ANALISIS PROFIL PENGOBATAN, BIAYA MEDIS DAN …

16
MEDIKA TADULAKO, Jurnal Ilmiah Kedokteran, Vol. 6 No. 1 Januari 2019 74 Andi Ahriansyah, Prih Sarnianto, Yusi Anggriani, Analisis Profil Pengobatan ... ANALISIS PROFIL PENGOBATAN, BIAYA MEDIS DAN KUALITAS HIDUP PADA PASIEN HEMODIALISIS POLI RAWAT JALAN DI RUMAH SAKIT DR H. MARZOEKI MAHDI BOGOR Andi Ahriansyah 1 , Prih Sarnianto 2 , Yusi Anggriani 3 1 Program Magister Farmasi, Fakultas Farmasi Universitas Pancasila 2,3 Fakultas Farmasi Universitas Pancasila Email : [email protected] ABSTRACT Hemodialysis is a method of blood washing by removing excess fluid and substance that are harmfulto the body through dialysis to replace demage kidney function.. Hemodyalisis is a therapy that takes a long time, have complication and requires expensive cost. This condition will provide physiological and physchological stressors of patients which can an affects the quality of life of patients. The Object is Knowing the treatment profile, medical cost and quality of life of outpatients hemodialysis patients in RS DR Marzoeki Mahdi Bogor. Methods is Cross sectional Analysis with a hospital perspective on volving 100 respondens with chronic kidney disease patients who undergoing hemodialysis. Data collections was done retrospectively. This study uses primary data in the form of questionnaires and secondary data form medical record and financial sections.There were 100 patients with 93% compatibility of HD therapy, 83 % epo therapy and 86 % of comorbidities. The results of Mann whitney test analysis, obtained p value (sig) of real cost and INA CBGs of 21.10%. p value (sig) real costs and ideal costs of 0,37 % the results of multiple linear regression obtained p value self care 0,034, p value daily activities 0,000, p value pain / insecurity 0,005, sex p value long amounting to 0,019. The level of suitability of therapy in RS DR Marzoeki Mahdi Bogor is according to the standart of therapy. There is no significant difference beetween quality of life with long hemodialysis and real costs and ideal cost for INA CBGs. Keywords: Hemodialysis, treatment profile, quality of life ABSTRAK Hemodialisis adalah metode pencucian darah dengan membuang cairan berlebih dan zat-zat yang berbahaya bagi tubuh melalui alat dialisis untuk menggantikan fungsi ginjal yang rusak. Terapi hemodialisis membutuhkan waktu yang lama, memiliki komplikasi dan membutuhkan biaya yang mahal. Hal ini akan memberikan stressor fisiologis dan psikologis pasien yang kemudian akan mempengaruhi kualitas hidup pasien. Tujuan Penelitian ini untuk Mengetahui profil pengobatan, biaya medis dan kualitas hidup pada pasien hemodialisis poli rawat jalan di RS DR H.Marzoeki Mahdi Bogor. Metode

Transcript of ANALISIS PROFIL PENGOBATAN, BIAYA MEDIS DAN …

MEDIKA TADULAKO, Jurnal Ilmiah Kedokteran, Vol. 6 No. 1 Januari 2019

74 Andi Ahriansyah, Prih Sarnianto, Yusi Anggriani, Analisis Profil Pengobatan ...

ANALISIS PROFIL PENGOBATAN, BIAYA MEDIS DAN KUALITAS

HIDUP PADA PASIEN HEMODIALISIS POLI RAWAT JALAN

DI RUMAH SAKIT DR H. MARZOEKI MAHDI BOGOR

Andi Ahriansyah1, Prih Sarnianto

2, Yusi Anggriani

3

1Program Magister Farmasi, Fakultas Farmasi Universitas Pancasila

2,3Fakultas Farmasi Universitas Pancasila

Email : [email protected]

ABSTRACT

Hemodialysis is a method of blood washing by removing excess fluid and substance

that are harmfulto the body through dialysis to replace demage kidney function..

Hemodyalisis is a therapy that takes a long time, have complication and requires expensive

cost. This condition will provide physiological and physchological stressors of patients

which can an affects the quality of life of patients. The Object is Knowing the treatment

profile, medical cost and quality of life of outpatients hemodialysis patients in RS DR

Marzoeki Mahdi Bogor. Methods is Cross – sectional Analysis with a hospital perspective

on volving 100 respondens with chronic kidney disease patients who undergoing

hemodialysis. Data collections was done retrospectively. This study uses primary data in

the form of questionnaires and secondary data form medical record and financial

sections.There were 100 patients with 93% compatibility of HD therapy, 83 % epo

therapy and 86 % of comorbidities. The results of Mann whitney test analysis, obtained p

value (sig) of real cost and INA – CBGs of 21.10%. p value (sig) real costs and ideal costs

of 0,37 % the results of multiple linear regression obtained p value self – care 0,034, p

value daily activities 0,000, p value pain / insecurity 0,005, sex p value long amounting to

0,019. The level of suitability of therapy in RS DR Marzoeki Mahdi Bogor is according to

the standart of therapy. There is no significant difference beetween quality of life with long

hemodialysis and real costs and ideal cost for INA – CBGs.

Keywords: Hemodialysis, treatment profile, quality of life

ABSTRAK

Hemodialisis adalah metode pencucian darah dengan membuang cairan berlebih

dan zat-zat yang berbahaya bagi tubuh melalui alat dialisis untuk menggantikan fungsi

ginjal yang rusak. Terapi hemodialisis membutuhkan waktu yang lama, memiliki

komplikasi dan membutuhkan biaya yang mahal. Hal ini akan memberikan stressor

fisiologis dan psikologis pasien yang kemudian akan mempengaruhi kualitas hidup pasien.

Tujuan Penelitian ini untuk Mengetahui profil pengobatan, biaya medis dan kualitas hidup

pada pasien hemodialisis poli rawat jalan di RS DR H.Marzoeki Mahdi Bogor. Metode

MEDIKA TADULAKO, Jurnal Ilmiah Kedokteran, Vol. 6 No. 1 Januari 2019

75 Andi Ahriansyah, Prih Sarnianto, Yusi Anggriani, Analisis Profil Pengobatan ...

yang digunakan adalah Analitik Cross – Sectional dengan perspektif rumah sakit.

Pengumpulan data dilakukan secara retrospektif. Penelitian ini menggunakan data primer

berupa kueisoner dan data sekunder dari rekam medik dan bagian keuangan.Terdapat 100

pasien dengan kesesuaian terapi HD 93%, terapi Epo 83% dan terapi penyakit penyerta

86%. Hasil analisis uji Mann Whitney, diperoleh p Value (sig) biaya rill dan INA- CBGs

sebesar 21.10%, p value (sig) biaya rill dan biaya ideal sebesar 0,37 %, hasil regresi linear

berganda diperoleh p value mengurus diri 0,034, p value aktivitas sehari - hari sebesar

0,000, p value rasa nyeri / tidak aman 0,005, p value jenis kelamin sebesar 0,019.Tingkat

kesesuaian terapi di RS DR Marzoeki Mahdi Bogor sesuai standar terapi. Tidak terdapat

perbedaan yang signifikan antara kualitas hidup dengan lama HD serta biaya rill maupun

biaya medis terhadap INA – CBGs.

Kata kunci: Hemodialisis, Profil Pengobatan, Kualitas Hidup

PENDAHULUAN

Kesehatan merupakan hak setiap

orang yang diamanatkan UUD 1945.

Untuk mewujudkan masyarakat sehat baik

secara fisik, mental, sosial dan ekonomi,

sistem kesehatan suatu negara harus

dibangun dengan baik. Dalam rangka

menjamin pemerataan dan mempermudah

akses kesehatan gratis bagi seluruh

kalangan masyarakat, pemerintah

mengeluarkan Undang-Undang No. 40

Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan

Kesehatan Nasional (SJKN)[1].

Berdasarkan laporan Indonesian

Renal Registry (IRR), jumlah pasien baru

hemodialisis pada 2007 sebanyak 4.977

pasien, sedangkan pasien aktif

hemodialisis pada 2007 sebanyak 1.885

pasien. Pada 2015 jumlah pasien baru

meningkat tajam menjadi 21.050 pasien,

sedangkan pasien aktif meningkat

sebanyak 30.554 pasien. Terjadi

peningkatan 4 kali lipat pada pasien baru,

dan peningkatan 16 kali lipat pada pasien

aktif tahun 2007 sampai dengan 2015.

Secara global penyebab GGK terbesar

adalah diabetes mellitus, sementara di

Indonesia penyebab terbanyak sampai

dengan tahun 2000 adalah

glomerulonefritis, dan dalam beberapa

tahun terakhir penyebab GGK terbanyak

adalah hipertensi. [2]

Hemodialisis adalah salah satu terapi

pengganti ginjal bagi pasien GGK[3]

.

Terapi ini memerlukan biaya yang besar

serta waktu yang panjang. Pada terapi

pasien GGK dengan hemodialisis

seringkali terdapat perbedaan perhitungan

tarif rumah sakit dimana tarif rumah sakit

lebih besar daripada tarif INA-CBGs.

MEDIKA TADULAKO, Jurnal Ilmiah Kedokteran, Vol. 6 No. 1 Januari 2019

76 Andi Ahriansyah, Prih Sarnianto, Yusi Anggriani, Analisis Profil Pengobatan ...

Apabila hal ini terjadi secara terus

menerus, maka akan menyebabkan

kerugian pada pihak rumah sakit. Oleh

karena itu perlu dilakukan penelitian

analisis biaya pengobatan pasien GGK

dengan hemodialisis.

Rumah Sakit DR H. Marzoeki

Mahdi Bogor Bogor merupakan Rumah

Sakit Pemerintah tipe B pendidikan. RS

DR. H. Marzoeki Mahdi memiliki 20

buah mesin hemodialisis dengan jumlah

pasien rutin lebih dari 100 orang. Jumlah

mesin yang tersedia tidak cukup untuk

melayani pasien yang harus menjalani

hemodialisis, sehingga banyak pasien

yang terpaksa dirujuk ke rumah sakit lain.

Euro Quality of Life (EQ-5D)

merupakan instrument general yang

digunakan secara luas untuk mengukur

status kesehatan pada suatu populasi.

Kualitas hidup pasien setelah

mendapatkan pengobatan dapat diukur

berdasarkan 5 domain yang terdiri dari 1)

mobility 2) self-care 3) usual activity 4)

pain/discomfort 5) anxiety/depression. [4]

Hemodialisis tidak dapat

menyembuhkan atau memulihkan fungsi

ginjal selain itu pasien harus menjalani

terapi dialisis sepanjang hidupnya, oleh

karena itu diperlukan evaluasi profil

pengobatan dan besaran pembiayaan

kesehatan medis agar dapat membantu

meringankan beban sumber daya dengan

meningkatkan efisiensi alokasi

pembiayaan kesehatan dalam pelayananan

JKN.

METODE

Penelitian ini menggunakan

rancangan penelitian analitik cross –

sectional dengan perspektif rumah sakit.

Pengumpulan data ini menggunakan

metode retrospektif dengan

mengumpulkan data dari penelusuran

dokumen pasien yang berupa catatatn

medis pasien gagal ginjal kronik rawat

jalan dengan hemodialisis, data biaya

pengobatan pasien dari Instalasi Farmasi

Rumah Sakit dan dokumen / kuitansi dari

bagian keuangan periode Januari –

Desember 2017 untuk pasien yang

memenuhi kriteria inklusi. Kemudian

dilakukan analisa data secara deskriptif

dan analitik.

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Sosio Demografi Pasien Hemodialisis

Pengumpulan data dilakukan secara

prospektif dan retrospektif dengan total

responden yang memenuhi kriteria

MEDIKA TADULAKO, Jurnal Ilmiah Kedokteran, Vol. 6 No. 1 Januari 2019

77 Andi Ahriansyah, Prih Sarnianto, Yusi Anggriani, Analisis Profil Pengobatan ...

inklusi sebanyak 100 pasien. Berikut hasil

analisis sosio-demografi pasien :

Tabel V.1 Sosiodemografi Pasien

Hemodialisis

Karakteristik sosio-demografi Hasil

N %

Jenis kelamin

Laki-laki 54 54

Perempuan 46 46

Status perkawinan

Kawin 96 96

Cerai (janda/duda) 4 4

Usia

<= 30 tahun 7 7

31-40 tahun 6 6

41-50 tahun 14 14

51-60 tahun 58 58

61-70 tahun 12 12

> 70 tahun 3 3

Pekerjaan

Pensiunan & IRT 34 34

Pekerjaan fisik 38 38

Pekerjaan intelektual 28 28

Pendidikan

Tidak sekolah/SD 2 2

SMP 13 13

SMA 69 69

Akademi atau universitas 16 16

Pendapatan per bulan

< Rp 2.000.000 1 1

Rp 2.000.000 – 4.000.000 73 73

Rp 4.000.000 – 6.000.000 26

26

Karakteristik sosio-demografi Hasil

N %

Ekonomi keluarga

Sangat miskin 1 1

Miskin 13 13

Pas-pasan 52 52

Cukup nyaman 34 34

Perbandingan laki-laki dan

perempuan untuk kelompok kasus yaitu

54:46 . Sebagian besar responden pada

penelitian ini berstatus kawin, yaitu 96%,

sementara 4% sisanya adalah janda/duda.

Sebaran jumlah pasien berdasarkan

kelompok pekerjaan pada penelitian ini

cukup merata. Terdapat 38 pasien pada

pekerjaan fisik, 28 pasien pada pekerjaan

intelektual, dan 34 pasien adalah

pensiunan dan/atau IRT. Kemudian,

kelompok pendapatan terbanyak pada

penelitian adalah kelompok dengan

pendapatan berkisar antara 2-4 juta (73%).

Akan tetapi tidak ada pasien yang merasa

kehidupannya sejahtera, melainkan 52%

merasa pas-pasan, 34% merasa cukup

nyaman, 13% merasa miskin dan 1%

merasa sangat miskin. Kelompok pasien

dengan pekerjaan fisik cenderung

memiliki risiko lebih besar dari pada yang

lainnya. Kelompok pendidikan terbanyak

adalah SMA (69%), diikuti

Akademi/unversitas (16%), SMP (13%)

dan Tidak sekolah/SD (2%).

B. Profil Pengobatan

Data profil pengobatan pasien

diperoleh dari penelusuran data rekam

medik pasien. Analisis dilakukan untuk

melihat kesesuaian terapi dengan yang

terjadi di lapangan. Berikut hasil analisis

data pengobatan pasien :

MEDIKA TADULAKO, Jurnal Ilmiah Kedokteran, Vol. 6 No. 1 Januari 2019

78 Andi Ahriansyah, Prih Sarnianto, Yusi Anggriani, Analisis Profil Pengobatan ...

Tabel V.2 Data Profil Pengobatan

Pasien Hemodialisis

Karakteristik profil pengobatan Hasil

N %

Kesesuaian terapi hemodialisis

Tidak sesuai

7 7

Sesuai (obat hemodialisis)

9

3

9

3

Kesesuaian terapi epo

Tidak sesuai

1

7

1

7

Sesuai

8

3

8

3

Kesesuaian terapi obat penyerta

(antihipertensi)

Tidak sesuai

1

4

1

4

Sesuai

8

6

8

6

Frekuensi hemodialisis

Minimum 96

Maximum 110

Mean 99,94

Median 96

Lama hemodialisis

1-3 tahun

4

5

4

5

> 3-6 tahun

5

2

5

2

> 6-9 tahun 3 3

Komorbiditas

1 penyakit penyerta

6

9

6

9

2 penyakit penyerta

3

0

3

0

Lebih dari 2 penyakit penyerta 1 1

Berdasarkan data profil pengobatan

pasien berdasarkan komorbiditas,

diperoleh gambaran bahwa dari 100

pasien di RS DR Mazoeki Mahdi bogor,

69 orang (69%) komorbiditasnya 1

penyakit, 30 orang (30%)

komorbiditasnya 2 penyakit, dan 1 orang

(1) komorbiditasnya lebih dari 2 penyakit.

Dari hasil tersebut sebagian besar pasien

komorbiditasnya 1 penyakit. Profil

pengobatan pasien berdasarkan lama

hemodialisis, diperoleh gambaran bahwa

dari 100 pasien di RS DR H. Marzoeki

Mahdi Bogor, 45 orang (45%) lama

hemodialisis 1-3 tahun, 52 orang (52%)

lama hemodialisis 3-6 tahun, 3 orang (3%)

lama hemodialisis 6-9 tahun, dan tidak

ada pasien yang menjalani hemodialisis

lebih dari 10 tahun.

Tabel V.3 Jenis Obat yang Digunakan

100 Pasien

Nama Obat Frekuensi

peresepan % Golongan

Obat Ginjal

Asam Folat 95 95 Suplemen

Calcium

Carbonat 100 100 Vitamin

Ferro Sulfat 80 80 Vitamin

Natrium

Bikarbonat 100 100

Urine

Alkalinization

Anti

hipertensi

Amlodipin

tab 78 78

Calcium Chanel

Blocker (CCB)

Bisoprolol

tab 16 16

Beta Blocker

(BB)

Candesartan 9 9

Angiotensin

Reseptor

Blocker (ARB)

Captopril 1 1

Angiotensin

Converting

Enzym Inhibitor

(ACEI)

Ramipril Tab 10 10

Angiotensin

Converting

Enzym Inhibitor

(ACEI)

Valsartan 34 34

Angiotensin

Reseptor

Blocker (ARB)

MEDIKA TADULAKO, Jurnal Ilmiah Kedokteran, Vol. 6 No. 1 Januari 2019

79 Andi Ahriansyah, Prih Sarnianto, Yusi Anggriani, Analisis Profil Pengobatan ...

Nama Obat Frekuensi

peresepan % Golongan

Micardis 20 20

Angiotensin

Reseptor

Blocker (ARB)

Anti Ulcus

Peptik

Omeprazole pompa proton

Inhibitor (PPI

Anti

Diabetik

Novorapid

flexpen 2 2

Acarbose 3 3 Anti diabetik

Metformin 4 4 Biguanida

Gliquidone 14 14 Sulfonilurea

Novomix

flexpen 3 3

Lantus

Solostar 8 8

Glimepiride 1 1 Sulfonilurea

Diamicron

MR 1 1 Sulfonilurea

Berdasarkan profil pengobatan, obat

dengan frekuensi peresepan 100% adalah

Calcium Carbonat dan Natrium

Bikarbonat, yang berarti semua pasien

hemodialisis memperoleh kedua obat

tersebut. Kedua obat tersebut merupakan

obat-obat terapi utama pada hemodialisis,

disertai dengan asam folat dan ferro sulfat.

Obat penyerta yang paling banyak

digunakan adalah antihipertensi;

amlodipin [5]

, Valsartan [6]

, Micardis [7]

,

dan Bisoprolol[8]

. Obat lain yang

digunakan adalah golongan anti diabetik,

dan anti ulkus peptik. Hal ini terjadi

karena penyakit tersebut merupakan

penyakit-penyakit yang berhubungan

dengan GGK.

C. Biaya Medis

Berdasarkan hasil test normalitas

dengan uji kolmologrov-smirnov,

diperoleh nilai sig biaya medis riil 0.000

dan nilai sig biaya medis ideal 0.000,

artinya data tidak menyebar normal

karena nilai sig lebih kecil dari 0.05. Data

yang tersebar tidak normal ini selanjutnya

di uji menggunakan mann whitney.

Berdasarkan penelusuran informasi, maka

diperolah data biaya sebagai berikut :

Tabel V.4 Deskripsi Tarif INA-CBGs

dan Biaya Riil

Hasil statistik diperoleh biaya riil

rata-rata hemodialisis di RS Dr H.

Mazoeki Mahdi Bogor sebesar Rp

693,593.76 dengan kelebihan rata-rata

sebesar 21.10%. Biaya rill minimum

sebesar Rp. 659,523.20 dan maksimum

Rp.750,903.20. Berdasarkan uji mann

Deskripsi Tarif

Ina-cbgs

Biaya

Medis riil Selisih %

Uji

Mann Whitney

Mean

879,100.00

693,593.76 185,506.24 21.10

0.000

Median 879,100.00

687,279.63

191,820.37 21.82

Modus

879,100.00

659,523.20 219,576.80 24.98

Minimum 879,100.00

659,523.20

219,576.80 24.98

Maksimum

879,100.00

750,903.20 128,196.80 14.58

MEDIKA TADULAKO, Jurnal Ilmiah Kedokteran, Vol. 6 No. 1 Januari 2019

80 Andi Ahriansyah, Prih Sarnianto, Yusi Anggriani, Analisis Profil Pengobatan ...

whitney deskripsi biaya medis tarif INA-

CBGs dan biaya medis riil, diketahui

bahwa rata-rata tarif INA-CBGs sebesar

879,100.00 dan rata-rata biaya medis riil

sebesar 693,593.76. Hasil analisis uji

mann whitney, p value (sig.) sebesar

0.000 (sig. < 0.05) artinya Ho ditolak

sehingga dapat disimpulkan bahwa ada

perbedaan yang signifikan antara tarif

INA-CBGs dengan biaya medis riil.

Selisih rata-rata antara tarif INA-CBGs

dan biaya riil adalah Rp 185,506.24 nilai

yang relatif besar sehingga ada perbedaan

yang bermakna.

Perbedaan tarif pada penelitian ini

terjadi karena pemberian epo yang belum

sesuai. Berdasarkan PERNEFRI, standar

pemberian epo adalah untuk nilai Hb 8-

10g/dL, dan apabila di bawah 8 g/dL

pasien harus mendapatkan transfusi darah.

Akan tetapi pada penelusuran di lapangan,

epo baru diberikan kepada pasien

hemodialisis apabila kadar Hb di bawah 8-

10g/dL. Oleh karena itu, terjadi selisih

tarif yang cukup besar antara pasien yang

mendapatkan epo dan yang tidak

mendapatkan epo/transfusi darah sebagai

mana seharusnya. Harga epo berkisar

antara Rp.95.000-100.000, dan apabila

kesesuain terapi epo dapat dijalankan

hingga 100%, kemungkinan selisih akan

menjadi berkurang dan tidak menutup

kemungkinan bahwa biaya akan melebihi

tarif INA-CBGs.

Tabel V.5 Deskripsi Tarif INA-CBGs

dan Biaya Ideal

Berdasarkan hasil statistik diperoleh

biaya ideal rata-rata hemodialisis di RS

Dr. H. Mazoeki Mahdi Bogor sebesar Rp

696,152.49 dengan keuntungan rata-rata

sebesara 20.81%. Biaya ideal minimum

sebesar Rp.662,898.20 dan maksimum

Rp. 784,192.12. Berdasarkan uji Mann

whitney deskripsi biaya medis tarif INA-

CBGs dan biaya medis ideal, diketahui

bahwa rata-rata tarif ina cbgs sebesar

Rp.879,100.00 dan rata-rata biaya medis

ideal sebesar 693,593.76. Hasil analisis uji

Mann whitney, p value (sig.) Sebesar

0.000 (sig.< 0.05) artinya Ho ditolak

sehingga dapat disimpulkan bahwa ada

perbedaan yang signifikan antara tarif

INA-CBGs dengan biaya medis ideal.

Deskripsi Tarif

Ina-cbgs

Biaya

Medis ideal

Selisih %

Uji

Mann Whitney

Mean

879,100.00

696,152.49 182,947.51 20.81

0.000

Median 879,100.00

688,531.44

190,568.56 21.68

Modus

879,100.00

662,898.20 216,201.80 24.59

Minimum 879,100.00

662,898.20

216,201.80 24.59

Maksimum

879,100.00

784,194.12 94,905.88 10.80

MEDIKA TADULAKO, Jurnal Ilmiah Kedokteran, Vol. 6 No. 1 Januari 2019

81 Andi Ahriansyah, Prih Sarnianto, Yusi Anggriani, Analisis Profil Pengobatan ...

Selisih rata-rata antara tarif INA-CBGs

dan biaya ideal adalah Rp 182,847.51 nilai

yang relatif besar sehingga ada perbedaan

yang bermakna.

Tabel V.6 Deskripsi Biaya Ideal dan

Biaya Riil

Deskripsi

Biaya

Medis

ideal

Biaya Medis riil

Selisih %

Uji

Mann

Whitney

Mean

696,152.49

693,593.76 2,558.73 0.37

Median

688,531.44

687,279.63 1,251.81 0.18

Modus

662,898.20

659,523.20 3,375.00 0.51 0.017

Minimum

662,898.20

659,523.20 3,375.00 0.51

Maksimum

784,194.12

750,903.20 33,290.92 4.25

Dari uji statistik diperoleh biaya

ideal rata-rata Rp 696,152.49 dan biaya

riil rata-rata hemodialisis di RS DR

Mazoeki Mahdi Bogor sebesar Rp

693,593.76. Selisih biaya medis ideal dan

biaya medis riil sebesar Rp.2,558.73.

Meskipun demikian, hemodialisis tetap

dilakukan dengan kesesuain terapi yang

tinggi di RS Mazoeki Mahdi Bogor.

Berdasarkan analisis antara biaya rill

, biaya ideal, dan biaya INA-CBGs yang

ditampilkan, RS DR Mazoeki Mahdi

Bogor memperoleh keuntungan dari

menjalankan hemodialisis. Akan tetapi,

karena ketidaksesuaian pemberian

epo/transfusi darah seperti yang

ditetapkan PERNEFRI, maka keuntungan

tersebut dapat berubah mmenjadi kerugian

ketika rumah sakit mau memenuhi standar

terapi epo tersebut.

D. Kualitas Hidup

1. HRQoL 5D5L

Data terkait HRQoL diperoleh dari

wawancara langsung dengan pasien,

dengan sebaran data sebagai berikut :

Tabel V.7 Data Distribusi HRQoL

5D-5L

HRQoL 5D-5L N %

Mobilitas

Saya tidak memiliki masalah dalam berjalan-

jalan 53 53.0

Saya memiliki sedikit masalah dalam

berjalan-jalan 45 45.0

Saya memiliki masalah moderat dalam

berjalan-jalan 2 2.0

Saya memiliki masalah parah dalam berjalan-

jalan 0 0.0

Saya tidak dapat berjalan-jalan 0 0.0

Mengurus diri

Saya tidak memiliki masalah mencuci atau berpakaian sendiri

63 63.0

Saya memiliki sedikit masalah mencuci atau

berpakaian sendiri 35 35.0

Saya memiliki masalah sedang mencuci atau membiasakan diri

2 2.0

Saya mengalami masalah mencuci atau

berpakaian sendiri 0 0.0

Saya tidak bisa mencuci atau berpakaian sendiri

0 0.0

Aktifitas sehari-hari

Saya tidak memiliki masalah dalam melakukan aktivitas saya yang biasa

41 41.0

Saya memiliki sedikit masalah dalam

melakukan aktivitas saya yang biasa 55 55.0

Saya memiliki masalah moderat dalam

melakukan aktivitas saya yang biasa 4 4.0

Saya mengalami masalah parah dalam

melakukan aktivitas saya yang biasa 0 0.0

Saya tidak dapat melakukan aktivitas saya

yang biasa 0 0.0

Rasa nyeri/tidak nyaman

Saya tidak memiliki rasa sakit atau

ketidaknyamanan 37 37.0

Saya memiliki sedikit rasa sakit atau

ketidaknyamanan 58 58.0

Saya memiliki rasa sakit atau

ketidaknyamanan sedang 5 5.0

MEDIKA TADULAKO, Jurnal Ilmiah Kedokteran, Vol. 6 No. 1 Januari 2019

82 Andi Ahriansyah, Prih Sarnianto, Yusi Anggriani, Analisis Profil Pengobatan ...

HRQoL 5D-5L N %

Saya mengalami sakit parah atau ketidaknyamanan

0 0.0

Saya memiliki rasa sakit atau

ketidaknyamanan yang ekstrem 0 0.0

Rasa khawatir/depresi

Saya tidak cemas atau depresi 42 42.0

Saya sedikit cemas atau tertekan 54 54.0

Saya cukup cemas atau depresi 4 4.0

Saya cemas atau depresi 0 0.0

Saya sangat cemas atau depresi 0 0.0

Dari hasil tersebut sebagian besar

pasien tidak mempunyai masalah

mobilitas sepeti melakukan jalan-jalan.

Untuk kriteria mengurus diri, Dari

Dari hasil tersebut sebagian besar tidak

mengalami rasa nyeri atau tidak nyaman

dengan kondisi yang dialaminya. Serta

untuk pasien dengan rasa khawatir/depresi

ditemukan sebagian besar pasien

menagalami sedikit rasa khawatir/ depresi

akan keadaan yang dialaminya. Perasaan

yang muncul setelah beberapa kali

menjalani hemodialisis tetapi tingkat

kesehatan yang diharapkan belum sesuai

harapan.

2. Value analog scale (VAS)

Tabel V.8 VAS dan Kualiats

Hidup (Value Set) VAS dan kualitas hidup (value

set) Jumlah %

Visual analog scale

Rendah 6 6.0

Cukup 29 29.0

Baik 20 20.0

Sangat baik 41 41.0

Sangat baik sekali 4 4.0

Minimum 50.00

Maximum 100.00

Mean 73.35

Median 70.00

Kualitas hidup (value set)

Rendah 4 4.0

Cukup 31 31.0

Baik 20 20.0

Sangat baik 16 16.0

Sangat baik sekali 29 29.0

Minimum 0.347

Maximum 1.000

Mean 0.746

Median 0.745

Pada tabel V.8 kategori VAS,

diperoleh gambaran bahwa dari 100

pasien di RS DR H. Marzoeki Mahdi

Bogor, 6 orang (6%) VASnya jelek, 29

orang (29%) VASnya cukup, 20 orang

(20%) VASnya baik, dan 41 orang (41%)

VASnya sangat baik, 4 orang (4%)

VASnya baik sekali. Dari hasil tersebut

sebagian besar pasien VASnya sangat

baik. Pada tabel V.8 distribusi pasien

berdasarkan kualitas hidup, diperoleh

gambaran bahwa dari 100 pasien di RS

DR H. Marzoeki Mahdi Bogor, 4 orang

(4%) kualitas hidupnya jelek, 31 orang

(31%) kualitas hidupnya cukup, 20 orang

(20%) kualitas hidupnya baik, 16 orang

(16%) kualitas hidupnya sangat baik, dan

29 orang (29%) kualitas hidupnya sangat

MEDIKA TADULAKO, Jurnal Ilmiah Kedokteran, Vol. 6 No. 1 Januari 2019

83 Andi Ahriansyah, Prih Sarnianto, Yusi Anggriani, Analisis Profil Pengobatan ...

baik sekali. Dari hasil tersebut sebagian

besar pasien kualitas hidupnya cukup.

Tabel V.9 VAS dan Tingkat

Ekonomi VAS dan tingkat ekonomi N %

Rendah

Pendapatan

per bulan

< Rp 2.000.000 0 0.0

Rp 2.000.000 – 4.000.000 5 5.0

Rp 4.000.000 – 6.000.000 1 1.0

Rp 6.000.000 – 8.000.000 0 0.0

Rp 8.000.000 – 10.000.000 0 0.0

> Rp 10.000.000 0 0.0

Ekonomi

keluarga

Sangat miskin 0 0.0

Miskin 0 0.0

Pas-pasan 5 5.0

Cukup nyaman 1 1.0

Sejahtera 0 0.0

Tidak tahu 0 0.0

Cukup

Pendapatan

per bulan

< Rp 2.000.000 1 1.0

Rp 2.000.000 – 4.000.000 22 22.0

Rp 4.000.000 – 6.000.000 6 6.0

Rp 6.000.000 – 8.000.000 0 0.0

Rp 8.000.000 – 10.000.000 0 0.0

> Rp 10.000.000 0 0.0

Ekonomi

keluarga

Sangat miskin 0 0.0

Miskin 4 4.0

Pas-pasan 18 18.0

Cukup nyaman 7 7.0

Sejahtera 0 0.0

Tidak tahu 0 0.0

VAS dan tingkat ekonomi N %

Baik

Pendapatan

per bulan

< Rp 2.000.000 0 0.0

Rp 2.000.000 – 4.000.000 14 14.0

Rp 4.000.000 – 6.000.000 6 6.0

Rp 6.000.000 – 8.000.000 0 0.0

Rp 8.000.000 – 10.000.000 0 0.0

> Rp 10.000.000 0 0.0

Ekonomi

keluarga

Sangat miskin 0 0.0

Miskin 2 2.0

Pas-pasan 13 13.0

Cukup nyaman 5 5.0

Sejahtera 0 0.0

Tidak tahu 0 0.0

Sangat

baik

Pendapatan

per bulan

< Rp 2.000.000 0 0.0

Rp 2.000.000 – 4.000.000 29 29.0

Rp 4.000.000 – 6.000.000 12 12.0

Rp 6.000.000 – 8.000.000 0 0.0

Rp 8.000.000 – 10.000.000 0 0.0

> Rp 10.000.000 0 0.0

Ekonomi

keluarga

Sangat miskin 1 1.0

Miskin 6 6.0

Pas-pasan 16 16.0

Cukup nyaman 18 18.0

Sejahtera 0 0.0

Tidak tahu 0 0.0

Sangat

baik

sekali

Pendapatan

per bulan

< Rp 2.000.000 0 0.0

Rp 2.000.000 – 4.000.000 3 3.0

Rp 4.000.000 – 6.000.000 1 1.0

Rp 6.000.000 – 8.000.000 0 0.0

Rp 8.000.000 – 10.000.000 0 0.0

> Rp 10.000.000 0 0.0

Ekonomi

keluarga

Sangat miskin 0 0.0

Miskin 1 1.0

Pas-pasan 0 0.0

Cukup nyaman 3 3.0

Sejahtera 0 0.0

Tidak tahu 0 0.0

Berdasarkan tabel V.9 distribusi

VAS, pasien dengan VAS jelek, sekitar

51% memiliki pendapatan antara 2 – 4

juta per bulan, dengan pendapatan sebesar

itu mereka menganggap kehidupan

ekonominya pas-pasan. Pasien dengan

VAS cukup, sekitar 22% memiliki

pendapatan antara 2 – 4 juta/bulan dan

sekitar 18% menganggap kehidupan

ekonominya pas-pasan. Pasien dengan

MEDIKA TADULAKO, Jurnal Ilmiah Kedokteran, Vol. 6 No. 1 Januari 2019

84 Andi Ahriansyah, Prih Sarnianto, Yusi Anggriani, Analisis Profil Pengobatan ...

VAS baik, sekitar 14% memiliki

pendapatan antara 2 – 4 juta/bulan dan

sekitar 13% menganggap kehidupan

ekonominya pas -pasan. Pasien dengan

VAS sangat baik, sekitar 29% memiliki

pendapatan antara 2 – 4 juta/bulan dan

menganggap kehidupan ekonominya

cukup nyaman . Pendapatan bukanlah

satu-satunya faktor yang mempengaruhi

kualitas hidup. Banyak faktor lain selain

ekonomi seperti keadaan psikologis pasien

yang menerima dan menjalaninya dengan

ikhlas. Pasien dengan VAS yang sangat

baik tidak ditentukan oleh pendapatan

yang tinggi. Pendapatan yang

diperolehnya belum bisa mencukupi

kehidupannya yang tinggi sehingga

menganggapnya miskin. Nilai VAS yang

diperolehnya bisa disebabkan oleh sikap

penerimaan dan kepatuhan dalam

menjalani terapi.

Tabel V.10 Kualitas Hidup (Value Set)

dan Tingkat Ekonomi Kualitas hidup (value set) dan tingkat ekonomi N %

Rendah

Pendapata

n per bulan

< Rp 2.000.000 0 0.0

Rp 2.000.000 –

4.000.000 3 3.0

Rp 4.000.000 –

6.000.000 1 1.0

Rp 6.000.000 –

8.000.000 0 0.0

Rp 8.000.000 –

10.000.000 0 0.0

> Rp 10.000.000 0 0.0

Ekonomi

keluarga

Sangat miskin 0 0.0

Miskin 1 1.0

Kualitas hidup (value set) dan tingkat ekonomi N %

Pas-pasan 3 3.0

Cukup nyaman 0 0.0

Sejahtera 0 0.0

Tidak tahu 0 0.0

Cukup

Pendapata

n per bulan

< Rp 2.000.000 1 1.0

Rp 2.000.000 –

4.000.000 20

20.

0

Rp 4.000.000 –

6.000.000 10

10.

0

Rp 6.000.000 –

8.000.000 0 0.0

Rp 8.000.000 –

10.000.000 0 0.0

> Rp 10.000.000 0 0.0

Ekonomi

keluarga

Sangat miskin 1 1.0

Miskin 3 3.0

Pas-pasan 15 15.

0

Cukup nyaman 12 12.

0

Sejahtera 0 0.0

Tidak tahu 0 0.0

Baik

Pendapata

n per

bulan

< Rp 2.000.000 0 0.0

Rp 2.000.000 –

4.000.000 14

14.

0

Rp 4.000.000 –

6.000.000 6 6.0

Rp 6.000.000 –

8.000.000 0 0.0

Rp 8.000.000 –

10.000.000 0 0.0

> Rp 10.000.000 0 0.0

Ekonomi

keluarga

Sangat miskin 0 0.0

Miskin 3 3.0

Pas-pasan 12 12.

0

Cukup nyaman 5 5.0

Sejahtera 0 0.0

Tidak tahu

0

0.0

Sangat baik

Pendapata

n per bulan

< Rp 2.000.000 0 0.0

Rp 2.000.000 –

4.000.000 11

11.

0

Rp 4.000.000 –

6.000.000 5 5.0

Rp 6.000.000 –

8.000.000 0 0.0

Rp 8.000.000 –

10.000.000 0 0.0

> Rp 10.000.000 0 0.0

Ekonomi

keluarga

Sangat miskin 0 0.0

Miskin 3 3.0

Pas-pasan 9 9.0

MEDIKA TADULAKO, Jurnal Ilmiah Kedokteran, Vol. 6 No. 1 Januari 2019

85 Andi Ahriansyah, Prih Sarnianto, Yusi Anggriani, Analisis Profil Pengobatan ...

Kualitas hidup (value set) dan tingkat ekonomi N %

Cukup nyaman 4 4.0

Sejahtera 0 0.0

Tidak tahu 0 0.0

Sangat baik

sekali

Pendapata

n per

bulan

< Rp 2.000.000 0 0.0

Rp 2.000.000 –

4.000.000 25

25.

0

Rp 4.000.000 –

6.000.000 4 4.0

Rp 6.000.000 –

8.000.000 0 0.0

Rp 8.000.000 –

10.000.000 0 0.0

> Rp 10.000.000 0 0.0

Ekonomi

keluarga

Sangat miskin 0 0.0

Miskin 3 3.0

Pas-pasan 13 13.

0

Cukup nyaman 13 13.

0

Sejahtera 0 0.0

Tidak tahu 0 0.0

Berdasarkan tabel kategori distribusi

VAS, pasien dengan VAS jelek, sekitar

3% memiliki pendapatan antara 2 – 4 juta

per bulan, dengan pendapatan sebesar itu

mereka menganggap kehidupan

ekonominya pas-pasan. Pasien dengan

VAS cukup, sekitar 20% memiliki

pendapatan antara 2 – 4 juta/bulan dan

sekitar 15% menganggap kehidupan

ekonominya pas-pasan. Pasien dengan

VAS baik, sekitar 14% memiliki

pendapatan antara 2 – 4 juta/bulan dan

sekitar 12% menganggap kehidupan

ekonominya pas - pasan. Pasien dengan

VAS sangat baik, sekitar 11% memiliki

pendapatan antara 2 – 4 juta/bulan dan

sekitar (9%) menganggap kehidupan

ekonominya pas – pasan .

E. Regresi

Analisis data yang digunakan adalah

regresi linier berganda. Model ini dipilih

untuk mengetahui seberapa besar

pengaruh variabel bebas terhadap variabel

terikat baik secara parsial maupun

bersama-sama. Sebelum model regresi

digunakan untuk menguji hipotesis, maka

terlebih dahulu dilakukan diantaranya

pengujian hipotesis. Apabila syarat untuk

ditelitinya suatu model regresi telah

terpenuhi semua, maka langkah

selanjutnya untuk mengetahui diterima

atau tidaknya hipotesis yang diajukan

dalam penelitian ini, dilakukan analisis

data dengan uji T.

Dari hasil pengolahan regresi

berganda pada model VAS diketahui

bahwa koefisien determinasi r2 = 0.541.

Artinya seluruh variabel independen (jenis

kelamin, usia, pekerjaan, pendidikan,

status perkawinan, pendapatan per bulan,

ekonomi keluarga, nilai hb, kesesuaian

terapi epo,kesesuaian terapi obat HD,

kesesuaian terapi obat penyerta, frekuensi

hemodialisis, lama hemodialisis,

komorbiditas, mobilitas, mengurus diri,

aktifitas sehari-hari, rasa nyeri, rasa

khawatir) mampu menjelaskan variasi dari

variabel dependen (VAS) sebesar 54.1%

MEDIKA TADULAKO, Jurnal Ilmiah Kedokteran, Vol. 6 No. 1 Januari 2019

86 Andi Ahriansyah, Prih Sarnianto, Yusi Anggriani, Analisis Profil Pengobatan ...

sedangkan sisanya (45.9%) dijelaskan

oleh faktor-faktor lain yang tidak

diikutsertakan dalam model, semakin

banyak variabel maka r2 akan semakin

tinggi.

F. Uji T. Test

Uji t (Uji Individu) adalah pengujian

koefisien regresi masing-masing variabel

independen terhadap variabel dependen

untuk mengetahui seberapa besar

pengaruh variabel independen terhadap

variabel dependen. Dengan hipotesis

sebagai berikut:

H0 : βn = 0 Tidak ada pengaruh variabel

independen terhadap variabel dependen.

Ha : βn ≠ 0 Ada pengaruh variabel

independen terhadap variabel dependen.

Jika p-value < 0.05 atau t-hit > t-tabel

maka H0 ditolak, berarti variabel yang

diuji berpengaruh pada VAS.

Tabel V.11 Hasil Uji Parsial (T-Test)

Model VAS

Model VAS Koefisien T-hit Sig. Ket

(constant) 100.875 3.385

0.00

1

Jenis kelamin 3.797 1.191

0.23

7

Tidak

signifikan

Usia (tahun) -0.035

-

0.332

0.74

1

Tidak

signifikan

Pekerjaan 3.974 1.669

0.09

9

Tidak

signifikan

Pendidikan -3.767

-

1.690

0.09

5

Tidak

signifikan

Status perkawinan 2.715 0.473

0.63

7

Tidak

signifikan

Pendapatan per

bulan 5.703 1.483

0.14

2

Tidak

signifikan

Ekonomi keluarga -1.007

-

0.579

0.56

4

Tidak

signifikan

Nilai hb (g/dl) -0.461

-0.646

0.520

Tidak signifikan

Kesesuaian Terapi

Epo 2.888 0.944

0.34

8

Tidak

signifikan

Kesesuaian Terapi Obat HD

-7.540 -

1.797 0.07

6 Tidak signifikan

Kesesuaian Terapi

Obat Penyerta 0.931 0.285

0.77

6

Tidak

signifikan

Frekuensi hemodialisis

-0.060 -

0.257 0.79

8 Tidak signifikan

Lama hemodialisis -1.484

-

0.656

0.51

4

Tidak

signifikan

Komorbiditas 1.773 0.743

0.460

Tidak signifikan

Mobilitas -1.338

-

0.489

0.62

6

Tidak

signifikan

Mengurus diri 6.731 2.155

0.034

Signifikan

Aktifitas sehari-hari -10.914

-

4.058

0.00

0

Signifika

n

Rasa nyeri / tidak nyaman

-7.980 -

2.891 0.00

5 Signifikan

Rasa khawatir /

depresi -3.476

-

1.238

0.21

9

Tidak

signifikan

Dari hasil analisis regresi didapatkan

ada 3 variabel yang signifikan yaitu,

mengurus diri, aktifitas sehari-hari dan

dan rasa nyeri/tidak nyaman. Hal ini

sesuai dengan penelitian sebelumnya yang

menyebutkan kedua faktor tersebut adalah

faktor yang berkaitan erat dengan

penurunan kualitas hidup pasien

hemodialisis. Kondisi tersebut

berhubungan dengan kondisi fisik pasien

yang menurun, diikuti dengan kondisi

psikologis. Oleh karena itu, memberikan

dukungan kenyamanan berupa moril bagi

pasien hemodialisis sangat penting guna

membantu peningkatan kualitas hidup

pasien[10,11]

.

G. Utility

MEDIKA TADULAKO, Jurnal Ilmiah Kedokteran, Vol. 6 No. 1 Januari 2019

87 Andi Ahriansyah, Prih Sarnianto, Yusi Anggriani, Analisis Profil Pengobatan ...

Dari hasil pengolahan Regresi

Berganda pada model kualitas hidup

diketahui bahwa koefisien determinasi R2

= 0.714. Artinya seluruh variabel

independen (Jenis Kelamin, Usia,

Pekerjaan, Pendidikan,Status Perkawinan,

Pendapatan per Bulan, Ekonomi Keluarga,

Nilai HB, Kesesuaian Terapi Epo,

Kesesuaian Terapi Obat HD, Kesesuaian

Terapi Obat Penyerta, Frekuensi HD,

Lama HD, Komorbiditas) mampu

menjelaskan variasi dari variabel

dependen (kualitas hidup) sebesar 17.4%

sedangkan sisanya (82.6%) dijelaskan

oleh faktor-faktor lain yang tidak

diikutsertakan dalam model, semakin

banyak variabel maka R2 akan semakin

tinggi.

Uji t (Uji Individu) adalah pengujian

koefisien regresi masing-masing variabel

independen terhadap variabel dependen

untuk mengetahui seberapa besar

pengaruh variabel independen terhadap

variabel dependen.

Dengan hipotesis sebagai berikut:

H0 : βn = 0 Tidak ada pengaruh variabel

independen terhadap variabel dependen.

Ha : βn ≠ 0 Ada pengaruh variabel

independen terhadap variabel dependen.

Jika p-value < 0.05 atau t-hit > t-tabel

maka H0 ditolak, berarti variabel yang

diuji berpengaruh pada Kualitas Hidup.

Tabel V.12 Hasil Uji Parsial (T-Test)

Model Utility

Model kualitas

hidup (value set)

Koefisie

n

T-

hit Sig. Ket

(constant) 0.842 1.53

2 0.12

9

Jenis kelamin -0.132

-

2.382

0.019 Signifikan

Usia (tahun) 0.002

1.00

6

0.31

7

Tidak

signifikan

Pekerjaan -0.036

-0.83

8

0.40

4

Tidak

signifikan

Pendidikan 0.049

1.28

1

0.20

4

Tidak

signifikan

Status perkawinan 0.106

1.00

0

0.32

0

Tidak

signifikan

Pendapatan per

bulan -0.052

-0.77

2

0.44

2

Tidak

signifikan

Ekonomi keluarga 0.047

1.48

9

0.14

0

Tidak

signifikan

Nilai hb (g/dl) 0.000

0.02

5

0.98

0

Tidak

signifikan

Kesesuaian Terapi

Epo 0.080

1.43

2

0.15

6

Tidak

signifikan

Kesesuaian Terapi

Obat HD 0.031

0.39

7

0.69

2

Tidak

signifikan

Kesesuaian Terapi Obat Penyerta -0.089

-

1.501

0.137

Tidak signifikan

Frekuensi hemodialisis -0.003

-

0.670

0.504

Tidak signifikan

Lama hemodialisis -0.034

-

0.83

7

0.40

5

Tidak

signifikan

Komorbiditas 0.001

0.03

3

0.97

4

Tidak

signifikan

Dari hasil analisis regresi didapatkan

ada 1 variabel yang signifikan yaitu, jenis

kelamin. Pengujian ini dilakukan untuk

melihat faktor yang berhubungan secara

signifikan dengan kualitas hidup pasien

hemodialisis. Jenis kelamin

mempengaruhi kualitas hidup seseorang

MEDIKA TADULAKO, Jurnal Ilmiah Kedokteran, Vol. 6 No. 1 Januari 2019

88 Andi Ahriansyah, Prih Sarnianto, Yusi Anggriani, Analisis Profil Pengobatan ...

melalui psikologis pasien. Laki-laki

dengan usia lebih rendah, pendidikan

lebih tinggi, dan pendapatan tinggi

cenderung memiliki kesehatan mental

lebih baik sehingga memiliki kualitas

hidup yang lebih baik[11]

.

KESIMPULAN

1. Profil Pengobatan

Profil pengobatan di RS Marzoeki

Mahdi belum sesuai dengan terapi

obat yang diberikan dengan tingkat

kesesuaian terapi hemoodialisis 93%,

kesesuaian terapi Epo 83%, dan

kesesuaian terapi obat penyerta 86%.

2. Biaya Medis

a. Selisih rata-rata antara tarif INA-

CBGs dan biaya riil adalah Rp

185,506.24 dengan keuntungan

rata-rata sebesara 21.10%

b. Selisih rata-rata antara tarif INA-

CBGs dan biaya ideal sebesar

Rp.182,847.51 dengan keuntungan

rata-rata sebesar 20.81%

c. Selisih biaya medis ideal dan biaya

medis real sebesar Rp.2,558.73

3. Kualitas Hidup

a. Berdasarkan HRQoL : 9.3% tidak

mengalami rasa khawatir

sementara yang lainnya ; 6.5%

mengalami rasa khawatir sedang,

dan 0.9% mengalami rasa khawatir

yang ekstrim. Sisanya sebanyak

83.3% mengalami sedikit rasa

khawatir.

b. Berdasarkan VAS : 6% rendah,

29% cukup, 20% baik, dan 41%

sangat baik, dan 4% baik sekali,

dengan faktor yang secara

signifikan mempengaruhi :

Mengurus diri, Aktifitas sehari-

hari dan Rasa nyeri/tidak nyaman.

c. Value Set : 4% rendah, 31%

cukup, 20% baik, 16% sangat baik,

dan 29% sangat baik sekali dengan

faktor yang secara signifikan

mempengaruhi : Jenis kelamin.

4. Korelasi Profil Pengobatan dan Biaya

Medis.

Profil pengobatan mempengaruhi

besaran biaya medis dimana

keuntungan yang diperoleh rumah

sakit dari tarif INA-CBGs didapat

karena angka kesesuaian terapi tidak

mencapai 100%.

DAFTAR PUSTAKA

1. Departemen Kesehatan Republik

Indonesia. Undang – Undang Nomor

40 Tahun 2004 tentang Sistem

MEDIKA TADULAKO, Jurnal Ilmiah Kedokteran, Vol. 6 No. 1 Januari 2019

89 Andi Ahriansyah, Prih Sarnianto, Yusi Anggriani, Analisis Profil Pengobatan ...

Jaminan Sosial Nasional (SJSN).

Jakarta. 2004

2. 10th Report of Indonesan renal

registry, Indonesia; 2017.

https://www.indonesianrenalregistry.o

rg/data/IRR%202017%20.pdf. (diakes

tanggal 30 januari 2018)

3. Infodatin, Pusat Data dan Informasi

Kementerian Kesehatan RI, Situasi

Penyakit Ginjal Kronis. 2017 : ISSN

2442 – 7659

4. Mandy Van Reynen Mark OPPC, EQ-

5D3L User Guide Basic Information

On How To Use The EQ – 5D3L

Instrumen , 2015

5. Emily Zimmeman, Steven H.Woolf.

Understanding the Relationship

Between Education and Health;

Virginia Commonwealth University;

2014.

6. Aidillah Mayuda, Shofa Chasani,

Fanti Saktini. Hubungan antara lama

hemodialisis dengan kualitas hidup

pasien penyakit ginjal kronik (Studi di

RSUPP DR.Kariadi Semarang). Jurnal

Kedokteran Diponegoro. Vol: 6, No.2,

2017. ISSN Online : 2540-8844.

7. Switra K, I. Setiadi Alwi, I, Sudoyo

AW, Silmadibrata, M.SB, 2014

Penyakit Ginjal Kronik. Dalam :

Jakarta . Pusat Penerbitan Ilmu

Penyakit Dalam : FK UI

8. Andayani TM. Farmakoekonomi

Prinsip dan Metodologi, Yogyakarta :

Bursa Ilmu., 2013

9. Hayani, Nora, 2014. Hubungan

Dukungan Sosial dengan Tingkat

Depresi Pasien Gagal Ginjal Kronik

yang Menjalani Hemodialis di RSUD

Kota Medan, Sumatera Utara,

http://www.hbgndukungansosialdgntin

gkatdepresiggk.mdn, Diakses Tanggal

30 Januari 2018.

10. Dwi Putri Safnurbaiti,dkk. Analisis

Biaya dan Nilai Utilitas Pasien

Hemodialisa yang diberikan Terapi

Selevamer Karbonat. Research Study

Oceana Biomedicina Journal; Vol. 1

No.2 Jul-Dec 2018;, dikutip dari

Sakhtong, P. dan Kasemsup. Health

Utility Measured with EQ-5D in Thai

Patients Undergoing Peritonial

Dialysis. Value in Health, 15:S79-S84.

2012

11. Maria Carolina Cruz, dkk. Quality of

life in patients with chronic kidney

disease. Clinics 2011;66(6);991-995.

DOI : 10.1590/51807-593220

11000600012.