ANALISA TERJEMAHAN TASYBIH DAN MAJAZ LUGHAWI...
Transcript of ANALISA TERJEMAHAN TASYBIH DAN MAJAZ LUGHAWI...
ANALISA TERJEMAHAN TASYBIH DAN MAJAZ LUGHAWI
PADA SYAIR DALAM KITAB TERJEMAHAN TA’LIM
MUTA’LIM,
KARYA DRS. M. ALI CHASAN UMAR
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Humaniora (S.Hum)
Oleh:
Ikoh Muspikoh
1113024000033
JURUSAN TARJAMAH
FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2020 M/1442H
LEMBAR PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Ikoh Muspikoh
NIM : 1113024000033
Program Studi : Tarjamah (Bahasa Arab)
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1. Skripsi ini adalah hasil karya peneliti asli yang diajukan untuk memenuhi
salah satu persyaratan memperoleh gelar strata satu di UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang penulis gunakan dalam penulisan ini telah
dicantumkan sesuia dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya penulis
asli atau merupakan hasil jiplak dari karya orang lain, maka penulis
bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
Rangkasbitung, 30 April 2020
Ikoh Muspikoh
ANALISA TERJEMAHAN TASYBIH DAN MAJAZ LUGHAWI
PADA SYAIR DALAM KITAB TERJEMAHAN TA’LIM
MUTA’LIM,
KARYA DRS. M. ALI CHASAN UMAR
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Humaniora (S.Hum)
Oleh:
Ikoh Muspikoh
1113024000033
Dosen Pembimbing:
Dr. Rizqi Handayani, M.A
NIP: 198311082009122005
JURUSAN TARJAMAH
FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2020 M/1442H
LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI
Skripsi berjudul “ANALISA TERJEMAHAN TASYBIH DAN MAJAZ
LUGHAWI PADA SYAIR DALAM KITAB TERJEMAHAN TA’LIM
MUTA’LIM, KARYA DRS. M. ALI CHASAN UMAR ” diajukan kepada
Fakultas Adab dan Humaniora UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan telah
dinyatakan lulus dalam ujian Munaqosah, pada tanggal 04 juni 2020 di hadapan
Dewan Penguji. Karena itu, penulis berhak memperoleh gelar Sarjana S1 (S.Hum)
pada jurusan Tarjamah.
Jakarta, 04 juni 2020
PANITIA UJIAN TANGGAL TANDA TANGAN
Ketua Jurusan Tarjamah
Dr. Darsita Suparno, M. Hum
NIP: 196108071993032001
04-06-2020
______________
_______________
Ketua Sidang (Sekretaris
Jurusan )
Dr. Ulil Abshar, SS., M.Hum
NIP: 198204042009011018
08-07- 2020
_______________
_______________
Penguji I
Ahmad Hifni, M.A.
NUPN: 9920113416
07- 07 2020
_______________
_______________
Penguji II
Dr. Darsita Suparno, M. Hum
NIP: 196108071993032001
04- 06- 2020
_______________
_______________
i
ABSTRAK
Ikoh Muspikoh, 1113024000033. “Tasybih dan Majaz Lughawi Pada
Terjemahan Syair Dalam Kitab Terjemahan Ta’lim Muta’lim, Karya Drs. M.
Ali Chasan Umar, Skripsi, Jurusan Tarjamah, Fakultas Adab dan Humaniora,
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2020.
Skripsi ini bertujuan untuk mengetahui terjemahan tasybih dan majaz lughawi
yang terdapat dalam terjemahan sya‟ir kitab Ta‟lim Muta‟lim karya Drs. M. Ali
Chasan Umar. Metode yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu metode
kuantitatif, dengan menggunakan teknik simak dan teknik catat. Temuan dalam
peneliti ini bahwa dalam gaya bahasa tasybih terdapat 23 tasybih. Adapun untuk
adat tasybih yang terbanyak adalah berupa tasybih baligh. Sedangkan dalam gaya
bahasa majaz yang peneliti temukan terdapat 6 majaz lughawi.
Kata Kunci: Terjemahan, Syair, tasybih dan majaz lughawi
ii
PRAKATA
Alhamdulillah dengan mengucapkan puji dan syukur kehadirat Allah
SWT., berkat rahmat dan karunia-Nya, akhirnya penyusunan skripsi ini dapat
selesai. Shalawat dan salam tercurah kepada Nabi Muhammad SAW selaku
pembawa risalah di antaranya untuk senantiasa menuntut ilmu dan inovasi dalam
pendidikan.
Dalam penyusunan dan penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan,
bimbingan serta dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu dalam kesempatan
ini penulis dengan senang hati menyampaikan rasa terimakasih yang tak terhingga
dengan hormat :
1. Saiful Umam, M.A., Ph.D. selaku dekan Fakultas Adab dan Humaniora
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Dr. Darsita S, M.Hum dan Dr. Ulil Abshar, SS., M.Hum. selaku Ketua dan
Sekretaris Program Studi Tarjamah yang selalu memotivasi, memberi
arahan, dan nasehat kepada peneliti untuk tidak pernah menyerah.
3. Dr. Rizqi Handayani, M.A. selaku Dosen Pembimbing yang telah
meluangkan waktunya untuk memberi masukan-masukan agar
menghasilkan skripsi yang baik dan benar.
4. Seluruh dosen Program Studi Tarjamah UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
yang banyak memberikan ilmu yang bermanfaat hingga peneliti dapat
mencapai kepada tahap ini
iii
5. Rekan-rekan Mahasiswa Tarjamah Angkatan 2013 yang bersedia saling
membantu dalam menyelesaikan skripsi ini.
6. Yang tercinta orang tuaku, Ayahanda H. Ahmad Yani, Ibunda Iroh
suairoh, Suamiku Rusli Saepurrohman dan anak tercinta Syibro Haziq
Arrohman, serta seluruh keluargaku, atas keridhoannya membantu dan
memberikan semangat dan do‟a.
Semoga Allah SWT melimpahkan rahman rahim-Nya kepada semua pihak
yang telah disebutkan diatas. Akhirnya semoga penulisan skripsi ini bermanfaat
bagi kita semua, dan tiada gading yang retak, kesempurnaan bukan milik manusia.
Komentar, saran, dan kritik dalam proses penulisan skripsi ini penulis terima
sebagai bahan masukan dan koreksian.
Rangkasbitung, 30 April 2020
Peneliti
iv
DAFTAR ISI
LEMBAR JUDUL
LEMBAR PERNYATAAN
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING
LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI
ABSTRAK ..................................................................................................... i
PRAKATA ......................................................................................................... ii
DAFTAR ISI ..................................................................................................... iv
PEDOMAN LITERASI ................................................................................... vi
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang masalah ....................................................................... 1
B. Pembatasan dan Rumusan Masalah ..................................................... 5
C. Tujuan Penelitian ................................................................................. 5
D. Manfaat Penelitian ............................................................................... 6
E. Tinjauan Pustaka .................................................................................. 6
F. Metode Penelitian ................................................................................ 9
G. sistematika penulisan ......................................................................... 12
BAB II : TASYBIH DAN MAJAZ DALAM PENERJEMAHAN PUISI
(SYA’IR)
A. Pengertian Puisi Arab (Syi‟ir) ........................................................... 14
B. Penerjemahan Puisi ............................................................................ 16
C. Definisi Gaya Bahasa ............................................................... 17
D. Tasybih dan majaz lughawi dalam kajian ilmu balaghah .................. 19
1. Tasybih .............................................................................................. 20
2. Majaz lughawi ................................................................................... 27
v
E. metode penerjemahan komunikatif dalam puisi arab (syi‟ir) ............ 29
BAB III Gambaran Umum Isi Kitab Ta‟lim Muta‟lim.
1. Sekilas tentang kitab Ta‟lim Muta‟lim ............................................. 33
2. Profil Al-Zarnuji (Pengarang kitab Ta‟lim Muta‟lim) ...................... 36
a. Biografi Singkat Al-Zarnuji...................................................... 36
b. Karya Al- Zarnuji ...................................................................... 42
3. profil Drs. M. Ali Chasan Umar (penerjemah kitab Ta‟lim Muta‟lim)
............................................................................................................... 43
a. Biografi singkat Drs. M. Ali Chasan Umar .................................... 43
b. Karya- karya Drs. M. Ali Chasan Umar ........................................ 44
BAB IV ANALISIS DATA
A. Analisis Data Temuan ....................................................................... 46
1. Tasybih ............................................................................................. 46
2 Majaz Lughawi ................................................................................. 69
B. Temuan penelitian .............................................................................. 80
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ...................................................................................... 90
B. Saranan ............................................................................................. 91
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 92
LAMPIRAN-LAMPIRAN
vi
PEDOMAN TRANSLITERASI
Transliterasi adalah mengalih aksarakan suatu tulisan ke dalam aksara lain.
Misalnya, dari aksara Arab ke aksara Latin.
Berikut ini adalah Surat Keputusan Bersama Menteri Agama dan Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan RI Nomor: 158 Tahun 1987 - Nomor: 0543
b/u/1997 tentang Transliterasi Arab-Latin yang peneliti gunakan dalam penulisan
skripsi ini.
A. Konsonan
ARAB NAMA Latin KETERANGAN
- - Alif ا
Ba‟ B Be ب
Ta‟ T Te ت
Ṡa‟ Ṡ Es dengan titk di atas ث
Jim J Je ج
Ḥa‟ Ḥ Ha dengan titik di bawah ح
Kha Kh Ka dan ha خ
Dal D De د
Żal Ż Zet dengan titik di atas ذ
Ra‟ R Er ر
Zai Z Zet ز
vii
Sin S Es س
Syin Sy Es dan ye ش
Ṣad Ṣ Es dengan titik di bawah ص
Ḍaḍ Ḍ De dengan titik di bawah ض
Ṭa Ṭ Te dengan titik di bawah ط
Ẓa Ẓ Zet dengan titik di bawah ظ
Ain „ Koma terbalik di atas„ ع
Gain G Ge غ
Fa F Fa ف
Qaf Q Qi ق
Kaf K Ka ك
Lam L El ل
Mim M Em م
Nun N En ن
Wau W We و
Ha‟ H Ha ه
Hamzah ‟ Apostrof ء
Ya‟ Y Ye ي
B. Vokal
1. Vokal Tunggal
viii
Tanda Vokal Nama Latin Keterangan
Fatḥah A A ــــــــ
Kasrah I I ــــــــ
Ḍammah U U ــــــــ
2. Vokal Rangkap
Tanda Vokal Nama Latin Keterangan
ــــــــ
أي
Fatḥah dan
ya‟ sukun
Ai A dan I
ـــــــ
أو
Fatḥah dan
wau sukun
Au A dan U
3. Vokal Panjang
Tanda Vokal Nama Latin Keterangan
Fatḥah dan alif Ā A dengan garis di atas ـــــــ ا
Kasrah dan ya‟ Ī I dengan garis di atas ــــــــ ي
Ḍammah dan ــــــــ و
wau
Ū U dengan garis di atas
ix
C. Ta’ Marbuṭah
1. Transliterasi untuk ta‟ marbuṭah hidup
Ta‟marbuṭah yang hidup atau yang mendapat harakat Fatḥah, Kasrah, dan
Ḍammah, transliterasinya adalah“T/t”.
2. Transliterasi untuk ta‟ marbuṭah mati
Ta‟marbuṭah yang mati atau mendapat harakat sukun, transliterasinya
adalah“h”
3. Transliterasi untuk ta‟marbuṭah jika diikuti oleh kata yang menggunakan
kata sandang “al-”dan bacaannya terpisah maka ta‟marbuṭah
ditransliterasikan dengan“h”.
D. Huruf Ganda (Syaddah atau Tasydīd)
Transliterasi Syaddah atau Tasydīd yang dalam sistem tulisan Arab
dilambangkan dengan tanda tasydīd (ـــ), dalam transliterasi dilambangkan
dengan huruf yang sama (konsonan ganda).
E. Kata sandang alif-lam“ال”
Kata sandang dalam system tulisan Arab dilambangkan dengan huruf alif-
lam ma„rifah“ال”. Namun dalam transliterasi ini, kata sandang dibedakan atas
kata sandang yang diikuti oleh huruf syamsiyah dan kata sandang yang
diikuti oleh huruf qamariyah.
1. Kata sandang yang diikuti oleh huruf syamsiyah
Kata sandang yang diikuti oleh huruf syamsiyah ditransliterasikan sesuai
dengan bunyi yaitu“ال”diganti huruf yang sama dengan huruf yang mengikuti
kata sandang tersebut.
2. Kata sandang yang diikuti oleh huruf qamariyah
Kata sandang yang diikuti oleh huruf qamariyah ditransliterasikan sesuai
dengan aturan yang digariskan di depan dan sesuai pula dengan bunyinya.
x
Huruf sandang ditulis terpisah dengan kata yang mengikutinya dan
dihubungkan dengan tanda sambung (-). Aturan ini berlaku untuk kata
sandang yang diikuti oleh huruf syamsiyah maupun kata sandang yang diikuti
oleh huruf qamariyah.
F. Hamzah
Aturan transliterasi huruf hamzah yaitu menjadi apostrof (‟) hanya
berlaku bagi hamzah yang terletak ditengah danakhir kata. Bila hamzah
terletak diawal kata, hamzah tidak dilambangkan karenadalam tulisan Arab ia
berupa alif.
G. Huruf Kapital
Meskipun tulisan Arab tidak mengenal huruf kapital,tetapi dalam
transliterasi huruf kapital digunakan untuk awal kalimat, nama diri, dan
sebagainya seperti keterangan-keterangan dalam EYD. Awal kata sandang
pada nama diri tidak menggunakan huruf kapital kecuali jika terletak di awal
kalimat.
H. Lafẓ al-Jalālah(الله)
Kata Allah yang didahului dengan partikel seperti huruf jar dan huruf
lainnya, atau berkedudukan sebagai muḍāfilaih (frasa nomina), ditransliterasi
tanpa huruf hamzah. Adapun ta‟marbuṭah di akhir kata yang bertemu dengan
lafẓal-jalālah,ditransliterasikan dengan huruf “t”
I. Huruf Ganda (Syaddah atau Tasydīd)
Transliterasi Syaddah atau Tasydīd yang dalam sistem tulisan Arab
dilambangkan dengan tanda tasydīd ( ي ), dalam transliterasi dilambangkan
dengan huruf yang sama (konsonan ganda).
Contoh:
xi
تىا rabbanā : ز
ل nazzala : و ص
J. Kata sandang alif-lam “ال”
Kata sandang dalam sistem tulisan Arab dilambangkan dengan huruf alif-
lam ma„rifah “ل ا”. Namun dalam transliterasi ini, kata sandang dibedakan
atas kata sandang yang diikuti oleh huruf syamsiyah dan kata sandang yang
diikuti oleh huruf qamariyah.
1. Kata sandang yang diikuti oleh huruf syamsiyah
Kata sandang yang diikuti oleh huruf syamsiyah
ditransliterasikan sesuai dengan bunyi yaitu “ل ا” diganti huruf
yang sama dengan huruf yang mengikuti kata sandang tersebut.
Contoh:
جم ar-rajul : انس
نس ي د ج ا : as-sayyidah
2. Kata sandang yang diikuti oleh huruf qamariyah
Kata sandang yang diikuti oleh huruf qamariyah ditransliterasikan
sesuai dengan aturan yang digariskan di depan dan sesuai pula
dengan bunyinya. Huruf sandang ditulis terpisah dengan kata yang
mengikutinya dan dihubungkan dengan tanda sambung (-). Aturan
ini berlaku untuk kata sandang yang diikuti oleh huruf syamsiyah
maupun kata sandang yang diikuti oleh huruf qamariyah.
Contoh:
al-qalam : انق ه م
xii
al-falsafah : انف هس ف ح
K. Hamzah
Aturan transliterasi huruf hamzah yaitu menjadi apostrof (‟) hanya berlaku
bagi hamzah yang terletak di tengah dan akhir kata. Bila hamzah terletak di
awal kata, hamzah tidak dilambangkan karena dalam tulisan Arab ia berupa
alif.
Contoh:
ش ئ : syai‟un سخ an-nau‟u : انىىء umirtu : ام
L. Huruf Kapital
Meskipun tulisan Arab tidak mengenal huruf kapital, tetapi dalam
transliterasi huruf kapital digunakan untuk awal kalimat, nama diri, dan
sebagainya seperti keterangan-keterangan dalam EYD. Awal kata sandang
pada nama diri tidak menggunakan huruf kapital kecuali jika terletak di awal
kalimat.
Contoh:
سىل د إل ز م ا مح م Wamā Muhammadun : و
illārasūl
Abū Naṣīr al-Farābīl Al-Gazālī Syahru Ramaḍān
al-lażī unzila fīh al-Qur‟ān
xiii
M. Lafẓ al-Jalālah (الله)
Kata Allah yang didahului dengan partikel seperti huruf jar dan huruf
lainnya, atau berkedudukan sebagai muḍāf ilaih (frasa nomina),
ditransliterasi tanpa huruf hamzah.
Contoh:
يه الله د : dīnullāh
تالله : billāh
Adapun ta‟ marbuṭah di akhir kata yang betemu dengan lafẓ al-
jalālah, ditransliterasikan dengan huruf “t”.
Contoh:
ح الله حم hum fī raḥmatillah :هم في ز
N. Penulisan Kata Arab yang Lazim digunakan dalam Bahasa Indonesia
Kata, istilah, dan kalimat Arab yang ditransliterasi adalah kata, istilah
atau kalimat yang belum dibakukan dalam bahasa Indonesia. Kata, istilah
atau kalimat yang sudah lazim dan menjadi bagian dari pembendaharaan
bahasa Indonesia, atau sudah sering ditulis dalam tulisan bahasa Indonesia,
tidak lagi ditulis menurut cara transliterasi di atas. Misalnya kata al-Qur‟an
dari al-Qur‟ān, Sunah dari sunnah. Kata al-Qur‟an dan sunah sudah
menjadi bahasa baku Indonesia maka ditulis seperti bahasa Indonesia.
Namun, bila kata-kata tersebut menjadi bagian dari satu rangkaian teks
Arab, maka harus ditransliterasi secara utuh.
xiv
Contoh:
Fī ẓilāl al-Qur‟ān
As-Sunnah qabl at-tadwī
Rumus hanya digunakan untuk font yang tidak ada di kibor komputer, gunanya
untuk mempermudah. Rumus dioperasikan dengan cara mengetik kode yang
tersedia lalu klik alt+x (kode untuk huruf kapital dan kode kedua untuk huruf
yang kecil).
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Syair berfungsi sebagai wahana pengajaran. Hal tersebut terlihat dari kitab
Ta‟lim Muta‟lim yang banyak mengandung syair di dalamnya agar
pembelajaran merasa terbantu dalam proses pembelajara. Puisi atau syair
merupakan karya sastra yang bersifat imajinatif dan besar pengaruhnya
terhadap sikap, tindak, dan kehidupan manusia. Allah Swt menaruh perhatian
khusus dengan mencantumkan dalam al-Quran surat As-Syu‟ara, disebut
demikian karena Allah menyanggah orang-orang musyrik yang mengatakan
bahwa nabi Muhammad Saw adalah penyair, yang dibawanya adalah syair.1
Menurut pandangan bangsa Arab, Sya‟ir merupakan puncak keindahan
dalam sastra, sebab sya‟ir itu adalah suatu bentuk gubahan yang dihasilkan
dari kehalusan perasaan dan keindahan daya khayal, karena itu bangsa Arab
lebih menyenangi sya‟ir dibandingkan dengan hasil Satra lainnya.
Apabila dibandingkan antara karangan-karangan ataupun kuliah dan khutbah,
maka yang dapat berpengaruh lebih dahulu di hati seseorang adalah gubahan
sya‟ir, karena gubahan sya‟ir itu dapat langsung dirasakan dalam hati
walaupun tidak dipikirkan terlebih dahulu. Di sini dapat kita ketahui dengan
jelas bahwa bangsa Arab lebih menyukai syair daripada bentuk prosa lainnya
1 Kh. Fathurrahman Rauf, Syair-Syair Cinta Rasul, (Jakarta: puspita Press, 2009) h. 3
2
Perkembangan penerjemahan puisi (sya‟ir) dari bahasa asing di
Indonesia relatif lambat dibandingkan novel. Selain karena menerjemahkan
puisi merupakan pekerjaan yang sulit, puisi bagi masyarakat masih
merupakan „momok‟, begitupun bagi para mahasiswa sastra. Bagi para
mahasiswa sastra, puisi masih cukup „menakutkan‟.2 Mereka beranggapan
bahwa makna puisi jauh dari kehidupan manusia yang menjadi penyebab
kurangnya minat pembaca pada puisi dan juga kurangnya minat
menerjemahkan puisi. Padahal kalau disadari dan dikaji secara benar, puisi
sangat dekat dengan kita.
Pada masa sekarang ini karena dengan perkembangan zaman yang
sangat pesat sangat kurang sekali minat orang pada karya sastra terutama
puisi. Padahal jika kita banyak membaca puisi kita akan banyak sekali
mendapat motivasi-motivasi karena dalam sebuah puisi terdapat makna-
makna yang tersirat. Selain itu dalam sebuah puisi terdapat banyak sekali
gaya bahasa. Sebagaimana yang kita ketahui gaya bahasa merupakan majas
atau keindahan suatu bahasa.
Dalam bahasa Arab gaya bahasa diserupakan dengan ilmu balagoh, ilmu
atau retorika () أ( دوعهقح تعهم انثلاغه )ب( فيه صىزج تلا غيح عهم انثلاغه, تلاغي( retorika
Bahasa arab) membahas tiga kajian makna utama, ketiga kajian tersebut masing-
masing dibahas dalam ilmu ma‟ani (pragmatics , دزاسح انسمىش انهغىيح وانسمىش عهم انسمىش
2 Asih Sigit Padmanugraha, Menerjemahkan Puisi: Pengalaman Sapardi, (skripsi. Bahasa
dan sastra inggris. 2008). hal: 1
3
pragmatic) ilmu bayan (kajian gaya Bahasa), dan ilmu Badi‟e (ilmu / غيس انهغىيح
Stylistick عهم الأسانية, عهم انثلاغح /ilmu stilistika). 3
Ilmu balaghah juga disebut ilmu untuk mempelajari kefasihan berbicara, yang
meliputi ilmu ma‟ani, ilmu bayan, dan ilmu badi‟e. 4 Dari ketiga pembahasan
yang terdapat dalam ilmu balaghah di sini peneliti hanya akan membahas ilmu
bayan.
Bahasan yang tedapat dalam ilmu bayan yaitu: tasybih dan majaz lughawi
Sebagian wilayah ilmu ini terkait dengan makna, sehingga selalu
bersinggungan dengan semantic, ilmu ini merupakan cabang sistematika
Bahasa yang menyelidiki makna atau arti Emantik mempunyai objek berupa
hubungan antara objek dan symbol linguistic.
Dalam ilmu bayan terdapat beberapa pembahasan yaitu tasybih, majaz
lughawi, majaz mursal, majaz aqli, dan kinayah. Di sini peneliti hanya akan
membahas tentang Tasybih Dan Majaz Lughawi.
Tasybih secara harfiyah artinya menyerupakan. Maksudnya
menyerupakan sesuatu dengan sesuatu yang yang lain. 5 Tasybih menurut
pandangan kitab ahli bayan ialah lafazh yang menunjukan kepada
3 Muhammad ali al-khuli, A Dictionary Of The Theoretical Linguistic English Arabic,
(Bairut: Librairie Du Liban, 1982). 4 H. Moch. Anwar. Ilmu Balaghah Terjemahan Jauhar Makrun. Penerjemah:. Penulis:
Imam Akhdlori. Penerbit: Pt. Alma‟arif Bandung. Subang. 1997,h. 20
5 Ahmad syatibi, Pengantar Memahami Bahas Al-Quran Balaghah 1 (Ilmu Bayan),
(Jakarta: Adabia Press, 2014), h. 1
4
berserikatnya dua perkara (yaitu Musyabah Dan Musyabah- Bih) pada suatu
makna (wajah syabah) dengan alat yang datang kepadanya. 6
Majaz lughawi adalah majaz secara harfiyah artinya; boleh. Lughawi
artinya bersifat bahasa. Dengan demikian majaz lughawi artinya suatu
kebolehan menggunakan suatu kata sebagai bahasa bukan pada tempatnya.
Seperti nyiur melambai/ matahari tersenyum/ bulan menangis/ kejahatan
mengintai/ alam bersedih dan lain-lain. 7
Kitab Ta‟lim Muta‟lim karya syekh Syekh Al-Zarnuji adalah salah satu
kitab yang menyajikan tentang nasehat-nasehat, peringatan, cerita-cerita
menarik, dan syair-syair indah mengenai pembelajaran dan pengajaran. Kitab
Ta‟lim Muta‟lim ini sudah lama dikaji dan dipelajari di kalangan pondok
pesantren, perguruan tinggi Islam, bahkan masyarakat dewasa pun mulia
tertarik untuk membaca dan mempelajarinya.
Mengacu pada pejelasan di atas, bahwa kitab Ta‟lim Muta‟lim yang kaya
akan pemahaman pengetahuan pembelajaran dan pengajaran dalam kehidupan,
dan penulis ingin sedikit mengupas terjemahan terutama terhadap penelitian
ilmu makna mengacu pada teori gaya Bahasa tasybih dan majaz, maka peneliti
tergerak hatinya untuk menganalisis terjemahan Ta‟lim Muta‟lim karya Drs. M.
Ali Chasan Umar dengan memberi judul:
6 H. Moch. Anwar, Ilmu Balaghah Terjemahan Jauhar Makrun. Penerjemah:. Penulis:
Imam Akhdlori. Penerbit: Pt. Alma‟arif Bandung. Subang. 1997, h. 149 7 Ahmad Syatibi, Pengantar Memahami Bahas Al-Quran Balaghah 1 (Ilmu Bayan),
(Jakarta: Adabia Press, 2014), h. 61
5
“ANALISA TERJEMAHAN TASYBIH DAN MAJAZ
LUGHAWI PADA SYAIR DALAM KITAB TERJEMAHAN
TA’LIM MUTA’LIM” KARYA DRS. M. ALI CHASAN UMAR
B. Pembatasan dan Rumusan Masalah
Setelah memaparkan latar belakang masalah, maka peneliti merasa perlu
untuk memberikan pembatasan dan perumusan masalah agar skripsi ini tidak
terlampau jauh dari pembahasan, yaitu analisa terjemahan tasybih dan majaz
lughawi dalam terjemahan syair kitab Ta‟lim Muta‟lim. karya Drs. M. Ali
Chasan Umar. hal ini juga sesuai dengan keterbatasan dan kemampuan
peneliti.
Sedangkan perumusannya dinyatakan dalam bentuk pernyataan
sebagai berikut:
1. Bagaimana terjemahan tasybih dalam terjemahan sya‟ir kitab terjemahan
Ta‟lim Muta‟lim Karya Drs. Ali Chasan Umar?
2. Bagaimana terjemahan majaz lughawi dalam terjemahan sya‟ir kitab
Ta‟lim Muta‟lim Karya Drs. Ali Chasan Umar?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan masalah yang dikemukakan di atas, penelitian ini bertujuan:
1. Untuk mengetahui terjemahan tasybih yang terdapat dalam terjemahan
syair kitab Ta‟lim Muta‟lim karya Drs. Ali Chasan Umar.
6
2. Untuk mengetahui terjemahan majaz lughawi yang terdapat dalam
terjemahan Sya‟ir kitab Ta‟lim Muta‟lim karya Drs. Ali Chasan Umar.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi inspirasi dan motivasi bagi
teman-teman mahasiswa tarjamah untuk melakukan penelitian gaya
Bahasa tasybih dan majaz pada terjemahan syair dengan objek yang lain.
Sebagai wawasan keilmuan dan pengalaman bagi penulis. Sebagai
gambaran dalam pengembangan ilmu pengetahuan terhadap gaya Bahasa
Indonesia dan Bahasa Arab.
E. Tinjauan Pustaka
Beberapa penelitian terdahulu yang dilakukan sebelumnya terhadap
penelitian Gaya Bahasa Personifikasi Dan Simile adalah sebagai berikut:
Pertama, skripsi Arif Azami dengan judul “Penerjemahan Sebagai Penafsiran
Studi Akurasi Dan Gaya Bahasa Puisi Taufik Ismail "Debu Di Atas Debu" UIN
syarif hidayatullah Jakarta Fakultasa Adab Dan Humanoira Jurusan Tarjamah
tahun 2015. Gambaran umum pada Penelitian ini ingin mengetahui bagaimana
perbedaan gaya bahasa dalam teks terjemahan dan teks asli, penulis menggunakan
teori gaya bahasa perbandingan dan ilmu balaghah sebagai upaya membandingkan
apakah gaya bahasa yang terdapat dalam puisi terjemahan tersebut memang sesuai
dengan puisi aslinya. Persamaan antara skripsi ini dengan yang akan peneliti
lakukan yaitu sama-sama menganalisi gaya Bahasa personifikasi dalam
7
terjemahan. Perbedaannya skripsi ini yaitu hanya menggunakan penafsiran studi
akurasi. Dan meneliti personifikasi saja. Sedangkan skripsi yang akan saya
lakukan yaitu menganalisis tasybih dan majaz lughawi dalam kajian ilmu
balaghah.
Kedua, skripsi Novi Aryanita dengan judul “Personifikasi Dan Simile
Dalam Terjemahan Kitab Duratu Annashihin Karya Ahmad Sunarto (Tinjauan
Balaghoh)” UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Fakultas Adab Dan Humaniora
Jurusan Tarjmah tahun 2015. Gambaran umum penelitian ini Kitab Durratun
Nashihin yang membahas ada empat aspek besar, yaitu gaya bahasa langsung
tidaknya makna yang meliputi gaya bahasa personifikasi dan gaya bahasa simile,
diksi yang meliputi kata konkret dan kata abstrak, pencitraan yang meliputi rasa,
kemudian semantik yang meliputi tema dan amanat. Ini dihadirkan dalam
terjemahan, lalu dibentuk dalam balaghahnya. Persamaan skripsi ini yaitu sama-
sama membahas gaya Bahasa simile dan personifikasi. Perbedaanya yaitu korpus
dalam skripsi ini berbeda dengan yang akan saya lakukan. Skripsi ini
menggunakan ayat-ayat Alquran. Sedangkan skripsi yang akan saya analisis yaitu
berupa terjemahan syair arab.
Ketiga, skripsi Umar Mukhtar “Terjemahan Novel Aulad Haratina
Karya Nazib Mahfud” studi stalistika terhadap serial “rifaat sang penebus”. UIN
Syarif hidayatullah Jakarta. Gambaran umum skripsi ini peneliti menganalisis
perbedaan gaya Bahasa itu, penulis menggunakan teori stalistika sebagai upaya
untuk membandingkan apakah gaya Bahasa yang ada di dalam novel terjemahan
tersebut memang sesuai dengan gaya Bahasa di dalam novel aslinya. Persamaan
8
skripsi ini yaitu membahas gaya Bahasa Personfikasi. Perbedaan skripsi ini skripsi
ini yaitu menggunakan teori stilistika sedangkan yang akan saya lakukan yaitu
menggunakan tinjaun balaghah.
Keempat, skripsi Fadli Muhammad “personifikasi Dalam Surat Al-
Baqoroh (Analisis Terjemahan Al-Quran Prof. Dr. Hamka)” UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta tahun 2007. Gambaran umum peneliti ini yaitu terjemahan
hamka dalam menerjemahkan ayat-ayat yang mengandung personifikasi dalam
surat Al-Baqarah yaitu baik dari segi bentuk maupun struktur terjemahan Hamka
kalimatnya sesuai dengan aslinya. Kemudian gaya Bahasa penulisan terjemahan
lebih sesuai dan dapat tepat sebagaimana aslinya, jadi tidak sama sekali berbeda
dengan aslinya. Persamaan skripsi ini sama-sama meneliti gaya Bahasa
personofikasi. Perbedaanya skripsi ini hanya membahas Personifikasi dan
korpusnya pun ayat-ayat Al-Quran, sedangkan skripsi yang akan saya lakukan
yaitu membahas simile dan personifikasi dalam terjemahan syair.
Kelima, skripsi M. Agus Kuswanto dengan judul “Gaya Bahasa
Perbandingan Dalam Kumpulan Cerpen Saksi Mata Karya Seno Gumira
Ajidarma Serta Implikasinya Terhadap Pembelajaran Bahasa Dan Sastra
Indonesia Di Sekolah” gambaran umum penelitian ini yaitu bahwa gaya bahasa
perbandingan berupa majas simile yang terdapat dalam keseluruhan kumpulan
cerpen Saksi Mata dapat memberikan gambaran seolah-olah semua kejadian
dalam cerita yang tadinya bersifat abstrak atau tidak nyata menjadi seperti benar-
benar terjadi. Perumpamaan yang digunakan Seno dalam kumpulan cerpen Saksi
Mata ini menggambarkan tragedi pembantaian di Timor-Timor. Persamaan skripsi
9
ini sama-sama menganalisis gaya Bahasa pesonifikasi. Perbedaan skripsi ini
hanya membahas simile dan tidak berupa terjemahn dari teks Bahasa Arab puisi
aslinya. Sedangkan skripsi yang akan saya lakukan yaitu meneliti simile dan
personifikasi dalam terjemahan syair Arab.
F. Metode penelitian
1. Jenis penelitian
Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif-deskriptif. Penelitian
kualitatif merupakan aktivitas atau proses memahami hakikat fenomena dengan
latar alamiah, dengan berporos pada data deskriptif yang disediakan untuk
dianalisis sehingga menghasilkan pemahaman yang holistik berdasarkan
perspektif partisipan yang sesuai dengan konteksnya.8 Sedangkan deskriptif yaitu
penelitian berdasarkan pengalaman sendiri atau orang lain yang berusaha
membuktikan hipotesis dengan coba dan ralat (trial and error).9 Sedangkan
deskriptif yaitu metode penelitian yang menganalisis data-data dalam bentuk
skripsi dari gejala-gejala yang diamati kemudian mendeskripsikannya ke
dalam hasil penelitian.10
Metode kualitatif dipahami sebagai suatu prosedur penelitian untuk menghasilkan
uraian deskriptif berupa kalimat-kalimat yang berkaitan dengan gaya bahasa
dalam aspek Balaghah yang terdapat dalam terjemahan sya‟ir kitab Ta‟lim
8 Muhammad, Metode Penelitian Bahasa (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2011), h. 31.
9 Heinz Frick, Pedoman Karya Ilmiah (Yogyakarta: Kanisus, 2008), h. 24.
10 M.Subana, Dasar-Dasar Penelitian Ilmiah (Jakarta: Pustaka Setia, 2002), h. 17.
10
Muta‟lim yang menjadi objek penelitian ini. Dengan demikian data yang diperoleh
dalam peneltian ini adalah data kualitatif.
2. Sumber Data
Sumber data primer penelitian ini yaitu kitab ta‟lim muta‟lim karya
Syaekh Al-Zarnuji dan terjemahan sya‟ir kitab Ta‟lim Muta‟lim karya Drs. M.
Ali Chasan Umar
Ke dua sumber Data skunder penelitian ini yaitu kamus untuk mencari kosa
kata dalam menyesuaikan terjemahan yang sudah ada. Kemudian buku-buku
yang berkaitan dengan penelitian ini yaitu buku-buku gaya Bahasa, buku
balaghah yaitu tasybih dan majaz lughawi, buku penerjemahan puisi, buku
metode penilitian, dan buku-buku yang terkait dengan penelitian gaya bahasa
yaitu simile dan personifikasi.
3. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data, merupakan cara-cara teknis yang dilakukan
oleh peneliti dalam mengumpulkan data-data. Adapun langkah-langkah
pengumpulan data yang akan dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1) Menghimpun data yang berupa yaitu syair- syair dalam kitab Ta‟lim Muta‟li
dan terjemahannya.
2) Membaca syair-syair yang ada dalam kitab Ta‟lim Muta‟lim tersebut dari bab
1 sampai 13.
3) Mengklasifikasi data yang berupa tasybih dan majaz dalam kitab Ta‟lim
Muta‟lim dan teks terjemahan berdasarkan sistematika penelitian yang
11
berhubungan dengan ketetapan terjemahan dari segi makna kontekstual terhadap
sya‟ir.
4) Mencatat dalam kartu data-data yang berhubungan dengan tasybih dan majaz
lughawi.
4. Analisis Data
Teknik analisis data merupakan cara-cara teknis yang dilakukan oleh peneliti,
untuk menganalisis data-data yang telah terkumpul, seperti beberapa tahapan yng
telah peneliti lakukan, yaitu:
a. Peneliti mulai membuka kamus untuk membandingkan hasil terjemahan
penerjemah agar dapat membandingkan analisa yang peneliti lakukan,
b. Mengemukakan kata-kata yang peneliti pilih untuk dianalis dengan apa
adanya, sesuai dengan sumber yang peneliti peroleh.
c. Peneliti menjelaskan secara rinci dengan mengeksplorilasi gaya bahasa simile
dan personifikasi dalam kajian ilmu balaghah tasybih dan majaz.
d. Menguraikan penjelasan sesuai dengan memilih gaya Bahasa simile dan
personifikasi dalam kajian ilmu balaghah tasybih dan majaz terjemahan syair
kitab Ta‟lim Muta‟lim
e. Menarik kesimpulan.
5. Teknik Penulisan
Secara teknis skripsi ini berpedoman pada buku pedoman penulisan Karya
Ilmiah (Skripsi, Tesis dan Disertasi) yang diterbitkan oleh CeQDa (Central
12
for Quality Development and Assurance) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2013.
5. Sistematika Penelitian
Guna mendapat pemahaman yang terarah dan komprehensif dalam
pembahasa masalah ini, peneliti perlu merumuskan sistematika penulisan
sebagai berikut:
Bab I : Pendahuluan, mencakup: latar belakang permasalahan,
pembatasan dan perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian,
kajian terdahulu, metode penelitian dan sistematika penulisan.
Bab II : Kerangka Teori, bab ini adalah kelanjutan dari bab
sebelumnya, berisi tentang teori-teori yang peneliti gunakan dalam meneliti
permasalahan yang peneliti angkat dalam skripsi ini, yaitu berupa teori-teori
terjemahan yang mencakup: teori penerjemahan sastra yaitu berupa puisi
atau syair, teori tasybih dan majaz dalam kajian ilmu balaghah. Teori tasybih
dan majaz lughawi dalam kajian ilmu balaghah inilah yang peneliti gunakan
sebagai pisau meneliti penelitian bab IV.
Bab III : Pembahasan korpus penelitian yaitu kitab Ta‟lim Muta‟Lim
karya Syaekh Al-Zarnuji, yang akan dianalisis dari aspek baghahnya yaitu
berupa tasybih dan majaz lughawi dalam terjemahan syair kitab ta‟li
muta‟lim karya Drs. M. Ali Chasan Umar.
13
Bab IV: analisis, pada bab ini merupakan pokok penelitian korpus
data yang penulis peroleh dianalisis berdasarkan gaya Bahasa simile dan
personifikasi dalam kajian ilmu balaghah tasybih dan majaz lughawi dalam
penerjemahan sya‟ir kitab Ta‟lim Muta‟lim. Penulis mengambil kitab Ta‟lim
Muta‟lim karya Syekh Al-Zarnuji sebagai objek kajian. Di sini peneliti
mencoba menganalisis terjemahan sya‟ir yang terdapat dalam kitab Ta‟lim
Muta‟lim. Dengan menggunakan analisis teori gaya bahas simile dan
personifikasi dalam kajian ilmu balahah tasybih dan majaz lughawi.
Bab V: penutup, yang terdiri atas kesimpulan dan saran. Bab ini
merupakan hasil akhir dari penelitian yang berupa hasil analisis data.
Bagian paling akhir berupa daftar pustaka dan lampiran.
14
BAB II
TASYBIH DAN MAJAZ DALAM PENERJEMAHAN PUISI ARAB
(SYA’IR)
Pembahasan mengenai teori penelitian, peneliti memakai beberapa teori
umum yang berkaitan dengan peneltian penerjemahan yaitu:
A. Pengertian Puisi Arab (syair)
Sya‟ir seringkali kita mendengar istilah tersebut dalam buku-buku
sejarah kebudayaan bangsa Arab terutama pra Islam istilah tersebut secara
etimologis diambil dari asal kata sya`ara yasy`uru sya`ran
syu`ran yang berarti mengetahui, merasakan, sadar, mengomposisi atau
mengubah sebuah sya‟ir. Sedangkan menurut Jurji Zaidah, syair berarti
nyanyian (Al-Ghina), lantunan (Insyadz), atau melagukan (Tartil). Asal
kata ini telah hilang dari bahasa Arab, namun masih ada dalam bahasa lain
seperti syuur dalam bahasa Ibrani yang berarti suara, nyanyian,
melantunkan lagu. Sumber kata syair adalah sy³r (syir) yang berarti
kasidah atau nyanyian-nyanyian yang terdapat dalam kitab taurat juga
menggunakan nama ini.11
Menurut Al-Aqqad, kata Sya‟ir harus dikembalikan pada makna
aslinya, yaitu bahasa Smith. Kata sy³r pada suku Aqqadi kuno merujuk
11
Akhmad Muzakki, Kesusastraan Arab; Pengantar Teori Dan Terapan(Yogyakarta:
Ar-Ruzz Medika,2006) , h. 41
15
pada suara nyanyian gereja. Dari kata ini, kemudian pindah ke dalam
bahasa Ibrani (sy³r ) dengan arti melagukan (Insyadz) dan ke dalam bahasa
aramiyah yang bersinonim dengan syru, tarnamu (menyanyikan)
dan tart³lu (melagukan). Namun, sejarah menyebutkan bahwa orang-orang
Yahudi lebih dulu berkelut dalam dunia nadzam dari pada orang Hijaz.
Dengan demikian menunjukkan bahwa pengalaman dan kemahiran mereka
telah memperkuat keberadaan Sya‟ir yang berkaitan dengan kasidah dan
nyanyian. Berdasarkan sumber itu, orang-orang Arab dipandang kuat telah
mengambil sy³r dengan huruf ain, jadilah kata Sya‟ir (syi`ru). Kata inilah
kemudian digunakan pada kata syair secara universal.12
Bagi orang Arab, kata sya‟ir mempunyai arti tersendiri sesuai
dengan pengetahuan, kemampuan, dan kebiasaan mereka. Dalam
pandangan mereka, sya‟ir berarti pengetahuan, kemampuan dan kebiasaan
mereka. Karena sya‟ir mempunyai arti kepandaian dan pengetahuan, maka
pelakunya dikenal dengan al-Fathin (cerdik pandai). Pendapat ini ada
kemiripan dengan pengertian poet dalam bahasa Yunani, yang artinya
membuat atau mencipta. Poet berarti pencipta melalui imajinasinya, atau
orang yang berpengliatan tajam, orang suci, sekaligus filosofis,
negarawan, guru, dan menebak kebenaran yang metafisik.
Secara terminologi, dalam Ensiklopedi Islam disebutkan bahwa
sya‟ir adalah ucapan yang atau susunan kata yang fasih yang terikat
dengan rima (pengulangan bunyi) dan matra (unsur irama yang berpola
12 Akhmad Muzakki, Kesusastraan Arab; Pengantar Teori Dan Terapan(Yogyakarta:
Ar-Ruzz Medika,2006) h. 42
16
tetap) dan biasanya mengungkapkan imajinasi yang indah dan berkesan
memikat. Dalam bahasa Melayu/Indonesia, satu koplet syair biasanya
terdiri dari empat baris yang berahiran sama yaitu a,a,a,a. Sementara Ibnu
Rasyiq lebih mempertegas adanya unsur kesengajaan, sebagaimana ia
berkata : “Sesungguhnya sayi‟r terdiri dari empat hal, yaitu lafadz,
wazan, makna dan qafiah. Ini batasan sayi‟r, karena ada sebuah
ungkapan yang berirama dan berqafiah tetapi tidak dapat dikatakan
sayi‟r, karena tidak dibuat-buat dan tidak dimaksud sayi‟r seperti Al-
Qur‟an dan Hadits nabi.”13
B. Penerjemahan Puisi
Penerjemahan puisi, menurut Casagrande (1954) dalam bukunya
Asim Gunarwan (1997:188), merupakan penerjemahan estetis puitis yang
bertujuan mengalihkan pesan serta bentuk estetis yang ada di dalam bahasa
sumber kepadanannya di dalam bahasa sasaran. Di dalam penerjemahan
jenis ini pengalihan isi (pesan) dan bentuk sama-sama penting.
Berdasarkan hal ini dapat dikatakan bahwa di dalam penerjemahan puisi
ada tuntutan ganda: pengalihan isi dan pengalihan bentuk harus baik.14
Di dalam praktek penerjemahan puisi, tuntutan ganda itu berarti
penerjemah harus menjaga pesan puisi karya asli agar tidak berubah dan
harus mempertahankan pada keindahan puisi itu, termasuk harus
13
Wargadinata, Wildana Dan Fitriani, Laily, Sastra Arab Dan Lintas Budaya, (Malang:
UIN Malang Perss, 2008), h. 25 14
Frans Sayogie, Penerjemahan Bahasa Inggris ke dalam Bahasa Indonesia, (Jakarta:
Lembaga Penelitian, 2008), h. 201.
17
mempertahankan pencitraan serta „musik‟ puisi asli itu. Lebih-lebih lagi,
dalam puisi dipakai banyak majas untuk menciptakan gambaran serta
emosi yang mendukung, bahkan memperdalam serta memperluas makna
yang diungkapkan oleh puisi, sehingga terciptalah makna permukaan dan
satu atau lebih suatu makna yang lebih dalam. Mengharapkan mengalihkan
unsur-unsur puisi dan sekaligus mempertahankan makna permukaan serta
makna-makna yang lebih adalah pekerjaan yang sulit.15
C. Definisi gaya bahasa
Gaya Bahasa adalah satu diantara bagian ilmu bahasa. Oleh karena
itu bahasa adalah sebagai alat komunikasi antara anggota masyarakat,
berupa lambang bunyi-suara yang dihasilkan oleh ucap manusia. Gaya
Bahasa sering kali dikenal dengan dalam retorika dengan istilah style.
Yaitu kemampuan dan keahlian menulis atau menunggunakan kata-kata
dengan alat bantu lidah. 16
a. Gaya Bahasa berdasarkan langsung tidaknya makna
Gaya Bahasa berdasarkan makna diukur dari langsung tidaknya makna,
yaitu apakah acuan yang dipakai masih mempertahankan makna
denotatifnya atau sudah ada penyimpangan. Gaya Bahasa berdasarkan
langsung tidaknya makna biasanya disebut trope atau figure of speech.
Istilah trope sebenarnya berarti “pembalikan” atau “penyimpangan”. Trope
atau figure of speech dengan demikian memilki bermacam-macam fungsi
15
Frans Sayogie, Penerjemahan Bahasa Inggris ke dalam Bahasa Indonesia, (Jakarta:
Lembaga Penelitian, 2008), h. 201. 16
Gorys keraf, Diksi Dan Gaya Bahas, (Jakarta: gramedia pustaka utama 2009) h. 112
18
yaitu: menjelaskan, memperkuat, menghidupkan objek mati, menstimulasi
asosiasi, menimbulkan gelak tawa, atau untuk hiasa. 17
b. Gaya Bahasa kiasan
Gaya bahasa kiasan ini awalnya dibentuk berdasarkan
perbandingan atau persamaan. Yaitu membandingkan antara yang satu
dengan yang lain, tujuannya untuk menentukan ciri-ciri yang menunjukan
kesamaan antara dua hal tersebut. Gaya bahasa kiasan yang akan saya
bahas adalah gaya bahasa sebagai berikut:
Simile adalah perbandingan yang bersifat eksplisit. Yang dimaksud
dengan perbandingan yang bersifat eksplisit adalah bahwa ia langsung
menyatakan sesuatu dengan hal yang lain. Yang dimaksud dengan
perumpamaan di sini adalah padanan kata simile dalam bahasa Inggris.
Kata simile berasal dari bahasa latin yang bermakna „seperti‟. Contohnya:
bibirnya seperti delima merekah.18
Perumpamaan adalah perbandingan dua hal yang pada hakekatnya
berlainan dan sengaja kita anggap sama. Perbandingan itu secara eskplisit
dijelaskan oleh pemakaian seperti, sebagai, ibarat, umpama, baka, laksana
dan sejenisnya.19
17
Gorys Keraf, Diksi Dan Gaya Bahasa, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama 2009), h.
129. 18
Gorys Keraf, Diksi Dan Gaya Bahasa, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama 2009),
h.138 19
Henry Guntur Tarigan, Pengajaran Kosa Kata, (Bandunng: Angkasa 1984), h. 180-181
19
Personifikasi adalah semacam gaya bahasa kiasan yang
menggambarkan benda-benda mati atau barang-barang yang tidak bernyawa
seolah-olah memiliki sifat-sifat kemanusiaan. Menurut Sayuti, perbandingan
dalam personifikasi dilakukan secara langsung yaitu dengan memberikan sifat-
sifat atau ciri-ciri manusia kepada benda-benda mati. 20
pendapat Sayuiti ini
sejalan dengan pernyataan Dick Hartoko dan Rahmantu yang menyatakan
bahwa gaya jenis ini merupakan suatu bentuk kiasan yang menampilkan
benda-benda atau konsep-konsep abstrak sebagai peribadi/ person manusiawi
dengan sifat-sifat manusia.21
Contoh: angina meraung di tengah malam.22
D. Tasybih dan Majaz Dalam Kajian Ilmu Balaghah.
Dalam Bahasa Arab gaya bahasa diserupakan dengan ilmu balagoh, ilmu
atau retorika () عهم انثلاغه, تلاغي )أ( دوعهقح تعهم انثلاغه )ب( فيه صىزج تلا غيح retorika
bahasa Arab) membahas tiga kajian makna utama, ketiga kajian tersebut masing-
masing dibahas dalam ilmu ma‟ani (pragmatics عهم انسمىش, دزاسح انسمىش انهغىيح وانسمىش
pragmatic) ilmu bayan (kajian gaya Bahasa), dan ilmu badi‟e (ilmu / غيس انهغىيح
stylistick عهم الأسانية, عهم انثلاغح /ilmu stilistika). 23
20
Ahmad sunarto, Sayuti, Puisi dan Pengajarannya (Semarang: Penerbit IKIP 1985), h.
95 21
Dick hartoko dan Rahmanto, Pemandu Dunia Satra, (Yogyakarta: kanisius, 1986), h.
108
22 Gorys keraf, Diksi Dan Gaya Bahas, (Jakarta: gramedia pustaka utama 2009) , hal.140
23 Muhammad Ali Al-Khuli, A Dictionary Of The Theoretical Linguistic English Arabic,
(Bairut: Librairie Du Liban, 1982). h. 120
20
Ilmu balaghah juga disebut ilmu untuk mempelajari kefasihan berbicara,
yang meliputi ilmu ma‟ani, bayan, dan badi‟e. 24
1. Tasybih ( ) الخشبه
Seperti halnya dalam bahasa Indonesia bahasa Arab juga memiliki konsep
yang persis dengan simile, yakni tasybih. Simile dalam ilmu balaghah termasuk
dalam Bahasa al-munawir, lafadz انتشثيه انتشثيه berarti انتمثيم dan dalam Bahasa
Indonesia berarti “persamaan”. Dalam istilah balaghah:
انتشثيه هى انحاق أمس تأمس اخس ف وصف تأداج نغسض
Artinya: menyerupakan sesuatu dengan sesuatu yang lain dalam satu sifat
dengan menggunakan alat karena ada tujuan. 25
Gaya bahasa ini mengindikasikan adanya penyerupaan antara musyabah
(yang menyerupai) dan musyabah bih (yang diserupai). Tasybih adalah penjelasan
bahwa suatu hal atau beberapa hal yang memiliki kesamaan sifat dengan hal lain.
Penggunaan tersebut menggunakan huruf kaf atau sejenisnya, baik tersurat
maupun tersirat. Unsur tasybih ada empat, yaitu musyabah, musyabah bih (kedua
unsur ini disebut taharafait tasybih), adat tasybih, dan wajh syibeh pada
musyabah bih diisyaratkan lebih kuat dan jelas dari pada musyabah. 26
24 H. Moch. Anwar, Ilmu Balaghah Terjemahan Jauhar Makrun. Penerjemah:. Penulis:
Imam Akhdlori. (Penerbit: Pt. Alma‟arif Bandung. Subang. 1997).h. 20
25 Ahmad syatiby, pengantar memahami Bahasa al-quran balghah 1 (ilmu bayan),
(Jakarta: adabia press, 2014), h.1
26
Ali Al-Jarim Dan Musthafa Amin, Terjemahan Al-Balaghatul Wadhihah. Penerjemh
Mujiyo Nurkholis, Bahrun Abu Bakar, L.C. Dkk. (Bandung: Sinar Baru Algensindo, 1994), h. 21
21
A. RUKUN TASYSBIH )ازكان انتشثيه(
Sebuah struktur kalimat disebut sebagai tasybih apabila memenuhi unsur-
unsur. Unsur dimkasud ada empat yang selanjutnya disebut sebagai rukun tasybih.
Rukun tasybih dimaksud yaitu:
1) Unsur yang diserupakan
Unsur yang diserupakan dalam sebuah kalimat tasybih yaitu:
MUSYABBAH )مشثه(
2) Unsur yang diserupakan dengannya
Unsur yang diserupakan dengannya, dalam sebuah kalimat tasybih disebut:
MUSYABBAH BIH )مشثه ته(
3) Unsur alat
Unsur adalah kata yang mengandung arti:serupa, seperti,bagaikan,laksana dan
yang seumpamanya.Kata –kata ini disebut :
ADAT)أداج(
Adat tasybih ada 3 macam:
1. Adat tasybih yang berbentuk huruf
2. Adat tasybih yang berbentuk fi‟il
3. Ada yang berbentuk isim
Adat tasybih yang berbentuk huruf adalah :
KA)ك( dan KA-AN NA ) )كأ ن
Adat tasybih yang bebentuk fi‟il adalah semua fi‟il yang maknanya:
seperti,serupa, seumpama,dan bagaikan.fi‟il-fi‟il tersebut baik berbentuk
fi‟il madhi atau berbentuk fi‟il mudhari. Fi‟il-fi‟il dimaksud diantaranya:
22
SYAABAHA-YUSYAABIHU يشاته(–)شاته
SYABBAHA-YUSYABBIHU يشثه(-)شث ه
MAATSALA-YUMAATSILU يماثم(-)ماثم
DHAARA‟A-YUDHAARI‟U يضازع(-)ضازع
Adat tasybih yang berbentuk isim adalah semua isim yang
maknanya:serupa,seperti, seumpama,atau bagaikan. Isim-isim dimaksud
seperti:
MITSLU )مثم(,SYIBHU )شثه(
MUMAATSILU )مماثم( dll.
4) Unsur Sifat
Sifat adalah unsur yang menjadi aspek kesamaan antara unsur 1 (musyabbah)
dengan unsur 2( muyabbah bih) yang selanjutnya disebut sebagai:
WAJHUSY SYABAH )وجه انشثه(
Wajhusy Syabah dalam tasybih harus merupakan sifat yang dimiliki
musyabbah dan dimiliki juga oleh musyabbah bih. Jika tidak dimiliki oleh
23
salah satu musyabbah dan musyabbah bih, maka tasybih tersebut menjadi batal
sebagai tasybih.27
B. MACAM-MACAM TASYBIH )أوىاع انتشثيه(
Tasybih yang dikenal seperti diatas terbagi menjadi bermacam-macam
sesuai dengan sudut pandang .
Sudut pandang dimaksud adalah :1) sudut pandang adat. 2)sudut pandang
wajhusy syabah.
1. SUDUT PANDANG ADAT
Sebuah kalimat tasybih ,aabila ditinjau dari sudut pandang adat,
maaka tasybih terbagi menjadi dua yaitu:
a. MURSAL )مسسم(
Mursal adalah kalimay tasybih yang adatnya disebut . Ali al Jarim
dan Musthafa Amin di dalam bukunya al Balaghah al Wadhihah
mendefinisikan tasybih mursal sbb:
انمسسم هى ما ذكس فيه الأداج
(Mursal adalah kalimat tasybih yang adatnya disebut).
Dengan demikian apabila dijumpai sebuah kalimat tasybih,dan adat
tasybihnya disebut, maka tasybih tersebut dinamakan tasybih mursal.28
27
Ahmad Syatibi, Pengantar Memahami Bahasa Al-Quran Balaghah 1, (Ilmu Bayan),
(Jakarta: Adabia Pres 2014) Hal. 4-5 28
Ahmad Syatibi, Pengantar Memahami Bahasa Al-Quran Balaghah 1 (Ilmu Bayan),
(Jakarta: Adabia Pres, 2014) Hal. 17-18
24
Contoh:
انكتاب مثم انصاحة في انصدق
(buku bagaikan teman dalam segi jujur )
b. MUAKKAD )مؤكد(
Muakkad adalah tasybih yang tidak disebut atau dibuang adatnya.Ali
al Jarim dan Musthafa Amin di dalam bukunya al Balaghah al Wadhihah
mendefinisikan tasybih muakkad sbb:
انمؤكد هىما حرف مىه الأدج
(muakkad adalah tasybih yang adatanya dibuang)
Denngan demikian ,apabila dijumpai sebuah kalimat tasybih namun
adat tasybih tidak disebut atau dibuang , makan tasybih tersebut dinamakan
tasybih muakkad )مؤكد(
Contoh: نكتاب صاحة في انصدقا
( Buku adalah teman dalam segi jujur )
2. SUDUT PANDANG WAJHUSY SYABAH
Sebuah kalimat tasybih apabila ditinjau dari sudut pandang wajhusy
syibah,maka tasybih terbagi menjadi dua macam yaitu:
a. MUFASHSHAL )مفصم(
Mufashal dalah tasybih yanh wajhusy syabahnya disebut. Ali al Jarim dan
Musthafa Amin di dalam bukunya al Balaghah al Wadhihah mendefinisikan
tasybih mufashshal sbb:
انمفصم هى ذكس فيه انىجه
25
(Mufashshal adalah tasybih yang wajhusy syabahnya disebut)
Dengan demikian apabila dijumpai sebuah kalimat tasybih ,dan wajhusy
syabahnya disebut,maka tasybih tersebut dinamai mufashshal )مفصم( 29
Contoh : انكتاب مثم انصاحة في انصادق
(buku adalah taman dalam segi jujur)
b. MUJMAL )مجمم(
Mujmal adalah tasybih yang tidak disebut wajhusy syabahnya. Ali al
Jarim dan Musthafa amin di dalam bukunya al Balaghah al Wadhihah
tasybih mujmal sbb:
انمجمم هى حرف مىه انىجه
( mujmal adalah tasybih yang wajhusy syabahnya dibuang)
Dengan demikian apabila dijumpai sebuah kalimat tasybih ,namun
wajhusy syabahnya tidak disebut,maka tasybih tersebut dinamai
tasybih mujmal )مجمم(
Contoh: انكتاب مثم انصاحة
(buku bagaikan teman)
C. TASYBIH BALIGH )تشثه تهغ(
Baligh adalah tasybih yang adat dan wajhus syabahnya tidak disebut. Ali al
Jarim dan Musthafa Amin di dalam bukunya al Balaghah al wadhihah
menedefinisikan tasybih baligh sbb:
29
Ahmad Syatibi Pengantar Memahami Bahasa Al-Quran Balaghah 1
(Ilmu Bayan ) (Jakarta :Adabia Press, 22014) hal. 18-19
26
انثهيغ هى ما حدف مىه الداج وانىجه
(Baligh adalah tasybih yang dibuang adat dan wajhusy syabahnya)
Contoh: انكتاب صاحة
(buku adalah teman)
Dengan demikian, apabila dijumpai sebuah kalimat tasybih, namun tidak
didapat adat dan wajhusy syabah di dalamnya, berarti tasybih adalah tasybih
baligh( )تهيغ
Selanjutnya,memperhatikan secara baik macam-macam tasybih di atas,
maka sebuah tasybih menjadi memiliki dua nama , karena pada saat yang sama
harus dilihat dari dua sudut pandang sekaligus.Yaitu sudut pandang adat dan sudut
pandang wajhusy syabah.
Jika dalam sebuah tasybih ,adat dan wajhusy syabahnya disebut,maka
tasybih tersebut dinamai MURSAL MUFASHAL )مسسم مفصم(
Contoh:
(buku bagaikan teman dalam segi jujur)
Jika dalam sebuah tasybih adatnya disebut namun wajhusy syabahnya
tidak disebut,maka tasybih tersebut dinamai tasybih MURSAL MUJMAL مسسم(
مجمم(
Contoh: انكتاب مثم صاحة
( buku bagaikan teman)
Jika dalam sebuah tsybih ,adatnya tidak disebut ,namun wajhusy
syabahnya disebut, maka tasybih tersebut dinamai MUAKKAD MUFASSAL
)مؤكد مفصم(
27
Contoh: انكتاب صاحة في انصدق
( buku adalah teman dalam segi jujur)
Jika dalam sebuah tasybih,adat dan wajhusy syabahnya tidak disebut
,maka teasybih tersebut dinamai tasybih BALIGH 30
Contoh: انكتاب صاحة
( buku adalah teman)
2. Majaz Lughawi
Personifikasi dalam aspek ilmu balaghah termasuk ( مجاش نغىي) majaz
lughawi secara harfiyah artinya “boleh”, lughawi artinya “bersifat bahasa” atau
“dalam bahasa”. Dengan demikian artinya majaz lughawi suatu kebolehan
menggunakan suatu kata sebagai bahasa bukan pada tempatnya. Seperti: matahari
tersenyum atau bulan menangis dll. Dalam istilah balaghah:
انمجاش هى انهفظ انمستعمم في غيس ما وضع نه نعلاقح مع قسيىح ماوعح مه ازادج انمعى انحقيقي
Artinya: kata yang digunakan bukan pada tempatnya Karena ada alaqoh dan
qarinah yang mencegah dari arti yang sebenarnya. 31
Personifikasi dalam bahasa Arab termasuk majazi secara harfiyah artinya
“boleh” lughawi artinya “bersifat bahasa” atau “dalam bahasa bahasa” dengan
demikian majaz lughawi artinya suatu kebolehan menggunakan suatu kata sebagai
bahasa bukan pada tempatnya.
30
Ahmad Syatibi, Pengantar Memahami Bahasa Al-Quran Balaghah 1 (Ilmu Baya),
(Jakarta: Adabia Press, 2014) Hal. 20-21 31
Ahmad syatibi, Pengantar Memahami Bahas Al-Quran Balaghah 1 (Ilmu Bayan),
(Jakarta: adabia press, 2014) hal. 61
28
Dalam kitab Balaghah Al-Waadhihah karangan Ali Al-Jarim dan
Musthafa Amin, bahwa majaz lughawi adalah lafazh yang digunakan dalam
makna yang bukan seharusnya karena adanya hubungan disertai qarinah yang
menghalangi pemberian makna haqiqi dan makna majazi itu kadang-kadang
karena adanya keserupaan dan kadang-kadang lain dari itu. Dan qarinah itu
adakalnya lafziyah dan adakalanya haliyah. 32
A. MACAM-MACAM ALAQAH
Alaqah adalah hubungan secara makna kata yang tertulis dengan makna yang
dimaksud .setiap majaz pasti memiliki alaqah.Atau dengan kata lain, jika
menemukan sesuatu kata majazi,maka harus ditemukan alaqahnya. Menemukan
alaqah dalam sebuah kalimat majaz ,harus dapat memastikan makan apa yang
dimaksud dan kata yang tertulis yang dianggap majazi dalam kalimat tersebut.
Dalam Balaghah Alaqah ada dua macam:
1. Musyabbah )مشا تهح(.Artinya alaqah yang emngandung keserupaan.
2. 2. Ghair Musyabahah .)غيس مشاتهح( Artinya alaqah yang tidak mengandung
unsur keserupaan.
Majaz yang dipandang dari segi alaqahnya ada 2 macam:
1. ISTI’ARAH ) إسخعازة(
Ali aljarim dan Musthafa Amin dalam bukunya al Balaghah al Wadhihah
mendefinisikan Isti‟arah sbb:
32
Ali Al-Jarim Dan Musthafa Amin, Terjemahan Al-Balaghahatul Wadhihah.
Penerjemah Mujiyo Nurkholis, Bahrudin Abu Bakar, L.C. Dkk. (Banduung: Sinar Baru
Algensindo, 1994), h. 95
29
دائماالإستعازج هي مجاش علاقته انمشاتهح
Artinya: Isti‟arah adalah majaz yang alaqahya selalu musyabahah
Dengan demikian contoh –contoh majaz yang sudah dipelajari terdahulu
adalah isti‟arah semua, karena alaqahnya musyabahah .Sedangkan majaz
yang alaqahnya ghair musyabahah33
2. MAJAZ MURSAL ) هجاش هسسل(
Ali al Jarim dan Musthafa Amin dalam bukunya al Balaghah al Wadhihah
mendefinisikan majaz mursal sbb:
انمجاش انمسسم هى مجاش علاقته غيس مشاتهح
Artinya: majaz mursal adalah majaz yang alaqahya ghair musyabahah34
.
3. Metode Penerjemah komunikatif dalam puisi Arab
Metode ini mengupayakan reproduksi makna kontekstual yang demikian
rupa. Sehingga baik aspek kebahasaan maupun aspek isi langsung dapat
dimengerti oleh pembaca. Oleh karena itu, versi TSa-nya pun langsung diterima
sesuai dengan maknanya, metode ini memperhatikan prinsip-prinsip komunikasi,
yaitu khalayak pembaca dan tujuan penerjemahan. Melalui metode ini, sebuah
versi TSu dapat diterjemahkan menjadi beberapa versi TSa sesuai dengan prinsip-
prinsip di atas.
33
Ahmad Syatibi, Pengantar Memahami Bahasa Al-Quran Balaghah 1 (Ilmu Bayan),
(Jakarta: Adabia Press, 2014) Hal. 74-75 34
Ahmad Syatibi, Pengantar Memahami Bahasa Al-Quran Balaghah 1 (Ilmu Bayan)
(Jakarta: Adabia Press, 2014) Hal. 117
30
Sebagai contoh adalah penerjemah kata spine dalam frase thorns in old
reef sediment. Apabila kata tersebut diterjemahkan untuk para ahli atau kalangan
ilmuan biologi, maka padanannya adalah spina (istilah teknis lain), tetapi apabila
diterjemahkan untuk khalayak pembaca yang lebih umum, maka kata tersebut
dapat diterjemahkan menjadi „duri‟ (dari lokakarya penerjemahan III bidang
Iptek, atas kerjasama pusat penerjamah Fakultas Sastra Universitas Indonesia
dengan pusat bahasa, 1993)35
Dari delapan metode penerjemahan di atas, ada yang bersifat umum dan
ada pula yang bersifat khusus. Yang sifatnya khusus pula penggunaan dan tujan
penggunaannya. Dari metode-metode yang bersifat umum, hanya metode
semantic dan komunikatif yang memenuhi tujuan-tujuan utama penerjemahan,
yaitu demi ketepatan dan efesiensi sebuah teks.
Secara umum dapat dikatakan bahwa metode penerjemahan semantic
dilakukan dengan mempertimbangkan tingkat kebahasaan pembaca. Penerjmahan
semantic sering dipakai dalam menerjemahkan teks yang ekspresif. Sedangkan
metode komunikatif digunakan untuk teks yang informative atau vokatif (yang
bersifat imbauan)
Sekalipun ada penekanan khusus di sini pada kebermanfaatan metode
penerjemah semantic dan komunikatif, semua metode penerjemah itu tetap
bermanfaat untuk menerjemahkan berbagai jenis teks Tsa dan untuk berbagai
tujuan menerjemahkan.36
35
Rochayah Machali, Pedoman Bagi Penerjemah, (Jakarta: PT Grasindo, 2000). h. 55 36
Rochayah Machali, Pedoman Bagi Penerjemah, (Jakarta: PT Grasindo, 2000). h. 56
31
Saat menerjemahkan dengan metode ini, seorang penerjemah
memproduksi makna kontekstual yang sedemikian rupa. Aspek kebahasaan dan
aspek isi langsung dapat dimengerti oleh pembaca. Metode ini mengharuskan
penerjemahan memperhatikan prinsip-prinsip komunikasi (pembaca dan tujuan
penerjemahan). Metode ini dapat memberikan variasi penerjemahan yang
disesuaikan dengan prinsip-prinsip komunikasi (pembaca dan tujuan
penerjemahan).37
Penerjemahan komunikatif juga mempersyaratkan agar bahasa terjemahan
mempunyai bentuk, makna dan fungsi. Hal ini perlu mendapatkan perhatian
karena ada kemungkinan suatu kalimat sudah benar secara sintaksis, tetapi
maknanya tidak logis, atau bentuk dan maknanya sudah benar, namun
penggunaannya tidak tepat.38
Metode komunikatif banyak digunakan. Dalam hal ini yang dipentingkan
adalah pesan yang disampaikan sedangkan terjemahannya sendiri lebih diarahkan
pada bentuk yang berterima dan wajar dalam BSa.39
Penyederhanaan ini untuk
memberikan jalan bagi penerjemah agar memilih metode yang sesuai dengan
kelompok sasaran dan tujuan penerjemahan.40
Dalam metode penerjemahan
komunikatif ini yang dipentingkan adalah penyampaian pesannya, sedangkan
37
Dr. Moch. Syarif Hidayatullah, Seluk Beluk Penerjemahan Arab Indonesia. (Jakarta:
Al-Kitabah. 2014), h. 63 38
Drs. M. Rudolf Nababan., Teori Menerjemahkan Bahasa Inggris, (Jakarta: Pustaka
Pelajar Offset, 2008), h. 41
Benny Hoedoro Hoed, Penerjemahan Dan Kebudayaan, (Jakarta: Pusaka Jaya, 2006),
h. 9
Benny Hoedoro Hoed, Penerjemahan Dan Kebudayaan, (Jakarta: Penerbit: Pusaka
Jaya, 2006), h. 63
32
terjemahannya sendiri lebih diarahkan pada bentuk yang berterima dan wajar
dalam BSa. 41
Komunukatif translation dilakukan kalau dalam penerjemahan yang
dipentingkan pesannya, tetapi tanpa harus menerjemahkan secara bebas. Hal ini
dilakukan biasanya dalam penerjemahan brosur, pengumuman, ataupun tulisan
populer.42
Dengan adanya pemaparan tentang metode penerjemahan komunikatif
dari berbagai sumber, maka peneliti akan menggunakan teknik penerjemahan
metode komunikatif sesuai dengan teori yang peneliti dapatkan dari berbagai
sumber di atas tersebut.
Benny Hoedoro Hoed, Penerjemahan Dan Kebudayaan, (Jakarta: Penerbit: Pusaka
Jaya, 2006), h. 57 Benny Hoedoro Hoed. Penerjemahan Dan Kebudayaan, (Jakarta:: Pusaka Jaya, 2006),
h. 58
33
BAB III
GAMBARAN UMUM KITAB TA’LIM MUTA’ALIM
1. Sekilas tentang kitab Ta’lim Muta’alim
Kitab Ta‟lim Muta‟lim yang beredar di tanah air umumnya bersamaan
dengan syarah (komentar) yang ditulis oleh Syaih Ibrahim Ibnu Ismail. Sedangkan
kitab Ta‟lim Muta‟lim itu sendiri ditulis oleh Syeikh Al-Zarnuji.
Baik kitab Ta‟lim Mutalim maupun syarahnya tidak menyebutkan
identitas Al-Zarnuji . Hal ini ini cukup mempersulit kajian kitab tersebut.
Sehingga tidak diketahui keadaan pada waktu kitab itu ditulis dan sejauhmana hal
tersebut mempengaruhi kitabnya.
Dalam Al-Munjid nama Al-Zarnuji disebut dengan singkat sekali. Yang
membantu hal ini adalah keterangan yang terdapat dalam kitab Al-Alam (tokoh-
tokoh) karangan Al-Zarkeli. Di situ ditulis bahwa Al-Zarnuji adalah Al-Nu;Man
Bin Ibrahim Ibnu Al-Kholil Al-Zarnuji Tajuddin. Beliau adalah sastrawan (adib)
yang berasal dari Bukhara.43
Di samping itu beliau adalah seorang filosof Arab.44
Al-Zarkeli tidak menuturkan di mana Al-Zarnuji tinggal, namun secara
umum Al-Zarnuji hidup pada akhir periode Daulah Abasyiah. Sebab Khalifah
Abasyiah terakhir (Al-Mu‟tasim) wafat pada tahun 1258. Ada kemungkinan
43
Ali Mustafa Ya‟qub , Etika Pelajar Menurut Al-Zarnuji, (Dalam Pesantren No. 3/Vol
III/ 1986, P3M), h. 79 44
E. J. Brills , First Encyclopedy Of Islam 1913-1936, Vol III ( Leiden, Ta‟if Zukhana,
1981), h. 1218
34
beliau juga mengetahui sya‟ir-sya‟ir parsi di samping banyaknya contoh-contoh
peristiwa pada masa Abbasyiah yang beliau tuturkan dalam kitabnya.45
Sedangkan menurut Ali-Mutafa Ya‟qub, kitab ini lebih tepat disebut
sebagai kitab yang membicarakan masalah etika pelajar dari pada sebagai kitab
tentang metode belajar mengajar. Dan nampaknya bagian inilah yang paling
banyak dampaknya di lingkungan pesantren. Santri yang tidak sopan pada guru
segera dicap „tidak pernah mengaji kitab ta‟lim; tapi santri yang bodoh yang boleh
jadi belum atau tidak mempraktekan isi kitab tersebut, cap itu tidak akan
diperoleh. Karena pengarang kitab ini seorang sastrawan, maka petuah-petuah
untuk itu juga banyak diambil dari sya‟ir-sya‟ir Arab.46
Kitab Ta‟lim Muta‟lim dikaji dan dipelajari hampir di setiap lembaga
pendidikan Islam, terutama lembaga pendidikan tradisional seperti pesantren,
bahkan pondok pesantren modern, karena pada dasarnya ada beberapa konsep
pendidikan Syaekh Al-Zarnuji yang banyak berpengaruh dan patut diindahkan,
yakni:
1) Motivasi dan penghargaan yang besar terhadap ilmu pengetahuan dan
ulama
2) Konsep filter terhadap ilmu pengetahuan ulama
45
E. J. Brills, First Encyclopedy Of Islam 1913-1936, Vol Iii ( Leiden, Ta‟if Zukhana,
1981), Hal.80 46
Ali Mustafa Ya‟qub, Etika Pelajar Menurut Al-Zarnuji, (Dalam Pesantren No. 3/Vol
Iii/ 1986, P3m), h. 74
35
3) Pendekatan-pendekatan teknis pendayagunaan potensi otak baik dalam
terapi alamiyah atau moral-psikologi.47
Sedangkan cara berfikir Syaekh Al-Zarnuji dapat dikatakan bercorak
spiritual atau bersifat metafisis. Hal itu disebabkan oleh pengaruh sosial politik
yang berlangsung pada saat Al-Zarnuji hidup, di mana zaman kaum Saljuk kota
Bagdad kembali menjadi ibu kota kerohanian sebagai tempat persemayaman
Khalifah Abbasiyah yang sangat kental dengan dogma-dogma keagamaan. Jadi,
corak pemikiran Al-Zarnuji banyak dipengaruhi oleh ajaran-ajaran ulama Islam
seperti Al-Ghazali yang hidup pada masa Abbasiyah.
Secara umum dalam kitab tersebut berisi 13 pasal, yaitu:
1).Hakikat ilmu fiqih dan keutamaannya, 2). Niat untuk belajar, 3). Memilih
ilmu, guru, teman, dan ketabahan, 4).Mengagungkan ilmu dan ulama,
5). Tekun, kontinuitas dan minat, 6). Permulaan, ukuran dan tata tertib belajar,
7). Tawakal, 8). Waktu mendapatkan hasil ilmu, 9). Kasih sayang dan nasehat,
10). Mencari faedah, 11). Sifat waro‟ di waktu belajar, 12). Penyebab hafal dan
lupa, 13). Mendatangkan dan menolak rizki, serta memperpanjang dan
memperpendek umur.
47
Http://Www.Masterfajar.Co.Cc/2010/Analisi-Kritis-Terhadap-Kitab-Talim.
36
2. Profil Al-Zarnuji Pengarang Kitab Ta’lim Muta’lim
a. Biografi Singkat Al-Zarnuji
Al-Zarnuji adalah orang yang diyakini sebagai satu-satunya pengarang
kitab Ta‟lim Muta‟lim akan tetapi nama beliau tidak begitu dikenal dari apa yang
telah ditulisnya, dalam hal ini terdapat perbedaan pada penelitian dengan
memberikan nama lengkap (gelar) kepada Syaekh Al-Zarnuji. Sebagaimana yang
dipaparkan oleh Awaludin Pimar, dalam tesisnya tentang perbedaan nama lengkap
(gelar) dari pengarang kitab Ta‟lim Muta‟lim ini, sebagai berikut:
Khairuddin Al-Zarkeli menuliskan nama Al-Zarnuji dengan Nu‟man Bin
Ibrahim Khalil Al-Zarnuji Tajuddin. Seperti dikutip oleh tatang M. Amirin, M.
Ali Chasan Umar dalam sampul buku Al-Zarnuji yang diterjemahkannya,
menyebutkan nama lenngkap Al-Zarnuji sebagai Syaekh Nu‟man Bin Ibrahim Bin
Al-Khalil Al-Zarnuji, sementara dalam kata Al-Khalil Al-Zarnuji. Busyiri Madjidi
yang mengutip dari buku Fuad Al-Ahwani menyebutkan Al-Zarnuji isinya. Nama
dengan burhanuddin Al-Zarnuji. Demikian juga Muchtar Affandi dan beberapa
literature yang dikutip dalam atau Burhan Al-Din Al-Zarnuji. Kecuali itu
ditemukan pula sebutan lain untuk Al-Zarnuji yaitu Burhan Al-Islam Al-Zarnuji.
48
Sedangkan berkaitan dengan pertanyaan di mana Al-Zarnuji hidup, Van
Grunebaum dan Abel memberikan informasi, sebagaimana dikuti oleh Maemunah
48
Awaludin Pimay, Konsep Pebdidikan Dalam Islam (Studi Komparasi Pandangan Al-
Ghazali Dan Al-Zarnuji), Tesis Pps Iain Walisongo Semarang, (Semarang: Perpustakaan Pasca
Sarjana Iain Walisongo, 1999), h. 29-30
37
dalam tesisnya,49
mereka berpendapat bahwa Al-Zarnuji adalah seorang sarjana
muslim yang hidup di Persia. Lebih lanjut ia menyatakan bahwa Al-Zarnuji ahli
hukum dari sekolah Imam Hanafi yang ada di Khurasan dan Transoxia, sayangnya
tidak tersedia fakta yang mendukung informasi ini. Meskipun begitu, seorang
penulis muslim membuat spekulasi bahwa Al-Zarnuji aslinya berasal dari daerah
Afganistan, kemudian ia diketahui dengan adanya nama Burhan Al-Din, yang
memang disetujui oleh penulis bahwa hal ini biasanya dipergunakan di Negara ini.
Terkait dengan hal tersebut, beberapa peneliti berpendapat bahwa dilihat dari
nisbahnya nama Al-Zarnuji diambil berdasar pada daerah dari mana ia berasal
yaitu “daerah zarand”. 50
Beberapa kajian terhadap kitab Ta‟lim Muta‟lim, tidak dapat menunjukan
secara pasti mengenai waktu kehidupan dan karir yang dicapainya. Sehingga
penegetahuan kita tentang Al-Zarnuji sementara ini berdasar pada studi M.
Plessner yang dimuat dalam ensiklopedi of Isla 51
Dalam Buku “Islam berbagai persepektif, didedikasikan untuk 70 tahun
prof. H. Munawir Sadzali, M” Affandi Muchtar mendapat informasi lain tentang
Al-Zarjuni berdasarkan pada data dari Ibnu Khalikan.52
Yaitu menurutnya Imam
Al-Zarnuji adalah salah seorang guru Imam Rukn Addin Imam Zada (wafat 573/
1177-1178) dalam bidang fiqih. Imam Zada juga berguru Pada Saeykh Ridau Al-
49
Muchtar Affandi, Dalam Maemunah, Reward And Punishment Sebagai Metode
Pendidikan Anak Tesis, ( Program Pasca Sarjana Iain Walisongo 2009), h. 52 50
Abudin Nata, Pemikiran Para Tokoh Pendidik Islam (Seri Kajian Filsafat Pendidikan
Islam), Cet 2, (Jakarta: Raja Grafindopersada, 2001), h. 104 51
M. Plassener, Al-Zarnuji Dalam First Ensiclopedy Of Islam, Vol VIII, (London: New
Mark: E.J Brill‟s, 1987) , h. 1218 52
Sudarnoto Abdul Hakim, Dkk, Islam Berbagai Persfektif, Didedikasikan Untuk 70
Tahun Prof. Dr. H. Munawir Sadzali, MA, (Yogyakarta: LPMII, 1995), h. 20
38
Din An-Nishapuri (wafat antara tahun 550 dan 600) dalam bidang Mujahadah.
Kepopuleran Imam Zada diakui karena prestasinya dalam bidang Usuludin
bersama dengan kepopuleran ulama lain yang juga mendapat gelar rukn (sendi).
Mereka anatara lain Rukn Ad-Din Al-Midi (wafat:615) dan Rukn Ad-Din At-
Tawusi (wafat: 600) dari data ini dapat dikatakan bahwa Al-Zarnuji hidup
sezaman dengan Syaikh Rida Ad-Din An-Nisaphuri.
Sehingga tokoh mengenai kelahiran atau masa hidup Al-Zarnuji hanya
dapat diperkirakan lahir pada sekitar tahun 570 H. Sedangkan tentang kewafatan
Al-Zarnuji terdapat perbedaan, ada yang meyatakan Al-Zarnuji wafat pada tahun
591 h (1195 m).53
dan menurut keterangan Plessner, bahwasannya ia telah
menyussun kitab tersebut setelah tahun 593 H. (1997). 54
Perkiraan tersebut
berdasar adanya fakta bahwa Al-Zarnuji banyak mengutip pendapat dari gurunya
yang ditulis dalam Kitab Ta‟lim, dan sebagaian guru beliau yang ditulis dalam
kitab tersebut meninggal dunia pada akhir abad ke-6 H, dan beliau menimba ilmu
dari gurunya saat masih muda. Selain itu ditemukan bukti yang memperkuat
pendapat ini yakni tulisan dalam bukunya Al-Jawahir yang menyebutkan Al-
Zarnuji merupakan ulama yang hidup satu periode dengan bin Ibrahim Al-Zarnuji
yang meninggal pada tahun yang sama. Beliaupun meninggal tidak jauh dari
tahun tersebut karena keduanya hidup dalam satu periode dan generasi. Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa Al-Zarnuji wafat sekitar tahun 620 H. atau
53
Hasan langgulung, Pendidikan Islam Menghadapi Abad Ke-21, (Jakarta: pustaka al-
husna, 1988), h. 31 54
M. Plassener, Al-Zarnuji Dalam First Ensiclopedy Of Islam, Vol VIII, (London: New
Mark: E.J Brill‟s, 1987), h. 150
39
dalam kata lain Al-Zarnuji hidup pada seperempat abad ke-6 sampai pada dua
pertiga abad ke-7 H.
Adapun guru-gurunya atau yang pernah berhubungan langsung dengan Al-
Zarnuji yaitu sebagai berikut:
1. Imam Burhan Ad-Din Ali Bin Abi Bakr Al-Farghinani Al-Marghinani
(wafat 593H/ 1195 M).
2. Imam Fakhr Al-Islam Hasan Bin Mansur Al-Faraghani Khadikan (wafat,
592H/ 1196 M).
3. Imam Zahir Ad-Din Al-Hasan Bin Ali Al-Marghinani (wafat, 600 H/ 1204
M).
4. Imam Fakhr Al-Din Al-Khasani (wafat, 587 H/ 1191 m) dan Imam Rukn
Al-Din Muhammad Bn Abi Bakar Imam Khwarzade (491-576 H).
Sedangkan para peneliti mengemukakan, bahwa Al-Zarnuji menuntut ilmu
di Bukhara dan Sarkhan, yaitu kota yang menjadi pusat kegitan keilmuan,
pengajaran dan lain-lainnya. Masjid-masjid di kedua kota tersebut dijadikan
sebagai lembaga pendidikan dan Ta‟lim Muta‟lim yang diasuh antara lain oleh
Burhanudin Al-Marghinani, Syamsuddin Abd. Al-Wadjdi, Muhammad Bin
Muhammad Al-Abd As-Sattar Al-Amidi dan lain-lainnya.55
Selain itu, Al-Zarnuji belajar dari ulama-ulama lain seperti Ali-Bin Abi
Bikr Bin Abdul Jalil Al-Farghinani Al-Rustami Ruknul Islam Muhammad Bin
55
Djudin, Konsep Belajar Menurut Al-Zarnuji, (Semarang: Pusat Penelitian Iain
Walisongo, 1997), h.10
40
Abi Bakar ( W, 573/ 1177), Hammad Bin Ibrahim (W. 592/ 1196), Ruknunddin
Al-Farghani (W, 594/ 1098) Dan Al-Imam Sadiduddin Al-Shirazi.56
Dengan demikian berdasarkan keterangan tersebut dapat diidentikifasi
bahwa pemikiran dan intelektualitas Al-Zarnuji sangat banyak dipengaruhi oleh
faham fiqih yang berkembang saat itu, sebagaimana faham yang dikembangkan
oleh para gurunya, yakni fiqih aliran hanafiyah.
Sebagaimana dikemukaakan oleh Muid Kahan, dalam studinya tentang
kitab Ta‟lim Muta‟lim yang dipublikasikan dalam bahasa Inggris, mengenai
karakter pemikiran Al-Zarnuji, yang dikutip oleh Affandi Muchtar bahwa dalam
kajian tersebut, Muid Khan memasukan pemikiran Madzhab Hanafiyah, yang
dikuatkan dengan bukti banyaknya ulama‟ hanafiyah yang dikutip oleh Al-
Zarnuji, termasuk Imam Abu Hanifah sendiri. Dari sekitar 50 ulama‟ yang disebut
Al-Zarnuji, hanya ada dua saja yang bermadzhab Syafi‟iyah, yakni Imam Syafi‟I
sendiri dan imam Yusuf Al-Hamdani (wafat, 1140). Menurut Muid Khan ide-ide
madzah yang dianutnya mempengaruhi pemikiran tentang pendidikan.57
Sehingga
Mahmud bin Sulaiman Al-Kaffani yang wafat tahun 990 H/ 1562 M., dalam
kitabnya Al-A‟lamul Akhyar Min Fuqaha‟i Madzah Al-Nu‟man Al-Mukhtar,
menempatkan Al-Zarnuji dalam peringkat ke-12 dari daftar madzah hanafi.58
56
Awaludin Pimay, Konsep Pebdidikan Dalam Islam (Studi Komparasi Pandangan Al-
Ghazali Dan Al-Zarnuji), Tesis Pps Iain Walisongo Semarang, (Semarang: Perpustakaan Pasca
Sarjana Iain Walisongo, 1999 57
Sudarnoto Abdul Hakim, Dkk, Islam Berbagai Persfektif, Didedikasikan Untuk 70
Tahun Prof. Dr. H. Munawir Sadzali, MA, (Yogyakarta: LPMII, 1995), h. 25 58
M. Plassener Al-Zarnuji Dalam First Ensiclopedy Of Islam, Vol VIII, (London: New
Mark: E.J Brill‟s, 1987), h. 1281
41
Disamping ahli dalam bidang pendidikan dan tasawuf, sangat
dimungkinkan bahwa Al-Zarnuji juga mengusai bidang sastra., fiqih, ilmu kalam,
dan lain-lainnya.59
Sejarah peradaban Islam terdapat lima tahap pertumbuhan dan
perkembangan dalam bidang pendidikan Islam. Pertama pendidikan pada masa
nabi Muhammad saw (571-632 M); kedua pendidkan pada masa Khulafaur
Rasyidin (632-661 M); ketiga pendidikan pada masa Bani Umayah di Damsyik
(661-750); dan kelima pendidikan pada masa jatuhnya kekuasaan khalifah di
Baghdad (125-sekaranng).60
Untuk memahami Al-Zarnuji sebagai seorang pemikir, maka harus
difahami ciri zaman yang menghasilkannya, yaitu zaman Abbasiyah yang
menghasilkan pemikir-pemikir ensiklopedi yang sukar ditandingi oleh pemikir-
pemikir yang datang kemudian.61
Sebagaimana dijelaskan di atas, Al-Zarnuji
hidup pada awal pemerintahan Abbasiyyah di Baghdad yang berkuasa selama lima
abad berturut-turut.62
Dengan demikian Al-Zarnuji hidup pada masa kempat dari periode
pendidikan dan perkembangan pendidikan Islam, yakni antara tahun 750-1250 M.
sehingga beliau sangat beruntung mewarisi banyak peninggalan yang ditinggalkan
oleh para pendahulunya dalam berbagai bidang ilmu pengetahuan. Sebab dalam
59
Abudin Nata, Pemikiran Para Tokoh Pendidik Islam (Seri Kajian Filsafat Pendidikan
Islam), Cet 2, (Jakarta: Raja Grafindopersada, 2001), h. 105 60
Fazlur Rahmat, Islam Terjemahan. Ahsin Muhammad, (Bandung: Pustaka 1997), h.
267 61
Hasan Langgulung. Pendidikan Menghadapi Abad 21, (Jakarta: Pustaka Al-Husna,
1988), h. 98 62
Hasan Langgulung, Pendidikan Menghadapi Abad 21, (Jakarta: Pustaka Al-Husna,
1988) , h. 99
42
catatan sejarah periode ini merupakan zaman kejayaan peradaban Islam pada
umumnya dan pendidikan Islam pada masa khususnya. Menurut Hasan
Langgulung bahwa, “zaman keemasan tersebut mengenai dua pusat, yaitu
kerajaaan Abbasiyah yang berpusat di Bagdad, berlangsung kurang lebih lima
abad (750-1258 M) dan kerajaann Umayah di Spanyol kurang lebih delapan abad
(711-1492 ).63
b. Karya Al-Zarnuji
Peneliti tidak mengetahui secar pasti berapa banyak jumlah kitab yang
telah ditulis oleh Al-Zarnuji. Peneliti hanya mengetahui kitab Ta‟lim Muta‟lim
adalah satu-satunya karya Imam Al-Zarnuji yang dapat dijumpai sampai sekarang
dan tanpa keterangan tahun penerbitan. Sudah berupaya semaksimal mungkin,
tetapi beberap referensi yang peneliti dapatkan menyebutkan bahwa hanya kitab
Ta‟lim Muta‟lim Karya Al-Zarnuji.
Menurut Haji Khalifah dalam bukunya Kasyf Al-Zunun,, An Asami‟‟ Al-
Kitab Al-Funun, seprti ynag dikutip oleh Rahmat Darmawan, dikatakan bahwa
diantara 150.000 judul literature yang dimuat pada abad ke 17 itu terdapat
penjelasan bahwa kitab Ta‟lim Muta‟lim merupakan satu-satunya karya Al-
Zarnuji. 64
63
Hasan Langgulung, Manusa Dan Pendidikan; Suatu Analisa Psikologi Dan Endidkan,
(Jakarta: Pustaka Utama, 1989), h. 13 64
Rahmat Darmawa, Analisis Diksi Dan Kontuksi Kalimat Dalam Terjemahan Say‟ir
Ta;Lim Muta‟lim, Skripsi. (Jakarta: UIN Sayarif Hidayatullah. 2011), h. 50
43
3. Profil Drs. M. Ali Chasan Umar (Penerjemah Kitab Ta’lim Muta’lim)
a. Biografi Singkat Drs. M. Ali Chasan Umar
Moch. Ali Chasan Umar adalah seorang penulis dan penerjemah buku.
Beliau lahir di Kendal, 28 November 1952. Ayah beliau bernama Umar Fiqih.
Moch. Ali Chasan Umar menamatkan sekolah pertamanya di SR selama 6 tahun
pada tahun 1964. Kemudian setelah itu beliau melanjutkan sekolah menengah
pertamaya di PGA selama 4 Tahun dan lulus pada 1969. Setelah itu beliau
melanjutkan sekolah menengah atasnya di SP IAIN Kendal dan lulus pada tahun
1971. Kemudian beliau melanjutan ke perguruan tinggi IAIN dan lulus pada tahun
1989, belaiu tidak berhenti sampai disitu setelah menyelasikan pendidikan S1 nya
beliau kembali melanjutkan S2 nya di UNDAR Jombang dan lulus pada tahun
2001.
Moch. Ali Chasan Umar mempunyai seorang istri yang bernama Hj.
Istiqomah. Dari hasil pernikahannya beliau mempunyai 1 orang putri yang
bernama Ma‟murotussa‟adah, dan 3 orang putra yaitu Moch. Taufiqurrohman, M.
Khoirul Absor, Dan M. Fairuzul Haq. Kini beliau tinggal di Wonosari RT 04 RW
02 Patebon Kendal 51351
Moch. Ali Chasan Umar mempunyai berbagai pengalaman kerja
diantaranya adalah:
Guru PGA Al Hidayah Kendal Tahun 1974-1984, Kepala MTs Al Hidayan
Kendal Tahun 1984-2002, Kepala MTs Negeri Kendal Tahun 2002-2010, Kepala
44
MTs Negeri Brangsong Tahun 2010-2012, Dosen Kelas Kolektif IIWS Semarang,
STIK Kendal, UNSIQ Wonosobo, UNWAHAS Semarang.
Moch. Ali Chasan Umar mempunnyai berbagai pengalaman organisi
diantaranya yaitu: Sekretaris GP Ansor Kab. Kendal 1974-1976, Wakil Sekretaris
PCNU Kab. Kendal 1977-1979, Sekretaris LP Ma'arif NU Kendal 1986-1991,
Ketua PC LP Ma'arif NU Kab. Kendal 1997-2001, Ketua PCNU Kab. Kendal
2002-2012, Sekretaris Umum MUI Kab. Kendal 2005-2010, Ketua FKUB Kab.
Kendal 2006-2011, Ketua MUI Kab. Kendal 2011-sekarang, Wakil Ketua DMI
Kab. Kendal 2019-2022, Ketua Ta'mir Masjid Agung Kendal 2015-sekarang.
b. Karya-karya Drs. M. Ali Chasan Umar:
Moch. Ali Chasan Umar mempunyai banyak sekali karya selama menjadi
seorang penulis dan penerjemah, karyanya ini diklasifikasikan berdasarkan
tematik, berikut adalah beberapa karya beliau:
1). Berita Ghoib & Alam Akherat, 2). Surga dan Kenikmatannya, 3). Ahli neraka
dan Kesengsaraannya, 4). Hari Kiamat Akan Datang, 5). Problematika Ayat Kursi
& Fadhilahnya, 6). 155 Wasiat Nabi kepada Sayyidina Ali, 7). Sholat Fardhu dan
Sarannya, 8). Samudra Istighfar dan Fadhilahnya, 9). Hakekat Takabur dan
Bahayanya, 10). Hakekat Riya dan Bahayanya, 11). Hakekat Ujub dan
Bahayanya, 12). Hakekat Sabar dan Pahalanya, 13). Hakekat Syukur dan
Pahalanya, 14). Hakekat Shiddiq, 15). Calon-calon Ahli Surga dan Neraka, 16).
Firman dan Hadis, 17). Khasiat Al Ikhlash, 18). Khasiat Al Fatihah, 19). Khasiat
Asmaul Husna, 20). Khasiat Ayat Kursi, 21). Kunci Mencari Rizki, 22). Lautan
45
Pahala, 23). Makhluk Halus, 24). Alam Kubur, 25). Siksa Kubur, 26). Mahkamah
Padang Makhsyar, 27). Mujarobat Besar Latin, 28). Kehidupan Akhirat, 29).
Kunci Mencari Kebahagiaan, 30). Kunci Mencari Pahala, 31). Kelengkapan
Dakwah (Terjemah Da'watut Taamah), 32). Langit Apa dan Ada Apa, 33). Jalan
Selamat Menuju Akhirat, 34). Kumpulan Sholawat Lengkap, 35). Ruh Apa dan
Dimana, 36). Rambu-rambu Jalan, 37). 10 Sahabat Dijamin Surga, 38). 10 Wasiat
dalam Al Qur'an, 39). Manusia?, 40). Bengkel Rohani, 41). Hikmah Makhluk-
makhluk Allah, 42). Hari Pembalasan, 43). Hari Kebenaran, 44). Islam Agama
Suci, 45). Agama sebagai Pedoman Hidup, 46). Keistimewaan Al Qur'an, 47).
Darmawisata ke Akhirat, 48). Jalan Mencari Allah, 49). Timbangan Amal, 50).
Do'a Mustajab, 51). Pewaris Firdaus, 52). Do'a Jaljalut, 53). Tentara Allah, 54).
Pembangkitan dan Pembalasan, 55). Keajaiban Jin, 56). Terjemah Qatrul Ghaits,
57). Terjemah Uqudul Lijain, 58). Komentar Lubabul Hadits, 59). Do'a-do'a
dalam Acara Resmi, Keagamaan, dan Kemasyarakatan, 60). Terjemah Ta'limul
Muta'allim, 61). Pidato, Sambutan, Pembawa Acara dan Do'a. 65
65
Wawancara melalui WhatsApp (Irul wonosari), hari rabu, tangal 13 april 2020 jam 12.48
WIB- 13. 26 WIB, dan Pada Hari kamis, 14 april 2020, jam 08.15 WIB -21.07 WIB.
46
BAB IV
ANALISIS DATA
A. Analisis Data Temuan
Pada bagian ini peneliti akan menyampaikan analisis atau cara
mengidentifikasi gaya bahasa simile dan personifikasi yang diperoleh dalam
penelitian. Namun, tidak semua temuan penilitian akan disampaikan pada analisis
ini, peneliti hanya mengambil beberapa sebagai contoh dari masing-masing gaya
bahasa yang berhasil diidentifikasi.
Data yang menjadi temuan peneliti adalah syair dari terjemahan kitab
Ta‟lim Muata‟alim yang diterjemahkan oleh Drs. M Ali Chasan Umar yang
mengandung gaya bahasa simile dan gaya bahasa personifikasi dengan
memandang dari sudut kacamata balaghah yaitu berupa tasybih dan majaz
lughawi. Sehingga juga memasukkan data yang tidak dianggap punya nilai gaya
bahasa personifikasi jika ditinjau dari sudut pandang linguistik bahasa Indonesia.
Berikut pembahasan analisis gaya bahasa simile dan personifikasi:
1. Tasybih
Dalam ilmu balaghah simile (tasybih) mempunya empat unsur (rukun)
yaitu: Musyabah, Musyabah Bih, Adat Tasybih, Dan Wajh Syibh. Melihat dari
keberadaan adat tasybih dan wajh syibh yang menyusun sebuah tasybih akan
terjadi pembagian pendefinisian pada tasybih. Berikut pembagian pendefinisian
tasybih:
a. Tasybih Mursal : Memandang adanya adat tasybih
b. Tasybih Muakad : Memangdang tidak adanya adat tasybih
c. Tasybih Mujmal : Memandang tidak adanya wajh syibh
d. Tasybih Mufasshal : Memandang adanya wajh syibh
e. Tasybih Baligh : memandang tidak adanya adat tasybih dan
wajh syibh
47
Berikut pembahasan analisis dari contoh beberapa data temuan yang
mengandung unsur gaya bahasa simile:
Syair Arab
Terjemahan Drs. Ali Chasan
Umar
Terjemahan Alternatif
تعلم فإن العلم زين لأهل #
و فضل وعنوان لكل
66المحامد
Belajarlah! Karena ilmu
adalah penghias untuk
pemiliknya; ilmu juga
adalah kelebihan dan tanda
dari perbuatan terpuji.
Belajarlah! Ilmu itu
laksana hiasan bagi
pemiliknya, menjadi
keutamaan dan tanda
setiap amal terpujinya.
Analisis :
العلم زين
Musyabah : العلم
Musyabah bih : زين
Adat Tasybih : tidak ada
Wajh Sibh : tidak ada
Pada table di atas dalam terjemahan syair kitab ta‟lim muta‟lim tidak
diterjemahkan menggunakan gaya bahasa simile. Menurut peneliti dengan
memandang teks sumbernya, seharusnya syair ini mengandung gaya bahasa
simile. Mungkin penerjemah memandang teks العلم زين tidak menyertakan adat
tasybih dan wajh syibh sehingga diterjemahkan tanpa dengan gaya bahasa simile.
Sehingga peneliti mencoba menerjemahkan kembali terjemahan syair dalam kitab
Ta‟lim Muta‟alim tersebut dengan perspektif balaghah sehingga memunculkan
kata perbandingan sebagai identitas gaya bahasa simile. Peneliti menerjemahkan
66
Kitab Ta‟lim Muta‟lim hal. 6
48
syair tersebut menjadi “Belajarlah! Ilmu itu laksana hiasan bagi pemiliknya,
menjadi keutamaan dan tanda setiap amal terpujinya”.
Dengan memandang syair tersebut tanpa menyertakan adat tasybih dan
wajh syibh maka gaya bahasa simile dalam syair tersebut tergolong sebagai
tasybih baligh.
Syair Arab
Terjemahan Drs. Ali Chasan
Umar
Terjemahan Alternatif
هو العلم الذادى الى سنن
الذدى #
هو الحصن ينجي من جميع الشدائد67
Ia merupakan rambu-rambu
kepada jalan petunjuk;
dialah sebagai benteng yang
dapat menyelamatkan dari
segala marabahaya.
Ilmu itu bagaikan markah
penunjuk kebenaran.
Ia laksana perisai
pelindung dari segala
bahaya.
Analisis :
ىو العلم الذادى الى سنن الذدى
Musyabah : هو
Musyabah bih : العلم
Adat Tasybih : dibuang
Wajh Sibh : الذادى الى سنن الذدى
هو الحصن ينجي من جميع الشدائد
Musyabah : هو
67
Kitab Ta‟lim Muta‟lim hal. 7
49
Musyabah bih : الحصن
Adat Tasybih : dibuang
Wajh Sibh : ينجي من جميع الشدائد
Simile dalam syair terjemahan ta‟lim muta‟lim di atas yaitu berupa kata
bagaikan atau laksana yang dilambangkan dengan adat tasybih berupa ك atau مثم
yang terbuang pada kalimat هو العلم dan هو الحصن. Namun dalam terjemahan syair
kitab ta‟lim muta‟lim tersebut penerjemah tidak memunculkan kata bagaikan
sebagai penunjuk simile dalam terjemahannya, padahal dalam kata tersebut
menurut peneliti terdapat adat tasbih yang terbuang. Sehingga peneliti
mereproduksi hasil penerjemahan dalam terjemahan syair di atas sebagai alternatif
dengan tambahan kata bagaikan dan laksana sebagai penunjuk gaya bahasa
perbandingan, sehingga peneliti menerjemahkan kembali syair tersebut menjadi
“Ilmu itu bagaikan markah penunjuk kebenaran. Ia laksana perisai pelindung dari
segala bahaya. Kedua syair di atas termasuk sebagai tasybih mu‟akad dan mufasshal
melihat tidak nampaknya adat tasybih dan dengan disertakannya wajh sibh.
Syair Arab
Terjemahan Drs. Ali Chasan
Umar
Terjemahan Alternatif
# فساد كبير عالم متهتك
وأكبر منه جاهل متنسك
-Kerusakan yang besar
adalah orang yang berilmu
berbuat nekad dalam
agamanya; dan kerusakan
yang lebih besar lagi adalah
oarng bodoh berlagak
seperti orang yang berilmu
-Kerusakan besar itu
seperti orang berilmu tapi
tidak punya malu. Yang
lebih besar lagi adalah
bersikukuh ibadah tanpa
ilmu.
50
فتنة فى العا لدين عظيمة هما
#
68لدن بهما فى دينه يتمسك
-Keduanya merupakan
fitnah dialam semesta; bagi
sipa yang mengikutinya
melakukan agamanya.
-Keduanya menjadi fitnah
nyata di dunia; bagi
pengikutnya dalam urusan
agama.
Analisis:
فساد كبير عالم متهتك
Musyabah : فساد كبير
Musyabah bih : عالم متهتك
Adat tsybih : tidak ada
Wajh sibh : tidak ada
Pada table di atas dalam terjemahan syair kitab ta‟lim muta‟lim tidak
diterjemahkan menggunakan gaya bahasa simile. Menurut peneliti dengan
memandang teks sumbernya, seharusnya syair ini mengandung gaya bahasa
simile. Mungkin penerjemah mamandang teks فساد كبير عالم متهتك tidak
menyertakan adat dan wajh sybh sehingga diterjemahkan tanpa menggunakan
gaya bahasa simile. Sehingga peneliti mencoba menerjemahkan kembali
terjemahan syair dalam kitab ta‟lim muta‟lim tersebut dengan perspektif balaghah
sehingga memunculkan kata perbandingan sebagai identitas gaya bahasa simile.
Peneliti menerjemahkan syair tersebut menjadi “kerusakan besar itu seperti rangg
berilmu tetapi tidak punya malu”.
Dengan memandang syair tersebut tanpa menyertakan adat tasy bih dan wajh sybh
maka gaya bahasa simile tersebut tergolong dalam tasybih muakad dan mujmal.
68 Kitab Ta‟lim Muta‟lim Hal. 10
51
Syair Arab
Terjemahan Drs. Ali Chasan
Umar
Terjemahan Alternatif
# من القليلىى الدنيا أقل
69وعاشفها أذل من الذليل
-Dunia adalah sedikit dari
perkara yang sedikit; dan
orang yang terlalu
mencintainya adalah sehina-
hinyanya orang hina.
Dunia itu bagaikan hal
yang tersedikit di antara
yang sedikit. Orang yang
cinta dunia adalah orang
yang paling hina di antara
yang hina.
Analisis :
ىى الدنيا أقل من القليل
Musyabah : الدنيا
Musyabah bih : أقل من القليل
Adat Tasybih : dibuang
Wajh Sibh : dibuang
Gaya bahasa simile pada tabel di atas dalam terjemahan syair kitab ta‟lim
muta‟lim terdapat pada terjemahan syair الدنيا أقل من القليل. Namun dalam
terjemahan tersebut penerjemah tidak menggunakan kata perbandingan karena
tidak adanya adat tasybih yang nampak dalam teks aslinya. Menurut peneliti
dalam syair tersebut ada adat tasybih yang terbuang sehingga jika diterjemahkan
akan menampilkan kata perbandingan sebagai identitas gaya bahasa simile.
Akhirnya peneliti mencoba menerjemahkan kembali terjemahan syair kitab ta‟lim
69
Kitab Ta‟Lim Muta‟Lim Hal. 11
52
muta‟lim tersebut menjadi “Dunia itu bagaikan hal yang tersedikit di antara yang
sedikit.”
Syair di atas termasuk sebagai tasybih baligh karena tidak mencantumkan
adat tasybih dan wajh syibh.
Syair Arab
Terjemahan Drs. Ali Chasan
Umar
Terjemahan Alternatif
عدو البليد الى الجليد سربعة #
كاجمر يوضع في الرماد فيحمد70
-Menjalarnya orang jahat
kepada orang baik itu cepat
sekali, bagaikan bara api
yang dipadamkan diatas
abu.
Menularnya kebodohan
kepada orang cerdas itu
sangatlah cepat, laksana
bara api yang diletakkan
dalam sekam
Analisis:
كاجمر يوضع في الرماد فيحمد عدو البليد الى الجليد سربعة
Musyabah : عدو البليد الى الجليد
Musyabah bih : اجمر يوضع في الرماد
Adat Tasybih : سربعة
Wajh Sibh : ك
Simile pada tabel di atas dalam terjemahan syair kitab ta‟lim muta‟lim
yaitu terdaat pada terjemahan syair عدو البليد الى الجليد سربعة كاجمر يوضع في الرماد فيحمد.
70
Kitab Ta‟lim Muta‟lim Hal. 16
53
Dalam terjemahan tersebut penerjemah menggunakan kata “bagaikan” sebagai
identifikasi keberadaan gaya bahasa perbandingan yang ditunjukkan dalam teks
syair aslinya dengan adat tasybih berupa ك. Pada syair tersebut peneliti setuju
dengan apa yang menjadi pilihan penerjemah, namun sebagai tambahan pustaka
terjemahan, peneliti mencoba membuat terjemahan alternatif pada syair tersebut.
Peneliti mencoba kembali menerjemahkan syair tersebut menjadi “Menularnya
kebodohan kepada orang cerdas itu sangatlah cepat, laksana bara api yang
diletakkan dalam sekam.”
Memandang syair di atas melalui ilmu balaghah, maka syair tersebut
termasuk sebagai tasybih mursal dan mufasshal karena telah dibubuhkannya adat
tasybih dan wajsh sibh.
Syair Arab
Terjemahan Drs. Ali
Chasan Umar
Terjemahan Alternatif
# العلم حرب الدتعالى
لسيل حرب الدكان كا
71العالى
Ilmu adalah musuh bagi
orang yang sombong;
bagaikan banjir yang
merusak tempat-tempat
yang tinggi.
Ilmu dapat menghancurkan
kesombongan, laksana
banjir yang
menghancurkan dataran
tinggi.
Analisis:
السيل حرب الدكان العالك لعلم حرب الدتعالىا
Musyabah : لعلم حرب الدتعالىا
Musyabah bih : السيل حرب الدكان العال
Adat Tasybih : dibuang
Wajh Sibh : ك
71
Kitab Ta‟lim Muta‟lim Hal. 20
54
Simile pada tabel di atas dalam terjemahan syair kitab ta‟lim muta‟lim
yaitu terdapat pada terjemahan syair السيل حرب الدكان العالك لعلم حرب الدتعالىا . Dalam
terjemahan tersebut penerjemah menggunakan kata “bagaikan” sebagai penunjuk
gaya simile yang dalam teks syairnya ditunjukkan dengan huruf ك sebagai kata
perbandingan. Peneliti dalam syair di atas mempunyai penerjemahan mandiri
yang mungkin sebagai alternatif terjemahan yang memperkaya pustaka
penerjemahan sekaligus peneliti anggap lebih bagus. Peneliti menerjemahkan
syair tersebut menjadi “Ilmu dapat menghancurkan kesombongan, laksana banjir
yang menghancurkan dataran tinggi.”
Syair di atas termasuk kategori tasybih mursyal dan mujmal karena
disertakannya adat tasybih tanpa menyebutkan wajh sibh.
Syair Arab
Terjemahan Drs. Ali Chasan
Umar
Terjemahan Alternatif
على قدر أىل العز تأتى
العزائم #
وتأتى على قدر الكريم
72الدكارم
-kesuksesan orang yang
bercita-cita adalah menurut
kadar cita-citanya; jika ia
bercita-cita tinggi maka
akan memperoleh cita-cita
yang yang tinggi.
Kesuksesan orang yang
bercita-cita seperti kadar
cita-citanya. jika ia
bercita-cita tinggi maka
akan memperoleh cita-cita
yang tinggi.
72
Kitab Ta‟lim Muta‟lim Hal. 23
55
Analisi:
على قدر أىل العز تأتى العزائم
Musyabah : على قدز أهل العص
Musyabah bih : حأحى
Adat tasybih : tidak ada
Wajh sybh : العصائن
Simile pada tabel diatas adalah dalam terjemahan syair kitab ta‟lim
muta‟lim menunjukan pada syair على قدر أىل العز تأتى العزائم dalam terjemahan
tersebut penerjemah tidak menggunakan sebagai penunjuk simile yang
terkandung dalam syair tersebut karena tidak adanya adat tasybih yang
dicantumkan dalam teks aslinya. Peneliti yang menganggap syair tersebut
merupakan contoh dari gaya bahasa simile mencoba untuk memberikan
penerjemahan alternatif dengan mencantumkan kata perbandingan sebagai
penunjuk simile yang terkandung dalam syair tersebut. Peneliti memilih kata
seperti dalam terjemahannya sehingga terjemahan syair tersebut menjadi
“Kesuksesan orang yang bercita-cita seperti kadar cita-citanya. jika ia bercita-cita
tinggi maka akan memperoleh cita-cita yang yang tinggi”.
Syair tersebut termasuk dalam kategori tasybih muakkad dan mufashal melihat
keberadaan wajh sybh tanpa dicantumkannya adat tasybih.
56
Syair Arab
Terjemahan Drs. Ali Chasan
Umar
Terjemahan Alternatif
الجاىلون فموتى قبل موتهم
والعالدون وإن ماتووا فأحياء73
Orang yang bodoh dianggap
mati sebelum mereka mati;
dan orang yang berilmu
walaupun ia sudah mati
maka akan tetap hidup.
Orang bodoh itu bagaikan
orang mati sebelum mati,
sedangkan orang berilmu
akan tetap seperti hidup
walaupun sudah mati.
Analisis :
الجاىلون فموتى قبل موتهم
Musyabah : الجاىلون
Musyabah bih : موتى
Adat Tasybih : tidak ada
Wajh Sibh : tidak ada
ماتووا فأحياءوالعالدون وإن
Musyabah : العالدون
Musyabah bih : أحياء
Adat Tasybih : tidak ada
Wajh Sibh : tidak ada
Simile pada tabel di atas dalam terjemahan syair kitab ta‟lim muta‟lim
yaitu ditunjukkan pada terjemahan syair والعالدون وإن ماتووا الجاىلون فموتى قبل موتهم
73
Kitab Ta‟lim Muta‟lim Hal. 25
57
dan الجاىلون فموتى Dalam syair tersebut ada 2 gaya bahasa simile yaitu .فأحياء
Namun dalam perjemahan tersebut, penerjemah tidak menggunakan .والعالدون أحياء
kata perbandingan karena tidak dicantumkannya adat tasybih dalam teks syair
aslinya. Menurut peneliti, yang menganggap syair tersebut mengandung gaya
bahasa simile menganggap adanya adat tasybih yang tidak dicantumkan. Bahkan
dalam ilmu balaghah, pembuangan adat tasybih akan memberikan dampak nilai
yang kuat dalam perbandingan, tidak hanya seperti namun menjadi makna persis.
Oleh karenanya peneliti mencoba melakukan penerjemahan mandiri sebagai
alternatif penunjuk keberadaan simile dalam syair tersebut. Peneliti
menerjemahakan syair tersebut menjadi “Orang bodoh itu bagaikan orang mati
sebelum mati, sedangkan orang berilmu akan tetap seperti hidup walaupun sudah
mati.”
Dua simile dalam syair di atas jika dilihat dari perspektif balaghah maka
keduanya termasuk tasbih baligh dengan melihat tanpa disertakannyanya adat
tasybih dan wajsh sibh.
Syair Arab
Terjemahan Drs. Ali Chasan
Umar
Terjemahan Alternatif
أخو العلم حى خالد بعد
# موتو
74وأوصاله تحت تراب رميم
Orang yang berilmu
senantiasa dianggap hidup
kekal setelah matinya;
meskipun tulang-tulangnya
sudah hancur di bawah
tanah.
Orang yang berilmu
bagaikan hidup kekal
setelah matinya; meskipun
tulang-tulangnya sudah
hancur di dalam bumi.
Analisis:
74
Kitab Ta‟lim Muta‟lim Hal. 26
58
أخو العلم حى خالد بعد موتو
Musyabah : أخى العلن
Musyabah bih : بعد هىحهخالد ح
Adat tasybih : tidak ada
Wajh sybh : tidak ada
Pada table di atas dalam terjemahan syair kitab ta‟lim muta‟lim tidak
diterjemahkan menggunakan gaya bahasa simile. Menurut peneliti dengan
memandang teks sumbernya, seharusnya syair ini mengandung gaya bahasa
simile. Mungkin penerjemah memandang teks أخو العلم حى خالد بعد موتو tidak
menyertakan adat tasybih dan wajh syibh sehingga diterjemahkan tanpa dengan
gaya bahasa simile. Sehingga peneliti mencoba menerjemahkan kembali
terjemahan syair dalam kitab Ta‟lim Muta‟alim tersebut dengan perspektif
balaghah sehingga memunculkan kata perbandingan sebagai identitas gaya bahasa
simile. Peneliti menerjemahkan syair tersebut menjadi “Orang yang berilmu
bagaikan hidup kekal setelah matinya”.
Dengan memandang syair tersebut tanpa menyertakan adat tasybih dan
wajh syibh maka gaya bahasa simile dalam syair tersebut tergolong sebagai
tasybih baligh.
Syair Arab
Terjemahan Drs. Ali Chasan
Umar
Terjemahan Alternatif
وذوالجهل ميت وىو يمشى
على الثر
Adapun orang bodoh itu
dianggap mati padahal ia
masih berjalan di atas tanah;
orang mengira bahwa ia
Orang bodoh itu bagaikan
orang mati meskipun ia
masih berjalan di atas
bumi. Karena orang
59
#
75يظن منالأحياء وهو عديم
masih hidup, sedangkan dia
sudah tiada.
menganggapnya telah mati.
Analisis:
وذوالجهل ميت وىو يمشى على الثر
Musyabah : وذواجهل
Musyabah bih : هج
Adat tasybih : tidak ada
Wajh sybh : tidak ada
Gaya bahasa simile pada tabel di atas dalam terjemahan syair kitab ta‟lim
muta‟lim terdapat pada terjemahan syair وذوالجهل ميت وىو يمشى على الثر. Namun
dalam terjemahan tersebut penerjemah tidak menggunakan kata perbandingan
karena tidak adanya adat tasybih yang nampak dalam teks aslinya. Menurut
peneliti dalam syair tersebut ada adat tasybih yang tidak dicantumkan dalam teks
tersebut, sehingga jika diterjemahkan akan menampilkan kata perbandingan
sebagai identitas gaya bahasa simile. Akhirnya peneliti mencoba menerjemahkan
kembali terjemahan syair kitab ta‟lim muta‟lim tersebut menjadi “Orang bodoh itu
bagaikan orang mati meskipun ia masih berjalan di atas bumi.”
Syair di atas termsuk sebagai tasybih baligh karena tidak mencantumkan
adat tasybih dan wajh syibh.
75
Kitab Ta‟lim Muta‟lim Hal. 26
60
Syair Arab
Terjemahan Drs. Ali Chasan
Umar
Terjemahan Alternatif
إذا العلم إعلى رتبو فى
الدراتب #
عز العلى فى ومن دونه
76الدواكب
Ilmu merupakan pangkat
tertinggi dari segala
pangkat; adapun pangkat
selain ilmu ibarat kemuliaan
tinggi yang sukses dalam
perkumpulan.
Ilmu itu bagaikan pangkat
tertinggi di antara pangkat.
Sedangkan selainnya akan
tinggi saja di antara
pengikutnya.
Analisis:
إذا العلم إعلى رتبو فى الدراتب
Musyabah : العلن
Musyabah bih : إعلى زحبه
Adat tasybih : tidak ada
Wajh sybh : tidak ada
Pada table di atas dalam terjemahan syair kitab ta‟lim muta‟lim tidak
diterjemahkan menggunakan gaya bahasa simile. Menurut peneliti dengan
memandang teks sumbernya, seharusnya syair ini mengandung gaya bahasa
simile. Mungkin penerjemah memandang teks إذا العلم إعلى رتبو فى الدراتب tidak
menyertakan adat tasybih dan wajh syibh sehingga diterjemahkan tanpa dengan
gaya bahasa simile. Peneliti mencoba menerjemahkan kembali terjemahan syair
dalam kitab Ta‟lim Muta‟alim tersebut dengan perspektif balaghah sehingga
memunculkan kata perbandingan sebagai identitas gaya bahasa simile. Peneliti
menerjemahkan syair tersebut menjadi “Ilmu itu bagaikan pangkat tertinggi
diantara pangkat.”
76
Kitab Ta‟lim Muta‟lim Hal. 26
61
Dengan memandang syair tersebut tanpa menyertakan adat tasybih dan
wajh syibh maka tasybih dalam syair tersebut tergolong sebagai tasybih baligh.
Syair Arab
Terjemahan Drs. Ali Chasan
Umar
Terjemahan Alternatif
ىو النور كالنور يهدى عن
العمى # وذوالجهل مرا لدهر
77بين الغياهب
Ilmu adalah cahaya yang
menerangi kegelapan orang
bodoh, dan
menyelamatkannya dari
buta huruf; sedangkan orang
bodoh senantiasa melewati
masa kegelapan.
Ilmu itu bagaikan cahaya
penerang yang
menunjukkan orang buta;
sedangkan orang bodoh
senantiasa melewati
hidupnya dalam kegelapan.
Analisis:
ىو النور كالنور يهدى عن العمى
Musyabah : هى النىز
Musyabah bih : كالنىز
Adat tasybih : ك
Wajh sybh : هدي عن العوى
Simile pada tabel di atas dalam terjemahan syair kitab ta‟lim muta‟lim
yaitu terdaat pada terjemahan syair ىو النور كالنور يهدى عن العمى Dalam terjemahan
tersebut penerjemah menggunakan kata “bagaikan” sebagai identifikasi
keberadaan gaya bahasa perbandingan yang ditunjukkan dalam teks syair aslinya
dengan adat tasybih berupa ك. Pada syair tersebut peneliti setuju dengan apa yang
menjadi pilihan penerjemah, namun sebagai tambahan pustaka terjemahan,
peneliti mencoba membuat terjemahan alternatif pada syair tersebut. Peneliti
77
Kitab Ta‟lim Muta‟lim Hal. 26
62
mencoba kembali menerjemahkan syair tersebut menjadi “Ilmu itu bagaikan
cahaya penerang yang menunjukan orang buta.”
Memandang syair di atas melalui ilmu balaghah, maka syair tersebut
termasuk sebagai tasybih mursal dan mufasshal karena telah dibubuhkannya adat
tasybih dan wajsh sibh.
Syair Arab
Terjemahan Drs. Ali Chasan
Umar
Terjemahan Alternatif
هو الذورة الشماء تحمى من
التجا #
إليها ويمشى أمنا فى
78النوائب
Ilmu merupakan puncak
gunung tinggi yang dapat
menyelamatkan para
pengungsi di sana, dan
dapat mengamankan dari
segala bahaya.
Ilmu itu laksana puncak
gunung tinggi yang
menaungi para
pengungsinya, dan
mengamankan dari segala
bahaya.
Analisis:
هو الذورة الشماء تحمى من التجا
Musyabah : هى
Musyabah bih : الروزة الشواء
Adat tasybih : tidak ada
Wajh sybih : هن الخجا ىححو
Pada tabel di atas yang mengandung gaya bahasa simile yaitu terdapa pada
teks الروزة الشواء ححوا هن الخجاهى namun dalam terjemahan tersebut penerjemah
tidak menggunakan kata perbandingan sebagai penunjuk simile yang terkandung
dalam syair tersebut karena tidak adanya adat tasybih yang dicantumkan dalam
78
Kitab Ta‟lim Muta‟lim Hal. 26
63
teks syair aslinya. Peneliti yang menganggap syair tersebut merupakan contoh dari
gaya bahasa simile mencoba untuk memebrikan penerjemahan alternatif dengan
mencantumkan kata perbandingan sebagai penunjuk simile yang terkandung
dalam syair tersebut. Peneliti memilih kata laksana dalam menterjemehkan syair
tersebut sehingga syair tesrsebut diterjemahkan menjadi “Ilmu itu laksana puncak
gunung tinggi yang menaungi para pengungsinya.”
Sayir tersebut termasuk dalam kategori tasybih muakkad dan mufashal
melihat keberadaan wajh sybih tanpa dicantumkannya adat tasybih.
Syair Arab
Terjemahan Drs. Ali Chasan
Umar
Terjemahan Alternatif
ىو الدنصب العالى
أياصاحب الحجا # إذا نلتو
79ىون يفوت الدناصب
Ilmu adalah pangkat tinggi;
ingatlah wahai orang yang
berakal; jika engkau dapat
memperolehnya, maka
mudahlah menghabiskan
pangkat.
Ilmu itu ibarat pangkat
tinggi. Sahabatku yang
cerdas! Apabila kamu
memperolehnya,
kehilangan pangkat lain
adalah hal mudah bagimu.
Analisis:
ىو الدنصب العالى إذا نلتو ىون يفوت الدناصب
Musyabah : ىو
Musyabah bih : الدنصب العالى
Adat Tasybih : إذا نلتو ىون يفوت الدناصب
Wajh Sibh : dibuang
79
Kitab Ta‟lim Muta‟lim Hal. 26
64
Simile pada tabel di atas dalam terjemahan syair kitab ta‟lim muta‟lim
ditunjukkan pada syair ىو الدنصب العالى أياصاحب الحجا إذا نلتو ىون يفوت الدناصب. Namun
dalam terjemahan tersebut penerjemah tidak menggunakan kata perbandingan
sebagai penunjuk simile yang terkandung dalam syair tersebut karena tidak
adanya adat tasybih yang dicantumkan dalam teks syair aslinya. Peneliti yang
menganggap syair tersebut merupakan contoh dari gaya bahasa simile mencoba
untuk memberikan penerjemahan alternatif dengan mencantumkan kata
pembanding sebagai penunjuk simile yang terkandung dalam syair tersebut.
Peneliti memilih kata ibarat dalam terjemahannya sehingga terjemahan syair
tersebut menjadi “Ilmu itu ibarat pangkat tinggi. Sahabatku yang cerdas! Apabila
kamu memperolehnya, kehilangan pangkat lain adalah hal mudah bagimu.”
Syair tersebut termasuk dalam kategori tasybih muakad dan mufasshal
melihat keberadaan wajh sibh tanpa dicantumkannya adat tasybih.
Syair Arab
Terjemahan Drs. Ali Chasan
Umar
Terjemahan Alternatif
فكم طيب يفوح ولا كمسك
# وكم طير يطير ولا كباز80
Tidak sedikit minyak wangi
yang berbau harum tapi
tidak seharumnya misik;
dan banyak pula burung
yang terbang, tapi tidak
seperti terbangnya elang.
Tidak sedikit minyak
wangi yang berbau harum
tapi tidak seperti harum
misik;
dan berapa burung yang
terbang, tapi tidak seperti
terbangnya elang.
80
Kitab Ta‟lim Muta‟lim hal. 27
65
Analisis:
فكم طيب يفوح ولا كمسك
Musyabah : فىح ولافكن طب
Musyabah bih : هسك
Adat tasybih : ك
Wajh sybh : tidak ada
وكم طير يطير ولا كباز
Musyabah : وكن طس طس
Musyabah bih : باش
Adat tasybih : ك
Wajh sybh : tidak ada
Simile pada tabel di atas dalam terjemahan syair kitab ta‟lim muta‟lim
yaitu ditunjukkan pada terjemahan syair . Dalam syair tersebut ada 2 gaya bahasa
simile yaitu dan. Dalam terjemahan tersebut penerjemah menggunakan kata
“seperti” sebagai identitas berdasarkan gaya bahasa perbandingan yang ditunjukan
dalam teks syair aslinya dengan adat tasybih berupa ك. Pada syair tersebut peneliti
setuju dengan apa yang menjadi pilihan penerjemah, namun sebagai tambahan
pustaka terjemahan, peneliti mencoba membuat terjemahan alternatif pada syair
tersebut. Peneliti mencoba kembali menerjemahkan syair tersebut “Tidak sedikit
minyak wangi yang berbau harum tapi tidak seperti harum misik; dan berapa
burung yang terbang, tapi tidak seperti terbangnya elang.”
Dua simile dalam syair di atas jika dilihat dari perspektif balaghah maka
keduanya termasuk tasybih mursal dan mujmal dengan melihat disertakannyanya
adat tasybih dan tidak disertakannya wajsh sibh.
66
Syair Arab
Terjemahan Drs. Ali Chasan
Umar
Terjemahan Alternatif
إخدم العلم خدمة مستنفد
#
81وأدم درسه بفعل حميد
-layanilah ilmu itu
sebagaimana orang yang
mencari faedah; biasakanlah
mempelajarinya dengan
perbuatan terpuji.
Layanilah ilmu seperti
pengabdian sang penuntut
ilmu. Langgengkan
pembelajarannya dengan
terpujinya tingkah laku.
Analisis:
إخدم العلم خدمة مستنفد
Musyabah : إخدم العلن
Musyabah bih : خدهت هسخفد
Adat tasybih : tidak ada
Wajh sybh : tidak ada
Pada tabel di atas terdapat gaya bahasa tasybih yang mana gaya bahasa terdapat
pada teks إخدم العلن خدهت هسخفد dalam syair tersebut penerjemah tidak menggunakan
kata perbandingan karena tidak dicantumkannya adat tasybih dalam teks aslinya.
Menurut peneliti, yang menganggap syair tersebut mengandung gaya bahasa
simile menganggap adanya adat tasybih yang tidak dicantumkan. Bahkan dalam
ilmu balaghah, pembuangan adat tasybih akan memberikan dampak nilai yang
kuat dalam perbandingan, tidak hanya seperti namun menjadi makna persis. Oleh
karenanya peneliti mencoba melakukan penerjemahan alternatif sebagai petunjuk
keberadaan simile dalam syair tersebut. Peneliti menerjemahkan syair tersebut
menjadi “layanilah ilmu seperti penngabdian sang penuntut ilmu.”
Syair tersebut dikategorikan tasybih baligh dengan melihat tanpa
disertakannya adat tasybih dan wajh sybih.
81
Kitab Ta‟lim Muta‟lim Hal. 29
67
Syair Arab
Terjemahan Drs. Ali Chasan
Umar
Terjemahan Alternatif
النطق زين
والسكوت سلامة #
فإذا نطقت فلا تكن
82مكثارا
Ucapan adalah sebagai
hiasan
dan diam itu selamat; maka
jika engkau bicara,
janagnlah banyak.
-Berucap itu bagaikan
hiasan
dan diam itu bagaikan
penyelamat. Maka
janganlah banyak bicara!
Analisis:
النطق زين
Musyabah : النطق
Musyabah bih :زين
Adat tasybih : tidak ada
Wajh sybh : tidak ada
والسكوت سلامة
Musyabah : والسكوت
Musyabah bih : سلامة
Adat tasybih : tidak ada
Wajh sybih : tidak ada
82 Kitab Ta‟lim Muta‟lim Hal. 45
68
Pada tabel diatas terdapat 2 gaya bahasa tsybih yaitu terdapat pada teks
kedua teks tersebut tidak menyertakan adat tasybih والسكىث سلاهت dan شن النطق
dan wajih syibh sehingga diterjemahkan kembali terjemahan syair dalm kitab
Ta‟lim Muta‟alim tersebut dengan perpektif balaghah dan memunculkan kata
perbandingan sebagai identitas gaya bahasa simile. Peneliti menerjemahkan syair
sebagai berikut “berucap itu bagaikan tulisan, dan diam itu bgaikan penyelamat.
Maka jangnlah banyak bicara!.”
Dengan memandang syair tersebut tanpa menyertakan alat tasybih dan
wajh syibh maka gaya bahasa simile dalam syair tersebut tergolong sebagai
tasybih baligh.
Syair Arab
Terjemahan Drs. Ali Chasan
Umar
Terjemahan Alternatif
تعلم قوام الخط ياذا التأدب
#
83الدتأدب الخط الا زينةوما
-Pelajarilah cara menulis
yang indah wahai orang
yang berpendidik; karena
tulisan indah hanya untuk
orang yang berpendidik.
Belajarlah tata cara
menulis wahai para
penuntut ilmu, hanya
tulisan indahlah ibarat
perhiasan bagi orang yang
berpendidikan.
Analisis:
نتالخط الا ش
Musyabah : الخط
Musyabah bih : الاشنت
Adat tasybih : tidak ada
83 Kitab Ta‟lim Muta‟lim Hal. 7
69
Wajh sybih : tidak ada
Simile pada tabel di atas terdpat pada teks kitab ta‟lim muta‟lim الخط الأشنت dalam
teks dalam terjemahan syair tersebut penerjemah tidak menggunakan kata
perbandingan Karena tidak adanya adat atsybih yang nampak dalam teks aslinya.
Menurut peneliti dalam syair tersebut adanya adat tasybih yang terbuang sehingga
jika diterjemahkan akan menampilkan kata perbandingan sebagai identitas gaya
bahasa simile. Akhirnya peneliti mencoba menerjemahkan kembali terjemahan
syair kitab ta‟lim muta‟lim tersebut menjadi “Bejarlah tatacara menulis wahai para
penuntut ilmu; hanya tulisan indahlah ibarat penghias bagi orang yang
berpendidikan.”
Dengan memandang syair tersebut tanpa menyertkan adat tasybih dan
wajh sybih maka tasybih tersebut dikatorikan sebagai tasybih baligh.
2. Majaz lughawi
Personifikasi dalam konsep ilmu balaghah bahasa Arab disamakan sebagai Majaz
Lughawi. Namun majaz lughawi mempunyai cakupan lebih luas. Jika
personifikasi dalam lisnguistik Indonesia merupakan gaya bahasa kiasan yang
menggambarkan benda-benda mati seakan memiliki sifat –sifat manusia, maka
majaz lughawi tidak selalu meletakkan sifat insani pada benda mati. Titik temu
kesamaan keduanya adalah menggunakan suatu kata sebagai bahasa bukan pada
tempatnya.
Dalam balaghah disebutkan bahwa untuk memenuhi suatu teks bisa
disebut personifikasi (majaz lughawi), apabila memenuhi tiga aspek yang
dikemukakan oleh Ahmad Syatiby, yaitu:
1. Digunakana bukan pada tempat yang seharusnya.
2. Memilkiki alaqah (hubungan) antara kata yang tertulis dan kata yang
dimaksud.
3. Memiliki qarinah. Yaitu penyebab/indicator yang menghalangi suatu
kata dari arti yang sebenarnya menjadi berarti lain.
70
Alaqah yang membentuk majaz lughawi bisa berupa alaqah musyabahah
(adanya kesamaann) dan alaqah ghairu musabahah (bukan kesamaan). Untuk yang
alaqah musyabahah dikategorikan majaz istiarah dan yang alaqah ghairu
musabahah dikategorikan sebagai majaz mursal. Berikut adalah pembahasan
analisis dari contoh beberapa data temuan yang mengandung unsur gaya bahasa
personifikasi dalam perspektif balaghah:
Syair Arab
Terjemahan Drs. Ali Chasan
Umar
Terjemahan Alternatif
فخطك فإن كنت ذا مال
# زينة
وان كنت محتاجا فا فضل
84مكسب
-Jika engkau punya harta
maka tulisanmu hiasannya;
jika engkau memebutuhkan
uang maka jadikanlah
sebaik-baiknya
penghasillan.
Apabila kamu punya harta,
tulisanmu yang akan
menghiasinya. Jika kamu
membutuhkannya, maka
dari tulisanmu menjadi
sebaik-baiknya
penghasilan.
Analisis:
Personifikasi pada terjemahan di atas terdapat pada lafazh فخطك زينة. Kata
yang berarti tulisanmu dalam bahasa Indonesia dirujuk sebagai kata benda خطك
mati. Kata زينة diartikan menghiasi (kata kerja) karena dalam bahasa Arab
mengenal masdar yaitu kata benda yang artinya adalah kata kerja. Keberadaan
tulisan yang merupakan benda mati yang dapat menghiasi adalah bentuk
personifikasi, yaitu menempatkan benda mati melakukan kegiatan manusia.
Meletakkan kata tulisan pada bukan pada tempatnya ini menjadikan kata tersebut
dikategorikan sebagai majaz lughawi.
84
Kitab Ta‟lim Muta‟lim Hal. 7
71
Dalam pembahasan ini kata زينة yang berarti“menghiasi” disebut qarinah.
Qarinah adalah kata yang menghalangi suatu kata laindari arti sebenarnya, yaitu
“tulisan menghiasi”. Tulisan seolah-olah bisa menghiasi sesuatu, padahal yang
melakukan pekerjaan itu adalah manusia. Hal ini membentuk hubungan antara
“tulisan” dengan “manusia” yaitu tulisan merupakan bagian darinya. Hubungan
yang sifatnya adalah menjadi bagian dari manusia ini disebut dengan alaqah
ghairu musabahah sehingga kata tersebut dikategorikan majaz mursal.
Syair Arab
Terjemahan Drs. Ali Chasan
Umar
Terjemahan Alternatif
إن الذوى لذو الذوان بعينو #
وصريع كل هوى صريع
85هوان
Sesungguhnya hawa nafsu
itu keadaannya lemah dan
hina, adapun orang yang
kalah dengan desakan hawa
nafsu berarti terdesak
kehinaan.
Hawa nafsu itu lemah dan
hina keadaannya. orang
yang terdesak dengan hawa
nafsu berarti dia orang
yang hina
Analisis:
Personifikasi yang terdapat pada lafazh إن الذوى لذو الذوان بعينو. Kata الذوى
Yang berarti hawa nafsu dalam Bahasa Indonesia dirujuk sebagai kata benda
bersifat abstrak. Kata الذوان mengandung arti hina (kata kerja) karena dalam
Bahasa arab mengenal masdar yaitu kata benda yan artinya kata kerja.
Keberadaan hawa nafsu yang merupakan benda mati abtrak bias hina adalah
bentuk personifikasi, yaitu menempatkan benda mati melakukan kegiatan
manusia. Meletakan kata hawa nafsu bukan pada tempatnya ini menjadikan kata
tersebut dikategorikan sebagai majaz majaz lughawi.
85
Kitab Ta‟lim Muta‟lim Hal. 15
72
Dari identifikasi tadi juga jelas kiranya bahwa yang menjadi qarinah petunjuk
bahwa kat ateresbut tidak ditempatkan pada semestinya adalah انهىان sebagai kata
kerja yang memang ditujukan kepada manusia.
Syair Arab
Terjemahan Drs. Ali
Chasan Umar
Terjemahan Alternatif
الجد يدنى كل أمر شاسع #
86والجد يفتح كل باب مغلق
Kesungguhan mendekatkan
segala perkara yang jauh;
kesungguhan juga
membuka setiap pintu yang
tertutup.
-Kesungguhan akan
mendekatkan sesuatu yang
jauh
dan kesungguhan juga
akan membuka setiap
pintu yang tetutup.
Analisis:
Personifikasi pada terjemahan di atas terdapat pada kalimat والجد يفتح كل باب
yang diterjemahkan menjadi “Kesungguhan juga membuka setiap pintu yang مغلق
tertutup”. Terjemahan seperti itu mengandung unsur personifikasi, yaitu kata yang
berarti kesungguhan yang merupakan kata benda abstrak. Kata ini diletakkan tidak
pada tempatnya karena dia ditempatkan seakan-akan manusia yang melakukan
pekerjaan sesuatu yang tentunya pekerjaan ini adalah perbuatan manusia.
Menyamakan benda mati seakan sebagai manusia ini dikarenakan hubungan
antara kesungguhan dengan manusia, bahwa kesungguhan merupakan suatu yang
bisa dimiliki manusia. Artinya kesungguhan merupakan bagian dari manusia.
Hubungan yang dikenal sebagai alaqah ghairu musabahah ini menjadikan majaz
lughawi tersebut dikategorikan majaz mursal.
86
Kitab Ta‟lim Muta‟lim Hal. 21
73
Dari identifikasi tadi juga menjadi jelas kiranya bahwa yang menjadi
qarinah penunjuk bahwa kata tersebut tidak ditempatkan pada semestinya adalah
.sebagai kata kerja yang memang ditujukan pada manusia يفتح
Syair Arab
Terjemahan Drs. Ali
Chasan Umar
Terjemahan Alternatif
إتخذ الليل جملا # تدرك به
87أملا
Jadikanlah malam sebagai
kendaranmu; dalam
menggapai cita-cita
Jadikan malam sebagai
kendaraanmu untuk
meraih cita-cita!
Analisis:
Personifikasi pada terjemahan di atas terdapat pada kalimat إتخذ الليل جملا.
yang diterjemahkan penerjemah menjadi “Jadikanlah malam sebagai
kendaranmu.” Kata جملا yang diterjemahkan menjadi “kendaraan” merupakan
kata majaz lughawi karena tidak ditempatkan pada semestinya. Hal ini
dikarenakan adanya qarinah yang berupa kata الليل yang berarti “waktu malam.”
Sangat mustahil menjadikan malam yang merupakan kata penunjuk waktu sebagai
kendaraan. Oleh karenanya arti kendaraan yang dimaksud adalah aktifitas.
Penggunaan kata kendaraan sebagai majaz dari aktifitas ini karena keduanya
mempunyai hubungan kesamaan yaitu sama sama mengantarkan meraih cita-cita.
Hubungan kesamaan yang dinamakan sebagai alaqah musabahah ini menjadikan
majaz tersebut dikategorikan sebagai majaz istiarah.
87
Kitab Ta‟lim Muta‟lim Hal. 22
74
Syair Arab
Terjemahan Drs. Ali
Chasan Umar
Terjemahan Alternatif
يانفس يانفس لا ترخى عن
العمل # فى البر والعدل
88والإحسان
- Wahai nafsu, wahai nafu
janganlah males dalam
mengerjakan kebaian dan
janganlah lemah dalam
keadilan dan kebaikan.
Wahai nafsu janganlah
kau malas dalam berbuat
baik, adil dan bijak.
Analisis:
Personifikasi pada terjemahan di atas terdapat pada kalimat يانفس لا ترخى عن
yang diterjemahkan oleh Drs. Ali Chasan Umar menjadi “Wahai nafsu العمل
janganlah kau malas”. Terjemahan ini menurut peneliti mengandung unsur
personifikasi. Kata نفس yang berarti hawa nafsu merupakan kata benda bersifat
abstrak. Kata ini diletakkan tidak pada tempatnya karena dia ditempatkan sebagai
manusia yang menjadi objek perintah untuk melakukan sesuatu yang tentunya
perintah ini hanya dipahami manusia. Menyamakan benda mati seakan sebagai
manusia ini dikarenakan hubungan antara hawa nafsu dengan manusia, bahwa
hawa nafsu merupakan bagian dari manusia. Hubungan yang dikenal sebagai
alaqah ghairu musabahah ini menjadikan majaz lughawi tersebut dikategorikan
majaz mursal.
Dari identifikasi tadi juga menjadi jelas kiranya bahwa yang menjadi
qarinah penunjuk bahwa kata tersebut tidak ditempatkan pada semestinya adalah
.sebagai kata perintah yang memang ditujukan pada manusia لا ترخى
Syair Arab
Terjemahan Drs. Ali Chasan
Umar
Terjemahan Alternatif
88
Kitab Ta‟lim Muta‟lim Hal. 24
75
ذعى نفس التكاسل والتوان
#
وإلا فاثبتنى فى دى الذوان
أرللكسال الحظ يحظى # فلم
89سوى ندم وحرمان الامانى
-tinggalkanlah kemalasn
wahai nafsu, dan jangan
menunda kesempatan.; jika
tidak mau meninggalkannya
maka jadilah orang hina.
- saya belum pernah melihat
orang yang males itu
beruntung; selain orang
males terhalang seluruh
harapannya.
Wahai nafsu, jauhi
kemalasan menunda
kesempatan. Jika tidak,
niscaya engkau jadi orang
hina.
- Saya belum pernah
melihat orang yang males
itu mendapat
kemaakmuran, selain
penyesalan dan terhalang
seluruh harapan
Analisis:
Personifikasi pada terjemahan di atas terdapat pada kalimat التكاسل ذعى نفس
,yang diterjemahkan oleh Drs. Ali Chasan Umar menjadi “Wahai nafsu والتوان
jauhi kemalasan menunda kesempatan”. Terjemahan ini menurut peneliti
mengandung unsur personifikasi. Kata نفس yang berarti hawa nafsu merupakan
kata benda bersifat abstrak. Kata ini diletakkan tidak pada tempatnya karena dia
ditempatkan sebagai manusia yang menjadi objek perintah untuk melakukan
sesuatu yang tentunya perintah ini hanya dipahami manusia. Menyamakan benda
mati seakan sebagai manusia ini dikarenakan hubungan antara hawa nafsu dengan
manusia, bahwa hawa nafsu merupakan bagian dari manusia. Hubungan yang
dikenal sebagai alaqah ghairu musabahah ini menjadikan majaz lughawi tersebut
dikategorikan majaz mursal.
89
Kitab Ta‟lim Muta‟lim Hal. 25
76
Dari identifikasi tadi juga menjadi jelas kiranya bahwa yang menjadi
qarinah penunjuk bahwa kata tersebut tidak ditempatkan pada semestinya adalah
.sebagai kata perintah yang memang ditujukan pada manusia ذعى
Syair Arab
Terjemahan Drs. Ali
Chasan Umar
Terjemahan Alternatif
فإن فاتك الدنيا وطيب نعيمها
#
فغمض فإنالعلم خير
90الدواىب
Jika kamu kehabisan
keindahan dan kenikmatan
dunia; maka pejamkanlah
penglihatnmu. Karena ilmu
itu sebak-baik pemberian.
Jika keindahan dan
kenikmatan dunia hilang
darimu; maka
pejamkanlah mata. Karena
ilmu itu anugerah paling
berharga.
Analisis:
Personifikasi pada terjemahan diatas ditujukan pada kata غمض yang
diterjemahakan menjadi “pejamkanlah mata”. Kata ini tidak ditempatkan padas
semesitinya. Qarinah yang menunjukkan kata ini merupakan majaz adalah
konteks dari pesan syair tersebut. Karena yang dimaksud syair tersebut adalah
kehilangan keindahan dan kenikmatan dunia tidaklah berarti dibandingan dengan
mempunyai ilmu yang merupakan anugerah tiada tara. Artinya kata pejamkanlah
yang dimaksud adalah jangan melihatnya atau jangan memperdulikannya.
Penggunaan kata memejamkan mata dengan kata tidak peduli mempunyai
hubungan di antara keduanya, bahwa dengan memejamkan mata maka seseorang
tidak melihat dan tidak peduli. Hubungan antara penyebab dengan dampaknya ini
dinamakan alaqah ghairu musabahah. Artinya keduanya mempunyai hubungan
bukan karena keduanya mempunyai kesamaan. Hubungan inilah yang menjadikan
majaz tersebut dikategorikan sebagai majaz mursal.
90
Kitab Ta‟lim Muta‟lim Hal. 26-27
77
Syair Arab
Terjemahan Drs. Ali Chasan
Umar
Terjemahan Alternatif
فاجهد لنفسك ما أصبحت
تجهله # فأول العلم إقبال واخره91
Maka tekunlah kamu selama
dirimu belum mengetahui;
sebab permulaan ilmu dan
akhirnya senantiasa
menuntun dalam
kebahagiaan.
Bersungguh-sungguhlahlah
mencari ilmu yang belum
kamu ketahui. Karena awal
dan akhir dari ilmu adalah
kebahagiaan.
Analisis:
Personifikasi pada terjemahan diatas ditujukan pada kata العلم إقبال yang
diterjemahakan menjadi “ilmu adalah kebahagiaan”. Kata ini tidak ditempatkan
padas semesitinya. Qarinah yang menunjukkan kata ini merupakan majaz adalah
konteks dari pesan syair tersebut. Karena yang dimaksud syair tersebut adalah jika
kita bersungguh-sungguh dalam mencarai ilmu, maka ilmu itu akan membawa
kita kepada kebahagian. Artinya kata ilmu yang dimaksud adalah untuk menbawa
kebagian dalam hidupnya baik dunia maupun akhirat. Penggunaan kata ilmu
dengan kebahagian mempunyai hubungan di antara keduanya, bahwa dengan
bersungguh-sungguh menuntut ilmu maka seseorang akan bahagia mendapat
kebahagiaan. Hubungan antara penyebab dengan dampaknya ini dinamakan
alaqah ghairu musabahah. Artinya keduanya mempunyai hubungan bukan karena
keduanya mempunyai kesamaan. Hubungan inilah yang menjadikan majaz
tersebut dikategorikan sebagai majaz mursal.
91
Kitab Ta‟lim Muta‟lim Hal. 27
78
Syair Arab
Terjemahan Drs. Ali
Chasan Umar
Terjemahan Alternatif
بظرفها متنى سلام على من تي
# ولدعة خديها ولمحة طرفها92
Salamku buat jariahku
mustaulidah yang tulus; dan
cahaya kedua pipinya serta
kedip matanya dapat
memikatku.
Salamku untuk gadis yang
memikatku dengan
kecantikannya, kilatan
pipinya, dan lirikan
matanya.
Analisis:
Personifikasi pada terjemahan di atas ditujukan pada kata لدعة yang
diterjemahkan menjadi “kilatan.” Kata ini dikatakan sebagai majaz karena
ditempatkan pada tempat yang semestinya yaitu menjadi sifat dari pipi. Hal ini
tidak mungkin, karena pipi tidaklah berkilat. Kata Pipi sebagai qarinah yang
menunjukkan kata kilatan adalah majaz mengharuskan memaknai kilatan dengan
arti sesungguhnya yaitu putih. Penggunaan kilat sebagai pengganti putih untuk
menunjukkan unsur perbandingan di antara hubungan keduanya. Kilat dan putih
mempunyai hubungan kesamaan yaitu sama-sama cerah. Hubungan kesamaaan
atau yang disebut dengan alaqah musabahah inilah yang menjadikan majaz
tersebut dikategorikan sebagai majaz istiarah.
Syair Arab
Terjemahan Drs. Ali Chasan
Umar
Terjemahan Alternatif
سبتنى واصبتنى فتاه مليحة
#
Jariahku yang masih muda
belia lagi cantik jelita;
sehingga membingungkan
Gadis manis itu
membuatku tertawan dan
tercengang. akal pun
92
Kitab Ta‟lim Muta‟lim Hal. 42
79
تحيرت الأوهام فى كنه
93وصفها
akal, tak sampai
memikirnya sifat-sifat yang
semestinya
bingung untuk
mensifatinya.
Analisis:
Personifikasi pada terjemahan di atas ditujukan pada kata مليحة yang
diterjemahkan menjadi “manis.” Kata ini dikatakan sebagai majaz karena
ditempatkan pada tempat yang semestinya yaitu menjadi sifat dari gadis. Hal ini
tidak mungkin, karena seoerang gadis tidaklah manis. Kata gadis sebagai qarinah
yang menunjukkan kata manis adalah majaz mengharuskan memaknai gadis
dengan arti sesungguhnya yaitu sama-sama mempunyai kecantikan dari segi
rupanya. Penggunaan manis sebagai pengganti keindahan untuk menunjukkan
unsur perbandingan di antara hubungan keduanya. manis dan cantik mempunyai
hubungan kesamaan yaitu sama-sama indah. Hubungan kesamaaan atau yang
disebut dengan alaqah musabahah inilah yang menjadikan majaz tersebut
dikategorikan sebagai majaz istiarah.
93
Kitab Ta‟lim Muta‟lim Hal. 42
80
B. Temuan Penelitian
Berikut ini peneliti akan memaparkan data temuan penelitian mengenai
gaya bahasa pada sya‟ir yang terdapat dalam terjemahan kitab Ta‟lim Muata‟alim
yang diterjemahkan oleh Drs. M Ali Chasan Umar. Peneliti akan memfokuskan
pada terjemahan sya‟ir yang mengandung unsur gaya bahasa tasybih dan majaz
lughawi dengan sudut pandang ilmu balagah. Dalam hal ini juga, peneliti akan
membu
buhkan terjemahan alternatif yang merupakan terjemahan yang dilakukan
peneliti secara mandiri yang sifatnya adalah sebagai penampil gaya bahasa yang
terdapat pada syair dalam terjemahan kitab Ta‟lim Muata‟alim yang
diterjemahkan oleh Drs. M Ali Chasan Umar.
No Syair Arab
Terjemahan Drs. Ali
Chasan Umar
Terjemahan
Alternatif
Keterangan
تعلم فإن العلم زين .1
لأهل #
و فضل وعنوان
لكل المحامد
Belajarlah! Karena
ilmu adalah penghias
untuk pemiliknya;
ilmu juga adalah
kelebihan dan tanda
dari perbuatan terpuji.
Belajarlah! Ilmu itu
laksana hiasan bagi
pemiliknya, menjadi
keutamaan dan
tanda setiap amal
terpujinya.
Simile
(Tasybih
Baligh)
هو العلم الذادى الى .2
سنن الذدى #
هو الحصن ينجي
من جميع الشدائد
Ia merupakan rambu-
rambu kepada jalan
petunjuk;
dialah sebagai
benteng yang dapat
menyelamatkan dari
segala marabahaya.
Ilmu itu bagaikan
markah penunjuk
kebenaran.
Ia laksana perisai
pelindung dari
segala bahaya.
Simile
(Tasybih
Muakad dan
Mufasshal)
Simile
(Tasybih
Muakad dan
Mufasshal)
81
فساد كبير عالم .3
# متهتك
وأكبر منه جاهل
متنسك
فتنة فى العا لدين هما
عظيمة #
لدن بهما فى دينه
يتمسك
-Kerusakan yang
besar adalah orang
yang berilmu berbuat
nekad dalam
agamanya; dan
kerusakan yang lebih
besar lagi adalah
oarng bodoh berlagak
seperti orang yang
berilmu
-Keduanya merupakan
fitnah dialam semesta;
bagi sipa yang
mengikutinya
melakukan agamanya.
-Kerusakan besar itu
seperti orang
berilmu tapi tidak
punya malu. Yang
lebih besar lagi
adalah bersikukuh
ibadah tanpa ilmu.
-Keduanya menjadi
fitnah nyata di
dunia; bagi
pengikutnya dalam
urusan agama.
Simile
(Tasybih
Muakad dan
Mujmal)
الدنيا أقل من هى .4
# القليل
وعاشفها أذل من
الذليل
-Dunia adalah sedikit
dari perkara yang
sedikit; dan orang
yang terlalu
mencintainya adalah
sehina-hinyanya orang
hina.
Dunia itu bagaikan
hal yang tersedikit
di antara yang
sedikit. orang yang
cinta dunia adalah
orang yang paling
hina di antara yang
hina.
Simile
(Tasybih
Baligh)
5.
لا تصحب
الكسلان فى
Janganlah kamu
berteman dengan
pemalas dalam
perilakunya; banyak
orang shahih yang
Jangan berteman
dengan tingkah para
pemalas. Sudah
banyak orang baik
hancur karenanya.
82
حالاته #
كم صالح بفساد
أخر يفسد
عدو البليد الى
الجليد سربعة #
كاجمر يوضع في
الرماد فيحمد
akhirnya rusak
berteman dengan
orang yang jahat.
-Menjalarnya rang
jahat kepada orang
baik itu cepat sekali,
bagaikan bara api
yang dipadamkan
diatasa abu.
Menularnya
kebodohan kepada
orang cerdas itu
sangatlah cepat,
laksana bara api
yang diletakkan
dalam sekam
Simile
(Tasybih
Mursal dan
Mufasshal)
6.
العلم حرب
# الدتعالى
كا السيل حرب
الدكان العالى
Ilmu adalah musuh
bagi orang yang
sombong; bagaikan
banjir yang merusak
tempat-tempat yang
tinggi.
Ilmu dapat
menghancurkan
kesombongan;
laksana banjir yang
menghancurkan
dataran tinggi.
Simile
(Tasybih
Mursal dan
Mujmal)
على قدر أىل العز .7
تأتى العزائم #
وتأتى على قدر
الكريم الدكارم
-kesuksesan orang
yang bercita-cita
adalah menurut kadar
cita-citanya; jika ia
bercita-cita tinggi
maka akan
memperoleh cita-cita
yang yang tinggi.
Kesuksesan orang
yang bercita-cita
seperti kadar cita-
citanya. jika ia
bercita-cita tinggi
maka akan
memperoleh cita-
cita yang yang
tinggi.
Simile
(Tasybih
Muakad dan
Mufasshal)
الجاىلون فموتى .8 Orang yang bodoh
dianggap mati
Orang bodoh itu
bagaikan orang
Simile
(Tasybih
83
قبل موتهم
#
والعالدون وإن
ماتووا فأحياء
sebelum merek mati;
dan orang yang
berilmu walaupun ia
sudah mati maka akan
tetap hidup.
mati sebelum mati,
sedangkan orang
berilmu akan tetap
seperti hidup
walaupun sudah
mati.
Baligh)
Simile
(Tasybih
Baligh)
أخو العلم حى .9
# خالد بعد موتو
وأوصاله تحت
تراب رميم
Orang yang berilmu
senantiasa dianggap
hidup kekal setelah
matinya; meskipun
tulang-tulangnya
sudah hancur di
bawah tanah.
Orang yang berilmu
bagaikan hidup
kekal setelah
matinya; meskipun
tulang-tulangnya
sudah hancur di
dalam bumi.
Simile
(Tasybih
Baligh)
وذوالجهل ميت .10
وىو يمشى على
الثر
#
يظن منالأحياء
وهو عديم
Adapun orang bodoh
itu dianggap mati
padahal ia masih
berjalan di atas tanah;
orang mengira bahwa
ia masih hidup,
sedangkan dia sudah
tiada.
Orang bodoh itu
bagaikan orang mati
meskipun ia masih
berjalan di atas
bumi. Karena orang
menganggapnya
telah mati.
Simile
(Tasybih
Baligh)
إذا العلم إعلى رتبه .11
فى الدراتب #
عز ومن دونه
العلى فى الدواكب
Ilmu merupakan
pangkat tertinggi dari
segala pangkat;
adapun pangkat selain
ilmu ibarat kemuliaan
tinggi yang sukses
Ilmu itu bagaikan
pangkat tertinggi di
antara pangkat.
Sedangkan
selainnya akan
tinggi saja di antara
Simile
(Tasybih
Baligh)
84
dalam perkumpulan. pengikutnya.
ىو النور كالنور .12
يهدى عن العمى
# وذوالجهل مرا
لدهر بين الغياهب
Ilmu adalah cahaya
yang menerangi
kegelapan orang
bodoh, dan
menyelamatkannya
dari buta huruf;
sedangkan orang
bodoh senantiasa
melewati masa
kegelapan.
Ilmu itu bagaikan
cahaya penerang
yang menunjukkan
orang buta;
sedangkan orang
bodoh senantiasa
melewati hidupnya
dalam kegelapan.
Simile
(Tasybih
Mursal dan
Mufasshal)
هو الذورة الشماء .13
تحمى من التجا #
إليها ويمشى أمنا فى
النوائب
Ilmu merupakan
puncak gunung tinggi
yang dapat
menyelamatkan para
pengungsi di sana,
dan dapat
mengamankan dari
segala bahaya.
Ilmu itu laksana
puncak gunung
tinggi yang
menaungi para
pengungsinya, dan
mengamankan dari
segala bahaya.
Simile
(Tasybih
Mu‟akad
dan
Mufasshal)
ىو الدنصب العالى .14
أياصاحب الحجا
# إذا نلتو ىون
يفوت الدناصب
Ilmu adalah pangkat
tinggi; ingatlah wahai
orang yang berakal;
jika engkau dapat
memperolehnya,
maka mudahlah
menghabiskan
pangkat.
Ilmu itu ibarat
pangkat tinggi.
Sahabatku yang
cerdas! Apabila
kamu
memperolehnya,
kehilangan pangkat
lain adalah hal
mudah bagimu.
Simile
(Tasybih
Mu‟akad
dan
Mufasshal)
فكم طيب يفوح .15 Tidak sedikit minyak
wangi yang berbau
Tidak sedikit
minyak wangi yang
Simile
(Tasybih
85
ولا كمسك
#
وكم طير يطير ولا
كباز
harum tapi tidak
seharumnya misik;
dan banyak pula
burung yang terbang,
tapi tidak seperti
terbangnya elang.
berbau harum tapi
tidak seperti harum
misik;
dan berapa burung
yang terang, tapi
tidak seperti
terbangnya elang.
Mursal dan
mujmal)
Simile
(Tasybih
Mursal dan
Mujmal)
إخدم العلم خدمة .16
مستنفد #
وأدم درسه بفعل
حميد
-layanilah ilmu itu
sebagaimana orang
yang mencari faedah;
biasakanlah
mempelajarinya
dengan perbuatan
terpuji.
Layanilah ilmu
seperti pengabdian
sang penuntut ilmu.
Langgengkan
pembelajarannya
dengan terpujinya
tingkah laku.
Simile
(Tasybih
Baligh)
النطق زين .17
والسكوت سلامة
#
فإذا نطقت فلا
تكن مكثارا
-Ucapan adalah
sebagai hiasan
dan diam itu selamat;
maka jika engkau
bicara, janagnlah
banyak.
-Berucap itu
bagaikan hiasan
dan diam itu
bagaikan
penyelamat. Maka
janganlah banyak
bicara!
Simile
(Tasybih
Baligh)
Simile
(Tasybih
Baligh)
تعلم قوام الخط ياذا .18
# التأدب
الخط الا زينةوما
-Pelajarilah cara
menulis yang indah
wahai orang yang
berpendidik; karena
Belajarlah tata cara
menulis wahai para
penuntut ilmu,
hanya tulisan
Simile
(Tasybih
Baligh)
86
الدتأدب
فإن كنت ذا مال
# فخطك زينة
وان كنت محتاجا
فا فضل مكسب
tulisan indah hanya
untuk orang yang
berpendidik.
-Jika engkau punya
harta maka tulisanmu
hiasannya; jika
engkau
memebutuhkan uang
maka jadikanlah
sebaik-baiknya
penghasillan.
indahlah ibarat
perhiasan bagi orang
yang berpendidikan.
Apabila kamu punya
harta, tulisanmu
yang akan
menghiasinya.
Jika kamu sedang
butuh, maka dari
tulisanmu menjadi
sebaik-baiknya
penghasilan.
Personifikasi
(majaz
mursal)
إن الذوى لذو .19
الذوان بعينو #
وصريع كل هوى
صريع هوان
Sesungguhnya hawa
nafsu itu keadaannya
lemah dan hina,
adapun orang yang
kalah dengan desakan
hawa nafsu berarti
terdesak kehinaan.
Hawa nafsu itu
lemah dan hina
keadaannya. orang
yang terdesak
dengan hawa nafsu
berarti dia orang
yang hina
Personifikasi
(majaz
mursal)
الجد يدنى كل أمر .20
شاسع #
والجد يفتح كل
باب مغلق
Kesungguhan
mendekatkan segala
perkara yang jauh;
kesungguhan juga
membuka setiap pintu
yang tertutup.
-Kesungguhan akan
mendekatkan
sesuatu yang jauh
dan
kesungguhan juga
akan membuka
setiap pintu yang
tetutup.
Personifikasi
(majaz
mursal)
Personifikasi
(majaz
mursal)
87
إتخذ الليل جملا # .21
تدرك به أملا
Jadikanlah malam
sebagai kendaran mu;
dalam menggapai
cita-cita
Jadikan malam
sebagai
kendaraanmu untuk
mengejar cita-cita!
Personifikasi
(majaz
istiarah)
يانفس يانفس لا .22
ترخى عن العمل
# فى البر والعدل
والإحسان فى
- Wahai nafsu, wahai
nafu janganlah males
dalam mengerjakan
kebaian dan janganlah
lemah dalam keadilan
dan kebaikan.
Wahai nafsu
janganlah kau
malas dalam
berbuat baik, adil
dan bijak.
Personifikasi
(majaz
mursal)
ذعى نفس .23
التكاسل والتوان
#
وإلا فاثبتنى فى دى
الذوان
فلم أرللكسال الحظ
يحظى #
سوى ندم وحرمان
الامانى
-tinggalkanlah
kemalasn wahai nafsu,
dan jangan menunda
kesempatan.; jika
tidak mau
meninggalkannya
maka jadilah orang
hina.
- saya belum pernah
melihat orang yang
males itu beruntung;
selain orang males
terhalang seluruh
harapannya.
Wahai nafsu, jauhi
kemalasan menunda
kesempatan. Jika
tidak, niscaya
engkau jadi orang
hina.
- Saya belum pernah
melihat orang yang
males itu mendapat
kemaakmuran,
selain penyesalan
dan terhalang
seluruh harapan
Personifikasi
(majaz
mursal)
فإن فاتك الدنيا .24
وطيب نعيمها #
فغمض فإنالعلم
Jika kamu kehabisan
keindahan dan
kenikmatan dunia;
maka pejamkanlah
penglihatnmu. Karena
Jika keindahan dan
kenikmatan dunia
hilang darimu; maka
pejamkanlah mata.
Karena ilmu itu
Personifikasi
(majaz
mursal)
88
ilmu itu sebak-baik خير الدواىب
pemberian.
sebaik-baik
pemberian.
فاجهد لنفسك ما .25
أصبحت تجهله #
فأول العلم إقبال
واخره
Maka tekunlah kamu
selama dirimu belum
mengetahui; sebab
permulaan ilmu dan
akhirnya senantiasa
menuntun dalam
kebahagiaan.
Bersungguh-
sungguhlahlah
mencari ilmu yang
belum kamu
ketahui. Karena
awal dan akhir dari
ilmu adalah
kebahagiaan.
Personifikasi
(majaz
mursal
سلام على من .26
بظرفها #متنى تي
ولدعة خديها ولمحة
طرفها
Salamku buat jariahku
mustaulidah yang
tulus; dan cahaya
kedua pipinya serta
kedip matanya dapat
memikatku.
Salamku untuk
gadis yang
memikatku dengan
kecantikannya,
kilatan pipinya,
dan lirikan matanya.
Personifikasi
(majaz
istiarah)
سبتنى واصبتنى .27
فتاه مليحة #
الأوهام فى تحيرت
كنه وصفها
Jariahku yang masih
muda belia lagi cantik
jelita; sehingga
membingungkan akal,
tak sampai
memikirnya sifat-sifat
yang semestinya
Gadis manis itu
membuatku
tertawan dan
tercengang. akal pun
bingung untuk
mensifatinya.
Personifikasi
(majaz
istiarah)
89
Berdasarkan data yang terdapat dalam tabel di atas bisa kita ketahui bahwa
dari 18 syair ditemukan 23 data mengandung gaya bahasa simile, dan dari 10 syair
ditemukan 11 data mengandung gaya bahasa personifikasi. Hal itu dikarenakan
dalam satu data bisa terdapat dua gaya bahasa sekaligus. Adapun
pengklasifikasiannya akan disebutkan sebagaimana tabel berikut:
No Jenis Gaya Bahasa Jumlah
1. Tasybih
Tasybih Baligh 12
Tashbih Mursal dan Mufasshal 4
Tasybih Mursal dan Mujmal 1
Tasybih Mu‟akad dan Mufasshal 5
Tasybih Mu‟akad dan Mujmal 1
2. Majaz Lughawi Majaz Istiarah 3
Majaz Mursal 8
34
90
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Berdasakan analisis data pada bagian sebelum ini, dapat ditemukan beberapa
kesimpulan sebagi berikut:
Gaya bahasa kiasan yang berupa gaya bahasa tasybih dalam terjemahan
syair kitab Ta‟lim Muta‟lim yang ditemukan peneliti ditinjau dari balagahh ada 23
data. Dari ke 23 itu peneliti menemukan tasybih baligh menjadi kategori yang
banyak dipakai dalam gaya bahasa tasybih yaitu sebesar 12 data. Artinya
kebanyakan sya‟ir yang terkandung gaya bahasa tasybih merupakan syair yang
mempunyai gaya bahasa perbandingan yang terbaik.
Kemudian untuk gaya bahasa majaz lughawi yang diidentifikasi peneliti,
ditemukan bahwa dari 6 data gaya bahasa majaz lughawi, 3 di antaranya
berkategori majaz mursal. Karena sebagian besar dari gaya bahasa personifikasi
yang ditemukan peneliti mempunyai alaqah yang ghairu musabahah yaitu bukan
dari unsur kesamaan. Artinya hubungan peletakan kata yang tidak pada tempatnya
dengan kata yang seharusnya bisa berupa karena dia adalah bagian dari kata yang
seharusnya, atau dia merupakan dampak dari kata yang seharusnya.
Selain itu, untuk mengidentifikasi gaya bahasa tasybih dan majaz lughawi,
seseorang harus mengenal setiap ciri dari masing-masing jenis gaya bahasa yang
menggambarkan apakah termasuk tasybih dan majaz lughawi. Setelah itu baru
bisa mengklasifikasikan data berdasarkan jenis gaya bahasa berdasarkan
kategorinya dalam ilmu balaghah.
91
B. SARAN
Setelah Penelitian terhadap penerjemahan syair dalam kitab Ta‟lim
Muta‟lim di atas, maka saran yang diharapkan peneliti untuk penelitian-penelitian
selanjutnya adalah bahwa penerjemahan syair kitab Ta‟lim Muta‟lim karya Drs.
M. Ali Chasan Umar sangat terbuka untuk dikaji kembali melalui analisis di luar
aspek balaghah, seperti: kritik terjemahan, penelitian terjemahan dan sebagainya.
Peneliti menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih banyak
kekurangan di dalamnya. Namun peneliti berharap skripsi ini menjadi pedoman
dan bermanfaat bagi sahabat-sahabat, khsusnya mahasiswa jurusan tarjamah. .
Penelitian ini tidak cukup sampai di sini, dan bukanlah bersifat final, semoga ada
peneliti-peneliti selanjutnya yang siap melakukan penelitian khusus terhadap
karya terjemahan ini. Karena peneliti berhaap kiranya penelitian ini dapat
membuahkan penelitian-penelitian lain baik yang bersifat melengkapi melengkapi
dan menyempurnakan.
92
DAFTAR PUSTAKA
Abudin, Nata. 2001. Pemikiran Para Tokoh Pendidik Islam (Seri Kajian Filsafat
Pendidikan Islam). Cet 2. Jakarta: Raja Grafindopersada.
Ahmad syatibi. 2012 pengantar memahami bahas al-quran balaghah 1 (ilmu
bayan). Jakarta: adabia press.
Akhmad muzakki. 2006. kesusastraan arab; pengantar teori dan terapan.
Yogyakarta: ar-ruzz medika.
Ahmad sunarto, sayuti, 1985. puisi dan pengajarannya. semarang: penerbit IKIP.
Ali Al-Jarim Dan Musthafa Amin. 1994. Terjemahan Al-Balaghahatul Wadhihah.
Penerjemah Mujiyo Nurkholis, Bahrudin Abu Bakar, L.C. Dkk. Banduung:
Sinar Baru Algensindo,
Ali Mustafa Ya‟qu. 1986. Etika Pelajar Menurut Al-Zarnuji, Dalam Pesantren.
No. 3/Vol III/, P3M, H. 79
Asih Sigit Padmanugraha, Menerjemahkan Puisi: Pengalaman Sapardi,
Awaludin Pimay. 1999. Konsep Pebdidikan Dalam Islam (Studi Komparasi
Pandangan Al-Ghazali Dan Al-Zarnuji). Tesis Pps Iain Walisongo Semarang.
Semarang: Perpustakaan Pasca Sarjana Iain Walisongo.
Benny Hoedoro Hoed. 2006. Penerjemahan Dan Kebudayaan. Jakarta: Pusaka
Jaya.
Dick hartoko dan rahmanto. 1986. pemandu dunia satra. Yogyakarta: kanisius.
Drs. M. Rudolf Nababan. 2008. Teori Menerjemahkan Bahasa Inggris. Jakarta:
93
Pustaka Pelajar Offset.
Djudin. 1997. Konsep Belajar Menurut Al-Zarnuji. Semarang: Pusat Penelitian
Iain Walisongo.
E. J. Brills . 1981. First Encyclopedy Of Islam 1913-1936, Vol III . Ta‟if
Zukhana: Laiden.
Fazlur Rahmat. 1997. Islam Terjemahan. Ahsin Muhammad. Bandung: Pustaka .
Frans Sayogie. 2008. Penerjemahan Bahasa Inggris ke dalam Bahasa Indonesia.
Jakarta: Lembaga Penelitian.
Gorys keraf. 2009. diksi dan gaya bahas. Jakarta: gramedia pustaka utama.
Hasan langgulung. 1988. pendidikan islam menghadapi abad ke-21. Jakarta:
pustaka al-husna.
H. Moch. Anwar. 1997. ilmu balaghah terjemahan jauhar makrun. Penerjemah:.
Penulis: imam akhdlori. Subang : pt. alma‟arif bandung.
Heinz Frick. 2008. Pedoman Karya Ilmiah. Yogyakarta: Kanisus.
Henry Guntur taringan. 1986. pengajaran gaya bahasa. bandung: angkasa.
Henry Guntur Tarigan. 1984. Pengajaran Kosa Kata. Bandunng: Angkasa.
Hidayatullah, Moch Syarif. 2014. Seluk Beluk Penerjemahan Arab – Indonesia
Kontemporer. 2014.Ciputat: UIN PRESS
Kh. Fathurrahman Rauf. 2009. syair-syair cinta rasul, Jakarta: puspita Press.
M.Subana. 2002. Dasar-Dasar Penelitian Ilmiah. Jakarta: Pustaka Setia.
Muchtar Affandi Dalam Maemunah. 2009. Reward And Punishment Sebagai
Metode Pendidikan Anak Tesis Program Pasca Sarjana Iain Walisongo.
M. Plassener. 1987. Al-Zarnuji Dalam First Ensiclopedy Of Islam, Vol VIII.
94
London: New Mark: E.J Brill‟s.
Muhammad. 2011. Metode Penelitian Bahasa (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.
Muhammad Ali Al-Khul. 1982. A Dictionary Of The Theoretical Linguistic
English Arabic. Bairut: Librairie Du Liban.
Rahmat Darmawa. 2011. Analisis Diksi Dan Kontuksi Kalimat Dalam
Terjemahan Say‟ir Ta;Lim Muta‟lim, Skripsi. Jakarta: Uin Sayarif
Hidayatullah.
Rochayah machali. 2000. pedoman bagi penerjemah. Jakarta: PT Grasindo.
Sudarnoto abdul hakim, dkk. 1995. Islam Berbagai Persfektif, Didedikasikan
Untuk 70 Tahun Prof. Dr. H. Munawir Sadzali, MA. Yogyakarta: LPMII.
Wargadinata, Wildana Dan Fitriani, Laily. 2008. Sastra Arab Dan Lintas
Budaya. Malang: UIN Malang Perss.
Referensi dari internet:
Http://Www.Masterfajar.Co.Cc/2010/Analisi-Kritis-Terhadap-Kitab-Talim.
95
LAMPIRAN-LAMPIRAN
1. DATA SIMILE
No. Syair Arab
Terjemahan Drs. Ali
Chasan Umar
Terjemahan Alternatif Keterangan
تعلم فإن العلم زين لأهل 1
#
و فضل وعنوان لكل المحامد
Belajarlah! Karena ilmu
adalah penghias untuk
pemiliknya; ilmu juga
adalah kelebihan dan
tanda dari perbuatan
terpuji.
Belajarlah! Ilmu itu
laksana hiasan bagi
pemiliknya, menjadi
keutamaan dan tanda
setiap amal
terpujinya.
Simile
(Tasybih
Baligh)
هو العلم الذادى الى سنن 2
الذدى #
هو الحصن ينجي من جميع
الشدائد
Ia merupakan rambu-
rambu kepada jalan
petunjuk;
dialah sebagai benteng
yang dapat
menyelamatkan dari
segala marabahaya.
Ilmu itu bagaikan
markah penunjuk
kebenaran.
Ia laksana perisai
pelindung dari segala
bahaya.
Simile
(Tasybih
Muakad
dan
Mufasshal)
Simile
(Tasybih
Muakad
dan
Mufasshal)
96
3
# فساد كبير عالم متهتك
وأكبر منه جاهل متنسك
هما فتنة فى العا لدين عظيمة
#
لدن بهما فى دينه يتمسك
-Kerusakan yang besar
adalah orang yang
berilmu berbuat nekad
dalam agamanya; dan
kerusakan yang lebih
besar lagi adalah oarng
bodoh berlagak seperti
orang yang berilmu
-Keduanya merupakan
fitnah dialam semesta;
bagi sipa yang
mengikutinya melakukan
agamanya.
-Kerusakan besar itu
seperti orang berilmu
tapi tidak punya
malu. Yang lebih
besar lagi adalah
bersikukuh ibadah
tanpa ilmu.
-Keduanya menjadi
fitnah nyata di dunia;
bagi pengikutnya
dalam urusan agama.
Simile
(Tasybih
Muakad
dan
Mujmal)
الدنيا أقل من القليل هى 4
#
وعاشفها أذل من الذليل
-Dunia adalah sedikit dari
perkara yang sedikit; dan
orang yang terlalu
mencintainya adalah
sehina-hinyanya orang
hina.
Dunia itu bagaikan
hal yang tersedikit di
antara yang sedikit.
orang yang cinta
dunia adalah orang
yang paling hina di
antara yang hina.
Simile
(Tasybih
Baligh)
5
لا تصحب الكسلان فى
Janganlah kamu berteman
dengan pemalas dalam
Jangan berteman
dengan tingkah para
97
حالاته #
كم صالح بفساد أخر يفسد
عدو البليد الى الجليد
سربعة #
كاجمر يوضع في الرماد
فيحمد
perilakunya; banyak
orang shahih yang
akhirnya rusak berteman
dengan orang yang jahat.
-Menjalarnya rang jahat
kepada orang baik itu
cepat sekali, bagaikan
bara api yang dipadamkan
diatasa abu.
pemalas. Sudah
banyak orang baik
hancur karenanya.
Menularnya
kebodohan kepada
orang cerdas itu
sangatlah cepat,
laksana bara api yang
diletakkan dalam
sekam
Simile
(Tasybih
Mursal dan
Mufasshal)
6
# العلم حرب الدتعالى
كا السيل حرب الدكان
العالى
Ilmu adalah musuh bagi
orang yang sombong;
bagaikan banjir yang
merusak tempat-tempat
yang tinggi.
Ilmu dapat
menghancurkan
kesombongan;
laksana banjir yang
menghancurkan
dataran tinggi.
Simile
(Tasybih
Mursal dan
Mujmal)
على قدر أىل العز تأتى 7
العزائم #
وتأتى على قدر الكريم
الدكارم
-kesuksesan orang yang
bercita-cita adalah
menurut kadar cita-
citanya;
jika ia bercita-cita tinggi
Kesuksesan orang
yang bercita-cita
seperti kadar cita-
citanya.
jika ia bercita-cita
Simile
(Tasybih
Muakad
dan
Mufasshal)
98
maka akan memperoleh
cita-cita yang yang tinggi.
tinggi maka akan
memperoleh cita-cita
yang yang tinggi.
الجاىلون فموتى قبل موتهم 8
#
والعالدون وإن ماتووا
فأحياء
Orang yang bodoh
dianggap mati sebelum
merek mati;
dan orang yang berilmu
walaupun ia sudah mati
maka akan tetap hidup.
Orang bodoh itu
bagaikan orang mati
sebelum mati,
sedangkan orang
berilmu akan tetap
seperti hidup
walaupun sudah mati.
Simile
(Tasybih
Baligh)
Simile
(Tasybih
Baligh)
أخو العلم حى خالد بعد 9
# موتو
وأوصاله تحت تراب رميم
Orang yang berilmu
senantiasa dianggap hidup
kekal setelah matinya;
meskipun tulang-
tulangnya sudah hancur di
bawah tanah.
Orang yang berilmu
bagaikan hidup kekal
setelah matinya;
meskipun tulang-
tulangnya sudah
hancur di dalam
bumi.
Simile
(Tasybih
Baligh)
وذوالجهل ميت وىو يمشى 10
على الثر
#
Adapun orang bodoh itu
dianggap mati padahal ia
masih berjalan di atas
Orang bodoh itu
bagaikan orang mati
meskipun ia masih
Simile
(Tasybih
Baligh)
99
يظن منالأحياء وهو عديم tanah;
orang mengira bahwa ia
masih hidup, sedangkan
dia sudah tiada.
berjalan di atas bumi.
Karena orang
menganggapnya telah
mati.
إذا العلم إعلى رتبه فى 11
الدراتب #
عز العلى فى ومن دونه
الدواكب
Ilmu merupakan pangkat
tertinggi dari segala
pangkat; adapun pangkat
selain ilmu ibarat
kemuliaan tinggi yang
sukses dalam
perkumpulan.
Ilmu itu bagaikan
pangkat tertinggi di
antara pangkat.
Sedangkan selainnya
akan tinggi saja di
antara pengikutnya.
Simile
(Tasybih
Baligh)
ىو النور كالنور يهدى عن 12
العمى # وذوالجهل مرا
لدهر بين الغياهب
Ilmu adalah cahaya yang
menerangi kegelapan
orang bodoh, dan
menyelamatkannya dari
buta huruf; sedangkan
orang bodoh senantiasa
melewati masa kegelapan.
Ilmu itu bagaikan
cahaya penerang yang
menunjukkan orang
buta; sedangkan
orang bodoh
senantiasa melewati
hidupnya dalam
kegelapan.
Simile
(Tasybih
Mursal dan
Mufasshal)
هو الذورة الشماء تحمى 13
من التجا # إليها ويمشى
Ilmu merupakan puncak
gunung tinggi yang dapat
menyelamatkan para
Ilmu itu laksana
puncak gunung tinggi
yang menaungi para
Simile
(Tasybih
Mu‟akad
100
pengungsi di sana, dan أمنا فى النوائب
dapat mengamankan dari
segala bahaya.
pengungsinya, dan
mengamankan dari
segala bahaya.
dan
Mufasshal)
ىو الدنصب العالى 14
أياصاحب الحجا # إذا
نلتو ىون يفوت الدناصب
Ilmu adalah pangkat
tinggi; ingatlah wahai
orang yang berakal; jika
engkau dapat
memperolehnya, maka
mudahlah menghabiskan
pangkat.
Ilmu itu ibarat
pangkat tinggi.
Sahabatku yang
cerdas! Apabila kamu
memperolehnya,
kehilangan pangkat
lain adalah hal mudah
bagimu.
Simile
(Tasybih
Mu‟akad
dan
Mufasshal)
فكم طيب يفو ح ولا 15
كمسك
#
وكم طير يطير ولا كباز
Tidak sedikit minyak
wangi yang berbau harum
tapi tidak seharumnya
misik;
dan banyak pula burung
yang terbang, tapi tidak
seperti terbangnya elang.
Tidak sedikit minyak
wangi yang berbau
harum tapi tidak
seperti harum misik;
dan berapa burung
yang terang, tapi
tidak seperti
terbangnya elang.
Simile
(Tasybih
Mursal dan
Mujmal)
Simile
(Tasybih
Mursal dan
Mujmal)
إخدم العلم خدمة مستنفد 16
#
-layanilah ilmu itu
sebagaimana orang yang
Layanilah ilmu
seperti pengabdian
Simile
(Tasybih
101
وأدم درسه بفعل حميد mencari faedah;
biasakanlah
mempelajarinya dengan
perbuatan terpuji.
sang penuntut ilmu.
Langgengkan
pembelajarannya
dengan terpujinya
tingkah laku.
Baligh)
النطق زين 17
والسكوت سلامة #
فإذا نطقت فلا تكن مكثارا
-Ucapan adalah sebagai
hiasan
dan diam itu selamat;
maka jika engkau bicara,
janagnlah banyak.
-Berucap itu bagaikan
hiasan
dan diam itu bagaikan
penyelamat. Maka
janganlah banyak
bicara!
Simile
(Tasybih
Baligh)
Simile
(Tasybih
Baligh)
102
2. DATA PERSONIFIKASI
NO Syair Arab Terjemahan Drs. Ali
Chasan Umar
Terjemahan
Alternative
فخطك فإن كنت ذا مال 1
# زينة
وان كنت محتاجا فا فضل مكسب
-Jika engkau punya harta
maka tulisanmu hiasannya;
jika engkau memebutuhkan
uang maka jadikanlah
sebaik-baiknya
penghasillan.
Apabila kamu punya
harta, tulisanmu yang
akan menghiasinya.
Jika kamu
membutuhkannya,
maka dari tulisanmu
menjadi sebaik-
baiknya penghasilan.
مر شاسع الجد يدنى كل أ 2
#
والجد يفتح كل باب مغلق
Kesungguhan mendekatkan
segala perkara yang jauh;
kesungguhan juga
membuka setiap pintu yang
tertutup.
Kesungguhan akan
mendekatkan sesuatu
yang jauh
dan kesungguhan juga
akan membuka setiap
pintu yang tetutup.
إتخذ الليل جملا # تدرك 3 به أملا
Jadikanlah malam sebagai
kendaranmu; dalam
menggapai cita-cita
Jadikan malam sebagai
kendaraanmu untuk
meraih cita-cita!
يانفس يانفس لا ترخى 4عن العمل # فى البر والعدل والإحسان فى
- Wahai nafsu, wahai nafu
janganlah males dalam
mengerjakan kebaian dan
Wahai nafsu
janganlah kau malas
dalam berbuat baik,
103
janganlah lemah dalam
keadilan dan kebaikan.
adil dan bijak.
فإن فاتك الدنيا وطيب 5
نعيمها #
فغمض فإنالعلم خير الدواىب
Jika kamu kehabisan
keindahan dan kenikmatan
dunia; maka pejamkanlah
penglihatnmu. Karena ilmu
itu sebak-baik pemberian.
Jika keindahan dan
kenikmatan dunia
hilang darimu; maka
pejamkanlah mata.
Karena ilmu itu
anugerah paling
berharga.
متنى سلام على من تي 6
#بظرفها
ولدعة خديها ولمحة طرفه
Salamku buat jariahku
mustaulidah yang tulus; dan
cahaya kedua pipinya serta
Salamku untuk gadis
yang memikatku
dengan kecantikannya,
kilatan
104
Lampiran referensi biografi penerjemah, Irul wonosari. (wawancara
melalui WhatsApp) hari rabu dan kamis, 13-14 mai 2020.
105
106
107
108
109
110