ANALISIS KETEPATAN DIKSI PADA TAJUK RENCANA SURAT …Analisis Ketepatan Diksi pada Tajuk Rencana...
Transcript of ANALISIS KETEPATAN DIKSI PADA TAJUK RENCANA SURAT …Analisis Ketepatan Diksi pada Tajuk Rencana...
i
ANALISIS KETEPATAN DIKSI PADA TAJUK RENCANA
SURAT KABAR HARIAN SUARA MERDEKA
EDISI MARET 2016
S K R I P S I
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia
Oleh :
Irene Kayep
121224075
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2018
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iv
PERSEMBAHAN
Skripsi ini saya persembahkan kepada:
Tuhan Yesus Kristus yang selalu menyertai dan mencintaiku serta memberkatiku
sepanjang perjalanan hidup ini.
Bapak Yulianus Kayep (alm) dan Ibu Magdalena Kirokcap yang selalu
memberikan dukungan,
doa dan terima kasih ku aturkan, atas segalah didikan dan ajaran yang mampu
membuat saya
tetap bertahan sampai saat ini.
Kelima kakak saya Yasinta Frederika Kayep, Simon Kayep (alm), Juli Novita
Mariance Kayep
kakak Naomi Kayep dan Philipus Benselino Amayong Kayep (alm)
yang selalu memberikan motivasi, doa, serta perhatian.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
v
mOTO
Sebab Engkau tidak menyerahkan aku kepada dunia orang mati, dan tidak
membiarkan orang
kudus-Mu melihat kebinasaan.
( Kisah para rasul 2: 27)
sedikit pengetahuan yang berperan bernilai jauh lebih baik dari pada banyak
pengetahuan namun terputus
( Kahlil GIBRAN )
Jangan pernah menyerah
menunggu dan berproses memang sulit namun lebih buruk untuk menyesal
( Irene Kayep)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
viii
ABSTRAK
Kayep, Irene. (2018). Analisis Ketepatan Diksi pada Tajuk Rencana Surat Kabar
Harian Suara Merdeka Edisi Maret 2016. Skripsi. Yogyakarta: PBSI,
FKIP, USD.
Penelitian ini mengkaji diksi pada Tajuk Rencana Surat Kabar Suara
Merdeka Edisi Maret 2016. Tujuan penelitian ini untuk mendeskripsikan pilihan
kata (diksi) dan ketepatannya. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif
kualitatif. Pengumpulan data pada penelitian ini, mencakup pengumpulan surat
kabar Suara Merdeka edisi Maret 2016, mengetik tajuk rencana yang
mengandung diksi, mereviyu kembali diksi satu persatu dalam tajuk rencana
sesuai dengan tanggal terbit, mengelompokkan diksi sesuai dengan jenis
penggolongan katanya dan tanggal terbit, kemudian melakukan analisis data untuk
memperoleh jumlah pemakaian diksi dan ketepatan dalam pemakaian diksi.
Analisis pada penelitian ini dilakukan dengan cara mencermati pemakaian diksi
satu persatu, mengetik, mengklasifikasikan menurut jenis kata serta menjelaskan
hasil temuan yang berupa jenis penggolongan kata dan memperbaiki pemakai
diksi yang tidak sesuai.
Setelah data dianalisis secara keseluruhan ditemukan 34 kali penggunaan
diksi yang meliputi 7 jenis diksi yaitu kata ilmiah (9 buah), kata khusus (8 buah),
kata asing (1 buah), kata serapan (9 buah), kata nonbaku (3 buah), konotatif (2
buah), dan sinonim (2 buah). Jenis diksi yang paling sering digunakan dalam data
adalah kata ilmiah (9 buah) dan kata serapan (9 buah). Kemudian ditemukan 10
ketidaktepatan atau kesalahan penggunaan diksi yang terdiri dari empat jenis diksi
yaitu kata ilmiah, kata khusus, kata serapan dan kata nonbaku. Dengan ini dapat
disimpulkan secara garis besar pemakaian diksi pada tajuk rencana surat kabar
Suara Merdeka edisi Maret 2016 sudah tepat sesuai dengan ketentuannya,
meskipun terdapat beberapa kesalahan dalam penggunaan diksi tersebut.
Penelitian ini diharapkan menjadi bahan pertimbangan bagi redaksi
(penulis) dan editor surat kabar Suara Merdeka untuk meningkatkan kebahasaan
yang lebih baik dan melakukan pengecekan kembali kalimat dalam Tajuk yang
akan diterbitkan agar tidak membingungkan para pembaca. Peneliti menyadari
bahwa penelitian ini banyak kelamahannya, maka peneliti lain dapat
menyempurnakan penelitian ini serta menjadikan penelitian ini sebagai referensi
bagi peneliti lain yang akan membahas penggunaan diksi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ix
ABSTRACT
Kayep, Irene. (2018). Dictionary Accuracy Analysis on Editorial of Daily Newspaper of Suara Merdeka of March 2016 Edition. Thesis. Yogyakarta: Indonesian Language and Literature Study Program, Faculty of Teachers Training and Education, Sanata Dharma University.
This study examines the diction of the Editorial of Suara Merdeka Newspaper of March 2016 Edition. The purpose of this study is to describe the diction and its accuracy. This research was a qualitative descriptive research. The data collection in this study included collecting Suara Merdeka newspaper data of March 2016 edition, typing editorial containing diction, reviewing the diction one by one from the editorial according to the date of publication, classifying the diction according to the type of word classification and the date of publication, then analyzing data to obtain the number of diction usage and accuracy in diction usage. The analysis in this study was conducted by observing at the use of diction one by one, typing, classifying by the word type and fixing the inappropriate diction usage.
After the whole data were analyzed, the use of diction found was 34 times covering 7 types of diction i.e. scientific word (9 word), special word (8 words), foreign word (1 words), loanword (9 words), non-standard word (3 words), connotative (2 words) and synonyms (2 words). The type of diction most commonly used in the data was the scientific word (9 words) and the loanword (9 words). Then, it was found 10 inaccuracy or misuse of diction consisted of four kinds of diction that were the scientific word, special word, loanword and non-standard word. In general, it could be concluded that the diction in the Editorial of Suara Merdeka Newspaper of March 2016 Edition was used correctly in accordance with its provisions, although there were some errors in the use of the diction.
This research is expected to be put into consideration for editor staff (authors) and editors of Suara Merdeka newspapers to improve linguistic skill and to recheck the sentence in the editorial that will be published so as not to confuse the readers. The researcher realizes that this study has many weaknesses, so other researchers can refine this research and make this research as a reference for other researchers who will discuss the use of diction.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
x
KATA PENGANTAR
Puji syukur peneliti penjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat dan berkat-Nya, sehingga skripsi yang berjudul “ Analisis
Ketepatan Diksi pada Tajuk Rencana Surat Kabar Harian Suara Merdeka Edisi
Maret 2016” dapat peneliti selesaikan dengan baik.
Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
sarjana pada Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia, Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta. Peneliti
menyadari dalam menyelesaikan skripsi ini banyak mendapat bimbingan, bantuan,
dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, peneliti mengucapkan terima
kasih kepada:
1. Dr. Yohanes Harsoyo, S.Pd.,M.Si, selaku Dekan Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan.
2. Rishe Purnama Dewi, S.Pd., M.Hum., selaku Ketua Program Studi
Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia
3. Dr. Y. Karmin, M.Pd., selaku Dosen Pembimbing, terima kasih atas
bimbingan, masukan, dukungan, dan kesabaran dalam proses penyusunan
serta kemajuan skripsi ini.
4. Seluruh Dosen Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
atas ilmu, teladan dan inspirasi selama proses belajar peneliti.
5. Ibu Theresia Rusmiyati, selaku Staf Sekretariat Program Studi Pendidikan
Bahasa dan Sastra Indonesia, yang telah membantu membereskan seluruh
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xi
administrasi dan persyaratan sampai akhirnya peneliti dapat mengujikan
penelitian ini.
6. Perpustakaan Universitas Sanata Dharma yang telah menyediakan buku-
buku sebagai sumber referensi dan informasi.
7. Uskup keuskupan Agats, Mgr, Aloysius Murwito, OFM yang telah
memberikan kesempatan untuk mendapatkan beasiswa dan yang selalu
memberikn dukungan, doa dan motivasi kepada peneliti.
8. Sr. Korina Ngoe, OSU, selaku ketua Yayasan Pendidikan dan
Persekolahan Katolik Yan-Smit keuskupan Agats periode 2003-2013
yang membantu dan mengurus persayaratan peneliti sehingga
memdapatkan beasiswa ini.
9. Panitia Peduli Keuskupan Agats (PPKA) yang dibentuk oleh keuskupan
Agung Jakarta (PUKAT-KAJ) dan Yayasan Umat Peduli Pendidikan
(YUPP) yang sudah berusaha dengan berbagai cara melancarkan dan
mendukung proses perkuliaan peneliti.
10. Mama Nanik Broto dan Mama Shanti Sulistijo yang selalu memberikan
perhatian, semangat dan dukungannya.
11. Kedua orang tua Yulianus Kayep (alm) dan Magdalena Kirokcap serta
kakak Yasinta F Kayep, Kakak Yuli N.M Kayep dan Naomi Kayep yang
selalu memberikan cinta dan kasih sayang, perhatian, dukungan, baik
moral dan material, semangat dan doa yang tulus sehingga peneliti dapat
menyelesaikan skripsi ini dengan baik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ……………………………………………………… i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ………………………….. ii
HALAMAN PERSEMBAHAN …………………………………………...
MOTTO ……………………………………………………………………
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA …………………………………...
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI …………………………
ABSTRAK ………………………………………………………………..
ABSTRACT ………………………………………………………………
KATA PENGANTAR …………………………………………………......
DAFTAR ISI ………………………………………………………………
BAB I. PENDAHULUAN ………………………………………………...
iii
iv
v
vi
vii
viii
ix
xiv
1
1.1 Latar Belakang ………………………………………………………... 1
1.2 Rumusan Masalah ……………………………………………………. 4
1.3 Tujuan Penelitian ……………………………………………………... 4
1.4 Manfaat Penelitian ……………………………………………………. 4
1.5 Batasan Istilah ………………………………………………………… 5
1.6 Sistematika Penyajian ………………………………………………… 7
BAB II LANDASAN TEORI ……………………………………………...
2.1 Penelitian Terdahulu ……………………………………………….......
8
8
2.2 Diksi (Pilihan Kata) …………………………………………………... 9
2.3 Jenis-jenis diksi ……………………………………………………….. 10
2.4 Ketepatan Pilihan Kata ……………………………………………...... 14
2.5 Pemilihan Kata yang Lazim (Umum) ……………………………….... 17
2.6 Tajuk Rencana ………………………………………………………... 20
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiv
2.7 Rangkuman …………………………………………………………... 23
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ………………………………….
3.1 Jenis Penelitian ………………………………………………………..
24
24
32. Sumber Data Penelitian ………………………………………………. 25
3.3 Instrumen Penelitian ………………………………………………….. 25
3.4 Teknik Pengumpulan Data …………………………………………… 26
3.5 Analisis Data ………………………………………………………….. 27
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ………………….
4.1 Deskripsi Data ………………………………………………………...
29
29
4.2 Analisis Data ………………………………………………………….. 30
4.3 Ketepatan Penggunaan Diksi …………………………………………. 43
4.4 Pembahasan …………………………………………………………... 47
BAB V PENUTUP ………………………………………………………...
5.1 Kesimpulan …………………………………………............................
59
59
5.2 Implikasi ……………………………………………………................ 60
5.3 Saran ………………………………………………………………….. 61
DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………... 62
LAMPIRAN ……………………………………………………………….
Lampiran 1: Tajuk Rencana ……………………………………………….
Lampiran 2: Tabel Hasil Analisis Ketepatan Diksi………………………...
64
65
88
BIODATA PENULIS ……………………………………………………... 95
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xv
DAFTAR TABEL
Tabel 1: Hasil Analisis Ketepatan Diksi …………………………………… 86
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Manusia dalam kehidupannya tidak akan terlepas dari interaksi
dengan sesama. Oleh karena itu, dibutuhkan bahasa sebagai salah satu
sarana untuk berinteraksi dengan masyarakat yang berada di sekitar tempat
tinggalnya ketika melakukan interaksi dengan sesama manusia
menggunakan alat untuk berinteraksi berupa bahasa, simbol-simbol ataupun
kontak fisik agar dapat berinteraksi dan mengidentifikasi dirinya. Gorys
Keraf (1981: 1) mengemukakan bahwa bahasa merupakan simbol bunyi
antara anggota masyarakat yang dihasilkan oleh alat ucap manusia anggota
masyarakat. Bahasa sangat dibutuhkan dalam kehidupan manusia agar dapat
berinteraksi dan berkomunikasi dengan sesamanya dalam kehidupan sehari-
hari.
Bahasa adalah pendukung kebudayaan bangsa pemilik bahasa
tertentu yang digunakan suatu negera (Badudu 1995: 3). Makin tinggi
kebudayaan bangsa itu makin maju bahasanya juga dan dalam
perkembangan bahasa (komunikasi) manusia harus menggunakan bahasa
yang tepat agar pesan atau gagasan yang ingin disampaikan dapat
dimengerti oleh pendengarnya.
Pemilihan kata yang tepat menjadi hal yang amat penting dalam
bahasa. Semakin banyak kata yang dikuasai seseorang semakin banyak pula
gagasan yang dikuasai dan yang sanggup diungkapkannya Gorys Keraf
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
(1981: 18). Pemilihan kata yang tepat merupakan faktor penting dalam
membangun sebuah komunikasi yang baik sehingga informasi yang
disampaikan dapat diterima dengan baik.
Diksi adalah pilihan kata, yaitu menyatakan kata yang tepat untuk
menyatakan sesuatu. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2011: 123),
diksi ialah pilihan kata yang tepat dan selaras untuk mengungkapkan
gagasan sehingga memperoleh efek tertentu (seperti yang diharapkan).
Diksi atau pilihan kata adalah kemampuan membedakan secara tepat
nuansa-nuansa makna dari gagasan yang akan disampaikan dan kemampuan
untuk menentukan bentuk yang sesuai (cocok) dengan situasi dan nilai rasa
yang dimiliki kelompok masyarakat pendengar (Gorys Keraf 1981: 19).
Oleh karena itu, dalam sebuah tulisan artikel tidak diharapkan ada
kesalahan kata yang menyebabkan ambiguitas atau membingungkan dan
dapat membuat pembaca (masyarakat) salah dalam menangkap informasi
yang diberikan, sehingga penulis sebuah artikel harus mahir dalam
pemilihan kata (diksi) dan tulisan pada tajuk dalam surat kabar dibutuhkan
ketepatan dalam pemilihan kata yang tepat sehingga informasi yang ditulis
dapat tersampaikan.
Tajuk rencana Surat kabar Suara Merdeka dipilih dalam
penelitian ini sebagai data untuk diteliti karena tajuk rencana dalam surat
kabar sudah familiar dalam kehidupan masyarakat dan telah banyak
menyajikan informasi yang berkualitas, salah satunya tajuk rencana yang
terbitkan berisi informasi dan menyajikan opini. Semakin baru informasi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
yang disajikan semakin tinggi pula kemampuan penulis untuk
menyampaikan informasi kepada pembaca (masyarakat) tingkat pembaca
untuk mengetahui informasi semakin tinggi. Maka dibutuhkan ketepatan
dalam penentuan diksi, dalam tajuk rencana Suara Merdeka.
Dalam penelitian ini tidak semua yang diterbitkan pada tahun 2016
dijadikan bahan untuk diteliti penelitian ini dibatasi dengan yang akan
diteliti yaitu tentang diksi yang terdapat dalam kolom tajuk rencana Suara
Merdeka sebagai bahan untuk edisi Maret 2016. Penulis memilih surat
kabar ini karena bersifat lokal atau daerah, maka sangat menunjang bahwa
dalam penulisan tajuk rencana biasanya menggunkan bahasa daerah, bahasa
nonbaku ataupun bahasa asing yang membuat masyarakat salah dalam
menangkap informasi.
Penggunaan diksi yang kurang tepat sering terjadi sehingga menjadi
hal yang penting untuk diperhatikan dalam penulisan tajuk rencana, adapun
tajuk rencana Suara Merdeka perlu dilihat dan dianalisis lagi diksi yang
digunakan sebab pemilihan kata dalam surat kabar sangat berpengaruh
terhadap informasi yang akan disampaikan kepada pembaca. Semakin teliti
dalam pemakaian diksi akan semakin mudah informasi tersampai atau
dipahami oleh pembaca.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, dapat ditarik rumusan masalahnya adalah
sebagai berikut:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
a. Apa saja diksi atau pilihan kata yang muncul dalam Tajuk Rencana Surat
Kabar Suara Merdeka Edisi Maret 2016?
b. Bagaimana ketepatan diksi atau pilihan kata dalam Tajuk Rencana Surat
Kabar Suara Merdeka Menurut Gorys Keraf?
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan penulisan ini adalah:
a. Mendeskripsikan pilihan kata (diksi) dalam Tajuk Rencan Surat Kabar Suara
Merdeka edisi Maret 2016.
b. Mendeskripsikan ketepatan pilihan kata (diksi) dalam Tajuk Rencana Surat
Kabar Suara Merdeka menurut Gorys Keraf.
1.4 Manfaat Penelitian
a. Bagi editor
Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi editor surat kabar. Penelitian ini
memberikan informasi mengenai diksi yang tepat dalam penulisan tajuk rencana
sehingga maksud atau gagasan yang ingin disampaikan penulis dapat tercapai.
b. Bagi Masyarakat
Penelitian ini juga diharapkan bermanfaat bagi masyarakat pembaca
sehingga melalui penelitian ini pembaca dihindarkan dari kebingungan,
ketidakpahaman, dan keraguan akan kata-kata pilihan yang ada pada tajuk
rencana surat kabar.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
1.5 Batasan Istilah
a. Diksi
Diksi merupakan langkah atau proses pemilihan kata yang tepat untuk
mengungkapkan ide atau gagasan dan perasaan sehingga dapat tersampaikan.
b. Tajuk rencana
Tajuk Rencana adalah tulisan yang berupa sikap atau pandang surat kabar
dan majalah terhadap suatu berita atau peristiwa yang terjadi, kejadian, fakta dan
opini yang berkembang dalam masyarakat (Barus, 2010: 142).
c. Kata Abstrak
Kata abstrak adalah kata yang mempunyai rujukan berupa konsep/gagasan
(Soedjito, 1988: 39)
d. Kata Konkret
Kata konkret adalah kata yang mempunyai rujukan berupa objek yang
dapat diserap oleh pancaindera (dilihat, diraba, dirasakan, didengarkan, atau
dicium) (Soedjito, 1988: 39).
e. Kata Umum
Kata umum adalah kata yang ruang lingkupnya dan mencakup banyak
hal (Soedjito, 1988: 41).
f. Kata khusus
Kata khusus adalah kata yang sempit atau terbatas ruang lingkupnya (Soedjito,
1988: 41).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
g. Kata Populer
Kata popular adalah kata yang dikenal dan dipakai oleh semua lapisan
masyarakat dalam komunikasi sehari-hari (Soedjito, 1988: 43).
h. Kata ilmiah
Kata ilmiah adalah kata yang dikenal atau dipakai oleh ilmuwan dalam
karya-karya ilmiah (Soedjito, 1988: 43).
i. Kata Baku
Kata baku adalah kata yang mengikuti kaidah atau ragam yang telah
ditentukan/dilazimkan (Soedjito, 1988: 44).
j. Non-Baku
Kata non-baku ialah kata yang tidak menikuti kaidah/ragam bahasa
yang telah ditentukan/dilazimkan (Soedjito, 1988: 44).
k. Kata Asli
Kata asli adalah kata yang berasal dari bahasa kita sendiri atau bahasa
indonesia (Soedjito, 1988: 47).
l. Kata Serapan
Kata serapan adalah kata yang berasal (diserap) dari bahasa daerah atau
bahasa asing (Soedjito, 1988: 47).
1.6 Sistematika penyajian
Skripsi ini terdiri dari 5 (lima) bab. Bab I merupakan pendahuluan, dalam
bab ini memaparkan hal-hal yang melatar belakangi perlunya dilaksanakan
penelitian mengenai analisis pilihan kata (diksi). Bab pendahuluan meliputi: latar
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan
defenisi istilah.
Bab II berisikan landasan teori. Pada landasan teori disajikan teori-teori
yang digunakan sebagai dasar penelitian untuk menjawab rumusan masalah
dalam penelitian ini. Bab III berisi uraian metodologi penelitian. Bab ini
memaparkan jenis penelitian, subjek penelitian, instrumen penelitian, teknik
pengumpulan data, dan teknik analisis data.
Bab IV berisi hasil yang diperoleh dalam penelitian dan pembahasan,
dalam bab ini berisikan deskripsi data dan hasil penelitian yang meliputi diksi
yang digunakan dan ketepatan penggunaan diksi dalam surat kabar Suara
merdeka serta pembahasan. Bab V penutup yang berisikan kesimpulan dan
saran.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Penelitian Terdahulu
Penelitian mengenai diksi atau pilihan kata pernah dilakukan oleh Yohanes
Angga Wibawasana (2007) dengan judul Analisis Ketepatan Diksi pada Kolom
Analisis Surat Kabar Harian Kedaulatan Rakyat Edisi Maret 2014. Penelitian
Angga bertujuan menganalisis diksi atau pilihan kata pada kolom Analisis Harian
Kedaulatan Rakyat dan ketepatan penggunaan diksi pada kolom Analisis Harian
Kedaulatan Rakyat. Adapun hasil yang diperoleh dari penelitian itu adalah
bahwa diksi yang ditemukan berupa kata khusus, kata konotasi, kata serapan,
kata populer, kata ilmiah, dan kata asing.
Hal di atas menunjukkan bahwa penelitian tentang penggunaan diksi dalam
berbagai wacana dalam media cetak sudah pernah dilakukan. Objek kajian yang
berupa surat kabar sebelumnya juga sudah pernah dilakukan. Peneliti terdahulu
beranggapan bahwa penelitian yang dilakukannya masih sangat relevan karena
masih sering terjadi kesalahan dalam pemakaian diksi. Persamaan antara
penelitian yang dilakukan peneliti terdahulu dengan penelitian ini yaitu sama-
sama menganalisis penggunaan diksi pada surat kabar.
Hasil penelitian di atas menunjukkan bahwa penelitian tentang diksi perlu
dilakukan lagi. Peneliti akan mendeskripsikan ketepatan diksi pada surat kabar
Suara Merdeka edisi Maret 2016 dan meninjau ketepatan dalam penggunaan
diksi pada tajuk rencana tersebut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
2.2 Diksi (Pilihan Kata)
Menurut Zaenal Harifin (1948: 150), diksi adalah kata yang tepat untuk
menyatakan sesuatu. Diksi juga dipergunakan untuk menyatakan kata-kata mana
yang dipakai untuk mengungkapkan suatu ide atau gagasan. Gorys Keraf (1981:
24) menyatakan bahwa pilihan kata atau diksi mencakup pengertian kata-kata
mana yang digunakan untuk menyampaikan suatu gagasan, mengelompokkan
atau menggunakan ungkapan-ungkapan yang tepat, dan gaya mana yang paling
baik digunakan dalam suatu situasi. Diksi juga merupakan kemampuan
membedakan secara tepat nuansa-nuansa makna sesuai dengan gagasan yang
ingin disampaikan. Pilihan kata yang tepat sesuai hanya dimungkinkan oleh
penguasaan sejumlah besar kosakata atau perbendaharaan kata bahasa itu.
Muchsin Achmadi (1988: 126) berpendapat bahwa diksi (diction) adalah
seleksi kata-kata untuk mengekspresikan ide/gagasan dan perasaan, maka
pemakaian atau penggunaan kata dalam bahasa Indonesia sangat dipengaruhi
oleh kejelian dalam memilih kata. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia
(2011: 123) diksi adalah pilihan kata yang tepat dan selaras untuk
mengungkapkan gagasan sehingga memperoleh efek tertentu. Diksi atau pilihan
kata dapat berarti kita memilih kata yang tepat untuk menyatakan suatu makna
atau informasi.
Dari pengertian para ahli dan KBBI, dapat disimpulkan bahwa diksi
merupakan langkah atau proses pemilihan kata yang tepat untuk mengungkapkan
ide atau gagasan dan perasaan sehingga dapat tersampaikan. Makin banyak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
perbendaraan kata yang dimiliki seseorang maka akan lebih baik dalam
berkomunikasi, menyampaikan ide/gagasan ataupun perasaannya dengan baik
serta dapat dipahami oleh lawan tuturya.
2.3 Jenis - jenis Diksi
Diksi memiliki banyak jenisnya. Menurut Soedjito diksi dapat
digolongkan berdasarkan tiga bentuk yaitu berdasarkan golongan kata,
berdasarkan makna kata, dan berdasarkan perubahan makna kata. Dibawah ini
akan dipaparkan dengan jelas jenis-jenis diksi tersebut.
a. Berdasarkan golongan Kata
Soedjito (1988: 39-47) diksi atau pilihan kata berdasarkan golongan kata
dibagi menjadi lima jenis yaitu:
1) Kata abstrak dan Kata konkret
Kata abstrak adalah kata yang mempunyai rujukan berupa konsep/gagasan.
Kata konkret adalah kata yang mempunyai rujukan berupa objek yang dapat
diserap oleh pancaindera (dilihat, diraba, dirasakan, didengarkan, atau dicium)
( Soedjito 1988: 39).
Contoh :
Abstrak Konkret
Demokrasi bermusyawara, berunding
Kemakmuran sandang, pangan, rumah
Kerajinan bekerja, belajar
Kemajuan membuat jalan, mendirikan pabrik
Kemiskinan gizi buruk, buta huruf
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
2) Kata umum dan Kata khusus
Kata umum adalah kata yang ruang lingkupnya besar dan mencakup
banyak hal. Kata khusus adalah kata yang sempit atau terbatas ruang
lingkupnya (Soedjito 1988: 41).
Contoh :
Umum : Kosmas suka makan buah-buahan.
Khusus: Kosmas suka makan mangga, pisang, rambutan, durian dan
sebagainya
3) Kata Populer dan Kata ilmiah
Kata popular adalah kata yang dikenal dan dipakai oleh semua lapisan
masyarakat dalam komunikasi sehari-hari, sedangkan kata ilmiah ialah kata
yang dikenal dan dipakai oleh para ilmuwan/kaum terpelajar dalam karya-
karya ilmiah. Kata-kata kajian lebih banyak diserap dari bahasa asing atau
daerah ( Soedjito 1988: 43)
Contoh:
Populer : Orang tua harus menjadi contoh yang baik untuk anaknya
ilmiah: Dokter masih menunggu sampel darah yang di periksa
laboratorium
4) Kata Baku dan Nonbaku
Kata baku adalah kata yang mengikuti kaidah/ragam bahasa yang telah
ditentukan/dilazimkan. Kata nonbaku ialah kata yang tidak mengikuti
kaidah/ragam bahasa yang telah ditentukan/dilazimkan (Soedjito, 1988: 44-45).
Contoh:
Baku Nonbaku
Diberi tahu dikasih tahu
Lelah capek
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
Lubang lobang
Saudara sodara
Tetapi tapi
5) Kata Asli dan Kata Serapan
Kata asli adalah kata yang berasal dari bahasa kita sendiri. Kata serapan adalah
kata yang berasal (diserap) dari bahasa daerah atau bahasa asing (Soedjito 1988:
47).
Contoh:
Asli serapan
Angkutan taxi
Mudah luwes
Sarana instrument
Tanta tante
b) Berdasarkan Makna Kata
Yang dimaksud dengan makna kata ialah hubungan antara bentuk atau
barang (hal) yang diacunya. Adapun macam-macam makna kata yaitu: (1) makna
leksikal dan makna grmatikal, (2) makna denotative dan makna konotatif, (3)
makna lugas dan makna kiasan, dan (4) makna kontekstual (Soedjito, 1988: 51-
52).
1) Makna leksikal dan makna gramatikal
Makna leksikal adalah makna kata secara lepas, tanpa kaitan dengan kata
lainnya dalam sebuah struktural frase, klausa, atau kalimat. Makna gramatikal ialah
makna baru yang timbul akibat terjadinya proses gramatikal (pengimbuhan atau
perulangan atau pemajemukan)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
2) Makna denotatif dan makna konotatif
Makna denotatif (referensial) ialah makna yang menyatakan langsung acuan
atau makna dasarnya. Makna konotatif (evaluasi atau motif) ialah makna tambahan
terhadap makna dasarnya berupa nilai rasa atau gambaran tertentu.
3) Makna lugas dan makna kiasan
Makna lugas (sebenarnya) adalah makna yang acuannya cocok dengan makna kata
yang bersangkutan. Makna kiasan (figuratif) ialah makna yang referensinya
(acuannya) tidak sesuai dengan makna kata yang bersangkutan.
4) Makna kontekstual
Makna kontekstual ialah makna yang ditentukan oleh konteks pemakaiannya.
c) Berdasarkan Perubahan Makna kata
Dalam Soedjito disebutkan bahwa perubahan makna kata dapat disebabkan oleh
adanya beberapa hal yaitu:
1) Perubahan makna karena peristiwa ketatabahasaan
Kata makan dalam konteks tertentu dapat mengalami perubahan makna.
Perhatikan contoh dibawah ini!
Contoh: Rem mobil saya tidak makan sama sekali.
2) Perubahan makna karena perubahan waktu
Contoh:
Makna dahulu : bapak „orang tua laki-laki‟,
Makna sekarang : bapak „sebuatan untuk laki-laki
3) Perubahan makna karena perbedaan tempat
Contoh:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
Budak : di Sunda bermakna „anak, kanak-kanak; dalam bahasa Indonesia
berarti „hamba‟ orang gajian‟ (budak belian).
4) Perubahan makna karena perbedaan lingkungan
Contoh :
Jurusan : (1) di lingkungan lalulintas bermakna „arah tujuan‟
(2) di lingkungan pendidikan tinggi bermakna „bagian fakultas.
5) Perubahan makan karena perubahan konotasi
Contoh:
Kaki tangan :
(1) Pembantu (dalam makna netral); kaki tangan kerajaan.
(2) Pembantu dalam kejahatan atau pihak yang tidak disukai; misalnya: kaki
tangan musuh.
2.4 Ketepatan Pilihan Kata
Ketepatan kata mempersoalkan kesanggupan sebuah kata untuk menimbulkan
gagasan-gagasan yang tepat pada imajinasi pembaca atau pendengar dengan apa yang
dipikirkan atau dirasakan oleh penulis atau pembicara (Gorys Keraf, 1988: 73). Ketepatan
pilihan kata akan berkaitan dengan masalah makna kata atau kosakata seseorang.
Ketepatan makna kata menuntut kesadaran penulis atau pembicara untuk mengetahui
hubungan antara bentuk bahasa (kata) dengan referensinya.
Dalam ketepatan pilihan kata akan muncul pertanyaan apakah pilihan kata yang
dipakai sudah tepat dan benar sehingga tidak akan menimbulkan interpretasi yang
berlainan antara pembicara dengan pendengar ataupun penulis dan pembaca ( Gorys
Keraf, 1988: 90). Ketepatan dalam pemilihan kata yang tidak menimbulkan
kesalahpaham dapat dapat dilakukam dengan memperhatikan beberapa hal penting
untuk mencapai ketepatan dalam pilihan kata tersebut yaitu:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
a. Membedakan Denotasi dan Konotasi.
Menurut Gorys Keraf (1981: 88) kata denotatif dipilih jika penulis hanya ingin
menyampaikan pengertian dasar. Adapun kata konotatif dipilih jika penulis
menginginkan pencapaian sasaran berupa reaksi emosional tertentu.
Contoh:
a. Ketika bininya bunting, Mas Bandot harus bertugas ke luar pulau
b. Pak, mohon izin saya mau ke WC
Bandingkan dengan kalimat di bawah ini:
a. Ketika istrinya hamil, Mas Bandot harus bertugas ke luar pulau.
b. Pak, mohon izin saya mau ke belakang
Penggunan kata bini, bunting, dan WC kurang tepat sebab mempunyai konotasi yang
kurang tepat. Sebaiknya kata-kata tersebut diganti dengan istri, hamil atau mangandung,
dan belakang.
b. Membedakan Kata-Kata yang Bersinonim
Kata-kata yang bersinonim tidak selalu dapat saling menggantikan. Untuk itu
penulis harus jeli memilih kata dari sekian sinonim untuk menyampaikan maksud yang
diinginkan sehingga tidak timbul interpretasi yang berlainan.
Persepsi kata benar adalah betul. Pada contoh kalimat di bawah ini kata kebetulan tidak
tepat apabila diganti dengan kebenaran. Demikian juga dengan kata benar yang
mempunyai persepsi arti dengan agung.
Contoh kalimat:
a. Kebetulan ia datang. Sehingga masalahnya bisa cepat selesai
b. Peresmian pasar kota Malang dilaksanakan bulan ini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
Penulisan kalimat di atas menjadi tidak tepat apabila ditulis
a. Kebenaran kamu datang. Sehingga masalahnya bisa cepat selesai
b. Peresmian pasar agung kota Malang dilaksanakan bulan ini.
c. Membedakan Kata-Kata yang Mirip dalam Ejaannya
Pemakaian kata yang mirip ejaannya dapat dilihat dalam penggunaan kata dalam
bahasa tulis maupun bahasa lisan untuk itu pemilihan kata yang tepat harus diperhatikan
dengan baik. Dalam sebuah artikel penulis akan menggunakan kata-kata yang mirip
ejaannya dan juga kata-kata yang mirip, bila penulis kurang cermat dalam ejaan bisa
menimbulkan kesalah pemahaman dan membingungkan pembaca karena bisa saja kedua
kata yang mirip ejaannya tersebut tertukar penggunaannya.
Terjadinya kesalahan pemilihan kata tersebut bisa mengakibatkan kejanggalan,
kesalahpahaman, atau bahkan bisa menimbulkan hal-hal yang lucu.
Contoh: bahwa-bawah; preposisi-proposisi;korporasi-koperasi.
Contoh kalimat.
a. Hari ini adalah selamatan menujuh hari kematian nenek.
b.Penggunaan obat terlarang akan membawa seseorang menujuh kematian di usia
muda.
Di samping ketiga hal itu Gorys Keraf menyarankan agar penulis menghindari kata-
kata ciptaan sendiri, selain itu penulis juga harus waspada terhadap penggunaan akhiran
asing terutama kata-kata asing yang mengandung akhiran asing. Penggunaan kata asing
atau istilah asing dapat dibenarkan apabila:
(1) Sesuai dengan konotasinya
(2) Singkat dibandingkan dengan terjemaannya
(3) Menggunakan secara idiomatik kata-kata kerjanya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
(4) Dapat membedakan kata umum dan kata khusus dengan baik
(5) Menggunakan kata-kata indria yang menunjukan presepsi yang khusus
(6) Memperhatikan perubahan makna kata-kata yang sudah sering digunakan
(7) Memperhatikan kelangsungan pilihan kata
2.5 Pemilihan Kata yang Lazim (Umum)
Pemilihan kata digunakan selain harus tepat, serasi, juga harus lazim. Penggunaan kata
yang tidak lazim mengakibatkan tidak lancarnya komunikasi. Hal itu terjadi karena kata-kata
yang kurang lazim akan menimbulkan kejanggalan dan kebingungan bagi pembaca atau
pendengarnya, maka dapat dilihat contoh di bawah ini
Contoh:
(1) Kemarin ibu saya berdies natalies yang ke-53.
(2) Pada saat banjir kemarin, banyak rumah yang rebah ke tanah,
(3) Setiap ke gereja Tarman hanya naik pit. (pit = sepeda)
Catatan:
Sampai saat ini masih sering ditemukan pemakaian kata yang sebenarnya mempunyai arti
yang berlawanan dari kata yang digantikannya.
Contoh:
(1) Inem tidak betah tinggal di rumah karena diperlakukan semena-mena
(2) Ketika saya sapa, dia hanya acuh saja.
(3) Sebelum pulang, semua harus mengisi daftar absensi dahulu.
Contoh kalimat diatas tidak tepat, penulisan yang tepat adalah sebagai berikit.
(1) Inem tidak betah tinggal di rumah, karena diperlakukan tidak semena-mena.
(2) Ketika saya sapa, dia hanya acuh tak acuh saja.
(3) Sebelum pulang, semua harus mengisi presensi dahulu.
Menurut Soedjito, (1988: 44) kata baku ialah kata yang penggunaannya dalam
berkomunikasi baik lisan maupun tertulis, sesuai dengan kaidah atau ragam bahasa yang
telah ditentukan/dilazimkan, sedangkan kata nonbaku ialah kata yang penggunaannya dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
berkomunikasi baik lisan maupun tertulis, tidak sesuai dengan kaidah dan ragam bahasa yang
ditentukan/dilazimkan. Dalam penelitian ini, untuk mengetahui sebuah kata termasuk kata
baku dan kata nonbaku dengan menggunakan Kamus Besar Bahasa Indonesia (Depdiknas:
2011). Menurut Sabariyanto (1993: 366), adapun aspek-aspek yang dapat digunakan untuk
mengetahui ketidakbakuan kata antara lain, yaitu:
1. Aspek Ortografi
Perbedaan Ortografi atau huruf pada kata-kata tertentu dapat dipergunakan untuk
membedakan kebakuan dan ketidakbakuan kata. Berikut ini contoh penggunaan kata baku
dan kata tidak baku berdasarkan aspek Ortografi.
(1a) Perusahaan itu mengeluarkan produk terbarunya.
(1b) perusahaan itu mengeluarkan produk terbarunya.
(2a) Lahan kering seperti ini, sudah tidak produktif lagi untuk ditanami palawija.
(2b) Lahan kering seperti ini sudah tidak produktip lagi untuk ditanami palawija. Kata
produk atau produktif pada kalimat (1a) dan (2a) merupakan contoh penggunaan kata-kata
baku berdasarkan aspek ortografi sedangkan, kata produk dan produktip pada kalimat (2a)
dan (2b) merupakan penggunaan kata yang tidak baku.
2. Aspek jati diri kata
Aspek jati diri kata bahasa Indonesia yaitu kosakata yang bebas dari kata-kata bahasa
daerah dan kata-kata asing, dan apabila sudah terserap ke dalam bahasa Indonesia maka
penyerapannya (kata-serapan) sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia. Aspek jati diri kata
dapat digunakan untuk membedakan kata baku dan non baku. Bentuk sebagai aspek jati diri
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
kata ialah bahasa Indonesia, sedangkan bentuk tidak baku sebagai aspek jati diri kata ialah
kata bahasa lain. Kata tidak baku bahasa lain dinantarannya yaitu:
1) Kata yang tidak baku bahasa jawa
2) (3a) Wajahnya pucat setelah mendengar berita duka it
3) (3b) Wajahnya pucet setelah mendengar berita duka itu
4) (4a) Malioboro selalu rame dengan pengunjungnya, baik itu turis darimancanegara
maupun turis domestik.
5) (4b) Malioboro selalu rame dengan para pengunjungnya, baik itu turis dari mancanegara
maupun turis domestik.
6) Kata yang tidak baku bahasa Belanda/Inggris
7) (5a) Dia kecewa nilai rapornya semester ini sangat buruk
8) (5b) Dia kecewa nilai rapornya semester ini sangat buruk
9) (6a) Keputusan yang diambilnya sangat riskant untuk dilakukan
10) (6b) Keputusan yang diambilnya sangat riskant untuk dilakukan
11) Kata rapor, dan riskan pada kalimat (5a, dan 6b) adalah contoh penggunaan kata baku,
sedangkan kata raport dan riskant pada kalimat (5b), dan (6b) merupakan pemakaian kata
tidak baku bahasa Indonesia, karena pemakaiannya masih menggunakan bahasa Inggris
atau Belanda.
12) Kata yang tidak baku bahasa Arab
13) (7a) Tahun ini Judika akan mengeluarkan album rohani (7b) Tahun ini Judika akan
mengeluarkan album ruhani (8a) Kerajaan Romawi sangat terkenal akan kebudayaannya
(8b) Kerajaan Rumawi sangat terkenal akan kebudayaannya Kata rohani, dan romawi pada
kalimat (7a), dan (8a) adalah contoh penggunaan kata baku sedangkan, kata ruhani dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
rumawi pada kalimat (7b), dan (8b) merupakan pemakaian kata tidak baku bahasa
Indonesia, karena pemakaiannya masih menggunakan bahasa Arab.
3. Aspek ragam bahasa
Ragam bahasa ada bermacam-macam, yaitu ragam resmi dan ragam santai, ragam tulis,
dan ragam lisan serta ragam baku dan ragam tidak baku. Kata baku dan tidak baku berikut
ini dibedakan oleh ragamnya (9a) Karena malas mengerjakan PR, Doni dihukum oleh
gurunya.(9b) Karena males menegerjakan PR, Doni dihukum oleh gurunya. (10a) Mari kita
berantas narkoba sampai keakar-akarnya! (10b) Ayo kita berantas narkoba sampai keakar-
akarnya! Kata malas, dan mari pada kalimat (9a), dan (10b) merupakan penggunaan kata
baku, karena kalimat tersebut menggunakan ragam bahasa resmi, sedangkan kata males dan
ayo pada kalimat (9b), dan (10b) merupakan pemakaian kata tidak baku bahasa Indonesia
karena pemakainnya menggunakan ragam santai.
2.6 Tajuk rencana
Kata tajuk rencana sudah tidak asing lagi dalam kehidupan masyarakat. Dalam surat-
surat kabar biasanya tercantum tajuk berita dan tajuk rencana. Penyebutan tajuk rencana pun
berbeda-beda dalam setiap surat kabar, sama seperti surat kabar Suara Merdeka menyebutkan
dengan tajuk rencana sedang surat kabar Harian Jogja menyebutnya dengan kata tajuk.
Tajuk Rencana adalah tulisan yang berupa sikap atau pandang surat kabar dan majalah
terhadap suatu berita atau peristiwa yang terjadi, kejadian, fakta dan opini yang berkembang
dalam masyarakat. ( Barus, 2010: 142).
Sumadiria (2004: 82) mengemukakan bahwa tajuk rencana adalah opini redaksi yang
berisi aspirasi, pendapat, dan sikap resmi pers terhadapat persoalan potensial, fenomenal,
aktual dan atau kontroversial yang terdapat dalam masyarakat. Opini yang ditulis dalam tajuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
rencana bukanlah opini dari perseorangan melainkan opini dan tulisan dari pihak redaksi
diasumsikan mewakili sekligus mencerminkan pendapat dan sikat resmi dari pers yang
bersangkutan. Karena bukan suara dari perseorangan melainkan suara dari lembaga tertentu
maka tajuk rencana tidak mencantumkan nama penulis melainkan mencantukan nama
lembaga penerbitnya.
Menurut William Pinkerton dari Harvard University, Amerika Serikat (rivers, 1994; 23-
24), fungsi dari tajuk rencana mencakup empat hal:
a) Menjelaskan berita (explaining the news)
b) Menjelaskan latar belakang (filling in background)
c) Meramalkan masa depan (forescasting the future)
d) Menyampaikan pertimbangan moral (passing moral judgment)
Empat hal yang mencakup fungsi dari tajuk rencana, akan dipaparkan di bawah ini
sebagai berikut:
a) Menjelaskan berita (explaining the news)
Tajuk rencana menjelaskan kejadian-kejadian penting yang terjadi kepada masyarakat.
Tajuk rencana berfungsi sebagai guru, menerangkan bagaimana suatu kejadian tertentu
berlangsung, faktor-faktor yang diperhitungkan untuk menghasilkan perubahan dalam
kebijakan pemerintah, dengan cara bagaimana kebijakan baru akan mempengaruhi
kehidupan sosial dan ekonomi suatu masyarakat.
b) Menjelaskan latar belakang (filling in background)
Untuk memperlihatkan kelanjutan suatu peristiwa penting, tajuk rencana dapat
menggambarkan kejadian tersebut dengan latar belakang sejarah, yaitu menghubungkan
sesuatu yang terjadi dengan sesuatu yang terjadi sebelumnya. Menjelaskan keterkaitan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
dengan masalah-masalah umum, tajuk rencana menunjukan hubungan antara berbagai
peristiwa yang terpisah: politik, ekonomi, atau sosial.
c) Meramalkan masa depan (forescasting the future)
Suatu tajuk rencana kadang-kadang menyajikan analisis yang melewati batas berbagai
peristiwa sekarang dengan tujuan meramalkan sesuatu yang akan terjadi pada masa datang.
d) Menyampaikan pertimbangan moral (passing moral judgment)
Menurut tradisi lama, para penulis tajuk rencana bertugas mempertahankan hati
masyarakat. Mereka diharapkan mempertahankan isu-isu moral dan mempertahankan
posisi mereka. Jadi, para penulis tajuk rencana akan berurusan dengan
mempertimbangkan moral yang biasa disebut dengan “pertimbangan nilai”. Mereka
berjuang untuk sesuatu yang benar dan menyerang kebatilan (Rivers, 1994: 23-24).
2.7 Rangkuman
Secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa diksi dapat dilihat dari tiga sisi menurut
Soedjito (1988: 39-59) yaitu, berdasarkan penggolongan kata, makna kata dan perubahan
makna kata. Jika dlihat berdasarkan pengolongan kata di bedakan menjadi lima jenis, yaitu
(1) kata abstrak dan kata kongkret, (2) kata umum dan kata khusus, (3) kata popular dan
kata kajian, (4) kata baku dan nonbaku, (5) kataasli dan kata serapan. Kemudian dilihat dari
makna kata dibedakan menjadi empat bagian, yaitu (1) makna leksikal dan makna
gramatikal, (2) Makna denotative dan makan konotatif, (3) makna lugas dan makna kiasan,
(4) makna kontekstual.
Apabila dilihat dari perubahan makna kata dibedakan menjadi lima jenis, yaitu:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
(1) peristiwa ketatabahasaan
(2) perubahan waktu
(3) perbedaan tempat
(4) perbedaan lingkungan
(5) perubahan konotasi
Menurut Gorys Keraf (1981: 74-87), hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pemilihan
kata/diksi ada tiga bagian, yaitu (1) membedakan denotasi dan konotasi, (2) membedakan
kata-kata yang hamir bersinonim, (3) membedakan kata-kata yang mirip dalam ejaan.
Selanjutnya Sumadiria (2004: 82) mengemukakan bahwa tajuk rencana adalah opini
redaksi yang berisi aspirasi, pendapat, dan sikap resmi pers terhadapat persoalan potensial,
fenomenal, aktual dan atau kontroversial yang terdapat dalam masyarakat. Menurut William
Pinkerton dari Harvard University, Amerika Serikat (rivers, 1994; 23-24), fungsi dari tajuk
rencana mencakup empat hal:
a) Menjelaskan berita (explaining the news)
b) Menjelaskan latar belakang (filling in background)
c) Meramalkan masa depan (forescasting the future)
d) Menyampaikan pertimbangan moral (passing moral judgment)
Dari pembahasan dan rangkuman di atas penulis menggunakan penggolongan kata
yang dipaparkan oleh Soedjito untuk menjawab rumusan masalah serta dengan menggunakan
jenis-jenis kata yang dipaparkan oleh Soedjito (1988; 51-52).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Penelitian ini berdasarkan sifat dan jenis datanya termasuk
penelitian deskriptif kualitatif. Menurut Hansiswany Kamarga (2009: 12)
penelitian deskriptif adalah penelitian yang bertujuan mendeskripsikan atau
mengambarkan fenomena-fenomena yang ada, mengkaji bentuk, aktivitas,
karakteristik, perubahan, hubungan, kesamaan, dan perbedaan fenomena, tidak
dilakukan manipulasi, hanya menggambarkan kondisi yang sebenarnya.
Menurut Arikunto (2010: 203), penelitian deskriptif merupakan penelitian
yang dilakukan berdasarkan fakta-fakta yang ada untuk mendeskripsikan
secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat dan
hubungan antar fenomena. Penelitian ini juga mendeskripsikan fakta-fakta
yang ada secara akurat yaitu diksi maka dapat dinyatakan bahwa peneltian ini
bersifat deskriptif
Menurut Bogdan dan Taylor (dalam Moleong, 2002: 4), penelitian
kualitatif adalah peneilitan yang menghasilkan prosedur analisis yang tidak
menggunakan prosedur analisis statistik atau cara kuantifikasi lainnya untuk
mengumpulkan informasi mengenai status suatu gejala yang ada, yaitu
keadaan menurut apa yang saat ini penelitian dilakukan. Penelitian ini juga
tidak menggunakan prosedur analisis statistik, hanya menganalisis data-data
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
yang ada berupa dokumen. Penelitian ini disebut juga penelitian bersifat
kualitatif.
Peneliti menggunakan penelitian deskriptif kualitatif karena beberapa
sifat yang tampak dalam penelitian dan tujuan yang ingin dicapai. Tujuan
yang ingin dicapai penelitian ini adalah mendeskripsikan diksi yang di pakai
dan mengidentifikasikan ketepatan penggunaan diksi pada kolom Tajuk Surat
Kabar Suara Merdeka edisi Maret tahun 2016.
3.2 Sumber Data Penelitian
Sumber data merupakan subjek dari mana data diperoleh (Arikunto 2010:
172). Sumber data yang ada menjadi awal penelitian dan menjadikan
penelitian menjadi lebih akurat. Sumber data penelitian ini adalah kolom
Tajuk pada surat kabar Suara Merdeka edisi Maret 2016.
Pada hari minggu surat kabar Suara Merdeka tidak memuat kolom Tajuk
dan setiap hari terdapat dua kolom Tajuk yang dimuat. Jadi, jumlah
keseluruan kolom Tajuk surat kabar Suara Merdeka edisi Maret 2016 adalah
48. Data penenlitian ini adalah kalimat-kalimat yang mengandung diksi pada
kolom Tajuk surat kabar Suara Merdeka edisi Maret 2016.
3.3 Instrumen Penelitian
Menurut Arikunto (2010: 203), instrumen penelitian adalah alat atau
fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar lebih
mudah dan hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat, lengkap dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
sistematis sehingga lebih mudah diolah. Instrument penelitian adalah semua
alat yang digunakan untuk mengumpulkan, mengolah dan menyajikan data
secara sistematis dan objektif guna memecahkan suatu masalah. Peneliti
sendiri memiliki kedudukan sebagai instrumen penelitian. Ia merupakan
perencana, pelaksana pengumpulan data, analisis, penafsiran data, dan pada
akhirnya menajdi pelapor hasil penelitiannya (Moleong, 2002: 168).
Beberapa alat bantu penelitian yang dipakai peneliti berupa alat tulis dan
laptop. Alat bantu ini dipergunakan untuk membantu peneliti agar lebih
mudah dalam melakukan penelitian.
3.4 Teknik Pengumpulan Data
Menurut Sugiyono (2008: 63) adanya empat tahap pengumpulan data
yaitu;(1) observasi, (2) wawancara, (3) dokumentasi, (4) gabungan atau
triangulasi. Secara khusus teknik pengujian data dalam penelitian ini adalah
teknik dokumentasi atau pemanfaatan dokumen. Dokumen yang digunakan
dalam penelitian ini adalah semua kolom Tajuk Rencana surat kabar Suara
Merdeka edisi Maret tahun 2016.
Di dalam melaksanakan teknik dokumentasi peneliti menganalisis ketepatan
diksi yang terdapat dalam tajuk sebabgai sumber data yang dipakai. Dalam
pengumpulan data tersebut peneliti melakukan langkah-langkah sebagai berikut.
(1). Mengumpulkan surat kabar Suara Merdeka edisi Maret 2016 setiap
harinya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
(2). Menggunting bagian tajuk, dikumpulkan dan urutkan berdasarkan
tanggal terbit. Setiap hari terdapat dua tajuk yang dimuat
(3). Membaca kolom tajuk rencana dan menandai kata-kata yang
termasuk diksi dalam kolom tajuk rencana tersebut.
(4) mengenglompokkan jenis kata sesuai dengan penggolongannya.
3.5 Analisis Data
Analisis data merupakan upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja
dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan yang
dapat dikelola, mensintesiskannya, mencari dan menemukan pola, menemukan
apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat
diceritakan kepada orang lain. (Bogdan dan Biklen dalam Moleong, 2002: 248).
Teknik analisis data yang digunakan oleh peneliti adalah teknik analisis
data kualitatif. Analisis data dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut;
(1) Mengetik semua kalimat yang mengandung diksi.
(2) Mereviyu kembali diksi satu per satu dalam setia dalam tajuk rencana
sesuai dengan tanggal terbitnya.
(3) Menandai kesalahan diksi sesuai dengan jenis penggolongan kata
(4) Mencermati dan menjelaskan hasil temuan yang berupa jenis
penggolongan kata pada kolom tajuk. Jenis penggolongan yang digunakan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
tidak sesuai dan menjelaskan kesalahan yang ditemukan kemudian
memperbaiki.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Deskripsi Data
Data yang diperolah dalam penelitian ini merupakan data dari “tajuk
rencana” Surat Kabar Suara Merdeka edisi Maret 2016 tanggal 1, 2, 3, 4, 5, 7,
10, 11, 12, 16,18, 19, 21, 22, 29, dan 31 secara keseluruhan terdapat 7 jenis
pilihan kata yang digunakan dalam data dan sebanyak 34 kali selama 16 hari
terbit. Data yang diteliti berupa kata abstrak, kata konkret, kata ilmiah, kata
kajian, kata populer, kata umum, kata khusus, kata asli, kata serapan, kata
asing,kata baku, kata nonbaku, denotatif, konotatif, dan sinonim. Berikut ini
dipaparkan data penilitian.
Table 1. Klasifikasi diksi dalam Tajuk Recana.
Tanggal
Terbitan
Diksi KI K.kh KG K.sr K.nb K S
1 2 2 3 1
2 1 1
3 1 1 1
4 1
5 1 1 1
7 1 1 1
10 1
11 1 1
12 1
16 2
18 1
19 1 1
21 1 1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
22 1 1
29 1
31 1
Jumlah 9 8 1 9 3 2 2
Keterangan :
KI : Kata ilmiah K.kh : Kata Khusus KG : Kata Asing
K. sr : Kata Serapan K. nb : Kata nonbaku D : Denotatif
K : Konotatif S : Sinonim
4.2 Analisis Data
Berdasarkan deskripsi di atas, analisis data yang dilakukan yaitu
menganalisis ketepatan penggunaan diksi dengan konteks dalam kalimat yang
terdapat pada “tajuk renacan” yang disajikan. Pilihan kata yang digunakan dalam
data mulai pada tanggal 1, 2, 3, 4, 5, 7, 10, 11, 12, 16, 18, 19, 21, 22, 29, dan 31.
Pilihan kata yang ditemukan dalam data yang dianalisis yaitu; kata ilmiah, kata
khusus, kata serapan, kata asing, kata nonbaku, konotatif, dan sinonim.
4.2.1 Kata ilmiah
a. Transgender
“Sangat mudah ditebak kalangan transgender yang dibidik oleh KPI”.
Kata transgender merupakan kata ilmiah yang berarti homoseksual atau suka
sesama jenis. Penggunaan kata ini sudah tepat karena sesuai dengan konteks
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
dalam kalimat bahwa kalangan ini selalu dikucilkan dan menjadi perhatian
penting dalam masyarakat.
b. Delegasi
“Kemenangan itu mengukuhkan Trump dan Hilary dalam memimpin
perolehan delegasi sebagai upaya menjadi calon presiden dari partainya masing-
masing”.
Kata delegasi merupakan kata ilmiah yang kata populernya adalah utusan.
Penggunaan kata ini sudah tepat karena sesuai dengan konteks dalam kalimat
yang menyatakan bahwa dengan hasil peroleh suara adanya delegasi yang
menjadi calon pemimpin dibandingkan dengan menggunakan kata utusan menjadi
tidak sesuai dengan konteks dalam kalimat sebab kata utusan memiliki makna
yang luas dan akan menjadikan konteks dalam kalimat menjadi luas.
c. Mafia
“Munculnya mafia hukum akan menghilangkan kepercayaan publik
terhadap aparat dan instansi negara, dan ini sangat berbahaya”.
Kata mafia merupakan kata ilmiah yang kata populernya adalah kejahatan.
Penggunaan kata ini sudah tepat karena sesuai dengan konteks dalam kalimat
yang menjelaskan adanya pelanggaran hukum yang berat yang dilakukan oleh
pejabat bila digunakan kata kejahatan menjadi tidak sesuai dengan konteks yang
menjelaskan beratnya pelanggaran yang dilakukan pejabat tinggi negara dan akan
terlihat seakan melakukan pelanggaran hukum yang ringan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
d. Sindikat
“Pengguna lama narkoba tidaklah bermain sendirian tanpa melibatkan
sindikat dan jaringan”.
Kata sindikat merupakan kata ilmiah yang kata populernya adalah kelompok.
Penggunaan kata sindikat tidak tepat, dapat digantikan dengan kata kelompok
sehingga tujuan dari berita ini dapat dipahami oleh masyarakat luas.
e. Efisiensi
“Perbankan diyakini masih memiliki banyak ruangan untuk melakukan
efisiensi agar dapat menekan tingkat suku bunga kredit”.
Kata efisiensi merupakan kata ilmiah yang kata populernya adalah sesuai,
tepat. Penggunaan kata ini sudah tepat karena sesuai dengan konteks dalam
kalimat yang menjelaskan kinerja perbankan yang harus efisiensi. Apabila
menggunakan kata sesuai atau tepat maka tidak sesuai dengan konteks dalam
kalimat dan akan menjadikan isi konteks dalam kalimat memiliki pengertian yang
terlalu luas.
f. Tonase
“Jalan mudah rusak karena truk-truk pengangkut beroperasi melebihi batas
tonase”.
Kata tonase merupakan kata ilmiah yang berarti kapasistas muatan.
Penggunaan kata ini tidak tepat sebab dapat digantikan dengan kapasistas agar
mudah dipahami oleh semua kalangan dalam masyarakat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
g. Preventif
“Karena itu upaya preventif harus terus digalakkan”.
Kata preventif merupakan kata ilmiah yang kata populernya adalah
mencegah. Penggunaan kata ini sudah tepat karena sesuai dengan konteks kalimat
yang menjelaskan bahwa adanya upaya-upaya pencegahan yang dapat dilakukan
ketika adanya hambatan dalam pemilu, jika menggunakan kata mencegah akan
menjadi tidak sesuai dengan konteks dalam kalimat yang menjelaskan upaya-
upaya preventif dalam pemiluh dan akan menjadikan kalimat menjadi luas.
h. Stagnan
“Perkembangan suaru daerah dipertaruhkan selama lima tahun bisa cepat,
sedang, atau stagnan”.
Kata stagnan merupakan kata ilmiah yang kata populernya adalah
berhenti. Penggunaan kata ini tidak tepat digunakan dapat digantikan dengan kata
berhenti agar kalimat mudah dipahami seluruh lapisan masyarakat.
i. Mahfum
“Kita mahfum sangat sulit menemukan pasar tradisional dengan
lingkungan bersih, bahkan yang sudah menempati gedung megah sekalipun”.
Kata mahfum merupakan kata ilmiah yang kata populernya adalah paham.
Penggunaan kata ini tidak tepat dapat digantikan dengan kata paham sehingga
tujuan dari kalimat ini dapat dipahami oleh masyarakat luas.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
4.2.2 Kata Khusus
a. Pertaruhan
”Pilkada yang akan berlangsung tahun depan seakan menjadi
pertaruhan penting atau ajang paling bergengsi untuk diperebutkan partai-partai
politik”.
Kata pertaruhan termasuk kata khusus, yang kata umumnya adalah
pertarungan, taruhan. Penggunaan kata pertaruhan tepat karena sesuai dengan
konteks dalam kalimat bahwa setiap pilkada selalu dijadikan taruhan yang
sangat bergengsi bagi partai-partai politik, bila menggunakan kata pertarungan
isi konteks dalam kalimat menjadi luas.
b. Krisis
“Hal ini bisa menunjukkan kegagalan atau krisis pengkaderan di
tubuh partai”. Kata krisis termasuk kata khusus, yang kata umumnya adalah
gawat.
Penggunaan kata ini tepat karena sesuai dengan konteks kalimat
yang menjelaskan sering terjadi masalah atau kendala dalam pencalonan dalam
pilkada, sebab ketika menggunakan kata gawat menjadi tidak sesuai dengan
konteks dalam kalimat yang membuat konteks dalam kalimat menjadi umum.
c. Antre
“Contohnya mahasiswa pascasarjana UGM yang menumpahkan
kesesalannya saat antre BBM di path secara terbuka membuat dia ditahan”.
Kata antre merupakan kata khusus, yang kata umumnya adalah berbaris.
Penggunaan kata ini tepat karena sesuai dengan konteks dalam kalimat yang
menunjukan bahwa kata antre dipakai saat situasi nonformal yang terdapat
dalam kalimat diatas, jika menggunakan kata berbaris akan tidak sesuai dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
konteks sebab kata baris lebih cocok digunakan saat adanya upacara atau
kegiatan formal lainnya.
d. Menyambangi
“Maka sangat tepat jika operasi tidak hanya dilaksanakan di jalan,
tetapi juga menyambangi sekolah untuk memberikan pemahaman kesadaran
berlalu lintas kepada para siswa”.
Kata menyambangi merupakan kata khusus, yang kata umumnya
adalah mengunjungi. Penggunaan kata ini kurang tepat seharusnya
menggunakan kata mengunjungi sehingga maksud dan tujuan dari kalimat ini
dapat dipahami dengan baik oleh pembaca.
e. Agenda
“Apalagi rencana revisi UU KPK masih belum hilang dari agenda
parlemen”.
Kata agenda merupakan kata khusus yang kata umumnya ialah
kegiatan, acara. Penggunaan kata agenda sudah tepat karena sesuai dengan
konteks kalimat yang menyampaikan bahwa dalam sebuah parlemen telah
terjadwal semua rangkaian kegiatan yang akan dilaksanakan sesuai dengan
waktu yang ditentukan, jika menggunakan kata kegiatan atau acara menjadi
tidak sesuai dengan konteks dalam kalimat kemudian dapat mengangkibatkan
konteks dalam kalimat menjadi luas.
f. Remeh-temeh
“Publik sudah jengah dan bosan dengan konflik politik, hukum,
ekonomi, dan masalah remeh-temeh yang melibatkan elite birokrasi”.
Kata remeh-temeh merupakan kata khusus yang kata umumnya
adalah tidak penting. Penggunaan kata remeh-temeh ini sudah tepat karena
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
sesuai dengan konteks dalam kalimat yang mengkritik para elite birokrasi
dengan penggunaan kata yang lebih sopan, sebab ketika menggunakan kata
tidak penting akan terlihat kasar isi dari kalimat yang disampaikan.
g. Potret
“Tingginya angkah kecelakaan menjadi potret bahwa jalan raya
penting mendapatkan perhatian bagi pengguna jalan”.
Kata potret merupakan kata khusus yang kata umumnya gambaran,
situasi. Penggunaan kata potret sudah tepat sebab sesuai dengan konteks dalam
kalimat yang menjelaskan kondisi penggunaan lalu lintas, apabila menggunakan
kata gambaran menjadi tidak sesuai dengan konteks dalam kalimat sebab kata
gambaran memiliki pengertian yang luas dan akan menjadikan konteks dalam
kalimat di atas menjadi luas.
h. Digalakkan
“Karena itu upaya preventif harus digalakkan”.
Kata digalakkan merupakan kata khusus yang kata umumnya ialah
ditingkatkan. Penggunaan kata ini kurang tepat sebab dapat digantikan dengan
kata ditingkatkan sehingga informasi dalam kalimat dapat dipahami oleh
semua kalangan masyarakat.
i. Indikasi
“Indikasi keoptimalan manfaat harus dijawab dengan menyediakan
lingkungan yang nyaman”.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
Kata indikasi merupakan kata khusus yang kata umumnya pertanda.
Penggunaan kata ini sudah tepat digunakan karena sesuai dengan konteks dalam
kalimat yang menjelaskan bahwa dalam proses melakukan ruang publik
bersama harus adanya kerja sama yang menjadi pertanda kesuksesan, jika
menggunakan kata pertanda konteks dalam kalimat akan menjadi laus
pengertiannnya dan menjadi tidak sesuai dengan konteks kalimat yang secara
khusus menjelaskan keoptimalan manfaat lingkungan.
4.2.3 Kata Asing
a. Reshuffle
“Namun ekonomi “rajawali ngepret” yang masuk kabinet pada reshuffle
Agustus 2015 itu mengganti nama kementriannya menjadi Menteri Koordinator
dan Sumber Daya”.
Kata reshuffle merupakan kata asing yang artinya perubahan kembali
susunan kabinet. Penggunaan kata ini tepat karena sesuai dengan konteks dalam
kalimat yang menjelaskan bahwa susunan kabinet dapat diubah dan menteri dapat
digantikan sewaktu-waktu dengan melihat bahwa menteri tertentu dapat
menjalankan tugas yang diberikan dengan baik atau tidak.
4.2.4 Kata Serapan
a. Strategis
“Hal itu wajar mengingat ibu kota sangat strategis dan besar pengaruhnya
serta menjadi barometer politik”.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
Kata strategis merupakan kata serapan yang berarti „strategia‟.
penggunaan kata ini sudah tepat karena dalam konteks kalimat yang menjelaskan
bahwa ibu kota negara kita memiliki tempat yang strategis dan menjadi sorotan.
b.Getol
“PDIP termasuk yang paling getol/rajin untuk itu”.
Kata getol merupakan kata serapan yang berarti rajin, tekun. Penggunaan
kata ini sudah tepat karena sesuai dengan konteks dalam kalimat, jika
menggunakan kata rajin kalimat diatas akan terlihat tidak memiliki daya tarik
yang lebih sebab dengan menggunakan kata getol terlihat lebih dari sekedar rajin
saja melain lebih tekun sehingga membuat kalimat memiliki kekuatan tersendiri
untuk menarik perhatian para pembaca.
c. Korelasi
“Kita mengalami sesat pikir yang akut jika menganggap pada korelasi
signifikan antara penampilan “perempuan palsu” di televisi dengan
pertumbuhan LGBT”.
Kata korelasi merupakan kata serapan yang berarti hubungan timbalik
(sebab akibat). Penggunaan kata korelasi sudah tepat karena dalam konteks
berita yang ditulis adanya korelasi atau hubungan timbal balik antara
penampilan perempuan palsu di televisi dengan pertumbuhan LGBT dalam
masyarakat, apabila dengan mennggunakan kata “sebab akibat” penjelaskan
dalam kalimat akan menjadi panjang lebar dan membuat kalimat semakin luas
pengertiannnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
d. Mengekspor
“Dia juga menuduh pemerintah Meksiko mengekspor kemiskinan dan
kejahatan sehingga diminta ikut membangun tembok tinggi di perbatasan”.
Kata mengekspor merupakan kata serapan yang berarti pengiriman barang
dari satu negara ke negara lain. Penggunaan kata ini sudah tepat karena sesuai
dengan konteks kalimat yang menjelaskan bahwa pemerintah Meksiko
mengeskpor kemiskinan dan kejahatan.
e. Deponering
“Penyelesaian dengan deponering memang dipandang sebagai cara
yang baik tanpa mempermalukan semua pihak”.
Kata deponering merupakan kata serapan yang berarti pengesampingan
dalam dunia hukum. Penggunaan kata deponering sudah tepat sebab sesuai
dengan konteks dalam kalimat yang menjelaskan penyelesaian masalah dengan
cara hukum/undang-undang yang berlaku.
f. Disuguhkan
“Terlalu banyak laku korup yang disuguhkan kepada publik”.
Kata disuguhkan merupakan kata serapan yang artinya diberikan.
Penggunaan kata disuguhkan ini kurang tepat dapat digantikan dengan kata
diberikan agar tujuan dari kalimat ini dapat dipahami oleh setiap golongan
masyarakat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
g. Ikon
“Wajar kalau mantan presiden yang baru saja kehilangan panggung
terasa gamang namun SBY tetaplah menyadari bahwa ikon partai dan
ketergantungan konstituen tetap pada dirinya”.
kata ikon merupakan kata serapan yang berarti simbol. Penggunaan kata ini
sudah tepat karena sesuai dengan konteks kalimat yang menyampaikan bahwa
di dalam sebuah partai akan ada ketua yang menjadi teladan serta disorot,
apabila menggunakan kata simbol konteks dalam kalimat menjadi tidak sesuai
sebab kata simbol memiliki arti yang luas dan juga dapat diartikan lambang
negara atau kelompok tertentu.
h. Ditengarai
“Kemudaan mendapatkan kendaraan pribadi ditengarai menjadi salah
satu penyebab menurunnya jumlah penumpang angkutan umum”.
Kata ditengarai merupakan kata serapan yang berarti penyebab/akibat dari
kecelakaan lalu lintas. Penggunaan kata ini sudah tepat karena sesuai dengan
konteks kalimat yang menjelaskan bahwa banyak menggunakan kendaraan
pribadi maka terjadi kemacetan lalu lintas dan dapat berakibatkan terjadi
kecelakaan, jika menggunakan kata penyebab atau akibat konteks dalam
kalimat akan memiliki arti yang luas dan dengan menggunakan kata delegasi
sesuai dengan konteks yang khusus dalam kalimat.
4.2.5 Kata Nonbaku
a. Entah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
“Keberadaan mereka memang terasa strategis, entah itu pada persoalan
yang terkait langsung dengan bisnis maupun tidak”.
Kata entah merupakan kata nonbaku yang kata bakunya ialah tidak
diketahui. Penggunaan kata entah kurang tepat karena dapat digantikan dengan
kata tidak diketahui sehingga kalimat menjadi baku.
b. Didapati
“Selain itu, perlu melakukan kajian dan siap untuk melakukan revisi bila
memang didapati hal-hal yang kurang adil”.
Kata didapati merupakan kata nonbaku yang kata bakunya ialah
ditemukan. Penggunaan kata ini kurang tepat sebab dapat digantikan dengan
ditemukan sehingga menjadi kalimat yang baku dan dapat dipahami.
c. Ngeyel
“Andaikata dengan penegakan hukum itu masyarakat masih saja ngeyel,
pemerintah tidak boleh lengah”.
Kata ngeyel merupakan kata nonbaku yang kata bakunya ialah
membantah. Penggunaan kata ini tidak tepat dapat digantikan dengan kata
membantah agar dapat menjadi kalimat yang baku dan sesuai dengan konteks
dalam kalimat.
4.2.6 Konotatif
a. Tontonan demokrasi
“Kita berharap pilgup DKI menjadi magnet baru dan „tontonan
demokarsi‟”.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
Kata tontonan demokarsi merupakan kata konotatif yang artinya seolah-
olah sistim demokrasi pemerintaan dapat ditonton. Penggunaan kata ini sudah
tepat sebab sesuai dengan konteks dalam kalimat mengenai pilgup DKI yang
tentu saja menjadi pusat perhatian pemerintaan.
b. Dianakemaskan
“Peristiwa itu diduga dilatar belakangi oleh adanya klub yang
dianakemaskan oleh orang-orang yang berpengaruh dalam blantika
persepakbolaan nasional”.
Kata dianakemaskan merupakan konotatif yang artinya adalah disayangi,
dimanjakan. Penggunaan kata dianakemaskan sudahi tepat karena sesuai dengan
konteks dalam kalimat di atas, apabila menggunakan kata dimanja dalam
kalimat di atas akan memiliki arti yang luas dan dapat disalah tafsirkan.
4.2.7 Sinonim
a. Peluang
“Selain, itu dia memiliki kekuasaan dan kewenangan yang membuka
peluang kekayaan dari peyalahgunaan kekuasaan dan kewenangannya”.
Kata peluang merupakan sinonim dari kata kesempatan. Penggunaan kata
ini sudah tepat karena sesuai dengan kalimat yang menjelaskan bahwa memiliki
kekuasaan yang besar sering terjadi peluang dalam menyalahgunakannya, jika
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
menggunakan kata kesempatan isi konteks dalam kalimat ini akan terlihat kurang
tepat sebab kata kesempatan dapat diartikan yang lainnya dan luas.
b. Menginginkan
“Kita menginginkan bumi tetap terjaga kelestarian kekayaan alam,
keanekaragaman hayati, dan kelangsungan hidup penghuni bumi”.
Kata menginginkan merupakan sinonim dari kata mengharapkan.
Penggunaan kata ini sudah tepat sebab sesuai dengan konteks berita yang
disampaikan, jika menggunakan kata mengharapkan konteks kalimat tidak
terlihat adanya tindakan kedapannya hanya sebuah harapan.
c. Menempati
“Kita mahfum sangat sulit menemukan pasar tradisional dengan
lingkungan bersih, bahkan yang sudah menempati gedung megah sekalipun”.
Kata menempati merupakan sinonim dari kata tinggal. Penggunan kata ini
sudah tepat karena sesuai dengan konteks dalam kalimat diatas, apa bila
menggunakan kata tinggal tidak akan sesuai dengan konteks dalam kalimat sebab
kata tinggal memiliki arti tinggal selamanya bagaikan rumah, sedangkan dalam
kalimat menjelaskan dengan kata menempati untuk melakukan proses perjual beli.
4.3 Ketepatan penggunaan diksi
Kesalahan dalam sebuah karya tulis merupakan suatu hal yang sering
terjadi disebabkan oleh kurang cermatnya penulis dalam memilih kata yang tepat.
Dengan adanya kesadaran bahwa pemilihan kata merupakan salah unsur yang
penting dalam sebuah karya tulis, artikel dan surat kabar. Dalam kolom tajuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
rencana Suara Merdek edisi Maret 2016, peneliti menemukan beberapa
ketidaktepatan dalam penggunaan diksi.
1. Ketidaktepatan penggunaan kata ilmiah
Beberapa ketidaktepatan penggunaan kata ilmiah dalam tajuk rencana
Suara Merdeka terdapat empat kesalahan. Ketidaktepatan tersebut yaitu
1.1 “Pengguna lama narkoba tidaklah bermain sendirian tanpa melibatkan
sindikat dan jaringan”. Penggunaan kata sindikat dapat digantikan
dengan kata kelompok sehingga mudah dipahami. Maka dapat diubah
kalimat diatas menjadi “Pengguna lama narkoba tidaklah bermain
sendirian tanpa melibatkan kelompok dan jaringan”.
1.2 “Jalan mudah rusak karena truk-truk pengangkut beroperasi melebihi
batas tonase”. Penggunaan kata tonase dapat digantikan dengan kata
kapasistas agar dapat dipahami oleh semua kalangan pembaca. Maka
kalimat tersebut dapat digantikan menjadi “Jalan mudah rusak truk-
truk pengangkut beroperasi melebihi batas kapasista”.
1.3 “Perkembangan suatu daerah dipertaruhkan selama lima tahun bisa
cepat, sedang atau stagnan”. Penggunaan kata stagnan dapat
digantikan dengan kata berhenti sehingga dapat dipahami oleh
pembaca. Maka kalimat tersebut dapat digantikan menjadi
“Perkembangan suatu daerah dipertaruhkan selama lima tahun bisa
cepat, sedang atau berhenti”.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
1.4 “Kita mahfum sangat sulit menemukan pasar tradisional dengan
lingkungan bersih, bahkan yang sudah menempati gedung megah
sekalipun”. Penggunaan kata mahfum dapat digantikan dengan paham
sehingga kalimat ini dapat dipahami oleh pembaca. Maka dapat
digantikan menjadi “Kita paham sangat sulit menemukan pasar
tradisional dengan lingkungan bersih, bahkan sudah menempati
gedung megah sekalipun”.
2. Ketidaktepatan pengguaan kata khusus
Beberapa ketidaktepatan penggunaan kata khusus dalam tajuk rencana
Suara Merdeka terdapat dua kesalahan. Ketidaktepatan tersebut yaitu
2.1 “Maka sangat tepat jikat operasi tidak hanya dilaksanakan dijalan,
tetapi juga menyambangi sekolah untuk memberikan pemahaman
kesadaran berlalu lintas kepada para siswa”. Penggunaan kata
menyambangi dapat digantikan dengan kata mengunjungi sehingga
maksud dari kalimat tersbut dapat dipahami oleh pembaca. Maka
kalimat tersebut dapat diubah menjadi “Maka sangat tepat jika operasi
tidak hanya dilaksanakan dijalan tetapi juga mengunjungi sekolah
untuk memberikan pemahaman kesadaran berlalu lintas kepada para
siswa”.
2.2 “Karena itu upaya preventif harus digalakkan”. Penggunaan kata
digalakkan dapat digantikan dengan kata ditingkatkan sehingga makna
dari kalimat ini dapat dipahami oleh masyarakat. Maka kalimat tersbut
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
dapat digantikan menjadi “Karena itu upaya preventif harus
ditingkatkan”.
3. Ketidaktepatan penggunaan kata serapan
Beberapa ketidaktepatan penggunaan kata serapam dalam tajuk rencana
Suara Merdeka terdapat satu kesalahan. Ketidaktepatan tersebut yaitu
3.1 “Terlalu banyak laku korup yang disuguhkan kepada publik”.
Penggunaan kata disuguhkan dapat digantikan dengan kata diberikan
sehingga kalimat ini dapat dipahami oleh semua kalangan pembaca.
Maka kalimat tersebut dapat diubah menjadi “Terlalu banyak laku
korup yang diberikan kepada publik”.
4. Ketidaktepatan penggunaan kata nonbaku
Beberapa ketidaktepatan penggunaan kata nonbaku dalam tajuk rencana
Suara Merdeka terdapat tiga kesalahan. Ketidaktepatan tersebut yaitu
4.1 “Keberadaan mereka memang terasa strategis, entah itu pada
persoalam yang terkait langsung dengan bisnis maupun tidak”.
Penggunaan kata entah dapat digantikan dengan kata tidak diketahui
sehingga kalimat tersebut dapat menjadi kalimat yang baku. Maka
dapat diubah menjadi “Keberadaan mereka memang terasa strategis,
tidak diketahui itu pada persoalan yang terkait langsung dengan bisnis
maupun tidak”.
4.2 “Selain itu, perlu melakukan kajian dan siap untuk melakukan revisi
bila memang didapati hal-hal yang kurang adil”. Penggunaan kata
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
didapati digantikan dengan kata ditemukan sehingga kalimat ini
menjadi kalimat yang baku. Maka kalimat tersebut dapat diubah
menjadi “Selai itu, perlu nelakukan kajian dan siap untuk melakukan
revisi bila memang ditemukan hal-hal yang kurang adil”.
4.3 “Andaikata dengan penegakan hukum itu masyarakat masih saja
ngeyel, pemerintah tidak boleh lengah”. Penggunaan kata ngeyel dapat
digantikan dengan yang baku yaitu membanta agar kalimat tersebut
dapat menjadi kalimat yang baku. Maka dapat diubah menjadi
“Andaikata dengan penegakan hukum itu masyarakat masih saja
membanta, pemerintah tidak boleh lengah”.
4.4 Pembahasan
Pada uraian di atas telah ditulisakan bahwa terdapat 7 jenis diksi yakni kata
kajian, kata khusus, kata asing, kata serapan, kata nonbaku, kata konotatif, dan
sinonim. Pada deskripsi data terdapat 13 kata kajian, 9 kata serapan, 8 kata
khusus, 3 kata nonbaku, 2 kata konotatif, 2 sinonim, dan 1 kata asing.
Kata kajian banyak ditemukan disetiap hari terbitan mulai pada tanggal 1
terdapat 3 kata serapan, 2 kata ilmiah, 2 kata khusus, dan 1 kata konotatif. Kata
serapan yang pertama ialah kata strategis. Kata strategis termasuk kata serapan
yang diserap dari bahasa Yunani strategia. Kalimat utuh kata strategis dalam tajuk
rencana adalah “Hal itu wajar mengingat ibu kota sangat strategis dan besar
pengaruhnya serta menjadi barometer politik”. Penggunaan kata ini tepat dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
topik yang dibahas dalam kalimat di atas yang menunjukan bahwa ibu kota
menjadi tempat yang strategis.
Kata serapan yang kedua ialah kata getol. Kalimat utuh dalam tajuk rencana
adalah “PDIP termasuk yang paling geotl/rajin untuk itu” kata getol merupakan
kata serapan yang artinya rajin, tekun. Penggunaan kata ini tepat karena sesuai
dengan konteks dalam kalimat di atas yang mengharuskan partai PDIP semakin
tekun.
Kata serapan ketiga adalah kata korelasi. Kalimat utuhnya dalam tajuk
rencana adalah “Kita mengalami sesat pikir yang akut jika menganggap pada
korelasi signifikan antara penampilan “perempuan palsu” di televisi dengan
pertumbuhan LGBT”. Kata korelasi merupakan kata serapan yang berarti
hubungan timbal balik (sebab akibat). Penggunaan kata ini tepat karena sesuai
dengan konteks dalam kalimat yang menjelaskan hubungan timbal balik antara
penampilan “perempuan palsu” dengan perkembangan pertumbuhan LGBT.
Berikutnya adalah kata transgender. Kalimat utuh dalam tajuk rencana
adalah “Sangat mudah ditebak kalangan transgender yang dibidik oleh KPI”.
Kata transgender merupakan kata ilmiah yang berarti homoseksual atau suka
sesame jenis. Penggunaan kata ini tepat karena sesuai dengan topik dalam
kalimat di atas yang menunjukan bahwa kalangan transgender ini sering
dikucilkan dari masyarakat.
Kata ilmiah yang kedua adalah delegasi. Kalimat utuhnya dalam tajuk
rencana adalah “Kemenangan itu mengukuhkan Trump dan Hilary dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
memimpin perolehan delegasi sebagai upaya menjadi calon presiden dari
partainya masing-masing”. Kata delegasi merupakan kata ilmiah yang kata
populernya adalah utusan. Penggunaan kata ini tepat karena sesuai dengan topic
dalam kalimat di atas yang menyatakan bahwa Trump dan Hilary menjadi
delegasi dari partai mereka masing-amsing.
Selanjutnya adalah kata pertaruhan. Kalimat utuhnya adalah “Pilkada yang
akan berlangsung tahun depan seakan menjadi pertaruhan penting atau ajang
bergengsi untuk diperebutkan partai-partai politik”. Kata pertaruhan merupakan
kata khusus yang berasal dari kata pertarungan. Penggunaan kata ini tepat karena
sesuai dengan konteks dalam kalimat di atas yang menunjukan bahwa pilkada
sering menjadi ajang yang penting dalam partai-partai.
Kata khusus yang kedua adalah krisis. Kalimat utuh dalam tajuk rencana
adalah “Hal ini bisa menunjukan kegagalan atau krisis pengkaderan di tubuh
partai”. Penggunaan kata ini tepat karena sesuai dengan konteks dalam kalimat di
atas yang menyatakan bahwa dalam sebuah partai selalu mengalami persoalan
disisi lain krisis dalam pencalonan.
Berikutnya adalah kata tontonan demokrasi. Kalimat utuh dalam tajuk
rencana adalah “Kita berharap pilgup DKI menjadi magnet baru dan “tontonan
demokrasi”. Kata tontonan demokrasi dalam kalimat ini merupakan kata
konotatif. Penggunaan kata ini sudah tepat karena sesuai dengan topik dalam
kalimat di atas yang menjadikan pligup sebagai alat demokrasi”.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
Pada tajuk rencana tanggal 2 ditemukan 1 kata khusus dan 1 kata nonbaku.
Kata khusus yang ditemukan adalah antre. Kalimat utuh dalam tajuk rencana
adalah “Contohnya mahasiswa pascasarjana UGM yang menumpahkan
kesesalannya saat antre BBM di path secara terbuka membuat di ditahan”. Kata
antre merupakan kata khusus yang kata umumnya adalah berbaris. Penggunaan
kata ini sudah tepat sesuai dengan konteks dalam kalimat di atas yang
menunjukan antre BBM merupaka situasi yang tidak formal atau kehidupan
sehari-hari sehingga lebih tepat menggunakan kata antre dan tidak menggunakan
kata berbaris.
Berikutnya adalah kata entah. Kalimat utuh dalam tajuk rencana adalah
“Keberadaan mereka memang terasa strategis, entah itu pada persoalan yang
terkait langsung dengan bisnis maupun tidak”. Kata entah merupakan kata
nonbaku yang kata bakunya adalah tidak diketahui. Penggunaan kata ini tidak
tepat digunakan karena tidak sesuai dengan kaidah yang berlaku dan menjadikan
kalimat menjadi tidak baku.
Pada tajuk rencana tanggal 3 ditemukan 1 kata ilmiah, 1 kata khusus dan 1
kata serapan. Kata ilmiah yang ditemukan adalah mafia. Kalimat utuhnya adalah
“Munculnya mafia hukum akan menghilangkan kepercayaan publik terhadap
aparat dan instansi Negara, dan ini sangat berbahaya”. Kata mafia merupakan kata
ilmiah yang kata populernya adalah kejahatan. Penggunaan kata ini sudah tepat
karena sesuai dengan konteks dalam kalimat di atas yang menyatakan kejahatan
besar yang sering dilakukan pejabat negara.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
Berikutnya adalah kata menyambangi. Kalimat utuhnya adalah “Maka sangat
tepat jika operasi tidak hanya dilaksanakan di jalan, tetapi juga menyambangi
sekolah untuk memberikan pemahaman kesadaran berlalu lintas kepada para
siswa”. Kata menyambangi merupakan kata khusus yang kata umumnya adalah
mengunjungi. Penggunaan kata ini kurang tepat karena isi dari kalimat diatas tidak
dapat dipahami oleh kalangan masyarakat luas, sehingga dalam digantikan dengan
kata mengunjungi.
Pada tajuk rencana tanggal 4 peneliti menemukan 1 kata konotatif. Kata
konotatif adalah dianakemaskan. Kalimat utuhnya adalah “Peristiwa itu diduga
dilatar belakangi oleh adanya klub yang dianakemaskan oleh orang-orang yang
berpengaruh dalam blantika persepakbolaan nasional”. Penggunaan kata ini sudah
tepat karena sesuai dengan topik dalam kalimat di atas yang menjelaskan adanya
belas kasih dalam persepakbolaan.
Pada tajuk rencana tanggal 5 ditemukan 1 kata ilmiah, 1 kata khusus dan 1
kata serapan. Kata ilmiah yang ditemukan adalah kata sindikat. Kalimat utuhnya
adalah “Pengguna lama narkoba tidaklah sendirian tanpa melibatkan sindikat dan
jaringan”. Penggunaan kata sindikat ini tidak tepat sebab dapat membingungkan
masyarakat yang kalangan bawah maka dapat digantikan dengan kata populernya
adalah kelompok agar dapat dipahami oleh semua kalangan masyarakat pembaca.
Selanjutnya adalah kata agenda. Kalimat utuhnya dalam tajuk rencana adalah
“Apalagi rencana revisi UU KPK masih belum hilang dari agenda parlemen”.
Kata agenda merupakan kata khusus yang kata umumnya adalah kegiatan,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52
rencana. Penggunaan kata ini sudah tepat karena sesuai dengan konteks dalam
kalimat di atas yang menunjukan bahwa dalam sebuah parlemen memiliki
rangkain kegiatan yang sudah terjadwal.
Berikutnya adalah kata mengeskpor. Kalimat utuhnya adalah “Dia juga
menuduh pemerintah Meksiko mengeskpor kemiskinan dan kejahatan sehingga
diminta ikut membangun tembok tinggi di perbatasan”. Kata mengeskpor
merupakan kata serapan yang artinya pengiriman barang dari satu negara ke
negara lainnya. Penggunaan kata ini sudah tepat sesuai dengan topik dalam
kalimat di atas yang menjelaskan pengiriman antar negara.
Pada tajuk rencana tanggal 7 peneliti menemukan 1 kata khusus, 1 kata
asing dan 1 kata serapan. Kata khusus yang ditemukan adalah remeh-temeh.
Kalimat utuhnya dalam tajuk rencana adalah “Publik sudah jengah dan bosan
dengan konflik politik, hukum, ekonomi, dan masalah remeh-temeh melibatkan
elite birokrasi”. Kata remeh-temeh merupakan kata khusus yang kata umumnya
adalah tidak penting. Penggunaan kata ini sudah tepat karenan sesuai dengan
konteks kalimat di atas yang menyinggung masalah politik, hukum dan lain-lain
menggunakan pilihan kata yang halus.
Berikutnya adalah kata reshuffle. Kalimat utuhnya adalah “Namun ekonomi
“rajawali ngepret” yang masuk kabinet pada reshuffle Agustus 2015 itu mengganti
nama kementriannya menjadi Menteri Koordinator dan Sumber Daya”. Kata
reshuffle merupakan kata serapan yang memiliki arti perubahan susunan kabinet.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53
Penggunaan kata ini sudah tepat karena sesuai dengan konteks dalam kalimat di
atas yang menjelaskan adanya perubahan dalam kabinet.
Berikutnya adalah kata deponering. Kalimat utuhnya adalah “Penyelesaian
dengan deponering memang dipandang sebagai cara yang baik tanpa
mempermalukan semua pihak”. Kata deponering merupakan kata serapan yang
artinya adalah pengesampingan dalam dunia hukum. Penggunaan kata ini sudah
tepat karena sesuai dengan topik dalam kalimat di atas yang menjelaskan masalah
hukum.
Pada tajuk rencana tanggal 10 peneliti menemukan 1 kata serapan. Kata
serapan yang ditemukan adalah disuguhkan. Kalimat utuhnya dalam tajuk rencana
adalah “Terlalu banyak laku korup yang disuguhkan kepada publik”. Penggunaan
kata ini kurang tepat karena isi dari kalimat di atas akan tidak dipahami oleh
kalangan masyarakat tertentu yang tidak mengerti arti kata tersebut yang
menunjukan kata diberikan. Dengan menggunakan kata diberikan maka dapat
dipahami maksud dari kalimat di atas.
Pada tanggal 11 ditemukan 1 kata ilmiah, dan 1 kata serapan. Kata ilmiah
yang ditemukan adalah efisiensi. Kalimat lengkatnya adalah “Perbankan diyakini
masih memiliki banyak ruangan untuk melakukan efisiensi agar dapat menekan
tingkat suku bunga kredit”. Kata efisiensi merupakan kata ilmiah yang kata
populernya adalah sesuai, tepat. Penggunaan kata ini sudah tepat karena sesuai
dengan topik dalam kalimat di atas yang menjelaskan kesesuaian kinerja
perbankan sehingga dapat mengatur suku bunga.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
54
Selanjutnya adalah kata ikon. Kalimat utuhnya dalam tajuk rencana adalah
“Wajar kalau mantan presiden yang baru saja kehilangan panggung terasa gamang
namun SBY tetaplah menyadari bahwa ikon partai dan ketergantungan konstituen
tetap pada dirinya”. Kata ikon merupakan kata serapan yang artinya simbol.
Penggunaan kata sudah tepat karena sesuai dengan konteks yang menjelaskan
adanya simbol dalam sebuah partai.
Pada tanggal 12 peneliti menemukan 1 kata sinonim. Kata sinonim yang
ditemukan adalah peluang. Kalimat utuhnya adalah “Selain, itu dia memiliki
kekuasaan dan kewenangan yang membuka peluang kekayaan dari
penyalahgunaan kekuasaan dan kewenangannya”. Kata peluang merupakan
sinonim dari kata kesempatan. Penggunaan kata ini sudah tepat karena sesuai
dengan konteks dalam kalimat di atas yang menjelaskan adanya peluang yang
muncul bila seseorang memiliki kekuasaan yang tinggi.
Pada tanggal 16 ditemukan 2 kata ilmiah. Kata ilmiah yang pertama adalah
tonase. Kalimat utuh dalam tajuk rencana adalah “Jalan mudah rusak karena truk-
truk pengangkut beroperasi melebihi batas tonase”. Kata tonase merupakan kata
kajian yang kata populernya adalah kapasitas muatan. Penggunaan kata ini
kurang tepat karena dapat digantikan dengan kata kapasitas muatan sehingga
dapat dipahami dengan baik oleh semua kalangan masyarakat.
Kata ilmiah yang kedua adalah preventif. Kalimat utuhnya adalah “Karena itu
upaya prevemtif harus terus digalakkan”. Kata prevenfit merupakan kata ilmiah
yang kata populernya adalah mencegah. Penggunaan kata ini sudah tepat karena
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55
sesuai dengan konteks dalam kalimat di atas yang menyatakan langkah
pencegahan.
Pada tajuk rencana tanggal 18 peneliti menemukan 1 kata nonbaku. Kata
nonbaku yang ditemukan adalah didapati. Kalimat utuh pada tajuk rencana adalah
“Selain itu, perlu melakukan kajian dan siap untuk melakukan revisi bila memang
didapati hal-hal yang kurang adil”. Kata didapati merupakan kata nonbaku yang
kata bakunya adalah ditemukan. Penggunaan kata ini kurang tepat karena tidak
sesuai dengan kaidah yang berlaku dan menjadikan kalimat tidak efektif, maka
dapat digantikan dengan kata yang baku yaitu ditemukan sehingga kalimat
menjadi baku.
Pada tajuk rencana tanggal 19 peneliti menemukan 1 kata khusus dan 1 kata
serapan. Kata khusus yang ditemukan adalah potret. Kalimat utuhnya adalah
“Tingginya angkah kecelakaan menjadi potret bahwa jalan raya penting
mendapatkan perhatian bagi pengguna jalan”. Kata potret merupakan kata khusus
yang kata umumnya adalah gambaran. Penggunaan kata ini sudah tepat dengan
topik yang dijelaskan dalam kalimat di atas bahwa angkah kecelaan menjadi
gambaran pengguaan lalu lintas.
Selanjutnya adalah kata ditengarai. Kalimat utuh dalam tajuk rencana adalah
“Kemudaan mendapatkan kendaraan pribadi ditengarai menjadi salah satu
penyebab menurunya jumlah penumpang angkutan umum”. Kata ditengarai
merupakan kata serapan yang artinya adalah akibat/sebab. Penggunaan kata ini
sudah tepat karena sesuai dengan konteks dalam kalimat di atas yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56
menginformasikan tingkatnya kendaaran pribadi yang berakitkan penurunan
pendapatan angkutan umum.
Pada tajuk rencana tanggal 21 peneliti menemukan 1 kata ilmiah dan 1 kata
sinonim. Kata ilmiah yang ditemukan adalah stagnan. Kalimat utuhnya adalah
“Perkembangan suara daerah dipertaruhkan selama lima tahun bisa cepat, sedang,
dan stagnan”. Kata stagnan merupakan kata ilmiah yang kata populernya adalah
berhenti. Penggunaan kata ini tidak tepat karena dapat digantikan dengan kata
yang populer sehingga tujuan dari kalimat di atas dapat dipahami dengan baik
oleh pembaca.
Berikutnya adalah menginginkan. Kalimat utuhnya adalah “ Kita
menginginkan bumi tetap terjaga kelestarian kekayaan alam, keanekaragaman
hayati, dan kelangsungan hidup penghuni bumi”. Kata menginginkan merupakan
sinonim dari kata mengharapkan. Penggunaan kata ini sudah tepat karena sesuai
dengan konteks dalam kalimat di atas yang menjelaskan kenginan dan tujuan
kelestarian bumi.
Pada tajuk rencana tanggal 22 peneliti menemukan 1 kata ilmiah dan 1 kata
khusus. Kata ilmiah yang ditemukan adalah mahfum. Kalimat utuhnya adalah
“Kita mahfum sangat sulit menemukan pasar tradisional dengan lingkungan
bersih, bahkan yang sudah menempati gedung megah sekalipun”. Kata mahfum
merupakan kata ilmiah yang kata populernya adalah paham. Penggunaan kata ini
tidak tepat karenan dapat digantikan dengan kata yang populer yaitu paham
sehingga kalimat di atas dapat dimengerti oleh pembaca dengan baik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57
Berikutnya adalah kata digalakkan. Kalimat utuh dalam tajuk rencana adalah
“Karena itu upaya preventif harus digalakkan”. Kata digalakkan merupakan kata
khusus yang kata umumnya adalah ditingkatkan. Penggunaan kata ini kurang
tepat dapat digantikan dengan kata ditingkatkan sehingga tujuan dari kalimat di
atas dapat dipahami.
Pada tajuk rencana tanggal 29 peneliti menemukan 1 kata nonbaku. Kata
nonbaku yang ditemukan adalah ngeyel. Kalimat utuhnya adalah “Andaikata
dengan penegakan hukum itu masyarakat masih saja ngeyel, pemerintah tidak
boleh lengah”. Kata ngeyel merupakan kata nonbaku. Penggunaan kata ini kurang
tepat karena menjadikan kalimat menjadi tidak baku maka dapat digantikan
dengan kata yang baku adalah membantah sehingga kalimat di atas menjadi baku
dan efektif.
Pada tajuk rencana tanggal 31 ditemukan 1 kata sinonim, kata sinonim yang
ditemukan adalah menempati. Kalimat utuh pada tajuk rencana adalah “Kita
mahfum sangat sulit menemukan pasar tradisional dengan lingkungan bersih,
bahkan yang sudah menempati gedung megah sekalipun”. Kata menempati
merupakan sinonim kata dari kata tinggal. Penggunaan kata ini sudah tepat karena
sesuai dengan konteks dalam kalimat di atas.
Dapat disimpulkan bahwa pada tajuk rencana Suara Merdeka dapat
ditemukan diksi yang jumlahnya telah dipaparkan di atas, pada analisis diksi yang
dilakukan banyak ditemukan satu kata yang termasuk dari salah satu golongan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
58
kata. Kata serta kalimat yang dipakai dalam menyampaikan informasi dalam tajuk
rencana sudah sesuai dengan kaidah-kaidah kebahasaan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
59
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis yang telah peneliti lakukan, dapat disimpulkan
dua hal pertama, jenis-jenis diksi. Peneliti menemukan adanya penggunaan diksi
berupa kata ilmiah, kata khusus, kata asing, kata serapan, kata nonbaku, konotatif,
dan sinonim, kemudian terdapat 34 kali penggunaan pilihan kata (diksi) pada
kolom tajuk rencana Suara Merdeka edisi Maret 2016. Analisis data
pemakaian diksi yang terdapat dalam kolom tajuk rencana Suara Merdeka edisi
Maret 2016 ada tujuh jenis diksi dengan rincian sebagai berikut; 9 kata ilmiah, 9
kata serapan, 8 kata khusus, 3 kata nonbaku, 3 sinonim, 2 konotatif, dan 1 kata
asing.
Kedua, ketepatan pilihan kata (diksi) sebagian besar penggunaannya pada
Tajuk Rencana surat kabar harian Suara Merdeka sudah tepat. Ketepatan diksi
terletak pada bagaimana penulis mengungkapkan gagasan melalui pilihan kata-
kata yang tepat sesuai dengan konteks dalam kalimat dan menggunakan kata-kata
yang mudah dipahami oleh pembaca sehingga tidak terjadinya kesalahpahaman
dalam menyerap informasi yang diberikan dalam Tajuk Rencana, namun penulis
juga menemukan adanya 10 ketidaktepatan atau kesalahan dalam penggunaan
diksi dari empat jenis pilihan kaya yaitu; kata ilmiah, kata khusus, kata serapan
dan kata nonbaku.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
60
Hasil penelitian ini dapat menjadi bahan koreksi dan masukan bagi redaksi
(penulis tajuk rencana) dan editor agar dapat melihat kembali kekeliruan yang
dilakukan dalam pemilihan kata dalam menulis tajuk atau informasi yang ingin
disampaikan kepada pembaca. Hasil penelitian ini juga diharapakan dapat menjadi
referensi yang membantu peneliti lain dalam memilih kata yang tepat dalam
sebuah penelitian sehingga sesuai dengan kaidah yang berlaku.
5.2 Implikasi
Berdasarkan penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan, hasil
ditemukan informsi bahwa pemilihan kata (diksi) yang digunakan dalam tajuk
rencana Suara Merdeka memiliki berbagai macam kategori mulai dari pemakaian
kata ilmiah, kata khusus dan sebagainya. Dari keseluruhan penggunaan diksi
masih ada ketidaktepatan dalam pemilihan kata yang terdapat dalam tajuk rencana
Ketidaktepatan dalam pemilihan kata ini dapat menjadi bahan pertimbangan
bagi redaksi dan editor sehingga lebih cermat dan teliti dalam pemilihan kata
sehingga kalimat menjadi efektif dan mudah dipahami oleh pembaca atau
masyarakat. Hasil penelitian ini juga dapat menjadi contoh kepada para penulis,
artikel, majala dan karya tulis lainnya untuk lebih memahami pentingnya pilihan
kata yang tepat sehingga menjadikan kalimat mudah dipahami dan baku.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
61
5.3 Saran
Penelitian ini tidak terlepas dari keterbatasan dan kekurangan walaupun
demikian, penelitian ini dengan segala kekurangannya memberikan saran kepada
redaksi (penulis Tajuk Rencana) dan peneliti lain.
a. Redaksi (penulis Tajuk Rencana dan editor surat kabar Suara Merdeka
Hasil penelitian ini diharapakan pelajaran bagi redaksi (penulis Tajuk
Rencana). Melakukan pengecekkan ulang dalam pemilihan kata-kata sehingga
tepat digunakan dan sesuai dengan konteks pada kalimat yang akan disampaikan,
sehingga kalimat menjadi efektif serta sesuai dengan kaidah-kaidah kebahasan
dan dapat dipahami oleh semua golongan dalam masyarakat.
b. Peneliti lain
Peneliti menyadari bahwa penelitian ini banyak kelemahannya. Peneliti
berharap peneliti lain dapat memberikan kesempurnaan bagi penelitian ini.
Semoga penelitian ini dapat menjadi referensi bagi peneliti lain yang sama
membahas tentang pilihan kata (diksi), sebab masalah penggunaan diksi adalah
masalah umum yang sering terjadi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
62
DAFTAR PUSTAKA
Angga Yohanes Wibawasana. 2007. Analisis Ketepatan pada Kolom Analisis
surat Kabar Harian Kedaulatan Raykat Edisi Maret 2014. Skripsi.
Yogyakarta. PBSI. USD.
Afrizal. 2005. Metode Penelitian Kualitatif. Jakarta: Andalas University Press.
Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Sastra Pendekatan Praktik.
Jakarta: PT Rineka Cipta.
Badudu, J. S. 1995. Inilah Bahasa Indonsia yang Benar. Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama.
Barus, Sedia Willing, Sri Hayati, Yayat.2010. Jurnalis Petunjuk Menulis Berita.
Jakarta: Erlangga.
Dr. Ida Bagus Putrayasa. 2014. Kalimat Efektif. Bandung: PT Refika Adimata.
Drs. Muchsin Achmadi. 1988. Materi Dasar Pengajaran Komposisi Bahasa
Indonesia: Jakarta.
Departemen Pendidikan Nasional. 2011. Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat
Bahasa. Edisi ke- 4. Jakarta: Gramedia Pustaka Umum.
Keraf, Gorys. 1981. Diksi dan Gaya Bahasa. Flores: Nusa Indah. Yayasan
Kanisius.
Kunjana Rahardi. 2009. Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi. Jakarta:
Erlangga.
Meleong, Lexy J. 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
63
Rivers, William L. 1994. Etika Media massa dan Kecenderungan untuk
Melanggarnya. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Sabarti Akhadiah. Maida G Arsjad dan Sakura H. Ridwan. 1988. Pembinaan
Kemampuan Menulis Bahasa Indonesia. Jakarta: Erlangga.
Sabariyanto, Dirgo. 1993. Mengapa disebut bentuk baku dan tidak baku?:
Kosakata. Yogyakarta: Mitra Gama Widya.
Soedjito.1988. Kosa Kata Bahasa Indonesia. Jakarta; Gramedia.
Sumadiria. Haris. 2004. Menulis Artikel dan Tajuk Rencana. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Sugiyono. 2008. Metode Penelitian, kualitatif, dan R& D. Yogyakarta. Aruzz
Media
Surat Kabar Suara Merdeka Edisi Maret 2016
Zaenal, Arifin dan Amaran .Tasai. 1984. Cermat Berbahasa Indonesia. Jakarta:
Mediyatama Sarana Perkasa.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
64
LAMPIRAN
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
65
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
66
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
67
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
68
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
69
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
70
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
71
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
72
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
73
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
74
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
75
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
76
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
77
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
78
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
79
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
80
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
81
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
82
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
83
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
84
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
85
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
86
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
87
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
88
Hasil Analisis Ketepatan
Diksi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
89
Lampiran 2: Tabel 1. Hasil Analisis data
Hari/Tgl
Terbitan
Data (kalimat) Analisis data
Selasa, 01
Maret
2016
Pilkada yang akan berlangsung
tahun depan seakan menjadi
pertaruhan penting atau ajang
paling bergengsi untuk
diperebutkan partai-partai
politik.
Kata pertaruhan merupakan kata khusus, yang
kata umumnya adalah pertarungan, taruhan.
Hal itu wajar mengingat ibu
kota sangat strategis dan besar
pengaruhnya serta menjadi
barometer politik.
Kata strategis merupakan kata serapan dari
bahasa Yunani ke Indonesia yaitu strategia.
PDIP termasuk yang paling
getol untuk itu.
Kata getol merupakan kata serapan yang berasal
dari bahasa Sunda ke dalam bahasa Indonesia
yaitu rajin, tekun.
Hal ini bisa menunjukan
kegagalan atau krisis
pengkaderan di tubuh partai.
Kata krisis merupakan kata khusus yang kata
umumnya gawat.
Kita berharap pilgub DKI
menjadi magnet dan „tontonan
demokrasi’.
Kata tontonan demokrasi merupakan konotatif
yang artinya seolah-olah sistim demokrasi dapat
di tonton.
Sangat mudah ditebak kalangan
transgender yang dibidik oleh
KPI
Kata transgender merupakan kata kajian yang
artinya orang yang memiliki kelainan seks, yang
dalam konteks ini disebut gay atau
“homoseksual´
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
90
Kita mengalami sesat pikir yang
akut jika menganggap ada
korelasi signifikan antara
penampilan “perempuan palsu”
di televisi dengan pertumbuhan
LGBT.
Kata korelasi merupakan kata serapan yang
berarti hubungan timbal balik atau sebab akibat.
Rabu, 02
Maret
2016
Keberadaan mereka memang
terasa strategis, entah itu pada
persoalan yang terkait langsung
dengan bisnis maupun tidak.
Kata entah merupakan kata nonbaku yang kata
bakunya adalah tidak diketahui.
Contohnya mahasiswa
pascasarjana UGM yang
menumpahkan kesesalannya
saat antre BBM di path secara
terbuka membuat dia ditahan.
Kata antre merupakan khusus yang kata
umumnya baris.
Kamis, 03
Maret
2016
Kemenangan itu mengukuhkan
Trump dan Hilary dalam
memimpin perolehan delegasi
sebagai upaya menjadi calon
presiden dari partainya masing-
masing.
Kata delegasi merupakan kata kajian yang kata
populernya adalah utusan.
Dia juga menuduh pemerintah
Meksiko mengekspor
kemiskinan dan kejahatan
sehingga diminta ikut
membangun tembok tinggi di
perbatasan.
Kata mengekspor merupakan kata serapan yang
artinya pengiriman barang dari suatu negara ke
negara lain.
Maka sangat tepat jika operasi
tidak hanya dilaksanakan di
jalan, tetapi juga menyambangi
sekolah untuk memberikan
pemahaman kesadaran berlalu
lintas kepada para siswa.
Kata menyambangi merupakan kata khusus yang
kata umumnya mengunjungi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
91
Jumat, 04
Maret
2016
Peristiwa itu diduga dilatar
belakangi oleh adanya klub
yang dianakemaskan oleh
orang-orang yang berpengaruh
dalam blantika persepakbolaan
nasional.
Kata dianakemaskan merupakan konotatif
yang berarti dimanjakan, disayangi.
Sabtu, 05
Maret
2016
Penyelesaian dengan
deponering memang dipandang
sebagai cara yang baik tanpa
mempermalukan semua pihak‟
Kata deponering merupakan kata serapan yang
artinya pengesampingan dalam dunia hukum.
Apalagi rencana revisi UU KPK
masih belum hilang dari agenda
parlemen
Kata agenda merupakan kata khusus yang kata
umumnya kegiatan, acara.
Keikusertaan dalam asuransi
dilakukan bertahan setelah
RUU perlindungan nelayan,
pembudidaya ikan, dan
petambak garam disahkan DPR.
Kata asuransi merupakan kata kajian yang kata
populernya jaminan.
Senin, 07
Maret
2016
Munculnya mafia hukum akan
menghilangkan kepercayaan
publik terhadap aparat dan
institusi negara, dan ini sangat
berbahaya.
Kata mafia merupakan kata kajian yang kata
populernya adalah kejahatan.
Namun, ekonomi “rajawali
ngepret” yang masuk kabinet
pada reshuffle Agustus 2015 itu
mengganti nama kementriannya
menjadi Menteri Koordinator
dan Sumber Daya.
Kata reshuffle merupakan kata asing yang
artinya adalah perubahan kembali susunan dalam
kabinet.
Publik sudah jengah dan bosan
dengan konflik politik, hukum,
ekonomi, dan masalah remeh-
temeh yang melibatkan elite
birokrasi.
Kata reme-temeh merupakan kata khusus yang
kata umumnya sepeleh.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
92
Kamis, 10
Maret
2016
Terlalu banyak laku korup yang
disuguhkan kepada publik.
Kata disuguhkan merupakan kata serapan yang
artinya diberikan.
Jumat, 11
Maret
2016
Wajar kalau mantan presiden
yang baru saja kehilangan
panggung terasa gamang namun
SBY tetaplah menyadari bahwa
ikon partai dan ketergantungan
konstituen tetap pada dirinya.
Kata ikon merupakan kata serapan dari bahasa
Inggris “icon” yang artinya adalah simbol.
Dengan citra sebagai negara
yang menarik untuk inventasi,
stabilitas moneter pun lebih
terjaga.
Kata moneter merupakan kata kajian yang kata
populernya keuangan.
Sabtu, 12
Maret
2016
Selain, itu dia memiliki
kekuasaan dan kewenangan
yang membuka peluang
kekayaan dari penyalahgunaan
kekuasaan dan kewenangannya.
Kata peluang merupakan sinonim dari kata
kesempatan.
Rabu, 16
Maret
2016
Pengguna lama narkoba
tidaklah bermain sendirian
tanpa melibatkan sindikat dan
jaringan.
Kata sindikat merupakan kata kajian yang kata
populernya kelompok.
Perbankan diyakini masih
memiliki banyak ruangan untuk
melakukan efisiensi agar dapat
menekan tingkat suku bunga
kredit.
Kata efisiensi merupakan kata kajian yang kata
populernya tepat, sesuai.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
93
Jumat, 18
Maret
2016
Selain itu, perlu melakukan
kajian dan siap untuk
melakukan revisi bila memang
didapati hal-hal yang kurang
adil.
Kata didapati merupakan kata nonbaku yang
bakunya ditemukan.
Sabtu, 19
Maret
2016
Kemudahan mendapatkan
kendaraan pribadi ditengarai
menjadi salah satu penyebab
menurunnya jumlah penumpang
angkutan umum.
Kata ditengarai merupakan kata serapan yang
artinya penyebab/ akibat dari kecelakaan.
Tingginya angka kecelakaan
menjadi potret bahwa jalan raya
penting mendapatkan perhatian
bagi pengguna jalan.
Kata potret merupakan kata khusus yang kaya
umumnya gambaran, situasi.
Senin, 21
Maret
2016
Kita menginginkan bumi tetap
terjaga kelestarian kekayaan
alam, keanekaragaman hayati,
dan kelangsungan hidup
penghuni bumi
Kata menginginkan merupakan sinonim dari
kata mengharapkan.
Jalan mudah rusak karena truk-
truk pengangkut beroperasi
melebihi batas tonase.
Kata tonase merupakan kata kajian yang kata
populernya kapasitas muatan.
Selasa,
22 Maret
2016
Karena itu upaya preventif
harus terus digalakkan.
Kata preventif merupakan kata kajian yang
kata populernya mencegah.
Kata digalakkan merupakan kata khusus yang
umumnya ditingkatkan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
94
Selasa, 29
Maret
2016
Andaikata dengan penegakan
hukum itu masyarakat masih
saja ngeyel, pemerintah tidak
boleh lengah.
.
Kata ngeyel merupakan kata nonbaku yang kata
bakunya membantah.
Kamis, 31
Maret
2016
Indikasi keoptimalkan manfaat
harus dijawab dengan
menyediakan lingkungan yang
nyaman.
Kata indikasi merupakan kata khusus kata yang
kata umumnya pertanda.
Kita mahfum sangat sulit
menemukan pasar tradisional
dengan lingkungan bersih,
bahkan yang sudah menempati
gedung megah sekalipun.
Kata mahfum merupakan kata kajian yang kata
populernya paham.
Kata menempati merupakan sinonim dari kata
tinggal.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
95
BIODATA
Irene Kayep, lahir di Bade, 17 Juli 1994. Ia masuk
Sekolah Dasar pada tahun 2000 di SD Inpres I Bade
kemudian pindah Sekolah ke SD Inpres Kampung
Baru Merauke dan lulus tahun 2006. Pada tahun 2006
ia masuk SMP YPPK Yoanes XXIII Merauke
kemudian pindah Sekolah ke SMP St. Mikael
Merauke pada semester genap dan pindah Sekolah ke SMP YPPK Yohanes
Pemandi Agats pada tahun 2007 kemudian lulus pada tahun 2009. Kemudian ia
melanjutkan ke Sekolah Menengah Atas pada tahun 2009-2012 di SMA Katolik
Yan-smit Agats. Pada tahun 2012 ia melanjutkan studi ke Program Studi
Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Pada tahun 2018 ia berhasil menyelesaikan studi S1, dengan skripsi yang berjudul
“Analisis Ketepatan Diksi pada Tajuk Rencana Surat Kabar Harian Suara
Merdeka Edisi Maret 2016”.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI