ANALISIS PERENCANAAN DALAM PENGOBATAN PROGRAM …

134
i ANALISIS PERENCANAAN DALAM PENGOBATAN PROGRAM TUBERCULOSIS PARU DI PUSKESMAS 1 ULU TAHUN 2019 Oleh SHERLY ANGGRAINI 15.13201.10.29 PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BINA HUSADA PALEMBANG 2019

Transcript of ANALISIS PERENCANAAN DALAM PENGOBATAN PROGRAM …

Page 1: ANALISIS PERENCANAAN DALAM PENGOBATAN PROGRAM …

i

ANALISIS PERENCANAAN DALAM PENGOBATAN

PROGRAM TUBERCULOSIS PARU DI

PUSKESMAS 1 ULU TAHUN 2019

Oleh

SHERLY ANGGRAINI

15.13201.10.29

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

BINA HUSADA PALEMBANG

2019

Page 2: ANALISIS PERENCANAAN DALAM PENGOBATAN PROGRAM …

ii

ANALISIS PERENCANAAN DALAM PENGOBATAN

PROGRAM TUBERCULOSIS PARU DI

PUSKESMAS 1 ULU TAHUN 2019

skripsi ini diajukan sebagai

salah satu syarat memperoleh gelar

Sarjana Kesehatan Masyarakat

Oleh

SHERLY ANGGRAINI

15.13201.10.29

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

BINA HUSADA PALEMBANG

2019

Page 3: ANALISIS PERENCANAAN DALAM PENGOBATAN PROGRAM …

iii

ABSTRAK SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIK)

BINA HUSADA PALEMBANG

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

Skripsi, 01 Juli 2019

SHERLY ANGGRAINI

Analisis Perencanaan dalam Pengobatan Program Tuberculosis Paru di

Puskesmas 1 Ulu Palembang Tahun 2019

(xvi + 78 Halaman , 9 tabel , 2 gambar , 25 lampiran )

Tuberculosis merupakan penyakit menular yang masih menjadi masalah kesehatan

masyarakat yang menimbulkan kesakitan, kematian, dan kecacatan yang tinggi

sehingga perlu dilakukan penyelenggaraan penanggulangan program Tb. Di

Puskesmas 1 Ulu pada tahun 2016 Pengobatan penderita Tb Paru BTA Positif

memiliki Target 36% dan Capaian 27%. Hal ini menunjukkan bahwa masih adanya

kendala dalam pelaksanaan program penanggulangan TB Paru. Jenis penelitian ini

merupakan penelitian kualitatif yang bertujuan untuk mengetahui secara jelas dan

lebih mendalam tentang perencanaan program penanggulangan pengobatan program

Tb Paru di Puskesmas 1 Ulu. Metode pengumpulan data dilakukan dengan

wawancara mendalam dan observasi terhadap 5 Informan yang terdiri 1 orang

penanggung jawab Tb , 1 orang petugas Tb, 1 orang petugas laboratorium, 1 orang

staf umum dan 1 orang staf Tata Usaha. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei

2019 di Puskesmas 1 Ulu Palembang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

perencanaan penanggulangan kualitas petugas Tb Paru masih kurang dalam upaya

penemuan kasus, penemuan kasus kebanyakan hanya menunggu pasien datang

berobat, masih kurangnya pelatihan kepada pasien TB dalam menampung dahak yang

benar sehingga kurangnya pengetahuan pasien dalam menampung dahak yang benar

dan kurangnya Sumber daya manusia untuk Program Tuberculosis Paru. Berdasarkan

hasil penelitian, disarankan kepada dinas Kesehatan Kota Palembang agar

memberikan pelatihan secara berkala kepada petugas TB di Puskesmas 1 Ulu dan

menambah Sumber daya manusia khusus program TB Paru, agar lebih aktif

melakukan kegiatan penemuan kasus TB Paru.

Kata kunci : Perencanaan Program,Tuberculosis Paru

Daftar Pustaka : 26 (2011-2019)

Page 4: ANALISIS PERENCANAAN DALAM PENGOBATAN PROGRAM …

iv

ABSTRACT BINA HUSADA COLLAGE OF HEALTH SCIENCE

PUBLIC HEALTH STUDY PROGRAM

Student Thesis, 01 July 2019

SHERLY ANGGRAINI

Planning Analysis In The Treatment of Pulmonary Tuberculosis Program in

Palembang 1 Ulu Health Center in 2019

(xvi + 78 pages, 9 tables, 2 pictures, 25 attachments)

Tuberculosis is a contagious disease that is still a public health problem that causes

high pain, death and disability so it is necessary to carry out the prevention of the TB

program. In 1 Ulu Health Center in 2016, the treatment of Positive BTA Pulmonary

TB Patients had target were 36% and 27% achievement. This shows that there are

still obstacles in the implementation of pulmonary TB prevention programs. This

study type was a qualitative study that aims to determine clearly and more deeply

about the planning of treatment prevention programs for the pulmonary tuberculosis

program at 1 Ulu Health Center. Method of data collection was conducted by in-

depth interviews and observations of 5 informants consisting of 1 person in charge of

Tb, 1 person in charge of officer, 1 person of laboratory staff, 1 person of general

staff and 1 person of administrative staff. This study was conducted in May 2019 at

the 1 Ulu Health Center Palembang The results of the study showed that the

prevention planning of pulmonary TB officers quality was still lacking in efforts to

find cases, most case discoveries were just waiting for patients to come for treatment,

there was still a lack of training for TB patients in accommodating correct phlegm so

lack of patient knowledge in accommodating correct phlegm and lack of resources

humans for the pulmonary Tuberculosis Program. Based on the results of the study, it

is suggested to the Palembang City Health Office to provide regular training to TB

officers in the 1 Ulu Health Center and add special human resources for the

pulmonary TB program, in order to be more active in conducting the discovery cases

of pulmonary TB

Keywords : Program Planning, Pulmonary Tuberculosis

Bibliography : 26 (2011-2019)

Page 5: ANALISIS PERENCANAAN DALAM PENGOBATAN PROGRAM …
Page 6: ANALISIS PERENCANAAN DALAM PENGOBATAN PROGRAM …
Page 7: ANALISIS PERENCANAAN DALAM PENGOBATAN PROGRAM …

vii

RIWAYAT HIDUP PENULIS

Nama : Sherly Anggraini

NPM : 15132011029

Tempat/ Tanggal Lahir : Palembang, 13 Maret 1996

Agama : Islam

Jenis Kelamin : Perempuan

Status : Belum Menikah

Alamat : Jalan anggrek II perumahan amin mulya blok c.3 no 13

jakabaring

Nomor telepon : 082176449862

Email : [email protected]

Orang Tua

Ayah : Musmulyadi

Ibu : Suparni

Alamat orang tua : Jalan anggrek II perumahan amin mulya blok c.3 no 13

jakabaring

Asal sekolah

1. 2004 – 2009 : SD MUHAMMADIYAH 2 PALEMBANG

2. 2009– 2011 : SMP NEGERI 31 PALEMBANG

3. 2011 – 2014 : SMK BINA KARYA 2 MUNTOK, BANGKA BARAT

4. 2015 – 2019 : STIK BINA HUSADA PALEMBANG

Page 8: ANALISIS PERENCANAAN DALAM PENGOBATAN PROGRAM …

viii

PERSEMBAHAN DAN MOTTO

Kupersembahkan Kepada:

Papaku (Musmulyadi) yang telah berjuang dalam segala hal baik materi ataupun

dukungan berkatmu papa aku bisa melewati satu persatu dari sulitnya beban hidup

dan berkatmu la aku mampu menjadi wanita yang tidak pernah mengeluh,

Terimakasih Mama (Suparni) sudah banyak menasehatiku, mendukung usahaku

untuk , selalu menghiburku disaat aku lelah berkat mama aku bisa menyelesaikan

skripsiku dengan tepat waku, dan terimaksih buat adek satu satunya (Muhammad

Zacky) selalu membuat ayuk selalu tersenyum walaupun kadang selalu dilema karena

skripsi, terimaksih buat abang (Hermanyah) senantiasa membantuku dan selalu

memberikan dukungan untuk aku terus semangat meraih cita-citaku.

Motto:

Jadilah seperti karang di lautan yang kuat dihantam ombak dan kerjakanlah hal

yang bermanfaat untuk diri sendiri dan orang lain.

Page 9: ANALISIS PERENCANAAN DALAM PENGOBATAN PROGRAM …

ix

UCAPAN TERIMA KASIH

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-

Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini sebagai salah satu syarat dalam

menyelesaikan pendidikan di Program Studi Kesehatan Masyarakat Sekolah Tinggi

Ilmu Kesehatan (STIK) Bina Husada.

Dengan selesainya penulisan skripsi ini, penulis mengucapkan terima kasih

kepada Ibu Endah Widya Purnamasari, SKM, M.Kes, sebagai pembimbing yang

telah meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan selama penulisan skripsi

ini.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dr. dr. Chairil Zaman,

M.Sc selaku Ketua STIK Bina Husada, Ibu Dian Eka Anggreny, SKM, M.Kes selaku

Ketua Program Studi Kesehatan Masyarakat yang telah memberikan

kemudahan dalam pengurusan administrasi penulisan skripsi ini. Selain itu penulis

juga mengucapkan terima kasih kepada Bapak Martawan Madari, SKM, MKM dan Ibu

Nani Sari Murni, SKM, M.Kes, selaku penguji dalam penyusunan skripsi ini dan Ibu

Atma Deviliawati, SKM, M.Kes selaku pembimbing akademik selama mengikuti

pendidikan di Program Studi Kesehatan Masyarakat Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan

Bina Husada.

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih belum sempurna oleh

karena itu kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan untuk

perbaikan dan kesempurnaan. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi pihak yang

memerlukan dan bagi siapa saja yang membacanya.

Palembang, 01 juli 2019

Penulis

Page 10: ANALISIS PERENCANAAN DALAM PENGOBATAN PROGRAM …

x

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................................ i

HALAMAN JUDUL DENGAN SPESIFIKASI ……………....……..…. ............ ii

ABSTRAK………………… .................................................................................... iii

ABSTRACT………………. ...................................................................................... iv

LEMBAR PENGESAHAN ..................................................................................... v

PANITIA SIDANG UJIAN SKRIPSI .................................................................... vi

RIWAYAT HIDUP PENULIS ................................................................................ vii

HALAMAN PERSEMBAHAN DAN MOTTO .................................................... viii

UCAPAN TERIMA KASIH ................................................................................... ix

DAFTAR ISI ……………………….. ...................................................................... x

DAFTAR TABEL .................................................................................................... xiii

DAFTAR GAMBAR ................................................................................................ xiv

DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................................ xv

DAFTAR ISTILAH ................................................................................................. xvi

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ........................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah…...........…...........…...........….........…...........…......... 5

1.3 Tujuan Penelitian…...........…...........…...........…......................….......... .. 5

1.3.1 Tujuan Umum.............................................................................. 5

1.3.2 Tujuan Khusus ............................................................................. 5

1.3.1 Manfaat Penelitian…...........….....................…...........…...........…......... .. 6

1.4.1 Bagi Peneliti ................................................................................ 6

1.4.2 Bagi Institusi................................................................................ 6

1.4.3 Bagi Mahasiswa .......................................................................... 7

1.4 Ruang Lingkup Penelitian….....................…...........…...........…........... ... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Perencanaan…...........…...........…...........……...........….......... ................. 8

2.1.1 Pengertian Perencanaan…...........…................…...........…........ . 8

2.1.2 Perencanaan Pembangunan Nasional…...........…..............….....10

2.2 Tuberkulosis…...........…..............…...........…...........…....................... .... 11

2.2.1 Pengertian Tuberkulosis…...........…..............….............…........ 11

2.2.2 Penyebab Tuberkulosis…...........…...........…................….......... 12

2.2.3 Gejala Tuberkulosis…...........…...........…...........…............ ........ 13

2.2.4 Klasifikiasi Penyakit dan Tipe Pasien Tuberkulosis…...........…..14

2.2.5 Penularan Tuberkulosis ............................................................... 17

2.2.6 Pengobatan Tuberkulosis ............................................................ 18

Page 11: ANALISIS PERENCANAAN DALAM PENGOBATAN PROGRAM …

xi

2.3 Program Penanggulangan Tuberkulosis (P2TB) ....................................... 19

2.3.1 Program Nasional Penanggulangan............................................. 19

2.3.2 Penanggulangan Tuberkulosis Paru ............................................ 20

2.3.3 Evaluasi Program Penanggulangan Tuberkulosis ....................... 22

2.4 Strategi DOTS (Directly Observed Treatmeants Shortcourse) ................. 23

2.5 Tata Pelaksanaan Tuberkulosis Paru ......................................................... 26

2.5.1 Penemuan Penderita Tuberkulosis Paru ...................................... 26

2.5.2 Diagnosa Tuberkulosis Paru ........................................................ 30

2.5.3 Pengawasan Menelan Obat ......................................................... 31

2.6 Pusat Kesehatan Masyarakat ..................................................................... 32

2.6.1 Pengertian Puskesmas ................................................................. 32

2.6.2 Prinsip Penyelenggaraan Puskesmas ........................................... 33

2.6.3 Tugas dan Fungsi Puskesmas ...................................................... 34

2.6.4 Upaya Kesehatan Masyarakat ..................................................... 34

2.7 Penelitian Terkait ....................................................................................... 36

2.8 Kerangka Teori .......................................................................................... 39

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian .......................................................................................... 40

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ..................................................................... 41

3.2.1 Lokasi Penelitian.......…...........…..........…..................….................41

3.2.2 Waktu Penelitian.......…...........…................….................................41

3.3 Informasi Penelitian ................................................................................... 41

3.4 Metode Pengumpulan Data ....................................................................... 44

3.4.1 Data Primer.......…...........…................…...........…..........................44

3.4.2 Data Sekunder.......…...........…................…...........…..................... 45

3.5 Triangulasi dan Keabsahan Data ............................................................... 46

3.5.1 Triangulasi Waktu ........................................................................... 46

3.5.2 Triangulasi Sumber.......................................................................... 46

3.5.3 Triangulasi Metode .......................................................................... 47

3.5.4 Keabsahan Data ............................................................................... 47

3.6 Instrumen Penelitian .................................................................................. 47

3.7 Teknik Pengambilan Data ......................................................................... 47

3.7.1 Observasi ......................................................................................... 48

3.7.2 Wawancara Mendalam .................................................................... 48

3.7.3 Studi Dokumentasi .......................................................................... 49

3.8 Pengolahan Data dan Analisis Data ........................................................... 49

3.8.1 Wawancara Mendalam ..................................................................... 49

3.8.2 Observasi/ Telaah Dokumen ............................................................ 50

3.8.3 Analisi Data ...................................................................................... 50

3.9 Kerangka Pikir ........................................................................................... 51

Page 12: ANALISIS PERENCANAAN DALAM PENGOBATAN PROGRAM …

xii

BAB IV HASIL PENELITIAN

4.1 Gambaran Umum Puskesmas 1 Ulu .......................................................... 51

4.2.1 Sejarah Umum .................................................................................. 51

4.2.2 Letak Geografis ................................................................................ 51

4.2.3 Data Demografis ............................................................................... 52

4.2.4 Sumber Daya Tenaga Kesehatan ...................................................... 53

4.2.5 Visi, Misi,Motto, Nilai Puskesmas ................................................... 54

4.2.6 Fasilitas Pelayanan Kesehatan .......................................................... 56

4.2 Karakteristik Informan .............................................................................. 58

4.3 Perencanaan Penanggulangan Pengobatan ................................................ 59

4.3.1 Input .................................................................................................. 60

4.3.2 Proses ................................................................................................ 64

4.3.3 Output ............................................................................................... 67

BAB V PEMBAHASAN

5.1 Masukan (Input) ........................................................................................ 68

5.1.1 Tenaga Kesehatan(SDM) ................................................................. 68

5.1.2 Pendanaan ........................................................................................ 71

5.1.3 Sarana dan Prasarana ........................................................................ 71

5.2 Proses (Procces) ........................................................................................ 73

5.2.1 Pengobatan TB dengan OAT yang diawasi oleh PMO .................... 73

5.2.2 Ketersediaan ..................................................................................... 74

5.2.3 Pencatatan dan Pelaporan ................................................................. 75

5.3 Keluaran (Ouput) ....................................................................................... 76

BAB VI SIMPULAN DAN SARAN

6.1 Simpulan .................................................................................................... 77

6.2 Saran……………………………. ............................................................. 78

6.2.1 Bagi Puskesmas 1 Ulu Palembang ................................................... 78

6.2.2 Bagi STIK Bina Husada ................................................................... 78

6.2.3 Bagi Penelitian Selanjutnya .............................................................. 78

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 13: ANALISIS PERENCANAAN DALAM PENGOBATAN PROGRAM …

xiii

DAFTAR TABEL

2.7 Penelitian Terkait ................................................................................................ 46

3.1 Sumber Informasi Informan ................................................................................. 52

3.2 Kegiatan Jumlah Informan ................................................................................... 55

3.3 Riwayat Pekerjaan Informan ................................................................................ 55

3.4 Definisi Istilah ..................................................................................................... 63

Page 14: ANALISIS PERENCANAAN DALAM PENGOBATAN PROGRAM …

xiv

DAFTAR GAMBAR

2.8 Kerangka Teori.................................................................................................. 49

3.10 Kerangka Pikir .................................................................................................. 62

Page 15: ANALISIS PERENCANAAN DALAM PENGOBATAN PROGRAM …

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Lampiran

1. Daftar pedoman wawancara mendalam informan

2. Transkip wawancara

3. Jawaban transkip wawancara

4. Pedoman obsevasi/telaah dokumentasi instrumen penelitian

5. Matriks hasil wawancara

6. Surat selesai penelitian

7. Dokumentasi penelitian

Page 16: ANALISIS PERENCANAAN DALAM PENGOBATAN PROGRAM …

xvi

DAFTAR SINGKATAN

BP3 = Balai Pengobatan Penyakit Paru

BTA = Bulgars Telegrafischeka Agentzia

DOTS = Directly Observed Treatments Shortcourse

DINKES = Dinas Kesehatan

DPS = Dokter Praktek Swasta

FDC = Fixed Dose Combination

KEMENKES = Kementerian Kesehatan

MDG = Millennium Development Goal

MDT = Multi Drug Tuberculosis

MDR = Multy Drug Resistant

OAT = Obat Anti Tuberkulosis

PMO = Pengawas Minum Obat

PHBS = Perilaku Hidup Bersih dan Sehat

Page 17: ANALISIS PERENCANAAN DALAM PENGOBATAN PROGRAM …

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tuberkulosis (TB) adalah suatu penyakit infeksi menular yang disebabkan

bakteri Mycobacterium tuberculosis, yang dapat menyerang berbagai organ, terutama

paru-paru. Penyakit ini bila tidak diobati atau pengobatannya tidak tuntas dapat

menimbulkan komplikasi berbahaya hingga kematian. TB diperkirakan sudah ada di

dunia sejak 5000 tahun sebelum masehi, namun kemajuan dalam penemuan dan

pengendalian penyakit TB baru terjadi dalam dua abad terakhir. (Kemenkes RI, 2016)

Pada tahun 2015 ditemukan jumlah kasus tuberculosis sebanyak 330.910

kasus, meningkat bila dibandingkan semua kasus tuberkulosis yang ditemukan pada

tahun 2014 yang sebesar 324.539 kasus. Jumlah kasus tertinggi yang dilaporkan

terdapat di provinsi dengan jumlah penduduk yang besar yaitu Jawa Barat, Jawa

Timur dan Jawa Tengah. Kasus tuberkulosis di tiga provinsi tersebut sebesar 38%

dari jumlah seluruh kasus baru di Indonesia. (Kemenkes RI, 2015)

Salah satu upaya mengendalian tuberculosis yaitu dengan pengobatan.

Indikator yang digunakan untuk mengevaluasi pengobatan tuberkulosis adalah angka

keberhasilan pengobatan (success rate). Angka keberhasilan pengobatan merupakan

jumlah semua kasus tuberculosis yang sembuh dengan pengobatan lengkap di antara

semua kasus tuberculosis yang diobati dan dilaporkan. Terlihat adanya

Page 18: ANALISIS PERENCANAAN DALAM PENGOBATAN PROGRAM …

2

kecenderungan penurunan angka keberhasilan pengobatan semua kasus tuberkulosis

sejak tahun 2008 sampai tahun 2017. (Kemenkes RI, 2017)

Jumlah kasus baru TB di Indonesia sebanyak 420.994 kasus pada tahun 2017

(data per 17 Mei 2018). Berdasarkan jenis kelamin, jumlah kasus baru TBC tahun

2017 pada laki-laki 1,4 kali lebih besar di bandingkan pada perempuan. Bahkan

berdasarkan survei prevalensi tuberculosis prevalensi pada laki-laki tiga kali lebih

tinggi di bandingkan pada perempuan. Begitu juga yang terjadi di negara-negara lain.

Hal ini terjadi kemungkinan karena laki-laki lebih terpapar pada faktor resiko TBC

misalnya merokok dan ketidakpatuhan minum obat. Survei ini menemukan bahwa

seluruh partisipan laki-laki yang merokok sebanyak 68,5% dan hanya 3,7% partisipan

perempuan yang merokok (Kemenkes RI, 2018)

Penanggulangan dan pengendalian Penyakit TB Paru di Sumatera Selatan

dengan melaksanakan strategi DOTS (Directly Observed Treatment Short-course),

TB Paru merupakan masalah kesehatan, berdasarkan hasil survey prevalensi TB di

Indonesia tahun 2004 menunjukkan bahwa angka prevalensi TB BTA positif secara

regional untuk wilayah Sumatera adalah 160 per 100.000 penduduk. (Dinkes

Provinsi Sumatera Selatan, 2015)

Berdasarkan data profil kesehatan yang dilaporkan oleh Dinas Kesehatan

Provinsi Sumatera Selatan menjelaskan bahwa penderita TB Paru pada tahun 2017

sebanyak 1.305 kasus dengan cure rate 88,28% per 100.000 penduduk Sumatera

Selatan. Kemudian pada tahun 2016 terjadi peningkatan jumlah penderita TB paru

sehingga jumlah kasus baru menjadi 1.312 dengan cure rate 91,46% per 100.000

Page 19: ANALISIS PERENCANAAN DALAM PENGOBATAN PROGRAM …

3

penduduk. pada tahun 2017 terjadi peningkatan TB paru di provinsi Sumatera Selatan

kasus baru menjadi 2.618 dengan cure rate 93,74% per 100.000 penduduk Sumatera

Selatan. (Dinkes Provinsi Sumatra Selatan, 2017).

Berdasarkan survei pendahuluan yang dilakukan penulis di Puskesmas 1 Ulu

dengan petugas TB paru bahwa program penanggulangan TB paru dilaksanakan

sesuai dengan DOTS. Puskesmas 1 Ulu memiliki fasilitas laboratorium dan memiliki

pintu terbuka khusus TB. Selain itu, petugas TB paru telah mendapatkan pelatihan

penanggulangan TB paru dari Dinkes setiap tahunnya dan telah menerapkan program

penanggulangan TB paru dengan strategi DOTS, namun angka penemuan kasus TB

paru masih belum maksimal dan angka kesembuhan yang dicapai masih tidak sesuai

target yang diharapkan. Obat Anti Tuberkulosis (OAT) di Puskesmas juga selalu ada

untuk pasien TB paru.

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, program tuberculosis paru di

Puskesmas 1 Ulu Palembang mengalami fluktuasi dalam 3 tahun terakhir. Pada tahun

2016 Pengobatan TB Paru (DOTS) BTA Positif memiliki Target 36% dan Capaian

27%, Pada tahun 2017 Pengobatan penderita TB Paru (DOTS) BTA Positif yang

memiliki Target 30% dan Capaian 47%. Pada tahun 2018, Pengobatan penderita TB

Paru (DOTS) memiliki Target 88% dan Capaian 22%. Dikarenakan kurangnya

tenaga kerja di Puskesmas, Maka peneliti tertarik untuk mengetahui informasi

mendalam mengenai pengobatan program tuberculosis di Puskesmas 1 Ulu.

Page 20: ANALISIS PERENCANAAN DALAM PENGOBATAN PROGRAM …

4

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah rendahnya Pengobatan penderita TB Paru (DOTS) Target 88%

dan Capaian 22% di tahun 2018 ?

1.3 Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan masalah penelitian yang telah dikemukakan, maka pertanyaan

penelitian adalah Bagaimana Perencanaan dalam Pengobatan Program TB paru di

Puskesmas 1 Ulu Palembang tahun 2019 ?

1.2 Tujuan

1.2.1 Tujuan Umum

Diketahui informasi mendalam mengenai perencanaan Penanggulangan dalam

pengobatan TB Paru di Puskemas 1 Ulu Palembang tahun 2019.

1.4.2. Tujuan Khusus

1. Diketahuinya informasi mendalam mengenai sumber daya manusia (SDM)

dalam pengobatan program Tuberculosis Paru.

2. Diketahuinya informasi mendalam menggenai pendanaan dalam

penanggulangan dalam pengobatan Tuberculosis Paru di Puskesmas 1 Ulu

Palembang.

3. Diketahuinya informasi mendalam mengenai sarana dan prasarana di

Puskesmas 1 Ulu Palembang Tahun 2019

Page 21: ANALISIS PERENCANAAN DALAM PENGOBATAN PROGRAM …

5

1.3 Manfaat Penelitian

1.3.1 Bagi Puskesmas 1 Ulu Palembang

Diharapkan dari hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan

masukan dan dapat menambah sumber pemikiran, serta bahan

pertimbangan bagi Puskesmas 1 Ulu Palembang dalam meningkatkan

kualitas pelayanan kesehatan bagi Puskesmas 1 Ulu Palembang kepada

penderita TB Paru.

1.3.2 Bagi Peneliti

Diharapkan meningkatkan pengetahuan dan mendapatkan pemahaman

terkait pelaksanaan program pengendalian penyakit tuberculosis bagi peneliti.

1.3.3 Bagi STIK Bina Husada Palembang

Diharapkan dari hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan

masukan dan informasi bagi STIK Bina Husada dan masyarakat.

1.6 Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kesehatan masyarakat yang termasuk

dalam area AKK (Administrasi Kebijakan Kesehatan). Penelitian ini bertujuan untuk

mengetahui perencanaan penanggulangan dalam pengobatan program tuberkulosis di

puskesmas 1 ulu palembang tahun 2019. Penelitian ini merupakan penelitian

kualitatif dengan wawancara mendalam. Informan dalam penelitian ini berjumlah 5

orang yaitu penanggung jawab program tuberculosis,petugas tuberkulosis,

Page 22: ANALISIS PERENCANAAN DALAM PENGOBATAN PROGRAM …

6

laboratorium, staf umum dan staf tata usaha. Penelitian ini dilakukan pada tanggal 1-

8 Mei 2019 di Puskesmas 1 Ulu Palembang tahun 2019.

Page 23: ANALISIS PERENCANAAN DALAM PENGOBATAN PROGRAM …

7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Perencanaan

2.1.1 Pengertian Perencanaan

Perencanaan yang di susun melalui pengenalan permasalahan secara tepat

berdasarkan data yang akurat, serta peroleh dengan cara dan dalam waktu yang

tepat,maka akan dapat mengarahkan upaya kesehatan yang dilaksanakan puskesmas

dalam mencapai sasaran dan tujuannya. Proses perencanaan puskesmas harus di

terintegrasi ke dalam sistem perencanaan daerah melalui forum musyawarah

perencanaan pembangunan (Musrenbang) yang disusun secara top down dan bottom-

up. (Febriawati dan Yandrizal, 2018:53)

Perencanaan kesehatan adalah suatu proses yang terdiri dari langkah-langkah

yang berkesinambungan (sequential). Langkah-langkah tersebut secara sistematis

adalah sebagai berikut (Anwar, 2017)

1. Analisis keadaan & masalah (analisis situasi)

2. Perumusan masalah spesifik

3. Penentuan prioritas masalah

4. Penentuan tujuan

5. Penentuan alternatif-alternatif untuk mencapai tujuan , dan

Page 24: ANALISIS PERENCANAAN DALAM PENGOBATAN PROGRAM …

8

6. Menguraikan alternatif terbaiki & menyusun rencana sumber daya manusia

menjadi rencana operasional.

Mengemukakan bahwa perencanaan kesehatan kesehatan di maknai sebagai

suatu proses yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang yang didahului

dengan penetapan tujuan, mengenai masalah kesehatan melalui analisis situasi

masalah masyarakat, menentukan dan memilih sumber daya yang di butuhkan,

menyusun kegiataan yang akan di lakukan, menetapkan besarnya biaya, menentukan

waktu pelaksanaan tempat kegiatan, menentukan sasaran, menetapkan target yang

akan dicapai, dan menyusun indikator pencapaian serta bentuk evaluasi yang akan

dilakukan untuk memecahkan masalah-masalah kesehatan yang di hadapi oleh

masyarakat. (Suhadi dan Rais, 2015:29)

Perencanaan adalah proses proses dasar yang digunakan untuk memilih tujuan

dan menentukan cakupan pencapaiannya. Merencanakan berarti yang mengupayakan

penggunaan sumber daya manusia (human resources), sumber daya alam (natural

resources), dan sumber daya lainnya (other resources) untuk mencapai tujuan. Suatu

perencanaan adalah suatu aktivitas integratif yang berusaha memaksimumkan

efektivitas seluruhnya dari organisasi sebagai suatu sistem, sesuai dengan tujuan yang

ingin dicapai. Berdasarkan definisi tersebut, perencanaaan minimum memiliki tiga

karakteristik berikut (Siswanto, 2011:42)

a. Perencaan tersebut harus menyangkut masa yang akan datang.

Page 25: ANALISIS PERENCANAAN DALAM PENGOBATAN PROGRAM …

9

b. Terdapat suatu elemen identifikasi pribadi atau organisasi, yaitu serangkaian

tindakan di masa yang akan datang akan dan akan di ambil oleh perencana.

c. Masa yang akan datang, tindakan dan identifikasi pribadi, serta organisasi

merupakan unsur yang amat penting dalam setiap perencanaan.

2.1.2 Perencanaan Pembangunan Nasional

Sasaran nasional rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJM)

yang tertuang pada pertukaran presiden 59 tahun 2017 tentang SDGs menetapkan

target prevalensi TBC pada tahun 2019 menjadi 245 per 100.000 penduduk.

Sementara prevalensi TBC tahun 2014 sebesar 297 per 100.000 penduduk.

Sedangkan di Permenkes Nomor 67 Tahun 2016 tentang penanggulangan

TBC menetapkan target program penanggulangan TBC nasional yaitu eliminasi pada

tahun 2035 dan Indonesia bebas TBC tahun 2050. Eliminasi TBC adalah tercapainya

jumlah kasus TBC saat ini sebesar 254 per 100.000 atau 24,40 per 1 juta penduduk.

Untuk menantukan berhasil tidaknya suatu program maka dibutuhkan indikator-

indikator sebagai bahan evaluasi dean monitoring. WHO menetapkan tiga indikator

TBC beserta targetnya yang harus di capai oleh Negara-negara di dunia, yaitu (Pusat

Data dan Informasi Kemenkes RI, 2018 ) :

1. Menurunkan jumlah kematian TBC sebanyak 95% pada tahun 2015

2. Menurunkan insidens TBC sebanyak 90% pada tahun 2035 dibandingkan

tahun 2015

3. Tidak ada keluarga pasien TBC yang tebebani pembiayaan terkait TBC tahun

2035

Page 26: ANALISIS PERENCANAAN DALAM PENGOBATAN PROGRAM …

10

2.2 Tuberkulosis

2.2.1 Pengertian Tuberculosis

Tuberkulosis(TB) merupakan penyakit yang disebabkan oleh bakteri

Mycobacterium tuberculosis. Bakteri ini mampu hidup selama berbulan-bulan di

tempat yang sejuk dan gelap,terutama di tempat yang lembab. Kuman TB dapat

menimbulkan infeksi pada paru-paru sehingga disebut TB paru. Selain menginfeksi

paru,kuman TB bisa masuk ke pembuluh darah dan menyebar ke seluruh tubuh.

Penyebaran ini menimbulkan penyakit TB di bagian tubuh yang lain, seperti tulang,

sendi,selaput otak, kelenjar, getah bening, dan lainnya. Penyakit TB diluar paru di

sebut extrapulmoner. (Tim Program TB.St.carolus, 2017:3)

Tuberkulosis adalah suatu penyakit menular yang disebabkan oleh kuman

Mycobacterium tuberculosis. Terdapat beberapa spesies mycobacterium, antara lain:

M.tuberculosis, M.africanum, M.bovis, M. Leprae dsb. Yang juga dikenal sebagai

Bakteri Tahan Asam(BTA). Kelompok bakteri mycobacterium selain Mycobacterium

Tuberculosis yang bisa menimbulkan ganguan pada saluran pernafasan dikenal

sebagai MOTT (Mycobacterium Other Than Tuberculosis) yang terkadang bisa

mengangu penegakan diagnosis dan pengobatan TB (Pusat Data dan Informasi

Kemenkes RI, 2018)

Pencegahan penularan TB pada dasarnya bisa di lakukan dengan dua cara :

1. Pertama, mencegah penularan dari seorang pasien ke orang lain. Hal ini

dilakukan dengan cara mengidentifiksi pasien yang menderita TB aktif.

Page 27: ANALISIS PERENCANAAN DALAM PENGOBATAN PROGRAM …

11

Setelah proses identifikasi,pasien tersebut harus disembuhkan dengan

pengobatan yang tepat.

2. Kedua, mencegah keadaan TB laten menjadi TB aktif, yaitu dengan menjaga

agar tubuh tetap sehat dan bugar. Caranya adalah dengan mengkonsumsi

makanan dengan gizi seimbang dan istirahat cukup, menjaga daya tubuh agar

tidak merosot akibat terinfeksi penyakit seperti seperti HIV, atau karena stress

yang berat.

Sebagai gambaran, tahun 2012 di perkirakan kasus TB anak mencapai 6%

(530.000 pasien TB anak /tahun) dari seluruh kasus TB. Kematian anak dengan status

HIV negatif yang menderita TB mencapai 74.000 kematian/tahun atau sekitar 8%

dari total yang disebabkan TB. (Tim Program TB.St.Carolus, 2017:19-20)

2.2.2 Penyebab Tuberkulosis

Menurut Kemenkes (2014) dalam Hana (2017) Penyakit tuberkulosis

disebabkan oleh kuman mycobacterium tuberculosis. Oleh karena itu disebut pula

sebagai Basil Tahan Asam (BTA). Sebagai besar basil mycobacterium tuberculosis

masuk ke dalam jaringan paru melalui airbone infection dan selanjutnya mengalami

proses yang dikenal sebagai fokus primer dari Ghon. Pada stadium permulaan, setelah

pembentukan fokus primer, akan terjadi beberapa kemungkinan :

a. Penyebaran bronkogen

b. Penyebaran limfogen dan

c. Penyebaran hematogen

Page 28: ANALISIS PERENCANAAN DALAM PENGOBATAN PROGRAM …

12

Keadaan ini hanya berlangsung beberapa saat. Penyebaran akan berhenti bila

jumlah kuman yang masuk sedikit dan telah terbentuk daya tahan tubuh yang spesifik

terhadap basil tuberculosis. Tetapi bila jumlah basil tuberkulosis yang masuk ke

dalam tubuh lebih banyak tubuh akan terinfeksi tuberkulosis.

2.2.3 Gejala Tuberkulosis Paru

Pertama-tama harus diketahui bahwa TB paru lebih sering ditemui

dibandingkan TB ekstra Paru. TB Paru dapat di deteksi awal dari gejala batuk lebih

dari dua minggu berturut-turut kadang diserai darah, nyeri dada, sesak nafas,

bekeringet dimalam hari, demam,serta nafsu makan berkurang disertai penurunan

berat badan. (Tim Program TB.St.Carolus, 2017:26)

Gejala utama pasien TBC paru yaitu batuk berdahak selama dua minggu atau

lebih batuk dapat di ikuti dengan gejala tambahan yaitu dahak bercampur

darah,batuk darah, sesak nafas, badan lemas, nafsu makan menurun, berat badan

menurun, malaise, berkeringat malam hari tanpa kegiata fisik, demam meriang lebih

dari satu bulan. Pada pasien dengan HIV positif, batuk sering kali bukan merupakan

gejala TBC yang khas, sehingga gejala batuk tidak harus selalu dua minggu atau lebih

(Pusat Data dan Informasi Kemenkes RI, 2018)

Menurut Alsaggaf dan Mukty (2010) dalam Hana (2017) Gejala klinik untuk

tuberculosis sangat bervariasi dari suatu penyakit yang tidak menunjukan gejala

penyakit yang sangat mencolok. Tuberkulosis paru menahun sering ditemukan secara

kebetulan misalnya pada suatu sigi atau pemeriksaan rutin. Gejala yang dijumpai

Page 29: ANALISIS PERENCANAAN DALAM PENGOBATAN PROGRAM …

13

dapat akut,sub akut, tetapi lebih sering menahun. Gejala klinik dapat berupa batuk,

dahak, batuk darah, nyeri dada, wheezing, dan dispnue.

Hasil penelitian Mansur dkk (2015) penemuan kasus TB paru yang dilakukan

oleh petugas TB di Puskesmas Desa Lalang kebanyakan hanya menunggu pasien

datang berobat ke puskesmas sehingga tidak pernah melakukan penjaringan suspek

secara akitif ke masyarakat. Pemeriksaan dahak dilakukan dengan menampung dahak

sesuai dengan pedoman SPS (sewaktu-pagi-sewaktu), namun masih ada hambatan

dari pasien yaitu kurangnya pengetahuan pasien dalam menampung dahak yang benar

sehingga ketika dahak di periksa secara mikroskiopis maka hasil yang di dapat

seharusnya BTA positif menjadi BTA negatif.

2.2.4 Klasifikasi Penyakit dan Tipe Pasien Tuberkulosis

Menurut Kemenkes RI (2011) Penentuan klasifikasi penyakit dan tipe pasien

tuberkulosis memerlukan suatu “definisi kasus” yang meliputi empat hal, yaitu :

Lokasi atau organ tubuh yang sakit : paru atau ekstra paru.

1. Bateriologi (hasil pemeriksaan dahak secara mikroskopis) BTA positif atau

negative

2. Riwayat pengobatan TB sebelumnya, pasien baru atau sudah pernah di obati

3. Status HIV pasien.

Tingkat keparahan penyakit : ringan atau berat. Saat ini sudah tidak dimasukan

dalam penentuan definisi kasus.

1. Klasifikasi berdasarkan organ tubuh yang terkena

a. Tuberkulosis paru

Page 30: ANALISIS PERENCANAAN DALAM PENGOBATAN PROGRAM …

14

Tuberkulosis paru adalah tuberkulosis yang menyerang jaringan

(parenkim) paru. Tidak termasuk pleura (selaput paru) dan kelenjar pada

hilus.

b. Tuberkulosis exstra paru

Tuberkulosis yang menyerang organ tubuh lain selain paru, misalnya

pleura, selaput otak,sellaput jantung (pericardium), kelenjar lymfe,

tulang,persendian, kulit,usus ,ginjal ,saluran kencing,alat kelamin, dan

lain-lain.

2. Klasifikasi berdasarkan hasil pemeriksanaan dahak secara mikroskopis.

a. Tuberculosis paru BTA positif, apabila :

a) Sekurang-kurangnya 2 dari 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA

positif

b) Satu spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif dan foto toraks dada

menunjukan gambaran tuberkulosis.

c) Satu spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif dan biakan kuman TB

positif.

d) Satu atau lebih spesimen dahak hasilnya positif setelah 3 spesimen

dahak SPS pada pemeriksanaan sebelumnya hasilnya BTA negatif dan

tidak ada perbaikan setelah pemberian antibiotika non OAT.

b. Tuberkulosis paru BTA negatif

Kasus yang tidak memenuhi definisi pada TB paru BTA positif. Kriteria

diagnostik TB paru BTA negatif harus meliputi;

Page 31: ANALISIS PERENCANAAN DALAM PENGOBATAN PROGRAM …

15

a) Paling tidak 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA negatif

b) Foto toraks abnormal menunjukan gambaran tuberkulosis

c) Tidak ada perbaikan setelah pemberian antibitik non OAT.

d) Ditentukan (dipertimbangkan) oleh dokter untuk di beri pengobatan.

Klasifikasi berdasarkan tingkat keparahan penyakit

3. Klasifikasi berdasarkan riwayat pengobatan TB sebelumnya:

a. Kasus baru, yaitu pasien yang belum pernah di obati dengan OAT atau

sudah pernah menelan OAT kurang dari satu bulan (4 minggu)

b. Kasus kambuh (Relaps), yaitu pasien tuberkulosis yang sebelumnya

pernah mendapat pengobatan tuberkulosis dan telah dinyatakan sembuh

atau pengobatan lengkap, didiagnosa kembali dengan BTA positif

(apusan atau kultur).

c. Kasus setelah putus berobat (Default), yaitu pasien yang telah berobat dan

putus berobat 2 bulan atau lebih dengan BTA positif.

d. Kasus setelah gagal (Failure), yaitu pasien yang hasil pemeriksaan

dahaknya tetap positif atau kembali menjadi postif pada bulan kelima atau

lebih selama pengobata.

e. Kasus pindahan (transfer in) yaitu pasien yang dipindahkan dari UPK

yang memiliki register TB lain untuk melanjutkan pengobatannya.

f. Kasus lain, yaitu semua kasus yang tidak memenuhi ketentuan diatas.

Dalam kelompok ini termasuk kasus kronik, yaitu pasien dengan hasil

pemeriksanaan masih BTA positif setelah selesai pengobatan ulangan.

Page 32: ANALISIS PERENCANAAN DALAM PENGOBATAN PROGRAM …

16

2.2.5 Penularan Tuberkulosis

Sumber penularan penyakit adalah dari penderita TB Paru pada BTA (+).

Namun, bukan berarti bahwa pasien TB dengan hasil pemeriksaan BTA negatif tidak

mengandung kuman dalam dahaknya. Hal tersebut bisa saja terjadi oleh karena

jumlah kuman yang terkandung dalam contoh uji < dari 5.000 kuman/cc dahak

sehingga sulit dideteksi melalui pemeriksaan mikroskopis langsung. Pasien TB

dengan BTA negatif juga masih memiliki kemungkinan menularkan penyakit TB.

Tingkat penularan pasien TB BTA positif adalah 65%, pasien TB BTA negatif

dengan hasil kultur positif adalah 26% sedangkan pasien TB dengan hasil kultur

negatif dan foto toraks positif adalah 17%. Infeksi akan terjadi apabila orang lain

menghirup udara yang mengandung percikan dahak yang infeksius tersebut. Pada

waktu batuk atau bersin, pasien, menyebarkan kuman ke udara dalam bentuk percikan

dahak (droplet nucle). (Profil Kesehatan Indonesia, 2014)

Setelah kuman TBC masuk kedalam tubuh manusia melalui pernafasan,

kuman TBC tersebut dapat menyebar dari paru ke bagian tubuh lainnya, melalui

saluran peredaran darah, sistem saluran limfe, saluran nafas, atau penyebaran

langsung kebagian-bagian tubuh lainnya. Daya penularan dari seorang penderita

ditemukan oleh banyaknya kuman yang dikeluarkan dari parunya. Makin tinggi

derajat positif hasil pemeriksaan dahak, makin menular penderita tersebut.

(Kemenkes, (2007) dalam Hana, 2017)

Page 33: ANALISIS PERENCANAAN DALAM PENGOBATAN PROGRAM …

17

2.2.6 Pengobatan Tuberkulosis

Dengan di temukannya resistensi obat (multi drug tractment=MDT) di

berbagai penelitian yang di lakukan di berbagai negara. Diharapkan kedepan akan

menemukan suatu obat anti TB yang lebih fleksibel atau utuh dengan kombinasi yang

lengkap sesuai kebutuhan dosis, untuk meningkatkan compliance, menurunkan angka

resistensi obat (MDR), menurunkan harga obat, mengurangi kesalahan pemberian

obat karena terlalu bervariasi serta dapat menyederhanakan distribusi obat yang tepat

dan tepat. (Nizar, 2017:34)

Pengobatan TB bertujuan untuk menyembuhkan pasien, mencegah kematian,

mencegah kekambuhan, memutuskan rantai penularan dan mencegah terjadinya

resistensi kuman terhadap Obat Tuberculosis( OAT). (Kemenkes, 2018)

Panduan OAT ini pertama dan peruntukannya:

a. kategori -1 (2HRZE/4H3R3)

Panduan OAT ini diberikan untuk pasien baru :

1. pasien baru TB Paru BTA positif

2. pasien TB Paru BTA negative foto kontraks positif

3. pasien TB ekstra Paru

b. kategori -2 (2HRZES/HRZE/5H3R3E3)

panduan OAT ini diberikan untuk pasien BTA positif yang telah di obati

sebelumnya:

1. pasien kambuh

Page 34: ANALISIS PERENCANAAN DALAM PENGOBATAN PROGRAM …

18

2. pasien gagal

3. pasien dengan pengobatan setelah putus berobat (default)

2.3 Program Penangulanggan Tuberkulosis (P2TB)

2.3.1 Program Nasional Penanggulangan TB di Indonesia

Strategi nasional dalam penanggulangan TB Paru di Indonesia antara lain

(Kemenkes RI, 2011);

a. Visi

“Menuju masyarakat bebas masalah TB, sehat, mandiri dan keadilan”

b. Misi

1. Meningkatkan pemberdayaan masyarakat, termasuk swasta dan

masyarakat dan madani dalam pengendalian TB.

2. Menjamin ketersediaan pelayanan TB yang paripurna, merata, bermutu

dan berkeadilan.

3. Menjamin ketersediaan dan pemerataan sumber daya pengendalian TB.

4. Menciptakan tata kelola program TB yang baik.

c. Tujuan

Menurunkan angka kesakitan dan kematian akibat TB dalam rangka

pencapaian tujuan pembangunan kesehatan untuk meningkatkan derajat

kesehatan masyarakat.

d. Sasaran

Sasaran strategi nasionla pengendalian TB ini mengacu pada rencana strategis

kementerian kesehatan dari 2009 sampai dengan tahun 2014 yaitu

Page 35: ANALISIS PERENCANAAN DALAM PENGOBATAN PROGRAM …

19

menurunkan prevelensi TB dari 235 per 100.000 penduduk menjadi 224 per

100.000 penduduk.

Sasaran keluaran adalah (1) meningkatkan prosentase kasus baru TB paru

(BTA positif) yang ditemukan dari 73% menjadi 90% , (2) meningkatkan

prosentase keberhasilan pengobatan asus baru TB paru (BTA positif)

mencapai 88%, (3) meningkatkan prosentase provinsi dengan CDR di atas

70% mencapai 50% (4) meningkatkan prosentase provinsi dengan

keberhasilan pengobatan di atas 85% dari 80% menjadi 88%.

Strategi Stop Tuberkulosis: dengan meningkatnya insiden dan kematian

HIV/AIDS diberbagai belahan dunia sebagai akibat dari TB yang kurang

mendapatkan perhatian serius. Pandeminnya TB terutama di Negara bagian Amerika,

Afrika dan Eropa tak terkecuali Asia, sehingga WHO menetapkan suasana gawat

darurat dengan menyepakati sebuah strategi stop TB dengan menyusun blue print

yang terintegrasikan dalam proyek global fund dengan sasaran elimasi TB pada tahun

2050 menyatakan, “Dunia Bebas TB” (Nizar, 2017:26)

2.3.2 Penanggulangan Tuberkulosis Paru

Pilar dan komponen penanggulangan tuberkulosis paru adalah (Kemenkes RI,

2018)

a. Integrasi layanan TBC berpusat pada pasien dan upaya pencegahan TBC

Page 36: ANALISIS PERENCANAAN DALAM PENGOBATAN PROGRAM …

20

b. Diagnosa TBC sedini mungkin, termasuk uji kepekaan OAT bagi semua

dan penapisan TBC secara sistematis bagi kontak dan kelompok populasi

beresiko tinggi.

c. Pegobatan untuk semua pasien TBC, termasuk untuk penderita resistan

obat dengan disertai dukungan yang berpusat pada kebutuhan pasien

(patient-centred support).

d. Kegiatan kolaborasi TB/HIV dan tata laksana komorbid TBC yang lain.

e. Upaya pemberian pengobatan pencegahan pada kelompok rentan dan

berisiko tinggi serta pemberian vaksinasi untuk mencegah TBC.

1. Kebijakan dan sistem pendukung yang berani dan jelas.

a. Komitmen politis yang di wujudkan dalam pemenuhan kebutuhan layanan

dan pencegahan TBC.

b. Keterlibatan aktif masyarakat,organisasi social kemasyarakatan dan

pemberi layanan kesehatan baik pemerintah maupun swasta

c. Penerapan layanan kesehatan semesta (universal health coverge) dan

kerangka kebijakan lain yang mendukung pengendalian TBC seperti wajib

d. lapor, registrasi vital, tata kelola dan pengunaan obat rasional serta

pengendalian infeksi

2. Intensifikasi riset dan inovasi

a. Penemuan pengembangan dan penerapan secara cepat alat,metode

intervensi dan strategi baru pngendalian TB.

Page 37: ANALISIS PERENCANAAN DALAM PENGOBATAN PROGRAM …

21

b. Pengembangan riset untuk optimalisasi pelaksanaan kegiatan dan

merangsang inovasi-inovasi baru untuk mempercepat pengembangan

program pengendalian TB.

2.3.3 Evaluasi Program Penanggulangan Tuberkulosis

Pemantauan dan evaluasi merupakan salah satu fungsi manajemen untuk

menilai keberhasilan pelaksanaan program. Pemantauan dilaksanakan secara berkala

dan terus menerus, untuk dapat segera mendeteksi bila ada masalah dalam

pelaksanaan kegiataan yang telah direncanakan, supaya dapat dilakukan tindakan

perbaikan segera. Evaluasi dilakukan setelah suatu jarak-waktu (interval) lebih lama,

biasanya setiap 6 bulan s/d 1 tahun. Dengan evaluasi dapat dinilai sejauhmana tujuan

dan target yang telah di tetapkan sebelumnya dicapai. Dalam mengukur keberhasilkan

tersebut diperlukan indikator. Hasil evaluasi sangat berguna untuk kepentingan

perencanaan program. Masing-masing tingkat pelaksana program

(UKP,kabupaten/Kota, Provinsi dan Pusat) bertanggung jawab melaksanakan

pemantauan kegiatan pada wilayahnya masing-masing seluruh kegiatan harus

dimonitor baik dari aspek masukan (input), proses , maupun keluaran (output).

(Kemenkes RI, (2014) dalam Hana, 2017)

Indikator program penanggulangan program penanggulangan TB Paru dapat

dianalisisa dengan cara (1) membandingkan data antara satu dengan yang lain untuk

melihat besarnya perbedaan dan (2) menganalisis kecendrungan (trend) dari waktu ke

waktu. Untuk mempermudah analisis data diperlukan indikator sebagai alat ukur

Page 38: ANALISIS PERENCANAAN DALAM PENGOBATAN PROGRAM …

22

kemajuan (marker of pprogress). Indikator yang baik harus memenuhi syarat-syarat

tertentu seperti : (valid), sensitive dan spesifik (sensitive and specific), dapatdipercaya

(realiable), dapat diukur (measureable), dapat dicapai (achievable). (Kemenkes RI,

2014)

2.3 Strategi DOTS (Directly Observed Treatments Shortcourse)

Strategi DOTS adalah pengawasan langsung pengobatan jangka pendek

dengan keharusan setiap pengelola program tuberkulosis untuk memfokuskan

perhatian (direct attention) dalam usaha menemukan penderita dengan

pemeriksanaan mikroskop, kemudian setiap penderita harus di observasi (observed)

dalam menelan obatnya , setiap obat yang ditelan pasien harus didepan seorang

pengawas , pasien juga harus menerima pengobatan (treatment) yang di tertata dalam

sistem pengelolaan, distribusi dengan penyediaan obat yang cukup kemudian setiap

pasien harus mendapat obat yang baik, artinya pengobatan jangka pendek (short

course) standard yang telah terbukti ampuh secara klinis. Akhirnya, harus ada

dukungan dari pemerintah yang membuat program penanggulangan tuberkulosis

mendapat prioritas yang tinggi dalam pelayanan kesehatan (Aditama, (2002) dalam

Penelitian Hana, 2017)

Fokus utama DOTS adalah penemuan dan penyembuhan pasien, prioritas

diberikan kepada pasien TB tipe menular. Strategi ini akan memutuskan rantai

penularan TB dan dengan demikian menurunkan insiden TB di masyarakat.

Menemukan dan menyembuhkan pasien merupakan cara terbaik dalam upaya

pencegahhan penularan penyakit TB. (Kemenkes RI, (2014) dalam Hana, 2017)

Page 39: ANALISIS PERENCANAAN DALAM PENGOBATAN PROGRAM …

23

Strategi DOTS mempunyai lima komponen, yaitu;

1. Komitmen politis dari pemerintah untuk menjalankan program TB Nasional.

Komitemen politik pemerintah dalam mendukung pengawasan tuberkulosis

adalah penting terhadap keempat unsure lainnya untuk dijalankan dengan baik.

Komitmen ini dimulai dengan keputusan pemerintah untuk menjadikan

tuberkulosis sebagai prioritas utama dalam program kesehatan. Untuk

mendapatkan dampak yang memadai maka harus dibuat program nasional

yang menyeluruh yang diikuti dengan pembuatan buku petunjuk (guideline)

yang menjelaskan bagaimana strategi DOTS dapat di implementasikan didalam

sistem kesehatan umum yang ada, dan diperlukan dukungan pendanaan dalam

hal sarana,prasarana dan peralatan serta tenaga pelaksana yang terlatih untuk

dapat mewujudkan program menjadi kegiatan nyata di masyarakat.

2. Diagnosis TB melalui pemeriksanan dahak secara mikroskopis.

Pemeriksanaan mikroskopis spatum adalah metode yang paling efektif untuk

penyaringan terhadap tersangka tuberkulosis paru. WHO merekomendasikan

strategi pengawasan tuberkulosis, dilengkapi dengan labioraturium yang

berfungsi baik untuk mendeteksi dari awal, tindakan lanjutan dan menetapkan

pengobatannya. Pemeriksaan mikroskopis ini merupakan pendekatan

penemuan kasus secara pasiif yang merupakan cara paling efektif dalam

menemukan kasus tuberkulosis. Dalam hal ini, pada keadaan tertentu dapat

dilakukan pemeriksaan foto toraks, dengan kriteria-kriteria yang jelas yang

dapat diterapkan di masyarakat.

Page 40: ANALISIS PERENCANAAN DALAM PENGOBATAN PROGRAM …

24

3. Pengobatan TB dengan panduan Obat Anti Tuberkulosis (OAT) yang diawasi

langsung oleh Pengawas Minum Obat (PMO).

Pemberian obat yang di awasi secara langsung, atau dikenal dengan

istilah DOT (Directly Observed Therapy), pasien di awasi secara

langsungketika menelan obatnya, dimana obat yang diberikan harus sesuai

standar. Dalam aturan pengobatan tuberkulosis jangka pendek yang

berlangsung selama 6 bulan denggan menggunakan kombinasi obat anti TB.

Pemberian obat harus berdasarkan apakah pasien di klasifikasikan sebagai

kasus baru atau kasus lanjutan/kambuh, dan seyogyanya diberikan secara gratis

kepada seluruh pasien tuberkulosis. Pengawasan pengobatan secara langsung

sangat penting selama tahap pengobatan intensif (2 bulan pertama) untuk

meyakinkan bahwa obat dimakan dengan kombinasi yang benar dan jangka

waktu yang tepat. Dengan pengawasan pengobatan secara langsung, pasien

tidak memikul sendiri tanggung jawab akan kepatuhan penggunaan obat. Para

petugas pelayanan kesehatan ,petugas kesehatan masyarakat,pemerintah dan

masyarakat semua harus berbagi tanggung jawab dan member banyak

dukungan kepada pasien untuk melanjutkan dan menyelesaikan

pengobatannya.

4. Kesinambungan persediaan OAT

Jaminan tersedianya obat secara teratur, menyeluuruh dan tepat waktu,

sanggat diperlukan guna keteraturan pengobatan. Masalah utama dalam hal ini

adalah perencanaan dan pemeliharaan sediaan obat pada bebagai tingkat

Page 41: ANALISIS PERENCANAAN DALAM PENGOBATAN PROGRAM …

25

daerah .maka dari itu di perlukan di perlukan pencatatan dan pelaporan

penggunaan obat yang baik, seperti misalnya jumlah kasus pada setiap

kategori pengobatan , kasus yang ditangani pada waktu lalu (untuk

memperkirakan kebutuhan) dan akurat sediaan dimasing-masing gudang yang

ada dan lain-lain.

5. Pencatatan dan pelaporan secara baku untuk memudahkan pemantauan dan

evaluasi program penanggulangan TB paru.

Sistem pencatatan dan pelaporan digunakan untuk sistematika evaluasi

kemajuan opasien dan hasil pengobattan. Sistem ini terdiri dari daftar

laboraturium yang berisi catatan dari semua pasien yang diperiksa sputunya,

kartu pengobatan pasien yang marinci penggunaan obat dan pemeriksaan

sputum lanjutan. Setiap pasien tuberkulosis yang di obati harus mempunyai

kartu identitas yang telah tercatat di catatan tuberkulosis yang ada di

kabupaten. Kemanapun pasien pergi, dia harus menggunakan kartu yang sama

sehingga dapat melanjutkan pengobatan dan tidak sampai tercatat dua kali

(Kemenkes RI, 2014)

2.4 Tata Pelaksanaan Tuberkulosis Paru

2.5.1 Penemuan Penderita Tuberkulosis Paru

Penemuan pasien bertujuan untuk mendapatkan pasien TB melalui serangkai

kegiatan mulai dari penjaringan terhadap terduga pasien TB, pemeriksanaan fisik dan

laboratris , menentukan diagnosis, menentukan klasifikasi penyakit serta tipe pasien

Page 42: ANALISIS PERENCANAAN DALAM PENGOBATAN PROGRAM …

26

TB, sehingga dapat dilakukan pengobatan agar sembuh sehingga tidak menularkan

penyakitnya kepada orang lain. Kegiatan penemuan pasien terdiri dari penjaringan

terduga pasien, diagnosis, penemuan klasifikisi penyakit dan tipe pasien.

Kegiatan ini membutuhkan adanya pasien yang memahami dan sadar akan

keluhan dan gejala TB, akses terhadap fasilitas kesehatan dan adanya tenaga

kesehatan yang kompeten untuk melakukan pemeriksaan terhadap gejala dan keluhan

tersebut. penemuan pasien merupakan langkah pertama dalam kejadian pelaksanaan

TB. Penemuan dan penyembuhan pasien TB menular secara bermakna akan dapat

menurunkan angka kesakitan dan kematian akibat TB menular secara bermakna akan

dapat menurunkan angka kesakitan dan kematian akibat TB serta sekaligus

merupakan kegiatan pencegahan penularan TB yang paling efektif

dimasyarakat.keikut sertaan pasien merupakan salah satu faktor penting dalam upaya

pengendalian TB. (Kemenkes RI, 2011)

A. Strategi Penemuan Pasien TB

Strategi dalam penemuan penderita TB Paru (Kemenkes RI, 2014) , antara

lain:

1. Penemuan pasien TB dilakukan insentif pada kelompok populasi

terdampak TB dan populasi rentan.

2. Upaya menemuan secara intensif harus didukung dengan kegiatan promosi

yang aktif, sehingga semua terduga TB dapat ditemukan secara dini.

Page 43: ANALISIS PERENCANAAN DALAM PENGOBATAN PROGRAM …

27

3. Penjaringan terduga pasien TB dilakukan di fasilitas kesehatan dengan

dukungan promosi secara aktif oleh petugas kesehatan bersama

masyarakat.

4. Melibatkan semua fasilitas kesehatan untuk mempercepat penemuan dan

mengurangi keterlambatan pengobatan

5. Penemuan secara aktif dapat dilakukan terhadap :

a) Kelompok khusus yang rentan atau berisiko tinggi sakit TB seperti

pasien dengan HIV,DM dan malnutrisi.

b) Kelompok yang rentan karena berada di lingkungan yang berisiko

tinggi terjadi penularan TB, seperti lapas/rutan, tempat penampungan

pengusi, daerah kumuh dan lain-lain.

c) Anak di bawah umur lima tahun yang kontak dengan pasien TB.

B. Pemeriksaan Dahak (Sputum)

1. Pemeriksaan Dahak mikroskopis langsung

Pemeriksaan dahak berfungsi untuk menegakan diagnosis, menilai

keberhasilan pengobatan dan melakukan potensi penularan. Pemeriksaan

dahak untuk penegakan diagnosis dilakukan dengan pengumpulan 3 contoh

uji dahak yang dikumpulkan dalam waktu dua hari kunjungan yang

berurutan berupa dahak sewaktu- Pagi- Sewaktu (SPS)

a) S (sewaktu) : dahak ditampung pada saat terduga pasien TB dating

berkunjungh pertama kali ke pusesmas. Pada saat pulang, terduga

Page 44: ANALISIS PERENCANAAN DALAM PENGOBATAN PROGRAM …

28

Pasien membawa sebuah pot dahak untuk menampung dahak pagi

pada hari kedua.

b) P ( pagi) : dahak ditampung dirumag pada pagi hari kedua, segera

setelah bangun tidur. Pot di bawa dan diserahkan sendiri kepada

petugas di pelayanan kesehatan.

c) S (sewaktu) : dahak ditampung di pusesmas pada hari kedua, saat

menyerahkan dahak pagi.

2. Pemeriksaan Biakan

Pemeriksaan biakan untuk identifikasi Mycobacterium tuberculosis

dimaksudkan untuk menegakkan diagnosis pasti TB pada sistem tertentu,

misalnya :

a) Pasien TB ekstra paru

b) Pasien TB anak

c) Pasien TB dengan hasil pemeriksaan dahak mikroskopis langsung BTA

negative.

Pemeriksaan tersebut dilakukan di sarana laboraturium yang terpantau

mutunya. Apabila dimungkinkan pemeriksaan dengan menggunakan

tes cepat yang di rekomendasikan WHO makan untuk memastikan

diagnosis dianjurkan untuk memanfaatkan tes cepat tersebut.

3. Pemeriksanaan Uji Kepekaan Obat

Uji kepekaan obat bertujuan untuk menentukan ada tidaknya resitensi

kuman tuberculosis terhadap OAT. Untuk menjamin kualitas hasil

Page 45: ANALISIS PERENCANAAN DALAM PENGOBATAN PROGRAM …

29

pemeriksaan, uji kepekaaan obat tersebut harus dilakukan oleh

laboraturium yang telah tersertifikasi atau lulus uji pemantapan mutu/

quality assurance (QA). Hal ini dimaksudkan untuk memperkecil

kesalahan dalam menetapkan jenis resistensi OAT dan pengambilan

keputusan panduan pengobatan pasien dengan resistan obat. Untuk

memperluaas akses terhadap penemuan pasien TB dengan resistensi OAT.

Kemenkes RI telah menyediakan tes cepat yaitu GeneXpert ke fasilitas

kesehatan (laboraturium dan RS) diseluruh provinsi (Kemenkes RI, 2011)

2.5.2 Diagnosa Tubekulosis Paru

Diagnosis TB Paru

1. Semua suspek TB diperiksa 3 spesimen dahak dalam waktu 2 hari, yaitu

pemeriksaan dahak sewaktu-pagi-sewaktu (SPS)

2. Diagnosis TB Paru pada orang dewasa ditegakan dengan ditemukannya

kuman TB BTA. Pada program TB nasional, penemuan BTA melalui

oemeriksaan dahak mikroskopis merupakan diagnosis utama. Pemeriksaan

lain seperti toraks, biakan dan uji kepekaan dapat digunaka sebagai

penunjang diagnosis sepanjang sesuai dengan indikasinya.

3. Tidak dibernarkan mendiagnosis TB hanya berdasarkan pemriksaan foto

toraks saja, foto toraks tidak selalu memberikan gambaran yang khas pada

TB paru, sehingga sering terjadi overdiagnosis.

Page 46: ANALISIS PERENCANAAN DALAM PENGOBATAN PROGRAM …

30

2.5.3 Pengawasan Mimun Obat

Adapun tugas PMO :

1. Mengawasi pasien TB agar menelan obat secara teratur sampai selesai

pengobatan.

2. Memberikan dorongan kepada pasien agar mau berobat teratur

3. Mengingatkan pasien untuk periksa ulang dahak pada waktu yang telah

ditentukan.

4. Memberikan penyuluhan pada nggota keluarga pasien THB yang mempunyai

gejala-gejala mencurigakan TB untuk segera memeriksakan diri ke sarana

pelauanan kesehatan.

5. Membantu atau mendampingi penderita dalam pengambilan obat anti

tuberculosis (OAT) di pelayanan kesehatan terdekat.

6. Membantu petugas kesehatan dalam rangka memantau perkembangan

penyakit TB di desanya. (Surveilen TB desa)

Petugas kesehatan lebih cenderung mengawasi penderita TB menelan obat

karena berkolerasi dengan tujuan dari pengobatan yang diberikan. Disamping itu,

penderita TB setelah 2-4 minggu menelan obat gejala TB biasanya hilang, tanpa

disadari kondisi seperti ini biasanya penderita menggangap dirinya sembuh, padahal

uman TB belum hilang sama sekali dan berisio terjadi kambuh, oleh karena itu

pengobatan perlu dilanjutkan hingga enam bulan kedepan. Untuk diperlukan

kunjungan atau keperdulian petugas kesehatan sebagai pengawas menelan obat

Page 47: ANALISIS PERENCANAAN DALAM PENGOBATAN PROGRAM …

31

Pesyaratan PMO menurut adalah :

1. Seseorang yang dikenal, dipercaya dan disetujui , baik oleh petugas kesehatan

maupun pasien, selain itu harus di segani dan dihormati oleh pasien.

2. Seseorang yang tinggal dekat pasien

3. Bersedia membatu pasien dengan sukarela

4. Bersedia dilatih ( tentang pengambilan dahak (sputum) dan tata pelakasanaan

dahak (SPS) dan mendapatkan penyuluhan mengenai TB bersama-sama

dengan pasien. (Nizar, 2018:111)

2.6 Pusat Kesehatan Masyarakat

2.6.1 Pengertian Puskesmas

Puskesmas adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan

upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan

perorangan tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan upaya promotif dan

preventif, untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya.

Puskesmas mempunyai tugas melaksanakan kebijakan kesehatan untuk mencapai

tujuan pembangunan kesehatan di wilayah kerjanya dalam rangka mendukung

terwujudnya kecamatan sehat. ( Kemenkes RI, 2014)

Puskesmas merupakan instansi pemerintah yang wajib bertangung jawab atas

kesejahteraan kesehatan masyarakat terutama ibu dan anak di setiap

kecamamatannya, terlebih lagi pada daerah pedalaman yang sulit untuk menjangkau

Page 48: ANALISIS PERENCANAAN DALAM PENGOBATAN PROGRAM …

32

wilayah rumah sakit di karenakan akses terhadap infra struktur desa yang masih

sangat kurang. (Suhadi dan Rais, 2015:7)

2.6.2 Prinsip Penyelenggaraan Puskesmas

Prinsip penyelenggaraan puskesmas menurut (Kemenkes RI, 2014) adalah :

1. Prinsip penyelenggaraan Puskesmas yang meliputi :

a. Paradigm sehat

b. Pertanggungjawaban wilayah

c. Kemandirian masyarakat

d. Pemerataan

e. Teknologi tepat guna dan

f. Keterpaduan dan kesinambungan.

2. Berdasarkan prinsip paradigm sehat sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

huruf a, puskesmas mendorong seluruh pemangku kepentinganm untu

berkomitmen dalam upaya mencegah dan mengurangi risiko kesehatan

yang dihadapi individu,keluarga, kelompok dan masyarakat.

3. Berdasarkan prinsip pertanggungjawaban wilayah sebagaimana maksud

pada ayat (1) huruf b, puskesmas menggerakan dan bertanggungjawab

terhadap pembangunan kesehatan diwilayah kerjanya

4. Berdasarkan prinsip kemandirian masyarakat sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) huruf c , puskesmas mendorong kemandirian hidup sehat bagi

individu,keluarga, kelompok, dan masyarakat.

Page 49: ANALISIS PERENCANAAN DALAM PENGOBATAN PROGRAM …

33

2.6.3 Tugas dan Fungsi Puskesmas

Tugas puskesmas yakni puskesmas mempunyai tugas melaksanakan

kebijakan kesehatan untuk mencapai tujuan pembangunan kesehatan di wilayah

kerjanya dalam rangka mendukung terwujudnya kecamatan sehat. Sedangkan dalam

melaksanakan tugas, puskesmas menyelnggarakan fungsi (Febriawati dan Yandrizal,

2018:53)

a. Penyelenggaraan UKM tingkat pertama di wilayah kerjanya dan

b. Penyelenggaraan UKP tingkat pertama di wilayah kerjanya (Permenkes RI

No.75 tahun 2014)

Fungsi puskesmas (Suhadi dan Rais, 2015:9) :

1. Pusat penggerak pembangunan berwawasan kesehatan.

2. Pusat pemberdayaan masyarakat

3. Pusat pelayanan kesehatan strata pertama

2.6.4 Upaya Kesehatan Masyarakat

Upaya pencegahan dan pemberantasan penyakit menular :

a. Mengumpulkan dan menganalisa penyakit

b. Melaporkan kasus penyakit menular

c. Menyelidiki di lapang untuk melihat benar atau tidaknya laporan yang

masuk untuk menemukan kasus-kasus baru dan untuk mengetahui sumber

penularan.

d. Tindakan permulaan untuk menahan penularan penyakit.

Page 50: ANALISIS PERENCANAAN DALAM PENGOBATAN PROGRAM …

34

Upaya penyuluhan kesehatan puskesmas:

a. Penyuluhan kesehatan masyarakat merupakan bagian yang tidak terpisah

dari tiap-tiap program puskesmas. Kegiatan penyuluhan kesehatan

dilakukan pada setiap kesempatan oleh petugas, apakah di klinik, rumah

dan kelompok masyarakat.

b. Ditingkat puskesmas tidak ada petugas penyuluhan tersedniri tetapi

ditingkat kabupaten diadakan tenaga-tenaga kqoordinator penyuluhan

kesehatan. (Suhadi dan Rais, 2015:8-9)

Page 51: ANALISIS PERENCANAAN DALAM PENGOBATAN PROGRAM …

35

2.7 Penelitian Terkait

No Nama

Penelitian

Tahun Judul Penelitian Hasil Penelitian

1 Aditama 2013 Evaluasi ProgramPenanggulangan

Tuberculosis Paru diKabupaten Boliyolali

Aspek input, yaitusecara kualitas tenangapengelola programP2TB Paru dan tenagalaboraturium ada yangpernah mengikutipelatihan meski terdapattugas rangkap sehinggapelaksanaan programbelum mencapai hasilmaksimal. PeralatanOAT, dan formulirtersedia mencukupi baiksecara kualitas maupuunkuantitas, tetapi insentifdari beban kerja masihbelum mencukupi.

2 Af’idah 2014 Model PerencanaanPenanggulangan

Tuberkulosis BerbasisWilayah di Kabupaten

Lumajang

Berdasarkan kajianyang dilakukan padavariabel inimenghasilkan dokumenmodel perencanaanpenanggulangan TB diwilayah PuskesmasKlakah dan Sendurodengan fokus padapengoptimalanpenemuan kasus TB diwilayah kerjanyadengan menggunakanmetode active casefinding.

Page 52: ANALISIS PERENCANAAN DALAM PENGOBATAN PROGRAM …

36

No Nama Penelitian Tahun Judul Penelitian Hasil Penelitian

3 mansur 2015 Analisis Penatalaksanaan ProgramPenanggulangan Tuberkulosis

Dengan Strategi DOTS di PuskesmasDesa Lalang

Program penanggulangan TB Parudengan 5 komponen strategi DOTSdi Puskesmas Desa Lalang belummaksimal, dalam penatalaksanaanyamasih belum sesuai dengan strategiDOTS, hal ini dilihat dari kualitaspetugas TB Paru masih kurang dalamupaya penemuan kasus sertapelatihan kepada pasien TB dalammenampung dahak.

4 Versitaria 2011 Pengaruh Karakteristik Pasien

Terhadap Penyakit Tuberculosis Paru

Pada model akhir diketahui bahwavariabel yang paling berpengaruhterhadap kejadian penyakittuberkulosis paru BTA (+) adalahvariabel status gizi. Sesorang yangbermukim di rumah dengan huniankamar dengan tingkat kepadatantinggi (< 4m/orang), jenis kelaminlaki-laki, dan status gizi yang buruk(IMT) >25,1 dan < 18,4) berisikountuk menderita penyakittuberkulosis paru BTA (+) 29 kalilebih besar pada orang yang tidakmempunyai faktor resiko tersebut.

Page 53: ANALISIS PERENCANAAN DALAM PENGOBATAN PROGRAM …

37

No Nama Penelitian Tahun Judul Penelitian Hasil Penelitian

5 Hana E.E.P 2017 Analisis Pelaksanaan Strategi DOTSDalam Program Penanggulangan TB

(P2TB) di Puskesmas Aras KabuKecamatan Beringin Kabupaten Deli

Komitmen politis yang belumdijalankan oleh pemerintah daerahkomitmen politis memegang peranpenting untuk berjalannya suatuprogram. Dalam pelaksanaanprogram P2TB, pemerintah masihlebih mengandalkan donatorinternasional untuk pendanaanprogram-program P2TB. Donaturterbanyak yaitu Global Fund sudahtidak memberikan bantuan dana dandana yang diberikan KNCV tidaksebanyak dari Global Fund. Belumdijalankan komintemn politis olehsemua stakeholder mempengaruhipelaksanaan penjaringan suspek TBdi puskesmas Aras Kabu dimanaketerbatasan untuk transportasipenjaringan suspek, dana penemuansuspek TB dan pelaksanaan pelatihanPMO

Page 54: ANALISIS PERENCANAAN DALAM PENGOBATAN PROGRAM …

38

Page 55: ANALISIS PERENCANAAN DALAM PENGOBATAN PROGRAM …

39

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian survey dengan pendekatan kualitatif yang

di gunakan untuk meneliti proses perencanaan dengan lima komponen strategi DOTS

dalam upaya penanggulagaan TB di Puskesmas 1 Ulu Palembang tahun 2019,

Metode kualitatif adalah metode penelitian yang berladaskan pada filsafat

postpositivisme atau enterpretif, digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek

alamiah, dimana peneliti adalah sebagai instrument kunci, teknik pengumpulan data

dilakukan secara triangulasi (gabungan observasi, wawancara, dokumentasi), data

yang diperoleh cendrung data kualitatif, analisis data bersifat induktif/kualitatif, dan

hasil penelitian kualitatif bersifat untuk memahami makna, memahami keunikan,

mengkonstrusi fenomena, dan menemukan hipotesis. (Sugiyono, 2018:2)

Pendekatan kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami

fenomena tentang apa yang di alami oleh subjek penelitian misalnya perilaku,

persepsi, motivasi, tindakan dan lain-lain secara holistik dan dengan cara deskripsi

dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan

dengan memanfaatkan metode alamiah. (Moleong, 2011:2)

Page 56: ANALISIS PERENCANAAN DALAM PENGOBATAN PROGRAM …

40

3.2 Lokasi Dan Waktu Penelitian

3.2.1 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Puskesmas 1 Ulu Palembang Kecamatan Seberang

Ulu 1.

3.2.2 Waktu Penelitian

Waktu yang di butuhkan dalam penelitian ini terhitung sejak 1- 8 Mei 2019

3.3 Informasi Penelitian

Informan dalam penelitian ini di ambil dengan menggunakan teknik

purposive, yaitu teknik yang dilakukan untuk memilih informan yang bersedia dan

mampu memberikan informasi yang berkaitan dengan topik penelitian, yang terdiri

dari :

1. Penanggung Jawab Tb Paru Puskesmas 1 Ulu Palembang

2. Petugas Tb Paru Puskesmas 1 Ulu Palembang

3. Petugas Laboratorium Puskesmas 1 Ulu Palembang

4. Staf Umum Puskesmas 1 Ulu Palembang

5. Staf TU Puskesmas 1 Ulu Palembang

Page 57: ANALISIS PERENCANAAN DALAM PENGOBATAN PROGRAM …

41

Table 3.1Informasi yang Ingin Di Peroleh Dari Informan

No Sumber Informasi Informasi Mendalam Keterangan

1 Penanggung Jawabprogram Tuberculosis

A. A. Sumber Daya Manusia- Kerjasama Lintas Sektor- Jumlah SDM- Pelatihan SDM

B. Dana- Sumber dana- Pengalokasian dana

C. Pengobatan dan Penjaminan- Pengawasan PMO- Ketersediaan OAT

E. .D. Alat penunjang- Pencatatan dan pelaporan

Informan Kunci

2 Petugas Tuberculosis A. Sumber Daya Manusia- Kerjasama Lintas Sektor- Jumlah SDM- Pelatihan SDM

B. Dana- Sumber dana- Pengalokasian dana

C. Pengobatan dan Penjaminan- Pengawasan PMO- Ketersediaan OAT

D. Alat penunjang- Pencatatan dan pelaporan

Informan

Page 58: ANALISIS PERENCANAAN DALAM PENGOBATAN PROGRAM …

42

No Sumber Informasi Informasi yang Dinginkan Keterangan3 Petugas Laboratorim A. Sumber Daya Manusia

- Kerjasama Lintas Sektor- Jumlah SDM- Pelatihan SDM

B. Dana- Sumber dana- Pengalokasian dana

C. Pengobatan dan Penjaminan- Pengawasan PMO- Ketersediaan OAT

D. Alat penunjang- Pencatatan dan pelaporan

Informan

4 Staf Umum A. Sumber Daya Manusia- Kerjasama Lintas Sektor- Jumlah SDM- Pelatihan SDM

B. Dana- Sumber dana- Pengalokasian dana

C. Pengobatan dan Penjaminan- Pengawasan PMO- Ketersediaan OAT

D. Alat penunjang- Pencatatan dan pelaporan

Informan

5 Staf TU A. Sumber Daya Manusia- Kerjasama Lintas Sektor- Jumlah SDM- Pelatihan SDM

B. Dana- Sumber dana- Pengalokasian dana

C. Pengobatan dan Penjaminan- Pengawasan PMO- Ketersediaan OAT

E. Alat penunjang- Pencatatan dan pelaporan

Informan

Page 59: ANALISIS PERENCANAAN DALAM PENGOBATAN PROGRAM …

43

3.4 Metode Pengumpulan Data

3.4.1 Data Primer

Sumber data primer adalah sumber data yang langsung memberikan data

kepada pengumpul bisa di lihat dari segi cara atau teknik pengumpulan data, maka

teknik pengumpulan dapat dilakukan dengan observasi (pengamatan), interview

(wawancara), kuesioner , dokumentasi dll (Sugiyono, 2018:104)

Penentuan informan dilakukan secara purposive sampling dengan memilih

petugas program yang berhubungan dengan tuberculosis di Puskesmas 1 Ulu untuk

melakukan observasi.

Table 3.2

Informasi yang Dikumpulkan Menurut Sumber Informasi Metode dan Jumlah

Kegiatan Jumlah Informan

No Sumber Informasi Metode Pengumpulan Data JumlahInformasiWawancara

MendalamObservasi

1 Penanggung Jawab TBParu

1 1 1

2 Petugas Tb Paru 1 1 1

3 Petugas Laboratorium 1 1 1

4 Staf Umum 1 1 1

5 Staf TU 1 1 1

Total Informasi 5 orang

Page 60: ANALISIS PERENCANAAN DALAM PENGOBATAN PROGRAM …

44

Table 3.3

Riwayat pekerjaan dan tugas di Puskesmas 1 Ulu Palembang

No Nama Usia Pendidikan Masa kerja Keterangan

1 PD 35 S1Kedokteran

7 Tahun Penanggungjawab TB Paru

2 DF 29 D3Keperawatan

2 Tahun Petugas TB

3 M 37 D4 Analis 1 Tahun Petugas Lab4 WJ 25 S1

keperawatan1 Tahun Staf Umum

5 PS 25 S1Keperawatan

1 Tahun Staf TU

3.4.2 Data Sekunder

Data sekunder yaitu data pelengkap yang di peroleh dari laporan, dokumen

maupun teks yang terdapat pada instansi puskesmas maupun pada perpustakaan yang

berhubungan dengan masalah penelitian yang di bahas . data sekunder yang

digunakan dalam penelitian ini secara rinci, data yang digunakan yaitu kunjungan

pasien Tuberculosis Paru tahun 2016,tahun 2017 dan tahun 2018, menggunakan

sumber dari Standar Pelayanan Minimum (SPM), Profil Kinerja Puskesmas (PKP),

dan Dokumen Puskesmas 1 Ulu. Teknik Pengambilan Data menggunakan studi

dokumentasi.

Page 61: ANALISIS PERENCANAAN DALAM PENGOBATAN PROGRAM …

45

3.5 Triangulasi dan Keabsahan Data

3.5.1 Triangulasi

Teknik pengumpulan triangulasi di artikan sebagai teknik pengumpulan data

yang bersifat menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan data dan sumber

yang telah ada. Bila peneliti melakukan pengumpulan data dengan triangulasi, maka

sebenarnya peneliti menggumpulkan data yang sekaligus menguji kreadibilitas data.

Untuk menjamin keabsaan informasi dalam penelitian ini dilakukan uji

validitas data yaitu :

3.5.1 Triangulasi Teknik

Triangulasi teknik berarti penelitian menggunakan teknik pengumpulan

data yang berbeda-beda untuk mendapatkan data dari sumber data yang sama.

Penelitian ini menggunakan observasi partisipasif, wawancara mendalam, serta

dokumentasi untuk sumber data yang sama secara serempak , triangulasi teknik dapat

ditempuh melalui langkah-langkah sebagai berikut:

Observasi

WawancaraMendalam

Dokumentasi

SumberData Sama

Page 62: ANALISIS PERENCANAAN DALAM PENGOBATAN PROGRAM …

46

3.5.2 Triangulasi Sumber

Triangulasi sumber berarti untuk mendapatkan data dari sumber yang

berbeda-beda dengan teknik yang sama. Hal ini dapat digambarkan sebagai berikut :

3.5.3 Triangulasi Metode

Triangulasi metode adalah pengecekan keabsaan data, atau mengecek

keabsahan temuan penelitian. Terdapat dua triangulasi metode yaitu: pengecekan

derajat kepercayaan penemuan hasil penelitian beberapa teknik pengumpulan data

dan pengecekan derajat kepercayaan beberapa sumber data metode yang sama.

(Sugiyono,2018:125)

3.6 Instrumen Penelitian

Dalam penelitian kualitatif, yang menjadi instrumen atau alat penelitian

adalah peneliti itu sendiri. Penelitian kualitatif sebagai human instrument berfungsi

meenetapkan fokus penelitian, memilih informan sebagai sumber data, melakukan

data dan membuat kesimpulan atas temuannya (Sugiyono, 2018:101)

3.7 Teknik Pengambilan Data

Teknik pengambilan data merupakan langkah yang paling strategis dalam

penelitian, karena tujuan utama dari penelitian ini adalah mendapatkan data. Tanpa

WawancaraMendalam

A

B

C

Page 63: ANALISIS PERENCANAAN DALAM PENGOBATAN PROGRAM …

47

mengetahui teknik pengumpulan data, maka peneliti tidak akan mendapatkan data

yang memenuhi standar data yang ditetapkan.

1. Observasi (Pengamatan)

Observasi adalah dasar semua ilmu pengetahuan. Para ilmuwan hanya dapat

bekerja berdasarkan data, yaitu fakta mengenai dunia kenyataan yang diperoleh

melalui observasi. Data itu dikumpulkan dan sering dengan bantuan berbagai alat

yang sangat cangih, sehingga benda-benda yang sangat kecil(proton dan electron)

maupun yang sangat jauh (benda ruang angkasa) dapat di observasi dengan jelas.

2. Wawancara Mendalam

Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti ingin

melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus di teliti,

tetapi juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden yang lebih

mendalam. Teknik pengumpulan data ini mendasarkan diri pada laporan tentang diri

sendiri atau self report, atau setidak-tidaknya pada pengetahuan dan keyakinan

pribadi.

Dalam penelitian ini wawancara mendalam akan dilakukan kepada informan

penelitian yaitu penangungjawab tuberkulosis paru di Puskesmas 1 Ulu Palembang

pada saat penelitian.

3. Studi Dokumentasi

Metode lain yang digunakan dalam pengambilan data adalah metode studi

dokumentasi. Studi dokumentasi merupakan suatu metode pengumpulan data dengan

Page 64: ANALISIS PERENCANAAN DALAM PENGOBATAN PROGRAM …

48

menyelidiki dokumen-dokumen tertulis seperti buku-buku literature, dokumentasi

peraturan perundang-udangan yang terkait, profil puskesmas yang berhubungan

dengan penangulangan tuberkulosis dengan strategi DOTS dan Standar Pelayanan

Minimum (SPM) di Puskesmas 1 Ulu Palembang. (Sugiyono, 2018:124)

3.8 Pengolahan Dan Analisis Data

3.8.1 Pengolahan Data

1. Wawancara Mendalam (indepth interview)

pengolahan data informasi yang diperoleh deari informasi dilakukan dengan

tahapan sebagai berikut:

c. Reduksi Data (Data Reduction)

Mereduksi data merupakan kegiataan merangkum, memilah hal-hal pook,

memfokuskan pada hal-hal yang penting. Data yang reduksi akan

memberikan gambaran yang lebih jelas dan memudahkan dalam

melakukan pengumpulan data.

d. Penyajian Data

Penyajian data dilakukan untuk lebih meningkatkan pemahaman kasus

dan sebagai acuan dalam mengambil tindakan berdasarkan pemahaman

dan analisis sajian data. Data disajikan dalam bentuk uraian yang

didukung dengan matriks.

Page 65: ANALISIS PERENCANAAN DALAM PENGOBATAN PROGRAM …

49

e. Penarikan Kesimpulan

Penarikan kesimpulan merupakan hasil penelitian yang menjawab fokus

penelitian berdasarkan hasil analisis data. Simpulan disajikan dalam

bentuk deskriptif, dengan berpedoman pada kajian penelitian.

2. Observsi / Telaah Dokumen

Mengumpulkan seluruh data yang diperoleh dari hasil observasi dan telaah

dokumen maupun arsip-arsip untuk mendukung hasil penelitian dan

wawancara yang didapatkan. (Gunawan, 2016:211-212)

3.8.2 Analisis Data

Analisis data data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data

yang diperoleh dari wawancara, catatan lapangan, dan bahan-bahan lain,

sehingga dapat mudah difahami, dan temuannya dapat diinformasikan kepada

orang lain. Analisid data dilakukan dengan mengorganisasikan data,

menjebarkannya ke dalam unit-unit, melakukan sistesa, menyusun ke dalam

pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat

kesimpulan yang dapat di ceritakan kepada orang lain. (Sugiyono, 2018:129)

Page 66: ANALISIS PERENCANAAN DALAM PENGOBATAN PROGRAM …

50

3.9 Kerangka Pikir

Gambar 3.1 Kerangka Pikir

Input

1. SDM (Man)

2. Dana (Money)

3. Sarana danPrasarana(Material)

Output

KesembuhanTB BTA (+)

Proses

1. Manajemen TB2. Koordinasi antara

unit yankes3. Pelatihan petugas4. Suplay OAT

logistik yangmemadai

5. Jarak lokasi saranakesehatan

Outcome

TercapainyastrategiDOTS

Page 67: ANALISIS PERENCANAAN DALAM PENGOBATAN PROGRAM …

51

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

6.1 Gambaran Umum Puskesmas 1 Ulu

Puskesmas 1 Ulu terletak di Kecamatan Seberang Ulu tepatnya di Kelurahan

1 Ulu, Puskesmas ini terletak lebih kurang 100 meter dari jalan raya sehingga

masyarakat mudah untuk menjangkaunya.

6.1.1 Sejarah Puskesmas 1 Ulu

Puskesmas 1 Ulu berdiri sejak tahun 1983 atas bantuan Bank Dunia dimana

tanahnya merupakan tanah hibah dari pengusaha 1 Ulu.

Pada tanggal 14 Agustus 1983 Puskesmas ini di resmikan sebagai Puskesmas

KIP UNIT 1 ULU Palembang dan mulai melaksanakan Kegiatan Operasionalnya.

Sekarang Puskesmas ini berganti nama menjadi Puskesmas 1 Ulu Palembang.

6.1.2 Letak Geografis

Puskesmas I Ulu terletak di Jl. Faqih Usman No. 2329 Kelurahan 1 Ulu,

Kecamatan Seberang Ulu I, Letak Puskesmas ini terletak agak masuk 100 Meter dari

jalan raya tetapi mudah di jangkau oleh masyarakat.

Wilayah kerjanya meliputi 2 kelurahan yaitu Kelurahan I Ulu, Kelurahan

Tuan Kentang dengan luas wilayah kerjanya ± 87,75 Ha. Sejak Tanggal 1 Juli Tahun

2008 Wilayah Puskesmas I Ulu dipecah menjadi 2 Wilayah yaitu Wilayah Puskesmas

I Ulu yang meliputi kelurahan I Ulu Kelurahan Tuan Kentang.

Page 68: ANALISIS PERENCANAAN DALAM PENGOBATAN PROGRAM …

52

Tabel 4.1 Luas Wilayah Kerja Puskesmas I Ulu

No Nama Kelurahan Luas Wilayah

1 Kelurahan I Ulu 52,25 Ha

2 Kelurahan Tuan Kentang 36,5 Ha

Total 88,75 Ha

4.1.3 Data Demografis

Wilayah kerja puskesmas 1 Ulu Kelurahan 1 Ulu dan Kelurahan Tuan Kentang

dengan jumlah penduduk 25.633 jiwa.

Berdasarkan keadaan sosial ekonominya, mata pencaharian penduduk Kelurahan 1

Ulu dan Kelurahan Tuan Kentang hampir sama, yaitu diantaranya Buruh Kasar

,Pegawai Negeri, Pedagang, Pensiunan, Pengrajin.

Pada umumnya adalah tenaga kerja lepas pada sektor informal.

Tabel 4.2 Peta Demografi di Wilayah Kerja Puskesmas 1 Ulu

No KETERANGAN

KELURAHAN

Jumlah1 Ulu Tuan Kentang

1 Jumlah penduduk 13.122 12.511 25.633

2 Jumlah KK 6520 6953 13.473

Page 69: ANALISIS PERENCANAAN DALAM PENGOBATAN PROGRAM …

53

No KETERANGAN

KELURAHAN

Jumlah1 Ulu Tuan Kentang

3 Jumlah Miskin 2611 2664 5275

4 Jumlah Ibu Hamil 251 300 583

5 Jumlah Bayi 235 271 506

6 Jumlah Balita 440 514 954

7 Jumlah Lansia 2571 2757 5325

8 Jumlah RT 34 31 65

9 Jumlah Rumah 2326 3367 5693

10 Jumlah Posyandu 6 8 14

Sumber : Profil Puskesmas 1 Ulu Palembang Tahun 2017

4.1.4 Sumber Daya Tenaga Kesehatan

Tabel 4.3 Data Tenaga Kesehatan Puskesmas 1 Ulu

No Tenaga Kesehatan Jumlah

1 Dokter Umum 2 Orang

2 Dokter Gigi 1 Orang

3 Perawat D III 7 Orang

4 Perawat S 1 3 Orang

5 Perawat Gigi 2 Orang

6 Bidan D III 11 Orang

Page 70: ANALISIS PERENCANAAN DALAM PENGOBATAN PROGRAM …

54

No Tenaga Kesehatan Jumlah

7 Petugas Gizi 1 Orang

8 Asisten Apoteker 1 Orang

9 SMA (LCPK) 3 Orang

10 Administrasi Kesehatan 2 Orang

11 Kesling 2 Orang

12 Akuntan 1 Orang

13 Jaga Malam 2 Orang

14 Laboratorium 1 Orang

15 Petugas Promkes 1 Orang

4.1.5 Visi, Misi, Moto, Nilai Puskesmas

Untuk menunjang keberhasilan Puskesmas 1 Ulu dalam rangka pelayanan

kesehatan pada masyarakat maka seluruh kegiatan harus berpedoman pada Visi, Misi,

Motto dan Nilai Puskesmas 1 Ulu serta pelaksanaannya harus berpedoman pada

protap-protap (Standar Pelayanan) yang telah dibakukan.

V I S I

Tercapainya Kecamatan Seberang Ulu 1 Sehat di Kelurahan 1 Ulu dan Tuan Kentang

Palembang.

Page 71: ANALISIS PERENCANAAN DALAM PENGOBATAN PROGRAM …

55

M I S I

1. Memasyarakatkan paradigma sehat pada semua pihak

2. Meningkatkan profesionalitas seluruh petugas yang berorientasi pada standard

pelayanan prima

3. Pengadaan sarana dan prasarana yang bermutu prima

4. Memberdayakan masyarakat dan keluarga dalam mengatasi masalah kesehatan

yang ada

M O T T O

1. Ramahlah, satu langkah satu senyuman

2. Kreatiflah, satu langkah, satu ide, langsung action

3. Disiplinlah dari diri kita masing-masing

4. Kerjakanlah sekarang, jangan ditunda

5. Bersih cerminan dari iman

6. Pelayanan prima merupakan bagian dari kita semua

N I L A I

1. Pengabdian

2. Kebersamaan

3. Kerja Keras

4. Saling Percaya

5. Terus Belajar

Page 72: ANALISIS PERENCANAAN DALAM PENGOBATAN PROGRAM …

56

4.1.6 Fasilitas Pelayanan Kesehatan

Dalam rangka memenuhi kebutuhan masyarakat, Puskesmas 1 Ulu memenuhi

kebutuhan masyarakat tersebut melalui Pelayanan Kesehatan Masyarakat dan

Pelayanan Kesehatan Perorangan :

Pelayanan Kesehatan Masyarakat meliputi :

1. Promosi Kesehatan (Promkes)

2. Sanitasi (Kesehatan Lingkungan)

3. P2M/P2TM

a. Penyakit menular

b. Pengendalian Vektor

c. Penyakit tidak menular

d. Cause of date

e. Surveilance

f. Kesehatan Jiwa dan Penanggulangan Napza

4. Kesehatan Ibu, Anak dan KB

a. Kesehatan Ibu

b. Kesehatan Neonatus dan Bayi

c. Kesehatan Anak Balita dan Pra Sekolah

d. UKS dan Remaja

e. Imunisasi

f. Kesehatan Usia Reproduksi

Page 73: ANALISIS PERENCANAAN DALAM PENGOBATAN PROGRAM …

57

5. Gizi Masyarakat

6. Kesehatan Gigi dan Mulut

7. Kesehatan Olahraga

8. Pengobatan Tradisional

9. Kesehatan Kerja

10. Kesehatan Lanjut Usia

11. Kesehatan Indera

12. PERKESMAS

Pelayanan Kesehatan Perorangan Meliputi :

1. Pendaftaran dan rekam medik

2. KIA, KB dan Imunisasi

3. Kesehatan Neonatus, Bayyi, Anak dan Remaja

4. Pemeriksaan Umum

5. Kesehatan Lanjut Usia

6. Kesehatan Gigi dan Mulut

7. Laboratorium

8. Pelayanan Farmasi

9. Pemeriksaan IVA

10. VCT

11. TBC dan Kusta

12. Tindakan dan Gawat Darurat

Page 74: ANALISIS PERENCANAAN DALAM PENGOBATAN PROGRAM …

58

13. Promosi Kesehatan

14. Administrasi dan Tata usaha

Seluruh program kegiatan tersebut di dalam gedung di fasilitas dengan adanya

ruang dan peralatan yang memadai, program kerja, sumber daya manusia yang selalu

ditingkatan kemampuannya dan protap-protap sebagai standar pelayanannya.

4.2 Karakteristik Informan

Karakteristik dari masing-masing informan pada penelitian ini, dapat dilihat

pada tabel berikut.

Tabel 4.4 Karakteristik Informan

No Nama Usia Pendidikan Masa kerja Tupoksi Keterangan

1 PD 35 S1 Kedokteran 7 Tahun Penanggung

jawab TB Paru

Informan

kunci

2 DF 29 D3

Keperawatan

2 Tahun Petugas TB Informan 1

3 M 37 D4 Analis 1 Tahun Petugas

Laboratorium

Informan 2

4 AK 35 S1 Kedokteran 4 Tahun Dokter Informan 3

5 PS 25 S1

Keperawatan

1 Tahun Staf Umum Informan 4

6 WJ 25 S1

keperawatan

1 Tahun Staf TU Informan 5

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa jumlah informan dalam penelitian ini

adalah 5 informan, yang terdiri dari 1 informan Penanggungjawab TB Paru yang

berusia 35 tahun dengan pendidikan S1 Kedokteran, 1 informan Petugas TB yang

berusia 29 Tahun dengan pendidikan D III Keperawatan, 1 Petugas Laboratorium

Page 75: ANALISIS PERENCANAAN DALAM PENGOBATAN PROGRAM …

59

berusia 37 Tahun dengan pendidikan D4 Analisis, 1 Dokter berusia 35 Tahun dengan

pendidikan S1 Kedokteran, 1 Staf umum berusia 25 Tahun dengan pendidikan S1

Keperawatan, dan 1 staf TU berusia 25 Tahun dengan pendidikan S1 Keperawatan.

4.3 Perencanaan Penanggulangan Pengobatan dalam Program Tuberculosis

Paru di Puskesmas 1 Ulu

Perencanaan Penanggulangan Pengobatan dalam Program Tuberculosis Paru

di Puskesmas 1 Ulu penanggulangan TB dilakukan dengan tiga komponen yang

mendukung keberhasilan program penanggulangan TB.

Perencanaan dalam pengobatan TB Paru dilakukan dengan tiga komponen

yaitu: sumber daya manusia,pendanaan, dan sarana prasarana.

4.3.1 Input

Input yang dimaksud dalam penelitian ini terdiri dari Tenaga Kesehatan,

Anggaran, Sarana dan Prasarana, serta Obat.

Hasil wawancara jumlah tenaga kesehatan dalam program TB Paru di

Puskesmas 1 Ulu tahun 2019 saat ini berjumlah 6 orang yang terdiri dari Penanggung

Jawab TB, Dokter TB, Petugas TB, Petugas Laboratorium, Staf Umum,Staf TU. Dari

hasil wawancara mendalam di dapatkan informasi bahwa tenaga kesehatan dalam

program TB Paru telah mendapatkan pelatihan dan hal ini terlihat melalui wawancara

dengan informan kunci sebagai berikut:

“ yang jelas dari petugas perawat ada, medis juga ada, dokter jugaada,analis juga ada, stok obat farmasi juga dilatih semua “(informan TD)

Page 76: ANALISIS PERENCANAAN DALAM PENGOBATAN PROGRAM …

60

Informan menyatakan pelatihan tersebut semua dari dinas :

“ oh kalau petugas-petugas dari dinas langsung ada workshop atau pelatihanalau untu petugas yang tidak hubungan dengan TB yang jelas sosialisasi misalnyapetugas skrining servis merea juga tau oh seperti apa kasih edukasi cara membuangdahak.”(informan TD)

“ kalau dipuskesmas paling setelah kita ikut pelatihan dari dinas kitasosialisasikan langsung seluruh petugas dikumpulkan dari sosialisasi misalnya adailmu terbaru ,ada informasi terbaru langsung disosialisasikan, kalau pelatihankhusus karena petugasnya hanya satu yang perawatnya dan dokternya juga saya danDr. Anet juga jadi kita tidak ada pelatihan khusus ,pelatihan dipuskesmas tapibentuk sosialisasi setelah pelatihan dari luar puskesmas.” (Informan TD)

Mengenai pelatihan khusus di Puskesmas 1 Ulu , informan menggungkapkan

bahwa di Puskesmas 1 Ulu tidak ada pelatihan khusus, hal ini terlihat dari wawancara

mendalam berikut ini:

“kalau kegiatan khusus tidak seperti kasus OPGJ ada posyandu khusus untukTB memang pernah diusulkan untuk ekstrapuding jadi setiap pasien diberikanmakanan tambahan ternyata belum di acc jadi sementara ini kegiatan khususnya hanyasebatas screening, kunjungan rumah seperti umum saja, Terus pemantauan minum obatuntuk pasien-pasien mangkir minum obat, yang tidak ambil obat kemudian tetap penyuluhanobat dan penjaringan oleh poswindu dan posyandu lansia” (informan TD)

Menurut kutipan Petugas TB sebagai berikut:

“kalau di puskesmas itu dapat dari dinas kesehatan, kebetulan kemaren dapatpelatih TB tahun 2016 untuk di tingkat posyankes petugas sudah dapat pelatihan TB,dokternya sudah.” (Informan DF)

“ oh kalau petugas-petugas dari dinas langsung ada workshop atau pelatihanalau untuk petugas yang tidak hubungan dengan TB yang jelas sosialisasi misalnyapetugas skrining servis mereka juga tau oh seperti apa kasih edukasi cara membuangdahak.(informan PD)

Informasi mendalam dengan petugas laboratorium mengatakan bahwa

pelatihan untuk Petugas Laboratorium sebagai beikut:

“ya, dulu pernah di adakan pelatihan tuberculosis sekitar tahun 2007mengenai pembuatan slide, pewarnaan dan registrasi.”(informan MA)

Page 77: ANALISIS PERENCANAAN DALAM PENGOBATAN PROGRAM …

61

Jadi beberapa tahun 2017 sampai sekarang belum ada pelatihan di puskesmas

1 Ulu kutipan dari kutipan laboratorium sebagai berikut

“belum ada, paling yang ada seminar , jadi seminar sekarang sudah banyaktentang TB butuh penyegaranya kita mengikuti seminar-seminar yang ada diwilayah palembang.(informan MA)Menurut kutipan dari staf TU :

“kalau untuk pelatihan itu ada, pasti ada untuk pelatihan itu sendiri pasti adapelatihan bisa diselenggarakan oleh pihak dinas kesehatan kota maupun pihak dinaskesehatan provinsi dan untuk waktunya sendiri itu tidak bisa dijelaskan kapan pastipelatihan itu ada.”(WJ)Menurut kutipan dari staf Umum:

“Ada , jadi puskesmas itu pasti mengajukan permintaan untuk pelatihan yangmengadakan itu biasanya orang dinas langsung menghubungi staf puskes dan stafTU”(Informas PS)

Mengenai pengembangan sumber daya manusia dalam perencanaan dari hasil

wawancara mendalam didapatkan informasi bahwa pengembangan di Puskesmas 1

Ulu sudah ada setiap tahun hal ini terlihat melalui wawancara dengan informan

sebagai berikut:

“Kalau untuk pengembangan SDM itu sendiri sebenarnya sudah ada programdari dinas setiap tahun ada pelatihan petugas dan dokter jadi di update terus ilmukalau ada yang baru-baru, seperti yang terakhirkan untuk obat TB anakkan tidaksetiap tiga kali sehari seminggu, kalau yang terbaru harusnya setiap hari tapi lagi-lagi setiap ada yang terbaru pasti dikabari, kalau yang dulukan tidak ada yangnamanya pencegahan BPINH sekarang ada yang baru. Update ilmu dari situ setiaptahun pasti ada dari dinas “ (PD)

Menurut kutipan dari petugas TB mengenai pengembangan sumber daya

manusia dan kegiatan khusus yang di buat puskesmas sebagai berikut:

“SDM nya sudah lumayan lengkap iya, analisnya ada, petugas dariperawatannya juga lengkap dari dokter yang lengkap dan dokter dan perawatnyajuga sudah iut pelatihan penanggulangan TB”(informan DF)

“ kegiatan karyawan olahraga senam bersama setiap hari sabtu, Cuma kalauuntuk khusus pasien TB tidak ada paling kalau kegiatan petugas untuk turun ke

Page 78: ANALISIS PERENCANAAN DALAM PENGOBATAN PROGRAM …

62

lapangan skrining pasien,pelacakan TB mangkir bagi pasien TB yang telat ambilobat jadi kita datangi kerumahnya untuk jemput bola istilahnya ita datangikerumahnya, kita jelasi kenapa sampai telat ambil obat”(informan DF)

Menurut kutipan dari penanggung jawab program di Puskesmas 1 Ulu ada

kerjasama lintas sektor setiap triwulan yang menyatakan sebagai berikut:

“Kalau kerjasama untuk lintas sektorkan kita ada rapat minlok (minilokakarya) setiap triwulan dengan pihak kecamatan,kelurahan jadi disitu kitapaparkan hasil program jadi misalnya kalau ada warga masyarakat batuk-batuklebih dari 2 minggu keluhannya ada keringat malam,meriang, segala macam tolongdilaporkan jadi disitu kita sosialisasi terus, ada kader yang menanggap kalau adayang positif sekelilingnya kita minta tolong kader langsung dijaring untukpemeriksaan dahaknya.”(informan PD)

Kutipan dari petugas laboratorium dalam program tuberculosis sebagai

berikut:

“ ini berkenaan mengenai tuberculosis ya, disini kita menerima sampel yangdirujuk dari pengelola program yaitu di ruang TB , kemudian kita masukan danamagister dan membuat slidenya ,pewarnaan, Kemudian di baca di miskroskopkemudian ada juga pelaksanaan test cm,test cm itu jadi kita menerima sampel dandimasukan ke dalam register dan kita mengadakan packing untuk pengiriman sampeltersebut kerumah sakit yang sudah bekerjasama dengan puskes.”(informan MA)

Anggaran untuk Program Tuberculosis Paru di Puskesmas 1 Ulu berasal dari

BOK. Berdasarkan hasil wawancara didapatkan informasi mengenai tidak

mengetahui besarnya dana untuk program TB Paru tersebut karena selama ini pihak

Puskesmas menerima sarana-sarana langsung dari Dinkes, hal ini bisa kita lihat dari

kutipan informan berikut ini :

“pendanaannya sekarang jelas dari dana BOK untuk kunjungan petugasnya,kunjungan rumah ,skrining, pemantauan minum obat,, untuk penyuluhan dan lebih ketransport Kalau pendanaannya ,kalau untuk alat-alatnya dari dinas kayak obat itudari dinas juga.”(informan PD)

“ berasal dari dana BOK dan dana oprasional bpjs jadi untuk kegiatan yangberhubungan dengan TB ini sudah ad dananya” (informan DF)Kutipan dari petugas TB Paru sebagai beriku:

Page 79: ANALISIS PERENCANAAN DALAM PENGOBATAN PROGRAM …

63

“sudah ada dana masing-masing program suudah mendapatkan dana BOKdan dana oprasional”(informan DF)

“ iya semua program itu sudah kita anggarkan menggunakan danaBOK.”(informan PS)

Sarana yang digunakan dalam program TB Paru tahun 2019 yaitu berupa

mikroskop,reagent, pot dahak, obat TB Paru dan formulir pencatatan dan pelaporan.

Ketersediaan sarana yang dibutuhkan dalam program TB Paru ini dinyatakan

memadai. Ketersediaan sarana dan prasarana dalam pelaksanaan program TB Paru ini

terlihat melalui hasil wawancara berikut ini:

“Penyediaan sarana dan prasarana selama ini sudah dapat dari dinas yangspot kutum,segala macam lembar-lembar LB 1 sampai LB 12 itu dari dinas semuajadi kita paling untuk kunjungan rumah segala macam untuk transportasi petugas,untuk Lab kita hanya membuat sediaan nanti di cek pcm, kalau untuk miskroskop adaitu pengadaan dari dinas juga dan itu sudah lama. Kita banyak di support dari danadinas, kita paling dana BOK unttuk transport petugas sama ada kalau sosialisasipenyuluhan. (informan PD)

“ Sarana dan prasarana disini sudah cukup baik terutama misalnya untukprogram TB mulai dari sarana,pot skutum,obat-obatan sudah tersedia. Jadi kitatinggal mengajukan kedinas kesehatan buat perlengkapan di puskesmas juga sudahmendukung” (informan DF)

“sebenarnya untuk pemeriksaan mikroskopis sarana dan prasarananya ituterutama logistiknya itu didapat dari gudang farmasi, berupa reagen disini reagengel newsen ya, kemudian slide ,pot sputum, dan hanscoon sebagai APD, semua ituutama digunakan di dalam pemeriksaan mikroskopis TB ini.” (informan MA)

“ untuk sarana dan prasarana ini cukup lengkap juga iya jadi TB itu kitaada anggarannya khusus program TB dan program yang lainnya, jadi puskesmasjuga mendukung program TB”(informan PS)

Ketersediaan obat bagi penderita TB Paru di Puskesmas 1 Ulu sudah

mencukupi. Dalam kunjungan ke Puskesmas selama penelitian,peneliti melihat

ketersediaan obat TB Paru di Puskesmas. Adapun informasi yang telah disampaikan

informan yaitu:

“Cukup, jadi ambil targetnya dari tahun sebelumnya kita tambahin 10%kalaupun ada kasus-kasus khusus biasanya cepat jadi langsung kegudang obat

Page 80: ANALISIS PERENCANAAN DALAM PENGOBATAN PROGRAM …

64

langsung di sediain stok obatnya langsung dapat, jadi yang kami sediain kategori I,itu juga cukup stoknya kalau ada kasus tambahan biasanya minta langsung dapatgak lama, semuanya dapat dari dinas tidak beli sendiri.”(informan PD)

Dalam program TB Paru ini dan dalam pengobatan TB Masih banyak pasien

yang selalu mangkir dari pengobatan itu adalah salah satu hambatan dalam program

TB Paru tersebut. berikut informasi yang disampaikan oleh informan sebagai berikut:

“ dari beberapa kasus rata-rata pasien bosen minum obat jadi ngerasasudah sembuh kalau edukasi sudah cukup sekali, kadang-kadang sudah di ulang-ulang sama kader juga diulangi lagi, kita mau bilang pasien bebel juga tidak bisamenyalahkan pasien, kadang kita ngerasa minum obatpun merasa mual, segalamacam merasa tida betah banyak seperti itu kendalanya. Yang jelas pasien bosanminum obat, yang mdr bosan di suntik, kadang-kadang di suntik atau tidak nafsumakan, paling terus-terus kasih edukasi setiap dia control ‘dok saya mau berentiminum obat , nah itu kita edukasi ulang , pasien bosen minum obat dukungankeluarga ada tapi kurang maksimal paling itu kendalanya karena disini rata- ratamenengah kebawah ada juga yang guru tapi Rata-rata yang menengah kebawahngerasa sudah enak tidak masalah padahal nantinya kita mengobati biar tidakngerasa ada sumber penularan dan selesai sampai disitu.” (infoman PD)Kutipan dari informan petugas TB Paru sebagai berikut:

“ kendala yang di rasakan itu pertama kita tidak tahu alamatnya jadi kitaharus Tanya dulu ke RT nya terus juga susah dijangkau deaerah sekitar 1 Ulu dan 2Ulu ini, jadi kalau untuk penemuan pasien jadi kitta melaksanakan lintas programjadi kita tanyakan pemegang program lain dan kita juga kerjsama dengan poli-polilain.”(informan DF)Kutipan dari informan umum sebagai berikut :

“kalau untuk mengatasi kendalanya itukan di BOK kita sudah mengadakanegiatan khusus TB, ada pelacakan TB mangkir, ada skrining pasien TB, skriningposyandu lansia, jadi sudah ita anggarkan untuk TB.” (informan PS)4.3.2 Proses

Proses dalam program TB Paru terdiri dari penemuan kasus dan diagnosis

penderita, pengobatan TB Paru, pencatatan dan pelaporan cross check.

Berdasarkan hasil wawancara mendalam diketahui bahwa dalam proses

penemuan dan pengobatan penderita TB di Puskesmas 1 Ulu ini menggunakan

Page 81: ANALISIS PERENCANAAN DALAM PENGOBATAN PROGRAM …

65

pengecekan dahak, dimana dari hasil penggecekan dahak tersebut didapatkan

penemuan pasien TB Paru. Berdasarkan informasi yang didapatkan oleh informan

sebagai berikut:

“ sistem pencatatan dilakukan setiap hari ketika sampel datang kita catat diTB 04 , kemudian pelaporan dilakukan selama triwulan , pelaporan ini dilakukanpengiriman slide yang sudah kita lakukan, pengirimana slide follow up itu kitacroscek kerumah sakit paru dan pelaporan itu di laporkannya disebut 012 yaitu adapetugas plangko khusus itu kita kirim bersama dengan slide untuk kita croscek tadi. “(informan MA)

Dalam penemuan kasus TB Paru ini biasanya selalu ada hamabatan dan cara

mengatasinya. Berikut informasi yang didapatkan dari informan sebagai berikut:

“yang jelas kita edukasi terus jadi tidak bosen-bosennya pasien datang,kalau dia bosen stop obat kita harus edukasi ulang kalaupun minta tolong kaderuntuk mengingatkan untu kontrol ini juga ita dibantu kartu kontrol tapi belum dipajang, siapa-siapa yang harus berkunjung ditanggal itu dia tidak datang langsungdicari kealamat rumah harus dihubungi, jadi harus tetap kontrol kecuali beberapakasus yang meninggal itu tidak bisa, tapi kalau ada yang pindah kota itu jugakadang-kadang kendala disitu”(informan PD)Kutipan dari petugas TB sebagai berikut:

“ ya, itu tadi jadi kita kerjasama lintas program dan bekerjasama denganpemegang program yang ada di puskesmas, jadi kalau dapat suspek dan langsungkirim ke poli TB kerjasama juga ke RT jadi kita sering juga mengadakan sosialisasidan penyuluhan missal ada acara di keluarga atau kecamatan jadi kita ikutpenyuluhan tentang TB biar pencapaian di puskesmas semain meningkat samapemberdaya kader kita aktif suspek dan pasien TB”(informan DF)Kutipan dari laboratorium sebagai berikut:

“kalau keberhasilan itu kita sebut dengan bila sampel follow up ya slidenyadisebut untuk AP( akhir pengobatan) itu jika hasilnya negatif kita sebut berhasil tapitetap harus menjaga PHBS istilahnya imunisasinya tetap kuatkan, kalau yang untukpemeriksaan laboraturium tantangan paling pasien tidak datang pada jadwalnya.”(informan MA)

Menurut informasi tantangan yang dilakukan oleh petugas laboratorium

sebagai berikut:

Page 82: ANALISIS PERENCANAAN DALAM PENGOBATAN PROGRAM …

66

“kita sebagai pelaksana laboratorium unuk mengingatkan pada pengelolaprogram untuk jadwal follow up pasien yang terdata di TB 04 itu biasanya ada yangselesai pengobatan intersif yaitu 1 minggu sebelum dan 2 bulan kemudian adafollowup lagi bulan kelima kemudian baru akhir pengobatan pada bulan 6 alaumasalah logistik kita menguusulkan kepada atasan.(informan MA)

Berdasarkan informasi yang didapat bahwa pencatatan dan pelaporan di

Puskesmas 1 Ulu sudah cukup baik, berikut informasi yang didapatkan dari informan

sebagai berikut:

“Kalau disini sekarang masih online belum ada data pencatatan danpelaporan khusus yang online yang manual maksudnya setiap bulan dilaporkanpertriwulan juga ada laporan lagi akhir tahun ada laporan lagi, kalau di puskesmasada pembinaan setiap bulan jadi hasil pencapaian bulan tersebut dilaporkan kedinasmanual.” (informan PD)

Berdasarkan informasi yang didapat dari petugas TU kendala selama

pelaporan TB sebagai berikut :

“ sejauh ini tidak ada kendala apapun, apa yang disampaikan apa yangdilaporkan sudah sesuai.”(informan WJ)

Berdasarkan informasi yang didapat dari petugas staf umum kendala

pencatatan dan pelaporan sebagai berikut :

“ pencatatan itu sudah direkap sama petugas TB, baru di laporkan danlaporan itu biasanya via whatsapp atau langsung dikirim kedinas.”(informan PS)

“ kalau kendala tidak ada sih selama ini lancar-lancar aja semuanya laporanitu dilaporkan sebelum tanggal 5 dan langsung dikirim ke dinas.” (informan PS)

Berdasarkan informasi yang didapat dari petugas umum alur pendaftaran

sebagai berikut:

“kalau untuk pasien TB ada alur sendiri jadi untuk pasien yang sudah positifTB itu langsung ke ruangan poli TB , jadi mereka datang ke poli TB dan petugas Tbyang akan mendaftarkan di pendaftaran lalu setelah petugas mendaftar petugasmemeriksa pasien dan petugas juga mengambilkan obat di apotik.” (informan PS)

Kutipan dari petugas umum menggungkapkan pasien tersebut tidak mendaftar

sendiri , karena memperkecil penularan di puskesmas sebagai berikut:

Page 83: ANALISIS PERENCANAAN DALAM PENGOBATAN PROGRAM …

67

“ iya, karena itukan memperkecil kemungkinan penularan di puskesmas,kecuali pasien yang baru TB kan belum tau jadi mungkin kita bisa dapat atau kitatangkap ke poli-poli lain, poli umum, poli lansia, dan poli anak jadi kalau khususpasien yang diambil obat langsung ke poli TB.”(informan PS)

Berdasarkan informasi yang didapat dari informan bahwa di Puskesmas 1 Ulu

tidak ada kader khusus berikut kutipan dari informan:

“ Jadi kalau untuk kader PMO ini tidak ada, kami rata-rata PMO langsungdari keluarga misalnya istri, suaminya,anaknya terus dari keluarga terdekat. Jaditidak khusus yang PMO, karena sekarang sudah boleh kalau dulu memang harusyang satu disegani segala macam kalau sekarang yang penting pasien teratur dariorang yang diluar eluarga kalaupun kader tujuannya paling misalnya ada pasienyang terlambat minum obat atau telat control kami minta tolong Kerjasama kaderuntuk kunjungan rumah jadi memastikan pasien memang ada dan tidak datang untukdi bujuk kepuskes, kalau untuk PMO kadernya tidak ada.” (informan PD)

“kalau kader khusus untuk TB Paru belum punya , tapi kita kerjasama dengankader asyah kita bisa minta tolong juga buat cari suspek dan pasien di sekitar 1 Uludan 2 Ulu.”(informan DF)4.3.3 Output

Output dalam program TB Paru ini terdiri dari penemuan dan angka

kesembuhan pasien yang ada dipuskesmas 1 Ulu.

Berdasarkan hasil temuan observasi di dapatkan cakupan TB Paru mengenai

penemuan kasus sebagai berikut :

“kalau untuk 2017 sampai 2018 itu program TB nya tercapai ya, suspekTB semakin meningkat kalau 2017 itu sekitar 407 pasien yang kita dapatin itumeningkat dari 2016 itu kita dapat 12 pasien jadi meningkat cukup signifikan danditahun 2017 itu kita dapat 57 pasien BTA positif dan negatif untuk tahun 2019sampai bulan april kita baru dapat 24 pasienya dan masih berlanjut sampaisekarang.” (informan DF)

Berdasarkan infomasi dari staf TU melihat capaian meningkat dan menurun di

lihat dari SPM , berikut kutipannya :

“ kalau melihat capaian tersebut bisa kita lihat dari SPM,SPM itu bisadilihat pertahun diisitu kita bisa lihat apakah ada perubahan meningkat ataumenurun dari tahun ke tahun.”(informan WJ)

Page 84: ANALISIS PERENCANAAN DALAM PENGOBATAN PROGRAM …

68

BAB V

PEMBAHASAN

5.1 Masukan (Input)

Terdapat beberapa aspek yang di kategorikan sebagai masukan (input) dalam

program penanggulangan dalam pengobatan program Tuberculosis Paru khususnya

dalam perencanaan program TB paru yaitu Tenaga kerja (SDM) , Pendanaan(Dana) ,

dan sarana prasarana.

5.1.1 Tenaga kesehatan (SDM)

Kecukupan anggaran masih harus didukung oleh sumber daya manusia di

bidang kesehatan khususnya pengelola program TB. Menurut Kemenkes RI (2014),

standar kebutuhan minimal tenaga pelaksana program TB Paru di Puskesmas 1 Ulu

yaitu tenaga pelaksana terlatih terdiri dari 1 dokter dan 1 petugas TB. Sedangkan

kebutuhan minimal untuk puskesmas rujukan mikroskopis yaitu tenaga pelaksana

terlatih 1 dokter, 1 petugas TB, dan 1 tenaga kerja Laboratorium. Tenaga kesehatan

yang terlibat dalam program penanggulangan TB Paru di Puskesmas 1 Ulu belum

sesuai dengan kebutuhan minimal tenaga pelaksana program TB Paru di Puskesmas 1

Ulu yaitu 1 Dokter bertugas sebagai penanggung jawab program TB, 1 dokter

pemeriksa TB Paru, 1 perawat petugas TB, 1 petugas laboratorium.

Dokter mempunyai tugas untuk menetapkan diagnosis penderita TB Paru.

Sedangkan petugas TB mempunyai tugas untuk melakuan penjaringan kasus,

penemuan kasus, pengumpulan dahak,membuat apusan dahak dan memberikan

Page 85: ANALISIS PERENCANAAN DALAM PENGOBATAN PROGRAM …

69

penyuluhan kepada masyarakat. Petugas laboratorium mempunyai tugas

mengumpulkan dahak atau membuat sediaan dahak, pewarnaan, membaca sediaan

dahak, mengirim hasil bacaan kepada petugas TB dan menyimpan sediaan untuk

crosscheck. Sebagian besar tugas dan tanggung jawab yang harus dilaksanakan

tenaga kesehatan yang terlibat dalam program penanggulangan TB Paru telah

dilaksanakan. Akan tetapi masih ada yang belum dilaksanakan dengan maksimal

yaitu memberikan penyuluhan kepada msyarakat umum. Penyuluhan yang dilakukan

hanya kepada suspek dan penderita TB Paru. Penyuluhan untuk masyarakat umum

belum pernah dilakukan, sehingga penemuan TB Paru belum optimal.

Seharusnya tenaga kesehatan yang terlibat dalam penanggulangan TB Paru di

Puskesmas 1 Ulu bukan hanya tanggungjawab petugas TB Paru saja, melainkan

adanya dukungan lain seperti tenaga kesehatan lain, kader TB dan PMO yang

ditunjuk oleh pihak puskesmas untuk terlibat dalam program penanggulangan TB.

Petugas TB Paru tidak akan mampu menangani permasalahan TB Paru tanpa adanya

kerjasama dengan tenaga kesehatan lain dan kader TB dalam upaya menemuan kasus.

Petugas TB Paru berperan dalam melakukan penemuan kasus dan penyuluhan

untuk mencegah agar tidak terjadinya peningkatan jumlah penderita TB Paru.

Penyuluhan dilakukan dengan cara penyuluhan perorangan(bagi penderita yang

berobat ke puskesmas) dan penyuluhan ke masyarakat. Petugas TB Paru juga

melakukan penjaringan terhadap suspek TB Paru. Puskesmas 1 Ulu merupakan

puskesmas rujukan mikroskopis dalam upaya penanggulangan TB Paru melakukan

Page 86: ANALISIS PERENCANAAN DALAM PENGOBATAN PROGRAM …

70

pemeriksaan dahak, membuat sediaan apusan dahak, pewarnaan, membaca sediaan

dahak dan menyimpan sediaan dahak untuk di crosscheck. Pewarna tersebut dilakuan

oleh seseorang analis laboratorium dalam melakukan pemeriksaan dahak secara

mikroskopis untuk melihat ada atau tidaknya bakteri. Hasil pemeriksaan yang didapat

dari laboratorium tersebut selanjutnya mengirim hasil bacaan kepada petugas TB.

Pelatihan merupakan suatu upaya meningkatkan pengetahuan,sikap, dan

keterampilan petugas dalam rangka meningkatkan mutu dan kinerja petugas. Setiap

tenaga kesehatan sudah melakukan pelatihan. Berdasarkan hasil penelitian yang

dilakukan di puskesmas 1 Ulu bahwa petugas TB Paru di Puskesmas 1 Ulu telah

mendapatkan pelatihan mengenai TB paru pada tahun 2010 yang didapat dari Dinas

Kesehatan Kota Palembang dan telah banyak mengikuti berbagai kegiatan seperti

seminar TB Paru, pertemuan-pertemuan secara rutin yang dilakukan di pemerintah

Kota Palembang. Pelatihan yang didapat petugas TB Paru yaitu mengenai pencatatan

dan pelaporan, pelatihan dalam hal fiksasi slide,penjaringan terhadap suspek TB Paru,

dan pemeriksaan dahak secara mikrosopis. Namun pelatihan yang didapat oleh

petugas TB Paru hanya sekali setahun saja.

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa tenaga kesehatan yang terlibat

dalam program penanggulangan TB Paru di Puskesmas 1 Ulu petugas Tb Paru sudah

mendapatkan pelatihan dari dinas, namun masih kurangnya tenaga kerja untuk

program tuberculosis seperti masih kurangnya kader khusus tuberculosis. kebutuhan

OAT stok selalu ada di puskesmas tersebut.

Page 87: ANALISIS PERENCANAAN DALAM PENGOBATAN PROGRAM …

71

5.1.2 Pendanaan (Dana)

Berdasarkan hasil penelitian didapatkan informasi penanggung jawab

program, petugas TB dan staf bahwa anggaran untuk program TB Paru di Puskesmas

1 Ulu berasal dari BOK, dana yang di peroleh Puskesmas dari BOK tersebut hanya

untuk biaya transportasi dalam penjaringan kasus.

(Azwar, (2010) dalam Chotimah dkk, 2018) , anggaran disebut cukup apabila

anggaran yang digunakan dapat mencapai sasaran sesuai perencanaan dan bermanfaat

pada program tersebut. kecukupan anggaran dapat dianalisis pada tahap perencanaan.

Sehingga untuk mengetahui kecukupan anggaran program TB Paru di Puskesmas

maka diperlukan analisis manfaat dan ketepatan biaya.

Pendanaan dalam pelaksanaan program penanggulangan TB Paru di

Puskesmas 1 Ulu berasal dari BOK dinas kesehatan. Dinas Kesehatan mendapatkan

dana dari APBN dengan memberikan obat-obatan gratis, perlengkapan laboratorium

seperti pot dahak, miskroskop, slide, dan buku pasien ke puskesmas . dana yang di

peroleh Puskesmas dari BOK tersebut hanya untuk biaya penjaringan kasus dan

penyuluhan.

5.1.3 Sarana dan Prasarana

Pelaksanaan program penanggulangan TB Paru khususnya penemuan kasus

dan pemeriksaan dahak tidak terlepas dari tersedianya sarana dan prasarana untuk

mendukung keberhasilan program tersebut. Sarana adalah segala sesuatu yang

digunakan sebagai alat untuk mencapai tujuan tertentu,sedangkan prasarana adalah

Page 88: ANALISIS PERENCANAAN DALAM PENGOBATAN PROGRAM …

72

segala sesuatu yang digunakan sebagai penunjang dalam melaksanakan suatu

kegiatan. Pelaksanaan program penanggulangan TB Paru di Puskesmas 1 Ulu di

perlukan sarana dan prasarana seperti persediaan OAT(Obat Anti Tuberculosis), alat

transportasi, pot dahak, kaca sediaan , dan ruang khusus TB Paru.

Menurut hasil penelitian Tambunan dan Engelina (2017) dengan judul

Analisis Penatalaksanaan Program Penanggulangan Program Tuberculosis Paru

dengan Strategi DOTS menyatakan , Dalam program TB Paru sarana adalah segala

sesuatu yang digunakan sebagai alat untuk mencapai tujuan tertentu, sedangkan

prasarana adalah segala sesuatu yang digunakan sebagai penunjang dalam

melaksanakan suatu kegiatan , karena dalam program TB Paru tidak terlepas dari

tersedianya sarana dan prasarana untuk mendukung keberhasilan program tersebut.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan diketahui bahwa Puskesmas 1 Ulu telah

memiliki sarana dan prasarana yang memadai, dan pihak Puskesmas telah memiliki

ruang khusus TB Paru supaya setiap pasien TB tidak segan menggunakan

perlengkapan yang harus digunakan dan tidak menyebarkan virus terhadap pasien

lainnya, transportasi ambulans dan ruang laboratorium juga telah memadai.

Puskesmas 1 Ulu melakukan fiksasi slide sampai pemeriksaan dahak secara

mikroskopis sehingga sarana dan prasarana di Puskesmas memadai. Peralatan yang

dimiliki yaitu penampung dahak, kaca slide, pemeriksaan dahak secara mikroskopis

serta obat OAT. Perlengkapan sarana dan prasarana ada juga yang tidak lengkap

seperti Tes Cepat Molekuler (TCM).

Page 89: ANALISIS PERENCANAAN DALAM PENGOBATAN PROGRAM …

73

5.2 Proses (Procces)

Aspek yang terdapat dalam proses perencanaan penanggulangan dalam

pengobatan TB Paru di Puskesmas 1 Ulu terdiri dari pengobatan TB dengan OAT

yang di awasi oleh PMO, ketersediaan obat, pencatatan dan pelaporan dan monitoring

evaluasi.

5.2.1 Pengobatan TB dengan OAT yang diawasi oleh PMO

Pencapaian angka keberhasilan pengobatan sangat bergantung pada efektivitas

sistem logistik dalam menjamin ketersediaan obat (untuk obat ini pertama dan kedua)

dan logistik non obat secara kontinyu. Diperlukan upaya tambahan dari petugas

farmasi dan petugas kesehatan yang melibatkan PMO yang terlibat dalam

pengelolahan OAT disetiap jenjang, dimulai dari perhitungan kebutuhan,

penyimpanan, sampai persiapan pemberian(distribusi) OAT kepada pasien. Untuk

menjamin tidak terputusnya pemberian OAT, Stok OAT harus tersedia dalam jumlah

cukup untuk minimal 6 bulan sebelum obat diperkirakan habis.

Pemberian obat yang di awasi secara langsung atau dikenal dengan istilah

DOTS (Directly Observed Therapy Shortcourse), pasien di awasi secara langsung

ketika menelan obatnya, dimana obat diberikan harus sesuai standar. Dalam aturan

pengobatan tuberculosis jangka pendek yang berlangsung selama 6-8 bulan dengan

mengggunakan kombinasi obat anti tuberculosis. Pemberian obat harus berdasarkan

apakah pasien diklasifikasikan sebagai kasus baru atau kasus lanjutan atau kambuh,

dan seluruhnya diberikan secara gratis kepada seluruh pasien tuberculosis.

Page 90: ANALISIS PERENCANAAN DALAM PENGOBATAN PROGRAM …

74

Pengawasan pengobatan secara langsung adalah penting setidaknya selama

tahap pengobatan intensif (2 bulan pertama) untuk menyakinkan bahwa obat dimakan

dengan kombinasi yang benar dan jangka waktu yang tepat. Dengan pengawasan

pengobatan secara langsung, pasien tidak memikul sendiri tanggung jawab akan

kepatuhan penggunaan obat. Para petugas pelayanan kesehatan, petugas kesehatan

masyarakat, pemerintah dan masyarakat semua harus bertanggung jawab dan

memberi banyak dukungan kepada pasien untuk melanjutkan dan menyelesaikan

pengobatannya. Pengawasan pengobatan bisa jadi siapa saja yang, terlatih,

bertanggung jawab,dapat diterima oleh pasien dan bvertanggung jawab terhadap

pelayanan pengawasan pengobatan tuberculosis(Kemenkes RI, 2014)

5.2.2 Ketersediaan Obat

Jaminan tersedianya obat secara teratur, menyeluruh dan tepat waktu, sangat

diperlukan guna keteraturan pengobatan. Masalah utama dalam hal ini adalah

perencanaan dan pemeliharaan stok obat pada berbagai tingkat daerah. Untuk ini

diperlukan pencatatan dan pelaporan penggunaan obat yang baik, seperti misalnya

jumlah kasus pada setiap kategori pengobatan, kasus yang ditangani pada waktu lalu

untuk memperkirakan kebutuhan, data akurat stok masing-masing gudang yang ada

dan lain-lain.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dapat diketahui bahwa

Puskesmas 1 Ulu sudah memiliki persediaan obat yang cukup. OAT yang diberikan

melalui Instalasi Gudang Farmasi Kota Palembang kepada Puskesmas 1 Ulu dengan

Page 91: ANALISIS PERENCANAAN DALAM PENGOBATAN PROGRAM …

75

membuat permintaan obat ke Dinas Kesehatan dan dilanjutkan membuat permintaan

ke intansi gudang farmasi, kemudian diserahkan ke Puskesmas 1 Ulu. Walaupun obat

di Puskesmas habis, maka petugas TB akan mencari obat TB Paru ke Puskesmas lain.

Pendistribusian OAT TB dari pihak Dinas Kesehatan diberikan setiap 2 bulan sekali,

pendistribusian OAT ini berdasarkan jumlah pasien yang menjalankan pengobatan.

5.2.3 Pencatatan dan Pelaporan

Sistem pencatatan dan pelaporan digunakan untuk sistematika evaluasi

kemajuan pasien dan hasil pengobatan. Sistem ini terdiri dari daftar laboratorium

yang berisi catatan dari semua pasien yang diperiksa sputumnya, kartu pengobatan

pasien yang merinci penggunaan obat dan pemeriksaan sputum lanjutan setiap pasien

tuberculosis yang dicatatan tuberculosis yang ada di kabupaten. Kemampuan pasien

ini pergi, dia harus menggunakan kartu sehingga dapat melanjutkan pengobatan dan

tidak sampai tercatat dua kali (Kemenkes RI, 2014)

Berdasarkan hasil penelitian didapatkan informasi bahwa pengobatan

penderita TB Paru di Puskesmas 1 Ulu sudah sesuai dengan pedoman TB Paru, akan

tetapi pasien yang berobat semaunya dan tidak sesuai. Obat anti tuberculosis(OAT)

adalah komponen terpenting dalam pengobatan TB. Pengobatan TB merupakan salah

satu upaya paling efisien untuk mencegah penyebaran lebih lanjut kuman TB.

(Kemenkes RI, 2014)

Dalam kegiatan program TB Paru sistem pencatatan dan pelaporan buku yang

dilaksanakan dengan baik dan benar, dengan maksud mendapatkan data yang sah atau

Page 92: ANALISIS PERENCANAAN DALAM PENGOBATAN PROGRAM …

76

valid untuk di olah, dianalisis, di interpretasi, disajikan dan di sebarluaskan untuk

dimanfaatkan sebagai dasar perbaikan program (Kemenkes RI, 2014). Berdasarkan

hasil penelitian didapatkan informasi bahwa pencatatan dan pelaporan di Puskesmas

1 Ulu sudah cukup bagus dan lengkap. Pencatatan dan pelaporan dilaporkan tiap

triwulan ke Dinas berdasarkan laporan yang diminta.

5.3 Keluaran (Output)

Tujuan program penanggulangan TB Paru adalah menurunkan angka

kesakitan dan kematian akibat TB dalam rangka pencapaian tujuan pembangunanan

kesehatan untuk meningatan derajat kesehatan masyarakat. Upaya untuk menurunkan

angka kesakitan dan kematian akibat TB dapat dilakukan dengan penemuan dan

penyembuhan pasien. Penemuan dan penyembuhan pasien merupakan fokus utama

stratgei DOTS. Penemuan dan penyuluhan pasien TB Paru akan memutuskan rantai

penularan TB dan dengan demikian menurunkan insidens TB di masyarakat.

Penemuan kasus TB Paru di Puskesmas 1 Ulu belum mencapai target yang

telah ditentuan oleh WHO. Angka penemuan kasus TB Paru pada tahun 2018 yaitu

Pengobatan penderita TB Paru (DOTS) Target 88% dan Capaian 22%. Hal ini

disebabkan karena penemuan kasus dilakukan selama ini hanya menunggu penderita

datang ke Puskesmas, bukan dengan melakukan penemuan kasus secara aktif datang

mengunjungi masing-masing rumah masyarakat.

Page 93: ANALISIS PERENCANAAN DALAM PENGOBATAN PROGRAM …

77

BAB VI

SIMPULAN DAN SARAN

6.1 Simpulan

Berdasarkan penelitian mengenai Analisis Penanggulangan dalam Pengobatan

Program Tuberculosis Paru di Puskesmas 1 Ulu dapat disimpulkan bahwa:

1. Tenaga Kesehatan (SDM) yang terlibat dalam program Tuberculosis Paru di

Puskesmas 1 Ulu masih belum lengkap karena hanya memiliki 2 dokter , 1

dokter bertugas sebagai dokter umum, dan 1 dokter bertugas penanggung

jawab program Tuberculosis Paru, 1 perawat sebagai petugas TB Paru, 1

petugas laboratorium.

2. Pendanaan dalam perencanaan penanggulangan dalam pengobatan program

Tuberculosis Paru di Puskesmas 1 Ulu berasal dari BOK(bantuan Operasional

Kesehatan), Dinas Kesehatan mendapatkan dana dari APBN (Anggaran

Pendapatan Belanja Negara) dengan memberikan obat-obatan gratis dan

perlengkapan laboratorium.

3. Sarana dan prasarana di Puskesmas 1 Ulu belum lengkap belum tersedianya

tes cepat molekuler (TCM), Namun puskesmas hanya memiliki ruang khusus

TB dan tersedianya alat transportasi,pot dahak, regensia dan masker

Page 94: ANALISIS PERENCANAAN DALAM PENGOBATAN PROGRAM …

78

6.2 Saran

Berdasarkan hasil simpulan, saran dan masukan yang dapat peneliti berikan,

sebagai berikut:

6.2.1 Bagi Puskesmas 1 Ulu Palembang

Diharapkan meningkatkan hubungan kerjasama lintas sektor, menambah

karyawan untuk tenaga kerja khususnya program tuberculosis, memberikan

pelatihan, meningkatkan Sumber daya manusia (SDM) agar dapat

meningkatkan manajemen dalam pelaksaan program dan memelihara sarana

dan prasarana yang ada di Puskesmas 1 Ulu

6.2.2 Bagi STIK Bina Husada

Diharapkan penelitian ini dapat dijadikan masukan atau informasi untuk

bekal peserta didik dalam melakukan penelitian untuk penyelesaian tugas

akhir pendidikan.

6.2.3 Bagi Peneliti Selanjutnya

Diharapkan penelitian ini dapat dijadikan acuan dalam melakukan penelitian

selanjutnya mengenai Pengobatan Program Tuberculosis Paru dengan

metode yang berbeda.

Page 95: ANALISIS PERENCANAAN DALAM PENGOBATAN PROGRAM …

79

Page 96: ANALISIS PERENCANAAN DALAM PENGOBATAN PROGRAM …

DAFTAR PUSTAKA

Aditama, W, dkk, 2012

Evaluasi Program Penanggulangan Tuberculosis Paru di Kabupaten Boyolali. (Online)Vol 7 No.6 (https://media.neliti.com/media/publications/, di akses 13 Maret 2019)

Anwar, Muhammad. 2019.

Perencanaan Program Kesehatan. (Online) (http://dinus.ac.id/repository/docs/) diakses 20 Febuari 2019

Cahyani, Maulia, dkk. 2013.

Model Perencanaan Penanggulangan Tuberculosis Berbasis Wilayah di KabupatenLumayang. Jurnal Dapetermen Epidemiologi (Online).(http://repository.unej.ac.id/bitstream/handle/, di akses 10 Maret 2019)

Chotimah, I.dkk. 2018.

Evaluasi Program TB Paru di Puskesmas Belong kota bogor tahun 2018. (Onlibe)Vol.1 No.2 (http://ejournal.uika-bogor.ac.id/, di akses 14 Maret 2019)

Dinas Kesehatan Provinsi Sumatra Selatan. 2017.

Profil Dinas Kesehatan Provinsi Sumatra Selatan tahun 2017. (Online)(www.depkes.go.id) di akses 28 Febuari 2019

__________________________________.2015.

Profil Dinas Kesehatan Provinsi Sumatra Selatan tahun 2015. (Online)(www.depkes.go.id) di akses 28 Febauari 2019

E.E.P, Hana. 2017.

Analisis pelaksanaan strategi dots dalam program penanggulangan TB (P2tb) dipuskesmas aras kabu kecamatan beringin kabupaten deli serdang tahun 2017, (Online).(https://repositori.usu.ac.id/, di akses Maret 2019)

Febriawati, H, & Yandrizal. 2019.

Manajemen dan Peran Puskesmas Sebagai Gatekerper. Badan Penerbit GosyenPublishing: Yogyakarta.

Page 97: ANALISIS PERENCANAAN DALAM PENGOBATAN PROGRAM …

Gunawan, Imam. 2016.

Metode Penelitian Kualitatif teori dan praktik. PT Aksara. Jakarta.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2011.

Pedoman Nasional Pengendalian Tuberculosis tahun 2018. (Online)(http//www.depkes.go.id) di akses 2 Maret 2019

____________________________________.2014.

Profil Kesehatan Indonesia. (Online) (http://www.depkes.go.id) di akses 2 Maret 2019

____________________________________.2015.

Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2015. (Online) (http://www.depkes.go.id) di akses20 Mei 2019

_____________________________________.2017.

Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2017. (Online) (http://www.depkes.go.id) di akses12 Maret 2019

Mansur, Muhammad.dkk. 2015.

Analisis Penatalaksanaan Program Penanggulangan Tuberkulosis Dengan strategiDOTS di Puskesmas Desa Lalang Kecamatan medan sunggal tahun 2015, (Online)(http://media.neliti.com/media/publications/ , di akses 1 Maret 2019

Moleong. 2011.

Metode Penelitian Kualitatif edisi revisi. Penerbit PT Remaja Rosdakarya : Bandung

Nizar, Muhammad. 2017.

Pemberantasan dan Penanggulangan Tuberkulosis. Gosyen Publishing: Yogyakarta.

Pusat Data dan Informasi Kemenkes RI. 2016.

Tuberculosis temukan obatai sampai sembuh tahun 2016. (Online)(http//www.depkes.go.id) di akses 1 Maret 2019

_______________________________.2018.

Tuberculosis. (Online) (http//depkes.go.id) di akses 1 Maret 2019

Puskesmas 1 Ulu. 2018.

Profil Puskesmas 1 Ulu Palembang Tahun 2019. Puskesmas 1 Ulu Palembang

Page 98: ANALISIS PERENCANAAN DALAM PENGOBATAN PROGRAM …

STIK Bina Husada, 2017

Buku Panduan Penyusun Skripsi Program Studi Kesehatan Masyarakat STIK BinaHusada Palembang tahun 2017

Sugiyono, 2018.

Metode Penelitian Kualitatif untuk Peneleitian yang bersifat eksploratif, enterpretif,interaktif dan konstruktif. Alfabeta : Bandung

Siswanto. 2011.

Pengantar Manajemen. Bumi aksara : Jakarta

Suhadi & Rais, K.M. 2015.

Perencanaan Puskesmas. Cv Trans Info Media: Jakarta Timur

Tambunan & Engelina.M.2018

Analisis penatalaksanaan program penanggulangan TB Paru dengan strategi dots dipuskesmas belawan kecamatan medan belawan tahun 2017. (Online)(https://repositori.usu.ac.id/, di akses 15 Maret 2019)

Tim Program TB.St Carolus. 2017.

Tuberculosis Bisa di sembuhkan. Pt. Gramedia. Jakarta

Page 99: ANALISIS PERENCANAAN DALAM PENGOBATAN PROGRAM …

TRANSKIP WAWANCARA

1. Identitas Informan

a. Inisial :

b. Umur :

c. Jenis kelamin :

d. Pendidikan :

2. Keterangan Pewawancara

a. Nama Pewawancara :

b. Tanggal Wawancara :

Informan Pertanyaan JawabanPenanggung

JawabProgram TB

Paru danDokter

1. Bagaimana Kerjasama lintas setor yang

dilakukan ?

2. Bagaimana pengembangan sumber daya

manusia dalam perencanaan P2TB ?

3. Apakah ada pelatihan untu semua tenaga

kesehatan ?

4. Bagaimana untuk pelatihan tenaga kesehatan

dalam pelaksanaan P2TB?

5. Bagaimana penyediaan dan penggunaan

semua sarana dan prasarana untuk

perencanaan P2TB?

6. Bagaimana pendanaan untuk perencanaan

prnogram P2TB ?

7. Bagaimana penyediaan dan ketersediaan

OAT untuk pasien TB ?

8. Bagaimana dengan pengobatan OAT yang di

awasi PMO ?

Page 100: ANALISIS PERENCANAAN DALAM PENGOBATAN PROGRAM …

Informan Pertanyaan Jawaban9. Bagaimana sistem pencatatan dan pelaporan

selama P2TB?

10. Bagaimana keberhasilan yang didapat

apakah ada tantangan/kendala pelaksanaan

P2TB ?

11. Langkah apa yang dilakukan dalam

mengatasi tantangan dan kendala selama ini?

12. Apakah ada pelatihan petugas ?

13. Seperti apa pelatihan yang didapat ?

Petugas TB 1. Bagaimana SDM yang ada di Puskesmas 1

Ulu di program TB ?

2. Apakah ada kegiatan khusus yang dibuat

oleh puskesmas 1 Ulu dengan TB?

3. Berarti ada PMOnya ?

4. Apakah ada pelatihan khususuntu programTB ?

5. Berarti sudah mendapatan pelatihan dari

dinkes ?

6. Bagaimana penyediaan sarana dan prasarana

khusus program tuberculosis?

7. Berasal dari mana dana untuk kegiatan TB

Paru ?

8. Jadi setiap program sudah ada dananya ?

9. Bagaimana keberhasilan yang didapat ? apa

ada tantangan/kendala ?

10. Kalau untuk tantangan atau kendala

menghadapi pasien tersebut seperti apa?

11. Langkah apa untuk melakukan kendala

tersebut ?

12. Apakah ada kader khusus untuk TB Paru ?

Page 101: ANALISIS PERENCANAAN DALAM PENGOBATAN PROGRAM …

Informan Pertanyaan JawabanPetugas

Laboratorium

1. Kegiatan apa saja yang di lakukan di

laboratorium?

2. Apakah ada pelatihan yang diberikan oleh

puskesmas khusus petugas laboraturium ?

3. Jadi beberapa tahun 2017 sampai sekarang

belum ada pelatihan di puskesmas ini ?

4. Bagaimana penyediaan dan penggunaan

semua sarana dan prasarana laboratorium

untuk pelaksanaan pemeriksaan dahak secara

mikroskopis?

5. Bagaimana sistem pencatatan dan pelaporan

kegiatan laboratorium ?

6. Sistem pencatatannya panjang iya buk ?

7. Bagaimana keberhasilan yang telah dicapai,

apakah ada tantangan/kendala di

laboratorium ?

8. Apa yang dilakukan untuk tantangan

tersebut?

Staf TU 1. Apakah ada petugas pelatihan khusus untuk

petugas puskesmas?

2. Bagaimana cara melihat apakah capaian

program TB meningkat atau menurun ?

3. Apakah ada kendala selama pelaporan TB ke

tata usaha ?

Staf umum 1. Apa ada pelatihan di puskesmas 1 Ulu di

program TB?

2. Bagaimana penyediaan dan pendanaan

semua sarana dan prasarana untuk P2TB ?

3. Bagaimana alur pendaftaran tersebut ?

Page 102: ANALISIS PERENCANAAN DALAM PENGOBATAN PROGRAM …

Informan Pertanyaan Jawaban4. Jadi pasien tersebut tidak mendaftar sendiri?

5. Apa langkah tantangan/kendala untuk pasien

tersebut?

6. Semua program sudah mendapatkan

anggaran ?

7. Bagaimana sistem pencatatan dan pelaporan

selama P2TB ?

8. Apa ada kendala selama sistem pencatatan

tersebut ?

Page 103: ANALISIS PERENCANAAN DALAM PENGOBATAN PROGRAM …

PEDOMAN WAWANCARA MENDALAM DENGAN

INFORMAN KUNCI KOTA PALEMBANG

TAHUN 2019

Petunjuk Umum Wawancara Mendalam ;

1. Ucapan terima kasih atas ketersediaan dan kehadirannya

2. Lakukan perkenalan dua arah baik seperti peneliti maupun informan

3. Jelaskan maksud dan tujuan wawancara mendalam

4. Wawancara dilakukan oleh peneliti

5. Dalam wawancara informan bebas mengeluarkan pendapat

6. Dijelaskan bahwa pendapat, saran dan pengalaman deskripsi sangat berharga

7. Dalam wawancara tidak ada jawaban yang salah atau benar serta akan dijaga

kerahasiaanya

Pelaksanaan

1. Identitas Informan

a. Inisial :

b. Umur :

c. Jenis Kelamin :

d. Pendidikan :

e. Masa Kerja :

2. Keterangan Pewawancara

a. Nama Pewawancara :

b. Umur :

c. Tanggal dan Waktu Wawancara :

d. Tempat wawancara

Page 104: ANALISIS PERENCANAAN DALAM PENGOBATAN PROGRAM …

Pedoman Wawancara

Perkenalan Assalamualaikum Wr. WbBaikla bapak/Ibu perkenalan saya Sherly Anggraini mahasiswasemenster 8 Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat STIKBina Husada Palembang. Di sini saya ingin mewawancaraiBapak/Ibu tentang Analisis Perencanaan Penanggulangan dalamPengobatan Program Tuberculosis Paru di Puskesmas 1 UluTahun 2019. Dalam wawancara ini bapak/ibu bebasmengeluarkan pendapat dan dalam wawancara ini juga tidak adajawaban yang salah atau yang benar serta dijaga kerahasiannya.Apakah bapak/ibu bersedia untuk di wawancarai ? jika bersedia ,apakah kita bisa mulai dari sekarang ?Terima kasih

Penanggung JawabTuberculosis (Key

Informan)

A. Sumber Daya Manusia- Bagaimana kerjasama lintas sektor yang dilakukan ?- Bagaimana pengembangan sumber daya manusia dalam

perencanaan P2TB ?- Apakah ada pelatihan untuk semua tenaga kesehatan ?

B. Sarana dan Prasarana- Bagaimana penyediaan dan penggunaan semua sarana dan

prasarana untuk perencanaan P2TB?C. Dana

- Bagaimana pendanaan untuk perencanaan program P2TB?D. Pengobatan dan Penjaminan

- Bagaimana penyediaan dan ketersediaan OAT untuk pasienTB

- Bagaimana dengan pengobatan OAT yang di awasi PMO ?E. Alat penunjang

- Bagaimana sistem pencatatan dan pelaporan selama P2TB?

Petugas tuberculosis(Informan)

A. Sumber Daya Manusia- Bagaimana kerjasama lintas sektor yang dilakukan ?

B. Sarana dan Prasarana- Bagaimana penyediaan dan penggunaan semua sarana dan

prasarana untuk perencanaan P2TB?C. Dana

- Bagaimana pendanaan untuk perencanaan program P2TB?

D. Pengobatan dan Penjaminan- Bagaimana penyediaan dan ketersediaan OAT

E. Alat penunjang- Bagaimana sistem pencatatan dan pelaporan selama P2TB

?

Page 105: ANALISIS PERENCANAAN DALAM PENGOBATAN PROGRAM …

Dokter (Informan)

A. Sumber Daya Manusia- Bagaimana kerjasama lintas sektor yang dilakukan ?- Bagaimana pengembangan sumber daya manusia dalam

perencanaan P2TB ?- Apakah ada pelatihan untuk semua tenaga kesehatan ?

B. Sarana dan Prasarana- Bagaimana penyediaan dan penggunaan semua sarana dan

prasarana untuk perencanaan P2TB?C. Dana

- Bagaimana pendanaan untuk perencanaan program P2TB?D. Pengobatan dan Penjaminan

- Bagaimana penyediaan dan ketersediaan OAT untuk pasienTB

- Bagaimana dengan pengobatan OAT yang di awasi PMO ?E. Alat penunjang

- Bagaimana sistem pencatatan dan pelaporan selama P2TB?

Staf Umum

dan Staf TU(Informan)

A. Sumber Daya Manusia- Bagaimana kerjasama lintas sektor yang dilakukan ?- Bagaimana pengembangan sumber daya manusia dalam

perencanaan P2TB ?- Apakah ada pelatihan untuk semua tenaga kesehatan ?

B. Sarana dan Prasarana- Bagaimana penyediaan dan penggunaan semua sarana dan

prasarana untuk perencanaan P2TB?C. Dana

- Bagaimana pendanaan untuk perencanaan program P2TB?D. Pengobatan dan Penjaminan

- Bagaimana penyediaan dan ketersediaan OAT untuk pasienTB

- Bagaimana dengan pengobatan OAT yang di awasi PMO ?E. Alat penunjang

- Bagaimana sistem pencatatan dan pelaporan selama P2TB?

PenutupanTerima kasih bapak/ibu atas waktu yang telah diberikan.Semoga penjelasan ini dapat membantu saya dalam penyusunankarya ilmiah saya. Sekali lagi saya ucapkan terima kasih atasbantuan bapak/ibu yang telah bersedia menjadi informan dalampenelitian saya.Waalaikumsalam Wr.Wb

Page 106: ANALISIS PERENCANAAN DALAM PENGOBATAN PROGRAM …

PEDOMAN OBSERVASI/TELAAH DOKUMENTASIINSTRUMEN PENELITIAN

ANALISIS PERENCANAAN PENANGGULANGAN

DALAM PENGOBATAN PROGRAM TUBERKULOSIS

DI PUSKESMAS 1 ULU TAHUN 2019

Beri tanda Cheklist (√) pada kolom yang tersedia sesuai dengan hasil observasi yangdilakukan dan pengisian keterangan jika di perlukan.

No Observasi/Telaah Dokumentasi Hasil ket

Lengkap TidakLengkap

1 Absensi pegawai TB √2 Data tupoksi (Tugas,pokok dan fungsi) √3 Struktur organisasi TB √4 Ruang tunggu terasa nyaman √5 Laporan pendanaan TB √6 Alat pemeriksaan di ruangan TB √7 Ruang pemeriksaan bersih dan rapi √8 Alat laboratorium TB √9 Petugas berpenampilan rapi √

10 Petugas terapil dalam memberikan obat √11 Ruang pemeriksaan pasien memadai dan terjaga privasinya √12 Jenis obat TB √13 Pencatatan dan pelaporan pasien TB √14 Petugas menerangkan tindakan yang akan dilakukan √15 Petugas memberikan informasi yang jelas tentang penyakit TB √16 Petugas menjelaskan informasi yang dibutuhkan pasien √17 Petugas berkomunikasi baik dengan pasien √18 Ada keterngan prosedur pelayanan pengobatan √19 Petugas bertindak cepat saat dibutuhkan pasien √20 Petugas bersikap ramah dan sopam dalam melayani pasien √21 Struktur laboraturium √

Page 107: ANALISIS PERENCANAAN DALAM PENGOBATAN PROGRAM …

JAWABAN TRANSKIP WAWANCARA

Informan Hasil Wawancara

Penaggungjawab

tuberculosis

(key Informan)

Dokter (informan)

1. Bagaimana Kerjasama lintas setor yang dilakukan ?“Kalau kerjasama untuk lintas sektorkan kita ada rapat

minlok (mini lokakarya) setiap triwulan dengan pihak

kecamatan,kelurahan jadi disitu kita paparkan hasil

program jadi misalnya kalau ada warga masyarakat batu-

batuk lebih dari 2minggu keluhannya ada keringat

malam,meriang, segala macam tolong dilaporkan jadi disitu

kita sosialisasi terus, ada ader yang menanggap kalau ada

yang positif sekelilingnya kita minta tlong kader langsung

dijaring untuk pemeriksaan dahaknya.”

2. Bagaimana pengembangan sumber daya manusia dalam

perencanaan P2TB ?

“Kalau untuk pengembangan SDM itu sendiri sebenarnya

sudah ada program dari dinas setiap tahun ada pelatihan

petugas dan doter jadi di update terus ilmu kalau ada yang

baru-baru, seperti yang terakhirkan untuk obat TB anakkan

tidak setiap tiga kali sehari seminggu, kalau yang terbaru

harusnya setiap hari tapi lagi-lagi setiap ada yang terbaru

pasti dikabari, kalau yang dulukan tidak ada yang namanya

pencegahan BPINH sekarang ada yang baru. Update ilmu

dari situ setiap tahun pasti ada dari dinas “

3. Apakah ada pelatihan untuk semua tenaga kesehatan ?

“kalau kegiatan khusus tidak seperti kasus OPGJ ada

posyandu khusus untuk TB memang pernah diusulkan untuk

eksrapuding jadi setiap pasien diberikan makanan tambahan

ternyata belum di acc jadi sementara ini kegiatan khususnya

hanya sebatas screening, kunjungan rumah seperti umum

saja,

Page 108: ANALISIS PERENCANAAN DALAM PENGOBATAN PROGRAM …

Informan Hasil Wawancara

Terus pemantauan minum obat untuk pasien-pasien mangkir

minum obat, yang tidak ambil obat kemudian tetap

penyuluhan obat dan penjaringan oleh poswindu dan

posyandu lansia”

4. Bagaimana untuk pelatihan tenaga kesehatan dalam

pelaksanaan P2TB?

“ kalau dipuskesmas paling setelah kita ikut pelatihan dari

dinas kita sosialisasikan langsung seluruh petugas

dikumpulkan dari sosialisasi misalnya ada ilmu terbaru ,ada

informasi terbaru langsung disosialisasikan, kalau pelatihan

khusus karena petugasnya hanya satu yang perawatny dan

dokternya juga saya dan dr anet juga jadi kita tidak ada

pelatihan khusus ,pelatihan dipuskesmas tappi bentuk

sosialisasi setelah pelatihan dari luar puskesmas.”

5. Bagaimana penyediaan dan penggunaan semua sarana dan

prasarana untuk perencanaan P2TB?

“Penyediaan sarana dan prasarana selama ini sudah dapat

dari dinas yang spot kutum,segala macam lembar-lembar

LB 1 sampai LB 12 itu dari dinas semua jadi kita paling

untuk kunjungan rumah segala macam untuk transportasi

petugas, untuk Lab kita hanya membuat sediaan nanti di

cek PCM, kalau untuk miskroskop ada itu pengadaan dari

dinas juga dan itu sudah lama. Kita banyak di support dari

dana dinas, kita paling dana BOK unttuk transport petugas

sama ada kalau sosialisasi penyuluhan.

6. Bagaimana pendanaan untuk perencanaan prnogram P2TB?

“pendanaannya sekarang jelas dari dana BOXS untuk

kunjungan petugasnya, kunjungan rumah ,skrining,

pemantauan minum obat,, untuk penyuluhan dan lebih ke

transport Kalau pendanaannya ,kalau untuk alat-alatnya

Page 109: ANALISIS PERENCANAAN DALAM PENGOBATAN PROGRAM …

Informan Hasil Wawancara

dari Dinas kayak obat itu dari dinas juga.”

7. Bagaimana penyediaan dan ketersediaan OAT untuk pasien

TB ?

8. “Cukup, jadi ambil targetnya dari tahun sebelumnya kita

tambahin 10% kalaupun ada kasus-kasus khusus biasanya

cepat jadi langsung kegudang obat langsung di sediain stok

obatnya langsung dapat, jadi yang kami sediain kategori I,

itu juga cukup stoknya kalau ada kasus tambahan biasanya

minta langsung dapat gak lama, semuanya dapat dari dinas

tidak beli sendiri.”

14. Bagaimana dengan pengobatan OAT yang di awasi

PMO?

“ Jadi kalau untuk kader PMO ini tidak ada, kami rata-rata

PMO langsung dari keluarga misalnya istri,

suaminya,anaknya terus dari keluarga terdekat. Jadi tidak

khusus yang PMO, karena sekarang sudah boleh kalau dulu

memang harus yang satu disegani segala macam kalau

sekarang yang penting pasien teratur dari orang yang diluar

eluarga kalaupun kader tujuannya paling misalnya ada

pasien yang terlambat minum obat atau telat control kami

minta tolong Kerjasama kader untuk kunjungan rumah jadi

memastikan pasien memang ada dan tidak datang untuk di

bujuk kepuskes, kalau untuk PMO kadernya tidak ada.”

15. Bagaimana sistem pencatatan dan pelaporan selama P2TB?

“Kalau disini sekarang masih online belum ada data

pencatatan dan pelaporan khusus yang online yang manual

maksudnya setiap bulan dilaporkan pertriwulan juga ada

laporan lagi akhir tahun ada laporan lagi, kalau di

puskesmas ada pembinaan setiap bulan jadi hasil

Page 110: ANALISIS PERENCANAAN DALAM PENGOBATAN PROGRAM …

Informan Hasil Wawancara

pencapaian bulan tersebut dilaporkan ke dinas manual.”

16. Bagaimana keberhasilan yang didapat apakah ada

tantangan/kendala pelaksanaan P2TB ?

“ dari beberapa kasus rata-rata pasien bosen minum obat

jadi ngerasa sudah sembuh kalau edukasi sudah cukup

sekali, kadang-kadang sudah di ulang-ulang sama kader

juga diulangi lagi, kita mau bilang pasien bebel juga tidak

bisa menyalahkan pasien, kadang kita ngerasa minum

obatpun merasa mual, segala macam merasa tida betah

banyak seperti itu kendalanya. Yang jelas pasien bosan

minum obat, yang MDR bosan di suntik, kadang-kadang di

suntik atau tidak nafsu makan, paling terus-terus kasih

edukasi setiap dia control ‘dok saya mau berenti minum

obat ‘ nah itu kita edukasi ulang , pasien bosen minum obat

duungan keluarga ada tapi krang maksimal paling itu

kendalanya karena disini rata- rata menengah kebawah ada

juga yang guru tapi Rata-rata yang menengah kebawah

ngerasa sudah enak tidak masalah padahal nantinya kita

mengobati biar tidak ngerasa ada sumber penularan dan

selesai sampai disitu.”

17. Langkah apa yang dilakukan dalam mengatasi tantangan

dan kendala selama ini?

“yang jelas kita edukasi terus jadi tidak bosen-bosennya

pasien datang, kalau dia bosen stop obat kita harus edukasi

ulang kalaupun minta tolong kader untu mengingatkan untu

control ini juga ita dibantu kartu ontrol tapi belum di

pajang, siapa-siapa yang harus berkunjung ditanggal itu dia

tidak datang langsung dicari kealamat rumah harus

dihubungi, jadi harus tetap kontrol kecuali beberapa kasus

Page 111: ANALISIS PERENCANAAN DALAM PENGOBATAN PROGRAM …

Informan Hasil Wawancara

yang meninggal itu tidak bisa, tapi kalau ada yang pindah

kota itu juga kadang-kadang kendala disitu”

18. Apakah ada pelatihan petugas ?

“ yang jelas dari petugas perawat ada, medis juga ada,

dokter juga ada,analis juga ada, stok obat farmasi juga

dilatih semua “

19. Seperti apa pelatihan yang didapat ?

“ oh kalau petugas-petugas dari dinas langsung ada

workshop atau pelatihan alau untu petugas yang tidak

hubungan dengan TB yang jelas sosialisasi misalnya

petugas skrining servis mereka juga tau oh seperti apa kasih

edukasi cara membuang dahak.

Petugas TB

(informan)

1. Bagaimana SDM yang ada di Puskesmas 1 Ulu di program

TB ?

“ SDM nya sudah lumayan lengkap iya, analisnya ada,

petugas dari perawatannya juga lengkap dari dokter yang

lengkap dan dokter dan perawatnya juga sudah iut pelatihan

penanggulangan TB”

2. Apakah ada kegiatan khusus yang dibuat oleh puskesmas 1Ulu dengan TB?“ kegiatan karyawan olahraga senam bersama setiap hari

sabtu, Cuma kalau untuk khusus pasien TB tidak ada paling

kalau kegiatan petugas untuk turun ke lapangan skrining

pasien,pelacakan TB mangkir bagi pasien TB yang telat

ambil obat jadi kita datangi kerumahnya untuk jemput bola

istilahnya ita datangi kerumahnya, kita jelasi kenapa

sampai telat ambil obat”

3. Berarti ada PMOnya ?

“ iya jadi PMO nya yang ita catat no telponnya, jadi kalau

ada apa-apa langsung hubungi PMOnya”

Page 112: ANALISIS PERENCANAAN DALAM PENGOBATAN PROGRAM …

Informan Hasil Wawancara

4. Apakah ada pelatihan khusus untuk program TB /

“ kalau di puskesmas itu dapat dari dinas esehatan,

kebetulan kemaren dapat pelatih TB tahun 2016 untuk

ditingat posyankes petugas sudah dapat pelatihan TB,

dokternya sudah.

5. Berarti sudah mendapatan pelatihan dari dinkes

“ dinas provinsi yang mengadakan”

6. Bagaimana penyediaan sarana dan prasarana khusus

program tuberculosis?

“ Sarana dan prasarana disini sudah cukup baik terutama

misalnya untuk program TB mulai dari sarana,pot

skutum,obat-obatan sudah tersedia. Jadi kita tinggal

mengajukan kedinas kesehatan buat perlengkapan di

puskesmas juga sudah mendukung”

7. Berasal dari mana dana untuk kegiatan TB Paru ?

“ berasal dari dana BOK dan dana oprasional bpjs jadi

untuk kegiatan yang berhubungan dengan TB ini sudah ad

dananya”

8. Jadi setiap program sudah ada dananya ?

“sudah ada dana masing-masing program suudah

mendapatkan dana BOK dan dana oprasional”

9. Bagaimana keberhasilan yang didapat ? apa ada

tantangan/kendala ?

“kalau untuk 2017 sampai 2018 itu program TB nya

tercapai ya, suspek TB semakin meningkat kalau 2017 itu

sekitar 407 pasien yang kita dapatin itu meningkat dari

2016 itu kita dapat 12 pasien jadi meningkat cukup

signifikan dan ditahun 2017 itu kita dapat 57 pasien BTA

positif dan negatif untuk tahun 2019 sampai bulan april kita

Page 113: ANALISIS PERENCANAAN DALAM PENGOBATAN PROGRAM …

Informan Hasil Wawancara

baru dapat 24 pasien dan masih berlanjut sampai sekarang.”

10. Kalau untuk tantangan atau kendala menghadapi pasien

tersebut seperti apa?

“ kendala yang di rasakan itu pertama kita tidak tahu

alamatnya jadi kita harus Tanya dulu ke RT nya terus juga

susah dijangkau deaerah sekitar 1 Ulu dean 2 Ulu ini, jadi

kalau untuk penemuan pasien jadi kitta melaksanakan lintas

program jadi kita tanyakan pemegang program lain dan

kita juga kerjsama dengan poli-poli lain.”

11. Langkah apa untuk melakukan kendala tersebut ?

“ ya, itu tadi jadi kita kerjasama lintas program dan

bekerjasama dengan pemegang program yang ada di

puskesmas, jadi kalau dapat suspek dan langsung kirim ke

poli TB kerjasama juga ke RT jadi kita sering juga

mengadakan sosialisasi dan penyuluhan missal ada acara

dei keluarga atau kecamatan jadi kita ikut penyuluhan

tentang TB biar pencapaian dei puskesmas semain

meningkat sama pemberdaya kader kita atif sospek dan

pasien TB”

12. Apakah ada kader khusus untuk TB Paru ?

“kalau kader khusus untuk TB Paru belum punya , tapi kita

kerjasama dengan kader asyiah kita bisa minta tolong juga

buat cari suspek dan pasien di seitar 1 Ulu dan 2 Ulu.”

Petugas Laboratorium

(informan)

1. Kegiatan apa saja yang di lakukan di laboratorium?“ ini berkenaan mengenai tuberculosis ya, disini kita

menerima sampel yang dirujuk dari pengelola program

yaitu di ruang TB , kemudian kita masukan dana magister

dan membuat slidenya ,pewarnaan,

Page 114: ANALISIS PERENCANAAN DALAM PENGOBATAN PROGRAM …

Informan Hasil Wawancara

Kemudian di baca di miskroskop kemudian ada juga

pelaksanaan test cm,test cm itu jadi kita menerima sampel

dan dimasukan ke dalam register dan kita mengadakan

packing untuk pengiriman sampel tersebut kerumah sakit

yang sudah bekerjasama dengan puskes.”

2. Apakah ada pelatihan yang diberikan oleh puskesmaskhusus petugas laboraturium ?“ya, dulu pernah di adakan pelatihan tuberculosis sekitar

tahun 2007 mengenai pembuatan slide, pewarnaan dan

registrasi.”

3. Jadi beberapa tahun 2017 sampai sekarang belum ada

pelatihan di puskesmas ini ?

“belum ada, paling yang ada seminar , jadi seminar

sekarang sudah banyak tentang TB butuh penyegaranya

kita mengikuti seminar-seminar yang ada di wilayah

palembang.

4. Bagaimana penyediaan dan penggunaan semua sarana dan

prasarana laboratorium untuk pelaksanaan pemeriksaan

dahak secara mikroskopis?

“sebenarnya untuk pemeriksaan mikroskopis sarana dan

prasarananya itu terutama logistiknya itu didapat dari

gudang farmasi, berupa riagen disini reagenjel newsen ya,

kemudian slide ,pot skutum, dan hanscool sebagai APD,

semua itu utama digunakan di dalam pemeriksaan

mikroskiopis TB ini.”

5. Bagaimana sistem pencatatan dan pelaporan kegiatan

laboratorium ?

“ sistem pencatatan dilakukan setiap hari ketika sampel

datang ita catat di TB 04 , kemudian pelaporan dilakukan

selama triwulan , pelaporan ini dilakukan pengiriman slide

Page 115: ANALISIS PERENCANAAN DALAM PENGOBATAN PROGRAM …

Informan Hasil Wawancara

yang sudah kita lakukan, pengirimana slide followup itu

kita croscek kerumah sakit paru dan pelaporan itu di

laporkannya disebut 012 yaitu ada petugas plangko khusus

itu kita irim bersama dengan slide untuk kita croscek tadi. “

6. Sistem pencatatannya panjang iya buk ?

“ iya harus bertahap”

7. Bagaimana keberhasilan yang telah dicapai, apakah ada

tantangan/kendala di laboratorium ?

“kalau keberhasilan itu kita sebut dengan bila sampel

follow up ya slidenya disebut untuk AP( akhir pengobatan)

itu jika hasilnya negatif kita sebut berhasil tapi tetap harus

menjaga PHBS istilahnya imunisasinya tetap kuatkan,

kalau yang untuk pemeriksaan laboraturium tantangan

paling pasien tidak datang pada jadwalnya.”

8. Apa yang dilakukan untuk tantangan tersebut?

“kita sebagai pelaksana laboratorium unuk mengingatkan

pada pengelola program untuk jadwal followup pasien yang

terdata di TB 04 itu biasanya ada yang selesai pengobatan

intersif yaitu 1 minggu sebelum dan 2 bulan kemudian ada

follow up lagi bulan kelima kemudian baru akhir

pengobatan pada bulan 6 alau masalah logistik kita

menguusulkan kepada atasan.

Staf TU (informan) 1. Apakah ada petugas pelatihan khusus untuk petugaspuskesmas?“kalau untuk pelatihan itu ada, pasti ada untuk pelatihan itu

sendiri pasti ada pelatihan bisa diselenggarakan oleh pihak

dinas kesehatan kota maupun pihak dinas kesehatan

provinsi dan untuk waktunya sendiri itu tidak bisa

dijelaskan kapan pasti pelatihan itu ada.”

Page 116: ANALISIS PERENCANAAN DALAM PENGOBATAN PROGRAM …

Informan Hasil Wawancara

2. Bagaimana cara melihat apakah capaian program TBmeningkat atau menurun ?“ kalau melihat capaian tersebut bisa kita lihat dari

SPM,SPM itu bisa dilihat pertahun diisitu kita bisa lihat

apakah ada perubahan meningkat atau menurun dari tahun

ke tahun.”

3. Apakah ada kendala selama pelaporan TB ke tata usaha ?

“ sejauh ini tidak ada kendala apapun, apa yang

disampaikan apa yang dilaporkan sudah sesuai.”

Staf umum (informan)

1. Apa ada pelatihan di puskesmas 1 Ulu di program TB?“ada , jadi puskesmas itu pasti mengajukan permintaan

untuk pelatihan yang mengadakan itu biasanya orang dinas

langsung menghubungi staf puskes dan staf TU”

2. Bagaimana penyediaan dan pendanaan semua sarana danprasarana untuk P2TB ?“ untuk sarana dan prasarana ini cukup lengkap juga iya jadi

TB itu kita ada anggarannya khusus program TB dan

program yang lainnya, jadi puskesmas juga mendukung

program TB”

3. Bagaimana alur pendaftaran tersebut ?

“kalau untuk pasien TB ada alur sendiri jadi untuk pasien

yang sudah positif TB itu langsung ke ruangan poli TB ,

jadi mereka datang ke poli TB dan petugas Tb yang akan

mendaftarkan di pendaftaran lalu setelah petugas mendaftar

petugas memeriksa pasien dan petugas jugga

mengambilkan obat di apotik.”

4. Jadi pasien tersebut tidak mendaftar sendiri?

“ iya, karena itukan memperkecil kemungkinan penularan

di psukesmas, kecuali pasien yang baru TB kan belum tau

jadi mungkin kita bisa dapat atau kita tangkap ke poli-poli

lain, poli umum, poli lansia, dan poli anak jadi kalau

Page 117: ANALISIS PERENCANAAN DALAM PENGOBATAN PROGRAM …

No Informan Hasil Wawancara

khusus pasien yang diambil obat langsung ke poli TB.”

5. Apa langkah tantangan/kendala untuk pasien tersebut?

“kalau untuk mengatasi kendalanya itukan di BOK kita

sudah mengadakan kegiatan khusus TB, ada pelacakan TB

mangkir, ada skrining pasien TB, skrining posyandu lansia,

jadi sudah ita anggarkan untuk TB.”

6. Semua program sudah mendapatkan anggaran ?

“ iya semua program itu sudah kita anggarkan

menggunakan dana BOK.”

7. Bagaimana sistem pencatatan dan pelaporan selama P2TB

?

“ pencatatan itu sudah direkap sama petugas TB, baru di

laporkan dan laporan itu biasanya via wa/whatshaap atau

langsung dikirim kedinas.”

8. Apa ada kendala selama sistem pencatatan tersebut ?

“ kalau kendala tidak ada sih selama ini lancar-lancar aja

semuanya laporan itu dilaporkan sebelum tanggal 5 dan

langsung dikirim kedinas.”

Page 118: ANALISIS PERENCANAAN DALAM PENGOBATAN PROGRAM …

MATRIKS HASIL WAWANCARA MENDALAM DENGAN INFORMAN KUNCI DAN INFORMAN

No Pertanyaan Informan Kunci Informan kesimpulan intervensi

DF M WJ PS1 A. Sumber

dayamanusia

1. Bagaimanapengembangan sumberdayamanusia diprogramP2TB?

Kalau untukpengembanganSDM itu sendirisebenarnya sudahada program daridinas setiap tahunada pelatihanpetugas dan doterjadi di updateterus ilmu kalauada yang baru-baru, seperti yangterakhirkan untukobat TB anakkantidak setiap tigakali sehariseminggu, kalauyang terbaruharusnya setiaphari tapi lagi-lagisetiap ada yangterbaru pastidikabari, kalauyang dulukantidak ada yangnamanyapencegahanBPINH sekarangada yang baru.Update ilmu dari

kegiatankaryawanolahragasenambersamasetiap harisabtu, Cumakalau untukkhususpasien TBtidak adapaling kalaukegiatanpetugasuntuk turunkelapanganskriningpasien,pelacakanTB mangkirbagi pasienTB yang telatambil obatjadi kitadatangikerumahnyauntuk jemputbolaistilahnyakita datangi

- - - Berdasarkaninformasi yangdidapat bahwauntukpengembanganSDM sudah adaprogram daridinas setiaptahun adapelatihan danuntuk kegiatankhusus untukpasien tidak ada,petugaspuskesmashanya melakukankegiatan untukturun kelapanganuntuk skriningpasien.

Dengan caramemberikanpengembanganSDM kepadapetugas setiapbulannyasehinggapetugasmemilikipengetahuanyang luas danpetugasmempunyaikegiatankhusus untukpasien tbdengan caramelakukanpertemuansetiapbulannya agarpasien lebihsemangatuntuk terusberobat

Page 119: ANALISIS PERENCANAAN DALAM PENGOBATAN PROGRAM …

No Pertanyaan Informan Kunci Informan kesimpulan intervensi

DF M WJ PSsitu setiap tahunpasti ada daridinas

kerumahnyakita jelasikenapasampai telatambil obat

2. Apakah adapelatihankhususuntuk semuatenagakesehatan ?

kalau kegiatankhusus tidakseperti kasusOPGJ adaposyandu khususuntuk TB memangpernah diusulkanuntuk eksrapudingjadi setiap pasiendiberikanmakanantambahan ternyatabelum di acc jadisementara inikegiatankhususnya hanyasebatas screening,kunjungan rumahseperti umum saja,

kegiatankaryawanolahragasenambersamasetiap harisabtu, Cumakalau untukkhususpasien TBtidak adapaling kalaukegiatanpetugasuntuk turunkelapanganskriningpasien,pelacakanTB mangkirbagi pasienTB yang telatambil obatjadi kitadatangi kerumahnyauntuk jemput

belum ada,paling yang adaseminar , jadiseminarsekarang sudahbanyak tentangTB butuhpenyegaranyakita mengikutiseminar-seminar yangada di wilayahpalembang.

kalau untukpelatihan ituada, pasti adauntuk pelatihanitu sendiri pastiada pelatihanbisadiselenggarakanoleh pihak dinaskesehatan kotamaupun pihakdinas kesehatanprovinsi danuntuk waktunyasendiri itu tidakbisa dijelaskankapan pastipelatihan itu ada

ada , jadipuskesmas itupastimengajukanpermintaanuntuk pelatihanyangmengadakan itubiasanya orangdinas langsungmenghubungistaf puskes danstaf TU

Berdasarkaninformasi yang didapat bahwatidak adakegiatan khususuntuk programtb, petugas hanyamelakukankegiatan sepertiolahraga senam.Petugas banyakmelakukanseminar-seminaryang di adakanoleh dinas

Dengan carapetugasmemberikanpenyuluhansetiap bulankepada pasientb, danmemberikanmakanantambahan agarpasien tb lebihsemangatuntuk berobatdi puskesmas

Page 120: ANALISIS PERENCANAAN DALAM PENGOBATAN PROGRAM …

No Pertanyaan Informan Kunci Informan kesimpulan intervensi

DF M WJ PSbola istilah-nya kitadatangikerumahnya,kita jelasikenapa sampaitelat ambilobat

3. Apakah adapelatihankhususuntukprogram tb?

oh kalau petugas-petugas dari dinaslangsung adaworkshop ataupelatihan alauuntu petugas yangtidak hubungandengan TB yangjelas sosialisasimisalnya petugasskrining servismerea juga tau ohseperti apa kasihedukasi caramembuang dahak

kalau dipuskesmas itudapat daridinaskesehatan,kebetulankemaren dapatpelatih TBtahun 2016untuk ditingatposyankespetugas sudahdapatpelatihan TB,dokternyasudah.

ya, dulupernah diadakanpelatihantuberkulosissekitar tahun2007mengenaipembuatanslide,pewarnaandan registrasi

- kalau untukpelatihan ituada, pasti adauntuk pelatihanitu sendiri pastiada pelatihanbisadiselenggarakanoleh pihakdinas kesehatankota maupunpihak dinaskesehatanprovinsi danuntuk waktunyasendiri itu tidakbisa dijelaskankapan pastipelatihan ituada

Berdasarkaninformasi yangdidapat bahwapetugas tbdiberikanpelatihan namunwaktu pelatihantidak bisaDipastian karenapetugas perawattb dan petugaslaboratoriummendapatkanpelatihan tidaksetiap tahunsehinggapengetahuannyateratas

Dengan caramemberikanpelatihan danseminar setiaptahunnyasehinggapetugasmempunyaiwawasan yangluas

4. kesehatandalampelaksanaanP2TB ?

kalau dipuskesmaspaling setelah kitaikut pelatihan daridinas kita

- - - - Berdasarkaninformasi yangdidapat bahwapenanggung

Dengan carameberikanpenyuluhantentang tb

Page 121: ANALISIS PERENCANAAN DALAM PENGOBATAN PROGRAM …

No Pertanyaan Informan Kunci Informan kesimpulan intervensi

DF M WJ PSlangsung seluruhpetugasdikumpulkan darisosialisasimisalnya ada ilmuterbaru ,adainformasi terbarulangsungdisosialisasikan,kalau pelatihankhusus karenapetugasnya hanyasatu yangperawatnya dandokternya jugasaya dan dr anetjuga jadi kita tidakada pelatihankhusus ,pelatihandipuskesmas tapibentuk sosialisasisetelah pelatihandari luarpuskesmas

mendapatkanpelatihan daridinas danmelakukansosialisasikepada seluruhpetugas

2 B. Sarana danprasarana

1. Bagaimanapenyediaandanpengunaansarana danprasarana

Penyediaan saranadan prasaranaselama ini sudahdapat dari dinasyang spotkutum,segalamacam lembar-lembar LB 1

Sarana danprasaranadisini sudahcukup baikterutamamisalnyauntukprogram TB

sebenarnyauntukpemeriksaanmikroskopissarana danprasarananyaitu terutamalogistiknya itu

- untuk saranadan prasaranaini cukuplengkap jugaiya jadi TB itukita adaanggarannyakhusus program

Berdasarkaninformasi yangdidapat bahwasarana danprasarana yangada di puskesmassudah cukupbaik, terutama

Dengan caramengajukanalat TCM (Tescepatmolukuler)kepada dinasagar saranadan prasarana

Page 122: ANALISIS PERENCANAAN DALAM PENGOBATAN PROGRAM …

No Pertanyaan Informan Kunci Informan kesimpulan intervensi

DF M WJ PSuntuk P2TB ? sampai LB 12 itu

dari dinas semuajadi kita palinguntuk kunjunganrumah segalamacam untuktransportasipetugas, untukLab kita hanyamembuat sediaannanti di cek PCM,kalau untukmiskroskop adaitu pengadaan daridinas juga dan itusudah lama. Kitabanyak di supportdari dana dinas,kita paling danaBOK unttuktransport petugassama ada kalausosialisasipenyuluhan.

mulai darisarana,potskutum,obat-obatan sudahtersedia. Jadikita tinggalmengajukankedinaskesehatanbuatperlengkapandi puskesmasjuga sudahmendukung

didapat darigudang farmasi,berupa riagendisini reagenjelnewsen ya,kemudian slide,pot skutum,dan hanscoolsebagai APD,semua ituutamadigunakan didalampemeriksaanmikroskiopisTB ini

- TB danprogram yanglainnya, jadipuskesmas jugamendukungprogram TB

Untukpemeriksaannnyapasien tb dipuskesmasbelummempunyaiTCM(tes cepatmolukuler)

di puskesmaslebih baik lagi

3 C. Dana1.Bagaimanapendanaanuntukperencanaanprogram P2TB?

pendanaannyasekarang jelas daridana BOK untukkunjunganpetugasnya,kunjungan rumah,skrining,pemantauan

berasal daridana BOKdan danaoprasionalbpjs jadiuntukkegiatanyang

- - iya semuaprogram itusudah kitaanggarkanmenggunakandana BOK

Berdasarkaninformasi yangdidapat danadidapatkan dariBOK

Dengan caramengajukandana ke dinasuntukkelengkapanprogram tb

Page 123: ANALISIS PERENCANAAN DALAM PENGOBATAN PROGRAM …

No Pertanyaan Informan Kunci Informan kesimpulan intervensi

DF M WJ PSminum obat,untukpenyuluhan danlebih ke transportKalaupendanaannya,kalau untuk alat-alatnya dari dinaskayak obat itu daridinas juga

dengan TBini sudah adadananya

4 D. Pengobatan1..Bagaimana

penyediaandanketersediaanOAT untukpasien Tb ?

Cukup, jadi ambiltargetnya daritahun sebelumnyakita tambahin 10%kalaupun adakasus- kasuskhusus biasanyacepat jadilangsungkegudang obatlangsung disediain stokobatnya langsungdapat, jadi yangkami sediainkategori I, itu jugacukup stoknyakalau ada kasustambahanbiasanya mintalangsung dapat

- - - - Berdasarkaninformasi yangdidapat bahwaobat antituberkulosis(OAT) sudahcukup Jika adakasus yang lebihbanyak lagipetugas memintalangsung kedinas itupunprosesnyan agaklama

Dengan caramenambahstok obat antituberkulosisagar tidakterjadiKekuranganobat terhdapapasien

Page 124: ANALISIS PERENCANAAN DALAM PENGOBATAN PROGRAM …

No Pertanyaan Informan Kunci Informan kesimpulan intervensi

DF M WJ PSagak lama,semuanya dapatdari dinas tidakbeli sendiri

- - - -

2. BagaimanadenganpengobatanOAT yangdiawasiPMO ?

Jadi kalau untukkader PMO initidak ada, kamirata-rata PMOlangsung darikeluarga misalnyaistri,suaminya,anaknyaterus darikeluarga terdekat.Jadi tidak khususyang PMO,karena sekarangsudah boleh kalaudulu memangharus yang satudisegani segalamacam kalausekarang yangpenting pasienteratur dari orangyang diluareluarga kalaupunkader tujuannyapaling misalnyaada pasien yangterlambat minum

iya jadi PMOnya yang itacatat notelponnya,jadi kalauada apa-apalangsunghubungiPMOnya

- - - Berdasarkaninformasi yangdidapat bahwa dipuskesmas tidakmemiliki kaderkhusus PMO ,PMO langsungberasal darikeluarga dankerabat

Dengan caramenambahpetugas untukPMO agarpasien selaludi awasi danminum obatsecara teratur

Page 125: ANALISIS PERENCANAAN DALAM PENGOBATAN PROGRAM …

No Pertanyaan Informan Kunci Informan kesimpulan intervensi

DF M WJ PSobat atau telatcontrol kamiminta tolongKerjasama kaderuntuk kunjunganrumah jadimemastikanpasien memangada dan tidakdatang untuk dibujuk kepuskes,

5 E. Alatpenunjang

1. BagaimanasistempencatatandanpelaporanselamaP2TB?

Kalau disinisekarang masihonline belum adadata pencatatandan pelaporankhusus yangonline yangmanualmaksudnyadilaporkan setiapbulan pertriwulanjuga ada laporanlagi akhir tahunada laporan lagi,kalau dipuskesmas adapembinaan setiapbulan jadi hasilpencapaian bulantersebutdilaporkan

- sistempencatatandilakukan setiaphari ketikasampel datangita catat di TB04 , kemudianpelaporandilakukanselama triwulan, pelaporan inidilakukanpengirimanslide yangsudah kitalakukan,pengirimanaslide followupitu kita croscekkerumah sakitparu dan

sejauh ini tidakada kendalaapapun, apayangdisampaikan apayang dilaporkansudah sesuai

pencatatan itusudah direkapsama petugasTB, baru dilaporkan danlaporan ituatau langsungbiasanya viawa/whatshaapdiirim kedinas

Berdasarkaninformasi yangdidapat petugasmembuat laporansecara onlinemelalui viawhatsaap diLaporkan setiaptriwulan

Dengan caramelakukanpencatatan,pelaporansecara manualdan online.Sehingga lebihefektif

Page 126: ANALISIS PERENCANAAN DALAM PENGOBATAN PROGRAM …

No Pertanyaan Informan Kunci Informan kesimpulan intervensi

DF M WJ PSkedinas manual pelaporan itu di

laporkannyadisebut 012yaitu adapetugas plangkokhusus itu kitairim bersamadengan slideuntuk kitacroscek tadi

2. Bagaimanakeberhasilanyangdidapatapakah adatantangan/kendalapelaksanaanP2TB?

dari beberapakasus rata-ratapasien bosenminum obat jadingerasa sudahsembuh kalauedukasi sudahcukup sekali,kadang-kadangsudah di ulang-ulang sama kaderjuga diulangi lagikita mau bilangpasien bebel jugatidak bisamenyalahkanpasien, kadangkita ngerasaminum obatpunmerasa mual,segala macammerasa tida betah

kalau untuk2017 sampai2018 ituprogram TBnya tercapaiya, suspekTB semakinmeningkatkalau 2017itu sekitar407 pasienyang kitadapatin itumeningkatdari 2016 itukita dapat 12pasien jadimeningkatcukupsignifikandan ditahun2017 itu kita

kalaukeberhasilan itukita sebutdengan bilasampelfollowup yaslidenya disebutuntuk AP( akhirpengobatan) itujika hasilnyanegatif kitasebut berhasiltapi tetap harusmenjaga PHBSistilahnyaimunisasinyatetap kuatkan,kalau yanguntukpemeriksaanlaboraturiumtantangan

- kalau untukmengatasikendalanyaitukan di BOKkita sudahmengadakanKegiatankhusus TB, adapelacakan TBmangkir, adaskrining pasienTB, skriningposyandulansia, jadisudah itaanggarkanuntuk TB

Berdasarkaninformasi didapat bahwatantangan yangditerima petugasrata-rata pasienbosen Minumobat jadi ngerasasudah sembuhdankeberhasilannyadari tahun 2017sampai 2018program tb nyatercapai suspeksemkin meningat, dan petugasmelaukanpelacakan tbmangkir untukpasien yangmangkir berobat

Dengan caramemberikanedukasi setiapbulan kepadapasien danmemberikanvitamin danMakanantambnahanuntuk pasienagar semangatberobat, untukpasien yangmangkirberobatmendatangikerumahpasien untukmemberikanmotivasikepada pasien

Page 127: ANALISIS PERENCANAAN DALAM PENGOBATAN PROGRAM …

No Pertanyaan Informan Kunci Informan kesimpulan intervensi

DF M WJ PSbanyak seperti itukendalanya. Yangjelas pasien bosanminum obat, yangMDR bosan disuntik, kadang-kadang di suntikatau tidak nafsumakan, palingterus-terus kasihedukasi setiap diacontrol ‘dok sayamau berentiminum obat ‘ nahitu kita edukasiulang , pasienbosen minum obatdukungankeluarga ada tapikrang maksimalpaling itukendalanya karenadisini rata-ratamenengahkebawah ada jugayang guru tapiRata-rata yangmenengahkebawah ngerasasudah enak tidakmasalah padahalnantinya kita

dapat 57pasien BTApositif dannegatif untuktahun 2019sampai bulanapril kita barudapat 24pasieny danmasihberlanjutsampaisekarangkendala yangdi rasakan itupertama kitatidak tahualamatnya jadikita harusTanya dulu keRT nya terusjuga susahdijangkaudeaerah 1 Uludan 2 Ulu ini,jadi kalauuntukpenemuanpasien jadikitamelaksanakanlintas program

paling pasientidak datangpadajadwalnya.

-

Page 128: ANALISIS PERENCANAAN DALAM PENGOBATAN PROGRAM …

No Pertanyaan Informan Kunci Informan kesimpulan intervensi

DF M WJ PSMengobati biartidak ngerasa adasumber penularandan selesai sampaidisitu

Kita tanyakanpemegangprogram laindan kita jugakerjsamadengan poli-poli.

3. Langkahapa yangdilakukandalammengatasitantangandan kendalaselama ini?

yang jelas kitaedukasi terus jaditidak bosen-bosennya pasiendatang, kalau diabosen stop obatkita harus edukasiulang kalaupunminta tolongkader. untukmengingatkanuntuk kontrol inijuga kita dibantukartu kontrol tapibelum di pajang,siapa-siapa yangharus berkunjungditanggal itu diatidak datanglangsung dicarikealamat rumahharus dihubungi ,jadi harus tetapcontrol kecualibeberapa kasus

ya, itu tadi jadikita kerjasamalintas programdanbekerjasamadenganpemegangprogram yangada dipuskesmas,jadi kalaudapat suspekdan langsungkirim ke poliTB kerjasamajuga ke RTjadi kita seringjugamengadakansosialisasi danpenyuluhanmisal adaacara dikeluarga ataukecamatan jadi

kita sebagaipelaksanalaboratoriumunukmengingatkanpadapengelolaprogram untukjadwalfollowuppasien yangterdata di TB04 itubiasanya adayang selesaipengobatanintersif yaitu 1minggusebelum dan 2bulankemudian adafollowup lagibulan elimakemudian baruakhir

- kalau kendalatidak ada sihselama inilancar-lancaraja semuanyalaporan itudilaporkansebelumtanggal 5 danlangsungdikirim kedinas

Berdasarkaninformasi yangdidapat petugasmemberikanedukasi teruskepada pasienagar tidak bosenuntuk controlterus , danberkerjasamadenganpemegangprogram kalaudapat suspeklangsung di kirimKepoli tb danmemberikanpenyuluhkankepada pasiendan keluaragapasien mengenaituberkulosis

Dengan caramemberikanpenyuluhankepada pasiendan keliuargapasien tentangprogramtuberkulosis

Page 129: ANALISIS PERENCANAAN DALAM PENGOBATAN PROGRAM …

No Pertanyaan Informan Kunci Informan kesimpulan intervensi

DF M WJ PSyang meninggalitu tidak bisa, tapikalau ada yangpindah kota itujuga kadang-kadang kendaladisitu

Kita ikutpenyuluhantentang TBbiarpencapaian deipuskesmassemainmeningkatsamapemberdayakader kita atifsospek danpasien TB

pengobatanpada bulan 6alau masalahlogistik kitamenguusulkankepada atasan

4, Bagaimanacara melihatapakahcapaianprogram TBmeningkatataumenurun ?

- - - kalau melihatcapaian tersebutbisa kita lihatdari SPM,SPMitu bisa dilihatpertahun disitukita bisa lihatapakah adaperubahanmeningkat ataumenurun daritahun ke tahun

- Berdasarkaninformasi yangdidapat petugasmelihat capaianmeningkat danmenurun melihatbdari SPM(StandarPelayananMinimum) setiaptahunnya

Dengan caramelihatcapaianmeningkat danmenurun bisad lihat setiapbulan agarselaluterkontrol

5. Bagaimanaalurpendaftarantersebut ?

- - - - kalau untukpasien TB adaalur sendiri jadiuntuk pasienyang sudahpositif TB itu

Berdasarkaninformasi yang didapat bahwapasien yangpostif tblangsung ke poli

Dengan carapasien yangpostif tbmempunyaialurpendaftaran

Page 130: ANALISIS PERENCANAAN DALAM PENGOBATAN PROGRAM …

No Pertanyaan Informan Kunci Informan kesimpulan intervensi

DF M WJ PSlangsung keruangan poliTB , jadimereka datangke poli TB danpetugas Tbyang akanmendaftarkandi pendaftaranlalu setelahpetugasmendaftarpetugasmemeriksapasien danpetugas juggamengambilkanobat di apotik

tb, yang bertugasuntuk mendaftaritu petugas tb

sendirisehingga bisamencegahpenularanterhadap oranglain

6. pasientersebuttidakmendaftarsendiri?

- - - iya, karenaitukanmemperkecilkemungkinanpenularan dipuskesmas,kecuali pasienyang baru TBkan belum taujadi mungkinkita bisa dapatatau kitatangkap e poli-

Berdasarkaninformasi yangdidapat bahwapasien tb tidak diperbolehkanmendaftar sendiri, dengan tujuanmemperkecilTerjadinyapenularan

Dengan caramembedakanalurpendafatarn

Page 131: ANALISIS PERENCANAAN DALAM PENGOBATAN PROGRAM …

No Pertanyaan Informan Kunci Informan kesimpulan intervensi

DF M WJ PSPoli lain, poliumum, polilansia, dan polianak jadi kalaukhusus pasienyang diambilobat langsungke poli TB

Page 132: ANALISIS PERENCANAAN DALAM PENGOBATAN PROGRAM …
Page 133: ANALISIS PERENCANAAN DALAM PENGOBATAN PROGRAM …
Page 134: ANALISIS PERENCANAAN DALAM PENGOBATAN PROGRAM …