Alergi Makanan Pada Anak

25

Click here to load reader

Transcript of Alergi Makanan Pada Anak

Page 1: Alergi Makanan Pada Anak

Alergi Makanan pada Anak

Alergi makanan merupakan suatu reaksi klinis yang tidak diinginkan terhadap makanan secara imunologis. Berbagai jenis manifestasi klinik reaksi hipersensitivitas tipe I menurut Gell dan Coomb diantaranya adalah disebabkan reaksi alergi terhadap makanan.

Alergi makanan merupakan salah satu masalah alergi yang penting pada anak karena makanan merupakan suatu zat yang mutlak diperlukan pada tumbuh kembang anak. Bila anak mempunyai alergi terhadap bahan makanan utama yang sangat diperlukan pada proses tumbuh kembangnya, maka keadaan ini akan merugikan tumbuh kembangnya di kemudian hari

Sekitar 20% anak usia 1 tahun pertama pernah mengalami reaksi terhadap makanan yang diberikan (adverse reactions), termasuk yang disebabkan oleh reaksi alergi. Sebetulnya semua makanan dapat menimbulkan reaksi alergi, akan tetapi antara satu makanan dengan makanan lain, mempunyai derajat alergenitas yang berbeda.

Saat ini dikembangkan cara moderen dalam mengatasi penyakit alergi yaitu dengan cara pendekatan nutrisi yang dapat mencegah atau menekan reaksi inflamasi. Seperti misalnya, pemberian fraksi peptida dari protein spesifik yang ditoleransi usus, serta pengunaan komponen spesifik makanan sehari-hari seperti asam lemak dan antioksidan.

Probiotik merupakan contoh komponen imunomodulator yang diberikan pada pasien alergi.

Angka Kejadian

Angka kejadian alergi makanan ini, banyak diteliti dan dilaporkan dengan hasil yang bervariasi. Departemen Pertanian Amerika Serikat melaporkan sekitar 15% populasi mempunyai alergi terhadap makanan atau ingredient makanan tertentu. Di Poliklinik Alergi Imunologi Bagian Ilmu Kesehatan Anak FKUI/RSCM, dari hasil uji kulit terhadap 69 penderita asma alergik didapatkan 45.31% positif terhadap kepiting, 37.53% terhadap udang kecil, dan 26.56% terhadap cokelat sedangkan dari seluruh penderita alergi anak sekitar 2.4% adalah alergi terhadap susu sapi.

Prevalensi alergi makanan dalam dekade terakhir ini tampaknya meningkat. Spektrum alergi makanan dalam dekade terakhir relatif tidak berubah. Susu sapi, telur, kacang tanah, kedelai, gandum, kacang polong, ikan dan kerang masih merupakan alergen utama pada masa anak.

Definisi

Tidak semua reaksi yang tidak diinginkan terhadap makanan melalui mekanisme alergi yang murni (reaksi hipersensitivitas tipe I). Akan tetapi banyak pasien maupun dokter menggunakan istilah "Alergi Makanan" untuk semua reaksi yang tidak diinginkan terhadap makanan, baik yang imunologik maupun non imunologik. Karena itu oleh The American Academy of Allergy and Immunology dan The National Institute of Allergy and Infections Disease dibuat batasan yaitu:

Page 2: Alergi Makanan Pada Anak

1. Adverse food reactions

Suatu istilah umum untuk suatu reaksi yang tidak diinginkan terhadap makanan yang ditelan. Reaksi ini dapat merupakan reaksi sekunder terhadap food allergy (hipersensitivitas) atau food intolerance (Intoleransi makanan).

2. Food Allergy

Istilah untuk suatu hasil reaksi imunologik yang menyimpang. Sebagian besar reaksi ini melalui reaksi hipersensitifitas tipe I (Gell & Coombs) yang diperani oleh IgE.

3. Food intolerance

Istilah umum untuk semua respons fisiologis yang abnormal terhadap makanan/aditif makanan yang ditelan. Reaksi ini merupakan reaksi non imunologik dan merupakan sebagian besar penyebab reaksi yang tidak diinginkan terhadap makanan. Reaksi ini mungkin disebabkan oleh zat yang terkandung dalam makanan seperti kontaminasi toksik (misalnya, histamin pada keracunan ikan, toksin yang disekresi oleh salmonella, shigela, dan campylobacter), zat farmakologik yang terkandung dalam makanan (misalnya, kafein pada kopi, tiramin pada keju) atau karena kelainan pada pejamu sendiri, seperti gangguan metabolisme (misalnya, defisiensi laktase) maupun suatu respons idiosinkrasi pada pejamu.

Mekanisme pertahanan saluran cerna dalam reaksi alergi

Fungsi utama saluran cerna ialah memproses makanan yang dicerna menjadi bentuk yang dapat di serap dan digunakan untuk energi dan pertumbuhan sel. Selama proses ini, mekanisme imunologik dan non imunologik berperan dalam pencegahan masuknya antigen asing (bakteri, virus, parasit, protein makanan) kedalam tubuh melalui saluran gastro intestinal.

1. Mekanisme Imunologik

Pencegahan penetrasi antigen yang ditelan :

IgA sekretorik spesifik dalam lumen usus Eliminasi antigen yang lolos masuk kedalam tubuh melalui saluran gastro intestinal

IgA dan IgG spesifik serum Sistim retikulo endotelial

2. Mekanisme non Imunologik/fisiologik

Pemecahan antigen yang ditelan

Asam lambung dan pepsin Enzim intestinal Aktifitas lisosom sel epitel usus

Page 3: Alergi Makanan Pada Anak

Pencegahan penetrasi antigen yang ditelan :

Lapisan mukus intestinal Komposisi membran mikrovilus intestinal Peristaltik usus

Imaturitas mekanisme pertahanan saluran cerna dapat menerangkan mengapa alergi makanan mudah terjadi pada pemberian makanan dengan alergenitas yang tinggi pada bayi usia dini.

Beberapa jenis makanan yang dapat menimbulkan alergi makanan pada anak

Beberapa jenis makanan yang dapat menimbulkan alergi pada anak dapat digolongkan menurut kekerapannya sebagai berikut:

1. Golongan makanan yang paling sering menimbulkan alergi.

Makanan yang termasuk golongan ini antara lain susu sapi/kambing, telur, kacang-kacangan, ikan laut, kedelai serta gandum.

Protein susu sapi merupakan protein asing yang pertama kali dikenal oleh bayi. Susu sapi mengandung sedikitnya 20 komponen protein yang dapat merangsang pembentukan antibodi pada manusia. Fraksi protein susu sapi terdiri dari protein casein dan whey. Beberapa protein whey dapat di denaturasi dengan pemanasan yang ekstensif. Akan tetapi pada tindakan pasteurisasi rutin, tidak cukup untuk menimbulkan denaturasi protein ini dan bahkan dapat sifat alergenitas beberapa jenis protein susu sapi seperti beta lacto globulin. Gejala awal yang timbul biasanya gejala pada saluran cerna seperti diare dan muntah. Protein susu sapi dapat menimbulkan alergi baik dalam bentuk susu murni atau bentuk lain seperti es krim, keju dan kue . Anak yang mempunya alergi terhadap susu sapi tidak selalu alergi terhadap daging sapi atau bulu sapi.

Telur ayam juga merupakan alergen yang penting pada anak terutama anak yang menderita dermatitis atopik. Kuning telur dianggap kurang alergenik dari pada putih telur. Putih telur mengandung sekitar 23 glikoprotein dan yang merupakan alergen utama adalah ovalbumin, ovomucoid, dan ovotransferrin. Anak yang mempunyai alergi terhadap telur ini belum tentu mempunyai alergi terhadap daging ayam maupun bulu ayam, akan tetapi dapat timbul reaksi alergi bila diberikan vaksin yang ditanam pada kuning telur seperti misalnya vaksin campak. Antibodi IgE spesifik terhadap putih telur ayam dibuktikan juga mempunyai reaksi silang dengan protein telur jenis unggas yang lain. Kacang-kacangan seperti kacang tanah, kacang mede dan sejenisnya dapat menyebabkan reaksi akan tetapi biasanya bersifat ringan.

Gejalanya biasanya berupa gatal gatal ditenggorokan. Walaupun demikian, di Amerika Serikat alergi terhadap kacang dilaporkan sebagai penyebab kematian tersering karena reaksi anafilaksis. Protein kacang kacangan terdiri dari albumin (yang larut dalam air) dan globulin (yang tidak larut dalam air) yang terdiri dari fraksi arachin dan conarachin.

Page 4: Alergi Makanan Pada Anak

Ikan merupakan alergen yang kuat terutama ikan laut. Bentuk reaksi alergi yang sering berupa urtikaria, atau asma. Pada anak yang sangat sensitif, dengan hanya mencium bau ikan yang sedang dimasak dapat juga menimbulkan sesak nafas atau bersin. Jenis hidangan laut lain (sea food) yang sering menimbulkan alergi adalah udang kecil, udang besar (lobster) serta kepiting, gejala yang sering timbul adalah urtikaria serta angioedema. Alergi terhadap ikan laut. Dengan proses pemasakan (pemanasan) sebagian besar dapat menghancurkan alergen utama yang ada dalam hidangan laut ini.

Kacang kedele dilaporkan banyak menimbulkan reaksi hipersensitivitas pada bayi dan anak, walaupun belum banyak ditemukan di Indonesia. Karena harganya murah, kacang kedele ini banyak dikonsumsi. Kurang lebih 10% protein yang terkandung adalah albumin yang larut dalam air, dan sisanya adalah globulin yang larut dalam garam. Sifat alergenitas kacang kedele akan berkurang pada pemanasan. Kacang kedele ini banyak digunakan sebagai bahan pengganti susu sapi pada penderita alergi susu sapi.

Gandum biasanya dapat menimbulkan reaksi alergi dalam bentuk tepung bila dihirup (baker΄s asthma). Bila dimakan, tidak selalu menimbulkan alergi karena gandum dicernakan oleh enzim pencernaan di lambung.

2. Golongan Makanan Yang Relatif Jarang Menimbulkan Alergi.

Makanan yang termasuk golongan ini antara lain daging ayam, daging babi, daging sapi, kentang, coklat, jagung (nasi), jeruk serta bahan bahan aditif makanan. Reaksi terhadap buah buahan seperti jeruk, tomat, apel relatif sering dilaporkan, tetapi sebagian besar melalui timbul pada usia 15 bulan, dengan gejala yang berlangsung agak lama. Gejala alergi terhadap buah buahan ini umumnya berupa gatal gatal di mulut. Jeruk sering dapat menyebabkan gatal serta kemerahan pada kulit bayi.

Sifat alergenitas buah dan sayur dapat berkurang bila disimpan dalam freezer selama 2 minggu atau dimasak selama 2 menit.Sampai sekarang belum ada data yang menunjukkan bahwa reaksi terhadap buah buahan ini murni karena alergi yang diperani oleh IgE.

3. Bahan aditif pada makanan

Selain golongan makanan yang telah disebutkan di atas, beberapa jenis bahan yang ditambahkan pada makanan juga dapat menimbulkan reaksi alergi sehingga sering salah duga dengan bahan makanan aslinya sebagai penyebab alergi. Bahan aditif dapat berupa bahan alami seperti bumbu atau dapat juga berupa bahan sintetis misalnya bahan pengawet, pewarna serta penyedap makanan misalnya vetsin. Biasanya bahan aditif alami lebih aman dibandingkan dengan bahan sintetis. Menurut fungsinya, bahan aditif ini dapat dibagi beberapa kelompok yaitu bahan pewarna, bahan pengawet, bahan penambah rasa serta bahan emulsi dan stabilisator makanan. Bahan pewarna yang sering menimbulkan reaksi alergi adalah tartrazine, bahan pengawet asam benzoat sedangkan bahan penambah rasa yang sering menimbulkan reaksi alergi adalah monosodium glutamat yang terkenal dengan gejala Chinese Restaurant syndrome.

Page 5: Alergi Makanan Pada Anak

Gejala klinis

Sebagian besar gejala alergi makanan mengenai saluran cerna karena saluran cerna merupakan organ yang pertama kali kontak dengan makanan. Gejala dapat berupa bengkak dan gatal di bibir sampai lidah serta orofarings. Kontak selanjutnya antara makanan/alergen dengan esofagus, lambung serta usus dapat menyebabkan gejala nyeri dan kejang perut, serta muntah sampai diare berat dengan tinja berdarah.Alergen makanan dapat melewati seluran cerna masuk ke dalam sirkulasi, selanjutnya dapat mencetuskan reaksi pada sistim organ yang lain. Manifestasi kulit seperti urtikaria akut dan angioedema sering terlihat pada alergi makanan. Hipersensitif terhadap makanan ini diperkirakan merupakan penyebab sekitar sepertiga penderita dermatitis atopik.

Asma dan rinitis juga dapat disebabkan oleh reaksi alergi terhadap makanan, terutama pada masa bayi dan anak usia muda.

Reaksi anafilaksis sistemik terhadap makanan yang umumnya melalui reaksi hipersensitifitas tipe 1 kadang kadang dapat membahayakan jiwa. Biasanya gejala timbul satu jam setelah makan alergen, dimulai dengan gejala flushing, urtikaria dan angioedema kemudian dilanjutkan dengan gejala nyeri perut, diare, bronkospasm, hipotensi dan syok.

Diagnosis

Seperti juga pada sebagian besar penyakit lain, diagnosis alergi makanan dimulai dengan riwayat penyakit dan pemeriksaan fisik yang teliti kemudian dilanjutkan dengan pemeriksaan laboratorium seperti yang tertera di bawah ini.

Riwayat penyakit Catatan harian diet Uji eliminasi dan provokasi Uji kulit IgE spesifik dengan RAST (Radio Allergy Sorbent Test) Basofil Histamin Release Assay (BHR) Intestinal Mast Cell Histamine Release (IMCHR) Provokasi intra gastral melalui endoskopi Double Blind-Blood Placebo Controlled Food Challenge (DBPCFE) Biopsi usus setelah eliminasi alergen dan pemberian makanan

Yang paling sering dikerjakan adalah pemeriksaan no. 1 sampai 5.Uji eliminasi dan provokasi dilakukan terhadap makanan tersangka yang didapat dari anamnesis, catatan harian diet penderita, uji kulit serta pemeriksaan IgE spesifik dengan RAST positif pemeriksaan ini ialah:

Seperti uji kulit , penderita harus bebas obat anti alergi/anti histamin minimal 3 hari

Semua makanan tersangka dihindari selama 2 minggu.

Page 6: Alergi Makanan Pada Anak

Dilakukan pencatatan pasien apakah gejala menghilang atau berkurang.

Bila gejala menghilang atau berkurang dilanjutkan dengan memberikan makanan tersangka satu persatu dengan jumlah paling sedikit 7 hari atau 2 jenis makanan yang berbeda dan dicatat gejala yang timbul.

Beberapa keadaan dapat menyulitkan diagnosis alergi makanan, misalnya adanya reaktivitas silang antara satu makanan dengan makanan yang lain. Walaupun tiap jenis makanan mempunyai protein yang berbeda, kadang kadang mempunyai epitop yang sama sehingga timbul reaktivitas silang, misalnya kacang tanah dengan kacang kedele.

Kadang kadang timbulnya reaksi alergi bukan terhadap bahan makanan yang bersangkutan, akan tetapi reaksi terhadap zat aditif atau zat lain yang terkandung dalam makanan tersebut. Misalnya seorang anak yang timbul gejala alergi setelah minum susu sapi, setelah diteliti ternyata susu tersebut mengandung penisilin (trace) yang diberikan pada sapi yang bersangkutan. Bila diagnosis alergi makanan ini meragukan, uji provokasi makanan dapat diulang.

Pengobatan dan pencegahan alergi makanan

Pengobatan yang paling penting pada alergi makanan ialah eliminasi terhadap makanan yang bersifat alergen. Terapi eliminasi ini seperti umumnya pengobatan lain mempunyai efek samping. Eliminasi yang ketat pada sejumlah besar jenis makanan, dalam jangka waktu yang lama dapat menyebabkan malnutrisi atau kesulitan makan pada anak.

Umumnya alergi makanan akan menghilang dalam jangka waktu tertentu kecuali alergi terhadap kacang tanah dan sejenisnya serta hidangan laut. Dilaporkan bahwa anak yang menderita alergi makanan akan mengalami perbaikan dengan kehilangan reaktivitas terhadap makanan sekitar 25%, sedangkan pada usia dewasa akan mengalami perbaikan dengan kehilangan reaktivitas terhadap makanan selamanya. Dengan terapi diet yang ketat terhadap makanan alergen dalam beberapa tahun, alergi makanan dapat saja menghilang, akan tetapi bukan tidak mungkin akan timbul masalah malnutrisi atau gangguan makan yang lain. Oleh karena itu di upayakan untuk memberi makanan pengganti yang tepat.

Beberapa terhadap makanan seperti antihistamin, H1 dan H2, ketotifen, kortikosteroid serta inhibitor sistetase prostaglandin. Secara keseluruhan, pemberian obat obat ini dapat mengendalikan gejala, akan tetapi umumnya mempunyai efisiensi yang rendah. Penggunaan natrium kromoglikat peroral banyak diteliti, tetapi hasilnya masih bertentangan. Pemberian imunoterapi pada alergi makanan belum jelas hasilnya. Sampai sekarang belum ada studi yang memadai untuk membuktikan hasil imunoterapi pada alergi makanan.

Secara umum, ada 3 tahap pencegahan terjadinya penyakit alergi yaitu pencegahan primer (sebelum terjadi sensitisasi), pencegahan sekunder (sudah terjadi sensitisasi tetapi belum terjadi penyakit alergi) serta pencegahan tersier (sudah terjadi penyakit alergi misalnya dermatitis, tetapi belum terjadi penyakit alergi lain misalnya asma). Pencegahan primer dilakukan dengan diet penghindaran makanan hiperalergenik sejak trimester kehamilan. Sayangnya pada pencegahan primer ini belum ada cara yang tepat untuk menilai keberhasilannya. Pencegahan sekunder

Page 7: Alergi Makanan Pada Anak

dilakukan dengan penentuan dan penghindaran jenis makanan yang menyebabkan penyakit alergi. Pencegahan tersier biasanya ditambah dengan penggunaan obat seperti misalnya pemberian setirizin pada dermatitis atopik untuk mencegah terjadinya asma di kemudian hari.

Pemberian ASI ekslusif dilaporkan, dapat mencegah penyakit atopik serta alergi makanan. Akan tetapi para ahli alergi masih memperdebatkan efektifitasnya. Walaupun demikian sebagian besar peneliti berpendapat bahwa dengan melakukan penghindaran makanan alergen pada ibu hamil dan menyusui serta pada bayi usia dini dengan resiko tinggi terjadinya penyakit atopik, ternyata dapat bermanfaat mencegah terjadinya alergi makanan/penyakit atopik dikemudian hari. Pendekatan moderen secara nutrisi misalnya dengan pemberian fraksi peptida dari protein spesifik yang ditoleransi usus misalnya pemberian formula susu hipoalergenik atau penggunaan komponen spesifik makanan sehari-hari seperti asam lemak dan antioksidan untuk mencegah terjadinya sensitisasi pada anak yang mempunyai risiko alergi. Pemberian probiotik dapat diberikan sebagai imunomodulator untuk merangsang sel limfosit Th1 pada anak yang mempunyai bakat alergi.

Kesimpulan

Alergi makanan merupakan penyebab tersering penyakit alergi pada anak usia dini. Alergi makanan mempunyai aspek yang penting pada tumbuh kembang anak terutama dalam penatalaksanaan diet penghindaran makanan alergen yang mungkin diperlukan untuk tumbuh kembangnya. Pada dasarnya semua makanan mempunyai potensi untuk menimbulkan alergi tetapi mempunyai derajat alergenitas yang berbeda. Umumnya sebagian besar penderita alergi makanan akan kehilangan reaktivitas terhadap beberapa jenis makanan sejalan bertambahnya usia. Berbagai cara diusahakan untuk mencegah serta mengobatai alergi makanan, diantaranya adalah dengan penghindaran makanan hiperalergenik sejak trimester kehamilan, pendekatan nutrisi misalnya dengan pemberian fraksi peptida yang dapat ditoleransi usus atau dengan pemberian probiotik untuk mencegah atau menekan reaksi inflamasi.

ALERGI MAKANAN DAN AUTISME

 

Dr Widodo Judarwanto SpA

Children Allergy Center, Rumah Sakit Bunda Jakarta

 

1. Pendahuluan

Beberapa laporan ilmiah baik di dalam negeri atau luar negeri menunjukkan bahwa angka kejadian alergi terus meningkat tajam beberapa tahun terahkir. Tampaknya alergi merupakan kasus yang cukup mendominasi kunjungan penderita di klinik rawat jalan Pelayanan Kesehatan Anak. Alergi pada anak dapat menyerang semua organ tanpa terkecuali mulai dari ujung rambut sampai ujung kaki dengan berbagai bahaya dan komplikasi

Page 8: Alergi Makanan Pada Anak

yang mungkin bisa terjadi. Terakhir terungkap bahwa alergi ternyata bisa mengganggu fungsi otak, sehingga sangat mengganggu perkembangan anak Belakangan terungkap bahwa alergi menimbulkan komplikasi yang cukup berbahaya, karena alergi dapat mengganggu semua organ atau sistem tubuh kita termasuk gangguan fungsi otak. Gangguan fungsi otak itulah maka timbul ganguan perkembangan dan perilaku pada anak seperti gangguan konsentrasi, gangguan emosi, keterlambatan bicara, gangguan konsentrasi hingga autism. Autism dan berbagai spektrum gejalannya adalah gangguan perilaku anak yang paling banyak diperhatikan dan kasusnya ada kecenderungan meningkat dalam waktu terakhir ini. Autism diyakini beberapa peneliti sebagai kelainan anatomis pada otak secara genetik. Terdapat beberapa hal yang dapat memicu timbulnya autism tersebut, termasuk pengaruh makanan atau alergi makanan.  

2.ALERGI MAKANAN

Alergi makanan adalah suatu kumpulan gejala yang mengenai banyak organ dan system tubuh yang ditimbulkan oleh alergi terhadap makanan. Dalam beberapa kepustakaan alergi makanan dipakai untuk menyatakan suatu reaksi terhadap makanan yang dasarnya adalah reaksi hipersensitifitas tipe I dan hipersensitifitas terhadap makanan yang dasaranya adalah reaksi hipersensitifitas tipe III dan IV.

Tidak semua reaksi yang tidak diinginkan terhadap makanan merupakan reaksi alergi murni, tetapi banyak dokter atau masyarakat awam menggunakan istilah alergi makanan untuk semua reaksi yang tidak diinginkan dari makanan, baik yang imunologik atau non imunologik. Batasan lebih jelas dibuat oleh American Academy of Allergy and immunology,The National Institute of Allergy and infections disease yaitu

        Reaksi simpang makanan (Adverse food reactions)

Istilah umum untuk reaksi yang tidak diinginkan terhadap makanan yang ditelan. Reaksi ini dapat merupakan reaksi sekunder terhadap alergi makanan (hipersensitifitas) atau intoleransi makanan.

        Allergy makanan (Food Allergy)

Alergi makanan adalah reaksi imunologik yang menyimpang. Sebagian besar reaksi ini melalui reaksi hipersensitifitas tipe 1.

        Intoleransi Makanan (Food intolerance)

Intoleransi makanan adalah reaksi makanan nonimunologik dan merupakan sebagian besar penyebab reaksi yang tidak diinginkan terhadap makanan. Reaksi ini dapat disebabkan oleh zat yang terkandung dalam makanan karena kontaminasi toksik (misalnya toksin yang disekresi oleh Salmonella, Campylobacter dan Shigella, histamine pada keracunan ikan), zat farmakologik yang terkandung dalam makanan misalnya tiramin pada keju, kafein pada kopi atau

Page 9: Alergi Makanan Pada Anak

kelainan pada pejamu sendiri seperti defisiensi lactase, maltase atau respon idiosinkrasi pada pejamu

Tanda dan gejala alergi makanan Keluhan alergi sering sangat misterius, sering berulang, berubah-ubah datang dan pergi tidak menentu. Kadang minggu ini sakit tenggorokan, minggu berikutnya sakit kepala, pekan depannya diare selanjutrnya sulit makan hingga berminggu-minggu.  Bagaimana keluhan  yang berubah-ubah dan misterius itu terjadi. Ahli alergi modern berpendapat serangan alergi atas dasar target organ (organ sasaran).

Reaksi alergi merupakan manifestasi klinis yang disebabkan karena proses alergi pada seseorang anak yang dapat menggganggu semua sistem tubuh dan organ tubuh anak.. Organ tubuh atau sistem tubuh tertentu mengalami gangguan atau serangan lebih banyak dari organ yang lain. Mengapa berbeda, hingga saat ini masih belum banyak terungkap. Gejala tergantung dari organ atau sistem tubuh , bisa terpengaruh bisa melemah. Jika organ sasarannya paru bisa menimbulkan batuk atau sesak, bila pada kulit terjadi dermatitis atopik. Tak terkecuali otakpun dapat terganggu oleh reaksi alergi. Apalagi organ terpeka pada manusia adalah otak. Sehingga dapat dibayangkan banyaknya gangguan yang bisa  terjadi. 

Tabel 1. MANIFESTASI ALERGI PADA BAYI BARU LAHIR HINGGA 1 TAHUN

  ORGAN/SISTEM TUBUH GEJALA DAN TANDA

1 Sistem Pernapasan Bayi lahir dengan sesak (Transient Tachipneu Of The newborn), cold-like respiratory congestion (napas berbunyi/grok-grok).

2 Sistem Pencernaan sering rewel/colic malam hari, hiccups (cegukan), sering “ngeden”, sering mulet, meteorismus, muntah, sering flatus, berak berwarna hitam atau hijau, berak timbul warna darah. Lidah sering berwarna putih. Hernia umbilikalis, scrotalis atau inguinalis.

3 Telinga Hidung Tenggorok Sering bersin, Hidung berbunyi, kotoran hidung berlebihan. Cairan telinga berlebihan. Tangan sering menggaruk atau memegang telinga.

3 Sistem Pembuluh Darah dan jantung

Palpitasi, flushing (muka ke merahan), nyeri dada, colaps, pingsan, tekanan darah rendah

4 Kulit Erthema toksikum. Dermatitis atopik, diapers dermatitis. urticaria, insect bite, berkeringat berlebihan.

5 Sistem Saluran Kemih Sering kencing, nyeri kencing, bed wetting (ngompol) Frequent, urgent or painful urination; inability to control bladder; bedwetting; vaginal discharge; itching, swelling, redness or pain in genitals; painful intercourse.

6 Sistem Susunan Saraf Pusat

Sensitif, sering kaget dengan rangsangan suara/cahaya, gemetar, bahkan hingga kejang.

7 Mata Mata berair, mata gatal, kotoran mata berlebihan, bintil pada mata, conjungtivitis vernalis.

 

Page 10: Alergi Makanan Pada Anak

Tabel 2. MANIFESTASI ALERGI PADA ANAK USIA LEBIH 1 TAHUN

  ORGAN/SISTEM TUBUH GEJALA DAN TANDA

1 Sistem Pernapasan Batuk, pilek, bersin, mimisan, hidung buntu, sesak(astma), sering menggerak-gerakkan /mengusap-usap hidung

2 Sistem Pencernaan

 

 

Nyeri perut, sering buang air besar (>3 kali/perhari), gangguan buang air besar (kotoran keras, berak, tidak setiap hari, berak di celana, berak berwarna hitam atau hijau, berak ngeden), kembung, muntah, sulit berak, sering flatus, sariawan, mulut berbau.

3 Telinga Hidung Tenggorok Hidung : Hidung buntu, bersin, hidung gatal, pilek, post nasal drip, epitaksis, salam alergi, rabbit nose, nasal creases Tenggorok : tenggorokan nyeri/kering/gatal, palatum gatal, suara parau/serak, batuk pendek (berdehem), Telinga : telinga terasa penuh/ bergemuruh/berdenging, telinga bagian dalam gatal, nyeri telinga dengan gendang telinga kemerahan atau normal, gangguan pendengaran hilang timbul, terdengar suara lebih keras, akumulasi cairan di telinga tengah, pusing, gangguan keseimbangan.

3 Sistem Pembuluh Darah dan jantung

Palpitasi, flushing (muka ke merahan), nyeri dada, colaps, pingsan, tekanan darah rendah,

4 Kulit Sering gatal, dermatitis, urticaria, bengkak di bibir, lebam biru kehitaman, bekas hitam seperti digigit nyamuk, berkeringat berlebihan.

5 Sistem Saluran Kemih dan kelamin

Nyeri, urgent atau sering kencing, nyeri kencing, bed wetting (ngompol); tidak mampu mengintrol kandung kemih; mengeluarkan cairan di vagina; gatal, bengkak atau nyeri pada alat kelamin. Sering timbul infeksi saluran kencing

6 Sistem Susunan Saraf Pusat

NEUROANATOMIS :Sering sakit kepala, migrain, kejang gangguan tidur.

NEUROANATOMIS FISIOLOGIS: Gangguan perilaku : emosi berlebihan, agresif, impulsive, overaktif, gangguan belajar, gangguan konsentrasi, gangguan koordinasi, hiperaktif hingga autisme.

6 Jaringan otot dan tulang Nyeri tulang, nyeri otot, bengkak di leher

7 Mata Mata berair, mata gatal, sering belekan, bintil pada mata. Allergic shiner (kulit di bawah mata tampak ke hitaman).

 

 

3. HUBUNGAN AUTISME DAN ALERGI

Autisme adalah gangguan perkembangan pervasif pada anak yang ditandai dengan adanya gangguan dan keterlambatan dalam bidang kognitif,

Page 11: Alergi Makanan Pada Anak

bahasa, perilaku, komunikasi dan interaksi sosial. Autism hingga saat ini masih belum jelas penyebabnya. Dari berbagai penelitian klinis hingga saat ini masih belum terungkap dengan pasti penyebab autisme. Secara ilmiah telah dibuktikan bahwa Autisme adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh muktifaktorial dengan banyak ditemukan kelainan pada tubuh penderita. Beberapa ahli menyebutkan autisme disebabkan karena terdapat gangguan biokimia, ahli lain berpendapat bahwa autisme disebabkan oleh gangguan psikiatri/jiwa. Terdapat juga pendapat seorang ahli bahwa autisme disebabkan oleh karena kombinasi makanan yang salah atau lingkungan yang terkontaminasi zat-zat beracun yang mengakibatkan kerusakan pada usus besar yang mengakibatkan masalah dalam tingkah laku dan fisik termasuk autisme.

Tetapi beberapa penelitian menunjukkan keluhan autism dipengaruhi dan diperberat oleh banyak hal, salah satunya karena manifestasi alergi. Renzoni A dkk tahun 1995 melaporkan autism berkaitan erat dengan alergi. Menage P tahun 1992 mengemukakan bahwa didapatkan kaitan IgE dengan penderita Autism.

Obanion dkk 1987 melaporkan setelah melakukan eliminasi makanan beberapa gfejala autisme tampak membaik secara bermakna. Hal ini dapat juga dibuktikan dalam beberapa penelitian yang menunjukkan adanya perbaikan gejala pada anak autism yang menderita alergi, setelah dilakukan penanganan elimnasi diet alergi. Beberapa laporan lain mengatakan bahwa gejala autism semakin buruk bila manifestasi alergi itu timbul.

 

4. PROSES TERJADINYA PENGARUH ALERGI TERHADAP AUTISME

Hubungan alergi makanan dan Autisme dapat dijelaskan karena adanya pengaruh alergi makanan terhadap fungsi otak. Patofisiologi dan patogenesis( proses terjadinya penyakit) alergi mengganggu sistem susunan saraf pusat khususnya fungsi otak masih belum banyak terungkap. Namun ada beberapa kemungkinan mekanisme yang bisa dijelaskan, diantaranya adalah :

 

ALERGI MENGGANGGU ORGAN SASARAN

Alergi adalah suatu proses inflamasi yang tidak hanya berupa reaksi cepat dan lambat tetapi juga merupakan proses inflamasi kronis yang kompleks dipengaruhi faktor genetik, lingkungan dan pengontrol internal. Berbagai sel mast, basofil, eosinofil, limfosit dan molekul seperti IgE, mediator sitokin, kemokin merupakan komponen yang berperanan inflamasi.

Page 12: Alergi Makanan Pada Anak

Gejala klinis terjadi karena reaksi imunologik melalui pelepasan beberapa mediator tersebut dapat mengganggu organ tertentu yang disebut organ sasaran. Organ sasaran tersebut misalnya paru-paru maka manifestasi klinisnya adalah batuk atau asma bronchial, bila sasarannya kulit akan terlihat sebagai urtikaria, bila organ sasarannya saluran pencernaan maka gejalanya adalah diare dan sebagainya. Sistem Susunan Saraf Pusat atau otak juga dapat sebagai organ sasaran, apalagi otak adalah merupakan organ tubuh yang sensitif dan lemah. Sistem susunan saraf pusat adalah merupakan pusat koordinasi tubuh dan fungsi luhur. Maka bisa dibayangkan kalau otak terganggu maka banyak kemungkinan manifestasi klinik ditimbulkannya termasuk gangguan perilaku pada anak. Apalagi pada alergi sering terjadi proses inflamasi kronis yang kompleks.

 

TEORI ABDOMINAL BRAIN DAN ENTERIC NERVOUS SYSTEM

Pada alergi dapat menimbulkan gangguan pencernaan baik karena kerusakan dinding saluran pencernan atau karena disfungsi sistem imun itu sendiri. Sedangkan gangguan pencernaan itu sendiri ternyata dapat mempengaruhi system susunan saraf pusat termasuk fungsi otak.

Teori gangguan pencernaan berkaitan dengan Sistem susunan saraf pusat saat ini sedang menjadi perhatian utama kaum klinisi. Penelitian secara neuropatologis dan imunoneurofisiologis banyak dilaporkan. Teori inilah juga yang menjelaskan tentang salah satu mekanisme terjadinya gangguan perilaku seperti autism melalui Intestinal Hypermeability atau dikenal dengan Leaky Gut Syndrome. Golan dan Strauss tahun 1986 melaporkan adanya Abdominal epilepsy, yaitu adanya gangguan pencernaan yang dapat mengakibatkan epilepsi.

 

KETERKAITAN HORMONAL DENGAN ALERGI

Keterkaitan hormon dengan peristiwa alergi dilaporkan oleh banyak penelitian. Sedangatan perubahan hormonal itu sendiri tentunya dapat mengakibatkan manifestasi klinik tersendiri.

Lynch JS tahun 2001 mengemukakan bahwa pengaruh hormonal juga terjadi pada penderita rhinitis alergika pada kehamilan. Sedangkan Landstra dkk tahun 2001 melaporkan terjadi perubahan penurunan secara bermakna hormone cortisol pada penderita asma bronchial saat malam hari.

Penemuan bermakna dilaporkan Kretszh dan konitzky 1998, bahwa hormon alergi mempengarugi beberapa manifestasi klinis sepereti endometriosis dan premenstrual syndrome. Beberapa laporan lainnya

Page 13: Alergi Makanan Pada Anak

menunjukkan keterkaitan alergi dengan perubahan hormonal diantaranya adalah cortisol, metabolic, progesterone dan adrenalin.

Pada penderita alergi didapatkan penurunan hormon kortisol, esterogen dan metabolik. Penurunan hormone cortisol dapat menyebabkan allergy fatigue stresse, sedangkan penurunan hormone metabolic dapat mengakibatkan perubahan berat badan yang bermakna. Hormona lain uang menurun adalah hormone esterogen.

Alergi juga dikaitkan dengan peningkatan hormone adrenalin dan progesterone. Peningkatan hormon adrenalin menimbulkan manifestasi klinis mood swing, dan kecemasan. Sedangkan penongkatan hormone progesterone mengakibatkan gangguan kulit, Pre menstrual Syndrome, Fatigue dan kerontokan rambut.

Gambar 1 . Beberapa Hormon yang berkaitan dengan alergi dan gejalanya

 

5. PENATALAKSANAAN

Penanganan alergi pada anak haruslah dilakukan secara benar, paripurna dan berkesinambungan. Pemberian obat terus menerus bukanlah jalan terbaik dalam penanganan alergi, tetapi yang paling ideal adalah menghindari penyebab yang bisa menimbulkan keluhan alergi tersebut.

Diagnosis pasti alergi makanan tidak dapat ditegakkan hanya dengan tes alergi baik tes kulit, RAST, atau pemeriksaan alergi lainnya. Pemeriksaan tersebut mempunyai keterbatasan dalam sensitifitas dan spesifitas, sehingga

Page 14: Alergi Makanan Pada Anak

validitasnya tidak terlalu baik. Jadi tidak boleh menghindari makanan penyebab alergi atas dasar tes alergi tersebut. Untuk memastikan makanan penyebab alergi harus menggunakan Provokasi makanan secara buta (Double blind placebo control food chalenge = DBPCFC) Makanan penderita dieliminasi selama 2-3 minggu dalam diet sehari-hari. Setelah 3 minggu bila keluhannya menghilang maka dilanjutkan dengan provokasi makanan yang dicurigai. Setelah itu dilakukan diet provokasi 1 bahan makanan dalam 1 minggu bila timbul gejala dicatat. Disebut sebagai penyebab alergi bila dalam 3 kali provokasi menimbulkan gejala Diagnosis pasti alergi makanan tidak dapat ditehakkan dengan tes alergi baik tes kulit, RAST, atau pemeriksaan alergi lainnya. Untuk memastikan makanan penyebab alergi harus menggunakan Provokasi makanan secara buta (Double blind placebo control food chalenge = DBPCFC) Makanan penderita dieliminasi selama 2-3 minggu dalam diet sehari-hari. Setelah 3 minggu bila keluhannya menghilang maka dilanjutkan dengan provokasi makanan yang dicurigai. Setelah itu dilakukan diet provokasi 1 bahan makanan dalam 1 minggu bila timbul gejala dicatat. Disebut sebagai penyebab alergi bila dalam 3 kali provokasi menimbulkan gejala

Penanganan khusus alergi pada anak dengan gangguan Spektrum Autisme harus melibatkan beberapa disiplin ilmu lainnya. Bila perlu dikonsultasikan pada bidang alergi anak, Neurology anak, psikiater anak, tumbuh kembang, endokrinologi anak dan gastroenterologi anak. Namun bila pendapat dari beberapa ahli tersebut bertentangan dan manifestasi alergi lainnya jelas pada anak tersebut, maka tidak ada salahnya kita lakukan penatalaksanaan alergi makanan dengan “eliminasi terbuka”. Eliminasi makanan tersebut dievaluasi setelah 3 minggu dengan memakai catatan harian. Bila gangguan perkembangan dan perilaku tersebut terdapat perbaikkan maka dapat dipastikan bahwa gangguan tersebut penyebab atau pencetusnya adalah alergi makanan.

 

6. PROGNOSIS

Alergi makanan biasanya akan membaik pada usia tertentu. Setelah usia 2 tahun biasanya imaturitas saluran cerna akan membaik. Sehingga setelah usia tersebut gangguan saluran cerna karena alergi makanan juga akan ikut berkurang. Bila gangguan saluran cerna akan membaik maka biasanya gangguan perilaku yang terjadipun akan berkurang. Selanjutnya pada usia di atas 5 atau 7 tahun alergi makananpun akan berkurang secara bertahap. Perbaikan gejala alergi makanan dengan bertambahnya usia inilah yang menggambarkan bahwa gejala Autismepun biasanya akan tampak mulai membaik sejak periode usia tersebut. Meskipun alergi makanan tertentu biasanya akan menetap sampai dewasa, seperti udang, kepiting atau kacang tanah.

7. PENUTUP

Page 15: Alergi Makanan Pada Anak

Permasalahan alergi pada anak tampaknya tidak sesederhana seperti yang diketahui. Sering berulangnya penyakit, demikian luasnya sistem tubuh yang terganggu dan bahaya komplikasi yang terjadi termasuk pengaruh ke otak. Pengaruh alergi makanan ke otak tersebut adalah sebagai salah satu faktor pemicu penyakit Autisme.

Eliminasi makanan tertentu dapat mengurangi gangguan perilaku pada penderita Autisme. Diagnosis pasti alergi makanan hanya dipastikan dengan cara eliminasi provokasi makanan. Penghindaran makanan penyebab alergi tidak dapat dilakukan hanya atas dasar hasil tes kulit alergi atau tes alergi lainnya, karena keterbatasan pemeriksaan tersebut.

Dengan melakukan deteksi dini gejala alergi dan gejala gangguan perkembangan dan perilaku maka pengaruh alergi terhadap otak dapat diminimalkan.

 http://puterakembara.org/rm/Alergi3.shtml

ALERGI MAKANAN

DEFINISI :Adalah gejala klinis yang timbul setelah makan sesuatu makanan karena reaksi badan yang abnormal terhadap makanan atau terhadap bahan tambahan dari makanan tersebut.

PATOFISIOLOGI :Ada 4 faktor yang berperan :1. Faktor mukosa saluran cerna belum dewasa, penyerapan alergen bertambah, hal ini dapat disebabkan karena :

Kekurangan IgA sekretorik Barier mukosa tidak efisien, misalnya akibat infeksi, inflamasi, perubahan pH dari lumen.

2. Faktor imunologik pembentukan IgE spesifik terhadap alergen makanan.Timbul reaksi tipe segera. Terbentuk pula IgG, IgM spesifik, dapat terjadi reaksi tipe III atau dapat terjadi reaksi tipe lambat bila sel limfosit sensitif.3. Faktor non imunologik reaksi terhadap zat toksin yang terdapat dalam makanan, reaksi terhadap bahan warna.4. Faktor genetik seseorang dengan HLA B8, DW3, cenderung mendapat alergi makanan.5. Faktor lain :

makanan padat terlalu awal pada bayi Pemberian susu buatan.

Page 16: Alergi Makanan Pada Anak

ETIOLOGI :Contoh makanan yang dapat memberikan reaksi alergi menurut prevalensinya

Ikan 15,4 %Telur 12,7 %Susu 12,2 %Kacang 5,3 %Gandum 4,7 %

Apel 4,7 %Kentang 2,6 %Coklat 2,1 %Babi 1,5 %Sapi 3,1 %

Hampir semua jenis makanan dan zat tambahan pada makanan dapat menimbulkan reaksi alergi.

GEJALA KLINIS :Pada umumnya menifestasi klinis alergi makanan terdapat di :

1. Oropharynx dan gastrointestinal yaitu : edema dan gatal, di bibir dan mukosa mulut, mual, muntah, kejang perut dan diare.

2. Kulit : urtikaria akut, angioedema, pruritus, eritema, karena peningkatan histamin plasma.3. Saluran napas : asma bronkial, rinitis biasanya menunjukkan alergi terhadap

aeroalergen/inhalan tetapi hasil penelitian terbaru menunjukkan adanya hubungan alegi makanan dengan asma bronkial, rinitis dan lain-lain, terutama pada anak. Seperti : susu, telor, coklat, kacang, ikan, udang.

4. Manifestasi vaskuler : pusing, migren dapat disebabkan oleh : keju, anggur, kerang, tomat, kopi kacang, susu, coklat, kenari, natrium sitrat atau makanan yang mengandung pressoramin yang lain.

5. Manifestasi muskuloskeletal : adanya hubungan erat antara alergi makanan dan penyakit rematik yaitu : kenari, tembakau, kacang, ekstrak makanan, natrium sitrat, bahan petrokimia, susu, tartrazine, debu rumah, dan lain-lain.

6. Manifestasi psikologik : reaksi ansietas dan skizofrenia ada hubungannya dengan susu cereal, kacang-kacangan, penyebabnya belum jelas.

DIAGNOSA :Anamnesa :

Dasar diagnosa yang terpenting adalah anamnesa yang cermat meliputi jenis makanan yang dimakan, selang waktu timbulnya gejala, jumlah makanan yang dimakan, riwayat penyakit atopi / riwayat keluarga dengan penyakitnya.

Macam makanan, pada umumnya makanan yang dimasak, kurang alergenitas dibanding dengan yang mentah, dan sering terjadi reaksi silang antara makanan sejenis.

Dicari apakah ada bahan pengawet yang dipakai dalam makanan tersebut. Gejala dapat timbul ½ - 48 jam sesudah makan.

Pemeriksaan Fisik :

Page 17: Alergi Makanan Pada Anak

Mencari tanda-tanda alergi, adanya urtikaria, asma, tanda-tanda shock anafilaktik dan gejala gastrointestinal, vsakuler, muskuloskeletal dan lain-lain.

Pemeriksaan Laboratorium :

Adanya peningkatan kadar eosinofil dan IgE spesifik dalam darah menunjukkan adanya alergi.

Tes kulit : tes gores untuk mencari alergen penyebab. Ada korelasi yang baik antara tes kulit dengan alergen makanan seperti : susu, telor, coklat, ikan, kacang, udang, dan lain-lain apabila diameter bintul +/- 3 mm.

Tes intradermal nilainya terbatas, berbahaya. Tes hemaglutinin dan antibodi presipitat tidak sensitif. Biopsi usus : sekunder dan sesudah dirangsang dengan makanan food chalenge

didapatkan inflamasi / atrofi mukosa usus, peningkatan limfosit intraepitelial dan IgM. IgE ( dengan mikroskop imunofluoresen ).

Pemeriksaan/ tes D Xylose, proktosigmoidoskopi dan biopsi usus. Diit coba buta ganda ( Double blind food chalenge ) untuk diagnosa pasti.

DIAGNOSA BANDING :

Gastrointestinal refluks, ulkus peptikum, sindrom malabsorbsi, gangguan psikologik, pankreatitis, keracunan obat ( teofilin ).

Intoleransi makanan : reaksi non imunologik yang abnormal, namun masih merupakan reaksi fisiologik.

Idiosinkrasi makanan : reaksi terhadap makanan tidak berlandaskan reaksi imunologik. Biasanya terhadap bahan pengawet atau bahan warna yang terkandung dalam makanan.

Keracunan makanan : reaksi timbul dan mengenai semua yang makan makanan tersebut, karena makanan mengandung bahan toksik atau terkontaminasi oleh bakteri yang membuat toksin.

PENATALAKSANAAN :

Diit EliminasiBerdasarkan riwayat penyakit dan tes buta ganda, harus dievaluasi sesudah beberapa lama, kalau perlu konsultasi dengan ahli diit.Setelah diit selama 6 bulan dapat dirangsang dengan makanan diit coba ( chalenge ) lagi.Makanan yang boleh dimakan : nasi, pepaya, kambing, ayam, daging sapi, wortel, sayur, ubi, singkong, jagung, minyak, garam, gula, madu, dan cuka.Makanan yang tidak boleh dimakan : semua makanan yang dicurigai dapat menyebabkan reaksi alergi : merica, bumbu-bumbu dapur, kopi, teh, permen, udang, ikan laut, telor, coklat, dan sebagainya.

Page 18: Alergi Makanan Pada Anak

Obat-obatanAntihistamin dapat dipakai Chlortrimetan 2 – 4 mg/ hari atau antihistamin lain, obat-obatan golongan adrenergik/ epinephrin 1/1000 0,3 cc/subkutan : bila timbul reaksi anafilaktik. Dapat diberi Kortikosteroid, Prednison 5 mg 3 x 1 – 2 tablet/hari, kemudian dosis diturunkan.