akuntansi pertanggungjawaban

download akuntansi pertanggungjawaban

of 13

description

TENTANG AKUNTANSI PERTANGGUNG JAWABAN, METODE TRANSFER PRICING

Transcript of akuntansi pertanggungjawaban

1. Desentralisasi Dan Pusat PertanggungjawabanSistem akantansi pertanggungjawaban (responsibility accounting system) adalah sistem yang mengukur berbagai hasil yang dicapai setiap pusat pertanggungjawaban menurut informasi yang dibutuhkan para manajer untuk mengoperasikan pusat pertanggungjawaban mereka, Idealnya, sistem akuntansi pertanggungjawaban mencerminkan dan mendukung struktur dari sebuah organisasi. Perusahaan yang memiliki beberapa pusat pertanggungjawaban biasanya memilih salah satu dari dua pendekatan pengambilan keputusan untuk mengelok kegiatan mereka yang rumit dan beragam; tersentralisasi atau ierdesentralisasi. Pada pengambilan keputusan tersentralisasi (centralizeddecision making) berbagai keputusan dibuat pada terikat manajemen puncak dan manajer pada jenjang yang lebih baik bertanggungjawab atas pengimplementasian keputusan-keputusan tersebut. Di lain pihak, keputusan terdesentralisasi (decentralized decision making) memperkenankan manajer pada jenjang yang lebih rendah. untuk membuat dari mengimplemeritasikan keputusan-keputusan penting yang berkaitan dengan wilayah pertanggungjawaban mereka. Desentralisasi adalah praktik pendelegasian wewenang pengambilan keputusan kepada jenjang yang lebih rendah. 1.1 Alasan-alasan untuk melakukan desentralisasi

Perusahaan memutuskan untuk melakukan desentralisasi karena berbagai alasan di antaranya kemudahan mengumpulkan dan menggunakan informasi lokal, memfokuskan manajemen pusat, melatih dan memotivasi para manajer segemen, meningkatkan daya saing, serta membuka segmen-segmen ke berbagai kekuatan pasar.1.2 Mengumpulkan dan menggunakan informasi lokal

Kualitas dari berbagai keputusan dipengaruhi oleh kualitas informasi yang tersedia. Manajemen pusat mungkin tidak memahami kondisi lokal. Akan tetapi, para manajer tingkat rendah yang berhubungan dengan kondisi operasional langsung (seperti kekuatan dan sifat persaingan lokal, sifat tenaga kerja lokal, dan seterusnya) memiliki akses terhadap informasi ini. Akibatnya, mareka sering berada dalam suatu posisi yang lebih baik untuk membuat keputusan lokal. 1.3 Memfokuskan manajemen pusat

Dengan mendesentralisasikan keputusan-keputusan operasional, manajemen pusat bebas menangani perencanaan dan pengambilan keputusan strategis. Keberlangsungan jangka panjang dari perusahaan harus lebih penting bagi manajemen pusat dariapda operasional sehari-hari.1.4 Melatih dan Memotivasi Para Manajer Organisasi selalu membutuhkan manajer yang terlatih untuk menggantikan posisi manajer jenjang lebih tinggi yang keluar untuk mengambil keuntungan dari peluang yang lain. Manajer-manajer yang menghasilkan keputusan terbaik adalah manajer yang bisa dipromosikan.1.5 Meningkatkan Daya Saing Pada perusahaan yang sangat tersentralisasi, margin laba secara keseluruhan mampu menutupi ketidakefisienan yang terjadi di berbagai divisinya. Perusahaan-perusahaan besar sekarang menemukan bahwa mereka tidak mampu mempertahankan suatu divisi yang tidak berdaya saing. Salah satu cara terbaik untuk meningkat kinerja sebuah divisi atau pabrik adalah memperkenalkannya lebih jauh pada kekuatan-kekuatan pasar. 1.6 Divisi-divisi dalam perusahaan yang terdensetralisasi

Desentralisasi biasanya diwujudkan melalui pembentukan unit-unit yang disebut divisi. Satu cara pembagian divisi adalah berdasarkan jenis barang atau jasa yang diproduksi. Dalam latar desentralisasi, biasanya terdapat beberapa saling kebergantungan. Jika tidak, suatu perusahaan hanya akan menyerupai kumpulan entitas yang terpisah secara total. Cara untuk membedakan divisi adalah berdasarkan jenis pertanggungjawaban yang diberikan kepada manajer divisi. Saat perusahaan tumbuh, manajemen puncak biasanya menciptakan berbagai area pertanggungjawaban yang dikenal sebagai pusat pertanggungjawaban dan menugaskan manajer di bawahnya untuk menangani wilayah tersebut. Pusat pertanggungjawaban (responsibility center) merupakan suatu segmen bisnis yang manajernya bertanggung jawab terhadap serangkaian kegiatan-kegiatan tertentu. Hasil-hasil dari setiap pusat pertanggungjawaban bisa diukur berdasarkan informasi yang dibutuhkan manajer untuk mengoperasikan pusat pertanggungjawaban mereka. Berikut jenis utama pusat pertanggungjawaban. Pusat biaya (cost center) manajernya bertanggung jawab hanya terhadap biaya. Pusat pendapatan (revenue center)-manajernya bertanggung jawab hanya terhadap penjualan. Pusat laba (profit center)-manajernya bertanggung jawab terhadap penjualan dan biaya. Pusat investasi (investment center)-manajernya bertanggung jawab terhadap penjualan, biaya, dan investasi modal.Cara pusat-pusat pertanggungjawaban dibebankan mencerminkan situasi aktual dan jenis informasi yang tersedia bagi manajer. Informasi adalah kunci bagi para manajer yang bertanggung jawab pada hasil-hasilnya. Pengorganisasian divisi-divisi sebagai pusat pertanggungjawaban menciptakan peluang untuk mengendalikan divisi-divisi melalui penggunaan akuntansi pertanggungjawaban. Pengendalian pusat pendapatan dicapai dengan mengevaluasi efisiensi dan efektivitas dari manajer-manajer divisi berdasarkan pendapatan dari penjualan.2. Pengukuran Kinerja Pusat Investasi dengan 2.1 Menggunakan Laporan Laba-Rugi Variabel dan Absorpsi

Pusat laba dinilai berdasarkan laporan laba-rugi. Akan tetapi, laporan laba-rugi perusahaan secara keseluruhan tidak terlalu berguna untuk tujuan ini. Oleh sebab itu, mengembangkan laporan laba-rugi segmen untuk setiap pusat laba adalah suatu hal yang penting. Dua metode penghitungan laba yang telah dikembangkan, yaitu satu berdasarkan perhitungan biaya variabel dan yang lainnya berdasarkan perhitungan biaya penuh atau absorpsi. Keduanya merupakan metode penghitungan biaya karena berkaitan dengan cara menentukan biaya produk. Ingat kembali bahwa biaya produk diinventarisasikan mencakup di dalamnya bahan baku langsung, tenaga kerja langsung, dan overhead. Biaya periode, seperti beban penjualan dan administrasi, dibebankan saat biaya itu dikeluarkan. Perbedaan antara perhitungan biaya variabel dan absorpsi bergantung pada perlakuan terhadap satu biaya tertentu, yaitu overhead tetap memberikan informasi biaya yang penting untuk pengambilan keputusan dan pengendalian. Informasi seperti ini tidak dapat diperoleh dari perhitungan biaya absorpsi. Untuk tujuan internal, perhitungan biaya variabel merupakan alat manajerial yang bermanfaat.2.2 Laporan Laba Rugi dengan Menggunakan Biaya Variabel dan AbsorpsiKarena biaya produk per unit merupakan dasar bagi penghitungan harga pokok penjualan, metode perhitungan biaya variabel dan absorpsi dapat mengakibatkan angka laba bersih yang berbeda. Perbedaan tersebut terjadi karena jumlah overhead tetap yang diakui sebagai beban pada kedua metode. 2.3 Hubungan antara Produksi, dan Laba

Hubungan antara laba menurut perhitungan biaya variabel dan laba menurut perhitungan biaya absorpsi berubah ketika hubungan antara produksi dan penjualan berubah. Jika barang yang terjual lebih banyak dari yang diproduksi, maka laba menurut perhitungan biaya variabel akan lebih tinggi dari laba menurut perhitungan biaya absorpsi. Menurut perhitungan biaya absorpsi, unit-unit yang keluar dari persediaan mengandung overhead tetap dari periode sebelumnya. Selain itu, unit-unit yang diproduksi dan dijual telah mengandung seluruh overhead tetap periode berjalan. Dengan demikian, jumlah beban overhead tetap menurut perhitungan biaya absorpsi lebih besar dari overhead tetap periode berjalan, yaitu sebesar jumlah overhead tetap yang keluar dari persediaan. Oleh karena itu, laba menurut perhitungan biaya variabel lebih tinggi dari laba menurut perhitungan biaya absorpsi sebesar jumlah overhead tetap yang mengalir keluar dari persediaan awal.Jika jumlah produksi dan penjualan sama, maka tidak ada perbedaan pada laba yang dilaporkan. Karena unit-unit yang diproduksi terjual seluruhnya, perhitungan biaya absorpsi seperti juga perhitungan biaya variabel akan mengakui total overhead tetap periode tersebut sebagai beban. Tidak ada overhead tetap yang masuk atau keluar dari persediaan.Perubahan dalam overhead tetap dalam persediaan adalah tepat sama dengan selisih di antara kedua laba. Perubahan ini dapat dihitung melalui perkalian tarif overhead tetap dengan perubahan total unit persediaan awal dan akhir (yang merupakan selisih antara produksi dan penjualan). Selisih antara laba operasi menurut perhitungan biaya absorpsi dan laba bersih menurut perhitungan biaya variabel dapat dinyatakan sebagai berikut.Laba menurut

Laba menurut perhitungan - perhitungan = Tarif overhead x Unit diproduksibiaya absorpsi biaya variabel tetap - Unit terjual)2.4 Perlakuan Overhead Tetap pada Perhitungan Biaya AbsorpsiPerbedaan antara perhitungan biaya absorpsi dan variabel terletak pada pengakuan beban yang berhubungan dengan overhead tetap. Menurut perhitungan biaya absorpsi, overhead tetap harus dibebankan pada unit yang diproduksi. Hal ini menciptakan dua masalah yang belum kita bahas secara eksplisit. Pertama, bagaimana kita mengonversi overhead pabrik yang dibebankan berdasarkan jam tenaga kerja langsung atau jam mesin terhadap overhead pabrik yang ditetapkan untuk unit-unit yang diproduksi? Kedua, apa yang dilakukan jika overhead pabrik yang aktual tidak sama dengan overhead pabrik yang dibebankan?Masalah pertama dapat diatasi dengan relatif mudah. Misalkan, overhead pabrik ditetapkan atas dasar jam tenaga kerja langsung. Solusi untuk masalah kedua membutuhkan pemikiran yang lebih dalam. Pertama, kita harus menghitung overhead tetap yang ditetapkan dan membebankannya pada. unit yang diproduksi. Selanjutnya, total overhead yang ditetapkan dibandingkan dengan overhead tetap aktual. Jika kelebihan atau kekurangan overhead yang ditetapkan tidak material, maka akan ditutup dalam Harga Pokok Penjualan. Setiap unit yang masuk dalam persediaan akhir mengandung overhead tetap yang ditetapkan. Overhead variabel (yang juga dapat ditetapkan terlalu tinggi atau terlalu rendah) diperlakukan dengan cara yang sama. Jika jumlah yang ditetapkan terlalu tinggi atau terlalu rendah itu material, maka dialokasikan di antara Barang dalam Proses, Barang Jadi, dan Harga Pokok Penjualan. 2.5 Mengevaluasi Manajer Pusat Laba Evaluasi terhadap para manajer sering dikaitkan dengan profitabilitas unit-unit yang berada dalam kendali mereka. Bagaimana laba berubah dari satu periode ke periode berikutnya dan bagaimana laba aktual dibandingkan dengan laba yang direncanakan sering digunakan sebagai petunjuk terhadap kemampuan manajerial. Akan tetapi, laba harus mencerminkan usaha manajerial agar dapat menjadi petunjuk bermakna. Secara umum, jika kinerja laba diharapkan untuk mencerminkan kinerja manajerial, maka manajer berhak mengharapkan berlakunya hal-hal berikut ini.a. Ketika pendapatan penjualan meningkat dari satu periode ke periode berikutnya, sementara faktor-faktor lainnya tetap, maka laba akan meningkat.b. Ketika pendapatan penjualan menurun dari satu periode ke periode berikutnya, sementara faktor-faktor lainnya tetap, maka laba akan menurun.c. Ketika pendapatan penjualan tidak berubah dari satu periode ke periode berikutnya, sementara faktor-faktor lainnya tetap, maka laba akan tetap tidak berubah.3. Laporan Laba Rugi Segmen dengan Menggunakan 3.1 Perhitungan Biaya VariabelPerhitungan biaya variabel berguna dalam menyiapkan laporan laba rugi segmen karena perhitungan ini menyediakan informasi penting mengenai beban variabel dan tetap. Sebuah segmen adalah subunit dari suatu perusahaan yang cukup penting dalam pembuatan laporan kinerja. Segmen bisa berupa divisi, departemen, lini produk, kelompok pelanggan, dan Iain-lain. Akan tetapi, dalam laporan laba rugi segmen, beban tetap dibagi menjadi dua kategori: beban tetap langsung (direct fixed expenses) dan beban tetap umum (common fixed expenses). Pembagian tambahan ini menggarisbawahi biaya yang dapat dikendalikan dengan biaya yang tak dapat dikendalikan dan meningkatkan kemampuan manajer untuk mengevaluasi kontribusi setiap segmen terhadap kinerja perusahaan secara keseluruhan.Beban tetap langsung (direct fixed expenses) adalah beban tetap yang secara langsung dapat ditelusuri ke suatu segmen (lini produk pada contoh ini). Beban ini terkadang disebut sebagai beban tetap yang dapat dihindari (avoidable fixed expenses) atau beban tetap yang dapat ditelusuri (traceable fixed expenses) karena beban ini akan hilang jika segmen ditutup atau dihapus. Beban tetap umum (common fixed expenses) disebabkan oleh dua atau lebih segmen secara bersamaan. 4. Pengukuran Kinerja Pusat Investasi dengan Menggunakan ROIPusat-pusat investasi umumnya dievaluasi berdasarkan pengembalian atas investasi. Ukuran-ukuran lainnya, seperti laba residu dan nilai tambah ekonomi dibahas pada bagian selanjutnya.4.1 Pengembalian atas InvestasiDivisi-divisi yang merupakan pusat-pusat investasi akan memiliki laporan laba rugi dan neraca sendiri. Satu cara mengaitkan laba operasi dengan aktiva yang digunakan adalah dengan menghitung pengembalian atas investasi (return on investement-ROI), yaitu laba yang diperoleh untuk setiap dolar investasi. ROI adalah ukuran kinerja yang paling lazim bagi suatu pusat investasi. ROI dapat didefinisikan sebagai berikut.ROI = Laba operasi / Aktiva operasi rata-rataLaba operasi (operating income) mengacu pada laba sebelum bunga dan pajak. Aktiva operasi (operating assets) adalah seluruh aktiva yang digunakan untuk menghasilkan laba operasi, termasuk kas, piutang, persediaan, tanah, gedung, dan peralatan. Gambaran aktiva operasi rata-rata dihitung sebagai berikut.Aktiva operasi rata-rata = (Nilai buku bersih awal + Nilai buku bersih akhir)/2Banyak pendapat mengenai bagaimana seharusnya aktiva jangka panjang (pabrik dan peralatan) dinilai (sebagai contoh, nilai buku kotor versus nilai buku bersih atau biaya historis versus biaya berjalan). Banyak perusahaan yang menggunakan biaya historis dan nilai buku bersih. Tidak ada satu cara yang selalu lebih tepat dari cara lainnya dalam penghitungan ROI. Hal yang penting adalah memastikan satu metode diterapkan secara konsisten sepanjang waktu. Hal ini memungkinkan perusahaan untuk membandingkan ROI antar berbagai divisi sepanjang waktu.4.2 Margin dan PerputaranCara kedua untuk menghitung ROI adalah memisahkan rumusnya (Laba operasi/Aktiva operasi rata-rata) dalam margin dan perputaran.ROI = Margin x Perputaran

Laba operasi Penjualan Penjualan Aktiva operasi rata-rataPenjualan dalam rumus di atas bisa dihapuskan untuk menghasilkan rumus ROI yang awal, yaitu Laba operasi/Aktiva operasi rata-rata.Margin adalah rasio dari laba operasi terhadap penjualan. Hal ini menunjukkan jumlah laba operasi yang dihasilkan dari setiap dolar penjualan. Hal ini menyatakan bagian dari penjualan yang tersedia untuk bunga, pajak, dan laba. Perputaran (turnover) adalah suatu ukuran lain yang dihitung dengan membagi pendapatan penjualan dengan aktiva operasi rata-rata. Perputaran menunjukkan jumlah penjualan yang dihasilkan dari setiap dolar yang diinvestasikan dalam aktiva operasi. Hal ini menunjukkan produktivitas aktiva yang digunakan untuk menghasilkan penjualan.4.3 Keunggulan ROI Sedikitnya, ada tiga hasil positif dari penggunaan ROI.1. ROI mendorong manajer untuk fokus pada hubungan antara penjualan, beban, dan investasi sebagaimana yang diharapkan dari seorang manajer pusat investasi.2. ROI mendorong manajer untuk fokus pada efisiensi biaya.3. ROI mendorong manajer untuk fokus pada efisiensi aktiva operasi.4.4 Kelemahan Pengukuran ROIPenekanan yang berlebihan pada ROI dapat menghasilkan pemikiran yang sempit. Berikut dua aspek negatif ROI yang sering disebutkan.1. ROI mengakibatkan fokus yang sempit pada profitabilitas divisi dengan mengorbankan profitabilitas keseluruhan perusahaan.2. ROI mendorong para manajer untuk fokus pada kepentingan jangka pendek dengan mengorbankan kepentingan jangka panjang.5. Mengukur Kinerja Pusat Investasi dengan Menggunakan 5.1 Laba Residu dan Nilai Tambah Ekonomi Untuk mengatasi kecenderungan ROI untuk menghalangi investasi menguntungkan bagi perusahaan, tetapi menurunkan ROI divisi, perusahaan telah menerapkan alternatif ukuran kinerja seperti laba residu > tambah ekonomi (economic value added-EVA) adalah cara alternatif un menghitung laba residu yang saat ini digunakan di sejumlah perusahaan.Laba ResiduLaba residu (residual income) adalah perbedaan antara laba oper dan pengembalian dolar minimum yang disyaratkan atas aktiva oper perusahaan.Laba residu = laba operasi (Tingkat pengembalian minimum x Aktiva operasi rata-rata)Tingkat pengembalian minimum ditentukan perusahaan dan sama dengan hurdle rate yang disebutkan pada bagian ROI. Jika laba residu lebih besar da nol, divisi memperoleh lebih banyak tingkat pengembalian minimum yang diminta atau hurdle rate). Jika laba residu kurang dari nol, divisi memperoleh lebih sedikit tingkat pengembalian minimum yang diminta. Akhirnya, laba residu yang sama dengan nol menunjukkan divisi memperoleh tepat sama dengan tingkat pengembalian minimum yang diminta.

Keunggulan Laba Residu

Penggunaan laba residu mendorong para manajer untuk menerima proyek apa pun yang menghasilkan tingkat di atas minimum.Kelemahan Laba Residu Laba residu, seperti halnya ROI, bisa mendorong orientasi jangka pendek. Masalah lainnya dengan laba residu tidak seperti ROI, laba residu adalah ukuran absolut dari profitabilitas. Jadi, perbandingan langsung dari kinerja pada dua pusat investasi yang berbeda menjadi sulit karena tingkat investasinya bisa berbeda. Nilai Tambah EkonomiCara khusus menghitung laba residu adalah nilai tambah ekonomi. Nilai tambah ekonomi (economic-value added EVA) adalah laba bersih (laba operasi dikurangi pajak) dikurangi total biaya modal tahunan. Pada dasarnya, EVA adalah laba residu dengan biaya modal sama dengan biaya modal aktual dari perusahaan (sebagai ganti dari suatu tingkat pengembalian minimum yang diinginkan perusahaan karena alasan lainnya). Jika EVA positif, maka perusahaan sedang menciptakan kekayaan. Jika negatif, maka perusahaan sedang menyia-nyiakan modal. Pertimbangkan perkataan yang sudah ada sejak lama, yaitu perlu ada uang untuk mendapatkan uang. EVA membantu perusahaan untuk menentukan apakah uang yang didapatkannya lebih besar daripada uang yang digunakan untuk mendapatkan uang tersebut. Dalam jangka panjang, hanya perusahaan-perusahaan yang menghasilkan modal atau kekayaan yang dapat bertahan.Sebagai suatu bentuk dari laba residu, EVA adalah suatu bentuk satuan dolar, bukan suatu tingkat persentase pengembalian. Akan tetapi, EVA juga menghasilkan tingkat pengembalian seperti ROI karena menghubungkan penghasilan bersih (pengembalian) dengan modal yang dipakai. Inti EVA adalah penekanan pada laba bersih operasi dan biaya aktual dari modal. Di lain pihak, secara khusus, pendapatan residual menggunakan suatu tingkat minimum pengembalian yang diharapkan. Para investor menyukai EVA karena menghubungkan laba dengan jumlah sumber-sumber daya yang diperlukan untuk mencapainya. Menghitung EVA adalah laba bersih atau laba operasi setelah pajak dikurangi biaya modal yang dipakai. Biaya modal yang dipakai adalah persentase aktual dari biaya modal dikali dengan total modal yang dipakai. Persamaan EVA dinyatakan sebagai berikut.Laba operasi /Persentase biaya Total modal - setelah pajak \ modal aktual yang dipakaiAspek Perilaku EVA yaitu sejumlah perusahaan telah menemukan bahwa EVA membantu mendorong jenis perilaku yang sesuai dari berbagai divisi dengan menunjukkan penekanan semata-mata pada pendapatan operasi tidaklah mencukupi. Alasan yang mendasarinya adalah EVA mengandalkan biaya modal yang sebenarnya. Akibatnya, biaya modal diperhitungkan sebagai pengeluaran perusahaan. 6. Penetapan Harga TransferPada banyak organisasi yang terdesentralisasi, keluaran dari salah satu divisi digunakan sebagai masukan pada divisi lainnya. Hal ini menimbulkan suatu persoalan akuntansi. Bagaimana cara menilai barang-barang yang ditransfer? Ketika divisi-divisi diperlakukan sebagai pusat pertanggungjawaban, divisi tersebut dievaluasi berdasarkan laba operasi, pengembalian atas investasi dan laba residu atau EVA. Jadi, nilai barang yang ditransfer merupakan pendapatan bagi divisi yang menjual dan biaya bagi divisi yang membeli. Nilai ini atau harga internal disebut harga transfer (transfer price). Dengan kata lain, harga transfer adalah harga yang dibebankan untuk suatu komponen oleh divisi penjual pada divisi pembeli di perusahaan yang sama. Penetapan harga transfer adalah masalah yang rumit. 6.1 Dampak Penetapan Harga Transfer terhadap Divisi dan Perusahaan secara Keseluruhan

Harga yang dikenakan untuk barang yang ditransfer memengaruhi biaya divisi pembeli dan pendapatan divisi penjual. Artinya, laba kedua divisi tersebut, sebagaimana juga evaluasi dan kompensasi para manajer mereka, dipengaruhi oleh harga transfer. Karena berpengaruh terhadap ukuran kinerja berdasarkan laba dari kedua divisi (misalnya, ROI dan laba residu), penetapan harga transfer sering menjadi masalah yang ditanggapi secara sangat emosional. Meskipun harga transfer aktual tidak memengaruhi perusahaan sebagai satu kesatuan, penetapan harga transfer ternyata mampu memengaruhi tingkat laba yang dihasilkan perusahaan multinasional melalui pajak badan dan persyaratan hukum lainnya yang ditetapkan negara tempat berbagai divisi beroperasi. Dalam penyusunan sebuah kebijakan penetapan harga transfer, kedua pandangan dari divisi penjual dan divisi pembeli harus dipertimbangkan. Pendekatan biaya peluang (opportunity cost approach) mencapai tujuan tersebut dengan mengidentifikasi harga minimum yang ingin diterima divisi penjual dan harga maksimum yang ingin dibayar divisi pembeli. Harga-harga minimum dan maksimum tersebut sesuai dengan biaya peluang transfer internal. Berikut harga-harga yang ditetapkan di setiap divisi.1. Harga transfer minimum adalah harga transfer yang akan membuat keadaan divisi penjual tidak menjadi lebih buruk jika barang dijual pada divisi internal daripada dijual pada pihak luar. Hal ini terkadang disebut batas bawah (floor) dari rentang penawaran.2. Harga transfer maksimum adalah harga transfer yang akan membuat keadaan divisi pembeli tidak menjadi lebih buruk jika suatu input dibeli dari divisi internal daripada jika barang yang sama dibeli secara eksternal. Hal ini terkadang disebut batas atas (ceiling) dari rentang penawaran.Pendekatan biaya peluang menuntun divisi-divisi dalam menentukan saat yang tepat untuk melakukan transfer internal. Tepatnya, transfer internal sebaiknya dilakukan saat biaya peluang (harga minimum) divisi penjual lebih rendah dari biaya peluang (harga maksimum) divisi pembeli. Dari definisinya saja, pendekatan ini menjamin tidak seorang manajer pun yang dirugikan oleh transfer internal. Beberapa kebijakan penetapan harga transfer digunakan dalam praktik. Kebijakan penetapan harga transfer ini mencakup harga pasar, harga transfer berdasarkan biaya, dan harga transfer yang dinegosiasikan.Harga PasarJika terdapat pasar luar dengan persaingan sempurna untuk produk yang ditransfer, maka harga transfer yang paling sesuai adalah harga pasar. Pada situasi demikian, berbagai tindakan manajer divisi akan mengoptimalkan laba divisi dan laba perusahaan secara simultan. Jika tersedia, harga pasar adalah pendekatan terbaik untuk penetapan harga transfer. Karena divisi penjual mampu menjual produknya pada harga pasar, transfer internal pada harga yang lebih rendah dari harga pasar akan mengakibatkan divisi tersebut merugi. Divisi pembeli yang selalu mampu membeli barang pada harga pasar mungkin juga tidak akan bersedia membayar lebih tinggi dari harga pasar untuk barang yang ditransfer secara internal.Harga Transfer Berdasarkan BiayaHarga pasar luar kerap tidak tersedia. Hal tersebut bisa terjadi karena produk yang akan ditransfer menggunakan desain hak paten yang dimiliki perusahaan induk. Dalam hal ini, perusahaan bisa menggunakan pendekatan penetapan harga transfer berdasarkan biaya. Harga Transfer yang DinegosiasikanAkhirnya, manajemen tingkat atas bisa mengizinkan manajer divisi pembeli dan penjual untuk menegosiasikan harga transfer. Secara khusus, pendekatan ini berguna saat kondisi pasar tidak sempurna, seperti kemampuan divisi di dalam perusahaan untuk menghindari biaya penjualan dan distribusi. Dalam hal ini, biaya yang dihemat bisa dibagi di antara dua divisi.Daftar Pustaka

Hansen Don R, Maryanne M. Mowen, 2009 Akuntansi Manajemen, Edisi 8 buku 1, terjemahan : A. Hermawan, Penerbit Erlangga, Jakarta

x

Pelaporan segmen, evaluasi pusat investasi dan penetapan harga transfer 1