Ambroxol
-
Upload
forestanugraha -
Category
Documents
-
view
115 -
download
7
Transcript of Ambroxol
BAB 1
PENDAHULUAN
Batuk merupakan suatu mekanisme fisiologi yang bermanfaat untuk
mengeluarkan dan membersihkan saluran pernapasan dari dahak, zat-zat
perangsang asing, dan unsur infeksi. Dengan demikian batuk merupakan suatu
mekanisme perlindungan. Batuk terutama disebabkan oleh infeksi virus, misalnya
(common cold, influenza, cacar air, dan juga oleh radang pada cabang dan ujung
tenggorokan (bronchitis, pharingitis). Virus-virus ini dapat merusak mukosa
saluran pernapasan, sehingga menciptakan “pintu masuk” bagi infeksi kuman dan
virus, misalnya Pneumococci dan Haemophillus (Tjay dan Kirana, 2000). Untuk
meringankan dan mengurangi frekuensi batuk diberikan terapi simptomatik
dengan obat-obat pereda batuk. Salah satunya adalah mukolitik yang dapat
membantu mengurangi kekentalan dahak sehingga mudah dikeluarkan.
Ambroxol adalah salah satu dari obat-obatan mukolitik yang sering
digunakan untuk mengencerkan sekret saluran napas dengan cara menurunkan
viskositas mukopolisakarida. Selain khasiatnya yang bersifat mukolitik di saluran
pernapasan, ambroxol juga sedang diteliti tentang kemungkinan manfaatnya pada
keratokonjungtivitis sika dan sebagai perangsang produksi surfaktan pada anak
lahir prematur dengan sindrom pernapasan (Syarif, Estuningtyas & Muchtar,
2007).
1
BAB 2
ISI
2.1 Penggolongan Obat
Ambroxol termasuk dalam golongan benzilamide dengan struktur kimia
N-cyclohexyl-N--methyl--(2--amino--3,dibromobenzyl)--amonium chloride
adalah derivat semi sintetis vasicine, suatu zat aktif dari sejenis tanaman
belukar India yakni Adhatoda vasica. Ambroxol juga merupakan bentuk
metabolit dari bromheksin, bekerja dengan cara menurunkan viskositas sekresi
mukus dengan cara memecah rantai mukopolisakarida (Ponnilavarasan et al,
2011).
Sifat fisikokomia : serbuk kristal putih atau kekuningan. Sedikit larut dalam
air, larut dalam methanol, namun tidak larut dalam
metilene klorida.
Gambar 1 Struktur kimia Ambroxol (ambroxol hydrocloride product monograph,
2012).
2.2 Indikasi
Ambroxol diberikan untuk penyakit saluran napas akut dan kronis yang
disertai sekresi bronkial, antara lain: bronkiektasis, bronkhitis, bronkhitis
asmatik dan asma bronkial (Poole & Black, 2006).
2.3 Farmakokinetik
2
Absorpsi : Diabsorspsi dengan baik dan cepat setelah pemberian oral
(70-80%). Waktu mencapai kadar puncak konsentrasi di
plasma sekitar 2 jam
Distribusi : Di dalam darah ambroxol berikatan dengan protein
plasma sebesar 90%. Didistribusikan secara cepat dari
darah ke jaringan secara luas dimana konsentrasi aktif
terbanyak akan mencapai paru. Waktu paruh dicapai
sekitar 1 – 1,5 jam
Metabolisme : sekitar 30% setelah pemberian oral dimetabolisme melalui
first pass metabolism. Penelitian pada mikrosom hati
manusia menunjukkan enzim CYP3A4 berperanan penting
terhadap metabolisme ambroxol di hati. Ambroxol pertama
kali dimetabolisme di hati melalui proses glukuronidasi dan
beberapa sisanya (sekitar 10% dari dosis) dimetabolisme
menjadi metabolit kecil yakni asam dibromanthranilik.
Ekskresi : sekitar 30% dari peroral akan diekskresikan melalui ginjal
dalam waktu 10 jam. Total clearance 660 ml/menit, dan
renal clearance adalah 8% dari total clearance (Taslima et
al, 2012).
2.4 Farmakodinamik
Mekanisme kerja obat ambroxol adalah dengan menstimulasi sel serous
dari tonsil pada mukous membran saluran bronchus, sehingga meningkatkan
sekresi mukous didalamnya dan merubah kekentalan komponen serous dan
mukous dari sputum menjadi lebih encer dengan menurunkan viskositasnya.
Hal ini meningkatkan produksi surfaktan paru dan menstimulasi motilitas
siliari. Dari hasil aksi tersebut meningkatkan aliran mukous dan transport oleh
mucous siliari clearance. Peningkatan sekresi cairan dan mukous siliari
clearance inilah yang menyebabkan pengeluaran dahak dan memudahkannya
keluar bersamaan batuk.
Efek anestesi lokal dari ambroxol telah diobservasi pada hewan (kelinci)
yang mungkin menjelaskan sodium channel blocking, dimana secara in vitro
3
ambroxol memblok neuronal sodium channel. Ikatannya bersifat reversibel
dan bergantung konsentrasi.
Penelitian efikasi klinis untuk pengobatan gejala saluran pernapasan atas
dengan ambroxol menunjukan berkurangnya rasa sakit yang cepat dan sakit
yang berhubungan dengan ketidaknyamanan di telinga hidung tenggorokan
selama inhalasi (Kimbria et al, 2009).
2.5 Dosis
a. Dosis sedian tablet / cairan untuk dewasa dan anak diatas 12 tahun :
Dewasa: 30-120 mg/hari dibagi dalam tiga dosis. . Efek teraupetik dapat
ditingkatkan dengan pemberian dosis 60 mg 2 kali sehari. Regimen 60 mg 2
kali sehari juga sangat cocok untuk terapi gangguan saluran pernapasan akut
dan terapi inisial untuk kondisi kronis yang lebih dari 14 hari. Dosis dapat
dikurangi menjadi 2 kali sehari, untuk pengobatan yang lama.
b. Dosis sediaan cair untuk anak
Dosis untuk anak dihitung = 1,5 – 2 mg/kgBB/hari
Anak-anak 5-12 tahun: sehari 3 kali 15 mg.
Anak-anak 2 - 5 tahun: sehari 3 kali 7,5 mg.
Anak-anak dibawah 2 tahun : sehari 2 kali 7,5 mg.
Dosis tersebut atas dosis untuk terapi inisial, bisa dikurangi setengahnya
setelah 14 hari.
Pada indikasi gangguan saluran pernapasan akut, terapi bisa dikaji ulang
jika gejala tidak mengalami perbaikan atau malah memperparah penyakit
selama pemberian pengobatan (The Pharmaceutical Society of Singapore,
2011).
2.6 Kontra indikasi
Tidak diberikan pada pasien yang sudah diketahui mengalami hipersensitivitas
ambroxol atau obat-obatan yang sejenisnya. Jarang sekali kontra indikasi pada
kondisi herediter (The Pharmaceutical Society of Singapore, 2011).
2.7 Interakasi obat
Berdasarkan mekanisme dari ambroxol, penggunaan bersama antibiotik
(amoksisilin, cefuroxime & eritromisin) akan meningkatkan konsentrasi
antibiotik di sekresi bronchus paru dan terjadi peningkatan sekresi sputum.
4
Dilaporkan tidak ditemukan interaksi obat yang merugikan secara klinis jika
digunakan dengan obat-obatan lain yang relevan (The Pharmaceutical Society
of Singapore, 2011).
2.8 Pemakaian pada masa kehamilan dan laktasi
a. Kehamilan
Ambroxol dapat melewati plasenta barrier. Tindakan pencegahan selama
pemakaian di masyarakat perlu dipertimbangkan. Terutama pada masa
kehamilan trisemester I, penggunaan ambroxol tidak direkomendasikan.
b. Laktasi
Ambroxol disekresikan lewat ASI. Meskipun efek yang tidak
menguntungkan pada saat menyusui bayi tidak diharapkan, penggunaan
ambroxol tidak direkomendasikan dan digunakan jika sangat diperlukan.
(The Pharmaceutical Society of Singapore, 2011).
2.9 Efek pada saluran pencernaan
Nyeri ulu hati, dyspepsia, mual, muntah, diare dan nyeri perut (The
Pharmaceutical Society of Singapore, 2011).
2.10 Efek pada sistem syaraf
Pada pemakaian sediaan cair akan menyebabkan dysgeusia (perubahan indera
pengecap) (The Pharmaceutical Society of Singapore, 2011).
2.11 Efek imunologi dan pada kulit
Ambroxol menginduksi dermatitis kontak, reaksi anafilaksis termasuk syok
anafilaksis, angiodema, rash, urtikaria, pruritus, dan reaksi hipersensitifitas
lainnya (The Pharmaceutical Society of Singapore, 2011).
2.12 Toksisitas pada manusia
Belum ada data. Kemungkinan bisa menyebabkan efek yang tidak diinginkan
pada sistem reproduksi baik pria maupun wanita, fetotoksisiti, dan kelainan
lahir (The Pharmaceutical Society of Singapore, 2011).
5
DAFTAR PUSTAKA
Ambroxol hydrocloride Product monograph. 2012. Eropean Pharmacopoeia 5.0
Kimbria, G. et al. 2009. Stability study of ambroxol hydrochlorid sustained
release pellets coated with acrylic polymer. Journal of Pharma and Science. 1
: 36 – 43
Poole, P., Black, PN. 2006. Mucolytic agents for chronic bronchitis or chronic
obstructive pulmonary disease. Cochrane Database of Systematic Reviews.
Issue 3.
Ponnilavarasan, I. et al. 2011. Simultaneous Estimation of Ambroxol
Hydrochloride an Loratadine in Tablet Dosage Form By Using UV
Spectrophometric. International Journal of Pharma and Bio Science. 2 :
338
Syarif, A., Estuningtyas, A., Muchtar A. 2007. Farmakologi dan Terapi. edisi 5. Jakarta:
FKUI
Taslima, DA. et al. 2012. In vitro kinetic study of ambroxol hydrochloride
sustained release matrix tablets using hydrophilic and hydrophobic polymers.
Journal of Chemical and Pharmaceutical Research. 4 (3) : 1573 - 1579
The Pharmaceutical Society of Singapore. 2011. Reviewed by The Health
Sciences Authority
Tjai, T. H., Kirana, R. 2000. Obat-Obat Penting. Jakarta : Elex Media
Komputindo
6