ANALISIS PERENCANAAN DALAM PENGOBATAN PROGRAM …
Transcript of ANALISIS PERENCANAAN DALAM PENGOBATAN PROGRAM …
i
ANALISIS PERENCANAAN DALAM PENGOBATAN
PROGRAM TUBERCULOSIS PARU DI
PUSKESMAS 1 ULU TAHUN 2019
Oleh
SHERLY ANGGRAINI
15.13201.10.29
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
BINA HUSADA PALEMBANG
2019
ii
ANALISIS PERENCANAAN DALAM PENGOBATAN
PROGRAM TUBERCULOSIS PARU DI
PUSKESMAS 1 ULU TAHUN 2019
skripsi ini diajukan sebagai
salah satu syarat memperoleh gelar
Sarjana Kesehatan Masyarakat
Oleh
SHERLY ANGGRAINI
15.13201.10.29
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
BINA HUSADA PALEMBANG
2019
iii
ABSTRAK SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIK)
BINA HUSADA PALEMBANG
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
Skripsi, 01 Juli 2019
SHERLY ANGGRAINI
Analisis Perencanaan dalam Pengobatan Program Tuberculosis Paru di
Puskesmas 1 Ulu Palembang Tahun 2019
(xvi + 78 Halaman , 9 tabel , 2 gambar , 25 lampiran )
Tuberculosis merupakan penyakit menular yang masih menjadi masalah kesehatan
masyarakat yang menimbulkan kesakitan, kematian, dan kecacatan yang tinggi
sehingga perlu dilakukan penyelenggaraan penanggulangan program Tb. Di
Puskesmas 1 Ulu pada tahun 2016 Pengobatan penderita Tb Paru BTA Positif
memiliki Target 36% dan Capaian 27%. Hal ini menunjukkan bahwa masih adanya
kendala dalam pelaksanaan program penanggulangan TB Paru. Jenis penelitian ini
merupakan penelitian kualitatif yang bertujuan untuk mengetahui secara jelas dan
lebih mendalam tentang perencanaan program penanggulangan pengobatan program
Tb Paru di Puskesmas 1 Ulu. Metode pengumpulan data dilakukan dengan
wawancara mendalam dan observasi terhadap 5 Informan yang terdiri 1 orang
penanggung jawab Tb , 1 orang petugas Tb, 1 orang petugas laboratorium, 1 orang
staf umum dan 1 orang staf Tata Usaha. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei
2019 di Puskesmas 1 Ulu Palembang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
perencanaan penanggulangan kualitas petugas Tb Paru masih kurang dalam upaya
penemuan kasus, penemuan kasus kebanyakan hanya menunggu pasien datang
berobat, masih kurangnya pelatihan kepada pasien TB dalam menampung dahak yang
benar sehingga kurangnya pengetahuan pasien dalam menampung dahak yang benar
dan kurangnya Sumber daya manusia untuk Program Tuberculosis Paru. Berdasarkan
hasil penelitian, disarankan kepada dinas Kesehatan Kota Palembang agar
memberikan pelatihan secara berkala kepada petugas TB di Puskesmas 1 Ulu dan
menambah Sumber daya manusia khusus program TB Paru, agar lebih aktif
melakukan kegiatan penemuan kasus TB Paru.
Kata kunci : Perencanaan Program,Tuberculosis Paru
Daftar Pustaka : 26 (2011-2019)
iv
ABSTRACT BINA HUSADA COLLAGE OF HEALTH SCIENCE
PUBLIC HEALTH STUDY PROGRAM
Student Thesis, 01 July 2019
SHERLY ANGGRAINI
Planning Analysis In The Treatment of Pulmonary Tuberculosis Program in
Palembang 1 Ulu Health Center in 2019
(xvi + 78 pages, 9 tables, 2 pictures, 25 attachments)
Tuberculosis is a contagious disease that is still a public health problem that causes
high pain, death and disability so it is necessary to carry out the prevention of the TB
program. In 1 Ulu Health Center in 2016, the treatment of Positive BTA Pulmonary
TB Patients had target were 36% and 27% achievement. This shows that there are
still obstacles in the implementation of pulmonary TB prevention programs. This
study type was a qualitative study that aims to determine clearly and more deeply
about the planning of treatment prevention programs for the pulmonary tuberculosis
program at 1 Ulu Health Center. Method of data collection was conducted by in-
depth interviews and observations of 5 informants consisting of 1 person in charge of
Tb, 1 person in charge of officer, 1 person of laboratory staff, 1 person of general
staff and 1 person of administrative staff. This study was conducted in May 2019 at
the 1 Ulu Health Center Palembang The results of the study showed that the
prevention planning of pulmonary TB officers quality was still lacking in efforts to
find cases, most case discoveries were just waiting for patients to come for treatment,
there was still a lack of training for TB patients in accommodating correct phlegm so
lack of patient knowledge in accommodating correct phlegm and lack of resources
humans for the pulmonary Tuberculosis Program. Based on the results of the study, it
is suggested to the Palembang City Health Office to provide regular training to TB
officers in the 1 Ulu Health Center and add special human resources for the
pulmonary TB program, in order to be more active in conducting the discovery cases
of pulmonary TB
Keywords : Program Planning, Pulmonary Tuberculosis
Bibliography : 26 (2011-2019)
vii
RIWAYAT HIDUP PENULIS
Nama : Sherly Anggraini
NPM : 15132011029
Tempat/ Tanggal Lahir : Palembang, 13 Maret 1996
Agama : Islam
Jenis Kelamin : Perempuan
Status : Belum Menikah
Alamat : Jalan anggrek II perumahan amin mulya blok c.3 no 13
jakabaring
Nomor telepon : 082176449862
Email : [email protected]
Orang Tua
Ayah : Musmulyadi
Ibu : Suparni
Alamat orang tua : Jalan anggrek II perumahan amin mulya blok c.3 no 13
jakabaring
Asal sekolah
1. 2004 – 2009 : SD MUHAMMADIYAH 2 PALEMBANG
2. 2009– 2011 : SMP NEGERI 31 PALEMBANG
3. 2011 – 2014 : SMK BINA KARYA 2 MUNTOK, BANGKA BARAT
4. 2015 – 2019 : STIK BINA HUSADA PALEMBANG
viii
PERSEMBAHAN DAN MOTTO
Kupersembahkan Kepada:
Papaku (Musmulyadi) yang telah berjuang dalam segala hal baik materi ataupun
dukungan berkatmu papa aku bisa melewati satu persatu dari sulitnya beban hidup
dan berkatmu la aku mampu menjadi wanita yang tidak pernah mengeluh,
Terimakasih Mama (Suparni) sudah banyak menasehatiku, mendukung usahaku
untuk , selalu menghiburku disaat aku lelah berkat mama aku bisa menyelesaikan
skripsiku dengan tepat waku, dan terimaksih buat adek satu satunya (Muhammad
Zacky) selalu membuat ayuk selalu tersenyum walaupun kadang selalu dilema karena
skripsi, terimaksih buat abang (Hermanyah) senantiasa membantuku dan selalu
memberikan dukungan untuk aku terus semangat meraih cita-citaku.
Motto:
Jadilah seperti karang di lautan yang kuat dihantam ombak dan kerjakanlah hal
yang bermanfaat untuk diri sendiri dan orang lain.
ix
UCAPAN TERIMA KASIH
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-
Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini sebagai salah satu syarat dalam
menyelesaikan pendidikan di Program Studi Kesehatan Masyarakat Sekolah Tinggi
Ilmu Kesehatan (STIK) Bina Husada.
Dengan selesainya penulisan skripsi ini, penulis mengucapkan terima kasih
kepada Ibu Endah Widya Purnamasari, SKM, M.Kes, sebagai pembimbing yang
telah meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan selama penulisan skripsi
ini.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dr. dr. Chairil Zaman,
M.Sc selaku Ketua STIK Bina Husada, Ibu Dian Eka Anggreny, SKM, M.Kes selaku
Ketua Program Studi Kesehatan Masyarakat yang telah memberikan
kemudahan dalam pengurusan administrasi penulisan skripsi ini. Selain itu penulis
juga mengucapkan terima kasih kepada Bapak Martawan Madari, SKM, MKM dan Ibu
Nani Sari Murni, SKM, M.Kes, selaku penguji dalam penyusunan skripsi ini dan Ibu
Atma Deviliawati, SKM, M.Kes selaku pembimbing akademik selama mengikuti
pendidikan di Program Studi Kesehatan Masyarakat Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
Bina Husada.
Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih belum sempurna oleh
karena itu kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan untuk
perbaikan dan kesempurnaan. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi pihak yang
memerlukan dan bagi siapa saja yang membacanya.
Palembang, 01 juli 2019
Penulis
x
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ................................................................................................ i
HALAMAN JUDUL DENGAN SPESIFIKASI ……………....……..…. ............ ii
ABSTRAK………………… .................................................................................... iii
ABSTRACT………………. ...................................................................................... iv
LEMBAR PENGESAHAN ..................................................................................... v
PANITIA SIDANG UJIAN SKRIPSI .................................................................... vi
RIWAYAT HIDUP PENULIS ................................................................................ vii
HALAMAN PERSEMBAHAN DAN MOTTO .................................................... viii
UCAPAN TERIMA KASIH ................................................................................... ix
DAFTAR ISI ……………………….. ...................................................................... x
DAFTAR TABEL .................................................................................................... xiii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................................ xiv
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................................ xv
DAFTAR ISTILAH ................................................................................................. xvi
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ........................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah…...........…...........…...........….........…...........…......... 5
1.3 Tujuan Penelitian…...........…...........…...........…......................….......... .. 5
1.3.1 Tujuan Umum.............................................................................. 5
1.3.2 Tujuan Khusus ............................................................................. 5
1.3.1 Manfaat Penelitian…...........….....................…...........…...........…......... .. 6
1.4.1 Bagi Peneliti ................................................................................ 6
1.4.2 Bagi Institusi................................................................................ 6
1.4.3 Bagi Mahasiswa .......................................................................... 7
1.4 Ruang Lingkup Penelitian….....................…...........…...........…........... ... 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Perencanaan…...........…...........…...........……...........….......... ................. 8
2.1.1 Pengertian Perencanaan…...........…................…...........…........ . 8
2.1.2 Perencanaan Pembangunan Nasional…...........…..............….....10
2.2 Tuberkulosis…...........…..............…...........…...........…....................... .... 11
2.2.1 Pengertian Tuberkulosis…...........…..............….............…........ 11
2.2.2 Penyebab Tuberkulosis…...........…...........…................….......... 12
2.2.3 Gejala Tuberkulosis…...........…...........…...........…............ ........ 13
2.2.4 Klasifikiasi Penyakit dan Tipe Pasien Tuberkulosis…...........…..14
2.2.5 Penularan Tuberkulosis ............................................................... 17
2.2.6 Pengobatan Tuberkulosis ............................................................ 18
xi
2.3 Program Penanggulangan Tuberkulosis (P2TB) ....................................... 19
2.3.1 Program Nasional Penanggulangan............................................. 19
2.3.2 Penanggulangan Tuberkulosis Paru ............................................ 20
2.3.3 Evaluasi Program Penanggulangan Tuberkulosis ....................... 22
2.4 Strategi DOTS (Directly Observed Treatmeants Shortcourse) ................. 23
2.5 Tata Pelaksanaan Tuberkulosis Paru ......................................................... 26
2.5.1 Penemuan Penderita Tuberkulosis Paru ...................................... 26
2.5.2 Diagnosa Tuberkulosis Paru ........................................................ 30
2.5.3 Pengawasan Menelan Obat ......................................................... 31
2.6 Pusat Kesehatan Masyarakat ..................................................................... 32
2.6.1 Pengertian Puskesmas ................................................................. 32
2.6.2 Prinsip Penyelenggaraan Puskesmas ........................................... 33
2.6.3 Tugas dan Fungsi Puskesmas ...................................................... 34
2.6.4 Upaya Kesehatan Masyarakat ..................................................... 34
2.7 Penelitian Terkait ....................................................................................... 36
2.8 Kerangka Teori .......................................................................................... 39
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian .......................................................................................... 40
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ..................................................................... 41
3.2.1 Lokasi Penelitian.......…...........…..........…..................….................41
3.2.2 Waktu Penelitian.......…...........…................….................................41
3.3 Informasi Penelitian ................................................................................... 41
3.4 Metode Pengumpulan Data ....................................................................... 44
3.4.1 Data Primer.......…...........…................…...........…..........................44
3.4.2 Data Sekunder.......…...........…................…...........…..................... 45
3.5 Triangulasi dan Keabsahan Data ............................................................... 46
3.5.1 Triangulasi Waktu ........................................................................... 46
3.5.2 Triangulasi Sumber.......................................................................... 46
3.5.3 Triangulasi Metode .......................................................................... 47
3.5.4 Keabsahan Data ............................................................................... 47
3.6 Instrumen Penelitian .................................................................................. 47
3.7 Teknik Pengambilan Data ......................................................................... 47
3.7.1 Observasi ......................................................................................... 48
3.7.2 Wawancara Mendalam .................................................................... 48
3.7.3 Studi Dokumentasi .......................................................................... 49
3.8 Pengolahan Data dan Analisis Data ........................................................... 49
3.8.1 Wawancara Mendalam ..................................................................... 49
3.8.2 Observasi/ Telaah Dokumen ............................................................ 50
3.8.3 Analisi Data ...................................................................................... 50
3.9 Kerangka Pikir ........................................................................................... 51
xii
BAB IV HASIL PENELITIAN
4.1 Gambaran Umum Puskesmas 1 Ulu .......................................................... 51
4.2.1 Sejarah Umum .................................................................................. 51
4.2.2 Letak Geografis ................................................................................ 51
4.2.3 Data Demografis ............................................................................... 52
4.2.4 Sumber Daya Tenaga Kesehatan ...................................................... 53
4.2.5 Visi, Misi,Motto, Nilai Puskesmas ................................................... 54
4.2.6 Fasilitas Pelayanan Kesehatan .......................................................... 56
4.2 Karakteristik Informan .............................................................................. 58
4.3 Perencanaan Penanggulangan Pengobatan ................................................ 59
4.3.1 Input .................................................................................................. 60
4.3.2 Proses ................................................................................................ 64
4.3.3 Output ............................................................................................... 67
BAB V PEMBAHASAN
5.1 Masukan (Input) ........................................................................................ 68
5.1.1 Tenaga Kesehatan(SDM) ................................................................. 68
5.1.2 Pendanaan ........................................................................................ 71
5.1.3 Sarana dan Prasarana ........................................................................ 71
5.2 Proses (Procces) ........................................................................................ 73
5.2.1 Pengobatan TB dengan OAT yang diawasi oleh PMO .................... 73
5.2.2 Ketersediaan ..................................................................................... 74
5.2.3 Pencatatan dan Pelaporan ................................................................. 75
5.3 Keluaran (Ouput) ....................................................................................... 76
BAB VI SIMPULAN DAN SARAN
6.1 Simpulan .................................................................................................... 77
6.2 Saran……………………………. ............................................................. 78
6.2.1 Bagi Puskesmas 1 Ulu Palembang ................................................... 78
6.2.2 Bagi STIK Bina Husada ................................................................... 78
6.2.3 Bagi Penelitian Selanjutnya .............................................................. 78
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xiii
DAFTAR TABEL
2.7 Penelitian Terkait ................................................................................................ 46
3.1 Sumber Informasi Informan ................................................................................. 52
3.2 Kegiatan Jumlah Informan ................................................................................... 55
3.3 Riwayat Pekerjaan Informan ................................................................................ 55
3.4 Definisi Istilah ..................................................................................................... 63
xiv
DAFTAR GAMBAR
2.8 Kerangka Teori.................................................................................................. 49
3.10 Kerangka Pikir .................................................................................................. 62
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Lampiran
1. Daftar pedoman wawancara mendalam informan
2. Transkip wawancara
3. Jawaban transkip wawancara
4. Pedoman obsevasi/telaah dokumentasi instrumen penelitian
5. Matriks hasil wawancara
6. Surat selesai penelitian
7. Dokumentasi penelitian
xvi
DAFTAR SINGKATAN
BP3 = Balai Pengobatan Penyakit Paru
BTA = Bulgars Telegrafischeka Agentzia
DOTS = Directly Observed Treatments Shortcourse
DINKES = Dinas Kesehatan
DPS = Dokter Praktek Swasta
FDC = Fixed Dose Combination
KEMENKES = Kementerian Kesehatan
MDG = Millennium Development Goal
MDT = Multi Drug Tuberculosis
MDR = Multy Drug Resistant
OAT = Obat Anti Tuberkulosis
PMO = Pengawas Minum Obat
PHBS = Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tuberkulosis (TB) adalah suatu penyakit infeksi menular yang disebabkan
bakteri Mycobacterium tuberculosis, yang dapat menyerang berbagai organ, terutama
paru-paru. Penyakit ini bila tidak diobati atau pengobatannya tidak tuntas dapat
menimbulkan komplikasi berbahaya hingga kematian. TB diperkirakan sudah ada di
dunia sejak 5000 tahun sebelum masehi, namun kemajuan dalam penemuan dan
pengendalian penyakit TB baru terjadi dalam dua abad terakhir. (Kemenkes RI, 2016)
Pada tahun 2015 ditemukan jumlah kasus tuberculosis sebanyak 330.910
kasus, meningkat bila dibandingkan semua kasus tuberkulosis yang ditemukan pada
tahun 2014 yang sebesar 324.539 kasus. Jumlah kasus tertinggi yang dilaporkan
terdapat di provinsi dengan jumlah penduduk yang besar yaitu Jawa Barat, Jawa
Timur dan Jawa Tengah. Kasus tuberkulosis di tiga provinsi tersebut sebesar 38%
dari jumlah seluruh kasus baru di Indonesia. (Kemenkes RI, 2015)
Salah satu upaya mengendalian tuberculosis yaitu dengan pengobatan.
Indikator yang digunakan untuk mengevaluasi pengobatan tuberkulosis adalah angka
keberhasilan pengobatan (success rate). Angka keberhasilan pengobatan merupakan
jumlah semua kasus tuberculosis yang sembuh dengan pengobatan lengkap di antara
semua kasus tuberculosis yang diobati dan dilaporkan. Terlihat adanya
2
kecenderungan penurunan angka keberhasilan pengobatan semua kasus tuberkulosis
sejak tahun 2008 sampai tahun 2017. (Kemenkes RI, 2017)
Jumlah kasus baru TB di Indonesia sebanyak 420.994 kasus pada tahun 2017
(data per 17 Mei 2018). Berdasarkan jenis kelamin, jumlah kasus baru TBC tahun
2017 pada laki-laki 1,4 kali lebih besar di bandingkan pada perempuan. Bahkan
berdasarkan survei prevalensi tuberculosis prevalensi pada laki-laki tiga kali lebih
tinggi di bandingkan pada perempuan. Begitu juga yang terjadi di negara-negara lain.
Hal ini terjadi kemungkinan karena laki-laki lebih terpapar pada faktor resiko TBC
misalnya merokok dan ketidakpatuhan minum obat. Survei ini menemukan bahwa
seluruh partisipan laki-laki yang merokok sebanyak 68,5% dan hanya 3,7% partisipan
perempuan yang merokok (Kemenkes RI, 2018)
Penanggulangan dan pengendalian Penyakit TB Paru di Sumatera Selatan
dengan melaksanakan strategi DOTS (Directly Observed Treatment Short-course),
TB Paru merupakan masalah kesehatan, berdasarkan hasil survey prevalensi TB di
Indonesia tahun 2004 menunjukkan bahwa angka prevalensi TB BTA positif secara
regional untuk wilayah Sumatera adalah 160 per 100.000 penduduk. (Dinkes
Provinsi Sumatera Selatan, 2015)
Berdasarkan data profil kesehatan yang dilaporkan oleh Dinas Kesehatan
Provinsi Sumatera Selatan menjelaskan bahwa penderita TB Paru pada tahun 2017
sebanyak 1.305 kasus dengan cure rate 88,28% per 100.000 penduduk Sumatera
Selatan. Kemudian pada tahun 2016 terjadi peningkatan jumlah penderita TB paru
sehingga jumlah kasus baru menjadi 1.312 dengan cure rate 91,46% per 100.000
3
penduduk. pada tahun 2017 terjadi peningkatan TB paru di provinsi Sumatera Selatan
kasus baru menjadi 2.618 dengan cure rate 93,74% per 100.000 penduduk Sumatera
Selatan. (Dinkes Provinsi Sumatra Selatan, 2017).
Berdasarkan survei pendahuluan yang dilakukan penulis di Puskesmas 1 Ulu
dengan petugas TB paru bahwa program penanggulangan TB paru dilaksanakan
sesuai dengan DOTS. Puskesmas 1 Ulu memiliki fasilitas laboratorium dan memiliki
pintu terbuka khusus TB. Selain itu, petugas TB paru telah mendapatkan pelatihan
penanggulangan TB paru dari Dinkes setiap tahunnya dan telah menerapkan program
penanggulangan TB paru dengan strategi DOTS, namun angka penemuan kasus TB
paru masih belum maksimal dan angka kesembuhan yang dicapai masih tidak sesuai
target yang diharapkan. Obat Anti Tuberkulosis (OAT) di Puskesmas juga selalu ada
untuk pasien TB paru.
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, program tuberculosis paru di
Puskesmas 1 Ulu Palembang mengalami fluktuasi dalam 3 tahun terakhir. Pada tahun
2016 Pengobatan TB Paru (DOTS) BTA Positif memiliki Target 36% dan Capaian
27%, Pada tahun 2017 Pengobatan penderita TB Paru (DOTS) BTA Positif yang
memiliki Target 30% dan Capaian 47%. Pada tahun 2018, Pengobatan penderita TB
Paru (DOTS) memiliki Target 88% dan Capaian 22%. Dikarenakan kurangnya
tenaga kerja di Puskesmas, Maka peneliti tertarik untuk mengetahui informasi
mendalam mengenai pengobatan program tuberculosis di Puskesmas 1 Ulu.
4
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah rendahnya Pengobatan penderita TB Paru (DOTS) Target 88%
dan Capaian 22% di tahun 2018 ?
1.3 Pertanyaan Penelitian
Berdasarkan masalah penelitian yang telah dikemukakan, maka pertanyaan
penelitian adalah Bagaimana Perencanaan dalam Pengobatan Program TB paru di
Puskesmas 1 Ulu Palembang tahun 2019 ?
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Diketahui informasi mendalam mengenai perencanaan Penanggulangan dalam
pengobatan TB Paru di Puskemas 1 Ulu Palembang tahun 2019.
1.4.2. Tujuan Khusus
1. Diketahuinya informasi mendalam mengenai sumber daya manusia (SDM)
dalam pengobatan program Tuberculosis Paru.
2. Diketahuinya informasi mendalam menggenai pendanaan dalam
penanggulangan dalam pengobatan Tuberculosis Paru di Puskesmas 1 Ulu
Palembang.
3. Diketahuinya informasi mendalam mengenai sarana dan prasarana di
Puskesmas 1 Ulu Palembang Tahun 2019
5
1.3 Manfaat Penelitian
1.3.1 Bagi Puskesmas 1 Ulu Palembang
Diharapkan dari hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan
masukan dan dapat menambah sumber pemikiran, serta bahan
pertimbangan bagi Puskesmas 1 Ulu Palembang dalam meningkatkan
kualitas pelayanan kesehatan bagi Puskesmas 1 Ulu Palembang kepada
penderita TB Paru.
1.3.2 Bagi Peneliti
Diharapkan meningkatkan pengetahuan dan mendapatkan pemahaman
terkait pelaksanaan program pengendalian penyakit tuberculosis bagi peneliti.
1.3.3 Bagi STIK Bina Husada Palembang
Diharapkan dari hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan
masukan dan informasi bagi STIK Bina Husada dan masyarakat.
1.6 Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian kesehatan masyarakat yang termasuk
dalam area AKK (Administrasi Kebijakan Kesehatan). Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui perencanaan penanggulangan dalam pengobatan program tuberkulosis di
puskesmas 1 ulu palembang tahun 2019. Penelitian ini merupakan penelitian
kualitatif dengan wawancara mendalam. Informan dalam penelitian ini berjumlah 5
orang yaitu penanggung jawab program tuberculosis,petugas tuberkulosis,
6
laboratorium, staf umum dan staf tata usaha. Penelitian ini dilakukan pada tanggal 1-
8 Mei 2019 di Puskesmas 1 Ulu Palembang tahun 2019.
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Perencanaan
2.1.1 Pengertian Perencanaan
Perencanaan yang di susun melalui pengenalan permasalahan secara tepat
berdasarkan data yang akurat, serta peroleh dengan cara dan dalam waktu yang
tepat,maka akan dapat mengarahkan upaya kesehatan yang dilaksanakan puskesmas
dalam mencapai sasaran dan tujuannya. Proses perencanaan puskesmas harus di
terintegrasi ke dalam sistem perencanaan daerah melalui forum musyawarah
perencanaan pembangunan (Musrenbang) yang disusun secara top down dan bottom-
up. (Febriawati dan Yandrizal, 2018:53)
Perencanaan kesehatan adalah suatu proses yang terdiri dari langkah-langkah
yang berkesinambungan (sequential). Langkah-langkah tersebut secara sistematis
adalah sebagai berikut (Anwar, 2017)
1. Analisis keadaan & masalah (analisis situasi)
2. Perumusan masalah spesifik
3. Penentuan prioritas masalah
4. Penentuan tujuan
5. Penentuan alternatif-alternatif untuk mencapai tujuan , dan
8
6. Menguraikan alternatif terbaiki & menyusun rencana sumber daya manusia
menjadi rencana operasional.
Mengemukakan bahwa perencanaan kesehatan kesehatan di maknai sebagai
suatu proses yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang yang didahului
dengan penetapan tujuan, mengenai masalah kesehatan melalui analisis situasi
masalah masyarakat, menentukan dan memilih sumber daya yang di butuhkan,
menyusun kegiataan yang akan di lakukan, menetapkan besarnya biaya, menentukan
waktu pelaksanaan tempat kegiatan, menentukan sasaran, menetapkan target yang
akan dicapai, dan menyusun indikator pencapaian serta bentuk evaluasi yang akan
dilakukan untuk memecahkan masalah-masalah kesehatan yang di hadapi oleh
masyarakat. (Suhadi dan Rais, 2015:29)
Perencanaan adalah proses proses dasar yang digunakan untuk memilih tujuan
dan menentukan cakupan pencapaiannya. Merencanakan berarti yang mengupayakan
penggunaan sumber daya manusia (human resources), sumber daya alam (natural
resources), dan sumber daya lainnya (other resources) untuk mencapai tujuan. Suatu
perencanaan adalah suatu aktivitas integratif yang berusaha memaksimumkan
efektivitas seluruhnya dari organisasi sebagai suatu sistem, sesuai dengan tujuan yang
ingin dicapai. Berdasarkan definisi tersebut, perencanaaan minimum memiliki tiga
karakteristik berikut (Siswanto, 2011:42)
a. Perencaan tersebut harus menyangkut masa yang akan datang.
9
b. Terdapat suatu elemen identifikasi pribadi atau organisasi, yaitu serangkaian
tindakan di masa yang akan datang akan dan akan di ambil oleh perencana.
c. Masa yang akan datang, tindakan dan identifikasi pribadi, serta organisasi
merupakan unsur yang amat penting dalam setiap perencanaan.
2.1.2 Perencanaan Pembangunan Nasional
Sasaran nasional rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJM)
yang tertuang pada pertukaran presiden 59 tahun 2017 tentang SDGs menetapkan
target prevalensi TBC pada tahun 2019 menjadi 245 per 100.000 penduduk.
Sementara prevalensi TBC tahun 2014 sebesar 297 per 100.000 penduduk.
Sedangkan di Permenkes Nomor 67 Tahun 2016 tentang penanggulangan
TBC menetapkan target program penanggulangan TBC nasional yaitu eliminasi pada
tahun 2035 dan Indonesia bebas TBC tahun 2050. Eliminasi TBC adalah tercapainya
jumlah kasus TBC saat ini sebesar 254 per 100.000 atau 24,40 per 1 juta penduduk.
Untuk menantukan berhasil tidaknya suatu program maka dibutuhkan indikator-
indikator sebagai bahan evaluasi dean monitoring. WHO menetapkan tiga indikator
TBC beserta targetnya yang harus di capai oleh Negara-negara di dunia, yaitu (Pusat
Data dan Informasi Kemenkes RI, 2018 ) :
1. Menurunkan jumlah kematian TBC sebanyak 95% pada tahun 2015
2. Menurunkan insidens TBC sebanyak 90% pada tahun 2035 dibandingkan
tahun 2015
3. Tidak ada keluarga pasien TBC yang tebebani pembiayaan terkait TBC tahun
2035
10
2.2 Tuberkulosis
2.2.1 Pengertian Tuberculosis
Tuberkulosis(TB) merupakan penyakit yang disebabkan oleh bakteri
Mycobacterium tuberculosis. Bakteri ini mampu hidup selama berbulan-bulan di
tempat yang sejuk dan gelap,terutama di tempat yang lembab. Kuman TB dapat
menimbulkan infeksi pada paru-paru sehingga disebut TB paru. Selain menginfeksi
paru,kuman TB bisa masuk ke pembuluh darah dan menyebar ke seluruh tubuh.
Penyebaran ini menimbulkan penyakit TB di bagian tubuh yang lain, seperti tulang,
sendi,selaput otak, kelenjar, getah bening, dan lainnya. Penyakit TB diluar paru di
sebut extrapulmoner. (Tim Program TB.St.carolus, 2017:3)
Tuberkulosis adalah suatu penyakit menular yang disebabkan oleh kuman
Mycobacterium tuberculosis. Terdapat beberapa spesies mycobacterium, antara lain:
M.tuberculosis, M.africanum, M.bovis, M. Leprae dsb. Yang juga dikenal sebagai
Bakteri Tahan Asam(BTA). Kelompok bakteri mycobacterium selain Mycobacterium
Tuberculosis yang bisa menimbulkan ganguan pada saluran pernafasan dikenal
sebagai MOTT (Mycobacterium Other Than Tuberculosis) yang terkadang bisa
mengangu penegakan diagnosis dan pengobatan TB (Pusat Data dan Informasi
Kemenkes RI, 2018)
Pencegahan penularan TB pada dasarnya bisa di lakukan dengan dua cara :
1. Pertama, mencegah penularan dari seorang pasien ke orang lain. Hal ini
dilakukan dengan cara mengidentifiksi pasien yang menderita TB aktif.
11
Setelah proses identifikasi,pasien tersebut harus disembuhkan dengan
pengobatan yang tepat.
2. Kedua, mencegah keadaan TB laten menjadi TB aktif, yaitu dengan menjaga
agar tubuh tetap sehat dan bugar. Caranya adalah dengan mengkonsumsi
makanan dengan gizi seimbang dan istirahat cukup, menjaga daya tubuh agar
tidak merosot akibat terinfeksi penyakit seperti seperti HIV, atau karena stress
yang berat.
Sebagai gambaran, tahun 2012 di perkirakan kasus TB anak mencapai 6%
(530.000 pasien TB anak /tahun) dari seluruh kasus TB. Kematian anak dengan status
HIV negatif yang menderita TB mencapai 74.000 kematian/tahun atau sekitar 8%
dari total yang disebabkan TB. (Tim Program TB.St.Carolus, 2017:19-20)
2.2.2 Penyebab Tuberkulosis
Menurut Kemenkes (2014) dalam Hana (2017) Penyakit tuberkulosis
disebabkan oleh kuman mycobacterium tuberculosis. Oleh karena itu disebut pula
sebagai Basil Tahan Asam (BTA). Sebagai besar basil mycobacterium tuberculosis
masuk ke dalam jaringan paru melalui airbone infection dan selanjutnya mengalami
proses yang dikenal sebagai fokus primer dari Ghon. Pada stadium permulaan, setelah
pembentukan fokus primer, akan terjadi beberapa kemungkinan :
a. Penyebaran bronkogen
b. Penyebaran limfogen dan
c. Penyebaran hematogen
12
Keadaan ini hanya berlangsung beberapa saat. Penyebaran akan berhenti bila
jumlah kuman yang masuk sedikit dan telah terbentuk daya tahan tubuh yang spesifik
terhadap basil tuberculosis. Tetapi bila jumlah basil tuberkulosis yang masuk ke
dalam tubuh lebih banyak tubuh akan terinfeksi tuberkulosis.
2.2.3 Gejala Tuberkulosis Paru
Pertama-tama harus diketahui bahwa TB paru lebih sering ditemui
dibandingkan TB ekstra Paru. TB Paru dapat di deteksi awal dari gejala batuk lebih
dari dua minggu berturut-turut kadang diserai darah, nyeri dada, sesak nafas,
bekeringet dimalam hari, demam,serta nafsu makan berkurang disertai penurunan
berat badan. (Tim Program TB.St.Carolus, 2017:26)
Gejala utama pasien TBC paru yaitu batuk berdahak selama dua minggu atau
lebih batuk dapat di ikuti dengan gejala tambahan yaitu dahak bercampur
darah,batuk darah, sesak nafas, badan lemas, nafsu makan menurun, berat badan
menurun, malaise, berkeringat malam hari tanpa kegiata fisik, demam meriang lebih
dari satu bulan. Pada pasien dengan HIV positif, batuk sering kali bukan merupakan
gejala TBC yang khas, sehingga gejala batuk tidak harus selalu dua minggu atau lebih
(Pusat Data dan Informasi Kemenkes RI, 2018)
Menurut Alsaggaf dan Mukty (2010) dalam Hana (2017) Gejala klinik untuk
tuberculosis sangat bervariasi dari suatu penyakit yang tidak menunjukan gejala
penyakit yang sangat mencolok. Tuberkulosis paru menahun sering ditemukan secara
kebetulan misalnya pada suatu sigi atau pemeriksaan rutin. Gejala yang dijumpai
13
dapat akut,sub akut, tetapi lebih sering menahun. Gejala klinik dapat berupa batuk,
dahak, batuk darah, nyeri dada, wheezing, dan dispnue.
Hasil penelitian Mansur dkk (2015) penemuan kasus TB paru yang dilakukan
oleh petugas TB di Puskesmas Desa Lalang kebanyakan hanya menunggu pasien
datang berobat ke puskesmas sehingga tidak pernah melakukan penjaringan suspek
secara akitif ke masyarakat. Pemeriksaan dahak dilakukan dengan menampung dahak
sesuai dengan pedoman SPS (sewaktu-pagi-sewaktu), namun masih ada hambatan
dari pasien yaitu kurangnya pengetahuan pasien dalam menampung dahak yang benar
sehingga ketika dahak di periksa secara mikroskiopis maka hasil yang di dapat
seharusnya BTA positif menjadi BTA negatif.
2.2.4 Klasifikasi Penyakit dan Tipe Pasien Tuberkulosis
Menurut Kemenkes RI (2011) Penentuan klasifikasi penyakit dan tipe pasien
tuberkulosis memerlukan suatu “definisi kasus” yang meliputi empat hal, yaitu :
Lokasi atau organ tubuh yang sakit : paru atau ekstra paru.
1. Bateriologi (hasil pemeriksaan dahak secara mikroskopis) BTA positif atau
negative
2. Riwayat pengobatan TB sebelumnya, pasien baru atau sudah pernah di obati
3. Status HIV pasien.
Tingkat keparahan penyakit : ringan atau berat. Saat ini sudah tidak dimasukan
dalam penentuan definisi kasus.
1. Klasifikasi berdasarkan organ tubuh yang terkena
a. Tuberkulosis paru
14
Tuberkulosis paru adalah tuberkulosis yang menyerang jaringan
(parenkim) paru. Tidak termasuk pleura (selaput paru) dan kelenjar pada
hilus.
b. Tuberkulosis exstra paru
Tuberkulosis yang menyerang organ tubuh lain selain paru, misalnya
pleura, selaput otak,sellaput jantung (pericardium), kelenjar lymfe,
tulang,persendian, kulit,usus ,ginjal ,saluran kencing,alat kelamin, dan
lain-lain.
2. Klasifikasi berdasarkan hasil pemeriksanaan dahak secara mikroskopis.
a. Tuberculosis paru BTA positif, apabila :
a) Sekurang-kurangnya 2 dari 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA
positif
b) Satu spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif dan foto toraks dada
menunjukan gambaran tuberkulosis.
c) Satu spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif dan biakan kuman TB
positif.
d) Satu atau lebih spesimen dahak hasilnya positif setelah 3 spesimen
dahak SPS pada pemeriksanaan sebelumnya hasilnya BTA negatif dan
tidak ada perbaikan setelah pemberian antibiotika non OAT.
b. Tuberkulosis paru BTA negatif
Kasus yang tidak memenuhi definisi pada TB paru BTA positif. Kriteria
diagnostik TB paru BTA negatif harus meliputi;
15
a) Paling tidak 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA negatif
b) Foto toraks abnormal menunjukan gambaran tuberkulosis
c) Tidak ada perbaikan setelah pemberian antibitik non OAT.
d) Ditentukan (dipertimbangkan) oleh dokter untuk di beri pengobatan.
Klasifikasi berdasarkan tingkat keparahan penyakit
3. Klasifikasi berdasarkan riwayat pengobatan TB sebelumnya:
a. Kasus baru, yaitu pasien yang belum pernah di obati dengan OAT atau
sudah pernah menelan OAT kurang dari satu bulan (4 minggu)
b. Kasus kambuh (Relaps), yaitu pasien tuberkulosis yang sebelumnya
pernah mendapat pengobatan tuberkulosis dan telah dinyatakan sembuh
atau pengobatan lengkap, didiagnosa kembali dengan BTA positif
(apusan atau kultur).
c. Kasus setelah putus berobat (Default), yaitu pasien yang telah berobat dan
putus berobat 2 bulan atau lebih dengan BTA positif.
d. Kasus setelah gagal (Failure), yaitu pasien yang hasil pemeriksaan
dahaknya tetap positif atau kembali menjadi postif pada bulan kelima atau
lebih selama pengobata.
e. Kasus pindahan (transfer in) yaitu pasien yang dipindahkan dari UPK
yang memiliki register TB lain untuk melanjutkan pengobatannya.
f. Kasus lain, yaitu semua kasus yang tidak memenuhi ketentuan diatas.
Dalam kelompok ini termasuk kasus kronik, yaitu pasien dengan hasil
pemeriksanaan masih BTA positif setelah selesai pengobatan ulangan.
16
2.2.5 Penularan Tuberkulosis
Sumber penularan penyakit adalah dari penderita TB Paru pada BTA (+).
Namun, bukan berarti bahwa pasien TB dengan hasil pemeriksaan BTA negatif tidak
mengandung kuman dalam dahaknya. Hal tersebut bisa saja terjadi oleh karena
jumlah kuman yang terkandung dalam contoh uji < dari 5.000 kuman/cc dahak
sehingga sulit dideteksi melalui pemeriksaan mikroskopis langsung. Pasien TB
dengan BTA negatif juga masih memiliki kemungkinan menularkan penyakit TB.
Tingkat penularan pasien TB BTA positif adalah 65%, pasien TB BTA negatif
dengan hasil kultur positif adalah 26% sedangkan pasien TB dengan hasil kultur
negatif dan foto toraks positif adalah 17%. Infeksi akan terjadi apabila orang lain
menghirup udara yang mengandung percikan dahak yang infeksius tersebut. Pada
waktu batuk atau bersin, pasien, menyebarkan kuman ke udara dalam bentuk percikan
dahak (droplet nucle). (Profil Kesehatan Indonesia, 2014)
Setelah kuman TBC masuk kedalam tubuh manusia melalui pernafasan,
kuman TBC tersebut dapat menyebar dari paru ke bagian tubuh lainnya, melalui
saluran peredaran darah, sistem saluran limfe, saluran nafas, atau penyebaran
langsung kebagian-bagian tubuh lainnya. Daya penularan dari seorang penderita
ditemukan oleh banyaknya kuman yang dikeluarkan dari parunya. Makin tinggi
derajat positif hasil pemeriksaan dahak, makin menular penderita tersebut.
(Kemenkes, (2007) dalam Hana, 2017)
17
2.2.6 Pengobatan Tuberkulosis
Dengan di temukannya resistensi obat (multi drug tractment=MDT) di
berbagai penelitian yang di lakukan di berbagai negara. Diharapkan kedepan akan
menemukan suatu obat anti TB yang lebih fleksibel atau utuh dengan kombinasi yang
lengkap sesuai kebutuhan dosis, untuk meningkatkan compliance, menurunkan angka
resistensi obat (MDR), menurunkan harga obat, mengurangi kesalahan pemberian
obat karena terlalu bervariasi serta dapat menyederhanakan distribusi obat yang tepat
dan tepat. (Nizar, 2017:34)
Pengobatan TB bertujuan untuk menyembuhkan pasien, mencegah kematian,
mencegah kekambuhan, memutuskan rantai penularan dan mencegah terjadinya
resistensi kuman terhadap Obat Tuberculosis( OAT). (Kemenkes, 2018)
Panduan OAT ini pertama dan peruntukannya:
a. kategori -1 (2HRZE/4H3R3)
Panduan OAT ini diberikan untuk pasien baru :
1. pasien baru TB Paru BTA positif
2. pasien TB Paru BTA negative foto kontraks positif
3. pasien TB ekstra Paru
b. kategori -2 (2HRZES/HRZE/5H3R3E3)
panduan OAT ini diberikan untuk pasien BTA positif yang telah di obati
sebelumnya:
1. pasien kambuh
18
2. pasien gagal
3. pasien dengan pengobatan setelah putus berobat (default)
2.3 Program Penangulanggan Tuberkulosis (P2TB)
2.3.1 Program Nasional Penanggulangan TB di Indonesia
Strategi nasional dalam penanggulangan TB Paru di Indonesia antara lain
(Kemenkes RI, 2011);
a. Visi
“Menuju masyarakat bebas masalah TB, sehat, mandiri dan keadilan”
b. Misi
1. Meningkatkan pemberdayaan masyarakat, termasuk swasta dan
masyarakat dan madani dalam pengendalian TB.
2. Menjamin ketersediaan pelayanan TB yang paripurna, merata, bermutu
dan berkeadilan.
3. Menjamin ketersediaan dan pemerataan sumber daya pengendalian TB.
4. Menciptakan tata kelola program TB yang baik.
c. Tujuan
Menurunkan angka kesakitan dan kematian akibat TB dalam rangka
pencapaian tujuan pembangunan kesehatan untuk meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat.
d. Sasaran
Sasaran strategi nasionla pengendalian TB ini mengacu pada rencana strategis
kementerian kesehatan dari 2009 sampai dengan tahun 2014 yaitu
19
menurunkan prevelensi TB dari 235 per 100.000 penduduk menjadi 224 per
100.000 penduduk.
Sasaran keluaran adalah (1) meningkatkan prosentase kasus baru TB paru
(BTA positif) yang ditemukan dari 73% menjadi 90% , (2) meningkatkan
prosentase keberhasilan pengobatan asus baru TB paru (BTA positif)
mencapai 88%, (3) meningkatkan prosentase provinsi dengan CDR di atas
70% mencapai 50% (4) meningkatkan prosentase provinsi dengan
keberhasilan pengobatan di atas 85% dari 80% menjadi 88%.
Strategi Stop Tuberkulosis: dengan meningkatnya insiden dan kematian
HIV/AIDS diberbagai belahan dunia sebagai akibat dari TB yang kurang
mendapatkan perhatian serius. Pandeminnya TB terutama di Negara bagian Amerika,
Afrika dan Eropa tak terkecuali Asia, sehingga WHO menetapkan suasana gawat
darurat dengan menyepakati sebuah strategi stop TB dengan menyusun blue print
yang terintegrasikan dalam proyek global fund dengan sasaran elimasi TB pada tahun
2050 menyatakan, “Dunia Bebas TB” (Nizar, 2017:26)
2.3.2 Penanggulangan Tuberkulosis Paru
Pilar dan komponen penanggulangan tuberkulosis paru adalah (Kemenkes RI,
2018)
a. Integrasi layanan TBC berpusat pada pasien dan upaya pencegahan TBC
20
b. Diagnosa TBC sedini mungkin, termasuk uji kepekaan OAT bagi semua
dan penapisan TBC secara sistematis bagi kontak dan kelompok populasi
beresiko tinggi.
c. Pegobatan untuk semua pasien TBC, termasuk untuk penderita resistan
obat dengan disertai dukungan yang berpusat pada kebutuhan pasien
(patient-centred support).
d. Kegiatan kolaborasi TB/HIV dan tata laksana komorbid TBC yang lain.
e. Upaya pemberian pengobatan pencegahan pada kelompok rentan dan
berisiko tinggi serta pemberian vaksinasi untuk mencegah TBC.
1. Kebijakan dan sistem pendukung yang berani dan jelas.
a. Komitmen politis yang di wujudkan dalam pemenuhan kebutuhan layanan
dan pencegahan TBC.
b. Keterlibatan aktif masyarakat,organisasi social kemasyarakatan dan
pemberi layanan kesehatan baik pemerintah maupun swasta
c. Penerapan layanan kesehatan semesta (universal health coverge) dan
kerangka kebijakan lain yang mendukung pengendalian TBC seperti wajib
d. lapor, registrasi vital, tata kelola dan pengunaan obat rasional serta
pengendalian infeksi
2. Intensifikasi riset dan inovasi
a. Penemuan pengembangan dan penerapan secara cepat alat,metode
intervensi dan strategi baru pngendalian TB.
21
b. Pengembangan riset untuk optimalisasi pelaksanaan kegiatan dan
merangsang inovasi-inovasi baru untuk mempercepat pengembangan
program pengendalian TB.
2.3.3 Evaluasi Program Penanggulangan Tuberkulosis
Pemantauan dan evaluasi merupakan salah satu fungsi manajemen untuk
menilai keberhasilan pelaksanaan program. Pemantauan dilaksanakan secara berkala
dan terus menerus, untuk dapat segera mendeteksi bila ada masalah dalam
pelaksanaan kegiataan yang telah direncanakan, supaya dapat dilakukan tindakan
perbaikan segera. Evaluasi dilakukan setelah suatu jarak-waktu (interval) lebih lama,
biasanya setiap 6 bulan s/d 1 tahun. Dengan evaluasi dapat dinilai sejauhmana tujuan
dan target yang telah di tetapkan sebelumnya dicapai. Dalam mengukur keberhasilkan
tersebut diperlukan indikator. Hasil evaluasi sangat berguna untuk kepentingan
perencanaan program. Masing-masing tingkat pelaksana program
(UKP,kabupaten/Kota, Provinsi dan Pusat) bertanggung jawab melaksanakan
pemantauan kegiatan pada wilayahnya masing-masing seluruh kegiatan harus
dimonitor baik dari aspek masukan (input), proses , maupun keluaran (output).
(Kemenkes RI, (2014) dalam Hana, 2017)
Indikator program penanggulangan program penanggulangan TB Paru dapat
dianalisisa dengan cara (1) membandingkan data antara satu dengan yang lain untuk
melihat besarnya perbedaan dan (2) menganalisis kecendrungan (trend) dari waktu ke
waktu. Untuk mempermudah analisis data diperlukan indikator sebagai alat ukur
22
kemajuan (marker of pprogress). Indikator yang baik harus memenuhi syarat-syarat
tertentu seperti : (valid), sensitive dan spesifik (sensitive and specific), dapatdipercaya
(realiable), dapat diukur (measureable), dapat dicapai (achievable). (Kemenkes RI,
2014)
2.3 Strategi DOTS (Directly Observed Treatments Shortcourse)
Strategi DOTS adalah pengawasan langsung pengobatan jangka pendek
dengan keharusan setiap pengelola program tuberkulosis untuk memfokuskan
perhatian (direct attention) dalam usaha menemukan penderita dengan
pemeriksanaan mikroskop, kemudian setiap penderita harus di observasi (observed)
dalam menelan obatnya , setiap obat yang ditelan pasien harus didepan seorang
pengawas , pasien juga harus menerima pengobatan (treatment) yang di tertata dalam
sistem pengelolaan, distribusi dengan penyediaan obat yang cukup kemudian setiap
pasien harus mendapat obat yang baik, artinya pengobatan jangka pendek (short
course) standard yang telah terbukti ampuh secara klinis. Akhirnya, harus ada
dukungan dari pemerintah yang membuat program penanggulangan tuberkulosis
mendapat prioritas yang tinggi dalam pelayanan kesehatan (Aditama, (2002) dalam
Penelitian Hana, 2017)
Fokus utama DOTS adalah penemuan dan penyembuhan pasien, prioritas
diberikan kepada pasien TB tipe menular. Strategi ini akan memutuskan rantai
penularan TB dan dengan demikian menurunkan insiden TB di masyarakat.
Menemukan dan menyembuhkan pasien merupakan cara terbaik dalam upaya
pencegahhan penularan penyakit TB. (Kemenkes RI, (2014) dalam Hana, 2017)
23
Strategi DOTS mempunyai lima komponen, yaitu;
1. Komitmen politis dari pemerintah untuk menjalankan program TB Nasional.
Komitemen politik pemerintah dalam mendukung pengawasan tuberkulosis
adalah penting terhadap keempat unsure lainnya untuk dijalankan dengan baik.
Komitmen ini dimulai dengan keputusan pemerintah untuk menjadikan
tuberkulosis sebagai prioritas utama dalam program kesehatan. Untuk
mendapatkan dampak yang memadai maka harus dibuat program nasional
yang menyeluruh yang diikuti dengan pembuatan buku petunjuk (guideline)
yang menjelaskan bagaimana strategi DOTS dapat di implementasikan didalam
sistem kesehatan umum yang ada, dan diperlukan dukungan pendanaan dalam
hal sarana,prasarana dan peralatan serta tenaga pelaksana yang terlatih untuk
dapat mewujudkan program menjadi kegiatan nyata di masyarakat.
2. Diagnosis TB melalui pemeriksanan dahak secara mikroskopis.
Pemeriksanaan mikroskopis spatum adalah metode yang paling efektif untuk
penyaringan terhadap tersangka tuberkulosis paru. WHO merekomendasikan
strategi pengawasan tuberkulosis, dilengkapi dengan labioraturium yang
berfungsi baik untuk mendeteksi dari awal, tindakan lanjutan dan menetapkan
pengobatannya. Pemeriksaan mikroskopis ini merupakan pendekatan
penemuan kasus secara pasiif yang merupakan cara paling efektif dalam
menemukan kasus tuberkulosis. Dalam hal ini, pada keadaan tertentu dapat
dilakukan pemeriksaan foto toraks, dengan kriteria-kriteria yang jelas yang
dapat diterapkan di masyarakat.
24
3. Pengobatan TB dengan panduan Obat Anti Tuberkulosis (OAT) yang diawasi
langsung oleh Pengawas Minum Obat (PMO).
Pemberian obat yang di awasi secara langsung, atau dikenal dengan
istilah DOT (Directly Observed Therapy), pasien di awasi secara
langsungketika menelan obatnya, dimana obat yang diberikan harus sesuai
standar. Dalam aturan pengobatan tuberkulosis jangka pendek yang
berlangsung selama 6 bulan denggan menggunakan kombinasi obat anti TB.
Pemberian obat harus berdasarkan apakah pasien di klasifikasikan sebagai
kasus baru atau kasus lanjutan/kambuh, dan seyogyanya diberikan secara gratis
kepada seluruh pasien tuberkulosis. Pengawasan pengobatan secara langsung
sangat penting selama tahap pengobatan intensif (2 bulan pertama) untuk
meyakinkan bahwa obat dimakan dengan kombinasi yang benar dan jangka
waktu yang tepat. Dengan pengawasan pengobatan secara langsung, pasien
tidak memikul sendiri tanggung jawab akan kepatuhan penggunaan obat. Para
petugas pelayanan kesehatan ,petugas kesehatan masyarakat,pemerintah dan
masyarakat semua harus berbagi tanggung jawab dan member banyak
dukungan kepada pasien untuk melanjutkan dan menyelesaikan
pengobatannya.
4. Kesinambungan persediaan OAT
Jaminan tersedianya obat secara teratur, menyeluuruh dan tepat waktu,
sanggat diperlukan guna keteraturan pengobatan. Masalah utama dalam hal ini
adalah perencanaan dan pemeliharaan sediaan obat pada bebagai tingkat
25
daerah .maka dari itu di perlukan di perlukan pencatatan dan pelaporan
penggunaan obat yang baik, seperti misalnya jumlah kasus pada setiap
kategori pengobatan , kasus yang ditangani pada waktu lalu (untuk
memperkirakan kebutuhan) dan akurat sediaan dimasing-masing gudang yang
ada dan lain-lain.
5. Pencatatan dan pelaporan secara baku untuk memudahkan pemantauan dan
evaluasi program penanggulangan TB paru.
Sistem pencatatan dan pelaporan digunakan untuk sistematika evaluasi
kemajuan opasien dan hasil pengobattan. Sistem ini terdiri dari daftar
laboraturium yang berisi catatan dari semua pasien yang diperiksa sputunya,
kartu pengobatan pasien yang marinci penggunaan obat dan pemeriksaan
sputum lanjutan. Setiap pasien tuberkulosis yang di obati harus mempunyai
kartu identitas yang telah tercatat di catatan tuberkulosis yang ada di
kabupaten. Kemanapun pasien pergi, dia harus menggunakan kartu yang sama
sehingga dapat melanjutkan pengobatan dan tidak sampai tercatat dua kali
(Kemenkes RI, 2014)
2.4 Tata Pelaksanaan Tuberkulosis Paru
2.5.1 Penemuan Penderita Tuberkulosis Paru
Penemuan pasien bertujuan untuk mendapatkan pasien TB melalui serangkai
kegiatan mulai dari penjaringan terhadap terduga pasien TB, pemeriksanaan fisik dan
laboratris , menentukan diagnosis, menentukan klasifikasi penyakit serta tipe pasien
26
TB, sehingga dapat dilakukan pengobatan agar sembuh sehingga tidak menularkan
penyakitnya kepada orang lain. Kegiatan penemuan pasien terdiri dari penjaringan
terduga pasien, diagnosis, penemuan klasifikisi penyakit dan tipe pasien.
Kegiatan ini membutuhkan adanya pasien yang memahami dan sadar akan
keluhan dan gejala TB, akses terhadap fasilitas kesehatan dan adanya tenaga
kesehatan yang kompeten untuk melakukan pemeriksaan terhadap gejala dan keluhan
tersebut. penemuan pasien merupakan langkah pertama dalam kejadian pelaksanaan
TB. Penemuan dan penyembuhan pasien TB menular secara bermakna akan dapat
menurunkan angka kesakitan dan kematian akibat TB menular secara bermakna akan
dapat menurunkan angka kesakitan dan kematian akibat TB serta sekaligus
merupakan kegiatan pencegahan penularan TB yang paling efektif
dimasyarakat.keikut sertaan pasien merupakan salah satu faktor penting dalam upaya
pengendalian TB. (Kemenkes RI, 2011)
A. Strategi Penemuan Pasien TB
Strategi dalam penemuan penderita TB Paru (Kemenkes RI, 2014) , antara
lain:
1. Penemuan pasien TB dilakukan insentif pada kelompok populasi
terdampak TB dan populasi rentan.
2. Upaya menemuan secara intensif harus didukung dengan kegiatan promosi
yang aktif, sehingga semua terduga TB dapat ditemukan secara dini.
27
3. Penjaringan terduga pasien TB dilakukan di fasilitas kesehatan dengan
dukungan promosi secara aktif oleh petugas kesehatan bersama
masyarakat.
4. Melibatkan semua fasilitas kesehatan untuk mempercepat penemuan dan
mengurangi keterlambatan pengobatan
5. Penemuan secara aktif dapat dilakukan terhadap :
a) Kelompok khusus yang rentan atau berisiko tinggi sakit TB seperti
pasien dengan HIV,DM dan malnutrisi.
b) Kelompok yang rentan karena berada di lingkungan yang berisiko
tinggi terjadi penularan TB, seperti lapas/rutan, tempat penampungan
pengusi, daerah kumuh dan lain-lain.
c) Anak di bawah umur lima tahun yang kontak dengan pasien TB.
B. Pemeriksaan Dahak (Sputum)
1. Pemeriksaan Dahak mikroskopis langsung
Pemeriksaan dahak berfungsi untuk menegakan diagnosis, menilai
keberhasilan pengobatan dan melakukan potensi penularan. Pemeriksaan
dahak untuk penegakan diagnosis dilakukan dengan pengumpulan 3 contoh
uji dahak yang dikumpulkan dalam waktu dua hari kunjungan yang
berurutan berupa dahak sewaktu- Pagi- Sewaktu (SPS)
a) S (sewaktu) : dahak ditampung pada saat terduga pasien TB dating
berkunjungh pertama kali ke pusesmas. Pada saat pulang, terduga
28
Pasien membawa sebuah pot dahak untuk menampung dahak pagi
pada hari kedua.
b) P ( pagi) : dahak ditampung dirumag pada pagi hari kedua, segera
setelah bangun tidur. Pot di bawa dan diserahkan sendiri kepada
petugas di pelayanan kesehatan.
c) S (sewaktu) : dahak ditampung di pusesmas pada hari kedua, saat
menyerahkan dahak pagi.
2. Pemeriksaan Biakan
Pemeriksaan biakan untuk identifikasi Mycobacterium tuberculosis
dimaksudkan untuk menegakkan diagnosis pasti TB pada sistem tertentu,
misalnya :
a) Pasien TB ekstra paru
b) Pasien TB anak
c) Pasien TB dengan hasil pemeriksaan dahak mikroskopis langsung BTA
negative.
Pemeriksaan tersebut dilakukan di sarana laboraturium yang terpantau
mutunya. Apabila dimungkinkan pemeriksaan dengan menggunakan
tes cepat yang di rekomendasikan WHO makan untuk memastikan
diagnosis dianjurkan untuk memanfaatkan tes cepat tersebut.
3. Pemeriksanaan Uji Kepekaan Obat
Uji kepekaan obat bertujuan untuk menentukan ada tidaknya resitensi
kuman tuberculosis terhadap OAT. Untuk menjamin kualitas hasil
29
pemeriksaan, uji kepekaaan obat tersebut harus dilakukan oleh
laboraturium yang telah tersertifikasi atau lulus uji pemantapan mutu/
quality assurance (QA). Hal ini dimaksudkan untuk memperkecil
kesalahan dalam menetapkan jenis resistensi OAT dan pengambilan
keputusan panduan pengobatan pasien dengan resistan obat. Untuk
memperluaas akses terhadap penemuan pasien TB dengan resistensi OAT.
Kemenkes RI telah menyediakan tes cepat yaitu GeneXpert ke fasilitas
kesehatan (laboraturium dan RS) diseluruh provinsi (Kemenkes RI, 2011)
2.5.2 Diagnosa Tubekulosis Paru
Diagnosis TB Paru
1. Semua suspek TB diperiksa 3 spesimen dahak dalam waktu 2 hari, yaitu
pemeriksaan dahak sewaktu-pagi-sewaktu (SPS)
2. Diagnosis TB Paru pada orang dewasa ditegakan dengan ditemukannya
kuman TB BTA. Pada program TB nasional, penemuan BTA melalui
oemeriksaan dahak mikroskopis merupakan diagnosis utama. Pemeriksaan
lain seperti toraks, biakan dan uji kepekaan dapat digunaka sebagai
penunjang diagnosis sepanjang sesuai dengan indikasinya.
3. Tidak dibernarkan mendiagnosis TB hanya berdasarkan pemriksaan foto
toraks saja, foto toraks tidak selalu memberikan gambaran yang khas pada
TB paru, sehingga sering terjadi overdiagnosis.
30
2.5.3 Pengawasan Mimun Obat
Adapun tugas PMO :
1. Mengawasi pasien TB agar menelan obat secara teratur sampai selesai
pengobatan.
2. Memberikan dorongan kepada pasien agar mau berobat teratur
3. Mengingatkan pasien untuk periksa ulang dahak pada waktu yang telah
ditentukan.
4. Memberikan penyuluhan pada nggota keluarga pasien THB yang mempunyai
gejala-gejala mencurigakan TB untuk segera memeriksakan diri ke sarana
pelauanan kesehatan.
5. Membantu atau mendampingi penderita dalam pengambilan obat anti
tuberculosis (OAT) di pelayanan kesehatan terdekat.
6. Membantu petugas kesehatan dalam rangka memantau perkembangan
penyakit TB di desanya. (Surveilen TB desa)
Petugas kesehatan lebih cenderung mengawasi penderita TB menelan obat
karena berkolerasi dengan tujuan dari pengobatan yang diberikan. Disamping itu,
penderita TB setelah 2-4 minggu menelan obat gejala TB biasanya hilang, tanpa
disadari kondisi seperti ini biasanya penderita menggangap dirinya sembuh, padahal
uman TB belum hilang sama sekali dan berisio terjadi kambuh, oleh karena itu
pengobatan perlu dilanjutkan hingga enam bulan kedepan. Untuk diperlukan
kunjungan atau keperdulian petugas kesehatan sebagai pengawas menelan obat
31
Pesyaratan PMO menurut adalah :
1. Seseorang yang dikenal, dipercaya dan disetujui , baik oleh petugas kesehatan
maupun pasien, selain itu harus di segani dan dihormati oleh pasien.
2. Seseorang yang tinggal dekat pasien
3. Bersedia membatu pasien dengan sukarela
4. Bersedia dilatih ( tentang pengambilan dahak (sputum) dan tata pelakasanaan
dahak (SPS) dan mendapatkan penyuluhan mengenai TB bersama-sama
dengan pasien. (Nizar, 2018:111)
2.6 Pusat Kesehatan Masyarakat
2.6.1 Pengertian Puskesmas
Puskesmas adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan
upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan
perorangan tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan upaya promotif dan
preventif, untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya.
Puskesmas mempunyai tugas melaksanakan kebijakan kesehatan untuk mencapai
tujuan pembangunan kesehatan di wilayah kerjanya dalam rangka mendukung
terwujudnya kecamatan sehat. ( Kemenkes RI, 2014)
Puskesmas merupakan instansi pemerintah yang wajib bertangung jawab atas
kesejahteraan kesehatan masyarakat terutama ibu dan anak di setiap
kecamamatannya, terlebih lagi pada daerah pedalaman yang sulit untuk menjangkau
32
wilayah rumah sakit di karenakan akses terhadap infra struktur desa yang masih
sangat kurang. (Suhadi dan Rais, 2015:7)
2.6.2 Prinsip Penyelenggaraan Puskesmas
Prinsip penyelenggaraan puskesmas menurut (Kemenkes RI, 2014) adalah :
1. Prinsip penyelenggaraan Puskesmas yang meliputi :
a. Paradigm sehat
b. Pertanggungjawaban wilayah
c. Kemandirian masyarakat
d. Pemerataan
e. Teknologi tepat guna dan
f. Keterpaduan dan kesinambungan.
2. Berdasarkan prinsip paradigm sehat sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf a, puskesmas mendorong seluruh pemangku kepentinganm untu
berkomitmen dalam upaya mencegah dan mengurangi risiko kesehatan
yang dihadapi individu,keluarga, kelompok dan masyarakat.
3. Berdasarkan prinsip pertanggungjawaban wilayah sebagaimana maksud
pada ayat (1) huruf b, puskesmas menggerakan dan bertanggungjawab
terhadap pembangunan kesehatan diwilayah kerjanya
4. Berdasarkan prinsip kemandirian masyarakat sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf c , puskesmas mendorong kemandirian hidup sehat bagi
individu,keluarga, kelompok, dan masyarakat.
33
2.6.3 Tugas dan Fungsi Puskesmas
Tugas puskesmas yakni puskesmas mempunyai tugas melaksanakan
kebijakan kesehatan untuk mencapai tujuan pembangunan kesehatan di wilayah
kerjanya dalam rangka mendukung terwujudnya kecamatan sehat. Sedangkan dalam
melaksanakan tugas, puskesmas menyelnggarakan fungsi (Febriawati dan Yandrizal,
2018:53)
a. Penyelenggaraan UKM tingkat pertama di wilayah kerjanya dan
b. Penyelenggaraan UKP tingkat pertama di wilayah kerjanya (Permenkes RI
No.75 tahun 2014)
Fungsi puskesmas (Suhadi dan Rais, 2015:9) :
1. Pusat penggerak pembangunan berwawasan kesehatan.
2. Pusat pemberdayaan masyarakat
3. Pusat pelayanan kesehatan strata pertama
2.6.4 Upaya Kesehatan Masyarakat
Upaya pencegahan dan pemberantasan penyakit menular :
a. Mengumpulkan dan menganalisa penyakit
b. Melaporkan kasus penyakit menular
c. Menyelidiki di lapang untuk melihat benar atau tidaknya laporan yang
masuk untuk menemukan kasus-kasus baru dan untuk mengetahui sumber
penularan.
d. Tindakan permulaan untuk menahan penularan penyakit.
34
Upaya penyuluhan kesehatan puskesmas:
a. Penyuluhan kesehatan masyarakat merupakan bagian yang tidak terpisah
dari tiap-tiap program puskesmas. Kegiatan penyuluhan kesehatan
dilakukan pada setiap kesempatan oleh petugas, apakah di klinik, rumah
dan kelompok masyarakat.
b. Ditingkat puskesmas tidak ada petugas penyuluhan tersedniri tetapi
ditingkat kabupaten diadakan tenaga-tenaga kqoordinator penyuluhan
kesehatan. (Suhadi dan Rais, 2015:8-9)
35
2.7 Penelitian Terkait
No Nama
Penelitian
Tahun Judul Penelitian Hasil Penelitian
1 Aditama 2013 Evaluasi ProgramPenanggulangan
Tuberculosis Paru diKabupaten Boliyolali
Aspek input, yaitusecara kualitas tenangapengelola programP2TB Paru dan tenagalaboraturium ada yangpernah mengikutipelatihan meski terdapattugas rangkap sehinggapelaksanaan programbelum mencapai hasilmaksimal. PeralatanOAT, dan formulirtersedia mencukupi baiksecara kualitas maupuunkuantitas, tetapi insentifdari beban kerja masihbelum mencukupi.
2 Af’idah 2014 Model PerencanaanPenanggulangan
Tuberkulosis BerbasisWilayah di Kabupaten
Lumajang
Berdasarkan kajianyang dilakukan padavariabel inimenghasilkan dokumenmodel perencanaanpenanggulangan TB diwilayah PuskesmasKlakah dan Sendurodengan fokus padapengoptimalanpenemuan kasus TB diwilayah kerjanyadengan menggunakanmetode active casefinding.
36
No Nama Penelitian Tahun Judul Penelitian Hasil Penelitian
3 mansur 2015 Analisis Penatalaksanaan ProgramPenanggulangan Tuberkulosis
Dengan Strategi DOTS di PuskesmasDesa Lalang
Program penanggulangan TB Parudengan 5 komponen strategi DOTSdi Puskesmas Desa Lalang belummaksimal, dalam penatalaksanaanyamasih belum sesuai dengan strategiDOTS, hal ini dilihat dari kualitaspetugas TB Paru masih kurang dalamupaya penemuan kasus sertapelatihan kepada pasien TB dalammenampung dahak.
4 Versitaria 2011 Pengaruh Karakteristik Pasien
Terhadap Penyakit Tuberculosis Paru
Pada model akhir diketahui bahwavariabel yang paling berpengaruhterhadap kejadian penyakittuberkulosis paru BTA (+) adalahvariabel status gizi. Sesorang yangbermukim di rumah dengan huniankamar dengan tingkat kepadatantinggi (< 4m/orang), jenis kelaminlaki-laki, dan status gizi yang buruk(IMT) >25,1 dan < 18,4) berisikountuk menderita penyakittuberkulosis paru BTA (+) 29 kalilebih besar pada orang yang tidakmempunyai faktor resiko tersebut.
37
No Nama Penelitian Tahun Judul Penelitian Hasil Penelitian
5 Hana E.E.P 2017 Analisis Pelaksanaan Strategi DOTSDalam Program Penanggulangan TB
(P2TB) di Puskesmas Aras KabuKecamatan Beringin Kabupaten Deli
Komitmen politis yang belumdijalankan oleh pemerintah daerahkomitmen politis memegang peranpenting untuk berjalannya suatuprogram. Dalam pelaksanaanprogram P2TB, pemerintah masihlebih mengandalkan donatorinternasional untuk pendanaanprogram-program P2TB. Donaturterbanyak yaitu Global Fund sudahtidak memberikan bantuan dana dandana yang diberikan KNCV tidaksebanyak dari Global Fund. Belumdijalankan komintemn politis olehsemua stakeholder mempengaruhipelaksanaan penjaringan suspek TBdi puskesmas Aras Kabu dimanaketerbatasan untuk transportasipenjaringan suspek, dana penemuansuspek TB dan pelaksanaan pelatihanPMO
38
39
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian survey dengan pendekatan kualitatif yang
di gunakan untuk meneliti proses perencanaan dengan lima komponen strategi DOTS
dalam upaya penanggulagaan TB di Puskesmas 1 Ulu Palembang tahun 2019,
Metode kualitatif adalah metode penelitian yang berladaskan pada filsafat
postpositivisme atau enterpretif, digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek
alamiah, dimana peneliti adalah sebagai instrument kunci, teknik pengumpulan data
dilakukan secara triangulasi (gabungan observasi, wawancara, dokumentasi), data
yang diperoleh cendrung data kualitatif, analisis data bersifat induktif/kualitatif, dan
hasil penelitian kualitatif bersifat untuk memahami makna, memahami keunikan,
mengkonstrusi fenomena, dan menemukan hipotesis. (Sugiyono, 2018:2)
Pendekatan kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami
fenomena tentang apa yang di alami oleh subjek penelitian misalnya perilaku,
persepsi, motivasi, tindakan dan lain-lain secara holistik dan dengan cara deskripsi
dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan
dengan memanfaatkan metode alamiah. (Moleong, 2011:2)
40
3.2 Lokasi Dan Waktu Penelitian
3.2.1 Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Puskesmas 1 Ulu Palembang Kecamatan Seberang
Ulu 1.
3.2.2 Waktu Penelitian
Waktu yang di butuhkan dalam penelitian ini terhitung sejak 1- 8 Mei 2019
3.3 Informasi Penelitian
Informan dalam penelitian ini di ambil dengan menggunakan teknik
purposive, yaitu teknik yang dilakukan untuk memilih informan yang bersedia dan
mampu memberikan informasi yang berkaitan dengan topik penelitian, yang terdiri
dari :
1. Penanggung Jawab Tb Paru Puskesmas 1 Ulu Palembang
2. Petugas Tb Paru Puskesmas 1 Ulu Palembang
3. Petugas Laboratorium Puskesmas 1 Ulu Palembang
4. Staf Umum Puskesmas 1 Ulu Palembang
5. Staf TU Puskesmas 1 Ulu Palembang
41
Table 3.1Informasi yang Ingin Di Peroleh Dari Informan
No Sumber Informasi Informasi Mendalam Keterangan
1 Penanggung Jawabprogram Tuberculosis
A. A. Sumber Daya Manusia- Kerjasama Lintas Sektor- Jumlah SDM- Pelatihan SDM
B. Dana- Sumber dana- Pengalokasian dana
C. Pengobatan dan Penjaminan- Pengawasan PMO- Ketersediaan OAT
E. .D. Alat penunjang- Pencatatan dan pelaporan
Informan Kunci
2 Petugas Tuberculosis A. Sumber Daya Manusia- Kerjasama Lintas Sektor- Jumlah SDM- Pelatihan SDM
B. Dana- Sumber dana- Pengalokasian dana
C. Pengobatan dan Penjaminan- Pengawasan PMO- Ketersediaan OAT
D. Alat penunjang- Pencatatan dan pelaporan
Informan
42
No Sumber Informasi Informasi yang Dinginkan Keterangan3 Petugas Laboratorim A. Sumber Daya Manusia
- Kerjasama Lintas Sektor- Jumlah SDM- Pelatihan SDM
B. Dana- Sumber dana- Pengalokasian dana
C. Pengobatan dan Penjaminan- Pengawasan PMO- Ketersediaan OAT
D. Alat penunjang- Pencatatan dan pelaporan
Informan
4 Staf Umum A. Sumber Daya Manusia- Kerjasama Lintas Sektor- Jumlah SDM- Pelatihan SDM
B. Dana- Sumber dana- Pengalokasian dana
C. Pengobatan dan Penjaminan- Pengawasan PMO- Ketersediaan OAT
D. Alat penunjang- Pencatatan dan pelaporan
Informan
5 Staf TU A. Sumber Daya Manusia- Kerjasama Lintas Sektor- Jumlah SDM- Pelatihan SDM
B. Dana- Sumber dana- Pengalokasian dana
C. Pengobatan dan Penjaminan- Pengawasan PMO- Ketersediaan OAT
E. Alat penunjang- Pencatatan dan pelaporan
Informan
43
3.4 Metode Pengumpulan Data
3.4.1 Data Primer
Sumber data primer adalah sumber data yang langsung memberikan data
kepada pengumpul bisa di lihat dari segi cara atau teknik pengumpulan data, maka
teknik pengumpulan dapat dilakukan dengan observasi (pengamatan), interview
(wawancara), kuesioner , dokumentasi dll (Sugiyono, 2018:104)
Penentuan informan dilakukan secara purposive sampling dengan memilih
petugas program yang berhubungan dengan tuberculosis di Puskesmas 1 Ulu untuk
melakukan observasi.
Table 3.2
Informasi yang Dikumpulkan Menurut Sumber Informasi Metode dan Jumlah
Kegiatan Jumlah Informan
No Sumber Informasi Metode Pengumpulan Data JumlahInformasiWawancara
MendalamObservasi
1 Penanggung Jawab TBParu
1 1 1
2 Petugas Tb Paru 1 1 1
3 Petugas Laboratorium 1 1 1
4 Staf Umum 1 1 1
5 Staf TU 1 1 1
Total Informasi 5 orang
44
Table 3.3
Riwayat pekerjaan dan tugas di Puskesmas 1 Ulu Palembang
No Nama Usia Pendidikan Masa kerja Keterangan
1 PD 35 S1Kedokteran
7 Tahun Penanggungjawab TB Paru
2 DF 29 D3Keperawatan
2 Tahun Petugas TB
3 M 37 D4 Analis 1 Tahun Petugas Lab4 WJ 25 S1
keperawatan1 Tahun Staf Umum
5 PS 25 S1Keperawatan
1 Tahun Staf TU
3.4.2 Data Sekunder
Data sekunder yaitu data pelengkap yang di peroleh dari laporan, dokumen
maupun teks yang terdapat pada instansi puskesmas maupun pada perpustakaan yang
berhubungan dengan masalah penelitian yang di bahas . data sekunder yang
digunakan dalam penelitian ini secara rinci, data yang digunakan yaitu kunjungan
pasien Tuberculosis Paru tahun 2016,tahun 2017 dan tahun 2018, menggunakan
sumber dari Standar Pelayanan Minimum (SPM), Profil Kinerja Puskesmas (PKP),
dan Dokumen Puskesmas 1 Ulu. Teknik Pengambilan Data menggunakan studi
dokumentasi.
45
3.5 Triangulasi dan Keabsahan Data
3.5.1 Triangulasi
Teknik pengumpulan triangulasi di artikan sebagai teknik pengumpulan data
yang bersifat menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan data dan sumber
yang telah ada. Bila peneliti melakukan pengumpulan data dengan triangulasi, maka
sebenarnya peneliti menggumpulkan data yang sekaligus menguji kreadibilitas data.
Untuk menjamin keabsaan informasi dalam penelitian ini dilakukan uji
validitas data yaitu :
3.5.1 Triangulasi Teknik
Triangulasi teknik berarti penelitian menggunakan teknik pengumpulan
data yang berbeda-beda untuk mendapatkan data dari sumber data yang sama.
Penelitian ini menggunakan observasi partisipasif, wawancara mendalam, serta
dokumentasi untuk sumber data yang sama secara serempak , triangulasi teknik dapat
ditempuh melalui langkah-langkah sebagai berikut:
Observasi
WawancaraMendalam
Dokumentasi
SumberData Sama
46
3.5.2 Triangulasi Sumber
Triangulasi sumber berarti untuk mendapatkan data dari sumber yang
berbeda-beda dengan teknik yang sama. Hal ini dapat digambarkan sebagai berikut :
3.5.3 Triangulasi Metode
Triangulasi metode adalah pengecekan keabsaan data, atau mengecek
keabsahan temuan penelitian. Terdapat dua triangulasi metode yaitu: pengecekan
derajat kepercayaan penemuan hasil penelitian beberapa teknik pengumpulan data
dan pengecekan derajat kepercayaan beberapa sumber data metode yang sama.
(Sugiyono,2018:125)
3.6 Instrumen Penelitian
Dalam penelitian kualitatif, yang menjadi instrumen atau alat penelitian
adalah peneliti itu sendiri. Penelitian kualitatif sebagai human instrument berfungsi
meenetapkan fokus penelitian, memilih informan sebagai sumber data, melakukan
data dan membuat kesimpulan atas temuannya (Sugiyono, 2018:101)
3.7 Teknik Pengambilan Data
Teknik pengambilan data merupakan langkah yang paling strategis dalam
penelitian, karena tujuan utama dari penelitian ini adalah mendapatkan data. Tanpa
WawancaraMendalam
A
B
C
47
mengetahui teknik pengumpulan data, maka peneliti tidak akan mendapatkan data
yang memenuhi standar data yang ditetapkan.
1. Observasi (Pengamatan)
Observasi adalah dasar semua ilmu pengetahuan. Para ilmuwan hanya dapat
bekerja berdasarkan data, yaitu fakta mengenai dunia kenyataan yang diperoleh
melalui observasi. Data itu dikumpulkan dan sering dengan bantuan berbagai alat
yang sangat cangih, sehingga benda-benda yang sangat kecil(proton dan electron)
maupun yang sangat jauh (benda ruang angkasa) dapat di observasi dengan jelas.
2. Wawancara Mendalam
Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti ingin
melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus di teliti,
tetapi juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden yang lebih
mendalam. Teknik pengumpulan data ini mendasarkan diri pada laporan tentang diri
sendiri atau self report, atau setidak-tidaknya pada pengetahuan dan keyakinan
pribadi.
Dalam penelitian ini wawancara mendalam akan dilakukan kepada informan
penelitian yaitu penangungjawab tuberkulosis paru di Puskesmas 1 Ulu Palembang
pada saat penelitian.
3. Studi Dokumentasi
Metode lain yang digunakan dalam pengambilan data adalah metode studi
dokumentasi. Studi dokumentasi merupakan suatu metode pengumpulan data dengan
48
menyelidiki dokumen-dokumen tertulis seperti buku-buku literature, dokumentasi
peraturan perundang-udangan yang terkait, profil puskesmas yang berhubungan
dengan penangulangan tuberkulosis dengan strategi DOTS dan Standar Pelayanan
Minimum (SPM) di Puskesmas 1 Ulu Palembang. (Sugiyono, 2018:124)
3.8 Pengolahan Dan Analisis Data
3.8.1 Pengolahan Data
1. Wawancara Mendalam (indepth interview)
pengolahan data informasi yang diperoleh deari informasi dilakukan dengan
tahapan sebagai berikut:
c. Reduksi Data (Data Reduction)
Mereduksi data merupakan kegiataan merangkum, memilah hal-hal pook,
memfokuskan pada hal-hal yang penting. Data yang reduksi akan
memberikan gambaran yang lebih jelas dan memudahkan dalam
melakukan pengumpulan data.
d. Penyajian Data
Penyajian data dilakukan untuk lebih meningkatkan pemahaman kasus
dan sebagai acuan dalam mengambil tindakan berdasarkan pemahaman
dan analisis sajian data. Data disajikan dalam bentuk uraian yang
didukung dengan matriks.
49
e. Penarikan Kesimpulan
Penarikan kesimpulan merupakan hasil penelitian yang menjawab fokus
penelitian berdasarkan hasil analisis data. Simpulan disajikan dalam
bentuk deskriptif, dengan berpedoman pada kajian penelitian.
2. Observsi / Telaah Dokumen
Mengumpulkan seluruh data yang diperoleh dari hasil observasi dan telaah
dokumen maupun arsip-arsip untuk mendukung hasil penelitian dan
wawancara yang didapatkan. (Gunawan, 2016:211-212)
3.8.2 Analisis Data
Analisis data data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data
yang diperoleh dari wawancara, catatan lapangan, dan bahan-bahan lain,
sehingga dapat mudah difahami, dan temuannya dapat diinformasikan kepada
orang lain. Analisid data dilakukan dengan mengorganisasikan data,
menjebarkannya ke dalam unit-unit, melakukan sistesa, menyusun ke dalam
pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat
kesimpulan yang dapat di ceritakan kepada orang lain. (Sugiyono, 2018:129)
50
3.9 Kerangka Pikir
Gambar 3.1 Kerangka Pikir
Input
1. SDM (Man)
2. Dana (Money)
3. Sarana danPrasarana(Material)
Output
KesembuhanTB BTA (+)
Proses
1. Manajemen TB2. Koordinasi antara
unit yankes3. Pelatihan petugas4. Suplay OAT
logistik yangmemadai
5. Jarak lokasi saranakesehatan
Outcome
TercapainyastrategiDOTS
51
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
6.1 Gambaran Umum Puskesmas 1 Ulu
Puskesmas 1 Ulu terletak di Kecamatan Seberang Ulu tepatnya di Kelurahan
1 Ulu, Puskesmas ini terletak lebih kurang 100 meter dari jalan raya sehingga
masyarakat mudah untuk menjangkaunya.
6.1.1 Sejarah Puskesmas 1 Ulu
Puskesmas 1 Ulu berdiri sejak tahun 1983 atas bantuan Bank Dunia dimana
tanahnya merupakan tanah hibah dari pengusaha 1 Ulu.
Pada tanggal 14 Agustus 1983 Puskesmas ini di resmikan sebagai Puskesmas
KIP UNIT 1 ULU Palembang dan mulai melaksanakan Kegiatan Operasionalnya.
Sekarang Puskesmas ini berganti nama menjadi Puskesmas 1 Ulu Palembang.
6.1.2 Letak Geografis
Puskesmas I Ulu terletak di Jl. Faqih Usman No. 2329 Kelurahan 1 Ulu,
Kecamatan Seberang Ulu I, Letak Puskesmas ini terletak agak masuk 100 Meter dari
jalan raya tetapi mudah di jangkau oleh masyarakat.
Wilayah kerjanya meliputi 2 kelurahan yaitu Kelurahan I Ulu, Kelurahan
Tuan Kentang dengan luas wilayah kerjanya ± 87,75 Ha. Sejak Tanggal 1 Juli Tahun
2008 Wilayah Puskesmas I Ulu dipecah menjadi 2 Wilayah yaitu Wilayah Puskesmas
I Ulu yang meliputi kelurahan I Ulu Kelurahan Tuan Kentang.
52
Tabel 4.1 Luas Wilayah Kerja Puskesmas I Ulu
No Nama Kelurahan Luas Wilayah
1 Kelurahan I Ulu 52,25 Ha
2 Kelurahan Tuan Kentang 36,5 Ha
Total 88,75 Ha
4.1.3 Data Demografis
Wilayah kerja puskesmas 1 Ulu Kelurahan 1 Ulu dan Kelurahan Tuan Kentang
dengan jumlah penduduk 25.633 jiwa.
Berdasarkan keadaan sosial ekonominya, mata pencaharian penduduk Kelurahan 1
Ulu dan Kelurahan Tuan Kentang hampir sama, yaitu diantaranya Buruh Kasar
,Pegawai Negeri, Pedagang, Pensiunan, Pengrajin.
Pada umumnya adalah tenaga kerja lepas pada sektor informal.
Tabel 4.2 Peta Demografi di Wilayah Kerja Puskesmas 1 Ulu
No KETERANGAN
KELURAHAN
Jumlah1 Ulu Tuan Kentang
1 Jumlah penduduk 13.122 12.511 25.633
2 Jumlah KK 6520 6953 13.473
53
No KETERANGAN
KELURAHAN
Jumlah1 Ulu Tuan Kentang
3 Jumlah Miskin 2611 2664 5275
4 Jumlah Ibu Hamil 251 300 583
5 Jumlah Bayi 235 271 506
6 Jumlah Balita 440 514 954
7 Jumlah Lansia 2571 2757 5325
8 Jumlah RT 34 31 65
9 Jumlah Rumah 2326 3367 5693
10 Jumlah Posyandu 6 8 14
Sumber : Profil Puskesmas 1 Ulu Palembang Tahun 2017
4.1.4 Sumber Daya Tenaga Kesehatan
Tabel 4.3 Data Tenaga Kesehatan Puskesmas 1 Ulu
No Tenaga Kesehatan Jumlah
1 Dokter Umum 2 Orang
2 Dokter Gigi 1 Orang
3 Perawat D III 7 Orang
4 Perawat S 1 3 Orang
5 Perawat Gigi 2 Orang
6 Bidan D III 11 Orang
54
No Tenaga Kesehatan Jumlah
7 Petugas Gizi 1 Orang
8 Asisten Apoteker 1 Orang
9 SMA (LCPK) 3 Orang
10 Administrasi Kesehatan 2 Orang
11 Kesling 2 Orang
12 Akuntan 1 Orang
13 Jaga Malam 2 Orang
14 Laboratorium 1 Orang
15 Petugas Promkes 1 Orang
4.1.5 Visi, Misi, Moto, Nilai Puskesmas
Untuk menunjang keberhasilan Puskesmas 1 Ulu dalam rangka pelayanan
kesehatan pada masyarakat maka seluruh kegiatan harus berpedoman pada Visi, Misi,
Motto dan Nilai Puskesmas 1 Ulu serta pelaksanaannya harus berpedoman pada
protap-protap (Standar Pelayanan) yang telah dibakukan.
V I S I
Tercapainya Kecamatan Seberang Ulu 1 Sehat di Kelurahan 1 Ulu dan Tuan Kentang
Palembang.
55
M I S I
1. Memasyarakatkan paradigma sehat pada semua pihak
2. Meningkatkan profesionalitas seluruh petugas yang berorientasi pada standard
pelayanan prima
3. Pengadaan sarana dan prasarana yang bermutu prima
4. Memberdayakan masyarakat dan keluarga dalam mengatasi masalah kesehatan
yang ada
M O T T O
1. Ramahlah, satu langkah satu senyuman
2. Kreatiflah, satu langkah, satu ide, langsung action
3. Disiplinlah dari diri kita masing-masing
4. Kerjakanlah sekarang, jangan ditunda
5. Bersih cerminan dari iman
6. Pelayanan prima merupakan bagian dari kita semua
N I L A I
1. Pengabdian
2. Kebersamaan
3. Kerja Keras
4. Saling Percaya
5. Terus Belajar
56
4.1.6 Fasilitas Pelayanan Kesehatan
Dalam rangka memenuhi kebutuhan masyarakat, Puskesmas 1 Ulu memenuhi
kebutuhan masyarakat tersebut melalui Pelayanan Kesehatan Masyarakat dan
Pelayanan Kesehatan Perorangan :
Pelayanan Kesehatan Masyarakat meliputi :
1. Promosi Kesehatan (Promkes)
2. Sanitasi (Kesehatan Lingkungan)
3. P2M/P2TM
a. Penyakit menular
b. Pengendalian Vektor
c. Penyakit tidak menular
d. Cause of date
e. Surveilance
f. Kesehatan Jiwa dan Penanggulangan Napza
4. Kesehatan Ibu, Anak dan KB
a. Kesehatan Ibu
b. Kesehatan Neonatus dan Bayi
c. Kesehatan Anak Balita dan Pra Sekolah
d. UKS dan Remaja
e. Imunisasi
f. Kesehatan Usia Reproduksi
57
5. Gizi Masyarakat
6. Kesehatan Gigi dan Mulut
7. Kesehatan Olahraga
8. Pengobatan Tradisional
9. Kesehatan Kerja
10. Kesehatan Lanjut Usia
11. Kesehatan Indera
12. PERKESMAS
Pelayanan Kesehatan Perorangan Meliputi :
1. Pendaftaran dan rekam medik
2. KIA, KB dan Imunisasi
3. Kesehatan Neonatus, Bayyi, Anak dan Remaja
4. Pemeriksaan Umum
5. Kesehatan Lanjut Usia
6. Kesehatan Gigi dan Mulut
7. Laboratorium
8. Pelayanan Farmasi
9. Pemeriksaan IVA
10. VCT
11. TBC dan Kusta
12. Tindakan dan Gawat Darurat
58
13. Promosi Kesehatan
14. Administrasi dan Tata usaha
Seluruh program kegiatan tersebut di dalam gedung di fasilitas dengan adanya
ruang dan peralatan yang memadai, program kerja, sumber daya manusia yang selalu
ditingkatan kemampuannya dan protap-protap sebagai standar pelayanannya.
4.2 Karakteristik Informan
Karakteristik dari masing-masing informan pada penelitian ini, dapat dilihat
pada tabel berikut.
Tabel 4.4 Karakteristik Informan
No Nama Usia Pendidikan Masa kerja Tupoksi Keterangan
1 PD 35 S1 Kedokteran 7 Tahun Penanggung
jawab TB Paru
Informan
kunci
2 DF 29 D3
Keperawatan
2 Tahun Petugas TB Informan 1
3 M 37 D4 Analis 1 Tahun Petugas
Laboratorium
Informan 2
4 AK 35 S1 Kedokteran 4 Tahun Dokter Informan 3
5 PS 25 S1
Keperawatan
1 Tahun Staf Umum Informan 4
6 WJ 25 S1
keperawatan
1 Tahun Staf TU Informan 5
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa jumlah informan dalam penelitian ini
adalah 5 informan, yang terdiri dari 1 informan Penanggungjawab TB Paru yang
berusia 35 tahun dengan pendidikan S1 Kedokteran, 1 informan Petugas TB yang
berusia 29 Tahun dengan pendidikan D III Keperawatan, 1 Petugas Laboratorium
59
berusia 37 Tahun dengan pendidikan D4 Analisis, 1 Dokter berusia 35 Tahun dengan
pendidikan S1 Kedokteran, 1 Staf umum berusia 25 Tahun dengan pendidikan S1
Keperawatan, dan 1 staf TU berusia 25 Tahun dengan pendidikan S1 Keperawatan.
4.3 Perencanaan Penanggulangan Pengobatan dalam Program Tuberculosis
Paru di Puskesmas 1 Ulu
Perencanaan Penanggulangan Pengobatan dalam Program Tuberculosis Paru
di Puskesmas 1 Ulu penanggulangan TB dilakukan dengan tiga komponen yang
mendukung keberhasilan program penanggulangan TB.
Perencanaan dalam pengobatan TB Paru dilakukan dengan tiga komponen
yaitu: sumber daya manusia,pendanaan, dan sarana prasarana.
4.3.1 Input
Input yang dimaksud dalam penelitian ini terdiri dari Tenaga Kesehatan,
Anggaran, Sarana dan Prasarana, serta Obat.
Hasil wawancara jumlah tenaga kesehatan dalam program TB Paru di
Puskesmas 1 Ulu tahun 2019 saat ini berjumlah 6 orang yang terdiri dari Penanggung
Jawab TB, Dokter TB, Petugas TB, Petugas Laboratorium, Staf Umum,Staf TU. Dari
hasil wawancara mendalam di dapatkan informasi bahwa tenaga kesehatan dalam
program TB Paru telah mendapatkan pelatihan dan hal ini terlihat melalui wawancara
dengan informan kunci sebagai berikut:
“ yang jelas dari petugas perawat ada, medis juga ada, dokter jugaada,analis juga ada, stok obat farmasi juga dilatih semua “(informan TD)
60
Informan menyatakan pelatihan tersebut semua dari dinas :
“ oh kalau petugas-petugas dari dinas langsung ada workshop atau pelatihanalau untu petugas yang tidak hubungan dengan TB yang jelas sosialisasi misalnyapetugas skrining servis merea juga tau oh seperti apa kasih edukasi cara membuangdahak.”(informan TD)
“ kalau dipuskesmas paling setelah kita ikut pelatihan dari dinas kitasosialisasikan langsung seluruh petugas dikumpulkan dari sosialisasi misalnya adailmu terbaru ,ada informasi terbaru langsung disosialisasikan, kalau pelatihankhusus karena petugasnya hanya satu yang perawatnya dan dokternya juga saya danDr. Anet juga jadi kita tidak ada pelatihan khusus ,pelatihan dipuskesmas tapibentuk sosialisasi setelah pelatihan dari luar puskesmas.” (Informan TD)
Mengenai pelatihan khusus di Puskesmas 1 Ulu , informan menggungkapkan
bahwa di Puskesmas 1 Ulu tidak ada pelatihan khusus, hal ini terlihat dari wawancara
mendalam berikut ini:
“kalau kegiatan khusus tidak seperti kasus OPGJ ada posyandu khusus untukTB memang pernah diusulkan untuk ekstrapuding jadi setiap pasien diberikanmakanan tambahan ternyata belum di acc jadi sementara ini kegiatan khususnya hanyasebatas screening, kunjungan rumah seperti umum saja, Terus pemantauan minum obatuntuk pasien-pasien mangkir minum obat, yang tidak ambil obat kemudian tetap penyuluhanobat dan penjaringan oleh poswindu dan posyandu lansia” (informan TD)
Menurut kutipan Petugas TB sebagai berikut:
“kalau di puskesmas itu dapat dari dinas kesehatan, kebetulan kemaren dapatpelatih TB tahun 2016 untuk di tingkat posyankes petugas sudah dapat pelatihan TB,dokternya sudah.” (Informan DF)
“ oh kalau petugas-petugas dari dinas langsung ada workshop atau pelatihanalau untuk petugas yang tidak hubungan dengan TB yang jelas sosialisasi misalnyapetugas skrining servis mereka juga tau oh seperti apa kasih edukasi cara membuangdahak.(informan PD)
Informasi mendalam dengan petugas laboratorium mengatakan bahwa
pelatihan untuk Petugas Laboratorium sebagai beikut:
“ya, dulu pernah di adakan pelatihan tuberculosis sekitar tahun 2007mengenai pembuatan slide, pewarnaan dan registrasi.”(informan MA)
61
Jadi beberapa tahun 2017 sampai sekarang belum ada pelatihan di puskesmas
1 Ulu kutipan dari kutipan laboratorium sebagai berikut
“belum ada, paling yang ada seminar , jadi seminar sekarang sudah banyaktentang TB butuh penyegaranya kita mengikuti seminar-seminar yang ada diwilayah palembang.(informan MA)Menurut kutipan dari staf TU :
“kalau untuk pelatihan itu ada, pasti ada untuk pelatihan itu sendiri pasti adapelatihan bisa diselenggarakan oleh pihak dinas kesehatan kota maupun pihak dinaskesehatan provinsi dan untuk waktunya sendiri itu tidak bisa dijelaskan kapan pastipelatihan itu ada.”(WJ)Menurut kutipan dari staf Umum:
“Ada , jadi puskesmas itu pasti mengajukan permintaan untuk pelatihan yangmengadakan itu biasanya orang dinas langsung menghubungi staf puskes dan stafTU”(Informas PS)
Mengenai pengembangan sumber daya manusia dalam perencanaan dari hasil
wawancara mendalam didapatkan informasi bahwa pengembangan di Puskesmas 1
Ulu sudah ada setiap tahun hal ini terlihat melalui wawancara dengan informan
sebagai berikut:
“Kalau untuk pengembangan SDM itu sendiri sebenarnya sudah ada programdari dinas setiap tahun ada pelatihan petugas dan dokter jadi di update terus ilmukalau ada yang baru-baru, seperti yang terakhirkan untuk obat TB anakkan tidaksetiap tiga kali sehari seminggu, kalau yang terbaru harusnya setiap hari tapi lagi-lagi setiap ada yang terbaru pasti dikabari, kalau yang dulukan tidak ada yangnamanya pencegahan BPINH sekarang ada yang baru. Update ilmu dari situ setiaptahun pasti ada dari dinas “ (PD)
Menurut kutipan dari petugas TB mengenai pengembangan sumber daya
manusia dan kegiatan khusus yang di buat puskesmas sebagai berikut:
“SDM nya sudah lumayan lengkap iya, analisnya ada, petugas dariperawatannya juga lengkap dari dokter yang lengkap dan dokter dan perawatnyajuga sudah iut pelatihan penanggulangan TB”(informan DF)
“ kegiatan karyawan olahraga senam bersama setiap hari sabtu, Cuma kalauuntuk khusus pasien TB tidak ada paling kalau kegiatan petugas untuk turun ke
62
lapangan skrining pasien,pelacakan TB mangkir bagi pasien TB yang telat ambilobat jadi kita datangi kerumahnya untuk jemput bola istilahnya ita datangikerumahnya, kita jelasi kenapa sampai telat ambil obat”(informan DF)
Menurut kutipan dari penanggung jawab program di Puskesmas 1 Ulu ada
kerjasama lintas sektor setiap triwulan yang menyatakan sebagai berikut:
“Kalau kerjasama untuk lintas sektorkan kita ada rapat minlok (minilokakarya) setiap triwulan dengan pihak kecamatan,kelurahan jadi disitu kitapaparkan hasil program jadi misalnya kalau ada warga masyarakat batuk-batuklebih dari 2 minggu keluhannya ada keringat malam,meriang, segala macam tolongdilaporkan jadi disitu kita sosialisasi terus, ada kader yang menanggap kalau adayang positif sekelilingnya kita minta tolong kader langsung dijaring untukpemeriksaan dahaknya.”(informan PD)
Kutipan dari petugas laboratorium dalam program tuberculosis sebagai
berikut:
“ ini berkenaan mengenai tuberculosis ya, disini kita menerima sampel yangdirujuk dari pengelola program yaitu di ruang TB , kemudian kita masukan danamagister dan membuat slidenya ,pewarnaan, Kemudian di baca di miskroskopkemudian ada juga pelaksanaan test cm,test cm itu jadi kita menerima sampel dandimasukan ke dalam register dan kita mengadakan packing untuk pengiriman sampeltersebut kerumah sakit yang sudah bekerjasama dengan puskes.”(informan MA)
Anggaran untuk Program Tuberculosis Paru di Puskesmas 1 Ulu berasal dari
BOK. Berdasarkan hasil wawancara didapatkan informasi mengenai tidak
mengetahui besarnya dana untuk program TB Paru tersebut karena selama ini pihak
Puskesmas menerima sarana-sarana langsung dari Dinkes, hal ini bisa kita lihat dari
kutipan informan berikut ini :
“pendanaannya sekarang jelas dari dana BOK untuk kunjungan petugasnya,kunjungan rumah ,skrining, pemantauan minum obat,, untuk penyuluhan dan lebih ketransport Kalau pendanaannya ,kalau untuk alat-alatnya dari dinas kayak obat itudari dinas juga.”(informan PD)
“ berasal dari dana BOK dan dana oprasional bpjs jadi untuk kegiatan yangberhubungan dengan TB ini sudah ad dananya” (informan DF)Kutipan dari petugas TB Paru sebagai beriku:
63
“sudah ada dana masing-masing program suudah mendapatkan dana BOKdan dana oprasional”(informan DF)
“ iya semua program itu sudah kita anggarkan menggunakan danaBOK.”(informan PS)
Sarana yang digunakan dalam program TB Paru tahun 2019 yaitu berupa
mikroskop,reagent, pot dahak, obat TB Paru dan formulir pencatatan dan pelaporan.
Ketersediaan sarana yang dibutuhkan dalam program TB Paru ini dinyatakan
memadai. Ketersediaan sarana dan prasarana dalam pelaksanaan program TB Paru ini
terlihat melalui hasil wawancara berikut ini:
“Penyediaan sarana dan prasarana selama ini sudah dapat dari dinas yangspot kutum,segala macam lembar-lembar LB 1 sampai LB 12 itu dari dinas semuajadi kita paling untuk kunjungan rumah segala macam untuk transportasi petugas,untuk Lab kita hanya membuat sediaan nanti di cek pcm, kalau untuk miskroskop adaitu pengadaan dari dinas juga dan itu sudah lama. Kita banyak di support dari danadinas, kita paling dana BOK unttuk transport petugas sama ada kalau sosialisasipenyuluhan. (informan PD)
“ Sarana dan prasarana disini sudah cukup baik terutama misalnya untukprogram TB mulai dari sarana,pot skutum,obat-obatan sudah tersedia. Jadi kitatinggal mengajukan kedinas kesehatan buat perlengkapan di puskesmas juga sudahmendukung” (informan DF)
“sebenarnya untuk pemeriksaan mikroskopis sarana dan prasarananya ituterutama logistiknya itu didapat dari gudang farmasi, berupa reagen disini reagengel newsen ya, kemudian slide ,pot sputum, dan hanscoon sebagai APD, semua ituutama digunakan di dalam pemeriksaan mikroskopis TB ini.” (informan MA)
“ untuk sarana dan prasarana ini cukup lengkap juga iya jadi TB itu kitaada anggarannya khusus program TB dan program yang lainnya, jadi puskesmasjuga mendukung program TB”(informan PS)
Ketersediaan obat bagi penderita TB Paru di Puskesmas 1 Ulu sudah
mencukupi. Dalam kunjungan ke Puskesmas selama penelitian,peneliti melihat
ketersediaan obat TB Paru di Puskesmas. Adapun informasi yang telah disampaikan
informan yaitu:
“Cukup, jadi ambil targetnya dari tahun sebelumnya kita tambahin 10%kalaupun ada kasus-kasus khusus biasanya cepat jadi langsung kegudang obat
64
langsung di sediain stok obatnya langsung dapat, jadi yang kami sediain kategori I,itu juga cukup stoknya kalau ada kasus tambahan biasanya minta langsung dapatgak lama, semuanya dapat dari dinas tidak beli sendiri.”(informan PD)
Dalam program TB Paru ini dan dalam pengobatan TB Masih banyak pasien
yang selalu mangkir dari pengobatan itu adalah salah satu hambatan dalam program
TB Paru tersebut. berikut informasi yang disampaikan oleh informan sebagai berikut:
“ dari beberapa kasus rata-rata pasien bosen minum obat jadi ngerasasudah sembuh kalau edukasi sudah cukup sekali, kadang-kadang sudah di ulang-ulang sama kader juga diulangi lagi, kita mau bilang pasien bebel juga tidak bisamenyalahkan pasien, kadang kita ngerasa minum obatpun merasa mual, segalamacam merasa tida betah banyak seperti itu kendalanya. Yang jelas pasien bosanminum obat, yang mdr bosan di suntik, kadang-kadang di suntik atau tidak nafsumakan, paling terus-terus kasih edukasi setiap dia control ‘dok saya mau berentiminum obat , nah itu kita edukasi ulang , pasien bosen minum obat dukungankeluarga ada tapi kurang maksimal paling itu kendalanya karena disini rata- ratamenengah kebawah ada juga yang guru tapi Rata-rata yang menengah kebawahngerasa sudah enak tidak masalah padahal nantinya kita mengobati biar tidakngerasa ada sumber penularan dan selesai sampai disitu.” (infoman PD)Kutipan dari informan petugas TB Paru sebagai berikut:
“ kendala yang di rasakan itu pertama kita tidak tahu alamatnya jadi kitaharus Tanya dulu ke RT nya terus juga susah dijangkau deaerah sekitar 1 Ulu dan 2Ulu ini, jadi kalau untuk penemuan pasien jadi kitta melaksanakan lintas programjadi kita tanyakan pemegang program lain dan kita juga kerjsama dengan poli-polilain.”(informan DF)Kutipan dari informan umum sebagai berikut :
“kalau untuk mengatasi kendalanya itukan di BOK kita sudah mengadakanegiatan khusus TB, ada pelacakan TB mangkir, ada skrining pasien TB, skriningposyandu lansia, jadi sudah ita anggarkan untuk TB.” (informan PS)4.3.2 Proses
Proses dalam program TB Paru terdiri dari penemuan kasus dan diagnosis
penderita, pengobatan TB Paru, pencatatan dan pelaporan cross check.
Berdasarkan hasil wawancara mendalam diketahui bahwa dalam proses
penemuan dan pengobatan penderita TB di Puskesmas 1 Ulu ini menggunakan
65
pengecekan dahak, dimana dari hasil penggecekan dahak tersebut didapatkan
penemuan pasien TB Paru. Berdasarkan informasi yang didapatkan oleh informan
sebagai berikut:
“ sistem pencatatan dilakukan setiap hari ketika sampel datang kita catat diTB 04 , kemudian pelaporan dilakukan selama triwulan , pelaporan ini dilakukanpengiriman slide yang sudah kita lakukan, pengirimana slide follow up itu kitacroscek kerumah sakit paru dan pelaporan itu di laporkannya disebut 012 yaitu adapetugas plangko khusus itu kita kirim bersama dengan slide untuk kita croscek tadi. “(informan MA)
Dalam penemuan kasus TB Paru ini biasanya selalu ada hamabatan dan cara
mengatasinya. Berikut informasi yang didapatkan dari informan sebagai berikut:
“yang jelas kita edukasi terus jadi tidak bosen-bosennya pasien datang,kalau dia bosen stop obat kita harus edukasi ulang kalaupun minta tolong kaderuntuk mengingatkan untu kontrol ini juga ita dibantu kartu kontrol tapi belum dipajang, siapa-siapa yang harus berkunjung ditanggal itu dia tidak datang langsungdicari kealamat rumah harus dihubungi, jadi harus tetap kontrol kecuali beberapakasus yang meninggal itu tidak bisa, tapi kalau ada yang pindah kota itu jugakadang-kadang kendala disitu”(informan PD)Kutipan dari petugas TB sebagai berikut:
“ ya, itu tadi jadi kita kerjasama lintas program dan bekerjasama denganpemegang program yang ada di puskesmas, jadi kalau dapat suspek dan langsungkirim ke poli TB kerjasama juga ke RT jadi kita sering juga mengadakan sosialisasidan penyuluhan missal ada acara di keluarga atau kecamatan jadi kita ikutpenyuluhan tentang TB biar pencapaian di puskesmas semain meningkat samapemberdaya kader kita aktif suspek dan pasien TB”(informan DF)Kutipan dari laboratorium sebagai berikut:
“kalau keberhasilan itu kita sebut dengan bila sampel follow up ya slidenyadisebut untuk AP( akhir pengobatan) itu jika hasilnya negatif kita sebut berhasil tapitetap harus menjaga PHBS istilahnya imunisasinya tetap kuatkan, kalau yang untukpemeriksaan laboraturium tantangan paling pasien tidak datang pada jadwalnya.”(informan MA)
Menurut informasi tantangan yang dilakukan oleh petugas laboratorium
sebagai berikut:
66
“kita sebagai pelaksana laboratorium unuk mengingatkan pada pengelolaprogram untuk jadwal follow up pasien yang terdata di TB 04 itu biasanya ada yangselesai pengobatan intersif yaitu 1 minggu sebelum dan 2 bulan kemudian adafollowup lagi bulan kelima kemudian baru akhir pengobatan pada bulan 6 alaumasalah logistik kita menguusulkan kepada atasan.(informan MA)
Berdasarkan informasi yang didapat bahwa pencatatan dan pelaporan di
Puskesmas 1 Ulu sudah cukup baik, berikut informasi yang didapatkan dari informan
sebagai berikut:
“Kalau disini sekarang masih online belum ada data pencatatan danpelaporan khusus yang online yang manual maksudnya setiap bulan dilaporkanpertriwulan juga ada laporan lagi akhir tahun ada laporan lagi, kalau di puskesmasada pembinaan setiap bulan jadi hasil pencapaian bulan tersebut dilaporkan kedinasmanual.” (informan PD)
Berdasarkan informasi yang didapat dari petugas TU kendala selama
pelaporan TB sebagai berikut :
“ sejauh ini tidak ada kendala apapun, apa yang disampaikan apa yangdilaporkan sudah sesuai.”(informan WJ)
Berdasarkan informasi yang didapat dari petugas staf umum kendala
pencatatan dan pelaporan sebagai berikut :
“ pencatatan itu sudah direkap sama petugas TB, baru di laporkan danlaporan itu biasanya via whatsapp atau langsung dikirim kedinas.”(informan PS)
“ kalau kendala tidak ada sih selama ini lancar-lancar aja semuanya laporanitu dilaporkan sebelum tanggal 5 dan langsung dikirim ke dinas.” (informan PS)
Berdasarkan informasi yang didapat dari petugas umum alur pendaftaran
sebagai berikut:
“kalau untuk pasien TB ada alur sendiri jadi untuk pasien yang sudah positifTB itu langsung ke ruangan poli TB , jadi mereka datang ke poli TB dan petugas Tbyang akan mendaftarkan di pendaftaran lalu setelah petugas mendaftar petugasmemeriksa pasien dan petugas juga mengambilkan obat di apotik.” (informan PS)
Kutipan dari petugas umum menggungkapkan pasien tersebut tidak mendaftar
sendiri , karena memperkecil penularan di puskesmas sebagai berikut:
67
“ iya, karena itukan memperkecil kemungkinan penularan di puskesmas,kecuali pasien yang baru TB kan belum tau jadi mungkin kita bisa dapat atau kitatangkap ke poli-poli lain, poli umum, poli lansia, dan poli anak jadi kalau khususpasien yang diambil obat langsung ke poli TB.”(informan PS)
Berdasarkan informasi yang didapat dari informan bahwa di Puskesmas 1 Ulu
tidak ada kader khusus berikut kutipan dari informan:
“ Jadi kalau untuk kader PMO ini tidak ada, kami rata-rata PMO langsungdari keluarga misalnya istri, suaminya,anaknya terus dari keluarga terdekat. Jaditidak khusus yang PMO, karena sekarang sudah boleh kalau dulu memang harusyang satu disegani segala macam kalau sekarang yang penting pasien teratur dariorang yang diluar eluarga kalaupun kader tujuannya paling misalnya ada pasienyang terlambat minum obat atau telat control kami minta tolong Kerjasama kaderuntuk kunjungan rumah jadi memastikan pasien memang ada dan tidak datang untukdi bujuk kepuskes, kalau untuk PMO kadernya tidak ada.” (informan PD)
“kalau kader khusus untuk TB Paru belum punya , tapi kita kerjasama dengankader asyah kita bisa minta tolong juga buat cari suspek dan pasien di sekitar 1 Uludan 2 Ulu.”(informan DF)4.3.3 Output
Output dalam program TB Paru ini terdiri dari penemuan dan angka
kesembuhan pasien yang ada dipuskesmas 1 Ulu.
Berdasarkan hasil temuan observasi di dapatkan cakupan TB Paru mengenai
penemuan kasus sebagai berikut :
“kalau untuk 2017 sampai 2018 itu program TB nya tercapai ya, suspekTB semakin meningkat kalau 2017 itu sekitar 407 pasien yang kita dapatin itumeningkat dari 2016 itu kita dapat 12 pasien jadi meningkat cukup signifikan danditahun 2017 itu kita dapat 57 pasien BTA positif dan negatif untuk tahun 2019sampai bulan april kita baru dapat 24 pasienya dan masih berlanjut sampaisekarang.” (informan DF)
Berdasarkan infomasi dari staf TU melihat capaian meningkat dan menurun di
lihat dari SPM , berikut kutipannya :
“ kalau melihat capaian tersebut bisa kita lihat dari SPM,SPM itu bisadilihat pertahun diisitu kita bisa lihat apakah ada perubahan meningkat ataumenurun dari tahun ke tahun.”(informan WJ)
68
BAB V
PEMBAHASAN
5.1 Masukan (Input)
Terdapat beberapa aspek yang di kategorikan sebagai masukan (input) dalam
program penanggulangan dalam pengobatan program Tuberculosis Paru khususnya
dalam perencanaan program TB paru yaitu Tenaga kerja (SDM) , Pendanaan(Dana) ,
dan sarana prasarana.
5.1.1 Tenaga kesehatan (SDM)
Kecukupan anggaran masih harus didukung oleh sumber daya manusia di
bidang kesehatan khususnya pengelola program TB. Menurut Kemenkes RI (2014),
standar kebutuhan minimal tenaga pelaksana program TB Paru di Puskesmas 1 Ulu
yaitu tenaga pelaksana terlatih terdiri dari 1 dokter dan 1 petugas TB. Sedangkan
kebutuhan minimal untuk puskesmas rujukan mikroskopis yaitu tenaga pelaksana
terlatih 1 dokter, 1 petugas TB, dan 1 tenaga kerja Laboratorium. Tenaga kesehatan
yang terlibat dalam program penanggulangan TB Paru di Puskesmas 1 Ulu belum
sesuai dengan kebutuhan minimal tenaga pelaksana program TB Paru di Puskesmas 1
Ulu yaitu 1 Dokter bertugas sebagai penanggung jawab program TB, 1 dokter
pemeriksa TB Paru, 1 perawat petugas TB, 1 petugas laboratorium.
Dokter mempunyai tugas untuk menetapkan diagnosis penderita TB Paru.
Sedangkan petugas TB mempunyai tugas untuk melakuan penjaringan kasus,
penemuan kasus, pengumpulan dahak,membuat apusan dahak dan memberikan
69
penyuluhan kepada masyarakat. Petugas laboratorium mempunyai tugas
mengumpulkan dahak atau membuat sediaan dahak, pewarnaan, membaca sediaan
dahak, mengirim hasil bacaan kepada petugas TB dan menyimpan sediaan untuk
crosscheck. Sebagian besar tugas dan tanggung jawab yang harus dilaksanakan
tenaga kesehatan yang terlibat dalam program penanggulangan TB Paru telah
dilaksanakan. Akan tetapi masih ada yang belum dilaksanakan dengan maksimal
yaitu memberikan penyuluhan kepada msyarakat umum. Penyuluhan yang dilakukan
hanya kepada suspek dan penderita TB Paru. Penyuluhan untuk masyarakat umum
belum pernah dilakukan, sehingga penemuan TB Paru belum optimal.
Seharusnya tenaga kesehatan yang terlibat dalam penanggulangan TB Paru di
Puskesmas 1 Ulu bukan hanya tanggungjawab petugas TB Paru saja, melainkan
adanya dukungan lain seperti tenaga kesehatan lain, kader TB dan PMO yang
ditunjuk oleh pihak puskesmas untuk terlibat dalam program penanggulangan TB.
Petugas TB Paru tidak akan mampu menangani permasalahan TB Paru tanpa adanya
kerjasama dengan tenaga kesehatan lain dan kader TB dalam upaya menemuan kasus.
Petugas TB Paru berperan dalam melakukan penemuan kasus dan penyuluhan
untuk mencegah agar tidak terjadinya peningkatan jumlah penderita TB Paru.
Penyuluhan dilakukan dengan cara penyuluhan perorangan(bagi penderita yang
berobat ke puskesmas) dan penyuluhan ke masyarakat. Petugas TB Paru juga
melakukan penjaringan terhadap suspek TB Paru. Puskesmas 1 Ulu merupakan
puskesmas rujukan mikroskopis dalam upaya penanggulangan TB Paru melakukan
70
pemeriksaan dahak, membuat sediaan apusan dahak, pewarnaan, membaca sediaan
dahak dan menyimpan sediaan dahak untuk di crosscheck. Pewarna tersebut dilakuan
oleh seseorang analis laboratorium dalam melakukan pemeriksaan dahak secara
mikroskopis untuk melihat ada atau tidaknya bakteri. Hasil pemeriksaan yang didapat
dari laboratorium tersebut selanjutnya mengirim hasil bacaan kepada petugas TB.
Pelatihan merupakan suatu upaya meningkatkan pengetahuan,sikap, dan
keterampilan petugas dalam rangka meningkatkan mutu dan kinerja petugas. Setiap
tenaga kesehatan sudah melakukan pelatihan. Berdasarkan hasil penelitian yang
dilakukan di puskesmas 1 Ulu bahwa petugas TB Paru di Puskesmas 1 Ulu telah
mendapatkan pelatihan mengenai TB paru pada tahun 2010 yang didapat dari Dinas
Kesehatan Kota Palembang dan telah banyak mengikuti berbagai kegiatan seperti
seminar TB Paru, pertemuan-pertemuan secara rutin yang dilakukan di pemerintah
Kota Palembang. Pelatihan yang didapat petugas TB Paru yaitu mengenai pencatatan
dan pelaporan, pelatihan dalam hal fiksasi slide,penjaringan terhadap suspek TB Paru,
dan pemeriksaan dahak secara mikrosopis. Namun pelatihan yang didapat oleh
petugas TB Paru hanya sekali setahun saja.
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa tenaga kesehatan yang terlibat
dalam program penanggulangan TB Paru di Puskesmas 1 Ulu petugas Tb Paru sudah
mendapatkan pelatihan dari dinas, namun masih kurangnya tenaga kerja untuk
program tuberculosis seperti masih kurangnya kader khusus tuberculosis. kebutuhan
OAT stok selalu ada di puskesmas tersebut.
71
5.1.2 Pendanaan (Dana)
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan informasi penanggung jawab
program, petugas TB dan staf bahwa anggaran untuk program TB Paru di Puskesmas
1 Ulu berasal dari BOK, dana yang di peroleh Puskesmas dari BOK tersebut hanya
untuk biaya transportasi dalam penjaringan kasus.
(Azwar, (2010) dalam Chotimah dkk, 2018) , anggaran disebut cukup apabila
anggaran yang digunakan dapat mencapai sasaran sesuai perencanaan dan bermanfaat
pada program tersebut. kecukupan anggaran dapat dianalisis pada tahap perencanaan.
Sehingga untuk mengetahui kecukupan anggaran program TB Paru di Puskesmas
maka diperlukan analisis manfaat dan ketepatan biaya.
Pendanaan dalam pelaksanaan program penanggulangan TB Paru di
Puskesmas 1 Ulu berasal dari BOK dinas kesehatan. Dinas Kesehatan mendapatkan
dana dari APBN dengan memberikan obat-obatan gratis, perlengkapan laboratorium
seperti pot dahak, miskroskop, slide, dan buku pasien ke puskesmas . dana yang di
peroleh Puskesmas dari BOK tersebut hanya untuk biaya penjaringan kasus dan
penyuluhan.
5.1.3 Sarana dan Prasarana
Pelaksanaan program penanggulangan TB Paru khususnya penemuan kasus
dan pemeriksaan dahak tidak terlepas dari tersedianya sarana dan prasarana untuk
mendukung keberhasilan program tersebut. Sarana adalah segala sesuatu yang
digunakan sebagai alat untuk mencapai tujuan tertentu,sedangkan prasarana adalah
72
segala sesuatu yang digunakan sebagai penunjang dalam melaksanakan suatu
kegiatan. Pelaksanaan program penanggulangan TB Paru di Puskesmas 1 Ulu di
perlukan sarana dan prasarana seperti persediaan OAT(Obat Anti Tuberculosis), alat
transportasi, pot dahak, kaca sediaan , dan ruang khusus TB Paru.
Menurut hasil penelitian Tambunan dan Engelina (2017) dengan judul
Analisis Penatalaksanaan Program Penanggulangan Program Tuberculosis Paru
dengan Strategi DOTS menyatakan , Dalam program TB Paru sarana adalah segala
sesuatu yang digunakan sebagai alat untuk mencapai tujuan tertentu, sedangkan
prasarana adalah segala sesuatu yang digunakan sebagai penunjang dalam
melaksanakan suatu kegiatan , karena dalam program TB Paru tidak terlepas dari
tersedianya sarana dan prasarana untuk mendukung keberhasilan program tersebut.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan diketahui bahwa Puskesmas 1 Ulu telah
memiliki sarana dan prasarana yang memadai, dan pihak Puskesmas telah memiliki
ruang khusus TB Paru supaya setiap pasien TB tidak segan menggunakan
perlengkapan yang harus digunakan dan tidak menyebarkan virus terhadap pasien
lainnya, transportasi ambulans dan ruang laboratorium juga telah memadai.
Puskesmas 1 Ulu melakukan fiksasi slide sampai pemeriksaan dahak secara
mikroskopis sehingga sarana dan prasarana di Puskesmas memadai. Peralatan yang
dimiliki yaitu penampung dahak, kaca slide, pemeriksaan dahak secara mikroskopis
serta obat OAT. Perlengkapan sarana dan prasarana ada juga yang tidak lengkap
seperti Tes Cepat Molekuler (TCM).
73
5.2 Proses (Procces)
Aspek yang terdapat dalam proses perencanaan penanggulangan dalam
pengobatan TB Paru di Puskesmas 1 Ulu terdiri dari pengobatan TB dengan OAT
yang di awasi oleh PMO, ketersediaan obat, pencatatan dan pelaporan dan monitoring
evaluasi.
5.2.1 Pengobatan TB dengan OAT yang diawasi oleh PMO
Pencapaian angka keberhasilan pengobatan sangat bergantung pada efektivitas
sistem logistik dalam menjamin ketersediaan obat (untuk obat ini pertama dan kedua)
dan logistik non obat secara kontinyu. Diperlukan upaya tambahan dari petugas
farmasi dan petugas kesehatan yang melibatkan PMO yang terlibat dalam
pengelolahan OAT disetiap jenjang, dimulai dari perhitungan kebutuhan,
penyimpanan, sampai persiapan pemberian(distribusi) OAT kepada pasien. Untuk
menjamin tidak terputusnya pemberian OAT, Stok OAT harus tersedia dalam jumlah
cukup untuk minimal 6 bulan sebelum obat diperkirakan habis.
Pemberian obat yang di awasi secara langsung atau dikenal dengan istilah
DOTS (Directly Observed Therapy Shortcourse), pasien di awasi secara langsung
ketika menelan obatnya, dimana obat diberikan harus sesuai standar. Dalam aturan
pengobatan tuberculosis jangka pendek yang berlangsung selama 6-8 bulan dengan
mengggunakan kombinasi obat anti tuberculosis. Pemberian obat harus berdasarkan
apakah pasien diklasifikasikan sebagai kasus baru atau kasus lanjutan atau kambuh,
dan seluruhnya diberikan secara gratis kepada seluruh pasien tuberculosis.
74
Pengawasan pengobatan secara langsung adalah penting setidaknya selama
tahap pengobatan intensif (2 bulan pertama) untuk menyakinkan bahwa obat dimakan
dengan kombinasi yang benar dan jangka waktu yang tepat. Dengan pengawasan
pengobatan secara langsung, pasien tidak memikul sendiri tanggung jawab akan
kepatuhan penggunaan obat. Para petugas pelayanan kesehatan, petugas kesehatan
masyarakat, pemerintah dan masyarakat semua harus bertanggung jawab dan
memberi banyak dukungan kepada pasien untuk melanjutkan dan menyelesaikan
pengobatannya. Pengawasan pengobatan bisa jadi siapa saja yang, terlatih,
bertanggung jawab,dapat diterima oleh pasien dan bvertanggung jawab terhadap
pelayanan pengawasan pengobatan tuberculosis(Kemenkes RI, 2014)
5.2.2 Ketersediaan Obat
Jaminan tersedianya obat secara teratur, menyeluruh dan tepat waktu, sangat
diperlukan guna keteraturan pengobatan. Masalah utama dalam hal ini adalah
perencanaan dan pemeliharaan stok obat pada berbagai tingkat daerah. Untuk ini
diperlukan pencatatan dan pelaporan penggunaan obat yang baik, seperti misalnya
jumlah kasus pada setiap kategori pengobatan, kasus yang ditangani pada waktu lalu
untuk memperkirakan kebutuhan, data akurat stok masing-masing gudang yang ada
dan lain-lain.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dapat diketahui bahwa
Puskesmas 1 Ulu sudah memiliki persediaan obat yang cukup. OAT yang diberikan
melalui Instalasi Gudang Farmasi Kota Palembang kepada Puskesmas 1 Ulu dengan
75
membuat permintaan obat ke Dinas Kesehatan dan dilanjutkan membuat permintaan
ke intansi gudang farmasi, kemudian diserahkan ke Puskesmas 1 Ulu. Walaupun obat
di Puskesmas habis, maka petugas TB akan mencari obat TB Paru ke Puskesmas lain.
Pendistribusian OAT TB dari pihak Dinas Kesehatan diberikan setiap 2 bulan sekali,
pendistribusian OAT ini berdasarkan jumlah pasien yang menjalankan pengobatan.
5.2.3 Pencatatan dan Pelaporan
Sistem pencatatan dan pelaporan digunakan untuk sistematika evaluasi
kemajuan pasien dan hasil pengobatan. Sistem ini terdiri dari daftar laboratorium
yang berisi catatan dari semua pasien yang diperiksa sputumnya, kartu pengobatan
pasien yang merinci penggunaan obat dan pemeriksaan sputum lanjutan setiap pasien
tuberculosis yang dicatatan tuberculosis yang ada di kabupaten. Kemampuan pasien
ini pergi, dia harus menggunakan kartu sehingga dapat melanjutkan pengobatan dan
tidak sampai tercatat dua kali (Kemenkes RI, 2014)
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan informasi bahwa pengobatan
penderita TB Paru di Puskesmas 1 Ulu sudah sesuai dengan pedoman TB Paru, akan
tetapi pasien yang berobat semaunya dan tidak sesuai. Obat anti tuberculosis(OAT)
adalah komponen terpenting dalam pengobatan TB. Pengobatan TB merupakan salah
satu upaya paling efisien untuk mencegah penyebaran lebih lanjut kuman TB.
(Kemenkes RI, 2014)
Dalam kegiatan program TB Paru sistem pencatatan dan pelaporan buku yang
dilaksanakan dengan baik dan benar, dengan maksud mendapatkan data yang sah atau
76
valid untuk di olah, dianalisis, di interpretasi, disajikan dan di sebarluaskan untuk
dimanfaatkan sebagai dasar perbaikan program (Kemenkes RI, 2014). Berdasarkan
hasil penelitian didapatkan informasi bahwa pencatatan dan pelaporan di Puskesmas
1 Ulu sudah cukup bagus dan lengkap. Pencatatan dan pelaporan dilaporkan tiap
triwulan ke Dinas berdasarkan laporan yang diminta.
5.3 Keluaran (Output)
Tujuan program penanggulangan TB Paru adalah menurunkan angka
kesakitan dan kematian akibat TB dalam rangka pencapaian tujuan pembangunanan
kesehatan untuk meningatan derajat kesehatan masyarakat. Upaya untuk menurunkan
angka kesakitan dan kematian akibat TB dapat dilakukan dengan penemuan dan
penyembuhan pasien. Penemuan dan penyembuhan pasien merupakan fokus utama
stratgei DOTS. Penemuan dan penyuluhan pasien TB Paru akan memutuskan rantai
penularan TB dan dengan demikian menurunkan insidens TB di masyarakat.
Penemuan kasus TB Paru di Puskesmas 1 Ulu belum mencapai target yang
telah ditentuan oleh WHO. Angka penemuan kasus TB Paru pada tahun 2018 yaitu
Pengobatan penderita TB Paru (DOTS) Target 88% dan Capaian 22%. Hal ini
disebabkan karena penemuan kasus dilakukan selama ini hanya menunggu penderita
datang ke Puskesmas, bukan dengan melakukan penemuan kasus secara aktif datang
mengunjungi masing-masing rumah masyarakat.
77
BAB VI
SIMPULAN DAN SARAN
6.1 Simpulan
Berdasarkan penelitian mengenai Analisis Penanggulangan dalam Pengobatan
Program Tuberculosis Paru di Puskesmas 1 Ulu dapat disimpulkan bahwa:
1. Tenaga Kesehatan (SDM) yang terlibat dalam program Tuberculosis Paru di
Puskesmas 1 Ulu masih belum lengkap karena hanya memiliki 2 dokter , 1
dokter bertugas sebagai dokter umum, dan 1 dokter bertugas penanggung
jawab program Tuberculosis Paru, 1 perawat sebagai petugas TB Paru, 1
petugas laboratorium.
2. Pendanaan dalam perencanaan penanggulangan dalam pengobatan program
Tuberculosis Paru di Puskesmas 1 Ulu berasal dari BOK(bantuan Operasional
Kesehatan), Dinas Kesehatan mendapatkan dana dari APBN (Anggaran
Pendapatan Belanja Negara) dengan memberikan obat-obatan gratis dan
perlengkapan laboratorium.
3. Sarana dan prasarana di Puskesmas 1 Ulu belum lengkap belum tersedianya
tes cepat molekuler (TCM), Namun puskesmas hanya memiliki ruang khusus
TB dan tersedianya alat transportasi,pot dahak, regensia dan masker
78
6.2 Saran
Berdasarkan hasil simpulan, saran dan masukan yang dapat peneliti berikan,
sebagai berikut:
6.2.1 Bagi Puskesmas 1 Ulu Palembang
Diharapkan meningkatkan hubungan kerjasama lintas sektor, menambah
karyawan untuk tenaga kerja khususnya program tuberculosis, memberikan
pelatihan, meningkatkan Sumber daya manusia (SDM) agar dapat
meningkatkan manajemen dalam pelaksaan program dan memelihara sarana
dan prasarana yang ada di Puskesmas 1 Ulu
6.2.2 Bagi STIK Bina Husada
Diharapkan penelitian ini dapat dijadikan masukan atau informasi untuk
bekal peserta didik dalam melakukan penelitian untuk penyelesaian tugas
akhir pendidikan.
6.2.3 Bagi Peneliti Selanjutnya
Diharapkan penelitian ini dapat dijadikan acuan dalam melakukan penelitian
selanjutnya mengenai Pengobatan Program Tuberculosis Paru dengan
metode yang berbeda.
79
DAFTAR PUSTAKA
Aditama, W, dkk, 2012
Evaluasi Program Penanggulangan Tuberculosis Paru di Kabupaten Boyolali. (Online)Vol 7 No.6 (https://media.neliti.com/media/publications/, di akses 13 Maret 2019)
Anwar, Muhammad. 2019.
Perencanaan Program Kesehatan. (Online) (http://dinus.ac.id/repository/docs/) diakses 20 Febuari 2019
Cahyani, Maulia, dkk. 2013.
Model Perencanaan Penanggulangan Tuberculosis Berbasis Wilayah di KabupatenLumayang. Jurnal Dapetermen Epidemiologi (Online).(http://repository.unej.ac.id/bitstream/handle/, di akses 10 Maret 2019)
Chotimah, I.dkk. 2018.
Evaluasi Program TB Paru di Puskesmas Belong kota bogor tahun 2018. (Onlibe)Vol.1 No.2 (http://ejournal.uika-bogor.ac.id/, di akses 14 Maret 2019)
Dinas Kesehatan Provinsi Sumatra Selatan. 2017.
Profil Dinas Kesehatan Provinsi Sumatra Selatan tahun 2017. (Online)(www.depkes.go.id) di akses 28 Febuari 2019
__________________________________.2015.
Profil Dinas Kesehatan Provinsi Sumatra Selatan tahun 2015. (Online)(www.depkes.go.id) di akses 28 Febauari 2019
E.E.P, Hana. 2017.
Analisis pelaksanaan strategi dots dalam program penanggulangan TB (P2tb) dipuskesmas aras kabu kecamatan beringin kabupaten deli serdang tahun 2017, (Online).(https://repositori.usu.ac.id/, di akses Maret 2019)
Febriawati, H, & Yandrizal. 2019.
Manajemen dan Peran Puskesmas Sebagai Gatekerper. Badan Penerbit GosyenPublishing: Yogyakarta.
Gunawan, Imam. 2016.
Metode Penelitian Kualitatif teori dan praktik. PT Aksara. Jakarta.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2011.
Pedoman Nasional Pengendalian Tuberculosis tahun 2018. (Online)(http//www.depkes.go.id) di akses 2 Maret 2019
____________________________________.2014.
Profil Kesehatan Indonesia. (Online) (http://www.depkes.go.id) di akses 2 Maret 2019
____________________________________.2015.
Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2015. (Online) (http://www.depkes.go.id) di akses20 Mei 2019
_____________________________________.2017.
Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2017. (Online) (http://www.depkes.go.id) di akses12 Maret 2019
Mansur, Muhammad.dkk. 2015.
Analisis Penatalaksanaan Program Penanggulangan Tuberkulosis Dengan strategiDOTS di Puskesmas Desa Lalang Kecamatan medan sunggal tahun 2015, (Online)(http://media.neliti.com/media/publications/ , di akses 1 Maret 2019
Moleong. 2011.
Metode Penelitian Kualitatif edisi revisi. Penerbit PT Remaja Rosdakarya : Bandung
Nizar, Muhammad. 2017.
Pemberantasan dan Penanggulangan Tuberkulosis. Gosyen Publishing: Yogyakarta.
Pusat Data dan Informasi Kemenkes RI. 2016.
Tuberculosis temukan obatai sampai sembuh tahun 2016. (Online)(http//www.depkes.go.id) di akses 1 Maret 2019
_______________________________.2018.
Tuberculosis. (Online) (http//depkes.go.id) di akses 1 Maret 2019
Puskesmas 1 Ulu. 2018.
Profil Puskesmas 1 Ulu Palembang Tahun 2019. Puskesmas 1 Ulu Palembang
STIK Bina Husada, 2017
Buku Panduan Penyusun Skripsi Program Studi Kesehatan Masyarakat STIK BinaHusada Palembang tahun 2017
Sugiyono, 2018.
Metode Penelitian Kualitatif untuk Peneleitian yang bersifat eksploratif, enterpretif,interaktif dan konstruktif. Alfabeta : Bandung
Siswanto. 2011.
Pengantar Manajemen. Bumi aksara : Jakarta
Suhadi & Rais, K.M. 2015.
Perencanaan Puskesmas. Cv Trans Info Media: Jakarta Timur
Tambunan & Engelina.M.2018
Analisis penatalaksanaan program penanggulangan TB Paru dengan strategi dots dipuskesmas belawan kecamatan medan belawan tahun 2017. (Online)(https://repositori.usu.ac.id/, di akses 15 Maret 2019)
Tim Program TB.St Carolus. 2017.
Tuberculosis Bisa di sembuhkan. Pt. Gramedia. Jakarta
TRANSKIP WAWANCARA
1. Identitas Informan
a. Inisial :
b. Umur :
c. Jenis kelamin :
d. Pendidikan :
2. Keterangan Pewawancara
a. Nama Pewawancara :
b. Tanggal Wawancara :
Informan Pertanyaan JawabanPenanggung
JawabProgram TB
Paru danDokter
1. Bagaimana Kerjasama lintas setor yang
dilakukan ?
2. Bagaimana pengembangan sumber daya
manusia dalam perencanaan P2TB ?
3. Apakah ada pelatihan untu semua tenaga
kesehatan ?
4. Bagaimana untuk pelatihan tenaga kesehatan
dalam pelaksanaan P2TB?
5. Bagaimana penyediaan dan penggunaan
semua sarana dan prasarana untuk
perencanaan P2TB?
6. Bagaimana pendanaan untuk perencanaan
prnogram P2TB ?
7. Bagaimana penyediaan dan ketersediaan
OAT untuk pasien TB ?
8. Bagaimana dengan pengobatan OAT yang di
awasi PMO ?
Informan Pertanyaan Jawaban9. Bagaimana sistem pencatatan dan pelaporan
selama P2TB?
10. Bagaimana keberhasilan yang didapat
apakah ada tantangan/kendala pelaksanaan
P2TB ?
11. Langkah apa yang dilakukan dalam
mengatasi tantangan dan kendala selama ini?
12. Apakah ada pelatihan petugas ?
13. Seperti apa pelatihan yang didapat ?
Petugas TB 1. Bagaimana SDM yang ada di Puskesmas 1
Ulu di program TB ?
2. Apakah ada kegiatan khusus yang dibuat
oleh puskesmas 1 Ulu dengan TB?
3. Berarti ada PMOnya ?
4. Apakah ada pelatihan khususuntu programTB ?
5. Berarti sudah mendapatan pelatihan dari
dinkes ?
6. Bagaimana penyediaan sarana dan prasarana
khusus program tuberculosis?
7. Berasal dari mana dana untuk kegiatan TB
Paru ?
8. Jadi setiap program sudah ada dananya ?
9. Bagaimana keberhasilan yang didapat ? apa
ada tantangan/kendala ?
10. Kalau untuk tantangan atau kendala
menghadapi pasien tersebut seperti apa?
11. Langkah apa untuk melakukan kendala
tersebut ?
12. Apakah ada kader khusus untuk TB Paru ?
Informan Pertanyaan JawabanPetugas
Laboratorium
1. Kegiatan apa saja yang di lakukan di
laboratorium?
2. Apakah ada pelatihan yang diberikan oleh
puskesmas khusus petugas laboraturium ?
3. Jadi beberapa tahun 2017 sampai sekarang
belum ada pelatihan di puskesmas ini ?
4. Bagaimana penyediaan dan penggunaan
semua sarana dan prasarana laboratorium
untuk pelaksanaan pemeriksaan dahak secara
mikroskopis?
5. Bagaimana sistem pencatatan dan pelaporan
kegiatan laboratorium ?
6. Sistem pencatatannya panjang iya buk ?
7. Bagaimana keberhasilan yang telah dicapai,
apakah ada tantangan/kendala di
laboratorium ?
8. Apa yang dilakukan untuk tantangan
tersebut?
Staf TU 1. Apakah ada petugas pelatihan khusus untuk
petugas puskesmas?
2. Bagaimana cara melihat apakah capaian
program TB meningkat atau menurun ?
3. Apakah ada kendala selama pelaporan TB ke
tata usaha ?
Staf umum 1. Apa ada pelatihan di puskesmas 1 Ulu di
program TB?
2. Bagaimana penyediaan dan pendanaan
semua sarana dan prasarana untuk P2TB ?
3. Bagaimana alur pendaftaran tersebut ?
Informan Pertanyaan Jawaban4. Jadi pasien tersebut tidak mendaftar sendiri?
5. Apa langkah tantangan/kendala untuk pasien
tersebut?
6. Semua program sudah mendapatkan
anggaran ?
7. Bagaimana sistem pencatatan dan pelaporan
selama P2TB ?
8. Apa ada kendala selama sistem pencatatan
tersebut ?
PEDOMAN WAWANCARA MENDALAM DENGAN
INFORMAN KUNCI KOTA PALEMBANG
TAHUN 2019
Petunjuk Umum Wawancara Mendalam ;
1. Ucapan terima kasih atas ketersediaan dan kehadirannya
2. Lakukan perkenalan dua arah baik seperti peneliti maupun informan
3. Jelaskan maksud dan tujuan wawancara mendalam
4. Wawancara dilakukan oleh peneliti
5. Dalam wawancara informan bebas mengeluarkan pendapat
6. Dijelaskan bahwa pendapat, saran dan pengalaman deskripsi sangat berharga
7. Dalam wawancara tidak ada jawaban yang salah atau benar serta akan dijaga
kerahasiaanya
Pelaksanaan
1. Identitas Informan
a. Inisial :
b. Umur :
c. Jenis Kelamin :
d. Pendidikan :
e. Masa Kerja :
2. Keterangan Pewawancara
a. Nama Pewawancara :
b. Umur :
c. Tanggal dan Waktu Wawancara :
d. Tempat wawancara
Pedoman Wawancara
Perkenalan Assalamualaikum Wr. WbBaikla bapak/Ibu perkenalan saya Sherly Anggraini mahasiswasemenster 8 Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat STIKBina Husada Palembang. Di sini saya ingin mewawancaraiBapak/Ibu tentang Analisis Perencanaan Penanggulangan dalamPengobatan Program Tuberculosis Paru di Puskesmas 1 UluTahun 2019. Dalam wawancara ini bapak/ibu bebasmengeluarkan pendapat dan dalam wawancara ini juga tidak adajawaban yang salah atau yang benar serta dijaga kerahasiannya.Apakah bapak/ibu bersedia untuk di wawancarai ? jika bersedia ,apakah kita bisa mulai dari sekarang ?Terima kasih
Penanggung JawabTuberculosis (Key
Informan)
A. Sumber Daya Manusia- Bagaimana kerjasama lintas sektor yang dilakukan ?- Bagaimana pengembangan sumber daya manusia dalam
perencanaan P2TB ?- Apakah ada pelatihan untuk semua tenaga kesehatan ?
B. Sarana dan Prasarana- Bagaimana penyediaan dan penggunaan semua sarana dan
prasarana untuk perencanaan P2TB?C. Dana
- Bagaimana pendanaan untuk perencanaan program P2TB?D. Pengobatan dan Penjaminan
- Bagaimana penyediaan dan ketersediaan OAT untuk pasienTB
- Bagaimana dengan pengobatan OAT yang di awasi PMO ?E. Alat penunjang
- Bagaimana sistem pencatatan dan pelaporan selama P2TB?
Petugas tuberculosis(Informan)
A. Sumber Daya Manusia- Bagaimana kerjasama lintas sektor yang dilakukan ?
B. Sarana dan Prasarana- Bagaimana penyediaan dan penggunaan semua sarana dan
prasarana untuk perencanaan P2TB?C. Dana
- Bagaimana pendanaan untuk perencanaan program P2TB?
D. Pengobatan dan Penjaminan- Bagaimana penyediaan dan ketersediaan OAT
E. Alat penunjang- Bagaimana sistem pencatatan dan pelaporan selama P2TB
?
Dokter (Informan)
A. Sumber Daya Manusia- Bagaimana kerjasama lintas sektor yang dilakukan ?- Bagaimana pengembangan sumber daya manusia dalam
perencanaan P2TB ?- Apakah ada pelatihan untuk semua tenaga kesehatan ?
B. Sarana dan Prasarana- Bagaimana penyediaan dan penggunaan semua sarana dan
prasarana untuk perencanaan P2TB?C. Dana
- Bagaimana pendanaan untuk perencanaan program P2TB?D. Pengobatan dan Penjaminan
- Bagaimana penyediaan dan ketersediaan OAT untuk pasienTB
- Bagaimana dengan pengobatan OAT yang di awasi PMO ?E. Alat penunjang
- Bagaimana sistem pencatatan dan pelaporan selama P2TB?
Staf Umum
dan Staf TU(Informan)
A. Sumber Daya Manusia- Bagaimana kerjasama lintas sektor yang dilakukan ?- Bagaimana pengembangan sumber daya manusia dalam
perencanaan P2TB ?- Apakah ada pelatihan untuk semua tenaga kesehatan ?
B. Sarana dan Prasarana- Bagaimana penyediaan dan penggunaan semua sarana dan
prasarana untuk perencanaan P2TB?C. Dana
- Bagaimana pendanaan untuk perencanaan program P2TB?D. Pengobatan dan Penjaminan
- Bagaimana penyediaan dan ketersediaan OAT untuk pasienTB
- Bagaimana dengan pengobatan OAT yang di awasi PMO ?E. Alat penunjang
- Bagaimana sistem pencatatan dan pelaporan selama P2TB?
PenutupanTerima kasih bapak/ibu atas waktu yang telah diberikan.Semoga penjelasan ini dapat membantu saya dalam penyusunankarya ilmiah saya. Sekali lagi saya ucapkan terima kasih atasbantuan bapak/ibu yang telah bersedia menjadi informan dalampenelitian saya.Waalaikumsalam Wr.Wb
PEDOMAN OBSERVASI/TELAAH DOKUMENTASIINSTRUMEN PENELITIAN
ANALISIS PERENCANAAN PENANGGULANGAN
DALAM PENGOBATAN PROGRAM TUBERKULOSIS
DI PUSKESMAS 1 ULU TAHUN 2019
Beri tanda Cheklist (√) pada kolom yang tersedia sesuai dengan hasil observasi yangdilakukan dan pengisian keterangan jika di perlukan.
No Observasi/Telaah Dokumentasi Hasil ket
Lengkap TidakLengkap
1 Absensi pegawai TB √2 Data tupoksi (Tugas,pokok dan fungsi) √3 Struktur organisasi TB √4 Ruang tunggu terasa nyaman √5 Laporan pendanaan TB √6 Alat pemeriksaan di ruangan TB √7 Ruang pemeriksaan bersih dan rapi √8 Alat laboratorium TB √9 Petugas berpenampilan rapi √
10 Petugas terapil dalam memberikan obat √11 Ruang pemeriksaan pasien memadai dan terjaga privasinya √12 Jenis obat TB √13 Pencatatan dan pelaporan pasien TB √14 Petugas menerangkan tindakan yang akan dilakukan √15 Petugas memberikan informasi yang jelas tentang penyakit TB √16 Petugas menjelaskan informasi yang dibutuhkan pasien √17 Petugas berkomunikasi baik dengan pasien √18 Ada keterngan prosedur pelayanan pengobatan √19 Petugas bertindak cepat saat dibutuhkan pasien √20 Petugas bersikap ramah dan sopam dalam melayani pasien √21 Struktur laboraturium √
JAWABAN TRANSKIP WAWANCARA
Informan Hasil Wawancara
Penaggungjawab
tuberculosis
(key Informan)
Dokter (informan)
1. Bagaimana Kerjasama lintas setor yang dilakukan ?“Kalau kerjasama untuk lintas sektorkan kita ada rapat
minlok (mini lokakarya) setiap triwulan dengan pihak
kecamatan,kelurahan jadi disitu kita paparkan hasil
program jadi misalnya kalau ada warga masyarakat batu-
batuk lebih dari 2minggu keluhannya ada keringat
malam,meriang, segala macam tolong dilaporkan jadi disitu
kita sosialisasi terus, ada ader yang menanggap kalau ada
yang positif sekelilingnya kita minta tlong kader langsung
dijaring untuk pemeriksaan dahaknya.”
2. Bagaimana pengembangan sumber daya manusia dalam
perencanaan P2TB ?
“Kalau untuk pengembangan SDM itu sendiri sebenarnya
sudah ada program dari dinas setiap tahun ada pelatihan
petugas dan doter jadi di update terus ilmu kalau ada yang
baru-baru, seperti yang terakhirkan untuk obat TB anakkan
tidak setiap tiga kali sehari seminggu, kalau yang terbaru
harusnya setiap hari tapi lagi-lagi setiap ada yang terbaru
pasti dikabari, kalau yang dulukan tidak ada yang namanya
pencegahan BPINH sekarang ada yang baru. Update ilmu
dari situ setiap tahun pasti ada dari dinas “
3. Apakah ada pelatihan untuk semua tenaga kesehatan ?
“kalau kegiatan khusus tidak seperti kasus OPGJ ada
posyandu khusus untuk TB memang pernah diusulkan untuk
eksrapuding jadi setiap pasien diberikan makanan tambahan
ternyata belum di acc jadi sementara ini kegiatan khususnya
hanya sebatas screening, kunjungan rumah seperti umum
saja,
Informan Hasil Wawancara
Terus pemantauan minum obat untuk pasien-pasien mangkir
minum obat, yang tidak ambil obat kemudian tetap
penyuluhan obat dan penjaringan oleh poswindu dan
posyandu lansia”
4. Bagaimana untuk pelatihan tenaga kesehatan dalam
pelaksanaan P2TB?
“ kalau dipuskesmas paling setelah kita ikut pelatihan dari
dinas kita sosialisasikan langsung seluruh petugas
dikumpulkan dari sosialisasi misalnya ada ilmu terbaru ,ada
informasi terbaru langsung disosialisasikan, kalau pelatihan
khusus karena petugasnya hanya satu yang perawatny dan
dokternya juga saya dan dr anet juga jadi kita tidak ada
pelatihan khusus ,pelatihan dipuskesmas tappi bentuk
sosialisasi setelah pelatihan dari luar puskesmas.”
5. Bagaimana penyediaan dan penggunaan semua sarana dan
prasarana untuk perencanaan P2TB?
“Penyediaan sarana dan prasarana selama ini sudah dapat
dari dinas yang spot kutum,segala macam lembar-lembar
LB 1 sampai LB 12 itu dari dinas semua jadi kita paling
untuk kunjungan rumah segala macam untuk transportasi
petugas, untuk Lab kita hanya membuat sediaan nanti di
cek PCM, kalau untuk miskroskop ada itu pengadaan dari
dinas juga dan itu sudah lama. Kita banyak di support dari
dana dinas, kita paling dana BOK unttuk transport petugas
sama ada kalau sosialisasi penyuluhan.
6. Bagaimana pendanaan untuk perencanaan prnogram P2TB?
“pendanaannya sekarang jelas dari dana BOXS untuk
kunjungan petugasnya, kunjungan rumah ,skrining,
pemantauan minum obat,, untuk penyuluhan dan lebih ke
transport Kalau pendanaannya ,kalau untuk alat-alatnya
Informan Hasil Wawancara
dari Dinas kayak obat itu dari dinas juga.”
7. Bagaimana penyediaan dan ketersediaan OAT untuk pasien
TB ?
8. “Cukup, jadi ambil targetnya dari tahun sebelumnya kita
tambahin 10% kalaupun ada kasus-kasus khusus biasanya
cepat jadi langsung kegudang obat langsung di sediain stok
obatnya langsung dapat, jadi yang kami sediain kategori I,
itu juga cukup stoknya kalau ada kasus tambahan biasanya
minta langsung dapat gak lama, semuanya dapat dari dinas
tidak beli sendiri.”
14. Bagaimana dengan pengobatan OAT yang di awasi
PMO?
“ Jadi kalau untuk kader PMO ini tidak ada, kami rata-rata
PMO langsung dari keluarga misalnya istri,
suaminya,anaknya terus dari keluarga terdekat. Jadi tidak
khusus yang PMO, karena sekarang sudah boleh kalau dulu
memang harus yang satu disegani segala macam kalau
sekarang yang penting pasien teratur dari orang yang diluar
eluarga kalaupun kader tujuannya paling misalnya ada
pasien yang terlambat minum obat atau telat control kami
minta tolong Kerjasama kader untuk kunjungan rumah jadi
memastikan pasien memang ada dan tidak datang untuk di
bujuk kepuskes, kalau untuk PMO kadernya tidak ada.”
15. Bagaimana sistem pencatatan dan pelaporan selama P2TB?
“Kalau disini sekarang masih online belum ada data
pencatatan dan pelaporan khusus yang online yang manual
maksudnya setiap bulan dilaporkan pertriwulan juga ada
laporan lagi akhir tahun ada laporan lagi, kalau di
puskesmas ada pembinaan setiap bulan jadi hasil
Informan Hasil Wawancara
pencapaian bulan tersebut dilaporkan ke dinas manual.”
16. Bagaimana keberhasilan yang didapat apakah ada
tantangan/kendala pelaksanaan P2TB ?
“ dari beberapa kasus rata-rata pasien bosen minum obat
jadi ngerasa sudah sembuh kalau edukasi sudah cukup
sekali, kadang-kadang sudah di ulang-ulang sama kader
juga diulangi lagi, kita mau bilang pasien bebel juga tidak
bisa menyalahkan pasien, kadang kita ngerasa minum
obatpun merasa mual, segala macam merasa tida betah
banyak seperti itu kendalanya. Yang jelas pasien bosan
minum obat, yang MDR bosan di suntik, kadang-kadang di
suntik atau tidak nafsu makan, paling terus-terus kasih
edukasi setiap dia control ‘dok saya mau berenti minum
obat ‘ nah itu kita edukasi ulang , pasien bosen minum obat
duungan keluarga ada tapi krang maksimal paling itu
kendalanya karena disini rata- rata menengah kebawah ada
juga yang guru tapi Rata-rata yang menengah kebawah
ngerasa sudah enak tidak masalah padahal nantinya kita
mengobati biar tidak ngerasa ada sumber penularan dan
selesai sampai disitu.”
17. Langkah apa yang dilakukan dalam mengatasi tantangan
dan kendala selama ini?
“yang jelas kita edukasi terus jadi tidak bosen-bosennya
pasien datang, kalau dia bosen stop obat kita harus edukasi
ulang kalaupun minta tolong kader untu mengingatkan untu
control ini juga ita dibantu kartu ontrol tapi belum di
pajang, siapa-siapa yang harus berkunjung ditanggal itu dia
tidak datang langsung dicari kealamat rumah harus
dihubungi, jadi harus tetap kontrol kecuali beberapa kasus
Informan Hasil Wawancara
yang meninggal itu tidak bisa, tapi kalau ada yang pindah
kota itu juga kadang-kadang kendala disitu”
18. Apakah ada pelatihan petugas ?
“ yang jelas dari petugas perawat ada, medis juga ada,
dokter juga ada,analis juga ada, stok obat farmasi juga
dilatih semua “
19. Seperti apa pelatihan yang didapat ?
“ oh kalau petugas-petugas dari dinas langsung ada
workshop atau pelatihan alau untu petugas yang tidak
hubungan dengan TB yang jelas sosialisasi misalnya
petugas skrining servis mereka juga tau oh seperti apa kasih
edukasi cara membuang dahak.
Petugas TB
(informan)
1. Bagaimana SDM yang ada di Puskesmas 1 Ulu di program
TB ?
“ SDM nya sudah lumayan lengkap iya, analisnya ada,
petugas dari perawatannya juga lengkap dari dokter yang
lengkap dan dokter dan perawatnya juga sudah iut pelatihan
penanggulangan TB”
2. Apakah ada kegiatan khusus yang dibuat oleh puskesmas 1Ulu dengan TB?“ kegiatan karyawan olahraga senam bersama setiap hari
sabtu, Cuma kalau untuk khusus pasien TB tidak ada paling
kalau kegiatan petugas untuk turun ke lapangan skrining
pasien,pelacakan TB mangkir bagi pasien TB yang telat
ambil obat jadi kita datangi kerumahnya untuk jemput bola
istilahnya ita datangi kerumahnya, kita jelasi kenapa
sampai telat ambil obat”
3. Berarti ada PMOnya ?
“ iya jadi PMO nya yang ita catat no telponnya, jadi kalau
ada apa-apa langsung hubungi PMOnya”
Informan Hasil Wawancara
4. Apakah ada pelatihan khusus untuk program TB /
“ kalau di puskesmas itu dapat dari dinas esehatan,
kebetulan kemaren dapat pelatih TB tahun 2016 untuk
ditingat posyankes petugas sudah dapat pelatihan TB,
dokternya sudah.
5. Berarti sudah mendapatan pelatihan dari dinkes
“ dinas provinsi yang mengadakan”
6. Bagaimana penyediaan sarana dan prasarana khusus
program tuberculosis?
“ Sarana dan prasarana disini sudah cukup baik terutama
misalnya untuk program TB mulai dari sarana,pot
skutum,obat-obatan sudah tersedia. Jadi kita tinggal
mengajukan kedinas kesehatan buat perlengkapan di
puskesmas juga sudah mendukung”
7. Berasal dari mana dana untuk kegiatan TB Paru ?
“ berasal dari dana BOK dan dana oprasional bpjs jadi
untuk kegiatan yang berhubungan dengan TB ini sudah ad
dananya”
8. Jadi setiap program sudah ada dananya ?
“sudah ada dana masing-masing program suudah
mendapatkan dana BOK dan dana oprasional”
9. Bagaimana keberhasilan yang didapat ? apa ada
tantangan/kendala ?
“kalau untuk 2017 sampai 2018 itu program TB nya
tercapai ya, suspek TB semakin meningkat kalau 2017 itu
sekitar 407 pasien yang kita dapatin itu meningkat dari
2016 itu kita dapat 12 pasien jadi meningkat cukup
signifikan dan ditahun 2017 itu kita dapat 57 pasien BTA
positif dan negatif untuk tahun 2019 sampai bulan april kita
Informan Hasil Wawancara
baru dapat 24 pasien dan masih berlanjut sampai sekarang.”
10. Kalau untuk tantangan atau kendala menghadapi pasien
tersebut seperti apa?
“ kendala yang di rasakan itu pertama kita tidak tahu
alamatnya jadi kita harus Tanya dulu ke RT nya terus juga
susah dijangkau deaerah sekitar 1 Ulu dean 2 Ulu ini, jadi
kalau untuk penemuan pasien jadi kitta melaksanakan lintas
program jadi kita tanyakan pemegang program lain dan
kita juga kerjsama dengan poli-poli lain.”
11. Langkah apa untuk melakukan kendala tersebut ?
“ ya, itu tadi jadi kita kerjasama lintas program dan
bekerjasama dengan pemegang program yang ada di
puskesmas, jadi kalau dapat suspek dan langsung kirim ke
poli TB kerjasama juga ke RT jadi kita sering juga
mengadakan sosialisasi dan penyuluhan missal ada acara
dei keluarga atau kecamatan jadi kita ikut penyuluhan
tentang TB biar pencapaian dei puskesmas semain
meningkat sama pemberdaya kader kita atif sospek dan
pasien TB”
12. Apakah ada kader khusus untuk TB Paru ?
“kalau kader khusus untuk TB Paru belum punya , tapi kita
kerjasama dengan kader asyiah kita bisa minta tolong juga
buat cari suspek dan pasien di seitar 1 Ulu dan 2 Ulu.”
Petugas Laboratorium
(informan)
1. Kegiatan apa saja yang di lakukan di laboratorium?“ ini berkenaan mengenai tuberculosis ya, disini kita
menerima sampel yang dirujuk dari pengelola program
yaitu di ruang TB , kemudian kita masukan dana magister
dan membuat slidenya ,pewarnaan,
Informan Hasil Wawancara
Kemudian di baca di miskroskop kemudian ada juga
pelaksanaan test cm,test cm itu jadi kita menerima sampel
dan dimasukan ke dalam register dan kita mengadakan
packing untuk pengiriman sampel tersebut kerumah sakit
yang sudah bekerjasama dengan puskes.”
2. Apakah ada pelatihan yang diberikan oleh puskesmaskhusus petugas laboraturium ?“ya, dulu pernah di adakan pelatihan tuberculosis sekitar
tahun 2007 mengenai pembuatan slide, pewarnaan dan
registrasi.”
3. Jadi beberapa tahun 2017 sampai sekarang belum ada
pelatihan di puskesmas ini ?
“belum ada, paling yang ada seminar , jadi seminar
sekarang sudah banyak tentang TB butuh penyegaranya
kita mengikuti seminar-seminar yang ada di wilayah
palembang.
4. Bagaimana penyediaan dan penggunaan semua sarana dan
prasarana laboratorium untuk pelaksanaan pemeriksaan
dahak secara mikroskopis?
“sebenarnya untuk pemeriksaan mikroskopis sarana dan
prasarananya itu terutama logistiknya itu didapat dari
gudang farmasi, berupa riagen disini reagenjel newsen ya,
kemudian slide ,pot skutum, dan hanscool sebagai APD,
semua itu utama digunakan di dalam pemeriksaan
mikroskiopis TB ini.”
5. Bagaimana sistem pencatatan dan pelaporan kegiatan
laboratorium ?
“ sistem pencatatan dilakukan setiap hari ketika sampel
datang ita catat di TB 04 , kemudian pelaporan dilakukan
selama triwulan , pelaporan ini dilakukan pengiriman slide
Informan Hasil Wawancara
yang sudah kita lakukan, pengirimana slide followup itu
kita croscek kerumah sakit paru dan pelaporan itu di
laporkannya disebut 012 yaitu ada petugas plangko khusus
itu kita irim bersama dengan slide untuk kita croscek tadi. “
6. Sistem pencatatannya panjang iya buk ?
“ iya harus bertahap”
7. Bagaimana keberhasilan yang telah dicapai, apakah ada
tantangan/kendala di laboratorium ?
“kalau keberhasilan itu kita sebut dengan bila sampel
follow up ya slidenya disebut untuk AP( akhir pengobatan)
itu jika hasilnya negatif kita sebut berhasil tapi tetap harus
menjaga PHBS istilahnya imunisasinya tetap kuatkan,
kalau yang untuk pemeriksaan laboraturium tantangan
paling pasien tidak datang pada jadwalnya.”
8. Apa yang dilakukan untuk tantangan tersebut?
“kita sebagai pelaksana laboratorium unuk mengingatkan
pada pengelola program untuk jadwal followup pasien yang
terdata di TB 04 itu biasanya ada yang selesai pengobatan
intersif yaitu 1 minggu sebelum dan 2 bulan kemudian ada
follow up lagi bulan kelima kemudian baru akhir
pengobatan pada bulan 6 alau masalah logistik kita
menguusulkan kepada atasan.
Staf TU (informan) 1. Apakah ada petugas pelatihan khusus untuk petugaspuskesmas?“kalau untuk pelatihan itu ada, pasti ada untuk pelatihan itu
sendiri pasti ada pelatihan bisa diselenggarakan oleh pihak
dinas kesehatan kota maupun pihak dinas kesehatan
provinsi dan untuk waktunya sendiri itu tidak bisa
dijelaskan kapan pasti pelatihan itu ada.”
Informan Hasil Wawancara
2. Bagaimana cara melihat apakah capaian program TBmeningkat atau menurun ?“ kalau melihat capaian tersebut bisa kita lihat dari
SPM,SPM itu bisa dilihat pertahun diisitu kita bisa lihat
apakah ada perubahan meningkat atau menurun dari tahun
ke tahun.”
3. Apakah ada kendala selama pelaporan TB ke tata usaha ?
“ sejauh ini tidak ada kendala apapun, apa yang
disampaikan apa yang dilaporkan sudah sesuai.”
Staf umum (informan)
1. Apa ada pelatihan di puskesmas 1 Ulu di program TB?“ada , jadi puskesmas itu pasti mengajukan permintaan
untuk pelatihan yang mengadakan itu biasanya orang dinas
langsung menghubungi staf puskes dan staf TU”
2. Bagaimana penyediaan dan pendanaan semua sarana danprasarana untuk P2TB ?“ untuk sarana dan prasarana ini cukup lengkap juga iya jadi
TB itu kita ada anggarannya khusus program TB dan
program yang lainnya, jadi puskesmas juga mendukung
program TB”
3. Bagaimana alur pendaftaran tersebut ?
“kalau untuk pasien TB ada alur sendiri jadi untuk pasien
yang sudah positif TB itu langsung ke ruangan poli TB ,
jadi mereka datang ke poli TB dan petugas Tb yang akan
mendaftarkan di pendaftaran lalu setelah petugas mendaftar
petugas memeriksa pasien dan petugas jugga
mengambilkan obat di apotik.”
4. Jadi pasien tersebut tidak mendaftar sendiri?
“ iya, karena itukan memperkecil kemungkinan penularan
di psukesmas, kecuali pasien yang baru TB kan belum tau
jadi mungkin kita bisa dapat atau kita tangkap ke poli-poli
lain, poli umum, poli lansia, dan poli anak jadi kalau
No Informan Hasil Wawancara
khusus pasien yang diambil obat langsung ke poli TB.”
5. Apa langkah tantangan/kendala untuk pasien tersebut?
“kalau untuk mengatasi kendalanya itukan di BOK kita
sudah mengadakan kegiatan khusus TB, ada pelacakan TB
mangkir, ada skrining pasien TB, skrining posyandu lansia,
jadi sudah ita anggarkan untuk TB.”
6. Semua program sudah mendapatkan anggaran ?
“ iya semua program itu sudah kita anggarkan
menggunakan dana BOK.”
7. Bagaimana sistem pencatatan dan pelaporan selama P2TB
?
“ pencatatan itu sudah direkap sama petugas TB, baru di
laporkan dan laporan itu biasanya via wa/whatshaap atau
langsung dikirim kedinas.”
8. Apa ada kendala selama sistem pencatatan tersebut ?
“ kalau kendala tidak ada sih selama ini lancar-lancar aja
semuanya laporan itu dilaporkan sebelum tanggal 5 dan
langsung dikirim kedinas.”
MATRIKS HASIL WAWANCARA MENDALAM DENGAN INFORMAN KUNCI DAN INFORMAN
No Pertanyaan Informan Kunci Informan kesimpulan intervensi
DF M WJ PS1 A. Sumber
dayamanusia
1. Bagaimanapengembangan sumberdayamanusia diprogramP2TB?
Kalau untukpengembanganSDM itu sendirisebenarnya sudahada program daridinas setiap tahunada pelatihanpetugas dan doterjadi di updateterus ilmu kalauada yang baru-baru, seperti yangterakhirkan untukobat TB anakkantidak setiap tigakali sehariseminggu, kalauyang terbaruharusnya setiaphari tapi lagi-lagisetiap ada yangterbaru pastidikabari, kalauyang dulukantidak ada yangnamanyapencegahanBPINH sekarangada yang baru.Update ilmu dari
kegiatankaryawanolahragasenambersamasetiap harisabtu, Cumakalau untukkhususpasien TBtidak adapaling kalaukegiatanpetugasuntuk turunkelapanganskriningpasien,pelacakanTB mangkirbagi pasienTB yang telatambil obatjadi kitadatangikerumahnyauntuk jemputbolaistilahnyakita datangi
- - - Berdasarkaninformasi yangdidapat bahwauntukpengembanganSDM sudah adaprogram daridinas setiaptahun adapelatihan danuntuk kegiatankhusus untukpasien tidak ada,petugaspuskesmashanya melakukankegiatan untukturun kelapanganuntuk skriningpasien.
Dengan caramemberikanpengembanganSDM kepadapetugas setiapbulannyasehinggapetugasmemilikipengetahuanyang luas danpetugasmempunyaikegiatankhusus untukpasien tbdengan caramelakukanpertemuansetiapbulannya agarpasien lebihsemangatuntuk terusberobat
No Pertanyaan Informan Kunci Informan kesimpulan intervensi
DF M WJ PSsitu setiap tahunpasti ada daridinas
kerumahnyakita jelasikenapasampai telatambil obat
2. Apakah adapelatihankhususuntuk semuatenagakesehatan ?
kalau kegiatankhusus tidakseperti kasusOPGJ adaposyandu khususuntuk TB memangpernah diusulkanuntuk eksrapudingjadi setiap pasiendiberikanmakanantambahan ternyatabelum di acc jadisementara inikegiatankhususnya hanyasebatas screening,kunjungan rumahseperti umum saja,
kegiatankaryawanolahragasenambersamasetiap harisabtu, Cumakalau untukkhususpasien TBtidak adapaling kalaukegiatanpetugasuntuk turunkelapanganskriningpasien,pelacakanTB mangkirbagi pasienTB yang telatambil obatjadi kitadatangi kerumahnyauntuk jemput
belum ada,paling yang adaseminar , jadiseminarsekarang sudahbanyak tentangTB butuhpenyegaranyakita mengikutiseminar-seminar yangada di wilayahpalembang.
kalau untukpelatihan ituada, pasti adauntuk pelatihanitu sendiri pastiada pelatihanbisadiselenggarakanoleh pihak dinaskesehatan kotamaupun pihakdinas kesehatanprovinsi danuntuk waktunyasendiri itu tidakbisa dijelaskankapan pastipelatihan itu ada
ada , jadipuskesmas itupastimengajukanpermintaanuntuk pelatihanyangmengadakan itubiasanya orangdinas langsungmenghubungistaf puskes danstaf TU
Berdasarkaninformasi yang didapat bahwatidak adakegiatan khususuntuk programtb, petugas hanyamelakukankegiatan sepertiolahraga senam.Petugas banyakmelakukanseminar-seminaryang di adakanoleh dinas
Dengan carapetugasmemberikanpenyuluhansetiap bulankepada pasientb, danmemberikanmakanantambahan agarpasien tb lebihsemangatuntuk berobatdi puskesmas
No Pertanyaan Informan Kunci Informan kesimpulan intervensi
DF M WJ PSbola istilah-nya kitadatangikerumahnya,kita jelasikenapa sampaitelat ambilobat
3. Apakah adapelatihankhususuntukprogram tb?
oh kalau petugas-petugas dari dinaslangsung adaworkshop ataupelatihan alauuntu petugas yangtidak hubungandengan TB yangjelas sosialisasimisalnya petugasskrining servismerea juga tau ohseperti apa kasihedukasi caramembuang dahak
kalau dipuskesmas itudapat daridinaskesehatan,kebetulankemaren dapatpelatih TBtahun 2016untuk ditingatposyankespetugas sudahdapatpelatihan TB,dokternyasudah.
ya, dulupernah diadakanpelatihantuberkulosissekitar tahun2007mengenaipembuatanslide,pewarnaandan registrasi
- kalau untukpelatihan ituada, pasti adauntuk pelatihanitu sendiri pastiada pelatihanbisadiselenggarakanoleh pihakdinas kesehatankota maupunpihak dinaskesehatanprovinsi danuntuk waktunyasendiri itu tidakbisa dijelaskankapan pastipelatihan ituada
Berdasarkaninformasi yangdidapat bahwapetugas tbdiberikanpelatihan namunwaktu pelatihantidak bisaDipastian karenapetugas perawattb dan petugaslaboratoriummendapatkanpelatihan tidaksetiap tahunsehinggapengetahuannyateratas
Dengan caramemberikanpelatihan danseminar setiaptahunnyasehinggapetugasmempunyaiwawasan yangluas
4. kesehatandalampelaksanaanP2TB ?
kalau dipuskesmaspaling setelah kitaikut pelatihan daridinas kita
- - - - Berdasarkaninformasi yangdidapat bahwapenanggung
Dengan carameberikanpenyuluhantentang tb
No Pertanyaan Informan Kunci Informan kesimpulan intervensi
DF M WJ PSlangsung seluruhpetugasdikumpulkan darisosialisasimisalnya ada ilmuterbaru ,adainformasi terbarulangsungdisosialisasikan,kalau pelatihankhusus karenapetugasnya hanyasatu yangperawatnya dandokternya jugasaya dan dr anetjuga jadi kita tidakada pelatihankhusus ,pelatihandipuskesmas tapibentuk sosialisasisetelah pelatihandari luarpuskesmas
mendapatkanpelatihan daridinas danmelakukansosialisasikepada seluruhpetugas
2 B. Sarana danprasarana
1. Bagaimanapenyediaandanpengunaansarana danprasarana
Penyediaan saranadan prasaranaselama ini sudahdapat dari dinasyang spotkutum,segalamacam lembar-lembar LB 1
Sarana danprasaranadisini sudahcukup baikterutamamisalnyauntukprogram TB
sebenarnyauntukpemeriksaanmikroskopissarana danprasarananyaitu terutamalogistiknya itu
- untuk saranadan prasaranaini cukuplengkap jugaiya jadi TB itukita adaanggarannyakhusus program
Berdasarkaninformasi yangdidapat bahwasarana danprasarana yangada di puskesmassudah cukupbaik, terutama
Dengan caramengajukanalat TCM (Tescepatmolukuler)kepada dinasagar saranadan prasarana
No Pertanyaan Informan Kunci Informan kesimpulan intervensi
DF M WJ PSuntuk P2TB ? sampai LB 12 itu
dari dinas semuajadi kita palinguntuk kunjunganrumah segalamacam untuktransportasipetugas, untukLab kita hanyamembuat sediaannanti di cek PCM,kalau untukmiskroskop adaitu pengadaan daridinas juga dan itusudah lama. Kitabanyak di supportdari dana dinas,kita paling danaBOK unttuktransport petugassama ada kalausosialisasipenyuluhan.
mulai darisarana,potskutum,obat-obatan sudahtersedia. Jadikita tinggalmengajukankedinaskesehatanbuatperlengkapandi puskesmasjuga sudahmendukung
didapat darigudang farmasi,berupa riagendisini reagenjelnewsen ya,kemudian slide,pot skutum,dan hanscoolsebagai APD,semua ituutamadigunakan didalampemeriksaanmikroskiopisTB ini
- TB danprogram yanglainnya, jadipuskesmas jugamendukungprogram TB
Untukpemeriksaannnyapasien tb dipuskesmasbelummempunyaiTCM(tes cepatmolukuler)
di puskesmaslebih baik lagi
3 C. Dana1.Bagaimanapendanaanuntukperencanaanprogram P2TB?
pendanaannyasekarang jelas daridana BOK untukkunjunganpetugasnya,kunjungan rumah,skrining,pemantauan
berasal daridana BOKdan danaoprasionalbpjs jadiuntukkegiatanyang
- - iya semuaprogram itusudah kitaanggarkanmenggunakandana BOK
Berdasarkaninformasi yangdidapat danadidapatkan dariBOK
Dengan caramengajukandana ke dinasuntukkelengkapanprogram tb
No Pertanyaan Informan Kunci Informan kesimpulan intervensi
DF M WJ PSminum obat,untukpenyuluhan danlebih ke transportKalaupendanaannya,kalau untuk alat-alatnya dari dinaskayak obat itu daridinas juga
dengan TBini sudah adadananya
4 D. Pengobatan1..Bagaimana
penyediaandanketersediaanOAT untukpasien Tb ?
Cukup, jadi ambiltargetnya daritahun sebelumnyakita tambahin 10%kalaupun adakasus- kasuskhusus biasanyacepat jadilangsungkegudang obatlangsung disediain stokobatnya langsungdapat, jadi yangkami sediainkategori I, itu jugacukup stoknyakalau ada kasustambahanbiasanya mintalangsung dapat
- - - - Berdasarkaninformasi yangdidapat bahwaobat antituberkulosis(OAT) sudahcukup Jika adakasus yang lebihbanyak lagipetugas memintalangsung kedinas itupunprosesnyan agaklama
Dengan caramenambahstok obat antituberkulosisagar tidakterjadiKekuranganobat terhdapapasien
No Pertanyaan Informan Kunci Informan kesimpulan intervensi
DF M WJ PSagak lama,semuanya dapatdari dinas tidakbeli sendiri
- - - -
2. BagaimanadenganpengobatanOAT yangdiawasiPMO ?
Jadi kalau untukkader PMO initidak ada, kamirata-rata PMOlangsung darikeluarga misalnyaistri,suaminya,anaknyaterus darikeluarga terdekat.Jadi tidak khususyang PMO,karena sekarangsudah boleh kalaudulu memangharus yang satudisegani segalamacam kalausekarang yangpenting pasienteratur dari orangyang diluareluarga kalaupunkader tujuannyapaling misalnyaada pasien yangterlambat minum
iya jadi PMOnya yang itacatat notelponnya,jadi kalauada apa-apalangsunghubungiPMOnya
- - - Berdasarkaninformasi yangdidapat bahwa dipuskesmas tidakmemiliki kaderkhusus PMO ,PMO langsungberasal darikeluarga dankerabat
Dengan caramenambahpetugas untukPMO agarpasien selaludi awasi danminum obatsecara teratur
No Pertanyaan Informan Kunci Informan kesimpulan intervensi
DF M WJ PSobat atau telatcontrol kamiminta tolongKerjasama kaderuntuk kunjunganrumah jadimemastikanpasien memangada dan tidakdatang untuk dibujuk kepuskes,
5 E. Alatpenunjang
1. BagaimanasistempencatatandanpelaporanselamaP2TB?
Kalau disinisekarang masihonline belum adadata pencatatandan pelaporankhusus yangonline yangmanualmaksudnyadilaporkan setiapbulan pertriwulanjuga ada laporanlagi akhir tahunada laporan lagi,kalau dipuskesmas adapembinaan setiapbulan jadi hasilpencapaian bulantersebutdilaporkan
- sistempencatatandilakukan setiaphari ketikasampel datangita catat di TB04 , kemudianpelaporandilakukanselama triwulan, pelaporan inidilakukanpengirimanslide yangsudah kitalakukan,pengirimanaslide followupitu kita croscekkerumah sakitparu dan
sejauh ini tidakada kendalaapapun, apayangdisampaikan apayang dilaporkansudah sesuai
pencatatan itusudah direkapsama petugasTB, baru dilaporkan danlaporan ituatau langsungbiasanya viawa/whatshaapdiirim kedinas
Berdasarkaninformasi yangdidapat petugasmembuat laporansecara onlinemelalui viawhatsaap diLaporkan setiaptriwulan
Dengan caramelakukanpencatatan,pelaporansecara manualdan online.Sehingga lebihefektif
No Pertanyaan Informan Kunci Informan kesimpulan intervensi
DF M WJ PSkedinas manual pelaporan itu di
laporkannyadisebut 012yaitu adapetugas plangkokhusus itu kitairim bersamadengan slideuntuk kitacroscek tadi
2. Bagaimanakeberhasilanyangdidapatapakah adatantangan/kendalapelaksanaanP2TB?
dari beberapakasus rata-ratapasien bosenminum obat jadingerasa sudahsembuh kalauedukasi sudahcukup sekali,kadang-kadangsudah di ulang-ulang sama kaderjuga diulangi lagikita mau bilangpasien bebel jugatidak bisamenyalahkanpasien, kadangkita ngerasaminum obatpunmerasa mual,segala macammerasa tida betah
kalau untuk2017 sampai2018 ituprogram TBnya tercapaiya, suspekTB semakinmeningkatkalau 2017itu sekitar407 pasienyang kitadapatin itumeningkatdari 2016 itukita dapat 12pasien jadimeningkatcukupsignifikandan ditahun2017 itu kita
kalaukeberhasilan itukita sebutdengan bilasampelfollowup yaslidenya disebutuntuk AP( akhirpengobatan) itujika hasilnyanegatif kitasebut berhasiltapi tetap harusmenjaga PHBSistilahnyaimunisasinyatetap kuatkan,kalau yanguntukpemeriksaanlaboraturiumtantangan
- kalau untukmengatasikendalanyaitukan di BOKkita sudahmengadakanKegiatankhusus TB, adapelacakan TBmangkir, adaskrining pasienTB, skriningposyandulansia, jadisudah itaanggarkanuntuk TB
Berdasarkaninformasi didapat bahwatantangan yangditerima petugasrata-rata pasienbosen Minumobat jadi ngerasasudah sembuhdankeberhasilannyadari tahun 2017sampai 2018program tb nyatercapai suspeksemkin meningat, dan petugasmelaukanpelacakan tbmangkir untukpasien yangmangkir berobat
Dengan caramemberikanedukasi setiapbulan kepadapasien danmemberikanvitamin danMakanantambnahanuntuk pasienagar semangatberobat, untukpasien yangmangkirberobatmendatangikerumahpasien untukmemberikanmotivasikepada pasien
No Pertanyaan Informan Kunci Informan kesimpulan intervensi
DF M WJ PSbanyak seperti itukendalanya. Yangjelas pasien bosanminum obat, yangMDR bosan disuntik, kadang-kadang di suntikatau tidak nafsumakan, palingterus-terus kasihedukasi setiap diacontrol ‘dok sayamau berentiminum obat ‘ nahitu kita edukasiulang , pasienbosen minum obatdukungankeluarga ada tapikrang maksimalpaling itukendalanya karenadisini rata-ratamenengahkebawah ada jugayang guru tapiRata-rata yangmenengahkebawah ngerasasudah enak tidakmasalah padahalnantinya kita
dapat 57pasien BTApositif dannegatif untuktahun 2019sampai bulanapril kita barudapat 24pasieny danmasihberlanjutsampaisekarangkendala yangdi rasakan itupertama kitatidak tahualamatnya jadikita harusTanya dulu keRT nya terusjuga susahdijangkaudeaerah 1 Uludan 2 Ulu ini,jadi kalauuntukpenemuanpasien jadikitamelaksanakanlintas program
paling pasientidak datangpadajadwalnya.
-
No Pertanyaan Informan Kunci Informan kesimpulan intervensi
DF M WJ PSMengobati biartidak ngerasa adasumber penularandan selesai sampaidisitu
Kita tanyakanpemegangprogram laindan kita jugakerjsamadengan poli-poli.
3. Langkahapa yangdilakukandalammengatasitantangandan kendalaselama ini?
yang jelas kitaedukasi terus jaditidak bosen-bosennya pasiendatang, kalau diabosen stop obatkita harus edukasiulang kalaupunminta tolongkader. untukmengingatkanuntuk kontrol inijuga kita dibantukartu kontrol tapibelum di pajang,siapa-siapa yangharus berkunjungditanggal itu diatidak datanglangsung dicarikealamat rumahharus dihubungi ,jadi harus tetapcontrol kecualibeberapa kasus
ya, itu tadi jadikita kerjasamalintas programdanbekerjasamadenganpemegangprogram yangada dipuskesmas,jadi kalaudapat suspekdan langsungkirim ke poliTB kerjasamajuga ke RTjadi kita seringjugamengadakansosialisasi danpenyuluhanmisal adaacara dikeluarga ataukecamatan jadi
kita sebagaipelaksanalaboratoriumunukmengingatkanpadapengelolaprogram untukjadwalfollowuppasien yangterdata di TB04 itubiasanya adayang selesaipengobatanintersif yaitu 1minggusebelum dan 2bulankemudian adafollowup lagibulan elimakemudian baruakhir
- kalau kendalatidak ada sihselama inilancar-lancaraja semuanyalaporan itudilaporkansebelumtanggal 5 danlangsungdikirim kedinas
Berdasarkaninformasi yangdidapat petugasmemberikanedukasi teruskepada pasienagar tidak bosenuntuk controlterus , danberkerjasamadenganpemegangprogram kalaudapat suspeklangsung di kirimKepoli tb danmemberikanpenyuluhkankepada pasiendan keluaragapasien mengenaituberkulosis
Dengan caramemberikanpenyuluhankepada pasiendan keliuargapasien tentangprogramtuberkulosis
No Pertanyaan Informan Kunci Informan kesimpulan intervensi
DF M WJ PSyang meninggalitu tidak bisa, tapikalau ada yangpindah kota itujuga kadang-kadang kendaladisitu
Kita ikutpenyuluhantentang TBbiarpencapaian deipuskesmassemainmeningkatsamapemberdayakader kita atifsospek danpasien TB
pengobatanpada bulan 6alau masalahlogistik kitamenguusulkankepada atasan
4, Bagaimanacara melihatapakahcapaianprogram TBmeningkatataumenurun ?
- - - kalau melihatcapaian tersebutbisa kita lihatdari SPM,SPMitu bisa dilihatpertahun disitukita bisa lihatapakah adaperubahanmeningkat ataumenurun daritahun ke tahun
- Berdasarkaninformasi yangdidapat petugasmelihat capaianmeningkat danmenurun melihatbdari SPM(StandarPelayananMinimum) setiaptahunnya
Dengan caramelihatcapaianmeningkat danmenurun bisad lihat setiapbulan agarselaluterkontrol
5. Bagaimanaalurpendaftarantersebut ?
- - - - kalau untukpasien TB adaalur sendiri jadiuntuk pasienyang sudahpositif TB itu
Berdasarkaninformasi yang didapat bahwapasien yangpostif tblangsung ke poli
Dengan carapasien yangpostif tbmempunyaialurpendaftaran
No Pertanyaan Informan Kunci Informan kesimpulan intervensi
DF M WJ PSlangsung keruangan poliTB , jadimereka datangke poli TB danpetugas Tbyang akanmendaftarkandi pendaftaranlalu setelahpetugasmendaftarpetugasmemeriksapasien danpetugas juggamengambilkanobat di apotik
tb, yang bertugasuntuk mendaftaritu petugas tb
sendirisehingga bisamencegahpenularanterhadap oranglain
6. pasientersebuttidakmendaftarsendiri?
- - - iya, karenaitukanmemperkecilkemungkinanpenularan dipuskesmas,kecuali pasienyang baru TBkan belum taujadi mungkinkita bisa dapatatau kitatangkap e poli-
Berdasarkaninformasi yangdidapat bahwapasien tb tidak diperbolehkanmendaftar sendiri, dengan tujuanmemperkecilTerjadinyapenularan
Dengan caramembedakanalurpendafatarn
No Pertanyaan Informan Kunci Informan kesimpulan intervensi
DF M WJ PSPoli lain, poliumum, polilansia, dan polianak jadi kalaukhusus pasienyang diambilobat langsungke poli TB