ASFIKSIA RINGAN DORLINA

31
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Asfiksia neonatus akan terjadi apabila saat lahir mengalami gangguan pertukaran gas dan transport O2 sehingga penderita kekurangan persediaan O2 dan kesulitan pengeluran CO2. Pada keadaan ini biasanya bayi tidak dapat bernapas secara spontan dan teratur segera setelah lahir. Sampai sekarang asfiksia masih merupakan salah satu penyebab pentiong morbilitas dan mortalitas perinatal. Banyak kelainan pada masa neonatus mempunyai kaitan dengan faktor asfiksia ini. Aspirasi melonium, infeksi dan kejang merupakan penyakit, yang sering terjadi pasca asfiksia. Pada penderita asfiksia dapat pula ditemukan penyakit lain yaitu gangguan fungsi jantung, renjatan neonatus, gangguan fungsi ginjal, atau kelainan gastrointestinal. Kemajuan ilmu dan teknologi kedokteran telah benyak berperan dalam menurunkan angka kematian dan kesakitan neonatus. B. Tujuan 1. Tujuan Umum

Transcript of ASFIKSIA RINGAN DORLINA

Page 1: ASFIKSIA RINGAN DORLINA

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Asfiksia neonatus akan terjadi apabila saat lahir mengalami gangguan pertukaran

gas dan transport O2 sehingga penderita kekurangan persediaan O2 dan

kesulitan pengeluran CO2. Pada keadaan ini biasanya bayi tidak dapat bernapas

secara spontan dan teratur segera setelah lahir. Sampai sekarang asfiksia masih

merupakan salah satu penyebab pentiong morbilitas dan mortalitas perinatal.

Banyak kelainan pada masa neonatus mempunyai kaitan dengan faktor asfiksia

ini.

Aspirasi melonium, infeksi dan kejang merupakan penyakit, yang sering terjadi

pasca asfiksia. Pada penderita asfiksia dapat pula ditemukan penyakit lain yaitu

gangguan fungsi jantung, renjatan neonatus, gangguan fungsi ginjal, atau

kelainan gastrointestinal. Kemajuan ilmu dan teknologi kedokteran telah benyak

berperan dalam menurunkan angka kematian dan kesakitan neonatus.

B. Tujuan

1. Tujuan Umum

Agar mehasiswa dapat memberikan asuhan kebidanan pada bayi dengan

gangguan sistem pernapasan asfiksia.

2. Tujuan Khusus

a. Agar mahasiswa dapat memahami pengertian tentang asfiksia ringan.

b. Agar mahasiswa dapat memahami tanda dan gejala asfiksia ringan.

c. Agar mahasiswa dapat melakukan pengkajian terhadap pasien

dengan asfiksia ringan.

Page 2: ASFIKSIA RINGAN DORLINA

d. Agar mahasiswa dapat menetapkan diagnosa keperawatan pada

pasien dengan asfiksia ringan.

e. Agar Mahasiswa dapat membuat rencana keperawatan pada pasien

dengan asfiksia ringan.

f. Agar mahasiswa mampu melakukan pendokumentasian pada apsien

dengan asfiksia ringan.

Page 3: ASFIKSIA RINGAN DORLINA

BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Pengertian

Asfiksia neonatorum adalah keadaan bayi baru lahir yang tidak dapat bernapas

secara spontan dan teratur dalam 1 menit setelah lahir

Asfiksia neonatorum adalah suatu keadaan bayi baru lahir yang tidak segera

bernafas secara spontan dan teratur setelah dilahirkan.

Asfiksia neonatorum adalah keadaan bayi yang tidak dapat bernafas spontan

dan teratur, sehingga dapat meurunkan O2 dan makin meningkatkan CO2 yang

menimbulkan akibat buruk dalam kehidupan lebih lanjut.

Asfiksia neonatorum adalah keadaan bayi baru lahir yang tidak dapat bernafas

secara spontan dan teratur dalam satu menit setelah lahir

Asfiksia berarti hipoksia yang progresif, penimbunan CO2 dan asidosis, bila

proses ini berlangsung terlalu jauh dapat mengakibatkan kerusakan otak atau

kematian. Asfiksia juga dapat mempengaruhi fungsi organ vital lainnya.

Asfiksia lahir ditandai dengan hipoksemia (penurunan PaO2), hiperkarbia

(peningkatan PaCO2), dan asidosis (penurunan PH).

Asfiksia neonatorum adalah bayi baru lahir tidak dapat bernafas secara spontan

dan teratur segera setelah lahir. Keadaan ini biasanya disertai dengan keadaan

Hipoksia serta sering berakhir dengan asidosis. Asfiksia akan bertambah buruk

apabila penanganan bayi tak dilakukan secara sempurna sehingga tindakan

perawatan dilaksanakan untuk mempertahankan kelangsungan hidup dan

mengatasi gejala lanjut yang mungkin timbul. (Wiknjosastro, 1999).

Page 4: ASFIKSIA RINGAN DORLINA

B. Etiologi

Pengembangan Paru BBL pada menit-menit pertama kelahiran dan kemudian

disusul dengan pernafasan teratur. Bila terdapat pertukaran gas atau

pengangkutan oksigen dari ibu ke janin, maka akan terjadi asfiksia janin atau

neonatus. Towel (1996) mengajukan Penggolongan Penyebab Kegagalan

Pernapasan Pada bayi yang terdiri dari :

1. Faktor Ibu

a. Hipoksia Ibu, hal ini akan menimbulkan hipoksia janin, hipoksia ibu

dapat terjadi karena hipoventilasi akibat pemberian obat analgetik

atau anastesi dalam

b. Gangguan aliran darah uterus

Mengurangnya aliran darah pada uterus akan menyebabkan

berkurangnya penga,liran O2 ke plasenta dan kejanin. Hal ini sering

ditemukan pada kasus-kasus.

c. Gangguan kontrasi uterus, misalnya : Hipertensi, Hipotoni / uterus

akibat penyakit atau obat

Hipotensi mendadak pada ibu karena perdarahan

Hipertensi pada penyakit eklamsia.

2. Faktor Plasenta

Solusi plasenta. Perdarahan plasenta, dan lain-lain

3. Fator Fetus

Tali pusat menumbung lilitan tali pusat, kompresi tali pusat antara janin

dan jalan lahir

4. Faktor Neonatus

a. Pemakaian obat anastesi / analgetika yang berlebihan pada itu secara

langsung dapat menimbulkan depresi pusat pernapasan janin.

b. Trauma yang terjadi pada persalinan. Misalnya : Perdarahan Intra

Cranial

c. Kelainan Kongenital. Misalnya : Hernia diafragmatika atresia saluran

pernapasan hipoplasia paru dan lain-lain. (Wiknjosastro, 1999).

Page 5: ASFIKSIA RINGAN DORLINA

C. Perubahan Patofisiologi Dan Gangguan Klinis

Pernapasan Spontan BBL tergantung kepada kondisi janin pada masa kehamilan

dan persalinan. Bila terdapat gangguan Pertukaran gas atau pengangkutan O2

selama kehamilan / persalinan akan terjadi asfiksia yang lebih berat. Keadaan ini

akan mempengaruhi fungsi sel tubuh dan bila tidak teratasi akan menyebabkan

kematian asfiksia yang terjadi dimulai dengan suatu periode opnu (Primary

Apnoe) disertai dengan penurunan frekuensi diikuti oleh pernapasan teratur.

Pada penerita asfiksia berat. Usaha bernafas tidak tampak dan bayi selanjutnya

berada dalam periode apnue kedua. Pada tingkat ini terjadi bradikardi dan

penurunan TD.

Pada asfiksia terjadi pula gangguan metabolisme dan perubahan keseimbangan

asam-asam pada tubuh bayi. Pada tingkat pertama hanya menimbulkan asidosis

respiraktonik. Bila gangguan berlanjut dalam tubuh bayi akan terjadi proses

metabolisme an acrobic yang berupa glikolisis gukogen tubuh. Sehingga glikogen

tubuh terutama pada jantung dan hati akan berkurang. Pada tingkat selanjutnya

akan terjadi perubahan kardio vaskuler yang disebabakan oleh beberapa

keadaan diantarannya :

1. Hilangnya Sumber Glukogen dalam jantung akan mempengaruhi fungsi

jantung

2. Terjadi asidosis metabolis akan menimbulkan kelemahan otot jantung

3. Pengisian udara alucolus yang kurang adekuat akan mengakibatkan tetap

tingginya Resistensi Pembuluh darah Paru sehingga sirkulasi darah ke

paru dan demikian pula kesistem sirkulasi tubuh lain akan mengalami

gangguan. (Rustam, 1998)

Pada keadaan asfiksia yang perlu mendapat perhatian sebaiknya :

1. Menurunnya tekanan O2 darah (Pa O2)

2. Meningginya tekanan O2 darah (Pa O2)

3. Menurunya PH (akibat osidosis respirantorik dan metabolik)

4. Dipakainya sumber glukogen tubuh untuk metabolisme an-aerobic

5. Terjadinya perubahan sistem kardiovaskuler

Page 6: ASFIKSIA RINGAN DORLINA

Untuk menentukan tingkat asfiksia neonatorum digunakan kriteria penilaian yaitu

yang disebut dengan skor APGAR. Skor APGAR biasanya dinilai 1 menit setelah

bayi lahir lengkap pada skor APGAR menit 1 ini menunjukan beratnya ASFIKSIA

yang diderita dan untuk menentukan pedoman resusitasi dan perlu juga dinilai

setelah 5 menit bayi lahir karena hal ini mempunyai koralasi yang erat dengan

morbiditas dan mertilitas neonatal.

D. Tindakan Pada Asfiksia Neonatorum

Tindakan yang dikerjakan pada lazim disebut resusitasi BBL sebelum resusitasi

dikerjakan perlu diperhatikan bahwa :

1. Faktor waktu sangat penting

2. Kerusakan yang timbul pada bayi akibat anoksia / hipoksia antenatal tidak

dapat diperbaiki tetapi kerusakan yang akan terjadi karena anoksia /

hipoksia pascanatal harus dicegah dan diatasi.

3. Riwayat kehamilan dan partus akan memberikan keterangan yang jelas

tentang fakta penyebab terjadinya depresi pernapasan pada BBL

4. Penilaian BBL perlu dikenal baik, agar resusitasi yang dilakukan dapat

dipilih dan ditentukan secara adekuat (Prawiroharjo, 2002).

E. Prinsip dasar resusitasi yang perlu diingat ialah :

1. Memberi lingkungan yang baik pada bayi dan mengusahakan saluran

pernapasan tetes bebas serta merangsang timbulnya pernapasan

2. Memberi bantuan pernapasan secara efektif pada bayi yang menunjukan

usaha pernapasan lemah

3. Melakukan koraksi terhadap asidosis yang terjadi

4. Menjaga agar sirkulasi tetap baik (Wiknjosastro, 1999)

F. Cara Resusitasi

1. Letakkan bayi dilingkungan yang hangat keudian keringkan tubuh bayi

dan selimuti tubuh bayi untuk mengurangi evaporasi

Page 7: ASFIKSIA RINGAN DORLINA

2. Sisihkan kain yang basah kemudian tidurkan bayi terlentang pada alas

yang datar

3. Ganjal bahu dengan kain setinggi 1 cm (sniffing positor)

4. Hisap lendir dengan menghisap lendir dec dari mulut apabila sudah

bersih kemudian lanjutkan kehidung

5. Lakukan rangsangan taktil dengan cara menyentil telapak kaki bayi dan

mengusap-usap punggung bayi.

6. Nilai Pernapasan

a. Jika nafas spontan lakukan penilaian denyut jantung selama 6 detik,

hasil kalikan 10, denyut jantung > 100 x /menit. Nilai warna kulit jika

merah / sianosis perifer lakukan observasi. Apabila baru diberikan O2.

denyut jantung < 100% / menit lakukan ventilasi tekanan positif.

b. Jika pernapasan megap-megap lakukan ventilasi tekanan positif

7. Ventilasi tekanan Positif /PPV dengan memberikan O2 100% melalui

anbubag atau masker.

Masker harus menutupi hidung dan mulut tidak menutupi mata. jika tidak

ada ambubag beri bantuan nafas mulut kemulut. Kecepatan PPV 40-60

x/menit.

8. Setelah 30 detik lakukan penilaian denyut jantung selama 6 detik. Hasil

kalikan 10

a. > 100 hentikan bantuan nafas, observasi nafas spontan

b. 60-100 ada peningkatan denyut jantung teruskan pemberian PPV

c. 60-100 dan tidak ada peningkatan denyut jantung, lakukan PPV

disertai kompresi jantung

d. < 10 x/ menit, lakukan PPV disertai kompresi jantung

9. Kompresi jantung

Perbandingan kompresi jangtung dengan ventilasi ada 3:1 ada 2 cara

kompresi jantung

a. Kedua ibu jari menekan stemum sedalam 1 cm dan tangan lain

mengelilingi tubuh bayi

b. Jari tengah dan telunjuk menekan stemum dan tangan lain menahan

belakang tubuh bayi

10. Lakukan penilaian denyut jantung setiap 30 detik setelah kompresi ada

Page 8: ASFIKSIA RINGAN DORLINA

11. Denyut jantung 80 x / menit kompresi jantung dihentikan lakukan PPV

sampai denyut jantung > 100 x / menit dan bayi dapat nafas spontan

12. Jika denyut jantung 0 atau < 10x/menit. Lakukan pemberian obat

epineprin

1 : 10.000 dosis 0,2 – 0,3 ml/ Kg BB IV

13. Lakukan penilaian denyut jantung janin jika > 100x/menit hentikan obat

14. Jika denyut jantung < 80 x / menit ulangi pemberian epineprin sesuai

dosis tiap 3-5 menit

15. Lakukan penilaian denyut jantung jika denyut jantung tetap / tidak respon

terhadap diatas dan tanpa ada hiporolemi beri natrikus dengan dosis 2

MEG / Kg BB secara IV selama 2 menit.(Wiknjosastro, 1999)

Page 9: ASFIKSIA RINGAN DORLINA

BAB III

TINJAUAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN PATOLOGIS PADA BAYI BARU LAHIR

TERHADAP By. Ny. S DENGAN ASFIKSIA RINGAN

DI RUMAH SAKIT ELIZABETH BATAM

A. SUBJEKTIF

1. Identitas

a. Bayi

Nama bayi : By. Ny. S

Tanggal/ Jam lahir : 21 Desember 2010 / 14.30 WIB

Jenis kelamin : Laki-laki

b. Orang tua

Nama Ibu : Ny. S Nama Ayah : Tn. M

Umur : 25 th Umur : 30 th

Agama : Islam Agama : Islam

Suku /Bangsa : Jawa/Indonesia Suku/Bangsa Jawa/Indonesia

Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA

Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Wiraswasta

Alamat : Sei. Panas Alamat :Sei Panas

Page 10: ASFIKSIA RINGAN DORLINA

2. Riwayat Persalinan

a. Persalinan ditolong oleh : Dokter

b. Jenis persalinan : Spontan pervaginam

c. Tempat Persalinan : Rumah Sakit

d. Lama Persalinan :

Kala I : 3 Jam

Kala II : 25 menit

Kala III : 10 menit

e. Masalah yang terjadi selama persalinan

Tidak ada masalah selama persalinan

f. Keadaan air ketuban : Keruh

g. Keadaan Umum BBL

Kelahiran tunggal

Usia kehamilan saat melahirkan + 38 minggu

B. OBJEKTIF

1. Pemeriksaan Fisik

a. Nilai Apgar

N

o

Aspek Yang

Dinilai0 1 2

Waktu

1 5

1. Frekuensi denyut

jantung

Tidak ada Kurang dari 100 Lebih dari

100

1 2

2. Usaha Bernapas Tidak ada Lambat teratur Menangis

kuat

1 2

3. Tonus otot Lumpuh Ekstremitas fleksi Gerakan

aktif

1 2

4. Reaksi terhadap

rangsangan

Tidak ada Gerakan sedikit Menangis 2 2

5. Warna kulit Biru /

pucat

Tubuh

kemerahan

Seluruh

tubuh

1 2

Page 11: ASFIKSIA RINGAN DORLINA

ekstermitas biru kemerahan

TOTAL 6 8

2. Pemeriksaan Umum

a) Antropometri

a. Berat badan : 3200 gr

b. Panjang badan : 49 cm

c. Lingkar Kepala : 34 cm

d. Lila : 10 cm

b) Refleks

a. Moro/kaget : ada, lemah

b. Palmargraf /menggenggam : ada, lemah

c. Sucking/ menghisap : ada, lemah

d. Rooting Reflek / mencari : ada, lemah

e. swallowing / menelan : ada, lemah

c) Menangis :Menangis pada saat dirangsang

d) Tanda vital

a. Suhu : 360 C

b. Nadi : 110 x/menit

c. Pernapasan : 40 x/menit

e) Kepala

a. Simetris : Tidak ada kelainan yang dialami

b. ubun-ubun besar : Cembung

c. Ubun-ubun kecil : tidak ada

d. Caput succeederium : tidak ada

e. Cephal hematoma : Tidak ada

f. Sutura : Tidak Moulage

g. Luka di kepala : Tidak ada

h. Kelainan yang dijumpai : tidak ada kelainan

f) Mata

a. Posisi : Simetris mata kanan dan kiri

b. kotoran : tidak terdapat kotoran

c. Perdarahan : Tidak terdapat perdarahan

d. Bulu mata : ada

Page 12: ASFIKSIA RINGAN DORLINA

g) Hidung

a. Lubang Hidung : terdapat 2 lubang (kanan dan

kiri)

b. Cuping Hidung : ada , kanan dan kiri simetris,

gerakan antara kanan dan

kiri kembang kempis secara

bersamaan

c. Keluaran : Tidak ada

h) Mulut

a. Simetris : atas dan bawah

b. Palatum : tidak ada

c. Saliva : tidak ada hipersaliva

d. Bibir : tidak ada labio skizis

e. Gusi : merah tidak ada laserasi

f. Lidah bintik putih : tidak ada

i) Telinga

a. Simetris : Kanan dan kiri

b. Daun Telinga : ada kanan dan kiri

c. Lubang telinga : ada kanan dan kiri

d. Keluaran : tidak ada

j) Leher

a. Kelainan : tidak ada kelainan

b. Pergerakan : dapat bergerak kekanan dan

kiri

k) Dada

a. Simetris : Simetris ada kelainan

b. Pergerakan : bergerak waktu bernafas

c. Bunyi nafas : napas cepat, lembut teratur,

dangkal

d. Bunyi jantung : Lup- duk teratur

l) Perut

a. Bentuk : tidak ada kelainan

b. Bising usus : Teratur

Page 13: ASFIKSIA RINGAN DORLINA

c. Kelainan : tidak ada kelainan

m) Tali pusat

a. Pembuluh darah : 2 arteri dan 1 veria

b. Perdarahan : tidak ada perdarahan

c. Kelainan : tidak ada kelainan

n) Kulit

a. Warna : Kemerahan dan ekstremitas biru

b. Tunger : (+) ada

c. Lanugo : ada

d. Vernik caseosa : ada

e. Kelainan : tidak ada kelainan

o) Punggung

a. Bentuk : Lurus

b. Kelainan : tidak ada kelainan

p) Ekstremitas

a. Tangan : Simetris kanan dan kiri

b. Kaki : Simetris kanan dan kiri

c. Gerakan : (+) ada

d. Kuku : lengkap

e. Bentuk kaki : lurus

f. Bentuk tangan : lurus

g. Kelainan : tidak ada kelainan

q) Genetalia

Pria

a. Scrotum : ada

b. Testis : sudah turun

c. Penis : tidak ada kelainan

d. Kelainan : tidak ada

Page 14: ASFIKSIA RINGAN DORLINA

C. ASSESMENT

a. Diagnosa

Bayi baru lahir spontan pervaginam cukup bulan, letak kepala diameter

sub occipito Bregmatika lahir dengan asfiksia ringan.

Dasar :

Ds : By. Ny. S Lahir spontan pervaginam tanggal 21-12-2010 dengan

nafas cepat, dangkal, dengan ekstremitas biru dan menangis lemah

Do : Suhu tubuh 360C, APGAR 7/10, BB: 3200 gr, PB: 49 cm

DJJ : 110 x/menit, Lila : 10 cm Ekstremitas biru, RR: 40 x/menit

D. PLANNING

1. Memberitahukan ibu dan keluarga tentang kondisi bayinya

R/ agar ibu dan keluarga mengetahui kondisi bayinya

2. Mencegah bayi kehilangan panas

R/ agar bayi tidak merasa kedinginan

3. Melakukan pembebasan jalan nafas

R/ agar bayi dapat bernafas dengan lancar

4. Melakukan rangsangan taktil

R/ untuk mengetahui reaksi rangsangan pada bayi

5. Melakukan penilaian pada bayi

R/ untuk mengetahui perkembangan bayi

6. Melakukan perawatan tali pusat

R/ mencegah terjadinya infeksi pada tali pusat

7. Melakukan langkah awal resusitasi pada bayi

R/ memberikan bantuan pernafasan pada bayi

E. IMPLENTASI

1. Memberitahukan ibu dan keluarga tentang kondisi bayinya

2. Mencegah bayi kehilangan panas

Page 15: ASFIKSIA RINGAN DORLINA

a. Membungkus bayi dengan handuk kering dan bersih yang ada diatas

perut ibu bila tali pusat panjang

b. Mengeringkan tubuh dan kepala bayi dengan handuk untuk

menghilangkan air ketuban dan mencegah kehilangan suhu tubuh.

3. Melakukan pembebasan jalan nafas

a. Meletakan bayi telentang atau miring dengan leher agak ekstensi atau

tengadah dengan meletakan selimut atau handuk yang digulung

dibawah bahu sehingga bahu terangkat 2-3 cm

b. Membersihkan jalan nafas dengan menghisap cairan amnion dan

lender mulut dari hidung menggunakan slim zungier. Bila air ketuban

bercampur mekonium maka penghisapan dan trakea diperlukan untuk

mencegah aspirasi mekonium. Hisap dari mulut terlebih dahulu

kemudian hisap dari hidung.

4. Melakukan rangsangan taktil

a. Usap-usap punggung bayi kearah atas untuk melancarkan

peredaran darah

b. Menyentil telapak kaki bayi untuk memberikan rangsangan yang

dapat menimbulkan atau mempertahankan pernapasan

5. Melakukan penilaian pada bayi

a. Memperhatikan dan menilai pernafasan bayi

b. Menghitung frekuensi DJJ bayi

c. Menilai warna kulit bayi

6. Melakukan perawatan tali pusat

a. Menjepit tali pusat dengan 2 buah klem

b. Memotong tali pusat dengan gunting tali pusat

c. Membungkus tali pusat dengan kassa steril

d. Mengajarkan pada itu untuk perawatan tali pusat

F. EVALUASI

Pada tanggal 21 Desember 2010, Pukul 14.35 WIB

1. Ibu dan keluarga telah mengetahui kondisi bayinya

2. Bayi telah terhindar dari kehilangan suhu tubuhnya

Page 16: ASFIKSIA RINGAN DORLINA

3. Telah dilakukan pembebasan jalan nafas sehingga bayi dapat

bernafas lancar

4. Bayi merespons rangsangan taktil yang dilakukan

5. Kondisi baik sudah membaik

6. Tali pusat telah bersih dan terbungkus dengan kasa bersih

CATATAN PERKEMBANGAN

Tanggal 22 Desember 2010 hari ke-II

S : 1. Ibu mengatakan bayinya dapat minum ASI dengan baik

2. Ibu mengatakan sudah melakukan yang dianjurkan

3. Ibu mengatakan anaknya BAB 3 x

4. Ibu mengatakan anaknya tampak sehat dan anak akan segera

pulang

5. Ibu mengatakan anaknya sudah dimandikan dan dibedong

O : 1. Keadaan umum baik

2. Tanda-tanda vital

RR : 30 x/mnt BB : 3200 gram

Suhu : 36,5 0C PB : 49 cm

Nadi : 110 x/mnt

Reflek :

a. Kaget : ada

b. Menghisap : ada

c. Menggenggam : ada

d. Mencari : ada

Page 17: ASFIKSIA RINGAN DORLINA

e. Menelan : ada

3. Warna kulit kemerahan

4. Tali pusat terawat baik dan masih basah

5. Perut bayi tidak kembung

6. Eliminasi :

BAB : 3x / sehari

BAK : 8 x / sehari

A : Bayi baru lahir umur 1 hari

Dasar : bayi lahir spontan, Tanggal 21 Desember 2010 Pukul

14.30 WIB

P : 1. Mandikan bayi 2 x sehari

R/ agar bayi bersih dan terlihat segar

2. Merawat tali pusat

R/ mencegah tali pusat terkena infeksi

3. Berikan Penyuluhan pada ibu dan keluarga tentang :

a. Personal Hygiene bayi

b. Pemberian ASI Eksklusif

c. Pertahankan suhu tubuh bayi

R/ agar bayi ibu mengetahui tentang personal hygiene bayi, agar

ibu mau memberikan ASI ekslusif, dapat mempertahankan suhu

tubuh bayi.

I : 1. Memandikan bayi pagi dan sore hari

Page 18: ASFIKSIA RINGAN DORLINA

2. kasa pada tali pusat diganti setiap habis mandi dan jika terkena air

kencing

3. a. Menganjurkan ibu untuk memandikan bayinya 2 x sehari,

membersihkan telinga dan hidungnya serta mengganti popoknya jika

bayi buang air kecil atau besar.

b. menganjurkan ibu untuk memberikan ASI Eklusif selama 6

bulan agar bayinya dapat memperoleh kekebalan tubuh yang baik

dan mendapat asupan nutrisi yang baik pula.

c. memberitahu ibu agar selalu menjaga bayinya dari kehilangan

panas dengan cara mendekapnya, mengganti popoknya ketika basah.

E : 1. Bayi sudah dimandikan 2 x sehari, bayi terlihat bersih dan segar

2. kain kasa selalu bersih dan kering

3. a. Bayi dimandikan 2x sehari, daun telinga dan hidungnya bersih

b. ibu bersedia memberikan ASI eklusif kepada bayinya

c. bayi didekapan ibu dan kain pembungkusnya kering dan hangat

CATATAN PERKEMBANGAN

Tanggal 23 Desember 2010 hari ke-III

S : 1. Ibu mengatakan bayinya tidak rewel, bayi tidur + 16 jam

2. Ibu mengatakan bayinya BAK + 6-8 kali sehari BAB 2x sehari

3. Ibu mengatakan bayinya hanya minum ASI saja

O : 1. Keadaan umum bayi baik

2. Tanda-tanda vital

R : 50 x/mnt BB : 3200 gram

Page 19: ASFIKSIA RINGAN DORLINA

Suhu : 370C PB : 49 cm

Nadi : 110 x/mnt

Reflek :

a. Moro : ada

b. Menghisap : ada

c. Menggenggam : ada

d. Mencari : ada

e. Menelan : ada

3. Warna kulit kemerahan

4. Tali pusat masih basah

A : Bayi baru lahir umur 2 hari

Dasar : bayi lahir spontan, pervaginamTanggal 21

Desember 2010

P : 1. Lakukan Perawatan Bayi sehari-hari

R/ agar bayi bersih dan terli

2. Berikan ASI untuk memenuhi kebutuhan bayi

R/ agar terpenuhi kebutuhan nutrisi bayi

I : 1. Memandikan bayi 2x sehari, kain kasa diganti jika basah dan

sehabis mandi

2. Bayi diberikan ASI

E : 1. Bayi terlihat segar dan bersih, daun telinga dan hidungnya bersih,

serta kain kasa pembungkus tali pusat bersih dan kering

2. Bayi menetek pada ibunya.

Page 20: ASFIKSIA RINGAN DORLINA

CATATAN PERKEMBANGAN

Tanggal 24 Desember 2010 hari ke-IV

S : 1. Ibu mengatakan bayinya dapat minum ASI dengan baik rewel,

2. Ibu mengatakan bayinya BAK dan BAB lancar

3. Ibu mengatakan bayinya tidur + 16 jam

O : 1. Keadaan umum bayi baik

2. Tanda-tanda vital

RR : 45 x/mnt BB : 3200 gram

Suhu : 370C PB : 49 cm

Nadi : 128 x/mnt

Reflek :

a. Kaget : ada

b. Menghisap : ada

c. Menggenggam : ada

d. Mencari : ada

e. Menelan : ada

3. Warna kulit kemerahan

4. Tali pusat mulai kering

A : Bayi baru lahir umur 3 hari

Dasar : bayi lahir spontan, pervaginamTanggal 21 Desember

2010

Page 21: ASFIKSIA RINGAN DORLINA

P : 1. Lakukan Perawatan Bayi sehari-hari

R/ agar bayi sehat dan terawat

2. Berikan ASI ekslusif

R/ agar terpenuhi kebutuhan nutrisi bayi

I : 1. Bayi dimandikan sehari 2 x, membersihkan telingan dan hidung,

serta mengganti popoknya jika basah dan kotor

2. Susui bayi setiap 2 jam

E : 1. Bayi terlihat segar dan bersih. Hidung dan daun telinganya bersih

serta kain kasanya bersih dan kering.

2. bayi bisa menetek dengan baik dan sering.

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Setelah melalukan asuhan kebidanan pada by. Ny. S dengan asfiksia ringan

di Rumah Sakit Elizabeth Batam, diperoleh:

1. Subjektif : By. Ny. S lahir spontan pervaginam tanggal 21 desember 2010

jam 14.30 wib, usia kehamilan saat melahirkan 38 minggu.

Page 22: ASFIKSIA RINGAN DORLINA

2. Objektif : BB. 3200 gr, PB. 49 cm, LK. 34 cm, Lila 10 cm. Suhu 360 C,

Nadi 110x/mnt, pernafasan 40x/mnt, APGAR Skor 7/10, menangis lemah,

ektremitas biru.

3. Assasment : Bayi baru lahir spontan pervaginam, cukup bulan, letak

kepala sub occipito bregmatika dengan asfiksia ringan.

4. Planning : Memberitahukan ibu dan keluarga tentang kondisi bayinya,

Mencegah bayi kehilangan panas, Melakukan pembebasan jalan nafas,

Melakukan rangsangan taktil, Melakukan penilaian pada bayi, Melakukan

perawatan tali pusat, Melakukan langkah awal resusitasi pada bayi.

5. Implentasi : Memberitahukan ibu dan keluarga tentang kondisi bayinya,

Mencegah bayi kehilangan panas dengan cara membungkus bayi dengan

handuk kering dan bersih yang ada diatas perut ibu bila tali pusat

panjang, mengeringkan tubuh dan kepala bayi dengan handuk untuk

menghilangkan air ketuban dan mencegah kehilangan suhu tubuh.

Melakukan pembebasan jalan nafas dengan meletakan bayi telentang

atau miring dengan leher agak ekstensi atau tengadah dengan meletakan

selimut atau handuk yang digulung dibawah bahu sehingga bahu

terangkat 2-3 cm, membersihkan jalan nafas dengan menghisap cairan

amnion dan lender mulut dari hidung menggunakan slim zungier. Bila air

ketuban bercampur mekonium maka penghisapan dan trakea diperlukan

untuk mencegah aspirasi mekonium. Hisap dari mulut terlebih dahulu

kemudian hisap dari hidung. Melakukan rangsangan taktil yaitu Usap-

usap punggung bayi kearah atas untuk melancarkan peredaran darah

dan Menyentil telapak kaki bayi untuk memberikan rangsangan yang

dapat menimbulkan atau mempertahankan pernapasan. Melakukan

penilaian pada bayi dengan Memperhatikan dan menilai pernafasan bayi,

Menghitung frekuensi DJJ bayi, Menilai warna kulit bayi dan Melakukan

perawatan tali pusat yaitu Menjepit tali pusat dengan 2 buah klem,

Memotong tali pusat dengan gunting tali pusat, Membungkus tali pusat

dengan kassa steril, Mengajarkan pada itu untuk perawatan tali pusat.

6. Evaluasi : Ibu dan keluarga telah mengetahui kondisi bayinya, bayi telah

terhindar dari kehilangan suhu tubuhnya, telah dilakukan pembebasan

jalan nafas sehingga bayi dapat bernafas lancar, bayi merespons

Page 23: ASFIKSIA RINGAN DORLINA

rangsangan taktil yang dilakukan, kondisi baik sudah membaik, tali pusat

telah bersih dan terbungkus dengan kasa bersih.

B. SARAN

1. Bagi Bidan

Bidan dalam fungsinya sebagai pelaksana pelayanan kebidanan harus

meningkatkan kemampuan dan keterampilan yang dimiliki serta harus

memiliki kerja sama yang baik dengan petugas kesehatan yang lain

dengan klien dan keluarga.

2. Bagi Klien/Pasien

Pasien harus dapat bekerja sama dengan baik pada petugas/tenaga

kesehatan agar keberhasilan dalam asuhan kebidanan dapat tercapai

serta semua masalah pasien dapat terpecahkan.

3. Bagi Rumah Sakit

Rumah sakit harus berusaha untuk mempertahankan pelayanan yang

sudah ada dan selalu berusaha untuk memberikan pelayanan yang

terbaik untuk pasien.

DAFTAR PUSTAKA

Sarwono Prawirohardjo, Prof. Dr. dr. 1992 Ilmu kebidanan. Yayasan Bina

Pustaka

:Jakarta

Page 24: ASFIKSIA RINGAN DORLINA

Mochtar Rustam, 1998. Sinopsis obstetric : Obstetric Fisiologis. Obstetric

Patologi.