Nile Tilapia Oreochromis niloticus - Department of Agriculture
ANALISIS USAHA IKAN NILA (Oreochromis niloticus) DI...
Transcript of ANALISIS USAHA IKAN NILA (Oreochromis niloticus) DI...
ANALISIS USAHA IKAN NILA (Oreochromis niloticus) DI KOLAM MELALUI POLA AGRIBISNIS DI DISTRIK MUARA TAMI
KOTA JAYAPURA
ELISABETH MASARRANG
PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR 2009
ANALISIS USAHA IKAN NILA MELALUI POLA AGRIBISNIS DI KOTA JAYAPURA
Tesis Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar Magister
Program Studi Magister Agribisnis
Disusun dan diajukan oleh :
ELISABETH MASARRANG
kepada
PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR 2008
TESIS
ANALISIS USAHA IKAN NILA MELALUI POLA AGRIBISNIS DI KOTA JAYAPURA
Disusun dan diajuhkan oleh
ELISABETH MASARRANG Nomor Pokok P1001205539
telah dipertahankan di depan Panitia Ujian Tesis pada tanggal Nopember 2008
dan dinyatakan telah memenuhi syarat
Menyetujui
Komisi Penasehat,
Prof.Dr.Ir. M. Natsir Nessa, M.S. Dr. Ir. Niki E. Lewaherilla, M.Si.
Ketua Anggota
Ketua Program Studi Direktur Program Pascasarjana Magister Agribisnis, Universitas Hasanuddin Dr.Ir. M Rahim Darma
PERNYATAAN KEASLIAN TESIS
Yang bertanda tangan di bawah ini Nama : Elisabeth Masarrang Nomor mahasiswa : P1001205539 Program Studi : Magister Agribisnis Menyatakan dengan sebenarnya bahwa tesis yang saya tulis ini benar-benar
merupakan hasil karya saya sendiri, bukan merupakan pengambilalihan tulisan atau
pemikiran orang lain. Apabila di kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan bahwa
sebagian atau keseluruhan tesis ini hasil karya orang lain, saya bersedia menerima sanksi
atas perbuatan tersebut.
Makassar, Nopember 2008 Yang menyatakan, Elisabeth Masarrang
i
ANALISIS USAHA IKAN NILA ( Oreochromis niloticus ) Di KOLAM MELALUI POLA AGRIBISNIS DI DISTRIK
MUARA TAMI KOTA JAYAPURA
TESIS
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mengikuti Gelar Magister
Program Studi
Agribisnis
Disusun dan diajuhkan oleh
ELISABETH MASARRANG
kepada
PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR 2009
ii
PERNYATAAN KEASLIAN TESIS
Yang bertanda tangan dibawah ini:
N a m a : Elisabeth Masarrang
Nomor mahasiswa : P1001205539
Program Studi : Agribisnis
Menyatakan dengan sebenarnya bahwa tesis yang saya tulis ini benar-
benar merupakan hasil karya sendiri, bukan merupakan pengambilalihan
tulisan atau pemikiran orang lain. Apabila di kemudian hari tesis ini hasil
karya orang lain, saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.
Makassar, Januari 2009 Yang menyatakan
(Elisabeth Masarrang)
iii
PRAKATA
Puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Mahakuasa atas berkat dan
kemurahanNya sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini dengan baik .
Tesis ini merupakan wujud dari kepedulian penulis kepada para pengusaha
ikan nila di Distrik Muara Tami Kota Jayapura dengan maksud memberikan
gambaran tentang usaha yang dilakukan, agar dapat meningkatkan produksi
dan pendapatannya sekaligus memanfaatkan potensi secara optimal untuk
memenuhi permintaan pasar.
Tesis ini berjudul: “Analisis Usaha Ikan Nila (Oreochromis niloticus) Di
Kolam Melalui Pola Agribisnis Di Distrik Muara Tami Kota Jayapura”.
Tujuan tesis ini adalah untuk menganalisis tingkat pendapatan usaha ikan
nila pada berbagai jenis usaha, saluran dan efisiensi pemasaran serta faktor-
faktor yang mempengaruhi hubungan antara pengusaha ikan dan lembaga-
lembaga pemasaran.
Penulis menyadari banyak masalah yang dihadapi mulai dari
pembuatan proposal, penelitian dan penulisan tesis ini, namun berkat
bantuan dari berbagai pihak sehingga semuanya dapat terselesaikan. Pada
kesempatan ini, penulis dengan tulus menyampaikan terima kasih kepada
1. Bapak Dr.Ir. M Rahim Darma, selaku Ketua Program Studi Agribisnis dan
sekaligus sebagai dosen yang banyak memberikan arahan dan bimbingan
mulai dari penyusunan proposal penelitian sampai tersusunnya tesis ini.
iv
2. Bapak Ir. Frits Wally, M.Si selaku Kepala Balai Diklat Pertanian Sentani
yang telah memberikan izin, bantuan dan selalu mendorong penulis untuk
mengikuti pendidikan di Program Studi Agribisnis Universitas Hasanuddin
3. Bapak Prof. Dr.Ir H. M Natsir Nessa, M.S selaku Ketua Komisi Penasehat
dan . Bapak Dr.Ir. Niki E. Lewaherilla, M.Si selaku Anggota Komisi
Penasehat yang selalu memberikan arahan dan bimbingan mulai dari
awal sampai selesainya tesis ini
4 . Bapak Dr F Risamasu, SE, M.Sc Agr. dan Bapak Basri, selaku Pengelola
Program Studi Magister Agribisnis di Universitas Cenderawasih yang
selalu memberikan motivasi dan bantuan yang berhubungan dengan
kegiatan kegiatan dalam mengikuti kuliah.
5. Kepala Dinas Perikanan Kota Jayapura bersama Staf yang telah banyak
membantu dalam rangka pengumpulan data-data dan informasi yang
berhubungan dengan judul penelitian
6. Bapak Burhan dan Bapak Juffri selaku penyuluh perikanan di Distrik
Muara Tami yang banyak membantu penulis di lokasi penelitian
7. Rekan – rekan mahasiswa Agribisnis , yang tidak henti-hentinya saling
memberikan motivasi satu sama lain terutama rekan-rekan kelompok
Sentani
8. Ir. Bonifacius Tandioga sebagai suami dan kedua anakku Emanuel Malle
Tandioga dan Anna Maria Toratu Tandioga yang dengan tulus senantiasa
membantu, memberikan motivasi dan dukungan doa hingga terselesainya
tesis ini
v
Penulis menyadari bahwa tesis ini masih jauh dari sempurna, oleh
karena itu segala kritik dan saran yang bersifat korektif penulis sangat
harapkan demi kesempurnaan tesis ini.
Jayapura, Januari 2009
Elisabeth Masarrang
vi
ABSTRAK
ELISABETH MASARRANG. Analisis Usaha Ikan Nila (Oreochromis niloticus) Di Kolam Melalui Pola Agribisnis di Kota Jayapura (dibimbing Oleh H. M Natsir Nessa dan Niki E Lewaherilla) Penelitian ini bertujuan menganalisis (1) tingkat pendapatan usaha ikan nila pada berbagai jenis usaha (2) saluran dan efisiensi pemasaran dan (3) faktor-faktor yang mempengaruhi hubungan antara pengusaha ikan nila dan lembaga lembaga pemasaran Penelitian ini dilaksanakan di Distrik Muara Tami Kota Jayapura. Metode penelitian adalah survey dengan 26 responden yang dipilih secara acak berstrata (stratified random sampling) . Data dikumpulkan menggunakan metode wawancara dengan menggunakan koesioner. Analisis data dilakukan dengan menggunakan analisis pendapatan , analisis efisiensi pemasaran dan analisis deskriptif Hasil penelitian menunjukkan bahwa usaha pembenihan ikan, yang paling layak di kembangkan (R/C Ratio 3, 68 > 1), saluran distribusi pemasaran yang paling efisien yaitu produsen langsung ke konsumen, EP = 0,00 % dan faktor – faktor yang mempengaruhi hubungan antara pengusaha ikan nila dengan lembaga pemasaran adalah modal dan hubungan kemitraan.
vii
DAFTAR ISI
halaman
PRAKATA .................................................................................................... iv
ABSTRAK ..................................................................................................... vi
ABSTRACT.................................................................................................... vii
DAFTAR ISI ................................................................................................. viii
DAFTAR TABEL ......................................................................................... x
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xi
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xii
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .................................................................................. 1
B. Perumusan Masalah ......................................................................... 4
C. Tujuan Penelitian .............................................................................. 4
D. Kegunaan Penelitian ......................................................................... 5
II TINJAUAN PUSTAKA
A. Prinsip Agribisnis ............................................................................... 6
B. Pola Usaha ........................................................................................ 8
C. Sistem Pemasaran ............................................................................ 13
D. Konsep Pendapatan Petani .............................................................. 21
E. Kerangka Pemikiran Penelitian ......................................................... 22
F. Hipotesis ............................................................................................ 25
G. Defenisi Operasional ......................................................................... 25
viii
III METODE PENELITIAN
A. Waktu dan Lokasi Penelitian ............................................................ 28
B. Populasi dan Sampel ........................................................................ 28
C. Jenis dan Sumber Data .................................................................... 29
D. Metode Pengumpulan Data .............................................................. 30
E. Teknik Analisis Data ......................................................................... 31
IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Keadaan Umum Usaha Perikanan .................................................... 34
B. Karateristik Responden ..................................................................... 44
C. Analisis Pendapatan Usaha Ikan Nila di Kolam ................................ 49
D. Pemasaran Ikan Nila ........................................................................ 53
E Pola Kemitraan .................................................................................. 59
V . KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ....................................................................................... 64
B. Saran ................................................................................................. 65
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 66
LAMPIRAN-LAMPIRAN ............................................................................... 68
ix
DAFTAR TABEL
nomor halaman 1. Skala usaha pembesaran ikan nila di kolam ....................................... 11 2. Luas wilayah persentase dari setiap Distrik di Kota Jayapura ............ 35 3. Luas lahan berdasarkan jenis budidaya ikan di Kota Jayapura .......... 36 4. Rumah tangga perikanan budidaya pada 4 Distrik di Kota Jayapura.. 37 5. Kategori besarnya usaha budidaya pada 4 Distrik di Kota Jayapura . 38 6. Produksi budidaya ikan menurut jenisnya di Kota Jayapura .............. 39 7. Produksi benih ikan nila dalam setahun berdasarkan ukuran ............ 40 8. Produksi ikan ukuran konsumsi menurut jenisnya .............................. 41 9 Produksi ikan nila ukuran konsumsi berdasarkan jumlah ekor per kg. 43 10. Jumlah pengusaha ikan nila berdasarkan tingkat umur pada kelurahan Sampel di Kota Jayapura ........................................................... 44 11 Jumlah pengusaha ikan nila (Responden) menurut tingkat pendidikan pada Kelurahan sampel di Kota Jayapura ................................ 46 12 Jumlah anggota keluarga pembudidaya pada kelurahan sampel di Kota Jayapura ........................................................................ 47 13 Jumlah pengusaha ikan nila menurut pengalaman berusaha pada Kelurahan sampel di Kota Jayapura ........................................... 48 14 Analisis dari setiap jenis kegiatan usaha ikan nila di Distrik Muara Tami Kota Jayapura .............................................................................. 50 15 Kelebihan dan kekurangan dari setiap jenis usaha ikan nila ............... 53 16 Jumlah pengusaha ikan nila berdasarkan sumber modal ..................... 62 17 Jumlah pengusaha ikan nila berdasarkan hubungan kekerabatan ..... 63
x
DAFTAR GAMBAR
nomor halaman 1. Saluran pemasaran ikan nila ukuran konsumsi ................................... 19 2. Kerangka pemikiran penelitian ............................................................. 24 3. Saluran pendistribusian usaha pembenihan ikan nila ......................... 54 4. Saluran pendistribusian usaha pembesaran ikan nila ......................... 55 5 Saluran pendistribusian usaha pemancingan ...................................... 58 6 Saluran pendistribusian usaha pembenihan + pemancingan .............. 59
xi
DAFTAR LAMPIRAN
nomor halaman 1. Foto – foto jenis usaha ikan nila ......................................................... 68 2. Identitas responden berdasarkan umur, pendidikan, pengalaman berusaha, tanggungan keluarga, jenis usaha, nama usaha, lokasi usaha ................................................................................................. 72 3. Luas lahan produksi, nilai produksi, biaya dan pendapatan responden berdasarkan jenis usaha .................................................................... 74 4. Analisis pembesaran ikan nila di kolam .............................................. 76 5 Analisis pembenihan ikan nila ............................................................. 77 6. Analisis usaha pemancingan ikan nila di kolam .................................. 78 7. Analisis pembenihan + pembesaran ikan nila ..................................... 79 8. Analisis pembenihan + pemancingan ikan nila ................................... 80 9. Analisis efisiensi pemasaran ikan nila per kg pada saluran pemasaran Distribusi pertama di Distrik Muara Tami Kota Jayapura ........... 81 10. Analisis efisiensi pemasaran ikan nila per kg pada saluran pemasaran Distribusi kedua di Distrik Muara Tami Kota Jayapura .............. 82 11. Analisis efisiensi pemasaran ikan nila per kg pada saluran pemasaran Distribusi ketiga di Distrik Muara Tami Kota Jayapura ............. 83 12. Produksi usaha ikan nila per tahun ..................................................... 84 13. Peta Kota Jayapura Provinsi Papua ................................................... 85 14. Koesioner Penelitian ............................................................................ 86
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pembangunan daerah sebagai bagian integral dari pembangunan
Nasional, tidak dapat dipisahkan dari prinsip otonomi daerah. Pemerintah
daerah memiliki kewenangan dan tanggung jawab untuk memenuhi
kepentingan masyarakat berdasarkan prinsip keterbukaan, partisipasi
masyarakat dan pertanggungjawaban kepada masyarakat, termasuk
kesiapan daerah dalam menghadapi setiap perubahan global di era pasar
bebas yang dicirikan dengan persaingan dalam semua bidang
Sektor Perikanan merupakan salah satu sektor yang turut memegang
peranan dalam pembangunan daerah terutama dalam menunjang
pendapatan dan kesejahteraan masyarakat.
Pembangunan Sektor Perikanan difokuskan pada Pemberdayaan
Ekonomi Masyarakat Perikanan, yang meliputi pembudidayaan ikan,
nelayan, maupun stack holder dengan maksud dan tujuan (1) meningkatkan
pendapatan (2) meningkatkan dan mengembangkan prasarana dan sarana
perikanan (3) menciptakan lapangan kerja (4) menambah peluang usaha
disektor perikanan (Anonimus, 2006)
Sejalan dengan intensitas pembangunan Kota Jayapura yang
semakin meningkat berdampak pada pertumbuhan penduduk yang semakin
meningkat pula, konsekuensinya terjadi peningkatan kebutuhan
2
konsumsi ikan.. Data Badan Statistik Kota Jayapura 2006 memperlihatkan
data kebutuhan konsumsi ikan penduduk Kota Jayapura sebesar 57.371 kg
perharinya. Kebutuhan konsumsi ikan tersebut seringkali tidak terpenuhi
dari produksi lokal sehingga untuk memenuhi kebutuhan tersebut
didatangkan dari luar Kota Jayapura misalnya dari Kabupaten Jayapura
bahkan dari luar Papua yaitu Jakarta, Surabaya, Bitung dan Makassar .
Laporan Balai Karantina Ikan Pos Pelayanan Pelabuhan Laut Jayapura
(2007), ikan air tawar yang masuk di Kota Jayapura diantaranya ikan nila
sebanyak 15.910 ton pada tahun 2006 dan meningkat menjadi sebesar
19.850 ton pada tahun 2007 atau terjadi peningkatan 11,02 %.
Ikan nila merupakan salah satu ikan air tawar yang banyak diminati
masyarakat, karena kandunga protein yang dimiliki cukup tinggi yaitu 55,58 %
protein basah dan 15,41 % protein kering atau lebih tinggi dari
kandungan ikan lele dumbo yaitu 51, 17 % protein basah dan 13,81 %
protein kering (Rukmana, R., 1997).
Oleh karena itu peningkatan produksi perikanan perlu ditingkatkan dan
sejalan dengan maksud tersebut maka sejak 3 tahun terakhir ini,
pengembangan perikanan Kota Jayapura diarahkan kepada usaha budidaya
ikan nila, yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan konsumsi masyarakat
maupun untuk usaha kolam pemancingan (Mina Wisata). Indikator
peningkatan konsumsi ikan di Kota Jayapura terlihat semakin banyaknya
rumah-rumah makan, restoran dan kolam - kolam pemancingan yang
menyediakan lalapan ikan Nila, supermarket-supermaket dan pasar - pasar
3
tradisional yang ada di Kota Jayapura ikut dalam memasarkan ikan nila, baik
dalam keadaan hidup maupun segar mati.
Untuk memenuhi kebutuhan ikan di Kota Jayapura, maka
pengembangan budidaya diarahkan pada pemanfaatan lahan di wilayah
potensial. Data Statistik Perikanan 2007, menyatakan bahwa luas kolam
pemeliharaan ikan 147,5 Ha pada tahun 2006 dan meningkat menjadi
174,15 ha pada tahun 2007 atau terjadi peningkatan 15,30 %.
Selain itu jumlah Rumah Tangga Perikanan yang membudidayakan
ikan dikolam sebanyak 168 KK tahun 2006 dan meningkat menjadi 174 KK di
tahun 2007, atau terjadi peningkatan 3,45 %. Produksi ikan yang diperoleh
pada tahun 2006 sebanyak 410,1 ton yang meliputi ikan mas 87,8 ton, ikan
nila 247,3 ton dan ikan mujair 75 ton sedang tahun 2007 sebanyak
430,26 ton yang terdiri dari ikan mas 265,83 ton, ikan nila 163,78 ton, ikan
mujair 0,45 ton dan ikan nilem 0,2 ton. Pendapatan para pembudidaya ikan
nila di Kota Jayapura sangat ditentukan oleh produksi yang dihasilkan
dimana tidak terlepas dari penerapan teknologi budidaya ikan yang tepat
guna misalnya penggunaaan induk, jumlah dan kualitas pakan yang
diberikan, dan kualitas benih yang digunakan. Selain itu keterlibatan
lembaga-lembaga pemasaran yang ikut dalam penyaluran ikan tersebut
sampai ke konsumen..
Berdasarkan hal tersebut, perlu dilakukan analisis usaha ikan nila
melalui pola agribisnis di Kota Jayapura.
4
B. Perumusan Masalah
Penggunaan teknologi budidaya ikan Nila di Kota Jayapura pada
Distrik Muara Tami masih kurang hal ini ditandai dengan penggunaaan induk
ikan secara terus menerus, jumlah kolam terbatas sementara lahan yang
tersedia masih banyak, disamping itu jumlah dan kualitas benih yang
digunakan rendah dan harga pakan yang relatif tinggi.
Berdasarkan gambaran tersebut menyebabkan produksi budidaya ikan
nila masih rendah sehingga konsekuensinya pendapatan para
pembudidaya rendah, disamping itu belum mampu memenuhi permintaan
pasar, dan harga yang diterima para pembudidaya masih rendah bila
dibandingkan dengan harga beli para konsumen, maka masalah pokok
dapat dirumuskan dengan mengajuhkan pertanyaan sebagai berikut:
1. Berapa tingkat pendapatan pengusaha ikan nila pada berbagai jenis
usaha ?
2. Bagaimana bentuk saluran dan efisiensi pemasaran ?
3. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi pola hubungan antara
pengusaha dan lembaga-lembaga pemasaran ?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian Analisis Usaha Ikan Nila
Melalui Pola Agribisnis di Kota Jayapura sebagai berikut :
1. Menganalisis tingkat pendapatan pengusaha ikan nila pada berbagai jenis
usaha
5
2. Menganalisis saluran dan efisiensi pemasaran
3. Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi hubungan antara
pengusaha dan lembaga-lembaga pemasaran
D. Kegunaan Penelitian
Adapun kegunaan yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Bagi Pemerintah Daerah Kota Jayapura (Dinas Perikanan dan Dinas
Parawisata), sebagai bahan masukan dalam menetapkan suatu
kebijakan pembangunan ekonomi khususnya Pengembangan
Agribisnis Ikan Nila.
2. Bagi Pembudidaya Ikan, sebagai bahan masukan untuk lebih
meningkatkan produksinya agar mampu bersaing dipasaran dan
secara tidak langsung pendapatannya dapat meningkat.
3. Bagi Penyandang Dana, sebagai bahan pertimbangan dalam
memberikan bantuan / kredit lunak kepada para pengusaha ikan
4. Bagi Peneliti, sebagai salah satu syarat dalam penyelesaian studi pada
program Pascasarjana Universitas Hasanuddin Makassar.
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Prinsip Agribisnis
David-Goldberg dalam Anonimus (2003) menggambarkan agribisnis
sebagai proses aliran secara vertikal bergerak mulai dari penyediaan sarana
produksi – budidaya – pengolahan – pemasaran sampai konsumen. Sedang
Rukmana, R., 1977 mengartikan agribisnis sebagai suatu system yang terdiri
atas sub sistem biaya pertanian ( the agriculture sector), produksi pertanian
(the production sector), pengolahan dan industri (the processing
manufacturing sector) secara terpadu. Oleh karena itu, agribisnis ikan nila
dari sudut pandang produsen atau pengusaha tani adalah sebagai berikut:
(1) Menciptakan dan mengembangkan teknologi unggulan, yaitu teknologi
yang berbiaya paling murah dengan kualitas prima dan volume kontinu sesuai
dengan permintaan pasar. (2) Orientasi usaha ditujukan ke pasar dengan
motif keuntungan (profit) (3) Menjalankan prinsip efisiensi, baik efisiensi
teknis, harga ataupun efisiensi ekonomi (4) Menjalin kemitraan diantara
pelaku agribisnis, yaitu petani (pembudidaya ikan), pelaku ekonomi (Badan
Usaha, Swasta) dengan Pemerintah.
Sektor Agribisnis memiliki karateristik yang berbeda dengan sektor
ekonomi lain. Menurut Saragih B (2001) karateristik suatu agribisnis sangat
erat kaitannya dengan tuntutan kualitas sumber daya manusia misalnya :
(1) Produk akhir yang dihasilkan suatu agribisnis komoditi merupakan hasil
7
suatu tahapan-tahapan produksi produk antara yang berbasis pada proses
produksi dan produk biologis. Artinya setiap SDM yang berada pada suatu
agribisnis harus sadar betul bahwa proses produksi dan produk yang
ditanganinya adalah produk biologis, sangat sensitif terhadap perubahan
waktu dan iklim dan agribisnis tidak mungkin berhasil kalau hanya menangani
proses produksi saja. (2) Antar tahapan proses produksi (dari hulu ke hilir)
mempunyai ketergantungan yang sangat tinggi, terutama dari segi mutu
produk. Mutu produk akhir suatu agribisnis sangat ditentukan oleh genetic
make up bibit/benih yang dihasilkan oleh subsistem agribisnis hulu (industri
pembibitan). (3) Kinerja akhir suatu argibisnis ditentukan oleh konfergensi
berbagai aspek seperti teknologi, sosial budaya dan kelembagaan, politik
(kebijakan) dan lain-lain, mulai dari subsistem agribisnis hulu sampai
subsistem agribisnis hilir dan subsistem penyedia jasa.
Pengembangan dan pengusahaan agribisnis tidak dapat dilakukan
sepotong-sepotong misalnya on-farm atau agroindustri saja, tetapi antara
sub-sistem, pengelolaan dan pengusahaannya harus menjadi satu sistem
yang utuh.
Anonimus (1993), beberapa faktor pembatas dalam pengelolaan
agribisnis terdiri dari: (1) Di luar pengaruh agribisnis: Kualitas tanah, iklim,
penyediaan air, infrastruktur, situasi pasar, situasi kredit. (2) Di dalam
pengaruh agribisnis: Penggunaan agroinput sebaik-baiknya, pemilihan
komoditi yang menilai keunggulan kompetitif, teknologi Produksi, kebijakan
pemasaran.
8
Faktor-faktor pembatas dari luar, sulit dirubah sehingga para petani
umumnya menerima sebagaimana adanya sedang faktor-faktor pembatas
dari dalam sebaiknya dikuasai oleh para petani.
B. Pola Usaha
Perkembangan dan penyebaran ikan nila yang amat pesat sekarang
ini disebabkan oleh beberapa faktor yang sifatnya menguntungkan, yakni:
1. Sifat pertumbuhannya yang relatif cepat
2. Toleransi terhadap lingkungan perairan cukup tinggi, sehingga mudah
dipelihara.
3. Ukuran badan ikan relative besar, dagingnya berwarna putih, rasanya
enak dan tidak berduri sehingga disukai konsumen
4. Ikan nila mudah dikembangkan dan daya kelangsungan hidupnya tinggi.
5. Ikan nila rakus terhadap makanan sisa (limbah) sehingga
pemeliharaannya mudah (Rukmana H.R, 1977).
Pola usaha ikan nila dikolam meliputi usaha pembenihan dan usaha
pembesaran .
(1) Usaha Pembenihan
Usaha Pembenihan adalah usaha untuk menghasilkan benih ikan
pada ukuran tertentu (Sunarya, U.P., 2002) Benih yang baik sangat penting
untuk memperoleh produksi yang tinggi. Benih tersebut harus sudah cukup
umur untuk dilepas, ukurannya sudah memenuhi syarat dan sehat serta
presentase kematiannya rendah. Bila mendatangkan benih dari tempat yang
9
jauh, usahakan jangan sampai benih mati akibat cara pengangkutan benih
yang kurang baik.
Benih yang baik sangat penting diperhatikan karena akan
berpengaruh pada produksi yang tinggi. Benih tersebut harus memenuhi
persyarat sebagai berikut (1) Benih berasal dari induk unggul (2) Seragam
umur dan ukurannya (3) Sehat dan tidak cacat fisik (4) Bebas dan tahan
penyakit (5) Pertumbuhannya cepat (Masarrang, E., 2005).
Rukmana,R. (1977), dalam usaha pembenihan sarana dan prasarana
pembenihan sangat perlu diperhatikan agar usaha tersebut dapat berjalan
dengan baik yaitu:
1. Sarana pokok meliputi: kolam induk, kolam pemijahan, kolam pen-
dederan, kolam penampungan dan kolam pakan alami
2. Sarana penunjang (sarana produksi) meliputi induk ikan, pakan, pupuk,
kapur, obat-obatan dan bahan kimia. Sarana produksi ini harus tersedia
dalam jumlah yang cukup dengan kualitas baik sesuai dengan kapasitas
produksi dan perlu menyiapkan tempat penyimpanan yang baik agar
mutunya tidak turun.
3. Peralatan meliputi Seser, blower, aerator, timbangan, ayakan dan lain-
lain. Peralatan tersebut harus memadai dan memenuhi persyaratan
sebagai berikut: (a) bermutu baik, jumlah cukup, mudah didapat atau
dibeli, harga relatif murah, sesuai dengan kapasitas produksi.
4. Prasarana meliputi fasilitas transportasi, komunikasi, listrik, pemasaran
dan legalitas (peraturan). Persyaratan prasarana yang penting diper-
hatikan adalah: (a) Unit usaha pembenihan terletak dalam jangkauan
10
pemasaran dan kebutuhan sarana produksi (b) Alat komunikasi dan
jaringan listrik dapat menjangkau semua sarana termasuk perkolaman
(c) Jalan khusus didalam kompleks unit usaha pembenihan, tidak
melewati areal perkolaman.
(2) Usaha Pembesaran
Usaha Pembesaran adalah usaha yang dilakukan untuk meng-
hasilkan ikan konsumsi dengan tujuan untuk memenuhi permintaan pasar
(konsumen). Permintaan pasar (konsumen) terhadap ikan ukuran konsumsi
amat bervariasi, tergantung pada tingkat pendapatan, kebiasaan, adat,
macam masakan dan selera konsumen. Secara umum, ukuran ikan
konsumsi yang banyak diminati konsumen dalam negeri adalah diatas
250 gram/ekor atau 3 – 4 ekor dalam sekilo.
Rukmana, R., 1997. Usaha pembesaran ikan nila dapat dilakukan
dalam 3 sistem, yaitu (1) Sistem Ekstensif (2) Semi-Intensif dan (3) Intensif.
Ciri yang penting pada usaha pembesaran nila secara ekstensif adalah
menerapkan teknologi sederhana. Pembesaran ikan nila secara Semi-
Intensif ditandai dengan penerapan teknologi madya yang digunakan dan
(investasi) yang cukup besar. Pembesaran ikan secara intensif ditandai
dengan penerapan teknologi maju (modern) untuk mencapai tingkat efisiensi
yang tinggi, misalnya dengan pemberian pakan bermutu tinggi, padat
penebaran yang tinggi dan pemanfaatan sifat biologis ikan tunggal kelamin
jantan. Disamping itu, usaha pembesaran ikan secara intensif dapat
11
dilakukan dengan cara perbaikan lingkungan, misalnya penggunaan kincir air
atau pipa U untuk peningkatan penyediaan oksigen.
Lama pemeliharaan (pembesaran) ikan nila antara 3 – 6 bulan,
tergantung pada tujuan produksi akhir, tempat, sistem dan metode
pemeliharaan. Hasil penelitian Puslitbang Perikanan (1991) menunjukkan
fakta sebagai berikut: (1) Produksi akhir ikan nila yang dipelihara sistem
ekstensif dengan padat penebaran 0,5 ekor/m², bobot awal 10 g/ekor selama
3 bulan masa pemeliharaan mencapai 25 g/m² dengan bobot 50 g/ekor,
sedang produksi akhir ikan nila yang dipelihara dengan sistem intensif
dengan metode campur kelamin, bobot awal 15 g/ekor dan padat
penebaran 30 ekor/m², setelah 4 bulan mencapai bobot 90 g/ekor.
Skala usaha pembesaran ikan nila dibedakan menjadi dua macam,
yaitu skala kecil dan skala besar. Kriteria yang membedakan skala usaha
pembesaran ikan nila dapat dilihat pada Tabel 1 :
Tabel 1. Skala Usaha Pembesaran Ikan Nila di Kolam
Skala Usaha NO Kolam Tanah
Kecil Besar
1
2
3
4
5
6
Luas Kolam
Jumlah Benih
Pakan selama 5 – 6 bulan
Pupuk Kandang
Kapur
Tenaga Kerja
500 m²
10.000 ekor
3750 kg
250 kg
50 – 100 kg
1 Orang
1000 m²
20.000 ekor
7500 kg
500 kg
200 kg
> 2 Orang
Sumber: Data Puslitbang Perikanan, 1991 dalam Rukmana R, 1997
12
Rukmana R (1977), sarana prasarana yang perlu diperhatikan dalam
usaha pembesaran ikan nila adalah: (1) sarana pemeliharaan (kolam)
(2) sarana penangkapan (wadah penampungan, waring, hapa) (3) sarana
produksi (benih ikan, pupuk, kapur, pakan) (4) peralatan (ayakan, serok,
timbangan, tangki, kantong plastik, oksigen) (5) prasarana (fasilitas jalan
umum, komunikasi, listrik, pemasaran, legal dan sosial)
Benih ikan, padat penebaran benih disesuaikan dengan sistem dan
metode pemeliharaan. Pada umumnya benih ikan nila berukuran 8 cm –
12 cm atau berat 30 g/ekor ditebar dengan padat penebaran 5 – 10 ekor/m².
Pupuk, yang biasa digunakan adalah pupuk kandang sekitar 200 – 300 g/m²,
urea 60 kg/ha, TSP 40 kg/ha, KCl 45 kg/ha. Kapur, yang biasa digunakan
adalah kapur tohor dengan dosis 100 – 200 g/m² yang dicampur merata
bersama pupuk kandang dan selama pemeliharaan pakan yang biasa
diberikan berupa pellet dengan kadar protein berkisar 20 % - 25 % dengan
dosis 3 -5 % dari bobot ikan.
Menurut Soekartawi (1995), faktor-faktor yang turut mempengaruhi
kemampuan dan perkembangan produksi ditentukan oleh: (1) faktor produksi
tanah (2) tenaga kerja yang digunakan dalam proses produksi,
(3) faktor produksi modal yang tersedia, (4) faktor kecerdasan dan
ketrampilan, (5) jumlah benih yang digunakan dalam produksi dan (6) iklim
dan musim setempat.
Faktor-faktor produksi menjadi semakin penting bila dikaitkan dengan
masalah efisiensi. Artinya bila faktor produksi yang lain tersedia cukup,
13
namun tidak dikelola dengan baik, maka harapan untuk memperoleh
produksi yang tinggi tidak dapat dicapai ( Mubyarto, 1994)
3. Usaha Mina Wisata.
Mina wisata merupakan salah satu jenis wisata yang memanfaatkan
usaha perikanan (Mina) sebagai objek wisata . Dengan semakin banyaknya
kolam-kolam pemancingan akan menambah pula permintaan ikan nila di
pasaran.
Pada kolam pemancingan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat
yang berkunjung maka ikan dapat ditawarkan dalam bentuk keadaan segar
hidup (hasil pemancingan) dan dalam bentuk olahan (goring/panggang).
C. Sistem Pemasaran
Pemasaran adalah jalan yang harus ditempuh oleh produk yang
dihasilkan oleh produsen agar dapat sampai ke tangan konsumen (Badan
pengembangan Sumberdaya Manusia Pertanian, 2002). Pemasaran hanya
terdapat dalam usahatani yang komersial artinya usahatani yang berorientasi
pasar, oleh karena itu perencanaan produksi dan pelaksanaannya
disesuaikan dengan kebutuhan pasar, misalnya: (1) Jenis produknya apa saja
(2) Berapa jumlahnya (3) Bagaimana kualitasnya (4) Bagaimana
pemilihannya (5) Bagaimana pengepakannya (6) Bagaimana
pengangkutannya (7) Kapan diperlukannya (8) Siapa saja yang terlibat dalam
pesanan.
14
Pemasaran agribisnis adalah aktivitas pengusaha agribisnis untuk
dapat menjual produk pertanian primer maupun olahan agar dapat
memperoleh keuntungan yang sebesar - besarnya. Pemasaran dapat
dilakukan oleh produsen sendiri (misalnya petani, pembudidaya ikan dan
peternak) atau oleh pengusaha agribisnis lainnya (misalnya tengkulak,
pedagang pengumpul, pengecer dan lain-lain).
Suyana, A., (2007), pemasaran hasil pertanian merupakan rantai
terakhir dalam sistem agribisnis dan hingga saat ini sebagian besar petani
masih menghadapi permasalahan pada saat akan menjual hasil
pertaniannya. Lemahnya posisi tawar petani sering menjadi penyebab petani
tidak mampu memasarkan produk pertaniannya pada tingkat harga yang
wajar. Untuk itu disamping untuk mendorong sistem kemitraan antara petani
dengan pengusaha (pedagang), upaya penguatan kelembagaan petani
(kelompok tani/Gapoktan) juga diarahkan untuk membantu meningkatkan
posisi tawar petani dalam memasarkan hasil pertaniannya.
A.T Mosher (1966) dalam Anonimus (2003), mengemukakan
pentingnya pasar dan pemasaran bagi produk-produk yang dihasilkan para
petani. Bahkan dikatakan bahwa tanpa pasar untuk hasil usahatani, maka
tidak akan ada pengembangan pertanian.
Di Negara-negara berkembang, masalah-masalah dalam pemasaran
banyak ditemukan misalnya (1) Tidak tersedia komoditas pertanian dalam
jumlah cukup dan kotinyu, (2) Harga komoditi pertanian yang sering
berfluktuasi secara tajam, (3) Tidak efisiennya para pelaku
pemasaran, (4) Tidak memadainya fasilitas, seperti transportasi, gudang,
15
pasar dan sebagainya, (5) Lokasi produsen dan konsumen yang terpencar
sehingga menyulitkan dalam penyampaian barang dari produsen ke
konsumen,(6) Kurang lengkapnya informasi pasar, (7) Kurangnya
pengetahuan terhadap pemasaran karena lemahnya penguasaan aspek
– aspek manajemen, (8) Kurangnya modal, sehingga investasi dalam
kegiatan pemasaran menjadi lemah, (9) Kurangnya respon dari produsen
terhadap permintaan pasar dan (10) Tidak memadainya peraturan-peraturan
yang ada sehingga mekanisme pasar menjadi tidak efisien (Soekartiwi, 1993)
Efisiensi pemasaran agribisnis pada umumnya belum dapat dicapai
secara maksimal. Hal ini terutama disebabkan oleh: (1) kemampuan
manajerial petani produsen sangat rendah (2) Buruknya prasarana
pemasaran agribisnis (3) Posisi tawar petani lemah karena mereka
merupakan petani kecil dan modalnya terbatas (4) Petani tidak mampu
menanggung resiko biayaan pemasaran (5) Jarak usaha agribisnis dengan
pasar umumnya terlalu jauh (Badan Pengembangan Sumberdaya Manusia
Pertanian, 2002)
Sistem pemasaran dianggap efisien bila mampu menyampaikan hasil
produksi dari produsen kepada konsumen dengan biaya yang semurah-
murahnya dan mampu mengadakan pembagian yang adil dari keseluruhan
harga yang dibayar konsumen akhir kepada semua pihak yang terlibat dalam
semua kegiatan produksi dan pemasaran tersebut (Mubyarto, 1998)
Pola pemasaran merupakan salah satu dari aspek pemasaran
yang menekankan tentang jalur distribusi suatu produk dari produsen
melalui beberapa pelaku pemasaran hingga sampai ke tangan konsumen.
16
Mahyuddin, K (2002), menyatakan bahwa produk perikanan memiliki
3 Pola Pemasaran,yaitu: Pemasaran melalui koperasi, Kemitraan dan Pola
pemasaran umum. Yang dimaksud dengan :
1. Pola Pemasaran Melalui Koperasi
Pola pemasaran melalui koperasi adalah pemasaran produk
perikanan yang dihasilkan dapat menggunakan wadah koperasi sebagai
saluran untuk memasarkan produk sekaligus sebagai tujuan pemasaran.
Keuntungan dari pola ini adalah petani ikan tidak perlu mencari tempat
untuk memasarkan produknya karena semua produk yang dihasilkan akan
ditampung oleh koperasi. Bagi petani ikan yang ingin menggunakan pola
pemasaran melalui koperasi sebagai tempat memasarkan produknya terlebih
dahulu harus menjadi anggota koperasi atau kelompok.
2. Pola Pemasaran Melalui Kemitraan
Pola pemasaran kemitraan terjadi antara petani sebagai plasma dan
perusahaan atau indiustri perikanan sebagai inti. Pihak petani tersebut
mempunyai keterikatan dengan perusahaan. Sesuai dengan perjanjian, pihak
petani ikan sebagai plasma harus menjual hasil produknya ke perusahaan
inti. Sementara itu, pihak perusahaan inti memasok pakan dan benihnya.
Standar mutu produk yang harus dihasilkan oleh petani ikanpun telah
ditentukan sebelumnya oleh perusahaan inti.
17
3. Pola Pemasaran Umum
Pola pemasaran ini banyak dilakukan oleh petani ikan yang ingin
memasarkan sendiri produknya. Petani ikan dapat menjual produk
langsung ke konsumen, pedagang eceran, pedagang pengumpul, pasar
khusus maupun pasar ekspor.
Ada 3 macam cara distribusi produk perikanan secara umum,
yaitu penyaluran secara langsung, penyaluran semi langsung dan
penyaluran secara tidak langsung.
a) Penyaluran Langsung
Pada penyaluran langsung, produsen langsung menjual
produksinya ke konsumen dan tidak menggunakan pedagang
perantara. Hal ini sering dilakukan oleh petani ikan skala kecil.
(Produsen Konsumen)
b) Penyaluran Semi Langsung
Produsen dalam menyalurkan hasil produksinya terlebih dahulu
ke tangan pedagang eceran. Selanjutnya dari tangan pedagang
eceran disalurkan ke konsumen.
( Produsen Pedagang Eceran Konsumen)
c) Penyaluran Tidak Langsung
Penyaluran atau distribusi produk sangat dipengaruhi oleh
jarak produsen ke konsumen. Semakin jauh jaraknya semakin
18
panjang tata niaganya yang harus dilalui. Dengan demikian, harga
ditingkat konsumenpun akan semakin mahal.
Dalam penyaluran ini dikenal beberapa tipe sebagai berikut:
* Produsen Pedagang Pengumpul Pedagang Besar
Pedagang Pengecer Konsumen)
* Pengusaha/produsen Pasar ikan/TPI Pedagang
Besar Pedagang Pengecer Konsumen
* Pengusaha/produsen Eksportir Pasar Khusus
Konsumen
* Pengusaha/produsen Pedagang Pengumpul Pedagang
Besar Pasar Khusus Konsumen)
19
Rukmana H.R (1997), jalur pemasaran ikan nila untuk ukuran
konsumsi adalah sebagai berikut:
Gambar 1. Saluran Pemasaran Ikan Nila Ukuran Konsumsi
Saluran pemasaran dapat berbentuk rantai pendek dan berbentuk
rantai panjang, tergantung dari sifat dan jenis dari barang yang dipasarkan
(Swasta,B dan Irawan., 1997). Lanjut dikemukakan, pendek atau
panjangnya saluran pemasaran akan menyebabkan perbedaan dalam
penetapan harga jual suatu komoditi, sebab pergerakan barang dari produsen
ke konsumen akhir merupakan jasa daripada lembaga-lembaga pemasaran
yang terlibat didalamnya.
Pada saluran yang lebih panjang, harga jual akan lebih tinggi bila
dibandingkan dengan harga jual untuk komoditi yang sama pada saluran
pemasaran yang lebih pendek.
Panjang pendeknya mata rantai pemasaran menentukan besar atau
kecilnya biaya pemasaran. Semakin panjang mata rantai pemasaran
PETANI PRODUSE
PEDAGANG PERANTARA
KONSUMEN RUMAH TANGGA RESTAURAN, dll
PABRIK PENGOLAHAN
20
biasanya akan semakin besar biaya pemasarannya. Sebaliknya semakin
pendek mata rantai pemasaran akan semakin kecil biaya pemasarannya.
Semakin besarnya biaya pemasaran biasanya akan mengurangi margin yang
diterima produsen dalam hal ini petani. Oleh karena itu yang terbaik adalah
petani dapat melaksanakan fungsi-fungsi pemasaran sendiri sehingga mata
rantai pemasaran akan semakin pendek. biayanya semakin murah, dan
margin yang diterimanya juga semakin tinggi.
Kohis dan Uhi (1992), panjang pendeknya saluran distribusi
pemasaran yang terlibat dalam penyaluran barang dan jasa tergantung antara
lain pada factor : Skala produksi, jarak antara produsen dan konsumen,
banyak sedikitnya jasa yang harus ditambahkan kepada komoditi tersebut,
infrastruktur berupa sarana transportasi dan pergudangan. Sedang Hamid
(1992) mengatakan bahwa tingkat teknologi dan kondisi alam dari satu
daerah ke daerah lain juga mengakibatkan timbulnya perbedaan saluran
pemasaran dari daerah yang bersangkutan.
Kotler, P (2005), mengemukakan bahwa untuk mencapai pasar
sasaran, pemasar menggunakan tiga jenis saluran pemasaran, yaitu
(1) Saluran komunikasi, digunakan untuk memberikan dan menerima pesan
dari pembeli sasaran (2) Saluran distribusi untuk memamerkan atau
menyerahkan produk fisik atau jasa kepada pembeli atau pengguna.
Termasuk disini distributor, grosir, pengecer dan agen (3) Saluran jasa,
untuk melakukan transaksi dengan calon pembeli. Saluran ini mencakup
pergudangan, bank, perusahaan transportasi dan perusahaan asuransi yang
memudahkan transaksi.
21
D. Konsep Pendapatan Petani
Pendapatan petani ikan adalah selisih antara hasil produksi
dengan biaya usahatani. Rukmana, R (1997), biaya-biaya dalam usaha
pembesaran ikan nila di kolam meliputi (1) biaya tetap (perawatan kolam,
bunga modal, penyusutan alat-alat perikanan), (2) biaya tidak tetap ( benih
ikan, pakan ikan, pupuk, kapur, tenaga kerja).
Soekartiwi (1995), mengemukakan bahwa ada beberapa ukuran
pandapatan usahatani, antara lain:
1. Pendapatan kotor usahatani (Gross Farm Income), terdiri dari nilai
produk total usahatani dalam jangka waktu tertentu, baik yang dijual
maupun yang tidak dijual, jangka waktu pembukuan umumya satu
tahun.
2. Pendapatan bersih usahatani (Net Farm Income), merupakan selisih
pendapatan kotor usahatani dan pengeluaran total usahatani.
Sedangkan pengeluaran total usahatani merupakan nilai semua
masukan habis terpakai didalam proses produksi, tetapi tidak termasuk
tenaga kerja, keluarga petani, bunga modal sendiri dan bunga modal
pinjaman.
3. Penghasilan bersih usahatani (Net Farm Earning), diperoleh dengan
mengurangi pendapatan bersih dengan bunga modal pinjaman.
Anonimus (2003), pendapatan bersih usaha tani (net farm income)
dipengaruhi oleh tiga faktor: (1) Volume produk pertanian yang
22
dijual (2) Harga produk (3) Biaya produksi dan pemasaran produk
tersebut.
Suatu perubahan dalam salah satu faktor akan mengubah besarnya
pendapatan bersih usaha tani. Lagipula, komponen-komponen ini tidak
bergerak secara bebas, masing-masing saling berkaitan. Suatu
perubahan dalam harga produk pertanian akan mempengaruhi jumlah
produk usahatani yang dihasilkan sebagaimana harga produk usahatani
mempengaruhi biaya input usaha tani.
Perubahan pada faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan
petani antara lain disebabkan oleh pengetahuan dan informasi yang
kurang sempurna dari para produsen yaitu ketidak pastian pendapatan
dan ketidakpastian yang berkaitan dengan faktor-faktor penentu
pendapatan (keadaan produksi, harga pasar dan biaya).
E. Kerangka Pemikiran Penelitian
Kota Jayapura memiliki potensi perikanan air tawar yang
menjanjikan dengan adanya sumber daya manusia, areal lahan yang
cukup luas yang dapat dijadikan areal perkolaman, kebijakan Pemerintah,
keadaan sosial, budaya yang mendukung. Disamping itu permintaan ikan
nila yang cukup tinggi yang merupakan tantangan dan peluang pasar
yang dapat dimanfaatkan bagi peningkatan pendapatan dan
kesejahteraan para petani maupun pertumbuhan perikanan secara umum.
Peningkatan produksi dan sistem pemasaran ikan melalui penerapan
23
sistem agribisnis budidaya ikan nila tidak terlepas dari pola usaha yang
dilakukan, sistem pemasaran dan pola hubungan antara pengusaha ikan
dan lembaga-lembaga yang terlibat dalam penyaluran ikan nila tersebut
baik berupa benih maupun ikan nila yang berukuran konsumsi dan
pemancingan. Dengan peningkatan tersebut diharapkan pendapatan dan
kesejahteraan para pembudidaya ikan nila dan pelaku bisnis lainnya
dapat optimal (Gambar 3)
24
Gambar 2. Kerangka Pemikiran Penelitian
INPUT PROSES OUTPUT
Analisis Usaha Ikan Nila Melalui
Pola Agribisnis
Potensi Lahan Yang Belum
Dikembangkan
Kebijakan Pemerintah Mendukung
Kondisi, Sosial, Ekonomi, Budaya Masyarakat
Tingkat Pendapatan setiap jenis
usaha
Saluran dan Efisiensi
Pemasaran
Hubungan Pengusaha dan
Lembaga pemasaran
- Analisis Deskriptif
- R/C ratio - Efisiensi
Pemasaran
- Peningkatan Produksi
- Peningkatan panda patan
25
F. Hipotesis
Untuk menemukan jawaban sementara atas rumusan masalah, maka
dapat disusun hipotesis sebagai berikut:
1. Pendekatan agribisnis pada setiap usaha ikan nila cenderung
meningkatkan pendapatan
2. Makin pendek saluran pemasaran membuat pemasaran ikan nila semakin
efisien
3. Pola hubungan antara petani dan lembaga pemasaran baik dapat
meningkatkan pendapatan
G. Defenisi Operasional
Guna menyatukan pandangan dan menyeragamkan pengertian,
maka dikemukakan d sebagai berikut defenisi operasional sebagai berikut:
1. Produksi Perikanan adalah hasil budidaya ikan yang diusahakan di kolam
yang mempunyai prospek pemasaran yang cukup baik untuk
dikembangkan
2. Pendekatan Agribisnis adalah pendekatan yang digunakan dalam
penerapan agribisnis, meliputi sistem pengadaan input, sub-sistem
budidaya, sub-sistim pengolahan dan pemasaran
3. Pemasaran adalah proses penyampaian hasil produksi ikan mulai dari
pembudidaya sampai kepada konsumen
26
4. Lembaga pemasaran adalah orang /badan yang menyelenggarakan
kegiatan pemasaran dari produsen ke konsumen.
5. Saluran Distribusi adalah seluruh rangkaian penyaluran ikan dari
pembudidaya ke konsumen meleui lenbaga pemasaran
6. Efisisensi Pemasaran adalah ratio antara hasil pemasran dengan biaya
yang dikeluarkan dalam pemasaran
7. Pendapatan Pembudidaya ikan adalah selisih dari jumlah penerimaan
dengan jumlah biaya yang dikeluarkan dalam satu periode
pemeliharaan.
6. Biaya Usahatani adalah seluruh biaya yang dikeluarkan oleh
pembudidaya ikan mulai dari kegiatan pengadaan sarana produksi,
budidaya, penanganan pasca panen, hingga pemasarannya.
9 Permintaan adalah banyaknya kebutuhan ikan yang diminta oleh para
konsumen atau yang dipasarkan
10. Produsen atau pembudidaya ikan merupakan orang yang menanamkan
modal yang langsung atau tidak langsung berhubungan dengan proses
produksi, menentukan keberhasilan dan mutu suatu produk
11. Konsumen merupakan pembeli terakhir suatu produk perikanan,
sehingga tujuan bisnis selalu berorientasi untuk memenuhi kebutuhan
konsumen.
12. Pedagang Pengumpul merupakan pedagang yang mengumpulkan ikan
dari pengusaha, petani ikan dalam jumlah yang cukup besar untuk
dipasarkan kembali ke pedagang lainnya. Pedagang pengumpul juga
27
dapat berperan sebagai pedagang perantara kemudian disampaikan
pada konsumen
13. Pedagang perantara adalah pedagang yang menyalurkan ikan atau
pelancar distribusi komoditas perikanan, selain itu dapat juga
menyalurkan informasi dari konsumen ke produsen serta meringankan
beban produsen dalam mendistribusikan produknya. Namun dengan
adanya pedagang perantara, harga produk menjadi mahal.
.14. Pedagang Pengecer merupakan pedagang yang menjual komoditas
perikanan langsung ke tangan konsumen dengan tujuan memenuhi
kebutuhan konsumen dalam partai kecil.