ANALISIS NOVEL INCEST KARYA I WAYAN ARTIKA : (KAJIAN .../Analisis... · perpustakaan.uns.ac.id...

77
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ANALISIS NOVEL INCEST KARYA I WAYAN ARTIKA : (KAJIAN STRUKTURAL DAN PERUBAHAN SOSIAL) Skripsi oleh : Angga Aulia Aswagata K 1204013 PROGRAM PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2012

Transcript of ANALISIS NOVEL INCEST KARYA I WAYAN ARTIKA : (KAJIAN .../Analisis... · perpustakaan.uns.ac.id...

Page 1: ANALISIS NOVEL INCEST KARYA I WAYAN ARTIKA : (KAJIAN .../Analisis... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii ANALISIS NOVEL INCEST KARYA I WAYAN ARTIKA : (KAJIAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ANALISIS NOVEL INCEST KARYA I WAYAN ARTIKA :

(KAJIAN STRUKTURAL DAN PERUBAHAN SOSIAL)

Skripsi

oleh :

Angga Aulia Aswagata K 1204013

PROGRAM PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2012

Page 2: ANALISIS NOVEL INCEST KARYA I WAYAN ARTIKA : (KAJIAN .../Analisis... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii ANALISIS NOVEL INCEST KARYA I WAYAN ARTIKA : (KAJIAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ii

ANALISIS NOVEL INCEST KARYA I WAYAN ARTIKA :

(KAJIAN STRUKTURAL DAN PERUBAHAN SOSIAL)

oleh :

Angga Aulia Aswagata K 1204013

Skripsi

Ditulis dan Diajukan untuk Memenuhi Syarat Mendapatkan

Gelar Sarjana Pendidikan Program Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2012

Page 3: ANALISIS NOVEL INCEST KARYA I WAYAN ARTIKA : (KAJIAN .../Analisis... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii ANALISIS NOVEL INCEST KARYA I WAYAN ARTIKA : (KAJIAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iii

PERSETUJUAN

Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji

Skripsi Program Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Keguruan dan

Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret.

Persetujuan Pembimbing

Pembimbing I, Pembimbing II, Drs. Swandono, M. Pd. Dra. Raheni Suhita, M. Hum. NIP 194709191968061001 NIP 196303091988032001

Page 4: ANALISIS NOVEL INCEST KARYA I WAYAN ARTIKA : (KAJIAN .../Analisis... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii ANALISIS NOVEL INCEST KARYA I WAYAN ARTIKA : (KAJIAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iv

PENGESAHAN

Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret dan diterima untuk

memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.

Pada hari :

Tanggal :

Tim penguji skripsi:

Nama Terang Tanda Tangan

Ketua : Dr. Rr. E. Nugraheni Eko W, M. Hum ........................

Sekretaris : Drs. Yant Mujiyanto, M. Pd. ........................

Anggota I : Drs.Swandono, M. Hum. ........................

Anggota II : Dra. Raheni Suhita, M. Hum. ........................

Disahkan oleh

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Sebelas Maret

Dekan,

Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M. Pd. NIP 19600727 198702 1 001

Page 5: ANALISIS NOVEL INCEST KARYA I WAYAN ARTIKA : (KAJIAN .../Analisis... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii ANALISIS NOVEL INCEST KARYA I WAYAN ARTIKA : (KAJIAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

v

ABSTRAK Angga Aulia Aswagata. ANALIS NOVEL INCEST KARYA I WAYAN ARTIKA : KAJIAN STRUKTURAL DAN PERUBAHAN SOSIAL. Skripsi, Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sebelas Maret Surakarta, April 2012.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan: 1) Unsur-unsur

intrinsik yang terdapat dalam novel Incest karya I Wayan Artika. 2) Perubahan

sosial yang terdapat dalam novel Incest karya I Wayan Artika. 3) Tanggapan

masyarakat tentang novel Incest karya I Wayan Artika.

Bentuk penelitian ini adalah deskriptif kualitatif yang menggunakan

pendekatan struktural dan sosiologi sastra. Sumber data dalam penelitian ini ada

dua macam, yaitu sumber data primer dan sumber data sekunder. Sumber data

primer berupa novel Incest karya I Wayan Artika yang diterbitkan oleh Interpre

Book KPP (Kelompok Penerbit Pinus), Yogyakarta pada tahun 2008 dengan

jumlah halaman 268. Sedangkan sumber data sekunder yaitu dokumen yang

meliputi profil pengarang yang berisi perjalanan hidup dan latar belakang sosial

pengarang. teknik pengumpulan data yang digunakan dengan teknik dokumen dan

wawancara. Teknik sampling (cuplikan) yang digunakan dalam penelitian ini

adalah purposive sampling. Kesahihan data dalam penelitian ini menggunakan

triangulasi teori, sumber data dan triangulasi metode. Teknik analisis data yang

digunakan dalam penelitian ini adalah dengan teknik analisis mengalir (flow

model of analysis) yaitu proses analisis dengan tiga komponen (reduksi data,

sajian data dan penarikan kesimpulan dengan verifikasinya). Penelitian ini dimulai

dari tahap persiapan, pelaksanaan dan penyusunan laporan.

Berdasarkan analisis data dapat disimpulkan: 1) Struktur novel Incest

karya I Wayan Artika dapat dideskripsikan sebagai berikut : tema dalam novel

Incest adalah perkawinan sedarah. Penokohan dalam novel Incest dibagi menjadi

dua yaitu tokoh utama dan tokoh utama tambahan. Latar dalam novel Incest

adalah masyarakat Bali. Alur yang digunakan dalam novel Incest karya I Wayan

Artika adalah alur campuran (regresif dan progresif). Sudut pandang dalam novel

Page 6: ANALISIS NOVEL INCEST KARYA I WAYAN ARTIKA : (KAJIAN .../Analisis... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii ANALISIS NOVEL INCEST KARYA I WAYAN ARTIKA : (KAJIAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vi

Incest adalah teknik sudut pandang campuran. Perubahan yang terdapat dalam

novel Incest karya I Wayan Artika adalah Perubahan budaya masyarakat.

Page 7: ANALISIS NOVEL INCEST KARYA I WAYAN ARTIKA : (KAJIAN .../Analisis... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii ANALISIS NOVEL INCEST KARYA I WAYAN ARTIKA : (KAJIAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vii

MOTTO

Page 8: ANALISIS NOVEL INCEST KARYA I WAYAN ARTIKA : (KAJIAN .../Analisis... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii ANALISIS NOVEL INCEST KARYA I WAYAN ARTIKA : (KAJIAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

viii

PERSEMBAHAN

Skripsi ini dipersembahkan kepada:

1. Ibu dan Bapakku yang bekerja lebih keras

dan konsisten dengan idealisme.

2. Teman-teman satu angkatan Pendidikan

Bahasa dan Sastra Indonesia yang selalu

memberi motivasi kepadaku.

3. Kakak dan adikku tercinta yang selalu

menghiburku.

4. Serta orang-orang hebat yang memberi

pelajaran berharga kepadaku, yang tidak bisa

aku sebutkan satu persatu.

Page 9: ANALISIS NOVEL INCEST KARYA I WAYAN ARTIKA : (KAJIAN .../Analisis... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii ANALISIS NOVEL INCEST KARYA I WAYAN ARTIKA : (KAJIAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ix

KATA PENGANTAR

Puji syukur peneliti panjatkan ke hadirat Tuhan yang Maha Esa karena

atas rahmat dan karunia-Nya, skripsi ini dapat peneliti selesaikan. Skripsi ini

peneliti tulis dan ajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan mendapatkan gelar

Sarjana Pendidikan.

Banyak hambatan dalam penyelesaian skripsi ini, namun berkat bantuan

dari berbagai pihak, akhirnya kesulitan-kesulitan tersebut dapat teratasi. Untuk itu,

peneliti menyampaikan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M. Pd. selaku Dekan Fakultas Keguruan

dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah

memberikan izin penyusunan skripsi ini;

2. Dr. Muhammad Rohmadi, M Hum selaku Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa

dan Seni FKIP Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan

persetujuan penyusunan skripsi ini;

3. Dr. Kundharu Saddhono, M Hum selaku Ketua Program Pendidikan Bahasa,

Sastra Indonesia dan Daerah Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni FKIP

Universitas Sebelas Maret Surakarta yang juga telah memberikan persetujuan

penyusunan skripsi ini;

4. Dr. Kundharu saddhono, M Hum selaku Pembimbing Akademik yang

senantiasa memantau kegiatan akademik dan memberikan nasihat, saran, dan

bimbingan kepada peneliti selama kuliah;

5. Drs. Swandono, M. Pd. selaku Pembimbing I dan Dra. Raheni Suhita, M.

Hum. selaku Pembimbing II atas bimbingan yang diberikan;

6. Keluargaku (Bapak, Ibu, kakak dan adikku) yang menjadi naungan dan

pelarianku;

7. Perpustakaan di lingkup UNS, teman-teman mahasiswa Pendidikan Bahasa

Indonesia satu angkatan; dan

8. Berbagai pihak yang telah membantu penyelesaian skripsi ini, namun tidak

dapat peneliti sebutkan satu persatu.

Page 10: ANALISIS NOVEL INCEST KARYA I WAYAN ARTIKA : (KAJIAN .../Analisis... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii ANALISIS NOVEL INCEST KARYA I WAYAN ARTIKA : (KAJIAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

x

Semoga kebaikan semua pihak tersebut mendapatkan balasan terbaik dari Tuhan

yang Maha Esa.

Surakarta, April 2012

Peneliti

Page 11: ANALISIS NOVEL INCEST KARYA I WAYAN ARTIKA : (KAJIAN .../Analisis... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii ANALISIS NOVEL INCEST KARYA I WAYAN ARTIKA : (KAJIAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xi

DAFTAR ISI

Halaman JUDUL ...................................................................................................... i

PENGAJUAN ........................................................................................... ii

PERSETUJUAN ........................................................................................ iii

PENGESAHAN ......................................................................................... iv

ABSTRAK ................................................................................................ v

MOTTO ..................................................................................................... vii

PERSEMBAHAN ...................................................................................... viii

KATA PENGANTAR ............................................................................... ix

DAFTAR ISI .............................................................................................. xi

BAB I. PENDAHULUAN ........................................................................ 1

A. Latar Belakang Masalah .................................................................. 1

B. Pembatasan Masalah......................................................................... 4

C. Rumusan Masalah ........................................................................... 5

D. Tujuan Penelitian ............................................................................ 5

E. Manfaat Penelitian .......................................................................... 5

BAB II. LANDASAN TEORI ................................................................ 7

A. Hakikat Novel ................................................................................. 7

1. Pengertian Novel ....................................................................... 7

2. Unsur-unsur Novel .................................................................... 8

3. Hakikat Pendekatan Struktural .................................................. 19

4. Hakikat Sosiologi Sastra ........................................................... 21

5. Pendekatan Sosiologi Sastra ..................................................... 26

6. Perubahan Sosial ....................................................................... 27

B. Penelitian yang Relevan .................................................................. 29

C. Kerangka Berpikir ........................................................................... 32

BAB III. METODE PENELITIAN ......................................................... 34

A. Tempat dan Waktu Penelitian ......................................................... 34

B. Pendekatan dan Metode Penelitian ................................................. 34

C. Sumber Data Penelitian ................................................................... 35

Page 12: ANALISIS NOVEL INCEST KARYA I WAYAN ARTIKA : (KAJIAN .../Analisis... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii ANALISIS NOVEL INCEST KARYA I WAYAN ARTIKA : (KAJIAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xii

D. Teknik Pengumpulan Data .............................................................. 35

E. Teknik Cuplikan .............................................................................. 36

F. Validitas data ................................................................................... 36

G. Teknik Analisis Data ....................................................................... 36

H. 37

BAB IV. HASIL PENELITIAN ............................................................... 39

A. Deskripsi Novel Incest .................................................................... 39

B. Analisis Data ................................................................................... 43

1. Tema .......................................................................................... 43

2. Alur / Plot .................................................................................. 47

3. Penokohan ................................................................................ 49

4. Latar atau Setting ...................................................................... 54

5. Sudut Pandang........................................................................... 57

6. Perubahan Sosial........................................................................ 57

BAB V. SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN ................................ 60

A. Simpulan ......................................................................................... 60

B. Implikasi .......................................................................................... 61

C. Saran ................................................................................................ 62

DAFTAR PUSTAKA................................................................................. 63

LAMPIRAN................................................................................................. 65

Page 13: ANALISIS NOVEL INCEST KARYA I WAYAN ARTIKA : (KAJIAN .../Analisis... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii ANALISIS NOVEL INCEST KARYA I WAYAN ARTIKA : (KAJIAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Prosedur Penelitian................................................................................ 53

Page 14: ANALISIS NOVEL INCEST KARYA I WAYAN ARTIKA : (KAJIAN .../Analisis... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii ANALISIS NOVEL INCEST KARYA I WAYAN ARTIKA : (KAJIAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xiv

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Kerangka Berpikir ................................................................................... 33

2. Analisis Mengalir .................................................................................... 37

Page 15: ANALISIS NOVEL INCEST KARYA I WAYAN ARTIKA : (KAJIAN .../Analisis... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii ANALISIS NOVEL INCEST KARYA I WAYAN ARTIKA : (KAJIAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Sinopsis ................................................................................................... 65

2. Biografi Pengarang.................................................................................. 69

Page 16: ANALISIS NOVEL INCEST KARYA I WAYAN ARTIKA : (KAJIAN .../Analisis... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii ANALISIS NOVEL INCEST KARYA I WAYAN ARTIKA : (KAJIAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ANALISIS NOVEL INCEST KARYA I WAYAN ARTIKA :

(KAJIAN STRUKTURAL DAN PERUBAHAN SOSIAL)

Oleh:

Angga Aulia Aswagata

K 1204013

PROGRAM PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2012

Page 17: ANALISIS NOVEL INCEST KARYA I WAYAN ARTIKA : (KAJIAN .../Analisis... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii ANALISIS NOVEL INCEST KARYA I WAYAN ARTIKA : (KAJIAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Karya sastra merupakan salah satu bentuk karya seni yang pada dasarnya

merupakan sarana menuangkan ide-ide kreatif dari pengarangnya. Kehidupan

manusia dengan segala permasalahannya sering kali menjadi sumber inspirasi

bagi pengarang dalam menghasilkan sebuah karya sastra. Dalam hal ini pengarang

bebas memilih realitas manusia yang akan diangkat menjadi sebuah tulisan,

tentunya diiringi dengan pengetahuan yang cukup tentang realitas tersebut

sehingga dapat memberikan informasi kepada pembaca tentang hal-hal yang

sebelumnya tidak diketahui. Karya sastra bagi pengarang adalah sarana untuk

menyampaikan keyakinan, kebenaran, ide, gagasan, sikap, dan pandangannya

kepada pembaca tentang hidup dan kehidupan. Dengan demikian karya sastra bisa

dianggap sebagai cermin masyarakat.

Karya sastra sebagai cermin kehidupan bermasyarakat merupakan suatu

karya yang dapat dinikmati, dipahami, dan dapat dimanfaatkan oleh masyarakat.

Banyak hal yang dapat diketahui dengan membaca sebuah karya sastra, maka

tidak berlebihan jika Daniel Dhakidae memandang karya sastra sebagai social

stock of knowledge, yakni tempat terhimpunnya suatu pengetahuan tentang

masyarakat dan sebagai pembaca dapat senantiasa menimbanya (Toha dan

Sarumpaet (ed), 2002: 38).

Karya sastra, selain sebagai tempat terhimpunnya pengetahuan, juga terdapat

pelajaran yang mengandung nilai-nilai kemanusiaan. Dalam penyampaian nilai-

nilai tersebut dikemas dengan style (bahasa) yang berbeda. Pengarang dalam hal

ini, memiliki kebebasan yang luas untuk mengekspresikan struktur maknanya ke

dalam struktur lahir (baris-baris kalimat sebuah novel) yang dianggap paling

efektif. Penulisan lahir bisa sampai pada berbagai bentuk penyimpangan, bahkan

bahasa yang wajar (Burhan Nurgiyantoro,

2005: 279). Di sinilah letak estetika yang ada dalam sebuah karya sastra (novel).

Hal ini tidak mengherankan jika pembaca tidak merasa bosan untuk membaca

1

Page 18: ANALISIS NOVEL INCEST KARYA I WAYAN ARTIKA : (KAJIAN .../Analisis... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii ANALISIS NOVEL INCEST KARYA I WAYAN ARTIKA : (KAJIAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

2

sebuah karya sastra. Inilah satu hal yang menunjukkan bahwa fungsi sastra

berguna.

Bentuk karya sastra yang kerap menampilkan potret kehidupan manusia

adalah novel. Menurut Burhan Nurgiyantoro (2005: 9), sebutan novel dalam

bahasa Inggris-dan inilah yang kemudian masuk ke Indonesia-berasal dari bahasa

Itali novella (yang dalam bahasa Jerman: novelle). Sedangkan Abrams (Burhan

Nurgiyantoro, 2005: 9) menyatakan bahwa secara harfiah novella

Novel merupakan sebuah karya fiksi yang berbentuk prosa dengan

mengambil suatu tema tertentu, biasanya tentang realitas kehidupan masyarakat,

yang disampaikan sesuai dengan sudut pandang dan imajinasi pengarang. Hal ini

sesuai dengan pendapat Burhan Nurgiyantoro yang memberikan batasan novel

sebagai sebuah karya fiksi menawarkan sebuah dunia, dunia yang berisi model

kehidupan yang diidealkan, dunia imajinatif, yang dibangun melalui berbagai

unsur intrinsiknya seperti peristiwa, plot, tokoh (dan penokohan), latar, sudut

pandang, dan lain-lain yang kesemuanya, tentu saja, juga bersifat imajinatif (2005:

4).

Novel dibangun melalui berbagai macam unsur. Secara garis besar unsur

pembangun novel dibagi menjadi dua, yaitu unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik.

Unsur intrinsik adalah unsur yang membangun karya sastra itu sendiri. Unsur

inilah yang secara lahir akan dijumpai ketika membaca sebuah karya sastra. Unsur

intrinsik prosa pada dasarnya terdiri dari tema, latar, penokohan, plot, sudut

pandang, gaya dan (bahasa). Tema adalah gagasan atau ide yang menjadi dasar

sebuah karya sastra. Sedangkan latar atau setting disebut juga sebagai landas

tumpu, menyaran pada pengertian tempat, hubungan waktu, dan lingkungan sosial

tempat terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan. Penokohan adalah

penyajian watak tokoh dan penciptaan citra tokoh. Plot diartikan sebagai

peristiwa-peristiwa yang ditampilkan dalam cerita yang tidak bersifat sederhana,

karena pengarang menyusun peristiwa-peristiwa itu berdasarkan kaitan sebab

akibat. sudut pandang atau point of view adalah cara pandang pengarang dalam

Page 19: ANALISIS NOVEL INCEST KARYA I WAYAN ARTIKA : (KAJIAN .../Analisis... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii ANALISIS NOVEL INCEST KARYA I WAYAN ARTIKA : (KAJIAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

3

menggambarkan tokoh dan menyajikannya dalam suatu cerita fiksi. Gaya

merupakan cara pengungkapan yang khas dari seorang pengarang, gaya atau style

berhubungan erat dengan diksi, imajeri (citraan), dan sintaksis. Amanat adalah

pesan-pesan moral yang hendak disampaikan pengarang kepada pembaca, baik

secara implisit maupun eksplisit. Di pihak lain, unsur ekstrinsik adalah unsur yang

berada di luar karya sastra yang secara tidak langsung mempengaruhi bangunan

karya sastra.

Latar belakang sejarah, zaman, dan sosial masyarakat memiliki andil yang

signifikan terhadap karya sastra, misalnya saja novel, baik dalam segi isi maupun

bentuk. Keberadaan pengarang dalam lingkungan sosial masyarakat tertentu, ikut

mempengaruhi karya yang dibuatnya. Dengan demikian suatu masyarakat tertentu

yang ditempati pengarang akan dengan sendirinya mempengaruhi jenis sastra

tertentu yang dihasilkan pengarang. Hal ini sesuai dengan pendapat Mursal Esten

(dalam Rachmat Djoko Pradopo, 2002: 261) yang mengemukakan hipotesis

bahwa latar belakang sejarah dan zaman serta latar belakang kemasyarakatan

mempunyai pengaruh yang besar dalam proses penciptaan, begitu juga dalam

novel Indonesia; pengaruhnya tidak hanya dalam tema-tema, tetapi juga dalam

strukturnya. Novel-novel Indonesia merupakan gambaran suatu proses perubahan

sosial dan tata nilai.

Perubahan sosial secara umum dapat diartikan sebagai suatu proses

pergeseran atau berubahnya struktur/ tatanan di dalam masyarakat, meliputi pola

pikir yang lebih inovatif, sikap, serta kehidupan sosialnya untuk mendapatkan

penghidupan yang lebih bermartabat. Menurut Sztompka, masyarakat senantiasa

mengalami perubahan di semua tingkat kompleksitas internalnya. Dalam kajian

sosiologis, perubahan dilihat sebagai sesuatu yang dinamis dan tidak linear.

Dengan kata lain, perubahan tidak terjadi secara linear. Maksudnya, perubahan

terjadi pada tingkat makro, mezo dan mikro. Pada tingkat makro, terjadi

perubahanan ekonomi, politik, sedangkan di tingkat mezo terjadi perubahan

kelompok, komunitas, dan organisasi, dan di tingkat mikro sendiri terjadi

perubahan interaksi, dan perilaku individual. Masyarakat bukan sebuah kekuatan

Page 20: ANALISIS NOVEL INCEST KARYA I WAYAN ARTIKA : (KAJIAN .../Analisis... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii ANALISIS NOVEL INCEST KARYA I WAYAN ARTIKA : (KAJIAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

4

fisik (entity), tetapi seperangkat proses yang saling terkait bertingkat ganda

(Sztompka, 2004).

Incest adalah novel yang terbit dengan kontroversi, sehingga membawa

penulisnya I Wayan Artika harus mempertanggungjawabkan tulisannya ini di

depan para tokoh modern, pemuka adat, tokoh tradisional adat di balai desa pada

Natal 2003. Novel yang mengisahkan tentang pasangan suami istri yaitu Nyoman

Sika dan Ketut Artini yang melahirkan sepasang bayi kembar buncing, laki-laki

dan perempuan ini, dianggap melecehkan adat desa setempat. Hal ini karena

teknik yang dipakai pengarang dalam menulis novel ini adalah teknik etnografi,

sehingga penggambaran peristiwa berdasar pada fakta dan realitas di desa

tersebut. Menurut adat, kelahiran kembar buncing merupakan aib besar bagi

masyarakat desa. Dan di novel Incest semua tentang kembar buncing itu dikupas

secara mendalam melalui kisah Nyoman Sika dan Ketut Artini beserta bayi

kembar buncingnya yaitu Gek Bulan Armani dan Putu Geo Antara.

Pemilihan novel ini sebagai bahan kajian penelitian karena dalam novel

Incest bercerita tentang keadaan sosiologis suatu masyarakat Indonesia khususnya

Bali dengan balutan adat yang menyertainya, sehingga dirasa cocok untuk

menjadi objek kajian sosiologi sastra. Juga isinya yang mengarah pada perubahan

baik dari segi ekonomi maupun sosial membuat peneliti tertarik untuk

menganalisis perubahan sosial yang ada dalam novel tersebut. Untuk itu peneliti

juga membutuhkan pendapat dari masyarakat tentang novel ini untuk memperkuat

hasil penelitian.

B. Pembatasan Masalah

Luasnya permasalahan yang disajikan dalam novel, tentu akan lebih baik

jika dalam pengkajiannya dibatasi pada permasalahan tertentu dengan tujuan agar

penelitian ini lebih terarah dan lebih mendalam. Sehubungan dengan latar

belakang masalah yang telah diuraikan maka masalah dalam penelitian ini dibatasi

pada:

1. Unsur-unsur intrinsik yang terdapat dalam novel Incest karya I Wayan Artika.

2. Perubahan sosial yang terjadi pada masyarakat Jelungkap yang terkandung

dalam novel Incest karya I Wayan Artika dengan analisis sosiologis.

Page 21: ANALISIS NOVEL INCEST KARYA I WAYAN ARTIKA : (KAJIAN .../Analisis... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii ANALISIS NOVEL INCEST KARYA I WAYAN ARTIKA : (KAJIAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

5

3. Tanggapan masyarakat tentang novel Incest karya I Wayan Artika.

C. Rumusan Masalah

Sesuai dengan pembatasan masalah yang ada maka rumusan masalah

dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana unsur-unsur intrinsik dalam novel Incest karya I Wayan Artika?

2. Bagaimana perubahan sosial yang terjadi pada masyarakat Jelungkap yang

terkandung dalam novel Incest karya I Wayan Artika?

3. Bagaimana tanggapan masyarakat tentang novel Incest karya I Wayan Artika?

D. Tujuan Penelitian

Bertolak dari rumusan masalah di atas, tujuan dari penelitian ini sebagai

berikut:

1. Mendeskripsikan unsur-unsur intrinsik dalam novel Incest karya I Wayan

Artika.

2. Mendeskripsikan perubahan sosial yang terjadi pada masyarakat Jelungkap

yang terkandung dalam novel Incest karya I Wayan Artika.

3. Mendeskripsikan tanggapan masyarakat tentang novel Incest karya I Wayan

Artika.

E. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat atau kontribusi

secara teoretis dan praktis.

1. Manfaat Teoretis

Penelitian ini diharapkan dapat memperkaya khasanah ilmu pengetahuan,

khususnya dalam bidang studi analisis novel dengan pendekatan struktural dan

sosiologi sastra. Selain itu juga dapat membuktikan sejauh mana sosiologi

sastra dapat diaplikasikan kepada novel Indonesia modern dalam hal ini novel

Incest karya I Wayan Artika dilihat sebagai dokumen sosio-budaya.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Dosen Bahasa dan Sastra Indonesia

Page 22: ANALISIS NOVEL INCEST KARYA I WAYAN ARTIKA : (KAJIAN .../Analisis... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii ANALISIS NOVEL INCEST KARYA I WAYAN ARTIKA : (KAJIAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

6

Hasil penelitian ini berupa deskripsi unsur-unsur intrinsik dan perubahan

sosial pada masyarakat Jelungkap dalam novel Incest. Penelitian ini juga

merupakan salah satu wujud usaha untuk membuka pola pikir masyarakat

dalam menyikapi adat daerahnya yang dirasa sudah tidak sesuai dengan

perkembangan zaman juga akibat yg ditimbulkannya. Oleh karena itu,

Dosen Bahasa dan Sastra Indonesia dapat menjadikan hasil penelitian ini

sebagai materi dalam pembelajaran apresiasi dan kritik sastra di perguruan

tinggi.

b. Bagi Guru Sekolah Menegah Atas (SMA)

Hasil penelitian ini mendeskripsikan unsur-unsur intrinsik novel Incest.

Oleh karena itu, guru SMA dapat menjadikan novel itu sebagai materi

pembelajaran di SMA.

c. Bagi Mahasiswa dan Peneliti lain

Hasil penelitian ini dapat dijadikan sumber informasi penting bagi

penelitian sosiologi sastra selanjutnya.

Page 23: ANALISIS NOVEL INCEST KARYA I WAYAN ARTIKA : (KAJIAN .../Analisis... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii ANALISIS NOVEL INCEST KARYA I WAYAN ARTIKA : (KAJIAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

7

BAB II

LANDASAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR, DAN

PENELITIAN YANG RELEVAN

A. Landasan Teori

1. Hakikat Novel

a. Pengertian Novel

novellus yang diturunkan dari kata

menurut Burhan Nurgiyantoro (2005: 9), sebutan novel dalam bahasa Inggris-dan

inilah yang kemudian masuk ke Indonesia-berasal dari bahasa Itali novella (yang

dalam bahasa Jerman: novelle). Abrams (Burhan Nurgiyantoro, 2005: 9)

menyatakan bahwa secara harfiah novella

Burhan Nurgiyantoro (2005: 4) memberikan batasan novel sebagai sebuah

karya fiksi menawarkan sebuah dunia, dunia yang berisi model kehidupan yang

diidealkan, dunia imajinatif, yang dibangun melalui berbagai unsur intrinsiknya

seperti peristiwa, plot, tokoh (dan penokohan), latar, sudut pandang, dan lain-lain

yang kesemuanya, tentu saja, juga bersifat imajinatif. Meskipun bersifat

imajinatif, namun dunia yang ditawarkan pengarang tidak jauh dari kehidupan

sehari-hari, sehingga sangatlah tepat pabila Burhan menyebut novel sebagai

sebuah dunia yang berisi model kehidupan yang diidealkan.

Pendapat lain tentang novel dikemukakan Goldmann (Faruk, 1994: 29)

yang mendefinisikan novel sebagai cerita tentang suatu pencarian yang

terdegradasi akan nilai-nilai yang otentik yang dilakukan oleh seorang hero yang

problematik dalam sebuah dunia yang juga terdegradasi. Yang dimaksud dengan

nilai-nilai yang otentik adalah totalitas kehidupan.

Herman J. Waluyo (2002: 36-37) menyatakan bahwa istilah novel

mewakili dua pengertian, yakni pengertian yang sama dengan roman (jadi

menggantikan istilah roman) dan pengertian yang biasa digunakan untuk

klasifikasi cerita menengah. Dalam novel terdapat; (1) perubahan nasib dari tokoh

7

Page 24: ANALISIS NOVEL INCEST KARYA I WAYAN ARTIKA : (KAJIAN .../Analisis... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii ANALISIS NOVEL INCEST KARYA I WAYAN ARTIKA : (KAJIAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

8

cerita; (2) ada beberapa episode dalam kehidupan tokoh utamanya; (3) biasanya

tokoh utamanya tidak sampai mati.

Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa novel adalah

sebuah cerita fiksi dengan berbagai unsur intrinsik yang di dalamnya terdapat

problematik/ permasalahan hidup yang dialami tokoh-tokohnya sehingga

membuat tokoh utamanya mengalami perubahan nasib.

b. Unsur-unsur Novel

Secara garis besar unsur pembangun novel dibagi menjadi dua, yaitu unsur

intrinsik dan unsur ekstrinsik. Unsur intrinsik adalah unsur yang membangun

karya sastra itu sendiri. Unsur inilah yang secara lahir akan dijumpai ketika

membaca sebuah karya sastra. Di pihak lain, unsur ekstrinsik adalah unsur yang

berada di luar karya sastra yang secara tidak langsung mempengaruhi bangunan

karya sastra. Dalam pembahasan mengenai unsur pembangun novel yang dibahas

adalah unsur intrinsik karya sastra.

Stanton menjabarkan unsur pembangun fiksi atau cerita menjadi (1) fakta

cerita yang meliputi plot, tokoh, dan latar; (2) sarana cerita yang meliputi judul,

sudut pandang, gaya dan nada; dan (3) tema. Sementara itu, Luxemburg dkk.

membahas teks dan juru cerita, cerita, visi terhadap dunia rekaan, alur, dan para

pelaku dalam pembahasan mengenai teks naratif (Wiyatmi, 2006: 29).

Jacob Sumardjo dan Saini K.M. (Herman J. Waluyo, 2002: 140)

menyebutkan tujuh unsur pembangun cerita rekaan, yakni (1) plot; (2) tema; (3)

karakter; (4) setting; (5) point of view; (6) gaya; dan (7) suasana cerita. Tidak

berbeda jauh dengan pendapat di atas, Burhan Nurgiyantoro dalam buku Teori

Pengkajian Fiksi (2005) membahas unsur intrinsik prosa, yaitu tema, pemplotan,

pelataran, cerita, penokohan, penyudutpandangan, gaya (bahasa), dan moral.

Imbuhan pe(N)-an di atas dapat diartikan sebagai teknik pengungkapan. Jadi,

pembahasan mengenai unsur intrinsik prosa menurut Burhan Nurgiyantoro

meliputi tema, plot, latar, cerita, tokoh, sudut pandang, bahasa, dan moral.

Berdasarkan pendapat-pendapat di atas, unsur intrinsik prosa pada

dasarnya terdiri dari tema, latar, penokohan, plot, sudut pandang, gaya dan

Page 25: ANALISIS NOVEL INCEST KARYA I WAYAN ARTIKA : (KAJIAN .../Analisis... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii ANALISIS NOVEL INCEST KARYA I WAYAN ARTIKA : (KAJIAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

9

(bahasa). Kehadiran moral (amanat) sebagai penyusun prosa tidak selamanya

diperhitungkan oleh para ahli, padahal setiap karya sastra pasti mempunyai pesan

moral (amanat) yang ingin disampaikan pengarang kepada pembaca.

a. Tema

Setiap karya sastra mengandung ide sentral yang mendasari cerita yang

ada. Ide sentral inilah yang sering disebut dengan tema. Hal ini senada dengan

pendapat Atar Semi (1993: 42) yang menyatakan bahwa tema tidak lain dari

suatu gagasan sentral yang menjadi dasar tersebut. Pengertian lain

disampaikan oleh Stanton dan Kenny (dalam Burhan Nurgiyantoro, 2005: 67)

yang memberi batasan tema adalah makna yang dikandung oleh sebuah cerita.

Makna yang dikandung dalam sebuah cerita kadang tidak terlepas dari realita

kehidupan manusia yang sering terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Pendapat

demikian diungkapkan Herman J. Waluyo (2002: 142) bahwa tema ada yang

diambil dari khasanah kehidupan sehari-hari dan dimaksudkan pengarang

untuk memberikan saksi sejarah atau mungkin sebagai reaksi terhadap praktek

kehidupan masyarakat yang tidak disetujui. Menurutnya, tema adalah masalah

hakiki menusia seperti halnya cinta, kasih, ketakutan, kebahagiaan,

kesengsaraan, keterbatasan, dan sebagainya. Panuti Sudjiman (1988: 50) juga

memberikan definisi tema yang tidak jauh berbeda dengan pendapat ahli yang

lain, bahwa tema merupakan gagasan, ide, atau pilihan utama yang mendasar

suatu karya sastra.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa

tema adalah gagasan atau ide yang menjadi dasar sebuah karya sastra.

b. Latar

Gambaran latar sering digunakan untuk mengawali sebuah cerita. Hal ini

seperti yang diungkapkan oleh Burhan Nurgiyantoro (2005: 217) bahwa tahap

awal karya fiksi pada umumnya bersifat penyituasian, pengenalan terhadap

berbagai hal yang akan diceritakan; misalnya pengenalan tokoh, pelukisan

keadaan alam, lingkungan, suasana tempat, mungkin juga hubungan waktu,

dll.

Page 26: ANALISIS NOVEL INCEST KARYA I WAYAN ARTIKA : (KAJIAN .../Analisis... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii ANALISIS NOVEL INCEST KARYA I WAYAN ARTIKA : (KAJIAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

10

Herman J. Waluyo (2002: 200) memaparkan bahwa setting tidak hanya

menampilkan lokasi, tempat dan waktu. Adat istiadat dan kebiasaan hidup

dapat tampil sebagai setting. Jadi, latar yang terdapat dalam sebuah novel

tidak hanya mengacu pada tempat saja.

Senada dengan pendapat di atas, Abrams (Burhan Nurgiyantoro, 2005:

216) berpendapat bahwa latar atau setting yang disebut juga sebagai landas

tumpu, menyaran pada pengertian tempat, hubungan waktu, dan lingkungan

sosial tempat terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan.

Bertolak dari beberapa pendapat mengenai latar dapat disimpulkan bahwa

Latar memang tidak hanya mengacu pada satu macam. Acuan latar yang tidak

hanya mengarah pada satu segi akhirnya membentuk berbagai macam latar.

Burhan Nurgiyantoro (2005: 27) membedakan unsur latar ke dalam tiga

unsur pokok, yaitu tempat, waktu, dan sosial. Latar tempat menyaran pada

lokasi terjadinya peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi. Unsur

tempat yang digunakan mungkin berupa tempat-tempat dengan nama tertentu,

inisial tertentu, mungkin lokasi tertentu tanpa nama yang jelas.

-peristiwa

yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi. Sedangkan latar sosial menyaran

pada hal-hal yang berhubungan dengan perilaku kehidupan sosial masyarakat

di suatu tempat yang diceritakan dalam karya fiksi. Tata cara kehidupan sosial

masyarakat mencakup berbagai masalah kebiasaan hidup, adat istiadat, tradisi,

keyakinan, pandangan hidup, cara berpikir dan bersikap, dll yang tergolong

latar spiritual.

Latar dalam sebuah karya sastra memberikan fungsi tersendiri. Montaque

dan Henshan (Herman J. Waluyo, 2002: 198) menyatakan ada tiga fungsi

setting, yaitu 1) mempertegas watak para pelaku, 2) memberikan tekanan pada

tema, 3) memperjelas tema yang disampaikan.

Burhan Nurgiyantoro (2005: 40) berpendapat bahwa latar memiliki fungsi

sebagai metafor dan atmosfir. Diperjelas dengan pendapat Lakoff dan Johnson

(Burhan Nurgiyantoro, 2005: 241) yang menjelaskan fungsi pertama metafora

adalah menyampaikan pengertian, pemahaman. Ekspresi yang berupa

Page 27: ANALISIS NOVEL INCEST KARYA I WAYAN ARTIKA : (KAJIAN .../Analisis... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii ANALISIS NOVEL INCEST KARYA I WAYAN ARTIKA : (KAJIAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

11

ungkapan-ungkapan tertentu sering lebih tepat disampaikan dengan bentuk

metaphor daripada secara literal. Latar sebagai atmosfer artinya ia berupa

deskripsi kondisi latar yang mampu menciptakan suasana tertentu, misalnya

suasana ceria, romantis, sedih, muram, maut, misteri, dsb.

Akhirnya meskipun dalam suatu cerita rekaan boleh jadi latar merupakan

unsur dominan, latar itu tidak pernah berdiri sendiri. Seperti yang sudah

diungkapkan sebelumnya, ada unsur yang mendukung keberadaan latar yaitu

plot dan penokohan. Diungkapkan oleh Burhan Nurgiyantoro (2005: 225)

antara latar dengan penokohan mempunyai hubungan yang erat dan bersifat

timbal balik. Sifat-sifat latar dalam banyak hal akan memperngaruhi sifat-sifat

tokoh. Bahkan, barangkali tak berlebihan jika dikatakan bahwa sifat seseorang

akan dibentuk oleh keadaan latarnya. Hal ini akan tercermin, misalnya sifat

orang-orang desa yang hidup di pedalaman akan berbeda dengan sifat orang-

orang kota. Adanya perbedaan tradisi, konvensi, keadaan sosial, dll yang

menciri tempat-tempat tertentu, langsung atau tidak langsung akan

berpengaruh pada penduduk, tokoh cerita.

Di pihak lain, juga dikatakan bahwa sifat-sifat dan tingkah laku tertentu

yang ditujukkan oleh seorang tokoh mencerminkan dari mana dia berasal.

Jadi, ia akan mencerminkan latar dalam kaitannya dengan hubungan waktu,

langsung tak langsung akan berpengaruh terhadap cerita dan pengaluran,

khususnya waktu yang dikaitkan dengan unsur kesejarahan.

c. Penokohan

Keadaan latar (setting) dalam sebuah karya sastra tidak akan berarti jika

tidak didukung oleh unsur yang lain. Stanton (dalam Burhan Nurgiyantoro,

2005: 216) mengelompokkan latar bersama dengan tokoh dan plot ke dalam

fakta (cerita). Sebab ketiga hal inilah yang akan dihadapi dan dapat

diimajinasi oleh pembaca secara faktual jika membaca cerita fiksi.

Tokoh merupakan para pelaku yang menjalankan sebuah cerita. Para tokoh

ditampilkan dengan membawa peran masing-masing sesuai dengan keinginan

pengarangnya. Menurut Abram (dalam Burhan Nurgiyantoro, 2005: 165),

tokoh cerita adalah orang-orang yang ditampilkan dalam suatu karya naratif

Page 28: ANALISIS NOVEL INCEST KARYA I WAYAN ARTIKA : (KAJIAN .../Analisis... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii ANALISIS NOVEL INCEST KARYA I WAYAN ARTIKA : (KAJIAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

12

atau drama, yang oleh pembaca ditafsirkan memiliki kualitas moral dan

kecenderungan tertentu seperti yang diekspresikan dalam ucapan dan apa yang

dilakukan dalam tindakan.

mencakup masalah siapa tokoh cerita, bagaimana perwatakannya, dan

bagaimana penempatan dan pelukisannya dalam sebuah cerita sehingga

sanggup memberikan gambaran yang jelas kepada pembaca (Burhan

Nurgiyantoro, 2005: 166).

Sudjiman (dalam Panuti Sudjiman, 1988: 23) menyebutkan penokohan

adalah penyajian watak tokoh dan penciptaan citra tokoh. Citra tokoh

digambarkan melalui ciri-ciri lahir dan sifat serta sikap batinnya agar

wataknya juga dikenal oleh pembaca.

Berdasarkan sudut pandang pengarang dalam menciptakan tokoh dalam

cerita dapat dibedakan macam-macam tokoh. Burhan Nurgiyantoro

(2005:176) mengkategorikan tokoh dalam sebuah karya sastra, yaitu 1)tokoh

utama dan tokoh tambahan, 2) tokoh protagonis dan antagonis, 3) tokoh

sederhana dan tokoh bulat, 4) tokoh statis dan tokoh berkembang, 5) tokoh

tipikaldan tokoh netral.

Pendapat lain dikemukakan oleh Panuti Sudjiman (1988: 17) yaitu, tokoh

dibedakan menjadi 1) tokoh sentral dan tokoh bawahan, 2) tokoh datar dan

tokoh bulat. Berdasarkan atas pembedaan di atas, yang lebih dikenal oleh

pembaca adalah tokoh protagonis dan tokoh antagonis.

Menurut Herman J. Waluyo (2002: 168), tokoh protagonis adalah tokoh

sentral atau tokoh yang mendukung jalannya cerita. Pendapat lain

diungkapkan oleh Altenbend dan Lewis (dalam Burhan Nurgiyantoro, 1995:

178) yang menyatakan bahwa tokoh protagonis adalah tokoh yang kita kagumi

yang salah satu jenisnya secara popular disebut hero-tokoh yang merupakan

pengejawantahan norma-norma, nilai-nilai, yang ideal bagi kita.

Panuti Sudjiman (1988: 17) menyatakan tokoh protagonis yaitu tokoh

yang memegang pimpinan. Protagonis selalu menjadi tokoh yang sentral

Page 29: ANALISIS NOVEL INCEST KARYA I WAYAN ARTIKA : (KAJIAN .../Analisis... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii ANALISIS NOVEL INCEST KARYA I WAYAN ARTIKA : (KAJIAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

13

dalam cerita. Ia bahkan menjadi pusat sorotan dalam kisahan. Dengan kata

lain, mengacu pada beberapa pendapat di atas, dapat dikatakan bahwa tokoh

protagonis adalah tokoh yang dihadirkan dalam karya sastra dengan membawa

karakter yang disukai oleh kebanyakan pembaca.

Lawan dari protagonis adalah antagonis. Tokoh jenis ini biasanya tidak

disukai pembaca karena dilahirkan dengan karakter yang bertentangan dengan

protagonis. Dikatakan oleh Burhan Nurgiyantoro (2005: 179) bahwa tokoh

yang menyebabkan konflik adalah antagonis. Di pihak lain Herman J. Waluyo

(2002: 168) menyatakan bahwa tokoh antagonis adalah tokoh yang

mempunyai konflik dengan protagonis.

Untuk menampilkan tokoh ke dalam sebuah cerita, ada beberapa cara yang

dilakukan pengarang. Menurut Herman J. Waluyo (2002: 165) ada tiga cara,

yaitu:

1. Metode analitis (langsung)

Dengan metode ini pengarang cecara langsung mendeskripsikan keadaan

tokoh itu dengan terinci (analitis). Pendeskripsian dimulai dari keadaan fisik,

psikis (wataknya) sampai keadaan sosial (kedudukan dan pangkat). Menurut

Suminto (1996/1997: 57), dengan metode ini pengarang menyebutkan secara

langsung masing-masing kualitas tokohnya.

2. Metode dramatik (tidak langsung)

Metode ini, selain menampilkan tokoh secara fisik, juga menggambarkan

hubungannya dengan orang lain, cara hidup sehari-hari. Metode dramatik

dialog antara tokoh itu dengan tokoh lainnya. Menurut Suminto (1996/1997:

58), disebut metode dramatis karena tokoh-tokoh dinyatakan kepada kita

seperti dalam drama. Pengarang membiarkan tokoh-tokohnya untuk

menyatakan dirinya sendiri melalui kata-kata, tindakan atau perbuatan mereka

sendiri.

3. Metode kontekstual

Berbeda dengan dua metode sebelumnya, metode ini dalam

menggambarkan watak tokohnya melalui konteks bahasa atau bacaan yang

Page 30: ANALISIS NOVEL INCEST KARYA I WAYAN ARTIKA : (KAJIAN .../Analisis... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii ANALISIS NOVEL INCEST KARYA I WAYAN ARTIKA : (KAJIAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

14

digunakan pengarang untuk melukiskan tokoh tersebut. Menurut Suminto

(1996/1997: 68), metode kontekstual adalah cara menyatakan karakter tokoh

dengan melalui konteks verbal yang mengelilinginya.

d. Plot

Unsur plot yang juga mempengaruhi keberartian latar (setting) menjadi hal

yang penting pula dalam sebuah karya sastra (novel). Plot diartikan sebagai

peristiwa-peristiwa yang ditampilkan dalam cerita yang tidak bersifat

sederhana, karena pengarang menyusun peristiwa-peristiwa itu berdasarkan

kaitan sebab akibat (Burhan Nurgiyantoro, 2005: 113).

Herman J. Waluyo (2002: 145) menyebut plot sebagai alur cerita yang

berarti struktur gerak yang didapatkan dalam cerita fiksi. Boulton mengatakan

bahwa plot berarti seleksi peristiwa yang disusun dalam urutan waktu yang

menjadi penyebab mengapa seseorang tertarik untuk membaca dan

mengetahui kejadian yang akan dating (Herman J. Waluyo, 2002: 145).

Alur adalah peristiwa yang diurutkan yang menjadi tulang punggung

cerita (Panuti Sudjiman, 1988: 29). Abram (dalam Burhan Nurgiyantoro,

2005: 113) menyebutkan bahwa plot sebuah karya fiksi merupakan struktur

peristiwa-peristiwa yaitu sebagaimana yang terlihat dalam pengurutan dan

penyajian berbagai peristiwa tersebut untuk mencapai efek emosional dan efek

artistik tertentu.

Bertolak dari beberapa pendapat di atas, dapat dikatakan bahwa plot tidak

sekadar sebuah rentetan peristiwa. Dinamakan plot karena di antara peristiwa

satu dengan peristiwa lainnya memuat hubungan kausalitas. Hal ini

menjadikan pembaca terhanyut untuk menikmati jalannya cerita.

Pengaluran dalam sebuah karya sastra memilik tahap-tahapan sebagaimana

diungkapkan Herman J. Waluyo (2002: 147), alur cerita meliputi 1) eksposisi,

2) inciting moment (saat perkenalan), 3) rising action, 4) complication, 5)

climax, 6) falling action, 7) denonement (penyelesaian).

Eksposisi merupakan paparan awal cerita. Pengarang mulai

memperkenalkan tempat kejadian, waktu, topik, dan tokoh-tokoh. Inciting

moment adalah peristiwa mulai adanya problem-problem, mulai ditampilkan

Page 31: ANALISIS NOVEL INCEST KARYA I WAYAN ARTIKA : (KAJIAN .../Analisis... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii ANALISIS NOVEL INCEST KARYA I WAYAN ARTIKA : (KAJIAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

15

oleh pengarang untuk kemudian dikembangkan atau ditingkatkan. Rising

action adalah penanjakan konflik sampai terjadi peningkatan konflik.

Complication adalah konflik yang semakin ruwet. Falling action artinya

konflik yang dibangun cerita itu menurun karena telah mencapai klimaksnya.

Denonement artinya penyelesaian.

Sebuah alur cerita dapat dinikmati oleh pembaca karena terkandung

beberapa hal di dalamnya. Menurut Panuti Sudjiman (1988: 37), faktor

penting yang ada dalam alur yaitu kebolehjadian, kejutan, dan kebetulan.

Kebolehjadian (plausibility)

e. Sudut pandang/Point of view

Sudut pandang dalam karya fiksi mempersoalkan siapa yang

menceritakan, atau dari posisi mana (siapa) peristiwa dan tindakan itu dilihat.

Dengan demikian, pemilihan bentuk persona yang dipergunakan di samping

mempengaruhi perkembangan cerita dan masalah yang diceritakan, juga

mempengaruhi kebebasan dan keterbatasan, ketajaman, ketelitian, dan

keobjektifan terhadap hal-hal yang diceritakan.

Sudut pandang pada intinya adalah cara atau strategi yang dengan sengaja

dipilih pengarang untuk mengemukakan gagasan dan ceritanya. Abrams

(Burhan Nurgiyantoro, 2005: 248) menyatakan bahwa sudut pandang adalah

cara atau pandangan yang dipergunakan pengarang sebagai sarana untuk

menyajikan tokoh, tindakan, latar, dan berbagai peristiwa yang membentuk

cerita dalam sebuah karya fiksi kepada pembaca. Dengan demikian, sudut

pandang merupakan teknik atau strategi yang dipilih pengarang untuk

mengungkapkan cerita.

Tarigan (1993: 140) menyatakan bahwa sudut pandang atau point of view

adalah hubungan yang terdapat antara sang pengarang dan alam fiktif cerita,

atau antara pengarang dan pikiran serta perasaan para pembacanya. Pengarang

harus dapat menjelaskan kepada para pembaca bahwa dia selaku narator atau

pencerita mempunyai tempat berpijak tertentu dalam hubungannya dengan

cerita itu. Herman J. Waluyo mengungkapkan bahwa point of view adalah

sudut pandang dari mana pengarang bercerita, apakah dia bertindak sebagai

Page 32: ANALISIS NOVEL INCEST KARYA I WAYAN ARTIKA : (KAJIAN .../Analisis... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii ANALISIS NOVEL INCEST KARYA I WAYAN ARTIKA : (KAJIAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

16

pencerita yang tahu segala-galanya, ataukah ia sebagai orang yang terbatas.

Point of view dapat juga berarti cara yang digunakan pengarang dalam

melibatkan dirinya dalam cerita, apakah dia terlibat secara langsung sebagai

orang pertama, ketiga atau orangn yang tahu segalanya (2005:184).

Menurut Herman J. Waluyo (2002: 184-185) point of view dibagi menjadi

tiga, yakni (1) pengarang sebagai orang pertama dan menyatakan pelakunya

t teknik aku-an; (2) pengarang sebagai orang

-an;

omniscient narratif

ini pengarang tidak mengambil peran salah satu tokoh, tetapi ia mengambil

peran sebagai pencerita yang serba tahu. Ia bebas memasuki segala peran

tanpa batas. Kadang-kadang ketiga metode ini dikombinasikan oleh pengarang

dalam sebuah cerita agar cerita tersebut lebih bervariatif.

Sedikit berbeda dengan Herman J. Waluyo, Burhan Nurgiyantoro

memaparkan tiga jenis sudut pandang, yaitu pertama sudut pandang persona

yang berada di luar cerita yang menampilkan tokoh-tokoh cerita dengan

menyebut nama atau kata gantinya; ia, dia, mereka. Sudut pandang ini daapt

of view, third person omniscent , the omniscent narrator atau author

termasuk motivasi yang melatarbelakangi tindakannya. Kebebasannya ini

tidak hany

penceritaan dengan narator bebas menceritakan apa saja yang berhubungna

u tokoh saja atau hanya pada

tokoh fokusnya.

Page 33: ANALISIS NOVEL INCEST KARYA I WAYAN ARTIKA : (KAJIAN .../Analisis... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii ANALISIS NOVEL INCEST KARYA I WAYAN ARTIKA : (KAJIAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

17

mengenai peristiwa atau tindakan yang dialami dan dirasakannya. Narator

juga mempunyai sifat mahatahu, tapi terbatas hanya pada dirinya sendiri.

peran utama dalam cerita. Penggunaan sudut pandang ini memungkinkan

pembaca merasa terlibat langsung dalam cerita sehingga akan memberikan

hanya tampil untuk mengantarkan dan menutup cerita, sedangkan inti cerita

diserahkan sepenuhnya kepada tokoh utama cerita untuk mengisahkan

kisahnya itu.

Ketiga, sudut pandang campuran. Dalam sebuah novel atau roman

pengarang mungkin saja menggunakan penyudutpandangan lebih dari satu.

Hal ini dilakukan agar cerita tidak membosankan dan lebih variatif.

Penggunaan sudut pandang ini tergantung pada kemauan dan kreativitas

pengarang dalam memanfaatkan teknik-teknik yang ada.

Jadi, pada dasarnya sudut pandang atau point of view adalah cara pandang

pengarang dalam menggambarkan tokoh dan menyajikannya dalam suatu

cerita fiksi.

f. Gaya/style

Bahasa dalam karya sastra merupakan unsur yang penting. Bahasa dapat

disamakan dengan baju bagi manusia. Keduanya merupakan bahan atau sarana

yang apabila dimanfaatkan dengan baik akan menimbulkan nilai lebih.

Kuntowijoyo menyatakan bahwa sastra itu berada sedikit di atas dan sedikit di

bawah kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu, bahasa yang digunakan pun

harus sesuai dengan sifatnya yang bukan kesehari-harian meskipun ia

merupakan refleksi kehidupan manusia sehari-hari (Korrie Layun Rampan,

1995: 63). Jadi, dapat dikatakan bahwa bahasa karya sastra memang berbeda

dengan bahasa sehari-hari. Umumnya bahasa dalam karya sastra (roman)

adalah bahasa yang emotif, bersifat konotatif, dan mengandung deotomisasi

(penyimpangan).

Page 34: ANALISIS NOVEL INCEST KARYA I WAYAN ARTIKA : (KAJIAN .../Analisis... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii ANALISIS NOVEL INCEST KARYA I WAYAN ARTIKA : (KAJIAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

18

Hal yang paling menonjol dalam pembahasan bahasa karya sastra adalah

gaya atau style. Gaya merupakan cara pengungkapan yang khas dari seorang

pengarang. Gaya atau style berhubungan erat dengan diksi, imajeri (citraan),

dan sintaksis. Sifat gaya dalam karya sastra adalah khas, tidak mungkin dapat

ditiru orang lain, dan bersifat individual. Dengan hanya melihat gaya

penulisan sebuah karya sastra, pembaca langsung dapat menyimpulkan siapa

pengarangnya dari berbagai bentuk linguistik yang berlaku dalam sistem

bahasa yang bersangkutan. Gaya atau style hadir setelah mengalami seleksi

oleh pengarang. Keberhasilan suatu karya juga dipengaruhi oleh kecakapan

pengarang dalam menggunakan gaya yang serasi dalam karyanya.

Dalam penentuan atau penggunaan gaya, pengarang memiliki kebebasan

untuk mengekspresikan struktur makna ke dalam struktur lahir yang dianggap

paling efektif. Pemilihan bentuk struktur lahir dapat sampai pada berbagai

yang wajar. Namun, pemilihan wujud struktur lahir yang sesuai dengan selera

tak selamanya dilakukan secara sadar oleh pengarang. Hal ini terjadi karena

pengungkapan gaya kadang-kadang terjadi secara otomatis oleh pengarang,

seolah-olah gaya tersebut telah menjadi bagian dari diri pengarang.

Burhan Nurgiyantoro (2005: 277) menganggap gaya sebagai teknik, teknik

pemilihan ungkapan kebahasaan yang dirasa dapat mewakili sesuatu yang

akan diungkapkan. Bentuk ungkapan kebahasaan sendiri dibagi menjadi dua

macam bentuk, yakni sebagai sebuah fiksi dan sebagai sebuah teks. Sebagai

sebuah fiksi berarti pengarang bekerja dengan sarana bahasa, dan sebagai

sebuah teks berarti pengarang bekerja dalam bahasa.

Leech dan Short (Burhan Nurgiyantoro, 2005: 277) menyatakan bahwa

gaya bahasa merupakan hal yang pada umumnya tak lagi mengandung sifat

konvensional, menyaran pada pengertian cara penggunaan bahasa dalam

konteks tertentu, oleh pengarang tertentu, untuk tujuan tertentu, dsb. Dengan

demikian, gaya tergantung pada konteks ia digunakan, siapa pengarangnya,

tujuannya ,dsb. Gaya ditandai oleh ciri-ciri formal kebahasaan, seperti pilihan

kata, struktur kalimat, bentuk-bentuk bahasa figuratif, dan penggunan kohesi.

Page 35: ANALISIS NOVEL INCEST KARYA I WAYAN ARTIKA : (KAJIAN .../Analisis... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii ANALISIS NOVEL INCEST KARYA I WAYAN ARTIKA : (KAJIAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

19

g. Amanat

Selain memberi keindahan, juga bermanfaat bagi pembaca. Bermanfaat

disebabkan di dalam karya sastra terdapat hal-hal yang dapat dipetik oleh

pembaca. Hal-hal tersebut sebenarnya adalah pesan yang ingin disampaikan

pengarang kepada pembaca. Menurut Panuti Sudjiman (1988: 57) amanat

adalah ajaran moral atau pesan yang ingin disampaikan oleh pengarang.

Sedang Zulfahnur (1996/1997: 26) memberikan batasan amanat sebagai pesan,

berupa ide, gagasan, ajaran, moral dan nilai-nilai kemanusiaan yang ingin

disampaikan atau dikemukakan pengarang lewat cerita. Amanat pengarang ini

biasanya disajikan secara implisit dan eksplisit. Cara penyampaian implisit

misalnya disiratkan dalam tingkah laku tokoh-tokoh ceritanya. Sedangkan

secara eksplisit, bila dalam tengah atau akhir cerita pengarang menyampaikan

pesan-pesan, saran, nasihat, pemikiran, dsb.

Bertolak dari pendapat-pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa amanat

adalah pesan-pesan moral yang hendak disampaikan pengarang kepada

pembaca, baik secara implisit maupun eksplisit.

2. Hakikat Pendekatan Struktural

a. Pengertian Pendekatan Struktural

Ali Imron (2006: 20) menyatakan bahwa sesuai dengan teori Abrams,

pendekatan struktural disebut juga pendekatan objektif. Teori struktural

memandang karya sastra sebagai sebuah struktur yang otonom, berdiri sendiri,

dan terlepas dari unsur yang berada di luar dirinya. Telaah ini terlepas dari unsur

sosial, budaya, pengarang, dan pembacanya. Hal yang berada di luar pengarang

seperti biografi pengarang, psikologi, sosiologi, dan sejarah tidak diikutkan dalam

analisis.

Peaget dan Hawkes (dalam Ali Imron, 2006: 16) menyatakan bahwa

strukturalisme mengandung tiga gagasan pokok, sebagai berikut.

Page 36: ANALISIS NOVEL INCEST KARYA I WAYAN ARTIKA : (KAJIAN .../Analisis... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii ANALISIS NOVEL INCEST KARYA I WAYAN ARTIKA : (KAJIAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

20

a. Keseluruhan unsur-unsurnya menyesuaikan diri dengan seperangkat kaidah

intrinsik yang menentukan, baik keseluruhan struktur maupun bagian-

bagiannya;

b. Transformasi struktur itu menyanggupi prosedur transformasi yang

memungkinkan pembentukan bahan-bahan baru; dan

c. Keteraturan yang mandiri atas struktur itu yang tidak memerlukan hal yang di

luar dirinya. Artinya, struktur itu otonom terhadap sistem rujukan lain.

Sementara itu, Aristoteles (dalam A. Teeuw, 2003: 100) mengenalkan

strukturalisme dalam konsep: wholeness, unity, complexity, dan coherence Dia

memandang bahwa keseluruhan makna bergantung pada keseluruhan unsur

tersebut. Wholeness berarti keseluruhan; unity berarti semua unsur harus ada;

complexity berarti luasnya ruang lingkup harus memungkinkan perkembangan

peristiwa yang masuk akal; dan coherence berarti sastrawan bertugas untuk

menyebutkan hal-hal yang mungkin atau hal yang harus terjadi sesuai dengan

konsistensi logika cerita.

Lebih lanjut A. Teeuw (2003: 112) menyatakan bahwa tujuan analisis

dalam pendekatan struktural adalah memaparkan secermat, seteliti, dan sedalam

mungkin keterkaitan dan keterjalinan semua anasir dan aspek karya sastra yang

bersama-sama menghasilkan makna menyeluruh. Analisis itu bukan penjumlahan

dari unsur, tetapi yang paling penting justru sumbangan yang diberikan oleh

semua gejala pada keseluruhan makna dalam keterkaitan dan keterjalinannya.

Pendekatan strukturalisme memberikan peluang untuk telaah karya sastra dengan

lebih rinci, namun di sisi lain justru menyebabkan masalah estetika atau makna

sastra terkorbankan. Pengkajian karya sastra dengan pendekatan struktural pada

umumnya hanya sampai pada analisis unsur-unsur pembentuknya. Hubungan

antarunsur sebagai kebulatan dalam membentuk makna masih jarang dilakukan.

Padahal unsur-unsur dalam karya sastra tidak dapat berdiri sendiri dalam

keseluruhan makna. Oleh sebab itu, untuk sampai pada pengungkapan makna,

penganalisis perlu memahami unsur-unsur yang berada di luar karya sastra.

Page 37: ANALISIS NOVEL INCEST KARYA I WAYAN ARTIKA : (KAJIAN .../Analisis... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii ANALISIS NOVEL INCEST KARYA I WAYAN ARTIKA : (KAJIAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

21

Teeuw (2003: 115-116) juga menyatakan bahwa pendekatan

strukturalisme memiliki empat kelemahan. Kelemahan-kelemahan tersebut,

sebagai berikut.

a. Pendekatan strukturalisme belum memiliki syarat sebagai teori yang lengkap

dan tepat;

b. Karya sastra tidak dapat diteliti secara terasing, tetapi harus dipahami dalam

rangka sistem sastra dengan latar belakang sejarah;

c. Karya sastra dipisahkan dengan pembaca selaku pemberi makna; dan

d. Analisis yang menekankan otonomi akan menghilangkan konteks dan

fungsinya, karena karya sastra dilepaskan dari relevansi sosial budaya yang

melatarbelakanginya.

Kelemahan-kelemahan itulah yang kemudian memacu munculnya pendekatan-

pendekatan lain dalam analisis sastra. Karena itulah, dalam telaah novel, penelaah

jangan hanya menggunakan pendekatan struktural. Hal itu dilakukan agar telaah

sampai pada tataran pengungkapan makna karya sastra secara utuh.

Terlepas dari berbagai kelemahan pendekatan struktural di atas,

pendekatan tersebut ternyata sangat populer. Hal itulah yang menyebabkannya

sering digunakan dalam analisis karya sastra, khususnya dalam pembelajaran

sastra di sekolah. Pendekatan itu dipandang lebih mudah untuk dilaksanakan

karena memfokuskan analisis pada unsur-unsur dan hubungan antarunsur yang

membangun karya itu sendiri. Adapun aspek yang dikaji dalam pendekatan

struktural adalah unsur-unsur intrinsik karya sastra yang berupa: tema, nada,

suasana, alur, latar, penokohan, stilistik, dan hubungan antaraspek yang

membuatnya menjadi karya sastra (Ali Imron, 2006: 20-21). Dalam penelitian ini,

peneliti hanya akan menguraikan latar dan tokoh utama karena fokus kajian novel

ini hanya berhubungan dengan dua unsur tersebut.

3. Hakikat Sosiologi Sastra

a. Hakikat Sosiologi Sastra

Istilah sosiologi muncul pada abad ke-19 sekitar tahun 1839. Dari seorang

ahli filsafat berkebangsaan Perancis, bernama Auguste Comte. Ia telah

Page 38: ANALISIS NOVEL INCEST KARYA I WAYAN ARTIKA : (KAJIAN .../Analisis... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii ANALISIS NOVEL INCEST KARYA I WAYAN ARTIKA : (KAJIAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

22

mengusulkan agar penelitian terhadap masyarakat ditingkatkan menjadi suatu

ilmu tentang masyarakat yang berdiri sendiri. Ilmu tersebut diberi nama

Yunani logos

Senada dengan pendapat Soerjono Soekanto sosiologi menurut Miekel

Bal, dkk (dalam Nyoman Kutha Ratna, 2003: 363) yaitu sebagai ilmu yang

relative muda, ini ditandai dengan terbitnya buku yang berjudul Positive-

Philoshophy yang ditulis oleh Auguste Comte (1798-1857). Sosiologi

berkembang pesat pada setengah abad kemudian disusul dengan terbitnya buku

Principles of Sociology yang ditulis oleh Herbert Spencer (1820-1903). Hasan

Shadily (1989: 2) juga berpendapat:

Sosiologi merupakan ilmu masyarakat atau ilmu kemasyarakatan yang mempelajari manusia sebagai anggota golongan atau masyarakatnya (tidak sebagai individu yang terlepas dari golongan atau masyarakatnya), dengan ikatan-ikatan adat, kebiasaan, kepercayaan atau agamanya, tingkah laku serta keseniannya atau yang disebut kebudayaan yang meliputi segala segi kehidupan.

Nyoman Kutha Ratna menyatakan, kata sosiologi berasal dari akar kata

sosio (Yunani) dan logi atau logos. Sosio berarti bersama-sama, bersatu,

berkawan, dan teman. Sementara logi atau logos ,maksudnya sabda, perkataan,

dan perumpamaan (Nyoman Kutha Ratna, 2003: 1).

Selanjutnya kata sosio mengalami perubahan makna, soio/ socius yang

berarti masyarakat. Logi atau logos berarti ilmu. Sosiologi sendiri, kemudian

dimaknai sebagai ilmu yang mempelajari asal-usul dan pertumbuhan (evolusi)

masyarakat, dan mempelajari keseluruhan jaringan hubungan antarmanusia dalam

masyarakat, sifatnya umum, rasional, dan empiris.

Sementara itu menurut Swingewood (dalam Faruk, 1999: 1) Sosiologi

merupakan studi yang ilmiah dan objektif mengenai manusia dalam masyarakat,

studi mengenai lembaga-lembaga dan proses-proses sosial. Sosiologi pada intinya

hendak menjawab pertanyaan mengenai bagaimana masyarakat dimungkinkan,

bagaimana cara kerjanya, dan mengapa masyarakat itu bertahan hidup.

Page 39: ANALISIS NOVEL INCEST KARYA I WAYAN ARTIKA : (KAJIAN .../Analisis... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii ANALISIS NOVEL INCEST KARYA I WAYAN ARTIKA : (KAJIAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

23

Ritzer (dalam Faruk, 1999: 2) menganggap sosiologi sebagai suatu ilmu

pengetahuan yang multiparadigma. Maksudnya, di dalam ilmu tersebut dijumpai

beberapa paradigma yang saling bersaing satu sama lain dalam usaha merebut

hegemoni dalam lapangan sosiologi secara keseluruhan. Paradigma itu sendiri

diartikannya sebagai satu citra fundamental mengenai pokok persoalan dalam

suatu ilmu pengetahuan. Paradigma itu berfungsi untuk menentukan apa yang

harus dipelajari, pertanyaan-pertanyaan apa yang harus diajukan, bagaimana cara

mengajukannya, dan aturan-aturan apa yang harus diikuti dalam interpretasi

jawaban yang diperoleh. Ritzer sendiri kemudian menemukan tiga paradigma

dasar dalam sosiologi, yaitu paradigma fakta-fakta sosial, paradigma definisi

sosial, paradigma perilaku sosial.

Max Weber (dalam Idianto M, 2004: 11) mengatakan bahwa sosiologi

adalah ilmu yang berupaya memahami tindakan-tindakan sosial. Selo Soemardjan

dan Soelaeman Soemardi (dalam Soerjono Soekanto, 1990: 21) juga

menambahkan bahwa sosiologi atau ilmu masyarakat ialah ilmu yang mempelajari

struktur sosial dan proses-proses sosial, termasuk perubahan-perubahan sosial.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa sosiologi

adalah suatu ilmu yang mempelajari tentang manusia dan hubungannya dengan

proses sosial termasuk pada perubahan sosial.

Sementara itu, Teeuw (dalam Nyoman Kutha Ratna, 2003: 4)menyatakan

bahwa sastra berasal dari bahasa Sansekerta, yaitu sas dan tra. Sas berarti

mengarahkan, memberi petunjuk, maupun instruksi dan tra berarti alat atau

sarana. Jadi secara lengkap sastra diartikan alat untuk mengajar, atau buku

petunjuk yang baik. Kata sastra bersifat lebih spesifik setelah terbentuk menjadi

kata jadian, kesusastraan, artinya kumpulan hasil karya yang baik. Seperti halnya

dengan sosiologi, sastra juga memiliki kajian yang sama yaitu mempelajari

tentang manusia dan hubungannya dengan lingkungannya. Hal ini sesuai dengan

pendapat Laurenson dan Swingewood (dalam Suwardi Endraswara, 2003: 78)

karena sosiologi obyek studinya tentang manusia dan sastrapun demikian.

Sedangkan Teeuw (dalam Atar Semi, 1993: 9) mengatakan bahwa sastra itu

Page 40: ANALISIS NOVEL INCEST KARYA I WAYAN ARTIKA : (KAJIAN .../Analisis... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii ANALISIS NOVEL INCEST KARYA I WAYAN ARTIKA : (KAJIAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

24

adalah suatu bentuk dan hasil pekerjaan seni kreatif yang objeknya adalah

manusia dan kehidupannya dengan menggunakan bahasa sebagai mediumnya.

Walaupun objek kajian sosiologi dan sastra sama, namun terdapat

perbedaan di antara keduanya. Ekarini Saraswati (2003: 3) mengatakan perbedaan

yang ada antara keduanya adalah bahwa sosiologi melakukan analisis ilmiah yang

objektif, sedangkan sastra mencoba memahami setiap kehidupan sosial dari relung

perasaan yang terdalam. Damono menambahkan (dalam Ekarini Saraswati, 2003:

3) yang satu beranjak dari hasil pemikiran sedangkan yang satu lagi beranjak dari

hasil pergulatan perasaan yang merupakan 2 kutub yang berbeda, seandainya ada

dua orang sosiologi mengadakan penelitian atas satu masyarakat yang sama, hasil

penelitian itu besar kemungkinan menunjukkan persamaan juga, sedangkan

seandainya ada dua orang novelis menulis tentang suatu masyarakat yang sama,

hasilnya cenderung berbeda sebab cara-cara manusia menghayati masyarakat

dengan perasaannya itu berbeda-beda menurut pandangan seseorang.

Kendati sosiologi dan sastra mempunyai perbedaan tertentu namun

sebenarnya dapat memberikan penjelasan terhadap makna teks sastra. Sehingga

sosiologi dan sastra dapat saling melengkapi, sehingga lahirlah ilmu yang

merupakan penggabungan dari keduannya yang disebut sosiologi sastra. Hal ini

sesuai dengan pernyataan Levin (Suwardi Endraswara, 2003: 79)

yang

memberikan arah bahwa penelitian sosiologi sastra dapat kearah hubungan

pengaruh timbal balik antara sosiologi dan sastra, yang keduanya akan saling

mempengaruhi dalam hal-hal tertentu yang pada gilirannya menarik perhatian

peneliti.

Penelitian sosiologi sastra hadir dari Glickberg (dalam Suwardi

fantasticor mystical in

content, is animated by a profound social concern, and this is true of even the

a seperti apa bentuk

karya sastra (fantastis atau mistis) pun akan besar perhatiannya terhadap

fenomena sosial. Pencetus sosiologi sastra adalah seorang filsafat Perancis yang

bernama Auguste Comte pada sekitar tahun 1839 melalui sebuah karyanya yang

Page 41: ANALISIS NOVEL INCEST KARYA I WAYAN ARTIKA : (KAJIAN .../Analisis... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii ANALISIS NOVEL INCEST KARYA I WAYAN ARTIKA : (KAJIAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

25

berjudul Cours de Philosophie Positive. Dalam buku itu, Comte menyebutkan ada

tiga tahap perkembangan intelelektual, yang masing-masing merupakan

perkembangan dari tahap sebelumnya.

Tiga tahapan itu adalah:

c. Tahap teologis; adalah tingkat pemikiran manusia bahwa semua benda di

dunia mempunyai jiwa dan itu disebabkan oleh suatu kekuatan yang berada di

atas manusia.

d. Tahap metafisis; pada tahap ini manusia menganggap bahwa di dalam setiap

gejala terhadap kekuatan-kekuatan atau inti tertentu yang pada akhirnya akan

dapat diungkapkan. Oleh karena adanya kepercayaan bahwa setiap cita-cita

terkait pada suatu realitas tertentu dan tidak ada usaha untuk menemukan

hukum-hukum alam yang seragam.

e. Tahap positif; adalah tahap di mana manusia mulai berpikir secara alamiah.

Wolff (dalam Suwardi Endraswara, 2003: 77) menyatakan bahwa

sosiologi sastra merupakan disiplin yang tanpa bentuk, tidak terdefinisikan dengan

baik, terdiri atas sejumlah studi empiris dan berbagai percobaan pada teori yang

agak general, yang masing-masing hanya mempunyai kesamaan dalam hal bahwa

semua berurusan dengan hubungan sastra dengan masyarakat. Nyoman Kutha

Ratna (2003:2) memberi pengertian sosiologi sastra sebagai usaha analisis

terhadap unsur(-unsur) karya seni sebagai bagian integral unsur(-unsur)

sosiokultural. Dari pengertian tersebut, sosiologi sastra adalah cara untuk

membuktikan bahwa karya sastra termasuk bagian dari keseluruhan sosiokultural.

Di mana, sosiologi sastra mencoba menjelaskan karya sastra dengan tidak

mungkin dapat menghindar dari realitas masyarakat.

Lebih jauh sosiologi sastra dipahami sebagai pendekatan terhadap sastra

yang mempertimbangkan segi-segi kemasyarakatan (Sapardi Djoko Damono,

1979: 2). Sosiologi sastra, dipandang sebagai usaha pendekatan yang mencoba

menemukan kaitan antara karya sastra dan masyarakat. Dalam hal ini, sosiologi

sastra merupakan cabang penelitian sastra yang bersifat reflektif. Karya sastra

dilihat sebagai cermin kehidupan masyarakat. Kelahiran sastra tidak dalam

kekosongan sosial. Kehidupan sosial akan menjadi picu lahirnya karya sastra,

Page 42: ANALISIS NOVEL INCEST KARYA I WAYAN ARTIKA : (KAJIAN .../Analisis... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii ANALISIS NOVEL INCEST KARYA I WAYAN ARTIKA : (KAJIAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

26

sedangkan karya sastra yang berhasil atau sukses yaitu yang mampu

merefleksikan zamannya. Sehingga antara karya sastra dan kehidupan sosial

masyarakat selalu berkaitan satu sama lain. Hal tersebut sesuai dengan pendapat

Laurenson dan Swingewood (dalam Suwardi Endraswara, 2003: 79) yang

menjelaskan bahwa sosiologi sastra dapat dipandang dari tiga perspektif, yaitu (1)

penelitian yang memandang karya sastra sebagai dokumen sosial yang di

dalamnya merupakan refleksi situasi pada masa sastra itu diciptakan, (2)

penelitian yang mengungkap sastra sebagai cermin situasi sosial penulisnya, dan

(3) penelitian yang menangkap sastra sebagai manifestasi peristiwa sejarah dan

keadaan sosial budaya.

Teori sosiologi sastra lain dikemukakan oleh Ian Watt. Ian Watt (dalam

Sapardi Djoko Damono, 1978: 3) mengklasifikasikan sosiologi sastra menjadi tiga

macam pendekatan. Menurutnya, telaah karya sastra mencakup tiga hal utama,

yakni konteks sosial pengarang, kajian karya sastra itu sendiri, dan fungsi sosial

sastra. Pendapat ini senada dengan yang dikemukakan Rene Wellek dan Austin

Warren (1993: 111) yang mengklasifikasikan sosiologi sastra menjadi tiga bentuk,

(1) sosiologi pengarang, (2) karya sastra itu sendiri, (3) mempermasalahkan

pembaca dan pengaruh karya sastra terhadap masyarakat.

Berdasarkan pendapat di atas maka penulis dapat menyimpulkan bahwa

sosiologi sastra adalah pendekatan dalam menganalisis karya sastra yang

memperbincangkan hubungan antara pengarang dengan kehidupan sosialnya.

Sosiologi sastra berusaha mengungkapkan keterkaitan antara pengarang, pembaca,

kondisi sosial budaya pengarang maupun pembaca, serta karya itu sendiri.

Demikian beberapa ulasan tentang hakikat sosiologi sastra serta hubungan antara

karya sastra dengan masyarakat yang dipakai dalam analisis sosiologi sastra

terhadap novel Incest karya I Wayan Artika.

b. Pendekatan Sosiologi Sastra

Pendekatan sosiologi sastra bertolak dari suatu anggapan bahwa sastra

adalah ungkapan perasaan masyarakat, yang juga berarti bahwa sastra

mencerminkan dan mengekspresikan kehidupan (Wellwk dan Warren, 1990: 110).

Page 43: ANALISIS NOVEL INCEST KARYA I WAYAN ARTIKA : (KAJIAN .../Analisis... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii ANALISIS NOVEL INCEST KARYA I WAYAN ARTIKA : (KAJIAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

27

Dengan demikian pendekatan sosiologi sastra adalah pendekatan sastra yang

mempertimbangkan segi-segi sosial dan kemasyarakatan yang tercermin dalam

karya sastra. Pendekatan sosiologi bermaksud menjelaskan bahwa karya sastra

(novel) pada hakikatnya merupakan sebuah fakta sosial yang tidak hanya

mencerminkan realitas sosial yang terjadi di masyarakat tempat karya itu

dilahirkan, melainkan juga merupakan tanggapan pengarang terhadap realitas

sosial tersebut.

Dalam penelitian ini penulis menggunakan teori yang dikemukakan oleh

Rene Wellek dan Austin Warren, khususnya yang kedua dan yang ketiga. Yakni,

penelitian yang memandang karya sastra sebagai dokumen sosial, selain itu juga

mempermasalahkan pembaca dan pengaruh karya sastra terhadap masyarakat.

Dalam mengaplikasikan pendekatan ini, karya sastra tidak dilihat sebagai

keseluruhan, melainkan hanya tertarik pada unsur sosio-budaya di dalamnya yang

dilihat sebagai unsur-unsur yang lepas dari kesatuan karya. Sehubungan dengan

analisis terhadap novel Incest, penulis mengambil unsur yang menarik dalam

karya tersebut, yakni perubahan sosial. Untuk menganalisis perubahan sosial

dibutuhkan teori yang relevan dengan permasalahan yang dianalisis, yakni teori

perubahan sosial.

c. Perubahan Sosial

Di dalam kehidupan, masyarakat selalu mengalami perubahan. Menurut

Sztompka, masyarakat senantiasa mengalami perubahan di semua tingkat

kompleksitas internalnya. Dalam kajian sosiologis, perubahan dilihat sebagai

sesuatu yang dinamis dan tidak linear. Dengan kata lain, perubahan tidak terjadi

secara linear. Secara umum, perubahan sosial dapat diartikan sebagai suatu proses

pergeseran atau berubahnya struktur/ tatanan di dalam masyarakat, meliputi pola

pikir yang lebih inovatif, sikap, serta kehidupan sosialnya untuk mendapatkan

penghidupan yang lebih bermartabat.

Perubahan terjadi pada tingkat makro, mezzo, dan mikro. Pada tingkat

makro, terjadi perubahan ekonomi dan politik. Sedangkan pada tingkat mezzo

Page 44: ANALISIS NOVEL INCEST KARYA I WAYAN ARTIKA : (KAJIAN .../Analisis... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii ANALISIS NOVEL INCEST KARYA I WAYAN ARTIKA : (KAJIAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

28

terjadi perubahan kelompok, komunitas dan organisasi. Dan di tingkat mikro

terjadi perubahan interaksi dan perilaku individual. Masyarakat bukan sebuah

kekuatan fisik (entity), tetapi seperangkat proses yang saling terkait bertingkat

ganda (Sztompka, 2004).

Bottomore mengatakan bahwa perubahan sosial mempunyai kerangka.

Adapun susunan kerangka tentang perubahan sosial antara lain:

f. Perubahan sosial itu dimulai pada suatu masyarakat mana yang pertama-tama

mengalami perubahan.

g. Kondisi awal terjadinya perubahan mempengaruhi proses perubahan sosial

dan memberi ciri tertentu yang khas sifatnya.

h. Kecepatan proses dari perubahan sosial tersebut mungkin akan berlangsung

cepat dalam jangka waktu tertentu.

i. Perubahan-perubahan sosial memang disengaja dan dikehedaki. Oleh

karenanya bersumber pada perilaku para pribadi yang didasarkan pada

kehendak-kehendak tertentu.

Perubahan sosial selalu mendapat dukungan/ dorongan dan hambatan dari

berbagai faktor. Adapun faktor-faktor yang mendorong terjadinya perubahan

adalah:

a. Kontak dengan kebudayaan lain

salah satu proses yang menyangkut dalam hal ini adalah difusi. Difusi

merupakan proses penyebaran unsur-unsur kebudayaan dari perorangan kepada

perorangan lain, dan dari masyarakat kepada masyarakat lain. Dengan difusi,

suatu inovasi baru yang telah diterima oleh masyarakat dapat disebarkan kepada

masyarakat luas di dunia sebagai tanda kemajuan.

b. Sistem pendidikan yang maju

c. Sikap menghargai hasil karya dan keinginan-keinginan untuk maju.

d. Toleransi terhadap perbuatan-perbuatan yang menyimpang.

e. Sistem terbuka dalam lapisan-lapisan masyarakat.

Sistem terbuka memungkinkan adanya gerakan mobilitas sosial vertikal secara

luas yang berarti memberi kesempatan perorangan untuk maju atas dasar

kemampuan-kemampuanya.

Page 45: ANALISIS NOVEL INCEST KARYA I WAYAN ARTIKA : (KAJIAN .../Analisis... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii ANALISIS NOVEL INCEST KARYA I WAYAN ARTIKA : (KAJIAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

29

f. Penduduk yang heterogen

Masyarakat-masyarakat yang terdiri dari kelompok-kelompok sosial yang

memiliki latar belakang, ras, dan ideologi yang berbeda mempermudahkan

terjadinya kegoncangan yang mendorong terjadinya proses perubahan.

Selain itu, perubahan sosial juga mendapatkan hambatan-hambatan. Adapun

faktor-faktor penghambat tersebut adalah :

a. Kurangnya hubungan dengan masyarakat-masyarakat lain.

b. Perkembangan ilmu pengetahuan yang terlambat.

c. Sikap masyarakat yang masih tradisional.

d.Adanya kepentingan-kepentingan yang telah tertanam dengan kuat sekali

atau vested interest.

e. Rasa takut akan terjadinya kegoyahan pada integrasi kebudayaan.

f. Prasangka terhadap hal-hal yang asing atau baru.

g. Hambatan-hambatan yang bersifat ideologis.

h. Adat atau kebiasaan.

B. Penelitian yang Relevan

Novel Incest karya I Wayan Artika pernah dibahas oleh Nita Handayani

Hasan, mahasiswa Sastra Indonesia, Fakultas Sastra, Universitas Sebelas Maret

Surakarta, sebagai skripsi untuk meraih gelar Sarjana Sastra. Karya Ilmiah

t Incest karya I Wayan Artika : Tinjauan Antropologi

naratif didapat melalui pengelompokkan miteme-miteme ke dalam unit-unit

naratif. Kemudian, unit-unit naratif yang didapat digolongkan pada tiga

permasalahan yaitu perkawinan sedarah yang terjadi pada kembar buncing,

pergeseran pekerjaan dari petani menjadi buruh pabrik, dan perjuangan seorang

petani organik yang tetap mempertahankan profesinya sebagai petani. Ketiga

permasalahan tersebut kemudian dianalisis secara sintagmatik paradigmatik, dan

sinkronik diakronik. (2) pola berpikir masyarakat Jelungkap didapatkan setelah

mengetahui relasi logis antarunit naratif. Pola pikir yang didapatkan berbentuk

segitiga sama sisi. Di dalam segitiga tersebut terdapat bentuk lingkaran yang

Page 46: ANALISIS NOVEL INCEST KARYA I WAYAN ARTIKA : (KAJIAN .../Analisis... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii ANALISIS NOVEL INCEST KARYA I WAYAN ARTIKA : (KAJIAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

30

menjelaskan bahwa semua permasalahan yang dialami masyarakat Jelungkap

akan diselesaikan dengan keputusan adat.

Saman

Dan Larung

yang pernah dibahas oleh Nuraini, mahasiswa Program Pendidikan Bahasa, Sastra

Indonesia dan Daerah, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas

Sebelas Maret Surakarta. Dari penelitian tersebut didapatkan hasil bahwa (1)

unsur intrinsik yang terdapat dalam novel Saman dan Larung karya Ayu Utami;

penokohan (fisilogis, psikologis dan sosiologis), latar (tempat, waktu dan sosial),

alur novel Saman adalah campuran, novel Larung beralur progresif yang terbagi

dalam dua kisah, tema yang diangkat oleh pengarang adalah tentang

pemberontakan manusia terhadap nilai-nilai normatif masyarakat, kepercayaan

terhadap ilmu-ilmu gaib, (2) adanya lapisan sosial dalam novel Saman dan Larung

yang dilihat dari segi pendidikan, yakni tingkat kepandaian dan kreativitas.

Ekonomi, yakni tingkat kemapanan, kaya dan miskin. Kedudukan atau

kehoramatan, yakni tingkat jabatan, (3) pandangan dunia pengarang dalam novel

Saman dan Larung adalah pandangan dunia humanisme dan kemanusiaan, baik itu

humanisme kejawen, politik, dan feminisme, (4) nilai pendidikan dalam novel

Saman dan Larung adalah nilai pendidikan agama yang menyoroti soal keyakinan

pada Tuhan. Nilai sosial yang menyoroti tentang hubungan keluarga, masyarakat

dan persahabatan. Nilai moral menyoroti tingkah laku para tokohnya yang bersifat

baik dan buruk. Nilai estetis menyoroti tenteng gaya bahasa dan bentuk kasih

sayang antara para tokoh dalam kedua novel tersebut.

Penelitian lain yang relevan dengan penelitian ini adalah skripsi karya

Nyali

memenuhi persyaratan meraih gelar sarjana sastra pada Jurusan Sastra Indonesia,

Fakultas Sastra, Universitas Gadjah Mada, yang dipublikasikan melalui situs

internet dengan alamat http://www.geocities.com/ngartofebruana/skripsi.htm.

Karya ilmiah ini menganalisis konflik sosial dan politik yang terdapat dalam novel

Page 47: ANALISIS NOVEL INCEST KARYA I WAYAN ARTIKA : (KAJIAN .../Analisis... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii ANALISIS NOVEL INCEST KARYA I WAYAN ARTIKA : (KAJIAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

31

Nyali karya Putu Wijaya kemudian menyejajarkannya dengan peristiwa sejarah

yang ada.

Dalam hubungannya dengan ketiga penelitian di atas, penelitian yang akan

dilakukan oleh peneliti mempunyai kesamaan dalam hal penggunaan objek dan

pendekatan penelitian, yaitu novel Incest karya I Wayan Artika dan pendekatan

penelitian yaitu sosiologi sastra.

C. Kerangka Berpikir

Novel mampu memotret kehidupan, meskipun dipandang sebagai karya

yang fiksional. Latar belakang sejarah, zaman, dan sosial masyarakat memiliki

andil yang signifikan terhadap karya sastra, khususnya novel, baik dalam segi isi

maupun bentuk. Keberadaan pengarang dalam lingkungan sosial masyarakat

tertentu, ikut mempengaruhi karya yang dibuatnya. Dengan demikian suatu

masyarakat tertentu yang ditempati pengarang akan dengan sendirinya

mempengaruhi jenis sastra tertentu yang dihasilkan pengarang.

Incest merupakan merupakan salah satu novel yang sangat dipengaruhi

oleh kehidupan masyarakat dimana pengarangnya yaitu I Wayan Artika tinggal.

Novel ini ditulis menggunakan teknik etnografi, sehingga deskripsi-deskripsi

peristiwa dalam cerita yang disusun adalah fakta atau realitas dan bukan fiksi.

Kemunculan novel ini menjadi kontroversi dan diprotes masyarakat adat yang

dijadikkan setting karena novel ini dianggap melecehkan adat setempat.

Konsekuensi yang diterima oleh I Wayan Artika adalah dengan

mempertanggungjawabkan tulisannya ini di depan pengadilan adat.

Penelitian ini menganalisis Incest dengan pendekatan sosiologi sastra.

Dasar pemikiran dalam penelitian sastra berperspektif sosiologi sastra ini adalah

upaya pemahaman karya sastra sebagai dokumen sosial yang didalamnya

merupakan refleksi situasi pada masa sastra itu diciptakan. Selain itu juga

menangkap karya sastra sebagai manifestasi keadaan sosial yang dipengaruhi

lingkungan sosial pengarang. Namun sebelum itu, diperlukan pemahaman yang

lebih terhadap novel tersebut, untuk itu terlebih dahulu akan diterapkan

Page 48: ANALISIS NOVEL INCEST KARYA I WAYAN ARTIKA : (KAJIAN .../Analisis... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii ANALISIS NOVEL INCEST KARYA I WAYAN ARTIKA : (KAJIAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

32

pendekatan struktural dengan menganalisis unsur-unsur intrinsik yang ada dalam

novel Incest.

Dalam mengaplikasikan pendekatan sosiologi sastra, karya sastra tidak

dilihat sebagai keseluruhan, melainkan hanya pada unsur sosio-budaya di

dalamnya yang dilihat sebagai unsur-unsur yang lepas dari kesatuan karya.

Sehubungan dengan analisis terhadap novel Incest, penulis mengambil unsur yang

menarik dalam karya tersebut, yakni perubahan sosial yang terjadi pada

masyarakat Jelungkap yang terkandung dalam novel Incest karya I Wayan Artika.

Selain itu, pendekatan sosiologi sastra juga digunakan untuk mengetahui

tanggapan masyarakat tentang novel Incest karya I Wayan Artika, dilihat sebagai

karya sastra ataupun cerminan sosial kehidupan masyarakat dalam hal ini

masyarakat Bali pada umumnya dan Jelungkap pada khususnya. Berikut adalah

gambar kerangka berpikir.

Page 49: ANALISIS NOVEL INCEST KARYA I WAYAN ARTIKA : (KAJIAN .../Analisis... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii ANALISIS NOVEL INCEST KARYA I WAYAN ARTIKA : (KAJIAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

33

Gambar 1. Kerangka berpikir

Novel Incest

Pendekatan Sosiologi Sastra

Tanggapan masyarakat

terhadap novel Incest

Pendekatan Struktural

Unsur Intrinsik Novel: a. Tema b. Latar c. Penokohan d. Plot e. Sudut Pandang f. Gaya/ style g. Amanat

Perubahan Sosial yang terjadi pada masyarakat Jelungkap

Simpulan

Page 50: ANALISIS NOVEL INCEST KARYA I WAYAN ARTIKA : (KAJIAN .../Analisis... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii ANALISIS NOVEL INCEST KARYA I WAYAN ARTIKA : (KAJIAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

34

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian dengan objek karya sastra, yaitu novel

Incest karya I Wayan Artika. Penelitian ini berupa kajian teks maka dalam

prosesnya peneliti mencari pembaca novel yaitu kota Solo. Adapun pelaksanaan

penelitan ini direncanakan selama 6 bulan, yang dimulai dari bulan Oktober 2011

sampai Maret 2012.

B. Pendekatan dan Metode Penelitian

Berdasarkan objek penelitian yang berupa karya sastra yaitu novel yang

dalam analisisnya mengarah pada menggambarkan beberapa fenomena di

dalamnya, penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif. Suwardi

Endraswara (2003: 5) menyatakan bahwa penelitian kualitatif dilakukan dengan

No Waktu Okt ' 11 Nov

Des '11 Jan '12 Feb '12

Mar

Kegiatan 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

1

Tahap persiapan awal sampai pengajuan proposal

2

Menentukan informan, menyiapkan peralatan dan instrumen

3 Pengumpulan data

4 Analisis data

5 Penyusunan laporan

34

Page 51: ANALISIS NOVEL INCEST KARYA I WAYAN ARTIKA : (KAJIAN .../Analisis... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii ANALISIS NOVEL INCEST KARYA I WAYAN ARTIKA : (KAJIAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

35

tidak mengutamakan angka-angka, tetapi mengutamakan kedalaman penghayatan

terhadap interaksi antar konsep yang sedang dikaji secara empiris.

Metode penelitian yang digunakan adalah analisis isi yang ditinjau dari

aspek struktural dan sosiologi sastra.

C. Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini ada dua macam, yaitu sumber data

primer dan sumber data sekunder. Sumber data primer berupa novel Incest karya I

Wayan Artika yang diterbitkan oleh Interpre Book KPP (Kelompok Penerbit

Pinus), Yogyakarta pada tahun 2008 dengan jumlah halaman 268. Sedangkan

sumber data sekunder yaitu dokumen yang meliputi profil pengarang yang berisi

perjalanan hidup dan latar belakang sosial pengarang, buku-buku yang

berhubungan dengan penelitian, juga beberapa pendapat dari pembaca novel yang

peneliti pilih dengan usia pembaca novel antara 20 tahun sampai 50 tahun.

D. Teknik Pengumpulan Data

Suatu penelitian membutuhkan teknik pengumpulan data yang sesuai

dengan bentuk penelitiannya agar didapatkan data yang sahih. Seperti yang telah

diungkapkan di atas bahwa objek penelitian ini adalah sebuah karya sastra, maka

dalam hal ini penulis menggunakan teknik pengumpulan data dengan teknik

dokumen dan wawancara.

Dokumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah novel Incest karya I

Wayan Artika sebagai objek kajian; buku-buku tentang teori sastra, sosiologi

sastra, serta artikel-artikel yang mendukung penelitian ini. Teknik wawancara

digunakan ketika mencari informasi tentang novel Incest karya I Wayan Artika

kepada para ahli sastra, juga digunakan ketika meminta tanggapan masyarakat

tentang novel tersebut.

Page 52: ANALISIS NOVEL INCEST KARYA I WAYAN ARTIKA : (KAJIAN .../Analisis... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii ANALISIS NOVEL INCEST KARYA I WAYAN ARTIKA : (KAJIAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

36

E. Teknik Cuplikan

Teknik sampling (cuplikan) yang digunakan dalam penelitian ini adalah

purposive sampling. Teknik ini dilakukan dengan mencuplik data yang mengarah

pada konsep yang telah dirumuskan dalam rumusan masalah. Peneliti menyajikan

data untuk dikaji dari aspek strukturalnya serta memilih data yang berhubungan

dengan konsep sosial kemasyarakatan untuk ditinjau dari aspek sosiologi sastra.

F. Validitas Data

Kesahihan data dalam penelitian ini menggunakan triangulasi teori,

sumber data dan triangulasi metode. Triangulasi teori yaitu dengan menggunakan

perspektif lebih dari satu teori dalam membahas permasalahan yang dikaji. Dan

teori yang peneliti gunakan yaitu berasal dari ilmu sastra, sosiologi dan

antropologi.

Triangulasi sumber data yaitu pembahasan masalah dengan menggunakan

beberapa sumber data untuk mengumpulkan data yang sama. Adapun sumber data

dalam penelitian ini adalah dokumen (novel Incest karya I Wayan Artika , buku-

buku, artikel-artikel yang sesuai penelitian) dan narasumber (ahli sastra dan

masyarakat).

Triangulasi metode yaitu dengan menganalisis dokumen dan wawancara

dengan narasumber (informan).

G. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan

teknik analisis mengalir (flow model of analysis) yaitu proses analisis dengan tiga

komponen (reduksi data, sajian data dan penarikan kesimpulan dengan

verifikasinya) yang saling menjalin dan dilakukan secara terus menerus di dalam

proses pengumpulan data. Adapun tiga komponen tersebut yaitu:

1. Reduksi data

Reduksi data merupakan proses perampingan, penyederhanaan dan

pengabstraksikan data. Di dalamnya terdapat proses memilih data yang

dipandang penting dan mempunyai potensi dalam rangka analisis data dan

Page 53: ANALISIS NOVEL INCEST KARYA I WAYAN ARTIKA : (KAJIAN .../Analisis... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii ANALISIS NOVEL INCEST KARYA I WAYAN ARTIKA : (KAJIAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

37

juga membuang data yang dipandang tidak memenuhi syarat untuk

kepentingan analisis data. Tahap yang dilakukan selama penelitian

berlangsung.

2. Penyajian Data

Tahap kedua dari analisis data adalah sajian data. Tahap ini adalah tahap

menyajikan data dengan kalimat yang disusun secara logis dan sistematis

sehingga mudah dipahami. Data yang disajikan merupakan jawaban

(deskripsi) dari rumusan masalah yang dimunculkan.

3. Penarikan Simpulan dan Verifikasi

Tahap ini adalah tahap pengecekan kembali terhadap data (catatan) yang

telah dibuat, selanjutnya dapat dibuat simpulan sementara.

Adapun teknik analisis data dengan model analisis mengalir (flow model

analysis) tersebut dapat digambarkan sebagai berikut

Pengumpulan Data

Reduksi Data

Pra Display Data Post

Penarikan Kesimpulan/ Verifikasi Post

Post

Gambar 2. Analisis mengalir

H. Prosedur Penelitian

Penelitian ini dimulai dari tahap persiapan, pelaksanaan dan penyusunan

laporan. Adapun langkah-langkah dalam pelaksanaan adalah:

1. Membaca berulang-ulang novel Incest karya I Wayan Artika.

Page 54: ANALISIS NOVEL INCEST KARYA I WAYAN ARTIKA : (KAJIAN .../Analisis... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii ANALISIS NOVEL INCEST KARYA I WAYAN ARTIKA : (KAJIAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

38

2. Mencatat setiap data yang terdapat dalam novel Incest karya I Wayan Artika.

3. Mengumpulkan data yang berasal dari jawaban narasumber (informan).

4. Teori yang terkumpul dijadikan dasar untuk memperoleh hasil penelitian.

5. Menarik kesimpulan.

Page 55: ANALISIS NOVEL INCEST KARYA I WAYAN ARTIKA : (KAJIAN .../Analisis... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii ANALISIS NOVEL INCEST KARYA I WAYAN ARTIKA : (KAJIAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

39

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Deskripsi Novel Incest

Novel Incest adalah sebuah novel karya I Wayan Artika.Novel ini

diterbitkan oleh penerbit penerbit Interpre Book pada Juli 2008.Novel dengan

tebal 268 halaman ini merupakan novel kedua karya I Wayan Artika.Dan novel ini

telah berhasil ikut memenangkan lomba yang diadakan oleh Bali Post.

Putu Geo Antara adalah seorang keturunan Jelungkap yang pergi merantau

untuk menuntut ilmu.Suatu hari dia kembali ke kampung halamannya dengan

tujuan untuk memajukan desanya.Putu Geo Antara adalah seorang pemuda yang

dilahirkan sebagai kembar buncing terjebak dalam kisah cinta yang rumit, yang

terbelenggu adat dan pembaruan pemikiran masyarakat zaman sekarang terhadap

adat itu sendiri.

Kisah ini berawal dari pasangan suami istri, Nyoman Sika dan Ketut Artini

yang dikaruniai sepasang bayi kembar buncing.Bagi masyarakat Jelungkap, hal itu

merupakan aib, dan mereka harus mendapatkan hukuman/ sanksi.Banyak cerita

tentang kesalahan leluhur di masa lalu yang mengiringi kelahiran bayi kembar

buncing itu.Dan kelahiran bayi itu dianggap karma atas segala kesalahan yang

dilakukan leluhur di masa lalu.Sebagai masyarakat adat, Nyoman Sika dan Ketut

Artini menjalankan sanksi adat itu.Selama empat puluh dua hari mereka hidup

dalam pengasingan di Langking Langkau.Mereka juga harus mengadakan upacara

penyucian dan pemisahan si kembar dari pasangannya. Ketika upacara malik

sumpah, di luar dugaan Nyoman Sika justru memberikan pendapatnya tentang

adat. Menurutnya, adat hanyalah cara untuk mencampur air dan minyak,

persalinan dan aib. Masa lalu yang konyol dan malik sumpah ini dia pilih untuk

mengajukan satu yang lain, yaitu masa depan. Dimana sebelumnya masa depan itu

tidak ada, yang ada hanyalah masa kini yang ditentukan oleh masa lalu. Atau

dengan kata lain, apa yang terjadi hari ini tergantung perbuatan kita dan leluhur

kita di masa lalu. Sanksi yang paling berat adalah ketika mereka harus

memisahkan kedua bayinya, yang perempuan dinamai Gek Bulan Armani dan

39

Page 56: ANALISIS NOVEL INCEST KARYA I WAYAN ARTIKA : (KAJIAN .../Analisis... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii ANALISIS NOVEL INCEST KARYA I WAYAN ARTIKA : (KAJIAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

40

diasuh sendiri oleh pasangan itu, sedangkan yang laki-laki diberi nama Putu Geo

Antara dan diserahkan kepada Gus Eka, sahabat mereka.

Waktu terus berjalan, Gek Bulan tetap tinggal bersama orang tuanya di

Jelungkap, sedangkan Geo Antara ikut orang tua angkatnya dan tinggal di

Denpasar.Merekapun semakin dewasa, dan tiba saatnya melanjutkan pendidikan

mereka di perguruan tinggi. Keduanya ternyata melanjutkan di perguruan tinggi

yang sama, yaitu Universitas Gajah Mada, walaupun di sana mereka tidak saling

mengenal karena mengambil jurusan yang berbeda. Geo Antara melanjutkan ke

Antropologi, sedangkan Gek Bulan melanjutkan ke Hubungan Internasional.

Suatu saat, Geo Antara memutuskan untuk kembali ke kampung

halamannya, Jelungkap. Dia ingin mengabdikan dirinya dan berkarya di sana.

Keputusan yang diambil Geo ini seringkali mendapat tanggapan yang kurang

mengenakkan dari teman-temannya, mengingat di Jakarta dia sudah bekerja

dengan posisi yang cukup bagus.Tetapi keinginannya yang kuat untuk

membangun desanya, tidak mematahkan semangatnya untuk kembali ke

Jelungkap. Di sana, Geo membuka perpustakaan untuk anak-anak desa dan

memberi tambahan pelajaran gratis. Sedangkan Gek Bulan kembali ke Jelungkap

bersama Komang Wiarsa untuk membuat pertanian organik.Suatu konsep baru

yang tidak menggunakan pupuk kimia dalam mengolah lahan pertanian.Dan dari

perkenalan mereka di desa ini, cerita cinta mereka dimulai seiring dengan

perkembangan Jelungkap yang mulai terkena arus modernisasi.

Masyarakat Jelungkap mulai tergiur mimpi akan masa depan mereka

melalui industri agropolitan yang masuk di desa mereka. Mereka berpikir dengan

adanya proyek itu, kehidupan mereka akan lebih layak karena mereka akan

mendapat pekerjaan di tempat itu. Tapi kenyataannya tidaklah demikian, karena

tidak mungkin semua warga tertampung dalam industri itu, dan apabila mereka

bias mendapat pekrjaan di sana, pekerjaan yang didapat hanyalah pekerjaan kasar

dengan upah rendah karena mereka tidak memiliki pendidikan yang tinggi

ataupun keterampilan yang ahli.

Kehadiran perusahaan yang pada awalnya merupakan harapan baru bagi

Jelungkap, dengan berjalannya waktu mereka sadar bahwa ada banyak hal yang

Page 57: ANALISIS NOVEL INCEST KARYA I WAYAN ARTIKA : (KAJIAN .../Analisis... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii ANALISIS NOVEL INCEST KARYA I WAYAN ARTIKA : (KAJIAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

41

dikorbankan untuk pembangunan proyek itu, mereka merasa dibohongi dan ada

penipuan pembebasan tanah di Lungkang dan Padaka Paduk.Di sinilah mereka

merasa kehormatan adatnya dijual yaitu cerita tentang penipuan dan pemalsuan

tanda tangan salah seorang tetua desa.Keadaan ini membuat ketegangan antara

perusahaan dan warga Jelungkap.Dalam keadaan seperti ini, manajemen

perusahaan membutuhkan seseorang yang bisa membuat hubungan menjadi lebih

baik.Geo Antaralah yang diminta membantu perusahaan untuk mengharmoniskan

hubungan perusahaan dengan Jelungkap.Banyak hal yang ditawarkan Geo untuk

kemudian dilakukan perusahaan supaya hubungan mereka membaik.Usulan Geo

itu disambut baik dan dilakukan oleh perusahaan, sehingga hubungan antara

perusahaan dengan masyarakat menjadi lebih baik.Tapi setelah semua itu terjadi,

Geo merasa bersalah karena kebijakan-kebijakan perusahaan atas dasar usulannya

itu, membuat Jelungkap merasa simpati dan bangga pada perusahaan.Mereka

justru melindungi perusahaan dari orang-orang yang hendak menghancurkan

perusahaan.

Gek Bulan Armani merasa warga desa sudah dibodohi perusahaan. Dia

mencari tahu tentang perusahaan dari beberapa arsip tentang perusahaan agrop

dan dari opini-opini yang tertulis di media massa, juga dengan bercakap-cakap

dengan Komang Wiarsa, warga asli Jelungkap yang mengembangkan pertanian

organik dan tidak bergantung dari perusahaan itu. Bulan merasa sangat sedih

ketika mengetahui warga desa setiap menjelang hari besar (misalnya Nyepi) harus

mengantri untuk mendapatkan dua kilo sayuran yang tidak layak jual dari

perusahaan.Begitu murah harga yang diberikan perusahaan pada masyarakat

Jelungkap.Yang lebih menyakitkan adalah perusahaan itu dibangun di atas tanah

yang dianggap keramat bagi warga.Misalnya saja punden berundak, Pura

Lungkang, Pura Inggu.Gek Bulan Armani lalu datang ke perusahaan dan bertemu

dengan Cok Dodi Erawan sebagai wakil dari perusahaan untuk membicarakan

masalah itu.Awalnya Bulan dikira hendak meminta sumbangan, karena biasanya

warga desa dating untuk meminta sumbangan.Ketika komunikasi itu berlangsung,

Bulan diminta bekerja sama dengan perusahaan, tetapi dengan tegas ia menolak.

Dia datang ke perusahaan untuk memperjuangkan nasib warga desa yang selama

Page 58: ANALISIS NOVEL INCEST KARYA I WAYAN ARTIKA : (KAJIAN .../Analisis... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii ANALISIS NOVEL INCEST KARYA I WAYAN ARTIKA : (KAJIAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

42

ini diperlakukan tidak adil. Di luar dugaan, ternyata warga menyimpan dendam

pada perusahaan setelah apa yang dilakukan perusahaan terhadap mereka. Amarah

mereka memuncak ketika ada mahasiswa dari Universitas Kebangsaan, Denpasar

sedang melakukan KKN di Jelungkap. Mahasiswa KKN itu hendak membangun

got desa sepanjang dua kilometer di Jelungkap. Warga desa marah ketika mereka

mengetahui bahwa proyek itu didanai oleh perusahaan.Mahasiswa itu akhirnya

diusir malam itu juga, dan warga bergerak menuju perusahaan lalu membakar

perusahaan itu.

Pertemuan Bulan dan Dodi di perusahaan ternyata membuat Dodi

terpesona terhadap Bulan, sehingga dia berusaha mendekati Bulan. Tapi di saat

yang sama jalinan cinta Bulan dan Geo telah terlebih dulu terjalin. Pertemuan Geo

dan Bulan yang terus menerus membuat benih-benih cinta di antara mereka

tumbuh.Hingga suatu saat mereka memutuskan untuk menjalin

hubungan.Hubungan mereka terjalin tanpa mereka tahu kalau sebenarnya mereka

adalah saudara kandung, kembar buncing.Warga desa pun enggan untuk memberi

tahu mereka karena terikat adat.Dan sesuai adat mereka seharusnya memang

saling jatuh cinta dan menikah.Tetapi sekarang pemikiran warga sudah berubah,

apabila mereka dibiarkan menjalin cinta tanpa tahu yang sebenarnya bahwa

mereka adalah saudara, warga merasa menjerumuskan mereka pada perkawinan

sedarah.Warga desa mulai membicarakan hubungan Geo dan Bulan, hingga

akhirnya sampailah ke telinga mereka.Mereka berusaha menolak dan tidak

percaya terhadap berita itu.Mereka lalu meninggalkan Jelungkap untuk

menyepi.Sekembalinya mereka ke Jelungkap mereka di bawa ke pertemuan

dengan warga di bale banjar. Jelungkap merasa malu dengan adat mereka yang

membiarkan kembar buncing menikah, dan salah satu cara untuk mengatasi rasa

malu mereka adalah dengan menggagalkan pernikahan Geo dan Bulan. Di

pertemuan itu Geo dan Bulan kembali diberi tahu kenyataan bahwa mereka

sebenarnya adalah kembar buncing. Tetapi mereka tetap saja tidak percaya,

mereka lalu dibawa ke Pura Desa, di sana Bendesa Adat kembali menyatakan

bahwa mereka adalah saudara kandung dan meminta mereka menghentikan

hubungan cinta mereka. Geo dan Bulan yang terlanjur saling mencintai menolak

Page 59: ANALISIS NOVEL INCEST KARYA I WAYAN ARTIKA : (KAJIAN .../Analisis... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii ANALISIS NOVEL INCEST KARYA I WAYAN ARTIKA : (KAJIAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

43

dengan keras pernyataan itu.Hingga mereka dihadapkan pada ritual yang akhirnya

membuat mereka pingsan, dan setelah mereka di bawa ke rumah sakit ternyata

Bulan sedang mengandung.Dan ternyata mereka sudah menikah setahun yang

lalu. Inilah yang membuat mereka mati-matian menolak apa yang dikatakan

warga dan Bendesa Adat.

B. Analisis Data

1. Tema

Tema merupakan gagasan pokok, inti, atau masalah utama yang

dituangkan dalam cerita. Tema yang merupakan makna cerita sebuah novel dapat

memiliki lebih dari satu interpretasi.Dalam novel Incest terdapat tema utama dan

tema tambahan.

a) Tema utama

Tema utama atau tema mayor novel Incest adalah perkawinan

sedarah.Para tokoh utama biasanya dibebani membawakan tema.Ini tercermin dari

tokoh utama novel Incest yaitu Geo dan Bulan. Dimana setelah mereka bertemu di

Jelungkap, tertarik satu sama lain dan akhirnya saling jatuh cinta harus menerima

kenyataan bahwa ternyata mereka adalah saudara kembar. Geo dan bulan ketika

lahir adalah pasangan bayi kembar, dimana dalam adat Jelungkap mereka harus

dipisahkan. Atas kenyataan yang mereka terima bahwa mereka adalah saudara

kandung, Geo dan Bulan masih ragu dan masih mempertanyakan pada diri mereka

masing-masing apakah mereka adalah benar saudara kandung. Hal ini tampak

dalam kutipan berikut.

Tersentak sangat Geo mendengar penjelasan Bendesa Adat.Ada keraguan yang dirasakannya. Walaupun demikian, ia tengah berjuang untuk meyakinkan dirinya betapa waktu cinta yang telah mereka mulai dan lewati, tidak sepotong incesttidak mungkin, :pikir Geo. Semacam itulah kenyataan yang coba ia bangun sehingga dengan ini penjelasan dan pengakuan adat Jelungkap bahwa dirinya dan Bulan adalah saudara, sesungguhnya hendak ditolaknya. Di sisi lain, Geo sedih juga. Mungkin sesal karena hal itu bisa ia terima sebagai kebenaran. Walaupun demikian, siapakah yang bisa mengatakan kepada dirinya bahwa dirinya satu saudara dengan Bulan? (Incest, hal 204)

Page 60: ANALISIS NOVEL INCEST KARYA I WAYAN ARTIKA : (KAJIAN .../Analisis... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii ANALISIS NOVEL INCEST KARYA I WAYAN ARTIKA : (KAJIAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

44

-

(Incest, hal 241) b) Tema tambahan

Tema tambahan atau tema minor adalah makna yang hanya terdapat pada

bagian-bagian tertentu cerita saja. Makna ini dapat ditafsirkan sebagai

makna bagian atau makna tambahan. Tema tambahan dalam novel Incest

meliputi: cinta kasih orang tua, percintaan, perjuangan, kebudayaan.

1) Cinta kasih orang tua

Setelah kelahiran anak kembar buncing yang mereka beri nama Geo dan

bulan. Nyoman Sika dan Ketut Artini mempunyai harapan dan keinginan terhadap

anak mereka. Seperti dalam kutipan berikut.

Nyoman Sika mencoba tersenyum menyaksikan sepasang bayi mereka yang menggerak-gerakkan tangan- s tabah, Tut. Ketabahan adalah bekal tanggung jawab kita dan dengan hal itu kita sanggup berdoa yang tulus agar anak- Doa itu barangkali akan mengantarkan sepasang bayi buncing yang dua hari lalu dilahirkan disa menikmati udara Jelungkap yang sejuk. Dan, ketika Agustus tiba, mereka akan bermain dengan bunga-bunga kopi yang harum. Suatu hari, kelak, pada musim itu, Nyoman Sika akan menghadiahi sepasang anak mereka dengan madu lebah segar. Atau, ketika musim jamus tiba, mereka akan menikmati makan malam dengan sup jamur pali yang ranum dan orang-orang Jelungkap menyebutnya dengan mencongos celeng. Pada musim padi menjelang panen tiba, kedua anak itu akan melintasi pematang, sepulang sekolah, untuk menghalau burung. (Incest, hal 45) 2) Percintaan

Tema percintaan dalam novel ini muncul dari hubungan antara Geo dan

Bulan, Geo adalah sarjana Antropologi sedangkan Bulan adalah sarjana

Hubungan Internasional HI. Setelah mereka bertemu di Jelungkap, antara Geo dan

Bulan mulai timbul rasa tertarik dan mulai timbul rasa cinta di antara mereka.

Kisah percintaan mereka pada akhirnya akan mengalami masalah, karena ternyata

mereka adalah saudara kandung yang ketika kecil dipisahkan sehingga ketika

dewasa baru saling mengenal.

Page 61: ANALISIS NOVEL INCEST KARYA I WAYAN ARTIKA : (KAJIAN .../Analisis... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii ANALISIS NOVEL INCEST KARYA I WAYAN ARTIKA : (KAJIAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

45

3) Perjuangan

Tema perjuangan dibawakan oleh Geo. Sejak datang ke Jelungkap Geo

merasa bahwa masyarakat Jelungkap telah dibodohi oleh perusahan. Sehingga ia

tergerak untuk untuk mencerdaskan masyarakat Jelungkap dengan menjadi

sukarelawan pendidikan, membangun perpustakaan sekolah dan mendatangkan

guru menggambar untuk mengajar anak-anak di Jelungkap. Seperti dalam kutipan

berikut ini.

beli Putu Geo Antara. Katanya juga ia pernah

banyak temannya datang. Macam-macam pekerjaannya.Mungkin dia banyak dibantu oleh teman-temannyaitu. Sebulan lalu, ia mendatangkan guru menggambar dan selama satu minggu anak-anak belajar menggambar. Hasilnya lalu dipamerkan di Bale Banjar.Wah, jadi meriah sekali, mbok. (Incest, hal 152) 4. Kebudayaan

Tema kebudayaan adalah tema yang menjadikan Novel Incest ini menjadi

menarik, dimana dalam budaya Bali khususnya Jelungkap masih mempertahankan

adat istiadat yang sulit dimengerti dengan akal sehat manusia. Menurut adat Bali,

kelahiran kembar buncing merupakan aib besar bagi masyarakat desa. Bali di

masa lampau memang tidak adil terhadap bayi kembar buncing (dua bayi kembar

dengan kelamin yang berbeda, kembar laki-laki dan perempuan). Menurut mitos,

jika lahir di lingkungan kerajaan, bayi kembar buncing dianggap berkah yang

membawa keberuntungan. Kembar buncing di lingkungan kerajaan dibesarkan

secara terpisah. Setelah mencapai dewasa, keduanya akan dipertemukan kembali

dan dikawinkan sebagai suami istri. Dibandingkan dengan anak lainnya, anak

kembar buncing ini memiliki tempat yang sangat terhormat di lingkungan

kerajaan. Sebaliknya, jika bayi kembar buncing lahir di luar lingkungan kerajaan,

kehadiran sang bayi diyakini sebagai aib. Jika dirujuk dari dokumen sastra tua

Page 62: ANALISIS NOVEL INCEST KARYA I WAYAN ARTIKA : (KAJIAN .../Analisis... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii ANALISIS NOVEL INCEST KARYA I WAYAN ARTIKA : (KAJIAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

46

bali, anggapan noda aib dari kembar buncing bersumber dari ajaran raja yang

menjelaskan bahwa pasangan bayi kembar tersebut ketika dalam kandungan telah

melakukan hubungan seksual, sehingga kehadiran kembar buncing dianggap

mengganggu keharmonisan desa. Lebih dari itu, desa menjadi tercemar hingga

harus dipulihkan melalui sanksi adat yang ditentukan.

Tindakan diskriminasi seperti ini ternyata berlangsung di Bali dewasa ini.

Sesuai dengan aturan adatnya, sang bayi kembar harus menanggung sanksi adat

berupa pengucilan ke sebuah lokasi sepi sangat jauh dari perkotaan atau desa

tempat tinggalnya. Masa pengucilan bayi kembar buncing ini harus dijalani

selama 105 hari atau tiga bulan kalender bali. Selama tenggang waktu itu pula

orang tua bayi, tidak diperbolehkan beraktivitas, melakukan perjalanan keluar

Desa, ataupun mencari nafkah. Pengucilan itu sendiri bermaksud untuk dapat

membersihkan aib bawaan kembar buncing.

Setelah masa pengucilan berakhir, maka akan diadakan upacara suci yang

bertujuan untuk menyucikan bayi kembar tersebut. Namun, bukan hanya itu,

terkadang orang tua muda bayi kembar buncing harus membayar denda dan rela

melepas salah satu bayinya.Bayi kembar harus dipisahkan sehingga kelak saat

dewasa mereka tak pernah tahu bahwa mereka adalah saudara kandung dan

sedarah, sedangkan para warga desa diminta oleh peraturan adat untuk

merahasiakannya. Yang terjadi selanjutnya adalah ketua adat akan berusaha

mengawinkan keduanya menjadi sepasang suami istri, karena menurut

kepercayaan warga, bayi kembar buncing memang telah dijodohkan sejak dalam

rahim. Mitos aib yang dibawa oleh kembar buncing ini tertuang dalam awig-awig

(tradisi atau hukum adat) yang jelas-jelas menggambarkan perlakuan tidak adil

dan diskriminatif dari raja.Karenanya, mitos seperti ini harus dihapus karena

menodai martabat kemanusiaan.Seperti yang kita ketahui, di manapun di dunia

ini, jika suatu hal telah menjadi mitos, maka untuk memulihkannya bukanlah

pekerjaan yang mudah. Butuh pencerahan secara terus-menerus, terutama

terhadap ahli waris yang masih mau mempertahankannya. Jika ditinjau lebih jauh,

hukuman pengucilan itu sangat bertentangan dengan ajaran agama Hindu dan juga

hak asasi manusia serta sangat bertentangan dengan kesepakatan Sabha II PHDI

Page 63: ANALISIS NOVEL INCEST KARYA I WAYAN ARTIKA : (KAJIAN .../Analisis... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii ANALISIS NOVEL INCEST KARYA I WAYAN ARTIKA : (KAJIAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

47

(Parisadha Hindu Dharma Indonesia) Bali tahun 1971 serta Perda Bali No

03/2001 yang semuanya berintikan himbauan kepada komunitas adat, terutama

jajaran prajuru (pengurus desa adat), supaya menyesuaikan tradisi adatnya dengan

hukum agama dan hukum positif yang berlaku di Indonesia.

2. Alur/Plot

Alur adalah rangkaian-rangkaian peristiwa yang disampaikan dalam cerita

yang memiliki hubungan sebab akibat. Alur merupakan perpaduan unsur-unsur

yang membangun cerita sehingga merupakan kerangka utama cerita. Alur

merupakan cerita yang berisi urutan kejadian, namun tiap kejadian itu hanya

dihubungkan secara sebab akibat, peristiwa yang satu disebabkan atau

menyebabkan peristiwa yang lain.

Alur dalam novel dikembangkan mengikuti kaidah pengembangannya.

Alur harus memiliki sifat plausibilitas, suspense, surprise, dan kepaduan. Berikut

ini akan dijabarkan alur dalam novel Incest menurut kaidah pengembangannya.

a) Plausibel

Alur dalam novel Incest memiliki sifat plausibel. Sifat plausibel berarti

dapat dipercaya dan sesuai dengan logika cerita. Tokoh cerita yang terdapat pada

novel Incest beserta peristiwa yang terjadi di dalamnya seluruhnya dapat

diimajinasi, dan mungkin saja terjadi.

Kejadian yang dialami oleh Geo dan Bulan berupa perkawinan sedarah,

bisa saja dan mungkin terjadi. Peristiwa sebab akibat yang terjalin, misalnya saat

Geo merasa harus kembali ke Jelungkap dan bertemu dengan Bulan kemudian

menjalin cinta. Namun percintaan mereka yang akhirnya ditentang oleh

masyarakat Jelungkap, karena adat istiadat dari masyarakat Jelungkap yang dulu

dianggap benar kini setelah mengetahui akibat tidak baik dari adat lama tersebut

mayarakat menolak hubungan percintaan antara Geo dan Bulan yang mereka

anggap salah karena mereka adalah saudara kembar.

Sifat plausibel novel Incest didukung oleh pengungkapan cerita harus

dilakukan secara konsisten.Dari awal hingga akhir secara konsisten pengarang

menampilkan cerita mengenai adat istiadat yang salah dan efek buruk bagi orang

Page 64: ANALISIS NOVEL INCEST KARYA I WAYAN ARTIKA : (KAJIAN .../Analisis... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii ANALISIS NOVEL INCEST KARYA I WAYAN ARTIKA : (KAJIAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

48

yang harus menjalani adat tersebut.Hal inilah yang merupakan salah satu

pendukung novel Incest ini memiliki sifat plausibel.

b) Suspense (rasa ingin tahu)

Alur sebuah cerita haruslah mengandung suspense yang mengundang rasa

ingin tahu pembaca mengenai kelanjutan dan akhir cerita.Suspense dalam novel

Incest dimulai saat tiba-tiba Geo dan Bulan mengalami hal yang sangat

mengejutkan, yaitu kejadian ketika mereka berdua diberi tahu oleh masyarakat

Jelungkap bahwa mereka adalah saudara kembar, padahal mereka sudah saling

mencintai.

Suspense berikutnya yang muncul adalah ketika Geo dan Bulan mencoba

membuktikan kebenaran cerita masyarakat Jelungkap bahwa mereka adalah

pasangan kembar. Rasa ingin tahu pembaca pun bertambah tinggi seiring

perkembangan cerita.

Suspense dalam novel Incest memiliki suspense yang baik dan terjaga.

Hal-hal yang menimpa Geo dan Bulan, peristiwa, kejadian, baik itu menyedihkan

maupun menyenangkan, dimulai ketika Geo dan Bulan masih bayi sampai mereka

dewasa. Secara garis besar, suspense novel terjaga dengan baik.

c) Surprise

Surprise atau kejutan adalah sesuatu yang bersifat mengejutkan pembaca.

Surprise pertama kali terjadi saat orang orang tua Geo dan Bulan harus menerima

sanksi adat karena mempunyai bayi kembar buncing dengan hukuman di buang di

Langking Langkau. Mereka sangat sedih sekali atas hukuman tersebut yang

mereka rasa tidak adil. Kemudian Nyoman Sika dan Ketut Artini tidak

menyangka bahwa setelah hukuman itu, anak kembar mereka harus dipisahkan

hingga kelak setelah dewasa kedua anak mereka yaitu Bulan dan Geo harus

dinikahkan.

d) Kepaduan (unity)

Kepaduan berarti bahwa berbagai unsur yang ditampilkan memiliki

keterkaitan antara satu dengan yang lain. Alur berfungsi sebagai penghubung

Page 65: ANALISIS NOVEL INCEST KARYA I WAYAN ARTIKA : (KAJIAN .../Analisis... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii ANALISIS NOVEL INCEST KARYA I WAYAN ARTIKA : (KAJIAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

49

antarberbagai peristiwa dan konflik dalam suatu wadah, ikatan, kesatuan,

sehingga seluruhnya menjadi padu dan koherensif.

Alur dalam novel Padang Bulan menunjukkan keterkaitan antara unsur

satu dengan unsur yang lain. Hal ini ditunjukkan dengan padunya berbagai

peristiwa yang terdapat dalam novel. Ada keterjalinan yang erat antara peristiwa

yang satu dengan peristiwa yang lain.

Novel Incest secara umum beralur progresif. Namun, ada beberapa bagian

terdapat adegan sorot balik. Adegan sorot balik terjadi antara lain pada di awal

cerita dan di tengah cerita

Di awal cerita mengisahkan tentang Geo yang telah kembali ke Jelungkap

setelah lulus dari kuliah Antropologi, di Jelungkap ia ingin membangun desa

jelungkap ini supaya lebih maju. Lebih maju dalam artian cara berpikir

masyarakat yang pintar dan cerdas.

Di tengah cerita diceritakan masa lalu kedua orang tua Geo dan Bulan

yang melahirkan mereka, dimana dalam adat istiadat Jelungkap menjelaskan

bahwasanya anak kembar buncing (kembar laki-laki perempuan) dianggap aib

bagi desa.

Secara garis besar alur novel Incest adalah progresif, tetapi di dalamnya

terdapat adegan-adegan sorot balik. Dengan demikian alur novel Incest adalah

alur campuran.

3. Penokohan

a) Tokoh Utama

Tokoh utama adalah tokoh yang diutamakan penceritaannya dalam

novel.Tokoh merupakan tokoh yang paling banyak diceritakan. Tokoh utama ini

menentukan perkembangan alur secara keseluruhan.Tokoh utama dalam novel

Incest adalah Geo dan Bulan.

Kedua tokoh utama ini memiliki tingkat kadar keutamaan yang berbeda.

Geo lebih utama dibandingkan dengan Bulan. Tokoh Geo menentukan

perkembangan alur secara keseluruhan.Tokoh Geo yang dalam novel lebih banyak

membawakan cerita mengenai dirinya sendiri, bersifat batin, atau peristiwa-

Page 66: ANALISIS NOVEL INCEST KARYA I WAYAN ARTIKA : (KAJIAN .../Analisis... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii ANALISIS NOVEL INCEST KARYA I WAYAN ARTIKA : (KAJIAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

50

peristiwa yang terjadi di sekitarnya namun tidak begitu dominan dalam

perkembangan alur.

Teknik pelukisan tokoh meliputi teknik ekspositori dan dramatik.Kedua

teknik ini digunakan dalam melukiskan tokoh-tokoh pada novel Incest. Tokoh

Geo sebagai tokoh utama memiliki perwatakan yang cerdas, pengertian, berjiwa

sosial tinggi, memiliki kepedulian, simpati, mempertahankan harga diri,

berpendirian teguh, dan merupakan seorang sahabat yang baik. Perwatakan Geo

akan diuraikan satu persatu sebagai berikut.

Tokoh Geo adalah anak dari pasangan Nyoman Sika dan Ketut Artini.

Terlahir dari pasangan kembar buncing yaitu kembar perempuan dan laki-laki.

Terlahir dalam adat yang menganggap bahwa bayi kembar buncing adalah sebuah

aib, Geo yang masih bayi terpaksa harus dipisahkan dengan kedua orang tuanya.

Terlahir dengan adat yang begitu keras, Geo merupakan Potret kehidupan manusia

yang terlahir dengan adat istiadat yang tinggi. Pelukisan tokoh Geo lebih banyak

dilakukan secara ekspositori yang diungkapkan oleh pengarang.

Saat Geo datang ke desa Jelungkap, Geo menjadikan rumahnya sebagai

tempat untuk belajar bagi anak-anak desa. Hal ini menunjukkan bahwa Geo

adalah orang yang memiliki jiwa sosial yang tinggi hingga merelakan rumahnya

untuk tempat belajar. Hal ini terlihat dalam kutipan berikut ini.

Namun orang-orang masih bungkam, bekal intelektualitas seorang muda menjelang 25 tahun ini, tampaknya, membuat mereka seperti diam sejenak. Ada sejumlah kerja kecil yang kini dilakoni Putu Geo bersama anak-anak desa yang sedang tumbuh. Rumahnya dijadikan tempat berkumpul dan belajar. Meski Geo bukan guru, tapi persoalan-persoalan diperbincangkan dan dianalisis. (Incest, hal 35) Watak Geo yang cerdas dijelaskan oleh pengarang dengan cukup jelas

ketika Geo tinggal di Jelungkap. Sebagai seorang lulusan mahasiswa Antropologi,

Geo begitu mempraktekkan ilmunya. Hal ini seperti dalam kutipan berikut ini.

Yang lebih menarik bagi Geo adalah sejarah sosial dan dinamika orang-orang Jelungkap. Hari-harinya selalu dipenuhi dengan pikiran dan dialog mengenai dinamika dan sejarah, yang disusun atau menjadi dengan sendirinya, di sebuah tempat kecil dari orang-orang yang terbatas, Jelungkap yang dingin dan lebih sering menyegarkan. (Incest, hal 138)

Page 67: ANALISIS NOVEL INCEST KARYA I WAYAN ARTIKA : (KAJIAN .../Analisis... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii ANALISIS NOVEL INCEST KARYA I WAYAN ARTIKA : (KAJIAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

51

Selain itu watak Geo yang cerdas, dideskripsikan juga oleh pengarang

ketika tokoh Bulan membaca surat kabar yang didalamnya termuat tulisan tentang

desa Jelungkap berkaitan dengan perusahaan Agro yang ditulis oleh Geo. Seperti

dalam kutipan berikut ini.

Gek Bulan Armani membaca beberapa arsip tentang perusahaan agrop yang beroperasi di kampungnya ini. Tidak banyak. Ia pun membaca beberapa surat kabar, berita-berita ringan, dan sebuah opini di harian Bali Post.

Opini tersebut ditulis oleh seorang mahasiswa, orang jelungkap juga, yang kuliah di IKIP Negeri Singaraja. Selaku seorang mahasiswa yang menjadi anggota pecinta alam, kepekaan ekologisnya telah terlatih dan terbina. Dia tidak hanya menekuni ilmunya. Aksi-aksi lingkungan hidup sering sekali dihadiri. Pernah memperoleh tiket dari seorang donatur di Sanur, untuk mengunjungi pilau Komodo.

Di dalam tulisan itu diungkapkan bagaimana konsep-konsep konservasi yang diwujudkan dengan Tapal Batu, telah dilanggar. Orang-orang Jelungkap yang bodohlah yang paling tidak bisa menghormati konsep-konsep konservasi tersebut. Tulisan itu ternyata menghebohkan di jelungkap. Mahasiswa itu jadi buah bibir. Ada yang mendukung isi tulisan itu dan ada juga yang menilai sebagai batu sandungan. (Incest, hal 145)

Selain itu Geo adalah orang yang sangat peduli dan simpati dengan

masyarakat Jelungkap, adanya proyek pembangunan perusahan yang akan di

bangun di Jelungkap membuat Geo merasa bahwa masyarakat Jelungkap telah

dibodohi oleh perusahaan tersebut. Karena itulah Geo menolak ketika ada tawaran

pekerjaan untuk perusahaan tersebut, ia lebih memilih bersikap netral saja. Hal ini

tampak dalam kutipan berikut.

Saya mengikuti perkembangan proyek anda. Dari rencana dan permainan-, kan? Tapi saya

tidak tertarik masuk. Ada yang lain yang harus saya kerjakan dan hingga saat ini. Lagi pula saya tidak mau lihat, jika pengertian-pengertian yang saya bangun akan memecah orang-orang Jelungkap. (Incest, hal 99)

Watak Geo sebagai sahabat yang baik, tercermin oleh Komang Wiarsa

yang merupakan sahabat Geo, dari percakapan Komang Wiarsa dengan bulan.

Komang menjelaskan sedikit tentang kemajuan yang di peroleh atas bantuan Geo.

Seperti dalam kutipan berikut ini.

Page 68: ANALISIS NOVEL INCEST KARYA I WAYAN ARTIKA : (KAJIAN .../Analisis... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii ANALISIS NOVEL INCEST KARYA I WAYAN ARTIKA : (KAJIAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

52

Denpasar. Secara tepat saya tidak tahu. Orangnya baik sekali.

banyak temannya datang. Macam-macam pekerjaanya. Mungkin dia banyak dibantu oleh teman-temannya itu. Sebulan lalu, ia mendatangkan guru menggambar dan selama satu minggu anak-anak belajar menggambar. Hasilnya lalu dipamerkan di Bale Banjar. Wah, jadi meriah sekali, Mbok. Kegiatan-kegiatannya tidak mahal. Saya bangga karena tiap tamunya yang datang, selalu dia pesan sayur kesini. Saya selalu mengantarkannya. Biasanya tamu-tamu beli Geo pasti diajak ke

(Incest, hal 152) Watak geo yang berpendirian teguh dan menjaga harga diri tercermin

ketika Geo didatangi oleh Bendesa Adat. Seperti dalam kutipan berikut ini

Geo. Semacam itulah keyakinan yang coba ia bangun sehingga dengan penjelasan dan pengakuan adat Jelungkap bahwa dirinya dan bulan adalah saudara, sesungguhnya hendak ditolaknya. Di sisi lain geo sedih juga. Mungkin sesal karena hal itu bisa ia terima sebagai kebenaran. Walaupun demikian, siapakah yang bisa mengatakan kepada dirinya bahwa dirinya satu saudara dengan Bulan? (incest, hal 240)

cinta. Jika itu benar bahwa kami selaku sepasang buncing, kami tak mau percaya. Biarkan. Kami hanya kebetulan berjumpa dan saling menyukai, di sini, di jelungkap. Kami sama sekali tidak bermaksud mempermalukan orang-orang di sini. Tidak. Rasa malu itu datang dari orang-orang Jelungkap

(Incest, hal 248)

b) Tokoh utama tambahan

Tokoh utama tambahan dalan novel Incest adalah Bulan. Lulusan sarjana

Hubungan Internasional UGM, setelah lulus ia kembali ke Jelungkap karena ia

lahir disana. Bulan kembali ke Jelungkap dengan harapan untuk memajukan

desanya itu. Berikut sifat sifat yang dimiliki oleh Bulan.

Simpati

Betapa terharunya Gek bulan Armani. Disebuah desa yang tampaknya sangat terbelakang, ditemukan anak yang tidak pernah

Page 69: ANALISIS NOVEL INCEST KARYA I WAYAN ARTIKA : (KAJIAN .../Analisis... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii ANALISIS NOVEL INCEST KARYA I WAYAN ARTIKA : (KAJIAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

53

menikmati tradisi akademik dan tradisi berpikir kritis mandiri, berbicara dengan jujur dan jelas sekali titik berdirinya.

(Incest, hal 151) Cerdas

pemanfaatan ketidak mengertian dan kesederhanaan atau kebodohan orang-orang Jelungkap. Saya selaku sarjana dari desa ini dan saat saya pulang kampung, memiliki tanggung jawab untuk menyadarkan mereka. Saya hanya mencoba mengajak mereka mengerti sebuah persoalan.

(Incest, hal 177) Sahabat yang baik

HP-pasti. Ya, Jelungkap, di kecamatan Junggang, ya dong desa tempat lahirku. Seperti di Candi Kuning, dingin. Kamu mau datang? Ya, aku akan faks dikit ada yang sangat menarik. Baru tahap survei. Nggak, aku tak dapat dana dari mana. Ini kan desaku. Nanti aku minta bantuan teman-teman. Ada cowok, teman diJogja dulu. Belum begitu kenal sih. Oke

(Incest, hal 144)

c) Tokoh Tambahan

Tokoh Tambahan

1) Nyoman Sika

Nyoman Sika adalah ayah dari Geo dan Bulan. Nyoman Sika

dideskripsikan sebagai seorang laki-laki baik, sabar, ayah yang penyayang, suami

yang bertanggung jawab dan penuh perhatian terhadap keluarga. Hal ini

ditunjukkan dalam beberapa kutipan berikut.

Nyoman Sika mencoba tersenyum menyaksikan sepasang bayi mereka menggerak-gerakkan tangan-Ketabahan adalah bekal tanggung jawab kita dan dengan hal itu kita sanggup berdoa yang tulus agar anak-

(Incest, hal 45) Suami yang bertanggung jawab

Nyoman Sika sesungguhnya sudah tau. Tapi, dia diam saja dan berusaha mengalihkan pikiran buruk istrinya. Bagaimanapun saat ini istrinya masih merasakan sisa perih luka persalinan. Melebihi malam itu ketika ia membutuhkan laki-laki dengan napas perkasa untuk merobek jaring laba-laba hymen-nya. (Incest, hal 47) 2) Ketut Artini

Page 70: ANALISIS NOVEL INCEST KARYA I WAYAN ARTIKA : (KAJIAN .../Analisis... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii ANALISIS NOVEL INCEST KARYA I WAYAN ARTIKA : (KAJIAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

54

Ketut Artini adalah ibu dari Geo dan Bulan. Ketut Artini dideskripsikan

sebagai seorang ibu yang menyayangi anaknya dan patuh terhadap suami. Rasa

sayang ketut Artini tampak ketika ia baru saja melahirkan kedua anaknya, hingga

ia membayangkan apa saja yang akan dilakukan bersama anak-anaknya kelak

hingga dewasa. Seperti dalam kutipan berikut ini.

Ketut Artini membayangkan bagaimana anak-anak itu nanti tumbuh subur. Mereka akan dibesarkan dengan kasih sayang oleh kedua orang tua yang terdidik. Mereka akan membelikan sepeda putar saat mereka sudah akan mengakhiri fase merangkak. Mereka akan dimasukkan TK, diajar bernyanyi dan bermain, menyekolahkan di SD dan belajar bahasa inggris. Saat mereka SMP, keduanya akan dititip di Malang, juga untuk SMU. (Incest, hal 61) Ketika Nyoman Sika dan Ketut Artini harus menjalani hukuman adat,

Ketut Artini adalah seorang istri yang patuh terhadap suaminya. Ia rela

mendampingi suaminya, meski ia harus menahan sakit setelah melahirkan. Seperti

terdapat dalam kutipan berikut ini.

Ketut Artini, mendengar kembali kenyataan adat ini, sebuah pemisahan kedua anaknya, dari orangtuanya, dan dari saudaranya, dan rahasia selama hidup mereka, ini yang paling keji diterimanya; dilihat oleh Nyoman Sika seperti warna Baturinggit, legam dan beku. Tidak ada pilihan lain kecuali patuh. (Incest, hal 122)

4. Latar/Setting

a) Latar Tempat

Pengangkatan suasana kedaerahan, sesuatu yang mencerminkan unsur

local color, akan menyebabkan latar menjadi unsur yang dominan dalam karya

yang bersangkutan. Tempat menjadi sesuatu yang bersifat khas, tipikal, dan

fungsional (Burhan Nurgiyantoro, 2005: 228). Sifat khas dan tipikal ini tak hanya

ditentukan oleh rincinya deskripsi lokasi, melainkan harus didukung oleh sifat

kehidupan sosial, masyarakat penghuninya.

Novel Incest berlatar tempat di Jelungkap. Jelungkap adalah salah satu

daerah di Bali yang masih memiliki Pure-pure agama hindu dan juga merupakan

daerah perkebunan kopi. Di Jelungkap juga terdapat mata air-mata air segar yang

dijadikan tempat pengambilan air suci. Seperti dalam kutipan berikut ini.

Page 71: ANALISIS NOVEL INCEST KARYA I WAYAN ARTIKA : (KAJIAN .../Analisis... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii ANALISIS NOVEL INCEST KARYA I WAYAN ARTIKA : (KAJIAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

55

Sepagi ini orang-orang Jelungkap meninggalkan rumah mereka. Seperti karnaval pagi, mereka berduyun menuju perkebunan di lereng Gunung Baturinggit. Seharian desa akan sepi. Hanya orang-orang tua ditinggalkan di rumah. Di sana mereka bekerja, di sawah-sawah tadah hujan, yang telah dibangun dengan keringat di lereng-lereng itu. Dari saat yang paling awal ketika mulanya hutan harus dibuka, atau di perkebunan kopi yang sejuk sekali. (Incest, hal 33)

Hindu, di Jelungkap dinikmati dengan cara-cara yang sangat lokal dan selalu tidak membutuhkan pusat-pusat atau patron-patron di luarnya. Mataair-mataair yang segar dijadikan tempat pengambilan air suci atau tirta. Mereka memproduksi air suci untuk ritus-ritusya dengan cara-cara sederhana. (Incest, hal 42) Latar tempat yang lain, yang melatari novel Incest masih terletak di

sekitar Jelungkap. Latar tempat tersebut antara lain: Langkit Langkau, yang

merupakan tempat keramat sebagai tempat pembuangan bagi kedua orang tua Geo

dan Bulan selama dalam masa hukuman adat. Seperti dalam kutipan berikut ini.

Tempat ini diakui oleh orang-orang Jelungkap sebagai bagian dari kuburan mereka. Mendengar namanya saja, orang-orang sudah merinding. Apalagi akan tinggal siang-malam selama empat puluh hari di sini. (Incest, hal 51) Latar tempat yang lain adalah Lungkang. Daerah ini merupakan

perkebunan kopi dan tempat peninggalan situs-situs bersejarah agama hindu.

Seperti dalam kutipan berikut ini.

Lungkang sebelum dirombak adalah hamparan perkebunan kopi. Inilah hulu desa Jelungkap. Di sini ditemukan tinggalan-tinggalan megalitikum. Orang-orang, setelah masuknya Hindu ke desa ini melalui pendeta-pendeta kecil yang tidak bernama, memadukan Hindu dengan kepercayaan lama.Lungkang dan Padaka Paduk tidak bisa dijadikan areal pemukiman. Ini adalah wilayah konservasi. (Incest, hal 96) b) Latar Waktu

Latar waktu berkaitan dengan masalah kapan terjadinya peristiwa-

peristiwa yang diceritakan dalam sebuah novel. Latar waktu dalam novel Incest

tidak disebutkan secara spesifik. Salah satu petunjuk waktu ditemukan pada

kalimat di halaman 172 alinea kedua. Kalimat tersebut tertulis sebagai berikut.

Nyepi tahun saka 1925, kembali perusahaan agropolitan akan memberikan dua kilo tomat atau wortel kepada setiap kepala keluarga.

Page 72: ANALISIS NOVEL INCEST KARYA I WAYAN ARTIKA : (KAJIAN .../Analisis... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii ANALISIS NOVEL INCEST KARYA I WAYAN ARTIKA : (KAJIAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

56

Tentu, ini momen yang baik juga, yang dimanfaatkan oleh perusahaan untuk menjalankan misi sosial, dan apa yang dihadiahkan kepada para pejabat di desa Jelungkap, di kecamatan, di kantor polisi Junggang, sangat berbeda. (Incest, hal 172) Mengacu pada kalimat pada kutipan di atas, latar waktu yang terjadi

adalah tahun 2003, hal ini berdasarkan perhitungan bahwa tahun saka 1926 adalah

tahun 2003 menurut tahun masehi.

c) Latar Sosial

Latar

Latar sosial menyaran pada hal-hal yang berhubungan dengan perilaku

kehidupan sosial masyarakat di suatu tempat yang diceritakan dalam karya fiksi.

Latar sosial novel Incest adalah masyarakat Bali. Hal ini tampak dari nama-nama

tokoh yang dituliskan oleh pengarang.

Nyoman Sika memasuki gubuk bambu di Langking Langkau, disusul oleh Ketut artini, setelah secara bergantian sepasang bayi itu diberinya susu, mereka digolekkan di atas amben banbu yang hanya dialasi tikar. (Incest, hal 55) Latar sosial memang dapat secara meyakinkan menggambarkan suasana

kedaerahan, local color, warna setempat daerah tertentu melalui kehidupan sosial

masyarakat (Burhan Nurgiyantoro, 2005: 235). Novel Incest memiliki suasana

kedaerahan yang diperkuat oleh pengunaan kata sapaan yang digunakan dalam

masyarakat Bali dan penggunaan istilah-istilah bahasa Bali. Kata-kata sapaan

yang digunakan oleh masyarakat Bali antara lain sebagai berikut:

Beli, Mbok,

Berikut ini adalah kutipan yang menunjukkan budaya Bali.

Beli

Beli Putu Geo Antara. Katanya juga ia

(incest, hal 151) Mbok

ternyata saya bisa belajar banyak. Tapi tak semua pemuda mau membaca.

(Incest, hal 152) 5. Sudut Pandang

Page 73: ANALISIS NOVEL INCEST KARYA I WAYAN ARTIKA : (KAJIAN .../Analisis... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii ANALISIS NOVEL INCEST KARYA I WAYAN ARTIKA : (KAJIAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

57

Sudut pandang adalah sarana yang digunakan pengarang untuk bercerita.

Teknik bercerita ini digunakan pengarang untuk menyampaikan makna ceritanya

sampai kepada pembaca. Dalam novel Incest pengarang menggunakan teknik

campuran. Teknik campuran yang digunakan adalah persona pertama dengan

mahatahu.

Sudut

untuk menceritakan kisah tentang Geo. Sudut pandang ini digunakan pada awal

protagonis digunakan pada akhir cerita.

Pada awalnya novel Incest seolah tampak merupakan fragmen-fragmen

ang dirinya sendiri. Pada awal

cerita pengarang menceritakan tokoh Geo, seperti dalam kutipan berikut ini.

Geo meneguk kembali kopinya. Agak dingin sudah. Rokok telah dinyalakan beberapa menit silam dan tersisa setengah, terjepit di antara telunjuk dan jari tengahnya. Sejak dua tahun ini jelungkap semakin ia pahami. Benar-benar sebuah kepulangan atau jalan hidup yang dibaliknya sendiri. (Incest, hal 31)

1) Perubahan Sosial

Perubahan sosial dalam novel incest menyangkut masalah perkawinan

sedarah, dimana budaya awal masyarakat Jelungkap yang menganggap bahwa

budaya perkawinan sedarah adalah suatu hal yang wajar namun pada

kenyataannya budaya tersebut akan berakibat tidak baik bagi yang menjalaninya.

Dimana dalam novel ini tokoh Geo dan bulan yang menjalaninya perkawinan

sedarah tersebut. Hal ini seperti dalam kutipan berikut.

Sementara itu percintaan Geo dan Bulan, masih disaksikan orang-orang dari masa silam Jelungkap yang teguh menyimpan rahasia. Tak banyak terungkap. Membuat hari ini bahkan masa depan, tetap sebagai dua hal yang saling bertentangan, antara harapan yang sangat indah di satu sisi dan iba hati di lain sisi. Tetapi, tentu saja, Jelungkap telah menyiapkan diri

Page 74: ANALISIS NOVEL INCEST KARYA I WAYAN ARTIKA : (KAJIAN .../Analisis... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii ANALISIS NOVEL INCEST KARYA I WAYAN ARTIKA : (KAJIAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

58

untuk membangun diam sebagai lembaganya. Dengan diam, rahasia adat akan dijalankan. Sejak kurang lebih dua puluh lima tahun yang lalu, masa ini disepakati, dan bukan datang tiba-tiba di hari ini. Dan dari masa lalu yang telah semakin kelabu, pertemuan dan percintaan Bulan-geo adalah harapan. Adat akan menikahkan mereka. Dengan cara inilah orang-orang Jelungkap memilihkan jalan hidup bagi sepasang bayi buncing. Di Jelungkap sejarah diputar, yang tidak mereka ketahui untuk apa, untuk menerima Incest sebagai anugerah yang suci dan dihormati, sebagai sebuah perkecualian. Sayang, Geo dan Bulan paling tidak mengerti semua itu. Mereka tidak mungkin mengenali satu sama lain.

(Incest, hal 203)

Kemudian masyarakat Jelungkap mengalami perubahan cara berpikir

mengenai adat istiadat yang mereka jalani selama ini. Masyarakat Jelungkap

mulai sadar bahwa perkawinan sedarah yang mereka anggap benar ternyata hal itu

salah. Hal itu tampak dalam kutipan berikut ini.

Malam ini, orang-orang bertemu di bale banjar. Inilah saat ketika satu keputusan yang paling berat akan diambil. Keputusan penting yang membawa resiko. Keputusan adat untuk menunjukkan betapa Jelungkap tengah terlibat di dalam perubahan sosial Bali. Masa lalu memang ada yang pahit. Tidak untuk dikenal atau hanya diingat dalam dendam komunal. Untuk dilupakan atau ditinggalkan. Meninggalkan masa lalu yang berhubungan dengan adat ternyata tidak gampang. Adat, di Jelungkap sering diterima sebagai nostalgia yang indah dan gemilang. Dari masa kini yang tengah berubah, masa lalu di tengah sistem adat Jelungkap, adalah romantisme. Indah sekali. Sulit untuk ditinggalkan. Diperlukan cara pandang baru. Cara pandang lain. Dan, yang paling tidak kalah pentingnya adalah keberanian. Telah banyak terbukti, semua itu sangat ditentukan oleh waktu. Pertemuan ini dimulai. Ada tanda-tanda duka dan sesal di antara mereka yang hadir. Mereka yang tengah jujur dan siap menanggung risiko, atau bisa jadi aib balik, yang tengah pergi membawa Jelungkap ke masa kini, ke masa depan, dan meninggalkan masa lalunya, meski bukan untuk melupakannya. (Incest, hal 232) Terhadap perubahan sosial masyarakat Jelungkap tersebut mereka

akhirnya menyesal dan berusaha untuk memberi tahu Geo dan Bulan bahwa

mereka sebenarnya adalah saudara kembar yang dipisahkan ketika kecil, dan

untuk pernikahan sedarah yang akan terjadi terhadap Geo dan Bulan mereka kini

melarang pernikahan semacam itu. Hal ini terlihat dalam kutipan berikut ini.

Page 75: ANALISIS NOVEL INCEST KARYA I WAYAN ARTIKA : (KAJIAN .../Analisis... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii ANALISIS NOVEL INCEST KARYA I WAYAN ARTIKA : (KAJIAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

59

Warga yang hadir tidak ada yang menanggapi. Mereka sepertinya menyesali apa yang telah mereka harus ikut kerjakan. Mengapa baru kali ini mereka menyudahi adat seperti ini? Seluruh yang hadir memang tampaknya sepakat untuk mengatakan kepada Geo dan bulan, bahwa mereka satu saudara dan menikah tentu tidak mungkin. Di tengah senyap yang hadir, salah seorang memberanikan diri berbicara.

a adalah, apakah Geo dan

sangat kuat prinsipnya. Salah satu contohnya, dia yakin bahwa masyarakat harus tahu yang benar dan salah tentang perusahaan yang telah dibakar itu, dan untuk itu Gek Bulan rajin mengumpulkan warga untuk mengajaknya berpikir ulang, akhirnya kita sepakat dengan pilihan kita. Nah, apakah ada

harus diselamatkan. Mungkin bukti-bukti bisa diperoleh. Kita tidak bisa lupa. Hal ini tidak semata-mata untuk Geo dan Bulan. Ini waktu bagi Jelungkap untuk meninggalkan masa lalu yang tidak cocok. Malu rasanya jika kasus-kasus seperti ini, tiba-tiba kita berpikir bahwa mereka telah lahir bersama kekasihnya. Padahal, kita mengerti betapa mereka sebenarnya satu darah. (Incest, hal 235) Perubahan akan cara berpikir masyarakat Jelungkap akan budaya mereka,

membuat mereka sepakat untuk memberi tahu kan hal tersebut kepada Geo dan

Bulan. Seperti dalam kutipan berikut ini.

dan Bulan mudah percaya? Masalah mental kita siap malu. Yang penting adalah kemauan kita berubah dan menyadari kekeliruan. Sebelum terlambat. Sebelum terlambat. Ya, apa boleh buat, kita memang tengah

-cara yang

terhormat. Saya akan datang ke rumah Geo. Awalnya, atas nama adat dan seluruh orang di Jelungkap, saya akan minta maaf. Mudah-mudahan Geo

(Incest, hal 237)

Page 76: ANALISIS NOVEL INCEST KARYA I WAYAN ARTIKA : (KAJIAN .../Analisis... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii ANALISIS NOVEL INCEST KARYA I WAYAN ARTIKA : (KAJIAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

60

BAB V

SIMPULAN, IMPLIKASI, SARAN

A. SIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian pada Bab IV, maka dapat ditarik simpulan

sebagai berikut:

1. Struktur novel Incest karya I Wayan Artika dapat dideskripsikan sebagai

berikut:

a. Tema dalam novel Incest karya I Wayan Artika adalah perkawinan

sedarah.

b. Penokohan dalam novel Incest menggunakan penokohan sesuai dengan

kadar keutamaannya yang dikategorikan menjadi dua yaitu tokoh

utama dan tokoh utama tambahan. Tokoh-tokoh yang dimunculkan

oleh pengarang, sebagian besar dilukiskan secara eksplisit baik dari

kondisi fisik maupun psikisnya.

c. Latar dalam novel Incest menggunakan latar tempat di Bali desa

Jelungkap. Latar sosial, yang mengambil latar belakang cerita

mengenai kehidupan masyarakat desa Bali yaitu petani kopi yang

memegang kuat budaya mereka. Keunikan dan heterogenitas

masyarakat Bali merupakan hal yang menonjol dari novel ini.

d. Alur yang digunakan dalam novel Incest karya I Wayan Artika adalah

alur campuran (regresif dan progresif). Dalam alur ceritanya terdapat

beberapa alur sorot balik yaitu mengingat masa lalu. Mengingat masa

lalu adalah,untuk menceritakan kejadian yang dialami tokohnya di

masa lalu.

e. Sudut pandang dalam novel Incest adalah teknik sudut campuran.

Teknik campuran yang digunakan adalah persona pertama dengan

2. Perubahan Sosial

Perubahan sosial yang terdapat dalam novel Incest karya I Wayan Artika

yaitu: Perubahan budaya masyarakat

60

Page 77: ANALISIS NOVEL INCEST KARYA I WAYAN ARTIKA : (KAJIAN .../Analisis... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii ANALISIS NOVEL INCEST KARYA I WAYAN ARTIKA : (KAJIAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

61

3. Novel Incest karya I Wayan Artika dapat digunakan sebagai bahan ajar

apresiasi sastra. Selain itu novel ini juga memiliki nilai-nilai religius yang

inspiratif dan nilai-nilai sosial yang menyentuh dan lebih mengasah

kepekaan batin. Melalui novel ini diharapkan pembaca novel mampu

memahami dan mencerna permasalahan yang ada dalam novel dan

perubahan-perubahan sosial yang terjadi dalam novel tersebut,

B. IMPLIKASI

Novel Incest adalah sebuah novel karya I Wayan Artika yang sangat

inspiratif. Latar novel di daerah pedesaan Bali, latar budaya adat Bali yang

beragam dan menarik, serta cara pengarang mendeskripsikan cerita menjadikan

novel yang sebenarnya berawal dari kisah tragis ini menjadi semacam peletup

semangat bagi para pembacanya. Pembaca merasa dibuat malu akan adanya

budaya perkawinan sedarah, budaya atau adat istiadat yang salah, serta kerja keras

dan tekad yang kuat untuk mewujudkan cita-cita menjadikan masyarakat menjadi

cerdas.

Novel Incest mengandung Perubahan-perubahan sosial yang dapat

memotivasi bagi setiap pembacanya. Semangat untuk berubah ke arah yang lebih

baik serta kecintaan kepada budaya dan adat istiadat negeri sendiri merupakan

salah satu hal yang bisa dirasakan oleh pembacanya. Novel Incest ini sangat

cocok dibaca oleh pembaca yang ingin mengetahui adat istiadat dan budaya Bali.

Novel Incest dapat dimanfaatkan sebagai salah satu alternatif bahan

pembelajaran sastra, terutama dalam pembelajaran novel. Pembelajaran tidak

hanya dimaksudkan pada penguasaan teori-teori saja, namun yang terpenting

adalah aplikasi dalam kehidupan sehari-hari sebagaimana sifat sastra yang

bermanfaat dan menghibur. Pembelajaran sastra harus dapat meningkatkan

apresiasi pembaca terhadap sastra, dan pada taraf yang lebih tinggi apresiasi ini

akan dapat membantu pembentukan karakter pembacanya.

Dari hasil penelitian ini dapat diungkapkan adanya struktur perubahan

sosial yang membangun dalam novel Incest karya I Wayan Artika ini yang

meliputi tema, penokohan, latar, alur, dan sudut pandang. Unsur-unsur intrinsik

tersebut dapat dapat dijadikan bahan ajar khususnya dalam hal apresiasi sastra.