ANALISIS STRATEGI BISNIS PENGOLAHAN IKAN PADA CV … · Bisnis Pengolahan Ikan Pada CV Bening Jati...
Transcript of ANALISIS STRATEGI BISNIS PENGOLAHAN IKAN PADA CV … · Bisnis Pengolahan Ikan Pada CV Bening Jati...
i
ANALISIS STRATEGI BISNIS PENGOLAHAN IKAN PADA CV BENING JATI ANUGRAH,
KECAMATAN PARUNG, KABUPATEN BOGOR
SKRIPSI
NUNING INDRIYASHARI H34070038
DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR
2011
ii
RINGKASAN
NUNING INDRIYASHARI. Analisis Strategi Bisnis Pengolahan Ikan Pada CV Bening Jati Anugrah, Kecamatan Parung, Kabupaten Bogor. Skripsi. Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor (Di bawah bimbingan LUKMAN MOHAMMAD BAGA).
Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki potensi perikanan yang cukup luas. Potensi tersebut terlihat dari peningkatan produksi perikanan budidaya ataupun perikanan tangkap setiap tahunnya. Peningkatan produksi ikan nasional ternyata belum mampu membuat tingkat konsumsi ikan nasional sama atau bahkan melebihi negara-negara Asia lainnya. Berdasarkan Pusat Data dan Informasi Kementerian Kelautan dan Perikanan, tahun 2010 tingkat konsumsi ikan Indonesia sebesar 30,47 kg/kapita/tahun, sedangkan Jepang, Korea Selatan, Malaysia, Singapura, Filipina, dan Hongkong masing-masing sebesar 110, 85, 45, 80, 40 dan 80 kg/ kapita/ tahun.
Salah satu penyebab masih rendahnya tingkat konsumsi ikan Indonesia karena masalah kepraktisan. Mengonsumsi ikan dianggap merepotkan dan memerlukan alokasi waktu khusus, karena mengonsumsi ikan utuh harus dikerjakan secara spesial dan tidak dapat dilakukan sambil menyelesaikan pekerjaan lainnya. Melihat hal tersebut, peningkatan ketersediaan produk olahan berbasis ikan yang beragam menjadi kebutuhan yang diutamakan. Adanya pengembangan produk ikan diharapkan mampu memberikan nilai tambah pada ikan dan memberikan variasi produk, sehingga produk dapat menjangkau pasar yang lebih luas dan pada akhirnya tingkat konsumsi ikan nasional tidak kalah dengan negara Asia lainnya.
Salah satu perusahaan yang bergerak dalam usaha pengolahan ikan yaitu CV Bening Jati Anugrah. Perusahaan ini mengalami beberapa kendala dalam menjalankan bisnis pengolahan ikannya. Perusahaan tidak mampu melakukan pengadaan bahan baku yang kontinu. Hal tersebut diperparah dengan tidak tersedianya produk impor ikan pada musim paceklik dimana ikan sulit didapatkan. Hal tersebut tentunya akan mempengaruhi kegiatan produksi. Akibat beberapa masalah tersebut omzet perusahaan mengalami penurunan beberapa bulan terakhir ini. Mengatasi masalah tersebut perusahaan harus membuat strategi bisnis yang tepat untuk masa sekarang dan masa yang akan datang, sehingga perusahaan mampu bersaing diantara banyaknya perusahaan pengolahan ikan. Tentunya strategi yang baik adalah strategi yang dibuat berdasarkan kondisi lingkungan perusahaan baik internal ataupun eksternal. Adapun tujuan dari penelitian ini antara lain: (1) menganalisis faktor-faktor eksternal yaitu peluang dan ancaman yang dihadapi oleh CV Bening Jati Anugrah, (2) menganalisis faktor-faktor internal yaitu kekuatan dan kelemahan yang dihadapi oleh CV Bening Jati Anugrah, (3) merumuskan alternatif strategi bisnis yang dapat dilakukan oleh CV Bening Jati Anugrah.
Penelitian ini dilakukan pada perusahaan pengolahan ikan, yaitu CV Bening Jati Anugrah yang berlokasi di Kecamatan Parung, Kabupaten Bogor. Penelitian ini menggunakan metode purposive sampling. Responden yang digunakan dari pihak internal adalah pemilik, kepala bagian administrasi dan keuangan, kepala
iii
bagian produksi dan operasional serta karyawan. Sedangkan untuk pihak eksternalnya perusahaan yaitu Kasi Pengolahan Ikan Dinas Perikanan dan Peternakan Kabupaten Bogor, serta perusahaan pesaing. Data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder. Alat analisis yang digunakan untuk merumuskan strategi adalah dengan matriks SWOT dan arsitektur strategik.
Berdasarkan analisis SWOT, didapatkan sembilan alternatif strategi yang dapat digunakan CV Bening Jati Anugrah, yaitu (1) Restrukturisasi organisasi serta memperbaiki sistem manajemen perusahaan, (2) Mencari tambahan modal usaha (3) Menjalin kemitraan dengan pemasok yang ada di beberapa daerah di Indonesia, (4) Memperluas jaringan distribusi, (5) Memperbaiki sistem administrasi dan keuangan perusahaan, (6) Meningkatkan jumlah penjualan perusahaan, (7) Melakukan inovasi produk, (8) Memelihara serta meningkatkan kualitas produk, dan (9) Membuat diversifikasi produk dengan menggunakan bahan limbah olahan ikan.
iv
ANALISIS STRATEGI BISNIS PENGOLAHAN IKAN PADA CV BENING JATI ANUGRAH,
KECAMATAN PARUNG, KABUPATEN BOGOR
NUNING INDRIYASHARI H34070038
Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada
Departemen Agribisnis
DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR
2011
v
Judul Skripsi : Analisis Strategi Bisnis Pengolahan Ikan Pada CV Bening Jati
Anugrah, Kecamatan Parung, Kabupaten Bogor.
Nama : Nuning Indriyashari
NRP : H34070038
Disetujui, Pembimbing
Ir. Lukman Mohammad Baga, MA.Ec
NIP. 19640220 198903 1 001
Diketahui, Ketua Departemen Agribisnis
Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor
Dr. Nunung Kusnadi, MS NIP. 19580908 198403 1 002
Tanggal Lulus :
vi
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul “Analisis Strategi
Bisnis Pengolahan Ikan Pada CV Bening Jati Anugrah, Kecamatan Parung,
Kabupaten Bogor” adalah karya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun
kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip
dari karya yang telah diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan
dicantumkan dalam bentuk daftar pustaka di bagian akhir skripsi.
Bogor, Juni 2011
Nuning Indriyashari H34070038
vii
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Sukoharjo pada tanggal 26 April 1989. Penulis
adalah anak pertama dari dua bersaudara, pasangan Bapak Sugimin dan Ibu Jinem
Wiji Yanti. Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SD Negeri Jatibening X
Bekasi pada tahun 2001 dan pendidikan menengah pertama diselesaikan pada
tahun 2004 di SLTP Negeri 20 Bekasi. Kemudian penulis menyelesaikan
pendidikan menengah atas pada tahun 2007 di SMA Negeri 3 Bekasi. Penulis
diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB
(USMI) pada tahun 2007. Kemudian pada tahun 2008, penulis diterima di
Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen Sebagai Mayor.
Selama mengikuti pendidikan, penulis tercatat sebagai bendahara
Departemen Hubungan Eksternal, Sharia Economics Student Club (SES-C)
Fakultas Ekonomi dan Manajemen periode 2008-2009. Anggota klub teater
Fakultas Ekonomi dan Manajemen periode 2008-2009. Bendahara Departemen
Hubungan Eksternal, Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Ekonomi dan
Manajemen periode 2009-2010. Selain aktif di kelembagaan kampus, penulis juga
pernah bekerja sebagai guru privat untuk anak sekolah dasar di Mutiara Eksakta
pada tahun 2010 dan magang kerja sebagai sekretaris official di Gugus Bisnis dan
Kewirausahaan (G-Bike), Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan
Manajemen pada tahun 2010. Penulis juga aktif di berbagai kepanitiaan kegiatan
kampus.
viii
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas segala
berkat dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang
berjudul “Analisis Strategi Bisnis Pengolahan Ikan Pada CV Bening Jati Anugrah,
Kecamatan Parung, Kabupaten Bogor”. Shalawat serta salam tidak lupa penulis
haturkan kepada Nabi besar Muhammad SAW beserta keluarga dan para
sahabatnya.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor eksternal dan
internal, merumuskan alternatif strategi, serta merancang arsitektur strategik
dalam upaya mempertahankan dan memajukan usaha pengolahan ikan CV Bening
Jati Anugrah. Penulis menyadari, dalam menyelesaikan skripsi masih terdapat
kekurangan karena keterbatasan dan kendala yang dihadapi. Namun diharapkan
skripsi ini dapat menjadi masukkan dan bermanfaat bagi pihak-pihak yang
berkepentingan.
Bogor, Juni 2011
Nuning Indriyashari
ix
UCAPAN TERIMA KASIH
Penyelesaian skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Sebagai
bentuk rasa syukur kepada Allah SWT dan Nabi besar Muhammad SAW, penulis
ingin menyampaikan terima kasih dan penghargaan kepada:
1. Ir. Lukman Mohammad Baga, MA.Ec selaku dosen pembimbing skripsi
atas bimbingan, arahan, waktu dan kesabaran yang telah diberikan kepada
penulis selama penyusunan skripsi ini.
2. Febriantina Dewi, SE, MM, M.Sc dan Ir. Harmini, M.Si selaku dosen
penguji pada ujian sidang penulis yang telah meluangkan waktu serta
memberikan kritik dan saran demi perbaikan skripsi ini.
3. Ir. Suharno yang telah menjadi pembimbing akademik dan seluruh dosen
serta staf Departemen Agribisnis yang selalu memberikan saran,
masukkan kepada penulis.
4. Pihak CV Bening Jati Anugrah atas waktu, kesempatan, informasi dan
dukungan yang diberikan.
5. Dinas Perikanan dan Peternakan Kabupaten Bogor terutama Ibu Lili, Ibu
Rikah selaku Kasi pengolahan ikan Kabupaten Sukabumi, dan Bapak
Sam’un selaku Kasi Perencanaan Dinas Perikanan Kabupaten Indramayu,
atas waktu, fikiran dan bantuannya dalam menyelesaikan tugas akhir ini.
6. Ayahanda Sugimin dan Ibunda Jinem Wiji Yanti, adikku Riva
Oktaviyandari dan Febriyan Surya Adji yang selalu memberikan doa restu,
semangat dan kasih sayang kepada penulis, serta Mohammad Akmal
Musaddad yang selalu memberikan dukungan, kasih sayang, dan
semangatnya.
7. Agribisnis 43, kak Ray, kak Achmad, kak Tiara dan teman-teman
sebimbingan Dinar, Venty, Wawan serta teman-teman Agribisnis 44 yang
telah meluangkan waktu untuk sharing dan membantu dalam penyelesaian
tugas akhir ini.
8. Teman-teman Puri Sembilan, Sri, Ivon, Anis, Nela, Lia, Inez, Nita, Fitri,
Riska, dan Susan yang selalu memberikan dukungan, masukkan dan
semangat dalam menjalankan penelitian ini.
x
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ..................................................................................... xii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................. xiii
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................. xiv
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ................................................................................ 1 1.2 Perumusan Masalah ....................................................................... 5 1.3 Tujuan Penelitian ........................................................................... 7 1.4 Manfaat Penelitian ......................................................................... 8 1.5 Ruang Lingkup Penelitian ............................................................... 8
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gambaran Umum Ikan Pelagis ......................................................... 9 2.2 Manfaat Ikan Pelagis ................................................................... ... 9 2.3 Gambaran Industri Pengolahan Ikan ............................................... 10 2.4 Prospek Produk olahan Ikan .......................................................... 13 2.5 Tinjauan Penelitian Terdahulu ....................................................... 14
III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis ......................................................... 21
3.1.1 Manajemen Strategis ............................................................. 21 3.1.2 Tahap-Tahap Manajemen Strategi ....................................... 21 3.1.3 Visi, Misi dan Tujuan Perusahaan ........................................ 23 3.1.4 Lingkungan Perusahaan ........................................................ 23 3.1.5 Penetapan Tujuan Jangka Panjang ........................................ 31 3.1.6 Alternatif Strategi .................................................................. 32 3.1.7 Perumusan Strategi ............................................................... 34
3.2 Kerangka Pemikiran Operasional ................................................. 34
IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ........................................................ 37 4.2 Metode Pengumpulan Data ........................................................... 37 4.3 Jenis dan Sumber Data .................................................................. 37 4.4 Metode Pengolahan dan Analisis Data ......................................... 38 4.4.1 Matriks SWOT ..................................................................... 38 4.4.2 Perancangan Arsitektur Strategik.......................................... 38
V. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 5.1 Sejarah dan Perkembangan CV Bening Jati Anugrah ................... 40 5.2 Lokasi dan Keadaan CV Bening Jati Anugrah .............................. 40 5.3 Visi, Misi, dan Tujuan CV Bening Jati Anugrah ........................... 41 5.4 Struktur Organisasi CV Bening Jati Anugrah ................................ 41 5.5 Sumberdaya CV Bening Jati Anugrah ........................................... 42 5.5.1 Sumberdaya Manusia ........................................................... 43 5.5.2 Sumberdaya Fisik ................................................................. 43 5.5.3 Sumberdaya Modal .............................................................. 44
xi
VI. ANALISIS LINGKUNGAN PERUSAHAAN 6.1 Analisis Lingkungan Eksternal ...................................................... 45
6.1.1 Analisis Lingkungan Jauh .................................................... 45 6.1.2 Analisis Lingkungan Industri ............................................... 50
6.2 Analisis Lingkungan Internal ......................................................... 54 6.2.1 Analisis Rantai Nilai ............................................................ 54 6.2.2 Keterkaitan Komponen pada Rantai Nilai ........................... 62
VII. FORMULASI STRATEGI 7.1 Identifikasi Faktor Peluang dan Ancaman ...................................... 65 7.2 Identifikasi Faktor Kekuatan dan Kelemahan ................................. 68 7.3 Tahap Pencocokan: Matriks SWOT ............................................... 71 7.4 Rancangan Arsitektur Strategik CV Bening Jati Anugrah .............. 77 7.4.1 Sasaran CV Bening Jati Anugrah ........................................... 77 7.4.2 Tantangan CV Bening Jati Anugrah ...................................... 77 7.4.3 Rekomendasi Program Kegiatan ............................................ 77 7.4.4 Tahapan Arsitektur Strategik ................................................. 79
VIII. KESIMPULAN DAN SARAN 8.1 Kesimpulan ..................................................................................... 83 8.2 Saran ................................................................................................ 84
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 85
LAMPIRAN ................................................................................................ 87
xii
DAFTAR TABEL Nomor Halaman
1. Produksi Perikanan Indonesia Tahun 2005-2010.................. 1
2. Komposisi Ikan Segar per 100 gram Bahan.......................... 2
3. Kebutuhan Manusia Akan Daging Ikan................................ 2
4. Tingkat Konsumsi Ikan Indonesia tahun 2005-2010............. 3
5. Omzet Penjualan Olahan Ikan CV Bening Jati Anugrah...... 6
6. Tinjauan Penelitian Terdahulu.............................................. 20
7. Pembagian Jumlah Tenaga Kerja CV Bening Jati Anugrah 43
8. Perincian Sumberdaya Fisik CV Bening Jati Anugrah......... 44
9. Tingkat Inflasi Indonesia pada Februari 2010 – Februari 2011 ...................................................................................... 46
10. Pertumbuhan PDRB per Kapita Atas Harga Konstan .......... 47
11. Pengeluaran Rata-rata Konsumsi per Kapita per Bulan ....... 47
12. Pengeluaran Rata-rata Konsumsi Ikan Nasional 2008-2009 48
13. Latar Belakang Pendidikan Tenaga Kerja CV Bening Jati Anugrah ................................................................................ 61
14. Matriks SWOT CV Bening Jati Anugrah ............................ 72
15. Rekomendasi Program Kegiatan .......................................... 78
xiii
DAFTAR GAMBAR
Nomor Halaman
1. Model Komprehensif Manajemen Strategis.......................... 21
2. Model Lima Kekuatan Persaingan........................................ 26
3. Analisis Rantai Nilai............................................................. 29
4. Kerangka Pemikiran Operasional.......................................... 36
5. Matriks SWOT...................................................................... 38
6. Perancangan Arsitektur Strategik CV Bening Jati Anugrah. 39
7. Struktur Organisasi CV Bening Jati Anugrah....................... 42
8. Grafik Tingkat Inflasi Indonesia .......................................... 45
9. Tren Jumlah Penduduk Indonesia Tahun 1961-2010 ........... 48
10. Proses Produksi Pengolahan Ikan.......................................... 56
11. Rancangan Arsitektur Strategi CV Bening Jati Anugrah...... 82
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Halaman
1. Usaha Olahan Ikan di Kabupaten Bogor Tahun 2009 ... 88
2. Kuesioner Penelitian....................................................... 90
3. Proses Produksi Bakso Ikan ........................................ 96
4. Proses Produksi Nugget Stik Ikan ............................... 97
5. Proses Produksi Kaki Naga ......................................... 98
6. Proses Produksi Fish Finger ....................................... 99
7. Proses Produksi Siomay .............................................. 100
8. Proses Produksi Otak-otak Bulat ................................. 101
9. Proses Produksi Otak-otak Panjang .............................. 102
10. Proses Produksi Bakso Ikan Tahu ................................. 103
11. Proses Produksi Lumpia .............................................. 104
12. Proses Produksi Ekado ................................................ 105
13. Proses Produksi Keong Mas ........................................ 106
14. Proses Produksi Udang Gulung ................................... 107
15. Dokumentasi ................................................................. 108
16. Foto-foto Produk Olahan CV Bening Jati Anugrah...... 109
1
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia adalah negara kepulauan dengan jumlah pulau 13.000 menyebar
dari Sabang hingga Merauke1. Wilayah perairan Indonesia sebesar 5,8 juta km2,
yang terdiri dari 0,3 juta km2 laut teritorial, 2,8 juta km2 perairan Nusantara dan
2,7 km2 zona ekonomi ekslusif. Sekitar 70 persen wilayah Indonesia merupakan
daerah lautan dengan garis pantai sepanjang 81.000 km. Seluruh total perairan
tersebut, diketahui potensi sumber daya ikan laut Indonesia mencapai 6,26 juta
ton/tahun2. Oleh sebab itu, perikanan merupakan sub sektor yang sangat potensial
untuk dikembangkan dalam peningkatan perekonomian Indonesia. Potensi
tersebut dapat terlihat pula dari total produksi perikanan Indonesia yang semakin
meningkat. Total produksi ikan Indonesia mengalami peningkatan sebesar 58,12
persen dari tahun 2005 – 2010, yakni dari 6,8 juta ton pada tahun 2005 menjadi
10,8 juta ton pada tahun 2010. Jumlah produksi ikan Indonesia dapat dilihat pada
Tabel 1.
Tabel 1. Produksi Perikanan Indonesia Tahun 2005-2010
Tahun Produksi Ikan Budidaya (Ton)
Produksi Ikan Tangkap (Ton)
Total Produksi (Ton)
2005 2.163.674 4.705.868 6.869.542 2006 2.682.596 4.769.160 7.451.756 2007 3.088.800 4.940.000 8.028.000 2008 3.855.200 5.196.000 9.051.200
2009 4.708.565 5.285.000 9.993.565
2010 5.478.000 5.384.000 10.862.000 Sumber : Departemen Kelautan dan Perikanan (2011)
Ikan merupakan salah satu sumber protein dan memiliki komposisi asam
amino yang lengkap, juga diketahui mengandung lemak yang kaya akan asam
lemak tak jenuh jamak atau polyunsaturated fatty acids (PUFA) yang berkhasiat
1. Sudirman. 2010. Hasil Survei Terbaru Jumlah Pulau Indonesia.Dirjen Kelautan Pesisir dan
Pulau-pulau Kecil (KP3K). http://www.antaranews.com/berita/1282043158/hasil-survei-terbaru-jumlah-pulau-indonesia [Diakses 30 Januari 2011]
2. Agusta Ferry. 2009. http://ferragusta.wordpress.com/2009/12/04/konflik-pemanfaatan-sumber-daya-perikanan-laut-kasus-nelayan-di-perairan-utara-jawa-timur. [Diakses 4 Februari 2011]
2
bagi kesehatan. Asam lemak tak jenuh jamak yang banyak terdapat pada ikan
adalah asam lemak omega 3, terutama eikosapentanoat/EPA dan asam
dokosaheksanoat/DHA (Irianto 1993 dalam Irianto dan Soesilo 2007). Adapun
kandungan pada ikan dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Kandungan Ikan Segar per 100 gram Bahan
Komponen Kadar (%) Kandungan air 66,00 – 68,00 Protein 15,00 – 24,00 Lemak 0,10 – 22,00 Mineral dan vitamin 2,52 – 4,50 Karbohidrat 1,00 – 3,00 Bahan organik 0,80 – 2,00 Edible position 45,00 – 50,00
Sumber: Suzuki (1981) dalam www.bi.go.id (2008)
Protein adalah zat makanan utama yang diperlukan untuk pertumbuhan,
pengaturan tubuh, proses perkembangan, memperbaiki dan memelihara sel-sel
dalam tubuh. Protein juga merupakan komponen yang penting bagi enzim-enzim
untuk mengatur dan menjalankan metabolisme serta proses kehidupan lainnya.
Selain itu, protein juga dapat digunakan sebagai sumber energi karena memiliki
unsur karbon dan sebagian molekulnya dapat dioksidasikan untuk memberikan
tenaga3.
Kebutuhan manusia akan protein berbeda, tergantung umur, jenis kelamin
dan aktivitas yang dilakukan. Apabila diibaratkan sumber protein hewani yang
dikonsumsi hanya berasal dari ikan, maka jumlah protein dan ikan yang harus
dimakan untuk memenuhi kebutuhan manusia dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Kebutuhan Manusia akan Protein dan Daging Ikan
No Tipe Manusia Tingkat Kebutuhan
Protein Ikan (gram/orang/hari)
1 Anak-anak 25-40 125-200 2 Laki-laki dewasa 50-60 250-325 3 Wanita dewasa 50-55 250-275 4 Wanita hamil 60-75 300-375 5 Wanita menyusui 75-80 375-400
Sumber: Adawyah (2008)
3. Huda Nurul. 2002. Pembangunan Sumberdaya Manusia Melalui Sumberdaya Kelautan
http://www.ppti.usm.my/nurul/publication/NationalSeminar6.pdf [Diakses 2 Februari 2011]
3
Selain protein, ikan juga mengandung asam lemak omega 3 yang
berfungsi untuk pertumbuhan otak manusia4, mengurangi penumpukan kolesterol
dan melekatnya bintik-bintik darah pada dinding pembuluh darah yang
merupakan penyebab dari timbulnya serangan jantung dan stroke5. Melihat
potensi ikan Indonesia dan manfaat yang dihasilkan oleh ikan seharusnya tingkat
konsumsi ikan per kapita Indonesia sebanding atau bahkan lebih tinggi daripada
negara-negara Asia lainnya. Terlihat pada Tabel 4, tingkat konsumsi Indonesia
mengalami peningkatan setiap tahunnya dan hingga 2010 tingkat konsumsi ikan
Indonesia mencapai 30,47 kg/kapita/tahun. Negara-negara Asia lainnya pada
tahun yang sama lebih unggul jika dibandingkan Indonesia seperti Jepang, Korea
Selatan, Malaysia, Singapura, Filipina, dan Hongkong dengan tingkat konsumsi
secara berturut-turut sebesar 110, 85, 54, 70, 40, dan 80 kg/kapita/tahun 6.
Tabel 4. Tingkat Konsumsi Ikan Indonesia Tahun 2005-2010
Tahun Tingkat Konsumsi Ikan (kg/kapita/tahun) 2005 23,95 2006 25,03 2007 26,03 2008 28,00 2009 30,17 2010 30,47
Sumber: Pusat data dan Informasi Kementerian Kelautan dan Perikanan (2010)
Menurut Widiarti dkk (2010), salah satu penyebab rendahnya tingkat
konsumsi ikan Indonesia karena alasan tingkat kepraktisan ketika mengonsumsi
ikan. Mengonsumsi ikan dinilai repot dan memerlukan alokasi waktu khusus,
karena mengonsumsi ikan utuh harus dikerjakan secara spesial dan tidak dapat
dilakukan sambil menyelesaikan pekerjaan lainnya. Melihat hal tersebut,
peningkatan ketersediaan produk olahan berbasis ikan yang beragam menjadi
kebutuhan yang diutamakan. Adanya pengembangan produk ikan diharapkan
mampu memberikan nilai tambah pada ikan dan memberikan variasi produk. 4. Bank Indonesia. 2008. Pengolahan Ikan Berbasis Fish Jelly Product
http://www.bi.go.id/sipuk/id/?id=4&no=53101&idrb=48201 [Diakses 2 Februari 2011] 5. Anonim. 1970. Manfaat Ikan untuk Kesehatan. http://www.balita-anda.com/ensiklopedia-
balita/228-manfaat-ikan-untuk-kesehatan-.html [Diakses 8 Februari 2011] 6. Dari asama amino hingga yodium ada di ikan. www.kkp.go.id/index.php/dari-asam-amino-
hingga-yodium-ada-di-ikan/pdf. Majalah Demersal Edisi Februari 2010 [Diakses tanggal 1 April 2011]
4
Sehingga produk olahan ikan tersebut dinilai tidak merepotkan lagi dan dapat
menjangkau pasar yang lebih luas.
Diharapkan dengan melakukan pengembangan produk olahan ikan, tingkat
konsumsi ikan nasional akan meningkat. Pengembangan produk olahan ikan
tersebut tentunya dapat membantu terwujudnya keinginan Departemen Kelautan
dan Perikanan yang menargetkan pada tahun 2011 ini tingkat konsumsi ikan
nasional mencapai 31,64 kg/kapita/tahun dan pada tahun 2014 mencapai 38,67
kg/kapita/tahun. Produk olahan tentunya tidak terbatas pada ikan olahan yang
disandingkan dengan nasi, tetapi juga produk olahan ikan yang lebih menarik
seperti nugget ikan, kaki naga, dan lain-lain.
Peningkatan konsumsi ikan daerah tentunya akan berpengaruh pula pada
peningkatan konsumsi ikan nasional. Oleh karena itu perlu dilakukan
pengembangan olahan ikan untuk merangsang tingkat konsumsi ikan di seluruh
Indonesia. Provinsi Jawa Barat merupakan salah satu provinsi yang
mengupayakan peningkatan konsumsi ikan masyarakatnya. Di Jawa Barat,
terdapat tiga kabupaten yang sudah siap menjadi daerah minapolitan7, yaitu
Kabupaten Bogor, Sukabumi dan Indramayu8. Tingkat konsumsi ikan masing-
masing kabupaten adalah 20,95 9, 20,36 10 dan 32,07 kg/kapita/tahun11.
Berdasarkan data tersebut, terlihat bahwa Kabupaten Bogor merupakan kabupaten
kedua dengan tingkat konsumsi ikan tertinggi di Jawa Barat. Selain itu Kabupaten
Bogor juga memiliki kemudahan dalam mengakses pasar, informasi, dan legalitas
usaha karena kedekatannya dengan pusat pemerintahan. Oleh karena itu,
Kabupaten Bogor memiliki prospek yang baik untuk dijadikan tempat berbisnis
subsektor perikanan termasuk bisnis olahan ikan. Sehingga dengan adanya
7 Daerah minapolitan adalah daerah yang digunakan untuk pengembangan agribisnis berbasis
perikanan mulai dari subsistem hulu hingga hilir. 8. Kawasan Percontohan Minapolitan Tidak Siap. 2011. http://regional.kompas.com/read/
2011/01/14/04022166/Kawasan.Percontohan.Minapolitan.Tid-ak.Siap [Diakses 2 April 2011] 9. Wawancara via telepon dengan Kasi Pengolahan Ikan Dinas Perikanan Kabupaten Bogor (Ibu
Lili) [6 April 2011] 10. Wawancara via telepon dengan Kasi Pengolahan Ikan Dinas Perikanan Kabupaten Sukabumi
(Ibu Rikah) [6 April 2011] 11. Wawancara via telepon dengan Kasi Perencanaan Dinas Perikanan Kabupaten Indramayu
(Bapat Sam’un) [6 April 2011]
5
industri pengolahan ikan diharapkan tingkat konsumsi ikan Kabupaten Bogor
akan meningkat.
Kabupaten Bogor dipilih menjadi daerah minapolitan karena memiliki
sumberdaya alam yang cukup mendukung. Selain itu Kabupaten Bogor tahun
2010 menempati urutan ketiga ditingkat nasional dalam kontributor atau pemasok
ikan terbesar. Kabupaten Bogor memiliki empat kecamatan yang dijadikan sentra
minapolitan yaitu Kecamatan Ciseeng, Parung, Gunung sindur, dan Kemang12.
Kecamatan Parung cukup strategis digunakan untuk menjalankan usaha
pengolahan ikan. Daerah Parung memiliki akses pasar yang cukup luas, seperti
Kota Bogor, Bumi Serpong Damai, Tangerang dan Jakarta. Salah satu perusahaan
di Kecamatan Parung yang bergerak dibidang pengolahan ikan yaitu CV Bening
Jati Anugrah.
1.2 Perumusan Masalah
CV Bening Jati Anugrah atau yang sering dikenal dengan Bening Food
merupakan perusahaan yang bergerak dibidang pengolahan ikan yang beralamat
di Kecamatan Parung, Kabupaten Bogor. Perusahaan ini berdiri pada bulan
Februari tahun 2007 dengan tenaga kerja yang digunakan dari awal sebanyak
enam orang dan kini mencapai enam belas orang. Hingga saat ini perusahaan
menyediakan dua belas produk olahan seperti bakso ikan, nugget stik ikan, kaki
naga, fish finger, siomay, otak-otak bulat, otak-otak panjang, bakso ikan tahu,
lumpia, ekado, keong mas, dan udang gulung. Produk tersebut disajikan dalam
kemasan plastik dengan variasi ukuran. Bahan baku produk tersebut adalah ikan
pelagis seperti ikan kakap, tuna, dan marlin. Pasokan bahan baku tersebut
didapatkan dari wilayah Muara Baru, Muara Angke, Kemang Bogor, dan Pondok
Gede.
Omzet perusahaan hingga saat ini berfluktuasi dan cenderung menurun.
Omzet penjualan CV Bening dapat dilihat pada Tabel 5. Penyebab menurunnya
omzet penjualan perusahaan karena perusahaan kesulitan mendapatkan bahan
baku ikan. Pada bulan Februari hingga Maret ikan sulit didapatkan karena adanya
12. Administrator. 2010. Empat Kecamatan Ditetapkan Jadi Sentra Minapolitan.
http://antarajawabarat.com/lihat/berita/30675/kabupaten-bogor-kembangkan-minapolitan-di-empat-kecamatan [ Diakses 28 Februari 2011]
6
musim paceklik dimana terjadi angin yang kencang dan ombak besar sehingga
nelayan jarang melaut. Jika dilihat pada Tabel 5, terlihat perbedaan omzet
perusahaan pada Februari 2010 dengan Februari 2011. Pada Februari 2010 ikan
sulit didapatkan, namun pasokan ikan nasional masih didukung dengan adanya
impor ikan. Adanya bahan baku ikan yang berasal dari impor membuat pasokan
bahan baku ikan perusahaan dapat terpenuhi dan omzet perusahaan tetap tinggi.
Hal ini berbeda dengan bulan Februari 2011. Pada bulan ini terjadinya
musim paceklik benar-benar dirasakan oleh para pengusaha pengolahan ikan,
termasuk Bening. Impor ikan yang menjadi solusi pada musim paceklik tahun lalu
tidak dapat diandalkan lagi. Semenjak adanya peraturan Menteri Kelautan dan
Perikanan Impor yang diterbutkan bulan Agustus 2010, KKP lebih memperketat
pemeriksaan impor ikan yang masuk. Perusahaan importir ikan tersebut ternyata
banyak yang tidak memiliki perizinan, sehingga banyak ikan yang ditahan di
pelabuhan ataupun di bandar udara. Penahanan tersebut membuat pasokan ikan
nasional tidak dapat memenuhi kebutuhan ikan dalam negeri, termasuk kebutuhan
bahan baku pada usaha pengolahan ikan. Hal inilah yang menyebabkan omzet
pada Februari 2011 turun drastis.
Tabel 5. Omzet Penjualan Olahan Ikan CV Bening Jati Anugrah
Tahun Bulan Omset (Rp)
2010
Januari 147.070.800 Februari 114.062.100 Maret 103.541.100 April 92.312.400 Mei 107.744.700 Juni 169.549.500 Juli 136.384.500 Agustus 52.950.000 September 96.750.000 Oktober 85.615.000 November 99.060.000 Desember 107.580.000
2011 Januari 95.001.250 Februari 82.333.000
Sumber: CV Bening Jati Anugrah (2011)
7
Hingga tahun 2009 jumlah perusahaan olahan ikan di Kabupaten Bogor
mencapai lima puluh perusahaan baik perusahaan sejenis ataupun perusahaan
olahan ikan lainnya (Lampiran 1). Salah satu perusahaan yang menjadi pesaing
utama Bening adalah CV Sakana. Kesulitan bahan baku tersebut semakin terasa
karena Bening barus mempu membuat cara untuk mendapatkan bahan bakyu lebih
cepat daripada perusahaan pengolahan ikan lainnya. Jika dilihat, CV Sakana
memiliki kemampuan untuk memperoleh informasi lebih cepat mengenai
ketersediaan bahan baku karena perusahaan mengirimkan dua orang ke daerah
pasokan ikan. Selain itu, CV Sakana juga didukung oleh modal yang kuat jika
dibandingkan dengan CV Bening sehingga dengan uang dimuka yang diberikan
kepada pemasok ikan membuat perusahaan mampu menguasai bahan baku ikan
tersebut meskipun musim paceklik datang.
Terjadinya perubahan dalam lingkungan eksternal perusahaan dan
kecepatan mendapatkan bahan baku pada musim paceklik tersebut, mengharuskan
perusahaan membuat strategi yang tepat, terutama strategi dalam pengadaan
bahan baku ikan sehingga kegiatan produksi tidak terganggu. Adanya strategi
yang tepat untuk saat ini ataupun untuk beberapa tahun ke depan membuat
perusahaan lebih siap dalam menghadapi perubahan yang terjadi di lingkungan
eksternal dengan melihat pula pada lingkungan internal yang perusahaan miliki.
Berdasarkan uraian di atas, maka permasalahan yang akan dikaji pada
penelitian antara lain:
1. Apa saja faktor-faktor eksternal yang dihadapi CV Bening Jati Anugrah?
2. Apa saja faktor-faktor internal yang ada pada CV Bening Jati Anugrah?
3. Apa saja alternatif strategi yang dapat digunakan CV Bening Jati Anugrah
yang sesuai dengan kondisi perusahaan?
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah yang telah diuraikan, maka tujuan yang
ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:
1. Menganalisis faktor-faktor eksternal yang dihadapi CV Bening Jati
Anugrah
2. Menganalisis faktor-faktor internal yang ada pada CV Bening Jati Anugrah.
8
3. Merumuskan alternatif strategi bisnis yang dapat dilakukan oleh CV
Bening Jati Anugrah.
1.4 Manfaat Penelitian
Berdasarkan penelitian yang akan dilakukan, maka manfaat dari penelitian
ini adalah:
1. Bagi pihak CV Bening Jati Anugrah, dapat dijadikan bahan pertimbangan
perusahaan untuk menentukan strategi-strategi yang dapat digunakan
untuk periode selanjutnya.
2. Bagi pembaca, diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi rujukan dan
bahan pertimbangan untuk penelitian selanjutnya.
3. Bagi peneliti dapat menjadi suatu pelajaran untuk menambah pengalaman
di lapang, wawasan, dan ilmu pengetahuan mengenai industri agribisnis
terutama dalam hal pengolahan ikan.
1.5 Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini dibatasi pada usaha pegolahan ikan CV Bening Jati Anugrah.
Batasan analisis lingkungan internal yaitu lingkungan perusahaan dengan
menggunakan rantai nilai dan lingkungan eksternal dengan menggunakan
lingkungan jauh dan lingkungan industri. Pada penelitian hanya membahas
mengenai tahapan perumusan strategi.
9
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Gambaran Umum Ikan Pelagis
Ikan pelagis yaitu jenis-jenis ikan yang sebagian besar menghuni perairan
sekitar atau dekat dengan permukaan laut. Ikan pelagis dibagi menjadi dua
kelompok, yaitu: ikan pelagis besar dan ikan pelagis kecil. Ikan pelagis besar
meliputi ikan tuna, cakalang, tongkol, cucut, dan marlin. Sedangkan ikan pelagis
kecil meliputi layang, kembung, lemuru, tembang, bentong, selar, dan cumi-cumi
(BRKP 2004). Ikan pelagis pada umumnya berenang berkelompok dalam jumlah
yang sangat besar yang bertujuan untuk mempermudah ikan-ikan tersebut mencari
makan ataupun mencari pasangannya. Ikan pelagis besar biasanya dapat
ditemukan dekat terumbu karang atau tubiran, dan juga ditemukan di laut terbuka
dengan suhu yang berubah-ubah, bahkan ada beberapa ikan pelagis besar di
terumbu yang dalam13.
2.2 Manfaat Ikan Pelagis
Ikan pelagis merupakan sumber yang baik untuk vitamin A dan D serta
asam lemak yang kaya omega 3 (ikan putih juga mengandung nutrisi yang sama
tetapi pada tingkat yang lebih rendah), sehingga dapat dikatakan mengonsumsi
ikan pelagis lebih bermanfaat bagi manusia bila dibandingkan dengan ikan putih,
terutama mengenai penyakit kardiovaskuler. Penelitian menunjukkan bahwa
omega 3 asam lemak dalam minyak ikan dapat membantu penderita depresi,
mengurangi kemungkinan penyakit jantung.
Manfaat ikan pelagis lainnya yaitu penurunan gejala demensia14,
penelitian di Prancis yang diterbitkan pada tahun 2002 dalam British Medical
Journal yang diikuti 1.674 penduduk lanjut usia di Perancis Selatan selama tujuh
tahun, membandingkan antara penduduk yang mengonsumsi daging dengan
mengonsumsi makanan laut (ikan pelagis) dan kaitannya dengan gejala demensia.
Kesimpulannya adalah bahwa penduduk yang mengonsumsi ikan sedikitnya 13. Yoxx. 2010. Sedikit Tentang Ikan Pelagis.http://yoxx.blogspot.com/2010/05/sedikit-tentang-
ikan-pelagis.html [Diakses 2 Februari 2011] 14. Demensia adalah penurunan kemampuan mental yang biasanya berkembang secara perlahan,
dimana terjadi gangguan ingatan, fikiran, penilaian dan kemampuan untuk memusatkan perhatian, dan bisa terjadi kemunduran kepribadian. http://www.indonesiaindonesia.com /f/9956-demensia/ [Diakses 8 Februari 2011]
10
sekali dalam seminggu memiliki risiko lebih rendah terkena demensia
dibandingkan dengan penduduk yang mengonsumsi daging. Selain itu, sebuah
study tahun 2009 di British Journal of Ophthalmology menyimpulkan bahwa
asam lemak omega 3 dalam ikan pelagis menguntungkan baik dalam mencegah
dan memperlambat perkembangan degenerasi makula15 terkait usia pada orang
tua. Para peneliti menyarankan bahwa orang yang berisiko demensia harus makan
dua porsi minyak ikan per minggu16.
Bukti lain dari manfaat mengonsumsi ikan laut yang dimuat dalam jurnal
Circulation, sebuah jurnal kesehatan terkemuka pada tahun 2004, dijelaskan oleh
seorang peneliti Denmark pada tahun 1970, ahli kesehatan jantung. Mereka
menemukan fakta rendahnya kasus kematian orang Eskimo akibat penyakit
jantung koroner, walaupun mereka banyak mengonsumsi makanan berlemak
tinggi. Hal tersebut terjadi karena ternyata orang Eskimo mempunyai kebiasaan
menyantap daging ikan. Hal tersebut karena daging ikan memiliki kandungan
asam lemak omega 3 yang berperan dalam melindungi jantung. Daging ikan
mampu menurunkan kolesterol dalam darah, memperbaiki fungsi dinding
pembuluh darah, menurunkan tekanan darah, mencegah terjadinya penggumpalan
darah, dan sangat berguna bagi sistem pembentukan otak. Deretan manfaat ikan
ini bagi jantung masih bertambah lagi seiring penelitian para ilmuwan. Salah satu
yang terbaru adalah mencegah timbulnya Fibrilasi Atial (FA), suatu jenis
gangguan irama jantung yang sering terjadi pada orang tua17.
2.3 Gambaran Industri Pengolahan Ikan
Agroindustri perikanan merupakan salah satu rantai penting dalam
agribisnis. Adanya agroindustri pengolahan ikan membuat kita mudah dalam
mendapatkan zat gizi yang ada pada ikan dalam bentuk olahan apapun.
15. Degenerasi makula adalah suatu keadaan dimana macula mengalami kemunduran sehingga
terjadi penurunan ketajaman penglihatan dan kemungkinan akan menyebabkan hilangnya fungsi penglihatan sentral. Makula adalah pusat dari retina dan merupakan bagian yang paling vital dari retina yang memungkinkan mata melihat detil-detil halus pada pusat lapang pandang. 2009. Degenerasi makula. http://idmgarut.wordpress.com/2009/02/02/referat-degenerasi-makula/ [Diakses 8 Februari 2011]
16. Yoxx. 2010. Sedikit tentang ikan pelagis. http://yoxx.blogspot.com/2010/05/sedikit-tentang-ikan-pelagis.html [Diakses 2 Februari 2011]
17. Qimindra, fajar rudy. 2009. Manfaat ikan bagi kesehatan. http://konsultasikesehatan.net/index. php / 2008/02/manfaat-ikan-laut-bagi-kesehatan/ [Diakses 6 Januari 2010)
11
Pengolahan ikan ini dilakukan untuk memperbaiki cita rasa, dan meningkatkan
daya tahan ikan mentah, serta memaksimumkan manfaat hasil tangkapan maupun
hasil budidaya. Industri pengolahan ikan telah banyak tersebar khususnya di
Indonesia yang merupakan Negeri Bahari. Berbagai jenis produk telah dihasilkan
dengan berbagai merek18.
Dirjen Pengolahan Pemasaran Hasil Perikanan (P2HP) Kementerian
Kelautan dan Perikanan (KKP), Mariani Huseini, pada tahun 2010 mengatakan
bahwa dari 59.839 unit industri pengolahan ikan di Indonesia, baru ada 422 unit
industri yang memiliki Sertifikat Kelayakan Pengolahan (SKP). Sejumlah kendala
yang membuat industri perikanan tidak ingin melakukan sertifikasi diantaranya
keterbatasan bahan baku, permodalan, dan juga hambatan kebijakan. Padahal,
prospek industri perikanan ini sangat baik untuk pasar lokar ataupun pasar luar
negeri.
Menurut catatan FAO (2007), Indonesia termasuk sebagai negara
produsen perikanan ketiga terbesar di dunia. Namun kenyataannya, industri
pengolahan ikan yang berjalan di dalam negeri belum mampu memanfaatkan
secara penuh produksi ikan yang ada karena tingginya ekspor bahan baku berupa
ikan segar. Hingga tahun 2010, industri pengolahan ikan, baik yang skala besar
maupun skala kecil dan menengah belum mampu meningkatkan perekonomian
negara19. Menurut Departemen Perindustrian dan Perdagangan (2004), Indonesia
memiliki 327 sentra agroindustri perikanan dengan sentra utama di Sumatera
Utara, Sumatera Selatan, Lampung, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa
Timur, Bali, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah, dan Sulawesi Utara20.
Permasalahan industri perikanan yang terlihat di Jawa Barat, menurut
penelitian Rahayu (2009), yaitu rendahnya mutu produk dan rendahnya bahan
baku serta lemahnya kemampuan teknologi. Oleh karena itu diperlukan desain
untuk meningkatkan daya saing industri pengolahan. Peningkatan daya saing
18. Ehsa. 2010. Industri Pengolahan Ikan. http://ehsablog.com/industri-pengolahan-ikan.html.
[diakses 8 Februari] 19. P2HP. 2010. Baru 422 Unit Industri Pengolahan Ikan Miliki SKP. http://bataviase.co.id/node
/338386. [Diakses 8 Februari] 20. Departemen Perindustrian dan Perdagangan. 2004. dalam Rahayu, D L. 2009. Desain
Peningkatan Daya Saing Industri Pengolahan Ikan Berbasis Perbaikan Kinerja Mutu dalam Rantai Pasokan Ikan Laut Tangkapan Di Wilayah Utara Jawa Barat.
12
industri pengolahan ikan dapat dilakukan dengan perbaikkan kinerja mutu pada
rantai pasok, untuk mewujudkan itu diperlukan beberapa pihak terkait diantaranya
Dinas Perikanan Daerah, Dinas Perindustrian Daerah, DKP, Departemen
Perindustrian, Pemerintah Pusat dan Daerah, Kementrian KUKM, lembaga
bantuan permodalan, serta seluruh pelaku yang terlibat dalam rantai pasok industri
pengolahan ikan laut tangkapan. Rekomendasi yang ditawarkan salah satunya
adalah bantuan permodalan bagi nelayan dan industri pengolahan ikan skala kecil
dan menengah dalam upaya memperbaiki mutu kerja dan produk.
Selain itu di Kabupaten Bangka, Fonna (2004) menyimpulkan bahwa
kegiatan industri pengolahan ikan di Kabupaten Bangka dipengaruhi oleh
kegiatan para nelayan dalam mencari ikan di laut. Hal ini dilihat dari penggunaan
bahan baku yang dibutuhkan oleh industri pengolahan ikan hampir semuanya
dihasilkan oleh nelayan. Tidak semua industri pengolahan ikan bisa mendapatkan
bahan baku ikan langsung dari nelayan atau tempat pelelangan ikan, sebagian
harus melalui pedagang. Padalah penyediaan bahan baku yaitu ikan merupakan
salah satu faktor yang penting dalam keberlanjutan usaha pengolahan ikan. Pelaku
yang terlibat antara lain nelayan, pedagang, dan industri pengolahan. Ketiga
komponen tersebut memiliki kepentingan searah, maksudnya ada hubungan saling
melengkapi, dimana nelayan menjual hasil tangkapannya kepada pedagang, dan
selanjutnya pedagang menyuplai bahan baku untuk industri pengolahan ikan.
Hambatan yang terjadi disalah satu komponen akan menyebabkan
kegiatan pengolahan terganggu. Hambatan yang terjadi dihampir semua usaha
pengolahan ikan adalah permodalan dan menyangkut kebijakan pemerintah
daerah terhadap usaha industri pengolahan ikan. Dibutuhkan kerjasama dengan
sistem kontrak yang kuat agar pengadaan pasokkan bahan baku berjalan lancar
sehingga tidak menghambat proses produksi pada industri pengolahan ikan.
Industri pengolahan ikan di Kabupaten Bangka menerapkan sistem kontrak yaitu
kontrak dalam penyediaan bahan baku bagi industri pengolahan ikan, kontrak
dalam proses produksi, dan kontrak dalam pemasaran hasil produk olahan. Produk
olahan ikan di Kabupaten Bangka terdiri dari terasi, abon ikan, kerupuk ikan,
rusip, dan ikan kering.
13
Industri pengolahan ikan lainnya yaitu industri pengolahan ikan di Jawa
Timur yaitu di Kabupaten Tuban. Salah satu industri pengolahan ikan di sana
adalah industri pengolahan kerupuk ikan. Menurut Sampono (2007), industri
pengolahan ikan di Kabupaten Tuban dilakukan karena upaya peningkatan
pendapatan per kapita nelayan Tuban. Industri pengolahan ikan di Kabupaten
Tuban, Kecamatan Tambak Boyo masih berupa home industry. Home industry
kerupuk ikan yang ada adalah sentra nelayan Tuban, karena semua pemilik sentra
juga sebagai nelayan dengan kegiataan sehari-hari menangkap ikan. Pekerjaan
mengolah ikan merupakan usaha sampingan. Hampir di seluruh sentra belum ada
yang mengusahaan pengolahan kerupuk ikan sebagai usaha utama. Hal tersebut
memperlihatkan bahwa masih ada peluang dan prospek untuk mengembangkan
sentra tersebut menjadi lebih besar lagi.
Pengembangan usaha dapat dilakukan dengan melihat faktor peralatan,
kebijakan, dan tenaga kerja. Pada kasus ini diperlihatkan bahwa peralatan
berpengaruh positif terhadap kualitas produksi. Peralatan yang lebih baik dapat
meningkatkan kualitas dari setiap produksi kerupuk ikan, selain itu terlihat pula
pengaruh positif antara kebijakan dengan tenaga kerja, ketika kebijakan memihak
terhadap keberlangsungan home industry maka minat tenaga kerja akan semakin
meningkat dan tenaga kerja akan semakin menekuni usaha tersebut. Hubungan
timbal balik atau interaksi antara home industry dengan kebijakan pemerintah di
Tuban sangat lemah. Hal ini berarti kebijakan pemerintah tidak banyak
berpengaruhnya terhadap home industry yang ada atau sebaliknya. Hal ini terjadi
karena home industry merupakan pekerjaan samping. Penyebab industri kerupuk
ikan di Tuban kurang berkembang adalah karena kelemahan sumberdaya manusia,
peralatan yang sangat sederhana, kekurangan modal untuk mendapatkan bahan
baku yang lebih banyak, dan metode pemasaran yang masih tradisional.
2.4 Prospek Produk Olahan Ikan
Ikan sebagai bahan makanan yang mengandung protein tinggi dan
mengandung lemak omega 3 tentunya sangat dibutuhkan bagi tubuh. Namun
seperti yang kita ketahui, ikan merupakan bahan pangan yang mudah rusak
(membusuk). Oleh karena itu agar ikan dan hasil perikanan lainnya dapat
dimanfaatkan semaksimal mungkin, perlu dijaga kondisinya. Pengolahan
14
merupakan salah satu cara untuk mempertahankan ikan dari hasil proses
pembusukan, sehingga mampu disimpan lama sampai tiba waktunya untuk
dijadikan sebagai bahan konsumsi.
Pada mulanya, usaha-usaha yang dilakukan dalam pengolahan ikan
dikerjakan secara tradisional. Namun seiring perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi, usaha dalam pengolahan ikan pun ikut berkembang pesat dengan
makin banyaknya peralatan mekanis yang digunakan dalam proses pengolahan
ikan tersebut. Sehingga dengan peralatan yang cukup modern, proses pengolahan
ikan menjadi lebih cepat dan memperbanyak produksi akhir serta mampu
memperbaiki hasil olahan. Menurut Balai Riset Pengolahan Produk dan
Bioteknologi Kelautan dan Perikanan tahun 2008, perkembangan produk olahan
mulai mendapatkan perhatian dari kalangan pengusaha yang ditunjukkan dengan
semakin banyaknya variasi produk olahan yang ada di pasaran. Produk olahan
ikan antara lain bakso ikan, nugget ikan, kaki naga, otak-otak, dan lain-lain.
Produk-produk tersebut saat ini makin banyak diusahakan oleh perusahaan karena
produk tersebut tentunya sedang diminati masyarakat (Adawyah 2008).
2.5 Tinjauan Penelitian Terdahulu
Tinjauan terdahulu dapat dijadikan referensi penulis untuk kemungkinan-
kemungkinan menentukan faktor-faktor lingkungan perusahaan. Tentunya
tinjauan terdahulu tersebut masih memiliki kedekatan dengan penelitian penulis.
Penelitian Ardhi (2008) membuat rancangan strategi pengembangan usaha
melalui pendekatan arsitektur strategik (Studi kasus BANISI, Kec. Soreang, Kab.
Bandung, Jawa Barat). Peneliti membuat sebuah rancangan strategi untuk
perusahaan olahan ikan, yaitu dengan menentukan strategi terlebih dahulu peneliti
melakukan analisis lingkungan umum dan analisis lingkungan industri untuk
mengidentifikasi lingkungan eksternal serta menggunakan pendekatan rantai nilai
untuk mengidentifikasi lingkungan internal. Matriks IFE dan EFE serta matriks IE
untuk mengetahui strategi inti perusahaan, matriks SWOT untuk
memformulasikan strategi dan arsitektur strategi untuk merancang strategi-strategi
dari matriks SWOT. Berdasarkan analisis matriks EFE dapat diketahui bahwa
adanya dukungan dari pemerintah merupakan peluang yang harus dimanfaatkan
oleh perusahaan. Sedangkan ancaman terberat yang dihadapi perusahaan adalah
15
adanya produk pengganti. Berdasarkan analisis IFE diketahui bahwa pengendalian
mutu yang diterapkan oleh perusahaan menjadi kekuatan utama. Kelemahan
utama dari BANISI adalah tumpang tindih pekerjaan.
Dari analisis Matriks IE diperoleh posisi perusahaan terletak pada kuadran
V. Pada posisi ini perusahaan dapat dikelola dengan strategi pertahanan dan
pelihara, yaitu penetrasi pasar dan pengembangan produk. Berdasarkan analisis
SWOT didapat beberapa strategik yang kemudian dibuatkan rancangan arsitektur
strategiknya. Strategi tersebut seperti memelihara hubungan baik dengan
stakeholders, yaitu pemasok, agen, dan konsumen. Selain itu strategi lainnya yaitu
meningkatkan jumlah produksi dengan mengoptimalkan sumberdaya yang ada,
memperbaiki profesionalitas manajemen, pengembangan perusahaan dengan
pemanfaatkan bantuan modal, mencari alternatif bahan baku dari komoditas lain,
upaya pengembangan perusahaan dengan partnership, melakukan promosi secara
intensif dan efektif, meningkatkan teknologi produksi dan informasi. Strategi
tersebut dipetakan ke dalam lima tahun mendatang dalam arsitektur strategik.
Penelitian Hukmi (2010) menganalisis kelayakan pengembangan usaha
pengolahan ikan asap (kasus pada Aneka Ikan Asap IACHI Petikan Cita Halus
(PCH), Desa Raga Jaya, Kecamatan Citayam, Kabupaten Bogor, Jawa Barat).
Peneliti menggunakan dua aspek untuk menentukan kelayakan usaha, yaitu
analisis aspek-aspek non finansial dan analisis aspek-aspek finansial. Berdasarkan
hasil aspek-aspek non finansial, yaitu aspek komersial, aspek teknis, aspek
institusional, organisasi, dan manajerial, aspek sosial dan lingkungan dan aspek
ekonomi, usaha pengolahan ikan asap PCH layak untuk dijalankan. Analisis
aspek-aspek finansial menggunakan dua sekenario. Sekenario usaha I merupakan
keadaan usaha pada saat ini. Sekenario II merupakan kondisi usaha setelah
melakukan perbaikan packaging dan sudah memiliki brand image IACHI yaitu
pada tahun 2009.
Berdasarkan analisis aspek-aspek finansial terhadap dua skenario, kedua
skenario usaha layak untuk dijalankan PCH yaitu pada saat usaha melakukan
perbaikan packaging produk ikan asap dan mengalami peningkatan produksi.
Berdasarkan perbandingan switching value terhadap kedua skenario diperoleh
bahwa skenario II lebih menguntungkan untuk diusahakan dan memiliki nilai
16
sensitivitas yang paling rendah terhadap kemungkinan perubahan biaya dan
manfaat yang terjadi. Oleh karena itu pengembangan usaha pengolahan ikan asap
dengan skenario II yaitu kondisi usaha pada saat melakukan peningkatan produksi
menjadi 100 kg per hari.
Penelitian lain yang pernah dilakukan adalah penelitian oleh Amir (2008)
mengenai strategi pengembangan usaha abon ikan di KUB Hurip Mandiri
Kecamatan Cisolok, Kabupaten Sukabumi. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui strategi yang paling cocok digunakan KUB Hurip dalam
mengembangkan usaha abon ikan tersebut. Penelitian ini menggunakan analisis
Matriks EFE dan IFE, Matriks IE, Analisis SWOT, Metode PHA (Proses Hirarki
Analitik). Berdasarkan penelitian tersebut dilihat dari faktor eksternal lingkungan
didapat peluang dan ancaman. Peluang yang dihadapi adalah adanya dukungan
Pemda Sukabumi dalam pengembangan UKM di Sukabumi, perkembangan
teknologi yang semakin maju dan adanya peluang ekspansi pemasaran.
Sedangkan ancaman yang dihadapi adalah kenaikkan harga BBM, ancaman
masuknya pendatang baru cukup besar, ketidaktersediaan bahan baku karena
perubahan musim, adanya produk substitusi, dan daya beli pelanggan menurun.
Dilihat dari faktor internal perusahaan, kekuatan perusahaan yaitu lokasi
perusahaan strategis, rasa dan tekstur produk yang baik, adanya labelisasi
kemasan, pengalaman perusahaan selama empat belas tahun, loyalitas pelanggan,
adanya hubungan kekeluargaan dan kerja sama yang kuat dan telah ada
pembagian tugas. Hasil dari matriks IE menunjukkan posisi KUB Hurip Mandiri
di kuadran II yang memberikan rekomendasikan untuk tumbuh dan berkembang.
Strategi intensif dapat menjadi strategi yang paling sesuai.
Matriks SWOT menghasilkan tujuh alternatif strategi yaitu memperluas
jaringan distribusi dan pemasaran, melakukan pengembangan produk melalui
penganekaragaman rasa dan kemasan, aktif melakukan kegiatan promosi,
mengoptimalkan volume produksi, meningkatkan kualitas produk dan mutu
pelayanan kepada konsumen dan pemasok, melakukan penghematan biaya, dan
meningkatkan kualitas sumber daya manusia dalam kemampuan manajemen.
Hasil pengolahan PHA diperoleh prioritas alternatif strategi pengembangan usaha
abon ikan yaitu: 1) meningkatkan kualitas produk dan mutu pelayanan kepada
17
konsumen serta pemasok, 2) aktif melakukan kegiatan promosi, dan 3)
memperluas jaringan distribusi dan pemasaran.
Tresnaprihandini (2006) yang memformulasikan strategi pengembangan
usaha kerupuk udang dan ikan pada perusahaan “Candramawa” di Kabupaten
Indramayu. Berdasarkan Matriks EFE diketahui peluang terbesar yang dapat
dimanfaatkan oleh perusahaan adalah tingkat konsumsi kerupuk terus meningkat.
Sedangkan berdasarkan matriks IFE ancaman terbesar yang akan dihadapi
perusahaan adalah perusahaan pesaing lebih cepat dalam mengadaptasi teknologi.
Berdasarkan analisis dari matriks IE dan SWOT dihadapkan beberapa strategi
yang dapat dijalankan perusahaan antara lain meningkatkan kualitas dan kuantitas
produk, menjalin kerjasama dengan perusahaan besar pengekspor kerupuk,
memperluas wilayah distribusi produk ke wilayah yang potensial yang belum
pernah dijangkau pesaing maupun perusahaan, bekerjasama dengan pemerintahan
daerah setempat untuk mendapatkan kemudahan memperoleh bahan baku,
fasilitas dan perlindungan hukum, dan lain sebagainya, dari analisis QSPM maka
prioritas strategi alternatif terbaik yang dapat dilakukan oleh perusahaan
“Candramawa” adalah menjalin kerjasama dengan perusahaan besar pengekspor
kerupuk.
Fatimah (2009) menganalisis mengenai strategi bisnis pengolahan ikan
asap Petikan Cita Halus di Desa Regajaya, Kecamatan Bojong Gede, Kabupaten
Bogor, Provinsi Jawa Barat. Penelitian ini pada intinya sama yaitu menganalisis
lingkungan eksternal dengan menggunakan matriks EFE dan internal perusahaan
dengan menggunakan matriks IFE. Kemudian dicocokan dengan matriks IE dan
SWOT serta tahapan terakhir yaitu analisis QSPM. Berdasarkan analisis
lingkungan eksternal didapatkan peluang yaitu komitmen pemerintah dalam
mendukung usaha olahan ikan, permintaan untuk ekspor masih besar, belum
banyaknya kompetitor di wilayah Jawa, konsumsi masyarakat Indonesia terhadap
ikan masih tinggi, meningkatnya kesadaran akan makanan bergizi dan sehat bagi
tubuh, perkembangan teknologi untuk mempercepat proses produksi, penyakit
yang bersumber dari hewan non perikanan semakin banyak, Sumber daya tenaga
kerja masih murah dan mudah diperoleh. Sedangkan yang menjadi ancaman
perusahaan yaitu sistem pembayaran supermarket yang tidak tunai, bahan baku
18
ikan air laut yang bersifat musiman membuat produksi tidak kontinu, produk ikan
asap belum populer jika dibandingkan dengan produk olahan ikan lain di pasaran.
Berdasarkan analisis lingkungan internal didapatkan kekuatan perusahaan
yaitu: memiliki struktur organisasi yang sederhana dan ringkas, menerapkan
sistem kekeluargaan dengan karyawan, produknya berasal dari ikan air tawar dan
ikan air laut, produknya telah mendapatkan sertifikasi SNI dan label halal, harga
lebih murah dibanding kompetitornya, mempunyai jaringan kerjasama yang baik
dengan pemasok bahan baku (ASPPI), waktu penhgasapan yang cepat (efisiensi
produksi), memiliki jaringan kerjasama dengan Lembaga Penelitian IPB, Sudah
menggunakan komputer dan menerima pesanan melalui email. Sedangkan yang
menjadi kelemahan, antara lain: rendahnya keterampilan karyawan harian,
pengetahuan serta pengalaman pemilik dan karyawan bagian pemasaran kurang
terutama untuk pasar ekspor, sarana promosi masih kurang, modal usaha terbatas,
ketergantungan yang tinggi terhadap satu pemasok bahan baku ikan air laut.
Setelah melakukan pembobotan dan peratingan maka kemudian kondisi
perusahaan dicocokkan ke dalam matriks IE.
Matrik IE memperlihatkan bahwa perusahaan berada pada posisi V yaitu
strategi mempertahankan dan memelihara. Alternatif strategi dari analisis SWOT
antara lain: memanfaatkan teknologi dan tenaga kerja untuk memacu dan
menambah jumlah produksi secara kontinu, melakukan ekspor dengan merek
sendiri, peningkatan kapasitas karyawan harian serta peningkatan pengetahuan
pemilik dan para manajer mengenai pasar ekspor, melakukan pinjaman melalui
kredit usaha kecil yang dikeluarkan bank-bank pemerintah, mengidentifikasi
produk ikan yang paling digemari sehingga bisa memproduksi sesuai
perbandingan dari keterampilan konsumen, membuka kerjasama dengan
pemasok-pemasok lain, melakukan renegosiasi kerjasama dengan supermarket
yang sedang berjalan dan membuka kesempatan untuk bekerjasama dengan pihak
lain, melakukan promosi melalui website dengan mengedepankan jenis produk
dan harga, memperluas media promosi produk, meningkatkan kerjasama dengan
pemasok, melakukan penetrasi pasar secara intensif baik melalui pameran maupun
sistem keagenan. Strategi tersebut kemudian diberi prioritas dengan menggunakan
19
QSPM. Prioritas utama adalam melakukan penetrasi pasar secara intensif baik
melalui pameran maupun sistem.
Berdasarkan penelitian terdahulu pada Tabel 6 yang telah dilakukan,
terdapat beberapa perbedaan dan persamaan dengan penelitian ini. Secara umum
perbedaan terletak pada lokasi dilakukan penelitian. Sedangkan secara umum
persamaannya adalah penelitian yang dikaji sama yaitu mengenai produk olahan
ikan. Penelitian Ardhi (2006) memiliki perbedaan yaitu tempat penelitian dan
komoditi yang diteliti yaitu produk olahan ikan bandeng serta menggunakan
analisis matriks EFE dan IFE, matriks IE, sedangkan konsep alat analisisnya sama
yaitu menggunakan matriks SWOT dan pendekatan arsitektur strategik. Penelitian
Amir (2008) memiliki perbedaan yaitu tempat penelitian dan metode yang
digunakan yaitu matriks EFE, IFE dan mtriks IE serta menggunakan metode
PHA, serta mengkaji tentang usaha abon ikan sedangkan persamaannya adalah
alat analisis yang digunakan yaitu menggunakan SWOT. Penelitian Hukmi (2010)
memiliki perbedaan yaitu tempat penelitian, konsep penelitian yaitu studi
kelayakan, dan alat analisis yang digunakan yaitu NPV, Net B/C, IRR, Payback
Period, BEP, Analisis switching value serta mengkaji mengenai pengolahan ikan
asap. Penelitian Tresnaprihandini (2008) memiliki perbedaan yaitu tempat
penelitian serta alat analisis yang digunakan adalah analisis matriks EFE dan IFE,
matriks IE dan matriks QSPM, produk yang dibahas adalah kerupuk udang dan
kerupuk ikan. Sedangkan persamaannya adalah alat analisis yaitu matriks SWOT.
Begitu pula dengan penelitian Fatimah (2009) yang berbeda dari tempat
penelitian, serta menggunakan matriks IE serta matriks QSPM. Melihat hal
tersebut maka penelitian ini yang berjudul Analisis Strategi Bisnis Pengolahan
Ikan Pada CV Bening Jati Anugrah, Kecamatan Parung, Kabupaten Bogor
merupakan penelitian yang dapat dijadikan pelengkap dari penelitian sebelumnya
terkait usaha pengolahan ikan.
20
Tabel 6. Tinjauan Penelitian Terdahulu
No Nama Judul Penelitian Alat Analisis 1 Ardhi
(2008) Perancangan Strategi Pengembangan Usaha Melalui Pendekatan Arsitektur Strategik (Studi Kasus BANISI, Kec. Soreang, Kab. Bandung, Jawa Barat)
Analisis Matriks IFE dan EFE, Matriks IE, Analisis SWOT, Arsitektur strategik
2 Amir (2008)
Strategi Pengembangan Usaha Abon Ikan Di KUB Hurip Mandiri Kecamatan Cisolok Kabupaten Sukabumi.
Analisis Matriks EFE dan IFE, Matriks IE, Analisis SWOT, Metode PHA (Proses Hirarki Analitik).
3 Hukmi (2010)
Kelayakan Pengembangan Usaha Pengolahan Ikan Asap (Kasus pada Aneka Ikan Asap IACHI Petikan Cita Halus (PCH), Desa Raga Jaya, Kecamatan Citayam, Kabupaten Bogor, Jawa Barat)
NPV, Net B/C, IRR, Payback Period, BEP, Analisis switching value
4 Tresnaprihandini (2006)
Formulasi Strategi Pengembangan Usaha Kerupuk Udang dan Ikan Pada Perusahaan “Candramaya” Di Kabupaten Indramayu
Analisis Matriks IFE dan EFE, Matriks IE, Analisis SWOT, Matriks QSPM
5. Fatimah (2009)
Strategi Bisnis Pengolahan Ikan Asap Petikan Cita Halus Di Desa Regajaya, Kecamatan Bojong Gede, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat.
Analisis Matriks EFE dan IFE, Matriks IE, Analisis SWOT, QSPM
21
III. KERANGKA PEMIKIRAN
3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Manajemen Strategis
Manajemen strategis adalah sebuah seni dan pengetahuan dalam
merumusakan, mengimplementasikan serta mengevaluasi keputusan-keputusan
lintas-fungsional, sehingga dengan hal tersebut suatu organisasi mampu mencapai
tujuannya. Manajemen strategi dapat mengeksploitasi serta serta menciptakan
peluang yang mungkin muncul di hari kemudian dan juga membuat sesuatu yang
berbeda dengan organisasi lainnya yang tentunya didasari dengan melihat kondisi
lingkungan eksternal dan internal organisasi (David 2009).
3.1.2 Tahap-Tahap Manajemen Strategis
Proses manajemen strategis dapat dibagi menjadi tiga tahapan, yaitu tahap
melakukan formulasi strategi, tahap implementasi, dan tahap evaluasi strategi.
Proses manajemen strategis tersebut dapat dijelaskan dengan sebuah model yaitu
model manajemen strategis komprehensif (David 2009).
Gambar 1. Model Komprehensif Manajemen Strategis Sumber : David (2009) hal. 21
Melakukan Audit Eksternal
Menetapkan
Tujuan-tujuan Jangka Panjang
Menciptakan, Mengevaluasi, dan Memilih
Strategi
Menerapkan Strategi Isu-Isu
Manajemen
Menerapkan Strategi
Pemasaran, Keuangan, Akuntansi,
Litbang, dan SIM
Mengukur dan Mengevaluasi
Kinerja
Mengembangkan
Pernyataan Visi dan Misi
Melakukan Audit Internal
Perumusan
Strategi
Penerapan
Strategi
Evaluasi
Strategi
22
Gambar 1 menjelaskan tahapan-tahapan dalam manajemen strategi.
Tahapan perumusan strategi (formulasi strategi) meliputi kegiatan
mengembangakan visi dan misi perusahaan, melakukan identifikasi lingkungan
internal dan eksternal perusahaan, menetapkan tujuan jangka panjang perusahaan
sehingga didapatkan alternatif strategi hingga akhirnya dapat memilih strategi
untuk perusahaan. Penelitian ini menggunakan pendekatan Porter (1992), yaitu
rantai nilai untuk menganalisis lingkungan internal perusahaan dan analisis
lingkungan eksternal menggunakan pendekatan David (2009) dan Porter (1980).
Formulasi strategi adalah suatu proses penyusunan perencanaan jangka
panjang yang membutuhkan proses analitis yang baik. Jadi di dalam perencanaan
strategis ini analisis-analisis baik pada tingkat korporat maupun pada tingkat
bisnis sangat dibutuhkan (Rangkuti 2005). Tujuannya adalah untuk menyusun
strategi sehingga sesuai dengan misi, sasaran serta kebijakan perusahaan. Tahapan
ini lebih menekankan pada aktivitas-aktivitas utama yaitu menyiapkan strategi
alternatif, pemilihan strategi dan menetapkan strategi yang akan digunakan
(Dirgantoro 2001).
Tahap kedua adalah tahap penerapan strategi. Tahapan ini perusahaan
melakukan banyak isu-isu untuk membuat sumberdaya yang ada dapat digunakan
untuk menerapkan strategi yang telah ditetapkan. Menurut Dirgantoro (2001),
aktivitas pada tahap ini mencakup menetapkan tujuan tahunan, menetapkan
kebijakan, memotivasi karyawan, mengembangkan budaya yang mendukung,
menetapkan struktur organisasi yang efektif, menyiapkan budget,
mendayagunakan sistem informasi dan menghubungkan kompensasi karyawan
dengan performance perusahaan.
Tahapan ketiga adalah tahap evaluasi strategi. Pada tahapan ini,
perusahaan melakukan penilaian terhadap strategi yang telah diterapkan
perusahaan, sehingga diketahui efektivitas dari implementasi strategi. Evaluasi
strategi mencakup aktivitas melihat ulang faktor internal dan eksternal perusahaan
yang merupakan dasar dari strategi yang sudah ada, menilai performance strategi,
serta melakukan langkah koreksi terhadap apa yang telah dilakukan (Dirgantoro
2001).
23
3.1.3 Visi, Misi, dan Tujuan Perusahaan
Salah satu langkah untuk melakukan perumusan strategi adalah penetapan
visi dan misi perusahaan, sehingga strategi yang dihasilkan sejalan dengan visi
dan misi perusahaan. Menurut David (2009), visi adalah suatu kalimat yang
menjelaskan “apa yang ingin dicapai perusahaan?”, “ingin menjadi apa suatu
perusahaan tersebut?”, sedangkan menurut Dirgantoro (2001), visi adalah suatu
pandangan yang jauh tentang perusahaan melipiti tujuan-tujuan perusahaan, dan
apa yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan dan visi bukan sebatas angan-
angan yang tidak dapat direalisasikan oleh perusahaan.
Misi merupakan tujuan dan alasan mengapa perusahaan ada. Misi
digunakan untuk memberikan arahan sekaligus batasan proses pencapaian tujuan,
membantu memfokuskan usaha, dasar bagi pengalokasian sumberdaya,
menerapkan kerangka tanggung jawab dalam perusahaan, serta sebagai dasar bagi
pengembangan tujuan organisasi (Dirgantoro 2001). Sedangkan menurut David
(2009), misi merupakan fondasi bagi prioritas, strategi, rencana, dan penugasan
kerja yang pada akhirnya memperlihatkan perbedaan antara perusahaan yang satu
dengan yang lainnya.
3.1.4 Lingkungan Perusahaan
Bisnis dan perusahaan adalah suatu sistem yang berkaitan dengan
sekumpulan faktor tertentu yang dapat mempengaruhi arah dan kebijakan
perusahaan dalam mengelola bisnisnya. Lingkungan bisnis dapat dibagi atas dua
lingkungan, yaitu lingkungan eksternal dan lingkungan internal. Lingkungan
eksternal adalah lingkungan yang berada di luar kendali perusahaan, terdiri dari
variabel-variabel di luar organisasi yang memberikan peluang dan ancaman
kepada perusahaan. Lingkungan eksternal dibagi menjadi dua kategori, yaitu
lingkungan jauh dan lingkungan industri. Sedangkan lingkungan internal
merupakan aspek-aspek yang ada di dalam perusahaan yang mencakup kekuatan
dan kelemahan perusahaan (Umar 2008).
Lingkungan jauh dapat dikaji dengan menggunakan beberapa aspek, yaitu:
(1) kekuatan ekonomi, (2) kekuatan sosial, budaya, demografis, dan lingkungan,
(3) kekuatan politik, pemerintah, dan hukum, (4) kekuatan teknologi. Analisis
kekuatan kompetitif atau analisis lingkungan industri dapat dikaji melalui aspek-
24
aspek yang terdapat dalam konsep strategi bersaing dari Michael E. Porter, yaitu
dengan melihat pada model lima kekuatan persaingan yang meliputi: 1 ancaman
pendatang baru, 2 persaingan dalam industri, 3 kekuatan pemasok, 4 kekuatan
konsumen dan 5 ancaman produk substitusi. Sedangkan lingkungan internal dikaji
melalui pendekatan rantai nilai. Menurut Dirgantoro (2001), analisis lingkungan
perusahaan tersebut bertujuan agar perusahaan dapat mengantisipasi lingkungan
perusahaan sehingga dapat bereaksi dengan cepat dan tepat untuk mencapai
kesuksesan organisasi.
1. Lingkungan Eksternal: Lingkungan Jauh
Lingkungan jauh perusahaan terdiri dari faktor-faktor yang pada dasarnya
di luar dan terlepas dari perusahaan sehingga perusahaan tidak bisa melakukan
intervensi terhadap faktor-faktor tersebut. Faktor-faktor utama yang biasa
diperhatikan adalah faktor ekonomi, faktor sosial budaya, demografis dan
lingkungan, faktor politik, pemerintah dan hukum serta faktor teknologi.
Lingkungan jauh ini memberikan kesempatan besar bagi perusahaan untuk
memajukan perusahaan.
a. Faktor Ekonomi
Kondisi ekonomi suatu daerah atau negara dapat mempengaruhi iklim
berbasis suatu perusahaan. Semakin buruk kondisi ekonomi, semakin buruk pula
iklim berbisnis. Oleh karena itu, pemerintah dan seluruh lapisan masyarakat
hendaknya bersama-sama mempertahankan bahkan meningkatkan kondisi
ekonomi daerahnya menjadi lebih baik lagi agar perusahaan dapat bergerak maju
dalam usahaanya. Beberapa hal yang perlu diperhatikan antara lain: siklus bisnis,
ketersediaan energi, inflasi, suku bunga, investasi, harga-harga produk dan jasa,
produktivitas dan tenaga kerja.
b. Faktor Sosial, Budaya, Demografis, dan Lingkungan
Kondisi sosial masyarakat memang berubah-ubah. Perubahan sosial,
budaya, demografis, dan lingkungan memiliki dampak yang besar atas hampir
semua produk, jasa, pasar, dan konsumen. Kondisi ini mencakup banyak aspek,
misalnya gaya hidup, adat istiadat, dan kebiasaan dari orang-orang di lingkungan
eksternal perusahaan. Jumlah penduduk yang semakin bertambahpun dapat juga
25
dijadikan sebuah peluang perusahaan untuk menjadikannya pasar bagi produk
yang dihasilkan perusahaan.
c. Faktor Politik, Pemerintah, dan Hukum
Pemerintah baik pusat maupun daerah merupakan pembuat regulasi,
deregulasi, penyubsidi, pemberi kerja, dan konsumen utama organisasi. Arah,
kebijakan dan stabilitas politik pemerintahan menjadi faktor penting bagi para
pengusaha untuk berusaha, situasi politik yang tidak kondusif akan berdampak
negatif bagi perusahaan, begitu pula sebaliknya. Stabilitas nasional yang baik
serta situasi politik yang kondusif merupakan sebuah ketenangan bagi setiap
kegiatan perusahaan dan memberikan jaminan kepastian keamanan bagi kegiatan
investasi dalam negeri. Perubahan-perubahan dalam hukum paten juga sangat
mempengaruhi berjalannya suatu perusahaan. Faktor-faktor politik, pemerintah,
dan hukum, karenanya dapat merepresentasikan peluang dan ancaman utama baik
bagi organisasi kecil maupun besar.
d. Faktor Teknologi
Perkembangan teknologi mengalami kemajuan yang pesat akhir-akhir ini,
baik dibidang bisnis maupun dibidang yang mendukung kegiatan bisnis.
Teknologi sebenarnya tidak hanya mencakup penemuan-penemuan yang baru
saja, tetapi juga meliputi cara-cara pelaksanaan atau metode-metode baru dalam
mengerjakan suatu pekerjaan, artinya teknologi mampu memberikan suatu
gambaran yang luas, yang meliputi mendesain, menghasilkan dan
mendistribusikan. Setiap kegiatan usaha yang diinginkan untuk berjalan terus
menerus harus selalu mengikuti perkembangan-perkembangan teknologi yang
dapat diterapkan pada produk atau jasa yang dihasilkan atau pada cara operasinya.
2. Lingkungan Eksternal: Lingkungan Industri (Kekuatan Kompetitif)
Menurut Porter (1980), lingkungan industri adalah kelompok perusahaan
yang menghasilkan produk yang saling menggantikan. Di dalamnya terdapat
faktor-faktor yang dapat mempengaruhi eksistensi dan kerja suatu industri, namun
secara relatif masih berada dalam wilayah kontrol perusahaan. Aspek lingkungan
industri akan lebih mengarah pada aspek persaingan dimana bisnis perusahaan
berada. Akibatnya, faktor-faktor yang mempengaruhi kondisi persaingan, seperti
26
ancaman dan kekuatan yang dimiliki perusahaan termasuk kondisi persaingan itu
sendiri menjadi perlu untuk dianalisis. Tentunya persaingan dalam suatu industri
akan semakin ketat dengan semakin banyaknya perusahaan dalam industri
tersebut. Analisis lingkungan industri dapat dilihat dari lima kekuatan persaingan
Porter, yang meliputi: 1) ancaman masuknya pendatang baru, 2) persaingan
diantara perusahaan yang ada, 3) ancaman masuknya produk atau jasa pengganti,
4) kekuatan tawar-menawar pemasok, dan 5) kekuatan tawar-menawar pembeli.
Pemahaman tentang hakikat dan dampak lima hal tersebut sangat penting bagi
para pengambil keputusan strategis perusahaan, bukan hanya agar mereka mampu
merumuskan strategi, misi dan kebijakan yang tepat, akan tetapi juga mampu
memanfaatkan peluang yang timbul dimasa yang akan datang. Penjelasan
selengkapnya mengenai kekuatan persaingan dapat dilihat pada Gambar 2.
Gambar 2. Model Lima Kekuatan Persaingan
Sumber : Porter (1980) hal. 4
a. Ancaman Masuk Persaing Baru
Masuknya pendatang baru akan menimbulkan sejumlah implikasi bagi
perusahaan yang sudah ada, misalnya kapasitas menjadi bertambah, terjadinya
perebutan pangsa pasar, serta perebutan sumberdaya produksi yang terbatas.
Kondisi seperti ini menimbulkan ancaman bagi perusahaan yang telah ada. Ketika
perusahaan baru dapat dengan mudah masuk ke suatu industri tertentu, maka
intensitas persaingan antar perusahaan akan meningkat.
Menurut Porter (1980), enam sumber utama hambatan masuk bagi
perusahaan baru, yaitu skala ekonomis, produk diferensiasi, kebutuhan modal,
Ancaman masuknya pendatang baru
Persaingan di antara perusahaan
yang ada
Kekuatan tawar-menawar pembeli
Kekuatan tawar-menawar pemasok
Ancaman produk atau jasa pengganti
27
biaya beralih pemasok, akses ke saluran distribusi, dan biaya tidak
menguntungkan terlepas dari skala. Dalam mengatasi persaingan yang mungkin
muncul maka perusahaan perlu melakukan identifikasi perusahaan baru yang
berpotensi masuk ke pasar, memonitor strategi perusahaan baru, menyerang balik
jika perlu dengan memanfaatkan kekuatan dan peluang yang ada. Sehingga ketika
perusahaan pesaing masuk, perusahaan telah memiliki strategi yang tepat untuk
menghadapinya.
b. Persaingan antar Perusahaan dalam Industri
Adanya persaingan antar perusahaan dalam suatu industri mempengaruhi
kebijakan dan kinerja dari suatu perusahaan. Suatu keunggulan kompetitif dapat
diciptakan dengan membuat strategi yang paling tepat untuk perusahaan dengan
melihat pada perusahaan saingan dalam lingkungan industri tersebut. Beberapa
strategi yang dapat dilakukan perusahaan, yaitu strategi penurunan harga,
peningkatan kualitas, penambahan fitur, penyediaan layanan, perpanjangan
garansi, dan pengintensifkan iklan.
Intensitas persaingan antar perusahaan cenderung meningkat ketika jumlah
pesaing dalam industri tersebut bertambah, ketika pesaing lebih setara dalam hal
ukuran dan kapabilitas, ketika permintaan akan produk industri tersebut menurun
dan ketika potongan harga menjadi lazim. Selain itu intensitas persaingan akan
cenderung meningkat ketika konsumen tidak loyal terhadap suatu produk yang
dihasilkan perusahaan, ketika hambatan keluar pasar tinggi, ketika biaya tetap
tinggi, ketika produk dapat musnah atau rusak, ketika permintaan konsumen
tumbuh lambat atau turun sehingga pesaing memiliki kelebihan kapasitas atau
persediaan, saat produk yang dijual sulit untuk didiferensiasikan, ketika
perusahaan pesaing beragam dalam hal strategi, tempat asal dan budaya. Saat
persaingan antar perusahaan dalam industri meningkat, maka laba industri akan
menurun (David 2009).
c. Ancaman Produk Pengganti
Perusahaan dalam industri tentunya juga mengalami persaingan yang ketat
dengan produk penggantinya. Walaupun produk yang dihasilkan tidak memiliki
kemiripan secara wujud produk, namun fungsi yang diberikan produk tersebut
sama, sehingga secara tidak langsung mempengaruhi jumlah penjualan
28
perusahaan, laba penjualan serta pangsa pasar perusahaan. Produk pengganti akan
sangat memberikan ancaman ketika produk pengganti tersebut memiliki harga di
bawah harga produk yang dihasilkan perusahaan dengan kualitas yang sama
bahkan lebih tinggi daripada produk yang dihasilkan perusahaan dalam industri
(David 2009).
d. Kekuatan Tawar Pemasok
Pemasok dapat mempengaruhi industri lewat kemampuan mereka
menaikkan harga atau pengurangan kualitas produk atau servis. Pemasok menjadi
kuat apabila jumlah pemasok sedikit, produk atau servis yang ada, pemasok
menganggap suatu industri bukan merupakan pelanggan yang penting, pemasok
mampu menciptakan biaya peralihan yang tinggi dan pemasok mampu melakukan
integrasi ke depan dan mengolah produk yang dihasilkan menjadi produk sama
yang dihasilkan oleh perusahaan. Untuk mengantisipasi kekuatan pemasok maka
perusahaan dapat melakukan integrasi ke belakang untuk mendapatkan kendali
atau kepemilikan dari pemasok. Sehingga perusahaan tidak bergantung pada
pemasok, hal ini mengantisipasi ketidakmampuan pemasok dalam pengadaan
bahan baku, harga bahan baku mahal atau ketika tidak mampu memenuhi
kebutuhan perusahaan secara konsisten (Porter 1980).
e. Kekuatan Tawar Pembeli
Pembeli dapat melakukan persaingan dengan perusahaan dalam suatu
industri, dengan cara meminta perusahaan menurunkan harga produk,
meningkatkan mutu dan pelayanan serta mengadu perusahaan dengan
kompetitornya posisi pembeli akan kuat ketika pembeli melakukan pembelian
produk dalam jumlah yang besar, produk merupakan komponen biaya dalam
pembeli, produk yang dihasilkan standar, pembeli mengalami biaya pengalihan
yang kecil, pembeli mendapatkan laba yang kecil, pembeli memberikan ancaman
akan melakukan integrasi balik, produk tidak penting bagi mutu produk pembeli,
dan jika pembeli memiliki informasi yang lengkap. Ketika posisi tawar pembeli
lebih kuat maka mereka akan melakukan negosiasi terhadap harga, garansi, dan
kelebihan dari produk tersebut. Daya tawar pembeli dapat menggambarkan
kekuatan besar yang mempengaruhi intensitas persaingan di suatu industri.
Sehingga untuk menarik konsumen perusahaan bisa menawarkan garansi yang
29
panjang atau layanan khusus untuk mendapatkan loyalitas konsumen (Porter
1980).
3. Lingkungan Internal
Lingkungan internal perusahaan adalah lingkungan yang ada di dalam
perusahaan. Komponen-komponen dari lingkungan internal cenderung lebih
mudah dikendalikan oleh perusahaan sehingga perusahaan dapat melakukan
intervensi secara langsung. Lingkungan internal dapat dikaji dengan pendekatan
analisis rantai nilai.
Analisis Rantai Nilai (Value Chain)
Menurut Porter (1992), rantai nilai merupakan pendekatan untuk melihat
keunggulan bersaing dari suatu perusahaan. Setiap perusahaan tentunya memiliki
rantai nilai yang berbeda. Perusahaan tentunya melakukan beberapa kegiatan
usaha seperti melakukan desain, memproduksi, memasarkan, menyampaikan serta
mendukung produksinya. Seluruh kegiatan tersebut dapat digambarkan dengan
pendekatan rantai nilai. Skema rantai nilai dapat dilihat pada Gambar 3.
Ket: a: Kegiatan Utama b: Kegiatan Penunjang
Gambar 3. Analisis Rantai Nilai Sumber: Porter (1992) hal. 34
b
a
Infrastuktur Perusahaan
Manajemen Sumberdaya Manusia
Pengembangan Teknologi
Pembelian
Logistik Operasi Logistik Pemasaran Layanan Ke Dalam ke Luar dan Penjualan
30
a. Mengidentifikasi Kegiatan Utama
Merupakan aktivitas-aktivitas yang melibatkan diri dalam penciptaan fisik
produk atau jasa, penjualan dan pengirimannya kepada pembeli serta aktivitas
purna jual.
1. Logistik ke Dalam (Inbound Logistics)
Logistik ke dalam adalah kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan
penerimaan, penyimpanan, penanganan bahan, pengendalian persediaan,
penjadwalan pemesanan bahan, dan pengembalian bahan ke pemasok.
2. Operasi
Operasi adalah kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan pengubahan
masukan menjadi produk akhir seperti permesinan, perakitan, pengemasan,
pemeliharaan peralatan, dan operasi fasilitas.
3. Logistik ke Luar (Outbound Logistics)
Logistik ke luar adalah kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan
pengumpulan, penyimpanan, dan pendistribusian produk ke pembeli seperti
penyimpanan barang jadi, penanganan barang, pemrosesan pesanan, dan
penjadwalan pengiriman barang jadi ke pembeli.
4. Pemasaran dan Penjualan
Pemasaran dan penjualan adalah kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan
penyediaan sarana yang memungkinkan pembeli melakukan pembelian
produk dan mempengaruhi pembeli untuk melakukan pembelian, misalnya
dengan melakukan promosi, periklanan, promosi, pemilihan agen, hubungan
dengan pendistribusian, dan penetapan harga.
5. Layanan
Layanan adalah kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan penyediaan
layanan untuk memperkuat atau menjaga nilai produk seperti pemasangan,
reparasi, pelatihan, pasokan suku cadang, dan penyesuaian produk.
31
b. Mengidentifikasi Kegiatan Penunjang
Kegiatan penunjang merupakan aktivitas-aktivitas yang melengkapi
aktivitas utama dengan berbagai fungsi, yaitu kelengkapan infrastruktur,
manajemen SDM, pengembangan teknologi, dan pembelian.
1. Infrastruktur Perusahaan
Terdiri dari beberapa aktivitas yang meliputi manajemen umum dan
administrasi, keuangan, akuntansi, hukum, perpajakan, dan perencanaan
strategik serta semua aktivitas lainnya yang terpisah dari kegiatan primer atau
penunjang tetapi penting bagi operasi keseluruhan rantai nilai.
2. Manajemen SDM
Aktivitas yang berhubungan dengan perekrutan, pelatihan, pengembangan
tenaga kerja. Hal ini mempengaruhi keunggulan bersaing melalui peranannya
dalam menentukan keterampilan dan motivasi tenaga kerja, biaya penerimaan,
dan pelatihan karyawan.
3. Pengembangan Teknologi
Setiap aktivitas perusahaan mengandung teknologi baik berupa
pengetahuan, prosedur atau peralatan yang menyangkut perencanaan produk
serta kegiatan yang menyangkut penciptaan dan penyempurnaan cara
pelaksanaan berbagai kegiatan dalam rantai nilai.
4. Pembelian
Kegiatan ini dilakukan untuk melakukan pembelian masukkan bahan baku,
jasa dari luar, mesin, dan sebagainya. Sehingga dalam praktiknya aktivitas ini
mencari pemasok berkualitas dengan harga rendah dan mutu tinggi.
3.1.5 Penetapan Tujuan Jangka Panjang
Tujuan jangka panjang perusahaan haruslah realistis, bisa diukur,
kuantitatif, dapat dimengerti, mungkin untuk dicapai dan menantang. Tujuan-
tujuan jangka panjang yang ditetapkan perusahaan tersebut akan mampu
merepresentasikan hasil-hasil yang diharapkan dari pelaksanaan suatu strategi.
Strategi tersebut mampu menggambarkan tindakan yang perlu dilakukan
perusahaan untuk mencapai tujuan perusahaan tersebut. Tujuan harus dinyatakan
dengan jelas dan dikomunikasikan dengan baik kepada seluruh pihak yang
32
berkepentingan sehingga besar kemungkinan tujuan tersebut dapat tercapai.
Kerangka waktu bagi tujuan dan strategi haruslah konsisten berkisar antara dua
hingga lima tahun (David 2009).
3.1.6 Alternatif Strategi
Menurut David (2009), alternatif strategi berdasarkan analisis SWOT
terdiri dari empat strategi, yaitu: strategi SO, strategi ST, strategi WO, dan strategi
WT.
1. Strategi SO
Strategi yang dapat digunakan perusahaan karena perusahaan memiliki
peluang dan kekuatan sehingga dapat memanfaatkan peluang yang ada. Strategi
ini dapat dikatakan sebagai strategi yang menggunakan kekuatan internal
perusahaan untuk memanfaatkan peluang eksternal. Strategi ini diterapkan dalam
kondisi ini adalah strategi yang mendukung kebijakan pertumbuhan yang agresif.
Strategi ini digunakan untuk mencapai pertumbuhan perusahaan baik penjualan,
asset, profit ataupun gabungan ketiganya. Hal tersebut dapat tercapai dengan
menurunkan harga, mengembangkan produk baru, menambah kualitas produk
atau jasa serta meningkatkan akses pasar yang lebih luas. Biasanya untuk
melakukan strategi SO, perusahaan terlebih dahulu menjalankan strategi ST, WO,
dan WT.
2. Strategi ST
Strategi ini merupakan strategi yang dapat digunakan perusahaan untuk
menghadapi berbagai ancaman yang timbul dengan menggunakan kekuatan yang
dimiliki perusahaan. yang dapat digunakan karena perusahaan memiliki kekuatan
dari segi internal walaupun perusahaan menghadapi berbagai ancaman. Strategi
ini mendukung strategi diversifikasi mengacu pada sekelompok bentuk strategi
yang berbeda-beda. Hal ini dapat mengacu pada perubahan produk, pasar atau
fungsi. Menurut David (2009), secara umum terdapat tiga jenis strategi
diversifikasi, yaitu: diversifikasi konsentrik, horizontal, dan konglomerat.
Strategi diversifikasi konsentrik dapat didefinisikan sebagai kegiatan
menambah produk baru, namun masih saling berhubungan. Strategi ini dapat
diterapkan ketika organisasi bersaing dalam industri yang pertumbuhannya
33
lambat, produk-produk perusahaan saat ini dalam tahap daur hidup produk yang
menurun, dan perusahaan memiliki tim manajemen yang kuat.
Strategi diversifikasi horizontal dapat didefinisikan sebagai kegiatan
menambah produk dan jasa pelayanan yang baru, tetapi tidak saling berhubungan
untuk ditawarkan pada para konsumen yang ada saat ini. Strategi ini dapat
dijalankan ketika pendapatan perusahaan yang berasal dari produk atau jasa yang
ada dapat meningkat secara signifikan dengan penambahan produk yang tidak
berhubungan, perusahaan bersaing dalam industri yang sangat kompetitif serta
memiliki saluran distribusi yang baik.
Strategi diversifikasi konglomerat dapat didefinisikan sebagai kegiatan
menambah produk atau jasa yang tidak saling berhubungan dengan pasar yang
baru. Strategi ini dapat dijalankan ketika industri dasar organisasi sedang
mengalami penjualan dan laba tahunan yang merosot, organisasi mempunyai
modal maupun tenaga manajerial yang diperlukan untuk bersaing dalam industri
baru serta kondisi pasar saat ini yang telah jenuh
3. Strategi WO
Strategi ini digunakan karena terdapat peluang pasar yang sangat besar
tetapi perusahaan menghadapi kendala internal karena beberapa kelemahan yang
dimiliki. Strategi ini sama dengan strategi penciutan, yaitu strategi dengan
melakukan reduksi biaya atau aset perusahaan. Strategi ini terjadi jika sebuah
organisasi melakukan pengelompokan ulang melalui pengurangan biaya dan asset
untuk membalik penjualan dan laba yang menurun. Strategi ini bertujuan untuk
memperkuat kompetensi pembeda dasar organisasi. Strategi ini mendukung
strategi turn around
4. Strategi WT
Strategi ini mendukung strategi defensif. Strategi defensif dilakukan
karena kondisi yang tidak menguntungkan, karena perusahaan menghadapi
berbagai ancaman dan kelemahan internal. Strategi ini adalah tindakan yang
dilakukan perusahaan untuk melakukan penyelamatan agar terlepas dari kerugian
yang lebih besar ataupun bangkrut. Strategi ini merupakan strategi yang
digunakan untuk mengurangi kelemahan dengan meminimalkan bahkan mampu
menghindari ancaman yang ada.
34
3.1.7 Perumusan Strategi
1. Matriks SWOT
Matriks SWOT adalah matching tool penting yang dilihat dari kekuatan
(Strengths), kelemahan (Weaknesess), peluang (Opportunities), dan ancaman
(Threaths) yang akan membantu para manajer mengembangkan empat tipe
strategi, yaitu strategi SO, strategi WO, strategi ST, dan strategi WT. Analisis
SWOT adalah identifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan
strategi organisasi dan analisis ini didasari dengan logika perusahaan sehingga
dapat memaksimalkan kekuatan dan peluang serta meminimalkan kelemahan dan
ancaman yang ada (David 2009).
2. Arsitektur strategik
Menurut Yoshida (2006), arsitektur strategik diperkenalkan oleh Gary
Hamel dan C.K. Prahalad di awal tahun 1990-an. Arsitektur strategik lahir karena
penyusunan strategi dengan pendekatan klasik dianggap kurang bisa
mengatisipasi perubahan lingkungan yang cepat. Penyusunan strategi dengan
pendekatam arsitektur strategik bersifat bentangan, maksudnya adalah strategi
yang dihasilkan tidak hanya mampu mengakomodasi perubahan lingkungan yang
telah dibakukan dalam bentuk asumsi. Dengan adanya arsitektur strategik
membuat manajemen penyusunan strategi dengan lebih leluasa mengembangkan
skenario strategi atau program untuk mencapai visi dan misi organisasi dan
strategi tersebut dipetakan ke dalam blue print strategy yang sekali lagi digunakan
untuk mencapai tujuan dalam beberapa waktu tertentu.
3.2 Kerangka Pemikiran Operasional
Persaingan dalam mendapatkan bahan baku ikan merupakan salah satu
permasalahan yang dihadapi CV Bening. Ketidakmampuan mendapatkan bahan
baku dikarenakan kurangnya modal usaha dan juga ketersediaan ikan laut yang
musiman. Akibat tidak tersedianya ikan, perusahaan mengalami gangguan
produksi yang menyebabkan omset perusahaan menurun. Melihat hal tersebut
peneliti mencoba membuat strategi yang dapat digunakan perusahaan. Untuk
perumusan strategi, peneliti pertama kali harus mengetahui visi, misi, dan tujuan
CV Bening. Sehingga strategi yang dibuat sejalan dengan visi, misi, dan tujuan
35
yang ingin dicapai. Kemudian dilakukan identifikasi lingkungan eksternal dan
lingkungan internal CV Bening. Lingkungan eksternal perusahaan dilakukan
dengan menganalisis lingkungan jauh perusahaan dan lingkungan industri,
sedangkan untuk lingkungan internal dianalisis dengan pendekatan rantai nilai.
Hasil dari analisis eksternal dan internal diplotkan ke dalam matriks SWOT untuk
merumuskan strategi sehingga mendapatkan alternatif strategi yang dapat
digunakan CV Bening. Seluruh alternatif strategi yang dihasilkan akan dibuatkan
peta perencanaan strategi berdasarkan waktu tertentu. Pada penelitian ini peneliti
menggunakan waktu enam semester atau tiga tahun untuk memetakan strategi
yang didapat. Waktu tersebut dirasa cukup untuk melihat kemungkinan perubahan
lingkungan yang terjadi di masa depan. Penentuan ini tentunya telah didiskusikan
oleh pihak perusahaan. Sehingga dengan menggambarkan pola strategi
perusahaan lebih mudah melihat perubahan strategi yang akan ditempuh selama
tiga tahun tersebut. Kerangka pemikiran operasional dapat dilihat pada Gambar 4.
36
Gambar 4. Kerangka Pemikiran Operasional
Usaha pengolahan ikan CV Bening Jati Anugrah
1. Penurunan omset penjualan 2. Ketidakmampuan dalam pengadaan bahan baku
Visi, Misi, dan Tujuan CV Bening Jati Anugrah
Strategi Bisnis CV Bening Jati Anugrah
Arsitektur Strategik
Identifikasi Lingkungan Eksternal
• Analisis Lingkungan Jauh 1. Kekuatan ekonomi 2. Kekuatan sosial, budaya,
demografis dan lingkungan 3. Kekuatan politik, pemerintah,
dan hukum 4. Kekuatan teknologi
• Analisis Lingkungan Industri 1. Ancaman pendatang baru 2. Persaingan dalam industri 3. Kekuatan pemasok 4. Kekuatan Pembeli 5. Ancaman produk pengganti
Identifikasi Lingkungan Internal
Analisis Rantai Nilai • Kegiatan Utama 1. Logistik ke dalam 2. Operasi 3. Logistik ke luar 4. Pemasaran dan penjualan 5. Pelayanan
• Kegiatan Penunjang 1. Infrastruktur perusahaan 2. Manajemen SDM 3. Pengembangan teknologi 4. Pembelian
Matriks SWOT
37
IV. METODE PENELITIAN
4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan pada perusahaan pengolahan ikan CV Bening Jati
Anugrah yang berlokasi di Kecamatan Parung, Kabupaten Bogor. Penentuan
lokasi dilakukan secara sengaja (purposive). Pemilihan tempat penelitian
mempertimbangkan bahwa perusahaan ini merupakan salah satu perusahaan yang
berpotensi melakukan pengembangan usaha dalam usaha pengolahan ikan. Hal ini
dikarenakan perusahaan berada di daerah Parung yang merupakan daerah
minapolitan sehingga perusahaan memiliki peluang yang baik untuk
mengembangkan usaha dibidang perikanan. Selain itu perusahaan juga memiliki
prestasi dan penghargaan namun saat ini ternyata mengalami penurunan omset
penjualan. Pertimbangan lainnya adalah adanya kesediaan manajemen perusahaan
untuk dijadikan objek penelitian dan ketersediaan data dari perusahaan.
Pengumpulan data dilaksanakan pada bulan Februari hingga Maret 2011.
4.2 Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang dilakukan adalah teknik pengamatan
langsung (observasi), melakukan wawancara secara mendalam (indepth). Metode
pengumpulan data lainnya yaitu dengan studi pustaka yaitu dengan mencari
sumber lain yang dapat dijadikan acuan terkait penulisan.
4.3 Jenis dan Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari dua jenis data yaitu
data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari hasil pengamatan
langsung dan melalui wawancara dengan pihak yang terkait. Data didapat dari
lingkungan internal dan eksternal perusahaan. Sumber data dari lingkungan
internal, yaitu pemilik untuk mengetahui gambaran umum perusahaan dan sistem
perusahaan, kepala bagian keuangan dan administrasi untuk mengetahui informasi
keadaan keuangan serta sistem keuangan perusahaan, kepala bagian produksi dan
kepala bagian operasional untuk mengetahui kegiatan produksi dan apa saja yang
dilakukan oleh bagian produksi, operasional, dan pembagian kerjanya serta
beberapa karyawan untuk melihat kondisi perusahaan. Sumber data eksternal
meliputi Kasi Pengolahan Ikan Dinas Perikanan dan Peternakan Kabupaten Bogor
38
mengenai kondisi perusahaan pengolahan ikan di Kabupaten Bogor, pesaing
utama, dan beberapa konsumen perusahaan terkait kualitas produk dan pelayanan
perusahaan. Data sekunder diperoleh dari informasi yang mendukung seperti studi
pustaka, hasil-hasil penelitian terdahulu dan dari instansi-instansi terkait topik
penelitian seperti Badan Pusat Statistik, Dinas Perikanan dan Peternakan.
4.4 Metode Pengolahan dan Analisis Data
Data yang diperoleh diolah secara deskriptif kualitatif. Analisis deskriptif
kualitatif untuk menentukan faktor yang menjadi kekuatan, kelemahan, peluang
serta ancaman perusahaan, analisis SWOT, kemudian alternatif strategi yang
didapatkan dipetakan ke dalam arsitektur strategik.
4.4.1 Matriks SWOT (Strengths, Weaknesses, Opportunities, Threats)
Matriks SWOT terdiri dari sembilan sel yaitu empat faktor kunci, empat
sel strategi dan satu sel selalu dibiarkan kosong (sel kiri atas). Empat sel strategi
yang diberi nama SO, WO, ST, dan WT, dikembangkan setelah menyelesaikan
empat sel faktor kunci, diberi nama S, W, O, T.
Ada delapan langkah yang terlibat dalam pembuatan matriks SWOT, yaitu
1) mengidentifikasi faktor-faktor kunci yang menjadi kekuatan perusahaan, 2)
mengidentifikasi faktor-faktor kunci yang menjadi kelemahan perusahaan, 3)
mengidentifikasi faktor-faktor kunci yang menjadi peluang bagi perusahaan, 4)
mengidentifikasi faktor-faktor kunci yang menjadi ancaman bagi perusahaan, 5)
membuat strategi SO, 6) membuat strategi ST, 7) membuat strategi WO, dan 8)
membuat strategi WT. Matriks SWOT dapat dilihat pada Gambar 5.
Kekuatan (Strengths) Kelemahan(Weaknesses)
Peluang (Opportunities) Strategi SO Strategi WO
Ancaman (Threats) Strategi ST Strategi WT
Gambar 5. Matriks SWOT Sumber: David (2009) hal. 328-329
4.4.2 Perancangan Arsitektur Strategik
Kerangka metode penelitian yang digunakan untuk menyusun arsitektur
strategik CV Bening dapat dilihat pada Gambar 6. Langkah yang harus dilakukan
adalah dengan memperjelas visi, misi, dan tujuan perusahaan yang dimiliki.
Langkah selanjutnya adalah menganalisis lingkungan eksternal dan internal
39
perusahaan. Hasil identifikasi lingkungan eksternal adalah peluang dan ancaman,
sedangkan identifikasi lingkungan internal berupa kekuatan dan kelemahan. Hasil
identifikasi tersebut merupakan input untuk memformulasikan strategi pada
matriks SWOT. Hasil matriks SWOT berupa strategi-strategi SO, WO, ST, dan
WT. Hasil strategi pada matriks SWOT dijabarkan dalam bentuk program-
program untuk mencapai sasaran. Peneliti menggunakan program-program
tersebut untuk menyusun arsitektur strategik. Selanjutnya peneliti
mengidentifikasi tantangan yang akan dihadapi perusahaan. Tantangan merupakan
cara-cara yang dilakukan perusahaan untuk memperoleh keunggulan bersaing
yang baru.
Gambar 6. Perancangan Arsitektur Strategik CV Bening Jati Anugrah
Setelah komponen-komponen arsitektur strategik CV Bening telah
diperoleh dengan jelas, selanjutnya peneliti menetapkan rentang waktu yang
digunakan untuk mengimplementasikan arsitektur strategik CV Bening. Rentang
waktu yang digunakan untuk mengimplementasikan arsitektur strategik adalah
enam semester atau tiga tahun. Pemilihan ini berdasarkan kepada subjektivitas
peneliti namun telah didiskusikan kepada perusahaan. Waktu tersebut dirasa
cukup yaitu tidak terlalu lama dan tidak terlalu dekat dan dianggap cukup untuk
memetakan strategi yang didapatkan. Setelah diperoleh alternatif strategi CV
Bening, maka kemudian peneliti berusaha merekomendasikan program kegiatan
yang mengacu pada strategi-strategi yang telah dirumuskan dan dimasukkan ke
dalam arsitektur strategik.
Tantangan
Identifikasi Lingkungan Internal
Identifikasi Lingkungan Eksternal
SWOT
Arsitektur Strategik
Sasaran Rekomendasi Program Kegiatan
40
V. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
5.1 Sejarah dan Perkembangan CV Bening Jati Anugrah
CV Bening merupakan perusahaan pengolahan ikan dengan bahan baku
ikan laut yaitu ikan pelagis seperti tuna, marlin dan kakap. Pada mulanya CV
Bening bergabung dan bekerjasama dengan perusahaan dibidang yang sama pada
tahun 2006, karena perbedaan visi maka pada Februari tahun 2007 perusahaan
tersebut memisahkan diri menjadi dua perusahaan dengan manajemen yang
berbeda pula. CV Bening dipimpin oleh lulusan Sekolah Tinggi Perikanan yaitu
Ibu Purnani. Produk yang dihasilkan yaitu olahan dengan bahan baku ikan, seperti
bakso ikan yang merupakan produk unggulan dan olahan lainnya seperti nugget
ikan, kaki naga, siomay, ekado.
Produk-produk Bening telah memiliki sertifikat Halal dari MUI Jawa
Barat dengan No. 01101031860608 dan DEPKES RI P-IRT No. 213327603099
pada tahun 2008. Berdasarkan Badan Pusat Statistik, perusahaan ini masuk
kedalam kategori usaha kecil karena memiliki tenaga kerja sebanyak enam belas
orang 21.
5.2 Lokasi dan Keadaan CV Bening Jati Anugrah
CV Bening berlokasi di kampung Jati Parung RT 3/ RW 4, Desa Parung,
Kecamatan Parung. Lokasi ini digunakan untuk tempat produksi dan kantor.
Perusahaan menempati lokasi dengan luas tanah 3200 m2, namun yang digunakan
sebagai pabrik pengolahan ikan hanya seluas 400 m2 yang terdiri dari ruang
penggilingan daging, ruang pengadaan bahan baku, ruang pencucian, ruang
perebusan, ruang pendinginan, ruang pengolahan, ruang pengepakan dan ruangan
penyimpanan produk yang berada dekat dengan ruang administrasi. Sebagian lagi
lahan digunakan untuk tempat tinggal para karyawan. Tempat ini dipilih karena
lokasinya yang memiliki banyak akses ke beberapa daerah sehingga memudahkan
dalam pemasaran dan melakukan pembelian beberapa bahan produksi. Serta
lokasi pabrik ataupun kantor dekat dengan jalan utama yang memudahkan
pemasok dalam pengiriman bahan bakunya.
21. Klasifikasi usaha berdasarkan jumlah pekerjanya menurut BPS, yaitu: (1) usaha rumah tangga
dengan pekerja 1-4 orang; (2) usaha kecil dengan pekerja 5-19 orang; (3) usaha menengah dengan pekerja 20-99 orang; dan (4) usaha besar dengan pekerja 100 orang atau lebih.
41
5.3 Visi, Misi, dan Tujuan CV Bening Jati Anugrah
Visi, misi, dan tujuan CV Bening tidak tertulis secara nyata, namun
berdasarkan wawancara visi CV Bening adalah menjadi perusahaan pengolahan
ikan terbaik di Jawa Barat dengan produk yang dapat diterima masyarakat. Misi
CV Bening, yaitu: menghasilkan produk yang berkualitas, memasarkan produk
olahan ikan ke masyarakat luas sebagai produk yang sehat dan bergizi dengan
harga terjangkau dan memberikan pelayanan yang baik kepada konsumen.
Sedangkan tujuan CV Bening adalah membantu peningkatan konsumsi ikan
Nasional melalui produk olahan ikan dan menciptakan lapangan pekerjaan untuk
masyarakat sekitar.
5.4 Struktur Organisasi CV Bening Jati Anugrah
CV Bening memiliki struktur organisasi yang masih sederhana, yaitu:
direktur, kepala administrasi dan keuangan, kepala produksi serta kepala
operasional. Bagian-bagian ini menjadi acuan dalam menjalankan kegiatan usaha.
Setiap bagian memiliki tanggung jawab dan wewenang yang berbeda, namun
pada kenyataannya bagian-bagian tersebut masih saling tumpang tindih pekerjaan.
Tugas dan tanggung jawab masing-masing bagian dalam struktur perusahaan
sebagai berikut:
1. Direktur
Tugas dan tanggung jawab direktur adalah memimpin perusahaan,
melakukan koordinasi kegiatan-kegiatan perusahaan, mengambil keputusan
mengenai segala kegiatan perusahaan, menggambil keputusan akhir perusahaan,
melakukan pemasaran untuk produk olahan.
2. Kepala Administrasi & Keuangan
Tugas dan tanggung jawab kepala administrasi dan keuangan adalah
melakukan pengecekan administrasi dan keuangan baik harian, mingguan, dan
bulanan perusahaan. Sehingga menghasilkan laporan akhir administrasi dan
keuangan.
3. Kepala Produksi
Tugas dan tanggung jawab kepala produksi adalah mengawasi kegiatan
produksi perusahaan, hingga mengontrol hasil akhir produk sehingga kualitas
produk tetap terjaga dengan baik.
42
4. Kepala Operasional
Tugas dan tanggung jawab kepala operasional adalah bertanggung jawab
dalam pengadaan kebutuhan perusahaan seperti mengontrol pengadaan bahan
baku, pengambilan bahan baku ke penyuplai bahan baku.
Struktur organisasi CV Bening dapat dilihat pada Gambar 7, sebagai
berikut:
Gambar 7. Struktur Organisasi CV Bening Jati Anugrah Sumber : CV Bening Jati Anugrah (2011)
5.5 Sumberdaya CV Bening Jati Anugrah
Sumberdaya merupakan komponen yang penting dalam keberhasilan suatu
usaha. Faktor sumberdaya ini membantu perusahaan mencapai tujuan dalam
melakukan pengembangan usaha dan mempertahankan perusahaan di dalam
persaingan yang ada. Perusahaan membagi sumberdaya menjadi tiga bagian,
yaitu: sumberdaya manusia, sumberdaya fisik, dan sumberdaya modal. Ketiga
sumberdaya tersebut sama-sama memiliki peranan penting dalam berjalannya
usaha.
Direktur
Purnani
Kepala Operasional
Kristiawan
Kepala Produksi
Kristiawan
Kepala Administrasi & Keuangan
Kristiono
Karyawan
1. Yandi 2. Anwar 3. Teguh
Kasir
1. Yani 2. Endah
Karyawan
1. Kadir 2. Sulistio 3. Asep 4. Rahman 5. Alpian 6. Feri R 7. Feri Suryadi 8. Max Daris
43
5.5.1 Sumberdaya Manusia
CV Bening memiliki tenaga kerja tetap yakni sebanyak enam belas orang.
Jumlah tersebut terdiri dari pemilik, bagian administrasi dan keuangan, bagian
produksi dan bagian operasional. Adapun pembagian jumlah tenaga kerja dapat
dilihat pada Tabel 7.
Tabel 7. Pembagian Jumlah Tenaga Kerja CV Bening Jati Anugrah
No Bagian Kegiatan Usaha Jumlah Tenaga Kerja (Orang)
1. Pemimpin perusahaan (pemilik) 1 1. Kabag. Administrasi dan keuangan 1 2. Kabag. Produksi + Kabag. Operasional 1 3. Kary. Administrasi & keuangan (kasir) 2 4. Kary. Produksi 8 5. Kary. Operasional 3
Total 16 Sumber: CV. Bening Jati Anugrah (2011)
Tenaga kerja tersebut tidak melalui perekrutan yang rumit. Calon tenaga
kerja berasal dari warga setempat, calon yang dekat dengan karyawan lama
perusahaan, ataupun kenal dengan pemilik. Tenaga kerja ini kemudian dipilih
berdasarkan pandangan pemilik secara langsung terhadap calon tenaga kerja yang
dianggap rajin, pekerja keras, serta bisa diajak bekerjasama. Untuk status
pendidikan tidak terlalu dipermasalahkan. Status pendidikan tenaga kerja merata,
untuk kepala bagian di pegang oleh lulusan sarjana dengan berbagai jurusan.
Direktur yang sekaligus pemilik memiliki latar belakang D4, STP, kepala bagian
administrasi dan keuangan merupakan lulusan S1 Teknik Geodesi, kepaala bagian
produksi dan operasional merupakan lulusan S1 STP Mesin Perikanan, sedangkan
karyawan ada yang lulusan SD, SMP dan SMA. Pemilik tidak terlalu
mempermasalahkan pendidikan akhir karena pemilik yakin dengan pengajaran
dasar dalam pengolahan ikan kepada karyawan baru, semua karyawan dapat
dengan cepat beradaptasi dalam kegiatan perusahaan.
5.5.2 Sumberdaya Fisik
Sumberdaya fisik yang dimiliki cukup bisa mendukung berjalannya
kegiatan usaha CV Bening sumberdaya tersebut terdiri dari bangunan, peralatan
produksi, transportasi, peralatan kantor, dan fasilitas komunikasi. Bangunan
44
terdiri dari pabrik, kantor, gudang penyimpanan bahan baku, dan hasil produksi
dengan status milik sendiri. Peralatan produksi yang terdiri dari mesin chopper,
silent cutter, kompor satu set, mesin cetak bakso, freezer yang statusnya milik
sendiri serta memiliki cold storage yang statusnya pinjaman dari pemerintah.
Sarana transportasi yang mobil pick-up dan motor. Peralatan kantor yang dimiliki
yaitu laptop, printer, meja administrasi, dan kursi. Fasilitas komunikasi berupa
telepon. Adapun rincian sumberdaya fisik perusahaan dapat dilihat pada Tabel 8.
Tabel 8. Perincian Sumberdaya Fisik CV Bening JatiAnugrah
No Jenis Jumlah 1. Bangunan (Kantor dan pabrik) 400 m2 1 2. Peralatan Produksi Mesin Chopper 1 Silent Cutter 1 Kompor satu set 12 Mesin cetak bakso 1 Frezeer 7 Cold Storage 1
3. Peralatan Kantor
Laptop Printer Meja Kursi
1 1 4 5
4. Fasilitas Komunikasi Telepon 1
5. Sarana Transportasi Mobil pick-up
Motor 1 2
Sumber: CV Bening Jati Anugrah (2011)
5.5.3 Sumberdaya Modal
Berjalannya suatu usaha juga dipengaruhi oleh modal usaha. Modal usaha
CV Bening berasal dari modal pribadi pemilik yaitu ibu Purnani. Sehingga ketika
ingin melakukan pengembangan usaha terkendala dengan modal. Hingga saat ini
perusahaan tidak menggunakan pinjaman ataupun menggunakan kerjasama
dengan penanaman investasi.
45
VI. ANALISIS LINGKUNGAN PERUSAHAAN
6. 1 Analisis Lingkungan Eksternal
Analisis lingkungan eksternal terdiri dari lingkungan jauh dan lingkungan
industri. Masing-masing lingkungan dianalisis dengan menggunakan beberapa
aspek. Analisis eksternal dilakukan untuk mengetahui keadaan luar perusahaan,
sehingga dari analisis tersebut didapatkan gambaran mengenai peluang serta
ancaman yang berkaitan dengan perusahaan.
6.1.1 Analisis Lingkungan Jauh
a. Kekuatan Ekonomi
1. Tingkat Inflasi
Kondisi ekonomi tentunya sangat mempengaruhi berlangsungnya suatu
usaha. Salah satunya adalah dampak inflasi yang menyebabkan kondisi internal
perusahaan dan eksternal perusahaan berubah. Dapat dilihat pada Gambar 8
tingkat inflasi mengalami fluktuasi dan cenderung meningkat dari bulan Februari
2010. Tingkat inflasi yang semakin tinggi menyebabkan perusahaan mengalami
kenaikkan biaya produksi yang mempengaruhi harga jual ataupun keuntungan
perusahaan. Tingkat kenaikkan inflasi dari Februari 2010 sampai dengan Februari
2011 adalah sebesar 79,5 persen tentunya persentase tersebut dampaknya sangat
dirasakan oleh perusahaan terutama dalam hal biaya usaha.
Gambar 8. Grafik Tingkat Inflasi Indonesia Februari 2010 hingga Februari 2011 Sumber: Bank Indonesia ( 2011)
Pada bulan Februari 2010 tingkat inflasi sebesar 3,81persen, kemudian
inflasi sempat menurun di bulan Maret 2010 namun kembali meningkat di bulan-
46
bulan berikutnya hingga titik tertinggi di tahun 2010 pada bulan Agustus 2010
yaitu sebesar 6,44 persen. Ternyata pada bulan berikutnya inflasi menurun hingga
bulan Oktober 2010 dan meningkat kembali dibulan November 2010 dan pada
bulan Januari 2011 merupakan bulan dimana inflasi tertinggi yaitu mencapai 7,02
persen. Pada bulan Februari 2011 memang menurun namun hanya sedikit yaitu
6,84 persen. Secara lengkap tingkat inflasi dapat dilihat pada Tabel 9.
Tabel 9. Tingkat Inflasi Indonesia pada Februari 2010 - Februari 2011
Tahun Bulan Tahun Tingkat Inflasi (%)
2010
Februari 3,81 Maret 3,43 April 3,91 Mei 4,16 Juni 5,05 Juli 6,22 Agustus 6,44 September 5,80 Oktober 5,67 November 6,33 Desember 6,96
2011 Januari 7,02 Februari 6,84
Sumber: Bank Indonesia (2011)
Dampak inflasi yang paling dirasakan yaitu ketika terjadi kenaikkan
bahan-bahan produksi seperti terigu dan telur. Kedua bahan ini paling dirasakan
perubahan harganya. Ketika harga bahan-bahan tersebut meningkat maka biaya
produksi perusahaan akan meningkat pula. Hal tersebut membuat perusahaan
yang saat ini sedang mengalami penurunan penjualan, mengalami penurunan
keuntungan juga akibat perusahaan tidak dapat meningkatkan harga produk.
2. Peningkatan Produk Domestik Regional Bruto per Kapita atas Harga Dasar Konstan 2000
Selain tingkat inflasi, PDRB per kapita provinsi yang menjadi daerah
pemasaran produk juga sangat mempengaruhi berjalannya usaha. Pada Tabel 10.
terlihat bahwa terjadi peningkatan nilai PDRB per kapita DKI Jakarta, Jawa Barat,
dan Banten. Peningkatan tersebut menunjukkan bahwa perekonomian pada
provinsi tersebut semakin membaik. Ketika perekonomian suatu wilayah
mengalami peningkatan maka dapat dikatakan bahwa masyarakat semakin
47
sejahtera. Peningkatan kesejahteraan masyarakat berimplikasi pada peningkatan
daya beli masyarakat dan ini mengartikan bahwa besar peluang untuk
memasarkan ke daerah tersebut.
Tabel 10. Pertumbuhan PDRB per Kapita atas Harga Konstan 2000 di DKI Jakarta, Jawa Barat, dan Banten Tahun 2006-2008.
*) Angka Sementara **) Angka Sangat Sementara Sumber: Bps.go.id (2011)
Salah satu indikator terjadinya peningkatan daya beli dapat terlihat pada
pengeluaran rata-rata konsumsi per kapita per bulan wilayah tersebut. Pada Tabel
11 terlihat bahwa pengeluaran rata-rata masyarakat mengalami peningkatan dari
tahun 2008 sampai 2009.
Tabel 11. Pengeluaran Rata-rata Konsumsi per Kapita per Bulan di DKI Jakarta, Jawa Barat, dan Banten Tahun 2008-2009
Provinsi 2008 (Rp) 2009 (Rp) DKI Jakarta 863.383 938.383
Jawa Barat 396.929 444.186
Banten 454.453 518.970 Sumber: BPS Indonesia (2009)
b. Kekuatan Sosial, Budaya, Demografi, dan Lingkungan
Faktor sosial dan budaya sangat mempengaruhi perusahaan. Saat ini
perubahan gaya hidup yang serba ingin cepat, praktis dan sesuai selera serta
semakin banyaknya perubahan gaya hidup sehat membuat perusahaan berlomba-
lomba untuk membuat produk yang diinginkan masyarakat tersebut. Masyarakat
saat ini dengan peningkatan kesejahteraannya semakin memahami pentingnya
kesehatan. Tentunya makanan yang sehat akan membawa jiwa yang sehat pula.
Masyarakat semakin memahami bahwa salah satu makanan yang menyehatkan
adalah ikan. Manfaat ikan kini mulai disebarluaskan sehingga masyarakat mulai
menyukai ikan. Hal ini terlihat dari pengeluaran konsumsi ikan yang semakin
Provinsi 2006 2007* 2008** DKI Jakarta 312.826.712,74 332.971.253,84 353.539.057,43 Jawa Barat 257.499.445,75 274.180.307,83 290.171.128,80
Banten 61.341.658,64 65.046.775,77 68.830.644,80
48
meningkat dari tahun 2008 hingga 2009. Pengeluaran rata-rata konsumsi ikan per
kapita dapat terlihat pada Tabel 12.
Tabel 12. Pengeluaran Rata-rata Konsumsi Ikan Nasional Tahun 2008-2009
Tahun Jumlah (Rp) Pertumbuhan (%)
2008 15. 315 -
2009 18. 454 20, 49 Sumber: Badan Pusat Statistik (2009)
Peningkatan konsumsi ikan dapat diindikasikan terjadi karena adanya
peningkatan jumlah penduduk Indonesia. Peningkatan tersebut dapat dijadikan
aspek penting terkait kesempatan untuk memasarkan produk olahannya. Tren
jumlah penduduk Indonesia dapat dilihat pada Gambar 9 .
0
50
100
150
200
250
1961 1971 1980 1990 2000 2010
Tahun
Gambar 9. Tren Jumlah Penduduk Indonesia Tahun 1961-2010 Sumber: Badan Pusat Statistik (2010)
c. Kekuatan Politik, Pemerintahan, dan Hukum
Menteri Kelautan dan Perikanan Fadel Muhammad membuat sebuah
kebijakan tentang kelautan dan perikanan yaitu kebijakan pengadaan daerah
minapolitan secara nasional. Hal ini bertujuan untuk memfokuskan beberapa
wilayah untuk dijadikan daerah sentra industri perikanan sehingga dengan fokus
pada beberapa wilayah maka pelaksanaan akan terkontrol dengan baik. Selain itu
dengan adanya kebijakan minapolitan, diharapkan Indonesia menjadi penghasil
ikan terbesar di dunia menggantikan negara China.
Persentase jumlah UMKM pada tahun 2007 mencapai 49,8 juta unit usaha
atau sebesar 99,9 persen terhadap seluruh unit usaha di Indonesia yaitu 49,845
49
juta unit22. Kebanyakan UMKM tersebut bermasalah dalam hal permodalan,
kurangnya permodalan tersebut karena umumnya usaha mikro, kecil menengah
merupakan usaha perorangan atau perusahaan yang sifatnya tertutup yang hanya
mengandalkan modal dari pemilik yang jumlahnya terbatas23. Mengatasi masalah
tersebut pemerintah telah membuat program dalam hal pendanaan yaitu KUR
yang telah diluncurkan oleh Bapak Presiden RI pada tanggal 5 November 2007.
KUR merupakan upaya pemerintah dalam mendorong perbankan untuk
melakukan penyaluran kredit pembiayaan kepada UMKM dan Koperasi.
Pemerintah dengan beberapa pihak bekerjasama tentang penjaminan kredit
atau pembiayaan kepada UMKM dan Koperasi yaitu antara Pemerintah (Menteri
Negara Koperasi dan UKM, Menteri Keuangan, Menteri Pertanian, Menteri
Kehutanan, Menteri Kelautan dan Perikanan, Menteri Perindustrian), Perusahaan
Penjamin (Perum Sarana Pengembangan Usaha dan PT Asuransi Kredit
Indonesia) dan Perbankan (Bank BRI, Bank Mandiri, Bank BNI, Bank BTN,
Bank Bukopin, dan Bank Syariah Mandiri). KUR juga didukung oleh
Kementerian Negara BUMN, Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian
serta Bank Indonesia24.
Tidak hanya bantuan material namun bantuan juga bisa berupa non
material yang dibutuhkan perusahaan. Bantuan non material seperti peralatan CV
Bening pernah mendapatkannya karena perusahaan sering mendapatkan juara
ketika melaksananakan perlombaan. Adanya bantuan dari pemerintah tersebut
tentunya dapat dijadikan peluang perusahaan agar usaha tersebut tidak terkendala
lagi dengan modal terutama modal material.
d. Kekuatan Teknologi
Adanya perkembangan teknologi tentunya akan membantu dan
mempermudah setiap pengusaha dalam menjalankan bisnisnya. Teknologi yang
digunakan perusahaan CV Bening, yaitu teknologi di bidang produksi. Perusahaan 22. Berita Resmi Statistik. 2008. Perkembangan Indikator Makro UKM Tahun 2008.
http://www.scribd.com/doc/16888581/Berita-Resmi-Statistik-Ukm-Bps-2008 [Diakses 21 Maret 2011]
23. Rosid Abdul. Modul manajemen UKM dan Koperasi. Universitas Marcu Buana. http://www.google.co.id/url?sa=t&source=web&cd=1&ved=0CBQQFjAA&url=http%3A%2F%2Fpksm.mercubuana.ac.id [Diakses 21 Maret 2011]
24. Kementerian Koperasi dan UKM Republik Indonesia. http://www.depkop.go.id [Diakses 21 Maret 2011]
50
menggunakan mesin penghancur daging ikan (chopper) dan mesin pengadon
(silent cutter) dan mesin cetak bakso yang mempermudah kegiatan produksi
perusahaan, selain itu perusahaan juga menggunakan frezer untuk menyimpan
hasil olahan yang telah dikemas. Peralatan produksi yang dimiliki CV Bening
masih tertinggal dengan pesaing utamanya. CV Sakana telah memiliki peralatan
yang lebih canggih terutama di alat perebusan yang dimiliki.
Teknologi komunikasi untuk mendapatkan informasi seperti telepon,
handphone juga digunakan perusahaan dalam melakukan hubungan dengan agen
ataupun pemasok, sehingga mempermudah komunikasi dengan pihak-pihak yang
berhubungan dengan perusahaan. Adanya perkembangan teknologi tersebut dapat
dijadikan suatu peluang untuk memperlancar usaha.
6.1.2 Analisis Lingkungan Industri
Menurut Porter (1980), kekuatan kompetitif perusahaan antara industri
dapat dilihat dengan menganalisis lima kekuatan, yaitu ancaman masuknya
pendatang baru, persaingan antar perusahaan dalam industri, ancaman masuknya
produk substitusi, kekuatan tawar menawar pemasok dan kekuatan tawar
menawar konsumen.
1. Ancaman Masuknya Pendatang Baru
Masuknya pendatang baru tentu sangat mempengaruhi berlangsungan
usaha dalam suatu industri, adanya pendatang baru membuat persaingan semakin
ketat. Ada tidaknya ancaman pendatang baru tergantung dari hambatan masuk
perusahaan ke dalam suatu industri. Menurut porter terdapat enam hambatan
masuk perusahaan, yaitu dilihat dari skala ekonomis, diferensiasi produk,
kebutuhan modal, biaya beralih pemasok, akses ke saluran distribusi dan biaya
tidak menguntungkan terlepas dari skala. Adapun penjabaran dari keenam faktor
tersebut yaitu:
1. Skala ekonomis
Perusahaan pengolahan ikan seperti yang dilakukan perusahaan CV
Bening yaitu pembuatan bakso ikan, siomay dan sebagainya dapat dilakukan oleh
siapa saja mulai dari skala usaha rumah tangga hingga besar. Hal ini tergantung
daripada kemampuan tiap perusahaan melakukan produksi dan tergantung
51
kapasitas produksinya, sehingga perusahaan baru dapat dengan mudah masuk ke
dalam industri untuk bersaing dengan perusahaan.
2. Diferensiasi produk
Produk olahan ikan yang dilakukan CV Bening sama dengan produk
olahan yang ada yang dilakukan oleh perusahaan lainnya, tidak ada perbedaan
yang signifikan terhadap produk tersebut. Perbedaan terlihat hanya pada kualitas
produk. Sehingga perusahaan baru akan mudah masuk dan bersaing karena
produk perusahaan tidak memiliki suatu keunikan terhadap produk yang lainnya.
3. Kebutuhan modal
Usaha dalam pengolahan ikan membutuhkan modal yang beragam. Untuk
skala usaha rumah tangga yang tanpa harus memiliki peralatan sendiri, tentulah
tidak membutuhkan modal yang besar. Namun lain halnya dengan skala usaha
yang sudah besar, tentunya harus memiliki modal yang cukup besar karena tidak
mungkin perusahaan tersebut tidak memiliki peralatan sendiri, karena jumlah
produksi yang sudah besar mengharuskan perusahaan melakukan pengadaan
peralatan penggiling daging, dan alat adon yang harganya sekitar tujuh jutaan.
Selain itu untuk masalah permodalan perusahaan bisa mengajukan pinjaman
modal karena adanya bantuan untuk UMKM. Dapat disimpulkan, kebutuhan
modal dalam menjalankan usaha pengolahan ikan bukan suatu hambatan yang
besar karena bergantung pada skala.
4. Biaya beralih pemasok
Kebutuhan akan bahan baku produk olahan ikan dapat terpenuhi dari
berbagai pemasok yang ada. Jumlah pemasok ikan cukup banyak tersebar di
beberapa daerah di Indonesia sehingga biaya beralih pemasok cukup rendah.
5. Akses ke saluran distribusi
Saluran distribusi pada suatu perusahaan tentunya berbeda-beda. Pada
usaha olahan ikan CV Bening perusahaan telah mempunyai konsumen berupa
agen dan pedangan keliling tetap yang telah berlangganan cukup lama. Tentunya
untuk perusahaan yang baru akan mudah mencari jalur distribusi produk ikan
olahannya, karena permintaan ikan masih cukup banyak. Hal ini terlihat dari
tingkat konsumsi ikan yang terus meningkat.
52
6. Biaya tidak menguntungkan
Biaya tidak menguntungkan biasanya dialami oleh pendatang baru, karena
mereka masih mencoba masuk dalam industri yang baru. Ketika mereka belum
mampu bersaing dan gagal, akan menjadi beban perusahaan karena mengeluarkan
banyak biaya untuk menjalankan usaha barunya.
2. Persaingan antar Perusahaan dalam Industri
Menjalankan suatu usaha tentunya tidak lepas dari persaingan. Persaingan
perusahaan dalam industri merupakan hal yang biasa terjadi. Hal tersebut terjadi
karena perusahaan tersebut sama-sama ingin mendapatkan keuntungan dengan
peluang usaha yang ada. CV Bening pun menghadapi persaingan dalam industri
pengolahan ikan. Dari Kabupaten Bogor saja, perusahaan yang sama dengan CV
Bening ada empat perusahaan. Keempat perusahaan tersebut memiliki tujuan
pasar yang sama yaitu setidaknya wilayah Jabodetabek. Jika dibandingkan dengan
perusahaan pesaingnya unggul dalam hal kualitas, sehingga perusahaan
mendapatkan penghargaan dan prestasi. Disisi lain CV Sakana memiliki produk
yang lebih beragam. Produk yang tidak dimiliki Bening, antara lain: scallop,
salmon roll, tuna roll, udang roti, dan bakwan. Sehingga dapat dikatakan Sakana
memiliki produk yang inovatif dan mampu menawarkan banyak pilihan produk
olahan ikan bagi masyarakat. Adanya perusahaan sejenis dapat menjadi ancaman
perusahaan yang cukup kuat karena bisa saja peluang pasar yang masih terbuka
luas diambil seluruhnya oleh perusahaan pesaingnya.
3. Ancaman Masuknya Produk Pengganti
Produk pengganti atau substitusi merupakan ancaman, karena
keberadaannya memiliki dampak cukup besar bagi perusahaan. Suatu barang yang
memiliki barang substitusi dalam jumlah yang banyak akan memiliki permintaan
yang elastis, ini artinya jika harga dinaikkan oleh perusahaan, maka permintaan
terhadap produk tersebut akan menurun. Hal ini terjadi karena konsumen akan
beralih membeli barang substitusinya. Adanya produk substitusi dalam jumlah
banyak akan membatasi keleluasaan perusahaan dalam industri untuk menentukan
harga jual produk.
Produk substitusi dari produk olahan ikan yaitu bakso daging, nugget
ayam, sosis ayam dan daging, ekado ayam ataupun produk olahan ikan lain yang
53
berbeda dengan CV Bening. Produk substitusi tersebut sudah cukup terkenal di
kalangan masyarakat sehingga produk substitusi merupakan ancaman bagi CV
Bening.
4. Kekuatan Tawar – menawar Pemasok
Analisis kekuatan tawar – menawar pemasok akan memperlihatkan
sejauhmana pemasok berpengaruh dalam suatu industri untuk mengatur harga
ataupun kualitas produk. Pada CV Bening, bahan utama yang digunakan adalah
ikan dan udang. Bahan baku tersebut didapatkan dari tujuh pedagang
langganannya antara lain: Bapak Along, Bapak Rudi, Bapak Joni, Bapak Tely,
Bapak Sopyan, Bapak Hadi, dan Bapak Dadang. Seluruh pemasok tersebut
berasal dari Muara Baru, Kemang Bogor, Muara Angke, dan Pondok Gede. Hal
ini dilakukan agar perusahaan memiliki beberapa alternatif pembelian bahan baku,
sehingga ketika harga ataupun kualitas di pemasok yang satu kurang sesuai maka
perusahaan menggunakan pemasok yang lainnya. Namun ternyata dengan jumlah
pemasok tersebut tetap saja ketika musim paceklik, ikan sulit didapatkan.
Sebenarnya dengan potensi perikanan Indonesia, perusahaan dapat menggunakan
pemasok ikan di seluruh Indonesia, sehingga pengadaan bahan baku dapat
terpenuhi meskipun musim paceklik datang.
Bahan baku es batu didapatkan dari satu perusahaan langganannya, karena
perusahaan menganggap harga yang diberikan telah sesuai dengan keinginan
perusahaan. Namun, ketika harga ataupun kualitas dan kuantitasnya sudah tidak
sesuai, maka perusahaan dapat dengan mudah mencari pengganti pemasok es
balok. Selain bahan baku ikan, udang, dan es, perusahaan membelinya di pasar
terdekat. Sehingga dari penjabaran tersebut dapat terlihat bahwa tawar-menawar
pemasok tergolong rendah dan tidak terlalu mengancam keberlangsungan usaha.
Hal ini dapat terjadi jika perusahaan dapat menjalin hubungan baik dengan para
pemasok yang cukup tersedia di beberapa daerah penghasil ikan di Indonesia .
5. Kekuatan Tawar – menawar Konsumen
Usaha pengolahan ikan terdapat di berbagai tempat, sehingga pelaku usaha
harus mampu bersaing dalam mempertahankan konsumen yang ada. Konsumen
produk olahan ikan ini memiliki posisi tawar menawar yang kuat, karena mereka
dapat segera berpindah ke perusahaan lain yang menawarkan produk yang lebih
54
baik, serta harga yang sesuai dengan keinginan konsumen tersebut. Namun pada
produk yang dijual Bening, harga tidak terlalu menjadi faktor pindahnya
konsumen. Hal ini dikarenakan harga produk sejenis antara perusahaan yang satu
dengan yang lainnya tidak berbeda. Sehingga dapat dikatakan bahwa kekuatan
konsumen tidak terlalu mengancam keberadaan perusahaan.
6.2 Analisis Lingkungan Internal
Lingkungan internal merupakan daerah di dalam perusahaan yang
memiliki pengaruh penting dalam mencapai keberhasilan suatu usaha karena
menyangkut apa yang perusahaan dapat lakukan dan dapat dikontrol secara
langsung oleh perusahaan. Analisis lingkugan internal dilakukan untuk
mengetahui faktor-faktor yang menjadi kekuatan dan kelemahan perusahaan.
Analisis lingkungan internal dilakukan melalui pendekatan analisis rantai nilai.
6.2.1 Analisis Rantai Nilai
Analisis rantai nilai merupakan analisis yang dilakukan untuk
mengetahui keadaan internal perusahaan. Analisis rantai nilai terbagi menjadi dua
kegiatan, yaitu kegiatan utama dan kegiatan penunjang.
a. Kegiatan Utama
Merupakan aktivitas-aktivitas yang melibatkan diri dalam penciptaan fisik
produk atau jasa, penjualan dan pengirimannya kepada pembeli, serta aktivitas
purna jual. Secara garis besar kegiatan utama terbagi menjadi lima yaitu kegiatan
membawa bahan baku ke perusahaan (logistik ke dalam), proses bahan baku
menjadi suatu produk (operasi), pengiriman produk (logistik ke luar),
memasarkan produk (pemasaran dan penjualan), serta pelayanan ke konsumen
(layanan). Kegiatan utama yang dilakukan CV Bening sebagai berikut:
1. Logistik ke Dalam (Inbound Logistics)
Kegiatan logistik ke dalam diawali dengan kegiatan penerimaan bahan
baku yaitu ikan pelagis (ikan tuna, marlin, kakap, dan teri) dan udang, pengadaan
bumbu-bumbu (lada, garam, bawang putih, bawang bombay), tepung terigu, es
balokan, lemak sapi dan pengadaan plastik kemasan. Bahan baku ikan didapat
dengan cara pemesanan melalui telepon untuk mengetahui ada tidaknya bahan
material yaitu ikan dan udang di tempat pemasok. Apabila bahan material tersebut
55
tersedia di tempat pemasok maka ikan diambil oleh sopir perusahaan yaitu Bapak
Yandi. Namun terkadang ikan yang ada dikirim oleh pemasok dengan tambahan
biaya pengiriman. Bahan baku ikan ataupun udang yang dipasok, dibawa ke Pasar
Ikan Higienis (PIH) untuk kemudian disimpan di cold storage sehingga ikan yang
didapat tidak mudah rusak. Penjadwalan pemesanan ikan tidak menentu, tetapi
rata-rata pembelian dilakukan dua kali dalam seminggu antara lima kwintal
hingga sepuluh kwintal.
Ikan yang bagus adalah ikan yang dagingnya berwarna merah muda, tidak
banyak kulit dan serat. Ketika ikan yang diberikan tidak sesuai maka ikan tersebut
dikembalikan ke pemasok, dan digantikan dengan ikan yang baru. Perusahaan
mempunyai beberapa pemasok ikan, hal ini untuk mengantisipasi ketika ikan
sedang sulit diperoleh. Pemasoknya berasal dari Muara Baru, Muara Angke,
Kemang Bogor, dan Pondok Gede. Ikan-ikan tersebut dikirim ataupun diambil
dua kali seminggu. Begitu pula dengan es balok, perusahaan selalu mendapatkan
kiriman es dari pemasok yaitu dari perusahaan Citra Lestari Es selama dua hari
sekali. Pengadaan bahan lain selain ikan dan es balok, bahan lainnya adalah
bumbu-bumbu dan tepung. Untuk bahan ini perusahaan melakukan pembelian
dari agen bernama Sadena yang lokasinya tidak jauh dari pabrik produksi yaitu di
Pasar Parung. Ketika perusahaan membuat produk olahan selain bakso tentunya
membutuhkan sayur-sayuran seperti daun bawang, wortel, dan lain-lain dibeli di
pasar Parung pada hari produksi, hal ini dilakukan agar sayur tersebut fresh untuk
jumlahnya pembelian bahan baku tergantung dari instruksi kepala produksi.
Kegiatan logistik ke dalam yang paling bermasalah adalah pengadaan
bahan baku yang masih lemah. Hal ini biasa terjadi ketika musim paceklik ikan.
Musim ini terjadi karena adanya peralihan musim dari musim barat ke musim
timur. Peralihan musim tersebut terjadi pada bulan Maret hingga April, namun
karena cuaca yang tidak dapat diprediksi, musim timur lebih cepat terjadi yaitu
pada bulan Februari. Musim tersebut angin kencang dan ombak besar sehingga
nelayan jarang melaut. Tetapi sebenarnya perusahaan dapat tetap memiliki bahan
baku ikan jika saja perusahaan memiliki strategi untuk mengatasi kelemahan
mereka tersebut.
56
2. Operasi
Kegiatan produksi yang dilakukan oleh perusahaan dapat dikatakan sudah
baik. Dalam menjalankan produksi, perusahaan telah menjalankan prosedur
produksi berdasarkan standar HACCP (Hazard Analysis dan Critical Control
Points) yaitu melakukan penyekatan ruangan yang digunakan oleh perusahaan
dalam kegiatan produksinya. Perusahaan telah memisahkan antara tempat
pengadaan bahan baku basah atau kering, tempat pencucian bahan baku, tempat
pengolahan hingga produk jadi. Peraturan tersebut dibuat untuk menjaga
kehigienisan produk, sehingga tidak terkontaminasi oleh apapun. Kebersihan
tempat sudah cukup diperhatikan, beberapa kali lantai produksi disiram air agar
lantai bersih kembali. Proses produksi olahan ikan tentunya berbeda-beda
tergantung produk olahannya. Secara umum proses produksi pengolahan ikan
dapat dilihat pada Gambar 10.
Gambar 10. Proses Produksi Pengolahan Ikan Sumber: CV Bening Jati Anugrah (2011)
a. Pengadaan bahan baku
Bahan baku yang dibutuhkan disiapkan sesuai banyaknya adonan yang
akan dibuat pada hari itu. Bahan yang digunakan meliputi ikan, udang, lemak
sapi, es batu, dan bumbu-bumbu yang sesuai dengan jenis produk yang akan
diproduksi.
Pencampuran bahan-bahan tambahan
Pengadaan bahan baku
Pencucian bahan-bahan
Penggilingan bahan-bahan
Pembentukan adonan
Perebusan atau pengukusan
Penirisan
57
b. Pencucian bahan-bahan
Setelah bahan-bahan siap, maka kemudian bahan-bahan produksi seperti
ikan, udang, dan lemak sapi dicuci hingga bersih.
c. Penggilingan bahan-bahan
Bahan-bahan olahan seperti ikan, lemak sapi, udang digiling menjadi satu
pada mesin chopper. Penggilingan dilakukan dua kali agar bahan material tersebut
benar-benar halus sehingga tekstur produk akan halus pula.
d. Pencampuran bahan-bahan tambahan
Bahan material yang sudah digiling kemudian dimasukkan ke dalam
mesian sillent cutter serta ditambahkan dengan bahan-bahan tambahan seperti
tepung terigu, telor, bumbu, es batu, dan lain-lain. Bahan tambahan untuk
produksi berbeda-beda tergantung dari jenis produk yang akan diproduksi.
Rincian selengkapnya pada Lampiran 3 hingga Lampiran 14.
e. Pembentukan adonan
Adonan yang telah siap kemudian dibentuk sesuai dengan jenis produk
yang diproduksi. Misalnya untuk bakso, maka adonan dibentuk bulat, sedangkan
kaki naga dibentuk bulat lonjong dengan diberikan batang pada bagian tengahnya.
f. Perebusan atau pengukusan
Produk yang telah dibentuk kemudian direbus untuk bakso dan dikukus
untuk produk olahan lainnya. Proses ini dilakukan kurang lebih selama lima belas
menit. Perebusan bakso ini menggunakan perebusan manual.
g. Penirisan
Produk yang telah direbus atau di kukus kemudian ditiriskan di atas papan
bambu dengan kipas angin untuk mempercepat proses pendinginan tersebut.
Pendinginana ini dilakukan agar produk tidak mudah rusak atau busuk.
3. Logistik ke Luar (Outbound Logistics)
Logistik ke luar perusahaan meliputi penanganan produk jadi. Penanganan
produk jadi yaitu produk yang telah selesai diproduksi, kemudian dikemas ke
dalam plastik ukuran ½ kg untuk produk olahan selain bakso dan plastik besar
untuk olahan bakso. Pengemasan produk dilakukan setelah produk-produk
tersebut benar-benar dingin, hal ini dilakukan agar produk tidak mudah busuk.
Kemudian untuk produk olahan selain bakso diberikan pelabelan, nama produk
58
serta tanggal kadaluarsa produk, setelah itu produk yang telah dikemas ada yang
dikirim langsung ke pelanggan ada yang disimpan diruang penyimpanan. Produk
olahan selain bakso langsung di kirim untuk disimpan di PIH (Pasar Ikan
Higienis). Semua stok olahan bakso tetap disimpan di pabrik sekaligus kantor CV
Bening. Pemesanan produk biasanya satu hari sebelum produk dihasilkan,
sedangkan untuk bakso biasanya perusahaan langsung memproduksi dalam
jumlah tertentu, karena setiap hari agen-agen ataupun pedagang keliling
mengambil bakso.
4. Pemasaran dan Penjualan
Pemasaran dilakukan melalui agen-agen dibeberapa wilayah seperti
Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi. Penjualan produk olahan selain
bakso dilakukan di Pasar Ikan Higienis, sedangkan penjualan untuk olahan bakso
dilakukan di pabrik sekaligus kantor CV Bening selain ke agen-agen penjualan
bakso dilakukan ke para pedagang keliling baik pedagang binaan perusahaan
ataupun pedagang keliling dengan modal sendiri. Analisis pemasaran dapat dilihat
dari STP dan Bauran pemasaran 4P, yaitu:
1. Segmentasi : Produk yang dihasilkan untuk masyarakat bawah (bakso ikan),
segala kalangan masyarakat (olahan selain bakso)
2. Targetting : Semua golongan mulai anak-anak hingga dewasa
3. Positioning : Cemilan yang menyehatkan
Bauran Pemasaran dari produk olahan CV Bening, yaitu:
1. Produk (Product)
Produk yang dihasilkan oleh CV Bening merupakan produk olahan ikan,
yaitu bakso ikan, nugget, ekado, siomay, kaki naga. Produk selain bakso dikemas
ke dalam plastik dengan berat ½ kg dalam setiap kemasannya. Kemasan
kemudian diberi label perusahaan yang berisikan keterangan halal MUI
Kabupaten Bogor, nama produk, dan tanggal kadaluarsa.
2. Harga (Price)
Harga dari produk olahan ikan ini berbeda, untuk bakso ikan kemasan isi
50 butir dijual dengan harga Rp 300 per butir, harga tersebut untuk agen ataupun
pedagang non binaan perusahaan, sedangkan untuk pedagang binaan perusahaan
menjual dengan harga Rp 315 per butir. Perbedaan tersebut terjadi karena untuk
59
agen binaan, segala peralatan dagang disediakan oleh perusahaan, seperti gerobak,
kompor, tabung gas, dan sebagainya. Produk olahan selain bakso dijual dengan
harga berkisar Rp 13.500 s.d. Rp 14.500 per kemasan. Penetapan harga ini selain
didasarkan kepada harga pokok produksi juga berdasarkan harga yang digunakan
oleh pesaing. Sehingga perusahaan tidak bisa menaikkan harga di atas harga
pesaing demi meningkatkan keuntungan perusahaan.
3. Tempat (Place)
Pemasaran produk dilakukan di tempat yang berbeda. Bakso ikan dijual di
pabrik sekaligus kantor perusahaan. Produk ini dijual kepada agen dan pedagang
keliling. Agen-agen yang disuplai oleh perusahaan berasal dari Depok, Citayem,
Bogor, Cilengsi sedangkan pedagang keliling hanya berada di daerah Bogor saja.
Olahan selain ikan dijual di pasar ikan higienis yang kemudian dijual ke daerah
Jabodetabek.
4. Promosi (Promotion)
Pada awalnya perusahaan mempromosikan produk-produknya dengan
mengikuti bazar-bazar, namun saat ini promosi tidak dilakukan oleh perusahaan.
Saat ini promisi yang dilakukan adalah dengan memberikan sample kepada calon
pembeli. Selain itu biasanya konsumen mengetahui perusahaan ini dari konsumen
lama, ataupun dari dinas peternakan dan perikanan karena CV Bening telah
memiliki nama baik di lingkungan eksternal. Sehingga dapat dikatakan belum ada
promosi khusus yang dilakukan perusahaan seperti melalui media hal tersebut
dikarenakan mahalnya biaya iklan di media.
5. Layanan
Layanan baik yang diberikan perusahaan tentunya akan berdampak
terhadap nama baik perusahaan dimata konsumennya. Pelayanan yang dilakukan
perusahaan antara lain pengontrolan hasil akhir produk dengan mencicipi produk
dan melihat tekstur produk sehingga produk yang dijual terjamin kualitasnya.
Kemudian perusahaan juga melakukan layanan pasca pembelian yaitu menerima
kembali produk-produk terutama bakso ikan ketika produk tidak terjual. Namun
hal ini jarang terjadi di dalam perusahaan, karena bakso yang diambil oleh
konsumen selalu habis terjual.
60
b. Kegiatan Pendukung
Merupakan aktivitas-aktivitas yang melengkapi aktivitas utama dengan
berbagai fungsi, yaitu kelengkapan infrastruktur, manajemen SDM,
pengembangan teknologi, dan pembelian. Berikut kegiatan pendukung dalam CV
Bening Jati Anugrah:
1. Infrastruktur Perusahaan
Infrastruktur perusahaan meliputi manajemen umum, administrasi,
keuangan dan akuntansi, hukum serta perpajakan. Sistem manajemen kerja CV
Bening masih terpusat di pemilik perusahaan, informasi didapatkan dari atas ke
bawah. Manajemen permodalan pun pemilik masih sangat lemah karena uang
perusahaan pengolahan masih tercampur dengan rekening pribadi. Selain itu
perusahaan juga hanya mengandalkan modal sendiri yang jumlahnya tentu
terbatas. Sehingga hal tersebut dapat mengganggu berjalannya aktivitas usaha.
Manajemen keuangan perusahaan pun masih sangat sederhana, hanya
menggunakan catatan manual. Namun untuk data penjualan, bagian administrasi
membuat laporan dalam bentuk excel setiap bulannya tetapi belum rapi.
CV Bening merupakan perusahaan berbadan hukum dalam bentuk
perusahaan komanditer (CV) yang dipimpin oleh Ibu Purnani. Produk-produk
olahan yang dihasilkan perusahaan telah memiliki sertifikasi halal MUI Jawa
Barat dengan No. 01101031860608 dan mendapatkan sertifikasi jaminan mutu
produk dari Kementerian Kelautan dan Perikanan. Selain itu perusahaan memiliki
sertifikat P-IRT dengan No. 213327603099, serta sudah melakukan wajib pajak
dengan mempunyai NPWP untuk usahaanya pada Tahun 2007.
2. Manajemen Sumberdaya Manusia
Tenaga kerja perusahaan berasal dari daerah dekat perusahaan. Tenaga
kerja yang ada pada perusahaan merupakan aset yang dapat digunakan untuk
melakukan bisnis pengolahan ikan tersebut karena sumberdaya manusia yang
dimiliki diketahui memiliki kerajinan, keuletan, dan keloyalan terhadap
perusahaan dan juga memiliki keinginan yang sama untuk memajukan perusahaan
walaupun saat ini perusahaan telah mengalami penurunan omset penjualan. Ketika
tenaga kerja baru dibutuhkan maka perusahaan melakukan pengajaran seluruh
kegiatan perusahaan. Hal ini dilakukan agar tenaga kerja tersebut mengetahui tata
61
cara kegiatan usaha, serta setiap tenaga kerja mengetahui dan bisa melakukan
seluruh kegiatan usaha. Tenaga kerja perusahaan terdiri dari enam belas orang
dengan latar belakang pendidikan yang beragam, yaitu SD, SMP, SMA, dan
Sarjana. Latar belakang dari tenaga kerja CV Bening dapat dilihat pada Tabel 13.
Tabel 13. Sebaran Jumlah Tenaga Kerja Berdasarkan Latar Belakang Pendidikan
Pendidikan Jumlah Tenaga Kerja (Orang) SD 1
SMP 4 SMA 8
S1 3 Sumber: CV Bening Jati Anugrah (2011)
Menurut perusahaan tingkat pendidikan dapat berpengaruh ataupun tidak
berpengaruh tergantung daripada posisi pekerjaannya. Untuk penempatan kasir
dibutuhkan minimal SMA agar mengetahui bagaimana cara pembukuan yang
baik, sedangkan untuk bagian produksi dan operasional perusahaan tidak
mempermasalahkan status pendidikan, karena untuk posisi tersebut membutuhkan
keterampilan dan keterampilan tersebut dapat dilakukan oleh para pekerja dan
dapat dipelajari ketika mereka masuk perusahaan dan diajarkan oleh para manajer
perusahaan. Tingkat upah yang diberlakukan perusahaan berbeda-beda tergantung
dari lama kerja karyawan. Gaji terbesar pada perusahaan adalah Rp 3.500.000
sedangkan untuk karyawan gaji terbesar yang diberikan perusahaan adalah Rp
1.200.000 per bulan dan gaji terkecil untuk karyawan adalah Rp 675.000. Gaji
tersebut disesuaikan dengan lama karyawan bekerja. Gaji tersebut belum termasuk
bayaran tambahan ketika mereka melakukan kerja lembur.
3. Pengembangan Teknologi
Peralatan yang digunakan oleh perusahaan dapat dikatakan sudah cukup
canggih, karena perusahaan telah menggunakan peralatan sendiri seperti mesin
penghancur daging (chopper), alat pengadon (silent cutter), alat pencetak bakso,
dan kompor set yang terdiri dari empat mata api. Alat-alat tersebut sudah cukup
baik untuk perusahaan pengolahan ikan, namun ternyata peralatan tersebut masih
jauh tertinggal jika dibandingkan dengan salah satu pesaingnya yang telah
memiliki peralatan yang lebih canggih. Salah satunya terlihat dari alat perebusan
baksonya. Pada CV Bening perebusan masih manual yaitu menggunakan panci
62
perebusan sehingga masih membutuhkan banyak tenaga kerja jika dibandingkan
dengan salah satu pesaingnya yaitu CV Sakana.
Teknologi komunikasi yang digunakan oleh perusahaan untuk
menghubungi pelanggan dan supplier yaitu telepon dan handphone, namun
perusahaan lebih sering menggunakan handphone. Untuk melakukan promosi,
perusahaan belum menggunakan layanan informasi internet bahkan perusahaan
juga belum memiliki website perusahaan, sehingga hanya beberapa daerah saja
yang mengetahui perusahaan ini.
4. Pembelian
Perusahaan melakukan pembelian bahan baku, peralatan dan perlengkapan
perusahaan. Pembelian bahan baku ikan dan udang dilakukan dibeberapa daerah
antara lain: Muara Baru, Muara Angke, Kemang Bogor, dan Pondok Gede, tiap-
tiap tempat tersebut terdapat beberapa pemasok. Bahan baku es batu dibeli di
Tangerang, dan bahan baku lainnya dibeli di Pasar Parung. Pemilihan perusahaan
untuk melakukan pembelian dibeberapa pemasok tersebut agar harga bahan baku
yang didapat tidak terlalu mahal. Pembelian bahan baku ikan dan udang dilakukan
dua kali seminggu, es dilakukan dua hari sekali dan bahan baku lainnya dilakukan
setiap hari sebelum produksi.
6.2.2 Keterkaitan Komponen pada Rantai Nilai
1. Keterkaitan Komponen pada Kegiatan Utama
Kegiatan utama dalam rantai nilai tentunya memiliki keterkaitan satu
dengan yang lainnya. Kegiatan inbound logistik pada CV Bening dapat dikatakan
masih lemah. Hal ini terlihat dari kegiatan pengadaan bahan baku ikan dan udang.
Saat ini perusahaan telah memiliki tujuh pemasok ikan sekaligus udang untuk
mengantisipasi kesulitan mendapatkan bahan baku, namun dengan pemasok
tersebut ternyata CV Bening masih saja kesulitan mendapatkan bahan baku
terutama pada musim-musim tertentu. Sistem pengiriman bahan baku tidak tetap,
terkadang perusahaan yang mengambil terkadang pihak pemasok yang
mengirimkan. Dalam hal ini perusahaan juga harus menetapkan sistem
pengiriman bahan bakunya yang tetap sehingga prosedur pengiriman lebih teratur.
Keterbatasan pada kegiatan inbound logistik akan mengganggu pada kegiatan
operasi perusahaan. Ketersediaan bahan baku yang tidak menentu mengakibatkan
63
kegiatan operasi juga tidak menentu. Ikan dan udang merupakan bahan baku
penting dalam kegiatan operasi. Dapat dikatakan kegiatan operasi pada CV
Bening sudah baik karena perusahaan telah menerapkan standar dasar pelaksanaan
pengolahan ikan yaitu HACCP.
Kegiatan logistik ke luar CV Bening sudah cukup baik. Perusahaan telah
melakukan pengemasan dan pelabelan namun masih sederhana. Kegiatan ini akan
terganggu apabila kegiatan logistik ke dalam dan kegiatan operasi terganggu. Hal
ini berimplikasi kepada tertundanya penanganan produk jadi. Ketika penanganan
produk jadi tersebut terhambat maka kegiatan pemasaran dan penjualan pun akan
terganggu. Sehingga hal ini akan berpengaruh terhadap ketepatan penyediaan
produk untuk konsumen yang mayoritas agen dan pedagang. Pedagang atau agen
yang membeli produk tentunya tidak ingin usahanya terganggu akibat pasokan
ikan olahan perusahaan tidak tepat waktu. Hal ini tentunya akan mempengaruhi
minat beli ulang konsumen yang sudah menjadi langganan perusahaan. Selain itu
servis yang dilakukan perusahaan juga sangat mempengaruhi kepuasan
konsumen. Dalam hal ini perusahaan melakukan pelayanan yang sudah cukup
baik. Penerimaan kembali produk yang tidak terjual oleh agen ataupun pedagang
kelilingnya dilakukan sebagai pelayanan perusahaan kepada konsumennya.
Dari lima kegiatan tersebut terlihat bahwa kegiatan dalam rantai nilai
memiliki keterkaitan satu dengan yang lainnya. Pada CV Bening, kegiatan utama
yang paling lemah dan sangat mempengaruhi kegiatan utama lainnya yaitu
kegiatan inbound logistik.
2. Keterkaitan Komponen pada Kegiatan Pendukung
Selain kegiatan utama, kegiatan yang mempengaruhi berjalannya kegiatan
usaha perusahaan adalah kegiatan pendukung. Kegiatan pendukung pada CV
Bening Jati Anugrah yang dapat dikaji antara lain infrastruktur, manajemen
sumberdaya manusia, pengembangan teknologi dan pembelian. Infrastruktur
perusahaan belum cukup kokoh untuk mendukung perusahaan, ditambah lagi
dengan manajemen sumberdaya manusia yang belum terstruktur dengan rapi,
serta sistem pembelian yang tidak teratur membuat kegiatan tersebut belum
sepenuhnya mendukung kegiatan perusahaan. Infrastruktur yang mendukung
64
kegiatan perusahaan yaitu bentuk hukum perusahaan yaitu CV dan sertifikasi
produk yang telah dimiliki perusahaan.
3. Keterkaitan Kegiatan Utama dengan Kegiatan Pendukung
Keberhasilan suatu usaha tidak terlepas dari kekokohan internal
perusahaannya. Ketika semua aspek-aspek internal dalam rantai nilai sudah kokoh
satu sama lainnya maka akan menghasilkan margin bagi perusahaan. Ketika
kegiatan utama sudah baik tetapi kegiatan penunjang tidak dapat menunjang maka
tetap saja perusahaan belum kuat dari sisi internalnya, begitu juga sebaliknya.
65
VII. FORMULASI STRATEGI
7.1 Identifikasi Faktor Peluang dan Ancaman
Peluang merupakan sesuatu yang dapat diambil atau dimanfaatkan oleh
perusahaan dengan menggunakan kekuatan yang dimiliki. Ancaman adalah
sesuatu yang dapat mengancam berjalannya suatu usaha, oleh sebab itu
perusahaan harus mencoba meminimalkan atau menghindari ancaman tersebut.
Adapun faktor lingkungan eksternal yang menjadi peluang, antara lain:
1. Trend konsumsi ikan semakin meningkat
Terjadinya peningkatan konsumsi ikan nasional dapat dijadikan peluang
usaha. Hal ini memperlihatkan bahwa setiap tahunnya makin banyak masyarakat
yang mengonsumsi ikan. Peningkatan konsumsi ikan, tentunya didasari dengan
semakin meningkatnya jumlah penduduk Indonesia yang hingga tahun 2010
mencapai 237,6 juta orang. Selain itu berdasarkan hasil Susenas Panel Maret
(2009), terlihat bahwa, pengeluaran konsumsi ikan rata-rata per kapita sebulan
mengalami peningkatan dari tahun 2008 yaitu Rp 15.315 menjadi Rp 18.454 pada
tahun 2009. Tingkat konsumsi ikan cenderung meningkat, namun seperti
diketahui tingkat konsumsi ikan nasional masih tergolong rendah. Oleh karena itu
perusahaan masih dapat memasarkan produk olahan ikan untuk meningkatkan
konsumsi ikan nasional.
2. Adanya program GEMARIKAN
Program GEMARIKAN merupakan program yang diupayakan oleh
Kementerian Kelautan dan Perikanan untuk mengkampanyekan pentingnya
mengonsumsi ikan kepada masyarakat. Sehingga masyarakat lebih paham
terhadap kesehatan mereka. Adanya program tersebut secara tidak langsung
menguntungkan perusahaan dan dapat dijadikan peluang bagi perusahaan, karena
dengan program tersebut masyarakat mengetahui manfaat mengonsumsi ikan dan
akan lebih banyak mengonsumsi ikan dalam bentuk apapun.
3. Adanya program pelatihan pengolahan produk hasil perikanan dari Dinas Perikanan dan Peternakan Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat dan Kementerian Kelautan dan Perikanan
66
Program tersebut menjadi suatu peluang bagi perusahaan pengolahan ikan,
terutama perusahaan yang masih skala kecil. Bagi perusahaan berskala kecil
program tersebut dapat memperkaya pengetahuan dan keterampilan pelaku usaha
dalam hal pengolahan ikan. Sehingga dengan adanya pelatihan perusahaan dapat
lebih termotivasi untuk melakukan perbaikan kualitas produk sehingga produk
dapat bersaing dengan produk pesaingnya.
4. Perkembangan teknologi informasi, produksi, dan pemasaran
Perkembangan teknologi yang dapat dijadikan peluang yaitu teknologi
dalam hal mendapatkan informasi seperti trend konsumsi masyarakat, informasi
harga, informasi pasokan bahan baku, dan lain-lain yang mendukung
keberlangsungan perusahaan. Selain itu peluang lainnya adanya perkembangan
teknologi pemasaran dan produksi. Perkembangan teknologi pemasaran tersebut
membuat perusahaan dapat lebih mudah memasarkan produk tanpa batasan waktu
ataupun tempat tujuan, kemudian adanya perkembangan produksi juga membuat
perusahaan dapat lebih efektif dan efisien dalam melakukan kegiatan produksi
serta dapat memberikan nilai tambah pada limbah ataupun bahan yang tidak
masuk kriteria di produk utama perusahaan.
5. Adanya kesempatan UMKM mendapatkan bantuan baik material maupun non material baik dari pihak Dinas Perikanan dan Peternakan Kab. Bogor, Provinsi Jawa Barat dan dari Perbankan
Bantuan dalam hal material dan non material dari pemerintah dan
Perbankan dapat dijadikan peluang karena dengan adanya program tersebut
perusahaan dapat dipermudah dalam hal modal ataupun pengadaan peralatan
usaha. Bantuan tersebut akan didapatkan karena perusahaan memenangkan
perlombaan, ataupun mengajukan proposal usaha.
6. Peningkatan PDRB per Kapita
Adanya peningkatan PDRB Per Kapita terjadi pada daerah tujuan
pemasaran produk CV Bening yaitu provinsi DKI Jakarta, Jawa Barat, dan
Banten. Peningkatan ini mengindikasikan bahwa perekonomian daerah tersebut
semakin baik. Ketika ekonomi daerah makin baik maka daya beli masyarakat
daerah tersebut meningkat, ketika kesejahteraan meningkat maka masyarakat akan
mementingkan kesehatan dan akan mengonsumsi makanan yang sehat. Hal ini
67
dapat dijadikan peluang bagi perusahaan yang membuat produk olahan ikan dan
akan dipasarkan ke daerah-daerah tersebut.
7. Pemasok ikan ada dalam jumlah yang banyak
Seperti yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya, jumlah pemasok ikan di
Indonesia cukup banyak. Di Indonesia terdapat beberapa pelabuhan yang dibagi
menjadi empat bagian yaitu 1) Pelabuhan Perikanan Samudera (PPS) yang terdiri
dari beberapa tempat pelabuhan antara lain Jakarta, Kendari, Cilacap, Belawan,
Bungus, dan Bitung, 2) Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) yang terdiri dari
beberapa tempat pelabuhan seperti Ambon, Brondong, Kejawan, Pekalongan,
Pelabuhan Ratu, Ternate, Tanjung Pandang, 3) Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP)
yang berada di Lampulo, Sikakap, Tarempa, Pulau Tello, Karangantu,
karimunjawa, Bawean, Banjarmasin, Tarakan, Hantipan, Teluk Bantang, Tenau-
kupang, Labuhan Lombok, Dagho, Pengambengan, dan Teluk Sari. 4) Pangkalan
Pendaratan Ikan, tersebar di daerah-daerah pantai, antara lain Juwana dan Pati.
Adanya pelabuhan perikanan di beberapa daerah tersebut, secara langsung
memperlihatkan bahwa terdapat banyak pemasok ikan di Indonesia.
Faktor eksternal yang menjadi ancaman perusahaan, antara lain:
1. Barrier to entry usaha pengolahan ikan rendah
Setiap tahunnya pasti ada penambahan jumlah perusahaan olahan ikan, dan
penambahan tersebut tentunya akan semakin meningkatkan persaingan dalam
daerah tersebut. Pengusaha yang membuat usaha olahan ikan tidak harus dalam
skala besar sehingga siapapun dapat masuk dalam suatu industri.
2. Persaingan dengan perusahaan sejenis
Ancaman lain yang dirasakan perusahaan adalah adanya perusahaan yang
sejenis tentunya produk yang dihasilkan sama dan segmentasi yang sama pula,
oleh karena itu perusahaan harus mampu mengantisipasi dan membuat strategi
agar bisa bertahan dalam usahanya.
3. Persaingan dengan produk substitusi
Adanya perusahaan substitusi juga menjadi ancaman perusahaan, sebab
produk yang dihasilkan perusahaan ini terbilang baru jika dibandingkan dengan
produk substitusinya seperti bakso sapi, nugget ayam dan lain-lain, sehingga
68
dalam hal ini perusahaan harus mampu memikirkan cara untuk bisa bertahan
dalam suatu industri.
4. Tingkat Inflasi yang cenderung meningkat
Tingkat inflasi di Indonesia pada bulan Februari 2010 hingga Februari 2011
berfluktuasi dan cenderung meningkat. Adanya perubahan tingkat inflasi tiap
bulannya membuat terjadinya ketidakpastian perusahaan dalam menjankan
usahanya. Hal ini dapat berpengaruh terhadap harga pokok penjualan. Ketika
harga-harga mengalami peningkatan maka biaya pokok produksi bertambah,
sehingga akan berdampak kepada keuntungan yang perusahaan terima.
Perusahaan dalam hal ini tidak dapat menaikkan harga secara sepihak demi
mempertahankan keuntungan karena harga produk perusahaan berdasarkan harga
para pesaingnya. Selain itu tingkat inflasi juga mempengaruhi prioritas pemilihan
barang atau jasa yang akan dikonsumsi oleh masyarakat. Ketika inflasi meningkat
maka masyarakat cenderung mengonsumsi makanan pokok.
7.2 Identifikasi Faktor Kekuatan dan Kelemahan
Berdasarkan analisis internal dengan pendekatan rantai nilai didapatkan
beberapa faktor kekuatan dan kelemahan pada CV Bening. Kekuatan yang
dimiliki perusahaan merupakan sesuatu yang dapat dimanfaatkan oleh perusahaan
dalam memenangkan persaingan yang ada, sedangkan kelemahan merupakan
suatu hal yang dapat menghambat perusahaan mencapai suatu tujuan karena hal
ini akan menurunkan kinerja perusahaan. Adapun faktor internal yang menjadi
kekuatan yang dimiliki CV Bening, antara lain:
1. Lokasi perusahaan strategis
Lokasi perusahaan yang strategis maksudnya adalah lokasi perusahaan baik
kantor ataupun pabrik dekat dengan jalan utama sehingga mudah dijangkau oleh
pemasok, ataupun konsumen yang ingin membeli produk dan ingin melihat proses
produksi produk. Hal ini menjadi keunggulan jika dibandingkan dengan
perusahaan pesaing utamanya yaitu Sakana, dan perusahaan sejenis yaitu Bintang
yang berada di dekat perusahaan. Lokasi Sakana lebih dalam dan cukup jauh
untuk menuju jalan utama, sedangkan Bintang, lokasi pabrik cukup dalam dan
sulit dijangkau kendaraan roda empat, sehingga sulit untuk pendistribusian bahan
69
baku dari pemasok ke pabrik, keberadaan kantor dan lokasi tentunya
mempengaruhi efisiensi waktu untuk kegiatan operasional perusahaan.
2. Memiliki prestasi dan penghargaan
Prestasi dan penghargaan yang diraih perusahaan cukup banyak, antara lain:
menjadi terbaik satu dalam hal verifikasi UMKM pengolahan hasil perikanan
tingkat provinsi pada tahun 2009 dari Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi
Jawa Barat, menjadi juara satu penghargaan Adibakti Mina Bahari bidang
pengolahan dan pemasaran hasil perikanan tingkat nasional tahun 2008, dan
mendapatkan beberapa plakat sebagai ucapan terima kasih dari kunjungan Dinas
Provinsi Riau, Dinas Provinsi Sumatera Barat, dan studi banding dari penyuluh
perikanan Kabupaten Bandung. Kekuatan tersebut tentunya sangat bermanfaat
apabila digunakan untuk memajukan perusahaan, karena prestasi tersebut dapat
dijadikan gambaran bahwa perusahaan merupakan perusahaan yang kompeten
dibidangnya.
3. Perusahaan telah menjalankan kegiatan produksi berdasarkan HACCP
Kegiatan produksi yang sesuai dengan HACCP yaitu kegiatan yang
mengikuti prosedur pelaksanaan, yaitu adanya ruang sekat antara tempat basah
ataupun tempat kering. Tempat basah disini adalah tempat pencucian bahan baku,
dan pencucian alat-alat produksi. Tempat kering yaitu tempat penyimpanan bahan
baku keting seperti tepung, bumbu dan telur, ataupun tempat penirisan produk
jadi. Produk jadi tidak boleh kembali ke tempat penyimpanan ataupun tempat
penggilingan bahan baku. Hal inilah yang tidak dilakukan oleh perusahaan lain
karena perusahaan lain memiliki luas pabrik yang lebih kecil daripada Bening,
sehingga tidak disekat-sekat seperti Bening. Dengan penerapan kegiatan produksi
yang telah sesuai HACCP membuat perusahaan lebih mudah dipercaya oleh pihak
eksternal dalam hal kualitas produk.
Faktor-faktor internal yang menjadi kelemahan perusahaan, antara lain:
1. Pemilik tidak hanya fokus menjalankan pada satu usaha yaitu usaha pengolahan ikan
Pemilik perusahaan tidak hanya menjalankan usaha pengolahan tetapi juga
menangani proyek lain, sehingga waktu, uang, tenaga, dan fikiran pemilik pun
terpecah. Setiap menjalankan usaha tentunya perusahaan menghadapi
70
permasalahan, ketika pemilik memiliki banyak proyek yang ditangani sendiri
maka pemilik dikhawatirkan tidak fokus menyelesaikan masalah yang timbul
tersebut. Hal ini menjadi kelemahan sebab pemilik memiliki peranan yang besar
dalam kegiatan usaha, sehingga keberadaan pemilik secara utuh, amat penting
bagi perusahaan.
2. Segala keputusan kegiatan usaha masih bergantung pada pemilik perusahaan
Segala kegiatan perusahaan masih mengandalkan pemilik, meskipun ada
kepala bagian tetap saja mereka tidak dapat mengambil keputusan sendiri,
sehingga segala kegiatan usaha berjalan dengan lambat sebab menunggu
keputusan dari pemilik. Hal ini menjadi kelemahan karena sistem organisasi tidak
berjalan dengan baik, dan hal tersebut menghambat berkembangnya suatu usaha,
padahal beberapa karyawan mampu memberikan masukkan ke perusahaan karena
beberapa dari karyawan sudah memiliki pengalaman dalam usaha pengolahan
tersebut.
3. Tidak adanya divisi pemasaran secara khusus, pemasaran masih dilakukan oleh pemilik
Kegiatan pemasaran merupakan salah satu kegiatan yang penting dalam
berjalannya suatu perusahaan, pemasaran yang bagus tentunya akan membuat
perusahaan berkembang dan membuat produk tersebar luas dipasaran sehingga
penjualan perusahaan pun akan meningkat.
4. Administasi dan keuangan perusahaan belum rapi
Administrasi dan keuangan perusahaan belum rapi, contohnya adalah belum
adanya rekening khusus untuk pengolahan ikan, sehingga uang yang masuk
ataupun keluar tidak dapat termonitor secara teratur. Pendapatan perusahaan
masuk ke rekening para kepala bagian, sehingga dikhawatirkan perusahaan tidak
dapat secara langsung melihat jumlah uang perusahaan. Selain itu perusahaan
telah membuat laporan keuangan, namun masih bersifat sederhana serta
pencatatan yang per hari yang masih dalam lembar-lembaran kertas.
5. Modal usaha terbatas
Modal merupakan sumberdaya yang penting dalam menjalankan suatu
usaha, dalam hal ini perusahaan masih terkendala dengan modal, sejak awal
71
didirikan modal perusahaan merupakan modal sendiri, sehingga jumlahnya
terbatas. Sehingga berjalannya usaha hanya mengandalkan modal pribadi pemilik.
Keterbatasan modal ini menjadi sesuatu yang dapat menghambat berkembangnya
suatu usaha. Hal ini berbeda sekali dengan salah satu pesaingnya yang
menggunakan sistem tanam modal, dan melakukan bagi hasil, sehingga mereka
tidak bermasalah dengan pengadaan modal.
6. Ketidakmampuan perusahaan mendapatkan bahan baku ikan
Seperti yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya, perusahaan
mengalami kesulitan dalam pengadaan bahan baku ikan. Hal ini biasa terjadi pada
musim paceklik ikan. Sehingga ketidaktersediaan bahan baku tersebut membuat
perusahaan mengalami masalah dalam kegiatan produksinya.
7.3 Tahap Pencocokkan: Matriks SWOT
Faktor-faktor strategis baik internal ataupun eksternal cocokkan dengan
menggunakan matriks SWOT. Analisis matriks SWOT digunakan untuk
memformulasikan strategi perusahaan sehingga didapatkan beberapa alternatif
strategi. Adapun hasil matriks SWOT dapat dilihat pada Tabel 14.
72
Tabel 14. Matriks SWOT CV Bening Jati Anugrah Internal Eksternal
Kekuatan (S) 1. Lokasi perusahaan strategis
(S1) 2. Memiliki prestasi dan
penghargaan (S2) 3. Perusahaan telah
menjalankan kegiatan produksi berdasarkan HACCP (S3)
Kelemahan (W) 1. Pemilik tidak hanya
fokus menjalankan pada satu usaha (W1)
2. Segala keputusan kegiatan usaha masih bergantung pada pemilik perusahaan (W2)
3. Tidak adanya divisi pemasaran secara khusus (W3)
4. Administrasi dan keuangan perusahaan belum rapi (W4)
5. Modal usaha terbatas (W5)
6. Ketidakmampuan perusahaan mendapatkan bahan baku ikan (W6)
Peluang (O) 1.Trend konsumsi ikan semakin
meningkat (O1) 2.Adanya program
GEMARIKAN (O2) 3.Adanya program pelatihan
pengolahan produk hasil (O3) 4.Perkembangan teknologi (O4) 5.Adanya kesempatan UMKM
mendapatkan bantuan baik material maupun non material (O5)
6.Peningkatan PDRB Per Kapita (O6)
7.Pemasok ikan ada dalam jumlah yang banyak (O7)
Strategi SO 1:Memperluas jaringan distribusi (S1, S2, O1, O2, O4) 2: Peningkatan jumlah penjualan perusahaan (S1, S2, O1, O2, O6) 3: Melakukan diversifikasi produk yang memanfaatkan limbah perusahaan (S2, O3, O4)
Strategi WO 1:Memperbaiki sistem administrasi dan keuangan perusahaan. (W4, O4) 2:Mencari tambahan modal usaha (W5, O5) 3:Menjalin kemitraan dengan pemasok yang ada di beberapa daerah di Indonesia (W6, O7).
Ancaman (T) 1. Barrier to entry usaha
pengolahan ikan rendah (T1)
2. Persaingan dengan perusahaan sejenis (T2)
3. Persaingan dengan produk substitusi (T3)
4. Tingkat inflasi yang cenderung meningkat (T4)
Strategi ST 1:Melakukan inovasi produk olahan ikan (S2, S3, T1, T2, T3, T4). 2: Memelihara serta meningkatkan kualitas produk (S2, S3, T1, T2, T4).
Strategi WT 1:Restrukturisasi organisasi serta memperbaiki sistem manajemen perusahaan (W1, W2, W3, T2)
73
1. Strategi SO
Strategi SO merupakan strategi yang digunakan dengan mengandalkan
kekuatan perusahaan untuk mendapatkan peluang yanga ada. Strategi SO yang
dapat dijadikan alternatif strategi antara lain:
a. Memperluas jaringan distribusi.
Strategi ini dapat digunakan perusahaan dengan melihat pada kekuatan
yang dimiliki perusahaan. Lokasi yang strategis dengan akses ke jalan utama serta
kemudahan aktivitas antara kantor dengan pabrik membuat perusahaan mudah
dijangkau pihak luar, selain itu prestasi dan penghargaan membuat perusahaan
lebih mudah menyakinkan agen baru untuk memasarkan produk olahan tersebut.
Hal ini dapat dilakukan perusahaan dengan peluang masih terbuka luas pasar
untuk pengolahan ikan yang terlihat dari trend konsumsi ikan meningkat, selain
itu adanya peluang berkembangnya teknologi terutama teknologi pemasaran
membuat perusahaan mudah melakukan pemasaran ke beberapa daerah.
b. Meningkatkan jumlah penjualan produk perusahaan
Strategi ini dapat dilakukan perusahaan karena melihat peluang yang ada
yaitu adanya peningkatan trend konsumsi ikan masyarakat yang mengartikan
bahwa makin banyak masyarakat yang menyukai ikan sehingga usaha ikan
konsumsi memiliki prospek yang cukup cerah, selain itu peluang yang dapat
dimanfaatkan lainnya yaitu adanya program GEMARIKAN yang diadakan oleh
Kementerian, Kelautan dan Perikanan hingga tingkat kabupaten membuat
masyarakat paham akan pentingnya mengonsumsi ikan, sehingga pemerintah
secara tidak langsung mempromosikan ikan ke masyarakat luas, dan ketika
masyarakat luas memahami pentingnya ikan maka mereka akan mengonsumsi
ikan lebih banyak lagi.
Peluang lainnya yang dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan penjualan
adalah adanya perkembangan teknologi baik informasi, produksi, ataupun
pemasaran sehingga dalam prakteknya perusahaan dapat mengetahui informasi-
informasi yang dibutuhkan seperti mengenai harga, trend, pasokkan bahan baku,
dan lain-lain sehingga perusahaan dapat mengontrol segala kebutuhan perusahaan
dengan baik, selain itu adanya perkembangan teknologi pemasaran berfungsi
untuk melakukan kegiatan pemasaran secara luas tanpa batasan waktu dan tempat.
74
Peluang yang dapat dimanfaatakan lainnya yaitu adanya peningkatan PDRB per
kapita provinsi Jawa Barat, DKI Jakarta, dan Banten. Peningkatan tersebut
membuat masyarakat lebih konsumtif.
Peningkatan penjualan dapat dilakukan dengan memanfaatkan peluang dan
tentunya menggunakan kekuatan yang ada dalam perusahaan. Perusahaan
memiliki lokasi perusahaan yang strategi yang memiliki akses luas karena lokasi
pabrik dan kantor yang dekat dengan jalan utama serta perusahaan memiliki
prestasi dan penghargaan mengenai pengolahan ikan.
c. Melakukan diversifikasi produk yang memanfaatkan limbah perusahaan
Strategi ini dapat dilakukan dengan mempertimbangkan kekuatan
perusahaan yaitu perusahaan telah berhasil mendapatkan prestasi dan penghargaan
yang mengartikan bahwa kualitas produk terjamin. Oleh karena itu perusahaan
dirasa mampu melakukan diversifikasi produk dengan menggunakan limbah
perusahaan sehingga dapat memberikan nilai tambah bagi limbah tersebut. Dalam
pelaksanaannya perusahaan dapat menggunakan teknologi yang tepat guna
ataupun mengikuti program pengolahan ikan sehingga produk yang usulkan
mendapatkan tanggapan sehingga produk yang dihasilkan pun maksimal.
2. Strategi WO
Strategi WO merupakan strategi untuk memperkecil kelemahan
perusahaan dengan memanfaatkan peluang yang ada. Adapun Strategi WO, yaitu:
a. Memperbaiki sistem administrasi dan keuangan perusahaan.
Sistem keuangan perusahaan dapat dikatakan belum teratur. Terkadang
uang yang masuk ditransfer ke rekening kepala bagian, dan kasir yang mengatur
keuangan hanya mengetahui uang tunai yang saat ini ada di perusahaan.
Pencatatanpun masih sering dilakukan secara manual. Oleh karena itu membuat
rekening khusus produk olahan ikan dirasakan perlu agar uang perusahaan dapat
diketahui dengan jelas dan menata ulang sistem keuangan perusahaan dengan
menggunakan laptop atau komputer setiap saat sangat dianjurkan kepada
perusahaan sehingga keuangan perusahaan mudah untuk dikontrol. Tentunya hal
ini dapat dilakukan dengan menggunakan perkembangan teknologi yang ada.
75
b. Mencari tambahan modal usaha.
CV Bening diketahui masih tergolong usaha kecil yang masih lemah
dalam hal permodalan. Hal ini disebabkan karena perusahaan hanya
mengandalkan modal pribadi pemilik yang tentunya terbatas. Oleh karena itu
sebaiknya perusahaan melakukan peminjaman untuk penambahan modal
usahanya dalam waktu dekat ini dan untuk jangka panjang perusahaan dapat
mencari investor untuk usahanya sehingga usaha dapat berjalan dengan lancar
tanpa terkendala dengan modal. Hal ini didukung dengan adanya program
pemerintah yang memberikan bantuan modal untuk UMKM.
c. Menjalin kemitraan dengan dengan pemasok yang ada di beberapa daerah di Indonesia.
Bahan baku merupakan sesuatu hal yang penting untuk keberlangsungan
suatu usaha. Namun di waktu tertentu pasokan ikan laut sulit didapatkan sehingga
perusahaan mengalami kesulitan dalam hal pengadaan bahan baku. Jika dilihat
peluang pemasok yang cukup banyak, maka perusahaan seharusnya mampu
melakukan penyelesaian masalah tersebut dengan melakukan kemitraan dengan
pemasok yang ada. Perusahaan dapat melakukan penetapan harga sedikit diatas
harga biasanya, sehingga pemasok akan senang dan merasa lebih diuntungkan
dengan adanya kerjasama tersebut
3. Strategi ST
Strategi ST merupakan strategi yang dapat dilakukan oleh perusahaan
dengan menggunakan kekuatan yang dimiliki untuk mengantisipasi serta
mengurangi dampak dari ancaman yang ada. Adapun strategi ST yang dapat
digunakan perusahaan, antara lain:
a. Melakukan inovasi produk olahan ikan.
Salah satu strategi untuk meningkatkan penjualan yaitu dengan membuat
sesuatu yang berbeda terhadap produk. Hal ini dilakukan agar konsumen
merasakan sesuatu yang baru sehingga konsumen tidak bosan terhadap tampilan
produk. Selain itu perusahaan juga bisa membuat produk yang baru yang tentunya
perusahaan harus mengetahui apa saja keinginan konsumen terhadap produk
barunya. Hal ini tentunya dapat dilakukan perusahaan karena perusahaan memiliki
prestasi sehingga produk yang dihasilkan seharusnya memiliki kualitas yang baik
76
yang dapat diterima masyarakat. Kualitas yang baik dalam penciptaan produk
juga didukung dengan sudah mampunya perusahaan melakukan produksi yang
sesuai dengan standar produksi HACCP. Strategi ini diharapkan dapat
mengurangi ancaman akibat rendahnya hambatan masuk usaha pengolahan ikan,
persaingan dengan pengusaha sejenis, dan adanya persaingan dengan produk
substitusi seperti bakso daging, nugget ayam serta ketika produk unik maka
terjadinya inflasi tidak terlalu berdampak akibat perusahaan bisa menggunakan
harga yang sesuai karena produk tersebut unik.
b. Memelihara serta meningkatkan kualitas produk.
Adanya prestasi dan penghargaan yang didapatkan memperlihatkan bahwa
produk perusahaan berkualitas. Dengan kualitas yang terus dijaga bahkan terus
ditingkatkan diharapkan produk mampu bersaing dengan produk substitusinya
terutama dengan produk sejenis. Pemeliharaan dan peningkatan tersebut tentunya
membutuhkan kekonsistenan dalam proses mengolahannya, perusahaan harus
tetap melakukan standar produksi sehingga hasil produk memang benar-benar
berkualitas. Strategi ini dilakukan untuk mengurangi ancaman dari perusahaan
sejenis dengan produk yang sama, serta adanya produk substitusi yang telah lebih
dulu dikenal masyarakat.
4. Strategi WT
Strategi WT merupakan strategi yang digunakan untuk mengurangi
kelemahan dan menghindari ancaman yang muncul. Adapun Strategi yang dapat
dilakukan, antara lain:
a. Restrukturisasi organisasi serta memperbaiki sistem manajemen perusahaan.
Jika perusahaan ingin meningkatkan omzet penjualan maka salah satu
caranya adalah dengan menambah tenaga kerja untuk pemasaran. Hal ini perlu
dilakukan agar mengurangi masalah tidak adanya divisi pemasaran. Strategi ini
perlu dilakukan agar pemilik tidak perlu repot untuk memasarkan produk
sekaligus mengontrol perusahaan sendirian. Sehingga dengan penambahan tenaga
kerja setidakknya urusan pemasaran dapat ditangani oleh bagian pemasaran tidak
perlu selalu menunggu keputusan pemilik. Selain itu pemilik sebaiknya membuat
job description yang jelas sehingga tidak ada tumpang tindih pekerjaan. Sehingga
77
dengan pembagian kerja yang jelas perusahaan dapat menyaingi perusahaan
sejenis yang telah memiliki divisi pemasaran secara khusus.
7.4 Rancangan Arsitektur Strategik CV Bening Jati Anugrah
7.4.1 Sasaran CV Bening Jati Anugrah
Sasaran perusahaan adalah meningkatkan omzet penjualan perusahaan
setiap tahunnya, memasyarakatkan produk olahan ikan, membantu meningkatkan
tingkat konsumsi ikan masyarakat serta mengurangi pengangguran penduduk
setempat dengan semakin berkembangnya perusahaan.
7.4.2 Tantangan CV Bening Jati Anugrah
Pencapaian sasaran perusahaan tentunya harus diseimbangkan dengan
kemampuan perusahaan mengatasi tantangan yang ada. Adapun tantangan CV
Bening Jati Anugrah, antara lain: perusahaan harus mampu memperkuat
pengadaan bahan baku ikan, perusahaan mampu memperluas pasarnya,
melakukan inovasi produk, serta meningkatkan kinerja perusahaan.
7.4.3 Rekomendasi Program Kegiatan
Rekomendasi program kegiatan merupakan penjabaran dari alternatif
strategi yang dihasilkan dari matriks SWOT. Program-program tersebut dipetakan
dalam arsitektur strategik sehingga memudahkan perusahaan untuk melihat
langkah yang akan dijalankan perusahaan untuk tiga tahun ke depan. Adapun
program kegiatan yang dapat digunakan perusahaan dapat dilihat pada Tabel 15.
78
Tabel 15. Rekomendasi Program Kegiatan
Alternatif Strategi Program Kegiatan Penanggung Jawab
Restrukturisasi organisasi serta memperbaiki
sistem manajemen perusahaan
1. Membuat job description yang jelas sehingga tidak ada tumpang tindih pekerjaan Pemilik
2. Melakukan perekrutan tenaga kerja untuk bagian pemasaran Pemilik 3.Melakukan pertemuan rutin untuk membahas hasil kerja dan membuat perencanaan untuk waktu kedepannya seperti pendiskusian visi dan misi perusahaan
Pemilik
4.Melakukan penilaian terhadap kinerja karyawan serta memberikan reward kepada karyawan terbaik dalam periode waktu tertentu
Pemilik
5.Melakukan penyesuaian jumlah tenaga kerja dan sistem kerja Pemilik
Mencari tambahan modal
usaha
1.Mengajukan kredit untuk modal perusahaan kepada instansi pemerintah ataupun perbankan Bag. Keuangan
2.Mengajukan proposal kerjasama terhadap beberapa calon investor potensial
Bag. Keuangan
3.Membuat kontrak perjanjian kerjasama dengan investor dan bersedia menjalankan segala yang telah dibuat dalam kontrak. Pemilik
Menjalin kemitraan dengan
pemasok yang ada di beberapa
daerah di Indonesia
1. Membuat kontrak perjanjian kerjasama dengan pemasok ikan Pemilik 2. Menaati dan menjalankan perjanjian yang telah dibuat
sebelumnya termasuk mengenai ketepatan waktu pembayaran kepada pemasok.
Pemilik
3. Melakukan pertemuan rutin dengan pemasok dalam periode waktu tertentu. Pemilik
Memperluas jaringan distribusi
1.Menghadiri pameran mengenai hasil olahan ikan Bagian Pemasaran 2.Menawarkan produk ke beberapa daerah dengan memberikan
contoh produk Bagian Pemasaran
3.Menjalin kerjasama dengan modern retail Bag. Pemasaran
Memperbaiki sistem
administrasi dan keuangan
perusahaan
1. Membuat rekening khusus untuk usaha pengolahan ikan Bagian Keu dan adm
2. Menata ulang sistem keuangan dan administrasi perusahaan Bagian Keu dan adm
3. Membuat laporan keuangan dan sistem administrasi yang rapi Bagian Keuangan dan administrasi
Meningkatkan jumlah penjualan
produk perusahaan
1. Melakukan promosi produk berdasarkan target penjualan dengan pemberian diskon harga kepada Agen Bagian Pemasaran
2. Melakukan promosi produk berdasarkan target penjualan dengan pemberian bonus produk kepada pedagang keliling Bagian Pemasaran
3. Meningkatkan penjualan melalui promosi dengan pemberian poin untuk pembelian dalam kelipatan tertentu Bagian Pemasaran
Memelihara serta meningkatkan
kualitas produk
1.Mempertahankan jumlah bahan baku ikan yang digunakan untuk bahan baku olahan ikan Bagian Produksi
2.Menggunakan ikan-ikan dengan kualitas yang baik Bagian Produksi 3.Mempertahankan citarasa produk Bagian Produksi 4.Mengurus nomor MD Pemilik 5.Mendaftarkan produk ke Badan Standardisasi Nasional untuk mendapatkan label SNI Pemilik
Melakukan inovasi produk
1. Menambah jenis produk Bag. Produksi & Pemasaran
2. Memberikan bentuk baru terhadap produk tertentu Bagian Pemasaran dan Produksi
3. Membuat kemasan baru yang lebih menarik Bagian Pemasaran
Melakukan diversifikasi produk yang
memanfaatkan limbah
perusahaan
1.Mencari literatur mengenai pendayagunaan limbah ikan serta mempelajari proses produksinya.
Bagian Produksi
2.Melakukan diversifikasi produk Bagian Produksi
79
7.4.4 Tahapan Arsitektur Strategik
Rancangan arsitektur strategik dalam usaha pengolahan ikan CV Bening
Jati Anugrah merupakan rancangan strategi dengan penjabaran program kegiatan
yang penulis berikan kepda perusahaan untuk membantu mewujudkan sasaran di
masa depan. Pada rancangan arsitektur yang dibuat terdapat sumbu X dan Y.
Sumbu X merupakan periode waktu yang digunakan penulis yaitu dalm periode
semester, sedangkan sumbu Y merupakan program kegiatan perusahaan.
Program-program yang diplotkan ditetapkan berdasarkan prioritas utama yang
menjadi kebutuhan mendasar perusahaan. Selain itu pemetaan program
kedepannya berdasarkan pada program yang saling melengkapi dan menjadi
syarat yang harus dilakukan sebelum program yang selanjutnya dilakukan.
Program yang akan dipetakan dalam gambar arsitektur strategik dibagi menjadi
program kegiatan bertahap dan program yang dilakukan secara rutin.
Program kegiatan yang dilakukan secara bertahap, antara lain: pada
semester II tahun 2011, perusahaan membuat job description yang jelas sehingga
tidak ada tumpang tindih pekerjaan hal ini dilakukan untuk membenahi
lingkungan internal perusahaan, kemudian setelah itu mengajukan kredit modal
perusahaan kepada instansi pemerintahan atau perbankan untuk mengatasi
kelemahan perusahaan dalam hak permodalan hal ini dilakukan hanya untuk
kegiatan usaha jangka pendek, kemudian untuk penanganan bahan baku
perusahaan harus membuat kontrak kerjasama dengan pemasok ikan yang
sebaiknya perusahaan memberikan harga diatas harga biasa agar pemasok merasa
diuntungkan dengan kerjasama tersebut, serta sebaiknya juga perusahaan kembali
menghadiri pameran mengenai hasil olahan ikan sehingga lebih memperluas
distribusi perusahaan. Ketika bahan baku telah terpenuhi, modal cukup dan
penugasan sumberdaya manusia sudah jelas maka dapat dikatakan perusahaan
sudah lebih siap untuk bangkit kembali dalam usaha pengolahan ikan tersebut.
Tahap selanjutnya pada semester I 2012 yaitu: melakukan perekrutan
tenaga kerja untuk bagian pemasaran. Hal ini dilakukan agar pemilik tidak perlu
melakukan kegiatan pemasaran sendiri sehingga pemilik dapat fokus memikirkan
rencana-rencana untuk memajukan perusahaan. Selain itu program selanjutnya
untuk mencari pelanggan baru, perusahaan dapat menawarkan produk ke beberapa
80
daerah dengan memberikan contoh produk. Disisi lain perusahaan perlu menata
sistem keuangan agar lebih rapi lagi dengan membuat rekening khusus untuk
usaha pengolahan ikan. Sampai tahap ini diharapkan kondisi internal perusahaan
sudah lebih baik daripada sebelumnya.
Tahapan ketiga pada semester II 2012 antara lain: menawarkan produk ke
beberapa daerah dengan memberikan contoh produk hal ini dilakukan untuk
meningkatkan agen perusahaan. Selanjutnya untuk pelanggan yang telah lama
ataupun yang baru, perusahaan dapat melakukan peningkatan penjualan melalui
promosi produk berdasarkan target penjualan dengan pemberian diskon harga
kepada agen, serta meningkatkan penjualan melalui promosi produk berdasarkan
target penjualan dengan pemberian bonus produk kepada pedagang keliling. Pada
tahap ini diharapkan penjualan dan omzet perusahaan sudah membaik bahkan
mengalami peningkatan.
Program tahapan keempat, dengan penjualan yang terus meningkat, maka
untuk meningkatkan modal usaha, perusahaan diprogramkan untuk mengajukan
proposal kerjasama terhadap beberapa calon investor potensial, kemudian
membuat kontrak perjanjian kerjasama dengan investor dan bersedia menjalankan
segala yang telah dibuat dalam kontrak. Selain itu, perusahaan dengan penjualan
produk lama yang sudah membaik, mencoba memberikan bentuk baru terhadap
produk tertentu sehingga pembeli menjadi tertarik terhadap bentuk produk yang
cantik. Kemudian dengan penjualan yang meningkat dan disertakan dengan
peningkatan jumlah tenaga kerja, secara tidak langsung memperluas skala usaha
yang tadinya skala kecil bisa menjadi skala menengah ataupun besar. Jika hal
tersebut terjadi, maka perusahaan dapat mengurus nomor SP atau MD untuk
produk perusahaannya dan mencoba membuat diversifikasi produk dengan bahan
baku limbah olahan ikan. Tahap kelima yaitu ketika pasar sudah mulai jenuh,
maka perusahaan dapat melakukan peningkatan penjualan melalui promosi
dengan pemberian poin untuk pembelian dalam kelipatan tertentu, menambah
jenis produk, dan membuat kemasan baru yang lebih menarik. Sehingga dengan
program tersebut pembeli tetap melakukan pembelian pada perusahaan.
Sedangkan tahap terakhir yaitu tahap keenam yaitu mendaftarkan produk ke
Badan Standardisasi Nasional untuk mendapatkan label SNI dan menjalin
81
kerjasama dengan modern retail. Adanya program tersebut diharapkan produk
mampu masuk ke modern retai karena produk telah memiliki atribut produk yang
sudah baik yaitu memiliki label SNI, sehingga dapat dikatakan kualitas produk
sudah baik. Dari semua program, ada program yang dilakukan dalam beberapa
semester, yaitu mulai dari semester I 2012 hingga semester II 2013 perusahaan
melakukan penyesuaian terhadap jumlah tenaga jkerja dan sistem kerja
perusahaannya serta mencoba mencari literatur terkait pemberdayaan limbah
olahan ikan.
Program kegiatan yang menjadi program rutin perusahaan antara lain:
mempertahankan jumlah bahan baku ikan yang digunakan untuk bahan baku
olahan ikan, menggunakan ikan-ikan dengan kualitas yang baik, mempertahankan
citarasa produk, membuat laporan keuangan dan sistem administrasi yang rapi,
menaati dan menjalankan perjanjian yang telah dibuat sebelumnya termasuk
mengenai ketepatan waktu pembayaran kepada pemasok, melakukan pertemuan
rutin dengan pemasok dalam periode waktu tertentu, melakukan pertemuan rutin
untuk membahas hasil kerja dan membuat perencanaan untuk waktu kedepannya
seperti pendiskusian visi dan misi perusahaan, melakukan penilaian terhadap
kinerja karyawan serta memberikan reward kepada karyawan terbaik dalam
periode waktu tertentu.
82
Program Kegiatan
Gambar 11. Rancangan Arsitektur Strategi CV Bening Jati Anugrah
Menambah jenis produk
Sasaran
1. Meningkatkan omset penjualan setiap tahunnya
2. Memasyarakatkan produk olahan ikan
3. Membantu meningkatkan tingkat konsumsi ikan masyarakat
4. Mengurangi pengangguran penduduk setempat dengan semakin berkembangnya perusahaan
ALTERNATIF STRATEGI
Meningkatkan jumlah penjualan produk perusahaan
Memelihara serta meningkatkan kualitas produk
Memperbaiki sistem administrasi dan keuangan
perusahaan
Mencari tambahan modal
Melakukan inovasi produk
Menjalin kemitraan dengan pemasok yang ada di beberapa
daerah di Indonesia
Restrukturisasi organisasi serta memperbaiki sistem manajemen perusahaan
Tantangan 1. Perusahaan mampu
memperkuat pengadaan bahan baku ikan
2. Perusahaan mampu memperluas pasar
3. Perusahaan harus melakukan inovasi terhadap produk
4. Perusahaan mampu meningkatkan kinerja perusahaan
Semester II 2011 Semester I 2012 Semester II 2012 Semester I 2013 Semester II 2013 Semester I 2014
Membuat job description yang jelas sehingga tidak
ada tumpang tindih pekerjaan
Mengajukan kredit untuk modal perusahaan
kepada instansi pemerintahan atau
perbankan
Membuat kontrak perjanjian kerjasama dengan pemasok ikan
Menghadiri pameran mengenai hasil olahan
ikan
Membuat rekening khusus untuk usaha
pengolahan ikan
Menata ulang sistem keuangan dan
administrasi perusahaan
Melakukan perekrutan tenaga kerja untuk bagian pemasaran
Meningkatkan penjualan melalui promosi produk
berdasarkan target penjualan dengan
pemberian diskon harga kepada agen
Meningkatkan penjualan melalui promosi produk
berdasarkan target penjualan dengan
pemberian bonus produk kepada pedagang keliling
Memberikan bentuk baru terhadap produk tertentu
Membuat kontrak perjanjian kerjasama dengan investor dan
bersedia menjalankan segala yang telah dibuat
dalam kontrak
Mengajukan proposal kerjasama terhadap
beberapa calon investor potensial
Membuat kemasan baru yang lebih menarik
Meningkatkan penjualan melalui promosi dengan pemberian poin untuk
pembelian dalam kelipatan tertentu
Mendaftarkan produk ke Badan Standardisasi
Nasional untuk mendapatkan label SNI
Program kegiatan yang dilakukan secara rutin
1. Mempertahankan jumlah bahan baku ikan yang digunakan untuk bahan baku olahan ikan
2. Menggunakan ikan-ikan dengan kualitas yang baik
3. Mempertahankan citarasa produk
4. Membuat laporan keuangan dan sistem administrasi yang rapi
5. Menaati dan menjalankan perjanjian yang telah dibuat sebelumnya termasuk mengenai ketepatan waktu pembayaran kepada pemasok
6. Melakukan pertemuan rutin dengan pemasok dalam periode waktu tertentu
7. Melakukan pertemuan rutin untuk membahas hasil kerja dan membuat perencanaan untuk waktu kedepannya seperti pendiskusian visi dan misi perusahaan
8. Melakukan penilaian terhadap kinerja karyawan serta memberikan reward kepada karyawan terbaik dalam periode waktu tertentu
Memperluas Jaringan Distribusi
Menawarkan produk ke beberapa daerah dengan
memberikan contoh produk
Menjalin kerjasama dengan modern retail
Menawarkan produk ke beberapa daerah dengan
memberikan contoh produk
Melakukan penyesuaian jumlah tenaga kerja dan sistem kerja
Mengurus nomor SP atau MD
Melakukan diversifikasi produk
Mencari literatur mengengai pemberdayaan limbah hasil olahan ikan
Melakukan diversifikasi produk
83
VIII. KESIMPULAN DAN SARAN
8. 1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada usaha pengolahan ikan
CV. Bening Jati Anugrah, didapatkan beberapa kesimpulan, antara lain:
1. Berdasarkan analisis lingkungan eksternal perusahaan didapatkan faktor
peluang yang dihadapi perusahaan antara lain: (1) Trend konsumsi ikan
semakin meningkat, (2) Adanya program GEMARIKAN, (3) Adanya
program pelatihan pengolahan produk hasil perikanan dari Dinas
Perikanan dan Peternakan Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat dan
Kementerian Kelautan dan Perikanan, (4) Perkembangan teknologi
informasi, produksi, dan pemasaran, (5) Adanya kesempatan UMKM
mendapatkan bantuan baik material maupun non material baik dari pihak
Dinas Perikanan dan Peternakan Kab. Bogor, Provinsi Jawa Barat dan dari
Perbankan, (6) Peningkatan PDRB Perkapita, dan (7) Pemasok ikan ada
dalam jumlah yang banyak. Sedangkan faktor-faktor eksternal yang
menjadi ancaman antara lain: (1) Barrier to entry usaha pengolahan ikan
rendah, (2) Persaingan dengan perusahaan sejenis, (3) Persaingan dengan
produk substitusi dan (4) Tingkat inflasi yang cenderung meningkat.
2. Berdasarkan analisis lingkungan internal perusahaan didapatkan kekuatan
perusahaan antara lain: (1) Lokasi perusahaan strategis (2) Memiliki
prestasi dan penghargaan, (3) Perusahaan telah menjalankan kegiatan
produksi berdasarkan HACCP. Sedangkan kelemahan perusahaan antara
lain: (1) Pemilik tidak hanya fokus menjalankan pada satu usaha yaitu
usaha pengolahan ikan, (2) Segala keputusan kegiatan usaha masih
bergantung pada pemilik perusahaan, (3) Tidak adanya divisi pemasaran
secara khusus, pemasaran dilakukan oleh pemilik, (4) Administrasi dan
keuangan perusahaan belum rapi, (5) Modal usaha terbatas, dan (6)
Ketidakmampuan perusahaan mendapatkan bahan baku ikan.
3. Alternatif strategi yang dihasilkan dari matriks SWOT terdiri dari
sembilan strategi, antara lain: (1) Restrukturisasi organisasi serta
memperbaiki sistem manajemen perusahaan, (2) Mencari tambahan modal
84
usaha (3) Menjalin kemitraan dengan pemasok yang ada di beberapa
daerah di Indonesia, (4) Memperluas jaringan distribusi, (5) Memperbaiki
sistem administrasi dan keuangan perusahaan, (6) Meningkatkan jumlah
penjualan perusahaan, (7) Melakukan inovasi produk, (8) Memelihara
serta meningkatkan kualitas produk, dan (9) Membuat diversifikasi produk
dengan menggunakan bahan limbah olahan ikan.
8.2 Saran
Saran yang dapat diberikan untuk CV Bening Jati Anugrah berdasarkan
hasil penelitian, antara lain:
1. Pelaksanaan program-program hasil dari arsitektur strategi sebaiknya
menjadi pertimbangan untuk mencapai sasaran tiga tahun ke depan, dan
untuk menjalankannya dibutuhkan kekonsistenan para pelaku usaha.
2. Sebaiknya dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai faktor-faktor apa
yang mempengaruhi minat beli ulang produk-produk olahan ikan CV
Bening Jati Anugrah.
85
DAFTAR PUSTAKA Adawyah Rabiatul. 2008. Pengolahan dan Pengawetan Ikan. Jakarta: Bumi
Aksara.
Amir Rini Ariani. 2008. Strategi pengembangan usaha abon ikan di KUB Hurip Mandiri Kecamatan Cisolok Kabupaten Sukabumi [Skripsi]. Bogor: Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Ardhi Baiquni. 2008. Perancangan Strategi pengembangan usaha melalui pendekatan arsitektur strategik : studi kasus BANISI, Kecamatan Soreang, Kabupaten Bandung, Jawa Barat [Skripsi]. Bogor: Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Azis K.A, et al. 1998. Potensi, pemanfaatan dan peluang pengembangan sumberdaya ikan laut di perairan Indonesia. Komisi Nasional Pengkajian Sumberdaya Perikanan Laut-Pusat Kajian dan Sumberdaya Perikanan dan Kelautan. Bogor. 33 hal.
Badan Pusat Statistik. 2009. Pengeluaran Untuk Konsumsi Penduduk Indonesia Per Provinsi. Berdasarkan hasil Susenas Panel Maret 2009.
Badan Pusat Statistik. 2010. Tren Jumlah Penduduk Indonesia. Survei tahun 2010.
Badan Riset Kelautan dan Perikanan. 2004. Iptek Kelautan dan Perikanan Masa Kini. Departemen Kelautan dan Perikanan.
Bank Indonesia. 2011. Tingkat Inflasi pada Februari 2010-Februari 2011.
Departemen Perikanan dan Kelautan. 2011. Produksi Perikanan Indonesia. Indonesia.
Dinas Perikanan dan Peternakan Kabupaten Bogor. 2009. Buku Data Perikanan Tahun 2009. Bogor.
Dirgantoro Crown. 2001. Manajemen Stratejik: konsep, kasus, dan implementasi. 2001. PT. Grasindo, Anggota Ikapi, Jakarta.
David Fred R. 2009. Manajemen Strategis Konsep. Salemba Empat: Jakarta.
Fatimah Hilma. 2009. Analisis Strategi Bisnis Pengolahan Ikan Asap Petikan Cita Halus Di Desa Ragajaya, Kecamatan Bojong Gede, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. [Skripsi]. Bogor. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.
Fauziyah. 2005. Identifikasi, Klasifikasi dan Analisis Struktur Spesies Kawanan Ikan Pelagis Berdasarkan Metode Deskriptor Akustik. [Disertasi] Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. (Tidak dipublikasikan)
Fonna. 2004. Analisis Kelembagaan dan Keragaan Usaha Industri Pengolahan ikan Di Kabupaten Bangka. [Tesis] Program Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor.
Hukmi Fadhila. 2010. Analisis Kelayakan Pengembangan Usaha Pengolahan Ikan Asap (Kasus pada Aneka Ikan Asap IACHI Petikan Cita Halus (PCH), Desa
86
Raga Jaya, Kecamatan Citayam, Kabupaten Bogor, Jawa Barat) [Skripsi]. Bogor: Fakultas Ekonomi dan Manajemen IPB, Institut Pertanian Bogor.
Irianto H.E. & Soesilo, I. 2007. Teknologi Pendukung Pengujian dan Jaminan Mutu Dukungan Teknologi Penyediaan Produk Perikanan. Makalah disampaikan pada seminar nasional hari pangan sedunia 2007 di auditorium II Kampus Penelitian Pertanian Cimanggu, Bogor, 21 Nopember 2007. http://www.scribd.com/doc/28831060/dukungan-tek-perikanan [Diakses 7 Februari 2011]
Porter Michael E. 1980. Strategi Bersaing: Teknik Menganalisis Industri dan Pesaing. (Terjemahan). Erlangga. Jakarta.
Porter Michael E. 1985. Keunggulan Bersaing: Menciptakan dan Mempertahankan Kinerja Unggul. (Terjemahan). Erlangga. Jakarta.
Rahayu D L. 2009. Disain Peningkatan Daya Saing Industri Pengolahan Ikan Berbasis Perbaikan Kinerja Mutu dalam Rantai Pasokan Ikan Laut Tangkapan Di Wilayah Utara Jawa Barat.[Tesis] Program Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor.
Rangkuti Freddy. 2005. Analisis SWOT teknik membedah kasus bisnis:reorientasi konsep perencanaan strategis untuk menghadapi abad 21. Cetakan kedua belas. PT Gramedia pustaka utama. Jakarta.
Sampono Nono. 2007. Hubungan Kebijakan Pemerintah dengan Pemasaran Kerupuk Ikan Hasil Home Industry Pengaruhnya Terhadap Pendapatan Nelayan Di Kabupaten Tuban. [Tesis] Sekolah Pascasarjana, Program Studi Teknologi Kelautan, Institut Pertanian Bogor.
Singgih Wibowo. 2006. Bakso Ikan dan Bakso Daging. Depok: Penebar Swadaya.
Tresnaprihandini Yulia. 2006. Formulasi Strategi Pengembangan Usaha Kerupuk Udang dan Ikan Pada Perusahaan “Candramawa” Di Kabupaten Indramayu [Skripsi]. Bogor: Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Umar. 2008. Strategic Management In Action. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Widiarti A, dkk. 2010. Warta Pasar Ikan. Edisi Januari 2010, volume 77. Direktorat Pemasaran Dalam Negeri, Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan.
Yoshida Diah T. 2006. Arsitektur Strategik: Solusi Meraih Kemenangan dalam Dunia yang Senantiasa Berubah. PT Elex Media. Komputindo. Jakarta.
87
LAMPIRAN
88
Lampiran 1. Usaha Pengolahan Ikan di Kabupaten Bogor Tahun 2009
No Nama Perusahaan/Kelompok/Perorangan
Bidang Usaha
1. Petikan Cita Halus Pengasapan Ikan 2. Kelompok Citra Dumbo Pengasapan Lele 3. P. D. Della Pengolahan Pindang/ Bandeng Presto 4. Ujang Pemindangan Ikan 5. Kodir Pemindangan Ikan 6. Sirod Pemindangan Ikan 7. Solihin Pemindangan Ikan 8. Harun Pemindangan Ikan 9. Satibi Pemindangan Ikan 10. Asep Kusnadi Pemindangan Ikan 11. Oman Pemindangan Ikan 12. Andi Pemindangan Ikan 13. Maman Pemindangan Ikan 14. Awang Pemindangan Ikan 15. Hj. Yuhindun Pemindangan Ikan 16. H. Gopur Pemindangan Ikan 17. H. Dimin Pemindangan Ikan 18. Mumuh Pemindangan Ikan 19. H. Oban Pemindangan Ikan 20. Pajri Pemindangan Ikan 21. Neman Pemindangan Ikan 22. Suma Pemindangan Ikan 23. Midud Pemindangan Ikan 24. Suhandi Pemindangan Ikan 25. Deden Pemindangan Ikan 26. H. Dimas Pemindangan Ikan 27. Sanusi Pemindangan Ikan 28. Rosidah Pemindangan Ikan 29. Ina Pemindangan Ikan 30. Medi Pemindangan Ikan 31. Sajum Pindang Ikan Mas 32. Komsiah Pindang Ikan Mas 33. Asmi Pindang Ikan Mas 34. Nasir Pengepakan Ebi 35. Roni Syaputra Pengepakan Ebi 36. Amung Pengepakan Ebi 37. M. Edi Pengepakan Ebi 38. Mei Gunawan/ Rama Guna Pengepakan Ebi 39. Makmur Pengepakan Ebi 40. Ragajaya Mandiri Ekado, keong mas, udang gulung,
kaki naga, siomay, karageikan, rajungan, donat ikan
41 Bening Jati Anugrah Ekado, Keong Mas, Udang gulung,
89
kaki naga, siomay, bakso marlin, cilok tau bakso ikan, udang gulung, lumpia dan lain-lain.
42. Citra Mandiri Kaki naga, nugget, otak-otak 43. Samaky Kaki naga, nugget 44. Sakana Kaki naga, nugget, otak-otak, siomay
dan lain-lain. 45. Maria Pempek, kerupuk 3 jenis, pempek
kulit, tekwan, pindang oatin, kangan patin, ikan bumbu kuning, abon
46. Hanada Teri nasi goreng, peyek udang, peyek teri, kerupuk kulit, rengginang udang, pengemasan sumpia udang, ikan nilem balita, ikan mas balita
47. CV. Quindofood Ikan teri goreng tepung 48. PT. Fresh On Time Seafood Pasterisasi daging rajungan Frozen
baby clam 49. PT. Frozen Food Pahala Shrimp nugget, fish finger tempura,
dragon leg 50. PT. Kusuma Kaisan Ubur-Ubur
90
Lampiran 2. Kuesioner Penelitian
Kuesioner
Analisis Strategi Bisnis Pengolahan Ikan Pada CV Bening Jati Anugrah,
Kecamatan Parung, Kabupaten Bogor
Dengan Hormat,
Saya adalah mahasiswi tingkat akhir pada program sarjana Agribisnis (S1)
Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian
Bogor.
Berikut ini adalah kuesioner dari penelitian yang saya lakukan di CV
Bening Jati Anugrah yang berhubungan dengan analisis strategi pengembangan
usaha pengolahan ikan. Bapak dapat melakukan pengisian kuesioner dengan
petunjuk yang tertera di awal lembaran isian yang tersedia.
Saya sangat berharap agar Bapak dapat mengisinya secara objektif dan
benar adanya, karena kuesioner ini adaah untuk penelitian skripsi dengan tujuan
ilmiah sehingga dioperlukan data yang valid dan akurat. Informasi yang diperoleh
dari kuesioner ini bersifat rahasia dan hanya digunakan untuk kepentingan
akademik.
Atas segala bantuan, masukan, dan kerjasamanya Saya ucapkan terima kasih.
Hormat Saya,
Nuning Indriyashari
H34070038
91
DAFTAR PERTANYAAN WAWANCARA
ANALISIS LINGKUNGAN INTERNAL DAN EKSTERNAL
USAHA PENGOLAHAN IKAN CV BENING JATI ANUGRAH
Wawancara ini disusun dalam rangka penelitian skripsi yang berjudul:
ANALISIS STRATEGI BISNIS
PENGOLAHAN IKAN PADA CV BENING JATI ANUGRAH,
PARUNG, KABUPATEN BOGOR
IDENTITAS RESPONDEN
Nama :..................................................................................................
Pekerjaan/Jabatan :..................................................................................................
Alamat :..................................................................................................
No Responden :..................................................................................................
PENELITI
NUNING INDRIYASHARI
H34070038
DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2011
92
Profil dan Gambaran Umum CV Bening Jati Anugrah
1. Bagaimana sejarah dan perkembangan dari CV Bening Jati Anugrah?
2. Bagaimana keadaan umum lokasi CV Bening Jati Anugrah?
3. Apakah alasan pemilihan lokasi tersebut?
4. Apa visi, misi dan tujuan dari CV Bening Jati Anugrah?
5. Siapa pendiri, pemilik, dan pengelola CV Bening Jati Anugrah?
6. Bagaimana Struktur Organisasi CV Bening Jati Anugrah?
7. Mengapa memilih struktur tersebut?
8. Apa saja kendala yang dihadapi CV Bening Jati Anugrah dalam
menjalankan usaha?
9. Apa kendala utama dalam menjalankan usaha?
Analisis Lingkungan Internal CV Bening Jati Anugrah
• Aktivitas Utama
a. Logistik ke dalam
1. Apakah Perusahaan melakukan kontrak kerjasama dengan pemasok?, jika
iya, bagaimanakah bentuk kontraknya?
2. Bagaimanakah sistem penerimaan barang dari pemasok? (Berapa hari,
dalam jumlah berapa, dan menggunakan tanda terima yang seperti apa)
3. Bagaimanakah sistem pengembalian bahan ke pemasok? Apa saja syarat
melakukan pengembalian?
4. Apakah ada tempat khusus untuk menyimpan bahan baku produksi?
5. Bagaimanakah penanganan yang dilakukan setelah bahan baku sampai di
tempat tujuan?
6. Apakah pasokkan bahan baku yang diperlukan tersebut dapat diandalkan
perusahaan?
b. Operasi
1. Bagaimana kemampuan perusahaan untuk memenuhi permintaan pembeli?
2. Bagaimana layout proses produksi dalam pembuatan produk-produk
perusahaan?
3. Kendala apa saja yang dihadapi dalam kegiatan proses produksi?
4. Bagaimanakah perusahaan menghadapi kendala-kendala tersebut?
93
5. Berapa banyak rata-rata produksi dari masing-masing produk yang
dihasilkan perharinya?
6. Bagaimanakah cara menentukan target produksi per harinya? (Berdasarkan
permintaan konsumen, atau pesanan atau lain-lain?
7. Bagaimanakah kualitas produk yang dihasilkan perusahaan?
c. Logistik ke luar
1. Apakah ada tempat penyimpanan khusus untuk produk jadi yang
dihasilkan?
2. Penanganan apa yang dilakukan setelah produk selesai di produksi?
3. Bagimanakah sistem pemprosesan pesanan produk dari konsumen?
4. Apakah ada sistem penjadwalan pesanan dari pelanggan?
d. Pemasaran dan Penjualan
1. Berapa harga yang ditetapkan untuk masing-masing produk?
2. Apakah dasar dari penetapan harga tersebut? (Berdasarkan biaya
produksi, keseimbangan penawaran dan permintaan, harga persaingan dan
berdasarkan nilai produk dimata konsumen)
3. Apakah perusahaan mengalami hambatan dalam penentuan harga pokok
produk?
4. Apakah perusahaan mampu bersaing dari sisi harga dan kualitas?
5. Apa saja keinginan konsumen yang perlu dipenuhi pada produk yang
diproduksi perusahaan?
6. Citra produk bagaimana yang hendak dipertahankan oeleh perusahaan?
7. Apakah pemasaran diarahkan pada suatu wilayah geografis tertentu?
8. Bagaimanakah saluran distribusi yang dijalankan perusahaan?
9. Apakah ada promosi produk dari perusahaan? Jika iya apa bentuk
promosinya dan berapa biaya yang dianggarkan untuk kegiatan promosi?
10. Bagaimana strategi pemasaran yang saat ini dilakukan perusahaan? (Siapa
segmen pasar, siapa target pasar, dan positioning produk CV Bening Jati
Anugrah)
11. Bagaimana proses pengiriman produk ke konsumen?
94
e. Layanan
1. Pelayanan apa yang diberikan kepada konsumen saat membeli produk?
2. Apakah ada pelayanan setelah konsumen membeli produk? Jika ada
berupa apa?
3. Sistem pelayanan seperti apa yang di terapkan di perusahaan? Apakah
telah sesuai dengan keinginan?
• Aktivitas Pendukung
a. Infrastruktur Perusahaan
1. Bagaimanakah perusahaan mendapatkan modal untuk seluruh kegiatan
perusahaan?
2. Apakah perusahaan memiliki hubungan baik dengan pihak pemberi
pinjaman?
3. Apakah perusahaan mempunyai hubungan baik dengan investor?
4. Apakah perusahaan memiliki modal yang mencukupi?
5. Apakah perusahaan telah melakukan pencatatan keuangan dengan baik,
rutin, dan terperinci?
6. Apakah perusahaan memiliki perencanaan untuk masa depan?
7. Bagaimanakah sistem pajak yang dijalani perusahaan?
8. Apakah perusahaan membeli dan menyewa aset tetap yang digunakan
dalam usaha pengolahan ikan?
b. Manajemen SDM
1. Berapa banyak jumlah karyawan yang ada di CV Bening Jati Anugrah?
2. Berapa upah atau gaji yang dibayarkan oleh perusahaan?
3. Bagaimanakah wewenang dan kewajiban dari karyawan di CV Bening Jati
Anugrah? Apalah sudah ada pembagian pekerjaan yang jelas?
4. Apakah struktur organisasi yang ada saat ini telah sesuai dengan
kebutuhan perusahaan?
5. Kualifikasi karyawan seperti apakah yang di butuhkan oleh perusahaan?
6. Bagaimanakah latar belakang pendidikan karyawan CV Bening Jati
Anugrah?
7. Apakah perusahaan menetapkan penilaian prestasi kerja?
8. Apakah turnover dan kebiasaan bolos kerja para karyawan rendah?
95
9. Apakah ada pelatihan bagi karyawan untuk meningkatkan keahlian dan
pengalaman karyawan?
10. Apakah karyawan memiliki moral yang baik untuk bekerja?
11. Bagaimana kinerja karyawan bagi CV Bening Jati Anugrah?
12. Apakah ada intensif untuk karyawan? Intensif yang seperti apa yang
diberikan?
13. Bagaimanakah cara perusahaan memotivasi karyawan?
c. Pengembangan Teknologi
1. Teknologi apa saja yang digunakan perusahaan dalam berbagai kegiatan
perusahaan?
2. Apakah alat yang digunakan untuk melakukan pencatatan keuangan
perusahaan?
3. Apakah manajeman dan karyawan perusahaan memiliki pengetahuan yang
baik mengenai pengolahan ikan?
4. Apakah perusahaan memiliki perencanaan dalam hal inovasi produk? Jika
iya seperti apa inovasinya?
5. Apakah perusahaan akan melakukan perubahan teknologi yang telah
digunakan perusahaan? Alasan?
6. Apakah perusahaan memiliki fasilitas R&D?
7. Apakah manajemen informasi dan sistem komputerisasi telah sesuai?
8. Apakah produk-produk yang saat ini dihasilkan memiliki daya saing dari
sisi teknologi?
d. Pembelian
1. Apakah ada penyeleksian pemasok ketika ingin melakukan pembelian
bahan baku? Berdasarkan apa penyeleksian tersebut?
2. Apakah bahan baku yang dibeli berkualitas? Apa kriteria bahan baku
berkualitas menurut anda?
3. Apakah harga bahan baku yang dibeli dari pemasok relatif murah?
Mengapa anda berpendapat demikian?
4. Apakah ada penyeleksian perusahaan ketika melakukan pembelian
peralatan dan perlengkapan yang dibutuhkan perusahaan? Berdasarkan apa
penyeleksian tersebut?
96
Lampiran 3. Proses Produksi Bakso Ikan CV Bening Jati Anugrah
Bahan-bahan:
1. Ikan 2. Lemak sapi 3. Bawang bombay 4. Bawang putih 5. Gula putih 6. Lada 7. Penyedap 8. Pemutih makanan
9. Pengenyal 10. Pengembang 11. Garam 12. Es Balok 13. Tepung tapioka 14. Sagu aren 15. Tepung meizena
Giling ikan, bawang putih, bawang bombay dan lemak sapi ke dalam mesin Chopper
Masukkan hasil gilingan ke dalam mesin Silent Cutter
Hasil cetakkan dimasukkan ke perebusan yang dicampur dengan minyak goreng
Campurkan dengan es balok, bumbu, dan tepung
Cetak di mesin cetak bakso atau cetak manual
Pendinginan bakso
Pengemasan (50 butir)
97
Lampiran 4. Proses Produksi Nugget Stik Ikan CV Bening Jati Anugrah Bahan-bahan:
1. Ikan 2. Udang 3. Wortel 4. Bawang putih 5. Bawang goreng 6. Bawang bombay 7. Es balok 8. Gula putih
9. Garam 10. Penyedap 11. Lada 12. Pengenyal 13. Minyak wijen 14. Minyak sayur 15. Telur 16. Tepung tapioka
Dinginkan nugget, kemudian masukkan dalam plastik kemasan (ukuran 500 gram)
Ikan, udang digiling di mesin Chopper
Hasil gilingan ikan, masuk ke mesin Silent Cutter
tambahkan wortel, bawang putih, bawang goreng, bawang bombay, es, bumbu, tepung
Bentuk adonan menjadi kotak, kemudian taburkan tepung roti
Kukus hingga matang, kurang lebih 15 menit
Pemberian label, nama produk, dan tanggal kadaluarsa
98
Lampiran 5. Proses Produksi Kaki Naga CV Bening Jati Anugrah Bahan-bahan:
1. Ikan 2. Udang 3. Wortel 4. Bawang putih 5. Bawang goreng 6. Bawang bombay 7. Es balok 8. Tepung tapioka
9. Telur 10. Gula merah 11. Garam 12. Minyak wijen 13. Minyak sayur 14. Penyedap 15. Lada 16. pengenyal
Hasil gilingan ikan, masuk ke mesin Silent Cutter Sambil diolah ditambahkan wortel, bawang putih, bawang goreng, bawang bombay, es,
bumbu, tepung tapioka
Bentuk adonan menjadi bulat, kemudian taburkan tepung roti, dan
Kukus hingga matang, kurang lebih 15 menit
Dinginkan kaki naga, kemudian masukkan dalam plastik kemasan (ukuran 500 gram)
Pemberian label, nama produk, dan tanggal kadaluarsa
Ikan, udang digiling di mesin Chopper
99
Lampiran 6. Proses Produksi Fish Finger CV Bening Jati Anugrah
Bahan-bahan:
1. Ikan 2. Udang 3. Wortel 4. Bawang putih 5. Bawang goreng 6. Bawang bombay 7. Es balok 8. Gula putih
9. Garam 10. Penyedap 11. Lada 12. Pengenyal 13. Minyak wijen 14. Minyak sayur 15. Telur 16. Tepung tapioka
Ikan, udang digiling di mesin Chopper
Hasil gilingan ikan, masuk ke mesin Silent Cutter, Sambil diolah ditambahkan wortel, bawang putih, bawang goreng, bawang bombay, es,
bumbu, tepung
Bentuk adonan menjadi bulat panjang, kemudian taburkan tepung roti
Kukus hingga matang, kurang lebih 15 menit
Dinginkan kaki naga, kemudian masukkan dalam plastik kemasan (ukuran 500 gram)
Pemberian label, nama produk, dan tanggal kadaluarsa
100
Lampiran 7. Proses Produksi Siomay CV Bening Jati Anugrah
Bahan-bahan:
1. Ikan 2. Udang 3. Bawang putih 4. Bawang bombay 5. Es balok 6. Gula putih 7. Garam
8. Penyedap 9. Lada 10. Pengenyal 11. Minyak wijen 12. Minyak sayur 13. Telur 14. Tepung tapioka
Ikan, udang digiling di mesin Chopper
Hasil gilingan masukkan ke dalam mesin Silent Cutter ditambah tepung, es, bawang putih, bawang bombay, daun bawang, bumbu
Kukus kurang lebih 15 menit
Dinginkan siomay hasil kukusan, dikemas ke dalam plastik (20 buah siomay)
Cetak bulat, taruh hasil cetakkan di atas kulit pangsit yang sudah berbentuk bulat, dibungkus dan di ujung cetakkan diberi parutan wortel
Pemberian label, nama produk, dan tanggal kadaluarsa
101
Lampiran 8. Proses Produksi Otak-otak Bulat CV Bening Jati Anugrah
Bahan-bahan:
1. Ikan 2. Udang 3. Bawang putih 4. Bawang bombay 5. Daun bawang 6. Gula putih 7. Garam 8. Penyedap
9. Lada 10. Pengenyal 11. Minyak wijen 12. Minyak sayur 13. Telur 14. Tepung tapioka 15. Wortel
Ikan, udang digiling di mesin Chopper
Hasil gilingan masukkan ke dalam mesin Silent Cutter ditambah tepung, es, bawang putih, bawang bombay, daun bawang, wortel, bumbu, telur
Cetak bulat seperti bakso, kemudian direbus hingga matang
Dinginkan dan dikemas ke dalam plastik dengan ukuran 500 gram
Pemberian Label, nama produk, dan tanggal kadaluarsa
102
Lampiran 9. Proses Produksi Otak-otak Panjang CV Bening Jati Anugrah
Bahan-bahan:
1. Ikan 2. Udang 3. Es balok 4. Bawang putih 5. Bawang bombay 6. Daun bawang 7. Lengkio/kucai 8. Telur
9. Gula putih 10. Garam 11. Lada 12. Pengenyal 13. Minyak wijen 14. Minyak sayur 15. Tepung tapioka
Ikan, udang digiling di mesin Chopper
Hasil gilingan masukkan ke dalam mesin Silent Cutter ditambah tepung, es, bawang putih, bawang bombay, daun bawang, lengkio/kucai, bumbu,telur
Bentuk panjang menggunakan bambu dengan alas tangan, kemudian direbus hingga matang
Dinginkan dan dikemas kedalam plastik dengan ukuran 500 gram
Pemberian Label, nama produk, dan tanggal kadaluarsa
103
Lampiran 10. Proses Produksi Bakso Ikan Tahu CV Bening Jati Anugrah
Bahan-bahan:
1. Ikan 2. Bawang putih 3. Bawang bombay 4. Lemak sapi 5. Es balok 6. Gula putih 7. Lada 8. Penyedap
9. Pemutih makanan 10. Pengenyal 11. Pengembang 12. Garam 13. Tepung tapioka 14. Tepung meizena 15. Sagu aren
Giling ikan, bawang putih, bawang bombay dan lemak sapi ke dalam mesin Chopper
Masukkan hasil gilingan ke dalam mesin Silent Cutter
Adonan dimasukkan kedalam tahu yang telah dikeluarkan isinya terlebih dahulu
Campurkan dengan es balok, bumbu, dan tepung
Kukus tahu isi selama kurang lebih 15 menit
Dinginkan bakso tahu isi
Pengemasan (20 butir)
104
Lampiran 11. Proses Produksi Lumpia CV Bening Jati Anugrah
Bahan-bahan
1. Ikan 2. Udang 3. Bawang putih 4. Bawang bombay 5. Daun bawang 6. Bawang goreng 7. Telur 8. Es balok
9. Gula putih 10. Garam 11. Penyedap 12. Lada 13. Pengenyal 14. Minyak wijen 15. Minyak sayur 16. Tepung tapioka
Ikan,udang digiling di mesinChopper
Hasil gilingan masukkan ke dalam mesin Silent Cutter ditambah tepung, es, bawang putih, bawang bombay, daun bawang, bawang goreng,
bumbu, telur
Sediakan kulit lumpia, dan isi kulit lumpia dengan adonan yang telah dibuat
Dinginkan dan dikemas ke dalam plastik dengan ukuran 500 gram
Pemberian Label, nama produk, dan tanggal kadaluarsa
Gulung adonan dan kukus hingga matang
105
Lampiran 12. Proses Produksi Ekado CV Bening Jati Anugrah
Bahan-bahan:
1. Ikan 2. Udang 3. Wortel 4. Bawang putih 5. Bawang bombay 6. Daun bawang 7. Es balok 8. Gula putih
9. Garam 10. Penyedap 11. Lada 12. Pengenyal 13. Minyak wijen 14. Minyak sayur 15. Telur 16. Tepung tapioka
Ikan dan udang digiling di mesin Chopper
Hasil gilingan masukkan ke dalam mesin Silent Cutter ditambah tepung, es, bawang putih, bawang bombay,
daun bawang, wortel, bumbu, telur
Sediakan kulit tahu, kemudian isi kulit tahu dengan adonan
Tutup rapat sisi kulit tahu menuju ke atas, kemudian dikukus
Dinginkan dan dikemas kedalam plastik dengan isi 20 buah
Pemberian Label, nama produk, dan tanggal kadaluarsa
106
Lampiran 13. Proses Produksi Keong Mas CV Bening Jati Anugrah
Bahan-bahan:
1. Ikan 2. Udang 3. Cabai merah 4. Wortel 5. Bawang putih 6. Bawang bombay 7. Daun bawang 8. Es balok 9. Gula putih 10. Garam 11. Penyedap 12. Lada 13. Pengenyal 14. Minyak wijen 15. Minyak sayur 16. Telur 17. Tepung tapioka
Ikan dan udang digiling di mesin Chopper
Hasil gilingan masukkan ke dalam mesin Silent Cutter ditambah tepung, es, bawang putih, bawang bombay, cabai maerah, daun
bawang, wortel, bumbu, telur
Sediakan kulit tahu, kemudian isi kulit tahu
Tutup rapat sisi kulit tahu membentuk keong (kerucut), kemudian dikukus
Dinginkan dan dikemas kedalam plastik dengan isi 20 buah
Pemberian Label, nama produk, dan tanggal kadaluarsa
107
Lampiran 14. Proses Produksi Udang Gulung CV Bening Jati Anugrah
Bahan-bahan:
1. Ikan 2. Udang 3. Cabai merah 4. Wortel 5. Bawang putih 6. Bawang bombay 7. Daun bawang 8. Es balok 9. Telur 10. Tepung tapioka 11. Gula putih 12. Garam 13. Penyedap 14. Lada 15. Pengenyal 16. Minyak wijen 17. Minyak sayur
Ikan dan udang digiling di mesin Chopper
Hasil gilingan masukkan ke dalam mesin Silent Cutter ditambah tepung, es, bawang putih, bawang bombay, cabai maerah, daun
bawang, wortel, bumbu, telur
Masukkan adonan ke dalam pipa yang telah dibagi dua bagian, dengan panjang 15 cm.
Padatkan, cetak dan cabut pipa, kemudian dikukus selama
Dinginkan dan dikemas ke dalam plastik dengan isi 3 buah
Pemberian Label, nama produk, dan tanggal kadaluarsa
108
Lampiran 15. Dokumentasi
109
Lampiran 16. Foto-foto Produk Olahan CV Bening Jati Anugrah
Kaki Naga Keong Mas
Bakso Ikan Siomay
Udang Gulung Fish Finger
Ekado Lumpia