ANALISIS PENGARUH TINGKAT INFLASI, SBI, JUMLAH UANG...

115
1 ANALISIS PENGARUH TINGKAT INFLASI, SBI, JUMLAH UANG BEREDAR, DAN TINGKAT PENDAPATAN TERHADAP NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP DOLLAR AMERIKA SKRIPSI Disusun Oleh : Rizki Ansori 104081002550 FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1413H / 2010M

Transcript of ANALISIS PENGARUH TINGKAT INFLASI, SBI, JUMLAH UANG...

Page 1: ANALISIS PENGARUH TINGKAT INFLASI, SBI, JUMLAH UANG ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41230/1/RIZKI ANSORI-FEB.pdf · UANG BEREDAR, DAN TINGKAT PENDAPATAN TERHADAP

1

ANALISIS PENGARUH TINGKAT INFLASI, SBI, JUMLAH UANG BEREDAR, DAN TINGKAT PENDAPATAN

TERHADAP NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP DOLLAR AMERIKA

SKRIPSI

Disusun Oleh :

Rizki Ansori

104081002550

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1413H / 2010M

Page 2: ANALISIS PENGARUH TINGKAT INFLASI, SBI, JUMLAH UANG ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41230/1/RIZKI ANSORI-FEB.pdf · UANG BEREDAR, DAN TINGKAT PENDAPATAN TERHADAP

2

ANALISIS PENGARUH TINGKAT INFLASI, SBI, JUMLAH UANG BEREDAR, DAN TINGKAT PENDAPATAN

TERHADAP NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP DOLLAR AMERIKA

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Untuk Memenuhi Syarat-syarat dalam Meraih Gelar Sarjana Ekonomi

Oleh :

Rizki Ansori

104081002550

Pembimbing I Pembimbing II

Prof Dr. Ahmad Rodoni Arief Mufraini,Lc.Msi NIP : 19690203 200112 1 003 NIP : 19770122 200312 1 001

JURUSAN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1431H / 2010M

Page 3: ANALISIS PENGARUH TINGKAT INFLASI, SBI, JUMLAH UANG ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41230/1/RIZKI ANSORI-FEB.pdf · UANG BEREDAR, DAN TINGKAT PENDAPATAN TERHADAP

3

Hari ini Kamis tanggal 22 Juli Tahun 2010 telah dilakukan Ujian

Komprehensif atas nama Rizki Ansori NIM : 104081002550 dengan judul :

“Analisis Pengaruh Tingkat Inflasi, SBI, Jumlah Uang Yang Beredar, dan

Tingkat Pendapatan Terhadap Nilai Tukar Rupiah Terhadap Dollar

Amerika.”

Memperhatikan penampilan tersebut selama ujian berlangsung, maka

skripsi ini sudah dapat diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar

Sarjana Ekonomi pada Jurusan Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri

Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 22 Juli 2010

Tim Penguji Ujian Komprehensif

Indoyama Nasarudin,SE,M.AB Arief Mufraini,Lc.Msi Ketua Sekretaris

Prof. Dr. Ahmad Rodoni MM Penguji Ahli

Page 4: ANALISIS PENGARUH TINGKAT INFLASI, SBI, JUMLAH UANG ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41230/1/RIZKI ANSORI-FEB.pdf · UANG BEREDAR, DAN TINGKAT PENDAPATAN TERHADAP

4

Hari Selasa Tanggal 8 Bulan September Tahun 2010 telah dilaksanakan

Ujian Skripsi atas nama Rizki Ansori NIM : 104081002550 dengan judul skripsi

“Analisis Pengaruh Tingkat Inflasi, SBI, Jumlah Uang Yang Beredar, dan

Tingkat Pendapatan Terhadap Nilai Tukar Rupiah Terhadap Dollar

Amerika.”

Memperhatikan dan menguji kemampuan mahasiswa tersebut selama

ujian berlangsung, maka skripsi ini sudah dapat diterima sebagai salah satu syarat

untuk memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi pada Jurusan Manajemen Fakultas

Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 8 September 2010

Tim Penguji Ujian Skripsi

Prof. Dr. Ahmad Rodoni MM Arief Mufraini,Lc.Msi Ketua Sekretaris

Prof. Dr. Abdul Hamid,MS Indoyama Nasarudin SE, M.AB Penguji Ahli I Penguji Ahli II

Ela Patriana, MM Penguji Proposal Skripsi

Page 5: ANALISIS PENGARUH TINGKAT INFLASI, SBI, JUMLAH UANG ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41230/1/RIZKI ANSORI-FEB.pdf · UANG BEREDAR, DAN TINGKAT PENDAPATAN TERHADAP

5

LEMBAR PERNYATAAN

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya susun

sebagai syarat untuk memperoleh gelar S1 dari Universitas Negeri Islam Syarif

Hidayatullah Jakarta seluruhnya merupakan hasil karya sendiri.

Adapun bagian-bagian tertentu dalam penulisan Skripsi yang saya kutip

dari hasil orang lain telah dituliskan sumbernya secara jelas sesuai dengan norma,

kaidah dan etika penulisan ilmiah.

Apabila di kemudian hari ditemukan seluruh atau sebagian Skripsi ini

bukan hasil karya saya sendiri, saya bersedia menerima sanksi pencabutan gelar

akademik yang saya sandang dan sanksi-sanksi lainnya sesuai dengan peraturan

perundangan yang berlaku.

Jakarta, 19 September 2010

Rizki Ansori

Page 6: ANALISIS PENGARUH TINGKAT INFLASI, SBI, JUMLAH UANG ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41230/1/RIZKI ANSORI-FEB.pdf · UANG BEREDAR, DAN TINGKAT PENDAPATAN TERHADAP

6

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Rizki Ansori

Tempat/Tanggal Lahir : Pontianak, 9 September 1986

Jenis Kelamin : Laki-laki

Agama : Islam

Alamat : Jl. Cipinang Kebembem Rt.002 Rw.010 No.38B

Jakarta Timur

Telepon : 021-91152402

Pendidikan :

2004 – 2010 Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri

Syarif Hidayatullah Jakarta

2001 – 2004 SMU Negeri 36 Jakarta

1998 – 2001 SLTP Negeri 44 Jakarta

1996 – 1998 SD Negeri 13 Pagi Jakarta

1992 – 1996 SD Negeri 37 Pontianak

Page 7: ANALISIS PENGARUH TINGKAT INFLASI, SBI, JUMLAH UANG ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41230/1/RIZKI ANSORI-FEB.pdf · UANG BEREDAR, DAN TINGKAT PENDAPATAN TERHADAP

7

ABSTRACT

This research has a purpose to provide empirical evidences about the inflation, SBI, money supply, and income value, to rupiah exchange rate to US dollar in Indonesia. The sample is Bank of Indonesia at periode 2006 – 2009. The statistic methode uses to test on the research hypothesis is multiple regression methode.

The multiple regression test indicated that variable of inflation, SBI, money supply, and income value are simultaneously influence to exchange rate, and the most influential variable is money supply. This result also showed that the exchange rate is 74,7% explained by inflation, SBI, money supply, and income value, and 25,3% explained by another variables.

Keyword : inflation, SBI, money supply, income value, exchange rate.

Page 8: ANALISIS PENGARUH TINGKAT INFLASI, SBI, JUMLAH UANG ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41230/1/RIZKI ANSORI-FEB.pdf · UANG BEREDAR, DAN TINGKAT PENDAPATAN TERHADAP

8

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk memberikan bukti empiris tentang pengaruh inflasi, SBI, jumlah uang beredar, dan tingkat pendapatan terhadap nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika di Indonesia. Sampel penelitian ini adalah Bank Indonesia pada periode 2006 – 2009. Metode statistik yang digunakan untuk menguji hipotesis penelitian adalah metode regresi berganda.

Hasil uji regresi menunjukkan bahwa variabel inflasi, SBI, jumlah uang beredar, dan tingkat pendapatan secara simultan berpengaruh terhadap nilai tukar, dan variabel yang paling mempengaruhi adalah jumlah uang beredar. Penelitian ini juga menunjukkan bahwa variabel nilai tukar dapat dijelaskan oleh variabel inflasi, SBI, jumlah uang beredar, dan tingkat pendapatan sebesar 74,7% sedangkan sisanya sebesar 25,3% dijelaskan oleh variabel lain.

Kata kunci : inflasi, SBI, jumlah uang beredar, tingkat pendapatan, nilai tukar.

Page 9: ANALISIS PENGARUH TINGKAT INFLASI, SBI, JUMLAH UANG ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41230/1/RIZKI ANSORI-FEB.pdf · UANG BEREDAR, DAN TINGKAT PENDAPATAN TERHADAP

9

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahi Robbil Alamin, segala puji hanya bagi Allah SWT. Semoga kita selalu mendapat rahmat dan hidayah-Nya, semoga kita berada pada jalan yang benar menurut kehendak-Nya. Shalawat dan salam kita ucapkan untuk Nabi besar kita yaitu Nabi Muhammad SAW.

Alhamdulillahi Robbil Alamin, atas selesainya skripsi ini yang berjudul “Analisis Pengaruh Tingkat Inflasi, SBI, Jumlah Uang Beredar, dan Tingkat Pendapatan terhadap Nilai Tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika”. Dengan berbagai keterbatasan kemampuan, pengetahuan, dan pengalaman yang dimiliki, penulis menyadari masih banyak kekurangan-kekurangan dalam penulisan skripsi ini dan masih jauh dari sempurna. Namun penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Pembuatan dan hasil skripsi yang telah jadi ini merupakan suatu anugerah yang indah dari Sang Pencipta yang selalu menunjukkan jalan dengan cara-Nya dan atas doa-doa yang dikabulkan-Nya. Pembuatan skripsi ini juga tak lepas dari bantuan berbagai pihak. Untuk itu ucapan terima kasih yang dalam penulis sampaikan kepada pihak-pihak dan orang-orang yang telah membantu dan semoga semuanya mendapat perlindungan-Nya.

Mama dan Bapak ku tercinta, yang selalu memberi limpahan perhatian, kasih sayang, dukungan moral dan spiritual serta material kepada penulis. Perhatian dan kasih sayang yang diberikan menjadikan semangat dan motivasi untuk meneruskan perjuangan hidup. Untuk keluarga besar ku di Jakarta dan di Pontianak yang telah memberikan motivasinya supaya skripsi ini cepat terselesaikan.

Bapak Prof. Dr. Abdul Hamid, MS, selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Bapak Prof. Dr. Ahmad Rodoni, MM, selaku Pembantu Dekan Bidang Akademik Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Sekaligus sebagai pembimbing I yang telah memberikan saran-saran, pengetahuan, petunjuk, dan meluangkan waktunya hingga skripsi ini selesai.

Bapak Arief Mufraini Lc, Msi, selaku dosen tetap di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Sekaligus sebagai pembimbing II yang telah memberikan banyak masukan-masukan, petunjuk, dan telah meluangkan waktunya hingga skripsi ini terselesaikan.

Page 10: ANALISIS PENGARUH TINGKAT INFLASI, SBI, JUMLAH UANG ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41230/1/RIZKI ANSORI-FEB.pdf · UANG BEREDAR, DAN TINGKAT PENDAPATAN TERHADAP

10

Bapak Indoyama Nasarudin SE, M.AB, selaku Ketua Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Yang telah memberikan ilmunya selama penulis masih duduk di bangku perkuliahan, dan terima kasih juga telah memberikan dorongan dan semangat kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

Kepada seluruh dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis yang telah memberikan ilmunya kepada penulis selama duduk di bangku perkuliahan. Kemudian untuk seluruh staf akademik, staf keuangan, dan staf perpustakaan, terima kasih atas berbagai bantuannya.

Terima kasih juga kepada teman-teman seperjuangan yang bersama-sama saling membantu, tukar-menukar informasi, dan berjuang bersama dalam suka dan duka yaitu, Dzikri, Purwo, Gelar, Bambang, Zuhdi, Doni, Sandhy, Rama, Kosasih, Alfian, Wira, Dhana, Bayu, Angga, Dira, Ika, dan semua teman-teman manajemen D angkatan 2004. Terima kasih kawan atas bantuan dan pertolongan kalian.

Dengan selesainya skripsi ini, penulis menyadari banyak kekurangan dan kesalahan dalam penulisannya, untuk itu masukan atau saran-saran yang membangun diharapkan dapat membuat lebih baik lagi. Semoga skripsi ini dapat berguna bagi kita semua.

Jakarta , 24 Agustus 2010

Rizki Ansori

(Penulis)

Page 11: ANALISIS PENGARUH TINGKAT INFLASI, SBI, JUMLAH UANG ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41230/1/RIZKI ANSORI-FEB.pdf · UANG BEREDAR, DAN TINGKAT PENDAPATAN TERHADAP

11

DAFTAR ISI

Daftar Riwayat Hidup ……………………………………………………. i

Abstract………………………………………………………………….... ii

Abstrak……………………………………………………………………. iii

Kata Pengantar……………………………………………………………. iv

Daftar Isi…………………………………………………………………... vii

Daftar Tabel.................................................................................................. ix

Daftar Gambar.............................................................................................. x

Daftar Lampiran............................................................................................ xi

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah………………………………………………... 1 B. Identifikasi Masalah……………………………………………………. 11 C. Batasan Masalah………………………………………………………... 11 D. Perumusan Masalah…………………………………………………….. 11 E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian……………………………………….. 12 BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori…………………………………………………………. 14 1. Sejarah Uang………………………………………………………... 14 2. Pengertian Bank…………………………………………………….. 16

B. Nilai Tukar (Kurs)……………………………………………………… 18 1. Penentuan Nilai Tukar……………………………………………..... 19 2. Sistem Kurs Mata Uang…………………………………………….. 19 3. Sejarah Perkembangan Nialai Tukar di Indonesia………………….. 22

C. Tingkat Inflasi………………………………………………………….. 23 1. Pengertian Inflasi……………………………………………………. 23 2. Metode Penghitungan Inflasi……………………………………….. 24 3. Jenis Inflasi…………………………………………………………. 26 4. Teori Yang Berkaitan dengan Inflasi……………………………….. 28 5. Hubungan antara Inflasi dengan Nilai Tukar Rupiah………..……… 29

D. Tingkat Suku Bunga……………………………………………………. 32 1. Pengertian Suku Bunga…………………………………………….... 32 2. Unsur-unsur di dalam Tingkat Suku Bunga……………………...….. 34 3. Pengertian Sertifikat Bank Indonesia……………………………….. 35 4. Tujuan Penerbitan Sertifikat Bank Indonesia……………………….. 36 5. Dasar Hukum Sertifikat Bank Indonesia…………………………..... 36

Page 12: ANALISIS PENGARUH TINGKAT INFLASI, SBI, JUMLAH UANG ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41230/1/RIZKI ANSORI-FEB.pdf · UANG BEREDAR, DAN TINGKAT PENDAPATAN TERHADAP

12

6. Karakteristik sertifikat Bank Indonesia…………………………….... 36 7. Fungsi Suku Bunga………………………………………………….. 38 8. Hubungan Tingkat Suku Bunga dengan Nilai Tukar Rupiah……..… 39

E. Jumlah Uang Beredar………………....………………………………… 39 1. Pengertian Jumlah Uang Beredar………………………………….... 39 2. Konsep dan Definisi Jumlah Uang Beredar………………………..... 42 3. Hubungan Jumlah Uang Beredar dengan Nilai Tukar Rupiah………. 44

F. Tingkat Pendapatan…………………………………………………...... 45 1. Pengertian Tingkat Pendapatan………………………………..……. 45 2. Konsep Pendapatan Nasional……………………………...………… 45 3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tingkat Pendapatan…...……….. 49 4. Hubungan Tingkat Pendapatan dengan Nilai Tukar Rupiah…...……. 51

G. Kerangka Pemikiran…………………………………………………….. 51 H. Hipotesis………………………………………………………………… 55 I. Penelitian Terdahulu……………………………………...…………….. 55 BAB III METODE PENELITIAN

A. Ruang Lingkung Penelitian…………………………………...………... 58 B. Metode Penentuan Sampel……………...…….………………………… 58 C. Metode Pengumpulan Data………………………..………………….... 59 D. Metode Analisis………………………...………………………………. 59 E. Operasional Variabel Penelitian………………………………………… 65 BAB IV PEMBAHASAN

A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian…………………………….. 69 1. Sejarah Singkat Lembaga Keuangan di Indonesia..………………… 69 2. Sejarah Singkat Bank Indonesia………………………..…………… 71

B. Pengolahan dan Analisis Deskriptif…………………………………….. 72 1. Analisis Deskriptif Variabel………..……………………………….. 73

a. Deskriptif variabel Tingkat Inflasi………………………………. 73 b. Deskriptif variabel SBI………………………………………….. 74 c. Deskriptif variabel Jumlah Uang Beredar……………………….. 75 d. Deskriptif variabel Tingkat Pendapatan…………………………. 77 e. Deskriptif variabel Nikai Tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika. 78

C. Hasil Uji Asumsi Klasik………………………………………………… 79 a. Hasil Uji Normalitas Data….……………………………………….. 79 b. Hasil Uji Multikolinearitas…………………...……………………… 81 c. Hasil Uji Autokorelasi……………………..………………………... 82 d. Hasil Uji Heterokedastisitas…………………..…………………….. 83

D. Pengujian Hipotesis…………………………………………………….. 84 a. Uji Koefisien Determinasi (R2)……….………………………….…. 84 b. Uji Pengaruh Simultan (Uji F)……………..……………………….. 85 c. Uji Signifikan Parameter Individual/Parsial (Uji t)…...…………….. 85

E. Hasil Analisis Regresi Berganda…...…………………………………... 87

Page 13: ANALISIS PENGARUH TINGKAT INFLASI, SBI, JUMLAH UANG ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41230/1/RIZKI ANSORI-FEB.pdf · UANG BEREDAR, DAN TINGKAT PENDAPATAN TERHADAP

13

BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI

A. Kesimpulan………...…………………………………………………… 90 B. Implikasi……………………………...………………………………… 91 C. Saran…………………...……………………………………………….. 91 DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Page 14: ANALISIS PENGARUH TINGKAT INFLASI, SBI, JUMLAH UANG ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41230/1/RIZKI ANSORI-FEB.pdf · UANG BEREDAR, DAN TINGKAT PENDAPATAN TERHADAP

14

DAFTAR TABEL

Nomor Keterangan Halaman

4.1 Tabel Tingkat Inflasi 73

4.2 Tabel Suku Bunga SBI 74

4.3 Tabel Jumlah Uang Beredar 75

4.4 Tabel Tingkat Pendapatan relatif impor 77

4.5 Tabel Nilai Tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika 78

4.6 Hasil Uji Multikolinearitas 81

4.7 Hasil Uji Autokorelasi 82

4.8 Hasil Koefisien Determinasi 84

4.9 Hasil Uji Statistik F (Anova) 85

4.10 Hasil Uji Regresi Berganda (Uji Coefficient) 86

Page 15: ANALISIS PENGARUH TINGKAT INFLASI, SBI, JUMLAH UANG ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41230/1/RIZKI ANSORI-FEB.pdf · UANG BEREDAR, DAN TINGKAT PENDAPATAN TERHADAP

15

DAFTAR GAMBAR

Nomor Keterangan Halaman

2.1 Skema Kerangka Pemikiran 54

4.1 Grafik Normal Probability Plot (Uji Normalitas) 80

4.2 Grafik Scatterplot (Uji Heterokedastisitas) 83

Page 16: ANALISIS PENGARUH TINGKAT INFLASI, SBI, JUMLAH UANG ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41230/1/RIZKI ANSORI-FEB.pdf · UANG BEREDAR, DAN TINGKAT PENDAPATAN TERHADAP

16

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Keterangan

Hasil Output SPSS 16

Data Variabel-Variabel Penelitian (Inflasi, SBI, Jumlah Uang Beredar, Tingkat Pendapatan, Nilai Tukar Rupiah)

Page 17: ANALISIS PENGARUH TINGKAT INFLASI, SBI, JUMLAH UANG ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41230/1/RIZKI ANSORI-FEB.pdf · UANG BEREDAR, DAN TINGKAT PENDAPATAN TERHADAP

17

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Berkembangnya proses globalisasi, dimana seperti tidak adanya batas

antar negara di dunia serta nampaknya setiap negara menjadi terintegrasi, maka

kegiatan atau aktivitas ekonomi pun sekarang juga telah menjadi satu kesatuan

yang global (globally unified). Perubahan yang terjadi pada ekonomi suatu negara,

secara cepat mempengaruhi ekonomi negara lain terutama negara-negara yang

menjadi partner ekonomi atau mempunyai hubungan ekonomi yang sangat erat.

Kompleksitas sistem pembayaran dalam perdagangan internasional

semakin bertambah tinggi dalam kondisi perekonomian global seperti yang

berkembang akhir-akhir ini. Hal tersebut terjadi akibat semakin besarnya volume

dan keanekaragaman barang dan jasa yang akan diperdagangkan di negara lain.

Oleh karena itu upaya untuk meraih manfaat dari globalisasi ekonomi harus

didahului upaya untuk menentukan kurs valuta asing pada tingkat yang

menguntungkan. Penentuan kurs valuta asing menjadi pertimbangan penting bagi

negara yang terlibat dalam perdagangan internasional karena kurs valuta asing

berpengaruh besar terhadap biaya dan manfaat dalam perdagangan internasional

(Hadori Yunus 2006).

Posisi penting kurs valuta asing dalam perdagangan internasional

mengakibatkan berbagai konsep yang berkaitan dengan kurs valuta asing

mengalami perkembangan dalam upaya mengetahui faktor-faktor yang

mempengaruhi kurs valuta asing. Konsep-konsep yang berkaitan dengan

Page 18: ANALISIS PENGARUH TINGKAT INFLASI, SBI, JUMLAH UANG ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41230/1/RIZKI ANSORI-FEB.pdf · UANG BEREDAR, DAN TINGKAT PENDAPATAN TERHADAP

18

penentuan kurs valuta asing mulai mendapat perhatian besar dari ahli ekonomi

terutama sejak kelahiran kurs mengambang pada tahun 1973. Sejak saat itu kurs

valuta asing dibiarkan berfluktuasi sesuai dengan fluktuasi variabel-variabel yang

mempengaruhinya (Tri Wibowo dan Amir Hidayat 2005).

Perubahan-perubahan dalam aktivitas ekonomi ini biasanya tercermin

dalam perubahan atau fluktuasi nilai mata uang. Dan tentu saja, konsekuensinya

bagi perusahaan-perusahaan multinasional atau perusahaan-perusahaan eksportir

atau importir akan menghadapi kecemasan-kecemasan dalam hal devaluasi atau

revaluasi. Belum lagi mengantisipasi aktivitas para spekulan mata uang yang

kadang cukup signifikan mempengaruhi nilai mata uang (Tri Wibowo dan Amir

Hidayat 2005).

Tentu saja perubahan-perubahan kurs yang fluktuatif di dalam negeri dan

luar negeri tidak dapat terlepas dari pengawasan Bank Indonesia dan Bank Dunia.

Inilah fungsi dari Bank Indonesia untuk mengatur kebijakan moneter di dalam

negeri yang membuat nilai tukar (kurs) Rupiah tetap stabil (Tri Wibowo dan Amir

Hidayat 2005).

Perbankan merupakan salah satu faktor ekonomi yang sangat penting

perannya dalam pembangunan ekonomi Indonesia terutama dalam menghadapi

era pasar bebas dan globalisasi, baik sebagai perantara antara sektor defisit dan

sektor surplus maupun sebagai agent of development yang dalam hal ini masih

dibebankan pada bank-bank pemerintah (Dedy,2003:3).

Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam

bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit

Page 19: ANALISIS PENGARUH TINGKAT INFLASI, SBI, JUMLAH UANG ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41230/1/RIZKI ANSORI-FEB.pdf · UANG BEREDAR, DAN TINGKAT PENDAPATAN TERHADAP

19

atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak

(Undang-undang Republik Indonesia No. 10 Tahun 1998 tentang Perbankan).

Bank memiliki fungsi yaitu untuk menarik uang dari masyarakat dan

menyalurkannya kepada masyarakat, oleh karena itu bank harus memiliki kinerja

yang baik yang di capai dari semua aktivitas usahanya (Martono 2004).

Bank Indonesia (BI) adalah lembaga negara yang independen.

Pemerintah atau pihak lainnya dilarang melakukan campur tangan terhadap

pelaksanaan tugas Bank Indonesia. Bank Indonesia wajib menolak atau

mengabaikan segala bentuk campur tangan. Pelanggaran terhadap larangan

campur tangan maupun terhadap kewajiban untuk menolak campur tangan, di

ancam penjara minimal 2 tahun dan maksimal denda minimal Rp 2 Milyar dan

maksimal Rp 5 Milyar (Undang-Undang No. 23 Tahun 199 Tentang Bank

Indonesia Pasal 67,68). (Bank Indonesia)

Masih sangat melekat dalam ingatan kita bersama atas pengaruh krisis

keuangan yang terjadi di Indonesia beberapa waktu yang lalu, dimana hampir

seluruh lapisan masyarakat harus ikut menanggung akibatnya. Jumlah

pengangguran yang meningkat tajam, kurs nilai tukar yang tidak stabil, serta

tipisnya kadar kepercayaan masyarakat terhadap industri perbankan merupakan

faktor-faktor yang masih terus diupayakan perbaikannya. (Bank Indonesia)

Krisis dimaksud tidak terlepas dari kurangnya kesiapan infrastruktur

dalam sistim keuangan Indonesia dalam mengantisipasi tekanan-tekanan yang

berasal dari external atau pasar internasional, serta belum adanya prosedur

resolusi dari krisis yang bersifat baku dan diterima oleh semua pihak. (Bank

Indonesia)

Page 20: ANALISIS PENGARUH TINGKAT INFLASI, SBI, JUMLAH UANG ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41230/1/RIZKI ANSORI-FEB.pdf · UANG BEREDAR, DAN TINGKAT PENDAPATAN TERHADAP

20

Menjaga stabilitas nilai tukar rupiah adalah tujuan Bank Indonesia

sebagaimana diamanatkan Undang-Undang No. 23 tahun 1999 tentang Bank

Indonesia. Untuk menjaga stabilitas rupiah itu perlu disokong pengaturan dan

pengelolaan akan kelancaran Sistem Pembayaran Nasional (SPN). Kelancaran

SPN ini juga perlu didukung oleh infrastruktur yang handal (robust). Jadi,

semakin lancar dan handal SPN, maka akan semakin lancar pula transmisi

kebijakan moneter yang bersifat time critical. Bila kebijakan moneter berjalan

lancar maka muaranya adalah stabilitas nilai tukar. (Bank Indonesia)

BI adalah lembaga yang mengatur dan menjaga kelancaran SPN. Sebagai

otoritas moneter, bank sentral berhak menetapkan dan memberlakukan kebijakan

SPN. Selain itu, BI juga memiliki kewenangan memeberikan persetujuan dan

perizinan serta melakukan pengawasan (oversight) atas SPN. Menyadari

kelancaran SPN yang bersifat penting secara sistem (systemically important),

bank sentral memandang perlu menyelenggarakan sistem settlement antar bank

melalui infrastruktur BI-Real Time Gross Settlement (BI-RTGS). (Bank

Indonesia)

Selain itu masih ada tugas BI dalam SPN, misalnya, peran sebagai

penyelenggara sistem kliring antarbank untuk jenis alat-alat pembayaran tertentu.

Bank sentral juga adalah satu-satunya lembaga yang berhak mengeluarkan dan

mengedarkan alat pembayaran tunai seperti uang rupiah. (Bank Indonesia)

Berbekal kewenangan itu, BI pun menetapkan sejumlah kebijakan dari

komponen SPN ini. Misalnya, alat pembayaran apa yang boleh dipergunakan di

Indonesia. BI juga menentukan standar alat-alat pembayaran tadi serta pihak-

Page 21: ANALISIS PENGARUH TINGKAT INFLASI, SBI, JUMLAH UANG ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41230/1/RIZKI ANSORI-FEB.pdf · UANG BEREDAR, DAN TINGKAT PENDAPATAN TERHADAP

21

pihak yang dapat menerbitkan atau memproses alat-alat pembayaran tersebut. BI

juga berhak menetapkan lembaga-lembaga yang dapat menyelenggarakan sistem

pembayaran. Ambil contoh, sistem kliring atau transfer dana, baik suatu sistem

utuh atau hanya bagian dari sistem saja. Bank sentral juga memiliki kewenangan

menunjuk lembaga yang bisa menyelenggarakan sistem settlement. Pada akhirnya

BI juga mesti menetapkan kebijakan terkait pengendalian resiko, efisiensi serta

tata kelola (governance) SPN. (Bank Indonesia)

Di sisi alat pembayaran tunai, Bank Indonesia merupakan satu-satunya

lembaga yang berwenang untuk mengeluarkan dan mengedarkan uang Rupiah

serta mencabut, menarik dan memusnahkan uang dari peredaran. Terkait dengan

peran BI dalam mengeluarkan dan mengedarkan uang, Bank Indonesia senantiasa

berupaya untuk dapat memenuhi kebutuhan uang kartal di masyarakat baik dalam

nominal yang cukup, jenis pecahan yang sesuai, tepat waktu, dan dalam kondisi

yang layak edar (clean money policy). Untuk mewujudkan clean money policy

tersebut, pengelolaan pengedaran uang yang dilakukan oleh Bank Indonesia

dilakukan mulai dari pengeluaran uang, pengedaran uang, pencabutan dan

penarikan uang sampai dengan pemusnahan uang. (Bank Indonesia)

Sebelum melakukan pengeluaran uang Rupiah, terlebih dahulu dilakukan

perencanaan agar uang yang dikeluarkan memiliki kualitas yang baik sehingga

kepercayaan masyarakat tetap terjaga. Perencanaan yang dilakukan Bank

Indonesia meliputi perencanaan pengeluaran emisi baru dengan

mempertimbangkan tingkat pemalsuan, nilai intrinsik serta masa edar uang. Selain

itu dilakukan pula perencanaan terhadap jumlah serta komposisi pecahan uang

Page 22: ANALISIS PENGARUH TINGKAT INFLASI, SBI, JUMLAH UANG ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41230/1/RIZKI ANSORI-FEB.pdf · UANG BEREDAR, DAN TINGKAT PENDAPATAN TERHADAP

22

yang akan dicetak selama satu tahun kedepan. Berdasarkan perencanaan tersebut

kemudian dilakukan pengadaan uang baik untuk pengeluaran uang emisi baru

maupun pencetakan rutin terhadap uang emisi lama yang telah dikeluarkan. (Bank

Indonesia)

Uang Rupiah yang telah dikeluarkan tadi kemudian didistribusikan atau

diedarkan di seluruh wilayah melalui Kantor Bank Indonesia. Kebutuhan uang

Rupiah di setiap kantor Bank Indonesia didasarkan pada jumlah persediaan,

keperluan pembayaran, penukaran dan penggantian uang selama jangka waktu

tertentu. Kegiatan distribusi dilakukan melalui sarana angkutan darat, laut dan

udara. Untuk menjamin keamanan jalur distribusi senantiasa dilakukan baik

melalui pengawalan yang memadai maupun dengan peningkatan sarana sistem

monitoring. (Bank Indonesia)

Kegiatan pengedaran uang juga dilakukan melalui pelayanan kas kepada

bank umum maupun masyarakat umum. Layanan kas kepada bank umum

dilakukan melalui penerimaan setoran dan pembayaran uang Rupiah. Sedangkan

kepada masyarakat dilakukan melalui penukaran secara langsung melalui loket-

loket penukaran di seluruh kantor Bank Indonesia atau melalui kerjasama dengan

perusahaan yang menyediakan jasa penukaran uang kecil. (Bank Indonesia)

Kebijakan pengendalian inflasi hingga saat ini masih menjadi perhatian

utama kebijakan perekonomian nasional terutama yang selama ini dijalankan oleh

otoritas moneter di dalam negeri (Iswardono, 2001). Untuk mewujudkan

kebijakan tersebut, pihak Bank Indonesia menerapkan model inflation targetting

ke dalam rumusan kebijakan pengendalian perekonomian nasional. Kebijakan ini

Page 23: ANALISIS PENGARUH TINGKAT INFLASI, SBI, JUMLAH UANG ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41230/1/RIZKI ANSORI-FEB.pdf · UANG BEREDAR, DAN TINGKAT PENDAPATAN TERHADAP

23

lebih banyak mengkonsentrasikan pencapaian sasarannya dengan menggunakan

instrumen kebijakan moneter, yaitu instrumen tingkat suku bunga (Suhaedi, et al,

2000). Instrumen lainnya juga dilakukan untuk dapat mengendalikan jumlah

peredaran uang atau jumlah uang beredar. Pada aspek yang lebih luas, pihak

otoritas moneter juga tidak mengabaikan instrumen kebijakan yang dapat

mempengaruhi fluktuasi nilai tukar mata uang Rupiah terhadap mata uang asing

(USDollar).

Berdasarkan sasaran kebijakan moneter yang saat ini sedang dijalankan

oleh pihak otoritas moneter (Bank Indonesia), akan dilakukan analisis terhadap

pengaruh jumlah uang beredar, nilai tukar Rupiah terhadap US Dollar, dan tingkat

suku bunga terhadap tingkat inflasi di Indonesia. Teori yang digunakan untuk

membentuk model penelitian didasarkan pada teori permintaan uang dari Keynes,

teori inflasi, dan teori paritas daya beli yang dikemukakan oleh Cassel pada tahun

1922. Model yang dituliskan adalah model yang sebelumnya digunakan oleh

Sasana (2004) yang selanjutnya dimodifkasi dengan memfokuskan pada tiga

variabel yang mempengaruhi inflasi, yaitu jumlah uang beredar, nilai tukar

Rupiah, dan tingkat suku bunga.

Kita ketahui di Indonesia terdapat dua jenis bank ditinjau dari prinsipnya.

Yang pertama adalah bank konvensional. Bank konvensional adalah bank yang

menghimpun dana dari masyarakat serta menyalurkannya kepada pihak-pihak

kekurangan dana dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Yang

kedua adalah bank syariah. Bank syariah adalah bank yang menghimpun dana dari

masyarakat dan menyalurkannya kepada pihak-pihak kekurangan dana dalam

rangka mensejahterakan rakyat dan berdasarkan prinsip-prinsip syariat Islam.

Page 24: ANALISIS PENGARUH TINGKAT INFLASI, SBI, JUMLAH UANG ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41230/1/RIZKI ANSORI-FEB.pdf · UANG BEREDAR, DAN TINGKAT PENDAPATAN TERHADAP

24

Jika dicermati dari pengertian kedua macam bank di atas, sekilas tidak

ada perbedaan dalam tujuannya, namun walaupun keduanya diregulasi oleh Bank

Indonesia, prinsip yang membedakan kedua bank tersebut.

Bank konvensional dalam menjalankan aktivitasnya memakai bunga

sebagai pendapatan dalam memperoleh keuntungan. Bunga dalam bank

konvensional didapat dari pendapatan bank yang disebut interest margin. Pada

pemberian kredit yang dilakukan bank konvensional, unsur bunga sangat berperan

penting. Dengan demikian bahwa bunga dalam bank konvensional diakui sebagai

pendapatan bank konvensional. Tetapi, tingkat suku bunga yang fluktuatif

kadang-kadang menjadi masalah di bank konvensional dalam memberikan atau

mengajukan persentase bunga dari pemberian kredit yang dilakukan. (Dahlan

Siamat 2004)

Krisis yang melanda dunia perbankan Indonesia sejak tahun 1997 telah

menyadarkan semua pihak bahwa perbankan dengan sistem konvensional bukan

merupakan satu-satunya sistem yang dapat diandalkan, tetapi ada sistem

perbankan lain yang lebih tangguh karena menawarkan prinsip keadilan dan

keterbukaan, yaitu Perbankan Syariah. (Dahlan Siamat 2004)

Perbankan Syariah mempunyai prinsip bagi hasil yang berbeda dengan

perbankan konvensional, yang ternyata lebih tangguh dan terbukti mampu

bertahan pada saat krisis moneter. Bahkan, sistem perbankan syariah saat ini lebih

berkembang dan menjadi alternatif menarik bagi kalangan pengusaha sebagai

pelaku bisnis, akademisi sebagai penyedia sumber daya manusia dan masyarakat

sebagai pengguna jasa perbankan. (Martono 2004)

Page 25: ANALISIS PENGARUH TINGKAT INFLASI, SBI, JUMLAH UANG ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41230/1/RIZKI ANSORI-FEB.pdf · UANG BEREDAR, DAN TINGKAT PENDAPATAN TERHADAP

25

Bank berdasarkan prinsip syariah atau bank syariah atau bank Islam,

seperti halnya konvensional, juga berfungsi sebagai suatu lembaga intermediasi

(Intermediary institution), yaitu menyerap dana dari masyarakat dan menyalurkan

kembali dana-dana tersebut kepada masyarakat yang membutuhkannya dalam

bentuk fasilitas pembiayaan. Bedanya hanyalah bahwa bank syariah melakukan

kegiatan usahanya tidak berdasarkan bunga tetapi berdasarkan prinsip syariah,

yaitu prinsip pembagian keuntungan (Profit lost sharing principle). (Martono

2004)

Berdasarkan sudut pandang teori makroekonomi, ada empat faktor yang

bisa mempengaruhi nilai tukar, yaitu tingkat suku bunga, tingkat inflasi, peredaran

uang dan neraca pembayaran. Ketiga faktor yang pertama merupakan faktor-

faktor yang sangat penting dalam mempengaruhi atau menentukan nilai tukar.

Sedangkan neraca pembayaran merupakan faktor yang cukup kompleks, karena

dalam pendekatannya mempertimbangkan lebih banyak faktor ekonomi dibanding

ketiga lainnya yang diatas. (Hadori Yunus 2006)

Beban bunga utang pemerintah merupakan salah satu dampak dari

tingkat inflasi, suku bunga, jumlah uang yang beredar dan nilai tukar Rupiah

terhadap Dollar AS. Tahun lalu pemerintah Indonesia menikmati penurunan

beban bunga utang yang didukung oleh penguatan nilai tukar Rupiah sejak

September 2009. Meski nilai tukar Rupiah tahun ini diprediksi bisa menembus

level di bawah Rp 9.000 per Dollar AS, pemerintah belum bisa memastikan beban

bunga utang pada tahun 2010 bisa lebih rendah (bi.go.id).

Pemerintah menilai penghematan 2009 dapat terjadi karena stabilitas

ekonomi sangat terjaga yang mengakibatkan meningkatnya kepercayaan pasar

Page 26: ANALISIS PENGARUH TINGKAT INFLASI, SBI, JUMLAH UANG ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41230/1/RIZKI ANSORI-FEB.pdf · UANG BEREDAR, DAN TINGKAT PENDAPATAN TERHADAP

26

terhadap pengelolaan fiskal yang kredibel dan pengelolaan utang yang hati-hati

(prudent). Ini menyebabkan penurunan biaya pinjaman. Sementara terjadi

penguatan nilai mata uang Rupiah.

Untuk tahun 2010 ini belum ada kemungkinan perhitungan penghematan

biaya pembayaran utang. “Asumsi nilai tukar baru akan di muthakirkan, jadi kami

belum mau berspekulasi berapa penurunannya,” ujar Kepala Badan Kebijakan

Fiskal Departemen Keuangan, Anggito Abimayu.

Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati, mengatakan, perubahan

asumsi nilai tukar Rupiah akan mengubah postur anggaran negara. Salah satunya

adalah biaya pembayaran utang. “Kita lihat nanti, tetapi yang jelas seluruh postur

pasti akan berubah,” ujar Sri Mulyani.

Dalam APBN 2010, asumsi nilai tukar Rupiah di tetapkan Rp10.000 per

Dollar AS. Menurut Ekonom Bank Danamon, Helmi Arman, perubahan asumsi

nilai tukar Rupiah menjadi Rp9.500 per Dollar AS cukup realistis.

Dampak perubahan nilai tukar Rupiah terhadap Dollar AS ini cukup

mempengaruhi dunia perbankan apabila nasabahnya menabung dengan valas atau

transaksi valas, banyak bank-bank yang tutup atau terkena likuidasi akibat

melemahnya nilai tukar Rupiah terhadap Dollar AS karena harus menanggung

beban bunga nasabahnya. Atas dasar inilah penulis mengambil judul skripsi

“Analisis Pengaruh Tingkat Inflasi, SBI, Jumlah Uang Yang Beredar, dan

Tingkat Pendapatan Terhadap Nilai Tukar Rupiah Terhadap Dollar

Amerika”.

Page 27: ANALISIS PENGARUH TINGKAT INFLASI, SBI, JUMLAH UANG ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41230/1/RIZKI ANSORI-FEB.pdf · UANG BEREDAR, DAN TINGKAT PENDAPATAN TERHADAP

27

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut di atas dapat di

identifikasikan masalah sebagai berikut:

1. Adanya sentimen pasar lebih banyak disebabkan oleh rumor atau berita-

berita politik yang bersifat insidentil, yang dapat mendorong harga valas

naik atau turun secara tajam dalam jangka pendek.

2. Adanya faktor fundamental berkaitan dengan indikator-indikator ekonomi

seperti inflasi, suku bunga, ekspektasi pasar dan intervensi Bank Sentral.

3. Adanya faktor teknis berkaitan dengan kondisi penawaran dan permintaan

devisa pada saat-saat tertentu. Apabila ada kelebihan permintaan,

sementara penawaran tetap, maka harga valas akan naik dan sebaliknya.

C. Batasan Masalah

Agar dalam penyusunan dan penulisan skripsi ini terfokus pada ruang

lingkup penelitian, maka penulis membatasi permasalahan pada “Analisis

Pengaruh Tingkat Inflasi, SBI, Jumlah Uang Yang Beredar, dan Tingkat

Pendapatan Terhadap Nilai Tukar Rupiah Terhadap Dollar Amerika”.

D. Perumusan Masalah

1. Apakah kenaikan Tingkat Inflasi, SBI, Jumlah Uang Beredar, dan Tingkat

Pendapatan dapat mempengaruhi Nilai Tukar Rupiah Terhadap US Dollar

secara parsial?

Page 28: ANALISIS PENGARUH TINGKAT INFLASI, SBI, JUMLAH UANG ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41230/1/RIZKI ANSORI-FEB.pdf · UANG BEREDAR, DAN TINGKAT PENDAPATAN TERHADAP

28

2. Bagaimana pengaruh Nilai Tukar Rupiah terhadap US Dollar atas

kenaikan Tingkat Inflasi, SBI, Jumlah Uang Beredar, dan Tingkat

Pendapatan secara simultan?

E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

Adapun tujuan penelitian yang ingin dicapai adalah :

1. Untuk menganalisis pengaruh Tingkat Inflasi, SBI, Jumlah Uang Beredar,

dan Tingkat Pendapatan terhadap Nilai Tukar Rupiah terhadap Dollar

Amerika secara simultan.

2. Untuk menganalisis pengaruh Tingkat Inflasi, SBI, Jumlah Uang Beredar,

dan Tingkat Pendapatan terhadap Nilai Tukar Rupiah terhadap Dollar

Amerika secara parsial.

3. Untuk menentukan variabel yang paling dominan.

Adapun kegunaan penelitian :

1. Bagi penulis

Mendapatkan pengetahuan mengenai dunia perbankan dan

mendapatkan pengetahuan mengenai Inflasi, SBI, Jumlah Uang Beredar,

dan Tingkat Pendapatan terutama yang mencakup teori ekonomi makro.

Dan juga untuk mengetahui pengaruh Tingkat Inflasi, SBI, Jumlah Uang

Beredar dan Tingkat Pendapatan terhadap Nilai Tukar Rupiah terhadap US

Dollar.

Page 29: ANALISIS PENGARUH TINGKAT INFLASI, SBI, JUMLAH UANG ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41230/1/RIZKI ANSORI-FEB.pdf · UANG BEREDAR, DAN TINGKAT PENDAPATAN TERHADAP

29

2. Bagi Bank

Yaitu sebagai acuan dalam melihat perubahan Nilai Tukar Rupiah

terhadap US Dollar melalui pengaruh Tingkat Inflasi, SBI, Jumlah Uang

Beredar, dan Tingkat Pendapatan.

3. Bagi akademis atau peneliti

Sebagai penambah pemahaman mengenai manajemen perbankan

dalam mengatur stabilitas nilai tukar Rupiah terhadap US Dollar dengan

melihat dari pengaruh Tingkat Inflasi, SBI, Jumlah Uang Beredar, dan

Tingkat Pendapatan.

Page 30: ANALISIS PENGARUH TINGKAT INFLASI, SBI, JUMLAH UANG ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41230/1/RIZKI ANSORI-FEB.pdf · UANG BEREDAR, DAN TINGKAT PENDAPATAN TERHADAP

30

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Sejarah Uang

Kelemahan-kelemahan yang ada dalam sistem barter adalah salah satu

pemicu manusia untuk menggunakan cara lain yang lebih efisien, dimana untuk

memenuhi kebutuhan yang beraneka ragam, manusia tidak perlu lagi menunggu

orang lain yang mau di ajak saling bertukar barang kebutuhan. Mereka mulai

menggunakan alat pertukaran dan pembayaran yang disebut dengan uang.

Manusia dapat menukarkan uang dengan barang atau jasa yang diinginkannya.

Namun, apakah secara otomatis mekanisme pertukaran tersebut dapat berjalan?

Belum. Mekanisme tersebut hanya dapat berjalan jika dicapai suatu kesepakatan

di antara pelaku ekonomi mengenai standar moneter apa yang akan digunakan

dalam suatu komunitas atau bangsa. Misalnya suatu bangsa sepakat dan

menyatakan bahwa emas adalah standar yang diakui sebagai alat pertukaran, maka

negara tersebut menjamin kesatuan moneternya dengan emas dengan harga yang

paling pasti. Dimaksudkan alat pertukaran disini adalah daya beli uang atau nilai

satuan uang dijamin dengan seberat tertentu dari standar moneternya, yaitu emas.

Misalnya di Amerika pernah dinyatakan bahwa U$ 1 adalah sama dengan 23,22

grain emas murni, maka artinya satuan uang senlai U$ 1 dijamin oleh emas

seberat 23,22 grain emas murni. Lain halnya dengan yang terjadi di Eropa,

Page 31: ANALISIS PENGARUH TINGKAT INFLASI, SBI, JUMLAH UANG ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41230/1/RIZKI ANSORI-FEB.pdf · UANG BEREDAR, DAN TINGKAT PENDAPATAN TERHADAP

31

dimana mereka menyatakan perak murni sebagai standar moneternya, seperti

“mark banco” dari bank Hamburg sama dengan 8 1/3 grain perak murni dan di

Inggris satu poundsterling sama dengan 113 grain emas. (Sugiarto Herlambang

dan Baskara Said Kelana. 2001)

Negara-negara yang menganut standar moneter dengan memakai satu

jenis logam, disebut menganut monometallism standard. Sedangkan negara yang

menganut standar moneter dengan menggunakan dua jenis logam perak dan emas

dikatakan menganut bimetallism standard. Satuan-satuan uang bank yang di

kembangkan dengan sistem moneter seperti diuraikan di atas dikenal dengan

sebutan “scrutus marcorum”, yang artinya satuan uang dijamin dengan jumlah

berat tertentu logam-logam mulia. (Sugiarto Herlambang dan Baskara Said

Kelana. 2001)

Standar moneter yang diuraikan diatas adalah standar yang berbasiskan

kepada barang logam emas dan perak yang merupakan full bodied money. Standar

ini dikenal dengan sebutan Standar Barang (Commodity Standard), yang biasanya

nilai intrinsik dari alat pembayaran yang digunakan sama dengan nilai

nominalnya. Standar moneter lainnya yang berlaku adalah Standar Kepercayaan

(Fiat Standard), yaitu standar moneter yang berbasiskan kepercayaan masyarakat

(pelaku ekonomi) terhadap sesuatu yang dijadikan sebagai alat pembayaran yang

sah. Alat pembayaran yang berdasarkan standar kepercayaan ini biasanya nilai

intrinsiknya lebih kecil daripada nilai nominalnya, misalnya uang kertas.

(Sugiarto Herlambang dan Baskara Said Kelana. 2001)

Otoritas moneter Pemerintah dan Bank Sentral/Bank Indonesia

bertanggung jawab menciptakan dan menawarkan uang primer berupa uang kartal

Page 32: ANALISIS PENGARUH TINGKAT INFLASI, SBI, JUMLAH UANG ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41230/1/RIZKI ANSORI-FEB.pdf · UANG BEREDAR, DAN TINGKAT PENDAPATAN TERHADAP

32

(uang kertas dan uang logam) bagi masyarakat umum dan bank reserves (R) bagi

perbankan dan lembaga keuangan lainnya. Sedangkan perbankan dan lembaga

keuangan lainnya berdasarkan uang primer yang dimiliki (R) menciptakan uang

sekunder dalam bentuk giral seperti giro (demand deposit), deposito berjangka

(time deposits), tabungan (saving deposits), dan uang sekunder lainnya. Mereka

yang terlibat dalam penciptaan dan penawaran uang beredar merupakan satu

kesatuan dalam suatu sistem moneter. (Sugiarto Herlambang dan Baskara Said

Kelana. 2001)

2. Pengertian Bank

Menurut Undang-undang Nomor 7 tahun 1992 tentang Perbankan

sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 10 tahun 1998

pengertian bank adalah sebagai berikut:

Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat

dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk

kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup

rakyat banyak. (Dahlan Siamat 2004)

Bank merupakan lembaga keuangan yang berfungsi sebagai

Intermediary, artinya bank sebagai lembaga keuangan berfungsi sebagai perantara

antara pihak yang mempunyai kelebihan dana (kreditur) dengan pihak yang

membutuhkan dana (debitur). (Dahlan Siamat 2004)

Kita ketahui di Indonesia terdapat dua jenis bank ditinjau dari prinsipnya.

Yang pertama adalah bank konvensional. Bank konvensional adalah bank yang

menghimpun dana dari masyarakat serta menyalurkannya kepada pihak-pihak

kekurangan dana dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Yang

Page 33: ANALISIS PENGARUH TINGKAT INFLASI, SBI, JUMLAH UANG ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41230/1/RIZKI ANSORI-FEB.pdf · UANG BEREDAR, DAN TINGKAT PENDAPATAN TERHADAP

33

kedua adalah bank syariah. Bank syariah adalah bank yang menghimpun dana dari

masyarakat dan menyalurkannya kepada pihak-pihak kekurangan dana dalam

rangka mensejahterakan rakyat dan berdasarkan prinsip-prinsip syariat Islam.

(Dahlan Siamat 2004)

Bank Indonesia (BI) adalah lembaga independen dimana pemerintah atau

pihak lainnya dilarang melakukan campur tangan terhadap pelaksanaan tugas

Bank Indonesia. Menjaga stabilitas nilai tukar rupiah adalah tujuan Bank

Indonesia sebagaimana diamanatkan Undang-Undang No. 23 tahun 1999 Pasal 7

tentang Bank Indonesia. Untuk menjaga stabilitas rupiah itu perlu disokong

pengaturan dan pengelolaan akan kelancaran Sistem Pembayaran Nasional (SPN).

Kelancaran SPN ini juga perlu didukung oleh infrastruktur yang handal (robust).

Jadi, semakin lancar dan handal SPN, maka akan semakin lancar pula transmisi

kebijakan moneter yang bersifat time critical. Bila kebijakan moneter berjalan

lancar maka muaranya adalah stabilitas nilai tukar. (Bank Indonesia)

Fokus kebijakan Bank Indonesia adalah pengendalian inflasi terhadap

memperhatikan pemantapan nilai tukar rupiah. Untuk melaksanakan fokus

kebijakan BI langkah yang harus dilakukan oleh BI adalah:

- Kebijakan yang ditempuh oleh BI dalam masa mendatang akan

difokuskan pada pengendalian laju inflasi.

- Pengendalian laju inflasi dilakukan untuk mempengaruhi sisi

permintaan. Sedangkan dari sisi penawaran, kewenangan

pengaturannya lebih banyak berada pada instansi lain.

- BI juga akan memperhatikan perkembangan nilai tukar Rupiah.

Page 34: ANALISIS PENGARUH TINGKAT INFLASI, SBI, JUMLAH UANG ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41230/1/RIZKI ANSORI-FEB.pdf · UANG BEREDAR, DAN TINGKAT PENDAPATAN TERHADAP

34

Bank Indonesia sebagai Lender of The Last Resort (UU No.23 Tahun

1999, Pasal 11). BI tetap mempunyai fungsi lender of the last resort yang

memungkinkan BI membantu kesulitan pendanaan jangka pendek yang dihadapi

bank. Pemberian bantuan dana kepada bank dalam rangka tugas sebagai lender of

the last resort tersebut di batasi, antara lain:

- Jangka waktu palinglama 90 hari

- Penggunaannya hanya untuk mismatch dan

- Harus dijamin dengan surat berharga yang berkualitas tinggi dan

mudah di cairkan

B. Nilai Tukar (Kurs)

Menurut Fabozzi dan Franco (1996:724) an exchange rate is defined as

the amount of one currency that can be exchange per unit of another currency, or

the price of one currency in items of another currency.

Nilai Tukar adalah harga sebuah mata uang dari suatu negara yang diukur

atau dinyatakan dalam mata uang lainnya menurut Paul R Krugman dan Maurice

(1994 : 73).

Kurs adalah pertukaran antara dua mata uang yang berbeda, maka akan

mendapat perbandingan nilai/harga antara kedua mata uang tersebut menurut

Nopirin (1996 : 163).

Kurs atau nilai tukar adalah harga suatu mata uang terhadap mata uang

lainnya menurut Salvator (1997 : 10).

Sedangkan menurut Adiningsih, dkk (1998:155), nilai tukar rupiah

adalah harga rupiah terhadap mata uang negara lain. Jadi, nilai tukar rupiah

Page 35: ANALISIS PENGARUH TINGKAT INFLASI, SBI, JUMLAH UANG ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41230/1/RIZKI ANSORI-FEB.pdf · UANG BEREDAR, DAN TINGKAT PENDAPATAN TERHADAP

35

merupakan nilai dari satu mata rupiah yang ditranslasikan ke dalam mata uang

negara lain.

Misalnya nilai tukar rupiah terhadap Dolar AS, nilai tukar rupiah

terhadap Yen, dan lain sebagainya.

Kurs inilah sebagai salah satu indikator yang mempengaruhi aktivitas di

pasar saham maupun pasar uang karena investor cenderung akan berhati-hati

untuk melakukan investasi. Menurunnya kurs Rupiah terhadap mata uang asing

khususnya Dolar AS memiliki pengaruh negatif terhadap ekonomi dan pasar

modal (Sitinjak dan Kurniasari, 2003).

1. Penentuan Nilai Tukar

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi pergerakan nilai tukar, yaitu

(Madura, 1993):

1. Faktor Fundamental

Faktor fundamental berkaitan dengan indikator-indikator ekonomi

seperti inflasi, suku bunga, perbedaan relatif pendapatan antar-negara,

ekspektasi pasar dan intervensi Bank Sentral.

2. Faktor Teknis

Faktor teknis berkaitan dengan kondisi penawaran dan permintaan

devisa pada saat-saat tertentu. Apabila ada kelebihan permintaan,

sementara penawaran tetap, maka harga valas akan naik dan sebaliknya.

3. Sentimen Pasar

Sentimen pasar lebih banyak disebabkan oleh rumor atau berita-

berita politik yang bersifat insidentil, yang dapat mendorong harga valas

Page 36: ANALISIS PENGARUH TINGKAT INFLASI, SBI, JUMLAH UANG ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41230/1/RIZKI ANSORI-FEB.pdf · UANG BEREDAR, DAN TINGKAT PENDAPATAN TERHADAP

36

naik atau turun secara tajam dalam jangka pendek. Apabila rumor atau

berita-berita sudah berlalu, maka nilai tukar akan kembali normal.

2. Sistem Kurs Mata Uang

Menurut Kuncoro (2001: 26-31), ada beberapa sistem kurs mata uang

yang berlaku di perekonomian internasional, yaitu:

1. Sistem kurs mengambang (floating exchange rate), sistem kurs ini

ditentukan oleh mekanisme pasar dengan atau tanpa upaya stabilisasi

oleh otoritas moneter. Di dalam sistem kurs mengambang dikenal dua

macam kurs mengambang, yaitu :

a. Mengambang bebas (murni) dimana kurs mata uang ditentukan

sepenuhnya oleh mekanisme pasar tanpa ada campur tangan

pemerintah. Sistem ini sering disebut clean floating exchange rate, di

dalam sistem ini cadangan devisa tidak diperlukan karena otoritas

moneter tidak berupaya untuk menetapkan atau memanipulasi kurs.

b. Mengambang terkendali (managed or dirty floating exchange rate)

dimana otoritas moneter berperan aktif dalam menstabilkan kurs pada

tingkat tertentu. Oleh karena itu, cadangan devisa biasanya dibutuhkan

karena otoritas moneter perlu membeli atau menjual valas untuk

mempengaruhi pergerakan kurs.

2. Sistem kurs tertambat (peged exchange rate). Dalam sistem ini, suatu

negara mengkaitkan nilai mata uangnya dengan suatu mata uang negara

lain atau sekelompok mata uang, yang biasanya merupakan mata uang

negara partner dagang yang utama “Menambatkan“ ke suatu mata uang

berarti nilai mata uang tersebut bergerak mengikuti mata uang yang

Page 37: ANALISIS PENGARUH TINGKAT INFLASI, SBI, JUMLAH UANG ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41230/1/RIZKI ANSORI-FEB.pdf · UANG BEREDAR, DAN TINGKAT PENDAPATAN TERHADAP

37

menjadi tambatannya. Jadi sebenarnya mata uang yang ditambatkan tidak

mengalami fluktuasi tetapi hanya berfluktuasi terhadap mata uang lain

mengikuti mata uang yang menjadi tambatannya.

3. Sistem kurs tertambat merangkak (crawling pegs). Dalam sistem ini,

suatu negara melakukan sedikit perubahan dalam nilai mata uangnya

secara periodik dengan tujuan untuk bergerak menuju nilai tertentu pada

rentang waktu tertentu. Keuntungan utama sistem ini adalah suatu negara

dapat mengatur penyesuaian kursnya dalam periode yang lebih lama

dibanding sistem kurs tertambat. Oleh karena itu, sistem ini dapat

menghindari kejutan-kejutan terhadap perekonomian akibat revaluasi

atau devaluasi yang tiba-tiba dan tajam.

4. Sistem sekeranjang mata uang (basket of currencies). Banyak negara

terutama negara sedang berkembang menetapkan nilai mata uangnya

berdasarkan sekeranjang mata uang. Keuntungan dari sistem ini adalah

menawarkan stabilitas mata uang suatu negara karena pergerakan mata

uang disebar dalam sekeranjang mata uang. Seleksi mata uang yang

dimasukkan dalam “keranjang“ umumnya ditentukan oleh peranannya

dalam membiayai perdagangan negara tertentu. Mata uang yang

berlainan diberi bobot yang berbeda tergantung peran relatifnya terhadap

negara tersebut. Jadi sekeranjang mata uang bagi suatu negara dapat

terdiri dari beberapa mata uang yang berbeda dengan bobot yang

berbeda.

5. Sistem kurs tetap (fixed exchange rate). Dalam sistem ini, suatu negara

mengumumkan suatu kurs tertentu atas nama uangnya dan menjaga kurs

Page 38: ANALISIS PENGARUH TINGKAT INFLASI, SBI, JUMLAH UANG ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41230/1/RIZKI ANSORI-FEB.pdf · UANG BEREDAR, DAN TINGKAT PENDAPATAN TERHADAP

38

ini dengan menyetujui untuk menjual atau membeli valas dalam jumlah

tidak terbatas pada kurs tersebut. Kurs biasanya tetap atau diperbolehkan

berfluktuasi dalam batas yang sangat sempit.

3. Sejarah Perkembangan Kebijakan Nilai Tukar di Indonesia

Sejak tahun 1970, negara Indonesia telah menerapkan tiga sistem nilai

tukar yaitu:

1. Sistem kurs tetap (1970- 1978)

Sesuai dengan Undang-Undang No.32 Tahun 1964, Indonesia

menganut sistem nilai tukar tetap kurs resmi Rp. 250/US$, sementara

kurs uang lainnya dihitung berdasarkan nilai tukar rupiah terhadap US$.

Untuk menjaga kestabilan nilai tukar pada tingkat yang ditetapkan, Bank

Indonesia melakukan intervensi aktif di pasar valuta asing. (Dahlan

Siamat 2004)

2. Sistem mengambang terkendali (1978-Juli 1997)

Pada masa ini, nilai tukar rupiah didasarkan pada sistem sekeranjang

mata uang (basket of currencies). Kebijakan ini diterapkan bersama

dengan dilakukannya devaluasi rupiah pada tahun 1978. Dengan sistem

ini, pemerintah menetapkan kurs indikasi (pembatas) dan membiarkan

kurs bergerak di pasar dengan spread tertentu. Pemerintah hanya

melakukan intervensi bila kurs bergejolak melebihi batas atas atau bawah

dari spread. (Dahlan Siamat 2004)

3. Sistem kurs mengambang (14 Agustus 1997-sekarang)

Sejak pertengahan Juli 1997, nilai tukar rupiah terhadap US$ semakin

melemah. Sehubungan dengan hal tersebut dan dalam rangka

Page 39: ANALISIS PENGARUH TINGKAT INFLASI, SBI, JUMLAH UANG ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41230/1/RIZKI ANSORI-FEB.pdf · UANG BEREDAR, DAN TINGKAT PENDAPATAN TERHADAP

39

mengamankan cadangan devisa yang terus berkurang maka pemerintah

memutuskan untuk menghapus rentang intervensi (sistem nilai tukar

mengambang terkendali) dan mulai menganut sistem nilai tukar

mengambang bebas (free floating exchange rate) pada tanggal 14

Agustus 1997. Penghapusan rentang intervensi ini juga dimaksudkan

untuk mengurangi kegiatan intervensi pemerintah terhadap rupiah dan

memantapkan pelaksanaan kebijakan moneter dalam negeri. (Dahlan

Siamat 2004)

C. Tingkat Inflasi

1. Pengertian Inflasi

Tingkat inflasi yaitu persentasi kecepatan kenaikan harga-harga dalam

satu tahun tertentu, biasanya digunakan sebagai suatu ukuran untuk menunjukkan

sampai dimana buruknya masalah ekonomi yang dihadapi. (Sadono Sukirno,

2000:302) Inflasi adalah proses kenaikan harga-harga secara terus-menerus.

Akibat dari inflasi secara umum adalah menurunnya daya beli masyarakat karena

secara riil tingkat pendapatannya juga menurun. Jadi, misalnya inflasi yang terjadi

pada tahun yang bersangkutan naik sebesar 5%, sedangkan pendapatan cenderung

tetap, itu berarti bahwa secara riil pendapatan mengalami penurunan sebesar 5%

yang relatif akan menurunkan daya beli 5% juga. (Iskandar Putong,2000:181)

Menurut Edward dan Khan (1985) ada dua jenis faktor yang menentukan

nilai suku bunga yaitu faktor internal dan eksternal. Faktor internal meliputi

pendapatan nasional, jumlah uang yang beredar, dan inflasi. Sedangkan faktor

Page 40: ANALISIS PENGARUH TINGKAT INFLASI, SBI, JUMLAH UANG ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41230/1/RIZKI ANSORI-FEB.pdf · UANG BEREDAR, DAN TINGKAT PENDAPATAN TERHADAP

40

eksternal merupakan suku bunga luar negeri dan tingkat perubahan nilai tukar

valuta asing yang diduga. (Neny Erawati,2002:99)

Menurut Miskhin (1995:32) terdapat beberapa metode untuk meramalkan

tingkat suku bunga pada lembaga keuangan yaitu, sumber dana pinjaman,

kekuatan ekonomi, peluang investasi, tingkat inflasi yang diharapkan, dan

pinjaman serta defisit pemerintah. Peramalan dan perubahan suku bunga

mengakibatkan peningkatan harga barang secara riil dan berdampak pada

perubahan inflasi. (Ni Nyoman Aryaningsih,2008:58)

Inflasi dan suku bunga mempunyai hubungan timbal balik. Suku bunga

tinggi akan mengakibatkan kenaikan bunga pinjaman kredit bank yang

dibutuhkan oleh peminjam dana meningkat sehingga ongkos produksi akan

meningkat dan berujung pada harga jual produk yang meningkat pula. Inflasi yang

meningkat mengakibatkan suku bunga juga meningkat, sebab jika terjadi inflasi

maka setiap investor akan meminta hasil minimum yang telah mampu mengganti

besarnya inflasi.

2. Metode Penghitungan Inflasi

Angka inflasi dihitung berdasarkan angka indeks yang dikumpulkan dari

beberapa macam barang yang diperjualbelikan di pasar dengan masing-masing

tingkat harga. Yang dimaksud dengan barang-barang disini adalah barang yang

paling banyak dan merupakan kebutuhan pokok/utama bagi masyarakat.

Berdasarkan data harga barang tersebut, disusunlah suatu angka indeks. Angka

indeks yang memperhitungkan semua barang yang dibeli oleh konsumen pada

masing-masing harganya disebut indeks harga konsumen (IHK atau consumer

Page 41: ANALISIS PENGARUH TINGKAT INFLASI, SBI, JUMLAH UANG ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41230/1/RIZKI ANSORI-FEB.pdf · UANG BEREDAR, DAN TINGKAT PENDAPATAN TERHADAP

41

price index=PCI). Berdasarkan indeks harga konsumen dapat dihitung besarnya

laju kenaikan harga-harga secara umum dalam periode tertentu, biasanya setiap 3

bulan dan 1 tahun. Selain menggunakan IHK, tingkat inflasi juga dapat dihitung

dengan dengan menggunakan GNP atau PDB deflator, yaitu membandingkan

GNP dan PDB yang diukur berdasarkan harga berlaku (GNP atau PDB harga

konstan / GNP atau PBD riil).

Adapun rumus untuk menghitung tingkat inflasi adalah :

IHKn -

IHKn - 1

In = x

100% IHKn – 1

Dfn -

Dfn - 1

In = x

100% Dfn – 1

Keterangan :

In = inflasi

IHKn = indeks harga konsumen tahun dasar

IHKn -1 = indeks harga konsumen tahun berikutnya

Page 42: ANALISIS PENGARUH TINGKAT INFLASI, SBI, JUMLAH UANG ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41230/1/RIZKI ANSORI-FEB.pdf · UANG BEREDAR, DAN TINGKAT PENDAPATAN TERHADAP

42

Dfn = GNP dan PDB deflator tahun awal

Dfn – 1 = GNP dan PDB deflator tahun berikutnya

3. Jenis Inflasi

a. Jenis inflasi menurut sifatnya

Berdasarkan sifatnya, inflasi dibagi menjadi 4 kategori utama,

yaitu sebagai berikut :

1). Inflasi merayap (creeping inflation), yaitu inflasi yang besarnya

kurang dari 10% pertahun.

2). Inflasi menengah (galloping inflation), yaitu inflasi yang besarnya

antara 10% - 30% per tahun. Inflasi ini biasanya ditandai oleh

naiknya harga-harga secara cepat dan relative besar. Angka inflasi

pada kondisi ini biasanya disebut inflasi dua digit, misalnya 15%,

20%, 30%, dan sebagainya.

3). Inflasi tinggi (high inflation), yaitu inflasi yang besarnya 30% - 100%

per tahun. Dalam kondisi ini harga-harga secara umum naik dan

menurut istilah ibu-ibu rumah tangga harga berubah.

4). Inflasi sangat tinggi (hyper inflation), yaitu inflasi yang ditandai oleh

naiknya harga secara drastis hingga mencapai 4 digit (di atas 100%).

Pada kondisi ini masyarakat tidak ingin lagi menyimpan uang karena

nilainya merosot tajam sehingga lebih baik di tukar dengan barang.

Page 43: ANALISIS PENGARUH TINGKAT INFLASI, SBI, JUMLAH UANG ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41230/1/RIZKI ANSORI-FEB.pdf · UANG BEREDAR, DAN TINGKAT PENDAPATAN TERHADAP

43

b. Jenis inflasi berdasarkan sebabnya, yaitu

1). Demand pull inflation

Inflasi ini timbul karena adanya permintaan keseluruhan yang tinggi

disatu pihak dan kondisi produksi telah mencapai kesempatan kerja

penuh (full employment) di pihak lain. Sesuai dengan hukum

permintaan, bila permintaan banyak dan penawaran kerja tetap, harga

akan naik. Bila hal ini berlangsung secara terus menerus akan

mengakibatkan inflasi yang berkepanjangan. Oleh karena itu, untuk

mengatasinya diperlukan adanya pembukaan kapasitas produksi baru

dengan penambahan tenaga kerja baru.

2). Cost push inflation

Inflasi ini disebabkan turunnya produksi karena naiknya biaya

produksi (naiknya biaya produksi dapat terjadi karena tidak efisiennya

perusahaan, nilai kurs mata uang negara yang bersangkutan jatuh atau

menurun, kenaikan harga bahan baku industri, adanya tuntutan

kenaikan upah dari serikat buruh yang kuat, dan sebagainya). Ada dua

hal yang dapat dilakukan oleh produsen sehubungan dengan naiknya

biaya produksi, yaitu langsung menaikkan harga produknya dengan

jumlah penawaran yang sama atau harga produknya naik (karena tarik

menarik permintaan dan penawaran) karena penurunan jumlah

produksi.

Page 44: ANALISIS PENGARUH TINGKAT INFLASI, SBI, JUMLAH UANG ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41230/1/RIZKI ANSORI-FEB.pdf · UANG BEREDAR, DAN TINGKAT PENDAPATAN TERHADAP

44

c. Jenis inflasi berdasarkan asalnya

Berdasarkan asalnya, inflasi dibagi menjadi dua, yaitu inflasi yang

timbul dari dalam negeri dan inflasi yang timbul dari luar negeri. Inflasi

yang berasal dari dalam negeri (domestic inflation) timbul karena terjadi

defisit dalam pembiayaan dan belanja negara yang terlihat pada anggaran

belanja negara. Untuk mengatasinya, pemerintah biasanya mencetak

uang baru. Selain itu, kenaikan harga juga disebabkan musim paceklik

(gagal panen), bencana alam yang berkepanjangan, dan sebagainya.

Inflasi yang berasal dari luar negeri disebabkan negara-negara yang

menjadi mitra dagang suatu negara mengalami inflasi yang tinggi. Jika

harga-harga barang dan juga ongkos produksi relatif mahal. Dengan

demikian, jika negara lain harus mengimpor barang tersebut, harga

jualnya di dalam negeri tentunya bertambah mahal.

4. Teori yang Berkaitan dengan Inflasi

Terdapat tiga teori yang menerangkan mengenai inflasi, yaitu sebagai

berikut :

a. Teori Kuantitas

Teori kuantitas mengatakan bahwa penyebab utama dai inflasi adalah

pertambahan jumlah uang yang beredar dan psikologi masyarakat

mengenai kenaikan harga-harga dimasa yang akan datang.

Page 45: ANALISIS PENGARUH TINGKAT INFLASI, SBI, JUMLAH UANG ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41230/1/RIZKI ANSORI-FEB.pdf · UANG BEREDAR, DAN TINGKAT PENDAPATAN TERHADAP

45

b. Teori Keynes

Keynes mengatakan bahwa inflasi terjadi karena masyarakat hidup diluar

batas kemampuan ekonominya. Teori ini menyoroti bagaimana perebutan

rezeki antara golongan masyarakat bisa menimbulkan permintaaan

agregat yang lebih besar dari pada jumlah barang yang tersedia. Selama

kesenjangan (gap) inflasi masih tetap ada, selama itulah inflasi terus

berlanjut.

c. Teori Strukturalis atau teori inflasi jangka panjang

Teori ini menyoroti sebab-sebab inflasi yang berasal dari kekauan

struktur ekonomi, khususnya kestabilan suplai bahan makanan dan

ekspor. Karena sebab-sebab struktural, penambahan barang-barang

produksi ini terlalu lambat dibandingkan dengan pertumbuhan

kebutuhannya sehingga kenaikkan harga bahan makanan dan kelangkaan

devisa. Akibat selanjutnya adalah kenaikan harga-harga barang lain

sehingga terjadi inflasi yang relatif berkepanjangan bila pembangunan

sektor penghasilan bahan pangan dan industri barang ekspor dibenahi

atau ditambah.

5. Hubungan antara Inflasi dengan Nilai Tukar Rupiah.

Peneliti ekonomi Bank Indonesia, Akhis R. Hutabarat (2006),

menyatakan tatkala inflasi bertahan tinggi, upaya menurunkannya pun menjadi

mahal, karena Bank Indonesia perlu menaikkan suku bunga untuk memperketat

likuiditas uang di dalam perekonomian. Hal itu dilakukan melalui kebijakan

moneter Bank Indonesia dalam menentukan tercapainya kestabilan moneter.

Page 46: ANALISIS PENGARUH TINGKAT INFLASI, SBI, JUMLAH UANG ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41230/1/RIZKI ANSORI-FEB.pdf · UANG BEREDAR, DAN TINGKAT PENDAPATAN TERHADAP

46

Apabila kebijakan tersebut tidak mampu menekan laju inflasi maka akan

berdampak naiknya suku bunga pinjaman yang dibebankan atas kredit kepada

nasabahnya. Upaya ini dilakukan agar jumlah uang yang beredar akibat inflasi

dapat dikendalikan.

Pendapat ekonom Bank Indonesia tersebut sesuai dengan salah satu teori

mengenai akibat buruk inflasi yang menyatakan bahwa akibat buruk inflasi akan

mengakibatkan kenaikan tingkat bunga dan akan mengurangi investasi. Akibat

dari inflasi maka nilai dari uang atau modal bank akan menurun, untuk

menghindari kemerosotan nilai modal yang dipinjamkan, institusi keuangan

(dalam hal ini yaitu Bank Indonesia) akan menaikkan tingkat bunga ke atas

pinjaman-pinjaman mereka. Makin tinggi inflasi maka makin tinggi pula tingkat

bunga yang akan ditentukan. Tingkat bunga yang tinggi akan mengurangi

kegairahan penanam modal untuk mengembangkan sektor-sektor yang produktif.

(Sadono Sukirno,2000:307-308)

Dari keterangan diatas kita ketahui bahwa inflasi akan menyebabkan

terjadinya perubahan tingkat harga yang berbanding lurus dengan jumlah uang

yang beredar, dan jumlah uang yang beredar diatur oleh bank sentral melalui

kebijakan moneter, kemudian kebijakan moneter itu akan berimbas kepada suku

bunga pinjaman (suku bunga kredit). Hubungan-hubungan tersebut akan diuraikan

lebih lanjut yaitu dengan teori-teori sebagai berikut:

a. Teori Kuantitas Uang (Persamaan pertukaran dari Irving Fisher)

Teori ini dikembangkan oleh Irving Fisher. Ia berpendapat bahwa

perubahan jumlah uang yang beredar (M) berbanding lurus dengan

Page 47: ANALISIS PENGARUH TINGKAT INFLASI, SBI, JUMLAH UANG ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41230/1/RIZKI ANSORI-FEB.pdf · UANG BEREDAR, DAN TINGKAT PENDAPATAN TERHADAP

47

perubahan harga-harga (P). Teori ini didasarkan pada persamaan sebagai

berikut :

MV = PT

Dengan asumsi V dan T tetap

Keterangan : M = Jumlah uang yang beredar

V = Velocity of circulation atau laju peredaran uang

P = Tingkat harga umum

T =Jumlah yang diproduksi baik produk jadi maupun

produk setengah jadi

Jika M meningkat sebesar x%, maka P juga akan meningkat

sebesar x%. Begitu pula sebaliknya, jadi dengan kata lain untuk

menurunkan tingkat harga umum yang berlaku sebesar x peredaran uang

(ditarik) x% pula.

Kemudian untuk mengatasi jumlah uang yang beredar tersebut

dapat dilakukan dengan kebijakan moneter.

Page 48: ANALISIS PENGARUH TINGKAT INFLASI, SBI, JUMLAH UANG ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41230/1/RIZKI ANSORI-FEB.pdf · UANG BEREDAR, DAN TINGKAT PENDAPATAN TERHADAP

48

b. Kebijakan Moneter

Kebijakan moneter adalah kebijakan yang dilakukan oleh

pemerintah melalui bank sentral guna mengatur jumlah uang yang

beredar dan tingkat bunga dalam jumlah yang wajar dan aman. Salah satu

kebijakan moneter yang digunakan untuk mengendalikan jumlah uang

yang beredar yaitu dengan operasi pasar terbuka. Dalam hal ini bank

sentral mempengaruhi jumlah uang yang beredar dengan cara

memperjualbelikan surat-surat berharga. Apabila jumlah uang yang

beredar terlalu banyak, bank sentral akan menjual surat berharga atau

menaikkan suku bunga simpanan pada bank sentral (di Indonesia

namanya SBI/Sertifikat Bank Indonesia).

Sebaliknya bila jumlah uang yang beredar relatif sedikit dan

investor sulit mendapatkan pinjaman dari bank umum, bank sentral

membeli surat berharga tersebut dari bank umum dan menurunkan suku

bunga simpanan pada bank sentral. Sertifikat Bank Indonesia adalah

instrumen keuangan jangka pendek yang dijadikan tolak ukur oleh bank-

bank pemerintah, swasta nasional dan swasta asing dalam menentukan

tingkat suku bunga tabungan, deposito dan pinjaman kepada masing-

masing nasabahnya.

D. Tingkat Suku Bunga

1. Pengertian Suku Bunga

Menurut Wardane (2003) dalam Prawoto dan Avonti (2004), suku bunga

adalah pembayaran yang dilakukan untuk penggunaan uang. Suku bunga adalah

Page 49: ANALISIS PENGARUH TINGKAT INFLASI, SBI, JUMLAH UANG ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41230/1/RIZKI ANSORI-FEB.pdf · UANG BEREDAR, DAN TINGKAT PENDAPATAN TERHADAP

49

jumlah bunga yang harus dibayar per unit waktu. Dengan kata lain, masyarakat

harus membayar peluang untuk meminjam uang. Menurut Samuelson dan

Nordhaus (1995:197) dalam Wardane, suku bunga adalah biaya untuk meminjam

uang, diukur dalam Dolar per tahun untuk setiap Dolar yang dipinjam. Menurut

Keynes, dalam Wardane (2003), tingkat bunga ditentukan oleh permintaan dan

penawaran akan uang (ditentukan dalam pasar uang). Perubahan tingkat suku

bunga selanjutnya akan mempengaruhi keinginan untuk mengadakan investasi,

misalnya pada surat berharga, dimana harga dapat naik atau turun tergantung pada

tingkat bunga (bila tingkat bunga naik maka surat berharga turun dan sebaliknya),

sehingga ada kemungkinan pemegang surat berharga akan menderita capital loss

atau gain.

Menurut Karl dan Fair (2001:635) suku bunga adalah pembayaran bunga

tahunan dari suatu pinjaman, dalam bentuk persentase dari pinjaman yang

diperoleh dari jumlah bunga yang diterima tiap tahun dibagi dengan jumlah

pinjaman.

Pengertian suku bunga menurut Sunariyah (2004:80) adalah harga dari

pinjaman. Suku bunga dinyatakan sebagai persentase uang pokok per unit waktu.

Bunga merupakan suatu ukuran harga sumber daya yang digunakan oleh debitur

yang harus dibayarkan kepada kreditur.

Suku bunga dibedakan menjadi dua, yaitu:

1. Suku bunga nominal adalah suku bunga dalam nilai uang. Suku bunga ini

merupakan nilai yang dapat dibaca secara umum. Suku bunga ini

menunjukkan sejumlah rupiah untuk setiap satu rupiah yang

diinvestasikan.

Page 50: ANALISIS PENGARUH TINGKAT INFLASI, SBI, JUMLAH UANG ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41230/1/RIZKI ANSORI-FEB.pdf · UANG BEREDAR, DAN TINGKAT PENDAPATAN TERHADAP

50

2. Suku bunga riil adalah suku bunga yang telah mengalami koreksi akibat

inflasi dan didefinisikan sebagai suku bunga nominal dikurangi laju

inflasi.

Dalam Kamus Akuntansi (1996:69), disebutkan bahwa Interest (bunga,

kepentingan, hak) merupakan: [1] beban atas penggunaan uang dalam suatu

periode, dan [2] suatu pemilikan atau bagian kenyataan dalam suatu perusahaan,

usaha dagang, atau sumber daya.

2. Unsur-unsur di dalam tingkat suku bunga.

Unsur-unsur di dalam tingkat suku bunga, meliputi :

1. Syarat jatuh tempo

Berbagai pinjaman mempunyai syarat atau jatuh tempo. Pinjaman

terpendek adalah pinjaman satu malam. Surat-surat berharga jangka

pendek biasanya mempunyai periode sampai dengan satu tahun. Surat-

surat berharga jangka panjang umumnya memberikan suku bunga yang

lebih tinggi dibandingkan dengan jangka pendek.

2. Risiko

Ada pinjaman yang pada hakikatnya tidak memiliki risiko, sementara

lainnya sangat bersifat spekulatif. Obligasi-obligasi dan tagihan-tagihan

pemerintah didukung dengan penuh kepercayaan, oleh kredit dan

kekuatan pajak dari pemerintah. Unsur-unsur ini dapat dipercaya karena

bunga pinjaman pemerintah akan benar-benar dibayar. Risiko menengah

terdapat pada pinjaman atas kredit-kredit perusahaan yang kondisinya

baik. Sedangkan investasi yang berisiko mempunyai peluang gagal atau

Page 51: ANALISIS PENGARUH TINGKAT INFLASI, SBI, JUMLAH UANG ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41230/1/RIZKI ANSORI-FEB.pdf · UANG BEREDAR, DAN TINGKAT PENDAPATAN TERHADAP

51

tidak dibayar yang sangat tinggi termasuk investasi pada perusahaan

yang hampir bangkrut.

3. Likuiditas

Aktiva akan disebut “likuid“ apabila dapat ditukarkan dengan kas secara

cepat dan hanya menimbulkan kerugian nilai yang sedikit. Sebagian

besar surat berharga, termasuk saham biasa, obligasi perusahaan dan

pemerintah, dapat diukur dengan kas secara cepat mendekati nilai

sekarangnya. Aktiva-aktiva tidak likuid termasuk aktiva-aktiva unik yang

tidak memiliki pasar yang berkembang baik.

4. Biaya-biaya administrasi

Waktu serta ketelitian yang diperlukan untuk administrasi berbagai jenis

pinjaman, sangatlah berbeda. Pinjaman dengan biaya administrasi yang

tinggi akan mempunyai bunga 5 sampai 10 persen per tahun lebih besar

dari tingkat bunga lainnya.

3. Pengertian Sertifikat Bank Indonesia (SBI)

Sebagaimana tercantum dalam UU No.13 Tahun 1968 tentang Bank

Sentral, salah satu tugas Bank Indonesia (BI) sebagai otoritas moneter adalah

membantu pemerintah dalam mengatur, menjaga dan memelihara kestabilan nilai

Rupiah. Dalam melaksanakan tugasnya, BI menggunakan beberapa piranti

moneter yang terdiri dari Giro Wajib Minimum (Reserve Requirement), Fasilitas

Diskonto, Himbauan Moral dan Operasi Pasar Terbuka. Dalam Operasi Pasar

Terbuka BI dapat melakukan transaksi jual beli surat berharga termasuk Sertifikat

Bank Indonesia (SBI). (Bank Indonesia)

Page 52: ANALISIS PENGARUH TINGKAT INFLASI, SBI, JUMLAH UANG ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41230/1/RIZKI ANSORI-FEB.pdf · UANG BEREDAR, DAN TINGKAT PENDAPATAN TERHADAP

52

Berdasarkan Surat Edaran Bank Indonesia No.8/13/DPM tentang

Penerbitan Sertifikat Bank Indonesia Melalui Lelang, Sertifikat Bank Indonesia

yang selanjutnya disebut SBI adalah surat berharga dalam mata uang Rupiah yang

diterbitkan oleh Bank Indonesia sebagai pengakuan utang berjangka waktu

pendek. (Bank Indonesia)

4. Tujuan Penerbitan Sertifikat Bank Indonesia

Sebagai otoritas moneter, BI berkewajiban memelihara kestabilan nilai

Rupiah. Dalam paradigma yang dianut, jumlah uang primer (uang kartal + uang

giral di BI) yang berlebihan dapat mengurangi kestabilan nilai Rupiah. SBI

diterbitkan dan dijual oleh BI untuk mengurangi kelebihan uang primer tersebut.

(Bank Indonesia)

5. Dasar Hukum Sertifikat Bank Indonesia

Dasar hukum penerbitan SBI adalah UU No.13 Tahun 1968 tentang Bank

Sentral, Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia No.31/67/KEP/DIR tanggal 23

Juli 1998 tentang Penerbitan dan Perdagangan Sertifikat Bank Indonesia serta

Intervensi Rupiah, dan Peraturan Bank Indonesia Nomor 6/2/PBI/2004 tanggal 16

Februari 2004 tentang Bank Indonesia – Scripless Securities Settlement System.

6. Karakteristik Sertifikat Bank Indonesia

SBI memiliki karakteristik sebagai berikut (www.bi.go.id):

1. Jangka waktu maksimum 12 bulan dan sementara waktu hanya

diterbitkan untuk jangka waktu 1 dan 3 bulan.

2. Denominasi: dari yang terendah Rp 50 juta sampai dengan tertinggi Rp

100 miliar.

Page 53: ANALISIS PENGARUH TINGKAT INFLASI, SBI, JUMLAH UANG ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41230/1/RIZKI ANSORI-FEB.pdf · UANG BEREDAR, DAN TINGKAT PENDAPATAN TERHADAP

53

3. Pembelian SBI oleh masyarakat minimal Rp 100 juta dan selebihnya

dengan kelipatan Rp 50 juta.

4. Pembelian SBI didasarkan pada nilai tunai berdasarkan diskonto murni

(true discount) yang diperoleh dari rumus berikut ini:

5. Pembeli SBI memperoleh hasil berupa diskonto yang dibayar di muka.

Nilai Diskonto = Nilai Nominal – Nilai Tunai

6. Pajak Penghasilan (PPh) atas diskonto dikenakan secara final sebesar

15%.

7. SBI diterbitkan tanpa warkat (scripless).

8. SBI dapat diperdagangkan di pasar sekunder.

Sertifikat Bank Indonesia (SBI) adalah surat berharga yang dikeluarkan

oleh Bank Indonesia sebagai pengakuan utang berjangka waktu pendek (1-3

bulan) dengan sistem diskonto atau bunga.

SBI merupakan salah satu mekanisme yang digunakan Bank Indonesia

untuk mengontrol kestabilan nilai Rupiah. Dengan menjual SBI, Bank Indonesia

dapat menyerap kelebihan uang primer yang beredar.

Tingkat suku bunga yang berlaku pada setiap penjualan SBI ditentukan

oleh mekanisme pasar berdasarkan sistem lelang. Sejak awal Juli 2005, BI

menggunakan mekanisme "BI rate" (suku bunga BI), yaitu BI mengumumkan

target suku bunga SBI yang diinginkan BI untuk pelelangan pada masa periode

tertentu. BI rate ini kemudian yang digunakan sebagai acuan para pelaku pasar

dalam mengikuti pelelangan. (wikipedia bahasa Indonesia)

Page 54: ANALISIS PENGARUH TINGKAT INFLASI, SBI, JUMLAH UANG ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41230/1/RIZKI ANSORI-FEB.pdf · UANG BEREDAR, DAN TINGKAT PENDAPATAN TERHADAP

54

7. Fungsi Suku Bunga

Adapun fungsi suku bunga menurut Sunariyah (2004:81) adalah :

a. Sebagai daya tarik bagi para penabung yang mempunyai dana lebih

untuk diinvestasikan.

b. Suku bunga dapat digunakan sebagai alat moneter dalam rangka

mengendalikan penawaran dan permintaan uang yang beredar dalam

suatu perekonomian. Misalnya, pemerintah mendukung pertumbuhan

suatu sektor industri tertentu apabila perusahaan-perusahaan dari industri

tersebut akan meminjam dana. Maka pemerintah memberi tingkat bunga

yang lebih rendah dibandingkan sektor lain.

c. Pemerintah dapat memanfaatkan suku bunga untuk mengontrol jumlah

uang beredar. Ini berarti, pemerintah dapat mengatur sirkulasi uang

dalam suatu perekonomian.

Suku bunga itu sendiri ditentukan oleh dua kekuatan, yaitu : penawaran

tabungan dan permintaan investasi modal (terutama dari sektor bisnis).

Tabungan adalah selisih antara pendapatan dan konsumsi. Bunga pada

dasarnya berperan sebagai pendorong utama agar masyarakat bersedia menabung.

Jumlah tabungan akan ditentukan oleh tinggi rendahnya tingkat bunga. Semakin

tinggi suku bunga, akan semakin tinggi pula minat masyarakat untuk menabung,

dan sebaliknya.

Tinggi rendahnya penawaran dana investasi ditentukan oleh tinggi

rendahnya suku bunga tabungan masyarakat.

Page 55: ANALISIS PENGARUH TINGKAT INFLASI, SBI, JUMLAH UANG ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41230/1/RIZKI ANSORI-FEB.pdf · UANG BEREDAR, DAN TINGKAT PENDAPATAN TERHADAP

55

Bank Indonesia berperan dalam menjaga kestabilan nilai kurs mata uang

Rupiah terhadap dollar Amerika agar tetap stabil dengan menjaga kestabilan

tingkat suku bunga di Indonesia.

8. Hubungan Tingkat Suku Bunga dengan Nilai Tukar Rupiah.

Kebijakan yang dapat digunakan untuk mencapai sasaran stabilitas harga

atau pertumbuhan ekonomi adalah kebijakan-kebijakan moneter dengan

menggunakan instrumen moneter (suku bunga atau agregat moneter). Salah satu

jalur yang digunakan adalah jalur nilai tukar, berpendapat bahwa pengetatan

moneter yang mendorong peningkatan suku bunga akan mengakibatkan apresiasi

nilai tukar karena adanya pemasukan modal dan luar negeri (Arifin, 1998: 4).

E. Jumlah Uang Beredar

1. Pengertian Jumlah Uang Beredar

Jumlah uang beredar (JUB) yaitu M1 (uang dalam arti sempit) yang

terdiri dari uang kartal dan uang giral, dan M2 (uang dalam arti luas) yang terdiri

dari M1 ditambah uang kuasi (Nilawati, 2000:162). Uang kartal (currencies)

adalah uang yang dikeluarkan oleh pemerintah dan atau bank sentral dalam bentuk

uang kertas atau uang logam. Uang giral (deposit money) adalah uang yang

dikeluarkan oleh suatu bank umum. Contoh uang giral adalah cek, bilyet giro.

Uang kuasi meliputi tabungan, deposito berjangka, dan rekening valuta asing

(Subagyo, 1997:10).

Pada umumnya ada dua kebijakan yang dapat dilakukan oleh pemerintah

suatu negara, yaitu kebijakan fiskal dan kebijakan moneter. Kedua kebijakan

tersebut saling terkait dan tidak dapat dipisahkan. Kebijakan fiskal membahas

tentang kebijakan pemerintah untuk mengubah pengeluarannya dan penerimaan

Page 56: ANALISIS PENGARUH TINGKAT INFLASI, SBI, JUMLAH UANG ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41230/1/RIZKI ANSORI-FEB.pdf · UANG BEREDAR, DAN TINGKAT PENDAPATAN TERHADAP

56

dari pajak sedangkan kebijakan moneter mengarah kepada perubahan jumlah uang

beredar yang berpengaruh terhadap suku bunga dan selanjutnya mempengaruhi

tingkat investasi dan tingkat output. Dasar teori pengeluaran pemerintah adalah

sebagai berikut: Identitas keseimbangan pendapatan nasional Y = C + I +G + X –

M merupakan “sumber legitimasi” pandangan kaum Keynesian akan relevansi

campur tangan pemerintah dalam perekonomian. Kenaikan atau penurunan

pengeluaran pemerintah akan menaikkan atau menurunkan pendapatan nasional.

Pemerintah pun perlu menghindari agar peningkatan perannya dalam

perekonomian tidak justru melemahkan kegiatan pihak swasta

(Dumairy,1996:161-164).

Cadangan devisa merupakan stok mata uang asing yang dimiliki yang

sewaktu-waktu dapat digunakan untuk transaksi atau pembayaran internasional

(Nilawati, 2000:162).

Posisi cadangan devisa suatu negara biasanya dinyatakan aman apabila

mencukupi kebutuhan impor untuk jangka waktu setidak-tidaknya tiga bulan. Jika

cadangan devisa yang dimiliki tidak mencukupi kebutuhan untuk tiga bulan

impor, maka hal itu dianggap rawan. Tipisnya persediaan valuta asing suatu

negara dapat menimbulkan kesulitan ekonomi bagi negara yang bersangkutan.

Bukan saja negara tersebut akan kesulitan mengimpor barang-barang yang

dibutuhkannya dari luar negeri, tetapi juga memerosotkan kredibilitas mata

uangnya. Kurs mata uangnya di pasar valuta asing akan mengalami depresiasi.

Apabila posisi cadangan devisa itu terus menipis dan semakin menipis, maka

dapat terjadi “serbuan” (rush) terhadap valuta asing di dalam negeri.

Page 57: ANALISIS PENGARUH TINGKAT INFLASI, SBI, JUMLAH UANG ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41230/1/RIZKI ANSORI-FEB.pdf · UANG BEREDAR, DAN TINGKAT PENDAPATAN TERHADAP

57

Apabila telah demikian keadaannya, sering terjadi pemerintah negara

yang bersangkutan akhirnya terpaksa melakukan devaluasi (Dumairy, 1996:107).

Menurut Nosihin (1983), dikatakan bahwa penerimaan yang diterima

pemerintah dalam bentuk valuta asing yang kemudian ditukarkan dengan rupiah,

maka dalam proses pertukaran ini, akan meningkatkan cadangan aktiva Bank

Indonesia dan jumlah uang beredar bertambah dengan jumlah uang yang sama.

Jadi antara cadangan devisa dan jumlah uang beredar hubungannya cukup erat,

dimana jumlah cadangan devisa yang ditukarkan menambah jumlah uang beredar

dalam jumlah yang sama (Nilawati, 2000:161).

Angka pengganda uang (money multiplier) adalah bagian dari proses

penciptaan uang oleh bank umum. Ada beberapa pengertian dari angka pengganda

uang yaitu, angka pengganda uang merupakan bagian dari proses pasar yaitu

penyesuaian antara permintaan dan penawaran uang (Nilawati, 2000:162).

Menurut Parkin (1993:768), angka pengganda uang itu merupakan rasio antara

perubahan jumlah uang beredar dan perubahan uang primer, yang juga disebut

monetary base. Uang primer adalah jumlah uang kartal ditambah cadangan bank.

Jika monetary base naik, maka uang kartal dan cadangan bank juga naik.

Sedangkan jika cadangan bank naik maka dapat menciptakan pinjaman dan

tambahan uang yang beredar.

Menurut Dornbush, yang diuraikan di Nilawati (2000) ada beberapa cara

untuk mempengaruhi uang beredar, salah satunya yaitu melalui koefisien angka

pengganda uang. Nilai koefisien angka pengganda uang tergantung pada nilai dari

uang kartal dan cadangan bank. Semakin kecil nilai dari rasio tersebut, semakin

besar nilai koefisien angka pengganda uang. Nilai uang kartal yang rendah berarti

Page 58: ANALISIS PENGARUH TINGKAT INFLASI, SBI, JUMLAH UANG ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41230/1/RIZKI ANSORI-FEB.pdf · UANG BEREDAR, DAN TINGKAT PENDAPATAN TERHADAP

58

masyarakat lebih suka menyimpan uang tunainya di bank daripada di rumah.

Selanjutnya nilai cadangan bank yang rendah berarti lebih banyak uang giral yang

bisa diciptakan dari setiap rupiah uang inti yang dipegang bank.

Bila pengeluaran pemerintah naik maka jumlah uang beredar juga

seharusnya naik, karena pengeluaran pemerintah dibiayai dengan nilai rupiah. Bila

cadangan devisa naik maka jumlah uang beredar juga seharusnya naik, karena

cadangan devisa yang ada biasanya dibelanjakan untuk pengeluaran tahun itu juga

dan ditukarkan dengan uang rupiah. Sedangkan hubungannya dengan angka

pengganda uang yaitu naiknya angka pengganda uang berpengaruh terhadap

kenaikan jumlah uang beredar (Nilawati, 2000:159).

2. Konsep dan Definisi Jumlah Uang Beredar

Konsep uang beredar dapat ditinjau dari dua sisi, penawaran dan

permintaan. Interaksi antara keduanya menentukan jumlah uang beredar di

masyarakat. Uang beredar ini tidak hanya dikendalikan oleh bank sentral semata,

namun dalam kenyataannya juga ditentukan oleh pelaku ekonomi yaitu bank-bank

umum (sektor perbankan) dan masyarakat umum. Perilaku dan reaksi kedua

pelaku ini ikut menentukan berapa jumlah uang beredar pada suatu saat, walaupun

secara umum memang benar otoritas moneter yang merupakan penentu utamanya.

Definisi uang beredar terdiri dari dua bagian. Pertama, uang beredar

dalam arti sempit (narrow money) yang disimbolkan dengan M1. yaitu

penjumlahan uang kartal dan uang giral (currency plus demand deposits). Uang

kartal adalah uang tunai yang terdiri dari uang kertas dan logam (yang dikeluarkan

oleh pemerintah atau bank sentral) yang langsung dapat digunakan oleh

Page 59: ANALISIS PENGARUH TINGKAT INFLASI, SBI, JUMLAH UANG ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41230/1/RIZKI ANSORI-FEB.pdf · UANG BEREDAR, DAN TINGKAT PENDAPATAN TERHADAP

59

masyarakat umum. Uang giral adalah seluruh nilai saldo rekening koran (giro)

yang dimiliki masyarakat pada bank-bank umum. Saldo ini merupakan bagian

dari uang yang beredar karena sewaktu-waktu bisa digunakan oleh pemiliknya

untuk memenuhi kebutuhannya, seperti halnya uang kartal. Jadi, stok uang

beredar (M1) adalah jumlah dari uang kartal (currency) dan uang giral (demand

deposit).

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa:

M1 = C + D ........(1.1)

Keterangan:

C = Currency (uang kartal)

D = Demand Deposits (uang giral)

Kedua, uang beredar dalam arti luas (broad money) yang disimbolkan

dengan M2, yaitu penjumlahan antara uang beredar dalam arti sempit (M1)

dengan deposito berjangka (time deposits) dan tabungan (savings) – baik dalam

bentuk Rupiah maupun valuta asing – yang disimpan di bank-bank. Kedua bentuk

simpanan ini dapat diubah fungsinya menjadi uang tunai untuk melakukan

transaksi.

M2 = M1 + TD + SD ........(1.2)

Keterangan:

TD = Time Deposits (deposito berjangka)

Page 60: ANALISIS PENGARUH TINGKAT INFLASI, SBI, JUMLAH UANG ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41230/1/RIZKI ANSORI-FEB.pdf · UANG BEREDAR, DAN TINGKAT PENDAPATAN TERHADAP

60

SD = Saving Deposits (saldo tabungan)

3. Hubungan Jumlah Uang Beredar terhadap Nilai Tukar Rupiah

Bahwa peredaran reserve valuta asing (neraca pembayaran) timbul

sebagai akibat kelebihan permintaan atau penawaran uang. Apabila terdapat

kelebihan jumlah uang beredar maka neraca pembayaran akan defisit dan

sebaliknya apabila terdapat kelebihan permintaan uang, neraca pembayaran akan

surplus kelebihan jumlah uang beredar akan mengakibatkan masyarakat

membelanjakan kelebihan ini, misalnya untuk impor atau membeli surat-surat

berharga luar negeri sehingga terjadi aliran modal keluar, yang berarti permintaan

akan valas naik sedangkan permintaan mata uang sendiri turun (Nopirin,1997:

222). Jika pemerintah menambah uang beredar akan menurunkan tingkat bunga

dan merangsang investasi keluar negeri sehingga terjadi aliran modal keluar pada

giliran kurs valuta asing naik (apresiasi). Dengan menaiknya penawaran uang

atau atau jumlah uang beredar akan menaikkan harga barang yang diukur dengan

(term of money) sekaligus akan menaikkan harga valuta asing yang diukur dengan

mata uang domestik. (Herlambang, dkk, 2001)

Pada penelitian ini definisi mengenai jumlah uang beredar menggunakan

pengertian uang beredar dalam arti luas (M2). Di negara-negara berkembang,

peningkatan jumlah uang beredar diantaranya diakibatkan oleh defisit anggaran

pemerintah. Defisit ini jika dibiayai dengan mencetak uang dapat mengakibatkan

ekspansi jumlah uang beredar. Jumlah uang beredar sangat mempengaruhi nilai

tukar Rupiah terhadap dollar.

Page 61: ANALISIS PENGARUH TINGKAT INFLASI, SBI, JUMLAH UANG ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41230/1/RIZKI ANSORI-FEB.pdf · UANG BEREDAR, DAN TINGKAT PENDAPATAN TERHADAP

61

F. Tingkat Pendapatan

1. Pengertian Tingkat Pendapatan

Pendapatan nasional adalah jumlah pendapatan yang diterima oleh

seluruh rumah tangga keluarga (RTK) di suatu negara dari penyerahan faktor-

faktor produksi dalam satu periode,biasanya selama satu tahun.

Konsep pendapatan nasional pertama kali dicetuskan oeh Sir William

Petty dari Inggris yang berusaha menaksir pendapatan nasional

negaranya(Inggris) pada tahun 1665. Dalam perhitungannya, ia menggunakan

anggapan bahwa pendapatan nasional merupakan penjumlahan biaya hidup

(konsumsi) selama setahun. Namun, pendapat tersebut tidak disepakati oleh para

ahli ekonomi modern, sebab menurut pandangan ilmu ekonomi modern, konsumsi

bukanlah satu-satunya unsur dalam perhitungan pendapatan nasional. Menurut

mereka, alat utama sebagai pengukur kegiatan perekonomian adalah Produk

Nasional Bruto (Gross National Product, GNP), yaitu seluruh jumlah barang dan

jasa yang dihasilkan tiap tahun oleh negara yang bersangkutan diukur menurut

harga pasar pada suatu negara.

2. Konsep Pendapatan Nasional

Pendapatan nasional merupakan salah satu ukuran pertumbuhan ekonomi

suatu negara. Berikut adalah beberapa konsep pendapatan nasional:

Page 62: ANALISIS PENGARUH TINGKAT INFLASI, SBI, JUMLAH UANG ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41230/1/RIZKI ANSORI-FEB.pdf · UANG BEREDAR, DAN TINGKAT PENDAPATAN TERHADAP

62

A. Produk Domestik Bruto (GDP)

Produk domestik bruto (Gross Domestic Product) merupakan jumlah

produk berupa barang dan jasa yang dihasilkan oleh unit-unit produksi di

dalam batas wilayah suatu negara (domestik) selama satu tahun. Dalam

perhitungan GDP ini, termasuk juga hasil produksi barang dan jasa yang

dihasilkan oleh perusahaan/orang asing yang beroperasi di wilayah negara

yang bersangkutan. Barang-barang yang dihasilkan termasuk barang modal

yang belum diperhitungkan penyusutannya, karenanya jumlah yang

didapatkan dari GDP dianggap bersifat bruto/kotor.

B. Produk Nasional Bruto (GNP)

Produk Nasional Bruto (Gross National Product) atau PNB meliputi

nilai produk berupa barang dan jasa yang dihasilkan oleh penduduk suatu

negara (nasional) selama satu tahun; termasuk hasil produksi barang dan

jasa yang dihasilkan oleh warga negara yang berada di luar negeri, tetapi

tidak termasuk hasil produksi perusahaan asing yang beroperasi di wilayah

negara tersebut.

C. Produk Nasional Bruto (NNP)

Produk Nasional Neto (Net National Product) adalah GNP dikurangi

depresiasi atau penyusutan barang modal (sering pula disebut replacement).

Replacement penggantian barang modal/penyusutan bagi peralatan produksi

yang dipakai dalam proses produksi umumnya bersifat taksiran sehingga

mungkin saja kurang tepat dan dapat menimbulkan kesalahan meskipun

relatif kecil.

Page 63: ANALISIS PENGARUH TINGKAT INFLASI, SBI, JUMLAH UANG ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41230/1/RIZKI ANSORI-FEB.pdf · UANG BEREDAR, DAN TINGKAT PENDAPATAN TERHADAP

63

D. Pendapatan Nasional Netto (NNP)

Pendapatan Nasional Neto (Net National Income) adalah pendapatan

yang dihitung menurut jumlah balas jasa yang diterima oleh masyarakat

sebagai pemilik faktor produksi. Besarnya NNI dapat diperoleh dari NNP

dikurang pajak tidak langsung. Yang dimaksud pajak tidak langsung adalah

pajak yang bebannya dapat dialihkan kepada pihak lain seperti pajak

penjualan, pajak hadiah, dan lain-lain.

E. Pendapatan Perseorangan (PI)

Pendapatan perseorangan (Personal Income)adalah jumlah pendapatan

yang diterima oleh setiap orang dalam masyarakat, termasuk pendapatan

yang diperoleh tanpa melakukan kegiatan apapun. Pendapatan perseorangan

juga menghitung pembayaran transfer (transfer payment). Transfer payment

adalah penerimaan-penerimaan yang bukan merupakan balas jasa produksi

tahun ini, melainkan diambil dari sebagian pendapatan nasional tahun lalu,

contoh pembayaran dana pensiunan, tunjangan sosial bagi para

pengangguran, bekas pejuang, bunga utang pemerintah, dan sebagainya.

Untuk mendapatkan jumlah pendapatan perseorangan, NNI harus dikurangi

dengan pajak laba perusahaan (pajak yang dibayar setiap badan usaha

kepada pemerintah), laba yang tidak dibagi (sejumlah laba yang tetap

ditahan di dalam perusahaan untuk beberapa tujuan tertentu misalnya

keperluan perluasan perusahaan), dan iuran pensiun (iuran yang

dikumpulkan oleh setiap tenaga kerja dan setiap perusahaan dengan maksud

untuk dibayarkan kembali setelah tenaga kerja tersebut tidak lagi bekerja).

Page 64: ANALISIS PENGARUH TINGKAT INFLASI, SBI, JUMLAH UANG ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41230/1/RIZKI ANSORI-FEB.pdf · UANG BEREDAR, DAN TINGKAT PENDAPATAN TERHADAP

64

F. Pendapatan Yang Siap Dibelanjakan (DI)

Pendapatan yang siap dibelanjakan (Disposable Income) adalah

pendapatan yang siap untuk dimanfaatkan guna membeli barang dan jasa

konsumsi dan selebihnya menjadi tabungan yang disalurkan menjadi

investasi. Disposable income ini diperoleh dari personal income (PI)

dikurangi dengan pajak langsung. Pajak langsung (direct tax) adalah pajak

yang bebannya tidak dapat dialihkan kepada pihak lain, artinya harus

langsung ditanggung oleh wajib pajak, contohnya pajak pendapatan.

Jasa perbankan turut mempengaruhi besarnya pendapatan nasional.

Pendapatan negara dapat dihitung dengan tiga pendekatan, yaitu:

1. Pendekatan pendapatan, dengan cara menjumlahkan seluruh pendapatan

(upah, sewa, bunga, dan laba) yang diterima rumah tangga konsumsi dalam

suatu negara selama satu periode tertentu sebagai imbalan atas faktor-faktor

produksi yang diberikan kepada perusahaan.

2. Pendekatan produksi, dengan cara menjumlahkan nilai seluruh produk yang

dihasilkan suatu negara dari bidang industri, agraris, ekstraktif, jasa, dan

niaga selama satu periode tertentu. Nilai produk yang dihitung dengan

pendekatan ini adalah nilai jasa dan barang jadi (bukan bahan mentah atau

barang setengah jadi).

3. Pendekatan pengeluaran, dengan cara menghitung jumlah seluruh

pengeluaran untuk membeli barang dan jasa yang diproduksi dalam suatu

negara selama satu periode tertentu. Perhitungan dengan pendekatan ini

dilakukan dengan menghitung pengeluaran yang dilakukan oleh empat

pelaku kegiatan ekonomi negara, yaitu: Rumah tangga (Consumption),

Page 65: ANALISIS PENGARUH TINGKAT INFLASI, SBI, JUMLAH UANG ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41230/1/RIZKI ANSORI-FEB.pdf · UANG BEREDAR, DAN TINGKAT PENDAPATAN TERHADAP

65

pemerintah (Government), pengeluaran investasi (Investment), dan selisih

antara nilai ekspor dikurangi impor (X − M).

Selain bertujuan untuk mengukur tingkat kemakmuran suatu negara dan

untuk mendapatkan data-data terperinci mengenai seluruh barang dan jasa yang

dihasilkan suatu negara selama satu periode, perhitungan pendapatan nasional

juga memiliki manfaat-manfaat lain, diantaranya untuk mengetahui dan menelaah

struktur perekonomian nasional. Data pendapatan nasional dapat digunakan untuk

menggolongkan suatu negara menjadi negara industri, pertanian, atau negara jasa.

Contohnya, berdasarkan pehitungan pendapatan nasional dapat diketahui bahwa

Indonesia termasuk negara pertanian atau agraris, Jepang merupakan negara

industri, Singapura termasuk negara yang unggul di sektor jasa, dan sebagainya.

Disamping itu, data pendapatan nasional juga dapat digunakan untuk

menentukan besarnya kontribusi berbagai sektor perekomian terhadap pendapatan

nasional, misalnya sektor pertanian, pertambangan, industri, perdaganan, jasa, dan

sebagainya. Data tersebut juga digunakan untuk membandingkan kemajuan

perekonomian dari waktu ke waktu, membandingkan perekonomian antarnegara

atau antardaerah, dan sebagai landasan perumusan kebijakan pemerintah.

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tingkat Pendapatan.

1. Permintaan dan penawaran agregat

Permintaan agregat menunjukkan hubungan antara keseluruhan

permintaan terhadap barang-barang dan jasa sesuai dengan tingkat harga.

Permintaan agregat adalah suatu daftar dari keseluruhan barang dan jasa yang

Page 66: ANALISIS PENGARUH TINGKAT INFLASI, SBI, JUMLAH UANG ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41230/1/RIZKI ANSORI-FEB.pdf · UANG BEREDAR, DAN TINGKAT PENDAPATAN TERHADAP

66

akan dibeli oleh sektor-sektor ekonomi pada berbagai tingkat harga, sedangkan

penawaran agregat menunjukkan hubungan antara keseluruhan penawaran

barang-barang dan jasa yang ditawarkan oleh perusahaan-perusahaan dengan

tingkat harga tertentu.

Jika terjadi perubahan permintaan atau penawaran agregat, maka

perubahan tersebut akan menimbulkan perubahan-perubahan pada tingkat

harga, tingkat pengangguran dan tingkat kegiatan ekonomi secara keseluruhan.

Adanya kenaikan pada permintaan agregat cenderung mengakibatkan kenaikan

tingkat harga dan output nasional (pendapatan nasional), yang selanjutnya akan

mengurangi tingkat pengangguran. Penurunan pada tingkat penawaran agregat

cenderung menaikkan harga, tetapi akan menurunkan output nasional

(pendapatan nasional) dan menambah pengangguran.

2. Konsumsi dan Tabungan

Konsumsi adalah pengeluaran total untuk memperoleh barang-barang

dan jasa dalam suatu perekonomian dalam jangka waktu tertentu (biasanya satu

tahun), sedangkan tabungan (saving) adalah bagian dari pendapatan yang tidak

dikeluarkan untuk konsumsi. Antara konsumsi, pendapatan, dan tabungan

sangat erat hubungannya. Hal ini dapat kita lihat dari pendapat Keynes yang

dikenal dengan Psychological Comsumption yang membahas tingkah laku

masyarakat dalam konsumsi jika dihubungkan dengan pendapatan.

3. Investasi

Pengeluaran untuk investasi merupakan salah satu komponen penting

dari pengeluaran agregat. (www.wikipedia.com)

Page 67: ANALISIS PENGARUH TINGKAT INFLASI, SBI, JUMLAH UANG ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41230/1/RIZKI ANSORI-FEB.pdf · UANG BEREDAR, DAN TINGKAT PENDAPATAN TERHADAP

67

4. Hubungan Tingkat Pendapatan dengan Nilai Tukar Rupiah.

Di dalam pasar bebas perubahan kurs tergantung pada beberapa faktor

yang mempengaruhi permintaan dan penawaran valuta asing. Bahwa valuta asing

diperlukan guna melakukan transaksi pembayaran keluar negeri (impor). Makin

tinggi tingkat pertumbuhan pendapatan (relatif terhadap negara lain) makin besar

kemampuan untuk impor makin besar pula permintaan akan valuta asing. Kurs

valuta asing cenderung meningkat dan harga mata uang sendiri turun. Demikian

juga inflasi akan menyebabkan impor naik dan ekspor turun kemudian akan

menyebabkan valuta asing naik. (Nopirin, 1997: 148)

G. Kerangka Pemikiran

Bank Indonesia (BI) adalah lembaga independen dimana pemerintah atau

pihak lainnya dilarang melakukan campur tangan terhadap pelaksanaan tugas

Bank Indonesia. Dimana tugas BI adalah menjaga kestabilan nilai Rupiah, yang

tentunya tidak terlepas dari kegiatan menjaga stabilitas moneter dan mendorong

stabilitas keuangan di Indonesia.

Nilai Tukar adalah harga sebuah mata uang dari suatu negara yang diukur

atau dinyatakan dalam mata uang lainnya. Banyak faktor yang mempengaruhi

nilai tukar, salah satunya adalah faktor fundamental yang berkaitan dengan

indikator-indikator ekonomi seperti inflasi, suku bunga, perbedaan relatif

pendapatan antar-negara. Kemudian berdasarkan penelitian terdahulu, nilai tukar

juga dipengaruhi jumlah uang yang beredar dan pendapatan.

Inflasi adalah proses kenaikan harga-harga secara terus-menerus. Akibat

dari inflasi secara umum adalah menurunnya daya beli masyarakat karena secara

Page 68: ANALISIS PENGARUH TINGKAT INFLASI, SBI, JUMLAH UANG ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41230/1/RIZKI ANSORI-FEB.pdf · UANG BEREDAR, DAN TINGKAT PENDAPATAN TERHADAP

68

riil tingkat pendapatannya juga menurun. Dalam hubungannya dengan nilai tukar

yaitu jika suatu negara luar negeri lebih tinggi inflasinya dibandingkan domestik

(Indonesia) maka Rupiah akan ditukarkan dengan lebih banyak valas. Jika inflasi

meningkat untuk membeli valuta asing yang sama jumlahnya harus ditukar

dengan Rupiah yang makin banyak atau depresiasi Rupiah.

Salah satu kebijakan Bank Indonesia yang dapat digunakan untuk

mencapai sasaran stabilitas harga atau pertumbuhan ekonomi adalah kebijakan-

kebijakan moneter dengan menggunakan instrumen moneter (suku bunga atau

agregat moneter). Salah satu jalur yang digunakan adalah jalur nilai tukar. Dalam

hubungan antara suku bunga dan nilai tukar yaitu jika terjadi pengetatan moneter

yang mendorong peningkatan suku bunga maka akan mengakibatkan apresiasi

nilai tukar karena adanya pemasukan modal dan luar negeri (Arifin, 1998: 4).

Mengenai hubungan antara uang beredar dan nilai tukar yaitu jika

pemerintah menambah uang beredar akan menurunkan tingkat bunga dan

merangsang investasi keluar negeri sehingga terjadi aliran modal keluar pada

giliran kurs valuta asing naik (apresiasi). Dengan menaiknya penawaran uang

atau atau jumlah uang beredar akan menaikkan harga barang yang diukur dengan

(term of money) sekaligus akan menaikkan harga valuta asing yang diukur dengan

mata uang domestik.(Herlambang, dkk, 2001)

Tingkat pendapatan relatif. Pendapatan mempengaruhi permintaan

produk impor. Perubahan tingkat pendapatan juga dapat memnegaruhi kurs tukar

secara tidak langsung melalui pengaruh suku bunga. (Madura, Jeff 2003) Makin

tinggi tingkat pertumbuhan pendapatan (relatif terhadap negara lain) makin besar

kemampuan untuk impor makin besar pula permintaan akan valuta asing. Kurs

Page 69: ANALISIS PENGARUH TINGKAT INFLASI, SBI, JUMLAH UANG ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41230/1/RIZKI ANSORI-FEB.pdf · UANG BEREDAR, DAN TINGKAT PENDAPATAN TERHADAP

69

valuta asing cenderung meningkat dan harga mata uang sendiri turun. Demikian

juga inflasi akan menyebabkan impor naik dan ekspor turun kemudian akan

menyebabkan valuta asing naik. (Nopirin, 1997: 148)

Berdasarkan bahasan variabel-variabel di atas maka penelitian ini ingin

membuktikan pengaruh tingkat inflasi, suku bunga (dalam hal ini suku bunga

Bank Indonesia), Jumlah uang yang beredar, dan pendapatan terhadap nilai tukar.

Kemudian dilakukan pengujian asumsi klasik yaitu uji normalitas, uji

heterokedasitas, uji autokorelasi, dan uji multikolineritas. Jika asumsi-asumsi

pada semua uji tersebut terpenuhi maka dilakukan uji hipotesis untuk mengetahui

pengaruh secara simultan, secara parsial, dan untuk mengukur kemampuan model

dalam menerangkan variabel dependen. Dengan diketahuinya uji statistic tersebut

di atas maka diharapkan dapat diketahui hubungan antar variabel. Langkah

selanjutnya yaitu interprestasi hasil yang didapat.

Page 70: ANALISIS PENGARUH TINGKAT INFLASI, SBI, JUMLAH UANG ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41230/1/RIZKI ANSORI-FEB.pdf · UANG BEREDAR, DAN TINGKAT PENDAPATAN TERHADAP

70

2.1 Skema Kerangka Pemikiran

BANK INDONESIA

INDEPENDEN:

-TINGKAT INFLASI

-SBI

-JUMLAH UANG BEREDAR

-TINGKAT PENDAPATAN

DEPENDEN:

NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP DOLLAR AMERIKA

MODEL REGRESI

UJI ASUMSI KLASIK REGRESI BERGANDA

AUTOKORELASI MULTIKOLINEARITAS HETEROKEDASTISITAS NORMALITAS

UJI REGRESI BERGANDA

UJI F SIMULTAN UJI T PARSIAL

INTERPRESTASI

KOEFISIEN DETERMINAN

Page 71: ANALISIS PENGARUH TINGKAT INFLASI, SBI, JUMLAH UANG ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41230/1/RIZKI ANSORI-FEB.pdf · UANG BEREDAR, DAN TINGKAT PENDAPATAN TERHADAP

71

H. Hipotesis

Berdasarkan permasalahan dan kerangka pemikiran yang ada, dapat

dirumuskan hipotesis sebagai berikut:

1. Terdapat pengaruh yang signifikan secara simultan dari tingkat SBI, tingkat

inflasi, money supply, dan tingkat pendapatan di Indonesia terhadap nilai

tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika.

2. Terdapat pengaruh secara parsial dari tingkat SBI, tingkat inflasi, money

supply, dan tingkat pendapatan di Indonesia terhadap nilai tukar Rupiah

terhadap Dollar Amerika.

3. Adanya hubungan kausalitas antara nilai tukar dengan tingkat SBI, tingkat

inflasi, money supply, dan tingkat pendapatan di Indonesia terhadap nilai

tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika. Walaupun dalam kenyataannya nilai

tukar lebih tergantung pada pasar dan ketiga faktor ekonomi lainnya lebih

tergantung pada kebijakan yang dilakukan oleh pemerintah atau badan yang

berwenang.

I. Penelitian Terdahulu

1. Hadori Yunus (2006), yang meneliti tentang dampak tingkat inflasi, suku

bunga, dan jumlah uang beredar terhadap nilai tukar dollar Amerika pada

emiten di bursa efek di bursa efek Indonesia. Hasil dari penelitian tersebut

yaitu adanya pengaruh secara simultan antara variabel independen terhadap

variabel dependen. Namun secara parsial tidak terdapat pengaruh antara

tingkat inflasi, suku bunga, dan jumlah uang beredar terhadap nilai tukar

dollar Amerika.

Page 72: ANALISIS PENGARUH TINGKAT INFLASI, SBI, JUMLAH UANG ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41230/1/RIZKI ANSORI-FEB.pdf · UANG BEREDAR, DAN TINGKAT PENDAPATAN TERHADAP

72

2. Triyono (2008), yang meneliti tentang analisis tentang perubahan kurs

rupiah terhadap dollar Amerika. Variabel yang digunakan adalah inflasi,

JUB, SBI, dan impor (M) terhadap kurs. Hasil analisis dengan uji t diketahui

bahwa regresi jangka pendek variabel inflasi, SBI dan impor tidak

signifikan terhadap kurs pada sementara variabel JUB berpengaruh secara

signifikan terhadap kurs. Dalam regresi jangka panjang variabel inflasi,

JUB, SBI, dan impor berpengaruh secara signifikan terhadap kurs.

Koefisien determinasi (R2) menunjukkan bahwa variabel inflasi, JUB, SBI

dan impor memberikan kontribusinya sebesar 49,0864 persen terhadap kurs,

sedangkan sisanya 50,9136 persen dipengaruhi oleh variabel bebas lain di

luar model yang digunakan.

3. Ana Octavia (2007), yang meneliti tentang analisis pengaruh nilai tukar

rupiah / US$ dan tingkat suku bunga SBI terhadap index harga saham

gabungan di Bursa Efek Jakarta. Secara bersama-sama ada pengaruh yang

sangat signifikan antara Nilai TukarRupiah/US$ dan Tingkat Suku Bunga

SBI terhadap Indeks Harga Saham Gabungan di Bursa Efek Jakarta. Secara

parsial ada pengaruh yang sangat signifikan antara Nilai Tukar Rupiah/US$

dan suku bunga SBI terhadap Indeks Harga Saham Gabungan di Bursa

Efek Jakarta.

4. Tri Wibowo dan Hidayat Amir (2005), yang meneliti tentang faktor-faktor

yang mempengaruhi nilai tukar rupiah. Variabelnya adalah tingkat inflasi,

suku bunga, dan jumlah uang beredar. Variabel moneter yang

mempengaruhi nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika adalah selisih

pendapatan riil Indonesia dan Amerika, selisih inflasi Indonesia dan

Page 73: ANALISIS PENGARUH TINGKAT INFLASI, SBI, JUMLAH UANG ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41230/1/RIZKI ANSORI-FEB.pdf · UANG BEREDAR, DAN TINGKAT PENDAPATAN TERHADAP

73

Amerika, selisih tingkat suku bunga Indonesia dan Amerika, serta nilai

tukar rupiah terhadap US$ satu bulan sebelumnya (lag -1). Selisih jumlah

uang beredar (M1) Indonesia dan Amerika belum menunjukkan pengaruh

yang signifikan terhadap nilai tukar rupiah.

5. Sri Isnowati (2002) yang meneliti tentang analisis faktor-faktor yang

mempengaruhi nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika: Pendekatan

Moneter 1987.2 - 1999.1 Hasil analisis jangka panjang yang diperoleh dari

estimasi dengan menggunakan model koreksi kesalahan menunjukkan

bahwa yang berpengaruh terhadap nilai tukar (kurs rupiah terhadap dollar

selama periode penelitian ( 1987.2 sampai dengan 1999.1 ) adalah

perbedaan jumlah uang beredar domestik dan Amerika serta perbedaan

harga domestik dan Amerika. Hasil estimasi OLS dengan model koreksi

kesalahan menunjukkan bahwa variabel perbedaan jumlah uang beredar

(LMX) adalah berpengaruh terhadap nilai tukar dalam jangka pendek

sedangkan dalam jangka panjang variabel ini tidak mampu menerangkan

perilaku nilai tukar. Tidak signifikannya perbedaan jumlah uang beredar

dalam jangka panjang menunjukkan bahwa kebijakan moneter yang

dimaksudkan untuk mengurangi jumlah uang beredar dalam jangka panjang

kurang efektif dalam mengatasi masalah nilai tukar.

Page 74: ANALISIS PENGARUH TINGKAT INFLASI, SBI, JUMLAH UANG ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41230/1/RIZKI ANSORI-FEB.pdf · UANG BEREDAR, DAN TINGKAT PENDAPATAN TERHADAP

74

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan dengan mengambil data keuangan atau

laporan keuangan bank Indonesia mengenai nilai tukar Rupiah, tingkat inflasi,

suku bunga, jumlah uang beredar, dan tingkat pendapatan serta data-data lain

yang berkaitan dengan bank Indonesia. Data yang diambil yaitu mulai dari tahun

2006 sampai dengan 2009. Ruang lingkup dari penelitian ini yaitu membahas

Variabel Bebas (Variable Independent) yang terdiri dari Tingkat Inflasi (X1),

Suku Bunga (X2), Uang Beredar (X3), dan Tingkat Pendapatan (X4), sedangkan

Variabel Tidak Bebas (Variable Dependent) yaitu Nilai Tukar Rupiah (Y).

B. Metode Penentuan Sampel

Pengambilan sampel dengan metode purposive sampling, yaitu

pengambilan sampel non probability dimana metode ini menetapkan bahwa setiap

elemen tidak mempunyai kesempatan yang sama untuk menjadi sampel penelitian

dan harus memenuhi syarat atau kriteria tertentu yang dapat digunakan sebagai

sampel untuk penelitian.

Kriteria penentuan sampel dalam penelitian ini :

1. Laporan keuangan Indonesia yang terdaftar dalam BI dari tahun 2006

sampai dengan tahun 2009.

2. Bank Indonesia mengeluarkan laporan keuangan Indonesia perbulan,

karena untuk mengetahui informasi variabel independen yang diteliti.

Page 75: ANALISIS PENGARUH TINGKAT INFLASI, SBI, JUMLAH UANG ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41230/1/RIZKI ANSORI-FEB.pdf · UANG BEREDAR, DAN TINGKAT PENDAPATAN TERHADAP

75

3. Bank Indonesia yang mengeluarkan laporan Kurs rupiah terhadap dollar

Amerika.

4. Bank Indonesia yang menentukan dan mengeluarkan suku bunga SBI.

5. Bank Indonesia juga yang mengumpulkan data Inflasi, Jumlah Uang

Beredar, dan Tingkat Pendapatan Indonesia.

C. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan yaitu dengan menggunakan

pengumpulan data sekunder. Data sekunder merupakan sumber data yang

diperoleh peneliti secara tidak langsung melalui media perantara (diperoleh dan

dicatat oleh pihak lain). (Nur Indrianto,1999:147)

Data sekunder yang dikumpulkan yaitu berupa literatur ilmiah, buku-

buku, internet, dan diktat kuliah yang berhubungan dengan topik penulisan ini.

Hal ini dilakukan untuk mendapatkan dasar-dasar teori yang berkaitan dengan

Inflasi, Suku Bunga, Jumlah Uang Beredar, Tingkat Pendapatan, dan Nilai Tukar

Rupiah. Kemudian sumber data berasal dari perpustakaan Bank Indonesia dan

situs internet Bank Indonesia. Data yang diambil yaitu mengenai Nilai Tukar

Rupiah, Inflasi, Suku Bunga, Jumlah Uang Beredar, dan Tingkat Pendapatan.

D. Metode Analisis

1. Metode Analisis Linier Berganda

Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji regresi

linier berganda. Uji regresi linier berganda ini digunakan untuk

mengetahui hubungan atau pengaruh antara tingkat inflasi, suku bunga,

jumlah uang beredar, dan tingkat pendapatan terhadap penentuan nilai

Page 76: ANALISIS PENGARUH TINGKAT INFLASI, SBI, JUMLAH UANG ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41230/1/RIZKI ANSORI-FEB.pdf · UANG BEREDAR, DAN TINGKAT PENDAPATAN TERHADAP

76

tukar Rupiah baik secara simultan maupun parsial. Adapun rumus regresi

linier berganda adalah:

Y= a + b1X1 +b2X2+b3X3+b4X4+e

Dimana:

Y : Variabel nilai tukar Rupiah

a : Konstanta

X1 : Variabel Inflasi

X2 : Variabel SBI

X3 : Variabel Uang Beredar

X4 : Variabel Tingkat Pendapatan

b1-b4 : Koefisien regresi masing-masing variabel

independen

e : error term

2. Uji Asumsi Klasik (Pengujian Penyimpangan Asumsi Klasik):

a. Uji Normalitas

Uji normalitas ini bertujuan untuk apakah dalam model regresi

variabel independen, variabel dependen, maupun kedua-duanya

mempunyai distribusi normal atau tidak. Model regresi yang baik

adalah memiliki distribusi data normal atau mendekati normal.

Menurut Imam Ghozali (2006:112), pada prinsipnya normalitas

dapat dideteksi dengan melihat penyebaran data (titik) pada sumbu

Page 77: ANALISIS PENGARUH TINGKAT INFLASI, SBI, JUMLAH UANG ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41230/1/RIZKI ANSORI-FEB.pdf · UANG BEREDAR, DAN TINGKAT PENDAPATAN TERHADAP

77

diagonal grafik atau dengan melihat histogram dari residualnya.

Dasar pengambilan keputusan:

1). Jika data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah

garis diagonal atau grafik histogramnya menunjukkan pola

distribusi normal, maka model regresi memenuhi asumsi normal.

2). Jika data mnyebar jauh dari garis diagonal atau tidak mengikuti

arah garis diagonal atau grafik histogram tidak menunjukkan pola

distribusi normal, maka model regresi tidak memenuhi asumsi

normalitas.

b. Uji Multikolinearitas

Uji multikolinearitas ini bertujuan untuk menguji apakah model

regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (variabel

independen). Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi

korelasi diantara variabel bebas. (Imam Ghozali,2006:91) Untuk

mengetahui ada atau tidaknya multikolinearitas dapat dilihat dari nilai

toleransi (tolerance) dan Variance Inflation Factor (VIF).

Tolerance mengukur variabilitas variabel independen yang

terpilih yang tidak dijelaskan oleh variabel independen lainnya. Jadi

nilai tolerance yang rendah sama dengan nilai VIF yang tinggi (karena

VIF = 1/tolerance). (Imam Ghozali,2006:92-93)

Nilai yang umum dipakai untuk menunjukkan adanya

multikolinearitas didalam regresi adalah:

1). Dilihat dari nilai tolerance dan Variance Inflation Factor (VIF),

model regresi yang bebas multikolinearitas mempunyai nilai VIF

Page 78: ANALISIS PENGARUH TINGKAT INFLASI, SBI, JUMLAH UANG ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41230/1/RIZKI ANSORI-FEB.pdf · UANG BEREDAR, DAN TINGKAT PENDAPATAN TERHADAP

78

berkisar pada angka 1 sampai dengan 10 dan mempunyai nilai

tolerance mendekati 1.

2). Menganalisis matrik korelasi variabel-variabel bebas, jika antara

variabel bebas ada korelasi yang cukup tinggi (umumnya diatas

90%) maka hal ini diindikasikan adanya multikolinearitas.

c. Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam model

regresi linier ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode

t-1 (sebelumnya). Jika ada korelasi, maka dinamakan ada problem

autokorelasi. (Imam Ghozali,2006:95)

Model regresi yang baik adalah regresi yang bebas dari

autokorelasi. Salah satu cara yang digunakan untuk mendeteksi ada

atau tidaknya autokorelasi yaitu uji Durbin-Watson (DW test).

Hipotesis yang akan di uji adalah:

H0 : tidak ada autokorelasi

HA : ada autokorelasi

Pengambilan keputusan ada atau tidaknya autokorelasi adalah

sebagai berikut:

1). Bila nilai DW di bawah -2 berarti ada autokorelasi positif.

2). Bila nilai DW di antara -2 sampai +2 tidak ada autokorelasi.

3). Bila nilai DW di atas +2 berarti ada autokorelasi negatif.

d. Uji Heterokedastisitas

Uji heterokedastisitas ini bertujuan untuk menguji apakah dalam

model regresi terjadi ketidaksamaan variasi dari satu pengamatan ke

Page 79: ANALISIS PENGARUH TINGKAT INFLASI, SBI, JUMLAH UANG ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41230/1/RIZKI ANSORI-FEB.pdf · UANG BEREDAR, DAN TINGKAT PENDAPATAN TERHADAP

79

pengamatan lainnya. Model regresi yang baik adalah yang tidak

terjadi heterokedastisitas. (Imam Ghozali,2006:105)

Dalam Bhuono Agung Nugroho (2005:62), heterokedastisitas

menguji terjadinya perbedaan variance residual suatu periode

pengamatan ke pengamatan lainnya. Cara memprediksi ada tidaknya

heterokedastisitas pada suatu model dapat dilihat dari pola gambar

scatterplot model tersebut. Analisis pada gambar scatterplot yang

menyatakan model regresi linier berganda tidak terdapat

heterokedastisitas apabila:

1. Titik-titik data menyebar diatas dan dibawah atau disekitar angka 0.

2. Titik-titik data tidak mengumpul hanya diatas dan dibawah saja.

3. Penyebaran titik-titik data tidak boleh membentuk pola

bergelombang melebar kemudian menyempit dan melebar kembali.

4. Penyebaran titik-titik data sebaiknya tidak berpola.

3. Pengujian Hipotesis

a. Uji Signifikan Parameter Individual / Parsial (Uji t)

Uji hipotesis yang digunakan adalah uji t, yang bertujuan untuk

mengetahui seberapa jauh pengaruh variabel independen secara

parsial dalam menerangkan variabel dependen.

Uji parsial digunakan untuk mengetahui pengaruh masing-masing

variabel independen terhadap variabel dependen. (Imam

Ghozali,2006:128)

Page 80: ANALISIS PENGARUH TINGKAT INFLASI, SBI, JUMLAH UANG ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41230/1/RIZKI ANSORI-FEB.pdf · UANG BEREDAR, DAN TINGKAT PENDAPATAN TERHADAP

80

Rumus Uji t:

t =

Jika Thitung lebih besar dari Ttabel atau nilai signifikan Thitung < a

:5% = 0,05. Maka terdapat pengaruh signifikan antara variabel

independen secara parsial terhadap variabel dependen.

Kriteria pengujian:

Thitung > Ttabel : H0 ditolak H1 diterima

Thitung < Ttabel : H0 diterima H1 ditolak

b. Uji Pengaruh Simultan

Uji pengaruh simultan digunakan untuk mengetahui apakah

variabel independen secara bersama-sama atau simultan

mempengaruhi variabel dependen. (Imam Ghozali,2006:127)

Rumus Uji F:

F=

Atau

F=

Sumber : Stanisluaus S Uyanto,2009:242

Rata-Rata Sampel Pertama - Rata-Rata Sampel Kedua

Standar Error Perbedaan Rata-Rata Kedua Sampel

Between Groups Estimated Variance atau Mean-square Within Groups Estimated Variance

atau Mean-square

Rata-Rata Kuadrat atau S12

Rata-Rata Kuadrat atau S22

Page 81: ANALISIS PENGARUH TINGKAT INFLASI, SBI, JUMLAH UANG ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41230/1/RIZKI ANSORI-FEB.pdf · UANG BEREDAR, DAN TINGKAT PENDAPATAN TERHADAP

81

Uji F ini dilakukan untuk melihat kemaknaan dari hasil model

regresi. Bila Fhitung lebih besar dari Ftabel, tingkat signifikasinya lebih

kecil dari 5% (a : 5% = 0,05), maka hal ini menunjukkan bahwa H0

ditolak dan H1 diterima, berarti bahwa variabel independen secara

simultan mempunyai pengaruh signifikan terhadap variabel dependen.

Kriteria pengujian:

Fhitung > Ftabel : H0 ditolak H1 diterima

Fhitung < Ftabel : H0 diterima H1 ditolak

c. Uji Koefisien Determinasi (R2)

Koefisien determinasi (R2) pada intinya mengukur seberapa jauh

kemampuan model menerangkan variasi variabel dependen, maka

perlu diketahui melalui adjusted R square. Nilai koefisien determinasi

adalah antara nol dan satu. Nilai R2 yang kecil berarti kemampuan

variabel-variabel independen dalam menjelaskan variabel dependen

amat terbatas.

Nilai yang mendekati satu berarti variabel-variabel independen

memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk

memprediksi variabel dependen. (Imam Ghozali,2006:83)

E. Operasional Variabel Penelitian

Dalam penelitian ini terdapat dua variabel. Variabel dependen dan

variabel independen.

Page 82: ANALISIS PENGARUH TINGKAT INFLASI, SBI, JUMLAH UANG ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41230/1/RIZKI ANSORI-FEB.pdf · UANG BEREDAR, DAN TINGKAT PENDAPATAN TERHADAP

82

Adapun yang menjadi variabel dependennya :

Nilai Tukar Dollar Amerika (Y)

Nilai tukar atau dikenal pula sebagai kurs dalam keuangan adalah sebuah

perjanjian yang dikenal sebagai nilai tukar mata uang terhadap pembayaran saat

kini atau di kemudian hari, antara dua mata uang masing-masing negara atau

wilayah.

Transaksi Valuta Asing yang mana kedua belah pihak sepakat untuk

saling menukarkan simpanan bank mereka serta melaksanakan secepatnya. Kurs

yang melandasi perdagangan seketika (On The Spot) ini disebut Kurs Spot (Spot

Exchange Rate), sedangkan kesepakatannya disebut Transaksi Spot.

Istilah “seketika” atau “spot” ini sebenarnya kurang tepat mengingat

pertukaran spot lazimnya baru dilaksanakan dua hari setelah tercapainya

kesepakatan. Keterlambatan ini terjadi karena dalam kebanyakan transaksi bank

perlu dua hari guna melaksanakan intruksi pembayaran (misalnya berupa cek).

Dalam kepustakaan Pasar Valuta Asing, tanggal dimana kedua belah pihak benar-

benar menerima dana yang mereka beli, yakni dua hari setelah kesepakatannya,

disebut Tanggal Nilai (Value Date).

Sedangkan variabel independennya :

Tingkat Inflasi (X1)

Inflasi adalah kenaikan harga secara umum, atau inflasi dapat juga

dikatakan sebagai penurunan daya beli uang. Makin tinggi kenaikan harga makin

turun nilai uang.

Inflasi adalah masalah seluruh dunia. Namun berdasarkan data negara

yang sedang berkembang, yang lebih banyak pengalamannya dalam hal ini inflasi

Page 83: ANALISIS PENGARUH TINGKAT INFLASI, SBI, JUMLAH UANG ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41230/1/RIZKI ANSORI-FEB.pdf · UANG BEREDAR, DAN TINGKAT PENDAPATAN TERHADAP

83

dibanding dengan negara industri. Penyebaran inflasi keseluruh dunia terjadi oleh

karena adanya mekanisme perdagangan keuangan yang saling berkaitan antara

negara dunia.

Tingkat Suku Bunga (X2)

Adalah harga dana yang dapat dipinjamkan (loanable funds), besarnya

ditentukan oleh preferensi dan sumber pinjaman berbagai pelaku ekonomi di pasar

(Daryono:2003). Sesuai dengan teori Keynes, Hicks mengatakan bahwa tabungan

tidak hanya di pengaruhi oleh tingkat suku bunga, tetapi juga tingkat pendapatan

(marginal propensity to save), tabungan akan naik bila pendapatan nasional naik,

investasi naik, dan investasi naik bila tingkat suku bunga turun. Tingkat suku

bunga yang tinggi juga akan mempengaruhi nilai sekarang (present value) aliran

kas perusahaan, sehingga kesempatan investasi yang ada tidak menarik lagi.

Jumlah Uang Beredar (X3)

Perubahan jumlah uang beredar ditentukan oleh hasil ereksi antara

masyarakat, lembaga keuangan dan bank sentral. Jumlah uang beredar adalah

hasil kali uang primer (monetary base) dengan pengganda uang (money

multiplier).

Tingkat Pendapatan (X4)

Termasuk sebagai kebijakan fiskal pemerintah dalam bidang anggaran

dan belanja negara dengan maksud untuk mempengaruhi jalannya perekonomian.

Untuk komposisi besar kecilnya pendapatan / penerimaan dan pengeluaran

negara setiap tahunnya dapat dilihat pada APBN . Mengenai APBN, terdapat tiga

prinsip yang mendasari penyusunan, yaitu prinsip anggaran berimbang, dinamis,

dan fungsional.

Page 84: ANALISIS PENGARUH TINGKAT INFLASI, SBI, JUMLAH UANG ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41230/1/RIZKI ANSORI-FEB.pdf · UANG BEREDAR, DAN TINGKAT PENDAPATAN TERHADAP

84

Prinsip berimbang menghendaki besarnya sisi pengeluaran sama dengan

besarnya sisi penerimaan. Prinsip anggaran dinamis adalah pengutamaaan

pembangunan yang dibiayai oleh kemampuan finansial dalam negeri (oleh negara

itu sendiri). Sedangkan prinsip anggaran fungsional adalah semua bantuan luar

negeri hanya diperuntukkan / dipergunakan untuk membiayai pembangunan dan

bukan untuk membiayai pengeluaran rutin (membayar gaji pegawai negeri,

subsidi, dan sebagainya).

Page 85: ANALISIS PENGARUH TINGKAT INFLASI, SBI, JUMLAH UANG ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41230/1/RIZKI ANSORI-FEB.pdf · UANG BEREDAR, DAN TINGKAT PENDAPATAN TERHADAP

85

BAB IV

PEMBAHASAN

A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian

1. Sejarah Singkat Lembaga Keuangan di Indonesia

Sejarah singkat lembaga keuangan di Indonesia ada dua jenis sistem

yaitu sistem perbankan dan sistem lembaga keuangan. Lembaga keuangan yang

masuk dalam sistem perbankan adalah lembaga keuangan yang berdasarkan

peraturan perundangan dapat menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk

simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit atau

bentuk-bentuk lainnya dan dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas

pembayaran.

Sistem perbankan mengalami perubahan yang cukup prinsipil terutama

setelah diundangkannya Undang-Undang No.7 Tahun 1992 dan Undang-Undang

No.10 Tahun 1998 yang menggantikan Undang-Undang No.14 Tahun 1967 yang

sudah sangat tidak memadai lagi menampung permasalahan dan kompleksitas

yang timbul dari industri perbankan sejalan dengan pesatnya perkembangan

sektor perbankan mengikuti kebutuhan masyarakat terhadap jasa-jasa perbankan

disamping kuatnya pengaruh arus globalisasi.

Undang-Undang No.7 Tahun 1992 telah menyederhanakan sistem

perbankan dengan menghilangkan perbedaaan fungsi-fungsi operasional

perbankan secara struktural sebagaimana diatur dalam Undang-Undang No.14

Tahun 1967 yang membedakan antara bank umum, bank pembangunan, bank

tabungan, bank koperasi, dan bank perkreditan rakyat. Kegiatan usaha bank yang

Page 86: ANALISIS PENGARUH TINGKAT INFLASI, SBI, JUMLAH UANG ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41230/1/RIZKI ANSORI-FEB.pdf · UANG BEREDAR, DAN TINGKAT PENDAPATAN TERHADAP

86

dipisahkan berdasarkan fungsinya tersebut sebenarnya sudah tidak tepat karena

pada dasarnya semua jenis bank dapat beroperasi sebagai bank umum kecuali

Bank Perkreditan Rakyat (BPR). Oleh karena itu, sistem perbankan pasca

Undang-Undang No.7 Tahun 1992 hanya dikenal dua jenis bank yaitu bank umum

dan BPR.

Penyempurnaan peraturan perundangan di sektor keuangan moneter yang

dilakukan pemerintah terutama sejak memasuki dekade 1990-an tersebut pada

dasarnya sangat tepat dalam rangka mengantisipasi persaingan di sektor ini

memasuki lingkungan globalisasi perdagangan dunia yang diawali dengan

pembentukan blok-blok perdagangan bebas regionla yang dikenal selama ini

seperti Asean Free Trade Area (AFTA), Asia Pasific Economic Coorporation

(APEC), termasuk penyatuan pasar masyarakat Eropa yang sejak awal tahun1999

telah memberlakukan mata uang tunggal yang disebut Euro. Kemudian pada

tahun 2020 ekonomi dunia memasuki era perdagangan bebas sebagaimana yang

telah ditandatangani oleh-oleh anggota dalam rangka General Agreement on

Trade on Tariff (GATT) atau World Trade Organization (WTO) di Marrakesh 15

April 1994.

Guna mengantisipasi hal itu pemerintah Indonesia menggabungkan

beberapa bank pemerintah yaitu BDN, BBD, Bank Exim, dan Bapindo ke dalam

Bank Mandiri. Dengan kebijakan ini menyebabkan struktur bank pemerintah

menjadi bank yang tangguh dan diharapkan lebih kompetitif. Di samping itu

untuk memperkuat daya saing perbankan, ketentuan permodalan minimum bagi

pendirian bank baru menurut UU No.10 Tahun 1998 dinaikkan menjadi minimal

Rp 3 triliun.

Page 87: ANALISIS PENGARUH TINGKAT INFLASI, SBI, JUMLAH UANG ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41230/1/RIZKI ANSORI-FEB.pdf · UANG BEREDAR, DAN TINGKAT PENDAPATAN TERHADAP

87

Sejalan dengan kebijakan diatas, untuk menyehatkan sektor keuangan

dan perbankan, Bank Indonesia sampai saat ini melakukan restrukturisasi disektor

perbankan melalui program rekapitulasi, pembekuan operasi bank, atau

mengambil alih bank yang memang masih dapat diselamatkan serta melikuidasi

sebagian bank yang secara struktural kondisi keuangannya sulit untuk diperbaiki

akibat portofolio assetnya, khususnya karena banyaknya jumlah kredit bermasalah

(non performing loan) di samping itu bank tidak mampu memenuhi peraturan

terutama ketentuan permodalan minimum atau CAR sebesar 4% kemudian pada

akhir tahun 2001 harus telah mencapai 8%.

2. Sejarah singkat Bank Indonesia

Pada tahun 1828 Bank Indonesia atau pada waktu didirikan kali pertama

bernama De Javasche Bank didirikan oleh pemerintahan Hindia Belanda sebagai

bank sirkulasi yang bertugas mencetak dan mengedarkan uang. Kemudian pada

tahun 1953, Undang-Undang Pokok Bank Indonesia menetapkan pendirian Bank

Indonesia untuk menggantikan fungsi De Javasche Bank sebagai bank sentral, dan

sistem pembayaran. Disamping itu, Bank Indonesia diberi tugas lain dalam

hubungannya dengan pemerintah dan melanjutkan fungsi bank komersial yang

dilakukan De Javasche Bank sebelumnya.

Pada tahun 1968, Undang-Undang Bank Sentral mengatur kedudukan

dan tugas Bank Indonesia sebagai bank sentral, terpisah dari bank-bank lain yang

melakukan fungsi komersial. Selain tiga tugas pokok bank sentral, Bank Indonesia

juga bertugas membantu pemerintah sebagai agen pembangunan mendorong

kelancaran produksi dan pembangunan serta memperluas kesempatan kerja guna

meningkatkan taraf hidup rakyat.

Page 88: ANALISIS PENGARUH TINGKAT INFLASI, SBI, JUMLAH UANG ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41230/1/RIZKI ANSORI-FEB.pdf · UANG BEREDAR, DAN TINGKAT PENDAPATAN TERHADAP

88

Tahun 1999 merupakan babak baru dalam sejarah Bank Indonesia, sesuia

dengan UU No.23/1999 yang menetapkan tujuan tunggal Bank Indonesia yaitu

mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah. Kemudian pada tahun 2004

Undang-Undang Bank Indonesia di amandemenkan dengan fokus pada aspek

penting yang terkait dengan pelaksanaan tugas dan wewenang Bank Indonesia,

termasuk penguatan governance. Tahun 2008 pemerintah mengeluarkan peraturan

Pemerintah pengganti Undang-Undang No.23 tahun 1999 tentang Bnal Indonesia

sebagai bagian dari upaya menjaga stabilitas sistem keuangan. Amandemen

dimaksudkan untuk meningkatkan ketahanan perbankan nasional dalam

menghadapi krisis global melalui peningkatan akses perbankan terhadap Fasilitas

Pembiayaan Jangka Pendek dari Bank Indonesia.

B. Pengolahan dan Analisis Deskriptif

Dalam penelitian ini, data yang digunakan adalah Tingkat Inflasi, SBI,

Jumlah Uang Beredar dan Nilai Tukar yang terdaftar di BI dari tahun 2006 sampai

dengan tahun 2009.

Kemudian data tersebut diinput dengan menggunakan Microsoft EXCEL

edisi 2007 dan didapat variabel-variabel, yaitu Tingkat Inflasi, SBI, Jumlah Uang

Beredar dan Nilai Tukar.

Setelah itu data diinput menggunakan SPSS versi 16 dengan

menggunakan uji asumsi klasik terlebih dahulu untuk melihat apakah data yang

diolah memenuhi syarat untuk digunakan dalam regresi berganda. Variabel yang

didapat ditransformasikan ke bentuk natural logarithma (LN). Ini digunakan untuk

menstandardisasikan data mentah, sehingga distribusi masing-masing variabel

menjadi normal.

Page 89: ANALISIS PENGARUH TINGKAT INFLASI, SBI, JUMLAH UANG ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41230/1/RIZKI ANSORI-FEB.pdf · UANG BEREDAR, DAN TINGKAT PENDAPATAN TERHADAP

89

Kemudian variabel-variabel tersebut diinput guna memperoleh output

dari model persamaan regresi berganda. Sekaligus untuk menganalisis pengaruh

variabel independent terhadap variabel dependen dengan dasar keputusan dari uji

F, uji T dan koofisien determinasi (R2)

1. Analisis Deskriptif Variabel

a. Deskripsi Variabel Tingkat Inflasi

Untuk mengetahui besarnya Tingkat Inflasi dari Bank Indonesia pada

periode 2006-2009 dapat dilihat dari tabel berikut:

Tabel 4.1 Tingkat Inflasi (%)

No. Bulan 2006 2007 2008 2009 Rata-rata

1 Januari 1.4192 0.5217 0.6133 0.7642 0.8296 2 Februari 1.4933 0.5250 0.6167 0.7167 0.8379 3 Maret 1.3117 0.5433 0.6808 0.6600 0.7990 4 April 1.2833 0.5242 0.7467 0.6092 0.7908 5 Mei 1.3000 0.5008 0.8650 0.5033 0.7923 6 Juni 1.2942 0.4808 0.9192 0.3042 0.7496 7 Juli 1.2625 0.5050 0.9917 0.2258 0.7463 8 Agustus 1.2417 0.5425 0.9875 0.2292 0.7502 9 September 1.2125 0.5792 1.0117 0.2358 0.7598

10 Oktober 0.5242 0.5733 0.9808 0.2142 0.5731 11 November 0.4392 0.5592 0.9733 0.2008 0.5431 12 Desember 0.5500 0.5492 0.9217 0.2317 0.5631

Rata-rata pertumbuhan 1.110972 0.533681 0.859028 0.407917

Sumber : Bank Indonesia

Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa tingkat Inflasi bervariasi dan

berfluktuasi mulai dari yang terendah yaitu 0.2008% dan terbesar yaitu

1.4933%. Inflasi terendah yaitu terjadi pada bulan November 2009,

sedangkan inflasi terbesar terjadi pada Februari 2006. Kemudian mengenai

rata-rata pertumbuhan pertahun nilai inflasi yang terbesar yaitu berada pada

Page 90: ANALISIS PENGARUH TINGKAT INFLASI, SBI, JUMLAH UANG ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41230/1/RIZKI ANSORI-FEB.pdf · UANG BEREDAR, DAN TINGKAT PENDAPATAN TERHADAP

90

tahun 2006 sebesar 1.110972% dan yang terkecil yaitu pada tahun 2009

sebesar 0.407917%.

Untuk pertumbuhan rata-rata bulanan jika dilihat dari tabel maka nilai

inflasi yang terbesar yaitu pada bulan Februari sebesar 0.8379% dan nilai

yang terendah yaitu pada bulan November sebesar 0.5431%.

b. Deskripsi Variabel Suku Bunga SBI

Suku bunga yang di tetapkan oleh Bank Indonesia dengan

dikeluarkannya Sertifikat Bank Indonesia menjadi tolak ukur suku bunga

bagi bank-bank swasta di Indonesia untuk menarik nasabahnya. Ukuran

yang digunakan yaitu dalam bentuk persentase. Data tabel di bawah ini

merupakan data suku bunga jangka waktu 1 bulan periode 2006 - 2009.

Tabel 4.2 Suku Bunga SBI (Persen)

No. Bulan 2006 2007 2008 2009 Rata-rata

1 Januari 1.0625 0.7917 0.6667 0.7292 0.8125 2 Februari 1.0617 0.7708 0.6608 0.6875 0.7952 3 Maret 1.0608 0.7500 0.6633 0.6458 0.7800 4 April 1.0617 0.7500 0.6658 0.6250 0.7756 5 Mei 1.0417 0.7292 0.6925 0.6042 0.7669 6 Juni 1.0417 0.7083 0.7275 0.5833 0.7652 7 Juli 1.0208 0.6875 0.7692 0.5625 0.7600 8 Agustus 0.9792 0.6875 0.7733 0.5417 0.7454 9 September 0.9375 0.6875 0.8092 0.5417 0.7440

10 Oktober 0.8958 0.6875 0.9150 0.5417 0.7600 11 November 0.8542 0.6875 0.9367 0.5417 0.7550 12 Desember 0.8125 0.6667 0.9025 0.5417 0.7308

Rata-rata pertumbuhan 0.9858 0.7170 0.7652 0.5955

Sumber : Bank Indonesia

Page 91: ANALISIS PENGARUH TINGKAT INFLASI, SBI, JUMLAH UANG ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41230/1/RIZKI ANSORI-FEB.pdf · UANG BEREDAR, DAN TINGKAT PENDAPATAN TERHADAP

91

Dari tabel diatas dapat di ketahui bahwa nilai suku bunga SBI

terendah yaitu 0.5417% pada bulan Agustus sampai Desember 2009 dan

nilai suku bunga SBI yang tertinggi yaitu 1.0625% pada bulan Januari 2006.

Untuk rata-rata tahunan, yang terendah yaitu pada tahun 2009 sebesar

0.5955% dan untuk yang tertinggi yaitu pada tahun 2006 sebesar 0.9858%.

Sedangkan untuk rata-rata bulanan dari tahun 2006 sampai tahun 2009 nilai

suku bunga SBI yang terendah yaitu pada bulan Desember sebesar 0.7308%

dan untuk nilai suku bunga SBI yang tertinggi yaitu pada bulan Januari

sebesar 0.8125%.

c. Deskripsi Variabel Jumlah Uang Beredar

Untuk mengetahui besarnya Tingkat Jumlah Uang Beredar dari Bank

Indonesia pada periode 2006-2009 dapat dilihat dari tabel berikut:

Tabel 4.3 Jumlah Uang Beredar (Miliar Rp)

No. Bulan 2006 2007 2008 2009 Rata-rata 1 Januari 1.194.939 1.367.957 1.596.565 1.874.145 1508402 2 Februari 1.197.771 1.369.244 1.603.750 1.900.208 1517743 3 Maret 1.198.748 1.379.237 1.594.930 1.916.752 1522417 4 April 1.197.122 1.385.715 1.611.691 1.912.623 1526788 5 Mei 1.241.866 1.396.069 1.641.733 1.927.070 1551685 6 Juni 1.257.785 1.454.578 1.703.381 1.977.533 1598319 7 Juli 1.252.815 1.474.769 1.686.050 1.963.180 1594204

8 Agustus 1.274.084 1.493.051 1.682.811 1.995.294 1611310 9 September 1.294.745 1.516.884 1.778.139 2.018.031 1651950

10 Oktober 1.329.426 1.533.845 1.812.490 2.021.517 1674320 11 November 1.341.940 1.559.569 1.851.023 2.062.206 1703685 12 Desember 1.382.493 1.649.663 1.895.839 2.141.384 1767345

Rata-rata pertumbuha

n 1263645 1465048 1704867 1975829 Sumber : Bank Indonesia

Page 92: ANALISIS PENGARUH TINGKAT INFLASI, SBI, JUMLAH UANG ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41230/1/RIZKI ANSORI-FEB.pdf · UANG BEREDAR, DAN TINGKAT PENDAPATAN TERHADAP

92

Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa Jumlah Uang Beredar

bervariasi dan berfluktuasi mulai dari yang terendah yaitu 1.194.939 miliar

rupiah dan tertinggi yaitu 2.141.384 miliar rupiah. Jumlah Uang Beredar

terendah yaitu terjadi pada bulan Januari 2006, sedangkan Jumlah Uang

Beredar tertinggi terjadi pada Desember 2009. Kemudian mengenai rata-rata

pertumbuhan pertahun Jumlah Uang Beredar yang terbesar yaitu berada

pada tahun 2009 sebesar 1.975.829 miliar rupiah dan yang terkecil yaitu

pada tahun 2006 sebesar 1.263.645 miliar rupiah.

Untuk pertumbuhan rata-rata bulanan jika dilihat dari tabel maka nilai

Jumlah Uang Beredar yang tertinggi yaitu pada bulan Desember sebesar

1.767.345 miliar rupiah dan nilai yang terendah yaitu pada bulan Januari

sebesar 1.508.402 miliar rupiah.

d. Deskripsi Variabel Tingkat Pendapatan

Untuk mengetahui besarnya Tingkat Pendapatan dari Bank Indonesia

pada periode 2006-2009 dapat dilihat dari tabel berikut:

Page 93: ANALISIS PENGARUH TINGKAT INFLASI, SBI, JUMLAH UANG ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41230/1/RIZKI ANSORI-FEB.pdf · UANG BEREDAR, DAN TINGKAT PENDAPATAN TERHADAP

93

Tabel 4.4 Tingkat Pendapatan relatif impor (Ribu USD)

No. Bulan 2006 2007 2008 2009 Rata-rata

1 Januari 4.642.411 5.361.879 7.864.943 5.734.537 5900943 2 Februari 4.688.062 5.386.933 7.445.730 5.032.731 5638364 3 Maret 5.485.801 5.785.514 8.020.166 5.848.384 6284966 4 April 5.007.700 5.632.137 9.028.451 5.515.138 6295857 5 Mei 4.915.933 6.183.692 8.403.536 6.397.622 6475196 6 Juni 5.175.799 6.185.667 8.515.898 7.021.982 6724837 7 Juli 5.310.875 6.395.302 9.351.662 7.758.638 7204119 8 Agustus 5.211.195 6.654.005 9.220.430 7.349.280 7108728 9 September 5.163.298 5.882.669 8.812.989 5.616.355 6368828

10 Oktober 3.983.528 6.045.009 9.416.303 7.922.535 6841844 11 November 6.286.387 6.832.882 7.439.344 7.144.654 6925817 12 Desember 5.329.022 5.919.626 7.124.158 8.084.130 6614234

Rata-rata pertumbuhan 5100001 6022110 8386968 6618832

Sumber : Bank Indonesia

Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa Tingkat Pendapatan terendah

yaitu terjadi pada bulan Oktober 2006 sebesar 3.983.528 ribu USD,

sedangkan Tingkat Pendapatan tertinggi terjadi pada bulan Oktober 2008

sebesar 9.416.303 ribu USD. Kemudian mengenai rata-rata pertumbuhan

pertahun Tingkat Pendapatan yang tertinggi yaitu berada pada tahun 2008

sebesar 8.386.968 ribu USD dan yang terkecil yaitu pada tahun 2006

sebesar 5.100.001 ribu USD.

Untuk pertumbuhan rata-rata bulanan jika dilihat dari tabel maka nilai

Tingkat Pendapatan yang tertinggi yaitu pada bulan Juli sebesar 7.204.119

ribu USD dan nilai yang terendah yaitu pada bulan Februari sebesar

5.638.364 ribu USD.

Page 94: ANALISIS PENGARUH TINGKAT INFLASI, SBI, JUMLAH UANG ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41230/1/RIZKI ANSORI-FEB.pdf · UANG BEREDAR, DAN TINGKAT PENDAPATAN TERHADAP

94

e. Deskripsi Variabel Nilai Tukar Rupiah Terhadap Dollar Amerika

Untuk mengetahui besarnya Nilai Tukar Rupiah dari Bank Indonesia

pada periode 2006-2009 dapat dilihat dari tabel berikut:

Tabel 4.5 Nilai Tukar Rupiah Terhadap Dollar Amerika (Rp)

No. Bulan 2006 2007 2008 2009 Rata-rata 1 Januari 9895 9590 9791 11855 10282,75 2 Februari 9730 9660 9551 12480 10355,25 3 Maret 9575 9618 9717 12075 10246,25 4 April 9275 9583 9734 11213 9951,25 5 Mei 9720 9328 9818 10840 9926,5 6 Juni 9800 9554 9725 10725 9951 7 Juli 9570 9686 9618 10420 9823,5 8 Agustus 9600 9910 9653 10560 9930,75 9 September 9735 9637 9878 10181 9857,75

10 Oktober 9610 9603 11495 10045 10188,25 11 November 9665 9876 12651 9980 10543 12 Desember 9520 9919 11450 9900 10197,25

Rata-rata pertumbuhan 9641,25 9663,66667 10256,75 10856,1667

Sumber : Bank Indonesia

Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa Nilai Tukar Rupiah bervariasi

dan berfluktuasi mulai dari yang terendah yaitu Rp 9275 dan tertinggi yaitu

Rp 12480. Nilai Tukar Rupiah terendah yaitu terjadi pada bulan April 2006,

sedangkan Nilai Tukar Rupiah tertinggi terjadi pada bulan Februari 2009.

Kemudian mengenai rata-rata pertumbuhan pertahun Nilai Tukar Rupiah

yang tertinggi yaitu berada pada tahun 2009 sebesar 10856,1667 rupiah dan

yang terendah yaitu pada tahun 2006 sebesar 9641,25 rupiah.

Untuk pertumbuhan rata-rata bulanan jika dilihat dari tabel maka nilai

Nilai Tukar Rupiah yang terendah yaitu pada bulan Juli sebesar 9823,5

Page 95: ANALISIS PENGARUH TINGKAT INFLASI, SBI, JUMLAH UANG ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41230/1/RIZKI ANSORI-FEB.pdf · UANG BEREDAR, DAN TINGKAT PENDAPATAN TERHADAP

95

rupiah dan nilai yang tertinggi yaitu pada bulan November sebesar 10543

rupiah

C. Hasil Uji Asumsi Klasik

Untuk mengetahui kevalidan hubungan antara variabel-variaabel yang

digunakan dan di uji dalam penelitian ini, maka untuk langkah pertama yaitu

mengujinya dengan uji asumsi klasik. Uji asumsi klasik yang dilakukan adalah

sebagai berikut:

a. Hasil Uji Normalitas Data

Uji normalitas ini bertujuan untuk menguji apakah dalam model

regresi linier berganda ini, variabel dependen dan variabel independent

maupun kedua-duanya mempunyai distribusi normal maupun tidak. Model

regresi yang baik adalah model regresi yang memiliki distribusi data yang

normal atau mendekati normal. Salah satu metode yang lebih handal untuk

melihat normalitas data adalah dengan melihat normal probability yang

membandingkan distribusi kumulatif dan distribusi normal.

Untuk mengetahui apakah data dari variabel dependen dan variabel

independent dalam penelitian ini terdistribusi normal atau tidak maka dapat

dilihat dari gambar normal probability plot di bawah ini:

Page 96: ANALISIS PENGARUH TINGKAT INFLASI, SBI, JUMLAH UANG ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41230/1/RIZKI ANSORI-FEB.pdf · UANG BEREDAR, DAN TINGKAT PENDAPATAN TERHADAP

96

Gambar 4.1 Grafik Normal Probability Plot

Dari gambar grafik normal probability plot tersebut diatas, dapat

diketahui bahwa data yang ditunjukkan berupa titik-titik menyebar dsekitar

garis diagonal, serta penyebarannya mengikuti dan mendekati garis

diagonal. Maka berdasarkan gambar grafik 4.1 diatas dapat disimpulkan

bahwa data dari variabel-variabel penelitian ini terdistribusi dengan normal

dan memenuhi asumsi normalitas.

Page 97: ANALISIS PENGARUH TINGKAT INFLASI, SBI, JUMLAH UANG ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41230/1/RIZKI ANSORI-FEB.pdf · UANG BEREDAR, DAN TINGKAT PENDAPATAN TERHADAP

97

b. Hasil Uji Multikolinearitas

Uji multikolinearitas ini bertujuan untuk menguji apakah model

regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (variabel

independent). Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi

diantara variabel bebas. (Imam Ghazali,2006:91) Untuk mengetahui ada

atau tidaknya multikolinearitas dapat diihat dari nilai toleransi (tolerance)

yang mendekati 1 dan Variance Inflation Factor (VIF) yang nilainya tidak

lebih dari 10.

Untuk mengetahui apakah terdapat multikolinearitas atau korelasi

antar variabel independen yang dalam penelitian ini yaitu Inflasi, SBI, JUB,

dan Tingkat Pendapatan maka dapat dilihat dari tabel berikut ini:

Tabel 4.6 Hasil Uji Multikolinearitas

Coefficientsa

Model

Collinearity Statistics

Tolerance VIF

1 Inflasi .228 4.382

SBI .147 6.784

JUB .316 3.161

Pendapatan .579 1.727

a. Dependent Variable: Kurs

Dari tabel hasil uji multikolinearitas diatas dapat diketahui nilai

tolerance dari variabel independen tersebut yaitu berkisar 0,147 - 0,579

yang memiliki nilai tidak lebih dari 1. Sedangkan nilai Variance Inflation

Factor (VIF) dari variabel independen tersebut nilainya berkisar antara

Page 98: ANALISIS PENGARUH TINGKAT INFLASI, SBI, JUMLAH UANG ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41230/1/RIZKI ANSORI-FEB.pdf · UANG BEREDAR, DAN TINGKAT PENDAPATAN TERHADAP

98

1,727 – 6,784 dan nilai VIF tersebut tidak melewati 10. Dapat disimpulkan

bahwa baik nilai tolerance maupun nilai VIF berada dalam kisaran nilai

yang memenuhi asumsi bahwa tidak terdapat multikolinearitas antar

variabel independen.

c. Hasil Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi

linear berganda terdapat korelasi kesalahan pengganggu pada periode t

dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya). Jika ada

korelasi maka dinamakan ada problem autokorelasi. Untuk mengetahui ada

tidaknya autokorelasi pada penelitian ini, maka dapat dilihat dari tabel

dibawah ini:

Tabel 4.7 Durbin Watson (DW)

Model Summaryb

Model R R Square

Adjusted R

Square

Std. Error of the

Estimate Durbin-Watson

1 .877a .768 .747 .03873 1.400

a. Predictors: (Constant), Pendapatan, Inflasi, JUB, SBI

b. Dependent Variable: Kurs

. Dari tabel diatas diketahui bahwa nilai Durbin-Watson (DW) yaitu

1,400. Nilai tersebut berada diatas -2 dan berada dibawah +2 atau nilai

tersebut berada diantara -2 dan +2. Dari hasil DW tersebut yang berada pada

posisi -2 sampai +2 maka dalam penelitian ini menyatakan bahwa tidak ada

Page 99: ANALISIS PENGARUH TINGKAT INFLASI, SBI, JUMLAH UANG ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41230/1/RIZKI ANSORI-FEB.pdf · UANG BEREDAR, DAN TINGKAT PENDAPATAN TERHADAP

99

autokorelasi tidak dapat ditolak atau dapat disimpulkan tidak terdapat

autokorelasi.

d. Hasil Uji Heterokedastisitas

Uji heterokedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model

regresi terjadi ketidaksamaan variasi dari satu pengamatan ke pengamatan

lainnya. Model regresi yang baik adalah yang tidak terjadi

heterokedastisitas. Salah satu cara untuk memprediksi heterokedastisitas

dapat dilihat dari pola gambar Scatterplot.

Untuk mengetahui ada tidaknya heterokedastisitas pada penelitian ini

maka dapat dilihat dari grafik di bawah ini:

Dari gambar grafik scatterplot diatas dapat diketahui bahwa titik-titik

data menyebar diatas dan dibawah angka 0, titik-titik data tidak mengumpul

Page 100: ANALISIS PENGARUH TINGKAT INFLASI, SBI, JUMLAH UANG ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41230/1/RIZKI ANSORI-FEB.pdf · UANG BEREDAR, DAN TINGKAT PENDAPATAN TERHADAP

100

hanya diatas dan dibawah saja, dan penyebarannya tidak membentuk pola,

maka dapat disimpulkan bahwa dalam penelitian regresi linear berganda ini

tidak terdapat heterokedastisitas.

D. Pengujian Hipotesis

Setelah dilakukan uji asumsi klasik, maka langkah berikutnya yaitu

melakukan pengujian hipotesis. Pengujian hipotesis ini dilakukan untuk

mengetahui seberapa besar pengaruh variabel independen terhadap variabel

dependen baik secara parsial (uji t) maupun secara simultan (uji F), dan untuk

mengetahui seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variabel

dependen (uji R2).

a. Uji Koefisien Determinasi (R2)

Uji Koefisien Determinasi (R2) pada intinya mengukur seberapa jauh

kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel independen, maka

perlu diketahui melalui adjusted R square. Nilai yang mendekati satu berarti

variabel-variabel independen memberikan hampir semua informasi yang

dibutuhkan untuk memprediksi variabel dependen. Untuk mengetahui

seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variabel dependen

dalam penelitian ini maka dapat dilihat dari tabel dibawah ini:

Tabel 4.8 Hasil Koefisien Determinasi

Model Summaryb

Model R R Square

Adjusted R

Square

Std. Error of the

Estimate Durbin-Watson

1 .877a .768 .747 .03873 1.400

a. Predictors: (Constant), Pendapatan, Inflasi, JUB, SBI

b. Dependent Variable: Kurs

Page 101: ANALISIS PENGARUH TINGKAT INFLASI, SBI, JUMLAH UANG ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41230/1/RIZKI ANSORI-FEB.pdf · UANG BEREDAR, DAN TINGKAT PENDAPATAN TERHADAP

101

Dari tabel diatas didapat nilai Adjusted R Square sebesar 0,747 yang

berarti bahwa 74,7% dari variabel kurs dapat dijelaskan oleh variabel

inflasi, SBI, JUB, dan pendapatan. Sedangkan sisanya yaitu sebesar 25,3%

dari variabel kurs dapat dijelaskan oleh variabel-variabel lain.

b. Uji Pengaruh Simultan (Uji F)

Uji pengaruh simultan digunakan untuk mengetahui apakah variabel

independen secara bersama-sama atau simultan mempengaruhi variabel

dependen. Untuk mengetahui uji pengaruh simultan pada penelitian ini

maka dapat dilihat dari tabel berikut ini:

Tabel 4.9 Hasil Uji Statistik F

ANOVAb

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Regression .214 4 .053 35.654 .000a

Residual .065 43 .002 Total .278 47 a. Predictors: (Constant), Pendapatan, Inflasi, JUB, SBI b. Dependent Variable: Kurs

Berdasarkan tabel ANOVA atau uji F diatas maka dapat diketahui

bahwa nilai F sebesar 35,654 dengan probabilitas 0,000. Karena probabilitas

jauh lebih kecil dari 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa variabel

independen secara bersama-sama atau simultan berpengaruh terhadap

variabel dependen.

c. Uji Signifikan Parameter Individual / Parsial (Uji t)

Uji Parsial (Uji t) ini digunakan untuk mengetahui seberapa jauh

pengaruh variabel independen secara parsial atau secara individu dalam

Page 102: ANALISIS PENGARUH TINGKAT INFLASI, SBI, JUMLAH UANG ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41230/1/RIZKI ANSORI-FEB.pdf · UANG BEREDAR, DAN TINGKAT PENDAPATAN TERHADAP

102

menerangkan variabel independen. Jika nilai signifikansi atau probabilitas

lebih besar atau sama dengan 0,05 maka tidak terjadi pengaruh secara

signifikan antara variabel independen dengan variabel dependen. Untuk

mengetahui uji pengaruh parsial pada penelitian ini maka dapat dilihat dari

tabel t test di bawah ini:

Tabel 4.10 Hasil Uji Regresi Berganda

Coefficientsa

2.812 .767 3.668 .001.043 .022 .308 2.006 .051.188 .071 .506 2.650 .011.650 .057 1.490 11.419 .000

-.178 .035 -.495 -5.129 .000

(Constant)INFLASISBIJUBPENDAPATAN

Model1

B Std. Error

UnstandardizedCoefficients

Beta

StandardizedCoefficients

t Sig.

Dependent Variable: KURSa.

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa dari 4 variabel

independen atau variabel bebas terdapat 3 variabel bebas yang secara parsial

berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen.

- Variabel Pendapatan

Variabel bebas yang berpengaruh secara signifikan dengan variabel

dependen yaitu pendapatan dengan nilai signifikansi 0,000 < 0,05 maka

Ho ditolak dan H1 diterima. Hal ini menandakan bahwa pendapatan

mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel kurs.

- Variabel Jumlah Uang Beredar

Variabel kedua yang berpengaruh yaitu jumlah uang beredar dengan

nilai 0,000 < 0,05 maka Ho ditolak dan H1 diterima. Hal ini menandakan

Page 103: ANALISIS PENGARUH TINGKAT INFLASI, SBI, JUMLAH UANG ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41230/1/RIZKI ANSORI-FEB.pdf · UANG BEREDAR, DAN TINGKAT PENDAPATAN TERHADAP

103

bahwa jumlah uang beredar mempunyai pengaruh yang signifikan

terhadap variabel kurs.

- Variabel SBI

Kemudian variabel ketiga yang berpengaruh yaitu SBI dengan nilai

0,011 < 0,05 maka Ho ditolak dan H1 diterima. Hal ini menandakan bahwa

SBI mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel kurs.

- Variabel Inflasi

Variabel inflasi yang memiliki nilai signifikansi di bawah 0,05 maka

Ho ditolak dan H1 diterima. Hal ini menandakan bahwa inflasi mempunyai

pengaruh yang signifikan terhadap variabel kurs.

E. Hasil Analisis Regresi Berganda

Pembahasan ini kemudian dilanjutkan untuk membuktikan kebenaran

yang diajukan pada penelitian ini. Hipotesis yang di uji yaitu variabel inflasi, SBI,

JUB, dan pendapatan berpengaruh secara signifikan terhadap kurs.

Berdasarkan hasil output SPSS 16 pada tabel 4.10 (table coefficients),

maka persamaan regresi dapat ditulis sebagai berikut :

Y = 2,812 + 0,043 X1 + 0,188X2 + 0,650X3 – 0,178X4

Y = Nilai tukar rupiah terhadap dolar

X2 = SBI

X3 = Jumlah Uang Beredar

X4 = Pendapatan

Nilai konstanta sebesar 2,812 menyatakan bahwa jika variabel

independen dianggap konstan, maka rata-rata kurs sebesar 2,812%.

Page 104: ANALISIS PENGARUH TINGKAT INFLASI, SBI, JUMLAH UANG ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41230/1/RIZKI ANSORI-FEB.pdf · UANG BEREDAR, DAN TINGKAT PENDAPATAN TERHADAP

104

Koefisien regresi inflasi (X1) sebesar 0,043 menyatakan bahwa setiap

penambahan atau kenaikan inflasi sebesar 1% akan meningkatkan kurs sebesar

0,043%. Dengan catatan variabel lain dalam keadaan konstan.

Koefisien regresi SBI (X2) sebesar 0,188 menyatakan bahwa setiap

penambahan atau kenaikan SBI sebesar 1% akan meningkatkan kurs sebesar

0,188%. Dengan catatan variabel lain dalam keadaan konstan.

Koefisien regresi jumlah uang beredar (X3) sebesar 0,650 menyatakan

bahwa setiap penambahan atau kenaikan jumlah uang beredar sebesar 1% akan

meningkatkan kurs sebesar 0,650%. Dengan catatan variabel lain dalam keadaan

konstan.

Koefisien regresi pendapatan (X4) sebesar 0,178 menyatakan bahwa

setiap penambahan atau kenaikan pendapatan sebesar 1% akan menurunkan kurs

sebesar 0,178%. Dengan catatan variabel lain dalam keadaan konstan.

Hasil dari keempat variabel independen yaitu inflasi , SBI, jumlah uang

beredar, dan pendapatan hanya tiga variabel yang berpengaruh terhadap kurs yaitu

SBI, jumlah uang beredar, dan pendapatan.

SBI mempunyai tingkat signifikansi 0,011 < 0,05 yang berarti

mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kurs. Kemudian jika dilihat tabel

4.10 dimana Unstandardized Coefficients (0,188) bernilai positif maka SBI

mempunyai hubungan searah dengan kurs. Sehingga kenaikan atau penurunan

SBI akan mempunyai hubungan yang berbanding lurus dengan kurs.

Jumlah uang beredar mempunyai tingkat signifikansi 0,000 < 0,05 yang

berarti mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kurs. Kemudian jika dilihat

tabel 4.10 dimana Unstandardized Coefficients (0,650) bernilai positif maka

Page 105: ANALISIS PENGARUH TINGKAT INFLASI, SBI, JUMLAH UANG ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41230/1/RIZKI ANSORI-FEB.pdf · UANG BEREDAR, DAN TINGKAT PENDAPATAN TERHADAP

105

jumlah uang beredar mempunyai hubungan searah dengan kurs. Sehingga

kenaikan atau penurunan jumlah uang yang beredar akan mempunyai hubungan

yang berbanding lurus dengan kurs.

Pendapatan mempunyai tingkat signifikansi 0,000 < 0,05 yang berarti

mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kurs. Kemudian jika dilihat tabel

4.10 dimana Unstandardized Coefficients (0,178) bernilai negatif maka

pendapatan mempunyai hubungan tidak searah dengan kurs. Sehingga kenaikan

atau penurunan pendapatan akan mempunyai hubungan tidak berbanding lurus

dengan kurs.

Page 106: ANALISIS PENGARUH TINGKAT INFLASI, SBI, JUMLAH UANG ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41230/1/RIZKI ANSORI-FEB.pdf · UANG BEREDAR, DAN TINGKAT PENDAPATAN TERHADAP

106

BAB V

KESIMPULAN DAN IMPLIKASI

A. Kesimpulan

Berdasarkan uraian-uraian pada bab sebelumnya ada beberapa hal yang

dapat disimpulkan:

1. Pengujian secara Uji F (simultan), dari hasil penelitian ini menghasilkan

bahwa dari keempat variabel independen yaitu tingkat Inflasi, SBI, Jumlah

Uang Beredar, dan Tingkat Pendapatan secara simultan berpengaruh

signifikan terhadap variabel dependen yaitu Kurs.

2. Pengujian secara Uji t (parsial), dari hasil penelitian ini menghasilkan

bahwa dari keempat variabel independen yaitu tingkat Inflasi, SBI, Jumlah

Uang Beredar, dan Tingkat Pendapatan secara parsial keempat variabel

yaitu Inflasi, SBI, Jumlah Uang Beredar, dan Tingkat Pendapatan yang

berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen yaitu Kurs.

3. Dari keempat variabel yang paling dominan terhadap kurs ialah variabel

Jumlah Uang Beredar

4. Berdasarkan analisis terhadap persamaan regresi yang diperoleh dari

hubungan variabel independen yaitu Inflasi, SBI, Jumlah Uang Beredar, dan

Tingkat Pendapatan terhadap Kurs dapat disimpulkan model regresi hanya

dapat menerangkan sebesar 74,7%. Sedangkan sisanya yaitu sebesar 25,3%

Page 107: ANALISIS PENGARUH TINGKAT INFLASI, SBI, JUMLAH UANG ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41230/1/RIZKI ANSORI-FEB.pdf · UANG BEREDAR, DAN TINGKAT PENDAPATAN TERHADAP

107

dari variabel kurs dapat dijelaskan oleh variabel-variabel lain yang diluar

dari penelitian ini.

B. Implikasi

1. Bagi Bank Indonesia

Dari penelitian ini dapat berguna untuk sebagai bahan pertimbangan

untuk acuan dari nilai tukar yang terjadi akibat dari inflasi, jumlah uang

yang beredar, SBI, dan pendapatan.

2. Bagi Pelaku Ekonomi

Dari penelitian ini dapat berguna sebagai indikator bagi pelaku

ekonomi dalam menjalankan usahanya.

3. Bagi Akademik

Sebagai referensi untuk penelitian-penelitian yang akan datang.

C. Saran

1. Penelitian ini hanya menggunakan empat variabel independen dan satu

variabel dependen, peneliti berharap untuk peneliti selanjutnya dapat

menambah dan mengembangkan jumlah variabel yang akan diteliti.

Kemudian sampel yang digunakan adalah Bank Indonesia secara

keseluruhan, peneliti berharap peneliti selanjutnya dapat mengambil sampel

yang lebih terperinci lagi atau sampel kategori lain.

Page 108: ANALISIS PENGARUH TINGKAT INFLASI, SBI, JUMLAH UANG ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41230/1/RIZKI ANSORI-FEB.pdf · UANG BEREDAR, DAN TINGKAT PENDAPATAN TERHADAP

108

2. Penelitian ini menggunakan model penelitian model regresi berganda,

peneliti berharap untuk peneliti selanjutnya dapat menggunakan dan

mengembangkan model lain dalam penelitian selanjutnya.

Page 109: ANALISIS PENGARUH TINGKAT INFLASI, SBI, JUMLAH UANG ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41230/1/RIZKI ANSORI-FEB.pdf · UANG BEREDAR, DAN TINGKAT PENDAPATAN TERHADAP

109

DAFTAR PUSTAKA

Agung Nugroho, Bhuono. 2005. Strategi Jitu Memilih Metode Statistik Penelititan

dengan SPSS. Jakarta: Gramedia

Kasmir,SE,MM. 2003. Manajemen Perbankan. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta

Siamat, Dahlan. 2004. Manajemen Lembaga Keuangan. Lembaga Penerbit FE UI.

Bank Indonesia. Beberapa tahun edisi, Statistik Ekonomi-Keuangan Indonesia.

Jakarta: BI

Bank Indonesia. Beberapa tahun edisi, Laporan Tahunan. Jakarta: BI

Purnomo, Didit dan Wahyudi. 2003. Hubungan Kausalitas Defisit Neraca

Transaksi Berjalan dengan Kurs di Indonesia. Jurnal Ekonomi

Pembangunan. Vol. 4. No. 1, Juni. hal 18-29 Surakarta: BPPE FE UMS

Page 110: ANALISIS PENGARUH TINGKAT INFLASI, SBI, JUMLAH UANG ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41230/1/RIZKI ANSORI-FEB.pdf · UANG BEREDAR, DAN TINGKAT PENDAPATAN TERHADAP

110

Madura, Jeff. Internatinal Financial Management, Sixth Edition. USA: South-

Western College Publishing, 2000.

Triyono. 2008. Analisis Perubahan Kurs Rupiah Terhadap Dollar Amerika.

Jurnal Ekonomi Pembangunan. Vol 9, No 2, Desember. Hal 156-167

Surakarta: FE UMS

Sukirno, Sadono. 2000. Makro Ekonomi Modern Perkembangan Pemikiran dari

Klasik Hingga Keynesian Baru. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Simorangkir, O.P,Drs. 2004. Pengantar Lembaga Keuangan Bank dan Non Bank.

Ghalia Indonesia. Bogor.

Martono. 2004. Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya. Ekonesia. Yogyakarta.

Adias, Levi lqbal. 2003. Analisis Fluktuasi Kurs Rupiah terhadap Dollar AS.

Skripsi. Tidak Diterbitkan. Surakarta: Universitas Sebelas Maret

Boediono. 2000. Ekonomi Mikro. Yogyakarta: BPFE UGM.

Page 111: ANALISIS PENGARUH TINGKAT INFLASI, SBI, JUMLAH UANG ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41230/1/RIZKI ANSORI-FEB.pdf · UANG BEREDAR, DAN TINGKAT PENDAPATAN TERHADAP

111

Arifin, Samsjul. 1998. Buletin Ekonomi Moneter dan Perbankan. Vol.1 No.3,

Desember hal 1-16

Gujarati, Damodar. 2002. Ekonometrika Dasar. Jakarta: Erlangga

Herlambang, Sugiarto dan Baskara Said Kelana. 2001. Ekonorni Makro: Teori

Analisis dan Kebijakan. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama

Page 112: ANALISIS PENGARUH TINGKAT INFLASI, SBI, JUMLAH UANG ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41230/1/RIZKI ANSORI-FEB.pdf · UANG BEREDAR, DAN TINGKAT PENDAPATAN TERHADAP

112

uji auto / durbin dan koefisien determinasi

Model Summaryb

Model R R Square

Adjusted R

Square

Std. Error of the

Estimate Durbin-Watson

1 .877a .768 .747 .03873 1.400

a. Predictors: (Constant), Pendapatan, Inflasi, JUB, SBI

b. Dependent Variable: Kurs

Uji F

ANOVAb

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression .214 4 .053 35.654 .000a

Residual .065 43 .002 Total .278 47

a. Predictors: (Constant), Pendapatan, Inflasi, JUB, SBI b. Dependent Variable: Kurs normalitas

Page 113: ANALISIS PENGARUH TINGKAT INFLASI, SBI, JUMLAH UANG ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41230/1/RIZKI ANSORI-FEB.pdf · UANG BEREDAR, DAN TINGKAT PENDAPATAN TERHADAP

113

Uji hetero

Page 114: ANALISIS PENGARUH TINGKAT INFLASI, SBI, JUMLAH UANG ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41230/1/RIZKI ANSORI-FEB.pdf · UANG BEREDAR, DAN TINGKAT PENDAPATAN TERHADAP

114

Uji multikol

Coefficientsa

Model

Collinearity Statistics

Tolerance VIF

1 Inflasi .228 4.382

SBI .147 6.784

JUB .316 3.161

Pendapatan .579 1.727

a. Dependent Variable: Kurs

Correlations

Kurs Inflasi SBI JUB Pendapatan

Pearson Correlation Kurs 1.000 -.045 -.166 .614 .099

Inflasi -.045 1.000 .858 -.602 -.221

SBI -.166 .858 1.000 -.779 -.453

JUB .614 -.602 -.779 1.000 .598

Pendapatan .099 -.221 -.453 .598 1.000 Sig. (1-tailed) Kurs . .382 .130 .000 .252

Inflasi .382 . .000 .000 .065 SBI .130 .000 . .000 .001 JUB .000 .000 .000 . .000 Pendapatan .252 .065 .001 .000 .

N Kurs 48 48 48 48 48 Inflasi 48 48 48 48 48 SBI 48 48 48 48 48 JUB 48 48 48 48 48 Pendapatan 48 48 48 48 48

Page 115: ANALISIS PENGARUH TINGKAT INFLASI, SBI, JUMLAH UANG ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41230/1/RIZKI ANSORI-FEB.pdf · UANG BEREDAR, DAN TINGKAT PENDAPATAN TERHADAP

115

Uji t

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients

t Sig. B Std. Error Beta

1 (Constant) 2.235 .873 2.561 .014

Inflasi .043 .022 .308 2.005 .051

SBI .188 .071 .507 2.650 .011

JUB .650 .057 1.490 11.420 .000

Pendapatan -.178 .035 -.495 -5.129 .000

a. Dependent Variable: Kurs

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients

t Sig.

Collinearity Statistics

B Std. Error Beta Tolerance VIF

1 (Constant) 2.235 .873 2.561 .014 Inflasi .043 .022 .308 2.005 .051 .228 4.382

SBI .188 .071 .507 2.650 .011 .147 6.784

JUB .650 .057 1.490 11.420 .000 .316 3.161

Pendapatan -.178 .035 -.495 -5.129 .000 .579 1.727

a. Dependent Variable: Kurs