ANALISIS PENGARUH PENYALURAN PEMBIAYAAN...
Transcript of ANALISIS PENGARUH PENYALURAN PEMBIAYAAN...
ANALISIS PENGARUH PENYALURAN PEMBIAYAAN
MUSYARAKAH, MUDHARABAH, MURABAHAH, INFLASI, DAN
SERTIFIKAT BANK INDONESIA SYARIAH (SBIS) TERHADAP
PROFITABILITAS PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIA
PERIODE 2009-2016
TESIS
OLEH :
DIO SYAHRULLAH
NIM: 21140850000005
PROGRAM MAGISTER PERBANKAN SYARIAH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
1438 H / 2017 M
ANALISIS PENGARUH PENYALURAN PEMBIAYAAN MUSYARAKAH,MUDHARABAH, MURABAHAH, INFLASI, DAN SERTIFIKAT BANK
INDONESIA SYARIAH (SBIS) TERHADAP PROFITABILITAS PERBANKANSYARIAH DI INDONESIA PERIODE 2009-2016
TesisDiajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk Memenuhi Syarat-syarat Meraih Gelar Magister Ekonomi
JURUSAN MAGISTER PERBANKAN SYARIAH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGRI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1438H/2017M
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN TESIS
Hari ini Selasa, 02 Januari 2018 telah dilakukan Ujian Tesis atas mahasiswa:1. Nama : Dio Syahrullah2. NIM : 211408500000053. Jurusan : Magister Perbankan Syariah4. Judul Tesis : Analisis Pengaruh Penyaluran Pembiayaan Musyarakah,
Mudharabah, Murabahah, Inflasi, Dan Sertifikat BankIndonesia Syariah (SBIS) Terhadap Profitabilitas PerbankanSyariah Di Indonesia Periode 2009-2016.
Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yangbersangkutan selama proses ujian Tesis, maka diputuskan bahwa mahasiswa tersebutdiatas dinyatakan lulus dan Tesis ini diterima sebagai salah satu syarat untukmemperoleh gelar Magister Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis UniversitasIslam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 02 Januari 2018
1. Dr. Herni Ali Ht.SE.,MMNIDN : 0422125902
2. Ade Suherlan, SE.,MM.,MBANIP : 198005252009121001
3. Dr. Hamzah Bustomi, S.Kom., MMNIP / NIDN :
4. Dr. Herni Ali Ht.SE.,MMNIDN : 0422125902
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH
Yang bertanda tangan di bawah ini,
Nama : Dio Syahrullah
NIM : 21140850000005
Fakultas : Ekonomi dan Bisnis
Jurusan : Magister Perbankan Syariah
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam penulisan tesis ini adalah benar-benar
merupakan hasil karya pribadi saya dan tidak terdapat karya yang pernah di
ajukan oleh orang lain pada perguruan tinggi lain,dan sepanjang pengetahuan saya
juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah di tulis atau di terbitkan oleh
orang lain, kecuali yang secara tertulis di kutif dalam tesis ini dan di sebutkan
dalam daftar pustaka.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya.
i
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
I. IDENTITAS PRIBADI
1. Nama Lengkap : Dio Syahrullah
2. Tempat/Tanggal Lahir : Jakarta, 12 September 1992
3. Alamat : Jl.Bhayangkara, komp. Griya Serang Asri
Blok V1 No.16 Cipocok Jaya, Serang-
Banten
4. Telepon : 08998663702
5. E-mail : [email protected]
II. PENDIDIKAN FORMAL
1. SD Negeri 2 Serang Tahun 1998-2004
2. SMP Negeri 2 Kota Serang Tahun 2004-2007
3. SMA Negeri 5 Kota Serang Tahun 2007-2010
4. S1 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2010-2014
5. S2 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2014-2018
III. LATAR BELAKANG KELUARGA
1. Ayah : Drs. H.Irwansyah
2. Tempat/Tanggal Lahir : Bengkulu, 20 July 1959
3. Ibu : Elipianti
ii
4. Tempat/Tanggal Lahir : Bengkulu, 06 November 1960
6. Alamat : Jl.Bhayangkara, komp. Griya Serang Asri,
Blok V1 No.16 Cipocok Jaya, Serang-Banten
7. Telepon : 08998663702
8. Anak ke dari : 2 dari 2 bersaudara
iii
ABSTRACT
This study aims to analyze the influence of pembiyaan musyarakah, mudharabahfinancing, murabahah financing, inflation, and Bank Indonesia Sharia Certificates (SBIS) tothe profitability of sharia banking in Indonesia. The analysis was conducted using yearly timeseries data published by Bank Indonesia in the 2009-2016 period study.
The method used in this study is Ordinary Least Square (OLS) in program eviews 10.The results of this study indicate that all variables of musyarakah financing, mudharabahfinancing, murabahah financing, inflation, and Bank Indonesia Sharia Certificates (SBIS)have a significant influence on profitability of sharia banking in Indonesia.
Keywords: Musharaka financing, mudaraba Financing, murabaha financing, inflation, BankIndonesia Sharia Certificates (SBIS), profitability, Return On Asset (ROA), Ordinary LeastSquare (OLS).
iv
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengnalisis pengaruh pembiyaan musyarakah,pembiayaan mudharabah, pembiayaan murabahah, inflasi, dan Sertifikat Bank IndonesiaSyariah (SBIS) terhadap profitabilitas perbankan syariah di Indonesia. Analisis dilakukandengan menggunakan data runtun waktu tahunan yang dipublikasikan oleh Bank Indonesiadalam penelitian periode 2009-2016.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Ordinary Least Square (OLS) padaprogram eviews 10. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa semua variabel pembiayaanmusyarakah, pembiayaan mudharabah, pembiayaan murabahah, inflasi, dan Sertifikat BankIndonesia Syariah (SBIS) mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap profitabilitasperbankan syariah di Indonesia.
Kata Kunci: Pembiayaan musyarakah, pembiayaan mudharabah, pembiayaan murabahah,Inflasi, Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS), Profitabilitas, Return OnAsset (ROA), Ordinary Least Square (OLS).
v
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr, Wb.
Segala puji bagi Allah SWT, yang telah melimpahkan segala rahmat, karunia,
rezeki, dan hidayahNya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan Tesis yang
berjudul “Analisis Pengaruh Penyaluran Pembiayaan Musyarakah, Mudharabah,
Murabahah, Inflasi dan Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) Terhadap
Profitabilitas Perbankan Syariah di Indonesia Periode 2009 – 2016” dengan baik.
Shalawat serta salam penulis haturkan kepada nabi besar Muhammad SAW yang telah
membimbing umatnya dari zaman kegelapan ke zaman yang terang benderang.
Tesis ini disusun dalam rangka memenuhi syarat-syarat untuk memperoleh gelar
Magister Ekonomi di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Terselesaikannya Tesis ini tentu dengan dukungan, bantuan, bimbingan, semangat, dan
doa dari orang-orang terbaik yang ada di sekeliling penulis selama proses penyelesaian
skripsi ini. Maka dari itu penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada :
1. Allah SWT, karena tanpa kehendak dan segala pertolonganNya tidak mungkin saya
dapat menyelesaikan skripsi ini. Terima kasih atas segala nikmat yang Engkau
berikan, ya Rabb.
2. Keluarga terbaik dan tersayang yang saya miliki, Ibunda Elipianti yang selalu
memberikan yang terbaik dan mencurahkan segala perhatiannya yang tidak pernah
henti-hentinya selama ini, terima kasih mama. Ayahanda Irwansyah yang telah
bekerja keras demi anak-anak dan keluarga dan yang selalu memberikan masukan-
masukan agar anaknya tidak salah arah dalam pengambilan keputusan,terima kasih
pa. Abangku satu-satunya yowansyah yang selalu jadi panutan ku,yang selalu
vi
membimbing ku,dan yang selalu melindungi serta menghibur di saat suka maupun
duka,terima kasih bang. Tanpa didikan, dukungan dan pengorbanan kalian semua
adek tidak akan menjadi pribadi seperti sekarang,sekali lagi terima kasih mama,papa,
abang.
3. Pasangan hidupku yang terbaik dan tersayang yang seaya miliki, Nurul Farida yang
selalu memberikan batuan, selalu menenmani kapanpun dan kemanapun, selalu
memberikan support dan dorongan moril,serta informasi-informasi baru yang
sebelumnya tidak pernah saya tau, terima kasih Noii
4. Bapak Prof. Dr. Abdul Hamid, MS selaku Wakil Rektor Bidang Administrasi Umum
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan ilmu yang sangat berharga
selama perkuliahan.
5. Bapak Dr. M. Arief Mufraini,LC.,MA selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis
UIN Syarif Hidayatullah.
6. Bapak Dr. Herni Ali HT.SE.,MM selaku Ketua Jurusan Magister Perbankan Syariah
dan sekaligus sebagai dosen pembimbing tesis saya, yang dengan kerendahan hatinya
bersedia meluangkan waktu untuk memberikan pengarahan, ilmu yang berharga, serta
bimbingan yang sangat berarti selama penyelesaian tesis. Terima kasih atas semua
saran dan arahan yang Bapak berikan selama proses penulisan hingga
terselesaikannya tesis ini. Semoga Allah SWT membalas kebaikan bapak.
7. Bapak Dr.Ir.H.Roikhan Mochamad Aziz,MM sebagai penguji proposal tesis dan
penggagas teori H. Terimakasih untuk masukan sarannya untuk menjadikan tesis saya
jauh lebih baik lagi
8. Seluruh jajaran dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis yang telah memberikan ilmu yang
sangat berguna dan berharga bagi saya. Semoga Allah selalu memberikan pahala yang
sebesar-besarnya atas kebaikan para dosen FEB UIN Jakarta. Jajaran karyawan dan
vii
staf UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah melayani dan membantu saya selama
perkuliahan.
9. Teman-teman Magistet Perbankan syariah angkatan 1 (pertama) tahun 2014 yang saya
cintai dan tidak bisa saya sebutkan satu-persatu. Terima kasih atas 3 tahun
kebersamaan dengan kalian yang penuh warna. Kita pasti bertemu lagi teman-teman.
Penulis menyadari bahwa tesis ini masih jauh dari kesempurnaan karena
keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman yang dimiliki penulis.Oleh sebab itu,
penulis mengharapkan segala bentuk saran serta masukan, baik kritik yang membangun
dari berbagai pihak.
Wassalamu’ alaikum Wr. Wb.
Tangerang Selatan, Januari 2018
Dio Syahrullah
viii
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN TESIS
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN TESIS
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH
DAFTAR RIWAYAT HIDUP i
ABSTRACT iii
ABSTRAK iv
KATA PENGANTAR v
DAFTAR ISI viii
DAFTAR TABEL xiv
DAFTAR GAMBAR xv
DAFTAR LAMPIRAN xvi
BAB I PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang Masalah . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 1
B. Rumusan Masalah . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 10
C. Tujuan Penelitian . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . 10
D. Manfaat Penelitian . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 11
BAB II KAJIAN KEPUSTAKAAN 13
A. Pembiayaan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 13
1. Pengertian Pembiayaan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 13
2. Tujuan Pembiayaan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 13
3. Fungsi Pembiayaan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 14
ix
4. Kode Etik Pembiayaan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 14
B. Musyarakah . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 15
1. Definisi Musyarakah . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 11
2. Landasan Syariah . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 16
3. Ketentuan Umum Akad Musyarakah . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 17
4. Jenis-jenis Musyarakah . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 19
5. Manfaat dan Resiko Musyarakah . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . . . . . . . . 21
6. Hubungan Pembiayaan Musyarakah Terhadap Profitabilitas Bank Syariah 22
C. Mudharabah . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 23
1. Definisi Mudharabah . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 23
2. Landasan Syariah . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 24
3. Rukun dan Syarat Mudharabah . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 25
4. Perkara Yang Membatalkan Mudharabah . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 27
5. Jenis-jenis Mudharabah . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 28
6. Pengakuan Laba atau Rugi Mudharabah . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 29
7. Teknik Mudharabah Dalam Perbankan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 30
8. Hubungan Pembiayaan Mudharabah Terhadap Profitabilitas Bank Syariah 31
D. Murabahah . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 32
1. Definisi Murabahah . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 32
2. Landasan Syariah . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 33
x
3. Rukun dan Syarat Murabahah . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 34
4. Skim Jual Beli Murabahah . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 35
5. Hubungan Pembiayaan Murabahah Terhadap Profitabilitas Bank Syariah 35
E. Inflasi . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 36
1. Pengertian Inflasi . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. 36
2. Indikator . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 37
3. Pengelompokan Inflasi . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 38
4. Tingkat Inflasi . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 38
5. Metode Pengukuran Inflasi . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 39
6. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Inflasi . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 40
7. Inflasi Dalam Perspektif Islam . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 40
8. Hubungan Inflasi Terhadap Profitabilitas Bank Syaria. . . . . . . . . . . . . . . . . . 43
F. Sertifikat Bank Indonesia Syahriah SBIS. . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 45
1. Pengertian SBIS . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 45
2. Karakteristik SBIS. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 47
3. Mekanisme Penerbitan SBIS. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 47
4. Sanksi Dalam SBIS. .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 48
5. Hubungan SBIS terhadap Profitabilitas . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 49
G. Profitabilitas . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 50
1. Return On Asset (ROA). . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 51
xi
2. Return On Equity (ROE) . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 52
H. Penelitian Terdahulu . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 53
I. Kerangka Pemikiran. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 66
J. Hipotesis . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 71
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 73
A. Ruang Lingkup Penelitian . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 73
B. Metode Penentuan Sampel . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 73
C. Metode Pengumpulan Data . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 74
D. Metode Analisis Data . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 74
1. Uji Asumsi Klasik . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 76
a. Uji Normalitas . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 76
b. Uji Multikolinieritas . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 77
c. Uji Heterokedastisitas . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 77
d. Uji Autokolerasi . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 78
2. Uji Statistik . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 80
1. Uji Parsial (Uji-t) . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 80
2. Uji Fisher (Uji-F) . . . . . . . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 81
3. Koefisien Determinasi (R2) . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 81
E. Operasional Variabel Penelitian . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 82
1. Variabel Dependen . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 82
xii
2. Variabel Independen . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 82
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 85
A. Gambaran Umum Dan Objek Penelitian. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 85
1. Perkembanagan Return On Asset (ROA) . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 85
2. Perkembangan Pembiayaan Musyarakah. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 87
3. Perkembangan Pembiayaan Mudharabah. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 88
4. Perkembangan Pembiayaan Murabahah. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 89
3. Perkembangan Inflasi. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 90
4. Perkembangan SBIS . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 92
B. Hasil Analisis Dan Pembahasan. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 93
1. Uji Asumsi Klasik . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 94
a. Uji Normalitas . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 94
b. Uji Multikolinieritas . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 96
c. Uji Heterokedastisitas . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 98
d. Uji Autokolerasi . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 99
2. Uji Statistik . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 100
a). Uji Parsial (Uji-t) . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 102
b). Uji Fisher (Uji-F) . . . . . . . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 105
c). Koefisien Determinasi (R2) . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. 107
3. Interpretasi Hasil Analisis . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 107
xiii
4. Analisis Ekonomi. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 109
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 119
A. Kesimpulan. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 119
B. Saran. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 120
DAFTAR PUSTAKA 122
LAMPIRAN 126
xiv
DAFTAR TABEL
No Keterangan Halaman
1.1 Komposisi Pembiayaan Yang Diberikan Bank Umum
Syariah
5
2.1 Ringkasan Penelitian Terdahulu
58
3.1 Uji ada tidaknya Autokorelasi dengan Uji Durbin-Watson
(DW)
79
4.1 Perkembangan Return On Equity (ROA)
86
4.2 Perkembangan Pembiayaan Musyarakah
88
4.3 Perkembangan Pembiayaan mudharabah
89
4.4 Perkembangan Pembiayaan murabahah
90
4.5 Perkembangan Inflasi
91
4.6 Perkembangan Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS)
92
4.7 Uji Normalitas Jarque-Bera
95
4.8 Hasil Uji Correlation Matrix
96
4.9 Hasil Uji WHITE Heteroskedasticity Test
98
4.10 Tabel Durbin-Watson
99
4.11 Hasil Regresi Linier Berganda
100
4.12 Hasil Regresi Metode Ordinary Least Square (OLS)
101
4.13 Hasil Regresi Ujit t
103
4.14 Hasil Regresi F-statistic
106
4.15 Interpretasi Koefisien Ordinary Least Square (OLS)
108
xv
DAFTAR GAMBAR
No Keterangan Halaman
2.1 Skema Kerja Prinsip Al – Musyarakah 19
2.2 Skema SBIS 48
2.3 Skema Kerangka Pemikiran 70
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
No Keterangan Halaman
1 Data Observasi
126
2 Output Ordinary Least Square
127
3 Output Uji Normalitas Jarque-Bera
128
4 Output Uji Multikolinieritas
129
5 Output Uji White Heteroskedasticity Test
130
6 Output Uji Autokorelasi
131
7 Output Uji Autokorelasi
Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test
132
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Bank syariah yang berfungsi sebagai lembaga intermediasi keuangan,
melaksanakan kegiatan operasionalnya dengan menghimpun dana dari masyarakat
dan kemudian menyalurkannya kembali kepada masyarakat melalui pembiayaan.
Dana yang dihimpun dari masyarakat biasanya disimpan dalam bentuk giro,
tabungan dan deposito baik dengan prinsip wadiah maupun prinsip mudharabah.
Sedangkan penyaluran dana dilakukan oleh bank syariah melalui pembiayaan
dengan empat pola penyaluran yaitu prinsip jual beli, prinsip bagi hasil, prinsip
ujroh dan akad pelengkap (Karim, 2008).
Peranan bank sebagai lembaga keuangan tidak pernah luput dari masalah
kredit. Menurut UU No.7 Tahun 1992 sebagaimana telah diubah dengan UU
No.10 Tahun 1998 tentang Perbankan, dimana memberikan kredit merupakan
salah satu kegiatan usaha bank umum. Penyaluran kredit merupakan kegiatan
utama bank, oleh karena itu sumber pendapatan utama bank berasal dari kegiatan
ini. Besarnya kredit yang disalurkan akan menentukan keuntungan atau profit
bank (Kasmir, 2004: 29). Kredit yang disalurkan kepada masyarakat memiliki arti
penting baik bagi masyarakat maupun bagi bank itu sendiri, masyarakat yang
membutuhkan dana segar memperoleh dana untuk modal usaha, bagi bank
tersebut memperoleh pendapatan bunga atau pendapatan bagi hasil dan bagi
perekonomian secara keseluruhan, akan menggerakkan roda perekonomian.
2
Pembiayaan merupakan aktiva produktif dari perbankan syariah. Sebagai
aktiva produktif, pembiayaan harus dikelola dengan memperhatikan beberapa hal,
antara lain yaitu prinsip kehati-hatian, berdasarkan pada peraturan-peratuan yang
membatasinya, analisa terhadap resiko usaha, mempertahankan kepercayaan
masyarakat dan investor kepada perbankan syariah, dan mempertimbangkan aspek
likuiditas dan rentabilitas.
Pengelolaan likuiditas merupakan suatu fungsi yang terpenting yang
dilaksanakan oleh perbankan syariah khususnya karena dapat menggambarkan
fungsi bank sebagai lembaga intermediasi berjalan dengan baik atau tidak dan
juga berkaitan erat dengan tingkat profitabilitas perbankan syariah itu sendiri.
Untuk terlaksananya fungsi likuiditas secara efisien dan menguntungkan
diperlukan adanya instrumen dan pasar keuangan baik yang bersifat jangka
pendek maupun jangka panjang (Wirdyaningsih dkk, 2005:139).
Dalam menunjang kegiatan likuiditas perbankan, Bank Indonesia telah
menyediakan beberapa instrumen keuangan dan salah satunya adalah dalam
bentuk Sertifikat Wadiah Bank Indonesia (SWBI). SWBI mulai diperlakukan
pada ketentuan BI Nomor 2/9/PBI/2000, sebagaimana telah tercantum dalam
fatwa DSN MUI Nomor 36/DSN-MUI/X/2002 tentang SWBI dapat dimanfaatkan
oleh bank syariah untuk mengatasi likuiditasnya. Namun dalam kenyataannya
instrumen SWBI tidak menguntungkan bagi bank syariah karena bonus yang
diberikan kecil sekitar 3-4 persen sedangkan bank konvensional mendapat bunga
SBI sebesar 8 persen. Hal ini tentu sangat tidak kondusif bagi perbankan syariah
ketika terjadi kelebihan likuiditas, oleh karena itu Bank Indonesia merubah
3
skimnya dari wadiah menjadi ju’alah. Sehingga sejak April tahun 2008 bank
syariah tidak menggunakan akad wadiah namun berganti menjadi akad ju’alah
dan mengganti Sertifikat Wadiah Bank Indonesia (SWBI) menjadi Sertifikat Bank
Indonesia Syariah (SBIS) (Sahria, 2010:5).
Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) dalam ruang lingkupnya hanya
dijadikan sebagai tempat penyaluran dana jika perbankan syariah mengalami
kelebihan likuiditas, tetapi tugas utama perbankan syariah adalah menyalurkan
dana kemasyarakat. Dalam hal menyalurkan dana ke masyarakat, perbankan
syariah tidak bisa secara begitu saja menyalurkan dananya, karena setiap dana
yang disalurkan ke masyarakat merupakan dana yang akan sangat mempengaruhi
keuntungan dari segi pembiayaan di perbankan syariah atau dalam bank
konvensional lebih dikenal dengan Net Interest Margin (NIM). akibatnya
penyaluran pembiayaan perbankan syariah tidak bisa seluruhya disalurkan
disektor rill.
Salah satu indikator untuk menilai kinerja keuangan suatu bank adalah
dengan melihat tingkat profitabilitasnya. Rasio profitabilitas adalah rasio yang
digunakan untuk mengukur efektivitas manajemen perusahaan secara
keseluruhan, yang ditunjukkan dengan besarnya laba yang diperoleh perusahaan
(Kuncoro, 2002:73).
Profitablitas atau kemampuan memperoleh laba adalah suatu ukuran
dalam persentase yang digunakan untuk menilai sejauh mana perusahaan mampu
menghasilkan laba pada tingkat yang dapat diterima. Angka profitabilitas
dinyatakan berupa dalam angka laba sebelum atau sesudah pajak, laba investasi,
4
pendapatan per saham, dan laba penjualan. Nilai profitabilitas menjadi norma
ukuran bagi kesehatan perusahaan. Sedangkan Return On Asset (ROA)
menunjukkan kemampuan manajemen bank dalam mengelola aktiva yang tersedia
untuk mendapatkan net income. ROA merupakan rasio yang memberikan
informasi seberapa efisien suatu bank dalam melakukan kegiatan usahanya
(pembiayaan), karena rasio ini mengindikasikan seberapa besar keuntungan yang
dapat diperoleh rata-rata terhadap setiap rupiah dalam asetnya.
Pengaruh positif pembiayaan jual beli terhadap profitabilitas ini terjadi
karena selama ini pembiayaan jual beli merupakan jenis pembiyaan yang paling
populer pada perbankan syariah. Sehingga pendapatan mark up yang diperoleh
dari pembiayaan jual beli menjadi pendapatan terbesar perbankan syariah, yang
pada akhirnya mampu meningkatkan profitabilitas. Hasil penelitian ini juga
menunjukkan bahwa pembiayaan bagi hasil berpengaruh signifikan negatif
terhadap profitabilitas yang diproksikan melalui Return On Asset (ROA) pada
bank umum syariah di Indonesia. Pembiayaan bagi hasil seharusnya diharapkan
dapat meningkatkan profitabilitas bank syariah. Dengan berpengaruh negatifnya
pembiayaan bagi hasil ini mengindikasikan bahwa pembiayaan bagi hasil yang
disalurkan masih belum produktif serta masih kurang diminati di perbankan
syariah.
5
Tabel 1.1
Komposisi Pembiayaan Yang Diberikan Bank Umum Syariah
Data dalam miliar rupiah
Sumber: Statistik Perbankan Syariah Bank Indonesia
Berdasarkan data Statistik Perbankan Syariah yang bersumber dari Bank
Indonesia bahwa pembiayaan murabahah mendominasi dari segi pembiayaan
yang disalurkan kepada masyarakat dengan total pembiayaan murabahah pada
tahun 2009 sebesar 26.321 triliun rupiah lalu pada tahun 2010 meningkat
sebesar 37.508 triliun rupiah lalu pada tahun 2011 mengalami peningkatan
sebesar 56.365 triliun rupiah dan terus mengalami peningkatan hingga tahun
2012 yang sangat signifikan menjadi 88.004 triliun rupiah kemudian tetap
meningkat tetapi tidak terlalu signifikan di tahun 2013 dan 2014 sebesar
110.565 dan 117.371 juga di tahun 2015 peningkatannya cenderung menurun
dari tahun sebelumnya yakni hanya menjadi 122.111. ditahun 2016 kembali
meningkat menjadi 139.536 triliun rupuah. Sedangkan total pembiayaan
musyarakah yang disalurkan lebih mendominasi dibanding pembiayaan
mudharabah. Untuk total pembiayaan musyarakah yang disalurkan pada tahun
2009 sebesar 6.597 triliun rupiah lalu pada tahun 2010 meningkat sebesar
Komposisi PembiayaanTahun
2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016
Pembiayaan Mudharabah 10.412 8.631 10.229 12.023 13.625 14.354 14.820 15.292
Pembiayaan Musyarakah 6.597 14.624 18.960 27.667 39.874 49.387 60.713 78.421
Pembiayaan Murabahah 26.321 37.508 56.365 88.004 110.565 117.371 122.111 139.536
Inflasi (%) 2.78 6.96 3.79 4.30 8.38 8.36 3.35 3.02Sertifikat Bank Indonesi
Syariah (SBIS)3.076 5.408 9.244 4.993 6.699 8.130 6.280 10.788
ROA (%) 1.48 1.67 1.79 2.14 2.00 1.97 1.81 1.77
6
14.624 triliun rupiah lalu meningkat pada tahun 2011 sebesar 18.960 triliun
rupiah dan terus mengalami peningkatan hingga tahun 2016, di tahun 2012
menjadi 27.667 triliun rupiah kemudian tahun 2013 menjadi 39.874 triliun di
tahun 2014 menjadi 49.387 di tahun 2015 menjadi 60.713 triliun dan terakhir
di tahun 2016 menjadi 78.421 triliun rupiah, sedangkan total pembiayaan
mudharabah yang disalurkan pada tahun 2009 sebesar 10.412 triliun rupiah
lalu pada tahun 2010 mengalami penurunan menjadi sebesar 8.631 triliun
rupiah lalu pada tahun 2011 mengalami peningkatan kembali sebesar 10.229
triliun rupiah dan terus mengalami peningkatan tahun 2012 menjadi 12.023
triliun rupiah, kemudian tahun 2013 meningkat menjadi 13.625 Triliun lalu
tahun 2014 meningkat menjadi 14.354 triliun rupiah, kemudian di tahun 2015
dan 2016 meningkat tetapi cenderung lebih kecil peningkatannya dari tahun
sebelumnya sebesar 14.820 triliun dan 2016 sebesar 15.292 triliun rupiah.
Pada tabel 1.1 sebelumnya menunjukan murabahah atau jual beli
merupakan produk unggulan dalam bank syariah yang masih berjalan sampai
saat ini. Akan tetapi rendahnya pembiyaan mudharabah dan musyarakah
menggambarkan bahwa operasi bank syariah belum sepenuhnya berjalan sesuai
dengan apa yang diharapkan. Bank syariah seharusnya memperbesar pangsa
produk bagi hasil, bukan hanya terfokus pada produk jual beli. Namun ternyata
bank syariah kurang berminat untuk menawarkan produk mudharabah dan
musyarakah spenuhnya hal ini disebabkan oleh beberapa hal yang perlu
mendapatkan solusi tersendiri. Karena dalam pelaksanannya, pembiyaan
mudharabah dan musyarakah di bank syariah tidak lepas dari resikoyang akan
7
berakibat pada kerugian bank syariah kurang selektif dalam memberikan
pembiyaan dengan sistem bagi hasil. Adapun resiko yang terjadi pada
pembiyaan pada profitabilitas yaitu tingginya tingkat inflasi yang akan
mempengaruhi pendapatan pada bank dalam pembiyaan maupun jual beli.
Tingginya angka inflasi dapat berdampak pada sector perbankan.oleh
karena itu, Bank Indonesia juga perlu untuk menetapkan tingkat suku bunga
(BI rate ) yang sesuai sebagai dasr atau patokan bank umum dan swasta untuk
menentukan suku bunga mereka agar mereka dapat tetap likuid dan
menguntungkan. Salah satu penyebab krisis yang dialami oleh Indonesia
adalah inflasi yang berkepanjangan. Inflasi adalah dimana suatu keadaan
dimana terjadi kenaikan harga-harga secara tajam (absolut) yng berlangsung
secara terus-menerus dalam jangka waktu yang cukup lama yang diikuti
dengan meosotnya nilai rill (intrinsic) mata uang suatu Negara (Dwijayanthy
dan Naomi, 2009:2)
Pendapatan Bank Islam bukan bunga, oleh karena itu sistem ini secara
langsung tidak akan berhadapan dengan negatif spread seperti bank-bank
konvensional. Pendapatan utama dari Bank Islam terfokus pada seberapa besar
bank dapat menghimpun keuntungan dari investasi pada sektor riil. Pernyataan
tersebut sangat sesuai dengan konsep dasar ekonomi islam yang tidak
menganggap uang sebagai komoditi dan tidak diakuinya time value of money.
Penelitian yang dilakukan oleh Febrina Dwijayanthy dan Prima Naomi
dengan judul “Analisis Pengaruh Inflasi, BI Rate, dan Nilai Tukar Mata Uang
terhadap Profitabilitas Bank Periode 2003-2007”. Penelitian menggunakan alat
8
analisis regresi linier berganda, hasil penelitian menunjukan bahwa Inflasi
berpengaruh signifikan negatif terhadap profitabilitas bank. Naiknya tingkat
inflasi akan mengakibatkan suku bunga naik, sehingga masyarakat enggan
meminjam pada bank. Selain itu pada sektor riil juga enggan untuk menambah
modal guna membiayai produksinya. Kedua hal tersebut akan berdampak pada
penurunan profit. Inflasi yang tinggi menyebabkan ketidakstabilan makro yang
mengakibatkan meningkatnya risiko bank dan selanjutnya berdampak pada
profit bank.
Hal ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Adi Setiawan di
dalam thesisnya yang berjudul “Analisis Pengaruh Faktor Makroekonomi,
Pangsa Pasar dan Karakteristik Bank Terhadap Profitabilitas Bank Syariah”.
Penelitian ini menggunakan regresi linier berganda, hasil penelitian
menunjukan bahwa variabel pertumbuhan inflasi dan pertumbuhan GDP tidak
menunjukkan pengaruh signifikan terhadap ROA (Return On Asset).
Dari uraian diatas dengan pergeseran posisi utama atas pembiayaan
dengan basis bagi hasil yaitu pembiayaan musyarakah dan pembiayaan
mudharabah yang digantikan oleh pembiayaan dengan basis jual beli yaitu
pembiayaan murabahah. Berdasarkan laporan data dari Bank Indonesia,
setidaknya ada empat faktor yang menjadi penyebab atas rendahnya
pembiayaan berbasis bagi hasil, yaitu: pertama, resiko investasi relatif tinggi
karena sulitnya memonitor kegiatan investasi; kedua, masalah principal agent,
diminta agen (mudharib) tidak selalu bertindak sesuai dengan kepentingan
prinsipal (shahibul maal); ketiga, kompetensi sumber daya manusia perbankan
9
syariah yang masih rendah untuk melakukan investasi pola bagi hasil; dan
keempat, ketidaktersediaan informasi kinerja bisnis yang mendalam untuk
setiap sektor industri yang menjadi target investasi. Disamping itu, bagaimana
pengaruh kondisi makroekonomi khususnya inflasi terhadap perbankan syariah
yang beroperasi menggunakan sistem bagi hasil. Karena kondisi tahun 2013
hingga tahun 2016 pertumbuhan ekonomi melambat seiring adanya tekanan di
pasar uang global dan domestik sebagai dampak kebijakan bank sentral AS
yang memutuskan untuk menurunkan stimulus moneter. Yang di mana kondisi
ini menggambarakan bahwa inflasi tinggi dan menurunnya profitabilitas
perbankan syariah di indonesia.
Melihat dari latar belakang yang telah dikemukakan, penulis tertarik
untuk meneliti masing-masing pengaruh pembiayaan jual beli yang diwakilkan
dengan pembiayaan murabahah dan pembiayaan bagi hasil yaitu pembiayaan
musyarakah dan mudharabah, inflasi serta sertifikat bank indonesia syariah
(SBIS) yang merupakan instrumen yang dibutuhkan oleh bank syariah sebagai
sarana investasi sehingga diperkirakan akan mempengaruhi tingkat likuditas
serta tingkat profitabilitas bank syariah yang dinyatakan dengan Return On
Asset (ROA).
Sehingga penulis memutuskan untuk mengambil judul “Analisis
Pengaruh Penyaluran Pembiayaan Musyarakah, Mudharabah,
Murabahah, Inflasi dan Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS)
Terhadap Profitabilitas Perbankan Syariah di Indonesia Periode 2009 –
2016”
10
B. Rumusan Masalah
Adapun perumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Seberpa besar pengaruh pembiayaan musyarakah secara parsial terhadap
profitabilitas perbankan syariah di Indonesia?
2. Seberapa besar pengaruh pembiayaan mudharabah secara parsial terhadap
profitabilitas perbankan syariah di Indonesia?
3. Seberapa besar pengaruh pembiayaan murabahah secara parsial terhadap
profitabilitas perbankan syariah di Indonesia?
4. Seberapa besar pengaruh inflasi secara parsial terhadap profitabilitas
perbankan syariah di Indonesia?
5. Seberapa besar pengaruh Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) secara
parsial terhadap profitabilitas perbankan syariah di Indonesia?
6. Seberapa besar pengaruh pembiayaan musyarakah, mudharabah,
murabahah, inflasi, Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) secara
simultan terhadap profitabilitas perbankan syariah di Indonesia?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini yaitu:
1. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh pembiayaan musyarakah
secara parsial terhadap profitabilitas bank syariah di Indonesia periode
tahun 2009 - 2016?
11
2. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh pembiayaan mudharabah
secara parsial terhadap profitabilitas bank syariah di Indonesia periode
tahun 2009 - 2016?
3. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh pembiayaan murabahah
secara parsial terhadap profitabilitas bank syariah di Indonesia periode
tahun 2009 - 2016?
4. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh inflasi secara parsial terhadap
profitabilitas bank syariah di Indonesia periode tahun 2009 - 2016?
5. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh Sertifikat Bank Indonesia
Syariah (SBIS) secara parsial terhadap profitabilitas bank syariah di
Indonesia periode tahun 2009 - 2016?
6. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh pembiayaan musyarakah,
mudharabah, murabahah, inflasi, dan Sertifikat Bank Indonesia Syariah
(SBIS) secara simultan terhadap profitabilitas bank syariah di Indonesia
periode tahun 2009 - 2016?
D. Manfaat Penelitian
Beberapa manfaat penelitian yang diperoleh dari penelitian “Analisis
Pengaruh Penyaluran Pembiayaan Musyarakah, Mudharabah, Murabahah,
Inflasi, dan Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) Terhadap Profitabilitas
Bank Syariah di Indonesia” adalah:
12
a. Bagi Akademisi
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pemahaman dan
pengetahuan dalam hal penyaluran pembiayaan murabahah, mudharabah,
musyarakah, inflasi, dan Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) terhadap
profitabilitas Bank Syariah sehingga dapat menjadi bahan referensi dan
perbandingan untuk penelitian-penelitian selanjutnya.
b. Bagi Praktisi
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam hal
pengembangan perusahaan dan meningkatkan profitabilitas Bank Syariah
sebagai tambahan informasi dalam pengambilan kebijakan pemberian
pembiayaan.
c. Bagi Riset Mendatang
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi wahana pengetahuan mengenai
keuangan Islam bagi peneliti selanjutnya yang tertarik meneliti tentang
keuangan Islam.
13
BAB II
KAJIAN KEPUSTAKAAN
A. Pembiayaan
1. Pengertian Pembiayaan
Pembiayaan dalam perbankan syariah adalah menghimpun dana
atau penanaman dana bank syariah dalam rupiah atau valuta asing dalam
bentuk pembiayaan, piutang, Qard, surat berharga syariah, penempatan,
penyertaan modal, penyertaan modal sementara, komitmen dan kontijensi
pada rekening administratif serta serta sertifikat wadiah Bank Indonesia
(Muhammad, 2004:183).
2. Tujuan Pembiayaan
Pembiayaan merupakan sumber pendapatan bagi bank syariah.
Tujuan pembiayaan yang dilaksanakan perbankan syariah terkait dengan
stakeholder. Diantara stakeholder tersebut adalah pemilik, pegawai,
masyarakat, pemerintah dan lembaga keuangan lainnya (Muhammad,
2004: 185-186).
Tujuan pembiayaan secara umum:
1) Besarnya kebutuhan fasilitas pembiayaan yang diajukan.
2) Kegunaan fasilitas pembiayaan yang diajukan, untuk kebutuhan barang
investasi atau kebutuhan modal kerja.
3) Jangka waktu dari fasilitas pembiayaan yang diajukan.
4) Penjelasan atas ulasan perubahan-perubahan yang ada, nilai terdapat
perubahan terhadap fasilitas pembiayaan terdahulu.
14
3. Fungsi Pembiayaan
Adapun beberapa fungsi pembiayaan, diantaranya adalah
(Muhammad, 2004: 184-186):
1) Meningkatkan daya guna uang.
2) Meningkatkan daya guna barang.
3) Meningkatkan peredaran uang.
4) Menimbulkan kegairahan berusaha.
5) Stabilitas ekonomi.
6) Sebagai jembatan untuk meningkatkan pendapatan nasional.
7) Sebagai alat hubungan ekonomi internasional.
4. Kode Etik Pembiayaan
Beberapa hal kode etik yang harus diperhatikan dalam pembiayaan
antara lain (Muhammad, 2005: 34):
1) Patuh dan taat pada peraturan perundang-undangan dan peraturan
pembiayaan yang berlaku, baik ekstern maupun intern.
2) Melakukan pencatatan mengenai setiap kegiatan transaksi yang
terjalin dengan kegiatan yang bersangkutan.
3) Menghindari diri dari persaingan tidak sehat.
4) Tidak menyalahgunakan wewenangnya untuk kepentingan pribadi.
5) Menghindarkan diri dari keterlibatan dalam pengambilan keputusan
hal yang bertentangan dengan kepentingan.
6) Nasabah, menjaga kerahasiaan.
15
7) Memperhatikan dampak yang merugikan dari setiap kebijakan yang
telah ditetapkan terhadap ekonomi, sosial dan lingkungan.
8) Tidak menerima hadiah atau imbalan apapun yang dapat memperkaya
diri pribadi maupun keluarganya sehingga mempengaruhi pendapat
profesionalnya dalam penilaian atau keputusan pembiayaan.
9) Tidak melakukan perbuatan tercela yang dapat merugikan citra
profesinya.
B. Musyarakah
1. Definisi Musyarakah
Menurut (Antonio, 2006:95), pengertian Al–Musyarakah adalah
akad kerja sama antara dua pihak atau lebih untuk suatu usaha tertentu
dimana masing–masing pihak memberikan kontribusi dana (atau
amal/expertise) dengan kesepakatan bahwa keuntungan dan resiko akan
ditanggung bersama sesuai dengan kesepakatan.
Menurut (Sjahdeini, 2014:398), pengertian Al-Musyarakah, adalah
kemitraan antara pihak bank dan pihak nasabah untuk bersama–sama
memberikan modal dengan cara membeli saham untuk membiayai
investasi.
Menurut Latifa M. Algoud dan Merlyn 2005, K. Lewis musyarakah
adalah kemitraan dalam suatu usaha, dimana dua orang atau lebih
menggabungkan modal atau kerja mereka untuk berbagi keuntungan,
menikmati hak-hak dan tanggung jawab yang sama.
16
2. Landasan Syariah Pembiayaan Musyarakah
Akad musyarakah dibolehkan dalam islam, karena dalam islam asal
mulia segala hukum muamalat adalah diperbolehkan selama tidak ada dalil
yang melarangnya. Berikut adalah dalil-dalil yang memperbolehkan
musyarakah.
a. Al-Qur’an
QS. An-nisa: 12. Artinya: “Dan bagianmu (suami-suami) adalah
seperdua dari harta yang ditinggalkan oleh isteri-isterimu, jika mereka
tidak mempunyai anak. Jika mereka (istri-istrimu) itu mempunyai anak,
maka kamu mendapat seperempat dari harta yang ditinggalkannya setelah
dipenuhi wasiat yang mereka buat atau (dan) setelah dibayar hutangnya.
Para isteri memperoleh seperempat harta yang kamu tinggalkan jika kamu
tidak mempunyai anak. Jika kamu mempunyai anak, maka para isteri
memperoleh seperdelapan dari harta yang kamu tinggalkan setelah
dipenuhi wasiat yang kamu buat atau (dan) setelah dibayar hutang-
hutangmu. Jika seseorang meninggal, baik laki-laki maupun perempuan
yang tidak meninggalkan ayah dan tidak meninggalkan anak, tetapi
mempunyai seorang saudara laki-laki (seibu) atau seorang saudara
perempuan (seibu), maka bagi masing-masing dari kedua jenis saudara itu
seperenam harta. Tetapi jika saudara-saudara seibu itu lebih dari seorang,
maka mereka bersama-sama dalam bagian yang sepertiga itu, setelah
dipenuhi wasiat yang dibuatnya atau (dan) setelah dibayar hutangnya
17
dengan tidak menyusahkan (kepada ahli waris). Demikianlah ketentuan
Allah. Allah Maha Mengetahui lagi Maha Penyantun”
Ayat ini menunjukkan pengakuan Allah SWT akan adanya
perserikatan dalam kepemilikan harta. Hanya saja perkongsian dalam ayat
ini terjadi secara otomatis (jabr) karena waris.
b. Hadist
Menurut Ah. Azharuddin Lathif, 2005. Landasan syariah yang
membahas mengenai akad musyarakah yaitu hadist Nabi yang
diriwayatkan Abu Daud dari Abu Hurairah ra, Rasulullah SAW bersabda:
“Allah SWT berfirman: Aku adalah pihak ketiga dari dua orang yang
bersyukur selama salah satu pihak tidak mengkhianati pihak yang lain.
Jika salah satu berkhianat. Aku yang akan keluar dari mereka”.
3. Ketentuan Umum Akad Musyarakah
Ketentuan umum dalam akad musyarakah adalah sebagai berikut:
Semua modal disatukan untuk dijadikan modal proyek musyarakah
dan dikelola bersama.
Setiap pemilik modal berhak turut serta dalam menentukan
kebijakan usaha yang dijalankan oleh pelaksana proyek.
18
Pemilik modal dipercaya untuk menjalankan proyek musyarakah
tidak boleh melakukan tindakan, seperti :
i. Menggabungkan dana proyek dengan harta pribadi
ii. Menjalankan proyek musyarakah dengan pihak lain tanpa ijin
pemilik modal lainnya.
iii. Memberi pinjaman kepada pihak lain
iv. Setiap pemilik modal dapat mengalihkan penyertaan atau
digantikan oleh pihak lain
v. Setiap pemilik modal dianggap mengakhiri kerjasama, apabila :
1. Menarik diri dari perserikatan.
2. Meninggal dunia.
3. Menjadi tidak cakap hukum.
vi. Biaya yang timbul dalam pelaksanaan proyek dan jangka waktu
proyek harus diketahui bersama.
vii. Proyek yang akan dijalankan harus disebutkan dalam akad.
19
Mekanisme operasional Al – Musyarakah dapat digambarkan pada
gambar dibawah ini:
Gambar 2.1
Skema Kerja Prinsip Al – Musyarakah
Sebagian modal Sebagian modal
Nisbah X % Nisbah Y %
Sumber : Muhamad (2004), Manajemen Bank Syari’ah, Yogyakarta, UPP AMP
YKPN, 2004: 96
4. Jenis–jenis Al–Musyarakah
Ada dua jenis musyarakah, yaitu :
1. Syirkah Al – milk
Adalah kepemilikan bersama (Co–Ownership) dan
keberadaannya muncul apabila dua atau lebih orang secara kebetulan
Nasabah Bank Syari’ah
Proyek / Usaha
Pendapatan
Bagi Hasil sesuai dengannisbah
20
memperoleh kepemilikan bersama (Join Ownership) atas suatu
kekayaan (Asset) tanpa telah membuat perjanjian kemitraan yang
resmi.
2. Syirkah Al – ‘Uqud (Contractual Partnership)
Adalah kemitraan yang sesungguhnya, karena para pihak yang
bersangkutan yaitu pihak bank dan pihak nasabah secara sukarela
berkeinginan untuk membuat suatu perjanjian bersama dan berbagi
untung dan resiko.
Musyarakah Al – ‘Uqud terbagi menjadi :
a. Syirkah Al – ‘Inan.
Adalah kontrak antara dua orang atau lebih. Setiap pihak
memberikan suatu porsi dari keseluruhan dana dan berpartisipasi
dalam kerja. Kedua pihak berbagi dalam keuntungan dan
kerugian sebagaimana yang disepakati diantara mereka. Akan
tetapi, porsi masing–masing pihak baik dalam dana maupun kerja
atau bagi hasil, tidak harus sama dan identik sesuai dengan
kesepakatan mereka. Mayoritas ulama membolehkan jenis
musyarakah ini.
b. Syirkah Mufawadah
Adalah kontrak kerjasama antara dua orang atau lebih.
Setiap pihak memberikan suatu porsi dari keseluruhan dana dan
berpartisipasi dalam kerja. Setiap pihak membagikan keuntungan
dan kerugian secara sama. Dengan demikian, syarat utama dari
21
jenis al–musyarakah ini adalah kesamaan dana yang diberikan,
kerja, tanggung jawab, dan beban utang dibagi oleh masing-
masing pihak.
c. Syirkah A’maal
Adalah kontrak kerjasama dua orang seprofesi untuk
menerima pekerjaan secara bersama–sama dan berbagi
keuntungan dari pekerjaan tersebut. Al–musyarakah ini kadang
disebut dengan musyarakah abdan.
d. Syirkah Wujuh
Adalah kontrak antara dua orang atau lebih yang memiliki
reputasi dan prestise baik serta ahli dalam bisnis. Mereka
membeli barang secara kredit dari suatu perusahaan dan menjual
barang tersebut secara tunai. Mereka berbagi keuntungan dan
kerugian berdasarkan jaminan kepada penyuplai yang disediakan
oleh tiap mitra. Jenis al–musyarakah ini tidak memerlukan modal
karena pembelian secara kredit berdasar pada jaminan tersebut.
Kontrak ini pula lazim disebut sebagai musyarakah piutang.
5. Manfaat dan Resiko Al - Musyarakah
Manfaat Al – Musyarakah diantaranya, yaitu:
1. Bank akan menikmati peningkatan dalam jumlah tertentu pada saat
keuntungan usaha nasabah meningkat.
2. Bank tidak berkewajiban membayar dalam jumlah tertentu kepada
nasabah pendanaan secara tetap, tetapi disesuaikan dengan
22
pendapatan/hasil usaha bank, sehingga bank tidak akan pernah
mengalami negative speard.
3. Pengembalian pokok pembiayaan disesuaikan dengan cash flow / arus
kas usaha nasabah, sehingga tidak memberatkan nasabah.
4. Bank akan lebih selektif dan hati-hati (Prudent) mencari usaha yang
benar-benar halal, aman, dan menguntungkan. Hal ini karena
keuntungan yang riil dan benar-benar terjadi itulah yang akan
dibagikan.
5. Prinsip bagi hasil dalam Musyarakah ataupun Mudharabah ini berbeda
dengan prinsip bunga tetap dimana bank akan menagih penerimaan
pembayaran nasabah satu jumlah bunga tetap berapa pun keuntungan
yang dihasilkan oleh nasabah, bahkan sekalipun merugi dan terjadi
krisis ekonomi.
Resiko Al–Musyarakah diantaranya, yaitu:
1. Side Streaming; nasabah menggunakan dana itu bukan seperti yang
disebutkan dalam kontrak.
2. Lalai dan kesalahan yang disengaja.
3. Penyembunyian keuntungan oleh nasabah, bila nasabah tidak jujur.
6. Hubungan Pembiayaan Musyarakah Terhadap Profitabilitas Bank
Syariah
Pembiayaan bagi hasil pada perbankan syariah dilakukan melalui
akad mudharabah dan musyarakah. Pembiayaan bagi hasil merupakan
salah satu komponen penyusun aset pada perbankan syariah. Dari
23
pengelolaan pembiayaan bagi hasil, bank syariah memperoleh pendapatan
bagi hasil sesuai dengan nisbah yang telah disepakati dengan nasabah
(Muhammad, 2005). Pendapatan yang diperoleh akan mempengaruhi
besarnya laba yang diperoleh bank (Firdaus, 2009). Besarnya laba yang
diperoleh bank syariah akan mampu mempengaruhi profitabilitas yang
dicapai.
C. Mudharabah
1. Definisi Mudharabah
Mudharabah berasal dari kata dharb, berarti memukul atau berjalan.
Pengertian memukul atau berjalan ini lebih tepatnya adalah proses
seseorang memukukan kakinya dalam menjalankan usaha (Antonio,
2001:95).
Secara teknis Mudharabah adalah akad kerjasama usaha antara bank
sebagai pemilik dana (shohibul maal) yang menyediakan seluruh (100%)
modalnya, sedangkan pihak lainnya menjadi pengelola (mudharib).
Keuntungan usaha secara Mudharabah dibagi menurut kesepakatan yang
dituangkan dalam kontrak, namun apabila rugi ditanggung oleh pemilik
modal selama kerugian itu bukan akibat kelalaian si pengelola. Seandainya
kerugian itu diakibatkan karena kerugian atau kelalaian si pengelola, maka
si pengelola harus bertanggung jawab atas kerugian tersebut.
24
Mudharabah adalah akad yang telah dikenal oleh umat muslim sejak
zaman nabi, bahwa telah dipraktekan oleh bangsa arab sebelum turunnya
Islam. Ketika Nabi Muhammad SAW berprofesi sebagai pedagang, beliau
melakukan praktek Mudharabah bersama Khadijah, saat itu Khadijah
mempercayakan barang dagangnya untuk dijual oleh Nabi Muhammad
SAW keluar negeri. Dalam kasus ini, Khadijah berperan sebagai (shahibul
maal) sedangkan Nabi Muhammad SAW berperan sebagai pelaksana
usaha (Mudharib).
2. Landasan Syariah Pembiayaan Mudharabah
Secara umum landasan dasar syari’ah mudharabah lebih
mencerminkan anjuran untuk melakukan usaha. Hal ini tampak dalam
ayat-ayat al-Qur’an dan hadist berikut ini:
a. Al-Qur’an
QS. An-nisa: 29. Artinya: “...Hai orang-orang yang beriman,
janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang
batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama-
suka di antara kamu...”
QS. Al-Jumu’ah: 10. Artinya: “... Apabila telah ditunaikan shalat
maka bertebaranlah kamu di muka bumi dan carilah karunia Allah
SWT ... ” (QS. Al-Jumu’ah: 10)
25
b. Hadist
Rasulullah SAW bersabda:
“Tiga bentuk usaha yang mendapat berkah dari Allah SWT, yaitu:
menjual dengan bayar tangguh, Mudharabah, dan gandum yang
dicampur untuk dimakan sendiri”. (HR. Ibn Majah dari Shuhaib)
Dari hadist diatas dapat kita lihat bahwa mudharabah adalah salah
satu dari tiga bentuk usaha yang dibolehkan dan diberkahi oleh Allah
SWT.
3. Rukun dan Syarat Mudharabah
Ada beberapa rukun dan syarat yang harus dipenuhi dalam
Mudharabah, yaitu:
a. Pelaku (pemilik modal maupun pelaksana usaha)
Menurut (Antonio; 2006:83) Akad Mudharabah, harus ada
minimal dua pelaku. Pihak pertama bertindak sebagai modal (shahibul
maal) dan pihak kedua sebagai pelaksana usaha (mudharib). Syarat
keduanya adalah pemodal dan pengelola harus mampu melakukan
transaksi juga sah secara hukum.
b. Objek Mudharabah (modal dan kerja)
Objek merupakan konsekuensi logis dari tindakan yang dilakukan
oleh para pelaku. Pemilik modal menyerahkan modalnya sebagai objek
26
Mudharabah, begitu juga dengan pelaksana usaha menyerahkan
kerjanya sebagai objek Mudharabah. Modal yang diserahkan berbentuk
uang, sedangkan kerja yang diserahkan bisa berbentuk keahlian,
keterampilan, selling skill, management skill, dll (Karim, 2004:54).
Syarat objek Mudharabah adalah:
1) Modal harus diketahui jumlah dan jenisnya (mata uang)
2) Modal harus tunai
Para fuqaha tidak memperbolehkan modal mudharabah berbentuk
barang, tetapi harus berupa uang tunai, karena barang tidak dapat
dipastikan taksiran harganya dan mengakibatkan ketidakpastian
(gharar) besarnya modal mudharabah. Para fuqaha telah sepakat tidak
memperbolehkan mudharabah berupa utang. Tanpa adanya setoran
modal, berarti shahibul maal tidak memberikan kontribusi apapun
padahal mudharib telah bekerja. Para ulama Syafi’I dan Maliki
melarang hal itu karena merusak sahnya akad (Karim, 2004:54).
c. Persetujuan kedua belah pihak (ijab-qabul)
Persetujuan kedua belah pihak merupakan konsekuensi dari
prinsip “an-taraadhim minkum (sama-sama rela)” (Karim, 2004:55).
Kedua belah pihak harus secara rela bersepakat untuk mengikatkan diri
dalam akad mudharabah. Shahibul maal sepakat untuk mengeluarkan
dananya guna dikelola dan diinvestasikan, serta mudharib rela untuk
mengelola dana tersebut.
27
d. Nisbah keuntungan
Nisbah adalah rukun yang khas dalam akad mudharabah yang
tidak ada dalam akad jual beli. Nisbah mencerminkan imbalan yang
berhak diterima oleh kedua belah pihak yang bermudharabah (Karim,
2004:55). Mudharib mendapatkan hasil atas usahanya dan shahibul
maal mendapatkan keuntungan dari pernyataan modal.
Sedangkan syarat-syaratnya adalah:
1) Keuntungan harus dibagi untuk kedua belah pihak.
2) Proporsi keuntungan masing-masing pihak harus diketahui pada
waktu kontrak dan proporsi tersebut harus diambil dari keuntungan.
3) Nisbah keuntungan dapat disepakati untuk ditinjau dari waktu ke
waktu.
4) Kedua belah pihak juga harus menyepakati biaya-biaya apa saja
yang ditanggung pemodal dan pengelola (Antonio; 2006:91).
4. Perkara Yang Membatalkan Mudharabah
Menurut (Antonio, 2006:94) Ada beberapa perkara yang dapat
membatalkan transaksi mudharabah:
a. Pembatalan, larangan berusaha dan pemecatan
b. Salah seorang aqid meninggal dunia
c. Salah seorang aqid gila
28
d. Pemilik modal murtad
e. Modal rusak di tangan pengusaha.
5. Jenis-Jenis Mudharabah
Secara umum, mudharabah dibagi menjadi 2 jenis, yaitu:
a. Mudharabah Muthlaqah
Mudharabah Muthlaqah adalah bentuk kerja sama antara
shahibul maal dengan mudharib yang cakupannya sangat luas dan tidak
dibatasi oleh sspesifikasi jenis usaha, waktu, dan daerah bisnis Investasi
yang tidak terbatas ini dalam perbankan syariah diaplikasikan pada
tabungan dan deposito (Antonio, 2006:104).
b. Mudharabah Muqayyadah
Mudharabah Muqayyadah yaitu pemilik dana
membatasi/memberi syarat kepada mudharib dalam pengelolaan dana,
misalnya hanya untuk melakukan mudharabah dalam bidang tertentu,
cara, waktu dan tempat yang tertentu saja. Bank dilarang
mencampurkan rekening investasi terbatas dengan dana bank atau
rekening lainnya pada saat investasi. Bank juga dilarang untuk investasi
dananya pada saat transaksi penjualan cicilan, tanpa penjamin atau
jaminan. Bank diharuskan melakukan investasi sendiri (tanpa melalui
pihak ketiga) (Antonio, 2001:105).
29
6. Pengakuan Laba atau Rugi Mudharabah
a. Apabila pembiayaan Mudharabah melewati satu periode pelaporan:
1) Laba pembiayaan Mudharabah diakui dalam periode terjadinya
hak bagi hasil sesuai nisbah yang disepakati.
2) Rugi yang terjadi diakui dalam periode terjadinya rugi tersebut dan
mengurangi saldo pembiayaan mudharabah.
b. Pengakuan laba atau rugi mudharabah dalam praktek dapat diketahui
berdasarkan laporan bagi hasil dari pengelola dana yang diterima oleh
bank.
c. Bagi hasil mudharabah dapat dilakukan dengan dua metode, yaitu bagi
hasil (profit sharing) dan bagi pendapatan (revenue sharing). Bagi hasil
dihitung dari pendapatan setelah dikurangi beban yang berkaitan
dengan pengelolaan dana mudharabah, sedangkan bagi pendapatan
dihitung dari total pengelolaan mudharabah.
d. Rugi pembiayaan mudharabah yang diakibatkan penghentian
mudharabah sebelum masa akad berakhir diakui sebagai pengurang
pembiayaan mudharabah.
30
e. Rugi pengelolaan yang timbul akibat kelalaian atau kesalahan mudharib
dibebankan pada pengelola dana.
f. Bagian laba bank yang tidak dibayarkan oleh pengelola dana
(mudharib) pada saat mudharabah selesai atau dihentikan sebelum
masanya selesai diakui sebagai piutang jatuh tempo kepada pengelola
dana (mudharib).
7. Teknik Mudharabah Dalam Perbankan
Menurut Heri Sudarsono (2004:43), ada 5 tehnik mudharabah dalam
perbankan, yaitu:
a. Jumlah modal yang diserahkan kepada nasabah selaku pengelola modal,
harus diserahkan tunai, dapat berupa uang. Apabila modal diserahkan
secara bertahap harus jelas tahapannya dan disepakati bersama.
b. Hasil pengelolaan modal pembiayaan mudharabah dapat
diperhitungkan dengan dua cara:
1) Dari pendapatan proyek (revenue sharing)
2) Perhitungan dari keuntungan proyek (profit sharing)
c. Hasil usaha dibagi sesuai dengan persetujuan dalam akad, pada setiap
bulan atau waktu yang telah disepakati. Bank selaku pemilik modal
menanggung seluruh kerugian kecuali akibat kelalaian dan
31
penyimpangan pihak nasabah seperti penyelewengan, kecurangan, dan
penyalahgunaan dana.
d. Bank berhak melakukan pengawasan terhadap pekerjaan umum, namun
tidak berhak mencampuri urusan pekerjaan/usaha nasabah.
e. Jika nasabah cidera janji dengan sengaja, misalnya tidak mau
membayar kewajiban atau menunda pembayaran kewajiban dapat
dikenakan sanksi administrasi.
8. Hubungan Pembiayaan Mudharabah Terhadap Profitabilitas Bank
Syariah
Pembiayaan bagi hasil pada perbankan syariah dilakukan melalui
akad mudharabah dan musyarakah. Pembiayaan bagi hasil merupakan
salah satu komponen penyusun aset pada perbankan syariah. Dari
pengelolaan pembiayaan bagi hasil, bank syariah memperoleh pendapatan
bagi hasil sesuai dengan nisbah yang telah disepakati dengan nasabah
(Muhammad, 2005). Pendapatan yang diperoleh akan mempengaruhi
besarnya laba yang diperoleh bank (Firdaus, 2009). Besarnya laba yang
diperoleh bank syariah akan mampu mempengaruhi profitabilitas yang
dicapai.
32
D. Murabahah
1. Definisi Murabahah
Murabahah adalah jual beli barang pada harga asal dengan tambahan
keuntungan yang disepakati. Penjual harus memberi tahu harga produk
yang ia beli dan menentukan suatu tingkat keuntungan sebagai tambahan
(Antonio, 2006: 101). Sedangkan dalam fatwa Dewan Syariah Nasional
Nasional (Himpunan Fatwa, Edisi kedua, hal 311) yang dimaksud dengan
Murabahah adalah menjual suatu barang dengan menegaskan harga
belinya kepada pembeli dan pembeli membayarnya dengan harga yang
lebih sebagai laba (Harahap, 2007:31).
Murabahah dalam perbankan syariah adalah transaksi jual beli
barang antara bank dengan nasabah, baik nasabah yang bertindak sebagai
penjual atau nasabah yang bertindak sebagai pembeli. Secara teknis, yang
dimaksud dengan margin keuntungan adalah persentase tertentu yang
ditetapkan per tahun dengan perhitungan margin keuntungan secara harian,
maka jumlah hari dalam setahun ditetapkan 360 hari. Sedangkan
perhitungan margin keuntungan secara bulanan, dalam setahun ditetapkan
12 bulan.
Pada umumnya nasabah pembiayaan melakukan pembayaran secara
angsuran. Tagihan yang timbul dari transaksi jual beli atau sewa
berdasarkan akad Murabahah, Salam atau Istishna dan Ijarah disebut
sebagai piutang. M. Umer Chapra mengemukakan bahwa Murabahah
33
merupakan transaksi yang sah menurut ketentuan syariat apabila resiko
transaksi tersebut menjadi tanggung jawab pemodal sampai penguasaan
atas barang telah dialihkan kepada nasabah (Sjahdeini, 2014:62).
2. Landasan Syariah Pembiayaan Murabahah
Menurut Ah. Azharuddin Lathif dalam bukunya yang berjudul Fiqh
Muamalat 2005, Murabahah adalah satu jenis jual beli yang dibenarkan
oleh syariah Islam dan merupakan implementasi Muamalat Tijariyah
(interaksi bisnis). Adapun dasar hukum kebolehan jual beli Murabahah
adalah sebagai berikut:
a. Al-Qur’an
Al-Baqarah 275. Artinya:“Orang-orang yang makan (mengambil)
riba tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang
kemasukan syaitan lantaran (tekanan) penyakit gila, keadaan
mereka yang demikian itu adalah disebabkan mereka berkata
(berpendapat), Sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba,
padahal Allah SWT telah menghalalkan jual beli dan
mengharamkan riba. Orang-orang yang telah sampai kepadanya
larangan dari Tuhannya, lalu terus berhenti (dari mengambil riba),
Maka baginya apa yang telah diambilnya dahulu (sebelum datang
larangan); dan urusanya (terserah) kepada Allah SWT, orang yang
kembali (mengambil riba). Maka orang itu adalah penghuni-
penghuni neraka; mereka kekal didalamnya”.
34
b. Hadist
Hadist riwayat Aisyah r.a:
“Bahwa ketika Rasulullah SAW ingin hijrah, Abu Bakar ra membeli
dua ekor unta”, kemudian Rasulullah SAW berkata: “serahkan
salah satunya untukku (dengan harga yang sepadan/tauliyah)? Abu
Bakar menjawab: “ya dia untukmu tanpa sesuatu apapun”
kemudian Rasulullah SAW mengatakan: “kalau tanpa harga jual
(isaman), maka tidak jadi saya ambil” (HR. Bukhari dan Ahmad).
Dari hadist diatas dapat kita ambil kesimpulan, bahwasanya
sejak zaman Rasulullah SAW telah ada praktek jual beli Murabahah,
sehingga Rasulullah SAW menganjurkan kita untuk melakukan jual
beli Murabahah.
3. Rukun dan Syarat Murabahah
Ada beberapa rukun dalam Murabahah, rukun-rukunya terdiri dari:
(Harahap, 2007:48)
a. Ba’I : Penjual (pihak yang memiliki barang)
b. Musytari : Pembeli (pihak yang akan membeli barang)
c. Mabi’ : Barang yang akan diperjualbelikan
d. Tsaman : Harga
e. Ijab Qabul : Pernyataan timbang terima.
35
Adapun syarat-syarat Murabahah adalah:
a. Penjual memberitahu biaya barang kepada nasabah
b. Kontrak pertama harus sah sesuai dengan rukun yang ditetapkan
c. Kontrak harus bebas dari riba
d. Penjual harus menjelaskan kepada pembeli bila terjadi cacat atas barang
sesudah pembelian
e. Penjual harus menyampaikan semua hal yang berkaitan dengan
pembelian, misalnya jika pembelian dilakukan secara utang.
4. Skim Jual Beli Murabahah
Pembiayaan murabahah digunakan dalam kondisi dimana bank tidak
memiliki objek yang diinginkan pembeli, skim ini biasanya digunakan
untuk membantu pembeli untuk pengadaan objek tertentu dimana pembeli
tidak memiliki kemampuan finansial yang cukup untuk melakukan
pembayaran secara tunai.
5. Hubungan Pembiayaan Murabahah Terhadap Profitabilitas Bank
Syariah
Pengelolaan pembiayaan jual beli (murabahah) yang merupakan
salah satu komponen penyusun aset terbesar pada perbankan syariah akan
mengahasilkan pendapatan berupa margin/mark up. Dengan diperolehnya
pendapatan mark up tersebut, maka akan mempengaruhi besarnya laba
36
yang diperoleh bank syariah. Serta pada akhirnya mampu mempengaruhi
peningkatan profitabilitas yang tercermin Return On Asset (ROA).
E. Inflasi
1. Pengertian Inflasi
Secara umum inflasi dapat diartikan sebagai kenaikan tingkat harga
barang dan jasa secara umum dan terus menerus. Menurut para pakar
beberapa pengertian mengenai inflasi: Inflasi adalah kecenderungan dari
harga-harga untuk menaik secara umum dan terus menerus dalam jangka
waktu yang lama. Kenaikan harga dari satu atau dua barang saja tidak
disebut inflasi, kecuali bila kenaikan tersebut meluas kepada (atau
mengakibatkan kenaikan) sebagian besar dari harga barang-barang lain
(Boediono,2005:161).
Proses kenaikan harga-harga umum barang-barang secara terus
menerus selama periode tertentu. Inflasi dinyatakan sebagai kenaikan
harga secara umum (Nopirin, 2007:77).
Price level (year t) − price level (year t − l)Rate of inflaton (year t) =
Price level (year t − l)
Secara sederhana inflasi diartikan sebagai meningkatnya harga-
harga secara umum dan terus menerus. Kenaikan harga dari satu atau dua
barang saja tidak dapat disebut inflasi kecuali bila kenaikan itu meluas
(atau mengakibatkan kenaikan harga) pada barang lainnya. Kebalikan dari
inflasi disebut deflasi.
37
Dalam ilmu ekonomi, inflasi adalah suatu proses meningkatnya
harga-harga secara umum dan terus-menerus (continue) yang berkaitan
dengan mekanisme pasar yang dapat disebabkan oleh berbagai faktor
antara lain: konsumsi masyarakat yang meningkat, berlebihnya likuiditas
di pasar yang memicu konsumsi atau bahkan spekulasi sampai termasuk
juga akibat adanya ketidaklancaran distribusi barang. Dengan kata lain,
inflasi juga merupakan proses menurunnya nilai mata uang secara terus-
menerus. Pengertian lain, Inflasi adalah proses dari suatu peristiwa, bukan
tinggi-rendahnya tingkat harga. Artinya, tingkat harga yang dianggap
tinggi belum tentu menunjukan inflasi. Inflasi adalah indikator untuk
melihat tingkat perubahan, dan dianggap terjadi jika proses kenaikan harga
berlangsung secara terus-menerus dan saling mempengaruhi. Istilah inflasi
juga digunakan untuk mengartikan peningkatan persediaan uang yang
kadangkala dilihat sebagai penyebab meningkatnya harga.
2. Indikator
Indikator yang sering digunakan untuk mengukur tingkat inflasi
adalah Indeks Harga Konsumen (IHK). Perubahan IHK dari waktu ke
waktu menunjukkan pergerakan harga dari paket barang dan jasa yang
dikonsumsi masyarakat. Sejak Juli 2008, paket barang dan jasa dalam
keranjang IHK telah dilakukan atas dasar Survei Biaya Hidup (SBH)
Tahun 2007 yang dilaksanakan oleh Badan Pusat Statistik (BPS).
Kemudian, BPS akan memonitor perkembangan harga dari barang dan jasa
38
tersebut secara bulanan di beberapa kota, di pasar tradisional dan modern
terhadap beberapa jenis barang/jasa di setiap kota.
3. Pengelompokan Inflasi
Inflasi yang diukur dengan IHK di Indonesia dikelompokan ke
dalam 7 kelompok pengeluaran (berdasarkan the Classification Of
Iindividual Consumption By Purpose - COICBP), yaitu :
a) Kelompok Bahan Makanan
b) Kelompok Makanan Jadi, Minuman, dan Tembakau
c) Kelompok Perumahan
d) Kelompok Sandang
e) Kelompok Kesehatan
f) Kelompok Pendidikan dan Olah Raga
g) Kelompok Transportasi dan Komunikasi.
4. Tingkat Inflasi
Kondisi inflasi menurut Nopirin (2007:79), berdasarkan sifatnya
inflasi dibagi menjadi tiga bagian yaitu:
a. Merayap (Creeping Inflation)
Laju inflasi yang rendah (kurang dari 10% pertahun), kenaikan harga
berjalan lambat dengan persentase yang kecil serta dalam jangka waktu
yang relatif lama.
39
b. Inflasi menengah (Galloping Inflation)
Ditandai dengan kenaikan harga yang cukup besar dan kadang-kadang
berjalan dalam waktu yang relatif pendek serta mempunyai sifat
akselerasi yang artinya harga barang minggu/bulan ini lebih tinggi dari
minggu/bulan lalu dan seterusnya.
c. Inflasi Tinggi (Hyper Inflation)
Inflasi yang paling parah dengan ditandai kenaikan harga sampai 5 atau
6 kali dan nilai uang merosot dengan tajam. Biasanya keadaan ini
timbul apabila pemerintah mengalami defisit anggaran belanja.
5. Metode Pengukuran Inflasi
Suatu kenaikan harga dalam inflasi dapat diukur dengan
menggunakan indeks harga. Ada beberapa indeks harga yang dapat
digunakan untuk mengukur laju inflasi (Nopirin,2007:79) antara lain:
a. Consumer Price Index (CPI). Indeks yang digunakan untuk mengukur
biaya atau pengeluaran rumah tangga dalam membeli sejumlah barang
bagi keperluan kebuthan hidup:
CPI= (Cost of market basket ingiven year : Cost of market basket in
base year) x 100%
b. Produsen Price Index dikenal dengan Whosale Price Index
Index yang lebih menitikberatkan pada perdagangan besar seperti harga
bahan mentah (raw material), bahan baku atau barang setengah jadi.
Indeks PPI ini sejalan dengan indeks CPI.
40
c. GNP Deflator. GNP deflator ini merupakan jenis indeks yang berbeda
dengan indeks CPI dan PPI, dimana indeks ini mencangkup jumlah
barang dan jasa yang termasuk dalam hitungan GNP, sehingga
jumlahnya lebih banyak dibanding dengan kedua indeks diatas:
GNP Deflator = (GNP Nominal : GNP Riil) x 100%
6. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Inflasi
Menurut Nopirin (2007: 82), ada beberapa faktor yang menyebabkan
timbulnya inflasi:
a. Demand Pull Inflation
Timbul apabila permintaan agregat meningkat lebih cepat dibandingkan
dengan potensi produktif perekonomian, menarik harga ke atas untuk
menyeimbangkan penawaran dan permintaan agregat.
b. Cost Push Inflation or Supply Shock Inflation
Inflasi yang diakibatkan oleh peningkatan biaya selama periode
pengangguran tinggi dan penggunaan sumber daya yang kurang efektif.
7. Inflasi Dalam Perspektif Islam
Dalam Islam sesungguhnya tidak mengenal inflasi karena mata uang
yang digunakan adalah dinar dan dirham yang merupakan logam mulia.
Ekonomi muslim, Taqiuddin Ahmad bin Al Maqrizi (1364M – 1441M),
salah satu murid Ibnu Khaldun, menggolongkan inflasi menjadi dua
golongan yaitu:
41
a. Natural Inflantion
Menurut Ibn Al Maqrizi, natural inflation adalah inflasi yang
diakibatkan oleh sebab-sebab alamiah yang tidak mampu dikendalikan
manusia. Inflasi ini diakibatkan oleh turunnya penawaran agregatif
(AS) atau naiknya permintaan agregatif (AD).
Untuk menganalisisnya, dapat digunakan perangkat analisis
konvensional, yaitu persamaan identitas Irving Fisher berikut :
MV = PT = Y
Keterangan :
M : jumlah uang beredar
V : kecepatan uang beredar
P : tingkat harga
T : jumlah barang dan jasa (dipakai dalam notasi Q)
Y : tingkat pendapatan nasional (GDP)
Natural inflantion dapat diartikan sebagai berikut :
1) Gangguan terhadap jumlah barang dan jasa yang diproduksi dalam
suatu perekonomian (T). Misalnya T turun maka M dan V tetap,
maka konsekuensinya P naik.
2) Naiknya daya beli masyarakat secara riil. Misalnya, nilai ekspor
lebih besar daripada nilai impor, sehingga secara netto terjadi impor
uang yang mengakibatkan M naik sehingga jika V dan T tetap maka
P naik. Lebih jauh, dapat dianalisis sebagai berikut :
42
AD = AS dan AS = Y
AD = C + I + G (X – M)
Keterangan:
Y : pendapatan nasional
C : konsumsi
I : investasi
G : pengeluaran pemerintah
(X - M) : net ekspor
Maka :
Y = C + I + G (X – M)
Berdasarkan penyebabnya, natural inflantion dapat dibedakan
menjadi dua golongan berikut :
1) Akibat uang yang masuk dari luar terlalu banyak, dengan ekspor
meningkat (X↑) sedangkan impor menurun (M↓). nilai net ekspor
yang sangat besar mengakibatkan naiknya permintaan agregatif (AD↑)
2) Akibat turunnya tingkat produksi (AS↓) karena paceklik, perang,
ataupun embargo dan boikot.
b. Human Error Inflantion
Diluar penyebab yang tergolong natural inflantion, inflasi yang terjadi
tergolong humam error inflantion atau false inflantion. Humam error
inflantion disebabkan tiga hal, diantaranya:
43
1) Korupsi dan administrasi yang buruk (corruption and bad
administration)
2) Pajak yang berlebihan (excessive tax); dan
3) Percetakan uang dengan maksud menarik keuntungan secara
berlebihan (excessive seignorage).
8. Hubungan Inflasi Terhadap Profitabilitas Bank Syariah
Dalam sistem keuangan konvensional tidak tercipta keterkaitan
antara sektor moneter dengan sektor riil. Moneterisasi seluruh asset dan
aktifitas ekonomi yang dikendalikan oleh transaksi-transaksi yang didasari
oleh suku bunga menjadi salah satu sebab orang meminta uang untuk
motif spekulasi dan kecenderungan meninggalkan motif transaksi sudah
menjadi fenomena yang mengglobal. Sehingga perkembangan sektor
moneter jauh meninggalkan sektor riil.
Dalam perbankan Islam harus terjadi keterikatan dan keseimbangan
antara sektor moneter dan sektor riil. Sektor moneter tidak boleh berjalan
sendiri meninggalkan sektor riil. Keterikatan pada akad-akad syariah
bersifat mutlak, maka pada sisi asset tidak akan terjadi perubahan pada
margin walaupun bunga berubah, karena harga jual telah disepakati di
awal akad. Sementara pada akad pembiayaan seperti mudharabah dan
musyarakah, pendapatan bagi hasil bank akan sangat dipengaruhi oleh
kinerja sektor riil.
Menurut Choudury (2007) seorang pakar ekonomi Islam
mengemukakan jumlah uang yang beredar harus dikaitkan dengan sektor
44
riil atau sesuai dengan kebutuhan sektor ini, sehingga pertumbuhan money
supply sama dengan pertumbuhan output. Berbeda dengan sistem bunga,
dimana money supply jauh di atas keperluan sektor riil, hal ini pula yang
menjadikan terjadinya instabilitas pada harga uang yang mengundang
spekluasi dalam money demand. Pertumbuhan ekonomi dengan
karakteristik seperti ini menyebabkan pertumbuhan ekonomi yang sangat
rapuh atau yang biasa disebut sebagai bubble growth economy.
Pendapatan Bank Islam bukan bunga, oleh karena itu sistem ini
secara langsung tidak akan berhadapan dengan negatif spread seperti
bank-bank konvensional. Pendapatan utama dari Bank Islam terfokus pada
seberapa besar bank dapat menghimpun keuntungan dari investasi pada
sektor riil. Pernyataan tersebut sangat sesuai dengan konsep dasar ekonomi
islam yang tidak menganggap uang sebagai komoditi dan tidak diakuinya
time value of money. Namun begitu (Rivai, 2009) menjelaskan
perkembangan ekonomi islam terutama mengenai inflasi. Meskipun secara
teori inflasi tidak berpengaruh, akan tetapi kenyataannya inflasi juga
berdampak pada perbankan syariah. Menurut teorinya bahwa inflasi secara
langsung memang tidak berpengaruh karena tidak adanya konsep bunga
dan time value of money, namun secara tidak langsung tetap berpengaruh
terhadap profitabilitas. Hal ini terkait investasi bank pada sektor riil juga
tidak lepas dari dampak inflasi.
45
F. Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS)
1. Pengertian SBIS.
Menurut Arifin (2009:198) Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS)
adalah sertifikat yang diterbitkan Bank Indonesia sebagai bukti penitipan dana
jangka pendek. Sertifikat Bank Indonesia Syariah merupakan piranti moneter
yang sesuai dengan prinsip pada bank syariah yang diciptakan dalam rangka
pelaksanaan pengendalian moneter. Bank Indonesia menerbitkan instrumen
moneter berdasarkan prinsip syariah dan dapat dimanfaatkan oleh bank syariah
untuk mengatasi bila terjadi kesalahan pada tingkat likuiditas.
Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) berdasarkan Peraturan Bank
Indonesia Nomor 10/11/PBI tentang SBIS berlaku per 31 Maret 2008 sebagai
pengganti SWBI. SBIS adalah surat berharga berdasarkan prinsip syariah
berjangka waktu pendek dalam mata uang rupiah yang diterbitkan oleh BI.
Ketentuan tentang Sertifikat Bank Indonesia Syariah ini diterbitkan dalam
rangka meningkatkan efektifitas pelaksanaan pengendalian moneter
berdasarkan prinsip Syariah melalui operasi pasar terbuka Syariah dalam upaya
mendukung tugas Bank Indonesia dalam menetapkan dan melaksanakan
kebijakan moneter yang bermuara pada terpenuhinya tujuan Bank Indonesia
dalam mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah (Frequently Asked
Question (FAQS)) atas Peraturan Bank Indoneisa Nomor 10/11/PBI/2008
tentang Sertifikat Bank Indonesia Syariah dan Pasal 2 ayat (1) dan (2) Peraturan
Bank Indonesia Nomor 10/36/PBI/2008 Operasi Moneter Syariah).
46
Penerbitan Peraturan Bank Indonesia ini mempunyai dasar pada Fatwa
Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia Nomor 63/DSN-
MUI/XII/2007 tentang Sertifikat Bank Indonsia Syariah (SBIS) dan Fatwa
Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia Nomor 64/DSN-
MUI/XII/2007 tentang Sertifikat Bank Indonesia Syariah Ju’alah untuk
menerbitkan Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) berdasarkan akad
Ju’alah. Hal ini ditegaskan kembali pada Peraturan Bank Indonesia Nomor
10/36/PBI/2008 tentang Operasi Moneter Syariah pada Pasal 4 ayat (2) yang
menerangkan bahwa “Pemenuhan prinsip Syariah sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dinyatakan dalam bentuk pemberian fatwa dan atau opini Syariah oleh
otoritas fatwa yang berwenang”. Dengan akad tersebut, maka bank syariah
yang menempatkan dana pada SBIS berhak mendapatkan upah (u’jrah) atas
jasa membantu pemeliharaan keseimbangan moneter Indonesia.
Tujuan dikeluarkannya Peraturan Bank Indonesia tentang Sertifikat Bank
Indonesia Syariah ini ditujukan sebagai salah satu instrumen operasi pasar
terbuka dalam rangka pengendalian moneter yang dilakukan berdasarkan
prinsip Syariah (Pasal 2 Peraturan Bank Indonesia Nomor 10/11/PBI/2008
tentang Sertifikat Bank Indonesia Syariah).
Peserta SBIS wajib memiliki financing to deposit ratio (FDR) minimal
80% peserta yang dibolehkan ikut hanya Bank Umum Syariah (BUS) atau Unit
Usaha Syariah (UUS) yang memiliki FDR sesuai dengan yang ditetapkan.
Mekanisme penerbitan SBIS menggunakan sistem lelang.
47
2. Karakteristik SBIS.
Dalam kegiatannya Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS), memiliki
karakteristik sebagai berikut :
a) Menggunakan akad ju'alah (Berdasarkan fatwa DSN-MUI, SBIS juga
dapat diterbitkan dengan menggunakan akad mudharabah, musyarakah,
wadiah, qardh, dan wakalah).
b) Satuan unit sebesar Rp1 juta.
c) Berjangka waktu paling kurang satu bulan dan paling lama 12 bulan.
d) Diterbitkan tanpa warkat (scripless).
e) Dapat diagunkan kepada Bank Indonesia, dan
f) Tidak dapat diperdagangkan di pasar sekunder.
Tapi sepatutnya Sertifikat Bank Indonesia Syariah hanya sebagai instrumen
alternatif sementara ketika bank mengalami over likuiditas.
3. Mekanisme Penerbitan SBIS.
Dalam Peraturan Bank Indonesia Nomor 10/11/PBI/2008 tentang
Sertifikat Bank Indonesia Syariah disebutkan bahwa Sertifikat Bank Indonesia
Syariah diterbitkan melalui mekanisme lelang (Pasal 6 ayat (1)). Menurut
penjelasan Bapak Lukman Hakim (Kelompok Pengawas Bank) dari Bank
Indonesia Palembang, mengatakan bahwa sistem lelang yang digunakan dalam
penerbitan Sertifikat Bank Indonesia Syariah yaitu dengan menggunkan BI-
SSSS (Scripless Securities Settlement System) atau Sistem Penyelesaian Surat
Berharga Tanpa Warkat, yaitu transaksi dengan Bank Indonesia termasuk
penatausahaannya dan penatausahaannya surat berharga secara elektronik dan
48
terhubung langsung antar peserta, penyelenggara dan sistem Bank Indonesia
Real Time Gross Settlement (BI-RTGS).
Gambar 2.2Skema SBIS
1. Akad
3. Pengembalian uang plus bonus
2. Penerbitan SBIS
Keterangan :
1. Antara bank Indonesia (Mustawda) dengan Bank Syariah (Muwaddi)
melakukan akad terlebih dahulu.
2. Lalu bank Indonesia menerbitkan SBIS kepada Bank Syariah.
3. Bank Syariah mendapatkan uang yang dititipkannya serta bonus dari
bank Indonesia (Zulkifli, 2008:78).
Dahulu SBIS bernama Sertifikat Wadi’ah Bank Indonesia (SWBI) tetapi
pada 31 Maret 2008 SWBI sudah diganti dan Bank Indonesia mengeluarkan
Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS).
4. Sanksi dalam SBIS.
Berdasarkan ringkasan Peraturan Bank Indonesia Nomor 10/11/PBI/2008
tanggal 31 Maret 2008 tentang Sertifikat Bank Indonesia Syariah menyatakan
bahwa Sanksi pada penerbitan Sertifikat Bank Indonesia Syariah terdapat pada
Pasal 14 ayat (1) sampai (3), yaitu:
Muwaddi’
(Bank)
Mustawda’
(Bank Indonesia)
49
1) Terhadap setiap transaksi Sertifikat Bank Indonesia Syariah yang
dinyatakan batal dikenakan sanksi berupa :
(a) Teguran tertulis; dan
(b) Kewajiban membayar sebesar (satu per seribu) dari nilai transaksi
Sertifikat Bank Indonesia Syariah yang dinyatakan batal atau paling
banyak sebesar Rp1.000.000.000,- (satu miliar rupiah).
2) Selain dikenakan sanksi tersebut di atas, Bank Syariah atau Unit Usaha
Syariah juga dikenakan sanksi :
(a) Pemberhentian sementara mengikuti lelang SBIS minggu berikutnya;
dan
(b) Larangan mengajukan Repo SBIS selama 5 (lima) hari kerja berturut-
turut, terhitung sejak Bank Syariah atau Unit Usaha Syariah dikenakan
teguran tertulis ketiga dalam kurun waktu 6 (enam) bulan.
5. Hubungan SBIS terhadap Profitabilitas.
Profitabilitas merupakan suatu tolak ukur keberhasilan perbankan.
Fenomema penempatan dana perbankan syariah pada SBIS merupakan
indikasi dari tidak tersalurkannya pembiayaan perbankan syariah secara
baik dan optimal sehingga perbankan syariah mencari alternatif untuk
berinvestasi pada instrumen moneter yang ada, agar tidak terdapat dana
yang menganggur. Sertifikat Bank Indonesia Syariah merupakan sarana
bebas resiko untuk menghindari resiko-resiko seperti kemacetan
pembiayaan, penurunan kepercayaan masyarakat hingga menyebabkan
50
resiko lainnya. Selain itu SBIS juga menghasilkan bonus yang merupakan
sumber pendapatan bagi bank.
Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) merupakan alat kebijakan
moneter yang dilakukan oleh Bank Indonesia dengan tujuan untuk
memberikan solusi bagi bank yang beroperasi dengan prinsip syariah,
sementara perbankan syariah memiliki kelebihan atas likuiditas dana yang
tersedia untuk disalurkan pada nasabah yang membutuhkan, dalam hal ini
adalah pihak defisit unit. Atas sejumlah dana yang ditanamkan bank syariah
pada SBIS akan mendapatkan bonus yang merupakan keuntungan bagi bank
syariah. Dengan demikian semakin besar bonus yang dihasilkan dari SBIS,
maka akan semakin besar penerimaan profitabilitas yang tercermin melalui
ROA pada perbankan syariah.
G. Profitabilitas
Kinerja suatu bank merupakan hasil dari serangkaian proses dengan
mengorbankan berbagai sumber daya laporan keuangan merupakan sarana
untuk mempertanggungjawabkan apa yang dilakukan manajemen atas sumber
daya pemilik. Laporan laba rugi merupakan salah satu bentuk laporan
keuangan yang dijadikan salah satu parameter yang digunakan untuk mengukur
kinerja suatu bank. Laba merupakan suatu pos dasar dan penting dalam laporan
keuangan yang memiliki berbagai kegunaan dalam berbagai konteks.
Muhammad (2002:259) mendefinisikan profitabilitas sebagai
kemampuan bank dalam menghasilkan keuntungan pada tingkat efektifitas
yang dicapai melalui usaha operasional bank. Profitabilitas adalah ukuran
51
spesifik dari performance sebuah bank, dimana ia merupakan tujuan dari
manajemen perusahaan dengan memaksimalkan nilai dari para pemegang
saham, optimalisasi dari berbagai tingkat return, dan minimalisasi resiko yang
ada.
1. Return On Asset (ROA)
ROA merupakan salah satu indikator yang sering digunakan dalam
menilai tingkat profitabilitas bank. ROA sebagai rasio yang menggambarkan
kemampuan bank dalam mengelolah dana yang diinvestasikan dalam
keseluruhan aktiva yang menghasilkan keuntungan. Menurut Brigham Eugene
dan Houston Joel (2001:90) ROA dihitung dengan cara membandingkan
seluruh laba sebelum pajak dengan total aktiva.
Rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
Laba sebelum pajakReturn On Asset = x 100%
Total Aktiva
Berdasarkan Surat Edaran Bank Indonesia No.9/24/DPbS tahun 2007
diakses dari Bank Indonesia (https://www.bi.go.id) , tujuan dari rasio ROA adalah
untuk mengukur keberhasilan manajemen dalam menghasilkan laba. Semakin
kecil rasio ROA, menunjukkan semakin buruk manajemen bank dalam hal
mengelola aktiva untuk meningkatkan pendapatan dan atau menekan biaya.
52
Kriteria Penilaian Peringkat ROAPeringkat 1 ROA > 1,5%Peringkat 2 1,25% ROA ≤ 1,5%Peringkat 3 0,5% ROA ≤ 1,25%Peringkat 4 < ROA ≤ 0,5%Peringkat 5 ≤ 0%
Sumber : Bank Indonesia
Semakin besar pemanfaatan aktiva produktif yang dimiliki suatu bank
akan menghasilkan laba yang semakin tinggi. Laba yang tinggi akan berdampak
kepada profitabilitas perusahaan.
2. Return On Equity (ROE)
ROE adalah rasio yang digunakan untuk mengukur keuntungan
bersih yang diperoleh dari pengelolaan modal yang diinvestasikan oleh
pemilik perusahaan. ROE diukur dengan perbandingan antara laba bersih
dengan total modal. Angka ROE yang semakin tinggi memberikan
indikasi bagi para pemegang saham bahwa tingkat pengembalian investasi
makin tinggi. Angka ROE dapat dikatakan baik apabila > 12% (Lestari
dan Sugiharto, 2007: 196).
Rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
Laba setelah pajakReturn On Equity = x 100%
Total Modal
Mahmoedin (2004:20) juga mengemukakan faktor-faktor yang
mempengaruhi profitabilitas adalah sebagai berikut:
1) Kualitas kredit atau pembiayaan yang diberikan dan pengembaliannya
2) Jumlah kecukupan modal
53
3) Mobilissi dana masyarakat dalam memperoleh sumber dana yang
murah
4) Perpencaran bunga bank
5) Manajemen pengalokasian dana dalam aktiva likuid
6) Efisiensi dalam menekan biaya operasi
H. Penelitian Terdahulu
1. Penelitian yang dilakukan oleh Aulia Fuad Rahman dan Ridho
Rochmanika (2009) yang berjudul “Pengaruh Pembiayaan Jual beli,
Pembiayaan Bagi Hasil dan Rasio Non Performing Financing Terhadap
Profitabilitas Bank Umum Syariah di Indonesia”. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui tingkat signifikansi pengaruh pembiayaan jual beli,
pembiayaan bagi hasil dan rasio Non Performing Financing (NPF)
terhadap profitabilitas yang diproksikan dengan Return On Asset (ROA)
pada bank umum syariah yang beroperasi di Indonesia periode Januari
2009 sampai September 2011, baik secara parsial maupun simultan.
Penelitian ini menggunakan analisis regresi linier berganda dalam
menganalisis data. Hasil pengujian menunjukkan bahwa:
Secara simultan pembiayaan jual beli, pembiayaan bagi hasil dan rasio
NPF berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas yang diproksikan
melalui ROA.
Secara parsial, pembiayaan jual beli dan rasio NPF berpengaruh signifikan
positif terhadap profitabilitas yang diproksikan melalui Return On Asset
(ROA) pada bank umum syariah di Indonesia. Pengaruh positif
54
pembiayaan jual beli terhadap profitabilitas ini terjadi karena selama ini
pembiayaan jual beli merupakan jenis pembiyaan yang paling populer
pada perbankan syariah. Sehingga pendapatan mark up yang diperoleh dari
pembiyaan jual beli menjadi pendapatan terbesar perbankan syariah, yang
pada akhirnya mampu meningkatkan profitabilitas. Untuk rasio NPF
seharusnya memberikan pengaruh negatif terhadap profitabilitas. Akan
tetapi, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa rasio NPF justru
berpengaruh positif terhadap ROA. Kemungkinan penjelasan yang dapat
diberikan adalah return dari penyaluran dana selain pembiayaan seperti
penempatan pada bank lain, investasi surat berharga, atau penyertaan
mampu menutupi kerugian yang terjadi atas pembiayaan bermasalah,
sehingga NPF seolah-olah berpengaruh positif tehadap ROA. Hasil
penelitian ini juga menunjukkan bahwa pembiayaan bagi hasil
berpengaruh signifikan negatif terhadap profitabilitas yang diproksikan
melalui Return On Asset (ROA) pada bank umum syariah di Indonesia.
Pembiayaan bagi hasil seharusnya diharapkan dapat meningkatkan
profitabilitas bank syariah. Berpengaruh negatifnya pembiayaan bagi hasil
ini mengindikasikan bahwa pembiayaan bagi hasil yang disalurkan masih
belum produktif serta masih kurang diminati di perbankan syariah.
2. Penelitian yang dilakukan oleh Siti Ita Rosita (2012) dengan judul “Studi
Pembiayaan Mudharabah dan Laba Perusahaan Pada PT Bank Muamalat
Indonesia tbk. Cabang bogor” menjelaskan bahwa pendapatan pembiayaan
mudharabah pada Bank Muamalat pada prinsipnya diakui sebagai
55
pendapatan bagi hasil, pendapatan bagi hasil ini memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap kenaikan atau penurunan laba bank muamalat.
3. Penelitian yang dilakukan oleh Irman Firmansyah (2008) dengan judul
“Pengaruh Risiko Pembiayaan (Murabahah) Terhadap Return On Asset
(ROA) (Studi Kasus Pada PT. Bank Jabar Banten Syariah Tasikmalaya)”,
menyimpulkan bahwa Pada tingkat keyakinan 95% diperoleh hasil bahwa
risiko pembiayaan Murabahah mempunyai pengaruh signifikan terhadap
Return On Asset (ROA). Hal ini menunjukan bahwa setiap terjadi
peningkatan risiko pembiayaan Murabahah dapat menyebabkan
menurunnya Return On Asset (ROA) pada bank yang diteliti, dan
sebaliknya setiap terjadi penurunan risiko pembiayaan Murabahah akan
menyebabkan naiknya tingkat Return On Asset (ROA) bank tersebut.
4. Penelitian yang dilakukan oleh Febrina Dwijayanthy dan Prima Naomi
(2009) dengan judul “Analisis Pengaruh Inflasi, BI Rate, dan Nilai Tukar
Mata Uang terhadap Profitabilitas Bank Periode 2003-2007”. Penelitian
menggunakan alat analisis regresi linier berganda, hasil penelitian
menunjukan bahwa Inflasi berpengaruh signifikan negatif terhadap
profitabilitas bank. Naiknya tingkat inflasi akan mengakibatkan suku
bunga naik, sehingga masyarakat enggan meminjam pada bank. Selain itu
pada sektor riil juga enggan untuk menambah modal guna membiayai
produksinya.
56
Kedua hal tersebut akan berdampak pada penurunan profit. Inflasi yang
tinggi menyebabkan ketidakstabilan makro yang mengakibatkan
meningkatnya risiko bank dan selanjutnya berdampak pada profit bank.
5. Penelitian yang dilakukan oleh Adi Setiawan (2009) yang berjudul
“Analisis Pengaruh Faktor Makroekonomi, Pangsa Pasar dan Karakteristik
Bank Terhadap Profitabilitas Bank Syariah”. Penelitian ini menggunakan
regresi linier berganda, hasil penelitian menunjukan bahwa variabel
pertumbuhan inflasi dan pertumbuhan GDP tidak menunjukkan pengaruh
signifikan terhadap ROA. Variabel FDR, pangsa pasar, CAR berpengaruh
positif signifikan terhadap ROA, sedangkan variabel NPF, BOPO, dan
SIZE berpengaruh negatif signifikan terhadap ROA.
6. Penelitian dari Demirguic-Kunt dan Huizinga (2001) menganalis faktor –
faktor yang mempengaruhi profitabilitas bank. Secara garis besar variabel
yang digunakan adalah makro ekonomi, financial struktur, karakteristik
bank, serta regulasi pemerintah. Hasil penelitiannya menyatakan bahwa
makro ekonomi yang diproksi dengan inflasi dan GDP berpengaruh
terhadap kinerja bank yang diukur dengan profitabilitas. Kunt-Huizinga
menyatakan inflasi akan menaikkan profitabilitas. Meraka beranggapan
bahwa hubungan positif antara inflasi dan profitabilitas bank terjadi
dengan asusmsi pendapatan bank meningkat dibandingkan dengan biaya
bank karena faktor inflasi. Tingginya tingkat inflasi tentunya akan
menaikkan bunga bank dan secara otomatis akan menghasilkan
keuntungan yang lebih tinggi. Bank juga akan mendapat keuntungan
57
tambahan dengan adanya pembatalan atau penundaan pengajuan kredit
dari nasabah pada kondisi inflasi.
Namun begitu, apabila inflasi tidak di antisipasi sebelumnya dan bank
terlambat menaikkan tingkat bunganya, maka kemungkinan terbesarnya
adalah biaya bank akan naik lebih cepat dibandingkan penerimaan bank
dan hal ini tentu akan sangat berpengaruh terhadap profitabilitas bank.
GDP juga berpengaruh positif namun tidak terlalu signifikan. Untuk
variabel karakteristik bank yang diproksi dengan permodalan maka
pengaruhnya positif signifikan terhadap profitabilitas.
7. Penelitian yang dilakukan oleh Abdel-Hameed M. Bashir dengan judul
“Determinants of Profitability In Islamic Banks: Some Evidence From The
Middle East” (2003). Hasil penelitian mengkonfirmasi temuan sebelumnya
dan menunjukkan bahwa profitabilitas bank islam secara positif
berhubungan dengan ekuitas dan pinjaman. Akibatnya, jika pinjaman dan
ekuitas yang tinggi, bank syariah harus lebih menguntungkan. Jika
leverage tinggi dan pinjaman kepada asset juga besar, maka bank syariah
akan lebih menguntungkan. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa
kondisi makroekonomi membantu menguntungkan profitabilitas bank
syariah.
8. Shaista Wasiuzzaman dan Hanimas-Ayu Bt Ahmad tarmizi (2008)
meneliti tentang analisis empiris profitabilitas bank Islam di Malaysia.
Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh modal, asset, likuiditas,
efisiensi operasional, GDP, dan inflasi terhadap profitabilitas Bank Islam
58
di Malaysia. Dengan menggunakan alat analisis Ordinary Least Square
(OLS) menghasilkan bahwa variabel modal dan asset memiliki hubungan
yang negatif signifikan terhadap profitabilitas, namun likuiditas dan
efisiensi operasional memiliki hubungan yang positif terhadap
profitabilitas. Begitu pula dengan variabel makro GDP dan inflasi
mempunyai pengaruh yang positif terhadap profitabilitas.
Tabel 2.1
Ringkasan Penelitian Terdahulu
No Nama Variabelindepeden
Variabeldepeden
Metode dan hasil Kesamaan &Perbedaan
1 Aulia FuadRahman dan
RidhoRochmanika
(2009)
PembiayaanJual beli,PembiayaanBagi Hasil danRasio NonPerformingFinancing(NPF)
ProfitabilitasBank UmumSyariah
Analisi RegresiLinier Berganda
Hasil penelitianpembiayaan jualbeli, pembiayaanbagi hasil dan rasioNPF berpengaruhsignifikan terhadapprofitabilitas yangdiproksikanmelalui ROA.
Kesamaanpenelitain AuliaFuad dan RidhoRochmanika(2009) denganpenelitian Siti ItaRosita (2012)adalahmrnggunakanvariabel dependenpembiayaan danvariabel dependenprofitabilitas
Perbedaanyaadalah penelitainAulia Fuad danRidho Rochmanika(2009)mengunakanmetode penelitianAnalisis regresilinear bergandasedangkan
59
penelitian Siti ItaRosita (2012)menggunakanMetode deskriptif
2 Siti Ita Rosita(2012)
PembiayaanMudharabah
Laba Hasil penelitianpendapatanpembiayaanmudharabah padaBank Muamalatpada prinsipnyadiakui sebagaipendapatan bagihasil, pendapatanbagi hasil inimemiliki pengaruhyang signifikanterhadap kenaikanatau penurunanlaba bankmuamalat.
Kesamaanpenelitain AuliaFuad dan RidhoRochmanika(2009) denganpenelitian Siti ItaRosita (2012)adalahmrnggunakanvariabel dependenpembiayaan danvariabel dependenprofitabilitas
Perbedaanyaadalah penelitainAulia Fuad danRidho Rochmanika(2009)mengunakanmetode penelitianAnalisis regresilinear bergandasedangkanpenelitian Siti ItaRosita (2012)menggunakanMetode deskriptif
3 IrmanFirmansyah
(2008)
Resikopembiayaanmurabahah
Return OnAsset (ROA)
Metode yangdigunakan OLS(Ordinary LeastSquare)
Hasil penelitianrisiko pembiayaan
Kesamaanpenelitain IrmanFirmansyah (2008)dengan penelitianFebrinaDwijayanthy danPrima Naomi
60
Murabahahmempunyaipengaruhsignifikan terhadapReturn On Asset(ROA).
(2009) adalah samasama menggunakanvariabel dependenprofitabilitas dansama samamenggunakanmetode penelitiananalisis regresilinear bergandaPerbedaanyaadalah penelitainIrman Firmansyah(2008)menggunakanvariabelindependen resikopembiayaansedangankanpenelitian FebrinaDwijayanthy danPrima Naomi(2009)menggunakanvariabelindependeninflasi,BI rate, danNilai tukar matauang
4 FebrinaDwijayanthy
dan PrimaNaomi (2009)
Inflasi, BIRate, dan NilaiTukar MataUang
Profitabilitas Metode analisisregresi linierberganda
Hasil penelitianInflasi berpengaruhsignifikan negatifterhadapprofitabilitas bank.Naiknya tingkatinflasi akanmengakibatkan
Kesamaanpenelitain IrmanFirmansyah (2008)dengan penelitianFebrinaDwijayanthy danPrima Naomi(2009) adalah samasama menggunakanvariabel dependenprofitabilitas dan
61
suku bunga naik,sehinggamasyarakat engganmeminjam padabank. Selain itupada sektor riiljuga enggan untukmenambah modalguna membiayaiproduksinya.
sama samamenggunakanmetode penelitiananalisis regresilinear bergandaPerbedaanyaadalah penelitainIrman Firmansyah(2008)menggunakanvariabelindependen resikopembiayaansedangankanpenelitian FebrinaDwijayanthy danPrima Naomi(2009)menggunakanvariabelindependeninflasi,BI rate, danNilai tukar matauang
5 Adi Setiawan(2009)
Makroekonomi, Pangsa PasardanKarakteristikBank
ProfitabilitasBank Syariah
Metode yangdigunakan regresilinier berganda
Hasil penelitianvariabelpertumbuhaninflasi danpertumbuhan GDPtidak menunjukkanpengaruhsignifikan terhadapprofitabilitas banksyariah (ROA).
Kesamaanpenelitain AdiSetiawan (2009)dengan penelitianDemirguic-Kuntdan Huizinga(2001) adalah samasama menggunakanvariabel dependenprofitabilitas dansama samamenggunakanmetode penelitiananalisis regresilinear berganda.
62
Perbedaanyaadalah dari variabelindependennyayaitu penelitain AdiSetiawan (2009)menggunakanMakroekonomi,Pangsa Pasar danKarakteristik Bank,sedangankanpenelitianDemirguic-Kuntdan Huizinga(2001)menggunakanMakroekonomi,karakteristik bank,struktur keuangan,dan peraturanpemerintah
6 Demirguic-Kunt danHuizinga(2001)
Macroeconomic, bankcharacteristic,financialstructure,governmentregulation
Profitabilitas Metode yangdigunakan regresilinier berganda
Hasil penelitianmenyatakan bahwamakro ekonomiyang diproksidengan inflasi danGDP berpengaruhterhadap kinerjabank yang diukurdenganprofitabilitas.
Kesamaanpenelitain AdiSetiawan (2009)dengan penelitianDemirguic-Kuntdan Huizinga(2001) adalah samasama menggunakanvariabel dependenprofitabilitas dansama samamenggunakanmetode penelitiananalisis regresilinear berganda.Perbedaanyaadalah dari variabelindependennyayaitu penelitain Adi
63
Setiawan (2009)menggunakanMakroekonomi,Pangsa Pasar danKarakteristik Bank,sedangankanpenelitianDemirguic-Kuntdan Huizinga(2001)menggunakanMakroekonomi,karakteristik bank,struktur keuangan,dan peraturanpemerintah.
7 Abdel-HameedM. Bashir
(2003)
Bankcharacteristics,macroeconomic, financialstructure,taxation,
ROA, ROE,dan Before TaxProfit (BTP)
Metode yangdigunakan regresilinier berganda.Hasil daripenelitianprofitabilitas bankislam secara positifberhubungandengan ekuitas danpinjaman.Akibatnya, jikapinjaman danekuitas yang tinggi,bank syariah haruslebihmenguntungkan.Jika leverage tinggidan pinjamankepada asset jugabesar, bank syariahakan lebihmenguntungkan.
Kesamaanpenelitain Abdel-Hameed M. Bashir(2003) denganpenelitian ShaistaWasiuzzaman danHanimas- Ayu BtAhmad tarmizi(2008) adalah samasama menggunakanvariabel dependenprofitabilitas dansama samamenggunakanmetode penelitiananalisis regresilinear berganda.Perbedaanyaadalah dari variabelindependennyayaitu Abdel-Hameed M. Bashir(2003)menggunakanKarakteristik bank,makroekonomi,struktur keuangan,
64
perpajakan,sedangankanpenelitian ShaistaWasiuzzaman danHanimas- Ayu BtAhmad tarmizi(2008)menggunakanModal, asset,likuiditas,efisiensioperasional,inflasi dan GDP.
8 ShaistaWasiuzzamandan Hanimas-
Ayu Bt Ahmadtarmizi (2008)
Modal, asset,likuiditas,efisiensi
operasional,inflasi dan
GDP
ProfitabilitasReturn OnAsset (ROA)
Alat analisisOrdinary LeastSquare (OLS).Hasil : bahwavariabel modal danasset memilikihubungan yangnegatif signifikanterhadapprofitabilitas,namun likuiditasdan efisiensioperasionalmemilikihubungan yangpositif terhadapprofitabilitas.Begitu pula denganvariabel makroGDP dan inflasimempunyaipengaruh yangpositifterhadapprofitabilitas.
Kesamaanpenelitain Abdel-Hameed M. Bashir(2003) denganpenelitian ShaistaWasiuzzaman danHanimas- Ayu BtAhmad tarmizi(2008) adalah samasama menggunakanvariabel dependenprofitabilitas dansama samamenggunakanmetode penelitiananalisis regresilinear berganda.Perbedaanyaadalah dari variabelindependennyayaitu Abdel-Hameed M. Bashir(2003)menggunakanKarakteristik bank,makroekonomi,struktur keuangan,perpajakan,sedangankanpenelitian ShaistaWasiuzzaman danHanimas- Ayu Bt
65
Ahmad tarmizi(2008)menggunakanModal, asset,likuiditas,efisiensioperasional,inflasi dan GDP.
66
I. Kerangka Pemikiran
Berdirinya Bank Syariah tidak terlepas dari kebutuhan masyarakat
muslim Indonesia terhadap perbankan yang beroperasi sesuai dengan ajaran
islam yang bersih dari sistem bunga, terutama setelah dikeluarkannya fatwa
mengenai bunga bank haram oleh MUI, yang notabene bunga adalah sistem
yang dipakai dalam setiap kegiatan operasional perbankan konvensional. Maka
berdirinya Bank Muamalat Indonesia dirasakan sebagai angin segar bagi
masyarakat muslim Indonesia karena bertransaksi dengan bank syariah
diyakini akan terlepas dari sistem riba yang diharamkan islam. Pada variabel
selanjutnya inflasi merupakan makroekonomi yang dapat menguntungkan dan
dapat pula merugikan masyarakat secara umum serta bank umum syariah pada
khususnya. Inflasi pada level tertentu dibutuhkan untuk merangsang
pertumbuhan struktur keuangan bank dengan instrumen kreditnya. Akan tetapi
pada level lain, inflasi dapat mengakibatkan struktur keuangan di bank tidak
sehat dan itu akan mempengaruhi profitabilitas perbankan itu sendiri.
Salah satu indikator untuk menilai kinerja keuangan suatu bank adalah
dengan melihat tingkat profitabilitasnya. Rasio profitabilitas adalah rasio yang
digunakan untuk mengukur efektivitas manajemen perusahaan secara
keseluruhan, yang ditunjukkan dengan besarnya laba yang diperoleh
perusahaan (Kuncoro, 2002:73). Indikator yang biasa digunakan untuk
mengukur kinerja profitabilitas bank adalah ROA (Return On Asset), yaitu
rasio yang digunakan untuk mengukur keuntungan bersih yang diperoleh dari
pengelolaan modal yang diinvestasikan oleh pemilik perusahaan. ROA (Return
67
On Asset) diukur dengan perbandingan antara laba bersih dengan total modal
(Lestari dan Sugiharto, 2007: 196).
Profitabilitas bank merupakan fungsi dari faktor internal dan eksternal.
Faktor internal merupakan faktor mikro atau faktor spesifik bank yang
menentukan profitabilitas. Sedangkan faktor eksternal merupakan variabel-
variabel yang tidak memiliki hubungan langsung dengan manajemen bank,
tetapi faktor tersebut secara tidak langsung memberikan efek bagi
perekonomian dan hukum yang akan berdampak pada kinerja lembaga
keuangan.
Pembiayaan bagi hasil pada perbankan syariah dilakukan melalui akad
mudharabah dan musyarakah. Pembiayaan bagi hasil merupakan salah satu
komponen penyusun aset pada perbankan syariah. Dari pengelolaan
pembiayaan bagi hasil, bank syariah memperoleh pendapatan bagi hasil sesuai
dengan nisbah yang telah disepakati dengan nasabah (Muhammad, 2005).
Pendapatan yang diperoleh akan mempengaruhi besarnya laba yang diperoleh
bank (Firdaus, 2009). Besarnya laba yang diperoleh bank syariah akan mampu
mempengaruhi profitabilitas yang dicapai.
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Siti Ita Rosita (2012), Aulia
Fuad Rahman (2009) yang menyimpulkan bahwa pembiayaan bagi hasil yaitu
musyarakah dan mudharabah berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas
perbankan syariah.
68
Selanjutnya yang mempengaruhi profitabilitas perbankan syariah yang
diproksikan dengan return on Asset (ROA) yaitu pembiayaan murabahah.
Pengelolaan pembiayaan jual beli (murabahah) yang merupakan salah satu
komponen penyusun aset terbesar pada perbankan syariah akan mengahasilkan
pendapatan berupa margin/mark up. Dengan diperolehnya pendapatan mark up
tersebut, maka akan mempengaruhi besarnya laba yang diperoleh bank syariah.
Serta pada akhirnya mampu mempengaruhi peningkatan profitabilitas yang
tercermin dari ROA (return on Asset).
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Auliad Fuad Rahman (2009)
menjelaskan bahwa pembiayaan murabahah berpengaruh signifikan terhadap
profitabilitas perbankan syariah yang diproksikan dengan return on asset
(ROA).
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Ayu Yanita Sahara (2013),
Kunt-Huizinga (2001) menyatakan bahwa makro ekonomi yang diproksi
dengan inflasi berpengaruh positif terhadap kinerja bank yang diukur dengan
profitabilitas. Kunt-Huizinga menyatakan inflasi akan menaikkan profitabilitas.
Meraka beranggapan bahwa hubungan positif antara inflasi dan profitabilitas
bank terjadi dengan asumsi pendapatan bank meningkat dibandingkan dengan
biaya bank karena faktor inflasi. Jadi jika diasumsikan pada perbankan syariah
tingginya tingkat inflasi akan menaikkan pendapatan bank yang diperoleh dari
sistem bagi hasil maupun mark up jual beli bank syariah dan secara otomatis
akan menghasilkan keuntungan yang lebih tinggi.
69
Berdasarkan penjelasan faktor-faktor diatas, penulis akan mencoba
menguji pembiayaan musyarakah, pembiayaan mudharabah, pembiayaan
murabahah, inflasi dan Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) tehadap
profitabilitas yang diproksikan dengan return on Asset (ROA) dengan metode
analisis yang penulis gunakan pada penelitian ini adalah Metode Ordinary
Least Square (OLS) yang merupakan bagian dari regresi linier berganda.
Hubungan variabel ROA dengan variabel pembiayaan musyarakah,
pembiayaan mudharabah, pembiayaan murabahah, inflasi, dan SBIS
diformulasikan sebagai berikut :
Y = f (X1, X2, X3, X4,X5)
Sesuai dengan fungsi diatas, dapat dikatakan bahwa return on asset
(ROA) merupakan fungsi linier dari pembiayaan musyarakah, pembiayaan
mudharabah, pembiayaan murabahah, dan inflasi. Sehingga persamaan regresi
yang didapat akan sebagai berikut:
ROA = 0 + 1MSY + 2MDR + 3MRB + 4INF + 5SBIS+ e
Dan dilakukan uji asumsi klasik (uji normalitas, uji multikolinearitas, uji
heteroskedastisitas, uji autokorelasi), uji statistik dan uji koefisien determinasi
agar penelitian dapat diuji dengan baik dan benar sesuai metodelogi penelitian.
Selanjutnya melakukan analisis tersebut untuk mengambil hasil dan interpretasi
data yang akan menghasilkan kesimpulan penelitian ini. Secara skema
kerangka pemikiran dapat digambarkan sebagai berikut:
70
Gambar 2.3
Skema Kerangka Pemikiran
Variabel Independen Variabel Dependen
PembiayaanMusyarakah (x1)
PembiayaanMudharabah (x2)
PembiayaanMurabahah (x3)
Inflasi (x4)
Sertifikat BankIndonesia Syariah(SBIS) (x5)
Asumsi KlasikUji Normalitas
Uji MultikolinearitasUji Heteroskedastisitas
Uji Auto Korelasi
Metode Analisis :
OLS
Variabel dependen (Y) Profitabilitas Bank Syariah
Analisis Pengaruh Pembiayaan Musyarakah, Mudharabah,Murabahah, Inflasi, dan Sertifikat Bank Indonesia Syariah(SBIS) Terhadap Profitabilitas Perbankan Syariah diIndonesia (Periode Tahun 2009-2016)
Uji Statistik :Uji T (Parsial
Uji F (Simultan)Uji R2 (Determinasi)
Hasil Pengujian danPembahasan
Kesimpulan, dan Saran
71
J. Hipotesis
Berdasarkan latar belakang, penelitian terdahulu, rumusan masalah dan
secara teori pendapatan yang diperoleh akan mempengaruhi besarnya laba
yang diperoleh bank (Firdaus, 2009). Besarnya laba yang diperoleh bank
syariah akan mampu mempengaruhi profitabilitas yang dicapai. Dan juga
secara teori inflasi secara langsung memang tidak berpengaruh karena tidak
adanya konsep bunga dan time value of money, karena ekonomi islam
mengenal teori economic value of time, namun begitu secara tidak langsung
tetap berpengaruh terhadap profitabilitas. Hal ini terkait investasi bank pada
sektor riil juga tidak lepas dari dampak inflasi, dan tidak kalah penting
Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) merupakan instrumen yang
dibutuhkan oleh bank syariah sebagai sarana investasi sehingga diperkirakan
akan mempengaruhi tingkat likuditas serta tingkat profitabilitas Bank Syariah..
Maka peneliti membuat hipotesa sebagai berikut:
1. Ho : β₁ 0 : Diduga tidak terdapat pengaruh antara pembiayaan
musyarakah terhadap profitabilitas perbankan syariah di
Indonesia
H1 : β₁ 0 : Diduga terdapat pengaruh antara pembiayaan musyarakah
terhadap profitabilitas perbankan syariah di Indonesia
72
2. Ho : β₂ 0 : Diduga tidak terdapat pengaruh antara pembiayaan
mudharabah terhadap profitabilitas perbankan syariah di
Indonesia
H1 : β₂ 0 : Diduga terdapat pengaruh antara pembiayaan mudharabah
terhadap profitabilitas perbankan syariah di Indonesia
3. Ho : β3 0 : Diduga tidak terdapat pengaruh antara pembiayaan
murabahah terhadap profitabilitas perbankan syariah di
Indonesia
H1 : β3 0 : Diduga terdapat pengaruh antara pembiayaan murabahah
terhadap profitabilitas perbankan syariah di Indonesia
4. Ho : β4 0 : Diduga tidak terdapat pengaruh antara inflasi terhadap
profitabilitas perbankan syariah di Indonesia
H1 : β4 0 : Diduga terdapat pengaruh antara inflasi terhadap
profitabilitas perbankan syariah di Indonesia
5. Ho : β5 0 : Diduga tidak terdapat pengaruh antara Sertifikat Bank
Indonesia Syariah (SBIS) terhadap profitabilitas
perbankan syariah di Indonesia
73
H1 : β5 0 : Diduga terdapat pengaruh antara Sertifikat Bank Indonesia
Syariah (SBIS) terhadap profitabilitas perbankan syariah
di Indonesia
6. Ho : β6 0 : Diduga tidak terdapat pengaruh antara pembiayaan
musyarakah, mudharabah, murabahah, inflasi, dan
Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) terhadap
profitabilitas perbankan syariah di Indonesia
H1 : β6 0 : Diduga terdapat pengaruh antara pembiayaan musyarakah,
mudharabah, murabahah, dan inflasi terhadap
profitabilitas perbankan syariah di Indonesia
73
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Dalam penelitian ini penulis memfokuskan variabel terikat yaitu
Profitabilitas diproksikan dengan indikator Return On Asset (ROA). Dan
variabel bebas difokuskan pada pembiayaan musyarakah, pembiayaan
mudharabah, pembiayaan murabahah, inflasi, dan Sertifikat Bank
Indonesia Syariah (SBIS). Penelitian ini merupakan penelitian analisis
pengaruh, karena tujuan penelitian ini adalah untuk meneliti hubungan
antara dua variabel. Data operasional yang digunakan pada penelitian ini
menggunakan data runtut waktu (time series). Semua data dalam per tahun
dimulai dari tahuni 2009 sampai tahun 2016.
B. Metode Penentuan Sampel
Sampel adalah suatu himpunan bagian (subset) dari unit populasi
yang diharapkan dapat mewakili populasi penelitian (Kuncoro, 2009:118).
Data yang digunakan berupa data sekunder periode 2009 – 2016 Studi
Kasus di Bank Indonesia. Metode sampel yang digunakan dalam
penelitian ini adalah metode Purposive Sampling.
Pada metode purposive sample pengumpulan data atas dasar
strategi kecakapan atau pertimbangan pribadi semata. Pada dasarnya
sampel dipilih berdasarkan pendapat analis dan hasil penelitian digunakan
untuk menarik kesimpulan tentang item-item di dalam sampel.
74
C. Metode Pengumpulan Data
Teknik yang digunakan dalam pengumpulan data untuk melakukan
penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Field research
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data yang bersifat
sekunder yaitu data yang diperoleh atau dikumpulkan dari sumber-
sumber yang telah ada (M. Iqbal,2001:33). Data seperti referensi ini
diambil dari Bank Indonesia (BI).
2. Library research
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data yang diperoleh
dari membaca literatur, buku, artikel, jurnal, dan sejenisnya yang
berhubungan dengan aspek yang diteliti sebagai upaya untuk
memperoleh data yang valid.
3. Internet research
Internet Research adalah data yang peneliti peroleh dari internet yang
berhubungan dengan tema penelitian ini.
D. Metode Analisis Data
Penelitian ini menggunakan metode data kuantitatif, yaitu dimana
data yang digunakan dalam penelitian berbentuk angka dengan
menggunakan alat analisis Ordinary Least Square yang digunakan untuk
mencapai penyimpangan atau error yang minimum dengan menggunakan
analisis regresi berganda yaitu digunakan lebih dari variabel bebas.
75
Menurut Ajija (2011:23) Ordinary Least Square merupakan
metode estimasi yang sering digunakan untuk mengestimasi fungsi regresi
populasi dari fungsi regresi sampel. Untuk analisis data akan dilakukan
dengan bantuan aplikasi komputer yaitu program Excel 2010 dan program
Eviews 10. Hubungan variabel profitabilitas (ROA) dengan variabel
pembiayaan musyarakah, pembiayaan mudharabah, pembiayaan
murabahah, inflasi dan Sertifikat Bank Indonesia Syariah diformulasikan
sebagai berikut :
Y = f (X1, X2, X3, X4, X5)
Sedangkan model ekonometrika ditulis:
Y = 𝛽0+ 𝛽1X1 + 𝛽2X2 + 𝛽3X3 + 𝛽4X4 + 𝛽5X5 + e ........ (3.1)
ROA = 𝛽0 + 𝛽1MSY + 𝛽2MDR + 𝛽3MRB + 𝛽4INF + 𝛽5SBIS+ e.....(3.2)
Dimana:
Profitabilitas = Return On Asset (ROA)
βo = Constanta
β1, β2, β3,β4, β5 = Koefisien regresi dari masing-masing variabel yang
mempengaruhi ROA
MSY = Pembiayaan Musyarakah
MDR = PembiayaanMudharabah
MRB = Pembiayaan Murabahah
INF = Inflasi
SBIS = Sertifikat Bank Indonesia Syariah
E = Error terms (Variabel diluar model tetapi tidak ikut
76
berpengaruh terhadap variabel terikat)
1. Uji Asumsi Klasik
Uji asumsi klasik dilakukan untuk mendeteksi apakah terdapat
multikolinieritas, heteroskedastisitas, dan autokorelasi. Uji asumsi
klasik penting dilakukan untuk menghasilkan estimator yang linier
tidak biasdengan varian yang minimum (Best Linear Unbiased
Estimator = (BLUE)), yang berarti model regresi tidak mengandung
masalah. Untuk itu diperlukan pendeteksian lebih lanjut diantaranya:
a. Uji Normalitas
Uji ini bertujuan untuk mengetahui data dalam variabel yang
akan digunakan dalam penelitian, data yang baik dan layak
digunakan dalam penelitian adalah data yang memiliki distribusi
normal. Normalitas data dapat dilihat dengan beberapa cara
diantaranya, dengan uji Jarque-Bera atau Histogram Test. Suatu
variabel dikatakan normal jika korelogram pada gambar
menunjukkan bahwa residual berdistribusi normal (Winarno,
2009:5.24). Hal ini ditunjukkan oleh:
a. Kurva yang mengikuti bentuk lonceng.
b. Nilai statistik Jarque-Bera memiliki probabilitas yang jauh lebih
besar daripada 0,05 atau 5%.
Berikut hipotesis langkah-langkah pengujian normalitas:
Hipotesis: Ho : Model tidak normal.
Ha : Model normal.
77
Bila probabilitas Obs*R2 > 0.05 → signifikan, Ho ditolak.
Bila probabilitas Obs*R2 < 0.05 → tidak signifikan, Ho diterima.
b. Uji Multikolinieritas
Multikolinearitas berarti adanya hubungan linier yang
sempurna/pasti diantara beberapa atau semua variabel yang
menjelaskan (independen) dari model regresi. (Gujarati, 2006:62)
Dalam penelitian ini penulis akan melihat multikolienieritas
dengan menguji koefisien korelasi (r) berpasangan yang tinggi di
antara variabel-variabel penjelas. Sebagai aturan main yang kasar
(rule of thumb), jika koefisien korelasi cukup tinggi katakanlah
diatas 0,8 ada kemungkinan terjadinya kolinearitas yang serius
dalam model. Sebaliknya jika koefisien korelasi relative rendah
maka diduga model tidak mengandung multikolinieritas. (Gujarati,
2006:62)
c. Uji Heteroskedastisitas
Pengujian ini untuk melihat apakah setiap variabel pengganggu
mempunyai variabel yang sama atau tidak. Heterokedastisitas
terjadi apabila varian Ut tidak konstan atau berubah-ubah seiring
dengan berubahnya variabel. Untuk mengetahui ada tidaknya
masalah ini akan dilakukan uji WHITE
HETEROSCEDASTICITY. Menurut Ajija (2011:101) di dalam
bukunya yang berjudul cara cerdas menguasai eviews, uji ini
78
digunakan untuk menganalisis estimasi OLS yang mempunyai
masalah heterokedastisitas (variance error yang tidak konstan).
Pada praktiknya heterokedastisitas banyak ditemui pada data
cross section karena pengamatan dilakukan pada individu yang
berbeda pada saat yang sama, akan tetapi bukan berarti tidak
terdapat pada data time series dikarenakan ketika menganalisis
perilaku data yang sama dari waktu ke waktu fluktuasinya akan
relatif lebih stabil (Widarjono, 2007:29). Untuk melacak
keberadaan heterokedastisitas dalam penelitian ini digunakan uji
WHITE HETEROSCEDASTICITY.
Langkah-langkah pengujian heteroskedastisitas sebagai berikut
Hipotesis : Ho : Model tidak terdapat heteroskedastisitas.
Ha : Terdapat heteroskedastisitas.
Bila probabilitas Obs*R2 > 0.05 → Ho diterima.
Bila probabilitas Obs*R2 < 0.05 → Ho ditolak.
d. Uji Autokorelasi
Autokorelasi bisa didefinisikan sebagai korelasi di antara
anggota observasi yang diurut menurut waktu (seperti deret
berkala)atau ruang (seperti data lintas-sektoral). (Gujarati
2006:112)
Untuk melihat ada tidaknya penyakit autokorelasi dapat juga
digunakan uji Langrange Multiplier (LM Test) dengan
79
membandingkan nilai probabilitas R-Square dengan α = 0.05
(Gujarati 2006:112).
Langkah-langkah pengujian autokorelasi sebagai berikut :
Hipotesis: Ho : Model tidak terdapat Autokorelasi.
Ha : Terdapat Autokorelasi.
Bila probabilitas Obs*R2 > 0.05 → Ho diterima.
Bila probabilitas Obs*R2 < 0.05 → Ho ditolak
Apabila probabilitas Obs*R2 lebih besar dari 0.05 maka
modeltersebut tidak terdapat autokorelasi. Apabila probabilitas
Obs*R2 lebih kecil dari 0.05 maka model tersebut terdapat
autokorelasi.Selain itu, ada salah satu cara lagi yang digunakan
untuk mendeteksi autokorelasi adalah uji Durbin Watson (D-W).
Berikuttable 3.1 yang digunakan untuk menentukan ada tidaknya
autokorelasi dengan uji Durbin-Watson. (Gujarati , 2006:119).
Tabel 3.1
Uji ada tidaknya Autokorelasi dengan Uji Durbin-Watson (DW)
Tolak Ho,
berarti ada
autokorelasi
positif
Daerah
meragukan
Terima Ho,
tidak ada
Autokorelasi
Daerah
meragukan
Tolak Ho,
berarti ada
autokorelasi
negatif
0 dl du 2 4-du 4-dl 4
80
2. Uji Statistik
Data yang digunakan untuk mengetahui hubungan dari variabel-
variabel yang akan diteliti. Pengolahan data menggunakan Excel 2010
dan Eviews 10. Dalam pengujian ini menggunakan Uji Statistik
meliputi uji-t dan uji-F.
a. Uji Parsial (Uji-t)
Uji t digunakan untuk menguji apakah setiap variabel bebas
(Independen) secara masing-masing parsial atau individu memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap variabel terikat (dependent)
pada tingkat signifikansi 0.05 (5%) dengan menganggap variabel
bebas bernilai konstan. Langkah-langkah yang harus dilakukan
dengan uji-t yaitu dengan pengujian, yaitu : (Nachrowi, 2006:17)
Hipotesis : Ho : βi = 0 artinya masing-masing variabel bebas
tidak adapengaruh yang signifikan dari variabel
terikat.
H1 : βi ≠ 0 artinya masing-masing variabel bebas
ada pengaruhyang signifikan dari variabel terikat.
Bila probabilitas > α 5% → variabel bebas tidak signifikan atau
tidakmempunyai pengaruh terhadap variabel terikat (Ho terima, Ha
tolak).
Bila probabilitas < α 5% → variabel bebas signifikan atau
mempunyaipengaruh terhadap variabel terikat (Ho tolak, Ha
terima).
81
b. Uji Fisher (Uji-F)
Uji Fisher (Uji-F) digunakan untuk mengetahui apakah seluruh
variabel bebas (independen) secara bersama-sama berpengaruh
terhadap variabel terikat (dependen) pada tingkat signifikansi 0.05
(5%). Pengujian semua koefisien regresi secara bersama-sama
dilakukan dengan uji-F, yaitu (Nachrowi, 2006:16)
Hipotesis: Ho : βi = 0 artinya secara bersama-sama tidak ada
pengaruh yang signifikan antara variabel bebas
terhadap variabel terikat.
H1 : βi ≠ 0 artinya secara bersama-sama ada pengaruh
yang signifikan antara variabel bebas terhadap variabel
terikat.
Bila probabilitas > α 5% → variabel bebas tidak signifikan atau
tidak mempunyai pengaruh terhadap variabel terikat.
Bila probabilitas < α 5% → variabel bebas signifikan atau
mempunyai pengaruh terhadap variabel terikat.
3. Uji Koefisien Determinasi (𝑹𝟐)
Menurut Ajija (2011:34) Uji koefisien determinasi koefisien R2
atau (R2 adjusted). Koefisien determinasi ini menunjukkan
kemampuan garis regresi menerangkan variasi variabel terikat Y yang
dapat dijelaskan oleh variabel bebas X. Nilai koefisien R2 atau (R2
adjusted) berkisar antara 0 sampai 1. Semakin mendekati 1, semakin
baik.
82
E.Operasional Variabel Penelitian
Operasional variable penelitian merupakan spesifikasi kegiatan
peneliti dalam mengukur suatu variabel. Spesifiakasi tersebut
menunjukkan pada dimensi-dimensi dan indikator-indikator dari variable
penelitian yang diperoleh melalui pengamatan dan penelitian terdahulu.
1. Variabel Dependen
Profitabilitas adalah kemampuan bank dalam menghasilkan
keuntungan pada tingkat efektifitas yang dicapai melalui usaha
operasional bank.
Data operasional yang digunakan dalam penelitian ini diproksikan
dengan Return On Asset (ROA) diperoleh dari Bank Indonesia yaitu
Statistik Perbankan Syariah berdasarkan perhitungan bulanan dari
tahun 2009-2016 dalam persen.
2. Variabel Independen
a. Pembiayaan Musyarakah
Pembiayaan Musyarakah adalah akad kerja sama antara dua
pihak atau lebih untuk suatu usaha tertentu dimana masing–masing
pihak memberikan kontribusi dana (atau amal/expertise) dengan
kesepakatan bahwa keuntungan dan resiko akan ditanggung
bersama sesuai dengan kesepakatan.
83
Data operasional yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh
dari Bank Indonesia yaitu Statistik Perbankan Syariah berdasarkan
perhitungan bulanan dari tahun 2009-2016 dalam miliar rupiah.
b. Pembiayaan Mudharabah
Pembiayaan mudharabah adalah akad kerjasama usaha
antara bank sebagai pemilik dana (shahibul maal) dan nasabah
sebagai pengelola dana (mudharib) untuk melakukan kegiatan
usaha dengan nisbah pembagian hasil (keuntungan atau kerugian)
menurut kesepakatan dimuka. Data operasional yang digunakan
dalam penelitian ini diperoleh dari Bank Indonesia yaitu Statistik
Perbankan Syariah berdasarkan perhitungan bulanan dari tahun
2009-2016 dalam miliar rupiah.
c. Pembiayaan Murabahah
Pembiayaan Murabahah adalah akad jual beli barang
dengan menyatakan harga perolehan dan keuntungan (margin)
yang disepakati oleh penjual dan pembeli. Data operasional yang
digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari Bank Indonesia yaitu
Statistik Perbankan Syariah berdasarkan perhitungan bulanan dari
tahun 2009-2016 dalam miliar rupiah.
d. Inflasi
Inflasi adalah kecenderungan dari harga-harga untuk
menaik secara umum dan terus menerus dalam jangka waktu yang
lama. Kenaikan harga dari satu atau dua barang saja tidak disebut
84
inflasi, kecuali bila kenaikan tersebut meluas kepada (atau
mengakibatkan kenaikan) sebagian besar dari harga barang-barang
lain. Data operasional yang digunakan dalam penelitian ini
diperoleh dari Bank Indonesia berdasarkan perhitungan bulanan
dari tahun 2009-2016 dalam persen.
e. Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS)
Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) adalah sertifikat
yang diterbitkan Bank Indonesia sebagai bukti penitipan dana
jangka pendek. Sertifikat Bank Indonesia Syariah merupakan
piranti moneter yang sesuai dengan prinsip pada bank syariah yang
diciptakan dalam rangka pelaksanaan pengendalian moneter. Data
operasional yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari
Bank Indonesia yaitu Statistik Perbankan Syariah berdasarkan
perhitungan bulanan dari tahun 2009-2016 dalam miliar rupiah
85
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Sekilas Gambaran Umum dan Objek Penelitian
1. Perkembangan Return On Asset (ROA)
Hadirnya perbankan syariah sebagai perbankan yang tidak berbasis
bunga atau riba disambut oleh masyarakat Indonesia yang mayoritas
muslim dengan sangat baik. Dimana bunga atau riba diharamkan dalam
Islam sehingga hadirnya perbankan syariah memberikan suatu alternatif
jasa perbankan pada masyarakat muslim Indonesia. Bank syariah
tergolong masih baru dalam usaha perbankan Indonesia oleh karena itu
bank syariah terus meningkatkan kinerjanya untuk meningkatkan
kepercayaan masyarakat akan perbankan syariah salah satunya adalah
dengan kinerja pengembalian assetnya melalui rasio Return On Asset
(ROA).
ROA merupakan rasio yang memberikan informasi seberapa
efisien suatu bank dalam melakukan kegiatan usahanya (pembiayaan),
karena rasio ini mengindikasikan seberapa besar keuntungan yang dapat
diperoleh rata-rata terhadap setiap rupiah dalam asetnya. Menurut
Brigham Eugene dan Houston Joel (2001:90) ROA dihitung dengan cara
membandingkan seluruh laba sebelum pajak dengan total aktiva.
86
Rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
Laba sebelum pajakReturn On Asset = x 100%
Total Aktiva
Perkembangan Return On Equity (ROA) periode 2009 - 2016
dapat dilihat dari grafik dibawah ini :
Tabel 4.1
Perkembangan Return On Equity (ROA)
Tahun 2009 - 2016
Return On Asset (ROA)
2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 20161.48 1.67 1.79 2.14 2.00 1.97 1.81 1.77
Sumber: Statistik Perbankan Syariah Bank Indonesia
Berdasarkan tabel 4.1 diatas menunjukan Secara umum tingkat
Return On Asset (ROA) perbankan syariah mengalami perkembangan
tahun 2009 hingga 2012 kemudian terjadi penurunan dari tahun 2013
hingga tahun 2016. Pada tahun 2013, terjadi penurunan pada seluruh
indikator profitabilitas termasuk Return On Asset (ROA), dengan kondisi
tingkat Return On Asset (ROA) pada tahun 2012 sebesar 2.14 % yang
sebelumnya selalu mengalami peningkatan dari tahun 2010 hingga di
tahun 2012 diangka sebesar 2.14 % kini tahun 2013 hanya di angka
sebesar 2.00% . Kondisi ini akibat pertumbuhan ekonomi yang melambat
karena adanya tekanan di pasar uang global dan domestik sebagai dampak
kebijakan bank sentral AS yang memutuskan untuk menurunkan stimulus
87
moneter (Laporan Perkembangan Keuangan Syariah, 2013). perlambatan
pertumbuhan ekonomi ini membuat perkembangan bisnis perbankan
syariah terus mengalami penurunan, selain itu juga penurunan
profitabilitas terjadi karena cukup besarnya NPF (non performing
financing) gross perbankan syariah secara nasional sebesar 4,73% pada
tahun 2015. Karena besarnya NPF membuat biaya pencandangan pun ikut
meningkat dan juga hal itu di perburuk dengan pendapatan operasioanl
yang tidak tumbuh signifikan sehingga pada tahun 2016 profitabilitas
(ROA) turun menjdai 1.77%
2. Perkembangan Pembiayaan Musyarakah
Pemberian kredit pada bank konvensional dalam menjalankan uang
kepada yang membutuhkan dan mengambil bagian keuntungan berupa
bunga dan provisi dengan cara membungakan uang yang dipinjam
tersebut. Prinsip syariah menandakan transaksi semacam ini dan
mengubahnya menjadi pembiayaan. Bank tidak meminjamkan sejumlah
uang pada nasabah, tetapi membiayai proyek keperluan nasabah. Dalam
hal ini bank berfungsi sebagai intermediasi uang tanpa meminjamkan uang
dan membungakan uang tersebut sebagai gantinya.
Pembiayaan Musyarakah adalah kerjasama perkongsian yang
dilakukan antara nasabah dan bank dalam suatu usaha dimana masing-
masing pihak berdasarkan kesepakatan memberikan kontribusi sesuai
dengan kesepakatan bersama berdasarkan porsi dana yang ditanamkan.
88
Perkembangan pembiayaan musyarakah periode 2009 - 2016 dapat dilihat
pada tabel berikut ini.
Tabel 4.2
Perkembangan Pembiayaan Musyarakah
Tahun 2009 - 2016
Pembiayaan Musyarakah
2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 20166.597 14.624 18.960 27.667 39.874 49.387 60.713 78.421
Sumber: Statistik Perbankan Syariah Bank Indonesia
Berdasarkan tabel 4.2 diatas menunjukan pembiayaan musyarakah
yang terus meningkat dari tahun 2009 hingga 2016, yaitu 2009 sebesar
6.597 milyar rupiah terus meningkat hingga tahun 2016 yaitu sebesar
78.421 milyar rupiah, hal ini menunjukan pembiyaan ini dari tahun
ketahun makin banyak peminatnya salah satu produk unggulan dalam
pembiayaan perbakan syariah.
3. Perkembangan Pembiayaan Mudharabah
Pembiayaan dalam bentuk modal/dana yang diberikan oleh bank
untuk nasabah kelola dalam usaha yang telah disepakati bersama.
Selanjutnya dalam pembiayaan ini nasabah dan bank sepakat untuk
berbagi hasil atas pendapatan usaha tersebut. Perkembangan pembiayaan
mudharabah periode 2009 - 2016 dapat dilihat pada tabel berikut ini.
89
Tabel 4.3
Perkembangan Pembiayaan mudharabah
Tahun 2009 - 2016
Pembiayaan Mudharabah
2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 201610.412 8.631 10.229 12.023 13.625 14.354 14.820 15.292
Sumber: Statistik Perbankan Syariah Bank Indonesia
Berdasarkan tabel 4.3 diatas menunjukan pembiayaan mudharabah
pada tahun 2009 sebesear 10.412 milyar rupiah lalu di tahun 2010
mengalami penurunan menjadi sebesar 8.631 milyar rupiah kemudian di
tahun 2011 hingga 2016 barulah secara terus menerus mengalami
peningkatan, yaitu 2011 sebesar 10.229 miliyar rupiah terus meningkat
hingga tahun 2016 sebesar 15.292 miliyar rupiah, hal ini menunjukan
bahwa pembiayaan mudhrabah dari tahun 2011 hingga 2016 merupakan
salah satu produk unggulan dalam pembiayaan perbakan syariah.
4. Perkembangan Pembiayaan Murabahah
Pembiayaan Murabahah adalah pembiayaan berdasarkan akad jual
beli antara bank dan nasabah. Bank membeli barang yang dibutuhkan dan
menjualnya kepada nasabah sebesar harga pokok ditambah dengan
keuntungan margin yang disepakati. Perkembangan pembiayaan
murabahah periode 2009 - 2016 dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
90
Tabel 4.4
Perkembangan Pembiayaan murabahah
Tahun 2009 - 2016
Pembiayaan Murabahah
2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 201626.321 37.508 56.365 88.004 110.565 117.371 122.111 139.536
Sumber: Statistik Perbankan Syariah Bank Indonesia
Berdasarkan tabel 4.4 sebelumnya menunjukan pembiayaan
murabahah yang terus meningkat dari tahun 2009 hingga 2016
menunjukan pembiyaan ini dari tahun ketahun makin banyak peminatnya.
Di tahun 2009 sebesar 26.321 milyar rupiah dan terus meningkat hingga
tahun 2016 sebesar 139.536 milyar rupiah, pembiayaan murabahah juga
salah satu produk unggulan dalam pembiayaan perbakan syariah.
5. Perkembangan Inflasi
Defenisi singkat dari inflasi adalah kecenderungan dari harga-
harga untuk menaik secara umum dan terus menerus dalam jangka waktu
yang lama. Kenaikan harga dari satu atau dua barang saja tidak disebut
inflasi, kecuali bila kenaikan tersebut meluas kepada (atau mengakibatkan
kenaikan) sebagian besar dari harga barang-barang lain. (Boediono,
2005:97)
Inflasi di Indonesia sendiri masih menjadi satu dari berbagai
masalah makro ekonomi yang tidak hanya meresahkan pemeritah tapi juga
masyarakat terlebih kompleksnya akibat yang ditimbulkan dari inflasi
memiliki dampak yang meluas pada ekonomi masyarakat. Terlepas dari
91
inflasi dikelompokan berdasarkan penyebabnya yaitu inflasi tarikan
permintaan dan inflasi desakan biaya, berdasarkan asalnya domestic
inflantion dan inflasi di impor, pada kenyataannya inflasi yang terjadi pada
suatu negara sangat jarang yang disebabkan oleh satu jenis inflasi, tetapi
acapkali karena kombinasi dari beberapa jenis inflasi. Hal ini dikarenakan
tidak ada faktor-faktor ekonomi maupun pelaku-pelaku ekonomi yang
benar-benar memiliki hubungan yang independen dalam suatu sistem
perekonomian negara.
Perkembangan inflasi periode 2009 – 2016 dapat di lihat pada tabel
di bawah ini.
Tabel 4.5
Perkembangan Inflasi
Tahun 2009 - 2016
Inflasi
2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 20162.78 6.96 3.79 4.30 8.38 8.36 3.35 3.02
Sumber: Statistik Perbankan Syariah Bank Indonesia
Berdasarkan tabel 4.5 diatas menunjukan dari tahun 2009 inflasi
mengalami perkembangan yang berfluktuasi hingga tahun 2016, tahun
2009 inflasi di indonesi turun cukup baik dari sebelumnya sebesar 2.78 %
di tahun 2010 inflasi di indonesia mengalami kenaikan menjadi 6.96 %
dan kemudian di tahun 2011 inflasi tersebut kembali menurun menjadi
sebesar 3.79% Hal itu karena perekonomian pada saat itu sedang stabil
namun di tahun 2012 inflasi mulai kembali naik sebesar 4.30 % hingga
puncaknya ditahun 2014 sebesar 8.36 % hal itu di karenakan perlmabatan
92
pertumbuhan ekonomi, naiknya harga bbm pada saat itu dan juga adanya
pemilihan presiden Republik Indonesia sehingga belum menentunya
pengambilan kebijakan yang tepat dalam menanagani perekonomian di
indonesia.
Pada tahun 2015 dan 2016 seiring dengan pulihnya perekonomian
di Indonesia tingkat inflasi kembali turun menjadi sebesar 3.35 %. Dan
terus turun pada tahun 2016 menjadi sebesar 3.02 %.
6. Perkembangan Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS)
. Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) adalah Sertifikat
yang diterbitkan Bank Indonesia sebagai bukti penitipan dana jangka
pendek. SBIS sebagai instrumen moneter yang sesuai dengan prinsip
syariah pada Bank Syariah yang diciptakan dalam rangka pelaksanaan
pengendalian moneter. Bank Indonesia menerbitkan instrumen moneter
berdasarkan prinsip syariah dan dapat dimanfaatkan oleh bank syariah
untuk mengatasi kelebihan likuiditas. Perkembangan Sertifikat Bank
Indonesia Syariah periode 2010 – 2016 dapat dilihat dari tabel berikut ini:
Tabel 4.6
Perkembangan Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS)
Tahun 2009 - 2016
Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS)2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 20163.076 5.408 9.244 4.993 6.699 8.130 6.280 10.788
Sumber: Statistik Perbankan Syariah Bank Indonesia
93
Berdasarkan gambar 4.6 diatas menunjukan perkembangan sertifikat
bank Indonesia syariah dari tahun 2009 – tahun 2016 cenderung fluktuatif.
Hal ini dikarenakan dana pihak ketiga perbankan syariah juga cenderung
fluktuatif, sehingga penyerapan dana pihak ketiga yang ditempatkan SBIS
juga mengalami penurunan. Pada periode ini SBIS terendah terjadi pada
tahun 2009 yaitu sebesar 3.076 miliar rupiah kemudian beranjak naik di
tahun 2010 dan 2011 sebesar 5.048 miliar dan 9.244 milyar, kenaikan ini
disebabkan naiknya dana pihak ketiga dimana para nasabah memiliki
tingkat kepercayaan yang tinggi untuk menempatkan dananya pada bank
syariah. Kemudian kembali terjadi penurunan di tahun 2012 dan setelah itu
kenaikan SBIS terus meningkat hingga tahun 2014 sebesar 8.130 milyar
rupiah seiring melalui meningkatnya dana pihak ketiga.
Kemudian pada tahun selanjutnya yaitu tahun 2015 terjadi
penurunan kembali menjadi sebesar 6.280 miliar rupiah hal ini
dikarenakan DPK Bank syariah cenderung digunakan untuk pembiayaan
pada sektro riil. Dan sampai tahun 2016 SBIS kembali naik dikarenakan
penambahan dana pihak ketiga.
B. Hasil Analisis Dan Pembahasan
Semua data yang digunakan dalam analisis ini merupakan data
sekunder deret waktu (time series) mulai tahun 2009-2016. Penelitian
mengenai profitabilitas perbankan syariah dengan indikator Return On Asset
(ROA) menggunakan data pada perbankan syariah di Indonesia sebagai
variabel dependen (variabel tidak bebas). Sedangkan variabel independen
94
terdiri dari pembiayaan musyarakah, pembiayaan mudharabah, pembiayaan
murabahah, inflasi, dan Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS).
Keseluruhan dari data yang digunakan sebagai bahan penelitian diperoleh dari
laporan bulanan Statistik Perbankan Syariah Bank Indonesia.
Sebagaimana telah dijelaskan pada bab sebelumnya model yang
digunakan sebagai alat analisis regresi berganda adalah Ordinary Least
Square (OLS). Model OLS merupakan metode estimasi yang sering
digunakan untuk mengestimasi fungsi regresi populasi dari fungsi regresi
sampel (Ajija, 2011:23). Pengolahan data dilakukan secara elektronik dengan
menggunakan Microsoft Excel 2010 dan Eviews 10 untuk mempercepat hasil
yang dapat menjelaskan variabel-variabel yang akan diteliti. Pembahasan
dilakukan dengan uji asumsi klasik, uji statistik dan uji determinasi.
1. Uji Asumsi Klasik
a. Uji Normalitas
Menurut Shochrul R. Ajija (2011:42), uji normalitas hanya
digunakan jika jumlah observasi adalah kurang dari 30, untuk
mengetahui apakah error term mendekati distribusi normal. Jika
jumlah observasi lebih dari 30, maka tidak perlu dilakukan uji
normalitas. Sebab, distribusi sampling error term telah mendekati
normal. Uji Normalitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah
menggunkan uji Jarque Bera dengan melihat nilai probability. Jika
probability lebih besar dari nilai derajat α = 0.05, maka penelitian
ini tidak ada permasalahan normalitas atau dengan kata lain, data
95
terdistribusi normal. Sebaliknya, jika nilai probability lebih kecil
dari nilai derajat kesalahakan α = 0.05, maka dalam penelitian ini
ada permasalahan normalitas atau dengan kata lain, data tidak
berdistribusi normal.
Tabel 4.7
Uji Normalitas Jarque-Bera
0
1
2
3
-0.03 -0.02 -0.01 0.00 0.01 0.02 0.03
Series : R es idualsSam ple 2009 2016O bservations 8
Mean -8.33e-16Median -0.000924Maxim um 0.021256Minim um -0.024817Std. D ev. 0.015910Skew ness -0.084219Kurtos is 1.846014
Jarque-Bera 0.453351Probability 0.797179
Berdasarkan Tabel 4.7 menggambarkan bahwa data dalam
penelitian ini berdistribusi normal. Terlihat dari nilai probability
sebesar 0.797179 yang lebih besar dari derajat kesalahan α = 5%
(0,05) yaitu signifikan menyatakan Ho ditolak, sehingga dikatakan
data berdistribusi normal. Berdasarkan uraian di atas maka OLS
bisa digunakan untuk menjelaskan pembiayaan musyarkah
mudharabah,murabahah, inflasi dan sbis yang mempengaruhi
profitabilitas.
96
b. Uji Multikolinearitas
Menurut Shochrul dkk (2011:35), multikolinearitas berarti
adanya hubungan linier yang sempurna atau pasti, diantara
beberapa atau semua variabel yang menjelaskan dari model regresi.
Uji multikorelasi dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya
hubungan (korelasi) yang signifikan di antara dua atau lebih
variabel independen dalam model regresi. Deteksi adanya
multikolinearitas dilakukan dengan menggunakan uji korelasi
parsial antar variabel independen. Dengan melihat nilai koefisien
korelasi (r) antar variabel independen, dapat diputuskan apakah
data terkena multikolinearitas atau tidak, yaitu dengan menguji
koefisien korelasi antar variabel independen. Jika terjadi korelasi,
maka terdapat multikolinearitas, dimana model regresi yang baik
adalah tidak terjadi multikolinearitas antar variabel independen
dengan variabel dependen. Hasil pengujian multikolinearitas
menggunakan uji korelasi (r) dapat dilihat sebagai berikut:
Table 4.8
Hasil Uji Correlation Matrix
MUDHARABAH MURABAHAH MUSYARAKAH INFLASI SBISMUDHARABAH 1.000000 0.956053 0.919726 -0.247932 0.485620MURABAHAH 0.956053 1.000000 0.948672 -0.094071 0.609274
MUSYARAKAH 0.919726 0.948672 1.000000 -0.224441 0.667350INFLASI -0.247932 -0.094071 -0.224441 1.000000 -0.157548
SBIS 0.485620 0.609274 0.667350 -0.157548 1.000000
97
Dari tabel 4.8 hasil analisis uji multikolinearitas dengan
correlation matrix di atas terlihat bahwa koefisien korelasi
murabahah dan musyarakah di atas 0.8, sehingga dapat
disimpulkan bahwa dalam model terdapat masalah
multikolinearitas. Uji multikolinieritas ini dapat diabaikan karena
estimatornya masih dapat bersifat BLUE (Best Linier Unbiased
Estimator) (Winarno, 2009:5.7). Karena sifat BLUE tidak
terpengaruh oleh data ada tidaknya korelasi antar variabel
independen. Namun terdapatnya data yang terkena
multikolinearitas menyebabkan kesulitan bagi kita untuk menduga
yang kita inginkan. Treatment atau cara mengatasi keadaan ini
adalah dengan menghilangkan atau mengganti salah satu variabel
yang tidak signifikant tersebut. Tetapi hal ini seringkali tidak di
pergunakan karena akan menciptakan bias parameter yang
dispesifikasi pada model dan juga cara ini cukup rumit mengingat
kita tidak memiliki informasi jenis variabel instrument yang
berkorelasi dengan variable dependen namun tidak berkorelasi
dengan variabel bebas lainnya selain itu juga untuk mencegah
penghilangan variabel yang salah kita gunakan regresi stepwise
(M,iqbal & Ade kholis, 2007).
98
c. Uji Heterokedastisitas
Uji heterokedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam
model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu
pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika variance dari residual
satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut
Homoskedastisitas dan jika variance tidak konstan atau berubah-
ubah disebut dengan Heterokedastisitas. Model regresi yang baik
adalah yang Homoskedastisitas atau tidak terjadi
Heteroskedastisitas. (Nachrowi, 2008:109) Metode yang digunakan
untuk mendeteksi adanya heteroskedastisitas pada penelitian ini
adalah uji WHITE.
Tabel 4. 9
Hasil Uji White Heteroskedasticity Test
Dari tabel 4.9 di atas diketahui bahwa nilai Obs*R2 sebesar
6.661757 dan probabilitas Chi-Square sebesar 0.2470 yang lebih
besar dari nilai α sebesar 0.05.
Karena nilai probabilitas Chi-Square > dari α = 5% maka dalam hal
ini Ho diterima sehingga dapat disimpulkan bahwa data tersebut
tidak bersifat heteroskedastisitas. Setelah dilakukan uji WHITE
Heteroskedasticity Test: White
F-statistic 1.991196 Prob. F(5,2) 0.3672Obs*R-squared 6.661757 Prob. Chi-Square(5) 0.2470Scaled explained SS 0.176123 Prob. Chi-Square(5) 0.9993
99
Heteroskedastisitas tersebut, kemudian dilanjutkan dengan uji
Autokorelasi.
d. Uji Autokorelasi
Autokorelasi adalah hubungan antara residual satu observasi
dengan residual observasi lainnya. Dalam mengidentifikasi
autokorelasi dapat diketahui dengan melakukan uji Durbin-Watson.
Uji D-W merupakan uji yang banyak dipakai untuk mengetahui ada
tidaknya autokorelasi pada model yang digunakan. Pada uji D-W
adanya autokorelasi positif jika nilai D-W berada diantara 0 sampai
dengan 1,10, serta autokorelasi negatif jika nilai D-W berada diatas
2,90. Sedangkan jika model terbebas dari masalah autokorelasi,
nilai D-W berada diantara 1,54 sampai dengan 2,46. Model tidak
dapat diputuskan terdapat autokorelasi jika nilai D-W berada
diantara 1,10 sampai dengan 1,54, dan 2,46 sampai dengan 2,90
(Winarno, 2009 : 5.28).
Tabel 4.10
Durbin-Watson
Tolak H0 berartiada autokorelasi
positif
Tidak dapatdiputuskan
Tidak menolak H0 berartitidak ada autokorelasi
Tidakdapat
diputuskan
Tolak H0 berartiada autokorelasi
negatif0 dL 1,40 du 1,60 2 4-du 2,40 4-dL 2,70 4
100
Tabel 4.11
Hasil Regresi Linier Berganda
Dependent Variable: ROAMethod: Least SquaresDate: 01/14/18 Time: 21:39Sample: 2009 2016Included observations: 8
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
MUDHARABAH -0.000154 2.29E-05 -6.738513 0.0213MURABAHAH 2.23E-05 1.61E-06 13.90068 0.0051
MUSYARAKAH -1.89E-05 1.70E-06 -11.12134 0.0080INFLASI -0.030267 0.007677 -3.942418 0.0587
SBIS -1.72E-05 7.51E-06 -2.293768 0.1488C 2.748667 0.218715 12.56736 0.0063
R-squared 0.994060 Mean dependent var 1.828750Adjusted R-squared 0.979210 S.D. dependent var 0.206428S.E. of regression 0.029764 Akaike info criterion -4.077316Sum squared resid 0.001772 Schwarz criterion -4.017735Log likelihood 22.30926 Hannan-Quinn criter. -4.479167F-statistic 66.94061 Durbin-Watson stat 2.093217Prob(F-statistic) 0.014784
Dari hasil perolehan regresi nilai diatas nilai Durbin-Watson
sebesar 2,093217 hasil tersebut menjelaskan bahwa nilai D-W berada
diantara 1,54 sampai 2,46, yang berarti tidak terdapat autokorelasi.
2. Uji Statistik
Pengujian hipotesis ini dilakukan untuk mengetahui apakah
hipotesis yang telah ditetapkan diterima atau ditolak secara statistik.
Pengujian hipotesis ini dilakukan dengan uji statistik t dan Uji Adj R2
(Adjusted R Square) yang dilakukan dengann menggunakan program
komputer Eviews 10 dengan menggunakan metode regresi linear berganda
atau Ordinary Least Square (OLS) yang ditampilkan pada tabel berikut:
101
Tabel 4.12
Hasil Regresi Metode Ordinary Least Square (OLS)
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
MUDHARABAH -0.000154 2.295805 -6.738513 0.0213MURABAHAH 2.234505 1.616306 13.90068 0.0051
MUSYARAKAH -1.893405 1.707806 -11.12134 0.0080INFLASI -0.030267 0.007677 -3.942418 0.0587
SBIS -1.723505 7.516406 -2.293768 0.1488C 2.748667 0.218715 12.56736 0.0063
Dari tabel 4.12 di atas, maka dapat disusun persamaan regresi
linear berganda sebagai berikut:
ROA = 2.748667 - 1.723505 (SBIS) - 0.030267 (INFLASI) - 1.893405
(MUSYARAKAH) + 2.234505 (MURABAHAH) – 0.000154
(MUDHARABAH)
Dari persamaan regresi yang telah diuraikan sebelumnya, dapat ditarik
kesimpulan sebagai berikut :
a. Jika nilai variabel konstan, artinya variabel independen tidak terjadi
kenaikan atau penurunan maka besarnya Profitabilias (ROA) adalah
2.74 persen.
b. Nilai koefisien regresi Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) sebesar
-1.723505 yang berarti setiap kenaikan Sertifikat Bank Indonesia
Syariah (SBIS) sebesar 1 persen maka akan menurunkan Profitabilias
(ROA) sebesar 1.72 persen.
102
c. Nilai koefisien regresi Inflasi sebesar - 0.030267 yang berarti setiap
kenaikan Inflasi sebesar 1 persen maka akan menurunkan Profitabilias
(ROA) sebesar 0.03 persen.
d. Nilai koefisien regresi pembiayaan musyarakah sebesar - 1.893405
yang berarti setiap kenaikan pembiayaan musyarakah sebesar 1 persen
maka akan menurunkan Profitabilias (ROA) sebesar 1.89 persen.
e. Nilai koefisien regresi pembiayaan murabahah sebesar + 2.234505
yang berarti setiap kenaikan pembiayaan murabahah sebesar 1 persen
maka akan meningkatkan Profitabilias (ROA) sebesar 2.23 persen.
f. Nilai koefisien regresi pembiayaan mudharabah sebesar - 0.000154
yang berarti setiap kenaikan pembiayaan mudharabah sebesar 1 persen
maka akan menurunkan Profitabilias (ROA) sebesar 0.0001 persen.
a) Uji Parsial (Uji-t)
Uji-t bertujuan untuk mengetahui pengaruh secara parsial
(individu) variabel-variabel independen (pembiayaan musyarakah,
pembiayaan mudharabah, pembiayaan murabahah, inflasi, Sertifikat
Bank Indonesia Syariah (SBIS)) terhadap variabel dependen yaitu
profitabilitas. Salah satu cara untuk melakukan uji t adalah dengan
melihat nilai probabilitas pada tabel uji statistik t.
Apabila nilai probabilitas lebih kecil dari signifikansi α = 0.05 berarti
variabel independen secara parsial (individu) berpengaruh terhadap
variabel dependen. Dan Apabila nilai probabilitas lebih besar dari
103
signifikansi α = 0.05 berarti variabel independen secara parsial
(individu) tidak berpengaruh terhadap variabel dependen.
Tabel 4.13
Hasil Regresi Ujit t
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. Signifikansi
MUDHARABAH -0.000154 2.295805 -6.738513 0.0213 SignifikanMURABAHAH 2.234505 1.616306 13.90068 0.0051 Signifikan
MUSYARAKAH -1.893405 1.707806 -11.12134 0.0080 Signifikan
INFLASI -0.030267 0.007677 -3.942418 0.0587 TidakSignifikan
SBIS -1.723505 7.516406 -2.293768 0.1488 TidakSignifikan
C 2.748667 0.218715 12.56736 0.0063
Tabel 4.13 merupakan hasil dari pengujian variabel independen yaitu
pembiayaan musyarakah, pembiayaan mudharabah, pembiayaan
murabahah, inflasi, Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) secara
parsial. Dari hasil tabel 4.13 didapatkan uji statistik t yang dilakukan
adalah sebagai berikut:
a) Pengaruh t-statistik untuk pembiayaan mudharabah terhadap
Profitabilitas (ROA)
Berdasarkan pada tabel 4.13 diperoleh bahwa Pembiayaan mudharabah
berpengaruh negatif terhadap profitabilitas perbankan syariah di
Indonesia. Hal ini dapat di ketahui dari nilai t-statistic sebesar -
6.738513 dengan nilai probabilitas 0.0213. Karena nilai probabilitas
lebih kecil dari α = 0.05 maka dapat di simpulkan bahwa variabel
104
pembiayaan mudharabah secara parsial berpengaruh secara signifikan
terhadap Profitabilitas perbankan syariah di Indonesia.
b) Pengaruh t-statistik untuk pembiayaan murabahah terhadap
Profitabilitas (ROA)
Berdasarkan pada tabel 4.13 diperoleh bahwa Pembiayaan murabahah
berpengaruh positif terhadap profitabilitas perbankan syariah di
Indonesia. Hal ini dapat di ketahui dari nilai t-statistic sebesar 13.90068
dengan nilai probabilitas 0.0051. Karena nilai probabilitas lebih kecil
dari α = 0.05 maka dapat di simpulkan bahwa variabel pembiayaan
murabahah secara parsial berpengaruh secara signifikan terhadap
Profitabilitas perbankan syariah di Indonesia.
c) Pengaruh t-statistik untuk pembiayaan musyarakah terhadap
Profitabilitas (ROA)
Berdasarkan pada tabel 4.13 diperoleh bahwa Pembiayaan musyarakah
berpengaruh negatif terhadap profitabilitas perbankan syariah di
Indonesia. Hal ini dapat di ketahui dari nilai t-statistic sebesar -
11.12134 dengan nilai probabilitas 0.0080. Karena nilai probabilitas
lebih kecil dari α = 0.05 maka dapat di simpulkan bahwa variabel
pembiayaan musyarakah secara parsial berpengaruh secara signifikan
terhadap Profitabilitas perbankan syariah di Indonesia.
d) Pengaruh t-statistik untuk inflasi terhadap Profitabilitas (ROA)
Berdasarkan pada tabel 4.13 diperoleh bahwa Inflasi tidak berpengaruh
terhadap profitabilitas perbankan syariah di Indonesia. Hal ini dapat di
105
ketahui dari nilai t-statistic sebesar -3.942418 dengan nilai probabilitas
0.0587. Karena nilai probabilitas lebih besar dari α = 0.05 maka dapat
di simpulkan bahwa variabel Inflasi secara parsial tidak berpengaruh
secara signifikan terhadap Profitabilitas perbankan syariah di Indonesia.
e) Pengaruh t-statistik untuk Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS)
terhadap Profitabilitas (ROA)
Berdasarkan pada tabel 4.13 diperoleh bahwa Sertifikat Bank
Indonesia Syariah (SBIS) tidak berpengaruh terhadap profitabilitas
perbankan syariah di Indonesia. Hal ini dapat di ketahui dari nilai t-
statistic sebesar -2.293768 dengan nilai probabilitas 0.1488. Karena
nilai probabilitas lebih besar dari α = 0.05 maka dapat di simpulkan
bahwa variabel Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) secara parsial
tidak berpengaruh secara signifikan terhadap Profitabilitas perbankan
syariah di Indonesia.
b) Uji-F
Uji–F bertujuan untuk mengetahui pengaruh semua variabel
independen yaitu pembiayaan musyarakah, pembiayaan mudharabah,
pembiayaan murabahah, inflasi, dan Sertifikat Bank Indonesia Syariah
(SBIS) secara simultan (bersama-sama) terhadap variabel dependen yaitu
Profitabilitas (ROA).
106
Tabel 4.14
Hasil Regresi F-statistic
Dependent Variable: ROAMethod: Least SquaresDate: 01/14/18 Time: 21:39Sample: 2009 2016Included observations: 8
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
MUDHARABAH -0.000154 2.29E-05 -6.738513 0.0213MURABAHAH 2.23E-05 1.61E-06 13.90068 0.0051
MUSYARAKAH -1.89E-05 1.70E-06 -11.12134 0.0080INFLASI -0.030267 0.007677 -3.942418 0.0587
SBIS -1.72E-05 7.51E-06 -2.293768 0.1488C 2.748667 0.218715 12.56736 0.0063
R-squared 0.994060 Mean dependent var 1.828750Adjusted R-squared 0.979210 S.D. dependent var 0.206428S.E. of regression 0.029764 Akaike info criterion -4.077316Sum squared resid 0.001772 Schwarz criterion -4.017735Log likelihood 22.30926 Hannan-Quinn criter. -4.479167F-statistic 66.94061 Durbin-Watson stat 2.093217Prob(F-statistic) 0.014784
Berdasarkan tabel 4.14 diperoleh hasil F-statistik sebesar 66.94061
dengan nilai probabilitas (F-statistik) sebesar 0.014784. Karena hasil
probabilitas (signifikansi) lebih kecil dari nilai α = 0.05 (0.01 < 0.05)
berarti dapat disimpulkan bahwa pembiayaan musyarakah, pembiayaan
mudharabah, pembiayaan murabahah, dan inflasi, dan Sertifikat Bank
Indonesia Syariah (SBIS) secara bersama-sama berpengaruh signifikan
terhadap Profitabilitas perbankan syariah di Indonesia.
107
c) Koefisien Determinasi (R2)
Hasil koefisien determinan pada intinya mengukur seberapa jauh
kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen secara
statistik. Koefisien determinasi R2 yang digunakan dalam penelitian ini
adalah menggunakan nilai Adjusted R2 pada saat mengevaluasi model
regresi terbaik. Dikarenakan dalam penelitian ini menggunakan lebih dari
satu variabel independen.
Berdasarkan hasil regresi pada tabel 4.14 dapat diketahui bahwa
nilai Adjusted R-Squared sebesar 0.979210 ini menunjukkan bahwa
variabel dependen Profitabilitas (ROA) secara bersama-sama mampu
dijelaskan oleh variabel independen pembiayaan musyarakah, pembiayaan
mudharabah, pembiayaan murabahah, inflasi, dan Sertifikat Bank
Indoensia Syariah (SBIS) sebesar 97.92%. Sedangkan sisanya sebesar
2.08% dijelaskan oleh variabel lain diluar variabel yang diteliti.
3. Interpretasi Hasil Analisis
Analisis regresi Ordinary Least Square (OLS) yang telah dilakukan
bertujuan untuk mengetahui seberapa besar pembiayaan Mudharabah,
Musyarakah , Murabahah, Inflasi, dan Sertifikat Bank Indonesia Syariah
(SBIS) berpengaruh terhadap profitabilitas Perbankan Syariah di Indonesia
periode 2009-2016.
108
Tabel 4.15
Interpretasi Koefisien Ordinary Least Square (OLS)
Variable Coefficient Signifikansi
MUDHARABAH -0.000154 Signifikan
MURABAHAH 2.234505 Signifikan
MUSYARAKAH -1.893405 Signifikan
INFLASI -0.030267 TidakSignifikan
SBIS -1.723505 TidakSignifikan
C 2.748667
Dari tabel di atas dapat terlihat bahwa masing-masing variabel
independen memiliki tingkat koefisien yang berbeda beda antara satu sama
lain. Keadaan tersebut menjelaskan bahwa Variabel Mudharabah,
Murabahah, Musyarakah, Inflasi, dan Sertifikat Bank Indonesia Syariah
(SBIS) memiliki tingkat pengaruh yang berbeda terhadap profitabilitas
perbankan syariah di Indonesia.
a) Mudharabah
Jika dilihat pada tabel 4.15, nilai koefisien adalah 2.748667
dan nilai koefisien yang di miliki variabel Mudharabah adalah sebesar
-0.000154 maka hal tersebut mengartikan bahwa bila terdapat
perubahan 1% (satu persen) pada pembiayaan Mudharabah, maka
pembiayaan Mudharabah akan berpengaruh secara individu terhadap
profitabilitas perbankan syariah di Indonesia sebesar -0.000154
persen.
109
b) Murabahah
Jika dilihat pada tabel 4.15, nilai koefisien adalah 2.748667
dan nilai koefisien yang di miliki variabel Murabahah adalah sebesar
2.234505 maka hal tersebut mengartikan bahwa bila terdapat
perubahan 1% (satu persen) pada variabel Murabahah, maka
pembiayaan Murabahah akan berpengaruh secara individu terhadap
profitabilitas perbankan syariah di Indonesia sebesar 2.234505 persen.
c) Musyarakah
Jika dilihat pada tabel 4.15, nilai koefisien adalah 2.748667
dan nilai koefisien yang di miliki variabel Musyarakah adalah sebesar
-1.893405 maka hal tersebut mengartikan bahwa bila terdapat
perubahan 1% (satu persen) pada variabel Musyarakah, maka
pembiayaan Musyarakah akan berpengaruh secara individu terhadap
profitabilitas perbankan syariah di Indonesia sebesar -1.893405
persen.
4. Analisis Ekonomi
Hasil analisis regresi berganda secara simultan menjelaskan bahwa
pembiayaan musyarakah¸ pembiayaan mudharabah, pembiayaan
murabahah, inflasi, dan Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS)
berpengaruh secara keseluruhan terhadap Profitibilitas (ROA).
Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Aulia Fuad
Rahman (2009), Siti Ita Rosita (2012), Abdel-Hameed M. Bashir (2003)
yang mewakili pengaruh pembiayaan musyarakah, pembiayaan
110
mudharabah, pembiayaan murabahah terhadap Return On Asset (ROA).
Shaista Wasiuzzaman, Hanimas-Ayu Bt Ahmad Tarmizi (2008), dan
Demirguic-Kunt dan Huizinga (2001) yang mewakili pengaruh inflasi
terhadap profitabilitas.
Menurut (Antonio, 2001:90), pembiayaan musyarakah adalah akad
kerja sama antara dua pihak atau lebih untuk suatu usaha tertentu dimana
masing–masing pihak memberikan kontribusi dana (atau amal/expertise)
dengan kesepakatan bahwa keuntungan dan resiko akan ditanggung
bersama sesuai dengan kesepakatan. Dan juga (Antonio, 2001:95)
menjelaskan pembiayaan mudharabah berasal dari kata dharb, berarti
memukul atau berjalan. Pengertian memukul atau berjalan ini lebih
tepatnya adalah proses seseorang dalam menjalankan usaha.
Secara teori dari pengelolaan pembiayaan bagi hasil, bank syariah
memperoleh pendapatan bagi hasil sesuai dengan nisbah yang telah
disepakati dengan nasabah (Muhammad, 2005). Pendapatan yang
diperoleh akan mempengaruhi besarnya laba yang diperoleh bank
(Firdaus, 2009). Besarnya laba yang diperoleh bank syariah akan mampu
mempengaruhi profitabilitas yang dicapai. Dari hasil regresi dapat
diketahui bahwa variabel pembiayaan bagi hasil yaitu musyarakah dan
mudharabah berpengaruh negatif terhadap profitabilitas perbankan
syariah.
Hasil ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Siti Ita Rosita
(2012), Aulia Fuad Rahman (2009) yang menjelaskan bahwa pembiayaan
111
bagi hasil yaitu musyarakah dan mudharabah berengaruh signifikan
negatif terhadap return on asset (ROA). Hal ini berarti bahwa peningkatan
pembiayaan bagi hasil akan menurunkan nilai return on asset (ROA) hal
ini karena lebih banyaknya menangung biaya biaya yang keluar dari kedua
pembiayaan tersebut di banding dengan keuntungannya. Dalam penilitian
Aulia Fuad Rohman, Muhammad (2005) menyatakan bahwa dalam
praktiknya, ternyata signifikansi bagi hasil dalam memainkan operasional
investasi dana bank peranannya sangat lemah. Saeed (2003) dalam
Muhammad (2005) mengemukakan bahwa menurut beberapa pengamatan
perbankan syariah, lemahnya peranan bagi hasil dalam memainkan
operasional investasi dana bank dikarenakan beberapa alasan antara lain:
pertama, terdapat anggapan bahwa standar moral yang berkembang di
kebanyakan komunitas muslim tidak memberi kebebasan perumusaan bagi
hasil sebagai mekanisme investasi. Sehingga mendorong bank untuk
mengadakan pemantauan lebih intensif terhadap setiap investasi yang
diberikan. Hal ini membuat operasional perbankan berjalan tidak
ekonomis dan tidak efisien. Kedua, keterkaitan bank dalam pembiayaan
sistem bagi hasil untuk membantu perkembangan usaha lebih banyak
melibatkan pengusaha secara langsung daripada sistem lainnya pada bank
konvensional. Besar kemungkinan pihak bank turut mempengaruhi setiap
pengambilan keputusan bisnis mitranya. Pada sisi lain, keterlibatan yang
tinggi ini akan mengecilkan naluri pengusaha yang sebenarnya lebih
menuntut kebebasan yang luas daripada campur tangan dalam penggunaan
112
dana yang dipinjamkan. Ketiga, pemberian pembiayaan berdasarkan
sistem bagi hasil memerlukan kewaspadaaan yang lebih tinggi dari pihak
bank. Bank syariah kemungkinan besar meningkatkan kualitas pegawainya
dengan cara mempekerjakan para teknisi dan ahli manajemen untuk
mengevaluasi proyek usaha yang dipinjami untuk mencermati lebih teliti
dan lebih jeli daripada teknis peminjaman pada bank konvensional. Hal ini
akan meningkatkan biaya yang dikeluarkan oleh para banker dalam
menjaga efisiensi kinerja perbankannya. Serta yang terakhir, pada
pemberian pembiayaan dengan sistem bagi hasil, apabila terjadi kerugian
maka bank akan ikut menanggung kerugian bisnis yang dijalankan
pengusaha. Kesanggupan untuk turut menanggung risiko ini, kemungkinan
akan mendorong investasi lebih berisiko.
Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa pengelolaan
pembiayaan bagi hasil yang merupakan salah satu komponen aset bank
syariah lebih sulit daripada jenis pembiayaan lainnya. Biaya yang
dikeluarkan dalam pengelolaan pembiayaan bagi hasil juga lebih tinggi
daripada jenis pembiayaan lainnya. Pendapatan bagi hasil bank umum
syariah yang diperoleh dari penyaluran pembiayaan bagi hasil
kemungkinan masih belum secara optimal diperoleh sehingga belum
mampu mengimbangi biaya-biaya yang dikeluarkan. Oleh karena itu,
sumbangan pendapatan bagi hasil yang diperoleh dari penyaluran
pembiayaan bagi hasil masih belum mampu mengoptimalkan kemampuan
bank umum syariah dalam menghasilkan laba. Sehingga pada akhirnya
113
justru berdampak pada penurunan ROA bank umum syariah. Jadi,
walaupun rata-rata pembiyaan bagi hasil yang disalurkan oleh bank
syariah terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun, bank syariah
masih belum mampu mengelola pembiayaan bagi hasilnya dengan baik
agar dapat memperoleh laba optimal. Hal ini terbukti oleh hasil penelitian
yang menyimpulkan bahwa pembiayaan bagi hasil berpengaruh negatif
terhadap profitabilitas bank umum syariah.
Pembiayaan murabahah adalah jual beli barang pada harga asal
dengan tambahan keuntungan yang disepakati. Penjual harus memberi
tahu harga produk yang ia beli dan menentukan suatu tingkat keuntungan
sebagai tambahan (Antonio, 2001: 101).
Secara teori pengelolaan pembiayaan jual beli (murabahah) yang
merupakan salah satu komponen penyusun aset terbesar pada perbankan
syariah akan mengahasilkan pendapatan berupa margin/mark up. Dengan
diperolehnya pendapatan mark up tersebut, maka akan mempengaruhi
besarnya laba yang diperoleh bank syariah. Serta pada akhirnya mampu
mempengaruhi peningkatan profitabilitas. Dari hasil regresi dapat
diketahui bahwa variabel pembiayaan murabahah berpengaruh positif
terhadap profitabilitas (ROA).
Diantara ketiga pembiayaan tersebut yang paling berpengaruh
dominan terhadap Profitabilitas (ROA) yaitu pembiayaan murabahah (jual
beli) dengan slope positif yang berarti setiap kenaikan pembiayaan
murabahah maka akan meningkatkan profitabilitas. Hasil penelitian
114
tersebut sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Aulia Fuad Rahman
(2009) yang menunjukkan bahwa pembiayaan jual beli berpengaruh positif
signifikan terhadap ROA (Return On Asset). Hal ini karena pendapatan
mark up yang diperoleh bank umum syariah masih merupakan pendapatan
terbesar bagi bank umum syariah. Pendapatan mark up ini mampu
meningkatkan laba dan pada akhirnya mampu meningkatkan profitabilitas
yang diukur dengan ROA. Pengaruh positif pembiayaan jual beli terhadap
ROA juga menunjukkan bahwa pengelolaan pembiayaan jual beli yang
merupakan salah satu komponen aset bank umum syariah telah dilakukan
dengan baik. Sehingga mampu menghasilkan laba yang optimal bagi bank
umum syariah.
Pada umumnya pembiayaan jual beli yang didominasi oleh produk
murabahah pada bank umum syariah lebih populer dan mudah
pengelolaannya dibandingkan sistem bagi hasil. Muhammad (2005)
menyatakan bahwa murabahah adalah suatu mekanisme ivestasi jangka
pendek dan cukup memudahkan dibandingkan dengan sistem bagi hasil;
mark up dalam murabahah dapat ditetapkan sedemikian rupa sehingga
memastikan bahwa bank dapat memperoleh keuntungan yang sebanding
dengan keuntungan bank-bank berbasis bunga yang menjadi saingan bank-
bank Islam; murabahah menjauhkan ketidakpastian yang ada pada
pendapatan dari bisnis-bisnis dengan sistem bagi hasil; dan murabahah
tidak memungkinkan bank-bank Islam untuk mencampuri manajemen
bisnis karena bank bukanlah mitra nasabah, sebab hubungan mereka dalam
115
murabahah adalah hubungan antara kreditur dan debitur. Selain itu,
Muhammad (2005) juga menyatakan bahwa bank-bank Islam secara
efektif menghilangkan risiko dalam pelaksanaan murabahah. Murabahah
merupakan metode paling dominan dalam menginvestasikan dana dalam
perbankan Islam dan untuk tujuan-tujuan praktis, benar-benar model
investasi yang bebas risiko, memberikan keuntungan yang ditetapkan di
muka kepada bank atas modalnya. Laporan Council of Islamic Ideology
dalam Muhammad (2005) mengemukakan bahwa dalam murabahah
terdapat kemungkinan untuk mendapatkan laba bagi bank tanpa risiko
kemungkinan rugi yang harus dibagi, kecuali dalam kebangkrutan atau
kegagalan di pihak pembeli.
Hasil penelitian ini juga sesuai dengan penelitian yang dilakukan
oleh Abdel-Hameed M. Bashir (2003) dengan judul “Determinants of
Profitability In Islamic Banks: Some Evidence From The Middle East”.
Hasil penelitian mengkonfirmasi temuan sebelumnya dan menunjukkan
bahwa profitabilitas bank islam secara positif berhubungan dengan ekuitas
dan pinjaman. Akibatnya, jika pinjaman dan ekuitas yang tinggi, bank
syariah harus lebih menguntungkan. Jika leverage tinggi dan pinjaman
kepada asset juga besar, bank syariah akan lebih menguntungkan, dan
sebaliknya.
Inflasi adalah kecenderungan dari harga-harga untuk menaik secara
umum dan terus menerus dalam jangka waktu yang lama. Kenaikan harga
dari satu atau dua barang saja tidak disebut inflasi, kecuali bila kenaikan
116
tersebut meluas kepada (atau mengakibatkan kaenaikan) sebagian besar
dari harga barang-barang lain (Boediono, 2005:161).
Secara teori inflasi secara langsung memang tidak berpengaruh
karena tidak adanya konsep bunga dan time value of money, karena
ekonomi islam mengenal teori economic value of time, namun begitu
secara tidak langsung tetap berpengaruh terhadap profitabilitas. Hal ini
terkait investasi bank pada sektor riil juga tidak lepas dari dampak inflasi.
Dari hasil regresi dapat diketahui bahwa inflasi tidak berpengaruh terhadap
profitabilitas perbankan syariah.
Hasil tersebut sesuai dengan penelitian Adi Setiawan di dalam
thesisnya yang berjudul “Analisis Pengaruh Faktor Makroekonomi, Pangsa
Pasar dan Karakteristik Bank Terhadap Profitabilitas Bank Syariah”. hasil
penelitian menunjukan bahwa variabel pertumbuhan inflasi dan
pertumbuhan GDP tidak menunjukkan pengaruh signifikan terhadap ROA
(Return On Asset.) Dan juga sesuai dengan konsep dasar ekonomi islam
yang tidak menganggap uang sebagai komoditi dan tidak diakuinya time
value of money. Secara kajian teori maka hasil penelitian pada perbankan
Syariah di Indonesia cenderung lebih sesuai dengan Teori Ekonomi Islam
murni yang menjelaskan bahwa pada ekonomi islam lebih mengutamakan
perputaran uang pada sektor riil sehingga ada kesesuaian antara Money
supply dan money demand. Dalam Islam tidak mengenal uang sebagai
bentuk investasi melainkan hanya sebagai alat tukar, sehinga uang harus
diputar untuk usaha riil yang mendatangkan manfaat.
117
Kemudian dari segi Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) Secara
teori menurut Arifin (2009:198) Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS)
adalah sertifikat yang diterbitkan Bank Indonesia sebagai bukti penitipan
dana jangka pendek. Sertifikat Bank Indonesia Syariah merupakan piranti
moneter yang sesuai dengan prinsip pada bank syariah yang diciptakan
dalam rangka pelaksanaan pengendalian moneter. Bank Indonesia
menerbitkan instrumen moneter berdasarkan prinsip syariah dan dapat
dimanfaatkan oleh bank syariah untuk mengatasi bila terjadi kesalahan
pada tingkat likuiditas. Bila terjadi kelebihan dana pada bank syariah
maka bank syariah menempatkan dana perbankan syariah pada SBIS
merupakan indikasi dari tidak tersalurkannya pembiayaan perbankan
syariah secara baik dan optimal sehingga perbankan syariah mencari
alternatif untuk berinvestasi pada instrumen moneter syariah yang
ada, agar tidak terdapat dana yang menganggur.
Bagi pihak perbankan yang menempatkan dananya dalam bentuk
SBIS tentunya menyebabkan semakin terbatasnya kemampuan kegiatan
penyaluran dana yang akan menyebabkan bank juga akan kehilangan
kesempatan untuk memperoleh laba yang lebih besar. Artinya ketika
sebuah bank syari’ah menempatkan dananya dalam instrumen SBIS
mengindikasikan bahwa bank tersebut tidak mampu mengalokasikan dana
yang dimiliki ke dalam bentuk pembiayaan, karena dana yang disalurkan
dalam bentuk pembiayaan akan memiliki kesempatan untuk mendapatkan
laba yang lebih besar. Sehingga penempatan dana dalam instrumen SBIS
118
akan menyebabkan profitabilitas menurun. Dalam penelitian ini tidak
berpengaruhnya SBIS terhadap profitabilitas di karenakan ketika semakin
bertambahanya prosentase SBIS, imbal hasil atau return pengembalian
biaya yang di hasilkan SBIS tidaklah terlalu besar, sehinga SBIS tidak
mempengaruhi secara signifikan terhadap profitabilitas (ROA).
119
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengolahan data dari penelitian yang berjudul
“Analisis Pengaruh Pembiayaan Musyarakah, Pembiayaan Mudharabah,
Pembiayaan Murabahah, Inflasi, dan Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS)
terhadap Profitabilitas Perbankan Syariah di Indonesia Periode 2009–2016”,
didapat beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1. Secara simultan variabel Pembiayaan Mudharabah, Pembiayaan
Murabahah, Inflasi, dan Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS)
berpengaruh signifikan terhadap Profitabilitas perbankan syariah di
Indonesia.
2. Secara parsial variabel Pembiayaan Musyarakah berpengaruh signifikan
negatif terhadap profitabilitas perbankan syariah di Indonesia.
3. Secara parsial variabel Pembiayaan Mudharabah berpengaruh signifikan
negatif terhadap profitabilitas perbankan syariah di Indonesia.
4. Secara parsial variabel Pembiayaan Murabahah berpengaruh signifikan
positif terhadap profitabilitas perbankan syariah di Indonesia.
5. Secara parsial variabel Inflasi berpengaruh signifikan negatif terhadap
profitabilitas perbankan syariah di Indonesia.
120
6. Secara parsial variabel Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS)
berpengaruh signifikan negatif terhadap profitabilitas perbankan syariah di
Indonesia
B. Saran
Beberapa saran yang ditujukan bagi pemerintah, bagi bank syariah dan
bagi peneliti berikutnya dalam menjalankan kegiatan ekonomi syariah:
1. Bagi pemerintah untuk lebih memperhatikan kondisi makro ekonomi
karena hal tersebut dapat mempengaruhi pertumbuhan perbankan syariah
yang berbasis pada sektor riil, dan juga mempertimbangkan regulasi
tentang aset perbankan syariah sebagai pengontrol, menghitung,
mengawasi, melihat pertumbuhan atau perkembangan pembiayaan
perbankan syariah agar market share di Indonesia terus meningkat.
2. Bagi bank syariah:
(1) Bank syariah harus tetap meningkatkan jumlah pembiayaan jual beli
yang disalurkan dan mengelolanya dengan baik, agar pembiayaan
yang dihasilkan bisa tetap produktif dan mampu meningkatkan
profitabilitas.
(2) Produktifitas pembiyaan bagi hasil perlu ditingkatkan melalui
penerapan kelayakan pembiyaan yang lebih ketat serta monitoring
yang lebih akurat, bank syariah juga harus lebih meningkatkan
promosi dan berinovasi dalam menyalurkan pembiayaan bagi hasil
agar pembiyaan bagi hasil bisa lebih menarik minat masyarakat.
121
3. Bagi peneliti berikutnya agar meneliti per sampel tiap-tiap perbankan
syariah di wilayah masing-masing serta menggunakan lebih banyak
variabel yang mempengaruhi profitabilitas perbankan syariah terutama
dari variabel pembiayaan dan makro ekonomi selain yang sudah diteliti
oleh peneliti, sehingga dapat memberikan hasil penelitian yang lebih
akurat terhadap profitabilitas perbankan syariah di Indonesia.
122
DAFTAR PUSTAKA
Al murtado, Ali. “Analisis Pengaruh Variabel Eksternal Dan Variabel Internal Terhadap
Profitabilitas Bank Syariah Di Indonesia Periode 2009 – 2013.”, skripsi Fakultas
Ekonomi Dan Bisnis, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Jakarta,
2014.
Antonio, Muhammad Syafi’i. Bank Syariah Wacana Ulama dan Cendekiawan. Jakarta:
Tazkia Institute, 2001.
Antonio, Muhammad Syafi’i. Bank Syariah Dari Teori ke Praktik, Jakarta: Gema Insani
Press, 2006.
Arifin, Zainal. “Dasar-Dasar Manajemen Bank Syariah”, Pustaka Alvabet, Jakarta, 2009.
Azharuddin Lathif, Ah. Fiqh Muamalat, cet: 1, Jakarta: UIN Jakarta Press, tahun 2005.
Bank Indonesia, “Outlook Perbankan Syariah 2008”, PPSK-BI, Jakarta, 2009
Bank Indonesia, “Outlook Perbankan Syariah 2008”, PPSK-BI, Jakarta, 2012.
Bank Indonesia, “Outlook Perbankan Syariah 2008”, PPSK-BI, Jakarta, 2015.
Bank Indonesia, “Outlook Perbankan Syariah 2008”, PPSK-BI, Jakarta, 2017.
Bashir, Abdeel-Hameed M. Determinant of Profitability In Islamic Banks: Some Evidence
From Middle East. Vol. 11, No. 1. 2003.
Boediono. “Ekonomi Moneter”,edisi ke 3 BPFE – Yogyakarta, 2005.
Firdaus, H Rachmat & Maya Ariyanti. Manajemen Perkreditan Bank Umum. Bandung:
Alfabetta, 2009.
Firmansyah, Irman. Pengaruh Risiko Pembiayaan (Murabahah) Terhadap Return On Asset
(ROA) Studi Kasus Pada PT. Bank Jabar Banten Syariah Tasikmalaya, 2008.
123
Gujarati, Damodar. “Dasar-Dasar Ekonometrika jilid 2. Erlangga, Jakarta, 2006.
Hamja, Yahya. “Modul I Ekonometrika”, Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial, UIN Syarif
Hidayatullah, Jakarta, 2008.
Hamja, Yahya. “Modul II Ekonometrika”, Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial, UIN Syarif
Hidayatullah, Jakarta, 2008.
Harahap, Sofyan S. Wiroso dan Muhammad Yusuf. 2005. “Akuntansi Perbankan Syariah”.
Jakarta: LPFE- Usakti.
Harahap, Sofyan S. Harahap, dkk. “Akutansi Perbankan Syariah” (Jakarta: LPFE Usakti,
2007), ed. Revisi
Hasan, M. Iqbal. “Pokok-Pokok Materi Statistik 1 (Statistik Deskriptif)”, Jakarta: PT. Bumi
Aksara, 2001, ed. Kedua.
Huizinga dan Demirguic-Kunt. Determinant of Commercial Bank Interest Margins and
Profitability: Some International Evidence. 2001.
Insukindro. “Modul Pelatihan Ekonometrika”, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, 2003.
Karim, Adiwarman. “Bank Islam Analisis Fiqih dan Keuangan”, Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada, 2004.
Karim, Adiwarman. Ekonomi Makro Islam, Rajagrafindo Persada, Jakarta, 2008.
Latifa M. Algaoud dan Merlyn K. Lewis, Perbankan Syariah, Prinsip, Praktik dan Prospek,
(Terjemahan Burhan Wirausaha), PT. Serambi Ilmu Semesta: Jakarta, 2005).
Mahmoedin. Melacak Kredit Bermasalah. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 2004.
M. Iqbal Irfany, Ade Kholis. Ekonometrika Dasar Pengolahan Dengan Software E-Views,
International Center For Applied Finance And Economics (Inter Café) Institut
Pertanian Bogor, 2007
124
Muhammad. Manajemen Bank Syariah. UPP AMP YKPN, Yogyakarta, 2004.
Muhammad. Manajemen Pembiayaan Bank Syari’ah. Yogyakarta: UPP AMP YKPN, Edisi
Revisi, 2005.
Muhammad. Teknik Perhitungan Bagi Hasil dan Profit Margin pada Bank Syariah,
Yogyakarta: UII Press)., 2004.
Muhammad. Manajemen Dana Bank Syariah, 2004, Yogyakarta: Ekonisia.
Naomi, Prima dan Febrina Dwijayanthy. Analisis Pengaruh Inflasi, BI Rate dan Nilai Tukar
Mata Uang Terhadap Profitabilitas Bank Periode 2003-2007. Jurnal Vol. 3 (2): 87-
98, 2009.
Nopirin, Ph.D. Ekonomi Moneter, Buku I Edisi Keempat BPFE – UGM, Yogyakarta, 2007.
Otoritas Jasa Keuangan, “Laporan Perkembangan Keuangan Syariah Tahun 2013”, LPKS-
OJK, Jakarta, 2013
PKES, Buku Saku Lembaga Bisnis Syariah, (Jakarta :2006).
Rahman, Aulia Fuad dan Ridha Rochmanika. Pengaruh Pembiayaan Jual Beli, Pembiayaan
Bagi Hasil, dan Rasio Non Performing Financing terhadap Profitabilitas Bank Umum
Syariah di Indonesia, 2009.
Rivai dan Andria. Bank and Financial Institution Management. Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada, 2009.
Rosita, Siti Ita. Studi Pembiayaan Mudharabah dan Laba Perusahaan Pada PT. Bank
Muamalat Indonesia tbk, Cabang Bogor. 2012.
Sahara, Ayu Yanita. Analisis Pengaruh Inflasi, Suku Bunga Bi, Dan Produk Domestik Bruto
Terhadap Return On Asset (Roa) Bank Syariah Di Indonesia. Jurnal Ilmu Manajemen,
Volume 1 No 1 Januari, 2013.
125
Setiawan, Adi. Makroekonomi Pangsa Pasar dan Karakteristik Bank Terhadap Profitabilitas
Perbankan Syariah, 2009.
Sjahdeini, Sutan Remy. Perbankan Islam dan Kedudukannya Dalam Tata Hukum Perbankan
Indonesia, cet: 1, Jakarta: PT. Pustaka Utama Grafiti, 1999.
Sjahdeni, Sutan Remy, 2014. Perbankan Syariah Produk-Produk dan Aspek-Aspek
hukumnya, Jakarta: PT. Pustaka Utama Grafiti, Cet: 1.
Shochrul R. Ajija., Dyah W. Sari., Rahmat A. Setianto., dan Martha R. Primanti. 2011. “Cara
Cerdas Menguasai Eviews”. Jakarta: Salemba Empat.
Sudarsono, Heri. Bank dan lembaga syariah keuangan syariah deskriptif dan ilustrasi, 2004,
Yogyakarta: Ekonisia.
Syahatah, Husein. Pokok-Pokok Pikiran Akuntansi Islam. 2001, Jakarta: Akbar Media Eka
Sarana, Cet: 1.
Syahbudin. Konsep Dasar Berusaha Cara Syariah. 2007.
Triyuwono, Iwan & Moh. As’udi. Akuntansi Syariah: Memformulasikan Konsep Laba dalam
Konteks Metafora Zakat, Jakarta: Salemba Empat: 2001.
Wasiuzzaman, Shaista dan Hanimas-Ayu Bt Ahmad Tarmizi. Profitability of Islamic Banks
In Malaysia: An Emprical Analysis. 2008.
Widarjono, Agus. “Ekonometrika Teori dan Aplikasi Untuk Ekonomi dan Bisnis”, Ekonisia
FE UII, Yogyakarta, 2007.
Widarjono, Agus “Analisis Statistika Multivariat Terapan”, UPP STIM YKPN. Yogyakarta,
2010
Winarno, Wing Wahyu. “Analisis Ekonometrika dan Statistika dengan Eviews Edisi Kedua”,UPP STIM YKPN, Yogyakarta, 2009.
www.bi.go.id, Statistik Perbankan Syariah periode tahun 2009-2016.
126
LAMPIRAN
LAMPIRAN 1
Data Observasi
TAHUN MUDHARABAH MUSYARAKAH MURABAHAH SBIS INFLASI ROA
2009 10.412 6.597 26.321
3.076 2,78 1,48
2010 8.631 14.624 37.508
5.408 6,96 1,67
2011 10.229 18.960 56.365
9.244 3,79 1,79
2012 12.023 27.667 88.004
4.992 4,3 2,14
2013 13.625 39.874 110.565
6.699 8,38 2
2014 14.354 49.387 117.371
8.130 3,36 1,97
2015 14.820 60.713 122.111
6.280 3,35 1,81
2016 15.292 78.421 139.536
10.788 3,02 1,77
127
LAMPIRAN 2
Output Ordinary Least Square
Dependent Variable: ROA
Method: Least Squares
Date: 01/14/18 Time: 21:39
Sample: 2009 2016
Included observations: 8
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
MUDHARABAH -0.000154 2.29E-05 -6.738513 0.0213
MURABAHAH 2.23E-05 1.61E-06 13.90068 0.0051
MUSYARAKAH -1.89E-05 1.70E-06 -11.12134 0.0080
INFLASI -0.030267 0.007677 -3.942418 0.0587
SBIS -1.72E-05 7.51E-06 -2.293768 0.1488
C 2.748667 0.218715 12.56736 0.0063
R-squared 0.994060 Mean dependent var 1.828750
Adjusted R-squared 0.979210 S.D. dependent var 0.206428
S.E. of regression 0.029764 Akaike info criterion -4.077316
Sum squared resid 0.001772 Schwarz criterion -4.017735
Log likelihood 22.30926 Hannan-Quinn criter. -4.479167
F-statistic 66.94061 Durbin-Watson stat 2.093217
Prob(F-statistic) 0.014784
128
LAMPIRAN 3
Output Uji Normalitas Jarque-Bera
0
1
2
3
-0.03 -0.02 -0.01 0.00 0.01 0.02 0.03
Series: Residuals
Sample 2009 2016
Observations 8
Mean -8.33e-16
Median -0.000924
Maximum 0.021256
Minimum -0.024817
Std. Dev. 0.015910
Skewness -0.084219
Kurtosis 1.846014
Jarque-Bera 0.453351
Probability 0.797179
129
LAMPIRAN 4
Output Uji Multikolinieritas
MUDHARABAH MURABAHAH MUSYARAKAH INFLASI SBIS
MUDHARABAH 1.000000 0.956053 0.919726 -0.247932 0.485620
MURABAHAH 0.956053 1.000000 0.948672 -0.094071 0.609274
MUSYARAKAH 0.919726 0.948672 1.000000 -0.224441 0.667350
INFLASI -0.247932 -0.094071 -0.224441 1.000000 -0.157548
SBIS 0.485620 0.609274 0.667350 -0.157548 1.000000
130
LAMPIRAN 5
Output Uji White Heteroskedasticity Test
Heteroskedasticity Test: White
F-statistic 1.991196 Prob. F(5,2) 0.3672
Obs*R-squared 6.661757 Prob. Chi-Square(5) 0.2470
Scaled explained SS 0.176123 Prob. Chi-Square(5) 0.9993
Test Equation:
Dependent Variable: RESID^2
Method: Least Squares
Date: 01/15/18 Time: 01:01
Sample: 2009 2016
Included observations: 8
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
C 0.000763 0.000716 1.064615 0.3986
MUDHARABAH^2 -5.21E-12 7.38E-12 -0.706159 0.5533
MURABAHAH^2 5.78E-14 8.00E-14 0.721993 0.5453
MUSYARAKAH^2 6.05E-14 9.95E-14 0.607760 0.6052
INFLASI^2 -5.62E-06 4.11E-06 -1.369416 0.3044
SBIS^2 -4.24E-12 2.95E-12 -1.437174 0.2872
R-squared 0.832720 Mean dependent var 0.000221
Adjusted R-squared 0.414519 S.D. dependent var 0.000218
S.E. of regression 0.000167 Akaike info criterion -14.44781
Sum squared resid 5.55E-08 Schwarz criterion -14.38823
Log likelihood 63.79125 Hannan-Quinn criter. -14.84966
F-statistic 1.991196 Durbin-Watson stat 2.761863
Prob(F-statistic) 0.367228
131
LAMPIRAN 6
Output Uji Autokorelasi
Dependent Variable: ROA
Method: Least Squares
Date: 01/15/18 Time: 01:01
Sample: 2009 2016
Included observations: 8
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
MUDHARABAH -0.000154 2.29E-05 -6.738513 0.0213
MURABAHAH 2.23E-05 1.61E-06 13.90068 0.0051
MUSYARAKAH -1.89E-05 1.70E-06 -11.12134 0.0080
INFLASI -0.030267 0.007677 -3.942418 0.0587
SBIS -1.72E-05 7.51E-06 -2.293768 0.1488
C 2.748667 0.218715 12.56736 0.0063
R-squared 0.994060 Mean dependent var 1.828750
Adjusted R-squared 0.979210 S.D. dependent var 0.206428
S.E. of regression 0.029764 Akaike info criterion -4.077316
Sum squared resid 0.001772 Schwarz criterion -4.017735
Log likelihood 22.30926 Hannan-Quinn criter. -4.479167
F-statistic 66.94061 Durbin-Watson stat 2.093217
Prob(F-statistic) 0.014784
132
LAMPIRAN 6
Output Uji Autokorelasi
Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test
Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test:
F-statistic 0.490506 Prob. F(1,1) 0.6110
Obs*R-squared 2.632695 Prob. Chi-Square(1) 0.1047
Test Equation:
Dependent Variable: RESID
Method: Least Squares
Date: 01/15/18 Time: 01:03
Sample: 2009 2016
Included observations: 8
Presample missing value lagged residuals set to zero.
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
MUDHARABAH 1.37E-05 3.29E-05 0.415476 0.7493
MURABAHAH -4.64E-07 1.97E-06 -0.234766 0.8532
MUSYARAKAH -9.23E-07 2.37E-06 -0.389592 0.7635
INFLASI 0.009110 0.015757 0.578152 0.6663
SBIS 1.71E-06 9.04E-06 0.189727 0.8806
C -0.152191 0.333779 -0.455963 0.7277
RESID(-1) -1.653393 2.360772 -0.700361 0.6110
R-squared 0.329087 Mean dependent var -8.33E-16
Adjusted R-squared -3.696392 S.D. dependent var 0.015910
S.E. of regression 0.034478 Akaike info criterion -4.226432
Sum squared resid 0.001189 Schwarz criterion -4.156920
Log likelihood 23.90573 Hannan-Quinn criter. -4.695258
F-statistic 0.081751 Durbin-Watson stat 2.876963
Prob(F-statistic) 0.987134