-anak dan
remaja, tetapi prevalensinya terus meningkat seiring meningkatnya kasus overweight
atau obesitas yang dialami anak-anak dan remaja.40
c. Jenis kelamin
Faktor jenis kelamin berpengaruh pada terjadinya hipertensi, dimana laki-laki
lebih banyak menderita hipertensi di bandingkan dengan perempuan, dengan rasio
sekitar 2,29% untuk peningkatan tekanan darah sistolik. Laki-laki diduga memiliki
gaya hidup yang cenderung dapat meningkatkan tekanan darah dibandingkan
dengan perempuan.45
d. Diabetes
Menurut The Seventh Report of the Joint National Committee on Prevention,
Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure (2003), Sekitar 60
persen dari orang penderita diabetes juga menderita tekanan darah tinggi.32
e. Diet tinggi garam
Konsumsi garam merupakan salah satu faktor resiko yang memiliki peran
cukup besar terhadap terjadinya hipertensi. Hal ini didukung dengan terjadinya
peningkatan kadar garam yang dikonsumsi per harinya. Garam yang biasa kita
konsumsi yaitu garam dapur, memiliki kandungan 40% natrium dan 60% klorida.41
Banyak kemungkinan proses yang dapat menyebabkan terjadinya peningkatan
tekanan darah akibat konsumsi garam. Diantaranya, garam dapat menyebabkan
terjadinya vasokontriksi, terjadinya perubahan dari vaskularisasi, dan disebabkan
dari kedua mekanisme volume, baik yang dependent maupun yang independent.
Pada mekanisme volume dependent, natrium merupakan kation utama ekstraseluler
yang memiliki tugas utama sebagai penentu cairan ekstraseluler, baik itu pada
terjadinya preload jantung maupun curah jantung. Peningkatan terhadap curah
jantung dapat menyebabkan terjadinya hipertensi, hal ini disebabkan karena
7
terjadinya vasokontriksi pembuluh darah kecil ataupun terdapatnya kekakuan pada
pembuluh darah besar.42
World Health Organization (WHO) merekomendasikan pola konsumsi garam
yang dapat mengurangi risiko terjadinya hipertensi. Kadar sodium yang
direkomendasikan adalah tidak lebih dari 100 mmol (sekitar 2,4 gram sodium atau 6
gram garam) per hari. Konsumsi natrium berlebihan menyebabkan konsentrasi
natrium di dalam cairan ekstraseluler meningkat. Untuk menormalkannya cairan
intraseluler ditarik keluar, sehingga volume cairan ekstraseluler tersebut
menyebabkan meningkatnya volume darah, sehingga berdampak kepada timbulnya
hipertensi.
f. Obesitas
Obesitas menyebabkan aktivasi sistem saraf simpatik dan berbagai hormon
yang dapat mempengaruhi tekanan darah. Hal ini hampir pasti berpengaruh terhadap
peningkatan tekanan darah, tetapi kadar natrium dari diet lebih berpengaruh pada
tahap yang lebih lanjut.33 Beberapa penelitian menemukan hubungan antara obesitas
dan kejadian hipertensi pada orang dewasa yang memiliki BMI ≥ 25 memiliki 2,96
kali risiko menderita hipertensi dibandingkan dengan nilai IMT <25.34 Indeks Massa
Tubuh (IMT) dihitung berdasarkan hasil pembagian berat badan (BB) dalam
kilogram dengan tinggi badan dalam meter kuadrat (kg/m2). Menurut Centre for
Obesity Research (2007), IMT dibagi ke dalam 4 kategori yaitu kurus IMT <18,5;
normal IMT 18,5-22,9; overweight IMT 23; resiko obesitas IMT 23-24,9; obesitas
tingkat 1 IMT 25-29,9; obesitas tingkat 2 IMT 30.
g. Penggunaan alkohol
Asupan alkohol dalam jumlah besar meningkatkan peningkatan resiko
hipertensi. Penelitian yang dilakukan oleh Howard D.Sesso,et al (2008) pada 8680
wanita dewasa dan 6012 laki-laki dewasa yang mengalami hipertensi, didapatkan
hasil terdapat peningkatan signifikan resiko ketika mengkonsumsi 4 gelas per hari
dan konsumsi alkohol ringan-sedang, 1 gelas alkohol per bulan sampai satu
minuman alkohol per hari dihubungkan dengan 8-21% penurunan signifikan dari
resiko hipertensi.43
8
Pedoman klinis pencegahan primer hipertensi secara konsisten membatasi
konsumsi alkohol < 2 gelas per hari pada pria dan < 1 gelas per hari pada wanita.43
Asupan alkohol berlebihan meningkatkan tekanan darah dan risiko hipertensi
melalui beberapa mekanisme potensial, seperti secara langsung mempengaruhi
jantung atau otot polos pembuluh darah atau merangsang sistem saraf simpatik atau
sistem renin-angiotensin-aldosteron. Alkohol dapat meningkatkan kadar kortisol
plasma melalui pengeluaran magnesium di dalam urin, dengan peningkatan
pelepasan endotelin, atau dengan penurunan produksi Nitrit Oxide dalam endotelium
arteri.43
h. Merokok
Nikotin dan CO2 adalah zat kimia yang terkandung dalam asap rokok dan akan
memasuki aliran darah sehingga dapat merusak lapisan endotel pembuluh darah, dan
menyebabkan proses aterosklerosis dan tekanan darah tinggi. Merokok dapat
meningkatkan kekakuan pembuluh darah, dapat meningkatkan denyut jantung dan
kebutuhan O2 yang dibutuhkan oleh otot-otot jantung sehingga dapat memperburuk
hipertensi. pasien dengan hipertensi yang merokok akan meningkatkan kerusakan
pada arteri.31
Dalam penelitian yang dilakukan Mohammad Sadli dan Riko Riantirtando
(2010) terhadap laki-laki usia 40 tahun keatas di wilayah kerja puskesmas
tegalgubuk kecamatan arjawinangun kabupaten cirebon didapatkan hasil terdapat
hubungan yang signifikan antara jumlah rokok yang di hisap dengan kejadian
hipertensi pada laki-laki usia 40 tahun ke atas. Dari OR didapatkan bahwa jumlah
rokok yang dihisap merupakan faktor resiko terjadinya hipertensi, dan pada perokok
berat (>10 batang setiap hari) mempunyai resiko 4,208 kali terjadinya hipertensi di
bandingkan dengan perokok ringan (<10 batang setiap hari).46
i. Stres
Stres yang dialami secara berulang terus menerus dapat menyebabkan peningkatan
tekanan darah. Stres dapat merangsang sistem saraf untuk memproduksi hormon
yang meningkatkan vasokonstriksi pembuluh darah.39 Stres atau tekanan mental
(perasaan tertekan, sedih, marah, kebencian, ketakutan, dan rasa bersalah) dapat
9
merangsang kelenjar adrenal ginjal melepaskan adrenalin dan merangsang jantung
berdetak lebih cepat dan lebih kuat, sehingga tekanan darah akan meningkat.31
2.1.4 Patofisiologi hipertensi
Hipertensi merupakan penyakit multifaktorial yang timbul karena interaksi
faktor-faktor seperti faktor diet, asupan garam, stres, ras, obesitas, merokok,dan
genetik; sistem saraf simpatik; keseimbangan antara modulator vasodilatasi dan
vasokonstriksi; serta pengaruh sistem otokrin setempat yang berperan pada
sistem renin, angiotensin dan aldosteron. Faktor-faktor yang berpengaruh pada
pengendalian darah adalah sebagai berikut:
Gambar 1 Faktor-Faktor yang berpengaruh pada pengendalian darah25
Regulasi sistem peredaran darah diatur oleh otak. Sistem saraf simpatis
mengatur jantung agar berdetak lebih cepat sementara sistem saraf parasimpatis
mengatur agar jantung berdetak lebih lambat. Kedua sistem ini bekerjasama agar
darah dapat mengalir dari jantung ke seluruh tubuh.
2.1.5 Pengukuran Tekanan Darah
Pengukuran tekanan darah dilakukan setelah pasien beristirahat selama 5
menit. Posisi pasien duduk bersandar dengan kaki di lantai dan lengan diletakkan
setinggi jantung. Penentuan sistolik dan diastolik dengan mendengarkan Korotkoff
fase I dan V. Pengukuran dilakukan dua kali dengan interval 1-5 menit.
10
Pengukuran tambahan dilakukan jika hasil kedua dari pengukuran sangat
berbeda.25
2.1.6 Pencegahan hipertensi
Modifikasi diet merupakan perubahan gaya hidup yang penting yang dapat
membantu mencegah perkembangan hipertensi. Konsumsi diet tinggi kalium
membantu membersihkan sistem ginjal dari kelebihan natrium dan
mengembalikan keseimbangan natrium/kalium. Perubahan diet lain yang
bermanfaat untuk menurunkan tekanan darah termasuk diet DASH (yang terdiri
dari buah-buahan, sayuran, ikan, biji-bijian dan produk susu rendah lemak),
mengurangi konsumsi gula dan makanan olahan, mengurangi asupan kafein, dan
membatasi konsumsi alkohol.26
DIAGNOSIS
1. Anamnesis
Anamnesis yang perlu ditanyakan kepada seorang penderita hipertensi meliputi:
a. Lama menderita hipertensi dan derajat tekanan darah
b. Indikasi adanya hipertensi sekunder
Keluarga dengan riwayat penyakit ginjal (ginjal polikistik)
Adanya penyakit ginjal, infeksi saluran kemih hematuri, pemakaian oba-
obatan analgesic dan obat/ bahan lain.
Episode berkeringat, sakit kepala, kecemasan palpitasi (feokromositoma).
c. Faktor-faktor resiko (riwayat hipertensi/ kardiovaskular pada pasien atau
keluarga pasien, riwayat hiperlipidemia, riwayat diabetes mellitus, kebiasaan
merokok, pola makan, kegemukan, insentitas olahraga)
d. Gejala kerusakan organ
Otak dan mata: sakit kepala, vertigo, gangguan penglihatan, transient
ischemic attacks, defisit neurologis
Jantung: Palpitasi,nyeri dada, sesak, bengkak di kaki
Ginjal: Poliuria, nokturia, hematuria
e. Riwayat pengobatan antihipertensi sebelumnya
11
2. Pemeriksaan Fisik
a. Memeriksa tekanan darah
Pengukuran rutin di kamar periksa
- Pasien diminta duduk dikursi setelah beristirahat selam 5 menit, kaki di
lantai dan lengan setinggi jantung
- Pemilihan manset sesuai ukuran lengan pasien (dewasa: panjang 12-13,
lebar 35 cm)
- Stetoskop diletakkan di tempat yang tepat (fossa cubiti tepat diatas
arteri brachialis)
- Lakukan penngukuran sistolik dan diastolic dengan menggunakan suara
Korotkoff fase I dan V
- Pengukuran dilakukan 2x dengan jarak 1-5 menit, boleh diulang kalau
pemeriksaan pertama dan kedua bedanya terlalu jauh.
Pengukuran 24 jam (Ambulatory Blood Pressure Monitoring-ABPM)
- Hipertensi borderline atau yang bersifat episodic
- Hipertensi office atau white coat
- Hipertensi sekunder
- Sebagai pedoman dalam pemilihan jenis obat antihipertensi
- Gejala hipotensi yang berhubungan dengan pengobatan antihipertensi
Pengukuran sendiri oleh pasien
b. Evaluasi penyakit penyerta kerusakan organ target serta kemungkinan
hipertensi sekunder
Umumnya untuk penegakkan diagnosis hipertensi diperlukan
pengukuran tekanan darah minimal 2 kali dengan jarak 1 minggu bila tekanan
darah < 160/100 mmHg.
3. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang pasien hipertensi terdiri dari:
Tes darah rutin (hemoglobin, hematokrit, leukosit, trombosit)
Urinalisis terutama untuk deteksi adanya darah, protein, gula
Profil lipid (total kolesterol (kolesterol total serum, HDL serum, LDL serum,
trigliserida serum)
12
Elektrolit (kalium)
Fungsi ginjal (Ureum dan kreatinin)
Asam urat (serum)
Gula darah (sewaktu/ puasa dengan 2 jam PP)
Elektrokardiografi (EKG)
Beberapa anjurantest lainnya seperti:
Ekokardiografi jika diduga adanya kerusakan organ sasaran seperti adanya
LVH
Plasma rennin activity (PRA), aldosteron, katekolamin urin
Ultrasonografi pembuluh darah besar (karotis dan femoral)
Ultrasonografi ginjal jika diduga adanya kelainan ginjal
Pemeriksaaan neurologis untuk mengetahui kerusakan pada otak
Funduskopi untuk mengetahui kerusakan pada mata
Mikroalbuminuria atau perbandingan albumin/kreatinin urin
Foto thorax.2
Gambar 3.Gambaran kardiomegali dengan hipertensi pulmonal
13
BAB III
METODE
3.1 Desain penulisan
Desain penulisan yang digunakan yaitu observasional, wawancara dan konsultasi.
3.2 Lokasi dan waktu penulisan
4.2.1 Lokasi
Asesmen geriatri ini dilaksanakan di rumah pasien yang berada di Jl.Bangka II Gg.
H. Maliki No. RT /RW Mampang Prapatan, Jakarta Selatan
4.2.2Waktu
Kegiatan ini dilaksanakan pada tanggal 10 September 2015, 14 September 2015
dan 22 September 2015.
3.3 Cara Pengumpulan Data
Pengumpulan data diperoleh melalui:
Data primer yaitu mendapat data langsung dari responden melalui wawancara
3.4 Instrumen Penulisan
Instrumen yang digunakan yaitu :
Alat pemerikasaan seperti stetoskop, tensimeter, timbangan berat badan dan
meteran
Alat tulis
14
BAB IV
ASESMEN GERIATRI
4.1 Identitas Pasien
Nama : Ny. M Gender: P
Tanggal lahir / umur : 14 April 1942 ( 73 tahun)
Alamat : Jl.Bangka II Gg. H. Maliki No. RT /RW , Mampang
Prapatan, Jakarta Selatan
Riwayat Pekerjaan : Pensiunan??
Nama Orang terdekat :Ny. M (anak pasien)
Jumlah Anak : Satu (1) orang
Wanita : Satu (1) orang
Jumlah Cucu : Dua (2) orang
Jumlah Cicit : Satu (1) orang
Pembiayaan Kesehatan : Umum
Jenis : Biaya Sendiri
Pendidikan : SMA
Kepemilikan rumah : Rumah Sendiri
Sumber pendapatan : Ny. M (anak pasien) + Simpanan
Total pendapatan : Rp1.000.000 /bulan :
4.2 Riwayat Medis / Evaluasi Fisik
Dilakukan anamnesis tanggal 10 September 2015
4.2.1 Riwayat Medis
1. Keluhan utama : Pasien mengeluh pusing sejak 3 hari yang lalu. Keluhan
pusing dirasakan terutama setelah leher pasien terasa tegang dan kaku.
Keluhan pasien membuat pasien terkadang mengganggu aktivitas sehari- hari
tetapi bila keluhan membaik, pasien melanjutkan aktivitasnya. Pasien
mengatakan bahwa keluhan membaik setelah minum obat namun bila obat
telah habis keluhan dapat timbul kembali.
Pasien mempunyai riwayat hipertensi. Pasien melakukan kontrol rutin untuk
hipertensi ke Puskesmas Kelurahan Pela Mampang II. Tidak terdapat riwayat
diabetes dan asma.
2. Riwayat pembedahan
15
Tanggal / tahun Jenis Operasi2005 Laparatomi
3. Riwayat opname Rumah Sakit
Tanggal / tahun Rumah Sakit Diagnosis / Penyakit2005 RS Hernia abdominalis
4. Riwayat kesehatan lain
Melakukan pemeriksaan kesehatan pada : Puskesmas Kelurahan Pela
Mampang II 5 hari yang lalu
Pemeriksaan gigi / gigi palsu:
8 7 6 5 4 3 2 1 1 2 3 4 5 67 8
8 7 6 5 4 3 2 1 1 2 3 4 5 6 7 8
Ny. M tidak menggunakan gigi palsu
Oral hygine baik
Lain – lain: -
5. Riwayat alergi: -
6. Kebiasaan
Merokok
Apakah anda merokok? Tidak
Apakah orang terdekat atau disekitar anda merokok? Tidak
Minum Alkohol
Apakah anda minum minuman beralkohol? Tidak
Olahraga
Apakah anda melakukan olah raga? Ya, Jalan Pagi setiap pagi
Minum kopi? Tidak
7. Obat – obatan yang dikonsumsi saat ini
Dengan resep dokter Dosis dan pemakaianAmlodipinCaptoprilHCTAntasidaISDN
1 x 10 mg3 x 25 mg1 x 13 x 11 x 5 mg
Tanpa resep dokter Dosis dan pemakaian- -
16
8. Penapisan depresi
Untuk setiap pertanyaan di bawah ini, penjelasan mana yang paling dekat
dengan perasaan yang anda rasakan bulan lalu?
SetiapWaktu
Seringsekali
Kadang kadang
JarangSekali
Tidakpernah
a. Berapa seringkah bulan yang lalu masalah kesehatan anda menghalangi kegiatan anda, (mis. pergi mengunjungi teman, aktivitas sosial)
✔
b. Berapa seringkah bulan lalu anda merasa gugup?
✔
c. Berapa seringkah bulan lalu anda merasa tenang dan damai?
✔
d. Berapa seringkah bulan lalu anda merasa sedih sekali?
✔
e. Berapa seringkah bulan lalu anda merasa bahagia?
✔
f. Berapa seringkah bulan lalu anda merasa begitu sedih sampai serasa tak ada sesuatupun yang mungkin menghiburnya?
✔
g. Selama bulan lalu, berapa seringnya perasaan depresi anda mengganggu kerja anda sehari – hari?
✔
h. Selama bulan lalu, berapa sering anda merasa tak ada lagi sesuatu yang anda harapkan lagi?
✔
i. Selama bulan lalu, berapa sering anda merasa tak diperhatikan keluarga?
✔
j. Berapa sering selama bulan lalu anda merasa ingin menangis apa saja?
✔
k. Selama bulan lalu, berapa sering anda merasa bahwa hidup ini sudah tak ada gunanya lagi?
✔
Kesimpulan : Pasien tidak depresi
9. Status fungsional
a. ADL dasar dan Instrumental
Bisa sendiriSepenuhnya
Perlu bantuan
seseorang
Tergantung orangLain sepenuhnya
Mandi ✔
17
Ambulansi ✔
Transfer ✔
Berpakaian ✔
Berdandan ✔
BAB / BAK ✔
Makan ✔
Sediakan makan ✔
Atur keuangan ✔
Atur minum obat – obatan ✔
Ber telepon ✔
Kesimpulan : Status fungsional pasien masih baik
b. Keterbatasan fungsional
Sudah berapa lamakah (apabila ada) kesehatan anda membatasi kegiatan
anda berikut ini?
>3 bulan
<3 bulan Tak terbatasi
Berbagai pekerjaan berat (mis. angkat barang, lari)
✔
Berbagai pekerjaan sedang (mis.menggeser meja/almari, angkat barang belanjaan)
✔
Pekerjaan ringan di rumah yang biasa dikerjakan
✔
Mengerjakan pekerjaan (sehari-hari) ✔Naik bukit / naik tangga ✔Membungkuk, berlutut, sujud ✔Berjalan kaki 100 meter ✔Makan, mandi, berpakaian ke WC ✔
Kesimpulan: Tidak terdapat keterbatasan fungsional pada pasien
4.2.2 Pemeriksaan Fisik
1. Tanda Vital
Baring Duduk BerdiriTekanan darah 230/100 230/100 230/100Nadi / menit 104 104 104Laju respirasi / menit 20 20 20
2 bulan yl 1 bulan yl Saat iniBerat badan 51 kg 51 kg 51 kgTinggi badan 150 cm 150 cm 150 cm
18
BMI 22.67 22.67 22.67
2. Keadaan kulit : Kering Sekali
Bercak kemerahan : Tidak ada
Lesi kulit lain : Curiga keganasan (tidak ada)
Dekubitus : ada / tidak
Status Lokalis :
Lesi : Soliter, ireguler, 10 cm x 4 cm, batas tegas, menimbul dari
permukaan kulit, kering
Efloresensi : Eritema ditutupi skuama halus
Pendengaran
Ya Tidak
Dengar suara normal ✔Pakai alat bantu dengar ✔Cerumen impaksi ✔
Kesimpulan : Pendengaran dalam batas normal
3. Penglihatan
Ya Tidak
Dapat membaca huruf surat kabar ✔ - Tanpa kaca mata ✔ - Dengan kaca mata - - Terdapat katarak / tidak - - Kanan -
- Kiri -
Dapatan Funduskopi: Normal Abnormal Tak terlihatKanan Tidak dilakukan pemeriksaanKiri Tidak dilakukan pemeriksaan
Kesimpulan: Penglihatan dalam batas normal
4. Mulut
Buruk BaikHigiene mulut ✔
Ada TidakGigi palsu ✔ Terpasang Baik Tidak Lecet di bawah gigi palsu - -Lesi yang lain (kalau ada jelaskan) - -
Kesimpulan : Oral higiene baik
19
5. Leher
Normal Abnormal (jelaskan)Derajat gerak ✔Kel. Tiroid ✔
Bekas luka pada tiroid : Tidak ada
Masa lain : Tidak ada
Kelenjar limfe : Tidak membesar
Kesimpulan : Dalam batas normal
6. Dada
Massa teraba Tidak, bila ya: kanan / kiri
Kelainan lain: Tidak ada
7. Paru – paru
Kiri KananPerkusi Sonor Sonor
Auskultasi:- suara dasar SN vesikuler SN vesikuler
- suara tambahan Rh (-) / wh (-) Rh (-) / wh (-)
Kesimpulan : Paru-paru dalam batas normal
8. Kardiovaskuler
a. Jantung - Irama Regular Ireguler
✔ - Bising Tidak Tidak
✔ ✔ - Gallop Tidak Tidak
✔ ✔Lain – lain (jelaskan)b. Bising Tidak Tidak - Karotis : Kiri ✔Kanan ✔ - Femoralis : kiri ✔Kanan ✔c. Denyut nadi perifer Ada Tidak - A. dorsalis pedis Kiri ✔ Kanan ✔ - A. tibialis posterior Kiri ✔
20
Kanan ✔Tak ada +1 +2 +3 +4
d. Edema - Pedal ✔ - Tibial ✔ - Sakral ✔
Kesimpulan: Kardiovaskular dalam batas normal
9. Abdomen
Hati: tidak membesar
Massa abdomen: tidak ada
Bising / bruit: tidak ada
Nyeri tekan: tidak ada
Cairan asites: tidak ada
Limpa: tidak membesar
Kesimpulan : Abdomen dalam batas normal
10. Rektum/anus
Ada TidakTonus sphincter ani
Tidak dilakukan pemeriksaan
Pembesaran prostat Jelaskan kalau adaMassa di rectumImpaksi fekal
Kesimpulan: Tidak dilakukan permerikasaan
11. Genital/pelvis: Tidak dilakukan pemeriksaan
12. Muskuloskeletal
Tak ada
Tl.blkg Bahu Siku Tangan Pinggul Lutut Kaki
Deformitas ✔Gerak terbatas
✔
Nyeri ✔ Benjolan / peradangan
✔
Kesimpulan: Muskuloskletal dalam batas normal
13. Neurologik / Psikologik
21
a. Status mentalis:
Baik TergangguOrientasi Orang ✔ Waktu ✔ Tempat ✔ Situasi ✔Daya ingat Sangat lampau ✔ Baru terjadi ✔ Ingat obyek stlh 5 menit segera (mengulang)
✔
Kuisioner pendek / portable ttg Status Mental:
Betul SalahTanggal berapakah hari ini? ✔Hari apakah hari ini? ✔Apakah nama tempat ini? ✔Berapakah nomor telpon rumah anda? ✔Berapakah usia anda? ✔Kapankah anda lahir (tgl/bln/thn)? ✔Siapa nama gubernur sekarang? ✔Nama gubernur sebelum ini? ✔Nama ibumu sebelum menikah? ✔20 dikurangi 3 dan seterusnya ✔
Jumlah kesalahan
0-2 kesalahan : baik
3-4 kesalahan : gangguan intelek ringan
5-7 kesalahan : gangguan intelek sedang
7-10 kesalahan : gangguan intelek berat
(Bila terdapat kecurigaan adanya dementia, asesmen lebih lanjut perlu dikerjakan)
Kesimpulan : Status mental baik
b. Perasaan hati / afeksi
Baik / labil / depresif / agitatif / cemas
c. Umum
Normal Abnormal (jelaskan)Syaraf otak ✔Motorik : - kekuatan ✔ - tonus ✔Sensorik: - tajam ✔ - raba ✔ - getaran ✔
22
Refleks ✔Sereblar : - jari ke hidung ✔ - tumit ke ujung kaki ✔ - Romberg ✔Gerak langkah ✔
a. Tanda – tanda lain
Ya Tidak Bila Ya, jelaskanTremor saat istirahat ✔Rigiditas cogwebell ✔Bradikinesia ✔Tremor intense ✔Gerakan tak sadar ✔Refleks patologis ✔
Kesimpulan : Dalam batas normal
4.2.3 DATA LABORATORIK (Tidak diperiksa)
Tanggal Jenis Tes Hasil- - -
4.2.4 HASIL PEMERIKSAAN TAMBAHAN LAIN:
(EKG, sinar tembus, USG, dll) : Tidak diperiksa
4.2.5 POLA KONSUMSI MAKANAN PASIEN
FORMULIR 24 HOUR RECALL(Catatan : asupan makanan/minuman KEMARIN mulai bangun pagi hingga tidur malam)
Waktu JamNama makanan atau
minumanBahan makanan
JumlahURT Gram
Sahur 7.00 Bahan makanan pokok Nasi merah 1 piring 100
Lauk-pauk Ikan 1 butir 100
- Sayur Sop 1 mangkuk 150
Buka Puasa 18.00 Makanan pembuka Kolak pisang 1 mangkuk 100
Bahan makanan pokok Nasi merah 1 piring 100
Lauk pauk Ikan mas 1 potong 90
Sayur sop 1 mangkuk 150
Selingan 20.00 Buah-buahan pepaya 1 mangkuk 100
4.2.6 DAFTAR MASALAH & RENCANA PENANGANAN
23
Tanggal Problem / diagnostic Rencana
10 September 2015
Hipertensi - Memberikan penyuluhan tentang hipertensi dan komplikasi yang ditimbulkan bila tidak terkontrol
- Memotivasi pasien agar mau berobat dan rutin kontrol ke dokter
- Memotivasi agar pasien mau meminum obat anti hipertensi secara teratur
- Edukasi mengurangi makanan yang tinggi garam karena dapat menaikkan tekanan darah
4.2.7 LAPORAN LANJUTAN
Saat dilakukan kunjungan kedua yaitu tanggal 14 September 2015, klinis pasien
membaik dibandingkan kunjungan pertama, pasien sudah menggunakan body lotion untuk
melembabkan kulit pasien yang kering.
Pada status fungsional pasien bisa dikatakan mandiri dalam aktivitas sehari-hari.Dari
status mental pasien, pasien digolongkan masih baik (tidak terdapat gangguan
intelek).Edukasi terhadap pola makan gizi seimbang dengan mengurangi konsumsi garam
serta lemak dan memperbanyak protein, sayurdan buah dan memotivasi untuk berobat dan
mengkonsumsi obat antihipertensi secara teratur.
4.3 Plan of action
Tanggal Masalah Kegiatan Tempat
10 September 2015
- Hipertensi - Anamnesis, pemeriksaan fisik, dan identifikasi masalah yang ada pada pasien
- Edukasi mengenai penyakitnya dan akibat yang ditimbulkan
- Edukasi mengurangi makanan bergaram tinggi
- Edukasi untuk makan berserat dan buah-buahan
- Memotivasi pasien agar rutin kontrol ke Puskesmas dan rutin meminum obat antihipertensi
Kediaman pasien
14 September 2015
- Hipertensi - Follow up pasien apa saja yang sudah diterapkan dari penjelasan kemarin
- Memotivasi agar pasien rutin minum obat
Kediaman pasien
24
antihipertensi
4.4 Rencana Perawatan Terpadu / Comprehensive Care
Rencana perawatan terpadu untuk pasien ini yaitu :
- Makan teratur gizi seimbang, terdiri dari karbohidrat, protein hewani, protein nabati,
sayur, dan buah serta kurangi makanan yang mengandung garam tinggi.
- Istirahat cukup
- Olahraga teratur sesuai kemampuan fisik dan bila perlu olahraga pernapasan.
- Kontrol kesehatan ke puskesmas untuk mendapatkan pengobatan secara rutin
BAB V PENUTUP
1.1 Kesimpulan
Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik, pasien menderita dermatitis atopik dan
hipertensi. Dermatitis atopik pada pasien ini menyebabkan gatal di kaki dan seluruh
tubuh di sebelah kanan dan menyebabkan pasien tidak tidur sehingga menganggu
aktivitas sehari-hari.Dari riwayat penyakit keluarga diketahui ibu pasien juga
mengalami hal yang sama dengan pasien.Pada status fungsional pasien masih mandiri
dalam aktivitas sehari-hari.Pada status mental, pasien masih digolongkan masih baik
(tidak terdapat gangguan intelek).
1.2 Saran
25
Saran yang dapat diberikan kepada pasien yaitu enggunakan body lotion untuk
melembabkan kulit agar tidak kering, Istirahat yang cukup,memakan makanan secara
teratur dengan gizi seimbang yang terdiri dari karbohidrat, protein hewani, protein
nabati, sayur, dan buah serta kurangi makanan yang mengandung garam tinggi.Selain
itu, dianjurkan untuk olahraga teratur sesuai kemampuan fisik dan bila perlu olahraga
pernapasan.Selanjutnya, kontrol kesehatan ke puskesmas untuk mendapatkan
pengobatan secara rutin.
DAFTAR PUSTAKA
1. Darmojo RB.Buku Ajar Geriatri Ilmu Kesehatan Usia Lanjut.Jakarta:FKUI.19992. Dermatitis Atopic
http://stacommunicatuions.com/journals/pdfs/cme/cmenov2003/dermatitis.pdf Accessed july 4 2015
3. Silvia A, Lorraince. Patofisiologi.Jakarta:EGC.20034. Mechanism of Disease Atopic Dermatitis.
http://www.nejm.org/doi/pdf/10.1056/NEJMra074081 Accesed on: 4 July 20155. Dermatitis Atopic Available at:
http://www.nejm.org/doi/pdf/10.1056/NEJMcp042803 Accesed on: 5 July 20156. Roduit C, Frei R, Loss G,Buchele G, Weber J,Depner M,et al.Development of atopic
dermatitis according to age of onset and association with early-life exposures.Geneva. American Academy of Allergy.2012
7. Djuanda A, HamzahM, Aisah S. Dermatitis Atopik. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin.Edisi 5.Jakarta: Balai Penerbit FKUI.2009
8. Bannister MJ, Freeman S.Adult-onset atoic dermatitis.Geneva. American Academy of Allergy.2010
26
9. WHO. Raised Blood Pressure.
http://www.who.int/gho/ncd/risk_factors/blood_pressure_prevalence_text/en/.
Accessed July5, 2015
10. Nafrialdi. Antihipertensi. Dalam: Ganiswarna, S. G. (editor). Farmakologi dan Terapi.
Edisi 5. Jakarta: FKUI; 2007.p. 341-60
11. Chobanian AV, Bakris GL, Black HR, Cushman WC, Green LA, Izzo JL, et al. The
Seventh Repot of the Joint national Comitte on Prevention, detection, evaluation, and
Treatment of High Blood Pressure.JAMA 2003; 289: 2560-72
12. Yogiantoro M. Hipertensi Esensial. Dalam: Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I,
Simadibrata M, Setiatii S (editor). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi 5. Jakarta:
Interna Publishing; 2009.p. 1079-85
LAMPIRAN
27
28
29
30