ANALISIS PERMINTAAN TELUR AYAM - Official Site of...

23
AGRITEK VOL. 16 NO. 11 NOPEMBER 2008 ISSN. 0852-5426 ANALISIS PERMINTAAN TELUR AYAM DI JAWA TIMUR ANALYSIS OF DEMAND FOR CHICKEN EGG at EAST JAVA Resti Wahyuningsih Dosen Fakultas Pertanian, Universitas Muhammadiyah, Jember SM.Kiptiyah Dosen Fakultas Ekonomi, UB H.M.Iksan Semaoen Dosen Fakultas Pertanian, UB ABSTRACT Chicken egg is one of the animal protein of sourche of food which is important for the daily consumption. In east java, until 1996 the amount of chicken egg consumed was only 2,6kg/person/year or 75,42% from egg consumption standard is 3,5kg/person/year, which means still below the standard requirement. Therefore, the further efforts should always be made to increase chicken egg consumption. While the further efforts to increase chicken egg production should always be made. Based on this view, the demand of chicken egg in East Java is interested to be studied. The objectives of the research are to study the factors influencing the demand and the extent of the role of the above factors in determinating the chicken egg demand in East Java. The secundary data from SUSENAS 1996 was used in the study. The data were transformed into logaritmic forms and then analysed using Ordinary Least Square method. Result of analysis show that factors influencing the demand of chicken egg were price of chicken egg, beef, anchovies, local rice, milk, wheat flour, number of house- hold member, region and income. The price elasticity of chicken egg demand is -2,21 of various for the income group, it means that the demand is elastic. Beef, anchovies and milk are substitute for the chicken egg. Cross price elasticity of beef is 0,15, of 1

Transcript of ANALISIS PERMINTAAN TELUR AYAM - Official Site of...

Page 1: ANALISIS PERMINTAAN TELUR AYAM - Official Site of ...lkusrina.staff.gunadarma.ac.id/.../files/30621/kiptiyah.docx · Web view... telur ayam juga merupakan kebutuhan pangan sebagai

AGRITEK VOL. 16 NO. 11 NOPEMBER 2008 ISSN. 0852-5426

ANALISIS PERMINTAAN TELUR AYAMDI JAWA TIMUR

ANALYSIS OF DEMAND FOR CHICKEN EGG at EAST JAVA

Resti WahyuningsihDosen Fakultas Pertanian, Universitas Muhammadiyah, Jember

SM.KiptiyahDosen Fakultas Ekonomi, UB

H.M.Iksan SemaoenDosen Fakultas Pertanian, UB

ABSTRACT

Chicken egg is one of the animal protein of sourche of food which is important for the daily consumption. In east java, until 1996 the amount of chicken egg consumed was only 2,6kg/person/year or 75,42% from egg consumption standard is 3,5kg/person/year, which means still below the standard requirement. Therefore, the further efforts should always be made to increase chicken egg consumption. While the further efforts to increase chicken egg production should always be made. Based on this view, the demand of chicken egg in East Java is interested to be studied.

The objectives of the research are to study the factors influencing the demand and the extent of the role of the above factors in determinating the chicken egg demand in East Java.

The secundary data from SUSENAS 1996 was used in the study. The data were transformed into logaritmic forms and then analysed using Ordinary Least Square method.

Result of analysis show that factors influencing the demand of chicken egg were price of chicken egg, beef, anchovies, local rice, milk, wheat flour, number of house-hold member, region and income.

The price elasticity of chicken egg demand is -2,21 of various for the income group, it means that the demand is elastic. Beef, anchovies and milk are substitute for the chicken egg. Cross price elasticity of beef is 0,15, of anchovies is 1,47 and of milk is 0,19 of various for the income group. Local rice and wheat flour are complement for the chicken egg. Cross price elasticity of local rice is -0,08 and wheat flour is -0,10 various for the income group. The number house-hold member and region is real impact toward the chicken egg demand. The regression coeficient of the number hose-hold member with respect to consumption of chicken egg is 0,23, while of region is 0,03 of various for the income group. The income elasticity of demand is 0,18 of various for the income group, it means that the chicken egg is normal good.

Based on this result, it is suggested that further efforts to increase chicken egg production shoul always be made in order to fulfill the increasing of consumption need and to pursue the standard determined by the Goverment.

Keywords: Chicken egg, demand

1

Page 2: ANALISIS PERMINTAAN TELUR AYAM - Official Site of ...lkusrina.staff.gunadarma.ac.id/.../files/30621/kiptiyah.docx · Web view... telur ayam juga merupakan kebutuhan pangan sebagai

AGRITEK VOL. 16 NO. 11 NOPEMBER 2008 ISSN. 0852-5426

PENDAHULUAN

Peningkatan sumber daya manusia tidak mungkin tercapai tanpa gizi yang cukup. Untuk mencerdaskan, memperko koh dan meningkatkan prestasi manusia Indonesia, banyak bergantung pada peme-nuhan gizi yang baik terutama dari protein hewani seperti daging, susu dan telur (Anonymous,1990).

Telur merupakan salah satu produk peternakan yang dapat memenuhi sebagian kebutuhan gizi masyarakat. Produk hasil ternak ini juga mempunyai potensi untuk dikembangkan secara optimal, karena di-samping harganya yang relatif murah dibanding protein hewani yang lainya, pengusahaanya juga relatif mudah dan walaupun diusahakan dalam usaha skala kecil mampu meningkatkan pendapatan dan memperluas kesempatan kerja (Ano-nymous,1994).

Jawa timur merupakan salah satu daerah penghasil telur ayam terbesar di Indonesia, dimana jumlah produksi telur ayam di Indonesia sejak tahun 1992 28,16% telur ayam ras (sebagai penghasil terbesar) dan 14,65% (sebagai penghasil terbesar nomer dua setelah Jawa barat) berasal dari Jawa timur.

Sebagai daerah penghasil telur ayam terbesar, tingkat konsumsi telur per kapita masih dibawah standard yang telah diten-tukan, dimana tingkat konsumsi telur baru mencapai 75,42% dari target konsumsi telur yang ditentukan oleh Widya Pangan dan Gizi th.1988 yaitu sebesar 3,5 kg/-kapita/tahun.

Hal ini menjadi suatu permasalahan bagi Pemerintah Daerah. Di satu sisi melalui Dinas Peternakan usaha pening-katan produksi terus menerus dilakukan dengan tujuan disamping untuk memenuhi konsumsi telur baik untuk industri maupun untuk rumah tangga, tetapi juga untuk upaya peningkatan pendapatan dan ke-sempatan kerja. Disisi lain upaya pening-katan konsumsi telur juga terus menerus dilakukan dalam upaya untuk mencapai target konsumsi protein yang telah

ditentukan, karena disamping telur sebagai bahan makanan sumbr protein, menurut Bedu Amang (1996) bahwa peningkatan konsumsi telur berarti juga peningkatan permintaan telur dimana permintaan telur merupakan komponen yang nyata dan penting dari struktur kegiatan disektor pangan, dimana perubahan permintaan telur akan menyebabkan terjadinya peru-bahan pendapatan produsen telur.

Untuk itu penelitian tentang per-mintaan telur di Jawa Timur perlu dilaku-kan. Karena permintaan telur di Jawa Timur 75% berupa telur ayam, maka analisis permintaan telur ayam di Jawa Timur dilakukan. Adapun penelitian ten-tang permintaan telur ayam di Jawa Timur yang dilakukan ini diharapkan sebagai salah satu dasar untuk menentukan kebi-jaksanaan di sub sektor peternakan. Pendekatan dari sisi permintaan telur ayam sebagai pemenuh kebutuhan pangan menjadi sangat penting karena mempunyai implikasi kebijaksanaan yang mengarah pada penyediaan pangan yang memadai, merata dan sesuai dengan kebutuhan gizi penduduk serta terjangkau oleh daya beli masyarakat juga untuk meningkatkan pendapatan peternak khususnya peternak ayam ras petelur dan meningkatkan devisa serta meningkatkan kesempatan kerja.

Konsumen di Jawa Timur dalam mengkonsumsi telur ayam sebagai bahan pangan keluarga terdapat banyak komoditi lain yang dapat mempengaruhi konsumen tersebut untuk mengkonsumsi telur ayam disamping faktor ekonomi, faktor sosial dan demografi.

Berdasarkan uraian diatas, maka dalam penelitian ini diajukan hipotesis bahwa permintaan rumah tangga terhadap permintaan telur ayam di Jawa timur dipengaruhi oleh harga telur ayam itu sendiri, harga telur itik, harga daging sapi, harga daging ayam, harga ikan teri, harga beras, harga susu, harga terigu, penda-patan, jumlah anggota keluarga dan daerah tempat tinggal, dengan telur ayam meru-pakan barang normal.

2

Page 3: ANALISIS PERMINTAAN TELUR AYAM - Official Site of ...lkusrina.staff.gunadarma.ac.id/.../files/30621/kiptiyah.docx · Web view... telur ayam juga merupakan kebutuhan pangan sebagai

AGRITEK VOL. 16 NO. 11 NOPEMBER 2008 ISSN. 0852-5426

METODE PENELITIAN

Penelitian dilakukan di Jawa timur. Penetapan daerah penelitian dilakukan secara sengaja (purposive sampling) dengan pertimbangan Jawa timur meru-pakan propinsi yang mempunyai potensi untuk pengembangan produksi telur ayam serta merupakan propinsi yang cukup padat penduduknya dengan laju pertumbuhan ekonomi pada th.1996 yang cukup tinggi rata-rata 6,65% per tahun.

Data yang dianalisis adalah data se-kunder yang berupa data mentah (raw data) hasil survai Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) th.1996 yang diperoleh dari Biro Pusat Statistik.

Jumlah rumah tangga sampel seluruh-nya di Jawa timur yang terpilih pada SU-SENAS 1996 sebanyak 8.832 rumah tangga yang terdiri dari 3.328 rumah tangga perkotaan dan 5.504 rumah tangga pedesaan. Sedangkan dalam penelitian ini hanya dianalisa sebanyak 1.790 rumah tangga yang terdiri dari 1.115 rumah tangga pedesaan dan 675 rumah tangga perkotaan.

Referensi waktu survai yang diguna-kan pada SUSENAS adalah seminggu yang lalu untuk konsumsi bahan makanan serta sebulan yang lalu tentang penge-luaran untuk bahan makanan.

Untuk mengetahui sejauh mana pengaruh peubah bebas terhadap permin-taan atau konsumsi telur ayam pada rumah tangga di Jawa timur digunakan model analisis permintaan dengan elastisitas konstan (doble log).

Untuk menentukan model atau ben-tuk hubungan antara variabel independen dengan permintaan telur ayam di Jawa Timur dapat dirumuskan secara matematik sebagai berikut:

Qt = f (Pt,Ptik,Pds,Pda,Pik, Pb,Ps, Ptr,Jak,Lok,Y) (1)

Bentuk fungsi permintaan (1) diatas diestimasi dengan menggunakan dengan persamaan tunggal dalam bentuk ekspo nensial sebagai berikut:Qt = bo.Ptb1.Ptikb2.Pdsb3.Pdab4.Pikb5. Pbb6. Psb7. Ptrb8.Jakb9.Dib10.Yb11.e (2)

Agar semua koefisien regresinya mudah dianalisis dengan Ordinary Least Square (OLS), maka persamaan (2) diatas ditransformasikan ke dalam bentuk persa maan regresi logaritma ganda sebagai berikut:

logQt = logbo + b1.logPt + b2.logPtik + b3.logPds + b4.logPda + b5.logPik + b6.logPb + b7.logPs + b8.logPtr + b9.logJak+b10.Di+b11.logY (3)

dimana: Qt = konsumsi telur ayam (baik telur ayam ras maupun buras); Pt = harga real telur ayam; Ptik = harga real telur itik; Pds = harga real daging sapi; Pda = harga real daging ayam; Pik = harga real ikan teri; Pb = harga real beras; Ps = harga susu; Ptr = harga terigu; Jak = jumlah anggota keluarga; Di = variabel dummy untuk loka si tempat tinggal jika : 0 = desa, 1 = kota; Y = total pengeluaran untuk pangan yang didekati dengan pendapatan; log b0 = intersep; b1, b2,...,b11 = koefisien regresi.

Untuk menguji hipotesis digunakan uji-F untuk mengetahui bentuk hubungan (signifikansi) secara serempak antara variabel-variabel independen dengan varia-bel dependen. Sedangkan untuk mengeta-hui pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen secara parsial digunakan uji-t.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Karakteristik RespondenRata-rata jumlah anggota keluarga

rumah tangga sampel di Jawa timur sebanyak empat orang per rumah tangga. Selanjutnya dari hasil penelitian diperoleh

3

Page 4: ANALISIS PERMINTAAN TELUR AYAM - Official Site of ...lkusrina.staff.gunadarma.ac.id/.../files/30621/kiptiyah.docx · Web view... telur ayam juga merupakan kebutuhan pangan sebagai

AGRITEK VOL. 16 NO. 11 NOPEMBER 2008 ISSN. 0852-5426

bahwa rata-rata pengeluaran rumah tangga sampel untuk bahan makanan sebulan sebesar Rp.149.544 dan rata-rata

pendapatan kepala rumah tangga sampel sebesar Rp.222.206 per bulan.

Tabel 1. Jumlah Rumah Tangga Sampel Menurut Strata Pendapatan per Bulan dan Strata Pengeluaran Untuk Bahan Makanan Sebulan di Jawa Timur.

a. Strata Pendapatan Jumlah Sampel Persentase (%) Rp.222.206 524 29,3 Rp.222.206 1266 70,7 Jumlah 1790 100,0b. Strata Pengeluaran Rp.149.544 1202 67,2 Rp.149.544 588 32,8 Jumlah 1790 100,0

Sumber: Data SUSENAS 1996.

Harga dan Konsumsi Telur AyamHasil penelitian menunjukan bahwa

harga rata-rata telur ayam sebesar Rp.2355/kg dengan jumlah konsumsi rata-rata 0,228kg/minggu/rumah tangga atau hanya sebesar 1 butir/orang/minggu. Jika dibandingkan dengan target konsumsi telur sebesar 4 butir/orang/minggu, maka konsumsi telur di Jawa timur masih dibawah standar.

Analisis Permintaan Telur Ayam di Jawa TimurAnalisis dilakukan pada 3 kelompok

konsumen yaitu kelompok konsumen gabungan, kelompok konsumen pendapat an diatas rata-rata dan kelompok konsumen pendapatan dibawah rata-rata. Adapun hasil analisis dapat dilihat pada Tabel 2. Nilai F-hitung dari masing-masing strata menunjukan bahwa semua variabel bebas yang digunakan pada masing-masing analisis secara bersama-sama mempe

ngaruhi permintaan rumah tangga terhadap telur ayam.

Dari hasil uji-t bagi setiap koefisien regresi secara parsial pada tingkat kepercayaan 99% harga telur ayam dan jumlah anggota keluarga (pada ketiga strata pendapatan), harga ikan teri (pada strata gabungan dan strata atas), lokasi tempat tinggal (pada strata gabungan dan strata atas) dan pendapatan (pada strata gabungan dan strata bawah) berpengaruh terhadap permintaan telur ayam. Sedang kan pada taraf kepercayaan 95% harga beras (pada strata gabungan), harga daging sapi (pada strata atas) dan harga ikan teri (pada strata bawah) berpengaruh terhadap permintaan telur ayam. Dan pada taraf kepercayaan 90% harga daging sapi, harga harga susu (pada strata atas),harga terigu (pada strata gabungan dan strata atas) berpengaruh terhadap permintaan telur ayam di Jawa Timur.

4

Page 5: ANALISIS PERMINTAAN TELUR AYAM - Official Site of ...lkusrina.staff.gunadarma.ac.id/.../files/30621/kiptiyah.docx · Web view... telur ayam juga merupakan kebutuhan pangan sebagai

AGRITEK VOL. 16 NO. 11 NOPEMBER 2008 ISSN. 0852-5426

Tabel 2. Hasil Analisis Regresi Fungsi Permintaan Telur Ayam Pada 3 Kelompok Konsumen

Strata Gabungan Strata Atas Strata BawahVar.bebas Koef.Reg. t-statistik Koef.Reg

.t-statistik Koef.Reg. t-statistik

Log Pt -2,212 -13,644*** -1,671 -9,753*** -7,309 -15,601***Log Ptik -0,006 - 0,395 -0,015 -0,784 - 0,005 - 0,182Log Pds 0,157 1,473* -0.015 -0,118 0,327 2,186**Log Pda -0,022 - 0,258 0,012 0,119 -0,053 - 0,331Log Pik 1,475 10,629*** 1,459 9,563*** 0,686 2,304**Log Pb -0,088 - 1,756** -0,017 -0,268 -0,173 - 2,650***Log Ps 0,191 1,533* 0,092 0,438 0,168 1,162Log Ptr -0,106 - 1,456* -0,101 -1,363* -0,597 - 1,086Log Jak 0,231 7,979*** 0,245 7,357*** 0,124 2,462***D Lok 0,035 3,390*** 0,012 0,999 0,064 3,514***Log Y 0,183 9,747*** 0,049 0,899 0,237 8,369***Konstanta 0,597 -2,363 -1,932 23,658 8,214R2 0,32 0,28 0,51F hitung 66,25 41,86 37,48D 1,86 1,39 1,32

Keterangan: *** : berbeda pada = 0,01; * : berbeda pada = 0,10; ** : berbeda pada = 0,05; d : Durbin-Watson test.

a. Pengaruh Perubahan Harga Telur Ayam itu Sendiri

Harga telur ayam (Pt) pada ketiga kelompok konsumen menujukkan penga ruh yang sangat nyata dan mempunyai hubungan yang negatif terhadap permin taan telur ayam. Artinya apabila harga telur ayam meningkat maka permintaan terha dap telur ayam akan menurun.

Berdasarkan hasil analisis, besarnya nilai koefisien regresi (b1) adalah sebesar -2,21 untuk strata gabungan, sebesar -1,67 untuk strata pendapatan diatas rata-rata dan sebesar -7,3 untuk strata pendapatan di bawah rata-rata. Dari model fungsi permintaan yang digunakan menunjukan bahwa besarnya koefisien regresi meru pakan nilai elastisitas harga telur ayam itu sendiri. Jadi dalam hal ini besarnya elastisitas harga (Eh) adalah -2,21 untuk strata gabungan, -1,67 untuk strata atas dan -7,3 untuk strata bawah. Angka ini menunjukan bahwa apabila harga telur ayam meningkat sebesar 1% maka permin taan telur ayam akan menurun sebesar 2,21% pada strata gabungan, atau menurun sebesar 1,67% pada strata atas atau

menurun sebesar 7,3% pada strata bawah. Terjadinya penurunan permintaan pada saat harga naik menunjukkan berlakunya hukum permintaan pada permintaan telur ayam. Lebih jauh lagi dapat dikatakan bahwa sifat dari telur ayam adalah elastis karena angka yang diperoleh lebih besar satu (1) atau Eh -1.

Dengan melihat ketiga nilai elastisitas harga yang diperoleh tersebut, maka per mintaan telur ayam pada kelompok konsu men pendapatan dibawah rata-rata (strata bawah) mempunyai elastisitas yang paling besar atau dengan kata lain bahwa sifat permintaan telur ayam pada kelompok konsumen pendapatan dibawah rata-rata lebih elastis dibanding kedua kelompok konsumen yang lain. Artinya bahwa apabila terjadi perubahan harga pada telur ayam, maka pada kelompok konsumen pendapatan dibawah rata-rata lebih peka dibanding kedua kelompok konsumen yang lainnya. Hal ini menunjukkan pula bahwa pada kelompok konsumen penda patan dibawah rata-rata semakin banyak terdapat barang pengganti atau barang

5

Page 6: ANALISIS PERMINTAAN TELUR AYAM - Official Site of ...lkusrina.staff.gunadarma.ac.id/.../files/30621/kiptiyah.docx · Web view... telur ayam juga merupakan kebutuhan pangan sebagai

AGRITEK VOL. 16 NO. 11 NOPEMBER 2008 ISSN. 0852-5426

substitusi bagi telur ayam apabila terjadi kenaikan harga pada telur ayam

Dengan diperolehnya hasil penelitian Utami Kuncoro (1985) yang memperoleh nilai elastisitas harga sendiri untuk telur pada semua strata pendapatan di pedesaan dan kota Jawa-Bali sebesar -1,84 sampai -2,99, hal ini menunjukkan bahwa permin taan telur ayam di Jawa timur sampai tahun 1996 masih bersifat elastis.

b. Pengaruh Perubahan Harga Telur Itik

Pada analisis ketiga kelompok kon-sumen diperoleh bahwa harga telur itik (Ptik) secara statistik tidak berpengaruh terhadap permintaan telur ayam. Jadi dalam hal ini konsumen di Jawa timur dalam menentukan jumlah konsumsi telur ayamnya secara statistik tidak terpengaruh oleh keadaan harga telur itik. Jika dilihat dari besarnya nilai elastisitas yang diper-oleh bahwa telur itik merupakan barang komplementer, ini menunjukan bahwa konsumen di Jawa timur dalam meng-konsumsi telur ayam secara bersamaan dengan telur itik. Hal ini mungkin disebabkan karena keduanya merupakan lauk pauk yang dimana dalam meng-konsumsinya lebih banyak ditentukan oleh faktor selera atau faktor yang lainya.

c. Perubahan Harga Daging AyamHarga daging ayam (Pda) tidak

menunjukkan pengaruhnya terhadap permintaan telur ayam. Hal ini disebabkan karena tingkat konsumsi daging ayam di Jawa timur rendah. Dengan melihat besar-nya nilai elastisitas silang yang diperoleh, bahwa daging ayam merupakan barang komplemen bagi telur ayam. Hal ini menunjukan bahwa antara telur ayam dan daging ayam digunakan bersama-sama oleh konsumen sebagai lauk pauk sumber protein, dimana kenaikan harga daging ayam akan menyebabkan jumlah permin taan atau konsumsi telur ayam akan menurun. Hal ini sesuai keadaan pada umumnya jika harga daging ayam me-ningkat, harga telur ayam juga ikut

meningkat sehingga dengan meningkatnya harga telur ayam akan menyebabkan jumlah permintaan telur ayam menurun.

Hasil penelitian Utami Kuncoro (1985) juga menunjukan bahwa harga daging ayam di Jawa Timur tidak ber-pengaruh terhadap permintaan telur dan tingkat konsumsi daging ayam di Jawa Timur sangat rendah dibanding daerah lain. Tetapi secara keseluruhan menunjuk-kan bahwa di Indonesia variabel daging ayam berpengaruh terhadap permintaan telur ayam dan merupakan barang komplementer dengan nilai elastisitas harga silang sebesar -1,87.

d. Pengaruh Perubahan Harga Daging Sapi

Harga daging sapi (Pds) pada strata gabungan dan strata pendapatan dibawah rata-rata berpengaruh dan mempunyai hubungan yang positif terhadap permintaan telur ayam. Artinya apabila harga daging sapi meningkat maka akan menyebabkan permintaan telur ayam meningkat pula. Melihat besaran nilai elastisitas harga silang daging sapi terhadap telur ayam yang diperoleh yaitu sebesar 0,15 pada strata gabungan dan 0,32 pada strata bawah maka daging sapi merupakan barang substitusi bagi telur ayam, dimana jika terjadi peningkatan harga daging sapi sebesar 1% maka akan menyebabkan permintaan telur ayam meningkat 0,15% pada strata gabungan atau meningkat sebesar 0,32% pada kelompok konsumen pendapatan dibawah rata-rata. Sedangkan pada kelompok konsumen pendapatan diatas rata-rata tidak menunjukan pengaruh secara signifikan terhadap permintaan telur ayam di Jawa timur. Tetapi melihat besarnya nilai elastisitas silang yang diperoleh menunjukkan bahwa daging sapi merupakan barang komplementer bagi telur ayam, dimana jika harga daging sapi meningkat akan menyebabkan jumlah permintaan telur ayam menurun. Jadi pada kelompok konsumen strata atas bahwa kenaikan harga daging sapi akan menye

6

Page 7: ANALISIS PERMINTAAN TELUR AYAM - Official Site of ...lkusrina.staff.gunadarma.ac.id/.../files/30621/kiptiyah.docx · Web view... telur ayam juga merupakan kebutuhan pangan sebagai

AGRITEK VOL. 16 NO. 11 NOPEMBER 2008 ISSN. 0852-5426

babkan pendapatan riil yang diperoleh berkurang sehingga akan menyebabkan jumlah permintaan telur ayam berkurang atau menurun. Hal ini menunjukkan pula bahwa untuk memenuhi kebutuhan protein hewaninya lebih mengutamakan daging sapi dibanding telur ayam. Tidak demikian pada kelompok konsumen pendapatan dibawah rata-rata, dimana konsumen akan mengalihkan konsumsinya terhadap komoditi yang harganya relatif murah.

e. Pengaruh Perubahan Harga Ikan Teri

Pada ketiga kelompok konsumen harga ikan teri (Pik) berngaruh dan mem-punyai hubungan yang positif terha dap permintaan telur ayam. Artinya bahwa jika harga ikan teri meningkat maka akan menyebabkan permintaan telur ayam me-ningkat pula. Dengan diperolehnya nilai elastisitas harga silang ikan teri terhadap telur ayam sebesar 1,47 pada strata gabungan, sebesar 1,45 pada strata penda-patan diatas-rata-rata dan sebesar 0,68 pada strata pendapatan dibawah rata-rata, maka apabila harga ikan teri naik 1% akan menyebabkan permintaan telur ayam meningkat sebesar 1,47% pada strata gabungan, meningkat sebesar 1,45 pada strata pendapatan diatas rata-rata dan meningkat sebesar 0,68% pada strata pendapatan dibawah rata-rata. Hubungan yang seperti ini menunjukkan bahwa ikan teri merupakan barang substitusi bagi telur ayam. Sifat substitusi antara ikan teri dan telur ayam ini disebabkan karena antara kedua komoditi tersebut merupakan ma-kanan sumber protein hewani. Apalagi jika dikaitkan dengan tingkat konsumsi jagung penduduk Jawa timur paling tinggi dibanding daerah konsumsi jagung lainya, maka konsumsi ikan teri merupakan alternatif pemilihan lauk pauk sumber protein hewani.

Hasil penelitian Utami Kuncoro (1985) juga menunjukan bahwa ikan teri di Jawa Timur pada golongan pendapatan rendah dan sedang di kota merupakan barang substitusi bagi telur dengan nilai

elastisitas harga silang masing-masing sebesar 2,29 dan 2,87. Berbeda dengan hasil penelitian Maruli (1994), bahwa ikan teri di Propinsi Jambi merupakan komoditi komplemen bagi telur ayam dengan nilai elastisitas harga silang sebesar -0,49.

f. Pengaruh Perubahan Harga Beras

Variabel harga beras (Pb) pada strata gabungan dan strata pendapatan dibawah rata-rata berpengaruh dan mem-punyai hubungan yang negatif terhadap permintaan telur ayam. Artinya bahwa jika harga beras naik akan menyebabkan jumlah permintaan beras menurun dan hal ini akan menyebabkan konsumen mengu-rangi konsumsi telur ayam atau dengan kata lain permintaan telur ayam akan menurun pula.

Besarnya pengaruh harga beras terhadap permintaan telur ayam dapat dilihat pada besarnya koefisien regresi yang juga merupakan nilai elastisitas harga silang beras terhadap telur ayam yaitu sebesar -0,08 pada strata gabungan dan sebesar -0,17 pada kelompok konsumen pengeluaran dibawah rata-rata. Angka ini menunjukan bahwa apabila harga beras naik 1% maka akan menyebabkan permin-taan telur ayam menurun sebesar 0,08 pada kelompok konsumen gabungan atau me-nurun sebesar 0,17 pada kelompok konsumen pengeluaran dibawah rata-rata. Hubungan yang seperti ini menunjukkan bahwa beras merupakan barang pelengkap atau komplementer bagi telur ayam. Ini ditunjukkan dari sebagian besar kebiasaan orang mengkonsumsi telur adalah sebagai lauk pauk.

Bertolak dari besaran elastisitas silang beras terhadap telur ayam yang bersifat inelastis, memberikan indikasi bahwa kenaikan harga beras tidak secara dratis menghentikan konsumsi beras dan beralih penuh terhadap konsumsi telur ayam. Tetapi antara beras dan telur ayam digunakan bersama-sama dimana telur ayam merupakan lauk pauk atau peleng-kap. Jadi dalam hal ini perubahan harga

7

Page 8: ANALISIS PERMINTAAN TELUR AYAM - Official Site of ...lkusrina.staff.gunadarma.ac.id/.../files/30621/kiptiyah.docx · Web view... telur ayam juga merupakan kebutuhan pangan sebagai

AGRITEK VOL. 16 NO. 11 NOPEMBER 2008 ISSN. 0852-5426

beras semata-mata berpengaruh terhadap proporsi atau frekuensi mengkonsumsi telur ayam.

Hasil penelitian Utami Kuncoro (1985) menunjukkan bahwa secara keseluruhan di Indonesia beras merupakan komplemen telur pada semua golongan pendapatan di desa maupun di kota dengan nilai elastisitas harga silang sebesar -0,49.

g. Pengaruh Perubahan Harga Susu

Hasil analisis menunjukkan hanya pada kelompok konsumen gabungan bah-wa harga susu (Ps) mempunyai pengaruh terhadap permintaan telur ayam dan keduanya mempunyai hubungan yang positif, dimana apabila harga susu meningkat maka jumlah permintaan susu akan berkurang dan akan menyebabkan konsumen beralih kepada telur ayam sehingga menyebabkan permintaan telur ayam meningkat. Dengan besarnya nilai elastisitas silang sebesar 0,19 yang tidak lain juga merupakan besarnya koefisien regresi b7, maka jika harga susu meningkat sebesar 1% akan mengakibatkan permintaan telur ayam meningkat sebesar 0,19%. Melihat hubungan seperti ini, maka susu merupakan barang substitusi bagi telur ayam.

Sedangkan jika dilihat dari per-kelompok pendapatan, secara statistik perubahan harga susu tidak berpengaruh terhadap permintaan atau konsumsi telur ayam di Jawa timur. Tetapi bertolak dari besarnya nilai elastisitas silang yang diperoleh, bahwa susu merupakan substi-tusi bagi telur ayam dimana kepekaan terhadap perubahan harga susu, pada kelompok pendapatan dibawah rata-rata lebih peka dibanding kelompok konsumen pendapatan diatas rata-rata. Jika terjadi kenaikan harga susu sebesar 1% maka akan menyebabkan meningkatnya permin-taan telur ayam sebesar 0,168% pada kelompok konsumen pendapatan dibawah rata-rata dan meningkat sebesar 0,092% pada kelompok konsumen pendapatan

diatas rata-rata. Hal ini menunjukan bahwa pada kelompok konsumen pendapatan dibawah rata-rata di Jawa timur harga susu relatif lebih mahal terhadap harga telur ayam dibanding pada kelompok konsumen pendapatan diatas rata-rata, yang berarti pula bahwa pada kelompok konsumen pendapatan diatas rata-rata perubahan harga susu akan menyebabkan sedikit perubahan perminta-an terhadap telur ayam dibanding pada kelompok pendapatan dibawah rata-rata. Jadi ini menunjukan bahwa konsumsi susu pada strata atas merupakan kebiasaan sebagai pemenuh kebutuhan protein hewani.

Hasil penelitian Irawan (1992) di Jawa Tengah juga menunjukkan bahwa komoditi susu merupakan substitusi telur dengan elastisitas harga silang sebesar 0,13. Dengan melihat besarnya nilai elastisitas silang yang diperoleh dari dua penelitian tersebut diatas menunjukkan bahwa kepekaan perubahan permintaan telur ayam yang disebabkan oleh perubahan harga susu di Jawa Timur lebih besar dibanding di Jawa Tengah.

h. Pengaruh Perubahan Harga Terigu

Harga terigu (Ptr) pada kelompok konsumen gabungan dan kelompok konsumen pendapatan diatas rata-rata berpengaruh dan mempunyai hubungan yang negatif terhadap permintaan telur ayam, yang berarti bahwa jika terjadi kenaikan harga pada terigu akan mengakibatkan permintaan telur ayam menurun.

Besarnya pengaruh harga terigu ditunjukkan oleh besarnya koefisien regresi (b8) yang juga merupakan nilai elastisitas silang terigu terhadap telur ayam yaitu sebesar -0,10 pada kelompok konsumen gabungan dan juga sebesar -0,10 pada kelompok konsumen pendapatan diatas rata-rata. Angka ini menunjukkan bahwa jika harga terigu meningkat sebesar 1% maka akan mengakibatkan permintaan telur ayam menurun sebesar 0,10%. Hubungan semacam ini menunjukkan

8

Page 9: ANALISIS PERMINTAAN TELUR AYAM - Official Site of ...lkusrina.staff.gunadarma.ac.id/.../files/30621/kiptiyah.docx · Web view... telur ayam juga merupakan kebutuhan pangan sebagai

AGRITEK VOL. 16 NO. 11 NOPEMBER 2008 ISSN. 0852-5426

bahwa kedua barang saling melengkapi (komplementer).Terjadinya kecenderungan ini dapat ditinjau dari keeratan hubungan komplementer yang terjadi antara terigu dan telur ayam digunakan bersama-sama untuk bahan pembuat roti atau jajanan. Membuat jajanan atau roti selalu memer-lukan terigu, tetapi peningkatan permintaan terigu tidak selalu meningkatkan permin-taan telur ayam, karena terigu mempunyai kegunaan yang kompleks. Penggunaan terigu tidak hanya digunakan secara bersama-sama sebagai bahan pembuat jajanan, tetapi terigu juga digunakan ber-sama-sama bahan makanan lain tanpa penggunaan telur ayam.

Penelitian di Jawa Tengah (Irawan, 1992) dan di Propinsi Jambi (Maruli, 1994) juga menunjukkan bahwa komoditi terigu merupakan barang komplementer bagi telur.

i. Pengaruh Jumlah Anggota Keluarga

Hasil analisis menunjukkan bahwa jumlah anggota keluarga (Jak) pada 3 kelompok konsumen berpengaruh dan mempunyai hubungan yang positif dengan permintaan telur ayam. Berarti mening katnya jumlah anggota keluarga menye babkan bertambahnya permintaan telur ayam.

Besarnya pengaruh jumlah anggota keluarga ditunjukkan oleh koefisien regresi b9 yang sekaligus merupakan besarnya nilai elastisitas. Untuk dua kelompok konsumen diperoleh nilai elastisitas yang hampir sama yaitu sebesar 0,23 untuk kelompok konsumen gabungan dan sebesar 0,24 untuk konsumen pendapatan diatas rata-rata. Sedangkan pada kelompok konsumen pendapatan dibawah rata-rata diperoleh sebesar 0,12. Artinya bahwa jika jumlah anggota keluarga bertambah sebesar 1% maka akan mengakibatkan jumlah permintaan telur ayam meningkat sebesar 0,23% pada kelompok konsumen gabungan, atau meningkat 0,24% pada kelompok konsumen pendapatan diatas rata-rata atau meningkat sebesar 0,12%

pada kelompok konsumen pendapatan dibawah rata-rata. Demikian juga sebalik nya apabila jumlah anggota keluarga turun sebesar 1%, maka permintaan telur ayam menurun sebesar nilai elastisitas yang diperoleh.

Dari hasil analisis diatas dapat dikatakan juga bahwa semakin banyak jumlah anggota keluarga, makin besar pula jumlah telur ayam yang dikonsumsi sehingga pertambahan jumlah anggota keluarga akan menyebabkan kenaikan permintaan telur ayam yang dibutuhkan dan ini menunjukkan bahwa telur ayam di Jawa Timur merupakan kebutuhan pangan sebagai pemenuhan sumber protein hewani bagi setiap anggota keluarga atau penduduk.

j. Pengaruh Daerah Tempat Tinggal

Hasil analisis menunjukkan bahwa daerah tempat tinggal (Lok) pada kelompok konsumen gabungan dan kelom pok konsumen pendapatan dibawah rata-rata berpengaruh terhadap permintaan telur ayam dengan nilai elastisitas yang hampir sama yaitu sebesar 0,03 untuk kelompok konsumen gabungan dan sebesar 0,06 untuk konsumen pengeluaran dibawah rata-rata. Dalam penelitian ini variabel daerah tempat tinggal merupakan peubah boneka (dummy variable) yang diasum sikan hanya mempengaruhi intersep saja.

Berdasarkan Tabel 9 maka diperoleh fungsi permintaan dalam bentuk logaritma :

a. Fungsi permintaan untuk rumah tangga di pedesaan (desa =0) adalah:

Log Qt = 3,953 - 2,212LogPt - 0,006LogPtik + 0,157LogPds - 0,024LogPda+ 1,475LogPik - 0,088LogPb + 0,191LogPs - 0,106LogPtr + 0,231LogJak + 0,183LogY

b. Fungsi permintaan untuk rumah tangga di perkotaan (kota=1) adalah:

9

Page 10: ANALISIS PERMINTAAN TELUR AYAM - Official Site of ...lkusrina.staff.gunadarma.ac.id/.../files/30621/kiptiyah.docx · Web view... telur ayam juga merupakan kebutuhan pangan sebagai

AGRITEK VOL. 16 NO. 11 NOPEMBER 2008 ISSN. 0852-5426

Log Qt = 5,036 - 2,212LogPt - 0,006 LogPtik + 0,157LogPds - 0,024LogPda + 1,475LogPik - 0,088LogPb + 0,191LogPs- 0,106LogPtr + 0,231LogJak + 0,183LogY

Dari kedua fungsi permintaan ter-sebut diatas, menunjukkan bahwa intersep

persamaan regresi dari masing-masing fungsi terdapat perbedaan, dimana intersep fungsi regresi untuk rumah tangga perkotaan lebih besar dibanding rumah tangga pedesaan. Melalui Gambar.4 dapat dijelaskan mengenai pengaruh daerah tempat tinggal terhadap permintaan telur ayam.

Jumlah Permintaan Telur Ayam (Ln Qt)

C

A

O B D Daerah Tempat Tinggal

Gambar 4. Pengaruh daerah tempat tinggal terhadap permintaan telur ayam.

Keterangan:AB = Rumah tangga yang tinggal di pedesaan Di = 0 intersep = OA = = 3,953

CD = Rumah tangga yang tinggal di perkotaan Di = 1 intersep = OC = + 9 = 5,069

Pada rumah tangga perkotaan cende rung lebih besar akan permintan terhadap telur ayam dibanding rumah tangga yang tinggal dipedesaan (Ceteris paribus), yang ditunjukkan oleh besarnya intersep kedua garis regresi, dimana intersep gari regresi untuk rumah tangga perkotaan (OC) lebih besar dibanding intersep garis regresi untuk rumah tangga pedesaan (OA). Kecenderungan ini mungkin disebabkan karena anggapan bahwa pengetahuan

penduduk yang bertempat tinggal di perkotaan mempunyai tingkat pemahaman akan pentingnya protein hewani yang berasal dari telur ayam sebagai kebutuhan makanan yang lebih tinggi dibanding penduduk yang bertempat tinggal di pedesaan.

Hal ini sesuai dengan pendapat Brown dan Schrader (1990) bahwa penduduk perkotaan mempunyai tingkat pendidikan dan tingkat pemahaman yang

10

Page 11: ANALISIS PERMINTAAN TELUR AYAM - Official Site of ...lkusrina.staff.gunadarma.ac.id/.../files/30621/kiptiyah.docx · Web view... telur ayam juga merupakan kebutuhan pangan sebagai

AGRITEK VOL. 16 NO. 11 NOPEMBER 2008 ISSN. 0852-5426

lebih tinggi terhadap kebutuhan bahan pangan sumber protein dalam konsumsi makanannya yang lebih tinggi dibanding penduduk pinggiran kota atau pedesaan.

k. Pengaruh Pendapatan Variabel pendapatan (Y) pada

kelompok konsumen pendapatan diatas rata-rata tidak berpengaruh terhadap permintaan telur ayam, sedangkan pada kelompok konsumen gabungan dan kelompok konsumen pendapatan dibawah rata-rata berpengaruh dan mempunyai hubungan yang positif dengan permintaan telur ayam. Tomek dan Robinson (1981), mengatakan bahwa pendapatan dan permintaan mempunyai hubungan yang positif yang artinya semakin banyak pendapatan yang diperoleh maka akan semakin banyak permintaan (Ceteris paribus). Hal ini memperkuat pernyataan Prabowo dan Antiporta (1981), bahwa jumlah penduduk dan pendapatan cukup besar pengaruhnya terhadap permintaan bahan makanan.

Nilai koefisien regresi adalah sebesar 0,18 untuk kelompok konsumen gabungan, sebesar 0,23 untuk kelompok konsumen pendapatan dibawah rata-rata dan sebesar 0,04 pada kelompok konsumen pendapatan diatas rata-rata, dimana angka tersebut juga merupakan nilai elastisitas pendapatan dari masing-masing kelompok konsumen. Angka ini menunjukkan bahwa jika pendapatan meningkat sebesar 1% maka akan menyebabkan permintaan telur ayam meningkat sebesar 0,18% pada kelompok konsumen gabungan, atau meningkat sebesar 0,04% pada kelompok konsumen pendapatan diatas rata-rata, atau meningkat sebesar 0,23 pada kelompok konsumen pendapatan dibawah rata-rata.

Jika dilihat dari besarnya nilai elastisitas pendapatan pada kedua kelom pok konsumen, maka pada kelompok konsumen pendapatan dibawah rata-rata sifat telur ayam relatif lebih mewah dibanding pada kelompok konsumen pendapatan diatas rata-rata. Hal ini berarti menunjukkan bahwa pada tingkat

pendapatan tinggi berarti taraf hidup meningkat, dimana dengan peningkatan taraf hidup ada kecenderungan konsumen untuk mengkonsumsi barang yang mempunyai kegunaan yang lebih tinggi dibanding telur ayam, sehingga jika terjadi peningkatan pendapatan pada kelompok konsumen pendapatan diatas rata-rata maka peningkatan permintaan akan telur ayam relatif lebih sedikit dibanding pada kelompok pendapatan dibawah rata-rata.

Berdasarkan nilai elastisitas yang diperoleh, maka dapat dikatakan bahwa telur ayam di Jawa timur merupakan barang normal, karena nilai elastisitas pendapatannya (Ei) bernilai positif diantara nol dan satu atau (0Ei1).

Hasil penelitian Maruli (1994) di Jambi juga menunjukan bahwa telur ayam merupakan barang normal dengan elastisitas pendapatan sebesar 0,38 bervariasi menurut strata pendapatan. Walaupun dengan menggunakan data yang berbeda yaitu data deret waktu, hasil penelitian Abdulah (1991) juga menunjukkan bahwa komoditi telur ayam di Propinsi Daerah Istimewa Yogjakarta merupakan barang normal yang in-elastis dengan nilai elastisitas sebesar 0,45.

Hasil penelitian diatas cukup memperkuat hasil penelitian Utami Kuncoro (1985) yang menunjukan bahwa di Indonesia telur merupakan barang normal. Nilai elastisitas pendapatan yang diperoleh sebesar 0,11 bervariasi menurut lokasi dan strata pendapatan.

l. Kondisi Homogenitas Menurut Tomek dan Robinson (1981)

menyatakan bahwa kondisi homogen suatu fungsi permintaan komoditi ditunjukan oleh jumlah dari elastisitas harga sendiri, elastisitas harga silang dan elastisitas pendapatan suatu barang sama dengan nol. Jadi sifat homogen dari permintaan komoditi ditunjukan dengan rumus :

Eii + Eij + EiY = 0

11

Page 12: ANALISIS PERMINTAAN TELUR AYAM - Official Site of ...lkusrina.staff.gunadarma.ac.id/.../files/30621/kiptiyah.docx · Web view... telur ayam juga merupakan kebutuhan pangan sebagai

AGRITEK VOL. 16 NO. 11 NOPEMBER 2008 ISSN. 0852-5426

dimana: Eii = Elastisitas harga sendiri; Eij = Elastisitas harga silang; EiY= Elastisitas pendapatan.

Jumlah elastisitas harga, elastisitas harga silang dan elastisitas pendapatan dari hasil analisis regresi fungsi permintaan telur ayam di Jawa Timur pada masing-masing strata pendapatan dapat dilihat pada Tabel 3.Tabel 3. Jumlah Elastisitas Harga, Elastisitas

Harga Silang dan Elastisitas Pendapatan Pada Masing-masing Strata Penda-patan.

Strata Pendapatan

Jumlah Elastisitas

HargaDan Elastisitas

Silang

Elasti-sitas

Pendapatan

Gabungan - 0,346 0,183Di atas Rata-rata

0,419 0,237

Di bawah Rata-rata

-7,176 0,049

Pada masing-masing strata penda-patan jumlah elastisitas terhadap harga-harga dengan elastisitas pendapatan tidak sama dengan nol (0) atau jumlah elastisitas harga dan elastisitas silang tidak sama dengan nilai minus dari elastisitas penda-patan (-EiY). Jadi hasil penelitian ini menunjukkan bahwa fungsi permintaan telur ayam di Jawa Timur yang diperoleh tidak homogen yang artinya bahwa apabila pendapatan dan harga-harga berubah pada proporsi tertentu maka jumlah permintaan yang optimal akan berubah, karena menurut Nicholson (1991) mengatakan bahwa fungsi permintaan yang tidak homogen tidak dapat mencerminkan mak-simisasi utilitas.

KESIMPULAN DAN IMPLIKASI

KesimpulanBerdasarkan hasil pembahasan me-

ngenai permintaan telur ayam di Jawa Timur, dapat disimpulkan bahwa :

a) Harga telur ayam berpengaruh dan mempunyai hubungan yang negatif terhadap permintaan telur ayam itu sendiri, dengan nilai elastisitas harga permintaan sebesar -2,21 pada kelompok konsumen gabungan, sebesar -1,67 pada kelompok konsumen pendapatan pendapatan diatas rata-rata dan sebesar -7,30 pada kelompok konsumen pendapatan dibawah rata-rata.

b) Harga daging sapi berpengaruh dan mempunyai hubungan positif terhadap permintaan telur ayam, dengan nilai elastisitas harga silang sebesar 0,15 pada kelompok konsumen gabungan dan sebesar 0,32 pada kelompok konsumen pendapatan diatas rata-rata. Hubungan antara daging sapi dengan telur ayam menunjukkan bahwa daging sapi merupakan barang substitusi bagi telur ayam.

c) Harga ikan teri berpengaruh dan mempunyai hubungan positif dengan per-mintaan telur ayam, dengan nilai elastisitas harga silang sebesar 1,47 pada kelompok konsumen gabungan, sebesar 1,45 pada kelompok konsumen pendapatan diatas rata-rata dan sebesar 0,68 pada kelompok konsumen dibawah rata-rata. Ikan teri merupakan barang substitusi bagi telur ayam.

d) Harga beras berpengaruh dan mempunyai hubungan negatif terhadap permintaan telur ayam, dengan nilai elas-tisitas harga silang sebesar -0,08 pada kelompok konsumen gabungan dan sebesar -0,17 pada kelompok konsumen penda-patan dibawah rata-rata. Hal ini menunjukkan bahwa beras merupakan barang komplementer bagi telur ayam.

e) Harga susu berpengaruh dan mempunyai hubungan positif terhadap permintaan telur ayam, dengan nilai elas-tisitas harga silang sebesar 0,19 pada kelompok konsumen gabungan. Hal ini menunjukkan bahwa komoditi susu meru-pakan barang substitusi bagi telur ayam.

f) Harga terigu berpengaruh dan mempunyai hubungan negatif terhadap permintaan telur ayam, dengan nilai elastisitas harga silang silang sebesar -0,10 pada kelompok konsumen gabungan dan

12

Page 13: ANALISIS PERMINTAAN TELUR AYAM - Official Site of ...lkusrina.staff.gunadarma.ac.id/.../files/30621/kiptiyah.docx · Web view... telur ayam juga merupakan kebutuhan pangan sebagai

AGRITEK VOL. 16 NO. 11 NOPEMBER 2008 ISSN. 0852-5426

kelompok konsumen pendapatan diatas rata-rata. Hubungan ini menunjukkan bahwa terigu merupakan barang komple-menter bagi telur ayam.

g) Harga telur itik dan harga daging ayam tidak berpengaruh terhadap permin-taan telur ayam di Jawa Timur.

h) Jumlah anggota keluarga ber-pengaruh positif terhadap permintaan telur ayam, dengan nilai elastisitas sebesar 0,23 pada kelompok konsumen gabungan, sebesar 0,24 pada kelompok konsumen pendapatan diatas rata-rata dan sebesar 0,12 pada kelompok konsumen pendapatan dibawah rata-rata.

i) Ada pengaruh antara lokasi tempat tinggal dan permintaan telur ayam, dengan nilai elastisitas sebesar 0,03 pada kelompok konsumen gabungan dan sebesar 0,06 pada kelompok konsumen pendapatan dibawah rata-rata. Untuk konsumen yang bertempat tinggal di kota lebih banyak akan permintaan telur ayam dibanding konsumen yang tinggal di pedesaan.

j) Tingkat pendapatan di Jawa Timur berpengaruh terhadap permintaan telur ayam, dengan nilai elastisitas pendapatan sebesar 0,18 pada kelompok konsumen gabungan, sebesar 0,23 pada kelompok konsumen pendapatan dibawah rata-rata, sedangkan pada kelompok konsumen pendapatan diatas rata-rata ting-kat pendapatan tidak berpengaruh terhadap permintaan telur ayam dengan nilai elasti-sitas pendapatan sebesar 0,04. Dengan melihat bahwa besarnya nilai elastisitas pendapatan yang positif tapi lebih kecil dari satu atau 0Ei1 menunjukkan bahwa telur ayam di Jawa Timur merupakan barang normal.

k) Bahwa Permintaan rumah tangga terhadap telur ayam di Jawa Timur tidak bersifat homogen, yang artinya apabila pendapatan dan harga-harga berubah pada proporsi tertentu maka jumlah permintaan telur ayam yang optimal akan berubah.

Implikasi

Berdasarkan kesimpulan diatas maka dapat diberikan beberapa implikasi sebagai berikut :

1. Dengan diperoleh hasil penelitian bahwa telur ayam merupakan barang normal yang bersifat elastis dimana jika terjadi peningkatan atau penurunan telur ayam akan melebihi proporsi dari perubahan harga telur ayam itu sendiri, maka dalam usaha untuk meningkatkan konsumsi telur ayam per kapita di Jawa Timur bahwa usaha peningkatan produksi telur ayam agar lebih intensif dilakukan karena adanya kecenderungan bahwa permintan rumah tangga terhadap telur ayam akan bertambah dengan adanya peningkatan pendapatan.

2. Dengan diperoleh hasil penelitian bahwa daging sapi, ikan teri dan susu merupakan barang substitusi dari telur ayam, dimana hal ini menunjukkan bahwa konsumen akan beralih pada komoditi yang harganya relatif murah maka implikasi dari keadaan ini adalah agar tingkat konsumsi telur ayam per kapita di Jawa Timur meningkat perlu adanya standarisasi harga telur ayam yang selama ini belum dilakukan. Hal ini dimaksudkan untuk menjaga kestabilan harga telur ayam yang setiap tahun cenderung mengalami fluktuasi. Dengan adanya usaha ini maka diharapkan apabila terjadi perubahan pada harga telur ayam tidak akan secara dratis merubah jumlah konsumsi telur ayam yang dikonsumsinya, karena dengan adanya substitutan maka apabila harga telur ayam meningkat, maka konsumen cenderung beralih kepada substitutan tersebut, walau-pun pada kenyataannya secara nominal harga ketiga substitutan tersebut relatif mahal tetapi secara riil relatif murah dibanding harga telur ayam ditambah de-ngan pertimbangan-pertimbangan bahwa ketiga substitutan tersebut memiliki kan-dungan protein yan lebih tinggi dibanding telur ayam.

3. Dengan diperoleh hasil penelitian bahwa beras dan terigu merupakan barang komplementer bagi telur ayam dan jumlah anggota keluarga berpengaruh terhadap

13

Page 14: ANALISIS PERMINTAAN TELUR AYAM - Official Site of ...lkusrina.staff.gunadarma.ac.id/.../files/30621/kiptiyah.docx · Web view... telur ayam juga merupakan kebutuhan pangan sebagai

AGRITEK VOL. 16 NO. 11 NOPEMBER 2008 ISSN. 0852-5426

permintaan telur ayam, maka implikasi dari keadaan ini adalah bahwa peningkatan produksi telur ayam perlu terus menerus dilakukan, karena disamping telur ayam sebagai kebutuhan lauk pauk dan pe-lengkap kebutuhan untuk pembuat makan-an, telur ayam juga merupakan kebutuhan pangan sebagai pemenuh sumber protein hewani bagi setiap angota keluarga karena semakin banyak jumlah anggota keluarga akan semakin banyak jumlah konsumsi telur ayam yang dibutuhkan.

4. Jika dilihat dari pengaruh daerah tempat tinggal bahwa permintaan akan telur ayam di Jawa timur pada penduduk yang bertempat tinggal di perkotaan lebih besar dibanding penduduk yang berada di pedesaan, maka implikasi dari keadaan ini adalah bahwa kegiatan penyuluhan tentang konsumsi telur yang sekarang terus dilaksanakan perlu lebih intensif dilakukan terutama di daerah pedesaan.

5. Dengan diperoleh hasil penelitian yang menunjukkan bahwa permintaan telur ayam di Jawa Timur tidak bersifat homo-gen yang artinya apabila terjadi perubahan pada harga-harga dan pendapatan pada proporsi tertentu akan merubah tingkat utilitas yang telah dicapainya, maka imp-likasi dari keadaan ini adalah bahwa dalam usaha untuk meningkatkan konsumsi telur ayam di Jawa Timur perlu adanya usaha peningkatan produksi telur ayam yang lebih intensif dan standarisasi harga karena tingkat konsumsi atau kebutuhan telur ayam masyarakat Jawa Timur belum mencapai maksimum dimana konsumen akan meningkatkan jumlah konsumsi telur ayam jika harga telur ayam menurun dan tingkat pendapatan meningkat.

6. Bagi peneliti lain yang berminat mengembangkan penelitian ini, perlulah dikaji lebih lanjut selera masyarakat terhadap telur ayam dan dapat dikem-bangkan tidak lagi hanya pada konsumsi rumah tangga biasa, tetapi juga pada rumah tangga khusus, selain itu untuk pengem-bangan lebih lanjut perlu pula dilakukan penelitian mengenai grading terhadap kualitas telur ayam yang dihasilkan.

DAFTAR PUSTAKA

Anonymous 1990. Biro Perencanaan Departemen Pertanian.Jakarta.

__________ 1994. Buku Pintar Penyu-luhan Peternakan Untuk PPS-PPI dan Staf Penyuluhan. Direktorat Jendral Peternakan - Departemen Pertanian, Jakarta.

Beddu Amang 1996. Kualitas Pangan, orientasi Agribisnis dan Teori Permintaan Konsumen. Warta Intra Bulog No.II/Th.XXI/Juni 1996.

Dja’far, Abdullah. 1991. Analisis Permintaan Telur di Daerah Istimewa Yogjakarta. Fakultas Pascasarjana Universitas Gajah-mada, Yogjakarta. Thesis S2.

Djanuardi, Bambang. 1988. Analisis Permintaan Terigu di Indonesia. Fakultas Pascasarjana Universitas Gajah Mada. Thesis S2.

Deborah J.Brown and Lee F.Schrader 1990. Cholesterol Information and Shell Egg Consumption. American Journal of Agricultural Econo-mics.Volume 72 Number 3.

Gujarati, D. 1986. Basic Econometric. Bernand Barush Collage City, University of New York, Interna-tional Student Edition, MC. Graw-Hills Kogakusha, ltd.

Irawan, Bambang. 1992. Pola Konsumsi Telur di Jawa Tengah. Laporan Hasil Penelitian Lembaga Penelitian Universitas Jenderal Sudirman. Purwokerto.

Maruli, Pahantus. 1994. Analisis Permintaan Telur di Propinsi Jambi. Fakultas Pascasarjana Universitas Gajah Mada. Thesis S2.

Nicholson, Walter. 1991. Teori Mikro-ekonomi. Prinsip Dasar dan Perluasan. Edisi kelima. Alih Bahasa Daniel Wirajaya, Binarupa Aksara Jakarta.

14

Page 15: ANALISIS PERMINTAAN TELUR AYAM - Official Site of ...lkusrina.staff.gunadarma.ac.id/.../files/30621/kiptiyah.docx · Web view... telur ayam juga merupakan kebutuhan pangan sebagai

AGRITEK VOL. 16 NO. 11 NOPEMBER 2008 ISSN. 0852-5426

Philips, L. 1974. Applied Consumption Analysis. American Elseirer Publishing Co, Inc. New York.

Thomas L.Cox and Michael K. Wohlgenant. 1986. Prices and Quality Effects in Cross- Sectional Demand Analysis. American Jour-nal of Agricultural Economics. Volume 68 No. 4 tahun 1986.

Tomek, W and Robinson, K 1977. Agricultural Product Price. Cornell University Press Ltd. New York.

Utami Kuncoro, Sri. 1985. Permintaan Bahan Pangan Penting di Indonesia. Disertasi Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.

15