PELAKSANAAN DISTRIBUSI RASKIN DI PERUM BULOG SUB DIVISI REGIONAL I BANDUNG
-
Upload
tewe-ganuwiara -
Category
Documents
-
view
2.569 -
download
3
description
Transcript of PELAKSANAAN DISTRIBUSI RASKIN DI PERUM BULOG SUB DIVISI REGIONAL I BANDUNG
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Krisis yang menekan perekonomian pada pertengahan 1997, telah
memberi pengaruh yang sangat merugikan bagi kondisi makro-ekonomi
secara keseluruhan dan yang paling terpenting adalah kesejahteraan
masyarakat. Indonesia telah mencatat penurunan yang luar biasa dalam
tingkat kemiskinan dibandingkan dengan pencapaian pada negara-negara
kurang berkembang lainnya. Keberhasilan pengentasan kemiskinan
dalam ukuran moneter atas kesejahteraan secara konsisten bersama-
sama dengan perbaikan kesejahteraan yang diukur secara nonmoneter,
seperti pendidikan dan indeks kesehatan. Perbaikan kesejahteraan rakyat
terletak pada pertumbuhan ekonomi yang terus menerus selama tiga
dekade yang menghasilkan serangkaian strategi pembangunan termasuk
revolusi hijau sejak akhir tahun 1970-an, perdagangan bebas pada awal
1980-an, dan dibangunnya pertumbuhan ekonomi berorientasi ekspor
yang dimulai sejak awal 1990.
Hingga saat ini Indonesia masih menghadapi masalah kemiskinan
dan kerawanan pangan. Masalah ini menjadi perhatian nasional dan
penanganannya perlu dilakukan secara terpadu melibatkan berbagai
sektor baik di tingkat pusat maupun daerah.
2
2
Ketahanan pangan dipandang sebagai hal yang sangat penting
dalam rangka pembangunan nasional untuk membentuk manusia
Indonesia berkualitas, mandiri, dan sejahtera. Untuk mencapai tujuan
tersebut perlu diwujudkan ketersediaan pangan cukup, aman, bermutu,
bergizi, dan beragam serta tersebar merata di seluruh wilayah Indonesia
dan terjangkau oleh daya beli masyarakat.
Beras hingga kini masih merupakan salah komoditi pangan pokok
bagi masyarakat Indonesia dan merupakan komoditi strategis bagi
pembangunan nasional. Ketergantungan masyarakat terhadap konsumsi
beras sangat besar. Indonesia memiliki tingkat konsumsi jau lebih besar
sibandingkan dengan negara lain yaitu mencapai 139/kapita/tahun.
Bahkan beras sangat berperan dalam mempengaruhi kemiskinan
Indonesia, yaitu sebesar 64%. Dampak yang ditimbulkan akibat
kekurangan persediaan beras sangat besar. Pengalaman menunjukan
bahwa kekurangan beras sangat mempengaruhi kestabilan pembangunan
nasional. Bahkan bukan saja pada tingkat nasional, daerah, dan rumah
tangga, akan tetapi juga tingkat Internasional.
Peranan beras dapat dilihat dari aspek sosial dan politik.
Kerawanan pangan biasanya akan lebih mudah menyulut keresahan
masyarakat. Pada tahun 1972/1973 saat terjadinya kerawanan pangan
akibat kekeringan, saat itu suplai beras sangat terbatas dan hal tersebut
juga terjadi di luar negeri. Akibatnya harga beras naik tajam dan pada
akhirnya mendorong terjadinya protes-protes masyarakat. Keadaan
3
3
tersebut menggambarkan bahwa masalah pangan tidak saja merupakan
masalah satu individu atau bangsa saja, melainkan masalah bersama
secara menyeluruh.
Sebelum tahun 1998, kebijakan Pemerintah dalam bidang
perberasan di Indonesia adalah : memberikan subsidi kepada seluruh
lapisan masyarakat baik yang miskin maupun yag mampu (general
subsidy). Salah satunya ialah ceiling price yang menjadi batasan harga
tertinggi tingkat konsumen agar tidak terjadi monopoli pasar. Pemerintah
juga melakukan Operasi Pasar Murni (OPM) untuk menurunkan harga
beras. Namun sejak krisis ekonomi bulan Juli 1998, kebijakan subsidi
beras diberikan khusus kepada kelompok masyarakat tertentu (targeted
subsidy) melalui Operasai Pasar Khusus (OPK) yang merupakan cikal
bakal kebijakan Raskin (beras untuk keluarga miskin). Dengan perubahan
kebijakan tersebut maka sudsidi hanya diberikan kepada masyarakat
miskin.
Kondisi ini dianggap sebagai indikasi bahwa pemerintah ingin
meninggalkan kebijakan subsidi harga beras kepada konsumen umum,
karena dengan kebijakan tersebut, konsumen menengah ke atas justru
lebih banyak menikmati subsidi dibandingkan kelompok menengah ke
bawah. Dan melalui kebijakan targeted subsidy tersebut pemerintah
bermaksud untuk mentransfer pendapatan kepada kelompok penduduk
miskin atau berpenghasilan rendah. Hasilnya kebijaka pemerintah
tersebut berhasil menahan laju penurunan konsumsi energi dan protein
4
4
rumah tangga miskin masing-masing sebesar 8 dan 16%. Dan
keberhasilan program OPK juga terlihat dari meredanya gejolak
kekurangan/kesulitan pangan pada masyarakat miskin baik di perkotaan
maupun pedesaan.
Program ini dilaksanakan sebagai konsekuensi logis dari kenaikan
harga Bahan Bakar Minyak (BBM) yang subsidinya ditarik oleh pemerintah
pusat. Kenaikan harga BBM tersebut jelas berdampak pada naiknya harga
bahan pangan (sembilan bahan pokok), salah satunya beras.
Pada saat munculnya program OPK, Indonesia memang belum
memiliki model bantuan pangan yang mantap seperti di negara-negara
maju. Oleh karena itu maka pola OPK dianggap menjadi alternatif yang
paling rasional. Setiap tahunnya OPK dievaluasi dan terus melakukan
penyempurnaan. Pada tahun 2002, nama program diubah dengan
“Raskin” (beras untuk keluarga miskin) dengan tujuan agar lebih dapat
tepat sasaran dan agar lebih mencerminkan sifat program, yakni sebagai
bagian dari program perlindungan sosial bagi RTM (Rumah Tangga
Miskin), tidak lagi sebagai program darurat penanggulangan dampak krisis
ekonomi.
Instruksi Presiden Nomor 8 Tahun 2008 tentang Kebijakan
Perberasan menginstruksikan Menteri dan Kepala Lembaga Pemerintah
Non Departemen tertentu, serta Gubernur dan Bupati/Walikota seluruh
Indonesia untuk melakukan upaya peningkatan pendapatan petani,
5
5
ketahanan pangan, pengembangan ekonomi perdesaan dan stabilitas
ekonomi nasional. Secara khusus kepada Perum Bulog diinstruksikan
untuk menyediakan dan menyalurkan beras bersubsidi bagi kelompok
masyarakat miskin dan rawan pangan, yang penyediaannya
mengutamakan pengadaan beras dari gabah petani dalam negeri.
Pemerintah berupaya mengedepankan peran partisipasi
masyarakat dengan mengacu pada teori Bottom-Up. Dalam hal ini
pemerintah berharap masyarakat dapat terpacu untuk bisa menembus
perangkap kemiskinan yang melekat pada dirinya sehingga dapat
mengurangi jumlah masyarakat miskin. Salah satunya adalah dengan
dicanangkannya Program Raskin.
Program Raskin merupakan program yang bersentuhan langsung
dengan masyarakat, serta melibatkan berbagai pihak baik Pemerintah
Pusat maupun Pemerintah Daerah, demikian pula aparat Desa/Kelurahan,
Lembaga Musyawarah Desa, LSM, serta Tokoh Masyarakat. Oleh karena
itu Pemerintah Pusat yang diwakili Tim Koordinasi Raskin Pusat dan
Pemerintah Daerah yang diwakili oleh Tim Koordinasi Raskin Daerah baik
Provinsi maupun Kabupaten /Kota, perlu bekerjasama dan bersinergi
dalam melaksanakan Program Raskin sehingga tujuan-tujuan program
dapat tercapai secara efektif dan efisien.
Menyediakan dan mendistribusikan Raskin merupakan Tugas
utama Perum Bulog. Mengingat sangat vitalnya kebijakan ini bagi
6
6
kepentingan Negara dalam menanggulangi masalah kemiskinan, maka
dalam pelaksanaannya Perum Bulog harus melaksanakan Program
Raskin dengan tepat dan efektif demi tercapainya tujuan dan sasaran
sesuai dengan pedoman umum Raskin.
Berdasarkan uraian di atas penulis mendapat berbagai informasi
mengenai Perum Bulog dalam berbagai kegiatan perusahaannya,
khususnya mengenai Program Raskin yang dilaksanakan Perum Bulog.
Dan sesuai dengan kajian dalam mata kuliah yang mengharuskan
mahasiswa/i mengambil Praktek Kerja Lapangan (PKL) maka penulis
mendapatkan kesempatan untuk melaksanakan Praktek Kerja Lapangan
di Perum Bulog Sub Divisi Regional I Bandung.
Informasi yang didapat selama melaksanakan Praktek Kerja
Lapangan (PKL) di Perum Bulog Sub Divisi Regional I Bandung, penulis
menuangkan hasil Praktek Kerja Lapangan yang telah dilaksanakan
dalam bentuk Laporan Praktek Kerja Lapangan dengan mengambil judul
“Pelaksanaan Distribusi Raskin Di Perum Bulog Divisi Regional I
Bandung”.
1.2 Tujuan Penulisan Laporan
Tujuan penyusunan Laporan dengan melalui Praktek Kerja
Lapangan ini untuk memenuhi persyaratan kenaikan tingkat pada
Program Studi Komputerisasi Akuntansi Konsentrasi Komputer Akuntansi.
7
7
Dan merupakan tindak lanjut dari masalah yang teridentifikasi, maka
Laporan ini memiliki tujuan lain, yaitu untuk mendeskripsikan pelaksanaan
distribusi Raskin.
1.3 Identifikasi Masalah
Untuk mempermudah penyusunan laporan ini nantinya dan agar
laporan ini memiliki arah yang jelas dalam menginterpretasikan fakta dan
data ke dalam penyusunan laporan, maka terlebih dahulu diidentifikasi
permasalahan yang akan dibahas. Berdasarkan pada uraian latar
belakang masalah diatas, Penulis membatasi pembahasan pada masalah
yang berkaitan dengan pelaksanaan dalam penyaluran Raskin oleh
Perum Bulog. Maka penulis merumuskan masalah yang diteliti, yaitu :
Bagaimana Perum Bulog melaksanakan distrinusi Raskin
sebagaimana yang telah diatur dalam undang-undang dan
dicantumkan dalam Pedoman Umum Raskin?
1.4 Teknik Pengumpulan Data
Metode yang digunakan adalah metode desriptif, dimana metode
ini meneliti sebagian objek sebagai suatu kondisi, suatu sistem pemikiran
maupun peristiwa pemikiran. Data yang telah penulis kumpulkan yang
kemudian dianalisis dengan metode deskriptif, yaitu metode yang
8
8
didasarkan pada pemecahan masalah berdasarkan fakta-fakta dan
kenyataan yang ada pada saat penelitian / Praktek Kerja Lapangan
berlangsung, dengan cara penerapan teori dari buku yang telah dipelajari.
Adapun teknik pengumpulan data yang dilakukan oleh penulis dengan
beberapa cara, yaitu sebagai berikut :
Observasi, yaitu kegiatan pengumpulan data dan fakta dengan cara
mengamati kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan kegiatan
yang diteliti. Dengan menggunakan analisis tersebut diharapkan
masalah-masalah penelitian yang penulis bahas mendekati
kebenaran yang diharapkan.
Wawancara, yaitu kegiatan pengumpulan data dan fakta dengan
cara mengadakan tanya jawab dengan pihak-pihak yang berkaitan
dengan penelitian.
Dokumentasi, yaitu kegiatan pengumpulan data dan fakta dengan
cara mengamati dokumen-dokumen yang berkaitan dengan
penelitian.
9
9
BAB II
LANDASAN TEORI
Sebagai titik tolak atau landasan berfikir dalam menyoroti atau
memecahkan permasalahan perlu adanya pedoman teoritis yang dapat
membantu. Untuk itu perlu disusun kerangka teori yang memuat pokok-
pokok pikiran yang menggambarkan dari sudut mana masalah tersebut
disoroti.
Selanjutnya teori merupakan serangkaian asumsi, konsep,
konstruksi, definisi dan proposisi untuk menerangkan suatu fenomena
sosial secara sistematis dengan cara merumuskan hubungan antara
konsep.
Berdasarkan rumusan diatas, maka dalam bab ini penulis akan
mengemukakan teori, pendapat, gagasan yang akan dijadikan titik tolak
landasan berfikir dalam laporan ini.
2.1 Distribusi.
2.1.1 Definisi.
Pengertian Distribusi Menurut Taff yang dikemukakan dalam buku
Manajemen Transportasi dan Distribusi Fisis adalah :
10
10
“Distribusi merupakan penambahan kegunaan waktu, tempat dan
pemilikan barang yang mencakup juga pengangkutan barang-
barang dari tempat asal atau produksi lanjutan ke tempat
penjualan.”(7 : 7)
Dalam hal ini distribusi mencakup berbagai bidang manajemen
khususnya penjualan, pengiklanan, keuangan, pengangkutan dan
pergudangan.
Daniel dalam bukunya yang berjudul “Pengantar Ekonomi
Pertanian” mengatakan bahwa :
“Semua proses dalam distribusi pemasaran, mulai dari
penampungan dari produsen sampai penyaluran barang ke konsumen
membutuhkan biaya yang masing-masing tidak sama. Bila jarak antara
konsumen dan produsen pendek, maka biaya pengangkutan bisa
diperkecil. Jika tidak terjadi perubahan bentuk ataupun perubahan volume
atau mutu maka biaya pengolahan jadi tidak ada. Semakin panjang jarak
dan semakin perantara yang terlibat dalam distribusi, maka biaya distribusi
semakin tinggi”. (Daniel,2002).(2 : 7)
Distribusi artinya proses yang menunjukkan penyaluran barang
dari produsen sampai ke tangan masyarakat konsumen. Produsen artinya
orang yang melakukan kegiatan produksi. Konsumen artinya orang yang
menggunakan atau memakai barang/jasa dan orang yang melakukan
kegiatan distribusi disebut distributor.
Distribusi merupakan kegiatan ekonomi yang menjembatani
kegiatan produksi dan konsumsi. Berkat distribusi barang dan jasa dapat
11
11
sampai ke tangan konsumen. Dengan demikian kegunaan dari barang
dan jasa akan lebih meningkat setelah dapat dikonsumsi.
Dari apa yang baru saja diuraikan, tampaklah bahwa distribusi
turut serta meningkatkan kegunaan menurut tempatnya (place utility) dan
menurut waktunya (time utility).
2.1.2 Fungsi Distribusi.
Distribusi sangat dibutuhkan oleh konsumen untuk memperoleh
barang-barang yang dihasilkan oleh produsen, apalagi bila produksinya
jauh. Ada pun kegiatan yang termasuk fungsi distribusi terbagi secara
garis besar menjadi dua.
A. Fungsi Distribusi Pokok.
Yang dimaksud dengan fungsi pokok adalah tugas-tugas yang
mau tidak mau harus dilaksanakan. Dalam hal ini fungsi pokok distribusi
meliputi:
Pengangkutan (Transportasi).
Pada umumnya tempat kegiatan produksi berbeda dengan tempat
tinggal konsumen, perbedaan tempat ini harus diatasi dengan
kegiatan pengangkutan. Seiring dengan bertambahnya jumlah
penduduk dan semakin majunya teknologi, kebutuhan manusia
semakin banyak. Hal ini mengakibatkan barang yang disalurkan
12
12
semakin besar, sehingga membutuhkan alat transportasi
(pengangkutan).
Penjualan (Selling).
Di dalam pemasaran barang, selalu ada kegiatan menjual yang
dilakukan oleh produsen. Pengalihan hak dari tangan produsen
kepada konsumen dapat dilakukan dengan penjualan. Dengan
adanya kegiatan ini maka konsumen dapat menggunakan barang
tersebut.
Pembelian (Buying).
Setiap ada penjualan berarti ada pula kegiatan pembelian. Jika
penjualan barang dilakukan oleh produsen, maka pembelian dilakukan
oleh orang yang membutuhkan barang tersebut.
Penyimpanan (Stooring).
Sebelum barang-barang disalurkan pada konsumen biasanya
disimpan terlebih dahulu. Dalam menjamin kesinambungan,
keselamatan dan keutuhan barangbarang, perlu adanya penyimpanan
(pergudangan). Contoh, Anda bisa lihat mengapa orangtua kita ada
yang membuat lumbung padi?
Pembakuan Standar Kualitas Barang (Standarized).
Dalam setiap transaksi jual-beli, banyak penjual maupun pembeli
selalu menghendaki adanya ketentuan mutu, jenis dan ukuran barang
yang akan diperjualbelikan. Oleh karena itu perlu adanya pembakuan
standar baik jenis, ukuran, maupun kualitas barang yang akan
13
13
diperjualbelikan tersebut. Pembakuan (standardisasi) barang ini
dimaksudkan agar barang yang akan dipasarkan atau disalurkan
sesuai dengan harapan.
Penanggung Resiko.
B. Fungsi Tambahan.
Distribusi mempunyai fungsi tambahan yang hanya diberlakukan
pada distribusi barang-barang tertentu. Fungsi tambahan tersebut di
antaranya adalah sebagai berikut.
Menyeleksi.
Kegiatan ini biasanya diperlukan untuk distribusi hasil pertanian dan
produksi yang dikumpulkan dari beberapa pengusaha. Misalnya
produksi tembakau perlu diseleksi berdasarkan mutu/standar yang
biasa berlaku, produksi buah-buahan diseleksi berdasarkan ukuran
besarnya.
Mengepak/Mengemas.
Untuk menghindari adanya kerusakan atau hilang dalam
pendistribusian, maka barang harus dikemas dengan baik. Misalnya
buah-buahan atau sayuran, baju, TV.
Memberi Informasi.
Untuk memberi kepuasan yang maksimal kepada konsumen,
produsen perlu memberi informasi secukupnya kepada perwakilan
daerah atau kepada konsumen yang dianggap perlu informasi.
Informasi yang paling tepat bisa melalui iklan.
14
14
2.1.3 Sistem Distribusi.
Pengertian sistem distribusi adalah pengaturan penyaluran barang
dan jasa dari produsen ke konsumen.
Nainggolan dalam bukunya yang berjudul “Peningkatan
Ketahanan Pangan Masyarakat Dalam Rangka Revitalisasi Pertanian,
Perikanan dan Kehutanan” mengatakan bahwa :
“Sistem distribusi yang efisien menjadi prasyarat untuk menjamin
agar seluruh rumah tangga dapat memperoleh pangan dalam jumlah dan
kualitas yang cukup sepanjang waktu, dengan harga yang terjangkau.
Perdagangan pangan yang adil diantara berbagai pelaku dengan
kekuatan yang berbeda akan menjamin return/keuntungan yang efisien
dan adil”. (Nainggolan,2005).(4 : 7)
Pernyataan diatas diperkuat oleh Rahim dan Dwihastuti yang
mengatakan :
“Efisiensi pemasaran dapat terjadi yaitu pertama, jika biaya
distribusi dapat ditekan sehngga keuntungan yang diperoleh dapat lebih
tinggi, kedua, persentase perbedaan harga yang dibayarkan konsumen
dan produsen tidak terlalu tinggi, ketiga, tersedianya fasilitas fisik yang
mendukung proses pendistribusian”. (Rahim dan Dwihastuti,2007).(6 : 7)
Adapun pernyataan yang seirama dari Downey dan Erickson yang
mengatakan :
“Efisiensi pemasaran dinyatakan sebagai produk dasrti produsen
menuju ke pasar sasaran melalui saluran distribusi yang panjang dimana
distribusi produk berlangsung dengan tindakan penghematan biaya dan
waktu”. (Downey dan Erickson, 1992).(3 : 7)
15
15
Sistem distribusi dapat dibedakan menjadi:
a. Sistem distribusi jalan pendek atau langsung.
Adalah sistem distribusi yang tidak menggunakan saluran
distribusi. Contoh distribusi sistem ini adalah penyaluran hasil pertanian
oleh petani ke pasar langsung.
b. Sistem distribusi jalan panjang atau tidak langsung.
Adalah sistem distribusi yang menggunakan saluran distribusi
dalam kegiatan distribusinya biasanya melalui agen. Contoh: motor, mobil,
TV.
2.1.4 Saluran Distribusi.
Pengertian dari saluran distribusi atau perantara distribusi adalah
sebagai orang atau lembaga yang kegiatannya menyalurkan barang dari
produsen sampai ke tangan konsumen dengan tujuan untuk memperoleh
keuntungan
Purwadi dalam bukunya yang berjudul “Riset Pemasaran”
mengatakan bahwa :
“Peranan saluran distribusi dalam pemasaran tercermin dari biaya
distribusi yang besarnya dapat melebihi biaya produksi, biaya promosi,
biaya administrasi pemasaran dan biaya pemasaran lain. Peranan yang
besar dapat ditunjukan dengan kinerja yang baik terhadap fungsi-fungsi
pemasaran yang dilakukan di setiap saluran”. (Purwadi,2000).(5 : 7)
16
16
Saluran distribusi dapat kita bedakan menjadi dua golongan
lembaga distribusi, yaitu pedagang dan perantara khusus.
a. Pedagang.
Pengertian pedagang adalah seseorang atau lembaga yang
membeli dan menjual barang kembali tanpa merubah bentuk dan
tanggungjawab sendiri dengan tujuan untuk mendapatkan keuntungan.
Pedagang dibedakan menjadi:
Pedagang Besar (Grosir atau Wholesaler) adalah pedagang yang
membeli barang dan menjualnya kembali kepada pedagang yang
lain. Pedagang besar selalu membeli dan menjual barang dalam
partai besar.
Pedagang Eceran (Retailer) adalah pedagang yang membeli
barang dan menjualnya kembali langsung kepada konsumen.
Untuk membeli biasa partai besar, tetapi menjualnya biasanya
dalam partai kecil atau per-satuan.
b. Perantara Khusus.
Sama halnya dengan pedagang, kegiatan perantara khusus juga
menyalurkan barang dari produsen sampai ke tangan konsumen.
Bedanya perantara khusus tidak bertanggungjawab penuh atas barang
yang tidak laku terjual. Perantara khusus meliputi:
Agen (Dealer) adalah perantara pemasaran atas nama
perusahaan. Menjualkan barang hasil produksi perusahaan
17
17
tersebut di suatu daerah tertentu. Balas jasa yang diterima berupa
pengurangan harga dan komisi.
Broker (Makelar) adalahperantara pemasaran yang kegiatannya
mempertemukan penjual dan pembeli untuk melaksanakan kontrak
atau transaksi jual beli. Balas jasa yang diterima disebut kurtasi
atau provisi.
Komisioner adalah perantara pembelian dan penjualan atas nama
dirinya sendiri dan bertanggungjawab atas dirinya sendiri. Balas
jasa yang diterima disebut komisi.
Eksportir adalah pedagang yang melakukan aktivitasnya dengan
menyalurkan barang ke luar negeri.
Importir adalah pedagang yang melakukan aktivitasnya dengan
menyalurkan barang dari luar negeri ke dalam negeri.
2.1.5 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kegiatan Distribusi.
Pada bahasan terakhir ini akan dibahas mengenai faktor-faktor
yang mempengaruhi kegiatan distribusi. Faktor-faktor yang mempengaruhi
kegiatan distribusi meliputi:
A. Faktor Pasar.
Dalam lingkup faktor ini, saluran distribusi dipengaruhi oleh pola
pembelian konsumen, yaitu jumlah konsumen, letak geografis konsumen,
jumlah pesanan dan kebiasaan dalam pembelian.
18
18
B. Faktor Barang.
Pertimbangan dari segi barang bersangkut-paut dengan nilai unit,
besar dan berat barang, mudah rusaknya barang, standar barang dan
pengemasan.
C. Faktor Perusahaan.
Pertimbangan yang diperlukan di sini adalah sumber dana,
pengalaman dan kemampuan manajemen serta pengawasan dan
pelayanan yang diberikan.
D. Faktor Kebiasaan dalam Pembelian.
Pertimbangan yang diperlukan dalam kebiasaan pembelian
adalah kegunaan perantara, sikap perantara terhadap kebijaksanaan
produsen, volume penjualan dan ongkos penyaluran barang.
2.2 RASKIN (Beras untuk Rakyat Miskin).
2.2.1 Definisi Istilah-Istilah.
Untuk menghindari kesalahfahaman di dalam laporan ini maka
penulis dirasakan perlu menjelaskan batasan-batasan istilah, sbb :
Tim Koordinasi program Raskin tingkat Provinsi adalah tim koordinasi
yang ditetapkan berdasarkan keputusan Gubernur dan terdiri dari unsur
pemerintah daerah Provinsi (Biro Sarana Perekonomian, Biro Bina
Produksi, BPMD, Bappeda, BPS (Badan Pusat Statistik), BKKBN,
19
19
Perum Bulog, Divisi Regional, Kepolisian, Kejaksaan serta stakeholders
yang terkait.
Tim Koordinasi Divisi Regional (Divre) Provinsi adalah satuan kerja
Perum Bulog Divre Provinsi yang dibentuk Kadivre yang bertugas dan
bertanggung jawab mengkoordinasi dalam pelaksanaan Program
Raskin di Sub Divre.
Satker Raskin adalah satuan kerja palaksana distribusi Raskin yang
diangkat dengan Surat Perintah (SP) Kasub Divre yang terdiri dari
Ketua dan beberapa anggota, bertugas dan bertanggung jawab
mengangkut beras dari gudang Perum Bulog sampai dengan titik
distribusi dan menyerahkan kepada pelaksana distribusi.
Tim Koordinasi Raskin Kecamatan adalah tim yang dibentuk di tingkat
Kecamatan yang dipimpin oleh Camat sebagai ketua yang
beranggotakan unsur Kecamatan, Polsek, Pengelola Program KB
Kecamatan dan Koordinator Sensus Kecamatan (KSK) yang bertugas
mengkoordinir pelaksanaan Program Raskin di Kecamatan.
Pelaksana Distribusi adalah Kelompok Kerja (Pokja) dititik distribusi
yang dibentuk berdasarkan musyawarah Desa/Kelurahan yang
ditetapkan dengan Keputusan Kepala Desa/Lurah, terdiri dari Aparat
Desa/Kelurahan, Lembaga Masyarakat, dan unsur-unsur masyarakat
yang bertugas dan bertanggung jawab mendistribusikan Raskin kepada
penerima manfaat Raskin.
20
20
Kelompok Kerja (Pokja) adalah sekelompok masyarakat
desa/kelurahan yang terdiri dari aparat desa/kelurahan dan beberapa
orang yang ditunjuk dan ditetapkan oleh kepala desa/lurah sebagai
pelaksana distribusi Raskin.
Titik Distribusi (TD) adalah tempat atau lokasi penyerahan beras oleh
Satuan Kerja (Satker) Raskin Sub Divre kepada pelaksana distribusi di
Desa. Kelurahan yang dapat dijangkau penerima manfaat Raskin atau
lokasi lain yang ditetapkan atas dasar kesepakatan secara tertulis
antara Pemerintah Daerah dan Sub Divre.
Rumah Tangga Sasaran Penerima Manfaat (RTS-PM) Raskin adalah
penerima manfaat Program Raskin di Desa/Kelurahan sesuai hasil
pendataan Sosial Ekonomi tahun 2005 BPS dengan kategori sangat
miskin, miskin, dan sebagian hampir miskin.
Musyawarah Desa/Kelurahan adalah forum musyawarah di tingkat
Desa/Kelurahan yang melibatkan aparat desa/kelurahan, kelompok
masyarakat desa/kelurahan dan perwakilan RTS-PM Raskin dari setiap
Satuan Lingkungan Setempat (SLS) setingkat dusun/RW untuk
menetapkan RTM yang berhak menerima Raskin.
Beras Standar Kualitas Bulog adalah beras kualitas medium, kondisi
baik dan tidak berhama.
Unit Pengaduan Masyarakat (UPM) adalah lembaga yang ditetapkan
dengan Keputusan Gubernur di Provinsi dan Keputusan
Bupati/Walikota di Kabupaten/Kota yang berfungsi menerima dan
21
21
menindaklanjuti pengaduan masyarakat, baik langsung maupun tidak
langsung termasuk media cetak dan elektronik.
Warung Desa (Wardes) adalah lembaga ekonomi tingkat
desa/kelurahan, baik milik masyarakat, koperasi maupun pemerintah
desa/kelurahan yang memilki fasiltas bangunan/tempat penjualan
bahan pangan dan barang lainnya yang ditetapkan oleh Tim Koordinasi
Raskin Kabupaten/Kota sebagai tempat penyerahan beras Raskin dari
Satker Raskin kepada pengelola Wardes dan sekaligus tempat
penjualan beras pengelola Wardes kepada RTS-PM Raskin.
Kelompok Masyarakat adalah lembaga masyarakat dan/atau kelompok
masyarakat di desa/kelurahan yang ditetapkan oleh kepala desa/lurah
segbagai Pelaksana Distribusi Raskin.
Kualitas Beras Bulog adalah beras medium kondisi baik sesuai dengan
persyaratan kualitas beras sebagaimana diatur dalam peraturan yang
berlaku.
BAST adalah Berita Acara Serah Terima Beras Raskin
DO adalah Delivery Order
DPM-1 adalah Model Daftar Penerima Manfaat Raskin di
Desa/Kelurahan.
DPM-2 adalah Model Daftar Penjualan Raskin di Desa/Kelurahan
HPB adalah Harga Penjualan Beras secara tunai sebesar Rp.1600/Kg
netto di TD.
MBA-0 adalah Model Rekap BAST di tingkat Kecamatan.
22
22
MBA-1 adalah Model Rekap MBA-0 di tingkat Kabupaten/Kota.
MBA-2 adalah Model Rekap MBA-1 di tingkat Provinsi.
MJ adalah Model Jaminan
SPA adalah Surat Permintaan Alokasi.
SPPB adalah Surat Perintah Penyerahan Barang.
TTP-Raskin adalah Model Tanda Terima uang hasil penjualan Raskin
dari Pelaksana Distribusi dibuat oleh Satker Raskin.
UPM adalah Unit Pengadaan Masyarakat.
2.2.2 Pengertian dan Penjelasan Program Raskin.
Program Raskin (Program Penyaluran Beras Untuk Keluarga
Miskin) adalah sebuah program dari pemerintah dalam upaya
meningkatkan ketahanan pangan dan memberikan perlindungan kepada
keluarga miskin melalui pendistribusian beras dalam jumlah dan harga
tertentu. Dan merupakan suatu kebijakan program pemerintahan dalam
upaya mengatasi masalah kemiskinan. Raskin di peruntukan bagi rumah
tangga miskin yang telah terdata sebagai masyarakat yang berhak
menerima Raskin, dengan maksud untuk mengurangi beban pengeluaran
rumah tangga miskin serta membantu masyarakat miskin dan rawan
pangan agar mereka tetap mendapatkan beras untuk kebutuhan rumah
tangganya.
23
23
Program ini dilaksanakan di bawah tanggung jawab Departemen
Dalam Negeri dan Perum Bulog sesuai dengan SKB (Surat Keputusan
Bersama) Menteri Dalam Negeri dengan Direktur Utama Perum Bulog
Nomor : 25 Tahun 2003 dan Nomor : PKK-12/07/2003, yang melibatkan
instansi terkait, Pemerintah Daerah dan masyarakat.
Program tersebut adalah sebuah upaya untuk mengurangi beban
pengeluaran dari rumah tangga miskin sebagai bentuk dukungan dalam
meningkatkan ketahanan pangan dengan memberikan perlindungan
sosial beras murah.
2.2.3 Tujuan dan Sasaran Program Raskin.
Program Raskin bertujuan untuk mengurangi beban pengeluaran
RTM melalui pemenuhan sebagian kebutuhan pangan pokok dalam
bentuk beras. Serta saasaran dari Program Raskin ini adalah
meningkatkan akses masyarakat miskin dalam pemenuhan kebutuhan
pokok dalam rangka menguatkan ketahanan pangan rumah tangga
sebagai salah satu hak dasar masyarakat. Hal ini merupakan salah satu
program pemerintah baik pusat maupun daerah yang sangat penting.
Maka dari itu, Program Raskin perlu dilaksanakan secara benar agar
masalah kemiskinan dan kerawanan pangan dapat tertanggulangi.
24
24
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Sejarah Perusahaan.
3.1.1 Bulog Sebelum Menjadi Perum.
Dalam perjalanan sejarah bangsa Indonesia, kehadiran lembaga
pangan tidak dapat dipungkiri keberadaannya. Sejak jaman Majapahit dan
Mataram telah dikenal adanya lumbung-lumbung pangan yang berfungsi
sebagai penyedia pangan pada saat langka. Campur tangan Pemerintah
dalam komoditas beras diawali sejak jaman Pemerintah Belanda pada
tahun 1939, sehingga petani mengalami kesulitan untuk membayar pajak.
Menjelang pecahnya perang dunia ke II, Pemerintah Belanda
memandang perlu untuk secara resmi dan permanen mendirikan suatu
lembaga pangan yang disebut Voeding Middelen Fonds (VMF). Lembaga
pangan ini kemudian banyak perubahan nama maupun fungsi sehingga
dibentuk Bulog. Secara ringkas perkembangannya sebagai berikut :
Tahun 1939 didirikan VMF yang tugasnya membeli, menjual, dan
mengadakan bahan makanan.
Tahun 1942-1945 (Jaman Pendudukan Jepang) VMF dibekukan dan
diganti dengan “Sangyobu Kohatsu Kaisa”.
25
25
Tahun 1945-1950 terdapat dua organisasi, yaitu : di daerah RI
didirikan jawatan Pengawasan Makanan Rakyat (PMR) dan tahun
1947 / 1948 dibentuk kementrian persediaan makanan rakyat.
Sedangkan di daerah yang diduduki Belanda VMF dihidupkan kembali
dengan tugas seperti yang telah dijalankan pada tahun 1939.
Tahun 1950-1952 dibrntuk Yayasan Bahan Makanan (Bama) yang
tugasnya membeli, menjual, dan mengadakan persediaan pangan.
Tahun 1952-1958 digantikan Yayasan Urusan Bahan Makanan
(YUBM) yang lebih banyak berhubungan dengan masalah distribusi
atau pemerataan pangan. Dalam periode ini mulailah dilaksanakan
kebijakan dan usaha stasilisasi harga beras melalui intervensi pasar.
Tahun 1958-1964 selain YUBM yang ditugaskan melakukan impor,
didirikan pula YBPP (Yayasan Badan Pembelian Padi) yang dibentuk
di daerah-daerah dan bertugas untuk membeli padi. Dengan
,meningkatnya harga beras dan adanya tekanan dari golongan
penerima pendapatan tetap, maka pemerintah mulai mekanisme
pasar dan berorientasi pada distribusi fisik untuk melakukan intervensi
pasar.
Tahun 1964-1966 YUBM dan YBPP dilebur menjadi BPUP (Badan
Pelaksana Urusan Pangan). Tugas Badan ini mengurus persediaan
bahan pangan Indonesia.
Tahun 1966-1967 BPUP dilebur menjadi Kolognas (Komando Logistik
Nasional). Tugas Kolognas mengendalikan operasional bahan pokok
26
26
kebutuhan hidup. Kebijakan dan tindakan diambil untuk
menanggulangi kekurangan stok waktu itu dengan membeli beras di
luar negeri.
Tahun 1967 Kolognas dibubarkan, diganti dengan BULOG (Badan
Urusan Logistik) yang dibentuk dengan kepres RI No. 272 / 1967,
BULOG dinyatakan debagai Single Financing Agency (Ipres No.1 /
1968).
Pada tanggal 22 Jarnuari 1969 reorganisasi dilakukan dan
berdasarkan Kepres 11/1969, struktur organisasi BULOG diubah.
Tugasnya membantu Pemerintah menstabilkan harga pangan
khususnya sembilan bahan pokok. Tahun 1969 mulailah beberapa
konsep dasar kebijakan pangan yang erat kaitanya dengan pola
pembangunan ekonomi nasional antara lain : Konsep Floor dan
Ceiling price serta konsep Buffer stock. Berbagai sistem dan pola
operasi dikembangkan seperti : Tata cara pengadaan, pengangkutan,
pemyimpanan, dan distribusi.
Stabilisasi harga pangan berorientasi pada Buffer stock dimulailah
pada tahun 1970 dan tetap menjadi tugas utama di era 1950-an. Orientasi
Buffer stock bahkan ditunjang dengan dibangunnya gudang-gudang yang
tersebar di wilayah Indonesia. Struktur Organisasi dirubah sesuai dengan
Kepres No.39/1978 tanggal 6 November 1978 dengan tugas membantu
persediaan dalam rangka menjaga kestabilan harga bagi kepentingan
petani maupun konsumen, sesuai kebijakan umum Pemerntah.
27
27
Penyempurnaan terus dilakukan sejalan dengan tuntutan
keadaan. Melalui Kepres RI No.50/1995 BULOG ditugaskan
mengendalikan harga dan mengelola persediaan beras, gula, tepung,
kedelai, pakan dan bahan pangan lainnya. Namun seiring dengan
perkembangan ekonomi global, tugas pokoknya dipersempit melalui
Kepres No.45/1997 tanggal 1 November 1997 yaitu hanya mengendalikan
harga dan mengelola persediaan beras dan gula. Selang beberapa bulan,
sesuai Letter of intent (LOI) antara Pemerintah RI dan IMF tanggal 15
Januari 1998, Bulog hanya ditugaskan untuk mengelila beras saja, yang
dijelaskan dalam Kepres RI No.19/1998.
Tugas pokok ini diperbaharui lagi melalui Kepres No.29/2000
tanggal 26 Februari 2000 yaitu melaksanakan tugas umum pemerintah
dan pembangunan di bidang manajemen logistik melalui pengelolaan
persediaan, distribusi, pengendalian harga beras dan usaha jasa logistik
sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Tugas
tersebut tidak berjalan lama, karena mulai 23 November 2000 keluar
Kepres No.166/200 dimana tugas pokoknya melaksanakan tugas
Pemerintah bidang logistik sesuai peraturan perundang-undangan yang
berlaku. Dengan keputusan ini sebenarnya peran Bulog dalam stabilitasi
harga sudah ditiadakan sebab tugasnya hanya terbatas pada Perumusan
dan pengkajian Kebijakan pengendalian harga.
Kepres No.103/2001 tanggal 31 September 2001 mangatur
kembali tugas dan fungsi Bulog yaitu melaksanakan tugas pemerintah di
28
28
bidang manajemen logistik sesuai peraturan perundang-undangan yang
berlaku, dengan kedudukan sebagai lembaga pemerintah non
departemen yang bertanggung jawab langsung kepada presiden.
3.1.2 Peralihan Menuju Perum.
Selama dari 30 tahun Bulog melaksanakan penugasan dari
pemerintah untuk menangani bahan pokok khususnya beras dalam
rangka memperkuat ketahanan pangan nasional. Manajemen Bulog tidak
banyak berubah dari waktu ke waktu meskipun ada perbedaan tugas dan
fungsi dalam berbagai periode. Dalam rangka melaksanakan tugas dan
fungsinya, status hukum Bulog adalah sebagai Lembaga Pemerintah Non
Departemen (LPND) berdasarkan Kepres RI No.39 tahun 1978. Namun
sejak krisis ekonomi yang melanda Indonesia pada tahun 1997 timbul
tekanan yang sangat kuat agar peran Pemerintah dipangkas secara
drastis sehingga semua kepentingan nesional termasuk pangan harus
diserahkan sepenuhnya kepada mekanisme pasar. Tekanan terutama
muncul dari negara-negara maju pemberi pinjaman khususnya Amerika
Serikat dan lembaga keuangan internasional seperti IMF dan World Bank.
Konsekuensi logis yang harus diterima daritekanan tersebut
adalah Bulog harus berubah total. Dorongan untuk melakukan perubahan
datangnya tidak hanya dari dalam negeri, namun dari dalam negeri pula.
29
29
Perubahan kebujakan pangan pemerintah dan pemangkasan
tugas serta fungsi Bulog hanya diperbolehkan menangani komoditas
beras, penghapusan monopoli impor seperti yang tertuang dalam
beberapa Kepres dan SK Menperindag sejak tahun 1998. Kepres RI 103
tahun 2001 menegaskan bahwa Bulog harus beralih status menjadi
BUMN selambat-lambatnyan Mei 2003.
Berlakunya Undang-undang baru, khususnya Undang-undang
No.22 tahun 2000 tentang otonomi daerah yang dibatasi kewenangan
pemerintah pusat, masyarakat luas menghendaki agar Bulog terbebas
dari unsur-unsur yang bertentangan dengan tuntutan reformasi, bebas
dari KKN dan bebas dari pengaruh partai politik tertentu, sehingga Bulog
mampu menjadi lembaga yang efisien, efektif, transparan dan mampu
melayani kepentingan publik secara memuaskan. Keempat , perubahan
ekonomi global yang mengarah pada liberalisasi pasar, khususnya
dengan adanya WTO yang mengharuskan penghapusan non-tariff barrier
seperti monopoli menjadi tariff barrier serta pembukaan pasar dalam
negeri. Dalam LoI yang ditandatangani oleh pemerintah Indonesia dan
IMF pada tahun 1998, secara khusus ditekankan perlunya perubahan
status hukum Bulog agar menjadi lembaga yang lebih efisien, transparan
dan akuntabel.
Sehubungan dengan adanya tuntutan untuk melakukan
perubahan, Bulog telah melakukan berbagai kajian-kajian baik oleh intern
Bulog maupun pihak ekstern. Pertama , tim intern Bulog pada tahun 1998
30
30
telah mengkaji ulang peran Bulog sekarang dan perubahan lembaganya di
masa mendatang. Hal ini dilanjutkan dengan kegiatan sarasehan pada
bulan Januari 2000 yang melibatkan Bulog dan Dolog selindo dalam
rangka menetapkan arahan untuk penyesuaian tugas dan fungsi yang
kemudian disebut sebagai "Paradigma Baru Bulog". Kedua , kajian ahli
dari Universitas Indonesia (UI) pada tahun 1999 yang menganalisa
berbagai bentuk badan hukum yang dapat dipilih oleh Bulog, yakni LPND
seperti sekarang, atau berubah menjadi Persero, Badan Hukum Milik
Negara (BHMN), Perjan atau Perum. Hasil kajian tersebut menyarankan
agar Bulog memilih Perum sebagai bentuk badan hukum untuk
menjalankan dua fungsi bersamaan, yaitu fungsi publik dan komersial.
Ketiga , kajian auditor internasional Arthur Andersen pada tahun 1999
yang telah mengaudit tingkat efisiensi operasional Bulog. Secara khusus,
Bulog disarankan agar menyempurnakan struktur organisasi, dan
memperbaiki kebijakan internal, sistim, proses dan pengawasan sehingga
dapat memperbaiki efisiensi dan memperkecil terjadinya KKN di masa
mendatang. Keempat , kajian bersama dengan Bernas Malaysia pada
tahun 2000 untuk melihat berbagai perubahan yang dilakukan oleh
Malaysia dan merancang kemungkinan penerapannya di Indonesia.
Kelima , kajian konsultan internasional Price Waterhouse Coopers (PWC)
pada tahun 2001 yang telah menyusun perencanaan korporasi termasuk
perumusan visi dan misi serta strategi Bulog, menganalisa core business
dan tahapan transformasi lembaga Bulog untuk berubah menjadi lembaga
31
31
Perum. Keenam , dukungan politik yang cukup kuat dari anggota DPR RI,
khususnya Komisi III dalam berbagai hearing antara Bulog dengan Komisi
III DPR RI selama periode 2000-2002.
Berdasarkan hasil kajian, ketentuan dan dukungan politik DPR RI,
disimpulkan bahwa status hukum yang paling sesuai bagi Bulog adalah
Perum. Dengan bentuk Perum, Bulog tetap dapat melaksanakan tugas
publik yang dibebankan oleh pemerintah terutama dalam pengamanan
harga dasar pembelian gabah, pendistribusian beras untuk masyarakat
miskin yang rawan pangan, pemupukan stok nasional untuk berbagai
keperluan publik menghadapi keadaan darurat dan kepentingan publik
lainnya dalam upaya mengendalikan gejolak harga. Di samping itu, Bulog
dapat memberikan kontribusi operasionalnya kepada masyarakat sebagai
salah satu pelaku ekonomi dengan melaksanakan fungsi usaha yang tidak
bertentangan dengan hukum dan kaidah transparansi. Dengan kondisi ini
gerak lembaga Bulog akan lebih fleksibel dan hasil dari aktivitas usahanya
sebagian dapat digunakan untuk mendukung tugas publik, mengingat
semakin terbatasnya dana pemerintah di masa mendatang. Dengan
kondisi tersebut diharapkan perubahan status Bulog menjadi Perum dapat
lebih menambah manfaat kepada masyarakat luas.
Dan pada akhirnya era baru itu datang juga, sejak tanggal 20
Januari 2003 LPND Bulog secara resmi berubah menjadi Perum Bulog
berdasarkan Peraturan Pemerintah RI No. 7 Tahun 2003 yang kemudian
32
32
direvisi menjadi PP RI No. 61 Tahun 2003. Peluncuran Perum Bulog ini
dilakukan di Gedung Arsip Nasional Jakarta pada tanggal 10 Mei 2003.
3.2 Visi Misi Perusahaan.
Perum Bulog Sub Divre I Bandung mempunyai Visi dan Misi yang
menjadi acuan perusahaan yaitu :
VISI
Menjadi Perusahaan yang handal dalam mewujudkan Pangan yang
Cukup, Aman dan Terjangkau Bagi Rakyat.
MISI
Memenuhi kebutuhan pangan pokok rakyat.
3.3 Gambaran Umum Perusahaan.
Perum BULOG Merupakan Badan Milik Negara (BUMN)
pengganti Badan Urusan Logistik (BULOG). Kehadirannya didasarkan
Peraturan Pemerintah (PP) No.7 tahun 2003,tanggal 20 Januari 2003
tentang pendirian Perum BULOG dan disempurnakan dengan PP No. 61
tahun 2003 tanggal 17 Desember 2003. Tujuannya untuk
menyelenggarakan urusan logistik pangan pokok yang bermutu dan
memadai bagi pemenuhan hajat hidup orang banyak.
33
33
Perum BULOG diharapkan berperan sebagai alat perekonomian
negara yang efisien dan akuntabel sehingga memiliki kemampuan yang
memadai untuk dapat memperoleh kemandirian, otonomi, dan tanggung
jawab yang lebih besar dalam mengelola usaha logistik pangan pokok
secara nasional baik yang bersifat pelayanan masyarakat maupun bersifat
komersial. Aktivitas usaha Perum BULOG adalah bergerak di bidang
usaha komoditi pangan secara luas dengan orientasi kepada tugas
pelyanan publik maupun komersial.
Ruang lingkup usaha komoditi pangan pokok meliputi gabah dan
beras yang merupakan bisnis pokok Perum BULOG serta bidang pangan
lainnya. Selain Penugasan Publik (PSO) tersebut, usaha Perum Bulog di
bidang komersial adalah mencakup usaha perdagangan, jasa dan industri
pabrikasi, baik yang bersifat secara langsung maupun pemanfaatan
sarana dan pendukungnya serta bidang usaha lainnya.
Di dalam Penugasan Publik (PSO), Perum BULOG tetap
konsisten dalam tugas pokoknya yaitu sebagai Perusahaan Umum yang
melaksanakan manajemen logistik bidang pangan khususnya beras, untuk
kepentingan produsen (petani) dan konsumen (masyarakat). Secara
operasional penugasan publik adalah untuk pengendalian stock Pangan
Nasional dengan cara melakukan pembelian gabah atau beras dan
penjualan beras kepada rakyat miskin (Raskin), golongan anggaran,
bencana alam dan operasi pasar dengan harga beli dan harga jualnya
34
34
ditetapkan pemerintah. Dengan demikian dengan tingkat pembiayaan atas
aktivitas penugasan pelayanan publik dibiayai dan dijamin pemerintah.
Orientasi tugas komersil Perum BULOG secara obyektif adalah
untuk memeperoleh keuntungan (profitisasi) sebagai upaya untuk dapat
mengurangi biaya pemerintah dalam pelayanan publik.
Dari aktivitas yang dijalankan oleh Perum Bulog memiliki suatu
resiko usaha yang ditanggung sewaktu-waktu. Risiko yang melekat pada
Perum BULOG tersebut tidak terlepas dari karakteristik utama kegiatan
perusahaan yaitu kegiatan penyediaan barang atau produk, kegiatan
mendistribusikan barang, pengelolaan persediaan dan memasarkan
produk atau barang.
Sebagai lembaga pangan yang visinya untuk memantapkan
ketahanan pangan, maka aktivitas yang dilakukan baik di sisi publik
maupun komersial akan selalu mengacu pada untuk memantapkan
ketahanan pangan.
Perum BULOG Sub Divisi Regional I Bandung sebagai intansi
vertical Divre yang berada di bawah dan bertanggung jawab langsung
kepada Divre, mempunyai tugas adalah memberikan pelayanan kepada
masyarakat umum khususnya masyarakat Jawa Barat dengan
menyediakan bahan pangan bagi kepentingan umum, sekaligus untuk
mendapatkan keuntungan atau laba berdasarkan prinsip pengelolaan
35
35
perusahaan dan mengupayakan penyediaan bahan pangan dengan
jumlah dan mutu yang memadai. Selain itu, Perum Bulog Sub Divre Jabar
merintis kegiatan usaha penyediaan bahan pangan, serta
menyelenggarakan usaha-usaha lain yang menunjang usaha penyediaan
bahan pangan sesuai dengan peraturan yang berlaku.
Realisasinya adalah dengan mengadakan Operasi Pasar dan
Raskin sampai ke pedesaan sehingga seluruh lapisan masyarakat dan
daerah di Indonesia serta dapat meningkatkan kesejahteraan dan
kemakmuran rakyat secara adil dan merata dalam mendorong kegiatan
perekonomian.
Selama menjadi BUMN Bulog menggunakan modal sendiri,
kecuali Pegawai yang masih menggunakan status Pegawai Negeri Sipil
masih dibayar oleh RAPBN Pemerintah, untuk kegiatan operasional
lainnya Perum Bulog ini dibiayai dari Pemerintah sebesar % dan sisanya
sebasar 20% dari hasil pembagian keuntungan Bulog sebelum menjadi
BUMN.
Perum Bulog sebagai organisasi Semi Profit, yaitu memberikan
pelayanan jasa penyediaan bahan pangan (Beras) untuk memperoleh
laba atau keuntungan. Dengan laba tersebut diharapkan Perum Bulog
akan mampu untuk mengembangkan dan meningkatkan pelayanannya
dalam bidang pengadaan pangan.
36
36
3.4 Struktur Organisasi dan Deskripsi Jabatan Perusahaan.
3.4.1 Struktur Organisasi Perum Bulog Sub Divre I Bandung.
Setiap Perusahaan besar atauj kecil baik milik pemerintah
maupun swasta sudah tentu memiliki struktur organisasi yaitu untuk
mengetahui gambaran yang menunjukan pekerjaan yang harus
dilaksanakan oleh masing-masing bagian atau anggota dari organisasi
atau perusahaan bersangkutan dasn menggambarkan kepada siapa
harus bertanggung jawab.
Struktur organisasi Perum Bulog Sub Divisi Regional I Bandung
berbentuk organisasi lini, artinya kekuasaan mengalir dari puncak
pimpinan organisasi sampai kepada unit organisasi yang berada dibawah.
Sampai pada tingkat paling atas bertahap berdasarkan tingkat jabatan
yang dipegang.
Srtuktur Organisasi Sub Divisi Regional I Bandung dipimpin oleh
seorang Kepala dan Wakil Kepala membawahi 5 (lima) Kepala Seksi yang
terdiri dari :
-Seksi Pelayanan Publik
-Staf PP
-Seksi Analisis Harga dan Pasar
-Staf Gasar
-Seksi Kmersial
-Staf PPU
-Seksi Administrasi dan Keuangan
37
37
-Staf Minku
-Seksi Akuntansi
-Staf Akuntansi
-Subseksi Perawatan Kualitas
-Asisten Pengawas
-Gudang
Berdasarkan Struktur Organisasi Perum Bulog Sub Divisi Regional
I Bandung ini, maka menunjukan adanya hierarki jabatan serta pembagian
tugas dan memperlihatkan bagaimana pelaksanaan pekerjaan yang
diselenggarakan oleh pegawainya yang sesuai dengan fungsi dan
tanggung jawab yang telah dibebankan kepadanya sesuai peraturan yang
diberlakukan.
3.4.2 Deskripsi Jabatan Perum Bulog Sub Divre I Bandung.
Keputusan Direksi Perusahaan Umum Bulog Nomor: KD-
55/DS200/2007 tentang organisasi dan tata kerja Perusahaan Umum
Bulog, dipandang perlu untuk merumuskan kedudukan, tugas, fungsi,
susunan organisasi dan tata kerja Sub Divisi Regional di lingkungan
Perusahaan Umum (Perum) Bulog.
Kepala
Tugas utama :
Memimpin Suddivisi Regional sesuai dengan tugas yang telah di
tetapkan berdasarkan ketentuan yang berlaku.
38
38
Membina sumber daya Perum Bulog di lingkungan Subdivisi
Regional.
Melaksanakan kebijakan teknis di bidang pelayanan publik, analisis
harga pasar, komersial, administrasi, dan keuangan serta
akuntansi.
Melaksanakan kerja sama dengan badan usaha lain atau intansi
pemerintah
Wakil Kepala
Pada Subdivisi Regional yang berkedudukan di Pulau Jawa dan
Madura, Kepala dibantu oleh Wakil Kepala. Wakil Kepala adalh unsur
pemimpin yang berada dan bertanggung jawab langsung kepada Kepala.
Tugas utama :
Membantu Kepala dalam memimpin pelaksanaan tugas dan fungsi
Subdivisi Regional.
Mewakili Kepala apabila Berhalangan, dalam arti menggantikan
kewenangan Kepala dengan sementara dikarenakan Kepala tidak
memungkinkan untuk melaksanakan tugasnya.
Melaksakan peningkatan pengawasan.
Seksi Pelayanan Publik
Mempunyai tugas merencanakan, mengkoordinasikan, melakukan
dan melaporkan kegiatan pengadaan gabah atau beras, persediaan,
angkutan dan perawatan serta penyaluran beras kepada kelembagaan
39
39
pemerintah serta masyarakat umum dan khusus meliputi penyiapan surat
perintah setor, delivery order, nota tagihan, berita acara penyerahan,
daftar penyimpulan, perjanjian jual beli dan konsinyasi.
Dalam menyelenggarakan tugasnya segbagai mana diterangkan
diatas, Seksi Pelayanan Publik mempunyai Fungsi :
Merencanakan dan mengkoordinasikan kegiatan pengadaan
gabah/beras.
Merencanakan dan mengkoordinasikan kegiatan pemantauan dan
analisa harga dan pasar.
Merencanakan dan mengkoordinasikan kegiatan pengelolaan
persediaan dan angkutan.
Merencanakan dan mengkoordinasikan kegiatan perawatan
kualitas dan pemberantasan hama serta pengolahan komoditi
pangan.
Merencanakan dan mengkoordinasikan kegiatan pelayanan
penyaluran beras kepada kelembagaan pemerintah serta
masyarakat umum dan khusus.
Seksi Analisis Harga dan Pasar
Mempunyai tugas merencanakan, mengkoordinasikan, melakukan
dan melaporkan kegiatan analisis, pengamatan dan monitoring
perkembangan harga pasar dari tingkat produsen dan konsumen serta
penyusunan data statistik seluruh komoditi.
40
40
Seksi Komersial
Mempunyai tugas merencanakan, mengkoordinasikan, melakukan
dan melaporkan kegiatan pengolahan perdagangan serta jasa dan
pengembangan pangan dan non pangan pembinaan unit usaha.
Dalam menyelenggarakan tugasnya segbagai mana diterangkan
diatas, Seksi Komersial mempunyai Fungsi :
Merencanakan dan mengkoordinasikan kegiatan pengolahan
perencanaan dan pengembangan industri dan pengolahan serta
perdagangan komoditi pangan dan non pangan.
Merencanakan dan mengkoordinasikan kegiatan perencanaan dan
pengembangan usaha jasa pergudangan, angkutan dan
pembongkaran, survey dan perawatan serta usaha jasa lainnya.
Merencanakan dan mengkoordinasikan kegiatan perencanaa dan
pengembangan pemeliharaan sarana dan dukungan teknologi.
Seksi Administrasi dan Keuangan
Mempunyai tugas merencanakan, mengkoordinasikan, melakukan
dan melaporkan kegiatan pengelolaan sumber daya manusia dan hukum,
ketatausahaan kerumahtanggaan serta umum, pengelolaan anggaran dan
pembiayaan serta pembuatan laporan pertanggungjawaban keuangan
Sub Divre.
Dalam menyelenggarakan tugasnya segbagai mana diterangkan
diatas, Seksi Administrasi dan Keuangan mempunyai Fungsi :
41
41
Merencanakan dan mengkoordinasikan kegiatan pengelolaan
administrasi sumber daya manusia, urusan hukum dan klaim.
Merencanakan dan mengkoordinasikan kegiatan pengelolaan surat
menyurat, arsip, ekspedisi, hubungan masyarakat,
kerumahtanggaan dan pengelolaan pengadaan, pemeliharaan
perlengkapan sarana kantor, rumah dinas jabatan, mess,
pergudangan dan inventaris serta penghapusan.
Merencanakan dan mengkoordinasikan kegiatan kehumasan.
Merencanakan dan mengkoordinasikan kegiatan pengelolaan
anggaran, administrasi pembiayaan dan verifikasi.
Seksi Akuntansi
Mempunyai tugas merencanakan, mengkoordinasikan, melakukan
dan melaporkan kegiatan administrasi pembukuan, neraca, laporan
pertanggungjawaban keuangan dan hubungan rekening antar kantor.
Subseksi Perawatan Kualitas
Mempunyai tugas merencanakan, mengkoordinasikan, memonitor
dan mengevaluasi serta melakukan kegiatan inspeksi kualitas,
penghitungan kebutuhan biaya perawatan dan obat-obatan, pengendalian
aplikasi teknis penyimpanan, sanitasi gudang dan lingkungannya,
pemberantasan hama, dan pengendalian hama terpadu serta pengolahan
gabah dan pengolahan hasil pemeriksaan kualitas.
42
42
3.4.3 Gudang.
3.4.3.1 Gambaran umum.
Kegiatan pelayanan publik maupun kegiatan komersial yang
dijalankan Perum Bulog saat ini terpusat dan terkait erat pada proses
kegiatan yang ada di gudang. Perum Buliog memiliki sekitar 1500 gudang
dengan kapasitas simpan hampir 4 (empat) juta ton beras yang tersebar di
seluruh wilayah Indonesia, besarnya fasilitas pergudangan yang dimiliki
Perum Bulog tersebut sangat mendukung perusahaan dalam
menyediakan stok pangan (beras) yang cukup dan merata dalam liingkup
waktu, jumlah, kualitas, tempat serta melakukan melakukan bisnis inti di
diseluruh wilayah Indonesia. Oleh karena itu gudang merupakan “ujung
tombak” perusahaan dasn menjadi sangat penting mengingat segala
kegiatan yang dilakukan di gudang adalah menopang seluruh kegiatan
logistik Perum Bulog yaitu menerima barang (pengadaan), menyimpan
barang (cadangan stok pangan), merawat barang (menjamin
mutu/kujalitas) dan mengeluarkan barang (penyaluran).
3.4.3.2 Struktur Organisasi dan Deskripsi Jabatan Gudang.
Kepala Gudang atau Pengusaha Gudang
Berdasarkan SK Nomor : KD-107/DO301/03/2009, Kepala
Gudang atau Pengusaha Gudang memiliki gambaran tugas-tugas sebagai
berikut :
43
43
Kepala gudang dan/atau Pengusaha Gudang bertanggung jawab
kepada Kadivre/Kasubdivre/Kakansilog sesuai kedudukannya.
Kepala Gudang atau Pengusaha Gudasng mempunyai tugas
melakukan urusan pemasukan, pentimpanan, perawatan, dan
pengeluaan barang, administrasi keuangan, sumber daya manusia
dan ketatausahaan.
Berdasarkan perintah tertulis Kadivre/Kasubdivre/Kakansilog,
Kepala Gudang diberikan kewenangan menjalankan tugas dan
tanggungjawabnya sesuai ketentuan yang ditetapkan dalam Surat
Keputusan Direksi yang mengatur tentang Peraturan Pergudangan
dan ketentuan lain yang berlaku di lingkungan Perum Bulog.
Kepala Gudang berwenang memberikan tugas kepada kerani dan
Juru Timbang serta Petugas Tata Usaha yang beradas dibawah
struktur unit kerjanya sesuai Tupoksi dalam Keputusan Direksi
tentang Organisasi dan Tata Kerja Divisi Regional Perum Bulog
dan atau tugas lain yang dipandang perlu untuk kelancaran
pelaksanaan operasional gudang.
Kepala Gudang berwenang meminta pertanggungjawaban Kerani.
Juru Timbang dan Petugas Tata Usaha atas tugas yang diberikan,
dan Kerani, Juru Timbang, dan Petugas Tata Usaha berkewajiban
mempertanggungjawabkan segala tugas yang dijalankan.
Kerani
Bertugas mengurus :
44
44
Penyortiran
Penyusunan barang komoditi
Pemasukan
Penyimpanan
Perawatan
Pengeluaran barang komoditi Perum Bulog di gudang
Juru Timbang
Bertugas mengurus :
Penimbangan
Pencatatan
Perhitungan masuk dan keluar barang komoditi Perum Bulog
Pengamatan dan pengujian ketepatan alat timbang
Perawatan kualitas barang komoditi Perum Bulog
Petugas Tata Usaha
Bertugas mengurus :
Tata usaha pergudangan
Kepegawaian
Keuangan
Penyusunan dokumen
Pelaporan / Sistem Informasi Pergudangan
Adapun bagan struktur orgasisasi gudang, sbb :
KEPALAGUDANG
PETUGASTATA USAHA
45
45
3.5 Perencanaan dan Pelaksanaan Distribusi Raskin oleh Perum
Bulog Sub Divre I Bandung.
3.5.1 Perencanaan Distribusi Raskin.
Kegiatan perencanaan meliputi penetapan pagu Raskin nasional
sampai dengan tingkat desa/kelurahan/kecamatan berdasarkan data RTS
BPS, penetapan RTS-PM berdasarkan kesepakatan hasil Musyawarah
Desa/Kelurahan dan rencana perndistribusian Raskin.
A. Penentuan Pagu Raskin.
a. Pagu Raskin Nasional dialokasikan ke provinsi di seluruh Indonesia
oleh Tim Koordinasi Raskin Pusat berdasarkan data RTS dari BPS dan
kuantum Pagu Raskin Nasional sesuai dengan Undang Undang No. 47
tahun 2009 tentang APBN 2010.
b. Pagu Raskin Provinsi dialokasikan ke kabupaten/kota oleh Tim
Koordinasi Raskin Provinsi yang dituangkan dalam Keputusan
Gubernur. Untuk Sumatera Utara ini sendiri dituangkan dalam Surat
Keputusan Gubernur Sumatera Utara Nomor :501/670/K/ Tahun 2009
tanggal 2 Maret 2009 tentang penetapan Pagu beras Raskin untuk
RTM Kabupaten/kota se-Sumatera Utara Tahun 2009 dan Pemko
JURUTIMBANG
KERANI
Gambar 3. 1. Srtuktur Organisasi Gudang.
46
46
Medan mendapat alokasi pagu RTM sebanyak 86.323 RTM yang
masing-masing memperoleh beras Raskin sebanyak 15 Kg
/RTM/perbulan dengan harga Rp.1.600/Kg. Sedangkan penetapan
Pagu Raskin Kabupaten/Kota didasarkan pada:
Pagu Raskin Provinsi.
Data RTS Kabupaten/Kota dari BPS.
c. Pagu Raskin Kecamatan/Kelurahan/Desa ditetapkan oleh Tim
Koordinasi Raskin Kabupaten/Kota dengan Keputusan Bupati/Walikota.
Penetapan pagu Raskin Kecamatan dan Desa/Kelurahan didasarkan
pada:
Pagu Raskin Kabupaten/Kota
Data RTS Kecamatan, Desa/Kelurahan dari BPS
d. Distribusi Pagu Raskin tahun 2010 berakhir sampai dengan 31
Desember 2010 dan apabila ada sisa pagu, tidak dapat disalurkan pada
tahun 2011.
B. Penentuan Rumah Tangga Sasaran Penerima Manfaat.
a. RTM yang berhak mendapatkan Raskin adalah RTM yang terdaftar
dalam PPLS 08 BPS sebagai RTS di desa/kelurahan.
b. Dalam rangka mengakomodir adanya dinamika RTM ditingkat
desa/kelurahan, maka perlu dilakukan Mudes/Muskel untuk
menetapkan kebijakan lokal:
Melakukan verifikasi nama RTS hasil PPLS 08 BPS yang sudah
tidak layak atau pindah alamat keluar desa/kelurahan dapat diganti
47
47
oleh RTM yang belum terdaftar sebagai RTS. Sedangkan untuk
RTS yang meninggal dunia diganti oleh salah satu anggota rumah
tangganya. Apabila RTS yang meninggal dunia merupakan rumah
tangga tunggal (tidak memiliki anggota rumah tangga) dapat
digantikan RTM yang belum terdaftar.
RTM yang belum terdaftar sebagai RTS hasil PPLS 08 BPS dan
butir 1) diatas, yang dinilai layak sesuai kriteria RTS BPS dapat
diberikan Raskin.
c. RTS BPS yang telah diverifikasi dan hasil Mudes/Muskel yang
memutuskan nama rumah tangga penerima manfaat Raskin tersebut
butir b. diatas dimasukkan dalam daftar RTS-PM sesuai model DPM-1,
yang ditetapkan oleh kepala desa/lurah dan disahkan oleh camat.
d. Data RTS-PM Raskin di desa/kelurahan direkap di tingkat kecamatan
dan dilaporkan kepada Tim Koordinasi RASKIN Kabupaten/Kota.
Kriteria Untuk Menentukan Keluarga/Rumah Tangga Miskin
Menurut BPS, ada 14 kriteria untuk menentukan keluarga/rumah tangga
miskin, yaitu :
1) Luas bangunan tempat tinggal kurang dari 8 m2 per orang.
2) Jenis lantai tempat tinggal terbuat dari tanah/bambu/kayu murahan.
3) Jenis dinding tempat tinggal dari bambu/rumbia/kayu berkualitas
rendah/tembok tanpa diplester.
4) Tidak memiliki fasilitas buang air besar/bersama-sama dengan
rumah tangga lain.
48
48
5) Sumber penerangan rumah tangga tidak menggunakan listrik.
6) Sumber air minum berasal dari sumur/mata air tidak
terlindung/sungai/air hujan.
7) Bahan bakar untuk memasak sehari-hari adalah kayu
bakar/arang/minyak tanah.
8) Hanya mengkonsumsi daging/susu/ayam satu kali dalam
seminggu.
9) Hanya membeli satu stel pakaian baru dalam setahun.
10) Hanya sanggup makan hanya satu/dua kali dalam sehari.
11) Tidak sanggup membayar biaya pengobatan di
puskesmas/poliklinik.
12) Sumber penghasilan kepala keluarga adalah petani dengan luas
lahan 500 m2, buruh tani, nelayan, buruh bangunan, buruh
perkebunan, dan atau pekerjaan lainnya dengan pendapatan di
bawah Rp. 600.000,- (Enam Ratus Ribu) per bulan.
13) Pendidikan tertinggi kepala keluarga : tidak bersekolah/tidak tamat
SD/hanya SD.
14) Tidak memiliki tabungan/barang yang mudah dijual dengan nilai
minimal Rp. 500.000,- (Lima Rus Ribu Rupiah), seperti sepeda
motor kredit/non-kredit, emas, ternak, kapal motor, atau barang
modal lainnya. Jika minimal 9 variabel terpenuhi, maka
dikategorikan sebagai rumah tangga miskin.
49
49
Berikut ini penulis jelaskan melalui bagan yang akan menjelaskan
bagaimana mekanisme perencanaan dan penetapan Penerima Manfaat,
sbb :
B. Penetapan Titik Distribusi (TD).
a. TD yang merupakan tempat penyerahan beras Raskin antara Satker
Raskin kepada Pelaksana Distribusi Raskin pada dasarnya ditetapkan
di kantor desa/kelurahan atau;
b. Di lokasi lain atas kesepakatan tertulis antara pemerintah
kabupaten/kota dan Sub Divre I Bandung yaitu :
TIM KOORDINASI RASKIN
PENERIMA MANFAAT
PAGU PROVINSI
TIM KOORDINASI RASKIN
PAGU KAB/KOTA
TIM KOORDINASI RASKIN
PAGU KEC/DESA/KEL
KECAMATAN/KADES/LURAH
DATA RTS BPS
DATA RTS BPS
DATA RTS BPS
Musyawarah Desa Berbasis Data RTS BPS
Gambar 3.2. Mekanisme Penetapan Pagu dan Penerima Manfaat.
50
50
Jika ingin meningkatkan pelayanan, maka TD dapat dialihkan dari
kantor desa/kelurahan ke SLS Dusun/RW, atau;
Jika tidak dapat menjangkau kantor desa/kelurahan, maka TD
dapat dialihkan dari kantor desa/kelurahan ke kantor kecamatan
atau tempat lainnya.
C. Pembentukan Satker.
Satker Raskin berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab
kepada Kadivre/Kasubdivre/Kakansilog Perum BULOG sesuai
tingkatannya. Satker Raskin terdiri dari :
a) Ketua
b) Anggota :
Pegawai Perum BULOG yang ditetapkan melalui Surat Perintah
(SP) Kadivre/Kasubdivre/Kakansilog Perum BULOG.
Tenaga bantuan yang ditetapkan oleh ketua satker atas
sepengetahuan Kadivre/Kasubdivre/Kakansilog Perum BULOG.
Berikut ini merupakan susunan Satker Raskin tahun 2010 Sub
Divre I Bandung :
51
51
TABEL 3.1
SUSUNAN SATKER RASKIN TAHUN 2010
SUB DIVRE I BANDUNG
Penanggung Jawab : Ka Sub Divre Bandung.
Ketua : Waka Sun Divre Bandung
Sekretaris : Kasi PP Sub Divre Bandung
Bidang Keu & Pelaporan : Kasi Minku Sub Divre Bandung
Korwil Kabupaten Bandung : Kasi PPU Sub Divre Bandung
Korwil Kabupaten Bandung Barat : Kasi Minku Sub Divre Bandung
Korwil Kabupaten Sumedang : Kasi Gasar Sub Divre Bandung
Pembantu Pengawas Distribusi
dan Koordinasi : 1. Ka. GBB Gedebage
2. Ka. GBB Cimindi
3. Ka. GBB Dayeuh Kolot
4. Ka. GBB Sumedang
Satker Raskin Kab Bandung : 1. Sdr. Syafrudin A
2. Drs. Odang Rukhayat PS.
Satker Raskin Kab Bandung Barat : H. Setiawan
Satker Raskin Kab. Sumedang : Neneng Ganeviliawati
Satker Kota Bandung / Cimahi : Hj. Titin Syarifah
52
52
Satker memiliki wilayah kerja sesuai lingkup masing-masing yang
terdiri dari kecamatan dalam lingkup wilayahnya. Berikut Wilayah kerja
Satker Perum Bulog Sub Divisi Regional I Bandung tahun 2010:
TABEL 3.2
WILAYAH KERJA SATKER RASKIN TAHUN 2010
SUB DIVRE I BANDUNG
No. Satker Wilayah Kerja
I Syafrudin A 1. Kec. Baleendah2. Kec. Cicalengka3. Kec. Cilengkrang4. Kec. Cileunyi5. Kec. Cimenyan6. Kec. Dayeuh Kolot7. Kec. Ibun8. Kec. Ciparay9. Kec. Cikancung
10. Kec. Kertasari11. Kec. Majalaya12. Kec. Nagreg13. Kec. Pacet14. Kec. Paseh15. Kec. Rancaekek16. Kec. Solokan Jeruk17. Kec. Bojongsoang
II Drs.OdangRukhayat 1. Kec. Arjasari2. Kec. Banjaran3. Kec. Cangkuang4. Kec. Cimaung5. Kec. Ciwidey6. Kec. Katapang7. Kec. Margaasih8. Kec. Margahayu
9. Kec. Pameungpeuk10. Kec. Pangalengan11. Kec. Pasir Jambu12. Kec. Rancabali13. Kec. Soreang
53
53
III H. Setiawan 1. Kec. Batujajar2. Kec. Cililin3. Kec. Cipeundeuy4. Kec. Cipongkor5. Kec. Cisarua6. Kec. Cipatat7. Kec. Gununghalu8. Kec. Cihampelas
9. Kec. Lembang10. Kec. Ngamprah11. Kec. Padalarang12. Kec. Parongpong13. Kec. Rongga14. Kec. Sindangkrta15. Kec. Cikalong Wetan
IV Hj. Titin Syarifah 1. Kec. Cimalaka2. Kec. Cisarua3. Kec. Rancakelong4. Kec. Pmulihan5. Kec. Tanjungsari6. Kec. Tanjungkerta7. Kec. Tanjungmedar8. Kec. Congeang9. Kec. Buah Dua10. Kec. Paseh11. Kec. Jatinunggal12. Kec. Darmaraja13. Kec. Ujung Jaya
14. Kec. Sukasari15. Kec. Jatinangor16. Kec. Tomo17. Kec. Cibugel18. Kec. Sumedang Utara19. Kec. Sumedang Selatan20. Kec. Surian21. Kec. Situraja22. Kec. Cibiru23. Kec. Wado24. Kec. Jatigede25. Kec. Ganeas26. Kec. Cimanggung
3.5.2 Pelaksanaan Distribusi Raskin.
A. Mekanisme Distribusi dan Administrasi.
Pendistribusian beras dari gudang Bulog ke TD di desa/kelurahan
atau tempat lain yang telah disepakati antara pemerintah kabupaten/kota
dengan Perum Bulog Subdivre I Bandung sebagai berikut :
54
54
Bupati/walikota menerbitkan Surat Permintaan Alokasi (SPA)
kepada Kasubdive berdasarkan pagu Raskin dan rincian di masing-
masing kecamatan dan desa/kelurahan.
Pada waktu beras akan didistribusikan ke TD, Kasubdivre
berdasarkan SPA menerbitkan SPPB/DO beras untuk masing-masing
kecamatan/desa/kelurahan kepada Satker Raskin. Apabila terdapat
desa/kelurahan yang menunggak pembayaran HPB pada periode
sebelumnya, maka penerbitan SPPB/DO untuk desa/kelurahan tersebut
ditangguhkan sampai ada pelunasan.
Berdasarkan SPPB/DO, Satker Raskin mengambil beras di
gudang Perum Bulog, mengangkut dan menyerahkan beas Raskin
kepada Pelaksana Distribusi Raskin di TD.
Kualitas beras yang diserahkan harus sesuai dengan kualitas
standar beras Raskin. Apabila terdapat beras yang tidak sesuai standar,
maka Pelaksana Distribusi Raskin langsung mengembalikan beras
kepada Satker Raskin untuk ditukar/diganti dengan beras yang standar.
Pelaksana penyerahan /penjualan beras kepada RTS-PM Raskin
pemegang kartu Raskin atau bukti lain yang ditetapkan setempat,
dilakukan oleh salah satu dari tiga Pelaksana Distribusi Raskin sbb:
Pokja, Wardes, atau; Pokmas.
55
55
Adapun mekanisme alur Raskin dapat dilihat pada gambar dibawah ini :
Realisasi pelaksanan penjualan beras dibuatkan daftar penjualan
dan pembayaran harga beras (HPB) sesuai model DPM-2. Daftar
BUPATI / WALIKOTA
PERUM BULOG SUB DIVRE I BANDUNG
SATGAS RASKIN
PELAKSANADISTRIBUSI
Pokja Warung Desa Pokmas
SPA
SPPB / DO
BERAS
BERAS
Rumah Tangga Sasaran Penerima Manfaat (RTS-PM) Raskindibayar tunai Rp.1600/Kg netto di Titik Distribusi
GUDANG
BERAS
Gambar 3.3. Alur Distribusi Raskin
56
56
penjualan beras ditandatangani oleh Pelaksana Distribusi Raskin dan
diketahui oleh kepala desa/lurah.
Penyerahan beras di TD dituangkan dalam BAST yang
ditandatangani oleh Satker Raskin dan Pelaksana Distribusi Raskin serta
diketahui oleh kepala desa/lurah atau pejabat yang ditunjuk dengan nama,
tanda tangan, dan stempel.
Satker Raskin Membuat rekapitulasi BAST di setiap kecamatan
sesuai model MBA-0 yang ditandatangani Satker Raskin dan camat atau
pejabat yang ditunjuk dengan nama, tanda tangan, dan stempel.
Perum Bulog Sub Divre I Bandung membuat rekapitulasi MBA-0 di
setiap kabupaten/kota sesuai model MBA-1 dan ditandatangani oleh
Kasubdivre dan bupati/walikota atau pejabat lain yang berwenang dengan
nama, tanda tangan, dan stempel.
Pembuatan MBA-1 dilakukan secepatnya atau secara periodik yaitu:
Realisasi distribusi Raskin tanggal 1-15 dibuat pada tanggal 16
bulan bersangkutan.
Realisasi distribusi Raskin tanggal 16-31 dibuat pada tanggal 1
bulan berikutnya.
Setelah MBA-1 selesai ditandatangani segera dikirimkan ke divre
dilampiri dengan foto copy SPA dan Rekap SPPB/DO (MDO). Namun
57
57
sebelum dikirim dilakukan verifikasi untuk mengetahui kelengkapan dana
keabsahan dokumen.
Berdasarkan MBA-1, dibuat rekapitulasi di tingkat divre sesuai
format MBA-2 dan langsung dkirim ke Kantor Pusat Perum Bulog,c/q
Divisi Perbendaharaan.
3.5.3 Mekanisme Pembayaran dan Administrasi
Pembayaran HPB Raskin dari RTS-PM kepada Pelaksana
Distribusi Raskin pada prinsipnya dilakukan secara tunai Rp.1600/Kg netto
di TD.
Uang HPB Raskin dari Pelaksana Distribusi Raskin kepada Satker
Raskin dilakukan setelah menerima HPB Raskin dari RTS-PM.
Atas pembayaran HPB Raskin tersebut, dibuatkan Tanda Terima
Pembayaran (Kuitansi atau TT-HP Raskin) rangkap 3 oleh Satker Raskin
terhadap HPB Raskin yang disetor ke Bank, Pelaksana Distribusi Raskin
Harus berdasarkan bukti setor asli dan TT-HP Raskin diberikan setelah
dilakukan konfirmasi ke Bank yang bersangkutan.
Apabila RTS-PM tidak mampu membayar tunai, maka dapat
diangsur dengan jaminan tertulis menggunakan Mdel MJ dari kepala
desa/lurah yang diketahui camat dan dilampiri dasftar nama RTS-PM
Raskin yang belum membayar secara tunai. Pelunasan HPB selambat-
lambatnya dilakukan sebelum jadwal pendistribusian periode berikutnya.
58
58
Apabila sampai batas waktu pelunasan tidak dipenuhi, maka alokasi
Raskin periode berikutnya ditunda sampai HPB dilunasi.
Pelaksana Distribusi Raskin tidak dibenarkan menunda
penyerahan HPB Raskin kepada Satker Raskin atau rekening HPB Bulog.
Apabila sampai dengan jadwal penyaluran berikutnya HPB Raskin belum
distorkan maka Tim Koordinasi Raskin Kabupaten/Kota melakukan upaya
penagihan kepada Pelaksana Distribusi Raskin.
Apabila Pelaksana Distribusi Raskin melakukan perbuatan
melawan hukum, maka Tim Koordinasi Raskin Kabupaten/Kota akan
mencabut penunjukan sebagai Pelaksana Distribusi Raskin dan
melaporkan kepada penegak hukum. Untuk kelancaran distribusi Raskin
selanjutnya, maka kepala desa/lurah menunjuk pengganti Pelaksana
Distribusi Raskin.
59
59
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan.
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah
dilakukan serta teori yang melandasi penelitian ini, maka dapat diambil
kesimpulan sebagai berikut :
Pendistribusian Raskin menggunakan rantai pemasaran beras yang
pendek sehingga biaya yang dikeluarkan cukup minim. Beras
didistribusikan dari gudang Bulog langsung ke konsumen melalui
perantara perangkat desa.
4.2 Saran.
Adapun saran yang penulis coba ajukan untuk dapat menjadi
masukan yang berguna bagi perusahaan adalah bahwa hendaknya
penyediaan beras di setiap gudang Perum Bulog disesuaikan dengan
rencana distribusi Raskin di wilayah kerjanya, sehingga kelancaran proses
distribusi Raskin dapat terjamin.
Bagaimanapun mulainya tujuan sebuah program, apalagi program
yang langsung bersentuhan dengan masyarakat seperti Program Raskin,
keberhasilannya akan sangat tergantung pada komitmen dan
60
60
keberpihakan semua pihak untuk benar-benar membantu masyarakat,
khususnya mereka yang tergolong Rumah Tangga Miskin (RTM).
Created By : TRI WIDI GANUWIARA