ANALISIS WACANA PEMBERITAAN KONTROVERSI UCAPAN...
Transcript of ANALISIS WACANA PEMBERITAAN KONTROVERSI UCAPAN...
ANALISIS WACANA PEMBERITAAN KONTROVERSI
UCAPAN SELAMAT NATAL DI REPUBLIKA ONLINE
(EDISI 4 JANUARI 2013)
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S. Kom. I)
Oleh:
RAMADHAN HALIM PRATAMA
NIM: 109051000046
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1434 H / 2013 M
ANALISIS WACANA PEMBERITAAN KONTROVERSI
UCAPAN SELAMAT NATAL DI REPUBLIKA ONLINE
(EDISI 4 JANUARI 2013)
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S. Kom. I)
Oleh:
Ramadhan Halim Pratama
NIM: 109051000046
Pembimbing,
Rachmat Baihaky, M. A.
NIP. 197611292009121001
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1434 H / 2013 M
PENGESAHAN PANITIA U.TIAN
Skripsi yang berjudul ANALISIS WACANA PEMBERITAAN KONTROVERSI UCAPAN SELAMAT NATAL DI REPUBLIKA ONLINE (EDISI 4 JANUARI 2013) telah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada 25 Juli 2013. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I) pada Program Studi Komunikasi dan Penyiaran Islam.
Jakarta, 25 Juli 2013
Sidang Munaqasyah
Ketua Sekertaris
452-Drs. Jumroni, M.Si Umi Musyarrofah, MA NIP. 19630515 199203 1 006 NIP. 19710816 1997032002
Anggota
Pe
Dr. Rulli asrullah M.Si NIP. 197503 8 200801 1 008
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa :
1. Skripsi ini hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu
persyaratan memperoleh gelar strata 1 di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya
cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
3. Jika dikembalikan dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil
karya asli saya atau merupakan hasil jiplakan dari hasil karya orang lain,
maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 22 Juli 2013
Ramadhan Halim Pratama
i
ABSTRAK
Ramadhan Halim Pratama
109051000046
Analisis Wacana Pemberitaan Kontroversi Ucapan Selamat Natal di Republika
Online (Edisi 4 Januari 2013)
Dalam perkembangannya, banyak lembaga pers di Indonesia yang cenderung
netral dan juga jarang menerbitkan suatu berita tentang kontroversi ataupun isu-isu
terhadap suatu agama, ini yang membuat lahirnya pers bersifat islami di Indonesia
salah satunya adalah Republika Online. Banyaknya isu yang berkembang di
masyarakat tentang boleh tidaknya umat muslim memberikan ucapan selamat Natal
kepada umat yang merayakannya, membuat Republika Online mempublikasikan
sebuah pemberitaan tentang kontroversi ucapan Selamat Natal.
Dari penjabaran diatas, maka penulis memunculkan pertanyaan, sebagai objek
pembahasan skripsi ini, bagaimana isi teks yang dikonstruksi oleh Republika Online
edisi 4 Januari 2013 tentang pemberitaan Kontroversi Ucapan Selamat Natal,
bagaimana proses produksi dan konsumsi teks di Republika Online edisi 4 Januari
2013 tentang pemberitaan Kontroversi Ucapan Selamat Natal, serta bagaimana
sosiocultural practice yang dikonstruksi oleh Republika Online edisi 4 Januari 2013
tentang pemberitaan Kontroversi Ucapan Selamat Natal.
Dalam pemberitaan ini, secara keseluruhan Republika Online
merepresentasikan tentang tokoh-tokoh/Ulama-ulama besar di luar Indonesia yang
menimbulkan kontroversi dikarenakan ada yang mendukung ucapan Natal dan ada
pula yang menolaknya. Republika Online membuat berita tersebut semata-mata
hanya ingin mendukung toleransi umat beragama dan ingin menghormati hari raya
besar umat agama lainnya. Republika Online berusaha menyeimbangkan kondisi
dengan mengkonstruksi realita tersebut melalui wacana. Mengingat Republika Online
merupakan salah satu media online nasional berbasis Islam di Indonesia sehingga
konstruksi wacana yang dihasilkan akan cenderung mengandung dukungan terhadap
kerukunan umat beragama yang ada di Indonesia.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif yang berlandaskan pada
paradigma kritis. Kritis disini bertujuan untuk mengetahui bagaimana kekuasaan
disalahgunakan, serta melihat bagaimana pemakaian bahasa pada sebuah teks
dijadikan sebagai praktik sosial.
Penelitian ini memakai analisis wacana model Norman Fairclough yang
mengaitkan analisis level teks, level discourse practice serta level sosiocultural
practice. Level teks fokus menganalisis isi teks pemberitaan kontroversi ucapan
selamat Natal di Republika Online pada edisi 4 januari 2013. Level Discourse
(Produksi teks dan konsumsi teks) dilakukan dengan mewancarai redaktur pelaksana
Republika Online dan seorang informan pengakses setia situs Republika Online.
Serta level sosiocultural practice yang berasumsi bahwa konteks sosial yang ada di
luar media mempengaruhi bagaimana wacana yang muncul dalam media.
ii
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat
segala kekuasaan dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat
dan salam terlimpahkan kepada Nabi besar Muhammad SAW serta pengikutnya
sampai akhir zaman.
Terselesaikannya skripsi ini sebenarnya juga tidak luput dari bantuan pihak
luar. Izinkanlah penulis mengucapkan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada :
1. Prof. Dr. Komaruddin Hidayat, MA. Selaku Rektor UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta
2. Dr. Arif Subhan, MA. Selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Drs. Jumroni M. Si selaku Ketua Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, beserta jajarannya.
4. Hj. Ummi Musyarofah, MA. Selaku Sekertaris Jurusan KPI, terima kasih
selalu memberikan motivasi, dorongan, bagi penulis.
5. Rachmat Baihaky, MA selaku pembimbing penulis yang telah memberikan
bimbingan khusus dan petunjuk yang sangat berharga, dengan keramahannya
selalu memberikan kemudahan, dorongan, bagi penulis dalam menyelesaikan
skripsi ini dari awal hingga akhir dengan penuh kesabaran dan dedikasi yang
tinggi. Semoga Allah SWT memberikan keberkahan di setiap aktivitas.
iii
6. Seluruh Dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan ilmu dan pengetahuannya
dengan kesabaran dan keikhlasan. Semoga Allah selalu melindungi,
memberkahi Bapak Ibu semua. Amin
7. Untuk Ayahanda H. Abdul Halim dan Ibunda tercinta Hj. Dwi Sumesti,
ananda akan berusaha menjadi yang terbaik untukmu. Ananda mencintaimu
karena Allah.
8. Untuk Adik-adiku tersayang Latifah Dinar Dwitama dan Muhammad Ihsan
Tritama, terima kasih sudah mengingatkan penulis untuk segera
menyelesaikan skripsi ini.
9. Untuk Kamila Mumtaz, yang selalu setia, tulus mendampingi, membimbing,
menyemangati, mendoakan penulis hingga terselesaikannya skripsi ini.
Semoga keikhlasanmu berbuah kebaikan juga untukmu.
10. Rekan-rekan seperjuangan penulis KPI 2009 khususnya KPI B terima kasih
untuk ilmu dan kenangan yang pernah kita lewati bersama. Semoga kita akan
dipertemukan di kesempatan lain.
11. Untuk Tim Hore Ajid, Teddy dan Rio, terimakasih untuk kebersamaan,
persaudaraan yang kita jalin selama ini, semoga keikhlasan kalian berbuah
pahala yang indah dari Allah.
12. M. Irwan Ariefyanto selaku Redaktur Pelaksana Republika Online, terima
kasih sudah meluangkan waktunya untuk melakukan wawancara dan
membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
iv
13. Muhammad Jimi selaku informan, terima kasih yang sebesar-besarnya karena
sudah bersedia di wawancarai dengan penulis dan membantu penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini.
14. Staff bagian Akademik, Umum, dan Keuangan Fakultas Ilmu Dakwah dan
Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
15. Semua pihak yang membantu memberikan doa, dukungan yang tidak penulis
sebutkan, semoga Allah membalas kebaikan kalian semua. Amin
Akhir kata, penelitian skripsi ini tentunya masih jauh dari sempurna, namun
diharapkan semoga skripsi ini bermanfaat bagi pembaca dan segenap keluarga besar
citivitas akademika Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam.
Jakarta, 22 Juli 2013
Penulis
v
DAFTAR ISI
ABSTRAK .............................................................................................................. i
KATA PENGANTAR ........................................................................................... ii
DAFTAR ISI .......................................................................................................... v
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ............................................................. 1
B. Batasan Dan Rumusan Masalah ................................................. 4
C. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian .................................. 5
D. Metodologi Penelitian ............................................................... 6
E. Tinjauan Pustaka ...................................................................... 10
F. Sistematika Penulisan .............................................................. 11
BAB II LANDASAN TEORI
A. Konsep Analisis Wacana ......................................................... 13
1. Pengertian Analisis Wacana ................................................ 13
2. Analisis Wacana Kritis ........................................................ 16
3. Paradigma Kritis .................................................................. 20
4. Analisis Wacana Model Norman Fairclough ....................... 22
B. Perbedaan Media Cetak dengan Media Online ......................... 28
C. Konsep Berita ............................................................................30
1. Pengertian Berita ................................................................... 30
2. Nilai Berita ............................................................................ 32
vi
3. Proses Pencarian dan Penulisan Berita ................................ 34
D. Kontroversi Ucapan Selamat Natal ........................................... 35
1. Pengertian Kontroversi.......................................................... 35
2. Hukum Mengucapkan Selamat Natal.................................... 35
BAB III GAMBARAN UMUM
A. Sejarah Singkat Republika Online ........................................... 39
B. Republika Tampil di Internet ................................................... 40
BAB IV TEMUAN DAN ANALISIS DATA
A. Analisis Teks Pemberitaan Kontroversi Ucapan Selamat Natal
di Republika Online Edisi 4 Januari 2013 ................................. ...43
B. Analisis Discourse Practice Pemberitaan Kontroversi Ucapan
Selamat Natal di Republika Online Edisi 4 Januari
2013................................................................................................78
1. Produksi Teks ...................................................................... 78
2. Konsumsi Teks .................................................................... 83
C. Analisis Sosiocultural Practice Pemberitaan Kontroversi
Ucapan Selamat Natal di Republika Online Edisi 4 Januari
2013................................................................................................87
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan............................................................................... 90
B. Saran ………………………………………………………….92
vii
DAFTAR PUSAKA ............................................................................................94
LAMPIRAN
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Media sebagai alat untuk menyampaikan sebuah berita, penilaian, atau
gambaran umum tentang banyak hal, ia mempunyai kemampuan untuk berperan
sebagai institusi yang dapat membentuk opini publik antara lain karena media
juga dapat berkembang menjadi kelompok penekan atas ide atau gagasan dan
bahkan suatu kepentingan atau citra yang ia representasikan untuk diletakan
dalam konteks kehidupan yang lebih empiris.1
Pers mempunyai dua pengertian, yakni pers dalam arti sempit dan pers
dalam arti luas. Pers dalam arti sempit adalah media massa cetak, seperti surat
kabar, majalah, tabloid, dan sebagainya. Kemudian pers dalam arti luas meliputi
media massa cetak elektronik, antara lain radio siaran dan televisi, sebagai media
yang menyiarkan karya jurnalistik. Jadi, yang dimaksud dengan pers adalah
lembaga atau badan organisasi yang menyebarkan berita sebagai karya jurnalistik
kepada khalayak. Pers dan jurnalistik bisa diibaratkan sebagai raga dan jiwa. Pers
adalah aspek raga, karena berwujud konkret, nyata. Oleh karena itu dapat diberi
nama, sedangkan jurnalistik adalah aspek jiwa, karena abstrak, merupakan
kegiatan, daya hidup.2
1 Alex Sobur, Analisis Teks Media, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2001), Cet. Ke-1,
hal. 31 2 Hikmat Kusumaningrat, Jurnalistik Teori dan Praktik, (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2005), hal. 17
2
Dalam perkembangannya, banyak lembaga pers di Indonesia yang
cenderung netral atau jarang menerbitkan suatu berita tentang kontroversi ataupun
isu-isu terhadap suatu agama (Media Indonesia, Kompas), ini yang membuat
lahirnya pers bersifat islami di Indonesia.
Salah satu harian umum berbasis islami ialah Harian Umum Republika.
“Harian Umum Republika mulai terbit perdana pada tanggal 4 Januari 1993”.
Pada masa itu izin untuk menerbitkan harian umum atau koran terbilang sangat
sulit, hasil dari ICMI se-Indonesia yang dapat menembus ketatnya pemerintahan
untuk izin penerbitan. Harian Umum Republika menjadi suatu berkah dengan
dapat terwakilkannya aspirasi umat Islam di dalam wacana nasional sehingga
menumbuhkan pluralisme informasi kepada masyarakat dan merupakan
perusahaan media pertama yang menjadi perusahaan publik.3
Harian Umum Republika sebagai salah satu media massa di Indonesia
yang berideologi Islami, tetapi dalam penerbitan beritanya tidak semua berita
yang di terbitkan bersifat Islami, akan tetapi juga menerbitkan berita tentang hari
raya agama lain seperti kontroversi ucapan Selamat Natal yang di posting oleh
Republika Online (media online/internet Harian Umum Repunlika) pada edisi 4
Januari 2013. Tetapi, dalam pemberitaannya harus tetap terdapat unsur-unsur
kaidah Islam yang tidak boleh dihilangkan.
Banyaknya isu yang berkembang di masyarakat tentang boleh tidaknya
umat muslim mengucapkan selamat hari raya Natal kepada umat yang
merayakannya dan juga MUI melayangkan fatwa haram kepada umat muslim
3 Mengutip dari Skripsi Tahun 2011 Milik Fauziah Jurusan Komunikasi dan Penyiaran
Islam UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3
yang mengucapkan “Selamat Hari Raya Natal” tetapi sebaliknya mentri agama RI
Suryadharma Ali membolehkan umat muslim mengucapkan selamat Natal
dikarenakan bagian dari toleransi umat beragama karena di Indonesia adalah
Negara yang pluralisme, membuat Republika Online mempublikasikan sebuah
pemberitaan tentang ucapan Selamat Natal yang penuh dengan kontroversi di
dalamnya, seperti : “MUI Tangerang Haramkan Ucapan Selamat Natal”,
“Bolehkah Umat Islam Mengikuti Natal? Ini Dalil-dalilnya”, dan “Kontroversi
Ucapan Natal”.
Bagi umat muslim perayaan Natal atau mengucapkan “Selamat Natal” itu
hukumnya haram. Kaum Muslim haram mengikuti Ahli Kitab (Yahudi dan
Nasrani) merayakan Hari Natal atau hari raya mereka, serta mengucapkan ucapan
"Selamat Natal", karena ini merupakan bagian dari kegiatan khas keagamaan
mereka, atau syiar agama mereka yang batil. Kita pun dilarang meniru mereka
dalam hari raya mereka.4
Keharaman itu dinyatakan dalam al-Kitab, as-Sunnah dan Ijma'
Sahabat. Pertama, dalam al-Qur'an, Allah SWT berfirman:
“Dan orang-orang yang tidak memberikan persaksian palsu, dan apabila
mereka bertemu dengan (orang-orang) yang mengerjakan perbuatan-
perbuatan yang tidak berfaedah, mereka lalui (saja) dengan menjaga
kehormatan dirinya” (Q.s. Al-Furqan [25]: 72)
Mujahid, dalam menafsirkan ayat tersebut menyatakan, "az-Zûr
(kemaksiatan) itu adalah hari raya kaum Musyrik. Begitu juga pendapat
yang sama dikemukakan oleh ar-Rabî' bin Anas, al-Qâdhî Abû Ya'lâ dan
ad-Dhahâk." Ibn Sirîn berkomentar, "az-Zûr adalah Sya'ânain. Sedangkan
4 http://arrahmah.com/read/2012/12/26/25704-hukum-merayakan-natal-bagi-kaum-
muslim.html, Senin, 21 Januari 2013
4
Sya'ânain adalah hari raya kaum Kristen. Mereka menyelenggarakannya
pada hari Ahad sebelumnya untuk Hari Paskah. Mereka merayakannya
dengan membawa pelepah kurma. Mereka mengira itu mengenang
masuknya Isa al-Masih ke Baitul Maqdis."5
Wajh ad-dalâlah (bentuk penunjukan dalil)-nya adalah, jika Allah memuji
orang-orang yang tidak menyaksikan az-Zur (Hari Raya kaum Kafir),
padahal hanya sekedar hadir dengan melihat atau mendengar, lalu
bagaimana dengan tindakan lebih dari itu, yaitu merayakannya. Bukan
sekedar menyaksikan.6
Berdasarkan pemaparan latar belakang di atas, maka penulis memilih judul
“Analisis Wacana Pemberitaan Kontroversi Ucapan Selamat Natal di
Republika Online (Edisi 4 Januari 2013)”
B. Batasan dan Rumusan Masalah
Untuk lebih mempertajam dan mempermudah analisa kajian selanjutnya,
penulis memberikan pembatasan masalah sehingga kajian skripsi ini berfokus
pada pandangan Republika Online tentang Pemberitaan Kontroversi Ucapan
Selamat Natal pada edisi 4 Januari 2013.
Peneliti membatasi pemberitaan tentang Kontroversi Ucapan Selamat
Natal pada edisi 4 Januari 2013. Pada edisi ini terdapat berita tentang Kontroversi
Ucapan Selamat Natal.
Tabel 1.1 Pemberitaan
Edisi Judul
4 Januari 2013 Kontroversi Ucapan Natal (1)
Kontroversi Ucapan Natal (2)
Kontroversi Ucapan Natal (3-habis)
5 http://www.voa-islam.com/counter/liberalism/2012/12/26/22523/jawaban-tuntas-untuk-
qardhawi-quraisy-shihab-cs-yang-membolehkan-natal, 22 Juli 2013 6 Ibid.
5
Dari pembatasan masalah di atas, maka dapat dirumuskan masalahnya sebagai
berikut :
1) Bagaimana isi teks yang dikonstruksi oleh Republika Online edisi 4
Januari 2013 tentang pemberitaan Kontroversi Ucapan Selamat Natal ?
2) Bagaimana discourse practice yang dikosntruksi oleh Republika Online
edisi 4 Januari 2013 tentang pemberitaan Kontroversi Ucapan Selamat
Natal ?
3) Bagaimana sosiocultural practice yang dikonstruksi Republika Online
edisi 4 Januari 2013 tentang pemberitaan Kontroversi Ucapan Selamat
Natal ?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
1) Untuk mengetahui teks pemberitaan Kontroversi Ucapan Selamat Natal
edisi 4 Januari 2013 di Republika Online
2) Untuk mengetahui bagaimana discourse practice pemberitaan Kontroversi
Ucapan Selamat Natal edisi 4 Januari 2013 di Republika Online
3) Untuk mengetahui bagaimana sosioculural practice pemberitaan
Kontroversi Ucapan Selamat Natal edisi 4 Januari 2013 di Republika
Online
2. Manfaat Penelitian
1) Secara Akademis
6
Penelitian ini diharapkan dapat memperdalam studi tentang analisis
teks media massa. Serta dapat menambah referensi hasil riset terutama di
bidang komunikasi massa dengan fokus pada tehnik analisis wacana.
2) Secara Praktis
Hasil penelitian ini dapat memberikan informasi awal bagi
penelitian serupa di masa mendatang, dan juga diharapkan dapat
menambah ilmu dan wawasan para generasi muda.
D. Metodologi Penelitian
1. Paradigma Penelitian
Penelitian ini menggunakan teori kritis. Maka menghendaki dipakainya
multilevel methods.7Metode tersebut menekankan bahwa untuk memperoleh
pemahaman teks secara utuh, analisisnya harus diletakkan pada sebuah konteks
sosiokultural dan latar belakang aktor pembuat teks (media). Oleh sebab itu,
digunakanlah kerangka analisis wacana kritis dari Fairclough.8Secara umum,
kerangka analisis tersebut menekankan bahwa untuk memperoleh pemahaman
teks secara utuh, analisisnya harus diletakkan dalam sebuah konteks sosial
kultural dan latar belakang aktor pembuat teks.
2. Metode Penelitian
Penelitian ini difokuskan pada wacana pemberitaan Kontroversi Ucapan
Selamat Natal edisi 4 Januari 2013 di Republika Online. Kita dapat memahami
bahwa sebenarnya isi media dipengaruhi oleh berbagai komponen yang terdapat
7 Aris Badara, Analisis Wacana Teori Metode, dan Penerapannya pada Wacana Media,
(Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2012), Cet. Ke-1, hal. 27 8 Ibid. hal. 27
7
dalam institusi media itu sendiri dengan menggunakan analisis wacana. Dalam
penelitian ini bukan hanya ingin mengetahui bagaimana isi teks media, tapi juga
bagaimana pesan itu disampaikan, maka penelitian ini lebih pada pendekatan
kualitatif yaitu analisis wacana yang merupakan salah satu alternatif analisis isi
selain analisis isi kuantitatif. Jika analisis kuantitatif lebih menekankan pada
pertanyaan “apa” (What), analisis wacana lebih melihat pada “bagaimana” (How)
dari pesan atau teks komunikasi. Melalui analisis wacana bukan hanya
mengetahui bagaimana isi teks berita, tetapi juga bagaimana pesan itu
disampaikan. Itulah alasan kenapa penelitian ini menggunakan pendekatan
kualitatif dengan menggunakan analisis wacana.9
Analisis wacana yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis
wacana kritis atau critical discourse analysis (CDA). pada multilevel analisis
yang mengaitkan analisis pada jenjang mikro (teks) dengan analisis pada jenjang
meso atau pun makro.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah tematik, skematik,
semantik, sintaksis, stilistik, retoris berserta analisis wacana kritis Norman
Fairclough, mengemukakan bahwa wacana merupakan sebuah praktik sosial.
Selanjutnya, Jorgensen menjelaskan konsep Fairclough yang membagi analisis
wacana ke dalam tiga dimensi yaitu :
1. Text, yaitu berhubungan dengan linguistik, misalnya dengan melihat
kosakata, semantik, dan tata kalimat, juga koherensi dan kohesivitas, serta
bagaimana antarsatuan tersebut membentuk suatu pengertian.
9 Alex Sobur, Analisis Teks Media: Suatu Pengantar untuk Analisis Wacana, Analisis
Semiotik, Analisis Framing, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2001), Cet. Ke-1, hal. 68-69
8
2. Discourse practice merupakan dimensi yang berhubungan dengan proses
produksi dan konsumsi teks; misalnya, pola kerja, bagan kerja, dan
rutinitas saat menghasikan berita.
3. Social practice, dimensi yang berhubungan dengan konteks di luar teks;
misalnya, konteks situasi atau konteks dari media dalam hubungannya
dengan masyarakat atau budaya politik tertentu.10
Berdasarkan hal di atas, maka dirumuskanlah suatu pengertian analisis
wacana yang bersifat kritis yaitu suatu pengkajian secara mendalam yang
berusaha mengungkap kegiatan, pandangan, dan identitas berdasarkan bahasa
yang digunakan dalam wacana.
3. Subjek Penelitian dan Objek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah Republika Online edisi 4 Januari 2013.
Sedangkan objek penelitiannya adalah teks yang terdapat pada wacana
pemberitaan Ucapan Selamat Natal.
4. Teknik Pengumpulan Data
a. Observasi
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan yaitu dengan
melakukan observasi. Observasi adalah berupa kegiatan mengenai yang
berhubung dengan pengawasan, peninjauan, penyelidikan dan riset.11
Penelitian
mengobservasi teks-teks pemberitaan Kontroversi Ucapan Selamat Natal di
Republika Online edisi 4 Januari 2013. Dalam observasi, peneliti mengumpulkan
10
Aris Badara, Analisis Wacana Teori Metode, dan Penerapannya pada Wacana Media,
(Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2012), Cet. Ke-1, hal. 26
11
Sutrisno Hadi, Metodologi Research, (Yogyakarta: Andi Offset, 1989), Cet. ke-92
9
berbagai macam bentuk data yang ada pada wacana pemberitaan Kontroversi
Ucapan Selamat Natal di Republika Online edisi 4 Januari 2013 juga referensi
dari perpustakaan. Kemudian penulis menganalisis teks-teks tentang pemberitaan
Kontroversi Ucapan Selamat Natal edisi 4 Januari 2013 dengan menggunakan
analisis wacana.
b. Wawancara
Wawancara dilakukan dengan wartawan dan redaktur Harian Umum
Republika terkait peristiwa pemberitaan Kontroversi Ucapan Selamat Natal edisi
4 Januari 2013 di Republika Online dalam upaya menghimpun data yang akurat
sesuai dengan penelitian ini, sedangkan data-data yang diperoleh adalah dengan
cara tanya jawab secara lisan ataupun melalui sutrat elektronik.
c. Dokumentasi
Dokumentasi yang dipakai oleh penulis adalah data berita berupa posting-
an dari website Republika Online edisi 4 Januari 2013 tentang pemberitaan
Kontroversi Ucapan Selamat Natal.
5. Teknik Analisis Data
Wacana adalah suatu bahasan yang terlengkap dan tertinggi atau terbesar
di atas kalimat atau klausa dengan koherensi atau kohesi tinggi yang
berkesinambungan yang mempunyai awal dan akhir yang nyata yang disampaikan
secara lisan atau tertulis.12
Titik perhatian dari analisis wacana adalah
memaparkan atau menggambarkan teks serta konteks secara bersama-sama dalam
suatu proses komunikasi. Sementara analisis wacana yang digunakan sebagai
12
H.G. Tartigan, Pengajaran Wacana, (Bandung: Angakasa, 1987), Cet. ke-1, hal. 27
10
metode dalam penelitian ini adalah model Norman Fairclough. Dalam
menganalisis data, peneliti menggunakan metode analisis kritis (Critical discourse
analysis). Metode tersebut dipilih karena analisis wacana kritis memadukan tiga
aspek, yaitu: (a) analisis teks, (b) analisis proses produksi dan konsumsi teks, (c)
analisis sosiokultural yang berkembang disekitar wacana tersebut.13
E. Tinjauan Pustaka
Dalam penyususnan skripsi ini sebelum penulis mengadakan penelitian
lebih lanjut kemudian menyusunnya menjadi satu karya ilmiah, maka langkah
awal penulis lakukan adalah merangkai terlebih dahulu skripsi-skripsi sebelumnya
yang mempunyai tema hampir sama dengan yang akan diteliti sekarang tidak
sama dengan penelitian skripsi-skripsi sebelumnya.
Penelitian relevan yang penulis temukan antara lain :
1. “Analisis Wacana Pemberitaan Kekerasan Tenaga Kerja Wanita
Indonesia Di Harian Umum Republika (Edisi 22 November-25
November 2010)”, oleh Fauziah. Mahasiswi Jurusan Komunikasi
Penyiaran Islam Tahun 2011. Skripsi ini membahas mengenai pemberitaan
kekerasan tenaga kerja wanita Indonesia pada harian umum Republika.
2. “Analisis Wacana Pesan Dakwah Dalam Novel Kopiah Gus Dur Karya
Damien Dematra”, oleh Ririn Syodikin. Mahasiswi Jurusan Komunikasi
Penyiaran Islam Tahun 2011. Skripsi ini membahas mengenai isi pesan
13
Aris Badara, Analisis Wacana Teori Metode, dan Penerapannya pada Wacana Media,
(Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2012), Cet. Ke-1, hal. 7
11
dakwah yang dikemas oleh Damien Dematra di dalam novel Kopiah Gus
Dur.
3. “Analisis Wacana Pemberitaan Final Piala Suzuki AFF 2010 Di
Media Indonesia”, oleh Dita Amelia. Mahasiswi Konsentrasi Jurnalistik,
Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Tahun 2011. Skripsi ini
membahas mengenai pemberitaan olahraga sepak bola final piala Suzuki
AFF 2010 di Media Indonesia.
F. Sistematika Penulisan
Adapun sistematika penulisan skripsi ini ialah sebagai berikut :
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini menjelaskan mengenai latar belakang masalah,
pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat
penelitian, metodologi penelitian, tinjauan pustaka, dan
sistematika penulisan.
BAB II LANDASAN TEORI
Bab ini menjelaskan penjabaran ruang lingkup landasan
teori yang membangun struktur wacana terhadap objek
penelitian.
BAB III GAMBARAN UMUM
Pada bab ini membahas tentang sejarah dan perkembangan
Republika Online, Visi dan Misi, struktur organisasi redaksi
Republika Online, serta konsep-konsep umum pada
12
Republika Online yang ditemukan peneliti dalam sumber-
sumber pendukung.
BAB IV ANALISIS DATA
Membahas tentang isi teks, proses produksi dan konsumsi
teks serta sosiocultural practice terkait berita Kontroversi
Ucapan Selamat Natal di Republika Online.
BAB V PENUTUP
Bab ini berisi tentang kesimpulan dan saran dari penulis
mengenai hal-hal yang telah dibahas oleh penulis dalam
skripsi ini.
13
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Konsep Analisis Wacana
1. Pengertian Analisis Wacana
Secara etimologi istilah wacana berasal dari bahasa Sansekerta
wac/wak/uak yang memiliki arti berkata atau bercakap. Kemudian kata tersebut
mengalami perubahan menjadi wacana. Kata „ana‟ yang berada di belakang
adalah bentuk sufiks (akhiran) yang bermakna „membendakan‟ (nominalisasi).
Dengan demikian, kata wacana dapat dikatakan sebagai perkataan atau tuturan.1
Ismail Marahimin mengartikan wacana sebagai kemampuan untuk maju
(dalam pembahasan) menurut urut-urutan yang teratur dan semestinya, dan
komunikasi buah pikiran, baik lisan maupun tulisan, yang resmi dan teratur.2Jika
definisi ini kita pakai sebagai penganan, maka dengan sendirinya semua tulisan
yang teratur, yang menurut urut-urutan yang semestinya, atau logis , adalah
wacana. Karena itu, sebuah wacana harus mempunyai dua unsur penting yaitu
kesatuan dan kepaduan.
Alex Sobur dalam bukunya Analisis Teks Media menggambarkan wacana
dalam aspek makna kebahasan di antaranya, komunikasi pikiran dengan kata-kata,
ekspresi ide-ide atau gagasan-gagasan konverasi atau percakapan, komunikasi
1 Dedy Mulyana, Kajian Wacana: Teori, Metode Aplikasi, dan Prinsip-Prinsip Analisis
Wacana, (Yogyakarta : Tiara Wacana, 2005), hal. 3 2 Alex Sobur, Analisis Teks Media: Suatu Pengantar untuk Analisis Wacana, Analisis
Semiotik, Analisis Framing, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2001), Cet. Ke-1, hal. 10
14
secara umum terutama sebagai suatu subjek studi atau pokok telaah, dan yang
terakhir risalat tulis, disertasi formal, kuliah, ceramah dan khotbah.3
Dalam analisis wacana yang menjadi sorotan utama adalah representasi,
bagaimana seseorang atau segala sesuatu itu tidak tampil sendiri, tetapi
ditampilkan melalui mediasi bahasa. Baik tertulis, suara, maupun gambar. Bahasa
disini tidak dimaknai sebagai sesuatu yang netral yang bias mentransmisikan dan
mengahadirkan realitas seperti keadaan aslinya. Bahasa disini bukan dimaknai
sebagai sesuatu yang netral, tetapi sudah tercelup oleh ideologi yang membawa
muatan kekuasaan tertentu. Bahasa adalah suatu praktik sosial, melalui mana
seseorang atau kelompok ditampilkan dan didefinisikan. Lewat bahasa, seseorang
ditampilkan secara baik dan buruk untuk ditampilkan kepada masyarakat.4
Analisis wacana berbeda apa yang dilakukan oleh analisis isi kuantitatif.5
Dasar dari analisis wacana adalah interpretasi, karena analisis wacana merupakan
bagian dari metode interpretatif yang mengandalkan interpretasi dan penafsiran
peneliti. Oleh karena itu, dalam proses kerjanya, analisis wacana tidak
memerlukan lembar koding yang mengambil beberapa item atau turunan dari
konsep tertentu. Meskipun ada panduan apa yang biasa dilihat dan diamati dari
suatu teks, pada prinsipnya semua tergantung pada interpretasi peneliti. Isi
dipandang bukan sesuatu yang mempunyai arti yang tepat, dimana peneliti dan
khalayak mempunyai penafsiran yang sama atas suatu teks. Justru yang terjadi
sebaliknya, setiap teks pada dasarnya biasa dimaknai secara berbeda, dapat
3 Ibid, hal. 10
4 Eriyanto, Analisis Wacana Pengantar Analisis Teks Media, (Yogyakarta: Lkis Group,
2001), hal. 343 5 Ibid, h. 337
15
ditafsirkan secara beraneka ragam. Perbedaan ini terutama di dasarkan pada yang
satu merupakan bagian dari tradisi penelitian empiris, sedangkan yang satu
interpretatif.
Kedua analisis wacana justru berpretensi memfokuskan pada pesan yang
tersembunyi (laten). Banyak sekali teks komunikasi disampaikan secara implisit.
Makna suatu pesan dengan demikian tidak dapat hanya ditafsirkan sebagai apa
yang tampak nyata dalam teks, tetapi harus dianalisis dari makna yang
tersembunyi. Pretense analisis wacana adalah pada muatan, nuansa, dan makna
yang laten dalam teks media.
Ketiga, analisis wacana bukan hanya bergerak dalam level makro (isi dari
suatu teks) tetapi juga pada level mikro yang menyusun suatu teks. Dalam analisis
wacana, bukan hanya kata atau aspek isinya yang dapat dikodekan tetapi struktur
wacana yang kompleks pun dapat dianalisis pada berbagai tingkatan deskripsi.
Bahkan makna kalimat dan relasi koheren antarkalimat pun dapat dipelajari.
Dalam pendekatan ini, pengandaian yang digunakan untuk memeriksa makna
yang tersembunyi yang dimiliki wacana juga dapat dipelajari dan dibedah. Kita
juga dapat melihat bagaimana suatu peristiwa dapat digambarkan dengan sedikit
atau banyak detail dalam teks. Intinya, semua elemen yang membentuk teks baik
yang terlihat secara eksplisit maupun tersamar dapat dibedakan dengan analisis
wacana. Keempat, analisis wacana tidak berpretensi melakukan generalisasi
dengan beberapa asumsi.6
6 Eriyanto, Analisis Wacana Pengantar Analisis Teks Media, (Yogyakarta: Lkis Group,
2001), hal. 339-340
16
Foucault mengatakan wacana sebagai bidang dari semua pernyataan
(statement), kadang sebagai sebuah individualisasi kelompok pernyataan, dan
kadang-kadang sebagai praktik regulative yang dilihat dari sejumlah pernyataan
(Millis, 1997: 8). Sementara Eriyanto (2005: 5) mendefinisikan analisis wacana
sebagai suatu upaya pengungkapan maksud tersembunyi dari sang subjek yang
mengemukakan suatu pernyataan. Wacana merupakan praktik sosial
(mengkonstruksi realitas) yang menyebabkan sebuah hubungan dialektis antara
peristiwa yang diwacanakan dengan konteks sosial, budaya, ideologi tertentu.
Disini bahasa dipandang sebagai faktor penting untuk mereprentasikan maksud si
pembuat wacana.7
Dalam analisisnya, analisis wacana lebih bersifat kualitatif, karena analisis
wacana lebih menekankan pemaknaan teks daripada unit kategori seperti pada
analisis isi kuantitatif. Unsur penting dalam analisis wacana adalah kepaduan
(coherence) dan kesatuan (unity) serta penafsiran peneliti.8
2. Analisis Wacana Kritis
Dalam analisis wacana kritis, wacana di sini tidak dipahami semata
sebagai studi bahasa. Pada akhirnya, analisis wacana memang menggunakan
bahasa dalam teks untuk dianalisis, tetapi bahasa yang dianalisis di sini agak
berbeda dengan studi bahasa dalam pengertian lingusitik tradisional. Bahasa
dianalisis bukan dengan menggambarkan semata dari aspek kebahasaan, tetapi
7 Rachmat Kriyantono, Teknik Praktis Riset Komunikasi (Jakarta: Kencana Prenada
Media Group, 2008), Cet. Ke-3 hal. 260 8 Alex Sobur, Analisis Teks Media: Suatu Pengantar untuk Analisis Wacana, Analisis
Semiotik, Analisis Framing, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2001), Cet. Ke-1, hal. 68
17
juga menghubungkan dengan konteks. Konteks di sini berarti bahasa itu dipakai
untuk tujuan dan praktik tertentu, termasuk di dalamnya praktik kekuasaan.9
Maka dari itu wacana kritis memandang bahasa selalu terlibat dalam
hubungan kekuasaan, terutama dalam membentuk subjek serta berbagai tindakan
representasi yang terdapat di dalam masyarakat. Oleh sebab itu, analisis wacana
kritis yang juga menggunakan pendekatan kritis menganalisis bahasa tidak saja
dari aspek kebahasaan, tetapi juga menghubungkannya dengan konteks. Konteks
yang dimaksud adalah tujuan dan praktik tertentu.
Menurut Fairclough dan Wodak, analisis wacana kritis melihat wacana
sebagai bentuk dan praktik sosial. Wacana sebagai praktik sosial yang
menyebabkan sebuah hubungan dialektis di antara peristiwa wacana tertentu dan
situasi, institusi, dan sktruktur sosial yang membentuknya. Praktik wacana biasa
jadi menampilkan ideologi: ia dapat memproduksi dan memproduksi hubungan
kekuasaan yang tidak berimbang antara kelas sosial, laki-laki dan perempuan,
kelompok mayoritas dan minoritas. Melalui perbedaan itu direpresentasikan
dalam posisi sosial yang ditampilkan. Melalui wacana, sebagai contoh, dalam
sebuah wacana keadaan yang rasis, seksis, atau ketimpangan kehidupan sosial
dipandang sebagai suatu common sense, suatu kewajaran/alamiah, dan memang
seperti kenyataannya.10
Analisis wacana kritis melihat bahasa sebagai faktor penting, yakni
bagaimana bahasa digunakan untuk melihat ketimpangan kekuasaan dalam
9 Eriyanto, Analisis Wacana Pengantar Analisis Teks Media, (Yogyakarta: Lkis Group,
2001), hal. 7 10
Aris Badara, Analisis Wacana Teori Metode, dan Penerapannya pada Wacana Media,
(Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2012), Cet. Ke-1, hal. 28-29
18
masyarakat terjadi. Mengutip Fairclough dan Wodak, analisis wacana kritis
menyelidiki bagaimana penggunaan bahasa kelompok sosial dan saling bertarung
dan mengajukan versinya masing-masing.11
Berikut ini disajikan karakteistik
penting dari analisis wacana kritis yang disarikannya oleh Eriyanto dari tulisan
Van Djik, Fairclough, dan Wodak.
a. Tindakan
Prinsip pertama, wacana dipahami sebagai sebuah tindakan. Dengan
pemahaman semacam itu wacana diasosiasikan sebagai bentuk interaksi. Wacana
bukan ditempatkan seperti dalam ruang tertutup dan internal.
b. Konteks
Anaisis wacana kritis mempertimbangkan konteks wacana, seperti latar,
situasi, pristiwa, dan kondisi. Merujuk pandangan Cook, analisis wacana juga
memeriksa konteks dari komunikasi.12
Titik tolak dari analisis wacana di sini,
bahasa tidak biasa dimengerti sebagai mekanisme internal dari linguistik semata,
bukan suatu objek yang diisolasi dalam ruang tertutup. Bahasa di sini dipahami
dalam konteks secara keseluruhan.
c. Historis
Contoh dari konteks historis. Misalnya, kita melakukan analisis wacana
teks selebaran mahasiswa menentang Suharto. Pemahaman mengenai wacana teks
tersebut hanya dapat diperoleh apabila kita memberikan konteks historis dimana
teks tersebut dibuat.
d. Kekuasaan
11
Ibid. hal. 29 12
Ibid. hal. 30
19
Di dalam analisis wacana kritis juga mempertimbangkan elemen
kekuasaan di dalamnya. Setiap wacana yang muncul dalam bentuk teks,
percakapan ataupun, tidak dipandang sebagai sesuatu yang alamiah, wajar, dan
netral tetapi merupakan bentuk pertarungan kekuasaan. Konsep kekuasaan adalah
salah satu kunci hubungan antara wacana dan masyarakat.13
Dari pernyataan di atas mengimplikasikan bahwa analisis wacana kritis
tidak membatasi diri pada detail teks atau struktur wacana saja, tetapi juga
menghubungkannya dengan kekuatan dan kondisi sosial, politik, ekonomi, dan
budaya tertentu.
e. Ideologi
Ideologi merupakan suatu konsep yang sentral dalam analisis wacana
bersifat kritis. Hal tersebut karena teks, percakapan, dan lainnya adalah bentuk
dari suatu praktik ideologi atau pencerminan dari ideologi tertentu.14
Van Dijk menyatakan bahwa ideologi dimaksudkan untuk mengatur
masalah tindakan dan praktik individu atau anggota suatu kelompok sehingga
bertindak dalam situasi yang sama dan menghubungkan masalah mereka, serta
memberikan kontribusi dalam membentuk solidaritas dan kohesi dalam
kelompok.15
Analisis bahasa kritis atau Critical Linguistics adalah melihat bagaimana
gramatika bahasa membawa posisi dan makna ideologi tertentu. Dengan kata lain,
13
Eriyanto, Analisis Wacana Pengantar Analisis Teks Media, (Yogyakarta: Lkis Group,
2001), hal. 11 14
Aris Badara, Analisis Wacana Teori Metode, dan Penerapannya pada Wacana Media,
(Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2012), Cet. Ke-1, hal. 34 15
Eriyanto, Analisis Wacana Pengantar Analisis Teks Media, (Yogyakarta: Lkis Group,
2001), hal. 13
20
aspek ideologi itu diamati dengan melihat pilihan bahasa dan struktur tata bahasa
yang dipakai. Bahasa, baik pilihan kata maupun struktur gramatika, dipahami
sebagai pilihan, mana yang dipilih oleh seseorang untuk diungkapkan membawa
makna ideologi tertentu. Ideologi itu dalam taraf yang umum menunjukan
bagimana suatu kelompok berusaha memenangkan dukungan publik, dan
bagaimana kelompok lain berusaha memarjinalkan lewat pemakaian bahasa dan
struktur gramatika tertentu. Bahasa adalah suatu sistem kategorisasi, dimana
kosakata tertentu dapat dipilih yang akan menyebabkan makna tertentu.16
3. Paradigma Kritis
Paradigma kritis ialah adanya kekuatan-kekuatan yang berbeda dalam
masyarakat yang mengontrol proses komunikasi. Oleh sebab itu, pertanyaan
utama dari paradigma ini adalah siapa yang mengontrol media? Kenapa ia
mengontrol? Keuntungan apa yang bisa diambil dengan kontrol tersebut?
Kelompok mana yang tidak dominan dan menjadi objek pengontrolan? Paradigma
ini percaya bahwa media adalah sarana dimana kelompok dominan dapat
mengontrol kelompok yang tidak dominan bahkan memarjinalkan mereka dengan
menguasai dan mengontrol media.17
Seperti ditulis oleh Sindhunata, teori kritis lahir karena ada keperihatinan
akumulasi dan kapitalisme lewat modal yang besar, yang mulai menentukan dan
mempengaruhi kehidupan masyarakat18
Modal inilah yang kini bisa menggerakan atau mengontrol masyarakat dan
individu-individu tidak lagi memiliki kontrol terhadap modal tersebut, malah
16
Ibid. hal. 15 17
Ibid, hal. 23-24 18
Ibid. hal. 24
21
secara rasional atau secara alamiah di luar batas kesadarannya ia harus
menyesuaikan dengan masyarakat yang dikuasai modal.
Salah satu sifat dasar dari teori kritis adalah selalu curiga dan
mempertanyakan kondisi masyarakat pada saat ini. Karena kondisi masyarakat
yang terlihat produktif, dan bagus tersebut sesungguhnya memiliki struktur
masyarakat yang menindas dan menipu kesadaran khalayak.19
Contohnya dalam proses berita. Kondisi berita pada saat ini dengan
mempunyai modal besar-besaran menyatakan bahwa berita itu objektif. Sehingga
pertanyaan yang timbul ialah bagaimana supaya media dapat meliput peristiwa
dengan objektif. Dalam teori kritis, pertanyaan yang pertama kali harus selalu
diajukan adalah mengenai objektivitas itu sendiri. Semua kategori seperti nilai
berita dan objektif harus dipertanyakan, karena bisa menjadi alat kelompok yang
dominan yang ada di dalam masyarakat. Lewat kategori itu, bisa jadi dominasi
kekuasaan sedang dimapankan, sehingga kita percaya kepada objektivitas, pada
saat itu juga kita memperkuat dan mempercayai struktur sosial yang pada
dasarnya tidak seimbang dan palsu tersebut. Oleh karena itu, berbagai definisi dan
kategori harus satu per satu dipertanyakan ulang secara kritis.
Paradigma kritis mempunyai pandangan tersendiri terhadap berita, yang
bersumber pada bagaimana berita tersebut diproduksi dan bagaimana kedudukan
wartawan dan media bersangkutan dalam keseluruhan proses produksi berita.
Paradigma pluralis percaya bahwa wartawan dan media adalah entitas yang
otonom, dan berita yang dihasilkan haruslah menggambarkan realitas yang terjadi
19
Ibid. hal. 24
22
di lapangan. Sementara paradigma kritis mempertanyakan posisi wartawan dan
media dalam keseluruhan struktur sosial dan kekuatan sosial yang ada dalam
masyarakat. Pada akhirnya posisi tersebut mempengaruhi berita, bukan
pencerminan dari realitas yang sesungguhnya.20
Aliran kritis melihat struktur sosial sebagai konteks yang sangat
menentukan realitas, proses, dan dinamika komunikasi, termasuk komunikasi
massa. Bagi aliran ini, penelitian komunikasi massa yang mengabaikan struktur
sosial sebagai penelitian yang ahistoris. Kritik dari pendekatan ini ditujukan
kepada pendekatan yang diambil dari paradigma positivistik. Paradigma kritis
beragumentasi, melihat komunikasi, dan proses yang terjadi di dalamnya haruslah
dengan pendangan holistik. Menghindari konteks sosial akan menghasilkan
distorsi yang serius.21
Paradigma kritis mempunyai pandangan bahwa media
bukanlah saluran yang bebas dan netral. Media justru dimiliki oleh kelompok
tertentu dan digunakan untuk mendominasi kelompok yang tidak dominan.
4. Analisis Wacana Model Norman Fairclough
Pendekatan yang akan digunakan dalam analisis wacana ini menggunakan
model Norman Fairclough, dengan melihat berbagai perbandingan antar model
pada analisis wacana. Titik perhatian besar dari Fairclough adalah melihat bahasa
sebagai praktik kekuasaan. Model analisis wacana ini dibagi ke dalam tiga
sktruktur besar, yakni : 1. teks, 2. discourse practice dan 3. sociocultural practice.
20
Ibid. hal. 31-32 21
Ibid. hal. 48
23
Dalam model Fairclough, teks yang dianalisis secara linguistik dengan
melihat kosakata semantik dan tata kalimat. Termasuk di dalamnya koherensi dan
kohesivitas, bagaimana antarkata atau antarkalimat tersebut digabung sehingga
membentuk sebuah pengertian. Intinya adalah teks bukan hanya menunjukan
bagaimana suatu objek digambarkan tetapi juga bagaimana hubungan antar objek
di definisikan. Disini dilakukan analisis linguistik pada struktur teks untuk
menjelaskan teks tersebut, yang meliputi kosakata, kalimat, proposisi, makna
kalimat dan lainnya, untuk mempermudah analisis bisa digunakan metode analisis
pembingkaian.22
Fairclough melihat teks dalam berbagai tingkatan. Sebuah teks bukan
hanya menampilkan bagaimana suatu objek digambarkan tetapi juga bagaimana
hubungan antarobjek didefinisikan. Ada tiga elemen dasar dalam model
Fairclough, yang dapat digambarkan dalam tabel berikut. Setiap teks pada
dasarnya, menurut Fairclough dapat diuraikan dan dianalisis dari ketiga unsur
tersebut.23
Tabel 2.1
Unsur Yang Ingin Dilihat
Representasi Bagaimana peristiwa, orang, kelompok, situasi, keadaan, atau
apa pun ditampilkan dan digambarkan dalam teks.
Relasi Bagaimana hubungan antara wartawan, khalayak, dan
22
Rachmat Kriyantono, Teknik Praktis Riset Komunikasi (Jakarta: Kencana Prenada
Media Group, 2008), Cet. Ke-3 hal. 263 23
Eriyanto, Analisis Wacana Pengantar Analisis Teks Media, (Yogyakarta: Lkis Group,
2001), hal. 289
24
partisipan berita ditampilkan dan digambarkan dalam teks.
Identitas Bagaimana identitas wartawan, khalayak, dan partisipan berita
ditampilkan dan digambarkan dalam teks.
1.1 Representasi dalam anak kalimat
Aspek ini berhubungan dengan bagaimana seseorang, kelompok,
peristiwa, dan kegiatan ditampilkan dalam teks, dalam hal ini bahasa yang
dipakai. Menurut Fairclough, ketika sesuatu tersebut ditampilkan, pada dasarnya
pemakai bahasa dihadapkan pada paling tidak dua pilihan. Pertama, pada tingkat
kosakata: kosakata apa yang dipakai untuk menampilkan dan menggambarkan
sesuatu, yang menunjukan bagaimana sesuatu tersebut dimasukan dalam satu set
kategori. Kedua, pilihan yang didasarkan pada tingkat tata bahasa. Pertama-tama
terutama perbedaan di antara tindakan dan sebuah peristiwa. Ini bukan semata
persoalan ketatabahasaan, karena realitas yang dihadirkan dari pemakaian tata
bahasa ini berbeda. Pemakai bahasa dapat memilih, apakah seseorang, kelompok,
atau kegiatan tertentu hendak ditampilkan sebagai sebuah tindakan ataukah
sebagai sebuah peristiwa.24
1.2 Representasi dalam kombinasi anak kalimat
Antara satu anak kalimat dengan anak kalimat yang lain dapat digabung
sehingga membentuk suatu pengertian yang dapat dimaknai. Pada dasarnya,
realitas terbentuk lewat bahasa dengan gabungan antara satu anak kalimat dengan
anak kalimat yang lain. Dalam proses kerja penulisan berita, wartawan pada
24
Ibid. hal. 290
25
dasarnya membuat abstraksi bagaimana fakta-fakta yang saling terpisah dan
tercerai-berai digabungkan sehingga menjadi suatu kisah dapat dipahami oleh
khalayak dan membentuk pengertian. Gabungan antara anak kalimat ini akan
membentuk koherensi lokal, yakni pengertian yang didapat dari gabungan anak
kalimat satu dengan yang lain, sehingga kalimat itu mempunyai arti.25
1.3 Representasi dalam rangkaian anak kalimat
Ketika dua anak kalimat digabung, maka aspek ini berhubungan dengan
bagaimana dua anak kalimat atau lebih disusun dan dirangkai. Representasi ini
berhubungan dengan bagaimana dalam kalimat yang lebih menonjol dibandingkan
dengan bagian yang lain. Salah satu aspek penting adalah apakah partisipan
dianggap mandiri ataukah ditampilkan memberikan reaksi dalam teks berita.26
Rangkaian kalimat yang dimaksudkan penjelasan diatas ialah rangkaian kalimat
itu bukan hanya berhubungan dengan teknis penulisan, karena rangkaian itu bisa
mempengaruhi makna yang ditampilkan kepada khalayak.
2. Relasi
Relasi berhubungan dengan bagaimana partisipan dalam media
berhubungan dan ditampilkan dalam teks. Media disini dipandang sebagai suatu
arena sosial, dimana semua kelompok, golongan, dan khalayak yang ada dalam
masyarakat saling berhubungan dan menyampaikan versi dan gagasannya.
3. Identitas
Aspek identitas ini terutama dilihat oleh Fairclough dengan melihat
bagaimana identitaas wartawan ditampilkan dan dikonstruksi dalam teks
25
Ibid. hal. 294 26
Ibid. hal. 296
26
pemberitaan. Menurut Fairclough, bagaimana wartawan menempatkan dan
mengidentifikasikan dirinya dengan masalah atau kelompok sosial yang terlibat.27
Analisis Discourse Practice memusatkan perhatian pada bagimana
produksi dan konsumsi teks. Teks dibentuk lewat suatu praktik diskursus, yang
akan menentukan bagaimana teks tersebut diproduksi. Ketika terjadi di dalam
media, teks melibatkan praktik diskursus yang rumit dan kompleks. Praktik
wacana inilah yang menentukan bagaimana teks tersebut terbentuk. Menurut
Fairclough, ada dua sisi dari praktik diskursus tersebut, yakni produksi teks (
dipihak media) dan konsumsi teks (di pihak khalayak). Jadi kalau ada teks yang
merendahkan dan memarjinalkan posisi wanita, memarjinalkan posisi buruh, kita
harus mencari tahu bagaimana teks tersebut diproduksi dan bagaimana juga teks
tersebut dikonsumsi.
Kedua hal tersebut berhubungan dengan jaringan yang kompleks yang
melibatkan berbagai aspek praktik diskursif. Dari berbagai faktor yang kompleks
tersebut, setidaknya ada aspek yang penting. Pertama dari sisi individu wartawan
itu sendiri. Kedua, dari sisi bagaimana hubungan antara wartawan dengan struktur
organisasi media, baik sesama anggota redaksi maupun dengan bidang lain dalam
satu media. Ketiga, praktik kerja/ rutinitas kerja dari produksi berita mulai dari
pencarian berita, penulisan, editing sampai muncul sebagai tulisan di media.
Ketiga elemen tersebut merupakan keseluruhan dari praktik wacana dalam suatu
media yang saling kait dalam memproduksi suatu wacana berita.28
27
Ibid. hal. 303-304 28
Ibid. hal. 316-317
27
Faktor pertama dari pembentukan wacana ini adalah individu dan profesi
jurnalis itu sendiri. Faktor ini berhubungan dan berkaitan dengan para
professional. Faktor ini antara lain melingkupi latar belakang pendidikan mereka,
perkembangan professional, orientasi politik dan ekonomi para pengelolanya, dan
keterampilan mereka dalam memberitakan secara akurat. Penting juga untuk
diamati prilaku, pemahaman terhadap nilai dan kepercayaan dari para professional
tersebut, juga orientasi dari para professional, paling tidak dalam proses
sosialiasasi terhadap bidang pekerjaannya. Apakah mereka meletakkan dirinya
sebagai pihak yang netral atau partisipan aktif dalam mengembangkan suatu
berita.
Produksi teks juga berhubungan dengan struktur organisasi media. Teks
yang memarjinalkan seseorang atau suatu melibatkan struktur yang timpang.
Struktur organiasasi ini meliputi bagaimana bentuk organisasinya, bagaimana
promosi dan jenjang orang-orangnya, bagaimana proses pengambilan keputusan
dibuat, khususnya hal-hal yang berada di luar proses rutinitas media.29
Produksi teks berhubungan dengan bagaimana pola dan rutinitas
pembentukan berita di meja redaksi. Proses ini melibatkan banyak orang dan
banyak tahapan dari wartawan di lapangan, redaktur, editor bahasa sampai bagian
pemasaran. Pertimbangan apa yang dipakai menyangkut bagaimana suatu berita
diturunkan. Di dalam setiap organisasi media umumnya mempunyai struktur dan
fungsi berbeda-beda, dari proses turun ke lapangan, menulis, mengedit dari suatu
29
Ibid. hal. 318
28
berita. Praktik itu merupakan rutinitas media yang sedikit banyak akan
berpengaruh terhadap pemberitaan.30
Analisis sosiocultural practice didasari pada asumsi bahwa konteks sosial
yang ada di luar media mempengaruhi bagaimana wacana yang muncul dalam
media. Ruang redaksi atau wartawan bukanlah bidang atau kotak kosong yang
steril. Tetapi, sangat ditentukan oleh faktor di luar dirinya. Sosiocultural practice
ini memang tidak berhubungan langsung dengan produksi teks, tetapi ia
menentukan bagaimana teks diproduksi dan dipahami.
Ketika sosiocultural practice ini menentukan teks, menurut Fairclough,
hubungan itu bukan langsung, tetapi di mediasi oleh discourse practice. Kalau
ideologi dan kepercayaan masyarakat itu paternalistik. Maka hubungannya dengan
teks akan di mediasi oleh bagaimana teks tersebut diproduksi dalam suatu proses
dan praktik pembentukan wacana. Mediasi itu meliputi dua hal. Pertama,
bagaimana teks tersebut diproduksi. Ideologi partikal itu akan mewujud dalam
bagaimana teks tersebut diproduksi. Kedua, khalayak juga akan mengkonsumsi
dan menerima teks tersebut dalam pandangan yang partikal.31
B. Perbedaan Media Cetak dengan Media Online
Media cetak adalah berita-berita yang disiarkan melalui benda cetakan.
Dalam sejarahnya, jurnalisitik media cetak adalah bentuk jurnalistik pertama
sebelum munculnya radio, televisi, dan internet. Dari segi format atau ukurannya
media massa cetak terbagi menjadi berbagai segi. Pertama, format broadsheet,
30
Ibid. hal. 319 31
Ibid. hal. 320-321
29
yakni media cetak berukuran surat kabar umum. Kedua, format tabloid, yakni
media yang ukurannya setengah ukuran dari tabloid. Ketiga, format buku, yakni
ukuran setengah halaman majalah.32
Meskipun media-media cetak itu kini tumbuh dan berkembang pesat,
tetapi memiliki kompetisi atau persaingan yang sangat ketat. Sementara itu,
jumlah pembacanya tidak mengalami perkembangan yang signifikan. Pembaca
tidak membeli atau membaca banyak media, tetapi cenderung hanya berpindah
dari satu media ke media lainnya.33
Sejak dunia internet berkembang dengan sangat pesat dan canggih,
jurnalistik lewat media pun berkembang. Di Amerika dan Eropa, jurnalisme ini
telah menjadi pesaing yang sangat ketat bagi jurnalistik media cetak, khususnya
Koran dan majalah. Harus diakui, jurnalistik media online memiliki sejumlah
keunggulan disbanding jurnalistik media cetak. Pertama, berita-berita yang
disampaikan jauh lebih cepat, bahkan setiap beberapa menit dapat di update.
Kedua, untuk mengakses berita-berita yang disajikan, tidak hanya dapat dilakukan
lewat computer atau laptop yang dipasang di internet, tetapi lewat ponsel atau HP
pun bisa sangat mudah dan praktis. Ketiga, pembaca media online dapat
memberikan tanggapan atau komentar secara langsung terhadap berita-berita yang
disukai atau yang tidak disukainya dengan mengetik pada kolom komentar yang
telah disediakan.34
32
Zaenuddin HM, The Journalist: Bacaan Wajib Wartawan, Redaktur, Editor dan Para
Mahasiswa Jurnalistik, (Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2011), hal. 3-4 33
Ibid. hal. 5 34
Ibid. hal. 7-8
30
Rafaeli dan Newhagen mengidentifikasi lima perbedaan utama yang
diantaranya jurnalisme online dan media massa tradisional: 1) Kemampuan
internet untuk mengkombinasikan sejumlah media, 2) Kurangnya tirani penulis
atas pembaca, 3) Tidak seorang pun dapat mengendalikan perhatian khalayak, 4)
Internet dapat membuat proses komunikasi berlangsung sinambung, dan 5)
interaktifitas web.35
C. Konsep Berita
1. Pengertian Berita
Berita berasal dari bahasa Sansekerta, yakni Vrit yang dalam bahasa
Inggris disebut Write, arti sebenarnya ialah ada atau terjadi. Sebagaimana ada
yang menyebut dengan Vritta, artinya “kejadian” atau “yang telah terjadi”. Vritta
dalam bahasa Indonesia kemudian menjadi Berita atau Warta.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia karya W.J.S. Poerwodarminta,
“berita” berarti kabar atau warta, sedangkan dalam kamus besar bahasa Indonesia
terbitan Balai Pustaka, arti berita diperjelas menjadi “laporan mengenai kejadian
atau peristiwa yang terjadi”. Jadi, berita dapat dikaitkan dengan kejadian atau
peristiwa yang terjadi.36
Berita merupakan hal atau peristiwa yang terjadi di dunia, oleh karena itu
semua media baik cetak maupun elektronik selalu menyajikan berita informasi
35
Septian Santana K, Jurnalisme Kotemporer,(Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2005),
hal. 137 36
Totok Djuroto, Manajemen Penerbitan Pers, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004),
hal. 46
31
yang dipublikasikan kepada khalayak. Tidak ada pengertian khusus mengenai
berita, namun ada beberapa pendapat yang mendefinisikan tentang apa itu berita.
Hikmat Kusumaningrat dan Purnama Kusumaningrat membagi definisi berita
berdasarkan wilayah kekuatan dunia, yakni berdasarkan pers Timur dan pers
Barat. Dalam pers Timur, berita adalah suatu “proses”, proses yang ditentukan
arahnya. Tidak didasarkan pada maksud untuk memuaskan nafsu „churiosity‟
segala sesuatu yang “luar biasa” dan “amazing”, melainkan pada keharusan ikut
berusaha mengorganisasikan pembangunan dan pemeliharaan Negara sosial.
Bahkan Lenin memberikan definisi berita sebagai “a collective organizer, a
collective agitator, a collective propagandist”.37
Sedangkan pers barat memandang berita itu sebagai “komoditi”, sebagai
“barang dagangan” yang dapat diperjualbelikan. Oleh karena itu, sebagai barang
dagangan ia harus “menarik”, seperti yang dikemukakan oleh Lord Nortchliffe
bahwa “News is anything out of ordinary” (berita adalah segala sesuatu yang
tidak biasa).38
Selain itu, banyak yang mendefinisikan tentang berita. Asep Saeful
Muhtadi mengutip Bruce D. Itule dalam News Writing and Reporting
mendefinisikan berita dengan mengungkapkan berita merupakan sesuatu yang
memang belum pernah terjadi, atau belum pernah didengar sebelumnya.39
37
Hikmat Kusumaningrat dan Purnama Kusumaningrat, Jurnalistik; Teori dan Praktek,
(Bandung: Rosda, 2005), hal. 32 38
Ibid, hal. 33 39
Asep Saeful Muhtadi, Jurnalistik : Pendekatan Teori dan Praktek, (Jakarta: Logos,
1999), hal. 108
32
Sedangkan Sudirman Tebba menyatakan bahwa berita adalah jalan cerita
tentang peristiwa. Ini berarti bahwa suatu berita setidaknya mengandung dua hal,
yaitu peristiwa dan jalan cerita tanpa jalan cerita tidak dapat disebut berita.40
Paul De Massener dalam buku Here‟s The News: Unesco Associete yang
dikutip oleh AS Haris Sumadira, menyatakan bahwa news atau berita adalah
sebuah informasi yang penting dan menarik serta minat khalayak pendengar. Juga
menurut Charnley dan James M. Neal menjabarkan bahwa berita adalah laporan
tentang suatu peristiwa, opini, kecenderungan, situasi, kondisi, interpretasi yang
penting, menarik, masih baru dan harus secepatnya disampaikan kepada
khalayak.41
2. Nilai Berita
Menurut Zaenuddin HM, sesuatu bisa disebut sebagai berita jika memandang
nilai-nilai berita/jurnalistik, yakni: aktual, penting, berdampak, kedekatan,
luarbiasa, konflik, ketegangan/drama, tragis, ketokohan, seks, dan humor.
Aktual. Wartawan memilih sesuatu, baik peristiwa maupun pernyataan
yang benar-benar baru terjadi sebagai berita.
Penting. Wartawan memilih sesuatu atau peristiwa sebagai berita
karena dianggap penting terutama untuk diketahui khalayak pembaca
dan pemirsa.
40
Sudirman Tebba, Jurnalistik Baru, (Jakarta: Klam Indonesia, 2005), hal. 55 41
AS Haris Sumadira, Jurnalistik Indonesia, Menulis Berita dan Feature, (Bandung:
Remaja Rosdakarya, cet. Kedua, 2006), hal. 64
33
Berdampak. Wartawan juga memilih sesuatu atau peristiwa sebagai
berita karena dianggap mempunyai dampak atau akibat yang
ditimbulkannya bagi masyarakat, baik negatif maupun positif.
Kedekatan. Wartawan memilih sesuatu sebagai berita karena sesuatu
itu secara geografis dekat dengan khalayak pembaca atau pemirsanya.
Karena nilai kedekatannya, khalayak merasa tertarik untuk
mengetahuinya.
Luar biasa. Wartawan juga memilih sesuatu sebagai berita karena itu
luar biasa.
Konflik. Wartawan memilih peristiwa sebagai berita karena di
dalamnya terdapat konflik, baik fisik maupun emosional.
Ketegangan/Drama. Wartawan juga memilih peristiwa yang
mengandung ketegangan sebagai berita.
Tragis. Tragisme mengandung nilai jurnalistik yang tinggi karena
melibatkan emosional dan nurani kemanusiaan.
Ketokohan. Wartawan juga memiliki sesuatu atau peristiwa karena
terkait dengan tokoh atau orang terkenal.
Seks. Wartawan juga sangat tertarik memberitakan peristiwa yang
mengandung seks karena nilai jurnalistiknya cukup tinggi.
Humor. Sesuatu atau peristiwa yang mengandung humor juga
dianggap layak sebagai berita.42
42
Zaenuddin HM, The Journalist: Bacaan Wajib Wartawan, Redaktur, Editor dan Para
Mahasiswa Jurnalistik, (Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2011), hal. 155-158
34
3. Proses Pencarian dan Teknis Penulisan Berita
Dalam menulis berita, struktur penulisan berita mengikuti pola yang
disebut sebagai piramida terbalik. Piramida terbalik adalah pola gambaran yang
memberikan gambaran bagaimana sebuah informasi yang terpenting berada di
posisi paling atas dan semakin ke bawah informasi yang disajikan hanyalah
penjelasan dari paragraph sebelumnya.
Manfaat dari pola piramida terbalik ini antara lain: pertama, nilai sebuah
berita dapat ditulis dengan langsung tanpa penjelasan yang lebih panjang atau
detail sehingga public dapat memahami apa maksud dari isi berita tersebut; kedua,
keterbatasan kolom atau ruang disurat kabar atau tabloid menyebabkan berita
yang ditulis dalam pola piramida terbalik ini memudahkan redaktur atau editor
untuk melakukan penyederhanaan panjang tulisan berita, dan biasanya pertama
kali kalimat yang akan dihilangkan/dipendekkan adalah kalimat atau paragraf
yang berada di kerucut bawah dalam pola piramida terbalik ini.43
Gambar 2.2 Pola Piramida Dalam Penulisan Berita
Oleh karena itu, dalam berita setiap jurnalis harus memikirkan bagaimana
sebuah informasi yang termuat dalam who, what, where, why, when, dan how bisa
disebut rumus 5W+1H dapat dimuat di paragraph-paragraf terdepan. Sedangkan
43
Suhaimi dan Rulli Nasrullah, Bahasa Jurnalistik, (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN
Jakarta, 2009), hal. 30
Sangat Penting
Penting
Tidak Penting
35
selanjutnya sampai akhir berita tulisan yang dimuat adalah penjelasan singkat dari
salah satu atau beberapa poin dalam rumusan 5W+1H.44
Selain kepandaian dalam membuat judul, dalam pola piramida terbalik ini
jurnalis mempertaruhkan beritanya di dalam lead atau teras berita. Ini dianggap
penting, karena lead merupakan paragraph pembuka yang mengantarkan khalayak
pembaca untuk masuk kedalam penjelasan berita. Apabila lead tidak ditulis
dengan menarik, maka jangan berharap jika berita tidak akan dibaca.
D. Kontroversi Ucapan Selamat Natal
1. Pengertian Kontroversi
Menurut kamus besar bahasa Indonesia, definisi kontroversi ialah
perdebatan, persengketaan atau pertentangan.45
Jadi, disebut kontroversi karena
ada dua definisi yang berbeda dan berlawanan. Tidak ada dari keduanya yang
salah secara definitif, tetapi tidak akan biasa bertemu.
2. Hukum Mengucapkan Selamat Natal Menurut Islam
Pada dasarnya, Natal ialah hari raya untuk memperingati kelahiran Isa
Almasih (Yesus Kristus) tanggal 25 Desember. Kita sebagai umat muslim hukum
mengucapkan selamat Natal adalah haram, karena ini merupakan bagian dari
kegiatan khas keagamaan mereka yang batil. Kita pun dilarang meniru mereka
dalam hari raya mereka. Keharaman itu dinyatakan dalam al-kitab, as-Sunnah dan
Ijma‟ Sahabat.
Dalam Al-Qur‟an, Allah SWT berfirman :
44
Ibid. hal. 29 45
http://kamusbahasaindonesia.org, dikutip 1 April 2013
36
“Dan orang-orang yang tidak memberikan persaksian palsu, dan apabila
mereka bertemu dengan (orang-orang) yang mengerjakan perbuatan-
perbuatan yang tidak berfaedah, mereka lalui (saja) dengan menjaga
kehormatan dirinya” (Q.s. Al-Furqan [25]: 72)
Tetapi ada juga yang bertolak belakang, contohnya Dr. Yusuf al-
Qaradhawi (Seorang cendikiawan Islam dari Mesir yang terkenal. Beliau
merupakan ketua Majelis Fatwa dan Penyelidikan Eropa dan presiden Persatuan
Ilmuan Islam Antar bangsa) mengatakan, bahwa merayakan hari raya agama
adalah hak masing-masing agama, selama tidak merugikan agama lain. Termasuk
hak tiap agama untuk memberikan ucapan selamat saat perayaan agama lain. Dia
mengatakan, “Sebagai pemeluk Islam, agama kami tidak melarang untuk
memberikan ucapan selamat kepada non-Muslim warga Negara kami atau
tetangga kami dalam hari besar agama mereka. Bahkan perbuatan ini termasuk
dalam kategori al-birr (perbuatan yang baik).
“Allah tidak melarang kamu berbuat baik dan berlaku adil kepada
orang-orang yang tiada memerangimu karena agama, dan tidak mengusir
kamu dari negerimu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang
berlaku adil.”(Q.s. Al-Mumtahanah: 8)
Begitu, kata Dr. Yusuf al-Qaradhawi. Padahal, Q.s. al-Mumtahanah: 8 di
atas, khususnya frasa “Tabarrûhum wa tuqsithû ilaihim”(berbuat baik dan
berlaku adil kepada mereka) tidak ada kaitannya dengan mengucapkan “Selamat
Hari Raya” kepada kaum Kafir yang tidak memerangi kita. Karena bersikap baik
dan adil kepada mereka dalam hal ini terkait dengan mu‟amalah, bukan ibadah.
37
Sedangkan mengucapkan “Selamat Hari Raya” kepada mereka bagian dari ibadah.
Konteks ayat ini terkait dengan Bani Khuza‟ah, dimana mereka menandatangani
perjanjian damai dengan Nabi untuk tidak memerangi dan menolong siapapun
untuk mengalahkan baginda Nabi Muhammad SAW, maka Allah perintahkan
kepada baginda saw untuk berbuat baik, dan menepati janji kepada mereka hingga
berakhirnya waktu perjanjian. (Al-Qurthubi, al-Jâmi‟ li Ahkâm al-Qur‟ân, Juz
XVIII/59).46
Bila kita lihat, kekuatan umat Islam lebih besar dari pada umat Nasrani
atau Yahudi. Namun, mengapa justru kita yang harus meniru kebiasaan mereka,
sementara mereka tidak pernah meniru kebiasaan kita? Jika demikian, bekal apa
yamg akan kita bawa ketika bertemu dengan Nabi saw. Pada hari kiamat nanti,
padahal kita telah banyak melanggar dan menyepelekan sunnahnya?
Lebih jauh lagi, Ibnu Taimiyyah mengatakan bahwa ayat Al-Qur‟an
berikut mensyariatkan penyelenggaraan hari raya:47
“Bagi tiap-tiap umat Telah kami tetapkan syari'at tertentu yang mereka
lakukan, Maka janganlah sekali-kali mereka membantah kamu dalam
urusan (syari'at) Ini dan Serulah kepada (agama) Tuhanmu.
Sesungguhnya kamu benar-benar berada pada jalan yang lurus”. (Al-
Hajj: 67)
Sementara, dalam hari raya yang diselenggarakan kaum kafir yang
dominan adalah penyelenggaraan pesta hari raya itu sendiri dari pada syariatnya.
46
http://www.voa-islam.com, dikutip 1 April 2013 47
Nashir Bin Ali Al Ghamidhi, Hari-Hari Nasrani, (Jakarta, Gema Insani Press, 1995),
hal. 26
38
Itulah yang menyimbolkan kekafiran mereka. Dengan demikian, betapa beraninya
kita mengucapkan Merry Christmast atau Happy New Year padahal Allah telah
menjanjikan neraka jika kita melakukan hal itu. Dalam buku Ahkam Ahliz-
Zimmah, Imam Ibnu al-Qayyim al-Jauziyyah menguraikan bahwa hukum
memberikan ucapan selamat kepada kaum kafir adalah haram, dan orang-orang
yang mengucapkannya dapat dikategforikan sebagai kafir. Di dalamnya tercakup
juga larangan mengucapkan selamat hari natal lewat kartu-kartu ucapan atau lewat
media lainnya. Demikian juga, umat Islam tidak berhak menerima ucapan selamat
atau menerima kartu ketika Idul Fitri tiba.48
Kesimpulannya ialah dalil-dalil yang menyatakan keharamannya jelas ada,
contohnya dalam Al-Qur‟an surat Al-Furqan ayat 72 dan Al-Hajj ayat 67.
Sedangkan dalil-dalil yang digunakan untuk menyatakan kebolehannya sama
sekali tidak ada kaitannya, baik langsung maupun tidak. Karena itu, tidak layak
dijadikan hujah dalam masalah ini.
48
Ibid. hal. 27
39
BAB III
GAMBARAN UMUM
A. Sejarah Singkat Republika Online
Republika adalah koran nasional yang dilahirkan oleh kalangan Muslim
bagi publik di indonesia. Penerbitan tersebut merupakan puncak dari upaya
panjang kalangan umat, khususnya para wartawan profesional muda yang telah
menempuh berbagai langkah. Kehadiran Ikatan Cendekiawan Muslim se -
Indonesia (ICMI) yang dapat menembus pembatasan ketat pemerintah untuk izin
penerbitan saat itu memungkinkan upaya-upaya tersebut berbuah. Republika terbit
perdana pada 4 Januari 1993.1
Penerbitan Republika menjadi berkah bagi umat. Sebelum masa itu,
aspirasi umat tidak mendapat tempat dalam wacana nasional. Kehadiran media ini
bukan hanya memberi saluran bagi aspirasi tersebut, namun juga menumbuhkan
pluralisme informasi di masyarakat. Karena itu kalangan umat antusias memberi
dukungan, antara lain dengan membeli saham sebanyak satu lembar saham per
orang. PT Abdi Bangsa Tbk sebagai penerbit Republika pun menjadi perusahaan
media pertama yang menjadi perusahaan publik.2
Mengelola usaha penerbitan koran bukan perkara sederhana. Selain sarat
dengan modal dan sarat SDM, bisnis ini pun sarat teknologi. Keberhasilan
Republika menepaki usia 10 tahun merupakan buah upaya keras manajemen dan
1 Company Profile Republika Online.
2 Ibid.
40
seluruh awak pekerja di PT Abdi Bangsa Tbk yang dilakukan oleh perusahaan
yang menerbitkan koran ini sejak 1993 untuk mengelola segala kerumitan itu.
Selain dituntut piawai berhitung, pengelola koran juga harus jeli, cerdik,
dan kreatif bersiasat untuk tetap bertahan dan memenangkan persaingan. Sejak
awal, Republika memang dekat dengan “sesuatu yang baru”. Tatkala lahir,
Republika menggebrak dengan tampilan “Desain Blok” yang tak lazim. Republika
pun mampu menyabet gelar juara pertama Lomba Perwajahan Media Cetak 1993.3
B. Republika Tampil di Internet
Tahun 1995, Republika menyajikan layanan berita di situs web internet,
dengan alamat www.republika.co.id. Ini adalah koran pertama di indonesia yang
tampil di dunia internet, situs itu kemudian kita namakan Republika Online.4
Republika Online yang biasa disebut ROL muncul pertama kali di internet
pada awal 1995 atau sekitar dua tahun setelah surat kabar Republika terbit.
Sebagai situs berita, pada saat itu, muatan ROL hanya menduplikasi materi berita-
berita koran Republika secara lengkap.5
Tujuan utama penerbitan versi internet adalah untuk melayani pembaca
yang tidak terjangkau distribusi koran cetak dan untuk pembaca yang berada di
luar negeri. Pada fase berikutnya ROL secara bertahap mulai berkembang sesuai
dengan kemajuan teknologi, khususnya teknologi informasi. Desain dan berbagai
layanan web dan materi beritanya pun lebih diperkaya.6
3 Ibid.
4 Company Profile Republika Online.
5 Ibid.
6 Ibid.
41
Sejak pertengahan 2008, Republika Online mengalami perubahan besar,
dari sekedar situs berita sederhana menjadi web portal multimedia. Perubahan
tersebut terjadi sebagai jawaban atas munculnya tantangan industri media yang
mulai memasuki era konvergensi media. Dalam hal ini, Republika sebagai
institusi industri media dituntut untuk memiliki dan mendistribusikan content
medianya dalam format cetak, online, dan mobile.7
Tahun 2002 merupakan tahun penting dalam sejarah berdirinya Mahaka
Media, dimana perusahaan ini pertama kali mencatatkan sahamnya sebagai PT.
Abdi Bangsa Tbk. pada tanggal 3 April 2002 di Bursa Efek Jakarta (BEJ) dan
menjadikannya sebagai perusahaan penerbitan surat kabar pertama yang menjadi
perseroan publik.8
Pada tahun 2003, Mahaka Media mulai mengawali perkembangannya
sebagai sebuah Induk Perusahaan Multi Media (Multi Media Holding Company)
dengan membawahi 2 (dua) unit usaha yaitu PT. Pustaka Abdi Bangsa dan PT.
Republika Media Mandiri. Kemudian melalui Penawaran Umum Terbatas III pada
tanggal 29 September 2004, perkembangan Mahaka Media menjadi lebih luas
dengan mengakuisisi seluruh kepemilikan PT. Indopac Usaha Prima di beberapa
perusahaan lain seperti PT. Media Golfindo yang bergerak dalam penerbitan
majalah berlisensi, PT. Mahaka Visual Indonesia yang bergerak dibidang
perfilman dan animasi dan PT. Avabanindo Perkasa yang bergerak dalam bidang
7 Ibid.
8 www.mahakamedia.com , dikutip 16 September 2013
42
media iklan luar ruang, sehingga memperkuat kedudukan Perseroan menjadi
Perusahaan Induk Multi Media.9
Sejalan dengan perkembangan usahanya, kini PT. Mahaka Media Tbk.
telah menjadi Induk Perusahaan Multi Media yang membawahi 16 unit usaha
dengan total jumlah karyawan lebih dari 1000 orang. Unit-unit usaha tersebut
termasuk Surat Kabar, Majalah, Penerbit Buku, Televisi, Radio, Media Luar
Ruang (Billboard), Animasi dan Teater 4D, serta Media Digital. Setiap unit bisnis
tersebut berhasil membangun kekuatan dari masing-masing karakter produk,
seperti Republika Online sebagai surat kabar Muslim online terbesar di
Indonesia.10
Sesuai dengan falsafah dasar Republika, muatan ROL tetap
mengedepankan komunitas Muslim sebagai basis pengunjungnya. Tampilan ROL
terbaru inilah yang diluncurkan kembali pada 6 Februari 2008. Tema
launchingnya kami namakan RELOAD. Segala kretivitas dicurahkan untuk
sedapat mungkin membuat Republika Online selalu dekat dan meladeni keinginan
publik. Memang, upaya itu jelas tak mudah. Namun, kami menikmatinya selama
ini.11
9 Ibid.
10 Ibid.
11 Company Profile Republika Online.
43
BAB IV
TEMUAN DAN ANALISIS DATA
Pokok analisis pada pemberitaan Republika Online edisi 04 Januari tahun
2013 adalah pemberitaan yang fokus membahas Kontroversi Ucapan Selamat
Natal yang dikonstruksi oleh Republika Online.
Berita yang akan dianalisis adalah pemberitaan edisi 04 januari tahun
2013, yang berjudul “Kontroversi Ucapan Natal (1)”, “Kontroversi Ucapan
Natal (2)”, dan “Kontroversi Ucapan Natal (3-habis)”.
A. Analisis Teks Pemberitaan Kontroversi Ucapan Selamat Natal di
Republika Online
Analisis Struktur Teks
44
a. Analisis berita 1: 04 Januari 2013 “Kontroversi Ucapan Natal (1)”
1. Tematik
Secara harfiah tema berarti gambaran umum dari suatu teks, gagasan inti,
ringkasan atau yang utama dari suatu teks. Tema dalam berita ini adalah
Kontroversi boleh tidaknya memberikan ucapan Natal (1).
2. Skematik
Skematik adalah bangunan wacana yang disusun dan diurutkan dari
pendahuluan sampai akhir sehingga membentuk kesatuan arti. Skema pemberitaan
ini dimulai dengan judul berita itu sendiri yaitu Kontroversi Ucapan Natal (1).
Pada bagian awal berita dimulai dengan Pada bagian awal dimulai dengan
bagaimana polemik kontroversi ucapan Natal yang terjadi di Negara Mesir yang
saling bertentangan antara tokoh yang satu dengan yang lain. Polemik boleh
tidaknya mengucapkan selamat Natal dijadikan sebagai komoditas partai politik.
Dibagian tengah dilanjutkan dengan komentar dari Partai keaslian Salafi
(al-Ashalah as-Shalafi) menolak ucapan Natal dikarenakan menhaturkan ucapan
Natal bagi umat Naasrani yang membudakkan diri kepada Barat. “Mereka anggap
kita aggressor dan penjajah untuk menjilat ke Barat, “katanya.
Pada bagian akhir berita ditutup dengan pendapat dari Dar al-lfta yang
mana memberikan ucapan selamat Natal boleh ditujukan kepada kaum Nasrani.
Ucapan tersebut merupakan bentuk interaksi sosial dan hadiah.
3. Semantik
Latar
45
Latar berita ini berawal dari Isu boleh tidaknya mengucapkan selamat
Natal bagi umat Nasrani, tak hanya mengundang polemik di Tanah Air. Di
sejumlah Negara, topik ini menggelinding menjadi bola panas, tidak sekedar di
kalangan para akademisi dan cendikiawan Muslim.
Detil
Berita ini cukup detil karena langsung menceritakan banyaknya
perbedaan-perbedaan pendapat dari Ulama/Tokoh-tokoh di luar Indonesia yang
dimana memberikan ucapan selamat Natal hukumnya haram atau tidak. Yakni
terdapat pada teks berita : Di Mesir misalnya, polemik boleh atau tidaknya Natal
dijadikan sebagai komoditas partai politik. Partai keaslian Salafi (al-Ashalah as-
Shalafi) menolak ucapan Natal.
Beberapa hari menjelang Natal ketua pimpinan partai yang mendukung
ideologi Salafi itu, Adil Abdul Maqshud, menegaskan tak akan pernah
mengahaturkan ucapan Natal bagi umat Nasrani yang membudakkan diri kepada
barat. Pernyataan ini memicu reaksi keras dari kembaga fatwa tertinggi di Negeri
Piramida tersebut, Dar al-lfta’.
Maksud
Maksud yang ingin disampaikan berita ini adalah kita sebagai seorang
Muslim tidak diajarkan untuk saling membenci kepada agama lain, kita dituntut
harus saling menghargai perbedaan keyakinan. Hal ini didukung oleh Syekh Ali
Jum‟ah (pimpinan Dar-al-lfta‟) yang terdapat pada teks berita : Syekh Ali Jum’ah
(pimpinan Dar-al-lfta’) mengatakan ucapan Natal boleh ditujukan kepada kaum
Nasrani, ucapan tersebut adalah merupakan bentuk interaksi sosial dan hadiah.
46
Perlakuan baik terhadap sesama itu sangat ditekankan dalam Al-Quran seperti di
surat Al-Baqarah ayat 83.
Pranggapan
Pranggapan dalam berita ini terdapat pada teks berita : Tapi, ia
memberikan catatan agar berhati-hati dalam pemberian selamat tersebut tetap
dalam koridor dan tidak keluar dari akidah Islam.
4. Sintaksis
Koherensi
Berita ini juga didukung dengan pemakaian koherensi dalam kalimat.
Kalimat koherensi secara mudah dapat diamati di antaranya dari kata hubung
(konjungsi) yang dipakai untuk menghubungkan fakta. Kata hubung yang dipakai
(dan, akibat, tetapi, lalu, karena, meskipun) menyebabkan makna yang berlainan
ketika hendak menghubungkan kalimat. Koherensi yang ditemukan dalam teks
berita, yaitu : Isu boleh tidaknya mengucapkan selamat Natal bagi umat Nasrani,
tak hanya mengundang polemik di Tanah Air. Di sejumlah Negara, topik ini
menggelinding menjadi bola panas, tidak sekedar di kalangan para akademisi
dan cendikiawan Muslim.
Bentuk Kalimat
Bentuk kalimat adalah segi sintaksis yang berhubungan dengan cara
berfikir logis, yaitu prinsip kausalitas. Dalam teks berita ini dapat dilihat dalam
kalimat-kalimat berikut :
“Di Tanah Air, banyak respons menyikapi polemik ini, tapi agar lebih
proposional, penting pula menelisik isu serupa di mancanegara.”
47
“Di Mesir misalnya, polemik boleh atau tidaknya Natal dijadikan sebagai
komoditas partai politik.”
Kalimat-kalimat ini menjelaskan prinsip kausalitas. Dimana logika
kausalitas itu diterjemahkan ke dalam bahasa menjadi susunan subjek dan
predikat.
Kata Ganti
Kata ganti merupakan alat yang dipakai oleh komunikator untuk
menunjukan dimana posisi seseorang dalam wacana. Dalam berita ini terdapat
kata ganti orang ketiga tunggal, yaitu ia. Pada kalimat berikut : “Tapi ia
memberikan catatan agar berhati-hati dalam pemberian selamat tersebut tetap
dalam koridor dan tidak keluar dari akidah Islam”.
5. Stilistik
Leksikon
Leksikon adalah pemilihan kata atas berbagai kemungkinan kata tersedia
yang dipakai oleh wartawan dalam teks berita. Pemilihan kata yang dilakukan
oleh wartawan dalam teks berita ini, seperti pemilihan kata bola panas,
membudakkan, aggressor, penjajah, dan menjilat.
Pemilihan kata bola panas terdapat pada kalimat : “Isu boleh tidaknya
mengucapkan selamat Natal bagi umat Nasrani, tak hanya mengundang polemik
di Tanah Air. Di sejumlah Negara, topik ini menggelinding menjadi bola panas,
tidak sekedar di kalangan para akademisi dan cendikiawan Muslim”. Maksud
bola panas mengindikasikan terjadinya perang urat syaraf di kalangan para
akademisi dengan cendikawan muslim.
48
Selanjutnya kata membudakkan, aggressor, penjajah dan menjilat terdapat
pada kalimat : Adil Abdul Maqshud, menegaskan tak akan pernah menghaturkan
ucapan Natal bagi umat Nasrani yang membudakkan diri kepada Barat.
“Mereka anggap kita aggressor dan penjajah untuk menjilat ke Barat”, katanya.
6. Retoris
Metafora
Metafora dipakai wartawan secara strategis sebagai landasan berfikir,
alasan pembenar atas gagasan atau pendapat tertentu kepada publik. Wartawan
menggunakan kepercayaan masyarakat, ungkapan sehari-hari, peribahasa,
pepatah, bahkan mungkin ungkapan yang diambil dari ayat-ayat suci yang
semuanya dipakai untuk memperkuat pesan utama. Pada teks berita ini terdapat
penggunaan metafora, seperti pada kalimat berikut :
“Syekh Ali Jum’ah mengatakan ucapan Natal boleh ditujukan kepada
kaum Nasrani, ucapan tersebut adalah merupakan bentuk interaksi sosial dan
hadiah. Perlakuan baik terhadap sesama itu sangat ditekankan dalam Al-Quran
seperti di surat Al-Baqarah ayat 83”
Tabel 4.1
Temuan Elemen Teks Berita “Kontroversi Ucapan Natal (1)”
STRUKTUR WACANA ELEMEN KETERANGAN
STRUKTUR MAKRO
(TEMATIK)
Topik Kontroversi Ucapan Natal (1)
SUPRASTRUKTUR Skema Pada bagian awal dimulai
dengan bagaimanap olemik
49
(SKEMATIK) kontroversi ucapan Natal yang
terjadi di Negara Mesir yang saling
bertentangan antara tokoh yang satu
dengan yang lain. Polemik boleh
tidaknya mengucapkan selamat
Natal dijadikan sebagai komoditas
partai politik.
Pada bagian tengah Partai
keaslian Salafi (al-Ashalah as-
Shalafi) menolak ucapan Natal.
Pada bagian akhir berita
menyisipkan pendapat dari Dar al-
lfta yang mana memberikan ucapan
selamat Natal boleh ditujukan
kepada kaum Nasrani.
STRUKTUR MIKRO
(SEMANTIK)
Latar Teks pada paragraf 2 :
Isu boleh tidaknya mengucapkan
selamat Natal bagi umat Nasrani, tak
hanya mengundang polemik di Tanah
Air. Di sejumlah Negara, topik ini
menggelinding menjadi bola panas,
tidak sekedar di kalangan para
akademisi dan cendikiawan Muslim.
Detil Teks pada paragraf 3 :
Di Mesir misalnya, polemik boleh atau
tidaknya Natal dijadikan sebagai
komoditas partai politik. Partai keaslian
Salafi (al-Ashalah as-Shalafi) menolak
ucapan Natal.
Teks pada paragraf 3 :
Beberapa hari menjelang Natal ketua
pimpinan partai yang mendukung
ideologi Salafi itu, Adil Abdul
Maqshud, menegaskan tak akan pernah
mengahaturkan ucapan Natal bagi umat
Nasrani yang membudakkan diri kepada
barat.
Teks pada paragraf 4 :
Pernyataan ini memicu reaksi keras dari
50
kembaga fatwa tertinggi di Negeri
Piramida tersebut, Dar al-lfta‟
Maksud Teks pada paragraf 4 :
Tetapi Syekh Ali Jum‟ah (pimpinan
Dar-al-lfta‟) mengatakan ucapan Natal
boleh ditujukan kepada kaum Nasrani,
ucapan tersebut adalah merupakan
bentuk interaksi sosial dan hadiah.
Perlakuan baik terhadap sesama itu
sangat ditekankan dalam Al-Quran
seperti di surat Al-Baqarah ayat 83.
Pranggap-
an
Teks pada paragraf 4 :
Tapi, ia memberikan catatan agar
berhati-hati dalam pemberian selamat
tersebut tetap dalam koridor dan tidak
keluar dari akidah Islam.
STRUKTUR MIKRO
(SINTAKSIS)
Koherensi Teks pada paragraf 2 :
Isu boleh tidaknya mengucapkan
selamat Natal bagi umat Nasrani, tak
hanya mengundang polemik di Tanah
Air. Di sejumlah Negara, topik ini
menggelinding menjadi bola panas,
tidak sekedar di kalangan para
akademisi dan cendikiawan Muslim.
Bentuk
Kalimat
Teks pada paragraf 2 :
Di Tanah Air, banyak respons
menyikapi polemik ini, tapi agar lebih
proposional, penting pula menelisik isu
serupa di mancanegara.
Teks pada paragraf 3 :
Di Mesir misalnya, polemik boleh atau
tidaknya Natal dijadikan sebagai
komoditas partai politik.
51
Kata
Ganti
Teks pada paragraf 4 :
“Tapi ia memberikan catatan agar
berhati-hati dalam pemberian selamat
tersebut tetap dalam koridor dan tidak
keluar dari akidah Islam”.
STRUKTUR MIKRO
(STILISTIK)
Lesikon Teks pada paragraf 2 :
Isu boleh tidaknya mengucapkan
selamat Natal bagi umat Nasrani, tak
hanya mengundang polemik di Tanah
Air. Di sejumlah Negara, topik ini
menggelinding menjadi bola panas,
tidak sekedar di kalangan para
akademisi dan cendikiawan Muslim.
Teks pada paragraf 3 :
Adil Abdul Maqshud, menegaskan tak
akan pernah menghaturkan ucapan
Natal bagi umat Nasrani yang
membudakkan diri kepada Barat.
“Mereka anggap kita aggressor dan
penjajah untuk menjilat ke Barat”,
katanya.
STRUKTUR MIKRO
(RETORIS)
Metafora Teks pada paragraf : 4
Syekh Ali Jum‟ah mengatakan ucapan
Natal boleh ditujukan kepada kaum
Nasrani, ucapan tersebut adalah
merupakan bentuk interaksi sosial dan
hadiah. Perlakuan baik terhadap sesama
itu sangat ditekankan dalam Al-Quran
seperti di surat Al-Baqarah ayat 83.
Wacana yang dikembangkan dalam berita ini adalah polemik kontroversi
ucapan Natal. Dimana banyak polemik diluar Indonesia juga membahas isu ini,
salah satunya Negara Mesir. Republika Online merepresentasikan pada teks ini
52
adanya isu kontroversi ucapan selamat Natal di Negara Mesir. Polemik boleh
tidaknya mengucapkan selamat Natal dijadikan sebagai komoditas partai politik.
Pada tingkat isi, Republika Online mengkonstruksi pemberitaan Partai
Keaslian Salafi (al-Ashalah as-Salafi) menolak ucapan Natal, hal ini sebagai mana
yang dikatakan Adil Abdul Maqshud ketua pimpinan partai tersebut. Ia
menegaskan “tak akan pernah mengahturkan ucapan Natal bagi umat Nasrani
yang membudakkan diri kepada barat, mereka anggap kita aggressor dan penjajah
untuk menjilat ke barat”. Namun, pernyataan ini memicu reaksi keras dari
lembaga fatwa tertinggi di negeri piramida tersebut. Sebagaimana yang dikatakan
Dar al-lfta‟ mufti Mesir sekaligus pimpinan Dar al-lfta‟ Syekh Ali Jum‟ah
mengatakan “ucapan Natal boleh ditujukan kepada kaum Nasrani, ucapan tersebut
merupakan bentuk interaksi sosial dan hadiah”. Perlakuan baik terhadap sesama
itu sangat ditekankan dalam Al-Qur‟an seperti surat Al-Baqarah ayat 83, An-Nahl
ayat 90, dan Al-Mumtahanah ayat 8.
Teks berita ini secara umum menggambarkan bagaimana polemik
kontroversi ucapan Natal yang terjadi di Negara Mesir yang saling bertentangan
antara tokoh yang satu dengan yang lain.
Selanjutnya, di tingkat kebahasaan Republika Online menggunakan gaya
bahasa pertentangan ironi, satire, dan sarkasme. Seperti “Partai Keaslian Salafi
(al-Ashalah as-Salafi) menolak ucapan Natal”, dan temuan selanjutnya ada
diparagraf terakhir “Pernyataan ini memicu reaksi keras dari lembaga fatwa
tertinggi di Negeri piramida tersebut… ”Selain itu, Republika Online dalam
pemberitaannya menggunakan gaya bahasa perumpamaan yang cukup menyolok
53
ketika sudah menjadi sebuah tulisan. Seperti “…Topik ini menggelinding menjadi
bola panas”.
Di dalam wacana ini tidak ada relasi yang dibangun, praktis hanya ada
unsur pertentangannya saja. Bisa dilihat dari polemik antara partai politik al-
Ashalah as-Shalafi dengan lembaga fatwa tertinggi Mesir Dar al-lfta‟ yang tidak
sejalan pemikirannya. Dalam hal isu polemik di pemberitaan ini, sama sekali tidak
ada unsur pendukungnya.
Pada poin identitas, teks pemberitaan ini merepresentasikan
(menggambarkan) bagaimana khalayak/pembaca diletakkan pada posisi yang
membingungkan antara boleh tidaknya mengucapkan selamat Natal ini. Teks
pemberitaan ini seolah-olah memposisikan khalayak/pembaca untuk memikirkan
sendiri melalui presepsi masing-masing tentang boleh tidaknya mengucapkan
selamat Natal ini tanpa ada rujukan yang jelas.
54
b. Analisis berita 2 : 04 Januari 2013 “Kontroversi Ucapan Natal (2)”
1. Tematik
Tema utama wacana yang dikembangkan dalam berita ini adalah lanjutan
dari berita Kontroversi Ucapan Natal (1), yaitu Kontroversi Ucapan Natal (2).
2. Skematik
Skema berita ini dimulai dengan judul Kontroversi Ucapan natal (2). Pada
isi berita, bagian awal dimulai dengan dimulai dengan menceritakan Rasulullah
SAW kerap menerima dan memberi hadiah kepada non-Muslim.
Alur selanjutnya, pada bagian tengah adalah membahas mengenai
banyaknya tokoh-tokoh atau ulama-ulama besar yang membolehkan memberikan
ucapan selamat Natal, seperti Syekh as-Sarkhasi, dan Syekh Yusuf al-Qaradhawi.
Pada bagian akhir berita ini ditutup dengan komentar dari Syekh Ibnu
Abdus, yang mana beliau mengatakan haram hukumnya memberikan ucapan
Natal.
3. Semantik
Latar
Latar berita ini muncul dari persitiwa ketika Syekh as-Sarkhasi dalam
“Syarh as-Siyar al-Kabir”, memberi hadiah untuk non-Muslim termasuk pekerti
yang mulia.
Detil
Detil Pada pemberitaan ini, banyak dari berbagai tokoh yang menyatakan
hukumnya mutlak boleh memberikan ucapan selamat natal dengan alasan yang
masih sama, ini adalah bentuk interaksi sosial. Seperti pada teks : Dua pekan
55
sebelumnya, Syekh Yusuf al-Qaradhawi menegaskan pula tentang hukum
diperbolehkannya ucapan Natal. Ini termasuk perbuatan yang baik kepada
sesama, dengan catatan mereka tidak sedang memerangi Muslim.
Ucapan itu boleh ditempuh, apalagi jika ada hubungan emosional dengan
mereka, seperti kerabat, tetangga, rekan bisnis, atau teman sekolah imbuhnya.
Dan juga Selain nama di atas, ada juga para pemuka Islam di Mesir yang telah
mengambil sikap terlebih dahulu tentang isu kontroversi ini seperti, almarhum
Grand Syekh al-Azhar, Prof Muhammad Sayyid Thanthawi, dan mantan Menteri
Wakaf Prof Mahmud Hamdi Zaqzuq.
Dengan wacana seperti ini, yang tergambar dimata pembaca adalah agama
Islam diajarkan untuk saling bertoleransi sesama agama lain.
Maksud
Maksud dalam berita ini yaitu seperti ditegaskan Surah al-Mumtahanah
ayat 8. Hukum ucapan Natal boleh, alasannya masih sama, ini adalah bentuk
interaksi sosial.
Pranggapan
Pranggapan dalam berita ini yaitu salah satu riwayat dari Ahmad
menyatakan hukumnya mutlak boleh memberikan ucapan selamat Natal.
4. Sintaksis
Koherensi
Berita ini juga didukung dengan pemakaian koherensi dalam kalimat.
Koherensi yang ditemukan dalam teks yaitu : “Rasulullah SAW kerap menerima
56
dan memberi hadiah kepada non-Muslim, seperti disebutkan riwayat Ahmad dan
Tirmidzi”.
“Karena itu, Syekh as-Sarkhasi dalam “Syarh as-Siyar al-Kabir”,
memberi hadiah kepada non-Muslim adalah pekerti yang mulia”. Dan juga :
“Berdalih situasi dan kondisi kini telah berubah serta mengacu kepada fikih
kemudahan”.
Bentuk Kalimat
Bentuk kalimat pada teks berita ini terdapat pada kalimat : “Rasulullah
SAW kerap menerima dan memberi hadiah kepada non-Muslim”, “seperti
disebutkan riwayat Ahmad dan Tirmidzi, Syekh Yusuf al-Qaradhawi menegaskan
pula tentang hokum diperbolehkannya ucapan Natal”, dan yang tearkhir
“Bahkan, salah satu riwayat dari Ahmad menyatakan hukumnya mutlak boleh.
Ini seperti ditegaskan oleh Syekh Ibnu Abdus”.
Kata Ganti
Teks berita ini juga terdapat kata ganti yang digunakan, seperti saya, dia
dan ia. Ia merupakan kata ganti orang ketiga tunggal. Kata ganti ini terdapat pada
teks : “Berdalih situasi dan kondisi kini telah berubah serta mengacu pada fikih
kemudahan, maka ia memutuskan bersebarangan dengan pendapat Ibnu
Taimiyyah dan Ibnu Qayyim”.
5. Stilistik
Leksikon
Teks berita ini juga diwarnai dengan pemakaian kosakata leksikon.
Misalnya : “Ada pula riwayat dari Ahmad yang menyatakan haram, makruh,
57
ataupun boleh ketika ada maslahat”. Maksud haram ialah perbuatan yang
dilarang agama lalu, makruh ialah perbuatan yang seharusnya tidak dilakukan
untuk kebaikan.
6. Retoris
Metafora
Pada teks berita ini terdapat juga metafora, yaitu pada teks : “Komisi
Fatwa Lembaga Urusan Islam dan Wakaf Uni Emirat Arab memutuskan, hukum
ucapan Natal boleh, karena bentuk interaksi sosial. Ini seperti ditegaskan Surah
al-Mumtahanah ayat 8”.
Tabel 4.2
Temuan Elemen Teks Berita “Kontroversi Ucapan Natal (2)”
STRUKTUR WACANA ELEMEN KETERANGAN
STRUKTUR MAKRO
(TEMATIK)
Topik Kontroversi Ucapan Natal (2)
SUPRASTRUKTUR
(SKEMATIK)
Skema Pada pemberitaan ini,
banyak dari berbagai tokoh yang
menyatakan hukumnya mutlak
boleh memberikan ucapan
selamat natal dengan alasan
yang masih sama, ini adalah
bentuk interaksi sosial.
Pada bagian awal dimulai
dengan menceritakan Rasulullah
SAW kerap menerima dan
memberi hadiah kepada non-
Muslim.
Selanjutnya pada bagian
tengah membahas mengenai
banyaknya tokoh-tokoh atau
ulama-ulama besar yang
58
membolehkan memberikan
ucapan selamat Natal.
Pada bagian akhir berita
menceritakan adanya tokoh atau
ulama yang menyatakan haram
memberikan ucapan Natal, yaitu
Syekh Ibnu Abdus.
STRUKTUR MIKRO
(SEMANTIK)
Latar Latar berita ini muncul ketika
Syekh as-Sarkhasi dalam “Syarh as-
Siyar al-Kabir”, memberi hadiah
untuk non-Muslim termasuk pekerti
yang mulia.
Detil Teks pada paragraf 2 :
Dua pekan sebelumnya, Syekh
Yusuf al-Qaradhawi menegaskan
pula tentang hukum
diperbolehkannya ucapan Natal. Ini
termasuk perbuatan yang baik
kepada sesama, dengan catatan
mereka tidak sedang memerangi
Muslim.
Teks pada paragraf 2 :
Ucapan itu boleh ditempuh, apalagi
jika ada hubungan emosional
dengan mereka, seperti kerabat,
tetangga, rekan bisnis, atau teman
sekolah imbuhnya.
Teks pada paragraf 3 :
Selain nama di atas, ada juga para
pemuka Islam di Mesir yang telah
mengambil sikap terlebih dahulu
tentang isu kontroversi ini seperti,
almarhum Grand Syekh al-Azhar,
Prof Muhammad Sayyid Thanthawi,
dan mantan Menteri Wakaf Prof
Mahmud Hamdi Zaqzuq
59
.
Maksud Teks pada paragraf 4 :
Ini seperti ditegaskan Surah al-
Mumtahanah ayat 8. Menurut
lembaga ini, tak sepenuhnya
Mazhab Hanbali yang menjadi
rujukan sejumlah kalangan
mengharamkan ucapan Natal.
Pranggapan Teks pada paragraf 5 :
Bahkan, salah satu riwayat dari
Ahmad menyatakan hukumnya
mutlak boleh.
STRUKTUR MIKRO
(SINTAKTIS)
Koherensi Teks pada paragraf 1 :
Rasulullah SAW kerap menerima
dan memberi hadiah kepada non-
Muslim, seperti disebutkan riwayat
Ahmad dan Tirmidzi.
Teks pada paragraf 1 :
Karena itu, Syekh as-Sarkhasi
dalam “Syarh as-Siyar al-Kabir”,
memberi hadiah kepada non-
Muslim adalah pekerti yang mulia.
Teks pada paragraf 3 :
Berdalih situasi dan kondisi kini
telah berubah serta mengacu kepada
fikih kemudahan.
60
Bentuk
Kalimat
Teks pada paragraf 1 :
Rasulullah SAW kerap menerima
dan memberi hadiah kepada non-
Muslim, seperti disebutkan riwayat
Ahmad dan Tirmidzi.
Teks pada paragraf 2 :
Syekh Yusuf al-Qaradhawi
menegaskan pula tentang hokum
diperbolehkannya ucapan Natal.
Teks pada paragraf 5 :
Bahkan, salah satu riwayat dari
Ahmad menyatakan hukumnya
mutlak boleh. Ini seperti
ditegaskan oleh Syekh Ibnu Abdus
.
Kata Ganti Teks pada paragraf 3 :
Berdalih situasi dan kondisi kini
telah berubah serta mengacu pada
fikih kemudahan, maka ia
memutuskan bersebarangan dengan
pendapat Ibnu Taimiyyah dan Ibnu
Qayyim.
STRUKTUR MIKRO
(STILISTIK)
Leksikon Teks pada paragraf 5 :
Ada pula riwayat dari Ahmad yang
menyatakan haram, makruh,
ataupun boleh ketika ada maslahat.
STRUKTUR MIKRO
(RETORIS)
Metafora RETORIS
Teks pada paragraf 4 :
Komisi Fatwa Lembaga Urusan
Islam dan Wakaf Uni Emirat Arab
memutuskan, hukum ucapan Natal
boleh, karena bentuk interaksi
sosial. Ini seperti ditegaskan Surah
al-Mumtahanah ayat 8.
61
Pada pemberitaan ini masih membahas isu kontroversi ucapan selamat
Natal lanjutan dari pemberitaan Kontroversi Ucapan Natal yang pertama (1). Isu
kontroversi boleh tidaknya mengucapkan selamat Natal menuai pro dan kontra
dari berbagai kalangan tetapi tidak pada pemberitaan kali ini. Pada pemberitaan
ini, banyak dari berbagai tokoh yang menyatakan hukumnya mutlak boleh
memberikan ucapan selamat natal dengan alasan yang masih sama, ini adalah
bentuk interaksi sosial.
Pada tingkat isi, Republika Online mengkonstruksi pemberitaan ini
mengenai tokoh ulama-ulama besar yang ada di luar Indonesia yang
memperbolehkan mengucapkan selamat Natal seperti Syekh as-Sarkhasi dalam
“Syarh as-Siyar al-Kabir”, memberi hadiah untuk non-Muslim termasuk pekerti
yang mulia. Dua pekan sebelumnya, Syekh Yusuf al-Qaradhawi menegaskan pula
tentang hukum diperbolehkannya ucapan Natal. Ini termasuk perbuatan yang baik
kepada sesama, dengan catatan mereka tidak sedang memerangi Muslim. Ucapan
itu boleh ditempuh, apalagi jika ada hubungan emosional dengan mereka, seperti
kerabat, tetangga, rekan bisnis, atau teman sekolah imbuhnya.
Selain nama di atas, ada juga para pemuka Islam di Mesir yang telah
mengambil sikap terlebih dahulu tentang isu kontroversi ini seperti, almarhum
Grand Syekh al-Azhar, Prof Muhammad Sayyid Thanthawi, dan mantan Menteri
Wakaf Prof Mahmud Hamdi Zaqzuq. Bahkan komisi fatwa lembaga urusan Islam
dan Wakaf Uni Emirat Arab memutuskan hukum ucapan Natal boleh.
Secara keseluruhan, isi teks pada pemberitaan ini menggambarkan tokoh-
tokoh ulama besar yang ada di luar Indonesia yang memberikan pernyataan
62
mutlak boleh mengucapkan selamat Natal dikarenakan bentuk dari interaksi
sosial. Akan tetapi wacana yang dikembangkan berita ini seperti seolah-olah
membenarkan pernyataan para Ulama tersebut tanpa ada kalimat pertentangan
yang ada di dalamnya. Kalaupun ada, itu pun hanya ada pada kalimat di paragraf
terakhir yaitu dalam Lembaga Kajian dan Fatwa Eropa muncul faksi
ketidaksepakatan seperti yang ditunjukkan oleh salah satu anggota mereka Prof
Muhammad Fuad al-Bazari.
Seluruh teks ini seolah melimpahkan kebenaran pada tokoh-tokoh ulama
yang ada di atas terkecuali Prof Muhammad Fuad al-Bazari yang tidak sepakat
dengan pernyataan ulama-ulama tersebut. Teks kurang mempermasalahkan tokoh
Prof. Muhammad Fuad al-Bazari yang berani menyatakan pertentangan atas
pernyataan para ulama yang memperbolehkan memberikan ucapkan selamat Natal
di dalam pembicaraan ini. Dalam pemberitaan kali ini Republika Online tidak
mengkonstruksi teks pemberitaan yang utuh dan jelas, kendati demikian teks yang
dikonstruksi oleh Republika Online ini cenderung timpang seolah-olah
mendukung pernyataan ulama-ulama yang menghalalkan memberikan ucapan
selamat Natal.
Selanjutnya, dikebahasaan Republika Online menggunakan gaya bahasa
perumpamaan seperti “Rasulullah SAW kerap menerima dan memberi hadiah
kepada non-Muslim seperti disebutkan riwayat Ahmad dan Tirmidzi, memberi
hadiah untuk non-Muslim termasuk pekerti yang mulia”. Republika Online
mencoba menggambarkan bagaimana Rasulullah SAW pernah memberi hadiah
63
kepada non-Muslim dikarenakan menolong kepada sesama yang notabene bukan
umat Muslim merupakan tindakan yang terpuji dan tidak dilarang oleh agama.
Pada kalimat “Ada pun riwayat dari Ahmad yang menyatakan haram,
makruh, ataupun boleh ketika ada maslahat”, dan “… lembaga Kajian dan Fatwa
Eropa muncul faksi ketidaksepakatan…” tentu bahasa yang digunakan oleh
Republika Online adalah bahasa pertentangan.
Pada tingkat relasi, teks berita ini menyertakan delapan pihak yang saling
berhubungan dan satu pihak yang saling bertentangan yakni, Syekh as-Sarkhasi,
Syekh Yusuf al-Qaradhawi, almarhum Grand Syekh al-Azhar, Prof Muhammad
Sayyid Thanthawi, Menteri Wakaf Prof Mahmud Hamdi Zaqzuq, Komisi Fatwa
Lembaga Urusan Islam dan Wakaf Uni Emirat Arab dan Syekh Ibnu Abdus. Lalu
pihak yang bertentangan pada teks pemberitaan yakni salah anggota dari Kajian
dan Fatwa Eropa Prof Muhammad Fuad al-Bazari.
Praktis di teks pemberitaan ini hanya diterangkan pihak-pihak yang secara
jelas memperbolehkan memberikan ucapan selamat Natal dan hanya satu pihak
yang memberikan perlawanan/pertentangan. Kedua pihak itu digambarkan secara
berbeda dalam teks. Kedelapan tokoh ulama digambarkan sebagai tokoh yang
menghalalkan memberikan ucapan tersebut sementara satu tokoh yang menentang
presepsi tersebut sebagai tokoh kontradiktif. Ini dapat diamati dari bagaimana isu
kontroversi ucapan selamat Natal ini menjadi pembicaraan yang hangat di tengah
masyarakat. Kedua pihak itu bukan hanya digambarkan secara bertolak belakang,
tetapi juga relasi yang dibuat.
64
Masih berkaitan dengan relasi, adalah identitas pihak-pihak/tokoh-tokoh
yang diberitakan dalam teks. Teks tersebut menggambarkan bagaimana pembaca
diletakkan pada posisi tokoh ulama yang memperbolehkan memberikan ucapan
Natal dan bukan pada posisi tokoh penentang. Teks itu misalnya, tidak
mensugestikan kepada khalayak untuk mengikuti opini kepada si tokoh penentang
(Prof Muhammad Fuad al-Bazari). Teks justru memposisikan pembaca agar
mengikuti persepsi yang di deskripsikan oleh kedelapan tokoh ulama tersebut.
Oleh karena itu, dalam teks berita ini dari awal sampai akhir hampir semua
berisikan tentang kesepakatan dalam membolehkan memberikan ucapan selamat
Natal.
65
c. Analisis Berita 3 : 04 Januari 2013 “Kontroversi Ucapan Natal (3-habis)
1. Tematik
Tema utama wacana yang dikembangkan dalam berita ini adalah
Kontroversi Ucapan Natal (3-habis) yang dimana teks berita ini akhir dari pada
teks berita sebelumnya yang membahas kontroversi ucapan selamat Natal.
2. Skematik
Skema berita ini dimulai dengan jdudul berita yaitu Kontroversi Ucapan
Natal (3-habis). Pada isi berita, bagian awal dimulai dengan dengan informasi
haramnya ucapan Natal. Ini bisa dilihat dari teks pemberitaan di atas, walaupun
hanya ada satu pihak yang menentangnya tetapi bisa disimpulkan keseluruhan
teks pemberitaan diatas lebih mendukung kepada haramnya mengucapkan selamat
Natal.
Pada bagian tengah adalah membahas pendapat dari tokoh/ulama besar
yang ada di luar Indonesia yang menyatakan keharaman memberikan ucapan
Natal. Yang terakhir pada bagian akhir berisi tentang pendapat dari mufti Arab
Saudi, diamana ia membolehkan para pelajar Arab Saudi yang studi di luar negeri
menghadiri prosesi Natal dengan syarat-syarat tertentu.
3. Semantik
Latar
Latar berita ini muncul dari keharaman mengucapkan selamat natal. Ini
bisa dilihat dari teks pemberitaan di atas, walaupun hanya ada satu pihak yang
menentangnya tetapi bisa disimpulkan keseluruhan teks pemberitaan diatas lebih
mendukung kepada haramnya mengucapkan selamat Natal.
66
Detil
Detil berita ini terlihat pada bagian awal berita yang langsung
menceritakan keharaman memberikan ucapan Natal. Yakni terdapat pada teks
berita : “Polemik serupa mencuat di Arab Saudi. Komite Tetap Kajian dan Fatwa
Negara setempat berpendapat, hukum ucapan Natal haram. Mereka mengutip
pendapat Ibnu Taimiyyah dan Ibn Qayyim. Menurut Ibnu taimiyyah, tindakan apa
pun yang menyerupai dan membuat senang hati Nasrani termasuk perbuatan
batil”.
Maksud
Maksud yang ingin disampaikan pada berita ini adalah bahwa pendapat
yang sama juga disampaikan oleh Asosiasi Ulama Senior Arab Saudi, yang mana
memberikan ucapan Natal hukumnya haram. Hal ini bisa dilihat pada teks berita :
“Pendapat yang sama juga disuarakan oleh Asosiasi Ulama Senior Arab Saudi”.
Pranggapan
Pranggapan pada berita ini yaitu peristiwa ini seharusnya boleh umat
Muslim menghadiri prosesi Natal, tetapi dengan syarat-syarat tertentu. Tetapi
tetap aja hukumnya haram memberikan ucapan selamat Natal. Hal ini terdapat
pada kalimat berita sebagai berikut : “Ia termasuk salah satu mufti Arab Saudi, ia
membolehkan para pelajar Arab Saudi yang studi di luar negeri menghadiri
proses Natal dengan syarat-syarat tertentu. Kendati pun, ia sepakat ucapan Natal
tetap haram hukumnya”.
4. Sintaksis
Koherensi
67
Berita ini didukung dengan pemakaian koherensi dalam kalimat.
Koherensi yang ditemukan dalam teks, yaitu : “Polemik serupa mencuat di Arab
Saudi. Komite Tetap Kajian dan Fatwa Negara setempat berpendapat, hukum
ucapan Natal haram. Mereka mengutip pendapat Ibnu Taimiyyah dan Ibn
Qayyim. Menurut Ibnu taimiyyah, tindakan apa pun yang menyerupai dan
membuat senang hati Nasrani termasuk perbuatan batil”.
Bentuk Kalimat
Bantuk kalimat dalam teks berita ini dapat dilihat pada kalimat : “Menurut
Ibnu taimiyyah, tindakan apa pun yang menyerupai dan membuat senang hati
Nasrani termasuk perbuatan batil”. Dan juga : “Pendapat yang sama juga
disuarakan oleh Asosiasi Ulama Senior Arab Saudi. Tetapi, sebagian ulama tak
sepakat dengan opsi ini secara penuh”.
Kata Ganti
Teks berita ini juga terdapat kata ganti yang digunakan, seperti saya, dia
dan ia. Ia merupakan kata ganti orang ketiga tunggal. Kata ganti ini terdapat pada
teks : “Menurutnya, siapa yang menyangka bahwa ini akan merusak akidah, ia
telah salah besar. Basa-basi ini tak berkaitan dengan akidah. Rasulullah SAW
pernah berdiri menghormati jenazah Yahudi. Ini bukan soal akidah si Yahudi,
tapi soal sakralitas kematian”.
5. Stilistik
Leksikon
Teks berita ini juga diwarnai dengan pemakaian kosakata leksikon.
Misalnya : “Di kitab “Ahkam ahl-Dizmmah”, Ibn Qayyim mengatakan, ucapan
68
terhadap ritual kekufuran haram hukumnya. Seperti ucapan selamat atas hari
raya dan puasa mereka”. Makna kekufuran berarti sesuatu hal yang buruk/
sesuatu hal yang tidak boleh dilakukan.
6. Retoris
Metafora
Pada teks berita ini terdapat juga metafora ayat suci Al-Quran, yaitu pada
teks : “Ada beberapa dalil Al-Quran yang menyatakan haram mengucapkan
selamat Natal, yaitu Surah az-Zumar ayat 7 dan Ali Imran ayat 85”.
Tabel 4.3
Temuan Elemen Teks Berita “Kontroversi Ucapan Natal (3-habis)
HAL YANG DIAMATI ELEMEN KETERANGAN
STRUKTUR MAKRO
(TEMATIK)
Topik Kontroversi Ucapan Natal (3-habis)
SUPRASTRUKTUR
(SKEMATIK)
Skema Skema pada teks
pemberitaan ini, teks lebih
menonjolkan keharaman
mengucapkan selamat natal. Ini
bisa dilihat dari teks
pemberitaan di atas, walaupun
hanya ada satu pihak yang
menentangnya tetapi bisa
disimpulkan keseluruhan teks
pemberitaan diatas lebih
mendukung kepada haramnya
mengucapkan selamat Natal.
Pada bagian awal dimulai
dengan informasi haramnya
ucapan Natal.
Pada bagian tengah
membahas pendapat dari
tokoh/ulama besar yang ada di
luar Indonesia yang menyatakan
69
keharaman memberikan ucapan
Natal.
Pada bagian akhir
menyisipkan pendapat dari
mufti Arab Saudi, diamana ia
membolehkan para pelajar Arab
Saudi yang studi di luar negeri
menghadiri prosesi Natal
dengan syarat-syarat tertentu.
STRUKTUR MIKRO
(SEMANTIK)
Latar Teks pada paragraf 1 :
Pakar fikih terkemuka, Prof
Mustafa az-Zuqra. Beliau
mengatakan, “Islam tidak melarang
ucapan semacam ini apalagi Isa
dalam akidah Islam termasuk rasul
yang dihormati”, ujarnya.
Detil Teks pada paragraf 2 :
Menurutnya, siapa yang menyangka
bahwa ini akan merusak akidah, ia
telah salah besar. Basa-basi ini tak
berkaitan dengan akidah. Rasulullah
SAW pernah berdiri menghormati
jenazah Yahudi. Ini bukan soal
akidah si Yahudi, tapi soal
sakralitas kematian.
Teks pada paragraf 3 :
Polemik serupa mencuat di Arab
Saudi. Komite Tetap Kajian dan
Fatwa Negara setempat
berpendapat, hukum ucapan Natal
haram. Mereka mengutip pendapat
Ibnu Taimiyyah dan Ibn Qayyim.
Menurut Ibnu taimiyyah, tindakan
apa pun yang menyerupai dan
membuat senang hati Nasrani
termasuk perbuatan batil.
70
Maksud Teks pada paragraf 5 :
Pendapat yang sama juga
disuarakan oleh Asosiasi Ulama
Senior Arab Saudi. Tetapi, sebagian
ulama tak sepakat dengan opsi ini
secara penuh. Diantaranya Syekh
Abdul Aziz bin Abdullah Alu as-
Syekh.
Pranggapan Teks pada paragraf 5 :
Ia termasuk salah satu mufti Arab
Saudi, ia membolehkan para pelajar
Arab Saudi yang studi di luar negeri
menghadiri proses Natal dengan
syarat-syarat tertentu. Kendati pun,
ia sepakat ucapan Natal tetap haram
hukumnya.
STRUKTUR MIKRO
(SINTAKSIS)
Koherensi Teks pada paragraf 1 :
Ucapan sekamat Natal adalah
bagaian dari basa-basi dan interaksi
sosial yang baik.
Teks pada paragraf 2 :
Polemik serupa mencuat di Arab
Saudi. Komite Tetap Kajian dan
Fatwa Negara setempat
berpendapat, hukum ucapan Natal
haram. Mereka mengutip pendapat
Ibnu Taimiyyah dan Ibn Qayyim.
Menurut Ibnu taimiyyah, tindakan
apa pun yang menyerupai dan
membuat senang hati Nasrani
termasuk perbuatan batil.
71
Bentuk
Kalimat
Teks pada paragraf 1 :
Demikian dikatakan pakar fikih
terkemuka, Prof Musthafa az-Zuqra.
Teks pada paragraf 2 :
Menurutnya, siapa yang
menyangka bahwa ini akan
merusak akidah, ia telah salah
besar.
Teks pada paragraf 3 :
Menurut Ibnu taimiyyah, tindakan
apa pun yang menyerupai dan
membuat senang hati Nasrani
termasuk perbuatan batil.
Teks pada paragraf 5 :
Pendapat yang sama juga
disuarakan oleh Asosiasi Ulama
Senior Arab Saudi. Tetapi, sebagian
ulama tak sepakat dengan opsi ini
secara penuh.
Kata Ganti Teks pada paragraf 2 :
Menurutnya, siapa yang menyangka
bahwa ini akan merusak akidah, ia
telah salah besar. Basa-basi ini tak
berkaitan dengan akidah. Rasulullah
SAW pernah berdiri menghormati
jenazah Yahudi. Ini bukan soal
akidah si Yahudi, tapi soal
sakralitas kematian.
Teks pada paragraf 5 :
Pendapat yang sama juga
disuarakan oleh Asosiasi Ulama
Senior Arab Saudi. Tetapi, sebagian
ulama tak sepakat dengan opsi ini
secara penuh. Diantaranya Syekh
Abdul Aziz bin Abdullah Alu as-
72
Syekh. Ia termasuk salah satu mufti
Arab Saudi, ia membolehkan para
pelajar Arab Saudi yang studi di
luar negeri menghadiri proses Natal
dengan syarat-syarat tertentu.
Kendati pun, ia sepakat ucapan
Natal tetap haram hukumnya.
STRUKTUR MIKRO
(STILISTIK)
Leksikon Teks pada paragraf 4 :
Di kitab “Ahkam ahl-Dizmmah”,
Ibn Qayyim mengatakan, ucapan
terhadap ritual kekufuran haram
hukumnya. Seperti ucapan selamat
atas hari raya dan puasa mereka.
Teks pada paragraf 5 :
Pendapat yang sama juga
disuarakan oleh Asosiasi Ulama
Senior Arab Saudi. Tetapi, sebagian
ulama tak sepakat dengan opsi ini
secara penuh. Diantaranya Syekh
Abdul Aziz bin Abdullah Alu as-
Syekh. Ia termasuk salah satu mufti
Arab Saudi, ia membolehkan para
pelajar Arab Saudi yang studi di
luar negeri menghadiri proses Natal
dengan syarat-syarat tertentu.
Kendati pun, ia sepakat ucapan
Natal tetap haram hukumnya.
STRUKTUR MIKRO
(RETORIS)
Metafora Teks pada paragraf 4 :
Ada beberapa dalil Al-Quran yang
menyatakan haram mengucapkan
selamat Natal, yaitu Surah az-
Zumar ayat 7 dan Ali Imran ayat
85.
Pada judul pemberitaan yang terakhir ini, Republika Online menggunakan
pilihan kata yang cukup lugas dan jelas. Pemilihan kata Kontroversi Ucapan Natal
73
dimaksudkan untuk khalayak pembaca yang memang benar-benar dibuat bingung
atas isu ini. Begitupun dengan kata berikutnya yang menyertai, kata „3-habis‟
yang menggambarkan akhir cerita dari isu pemberitaan yang kontroversial ini,
walaupun isu pemberitaan ini tidak ada habisnya untuk kita bahas karena
banyaknya polemik-polemik/presepsi-presepsi yang berkembang di masyarakat.
Dalam pemberitaan yang dikonstruksi oleh Republika Online kali ini,
wacana yang coba diapungkan adalah masih mengenai isu kontroversi ucapan
selamat Natal yang dimana masih banyaknya isu polemik-polemik yang timbul
dari berbagai pihak tentang isu ini. Salah satunya yang dikatakan oleh pakar fiqih
terkemuka Prof Mustafa az-Zuqra. Beliau mengatakan, “Islam tidak melarang
ucapan semacam ini apalagi Isa dalam akidah Islam termasuk rasul yang
dihormati”, ujarnya. Menurutnya, siapa yang menyangka bahwa ini akan merusak
akidah, ia telah salah besar. Basa-basi ini tak berkaitan dengan akidah. Rasulullah
SAW pernah berdiri menghormati jenazah Yahudi. Ini bukan soal akidah si
Yahudi, tapi soal sakralitas.
Tetapi, pernyataan Prof Mustafa az-Zuqra ditentang hebat oleh Komite
tetap Kajian dan Fatwa di Arab Saudi. Mereka berpendapat hukum ucapan Natal
haram apalagi hukum mengikuti prosesi ibadahnya sangat diharamkan. Mereka
mengutip pendapat Ibnu Taimiyyah dan Ibn Qayyim. Menurut Ibnu taimiyyah,
tindakan apa pun yang menyerupai dan membuat senang hati Nasrani termasuk
perbuatan batil. Pendapat yang sama juga disuarakan oleh Asosiasi Ulama Senior
Arab Saudi.
74
Tetapi, sebagian ulama tak sepakat dengan opsi ini secara penuh.
Diantaranya Syekh Abdul Aziz bin Abdullah Alu as-Syekh. Ia termasuk salah satu
mufti Arab Saudi, ia membolehkan para pelajar Arab Saudi yang studi di luar
negeri menghadiri proses Natal dengan syarat-syarat tertentu. Kendati pun, ia
sepakat ucapan Natal tetap haram hukumnya.
Pada tingkat isi, teks pemberitaan yang di konstruksi oleh Republika
Online lebih menonjolkan keharaman mengucapkan selamat natal. Ini bisa dilihat
dari teks pemberitaan di atas, walaupun hanya ada satu pihak yang menentangnya
tetapi bisa disimpulkan keseluruhan teks pemberitaan diatas lebih mendukung
kepada haramnya mengucapkan selamat Natal. Di teks ini juga jelas terbaca
adanya pihak-pihak yang yang mendukung keharaman isu tersebut yakni Komite
Tetap Kajian dan Fatwa Arab Saudi, Asosiasi Ulama Senior Arab Saudi dan salah
satu mufti Arab Saudi.
Situasi ini jelas menggambarkan hubungan yang sudah saling sepakat
antara Komite, Asosiasi dan Mufti yang berada di Arab Saudi yang menegaskan
hukum memberikan ucapan selamat Natal adalah haram. Sehingga publik dibuat
setuju dengan adanya pernyataan dari tokoh-tokoh Arab Saudi yang ada di atas.
Dalam teks berita ini, tidak dijelaskan terlebih dahulu siapa saja tokoh-
tokoh ulama besar maupun institusi yang ada di Indonesia yang memberikan
pernyataan mengucapkan selamat natal adalah haram hukumnya, tetapi dalam teks
pemberitaan kali ini langsung tertuju ke Negara Arab Saudi yang dimana
banyaknya tokoh besar, Asosiasi Ulama Senior dan juga Komite Tetap Kajian dan
Fatwa Negara setempat yang berpendapat bahwa memberikan ucapan selamat
75
Natal hukumnya adalah haram. Dalam mengkonstruksi pemberitaannya Republika
Online semata-mata menegaskan kepada khalayak bahwa Arab Saudi melarang
keras untuk memberikan ucapan Natal dikarenakan Arab Saudi hampir semua
penduduknya beragama Islam dan juga mempunyai ulama-ulama besar yang
faham betul dengan ajaran Islam . Jadi kita (khalayak muslim yang ada Indonesia)
sudah mempunyai rujukan yang jelas bahwa memberikan ucapan selamat Natal
itu hukumnya haram.
Secara bahasa, pada paragraf pertama menuju paragraf kedua dikemas
dengan kalimat perbandingan. Bisa dilihat pada kalimat “Ucapan selamat Natal
adalah bagian dari basa-basi dan interaksi sosial yang baik”. Namun di Arab
Saudi, “Komite Tetap Kajian dan Fatwa Negara setempat berpendapat, hukum
ucapan Natal haram apalagi hukum mengikuti proses ibadahnya, sangat
diharamkan”. Tetapi ada juga gaya bahasa pertentangan yang terjadi di teks ini,
yaitu pada paragraf terakhir yang berbunyi “… sebagian ulama tak sepakat dengan
opsi ini secara penuh, di antaranya Syekh Abdul Aziz bin Abdullah Alu as-Syekh.
Ia membolehkan para pelajar di Arab Saudi yang studi di luar negeri menghadiri
prosesi Natal dengan syarat-syarat tertentu. Kendati pun, ia sepakat ucapan Natal
tetap haram hukumnya”.
Masih pada poin bahasa. Pada paragraf kedua, Republika Online
menggunakan gaya bahasa perumpamaan yaitu, “…tindakan apa pun yang
menyerupai dan membuat senang hati Nasrani, termasuk perbuatan batil”.dan ada
juga bahasa perumpamaan yang di konstruksi oleh Republika Online di akhir
paragraf kedua yaitu, “…Ibn Qayyim mengatakan, ucapan terhadap ritual
76
kekufuran haram hukumnya, seperti ucapan selamat atas hari raya dan puasa
mereka.
Pada tingkat relasi, menyertakan tiga pihak yang paling berhubungan,
yakni Prof Musthafa az-Zurqa, Komite Tetap Kajian dan Fatwa Negara Arab
Saudi dan yang terakhir Asosiasi Ulama Senior Arab Saudi. Dalam teks ini, Prof.
Musthafa az-Zuqra selaku tokoh yang tidak sepakat dengan haramnya
memberikan ucapan Natal, tidak mempunyai pihak pendukung yang serasi dengan
presepsi beliau pada pemberitaan isu ini. Teks ini sama sekali tidak memberikan
pembahasan lebih lanjut siapa saja tokoh selain Prof Musthafa az-Zuqra yang
setuju yang memberikan pernyataan ketidaksepakatan hukum haramnya
memberikan ucapan Natal melainkan lebih mengedepankan relasi yang dibangun
pada tokoh-tokoh Arab Saudi yang menyatakan memberikan ucapan Natal haram
hukumnya.
Praktis dalam teks berita ini yang diterangkan secara jelas ada dua: Prof.
Musthafa az-Zuqra dan tokoh-tokoh ulama Arab Saudi. Prof Musthafa az-Zuqra
digambarkan sebagai tokoh yang salah, sementara tokoh-tokoh ulama Arab Saudi
digambarkan sebagai komunitas yang benar yang memegang teguh ajaran-ajaran
Islam. Relasi yang dibuat pada pemberitaan ini sangat bertolak belakang. Tokoh-
tokoh ulama Arab Saudi berusaha memediasi umat Muslim diseluruh dunia bahwa
memberikan ucapan Natal haram hukumnya, sementara Prof. Musthafa az-Zuqra
adalah tokoh yang tidak harus diikuti melalui presepsinya/ucapannya yang salah.
Pada poin identitas, teks tersebut menempatkan posisi pembaca diletakkan
pada posisi tokoh-tokoh ulama Arab Saudi. Teks itu, sepertinya tidak membahas
77
lebih lanjut siapa saja tokoh yang mendukung presepsi Prof. Musthafa az-Zuqra.
Tetapi teks lebih memposisikan pembaca agar lebih mengikuti presepsi dari
tokoh-tokoh ulama Arab Saudi, dikarenakan banyaknya pembahasan haram
hukumnya memberikan ucapan Natal pada pemberitaan ini.
Dari keseluruhan analisis teks ketiga pemberitaan Kontroversi Ucapan
Selamat Natal yang dikonstruksi oleh Republika Online, peneliti menemukan
beberapa fakta tertulis yang dikemas dalam pemberitaan. Temuan tersebut lebih
kepada penelusuran isi teks dan gaya bahasa yang digunakan pada pemberitaan
isu kontroversial ini yang dikonstruksi oleh Republika Online.
Ternyata dari ketiga teks pemberitaan tersebut, Republika Online sebagai
institusi pers yang membuat pemberitaan ini tidak bisa menjadi penengah antara
pihak yang satu dengan pihak yang lain. Pada ketiga isi teks pemberitaan ini
banyak diwarnai ketegangan antara berbagai pihak. Republika Online tidak bisa
memberikan solusi bagaimana sikap kita sebagai seorang muslim menyikapi
polemik isu kontroversial ini yang tak kunjung usai. Hanya saja isi teks yang
dikonstruksi oleh Republika Online kali ini lebih membahas polemik isu
kontroversi ucapan Natal yang konteksnya berada di luar Indonesia, seperti Mesir,
Uni Emirat Arab dan Arab Saudi. Ini mengisyaratkan kepada Muslim di
Indonesia, tidak hanya di Indonesia saja yang terjadi polemik atas isu pemberitaan
ini tetapi hal serupa juga terjadi di Negara-negara Islam seperti Mesir, Uni Emirat
Arab dan Arab Saudi.
Fakta yang tidak bisa dipungkiri, bahwa Republika Online
memberlakukan penggunaan gaya bahasa yaitu perbandingan, pertentangan. Gaya
78
bahasa perbandingan di antaranya ada perumpamaan, metafora, dan personifikasi.
Sedangkan gaya bahasa pertentangan yaitu ada hiperbola, ironi, satire, antifrasis,
sinisme, dan sarkasme.
B. Analisis Discourse Practice
1. Produksi Teks
Dalam memproses produksi beritanya, Republika Online mempunyai lembaga
newsroom
“Kami mempunyai lembaga news room, jadi semua reporter yang
ada disini tidak di bawah arahan redaktur tetapi langsung masuk ke news
room. Mereka (reporter) yang mendistribusikan permintaan-permintaan
dari kami. Kecepatannya tergantung bagaimana reporter itu sendiri
menulis berita lalu mengirimkannya ke software yang namanya news room
itu. Kami (redaktur) di kantor hanya mengambil dan meng-upload lalu
kami menggunakan tulisan atau teks yang dikirimkan oleh reporter dan
kami meng-editnya kembali serta mempublikasikan kepada khalayak. Dan
reporter juga pada waktu menulis kejadian dan mengirimkan beritanya
harus cepat. Setelah menjadi sebuah laporan pemberitaan, reporter
mengirimkan berita tersebut ke folder atau software yang bernama
newsroom. Maka itulah proses produksi yang terjadi di kantor kami”.1
Pada saat menyiapkan suatu berita yang akan di upload, Republika Online
tidak mempunyai persiapan secara khusus
“Tidak ada, paling kita hanya melihat berita yang terjadi di
lapangan kemudian kita foto dan kita edit sedikit lalu kita publish melalui
website kita. Ya, apa yang saya katakan sebelumnya kami adalah kantor
berita online beda dengan Koran”.2
Proses pemilihan tema Kontroversi Ucapan Natal di Republika Online
muncul berdasarkan banyaknya polemik boleh tidaknya umat muslim
1 Wawancara M. Irwan Ariefyanto (Redaktur Pelaksana Republika Online), 16 Mei 2013
2 Ibid., M. Irwan Ariefyanto.
79
mengucapkan selamat Natal. Seperti yang dituturkan oleh Redaktur Pelaksana
Republika Online, M. Irwan Ariefyanto
“Sebelumnya, polemik ini tidak ada habisnya untuk dibahas
apakah boleh tidaknya umat muslim mengucapkan selamat Natal, ini yang
menjadi daya tarik kami untuk menangkat isu pemberitaan tersebut. Kami
membuat tema berita ini dan mempublikasikannya kepada khalyak dengan
tujuan kita adalah orang Indonesia dan Indonesia bukan Negara islam
melainkan Negara demokrasi dan kita harus bertolelir kepada umat non
muslim yang sedang merayakan hari besarnya itu dan juga kita harus
membenarkan ibadah mereka tanpa harus mengikuti proses ibadah mereka.
Intinya kami mendukung toleransi umat beragama”.3
Pemberitaan Republika Online tentang kontroversi ini, ditulis
berdasarkan fakta yang terjadi di lapangan
“Kita menugaskan reporter ke lapangan terus kita buat cerita-cerita
apa sih perbedaan antara Kristen yang dulu dengan yang sekarang dan juga
bagaimana sih sikap kita sebagai umat muslim terhadap umat Kristen?
Intinya, kami tidak memprovokasi dan kami semata-mata hanya ingin
mendeskripskikan bahwa ada perbedaan antara umat Kristen yang dulu
dengan yang sekarang bahwa agama Kristen sekarang adalah agama
Kristen Romawi dan yang dulu adalah agama Kristen nabi Isa. Tapi bukan
berarti kita memberi selamat Natal kepada mereka secara verbal,
melainkan kurang lebih hanya untuk menghargai. Itulah pesan
pemberitaan yang kami konstruksi terkait isu ini untuk di konsumsi oleh
khalayak umat muslim di Indonesia”.4
Republika Online sebagai institusi pers berideologikan Islam. Dalam
menyikapi isu kontroversi ini yang terjadi di Indonesia, terlebih terjadinya
perbedaan pendapat antara MUI dan Mentri Agama RI yang sampai saat ini masih
menimbulkan konflik
“Kalau Mentri Agama kan harus netral, dia tidak boleh memilih-milih
artinya dia punya agenda politik dan dia juga mempunyai kepentingan
yang lain. Kalau MUI memang sudah mengikuti secara akidah islam dan
ajaran fiqih. Perbedaan tersebut memang harus kita hargai dan memang
3 Ibid., M. Irwan Ariefyanto.
4 Ibid., M. Irwan Ariefyanto.
80
susah untuk diserasikan. Maka dari itu kontroversi ini masih terus
berlanjut sampai saat ini”.5
Namun, tanpa bermaksud mengabaikan presepsi Mentri Agama RI,
secara pribadi Redaktur Pelaksana Republika Online lebih menerima fatwa MUI.
Ini dibuktikan melalui ucapan dari M. Irwan Ariefyanto
“Saya lebih mendukung fatwa MUI, karena memang sudah ada di
dalam Al-Qur‟an tentang larangan-larangan mengucapkan selamat Natal
kepada yang sedang merayakannya”.6
Sehingga, di dalam menyikapi polemik ini, sikap masyarakat muslim di
Indonesia harus kembali kepada keyakinan masing-masing pribadinya.
“Saya rasa tidak ada masalah, intinya kembali kepada diri kita
masing-masing saja meyakininya seperti apa.”7
Analisis Produksi Teks
Sejarah hadirnya Republika Online yang biasa disebut ROL muncul
pertama kali di internet pada awal 1995 atau sekitar dua tahun setelah surat kabar
Republika terbit. Sebagai situs berita, pada saat itu, muatan ROL hanya
menduplikasi materi berita-berita koran Republika secara lengkap. Tujuan utama
penerbitan versi internet adalah untuk melayani pembaca yang tidak terjangkau
distribusi koran cetak dan untuk pembaca yang berada diluar negeri. Pada fase
berikutnya ROL secara bertahap mulai berkembang sesuai dengan kemajuan
teknologi, khususnya teknologi informasi. Desain dan berbagai layanan web dan
materi beritanya pun lebih diperkaya.
Sama seperti Harian Umum Republika, Republika Online lebih banyak
mengemas berita tentang keislaman tetapi hanya berbeda versi saja, Harian Umum
5 Ibid., M. Irwan Ariefyanto.
6 Ibid., M. Irwan Ariefyanto.
7 Ibid., M. Irwan Ariefyanto.
81
Republika lebih ke media cetak hanya saja Republika Online adalah institusi pers
online berbasis Islam. Ini bisa dilihat dari pemberitaan yang dikosntruksi oleh
Republika Online tentang Kontroversi Ucapan Natal pada edisi 4 Januari 2013.
Proses pemilihan tema pemberitaan kali ini memang melalui beberapa
tahapan dimulai dari terjadinya isu-isu yang berkembang luas di masyarakat
khususnya masyarakat Indonesia hingga ke mancanegara lalu Republika Online
berusaha meredamkan isu polemik yang terjadi di Indonesia ini dengan cara
beropini sebagai warga Negara Indonesia dan Indonesia bukan Negara Islam
melainkan Negara demokrasi, maka kita (muslim Indonesia) harus bertoleransi
kepada umat non-Muslim apalagi umat yang sedang merayakan hari raya
besarnya.
Fakta bahwa Republika Online adalah institusi pers online bisa dilihat
pada proses produksi pengemasan pemberitaannya dengan cepat. Ini dilihat ketika
reporter mencari berita di lapangan dan dengan mudah berita tersebut di upload
melalui newsroom, yang dimana newsroom tersebut memiliki fungsi penghubung
antara reporter dengan redaktur. Jadinya, kecepatan berita itu tergantung dari
bagaimana si reporter itu sendiri menulis berita lalu mengirimkannya ke software
yang bernama newsroom. Aktifitas redaksional yang ada di kantor Republika
Online hanya menerima berita yang telah di kirimkan oleh reporter tadi lalu di edit
dan di upload ke website Republika Online sehingga khalayak pembaca dengan
mudah membaca dan menerima informasi baru yang bisa di akses kapan saja dan
dimana saja khalayak berada dengan rana kecepatan pergantian headline-nya
perdetik.
82
Merujuk hasil wawancara dengan salah satu Redaksional Republika
Online tentang terkaitnya berita kontroversi ucapan Natal, terkaitnya isu ini
Republika Online menegaskan bahwa tidak ada unsur memprovokasikan umat
Nasrani melainkan hanya mendeskripsikan bahwa memberikan ucapan selamat
Natal kepada umat Nasrani itu tidak dilarang, tetapi hanya saja dalam memberikan
ucapan tersebut, umat Muslim dianjurkan berhati-hati dan harus ingat pada ajaran
Al-Qur‟an dan Hadist.
Untuk itu, Republika Online harus dituntut untuk tampil adil dalam
pengemasan pemberitaannya. Meskipun Republika Online adalah pers berbasis
Islam namun karena Republika Online instiusi yang terlahir di Indonesia, yang
dimana Indonesia sekali lagi bukan merupakan Negara Islam yang mempunyai
keanekaragaman suku, budaya, agama dan bahasa maka dalam pemberitaan
kontroversi ucapan Natal ini, Republika Online cenderung setuju atas
diperbolehkannya memberikan ucapan Natal dikarenakan bagian dari toleransi
umat beragama khususnya menghargai pluralisme yang ada di Indonesia.
Namun bukan berarti Republika Online mendukung penuh
diperbolehkannya memberikan ucapan Natal. Ini dibuktikan melalui wawancara
dengan Redaktur Pelaksana di Republika Online yang dimana beliau tidak setuju
umat muslim memberikan ucapan Natal karena ketatapan larangan itu sudah
tertera di Al-Qur‟an dan Hadist. Bisa disimpulkan pada level makro (Republika
Online) semata-mata tidak ingin memprovokasikan umat agama lain dan ingin
lebih menjaga keharmonisan umat beragama tetapi pada level mikro (Redaktur
Pelaksana) tidak setuju dengan membolehkannya umat muslim memberikan
83
ucapan Natal karena larangan itu sudah tertera di Al-Qur‟an dan Hadist. Untuk
itu, media massa bukanlah segala-galanya, dia tidak memiliki kebenaran mutlak
dalam menyajikan suatu informasi yang dibungkus menjadi lebih menarik untuk
diminati publik. Sehingga segala bentuk pemberitaan dan penulisannya, baik
secara personal maupun institusional, wajib dipertanggung jawabkan kepada
publik.
2. Konsumsi Teks
Berikut hasil wawancara penulis dengan seorang informan yang notabene
bisa dikatakan pembaca / pengakses setia situs Republika Online.
Poin-poin yang menjadi pokok pembahasan wacana yang muncul dari teks
pada pembaca (informan) adalah sebagai berikut :
1. Perkenalan informan dengan Republika Online
2. Perbedaan Republika Online dengan media online lainnya
3. Pandangan informan mengenai perbedaan tampilan Republika Online yang
lama dengan yang baru
4. Pandangan informan mengenai berita Kontroversi Ucapan Natal yang di
kosntruksi oleh Republika Online pada edisi 4 Januari 2013
5. Pandangan informan tentang isu kontroversi ucapan Natal yang terjadi di
Indonesia dan juga polemik antara MUI dan Mentri Agama RI
Informan Muhammad Jimi (MJ) :
Muhammad Jimi (MJ) merupakan lelaki kelahiran Jakarta, 7 Agustus
1982. Domisili saat ini di Jalan MPR 1 No. 40 B RT/RW 06/10, Kecamatan
Cilandak, Kelurahan Gandaria Selatan, Jakarta Selatan.
84
Selain memosisikan diri sebagai pembaca aktif/pengakses setia situs
Republika Online, informan juga bekerja di Bank Muamalat pada bagian call
center selama kurang lebih 3 tahun.
Perkenalan dengan Republika Online
Informan MJ pertama kali mengenal Republika Online pada saat masih
duduk dibangku kuliah.
“Seingat saya pas masih kuliah, biasa selalu cari bahan buat tugas
kuliah ya seperti mas yang sedang menyusun skripsi ini lah. Apalagi saya
kuliah dilingkungan agamis sehingga lebih cocok mencari rujukan ke situs
Republika Online”.8
Perbedaan Republika Online dengan media online lainnya
“Menurut saya memang jelas beda dengan media online lainnya,
kalau kita lihat secara keseluruhan isi berita memang sama dengan media
online lainnya, yang menjadi pembeda hanya saja dari segi kategori
pemberitaan. Republika Online mempunyai fitur ROL to school dan ROL
to campus dimana fitur itu bisa mewakilkan seluruh lapisan masyarakat.
Satu fitur yang tidak dimiliki oleh media lainnya yaitu Khazanah, dimana
isi-isi berita dan artikelnya banyak mengandung ilmu dan pengetahuan
sehingga semua orang bisa lebih tahu akan dunia islam”.9
Perbedaan tampilan Republika Online yang lama dengan yang baru
Bagi MJ, tampilan Republika Online yang sekarang sangat baik dan bagus
dan pernuh makna.
“Untuk tampilan ROL yang baru dengan yang lama, lebih keren
yang baru, apalagi dengan tulisan ROL ONLINE-nya yang baru
mengartikan bahwa dengan pengalaman yang cukup lama serta
mempunyai peran penting pada masyarakat. Dan untuk tampilan yang
sekarang ini lebih simple, bersahabat dan penggaturan tata letak yang
tepat”.10
8 Wawancara Muhammad Jimi, 6 Juni 2013.
9 Ibid, Muhammad Jimi.
10 Ibid, Muhammad Jimi.
85
Pandangan informan mengenai berita Kontroversi Ucapan Natal yang
dikosntruksi oleh Republika Online pada edisi 4 Januari 2013
“Untuk berita yang pertama
ROL ingin membahas prihal boleh atau tidaknya mengucapkan
“selamat natal” karena hal ini masih banyak diperdebatkan bukan hanya di
Indonesia, seperti di mesir, ada yang menolak dengan alasan umat nasrani
yang membudakkan diri kepada barat. Lalu lembaga fatwa tinggi mesir
membolehkan pengucapan „selamat natal” dengan alasan sebagai bentuk
interaksi sosual dan hadiah, dan mereka juga meberikan catatan lebih
berhati-hati dalam memberikan selamat tersebut , jangan sampai keluar
dari akidah islam.
Untuk berita yang kedua
ROL ingin menginformasikan bahwa pengucapan “selamat natal”
itu boleh , dimana menurut Syekh Yusuf Qaradhawi diperbolehkan ucapan
natal dengan alasan termasuk perbuatan baik kepada sesama dengan
catatan mereka tidak sedang memerangi muslim. Hal tersebut juga
dilakukan di Uni Emirat Arab, diperbolehkan dengan alasan yang sama.
Akan tetapi tidak semua setuju, seperti yang dilakukan oleh Prof
Muhammad Fuad al-Bazari
Untuk berita yang ketiga
ROL ingin menginformasikan hal yang sama, bahwa pengucapan
selamat natal dibolehkan karena bagian dari basa basi dan interaksi sosial.
Tapi menurut Ibnu Taimiyah dan Ibnu Qayyim itu perbuatan yang batil.
Bahkan komite tetap kajian dan fatwa di Arab Saudi menyatakan haram,
Dan dari ketiga pemberitaan tersebut sebenarnya isi pemberitannya hampir
sama, intinya yang menentukan boleh atau tidaknya berasal dari pembaca
ROL itu sendiri apakah mengharamkan atau menbolehkan”.11
Pandangan informan tentang isu kontroversi ucapan Natal yang terjadi di
Indonesia dan juga polemik antara MUI dan Mentri Agama RI
“Wah sebenarnya saya kurang tau mas buat isu tersebut, tapi kalau
dari kaca mata saya, MUI sudah pasti mewakili umat islam di Indonesia,
sedangkan Kementrian Agama RI lebih mendepankan kebhinekaan atau
kebersamaan, sehingga keputusan-keputusan MUI mungkin terkadang
diangap bersebrangan dengan Kementrian Agama RI, itu aja sih mas yang
saya tau”.12
11
Ibid, Muhammad Jimi. 12
Ibid, Muhammad Jimi.
86
Analisis Konsumsi Teks
Informan mengenal Republika Online sejak masih duduk dibangku kuliah,
rentang waktu yang terbilang lama untuk mengenal sebuah media pers online.
Republika Online mempunyai fitur yang unik dan itu yang membuat informan
menjadi pengakses setia situs Republika Online dan menjadi pembeda antara
Republika Online dengan media pers lainnya. Keunikannya dari Republika Online
ialah mempunyai fitur yang dimana bisa mewakili seluruh lapisan masyarakat
yakni fitur ROL to school dan ROL to campus dan juga salah satu fitur andalan
dari Republika Online ialah fitur Khazanah yang dimana dalam fitur ini berisikan
berita/artikel tentang dunia Islam.
Selain itu, informan juga menjelaskan tampilan Republika Online yang
lebih bagus dari pada yang terdahulunya. Menurutnya, tampilan Republika Online
yang sekarang sangat sederhana dan juga pengaturan tata letak beritanya yang
tepat menjadikan masyarakat/pengguna semakin mudah untuk mencarinya.
Ia juga sangat responsif ketika ditanyai seputar pemberitaan kontroversi
ucapan selamat Natal di Republika Online pada edisi 4 Januari 2013. Menurutnya,
dalam pemberitaan kontroversi ini berisikan tentang wacana boleh tidaknya
mengucapkan selamat Natal pada konteks mancanegara yaitu Negara Mesir, Uni
Emirat Arab, dan Arab Saudi. Di dalam menyikapinya tentang isu polemik ini kita
sebagai khalyak pembaca dituntut untuk kembali kepada diri masing-masing
bagaimana kita menyikapinya.
Pandangan informan tentang polemik yang terjadi antara MUI dengan
Mentri Agama RI bisa dikatakan tidak serasi. Dikarenakan MUI sudah pasti
87
mengedepankan ajaran-ajaran Islam sedangkan Mentri Agama harus netral
dikarenakan Negara Indonesia yang mempunyai slogan “Bhinekatunggalika”.
Disini, Mentri Agama harus adil dan dilarang mendiskriminasikan umat agama
yang lainnya. Jadi, sampai sekarang isu polemik ini masih menjadi berita yang
hangat di tengah masyarakat dan MUI dengan Menteri Agama tidak pernah bisa
disatukan paradigmanya.
C. Analisis Sosiocultural Practice
Analisis sosiocultural practice di dasari pada asumsi bahwa konteks sosial
yang ada di luar media mempengaruhi bagaimana wacana yang muncul dalam
media. Ruang redaksi atau wartawan bukanlah bidang atau kotak kosong yang
steril. Tetapi, sangat ditentukan oleh faktor di luar dirinya.
Pada deskripsi analisis dan hasil wawancara kali ini, pemberitaan
Republika Online mengenai berita kontroversi ucapan selamat Natal
dilatarbelakangi oleh perbedaan paradigma antara MUI dengan Menteri Agama RI
dan juga polemik yang ada di Negara Mesir, Uni Emirat Arab dan Arab Saudi
terkaitnya isu kontroversi ucapan selamat Natal ini yang mana ketiga Negara
tersebut adalah Negara Islam.
Sebelumnya, polemik ini tidak ada habisnya untuk dibahas apakah boleh
tidaknya umat muslim mengucapkan selamat Natal, ini yang menjadi daya tarik
kami untuk menangkat isu pemberitaan tersebut. Kami membuat tema berita ini
dan mempublikasikannya kepada khalyak dengan tujuan kita adalah orang
Indonesia dan Indonesia bukan Negara Islam melainkan Negara demokrasi dan
88
kita harus bertoleransi kepada umat non muslim yang sedang merayakan hari
besarnya itu dan juga kita harus membenarkan ibadah mereka tanpa harus
mengikuti proses ibadah mereka. Intinya kami mendukung toleransi umat
beragama.13
Selain itu, Republika Online merupakan salah satu media online nasional
di Indonesia, jadi secara tidak langsung wacana yang dipublikasikan mengandung
dukungan terhadap kerukunan umat beragama yang ada di Indonesia, sekaligus
menjadi media komunikasi yang persuasif bagi masyarakat Indonesia. Baik
melalui gaya bahasa maupun kecenderungan isi wacana.
Intinya dalam pembuatan berita ini kami tidak memprovokasi dan kami
semata-mata hanya ingin mendeskripskikan bahwa ada perbedaan antara umat
Kristen yang dulu dengan yang sekarang bahwa agama Kristen sekarang adalah
agama Kristen romawi dan yang dulu adalah agama Kristen nabi Isa. Tapi bukan
berarti kita memberi selamat Natal kepada mereka secara verbal, melainkan
kurang lebih hanya untuk menghargai. Itulah pesan pemberitaan yang kami
konstruksi terkait isu ini untuk di konsumsi oleh khalayak umat muslim di
Indonesia.14
Lain dari itu, masyarakat khususnya di Indonesia di buat bingung
bagaimana cara menyikapinya adanya perbedaan pandangan antara pihak yang
membolehkan dan pihak yang melarang terkaitnya isu yang kontroversial ini.
Situasi ini digambarkan oleh Republika Online dalam sebuah wacana bahwa
banyak pihak yang membolehkan dan banyak juga pihak yang melarang.
13
Wawancara Pribadi dengan Redkatur ROL, M. Irwan Ariefyanto, 16 Mei 2013 14
Ibid., M. Irwan Ariefyanto.
89
Intinya yang menentukan boleh atau tidaknya berasal dari pembaca ROL
itu sendiri apakah mengharamkan atau membolehkan.15
Dan juga kembali kepada
diri kita masing-masing saja meyakininya seperti apa.16
Pada hakikatnya isu
kontroversi ini tidak ada habisnya untuk dibahas dkarenakan banyaknya sumber
yang menyatakan boleh dan menyatakan tidak.
15
Wawancara Pribadi dengan informan, Muhammad Jimi, 6 Juni 2013 16
Wawancara Pribadi dengan Redaktur Pelaksana Republika Online M. Irwan
Ariefyanto, 16 Mei 2013
90
BAB V
PENUTUP
Setelah melalui tahapan mulai dari bab 1 (pendahuluan), bab II (landasan
teori), bab III (gambaran umum Republika Online), dan bab IV (temuan dan
analisis data), maka akan dihasilkan rumusan masalah melalui kesimpulan dan
saran sebagai berikut :
A. Kesimpulan
Dilihat dari segi teks, pemberitaan tersebut dikonstruksi menjadi sebuah
wacana yang bertemakan kontroversi ucapan selamat Natal. Sebenarnya maksud
dari pemberitaan tersebut secara tidak langsung ingin menginformasikan kepada
khalayak pembaca di Indonesia, bahwa kontroversi ucapan selamat Natal ini juga
terjadi di Negara-negara lain seperti Mesir, Arab Saudi dan Uni Emirat Arab. Ini
bisa dilihat dari penggunaan bahasa serta penyusunaan skema berita. Dilihat dari
segi etika kebahasaan, Republika Online tidak ragu untuk menggunakaan gaya
bahasa pertentangan, perbandingan dan gaya bahasa perumpamaan terhadap objek
pemberitaannya. Pada segi isi berita, Republika Online merepresentasikan tentang
tokoh-tokoh dari ketiga Negara tersebut yang menimbulkan kontroversi
dikarenakan ada yang mendukung ucapan Natal dan ada pula yang menolaknya.
Selain itu, berdasarkan hasil analisis teks pada berita kontroversi ucapan Natal
edisi 4 Januari 2013 yang diamati peneliti dalam mengkonstruksi pemberitaan ini,
Republika Online hanya menjelaskan isu kontroversi diketiga Negara tersebut
91
yang notabene ketiga Negara tersebut Negara islam dan tidak lebih dahulu
menjelaskan isu kontroversi ini yang ada di Indonesia. Dan juga, dalam
pemberitaan ini Republika Online tidak memberikan kesimpulan dalam akhir
paragraf yang intinya memberikan ucapan selamat Natal itu haram atau tidak
hukumnya.
Dilihat dari segi produksi teks, menurut dari hasil wawancara dengan
salah satu redaktur pelaksana Republika Online, M. Irwan Ariefyanto. Proses
lahirnya pemberitaan yang ada di Republika Online tentunya berawal dari fakta-
fakta di lapangan yang dicari oleh reporter lalu berita tersebut dimasukkan
kedalam newsroom. Dalam newsroom tersebut redaktur hanya mengambil dan
meng-upload berita yang dicari oleh reporter tersebut lalu di editnya kembali serta
mempublikasikan kepada khalayak pembaca melalui website Republika Online.
Pada proses pemilihan tema kontroversi ucapan selamat Natal ini, menurut M.
Irwan Ariefyanto Republika Online semata-mata hanya ingin mendukung
toleransi umat beragama dan ingin menghormati hari raya besar umat lainnya.
Dilihat dari segi konsumsi teks, dapat disimpulkan melalui wawancara
dengan Muhammad Jimi yaitu informan yang sudah lama menjadi pembaca aktif
setia situs Republika Online. Menurut beliau, Republika Online mempunyai fitur
yang unik yang tidak dimliki oleh media online lainnya yaitu Khazanah, dimana
isi-isi berita dan artikelnya banyak mengandung ilmu dan pengetahuan sehingga
semua orang bisa lebih tahu akan dunia Islam. Dalam menyikapi isu pemberitaan
kontroversi ucapan selamat Natal ini, beliau berpendapat yang intinya boleh
tidaknya memberikan ucapan selamat Natal berasal dari diri kita masing-masing
92
apakah mengharamkan atau membolehkan. Pada akhirnya beliau tetap
memberikan pendapat bahwa memberikan ucapan selamat Natal hukumnya haram
karena sudah tertera di Al-Qur’an dan Hadist.
Dilihat dari segi socialcultural practice, pemberitaan ini dibuat karena
dilatar belakangi oleh perbedaan paradigma yang terjadi antara MUI dengan
Mentri Agama RI dan juga polemik yang ada di negara Mesir, Arab Saudi dan
Uni Emirat Arab terkaitnya isu kontroversi ucapan selamat Natal ini mengingat
ketiga Negara tersebut adalah Negara Islam. Di sini Republika Online berusaha
menyeimbangkan kondisi dengan mengkonstruksi realita tersebut melalui wacana.
Mengingat Republika Online merupakan salah satu media online nasional berbasis
Islam di Indonesia sehingga konstruksi wacana yang dihasilkan akan cenderung
mengandung dukungan terhadap kerukunan umat beragama yang ada di
Indonesia.
B. Saran
Sebaiknya Republika Online dalam menginformasikan pemberitaan
tentang kontroversi ucapan Natal ini harus konsisten. Republika Online sebagai
institusi pers online berbasis islami seharusnya lebih menjunjung tinggi nilai-nilai
akidah Islam. Bisa dilihat pada penjelasan ketika Republika Online ditanya perihal
mendukung ucapan selamat Natal atau tidak tetapi kenyataannya mendukung.
Secara institusi Republika Online memang mutlak mendukung ucapan Natal bisa
disimpulkan karena Republika Online adalah institusi pers Nasional yang berdiri
di Indonesia yang mengedepankan asas kemanusiaan dan toleransi umat beragama
93
juga tidak ingin mendiskriminasikan umat agama lain. Tetapi ketika ditanyakan
secara pribadi kepada redaktur pelaksana Republika Online Bpk M. Irwan
Ariefyanto dirinya mengungkapkan bahwa memberikan ucapan Natal haram
hukumnya. Disinilah terjadinya ketimpangan informasi yang tidak sejalan. Sekali
lagi, Republika Online harus bisa mencerminkan dirinya dimata khalayak sebagai
institusi pers online yang benar-benar berbasis islami.
94
DAFTAR PUSTAKA
Badara, Aris. Analisis Wacana Teori Metode, dan Penerapannya pada Wacana
Media, Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2012, Cet. Ke-1
Bin Ali Al Ghamidhi, Nashir. Hari-Hari Nasrani, Jakarta, Gema Insani Press,
1995
Djuroto, Totok. Manajemen Penerbitan Pers, Bandung: Remaja Rosdakarya,
2004
Eriyanto. Analisis Wacana Pengantar Analisis Teks Media, Yogyakarta: Lkis
Group, 2001
Fauziah. Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam, Jakarta: UIN Syarif
Hidayatullah, 2011
Hadi, Sutrisno. Metodologi Research, Yogyakarta: Andi Offset, 1989, Cet. ke-92
HM, Zaenuddin. The Journalist: Bacaan Wajib Wartawan, Redaktur, Editor dan
Para Mahasiswa Jurnalistik, Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2011
Kriyantono, Rachmat. Teknik Praktis Riset Komunikasi Jakarta: Kencana Prenada
Media Group, 2008, Cet. Ke-3
Kusumaningrat, Hikmat. Jurnalistik Teori dan Praktik, Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2005
Kusumaningrat, Hikmat Kusumaningrat dan Purnama. Jurnalistik; Teori dan
Praktek, Bandung: Rosda, 2005
Muhtadi, Asep Saeful. Jurnalistik : Pendekatan Teori dan Praktek, Jakarta:
Logos, 1999
95
Mulyana, Dedy. Kajian Wacana: Teori, Metode Aplikasi, dan Prinsip-Prinsip
Analisis Wacana, Yogyakarta : Tiara Wacana, 2005
Nasrullah, Suhaimi dan Rulli. Bahasa Jurnalistik, Jakarta: Lembaga Penelitian
UIN Jakarta, 2009
Santana, Septian. Jurnalisme Kotemporer,Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2005
Sobur, Alex. Analisis Teks Media, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2001, Cet.
Ke-1
Sumadira, AS Haris. Jurnalistik Indonesia, Menulis Berita dan Feature, Bandung:
Remaja Rosdakarya, cet. Kedua, 2006
Tartigan, H.G. Pengajaran Wacana, Bandung: Angakasa, 1987, Cet. ke-1
Tebba, Sudirman. Jurnalistik Baru, Jakarta: Klam Indonesia, 2005
Website :
www.arrahmah.com
www.kamusbahasaindonesia.org
www.mahakamedia.com
www.voa-islam.com
Artikel dan Data :
Company Profile Republika Online, diambil tanggal 17 Mei 2013
Hasil Wawancara Pribadi dengan Redaktur Pelaksana Republika Online M. Irwan
Ariefyanto, 16 Mei 2013 di kantor Republika Online, Jakarta Selatan
Hasil Wawancara Pribadi dengan informan, Muhammad Jimi, 6 Juni 2013
dirumah informan, Jakarta Selatan
Lampiran 1
Hasil Wawancara dengan M. Irwan Ariefyanto Redaktur Pelaksana
Republika Online di Kantor Republika Online 16 Mei 2013
1. Apakah berita yang menjadi headline pada Harian Umum Republika
juga menjadi headline pada Republika Online?
Berbeda, karena beda kebijakan antara Harian Umum Republika dengan
Republika Online. Dari kantor saja sudah dipisah, otomatis Headline-nya
pun berbeda dan juga content-nya pun berbeda.
2. Berapakah waktu yang dibutuhkan dari proses pembuatan berita
hingga berita siap akses?
Detik!, secepat mungkin untuk meng-upload berita. Karena kami adalah
kantor berita online.
3. Bagaimana rutinitas proses produksi di Republika Online?
Kami mempunyai lembaga news room, jadi semua reporter yang ada disini
tidak dibawah arahan redaktur tetapi langsung masuk ke news room.
Mereka (reporter) yang mendistribusikan permintaan-permintaan dari
kami. Kecepatannya tergantung bagaimana reporter itu sendiri menulis
berita lalu mengirimkannya ke software yang namanya news room itu.
Kami (redaktur) di kantor hanya mengambil dan meng-upload lalu kami
menggunakan tulisan atau teks yang dikirimkan oleh reporter dan kami
meng-editnya kembali serta mempublikasikan kepada khalayak. Dan
reporter juga pada waktu menulis kejadian dan mengirimkan beritanya
harus cepat. Setelah menjadi sebuah laporan pemberitaan, reporter
mengirimkan berita tersebut ke folder atau software yang bernama
newsroom. Maka itulah proses produksi yang terjadi di kantor kami.
4. Apa saja yang dipersiapkan redaksi sebelum berita di terbitkan?
Tidak ada, paling kita hanya melihat berita yang terjadi di lapangan
kemudian kita foto dan kita edit sedikit lalu kita publish melalui website
kita. Ya, apa yang saya katakan sebelumnya kami adalah kantor berita
online beda dengan Koran.
5. Apakah dalam penentuan berita tersebut melibatkan seluruh
redaksi?
Tidak, kami biasanya ada pengawas redaksi yaitu kepala editor yang
bernama Heri Ruslan.
6. Siapakah yang paling bertanggung jawab terhadap pemelihian isu
untuk diberitakan?
Kepala Redaksi, saya sendiri.
7. Apakah pemilik redaksi ikut berkontribusi terhadap penentuan isu?
Tidak, tidak ada hak untuk itu.
8. Bagaimana cara menentukan berita layak atau tidak layak untuk
diterbitkan?
Biasanya redaktur sudah punya standar sendiri untuk mengungkap berita
yang layak atau tidak. Kalau di Republia Online jelas adalah media yang
merangkul komunitas umat muslim yang ada di Indonesia. Jadi,
kebijakannya cuma itu saja dan standarnya itu sesuai dengan standar
jurnalistik apakah ini tulisan layak diterbitkan atau tidak. Itu semua sesuai
dengan standar jurnalistik. Kalau tidak layak, ya kami akan cabut berita
tersebut.
9. Apa yang membuat Republika Online tertarik mengangkat isu
pemberitaan kontroversi ucapan selamat Natal ini?
Sebelumnya, polemik ini tidak ada habisnya untuk dibahas apakah boleh
tidaknya umat muslim mengucapkan selamat Natal, ini yang menjadi daya
tarik kami untuk menangkat isu pemberitaan tersebut. Kami membuat
berita ini dan mempublikasikannya kepada khalyak dengan tujuan kita
adalah orang Indonesia dan Indonesia bukan Negara islam melainkan
Negara demokrasi dan kita harus bertolelir kepada umat non muslim yang
sedang merayakan hari besarnya itu dan juga kita harus membenarkan
ibadah mereka tanpa harus mengikuti proses ibadah mereka. Intinya kami
mendukung toleransi umat beragama.
10. Adakah masalah yang anda hadapi terkait pengangkatan isu
pemberitaan yang kontroversial ini?
Biasa saja, sama sekali tidak ada masalah.
11. Apa yang menjadi prioritas Republika Online mengangkat isu
pemberitaan ini?
Ya, karena berkaitan ramai-ramainya isu-isu yang tadi.
12. Bagaimana Republika Online mengkonstruksi berita ini hingga
menjadi suatu pemberitaan?
Kita menugaskan reporter ke lapangan terus kita buat cerita-cerita apa sih
perbedaan antara Kristen yang dulu dengan yang sekarang dan juga
bagaimana sih sikap kita sebagai umat muslim terhadap umat Kristen?
Intinya, kami tidak memprovokasi dan kami semata-mata hanya ingin
mendeskripskikan bahwa ada perbedaan antara umat Kristen yang dulu
dengan yang sekarang bahwa agama Kristen sekarang adalah agama
Kristen romawi dan yang dulu adalah agama Kristen nabi Isa. Tapi bukan
berarti kita memberi selamat Natal kepada mereka secara verbal,
melainkan kurang lebih hanya untuk menghargai. Itulah pesan
pemberitaan yang kami konstruksi terkait isu ini untuk di konsumsi oleh
khalayak umat muslim di Indonesia.
13. Bagaimanakah anda melihat pandangan MUI dan Mentri Agama RI
yang saling bertentangan dengan isu ini?
Kalau Mentri Agama kan harus netral, dia tidak boleh memilih-milih
artinya dia punya agenda politik dan dia juga mempunyai kepentingan
yang lain. Kalau MUI memang sudah mengikuti secara akidah islam dan
ajaran fiqih. Perbedaan tersebut memang harus kita hargai dan memang
susah untuk diserasikan. Maka dari itu kontroversi ini masih terus
berlanjut sampai saat ini.
14. Apakah anda lebih setuju kepada fatwa MUI atau mungkin lebih
mendukung presepsi Mentri Agama RI terkaitnya isu ini?
Saya lebih mendukung fatwa MUI, karena memang sudah ada di dalam
Al-Qur‟an tentang larangan-larangan mengucapkan selamat Natal kepada
yang sedang merayakannya.
15. Bagaimana menurut anda seharusnya sikap masyarakat muslim di
Indonesia dalam menanggapi masalah kontroversi ucapan selamat
Natal ini?
Saya rasa tidak ada masalah, intinya kembali kepada diri kita masing-
masing saja meyakininya seperti apa.
M. Irwan Ariefyanto
Lampiran 2
Hasil Wawancara dengan informan Republika Online Muhammad Jimi di
kediamannya di Jl. MPR1 No. 40 RT06 RW10 Kel. Gandaria Selatan Kec.
Cilandak, Jakarta Selatan
1. Perkenalan informan dengan Republika Online
Seingat saya pas masih kuliah, biasa selalu cari bahan buat tugas kampus,
ya kaya mas ini deh, dan apalagi saya kuliahnya di lingkungan agamis,
sehingga lebih cocok dari info di Republika Online
2. Perbedaan Republika Online dengan media online lainnya
Menurut saya memang pasti jelas beda dengan media online lainnya, kalau
kita lihat secara keseluruhan isi berita memang sama dengan media online
laiinya, yang menjadi pembeda dari segi kategori berita yaitu ROL to
school dan ROL to campus, dimana fitur itu bisa mewakilkan seluruh
lapiran masyarakat. Dan satu lagi fitur yang tidak dimiliki media online
lainnya yaitu Khazanah, dimana isi-isi berita dan artikelnya banyak
mengandung ilmu dan pengetahuan, sehingga semua orang bisa lebih tahu
akan dunia islam.
3. Pandangan informan mengenai perbedaan tampilan Republika
Online yang baru dengan yang lama
Untuk tampilan rol yang baru dengan yang lama, lebih keren yang baru,
apalagi dengan tulisan ROL ONLINEnya yang baru mengartikan bahwa
dengan pengalaman yang cukup lama serta mempunyai peran penting
dimasyarakat. Dan untuk tampilan yang sekarang ini lebih simple,
bersahabat dan penggaturan tata letak yang tepat.
4. Pandangan informan mengenai pemberitaan kontroversi ucapan
Natal yang dikonstruksi oleh Republika Online
Untuk berita yang pertama
ROL ingin membahas perihal boleh atau tidaknya mengucapkan “selamat
natal” karena hal ini masih banyak diperdebatkan bukan hanya di
Indonesia, seperti di mesir, ada yang menolak dengan alasan umat nasrani
yang membudakkan diri kepada barat. Lalu lembaga fatwa tinggi mesir
membolehkan pengucapan „selamat natal” dengan alasan sebagai bentuk
interaksi sosial dan hadiah, dan mereka juga meberikan catatan lebih
berhati-hati dalam memberikan selamat tersebut, jangan sampai keluar dari
akidah islam.
Untuk berita yang kedua
ROL ingin menginformasikan bahwa pengucapan “selamat natal” itu
boleh , dimana menurut Syekh Yusuf Qaradhawi diperbolehkan ucapan
natal dengan alasan termasuk perbuatan baik kepada sesama dengan
catatan mereka tidak sedang memerangi muslim. Hal tersebut juga
dilakukan di uni emirat arab, diperbolehkan dengan alasan yang sama.
Akan tetapi tidak semua setuju, seperti yang dilakukan oleh Prof
Muhammad Fuad al-Bazari.
Untuk berita yang ketiga
ROL ingin menginformasikan hal yang sama, bahwa pengucapan selamat
natal, dibolehkan karena bagian dari basa basi dan interaksi sosial. Tapi
menurut Ibnu Taimiyah dan Ibnu Qayyim itu perbuatan yang batil. Bahkan
komite tetap kajian dan fatwa di Arab Saudi menyatakan haram,
Dan dari ketiga artikel tersebut sebenarnya isi pemberitannya hampir sama
dan yang menentukan boleh atau tidaknya dari pembaca ROL apakah
mengharamkan atau membolehkan.
5. Pandangan informan tentang polemic antara MUI dengan Mentri
Agama RI
Wah sebenarnya saya kurang tau mas buat isu tersebut, tapi kalau dari
kaca mata saya, MUI sudah pasti mewakili umat islam di Indonesia,
sedangkan Mentri Agama lebih mendepankan kebhinekaan atau
kebersamaan, sehingga keputusan –keputusan MUI mumgkin terkadang
diangap bersebrangan dengan Mentri Agama, itu aja sih mas yang saya
tau.
Muhammad Jimi
Foto Penulis dengan Muhammad Jimi (Informan)