Analisis Volimetri

13
Analisis Volimetri I. Tujuan Percobaan 1. Menentukan kadar asam asetat pada cuka perdagangan II. Landasan Teori II.1 Pengertian Volumetri (Titrasi) Titrasi adalah metode analisis kuantitatif untuk menentukan kadar suatu larutan. Dalam titrasi, zat yang akan ditentukan dititrasi oleh larutan yang kosentrasinya diketahui dengan tepat dan disertai penambahan indikator. Larutan yang telah diketahui kosentrasinya disebut dengan larutan baku atau larutan standar, sedangkan indikator adalah zat yang yang memberikan tanda perubahan pada saat titrasi berakhir yang dikenal dengan istilah titik akhir titrasi. Berdasrkan pengertian titrasi, titrasi asam-basa merupakan metode penentuan kadar larutan asam dengan zat peniter (zat penitrasi) suatu larutan basa atau penentuan kadar larutan basa dengan zat peniter suatu larutan asam. Titik akhir titrasi adalah kondisi pada saat diharapkan mendekati titik ekivalen titrasi, yaitu kondisi pada saat larutan asam tepat beraksi dengan larutan basa. II.2 Titrasi Asidi-Alkalimetri Dasar titrasi asidi-alkalimetri atau titrasi asam- basa adalah reaksi netralisasi yaitu reaksi hidrogen dari asam dengan ion hidroksida dari basa membentuk

Transcript of Analisis Volimetri

Page 1: Analisis Volimetri

Analisis Volimetri

I. Tujuan Percobaan

1. Menentukan kadar asam asetat pada cuka perdagangan

II. Landasan Teori

II.1 Pengertian Volumetri (Titrasi)

Titrasi adalah metode analisis kuantitatif untuk menentukan kadar suatu

larutan. Dalam titrasi, zat yang akan ditentukan dititrasi oleh larutan yang

kosentrasinya diketahui dengan tepat dan disertai penambahan indikator. Larutan

yang telah diketahui kosentrasinya disebut dengan larutan baku atau larutan

standar, sedangkan indikator adalah zat yang yang memberikan tanda perubahan

pada saat titrasi berakhir yang dikenal dengan istilah titik akhir titrasi.

Berdasrkan pengertian titrasi, titrasi asam-basa merupakan metode penentuan

kadar larutan asam dengan zat peniter (zat penitrasi) suatu larutan basa atau

penentuan kadar larutan basa dengan zat peniter suatu larutan asam. Titik akhir

titrasi adalah kondisi pada saat diharapkan mendekati titik ekivalen titrasi, yaitu

kondisi pada saat larutan asam tepat beraksi dengan larutan basa.

II.2 Titrasi Asidi-Alkalimetri

Dasar titrasi asidi-alkalimetri atau titrasi asam-basa adalah reaksi netralisasi

yaitu reaksi hidrogen dari asam dengan ion hidroksida dari basa membentuk

molekul air. larutan bsa dalam air akan terionisasi memebrikan ion hidroksida,

sedangkan larutan asam akan terionisasi memberikan ion hidrogen yang

selanjutnya akan bergabung dengan molekul air membentuk ion hidronium

(H3O+). Bila larutan asam dicampur dengan larutan basa, maka ion hidroksida

bergabung dengan ion hidrogen membentuk molekul air.

Untuk menentukan titik akhir titrasi digunakan indikator asam-basa, indikator

dalam larutan dalam larutan dapat berada dalam bentuk asam maupun basa. Bila

hanya salah satu bentuk itu mempunyai warna tertentu maka disebut indikator satu

warna, seperti thymolphtalein (tak berwarna-biru). Phenolphthalein (tak berwarna-

merah). Bila kedua bentuk itu mempunyai warna yang berbeda, maka disebut

indikator dua warna, seperti metylorange (merah-kuning). Metylred (merah-

kuning) dan masih banyak yang lainnya.

Page 2: Analisis Volimetri

II.3 Perhitungan Titrasi Asam-Basa

Satu ekivalen asam didefinsikan sebagai banyaknya asam yang eraksi dengan i

mol OH-. Adapun satu ekivalen basa didefinisikan sebagai banyaknya basa

yang beraksi dengan 1 mol H+. Titik ekivalen terjadi pada saat asam tepat

bereaksi dengan basa, dan sebaliknya dengan demikian, pada keadaan netral

akan berlaku hubungan sebagai berikut.

Jumlah gram ekivalen asam = jumlah gram eqivalen basa

Gram ekivalen (grek adalah jumlah mol dikalikan dengan jumlah ion H+ dari

asam (dimisalkan a), atau OH- dari basa (dimisalkan b).

Untuk larutan asam berlaku,

Jumlah grek = jumlah mol x a

Adapun untuk larutan basa berlaku,

Jumlah grek = jumlah mol x b

Istilah untuk menyatakan kosentrasi larutan yang berkaitan dengan jumlah

grek adalah kenormalan. Kenormalan ( N) menyatakan jumlah gram ekivalen

(grek) zat terlarut dalam setiap liter larutan.

N = JumlahGrek

V

Dengan demikian, pada keadaan netral, berlaku hubungan

Jumlah grek asam = jumlah grek basa

Va x Na = Vb x Nb

Hubungan antara kenormalan dengan kemolaran adalah sebagai berikut,

N = JumlahGrek

V = =

Jumlahmol x aV

= = Jumlahmol

Vx a = M x a

Berdasarkan hal tersebut diperoleh rumusan berikut,

N = M x a

Hal tersebut berlaku juga untuk larutan basa.

Page 3: Analisis Volimetri

III. Alat dan Bahan

A. Alat

1. Biuret

2. Pipet Volume

3. Enlmeyer

4. Becker glass

5. Gelas ukur

6. Corong

B. Bahan

1. Larutan asam oksalat

2. Larutan NaOH

3. Indikator phenolphthlein

4. Larutan cuka perdagangan

IV. Prosedur Kerja

Percobaan 1. Membuat Larutan Baku Primer Asam Oksalat

1. Asam oksalat dihidrat dikeringkan dalam oven pada suhu 105-110oC selama 1-2 jam,

kemudian didinginkan dalam desikator.

2. 6,4327 gram asam oksalat tersebut ditimbang secara teliti, kemudia dimasukkan ke

dalam labu 1000 mL, selanjutnya tambahkan air suling sampai tanda tera.

Percobaan 2. Pembakuan larutan baku sekunder NaOH

1. 10 mL larutan asam oksalat dipipet dan dimasukkan ke dalam enlemeyer, lalu

ditambahkan 2-3 tetes indikator phenolphthlein.

Larutan asam oksalat

Indikator PP

Page 4: Analisis Volimetri

2. Larutan tersebut dititrasi dengan NaOH sampai timbul warna merah muda.

Percobaan 3. Penentuan kadar asam asetat

1. Larutan cuka perdagangan dipipet sebanyak 10 mL, kemudian dimasukkan ke dalam

erlenmeyer, lalu tambahkan 2-3 tetes indikator phenolphthalein.

Larutan asam oksalat

Larutan asam asetat

Larutan asam

asetatIndikator PP

Page 5: Analisis Volimetri

1. Larutan tersebut dititrasi dengan NaOH sampai timbul warna merah muda.

Percobaan 3. Penentuan kadar asam asetat

V. Data Pengamatan

Percobaan 1. Menentukan normalitas larutan baku sekunder NaOH

Indikator yang digunakan : Phenolphtalein

Perubahan warna yang terjadi : merah muda

Percobaan Volume Asam Oksalat Volume NaOH

I 10 mL 6,1 mL

II 10 mL 5,5 mL

Percobaan 2. Menentukan kadar asam asetat

Indikator yang digunakan : Phenolphatalein

Perubahan warna yang terjadi : merah muda

Percobaan Volume Asam Asetat Volume NaOH

I 10 mL 1 mL

II 10 mL 1,05 mL

Page 6: Analisis Volimetri

VI. Perhitungan

Percobaan 1. Menentukan normalitas larutan baku sekunder NaOH

Diketahui :

Volume Asam Oksalat (H2C2O4) : 10 mL

Volume NaOH : 6,1 mL

Massa Jenis H2C2O4 : 15, 7588 g/L

Ditanya N NaOH....?

Jawab

Massa H2C2O4 : Massa Jenis H2C2O4 x Volume Asam Oksalat

: 15, 7588 g/L x 10 x 10-3

: 0,1575 g

Mol H2C2O4 : massa H2C2O4 : Mr H2C2O4

: 0,1575 : 58

: 2,7155 x 10-3 mol

N H2C2O4 : Mol H2C2O4 x a

: 2,7155 x 10-3 x 2

: 5,4310 x 10-3 grek

N NaOH : Va x Na = Vb x Nb

: 10 mL x 5,4310 x 10-3 = 6,1 mL x Nb

: 8,9033 x 10-3 grek

Dengan cara yang sama di peroleh N NaOH pada percobaan ke 2 ialah 9,874 x 10 -3 grek,

dan Normalitas ratanya dapat dihitung dengan menggunakan rumus

Page 7: Analisis Volimetri

1

2

N

∑ percobaan

= 8,9033.10−3 x 9,874 .10−3

2

= 9,388 x 10-3 grek

Percobaan 2. Menentukan kadar asam asetat

Diketahui :

Volume Asam Asetat : 10 mL

Volume NaOH : 1 mL

Ditanya kadar Asam Asetat?

Va x Na = Nb x Vb

10 x Na = 9,388 x 10-3 x 1

= 9,388 x 10-4 grek

M Asam Asetat = N Asam asetat

M Asam Asetat = 9,388 x 10-4

Mol = M x V

= 9,388 x 10-4 x 1 L

= 9,388 x 10-4 mol

Massa Asam Asetat = Mol x Mr

= 9,388 x 10-4 x 60

= 0,056 g/L

= 0,56 g/100 mL

Page 8: Analisis Volimetri

Dengan cara yang sama akan didapat kadar asam asetat pada percobaan ke 2 sebesar 0,59

g/100 mL sehingga kadar asam asetat rata-rata ialah 0,575 g/100mL

VII. Pembahasan

7.1 Menentukan Normalitas Larutan Baku Sekunder NaOH

Pada percobaan satu, akan digunakan larutan baku sekunder yaitu larutan baku

yang kadarnya distandarisasi dengan larutan baku primer, dalam hal ini adalah

larutan NaOH. Sehingga larutan baku sekunder NaOH ini dapat digunakan untuk

menentukan kadar asam asetat pada titrasi asam asetat dengan NaOH.Pada titrasi

asam basa tersebut, mula-mula larutan NaOH ditempatkan di dalam biuret

sedangkan larutan asam oksalat ditempatkan di erlenmeyer. Pada percobaan

pertama titik ekivalen tercapai pada saat volume NaOH 6,1 mL. Pada kondisi

tersebut, pH larutan bersifat netral dan seluruh Asam Oksalat telah habis bereaksi

sehingga larutan phenolphtalein tidak berwarna, kemudian penambahan NaOH

menyebabkan nilai pH larutan meningkat sehingga indikator berubah menjadi

warna merah muda dan titik akhir titrasi tercapai. Titik ekivalen pada percobaan

satu dengan percobaan dua memiliki perbedaan yang cukup signifikan, pada

percobaan satu didapatkan volume NaOH yang diperlukan untuk mencapai titik

ekivalen adalah sebesar 5,5 mL. Hal ini disebabkan pada percobaan satu, terjadi

kesalahan pada saat titrasi sehingga volume NaOH melebihi batas yang dibutuhkan

untuk mencapai titrasi.

7.2 Menentukan Kadar Asam Asetat

Pada titrasi asam asetat dengan NaOH tersebut, mula-mula disiapkan larutan

Asam asetat yang akan ditentukan kosentrasinya, kemudian larutn asam asetat

tersebut ditambahkan beberapa tetes larutan indikator phenolphtalein, kemudian

asam asetat di titrasi dengan larutan NaOH setetes demi setetes dan labu enlemeyer

harus selalu digoyangkan agar reaksinya lebih sempurna. Ketika mendekati titik

ekivalen, penambahan dilakukan dengan cara setengah tetes. Caranya buka sedikit

kran biuret, NaOH yang keluar jangan sampai menetes, tetapi tempelkan kedinding

Page 9: Analisis Volimetri

enlemeyer, kemudian bilas dan goyangkan. Percobaan dilakukan sebanyak dua kali

agar hasil yang didapat lebih teliti.

Pada percobaan pertama titik ekivalen tercapai pada saat volume NaOH 1 mL.

Pada kondisi tersebut, pH larutan bersifat netral dan seluruh Asam Oksalat telah

habis bereaksi sehingga larutan phenolphtalein tidak berwarna, kemudian

penambahan NaOH menyebabkan nilai pH larutan meningkat sehingga indikator

berubah menjadi warna merah muda dan titik akhir titrasi tercapai. Titik ekivalen

pada percobaan satu dengan percobaan dua memiliki perbedaan yang cukup

signifikan, pada percobaan satu didapatkan volume NaOH yang diperlukan untuk

mencapai titik ekivalen adalah sebesar 1,05 mL. Hal ini disebabkan pada

percobaan kedua, terjadi kesalahan pada saat titrasi sehingga volume NaOH

melebihi batas yang dibutuhkan untuk mencapai titrasi.

VIII. Kesimpulan

1. Pada saat titrasi, titik ekivalen terjadi pada saat asam tepat bereaksi dengan

basa, dan sebaliknya.

2. Pada saat titik ekivalen akan berlaku hubungan jumlah gram ekivalen asam

sama dengan jumlah gram ekivalen basa.

3. Volume NaOH yang dibutuhkan dalam titrasi dengan Asam Oksalat 10 mL

pada percobaan pertama sebanyak 6,1 dan percobaan kedua sebanyak 5,5 mL.

4. Volume NaOH yang dibutuhkan dalam titrasi dengan Asam Asetat 1 mL pada

percobaan pertama sebanyak 6,1 dan percobaan kedua sebanyak 1,05 mL.

5. Kenormalan (N) NaOH rata-rata pada percobaan ialah 9,388 x 10-3 grek

6. Kadar Asam Asetat rata-rata pada percobaan sebesar 0,575 g/100mL.

Page 10: Analisis Volimetri

Daftar Pustaka

Petruci, Ralph H. 1996. Kimia Dasar. Ciracas, Jakarta: Erlangga.

S, Syukri.1999. Kimia Dasar 2. Bandung: ITB.

Sstrohamidjojo, Hardjono. 2005. Kimia Dasar. Yogyakarta: Gajah Mada University Press

Team Kimia Dasar. 2008. Penuntun Praktikum Kimia Dasar II. Fak. MIPA, Universitas

Udayana.