Analisis Pengaruh LDR, SBI, Bank Size dan Inflasi terhadap Non ...
-
Upload
truongkhanh -
Category
Documents
-
view
258 -
download
25
Transcript of Analisis Pengaruh LDR, SBI, Bank Size dan Inflasi terhadap Non ...
Analisis Pengaruh LDR, SBI, Bank Size dan Inflasiterhadap Non Performing Loan Kredit
Kepemilikan Rumah(Studi Kasus Bank PERSERO Tahun 2006-2012)
OlehRisky Indrawan
NIM: 109081000013
JURUSAN MANAJEMENFAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAHJAKARTA
1434 H/2013 M
i
Analisis Pengaruh LDR, SBI, Bank Size dan Inflasi
terhadap Non Performing Loan Kredit Kepemilikan Rumah
(Studi Kasus Bank PERSERO tahun 2006-2012)
SkripsiDiajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk Memenuhi Syarat-syarat Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Diajukan Oleh:Risky Indrawan
NIM : 109081000013
Di Bawah Bimbingan
Pembimbing I Pembimbing II
Prof. Dr. Abdul Hamid, MSiNIP. 19570617 198503 1 002
Adhitya Ginanjar SE, MSiNIP. 197408102011011001
JURUSAN MANAJEMENFAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAHJAKARTA
1434 H/2013 M
ii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF
Hari ini Selasa, 9 April 2013 telah dilakukan Ujian Komprehensif atas mahasiswa:
1. Nama : Risky Indrawan2. NIM : 1090810000133. Jurusan : Manajemen4. Judul Skripsi : Analisis Pengaruh LDR, SBI, Bank Size dan Inflasi
terhadap Non Performing Loan Kredit KepemilikanRumah (Studi Kasus Bank PERSERO Tahun 2006-2012)
Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yangbersangkutan selama proses ujian komprehensif, maka diputuskan bahwamahasiswa tersebut di atas dinyatakan LULUS dan diberi kesempatan untukmelanjutkan ke tahap Ujian Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperolehgelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas IslamNegeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 16 Mei 2013
1. Utami Baroroh, S.Pi., M.Si (_____________________)NIP. Ketua
2. Leis Suzanawati, SE., M.Si (_____________________)NIP. 19720809 200501 2 004 Sekretaris
3. Amalia, SE., MSM (_____________________)NIP. 19740821 200901 2 005 Penguji Ahli
iii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI
Hari ini Selasa, 23 Juli 2013 telah dilakukan Ujian Skripsi atas mahasiswa:
1. Nama : Risky Indrawan2. NIM : 1090810000133. Jurusan : Manajemen4. Judul Skripsi : Analisis Pengaruh LDR, SBI, Bank Size dan Inflasi
terhadap Non Performing Loan Kredit KepemilikanRumah (Studi Kasus Bank PERSERO Tahun 2006-2012)
Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yangbersangkutan selama proses ujian skripsi, maka diputuskan bahwa mahasiswatersebut di atas dinyatakan LULUS dan skripsi ini diterima sebagai salah satusyarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi danBisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 23 Juli 2013
1. Herni Ali HT, SE., MM (_____________________)NIDN. 0422 1259 02 Ketua
2. Titi Dewi Warninda, SE., M.Si (_____________________)NIP. 19731221 200501 2 002 Sekretaris
3. Murdiyah Hayati, Skom,MM (_____________________)NIP. 19741003200312 2 001 Penguji Ahli
4. Prof. Dr. Abdul Hamid, MS (_____________________)NIP. 19570617 198503 1 002 Pembimbing I
5. Adhitya Ginanjar, SE., M.Si (_____________________)NIP. 19740810 201101 1 001 Pembimbing II
iv
LEMBAR PERNYATAANKEASLIAN KARYA ILMIAH
Yang Bertanda Tangan di bawah ini :
Nama : Risky Indrawan
No. Induk Mahasiswa : 109081000013
Fakultas : Ekonomi dan Bisnis
Jurusan : Manajemen
Dengan ini menyatakan bahwa dalam penulisan skripsi ini, saya :
1. Tidak menggunakan ide orang lain tanpa mampu mengembangkan danmempertanggungjawabkan
2. Tidak melakukan plagiat terhadap naskah karya orang lain3. Tidak menggunakan karya orang lain tanpa menyebutkan sumber asli
atau tanpa ijin pemilik karya4. Tidak melakukan pemanipulasian dan pemalsuan data5. Mengerjakan sendiri karya ini dan mampu bertanggung jawab atas
karya ini
Jikalau di kemudian hari ada tuntutan dari pihak lain atas karya saya, dan telahmelalui pembuktian yang dapat dipertanggung-jawabkan, ternyata memangditemukan bukti bahwa saya telah melanggar pernyataan diatas, maka saya siapuntuk dikenai sanksi berdasarkan aturan yang berlaku di Fakultas Ekonomi danBisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya.
Ciputat, Juni 2013Yang Menyatakan,
(Risky Indrawan)
v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP(Curriculum Vitae)
Data PribadiNama lengkap : Risky IndrawanPanggilan : RiskyTempat&tanggal lahir : Jakarta, 09 Juli 1991Jenis Kelamin : Laki-lakiAgama : IslamAlamat : Reni Jaya blok Y4 No 10 Jalan Kresna RT 002/ RW 012
Kecamatan Pamulang, Kelurahan Pondok Benda TanggerangSelatan 15416
Telepon : 085694493369Email : [email protected]
Pendidikan Formal2009 – 2012 : Program Sarjana (S-1) Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta2006 – 2009 : SMA 34 Jakarta2003 – 2006 : SMP Negeri 178 Jakarta1997 – 2003 : SD Negeri Pondok Petir 011996 – 1997 : TK Ikhlasul Amin
Pendidikan Informal Seminar-seminar Kursus Bahasa Inggris di Oxford Course Indonesia Pamulang
Pengalaman Organisasi1. Anggota ROHIS Sek.Humas SMAN 34 Jakarta2. Anggota Pramuka SD Negeri Pondok Petir 01
Pengalaman Bekerja Magang/KKN selama 1 bulan di Koprasi Bhakti Kencana Radio Republik Indonesia
Jakarta tahun 2012
KeahlianKomputer : Microsoft Office (Word, Excel, Power Point, Access), Photoshop,
InternetOlahraga : Basket, Badminton
vi
ABSTRACT
The purpose of this study was to analyze the effect of the influence of LDR, SBI, BankSize and Inflation in the Non-Performing Loan Housing Loan (Bank Case StudyPERSERO years 2006-2012). The data used in this study are monthly data fromJanuary 2006 to December 2012 were taken from various sources. This study usesmultiple linear regression analysis using the computer program SPSS version 19.0and Microsoft Excel 2007.
The results showed that together (simultaneously) the independent variable (LDR,SBI interest rates, bank size and inflation) significantly influence the change in theratio of non-performing mortgage loans. partially or individual has a significantinfluence on changes in the value of non-performing loans on bank mortgagePERSERO 2006-2012 period with varying results. From the analysis it is known thatthere is a negative relationship between LDR with changes in the value of non-performing loans mortgage amounted to -0.17. Besides SBI variable has a positiveinfluence on non-performing loans mortgage amounted to 0.403. Variable bank sizehas a negative relationship to changes in non-performing loans mortgage amountedto -0.002 mortgage. While the inflation variable occurs positively impact on non-performing loans mortgage on bank mortgage of 0.009 PERSERO
Keywords: LDR, SBI, Bank size, inflation, non-performing loans KPR
vii
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh Pengaruh LDR,SBI, Bank Size dan Inflasi terhadap Non Performing Loan Kredit KepemilikanRumah (Studi Kasus Bank PERSERO tahun 2006-2012). Data yang digunakan padapenelitian ini adalah data bulanan dari Januari 2006 sampai Desember 2012 yangdiambil dari berbagai sumber. Penelitian ini menggunakan metode analisis regresilinier berganda dengan menggunakan program komputer SPSS versi 19.0 danMicrosoft Excel 2007.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara bersama-sama (simultan) variabelindependen (LDR, sukubunga SBI, Bank size dan inflasi) signifikan berpengaruhterhadap perubahan rasio non-performing loan KPR. secara parsial atau individumemiliki pengaruh signifikan terhadap perubahan nilai non performing loan KPRpada bank PERSERO periode 2006-2012 dengan hasil yang berbeda-beda. Dari hasilanalisis tersebut diketahui bahwa terdapat hubungan yang negatif antara LDR denganperubahan nilai non-performing loan KPR sebesar -0,17. Selain itu variable SBImemiliki pengaruh yang positif terhadap non-performing loan kpr sebesar 0,403.Variabel bank size memiliki hubungan yang negatif terhadap perubahan non-performing loan KPR sebesar -0,002. Sedangkan pada variable inflasi terjadipengaruh positif terhadap non-performing loan KPR sebesar 0,009 pada bankPERSEROKata kunci : LDR, SBI, Bank size, Inflasi, Non-performing loan KPR
viii
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT sang maha
pencipta, sang maha agung, sumber segala kebenaran, dan sang maha segala-
gala-Nya diatas segalanya yang memberikan rahmat dan hidayah-Nya kepada
semua makhluk ciptaan-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
Solawat serta salam selalu tercurah kepada junjungan Nabi Muhammad
SAW sebagai nabi terakhir yang telah membawa kita sebagai umatnya dari
zaman yang penuh dengan kebodohan kepada zaman yang terang benderang
ini. Tidak lupa salam juga tertuju untuk keluarganya dan para pengikutnya
hingga akhir zaman nanti.
Tujuan penulisan skripsi ini yang berjudul “Pengaruh Loan to Deposit
Ratio, Suku Bunga SBI, Bank Size dan Inflasi Terhadap Non Performing Loan
KPR (Studi Kasus Bank PERSERO Tahun 2006-2012)” dengan tujuan sebagai
syarat meraih gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Selama proses
penyelesaian skripsi ini, penulis menemukan banyak kendala. Namun, berkat
izin-Nya lah skripsi ini dapat selesai sesuai dengan harapan penulis.
Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada
pihak-pihak yang telah membantu dan memberikan dukungan hingga skripsi
ini selesai dengan baik, antara lain:
1. Kedua Orang Tua Saya Ayah Ade Setiawan dan Ibu Tatik Sugiyanti yang
selalu memberikan dukungan baik moril dan materil, memberikan kasih
sayang dan bimbingan untuk anaknya, selalu mendoakan anaknya dengan
penuh rasa ikhlas. Risky akan menjadi anak yang dapat membanggakan
Ayah dan Ibu, seperti apa yang Ayah dan Ibu cita-citakan Amin..
2. Seluruh keluarga ku tercinta, adikku Rossy Candrawati terima kasih atas
perhatian, kasih sayang, motivasi dan dukungannya baik doa, moril
ix
maupun materil. Semoga kebaikan semuanya mendapat balasan dari Allah
SWT.
3. Bapak Prof. Dr. Abdul Hamid, MS selaku dosen pembimbing I dan Bapak
Adhitya Ginanjar SE, MSi selaku dosen pembimbing II, yang telah
meluangkan waktunya dengan penuh kesabaran untuk memberikan
bimbingan dan pengarahan dalam menyelesaikan skripsi ini.
4. Bapak Prof. Dr. Abdul Hamid, MS selaku Dekan FEB, Ibu Lies
Suzanawaty, SE., M.Si selaku Pudek I FEB, Ibu Yulianti, SE., M.Si selaku
Pudek II FEB, dan Bapak Herni Ali HT, SE., MM selaku Pudek III FEB,
yang telah memberikan jalan bagi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
5. Bapak Herni Ali HT, SE., MM, selaku Pembimbing Akademik.
6. Bapak Dr. Ahmad Dumiyathi B,Lc,MA, selaku Ketua Jurusan Manajemen
dan Ibu Titi Dewi Warninda SE, MSi.
7. Seluruh Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis, terima kasih atas curahan
ilmu yang Bapak dan Ibu berikan kepada kami.
8. Seluruh jajaran karyawan Fakultas Ekonomi dan Bisnis, atas kerja
kerasnya melayani mahasiswa dengan baik dan meningkatkan citra
Fakultas Ekonomi dan Bisnis khususnya Pak Heri, Pak Ismet, Bu Siska,
Bu Umi, Pak Rahmat, Pak Bambang, dan Pak Sofyan.
9. Terima Kasih kepada Trikristiawati yang selalu memberikan kasih sayang
dan perhatian serta dukungannya untukku agar dapat menyelesaikan
skripsi ini.
10. Teman-teman kosan Ali Fasihi dan Damanhuri Al-Ayubi
11. Teman-teman Manajemen A Angkatan 2009 FEB UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
12. Teman-teman Manajemen Perbankan yang selalu memberi dukungan satu
sama lain agar dapat menyelesaikan skripsi tepat pada waktunya.
13. Teman-teman seperjuangan dalam menyusun skripsi, Bayu Ayom
Gumelar dan Reza Gandana Putra.
x
Penulis menyadari bahwa hasil penelitian ini memiliki banyak
kekurangan. Dengan segenap kerendahan hati penulis mengharapkan saran,
arahan maupun kritikan yang konstruktif demi penyempurnaan hasil penelitian
ini. Akhirnya hanya kepada Allah SWT semua ini penulis serahkan, karena
hanya dengan ridha-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Semoga
penulisan skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak khususnya bagi
penulis sendiri.
Jakarta, Mei 2013
Risky Indrawan
xi
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI .................................................................... iLEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF ...................................... iiLEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI ....................................................... iiiLEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH............................... ivDAFTAR RIWAYAT HIDUP ................................................................................ vABSTRACT ............................................................................................................... viABSTRAK ................................................................................................................ viiKATA PENGANTAR.............................................................................................. viiiDAFTAR ISI............................................................................................................. xiDAFTAR TABEL .................................................................................................... xiiiDAFTAR GAMBAR................................................................................................ xivBAB. I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian ........................................................................... 1B. Perumusan Masalah ....................................................................................14C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ...................................................................15
BAB. II. TINJAUAN PUSTAKAA. Landasan Teori ............................................................................................ 17
1. Bank .......................................................................................................... 17a. Pengertian Bank ...................................................................................... 17b. Jenis-Jenis Bank ..................................................................................... 18c. Kegiatan Bank ........................................................................................ 20d. Sumber Dana Bank ................................................................................ 22
2. Kredit ........................................................................................................ 23a. Pengertian Kredit ................................................................................... 23b. Unsur-unsur Kredit ................................................................................ 24c. Fungsi Kredit .......................................................................................... 26d. Prinsip Pemberian Kredit ....................................................................... 29
3. Kredit Kepemilikan Rumah....................................................................... 32a. Pengertian KPR ...................................................................................... 32b. Jenis-Jenis KPR ...................................................................................... 33c. Persyaratan KPR .................................................................................... 36
4. Kredit Bermasalah .................................................................................... 37a. Pengertian Kredit Bermasalah ............................................................... 37b. Gejala Kredit Bermasalah ...................................................................... 39c. Dampak Kredit Bermasalah ................................................................... 41
5. Loan to Deposit Ratio ............................................................................... 43a. Pengertian Loan to Deposit Ratio ........................................................... 43b. Ketentuan Loan to Deposit Ratio ........................................................... 47c. Jenis-Jenis Loan to Deposit ratio ........................................................... 47
6. Suku Bunga SBI ....................................................................................... 50a. Pengertian SBI ....................................................................................... 50b. Tingkat Suku Bunga SBI ....................................................................... 51c. Pola Pembelian SBI ............................................................................... 52
7. Bank size .................................................................................................. 54a. Pengertian Bank Size ............................................................................. 54b. Pengertian Aktiva ................................................................................... 55c. Jenis-Jenis Aktiva Bank ......................................................................... 55
xii
8. Inflasi ........................................................................................................ 58a. Pengertian Inflasi ................................................................................... 58b. Jenis Inflasi ............................................................................................ 59c. Faktor Penyebab Inflasi ......................................................................... 62d. Efek Inflasi ............................................................................................. 63e. Indikator Inflasi ...................................................................................... 65f. Kebijakan Untuk Mengatasi Inflasi ....................................................... 66
B. Keterkaitan antar Variabel ........................................................................... 67C. Penelitian Sebelumnya................................................................................. 72D. Kerangka Berpikir ....................................................................................... 76E. Hipotesis....................................................................................................... 78
BAB III. METODOLOGI PENELITIANA. Ruang Lingkup Penelitian...................................................................... 80B. Metode Penentuan Sampel ..................................................................... 80C. Metode Pengumpulan Data .................................................................... 81D. Metode Analisis Data............................................................................. 82E. Operasional Variabel Penelitian ............................................................. 94
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASANA. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian........................................... 99
1. Sejarah Perkembangan Perbankan di Indonesia ................................ 992. Bank Persero di Indonesia .................................................................. 100
B. Hasil Analisis dan Pembahasan.............................................................. 1121. Analisis Deskriptif.............................................................................. 1122. Pengujian Asumsi Klasik ................................................................... 1143. Pengujian Hipotesis ............................................................................ 122
BAB V. KESIMPULAN DAN IMPLIKASIA. Kesimpulan ............................................................................................ 131B. Implikasi Peneliian................................................................................. 132
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................... 134DAFTAR LAMPIRAN............................................................................................ xv
xiii
DAFTAR TABEL
NO Keterangan Halaman1.1 Perbandingan Variabel Penelitian……………………………… 82.1 Kel Sasaran Berdasarkan Penghasilan…………………………. 342.2 Batasan Harga Rumah…………………………………………. 342.3 Suku Bunga Subsidi…………………………………………… 352.4 Uang muka…………………………………………………….. 352.5 Penelitian Terdahulu…………………………………………… 714.1 Hasil Statistik Deskriptif………………………………………. 1124.2 Uji Kolmogorov-Smirnov……………………………………… 117
4.3Uji Multikolinieritas dengan Nilai Tolerance dan VIF(VarianceInflation Factor)……………………………………………….. 118
4.4 Uji Park………………………………………………………… 1204.5 Uji Otokorelasi…………………………………………………. 1214.6 Uji F……………………………………………………………. 1224.7 Uji t……………………………………………………………. 1234.8 Uji R Square…………………………………………………… 131
xiv
DAFTAR GAMBAR
NO Keterangan Halaman1.1 Pertumbuhan dan Pangsa Kredit Properti…………………… 51.2 Grafik NPL Properti Indonesia……………………………… 72.1 Kerangka Berpikir…………………………………………… 763.1 Model Piktografis Regresi berganda………………………… 834.1 Histogram…………………………………………………… 1154.2 Grafik dengan Normal Probability Plot……………………….. 1164.3 Grafik Scatterplot…………………………………………………. 119
xv
DAFTAR LAMPIRAN
NO Keterangan Halaman1 Data-data Variabel Penelitian dari Tahun 2006-2012………………. 1382 Tabel Deskriptif Statistik…………………………………………… 1403 Tabel Model Regresi, Anova, dan Koefisien………………………. 1404 Uji Normalitas……………………………………………………… 1415 Uji Multikolinieritas dan Otokorelasi……………………………… 1436 Uji Heteroskedastisitas…………………………………………….. 144
1
BAB. I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Di beberapa negara-negara yang sedang berkembang seperti Indonesia
peran bank dalam perekonomian sangatlah penting. Bank sangat penting dalam
hal menopang kekuatan dan kelancaran sistem pembayaran dan efektivitas
kebijakan moneter. Lebih dari itu bank juga merupakan lembaga keuangan
yang paling sangat dibutuhkan dalam pembangunan ekonomi. (Mandala
Manurung dan Prathama Rahardja:2004:134)
Pertumbuhan jumlah bank yang cepat yang dimulai dari tahun 1980-an
ternyata membawa perekonomian Indonesia kesuatu tahapan baru dalam
perkembangannya. Peran sektor perbankan dalam memobilisasikan dana
masyarakat untuk berbagai tujuan telah mengalami peningkatan yang sangat
besar. Sektor perbankan, yang sebelumnya tidak lebih hanya sebagai fasilitator
kegiatan pemerintah dan beberapa perusahaan, telah berubah menjadi sektor
yang berpengaruh terhadap perekonomian. (Sigit Triandaru dan Totok Budi
Santoso:2009:17)
Krisis moneter yang melanda Indonesia pada pertengahan 1997 telah
memporak-porandakan bisnis perbankan di Indonesia. Ketika itu banyak bank
yang mengandalkan bisnisnya dibidang perkreditan telah hancur luluh sebagai
akibat hancurnya bisnis pengusaha, baik pengusaha kecil maupun pengusaha
besar. Dunia usaha yang hancur berdampak pada rendah dan hilangnya
kemampuan mengembalikan pinjaman nasabah pada bank sesuai dengan
2
kesepakatan semula, yang akhirnya mengganggu likuiditas bank. Di sini bank
dalam kondisi sulit karena tidak mampu memaksa nasabah untuk
mengembalikan pinjaman beserta bunganya. Di sisi lain, perbankan tidak dapat
berbuat banyak ketika menghadapi kesulitan likuiditas dalam jumlah yang
besar, terpaksa perbankan menempuh cara dengan mobilisasi dana dengan
biaya yang tinggi yang akhirnya berdampak pada bisnis perbankan yang
menderita negative spread dalam pencapaian usahanya. (Rivai Veithzal dan
Veithzal Andria 2007:10)
Bank merupakan lembaga keuangan yang terpenting yang mempengaruhi
perekonomian baik secara mikro maupun secara makro. Fungsinya sebagai
perantara keuangan (financial intermediary) antara pihak-pihak yang surplus
dengan pihak-pihak yang membutuhkan dana atau defisit. Dalam menjalankan
usahanya sebagai lembaga keuangan yang menjual kepercayaan dan jasa,
setiap bank berusaha sebanyak mungkin menarik nasabah baru, memperbesar
dana-dananya dan juga memperbesar pembarian kredit dan jasa-jasanya
(Simorangkir, 2004: 10).
Bank umum konvensional di bagi kedalam Bank Umum Milik
Pemerintah, Bank swasta, Bank swasta nasional devisa, Bank swasta nasional
nondevisa, Bank pembangunan daerah, Bank campuran, Bank asing. Dalam
pembahasan kali ini peneliti mengambil objek penelitian berdasarkan data yang
di peroleh dari bank Indonesia mengenai bank PERSERO milik pemerintah,
hal itu dikarenakan bank PERSERO milik pemerintah (Bank Mandiri, Bank
Rakyat Indonesia, Bank Tabungan Negara, Bank Nasional Indonesia, dan Bank
3
Mutiara) memiliki total asset perbankan yang terbesar kedua setelah bank
umum swasta nasional devisa (sumber: laporan pengawasan perbankan 2012).
Penyaluran kredit merupakan fokus dan merupakan kegiatan utama
perbankan dalam menjalankan fungsi intermediasinya. Meskipun terjadi krisis
finansial pada semester akhir tahun 2008, jumlah kredit yang disalurkan
perbankan Indonesia per 31 Desember 2008 tercatat sebesar Rp. 1,3 triliyun,
mengalami peningkatan sebesar 35.72% dibandingkan dengan jumlah kredit
per 31 Desember 2007 yang tercatat sebesar Rp. 971,5 milyar (Jurnal
Keuangan dan Perbankan. Sri haryati, 2009)
Kredit mampu mendorong dan menkonsilidasi serta memperkuat
kestabilan moneter. Kredit juga mampu meningkatkan pertumbuhan sektor riil
dengan kredit investasinya. Dengan demikian dapatlah dikatakan bahwa, bank
mempunyai peranan dalam kelangsungan pembangunan bangsa. Dengan
pemberian kredit, bank umum memberikan sumbangan yang penting terhadap
perputaran roda perekonomian negara.
Berbicara tentang kredit, Kredit Pemilikan Rumah (KPR) merupakan
salah satu jenis kredit yang cukup popular saat ini. Karena kepopulerannya
tersebut maka kredit ini memberikan sumbangan yang cukup signifikan dalam
naik turunnya rasio Non-Performing Loan pada suatu bank. Hal ini terbukti
pada krisis global yang terjadi pada tahun 2008. Krisis yang awal mulanya
disebabkan oleh penyaluran kredit perumahan yang terlampau tinggi ini
mampu mengguncang perokonomian Amerika Serikat dan juga negara-negara
di Eropa. Subprime mortgage merupakan istilah untuk kredit perumahan
4
(mortgage) yang diberikan kepada debitur dengan sejarah kredit yang buruk
atau belum memiliki sejarah kredit sama sekali, sehingga digolongkan sebagai
kredit yang berisiko tinggi. Penyaluran subprime mortgage di AS mengalami
peningkatan pesat mulai di bawah USD200 miliar pada tahun 2002 hingga
menjadi sekitar USD500 miliar pada 2005.Kesalahan dalam pengelolaannya,
menyebabkan subprime mortgage menjadi awal bencana krisis global yang
melanda Amerika Serikat. (Outlook Ekonomi Indonesia 2009-2014, Edisi
Januari 2009).
Pertumbuhan kredit properti yang sempat terpuruk pada tahun 2009,
kembali menunjukkan perbaikan sejak pertengahan tahun 2010. Selama
Semester I-2011 kredit properti tumbuh 10,1% atau 17,8% (yoy). Pertumbuhan
selama Semester I-2011 tersebut lebih baik dibandingkan dengan dua semester
sebelumnya, terutama didorong oleh kondisi makroekonomi yang stabil.
Dengan kebutuhan perumahan penduduk yang masih cukup besar, kredit
properti khususnya untuk rumah tinggal (KPR) diperkirakan berpeluang untuk
tetap tumbuh. Pangsa kredit properti terhadap total kredit perbankan saat ini
masih relatif tidak terlalu besar, yaitu sekitar 13,2% terhadap total kredit
(www.bi.go.id)
5
Gambar 1.1
Pertumbuhan dan Pangsa Kredit Properti
Sumber: bi.go.id
Dari gambar grafik 1.1 dapat dilihat perkembangan kredit properti di
Indonesia mulai dari tahun 2006 hingga 2011 sangatlah berfluktuatif. Hal ini
dapat dilihat dari garis Growth Kredit Properti. Dari tahun 2006 terus
berkembang cukup pesat hingga akhir tahun 2008. Sedangkan pada awal tahun
2009 pertumbuhan kredit KPR melemah pada titik 10% hingga awal tahun
2010. Penurunan pertumbuhan kredit tersebut di karenakan terjadinya kenaikan
suku bunga kredit KPR sehingga mempuat angka pertumbuhan KPR di
Indonesia anjlok hingga mencapai titik 10%. Namun pada tahun 2011
perkembangan bisnis KPR kembali meningkat akibat mulai adanya penstabilan
suku bunga kredit KPR pada tahun tersebut sehingga mampu menarik
masyarakat untuk mengambil kredit KPR.
Dalam menjalankan fungsinya sebagai lembaga intermediari yang perlu
diperhatikan bank dalam menyalurkan kredit adalah resiko yang mungkin akan
6
terjadi, salah satunya adalah kegagalan dalam pembayaran kredit (default).
Setiap bank pasti menghadapi masalah kredit macet. Bank tanpa kredit macet
merupakan hal yang aneh, (kecuali bank-bank yang baru tentunya).
Membicarakan kredit macet, sesungguhnya membicarakan risiko yang
terkandung dalam setiap pemberian kredit, dengan demikian bank tidak
mungkin terhindar dari kredit macet. Kemacetan kredit adalah suatu hal yang
merupakan penyebab kesulitan terhadap bank itu sendiri, yaitu berupa kesulitan
terutama yang menyangkut tingkat kesehatan bank, karenanya bank wajib
menghindarkan diri dari kredit macet (Djumhana, 2003 :263).
Semakin besarnya jumlah kredit yang diberikan, maka akan membawa
konsekuensi semakin besarnya risiko yang harus ditanggung oleh bank yang
bersangkutan. Non Performing Loan (NPL) merupakan rasio yang digunakan
untuk mengukur kemampuan bank dalam meng-cover risiko kegagalan
pengembalian kredit oleh debitur. NPL mencerminkan risiko kredit, semakin
tinggi tingkat NPL maka semakin besar pula risiko kredit yang ditanggung oleh
pihak bank (Masyhud, 2004 : 231). Akibat tingginya NPL perbankan harus
menyediakan pencadangan yang lebih besar, sehingga pada akhirnya modal
bank ikut terkikis. Padahal besaran modal sangat mempengaruhi besarnya
ekspansi kredit. Besarnya NPL menjadi salah satu penyebab sulitnya
perbankan dalam menyalurkan kredit.
7
Gambar 1.2
Grafik NPL Properti Indonesia
sumber: bi.go.id
Dari gambar tersebut risiko penyaluran kredit properti masih dapat
dikendalikan dengan baik oleh pihak bank. Pada tahun 2006 terjadi golakan
ekonomi yang menyebabkan krenaikan suku bunga kredit. Akibat naiknya suku
bunga kredit tersebut maka rasio kredit bermasalah sektor perumahan
khususnya KPR melonjak hingga menyentuh titik 4%. Seiring kembali
stabilnya perekonomian Indonesia pada saat itu rasio NPL sektor KPR terus
berkurang seiring dengan di munculkannya kebijakan pemerintah dalam
menetapkan sukubunga kredit KPR di Indonesia. Rasio kredit KPR relatif
masih cukup rendah yaitu 2,5% per Juni 2011 sehingga peningkatan jumlah
kredit bermasalah tampaknya masih dapat dikelola dengan baik oleh bank
(Kajian Stabilitas Keuangan, 2011).
8
Tabel 1.1
Perbandingan Variabel Penelitian (LDR, SBI, Bank Size dan Inflasi)terhadap NPL (dalam %)
TanggalLDR
PersenSBI
Persen
BankSize
Milyaran
InflasiPersen
NPLPersen
Jan-06 59,73 12,72 566369,7 1,36 0,92Jun-06 60,58 12,48 561048 0,45 1,04Des-06 60,03 9,72 574380,9 1,21 0,83Jan-07 58,98 9,48 625316,7 1,04 0,99Jun-07 61,88 8,52 625028,8 0,23 1,04Des-07 62,37 8,04 647888,1 1,1 0,84Jan-08 64,12 8,04 1940886 1,77 0,9Jun-08 71,32 8,52 1964717 2,46 0,75Des-08 70,27 9,24 2066807 -0,04 0,53Jan-09 71,45 8,76 827942,2 -0,07 0,62Jun-09 74,79 6,96 838687,2 0,11 0,66Des-09 69,55 6,48 858420,3 0,33 0,54Jan-10 70,08 6,48 946019,3 0,84 0,56Jun-10 75,63 6,48 951480,7 0,97 0,63Des-10 71,54 6,48 975438,7 0,92 0,53Jan-11 74,3 6,48 1081932 0,89 0,62Jun-11 81,79 6,72 1094208 0,55 0,66Des-11 74,75 6 1153453 0,57 0,47Jan-12 76,58 6 1264736 0,76 0,32Jun-12 81,51 5,76 1369620 0,62 0,31Des-12 79,84 5,76 1535324 1,03 0,3
Sumber : Statistik Perbankan Indonesia (SPI) www.bi.go.id (data diolah)
Dari data tabel 1.1 dari tahun 2006-2012 angaka LDR berada dibawah
dari 75% sehingga bank Indonesia merubah kebijakan dalam melakukan
penghitungan LDR pada setiap bank, yaitu dengan memasukkan obligasi
korporasi sebagai komponen kredit. Dengan adanya perubahan perhitungan
tersebut maka terbukti mengangkat nilai LDR bank di Indonesia khususnya
pada bank PERSERO di Indonesia. sehingga pada Desember 2010 LDR bank
9
PERSERO di Indonesia menembus angka 75,54% sesuai dengan batas
minimum LDR yang di keluarkan oleh Bank Indonesia.
Loan to Deposit Ratio, yang untuk selanjutnya disebut LDR, adalah rasio
kredit yang diberikan kepada pihak ketiga dalam rupiah dan valuta asing, tidak
termasuk kredit kepada Bank lain, terhadap dana pihak ketiga yang mencakup
giro, tabungan, dan deposito dalam rupiah dan valuta asing, tidak termasuk
dana antar Bank.(www.bi.go.id)
Menurut Mulyono (2001:101), Loan to Deposit Ratio (LDR) merupakan
rasio perbandingan antara jumlah dana yang disalurkan ke masyarakat (kredit)
dengan jumlah dana masyarakat dan modal sendiri yang digunakan. Loans
Ratio ini menggambarkan kemampuan bank membayar kembali penarikan
yang dilakukan nasabah deposan dengan mengandalkan kredit yang diberikan
sebagai sumber likuiditasnya.
Semakin tinggi Loan to Deposit Ratio memberikan indikasi semakin
rendahnya kemampuan likuiditas bank yang bersangkutan, hal ini disebabkan
karena jumlah dana yang diperlukan untuk membiayai kredit menjadi semakin
besar. Sebaliknya, angka Loan to Deposit Ratio yang rendah menunjukkan
tingkat ekspansi kredit yang rendah dibandingkan dengan dana yang
diterimanya dan menunjukkan bahwa bank masih jauh dari maksimal dalam
menjalankan fungsi intermediasi (Syahrial Muchtar, 2001).
Dari data tebel di atas pada tahun 2006, SBI berada di level 12,72%
sedikit menurun dibanding posisi pada tahun 2005 sebesar 12,75%. Sementara
itu, SBI selama Januari 2006 hingga Desember 2011 sesungguhnya relatif
10
stabil. Dengan kata lain, dengan semakin menurunnya suku bunga SBI hal
tersebut diharapkan akan mampu mendorong perbankan secara umum untuk
menurunkan suku bunga kreditnya hingga pembiayaan kepada sektor riil akan
meningkat dan pada tahap lebih lanjut mampu memberikan kontribusi yang
lebih besar bagi perkembangan ekonomi secara umum. Menurut Siswanto
Sutojo, (2008:86) Suku bunga kredit merupakan sumber pendapatan terbesar
bank, serta mempunyai peranan penting dalam penentuan profitabilitas kegiatan
pemberian kredit. Dilain pihak, suku bunga kredit merupakan salah satu sarana
bank untuk memenangkan persaingan di pasar. Oleh karena bunga kredit
merupakan bagian terbesar penghasilan bank, jumlah penghasilan bunga harus
dapat menutup biaya yang ditanggung bank (termasuk biaya pengadaan dana
kredit, serta konstribusi biaya overhead dan biaya tetap yang lain), serta
menyisakan keuntungan. Biaya pengadaan dana kredit dari pasar uang
memegang peranan penting dalam penentuan suku bunga kredit. Suku bunga
kredit juga ditentukan oleh perkembangan suku bunga di pasar uang dan pasar
modal. Perkembangan suku bunga tidak terbatas pada kredit, melainkan juga
pada sekuritas. Tingkat resiko dan jangka waktu transaksi kredit juga
menentukan tingkat suku bunga. Semakin panjang jangka waktu kredit, maka
akan semakin besar pula resiko yang harus ditanggung kreditor.
Dari tabel tersebut rasio bank size cukup satabil. Rasio bank size ini
berasal dari hasil logaritma dari total asset yang dimiliki oleh bank PERSERO.
Bank PERSERO memiliki total asset rata-rata berada di antara 35% dari
kelompok bank umum di Indonesia. Dengan total asset yang di miliki bank
11
PERSERO tersebut maka bank PERSERO akan memiliki dana yang liquid
untuk mengembalikan kewajiban dari para nasabahnya. Semakin besar ukuran
bank maka semakin besar pula sumber dana bank yang likuid dalam
menangani kredit yang bermasalah dalam bank tersebut.
Dari tabel di atas rasio perkembangan inflasi di Indonesia cukup
berfluktuatif. Hal ini di karenakan terjadinya kebijakan kebijakan pemerintah
dalam menaikan beberapa harga bahan pokok yang menyebabkan menaiknya
beberapa barang lain yang secara signifikan mampu menambah jumlah uang
beredar di Indonesia. missal pada tahun 2007 inflasi berada di kisaran 1,04.
Menurut Menkeu, tingginya angka inflasi disebabkan oleh faktor harga pangan,
pengaruh pemakaian bahan bakar minyak (BBM), serta faktor bencana alam
yang akhir tahun lalu terjadi di Jawa Tengah dan Jawa Timur.
Dari data tabel di atas data NPL dati tahun ke tahun mengalami
penurunan. Hal ini di karenakan adanya peratuaran penetapan suku bunga
dalam hal kredit konsumtif terutama sektor perumahan. Dengan penetapan
suku bunga rendah dalam melakukan pengambilan kredit di sektor perumahan
maka akan memperbaiki nilai non performing loan pada sektor KPR.
Penentuan kredit perumahan ini juga membantu pemerintah dalam menangani
masalah kepemilikan perumahan yang layak bagi masyarakat Indonesia.
Penelitian terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi Non-Performing
Loan pada sektor perbankan telah banyak juga diteliti oleh peneliti-peneliti
terdahulu, antara lain :
12
Penelitian yang dilakukan Syeda Zabeen Ahmed (2006) menujukkan hal
lain yaitu adanya pengaruh negatif antara Bank Size dengan Non-Performing
Loan. Hal tersebut dikarenakan bahwa langkah-langkah alternatif dari bank
size dapat menimbulkan dampak yang berbeda atas kredit non-performing
bank. Misalnya, bank size diukur dalam hal aset, memiliki dampak negatif
terhadap NPL, sedangkan ukuran dari bank size dalam hal modal berpengaruh
positif dan signifikan terhadap NPL kotor tetapi efek yang dapat diabaikan
pada NPL bersih. Sedangkan penelitian B.M. Misra dan Sarat Dhal (2010)
studi ini menemukan bahwa variabel kredit berpengaruh signifikan terhadap
kredit bermasalah bank dengan adanya ukuran bank (bank size) dan guncangan
ekonomi makro. Selain itu, langkah-langkah alternatif dari siklus bisnis dapat
menimbulkan dampak yang berbeda pada bank-bamk penyalur kredit.sehingga
dapat disipulkan bahwa adanya pengaruh positif tidak signifikan antara Bank
Size dengan Non-Performing Loan.
Penilaian terhadap nilai LDR yang meningkat dapat menaikan NPL atau
sebaliknya yang didukung oleh penelitian Misra dan Dhal (2010) dikarenakan
semakin tinggi rasio LDR akan menunjukan ketidaklikuidan suatu bank yang
dapat diukur dari nilai NPL yang tinggi. Namun hal tersebut bertolak belakang
dengan penelitian Ranjan dan Dhal (2003) dan Soebagio (2005) dimana nilai
LDR menurun dan diikuti dengan nilai NPL yang meningkat atau sebaliknya.
Dikarenakan melambatnya dana pihak ketiga yang berhasil dihimpun oleh
sektor perbankan.
13
Somoye, R.O.C. (2010) melakukan penelitian mengenai resiko kredit
macet di Nigeria. Variabel dependennya adalah Non Performing Loan (NPL)
dan variabel independennya adalah tingkat kebijakan moneter, suku bunga,
risiko kredit, risiko likuiditas, risiko pasar, risiko suku bunga, produktif risiko,
solvabilitas Risiko. Menyimpulkan bahwa koefisien tingkat kebijakan moneter
memiliki hubungan positif moderat dengan kredit bermasalah. Sebaliknya,
tingkat risiko suku bunga menunjukkan bahwa ia memiliki hubungan positif
yang kuat, sedangkan yang risiko pendapatan yang sangat tinggi menunjukkan
bahwa ia memhiliki hubungan yang kuat sangat positif dengan kredit
bermasalah.
Honny K Tanudjaja (2006) dalam penelitiannya yang membahas tentang
kredit bermasalah perbankan nasional memiliki hubungan yang signifikan
dengan perubahan tingkat suku bunga, dan tidak memiliki hubungan yang
signifikan dengan perubahan variable-variabel makro ekonomi yang
menyatakan bahwa pengaruh variabel makro ekonomi terhadap kredit
bermasalah perbankan nasional menunjukkan bahwa perubahan tingkat suku
bunga memberikan pengaruh yang signifikan, sedangkan variabel-variabel
makro ekonomi lainnya yang diuji tidak memberikan pengaruh yang
signifikan.
Penelitian ini memiliki kelebihan dibandingkan dengan penelitian
lainnya mulai dari variabel dan data yang diambil dalam kurun waktu yang
berbeda. Dengan menggunakan data yang terbaru sehingga hasil yang didapat
akan lebih menggambarkan situasi perbankan pada saat ini.
14
Disamping itu, Penelitian ini juga memberikan manfaat yang paling
berpengaruh terhadap Bank PERSERO, diharapkan dengan hasil yang didapat
dari penenelitian ini manajemen Bank PERSERO mampu menjalankan
fungsinya sebagai intermediasi dan mampu mengevaluasi hasil operasi
perusahaan dalam mengambil keputusan sehubungan dengan intermediasi
bank.
Berdasarkan fenomena yang terjadi dan penelitian tedahulu yang telah
dijelaskan maka penulis termotivasi untuk melakukan penelitian dengan judul
“Analisis Pengaruh LDR, SBI, Bank Size dan Inflasi terhadap Non
Performing Loan Kredit Kepemilikan Rumah (Studi Kasus Bank
PERSERO tahun 2006-2012)”
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas menengenai pengaruh Loan to Deposit
Ratio, Suku bunga SBI, Bank size dan Inflasi terhadap Non Performing Loan
Kredit Kepemilikan Rumah pada Bank Persero maka dapat dirumuskan
permasalahan sebagai berikut:
1. Rumusan Masalah secara Simultan
a. Bagaimana pengaruh Loan to Deposit Ratio (LDR), suku bunga SBI,
bank size dan inflasi secara simultan terhadap Non Performing Loan
kredit kepemilikan rumah pada bank Persero.
2. Rumusan Masalah secara Parsial
a. Bagaimana pengaruh Loan to Deposit Ratio terhadap Non Performing
Loan (NPL) kredit kepemilikan rumah pada bank Persero.
15
b. Bagaimana pengaruh suku bunga SBI terhadap Non Performing Loan
(NPL) kredit kepemilikan rumah pada bank Persero.
c. Bagaimana pengaruh bank size terhadap Non Performing Loan (NPL)
kredit kepemilikan rumah pada bank Persero.
d. Bagaimana pengaruh inflasi terhadap Non Performing Loan (NPL)
kredit kepemilikan rumah pada bank Persero.
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Berdasarkan pada permasalahan diatas maka tujuan dari penelitian ini adalah
sebagai berikut:
a. Untuk mengetahui pengaruh secara simultan Loan to Deposit Ratio, Suku
bunga SBI, Bank size dan Inflasi terhadap non performing loan Kredit
Kepemilikan Rumah pada Bank Persero.
b. Untuk mengetahui pengaruh secara parsial Loan to Deposit Ratio, Suku
bunga SBI, Bank size dan Inflasi terhadap non performing loan Kredit
Kepemilikan Rumah pada Bank Persero.
2. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Bagi Penulis
Penelitian ini memberikan pengetahuan dan pemahaman bagi penulis tentang
bagaimana pengaruh jumlah loan to deposit ratio, suku bunga SBI, bank size
dan inflasi terhadap jumlah perubahan nilai non performing loan KPR pada
Bank Persero.
16
b. Bagi Akademisi
Dengan penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu bahan referensi
bagi peneliti sendiri maupun bagi peneliti selanjutnya yang tertarik untuk
meneliti tentang pengaruh loan to deposit ratio, suku bunga SBI, bank size
dan inflasi terhadap jumlah perubahan nilai non performing loan KPR pada
Bank Persero.
c. Bagi Perbankan
Diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran yang bermanfaat bagi
manajemen perbankan sebagai bahan acuan dalam menjalankan fungsinya
sebagai intermediasi dan membantu mengevaluasi hasil operasi perusahaan
dalam mengambil keputusan sehubungan dengan intermediasi bank.
d. Bagi Peneliti Selanjutnya
Sebagai bahan dasar ataupun acuan penelitian sejenis yang diharapkan dapat
berguna bagi pengembangan penelitian selanjutnya dalam bidang perbankan
dimasa yang akan datang.
17
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Bank
a. Pengertian Bank
Menurut Frederic S. Mishkin (2008:9), bank adalah lembaga
keuangan yang menerima dana dalam bentuk simpanan dan
menyalurkannya dalam bentuk kredit.
Sedangkan pengertian bank menurut Ahmad Rodoni (2006:21)
adalah suatu badan usaha yang tugas utamanya sebagai perantara
(financial intermediary) untuk menyalurkan penawaran dan permintaan
kredit pada yang ditentukan.
Menurut Puspo Pranoto (2004:5) bahwa bank adalah lembaga
keuangan yang menerima berbagi jenis simpanan dan mempergunakan
dana yang terhimpun dibank terutama untuk pemberian kredit.
Menurut Lukman Dendawijaya (2009:14) definisi dari bank adalah:
“suatu badan usaha yang tugas utamanya sebagai lembaga perantara
keuangan (financial intermediaries), yang menyalurkan dana dari pihak
yang berkelebihan dana (idle fund surplus unit) kepada pihak yang
membutuhkan dana atau kekurangan dana (deficit unit) pada waktu yang
ditentukan”.
18
Dari beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa bank
adalah suatu lembaga intermediasi antara pihak yang kelebihan dana
(surplus fund) dengan pihak yang kekurangan dana (deficit fund), dimana
tugas pokoknya adalah menghimpun dana dalam bentuk simpanan dan
menyalurkannya kembali dalam bentuk kredit. Bank juga merupakan
lembaga yang melancarkan transaksi perdagangan dan peredaran uang.
b. Jenis Bank
Jenis-jenis bank menurut Kasmir (2012:20) dapat ditinjau dari
berbagai segi, antara lain:
1) Dilihat dari Segi Fungsinya
a) Bank Umum
Pengertian bank umum sesuai dengan UU No. 10 Tahun
1998 tentang Perbankan adalah bank yang melaksanakan kegiatan
usaha secara konvensional dan atau berdasarkan prinsip syariah
yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas
pembayaran. Sifat jasa yang diberikan adalah umum, dalam arti
dapat memberikan seluruh jasa perbankan yang ada. Bank umum
sering disebut dengan bank komersil (commercial bank).
b) Bank Perkreditan Rakyat (BPR)
BPR adalah salah satu jenis bank yang dikenal melayani
golongan pengusaha mikro, kecil dan menengah dengan lokasi
yang pada umumnya dekat dengan tempat masyarakat yang
membutuhkan.
19
2) Dilihat dari Segi Kepemilikannya
Jenis bank yang ditinjau dari segi kepemilikan maksudnya adalah
siapa saja yang memiliki bank tersebut. Adapun kepemilikan ini dapat
dilihat dari akta pendirian dan penguasaan saham yang dimiliki bank
bersangkutan. Jenis bank berdasarkan kepemilikannya adalah sebagai
berikut:
a) Bank milik pemerintah
Merupakan suatu bank yang akte pendirian maupun
modalnya dimiliki oleh pemerintah sehingga seluruh keuntungan
bank ini dimiliki oleh pemerintah pula.
b) Bank milik swasta nasional
Seluruh atau sebagian besar saham dari bank jenis ini dimiliki
oleh swasta nasional serta akte pendiriannya pun didirikan oleh
swasta, begitu pula pembagian keuntungannya untuk keuntungan
swasta pula.
c) Bank milik asing
Bank jenis ini merupakan cabang dari bank yang ada di luar
negeri, baik milik swasta asing atau pemerintah asing.
d) Bank milik campuran
Saham bank campuran dimiliki oleh pihak asing dan pihak
swasta nasional yang secara mayoritas kepemilikan sahamnya
dipegang oleh warga negara Indonesia.
20
3) Dilihat dari Segi Status
a) Bank devisa
Merupakan bank yang dapat melaksanakan transaksi ke luar
negeri atau yang berhubungan dengan mata uang asing secara
keseluruhan, misalnya transfer ke luar negeri, inkaso ke luar negeri,
travellers cheque, pembukaan dan pembayaran Letter of Credit dan
transaksi lainnya.
b) Bank non devisa
Merupakan bank yang belum mempunyai izin melaksanakan
transaksi sebagai bank devisa sehingga tidak dapat melaksanakan
transaksi seperti halnya bank devisa.
4) Dilihat dari segi cara Menentukan Harga
a) Bank yang berdasarkan prinsip konvensional
Bank jenis ini menggunakan sistem bunga dalam menentukan
harga jual, misalnya untuk produk simpanan.
b) Bank yang berdasarkan prinsip syariah
Dalam menentukan harganya, bank jenis ini menggunakan
sistem bagi hasil. Misalnya dalam penetapan pembagian
keuntungan hasih tabungan mudarobah pada nasabah.
c. Kegiatan Bank
Kegiatan bank menurut Kasmir (2003:3) adalah sebagai berikut:
1) Menghimpun dana (uang) dari masyarakat dalam bentuk simpanan,
maksudnya dalam hal ini bank sebagai tempat menyimpan uang
21
atau berinvestasi bagi masyarakat. Tujuan utama masyarakat
menyimpan uang biasanya adalah untuk keamanan uangnya.
Sedangkan tujuan kedua adalah untuk melakukan investasi dengan
harapan memperoleh bunga dari hasil simpanannya. Untuk
memenuhi tujuan di atas, baik untuk mengamankan uang maupun
untuk melakukan investasi, bank menyediakan sarana yang disebut
dengan simpanan. Jenis simpanan yang ditawarkan bank sangat
bervariasi tergantung dari bank yang bersangkutan. Secara umum
jenis simpanan yang ada di bank adalah terdiri dari simpanan giro
(demand deposit), simpanan tabungan (saving deposit) dan
simpanan deposito (time deposit).
2) Menyalurkan dana kemasyarakat, maksudnya adalah bank
memberikan pinjaman (kredit) kepada masyarakat yang
mengajukan permohonan. Dengan kata lain bank menyediakan
dana bagi masyarakat yang membutuhkannya. Jenis kredit yang
biasanya diberikan oleh hampir semua bank adalah seperti kredit
investasi, kredit modal kerja, dan kredit perdagangan.
3) Memberikan jasa-jasa bank lainnya, seperti pengiriman uang
(transfer), penagihan surat-surat berharga yang berasal dari dalam
kota (clearing), penagihan surat-surat berharga yang berasal dari
luar kota dan luar negeri (inkaso), letter of credit (L/C), safe
deposit box, bank garansi dan jasa-jasa bank lainnya yang
22
merupakan jasa pendukung dari kegiatan-kegiatan pokok bank
yaitu menghimpun dan menyalurkan dana.
d. Sumber Dana Bank
Menurut Kasmir (2008:61) “Sumber-sumber dana bank adalah
usaha bank dalam memperoleh dana dalam rangka membiayai kegiatan
operasinya”, dapat dibedakan menjadi 3 sumber yaitu:
1) Dana yang bersumber dari bank itu sendiri
Sumber dana ini berasal dari dalam bank, baik pemegang
saham maupun sumber lain. Sumber dana dari bank itu sendiri terdiri
dari:
a) Setoran modal dari pemegang saham
Dalam hal ini pemilik saham dapat menyetor dana atau
membeli saham yang dikeluarkan oleh perusahaan.
b) Cadangan-cadangan bank
Yaitu cadangan-cadangan laba tahun lalu yang tidak dibagi
kepada para pemegang sahamnya. Cadangan ini digunakan untuk
mengantisipasi laba tahun yang akan datang.
c) Laba bank yang belum dibagi
Merupakan laba yang belum dibagikan pada tahun yang
bersangkutan, sehingga dapat dimanfaatkan sebagai modal untuk
sementara waktu.
23
2) Dana yang bersumber dari lembaga lainnya
Dana yang diperoleh dari sumber ini digunakan untuk
membiayai atau membayar transaksi-transaksi tertentu. Sumber dana
ini diperoleh dari pinjaman bank lain maupun lembaga keuangan lain
kepada bank.
3) Dana yang berasal dari masyarakat luas
Sumber dana ini sering disebut sumber dana pihak ketiga
yaitu sumber dana yang berasal dari masyarakat sebagai nasabah
dalam bentuk simpanan giro, tabungan dan deposito.
2. KREDIT
a. Pengertian Kredit
Menurut Veithzal dan Andria (2007:4) “ Kredit adalah penyerahan
barang, jasa, atau uang dari satu pihak (kreditor) atas dasar kepercayaan
kepada pihak lain (nasabah atau penghutang)dengan janji membayar dari
si penerima kredit kepada pemberi kredit pada tanggal yang telah
disepakati oleh kedua belah pihak.”
Sedangkan menurut Susilo (2000:69) kredit adalah penyedian uang
atau tagihan berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam
antar bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak meminjam untuk
melunasi kewajibannya setelah jangka waktu tertentu. Kewajiban tersebut
dapat berupa pokok pinjaman, bunga, imbalan atau pembagian hasil
keuntungan.
24
Pengertian kredit menurut Undang-Undang Perbankan No.10 tahun
1998 adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan
dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam
antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam melunasi
utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga.
b. Unsur-unsur Kredit
Adapun unsur-unsur yang terkandung dalam pemberian suatu
fasilitas kredit menurut Rivai Veithzal dan Veithzal Andria (2007:3)
adalah sebagai berikut:
1) Adanya dua pihak, yaitu pemberi kredit (kreditur) dan penerima
kredit (nasabah kredit). Hubungan pemberi kredit dan penerima
kredit merupakan hubungan kerjasama yang saling
menguntungkan.
2) Adanya kepercayaan pemberi kredit kepada penerima kredit yang
didasarkan atas credit rating penerima kredit.
3) Adanya persetujuan, berupa kesepakatan pihak bank dengan
pihak lainnya yang berjanji membayar dari penerima kredit
kepada pemberi kredit. Janji membayar tersebut dapat berupa
lisan, tertulis (akad kredit) atau berupa instrument.
4) Adanya penyerahan barang, jasa, atau uang dari pemberi kredit
kepada penerima kredit.
5) Adanya unsur waktu (time element), unsur waktu merupakan
unsur esensial kredit. Kredit dapat ada karena unsur waktu, baik
25
dilihat dari pemberi kredit maupun dilihat dari penerima kredit.
Misalnya penabung memberikan kredit sekarang untuk konsumsi
lebih besar dimasa yang akan datang, atau bagi produsen
memerlukan kredit karena adanya jarak waktu antara produksi
dan konsumsi.
6) Adanya unsur resiko (degree of risk) baik dipihak pemberi kredit
maupun dipihak penerima kredit. Resiko dipihak pemberi kredit
adalah resiko gagal bayar (risk of default), baik karena kegagalan
usaha (pinjaman komersial) atau ketidakmampuan bayar
(pinjaman konsumen) atau karena ketidak sediaan membayar.
Resiko dipihak nasabah adalah kecurangan dari pihak kreditur,
antara lain berupa pemberian kredit yang dari semula
dimaksudkan oleh pemberi kredit untuk mencaplok perusahaan
yang diberi kredit atau tanah yang dijaminkan.
7) Adanya unsur bunga sebagai kompensasi (prestasi) kepada
pemberi kredit. Bagi pemberi kredit, bunga tersebut terdiri dari
berbagai komponen seperti biaya modal (cost of capital), biaya
umum (overhead cost), risk premium dan sebagainya. Jika credit
rating penerima kredit tinggi, risk premium dapat dikurangi
dengan safety discount.
Sedangkan menurut Kasmir (2008: 98) terdapat lima unsur dalam
pemberian fasilitas kredit, yaitu :
26
1) Kepercayaan, maksudnya ialah keyakinan pemberi kredit bahwa
kredit yang diberikan akan benar-benar diterima kembali di masa
tertentu pada masa mendatang.
2) Kesepakatan, yang dituangkan dalam suatu perjanjian di mana
masing-masing pihak menandatangani hak dan kewajibannya.
3) Jangka waktu, maksudnya mencakup masa pengembalian kredit
yang telah disepakati.
4) Risiko, maksudnya akan muncul suatu risiko tidak tertagihnya/
macetnya pengembalian kredit yang telah disepakati sebagai akibat
adanya suatu tenggang waktu pengembalian.
5) Balas jasa yang merupakan keuntungan atas pemberian suatu kredit
atau jasa tersebut lebih dikenal dengan sebutan bunga.
c. Fungsi Kredit
Fungsi kredit secara luas sebagaimana yang dikemukakan oleh
Kasmir (2008:101) yaitu :
1) Untuk meningkatkan daya guna uang
2) Untuk meningkatkan peredaran dan lalu lintas uang
3) Untuk meningkatkan daya guna barang
4) Untuk meningkatkan peredaran barang
Menurut Muchdarsyah Sinungan (1993:17) fungsi kredit dapat
dikategorikan kedalam lima bagian yaitu:
1) Kredit dapat meningkatkan daya guna ( utility ) dari uang.
2) Kredit dapat meningkatkan daya guna ( utility ) dari barang.
27
3) Kredit dapat meningkatkan peredaran dan lalu lintas uang.
4) Kredit adalah salah satu alat stabilitas ekonomi
5) Kredit menimbulkan kegairahan berusaha masyarakat
Menurut Thomas Suyatno (2004:16) fungsi kredit perbankan dalam
kehidupan perekonomian dan perdagangan lain sebagai berikut :
1) Kredit pada hakikatnya dapat meningkatkan daya guna uang.
Para pemilik uang atau modal dapat secara langsung meminjamkan
uangnya kepada para pengusaha yang memerlukan, untuk
meningkatkan produksi dan untuk meningkatkan usahanya.
Para pemilik uang atau modal dapat menghimpun uangnya pada
lembaga-lembaga keuangan. Uang tersebut diberikan sebagai
pinjaman kepada perusahaan untuk meningkatkan usahanya.
2) Kredit dapat meningkatkan peredaran dan lalu lintas uang.
Kredit uang yang disalurkan melalui rekening giro, dapat
menciptakan pembayaran baru, seperti cek, giro bilyet dan wesel.
Dan apabila pembayaran-pembayaran dilakukan dengan cek, giro
bilyet dan wesel maka akan dapat meningkatkan peredaran uang
giral.
3) Kredit dapat pula meningkatkan daya guna dan peredaran barang.
Dengan mendapat kredit, para pengusaha dapat memproses bahan
baku menjadi barang jadi, sehingga daya guna barang tersebut
menjadi meningkat.
28
4) Kredit sebagai salah satu alat stabilitas ekonomi.
Dalam keadaan ekonomi yang kurang sehat, kebijakan diarahkan
kepada usaha-usaha antara lain :
a) Pengendalian inflasi
b) Peningkatan ekspor
c) Pemenuhan kebutuhan pokok rakyat.
5) Kredit dapat meningkatkan kegairahan berusaha.
Setiap orang yang berusaha selalu ingin meningkatkan usaha
tersebut, namun ada kalanya dibatasi oleh kemampuan dibidang
permodalan. Bantuan kredit yang diberikan oleh bank akan dapat
mengatasi kekurangan para pengusaha dibidang permodalan,
sehingga para pengusaha akan dapat meningkatkan usahanya.
6) Kredit dapat meningkatkan pemerataan pendapatan.
Dengan bantuan kredit dari bank, para pengusaha dapat memperluas
usahanya dan mendirikan proyek-proyek baru. Peningkatan usaha
dan pendirian proyek baru akan membutuhkan tenaga kerja untuk
melaksanakan proyek-proyek tersebut. Dengan demikian mereka
akan memperoleh pendapatan.
7) Kredit sebagai alat untuk meningkatkan hubungan internasional.
Bank-bank diluar negeri yang mempunyai jaringan usaha, dapat
memberikan bantuan dalam bentuk kredit, baik secara langsung
maupun tidak langsung kepada perusahaan-perusahaan didalam
negeri. Bantuan dalam bentuk kredit ini tidak saja dapat mempererat
29
hubungan ekonomi antar negara yang bersangkutan tetapi juga dapat
meningkatkan hubungan internasional.
d. Prinsip Pemberian Kredit
Menurut Kasmir (2012:117-118) dapat dilakukan dengan analisa
5C, yaitu:
1) Character (Karakter)
Character adalah sifat atau watak seseorang dalam hal ini
calon debitur. Tujuannya adalah untuk memberikan keyakinan kepada
bank bahwa sifat atau watak dari orang-orang yang akan diberikan
kredit benar-benar dapat dipercaya. Intinya pihak bank ingin melihat
I’tikad baik dan keseriusan dari calon nasabah yang ingin meminjam.
2) Capacity / Capability (Kemampuan)
Capacity adalah kemampuan calon nasabah dalam membayar
kredit yang dihubungkan dengan kemampuannya mengelola bisnis
serta kemampuannya mencari laba. Sehingga akan terlihat
kemampuan nasabah tersebut dalam mengembalikan kredit yang
dipinjamnya. Bank melihat sumber pendapatan lain yang dimiliki oleh
debitur, semakin banyak sumber pendapatan seseorang, maka semakin
besar kemampuannya untuk membayar kredit.
3) Capital (Modal)
Capital atau modal adalah untuk mengetahui sumber-sumber
pembiayaan yang dimiliki nasabah terhadap usaha yang akan dibiayai
oleh bank. Semakin tinggi modal perusahaan atau peminjam maka
30
bank akan memilih. Karena bagi setiap nasabah yang akan
mengajukan kredit harus pula memiliki dana atau modal pribadi
paling tidak 50% dari total dana yang ingin dipinjam.
4) Collateral (Jaminan)
Collateral adalah jaminan yang diberikan calon nasabah baik
yang bersifat fisik ataupun non fisik. Jaminan tersebut dapat dilihat
dari 2 segi, yaitu:
a) Dari segi ekonomis, yaitu dengan melihat nilai ekonomis dari
barang- barang yang akan digunakan sebagai jaminan.
b) Dari segi yuridis, yaitu dengan melihat apakah jaminan tersebut
sudah memenuhi syarat-syarat dari standar jaminan yang
ditetapkan oleh bank.
5) Condition of Economi (Kondisi Ekonomi)
Condition of economic adalah kondisi dimana hendaknya bank
melihat dan menilai kredit berdasarkan ekonomi sekarang dan untuk
masa yang akan datang sesuai sektor masing-masing.
Menurut Martono (2010:58), selain penilaian melalui 5C, bank
biasanya juga melakukan penilaian dengan melihat 7P yaitu meliputi:
1) Personality (Kepribadian)
Bank mencari data tentang kepribadian calon debitur seperti riwayat
hidupnya, hobi, keadaan keluarga, pergaulan dalam masyarakat dan
hal-hal yang berhubungan dengan kepribadian calon debitur
31
2) Party ( Golongan)
Merupakan pengklasifikasian nasabah ke dalam klasifikasi tertentu
atau golongan-golongan tertentu berdasarkan modal, loyalitas, serta
karakternya. Dengan demikian nasabah dapat digolongkan ke
golongan tertentu dan akan mendapat fasilitas kredit yang berbeda
pula dari bank, baik dari segi jumlah, bunga, dan persyaratan lainnya.
3) Purpose (Tujuan)
Bank mencari data tentang tujuan atau keperluan penggunaan kredit.
apakah akan digunakannya untuk berdagang, berproduksi, atau
membeli rumah. Apakah tujuan penggunaan kredit itu sesuai dengan
line of bussines kredit bank yang bersangkutan.
4) Prospect
Merupakan harapan masa depan dari bidang usaha atau kegiatan usaha
calon debitur selama berapa bulan atau tahun, perkembangan
ekonomi/perdagangan, keadaan sektor usaha calon debitur, kekuatan
keuangan perusahaan masa lalu dan perkiraan masa mendatang.
5) Payment (Sumber Pembiayaan)
Merupakan prinsip untuk mengetahui bagaimana pembayaran kembali
pinjaman yang akan diberikan. Hal ini dapat dapat diperoleh dari
perhitungan tentang prospect, kelancaran penjualan dan pendapatan
sehingga dapat diperkirakan kemampuan pengembalian pinjaman
ditinjau dari waktu serta jumlah pengembaliannya.
32
6) Profitability (Keuntungan)
Merupakan kemampuan nasabah dalam mencari laba.
Profitability,diukur dari periode keperiode apakah akan tetap sama
atau semakin meningkat, apalagi dengan tambahan kredit yang akan
diperolehnya dari bank.
7) Protection (Perlindungan)
Tujuannya adalah bagaimana menjaga kredit yang dikucurkan oleh
bank melalui suatu perlindungan. Perlindungan dapat berupa jaminan
barang atau orang atau jaminan asuransi.
3. Kredit Kepemilikan Rumah
a. Pengertian KPR
Istilah Kredit yang saat ini banyak digunakan berasal dari kata
Romawi berupa Credere yang berarti percaya, atau credo yang berarti saya
percaya. Sehingga hubungan dalam perkreditan harus didasari rasa saling
percaya diantara Para Pihak untuk memenuhi segala ketentuan perjanjian.
(Muhamad Djumhana.2003:365)
Dalam Undang- undang No.7 Tahun 1997 sebagaimana telah diubah
dengan Undang-undang No. 10 Tahun 1998 Tentang Perbankan, kredit
didefinisikan sebagai: “Kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang
dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan
pinjam-meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak
peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu
dengan pemberian bunga.”
33
Sedangkan pengertian Kredit Kepemilikan Rumah (KPR) tidak
ada yang baku, ada yang mendefinisikan KPR adalah suatu fasilitas kredit
yang diberikan oleh perbankan kepada para nasabah perorangan yang akan
membeli atau memperbaiki rumah.
Adapula yang mengartikan KPR sebagai salah bentuk dari kredit
consumer yang dikenal dengan “Housing Loan” yang diberikan untuk
konsumen yang memerlukan papan, digunakan untuk keperluan pribadi,
keluarga atau rumah tangga dan tidak untuk tujuan komersial serta tidak
memiliki pertambahan nilai barang dan jasa di masyarakat. (Johannes
Ibrahim.2004: 229)
b. Jenis - Jenis KPR
Menurut hasil Keputusan Dirjen Perumahan dan Pemukiman
No.10 /KPTS /DM /2003, BAGIAN II ayat , di Indonesia terdapat dua
jenis KPR, yaitu:
1) KPR bersubsidi
Merupakan kredit yang diperuntukkan bagi masyarakat
berpenghasilan rendah sesuai sasaran, yaitu:
Tabel 2.1
Kel Sasaran Berdasarkan Penghasilan
Kel.Sasaran
Batas Penghasilan (Rp/Bulan)
I 900.000 ≤ Penghasilan ≤ 1.500.000
II 500.000 ≤ Penghasilan ≤ 900.000
III 350.000 ≤ penghasilan ≤ 500.000
34
Kredit yang diberikan dapat berupa:
a) KPR bersubsidi untuk memfasilitasi pemilikan atau pembelian
pertama kali Rumah sehat yang dibangun pengembang .KPR
bersubsidi dan diberikan pada rumah tangga yang termasuk ke
dalam sasaran masyarakat berpenghasilan rendah;
b) Kredit Pembangunan/perbaikan Rumah Swadaya Milik
Bersubsidi (KPRS) untuk pembangunan atau perbaikan rumah
sehat secara swadaya baik berupa individu maupun kelompok
dalam koperasi.
Untuk harga rumah harus memenuhi ketentuan minimum dan
maksimun harga, yaitu:
Tabel 2.2
Batasan Harga Rumah
Kel.Sasaran
Batas Harga Rumah (Rp)
minimum Maksumim
I 25.000.000 36.000..000
II 14.000.000 25.000.000
III - 14.000.000
Jenis subsidi yang diberikan terhadap Kredit Subsidi tersebut terdiri :
a) Subsidi Selisih Bunga. Dengan ketentuan:
35
Tabel 2.3
Suku Bunga Subsidi
Kel.Sasaran
Suku Bunga Bersubsidi (% Per Tahun)
Tahun
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
I 10 12 13.5 14.5 @ @ @ @ @ @ @
II 8 10 11.5 13.5 14 14.5 @ @ @ @ @
III 6 7 8 9 10 11 12 13.5 14 14.5 @
b) Subsidi Uang Muka. Dengan ketentuan:
Tabel 2.4
Uang muka
KelompokSasaran
Uang Muka
MaksSubsidi
Pemerintah
Min. Yangharus
disediakan Kel.Sasaran
Total MinimumUang muka
(1) (2) (3) (4)
I 6.7 15.8 22.5
II 12.0 15.55 27.5
III 25.0 10.0 35.0
2) KPR Non Subsidi
Kredit yang diperuntukkan bagi seluruh masyarakat yang memenuhi
persyaratan untuk digunakan membeli tanah dan bangunan.
Ketentuan KPR ditetapkan oleh Bank sehingga besarnya kredit dan suku
bunga dilakukan sesuai kebijakan bank yang bersangkutan.
36
c. Persyaratan KPR
Secara umum persyaratan dan ketentuan pengambilan KPR disetiap
Bank hampir sama, yaitu:
1) Warga Negara Indonesia (WNI);
2) Telah berusia 21 Tahun atau telah menikah dan cakap
untuk melakukan tindakan hukum;
3) Pada saat kredit lunas usia Pemohon Kredit tidak melebihi 65 Tahun;
4) Memiliki penghasilan yang menurut perhitungan Bank dapat
menjamin kelangsungan pembayaran Kredit;
5) Tidak memiliki Kredit bermasalah;
6) Memberikan NPWP untuk kredit lebih dari Rp 100.000.000,- atau
SPT Pasal 21 Form AI untuk jumlah Kredit lebih dari Rp
50.000.000,- dan kurang dari Rp. 100.000.000,-
Untuk proses mengajuan KPR, Pemohon Kredit harus melampirkan:
1) Aplikasi Permohonan;
2) Copy Kartu Tanda Penduduk (KTP) sendiri dan Pasangan,
Kartu Keluarga, Surat Nikah;
3) Copy Slip gaji atau laporan keuangan;
4) Copy rekening tabungan atau Giro;
5) NPWP atau SPT PPh 21;
6) Fotokopi Sertipikat Induk dan/atau Pecahan;
7) Fotokopi Izin Mendirikan Bangunan (IMB)
37
4. Kredit Bermasalah
a. Pengertian Kredit Bermasalah
Kredit bermasalah merupakan bagian dari pengelolaan kredit bank,
karena kredit bermasalah itu sendiri merupakan resiko yang dihadapi oleh
bisnis perbankan. Hampir semua perbankan memiliki kredit bermasalah,
bahkan dalam beberapa kasus, kredit bermasalah di Indonesia berakhir
pada penutupan beberapa bank. Sebagai lembaga bisnis, dalam lingkup
makro perbankan harus meminimalisir kredit bermasalah tersebut sehingga
kepercayaan masyarakan terhadap perbankan akan tetap terjaga.
Menurut Manurung (2004: 196) kredit yang disalurkan dikatakan
bermasalah jika pengembaliannya terlambat dibanding jadwal yang
direncanakan, bahkan tidak di kembalikan sama sekali. Sedangkan
menurut Arthesa (2006: 181), kredit bermasalah secara umum adalah
semua kredit yang mengandung resiko tinggi atau kredit bermasalah
adalah kredit-kredit yang mengandung kelemahan atau tidak memenuhi
standar kualitas yang telah ditetapkan oleh bank.
Dapat disimpulkan bahwa kredit macet adalah piutang yang tak
tertagih atau kredit yang mempunyai kriteria kurang lancar, diragukan
karena mengalami kesulitan pelunasan akibat adanya faktor-faktor
tertentu. Rasio antara kredit bermasalah terhadap kredit yang disalurkan,
Rasio NPL dapat dihitung sebagai berikut:
NPL = Kredit BermasalahTotal kredit yang disalurkan × 100%
38
Dalam dunia perbankan internasional, kredit dapat dikategorikan ke
dalam kredit bermasalah bilamana (Sutojo,2008: 13) :
1) Terjadinya keterlambatan pembayaran bunga dan/atau kredit induk
lebih dari 90 hari sejak tanggal jatuh temponya;
2) Tidak dilunasi sama sekali, atau;
3) Diperlukan negosiasi kembali atas syarat pembayaran kembali kredit
dan bunga yang tercantum dalam perjanjian kredit.
Di Indonesia (PAK MEI 1993), kredit bermasalah pernah
dikategorikan dalam tiga kelompok yaitu (Sutojo,2008: 13) :
1) Kredit kurang lancar
Kurang lancar (substandard). Kredit yang digolongkan ke dalam
kredit kurang lancar apabila memenuhi kriteria:
a) terdapat tunggakan angsuran pokok dan/atau bunga yang telah
melampaui sembilan puluh hari; atau
b) sering terjadi cerukan; atau
c) frekuensi mutasi rekening relatif rendah; atau
d) terjadi pelanggaran terhadap kontrak yang diperjanjikan lebih dari
sembilan puluh hari; atau
e) terdapat indikasi masalah keuangan yang dihadapi nasabah; atau
f) dokumentasi pinjaman yang lemah.
2) Kredit yang diragukan
39
Kredit digolongkan ke dalam kredit diragukan apabila memenuhi
kriteria:
a) terdapat tunggakan angsuran pokok dan/atau bunga yang telah
melampaui 180 hari; atau
b) terjadi cerukan yang bersifat permanen
c) terjadi wanprestasi lebih dari 180 hari; atau
d) terjadi kapitalisasi bunga; atau
e) dokumentasi hukum yang lemah, baik untuk perjanjian kredit maupun
pengikatan jaminan.
3) Kredit macet
Kredit digolongkan ke dalam kredit macet apabila memenuhi
kriteria:
a) terdapat tunggakan angsuran pokok dan/atau bunga yang telah
melampaui 270 hari; atau
b) kerugian operasional ditutup dengan pinjaman baru; atau
c) dari segi hukum maupun kondisi pasar, jaminan tidak dapat
dicairkan pada nilai wajar .
b. Gejala Kredit Bermasalah
Bank sebagai pemberi kredit harus memperhatikan gejala-gejala
yang menjurus kepada memburuknya keadaan pinjaman para debitur,
antara lain sebagai berikut:
1) Tunggakan (Deliquency) : Pada umumnya tunggakan terjadi karena
ada tendensi tidak mau membayar oleh nasabah yang bersangkutan,
40
maka pinjaman tersebut mungkin akan menjadi pinjaman yang
gawat. Untuk itu bank harus segera mempersiapkan hal-hal yang
perlu dalam usahanya untuk memperoleh kembali uang pinjaman.
2) Neraca keuangan memburuk (Adverse Trend) : Adanya tanda-tanda
bahwa keadaan keuangan nasabah menunjukan gejala memburuk
dapat dilihat dengan jalan membandingkan beberapa neraca yang
berurutan. Bila sudah ada gejala yang memburuk, maka bank perlu
segera mengambil tindakan agar resiko tidak semakin besar.
3) Debitur yang enggan : Keengganan nasabah untuk memperbincangkan
dan memberi laporan keuangannya serta keadaan perputaran
usahanya dapat pula merupakan petunjuk dari munculnya kredit
bermasalah.
4) Jaminan yang turun nilainya : Selama jangka peminjaman, bank harus
selalu memeriksa keberadaan jaminan di tempatnya dan memeriksa
secara fisik. Menghilangnya stok barang-barang yang dipakai akan
mengurangi sumber pembayaran kembali dan hilangnya jaminan itu
sendiri.
5) Faktor-faktor lain : Faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi jalan
pinjaman misalnya kematian nasabah, bencana alam, kepekaan
terhadap gejala memburuk dari keadaan perekonomian
sekelilingnya.
41
c. Dampak Kredit Bermasalah
Kredit bermasalah dalam jumlah besar dapat mendatangkan dampak
yang tidak menguntungkan baik bagi bank pemberi kredit, dunia
perbankan pada umumnya, maupun terhadap kehidupan ekonomi/moneter
negara (Sutojo, 2008: 25).
1) Dampak kredit bermasalah terhadap kelancaran operasi bank
pemberi kredit. Sebuah bank yang dihadapkan oleh masalah kredit
bermasalah dalam jumlah besar akan mengalami berbagai macam
kesulitan operasionalnya karena kredit bermasalah dikategorikan
sebagai aktiva produktif bank yang diragukan kolektibilitasnya.
Untuk menjaga keamanan dana para deposan maka bank sentral
mewajibkan bank umum untuk menyediakan cadangan penghapusan
kredit bermasalah yang harus disetorkan kepada bank sentral.
Dengan demikian, semakin besar jumlah kredit bermasalah maka
semakin besar pula saldo yang harus disediakan bank untuk
mengadakan dana giro wajib minimum. Selain itu kredit bermasalah
juga dapat menurunkan jumlah profitabilitas bank. Return on assets
(ROA) yaitu salah satu tolak ukur profitabilitas mereka akan
menurun. Kerugian yang ditanggung bank dari kredit bermasalah
akan mengurangi jumlah modal mereka sendiri. Selanjutnya
menurunya jumlah modal sendiri tadi akan menurunkan jumlah
presentase capital adecuancy ratio (CAR).
42
2) Dampak kredit bermasalah terhadap dunia perbankan. Kredit
bermasalah dalam jumlah besar yang dihadapi oleh sebuah bank
akan menurunkan tingkat kesehatan operasi bank. Apabila
penurunan mutu kredit dan profitabilitas bank yang bersangkutan
demikian parah sehingga mempengaruhi likuiditas keuangan dan
solvabilitas mereka, maka akan menurunkan trust ( kepercayaan)
para deposan. Secara serentak para deposan akan melakukan rush
(penarikan) dana mereka pada bank yang bersangkutan. Bilamana
jumlah kredit bermasalah dalam suatu Negara cukup besar maka
tingkat kepercayaan masyarakat terhadap bank pada umumnya akan
menurun sehingga akan mengganggu system perbankan pada negara
tersebut.
3) Dampak kredit bermasalah terhadap ekonomi/moneter negara.
Dengan munculnya kredit bermasalah, dana yang telah diberikan
bank kepada debitur untuk sementara atau seterusnya tidak kembali
lagi kepada bank yang meminjamkan. Dengan demikian, perputaran
dana bank terhenti dan seluruh dampak positif yang dapat
ditimbulkan oleh penyaluran kredit tidak dapat terjadi. Dengan
terhentinya perputaran dana tersebut maka akan mengganggu fungsi
bank sebagai intermediary (perantara). Hilangnya kesempatan bank
membiayai operasi dan perluasan operasi debitur lain, karena
terhentinya perputaran dana yang mereka pinjamkan, akan
memperkecil kesempatan para penguasa untuk memanfaatkan
43
peluang bisnis dan investasi yang ada. Dengan demikian, dampak
ganda postif (multiplier effects) dari perluasan bisnis atau investasi
proyek baru, termasuk penyediaan lapangan kerja baru, peningkatan
penerimaan devisa, subtitusi impor dan sebagainya, juga tidak akan
muncul. Hal itu akan mengganggu pertumbuhan ekonomi nasional
secara keseluruhan.
5. Loan To Deposit Ratio (LDR)
a. Pengertian Loan To Deposit Ratio (LDR)
Pengertian Loan to Deposit Ratio (LDR) menurut Martono
(2002:82) menyatakan bahwa : “Loan to Deposit Ratio adalah rasio
untuk mengetahui kemampuan bank dalam membayar kembali kewajiban
kepada nasabah yang telah menanamkan dananya dengan kredit-kredit
yang telah diberikan kepada para debiturnya.”
Menurut Mulyono (2001:101), Loan to Deposit Ratio (LDR)
merupakan rasio perbandingan antara jumlah dana yang disalurkan ke
masyarakat (kredit) dengan jumlah dana masyarakat dan modal sendiri
yang digunakan. Loans Rasio ini menggambarkan kemampuan bank
membayar kembali penarikan yang dilakukan nasabah deposan dengan
mengandalkan kredit yang diberikan sebagai sumber likuiditasnya.
Lukaman Dendawijaya (2005:116) mendifinisikan Loan to Deposit
Ratio adalah ukuran seberapa jauh kemampuan bank dalam membiayai
kembali penarikan dana yang dilakukan deposan dengan mengandalkan
kredit yang diberikan sebagai sumber likuiditasnya. S. Scott Mc Donald
44
dan Timothy W Koch (2006:581) menyebutkan bahwa many bank and
bank analyst monitor loan to deposit ratio as a general measure of
liquidity. Artinya, semua bank dan analis bank melihat Loan to Deposit
Ratio sebagai alat ukur dari likuiditas bank.
Sedangkan Mangasa Augustinus Sipahutar dalam bukunya yang
berjudul Persoalan-Persoalan Perbankan Indonesia menyebutkan bahwa
Loan to Deposit Ratio merupakan perbandingan antara kredit yang
disalurkan perbankan terhadap penghimpunan dana pihak ketiga.
Indikator ini menjadi alat ukur terhadap tingkat ekspansifitas perbankan
dalam menyalurkan kredit. Loan to Deposit Ratio menjadi alat ukur
terhadap fungsi intermediasi perbankan. Semakin tinggi indikator ini
maka semakin baik pula perbankan melakukan fungsi intermediasinya,
demikian pula sebaliknya semakin rendah indikator ini maka semakin
rendah pula perbankan melakukan fungsi intermediasinya.
Berdasarkan definisi di atas, Loan to Deposit Ratio merupakan
salah satu rasio yang digunakan untuk mengetahui tingkat likuiditas
bank dan juga menjadi alat ukur terhadap fungsi intermediasi
perbankan. Loan to Deposit Ratio merupakan perbandingan antara
jumlah kredit yang disalurkan terhadap jumlah dana pihak ketiga yang
dihimpun.
Lukaman Dendawijaya (2009:116), rasio Loan to Deposit Ratio ini
dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :
45
Sumber : Lukman Dendawijaya (2005:116)
Semakin tinggi Loan to Deposit Ratio memberikan indikasi
semakin rendahnya kemampuan likuiditas bank yang bersangkutan, hal
ini disebabkan karena jumlah dana yang diperlukan untuk membiayai
kredit menjadi semakin besar. Sebaliknya, angka Loan to Deposit Ratio
yang rendah menunjukkan tingkat ekspansi kredit yang rendah
dibandingkan dengan dana yang diterimanya dan menunjukkan bahwa
bank masih jauh dari maksimal dalam menjalankan fungsi intermediasi
(Syahrial Muchtar, 2001).
Loan to Deposit Ratio dapat juga digunakan untuk menilai strategi
manajemen sebuah bank. Manajemen bank yang konservatif biasanya
cenderung memiliki Loan to Deposit Ratio yang relatif rendah,
sebaliknya manjemen bank yang agresif memiliki Loan to Deposit Ratio
yang tinngi atau melebihi batas toleransi.
Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa Loan To Deposit
Ratio (LDR) merupakan kemampuan Bank dalam membayar kembali
dana penarikan yang telah dilakukan oleh deposan dengan mengandalkan
kredit untuk mengetahui tingkat likuidasinya.
= +
46
b. Ketentuan Loan To Deposit Ratio (LDR)
Ketentuan Loan to Deposit Ratio menurut Bank Indonesia pada
surat edaran Bank Indonesia No. 26/5/BPPP tanggal 29 Mei 1993 perihal
tata cara penilaian tingkat kesehatan bank umum, menyatakan bahwa
tingkat kesehatan bank untuk kepentingan semua pihak yang terkait,
maka Bank Indonesia menetapkan :
1) Untuk Loan to Deposit Ratio sebesar 110% atau lebih diberi nilai
kredit nol (0), artinya likuiditas bank tersebut tidak sehat.
2) Untuk Loan to Deposit Ratio di bawah 110% diberi nilai kredit 100,
artinya likuiditas bank tersebut sehat.
Batas aman Loan to Deposit Ratio suatu bank secara umum adalah
sekitar 90%-100%, sedangkan menurut ketentuan bank sentral batas
aman Loan to Deposit Ratio adalah 110% (Simorangkir, 2000:147).
Rasio ini juga merupakan indikator kerawanan dan kemampuan
suatu bank, dimana sebagian praktisi perbankan menyepakati bahwa
batas aman Loan to Deposit Ratio dari suatu bank adalah 80 %. Namun,
batas toleransi berkisar antara 85 % - 110 %.
Dalam tata cara penilaian tingkat kesehatan bank, bank Indonesia
menetapkan ketentuan sebagai berikut :
1) Untuk rasio LDR sebesar 110% atau lebih diberikan nilai kredit 0,
artinya likuiditas bank tersebut dinilai tidak sehat.
47
2) Untuk rasio LDR di bawah 110% diberikan nilai kredit 100, artinya
likuiditas bank dinilai sehat.
Jadi dapat disimpulkan bahwa Loan To Deposit Ratio (LDR) yang
terlalu tinggi memberikan indikasi semakin rendahnya kemampuan
likuiditas bank yang bersangkutan, hal ini disebabkan karena jumlah
dana yang diperlukan untuk membiayai kredit menjadi semakin besar.
Sebaliknya, jika Loan to Deposit Ratio yang rendah menunjukkan tingkat
ekspansi kredit yang rendah dibandingkan dengan dana yang
diterimanya.
c. Jenis-Jenis Loan To Deposit Ratio (LDR)
Dana-dana yang di himpun dari masyarakat akan dibandingkan
dengan jumlah kredit yang dapat diberikan oleh Bank baik intern maupun
ekstern, menurut (Lukman Dendawijaya, 2005:16) dapat dijabarkan
bahwa yang termasuk kedalam Jenis-jenis Loan To Deposit Ratio (LDR)
adalah :
1) Giro (Demand deposit)
Giro adalah simpanan pihak ketiga pada bank yang penarikanya dapat
dilakukan setiap saat dan menggunakan cek, bilyet giro, dan surat
perintah lainnya atau cara pemindahbukuan. Dalam pelaksanaannya,
giro ditatausahakan oleh bank dalam suatu rekening yang disebut
rekening koran. Jenis rekening giro ini dapat berupa:
48
a) Rekening atas nama perorangan.
b) Rekening atas nama suatu badan usaha.
c) Rekening bersama atau gabungan.
Dalam kehidupan modern sekarang, motif transaksi dan berjaga-jaga
yang paling banyak mewarnai alasan penguasaan unag tunai. Bagi
penguasaan (kecil, menengah maupun besar) dan kaum menengah
keatas, mempunyai rekening giro pada bank merupakan kebutuhan
mutlak demi kelancaran pembayaran demi urusan bisnisnya.
Penggunaan cek dalam transaksi pembayaran telah melampaui jumlah
penggunaan uang kartal.
2) Deposito
Deposito atau simpanan berjangka adalah simpanan pihak ketiga pada
bank yang penarikannya hanya dapat dilakukan dalam jangka waktu
tertentu berdasarkan perjanjian. Apabila sumber dana bank di
dominasi oleh dana yang berasal dari deposito berjangka, pengaturan
likuiditasnya relative tidak terlalu sulit. Akan tetapi dari sisi biaya
dana akan sulit untuk ditekan sehingga akan mempengaruhi tingkat
suku bunga kredit bank yang bersangkutan. Berbeda dengan giro dan
deposito akan mengendap di bank karena para pemegangnya
(deposan) tertarik akan tingkat bunga yang di tawarkan oleh bank dan
adanya keyakinan bahwa pada saat jatuh tempo (apabila dia tak ingin
49
memperpanjang) dananya yang di tarik kembali. Terdapat berbagai
jenis deposito, yakni:
a) Deposito Berjangka : Adalah deposito yang dibuat atas nama dan
tidak dapat dipindahtangankan.
b) Sertifikat Deposito : Adalah deposito yang diterbitkan atas unjuk
dan dapat di pindahtangankan atau dipergunakan, serta dapat
dijadikan sebagai jaminan bagi permohonan kredit.
c) Deposits On Call : Adalah sejenis deposito berjangka yang
pengambilannya dapat dilakukan sewaktu-waktu, asalkan
memberitahukan bank 2 hari sebelumnya.
3) Tabungan (Saving)
Adalah simpanan pihak ketiga pada bank yang penarikannya hanya
dapat dilakukan menurut syarat-syarat tertentu. Progarm tabungan
yang pernah diperkenankan oleh pemerintah sejak ahun 1971 adalah
tabanas, taska, tappelpram, tabungan ongkos naik haji, dan lain-lain.
Akan tetapi, adanya berbagai deregulasi di bidang perbankan seperti
paket juni 1983 dan paket oktober 1988 menyebabkan semua bank
memiliki berbagai jenis produk tabungan dengan nama khusus serta
memberikan rangsangan yang baik bagi nasabahnya. Semua bank
diperkenankan untuk mengembangkan sendiri berbagai jenis tabungan
yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat tanpa perlu adanya
persetujuan dari bank sentral (Bank Indonesia)
50
4) Kredit
Kredit adalah penyediaan uang tagihan yang dapat dipersamakan
dengan itu, berdasarka persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjna
antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam
untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan jumlah
bunga, imbalan atau pembagian hasil keuntungan termasuk pembelian
surat berharga nasabah yang dilengkapi dengan NPA (Note Purchase
Agreement) dan pengambilalihan tagihan dalam rangka kegiatan anjak
piutang (factoring).
6. Suku Bunga Sertifikat Bank Indonesia
a. Pengertian Sertifikat Bank Indonesia
Sertifkat Bank Indonesia (SBI) adalah surat berharga atas unjuk
dalam rupiah yang diterbitkan oleh Bank Indonesia sebagai pengakuan
utang berjangka pendek dengan diskonto. (Ismail, 2011:169). Sertifikat
Bank Indonesia (SBI) merupakan pilihan penempatan yang paling aman
bagi bank. Dengan menempatkan dananya dalam sertifikat Bank
Indonesia (SBI), maka bank dapat menjaga likuiditasnya sekaligus dapat
memperoleh keuntungan dari diskonto yang diperoleh. Sertifikat Bank
Indonesia (SBI) memiliki likuiditas pasar sangat tinggi, mudah diperjual
belikan dan tidak mengandung resiko. Penjualan sertifikat Bank
Indonesia (SBI) diprioritaskan kepada lembaga perbankan karena
lembaga ini merupakan salah satu lembaga finansial pengumpul dana
51
masyarakat. Adapun tujuan dari jual beli sertifikat Bank Indonesia (SBI)
adalah mengatur jumlah uang yang beredar di masyarakat.
b. Tingkat Suku Bunga SBI
Pengertian suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI) yang
dikemukakan oleh Adi Gemilang Gumiwang (2009 : 40) yaitu : Suku
bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI) merupakan indicator kebijakan
moneter di Indonesia. SBI merupakan salah satu instrument kebijakan
operasi pasar yang mempengaruhi peredaran uang. Menurut statistik
keuangan internasional, suku bunga SBI satu bulan di Indonesia dapat
dijadikan ukuran makroekonomi khususnya menyangkut kebijakan
moneter.
Kebijakan moneter Indonesia dapat diukur dengan melihat suku
bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI) sebagai salah satu instrument
kebijakan operasi pasar yang dapat mengatur peredaran uang sehingga
laju inflasi pun dapat terawasi. Dalam menjual Sertifikat Bank Indonesia,
prosedurnya yaitu Bank Indonesia menentukan berapa besar volume dari
SBI yang diterbitkan, sementara suku bunganya ditentukan dengan cara
lelang. Untuk menentukan besarnya volume SBI, Bank Indonesia
memperhatikan indikator pasar. Sertifikat Bank Indonesia (SBI) ini
sering dijadikan suku bunga pedoman dalam menentukan tingkat suku
bunga tabungan dan investasi.
52
Tingkat suku bunga yang berlaku pada setiap penjualan SBI
ditentukan oleh mekanisme pasar berdasarkan sistem lelang. Sejak awal
Juli 2005, Bank Indonesia menggunakan mekanisme “BI-Rate” (suku
bunga BI), yaitu Bank Indonesia mengumumkan target suku bunga SBI
yang diinginkan Bank Indonesia untuk pelelangan pada masa periode
tertentu. BI rate ini kemudian yang digunakan sebagai acuan para pelaku
pasar dalam mengikuti pelelangan.
Pengaruh suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI) yang cukup
kuat terhadap pembentukan suku bunga yang lain seperti suku bunga
deposito, investasi, dan kredit menjadi dasar pertimbangan untuk
mengambil variabel tingkat suku bunga SBI sebagai salah satu faktor
penting yang mempengaruhi tingkat suku bunga kredit.
c. Pola Pembelian Sertifikat Bank indonesia (SBI)
Menurut Selamet Riyadi 2006:46 pembelian sertifikat Bank
Indonesia (SBI) dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:
1) Pembelian Melalui Pasar Perdana (langsung ke BI)
Pembelian sertifikat Bank Indonesia (SBI) yang dilakukan
langsung oleh bank atau broker ke Bank Indonesia dapat dilakukan
melalui:
(a) Lelang tetap mingguan, yang dilakukan setiap hari rabu/hari
kerja berikutnya apabila hari Rabu libur
(b) Lelang harian, yaitu transaksi intervensi Rupiah yang
merupakan suatu mekanisme untuk melakukan kontraksi atau
ekspansi moneter melalui kegiatan Pinjam Meminjam dana
53
yang dilakukan oleh Bank Indonesia secara langsung di pasar
uang antar bank (PUAB). Tentunya pelaksanaanya dilakukan
sesuai dengan kebutuhan pengendalian moneter yang dilakukan
oleh Bank Indonesia.
(c) BI dapat membeli kembali atas sertifikat Bank Indonesia (SBI)
yang telah beredar, baik secara Outright maupun secara REPO
(repurchase agreement). Transaksi Outright adalah trasaksi jual
beli sertifikat Bank Indonesia (SBI) atas dasar sisa jatuh waktu
sertifikat Bank Indonesia (SBI) yang bersangkutan. Sedangkan
transaksi repo, adalah transaksi dengan perjanjian bahwa
penjual wajib membeli kembali sertifikat Bank Indonesia (SBI)
yang bersangkutan sesuai jangka waktu yang dijanjikan.
2) Pembelian Melalui Pasar Sekunder
Selain pembelian melalui pasar perdana sertifikat Bank
Indonesia (SBI) juga ditransaksikan melalui pasar sekunder, yaitu
kegiatan sertifikat Bank Indonesia (SBI) di luar pasar perdana, baik
langsung antara bank maupun melalui Broker Pasar Uang Transaksi ini
biasanya dilakukan:
(a) Pembelian melalui Broker maupun yang akan menjual sertifikat
Bank Indonesia (SBI)
(b) Pembelian sertifikat Bank Indonesia (SBI) dimaksud. Baik
secara repo maupun Outright.
3) Pembelian Melalui Broker
54
Transaksi sertifikat Bank Indonesia (SBI) selain dapat langsung
dilakukan ke Bank Indonesia, dalam rangka lelang maupun intervensi,
dapat pula dilakukan dengan menggunakan Jasa Broker, baik untuk
transaksi sertifikat Bank Indonesia (SBI) di pasar perdana maupun pasar
sekunder, juga transaksi secara Outright.
7. Bank size
a. Pengertian Bank Size
Bank size didefinisikan sebagai ukuran besar kecilnya suatu bank
tersebut. Ukuran bank dapat dinyatakan dalam total aktiva, penjualan, dan
kapitalisasi. Semakin besar penjualan, aktiva, dan kapitalisasi pasar maka
semakin besar pula ukuran perusahaan itu (Ardi dan Lana, 2006)
Menurt Ardi dan Lana (2006) besar kecilnya perusahaan dapat
dilihat dari total asset yang dimiliki perusahaan tersebut. Semakin besar
asset yang dimiliki perusahaan maka semakin besar pula ukuran
perusahaan tersebut. Asset perusahaan berada pada posisi neraca dimana
mencerminkan kekayaan yang merupakan hasil penjualan dalam berbagai
bentuk. Dalam perusahaan perbankan untuk mengetahui besarnya ukuran
perusahaan dapat melihat jumlah total asset yang dimilki. Asset yang
dimilki bank terdiri atas kas, giro pada bank lain, giro pada BI,
penempatan pada bank lain, surat-surat berharga, kredit yang diberikan,
penyertaan, biaya dibayar dimuka, aktiva tetap, aktiva sewa guna usaha,
aktiva lain-lain.
55
Rasio Bank Size diperoleh dari logaritma natural dari total assets
yang dimiliki bank yang bersangkutan pada periode tertentu. Perhitungan
size tersebut dapat di rumuskan sebagai berikut: (Ranjan dan Dahl, 2003)
b. Pengertian Aktiva
Aktiva merupakan sumber ekonomis perusahaan yang meliputi
biaya-biaya yang telah terjadi yang diakui berdasarkan prinsip akuntansi
yang berlaku.
Kieso (2002:48) Aktiva (Assets) adalah manfaat ekonomi yang
mungkin terjadi dimasa depan, yang diperoleh atau dikendalikan oleh
sebuah entitas sebagai hasil dari transaksi-transaksi atau kejadian-kejadian
masa lalu.
Sudarsono dan Edilius (2007:19) Aktiva adalah produk bernilai yang
dikuasai atau dimiliki suatu pihak baik berupa harta benda (properties).
hak atau suatu tuntutan atas suatu aktiva maupun jasa yang dimiliki.
c. Jenis-Jenis Aktiva Bank
Aktiva bank memiliki karakteristik tersendiri yang ditetapkan oleh
bank Bank sentral sebagai otoritas moneter yang mengatur dan mengawasi
bank. Siamat (2004:95) membagi prinsip prioritas aktiva neraca bank
umum sebagai berikut:
1) Alat likuid (Kas)
Prioritas pertama penggunaan dana bank dilakukan dalam bentuk
likuid baik yang tercermindari jumlah kas maupun dalam giro pada
= ( )
56
Bank Indonesia sebagai bank sentral. Pengalokasian dana dalam pos
ini semata-mata untuk memenuhi semua penarikan dana yang
dilakukan oleh nasabah di samping untuk memenuhi ketentuan
likuiditas wajib minimum yang ditetapkan bank sentral. Ketentuan ini
sering disebut dengan reserve requirement atau cash ratio yang
dihitung berdasarkan persentase tertentu dari dana masyarakat yang
dihimpun bank.
2) Giro pada bank lain
Simpanan ini biasanya kepada bank-bank yang lebih besaruntuk
memperoleh fasilitas jasa-jasa misalnya untuk kebutuhan inkaso,
transaksi valuta asing, L/C dan pembelian surat-surat berharga.
Simpanan ini berkaitan dengan dengan pelayanan perbankan
korespondensi.
3) Penempatan pada bank lain
Penempatan bank lain bisa dalam rangka transaksi interbank call
money, deposito berjangka, deposit on call dan atau sertifikat
deposito. Penggunaan dana dengan menempatkannya dibank lain
dimaksudkan untuk peningkatan pendapatan atas dana-dana jangka
pendek bank yang belum digunakan atau menunggu penggunaannya.
4) Surat-surat berharga
Pengalokasian dana dengan cara membeli surat-surat berharga
(sekuritas) pada dasarnya dimaksudkan untuk tujuan cadangan
sekunder disamping untuk mengoptimalkan keuntungan dengan
57
memanfaatkan dana-dana yang menganggur (idle). Dana bank tersebut
dapat digunakan untuk membeli sekuritas jangka pendek biasanya
instrumen pasar uang, antara lain misalnya sertifikat bank Indonesia,
surat berharga pasar uang (SBPU), promes atau Aksep (Prommisory
notes), wesel ekspor serta surat-surat berharga lainnya
5) Kredit yang diberikan
Penggunaan dana bank sangat didominasi dalam bentuk penyaluran
kredit. Secara umum portofolio kredit bank berkisar 70% dari total
volume usaha bank. Penyaluran kredit tersebut digunakan untuk
membiayai kebutuhan modal kerja, investasi dan keperluan kredit
konsumtif nasabah.
6) Penyertaan
Merupakan penyertaan bank pada perusahaan lain yang dilakukan
dalam rangka upaya penyelamatan kredit (restructuring) ini bersifat
sementara dan harus di divestasi setelah jangka waktu tertentu. Di
samping itu bank menurut ketentuan dapat pula melakukan penyertaan
pada lembaga keuangan sampai batas tertentu dari modal bank.
7) Biaya dibayar dimuka
Biaya yang dibayar dimuka adalah semua komponen biaya yang harus
dikeluarkan bank berkaitan dengan kelancaran operasional bank,
misalnya, uang sewa, premi asuransi dan sebagainya.
58
8) Aktiva tetap
Semua kekayaan bank berupa aktiva tetap dan inventaris misalnya
tanah dan gedung serta inventaris lainnya tercermin dalam pos ini
setelah diperhitungkan penyusutan. Bank tidak diperkenankan
menggunakan keseluruhan modalnya untuk membiayai aktiva
tetapnya, dibatasi sampai pada persentase tertentu dari modal.
9) Aktiva sewaguna usaha
Yaitu akumulasi aktiva yang diperoleh dari sewaguna usaha setelah
dikurangi penyusutan.
10) Aktiva lain-lain
Yaitu aktiva yang tidak digolongkan kedalam pos diatas misalnya
emas, travelers check, valuta asing yang dibeli atau diambilalih,
commemorative note atau coin, mata uang emas valuta asing dan
sebagainya.
Aktiva bank umum merupakan suatu harta kekayaan bank yang
dimiliki oleh bank umum meliputi aktiva lancar dan aktiva tetap.
8. Inflasi
a. Pengertian Inflasi
Menurut Case dan Fair (2007:63) inflasi adalah peningkatan tingkat
harga secara keseluruhan. Terjadi ketika banyak harga meningkat secara
serentak. Inflasi diukur dengan menghitung peningkatan harga rata-rata
sejumlah besar barang selama beberapa periode waktu.
59
Sedangkan menurut Putong (2000:181) inflasi adalah proses
kenaikan harga umum secara terus menerus. Inflasi adalah suatu keadaan
yang mengindikasikan semakin melemahnya daya beli yang diikuti dengan
semakin merosotnya nilai riil mata uang suatu negara. (Khalwaty, 2000:5).
b. Jenis Inflasi
Menurut Nopirin (2000:176) Jenis inflasi dapat dibedakan
berdasarkan:
1) Inflasi menurut sifatnya
Menurut sifatnya inflasi dapat digolongkan menjadi 3 kategori
yaitu:
a) Inflasi merayap (creeping inflation)
Biasanya creeping inflation ditandai dengan laju inflasi
yang rendah (kurang dari 10%). Kenaikan harga berjalan secara
lambat, dengan persentase yang kecil serta dalam jangka yang
relatif lama.
b) Inflasi menengah (galloping inflation)
Galloping inflation ditandai dengan kenaikan harga yang
cukup besar (biasanya double digit atau bahkan triple digit) dan
kadangkala berjalan dalam waktu yang relatif pendek serta
mempunyai sifat akselerasi. Artinya, harga-harga minggu/bulan ini
lebih tinggi dari minggu/bulan lalu dan seterusnya. Efeknya
terhadap perekonomian lebih besar dari pada inflasi yang merayap
(galloping inflation)
60
c) Inflasi tinggi (hyper inflation)
Merupakan inflasi yang paling parah akibatnya. Harga-
harga naik sampai 5 atau 6 kali. Masyarakat tidak lagi berkeinginan
untuk menyimpan uang. Nilai uang merosot dengan tajam sehingga
ingin ditukarkan dengan barang. Perputaran uang makin cepat,
harga naik secra akselerasi. Biasanya keadaan ini timbul apabila
pemerintah mengalami defisit anggaran belanja (misalkan
ditimbulkan karena adanya perang) yang dibelanjai/ditutup dengan
mencetak uang.
2) Inflasi menurut sebabnya
Sebelum kebijaksanaan untuk mengatasi inflasi diambil,
perlu telebih dahulu diketahui faktor-faktor yang menyebabkan
inflasi.
Menurut teori kuantitas sebab utama timbulnya inflasi adalah
kelebihan permintaan yang disebabkan karena penambahan jumlah
uang beredar.
a) Demand-pull inflation
Inflasi ini bermula dari adanya kenaikan permintaan
total (agregate demand), sedangkan produksi telah berada pada
keadaan kesempatan kerja penuh atau hampir mendekati
kesempatan kerja penuh. Dalam keadaan hampir mendekati
kesempatan kerja penuh, kenaikan permintaan total disamping
menaikan harga dapat juga menaikan hasil produksi (output).
61
Apabila kesempatan kerja penuh (full-employment) telah
tercapai; penambahan permintaan selanjutnya hanyalah akan
menaikan harga saja (sering disebut dengan inflasi murni).
Apabila kenaikan permintaan ini menyebabkan keseimbangan
GNP berada di atas/melebihi GNP pada kesemptan kerja penuh
maka akan terdapat aanya “inflationary gap”. Infltionary gap
inilah yang dapat menimbulkan inflasi
b) Cost-push Inflation
Berbeda dengan demand full inflation, Cost-push
Inflation biasanya ditandai dengan kenaikan harga serta
turunnya produksi. Jadi, inflasi yang dibarengi dengan resesi.
Keadaan ini timbul biasanya dimulai dengan adanya
penurunan alam penawaaran total (agregate supply) sebab
akibat kenaikan biaya produksi.
Kenaikan biaya produk dapat timbul karena beberapa faktor
diantarnya :
a) Perjuangan serikat buruh yang berhasil untuk menunut
kenaikan upah.
b) Suatu industri yang sifatnya monopolistis, manajer dapat
menggunakan kekuasaanya di pasar untuk menentukan harga
(yang lebih tinggi).
c) Kenaikan harga bahan baku industri. Salah satu contoh yang
tak asing lagi adalah krisis minyak yang terjadi pada tahun
62
1972-1973 yang mengakibatkan terjadinya kenaikan harga
minak. Biaya produksi naik, akibatnya timbul stagflasi, yakni
inflasi yang disertai dengan stagnasi.
c. Faktor-faktor Penyebab Inflasi
Masalah kenaikan harga-harga yang berlaku di berbagai negara
diakibatkan oleh banyak faktor. Dinegara-negara industri pada umumnya
inflasi bersumber dari salah satu atau gabungan dari dua masalah berikut:
(Sadono Sukirno, 2011:14)
1) Tingkat pengeluaran agregat yang melebihi kemampuan perusahaan-
perusahaan untuk menghasilkan barang-barang dan jasa-jasa.
Keingan untuk mendapatkan barang yang mereka butuhkan
akan mendorong para konsumen meminta barang-barang itu pada
harga yang lebih tinggi. Sebaliknya, para pengusaha akan mencoba
menahan barangnya dan hanya menjual kepada pembeli-pembeli yang
bersedia membayar pada harga yang lebih tinggi, kedua-dua
kecenderungan ini akan meyebabkan kenaikan harga-harga.
2) Pekerja-pekerja diberbagai kegiatan ekonomi menuntut kenaikan
upah.
Apabila para pengusaaha mulai menghadapi kesukaran dalam
mencari tambahan pekerja untuk menambah produksinya, pekerja-
pekerja yang ada akan terdorong untuk menuntut kenaikan upah.
Apabila tuntutan kenaikan upah berlaku secara meluas, akan terjadi
kenaikan biaya produksi dari berbagi barang dan jasa yang dihasilkan
63
dalam perekonomian. Kenaikan biaya produksi tersebut akan
mendorong perusahaan-perusahaan menaikkan harga-harga barang
mereka.
Disamping itu inflasi dapat pula berlaku sebagai akibat dari
kenaikan harga-harga barang yang diimpor, penambahan penawaran
uang yang berlebihan tanpa diikuti oleh pertambahan produksi dan
penawaran barang, dan kekacauan politik dan ekonomi sebagai akibat
pemerintahan yang kurang bertanggung jawab.
d. Efek Inflasi
Menurut Nopirin (2000:181-183) efek inflasi adalah sebagai
berikut:
1) Efek tehadap pendapatan (equity effect)
Efek terhadap pendapatan sifatnya tidak merata, ada yang
dirugikan ada pula yang diuntungkan dengan adanya inflasi. Seorang
yang memperoleh pendapatan tetap akan dirugikan oleh adanya
inflasi. Misalnya seorang yang memperoleh pendapatan tetap Rp
500.000,00 pertahun sedang laju inflasi sebesar 10%, akan menderita
kerugian penurunan pendapatan riil sebesar laju inflasi tersebut, yakni
Rp 50.000,00.
Demikian juga orang yang menumpuk kekayaan dalam bentuk
uang kas akan menderita kerugian adanya inflasi. Contoh lain, yang
dirugikan karena adanya inflasi adalah barang/pihak yang memberikan
pinjaman uang dengan bunga lebih rendah dari laju inflasi. Misalnya,
64
dia memberi pinjaman Rp 10.000,00 dengan bunga pertahun. Apabila
laju inflasi sebesar 15% per tahun, maka sebenarnya nilai riil
pinjamannya akan menjai lebih rendah. Dengan demikain inflasi dapat
menyebabkan terjadinya perubahan dalam pola pembagian pendapatan
dan kekayaan masyarakat.
2) Efek terhadap efisiensi (Efficiency Effect)
Inflasi dapat pula mengubah pola alokasi faktor-faktor
produksi. Perubahan ini dapat terjadi melalui berbagai macam barang
yang kemudian dapat mendorong terjadinya perubahan dalam
produksi beberapa barang tertentu. Dengan adanya inflasi permintaan
akan barang tertentu mengalami kenaikan yang lebih besar dari barang
lain, yang kemudian mendorong kenaikan produksi barang tersebut.
Kenaikan produksi barang ini pada gilirannya akan mengubah pada
alokasi faktor produksi yang sudah ada.ahli ekonomi berpendapat
bahwa inflasi dapat mengakibatkan alokasi faktor produksi menjadi
tidak efisien
3) Efek terhadap Output (Output Effects)
Inflasi mungkin dapat menyebabkan terjadinya kenaikan
produksi. Alasannya dalam keadaan inflasi biasaanya kenaikan harga
barang mendahului kenaikan upah sehingga keuntungan pengusaha
naik. Kenaikan keuntungan ini akan mendorong kenaikan produksi.
Namun apabila laju inflasi ini cukup tingggi (hyper inflation) dapat
mempunyai akibat sebaliknya, yakni penurunan output.dalam keadaan
65
inflasi yang tinggi, nilai uang riil turun dengan drastis masyarakat
cenderung tidak menyukai uang kas, transaksi mengarah ke barter,
yang biasanya diikuti dengan turunnya produksi barang. Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan langsung
anatra inflasi dengan output. Inflasi bisa dibarengi dengan kenaikan
output, tetapi bisa juga dibarengi dengan penurunan output.
e. Indikator Inflasi
Menurut Mandala Manurung dan Prathama Rahardja (2004:164)
ada beberapa indikator ekonomi makro yan digunakan untuk mengetahui
inflasi selama satu periode tertentu yaitu:
1) Indeks Harga Konsumen (IHK)
Indeks Harga Konsumen (IHK) adalah angka indeks yang
menunjukan tingkat harga barang dan jasa harus dibeli konsumen
dalam suatu periode tertentu. Angka IHK diperoleh dengan
menghitung harga-harga barang dan jasa utama yang dikonsumsi
masyarakat dalam satu periode tertentu. Masing-masing harga barang
dan jasa tersebut diberi bobot (weighted) berdasarkan tingkat
keutamaanya. Barang dan jasa yang dianggap paling penting diberi
bobot paling besar.
Di Indonesia, perhitungan IHK dilakukan dengan
memperhitungkan sekitar beberapa ratus komoditas pokok. Untuk
lebih mencerminkan keadaan yang sebenarnya, perhitungan IHK
dilakukan dengan melihat perkembangan regional, yaitu dengan
66
mempertimbangkan tingkat inflasi kota-kota besar, terutama ibukota
propisi di Indonesia.
Inflasi =( _1)_1 x 100%
2) Indeks Harga Perdangan Besar (Wholesale Price Index)
Jika inflasi melihat dari sisi konsumen, maka Indeks Harga
Perdagangan Besar (IHPB) melihat inflasi dari sisi produsen. Oleh
karena itu IHPB sering juga disebut sebagai indeks harga produsen
(producer price index). IHPB menunjukan tingkat harga yang diterima
produsen berbagai tingkat produksi. Prinsip menghitung inflasi
berdasarkan data IHPB adalah sama dengan cara berdasarkan IHK
Inflasi =( _1)_1 x 100%
3) Indeks Harga Implisist (GDP Deflator)
Walaupun sangat bermanfaat, IHK dan IHPB memberikan
gambaran laju inflasi yang terbatas. Sebab jika dilihat dari metode
perhitungannya, kedua indikator tersebut hanya melengkapi beberapa
puluh kota saja. Sama halnya dengan dua indikator sebelumnya,
perhitungan inflasi berdasarkan IHI dilakukan dengan menghitung
perubahan angka indeks.
Inflasi =( _1)_1 x 100%
f. Kebijakan untuk Mengatasi Inflasi
Menurut Sadono Sukirno (2004:354), kebijakan yang mungkin
dapat dilakukan pemerintah untuk mengatasi inflasi yaitu:
67
1) Kebijakan Fiskal, yaitu dengan menambah pajak dan mengurangi
pengeluaran pemerintah
2) Kebijakan Moneter, yaitu dengan menaikan suku bunga dan
membatasi kredit
3) Dari segi penawaran yaitu dengan melakukan langkah yang dapat
mengurangi biaya produksi dan menstabilkan harga seperti
mengurangi pajak impor dan pajak atas pajak bahan-bahan mentah,
melakukan penetapan harga, menggalangkan pertambahan produksi
dan perkembangan teknologi.
B. Keterkaitan antar Variabel Bebas dengan Variabel Terikat
1. Loan to Deposit Ratio (LDR) terhadap Non Performing Loan
Likuiditas merupakan rasio keuangan untuk mengukur kemampuan
operasional bank dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya pada saat
ditagih (Wiagustini, 2010:76). Indikator likuiditas dan penurunan fungsi
intermediasi perbankan ini dapat dilihat dari Loan to Deposit Ratio (LDR)
adalah perbandingan antara total kredit yang diberikan dengan total Dana
Pihak Ketiga (DPK) yang dapat dihimpun oleh bank (Riyadi, 2006:165).
Loan to Deposit Ratio (LDR) merupakan salah satu rasio likuiditas
untuk mengukur kemampuan membayar kembali penarikan yang
dilakukan nasabah deposan dengan mengandalkan kredit yang diberikan
sebagai sumber likuiditasnya. Semakin tinggi rasio ini maka semakin
rendah likuiditasnya.
68
Penyaluran kredit merupakan kegiatan utama bank, oleh karena itu
kegiatan penghimpunan dana kredit dari masyarakat sangat menentukan
besar kecilnya keuntungan bank sekaligus risiko yang akan diambil oleh
pihak bank. Oleh karena itu, besar kecilnya rasio ini sangat mempengaruhi
adanya kredit bermasalah atau Non Performing Loan.
Rasio LDR ini juga merupakan salah satu indikator besarnya
pemberian kredit yang disalurkan oleh bank, maka semakin tinggi rasio
LDR kemungkinan jumlah kredit yang akan diberikan menjadi semakin
meningkat. Hal ini juga menunjukan bahwa pada saat jumlah kredit yang
diberikan dan rasio LDR tinggi, kemungkinan laba yang diperoleh bank
melalui pendapatan bunga pun akan tinggi. Di sisi lain, semakin banyak
jumlah kredit yang diberikan akan menimbulkan risiko yang cukup tinggi
terhadap penyaluran kredit tersebut. Dengan adanya batas waktu atas
pengembalian pinjaman kredit sehingga kredit yang dipinjamkan akan
menjadi bermasalah.
Terdapat beberapa penelitian terdahulu yang terkait dengan pengaruh
LDR terhadap NPL dilakukan oleh Juliana (2011), menunjukkan tingkat
LDR berpengaruh lemah serta negatif terhadap NPL pada PT. Bank
BUMN di Indonesia. Aqidah (2011), menunjukkan tingkat LDR
berpengaruh signifikan terhadap NPL pada PT Bank Tabungan Negara
Cab.Makassar. Sedangkan pada penelitian Utomo (2008), menunjukkan
bahwa LDR menunjukkan korelasi terhadap NPL pada tingkat signifikan
10 persen pada arah hubungan yang positif.
69
2. Suku Bunga SBI terhadap Non Performing Loan
Kebijaksanaan pengenaan suku bunga yang dilakukan oleh Bank
Indonesia umumnya hanya diberikan sebagai pedoman saja untuk Bank-
bank Umum Pemerintah, walaupun kemudian dijadikan juga sebagai
landasan bagi Bank-bank Swasta (dalam hal ini termasuk Bank Swasta
Nasional Devisa). Penetapan tingkat suku bunga ini disebut sebagai
tingkat suku bunga dasar atau tingkat suku bunga acuan (Sinungan, 2000).
Sedangkan nilai riilnya tercermin dalam tingkat suku bunga SBI. Kenaikan
suku bunga oleh Bank Indonesia mendorong terjadinya kenaikan tingkat
suku bunga kredit. Kenaikan suku bunga kredit menyebabkan biaya bunga
pinjaman ikut meningkat, sehingga nasabah mengalami kesulitan dalam
melunasi kredit pinjaman yang dilakukannya.
Menurut Tandelilin (2001: 213) tingkat suku bunga yang terlalu
tinggi akan mempengaruhi nilai sekarang (present value) aliran kas
perusahaan. Sehingga kesempatan investasi yang ada tidak lagi menarik.
Tingkat bunga yang tinggi juga akan meningkatkan biaya modal yang
harus di tanggung perusahaan. Sehingga makin membebani debitur dalam
melakukan pembayaran kredit.
Dengan demikian dapat disimpulkan peningkatan suku bunga kredit
maka akan menambah beban debitur dalam memenuhi kewajibanya dan
akan memunculkan kredit bermasalah.
70
3. Ukuran Bank (Bank Size) terhadap Non Performing Loan
Rasio Bank Size diperoleh dari total assets yang dimiliki bank yang
bersangkutan jika dibandingkan dengan total assets dari bank-bank lain
(Ranjan dan Dahl, 2003). Assets disebut juga aktiva. Menurut
Sastradiputra (2004), sisi aktiva pada bank menunjukkan strategi dan
kegiatan manajemen yang berkaitan dengan tempat pengumpulan
danameliputi kas, rekening pada bank sentral, pinjaman jangka- pendek
dan jangka panjang, dan aktiva tetap.
Semakin besar aktiva atau assets yang dimiliki suatu bank maka
semakin besar pula volume kredit yang dapat disalurkan oleh bank
tersebut. Dendawijaya (2000) mengemukakan, semakin besar volume
kredit memberikan kesempatan bagi pihak bank untuk menekan tingkat
spread, yang pada akhirnya akan menurunkan tingkat lending rate (bunga
kredit) sehingga bank akan lebih kompetitif dalam memberikan pelayanan
kepada nasabah yang membutuhkan kredit. Tingkat bunga kredit yang
rendah dapat memacu investasi dan mendorong perbaikan sektor ekonomi.
Tingkat bunga kredit yang rendah juga memperlancar pembayaran kredit
sehingga menekan angka kemacetan kredit (Permono dan Secundatmo,
1993).
Seperti yang diungkapkan dalam penelitian Rajiv Ranjan dan Sarat
Chandra Dahl (2003) bahwa semakin besar ukuran bank maka semakin
kecil tingkat Non-Performing Loan.
71
4. Inflasi terhadap Non Performing Loan
Menurut Kamus Bank Indonesia, inflasi adalah keadaan
perekonomian yang ditandai oleh kenaikan harga secara cepat sehingga
berdampak pada menurunnya daya beli, sering pula diikuti menurunnya
tingkat tabungan dan atau investasi karena meningkatnya konsumsi
masyarakat dan hanya sedikit untuk tabungan jangka panjang.Inflasi dapat
disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain, konsumsi masyarakat yang
meningkat, berlebihnya likuiditas di pasar yang memicu konsumsi atau
bahkan spekulasi, sampai termasuk juga akibat adanya ketidaklancaran
distribusi barang.
Menurut Martono dan Agus Harjito (2008), inflasi akan
mempengaruhi kegiatan ekonomi baik secara makro maupun mikro
termasuk kegiatan investasi. Inflasi juga menyebabkan penurunan daya
beli masyarakat yang berakibat pada penurunan penjualan. Penurunan
penjualan yang terjadi dapat menurunkan return perusahaan. Penurunan
return yang terjadi akan mempengaruhi kemampuan perusahaan dalam
membayar angsura kredit. Pembayaran angsuran yang semakin tidak tepat
menimbulkan kualitas kredit semakin buruk bahkan terjadi kredit macet
(Taswan, 2006) sehingga meningkatkan angka Non-Performing Loan.
Seperti hasil penelitian dari Kevin Greenidge dan Tiffany Grosvenor
(2010) yang menyimpulkan bahwa semakin tinggi tingkat inflasi maka
akan semakin tinggi pula tingkat NPL.
72
C. Penelitian Terdahulu
Adapun penelitian tedahulu yang relevan dan menjadi landasan dalam
penelitian ini antara lain:
Tabel 2.5Penelitian Terdahulu
No Penulis Judul Penelitian Data danVariabel
ModelAnalisis
Kesimpulan
1 SukrishnalallPasha (2011)
Faktor PenentuNon-Performing Loan:Suatu Studi KasusEkonometrikGuyana
NPL, GDP,Pertumbuhankredit,Tingkat sukubunga riil,Tingkat inflasitahunan,Nilai tukarefektif riil(REER),Tingkatpenganggurantahunan,Suplai luasuang, PDB
Simpleloglinearregressionmodel
Inflasi, nilaitukar memilikihubunganpositif terhadappeningkatanNonPerformingLoan. inflasibertanggungjawab atas erosiyang cepat dari'bankkomersial danekuitasakibatnya lebihtinggi risikokredit di sektorperbankan
2 KevinGreenidge danTifannyGrosvenor(2010)
Forcasting NonPerforming Loanin Barbados
Dependen :nonperformingloan
Independen :pertumbuhanriil GDP,tingkat inflasidan rata-ratatingkat loan
Regresiberganda
menyimpulkanbahwasemua variabelmakro sepertipertumbuhan riilGDP, tingkatinflasi dan rata-ratatingkat loanmemilikipengaruhterhadap tingkatnon performingloan (NPL).Pertumbuhan
73
GDP berdampaknegatif terhadaprasio NPL padabank sedangkaninflasimemberikanpengaruh positifterhadap NPL
3 Somoye,R.O.C. (2010)
The Role ofIslamic Bankingand Finance in theSustainability ofEnterprenuershipand Innovation inNigeria: A FaithFinanceHypothesis
dependennyaadalah NonPerformingLoan (NPL)dan
independennyaadalah tingkatkebijakanmoneter, sukubunga, risikokredit, risikolikuiditas,risiko pasar,risiko sukubunga,produktifrisiko,solvabilitasRisiko
Regresilinierberganda
Menyimpulkanbahwa koefisientingkatkebijakanmonetermemilikihubungan positifmoderat dengankreditbermasalah.
Sebaliknya,tingkat risikosuku bungamenunjukkanbahwa iamemilikihubungan positifyang kuat,sedangkan yangrisikopendapatan yangsangat tinggimenunjukkanbahwa iamemhilikihubungan yangkuat sangatpositif dengankreditbermasalah.
4 YunisRahmawulan(2008)
PerbandinganFaktorPenyebabTimbulnyaNPL dan NPFpada
NPL, NPF,pertumbuhanGDP,inflasi, SBI,LDR, FDR
Regresilinierberganda
GDP empatquartersebelumnya,tingkatinflasi, LDR danperubahan SBI
74
PerbankanKonvensional danSyariah diIndonesia
berpengaruhpositifsignifikanterhadap NPL.
Sedangkan padaNPF hanya GDPdaninflasi yangberpengaruhsignifikan.
5 Honny KTanudjaja(2006)
AnalisisHubungandan PengaruhVariabelMakro EkonomiTerhadap KreditBermasalah padaPerbankanIndonesia
Dependen :nonperformingloan
Independen:suku bungariil,Money supply,nilaitukar, hargaminyakmentah, inflasi
RegresiLinierBerganda
Penelitian inimenghasilkanvariabel bebassecara bersama-samamempunyaipengaruh yangsignifikanterhadap NPL.Money supplydan hargaminyak mentahmempunyaipengaruh negatifterhadap NPL,akan tetapi tidaksignifikan. SBIdan kurs secarapartialmempunyaipengaruh positifterhadap NPL.Tetapi Kurstidakmempunyaipengaruhsignifikanterhadap NPL.
6 Syeda ZabeenAhmed,(2006)
“An Investigationof TheRelationshipbetween Non-PerformingLoans,
-Dependent :Non-PerformingLoan
-Independent :
Korelasidan regresi
Hasil daripenelitiantersebut adalahbank lendingrate, collateralvalue against
75
MacroeconomicFactors, andFinancial factorsin Context ofPrivateCommercial Bankin Bangladesh”
GrossDomesticProduct,EconomicCondition,Bank LendingRate, Horizonof Maturity ofCredit,CollateralValue AgaintsLoan, BankSize, Banks’Credit Culturedan Bank’sCredit toPrioritySector.
loan, bank sizedan banks’credit cultureberpengaruhnegatif terhadapnon performingloan. Sedangkangross domesticproduct, horizonof maturity ofcredit danbank’s credit topriority sectorberpengaruhpositif terhadapnon performingloan.
7 Rajiv Ranjanand SaratChandra Dhal
(2003)
Non-PerformingLoans and Termsof Credit ofPublic SectorBanks in India:An EmpiricalAssessment
Dependen:Nonperformingloan
Independent:Bank Size,Maturity, CostCondition,CreditOrientation,ExpectedMacroeconomic Environment,ExposurePrioritySector,Expected AssetReturn danLoan DepositRatio.
PanelRegression.
Hasil daripenelitiantersebut adalahbank size,maturity,expected assetreturn dan loanto deposit ratioberpengaruhnegatif terhadapnon performingloan.
Sedangkan costcondition, creditorientation,expectedmacroeconomicenvironment danexposure topriority sector
76
berpengaruhpositif terhadapdependenvariable.
D. Kerangka Berpikir
Kerangka pemikiran merupakan sintesa dari serangkaian teori yang
tertuang dalam tinjauan pustaka, yang pada dasarnya merupakan gambaran
sistematis dari kinerja teori dalam memberikan solusi atau alternatif solusi dari
serangkaian masalah yang ditetapkan. Kerangka pemikiran dapat disajikan
dalam bentuk bagan, deskripsi kualitatif, dan atau gabungan keduanya (Abdul
Hamid, 2010:15). Kerangka pemikiran dalam penelitian ini dapat digambarkan
sebagai berikut:
77
Gambar 2.1
Kerangka Pemikiran
Variabel Independen:
1. Loan to DepositRatio
2. SBI3. Bank size4. Inflasi
Variabel Dependen :
Non Performing Loan
(NPL)
Model Uji Regresi Linier Berganda
Uji F Secara Simultan
Uji t Secara Parsial
Koefisien Determinasi
Kesimpulan
Interpretasi
Uji Asumsi Klasik
Uji Normalitas
Uji Multikolinearitas
Uji Otokorelasi
Uji Heterokedastisitas
Uji Goodness Fit Of Model
78
E. Hipotesis
Berdasarkan dari beberapa penelitian terdahulu tentang faktor-faktor
yang mempengaruhi Non Performing Loan (NPL) KPR tersebut, maka
diperoleh beberapa hipotesis secara simultan dan parsial yaitu :
1. Hipotesis secara simultan
Ho: b1… b5 = 0 : Loan to deposit ratio, suku bunga SBI, bank size
dan inflasi berpengaruh tidak signifikan terhadap NPL KPR secara
simultan.
H1: b1… b5 ≠ 0 : Loan to deposit ratio, suku bunga SBI, bank size
dan inflasi berpengaruh signifikan terhadap NPL KPR secara simultan.
2. Hipotesis secara parsial
Ho: b1 = 0 : Loan to deposit ratio tidak berpengaruh signifikan
terhadap Non Performing Loan (NPL) KPR secara parsial.
H1: b1 ≠ 0 : Loan to deposit ratio berpengaruh signifikan terhadap Non
Performing Loan (NPL) KPR secara parsial.
Ho: b2 = 0 : suku bunga SBI tidak berpengaruh signifikan terhadap
Non Performing Loan (NPL) KPR secara parsial.
H1: b2 ≠ 0 : suku bunga SBI berpengaruh signifikan terhadap Non
Performing Loan (NPL) KPR secara parsial.
Ho: b3 = 0 : bank size berpengaruh tidak signifikan terhadap Non
Performing Loan (NPL) KPR secara parsial.
H1: b3 ≠ 0 : bank size berpengaruh signifikan terhadap Non
Performing Loan (NPL) KPR secara parsial.
79
Ho: b4 = 0 : inflasi tidak berpengaruh signifikan terhadap Non
Performing Loan (NPL) KPR secara parsial.
H1: b4 ≠ 0 : inflasi berpengaruh signifikan terhadap Non Performing
Loan (NPL) KPR secara parsial.
80
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini adalah Bank PERSERO BUMN. Penelitian ini
dilakukan untuk menganalisis pengaruh variabel-variabel yang memiliki pengaruh
terhadap Non-Performing Loan KPR. Variabel yang mempengaruhi yaitu Loan to
Deposit Ratio, Suku Bunga SBI, Ukuran Bank dan Inflasi.
Penelitian ini menggunakan data sekunder yang diperoleh dari laporan
keuangan bulanan yang telah di publikasikan oleh Bank Indonesia dalam
rangkumana Statistik Perbankan Indonesia. Penelitian ini menggunakan data
runtun waktu (time series) dan periode yang diambil dalam penelitian ini adalah
bulan Januari tahun 2007 sampai dengan bulan Desember tahun 2012.
Penelitian ini akan di telusuri dengan memperhatikan aspek umum kondisi
perekonomian negara Indonesia, dan juga beberapa spesifikasi yang dimiliki bank
PERSERO BUMN di Indonesia. Data yang digunakan tersebut merupakan data
Eksternal dan data Internal. Pemilihan data diambil berdasarkan penelitian
sebelumnya dan literatur yang telah ada serta kemudahan dalam perolehan data.
B. Metode Penentuan Sampel
Dalam menentukan jenis sampel yang akan digunakan dalam penelitian ini
yaitu menggunakan teknik purposive sampling yaitu seuatu metode penarikan
sampel probabilitas yang dilakukan dengan kriteria tertentu (Abdul Hamid,
2010:16). Sampel yang diambil dalam penelitian ini yaitu kelompok bank BUMN
81
yang memiliki aset terbesar dan data keuangan yang lengkap. Adapun data yang
digunakan dalam penelitian ini yaitu data time series atau data runtut waktu yang
tersedia di Statistik Perbankan Indonesia (SPI) maka populasi yang diambil adalah
data Statistik Perbankan Indonesia (SPI) dengan sampel data bulanan periode
Januari 2006 hingga Desember 2012 kelompok Bank Umum Milik Negara
(BUMN Persero).
C. Metode Pengumpulan Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder,
berupa data runtun waktu (time series) dengan skala bulanan (monthly) yang
diambil dari data bulanan historis jumlah Loan to Deposit Ratio (LDR), jumlah
aktiva bank dan jumlah rasio Non-Performing Loan KPR yang dipublikasikan
dalam statistik perbankan indonesia (SPI) pada laporan kegiatan usaha Bank
Persero dari bulan Januari 2006 sampai dengan Desember 2012 yang diperoleh
dari situs www.bi.go.id. Disamping itu diperoleh data bulanan historis inflasi
dari Badan Pusat Statistik (BPS) pada website www.bps.co.id. dan suku bunga
Sertifikat Bank Indonesia (SBI) yang diperoleh dari Statistik Perbankan
Indonesia (SPI) pada website www.bi.go.id. dengan rentang waktu yang sama.
Metode yang digunakan dalam pengumpulan data untuk melakukan penelitian
ini adalah sebagai berikut:
1. Studi Kepustakaan (Library Research)
Untuk dapat memperoleh landasan dan konsep yang kuat agar dapat
memecahkan permasalahan, maka penulis melakukan studi kepustakaan dari
82
berbagai literatur seperti buku, jurnal, internet artikel, majalah dan sumber-
sumber lain yang berhubungan dengan penelitian ini.
2. Dokumentasi adalah metode yang dilakukan dari internet.
D. Metode Analisis Data
Penelitian ini menganalisis bagaimana pengaruh antara Loan to Deposit
Ratio(LDR), Suku Bunga SBI, Ukuran bank dan inflasi terhadap perubahan
rasio Non-Performing Loan KPR. Penelitian ini menggunakan metode analisis
regresi linier berganda dengan menggunakan program komputer (software)
SPSS versi 19.0 dan Microsoft Excel 2007. Berikut adalah metode yang
digunakan dalam menganalisis data pada penelitian ini:
1. Statistik Deskriptif
Penggunaan statistik deskriptif variabel penelitian dimaksudkan
untuk memberikan penjelasan yang memudahkan peneliti dalam
menginterpretasikan hasil analisis data dan pembahasannya. Statistik
deskriptif berhubungan dengan pengumpulan dan peringkasan data
serta penyajiannya yang biasanya disajikan dalam bentuk tabulasi baik
secara grafik dan atau numerik. Statistik deskriptif memberikan
gambaran suatu data yang dilihat dari nilai rata-rata (mean), ukuran
penyebaran data dari rata-ratanya (standar deviasi), nilai maksimum dan
minimum (Ghozali, 2011:19).
2. Analisis Regresi Berganda
Tujuan dari analisis regresi berganda ini adalah untuk
memprediksi besar variabel tergantung (dependent variabel)
83
menggunakan data dari dua atau lebih variabel bebas (independent
variable) yang sudah diketahui besarnya (Singgih Santoso:2012:221).
Pada analisis regresi berganda bahwa regresi berganda variabel
tergantung (terikat) dipengaruhi oleh dua atau lebih variabel bebas
sehingga hubungan fungsional antara variabel terikat (Y) dengan
variabel bebas (X1, X2, Xn). Kemudian dapat ditulis sebagai berikut
(Suliyanto, 2011:53) :
Keterangan:
Y = Variabel tergantung atau terikat
(dependent)
X1, X2, ..., Xn = Variabel bebas (independent)
Secara piktografik model fungsional di atas dapat digambarkan
sebagai berikut:
Gambar 3.1
Model Piktografis Regresi berganda
Y = f (X1, X2, ….., Xn)
X1
Xn
YX2
e
84
Dalam model di atas terlihat bahwa variabel tergantung (terikat)
dipengaruhi dua atau lebih variabel bebas, disamping itu juga terdapat
pengaruh regresi linier berganda dapat dituliskan sebagai berikut:
Keterangan:
Y = Variabel tergantung atau terikat (nilai yang diproyeksikan)
a = Intercept (konstanta) X2 = Variabel bebas kedua
b1 = Koefisien regresi untuk X1 Xn = Variabel bebas ke n
b2 = Koefisien regresi untuk X2 e = Nilai residu
bn = Koefisien regresi untuk Xn
X1 = Variabel bebas pertama
Berdasarkan pemaparan di atas maka model persamaan analisis
regresi linier berganda pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
Keterangan:
NPL = Non-performing loan KPR Variabel terikat (Y)
a = Intercept (konstanta)
b1 = Koefisien regresi untuk X1
b2 = Koefisien regresi untuk X2
b3 = Koefisien regresi untuk X3
b4 =Koefisien regresi untuk X4
LDR = Loan to deposit ratio,variabel bebas pertama (X1)
Y = a + b1X1 + b2X2 + …… + bnXn + e
NPL = a + b1LDR + b2SBI+ b3SIZE +b4INF+ e
85
SBI = Suku Bunga Sertifikat Bank Indonesia, variabel bebas kedua (X2)
SIZE = Bank size, Variabel bebas ketiga (X3)
INF =Inflasi, variabel bebas keempat (X4)
e = Nilai residu
3. Pengujian Asumsi Klasik
Menurut Nachrowi dan Usman (2006:7) model regresi linear
adalah salah satu teknik analisis kuantitatif yang dapat digunakan untuk
memberikan informasi besarnya hubungan sebab akibat (kausatif) antara
suatu faktor dengan faktor lainnya. Setelah dilakukan analisis regresi,
maka dilakukan pengujian asumsi klasik untuk mengetahui apakah model
tersebut bersifat Best Linear Unbiased Estimator (BLUE) dengan beberapa
pengujian, yaitu pengujian normalitas, pengujian multikolinieritas,
pengujian heteroskedastisitas dan pengujian otokorelasi.
a. Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan untuk melihat apakah variabel bebas
dan variabel terikat mempunyai distribusi normal. Maksud data
distribusi normal adalah data akan mengikuti arah garis diagonal dan
menyebar disekitar garis diagonal. Menurut Suliyanto (2011:70), uji
normalitas dimaksudkan untuk menguji apakah nilai residual yang telah
distandarisasi pada model regresi berditribusi normal atau tidak. Nilai
residual dikatakan berdistribusi normal jika nilai residual terstandarisasi
tersebut sebagian besar mendekati nilai rata-ratanya.
86
Nilai residual terstandarisasi yang berdistribusi normal jika
digambarkan dalam bentuk kurva akan membentuk gambar lonceng
(bell-shaped curve) yang kedua sisinya melebar hingga sampai tidak
terhingga. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan uji normalitas
dengan analisis grafik. Adapun dasar pengambilan keputusan dalam uji
ini adalah sebagai berikut:
1) Histogram
Jika histogram standardized regression residual membentuk
kurva seperti lonceng maka nilai residual tersebut dinyatakan
normal.
2) Normal Probability Plot (Normal P-P Plot)
Membandingkan distribusi kumulatif dari data sesungguhnya
dengan distribusi kumulatif dari distribusi normal. Distribusi
normal digambarkan dengan sebuah garis diagonal lurus dari
kiri bawah ke kanan atas. Jika data normal maka garis yang
menggambarkan data sesungguhnya akan mengikuti atau
merapat ke garis diagonalnya.
Disamping itu, uji normalitas dengan analisis grafik dapat
memberikan hasil yang subyektif. Artinya, antara orang yang satu
dengan yang lain dapat berbeda dalam menginterpretasikannya, maka
peneliti menggunakan uji normalitas dengan Kolmogorov-Smirnov.
Nilai residual terstandarisasi berdistribusi normal jika nilai Signifikansi
(Sig) > alpha (α) atau K hitung < K tabel (Suliyanto, 2011:75).
87
b. Uji Multikolinieritas
Yaitu munculnya peluang diantara beberapa variabel bebas
untuk saling berkorelasi, pada praktiknya multikolinieritas tidak dapat
dihindari. Imam Ghozali (2011) mengukur multikolinieritas dapat
dilihat dari nilai Tolerance dan Variance Inflation Factor (VIF).
Tolerance mengukur variabilitas variabel independen lainnya. Jadi nilai
tolerance yang rendah sama dengan nilai VIF tinggi karena VIF =
1/tolerance. Nilai cut off yang umum dipakai untuk menunjukkan tidak
adanya multikolinieritas adalah nilai tolerance > 0.10 atau sama dengan
VIF < 10. Hipotesis yang digunakan dalam pengujian multikolinieritas
adalah:
1) H0: VIF > 10, terdapat multikolinieritas
2) H1: VIF < 10, tidak terdapat multikolinieritas
c. Uji Heteroskedastisitas
Heteroskedastisitas yaitu kondisi dimana semua residual atau
error mempunyai varian yang tidak konstan atau berubah-ubah. Untuk
mengetahui apakah suatu data bersifat heteroskedastisitas atau tidak,
maka perlu pengujian. Pengujian heteroskedastisitas pada penelitian ini
menggunakan metode Analisis Grafik dan metode Uji Park.
Metode analisis grafik dilakukan dengan mengamati scatterplot
di mana sumbu horizontal menggambarkan Predicted Standardized
sedangkan sumbu vertikal menggambarkan nilai Residual Studentized.
Jika scatterplot membentuk pola tertentu, hal itu menunjukkan adanya
88
masalah heteroskedastisitas pada model regresi yang dibentuk
(Suliyanto, 2011:97). Model analisis grafik ini memiliki kelemahan,
yaitu bersifat subyektif. Artinya, dengan scatterplot yang sama, antara
orang satu dengan orang yang lain dapat memberikan kesimpulan yang
berbeda mengenai pola scatterplot itu. Maka dari itu, penulis
melakukan pengujian heteroskedastisitas dengan metode Uji Park untuk
mendukung bahwa dalam model regresi ini tidak terdapat gejala
heteroskedastisitas.
Dalam menguji heteroskedastisitas dengan metode Uji Park
dilakukan dengan meregresikan semua variable bebas terhadap nilai Ln
residual kuadrat (Ln e2). Jika terdapat pengaruh variable bebas yang
signifikan terhadap nilai Ln residual kuadrat (Ln e2) maka daam model
ini terdapat masalah heteroskedastisitas.
d. Uji Otokorelasi
Pengujian ini dilakukan untuk menguji apakah dalam suatu
model regresi linier ada korelasi antara kesalahan pengguna pada
periode t dengan kesalahan pada periode t-1 (Ghozali, 2005).
Autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan sepanjang waktu
berkaitan satu sama lain. Masalah ini timbul karena residual tidak
bebas dari satu observasi ke observasi lainnya. Model regresi yang
baik adalah regresi yang bebas dari autokorelasi. Uji autokorelasi dapat
dilakukan dengan menggunakan uji Durbin-Watson (DW), dimana
hasil pengujian ditentukan berdasarkan nilai Durbin-Watson (DW).
89
Dasar pengambilan keputusan ada tidaknya autokorelasi dengan
menggunakan Durbin Watson adalah sebagai berikut (Ghozali, 2007):
Run test digunakan sebagai bagian dari statistik non-parametrik
dapat pula digunakan untuk menguji apakah antar residual terdapat
korelasi yang tinggi. Jika antar residual tidak terdapat hubungan
korelasi maka dikatakan bahwa residual adalah acak atau random.
4. Pengujian Hipotesis
Dalam melakukan pengujian hipotesis, penulis memakai α = 5%
(0,05) atau tingkat kepercayaan 95%. Metode pengujian hipotesis dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Uji F
Menurut Nachrowi & Usman (2006:17), Uji-F digunakan untuk
menguji koefisien bersama-sama, sehingga nilai dari koefisien regresi
tersebut dapat diketahui secara bersama. Menurut Suliyanto (2011:55),
Uji F hitung digunakan untuk menguji pengaruh secara simultan
variabel bebas terhadap variabel terikatnya atau untuk menguji
ketepatan model (goodness of fit). Jika variabel bebas memiliki
pengaruh secara simultan terhadap variabel terikat maka model
persamaan regresi masuk dalam kriteria cocok atau fit. Sebaliknya, jika
tidak terdapat pengaruh secara simultan maka masuk dalam kategori
tidak cocok atau not fit. Untuk menghitung besarnya nilai F hitung
digunakan formula sebagai berikut: (Suliyanto:2011:45)
90
Keterangan:
F = Nilai F hitung
R2 = Koefisien determinasi
K = Jumlah variabel
n = Jumlah pengamatan (ukuran sampel)
Selain itu, dapat juga dilihat dari nilai F hitung dan F tabel. Jika
Fhitung> Ftabel maka variabel bebas secara simultan berpengaruh terhadap
variabel terikatnya di mana Ftabel dengan derajat bebas, df: α, (K-1), (n-
K). n = jumlah pengamatan, k = jumlah variabel
Hipotesis ini dirumuskan sebagai berikut :
Ho = tidak ada pengaruh signifikan dari variabel independen secara
simultan terhadap variabel dependen.
Ha = ada pengaruh dari variabel independen secara simultan
terhadap variabel dependen
Adapun aturan dalam pengambilan keputusan adalah:
Jika probabilitas > 0,05 maka Ho diterima dan menolak Ha
Jika probabilitas < 0,05 maka Ho ditolak dan menerima Ha
b. Uji t
Menurut Nachrowi & Usman (2006:18) setelah melakukan uji
koefisien regresi secara keseluruhan, maka langkah selanjutnya adalah
menghitung koefisien regresi secara individu, dengan menggunakan
suatu uji yang dikenal dengan sebutan Uji-t. Menurut Singgih Santoso
F =
91
(2012:225) Uji t digunakan untuk menguji signifikasi konstanta dan
setiap variabel independen.Menurut Suliyanto (2011:55), nilai t hitung
digunakan untuk menguji pengaruh secara parsial (per variabel) terhadap
terikatnya. Apakah variabel tersebut memiliki pengaruh yang berarti
terhadap variabel terikatnya atau tidak.Uji t digunakan untuk mengetahui
ada tidaknya pengaruh masing-masing variabel independen secara
individual (parsial) terhadap variabel dependen yang diuji pada tingkat
signifikasi 0.05 maka variabel independen berpengaruh terhadap variabel
dependen (Ghozali, 2011). Menurut Suliyanto (2011:45) rumus uji t
sebagai berikut:
Keterangan : ti = Nilai t hitung
Bj = Koefisien regresi
Sbj= Kesalahan baku koefisien regresi
Dimana :
Keterangan : Sbj = Kesalahan baku koefisien regresi
Se = Kesalahan baku estimasi
Det = Determinasi matriks A
Kii = Kofaktor matriks A
Dimana :
ti =
Sbj = (Kii)
Se =
92
Ket : Se = Kesalahan baku estimasi
(Y-Ŷ)2 = Kuadrat selisih nilai Y riil dengan nilai Y prediksi
n = Ukuran sampel
k = Jumlah variabel yang diamati
Menurut Suliyanto (2011:56) dalam menentukan pengujian
hipotesis uji t adalah sebagai berikut :
1. Hipotesis
Hipotesis 1
Ho : Tidak terdapat pengaruh negatif Variabel Independent
terhadap Variabel Dependent
Ha : Terdapat pengaruh negatif Variabel Independent terhadap
Variabel Dependent
Hipotesis 2
Ho : Tidak terdapat pengaruh positif Variabel Independent
terhadap Variabel Dependent
Ha : Terdapat pengaruh positif Variabel Independent terhadap
Variabel Dependent
2. Kriteria Pengujian
Hipotesis 1
Ho tidak dapat ditolak jika:
t hitung ≥ -t tabel, atau
Sig.> 0,05 dan arah koefisien negatif
Ha diterima jika:
93
t hitung < -t tabel, atau
Sig. ≤ 0,05, dan arah koefisien negatif
Hipotesis 2
Ho tidak dapat ditolak jika:
t hitung ≤ t tabel, atau
Sig.> 0,05
Ha diterima jika:
t hitung > t tabel, atau
Sig. ≤ 0,05, dan arah koefisien positif.
b. Uji Koefisien Determinasi (R2)
Koefisien Determinasi (R2) bertujuan untuk mengetahui
seberapa besar kemampuan variabel independen menjelaskan variabel
dependen. Nilai R square berada diantara 0 – 1, semakin dekat nilai R
square dengan 1 maka garis regresi yang digambarkan menjelaskan
100% variasi dalam Y. Sebaliknya, jika nilai R square sama dengan 0
atau mendekatinya maka garis regresi tidak menjelaskan variasi dalam
Y.
Menurut Suliyanto (2011:55), koefisien determinasi merupakan
besarnya kontribusi variabel bebas terhadap variabel terikatnya.
Semakin tinggi koefisien determinasi, semakin tinggi kemampuan
variabel bebas dalam menjelaskan variasi perubahan pada variabel
terikatnya. Koefisien determinasi memiliki kelemahan, yaitu bias
terhadap jumlah variabel bebas yang dimasukkan dalam model regresi
94
di mana setiap penambahan satu variabel bebas dan jumlah pengamatan
dalam model akan meningkatkan nilai R2 meskipun variabel yang
dimasukkan tersebut tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
variabel terikatnya. Untuk mengurangi kelemahan tersebut maka
digunakan koefisien determinasi yang telah disesuaikan, Adjusted R
Square (R2adj).
Koefisien determinasi yang telah disesuaikan(R2adj) berarti
bahwa koefisien tersebut telah dikoreksi dengan memasukkan jumlah
variabel dan ukuran sampel yang digunakan. Dengan menggunakan
koefisien determinasi yang disesuaikan maka nilai koefisien
determinasi yang disesuaikan itu dapat naik atau turun oleh adanya
penambahan variabel baru dalam model.
E. Operasional Variabel Penelitian
Operasional variabel merupakan definisi dari serangkaian variabel yang
digunakan dalam penulisan (Abdul Hamid, 2010:20). Pengertian operasional
variabel adalah definisi yang didasarkan atas sifat-sifat yang dapat diamati (di
observasi) dari definisi operasional tersebut dapat ditentukan alat pengambilan
data yang cocok dipergunakan. Definisi dari variabel-variabel dalam penelitian
ini adalah sebagai berikut:
1. Variabel Dependen (Variabel Terikat)
Variabel dependen adalah variabel yang dipengaruhi oleh variabel
independen. Dalam penelitian ini variabel dependennya adalah:
95
a. Non Performing Loan pada Kredit Pemilikan Rumah
Non Performing Loan pada Kredit Pemilikan Rumah ini
merupakan variabel terikat atau dependent (Y). Menurut Undang-
Undang Perbankan No.10 tahun 1998 kredit adalah penyediaan uang
atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan
persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dengan
pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam melunasi utangnya
setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga.
Data diperoleh dari statistik perbankan indonesia pada laporan
kegiatan kinerja Bank Persero periode Januari 2006 sampai Desember
2012 yang dipublikasi oleh Bank Indonesia. Data dalam bentuk satuan
persentase (%).
2. Variabel Independen (Variabel Bebas)
Variabel independen adalah variabel yang secara bebas
berpengaruh terhadap variabel dependen, dalam penelitian ini variabel
independen ada 4 yaitu:
a. Loan to Deposit Ratio (LDR)
Loan to Deposit Ratio (LDR) ini merupakan variabel bebas
pertama (X1). Maksud dari variabel ini adalah Loan to Deposit Ratio
adalah ukuran seberapa jauh kemampuan bank dalam membiayai
kembali penarikan dana yang dilakukan deposan dengan
mengandalkan kredit yang diberikan sebagai sumber likuiditasnya.
Lukaman Dendawijaya (2009:116)
96
Semakin tinggi Loan to Deposit Ratio memberikan indikasi
semakin rendahnya kemampuan likuiditas bank yang bersangkutan,
hal ini disebabkan karena jumlah dana yang diperlukan untuk
membiayai kredit menjadi semakin besar. Sebaliknya, angka Loan to
Deposit Ratio yang rendah menunjukkan tingkat ekspansi kredit yang
rendah dibandingkan dengan dana yang diterimanya dan menunjukkan
bahwa bank masih jauh dari maksimal dalam menjalankan fungsi
intermediasi (Syahrial Muchtar, 2001).
Data diperoleh dari Statistik Perbankan Indonesia (SPI) pada
laporan kegiatan kinerja Bank Persero periode januari 2006 sampai
desember 2012 yang dipublikasi oleh Bank Indonesia. Data dalam
bentuk Persentase (%).
b. Suku Bunga Sertifikat Bank indonesia (SBI)
Suku bunga sertifikat Bank Indonesia (SBI) merupakan
variabel bebas dua (X2). Maksud dari variabel ini adalah merupakan
surat berharga atas unjuk dalam rupiah yang diterbitkan oleh Bank
Indonesia sebagai pengakuan utang berjangka pendek dengan
diskonto. Dalam penelitian ini menggunakan suku bunga sertifikat
Bank Indonesia (SBI). Data yang digunakan bersumber dari Statistik
Ekonomi dan Keuangan Bank Indonesia (SEKI) periode Januari 2006
sampai dengan Desember 2012 berupa persentase (%)
c. Ukuran Bank (Bank Size)
97
Ukuran Bank (Bank Size) merupaka fariabel ke tiga (X3)
Maksud dari variabel ini adalah rasio Bank Size diperoleh dari
logaritma natural total assets yang dimiliki bank yang bersangkutan
pada periode tertentu. (Ranjan dan Dahl, 2003)
Assets disebut juga aktiva. Menurut Sastradipura (2004:151),
sisi aktiva pada bank menunjukkan strategi dan kegiatan manajemen
yang berkaitan dengan tempat pengumpulan danameliputi kas,
rekening pada bank sentral, pinjaman jangka- pendek dan jangka
panjang, dan aktiva tetap. Manajemen aktiva bank ialah manajemen
yang berhubungan dengan alokasi dana ke dalam kemungkinan
investasi. Alokasi dana ke dalam investasi perlu direncanakan,
diorganisasi, diarahkan, dan diawasi agar tujuannya dapat tecapai.
Data diperoleh dari Statistik Perbankan Indonesia (SPI) pada
laporan kegiatan kinerja Bank Persero periode januari 2006 sampai
desember 2012 yang dipublikasi oleh Bank Indonesia. Data dalam
bentuk milyar.
d. Inflasi
Inflasi merupakan variabel bebas ketiga (X3). Maksud dari
variabel ini adalah kecenderungan meningkatnya harga barang-barang
pada umunya secara terus menerus, yang disebabkan oleh karena
jumlah uang yang beredar terlalu banyak dibandingkan dengan
barang-barang dan jasa yang tersedia (Firdaus, 2011:115). Data inflasi
98
ini diperoleh dari Badan Pusat Statitik (BPS), periode Januari 2006
sampai dengan Desember 2012 berupa persentase (%)
99
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian
1. Sejarah Perkembangan Perbankan di Indonesia.
Pada saat ini kondisi dunia perbankan di Indonesia telah mengalami
banyak perubahan dari waktu ke waktu. Perubahan-perubahan ini selain
disebabkan oleh perkembangan internal dunia perbankan, juga tidak terlepas
dari pengaruh perkembangan di luar dunia perbankan, seperti sektor riil
dalam perekonomian, politik, hukum dan sosial. Perkembangan faktor-
faktor internal dan eksternal perbankan tersebut menyebabkan kondisi
perkembangan perbankan di Indonesia secara umum dapat dikelompokkan
dalam empat periode. Masing-masing periode mempunyai ciri-ciri khusus
yang tidak dapat disamakan dengan periode lainnya. Serangkaian paket-
paket deregulasi di sektor riil dan moneter yang di mulai sejak tahun 1980-
an serta terjadinya krisis ekonomi di Indonesia sejak akhir tahun 1990-an
adalah dua peristiwa utama yang telah menyebabkan empat periode kondisi
perbankan di Indonesia sampai dengan saat ini (Triandaru, 2009:73).
Undang-undang Nomor 7 Tahun 1992 merupakan undang-undang
yang di buat sebagai penyederhana sistem perbankan dengan
menghilangkan perbedaaan fungsi-fungsi operasional bank secara struktural
yang sebagaimana telah diatur dalam Undang-undang Nomor 14 Tahun
1967 yang telah membedakan fungsi bank umum, bank pembangunan, bank
tabungan, bank koperasi dan Bank Perkreditan Rakyat (BPR), termasuk
100
fungsi-fungsi bank-bank pemerintah yang masing-masing didirikan dengan
undang-undang. Dengan dikeluarkannya UU No. 7 Tahun 1992, sistem
perbankan hanya mengenal dua jenis bank, yaitu Bank Umum dan BPR.
Kedua jenis bank tersebut berdasarkan undang-undang dapat melakukan
perbankan konvensional (conventional banking) dan perbankan syariah
(syariah compliance bank) (Dahlan Siamat, 2005:34).
2. Bank Persero di Indonesia
Bank persero atau yang lebih sering dikenal dengan Bank BUMN
adalah bank umum yang secara mayoritas sahamnya dimiliki oleh
pemerintah. Pada awalnya Bank Persero didirikan dengan Undang-undang
tersendiri dimana pembagian tugas untuk masing-masing bank berbeda-
beda. Namun dalam kegiatan operasionalnya Bank Persero tetap tunduk
pada Undang-undang tentang perbankan.
Bank Persero yang sebelumnya berjumlah 7 bank diperkecil
jumlahnya menjadi hanya 4 bank. Langkah ini dilakukan sebagai akibat dari
restrukturisasi yang dilakukan oleh pemerintah di awal dekade 2000-an
sebagai dampak terjadinya krisis perbankan. Kebijakan pemerintah terhadap
Bank Persero dilakukan dengan menggabungkan Bank Bumi Daya, Bank
Pembangunan Indonesia, Bank Dagang Negara dan Bank Ekspor Impor
Indonesia yang dilebur menjadi Bank Mandiri. Sementara Bank Tabungan
Negara, Bank Negara Indonesia 46 dan Bank Rakyat Indonesia tetap terus
beroperasi seperti sebelumnya. Bank Ekspor Impor Indonesia berubah
101
menjadi Bank Ekspor Indonesia yang kemudian tidak lagi beroperasi
sebagai bank dan berubah fungsi menjadi lembaga pembiayaan ekspor.
Komposisi kepemilikan Bank Persero juga ikut mengalami
perubahan, dimana saham Bank Persero tidak lagi sepenuhnya dimiliki oleh
pemerintah. Beberapa Bank Persero telah menjadi bank publik melalui
penjualan sebagian sahamnya melalui pasar modal antara lain: Bank BNI,
Bank Mandiri, dan Bank BRI.
Berikut ini adalah profil singkat dari 4 Bank Persero di Indonesia,
yaitu:
a. Bank Mandiri
Bank Mandiri didirikan pada 2 oktober 1998, sebagai bagian
dari program restrukturisasi perbankan yang dilaksanakan oleh
pemerintah Indonesia. Pada bulan Juli 1999, empat bank pemerintah
yaitu: Bank Bumi Daya, Bank Dagang Negara, Bank Ekspor Impor
Indonesia dan Bank Pembangunan Indonesia yang dilebur menjadi
Bank Mandiri. Masing-masing dari keempat legacy banks memainkan
peran yang tidak terpisahkan dalam pembangunan perekonomian
Indonesia. Sampai dengan hari ini, Bank Mandiri meneruskan tradisi
selama lebih dari 140 tahun memberikan kontribusi dalam dunia
perbankan dan perekonomian Indonesia.
102
Setelah merger, Bank Mandiri melaksanakan proses konsolidasi
secara menyeluruh. Pada saat itu bank Mandiri menutup 194 kantor
cabang yang paling berdekatan dan rasionalisasi jumlah karyawan dari
jumlah gabungan 26.600 karyawan menjadi 17.620 karyawan.
Semenjak didirikan kinerja Bank Mandiri terus meningkat, hal
ini dapat terlihat dari laba yang terus meningkat dari Rp 1,18 Triliun di
tahun 2000 hingga mencapai Rp 5,3 triliun di tahun 2004. Selain itu,
Bank Mandiri juga mencatat prestasi penting dengan melakukan
penawaran saham perdana pada 14 juli 2003 sebsar 20% atau ekuivalen
dengan 4 Miliar lembar saham.
Untuk dapat meraih aspirasinya menjadi Regional Champion
Bank, Bank Mandiri melakukan transformasi secara bertahap melalui 3
fase:
a) Fase pertama “Back On track” (2006-2007), yakni focus untuk
membenahi dan membangun dasar-dasar pertumbuhan Bank Mandiri
di masa yang akan datang.
b) Fase kedua ”outperform the market” (2008-2009), yakni fokus
pada pertumbuhan bisnis Bank Mandiri agar dapat tumbuh signifikan
di seluruh segmen dan memilki profitabilitas diatas rata-rata pasar.
c) Fase ketiga “shaping the end game”, yakni fase dimana bank
Mandiri dapat memilki peranan aktif dalam proses konsolidasi sector
perbankan Indonesia.
103
Proses transformasi yang telah dijalankan oleh Bank Mandiri
sejak tahun 2005-2010 secara konsisten berhasil meningkatkan kinerja
bank Mandiri, tercermin dari peningkatan berbagai parameter
finansial. Kredit bermasalah turun signifikan, tercermin dari rasio
NPL net konsolidasi yang turun dari sebesar 15,43% di tahun 2005
menjadi 0,62% di tahun 2010. Selain itu laba bersih Bank Mandiri
yang juga tumbuh sangat signifikan dari Rp 0,6 triliun di tahun 2005
menjadi Rp 9,2 Triliun di tahun 2010.
Bank Mandiri juga berhasil mencatat sejarah dalam
peningkatan kualitas layanan. Selama empat tahun berturut-turut pada
tahun 2007, 2008, 2009 dan 2010, Bank Mandiri berhasil menempati
posisi sebagai service leader perbankan nasional berdasarkan survey
Marketing Research Indonesia (MRI) dengan menempati urutan
pertama pelayanan prima. Selain itu, Bank Mandiri juga mendapat
apresiasi dari berbagai pihak dalam hal penerapan Good Corporate
Governance.
Salah satu upaya untuk mewujudkan visi transformasi lanjutan,
Bank Mandiri melakukan penawaran umum terbatas (right issue) pada
awal tahun 2011 dalam rangka meningkatkan struktur permodalan.
Pada kuartal III tahun 2011 permodalan Bank Mandiri telah mencapai
Rp 59,7 Triliun sehingga menjadi bank pertama di Indonesia yang
meraih predikat sebagai Bank Internasional sesuai dengan criteria
Arsitektur Perbankan Indonesia. Pada periode ini, mandiri dapat
104
menegaskan diri sebagai lembaga keuangan di Indonesia dengan asset
terbesar mencapai Rp 501,9 Triliun, penyalur kredit terbesar mencapai
Rp 297,5 Triliun, serta penghimpun dana masyarakat terbesar
mencapai Rp 376,4 Triliun.
Kualitas kredit Bank Mandiri juga dapat terjaga dengan baik
yaitu sebesar 2,56% untuk NPL gross dan 0, 66% untuk NPL netto.
Bank Mandiri pada kuartal III tahun 2011 memperkerjakan 27.305
karyawan dengan 1.526 kantor cabang yang tersebar di seluruh
Indonesia dan 7 kantor cabang/perwakilan/anak perusahaan di luar
negeri. Layanan distribusi bank mandiri juga dilengkapi dengan
jaringan Electronic Data Capture sebanyak 70.616 unit, serta
electronic channels yang meliputi mandiri Mobile, Internet Banking,
SMS Banking dan Call Center 14000. Bank Mandiri juga didukung 6
pilar bisnis anak perusahaan yang bergerak di bidang perbankan
syariah pasar modal, pembiayaan, asuransi jiwa, asuransi umum serta
bank fokus di segmen mikro.
Visi dari Bank Mandiri adalah menjadi Lembaga Keuangan
Indonesia yang paling dikagumi dan selalu progresif. Sedangkan misi
yang dimiliki oleh Bank Mandiri ada 5 poin, yaitu:
a) Berorientasi pada pemenuhan kebutuhan pasar.
b) Mengembangkan sumber daya manusia professional
c) Member keuntungan yang maksimal bagi stakeholder
d) Melaksanakan manajemen terbuka
105
e) Peduli terhadap kepentingan masyarakat dan lingkungan.
Bank Mandiri berkomitmen membangun hubungan jangka
panjang yang didasari atas kepercayaan baik dengan nasabah bisnis
maupun perseorangan. Selain itu juga Bank Mandiri berusaha
melayani sleuruh nasabah dengan standar layanan internasional
melalui penyediaan solusi keuangan yang inovatif. Dan Bank Mandiri
Berusaha dikenal karena kinerja, sumber daya manusia dan kerjasama
tim yang terbaik.
b. Bank Rakyat Indonesia
Bank Rakyat Indonesia adalah salah satu bank milik pemerintah
yang tergolong besar di Indonesia. Pada awalnya Bank Rakyat
Indonesia didirikan di Purwokerto, Jawa tengah oleh Raden Bei Aria
Wirjaatmadja dengan nama De Poerwokertosche Hulp En Spaarbank
Der Inlandssche Hoofden yang artinya adalah Bank Bantuan dan
Simpanan Milki Kaum Priyayi purwokerto. Suatu lemabaga keuangan
yang melayani orang-orang kebangsaan Indonesia (Pribumi). Lembaga
tersebut berdiri tanggal 16 desember 1895 yang kemudian dijadikan
sebagai hari kelahiran BRI.
Berdasarkan Undang-Undang No.14 tahun 1967 tentang
Undang-Undang Pokok Perbankan dan Undang-Undang No.13 tahun
1968 tentang Undang-Undang Bank Sentral, yang intinya
mengembalikan fungsi Bank Indonesia sebagai Bank Sentral dan Bank
Negara Indonesia Unit II bidang Rular dan Ekspor Impor dipisahkan
106
masing-masing menjadi dua Bank yaitu Bank Rakyat Indonesia dan
Bank Ekspor Impor Indonesia. Selanjutnya berdasarkan Undang-
Undang No.21 tahun 1968 menetapkan kembali tugas-tugas pokok BRI
sebagai bank umum.
Sejak 1 Agustus 1992 berdasrkan Undang-Undang Perbankan
No.7 tahun 1992 dan Peraturan Pemerintah RI No.21 tahun 1992 status
BRI berubah menjadi perseroan terbatas. Kepemilkian BRI saat itu
masih 100% di tangan Pemerintah Republik Indonesia. Pada tahun
2003, pemerintah Indonesia memeutuskan untuk menjual 30% saham
bank ini, sehingga menjadi perusahaan public dengan nama resmi PT.
Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Yang masih digunakan sampai
saat ini.
Sejak didirikan tahun 1895 sampai sekarng ini Bank Rakyat
Indonesia tetap konsisten memfokuskan pada pelayanan kepada
masyarakat kecil, diantaranya dengan memberikan fasilitas kredit
kepada golongan pengusaha kecil. Hal ini antara lain tercermin pada
perkembangan penyaluran kredit usaha kecil (KUK) pada tahun 1994
sebesar Rp 6,42 triliyun yang meningkat menjadi Rp 8,23 triliyun pada
tahun 1995 dan pada tahun 1999 sampai dengan bulan September
sebesar Rp 20,47 triliyun. Seiring dengan perkembangan dunia
perbankan yang semakin pesat maka sampai saat ini Bank Rakyat
Indonesia mempunyai unit kerja yang berjumlah 4.447 buah, yang
terdiri dari 1 kantor pusat BRI, 12 kantor wilayah, 12 kantor
107
Inspeksi/SPI, 170 kantor cabang (dalam negeri), 145 Kantor Cabang
pembantu, 1 Kantor Cabang Khusus, 1 NewYork Agency, 1 Caymand
Island Agency, 1 kantor perwakilan hongkong, 40 Kantor Kas Bayar, 6
kantor Mobil Bank, 193 P.Point, 3.705 BRI unit dan 357 pos pelayanan
desa.
Visi yang dimiliki oleh Bank Rakyat Indonesia adalah menjadi
bank komersial terkemuka yang selalu mengutamakan kepuasan
nasabah. Dan Misi yang dimilki oleh Bank BRI ada 3, yaitu:
a) Melakukan kegiatan perbankan yang terbaik dengan
mengutamakan pelayanan kepada usaha mikro, kecil dan
menengah untuk menunjang peningkatan ekonomi masyarakat.
b) Memberikan pelayanan prima kepada nasabah melalui jaringan
kerja yang tersebar luas dan didukung oleh sumber daya manusia
yang profesional dengan melaksanakan praktek good corporate
governance.
c) Memberikan keuntungan dan manfaat yang optimal kepada pihak-
pihak yang berkepentingan.
c. Bank Negara Indonesia
Berdiri sejak 1946, BNI yang dahulu dikenal sebagai Bank
Negara Indonesia merupakan bank pertama yang didirikan dan dimilki
oleh pemerintah Indonesia. Bank Negara Indonesia mulai mengedarkan
alat pembayaran resmi pertama yang dikeluarkan pemerintah Indonesia,
yakni ORI atau Oeang Republik Indonesia. Pada malam menjelang
108
tanggal 30 Oktober 1946, hanya beberapa bulan sejak pembentukannya.
Hingga kini, tanggal tersebut diperingati sebagai Hari Keuangan
Nasional, sementara hari pendiriannya yang jatuh pada tanggal 5 juli
ditetapkan sebagai Hari Bank Nasional.
Menyusul penunjukan De Javasche Bank yang merupakan
warisan dari pemerintah Belanda sebagi Bank Sentral pada tahun 1949.
Pemerintah membatasi peranan bank Negara Indonesia sebagai bank
sirkulasi atau bank sentral. Bank Negara Indonesia lalu ditetapkan
sebagai bank pembangunan dan kemudian diberikan hak untuk
bertindak sebagai bank devisa dengan akses langsung untuk transaksi
luar negeri.
Sehubungan dengan penambahan modal pada tahun 1955 status
BNI diubah menjadi bank komersial milik pemerintah. Perubahan ini
melandasi pelayanan yang lebih baik dan tuas bagi sektor usaha
nasional. Sejalan dengan keputusan penggunaan tahun pendirian
sebagai bagian dari identitass perusahaan, nama Bank Negara Indonesia
1946 resmi digunakan mulai akhir tahun 1968. Perubahan ini
menjadikan Bank Negara Indonesia lebih dikenal sebagai BNI 46.
Status hukum dan nama BNI berubah menjadi PT Bank Negara
Indonesia (Persero), sementara keputusan untuk menjadi perusahaan
publik diwujudkan melalui penawaran saham perdana di pasar modal
pada tahun 1996. Kemampuan BNI untuk beradaptasi terhadap
perubahan dan kemajuan lingkungan sosial budaya serta teknologi
109
dicerminkan melalui penyempurnaan identitas perusahaan yang
berkelanjutan dari masa ke masa. Hal ini juga menegaskan dedikasi dan
komitmen BNI terhadap perbaikan kualitas kinerja secara terus
menerus.
Pada tahun 2004, identitas perusahaan yang diperbaharui mulai
digunakan untuk menggambarkan prospek masa depan yang lebih baik
setelah keberhasilan mengarungi masa-masa sulit. Sebutan Bank BNI
dipersingkat menjadi BNI sedangkan tahun pendirian ‘46’ digunakan
dalam logo perusahaan untuk meneguhkan kebanggaan sebagai bank
nasional pertama yang lahir pada era Negara Kesatuan Republik
Indonesia. Berangkat dari semangat perjuangan yang berakar pada
sejarahnya BNI bertekad untuk memberikan pelayanan yang terbaik
bagi negeri, serta senantiasa menjadi kebanggaan Negara.
Visi BNI adalah menjadi bank kebanggaan nasional yang
unggul, terkemuka dan terdepan dalam layanan dan kinerja. Sedangkan
pernyataan visinya yaitu menjadi bank kebanggan nasional yang
menwarkan layanan terbaik dengan harga kompetitif kepada segmen
pasar korporasi, komersial dan konsumer. Misi BNI ada 5 poin, yaitu:
a) Memberikan layanan prima dan solusi yang bernilai tambah
kepada seluruh nasabah, dan selaku mitra pilihan utama (the bank
choice).
110
b) Meningkatkan nilai invesatsi yang unggul bagi investor.
c) Menciptakan kondisi terbaik sebagai tempat kebanggan untuk
berkarya dan berprestasi.
d) Meningkatkan kepedulian dan tanggung jawab terhadap
lingkungan sosial.
e) Menjadi acuan pelaksanaan kepatuhan dan tata kelola perusahaan
yang baik.
d. Bank Tabungan Negara
Pada tahun 1897 dengan pendirian perseroan yang didirikan
dengan nama “Postspaar Bank”. Pada masa pendudukan jepang di
Indonesia kegiatan bank ini dibekukan dan digantikan dengan Tyokin
Kyoku. Setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia, bank ini diambil
alih oleh pemerintah Indonesia dan diubah menjadi kantor tabungan
pos. Lalu pada tahun 1950 namanya diubah menjadi Bank Tabungan
Pos (Undang-Undang darurat tahun 1950). Pada tahun 1963 nama Bank
Tabungan Pos diubah menjadi Bank Tabungan Negara atau BTN sesuai
dengan Perpu No.4 tahun 1963 dan Undang-Undang No.4 tahun 1964.
Pada tahun 1968 BTN menjadi bank milik Negara sesuai degan
Undang-Undang No.20 tahun 1968. Tahun 1989 Bank BTN beroperasi
sebagai bank umum dan mulai menerbitkan obligasi. Tahun 1992 status
hukum Bank Tabungan Negara menjadi perusahaan perseroan dan 2
tahun setelahnya Bank Tabungan Negara mendapat izin sebagai bank
devisa. Pada tahun 2000 Bank Tabungan Negara ikut dalam program
111
rekapitulasi. Pada tahun 2002 Bank BTN sebagai bank umum degan
fokus pinjaman tanpa subsidi untuk perumahan. Tahun 2003
restrukturisasi perusahaan secara menyeluruh. Dan di tahun 2008 Bank
BTN menjadi bank yang pertama di Indonesia yang melakukan
pendaftaran transaksi kontrak investasi kolektif efek beragun aset (KIK
EBA) di Bapepam yang kemudian dilakukan dengan pencatatan
perdana dan listing transaksi tersebut di bursa efek Indonesia pada
tahun 2009.
Visi yang dimiliki oleh Bank Tabungan Negara adalah menjadi
bank yang terkemuka dalam pembiayaan perumahan. Sedangkan misi
yang diemban oleh Bank Tabungan Negara ada 5 poin, yaitu:
a) Memberikan pelayanan unggul dalam pembiayaan perumahan
dan industri terkait, pembiayaan konsumsi dan usaha kecil
menengah.
b) Meningkatkan keunggulan kompetitif melalui inovasi
pengembangan produk, jasa dan jaringan strategis berbasis
teknologi terkini.
c) Menyiapkan dan mengembangkan Human Capital yang
berkualitas, professional dan memilki integritas yang tinggi.
d) Melaksanakan manajemen perbankan yang sesuai degan prinsip
kehati-hatian dan good governance untuk meningkatkan
shareholder value.
e) Mempedulikan kepentingan masyarakat dan lingkungan
112
B. Hasil analisa dan pembahasan
1. Analisis Deskriptif
Statistik Deskriptif memberikan gambaran suatu data yang dapat
dilihat dari nilai rata-rata (mean), standar deviasi, nilai maksimum dan
minimum. Berikut adalah hasil statistik deskriptif penelitian yang dapat
dilihat pada tabel 4.1:
Tabel 4.1Hasil Statistik Deskriptif
Sumber : Statistik Perbankan Indonesia Data diolah dengan SPSS19
Berdasarkan tabel 4.1 diatas menunjukkan bahwa jumlah data yang
digunakan dalam penelitian ini sebanyak 84 sampel data yang diambil dari
laporan keuangan publikasi Bank Indonesia, Statistik Perbankan Indonesia
(SPI) Bank Persero dan Badan Pusat Statistik (BPS) periode 2006 sampai
dengan 2012.
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum MeanStd.
Deviation
LDR 84 ,5898 ,8419 ,721958 ,0809683SBI 84 ,0048 ,0106 ,006561 ,0016635
Bank_Size 84 5,7469 6,3153 5,989081 ,1766916
INFLASI 84 -,0032 ,0246 ,004993 ,0049857
NPL 84 ,0030 ,0114 ,007183 ,0024269
Valid N(listwise)
84
113
Berdasarkan tabel 4.1 tersebut juga menunjukkan bahwa variabel
terikat (dependent) jumlah NPL memiliki nilai minimum 0,0030 atau 0,3%
pada bulan Agustus, September, Oktober dan Desember 2012 sedangkan
untuk nilai maksimumnya sebesar 0,0114 atau sebesar 1,14%pada bulan
Agustus dan Oktober 2006. Nilai rata-rata (mean) jumlah permintaan
kredit sebesar 0,007183 dan ukuran penyebaran data dari rata-ratanya
(standar deviasi) sebesar 0,0024269.
Variabel bebas loan to debt ratio (LDR) memiliki nilai minimum
0,5898 pada bulan Januari tahun 2007 sedangkan untuk nilai
maksimumnya sebesar 0,8419 pada bulan Agustus 2011. Nilai rata-rata
(mean) jumlah loan to debt ratio (LDR) sebesar 0,721958 dan ukuran
penyebaran data dari rata-ratanya (standar deviasi) sebesar 0,0809683.
Variabel bebas suku bunga sertifikat bank indonesia memliki nilai
minimum 0,0048 pada bulan Februari dan Desember tahun 2012
sedangkan untuk nilai maksimumnya sebesar 0,0106 pada bulan Januari
2006 hingga April 2006. Nilai rata-ratanya (mean) sebesar 0,006561 dan
ukuran penyebaran data dari rata-ratanya (standar deviasi) sebesar
0,0016635.
Variabel bebas bank size memliki nilai minimum 5,7469 pada
bulan April 2006 sedangkan untuk nilai maksimumnya sebesar 6,3153
pada bulan Desember 2008. Nilai rata-ratanya (mean) sebesar 5,989081
dan ukuran penyebaran data dari rata-ratanya (standar deviasi) sebesar
0,1766916.
114
Variabel bebas inflasi memliki nilai minimum -0,0032 pada bulan
Maret 2011 sedangkan untuk nilai maksimumnya sebesar 0.0246 atau
2,46% pada bulan Juni 2008. Nilai rata-ratanya (mean) sebesar 0,004993
dan ukuran penyebaran data dari rata-ratanya (standar deviasi) 0,0049857.
2. Pengujian Asumsi Klasik
a. Uji Normalitas
Uji normalitas dimaksudkan untuk menguji apakah nilai residual
yang telah di standarisasi pada model regresi berdistribusi normal atau
tidak. Nilai residual dikatakan berdistribusi normal jika nilai residual
terstandarisasi tersebut sebagian besar mendekati nilai rata-ratanya. Nilai
residual terstandarisasi yang berdistribusi normal jika digambarkan dalam
bentuk kurva akan membentuk gambar lonceng (bell-shaped curve) yang
kedua sisinya melebar sampai tidak terhingga. Dalam penelitian ini,
peneliti menggunakan uji normalitas dengan analisis grafik dan uji
Kolmogorov-Smirnov.
115
Berikut adalah hasil dari uji ini:
1) Analisa Grafik Histogram
Gambar 4.1
Berdasarkan gambar 4.1 grafik histogram Regression Residual
yang telah diolah dari variable data penelitian membentuk kurva yang
terlihat seperti lonceng maka dapat ditarik kesimpulan bahwa nilai
residual tersebut dinyatakan normal atau data berdistribusi normal.
116
2) Analisa Grafik dengan Normal Probability Plot (Normal P-P
Plot)
Gambar 4.2
Sumber : Data diolah
Berdasarkan gambar grafik 4.2 grafik P-P Plot of Regression
Standardized Residual, titik-titik mengikuti atau merapat ke garis
diagonal maka data dalam penelitian ini normal atau berdistribusi
normal meskipun ada beberapa titik yang menyimpang dari garis
diagonal.
117
3) Uji Kolmogorov-Smirnov
Tabel 4.2
Uji Kolmogorov-Smirnov
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Standardized Residual
N 84
Normal Parametersa,b Mean ,0000000
Std. Deviation ,97560608
Most Extreme
Differences
Absolute ,133
Positive ,091
Negative -,133
Kolmogorov-Smirnov Z 1,219
Asymp. Sig. (2-tailed) ,102
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
Sumber : Statistik Perbankan Indonesia Data diolah dengan
SPSS19
Berdasarkan tabel 4.2 tersebut terlihat bahwa nilai Sig. (2-tailed)
sebesar 0,102 > 0,05. Oleh sebab itu H0 diterima. Hal tersebut berarti
nilai residual terstandarisasi dinyatakan menyear secara normal.
b. Uji Multikolinieritas
Yaitu munculnya peluang diantara beberapa variabel bebas untuk
saling berkorelasi, pada praktiknya multikolinieritas tidak dapat
dihindari. Mengukur multikolinieritas dapat dilihat dari nilai Tolerance
dan Variance Inflation Factor (VIF). Tolerance mengukur variabilitas
variabel independen lainnya. Jadi nilai tolerance yang rendah sama
118
dengan nilai VIF tinggi karena VIF = 1/tolerance. Nilai cut off yang
umum dipakai untuk menunjukkan tidak adanya multikolinieritas adalah
nilai tolerance > 0.10 atau sama dengan VIF < 10. Berikut adalah hasil
dari uji Multikolinieritas pada tabel 4.3:
Tabel 4.3Uji Multikolinieritas dengan Nilai Tolerance dan VIF (Variance
Inflation Factor)
B
e
r
d
a
s
a
r
Berdasarkan tabel 4.3 diatas, nilai Tolerance variabel bebas Loan to
Deposit Ratio (LDR) = 0,244, Suku Bunga Sertifikat Bank Indonesia
(SBI) = 0,353, Bank Size = 0,505 dan Inflasi = 0.821. sedangkan nilai
VIF variabel bebas jumlah Loan to Deposit Ratio (LDR) = 4,095, Suku
Bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI) = 2,829, Bank Size = 1,980, dan
Indeks Harga Konsumen (IHK) = 1,217. Dapat disimpulkan bahwa model
regresi dinyatakan bebas dari multikolinearitas karena nilai tolerance >
0,1 dan nilai VIF < 10.
Coefficientsa
Model
UnstandardizedCoefficients
StandardizedCoefficients
T Sig.
CollinearityStatistics
BStd.
Error BetaToleranc
e VIF
1 (Constant) ,028 ,005 5,281 ,000
LDR -,017 ,003 -,556 -5,305 ,000 ,244 4,095
SBI ,403 ,127 ,277 3,175 ,002 ,353 2,829
Bank_Size -,002 ,001 -,139 -1,904 ,061 ,505 1,980
INFLASI ,009 ,028 ,019 ,325 ,746 ,821 1,217
a. Dependent Variable: NPLSumber : Statistik Perbankan Indonesia Data diolah dengan SPSS19
119
c. Uji Heteroskedastisitas
Heteroskedastisitas berarti ada varian variable pada model regresi
yang tidak sama (konstan). Sebaliknya, jika varian variable pada model
regresi memiliki nilai yang sama (konstan) maka disebut dengan
homoskedastisitas. Yang diharapkan pada pada model regresi adalah
yang homoskedastisitas. Masalah heteroskedasitas sering terjadi pada
penelitian yang menggunakan data cross-section. Pada penelitian ini
pengujian heteroskedastisitas menggunakan metode analisis grafik
Scatterplot dan metode uji glejser Berikut adalah hasil dari metode yang
dilakukan:
1) Metode Analisis Grafik Scatterplot
Berikut adalah tampilan scatterplot pada gambar 4.3 di bawah ini:
Gambar 4.3
120
Sumber: Data diolah
Berdasarkan tampilan Scatterplot pada gambar 4.3
tersebut maka dapat disimpulkan bahwa plot menyebar secara
acak diatas maupun dibawah angka nol pada sumbu Regression
Studentized Residual. Oleh karena itu pada model regresi yang
dibentuk dinyatakan tidak terjadi gejala heteroskedastisitas.
2) Metode Analisis Uji Park
Tabel 4.4
Uji Park
Coefficientsa
Model
UnstandardizedCoefficients
StandardizedCoefficients
t Sig.B Std. Error Beta1 (Constant) -41,179 21,125 -1,949 ,055
LnLDR -2,952 3,745 -,203 -,788 ,433LnSBI -2,495 1,500 -,350 -1,663 ,101LnBank_size 7,255 9,455 ,127 ,767 ,446LnINFLASI -,029 ,196 -,019 -,150 ,881
a. Dependent Variable: Lnei2Sumber : Statistik Perbankan Indonesia Data diolah dengan SPSS19
Dari data tabel 4.4 di atas dapat disimpulkan bahwa nilai Sig
lebih dari 0,05 sehingga ke empat variable tersebut tidak terjadi gejala
heteroskedastisitas. Karena nilai signifikansi dari variable LnLDR
sebesar 0,433, nilai dari variable LnSBI sebesar 0,101, nilai Sig dari
variable LnBank_Size adalah sebesar 0,446, dan nilai signifikansi dari
Variabel LnINFLASI sebesar 0,881. Maka dapat disimpulkan tidak
terdapat gejala heteroskedastisitas atau H0 diterima.
121
d. Uji Otokorelasi
Uji otokorelasi bertujuan untuk mengetahui apakah ada korelasi
antara anggota serangkaian data observasi yang diuraikan menurut
waktu (time-series) atau ruang (cross section). Salah satu penyebab
munculnya masalah otokorelasi adalah adanya kelembaman (inertia)
artinya kemungkinan besar akan mengandung saling ketergantungan
(interdependence) pada data observasi periode sebelumnya dan periode
sekarang.
Salah satu ukuran dalam menentukan ada tidaknya masalah
otokorelasi adalah dengan Run test. Uji run test digunakan sebagai
bagian dari statistik non-parametrik dapat pula digunakan untuk
menguji apakah antar residual terdapat korelasi yang tinggi. Jika antar
residual tidak terdapat hubungan korelasi maka dikatakan bahwa
residual adalah acak atau random.
Tabel 4.5
Uji Otokorelasi
Runs Test
Standardized Residual
Test Valuea .00010
Cases < Test Value 41
Cases >= Test Value 42
Total Cases 83
Number of Runs 36
Z -1.435
Asymp. Sig. (2-tailed) .151
a. Median
Sumber : Statistik Perbankan Indonesia Data diolah dengan SPSS19
122
Berdasarkan tabel 4.5 diatas nilai Asymp. Sig. (2-tailed) sebesar
0,151 yang artinya nilai signifikasnsi dari Standardized Residual >dari
0,05. Hal ini menunjukan bahwa variabel data tersebut bersifat acak
atau tidak terjadi otokorelasi.
3. Pengujian Hipotesis
a. Uji F
Uji Fhitung digunakan untuk menguji pengaruh secara simultan
varia bebas terhadap variabel terikatnya atau untuk menguji ketepatan
model (goodness of fit). Jika variabel bebas memiliki pengaruh secara
simultan (bersama-sama) terhadap variabel terikat maka model
persamaan regresi masuk dalam kriteria cocok atau fit. Sebaliknya, jika
tidak terdapat pengaruh secara simultan maka masuk dalam kategori
tidak cocok atau not fit.
Adapun cara pengujian dalam uji F ini, yaitu dengan
menggunakan suatu tabel yang disebut dengan Tabel ANOVA (Analysis
of Variance) dengan melihat nilai signifikasi (Sig < 0,05 atau 5 %). Jika
nilai signifikasi > 0.05 maka H1 ditolak, sebaliknya jika nilai signifikasi
< 0.05 maka H1 diterima. Berikut adalah tabel ANOVA pada tabel 4.6 :
123
Tabel 4.6Uji F
ANOVAb
ModelSum ofSquares df
MeanSquare F Sig.
1 Regression ,000 4 ,000 73,485 ,000a
Residual ,000 79 ,000
Total ,000 83
a. Predictors: (Constant), INFLASI, SBI, Bank_Size, LDRb. Dependent Variable: NPL
Sumber : Statistik Perbankan Indonesia Data diolah dengan SPSS19
Berdasarkan tabel 4.6 di atas nilai Fhitung diperoleh 73,485 dengan
tingkat signifikan 0,000, karena tingkat signifikasi lebih kecil dari 0,05
maka H0 ditolak atau H1 diterima dan nilai Fhitung > Ftabel (73,483 > 2,153)
dengan nilai F tabel df:α, (k-1), (n-k) atau 0,05, (4-1), (84-4) = 2,153.
Dapat disimpulkan bahwa jumlah Loan to Deposit Ratio, Suku Bunga
Sertifikat Bank Indonesia, Bank Size dan Inflasi berpengaruh terhadap
variable Non Performing Loan.
b. Uji t
Setelah melakukan uji koefisien regresi secara keseluruhan, maka
langkah selanjutnya adalah menghitung koefisien regresi secara individu
atau uji t. Uji t digunakan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh
masing-masing variabel independen secara individual (parsial) terhadap
variabel dependen yang diuji pada tingkat signifikasi 0.05 maka variabel
independen berpengaruh terhadap variabel dependen.
124
Berikut adalah hasil pengujian hipotesis dengan uji t pada tabel
4.7 di bawah ini:
Tabel 4.7Hasil Uji t
Coefficientsa
Model
UnstandardizedCoefficients
StandardizedCoefficients
t Sig.B Std. Error Beta1 (Constant) ,028 ,005 5,281 ,000
LDR -,017 ,003 -,556 -5,305 ,000SBI ,403 ,127 ,277 3,175 ,002Bank_Size -,002 ,001 -,139 -1,904 ,061INFLASI ,009 ,028 ,019 ,325 ,746
a. Dependent Variable: NPLSumber : Statistik Perbankan Indonesia Data diolah dengan SPSS19
1) Uji t terhadap variabel Loan to Deposit Ratio (LDR)
Hasil perhitungan yang didapat pada tabel 4.7 variabel Loan
to Deposit Ratio (LDR) secara statistik menunjukkan hasil yang
signifikan pada nilai lebih kecil dari α (0,000 < 0,05). Sedangkan
nilai t hitung X1 = -5,305 dan t tabel sebesar 1.991 (df (n – k) 84-4 =
80, α = 0,05), sehingga t hitung < t tabel (-5,305 < -1.991 ). Maka
Ho ditolak sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel loan to
deposit ratio (LDR) berpengaruh secara negatif signifikan terhadap
variabel non performing loan KPR pada bank PERSERO.
Hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian dari Rajiv
Ranjan dan Sarat Chandra Dhal, (2003), Siti Wahyuni (2011) yang
menyatakan bahwa loan to deposit ratio memiliki pengaruh negatif
terhadap perkembangan nilai non performing loan. Hal tersebut
dikarenakan Likuiditas adalah tingkat kemampuan bank memenuhi
125
kewajiban keuangan yang harus dibayar. Tingkat likuiditas dapat
diukur antara lain dengan rasio keuangan yaitu Loan To Deposit
Ratio (LDR) yang merupakan rasio untuk menilai likuiditas suatu
bank dengan cara membagi jumlah kredit yang diberikan oleh bank
terhadap dana oleh pihak ketiga.
Menurut Toby, Adolphus (2010) Sebagian besar bank
dioperasikan dengan atas rata-rata loan to deposit ratio, meskipun
tingkat kredit macet portofolio pada tingkat rata-rata. Sebagian besar
bank memiliki rasio likuiditas yang melebihi rata-rata. Secara
keseluruhan, sebagian besar bank di Nigeria memasuki era krisis
global yang memiliki riwayat ketidakpatuhan dengan indikator
kehati-hatian dasar. Posisi rata-rata dalam hal kredit macet portofolio
bisa saja dipengaruhi oleh beberapa bank yang kuat dengan
pembukuan bagus. Rasio likuiditas sebagian besar bank tampaknya
berada di atas rata-rata industri dan dengan implikasi atas kehati-
hatian Minimum Rasio Likuiditas (MLR) dari 40%.
Menurut Mulyono (2009:101). Semakin besar jumlah
keseluruhan dana yang likuid di dalam sebuah bank maka angka non
performing loan pada perbankan juga dapat di tanggulangi dengan
likuiditas total asset yang mudah di cairkan tersebut.
126
2) Uji t Terhadap Suku Bunga Sertifikat Bank Indonesia
Hasil perhitungan yang didapat pada tabel 4.7 variabel suku
bunga kredit statistik menunjukkan hasil yang signifikan pada nilai
lebih kecil dari α (0,000< 0,05). Sedangkan nilai t-hitung X2 = 3,175
dan t tabel sebesar 1.991 (df (n – k) 84-4 = 80, α = 0,05), sehingga t
hitung > t tabel (3,175> 1.991). Maka Ho ditolak sehingga dapat
disimpulkan bahwa variabel Suku Bunga Sertifikat Bank Indonesia
(SBI) memiliki pengaruh signifikan terhadap variable non
performing loan KPR pada bank PERSERO.
Hasil penelitian ini mendukung dari hasil penelitian
Triwibawanto Agus (2002), Honny K Tanudjaja(2006) yang
menyatakan bahwa perubahan suku bunga Bank Indonesia akan
mempengaruhi perubahan rasio non performing loan secara
signifikan. Semakin tinggi tingkat suku bunga maka semakin besar
kemungkinan nasabah kesulitan dalam melunasi kredit yang mereka
pinjam.
3) Uji-t terhadap Bank Size
Hasil perhitungan yang didapat pada tabel 4.7 variabel Bank
size statistik menunjukkan hasil yang tidak signifikan pada nilai
lebih besar dari α (0,061> 0,05). Sedangkan nilai t hitung X3 = -
1,904 dan t tabel sebesar 1.991 (df (n – k) 84-4 = 80, α = 0,05),
sehingga -t hitung > -t tabel (-1,904 > -1.991 ). H0 diterima sehingga
dapat disimpulkan bahwa variabel Bank Size tidak memiliki
127
pengaruh terhadap variable non performing loan KPR pada bank
PERSERO.
Penelitian ini di dukung atas hasil yang telah di teliti oleh Salas
dan Saurina (2002) menemukan hubungan negatif antara ukuran
bank dan kredit macet dan berpendapat bahwa ukuran yang lebih
besar memungkinkan untuk peluang diversifikasi lebih. Pada
pembahasan literatur lain yang telah difokuskan pada tingkat
konsentrasi pinjaman di berbagai sektor, dan mengusulkan bahwa
kerentanan dalam sektor konsentrasi kredit yang tinggi cenderung
memperburuk rasio non performing.
Namun pada penelitian lain hasil dari penelitian ini tidak
searah dengan penelitian yang di kemukakan oleh Senyonga and
Prabowo (2006), menunjukkan bahwa ukuran bank yang dilihat dari
besarnya aset memiliki hubungan positif terhadap modal bank. Aset
yang lebih besar akan mendorong likuiditas bank sehingga dapat
meningkatkan modal mereka lebih besar juga. Penelitian lain yang
dilakukan oleh
4) Uji-t terhadap Inflasi
Hasil perhitungan yang didapat pada tabel 4.7 variabel inflasi
secara statistik menunjukkan hasil yang tidak signifikan pada nilai
lebih besar dari α (0,746> 0,05). Sedangkan nilai t hitung X4 =
0,325dan t tabel sebesar -1.991 (df (n – k) 84-4 = 80, α = 0,05),
sehingga t hitung < t tabel (0,325< 1.991). Maka Ho diterima,
128
sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel inflasi tidak berpengaruh
secara signifikan terhadap non performing loan KPR pada bank
PERSERO.
Secara teoritis, meningkatnya tingkat inflasi berdampak pada
kenaikan suku bunga, agar suku bungan riil tetap menarik. Namun
pengaruh inflasi terhadap NPL industri tidak nampak jelas. Artinya
tidak benar bahwa inflasi yang meningkat dapat meningkatkan kredit
bermasalah sektor KPR.
Hal tersebut di karenakan ketika inflasi mengalami penurunan
biasanya Bank Indonesia merespon dengan melakukan kebijakan
menurunkan BI rate. Namun penurunan BI rate tersebut tidak secara
langsung direspon oleh pihak perbankan dengan turut menurunkan
suku bunga pinjaman dalam jangka pendek. Respon yang lambat
yang dilakukan pihak perbankan disebabkan oleh masih belum
pastinya kondisi makro ekonomi akibat krisis global yang terjadi
pada 2008 sehingga pihak perbankan harus menjaga kehati-hatian
dalam memberikan kredit dengan menetapkan suku bunga yang
tinggi. Hal ini mengakibatkan bahwa inflasi pada periode penelitian
menjadi tidak berpengaruh terhadap kredit bermasalah sektor KPR.
Penelitian ini memperkuat penelitian yang dilakukan oleh
Honny K Tanudjaja (2006) yang membahas tentang pengaruh non
performing loan dengan beberapa fariabel makro seperti, tingkat
129
suku bunga, uang beredar, nilai tukar rupiah dan harga minyak
mentah. Dari penelitian tersebut menyatakan bahwa inflasi tidak
berpengaruh signifikan terhadap kredit bermasalah.
Berdasarkan tabel 4.7 di atas, maka diperoleh model persamaan regresi
sebagai berikut:
Dimana :
Y = Jumlah NPL sektor KPR bank PERSERO (dalam persentase)
X1 = Loan to Deposit Ratio (dalam Persentase)
X2 = Suku Bunga Sertifikat Bank Indonesia (dalam persentase)
Adapun interpretasi statistik penulis pada model persamaan regresi dan
hasil uji t di atas adalah sebagai berikut:
1) Apabila X1, X2, bernilai 0, maka nilai Y adalah 2,8% maksudnya
adalah jika Bank PERSERO (sampel yang diambil) tidak melakukan
operasional perbankan selama tahun penelitian dapat dikatakan
bahwa dalam periode 2006-2012 jumlah non performing loan KPR
berjumlah sebesar 2,8%.
2) X1 = -0,017 maksudnya adalah jika setiap kenaikan 1% nilai loan to
deposit ratio (X1) akan menyebabkan turunnya nilai NPL sebesar
1,7%
Y = 0,028 – 0.017X1 + 0,403X2
130
3) X2 = 0,403 maksudnya adalah jika setiap kenaikan 1% Suku Bunga
Sertifikat Bank Indonesia (X2) akan menyebabkan kenaikan nilai
NPL sebesar 40,3%.
c. Uji Adjusted R Square (R2adj)
Koefisien determinasi atau R square (R2) merupakan besarnya
kontribusi variabel bebas terhadap variabel terikatnya. Semakin tinggi
koefisien determinasi, semakin tinggi kemampuan variabel bebas dalam
menjelaskan variasi perubahan pada variabel terikatnya. Koefisien
determinasi memiliki kelemahan, yaitu bias terhadap jumlah variabel
bebas yang dimasukkan dalam model regresi di mana setiap penambahan
satu variabel bebas dan jumlah pengamatan dalam model akan
meningkatkan nilai R2 meskipun variabel yang dimasukkan tersebut tidak
memiliki pengaruh yang signifikan terhadap variabel terikatnya. Untuk
mengurangi kelemahan tersebut maka digunakan koefisien determinasi
yang telah disesuaikan, Adjusted R Square (R2adj).
Koefisien determinasi yang telah disesuaikan berarti bahwa
koefisien tersebut telah dikoreksi dengan memasukkan jumlah variabel
dan ukuran sampel yang digunakan. Dengan menggunakan koefisien
determinasi yang disesuaikan maka nilai koefisien determinasi yang
disesuaikan itu dapat naik atau turun oleh adanya penambahan variabel
baru dalam model. Selengkapnya mengenai hasil uji Adj R2 dapat dilihat
pada tabel 4.7 di bawah ini:
131
Tabel 4.8
Uji R Square
Model Summaryb
Model R R SquareAdjusted R
Square Std. Error of the Estimate
1 ,888a ,788 ,777 ,0011449
a. Predictors: (Constant), INFLASI, SBI, Bank_Size, LDRb. Dependent Variable: NPLSumber : Statistik Perbankan Indonesia Data diolah dengan SPSS19 dengan
SPSS19
Besarnya angka Adjusted R Square adalah 0,777 atau sebesar
77,7%. Dapat disimpulkan bahwa pengaruh loan to deposit rasio, suku
bunga sertifikat Bank Indonesia (SBI), bank size dan Inflasi terhadap
perubahan rasio non performing loan KPR pada Bank Persero adalah
77,7%, sedangkan sisanya sebesar 24,8% (100% - 75,2%) dipengaruhi
oleh variabel-variabel lain yang tidak dimasukkan ke dalam penelitian
ini.
Adapun angka koefisien korelasi (R) menunjukkan nilai sebesar
0,888 yang menandakan bahwa hubungan antara variabel bebas dan
variabel terikat adalah kuat dan positif karena memiliki nilai lebih dari
0,5 (R > 0,5) atau 0,888 > 0,5. Dan hubungan ini menunjukan bahwa
apabila variabel bebas naik maka variabel terikat akan naik, begitu pula
sebaliknya apabila variabel bebas turun maka variabel terikatnya akan
turun.
131
BAB V
KESIMPULAN DAN IMPLIKASI
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang telah dipaparkan pada
bab sebelumnya, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Hasil Uji F menunjukkan bahwa variabel bebas yang diteliti yaitu loan
to deposit ratio, suku bunga SBI, bank size dan inflasi secara simultan
berpengaruh signifikan terhadap perubahan nilai non performing loan
KPR pada bank PERSERO periode 2006-2012 dengan hasil pengujian
pada tabel anova nilai Fhitung > Ftabel (73,483 > 2,153).
2. Hasil Uji t menunjukkan bahwa variabel bebas loan to deposit ratio,
suku bunga SBI, bank size dan inflasi secara parsial atau individu
memiliki pengaruh signifikan terhadap perubahan nilai non performing
loan KPR pada bank PERSERO periode 2006-2012 dengan hasil yang
berbeda-beda. Dari hasil analisis tersebut diketahui bahwa terdapat
hubungan yang negatif antara LDR dengan perubahan nilai NPL KPR.
Selain itu variable SBI memiliki pengaruh yang positif terhadap NPL
KPR. Variabel bank size memiliki hubungan yang negative terhadap
perubahan NPL KPR. Sedangkan pada variable inflasi terjadi pengaruh
positif terhadap NPL KPR pada bank PERSERO.
132
B. Implikasi Penelitian
Berdasarkan kesimpulan yang telah diuraikan, maka penulis mencoba
mengemukakan implikasi yang mungkin bermanfaat di antaranya:
1. Bagi Bank Persero
Dengan adanya temuan bahwa variabel suku bunga Sertifikat Bank
indonesia (SBI) dan inflasi berpengaruh terhadap jumlah permintaan
kredit, sedangkan variabel loan to deposit ratio (LDR) dan bank size
tidak berpengaruh signifikan terhadap jumlah permintaan kredit dengan
tingkat kontribusi yang berbeda-beda. Hasil penelitian ini dapat
bermanfaat untuk evaluasi perkembangan sistem Bank Persero dan
langkah untuk mengambil kebijakan yang terkait seperti:
a. Kebijakan yang terkait dengan peningkatan asset perbankan, hendaknya
bank Persero semakin meningkatkan penghimpunan total asset
perbankan ini, mengingat variabel ini mempunyai pengaruh yang paling
dominan terhadap pertumbuhan kredit. Salah satu cara untuk
meningkatkan penhimpunan total asset perbankan adalah dengan
menghimpun dana dari pihak ketiga dan melakukan penyaluran dana
melalui kredit yang akan disalurkan.
b. Kebijakan yang terkait dengan Suku Bunga Sertifikat Bank Indonesia
(SBI), hendaknya pihak bank Persero lebih memperhatikan
peningkatan dan penurunan suku bunga Sertifikat Bank Indonesia
(SBI) yang ditetapkan oleh Bank Indonesia (BI). Sehingga Bank
133
Persero dapat segera mengambil kebijakan dalam menyesuaikan suku
bunga kredit.
c. Kebijakan yang terkait dengan Inflasi, hendaknya Bank Persero lebih
memperhatikan penetapan arah kebijakan moneter oleh Bank
Indonesia (BI), yaitu dalam hal penetapan arah inflasi. Sehingga bank
Pesero dapat mengatasi sedini mungkin pengaruhnya terhadap sektor
kredit perbankan, serta menyesuaikan dengan suku bunga kredit.
2. Akademisi
Penelitian ini akan menambah kepustakaan di bidang manajemen
khusunya perbankan dan dapat dijadikan sebagai bahan bacaan untuk
menambah wawasan dan pengetahuan, khususnya tentang Loan to Deposit
Ratio (LDR), Suku Bunga SBI, Bank Size dan inflasi yang mempengaruhi
Non-Performing Loan KPR pada bank PERSERO.
Untuk peneliti selanjutnya sebaiknya memperbanyak jumlah
variabel kebijakan moneter, misalnya : PDB, Harga minyak dunia, kurs
dan lainnya. Selain itu bisa dengan menambah instrumen Rasio keungan
seperti ROA, ROE, dan CAR. dan juga perlu dipertimbangkan subyek
penelitian lainnya mengingat perkembangan perbankan di Indonesia.
134
DAFTAR PUSTAKA
Ali, Masyhud. “Asset Liability Management, Menyiasati Risiko Pasar dan RisikoOperasional dalam Perbankan”. Jakarta, PT. Elex Media KompetindoKelompok Gramedia. 2004.
Case dan Fair. “ Prinsip-prinsip Ekonomi”. Erlangga, Jakarta, 2006
Ghozali, Imam. “Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS 19”.5th edition, Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang, 2011.
Hamid, Abdul. “Buku Pedoman Penulisan Skripsi”. FEB UIN Jakarta, Jakarta,2010
Haryati, Sri. “Pertumbuhan Kredit Perbankan di Indonesia: Intermediasi danPengaruh Variabel Makro Ekonomi”, Jurnal Keuangan dan Perbankan,Vol. 13 No.2, Surabaya, 2007.
Honny K. Tanudjaja. “Analisis hubungan dan pengaruh variabel-variabelmakroekonomi terhadap kredit bermasalah.” 2006
Ismail, “Manajemen Perbankan Dari Teori Menuju Aplikasi”, Kencana, Jakarta.2011
Johannes Ibrahim , ”Bank Sebagai Lembaga Intermediasi dalam Hukum Positif”,Penerbit CV. Utomo, Bandung, 2004
Kasmir. “Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya”, PT Raja Grafindo Persada,Jakarta, 2008.
Kasmir. “Dasar-dasar Perbankan”. Edisi 1. Cetakan 2. PT Raja GrafindoPersada, Jakarta, 2003.
Kevin Greenidge and Tiffany Grosvenor “FORECASTING NON-PERFORMINGLOANS IN BARBADOS”. 2010
Kieso, Donald E., Jerry J. Weygandt, dan Terry D. Warfield, “AkuntansiIntermediete”, Terjemahan Emil Salim, Jilid 1, Edisi Kesepuluh,Penerbit Erlangga, Jakarta. 2002
Lukman, Dendawijaya.” Manajemen Bank”. Ghalia Indonesia, Bogor, 2005.
Manurung, Mandala dan Prathama Rahardja. “Uang, Perbankan dan EkonomiMoneter (Kajian Kontekstual Indonesia),” FEUI. Jakarta, 2004
Martono, “Bank dan Lembaga Keuangan Bank”. Ekonisia, 2010
135
Mishkin, Frederic S. 2008. Ekonomi Uang, Perbankan, dan Pasar Keuanganedisi8. Salemba Empat : Jakarta.
Misra dan Sarat Dhal. “ Pro-cyclical Management of Banks’ Non-PerformingLoans by the Indian Public Sector Banks”. 2010
Muhamad Djumhana, “Hukum Perbankan di Indonesia”, Bandung, PT CitraAditya Bakti. 2003
Nachrowi dan Hardius Usman. “Pendekatan Populer dan Praktis Ekonometrikauntuk Analisis Ekonomi dan Keuangan”. Universitas Indonesia, 2006.
Nopirin. “ Pengantar Ilmu Ekonomi Makro dan Mikro”. BPFE, Yogyakarta, 2000
Puspropanoto, Sawaldjo. “ Keuangan Perbankan dan Pasar Keungan: Konsep,Teori, dan Realita”. Pustaka LP3ES Indonesia, Jakarta, 2004
Putong, Iskandar. “Pengantar Ekonomi Mikro dan Makro”. Jakarta, GhaliaIndonesia. 2000
Rajiv Ranjan dan Sarat Chandra Dhal. “Non-Performing Loans and Terms ofCredit of Public Sector Banks in India: An Empirical Assessment”. 2003
Rivai, Veithal dan Andria Permata Veithal. “Credit management handbook:Teori,Konsep, Prosedur, dan Aplikasi Panduan Praktis Mahasiswa, Bankir,dan Nasabah”. Ed.1-2, PT Raja Gafindo Persada, Jakarta, 2007.
Riyadi, Selamet. “Banking Assets and Liability Management”. 3rd edition,Lembaga Penerbit FEUI, Jakarta, 2006.
Rodoni, Ahmad dan Abdul Hamid. “Lembaga Keuangan Syariah”. Zikrul Hakim,Jakarta, 2008.
S.Scott MacDonald, Timothy W.Koch.. Management of Banking (6th edition).USA: Thomson South Western. 2006
Santoso, Singgih. “Buku Latihan SPSS Parametrik”. Elex Media Komputindo,Jakarta, 2012
Siamat, Dahlan,”Management Lembaga Keuangan: Kebijakan Moneter danPerbankan”, Lembaga Penerbit UI, Jakarta, 2005.
136
Simorangkir, O.P. “Pengantar Lembaga Keuangan Bank dan Non Bank.”, Bogor,Ghalia Indonesia. 2005
Siswanto Sutojo. “Menangani Kredit Bermasalah Konsep dan Kasus”, Jakarta.PT. Damar Mulia Pustaka. 2008
Somoye, R.O.C. “The variation of risks on non-performing loans on bankperformances in Nigeria.” 2010
Sudarsono dan Edilius. “Manajemen Koperasi Indonesia”, Jakarta: Rineka Cipta.2007
Sugiyono. “Metode Penelitian Bisnis”. Alfabeta, Bandung, 2009
Sukirno, Sadono. “Teori Pengantar Makro Ekonomi”. 3rd edition, Raja GrafindoPersada, Jakarta, 2004
Suliyanto. “Ekonometrika Terapan: Teori & Aplikasi dengan SPSS”. Andi,Yogyakarta, 2011.
Susilo, dkk. “Bank dan Lembaga Keungan Lain”. Jakarta, Salemba Empat.2000
Suyatno, Thomas Drs. dkk. “Dasar-Dasar Perkreditan. Edisi keempat”. PT.Gramedia Pustaka Utama. Jakarta, 2004
Syeda Zabeen Ahmed. “An Investigation Of The Relationship Between Non-Performing Loans, Macroeconomic Factors, And Financial Factors InContext Of Private Commercial Banks In Bangladesh”. 2006
Teguh Pudjo Mulyono, “Manajemen Perkreditan”, Yogyakarta, Rineka Cipta.2001
Triandaru, Sigit dan Totok Budisantoso. “Bank dan Lembaga Keungan Lain”.Edisi 2, Jakarta, Salemba Empat.2009
Wiagustini, Ni luh Putu. “Dasar – Dasar Manajemen Keuangan”. Denpasar. UdayanaUniversity Press. 2010
---------” Outlook Ekonomi Indonesia 2009-2014”. Bank Indonesia, Jakarta, 2009.
138
Lampiran 1: Data-data Variabel Penelitian dari Tahun 2006-2012
TANGGAL LDR % SBI % SIZEMilyar
INFLASI% NPL %
Jan-06 59.73 12.72 5.7531 1.36 0.92Feb-06 59.65 12.72 5.7517 0.58 1.02Mar-06 60.2 12.72 5.7477 0.03 1.07Apr-06 60.42 12.72 5.7469 0.05 1.03
May-06 60.53 12.48 5.7487 0.37 1.08Jun-06 60.58 12.48 5.749 0.45 1.04Jul-06 60.9 12.24 5.7489 0.45 1.12
Aug-06 60.74 11.76 5.7496 0.33 1.14
Sep-06 60.93 11.28 5.7513 0.38 1.05Oct-06 59.88 10.8 5.7535 0.86 1.14Nov-06 59.67 10.2 5.756 0.34 1.12Dec-06 60.03 9.72 5.7592 1.21 0.83
Jan-07 58.98 9.48 5.7961 1.04 0.99Feb-07 59.78 9.24 5.7935 0.62 1Mar-07 60.62 9 5.7928 0.24 1.03Apr-07 60.32 9 5.7927 -0.16 1.1
May-07 60.66 8.76 5.7937 0.1 1.12Jun-07 61.88 8.52 5.7959 0.23 1.04Jul-07 61.42 8.28 5.7983 0.72 1
Aug-07 63.59 8.28 5.7995 0.75 0.98
Sep-07 64.33 8.28 5.8015 0.8 1.02Oct-07 65.53 8.28 5.8036 0.79 0.97Nov-07 66.28 8.28 5.8057 0.18 0.94Dec-07 62.37 8.04 5.8115 1.1 0.84
Jan-08 64.12 8.04 6.288 1.77 0.9Feb-08 65.92 8.04 6.288 0.65 0.91Mar-08 68.54 8.04 6.2883 0.95 0.88Apr-08 69.35 8.04 6.2887 0.57 0.84
May-08 71.62 8.28 6.29 1.41 0.81Jun-08 71.32 8.52 6.2933 2.46 0.75Jul-08 74.42 8.76 6.295 1.37 0.74
Aug-08 78.98 9 6.2964 0.51 0.74
Sep-08 76.6 9.24 6.3 0.97 0.65Oct-08 75.89 9.48 6.3052 0.45 0.64Nov-08 75.56 9.48 6.3107 0.12 0.6Dec-08 70.27 9.24 6.3153 -0.04 0.53
139
Jan-09 71.45 8.76 5.918 -0.07 0.62
Feb-09 73.06 8.28 5.9168 0.21 0.65Mar-09 73.4 7.8 5.9186 0.22 0.69Apr-09 73.68 7.56 5.919 -0.31 0.72
May-09 74.5 7.2 5.9204 0.04 0.73
Jun-09 74.79 6.96 5.9236 0.11 0.66Jul-09 75.64 6.72 5.9252 0.45 0.68
Aug-09 75.64 6.48 5.9278 0.56 0.71Sep-09 74.64 6.48 5.9236 1.05 0.71
Oct-09 79.95 6.48 5.9256 0.19 0.7Nov-09 73.68 6.48 5.9281 -0.03 0.62Dec-09 69.55 6.48 5.9337 0.33 0.54Jan-10 70.08 6.48 5.9759 0.84 0.56
Feb-10 73.38 6.48 5.9754 0.3 0.59Mar-10 73.75 6.48 5.9751 -0.14 0.62Apr-10 74.97 6.48 5.9766 0.15 0.64
May-10 76.53 6.48 5.9763 0.29 0.67
Jun-10 75.63 6.48 5.9784 0.97 0.63Jul-10 77.63 6.48 5.9789 1.57 0.64
Aug-10 79.18 6.48 5.9791 0.76 0.62Sep-10 78.23 6.48 5.9802 0.44 0.64
Oct-10 77.99 6.48 5.9816 0.06 0.64Nov-10 77.89 6.48 5.9835 0.6 0.63Dec-10 71.54 6.48 5.9892 0.92 0.53Jan-11 74.3 6.48 6.0342 0.89 0.62
Feb-11 77.88 6.72 6.0296 0.13 0.66Mar-11 77.67 6.72 6.0328 -0.32 0.64Apr-11 79.83 6.72 6.0337 -0.31 0.68
May-11 80.47 6.72 6.0362 0.12 0.69
Jun-11 81.79 6.72 6.0391 0.55 0.66Jul-11 81.83 6.72 6.0408 0.67 0.67
Aug-11 84.19 6.72 6.0428 0.93 0.65Sep-11 83.18 6.72 6.0459 0.27 0.62
Oct-11 80.95 6.48 6.0494 -0.12 0.61Nov-11 81.51 6 6.056 0.34 0.57Dec-11 74.75 6 6.062 0.57 0.47Jan-12 76.58 6 6.102 0.76 0.32
Feb-12 79.9 5.76 6.0987 0.05 0.32Mar-12 81.16 5.76 6.1074 0.07 0.32Apr-12 82.48 5.76 6.1158 0.21 0.32
140
May-12 80.91 5.76 6.1292 0.07 0.32
Jun-12 81.51 5.76 6.1366 0.62 0.31Jul-12 82.18 5.76 6.132 0.7 0.31
Aug-12 82.88 5.76 6.1376 0.95 0.3Sep-12 83.84 5.76 6.1426 0.01 0.3
Oct-12 83.72 5.76 6.1449 0.16 0.3Nov-12 82.71 5.76 6.1578 0.07 0.36Dec-12 79.84 5.76 6.1862 1.03 0.3
Lampiran 2: Tabel Deskriptif StatistikDescriptive Statistics
Mean Std. Deviation N
NPL ,007183 ,0024269 84
LDR ,721958 ,0809683 84
SBI ,006561 ,0016635 84
Bank_Size 5,989081 ,1766916 84
INFLASI ,004993 ,0049857 84
Lampiran 3: Tabel Model Regresi, Anova, dan Koefisien
a. Predictors: (Constant), INFLASI, SBI, Bank_Size, LDR
b. Dependent Variable: NPL
ANOVAb
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression ,000 4 ,000 73,485 ,000a
Residual ,000 79 ,000
Total ,000 83
a. Predictors: (Constant), INFLASI, SBI, Bank_Size, LDR
b. Dependent Variable: NPL
Model Summaryb
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
1 ,888a ,788 ,777 ,0011449
141
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig.B Std. Error Beta
1 (Constant) ,028 ,005 5,281 ,000
LDR -,017 ,003 -,556 -5,305 ,000
SBI ,403 ,127 ,277 3,175 ,002
Bank_Size -,002 ,001 -,139 -1,904 ,061
INFLASI ,009 ,028 ,019 ,325 ,746
a. Dependent Variable: NPL
Lampiran 4: Uji Normalitas
142
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized
Residual
N 84
Normal Parametersa,b Mean ,0000000
Std. Deviation ,00111700
Most Extreme Differences Absolute ,133
Positive ,091
Negative -,133
Kolmogorov-Smirnov Z 1,219
Asymp. Sig. (2-tailed) ,102
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
143
Lampiran 5: Uji Multikolinieritas dan Otokorelasi
Uji Told an VIFCoefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig.
Collinearity Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF
1 (Constant) ,028 ,005 5,281 ,000
LDR -,017 ,003 -,556 -5,305 ,000 ,244 4,095
SBI ,403 ,127 ,277 3,175 ,002 ,353 2,829
Bank_Size -,002 ,001 -,139 -1,904 ,061 ,505 1,980
INFLASI ,009 ,028 ,019 ,325 ,746 ,821 1,217
a. Dependent Variable: NPL
Uji OtokorelasiRunTest
Standardized Residual
Test Valuea .00010
Cases < Test Value 41
Cases >= Test Value 42
Total Cases 83
Number of Runs 36
Z -1.435
Asymp. Sig. (2-tailed) .151
a. Median
144
Lampiran 6: Uji Heteroskedastisitas
SCATTERPLOT
UJI PARK
Coefficientsa
Model
UnstandardizedCoefficients
StandardizedCoefficients
t Sig.B Std. Error Beta1 (Constant) -41,179 21,125 -1,949 ,055
LnLDR -2,952 3,745 -,203 -,788 ,433LnSBI -2,495 1,500 -,350 -1,663 ,101LnBank_size 7,255 9,455 ,127 ,767 ,446LnINFLASI -,029 ,196 -,019 -,150 ,881
a. Dependent Variable: Lnei2
Setelah pengobatan autokorelasi
Model Summaryb
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate Durbin-Watson
1 .850a .722 .704 .16770 .717
a. Predictors: (Constant), Ln_Inflasit@, Ln_SBIt@, Ln_Sizet@, Ln_LDRt@
b. Dependent Variable: Ln_NPLt@
ANOVAb
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 4.532 4 1.133 40.281 .000a
Residual 1.744 62 .028
Total 6.275 66
a. Predictors: (Constant), Ln_Inflasit@, Ln_SBIt@, Ln_Sizet@, Ln_LDRt@
b. Dependent Variable: Ln_NPLt@
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig.B Std. Error Beta
1 (Constant) 2.310 1.986 1.164 .249
Ln_LDRt@ -.851 .496 -.243 -1.717 .091
Ln_SBIt@ .938 .207 .536 4.522 .000
Ln_Sizet@ -1.973 1.197 -.150 -1.649 .104
Ln_Inflasit@ .035 .021 .117 1.649 .104
a. Dependent Variable: Ln_NPLt@
Run test
Runs Test
Unstandardized
Residual
Test Valuea .00027
Cases < Test Value 42
Cases >= Test Value 42
Total Cases 84
Number of Runs 19
Z -5.269
Asymp. Sig. (2-tailed) .000
a. Median