Artikel Pengaruh Pemberian Ekstrak Herbal
-
Upload
dwi-ngestiningsih -
Category
Documents
-
view
198 -
download
0
Transcript of Artikel Pengaruh Pemberian Ekstrak Herbal
PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK HERBAL (DAUN SALAM, JINTAN HITAM
DAN DAUN SELEDRI) TERHADAP KADAR IL-6 PLASMA PENDERITA
HIPERURISEMIA
___________________________________________________________________________
Dwi Ngestiningsih*, Suyanto Hadi**, Bantar Suntoko**
ABSTRAK
Latar Belakang : Hiperurisemia akan memacu produksi sitokin proinflamasi TNF-α, IL-1
dan IL-6. Ketiga sitokin tadi akan memacu penarikan lekosit ke daerah deposit kristal
monosodium urat dan melipatgandakan respon inflamasi. Daun salam (Eugenia polyantha),
seledri (Apium graveolens), dan biji jinten hitam (Nigella sativa) pada percobaan terdahulu
dapat menurunkan respon inflamasi termasuk kadar IL-6 pada respon inflamasi. Ketiga
tanaman ini sangat banyak di Indonesia namun sampai saat ini belum dilakukan uji klinik
pada manusia.
Tujuan: Untuk mengetahui apakah pemberian formula ekstrak herbal penurun asam urat
dapat menurunkan kadar IL-6 serum penderita hiperurisemia.
Metoda: Penelitian ini adalah eksperimental yaitu double blind randomised clinical trial
(RCT), dilaksanakan Maret 2007–Februari 2008. Subyek penelitian adalah penderita
hiperurisemia usia 18 tahun yang berobat di poliklinik/rawat inap penyakit dalam dan
geriatri RSUP Dr. Kariadi Semarang. Sampel dibagi menjadi Kelompok perlakuan dan
Kelompok kelola. Dilakukan pemeriksaan kadar IL-6 darah sebelum dan setelah 4 minggu
perlakuan. IL-6 diperiksa dengan cara ELISA.
Hasil: Sampel sebanyak 43 orang (22 orang kelompok herbal dan 21 orang kelompok
plasebo). Rerata kadar IL-6 awal kelompok herbal 214,58 pg/dl sedangkan kelompok plasebo
182,89 pg/dl. Rerata kadar IL-6 akhir kelompok herbal 192,15 pg/dl sedangkan kelompok
plasebo 254,00 pg/dl. Rerata delta kadar IL-6 kelompok ekstrak herbal -22,43 pg/dl dan
kelompok plasebo 71,11 pg/dl (p: 0,045). Rerata rasio IL-6 pada kelompok herbal 1142,16 %
sedangkan pada kelompok plasebo 754,45 % (p: 0,052).
Simpulan: Ekstrak herbal penurun asam urat dapat menurunkan kadar IL-6 serum penderita
hiperurisemia secara bermakna.
Kata Kunci: IL-6, Eugenia polyantha, Apium graveolen, Nigella sativa
* Bagian Biokimia FK UNDIP
**Bagian Ilmu Penyakit Dalam FK UNDIP/RSDK
1. Latar belakang penelitian
Hiperurisemia adalah keadaan terjadinya peningkatan kadar asam urat darah
diatas normal lebih dari 7 mg/dl (>420 mol/L). 1,2,3,4,5,6 Hiperurisemia dapat
disebabkan karena peningkatan metabolisme asam urat (overproduction), penurunan
ekskresi asam urat urin (underexcretion), atau kombinasi keduanya.1,2
Prevalensi hiperurisemia di masyarakat diperkirakan antara 2,3 sampai 17,6%
dimana ditemukan pada laki-laki 24,5% dan perempuan 23,9%.7 Pada pasien rawat
jalan berkisar antara 2,0-13,2% dan bahkan lebih tinggi pada pasien rawat inap.2
Hiperurisemia merupakan faktor risiko timbulnya artritis gout, nefropati gout atau
batu ginjal.2,5,6,8
Asam urat plasma merupakan agen inflamasi. Asam urat menstimulasi
pembentukan monocyte chemoattractant protein-1 (MCP-1) pada otot polos vaskular
tikus melalui aktivasi p38 MAP kinase dan the nuclear transcription factors, NF- B
and AP-1. MCP-1 merupakan kemokin yang penting pada penyakit vaskular dan
aterosklerosis. Asam urat juga memacu sel mononuklear manusia untuk memproduksi
interleukin-1ß (IL-1 ß), interleukin-6 (IL-6), interleukin 8 ( IL-8) dan tumor necrosis
factor - (TNF- ). 1,6 TNF- dan IL-1 yang dilepaskan monosit darah perifer dapat
mengaktifasi ekspresi E-selectin sel endotel vaskular, intercellular adhesion molecule
1 (ICAM-1), dan vascular cell adhesion molecule 1 (VCAM-1) yang akan memacu
penarikan lekosit ke daerah deposit kristal monosodium urat dan melipatgandakan
respon inflamasi.9,10 IL-6 yang dihasilkan makrofag akan memacu aktifasi sel-sel
endothel vaskuler, akibatnya terjadi proses inflamasi pada endothel vaskuler. Bila hal
ini terjadi terus-menerus maka dapat terjadi kerusakan endothel vaskuler yang akan
dapat menyebabkan terjadinya trombus. Bila hal ini terjadi pada pembuluh darah
jantung maka akan terjadi penyakit jantung koroner.9,10,11
Indonesia adalah negara dengan wilayah yang kaya akan sumber daya hayati
yang berpotensi sebagai tanaman obat. Upaya-upaya untuk menggali,
memanfaatkan dan mengembangkan potensi tanaman obat harus dikedepankan dan
didukung oleh semua pihak. Pengembangan sediaan alami dengan indikasi penurun
kadar asam urat darah merupakan salah satu contoh langkah tepat dalam
pengembangan potensi tanaman obat saat ini.
Berdasarkan pengalaman empirik di masyarakat, beberapa jenis tanaman obat
dapat digunakan untuk menghilangkan, mengurangi gejala inflamasi, serta mampu
menurunkan kadar asam urat dalam darah. Beberapa tanaman obat tersebut telah
banyak digunakan dalam mengatasi kelebihan asam urat secara turun-temurun. 12,13,14
Jang (2008) menemukan bahwa dalam seledri terdapat luteolin yang dapat
menurunkan proses inflamasi yaitu dengan menurunnya kadar IL-6 pada pemberian
luteolin.15
Dari berbagai tanaman obat, ada tiga jenis tanaman yang telah diuji dengan
hewan percobaan yaitu daun salam (Eugenia polyantha), herba seledri (Apium
Graveolens), dan biji jinten hitam (Nigella sativa) melalui beberapa mekanisme.
Tanaman-tanaman ini dapat menurunkan respon inflamasi terutama jinten hitam
(Nigella sativa) yang telah terbukti dapat menurunkan kadar IL-6 pada respon
inflamasi. Ketiga tanaman ini sangat banyak di Indonesia namun belum dilakukan
uji klinik sebagai penurun asam urat pada manusia.12,13,14,15 Berdasarkan laporan
penelitian preklinik dalam bentuk formula penurun asam urat yang terdiri dari daun
salam ((E. polyantha), herba seledri (A. graveolens), dan biji jinten hitam (N. sativa)
maka dilakukan uji klinik pada penderita hiperurisemia di rumah sakit Dr. Kariadi
Semarang. Formula ini akan dibahas lebih rinci pada bab selanjutnya.
I.2. Rumusan masalah
Apakah pemberian formula penurun asam urat dapat menurunkan kadar IL-6 serum
penderita hiperurisemia?
I.3. Tujuan penelitian
3.1. Tujuan Umum :
Mengetahui apakah pemberian formula penurun asam urat dapat menurunkan kadar
IL-6 serum penderita hiperurisemia.
3.2. Tujuan khusus dari penelitian ini adalah :
1. Mengevaluasi perbedaan nilai delta kadar IL-6 pasca pemberian ekstrak
herbal pada penderita hiperurisemia dibandingkan plasebo.
2. Mengevaluasi perbedaan rasio kadar IL-6 pasca pemberian ekstrak herbal
dibandingkan plasebo pada penderita hiperurisemia.
I.4. Manfaat penelitian
4.1. Bidang ilmu
Adanya fitofarmaka penurun kadar asam urat yang efektif dan aman dapat
menjadi pilihan terapi anti inflamasi pada penderita hiperurisemia sehingga
dapat mengurangi deformitas yang ditimbulkan akibat hiperurisemia.
4.2. Bidang pelayanan
Adanya penemuan fitofarmaka penurun kadar asam urat sebagai anti inflamasi
dapat menunjang program pemerintah, khususnya dalam pemanfaatan potensi
sumber alam Indonesia, yang secara makro akan menghemat devisa negara
mengingat impor obat-obat modern dapat dikurangi.
III.4. Metode Penelitian
1. Jenis dan rancangan penelitian
Desain yang digunakan pada penelitian ini adalah desain eksperimental yaitu double
blind randomised clinical trial (RCT).
2. Ruang lingkup penelitian
Bidang ilmu yang diteliti adalah ilmu kedokteran khususnya bidang Rematologi.
3. Tempat dan waktu penelitian
Penelitian dilakukan di poliklinik, bangsal penyakit dalam dan geriatri RSUP Dr.
Kariadi Semarang selama 6 bulan, yaitu periode Maret 2007 – Februari 2008.
4. Subyek penelitian
4.1. Populasi target : seluruh penderita hiperurisemia yang berada di Kota Semarang dan
sekitarnya.
4.2. Populasi terjangkau : penderita hiperurisemia usia 18 tahun yang berobat jalan di
poliklinik penyakit dalam dan geriatri atau menjalani rawat inap di bangsal penyakit
dalam dan geriatri RSUP Dr. Kariadi Semarang.
4.3. Sampel penelitian : populasi terjangkau yang memenuhi kriteria inklusi dan
eksklusi.
5. Besar sampel
Besar sampel penelitian dihitung berdasarkan rumus dibawah ini :
n = p1 x (100- p 1) + p 2 x (100- p 2) x (,)
( p2-p1)2
n = 37,5, digenapkan menjadi 40.
6. Kriteria inklusi dan eksklusi
6.1. Kriteria inklusi
a. Laki-laki atau perempuan usia 18 tahun atau lebih dengan kadar asam urat darah
diatas 7 mg/dl
b. Bersedia ikut penelitian
6.2. Kriteria eksklusi
a. Gangguan fungsi hati (aminotransferase aspartat (AST) >40 U/L,
aminotransferase alanin (ALT) >65 U/L)
b. Gangguan fungsi ginjal (Kreatinin > 1,5 mg/dl dan atau Ureum > 40 mg/dl)
c. Keganasan
d. Sedang menderita infeksi ( demam, lekosit > 11.000/mmk)
7. Metode randomisasi
Semua penderita yang memenuhi kriteria penelitian dibagi dalam dua
kelompok secara random permuted blocks menjadi :
a. Kelompok perlakuan
Kelompok perlakuan diberi diit rendah purin* dan formula penurun asam urat
2000 mg/hari (4 kapsul/hari @ 500 mg ) yang diberikan selama 28 hari.
b. Kelompok kelola
Kelompok kelola diberi diit rendah purin* dan plasebo yang diberikan selama
28 hari.
(*sesuai panduan dari bagian gizi RSUP Dr. Kariadi Semarang)
8. Intervensi
Intervensi pada penelitian ini dilakukan blinding, yaitu ekstrak herbal dan
plasebo akan dimasukkan dalam kapsul yang memiliki karakteristik (warna dan
ukuran) yang sama. Selanjutnya dimasukkan dalam amplop tertutup yang telah
diberi kode sebelumnya. Kode baru dibuka setelah analisis selesai. Dokter yang
terlibat dalam terapi subyek tidak mengetahui tentang jenis terapi yang diberikan
dan pasien juga tidak mengetahui jenis obat yang diminum.
9. Variabel penelitian
a. Variabel bebas, yaitu : variabel perlakuan ( pemberian formula penurun asam
urat).
b. Variabel terikat/terpengaruh, yaitu : kadar IL-6 darah.
c. Definisi operasional
Perlakuan : pemberian formula penurun asam urat (daun salam, herba seledri dan biji
jinten hitam) 2000 mg/hari (4 kapsul @ 500 mg) dan plasebo (sukrosa)
Hiperurisemia adalah kadar asam urat darah lebih dari 7 mg/dl
Laboratorium :
Kadar asam urat darah yang diambil sebelum makan dalam kadar mg/dl, rentang 0
– tak terhingga (mg/dl)
Kadar AST, ALT, kreatinin serum dan ureum serum dalam mg/dl.
Jumlah lekosit per l.
Kadar IL-6 darah sebelum dan sesudah perlakuan, rentang 0 – tak terhingga
(pg/dl)
Nilai delta IL-6 adalah perbedaan kadar IL-6 darah pasca perlakuan dikurangi kadar IL-6
darah pra perlakuan dalam pg/dl.
Nilai rasio adalah prosentase penurunan kadar IL-6 darah pasca perlakuan terhadap kadar
IL-6 pra perlakuan dalam %
Selesai : Subyek selesai melakukan penelitian: bila mana dapat mengikuti penelitian
sampai dengan selesai mulai dari hari ke 1 sampai dengan hari ke 28 .
Drop out : Subyek yang menghentikan pengobatan sebelum hari ke 28 yang tidak dapat
dievaluasi sesuai dengan protokol penelitian atau menghentikan pengobatan
yang tak berhubungan protokol studi misalnya: ”menghilang” atau karena sebab
lain tidak dapat dilakukan follow up.
“Withdrawal” : Subyek yang menghentikan pengobatan sebelum hari ke 28 karena
berhubungan dengan studi ini misalnya karena efek samping dari obat yang
diberikan. Pasien tetap dianggap sebagai subyek penelitian dan dianalisis secara
statistik.
11. Desain Penelitian
Kelompok perlakuan (formula penurun asam urat darah) dan kelompok kelola
(plasebo) diperiksa kadar IL-6 dan kadar asam urat darah sebelum dan setelah 4 minggu
perlakuan. IL-6 diperiksa dengan cara ELISA
Sampel Penelitian
Formula Penurun Asam Urat Darah
Plasebo
Random
Random
Mg 4Mg OMg 4
Gambar 8. Desain Eksperimental
HASIL DAN PEMBAHASAN
IV.1. Hasil Penelitian
IV.1.1. Karakteristik Dasar Sampel Penelitian
Sampel penelitian adalah penderita hiperurisemia usia 18 tahun yang berobat
jalan di poliklinik penyakit dalam atau menjalani rawat inap di bangsal penyakit dalam
RSUP Dr. Kariadi Semarang dan memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Jumlah
keseluruhan sampel adalah 43 orang, dibagi menjadi dua kelompok yaitu kelompok
yang menerima herbal 22 orang dan kelompok yang menerima plasebo 21 orang.
Tabel 3. Karakteristik dasar sampel penelitian
Variabel Herbal (n = 22) Plasebo (n=21) P
Jenis kelamin
Laki-laki
Perempuan
16
6
17
4
0,060 a
Hipertensi
Ya
Tidak
16
6
9
12
0,100 c
DM
Ya
Tidak
15
7
12
9
0,821 c
Dislipidemia
Ya
Tidak
16
6
8
13
0,083 c
Rerata Umur (+
SD) dalam tahun
61 (+ 10,6) 64 (+ 11,1) 0,360 b
BMI (±SD)
dalam kg/m2
25,1(±2,3) 23,8(±3,6) 0,162 b
Keterangan :
a = uji beda dengan fisher’s exact
b = uji beda dengan independent t test
c = uji beda dengan chi square
Tidak terdapat perbedaan bermakna pada variabel jenis kelamin, umur, BMI dan
komorbid (hipertensi, diabetes melitus dan dislipidemia) pada kedua kelompok
penelitian
Dari 22 sampel pada kelompok herbal, terdapat 16 laki-laki (72,73 %) dan 6
perempuan (27,27 %). Pada kelompok plasebo jumlah sampel laki-laki 17 orang (80,95
%) sedangkan yang perempuan 4 orang (19,05 %). Hasil fisher’s exact test menunjukkan
tidak terdapat perbedaan bermakna jenis kelamin di antara ke dua kelompok tersebut
(0,060). Pada kelompok herbal, sebagian besar sampel (72,73 %) menderita hipertensi,
sedangkan kelompok plasebo terdapat 9 orang sampel (42,86 %) menderita hipertensi.
Tidak terdapat perbedaan bermakna pada kejadian hipertensi di antara ke dua kelompok
(p = 0,100). Pada kelompok herbal, terdapat 15 sampel (68,18 %) menderita DM,
sedangkan kelompok plasebo ada 12 orang (57,14 %) yang menderita DM. Tidak terdapat
perbedaan bermakna pada kejadian DM di antara ke dua kelompok (p = 0,821). Juga
tidak terdapat perbedaan bermakna (p = 0,083) kejadian dislipidemia di antara kedua
kelompok
Rerata umur kelompok herbal adalah 61 tahun (+ 10,6) sedangkan rerata umur
kelompok plasebo adalah 64 tahun (+ 11,1). Hasil uji normalitas data dengan Shapiro –
Wilk menunjukkan bahwa data umur berdistribusi normal (p > 0,05), sehingga uji beda
menggunakan independent t test. Hasil uji beda tersebut menunjukkan tidak terdapat
perbedaan umur bermakna antara kelompok herbal dan plasebo (p = 0,360).
IV.1.2. Kadar Interleukin -6 (IL-6) kelompok Herbal dan Plasebo.
Rerata kadar IL-6 awal kelompok herbal adalah 214,58 (+ 130,48) pg/dl
sedangkan rerata IL-6 awal kelompok plasebo adalah 182,89 (+ 117,86) pg/dl. Median
kadar IL-6 awal kelompok herbal adalah 214,58 pg/dl, sedangkan median kadar IL-6
awal kelompok plasebo adalah 182,89 pg/dl. Hasil uji normalitas data dengan uji
Kolmogorof - Smirnov menunjukkan bahwa data kadar IL-6 awal berdistribusi normal,
sehingga penghitungan uji beda menggunakan tekhnik T-test. Hasil uji beda
menunjukkan tidak terdapat perbedaan bermakna kadar IL-6 awal (Tabel 6) antara
kelompok herbal dan plasebo (p = 0,409).
Tabel 6. Rerata kadar IL-6 kelompok Herbal dan Plasebo
IL-6 awal
(pg/ul)
IL-6 akhir
(pg/ul)
Mean/SD median Mean/SD Median
Herbal
(n=22)
214,58 + 130,48 214,58 192,15±127,68 192,15
Plasebo
(n=21)
182,89 + 117,86 182,89 254,00±1139,60 254,00
Keterangan : terjadi penurunan kadar IL-6 setelah pemberian ekstrak herbal,
sebaliknya pada kelompok plasebo terjadi peningkatan kadar IL-6
Rerata kadar IL-6 akhir kelompok herbal adalah 192,15(±127,68) pg/dl
sedangkan rerata IL-6 akhir kelompok plasebo adalah 254,00(±1139,60) pg/dl. Median
kadar IL-6 akhir kelompok herbal adalah 192,15 pg/dl, sedangkan median kadar akhir IL-
6 kelompok plasebo adalah 254,00 pg/dl. Terdapat penurunan kadar IL-6 pasca perlakuan
pada kelompok herbal, sebaliknya pada kelompok plasebo terjadi peningkatan kadar IL-6.
IV.1.3. Nilai Delta dan Rasio IL-6
Rerata nilai delta kadar IL-6 antara kelompok ekstrak herbal dan plasebo dapat
dilihat pada tabel 7. Rerata nilai delta IL-6 adalah -22,43 ± 113,12 pg/dl dan rerata delta
kadar IL-6 kelompok plasebo adalah 71,11 ± 177,92 pg/dl. Hasil uji normalitas data
dengan Kolmogorov- Smirnov menunjukkan bahwa nilai delta kadar IL-6 berdistribusi
normal, sehingga uji beda menggunakan T-test. Hasil uji beda menunjukkan adanya
perbedaan bermakna nilai delta kadar IL-6 (Tabel 7) antara kelompok herbal dan plasebo
(p = 0,045).
Nilai rasio IL-6 diperoleh dengan jalan membagi kadar IL-6 pasca perlakuan
dengan kadar IL-6 sebelum perlakuan, selanjutnya dikalikan 100%. Rerata rasio IL-6
pada kelompok herbal adalah 1142,16 ± 3542,51 % sedangkan rasio IL-6 pada kelompok
plasebo adalah 754,45 ± 1534,54 %. Hasil uji normalitas data dengan Kolmogorov-
Smirnov menunjukkan bahwa rasio kadar IL-6 berdistribusi tidak normal, sehingga uji
beda menggunakan uji Mann Whitney. Hasil uji beda menunjukkan adanya perbedaan
bermakna rasio kadar IL-6 (Tabel 7) antara kelompok herbal dan plasebo (p = 0,052).
Tabel 7. Nilai delta kadar IL-6 dan rasio pada kedua kelompok.
delta IL-6 (pg/dl) Rasio IL-6
(%)
mean median mean median
Herbal
(n=22)
-22,43 ± 113,12 -22,43 1142,16 ± 3542,51 89,55
Plasebo
(n=21)
71,11 ± 177,92 50,20 754,45 ± 1534,54 125,5
P 0,045 0,052
Gambar 9. Grafik Box plots kadar IL-6 sebelum dan sesudah perlakuan pada kelompok
herbal dan plasebo. Pada kelompok herbal terdapat penurunan kadar IL-6 sedangkan pada
kelompok plasebo terjadi peningkatan kadar IL-6
Gambar 10. Grafik Box plots nilai delta IL-6 sebelum dan sesudah perlakuan pada kelompok
herbal dan plasebo. Pada kelompok herbal terdapat penurunan nilai deltakadar IL-6 (median ,
A. HerbalB. Plasebo
pg/ml) sedangkan pada kelompok plasebo terjadi peningkatannilai delta kadar IL-6(median ,
pg/ml) dengan nilai p= 0,045.
.
Gambar 11. Nilai delta pada kelompok Herbal dan Plasebo.
-100
-50
0
50
100
150
-89.55
125.5
Series1
Gambar 12. Grafik rasio IL-6 pada kelompok Herbal dan Plasebo. Ket :
Terjadi penurunan kadar IL-6 pada kelompok herbal sesudah perlakuan.
IV.2. Pembahasan
Penelitian ini bertujuan untuk menguji hipotesis:
1. Terdapat perbedaan penurunan kadar IL-6 ( nilai delta) plasma penderita
hiperurisemia pasca pemberian ekstrak herbal penurun asam urat dibandingkan plasebo.
2. Terdapat perbedaan nilai rasio kadar IL-6 penderita hiperurisemia pasca
pemberian ekstrak herbal penurun asam urat dibandingkan plasebo.
Rasio IL-6
A : HerbalB : Plasebo
A
B
Dari hipotesis pertama didapatkan hasil nilai delta IL-6 kelompok herbal -22,43 atau
terjadi penurunan sebesar 22,43 pg/dl sedangkan pada kelompok plasebo terjadi peningkatan
kadar IL-6 sebesar 71,11 pg/dl. Dari hipotesis kedua didapatkan rasio penurunan IL-6
sebanyak 89,55% pada kelompok herbal, sedangkan pada kelompok plasebo terjadi
peningkatan rasio kadar IL-6 sebanyak 125,5%. Peningkatan kadar IL-6 plasma pada
kelompok plasebo kemungkinan penderita selama penelitian tidak minum obat penurun asam
urat yang sebelumnya dikonsumsi atau ada hal lain yang belum diketahui.
Penurunan nilai delta dan rasio kadar IL-6 ini sesuai hipotesis yaitu ekstrak herbal
penurun asam urat dapat menurunkan kadar IL-6 (nilai delta dan rasio) pada penderita
hiperurisemia. Hal ini sesuai dengan penelitian Azaki A (2007,belum publikasi) dimana
ekstrak herbal penurun asam urat dapat mengurangi rasa nyeri pada penderita hiperurisemia.
Berkurangnya nyeri pada penderita hiperurisemia diduga akibat penurunan pelepasan sitokin
proinflamasi (TNF-α, IL-6, IL-1β).14,15 Wientarsih dkk (2007) mendapatkan hasil
bahwa infus daun salam dapat menurunkan respon inflamasi pada tikus secara klinis
dibandingkan pada kelompok kontrol (p < 0,05).16
Jang S dkk (2008) menilai efek luteolin (zat yang terdapat pada seledri) terh
terhadap penurunan kadar TNF-α dan IL-6 pada tikus normal. Setelah pemberian luteolin
selama 21 hari didapatkan penurunan kadar TNF-α dan IL-6 secara bermakna dibandingkan
pada kelompok kontrol.15
Ozugurlu F (2005) melakukan penelitian tentang jintan hitam (Nigella sativa)
terhadap mekanisme inflamasi pada tikus. Jintan hitam diberikan secara peroral pada tikus
dengan ensefalitis buatan selama 20 hari. Didapatkan hasil penurunan kadar NO secara
bermakna dibandingkan dengan kelompok kontrol (p < 0,05). Berkurangnya produksi NO
akan mengakibatkan berkurangnya aktifasi makrofag dalam melepaskan sitokin pro inflamasi
(TNF-α dan IL-6) sehingga proses inflamasi yang terjadi pada tikus dengan inflamasi buatan
berkurang.13 Hal ini juga sesuai dengan penelitian Soliman, dkk (2009) mengemukakan
bahwa Nigella sativa menghambat hepatotoksisitas yang diinduksi oleh karbon tetra klorida
dengan cara umpan balik negatif (down regulation) ekspresi protein CYP2E dan CYP3A
akibat reduksi nitrous oxide melalui penghambatan ekspresi inducible Nitrous Oxide
Synthase (iNOS).29
El- Obeid, dkk (2006) melaporkan efek dari melanin yang diekstraksi dari Nigella
sativa L, terhadap produksi tiga sitokin [tumor necrosis factor alpha (TNF-α), interleukin 6
(IL-6) dan vascular endothelial growth factor (VEGF)], oleh monosit manusia, total
peripheral blood mononuclear cells (PBMC) dan THP-1 cell line. Sel-sel tersebut diberi
melanin dalam berbagai konsentrasi dan dilihat ekspresi dari TNF-α, IL-6 dand VEGF
mRNA dengan menggunakan RT-PCR dan ELISA. Melanin menginduksi ekspresi TNF-α,
IL-6 dand VEGF mRNA dari monosit, PBMC dan THP-1 cell line. Pada level protein,
melanin menginduksi produksi TNF-α dan IL-6 secara signifikan dan menghambat produksi
VEGF oleh monosit dan PBMC. Pada THP-1 cell line melanin menginduksi produksi ketiga
sitokin tersebut. Pengamatan ini meningkatkan kemungkinan penggunaan melanin N. sativa
L. terapi penyakit-penyakit yang berhubungan dengan ketidakseimbangan produksi sitokin
dan dapat untuk menambah imuno terapi terhadap kanker dan penyakit lainnya 30
SIMPULAN DAN SARAN
V. 1. Simpulan
1. Ekstrak herbal penurun asam urat dapat menurunkan delta IL-6 penderita
hiperurisemia secara bermakna dibandingkan pada kelompok plasebo.
2. Ekstrak herbal penurun asam urat dapat menurunkan rasio IL-6 penderita
hiperurisemia secara bermakna dibandingkan pada kelompok plasebo.
Dapat disimpulkan bahwa ekstrak herbal penurun asam urat dapat menurunkan kadar
IL-6 penderita hiperurisemia.
V. 2. Saran
Dilakukan penelitian lanjutan dengan sampel yang lebih banyak untuk menilai
efektifitas, efek samping, efikasi dan cost effectiveness pemberian terapi ekstrak herbal
penurun asam urat sehingga ekstrak herbal penurun asam urat ini dapat menjadi fitofarmaka.
Terima kasih kepada PT. Jamu Jago yang telah berpartisipasi pada penelitian ini, responden
dan keluarga responden penelitian yang telah bekerja sama dan berpartisipasi selama
penelitian berlangsung, Staf Pengajar dan perawat Bagian Ilmu Penyakit Dalam FK
UNDIP/RS Dr. Kariadi Semarang, serta semua pihak yang baik langsung maupun tidak
langsung membantu menyelesaikan penelitian ini.
DAFTAR PUSTAKA
1 Putra TR. Hiperurisemia. Buku Ajar Penyakit Dalam. Editor: Sudoyo AW et al, Edisi ke-
4. 2006,1213-17
2 Wortman RL, Kasper DL et al. Disorders of Purine and Pyrimidine Metabolism, in
Harrison’s Principles of Internal Medicine. 16th ed, Vol II, 2005, 2308-13
3 Emmerson BT. Hyperuricemia and Gout in Clinical Practice. Sydney: AIDS Health
Science Press. 1983
4 Cohen MG, Emmerson BT. Gout. Rheumatology. Editors JH Klippel, PA Dippe, Part 2,
St. Louis Baltimore: Mosby. 1994, 12.1-12.16
5 Kelley WN, Wortmann RL. Gout and Hyperuricemia. Textbook of Rheumatology, 5th ed,
Editors: Kelley WN, Ruddy S, Harris ED, Sledge CB, Philadelphia: WB Saunders
Company.1997, 1314-50
6 Becker, Menaaskshi J. Clinical Gout and Pathogenesis of yperuricemia. Arthritis and
Allied Conditions, A Textbook of Rheumatology. 13th ed, Vol 2, Editor WJ Koopman,
Baltimore: William & Wilkins Company. 2005, 2303-39
7 Klemp P, Stanfield SA, Castel B, Robertson MC,. Prevalence Hyperuricemia and Gout in
New Zealand. Eight APLAR Congress of Rheumatology. 1996, 21-26.
8 Terkeltaub R. Gout, Epidemiology, Pathology and Pathogenesis. Primer on the
Rheumatic Disease, 12th ed, Editors: Klippel JH. Atlanta-Georgia. 2001, 307-12
9 Johnson RJ.; Kang Duk-Hee; Feig D; et al. Is There a Pathogenetic Role for Uric Acid in
Hypertension and Cardiovascular and Renal Disease? Hypertension. 2003, 41:1183.
10 Saag K G , Choi H K. Epidemiology, Risk Factors, And Lifestyle Modifications For
Gout.Arthritis Research & Therapy 2006, 8(Suppl 1):S2 .
11 Choi H K, MountD B, Reginato AM. Pathogenesis of Gout. Annals of Internal Medicine.
2005, Vol 143, 499-516.
12 Maat S. Manfaat Tanaman Obat Asli Indonesia Bagi Kesehatan. Disampaikan Pada
Lokakarya Pengembangan Agro Bisnis Berbasis Biofarmaka,Depeartemen Pertanian.
2001, 13-15.
13 Sudibyo M .Alam Sumber Kesehatan Manfaat dan Kegunaan. Balai Pustaka. Jakarta
1998.
14 Abubakar A, Hadi S, Suntoko B. Efektifitas Formula Penurun Asam Urat (E.polyantha,
A.graveolens, N.sativa) pada Penderita Hiperurisemia. Bagian/SMF Ilmu Penyakit Dalam
FK UNDIP RS Dr. Kariadi Semarang.2007 (Belum Publikasi)
15 Jang S, Kelley KW, Johnson RW. Luteolin Reduces IL-6 Production in Microglia by
Inhibiting JNK Phosphorylation and Activation of AP-1. PNAS. 2008, 105 (21) :7534-9.
16 Wientarsih I, Iskandar M, Saputra GH. The Effect of Bay Leaves Infusum (S
polyanthum) on Anti-Inflamation in Rat Sprague-Dawley. BAPPENAS.2005.102-9.
17 Mustonen J, Syrjänen J , Rantala I, Pasternack A. Clinical Course And Treatment Of Iga
Nephropathy. JNEPHROL. 2001, 14: 440-446.
18 Terkeltaub R, Bushinsky DA, Becker MA. Recent Developments In Our Understanding
Of The Renal Basis Of Hyperuricemia And The Development Of Novel
Antihyperuricemic Therapeutics. Arthritis Research & Therapy. 2006, 8(Suppl 1): S4.
19 Ryan Yennie. Recognition And Management Of Gout And Hyperuricemia. JAAPA.
2003,3:21-31.
20 Yagnik D R., Hillyer P, Marshall D, et al. Noninflammatory Phagocytosis Of
Monosodium Urate Monohydrate Crystals By Mouse Macrophages. Implications For
The Control Of Joint Inflammation In Gout . Arthritis & Rheumatism, August 2000, 43:
1779– 89.
21 IL-6/ Wikipedia The Free Encyclopedia.htm
22 Heinrich PC, Behrmann I, Muller-Newen G, Schaper F, Graeve L. Interleukin-6-Type
Cytokine Signalling Through The Gp130/Jak/STAT Pathway. Biochem. J. (1998)
334 :297–314.
23 Izawa H; Yamada Y; Okada T;et al. Prediction Of Genetic Risk For Hypertension .
Hypertension. 2003;41:1035.
24 Guerne PA, Terkeltaub R, Zuraw B, Lotz M. Inflammatory Microcrystals Stimulate
Interleukin-6 Production And Secretion By Human Monocytes And Synoviocytes.
Arthritis Rheum. 1989 Nov;32(11):1443-52.
25 Schreiner O, Wandel E, Himmelsbach F, Galle PR, Hermann EM. Reduced Secretion Of
Proinflammatory Cytokines Of Monosodium Urate Crystal-Stimulated Monocytes In
Chronic Renal Failure: An Explanation For Infrequent Gout Episodes In Chronic Renal
Failure Patients? Nephrol Dial Transplant (2000) 15: 644-649
26 Sulistia Gan, et al. Farmakologi dan terapi, ed 3, Bagian Farmakologi FKUI Jakarta :
1987 :183-197.
27 Al-Ghamdi MS. The Anti-Inflammatory, Analgesic And Antipyretic Activity Of Nigella
Sativa. Journal of Ethnopharmacology, June 001,Vol.76: 45-8.
28 Haq A, Abdullatif M, Lobo PI, Khabar KSA, Kirtikant V. Sheth KV, Al-Sedairy ST.
Nigella Sativa: Effect On Human Lymphocytes And Polymorphonuclear Leukocyte
Phagocytic Activity. Immunopharmacology. August 1995, Vol.30: 147-55.
29 Soliman M.M, . El-Fattah El-Senosi Y.A, El-Hamid O.M.A., El-Desouki Abd El-Mageed
A, Ismaeil R.S, El-Maqsoud Ali H.A. Nigella sativa Modulates Cytokines Expression in
Mature Bovine Adipocytes. Asian Journal of Biochemistry.2009. Vol. 4 : 60-7.
30 El-Obeid A, Al-Harbi S, Al-Jomah N, Hassib A. Herbal Melanin Modulates Tumor
Necrosis Factor alpha (TNF-α), Interleukin 6 (IL-6) and Vascular Endothelial Growth
Factor (VEGF) Production. Phytomedicine , May 2006, Vol 13: 324-33.