Ambroxol

10
BAB 1 PENDAHULUAN Batuk merupakan suatu mekanisme fisiologi yang bermanfaat untuk mengeluarkan dan membersihkan saluran pernapasan dari dahak, zat-zat perangsang asing, dan unsur infeksi. Dengan demikian batuk merupakan suatu mekanisme perlindungan. Batuk terutama disebabkan oleh infeksi virus, misalnya (common cold, influenza, cacar air, dan juga oleh radang pada cabang dan ujung tenggorokan (bronchitis, pharingitis). Virus-virus ini dapat merusak mukosa saluran pernapasan, sehingga menciptakan “pintu masuk” bagi infeksi kuman dan virus, misalnya Pneumococci dan Haemophillus (Tjay dan Kirana, 2000). Untuk meringankan dan mengurangi frekuensi batuk diberikan terapi simptomatik dengan obat-obat pereda batuk. Salah satunya adalah mukolitik yang dapat membantu mengurangi kekentalan dahak sehingga mudah dikeluarkan. Ambroxol adalah salah satu dari obat-obatan mukolitik yang sering digunakan untuk mengencerkan sekret saluran napas dengan cara menurunkan viskositas mukopolisakarida. Selain khasiatnya yang bersifat mukolitik di saluran pernapasan, ambroxol juga sedang diteliti tentang kemungkinan manfaatnya pada keratokonjungtivitis sika dan sebagai perangsang produksi surfaktan pada anak lahir prematur dengan 1

Transcript of Ambroxol

Page 1: Ambroxol

BAB 1

PENDAHULUAN

Batuk merupakan suatu mekanisme fisiologi yang bermanfaat untuk

mengeluarkan dan membersihkan saluran pernapasan dari dahak, zat-zat

perangsang asing, dan unsur infeksi. Dengan demikian batuk merupakan suatu

mekanisme perlindungan. Batuk terutama disebabkan oleh infeksi virus, misalnya

(common cold, influenza, cacar air, dan juga oleh radang pada cabang dan ujung

tenggorokan (bronchitis, pharingitis). Virus-virus ini dapat merusak mukosa

saluran pernapasan, sehingga menciptakan “pintu masuk” bagi infeksi kuman dan

virus, misalnya Pneumococci dan Haemophillus (Tjay dan Kirana, 2000). Untuk

meringankan dan mengurangi frekuensi batuk diberikan terapi simptomatik

dengan obat-obat pereda batuk. Salah satunya adalah mukolitik yang dapat

membantu mengurangi kekentalan dahak sehingga mudah dikeluarkan.

Ambroxol adalah salah satu dari obat-obatan mukolitik yang sering

digunakan untuk mengencerkan sekret saluran napas dengan cara menurunkan

viskositas mukopolisakarida. Selain khasiatnya yang bersifat mukolitik di saluran

pernapasan, ambroxol juga sedang diteliti tentang kemungkinan manfaatnya pada

keratokonjungtivitis sika dan sebagai perangsang produksi surfaktan pada anak

lahir prematur dengan sindrom pernapasan (Syarif, Estuningtyas & Muchtar,

2007).

1

Page 2: Ambroxol

BAB 2

ISI

2.1 Penggolongan Obat

Ambroxol termasuk dalam golongan benzilamide dengan struktur kimia

N-cyclohexyl-N--methyl--(2--amino--3,dibromobenzyl)--amonium chloride

adalah derivat semi sintetis vasicine, suatu zat aktif dari sejenis tanaman

belukar India yakni Adhatoda vasica. Ambroxol juga merupakan bentuk

metabolit dari bromheksin, bekerja dengan cara menurunkan viskositas sekresi

mukus dengan cara memecah rantai mukopolisakarida (Ponnilavarasan et al,

2011).

Sifat fisikokomia : serbuk kristal putih atau kekuningan. Sedikit larut dalam

air, larut dalam methanol, namun tidak larut dalam

metilene klorida.

Gambar 1 Struktur kimia Ambroxol (ambroxol hydrocloride product monograph,

2012).

2.2 Indikasi

Ambroxol diberikan untuk penyakit saluran napas akut dan kronis yang

disertai sekresi bronkial, antara lain: bronkiektasis, bronkhitis, bronkhitis

asmatik dan asma bronkial (Poole & Black, 2006).

2.3 Farmakokinetik

2

Page 3: Ambroxol

Absorpsi : Diabsorspsi dengan baik dan cepat setelah pemberian oral

(70-80%). Waktu mencapai kadar puncak konsentrasi di

plasma sekitar 2 jam

Distribusi : Di dalam darah ambroxol berikatan dengan protein

plasma sebesar 90%. Didistribusikan secara cepat dari

darah ke jaringan secara luas dimana konsentrasi aktif

terbanyak akan mencapai paru. Waktu paruh dicapai

sekitar 1 – 1,5 jam

Metabolisme : sekitar 30% setelah pemberian oral dimetabolisme melalui

first pass metabolism. Penelitian pada mikrosom hati

manusia menunjukkan enzim CYP3A4 berperanan penting

terhadap metabolisme ambroxol di hati. Ambroxol pertama

kali dimetabolisme di hati melalui proses glukuronidasi dan

beberapa sisanya (sekitar 10% dari dosis) dimetabolisme

menjadi metabolit kecil yakni asam dibromanthranilik.

Ekskresi : sekitar 30% dari peroral akan diekskresikan melalui ginjal

dalam waktu 10 jam. Total clearance 660 ml/menit, dan

renal clearance adalah 8% dari total clearance (Taslima et

al, 2012).

2.4 Farmakodinamik

Mekanisme kerja obat ambroxol adalah dengan menstimulasi sel serous

dari tonsil pada mukous membran saluran bronchus, sehingga meningkatkan

sekresi mukous didalamnya dan merubah kekentalan komponen serous dan

mukous dari sputum menjadi lebih encer dengan menurunkan viskositasnya.

Hal ini meningkatkan produksi surfaktan paru dan menstimulasi motilitas

siliari. Dari hasil aksi tersebut meningkatkan aliran mukous dan transport oleh

mucous siliari clearance. Peningkatan sekresi cairan dan mukous siliari

clearance inilah yang menyebabkan pengeluaran dahak dan memudahkannya

keluar bersamaan batuk.

Efek anestesi lokal dari ambroxol telah diobservasi pada hewan (kelinci)

yang mungkin menjelaskan sodium channel blocking, dimana secara in vitro

3

Page 4: Ambroxol

ambroxol memblok neuronal sodium channel. Ikatannya bersifat reversibel

dan bergantung konsentrasi.

Penelitian efikasi klinis untuk pengobatan gejala saluran pernapasan atas

dengan ambroxol menunjukan berkurangnya rasa sakit yang cepat dan sakit

yang berhubungan dengan ketidaknyamanan di telinga hidung tenggorokan

selama inhalasi (Kimbria et al, 2009).

2.5 Dosis

a. Dosis sedian tablet / cairan untuk dewasa dan anak diatas 12 tahun :

Dewasa: 30-120 mg/hari dibagi dalam tiga dosis. . Efek teraupetik dapat

ditingkatkan dengan pemberian dosis 60 mg 2 kali sehari. Regimen 60 mg 2

kali sehari juga sangat cocok untuk terapi gangguan saluran pernapasan akut

dan terapi inisial untuk kondisi kronis yang lebih dari 14 hari. Dosis   dapat  

dikurangi   menjadi   2   kali   sehari, untuk pengobatan yang lama.

b. Dosis sediaan cair untuk anak

Dosis untuk anak dihitung = 1,5 – 2 mg/kgBB/hari

Anak-anak 5-12 tahun: sehari 3 kali 15 mg.

Anak-anak 2 - 5 tahun: sehari 3 kali 7,5 mg.

Anak-anak dibawah 2 tahun : sehari 2 kali 7,5 mg.

Dosis tersebut atas dosis untuk terapi inisial, bisa dikurangi setengahnya

setelah 14 hari.

Pada indikasi gangguan saluran pernapasan akut, terapi bisa dikaji ulang

jika gejala tidak mengalami perbaikan atau malah memperparah penyakit

selama pemberian pengobatan (The Pharmaceutical Society of Singapore,

2011).

2.6 Kontra indikasi

Tidak diberikan pada pasien yang sudah diketahui mengalami hipersensitivitas

ambroxol atau obat-obatan yang sejenisnya. Jarang sekali kontra indikasi pada

kondisi herediter (The Pharmaceutical Society of Singapore, 2011).

2.7 Interakasi obat

Berdasarkan mekanisme dari ambroxol, penggunaan bersama antibiotik

(amoksisilin, cefuroxime & eritromisin) akan meningkatkan konsentrasi

antibiotik di sekresi bronchus paru dan terjadi peningkatan sekresi sputum.

4

Page 5: Ambroxol

Dilaporkan tidak ditemukan interaksi obat yang merugikan secara klinis jika

digunakan dengan obat-obatan lain yang relevan (The Pharmaceutical Society

of Singapore, 2011).

2.8 Pemakaian pada masa kehamilan dan laktasi

a. Kehamilan

Ambroxol dapat melewati plasenta barrier. Tindakan pencegahan selama

pemakaian di masyarakat perlu dipertimbangkan. Terutama pada masa

kehamilan trisemester I, penggunaan ambroxol tidak direkomendasikan.

b. Laktasi

Ambroxol disekresikan lewat ASI. Meskipun efek yang tidak

menguntungkan pada saat menyusui bayi tidak diharapkan, penggunaan

ambroxol tidak direkomendasikan dan digunakan jika sangat diperlukan.

(The Pharmaceutical Society of Singapore, 2011).

2.9 Efek pada saluran pencernaan

Nyeri ulu hati, dyspepsia, mual, muntah, diare dan nyeri perut (The

Pharmaceutical Society of Singapore, 2011).

2.10 Efek pada sistem syaraf

Pada pemakaian sediaan cair akan menyebabkan dysgeusia (perubahan indera

pengecap) (The Pharmaceutical Society of Singapore, 2011).

2.11 Efek imunologi dan pada kulit

Ambroxol menginduksi dermatitis kontak, reaksi anafilaksis termasuk syok

anafilaksis, angiodema, rash, urtikaria, pruritus, dan reaksi hipersensitifitas

lainnya (The Pharmaceutical Society of Singapore, 2011).

2.12 Toksisitas pada manusia

Belum ada data. Kemungkinan bisa menyebabkan efek yang tidak diinginkan

pada sistem reproduksi baik pria maupun wanita, fetotoksisiti, dan kelainan

lahir (The Pharmaceutical Society of Singapore, 2011).

5

Page 6: Ambroxol

DAFTAR PUSTAKA

Ambroxol hydrocloride Product monograph. 2012. Eropean Pharmacopoeia 5.0

Kimbria, G. et al. 2009. Stability study of ambroxol hydrochlorid sustained

release pellets coated with acrylic polymer. Journal of Pharma and Science. 1

: 36 – 43

Poole, P., Black, PN. 2006. Mucolytic agents for chronic bronchitis or chronic

obstructive pulmonary disease. Cochrane Database of Systematic Reviews.

Issue 3.

Ponnilavarasan, I. et al. 2011. Simultaneous Estimation of Ambroxol

Hydrochloride an Loratadine in Tablet Dosage Form By Using UV

Spectrophometric. International Journal of Pharma and Bio Science. 2 :

338

Syarif, A., Estuningtyas, A., Muchtar A. 2007. Farmakologi dan Terapi. edisi 5. Jakarta:

FKUI

Taslima, DA. et al. 2012. In vitro kinetic study of ambroxol hydrochloride

sustained release matrix tablets using hydrophilic and hydrophobic polymers.

Journal of Chemical and Pharmaceutical Research. 4 (3) : 1573 - 1579

The Pharmaceutical Society of Singapore. 2011. Reviewed by The Health

Sciences Authority

Tjai, T. H., Kirana, R. 2000. Obat-Obat Penting. Jakarta : Elex Media

Komputindo

6