PERBANDINGAN KUALITAS TELUR AYAM (Gallus gallus ...repository.uinjambi.ac.id/354/1/skripsi pdf -...

122
PERBANDINGAN KUALITAS TELUR AYAM (Gallus gallus domesticus) DAN TELUR BEBEK (Anas moscha) SETELAH DIAWETKAN DENGAN EKSTRAK DAUN SIRIH (Piper betle) SKRIPSI Oleh MARATUL ISTIQOMAH NIM : TB. 140468 PROGRAM STUDI TADRIS BIOLOGI FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTHAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI 2018

Transcript of PERBANDINGAN KUALITAS TELUR AYAM (Gallus gallus ...repository.uinjambi.ac.id/354/1/skripsi pdf -...

  • PERBANDINGAN KUALITAS TELUR AYAM

    (Gallus gallus domesticus) DAN TELUR BEBEK (Anas moscha)

    SETELAH DIAWETKAN DENGAN EKSTRAK DAUN SIRIH

    (Piper betle)

    SKRIPSI

    Oleh

    MARATUL ISTIQOMAH

    NIM : TB. 140468

    PROGRAM STUDI TADRIS BIOLOGI

    FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

    UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

    SULTHAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI

    2018

  • i

    PERBANDINGAN KUALITAS TELUR AYAM

    (Gallus gallus domesticus) DAN TELUR BEBEK (Anas moscha)

    SETELAH DIAWETKAN DENGAN EKSTRAK DAUN SIRIH

    (Piper betle)

    SKRIPSI

    Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana

    Pendidikan (S1)

    Oleh

    MARATUL ISTIQOMAH

    NIM: TB.140468

    PROGRAM STUDI TADRIS BIOLOGI

    FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

    UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

    SULTHAN THAHA SAIFUDDINJAMBI

    2018

  • ii

  • iii

  • iv

  • v

  • vi

    PERSEMBAHAN

    Assalamualaikum wr.wb.

    Puji sykur penulis ucapkan tiada henti-hentinya kehadirat Allah SWT, dimana

    berkat rahmat dan hidayahnyalah penulis dapat menyelesaikan karya tulis ini,

    dengan mengharap rahmat dan ridho-Nya dan dengan penuh keyakinan dan

    ketetapan hati kupersembahkan hasil skripsi ini kepada kedua orang tua ku

    tercinta (Parimin & Yuntamah) yang telah membimbing, mendidik, dan

    memberikan dorongan motivasi serta dengan do’a kasihmu dengan penuh

    kesabaran, keikhlasan perjuangan dengan tetesan keringat dan jerih payah demi

    tercapainya cita-cita buah hatinya ini. Teruntuk abang-abangku (Ismail Irwansyah

    dan Aris Rifa’i) tak lupa pula teruntuk adik-adikku (Juli Hardiyanto, Farid Sholeh

    Evendi, Dewi Fitri Yana, Nur Hasanah dan Dina Qomariah) yang sangat

    kusayangi, serta terimakasih banyak kepada sahabat-sahabat terbaikku (Etik

    Dahlia, Rafmy Hairanisaputri dan Listiana Ningsih) merekalah yang ikut

    berpartisipasi dan memberi semangat dalam terselesainya skripsi ini dan tidak

    lupa pula kepada teman-temanku seperjuangan yang seangkatan 2014 khususnya

    Biologi A yang telah memberikan semangat dan do’anya sehingga

    terselesaikannya skripsi ini.

    Akhir kata

    Terimalah bingkisan kecil ini sebagai persembahanku

    Semoga Allah meridhoi

    Wassalamualaikum wr.wb.

  • vii

    MOTTO

    الى االرض كم انبتنا فيها من كل زوج كريم يروا اولم

    Artinya : “dan apakah mereka tidak memperhatikan bumi, berapakah banyaknya

    kami tumbuhkan dibumi itu berbagai macam tumbuh-tumbuhan yang baik ?”

    (QS:Asy asyu’araa:7).

  • viii

    KATA PENGANTAR

    بسم ميحرلا نمحرلا هللا

    Untaian kata yang terangkai indah dalam kalimat Alhamdulilah, semoga

    senantiasa terucapkan dari lisan kita sebagai apresiasi rasa syukur kita kepada

    Allah SWT yang telah memberikan Rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis

    dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Perbandingan Kualitas Telur Ayam

    (Gallus domesticus) dan Telur Bebek (Anas moscha) Setelah Diawetkan dengan

    Ekstrak Daun Sirih (Piper Betle)”.

    Shalawat serta Salam tetap dan selalu kami hadiahkan kepada baginda

    Khotamul Ambiya’ yang telah membawa nilai-nilai keindahan (estetika) yang

    diutus Allah SWT ke dunia tidak lain untuk menyempurnakan akhlak, sehingga

    menjadikan agama Islam sebagai agama yang Rahmatan Lil’alamin (rahmat bagi

    semua alam).

    Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak akan terwujud tanpa adanya

    bantuan, dorongan dan bimbingan dari berbagai pihak, semoga amal baik tersebut

    dibalas oleh Allah SWT. Untuk ini penulis mengaturkan terima kasih yang

    sebesar-besarnya kepada:

    1. Bapak Dr. H. Hadri Hasan, MA selaku Rektor UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi yang telah memeberi kesempatan dan kewenangan kepada saya untuk

    menulis skripsi dengan penuh tanggung jawab.

    2. Ibu Dr.Hj. Armida, M.Pd.I selaku Dekan Fakulas Tarbiyah dan Keguruan yang senantiasa memberi semangat dalam menyelesaikan skripsi ini.

    3. Ibu Reny Safita, M.Pd selaku ketua Prodi Tadris Biologi UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi

    4. Ibu Try Susanti, M.Si selaku dosen pembimbing skripsi I yang dengan ikhlas meluangkan waktu, tenaga dan pikiran serta dengan penuh kesabaran

    memberikan bimbingan, motivasi dan nasehat demi terselesainya skripsi ini.

    5. Bapak salahudin, M.Si selaku dosen pembimbing skripsi II yang dengan ikhlas meluangkan waktu, tenaga dan pikiran serta dengan penuh kesabaran

    memberikan bimbingan, motivasi dan nasehat demi terselesainya skripsi ini.

    6. Bapak dan Ibu dosen Program Studi Tadris Biologi atas ilmu dan pendidikan yang telah bapak ibu berikan.

    7. Ibu Rita Syafitri, S.Si. M.Pd selaku kepala laboratorium biologi UIN STS Jambi yang telah menerima dan memberi kesempatan untuk melakukan

    penelitian kepada penulis

    8. Orang tua dan keluarga yang telah memberikan motivasi tiada henti hingga menjadi kekuatan pendorong bagi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

    9. Sahabat-sahabat mahasiswa Tadris Biologi 2014 yang telah menjadi teman diskusi dalam penyusunan skripsi ini.

  • ix

  • x

    ABSTRAK

    Nama : Maratul Istiqomah

    Jurusan : Pendidikan Biologi

    Judul : Perbandingan Kualitas Telur Ayam (Gallus gallus domesticus) dan

    Telur Bebek (Anas moscha) Setelah Diawetkan dengan Ekstrak

    Daun Sirih (Piper Betle)

    Telur mempunyai sifat mudah rusak, telur yang disimpan pada suhu ruang dan

    tidak mendapat penanganan dengan baik akan mengalami penurunan kualitas.

    Penelitian bertujuan untuk mengetahui kualitas telur ayam (Gallus gallus

    domesticus) dan telur bebek (Anas moscha) setelah diawetkan dengan ekstrak

    daun sirih (Piper betle). Penelitian ini menggunakan metode eksperimen dengan

    Rancangan Acak Lengkap (RAL). Data yang diperoleh dianalisis menggunakan

    ANOVA satu jalur, jika terdapat perbedaan yang signifikan maka akan

    dilanjutkan dengan uji BNT pada taraf 5%. Terdapat 4 jenis perlakuan yaitu K0 =

    0%, K1 = 15%, K2 = 30%, dan K3 = 45%, yang diulang sebanyak 2 kali. Hasil

    penelitian menunjukkan bahwa perlakuan konsentrasi ekstrak daun sirih (Piper

    betle) pengaruh yang sangat nyata (P>0,05) terhadap ruang udara, indeks albumin

    (HU) dan yolk indeks (YI) pada telur ayam (Gallus gallus domesticus) dan telur

    bebek (Anas moscha). Penggunaan ekstrak daun sirih (Piper betle) konsentrasi

    45% lebih efektif dalam mempertahankan kualitas telur ayam (Gallus gallus

    domesticus) dan telur bebek (Anas moscha). Hasil terbaik kualitas telur ayam

    (Gallus gallus domesticus) selama masa penyimpanan 21 hari yaitu dengan nilai

    ruang udara 0,48 cm, indeks albumin (HU) 47,29 dan yolk indeks (YI) 0,34 mm.

    Sedangkan hasil terbaik kualitas telur bebek (Anas moscha) selama masa

    penyimpanan 21 hari yaitu dengan nilai ruang udara 0,49 cm, indeks albumin

    (HU) 47,35 dan yolk indeks (YI) 0,33 mm. Perbandingan kualitas telur ayam

    (Gallus gallus domesticus) dan telur bebek (Anas moscha) yaitu dimana thitung -

    0,0009 < t0,05(4) 2,78 yang berarti menerima H0, bahwa A sama dengan B atau ekstrak daun sirih (Piper betle) sama baiknya sebagai bahan pengawet telur ayam

    (Gallus gallus domesticus) dan telur bebek (Anas moscha).

    Kata kunci : kualitas, telur ayam (Gallus gallus domesticus) dan telur bebek (Anas

    moscha), ekstrak daun sirih (Piper betle), ruang udara, indeks albumin (HU), yolk

    indeks (YI)

  • xi

    ABSTRACT

    Name : Maratul Istiqomah

    Subject : Biology Education

    Title : Comparison Of Quality Of Chicken Eggs (Gallus gallus

    Domesticus) and Duck Eggs (Anas Moscha) After Preserved with

    Betel Leaf Extract (Piper Betle)

    Eggs have perishability, eggs stored at room temperature and not treated properly

    will experience a decrease in quality. The study aimed to determine the quality of

    chicken eggs (Gallus gallus domesticus) and duck eggs (Anas moscha) after

    preserved with betel leaf extract (Piper betle). This study uses an experimental

    method with a completely randomized design (RAL). The data obtained were

    analyzed using one-way ANOVA, if there were significant differences, it would

    be followed by a BNT test at the 5% level. There were 4 types of treatment,

    namely K0 = 0%, K1 = 15%, K2 = 30%, and K3 = 45%, which was repeated

    twice. The results showed that the concentration of betel leaf extract (Piper betle)

    had a very significant effect (P> 0.05) on air space, albumin index (HU) and yolk

    index (YI) on chicken eggs (Gallus gallus domesticus) and duck eggs (Anas

    moscha). The use of 45% betel leaf extract (Piper betle) is more effective in

    maintaining the quality of chicken eggs (Gallus gallus domesticus) and duck eggs

    (Anas moscha). The best results were the quality of chicken eggs (Gallus gallus

    domesticus) for a storage period of 21 days, namely the air space value of 0.48

    cm, albumin index (HU) 47.29 and yolk index (YI) 0.34 mm. While the best

    quality of duck eggs (Anas moscha) during the storage period of 21 days is the

    value of air space 0.49 cm, albumin index (HU) 47.35 and yolk index (YI) 0.33

    mm. Comparison of the quality of chicken eggs (Gallus gallus domesticus) and

    duck eggs (Anas moscha) which is where t-count is -0.0009

  • xii

    DAFTAR ISI

    HALAMAN JUDUL ........................................................................................ i

    NOTA DINAS ................................................................................................. ii

    PENGESAHAN ............................................................................................... iv

    PERNYATAAN ORISINALITAS .................................................................. v

    PERSEMBAHAN ............................................................................................ vi

    MOTTO ........................................................................................................... vii

    KATA PENGANTAR ..................................................................................... viii

    ABSTRAK ....................................................................................................... x

    ABSTRAC ......................................................................................................... xi

    DAFTAR ISI .................................................................................................... xii

    DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xiv

    DAFTAR TABEL ............................................................................................ xv

    DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xvi

    BAB I PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang Masalah ................................................................. 1 ........................................................................................................

    B. Rumusan Masalah .......................................................................... 3 C. Tujuan Penelitian ........................................................................... 4 D. Manfaat Penelitian ......................................................................... 4

    BAB II KAJIAN PUSTAKA

    A. Kajian Teoritik ............................................................................... 5 1. Sirih (Piper betle) ..................................................................... 5 2. Tanin ........................................................................................ 7 3. Telur ......................................................................................... 9 4. Pengawetan Telur ..................................................................... 19

    B. Hasil Penelitian Yang Relevan ...................................................... 22 C. Kerangka Pikir ............................................................................... 32

    BAB III METODE PENELITIAN

    A. Tempat Dan Waktu Penelitian ....................................................... 33 B. Alat Dan Bahan .............................................................................. 33 C. Prosedur Kerja/Langkah-Langkah Kerja ....................................... 33 D. Analisis Data .................................................................................. 37

  • xiii

    BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

    A. Hasil ............................................................................................... 42 1. Kualitas Telur Ayam (Gallus gallus domesticus) .................... 42 2. Kualitas Telur Bebek (Anas moscha) ....................................... 52 3. Perbandingan Kualitas Telur Ayam dan Telur Bebek ............. 62

    B. Pembahasan .................................................................................... 64 1. Ruang Udara............................................................................. 64 2. Indeks albumin (HU)................................................................ 66 3. Yolk indeks (YI) ...................................................................... 67

    BAB V PENUTUP

    A. Kesimpulan .................................................................................... 69 B. Saran ............................................................................................... 69

    DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 70

    LAMPIRAN-LAMPIRAN

  • xiv

    DAFTAR GAMBAR

    Gambar 2.1 Daun sirih ..................................................................................... .. 7

    Gambar 2.2 Rumus kimia tani ......................................................................... .. 8

    Gambar 2.3 Struktur telur ................................................................................ .. 9

    Gambar 2.4 Struktur kulit telur ........................................................................ 10

    Gambar 2.5 Telur ayam dan telur bebek .......................................................... 14

    Gambar 2.6 Kerangka pikir ............................................................................. 32

    Gambar 3.1 Diagram alir pembuatan ekstrak daun sirih.................................. 34

    Gambar 3.2 Diagram alir perendaman telur ayam dan telur bebek ................. 35

    Gambar 4.1 Grafik rata-rata ruang udara telur ayam ....................................... 43

    Gambar 4.2 Grafik rata-rata indeks albumin telur ayam ................................. 46

    Gambar 4.3 Grafik rata-rata yolk indeks telur ayam ....................................... 49

    Gambar 4.4 Grafik rata-rata ruang udara telur bebek ...................................... 53

    Gambar 4.5 Grafik rata-rata indeks albumin telur bebek ................................. 56

    Gambar 4.6 Grafik rata-rata yolk indeks telur bebek ....................................... 59

  • xv

    DAFTAR TABEL

    Tabel 2.1 Proposi dan kandungan air dari putih telur ...................................... 11

    Tabel 2.2 Kandungan protein putih telur, bahan kering dan peranannya ........ 12

    Tabel 2.3 Persyaratan tingkatan mutu fisik telur ............................................. 16

    Tabel 2.4 State of the art this research ............................................................. 26

    Tabel 3.1 Denah percobaan rancangan acak lengkap (RAL) ........................... 38

    Tabel 3.2 Analisis of varians (ANOVA).......................................................... 40

    Tabel 4.1 Rata-rata ruang udara telur ayam ..................................................... 42

    Tabel 4.2 Hasil analisis anova rata-rata ruang udara telur ayam ..................... 43

    Tabel 4.3 Hasil analisis BNT rata-rata ruang udara telur ayam ....................... 44

    Tabel 4.4 Rata-rata indeks albumin telur ayam ............................................... 45

    Tabel 4.5 Hasil analisis anova rata-rata indeks albumin telur ayam ................ 46

    Tabel 4.6 Hasil analisis BNT rata-rata indeks albumin telur ayam ................. 47

    Tabel 4.7 Rata-rata yolk indeks telur ayam ..................................................... 48

    Tabel 4.8 Hasil analisis anova rata-rata yolk indeks telur ayam ...................... 49

    Tabel 4.9 Hasil analisis BNT rata-rata yolk indeks telur ayam ....................... 50

    Tabel 4.10 Rata-rata kualitas telur ayam.......................................................... 51

    Tabel 4.11 Rata-rata ruang udara telur bebek .................................................. 52

    Tabel 4.12 Hasil analisis anova rata-rata ruang uada telur bebek .................... 53

    Tabel 4.13 Hasil analisis BNT rata-rata ruang udara telur bebek .................... 54

    Tabel 4.14 Rata-rata indeks albumin telur bebek............................................. 55

    Tabel 4.15 Hasil analisis anova rata-rata indeks albumin telur bebek ............. 56

    Tabel 4.16 Hasil analisis BNT rata-rata indeks albumin telur bebek .............. 57

    Tabel 4.17 Rata-rata yolk indeks telur bebek................................................... 58

    Tabel 4.18 Hasil analisis anova rata-rata yolk indeks telur telur bebek........... 59

    Tabel 4.19 Hasil analisis BNT rata-rata yolk indeks telur bebek .................... 60

    Tabel 4.20 Rata-rata kualitas telur bebek ......................................................... 61

  • xvi

    DAFTAR LAMPIRAN

    Lampiran 1 Perhitungan Parameter yang diamati ............................................ 73

    Lampiran 2 Analisis ANOVA ........................................................................ 85

    Lampiran 3 Uji Lanjut BNT ........................................................................... 89

    Lampiran 4 Dokumentasi Penelitian .............................................................. 95

  • 1

    Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang Masalah

    Protein merupakan salah satu zat penting yang diperlukan untuk tubuh

    agar tetap sehat. Berdasarkan sumbernya, protein dibagi menjadi dua yaitu protein

    nabati dan protein hewani. Protein hewani mengandung profil asam amino yang

    lengkap termasuk asam amino esensial yang mutlak dibutuhkan untuk

    perkembangan tubuh. Makana yang mengandung sumber protein hewani salah

    satunya yaitu telur.

    Telur merupakan sumber protein hewani yang memiliki kandungan

    protein cukup tinggi dengan susunan asam amino lengkap. Selain itu, telur juga

    mengandung lemak tak jenuh, vitamin dan mineral yang diperlukan tubuh dan

    sangat mudah dicerna. Telur mudah diperoleh, dengan cita rasa yang lezat dan

    harganya murah membuat telur sangat digemari oleh semua lapisan masyarakat.

    Bentuk telur bermacam-macam mulai dari bulat sampai lonjong. Warna

    telur pada masing-masing unggas memiliki perbedaan, seperti telur ayam (Gallus

    gallus domesticus) berwarna putih, kuning, sampai cokelat sedangkan telur bebek

    berwarna biru langit dan hijau, bintik-bintik hitam atau bintik-bintik lain. Telur

    bebek (Anas moscha) mengandung zat gizi yang lengkap dan tidak kalah dengan

    telur ayam (Gallus gallus domesticus), karena mengandung protein, lemak,

    vitamin dan mineral. Bobot dan ukuran telur bebek (Anas moscha) rata-rata lebih

    besar dibandingkan dengan telur ayam (Gallus gallus domesticus). Telur bebek

    memiliki aroma berbau anyir yang lebih tajam sehingga pemanfaatannya tidak

    seluas telur ayam (Gallus gallus domesticus).

    Walaupun ketersediaannya tidak tergantung musim, telur memiliki

    beberapa kelemahan antara lain yaitu kulit telur mudah pecah atau retak dan tidak

    dapat menahan tekanan mekanis yang besar, sehingga telur tidak dapat

    diperlakukan secara kasar dalam suatu wadah. Kelembaban relatif udara dan suhu

    ruang penyimpanan dapat mempengaruhi mutu telur, dan dapat menyebabkan

  • 2

    Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi

    perubahan secara kimia dan mikrobiologis (Mulza, Wulan, & Gusnedi, 2013, p.

    111).

    Telur mempunyai sifat mudah rusak, telur yang disimpan pada suhu

    ruang dan tidak mendapat penanganan dengan baik akan mengalami penurunan

    kualitas. Kualitas telur secara kasat mata dapat dilihat dari warna kulit, bentuk

    telur, tekstur, keutuhan, dan kebersihan kulit. Sedangkan kualitas bagian dalam

    telur dapat dilihat dengan candling (peneropongan). Peneropongan akan dapat

    mengetahui kondisi telur, ukuran rongga udara dan pergeseran kuning telur. Telur

    akan mengalami perubahan kualitas seiring dengan lamanya penyimpanan.

    Semakin lama waktu penyimpanan akan mengakibatkan terjadinya banyak

    penguapan cairan didalam telur dan menyebabkan kantung udara semakin besar

    dan permukaan kulit telur akan mengalami perubahan yaitu warna kulit telur

    menjadi agak keruh. Hal ini disebabkan oleh pertumbuhan jamur serta penyebaran

    air yang tidak merata pada kulit telur.

    Macam-macam kerusakan pada telur diantaranya yaitu kerusakan fisik,

    kimia, dan biologi. Kerusakan fisik diantaranya yaitu perubahan berat telur,

    warna, ukuran dan permukaaan kulit menjadi berbintik-bintik. Kerusakan kimia

    meliputi perubahan pH isi telur dan perubahan struktur gel putih telur, sedangkan

    kerusakan biologi yaitu pembusukan yang disebabkan oleh mikroba (Silondae &

    Ulpah, 2015, p. 125).

    Untuk mencegah terjadinya kerusakan pada telur, dibutuhkan

    penanganan yang tepat agar nilai gizinya tetap tinggi, tidak berubah rasa, tidak

    berbau busuk dan warna isinya tidak pudar. Salah satu cara untuk

    mempertahankan mutu telur dalam jangka waktu yang cukup lama adalah dengan

    pengawetan. Bahan yang sering digunakan dalam pengawetan telur biasanya

    berasal dari bahan kimia seperti sodium silikat, kalsium hidroksida, paraffin dan

    vaselin. Penggunaan bahan kimia tersebut membutuhkan biaya cukup mahal dan

    mempunyai pengaruh yang dapat merugikan bagi konsumen. Oleh karena itu

    diperlukan suatu alternatif dalam pengawetan telur dengan cara memanfaatkan

  • 3

    Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi

    bahan nabati yang mengandung tanin (Wulandari, Rachmawan, Tafik, Suwarno,

    & Faisal, 2013 p. 164).

    Tanin adalah salah satu senyawa metabolit sekunder yang terdapat pada

    tanaman dan disintesis oleh tanaman. Tanaman yang mengandung tanin salah

    satunya yaitu sirih (Piper betle). Sirih (Piper betle) merupakan tanaman terna atau

    sejenis tanaman rempah yang bersifat antifungi, antimikroba dan antioksidan. Hal

    ini disebabkan karena didalam ekstrak daun sirih mengandung minyak atsiri

    diantaranya adalah senyawa kavikol dan eugenol sehingga dapat dijadikan

    alternatif pengawet alami. Cara yang dilakukan untuk membuat pengawet alami

    berbahan tanaman sirih (Piper betle) yaitu dengan mengekstrak bagian daunnya.

    Adanya kandungan protein dalam kerabang atau kulit telur dan zat tanin

    yang terdapat didalam daun sirih (Piper betle), diperkirakan reaksi pengawetan

    terjadi seperti pada kulit hewan. Protein berikatan dengan tanin sehingga

    penguapan air dapat dikurangi, dengan demikian telur dapat disimpan lebih lama.

    Berdasarkan uraian diatas maka peneliti tertarik untuk melakukan

    penelitian mengenai “Perbandingan Kualitas Telur Ayam (Gallus gallus

    domesticus) dan Telur Bebek (Anas moscha) Setelah Diawetkan dengan

    Ekstrak Daun Sirih (Piper betle)’’.

    B. Rumusan Masalah

    Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan maka dapat

    dirumuskan beberapa masalah yaitu sebagai berikut :

    1. Bagaimana kualitas telur ayam (Gallus `Agallus domesticus) setelah

    penambahan ekstrak daun sirih (Piper betle) dengan konsentrasi yang

    berbeda ?

    2. Bagaimana kualitas telur bebek (Anas moscha) setelah penambahan ekstrak

    daun sirih (Piper betle) dengan konsentrasi yang berbeda ?

    3. Bagaimana perbandingan kualitas telur ayam (Gallus gallus domesticus)

    dan telur bebek (Anas moscha) setelah penambahan ekstrak daun sirih

    (Piper betle) ?

  • 4

    Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi

    C. Tujuan Penelitian

    1. Untuk mengetahui kualitas telur ayam (Gallus gallus domesticus) setelah

    penambahan ekstrak daun sirih (Piper betle) dengan konsentrasi yang

    berbeda.

    2. Untuk mengetahui kualitas telur bebek (Anas moscha) setelah penambahan

    ekstrak daun sirih (Piper betle) dengan konsentrasi yang berbeda.

    3. Untuk mengetahui perbandingan kualitas telur ayam (Gallus gallus

    domesticus) dan telur bebek (Anas moscha) setelah penambahan ekstrak

    daun sirih (Piper betle).

    D. Manfaat Penelitian

    Penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat diantaranya :

    1. Sebagai informasi dan gambaran yang jelas tentang kualitas daya simpan

    telur ayam (Gallus gallus domesticus) dan telur bebek (Anas moscha) yang

    direndam dengan ekstrak daun sirih (Piper betle) sebagai salah satu bahan

    pengawet nabati.

    2. Sebagai bahan bacaan atau referensi yang dapat digunakan untuk menambah

    pengetahuan serta untuk mendukung penelitian berikutnya.

    3. Sebagai salah satu persyaratan untuk meraih gelar Sarjana Strata Satu (S1)

    Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Sulthan

    Thaha Saifuddin Jambi.

  • 5

    Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi

    BAB II

    KAJIAN PUSTAKA

    A. Kajian Teoritik

    1. Sirih (Piper betle)

    Sirih (Piper betle) merupakan salah satu jenis tumbuhan yang banyak

    dimanfaatkan untuk pengobatan. Tumbuhan ini merupakan famili Peperaceae,

    tumbuh merambat dan menjalar dengan tinggi mencapai 5-15 meter tergantung

    pertumbuhan dan tempat rambatnya. Bagian dari tumbuhan sirih (Piper betle)

    seperti akar, biji, dan daun berpotensi untuk pengobatan, tetapi yang paling

    sering dimanfaatkan adalah bagian daun (Noventi & Carolia, 2016, p. 141).

    Tanaman sirih (Piper betle) dibedakan menjadi beberapa jenis

    berdasarkan bentuk daun, aroma, dan rasa. Jenis-jenis sirih (Piper betle)

    diantaranya sirih jawa yang berdaun hijau tua dan rasanya kurang tajam. Sirih

    banda yang berdaun besar, berwarna hijau tua dengan warna kuning di

    beberapa bagian, dan rasa serta bau lebih sengak. Sirih cengke berdaun kecil,

    lebih kuning dan rasanya seperti cengkeh. Sirih hitam yang rasanya sangat

    sengak dan digunakan sebagai campuran berbagai obat. Sirih kuning yaitu jenis

    sirih yang dikunyah dengan pinang biasanya berwarna hijau muda dan rasanya

    kurang pedas (Cheppy & Hernani, 2003, p. 102).

    Daun sirih (Piper betle) sering digunakan untuk berbagai keperluan

    pengobatan secara tradisional. Penggunaan daun sirih (Piper betle) sebagai

    bahan pengobatan mempunyai dasar yang kuat, karena adanya kandungan zat

    tanin dan senyawa polifenol, yaitu kavikol dan kavibetol. Kandungan zat tanin

    pada daun sirih biasanya digunakan untuk mengobati sakit perut dan senyawa

    polifenolnya mempunyai daya antiseptik yang digunakan sebagai obat kumur

    untuk mengobati sakit gigi dan menghilangkan bau mulut (Wulandari et al.,

    2013 p. 164).

  • 6

    Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi

    Daun sirih (Piper betle) mengandung minyak atsiri yang terdiri dari

    berbagai senyawa seperti kavikol, karvakrol, sineol, metil kavikol, eugenol,

    eugenol metil eter, dan kavibetol. Selain itu daun sirih (Piper betle) juga

    mengandung tanin, gula, dan amilum (Cheppy & Hernani, 2003, p. 102).

    Hasil uji fitokimia ekstrak etanol daun sirih (Piper betle) adalah bahan

    alami yang mengandung senyawa alkaloid, flavonoid, tanin dan minyak atsiri.

    Alkoloid berperan sebagai pelindung dari serangan infeksi mikroba patogen.

    Flavonoid dapat berperan secara langsung sebagai antibiotik dengan

    mengganggu fungsi dari mikroorganisme seperti bakteri atau virus. Mekanisme

    antibakteri tanin antara lain dapat menghambat enzim ekstraselular mikroba

    dan mengambil alih substrat yang dibutuhkan pada pertumbuhan mikroba,

    sedangkan minyak atsiri dari daun sirih (Piper betle) mengandung 30% fenol

    yang dapat membunuh mikroorganisme dengan cara mendenaturasi protein sel

    (Nandhra, Sudjarwo, & Hamiyanti, 2013, p. 17).

    Klasifikasi ilmiah tanaman sirih (Piper betle) dalam kitab herbal

    nusantara oleh (Putra, 2016) adalah sebagai berikut:

    Kingdom : Plantae

    Subkingdom : Tracheobionta

    Super Divisi : Spermatophyta

    Divisi : Magnoliophyta

    Kelas : Magnoliopsida

    Sub kelas : Magnoliidae

    Ordo : Piperales

    Famili : Piperaceae

    Genus : Piper

    Spesies : Piper betle

  • 7

    Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi

    Gambar 2.1 Daun sirih (Piper betle)

    Sumber : Dokumen pribadi

    2. Tanin

    Tanin merupakan piflavanoid yang biasanya digunakan sebagai bahan

    penyegar, mempunyai sifat antimikroba terhadap khamir, bakteri dan kapang.

    Kemampuan tanin sebagai bahan antimikroba diduga karena tanin akan

    berikatan dengan dinding sel bakteri sehingga akan menginaktifkan

    kemampuan menempel bakteri, menghambat pertumbuhan, aktivitas enzim

    protease dan dapat membentuk ikatan komplek dengan polisakarida (Kursia et

    al., 2016, p. 76).

    Tanin terdapat luas dalam tumbuhan berpembuluh dan tumbuhan

    angiospermae yang terdapat khusus dalam jaringan kayu. Tanin dapat bereaksi

    dengan protein membentuk kopolimer mantap yang tak larut dalam air, dalam

    industri, tanin adalah senyawa yang berasal dari tumbuhan yang mampu

    mengubah kulit hewan yang mentah menjadi kulit siap pakai karena

    kemampuannya menyambung silang protein (Harborne, 2006, p. 102).

    Letak tanin dalam tumbuhan terpisah dari protein dan enzim

    sitoplasma. Tetapi bila jaringan tumbuhan rusak, misalnya bila hewan

    memakan tumbuhan tersebut, maka reaksi penyamakan dapat terjadi. Reaksi

    ini menyebabkan protein lebih sukar dicapai oleh cairan pencernaan hewan.

    Sebagian besar tumbuhan yang banyak bertanin dihindari oleh hewan pemakan

    tumbuhan karena rasanya yang sepat (Harborne, 2006, pp. 102-103).

  • 8

    Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi

    Tanin disebut juga asam tanat dan asam galotanat. Tanin dapat tidak

    berwarna sampai berwarna kuning atau coklat. Istilah tanin yang digunakan

    pada kalangan ahli pangan ada dua yaitu Condensed tanin merupakan dimer

    4,8 atau 2,8 C-C atau ikatan dimer eter 3,3 dari senyawa katekin, dan

    Hydrolized tanin, termasuk didalamnya galotanin dan egogitanin. Senyawa-

    senyawa tersebut biasanya digunakan untuk menyamak kulit dan masing-

    masing merupakan polimer asam galat dan asam elagat (ellagic acid)

    (Winarno, 1984, p. 181).

    Secara kimia terdapat dua jenis utama tanin yaitu tanin terkondensasi

    dan tanin terhidrolisiskan yang tersebar tidak merata dalam dunia tumbuhan.

    Tanin terkondensasi hampir terdapat di semesta dalam dunia paku-pakuan dan

    gimnospermae, serta tersebar luas dalam angiospermae, terutama pada jenis

    tumbuhan berkayu. Sebaliknya, tanin yang terhidrolisiskan penyebarannya

    terbatas pada tumbuhan berkeping dua (Harborne, 2006, p. 103).

    Beberapa ahli pangan berpendapat bahwa tanin terdiri dari katekin,

    leukoantosianin, dan asam hidroksi yang masing-masing dapat menimbulkan

    warna bila bereaksi dengan logam. Senyawa-senyawa yang dapat bereaksi

    dengan protein dalam proses penyamakan kulit memungkinkan besar terdiri

    dari katekin dengan BM yang sedang, sedangkan katekin dengan BM rendah

    banyak ditemukan pada buah-buahan dan sayuran (Winarno, 1984, p. 182).

    Gambar 2.2 Rumus kimia tanin

    Sumber : Winarno (1984, p. 182)

  • 9

    Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi

    3. Telur

    a) Struktur telur

    Telur adalah sel telur (ovum) yang tumbuh dari sel induk (oogonium)

    didalam indung telur (ovarium). Bagian-bagian telur dari luar kedalam adalah

    kerabang telur dan kerabang tipis (9,5%), putih telur (61,5%) dan kuning telur

    (29%). Perbadingan komposisi telur dapat bervariasi tergantung pada umur,

    pakan, suhu, genetik, dan cara pemeliharaan (Nugraheni, 2013, p. 93).

    Gambar 2.3 Struktur telur

    Sumber : Nugraheni (2013, p. 94)

    (1) Kulit telur

    Kulit telur adalah bagian suatu struktur mineral yang tersusun

    terutama dari CaCO3 dalam bentuk kalsit dan material organik dengan

    konsentrasi ringan yang mampu membentuk struktur telur. Kulit telur

    atau kerabang telur terdiri dari dua bagian yaitu kerabang tipis

    (membran) baik luar dan dalam yang dihasilkan oleh isthmus dan

    kerabang telur keras yang dihasilkan oleh uterus. Kerabang telur terdiri

    dari beberapa lapisan yaitu kutikula, membran palisadik, membran cone

    (cone layer), membran mamiler, dan membran kerabang dalam

    (Yuwanta, 2010, p. 65).

  • 10

    Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi

    Kulit telur terdapat beberapa ribu pori-pori yang berguna dalam

    pertukaran gas terutama untuk memenuhi kebutuhan embrio dalam telur.

    Pori-pori tersebut sangat sempit berukuran 0,01-1,07 mm dan tersebar

    diseluruh permukaan kulit telur. Jumlahnya bervariasi antara 100-200

    lubang per cm2. Bagian telur yang tumpul pori-pori persatuan luas lebih

    besar dibandingkan bagian lain, oleh sebab itu kantung udara terjadi pada

    bagian ini. Telur yang masih baru pori-pori masih dilapisi oleh lapisan

    kutikula yang terdiri dari 90% protein dan sedikit lemak. Fungsi kutikula

    adalah mengurangi penguapan air yang terlalu cepat dan menghalangi

    atau mencegah masuknya mikroba melalui kulit telur (Nugraheni, 2013,

    p. 95).

    Persentase kulit telur sekitar 10% dari berat telur yang tersusun

    dari mineral 95,1%, protein 3,3% dan air sebanyak 1,6%. Protein kulit

    telur terdapat pada bagian mamiler dan spongius kerabang telur. Mineral

    ini terdiri dari kalsium karbonat (93,6%) dan dalam bentuk magnesium

    karbonat (0,8%) dan kalsium trifosfat (0,8%). Kandungan kalsium

    sebesar 37,3% dari berat kerabang telur atau 2,3 gram untuk setiap 6

    gram kerabang telur, sementara itu kandungan karbonat sebesar 58%,

    magnesium dan fosfor masing-masing sebanyak 0,35% (Yuwanta, 2010,

    p. 14).

    Gambar 2.4 Struktur kulit telur

    Sumber : Sarwono (1994, p. 7)

  • 11

    Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi

    (2) Putih telur

    Bagian putih telur ini sering disebut albumen, berasal dari kata

    albus yang artinya putih. Putih telur terdiri dari cairan yang tidak

    homogen, mengandung lapisan putih telur encer 40% dan lapisan putih

    telur kental 60%. Perbedaan kekentalan disebabkan karena adanya

    perbedaan kandungan air. Putih telur merupakan bagian yang paling

    banyak mengandung air, maka pada saat penyimpanan telur bagian putih

    telur ini yang paling mudah rusak. Kerusakan terjadi terutama

    disebabkan keluarnya air dari jala-jala ovomusin yang membentuk

    struktur putih luar. Putih telur tidak tercampur dengan kuning telur

    karena adanya kalaza dan membran vitelin yang elastis. Putih telur

    tersusun atas empat bagian yaitu putih telur cair bagian luar, putih telur

    kental, putih telur cair bagian dalam dan khalaza (Nugraheni, 2013, p.

    95).

    Tabel 2.1

    Proporsi dan Kandungan Air dari Putih Telur

    Bagian

    Putih telur (%) Kadar air

    (%) Rata-rata

    Putih telur cair bagian dalam

    Putih telur kental

    Putih telur cair bagian luar

    Khalaza

    23,2

    57,3

    16,8

    2,7

    88,8

    87,6

    86,4

    84,3

    Sumber : Nugraheni (2013, p. 96)

    Bagian putih telur terdapat protein antimikroba yang disebut

    lisozim. Fungsi protein tersebut adalah membantu memperlambat proses

    kerusakan telur. Bagian putih telur ini terdiri dari empat lapisan, yaitu

    lapisan luar, lapisan tengah, lapisan dalam, dan lapisan membran

    kalazifera. Lapisan terluar dari putih telur umumnya terdiri dari cairan

    kental yang banyak mengandung serat-serat musin. Lapisan tengah putih

    telur disebut juga albuminous sac, sebagian besar terdiri dari anyaman-

  • 12

    Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi

    anyaman musin yang berbentuk setengah padat. Lapisan dalam putih

    telur umumnya mengandung cairan kental dan hampir tidak mengandung

    serat-serat musin. Lapisan membran kalazifera berbentuk serat-serat

    musin yang terjalin seperti anyaman tali dan membatasi antara putih telur

    dengan kuning telur. Tali itu berfungsi untuk menahan kuning telur agar

    tetap pada tempatnya (Sarwono, 1994, pp. 10-11).

    Protein penyusun putih telur yang terutama adalah ovomusin

    dalam bentuk glikoprotein, kecuali pada lisosom. Protein ini kaya akan

    asam amino, sensitif terhadap panas dan mudah mengalami denaturasi

    pada bagian permukaannya. Setiap bentuk protein mempunyai peranan

    tersendiri kecuali globulin G1 dan G2 serta ovoglikoprotein yang belum

    diketahui peranannya secara jelas (Yuwanta, 2010, p. 17).

    Tabel 2.2

    Kandungan Protein Putih Telur, Bahan Kering, dan Peranannya

    Jenis protein Bahan kering Peranannya

    Ovalbumin 54% Fosfoglikoprotein imunogenik

    Ovotransferin 2-13% Mengikat besi, antimikrobia

    Ovomukoid 11% Tripsin inhibitor

    Ovomusin 1,5-3,5% Viskositas, hemaglutisasi viral

    Lisosom 3,5% Anti mikrobia, mengikat gram

    positif di dinding sel

    Globulin G1 4% ?

    Globulin G2 4% ?

    Ovoinhibitor 0,1-1,5% Menghambat protease menjadi serin

    Ovoglikoprotein 0,5-1% ?

    Flavoprotein 0,8% Mengikat riboflavin

    Ovomakroglobulin 0,5% Antigenik

    Sistasin 0,05% Menghambat protease dari infeksi

    viral

    Avidin 0,05% Mengikat biotin, anti mikrobia

    Sumber : Yuwanta (2010, p. 17)

  • 13

    Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi

    (3) Kuning telur

    Kuning telur merupakan bagian yang paling penting pada isi

    telur, karna pada bagian ini terdapat embrio dan tempat tumbuh embrio

    hewan, khususnya pada telur yang telah dibuahi. Selain itu, pada bagian

    kuning telur ini paling banyak tersimpan zat-zat gizi yang sangat

    menunjang perkembangan embrio (Nugraheni, 2013, p. 95).

    Kuning telur dibungkus oleh membran vitelina yang tersusun

    oleh keratin dan ovomusin, membran ini memisahkan putih dan kuning

    telur. Susunan kuning telur secara garis besar dibagi dalam tiga bagian

    utama yaitu lipoprotein, fosvitin, dan livetin. Sedangkan struktur kuning

    telur terbagi dalam dua bentuk yaitu bentuk granula dan bentuk fibrosa

    (Yuwanta, 2010, p. 28).

    Kuning telur terdapat lapisan-lapisan berwarna kuning dan putih

    yang letaknya saling bersilang. Lapisan-lapisan tersebut berjumlah enam

    lapis. Lapisan yang berwarna kuning biasanya lebih lebar daripada

    lapisan yang berwarna putih. Dipusat bulatan kuning telur terdapat

    bagian yang berwarna putih yang disebut latebra. Latebra ini mempunyai

    garis tengah sekitar 6 mm dan banyaknya sekitar 0,6% dari seluruh

    kuning telur. Apabila lapisan berwarna kuning dari bagian kuning telur

    ini dilihat dengan mikroskop, akan kelihatan banyak sekali butiran yang

    ukurannya bervariasi antara 25-150 mikron. Umumnya butiran besar

    ditemukan dipusat bagian kuning telur, sedangkan pada lapisan yang

    berwarna putih butiran-butirannya berukuran antara 4-75 mikron

    (Sarwono, 1994, p. 12).

    Kuning telur berbentuk hampir bulat, berwarna kuning hampir

    jingga. Letaknya persis di tengah-tengah telur, bila telurnya baik dan

    normal. Telur yang sudah lama disimpan akan mempunyai bentuk dan

    posisi kuning telur yang menyimpang. Kuning telur tersusun dari asam

    lemak, karbohidrat, vitamin, dan mineral makro maupun mineral mikro.

    Kuning telur yang berwarna putih disebabkan kekurangan pigmen, dan

    mengandung sedikit bahan kering penyusun kuning telur. Permukaan

  • 14

    Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi

    kuning telur berwarna kuning orange uniform. Warna kuning telur dapat

    dimanipulasi sesuai kehendak peternak menggunakan bahan pakan

    seperti jagung, tepung daun pepaya, dan tepung ikan (Nugraheni, 2013,

    p. 95).

    Bobot dan ukuran telur bebek (Anas moscha) rata-rata lebih besar

    dibandingkan dengan telur ayam (Gallus gallus domesticus). Kandungan gizi

    telur bebek (Anas moscha) hampir sama nilainya dengan telur ayam (Gallus

    gallus domesticus). Bedanya telur bebek (Anas moscha) mudah sekali

    menyerap air dan dilekati kotoran. Lebih-lebih kalau telur itu diletakkan atau

    disimpan di tempat yang lembab dan banyak kotoran disekelilingnya. Telur

    bebek (Anas moscha) tergolong kuat bau amisnya sehingga pemanfaatannya

    untuk berbagai keperluan pembuatan bahan makanan tidak dapat seluas telur

    ayam (Gallus gallus domesticus). Cangkang telur bebek (Anas moscha) lebih

    tebal dibanding telur ayam (Gallus gallus domesticus), sehingga daya simpan

    telur bebek (Anas moscha) sedikit lebih lama dari telur ayam (Gallus gallus

    domesticus). Pemakaian telur bebek (Anas moscha) kebanyakan untuk

    pembuatan telur asin dan sekaligus sebagai upaya pengawetannya (Sarwono,

    1994, p. 27).

    Gambar 2.5 Telur ayam dan telur bebek

    Sumber : Dokumen pribadi

  • 15

    Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi

    b) Kualitas telur

    Istilah kualitas telur semula hanya diartikan untuk menilai gizinya,

    penilaian dari luar, dan sifat-sifat lain yang dapat menentukan bahwa telur ini

    lebih baik dari pada yang lain (Wahyu, 1992, p. 311).

    Kualitas telur digolongkan menjadi dua macam yaitu kualitas telur

    bagian luar dan kualitas telur bagian isi telur. Faktor kualitas telur bagian luar

    meliputi kebersihan kulit telur, kondisi kulit telur, warna kulit telur, dan bentuk

    telur. Sedangkan faktor kualitas telur bagian isi telur meliputi ruang udara,

    kuning telur dan putih telur (Nugraheni, 2013, p. 105).

    Kualitas telur secara keseluruhan ditentukan oleh kualitas isi telur dan

    kualitas kulit telur, oleh karena itu penentuan kualitas telur dilakukan pada

    kedua bagian tersebut. Kualitas isi telur dapat dikategorikan baik jika tidak

    terdapat bercak darah atau bercak lainnya, belum pernah dierami yang ditandai

    dengan tidak adanya bercak calon embrio, kondisi putih telurnya kental dan

    tebal, serta kuning telurnya tidak pucat. Menentukan kualitas isi telur dapat

    dilakukan dengan cara peneropongan dan pengukuran dengan mikrometer

    dalam satuan haugh unit, sedangkan kualitas kulit telur dapat dilakukan dengan

    dua cara yaitu specific gravity dan peneropongan (Sudaryani, 1996, p. 25).

    Berdasarkan keadaan kulit telur dalam hal keutuhan, kebersihan, dan

    ketebalan kulit, mutu telur dapat digolongkan atas empat kualitas sebagai

    berikut yaitu:

    (1) Mutu kelas satu atau AA

    Telur bermutu kelas satu atau AA quality adalah telur yang

    kulitnya tidak retak, tidak berlubang, dan tidak pecah. Permukaan telur

    halus, bersih, dan tidak tercemar kotoran. Bentuk normal, ruang udara

    kecil atau kurang dari 0,30 mm. Putih telur pekat, kuning telur terletak

    ditengah, warnanya terang, dan bebas dari noda-noda hitam jika

    diteropong.

  • 16

    Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi

    (2) Mutu kelas dua atau A

    Telur bermutu kelas dua atau A quality adalah telur yang kulitnya

    tidak retak, tidak berlubang, dan tidak pecah. Bentuknya normal dan

    tampak berisi. Ruang udara tidak begitu lebar yaitu kurang dari 0,60 mm.

    Putih teluh jernih dan agak pekat. Kuning telur agak bergeser sedikit dari

    pusat, warnanya terang, dan bebas dari kerusakan lainnya.

    (3) Mutu kelas tiga atau B

    Telur bermutu kelas tiga atau B quality adalah telur yang kulitnya

    tidak retak, tidak berlubang, dan tidak pecah. Akan tetapi telur ini agak

    kotor karena terdapat sedikit noda. Ruang udaranya tidak teratur, tetapi

    tidak menggelembung. Putih telur jernih dan agak encer. Kuning telur

    tidak terletak di bagian pusat karena sudah bergeser. Warna kuning telur

    kurang terang, kadang-kadang terdapat bercak-bercak noda, tetapi belum

    menimbulkan kerusakan yang berat. Lebar ruang udara sekitar 0,75 mm.

    (4) Mutu kelas empat atau C

    Telur bermutu kelas empat atau C quality adalah telur yang tetap

    bersih kulitnya, tidak retak, tidak berlubang, dan tidak pecah. Ruang udara

    sudah sangat lebar yaitu lebih dari 0,90 mm. Kuning telur sudah mulai

    encer, warna kurang terang, dan ukuran terlihat besar. Apabila dimakan

    telur tersebut terasa hambar (Sarwono, 1994, pp. 40-41).

    Tabel 2.3

    Persyaratan Tingkatan Mutu Fisik Telur (SNI 3926:2008)

    No

    Faktor mutu

    Tingkatan mutu

    Mutu I Mutu II Mutu III

    1 Kondisi kerabang

    a. Bentuk b. Kehalusan c. Ketebalan d. Keutuhan e. Kebersihan

    Normal

    Halus

    Tebal

    Utuh

    Bersih

    Normal

    Halus

    Sedang

    Utuh

    Sedikit noda kotor

    (stain)

    Abnormal

    Sedikit kasar

    Tipis

    Utuh

    Banyak noda

    dan sedikit

    kotor

  • 17

    Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi

    2 Kondisi kantung

    udara

    a. Kedalaman kantung udara

    b. Kebebasan bergerak

  • 18

    Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi

    (2) Kuning telur; volume berkurang, pH bertambah besar, kadar fosfor (P)

    berkurang, kadar amonia bertambah, dan letak kuning telur bergeser.

    (3) Putih telur; kadar air berkurang karena mengalami evaporasi,

    berkurangnya kemampuan dalam mengikat protein, kadar fosfor

    bertambah, menjadi lebih encer, dan terjadi penguapan CO2 dari dalam

    telur.

    (4) Kulit telur; biasanya timbul titik-titik, dan warnya cendrung berubah

    (Sudaryani, 1996, pp. 23-24).

    Faktor-faktor yang menyebabkan kualitas telur menjadi turun antara

    lain yaitu terjadinya kerusakan fisik seperti kulit telur retak atau pecah, CO2

    yang terdapat didalam isi telur telah banyak keluar sehingga derajat

    keasamannya menjadi naik, keluarnya uap air dari dalam telur yang membuat

    berat telur jadi merosot dan masuknya mikroba ke dalam telur (Sarwono, 1994,

    p. 35).

    Pengujian untuk melihat kualitas telur dapat dilakukan dengan

    berbagai cara sebagai berikut :

    (1) Penilaian luar, yaitu penilaian berdasarkan penampilan luar telur. Jenis

    penilaian ini menyangkut bentuk, berat, warna, dan ada tidaknya kotoran

    yang menempel di kulit telur.

    (2) Peneropongan, yaitu penilaian terhadap kulit telur yang menyangkut

    ketebalan dan keutuhan kulit telur serta ukuran kantong udara.

    (3) Pemecahan adalah penilaian secara langsung untuk mengetahui kondisi

    telur.

    (4) Analisis kimia adalah penilaian yang dimaksud untuk mengetahui

    kandungan gizi telur.

    (5) Analisis mikrobiologi, yakni penilaian untuk mengetahui pencemaran

    bakteri pada isi telur.

    (6) Uji fungsional, yaitu penilaian terhadap proses kimia atau emulsi kuning

    telur (Suharno & Amri, 1996, p. 96).

  • 19

    Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi

    4. Pengawetan Telur

    Pengawetan merupakan aspek penting dalam memperpanjang umur

    simpan suatu produk pangan, terutama pada produk yang memiliki umur

    simpan yang singkat. Manfaat dari pengawetan yaitu dapat mengurangi

    kecepatan metabolisme atau bahkan menunda metabolisme mikroorganisme

    yang dapat mempengaruhi suatu produk pangan misalnya kebusukan

    (Andayani, Hendrawan, & Yulianingsih, 2014).

    Sebagai bahan makanan telur merupakan bahan yang mudah sekali

    rusak. Kerusakannya dapat terjadi secara fisik, biologis, maupun kimia. Untuk

    mencegah terjadinya kerusakan pada telur, dibutuhkan penanganan yang tepat

    agar nilai gizinya tetap tinggi, tidak berubah rasa, tidak berbau busuk, dan

    warna isinya tidak pudar (Sarwono, 1994, p. 48).

    Prinsip pengawetan telur adalah menjaga agar mikroba tidak masuk ke

    dalam telur melalui pori-pori sehingga pori-pori tersebut perlu ditutup dengan

    bahan pengawet telur agar tidak terjadi penguapan CO2. Kerusakan akibat

    masuknya mikroba tersebut dapat berupa pelebaran rongga udara, menurunnya

    indeks putih telur, meningkatnya pH putih dan kuning telur, dan menurunnya

    nilai haugh unit. Kerusakan tersebut akan diikuti dengan munculnya bau

    karena terjadinya dekomposisi kimia protein, lemak dan karbohidrat (Yuwanta,

    2010, p. 157).

    Pengawetan telur terdiri dari dua macam yaitu pengawetan telur

    tertutup dan pengawetan telur terbuka.

    a) Pengawetan Telur Tertutup

    Pengawetan telur tertutup adalah pengawetan telur secara utuh.

    Prinsip memperpanjang daya simpan telur segar adalah memberi perlakuan

    pada telur utuh dengan menutup pori-porinya untuk mencegah penguapan

    air atau gas-gas dari dalam telur dan untuk mencegah masuknya mikroba

    kedalam telur. Bahan yang sering digunakan dalam pengawetan telur

    biasanya berasal dari bahan kimia seperti sodium silikat, kalsium

    hidroksida, paraffin dan vaselin. Syarat pengawetan ini yaitu telur harus

    segar dan kerabang tidak ada yang retak (Nugraheni, 2013, p. 113).

  • 20

    Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi

    Cara pengawetan telur tertutup antara lain yaitu:

    (1) Dry packing

    Pengawetan telur ini dilakukan dengan cara melakukuan

    pelapisan telur dengan bahan-bahan tertentu. Bahan yang digunakan

    untuk melapisi biasanya berupa campuran garam dengan pasir, kapur,

    soda, serbuk gergaji, abu, tanah liat, jerami, dan lain-lain. Dalam

    pelapisan ini bila bahan dapat melekat kompak berarti pelapisan dapat

    berfungsi baik. Karena pengawetan secara dry packing ini selalu

    digunakan garam, maka telur yang telah mengalami proses pengawetan

    ini jelas mengalami pengasinan sehingga setelah disimpan lama akan

    menghasilkan telur yang rasanya asin.

    (2) Immersion liquid

    Pengawetan telur dengan cara immersion liquid dilakukan

    dengan cara merendam telur segar dalam cairan yang dapat menutup

    pori-pori yang sekaligus juga bersifat antiseptik. Cairan yang digunakan

    untuk merendam telur antara lain berupa larutan air kapur, larutan air

    garam, ekstrak babakan kulit akasia, dan ekstrak daun jambu biji. Hasil

    pengawetan telur dengan cara ini akan lebih baik lagi bila telur-telur

    tersebut disimpan di ruang yang bersuhu rendah.

    (3) Shell sealing

    Shell sealing adalah penutupan permukaan kulit telur dengan

    bahan pengawet sehingga uap air dan gas CO2 tidak dapat atau hanya

    sedikit saja yang menguap dari telur. Bahan-bahan yang digunakan

    dalam proses pengawetan ini antara lain minyak kelapa, parafin, dan

    bahan-bahan kimia lain yang bersifat tidak merusak kesegaran dan

    mutu telur.

  • 21

    Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi

    (4) Cold storage

    Telur dapat juga diawetkan dengan dimasukkan dalam cold

    storage. Temperatur penyimpanan dengan cold storage berkisar antara -

    0,5 sampai -2,2oC. Kelembaban yang diperlukan berkisar antara 80-

    90%. Kelembaban jangan sampai terlalu tinggi karena dapat

    mengakibatkan permukaan telur berjamur. Akan tetapi, bila

    kelembaban lebih rendah dari 80% akan mengakibatkan penguapan air

    dari dalam telur. Untuk mencegah terjadinya pertumbuhan jamur dapat

    digunakan mycostatik agent pada ruang penyimpanan. Beberapa bahan

    yang berfungsi sebagai mycostatik agent adalah fenol, sodium borat,

    kupri sulfat, dan sebagainya. Sebelum disimpan dalam cold storage,

    telur dimasukkan dalam larutan penutup agar seluruh permukaan kulit

    telur terlapis larutan tersebut. Larutan penutup yang dapat digunakan di

    antaranya adalah alumunium soap yang dilarutkan dahulu dalam

    gasolin (Sarwono, 1994, pp. 50-53).

    b) Pengawetan telur terbuka

    Pengawetan telur terbuka adalah pengawetan bagian-bagian isi

    telur. Cara pengawetan ini dapat berupa pendinginan, yaitu memasukkan isi

    telur kedalam kulkas dengan suhu 4oC sehinggga mampu bertahan 4-5 hari.

    Selain itu pengawetan telur terbuka dapat dilakukan dengan cara

    pengeringan dengan model pan drying dan spray drying. Biasanya sebelum

    dilakukan pengeringan isi telur difermentasikan dengan bakteri Aerobacter

    aerogenes atau bakteri E. Freudi kemudian diinkubasi pada suhu 20-29,5oC

    selama 36-60 jam pada pH sedikit dibawah netral. Fermentasi ini bertujuan

    untuk menghindari efek reaksi maillard yaitu reaksi yang dapat

    menyebabkan perubahan warna, menurunkan kelarutan dan kehilangan bau

    khas dari telur. Agar diperoleh hasil yang optimal maka selama fermentasi

    dapat ditambahkan yeast 0,2-0,4% dan didiamkan selama setengah jam.

    Hasil fermentasi didiamkan pada pan setebal 6-7 mm untuk dipanaskan

    selama maksimal 24 jam pada suhu 50-60oC kemudian dilakukan spray

  • 22

    Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi

    drying dengan kekuatan 3000 lb/inchi persegi dan dialirkan keruangan yang

    ada blowernya pada suhu 160oC sehingga didapatkan tepung telur kering

    dengan kadar air kurang dari 5%.

    Cara lain pengawetan terbuka adalah dengan cara penyimpanan

    beku, di mana bagian-bagian telur disimpan pada suhu -18 sampai -21oC

    atau suhu es krim dingin -40 sampai -45oC. Ketika akan dimanfaatkan

    kembali maka telur beku tersebut harus diturunkan (thawing) 1oC/30 menit

    sehingga diperoleh suhu ideal untuk digunakan sesuai kebutuhannya

    (Yuwanta, 2010, pp. 158-159).

    B. Hasil Penelitian Yang Relevan

    Untuk mengetahui apakah kajian yang dilakukan oleh peneliti sudah ada

    atupun belum diteliti oleh peneliti sebelumnya. Maka perlu adanya upaya

    komparasi (perbandingan), apakah terdapat unsur-unsur perbedaan ataupun

    persamaan dengan konteks penelitian ini. Diantara hasil penelitian terdahulu yang

    menurut peneliti terdapat kemiripan, yaitu:

    Berdasarkan penelitian Andayani et al. (2014) dengan judul “Minyak

    Atsiri Daun Sirih Merah (Piper crocatum) Sebagai Pengawet Alami pada Ikan

    Teri (Stolephorus indicus)”. Penelitian yang dilaksanakan ini adalah jenis

    penelitian dengan rancangan percobaan berupa RAL (Rancangan Acak Lengkap)

    pola faktorial 3 x 3. Hasil penelitiannya menyimpulkan bahwa perbedaan

    konsentrasi minyak atsiri daun sirih merah memberikan pengaruh sangat nyata

    serta waktu perendaman juga memberikan pengaruh sangat nyata terhadap pH dan

    kadar air ikan teri, tetapi tidak berpengaruh nyata terhadap total bakteri ikan teri.

    Berdasarkan penelitian Wulandari et al. (2013 ) dengan judul “Pengaruh

    Ekstrak Daun Sirih (Pipper Betle) Sebagai Perendam Telur Ayam Ras Konsumsi

    Terhadap Daya Awet pada Penyimpanan Suhu Ruang”. Penelitian dilakukan

    secara eksperimental, menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 5

    perlakuan dan ulangan sebanyak 4 kali. Kemudian data dianalisis dan selanjutnya

    diuji menggunakan analisis ragam. Hasil penelitiannya menyimpulkan bahwa

    penggunaan ekstrak daun sirih sebagai perendan telur ayam ras konsumsi dengan

  • 23

    Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi

    tingkat konsentrasi 60% selama 40 menit menghasilkan daya awet paling lama

    dilihat dari nilai haugh unit selama 34 hari. Nilai indeks putih telur selama 32,75

    hari dan dilihat dari nilai indeks kuning telur selama 34 hari.

    Berdasarkan penelitian Pakpahan, Khotimah, and Turnip (2015) dengan

    judul “Efektivitas Ekstrak Etanol Daun Sirih (Piper betle) dan Buah Mengkudu

    (Morinda citrifolia) Sebagai Alternatif Pengawet Tahu”. Penelitian dilakukan

    secara eksperimental menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL), dengan

    ulangan sebanyak 3 kali. Hasil penelitiannya menyimpulkan bahwa Aplikasi

    ekstrak daun sirih 9% dinilai efektif dalam menghambat pertumbuhan bakteri

    dibandingkan dengan konsentrasi ekstrak daun sirih 3% dan 6%. Sedangkan

    Aplikasi ekstrak buah mengkudu sebagai pengawet alami pada tahu dengan

    konsentrasi yang kecil sudah dapat menghambat pertumbuhan bakteri. Ekstrak

    buah mengkudu 3% dinilai sudah efektif dalam menghambat pertumbuhan bakteri

    dibandingkan dengan konsentrasi ekstrak buah mengkudu 6% dan 9%.

    Berdasarkan penelitian Ariyani, Amin, and Fardiaz (2015) dengan judul

    “Ekstrak Air Daun Sirih (Piper betle) Sebagai Antioksidan Alami pada

    Pengolahan Ikan Patin (Pangasius hypophthalmus) Asin Kering”. Rancangan

    percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL), faktorial

    dengan 2 perlakuan dan 3 ulangan. Hasil penelitiannya menyimpulkan bahwa

    ekstrak air daun sirih memiliki aktivitas antioksidan lebih tinggi dibandingkan

    BHT. Penambahan ekstrak air daun sirih dengan konsentrasi 4-7% (b/v) selama

    penggaraman dalam proses pembuatan patin asin mampu menghambat proses

    oksidasi lemak patin asin dan patin asin kering yang tercermin dari rendahnya

    angka TBA, angka anisidin, dan produk berfluoresen dibanding kontrol.

    Berdasarkan penelitian Silondae and Ulpah (2015) dengan judul

    “Peningkatan Kualitas Telur Ayam Ras Dengan Perendaman Dalam Larutan

    Teh”. Metode yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 5

    perlakuan dengan ulangan 4 kali. Hasil penelitiannya menyimpulkan bahwa

    penambahan konsentrasi larutan teh pada perendaman telur dapat menekan

    penurunan kualitas interior telur ayam ras. Penyusutan berat telur lebih besar pada

    perlakuan tanpa konsentrasi larutan teh (K0). Perlakuan larutan teh tidak

  • 24

    Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi

    berpengaruh nyata pada indeks kuning telur akan tetapi berpengaruh nyata

    terhadap indeks putih telur yaitu pada perlakuan konsentrasi larutan 50% dengan

    rata-rata 0,055±0,01. Sedangkan pH telur pada perendaman larutan teh masih

    memberikan hasil optimal dengan kisaran pH 6,81-7,06 sehingga telur dapat

    disimpan selama 21 hari.

    Berdasarkan penelitian Djaelani (2016) dengan judul “Ukuran Rongga

    Udara, Ph Telur dan Diameter Putih Telur, Ayam Ras (gallus l.) Setelah

    Pencelupan dalam Larutan Rumput Laut dan Disimpanan Beberapa Waktu”.

    Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan rancangan acak lengkap

    (RAL). Data hasil penelitian diuji dengan menggunakan ANOVA. Uji lanjut

    untuk mengetahui adanya perbedaan antar kelompok dilakukan dengan uji

    Duncan. Hasil penelitiannya menyimpulkan bahwa pencelupan ke dalam larutan

    rumput laut belum mampu menghambat penurunan kualitas telur yang

    ditunjukkan dengan nilai IPT, ukuran rongga udara dan pH telur pada tiap

    kelompok hari penyimpanan.

    Berdasarkan penelitian Hajrawati, Likadja, and Hessy (2012) dengan

    judul “Pengaruh Lama Perendaman Ekstrak Kulit Buah Kakao dan Lama

    Penyimpanan Terhadap Daya Awet Telur Ayam Ras”. Penelitian ini dilaksanakan

    secara eksperimental dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) pola

    faktorial 4 x 4 dengan 3 kali ulangan. Hasil penelitiannya menyimpulkan bahwa

    perendaman telur ayam ras pada ekstrak kulit buah kakao mempengaruhi daya

    awet dari telur yang dihasilkan. Perendaman selama 15 menit merupakan lama

    perendaman yang terbaik pada telur yang dihasilkan, dan perendaman telur ayam

    ras pada ekstrak kulit buah kakao mampu mempertahankan daya awet telur yang

    dihasilkan selama 30 hari masa penyimpanan.

    Berdasarkan penelitian Djaelani ( 2016 ) dengan judul “Kualitas Telur

    Ayam Ras (Gallus L.) Setelah Penyimpanan yang Dilakukan Pencelupan pada Air

    Mendidih dan Air Kapur Sebelum Penyimpanan”. Metode yang digunakan adalah

    Rancangan acak lengkap dengan 9 kelompok perlakuan. Data hasil penelitian

    diuji dengan menggunakan ANOVA. Uji lanjut untuk mengetahui adanya

    perbedaan antar kelompok dilakukan dengan uji Duncan. Hasil penelitiannya

  • 25

    Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi

    menyimpulkan bahwa pencelupan pada air mendidih dan perendaman pada air

    kapur mampu menghambat penurunan kualitas telur yang ditunjukkan dengan

    nilai IPT, ukuran rongga udara dan pH telur pada tiap kelompok hari

    penyimpanan.

    Berdasarkan penelitian Fibrianti, Suada, and Rudyanto (2012) dengan

    judul “Kualitas Telur Ayam Konsumsi yang Dibersihkan dan Tanpa Dibersihkan

    Selama Penyimpanan Suhu Kamar”. Rancangan penelitian yang digunakan adalah

    Rancangan Acak Lengkap (RAL) pola faktorial 2 X 6 X 6 dengan ulangan

    sebanyak 6 kali. Data hasil penelitian akan dianalisis dengan sidik ragam dan

    apabila didapatkan hasil yang berbeda nyata maka dilanjutkan dengan uji jarak

    berganda Duncan. Hasil penelitiannya menyimpulkan bahwa penyimpanan telur

    dalam suhu kamar berpengaruh terhadap nilai IPT, IKT, dan HU dimana semakin

    lama penyimpanan maka nilai IPT, IKT dan HU semakin menurun dan

    selanjutnya akan terjadi kerusakan. Telur ayam konsumsi tanpa dibersihkan nilai

    IPT, IKT dan HU lebih baik daripada yang dibersihkan selama penyimpanan

    dalam suhu kamar. Terdapat interaksi antara telur dibersihkan dan tanpa

    dibersihkan dengan lama penyimpanan pada suhu kamar, terhadap kualitas telur

    (IPT, IKT dan HU) dimana akan mengalami penurunan. Faktor jenis telur dengan

    lama penyimpanan memberikan efek yang sinergis.

    Berdasarkan penelitian Hanusova, Hrncar, Hanus, and Oravcova (2015)

    dengan judul “Effect Of Breed On Some Parameters Of Egg Quality In Laying

    Hens”. Penelitian dilakukan secara eksperimental, menggunakan Rancangan Acak

    Lengkap (RAL). Data hasil penelitian diuji dengan menggunakan ANOVA. Hasil

    penelitiannya menyimpulkan bahwa perbedaan yang signifikan secara statistik

    pada kualitas telur eksternal dan internal antara perbedaan induk pelengkap induk

    varietas Oravka dan Rhode Island Red. Telur jenis Oravka lebih berat daripada

    telur jenis Rhode Island Red. Perbedaan ditemukan untuk telur, kulit, albumen

    dan bobot kuning telur. Bobot albumen lebih tinggi pada jenis Oravka

    dibandingkan dengan Rhode Island Red breed. Unit Haugh di Oravka lebih

    rendah daripada di Rhode Island Red. Oravka memiliki nilai indeks kuning telur

    sedikit lebih tinggi daripada Rhode Island Red. Warna kuning telur juga

  • 26

    Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi

    dipengaruhi oleh jenisnya. Ayam bertelur Rhode Island Red memiliki warna

    kuning telur lebih gelap daripada warna Oravka.

    Berdasarkan studi relevan yang telah saya susun maka dapat disintesis

    dalam tabel state of the art this research berikut ini:

    Tabel 2.4

    State of the art this research

    No Peneliti Judul Jenis

    Penelitian

    Metode

    Riset

    Analisis

    Data

    Hasil

    1 Andayani

    et al.,

    2014

    Minyak

    Atsiri

    Daun Sirih

    Merah

    (Piper

    crocatum)

    Sebagai

    Pengawet

    Alami

    pada Ikan

    Teri

    (Stolephos

    indicus)

    Eksperimen RAL ANOVA Perbedaan

    konsentrasi

    minyak atsiri

    daun sirih

    merah mem

    berikan peng

    aruh sangat

    nyata serta

    waktu peren

    daman juga

    memberikan

    pengaruh

    sangat nyata

    terhadap pH

    dan kadar air

    ikan teri,

    tetapi tidak

    berpengaruh

    nyata terha

    dap total bak

    teri ikan teri

    2 Wulandari

    et al.,

    2013

    Pengaruh

    Ekstrak

    Daun Sirih

    (Pipper

    Betle).

    Sebagai

    Perendam

    Telur

    Ayam Ras

    Eksperimen RAL Analisis

    ragam

    dan uji

    lanjut

    ducan

    Penggunaan

    ekstrak daun

    sirih sebagai

    perendan

    telur ayam

    ras konsumsi

    dengan ting

    kat konsen

    trasi 60%

  • 27

    Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi

    Konsumsi

    Terhadap

    Daya

    Awet pada

    Penyimpa

    nan Suhu

    Ruang

    selama 40

    menit meng

    hasilkan

    daya awet

    paling lama

    dilihat dari

    nilai haugh

    unit selama

    34 hari.

    3 Pakpahan,

    Khotimah,

    & Turnip,

    2015

    Efektivitas

    Ekstrak

    Etanol

    Daun Sirih

    (Piper

    betle) dan

    Buah

    Meng

    kudu

    (Morinda

    citrifolia)

    Sebagai

    Alternatif

    Pengawet

    Tahu

    Eksperimen RAL ANOVA Aplikasi eks

    trak daun

    sirih 9%

    dinilai efektif

    dalam meng

    hambat per

    tumbuhan

    bakteri.

    Sedangkan

    Aplikasi

    ekstrak buah

    mengkudu

    sebagai peng

    awet alami

    pada tahu

    dengan kon

    sentrasi yang

    kecil sudah

    dapat meng

    hambat per

    tumbuhan

    bakteri

    4 Ariyani,

    Amin, &

    Fardiaz,

    2015

    Ekstrak

    Air Daun

    Sirih

    (Piper

    betle)

    Sebagai

    Antioksi-

    dan Alami

    Eksperimen RAL Sidik

    ragam

    Penambahan

    ekstrak air

    daun sirih

    dengan kon

    sentrasi 4-7

    % (b/v)

    selama peng

    garaman

  • 28

    Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi

    pada Peng

    olahan

    Ikan Patin

    (Pangasis

    hypophtha

    lmus) Asin

    Kering

    dalam proses

    pembuatan

    patin asin

    mampu

    menghambat

    proses

    oksidasi

    lemak patin

    asin dan

    patin asin

    kering yang

    tercermin

    dari ren

    dahnya

    angka TBA,

    angka

    anisidin, dan

    produk

    berflu oresen

    dibanding

    kontrol

    5 Silondae

    & Ulpah,

    2015

    Peningka

    tan Kuali

    tas Telur

    Ayam Ras

    Dengan

    Perenda

    man

    Dalam

    Larutan

    The

    Eksperimen RAL ANOVA Penambahan

    konsentrasi

    larutan teh

    pada peren

    daman telur

    dapat mene

    kan penuru

    nan kualitas

    interior telur

    ayam ras.

    Penyusutan

    berat telur

    lebih besar

    pada perla

    kuan tanpa

    konsentrasi

    larutan teh

    (K0)

  • 29

    Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi

    6 Djaelani,

    2016

    Ukuran

    Rongga

    Udara, Ph

    Telur dan

    Diameter

    Putih

    Telur,

    Ayam Ras

    (gallus l.)

    Setelah

    Pencelu

    pan dalam

    Larutan

    Rumput

    Laut dan

    Disimpan

    Beberapa

    Waktu

    Eksperimen RAL ANOVA

    dan uji

    lanjut

    ducan

    Pencelupan

    ke dalam

    larutan

    rumput laut

    belum

    mampu

    menghambat

    penurunan

    kualitas telur

    yang ditun

    jukkan

    dengan nilai

    IPT, ukuran

    rongga udara

    dan pH telur

    pada tiap

    kelompok

    hari penyim

    panan

    7 Hajrawati,

    Likadja, &

    Hessy,

    2012

    Pengaruh

    Lama Per-

    endaman

    Ekstrak

    Kulit

    Buah

    Kakao dan

    Lama Pen

    yimpanan

    Terhadap

    Daya

    Awet

    Telur

    Ayam Ras

    Eksperimen RAL ANOVA Perendaman

    telur ayam

    ras pada

    ekstrak kulit

    buah kakao

    mempenga

    ruhi daya

    awet dari

    telur yang

    dihasilkan

    Perenda man

    selama 15

    menit meru

    pakan lama

    perendaman

    yang terbaik

    pada telur

    yang dihasil

    kan, dan

    perendaman

  • 30

    Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi

    telur ayam

    ras pada

    ekstrak kulit

    buah kakao

    mampu mem

    pertahankan

    daya awet

    telur yang

    dihasilkan

    selama 30

    hari penyim

    panan

    8 Djaelani,

    2016

    Kualitas

    Telur

    Ayam Ras

    (Gallus L.)

    Setelah

    Penyimpa

    nan yang

    Dilakukan

    Pencelu

    pan pada

    Air Mendi

    dih dan

    Air Kapur

    Sebelum

    Penyimpa

    nan

    Eksperimen RAL ANOVA Pencelupan

    pada air men

    didih dan per

    endaman

    pada air

    kapur mam

    pu mengham

    bat penuru

    nan kualitas

    telur yang

    ditunjuk kan

    dengan nilai

    IPT, ukuran

    rongga udara

    dan pH telur

    pada tiap

    kelompok

    hari penyim

    panan

    9 Fibrianti,

    Suada, &

    Rudyanto,

    2012

    Kualitas

    Telur

    Ayam

    Konsumsi

    yang

    Dibersih

    kan dan

    Tanpa

    Eksperimen RAL Sidik

    ragam

    Penyimpanan

    telur dalam

    suhu kamar

    berpengaruh

    terhadap

    nilai IPT,

    IKT, dan HU

    dimana

  • 31

    Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi

    Dibersih

    kan

    Selama

    Penyimpa

    nan Suhu

    Kamar

    semakin

    lama

    penyimpanan

    maka nilai

    IPT, IKT dan

    HU semakin

    menurun dan

    selanjutnya

    akan terjadi

    kerusakan.

    Telur ayam

    konsumsi

    tanpa diber

    sihkan nilai

    IPT, IKT dan

    HU lebih

    baik daripada

    yang dibersih

    kan selama

    penyimpanan

    dalam suhu

    kamar

    10 Hanusova,

    Hrncar,

    Hanus, &

    Oravcova,

    2015

    Effect Of

    Breed On

    Some Para

    meters Of

    Egg Qua

    lity In

    Laying

    Hens

    Eksperimen RAL ANOVA Perbedaan

    yang signifi

    kan secara

    statistik pada

    kualitas telur

    eksternal dan

    internal

    antara per

    bedaan induk

    pelengkap

    induk

    varietas

    Oravka dan

    Rhode Island

    Red

  • 32

    Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi

    C. Kerangka Pikir

    Gambar 2.6 Kerangka Pikir Perbandingan Kualitas Telur Ayam (Gallus

    gallus domesticus) dan Telur Bebek (Anas moscha) Setelah Diawetkan

    dengan Ekstrak Daun Sirih (Piper betle)

    Telur unggas

    Angsa Burung Bebek Ayam

    Diawetkan dengan ekstrak daun sirih (Piper betle)

    Caranya :

    1. Daun sirih diekstrak dengan cara perebusan

    2. Telur ayam dan telur bebek direndam dengan

    ekstrak daun sirih selama 24 jam

    3. Telur ayam dan telur bebek dikeringkan dan

    diletakkan pada rak telur kemudian disimpan

    selama 21 hari

    Kualitas telur ayam

    1. Ruang udara

    2. Indeks albumin (HU)

    3. Yolk indeks (YI)

    Perbandingan kualitas telur ayam dan telur bebek

    Kualitas telur bebek

    1. Ruang udara

    2. Indeks albumin (HU)

    3. Yolk indeks (YI)

    Parameter yang diukur

  • 33

    Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi

    BAB III

    METODE PENELITIAN

    A. Tempat dan Waktu Penelitian

    Penelitian ini dilakukan di laboratorium terpadu Universitas Islam Negri

    Sulthan Thaha Saifuddin jambi yang beralamat di JL. Jambi-Muara Bulian Km.

    15 Simpang Sungai Duren, Kab. Muara Jambi Provinsi Jambi. Waktu penelitian

    ini adalah dilakukan pada bulan Mei sampai bulan Juni 2018.

    B. Alat dan Bahan

    Alat yang digunakan adalah alat tulis, timbangan biasa, timbangan

    digital, kamera, jangka sorong, rak telur (egg tray), pisau, panci, saringan, talenan,

    kompor, cawan petri, tissu roll, kertas label dan baskom. Bahan yang digunakan

    adalah daun sirih (Piper batle), telur ayam (Gallus gallus domesticus) 8 butir,

    telur bebek (Anas moscha) 8 butir dengan umur yang sama (umur 2 hari), dan air.

    C. Prosedur Kerja

    1. Tahap Persiapan

    a) Menyiapkan semua alat dan bahan yang diperlukan

    b) Menyiapkan ekstrak daun sirih (Piper batle)

    c) Menyiapkan telur ayam (Gallus gallus domesticus) dan telur bebek (Anas

    moscha) dengan umur yang sama (umur 2 hari)

    2. Tahap Pelaksanaan

    a) Pembuatan ekstrak (Piper batle)

    Daun sirih (Piper batle) dicuci bersih untuk menghilangkan

    debu dan kotoran lainnya, kemudian ditiriskan. Setelah itu daun sirih

    (Piper batle) diiris kecil dan ditimbang lalu direbus. Konsentrasi daun

    sirih (Piper batle) yang digunakan pada penelitian ini adalah

    perbandingan 0%(b/v), 15%(b/v), 30%(b/v), dan 45%(b/v) yaitu 0g,

  • 34

    Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi

    225g, 450g, dan 675g daun sirih (Piper batle) yang masing-masing

    direbus dalam 1,5 liter air hingga mendidih, setelah direbus kemudian

    airnya disaring dan didinginkan.

    Gambar 3.1 Diagram Alir Pembuatan Ekstrak Daun sirih (Piper batle)

    b) Perendaman telur ayam dan telur bebek

    Telur dibersihkan dengan air hangat untuk menghilangkan

    kotoran dan bakteri-bakteri yang menempel pada kulit telur, kemudian

    telur ayam (Gallus gallus domesticus) dan telur bebek (Anas moscha)

    dimasukkan kedalam wadah yang berisi larutan ekstrak daun sirih (Piper

    batle) sesuai dengan konsentrasi perlakuan masing-masing dan terendam

    semua, selanjutnya wadah ditutup untuk menghindari kontaminasi

    Daun sirih (Piper batle)

    Pencucian

    Perebusan dengan air 1,5 liter

    Penimbangan

    0g (0%), 225g (15%), 450g (30%), dan 675g (45%)

    Pemotongan

    Penirisan

    Penyaringan Ampas

    Larutan Ekstrak Daun sirih (Piper batle)

  • 35

    Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi

    dengan udara luar sehingga dapat memaksimalkan terjadinya reaksi

    penyamakan. Telur direndam selama 24 jam, kemudian dikeringkan

    dengan menggunakan tissu dan ditaruh pada rak telur (egg tray) dan

    diberi label kemudian disimpan sampai 21 hari.

    Gambar 3.2 Diagram Alir Perendaman Telur Ayam dan Telur Bebek

    3. Tahap pengamatan

    a) Mengamati kualitas telur ayam (Gallus gallus domesticus) dan telur

    bebek (Anas moscha) yang diawetkan dengan ekstrak daun sirih

    (Piper batle) selama 21 hari pada tiap-tiap telur.

    b) Dilakukan pengamatan terhadap ruang udara, indeks albumin (HU),

    dan yolk indeks (YI) pada telur ayam (Gallus gallus domesticus) dan

    telur bebek (Anas moscha).

    Pembersihan kotoran

    Ekstrak Daun sirih

    0%, 15%, 30%, 45%

    Disimpan selama 21 hari

    Telur direndam

    selama 24 jam

    1. Rongga udara

    2. Indeks albumin (Haugh Unit)

    3. Yolk indeks (YI)

    Parameter yang diukur

  • 36

    Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi

    (1) Ruang udara

    Telur yang segar memiliki ruang udara yang lebih kecil

    dibandingkan telur yang sudah lama. Pembagian kualitas telur

    berdasarkan ukuran kedalaman ruang udaranya yaitu:

    (a) Kualitas AA memiliki kedalaman ruang udara 0,3 cm.

    (b) Kualitas A memiliki kedalaman ruang udara 0,5 cm.

    (c) Kualitas B memiliki kedalaman ruang udara lebih dari 0,5 cm.

    Rongga udara dihitung dengan cara memecahkan telur pada bagian

    yang tumpul kemudian mengukur kedalaman rongga udara dengan

    menggunakan jangka sorong (Sudaryani, 1996, pp. 12-13).

    (2) Indeks albumin (Haugh Unit)

    Haugh Unit merupakan satuan yang digunakan untuk

    mengetahui kesegaran isi telur, terutama bagian putih telur. Cara

    pengukurannya telur ditimbang beratnya lalu dipecahkan secara hati-

    hati dan diletakkan ditempat yang datar, selanjutnya putih telur (dalam

    mm) diukur dengan jangka sorong, bagian putih telur dan pinggir

    putih telur (Sudaryani, 1996, pp. 26-27).

    Haugh unit dirumuskan sebagai berikut:

    HU log 100 (H 1,7P0,37 7,57)

    Keterangan:

    HU = haugh unit

    H = tingggi putih telur kental (mm)

    P = berat telur (g)

    Hasil pengukuran kemudian dihitung berdasarkan rumus atau dapat

    pula dikonversikan dalam bentuk grafik. Nilai HU bervariasi antara

    20-110 dan pada telur yang baik antara 50-100 (Yuwanta, 2010, p.

    83).

  • 37

    Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi

    (3) Yolk indeks (YI)

    Yuwanta (2010) mengemukakan bahwa “yolk indeks (YI)

    dinyatakan dengan perbandingan antara tinggi dengan diameter

    kuning telur. Pengukuran indeks kuning telur lebih mudah

    dibandingkan dengan putih telur, karena bentuk kuning telur relatif

    lebih stabil dibanding putih telur” (hal. 88). Yolk indeks (YI) yang

    baik berkisar 0,40 sampai 0,42. Rumus yolk indeks adalah :

    H

    d

    Keterangan :

    YI = Yolk Indeks

    H = Tinggi Yolk (mm)

    Wd = Lebar Yolk (mm)

    D. Analisis Data

    Jenis penelitian ini sains dan terapan yang bertujuan untuk membuktikan

    pengaruh pemberian ekstrak daun sirih (Pipper Betle) terhadap kualitas telur ayam

    (Gallus gallus domesticus) dan telur bebek (Anas moscha). Metode yang

    digunakan dalam penelitian ini adalah metode Eksperimen. Penelitian ini

    menggunakan desain rancangan acak lengkap (RAL). Rancang acak lengkap

    (RAL) digunakan untuk percobaan yang mempunyai media atau tempat

    percobaan yang seragam atau homogen, sehingga RAL banyak digunakan untuk

    percobaan laboratorium, rumah kaca, dan peternakan (Gaspersz, 1994, p. 42).

    Pada penelitian ini setiap perlakuan diulang masing-masing sebanyak 2 kali

    sehingga unit percobaan adalah 4 x 2 = 8, telur ayam (Gallus gallus domesticus) 8

    butir dan telur bebek (Anas moscha) 8 butir.

  • 38

    Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi

    Tabel 3.1

    Denah Percobaan Rancangan Acak Lengkap (RAL)

    Keterangan :

    K0 : konsentrasi ekstrak daun sirih (Piper betle) 0% (kontrol)

    K1 : konsentrasi ekstrak daun sirih (Piper betle) 15%

    K2 : konsentrasi ekstrak daun sirih (Piper betle) 30%

    K3 : konsentrasi ekstrak daun sirih (Piper betle) 45%

    a : Telur ayam (Gallus gallus domesticus)

    b : Telur bebek (Anas moscha)

    Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan Analisis of Varian

    (ANOVA). Analisis of Varian merupakan sebuah teknik inferensial yang

    digunakan untuk menguji perbedaan rata-rata nilai. Sebagai sebuah teknik analisis

    varian (ANOVA) mempunyai banyak kegunaan antara lain yaitu:

    1. Anova digunakan untuk menentukan apakah rata-rata nilai dari dua atau lebih

    sampel berbeda secara signifikan atau tidak.

    2. Perhitungan anova menghasilkan harga F yang secara signifikan menunjukkan

    kepada peneliti bahwa sampel yang diteliti berasal dari populasi yang berbeda,

    walaupun anova tidak dapat menunjukkan secara rinci yang manakah di antara

    rata-rata nilai dari sampel-sampel tersebut yang berbeda secara signifikan satu

    sama lain.

    K0

    (1) a

    K3

    (5) a

    K0

    (1) b

    K2

    (2) a

    K0

    (6) a

    K2

    (2) b

    K1

    (3) a

    K1

    (7) a

    K1

    (3) b

    K3

    (4) a

    K2

    (8) a

    K3

    (4) b

    K3

    (5) b

    K0

    (6) b

    K1

    (7) b

    K3

    (8) b

  • 39

    Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi

    3. Anova dapat digunakan untuk menganalisis data yang dihasilkan dengan

    desain faktorial jamak (complex factorial designs)

    4. Anova dapat digunakan untuk mengetes signifikasi dari kecendrungan yang

    dihipotesiskan (Arikunto, 2013, p. 401).

    Model matematis Anova, sebagai berikut :

    Keterangan :

    Xij = hasil pengamatan dari perlakuan ke I ulangan ke j

    μ = nilai rata-rata (mean)

    αi = pengaruh variabel ekstrak daun sirih ke i

    ∑ij = pengaruh galat pada perlakuan ke I ulangan ke j

    Langkah-langkah sidik ragam Anava yaitu :

    1. Menggunakan tabel data pengamatan

    2. Menentukan derajat bebas untuk perlakuan, galat dan total

    a) Db total = jumlah seluruh observasi

    b) Db perlakuan = jumlah perlakuan

    c) Db galat = db total – db perlakuan

    3. Menghitung jumlah kuadrat (JK)

    a) t = jumlah perlakuan, r = jumlah ulangan

    b) faktor korelasi (Fk)

    c) JK total = Yij2 – Fk

    d) Jumlah perlakuan = (jumlah hasil perlakuan)2 – Fk : R

    e) JK galat = JK total – JK perlakuan

    4. Menghitung kuadrat tengah (KT)

    a) KT perlakuan = JK perlakuan : db perlakuan

    b) KT galat = KT galat : db galat

    5. Mencari F hitung = KT perlakuan : KT galat

    6. Mengamati tabel taraf 5%

    7. Mengisi tabel yang diperoleh

  • 40

    Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi

    Tabel 3.2

    Analisis of Varian (ANOVA)

    Sumber

    keragaman

    (SK)

    Derajat bebas

    (Db)

    Jumlah

    kuadrat

    (JK)

    Kuadrat

    tengah (KT)

    F hitung F

    tabel

    5%

    Perlakuan t – 1 JKP JK P/(t-1) KTP/KTG

    Galat (rt-1) – (t-1) JKG JK G/(rt-1)

    Total Rt – 1 JKP + JKG

    Sumber : Sastrosupadi (2000)

    Uji anova hanya memberikan indikasi tentang ada tidaknya beda antar

    rata-rata dari keseluruhan perlakuan, namun belum memberikan informasi tentang

    ada tidaknya perbedaan antara individu perlakuan yang satu dengan individu

    perlakuan yang lainnya. Sederhannya bila ada 5 perlakuan yang ingin diuji,

    misalnya perlakuan A, B, C, D, dan E, maka bila uji anova menginformasikan

    adanya perbedaan yang signifikan, dapat di simpulkan bahwa secara keseluruhan

    terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata perlakuan, namun belum tentu

    rata-rata perlakuan A berbeda dengan perlakuan B, dan seterusnya. Untuk uji yang

    lebih mendalam maka mesti dilakukan uji lanjut (Post hoc test). Ada berbagai

    macam uji lanjut, untuk menentukan jenis uji lanjutan yang sesuai maka harus

    diperhatikan apakah uji yang akan digunakan adalah untuk perbandingan yang

    bersifat terencana atau tidak. Perbandingan terencana adalah perbandingan yang

    memang direncanakan sebelum data suatu percobaan diperoleh atau sebelum

    percobaan dilakukan, sedangkan perbandingan tidak terencana adalah

    perbandingan yang dilakukan setelah data diperoleh.

    Pada penelitian ini menggunakan jenis uji lanjut berupa uji BNT (Beda

    Nyata Terkecil) atau lebih dikenal dengan uji LSD (Least Significance Different)

    adalah metode yang dikenalkan oleh Ronald Fisher. Metode ini menjadikan nilai

    BNT atau nilai LSD sebagai acuan dalam menentukan apakah rata-rata dua

    perlakuan berbeda secara statistik atau tidak. Uji ini adalah prosedur perbandingan

    dari nilai tengah perlakuan (rata-rata perlakuan) dengan menggunakan gabungan

  • 41

    Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi

    kuadrat tengah sisa (KTG/S) dari hasil sidik ragam. Nilai uji menggunakan nilai-

    nilai pada tabel t. Dengan langkah-langkah sebagai berikut :

    1. Menghitung SD 2 KT

    R

    2. Menghitung BNT taraf 5%

    BNT 5% = t x SD

    3. Membuat tabel BNT 5%

    4. Membandingkan nilai-nilai perlakuan dalam tabel dengan BNT taraf 5%

    5. Membuat keputusan taraf 5%

    BNT diturunkan dari rumus Uji t yang digunakan untuk membandingkan

    atau menguji dua nilai tengah yang memang berdekatan, dalam praktiknya setelah

    anova nyata maka digunakan untuk menguji seluruh pasangan perlakuan yang

    dicoba, sehingga akan terjadi juga pembandingan dua nilai yang minimum dengan

    maksimum (Sastrosupadi, 2000, p. 62).

  • 42

    Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi

    BAB IV

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    A. Hasil

    1. Kualitas Telur Ayam (Gallus gallus domesticus)

    Berdasarkan hasil penelitian kualitas telur ayam (Gallus gallus

    domesticus) setelah diawetkan dengan menggunakan ekstrak daun sirih (Piper

    batle) selama masa penyimpanan 21 hari dapat dilihat dari parameter sebagai

    berikut :

    a. Ruang udara

    Hasil pengamatan rata-rata ruang udara pada telur ayam (Gallus

    gallus domesticus) setelah diawetkan dengan menggunakan ekstrak daun sirih

    (Piper batle) selama masa penyimpanan 21 hari adalah sebagai berikut :

    Tabel 4.1

    Rata-rata Ruang Udara Telur Ayam (Gallus gallus domesticus)

    Jenis telur

    Perlakuan

    Ulangan

    Jumlah

    Rata-rata 1 2

    Telur

    ayam

    K0 (0%)

    K1 (15%)

    K2 (30%)

    K3 (45%)

    0,70

    0,65

    0,57

    0,49

    0,72

    0,67

    0,55

    0,46

    1,42

    1,32

    1,12

    0,95

    0,71

    0,66

    0,56

    0,48

    Jumlah 2,41 2,40 4,81 2,41

    Berdasarkan tabel 4.1 pengamatan pada ru