ANALISIS EFEKTIVITAS DAN EFISIENSI DISTRIBUSI RASKIN...
Transcript of ANALISIS EFEKTIVITAS DAN EFISIENSI DISTRIBUSI RASKIN...
ANALISIS EFEKTIVITAS DAN EFISIENSI DISTRIBUSI RASKIN
(Studi Kasus : Desa Securai Utara, Kecamatan Babalan, Kabupaten Langkat)
SKRIPSI
Oleh :
YANITA SARI
030304042 SEP-AGRIBISNIS
PROGRAM STUDI AGRIBISBIS
DEPARTEMEN SOSIAL EKONOMI PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2007
Yanita Sari : Analisis Efektivitas Dan Efisiensi Distribusi Raskin (Studi Kasus : Desa Securai Utara, Kecamatan Balaban, Kabupaten Langkat, 2007 USU Repository © 2008
ANALISIS EFEKTIVITAS DAN EFISIENSI DISTRIBUSI RASKIN
(Studi Kasus : Desa Securai Utara, Kecamatan Babalan, Kabupaten Langkat)
SKRIPSI
Oleh :
YANITA SARI
030304042 SEP-AGRIBISNIS
Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh
Gelar Sarjana di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara Medan
Disetujui Oleh Komisi Pembimbing :
(Dr.Ir.Rahmanta Ginting, M.Si) (Ir.Iskandarini, MM) Ketua Anggota
PROGRAM STUDI AGRIBISBIS
DEPARTEMEN SOSIAL EKONOMI PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2007
Yanita Sari : Analisis Efektivitas Dan Efisiensi Distribusi Raskin (Studi Kasus : Desa Securai Utara, Kecamatan Balaban, Kabupaten Langkat, 2007 USU Repository © 2008
RINGKASAN
YANITA SARI (030304042) dengan judul skripsi “ANALISIS EFEKTIVITAS DAN EFISIENSI DISTRIBUSI RASKIN” Studi kasus penelitian dilakukan di Desa Securai Utara, Kecamatan Babalan, Kabupaten Langkat. Penelitian dibimbing oleh Bapak Dr.Ir.Rahmanta Ginting, MS dan Ibu Ir.Iskandarini, MM. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Securai Utara, Kecamatan Babalan, Kabupaten Langkat, Sumatera Utara yang ditentukan secara purposive. Metode penelitian yang digunakan adalah metode acak sederhana (Simple Random Sampling). Metode analisis yang digunakan dalam penelitian adalah Analisis Deskriptif dan menggunakan persamaan matematis.
Dari hasil penelitian dan analisis data yang dilakukan maka dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut :
1. Harga RASKIN yang diterima oleh rumah tangga miskin berbeda dengan harga yang ditetapkan oleh Pemerintah. Hal ini menunjukkan terjadinya perbedaan harga yang didalamnya dibebankan biaya-biaya dan keuntungan yang diperoleh oleh pelaksana distribusi.
2. Program pendistribusian RASKIN memberikan surplus kepada penerima manfaat beras miskin karena harga RASKIN yang berlaku pada kondisi keseimbangan lebih rendah dari pada harga yang seharusnya mereka bayarkan.
3. Tingkat keefektifan program pendistribusian RASKIN yaitu sebesar 33,4% menyatakan distribusi RASKIN tepat sasaran, jumlah, harga, waktu dan administrasi dan 51,2% menyatakan distribusi RASKIN tidak tepat sasaran, jumlah, harga, waktu dan administrasi. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pendistribusian RASKIN di Desa Securai Utara tidak efektif.
4. Tingkat efisiensi pendistribusian beras RASKIN di Desa Securai Utara sudah efisien karena saluran pendistribusian yang pendek yaitu langsung dari produsen ke konsumen sehingga biaya yang ditimbulkan cukup rendah.
Yanita Sari : Analisis Efektivitas Dan Efisiensi Distribusi Raskin (Studi Kasus : Desa Securai Utara, Kecamatan Balaban, Kabupaten Langkat, 2007 USU Repository © 2008
RIWAYAT HIDUP YANITA SARI dilahirkan di Pangkalan Susu, pada tanggal 30 Januari
1985, sebagai anak kedua dari tiga bersaudara dari keluarga Bapak Fachruddin
dan Ibu Maryati.
Pendidikan yang pernah ditempuh yaitu :
1. Tahun 1991 memasuki Sekolah Dasar dan tamat pada tahun 1997 dari SD
Swasta DP YKPP Pangkalan Susu.
2. Tahun 1997 memasuki Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama di SLTP
Swasta DP YKPP Pangkalan Susu dan tamat pada tahun 2000.
3. Tahun 2000 memasuki Sekolah Lanjutan Tingkat Atas di SMU Negeri 3
Medan dan tamat pada tahun 2003.
4. Tahun 2003 diterima di Departemen Sosial Ekonomi Pertanian (SEP)
Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara
Yanita Sari : Analisis Efektivitas Dan Efisiensi Distribusi Raskin (Studi Kasus : Desa Securai Utara, Kecamatan Balaban, Kabupaten Langkat, 2007 USU Repository © 2008
KATA PENGANTAR Puji syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan Rahmat dan Hidayah-Nya, sehingga skripsi ini berhasil
diselesaikan. Adapun judul dari skripsi ini adalah “Analisis Efektivitas dan
Efisiensi Distribusi Raskin” (Studi Kasus : Desa Securai Utara, Kecamatan
Babalan, Kabupaten Langkat).
Adapun tujuan penulisan skripsi ini adalah sebagai salah satu syarat untuk
dapat menempuh ujian sarjana di Departemen Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas
Pertanian, Universitas Sumatera Utara Medan.
Pada kesempatan ini, dengan ketulusan hati penulis mengucapkan terima
kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Bapak Dr.Ir. Rahmanta Ginting, MS., selaku Ketua Komisi Pembimbing
yang telah banyak memberikan dorongan, masukan, bimbingan serta
pengarahan dalam penyelesaian skripsi ini.
2. Ibu Ir. Iskandarini, MM., sebagai Anggota Komisi Pembimbing yang telah
banyak memberikan dorongan, masukan, bimbingan serta pengarahan
dalam penyelesaian skripsi ini.
3. Ibu Ir. Lily Fauziah, Msi., selaku Ketua Departemen SEP, FP-USU.
4. Seluruh Staf Pengajar dan Pegawai di Departemen SEP, FP-USU yang
telah banyak menempa dan memperluas wawasan penulis dengan bekal
ilmu pengetahuan selama mengikuti perkuliahan.
Yanita Sari : Analisis Efektivitas Dan Efisiensi Distribusi Raskin (Studi Kasus : Desa Securai Utara, Kecamatan Balaban, Kabupaten Langkat, 2007 USU Repository © 2008
5. Seluruh rekan-rekan SEP stambuk 2003 yang tidak dapat penulis sebutkan
satu per satu yang telah memberi bantuan, dorongan, semangat dan
informasi kepada penulis selama dalam penelitian maupun penulisan
skripsi ini.
Pada kesempatan ini penulis menyampaikan rasa terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada kedua orang tua yang kusayangi, Ayahanda Fachruddin
dan Ibunda Maryati yang telah memberikan dorongan moril, material, semangat
dan kesabaran serta doa sehingga penulis dapat menyelesaikan studi dan penulisan
skripsi ini. Terima kasih juga penulis ucapkan kepada saudara-saudaraku yang
telah banyak membantu penulis dalam penyelesaian skripsi ini. Akhir kata penulis
mengucapkan banyk terima kasih.
Semoga skripsi ini bermanfaat.
Medan, Januari 2008
Penulis
Yanita Sari : Analisis Efektivitas Dan Efisiensi Distribusi Raskin (Studi Kasus : Desa Securai Utara, Kecamatan Balaban, Kabupaten Langkat, 2007 USU Repository © 2008
DAFTAR ISI
RINGKASAN .................................................................................................... i RIWAYAT HIDUP ........................................................................................... ii KATA PENGANTAR....................................................................................... iii DAFTAR ISI...................................................................................................... v DAFTAR TABEL ............................................................................................. vii DAFTAR GAMBAR......................................................................................... viii DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... ix I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ........................................................................................ 1 1.2 Identifikasi Masalah................................................................................ 8 1.3 Tujuan Penelitian .................................................................................... 8 1.4 Kegunaan Penelitian ............................................................................... 9
II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN
2.1 Tinjauan Pustaka ..................................................................................... 10 2.2 Landasan Teori........................................................................................ 13 2.3 Kerangka Pemikiran................................................................................ 20 2.4 Hipotesis Penelitian................................................................................. 23
III. METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Metode Penentuan Daerah Penelitian ..................................................... 24 3.2 Metode Pengambilan Sampel.................................................................. 24 3.3 Metode Pengumpulan Data ..................................................................... 25 3.4 Metode Analisis Data.............................................................................. 25 3.5 Defenisi dan Batasan Operasional .......................................................... 27
IV. DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK SAMPEL
4.1 Deskripsi Daerah Penelitian.................................................................... 30 4.2 Karakteristik Sampel............................................................................... 33
Yanita Sari : Analisis Efektivitas Dan Efisiensi Distribusi Raskin (Studi Kasus : Desa Securai Utara, Kecamatan Balaban, Kabupaten Langkat, 2007 USU Repository © 2008
V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
5.1 Harga RASKIN di Tingkat Rumah Tangga Miskin................................ 37 5.2 Keuntungan yang Diperoleh Rumah Tangga Miskin ............................ 40 5.3 Tingkat Keefektifan Distribusi RASKIN................................................ 42 5.4 Efisiensi Pemasaran ................................................................................ 48
VI. KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan ............................................................................................. 52 6.2 Saran........................................................................................................ 52
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
Yanita Sari : Analisis Efektivitas Dan Efisiensi Distribusi Raskin (Studi Kasus : Desa Securai Utara, Kecamatan Balaban, Kabupaten Langkat, 2007 USU Repository © 2008
DAFTAR TABEL NO JUDUL Hal.
1. Daftar Pagu Raskin 2007 Kab/Kota Se Sumatera Utara............................. 6
2. Jumlah Rumah Tangga dan Rumah Tangga Miskin Menurut Desa/
Kelurahan Kecamatan Babalan Tahun 2005............................................... 24
3. Distribusi Penduduk Menurut Kelompok Umur di Desa Securai
Utara Tahun 2007........................................................................................ 31
4. Distribusi Penduduk Menurut Jenis Mata Pencaharian Penduduk
di Desa Securai Utara Tahun 2007.............................................................. 31
5. Distribusi Penduduk Menurut Pendidikan Formal di Desa Securai
Utara Tahun 2007........................................................................................ 32
6. Sarana dan Prasarana di Desa Securai Utara Tahun 2007 .......................... 33
7. Distribusi Sampel menurut Kelompok Umur Tahun 2007 ......................... 34
8. Distribusi Sampel menurut Tingkat Pendidikan Tahun 2007..................... 34
9. Distribusi Sampel menurut Jumlah Tanggungan Keluarga Tahun 2007 .... 35
10. Distribusi Sampel menurut Pekerjaan Kepala Keluarga Tahun 2007 ........ 35
11. Distribusi Sampel menurut Pendapatan Kepala Keluarga Tahun 2007 ...... 36
12. Totalitas Biaya dan Keuntungan dari pendistribusian RASKIN................. 38
13. Perbedaan harga RASKIN di Tingkat Rumah Tangga Miskin................... 38
14. Surplus yang diperoleh Rumah Tangga Penerima Beras Miskin ............... 40
15. Persentase Tingkat Keefektifan Distribusi Beras Miskin ........................... 43
16. Tingkat Efisiensi Pendistribusian Beras RASKIN...................................... 48
Yanita Sari : Analisis Efektivitas Dan Efisiensi Distribusi Raskin (Studi Kasus : Desa Securai Utara, Kecamatan Balaban, Kabupaten Langkat, 2007 USU Repository © 2008
DAFTAR GAMBAR NO JUDUL Hal.
1. Mekanisme Alur Distribusi RASKIN ......................................................... 15
2. Skema Kerangka Pemikiran Pendistribusian RASKIN .............................. 22
Yanita Sari : Analisis Efektivitas Dan Efisiensi Distribusi Raskin (Studi Kasus : Desa Securai Utara, Kecamatan Balaban, Kabupaten Langkat, 2007 USU Repository © 2008
DAFTAR LAMPIRAN
NO JUDUL Hal.
1. Karakteristik Sosial Ekonomi Masyarakat yang Menerima Beras
Miskin ......................................................................................................... 57
2. Totalitas Biaya distribusi dan Keuntungan Pelaksana Distribusi di
Tingkat Dusun............................................................................................. 60
3. Totalitas Biaya distribusi dan Keuntungan Pelaksana Distribusi di Tingkat
Desa/Kelurahan ........................................................................................... 61
4. Tingkat Harga Beras di Pasar dan Harga RASKIN bagi RTM................... 62
5. Hasil Kuesioner Pertanyaan tentang Tingkat Keefektifan
Pendistribusian Beras RASKIN .................................................................. 65
Yanita Sari : Analisis Efektivitas Dan Efisiensi Distribusi Raskin (Studi Kasus : Desa Securai Utara, Kecamatan Balaban, Kabupaten Langkat, 2007 USU Repository © 2008
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Menjelang tahun 1997 Indonesia telah mencatat penurunan yang luar biasa
dalam tingkat kemiskinan dibandingkan dengan pencapaian pada negara-negara
kurang berkembang lainnya. Keberhasilan pengentasan kemiskinan dalam ukuran
moneter atas kesejahteraan secara konsisten bersama-sama dengan perbaikan
kesejahteraan yang diukur secara nonmoneter, seperti pendidikan dan indeks
kesehatan. Perbaikan kesejahteraan rakyat terletak pada pertumbuhan ekonomi
yang terus menerus selama tiga dekade yang menghasilkan serangkaian strategi
pembangunan termasuk revolusi hijau sejak akhir tahun 1970-an, perdagangan
bebas pada awal 1980-an, dan dibangunnya pertumbuhan ekonomi berorientasi
ekspor yang dimulai sejak awal 1990 (Remi dan Tjiptoherijanto, 2002).
Krisis yang menekan perekonomian Indonesia pada pertengahan 1997,
telah memberi pengaruh yang sangat merugikan bagi kondisi makro-ekonomi
secara keseluruhan dan yang terpenting adalah kesejahteran rakyat. Jumlah
penduduk yang berada dalam kemiskinan dipercayai naik secara drastis
(Saifullah, 2001).
Steer (2006) mengemukakan bahwa pada bulan September 2006 angka
kemiskinan di Indonesia telah meningkat dari 16,0 persen pada Februari 2005
menjadi 17,75 persen pada Maret 2006 tidak sejalan dengan turunnya angka
kemiskinan secara teratur sejak krisis. Kenaikan harga beras sebesar 33 persen
antara bulan Februari 2005 dan Maret 2006 terutama sebagai dampak larangan
impor beras merupakan penyebab utama peningkatan angka kemiskinan. Sekitar
Yanita Sari : Analisis Efektivitas Dan Efisiensi Distribusi Raskin (Studi Kasus : Desa Securai Utara, Kecamatan Balaban, Kabupaten Langkat, 2007 USU Repository © 2008
tiga per empat dari empat juta orang tambahan yang jatuh miskin selama jangka
waktu tersebut diakibatkan oleh kenaikan harga beras, sedangkan kenaikan harga
BBM bukan merupakan faktor utama dalam kenaikan angka kemiskinan tersebut.
Menurut Badan Pusat Statistik (2006), kemiskinan merupakan suatu
kondisi kehidupan serba kekurangan yang dialami seseorang sehingga tidak
mampu memenuhi kebutuhan minimal kehidupannya. Standard minimal
kebutuhan hidup ini berbeda antara satu daerah dengan daerah lain. Kebutuhan
minimal tersebut meliputi kebutuhan untuk makanan terutama energi kalori
sehingga kemungkinan seseorang bisa bekerja untuk memperoleh pendapatan.
Patokan tingkat kecukupan kalori yang dijadikan acuan adalah sebesar 2.100
kalori setiap orang per hari untuk makanan.
Berdasarkan Pendataan Sosial Ekonomi tahun 2005, BPS membagi rumah
tangga menurut kategori sangat miskin (apabila kemampuan untuk memenuhi
kunsumsi makanan hanya mencapai 1900 kalori per orang per hari plus kebutuhan
dasar non makanan), miskin (apabila kemampuan untuk memenuhi konsumsi
makanan hanya mencapai antara 1900 s/d 2100 kalori per orang per hari plus
kebutuhan dasar non makanan), dan mendekati miskin (apabila kemampuan untuk
memenuhi konsumsi makanan hanya mencapai antara 2100 s/d 2300 kalori per
orang per hari plus kebutuhan dasar non makanan) (BPS, 2006).
BPS juga menggunakan 14 variabel dalam pendataan sosial ekonomi
penduduk untuk menentukan apakah suatu rumah tangga layak atau tidak layak
dikategorikan miskin. Ke 14 variabel tersebut adalah luas bangunan, jenis lantai,
jenis dinding, fasilitas buang air besar, sumber air minum, sumber penerangan,
jenis bahan bakar untuk memasak, frekuensi membeli daging, ayam dan susu
Yanita Sari : Analisis Efektivitas Dan Efisiensi Distribusi Raskin (Studi Kasus : Desa Securai Utara, Kecamatan Balaban, Kabupaten Langkat, 2007 USU Repository © 2008
selama seminggu, frekuensi makan sehari-hari, jumlah stel pakaian baru yang
dibeli dalam setahun, akses ke puskesmas/poliklinik, lapangan pekerjaan,
pendidikan tertinggi kepala rumah tangga, serta kepemilikan beberapa aset.
Peranan beras dapat dilihat dari aspek sosial dan politik. Kerawanan
pangan biasanya akan lebih mudah menyulut keresahan masyarakat. Pada tahun
1972/1973 saat terjadinya kerawanan pangan akibat kekeringan, saat itu suplai
beras sangat terbatas dan hal tersebut juga terjadi di luar negeri. Akibatnya harga
beras naik tajam dan mendorong terjadinya protes-protes masyarakat. Keadaan
tersebut menggambarkan bahwa masalah pangan tidak saja merupakan masalah
individu dan bangsa secara menyeluruh. Pada kondisi penyediaan pangan tidak
mencukupi masalah tersebut secara potensial dapat selalu timbul (Amang, 1993).
Kebijakan perberasan sebelum tahun 1998 salah satunya adalah adanya
ceiling price yang menjadi batasan harga tertinggi tingkat konsumen agar
Pemerintah melakukan Operasi Pasar Murni (OPM) untuk menurunkan harga
beras. Kebijakan subsidi dalam harga beras ini diberikan kepada seluruh lapisan
masyarakat baik yang miskin maupun yang mampu (general subsidy). Sejak Juli
1998, dengan mulainya krisis ekonomi, kebijakan subsidi beras diberikan khusus
kepada kelompok masyarakat tertentu (targeted subsidy) melalui Operasi Pasar
Khusus (OPK) yang kemudian berubah menjadi RASKIN (Beras untuk Keluarga
Miskin). Dengan perubahan kebijakan subsidi dari general targeted ke targeted
subsidy, subsidi hanya diberikan kepada masyarakat miskin (Sudarmono, 2006).
Kondisi ini oleh Amang dan Sawit (2001) dianggap sebagai indikasi
bahwa Pemerintah ingin meninggalkan kebijakan subsidi harga beras kepada
konsumen umum, karena dengan kebijakan OPM, konsumen menengah ke atas
Yanita Sari : Analisis Efektivitas Dan Efisiensi Distribusi Raskin (Studi Kasus : Desa Securai Utara, Kecamatan Balaban, Kabupaten Langkat, 2007 USU Repository © 2008
justru lebih banyak menikmati subsidi dibandingkan kelompok menengah ke
bawah. Dan melalui kebijakan OPK ini Pemerintah bermaksud mentransfer
pendapatan kepada kelompok penduduk miskin atau berpendapatan rendah. Hasil
dalam program OPK dalam masa krisis dilaporkan telah berhasil menahan laju
penurunan konsumsi energi dan protein rumah tangga miskin masing-masing
sebesar 8 dan 16 persen. Keberhasilan program OPK ini juga dapat dilihat dari
meredanya gejolak kekurangan/kesulitan pangan pada masyarakat miskin baik
diperkotaan maupun pedesaan.
Pada saat munculnya program OPK, Indonesia memang belum memiliki
model bantuan pangan yang mantap seperti di negara-negara maju. Oleh karena
itu maka pola OPK dianggap menjadi alternatif yang paling rasional. Setiap
tahunnya OPK dievaluasi dan terus melakukan penyempurnaan. Pada tahun 2002,
nama program diubah dengan RASKIN (Beras Untuk Keluarga Miskin) dengan
tujuan agar lebih dapat tepat sasaran. (BULOG, 2006).
Lembaga Demografi UI menemukan bahwa kuantitas beras yang dibeli
oleh KK Penerima Manfaat bervariasi antara 3,5 - 10 kg/KK, karena jumlah KK
miskin yang membutuhkan lebih banyak dari pada jumlah beras yang didrop,
tidak punya uang untuk membeli sebanyak 10 kg, tempat beli beras sulit
dijangkau dan ada juga alasan kualitas beras yang kurang/tidak baik. Dalam
studinya, Lembaga Demografi UI menyebutkan kendala pelaksanaan RASKIN
seperti kurangnya dukungan dana operasional terutama untuk pengangkutan dari
titik distribusi ke penerima manfaat, jumlah beras lebih sedikit dari pada jumlah
KK yang membutuhkan, maupun kondisi geografis wilayah dengan tingkat
kesulitan yang berbeda menurut wilayah (Anonimus, 2004).
Yanita Sari : Analisis Efektivitas Dan Efisiensi Distribusi Raskin (Studi Kasus : Desa Securai Utara, Kecamatan Balaban, Kabupaten Langkat, 2007 USU Repository © 2008
Berdasarkan identifikasi dan inventarisasi data dari pemberitaan di media
massa tahun 2002 dan 2003, setidaknya ada delapan kesalahan dalam penyaluran
RASKIN, sehingga amat merugikan masyarakat miskin yang menerimanya.
Pertama, salah sasaran, RASKIN yang semestinya dibagikan kepada keluarga
miskin, ternyata jatuh ke tangan kelompok masyarakat lain.. Kedua, mutu beras
jelek, meski Pemerintah menjamin kualitas raskin berkondisi baik, namun banyak
dikeluhkan, beras dibagikan apek, pera, kotor dan banyak kutu. Ketiga, dijual lagi
ke pasar, RASKIN tidak dibagikan kepada yang berhak menerima, tetapi oleh
oknum petugas dijual ke penadah. Keempat, jumlah berkurang, jumlah RASKIN
yang dibagikan bukan dalam bentuk ukuran per kilogram, tetapi per liter, sehingga
beras yang diterima jumlahnya kurang. Kelima, tidak sesuai harga, harga
pembelian RASKIN yang semestinya Rp 1.000/kg, harus dibeli seharga Rp
1.300/liter (bukan kilogram). Kekurangan itu juga bisa terjadi karena penggunaan
timbangan yang keliru dan berbeda dengan timbangan standar. Keenam, ada biaya
tambahan, harga RASKIN yang semestinya dijual Rp 1.000/kg, terpaksa harus
dibayar lebih, karena ada biaya tambahan seperti untuk biaya administrasi, ongkos
angkut, dan lainnya. Ketujuh, kesalahan data, akibat tidak adanya koordinasi
antara pemerintah baik dari pusat, provinsi, kabupaten sampai desa, jumlah orang
miskin yang didata lebih besar dari yang sebenarnya, sehingga RASKIN yang
dibagikan kurang. Kedelapan, menunggak setoran pembayaran, akibat tunggakan
hasil penjualan RASKIN di suatu daerah yang tidak disetorkan ke BULOG, maka
BULOG tidak mau menyalurkan lagi jatah RASKIN sebelum tunggakan dilunasi.
Hal ini tentu amat merugikan penerima manfaat raskin, karena mereka membeli
secara kontan, sedangkan urusan penyetoran uang hasil pembelian tidak diketahui.
Yanita Sari : Analisis Efektivitas Dan Efisiensi Distribusi Raskin (Studi Kasus : Desa Securai Utara, Kecamatan Balaban, Kabupaten Langkat, 2007 USU Repository © 2008
Provinsi Sumatera Utara memiliki jumlah rumah tangga miskin yang
cukup besar yaitu 944.972 KK. Angka tersebut menunjukkan adanya tingkat
kemiskinan yang cukup tinggi. Sehingga dibutuhkan pagu RASKIN dalam
jumlah yang cukup besar untuk memenuhi kebutuhan keluarga miskin di Provinsi
Sumatera Utara. Adapun jumlah pagu RASKIN untuk rumah tangga miskin
menurut Kabupaten di Provinsi Sumatera Utara adalah sebagai berikut :
Tabel 1. Daftar Pagu Raskin 2007 Kabupaten/Kota Se Sumatera Utara
PAGU RASKIN 2007 KAB/KOTA SE SUMATERA UTARA RTM Data BPS
No. Kab/Kota Sangat Miskin dan
Miskin (KK)
Hampir Miskin (KK)
Jumlah (KK)
Penyaluran ke-1 s/d 8
(kg)
1 Deli Serdang 20,903 71,277 92,180 6,879,7302 Serdang Bedagai 16,695 29,867 46,562 3,517,6803 Langkat 50,834 46,073 96,907 7,432,8104 Karo 17,504 14,161 31,665 2,434,9205 Dairi 18,009 12,302 30,311 2,339,5006 Pak-pak Barat 2,862 2,737 5,599 428,9207 Medan 38,044 49,792 87,836 6,681,3208 Binjai 3,183 4,473 7,656 581,4409 Tebing Tinggi 2,799 2,464 5,263 403,94010 Simalungun 37,678 27,542 65,220 5,026,45011 Tapanuli Utara 16,849 7,882 24,731 1,923,78012 Pematang Siantar 5,608 6,300 11,908 908,92013 Toba Samosir 8,955 9,574 18,529 1,415,87014 Samosir 10,527 6,637 17,164 1,327,06015 Humbang Hasundutan 9,680 6,025 15,705 1,214,59016 Asahan 35,696 26,189 61,885 4,769,04017 Tanjung Balai 2,786 6,483 9,269 696,53018 Labuhan Batu 35,139 22,194 57,333 4,432,61019 Madina 28,748 13,082 41,830 3,255,61020 Tapanuli Selatan 46,149 19,563 65,712 5,121,19021 Tapanuli Tengah 26,148 9,713 35,861 2,801,47022 Nias 49,089 12,571 61,660 4,845,56023 Nias Selatan 32,093 7,246 39,339 3,096,83024 Padang Sidempuan 6,411 3,894 10,305 797,37025 Sibolga 2,021 2,521 4,542 345,860 PROP. SUMUT 524,410 420,562 944,972 72,679,000Sumber : Badan Urusan Logistik ,2006
Yanita Sari : Analisis Efektivitas Dan Efisiensi Distribusi Raskin (Studi Kasus : Desa Securai Utara, Kecamatan Balaban, Kabupaten Langkat, 2007 USU Repository © 2008
Berdasarkan data diatas, Kabupaten Langkat adalah daerah yang memiliki
tingkat kemiskinan yang paling besar untuk Provinsi Sumatera Utara. Jumlah
rumah tangga yang dikategorikan sangat miskin dan miskin sebesar 50,834 KK,
dan rumah tangga yang tergolong hampir miskin sebesar 46,073 KK. Jumlah
keseluruhan rumah tangga miskin yang memperoleh beras RASKIN untuk daerah
Kabupaten Langkat adalah 96,907 KK dengan penyaluran pagu RASKIN
sebanyak 7,432,810 kg selama 8 kali penyaluran dalam setahun. Pendataaan
rumah tangga miskin dilaksanakan dengan tujuan khusus untuk memfasilitasi
pemerintah guna memungkinkan penyaluran beras RASKIN untuk rakyat miskin.
Kegiatan distribusi beras miskin telah di mulai sejak tahun 1998 dimana
program tersebut dapat memenuhi sebagian kebutuhan pangan (beras) sehingga
diharapkan dapat mengurangi beban pengeluaran keluarga miskin.
Penelitian ini dilakukan terkait dengan masalah keefektifan dan
keefisienan dalam hal pendistribusian beras miskin di Kabupaten Langkat. Hal ini
sangat diperlukan bagi para pengelola program RASKIN dalam mengevaluasi dan
menilai efektivitas pelaksanaan program RASKIN.
Kajian menelaah tentang program subsidi RASKIN di Kabupaten Langkat
masih sangat terbatas, khususnya di Desa Securai Utara Kecamatan Babalan. Oleh
karena itu penelitian ini bermaksud untuk mengisi keterbatasan tersebut dengan
lebih memfokuskan kajian pada masalah keefektifan dan keefisienan pelaksanaan
distribusi RASKIN di daerah tersebut.
Yanita Sari : Analisis Efektivitas Dan Efisiensi Distribusi Raskin (Studi Kasus : Desa Securai Utara, Kecamatan Balaban, Kabupaten Langkat, 2007 USU Repository © 2008
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang dapat dirumuskan beberapa
permasalahan sebagai berikut :
1. Bagaimana perbedaan harga antara harga patokan dengan harga aktual
pada tingkat rumah tangga penerima beras miskin di daerah penelitian ?
2. Bagaimana surplus konsumen yang diperoleh rumah tangga miskin dari
program subsidi beras miskin di daerah penelitian ?
3. Bagaimana tingkat efektivitas program distribusi beras miskin di daerah
penelitian ?
4. Bagaimana tingkat efisiensi distribusi dari penyaluran beras miskin hingga
ke rumah tangga miskin di daerah penelitian ?
1.3 Tujuan Penelitian
Dari permasalahan diatas, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai
berikut :
1. Untuk mengetahui perbedaan harga antara harga patokan dengan harga
aktual pada tingkat rumah tangga penerima beras miskin di daerah
penelitian.
2. Untuk mengetahui surplus konsumen yang diperoleh rumah tangga miskin
dari program subsidi beras miskin di daerah penelitian.
3. Untuk mengetahui tingkat efektivitas program distribusi beras miskin di
daerah penelitian.
4. Untuk mengetahui tingkat efisiensi distribusi dari penyaluran beras miskin
hingga ke rumah tangga miskin di daerah penelitian.
Yanita Sari : Analisis Efektivitas Dan Efisiensi Distribusi Raskin (Studi Kasus : Desa Securai Utara, Kecamatan Balaban, Kabupaten Langkat, 2007 USU Repository © 2008
1.4 Kegunaan Penelitian
Adapun kegunaan penelitian ini adalah :
1. Sebagai bahan masukan bagi pemerintah dan instansi terkait lainnya dalam
mengambil kebijakan khususnya yang berhubungan dengan distribusi
beras miskin di Desa Securai Utara Kecamatan Babalan Kabupaten
Langkat.
2. Sumbangan pemikiran dalam kajian program subsidi RASKIN terkait
dengan keefektifan dan keefisienan pelaksanaan program tersebut.
3. Sebagai bahan referensi dan studi bagi pihak-puhak yang membutuhkan.
Yanita Sari : Analisis Efektivitas Dan Efisiensi Distribusi Raskin (Studi Kasus : Desa Securai Utara, Kecamatan Balaban, Kabupaten Langkat, 2007 USU Repository © 2008
II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN
2.1 Tinjauan Pustaka Pangan merupakan kebutuhan mendasar bagi manusia untuk dapat
mempertahankan hidup dan karenanya kecukupan pangan bagi setiap orang setiap
waktu merupakan hak azasi yang layak dipenuhi
(Syafa’at dan Simatupang, 2006).
Selain itu Amang (1993) juga mengatakan bahwa pangan merupakan
kebutuhan manusia yang dianggap strategis dan sering mencakup hal-hal yang
bersifat emosional bahkan politis. Terpenuhinya kebutuhan pangan secara
kuantitas dan kualitas merupakan hal yang sangat penting sebagai landasan bagi
pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dalam jangka panjang.
Padi merupakan bahan makanan yang menghasilkan beras. Bahan
makanan ini merupakan makanan pokok bagi sebagian besar penduduk Indonesia.
Meskipun bahan makanan pokok padi dapat digantikan/disubtitusi oleh bahan
makanan lainnya, namun padi memiliki nilai tersendiri bagi orang yang biasa
makan nasi dan tidak dapat dengan mudah digantikan oleh bahan makanan lain
(Anonimus, 1990).
Beras memiliki urutan utama dari jenis bahan pangan yang dikonsumsi.
Hampir seluruh penduduk Indonesia menjadikan beras sebagai bahan pangan
utama, beras merupakan nutrisi penting dalam struktur pangan, karena itu peranan
beras memiliki peranan strategis dalam kehidupan bangsa Indonesia. Peranan
beras dalam pembangunan jangka panjang (PJP) I masih cukup besar. Tahun 1968
peranan beras dalam tanaman pangan = 54,4 persen, dalam pertanian = 37 persen
Yanita Sari : Analisis Efektivitas Dan Efisiensi Distribusi Raskin (Studi Kasus : Desa Securai Utara, Kecamatan Balaban, Kabupaten Langkat, 2007 USU Repository © 2008
dan dalam PDB = 18,8 persen pada tahun 1987 keadaan ini menjadi : 52 persen,
31,7 persen dan 8,1 persen (Tarigan, 1997).
Pangan pokok umumnya banyak mengandung karbohidrat sehingga
berfungsi sebagai sumber kalori utama. Di Indonesia, di antara bahan pangan
berkarbohidrat, yaitu padi-padian, umbi-umbian dan batang palma, beras
merupakan sumber kalori yang terpenting bagi sebagian besar penduduk. Beras
diperkirakan menyumbang kalori sebesar 6 – 80 persen dan protein 45 – 55 persen
bagi rata-rata penduduk (Juliano, 1994).
Salah satu pihak yang perlu diperhatikan dalam penentuan kebijakan
pangan, terutama beras adalah konsumen. Beras masih menjadi sumber pangan
pokok bagi sebagian terbesar penduduk Indonesia. Partisipasi konsumsi beras di
berbagai wilayah adalah di atas besaran 90 persen. Kepentingan konsumen perlu
dipertimbangkan dalam merumuskan kebijakan di bidang perberasan
(Harianto, 2001).
Tim peneliti mendapatkan kenyataan bahwa sebagian besar rumah tangga
tidak menyimpan pangan pokok, karena mereka mempunyai kecenderungan
membeli pangan pokok (beras) setiap hari. Ini berarti rumah tangga berpendapatan
rendah tidak mempunyai cadangan pangan, sehingga dapat dikatakan bahwa
kehidupan mereka sangat rentan terhadap perubahan harga beras. Krisis ekonomi
telah menurunkan ketahanan pangan rumah tangga. Sebagai gambaran, jumlah
rumah tangga dan kecukupan pangan cukup di Jawa Tengah, menurun dari 86,7
persen menjadi 63,3 persen di kota dan dari 85,5 persen menjadi 70 persen di desa
(Anonimus, 2001).
Yanita Sari : Analisis Efektivitas Dan Efisiensi Distribusi Raskin (Studi Kasus : Desa Securai Utara, Kecamatan Balaban, Kabupaten Langkat, 2007 USU Repository © 2008
Persediaan pangan yang cukup secara nasional tidak menjamin adanya
ketahanan pangan tingkat regional maupun rumah tangga atau individu. Walaupun
secara nasional persediaan pangan mencukupi, munculnya kasus kerawanan
pangan dan ditemukannya bayi dan anak balita berstatus gizi buruk di berbagai
daerah di Indonesia merupakan fakta yang tidak dapat dipungkiri
(Anonimus, 2002).
Kemiskinan sebagai penyebab gizi kurang menduduki posisi pertama pada
kondisi yang umum. Hal ini harus mendapat perhatian serius karena keadaan
ekonomi ini relatif mudah diukur dan berpengaruh besar pada konsumsi pangan.
Golongan miskin menggunakan bagian terbesar dari pendapatan untuk memenuhi
kebutuhan makanan, dimana untuk keluarga-keluarga di negara berkembang
sekitar dua pertiganya (Suhardjo, 1996).
Hal ini juga diperkuat oleh Nainggolan (2005) yang mengatakan bahwa
perbandingan kualitas konsumsi masyarakat perkotaan dan pedesaan
menunjukkan bahwa masyarakat perkotaan memiliki kualitas konsumsi yang lebih
baik. Kondisi ini mengindikasikan perlunya fokus masyarakat desa sebagai target
perbaikan/peningkatan kualitas konsumsi sehingga mampu menaikkan rata-rata
kualitas konsumsi secara nasional.
Masalah rawan pangan yang dialami sebagian besar penduduk desa
semakin meningkat khususnya pada saat terjadi krisis ekonomi tahun 1997.
Banyak masyarakat miskin yang tidak mampu membeli beras pada harga pasar.
Menyadari sulitnya akses penduduk miskin terhadap beras yang disediakan
melalui pasar bebas, mulai Juli 1998 pemerintah menerapkan kebijakan baru
Yanita Sari : Analisis Efektivitas Dan Efisiensi Distribusi Raskin (Studi Kasus : Desa Securai Utara, Kecamatan Balaban, Kabupaten Langkat, 2007 USU Repository © 2008
berupa targeted price subsidy yang dikenal dengan Operasi Pasar Khusus (OPK)
(Saifullah, 2001).
Saat ini pemasaran beras oleh BULOG terbanyak adalah untuk menunjang
program OPK/RASKIN yang menyerap sekitar 75 persen cadangan beras
BULOG. Sisanya disalurkan ke pasar umum karena umumnya petani menjual
gabah di waktu panen dan pada waktu tidak panen mereka akan membeli beras
lagi dari pasar (Sulaksono,2003).
Operasi Pasar Khusus Beras yang telah berlangsung sejak 1998,
pelaksanaannya dinilai cukup relevan. Hasil evaluasi yang dilakukan oleh
Steven R Tabor (2005) terhadap pelaksanaan OPK tahun 1998/1999
memperlihatkan bahwa program OPK dapat menahan penurunan konsumsi kalori
7 persen hingga 8 persen dan konsumsi protein 15 persen hingga 16 persen dari
kemungkinan yang terjadi akibat rawan pangan di masyarakat . Dari segi efisensi
program, model kebijakan OPK pembiayaannya lima kali lebih efisien
dibandingkan dengan program sejenis yang diterapkan di beberapa negara. Untuk
itu Tabor merekomendasikan program OPK tetap dilanjutkan.
2.2 Landasan Teori
Distribusi merupakan penambahan kegunaan waktu, tempat dan pemilikan
barang yang mencakup juga pengangkutan barang-barang dari tempat asal atau
produksi lanjutan ke tempat penjualan. Dalam hal ini ditribusi mencakup berbagai
bidang manajemen khususnya seperti penjualan, pengiklanan, keuangan,
pengangkutan dan pergudangan (Taff, 1994).
Peranan saluran distribusi dalam pemasaran tercermin dari biaya distribusi
yang besarnya dapat melebihi biaya produksi, biaya promosi, biaya administrasi
Yanita Sari : Analisis Efektivitas Dan Efisiensi Distribusi Raskin (Studi Kasus : Desa Securai Utara, Kecamatan Balaban, Kabupaten Langkat, 2007 USU Repository © 2008
pemasaran dan biaya pemasaran lain. Peranan yang besar dapat ditunjukkan
dengan kinerja yang baik terhadap fungsi-fungsi pemasaran yang dilakukan di
setiap saluran (Purwadi, 2000).
Mekanisme pelaksanaan distribusi RASKIN yaitu :
1. Bupati/Walikota mengajukan Surat Permintaan Alokasi (SPA) kepada
Kadivre berdasarkan alokasi pagu RASKIN dan rumah tangga miskin
penerima manfaat RASKIN dimasing-masing Kecamatan/Kelurahan/Desa.
2. SPA yang tidak dapat dilayani sebagian atau seluruhnya dalam jangka
waktu 3 (tiga) bulan, maka pagu dapat direlokasikan ke daerah lain dengan
menerbitkan SPA baru yang menunjuk pada SPA yang tidak dapat
dilayani.
3. Berdasarkan SPA, Kadivre menerbitkan SPPB (Surat Perintah Pengiriman
Beras) untuk masing-masing Kecamatan/Kalurahan/Desa kepada
SATKER (Satuan Kerja) RASKIN. Apabila terdapat tunggakan Harga
Penjualan Beras (HPB) pada periode sebelumnya maka penerbitan SPPB
periode berikutnya ditangguhkan sampai ada pelunasan.
4. Berdasarkan SPPB, SATKER RASKIN mengambil beras di gudang
penyimpanan Perum BULOG, mengangkut dan menyerahkan beras
RASKIN kepada pelaksana distribusi di titik distribusi. Kualitas beras
yang diserahkan, harus sesuai dengan standar kualitas BULOG. Apabila
tidak memenuhi standar kualitas maka beras dikembalikan kepada
SATKER RAKIN untuk ditukar/diganti.
Yanita Sari : Analisis Efektivitas Dan Efisiensi Distribusi Raskin (Studi Kasus : Desa Securai Utara, Kecamatan Balaban, Kabupaten Langkat, 2007 USU Repository © 2008
5. Serah terima beras RASKIN dari SATKER RASKIN kepada pelaksana
distribusi di titik distribusi dibuktikan dengan Berita Acara Serah Terima
(BAST) yang merupakan pengalihan tanggungjawab.
6. Pelaksana Distribusi menyerahkan beras kepada rumah tangga miskin
penerima manfaat RASKIN.
Adapun Mekanisme Alur RASKIN dapat dilihat pada gambar dibawah ini :
GUDANG DIVRE SATKER RASKIN
PENERIMA MANFAAT PELAKSANA DISTRIBUSI
Gambar 1. Mekanisme Alur Distribusi RASKIN
Keefektifan distribusi Raskin dapat dinilai melalui indikator keberhasilan
program Raskin yaitu :
1. Tepat Sasaran Penerima Manfaat
Raskin hanya diberikan kepada rumah tangga miskin penerima manfaat
yang terdaftar dalam daftar penerima manfaat (DPM).
2. Tepat Jumlah
Jumlah beras Raskin yang merupakan hak penerima manfaat adalah
sebanyak 10-15 Kg/RTM/bulan selama 10 bulan.
3. Tepat Harga
Harga beras Raskin adalah sebesar Rp 1.000/Kg netto di titik distribusi.
Yanita Sari : Analisis Efektivitas Dan Efisiensi Distribusi Raskin (Studi Kasus : Desa Securai Utara, Kecamatan Balaban, Kabupaten Langkat, 2007 USU Repository © 2008
4. Tepat Waktu
Waktu pelaksanaan distribusi beras kepada RTM penerima manfaat sesuai
dengan rencana distribusi.
5. Tepat Administrasi
Terpenuhinya persyaratan administrasi secara benar dan tepat waktu.
(BULOG, 2006).
Efisiensi dapat didefenisikan sebagai peningkatan rasio output-input yang
dapat dicapai dengan cara yaitu pertama, output tetap konstan sedangkan input
mengecil, kedua, output meningkat sedangkan input tetap konstan, ketiga, output
meningkat dalam kadar yang lebih tinggi daripada peningkatan input, keempat,
output menurun dalam kadar yang lebih rendah daripada penurunan input
(Rahim dan Dwihastuti, 2007).
Sistem distribusi yang efisien menjadi prasyarat untuk menjamin agar
seluruh rumah tangga dapat memperoleh pangan dalam jumlah dan kualitas yang
cukup sepanjang waktu, dengan harga yang terjangkau. Perdagangan pangan yang
adil diantara berbagai pelaku dengan kekuatan yang berbeda akan menjamin
return/keuntungan yang efisien dan adil. (Nainggolan, 2005).
Semua proses dalam distribusi pemasaran, mulai dari penampungan dari
produsen sampai penyaluran barang ke konsumen membutuhkan biaya yang
masing-masing tidak sama. Bila jarak antara produsen dengan konsumen pendek,
maka biaya pengangkutan bisa diperkecil. Jika tidak terjadi perubahan bentuk
ataupun perubahan volume atau mutu maka biaya pengolahan jadi tidak ada.
Semakin panjang jarak dan semakin banyak perantara yang terlibat dalam
distribusi, maka biaya distribusi semakin tinggi (Daniel, 2002).
Yanita Sari : Analisis Efektivitas Dan Efisiensi Distribusi Raskin (Studi Kasus : Desa Securai Utara, Kecamatan Balaban, Kabupaten Langkat, 2007 USU Repository © 2008
Efisiensi pemasaran dapat terjadi yaitu pertama, jika biaya distribusi dapat
ditekan sehingga keuntungan yang diperoleh dapat lebih tinggi, kedua, persentase
perbedaan harga yang dibayarkan konsumen dan produsen tidak terlalu tinggi,
ketiga, tersedianya fasilitas fisik yang mendukung proses pendistribusian
(Rahim dan Dwihastuti, 2007).
Efisiensi pemasaran dinyatakan sebagai produk dari produsen menuju ke
pasar sasaran melalui saluran distribusi yang pendek atau berusaha
menghilangkan satu atau lebih mata rantai yang panjang dimana distribusi produk
berlangsung dengan tindakan penghematan biaya dan waktu
(Downey dan Erickson, 1992).
Setiap lembaga pemasaran yang terlibat akan mengambil keuntungan
untuk jasa yang mereka berikan. Kegiatan fungsi pemasaran oleh lembaga-
lembaga pemasaran akan mengakibatkan timbulnya biaya pemasaran. Besarnya
biaya pemasaran akan berpengaruh terhadap harga beli konsumen, hal ini
disebabkan biaya pemasaran yang timbul akan menjadi tambahan harga pada
barang yang harus ditanggung oleh konsumen. Semakin besar biaya pemasaran
maka akan mengurangi efisiensi pemasaran. Oleh karena itu untuk meningkatkan
efisiensi pemasaran adalah dengan memperkecil biaya pemasaran. Untuk
mengetahui efisiensi pemasaran pada setiap lembaga pemasaran yang terlibat,
maka data yang diperoleh dianalisis dengan mengunakan rumus efisiensi
pemasaran (Ep) (Downey dan Erickson, 1992) sebagai berikut :
Ep = Biaya Pemasaran
Nilai Produk yang Dipasarkan
Yanita Sari : Analisis Efektivitas Dan Efisiensi Distribusi Raskin (Studi Kasus : Desa Securai Utara, Kecamatan Balaban, Kabupaten Langkat, 2007 USU Repository © 2008
Jika :
Ep ≥ 1 berarti tidak efisien
Ep < 1 berarti efisien
Harga beras RASKIN yang telah ditetapkan Pemerintah yaitu sebesar
Rp 1.000/kg. Namun harga tersebut dapat berbeda jika telah berada ditangan
penerima manfaat beras RASKIN. Harga dapat berkisar antara Rp. 1.000 - 1.400
karena untuk biaya angkut/tranportasi dari titik distribusi ke penerima manfaat,
serta ditetapkan beberapa kriteria di antaranya membebankan biaya ongkos kirim
RASKIN kepada warga miskin, uang jaga malam selama beras berada di dalam
gudang, uang pikul serta uang SPSI (Serikat Pekerja Seluruh Indonesia).
(Sulaksono, 2003).
Harga di tingkat retail (rumahtangga) adalah diwakili oleh harga di
lembaga distribusi ditambah dengan biaya distribusi dan keuntungan lembaga
penyalur. Secara matematis dapat dinotasikan dengan rumus sebagai berikut :
Prt = Pi + t + π
dimana :
Prt = harga di tingkat retail (rumahtangga)
Pi = harga di tingkat lembaga distribusi
t = biaya distribusi
π = keuntungan oleh penyalur
Perbedaan harga patokan dengan harga tingkat retail (rumah tangga)
dipergunakan dengan menghitung selisih kedua harga tersebut, yaitu :
Yanita Sari : Analisis Efektivitas Dan Efisiensi Distribusi Raskin (Studi Kasus : Desa Securai Utara, Kecamatan Balaban, Kabupaten Langkat, 2007 USU Repository © 2008
ΔP = Prt – Pp
dimana :
ΔP = perbedaan harga
Pp = harga patokan oleh pemerintah
Seorang konsumen yang rasional akan berusaha memaksimumkan
kepuasan dalam menggunakan pendapatannya untuk membeli barang dan jasa.
Untuk tujuan ini seseorang harus membuat pilihan-pilihan mengenai jenis barang
yang dibelinya dan jumlah yang akan dibelinya (Sukirno, 2002).
Konsumen membeli barang karena pembelian membuat mereka lebih
untung. Surplus konsumen (consumer surplus ) mengukur betapa lebih untungnya
setiap individu secara agregat jika dapat membeli barang di pasar. Karena
konsumen yang berbeda-beda menilai konsumsi barang tertentu secara berbeda.
Jumlah maksimum yang bersedia mereka bayarkan untuk barang tersebut juga
berbeda. Surplus konsumen merupakan perbedaan antara berapa yang bersedia
dibayar konsumen untuk sebuah barang dan berapa yang sebenarnya dibayar
konsumen apabila membeli barang tersebut. Dengan mudah surplus konsumen
merupakan manfaat total yang diperoleh dari konsumsi suatu produk dikurangi
dengan biaya total untuk membelinya (Pindyck dan Rubinfeld, 2003).
Konsumen surplus adalah selisih antara nilai total yang diberikan
konsumen pada semua unit yang dikonsumsi dari suatu komoditi dan jumlah yang
harus ia bayarkan untuk mendapatkan (membeli) jumlah komoditi tersebut
(Sudarsono, 1995).
Yanita Sari : Analisis Efektivitas Dan Efisiensi Distribusi Raskin (Studi Kasus : Desa Securai Utara, Kecamatan Balaban, Kabupaten Langkat, 2007 USU Repository © 2008
2.3. Kerangka Pemikiran
Beras untuk keluarga miskin atau sering disebut dengan RASKIN adalah
salah satu program Pemerintah untuk membantu masyarakat yang termiskin dan
rawan pangan agar mereka tetap mendapatkan beras untuk kebutuhan rumah
tangganya. Distribusi RASKIN merupakan proses penyaluran beras kepada
penduduk miskin yang telah terdata sebagai masyarakat yang berhak menerima
beras RASKIN.
Beras yang akan didistribusikan ke masing-masing titik distribusi berasal
dari gudang penyimpanan Perum BULOG yang akan diangkut oleh SATKER
RASKIN dan menyerahkan beras RASKIN tersebut kepada pelaksana distribusi
ditingkat kelurahan/desa di titik distribusi. Titik distribusi merupakan tempat atau
lokasi penyerahan beras oleh SATKER RASKIN kepada pelaksana distribusi
yaitu kepala desa/lurah. Rumah Tangga Miskin (RTM) yang menerima RASKIN
harus sudah terdata terlebih dahulu sebagai rumah tangga yang berhak atas
RASKIN yaitu berdasarkan data penerima Bantuan Langsung Tunai (BLT) yaitu
subsidi Pemerintah sebelum adanya program RASKIN.
Harga beras RASKIN yang telah ditetapkan Pemerintah adalah
Rp 1.000,00 per kilogram. Harga tersebut adalah harga di titik distribusi. Namun
harga tersebut bisa berbeda di tingkat rumah tangga penerima RASKIN, karena
dibebankan biaya transportasi atau biaya angkutan serta biaya-biaya lainnya. Hal
tersebut menimbulkan perbedaan harga ditingkat Pemerintah dan rumah tangga.
Adanya pelaksanaan program RASKIN memberikan surplus bagi rumah
tangga miskin. Harga beras yang lebih murah merupakan kepuasan yang diterima
Yanita Sari : Analisis Efektivitas Dan Efisiensi Distribusi Raskin (Studi Kasus : Desa Securai Utara, Kecamatan Balaban, Kabupaten Langkat, 2007 USU Repository © 2008
penerima subsidi beras miskin. Karna kepuasan yang diperoleh oleh rumah tangga
miskin selalu lebih besar daripada pembayaran yang mereka keluarkan.
Keefektifan distribusi RASKIN ditinjau dari beberapa indikator yaitu
ketepatan sasaran bagi rumah tangga yang benar-benar miskin, ketepatan jumlah
beras yang diterima rumah tangga miskin yaitu sebanyak 10 kg/KK, ketepatan
harga yaitu Rp 1000/kg di titik distribusi, ketepatan waktu pendistribusian serta
terpenuhinya persyaratan administrasi dengan benar. Pendistribusian RASKIN
akan efektif jika kelima indikator tersebut terpenuhi dan mekanisme
pendistribusian berjalan dengan lancar.
Biaya pendistribusian merupakan biaya yang dikeluarkan untuk kegiatan
atau aktivitas penyaluran beras RASKIN ke tangan penerima manfaat beras
RASKIN. Biaya ini meliputi biaya transportasi atau biaya angkutan, biaya
susut,biaya menimbang, dll.
Distribusi RASKIN dianggap efisien jika mampu menyampaikan beras
untuk keluarga miskin ke penerima manfaat dengan biaya distribusi yang
serendah-rendahnya dan dalam waktu yang sesingkatnya. Tingkat efisiensi
pemasaran dapat dihitung dengan perbandingan antara biaya distribusi/pemasaran
dengan nilai jual produk yang dipasarkan. Dalam hal ini tingkat efisiensi
pemasaran akan semakin efisien apabila nilai Ep semakin kecil.
Berdasarkan uraian diatas, maka untuk lebih memahami hal tersebut dapat dilihat
skema kerangka pemikiran untuk penelitian ini.
Yanita Sari : Analisis Efektivitas Dan Efisiensi Distribusi Raskin (Studi Kasus : Desa Securai Utara, Kecamatan Balaban, Kabupaten Langkat, 2007 USU Repository © 2008
Skema Kerangka Pemikiran Program Distribusi RASKIN
DISTRIBUSI RASKIN
BULOG
RUMAH TANGGA MISKIN
SURPLUS KONSUMEN YANG DIPEROLEH RUMAH
TANGGA MISKIN
INDIKATOR TINGKAT EFEKTIVITAS DISTRIBUSI RASKIN : - TEPAT SASARAN - TEPAT JUMLAH - TEPAT HARGA - TEPAT WAKTU - TEPAT ADMINISTRASI
BIAYA DISTRIBUSI
KEPALA DESA
Gambar 2. Skema Kerangka Pemikiran Pendistibusian RASKIN
PERBEDAAN HARGA
EFISIEN/ TIDAK EFISIEN
Yanita Sari : Analisis Efektivitas Dan Efisiensi Distribusi Raskin (Studi Kasus : Desa Securai Utara, Kecamatan Balaban, Kabupaten Langkat, 2007 USU Repository © 2008
2.4. Hipotesis Penelitian
1. Terdapat perbedaan harga antara harga patokan dengan harga aktual pada
tingkat rumah tangga penerima beras miskin.
2. Terdapat surplus konsumen dari program distribusi RASKIN yang
diperoleh rumah tangga miskin di daerah penelitian.
3. Program pendistribusian beras RASKIN di daerah penelitian tidak efektif.
4. Pendistribusian RASKIN di daerah penelitian sudah efisien.
Yanita Sari : Analisis Efektivitas Dan Efisiensi Distribusi Raskin (Studi Kasus : Desa Securai Utara, Kecamatan Balaban, Kabupaten Langkat, 2007 USU Repository © 2008
III. METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Metode Penentuan Daerah Penelitian
Daerah penelitian ditentukan secara purposive (secara sengaja) yaitu di
Desa Securai Utara Kecamatan Babalan Kabupaten Langkat. Penentuan daerah
penelitian dilakukan dengan pertimbangan bahwa daerah tersebut memiliki
populasi dimana terdapat program subsidi RASKIN, dan pembagian beras miskin
sudah lama dilakukan sejak 1998 dan berlangsung hingga sekarang.
Tabel 2. Jumlah Rumah Tangga dan Rumah Tangga Miskin Menurut
Desa/Kelurahan Kecamatan Babalan Tahun 2005
No. Desa/Kelurahan Jumlah Rumah Tangga (KK)
Jumlah RT Miskin (KK)
Persentase RT Miskin (%)
1. Pelawi Utara 2.106 1.042 49,482. Securai Utara 1.843 1.040 56,433. Securai Selatan 1.641 1.227 74,774. Pelawi Selatan 1.608 845 52,555. Brd. Timur Baru 1.389 614 44,206. Brandan Barat 1.205 279 23,157. Brandan Timur 1.216 386 31,748. Teluk Meku 1.933 1.547 80,03 Jumlah 12.941 6.980 53,94
Sumber : Badan Pusat Statistik,2006.
3.2 Metode Pengambilan Sampel
Ada beberapa aturan induk untuk memperkirakan besar suatu sampel,
yang paling umum adalah aturan 1/10 dari populasi yang diteliti. Akan tetapi
kebanyakan aturan dalam penelitian sosial, banyak terdapat pengecualian, seperti
lebih kecil dari 1/10. Hal ini tidak menimbulkan banyak masalah untuk para ahli
statistik, terkait masalah efisiensi (Black, 1992).
Yanita Sari : Analisis Efektivitas Dan Efisiensi Distribusi Raskin (Studi Kasus : Desa Securai Utara, Kecamatan Balaban, Kabupaten Langkat, 2007 USU Repository © 2008
Populasi dari penelitian ini yaitu semua rumah tangga miskin di Desa
Securai Utara yaitu sebanyak 1040 KK. Besar sampel dari penelitian ini adalah
1/10 dari total populasi yaitu 100 rumah tangga. Hal ini bertujuan untuk
mempermudah dan mempercepat proses penelitian. Besar sampel tersebut
diasumsikan dapat mewakili populasi. Pengambilan sampel dilakukan dengan
acak sederhana (Simple Random Sampling).
3.3 Metode Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan dalam penelitian terdiri dari data primer dan data
sekunder. Data primer diperoleh melalui wawancara langsung dengan responden
dengan menggunakan daftar kuesioner yang telah dipersiapkan terlebih dahulu.
Sedangkan data sekunder adalah data yang diperoleh dari lembaga/instansi seperti
BPS Sumatera Utara, Kantor Camat Babalan, Kantor Kepala Desa serta literatur
yang mendukung penelitian.
3.4 Metode Analisis Data
Hipotesis 1, mengindikasikan bahwa harga di tingkat retail (rumahtangga)
adalah diwakili oleh harga di lembaga distribusi ditambah dengan biaya distribusi
dan keuntungan lembaga penyalur RASKIN. Secara matematis dapat dinotasikan
dengan rumus sebagai berikut :
Prt = Pi + t + π
dimana :
Prt = harga di tingkat retail (rumahtangga) (Rp)
Pi = harga di tingkat lembaga distribusi (Rp)
t = biaya distribusi (Rp)
Yanita Sari : Analisis Efektivitas Dan Efisiensi Distribusi Raskin (Studi Kasus : Desa Securai Utara, Kecamatan Balaban, Kabupaten Langkat, 2007 USU Repository © 2008
π = keuntungan oleh penyalur (Rp)
Selanjutnya, untuk melihat perbedaan harga patokan dengan harga tingkat
retail (rumah tangga) dipergunakan dengan menghitung selisih kedua harga
tersebut, yaitu :
ΔP = Prt – Pp
dimana :
ΔP = perbedaan harga (Rp)
Pp = harga patokan oleh pemerintah (Rp)
Hipotesis 2, di analisis dengan menggunakan surplus konsumen. Surplus
konsumen merupakan keuntungan yang diperoleh konsumen karena harga yang
berlaku pada kondisi keseimbangan lebih rendah daripada harga yang mereka mau
bayarkan. Semakin besarnya perbedaan harga tersebut maka semakin tinggi
surplus konsumen yang diperoleh rumah tangga. Selisih antara harga optimal
dengan harga yang harus dibayar merupakan surplus bagi konsumen. Besarnya
surplus ini dihitung dari perbedaan harga ini dikalikan dengan kuantitas
pembeliannya, dengan rumus sebagai berikut :
Sk = ( Pa - Pk) x Q
2
Dimana :
Sk = surplus konsumen (Rp)
Pa = harga tertinggi di pasar (Rp)
Pk = harga keseimbangan (Rp)
Q = jumlah yang diperjualbelikan (kg)
Yanita Sari : Analisis Efektivitas Dan Efisiensi Distribusi Raskin (Studi Kasus : Desa Securai Utara, Kecamatan Balaban, Kabupaten Langkat, 2007 USU Repository © 2008
Hipotesis 3, digunakan analisis deskriptif yaitu dengan melihat
pendistribusian beras miskin di Desa Securai Utara sesuai dengan indikator
keefektifan distribusi RASKIN. Dikatakan efektif jika kelima indikator tersebut
lebih besar atau sama dengan 80% dan jika dibawah 80% pendistribusian
dikatakan tidak efektif.
Hipotesis 4, dianalisis dengan menghitung biaya distribusi di tingkat
lembaga distribusi, dan nilai jual beras RASKIN yang dipasarkan . Untuk melihat
tingkat efisiensi distribusi dihitung dengan menggunakan rumus Efisiensi
Pemasaran (Ep) sebagai berikut :
Ep = Biaya Pemasaran
Nilai Jual Produk yang Dipasarkan
kriteria :
Ep ≥ 1 berarti pendistribusian tidak efisien
Ep < 1 berarti pendistribusian efisien
(Downey dan Erickson, 1992). 3.5. Defenisi dan Batasan Operasional
a. Defenisi
Untuk menjelaskan dan menghindari kesalahpahaman dalam penelitian
maka dibuat batasan operasional, sbb :
1. Program beras untuk Keluarga Miskin (RASKIN) adalah program Pemerintah
dalam upaya meningkatkan ketahanan pangan dan memberikan perlindungan
kepada keluarga miskin melalui pendistribusian beras dalam jumlah dan harga
tertentu.
Yanita Sari : Analisis Efektivitas Dan Efisiensi Distribusi Raskin (Studi Kasus : Desa Securai Utara, Kecamatan Balaban, Kabupaten Langkat, 2007 USU Repository © 2008
2. Efektivitas adalah kemampuan yang dilakukan berdasarkan indikator tertentu
dalam mencapai tujuan program pendistribusian RASKIN yang telah
ditetapkan.
3. Efisiensi Pemasaran adalah suatu keadaan yang digunakan dalam penilaian
prestasi kerja dalam proses pemasaran atau pendistribusian beras RASKIN
bagi semua lembaga yang terkait dalam pemasaran atau biaya
pemasaran/pendistribusian dibagi dengan nilai jual beras RASKIN yang
dipasarkan.
4. Distribusi beras miskin adalah penyaluran beras kepada penduduk miskin
dengan harga Rp 1400/kg dan setiap kepala keluarga mendapat jatah 10
kg/KK.
5. Keluarga Miskin adalah masyarakat yang telah ditetapkan sebagai penerima
manfaat RASKIN sesuai dengan Musyawarah Desa/Kelurahan yang
ditetapkan oleh Kepala Desa dan diketahui oleh Camat Setempatnya.
6. Pelaksana Distribusi adalah kelompok kerja di titik distribusi yang terdiri dari
aparat Kecamatan Desa/Kelurahan yang ditunjuk oleh Camat,Kades/Lurah,
dibantu oleh anggota masyarakat, atau institusi ekonomi kemasyarakatan
lainnya yang bertugas dan bertanggung jawab menyampaikan beras kepada
Penerima Manfaat Raskin.
7. Titik Distribusi adalah tempat atau lokasi penyerahan beras oleh SATKER
RASKIN kepada Pelaksaan Distribusi di Desa/Kelurahan yang dapat
dijangkau Penerima Manfaat Raskin, atau lokasi lain yang ditetapkan atas
dasar kesepakatan secara tertulis antara Pemerintah Daerah dengan
Divre/SubDivre.
Yanita Sari : Analisis Efektivitas Dan Efisiensi Distribusi Raskin (Studi Kasus : Desa Securai Utara, Kecamatan Balaban, Kabupaten Langkat, 2007 USU Repository © 2008
8. Penerima Manfaat Raskin adalah Rumah Tangga Miskin (RTM) di
Desa/Kelurahan yang berhak menerima beras Raskin, sebagai hasil seleksi
Musyawarah Desa/Kelurahan yang terdaftar dalam Daftar Penerima Manfaat
(DPM), ditetapkan oleh Kepala Desa/Kelurahan dan disahkan oleh Camat.
9. Surplus konsumen adalah keuntungan yang diperoleh masyarakat miskin
penerima beras RASKIN karena harga beras yang ditawarkan lebih rendah
daripada harga yang mereka mau bayarkan di pasar.
10. BULOG adalah badan urusan logistik yang bertugas menyalurkan beras
bersubsidi khusus untuk masyarakat miskin (RASKIN).
11. Biaya Distribusi adalah biaya yang dikeluarkan oleh lembaga distribusi dalam
menyalurkan beras RASKIN hingga ke penerima manfaat RASKIN
b. Batasan Operasional
1. Penelitian dilakukan di Desa Securai Utara, Kecamatan Babalan, Kabupaten
Langkat.
2. Penelitian dilakukan pada tahun 2007.
3. Populasi adalah keseluruhan rumah tangga miskin di daerah penelitian yang
menerima beras RASKIN.
4. Sampel yang diambil adalah perwakilan dari rumah tangga miskin penerima
manfaat beras miskin di daerah penelitian.
5. Efektivitas dalam penelitian ini ditinjau berdasar atas 5 indikator yaitu sasaran,
jumlah, harga, waktu dan administrasi dengan kriteria jika lebih besar atau
sama dengan 80% dikatakan efektif dan jika berada dibawah 80% dikatakan
tidak efektif.
Yanita Sari : Analisis Efektivitas Dan Efisiensi Distribusi Raskin (Studi Kasus : Desa Securai Utara, Kecamatan Balaban, Kabupaten Langkat, 2007 USU Repository © 2008
IV. DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK SAMPEL
4.1 Deskripsi Daerah Penelitian
a. Keadaan Fisik dan Geografi
Desa Securai Utara terletak di Kecamatan Babalan Kabupaten Langkat
Propinsi Sumatera Utara dengan luas wilayah 2768 Ha. Jumlah penduduk Desa
Securai Utara sebanyak 8835 jiwa dengan jumlah kepala keluarga (KK) sebanyak
1843 KK.
Daerah ini berada pada ketinggian 40 m dari permukaan laut. Desa Securai
Utara berjarak 3,5 km dari ibukota kecamatan dengan waktu tempuh ¼ jam dan
40 km dari ibukota kabupaten dengan waktu tempuh 1 jam.
Adapun batas-batas desa penelitian adalah sebagai berikut :
- Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Securai Selatan.
- Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Lama Baru
- Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Pelawi Selatan
- Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Securai Selatan
b. Keadaan Penduduk
Penduduk Desa Securai Utara berjumlah 8835 jiwa yang terdiri dari 4303
jiwa laki-laki (49%) dan 4532 jiwa perempuan (51%) dengan jumlah kepala
keluarga (KK) sebanyak 1843 KK. Etnis dominan adalah suku Jawa dan sebagian
besar penduduk bekerja sebagai petani.
Yanita Sari : Analisis Efektivitas Dan Efisiensi Distribusi Raskin (Studi Kasus : Desa Securai Utara, Kecamatan Balaban, Kabupaten Langkat, 2007 USU Repository © 2008
Tabel 3. Distribusi Penduduk Menurut Kelompok Umur di Desa Securai Utara Tahun 2006
No. Umur (Tahun) Jumlah (Jiwa) Persentase (%) 1 0 – 1 tahun 187 2.12 2 2 – 4 tahun 546 6.18 3 5 – 6 tahun 339 3.84 4 7 – 12 tahun 1144 12.95 5 13 – 15 tahun 575 6.51 7 16 – 18 tahun 603 6.83 8 19 – 25 tahun 1217 13.77 9 26 – 35 tahun 1194 13.51 10 36 – 45 tahun 1238 14.01 11 46 – 50 tahun 529 5.99 12 51 – 60 tahun 807 9.13 13 > 60 tahun 456 5.16 Total 8835 100.00
Sumber : Kantor Kepala Desa Securai Utara, 2006
Tabel 3 menunjukkan bahwa kelompok usia produktif 15 – 60 tahun
sebanyak 5588 jiwa atau 63.25 %, sementara usia non produktif sebanyak 3247
jiwa atau 36.75 %. Hal ini memberikan indikasi bahwa ketersediaan tenaga kerja
cukup besar. Penduduk Desa Securai Utara umumnya memiliki sumber mata
pencaharian dari sektor pertanian. Lebih jelasnya pada tabel 4 dapat dilihat
komposisi penduduk berdasarkan mata pencaharian.
Tabel 4. Distribusi Penduduk Menurut Jenis Mata Pencaharian Penduduk di Desa Securai Utara Tahun 2006
No. Jenis Mata Pencaharian Jumlah (Jiwa) Persentase (%) 1 Petani 911 60.21 2 Buruh Tani 189 12.49 3 Buruh/Swasta 270 17.85 4 Pegawai Negeri 72 4.76 5 Pedagang 55 3.63 6 Montir 16 1.06 Total 1513 100.00
Sumber : Kantor Kepala Desa Securai Utara, 2006
Tabel 4 dapat dilihat bahwa 911 jiwa atau 60.21 % penduduk mempunyai
mata pencaharian dari sektor pertanian. Sumber daya yang tersedia baik dari alam
Yanita Sari : Analisis Efektivitas Dan Efisiensi Distribusi Raskin (Studi Kasus : Desa Securai Utara, Kecamatan Balaban, Kabupaten Langkat, 2007 USU Repository © 2008
maupun manusia yang paling mendukung adalah sektor pertanian sehingga
pekerjaan dari sektor ini yang paling banyak untuk dikembangkan.
Keadaan penduduk berdasarkan tingkat pendidikan formal dapat dilihat
pada tabel 5.
Tabel 5. Distribusi Penduduk Menurut Pendidikan Formal di Desa Securai Utara Tahun 2006
No. Tingkat Pendidikan Jumlah (Jiwa) Persentase (%) 1 Belum/Tidak Sekolah 850 9.62 2 Tidak Tamat SD 892 10.09 3 Tamat SD 2842 32.17 4 Tamat SLTP 2115 23.94 5 Tamat SLTA 1957 22.15 6 Tamat Akademi (D1 – S3 ) 179 2.03 Total 8835 100.00
Sumber : Kantor Kepala Desa Securai Utara, 2006
Tabel 5 dapat dilihat bahwa penduduk Desa Securai Utara mempunyai
tingkat pendidikan rendah (tidak tamat SD, tamat SD,tamat SLTP) sebanyak 5849
jiwa atau 66.20 %. Tingkat Pendidikan SLTA dan akademi sebanyak 2136 jiwa
atau 24.18 %. Sehingga dapat diasumsikan bahwa penduduk di Desa Securai
Utara memiliki tingkat pendidikan rendah karena penduduknya memiliki
pendidikan rata-rata tamat SD saja.
c. Sarana dan Prasarana
Sarana dan prasarana desa akan mempengaruhi perkembangan desa.
Semakin baik sarana dan prasarana pendukung maka akan mempercepat laju
perkembangan desa tersebut.
Yanita Sari : Analisis Efektivitas Dan Efisiensi Distribusi Raskin (Studi Kasus : Desa Securai Utara, Kecamatan Balaban, Kabupaten Langkat, 2007 USU Repository © 2008
Tabel 6. Sarana dan Prasarana di Desa Securai Utara Tahun 2006
No. Sarana dan Prasarana Jumlah 1 SD dan TK 5 2 SLTP 3 3 SLTA 3 4 Jembatan 2 5 Mesjid 6 6 Musholla 5 7 Gereja 7 8 Pasar Umum 1 9 Toko/Kios 3
Sumber : Kantor Kepala Desa Securai Utara, 2006
Dari keadaan sarana dan prasarana di desa penelitian dapat diasumsikan
bahwa kebutuhan masyarakat dibidang keagamaan, pertanian, kesehatan, sudah
terpenuhi. Jadi dengan adanya sarana dan prasarana masyarakat tidak ketinggalan
informasi.
4. 2 Karakteristik Sampel
Karakteristik sampel yang dimaksud disini adalah meliputi karakteristik
sosial dan ekonomi masyarakat yang menerima beras miskin yang terdiri dari
umur, tingkat pendidikan, ukuran keluarga, pendapatan serta pekerjaan. Dari
sampel ini juga dilihat bagaimana keefektifan dan keefisienan dalam penyaluran
beras miskin tersebut, bagaimana proses pendistribusian, apakah sesuai dengan
pedoman umum yang telah ditetapkan dalam pendistribusian beras RASKIN atau
terdapat penyelewengan-penyelewengan yang terjadi dalam pendistribusian.
Secara keseluruhan akan disajikan Rekapitulasi Karakteristik Masyarakat
yang mendapat beras miskin seperti yang tertera pada Tabel 7.
Yanita Sari : Analisis Efektivitas Dan Efisiensi Distribusi Raskin (Studi Kasus : Desa Securai Utara, Kecamatan Balaban, Kabupaten Langkat, 2007 USU Repository © 2008
Tabel 7. Distribusi Sampel menurut Kelompok Umur Tahun 2007
No. Kelompok Umur (Tahun)
Jumlah (orang)
1 ≤40 14 2 41 – 50 60 3 51 – 60 17 4 > 60 9
Jumlah 100 Rata- rata 48
Sumber : Analisis Data Lampiran 1
Dari tabel 7 dapat diketahui bahwa jumlah sampel paling banyak pada
kelompok umur 41 – 50 tahun dengan rata-rata umur sampel 48 tahun, dengan
rata-rata tersebut dapat dilihat bahwa masyarakat yang mendapat beras miskin
masih berada dalam kategori usia produktif sehingga masih besar potensi tenaga
kerja yang dimiliki oleh masyarakat tersebut.
Tabel 8. Distribusi Sampel menurut Tingkat Pendidikan Tahun 2007
No. Tingkat Pendidikan Jumlah (orang)
1 SD 18 2 SMP 48 3 SMA 34
Jumlah 100 Sumber : Analisis Data Lampiran 1
Dari Tabel 8 dapat diketahui bahwa sampel yang berpendidikan SD
sebanyak 18 orang (18%), sedangkan yang berpendidikan SMA sebanyak 34
orang (34%). Tingkat pendidikan dari sampel yang paling banyak adalah yang
berpendidikan SMP yaitu 48 orang (48%). Hal ini menunjukkan bahwa
masyarakat pada daerah ini masih memiliki tingkat pendidikan yang rendah yaitu
setara SMP.
Yanita Sari : Analisis Efektivitas Dan Efisiensi Distribusi Raskin (Studi Kasus : Desa Securai Utara, Kecamatan Balaban, Kabupaten Langkat, 2007 USU Repository © 2008
Tabel 9. Distribusi Sampel menurut Jumlah Tanggungan Keluarga Tahun 2007
No. Ukuran Keluarga (orang)
Jumlah (orang)
1 ≤ 4 63 2 5 – 6 29 3 ≥ 7 8
Jumlah 100 Rata-rata 4
Sumber : Analisis Data Lampiran 1
Dari Tabel 9 dapat diketahui bahwa jumlah ukuran keluarga yang menjadi
sampel adalah 1 – 8 orang dengan rata-rata 4 orang. Hal ini menunjukkan bahwa
masyarakat memiliki jumlah tanggungan yang sedang. Jumlah tanggungan akan
berpengaruh terhadap ketersediaan lapangan pekerjaan terutama terhadap anak
usia produktif 15 – 60 tahun.
Tabel 10. Distribusi Sampel menurut Pekerjaan Kepala Keluarga Tahun 2007
No. Pekerjaan Kepala Keluarga
Jumlah (orang)
1 Wiraswasta/Pedagang 27 2 Petani/Buruh/Peternak 16 3 Tukang Becak 20 4 Mocok-mocok 22 5 Lain-lain 15
Jumlah 100 Sumber : Analisis Data Lampiran 1
Dari Tabel 10 dapat diketahui bahwa pekerjaan utama adalah
Wiraswasta/Pedagang yaitu 27 orang (27%), kemudian Mocok-mocok 22% dan
Tukang Becak 20%. Masyarakat yang mendapat beras miskin rata-rata tidak
memiliki lahan mereka hanya bekerja sebagai buruh tani dan mocok-mocok. Hari
ini mereka bekerja, besok belum tentu mereka bekerja sehingga penghasilan
mereka tidak tetap setiap bulannya.
Yanita Sari : Analisis Efektivitas Dan Efisiensi Distribusi Raskin (Studi Kasus : Desa Securai Utara, Kecamatan Balaban, Kabupaten Langkat, 2007 USU Repository © 2008
Tabel 11. Distribusi Sampel menurut Pendapatan Kepala Keluarga Tahun 2007
No. Pendapatan Keluarga (Rupiah)
Jumlah (orang)
1 ≤ 350.000 6 2 351,000 – 450,000 19 3 451,000 – 600,000 58 4 > 600,000 17
Jumlah 100 Rata-rata 546,300
Sumber :Analisis Data Lampiran 1
Dari Tabel 11 dapat diketahui pendapatan keluarga yang mendapat beras
miskin pada sampel terbesar adalah berkisar Rp 451,000 – 600,000
perbulannya dengan jumlah rata-rata Rp 546,300 per bulannya. Ini dapat
dikategorikan bahwa pendapatan keluarga mereka rendah. Hal tersebut karena
nilai pendapatan berada dibawah Upah Minimun Provinsi (UMP) yaitu sebesar
Rp 761.000 per bulan.
Yanita Sari : Analisis Efektivitas Dan Efisiensi Distribusi Raskin (Studi Kasus : Desa Securai Utara, Kecamatan Balaban, Kabupaten Langkat, 2007 USU Repository © 2008
V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Penelitian ini dilakukan terhadap masyarakat yang mendapat beras miskin
di Desa Securai Utara Kecamatan Babalan Kabupaten Langkat. Pada penelitian ini
ditetapkan sampel sebesar 100 KK. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui
keefektifan dan keefisienan pendistribusian beras RASKIN di daerah penelitian.
5.1 Harga RASKIN di Tingkat Rumah Tangga Miskin
RASKIN merupakan subsidi pangan sebagai upaya Pemerintah untuk
meningkatkan ketahanan pangan dan memberikan perlindungan pada keluarga
miskin melalui pendistribusian beras dimana masing-masing keluarga akan
menerima beras sebanyak 10 kg/KK dengan harga netto Rp 1000 per kg di titik
distribusi.
Pemerintah menetapkan harga RASKIN sebesar Rp 1000 per kg dengan
maksud dapat meringankan beban pengeluaran untuk pangan bagi warga yang
kurang mampu atau rumah tangga miskin. Namun harga tersebut berbeda setelah
sampai ke tangan penerima manfaat RASKIN. Hal itu karena terdapat biaya
tambahan seperti untuk biaya angkut, upah menimbang, biaya kantong plastik dan
lain sebagainya. Harga ditingkat rumah tangga penerima manfaat beras miskin
diwakili oleh harga ditingkat BULOG ditambah dengan biaya-biaya selama proses
pendistribusian dan keuntungan yang diperoleh oleh pelaksana distribusi. Hal ini
dapat dilihat pada Tabel 12.
Yanita Sari : Analisis Efektivitas Dan Efisiensi Distribusi Raskin (Studi Kasus : Desa Securai Utara, Kecamatan Balaban, Kabupaten Langkat, 2007 USU Repository © 2008
Tabel 12. Totalitas Biaya dan Keuntungan dari pendistribusian RASKIN
Pagu RASKIN
(kg)
Harga RASKIN di Bulog per kg (Rp)
Total Biaya
Distribusi (Rp)
Biaya Distribusi
Per kg (Rp)
Total Keuntungan
(Rp)
Keuntungan Per Kg (Rp)
10400 1000 1,993,000 192 2,167,000 208 Sumber : Analisis Data Lampiran 2 dan 3
Berdasarkan tabel 12 diketahui bahwa pagu RASKIN untuk Desa Securai
Utara yaitu 10400 kg dengan jumlah Rumah Tangga Miskin (RTM) yang
menerima RASKIN sebanyak 1040 KK. Harga RASKIN yang telah ditetapkan
oleh BULOG yaitu sebesar Rp 1000 per kg. Biaya-biaya yang terjadi selama
proses pendistribusian yaitu biaya angkut dari Bulog, biaya susut beras, biaya
transport hingga ke penerima manfaat, biaya menimbang dan biaya kantong
plastik sebesar Rp 1,993,000 atau Rp 192 untuk tiap kilogramnya. Total biaya
tersebut merupakan jumlah dari biaya distribusi yang terjadi ditingkat desa dan
dusun yang masing-masing sebesar Rp 308,000 dan Rp 1,685,000. Dalam
penyaluran beras miskin masing-masing pelaksana distribusi ditingkat desa dan
dusun memperoleh keuntungan sebesar Rp 1,772,000 dan Rp 395,000. Sehingga
total keuntungan yang diperoleh yaitu Rp 2,167,000 atau Rp 208 per kilogramnya.
Adapun Harga RASKIN setelah berada di tangan penerima manfaat atau
rumah tangga miskin dapat dilihat pada tabel 13 berikut ini.
Tabel 13. Perbedaan harga yang Terjadi di Tingkat Rumah Tangga Miskin
Harga di RT
Per Kg (Rp)
Harga Patokan Pemerintah (Rp)
Perbedaan Harga (Rp)
1400 1000 400 Sumber : Analisis Data Lampiran 2 dan 3
Yanita Sari : Analisis Efektivitas Dan Efisiensi Distribusi Raskin (Studi Kasus : Desa Securai Utara, Kecamatan Balaban, Kabupaten Langkat, 2007 USU Repository © 2008
Harga ditingkat rumah tangga merupakan jumlah harga ditingkat lembaga
distribusi dengan biaya distribusi dan keuntungan yang diperoleh dalam
penyaluran RASKIN yang dapat dilihat dari hasil perhitungan dibawah ini :
Prt = Pi + t + π
= 1000 + 192 + 208
= 1400
Perbedaan harga diketahui dengan menghitung selisih antara harga tingkat
rumah tangga dengan harga patokan Pemerintah, yaitu :
ΔP = Prt – Pp
= 1400 – 1000
= 400
Berdasarkan tabel 13 dan hasil perhitungan diatas diketahui bahwa harga
ditingkat rumah tangga penerima beras miskin diperoleh sebesar Rp 1400 per
kilogram. Harga tersebut menimbulkan perbedaan dengan harga patokan yang
telah ditetapkan oleh Pemerintah yaitu Rp 1000 per kilogram. Perbedaan harga
tersebut yaitu sebesar Rp 400. Terjadinya perbedaan harga RASKIN di tingkat
rumah tangga karena dibebankan biaya-biaya dan keuntungan yang diperoleh oleh
pelaksana distribusi. Jika dilihat dari hasil perhitungan dapat disimpulkan bahwa
keuntungan yang diperoleh oleh pelaksana distribusi lebih besar dari biaya-biaya
yang dikeluarkan selama proses pendistribusian. Seharusnya dalam
pendistribusian beras bersubsidi ini keuntungan yang diambil dapat diminimkan
atau ditiadakan. Sehingga perbedaan harga yang terjadi tidak terlalu besar dan
tidak memberatkan rumah tangga penerima RASKIN. Karena jika rumah tangga
Yanita Sari : Analisis Efektivitas Dan Efisiensi Distribusi Raskin (Studi Kasus : Desa Securai Utara, Kecamatan Balaban, Kabupaten Langkat, 2007 USU Repository © 2008
dibebankan biaya-biaya dan keuntungan dalam pendistribusian, program ini bukan
merupakan suatu bentuk bantuan.
Harga RASKIN di tingkat rumah tangga miskin akan menjadi tidak wajar
jika melebihi dari harga yang telah ditetapkan karna keuntungan dari
pendistribusian yang besar. Biaya – biaya yang terjadi dalam pendistribusian
sebenarnya dapat dialokasikan ke dalam anggaran APBD. Karena penyaluran
RASKIN hingga ke penerima manfaat sepenuhnya menjadi tanggung jawab
Pemerintah Daerah. Dengan begitu harga yang diterima oleh masyarakat miskin
akan tetap murah yaitu Rp 1000 per kilogram.
5.2. Keuntungan yang Diperoleh Rumah Tangga Miskin Surplus konsumen menunjukkan keuntungan yang diperoleh konsumen
karena mereka membeli suatu komoditi. Keuntungan tersebut diperoleh oleh
konsumen karena harga yang berlaku pada kondisi keseimbangan lebih rendah
dari pada harga yang mereka mau bayarkan.
Surplus konsumen bagi setiap unit beras RASKIN yang dikonsumsi adalah
selisih antara harga beras dipasar jika dibeli konsumen dengan harga beras
RASKIN yang ditawarkan dikalikan dengan kuantitas beras RASKIN yang
diperjual belikan. Tabel 14 menunjukkan surplus konsumen atau keuntungan yang
diperoleh rumah tangga miskin dengan adanya subsidi RASKIN.
Tabel 14. Surplus yang diperoleh Rumah Tangga Penerima Beras Miskin
Harga Beras Di Pasar (Rp/kg)
Harga RASKIN Yang di Tawarkan
(Rp/kg)
Kuantitas RASKIN
(Kg)
Surplus Rumah Tangga
(Rp/KK)
4982 1400 5.97 10,692
Sumber : Analisis Data Lampiran 4
Yanita Sari : Analisis Efektivitas Dan Efisiensi Distribusi Raskin (Studi Kasus : Desa Securai Utara, Kecamatan Balaban, Kabupaten Langkat, 2007 USU Repository © 2008
Berdasarkan tabel diatas, surplus yang diperoleh rumah tangga miskin
merupakan selisih harga beras yang harus dibeli dipasar dengan harga RASKIN
dan dikalikan dengan kuantitas pembelian RASKIN yang dapat dilihat dari
perhitungan dibawah ini :
Sk = ( Pa - Pk) x Q
2
= (4982 – 1400) x 5.97
2
= 10,692
Berdasarkan tabel 14 dan perhitungan diatas diketahui bahwa harga beras
di pasar yang dikonsumsi oleh rumah tangga miskin yaitu Rp 4982 per kg yang
merupakan hasil rata-rata yang diambil dari 100 sampel rumah tangga miskin.
Harga tersebut merupakan harga yang seharusnya mereka bayarkan jika tidak ada
subsidi pangan berupa beras miskin (RASKIN). Harga beras tersebut berkisar
antara Rp 4800 per kg hingga Rp 5200 per kg. Sehingga diperoleh rata-rata
sebesar Rp 4982 per kilogram. Sedangkan harga beras bersubsidi yang harus
mereka korbankan untuk memperoleh beras RASKIN yaitu sebesar Rp 1400
per kg. Kuantitas RASKIN yang diterima setiap kepala keluarga berbeda mulai
dari 5 kg hingga 10 kg. Hal tersebut bisa terjadi karena pagu beras yang
disalurkan lebih kecil dibandingkan dengan jumlah kepala keluarga (KK) yang
memperoleh manfaat beras miskin. Semakin bertambahnya jumlah rumah tangga
miskin di Desa Securai Utara mengakibatkan pembagian beras dilakukan secara
merata atau pembagian tidak berdasarkan jumlah yang semestinya yaitu
10 kg/KK. Hasil rata-rata yang diperoleh dari 100 sampel untuk kuantitas
RASKIN yang diperoleh masing-masing KK yaitu sebesar 5.97 kg/KK.
Yanita Sari : Analisis Efektivitas Dan Efisiensi Distribusi Raskin (Studi Kasus : Desa Securai Utara, Kecamatan Balaban, Kabupaten Langkat, 2007 USU Repository © 2008
Berdasarkan data tersebut diperoleh surplus bagi rumah tangga miskin
yang membeli beras dengan harga yang lebih rendah dibandingkan dengan harga
di pasar yaitu sebesar Rp 10,692 per kepala keluarga. Nilai tersebut merupakan
keuntungan yang diterima oleh rumah tangga miskin dengan adanya subsidi
Pemerintah di bidang pangan yaitu RASKIN. Dengan adanya beras miskin
dengan harga senilai Rp1400 per kilogram, setidaknya dapat meringankan beban
warga yang kurang mampu. Ini dapat dimaklumi dengan harga beras dipasar rata-
rata senilai Rp 5000 per kilogram.
Surplus yang diperoleh rumah tangga miskin menunjukkan terjadinya
kelebihan kepuasan yang dinikmati oleh penerima manfaat RASKIN. Kelebihan
kepuasan ini muncul dari adanya perbedaan antara kepuasan yang diperoleh
penerima manfaat RASKIN dalam mengkonsumsi sejumlah beras dengan
pembayaran yang harus dikeluarkannya untuk memperoleh beras tersebut.
Kepuasan yang diperoleh oleh penerima manfaat RASKIN selalu lebih besar dari
pada pembayaran yang mereka keluarkan.
5.3. Tingkat Keefektifan Distribusi RASKIN
Efektivitas pendistribusian beras RASKIN di nilai berdasarkan indikator-
indikator tertentu dalam mencapai tujuan program pendistribusian RASKIN yang
telah ditetapkan. Yang menjadi indikator-indikator keefektifan distribusi RASKIN
ini yaitu ketepatan sasaran, jumlah, harga, waktu dan administrasi.
Adapun hasil analisis tingkat efektivitas pendistribusian RASKIN
berdasarkan 5 indikator dapat dilihat pada tabel 15 berikut ini.
Yanita Sari : Analisis Efektivitas Dan Efisiensi Distribusi Raskin (Studi Kasus : Desa Securai Utara, Kecamatan Balaban, Kabupaten Langkat, 2007 USU Repository © 2008
Tabel 15. Persentase Tingkat Keefektifan Distribusi Beras Miskin
No. Indikator Tingkat Efektivitas
Tepat (%)
Tidak Tepat (%)
Jumlah (%)
1. Sasaran 57 43 100 2. Jumlah 1 99 100 3. Harga 0 100 100 4. Waktu 23 77 100 5. Administrasi 86 14 100 Rata-rata 33.4 66.6 100
Sumber : Analisis Data Lampiran 5
Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa dari 100 sampel yang
mengatakan bahwa proses pendistribusian RASKIN yang tepat sasaran yaitu 57%.
Untuk ketepatan jumlah beras RASKIN yang diterima RTM yaitu hanya 1%.
Kemudian untuk harga, tidak ada sampel yang mengatakan bahwa RASKIN
memiliki ketepatan harga Rp 1000,-. Untuk waktu pendistribusian 23% sampel
mengatakan tepat waktu dan selebihnya tidak tepat waktu. Dan untuk persyaratan
administrasi sekitar 86% dari sampel mengatakan administrasi pembayaran
terpenuhi.
Tingkat keefektifan pendistribusian RASKIN dikatakan efektif jika kelima
indikator yang menunjukkan tingkat efektivitas berada diatas atau sama dengan
80%. Dan jika berada di bawah 80% maka pendistribusian RASKIN dikatakan
tidak efektif.
Tabel 15 menunjukkan bahwa 57% sampel mengatakan program
pendistribusian RASKIN tepat sasaran. Dari data tersebut dapat disimpulkan
bahwa program pendistribusian RASKIN tidak efektif. Hal tersebut terjadi karena
sasaran penerima manfaat RASKIN sudah tidak sesuai. Sasaran program
RASKIN adalah rumah tangga miskin yang namanya telah terdaftar dalam Daftar
Penerima Manfaat (DPM) sebagai penerima manfaat beras RASKIN yang telah
Yanita Sari : Analisis Efektivitas Dan Efisiensi Distribusi Raskin (Studi Kasus : Desa Securai Utara, Kecamatan Balaban, Kabupaten Langkat, 2007 USU Repository © 2008
dikeluarkan oleh badan pusat statistik (BPS). Namun yang terjadi di lapangan
bahwa RASKIN tidak hanya dibagikan kepada keluarga miskin tetapi juga
dibagikan kepada kelompok masyarakat lain, akibatnya warga miskin yang berhak
menerima RASKIN hanya kebagian 5 kg hingga 8 kg dari jatah semestinya yaitu
10 kg/KK. Selain itu dibeberapa dusun, pembagian beras RASKIN dilakukan
secara merata termasuk kepada rumah tangga miskin yang namanya tidak
terdaftar dalam DPM RASKIN dan kepada rumah tangga yang tidak tergolong
miskin. Atas dasar musyawarah atau kebijaksaan desa terkait, RASKIN dibagikan
sehingga terjadi salah sasaran. Hal tersebut dilakukan untuk menghindari
kecemburuan sosial dari rumah tangga yang tidak menerima RASKIN.
Buruknya pencapaian sasaran menyebabkan target penyaluran semakin
berkurang dari 10 kg menjadi 5 kg hingga 8 kg per rumah tangga miskin. Sebab
banyak penerima manfaat diluar target. RASKIN disalurkan kepada mereka yang
datang lebih awal dan mampu menebusnya. Masyarakat paling miskin hanya
mampu menebus beras bersubsidi itu sekitar 5 kg per RTM. Hal ini sejalan
dengan pernyataan Bayu Dwi Radius dalam Kompas (24 Juli 2007) bahwa
sejumlah rumah tangga miskin tidak mampu mengakses beras yang harganya
Rp 1000 per kg disamping mereka tidak menyadari perlunya menyediakan dana
tambahan. Akibatnya beras tidak sampai ke sasaran.
Kecilnya jumlah RASKIN yang diterima masyarakat miskin dikarenakan
semakin bertambahnya jumlah keluarga miskin yang ada di daerah penelitian.
Berdasarkan data BPS jumlah RT miskin di Desa Securai Utara adalah 1040 KK,
namun kenyataannya dilapangan jumlah KK miskin mencapai hampir 1500 KK.
Bisa dibayangkan melonjaknya angka tersebut, sehingga sewaktu pembagian
Yanita Sari : Analisis Efektivitas Dan Efisiensi Distribusi Raskin (Studi Kasus : Desa Securai Utara, Kecamatan Balaban, Kabupaten Langkat, 2007 USU Repository © 2008
RASKIN semua RTM merasa berhak untuk mendapat RASKIN. Akibatnya
dibeberapa daerah di Desa Securai Utara terjadi pembagian yang sama rata
dengan jatah masing-masing KK sebanyak 5 kg dengan tujuan untuk menghindari
keributan sewaktu pembagian RASKIN.
Sulitnya pembagian RASKIN dalam praktek dilapangan, karena selalu
terjadi perbedaan angka kemiskinan yang dikeluarkan dari BPS maupun BKKBN.
Perbedaan angka inilah yang menyulitkan dalam pembagian RASKIN. Namun
dalam hal ini, data yang dipakai Pemerintah adalah data yang dikeluarkan dari
BPS karena data tersebut sudah dilindungi dengan UU. Data BPS itu harus
menjadi data basis untuk segala perencanaan, namun data BKKBNlah yang
mendekati kebenaran di lapangan dalam kasus berkurangnya jumlah RASKIN
yang diterima oleh setiap KK di Desa Securai Utara.
Disinilah persoalan itu terjadi, kriteria terhadap rumah tangga dikatakan
miskin harus jelas. Sebab selama ini sosialisasi terhadap RT miskin itu tidak
tersosialisasi dengan baik. Aparat desa harus tahu betul bahwa kriteria RT miskin
yang ditetapkan pemerintah adalah masyarakat yang penghasilannya maksimum
sebulan Rp 500,000,-, pola makan dari keluarga tersebut 1 – 2 kali per hari, atau
RT miskin yang makan hanya satu kali itupun bukan beras tapi pengganti
makanan pokok lainnya seperti ubi, singkong, gaplek, jagung dan sebagainya.
Jika masyarakat tidak termasuk dalam kriteria tersebut, maka dia tidak bisa
digolongkan rakyat miskin dan dia tidak berhak menerima RASKIN. Namun
kenyataan di lapangan, banyak masyarakat yang mengaku miskin, padahal mereka
tidak termasuk kriteria itu.
Yanita Sari : Analisis Efektivitas Dan Efisiensi Distribusi Raskin (Studi Kasus : Desa Securai Utara, Kecamatan Balaban, Kabupaten Langkat, 2007 USU Repository © 2008
Kekurangan jumlah beras yang diterima oleh rumah tangga miskin pada
saat pendistribusian beras menyebabkan banyak keluarga yang mengeluh karena
jumlah beras yang diberikan semakin tidak mencukupi kebutuhan. Hal ini dapat
dilihat pada tabel 15 yang menunjukkan bahwa hanya 1 orang (1%) dari 100
orang yang mengatakan bahwa jumlah RASKIN yang diterima oleh keluarga
miskin adalah 10 kg/KK. Ini menunjukkan ketidak efektifan program
pendistribusian RASKIN yang dilihat dari ketepatan jumlah beras yang diterima.
Harga RASKIN yang semestinya dijual kepada rumah tangga miskin
yaitu sebesar Rp 1000 per kg netto di titik distribusi. Harga tersebut merupakan
harga yang telah ditetapkan oleh Pemerintah. Tabel 15 menunjukkan bahwa dari
100 sampel, tidak ada keluarga yang mengatakan RASKIN dijual seharga
Rp 1000 per kilogramnya. Harga RASKIN yang dibeli oleh rumah tangga miskin
yaitu Rp 1400 per kilogram, hal ini dikarenakan sebagian daerah di Desa Securai
Utara medannya jauh, sehingga diperlukan biaya transportasi untuk menuju ke
lokasi tersebut. Dapat disimpulkan untuk ketepatan harga program distribusi
RASKIN tidak efektif.
Berdasarkan hasil wawancara terhadap sampel, hanya 23 orang (23%) dari
sampel yang mengatakan bahwa waktu pendistribusian beras RASKIN tepat
waktu dan selebihnya mengatakan pendistribusian tidak tepat waktu. Hal tersebut
menunjukkan terjadinya penyimpangan waktu penyaluran sehingga membuat
program pendistribusian RASKIN tidak efektif. Hal ini karena sering terjadinya
keterlambatan-keterlambatan dalam pendistribusian yang seharusnya 10 bulan
dalam setahun berkurang menjadi 8 bulan dan jarak pendistribusian antar bulan
berselang 2 hingga 3 bulan, sehingga rumah tangga penerima beras miskin merasa
Yanita Sari : Analisis Efektivitas Dan Efisiensi Distribusi Raskin (Studi Kasus : Desa Securai Utara, Kecamatan Balaban, Kabupaten Langkat, 2007 USU Repository © 2008
kesulitan memperoleh beras jika terjadi keterlambatan dalam pendistribusian
beras miskin. Karena program RASKIN sangat membantu rumah tangga miskin
dalam mengatasi masalah pangan. Keterlambatan penyaluran RASKIN tersebut
juga disebabkan karena keterlambatan pembayaran hutang oleh tim RASKIN di
kecamatan/kelurahan/desa, maka pendistribusian RASKIN untuk bulan berikutnya
menjadi terlambat.
Pembayaran administrasi RASKIN di Desa Securai Utara selalu berjalan
lancar yang pada prinsipnya pembayaran dilakukan secara tunai namun apabila
terdapat keluarga sasaran penerima manfaat tidak mampu membayar tunai, maka
dapat dikecualikan dengan syarat kepala desa/lurah membuat jaminan tertulis dan
pelunasannya selambat-lambatnya sebelum jadwal pendistribusian periode
berikutnya. Hai ini sesuai dengan tabel 15 yang menunjukkan bahwa 86 orang
(86%) dari sampel mengatakan pembayaran atas pembelian RASKIN dilakukan
secara kontan pada saat transaksi pembelian RASKIN terjadi. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa pendistribusian RASKIN dari segi ketepatan administrasi
adalah efektif.
Berdasarkan hasil penelitian terhadap kelima indikator yang menunjukkan
tingkat efektivitas pendistribusian RASKIN diperoleh nilai dengan rata-rata
sebesar 33.4% yang dapat disimpulkan bahwa program pendistribusian RASKIN
tidak efektif karna banyaknya terjadi penyimpangan-penyimpangan dalam
pendistribusian yang menyebabkan tujuan dari program RASKIN itu sendiri tidak
tercapai.
Yanita Sari : Analisis Efektivitas Dan Efisiensi Distribusi Raskin (Studi Kasus : Desa Securai Utara, Kecamatan Balaban, Kabupaten Langkat, 2007 USU Repository © 2008
5.4. Efisiensi Pemasaran
Setiap lembaga pemasaran yang terlibat akan mengambil keuntungan
untuk jasa yang mereka berikan. Kegiatan fungsi pemasaran oleh lembaga-
lembaga pemasaran akan mengakibatkan timbulnya biaya pemasaran. Besarnya
biaya pemasaran akan berpengaruh terhadap harga beli konsumen, hal ini
disebabkan biaya pemasaran yang timbul akan menjadi tambahan harga pada
barang yang ditanggung oleh konsumen. Efisiensi pemasaran menghitung biaya
pemasaran dibagi dengan nilai produk yang dipasarkan. Adapun efisiensi
pemasaran distribusi RASKIN dapat dilihat pada tabel 16.
Tabel 16. Tingkat Efisiensi Pendistribusian RASKIN
Total Pagu RASKIN
(Kg)
Harga Jual RASKIN
per Kg (Rp)
Total Penjualan RASKIN (Rp)
Biaya Distribusi (Rp)
Efisiensi Pemasaran
10400 1400 14,560,000 1,993,000 0.136
Sumber : Analisis Data Lampiran 2 & 3
Efisiensi pemasaran merupakan perbandingan antara biaya pemasaran
dengan nilai produk yang dipasarkan yang dapat dilihat dari perhitungan dibawah
ini :
Ep = Biaya Pemasaran
Nilai Jual Produk yang Dipasarkan
= 1.993.000
14.560.000
= 0.136
Yanita Sari : Analisis Efektivitas Dan Efisiensi Distribusi Raskin (Studi Kasus : Desa Securai Utara, Kecamatan Balaban, Kabupaten Langkat, 2007 USU Repository © 2008
Berdasarkan tabel 16 diketahui bahwa total pagu RASKIN untuk daerah
Desa Securai Utara yaitu 10400 kg dengan RTM sebesar 1040 KK. Harga
RASKIN yang dijual di tingkat rumah tangga miskin yaitu Rp 1400 per kg yang
mencakup biaya-biaya yang diperlukan dalam proses pendistribusian. Sehingga
diperoleh total penjualan RASKIN kepada rumah tangga miskin yaitu sebesar
Rp 14,560,000. Keseluruhan biaya distribusi yang dikeluarkan baik di tingkat
desa maupun dusun yaitu Rp 1,993,000.
Efisiensi pemasaran menghitung biaya-biaya selama pendistribusian/
pemasaran dibagi dengan total penjualan terhadap konsumen akhir. Dari hasil
perhitungan diketahui tingkat efisiensi pemasaran diperoleh sebesar 0.136 yang
menunjukkan bahwa pendistribusian beras RASKIN adalah efisien. Dikatakan
efisien karna hasil perhitungan efisiensi pemasaran (Ep) berada dibawah 1. Hasil
perhitungan tersebut di dukung dengan biaya distribusi yang cukup rendah
dibandingkan dengan nilai total penjualan RASKIN karena saluran pemasaran
atau jalur pemasaran dalam pendistribusian RASKIN pendek yaitu pendistribusian
langsung dari BULOG ke rumah tangga miskin. Hal ini sesuai dengan teori
Mubyarto (1885) dimana sistem pemasaran dianggap efisien bila mampu
menyampaikan hasil-hasil produsen kepada konsumen dengan biaya semurah-
murahnya.
Berdasarkan hasil penelitian diatas, diketahui bahwa program distribusi
RASKIN adalah efisien sedangkan jika ditinjau dari tujuan program tersebut,
pendistribusian beras RASKIN dikatakan tidak efektif. Keadaan tersebut
merupakan hal yang tidak sejalan. Efektivitas mengukur tingkat pencapaian
sesuatu tujuan; efisiensi mengukur suatu hasil tertentu dengan usaha yang
Yanita Sari : Analisis Efektivitas Dan Efisiensi Distribusi Raskin (Studi Kasus : Desa Securai Utara, Kecamatan Balaban, Kabupaten Langkat, 2007 USU Repository © 2008
minimal. Maka, oleh karenanya efektivitas tidak selalu berarti efisien. Sebuah
sistem mungkin efektif, tetapi mungkin ia tidak efisien sama sekali apabila
tujuannya dicapai dengan biaya yang sangat tinggi. Dilain pihak sistem tertentu
mungkin efisien (menggunakan biaya yang rendah) tetapi ia tidak efektif (sasaran-
sasarannya tidak tercapai).
Pendistribusian RASKIN menggunakan rantai pemasaran beras yang
pendek sehingga biaya yang dikeluarkan cukup minim. Beras disalurkan dari
gudang BULOG langsung ke konsumen melalui perantara Perangkat Desa. Biaya
pendistribusian yang rendah mempengaruhi tingkat efisiensi pemasaran. Hal ini
didukung oleh teori Soekartawi (1993) bahwa pemasaran yang efisien akan terjadi
jika biaya pemasaran dapat ditekan.
Sedangkan program pendistribusian RASKIN dikatakan tidak efektif
karna berdasarkan hasil penelitian tujuan-tujuan dari program tersebut tidak
tercapai seperti pendistribusian ini sering terjadi salah sasaran. Seharusnya sasaran
program ini diperuntukkan bagi masyarakat miskin, namun yang terjadi
dilapangan masyarakat yang tergolong mampu ikut mendapatkan program subsidi
ini. Jumlah beras yang seharusnya diterima oleh KK miskin adalah 10 kg/KK
tetapi justru berkurang menjadi rata-rata 5 kg /KK karena semakin meningkatnya
rumah tangga miskin dan sebagian rumah tangga ada yang tidak terdaftar
namanya sebagai penerima manfaat RASKIN padahal rumah tangga tersebut
berhak untuk menerima, sehingga sewaktu pembagian RASKIN semua RTM
merasa berhak mendapatkan RASKIN dan pembagian RASKIN pun dilakukan
secara merata untuk menghindari keributan. Harga RASKIN ditingkat penerima
manfaat mencapai Rp 1400/kg, lebih mahal dibanding yang ditetapkan
Yanita Sari : Analisis Efektivitas Dan Efisiensi Distribusi Raskin (Studi Kasus : Desa Securai Utara, Kecamatan Balaban, Kabupaten Langkat, 2007 USU Repository © 2008
pemerintah yaitu Rp 1000/kg dimana dibebankan biaya-biaya yang harus
ditanggung oleh penerima manfaat. Seharusnya biaya-biaya atau anggaran
distribusi RASKIN tersebut dimasukkan ke dalam APBD. Dengan demikian,
rakyat miskin tetap menerima harga murah Rp 1000/kg. Karena jika sampai
jumlahnya dikurangi dan harganya juga dinaikkan, program ini bukan lagi suatu
bentuk bantuan. Waktu pendistribusian juga sering terjadi keterlambatan yang
berselang 2 hingga 3 bulan dari pendistribusian pertama ke pendistribusian
berikutnya. Penyimpangan-penyimpangan tersebut menyebabkan program
pendistribusian RASKIN di Desa Securai Utara tidak efektif , karna sasaran-
sasarannya tidak sepenuhnya tercapai.
Yanita Sari : Analisis Efektivitas Dan Efisiensi Distribusi Raskin (Studi Kasus : Desa Securai Utara, Kecamatan Balaban, Kabupaten Langkat, 2007 USU Repository © 2008
VI. KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan
1. Harga RASKIN ditingkat rumah tangga miskin yaitu sebesar Rp 1000
per kg sehingga terdapat perbedaan harga antara harga patokan
Pemerintah dengan harga ditingkat rumah tangga sebesar Rp 400,-.
2. Program pendistribusian RASKIN memberikan surplus kepada penerima
manfaat beras miskin sebesar Rp 10,692 per kepala keluarga.
3. Tingkat keefektifan program pendistribusian beras RASKIN yaitu
sebesar 33.4% menyatakan distribusi RASKIN tepat sasaran, jumlah,
harga, waktu dan administrasi dan 51.2% menyatakan distribusi
RASKIN tidak tepat sasaran, jumlah, harga, waktu dan administrasi.
Pendistribusian beras RASKIN di Desa Securai Utara tidak efektif.
4. Tingkat efisiensi pendistribusian beras RASKIN di Desa Securai Utara
masuk dalam kategori efisien, dimana hal ini dapat dilihat dari nilai
efisiensi pemasaran ≤ 1.
6.2 Saran
1. Kepada Pemerintah
- Sebaiknya dilakukan pendataan keluarga miskin oleh aparat paling
rendah misalnya ketua RT/RW yang dapat mengamati dan menilai
langsung tingkat kemiskinan warga mereka sehingga lebih tepat sasaran.
- Anggaran distribusi RASKIN sebaiknya dimasukkan dalam Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) sehingga rakyat miskin dapat
menerima dengan harga murah yaitu Rp 1000 per kg.
Yanita Sari : Analisis Efektivitas Dan Efisiensi Distribusi Raskin (Studi Kasus : Desa Securai Utara, Kecamatan Balaban, Kabupaten Langkat, 2007 USU Repository © 2008
- Perlunya tambahan terhadap pagu RASKIN mengingat jumlah rumah
tangga miskin yang semakin meningkat dan pembaharuan waktu
pendistribusian yang disesuaikan dengan rencana distribusi.
2. Kepada Aparat Desa dan Kepala Desa
Untuk aparat desa dan kepala desa sebaiknya keuntungan yang
diperoleh sebagai jasa yang diberikan tidak terlalu besar atau ditiadakan
karna akan semakin memberatkan rumah tangga miskin dalam menebus
RASKIN.
3. Kepada Peneliti Selanjutnya
Agar dilakukan penelitian selanjutnya khususnya mengenai tingkat
keefektifan dari program pendistribusian beras miskin, karna
berdasarkan hasil penelitian, tujuan dari program RASKIN tersebut tidak
tercapai.
Yanita Sari : Analisis Efektivitas Dan Efisiensi Distribusi Raskin (Studi Kasus : Desa Securai Utara, Kecamatan Balaban, Kabupaten Langkat, 2007 USU Repository © 2008
DAFTAR PUSTAKA Amang, B., 1993. Ekonomi Perberasan, Jagung dan Minyak Sawit. Dharma Karsa
Utama, Jakarta. .,1994. Pengendalian Pangan dan Harga. Dharma Karsa Utama,
Jakarta.
dan M. Husein Sawit, 2001. Kebijakan Beras dan Pangan Nasional; Pelajaran dari Orde Baru dan Orde Reformasi. Edisi Kedua, IPB Press, Bogor.
Anonimous, 1990. Tanaman Padi. Kanisius, Jakarta.
, 2001. Bagaimana Dampak Krisis Ekonomi Terhadap Ketahanan
Pangan Golongan Miskin, Dalam : Buletin Agroekonomi., Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian. Volume 1 No.2.
, 2002. Analisis Ketahanan Pangan Tingkat Rumah Tangga dan
Regional, Dalam : Buletin Agroekonomi., Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian. Volume 2 No.4.
, 2004. Raport Raskin ; Kritik dan Pujian Sejak Awal Diluncurkan
Sampai Sekarang (1998-2004). Perum Bulog. http// www.bulog.co.id/raskin_evaluasi.htm.
Bayu, D. R., 2007. Hanya 18 Persen Anggaran RASKIN Tepat Sasaran, Dalam
Kompas : 24 Juli 2007.Bandung Black, J.A, dan D.J. Champion. 1992. Metode dan Masalah Penelitian Sosial.
Refika Aditama, Bandung. BPS, 2006. Direktori Rumah Tangga Miskin Kecamatan Babalan Kabupaten
Langkat, BPS Kabupaten Langkat. BULOG, 2006. Pedoman Umum Program Beras Untuk Keluarga Miskin
(RASKIN). Direktorat Jenderal Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Departemen Dalam Negeri dengan Perum BULOG.
Daniel, M., 2002. Pengantar Ekonomi Pertanian. Bumi Aksara, Jakarta. Downey, W., D., dan S. P., Erickson. 1992. Manajemen Agribisnis. Erlangga,
Jakarta.
Yanita Sari : Analisis Efektivitas Dan Efisiensi Distribusi Raskin (Studi Kasus : Desa Securai Utara, Kecamatan Balaban, Kabupaten Langkat, 2007 USU Repository © 2008
Harianto, 2001. Pendapatan, Harga dan Konsumsi Beras. Dalam : Bunga Rampai Ekonomi Beras (Suryana, A. dan S. Mardianto,2001). LPEM FE-UI, Jakarta.
Juliano, B. O., 1994. Criteria and Test for Rice grain quality. In: Rice Chemistry
and Technology (B.O.Juliano,ed.,1994). American Association of Cereal Chemists, St. Paul, Minnesota.
Kusnandar, D. 2004. Metode Statistik, dan Aplikasinya Dengan Minitab dan
Excel. Madyan Press, Yogyakarta. Nainggolan, K., 2005. Peningkatan Ketahanan Pangan Masyarakat Dalam
Rangka Revitalisasi Pertanian, Perikanan dan Kehutanan, Dalam : Majalah Pangan. Edisi No.45/XIV/Juli/2005
Pindyck, R. S. dan D. L. Rubinfeld, 2003. Mikroekonomi. Edisi ke-5, PT. Indeks,
Jakarta. Purwadi, B., 2000. Riset Pemasaran. Grasindo, Jakarta. Rahim, A. dan Dwihastuti, D. R., 2007. Ekonomika Pertanian. Penebar Swadaya,
Jakarta. Remi, S. S., dan P. Tjiptoherijanto, 2002. Kemiskinan dan Ketidakmerataan di
Indonesia. Rineka Cipta, Jakarta. Riduwan, 2005. Skala Pengukuran Variabel-Variabel Penelitian. Alfabeta,
Bandung. Saifullah, 2001. Peran Bulog Dalam Kebijakan Perberasan Nasional. Dalam :
Bunga Rampai Ekonomi Beras (Suryana, A. dan S. Mardianto,2001). LPEM FE-UI, Jakarta.
Soekartawi, 1993. Prinsip-prinsip Dasara Manajemen Pemasaran Hasil-hasil
Pertanian, Rajawali press, Jakarta. Steer, A. D., 2006. Era Baru dalam Pengentasan Kemiskinan di Indonesia. The
World Bank. Sudarmono, 2006. Politik Beras dan Ketahanan Bangsa.
http// www. ppi-india.org/ Sugiarto, dkk, 2000. Ekonomi Mikro ; Suatu Pendekatan Praktis. Gramedia
Pustaka Utama, Jakarta. Suhardjo, 1996. Perencanaan Pangan dan Gizi. Bumi Aksara, Jakarta.
Yanita Sari : Analisis Efektivitas Dan Efisiensi Distribusi Raskin (Studi Kasus : Desa Securai Utara, Kecamatan Balaban, Kabupaten Langkat, 2007 USU Repository © 2008
Sukirno, S., 2002. Pengantar Teori Mikroekonomi. Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Sulaksono, B., 2003. Kebijakan Bulog dalan Pengadaan Beras. http// www. smere. or.id./ newslet/ 2003/ ed05/ 200305 field. htm. Suntoro, E. 2003. dalam Kompas ; Delapan Kesalahan dalam Penyaluran
RASKIN (12 Maret 2003) Syafa’at, N. dan P. Simatupang, 2006. Kebijakan Pemantapan Ketahanan Pangan
Nasional Ke Depan, Dalam : Majalah Pangan, Edisi No.47/XV/Juli/2006. Tabor, S. R., and M. Husein Sawit, 2005. Raskin ; A Macro Program Assesment. Taff, C. A., 1994. Manajemen Transportasi dan Distribusi Fisis. Erlangga,
Jakarta. Tarigan, K., 1997. Ekonomi Pertanian. FP-USU, Medan.
Yanita Sari : Analisis Efektivitas Dan Efisiensi Distribusi Raskin (Studi Kasus : Desa Securai Utara, Kecamatan Balaban, Kabupaten Langkat, 2007 USU Repository © 2008
Yanita Sari : Analaban, Kabupa
isis Efektivitas Dan E nsi Distribu n (Stud ecurai Utara, Ke matan Bal ten Langkat, 2007 USU Repository © 2008
fisie si Raski i Kasus : Desa S ca
Lampiran 1. Karakteristik Sosial Ekonomi Masyarakat Yang Menerima Beras Miskin No. No. Nama Umur Pendidikan Pekerjaan Ukuran Pendapatan
Sampel (Tahun) Keluarga (Rp/Bulan) (Orang) 1 523 Siti Hadijah 36 SMP Pedagang 4 400,0002 42 Sudir 41 SMP Tukang Becak 2 400,0003 752 Suratmi 39 SMA Petani 3 600,0004 315 Mhd. Ali 40 SMP Tukang Becak 3 500,0005 260 Karsiah 58 SD Tidak Ada 2 300,0006 994 Latifah Hanim 45 SMA Pedagang 4 500,0007 866 Jainuddin 43 SMP Tukang Becak 5 500,0008 938 Nursiah 44 SMA Tukang Becak 5 600,0009 582 Syarifuddin Asmuni 48 SMP Dagang Ikan 6 600,00010 392 Yusuf 40 SMP Tukang Becak 3 600,00011 24 Wagiman 42 SMA Pedagang 3 600,00012 561 M. Yusuf 36 SD Buruh tani 4 600,00013 905 T.Situmorang 43 SMA Mocok-mocok 5 600,00014 835 Deliana Samosir 38 SMP Dagang Roti 3 500,00015 223 Miswanto 42 SD Petani 4 750,00016 147 Sumiadi 35 SMP Peternak 4 600,00017 400 Munah 71 SMP Tukang Kusuk 1 300,00018 209 Ita 42 SD Mocok-mocok 2 500,00019 816 Ahmadsyah 48 SMP Penjahit 5 700,00020 787 Ilawati 40 SMA Mocok-mocok 4 600,00021 118 Rum 47 SMP Tukang Becak 6 600,00022 717 Sutrisno 48 SMP Mocok-mocok 5 600,00023 499 Jamal 46 SD Buruh tani 5 600,00024 491 Rukini 48 SMP Pedagang 3 600,00025 301 Kasdi 60 SD Tukang Becak 6 600,00026 945 Hamzah Malau 47 SMP Penjual Ikan 4 800,00027 756 Ropina 48 SMA Mocok-mocok 6 600,00028 379 Jhonson 56 SMP Wiraswasta 5 650,00029 734 Titik Sariana 44 SMP Penjual Sayur 3 500,00030 882 Masrullah 53 SMA Pedagang 4 600,00031 305 Ismail 35 SMP Peternak 4 500,00032 20 Jumena 68 SMP Tukang Becak 1 400,00033 635 Muklis 53 SMA Pedagang 3 600,00034 616 Sumiati 42 SD Tukang Becak 4 500,00035 174 Liyas 46 SMP Tukang Becak 3 450,00036 22 Nyaman 48 SMA Mocok-mocok 4 500,00037 238 Rafe'ah 38 SMA Penjahit 8 800,00038 476 Selamat 65 SMP Wiraswasta 4 600,00039 949 Hajarul Aswad 50 SMA Pedagang 6 600,00040 828 Eliyakim 63 SMP Wiraswasta 7 700,000
Lampiran 1. Karakteristik Sosial Ekonomi Masyarakat Yang Menerima Beras Miskin No. No. Nama Umur Pendidikan Pekerjaan Ukuran Pendapatan
Sampel (Tahun) Keluarga (Rp/Bulan) (Orang)
41 66 Susanti 55 SMA Mocok-mocok 6 500,00042 358 Abdullah Harahap 56 SMA Wiraswasta 8 750,00043 237 Deritawati 42 SD Mocok-mocok 6 650,00044 466 Bustaman 45 SMP Mocok-mocok 3 500,00045 736 Ijah 58 SMA Pedagang 2 600,00046 939 Lasinem 65 SMP Mocok-mocok 5 600,00047 607 M.Efendi 51 SMP Mocok-mocok 4 600,00048 962 Hermansyah 35 SMP Tukang Becak 5 500,00049 141 Leginem 48 SMP Tukang Becak 7 400,00050 244 Wandi 35 SMP Mocok-mocok 4 500,00051 618 Nasib 53 SD Tukang Becak 6 450,00052 234 Farida 48 SMA Penjahit 5 600,00053 392 Mariam 65 SMP Tidak Ada 1 300,00054 19 Taing 40 SMP Pedagang 6 700,00055 440 Ruslan 46 SMA Pekerja Kebon 3 480,00056 124 Nurainun 42 SMP Mocok-mocok 3 600,00057 852 Sartini 42 SD Pedagang 4 450,00058 613 Syafruddin Harianto 41 SD Tukang Becak 2 400,00059 99 Yuni 42 SMA Pekerja Kebon 7 700,00060 782 Rahiman Lbs 43 SMP Mocok-mocok 3 500,00061 989 Amir Hamzah 46 SD Dagang Roti 4 500,00062 767 Agus Julham 43 SMP Mocok-mocok 5 600,00063 654 Fahrudin 48 SMA Mocok-mocok 6 600,00064 53 Supinah 63 SMP Tidak Ada 1 350,00065 661 Kaharuddin 43 SMA Mocok-mocok 3 600,00066 216 Minta karo-karo 44 SMP Pdgg Gula Aren 4 500,00067 980 Palem Sibarani 48 SMP Buruh Tani 5 600,00068 557 M.Nur Ressy 51 SMP Pedagang 5 400,00069 814 Lolot Harap 49 SMP Penjual Ikan 8 700,00070 727 Husman 61 SMP Tukang Becak 4 400,00071 726 L. Simanjuntak 56 SMA Pedagang 5 650,00072 698 Ali 42 SD Sopir 3 450,00073 72 Akub 48 SMA Buruh Tani 5 600,00074 755 Purworiati 45 SD Dagang Sayur 4 500,00075 368 Dadang Ari Dharma 47 SMP Mocok-mocok 3 500,00076 478 Husin 45 SMA Wiraswasta 5 650,000
Yanita Sari : Analisis Efektivitas Dan Efisiensi Distribusi Raskin (Studi Kasus : Desa Securai Utara, Kecamatan Balaban, Kabupaten Langkat, 2007 USU Repository © 2008
Lampiran 1. Karakteristik Sosial Ekonomi Masyarakat Yang Menerima Beras Miskin No. No. Nama Umur Pendidikan Pekerjaan Ukuran Pendapatan
Sampel (Tahun) Keluarga (Rupiah/Bulan) (Orang)
77 998 Samsiah 46 SMP Pembantu 2 350,00078 976 Kasman 46 SMA Mocok-mocok 4 600,00079 469 Ainun Jariah 52 SMP Tukang Becak 4 500,00080 788 Iyah 44 SD Pembantu 4 450,00081 123 Ridwan 65 SD Tidak Ada 1 300,00082 845 Eng Tarigan 48 SMA Pekerja Kebon 4 650,00083 445 Rahayu Guntur 48 SMA Pedagang 8 700,00084 246 Sumiah 46 SMA Pekerja Kebon 6 650,00085 669 M.Sopiyan 47 SMA Mocok-mocok 6 600,00086 395 Ngatini 38 SMP Pembantu 2 400,00087 92 Jumaidi 48 SMA Mocok-mocok 5 600,00088 359 Sukarmin 54 SMP Pekerja Kebon 4 600,00089 274 Sri widya 46 SMP Tukang Becak 3 500,00090 314 Zainab 44 SMP Pekerja Kebon 3 400,00091 251 Riadi 44 SMA Mocok-mocok 3 600,00092 776 Amaruddin 51 SMA Kuli Bangunan 4 650,00093 857 Adul 43 SMA Pedagang 2 450,00094 725 Abu Bakar Siddik 50 SMP Mocok-mocok 4 500,00095 675 Hasanuddin 48 SMA Tukang Becak 3 600,00096 536 Siti Aisyah 52 SMP Buka Warung 3 600,00097 339 Leginah 48 SD Pembantu 3 450,00098 806 Opung Reman 58 SMA Pedagang 7 700,00099 539 Supriadi 45 SD Tukang Becak 3 450,000100 412 Lastri 44 SMP Tukang Becak 4 400,000 Total 4762 415 54,630,000 Rataan 47.62 4.15 546,300
Yanita Sari : Analisis Efektivitas Dan Efisiensi Distribusi Raskin (Studi Kasus : Desa Securai Utara, Kecamatan Balaban, Kabupaten Langkat, 2007 USU Repository © 2008
Yanita s Efektivitas Dan Efisiensi Distribusi Raskin (Studi Kasus : Desa Securai Utara, Kecamatan laba t, 2007 U R 08
Sari : AnalisiBa n, Kabupaten LangkaUS epository © 20
Lampiran 4. Tingkat Harga Beras di Pasar dan Harga RASKIN bagi RTM
No. No. Nama Harga Beras Harga Beras Jumlah Beras Raskin
Sampel di Pasar /kg (Rupiah)
Raskin /kg (Rupiah) yang Diterima (kg)
1 523 Siti Hadijah 5000 1400 5 2 42 Sudir 5000 1400 6 3 752 Suratmi 5000 1400 5 4 315 Mhd. Ali 5000 1400 6 5 260 Karsiah 5000 1400 10 6 994 Latifah Hanim 5000 1400 5 7 866 Jainuddin 5000 1400 5 8 938 Nursiah 5000 1400 5 9 582 Syarifuddin Asmuni 4800 1400 5 10 392 Yusuf 5000 1400 7 11 24 Wagiman 5000 1400 6 12 561 M. Yusuf 5000 1400 5 13 905 T.Situmorang 5000 1400 5 14 835 Deliana Samosir 5000 1400 5 15 223 Miswanto 5200 1400 7 16 147 Sumiadi 5000 1400 6 17 400 Munah 4800 1400 10 18 209 Ita 5200 1400 6 19 816 Ahmadsyah 5200 1400 5 20 787 Ilawati 5200 1400 5 21 118 Rum 5000 1400 8 22 717 Sutrisno 5000 1400 5 23 499 Jamal 5000 1400 5 24 491 Rukini 5000 1400 5 25 301 Kasdi 5000 1400 10 26 945 Hamzah Malau 5200 1400 5 27 756 Ropina 5000 1400 5 28 379 Jhonson 5000 1400 7 29 734 Titik Sariana 5200 1400 5 30 882 Masrullah 5000 1400 5 31 305 Ismail 5000 1400 6 32 20 Jumena 5000 1400 10 33 635 Muklis 5000 1400 5 34 616 Sumiati 5000 1400 5 35 174 Liyas 4800 1400 8 36 22 Nyaman 4800 1400 7 37 238 Rafe'ah 5000 1400 7 38 476 Selamat 5000 1400 5 39 949 Hajarul Aswad 5000 1400 5 40 828 Eliyakim 5000 1400 5
Lampiran 4. Tingkat Harga Beras di Pasar dan Harga RASKIN bagi RTM
No. No. Nama Harga Beras Harga Beras Jumlah Beras Raskin
Sampel di Pasar /kg (Rupiah)
Raskin /kg (Rupiah) yang Diterima (kg)
41 66 Susanti 5000 1400 7 42 358 Abdullah Harahap 5200 1400 6 43 237 Deritawati 5000 1400 6 44 466 Bustaman 5000 1400 5 45 736 Ijah 5200 1400 5 46 939 Lasinem 5000 1400 5 47 607 M.Efendi 5000 1400 5 48 962 Hermansyah 5000 1400 5 49 141 Leginem 5000 1400 8 50 244 Wandi 5000 1400 6 51 618 Nasib 4800 1400 5 52 234 Farida 5000 1400 10 53 392 Mariam 5000 1400 10 54 19 Taing 5200 1400 6 55 440 Ruslan 5000 1400 6 56 124 Nurainun 5200 1400 6 57 852 Sartini 5000 1400 5 58 613 Syafruddin Harianto 5000 1400 5 59 99 Yuni 5000 1400 6 60 782 Rahiman Lbs 4800 1400 5 61 989 Amir Hamzah 5000 1400 5 62 767 Agus Julham 5000 1400 5 63 654 Fahrudin 5000 1400 5 64 53 Supinah 5000 1400 10 65 661 Kaharuddin 5000 1400 5 66 216 Minta karo-karo 5000 1400 6 67 980 Palem Sibarani 5000 1400 5 68 557 M.Nur Ressy 5000 1400 5 69 814 Lolot Harap 5000 1400 5 70 727 Husman 5000 1400 5 71 726 L. Simanjuntak 5000 1400 5 72 698 Ali 5000 1400 5 73 72 Akub 5000 1400 8 74 755 Purworiati 5000 1400 5
Yanita Sari : Analisis Efektivitas Dan Efisiensi Distribusi Raskin (Studi Kasus : Desa Securai Utara, Kecamatan Balaban, Kabupaten Langkat, 2007 USU Repository © 2008
Yanita Sari : Analisis Efektivitas Dan Efisiensi Distribusi Raskin (Studi Kasus : Desa Securai Utara, Kecamatan Balaban, Kabupaten Langkat, 2007 USU Repository © 2008
Lampiran 4. Tingkat Harga Beras di Pasar dan Harga RASKIN bagi RTM
No. No. Nama Harga Beras Harga Beras Jumlah Beras Raskin
Sampel di Pasar /kg (Rupiah)
Raskin /kg (Rupiah) yang Diterima (kg)
75 368 Dadang Ari Dharma 5000 1400 7 76 478 Husin 5000 1400 5 77 998 Samsiah 5000 1400 5 78 976 Kasman 5000 1400 5 79 469 Ainun Jariah 4800 1400 5 80 788 Iyah 4800 1400 5 81 123 Ridwan 5000 1400 10 82 845 Eng Tarigan 5000 1400 5 83 445 Rahayu Guntur 4800 1400 5 84 246 Sumiah 4800 1400 6 85 669 M.Sopiyan 5000 1400 5 86 395 Ngatini 5000 1400 6 87 92 Jumaidi 5000 1400 7 88 359 Sukarmin 4800 1400 8 89 274 Sri widya 4800 1400 6 90 314 Zainab 4800 1400 7 91 251 Riadi 4800 1400 8 92 776 Amaruddin 4800 1400 5 93 857 Adul 5000 1400 5 94 725 Abu Bakar Siddik 4800 1400 5 95 675 Hasanuddin 5000 1400 5 96 536 Siti Aisyah 5000 1400 5 97 339 Leginah 4800 1400 6 98 806 Opung Reman 5000 1400 5 99 539 Supriadi 4800 1400 5 100 412 Lastri 4800 1400 8 Total 498200 140000 597 Rataan 4982 1400 5.97